PENGELOLAAN SUMBER AIR OLEH PDAM KOTA MAGELANG...
Transcript of PENGELOLAAN SUMBER AIR OLEH PDAM KOTA MAGELANG...
PENGELOLAAN SUMBER AIR OLEH PDAM KOTA
MAGELANG DALAM PERSEPEKTIF
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN
HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
NURUL AZIZAH
NIM. 214-13-007
PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
MOTTO
Saya Datang, Saya Bimbingan, Saya Ujian, Saya Revisi dan Saya
Menang
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Ahmad Yani), Ibu (Mardiyah). Sebagai
motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan
aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan
kesabaran mengantarkanku sampai kini
2. Idham Cholid, satu-satunya saudara kandung yang kupunya, walaupun tidak
ada ucapan yang keluar tetapi aku yakin pasti didalam batinmu selalu
mendoakanku selalu.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai
dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. SitiZumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar‟iah IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah
IAIN Salatiga.
4. Bapak Prof. Muh Zuhri, M.Aselaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang
terbaik.
5. Ibu Lutfiana Zahriani, S.H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga.
6. Bapak Dr. Ilya Muhsin,S.HI., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta ibuk, bapak, saudara yang tak henti-hentinya selalu
mendoakan dan memberikan semangat.
8. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.
3. Terimakasih kepada para sahabat terbaikku yang selalu mendukung dan
memotivasiku tiada henti, Ilham Nasrullah, Dian Maya Sari, Anida
Kumalasari, Ratna Dwiastuti, Diana Wulansari, Ilham Indrawan, Feri
Firdaus,Maulina Handayani,Intan Fadhilah, Muhammad Munif, Alfa Alfi
Rohmah, dan Umi Mafaza Hafni.
9. Serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih
banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.
10. Untuk teman-teman HES angkatan 2013 IAIN Salatiga.
11. Seluruh jajaran akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penlis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang
membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
ABSTRAK
Azizah, Nurul (2018). Pengelolaan Sumber Air Oleh PDAM Kota
Magelang Persepektif Perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam.
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr.
Ilya Muhsin, S.HI., M.Si
Kata Kunci : Pengelolaan, Perundang-undangan, Hukum Islam
Air merupakan sumber penghidupan bagi manusia, baik ia digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai air minum maupun untuk menjaga
keberlangsungan sumber mata pencahariannya untuk pengairan pertaniannya.
Tetapi di Desa Kebon Agung air yang seharusnya dialokasikan ke pertanian
malah dialirkan ke PDAM Kota Magelang. Dari latar belakang tersebut penulis
fokus meneliti tentang 1.Bagaimana pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Magelang ?2.Bagaimana dampak pengelolaan sumber air
di Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang terhadap masyarakat ?
3.Bagaimana tinjauan UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Perda No.6
tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang dan
hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang ?
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai penyusun adalah
kualitatif dan pendekatannya menggunakan yuridis empiris yaitu, pendekatan
yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyarakat
yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan.
Adapun langkah-langkah dalam tehnik pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, dan dokumen.Dan pengelolaan sumber air di PDAM Kota Magelang
dengan pemanfaatan, konservasi, pengawasan.Dampak pengelolaan sumber air di
PDAM Kota Magelang terhadap masyarakat Dampak ekonomi dimana
kompensasi tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat Desa Kebon Agung
merasa rugi dengan hal tersebut karena kompensai yang diberikan tidak sesuai
dengan profit yang di dapat oleh PDAM Kota Magelang, sedangkan dampak
pertanian debit air berkurang akibat nyalahan pertanian kekurangan pengairan.
Untuk UU No.7 Tahun 2004 pengaturanpengelolaan sumber daya air yaitu
pemanfaatan, konservasi dan pengawasan. Untuk Perda No.6 Tahun 2016
menyelenggarakan usaha pengelolaan dan pelayanan air minum kepada
masyarakat untuk mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau.Mengenai tinjauan hukum Islam Dari
tinjauan hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air oleh PDAM Kota
Magelangdi Desa Kebon Agung tidak sesuai dari rujukan hadits, sedangkan dalam
al-Qur‟an telah sesuai yang tertulis sebelumnya menerangkan bahwasannya dalam
pengelolaan sumber air mengambil daripada yang disyari‟atkan dalam Islam.
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ............................................................................ ii
PENGESAHAN ........................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 4
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5
F. Penegasan Istilah ............................................................................ 8
G. Metode Penelitian........................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan..................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pengelolaan Sumber Air .............................................. 16
B. Tinjauan UU No.7 tahun 2004 terhadap Pengelolaan
Sumber Air ..................................................................................... 17
C. Tinjauan Perda No.6 tahun 2016 terhadap Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Magelang ............................................... 20
D. Tinjauan hukumIslam tentang Pengelolaan
Sumber Air ..................................................................................... 24
BAB III PENGELOLAAN PDAM KOTA MAGELANG TERHADAP
SUMBER AIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP WARGA DI SEKITAR
SUMBER AIR
A. Profil PDAM Kota Magelang
1. Sejarah PDAM Kota Magelang ............................................... 33
2. Visi dan Misi PDAM Kota Magelang ...................................... 34
3. Struktur Organisasi................................................................... 34
4. Pelayanan di PDAM Kota Magelang ....................................... 35
5. Analisis Keuangan PDAM Kota Magelang ............................. 35
6. Klasifikasi Jenis Golongan ....................................................... 36
B. Sumber Air yang dikelola PDAM Kota Magelang
1. Sumber Air Alami .................................................................... 37
2. Sumber Air dengan sistem pipa ............................................... 39
C. Pengelolaan PDAM terhadap sumber air
1. Pemanfaatan ............................................................................ 41
2. Konservasi ................................................................................ 42
3. Pemberdayaan dan Pengawasan ............................................... 46
D. Dampak pengelolaan sumber air oleh PDAM Kota Magelang
terhadap masyarakat disekitar sumber air
1. Dampak Ekonomi..................................................................... 46
2. Dampak Pertanian .................................................................... 47
BAB IV PENGELOLAAN PDAM KOTA MAGELANG TERHADAP
SUMBER AIR DALAM PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM
A. Pengelolaan oleh PDAM Kota Magelang terhadap sumber air
perspektif UU No.7 tahun 2004 ..................................................... 50
B. Pengelolaan oleh PDAM Kota Magelang terhadap sumber air
perspektif Perda No.6 tahun 2016 .................................................. 52
C. Pengelolaan oleh PDAM Kota Magelang terhadap sumber air
PerspektifHukum Islam .................................................................. 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air sebagai salah satu
sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan material yang sangat
dibutuhkan bagi kehidupan di bumi. Semua organisme yang hidup tersusun
dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktifitas metaboliknya
mengambil tempat di larutan air (Enger dan Smith dalam Tasambar Mochtar,
2000). Untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya
ketersediaan air dari segi kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan.
Air merupakan sumber penghidupan bagi manusia, baik ia digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai air minum maupun untuk
menjaga keberlangsungan sumber mata pencahariannya untuk pengairan
(irigasi) pertaniannya. Karena itu, air tidak boleh hanya dipandang sebagai
entitas sumber daya alam semata, namun ia juga memiliki fungsi dan manfaat
yang begitu signifikan bagi kehidupan umat manusia. Dengan demikian,
pengelolaan sumber daya air yang tepat dan serius serta mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat mutlak diperlukan (Agus Fakhrina, 2012).
Salah satu upaya mensejahterakan masyarakat adalah dengan
meningkatkan daya guna industri air bersih. Industri air bersih merupakan
salah satu industri yang utama dalam kelangsungan hidup setiap manusia
dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga ketersediaan air dari segi
kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan. Dengan kata lain terpenuhinya
kebutuhan air bersih adalah salah satu hak dasar bagi setiap manusia
khususnya rakyat Indonesia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air maka
pemerintah telah berupaya dengan mengundangkan ketentuan yang mengatur
mengenai pengelolaan air yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (UU SDA). Fungsi sumber daya air tidak hanya
mempunyai fungsi sosial tetapi juga fungsi lingkungan hidup dan ekonomi.
Fungsi sosialnya tercermin pada hak guna air yaitu hak untuk memperoleh
dan memakai air yang meliputi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
termasuk pertanian rakyat dan kebutuhan sosial lain yang diperoleh tanpa
perijinan terkecuali apabila mengubah kondisi sumber air. Sedangkan fungsi
ekonomi tercermin pada hak guna usaha air yaitu hak untuk memperoleh dan
mengusahakan air yang meliputi pemenuhan untuk kebutuhan usaha seperti
untuk bahan baku produksi, untuk media usaha dan untuk bahan pembantu
proses produksi yang diperoleh melalui perijinan.
Pelayanan publik di bidang air bersih di Indonesia ditangani oleh Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini adalah Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Dalam perkembangannya di Indonesia keberadaan PDAM
menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Permasalahan yang dihadapi
oleh banyak PDAM di Indonesia antara lain kesulitan mendanai biaya
operasional dan masalah efisiensi sehingga tidak dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Akibatnya kualitas air bersih yang
diproduksi juga rendah. Masyarakat kerap mengeluh air yang disalurkan
PDAM sering macet, keruh (tidak jernih) dan masih mengeluarkan bau.
Bahkan di beberapa wilayah di Indonesia konsumen hanya dapat
menggunakan air yang diproduksi PDAM untuk keperluan kebersihan (mandi
dan mencuci), sedangkan untuk air bersih, konsumen terpaksa harus
mengeluarkan uang ekstra untuk membeli air minum dalam kemasan. Tingkat
kebocoran yang tinggi juga berdampak terhadap tingkat efisiensi PDAM.
Dilatarbelakangi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengelolaan Sumber Air Oleh PDAM Kota Magelang
Dalam Perspektif Perundang-Undangan di Indonesia dan Hukum Islam”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang ?
2. Bagaimana dampak pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Magelang terhadap masyarakat Desa Kebon Agung Kec.
Bandongan Kab. Magelang ?
3. Bagaimana tinjauan Perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam
terhadap pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Magelang ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian terhadap pegelolaan sumber air di
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang ditinjau dari hukum
islam diharap dapat :
1. Untuk mengetahuipengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Magelang.
2. Untuk mengetahui dampak pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Magelang terhadap masyarakat Desa Kebon
Agung Kec. Bandongan Kab. Magelang.
3. Untuk mengetahui tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam
terhadap pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Magelang.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
kajian ulang pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang.
Hasil penelitian ini dapat juga memberikan wawasan kepada
pembaca mengenai tinjauan UU No.7 tahun 2004 tentang SDA, Perda
No.6 tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Magelang dan hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air di
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang.
2. Kegunaan praktis
Dengan adanya penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi yang
berguna khususnya bagi PDAM Kota Magelang agar bisa mengelola
sumber air yang telah disepakati sesuai dengan perundang-undangan
hak dan kewajiban masyarakat di Desa Kebonagung Kec. Bandongan Kab.
Magelang.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian bukanlah yang pertama membahas tentang pengelolaan
sumber air di perusahaan air minum Kota Magelang. Namun, penelitian ini
juga bukan dupliksi atau pengulangan dari penelitian-penelitian terdahulu.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dapat penulis pakai sebagai
rujukan serta kaitannya dengan pokok permasalahan yang penulis kemukakan
di antaranya:
1. Suharmika, Andi (2017) “Kewenangan Pengangkatan Direksi Perusahaan
Daerah Di Kota Makassar (Studi Kasus Perusahaan Air Minum). Dalam
penelian ini penulis membahas dua pokok permasalahan yaitu ; pertama
Bagaimana pengaturan kewenangan pengangkatan direksi Perusahaan
Daerah di Kota Makassar. Kedua Bagaiman pelaksanaan pengangkatan
direksi Perusahaan Daerah di Kota Makassar. Hasil penelitiaannya
menunjukkan bahwa berdasarkan pengaturan yang mengatur tentang
pengangkatan direksi PDAM yang diatur pada Pengeturan Menteri Dalam
Negeri No 2 Tahun 2007 tentang organ dan Kepegawaian PDAM dan
Pengaturan Daerah Kota Makassar No 11 Tahun 2006 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kota Makassar No 6 Tahun 1974 tentang
Pendirian PDAM Kota Makassar, bahwa direksi diangkat oleh Kepala
Daerah atau dalam hal ini Walikota Makassar atas usul Dewan Pengawas
yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Daerah dengan
memperlihatkan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar, dan terkhusus
untuk jabatan Direktur Utama PDAM Kota Makassar, harus diangkat
berdasarkan penilaian terbaik atas hasil uji kelayaan dan kepatutan yang
dilakukan oleh Kepala Daerah terhadap seluruh direksi.
2. Kusuma, RT Sandra Novella (2017) “Tinjaun Hukum Ekonomi Syariah
dalam faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual air minum di
perusahaan air minum (PDAM) Kota Cirebon. Dalam penelitian ini
penulis membahas tiga pokok permasalahan yaitu Pertama, Bagaimana
mekanisme penetapan harga jual air minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Cirebon. Kedua, Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi penetapan harga jual air minum pada Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kota Cirebon. Dalam penetapannya, terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu perhitungan dan proyeksi
biaya usaha dan biaya dasar, Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan, Ikhtisar
Rekening Air (IRA), permintaan, Tingkat inflasi, investasi, dan Kondisi
Ekonomi Masyarakat. Ketiga Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah
terhadap penetapan harga jual air minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Cirebon. Dalam menetapkan harga bagi
pelanggannya itu berbeda-beda sesuai klasifikasi pelanggan yang telah
ditetapkan. Dalam penetapan harga yang seperti ini diberbolehkan dalam
Islam selama berdasarkan atas al-maslahah al-mursalah (kemaslahatan)
bagi pelanggan seperti karena Faktor yang mempengaruhi penetapan harga
jual air minum ini disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat Kota
Cirebon dengan menyesuaikan tarif untuk standar kebutuhan pokok air
minum terjangkau oleh daya beli masyarakat pelanggan yang
berpenghasilan sama dengan Upah Minimum Kota Cirebon dengan tidak
melampaui 4% dari pendapatannya. Hasil penelitiaannya menunjukan
bahwa penetapan tarif air minum di PDAM Kota Cirebon yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah Kota Cirebon berdasarkan usulan direksi setelah
disetujui oleh Dewan Pengawas, konsep usulan tarif diajukan oleh direksi
PDAM Kora Cirebon. Konsep usulan penetapan tarif terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan wakil atau forum pelanggan melalui berbagai
media komunikasi untuk mendapatkan umpan balik sebelum diajukan
kepada Kepala Daerah Kota Cirebon.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mengulas secara khusus dan
mendalam bagaimana pengelolaan sumber air dalam persepektif UU No.7
tahun 2004, Perda No.6 tahun 2016 dan hukum Islam. Di saat banyak orang
mencari solusi dari berbagai masalah sumber daya air, Islam telah
memberikan solusi bahkan sejak masa diutusnya Rasulullah saw. Islam telah
memberi konsep yang baik dalam menjaga kondisi dan keberlangsungan air
di bumi dalam Al-Qur‟an maupun hadist.
Tulisan ini memberikan gambaran tentang konsep pengelolaannya
dalam Islam untuk mewujudkan kesadaran bahwa air menjadi objek yang
diperhatikan dalam Islam dan merupakan komponen yang sangat penting bagi
keberlangsungan alam semesta dan makhluk di dalamnya. Dengan demikian
diharapkan upaya untuk menjaga dan mengelola sumber daya air dengan baik
tetap berlangsung.
F. Penegasan Istilah
Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka
penulisan perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut;
1. Pengelolaan sumber air
Pengelolaan sumber air adalah upaya perencanaan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konversasi sumber daya
air, dan mengendalikan sumber daya air rusak. Pengertian lain pengelolaan
sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktur dan non-
struktur untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan
manusia untuk kepentingan atau manfaat manusia dan tujuan-tujuan
lingkungan (https://prezi.com/odqbmussl1pl/pengelolaan-sumber-dayaair/)
2. UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang adalah salah satu sumber hukum yang memiliki
kekuatan mengikat bagi semua orang dalam suatu negara. Ketika undang-
undang telah disahkan, maka undang-undang dinyatakan berlaku dan
semua warga negara dianggap telah mengetahui keberadaan undang-
undang itu. (http://www.sumberilmuhukum.com/2017/10/pengertian-
undang-undang-dan-contoh.html diakses pada tanggal 17 maret pukul
22:39)
UU No.7 Tahun 2004 tentang Umber Daya Air yaitu peraturan yang
mengatur Sumber Daya Air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,
air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua
air yang terdapat di permukaan tanah.
3. Perda No.6 Tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Magelang
Perda adalah peraturan daerah yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah
(gubernur atau bupati/walikota).
(https://www.google.com/search?q=pengertian+perda&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb
diakses pada tanggal 17 maret pukul 22:40).
Perda No.6 Tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang yaitu peraturan yang mengatur dan menjamin
kepastian pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum masyarakat
perlu adanya pengembangan sistem penyediaan air minum yang sehat,
bersih, produktif dan berkelanjutan dalam rangka memenuhi kehidupan
masyarakat serta untuk menjaga keberlangsung pengembangan sistem
penyediaan air minum di Kota Magelang perlu didukung dengan
peningkatan kinerja Perusahaan Umum Daerah Air Minum sesuai dengan
prinsip tata kelola perusahaan yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat Kota Magelang.
4. Hukum Islam
Hukum Islam adalah peraturan yang mengenai kehidupan
berdasarkan kitab suci al-Qur‟an dan hadist. Hukum Islam disebut juga
syara‟. Hukum Islam yaitu rangkain dari kata “hukum” dan kata “Islam”
untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata
hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia
yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku dan mengikat untuk
seluruh anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan
berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
yang diakui dan diyakini serta mengikat semua yang beragama Islam
(Syarifudin, 1997: 4-5).
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
a. Pendekatan
Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam melakukan
penelitian berdasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan
memakai pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris
adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan
hukum yang terjadi di masyarakat yang berfungsi untuk
mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan (Ali, 2009:
105)
b. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong (2011:6)
penelitian kualitalif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
2. Lokasi dan subyek penelitian
Lokasi penelitian berkaitan dengan pemilihan tempat tertentu yang
berlangsung dengan kasus dan situasi masalah yang akan diteliti (Afifudin,
2009: 91). Penelitian ini berlokasi di Desa Kebon Agung Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang dan Subjek penelitian PDAM Kota
Magelang di jalan Veteran No. 08 Kota Magelang. Peneliti ini bertindak
sebagai instrument sekaligus pengumpulan data yang mana penulis
langsung datang dan mewawancarai PDAM di Kota Magelang.
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Metode wawancara digunakan penulis untuk mendapatkan
informasi yang akurat terkait Pengelolaan Sumber Air Oleh PDAM
dalam Persepekti Perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam.
Penulis berkomunikasi langsung dengan pihak yang bersangkutan
melalui tanya jawab lisan tentang garis besar pokok-poko permasalahan
yang ingin diteliti (Lexy Moleong, 2009). Adapun informan yang
diwawancarai dalam penelitian adalah Kepala Desa dan perangkatnya,
tokoh masyarakat, yang dekat dengan sumber air di Desa Kebonagun
Kec. Bandongan Kab. Magelang.
Wawancara juga dilakukan terhadap pegawai PDAM Kota
Magelang yaitu, Kasubag PDAM Kota Magelang, Kepala Desa Kebon
Agung, Tokoh masyarakat Desa Kebon Agung dan pegawai kelurahan
Kebon Agung.
b. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena (perilaku,
kejadian-kejadian, keadan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama
beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di observasi,
dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna
penemuan data analisis. Dengan tujuan untuk menemukan hasil dari
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tanpak pada objek (Suprayogo, 2001). Observasi dilakukan melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala
dalam obyek penelitian (Damanuri, 2010: 78). Peneliti turun langsung
ke lapangan, membuat catatan lapangan dan menulis secara singkat
peristiwa-peristiwa penting terkait pengelolaan sumber air oleh PDAM
Kota Magelang
c. Dokumen
Dokumen adalah metode pencarian dan pengumpulan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, majalah, dokumen, dan
sebagainya (Arikunto, 1998: 145). Adapun dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah monograf desa, foto-foto terkait PDAM dan
sumber air.
4. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Moleong, 2002: 103). Berdasarkan referensi diatas
peneliti akan melakukan analisis data dalam penelitian ini dengan cara
mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode, dan
mengategorikan data. Data-data laporan kemudian dianalisis dengan UU
No.7 tahun 2004, Perda No.6 tahun 2016, dan hukum Islam.
5. Pengecekan keabsahan data
Pengecekan keabsahan data diperluakan dalan penelitian sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepercayaan data. Pengecekan keabsahan data
pada penelitian ini menggunakan beberapa kriteria yang meliputi
kredibilitas, kepastian, dan kebergantungan (Moleong, 2009: 343).
Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil
penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah
tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara satu informan dengan informan
lainnya terhadap obyek penelitian (Moleong, 2004:330). Selanjutnya pada
tahap validalitas data dalam penelitian ini melakukan perbandingan antara
data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan data
pendukung yang dijadikan dasar Pengelolaan Sumber Air Oleh PDAM
Kota Magelang.
H. Sistematika penulisan
Agar diperoleh peneltian yang sistematis, terarah mudah dipahami dan
dapat dmengerti oleh para pembaca pada umumnya, maka penulisan
menyajikan karya ilmiah ini ke dalam bentuk sistematika penulisan yang
terdiri dari ima bab yaitu sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang meiputi Latar belakang masalah
yang berisi alasan penelitian yang diteliti, Rumusan masalah, Tujuan
penelitian, Kegunaan penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian, dan
Sistematika penulisan.
Bab dua adalah kajian pustaka yang merupakan Landasan Teori. Dalam
bab ini penelitian akan menjelaskan tentang pengelolaan sumber air menurut
UU No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air, Perda No.6 tahun 2016 tentang
perusahaan umum daerah air minum Kota Magelang dan menurut hukum
Islam.
Bab tiga berisi hasil penelitian tentang gambaran umum pengelolaan
sumber air oleh PDAM Kota Magelang, dan dampak pengelolaan sumber air
terhadap masyarakat.
Bab empat berisikan tinjauan UU No.7 Tahun 2004 tentang sumber
daya air, Perda No.6 Tahun 2016 tentang perusahaan umum daerah air minum
Kota Magelang dan hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air.
Bab lima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan untuk penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Terhadap Pengelolaan Sumber Air dalam Persepektif UU
No.7 tahun 2004, Perda No.6 tahun 2016, dan Hukum Islam
A. Pengertian Pengelolaan Sumber Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan
oleh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Air merupakan
sumber daya alam yang unik dibandingkan dengan sumber daya alam
lainnya. Air bersifat sumber daya alam yang terbarukan dan dinamis. Artinya,
sumber utama air yang berupa hujan akan datang sesuai dengan waktu dan
musimnya sepanjang tahun. Air merupakan bagian dari sumber daya alam
dan merupakan bagian dari ekosistem keseluruhan. Jumlah air di bumi secara
umum adalah tetap, namun komposisinya dapat berubah. Akhirnya, jumlah
air yang berbeda di permukaan tanah, di dalam tanah, maupun di udara dapat
bertambah maupun berkurang. Bila jumlah air di daratan bertambah dan
jumlah air di udara tetap, maka jumlah air di lautan akan berkurang, demikian
pula sebaliknya. Dengan demikian, air harus dikelola secara bijak dengan
pendekatan terpadu. Terpadu artinya, memerlukan keterikatan dengan
berbagai aspek, berbagai pihak, dan berbagai disiplin ilmu (Dijabarkan dari
UU No.7 tahun 2004 tentang SDA).
Karena air menyangkut semua kehidupan maka air merupakan faktor
yang mempengaruhi jalannya pembangunan berbagai sektor. Karena itu
pengelolaan sumber daya air perlu didasarkan pada pendekatan peran serta
dari semua stakeholders. Segala keputusan publik harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi publik, sehingga kebijakan
apapun yang diharapkan, akan dapat diterima oleh masyarakat.
Pada umumnya pengelolaan sumberdaya air berangkat hanya dari satu
sisi saja yakni bagaimana memanfaatkan dan mendapat keuntungan dari
adanya air. Namun untuk tidak dilupakan bahwa jika ada keuntungan pasti
ada kerugian. Tiga aspek dalam pengelolaan sumberdaya air yang tidak boleh
dilupakan, yakni aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek
perlindungan.
Karena air menyangkut semua kehidupan maka air merupakan faktor
yang mempengaruhi jalannya pembangunan berbagai sektor. Karena itu
pengelolaan sumber daya air perlu didasarkan pada pendekatan peran serta
dari semua stakeholders. Segala keputusan publik harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi publik, sehingga kebijakan
apapun yang diharapkan, akan dapat diterima oleh masyarakat.
B. Tinjauan UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhadap
Pengelolaan Sumber Air
Sumber air merupakan karunia Tuhan Yan Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mejuwudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam segala bidang. Dengan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Republik Indosesia Tahun 1945, Undang-undang ini menyatakan bahwa
sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
untuk kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh
negara dimaksud, negara menjamin hak setiap oranng untuk mendapatkan air
bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan peraturan hak
atas air. Penggunaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan
oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan
menghormati kesatuan-satuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-
hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya
bersifat dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas
wilayah administrasi. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat
hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan
ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan
dengan perkembangan jumlah pendudukan dan mengingatnyaa kegiatan
masyarakat mengakibatkan perubahan secara fungsi lingkungan yang
berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya
daya rusak air. Hal tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air yang utuh
dari hulu sampai kehilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola
pengelolaan sumber daya air tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah
administrasi yang dilaluinya. Adapun UU yang menjelaskan tentang
pengelolaan sumber air menurut UU No.7 tahun 2004 sebagai berikut:
1. Dalam tinjauan UU No.7 tahun 2004 pengaturan kewenangan dan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk
mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,
penggunaan, dan penguasaan sumber daya air pada wilayah sungai
dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian sumber air itu
diserahkan kepada Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan pada letak wilayah air yang bersangkutan, yaitu:
a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilyah sungai lintas negara, dan atau
wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan
pemerintahan provinsi.
c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah
kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
2. Dalam tinjauan UU No.7 tahun 2004 konservasi atau pelestarian sumber
air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta
lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang
disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan
oleh tindakan manusia (UU SDA pasal 21 ayat (1). Upaya konservasi
atau pelestarian dilakukan dengan atau memalui penanaman pepohonan
atau tanaman yang sesuai pada daerah tangkapan air atau daerah
sempadan sumber air.
3. Dalam tinjauan UU No.7 tahun 2004 dalam pemberdayaan air
masyarakat diikutsertakan dalam andil dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber
daya air dengan melibatkan peran masyarakat. Kelompok masyarakat
atas prakara sendiri dapat melaksanakan upaya pemberdayaan untuk
kepentingan masing-masing dengan berpedoman pada tujuan
pemberdayaan sebagaimana dimaksud diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta
pendampingan.
4. Dalam tinjauan UU No.7 tahun 2004 SDA masyarakat memperoleh
manfaat atas pengelolaan sumber air dan memperoleh ganti rugi atas
kerugian yang disebabkan oleh pelaksanaan pengelolaan sumber daya air
serta memiliki hak untuk mengajukan laporan dan pengaduan kepada
piak yang berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pengelolaan sumber air yang merugikan
kehidupannya. Bentuk peran masyarakat dalam proses perencanaan.
C. Tinjauan perda No. 6 tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang terhadap Pengelolaan Sumber Air
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang sebagai salah
satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kota Magelang
berperan dalam penyelenggaraan SPAM yang pada awal berdirinya. PDAM
Kota Magelang dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, dimana
kepengurusan air minum dilakukan oleh Dinas Air Minum, dengan
berdasarkan pada peraturan yang terdapat dalam ”Verodening voor de
Gemeente Iijke Waterleidingte Magelang” tanggal 9 Oktober 1923.
Dengan terbitnya Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
1975 tanggal 3 Nopember 1975 juncto Surat Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Tengah tanggal 30 November 1975 Nomor HUK 176/1975
yang mengharuskan kepada setiap daerah agar merubah bentuk Dinas Air
Minum menjadi Perusahaan Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1962 juncto Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1969, maka
didirikanlah Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II
Magelang dengan Peraturan Daerah Nomor 270 Tahun 1978, yang dirubah
beberapa dengan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat
II Magelang Nomor 270 Tahun 1978 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah
Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang.
Seiring diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum maka untuk memenuhi tanggung
jawab Pemerintah Daerah dalam menjamin pemenuhan atas air minum dan
akses terhadap air minum perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan
Daerah Nomor 270 Tahun 1978 sebagaiana diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 270
Tahun 1978 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya
Daerah Tingkat II Magelang.
Selain itu untuk meningkatkan kinerja PDAM dalam pelayanan kepada
masyarakat, perlu didukung dengan pengelolaan yang efektif dan efisien
dalam kepengurusan maupun kelembagaan sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Organ dan
Kepegawaian PDAM serta dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas
layanan SPAM di wilayah pelayanan perlu menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, dan bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup sebagai tanggung jawab sosial PDAM.
Pengaturan kepengurusan dan kelembagaan PDAM dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja PDAM dalam pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan SPAM di wilayah pelayanan
dengan pencapaian 80% (delapan puluh persen) cakupan pelayanan air
minum dari total penduduk di Kota Magelang dan penyediaan akses air
minum secara merata kepada seluruh penduduk Kota Magelang.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, sebagai bentuk penyesuaian diri
terhadap perubahan regulasi, maka Pemerintah Kota Magelang perlu untuk
menyusun dan menetapkan kembali Peraturan Daerah Kota Magelang tentang
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Magelang.
Dalam Peraturan Daerah pasal 1 No.6 tahun 2016 ini yang dimaksud
dengan : Daerah adalah Kota Magelang. Pemerintah Daerah adalah Walikota
sebagai unsur penyelenggaran Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Walikota adalah Walikota Magelang. Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Magelang yang selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan Daerah
Air Minum yang seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota
Magelang. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Magelang. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Magelang. Unsur Staf adalah pembantu Direktur yang terdiri
dari Bagian dan Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direksi. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat
SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum.
Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam
melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang
mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan air minum kepada
masyarakat. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait
dengan ketersediaan sarana dan prasarana SPAM dalam rangka memenuhi
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air minum yang meliputi pembangunan
baru, peningkatan dan perluasan. Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang
dilakukan terkait dengan kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana SPAM
terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan
sumber daya manusia, serta kelembagaan.
Demikian Peraturan Daerah dalam pasal 2 Perda No.6 tahun 2016 ini
yang berbunyi menjamin kepastian pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum masyarakat perlu adanya pengembangan SPAM yang sehat, bersih,
produktif dan berkelanjutan dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat.
Menjaga keberlangsungan pengembangan SPAM agar terwujud hubungan
yang serasi, seimbang dan bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup sebagai tanggung jawab sosial perlu didukung dengan
peningkatan kinerja PDAM sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
D. Tinjauan Hukum Islam tentang Pengelolaan Sumber Air
Dalam Islam, air merupakan sumber daya alam yang sangat penting di
dalam Islam. Ia dianggap sebagai berkah dari Allah yang menberi dan
menopang kehidupan, dan memurnikan umat manusia dan bumi. Kata ma‟an,
yang berarti air, disebutkan enam puluh tiga kali dalam al-Qur‟an. Tahta
Allah digambarkan berada di atas air, dan surga digambarkan sebagai “Taman
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.” Penciptaan yang paling berharga
setelah manusia adalah air. Kualitas hidup pemberian air tercermin dalam
ayat, “Dan Allah telah menurunkan air dari langit dan dengan air memberi
hidup kepada bumi sesudah matinya.” Tidak hanya air memberikan
kehidupan, tetapi setiap kehidupan itu sendiri terbuat dari air, ari air kami
jadikan hidup setiap hal. Semua manusia menghandalkan air untuk kehidupan
dan kesehatan yang baik, bahkan bagi umat Islam ia digunakan untuk
berwudu dan mandi dalam rangka bersuci dari hadas besar dan kecil sebelum
umat Islam melakukan ibadah mahdah (Faruqui, 2001: 1-32).
Begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka dalam ekonomi
Islam, air merupakan barang publik yang tidak bisa dimiliki secara individu
oleh satu orang pun. Ia merupakan milik umum atau bersama umat manusia
yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa ada tiga hal yang dimiliki secara bersama-sama oleh umat
manusia, yaitu: padang rumput, air, dan api (an-Nabhani, 1996: 237).
Pada umumnya pengelolaan sumber daya air yang hanya dari satu sisi
saja yakni bagaimana mamanfaatkan dan mendapat keuntungan dari adanya
air. Namun untuk tidak dilupakan bahwa jika ada keuntungan pasti ada
kerugian. Tiga aspek dalam pengelolaan sumberdaya air yang tidak boleh
dilupakan, yakni aspek pelestarian, aspek pemanfaatan dan aspek
perlindungan.
1. Pemeliharaan Lingkungan Hidup.
Upaya pemeliharaan lingkungan hidup bertujuan untuk melestarikan
daya dukung lingkungan yang dapat menopang pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan untuk generasiyang akan datang secara terus
menerus serta memiliki tingkat mutu hidup yang semakin baik. Tujuan
tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi,
sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa
takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-A‟raf ayat 56)
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah saw
mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal, diantaranya agar
melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan
lain sebagainya. Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam
adalah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani.
Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon
sebagai shadaqah.
Hal ini diungkapkan secara tegas di dalam pasal 57 ayat (1)
UUPPLH disebutkan bahwa salah satu uapaya pemeliharaan lingkungan
hidup dilakukan melalui pelestarian fungsi atmosfir. Salah satu tindakan
pemeliharaan dalam upaya pelestarian pemeliharaan fungsi atmosfer dapat
dilakukan dengan menanam pepohonan atau bertani seperti yang telah
diajarkan Rasulullah saw.
2. Pemanfaatan Lingkungan.
Agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan maka air perlu dijaga
kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah
tangkapan hujan di hulu maupun daerah pedataran merupakan salah satu
begian dari pengelolaan, sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan
musim hujan tidak besar. Demikian pula menjaga air dari pencemaran
limbah (Jacobus, 2004).
Adapun firman Allah swt yang menjelaskan tentang pemanfaatan
lingkungan dalam QS. surat al-Baqarah (22) yakni:
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui. QS. al-Baqarah ayat (22).
Dalam pasal 12 UUPPLH disebutkan bahwa pemanfaatan sumber
daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dengan memperhatikan keberlanjutan proses dan fungsi
lingkungan hidup, keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup dan
keselematan, mutu hidup, serta kesejahteraan masyarakat.
3. Pencegahan Bencana Lingkungan
Menurut al-Qur‟an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan
oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang
menjelaskan hal tersebut adalah QS. al-Baqarah (11) sebagai berikut:
Artinya : Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikan".
Selanjutnya Allah swt berfirman di dalam QS. Ali Imron (190-191):
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-„Imran: 190-191).
Upaya undang-undang dalam mencegah terjadinya kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan dapat kita lihat pada pasal 14 UUPPLH
yang memuat instrumen seperti AMDAL atau UKL-UPL yang dilakukan
sebelum dimulainya suatu kegiatan dan/atau usaha sangat diharapkan
dapat mencegah timbulnya suatu kerusakan dan/atau pencemaran yang
dapat timbul dari suatu kegiatan dan/atau usaha yang akan berjalan.
Adapun hadist yang menjelaskan adanya bahaya yang berkaitan dengan
sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap
sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-
manusia yang berfikir mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air.
Hal ini sejalan dengan Q.S al-an‟am ayat 141 yakni
Artinya: Dan janganlah kalian israf atau berlebih-lebihan,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Ayat di atas, didukung juga oleh salaha satu hadis, yaitu:
عن أب ىري رة رضي اللو عنو أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال ال ينع فضل الماء ليمنع بو الكل )رواه البخاري(
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jangan
kelebihan air ditahan, dengan maksud untuk menahan tumbuhnya
tanaman.” (HR. Bukhari)
Pada kesempatan lain, Umar tidak memperbolehkan tindakan apapun
yang menghalangi pemanfaatan air umum, bahkan berupaya keras dalam
merealisasikannya sebesar mungkin. Di antara contohnya adalah penetapan
Umar terhadap hak saluran air bagi pemilik tanah dari sumber air yang jauh
meskipun harus mengairinya melalui lahan tetangganya. Peristiwa ini terjadi
pada kasus antara Adh-Dhahak ibn Khalifah dan Muhammad ibn Maslamah,
dimana Adh-Dhahak meminta ijin kepada Muhammad agar ia bisa membuat
aliran air melewati lahan Muhammad untuk mengairi lahannya, namun
ditolak oleh Muhammad. Kasus ini kemudian disampaikan kepada Umar ibn
Khaththab sebagai khalifah, dan kemudian Umar memerintahkan kepada
Muhammad untuk mengijinkan lahannya dilewati aliran air tersebut (Al-
Haritsi, 2006: 506).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Islam memandang air
merupakan barang publik pertama dan yang paling utama karena ia
merupakan karunia Tuhan dan bagian dari, dan diperlukan untuk
mempertanhankan semua kehidupan. Ia merupakan milik masyarakat secara
keseluruhan tidak ada individu yang secara harfiah memiliki air. Prioritas
pertama dalam menggunakan penggunaan air adalah akses ke air minum baik
dari sisi kuantitas maupun kualitas untuk mempertahankan hidup manusia,
dan setiap manusia memiliki hak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya akan
air. Prioritas kedua dan ketiga dari air adalah untuk hewan domestik dan
untuk irigasi. Manusia sebagai khalifah adalah pelayanan air di bumi.
Lingkungan (baik flora dan fauna) memiliki hak yang sangat kuat dan sah
atas air, dan adalah sangat penting untuk melindungi lingkungan dengan
meminimalkan pengrusakan dan pencemaran. Individu, organisasi, dan
negara bertanggung jawab atas bahaya yang mereka sebabkan yang
berdampak pada lingkungan. Sumber daya air harus dikelola dan digunakan
secara berkelanjutan. Pengelolaan air yang berkelanjutan dan adil akhirnya
tergantung pada nilai-nilai universal seperti keadilan, pemerataan, dan
kepedulian terhadap orang lain (Faruqui, 2001).
Sebagiamana makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia
memiliki peran yang signifikan sebagai khalifah/wakil-Nya untuk mengelola
bumi ini. Ia tidak dibolehkan berbuat kerusakan dan kedloliman di muka
bumi ini. Karena itu, sebagai bagian dari bumi ini, manusia harus mampu
hidup berdampngan secara damai dan harmonis dengan lingkungan alamnya.
Ia harus menyadari bahwa apa yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini
harus digunakan secara berbagi baik dengan sesama maupun dengan makhluk
Allah yang lain. Sejalan dengan itu, maka ia harus pula menyadari bahwa air
sebagai sumber kehdupan merupakan sumber daya alam yang tidak boleh
dimiliki secara pribadi dan untuk kepentingan ataupun keuntungan pribadi.
Kesadaran ini mutlak diperlukan sampai Nabi saw. mengeluarkan sebuah
pertanyaan bahwa manusia berserikat dalam tiga hal, yaitu: padang rumput,
air dan api sebagaimana tersebut di atas. Sebuah riwayat, dalam kitab al-
Kharaj (Abu Yusuf,1392 H), dari Jarir ibn Usman al-Hamsi dari Zaid ibn
Hibban asy-Syar‟i menceritakan:
“Terdapat seorang tinggal di Romawi. Kemudian terdapat sekelompok
kaum yang ingin bertanam di sekitar tenda orang tersebut, namun ia menolak
keinginan mereka. Kemudian seorang muhajirin mencegah orang tersebut
untuk menolak mereka, namun ia tetap tidak mau. Kemudian orang muhajirin
tersebut berkata, “Sesungguhnya saya telah ikut perang 3 kali, saya
mendengar di tengah-tengah perang tersebut, Nabi Saw. bersabda, “Kaum
muslimin bersekutu dalam tiga hal: air padang rumput, dan api.” Setelah
mendengar peringatan Nabi Saw. tersebut, orang itu langsung merangkul
orang muhajirin tadi dan meminta maaf kepadanya.”
Sebagaimana disebutkan di atas, air merupakan milik bersama umat
manusia dan sepenuhnya untuk kemakmuran manusia, maka tidak
diperbolehkan bagi seorang individu pun memilikinya terlebih lagi
menjualnya untuk kepentingannya pribadi, meskipun banyak ulama‟ fikih
menyetujui bahwa air dapat dijual seperti komoditas lainnya. Mereka
mendasarkan pendapatnya pada perintah Nabi Saw. Kepada Utsman untuk
membeli sumur di Ruma yang dikuasai oleh orang Yahudi sebagaimana
disebutkan di atas. Diperbolehkannya memperjualbelikan sumur berarti juga
diperbolehkan memperjualbelikan airnya. Nabi juga mengatakan, "lebih baik
bagi siapa pun dari kamu mengambil tali dan memotong kayu (dari hutan)
dan membawanya di punggungnya dan menjualnya (sebagai sarana
mencukupi kebutuhan hidupnya) daripada meminta sesuatu dari seseorang
dan orang tersebut mungkin memberinya, mungkin pula tidak." Dengan
demikian, para ulama‟ fikih menyimpulkan bahwa air, seperti kayu dan
komoditas publik lainnya, dapat dijual dan diperdagangkan (Kadouri, dkk.,
2001).
Lebih jauh, kebanyakan ulama‟ fikih membagi sumber daya air untuk
tujuan pergadangan menjadi tiga kategori, yaitu: barang pribadi, barang
publik terbatas, dan barang publik. Air yang disimpan dalam wadah pribadi
dan sistem distribusi pribadi, dianggap sebagai barang pribadi. Ini juga
termasuk air yang telah diambil dari sumur dan sungai dengan menggunakan
peralatan khusus atau diperoleh melalui perusahaan distribusi air. Air ini
menjadi milik pemilik dan tidak dapat digunakan tanpa seizinnya. Pemlik
memiliki hak untuk menggunakannya, menjualnya atau menyumbangkannya.
Meskipun air ini sifatnya pribadi, orang yang membutuhkan dapat
menggunakannya setelah meminnta izin pemilik (Kadouri, 2001).
BAB III
PENGELOLAAN PDAM KOTA MAGELANG TERHADAP SUMBER AIR
A. Profil PDAM Kota Magelang
1. Sejarah PDAM Kota Magelang
Pada pemerinthan Hinda Belanda, berdasarkan pada peraturan
daerah yang dikenal sebaga “Verordening Voor Gementelijke Drinkwater
Leideng Gemeente Magelang” tertaggal 9 Oktober 1923 yang diundagkan
dalam Javascke Courant tanggal 11 Januari 1924 nomor 11, maka system
air minum di Gemeente Magelang merupakan salaah satu bagian dari
pemerintahan setempat.
Hal ini berlangsung sampai masuknya pemerintahan Jepang dan
setelah Indonesia Merdeka pengelolaan air minum tetap dibawah
pemerintahan dengan nama Dinas Air Minum dan berdasarkan Peratura
Daerah Kotamadya Dati II Magelang, tertanggal 9 Nopember 1978 nomor
270, maka status hukum Dinas Air Minum menjadi Perusahan Daerah Air
Minum Kotamadya Dati II Magelang yang direalisasi tanggal 16 Januari
1979 nomor P.015/4/30/SK/79 dengan ditunjuknya badan Pengawas dan
Direksi sejak tanggal 1 Aprl 1979, berdirilah Perusaan Daerah Air Minum
Kotaadya Dati II Magelang.
2. Visi dan Misi PDAM Kota Magelang
Visi : “Terwujudnya profesionalisme pelayanan menuju 100% akan aman
air minum”
Misi : a. Menyediakan air bersih yang berkualitas, kuantitas, dan
kontinuitas kepala seluruh lapisan masyarakat.
b. Profesionalisme dalam mengelola pelayanan air bersih kepada
masyarakat.
c. Meningkatkan SDM yang berkopeten dan berdaya saing tinggi.
d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
3. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan tugas pelayanan air bersih, PDAM Kota
Magelang didukung oleh 1 orang Direktur, 3 orang Kepala Bagian, 12
Kepala Sub Bagian dan 139 orang pelaksana, seluruhnya berjumlah 155
personil.
4. Pelayanan di PDAM Kota Magelang
Ada beberapa jenis pelayanan yang di berikan PDAM Kota
Magelang kepada masyarakat pada umumnya dan pelanggan pada
khususnya, jenis-jenis pelayanan tersebut adalah :
a. Pemasangan sambungan baru
b. Tutup total
c. Buka kembali
d. Pemasangan kembali
e. Balik nama
f. Pindah golongan
g. Reduksi
h. Tira meter air
i. Pelayanan tanki air
j. Penggantian meter
k. Pembayaran rekening
l. Pemeriksaan air
m. Perubahan situasi
n. Pelayanan gangguan air
5. Analisis keuangan PDAM Kota Magelang
Berdasarkan data laporan keuangan kasubag PDAM Kota Magelang
bahwa penyusunan laporan dilakukan setiap bulan yang berupa laporan
perubahan ekuitas, laporan laba rugi, dan laporan neraca. Untuk laporan
keuangan ini diaudit oleh akuntan publik dan kinerja diaudit oleh BPKP
perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Audit oleh BPKP (Badan Pengawas
Keuangan Pemerintah) dilakukan paling tidak setahun sekali untuk
mengetahui kinerja dari suatu Badan Usaha Milik Daerah.
6. Klasifikasi Jenis Golongan
a. Sosial (I) :
1) (IA) Sosial Umum (Hdran Umum) terdiri dari : Kran umum/kamar
mandi, WC umum, TMP/Kuburan.
2) (IB) Sosial Khusus terdiri dari : Puskesmas/Klinik Pemerintah,
Lembaga Sosial, Yatim Piatu, Panti Wredha, Rumah Sakit.
3) (IB1) Masjid Jami‟
4) (IB2) Masjid
5) (IB3) Musholla, Langgar, Gereja, Klenteng, dan Pura.
b. Non Niaga terdiri dari :
Rumah Tangga (klasifikasi golongan lihat penjelasan berikutnya) :
1) (II A1) Golongan Rumah Tangga Rendah
2) (II A2) Golongan Rumah Tangga Menengah
3) (II A3) Golongan Rumah Tangga Mampu
Instansi Pemerintah, TNI dan POLRI terdiri dari :
1) (II B1) Golongan Tempat Pendidikan, Asrama, Sekolah
2) (II B2) Golongan Instansi
3) (II B3) Golongan Instansi TNI dan POLRI
4) (II B4) Golongan Khusus AKMIL
c. Niaga (III) :
1) Niaga Kecil (III A) : Toko kecil, Rumah makan, Salon, Usaha jasa,
Penginapan, Perusahaan swasta, Praktek dokter, Laborat swasta,
Rumah sakit, Pasar, Terminal, Gedung pertemuan, Percetakan,
Notaris, dan Bengkel kecil.
2) Niaga Besar (III B) : Hotel, Restoran, Rumah obat/Apotek, Pasar
swalayan, dan Rumah sakit swasta.
d. Industri (IV) :
1) Indutri Kecil (IV A) : Industri rumah tangga, Pengrajin (sepatu,
roti, tahu, tempe, krupuk)
2) Industri Besar (IV B) : Pabrik minuman, Makanan, Pabrik Es, dan
Karoseri
e. Rumah Tangga (II A) dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1) Golongan rumah tangga rendah (II A1)
2) Golongan rumah tangga menengah (II A2)
3) Golongan rumah tangga mampu (II A3)
B. Sumber air yang di kelola PDAM Kota Magelang Kota Magelang
1. Sumber air alami
Mata air adalah sebuah keadaan alami di mana air tanah mengalir
keluar dari akuifer menuju permukaan tanah. Mata air merupakan bagian
dari hidrosfir. Mata air dapat terjadi karena air permukaaan meresap ke
dalam tanah dan menjadi mata air. Air tanah kemudian mengalir melalui
retakan dan di dalam tanah yang dapat berubah celah kecil sampai gua
bawah tanah. Air tersebut pada akhirnya akan menyembur keluar dari
bawah tanah menuju permukaan dalam bentuk mata air. Keluarnya air
menuju permukaan tanah, dapat merupakan akibat dari akuifer terbatas, di
mana permukaan air tanah berada di elevasi yang lebih tinggi dari tempat
keluar air (https://id.wikipedia.org/wiki/Mata_air, diakses pada hari Rabu,
28 Februari 2018, 11:41).
Gambar 3.1 Sumber air alami
Untuk memenuhi kebutuhan air minum dari para pelanggan,
PDAM mengambil air dari beberapa sumber mata air yang tersebar di
beberapa lokasi. Sumber air yang dikelola PDAM Kota Magelang itu
diambil dari sumber mata air alami (Gravitasi) yaitu Desa Kelagen dan
Desa Wulung.
Tabel 3.1 sumber mata air alami
No Mata Air Debit (ltr/dtk) Tahun Ket Lokasi
1 Kelagen 45 1920 Gravitasi Desa Kebon
Agung, Kecamatan
Bandongan
2 Wulung 55 1920 Gravitasi Desa Banjarsari,
Kecamatan
Kaliangkrik,
Kabupaten
Magelang.
2. Sumber air dengan sistem pipa
Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk
trasportasi antar peralatan (equipment) dari suatu tempat ke tempat yang
lain sehingga proses produksi dapat berlangsung. Komponen sistem
perpipaan secara umum terdiri dari:
a. Pipa
b. Fiting
c. Instrumen (peralatan untuk mengukuur dan mengendalikan parameter
aliran fluida, seperti temperatur, tekanan, laju aliran massa, level
ketinggian, dll).
d. Peralatan atau equipment (penukaran kalor, bejana tekan, pompa
compressor, dll)
e. Penyangga pipa
f. Komponen khusus
Gambar 3.2 Sumber air alami
Dibawah ini adalah daftar sumber mata air sumur bor yang di
kelola oleh PDAM Kota Magelang.
Tabel 3.2 sumber mata air sumur bor
No Mata Air Debit (ltr/dtk) Tahun Ket
1 Tuk Pecah 150 2004/2005 Pompa
2 Kalimas 175 1971/1980 Pompa
3 Kanoman 150 1995/1997 Pompa
C. Pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Magelang
Air merupakan sumber penghidupan bagi manusia, baik ia digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai air minum maupun untuk
menjaga keberlangsungan sumber mata pencahariannya untuk pengairan
(irigasi) pertaniannya. Karena itu, air tidak boleh hanya dipandang sebagai
entitas sumber daya alam semata, namun ia juga memiliki fungsi dan manfaat
yang begitu signifikan bagi kehidupan umat manusia. Dengan demikian,
pengelolaan sumber daya air yang tepat dan serius serta mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat mutlak diperlukan.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka pengelolaan air
memerlukan perhatian yang cukup serius sehingga manusia tidak mengalami
krisis air. Perlunya pengelolaan sumber daya air yang tepat dan serius
sebagaimana digagas dalam lokakarya tersebut cukup beralasan mengingat
pengelolaan sumber daya air yang kurang tepat dan kurang serius telah
memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan hidup
manusia.Sebagaimana dijelaskan dalam UU No.7 tahun 2004 tentang sumber
daya air pengelolaan sumber daya air mencangkup kemanfaatan, konservasi,
dan pemberdayaan pengawasan.
Adapun pengelolaan sumber air oleh PDAM Kota Magelang
meliputi:
1. Pemanfaatan
Kapasitas total ketersediaan air dari sumber mata air alami yang
terdapat di Desa Kebon Agung, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Magelang tidak bisa diambil semuanya. Jika diambil semuanya dapat
mengakibatkan berkurangnya debit air yang dialokasikan ke masyarakat
atau warga khususnya para petani. Dari debit mata air 100 liter per detik
yang boleh diambil oleh PDAM Kota Magelang hanya 60 liter saja,
sedangkan 40 liter sisanya diperuntukkan bagi masyarakat sekitar dan
pertanian. Demikian tadi pernyataan dari Wawancara dengan Bapak
Bambang Sumantri pada tanggal 22 Februari 2018. Diperkuat lagi dengan
pernyataan dari Bapak Saiful Hidayat dimana kapasitas sumber yang
terpasang dari sumber mata air Kelagen saat ini adalah 40 lt/dtk,
sedangkan kapasitas produksi yang diperuntukan untuk PDAM Kota
Magelang saat ini adalah sebesar 35 lt/dtk, debet air yang diambil oleh
PDAM Kota Magelang sebenarnya diperuntukan lagi untuk masyarakat,
PDAM juga membantu masyarakat dalam pembuatan saluran irigasi, dan
sisanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian.(Wawancara
dengan Bapak Saiful Hidayat, pada tanggal 19 Februari 2018).
2. Konservasi
Adapun langkah yang dilakukan oleh PDAM Kota Magelang
dalam pengelolaan dan pemeliharaan sumber mata air yang ada di Desa
Kebon Agung, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Magelang diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Reboisasi
Reboisasi dilakukan guna meningkatkan kualitas hidup khususnya
manusia melalui peningkatan kualitas sumber daya alam. Dengan
melakukan reboisasi dapat diperoleh manfaat antara lain, pertama
melestarikan SDA (Sumber Daya Air) dengan maksud untuk
mempertahankan kelangsungan dan kualitas sumber daya air itu
sendiri. Dengan demikian tindakan eksploitasi harusnya disertai
dengan peraturan-peraturan pemanfaatan dan pelestarian dari (Sumber
Daya Alam). Kedua untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
khususnya pencemaran udara akibat dari polusi asap kendaraan
bermotor. Dan perindustrian harus menjadi perhatian yang serius saat
ini, karena dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor dan
kegiatan industri seperti pabrik-pabrik dan pertambangan telah banyak
mengganggu ekosistem hidup, oleh sebab itu penting untuk melakukan
kegiatan reboisasi atau lebih dikenal dengan kegiatan Go Green.
Dengan melakukan reboisasi dapat mencegah ataupun menanggulangi
global warming.Dalam melakukan reboisasi PDAM Kota Magelang
melakukannya reboisasi setiap bulan sekali. Adapun jumlah pohon
yang ditanam oleh PDAM Kota Magelang sudah lumayan banyak
kurang lebih 100 pohon setiap bulan. Dari PDAM Kota Magelang saat
ini menanam satu jenis pohon yaitu pinus. Yang melatarbelakangi
PDAM Kota Magelang memilih jenis pohon pinus karena pohon pinus
mempunyai manfaat menjaga keseimbangan alam dan menjadikan
udara lebih segar. Dalam menanam pohon pinus masyarakat juga ikut
serta dalam penanaman dan pelestarian pohon pinus. Dapat kita
rasakan hasil dari reboisasi udara di sekitar sumber air terasa lebih
sejuk dan segar. (Wawancara dengan Bapak Saiful Atid, pada tanggal
5 Februari 2018)
Gambar 3.3 Reboisasi sumber air
Berdasarkan penjelasan dari Bapak Saiful Hidayat, Pada setiap satu
bulan sekali PDAM Kota Magelang meksanakan reboisasi di sekitar
sumber. Adapun jumlah pohon yang ditanam oleh PDAM Kota
Magelang sebanyak kurang lebih 100-150 pohon setiap bulan. Jadi
PDAM Kota Magelang dalam sebulan menanam pohon kurang lebih
250 pohon. Jenis pohon yang ditanam selain di sekitar sumber air
adalah pohon Maoni, jati kebon dan damar/pohon keras. Yang
melatarbelakangi PDAM Kota Magelang memilih jenis pohon maoni,
jati kebon dan damar/pohon keras karena pohon tersebut bisa
mencegah bencana alam seperti banjir dan longsor. Bentuk
pengelolaan reboisasi PDAM Kota Magelang hanya memberikan bibit
pohon kepada Kelurahan Desa Kebon Agung untuk mengelola semua
pohon yang akan ditanam. Jadi PDAM Kota Magelang tidak ikut serta
dalam pengelolaan reboisasi tersebut.
Gambar 3.4 Reboisasi sumber air
b) Bina Lingkungan
Dalam pengelolaan sumber mata air yang terdapat Desa Kebon Agung,
Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Pihak Pengelola PDAM
Kota Magelang memiliki gagasan untuk membuat pang air
(penampungan air) dari resapan air hujan yang nantinya akan dibuat di
sekitar sumber mata air, dengan maskud untuk menyerap kapasitas air
hujan yang turun agar tidak mengalir di jalan yang sudah di betonisasi
atau aspal, sehingga air tidak terbuang sia-sia. Akan tetapi ini baru
sebatas rencana. Adapun pelaksanaannya pihak pengelola PDAM
melibatkan keikutsertaan masyarakat sekitar untuk melakukan
pemeliharaan sumber daya air dan lingkungan sekitarnya guna
menjaga ketersediaan kapasitas dan kualitas sumber daya mata air
yang ada. Dan upaya yang dilakukan yaitu penghijauan dengan
kegiatan tanam seribu pohon. (Wawancara dengan Bapak Saiful
Hidayat tanggal 5 Februari 2018). Menurut Bapak Kepala Desa Kebon
Agung bahwasanya masyarakat hanya terlibat dalam pemeliharaan
lingkungan sekitar sumber air, dan untuk pemeliharaan sumber airnya
itu sendiri masyarakat tidak ikut serta.
3. Pemberdayaan pengawasan
Dalam upaya pengawasan setiap harinya masing-masing lokasi
sumber mata air yang terdapat di Desa Kebon Agung, pihak PDAM
mendelegasikan beberapa karyawan untuk memantau di setiap sumber
mata air yang ada. Yang mana dalam melakukan pengawasan tersebut juga
melibatkan masyarakat sekitar, sehingga ketika terjadi permasalahan
dalam pemeliharaan dan pengelolaan sumber mata air, masyarakat akan
turut membantu. (Wawancara dengan Bapak Saiful Hidayat pada tanggal
19 2018).
D. Dampak Pengelolaan Sumber Air di Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang Terhadap Masyarakat di Desa Kebon Agung
Kab. Magelang
1. Dampak Ekonomi
Menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada narasumber
yaitu Bapak Mugiono sebagai petugas kelurahan, Bapak Bambang
Sumantri (Kades Desa Kebon Agung), dan Bapak Saiful Atid selaku
tokoh masyarakat. Ketiganya menjelaskan asal mula pengelolaan sumber
mata air yang berada di Desa Kebon Agung yaitu sebelum sumber mata
air yang di kelola oleh PDAM Kota Magelang. Sumber mata air tersebut
merupakan peninggalan Belanda yang kemudian diambil alih begitu saja
oleh PDAM Kota Magelang. Hal tersebut mengakibatkan konflik antara
masyarakat dan pengelola PDAM Kota Magelang yang berujung di
Pengadilan Negeri Kota Magelang. Akhirnya didapati solusi yaitu pihak
pengelola PDAM harus memberikan sejumlah uang sebesar Rp. 2.000.000
kepada masyarakat Kebon Agung setiap bulannya sebagai kompensasi
dari perkara tersebut. Meski demikian, realisasinya hanya Rp. 2.000.000
yang diberikan oleh pihak PDAM kepada masyarakat Desa Kebon Agung
setiap triwulan. Adapun dari pihak PDAM Kota Magelang juga memberi
bantuan ketika masyarakat mengadakan kegiatan tertentu seperti
Agustusan, pihak PDAM Kota Magelang memberikan sumbangan berupa
sejumlah uang untuk kegiatan tersebut.
Adapun dampak positif dari pengelolaan sumber air oleh Perusahaan
Umum Daerah Air Minum Kota Magelang yaitu dimana masyarakat Desa
Kebon Agung diperbolehkan untuk mengelola sumber air untuk dijadikan
rekreasi seperti wisata pemandian.
2. Dampak Pertanian
Adapun informasi mengenai dampak dari pengelolaan sumber mata air
yang berada di Kebon Agung Kec. Bandongan, Kab. Magelang yang
penulis dapat dari hasil wawancara dengan narasumber Bapak Atid
merupakan tokoh masyarakat Desa Kebon Agung Kec. Bandongan, Kab.
Magelang. Beliau adalah salah satu dari tim sembilan yang pernah
memperjuangkan sumber mata air yang sekarang diambil alih dan dikelola
oleh PDAM Kota Magelang. Adapun penjelasan Bapak Atid mengenai
dampak yang dirasakan masyarakat akibat dari pengelolaan sumber air
oleh PDAM Kota Magelang adalah ketika debet air yang seharusnya
dialokasikan ke lahan pertanian terpenuhi, yang terjadi adalah sebaliknya.
Banyak lahan pertanian yang kekurangan alokasi pengairan, sehingga
banyak lahan pertanian yang seharusnya bisa ditanami padi. Tetapi ini
hanya bisa ditanami cabai yang tidak memerlukan banyak asupan air. Hal
ini terjadi karena debit air yang seharusnya bisa dialokasikan untuk
pertanian, justru dialokasikan ke perkotaan. Berkenaan dengan
keterbatasan air mereka harus mengeluarkan biaya untuk membuat
instalasi air bersih dari rembesan air dari air Tuk Kalinongko dengan
menggunakan pipa untuk keperluan masak, mandi, dan cuci. (wawancara
Saiful Atid tanggal 5 Februari 2018). Dan diperkuat dari pemaparan
Bapak Bambang Sumantri yang beliau merupakan Kades Desa Kebon
Agung bahwasanya dampak dari pengelolaan sumber mata air Desa
Kebon Agung yang dikelola oleh PDAM Kota Magelang, masyarakat
Desa Kebon Agung merasakan kerugian karena kompensasi yang
diberikan oleh PDAM Kota Magelang terlalu sedikit. Lebih lanjut beliau
menuturkan andai saja sumber mata air yang berada di Desa Kebon
Agung dikelola oleh PDAM Kabupaten Magelang, pastinya kompensasi
yang diberikan akan jauh lebih besar sesuai dengan yang diharapkan
masyarakat Desa Kebon Agung. Menurut Bapak Mugiono selaku salah
satu pegawai kelurahan Desa Kebon Agung. Berdasarkan pemaparan yang
beliau sampaikan mengenai dampak yang dirasakan akibat pengelolaan
sumber mata air Desa Kebon Agung yang dikelola PDAM Kota Magelang
adalah kompensasi yang diberikan oleh PDAM Kota Magelang tidak
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat Desa Kebon Agung. Sehingga
masyarakat merasa rugi dengan hal tersebut karena kompensasi yang
diberikan tidak lah sebanding dengan profit yang didapat oleh PDAM
Kota Magelang dalam pengelolaan sumber mata air Desa Kebon Agung.
BAB IV
Tinjauan Pengelolaan PDAM Kota Magelang terhadap Sumber Air dalm
Perspektif UU No.7 tahun 2004, Perda No.6 tahun 2016, dan Hukum Islam
A. Pengelolaan PDAM Kota Magelang terhadap Sumber Air Perspektif UU
No.7 tahun 2004
Dalam pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
air yang diatur dalam UU No.7 tahun 2004dalampasal 14 meliputi
pengaturan, penetapan dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan
penggunaan, dan penguasaan sumber air pada wilayah sungai dengan tetap
dalam kerangka konservasi dan pengendaliaan sumber air itu diserahkan
kepada pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten/kota berdasarkan
kepada letak wilayah air yang bersangkutan. Sama halnya yang direalisasikan
di Desa Kebon Agung dalam mengatur sumber daya air, yang diwujudkan
dalam bentuk kegiatan yang pertama, pemanfaatan yaitu dimana kapasitas
total ketersediaan air dari sumber air tidak boleh diambil semua harus ada
sisa, sedangkan dari sisa tersebut diperuntukan kepada masyarakat dan
pertanian. Kedua konservasi, maksud dari konservasi tersebut yaitu
pemeliharaan dan pelestarian sumber daya air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam. Pemeliharaan pada sumber daya
air yang dilakukan oleh pihak PDAM Kota Malegang yaitu reboisasi atau
penanaman pohon kembali dilingkungan sumber air supaya air yang
digunakan untuk masyarakat bisa terpenuhi secara terus-menerus karena
sumber air tersebut merupakan satu-satunya sumber mata air yang digunakan
di Desa Kebon Agung Kabupaten Magelang. Ketiga, pengawasan maksud
dari pengawasan tersebut adalah dimana setiap hari pihak PDAM Kota
Magelang mendelegasikan beberapa karyawan untuk memantau disetiap
sumber mata air yang ada. Dalam perizinan sumber daya air diatas pihak
PDAM Kota Magelang sudah mendapatkan izin secara resmi oleh
Pemerintahan Kota. Maka dari itu dalam pelaksanaan peraturan PDAM Kota
Magelang sesuai dengan UU No.7 tahun 2004.
Beberapa tokoh masyarakat Desa Kebon Agung juga ikut andil dalam
kegiatan perencanaan, pelaksanaan kontruksi, pengawasan, operasi dan
pemeliharaan sumber daya air. Selain itu masyarakat umum ikut
melaksanakan upaya pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing seperti
kegiatan pralonisasi yaitu membuat saluran air ke rumah masing-masing yang
dikoordinir oleh pihak PDAM Kota Magelang. Kegiatan tersebut berpedoman
pada tujuan pemberdayaan sebagaimana yang dimaksud dalam bentuk
pengembangan sumber daya air. Kegiatan pengembangan tersebut merupakan
wujud pemanfaatan serta pengelolaan sumber air. Adapun dampak
pengelolaan sumber air oleh PDAM Kota Magelang yaitu dampak ekonomi
dan dampak pertanian. Dampak ekonomi terjadi kerugian dalam pemberian
kompensasi terhadap masyarakat tidak sesuai dengan kesepakatan, dalam
kesepakatan PDAM Kota Magelang memberikan kompensasi sejumlah uang
sebesar Rp.2.000.000 perbulan. Akan tetapi dari pihak PDAM Kota Magelang
memberikan uang kerugian dalam triwulan sebesar uang Rp.2.000.000.
Sedangkan dalam perjanjian PDAM Kota Magelang dengan masyarakat
perbulan diberikan uang dari kerugian tersebut sebesar Rp.2.000.000.
Sedangkan dari dampak pertanian yang dirasakan masyarakat akibat dari
pengelolaan sumber air oleh PDAM Kota Magelang adalah debit air
berkurang, sehingga banyak lahan pertanian yang kekurangan pengairan.
Jadi menurut penulis mengenai pengelolaan sumber daya air oleh PDAM kota
Magelang di Desa Kebon Agung sudah sesuai, karena dari setiap proses
pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya air yang ada telah
mempertimbangkan dengan keseimbangan alam. Hanya saja dalam
memberikan kompensasi kepada masyarakat tidak sesuai dengan yang sudah
ada dalam perjanjian dengan masyarakat.
B. Pengelolaan PDAM Kota Magelang terhadap Sumber Air Perspektif
PerdaNo.6 tahun 2016
Pengelolaan sumber air di Desa Kebon Agung yang dilakukan oleh PDAM
Kota Magelang yang bertujuan sebagai sistem penyediaan air minum (SPAM)
dengan melaksanakan pengembangan dan pengelolaan secara sarana
prasarana yang meliputi proses dasar menejemen untuk menyediaan air
minum untuk masyarakat. Dalam kegiatan pengembangan SPAM tersebut
melakukan uji kualitas air seperti yang dilakukan oleh PDAM Kota Magelang
dengan cara pengecekan air supaya layak dikonsumsi oleh masyarakat untuk
air minum di Desa Kebon Agung. Selain itu untuk meningkatkan kuantitas
air, PDAM Kota Magelang melakukan pembangunan tangki air yang berada
di atas sumber air. Kemudian dari tangki air tersebut disalurkan ke tangki air
air yang lain untuk perluasan penggunaan air di wilayah lain. Seperti dialiran
ke persawahan, masyarakat Desa Kebon Agung dan dialirkan ke Kota
Magelang. Dalam rangka untuk memenuhi kontinuitas air minum PDAM
Kota Magelang mempunyai rencana untuk melakukan pembuatan pang air.
Maksud dari pang air tersebut adalah alat untuk resapan dari air hujan, supaya
debit air yang digunakan untuk masyarakat stabil dan dapat digunakan secara
terus-menerus. Semua kegiatan tersebut dilakukan untuk memaksimalkan
pemanfaatan fungsi sarana prasarana yang meliputi operasi dan pemeliharaan,
perbaikan dam peningkatan sumber daya manusia serta kelembagaan.
Dari paparan diatas merupakan realisasi peraturan daerah pasal 1 No.6 tahun
2016.
Dalam penjelasaan realisasi pasal 1 diatas, mengandung tujuan untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum yang sehat, bersih dan produktif
dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat. Selain itu dalam
menyeimbangkan tanggung jawab dalam keletarian lingkungan hidup sebagai
tanggung jawab sosial. Wujud peningkatan kinerja PDAM Kota Magelang
sudah jelas terealisasi pada penjelasan pasal 1 Perda No.6 tahun 2016 dan
sesuai dengan prinsip tata kelo perusahaan yang sehat dalam pelayanan
dengan masyarakat Kota Magelang.
Dalam paparan realisasi Perda No.6 tahun 2016 diatas, PDAM Kota
Magelang hanya mengatur kinerja pelayanan kepada masyarakat Kota
Magelang.
C. Pengelolaan PDAM Kota Magelang terhadap Sumber Air Perspektif
Hukum Islam
Dari pelaksanaan UU No.7 tahun 2004 dan Perda No.6 tahun 2016 jika
ditinjau dari hukum Islam yang berkaitan pengelolaan sumber daya air. Dalam
pelaksanaan UU No.7 tahun 2004 pengelolaan sumber daya air tersebut
melaksanakan kegiatan pemanfaatan, konservasi pemeliharaan dan pelestarian
sumber daya air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air
lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang
disebabkan oleh daya alam. Dan pada pelaksanaan Perda No.6 tahun 2016
dengan melaksanakan pengembangan dan pengelolaan secara sarana
prasarana yang meliputi proses dasar menejemen untuk menyediaan air
minum untuk masyarakat dengan menggunakan sistem penyediaan air minum
guna untuk memaksimalkan fungsi sarana prasarana dari PDAM Kota
Magelang.
Berdasarkan firman Allah STW. Q.S Al-A‟raf ayat 56:
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa
takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-A‟raf ayat 56)
PDAM Kota Magelang telah melakukan pemanfataan secara maksimal tanpa
adanya unsur melakukan kerusakan alam. Hal tersebut dibuktikan dengan
realisasi kegiatan yang sudah dilakukan PDAM Kota Magelang dalam
pengembangan,mengatur kewenangan, melindungi, melestarikan, pelaksanaan
kontruksi, pengawasan, operasi pemeliharaan sumber daya air, peningkatan
kualitas dan kuantitas air dan kontinuitas serta menjamin kelayakan untuk
dikonsumsi oleh masyarakat dan juga bertanggung jawab atas kerugian yang
terjadi di masyarakat dalam pengelolaan sumber air. Hal tersebut sama sekali
tidak berlawanan dengan firman Allah diatas.
Firman Allah SWT QS. al-Baqarah ayat (22):
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui. QS. al-Baqarah ayat (22).
Segala sesuatu yang ada dibumi diciptakan Allah untuk manusia supaya
digunakan untuk kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat. PDAM Kota
Magelang melaksanakan perluasan penggunaan air di wilayah lain. Seperti
dialiran ke persawahan, masyarakat Desa Kebon Agung dan dialirkan ke Kota
Magelang. Artinya PDAM Kota Magelang telah memberikan pelayanan guna
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Bukan hanya
masyarakata diwilayah sumber air tetapi juga masyarakat yang jauh dari
sumber mata air.
Bahwa kegiatan tersebut tidak berlawanan dengan firman Allah diatas tentang
pemeliharaan lingkungan hidup.
Firman Allah SWT Q.S Ali-„Imran: 190-191:
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-„Imran: 190-191).
Konservasi pada sumber daya air yang dilakukan oleh pihak PDAM Kota
Malegang yaitu reboisasi atau penanaman pohon kembali dilingkungan
sumber air supaya air yang digunakan untuk masyarakat bisa terpenuhi secara
terus-menerus karena sumber air tersebut merupakan satu-satunya sumber
mata air yang digunakan di Desa Kebon Agung Kabupaten Magelang.
Pelaksanaan kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga lingkungan supaya
mencegah terjadinya bencana lingkungan, dalam berbagai pembagunan dan
pemasangan pralonisasi sudah dipertimbangkan oleh PDAM Kota Magelang
supaya tidak menjadi faktor terjadinya becana lingkungan. Karena pada
dasarnya pembangunan tersebut hanya untuk memberikan kemanfaatan
kepada masyarakat Desa Kebon Agung dan umumnya masyarakat Kota
Magelang.
Adapun hadist yang menjelaskan adanya bahaya yang berkaitan dengan
sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap
sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-
manusia yang berfikir mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air.
Hal ini sejalan dengan Q.S al-an‟am ayat 141 yakni
Artinya: Dan janganlah kalian israfatauberlebih-lebihan,
sesungguhnya Allah tidakmenyukai orang-orang yang berlebihan.
Ayat di atas, didukungjugaolehsalahasatuhadis, yaitu:
عن أب ىري رة رضي اللو عنو أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال ال ينع فضل الماء ليمنع بو الكل )رواه البخاري(
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jangan
kelebihan air ditahan, dengan maksud untuk menahan tumbuhnya
tanaman.” (HR. Bukhari)
Berdasakan dari hukum Islam. Tinjauan hukum Islam terhadap pengelolaan
sumber air oleh PDAM Kota Magelangdi Desa Kebon Agung tidak sesuaidari
rujukan hadits, sedangkan dalam al-Qur‟an telah sesuai yang tertulis
sebelumnya menerangkan bahwasannya dalam pengelolaan sumber air
mengambil dariyang disyari‟atkan dalam Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Landasan Teori yang didukung oleh hasil penelitian,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan sumber air di Perusahaan Air Minum Kota Magelang
Pengelolaan sumber daya air yang dikelola oleh PDAM Kota Magelang
meliputi pemanfaatan, konservasi, pemberdayaan. Pemanfataan adalah
dimana kapasitas air tidak boleh diambil semua dan harus ada sisa,
sedangkan dari sisa tersebut diperuntukan kepada masyarakat dan
pertanian. Konservasi yaitu pemeliharaan dan pelestarian sumber daya
air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air lingkungan
keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan
oleh daya alam. Pemeliharaan pada sumber daya air yang dilakukan
oleh pihak PDAM Kota Malegang yaitu reboisasi atau penanaman
pohon kembali dilingkungan sumber air supaya air yang digunakan
untuk masyarakat bisa terpenuhi secara terus-menerus karena sumber
air tersebut merupakan satu-satunya sumber mata air yang digunakan di
Desa Kebon Agung Kabupaten Magelang. Pengawasan yaitu setiap
harinya dimana pihak PDAM Kota Magelang mendelegasikan beberapa
karyawan untuk memantau disetiap sumber mata air yang ada.
2. Dampak pengelolaan pengelolaan sumber air di Perusahaan Umum
Daerah Air Minum Kota Magelang terhadap masyarakat Desa Kebon
AgungKec. Bandongan Kab. Magelang
Dampak ekonomi yang dirasakan akibat pengelolaan sumber mata air
Desa Kebon Agung yang dikelola PDAM Kota Magelang adalah
kompensasi yang diberikan oleh PDAM Kota Magelang tidak sesuai
dengan yang diharapkan masyarakat Desa Kebon Agung. Sehingga
masyarakat merasa rugi dengan hal tersebut karena kompensasi yang
diberikan tidak lah sebanding dengan profit yang didapat oleh PDAM
Kota Magelang dalam pengelolaan sumber mata air Desa Kebon
Agung. Adapun dampak pertanian yang dirasakan masyarakat akibat
dari pengelolaan sumber air oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum
Kota Magelang adalah ketika debet air yang seharusnya dialokasikan ke
lahan pertanian terpenuhi, yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak lahan
pertanian yang kekurangan alokasi pengairan, sehingga banyak lahan
pertanian yang seharusnya bisa ditanami padi. Tetapi ini hanya bisa
ditanami cabai yang tidak memerlukan banyak asupan air. Hal ini
terjadi karena debit air yang seharusnya bisa dialokasikan untuk
pertanian, justru dialokasikan ke perkotaan.
3. Tinjauan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Perda No.6
Tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota
Magelang dan hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air di
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang
Dari tinjauan UU No.7 Tahun 2004 pengelolaan sumber daya air oleh
PDAM kota Magelang di Desa Kebon Agung sudah sesuai, karena dari
setiap proses pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya air yang ada
telah mempertimbangkan dengan keseimbangan alam. Hanya saja
akibat dari kesepakatan dengan masyarakat yang dialokasikan ke
masyarakat dalam memberikan kompensasi kepada masyarakat tidak
sesuai dengan yang sudah ada dalam perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Sedangkan paparan dari tinjauan Perda No.6 Tahun 2016,
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang sudah
melaksanakan kinerja sesuai dengan isi dalam perda tersebut. Dari
tinjauan hukum Islam terhadap pengelolaan sumber air oleh PDAM
Kota Magelangdi Desa Kebon Agung tidak sesuai dari rujukan hadits,
sedangkan dalam al-Qur‟an telah sesuai yang tertulis sebelumnya
menerangkan bahwasannya dalam pengelolaan sumber air sesuai yang
disyari‟atkan dalam Islam.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada Perusahaan
Umum Daerah Air Minum Kota Magelang adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang
memberikan kompensasi kepada masyarakat Desa Kebon Agung
sebagaimana perjanjian yang telah disepakati. Yaitu Rp. 2.000.000
setiap bulannya.
2. Segera direalisasikannya pembuatan pang air (penambungan air) di
sekitar sumber mata air yang berada di Desa Kebon Agung.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia,2009, 91.
Agus Fakhrina, (2012). Pengelolaan Sumber Daya Air di Dukuh Kaliurang
Persepektif Ekonomi Islam. Jurnal Penelitian. Vol. 9 No. 1, pp1-17.
Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
al-Mishri, Abdul Sami‟. 2006. Pilar-pilar Ekonomi Islami. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Al-Haritsi, Dr. Jaribah bin Ahmad. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab.
Jakarta:
Khalifa.
an-Nabhani, Taqyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif
IslamSurabaya: Risalah Gusti
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Damanuri, Aji. 2010. Metodelogi Penelitian Muamalah. Ponorogo.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Enger dan Smith, (2000), Dalam Tasambar Mochtar, Aspek Pengelolaan Air dan
Sumber Air dalam Era Otonomi Daerah.
Faruqui, Naser I.. 2001. Islam and Water Management: Overview and Principles.
Dalam Faruqui, Naser I., dkk. 2001. WaterManagement in Islam (hlm.
1 – 32). Tokyo: United Nation Press.
Jacobus Samijdo, 2004. Pengelolaan Sumber Air. Jurnal Penelitian. Vol : XXI,
No.1, Maret 2004.
Moleong, J, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Moleong, J, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Kadouri, M.T., dkk. 2001. Water Rights and Water Trade: An IslamicPerspective.
dalam Faruqui, Naser I., dkk. 2001. WaterManagement in Islam (hlm.
85 – 93). Tokyo: United Nation Press.
Suprayogo. Imam & Tobroni, 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Syarifudin Azwar. 1999. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
https://prezi.com/odqbmussl1pl/pengelolaan-sumber-daya-air/
https://id.wikipedia.org/wiki/Mata_air
https://www.academia.edu/23714986/HUKUM_LINGKUNGAN_DI_DALAM_
ALQURAN_DAN_HADITS
https://www.google.com/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=np&biw=1366&bih=657&ei=_3icWq6LJML6vATY3bT4AQ&q=sistem+perpompaan+adalah&oq=sistem+perpompaan+adalah&gs_l=psy-ab.3..0i13k1.3720.13944.0.14471.71.30.0.2.2.0.496.5214.0j2j13j2j2.19.0....0...1c.1.64.psy-ab..52.19.4805...0j33i22i29i30k1j0i131k1j0i67k1j0i10k1j0i22i30k1j0i22i10i30k1.0.k0Be6y8Ss3I
https://www.google.com/search?q=pengertian+perda&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb
http://www.sumberilmuhukum.com/2017/10/pengertian-undang-undang-dan-
contoh.html