PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

28
PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN A. PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya. Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang

Transcript of PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Page 1: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

A. PENDAHULUAN

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting

untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan

manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan

untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi

alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai

lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda

yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena

adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan

tersebut dengan lingkungannya.

Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang

terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin

tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak

mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga

kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang

berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada

sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini

berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan

intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan

demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem

pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun.

Untuk itu perlu pengelolaan lahan yang efektif, efisien dan optimal sehingga

kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan manusia akan lahan dapat

tercukupi.

B. Pengertian lahan

Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) adalah

lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta

Page 2: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan

tanah.

Sering kali terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land)

dengan tanah (soil), karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki

arti yang sama. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas

komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku

yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi anatara

iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu benda induk (b) yang dipengaruhi

oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditambah waktu (w).

C. Pengelolaan Lahan Pertanian

Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan

yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi

produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya.

Tingkat produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah

hujan, suhu, kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover

(Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan sebagai salah satu komponen

pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian

berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off

antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan

seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Tujuan pengelolaan lahan adalah :

a. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal

b. Mendapatkan hasil maksimal

c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan

Sistem pengelolaan lahan dan permasalahannya

Sistem pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam,

pengolahan lahan, pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama

penyakit tanaman dan konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan

tersebut.

Page 3: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

a. Pola tanam

Pola tanam tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas:

padi-padi-palawija; padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera. Berikut

ini adalah contoh pola tanam berdasarkan sebaran hujan di wilayah Kabupaten

Trenggalek :

Jan Peb

Ma

r Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

No

p Des

basah kering Basah

Tanaman Semusim

pad

i gogo palawija bera Padi

Tanaman Tahunan

masa pertumbuhan masa pemeliharaan (penyiraman) Tanam

Sumber : Soemarno, 2009

b. Sistem tanam

Beberapa jenis sistem tanam yang sering diterapkan :

Page 4: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

a. Kebun Pekarangan

Merupakan kebun campuran yang tidak teratur antara tanaman

tahunan (buah-buahan) dan tanaman semusim di sekitar pekarangan

dengan fungsi penyediaan karbohidrat, vitamin dan mineral, serta obat-

obatan sepanjang tahun

b. Sistem perkebunan/ mokokultur

Merupakan penanaman satu jenis komoditas tanaman dengan

maksud untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam usaha tani.

Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman pohon, yang

mempunyai sistem perakaran yang dalam, seperti tanaman buah-buahan,

disamping juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Biasanya

menggunakan input sarana produksi yang tinggi (intensifikasi). Dalam

penanaman monokultur perlu diikuti oleh upaya konservasi antara lain :

o Pada lahan yang bergelombang/ miring perlu pembuatan teras-teras

dan guludan untuk menghambat aliran permukaan air dan

mengurangi erosi, serta menampung dan menyalurkan aliran air

dengan kekuatan yang tidak merusak.

o Pengolahan tanah minimum, dilakukan secara terbatas/ seperlunya

pada lobang tanam saja

o Tanaman utama misalnya komoditas buah-buahan seperti jeruk,

durian, mangga dll, pada teras ditanam menurut sabuk gunung atau

memotong lereng

o Penanaman rumput-rumputan pada guludan dan lereng-lereng/ tebing

untuk mencegah erosi

Page 5: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

c. Talun-kebun

Merupakan pertanian-hutan tradisional dimana berbagai macam

tanaman ditanam secara spatial dan urutan temporal. Lokasinya jauh dari

pekarangan, dengan fungsi (1) penyediaan subsisten karbohidrat, protein,

vitamin dan mineral, (2) produksi komoditas komersial, (3) konservasi

tanah dan genetic, (4) sosial (penyediaan kayu baker bagi desa, (5)

peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil komoditas komersial.

Pertanian talon-kebun ini telah berhasil dikembangkan di daerah Jawa

Barat.

d. Tumpang sari

Tumpang sari bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan Pertanian,

pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menyelamatkan sumber

daya lahan dan air, serta mengurangi resiko kegagalan panen. Prinsip

tumpang sari adalah keanekaragaman vegetasi, dengan penanaman

bermacam-macam tanaman, berupa tanaman keras/ kayu-kayuan dan

buah-buahan, dengan intercrop tanaman semusim seperti tanaman pangan,

tanaman obat-obatan, tanaman penutup dll.

e. Rumput-hutan

Merupakan usahatani campuran antara kehutanan dan peternakan

(sylvopasture), dimana rumput ditanam di bawah pohon damar, pinus dan

Albisia sp. Pengembangan system ini dapat berhasil di daerah yang

petaninya mempunyai ternak, tapi tidak ada ladang untuk penggembalaan.

Selain sebagai pakan ternak, rumput berfungsi sebagai pencegah erosi

yang ditanam sebagai penutup tanah, penguat teras dan guludan serta

penguat tebing-tebing pada tanah yang miring. Dalam usaha Pertanian,

rumput dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan pupuk kompos.

f. Pertanaman lorong

Page 6: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Merupakan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan di

lorong antara barisan pagar tanaman pohon. Tanaman pagar dijaga agar

tetap rendah agar tanaman semusim tidak ternaungi, kecuali jika tidak ada

tanaman semusim maka tanaman pagar dibiarkan tumbuh bebas. Pada

tanah yang berlereng, tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam

mengikuti kontur agar erosi dapat tercegah dengan baik.

c. Pengolahan lahan

Berikut ini beberapa bentuk pengolahan lahan :

o Pengolahan tanah menurut kontur/ memotong lereng

Pengolahan tanah yang dilakukan menurut kontur atau sabuk

gunung, baik dengan pembajakan, pencangkulan atau perataan, sehingga

terbentuk alur-alur dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan

kontur. Alur tanah tersebut akan merupakan penghambat erosi.

Pengolahan tanah menurut kontur ini sebainya diikuti dengan penanaman

dalam baris-baris memotong lereng.

Gambar ilustrasi pengolahan tanah menurut kontur

o Pembuatan guludan, teras, dan saluran/ pembuangan air.

Beberapa cara dikenal guludan biasa, teras (teras guludan, teras

kredit/sederhana dan teras bangku). Sedangkan saluran air berupa

saluranpembuangan dan got buntu/rorak.

o Guludan biasa

Page 7: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Guludan biasa dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng

dibawah 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir

menurut arah lereng. Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang

menuju saluran pembuangan. Pada guludan sebaiknya ditanami rumput

penguat guludan dan tanaman tahuan penguat teras seperti lamtoro.

o Teras guludan dan teras kredit

Teras guludan dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 6-

15%, arah memanjang sejajar kontur dan menuju ke saluran. Teras

kredit merupakan penyempurnaan dari teras guludan yang

memungkinkan daya tampung lumpur lebih besar lagi.

o Teras bangku

Teras bangku dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 8-

30%. Teras bangku memiliki bentuk khas, antar bidang olah teras

dibatasi oleh terjunan. Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama

yaitu bidang olah, talut, guludan atau galengan dan saluran

pembuangan air.

d. Pengairan atau irigasi

Air sangat di perlukan bagi tanaman. Kekurangan air dalam

pemeliharaan turgor sel tanaman dalam menghambat pertumbuhan

vegetatif tanaman karena penurunan turgor sel dapat mengakibatkan

menutupnya stomata sehigga segingga proses fotosintesis terhambat

(Arifin, 2002). Pengelolaan air dibedakan dalam:

1. Pengelolaan air makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan

reklamasi. Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih

berfungsi yaitu dengan :

o Jaringan drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder.

o Kawasan retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi.

o Kawasan tampung hujan.

2. Pengelolaan air mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani.

Page 8: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

e. Pemberantasan hama penyakit tanaman

Pemberantasan hama penyakit tanaman dilakukan melalua PHT

(pengendlian Hama Terpadu). PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara

berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan

ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang

berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah : 1)

produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan

kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan tanaman

karena serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak

merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat

penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel

semua teknik atau metoda pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi

dan ekonomi.

f. Konservasi tanah dan air

Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan

pemeliharaan tanah dan air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik

konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan diantaranya pembuatan teras,

penerapan multi cropping pada suatu lahan, penanaman tanaman rumput

sebagai penguat teras dan disekitar aliran sungai sebagi filter, pembuatan

saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005)

Gambar pengelolaan lahan tanpa memperhatikan konservasi tanah dan air

Permasalahan pada sistem pengelolaan lahan

Page 9: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Permasalahan pada sistem tanam, pengolahan lahan sangat berkaitan

dengan teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut.

Sitem tanam monokultur tanaman semusim yang di tanam pada lahan

berlereng tanpa menggunakan teras (Gambar diatas) dapat menyebabkan tanah

mudah tererosi. Selain itu pada teras-teras yang dibuat seringkali tidak

diimbangi dengan bangunan penguat teras ataupun tanaman penguat teras

sehingga sering menyebabkan longsor tebing teras. Pada musim hujan oleh

air, pada musim kemarau oleh angin. Jika lapisan atas tanah yang banyak

mengandung unsur hara terosi dan terkena limpasan permukaan oleh air,

secara otomatis tanah pada lahan tersebut enjadi kurang subur. Banyaknya

limpasan permukaan juga mengurangi peluang air masuk ke dalam tanah

(infiltrasi) sehingga ketersediaan air abaik di musim penghujan maupun

musim kemarau sangat kecil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan

produktivitas lahan akibat adanya degradasi lahan sehingga lahan tersebut

mengalami penurunan daya dukung yang tidak dapat dimanfaatkan secara

berlanjut.

D. Rekomendasi sitem pengelolaan lahan berkelanjutan

Page 10: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

1. Evaluasi kesesuaian lahan

Dalam sistem ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi

sosial ekonomi dan jenis tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk

menentukan kelas kemapuan lahan yang nantinya akan disesuaikan dengan

tanaman atau vegetasi yang tumbuh diatasnya agar tetap dapat berproduksi

optimal. Tentang metode yang digunakan sangat bervariasi. Teknik

manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003), selai itu juga dapat

menggunakan sistem ALES.

2. Penerapan teknik konservasi tanah dan air

Dalam hal ini penerapan teknik konservasi tanah dan air lebih

mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi sermakin besar

dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan

meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang

diterapkan dapat melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik.

a. Secara vegetatif

Tanaman dapat menurunkan energi kinetik air hujan yang

sampai permukaan tanah melalui intersepsi mahkota daun pada saat

yang sama dengan meningkatnya kekasaran permukaan oleh sisa

tanaman yang menutup tanah atau rumput penutup tanah maka limpasan

permukaan akan berkurang. Terciptanya ruang pori oleh akar tanaman

dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi dan perkolasi tanah. Sehingga

jumlah air yang masuk ke dalam tanah lebih besar dari pada run off

berkurangnya kecepatan dan volume limpasan permukaan akan

menurunkan tingkat erosi suatu lahan.

Berikut ini merupakan tanaman-tanaman yang dapat ditanam

untuk melindungi tanah dari erosi, meningkatkan bahan organik tanah

serta produktivitas lahan. Berdasarkan habitus pertumbuhannya

tanaman penutup tanah dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1) Tanaman penutup tanah rendah, meliputi Centrocema pubersens Bth

(Kacangan), Poeraria lobata (Kudzu), Mimosa invisa (Baret/Putri

Malu Besar), Ageratum conyzoides (Bandotan/Wedusan), Panicum

Page 11: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

maximum jachi (Rumput Lempuyangan), Pennisentum purpureum

Sch (Rumput Gajah). Yang ditanam pada pola yang rapat pada

barisan, untuk memperkuar tebing saluran air dan teras.

2). Tanaman penutup tanah sedang meliputi Clibadium surinamense

(Kiangsrat), Lantana camara (Tahi Ayam/Telekan), Leucaena glauca

(Petai Cina), Tithonia tagetiflora Dsp (Tithonia), Gliricidae sepium

(Glirisida) yang ditanam pada barisan tanah utama, sebagai pagar dan

sumber bahan organik.

3). Tanaman penutup tanah tinggi

Selain itu pada lahan pertanian perlu dilakukan teknik

pengelolaan lahan untuk pengendalian erosi antara lain:

1. Pengolahan tanah yaitu diolah seperlunya pada saat kandungan air

yang tepat, dilakukan sejajar dengan garis kontur dan dilakukan

pemberian mulsa, dan pembuatan guludan sejajar dengan garis

tinggi (menyabuk gunung).

2. Penanaman dalam strip adalah cara bercocok tanam dengan

beberapa tanaman yang ditanam dalam setrip secara berselang seling

pada sebidang tanah dengan memotong arah lereng.

3. Multiple cropping atau pola tanam ganda selain dapat menekan laju

erosi juga dapat meningkatkan produktivitas lahan yang dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu pergiliran tanaman dan tumpang sari.

4. Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan cara intensifikasi

yang tepat.

5. Alley Cropping merupakan metode strip cropping namun dengan

menggunakan tanaman pohon seperti lamtoro dan Gliricidae.

6. Mulsa dalam hal ini sisa-sisa tanaman yang dikembalikan lagi

ketanah.

Page 12: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Gambar Strip vegetasi : penanaman tanaman sehingga membentuk barisan atau

strip sepanjang garis kontur.

b. Secara Mekanik

1. Saluran pemisah, berfungsi sebagai penahan limpasan permukaan

dari lahan atasnya.

2. Teras, berfungsi untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng

sehingga mempercil limpasan permukaan. Teras dibagi menjadi 4

bentuk yaitu teras gulud, teras saluran, teras bangku, teras irigasi.

Gambar Teras gulud (kiri) dan teras bangku (kanan)

3. Jalan air, berfungsi untuk menghidari agar aliran permukaan tidak

terkumpul pada sembarang tempat. Bangunan ini juga disebut sebagai

saluran pembuangan air (SPA)

Gambar Saluran pembuangan air

Page 13: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

4. Bangunan terjunan, berfungsi untuk menghindari kerusakan dasar

saluran air karena adanya lereng curam. Pada bangunan ini perlu

dibuat penguat yang berasal dari bambu atau batu.

Gambar 1. Bangunan penguat tebing atau teras

Gambar 2. Penguat tebing atau teras

5. Dam penghambat, berfungsi menghambat kecepatan aliran dan

tempat pengendapan tanah yang terbawah oleh aliran air.

Gambar Dam penghambat Dam penghambat erosi

6. Rorak, berfungsi untuk menangkap air permukaan serta air yang

tererosi.

Page 14: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Gambar Rorak pada lahan berbasis kopi

3. Pemupukan organik dengan memanfaatkan sistem reuse,reduse, dan

recycle

Pengembalian bahan organik dari residu tanaman akhir-akhir ini

telah menjadi suatu keharusan dalam suatu praktek usah tani. Alternatif

teknik produksi dengan masukan bahan organic atau pupuk organik, yang

sering disebut pertanian organik, mengandalkan hara tanaman sepenuhnya

dari bahan organic. Teknik produksi yang menganjurkan penggunaan

pupuk organic dan pupuk anorganik secara komplementer dalam

agroekoteknologi juga menempatkan pentingnya pengembalian sisa

tanaman, termasuk jerami sebagai sumber hara dan pemeliharaan

kesuburan tanah. Sumarno (2006) dalam Pemanfaatan jerami untuk pupuk

kandang (2009) menyebutkan bahwa salah satu tindakan UPTL (Usaha

Pertanian Tanpa Limbah) adalah menggunakan jerami sebagai pakan

ternak dan mengembaliakan pupuk kandang ke areal pertanian sebagai

pupuk.

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat

mendukung usaha pertanian. Berdasarkan data yang ada, dari sekian

banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak

banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian diantaranya

terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan akibat

menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat

menghasilkan 23, 59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal

dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat

dibutuhkan tanaman (Ridwan, 2006), seperti terlihat pada Tabel

Page 15: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Tabel Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari

beberapa jenis ternak

Jenis TernakUnsur Hara (kg/ton)

N P K

Sapi perah 22,0 2,6 13,7

Sapi potong 26,2 4,5 13,0

Domba 50,6 6,7 39,7

Unggas 65,8 13,7 12,8

Disamping menghasilkan unsur hara mikro, pupuk kandang juga

menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan

Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap

sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman.

Berikut ini merupakan efisiensi masing-masing pupuk organik

yang berasal dari sisa hasil panen yang langsung digunakan sebagai

kompos dan yang melalui pupuk kandang (digunakan sebagai pakan

ternak) menurut Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005).

Jerami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 t/ha

secara nyata dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi

pupuk KCl 50 kg/ha. Apabila jerami dikomposkan terlebih dahulu, takaran

anjuran kompos jerami adalah 2 t/ha. Penyusutan dari jerami segar

menjadi kompos berkisar 40-50%. Berdasarkan data luas panen padi

sawah tahun 2002 sekitar 10,4 juta hektar dengan produksi jerami 5 t/ha,

maka jerami segar yang tersedia sebesar 52,36 juta ton. Namun demikian,

tidak semua jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik,

karena jerami digunakan pula sebagai pakan ternak, media jamur, bahan

baku kertas dan sebagainya. Apabila jerami dikomposkan, sebagai

konsekuensinya akan memerlukan waktu lebih lama, membutuhkan

tempat pengomposan, dan menambah biaya produksi. Apabila

diasumsikan semua produksi jerami segar dapat dipakai untuk pupuk

organik maka lahan yang dapat dipupuk jerami segar dengan takaran 5 t/ha

Page 16: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

mencapai 10,4 juta hektar, atau 15,7 juta hektar apabila jerami

dikomposkan. Pengangkutan sekitar 50% jerami ke luar lahan akan

menurunkan luas lahan sawah yang dipupuk hingga setengahnya.

(Anynomous, 2006)

Kotoran Ternak

Dari berbagai jenis kotoran ternak, umumnya petani lebih

menyukai kotoran ayam, karena kandungan nitrogennya lebih tinggi

dibandingkan kotoran ternak lain. Kotoran sapi biasanya digunakan

dengan dicampur bahan lain dan dikomposkan. Ternak sapi dewasa, kuda,

dan kerbau dapat memproduksi kotoran rata-rata 3 kg/hari, kambing dan

domba 0,5 kg/hari, dan ayam 200 g/hari. Apabila kotoran tersebut

dikomposkan maka akan terjadi penyusutan sekitar 50%. Berdasarkan data

populasi ternak pada tahun 2002 (Tabel 1) maka dalam kurun waktu satu

tahun dapat diproduksi kotoran ternak basah 57,88 juta ton. Apabila

kotoran tersebut dikomposkan dapat diproduksi sekitar 29 juta ton kompos

per tahun. Apabila kompos tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk

organik untuk tanaman pangan, maka untuk setiap musim tanam tersedia

sekitar 14,5 juta ton kompos pupuk kandang. Dengan asumsi takaran

pupuk organik sekitar 2 t/ ha, makan luas lahan yang dapat dipupuk

mencapai 7,25 juta hektar. (Anynomous, 2005)

4. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu

Pemakaian Pestisida kimia, biasanya digunakan petani untuk

memberantas hama dan penyakit tanaman. Reaksinya cepat sehingga

petani sering menggunakannya tanpa melihat atau menyesuaikan

penyemprotan dengan besarnya jumlah hama. Mereka cenderung

mencegah dengan menyemprotkan pestisida sebelum hama dan penyakit

itu datang. Akibatnya banyak hama dan penyakit yang tidak lagi terbasmi

oleh pestisida tersebut. Semakin banyak konsumsi pestisida maka akan

semakin banyak pula biaya produksinya. Dengan demikian ditawarkan

sebuah solusi tentang pengendalian hama terpadu dengan menggunakan

musuh alami untuk menuju pertanian yang berkelanjutan.

Page 17: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

Solusi pengendalian hama jangka panjang dibutuhkan untuk

mengembalikan keseimbangan alam di lahan pertanian, perkebunan dan

lingkungan alami. Ini tentu saja memerlukan waktu bertahun-tahun,

sehingga PHT juga meliputi solusi pengendalian hama jangka pendek,

termasuk penggunaan pestisida alami.

PHT menggabungkan berbagai macam cara pengendalian hama,

untuk:

Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama

Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi

Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang

sudah terjadi

Sistem PHT akan membantu untuk:

Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena

lahan akan “merawat” dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber

daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya lokal

Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan

Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan

Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit

dan cuaca ekstrim

Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya

Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah

skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti

padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem.

Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi

yang baik untuk tumbuh, yang meliputi:

Tanah yang subur

Air yang cukup

Sinar matahari yang cukup

Jenis tanaman yang satu dengan yang lainnya membutuhkan

kondisi yang berbedabeda. Beberapa jenis tanaman menyukai tanah yang

Page 18: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab, beberapa menyukai

tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang berlebihan dll.

Ada berbagai macam ‘musim mikro’ dalam setiap lahan, jika tanaman

cocok dengan kondisi yang dibutuhkan, mereka akan tumbuh dengan baik

dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.

PHT memiliki banyak aspek, yang bermanfaat untuk mencegah

permasalahan hama secara alami:

1. Tanah yang sehat dan hidup – Memperkuat daya tahan tanaman

2. Predator hama alami – Mengontrol jumlah hama

3. Lingkungan yang sehat – Menjaga keseimbangan hama dan mendorong

pertumbuhan predator hama

4. Penyerbukan terbuka, benih non-hibrida – Memperkuat daya tahan

terhadap hama

Pengelolaan tanaman yang baik, meliputi:

1. Rotasi tanaman – Mengisi unsur hara dalam tanah

2. Pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun - Mencegah

serangan hama

3. Tanaman campuran, bukan monokultur - Mengurangi jumlah

perkembangan hama

4. Tanaman penghambat hama - Memperlambat serangan berbagai macam

hama

5. Penanaman berpasangan – Tanaman akan saling membantu satu sama lain

6. Membuat & menggunakan umpan serta perangkap – Menjaga rendahnya

jumlah hama

7. Menggunakan binatang untuk mengontrol hama – Metode yang efektif dan

efisien untuk mengontrol hama

8. Membuat & menggunakan pestisida alami – Mendukung lingkungan yang

lebih sehat

9. Kontrol biologis – Mekanisme pengontrolan hama alami dalam skala yang

lebih luas

Page 19: PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

1. DAFTAR PUSTAKA

Anynomous. 2005. Pupuk organik tingkatkan produksi pertanian. Available at http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr276057.pdf

Sumarno. 2006. Pemanfaatan jerami untuk pupuk kandang. Available at http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/2/file/Bagian-Ketiga.pdf

Ariffin. 2002. Cekaman air dan kehidupan tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani, N. Suharta. 2003. Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Soetedjo. 2005. Teknologi konservasi tanah dan air. Rineka Cipta. Jakarta

Ridwan. 2006. Kotoran ternak sebagai pupuk dan sumber energy. Available at http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/Kotoran%20ternak%20sebagai%20pupuk%20dan%20sumber%20energi.pdf