Pengelolaan keuangan-dan-aset-desa-2-lanjutan1

21
1 TUGAS SEKRETARIS DESA Sekretaris Desa Membantu KADES menyusun kebijakan & mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan PEMDES termasuk pengelolaan KEUANGAN DESA Mempunyai tugas koordinasi di bidang : penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APB-Des dan barang milik desa; penyusunan rancangan RAPB-Desa dan RPAPB-Desa; penyusunan Raperdes APB-Desa, PAPB- Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa; tugas -tugas Perangkat Desa lainnya yang berkenaan dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta peaksanaan dan penatausahaan keuangan desa. penyusunan laporan KEUDES dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa menyiapkan petunjuk pelaksanaan APB-Desa dan pengelolaan barang milik desa; Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan KEUDES lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh KADES. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada KADES. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa/PTPKD, yakni Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan KEUANGAN DESA Pelaksana Teknis Pengelolaan Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Transcript of Pengelolaan keuangan-dan-aset-desa-2-lanjutan1

1

TUGAS SEKRETARIS DESA

Sekretaris Desa

Membantu KADES

menyusun kebijakan &

mengkoordinasikan

penyelenggaraan urusan

PEMDES termasuk

pengelolaan

KEUANGAN DESA

Mempunyai tugas koordinasi di bidang :

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

pengelolaan APB-Des dan barang milik desa;

penyusunan rancangan RAPB-Desa dan

RPAPB-Desa;

penyusunan Raperdes APB-Desa, PAPB-

Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan

APB-Desa;

tugas-tugas Perangkat Desa lainnya yang

berkenaan dengan penyusunan Rencana

Kerja Pemerintah Desa, serta peaksanaan

dan penatausahaan keuangan desa.

penyusunan laporan KEUDES dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APB-Desa

menyiapkan petunjuk pelaksanaan APB-Desa

dan pengelolaan barang milik desa;

Melaksanakan tugas-tugas koordinasi

pengelolaan KEUDES lainnya berdasarkan

kuasa yang dilimpahkan oleh KADES.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas

kepada KADES.

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa/PTPKD, yakni

Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan

pengelolaan KEUANGAN DESA

Pelaksana Teknis PengelolaanBendahara adalah perangkat desa

yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan

desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

2

PENGELOLA KEUANGAN DESA

KEPALA DESA: (a) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa;

dan (b) Mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa

yang dipisahkan.

SEKRETARIS DESA: (a) Koordinator pelaksanaan keuangan desa; (b)

Kuasa Pengguna Anggaran/Barang Desa; (c) Menguji Tagihan (sesuai

Surat Permintaan Pembayaran/SPP dari PPTKD), dan Memerintahkan

Pembayaran (menerbitkan Surat Perintah Membayar/SPMU).

UNSUR PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN (SEPERTI KEPALA SEKSI):

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa.

BENDAHARA DESA: (a) Bendahara Umum Desa; (b) Bendahara

Penerimaan; (c) Bendahara Pengeluaran; (d) Bendahara Barang.

3

FUNGSI APB-DESA

FUNGSI OTORISASI: APB-DESA MENJADI DASAR UNTUK

MELAKSANAKAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PADA TAHUN

YANG BERSANGKUTAN.

FUNGSI PERENCANAAN: APB-DESA MENJADI PEDOMAN BAGI

MANAJEMEN DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN PADA TAHUN

YANG BERSANGKUTAN.

FUNGSI PENGAWASAN: APB-DESA MENJADI PEDOMAN UTK MENILAI

APAKAH KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN.

FUNGSI ALOKASI: APB-DESA HARUS DIARAHKAN UTK MENCIPTAKAN

LAPANGAN KERJA/MENGURANGI PENGANGGURAN & PEMBOROSAN

SUMBER DAYA, SERTA MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

PEREKONOMIAN DESA.

FUNGSI DISTRIBUSI: KEBIJAKAN APB-DES HARUS MEMPERHATIKAN

RASA KEADILAN DAN KEPATUTAN MSY.

4

PRINSIP-PRINSIP PENGANGGARAN

DALAM APB-DESA

SEMUA PENERIMAAN (BAIK DALAM BENTUK UANG,

MAUPUN BARANG DAN/ATAU JASA) DIANGGARKAN

DALAM APB-DESA.

SELURUH PENDAPATAN DAN BELANJA DIANGGARKAN

SECARA BRUTO.

JUMLAH PENDAPATAN MERUPAKAN PERKIRAAN

TERUKUR DAN DAPAT DICAPAI SERTA BERDASARKAN

KETENTUAN PER-UU-AN.

PENGANGGARAN PENGELUARAN HARUS DIDUKUNG

DENGAN ADANYA KEPASTIAN TERSEDIANYA

PENERIMAAN DALAM JUMLAH CUKUP DAN HARUS

DIDUKUNG DENGAN DASAR HUKUM YANG

MELANDASINYA.

5

STRUKTUR APB-DESA

APB-DESA TERDIRI DARI: PENDAPATAN DESA, BELANJA

DESA, DAN PEMBIAYAAN DESA.

ANGGARAN PENDAPATAN, DIKLASIFIKASI MENURUT:

PENDAPATAN ASLI DESA (PADESA); BAGI HASIL PAJAK

KAB/KOTA; BAGIAN DARI RETRIBUSI KABUPATEN/KOTA;

ALOKASI DANA DESA (ADD); BANTUAN KEUANGAN DARI

PEM. PUSAT, PROVINSI, KAB/KOTA ATAU DESA LAINNYA;

HIBAH; DAN SUMBANGAN PIHAK KETIGA.

ANGGARAN BELANJA DIKLASIFIKASI MENURUT:

ORGANISASI, FUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN, SERTA

JENIS BELANJA.

ANGGARAN PEMBIAYAAN TERDIRI DARI: PENERIMAAN

PEMBIAYAAN DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN.

6

STRUKTUR APB-DESA

ORGANISASI DIKLASIFIKASI MENURUT: PEMERINTAH DESA, BPD,

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LKMD, PKK, RT, RW).

FUNGSI DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT: FUNGSI-FUNGSI TERTENTU

SESUAI RUANG LINGKUP KEWENANGAN DESA (SEPERTI PELAYANAN

UMUM, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, KETENTERAMAN DAN

KETERTIBAN, DLL).

PROGRAM DAN KEGIATAN DAPAT DIKLASIFIKASI MENURUT FUNGSI-

FUNGSI YANG DITETAPKAN (SEPERTI PROGRAM PENINGKATAN

KESEHATAN MASYARAKAT; DAN KEGIATAN: PELAYANAN POSYANDU).

JENIS BELANJA DIKLASIFIKASI MENURUT:

BELANJA TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEGAWAI/

PENGHASILAN TETAP; BELANJA SUBSIDI; BELANJA HIBAH;

BELANJA BANTUAN SOSIAL; BELANJA BANTUAN KEUANGAN;

DAN BELANJA TAK TERDUGA.

BELANJA LANGSUNG (BELANJA PEGAWAI, BELANJA BARANG

DAN JASA, DAN BELANJA MODAL).

7

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA TIDAK LANGSUNG:

1. BELANJA PEGAWAI/PENGHASILAN TETAP: belanja kompensasi dalam

bentuk penghasilan tetap dan tunjangan lainnya yang diberikan kepada

Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota BPD, dan/atau pengurus Lembaga

Kemasyarakatan.

2. BELANJA SUBSIDI: digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya

produksi kepada Badan Usaha Milik Desa, agar harga jual produksi/jasa

yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

3. BELANJA HIBAH: digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah

dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah desa lainnya

dan/atau kelompok masyarakat dan perorangan yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya, serta bersifat bantuan yang tidak mengikat/

tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah desa.

4. BELANJA BANTUAN SOSIAL: digunakan untuk menganggarkan pemberian

bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang

bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan diberikan

tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif

dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.

8

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA TIDAK LANGSUNG (lanjutan):

5. BELANJA BANTUAN KEUANGAN: digunakan untuk menganggarkan

bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari Pemerintah desa

kepada pemerintah desa lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau

peningkatan kemampuan keuangan desa.

Bantuan keuangan yang bersifat umum: peruntukan dan

penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah desa

penerima bantuan.

Bantuan keuangan yang bersifat khusus: peruntukan dan

pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah desa pemberi

bantuan.

6. BELANJA TAK TERDUGA: merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya

tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan

bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Kegiatan yang bersifat tidak biasa, yaitu untuk tanggap darurat

dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas

penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.

9

STRUKTUR APB-DESA

BELANJA LANGSUNG:

1. BELANJA PEGAWAI/HONORARIUM: untuk pengeluaran honorarium/ upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan desa.

2. BELANJA BARANG DAN JASA: digunakan untuk pengeluaran

pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas)

bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan desa.

Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa: mencakup belanja

barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, perawatan kendaraan

bermotor, cetak/ penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa

sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor,

makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,

pakaian khusus dan hari-hari tertentu, dan perjalanan dinas.

3. BELANJA MODAL: digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai

nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud hanya

sebesar harga beli/bangun aset.

Belanja honorarium panitia pengadaan barang/jasa dan administrasi

pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset, dianggarkan pada

belanja pegawai/honoraroim dan/atau belanja barang dan jasa.

10

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

PENERIMAAN PEMBIAYAAN:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA):

pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana

perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang

sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja,

kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum

terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

2. Pencairan Dana Cadangan: digunakan untuk menganggarkan pencairan

dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum

desa dalam tahun anggaran berkenaan.

Jumlah yang dianggarkan harus sesuai dengan jumlah yang telah

ditetapkan dalam PERDES tentang pembentukan dana cadangan.

Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning

dana cadangan ke rekening kas umum desa dianggarkan dalam

Belanja Langsung.

3. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan: digunakan antara lain

untuk menganggarkan hasil penjualan Badan Usaha Milik desa/BUMDES

dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan

pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah desa.

11

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

PENGELUARAN PEMBIAYAAN:

1. Pembentukan Dana Cadangan: Pemerintah Desa dapat membentuk dana

cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat

sekaligus dibebankan dalam satu tahun anggaran.

a. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan PERDES, dengan

materi muatan: tujuan pembentukan dana cadangan, program dan

kegiatan yang akan dibiayai, besaran dan rincian tahunan dana

cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana

cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan

dana cadangan.

b. Rancangan PERDES tentang pembentukan dana cadangan dibahas dan

ditetapkan bersamaan dengan pembahasan Rancangan PERDES

tentang APB-Desa.

c. Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan

desa, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk

pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

e. Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan

penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana

cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada Lampiran

Rancangan Peraturan Desa tentang APB-Desa.

12

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):

2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Desa: Investasi pemerintah

desa digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah desa yang

diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

a. Investasi jangka pendek: investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen

kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12

(duabelas) bulan (seperti deposito berjangka waktu 3 bulan s/d

12 bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis).

b. Investasi jangka panjang: investasi yang dimaksudkan untuk

dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi

permanen dan non permanen. (seperti surat berharga yang dibeli

pemerintah desa).

c. Investasi permanen: bertujuan untuk dimiliki secara

berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak

ditarik kembali, seperti kerjasama desa dengan pihak ketiga

dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset desa,

penyertaan modal desa pada BUMDesa dan/atau badan usaha

lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah

desa untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

13

STRUKTUR APB-DESA

ANGGARAN PEMBIAYAAN:

PENGELUARAN PEMBIAYAAN (Lanjutan):

c. Investasi non permanen: bertujuan untuk dimiliki secara

tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau

ditarik kembali, seperti pembelian obligasi yang

dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh

tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam

rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat (seperti

bantuan modal kerja, pembentukan dana bergulir kepada

kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan

kepada usaha mikro dan menengah).

d. Investasi pemerintah desa dapat dianggarkan apabila jumlah

yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah

ditetapkan dalam PERDES tentang penyertaan modal

dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

3. Pemberian Pinjaman Desa: digunakan untuk menganggarkan

pinjaman yang diberikan kepada pemerintah desa lainnya dan/atau

kepada Badan Usaha Milik Desa atau usaha-usaha desa lainnya.

14

STRUKTUR APB-DESA

1. ANGGARAN PENDAPATAN :

1.1. Pendapatan Asli Desa:

1.1.1. Hasil Usaha Desa:

1.1.1.1. Bagian Laba BUM-Desa.

1.1.1.2. Bagian Laba UED-SP

1.1.1.3. Pungutan Pasar Desa

1.1.1.4. Pungutan Pelelangan Ikan Milik Desa

1.1.1.5. Pungutan Tambatan Perahu

1.1.2. Hasil Kekayaan Desa:

1.1.2.1. Sewa Tanah Kas Desa

1.1.2.2. Sewa Bangunan Desa

1.1.2.3. Lain-Lain Kekayaan Milik Desa

1.1.3. Hasil Swadaya Dan Partisipasi Masyarakat

1.1.4. Hasil Gotong Royong Msy

1.1.5. Lain-lain Pendapatan Asli Desa Yang Sah

1.1.5.1. Sumbangan Dari Pihak Ketiga

1.1.5.2. Hibah Dari Pihak Ketiga

1.2. Bagi Hasil Pejak Daerah (PBB, dan jenis Pajak lainnya).

1.3. Bagi Hasil Retribusi Daerah (Retribusi Pasar, dan lainya)

1.4. Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten

1.5. Bantuan dari Pemerintah Atasan:

1.5.1. Bantuan dari Pemerintah Pusat

1.5.2. Bantuan dari Pemerintah Provinsi

1.5.3. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

15

STRUKTUR APB-DESA

2. ANGGARAN BELANJA :

2.1. Belanja Tidak Langsung:

2.1.1. Belanja Pegawai:

2.1.1.1. Penghasilan Tetap (Kades, Perangkat Desa, BPD)

2.1.1.2. Tunjangan (Kades dan BPD)

2.1.2. Belanja Hibah/Bantuan Sosial (conto: anak kel. miskin)

2.1.3. Belanja Subsidi (misalnya: utk Perpustakaan SD)

2.1.4. Belanja Tidak Terduga

2.2. Belanja Langsung:

2.2.1. Belanja Pegawai (Honorarium Kegiatan)

2.2.2. Belanja Barang dan Jasa (ATK, Listrik, Telpon, Perjalanan

dinas, Pakaian dinas, dll)

2.2.3. Belanja Modal (Bangun Gedung, Komputer, Mesin Tik, dll)

3. ANGGARAN PEMBIAYAAN:

3.1. Penerimaan Pembiayaaan:

3.1.1. Sisa Leih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya

3.1.2. Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang dipisahkan

3.1.3. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

3.1.4. Pencairan Dana Cadangan

3.2. Pengeluaran Pembiayaan:

3.2.1. Pembentukan Dana Cadangan

3.2.2. Penyertaam Modal/Investasi Desa

3.2.3. Pemberian Pinjaman Desa

16

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPB-DESA

DESA WAJIB MEMILIKI RPJM-DESA (PROGRAM 5 TAHUN).

BERDASARKAN RPJM-DESA DITETAPKAN RENCANA KERJA

PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) UNTUK 1 TAHUN.

BERDAARKAN RKP-DESA, DISUSUN RENCANA KERJA DAN

ANGGARAN/RKA, YAKNI: RKA OPERASIONAL PEMDES DAN

RKA PEMBERDAYAAN MSY

KADES BERSAMA BPD MEMBAHAS RANCANGAN PERDES

TENTANG RAPB-DESA.

RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA YG TELAH

DISETUJUI BERSAMA, SEBELUM DITETAPKAN OLEH KADES,

PALING LAMBAT 3 (TIGA) HARI KERJA DISAMPAIKAN KEPADA

BUPATI/WALIKOTA UNTUK DIEVALUASI;

BUPATI/WALIKOTA, HARUS MENETAPKAN EEVALUASI RAPB-

DESA PALING LAMA 20 (DUA PULUH) HARI KERJA;

APABILA HASIL EVALUASI MELAMPAUI BATAS WAKTU

DIMAKSUD, KADES DAPAT MENETAPKAN RANCANGAN PERDES

TENTANG APB-DESA MENJADI PERDES.

RANCANGAN PERDES TENTANG APB-DESA, DITETAPKAN

OLEH KADES PALING LAMBAT 1 (SATU) BULAN SETELAH

APBD KAB/KOTA DITETAPKAN.

PENYUSUNANRANCANGAN

APB-DESA

PEMBAHASAN DAN PENETAPAN

PERDES TENTANGAPB-DESA

17

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA:

1. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;

2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya,

maka pengaturannya diserahkan kepada daerah;

3. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan

pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa;

4. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;

5. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi

wewenang dan tanggungjawabnya;

6. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam

peraturan desa;

7. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan

pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa

yang terjadi dalam tahun yang sama.

8. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun

sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga;

9. Pengembalian kelebihan pendapatan desa harus didukung dengan bukti yang

lengkap dan sah;

18

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN APB-DESA

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN BELANJA DESA:

1. Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti

yang lengkap dan sah;

2. Bukti harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material

yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud;

3. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan

sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi Perdes.

4. Pengeluaran kas desa tidak termasuk untuk belanja desa yang bersifat mengikat

dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa;

5. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,

wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya

ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAAN DESA:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya, merupakan penerimaan

pembiayaan yang digunakan untuk: (a) menutupi defisit anggaran apabila realisasi

pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; (b) mendanai pelaksanaan kegiatan

lanjutan atas beban belanja langsung;(c) mendanai kewajiban lainnya yang sampai

dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

2. Dana cadangan: (a) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan

pada kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa; (b) Dana cadangan

tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam

Perdes tentang pembentukan dana cadangan; (c) Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan

Perdes dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan

kegiatan.

19

PELAPORAN & PERTANGGUNGJAWABANPENGELOLAAN KEUANGAN DESA

JENIS - JENIS LAPORAN KEUANGAN DESA:

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN;

2. NERACA;

3. LAPORAN ARUS KAS; DAN

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (YANG HARUS MENGGAMBARKAN

TENTANG HAK, KEWAJIBAN, DAN KEKAYAAN DESA PADA AKHIR TAHUN

SERTA SUMBER DAN PENGGUNAANNYA);

LAPORAN KEUANGAN DESA DIPERIKSA OLEH BAWASDA KAB/KOTA SEBELUM

DIAJUKAN DALAM BENTUK RANCANGAN PERDES TENTANG PERHITUNGAN

APB-DESA KEPADA BPD;

PERDES TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDESA DAN

KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG KETERANGAN PERTANGGUNG- JAWABAN

KADES, DISAMPAIKAN KEPADA BUP/WK MELALUI CAMAT, PALING LAMBAT 7 HARI

KERJA SETELAH PERDES DITETAPKAN.

20

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH PROVINSI WAJIB MENGKOORDINIR PEMBERIAN DAN

PENYALURAN ALOKASI DANA DESA DARI KABUPATEN/KOTA KEPADA

DESA;

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DAN CAMAT WAJIB MEMBINA DAN

MENGAWASI PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA:

-- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADD

-- MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN PELATIHAN DAN PENYELENGGARAAN

KEUANGAN DESA YANG MENCAKUP PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN

APBDESA, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN APBDESA

-- MEMBINA DAN MENGAWASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN

PENDAYAGUNAAN ASET DESA

-- MEMBERIKAN PEDOMAN DAN BIMBINGAN PELAKSANAAN ADMINSITRASI

KEUANGAN DESA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT:

-- MEMFASILITASI ADMINISTRASI KEUANGAN DESA

-- MEMFASILITASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DAN

PENDAYAGUNAAN ASET DESA;

-- MEMFASILITASI PELAKSANAAN ADD

-- MEMFASILITASI PENYELENGGARAAN KEUANGAN DESA YG MENCAKUP

PERENCANAAN, DAN PENYUSUNAN APBDESA, PELAKSANAAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN APBDESA.

21