pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

30
ENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / aset negara yang ditandai dengan keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1 /2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan kedepannya. Pengelolaan aset negara yang professional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat / stake-holder. Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) PP No.6/2006 adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah

description

negara,milik,barang,penting

Transcript of pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Page 1: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

ENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / aset

negara yang ditandai dengan keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan

peraturan turunan UU No. 1 /2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah

memunculkan optimisme baru best practices dalam penataan dan

pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan

kedepannya. Pengelolaan aset negara yang professional dan modern dengan

mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu

meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat /

stake-holder.

Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam Pasal

1 Ayat (1) dan Ayat (2) PP No.6/2006 adalah tidak sekedar administratif

semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara, dengan

bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah

dalam mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset negara

mencakup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan;

penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian;

penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus logistik yang lebih

terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap

siklus perbendaharaan dalam konteks yang lebih luas (keuangan negara).

Dewasa ini muncul banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

berkaitan dengan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN). Permasalahan-

permasalahan tersebut antara lain yaitu terdapat perubahan dari beberapa

peraturan perundang-undangan di bidang BMN, antara lain Undang-Undang

Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, Permen Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN, dan PMK nomor

96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,

Penghapusan, dan Pemindahtanganan BMN. Namun, pada dasarnya terdapat

ciri yang menonjol dari produk-produk hukum tersebut yaitu meletakkan

landasan hukum dalam bidang administrasi keuangan negara dan melakukan

Page 2: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan administratif dan

pemegang kewenangan perbendaharaan. Selain itu, sejalan dengan

kebijakan nasional yaitu adanya otonomi daerah serta bergulirnya perubahan

struktur kabinet yang memunculkan penghapusan suatu kementerian di satu

sisi dan pendirian kementerian pada sisi yang lain membawa implikasi

adanya mutasi barang milik negara.

DEFINISI

Menurut Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2006 ini yang dimaksud dengan:

Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

RUANG LINGKUP

Barang Milik Negara/Daerah meliputi :

1. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D;

2. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu :

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

PENGELOLAAN BMN/D MENURUT PASAL 3 AYAT (2) PP NO. 6 TAHUN

2006

Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi:

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penggunaan;

d. pemanfaatan;

Page 3: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

e. pengamanan dan pemeliharaan;

f. penilaian;

g. penghapusan;

h. pemindahtanganan;

i. penatausahaan;

j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

PEJABAT PENGELOLA BMN/D DAN WEWENANGNYA

Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan

pengelolaan barang miliknegara/daerah.

Pejabat Pengelolaan BMN adalah Menteri Keuangan yang mempunyai

wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman

pengelolaan barang milik negara;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik negara;

c. menetapkan status penguasaan dan penggunaan barang milik negara;

d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah

dan bangunan yang memerlukan persetujuan DPR;

e. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan barang milik negara

berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPR

sepanjang dalam batas kewenangan Menteri Keuangan;

f. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan

barang milik negara berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan

persetujuan DPR sepanjang dalam batas kewenangan Presiden;

g. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan dan

penghapusan barang milik negara selain tanah dan bangunan sesuai

batas kewenangannya;

i. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan

barang milik negara selain tanah dan bangunan kepada Presiden atau

DPR;

j. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah

dan bangunan;

k. memberikan keputusan atas usul pemanfaatan barang milik negara selain

Page 4: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

tanah dan bangunan;

l. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik

negara serta menghimpun hasil inventarisasi;

m. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik

negara;

n. menyusun dan mempersiapkan Laporan Rekapitulasi barang milik

negara/daerah kepada Presiden sewaktu diperlukan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah adalah

Gubernur/bupati/walikota, yang berwenang untuk :

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah

dan bangunan;

c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;

d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang

memerlukan persetujuan DPRD;

e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik

daerah sesuai batas kewenangannya;

f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau

bangunan.

Sedangkan Pengelola Barang Milik Daerah adalah Sekretaris Daerah,

yang berwenang dan bertanggung jawab untuk :

a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik

daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan

barang milik daerah;

d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan

pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh

gubernur/bupati/walikota atau DPRD;

e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik

daerah;

f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik

Page 5: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

daerah.

PENGGUNA BMN/D

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan barang milik negara/daerah. Pengguna Barang Milik Negara

adalah Menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan kementerian

negara/lembaga, yang berwenang dan bertanggungjawab untuk :

a. menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang

mengurus dan menyimpan barang milik negara;

b. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik negara

untuk kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;

c. melaksanakan pengadaan barang milik negara sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku;

d. mengajukan permohonan penetapan status tanah dan bangunan untuk

penguasaan dan penggunaan barang milik negara yang diperoleh dari

beban APBN dan perolehan lainnya yang sah;

e. menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian

negara/lembaga;

f. mengamankan dan memelihara barang milik negara yang berada dalam

penguasaannya;

g. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik

negara selain tanah dan bangunan;

h. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut tukar menukar

berupa tanah dan bangunan yang masih dipergunakan untuk

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi namun tidak sesuai dengan tata

ruang wilayah atau penataan kota;

i. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut penyertaan

modal pemerintah pusat/daerah atau hibah yang dari awal

pengadaaannya sesuai peruntukkan yang tercantum dalam dokumen

penganggaran;

j. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian

negara/lembaga yang dipimpinnya kepada pengelola barang;

Page 6: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

k. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

negara yang ada dalam penguasaannya;

l. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada

dalam penguasaannya;

m. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang

n. Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan

(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

Pengguna Barang Milik Daerah adalah Kepala satuan kerja

perangkat daerah, yang berwenang dan bertanggung jawab untuk :

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya;

b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan

penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan

perolehan lainnya yang sah;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah

dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang

milik daerah selain tanah dan bangunan;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota

melalui pengelola barang;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

daerah yang ada dalam penguasaannya;

i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran

(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam

penguasaannya kepada pengelola barang.

Page 7: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BMN/D

Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah disusun dalam

rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah setelah memperhatikan ketersediaan barang milik

negara/daerah yang ada.

Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah berpedoman pada :

1. standar barang;

2. standar kebutuhan; dan

3. standar harga.

Yang ditetapkan oleh pengelola barang setelah berkoordinasi dengan instansi

atau dinas teknis terkait.

BENTUK PEMANFAATAN BMN/D

Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa:

a. sewa;

• Penyewaan hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan:

– Untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik

negara

– Untuk sementara waktu belum dimanfaatkan oleh instansi

pemerintah yang menguasainya.

• Barang milik negara itu bisa disewakan kepada pihak lain yaitu BUMD,

BUMN, koperasi atau pihak swasta.

• Hasil penyewaan merupakan penerimaan Negara dan seluruhnya harus

disetor ke Kas Negara.

b. pinjam pakai;

• Peminjaman barang milik negara hanya dapat dilakukan dengan

pertimabngan:

– Agar barang milik negara tersebut dapat dimanfaatkan secara

ekonomis oleh instansi pemerintah

– Untuk kepentingan sosial, keagamaan.

• Peminjaman barang milik negara hanya dapat dilaksanakan antar

Page 8: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

instansi pemerintah.

• Syarat-Syarat Peminjaman :

1. Barang tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan oleh

instansi yang memiliki.

2. Barang tersebut hanya boleh digunakan oleh peminjam, sesuai

dengan peruntukannya.

3. Peminjaman tersebut tidak mengganggu kelancaran tugas pokok

instansi ybs.

4. Barang yg dipinjamkan harus merupakan barang yg tidak habis

pakai

5. Peminjam wajib memelihara dengan baik barang yang dipinjam

termasuk menanggung biaya-biaya yg diperlukan.

6. Jangka waktu peminjaman paling lama 2 (dua) tahun dan apabila

diperlukan dapat diperpanjang kembali.

c. kerjasama pemanfaatan;

d. bangun guna serah dan bangun serah guna.

• Bangun guna serah barang milik negara hanya dapat dilakukan dalam

rangka menyediakan fasilitas bangunan bagi instansi pemerintah yg

memerlukan.

• Bangun guna serah barang milik negara dapat dilakukan dengan

BUMN/BUMD atau pihak swasta

• Bangun guna serah barang milik negara hanya dapat dilakukan

berdasarkan persetujuan/keputusan menteri Keuangan.

• Untuk mendapatkan mitra dalam BOT dilakukan tender dengan

mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 peserta peminat, kecuali

ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

PENGHAPUSAN BARANG BERGERAK MILIK NEGARA

• Pengahapusan barang bergerak milik negara dilakukan berdasarkan

pertimbangan:

1. Pertimbangan teknis karena secara fisik barang tidak dapat digunakan

lagi karena rusak, kadaluarsa, aus, susut, dll

2. Karena hilang.

Page 9: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

3. Karena pertimabangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih

menguntungkan bila dihapus karena biaya perawatannya yg mahal,

atau mati bagi tanaman atau hewan ternak.

PENGHAPUSAN BARANG TIDAK BERGERAK MILIK NEGARA

• Pengahapusan barang tidak bergerak milik negara dilakukan berdasarkan

pertimbangan:

1. Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure, tidak dapat

dimanfaatkan secara maksimal (idle).

2. Terkena planologi kota.

3. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.

4. Penyatuan organisasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan

koordinasi

5. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam.

PROSEDUR PENGHAPUSAN

1. Laporan/Usulan tentang penghapusan barang milik negara oleh Unit

Pemakai barang/Bendaharawan barang

2. Pembentukan Panitia Penghapusan

3. Penelitian dan Penilaian Panitia Pengahapusan terhadap barang ybs. Hasil

penelitian ini kemudian dituangkan dalam Berita Acara Penghapusan

4. Dikeluarkannya Surat Keputusan penghapusan.

CARA PENGHAPUSAN

1. Penjualan

• Penjualan barang milik negara harus dilakukan dengan pelelangan

umum melalui Kantor Lelang Negara.

• Penjualan barang milik negara dilakukan setelah memenuhi syarat:

a. Barang yg dijual bukan merupakan barang rahasia negara.

b. Barang yg dijual secara teknis operasional sudah tidak dapat

digunakan oleh Instansi Pemerintah secara efektif dan efisien.

c. Barang ybs sudah harus dihapus dari daftar Inventaris.

• Hasil penjualan barang milik negara merupakan penerimaan negara

dan harus disetor seluruhnya ke rekening kas negara.

Page 10: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

2. Hibah/disumbangkan

• Hibah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial,

keagamaan serta kemanusiaan.

• Hibah barang milik negara hanya diperuntukkan bagi:

a. Lembaga Sosial, Lembaga Keagamaan dan organisasi Kemanusiaan

b. Instansi pemerintah atau pemerintah Daerah.

• Syarat-Syarat Hibah :

1. Bukan merupakan barang rahasia negara

2. Bukan merupakan barang vital bagi negara

3. Bukan merupakan barang yg menguasai hajat hidup orang banyak.

4. Tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan lagi oleh instansi

pemerintah ybs dan instansi pemerintah lainnya.

5. Tidak mengganggu kelancaran tugas-tugas pelayanan umum

pemerintah.

3. Penyertaan Modal

• Penyertaan modal dapat dilakukan dengan pertimbangan:

1. Untuk Penyertaan Modal Pemerintah dalam mendirikan dan atau

mengembangkan BUMN

2. Untuk mengoptimalisasi pemanfaatan barang milik/kekayaan

negara.

• Penyertaan barang milik negara sebagai penyertaan modal pemerintah

hanya diperuntukkan bagi BUMN/BUMD. Apabila penyertaan tersebut

diperuntukkan bagi BUMD, maka BUMD tsb harus sudah berbentuk PT.

Sebagai tambahan, khusus untuk pengelolaan Barang Milik Daerah

(BMD) telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah. Dimana Permendagri tersebut dikeluarkan untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 74 Ayat (3), PP Nomor 6 Tahun 2006 yang berbunyi : “

Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan melakukan

pembinaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan kebijakan

sebagaimana ayat (1) “. Menurut Ketentuan Pasal 2 Permendagri tersebut

Pengelolaan BMD merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah yang

Page 11: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan Barang Milik Negara.

Visi pengelolaan aset negara kedepan adalah menjadi the best state

asset management on the world. Tidak sekedar bersifat teknis administratif

semata, melainkan sudah bergeser ke arah bagaimana berpikir layaknya

seorang manajer aset yang harus mampu merumuskan kebutuhan barang

milik negara secara nasional dengan akurat dan pasti, serta meningkatkan

faedah dan nilai dari aset negara tersebut. Tantangan untuk mewujudkan visi

tersebut tidaklah ringan, perlu kerja keras dari semua pihak mengingat

problematika di seputar pengelolaan aset negara sekarang ini begitu

kompleks. Oleh karena itu, pengelolaan aset negara harus ditangani oleh

SDM yang profesional dan handal, dan mengerti tata peraturan perundangan

yang mengatur aset negara.

Penertiban BMN pada kementerian / lembaga negara yang sekarang

lagi berjalan harus dijadikan momentum bersama untuk menginventarisir dan

menata kembali aset negara yang selama ini masih belum tertangani dengan

baik agar pergunaaan dan pemanfaatan aset negara sesuai dengan

peruntukannya, serta mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sumber/referensi:

• PP Nomor 6 Tahun 2006;

• www.djkn.depkeu.go.id;

• Elisa.ugm.ac.id ( Slide ”Hukum Benda Milik Negara” );

• www.mandikdasmen.depdiknas.go.id ( Slide ”Pelaporan Barang Milik Negara

Atas Dana

Dekonsentrasi” ).

Sumber : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pedoman%20teknis%20pengelolaan

%20barang%20milik

%20daerah&source=web&cd=3&cad=rja&sqi=2&ved=0CD0QFjAC&url=http%3A%2F

%2Fwww.uns.ac.id%2Fdownperaturan.php%3Fid

%3D454&ei=TTEsUfL5HsHorQfLmoHABw&usg=AFQjCNHd0fHsfEHvTVLXdhxxr0aQp

vrNtw&bvm=bv.42965579,d.bmk

Page 12: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Selama ini pengelolaan barang milik daerah di beberapa daerah masih menjadi permasalahan yang mengganjal bagi daerah tersebut untuk mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Beberapa permasalahan terkait dengan pengelolaan barang milik daerah diantaranya adalah tidak diketahuinya nilai aset khususnya yang berupa tanah dikarenakan tidak adanya kelengkapan administrasi (sertifikat), barang bergerak (mobil/motor) yang seharusnya menjadi fasilitas untuk jabatan tertentu namun fenomena yang terjadi di lapangan fasilitas mengikuti NIP sehingga pejabat yang sudah pindah ke tempat tugas lain masih membawa mobil/motor yang secara administrasi tercatat sebagai aset pada instansi tempat asal pejabat tersebut bertugas. Tentunya hal ini mempengaruhi kesemrawutan administrasi pada buku inventaris. Disamping beberapa permasalahan tersebut, masih banyak permasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan barang milik daerah.

Dalam rangka pengelolaan barang milik daerah agar barang milik daerah tersebut berdaya guna dan berhasil guna, perlu dilakukan pemeliharan dan pengamanan sehingga memberi nilai aset bagi daerah. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Sedangkan pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum. Berdasarkan Pasal 45 Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa Pengamanan barang milik daerah, meliputi:

1. Pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan;

2. Pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang;

3. Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemagaran dan pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan; dan

4. Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan.

Lebih lanjut Pasal 46 Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 menegaskan bahwa :

1. Barang milik daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah daerah.2. Barang milik daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas

nama Pemerintah Daerah.3. Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti

kepemilikan atas nama pemerintah daerah

Pengelolaan barang milik daerah harus diawali dari penyiapan sumber daya manusia yang mumpuni dan memiliki pemahaman yang baik tentang pengelolaan barang milik daerah. Hal ini penting karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas, maka penerapan pengelolaan barang milik daerah dapat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga diharapkan dapat membersihkan catatan temuan

Page 13: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

pemeriksaan BPK. Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Pengelolaan barang milik daerah meliputi:

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; Pengadaan Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; Penggunaan Penatausahaan; Pemanfaatan; Pengamanan dan pemeliharaan; Penilaian; Penghapusan; Pemindahtanganan; Pembinaan, pengawasan dan pengendalian; Pembiayaan; dan Tuntutan ganti rugi.

Dalam rangka pengamanan barang milik daerah harus didukung dengan sistem administrasi yang tertib dan rapi khususnya dalam buku inventaris yang menggambarkan bagaimana perencanaan kebutuhan dilakukan (form RKBU & RKPBU), ataupun rekapitulasi barang milik daerah mulai dari KIB A sampai dengan KIB F. Selain itu perlu dilakukan pemberian kode barang daerah sehingga barang tersebut selain terjaga registrasinya juga terjaga dari keinginan orang-orang yang ingin memilikinya secara pribadi.

Berikut referensi bagi kita semua dalam pengelolaan barang milik daerah.

1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah download disini

2. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah download disini

3. Form RKBU dan RKPBU download disini4. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) A – Tanah download disini5. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) B – Peralatan & Mesin download disini6. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) C – Gedung & Bangunan download disini7. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) D – Jalan, Irigasi & Jembatan download disini8. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) E – Aset Tetap Lainnya download disini9. Form Kartu Inventaris Barang (KIB) F – Pekerjaan dalam Pengerjaan download disini10. Daftar Kode Barang Daerah download disini

http://massweeto.wordpress.com/2012/06/12/pengelolaan-barang-milik-daerah-dan-opini-

pemeriksaan-bpk/

Page 14: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Bahan ke3:

PENGELOLAAN ASET, HARAPAN DAN   KENYATAAN

Posted on 2010/08/30 by Riris

 Coretan ini sebagian besar hanya “dugaan” saja, karena memang tidak menggunakan metode penelitian yang baik dan benar. Sebagian dari dugaan ini sumbernya didapat saat diskusi dengan teman-teman pengurus dan pegelola barang ketika penulis menjadi narasumber di Pemerintah Daerah atau di Lembaga pelatihan lainnya.

Maksud dari coretan ini ingin menunjukkan beberapa permasalahan, mengapa kinerja pengelolaan barang milik daerah tidak sama output dan outcomenya dibandingkan pengelolaan keuangan daerah.

Jika pemerintah daerah tidak mengetahui penyebab yang mendasar dari kurangnya kinerja pengeloaan barang milik daerah, sangat sulit untuk berhasil meningkat kinerja pengelolaan barang milik daerah.

Beberapa yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan barang milik daerah yaitu:

Pertama :

KEPALA SKPD LEBIH “MERASA” SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN (PA) DIBANDINGKAN SEBAGAI PENGGUNA BARANG (PB). Menurut PP 58/2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, dengan jelas disebutkan bahwa kepala SKPD adalah pengguna anggaran/barang sebagaimana disebutkan dala Pasal 1 angka 14, dimana dinyatakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.

Dan tentu saja di PP 6/2006 dan Permendagri 17/2007 dengan jelas menyatakan bahwa Kepala SKPD adalah Pengguna Barang.

Jadi, Kepala SKPD dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan daerah, beliau adalah Pengguna Anggaran, dan dalam melaksanakan tugas pengelolaan barang milik daerah beliau adalah Pengguna Barang.

Permasalahannya adalah benarkah Kepala SKPD dalam keseharian dalam melaksanakan tugas “merasa” sebagai Pengguna Anggaran sekaligus Pengguna Barang ? Kalau ya, benarkah hal tersebut tercermin dalam kebijakan Kepala SKPD? Misalnya : terciptanya keseimbangan perhatian Kepala SKPD terhadap Pengeloaan keuangan daerah dan Pengelolaan BMD?.

Page 15: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Menurut penulis, hampir sebagian besar Kepala SKPD lebih “merasa” sebagai Pengguna Anggaran? di bandingkan Pengguna Barang. Salah satunya mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman Kepala SKPD selaku Pengguna Barang.

Mengapa Kepala SKPD kurang paham terhadap pengelolaan BMD?, bisa jadi karena memang kurang tertarik terhadap pengelolaan BMD atau sedikitnya sosialisasi dan pelatihan terkait dengan BMD.

Ke Dua :

DUKUNGAN ANGGARAN UNTUK PELATIHAN, BINTEK PENGELOLAAN BMD BELUM MEMADAI. Sebagaimana diketahui, begitu terbit Permendagri 13/2006 dan Permendagri 59/2007, hampir sebagian Pemerintah Daerah sangat intensif mengadakan pelatihan/sosialisasi Permendagri 13/2006 dan Permendagri 59/2007.

Dan hal tersebut bisa dirasakan dalam 2 tahun setelah terbitnya Permendagri 13/2006 dan Permendagri 59/2007, baik di eksekutif (Bagian Anggaran dan Bagian Akuntansi dan Pelaporan) apalagi di DPRD, sebagaimana kita ketahui mereka memiliki fungsi budgetting dan memiliki anggaran bintek yang banyak sekali.

Mengapa hal tersebut (bintek keuangan daerah) bisa terjadi demikian? Sebagaimana diketahui bahwa dalam penyusunan RKA-SKPD yang paling berperan adalah TAPD dan DPRD. Jadi disetujui atau tidaknya suatu kegiatan sangat tergantung dengan TAPD dan DPRD.

Jadi tidak heran bila untuk pelatihan keuangan daerah secara intensif bisa terwujud, tetapi tidak halnya dengan pelatihan pengelolaan barang milik daerah.

Ke Tiga :

KURANGNYA MINAT, DUKUNGAN DAN PERHATIAN DPRD TERHADAP PENGELOLAAN BMD. Menurut Permendagri 17/2007, secara garis besar pengelolaan BMD dapat dibagi dalam 3 hal pokok:

 

1. BMD dalam yang digunakan untuk menunjang Tupoksi SKPD, yang penggunaannya di tetapkan melalui Penetapan Status Penggunaan.

2. Pemanfaatan, ketika barang milik daerah dalam : sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan Bangun Guna Serah – Bangun Serah Guna.

3. Pemindahtanganan, ketika barang milik daerah akan : dijual, dihibahkan, tukar-menukar dan penyertaan modal daerah.

 Yang menjadi permasalahan adalah, DPRD hanya memiliki kewenangan memberikan “persetujuan” pada pemindahtanganan, hal itupun masih ada beberapa kekecualian.

Jadi wajar jika DPRD “tidak begitu tertarik” pada pengelolaan barang milik daerah. Karena memang sedikit kewenangannya. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian, sebab selain hal tersebut, yang pasti DPRD memiliki FUNGSI PENGAWASAN, khususnya dalam pengelolaan barang milik daerah? Artinya, DPRD memiliki kewenangan secara menyeluruh

Page 16: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pemanfaatan dan pemindahtangan, serta pelaporan barang milik daerah.

Jadi, seharusnya tidak ada alasan bagi Pimpinan dan anggota DPRD khususnya komisi yang membidangi aset untuk tidak tertarik pada pengelolaan barang milik daerah, apalagi bila dikaitkan dengan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dimana Laporan Barang Milik Daerah akan menjadi dasar dalam menyusun Neraca.

Ke Empat :

INSENTIF UNTUK PENGURUS BARANG DAN PENYIMPAN BARANG BELUM SEBANDING DENGAN BEBAN KERJA. Bukanlah rahasia umum, sejak dahulu, bendahara keuangan selalu menerima insentif dalam melaksanakan tugasnya, artinya insentif ini menjadi motivasi dalam bekerja.

Tetapi tidaklah demikian dengan Penyimpan barang dan Pengurus barang, disebagian besar pemerintah daerah kalaupun ada insentif jarang sekali besarnya insentif tersebut sama dengan bendahara keuangan, apalagi melebihi Bendahara Keuangan.

Bahkan beberapa pemerintah daerah tidak memberikan insentif sama sekali kepada Penyimpan Barang dan Pengurus Barang. Jika Bendahara, PPK-SKPD, semua bekerja dalam periode satu tahun anggaran, setelah tahun anggaran berakhir semua kegiatan dimulai dari awal lagi.

Tetapi tidaklah demikian terhadap Pengurus Barang. Sebab Pengurus Barang melakukan tugasnya untuk semua barang sejak Pemerintah Daerah tersebut berdiri. Artinya pengurus barang bertanggungjawab bukan hanya barang yang berasal dari tahun anggaran berjalan saja tetapi juga tahun anggaran sebelum2nya.

Yang menjadi permasalahan adalah, adakah keseimbangan antara beban kerja Pengurus Barang dan insentif yang diberikan Pemda? Jadi tidaklah heran jika banyak Pengurus Barang kurang memiliki motivasi, kalaupun memiliki motivasi bekerja belum tentu bisa menyelesaiakan tugas dengan baik karena keterbatasan sumberdaya. Misalnya, ketidaktersediaan aplikasi berbasi IT untuk pengelolaan BMD, pelatihan dan kewenangan yang ada.

Ke Lima :

INSENTIF BAGI PENGELOLA BARANG YANG BERHASIL MENINGKATKAN PAD MELALUI PEMANFAATAN DAN PEMINDAHTANGANAN TIDAK TEGAS ATURANNYA DAN TIDAK SEBANDING DENGAN RESIKO HUKUM YANG DIHADAPI. Secara sekilas banyak sekali aset-aset pemda yang tidak dioptimalkan/dimanfaatkan, misalnya banyaknya tanah, gedung dan barang milik daerah lainnya yang terlantar.

Pertanyaannya, mengapa hal tersebut terjadi? Salah satunya adalah, bagi pengelola barang milik daerah resiko hukum dan insentif yang diterima, bagi yang berhasil melakukan optimalisasi/pemanfaatan barang milik daerah tidak sebanding.

Page 17: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Artinya, ketika pengelola barang berhasil melakukan pemanfaatan dan pemindahtangan yang akan meningkatkan PAD, jika terjadi dugaan kerugian daerah bisa terjerat korupsi, dan bila terjadi peningkatan PAD dari hasil Pemanfaatan barang milik daerah, para pengelola “tidak” mendapatkan insentif, walaupun pasal 84 ayat (2) Permendagri 17/2007 dengan menyatakan “Pejabat/pegawai yang melaksanakan pengelolaan barang milik daerah yang menghasilkan pendapatan dan penerimaan daerah, diberikan insentif”.

Jadi wajar optimalisasi barang milik daerah kurang berjalan dengan baik, bandingkan dengan upah pungut di Dispenda.

Ke Enam :

PENEKANAN AUDIT BPK TERHADAP PENGELOLAAN BMD. Hasil Audit BPK menunjukkan bahwa, disclaimernya hasil audit terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah karena Neraca kurang baik, Neraca kurang baik karena Laporan Barang Milik Daerah kurang baik.

Jadi wajar jika saat ini anggaran, kebijakan dan perhatian Pejabat pemeritnah daerah dan DPRD harusnya mengarah ke pengelolaan barang milik daerah.

Walapun barang milik daerah dari dahulu menjadi objek pemeriksaan BPK, tetapi 2 – 3 tahun terakhir ini bisa dirasakan auditor BPK memeriksa barang milik daerah lebih intensif, jadi tidak heran bila dalam 2-3 tahun terakhir ini banyak pemda (khususnya Kepala Daerah dan DPRD) baru sadar kalau pengelolaan asetnya ternyata amburadul.

Ke Tujuh :

PROSES PENGHAPUSAN TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK. Salah satu sebab kurang baiknya Laporan Barang Milik Daerah adalah, banyaknya selisih antara jumlah barang di buku dengan jumlah barang yang sebenarnya/ yang ada.

Mengapa hal tersebut terjadi? Diantaranya karena proses penghapusan yang tidak berjalan dengan baik, misalnya, beberapa Pemda dalam setahun belum tentu melakukan penghapusan.

Artinya, dalam setahun akan sangat mungkin banyak barang yang seharusnya dihapus, karena tidak dilakukan penghapusan barang tersebut menjadi semakin rusak bahkan menjadi hilang.

Dan hal ini akan mengakibatkan sulitnya melakukan penghapusan (barang rusak telah hilang) dan semakin kesulitan dalam melakukan inventarisasi barang. (menyamakan jumlah barang dibuku dan jumlah barang yang sebenarnya/ yang ada).

Pertanyaan yang mendasar sebenarnya adalah, mengapa proses penghapusan tidak berjalan dengan baik?

Ke Delapan :

BELUM TERSEDIANYA APLIKASI BERBASIS IT UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN BMD. Mungkin kita semua sepakat, kalau administrasi barang milik daerah dibanyak pemda masih amburadul.

Page 18: pENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA.docx

Mengapa hal ini terjadi? Salah satunya, belum adanya aplikasi berbasis IT yang dimiliki Pemda dalam pelaksanaan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pentausahaan, akuntansi aset dan penyusunan laporan barang milik daerah.

Dan bila kita bandingkan dukungan Pemda terhadap Aplikasi berbasis IT yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah pasti sangat jauh berbeda. Bisa dikatakan bahwa setiap pemda pasti memiliki aplikasi berbasi IT untuk pengelolaan keuangan daerah tapi belum tentu untuk pengelolaan barang milik daerah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa jika:

1. Kepala SKPD lebih “merasa” sebagai Pengguna Anggaran dibandingkan sebagai Pengguna Barang.

2. Dukungan anggaran untuk pelatihan, bintek pengelolaan BMD belum memadai.3. Kurangnya minat, dukungan dan perhatian DPRD terhadap pengelolaan BMD.4. Insentif untuk Pengurus barang dan Penyimpan Barang belum sebanding dengan

beban kerja.5. Insentif bagi pengelola barang yang berhasil meningkatkan PAD melalui Pemanfaatan

dan Pemindahtanganan tidak tegas aturannya dan tidak sebanding dengan resiko hukum yang dihadapi.

6. Penekanan audit BPK terhadap pengelolaan BMD.7. Proses penghapusan tidak berjalan dengan baik.8. Belum tersedianya aplikasi berbasis IT untuk mendukung pengelolaan BMD.

maka kenyataan pengelolaan barang milik daerah akan tetap sebatas keinginan dan harapan masyarakat Indonesia tercinta ini.