Pengayaan Materi Blok III Musculoskeletalhi

download Pengayaan Materi Blok III Musculoskeletalhi

of 39

description

good

Transcript of Pengayaan Materi Blok III Musculoskeletalhi

  • PENGAYAAN MATERI BLOK MUSCULOSKELETAL

    TULANG

    A. FISIOLOGI

    OSIFIKASI

    Perkembangan tulang berasal dari jenis perkembangan membranosa dan perkembangan

    kartilago. Proses peletakan jaringan tulang(histogenesis) disebut ossifikasi(penulangan). Jika

    proses ini terjadi dalam suatu model selaput dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang

    yang dibentuk dinamakan tulang membrane atau tulang dermal karena tulang ini berasal dari

    suatu membrane. Tulang-tulang endokondral(tulang kartilago) merupakan tulang yang

    berkembang dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini disebut pebulangan

    intrakartilaginosa(penulangan tidak langsung). Jenis-jenis penulangan intramembranosa

    merupakan suatu proses yang mendesak sedangkan jenis penulangan intrakartilaginosa

    merupakan proses yang berjalan perlahan-lahan dan berencana:

    1. Pusat osifikasi

    Awal pembentukan tulang terjadi pada bagian tengah dari suatu tulang yang disebut pusat

    penulangan primer,selanjutnya terjadi penulangan sekunder. Pusat primer timbul sangat dini

    pada kehidupan janin terjadi akibat perangsangan genetic. Pusat penulangan sekunder tampak

    pada ujung tulang panjang dan tulang besar selalu tampak stetlah kelahiran.Perangsangan pusat

    sekunder dilaksanakan oleh tekanan atau tarikan ujung-ujung tulang.Bila anak sudah mulai

    bergerak maka tekanan pada sendi terjadi pada ujung sendi sehingga menimbulkan tarikan tendo

    pada tempat terjadinya tarikan.Hal ini paling banyak terjadi pada masa pubertas dan hanya

    sedikit setelah umur 20 tahun. Pada bagian yang paling ujung dari epifise tersisa selapis tulang

    rawan hialin yang tidak menjadi tulang keras,tetapi selalu tampak sebagai rawan persendian.

    Rawan ini tidak dibungkus oleh selaput dan merupakan suatu permukaan yang licin untuk

    pembentukan sendi-sendi synovial.

    2. Ujung pertumbuhan tulang

    Epifise bersatu dengan diafise,biasanya terjadi pada umur 18-20 tahun. Pusat-pusat

    epifise(dalam pusat penulangan sekunder) akan menyatu dengan diafise hingga terjadi pada

    tulang-tulang yang lain. Pertumbuhannya berjalan terus selama beberapa tahun setelah

    userInserted Text

  • pertumbuhan ujung tulang yang lain berhenti. Korpus dari semua tulang-tulang panjang dan

    besar memperlihatkan akhir dari suatu alur yang berfungsi sebagai suatu lubang pada tulang

    yang disebut yang disebut foramen nutrisia.Pada orang hidup foramen nutrisia digunakan pada

    arteri nutrisia untuk memasuki korpus. Tulang-tulang anggota badan atas berjalan menuju

    siku,sedangkan tulang-tulang anggota bawah berjalan menuju lutut sehingga ujung pertumbuhan

    tulang berlawanan dengan arah jalannnya arteri nutrisia.

    FUNGSI TULANG

    A. Fungsi umum tulang:

    Secara umum, fungsi tulang adalah sebagai berikut:

    1. Formasi kerangka

    Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan ukuran tulang dan

    menyokong struktur tubuh yang lain.

    2. Formasi sendi-sendi

    Tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak tergantung dari

    kebutuhan fungsional.Sendi yang bergerak menghasilkan bermacam-macam pergerakan.

    3. Perlekatan otot

    Tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat melekatnya otot,tendo,dan

    ligamentum. Untuk melaksanakan pekerjaan yang layak dibutuhkan suatu tempat melekat yang

    kuat dan untuk itu disediakan oleh tulang.

    4. Sebagai pengungkit

    Untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakkan.

    5. Penyokong berat badan

  • Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang

    terjadi pada tulang sehingga dapat menjadi kaku dan lentur.

    6. Proteksi

    Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur-struktur yang halus

    seperti otak,medulla spinalis,jantung,paru-paru,alat-alat dalam perut,dan panggul.

    7. Hemopoiesis

    Sum-sum tulang merupakan tempat pembentukan sel-sel darah, tetapi terjadinya

    pembentukan sel-sel darah sebagian besar terjadi disumsum tulang merah.

    8. Fungsi immunologi

    Limfosit B dan makrofag-makrofag dibentuk dalam system retikuloendotelial sum-sum

    tulang.Limfoist B diubah menjadi sel-sel plasma yang membentuk antibody guna keperluan

    kekebalan kimiawi, sedangkan makrofag merupakan fagositotik.

    9. Penyimpanan kalsium

    Tulang mengandung 97% kalsium tubuh, baik dalam bentuk anorganik maupun dalam

    bentuk garam-garam, terutama kalsium fosfat. Sebagian besar fosfor disimpan dalam tulang dan

    kalsium dilepas dalam darah bila dibutuhkan.

    B. Fungsi khusus tulang

    Secara khusus mempunyai fungsi sebagai berikut:

    1. Sinus-sinus paranasalis dapat menimbulkan nada khusus pada suara.

    2. Email gigi dikhususkan un tuk memotong, menggigit, dan menggilas makanan. Email

    merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia.

    3. Tulang-tulang kecil telinga berfungsi sebagai pendengaran dalam mengonduksi

    gelombang suara.

    4. Panggul wanita dikhususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.

  • FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TULANG

    1. Herediter (genetic)

    Tinggi badan anak secara umum tergantung dari orangtua.Anak-anak yang dilahirkan

    dari orangtua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.

    2. Factor nutrisi

    Suplai bahan makan yang mengandung kalsium,fosfat,protein,dan vitamin A C D adalah

    hal yang penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk memelihara rangka yang sehat.

    3. Factor-faktor endokrin

    a. Paratiroid hormone(PTH)

    Satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara kadar kalsium darah sehingga

    merangsang terjadinya PTH dengan cara:

    - merangsang osteoplas reabsorbsi tulang dan melepas kalsium kedalam darah

    - merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus

    - meresorbsi kalsium dari tubulus renalis.

    b. Tirokalsitonin

    adalah hormon yang dihasilkan sel-sel parafolikuler dari kelenjar tiroid. Cara kerjanya

    menghambat resorbsi tulang.

    c. Hormon pertumbuhan.

    Hormon ini dihasilkan hipofise anterior dan penting untuk proliferase(bertambah banyak)

    secara normal dari rawan epifisealis untuk memelihara tinggi badan yang normal.

    d. Tiroksin.

  • Tiroksin bertanggung jawab dalam pertumbuhan tulang yang layak, remodeling tulang

    dan kematangan tulang.

    3. Faktor persarafan.

    Gangguan suplai persarafan mengakibatkan penipisan tulang sperti yang terlihat pada

    kelaianan poliomyelitis.

    4. Faktor mekanis.

    Kekuatan dan arah dari tuberkula tulang ditentukan oleh gaya-gaya mekanis yang bekerja

    padanya.

    5. Penyakit-penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang.

    PENYUSUN TULANG

    Susunan tulang terdiri dari sel-sel, matrik organic, dan mineral.Mineral ini terdiri

    dari kolagen dan bahan dasar yang mengandung monopolisakarida pada komponen matriks

    inilah mengendapnya kristalloid yang terdiri dari kalsium dan fosfat.Sel-sel tulang terdiri dari

    ostiosid, osteoblas dan osteoklast.Setiap sel ini mempunyai fungsi khusus yang letaknya pun

    berbeda-beda. Kristal tulang terdiri dari beberap komponen atau bagian yaitu:

    a. Kristal bagian dalam(Kristal interior), terdiri dari ion-ion.

    b. Permukaan Kristal(Kristal permukaan) mengandung kation dan anion yang spesifik.

    c. Lapisan yang mengandung air(hidration shell) mengandung lapisan anion yang tidak spesifik,

    selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis dengan medium sekitarnya.

    Komponen lain yang penting dalam tulang adalah glikogen. Glikogen mempunyai

    deposisi garam-garam anorganik dalam tulang rawan tempat sel-sel tulang rawan mengalami

    hipertrofi sehingga didapati kadar glikogen yang tinggi didaerah tersebut. Bila enzim-enzim yang

    memegang peranan dalam siklus glikolisis dihambat kerjanya maka proses klasifikasi juga

    terhambat dalam proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat 2 macam proses.

  • - Osifikasi mendokondral

    Setelah terbentuknya epifise yang masih dalam keadaan tulang rawan pertumbuhan

    tulang ini ditandai dengan pertumbuhan tulang rawan dan degenerasi dalam epifise.

    - Osifikasi membrane

    Proses integrasi seluler pembentukan tulang baru diatas permukaan korteks telah

    dibentuk terlebih dahulu pada saat terjadinya proses resorbsi tulang kedua, cara berlangsung

    secara simultan. Proses pertama terjadi resorbsi matriksnya dan proses kedua berlangsung

    pelarutan hidroksiapatik yang diikuti terbebasnya garam kalsium fosfat. Factor yang paling

    berperan adalah osteoklas yang dikenal sebagai pembuang tulang(sel perusak tulang) dan

    mempunyai kemampuan fagosit. Osteoklas menghasilkan zat yang dapat menyebabkan

    terjadinya depolimerisasi atau dibebaskannya garam-garam dan asam fosforik pada tulang yang

    berakibat larutnya atau dibebaskannya kalsium dalam tulang.

    Zat lain yang mempunyai kaitan dengan metabolism tulang adalah asam sitrat. Kadar

    asam sitrat didapati lebih tinggi dikawasan korteks diafise dari tulang panjang bahan organic

    yang cukup penting didalam pertumbuhan tulang adalah glikogen.Glikogen merupakan bagian

    dari tulang rawan dan tulang yang sedang tumbuh. Bila dalam suatu proses klasifikasi glikogen

    ditiadakan atau keaktifannya dicegah maka proses klasifikasi akan terhenti.

    B. ANATOMI

    JENIS JENIS TULANG

    Menurut bentuk dan ukurannya tulang dibedakan sebagai berikut:

    1. Tulang pendek

  • Tulang pendek bentuknya seperti silider kecil, berfungsi agar tulang dapat bergerak

    bebas. Tulang pendek terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, telapak tangan dan kaki.

    2. Tulang panjang

    Tulang panjang bentuknya seperti pipa, berfungsi untuk artikulasi, terdapat pada tulang

    hasta, tulang paha dan tulang betis.

    3. Tulang pipih

    Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar, berfungsi untuk melindungi struktur

    dibawahnya, seperti pada pelvis, tulang belikat dan tempurung kepala.

    4. Tulang tidak beraturan

    Tulang tidak beraturan ini bentuknya kompleks dan berhubungan dengan fungsi khusus.

    Contoh tulang tidak beraturan adalah tulang punggung dan tulang rahang.

  • Gambar Kerangka manusia.

    Menurut bahan pembentuknya, tulang dapat dikelompokkan atas tulang rawan

    (kartilago) dan tulang (osteon).

  • a. Tulang rawan(kartilago)

    Keadaan tulang rawan lentur (elastis). Telinga, ujung hidung, dan laring (Adam`s apple)

    dibentuk dan ditopang oleh tulang rawan. Pada umumnya, matriks pada tulang rawan

    mengandung serabut kolagen dan tidak mengandung kalsium.

    Tulang rawan dibentuk oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang dihasilkan oleh

    kondroblas (pembentuk tulang rawan). Antara sel-sel rawan terbentuk matriks dari kolagen

    dalam bentuk gel dari karbohidrat dan protein. Macam-macam tipe tulang rawan adalah

    sebagai berikut:

    tulang rawan hialin, sifatnya halus dan terdapat di ujung tulang.

    tulang rawan elastis, sifatnya elastis pada telinga dan epiglotis.

    tulang rawan yang liat (kuat) terbentuk dari serabut kolagen yang banyak dalam matriks, terdapat

    pada tendon dan ligamen.

    b. Tulang sejati(osteon)

    Tulang terdapat pada seluruh anggota gerak. Bagian lapisan luar tulang keras (tulang

    kompak) dan mengelilingi rongga yang disebut rongga sumsum. Berdasarkan teksturnya, tulang

    dibedakan atas 2 macam, yaitu:

    tulang kompak, membentuk lapisan luar yang padat.

    tulang spons (berongga), bagian dalam pipih, seperti pada tulang tengkorak dan pada ujung-

    ujung tulang panjang dekat sambungan tulang. Bentuk rongga ini melindungi tulang itu sendiri

    jika ada tekanan, benturan atauhentakan.

  • C. HISTOLOGI

    JARINGAN TULANG DAN TULANG RAWAN

    TULANG RAWAN (KARTILAGO)

    Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung

    glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu makromolekul yang berinteraksi dengan serat kolagen

    dan elastin. Variasi komposisi komponen matriks ini menghasilkan tiga jenis tulang rawan, yang

    sesuai dengan kebutuhan biomekanika setempat.

    Tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat, dengan konsistensi matriks

    ekstraselnya yang keras, sehingga tulang rawan ini memiliki daya kenyal yang tinggi,

    fungsinya antara lain;

    1. Memungkinkan jaringan ini menahan stress mekanik tanpa mengalami distorsi.

    2. Menunjang jaringan lunak, karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka tulang

    rawan merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi sendi, sehingga

    memudahkan gerakan tulang.

    3. Penting untuk perkembangan dan pertumbuhan tulangtulang panjang sebelum dan sesudah lahir.

    Tulang rawan terdiri atas sel (kondrosit; Yn. chondros, tulang rawan, + kytos, sel) dan

    banyak matriks ekstrasel yang terdiri atas serat dan substansi dasar. Kondrosit membuat dan

    mensekresi matriks ekstrasel, dan sel-sel itu sendiri terletak dalam rongga matriks yang disebut

    lakuna. Kolagen, asam hialuronat, proteoglikans, dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu

    merupakan makromolekul utama dalam semua jenis matriks tulang rawan. Tulang rawan elastis,

    dicirikan oleh kelenturan yang sangat mengandung cukup banyak elastin dalam matriks.

    Sebagai akibat adanya kebutuhan fungsional yang berbeda, maka terdapat 3 jenis

    tulang rawan, masing-2 menunjukkan komposisi yang berbeda dalam matriksnya

    1. Tulang Rawan Hialin

    Bentuk yang paling banyak dijumpai, memiliki matriks dengan kolagen tipe II sebagai

    unsur kolagen utamanya.

    2. Tulang Rawan Elastis

  • Lebih lentur dan kenyal, selain mengandung kolagen tipe II juga memiliki banyak serat

    elastin di dalam matriksnya.

    3. Fibrokartilago

    Terdapat dalam daerah yang mengalami stres berat/menahan beban, dicirikan oleh

    matriks yang mengandung jalinan serat kolagen tipe I yang kasar. Ketiga jenis tulang rawan itu

    avaskular dan mendapat makanannya melalui difusi dari kapiler dalam jaringan ikat berdekatan

    (perikondrium) atau melalui cairan sinovial dari rongga sendi. Tulang rawan tidak memiliki

    pembuluh getah bening dan saraf.

    Perikondrium adalah selubung berupa simpai jaringan ikat padat yang membungkus tulang

    rawan hampir seluruhnya, merupakan perantara di antara tulang rawan dan jaringan yang

    ditunjangnya. Perikondrium menjadi tempat suplai vaskular bagi tulang rawan yang avaskular

    (tidak mempunyai pembuluh darah, limf, dan saraf).

    TULANG RAWAN HIALIN

    Tulang rawan hialin segar berwarna putih kebiruan dan translusen. Pada embrio sebagian

    tulang sementara hingga secara berangsur-angsur diganti oleh tulang. Pada mamalia dewasa,

    terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat bergerak; hidung, laring, trakea, bronki;

    ujung ventral iga; tempat berartikulasi dengan sternum; dan pada lempeng epifisis, dimana ia

    berfungsi untuk pertumbuhan memanjang tulang.

    Tulang rawan berkembang dari mesenkim. Sel-sel yang dibentuk melalui

    diferensiasi langsung dari sel mesenkim ini disebut kondroblas, dengan sitoplasma basofilik

    penuh ribosom. Kejadian diferensiasi tulang rawan berlangsung dari pusat ke luar; karenanya

    sel-sel yang lebih di pusat memiliki ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer memiliki ciri

    kondroblas.

    Matriks (substansi Interselular)

    Empat puluh persen berat kering tulang rawan hialin terdiri atas kolagen yang

    terpendam dalam substansi intersel amorf. Selain kolagen tipe II dan proteoglikan, komponen

    penting lain dari matriks tulang rawan adalah glikoprotein kondronektin, sebuah makromolekul

    yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks.

    Perikondrium

  • Kecuali pada tulang rawan sendi, semua tulang rawan hialin ditutupi oleh selapis

    jaringan ikat padat, perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang

    rawan. Lapisan ini kaya serat kolagen tipe I dan mengandung banyak fibroblas.

    Kondrosit (sel-sel tulang rawan)

    Kondrosit muda berbentuk lonjong, dengan sumbu panjang paralel terhadap

    permukaan. Lebih ke dalam bentuknya bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel dari hasil

    pembelahan mitosis satu kondrosit (kelompok isogen).

    Kondrosit sebagai sel penghasil protein RE kasar dan kompleks golgi. Kondrosit

    membuat kolagen tipe II, proteoglikans, dan kondronektin.

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan tulang rawan dapat melalui dua proses: pertumbuhan interstisial,

    akibat pembelahan mitotik dari kondrosit-kondrosit yang ada; dan pertumbuhan aposisional,

    akibat diferensiasi sel-sel perikondrial.

    TULANG RAWAN ELASTIS

    Tulang rawan elastis terdapat di aurikula telinga, dinding meatus auditiva

    eksterna, tuba auditiva (eustachii), epiglotis, dan kartilago cuneiform dalam laring. Tulang ini

    memiliki serabut kolagen tipe II, mengandung jalinan serat-serat elastis tersebar secara luas.

    Kondrosit pada tulang rawan elastis dan hialin serupa dan memiliki perikondrium.

    FIBROKARTILAGO

    Jenis tulang rawan ini terdapat pada tempat yang memerlukan penyokong kuat

    dan daya rentang. Ditemukan pada diskus intervertebra, pada perlekatan ligamen tertentu pada

    permukaan tulang rawan dari tulang dan simfisis pubis. Serat kolagen yang banyak itu

    membentuk berkas-berkas tidak teratur di antara kelompok-kelompok kondrosit atau tersusun

    paralel sepanjang kolom kondrosit.

    DISKUS INTERVERTEBRA

    Setiap diskus intervertebra terletak di antara 2 vertebra dan terikat padanya oleh

    ligamen. Anulus fibrosus dari tulang rawan dan nukleus pulposus cair. Diskus intervertebra

    berfungsi sebagai bantal pelicin yang mencegah vertebra bersebelahan mengalami erosi oleh

  • kekuatan abrasif selama gerakan tulang belakang. Nukleus pulposus cair berfungsi sebagai

    peredam kejut di antara vertebra bersebelahan.

    TULANG

    Sebagai unsur utama dari kerangka dewasa, jaringan tulang berfungsi untuk;

    1. Menunjang struktur berdaging

    2. Melindungi organ-organ vital (rongga kranium, rongga dada)

    3. Mengandung sumsum tulang, tempat sel-sel darah merah terbentuk.

    4. Sebagi cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dibebaskan atau ditimbun secara

    terkendali untuk mempertahankan konsentrasi tetap ion-ion penting ini dalam cairan tubuh.

    5. Membentuk sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang timbul akibat kontraksi otot

    rangka, menghsilkan gerak tubuh.

    Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi intersel yang

    mengapur, yaitu matriks tulang dan 3 jenis sel:

    A. Osteosit, (Yn. Osteon, tulang, + kytos, sel) yang terdapat dalam rongga (lakuna) di dalam

    matriks.

    B. Osteoblas, (Yn. Osteon, tulang, + blastos, benih) yang membentuk komponen organik dari

    matriks.

    C. Osteoklas, (Yn. Osteon, + klastos, pecah) yang merupakan sel raksasa berinti banyak yang

    berperan pada resorbsi dan pembentukan kembali jaringan tulang.

    Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah

    mengapur, maka pertukaran antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi

  • selular melalui kanalikuli, (Yn. Canalis, saluran) yaitu celah-celah silindris halus yang

    menembus matriks.

    Endosteum melapisi permukaan dalam tulang dan periosteum melapisi

    permukaan luar tulang.

    SEL TULANG

    A. Osteoblas:

    Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang (kolagen

    tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein). Bila osteoblas aktif dalam pembuatan matriks tulang

    maka akan berbentuk kuboid hingg silindris dengan sitoplasma basofil. Bila aktifitas mensintesis

    berkurang, maka bentuknya menjadi gepeng, basofil pada sitoplasmanya mengurang.

    Osteoblas memiliki juluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas

    didekatnya. Begitu terkurung oleh matriks yang baru saja dibentuk maka disebut sebagai

    osteosit.

    B. Osteosit:

    Osteosit yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di antara

    lamel-lamel. Di dalam lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam kanalikuli silindris halus

    terdapat juluran sitoplasma dari osteosit.

    C. Osteoklas :

  • Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Bagian badan sel

    yang melebar mengandung 5-50 lebih inti. Cabang-cabang selnya tidak teratur dan mempunyai

    berbagai bentuk dan ukuran. Osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik

    lain yang menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi dasar yang mengapur dan

    secara aktif terlibat dalam membersihkan debris yang terjadi selama resorbsi tulang.

    MATRIKS TULANG

    Materi anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang.

    Kalsium dan fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan natrium

    juga ada (kalsium fosfat [85%], kalsium karbonat [10%], kalsium fluorida dan magnesium

    fluorida) .

    Materi organik adalah 95% serat serat kolagen tipe I dan substansi dasar amorf,

    yang mengandung proteoglikan.

    PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM

    Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang

    dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.

    Periosteum terdiri atas lapisan luar yaitu serat-serat kolagen dan fibroblas.

    Berkas serat-serat periosteum, yang disebut serat Sharpey, yang menerobos matriks tulang,

    melekatkan periosteum pada tulang. Lapis dalam yang lebih seluler dari periostuem terdiri atas

    sel-sel gepeng dengan potensi membelah melalui mitosis dan berdeferensiasi menjadi osteoblas.

    Endosteum melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas

    selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.

    Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan

    persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan perbaikan atau pertumbuhan tulang.

    JENIS JARINGAN TULANG

    Ada dua jenis; primer, imatur, atau tulang bertenun (woven bone); dan

    sekunder, matur, atau tulang lamelar.

    1. Jaringan Tulang Primer :

    Jaringan tulang yang petama kali terbentuk selama perkembangan embrional, pada

    fraktur dan proses penyembuhan yang lain. Pengamatan secara umum terhadap tulang yang

    terpotong melintang menampakkan daerah-daerah padat tanpa rongga-yaitu daerah tulang

  • padat (kompak) dan daerah-daerah dengan banyak rongga yang bersinambungan-yaitu tulang

    spons (kanselosa).

    Pada tulang panjang, ujung-ujungnya membulat disebut epifisis (Yn. Epifisis, suatu

    tonjolan abnormal) terdiri atas tulang spons yang ditutupi oleh selapis tipis tulang kompak.

    Bagian silindris diafisis (Yn. Diaphisis, pertumbuhan antara) hampir seluruhnya terdiri atas

    tulang kompak, dengan sedikit tulang spons pada permukaan dalam sekitar rongga sumsum

    tulang.

    Celah-celah pada tulang spons dan rongga sumsum dalam diafisis tulang panjang

    mengandung sumsum tulang, yang ada dua jenisnya; sumsum tulang merah, tempat

    pembentukan sel-sel darah merah; dan sumsum tulang kuning yang terutama terdiri atas sel-sel

    lemak.

    2. Jaringan Tulang Sekunder :

    Tulang sekunder adalah variasi yang umumnya dijumpai pada orang dewasa. Secara khas

    tampak serat-serat kolagen tersusun dalam lamel yang paralel satu sama lain atau tersusun secara

    konsentris yang mengelilingi kanal vaskular. Kompleks seluruhnya terdiri atas lamel-lamel

    tulang konsentris, mengelilingi saluran yang mengadung pembuluh darah, saraf, dan jaringan

    ikat longgar disebut sebuah sistem havers atau osteon.

  • Contoh Skenario

    AKU HARUS BISA LEBIH TINGGI !

    Dewi 15 tahun merupakan anak bungsu dikeluarganya, Ia mempunyai 2 saudara kandung, 1

    orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Dewi merasa tubuhnya lebih pendek di banding kakanya. Kakak

    dewi yang pertama tingginya 175 cm umurnya 20 tahun, yang kedua 18 tahun tingginya 170 cm,

    sedangkan Dewi hanya 155 cm dengan berat 43 kg. ayah 172 cm dengan berat 75 kg, ibunya 165 cm

    dengan berat 60 kg. Ia ingin sekali menambah tinggi dengan mengikuti program yang ditawarkan pusat

    kebugaran.

  • PENGAYAAN MATERI BLOK MUSCULOSKELETAL

    OTOT

    A. FISIOLOGI :

    Dalam system tubuh kita tulang berperan sebagai alat gerak pasif sehingga untuk

    dapat menggerakkan tulang agar kita dapat bergerak maka otot berperan sebagai alat gerak aktif

    dimana melalui mekanisme kontraksi-relaksasi dan inervasi yang diperolehnya kita dapat

    bergerak. Secara umum otot mempunyai 3 fungsi utama yaitu sebagai alat gerak aktif, otot

    berfungsi untuk mempertahankan postur dan tekanan tubuh serta otot menghasilkan panas untuk

    mengatur suhu tubuh.

    KEJANG :

    Kejang merupakan keadaan dimana terjadinya proses pelepasan muatan

    parenkimia yang berlebihan dari suatu populasi neuron karena kondisi patologis tertentu

    sehingga mengganggu fungsi normal otak. Kejang diklasifikasikan menjadi dua yaitu parsial dan

    generalisata. Kejang parsial ditandai dengan utuhnya kesadaran walaupun masih mungkin

    berubah dan fokus di salah satu sisi tetapi dapat menyebar ke bagian lain. Kejang generalisata

    ditandai dengan hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, serta tidak

    adanya aura. Kejang parsial dibagi lagi menjadi kejang parsial sederhana dan kompleks. Parsial

    sederhana sifat kesadaran utuh, dapat bersifat motorik dan sensorik, dan biasanya berlangsung

    kurang dari 1 menit. Kompleks memiliki sifat adanya perubahan kesadaran yang disertai gejala

    motorik, sensorik, dan otomatisme serta biasanya berlangsung 1-3 menit. Kejang generalisata

    dibagi menjadi: (1) Tonik-Klonik, terjadi tonik-klonik otot, inkontinensia urin dan alvi,

    menggigit lidah, fase pascaiktus; (2) Absence, terjadi tatapan kosong, kepala sedikit lunglai,

    kelopak mata bergetar, berlangsung beberapa detik; (3) Mioklonik, kontraksi mirip syok

    mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai cenderung singkat; (4) Atonik, hilangnya

    secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh; (5) Klonik, gerakan menyentak,

    repetitif, tajam, lambat, dan tunggal atau multipel di lengan, tungkai, atau torso; (6) Tonik,

    terjadi peningkatan secara mendadak tonus otot. (Dorland. 2006; Wilson, 2005; Mardjono, 2005)

  • JENIS OTOT :

    Berdasarkan strukturnya, otot yang membangun tubuh dapat dibedakan atas :

    a. Otot polos

    b. Otot rangka (lurik)

    c. Otot jantung

    Berdasarkan fungsinya, otot pembangun tubuh dapat dibedakan atas :

    a. Otot yang bekerja di bawah kesadaran kita (voluntasi )

    b. Otot yang bekerja di luar kesadaran kita (involuntasi )

    OTOT POLOS

    Ditemukan pada :

    1. Saluran pencernaan

    2. Pembuluh darah

    3. Saluran pernafasan

    4. Saluran pelepasan air seni

    5. Saluran genital

    6. Otot pada rambut dan kulit

    Bentuk seperti kumparan (gelendong), panjang dan langsing

    Di bawah mikroskop tampak berinti satu, tidak tampak serabut dan garis-garis

    melintang maka disebut sebagai otot polos

    Kerja otot polos :

    - tidak sadar

    - lambat

    - tidak cepat lelah

  • OTOT RANGKA (OTOT LURIK)

    1. Berhubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakan tulang

    2. Bila diamati di bawah mikroskop maka tampak adanya garis melintang yang terang

    diseling gelap, sehingga disebut otot seran lintang

    3. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang berinti banyak. miofibril

    ini berkumpul membentuk kumpulan serabut, kemudian kumpulan serabut membentuk

    otot.

    4. Ujung otot lurik :

    umumnya mengecil dan keras disebut tendon, setiap otot memiliki dua atau lebih tendon,

    yaitu

    a. tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio

    b. tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo

    1. Bagian tengah otot lurik :

    mengembang disebut empal (atau ventrikel), bagian ini yang dapat mengkerut dan

    mengendor

    2. kerja otot lurik :

    - sadar karena dipengaruhi oleh pusat saraf sadar

    - reaksi terhadap rangsang cepat

    - mudah lelah

    3. Secara anatomi otot ini sebenarnya otot lurik. Tetapi serabut ototnya bercabang dan

    saling bertautan yang disebut sinsitium.

    4. Kerja otot jantung :

    - tak sadar

    - reaksi terhadap rangsangan lambat

    Mekanisme gerak serabut otot

    5. Otot rangka dapat bergerak jika dirangsang. Rangsangannya dapat berupa :

    - panas

    - dingin

    - arus listrik

    - dan lain sebagainya

  • 6. Otot rangka bekerja dengan dua cara, yaitu

    a. kontraksi (memendek dan menebal)

    b. relaksasi (kembali ke keadaan semula)

    7. Otot dapat memendek (kontraksi) maksimal, keadaan ini disebut tonus, kemudian

    relaksasi. Namun, seringkali rangsangan tertentu menyebabkan keadaan tonus tidak

    diikuti oleh relaksasi, keadaan otot seperti ini disebut tetanus (kejang)

    Protein yang terdapat pada otot

    8. Di dalam serabut otot terdapat tiga macam protein, yaitu :

    a. miogen, amat mudah larut

    b. miosin, tidak mudah larut

    c. aktin, tidak mudah larut

    9. Campuran aktin dan miosin disebut aktomiosin. Aktomiosin inilah yang merupakan

    protein utama dalam otot. Bila aktomiosin dipekatkan maka akan membentuk benang.

    Berdasarkan struktur otot maka dapat dilihat dari 2 segi yaitu secara macro dan mikro.

    Struktur otot jika dilihat secara makro dapat menjelaskan mengenai otot sebagai sumber

    energy yang dapat menggerakkan tubuh dan menghasilkan gaya yang bekerja pada

    sumbu tertentu menurut kedudukannya dalam persendian. Sedangkan jika dilihat dari

    segi mikronya maka dapat menjelaskan mengenai proses pembentukan energi mekanik

    dalam otot. Dalam proses metabolisme otot terjadi perubahan energi kimia menjadi

    energi mekanik. Dalam keadaan istirahat ATP di mitokondria melepaskan sebagian

    phosphatnya pada kreatin sehingga terbentuk fosforilkreatin. Fosforilkreatin ini

    mengalami hidrolisis ketika kepala miosin bertemu aktin sehingga terbentuk kembali

    ATP dari ADP dan phosphat dari kreatin. Jika intensitas kerja meningkat maka

    sebagian besar energi untuk fosforilkreatin dan sintesis ulang ATP berasal

    dari penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O.

    MEKANISME KONTRAKSI OTOT :

    Mekanisme terjadinya kontraksi otot sehingga kita dapat bergerak dimulai dari

    pelepasan asetil kolin dari ujung serabut saraf. Asetil kolin ini yang kemudian akan merangsang

    ion kalsium yang berada di antara sel otot untuk keluar dan menuju ke dalam otot sambil

  • mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin sehingga posisi aktin berubah dan mempengaruhi

    filamen penghubungnya. Akhirnya aktin dan miosin bertempelan membentuk aktomiosin

    sehingga benang sel menjadi pendek dan berkontraksi. Setelah terjadi kontraksi maka ion

    kalsium akan masuk kembali kedalam plasma sel sehingga ikatan aktin dan miosin akan terputus.

    Pada saat inilah otot dikatakan berelaksasi. Pada saat otot berkontraksi maka ototnya akan

    menegang.

    Dalam sistem muskuloskeletal sistem vaskularisasi berperan sangat

    penting karena melalui sistem inilah baik tulang sebagai alat gerak pasif dan otot sebagai alat

    gerak aktif mendapatkan asupan nutrisi, kalsium dan oksigen yang diangkut oleh pembuluh

    darah yang sangat dibutuhkan dalam perkembangannya maupun sebagai bahan dasar dalam

    melakukan kerja seoerti kontaksi dan relaksasi.Ketika otot menegang maka otot mempunyai

    kekuatan dan gaya untuk melakukan suatu kerja. Otot dikatakan dalam kondisi isotonik jika

    tegangan otot lebih besar dari beban sehingga otot akan memendek. Tetapi jika tegangan otot

    lebih kecil dari bebannya maa otot tidak akan memendek. Keadaan inilah yang disebut dengan

    isometrik. Gaya atau kekuatan otot tergantung pada panjang otot dan jumlah sarkomer aktin-

    miosin yang berikatan.

    Energi untuk kontraksi otot.

    Untuk kontraksi diperlukan energi. Energi yang digunakan disuplai dalam bentuk

    energi kimia, yaitu dari penguraian ATP.

    ATP ADP + P + energi

    ADP AMP + P + energi

    Bila enegi habis (dalam keadaan ADP AMP + P + energi), otot tidak dapat

    berkontraksi lagi. Fase ini disebut fase anaerob. ATP harus dibentuk kembali agar otot dapat

    bergerak.

    Pembentukan kembali ATP

    Dalam otot tersimpan glikogen (gula otot). Glikogen akan dilarutkan menjadi

    laktasidogen (pembentukan asam laktat = asam susu). Laktasidogen kemudian diuraikan menjadi

  • glukosa dan asam laktat. Oleh peristiwa respirasi dengan O2, glukosa akan dioksidasi

    menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O.

    Proses ini semuanya terjadi pada saat otot mengalami relaksasi. Karena pada

    relaksasi diperlukan oksigen untuk mengoksidasi glukosa dan atau asam laktat, maka fase

    relaksasi disebut juga fase aerob.

    Asam susu (asam laktat) yang merupakan hasil sampingan peristiwa dari

    pemecahan laktasidogen dapat menyebabkan pegal linu dalam otot, ataupun dapat menyebabkan

    kecapaian otot. Untuk penguraian asam susu diperlukan oksigen yang sangat banyak. Keadaan

    ini menyebabkan pernafasan menjadi terengah-engah

    B. HISTOLOGI :

    Adanya fibril serta pola susunannya maka otot dibedakan menurut morfologinya, yakni :

    1. Otot polos ( Smooth muscle)

    2. Otot serat melintang (Striated muscle), meliputi:

    A. Otot kerangka (Skeletal muscle), yang dibagi menjadi:

    a. Otot pucat (White muscle)

    b. Otot merah (Red muscle).

    B. Otot jantung (Cardiac muscle).

    Otot polos dan otot jantung mendapat inervasi dari susunan saraf otonom, karena

    aktivitasnya bersifat involunter, dan sering disebut sebagai otot tidak sadar. Sedangkan otot

  • kerangka mendapat inervasi dari susunan saraf pusat (serebrospinal), aktivitasnya bersifat

    volunter, disebut otot sadar.

    OTOT POLOS

    Satuan/serabut otot polos umumnya disebut sel, karena memenuhi kreteria sel.

    Bentuknya seperti kincir (spindle-shaped) dengan ujung runcing atau bercabang. Ukurannya

    bervariasi, ukuran terbesar pada uterus pada masa pregnansi 12x600m, dan yang terkecil

    ditemukan pada arteri-arteri keci 1x10m. Intinya 1 (satu) dan berbentuk lonjong dengan ujung

    tumpul. Pada otot polos yang sedang berkontraksi bentuk inti sering bergelombang.

    Secara mikroskopis inti otot polos agak sulit dibedakan dengan fibroblast, tapi

    bila diperhatikan dengan teliti keduanya jelas berbeda. Inti otot polos memiliki ujung tumpul dan

    mengambil warna sedikit pucat, sedangkan fibroblast intinya agak runcing dan mengambil warna

    lebih kuat.

    Bangun Histologi:

    Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

  • 1. Membran Plasma:

    Membran plasma pada otot sering disebut sarkolema (Sarcolemma). Dengan

    mikroskop cahaya kurang jelas, tetapi dengan mikroskop elektron tampak sebagai selaput

    ganda (double membrane), masing-masing:

    Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom. Ruang intermedier, kira-

    kira 25 Angstrom

    Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.

    Pada daerah hubungan posisi antara otot polos, selaput luar tampak menyatu.

    Hubungan ini dianggap lebih serasi dari pada hubungan antar sel dengan desmosoma.

    Hubungan ini berperanan memperlancar transmisi impuls untuk kontraksi dari satu otot

    ke otot yang lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa tenaga yang terjadi pada waktu

    kontaksi dapat dipindahkan ke lain alat tubuh melalui serabut kolagen atau elastis.

    2. Sitoplasma

    Sering disebut sarkoplasma (Sarcoplasma). Sarkoplasma bersifat eosinofilik,

    mengandung :

    Organoid, antara lain :

    - Mitokondria yang mengitari inti - Endoplasma retikulum

    - Apparatus Golgi - Miofibril

    - Sentriol

    Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.

    Yang menarik perhatian adalah myofibril karena peranannya dalam kontraksi.

    Miofibril pada otot polos sangat halus, dengan pewarnaan H.E. sulit dilihat. Dengan

    mikroskop elektron tampak miofilamen Miosin berdiameter 5 m, dan Aktin 3 m.

    Sarkoplasma di dekat inti bebas dari filament dan di bagian tepi banyak pinocytic vesicle

  • . Filamen tersebut berakhir di daerah pekat sarkolema. Filamen aktin dan myosin juga

    terdapat pada pada otot polos, berkontraksi dengan adanya adenosine trifosfat. Susunan

    filament aktin dan myosin pada otot polos belum jelas, berbeda dengan otot skelet.

    3. Inti

    Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat

    terjadi kontraksi.

    Susunan Otot Polos :

    Pada organ tubuh lazimnya berkelompok membentuk lamina muskularis

    (lambung, usus, uterus), tunika media (pembuluh darah), muskularis mukosa (usus), Tetapi dapat

    pula soliter (sendiri) misalnya pada villi usus halus, stroma kelenjar kelamin jantan.

    Hubungan antar otot polos ditunjang oleh endomisium (Endomysium), yang

    mengandung serabut kolagen dan retikuler yang cukup halus dan jarang terdapat sel-sel jaringan

    ikat di dalamnya. Dengan pewarnaan khusus misalnya PAS serabut retikuler tampak jelas,

    bahkan membungkus/mengitari otot polos. Hubungan antar otot polos dengan penyatuan selaput

    luar disebut Nexus , melalui hubungan inilah impuls dapat berpindah dengan cepat.

  • Pemisahan masing-masing sel (serabut) otot polos dilakukan dengan

    menggunakan asam nitrat. Asam nitrat ini berfungsi melakukan maserasi endomesium.

    Otot polos terdapat pada:

    1. Alat jeroan berupa lamina muskularis dan muskularis mukosa, misalnya usus, lambung

    dan esophagus

    2. Saluran pernapasan, misalnya bronchus, broncheolus, dan trachea

    3. Dinding pembuluh darah, membentuk tunika media

    4. Saluran urogenital, misalnya pelvis renalis, vesika urinaria, ureter, duktus deferens,

    epididimis dll.

    5. Kulit : muskulus arektorpili

    6. Mata : muskulus siliaris, muskulus konstriktor dan dilatator pupile.

    Fungsi

    Kontraksi otot polos disebabkan oleh empat faktor:

    1) Neksus

    2) Tarikan mekanik yang bersifat lokal

    3) Pengaruh hormonal mis. Oksitosin

    4) Inervasi saraf otonom

    Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.

    Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan gejala kejang

    (Spasmus).

    Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkhim atau mesoderm,

    kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat berasal dari ektoderm. Perkembangan dimulai dari

    mioblas yang selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan otot polos.

  • OTOT KERANGKA

    Satuan otot kerangka (skelet) umumnya disebut serabut (fibers) dan bukan sel.

    Bentuk serabut silindris dan memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi, berbatasan dengan

    sarkolema. Pada manusia panjang serabut berkisar antara 3-4 cm, sedangkan pada hewan dapat

    mencapai 12 cm. Diameter berkisar antara 10-150. Bentuk panjang dan diameter serabut otot

    kerangka tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

    - Jenis hewan (spesies)

    - Keadaan gizi (state of nutrition)

    - Umur, jenis kelamin dan cara kerja hewan yang bersangkutan.

    Bangun Histologi

    A. Sarkolema:

    Pengamatan dengan mokroskop cahaya tampak sebagai selaput tipis dan tembus

    cahaya (transparan), tetapi dengan mikroskop elektron tampak adanya selaput ganda (double

    membrane), yakni

    1. Selaput luar, setebal 40 Angstrom

    2. Ruang antara, setebal 20 Angstrom

    3. Selaput dalam, setebal 40 Angstrom

    Selaput luar mirip membrane basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput

    dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara

    umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-

    serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer disebut fasikulus,

    yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai

    dalam fasikulus yaitu: serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit.

  • B. Sarkoplasma:

    Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung:

    1. Organoida, a.l.:

    - mitokondria (sarcosomes) - ribosom

    - Apparatus golgi. - myofibril

    -Endoplasmik retikulum

    2. Paraplasma, a.l.:

    - lipid - glikogen - myoglobin

    Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan

    dengan sarkolema dan dekat inti di antara myofibril. Sarkoplasmik retikulum bersifat agranuler

    (Smooth ER.), karena ribosom pada otot kerangka terdapat bebas dari matriks. Sisterna pada

    sarkolasmik retikulum terjalin pararel dengan myofibril, yang pada interval tertentu membentuk

    pertemuan dengan jalinan transversal, disebut triade. Penelitian pada otot salamander

  • (Amblistoma punctatum) , triade ini terdapat mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan

    lain dan manusia tiap sarkomer memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan

    garis I (isotrop). Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke

    dalam serabut yang lebih dalam letaknya.

    Myofibril

    Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki bagian cerah (cakram I)

    dan gelap (caktam A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah yang

    memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot jantung. Garis

    melintang ini dapat diamati pada:

    1. Otot kerangka yang masih hidup

    2. Otot segar tanpa menggunakan pewarnaan

    3. Otot setelah mengalami fiksasi dan di warnai

    Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap

    myofibril memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.

  • Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:

    1. Filament Miosin

    Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan

    panjangnya 1,5 . Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun

    pararel dan berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi.

    Fungsi dari myosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP

    menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi.

    2. Filamen Aktin

    Panjangnya 1 dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z.

    Bagian tengahnya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I, meskipun

    sebagian masuk ke dalam cakram A. Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu

    memanjang serabut otot skelet.

    Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan

    H bahkan garis M.

    1. Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc:

    Berupa garis tipis dan gelap yang membagi cakram I sama rata. Daerah antara 2

    garis Z disebut sarkomer yang panjangnya sekitar 1,5.

    2. Garis H (Helleschreibe):

    Terdapat dalam cakram A. Merupakan bagian agak cerah di kanan-kiri garis M,

    yang bebas dari unsur aktin.

    3. Garis M (Mittelschreibe):

    Terdapat di tengah-tengah cakram A, suatu garis yang disusun oleh bagian tengah

    filamen myosin yang menebal.

  • Jadi dalam 1 sarkomer terdapat garis-garis Z-I-A-H-M-H-A-I-Z (tepatnya interval antara

    2 garis Z, 1 pita A, dan dari 2 garis I).

    C. Inti:

    Dalam satu serabut otot kerangka terdapat banyak inti, dapat ratusan. Pada

    mamalia bentuk inti memanjang, terletak langsung di bawah sarkolema pada otot pucat,

    sedangkan pada otot merah letaknya lebih dalam lagi.

    Secara umum pada mamalia posisi inti di tepi, tetapi pada insekta dan vertebrata

    tingkat rendah posisi inti terletak di tengah, seperti halnya otot jantung..

    Pada otot kerangka dikenal dua bentuk otot, yaitu:

    a. Otot merah (Tipe I)

    Otot merah memiliki myofibril relative sedikit, tetapi sarkoplasma dan

    mitokondria relative banyak serta mioglobin dengan jumlah yang banyak bila dibandingkan

    dengan otot pucat. Miofibril membentuk lapang Cohnheim (Cohnheims field), mengelompok

    dengan batas yang jelas. Dalam sarkoplasma banyak butir-butir lemak halus sehingga berasfek

    seperti lumpur.

    b. Otot pucat (Tipe II)

    Otot pucat memiliki myofibril banyak dan sarkoplasma dan mitokondria relative

    sedikit. Miofibril tidak membentuk lapang Cohnheim (Cohnheims field) seperti pada otot

    merah. Otot jenis ini memiliki kandungan mioglobin lebih sedikit dari pada otot merah. Posisi

  • inti lebih superficial langsung di bawah sarkolema. Otot pucat bekerja cepat dan kuat, tetapi

    cepat lelah. Kuda-kuda pacu arab lebih banyak memiliki otot pucat dibandingkan dengan kuda

    kerja misalnya kuda belgia yang memiliki otot kekar. Muskulus pektoralis mayor burung merpati

    adalah otot pucat, sedangkan muskulus pektoralis minor adalah otot merah.

    Kedua macam otot rangka ini pada mamalia dan manusia umumnya bercampur,

    tetapi susunanya secara terperinci belum dilaporkan dengan tuntas.

    Susunan Otot

    Susunan serabut otot kerangka dalam membentuk muskulus ditunjang oleh

    jaringan ikat. Tiap serabur dikelilingi oleh endomisium, suatu jaringan ikat halus dengan serabut

    retikuler dan kapiler. Sejumlah serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat pekat dengan banyak

    serabut kolagen disebut fasikulus , sedangkan pembungkusnya disebut perimisium. Di luar

    perimisium diisi oleh jaringan ikat longgar yang memberikan kelonggaran bagi vasikulus untuk

    bergerak. Beberapa fasikulus bergabung membentuk muskulus dan dibalut oleh jaringan ikat

    pekat disebut epimisium, sedangkan fasia terdapat disekitarnya.

    Sebelum otot bertaut pada bungkul tulang baik pada origo dan lebih-lebih pada

    insersio, terdapat tendon. Di daerah peralihan antara otot dan tendon endomisium, perimisium

    berangsur-angsur menebal untuk kemudian membentuk serabut tendon. Pada daerah peralihan

    ini terdapat tendon spindle yang memiliki ujung saraf.

  • Kontraksi Otot Kerangka

    Perubahan bentuk dalam rangka mekanisme kontraksi otot sekelet telah lama

    diselidiki baik dalam keadaa hidup maupun pada yang telah dimatikan. Dari kedua pengamatan

    tersebut ditarik kesimpulan bahwa pada waktu kontraksi berlangsung otot memendek dan

    membesar.

    Bagaimana proses berlangsungnya pemendekan dapat dijelaskan dengan meneliti

    struktur serta susunan miofilamen, sebagai hasil penelitian dengan menggunakan mikroskop

    elektron. Satuan myofibril yang terkecil disebut sarkomer, yang pada kontraksi sarkomerpun ikut

    memendek dan memanjang pada waktu relaksasi. Perubahan ini dirumuskan dengan istilah

    sliding-filaments mechanism of contraction yaitu: pada permulaan kontraksi cakram I mulai

    menyempit yang selanjutnya lenyap bila serabut otot tersebut berkontraksi kira-kira 50%. Daerah

    H dalam cakram A juga ikut lenyap, sebaliknya panjang cakram A praktis tidak mengalami

    perubahan baik pada waktu kontraksi maupun relaksasi. Hal ini disebabkan karena cakram A

    hanya memendek sedikit sekali bila sarkomer berkontraksi. Penebalan cakram Z disebabkan

    berkumpulnya bahan pekat yang kuat mengambil zat warna, yang selanjutnya dikenal sebagai

    contraction band. Pendapat lain mengatakan bahwa cantraction band disebabkan oleh

    crumpling and folding ujung-ujung filament myosin pada cakram Z.

    Hipotesa lain mengungkapkan bahwa kontraksi otot skelet terjadi karena folding

    and coiling filament aktin, dan bukan secara sliding. Hal ini didasarkan dengan daerah H yang

    tetap tampak jelas meskipun otot berkontraksi.

    Kontraksi otot diprakarsai dengan pelepasan ion kalsium dari sarkoplasmik

    reticulum. Selanjutnya ion kalsium tersebut merangasang aktivitas adenosin trifosfat (ATP),

    yang kemudian terjadi hidrolisa molekul ATP menjadi ADP dan pelepasan energi. Energi inilah

    yang dipakai untuk kontraksi. Ion kalsium yang hanya bekerja sebagai katalisator selanjutnya

    ditangkap kembali oleh sarkoplasmik reticulum.

  • Dasar Molekul Kontraksi Otot

    Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang berbentuk

    bola (globular) dan disebut aktin G. Molekul-molekul aktin G ini tersusun seperti untaian

    mutiara, bersama-sama membentuk suatu filament aktin F (serat), yang membentuk double helix

    dengan suatu puntiran tiap 36 nm. Alur pilinan ganda ini merupakan struktur dasar dari filamen-

    filamen aktin.

    Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen aktin. Protein-

    protein tersebut adalah tropomiosin (bergelung melingkar satu sama lain), merupakan molekul

    protein dengan panjang 40 nm, terletak dalam alur yang terbentuk antara kedua untaian filamen

    aktin F. Protein lainnya adalah troponin yang terletap pada kedua ujung tropomiosin. Ada 3 sub

    unit troponi: troponin I, troponin T, dan troponin C.

    Filamen-filamen myosin, terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan panjang

    molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul myosin dapat

    diuraikan dalam 2 subunit: meromiosin ringan (LMM) yang berbentuk batang dengan panjang 85

    nm, dan meromiosin berat (HMM). Meromiosin berat terdiri atas bagian yang berbentuk batang

    yang membentang terus ke dalam bagian LMM, dan struktur globular pada bagian ujungnya

    yaitu kepala myosin. Molekul myosin lentur karena kedua sub unit dapat bergerak antara satu

    dan lainnya.

    Filament-filamen myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin

    dengan bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang filament.

    Kepala myosin terletak pada ujung dari molekul ynag bersebrangan dengan garis M dan dengan

    memakai mikroskop elektron terlihat membentuk gambaran seperti jembatan. Polarisasi dari

    filament-filamen myosin dengan kepala-kepala menjauhi garis M diyakini sebagai alasan

    mengapa proyeksi atau jembatan-jembatan melintang tak terdapat pada bagian tengah pita H,

    sehingga terbentuk pita H semu (daerah kosong dari Huxley)

    Kepala-kepala myosin tersusun dalam suatu spiral sepanjang filament myosin

    dengan jarak 42 nm tiap putaran spiral. Hal ini menghasilkan pembentukan 6 baris kepala

    myosin pada permukaan filament myosin.

  • Kejadian-kejadian molekuler selama kontraksi

    Fragmen-fragmen meromiosin berat dapat berikatan dengan salah satu ujungnya

    pada tempat tertentu pada filament aktin yang terdapat setiap 36 nm. Hal ini adalah sama betul

    dengan preodisitas aktin, dan sekarang diyakini bahwa setiap kepala myosin selama kontraksi

    arahnya miring berkontak dengan filament aktin terdekat. Selama kontraksi, filament aktin

    bergeser lebih jauh dari pada jarak antara 2 kepala myosin yang berturutan. Hal ini dapat

    diterangkan sebagai berikut : setelah terikat pada suatu tempat perlekatan pada filament aktin,

    setiap kepala myosin mengangguk ke arah garis M, sehingga filament aktin tertarik pada jarak

    tertentu ke arah garis M. Segera sesudah itu, kepala myosin dilepaskan dari tempat perlekatan

    dan kembali ke posisi semula tegak lurus tehadap fragmen meromiosin yang berbentuk batang.

    Pada posisi ini kepala myosin berhubungan dengan tempat perlekatan berikutnya yang terletak

    sepanjang filament aktin, tidak jauh dari tempat tersebut, setelah itu kepala myosin kembali

    mengangguk ke arah garis M dan seterusnya. Dengan demikian filament aktin tertarik selangkah

    demi selangkah ke arah garis M. Anggukan-anggukan kepala myosin disebabkan oleh suatu

    perubahan kekuatan pengikatan antara kepala dan bagian batang molekul meromiosin akibat

    pengikatan pada filament aktin.

    ATPase yang terdapat pada kepala myosin akan memecah ATP sehingga tersedia

    energi yang digunakan untuk kontraksi. Sebelum kontraksi otot, suatu potensial aksi merambat

    sepanjang sarkolema dan dari sini diteruskan ke bagian dalam serat melalui tubulus T . Potensial

    aksi dari tubulus-tubulus T menyebabkan perubahan pada potensial membran dalam sisterna

    terminal reticulum sarkoplasma dan ini menyebabkan pelepasan pada ion-ion Ca dari reticulum

    ke dalam sarkoplasma seklilingnya (dalam keadaan istirahat sebagian besar Ca dalam serat

    terpusat pada sisterna terminal reticulum sarkoplasma). Ion-ion Ca ini berikatan pada troponin

    (troponin C) yang mempunyai afinitas sangat kuat terhadap ion-ion Ca ini. Selama keadaan

    istirahat, kompleks troponin (toponin I)-tropomiosin menghambat tempat perlekatan pada

    filament aktin untuk kepala-kepala myosin, mungkin secara fisik menutupi kepala-kepala myosin

    tersebut. Melalui pengikatan ion-ion Ca pada molekul troponin, molekul ini diperkirakan

    berubah bentuk. Dengan demikian hambatan tempat perlekatan pada filament aktin oleh

    kompleks troponin-tropomiosin ditiadakan. Kapala-kepala myosin kemudian dengan segera

    secara fisik berhubungan dengan tempat-tempat perlekatan aktin dimana mencetuskan

  • pergeseran filament-filamen. Kontraksi ini berlangsung terus selama ion-ion Ca dalam

    sarkoplasma konsentrasinya masih cukup tinggi. Akan tetapi dengan memakai pompa Ca aktif di

    dekat membrane reticulum sarkoplasma ion-ion Ca terus menerus dan secara aktif dipompakan

    ke dalam sisterna longitudinal reticulum berlangsung kira-kira 20 mili detik, kemudian

    konsentrasi Ca dalam sarkoplasma menurun sampai tingkat paling rendah (kurang dari 10 M)

    yang terdapat selama keadaan istirahat. Dengan demikian pengikatan ion-ion Ca pada troponin

    terhenti, dan kompleks troponin-tropomiosin kembali menghambat tempat-tempat perlekatan

    pada filament aktin, jadi serat ini dipertahankan dalam keadaan istirahat.

    Kebutuhan energi untuk transfort aktif ion-ion Ca ke dalam reticulum

    sarkoplasma tersedia dari pemecahan ATP, dan karena itu kontraksi dan relaksasi keduanya

    membutuhkan ATP. Rangkaian perangsangan/ kontraksi melalui system tubulus T menerangkan

    mengapa semua myofibril pada serat otot diaktivasi secara serentak dan hampir bersamaan

    dengan merambatnya potensial aksi pada sarkolema.

    Hubungan neuromuscular

    Daerah perlekatan antara ujung suatu serat saraf motorik dengan satu serat otot

    kerangka disebut lempeng akhir motorik (motor end plate). Dengan memakai impregnasi garam-

    garam logam, dapat diperlihatkan pada sajian mikroskop cahaya bahwa ujung satu serat saraf

    motorik bercabang-cabang menjadi sejumlah cabang halus yang menuju ke tiap serat otot. Setiap

    cabang membentuk suatu penebalan seperti lempengan kecil yaitu lempeng akhir motoris ini

    juga dapat terlihat dengan mikroskop cahaya (seperti juga dengan mikroskop elektron) memakai

    reaksi histokimia untuk menentukan adanya enzim asetilkolinesterase, yang terletak di daerah

    ini. Terdapat suatu cekungan yang di sebut celah sinaptik primer, yang di dalamnya terdapat

    ujung akson. Di bawah setiap celah sinaptik primer, tampak suatu jajaran cekungan ke dalam

    serat otot, yang disebut celah sinaptik sekunder.

    Dengan memakai ME, sel-sel Schwann tampak pada permukaan ujung akson.

    Akan tetapi, sel-sel Schwann ini tak ada pada celah sinaptik dimana aksolema (plasmalema

    akson) dan sarkolema berbatasan satu sama lainnya (meskipun melalui suatu lapisan antara dari

    glikoprotein). Celah sinaptik sekunder membentuk invaginasi sarkolema dari celah sinaptik

  • primer. Dalam aksoplasama tampak sejumlah vesikel dengan diameter 50nm. Vesikel-vesikel ini

    sesuai dengan vesikel sinaptik pada sinaps-sinaps biasa. Sarkoplasma mengandung banyak

    mitokondria dan nucleus tetapi yang lainnya tidak khas.

    Lempeng akhir motoris dapat dianggap sebagai suatu modifikasi sinaps. Vesikel

    sinaptik mengandung asetilkolin yang berfungsi sebagai substansi transmitter selama

    penghantaran rangsang saraf dari akson ke sarkolema. Suatu potensial aksi yang mencapai

    lempeng akhir menyebabkan pelepasan asetilkolin dari vesikel ke celah sinaps. Setelah

    asetilkolin berdifusi dalam celah sinaps, molekul asetilkolin terikat pada molekul reseptor pada

    membrane post synaptic (sarkolema), yang menyebabkan pembentukan potensial lempeng akhir

    dan prambatan selanjutnya dari suatu potensial aksi sepanjang sarkolemma. Asetikolin

    dihidrolisa dalam beberapa mdet. oleh asetilkolinesterase yang terletak di membrane post-

    sinaptik.

    Serat-serat otot dan tendon keduanya mengandung bahan akhir sensoris yang

    kompleks yang disebut gelendong otot (muscle spindle) dan tendon organ. Keduanya dijabarkan

    pada bagian badan-badan akhir sensoris.

    OTOT JANTUNG

  • Miokardium (Myocardium) jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut

    otot jantung yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk jalinan. Semula otot jantung

    dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot jantung

    tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut serabut . Bangun otot jantung dan

    otot kerangka tidak sama dalam beberapa asfek. Hubungan otot jantung melalui discus

    interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk memperoleh satu serabut secara

    terpisah. Pada otot kerangka maupun otot polos hal ini masih mungkin dilakukan.

    Penelitian dengan mikroskup cahaya menunjukkan bahwa otot jantung memiliki

    serabut yang bercabang, yang berhubungan satu dengan yang lain melalui ujungnya. Hubungan

    mana sangat kuat sehingga memberikan asfek sebagai sinsisium, dan pada endomisium banyak

    pembuluh darah. Diameter serabut kira-kira 10-14 pada hewan dewasa dan 5-8 pada yang

    baru lahir. Pada keadaan patologik misalnya hipertropi jantung diameter dapat meningkat sampai

    20. Panjangnya sulit diukur.

    Penelitian dengan mikroskop elektron, bentuk sinsisium tidak tampak, tetapi

    hubungan antara serabut (sel) dapat dipelajari dengan cukup jelas. Pada discus interkalatus

    terdapat desmosoma, zonula okludens, zonula adherens. Yang terakhir ini sebenarnya tidak

    membentuk zona secara jelas hanya berupa daerah yang tidak teratur.

    Contoh Skenario :

    Skenario 2

    MENGAPA KAKIKU?

    Rudi usia 12 tahun murid kelas VII SMP sedang mengikuti ujian olahraga, mereka disuruh

    bekeliling lapangan bola sebanyak-banyaknya. Rudi pada putaran kelima merasa kakinya kejang dan sulit

    digerakkan.