PENGAWASAN TERHADAP PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT,...

118
PENGAWASAN TERHADAP PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN DEMAK PADA TAHUN 2010-2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Oleh SITI KHOFSAH 071311007 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of PENGAWASAN TERHADAP PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT,...

PENGAWASAN TERHADAP PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN DEMAK PADA TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Oleh

SITI KHOFSAH

071311007

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

SEMARANG

2011

ii

iii

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, di lembaga pendidikan

lainya. Pengetahuan yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum /

tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 26 Desember 2011

Siti Khofsah 071311007

v

PERSEMBAHAN

Bismillah……… Kupersembahkan karya ini untuk

Orang-orang yang penuh arti dalam hidupku Ayahku tercinta (bapak Bukhori) dan ibuku terkasih (ibu Sumiyatun) yang dengan cinta,

kasih-sayang dan do’a beliau berdua aku selalu optimis untuk meraih kesuksesan yang gemilang dalam hidupku ini

Ayah…………. Ibu……….. kalian motivator terhebat dalam hidupku Guru-guruku yang telah memberikan ilmunya kepadaku dengan penuh kesabaran dan

ketelatenan Adik-adikku tersayang Jauharotun Nafisah dan Muhammad Nur Haq yang selalu memberi keceriaan secerah mentari dalam hari-hariku. Dan tak lupa keluargaku semua yang selalu

mendoakan kesuksesan buatku Sahabat-sahabatku tercinta

Yang telah membuat hidupku lebih bermakna dan dinamis Keluarga besar santriwati AL-HIKMAH Tugureo Tugu Semarang

Terima kasih atas kebersamaan, perhatiam, kepedulian serta do’anya untukku Keluarga besar Manajemen Dakwah ’07 khusunya zaenal, dwi n ruroh

Terima kasih atas keikhlasan dan ketulusannya dalam mencurahkan perhatian, kasih sayang dan do’anya untukku

Terima kasih atas pengorbanan kalian semua menemani di saat aku terpuruk dan hampir terjatuh

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia-akhirat.

Amin…………

vi

MOTTO

bÎ) y7 ­/u‘ ÏŠ$|¹ ö�ÏJø9$$Î7s9 ÇÊÍÈ

Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi ” (QS. al-Fajr : 14).

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah Penguasa alam

raya, yang Maha Pengasih lagi Maha Peyanyang. Hanya berkat limpahan rahmat,

karunia dan hidayah- Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad

SAW sang pencerah dalam menegakkan agama Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. DR. H. Muhibbin, M. Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Dr. M. Sulthon, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Bapak H. Adib Fathoni, M. Si dan Bapak Dr. Moh. Fauzi, M. Ag selaku

dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan motivasi dan yang

dengan sabar dan tulus telah mengorbankan waktu, pikiran serta tenaga dalam

mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Moh. Fauzi, M. Ag selaku dosen wali dan seluruh Bapak Ibu dosen

Fakultas Dakwah khususnya jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak

berperan aktif dalam menyumbangkan ilmu, wawasan dan pengetahuannya

kepada penulis.

viii

5. Ketua BAZDA kabupaten Demak beserta staf-stafnya yang telah memberi

izin penelitian dan meluangkan waktunya untuk bekerjasama dalam

penelitian yang penulis lakukan.

6. Ayahanda Bukhori dan ibunda Sumiyatun, terimakasih atas do’a dan restu,

motivasi dan juga kasih sayangnya yang senantiasa mengiringi perjalanan

hidup ananda. Dan saudara-saudariku tersayang, Jauharotun Nafisah dan

Muhammad Nur Haq yang selalu memberi keceriaan secerah mentari dalam

hari-hariku.

7. Bapak Amnan Muqaddam serta Ibu Rofiqotul Makiyyah, selaku Pengasuh

Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo-Tugu-Semarang yang telah

memberikan banyak ilmu dan nasehat penulis, semoga bermanfaat dan

semoga selalu dalam lindungan-Nya”.

8. Teman-teman seperjuangan (Manajemen Dakwah 2007), atas

kebersamaannya selama ini. Kebersamaan dalam keluarga manajemen

dakwah semoga akan selalu terjalin sampai kapan pun.

9. Keluaga besar Pondok Pesantern Putri Al-Hikmah khususnya angkatan ’07

(Muyas, Bu Sicha, Himmah, Umiyatun, Umi Mahmudah, Nisa, Fida, Dewi

Thowil, Santi, Afwah) atas kebersamaan, persaudaraan, pengalaman yang

kalian torehkan dalam kehidupanku. Penulis berharap itu semua dapat

memberikan gambaran kepada kita bagaimana seharusnya bersikap dengan

orang lain. Dan tidak lupa Muyas, Sri, Ida, Ambar, Sicha “Al-Jannah Room”

ix

dan “arek-arek warung”, terima kasih atas kesabaran dan kebersamaan yang

kalian berikan kepada penulis selama ini.

10. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan dan penelitian

skripsi ini, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penyelesaian tugas akhir ini

masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan,

wawasan dan pengalaman penulis. Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 26 Desember 2011

Penulis,

Siti Khofsah 071311007

x

ABSTRAK

Penataan dan pengorganisasian dalam melaksanakan kewajiban zakat, dalam Undang-Undang no 38 tahun 1999 mempertegas manfaat dan tujuan kelembagaan dalam pengelolaan. Kelembagaan merupakan syarat mutlak dalam pengelolaan zakat berbasis manajemen. Pelembagaan pengelolaan zakat mencakup aspek-aspek pengumpulan, administrasi modern, tasharruf (pemanfaataan), monitoring dan evaluasi (penilaian keberhasilan) yang diperlukan pada sebuah organisasi yang kuat dan rapi. BAZDA kabupten Demak sebagai lembaga pengelola zakat berbasis manajemen, tentunya menggunakan pengawasan dalam pemanfaatan (pendayagunaan) dana ZIS. Fungsi pengawasan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin bahwa pendayagunaan dana ZIS dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga bantuan yang diberikan kepada mustahiq dapat berguna dan dikelola dengan baik.

Mengingat pentingnya pengawasan dalam berbagai kegiatan, penelitian ini bermaksud meneliti pengawasan yang dilakukan Badan Amil Zakat Daerah kabupaten Demak dalam pendayagunaan dana ZIS pada tahun 2010-2011, apakah sesuai dengan teori manajemen atau belum, dan ingin mengetahui seperti apa pengawasan yang dilakukan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan beberapa instrumen yaitu; observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan teknik deskriptif dan analisis induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Badan Amil Zakat Daerah kabupaten Demak adanya sistem yang dilakukan dalam mengawasi pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. Walaupun dalam pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah menggunakan sistem pengawasan yang sesuai dengan norma yang ada namun dalam kenyataannya pengawasan yang dilakukan BAZDA kabupaten demak belum maksimal, hal ini dikarenakan pemantauan di BAZDA kabupaten Demak hanya pada laporan-laporan tertulis saja. Padahal dalam proses pengawasan tidak hanya pada laporan tertulis saja tetapi ada cara lain misalnya dengan peninjauan pribadi, laporan tertulis maupun lisan, dan pengawasan preventif. Di samping itu juga, pengurus-pengurus BAZDA diangkat karena jabatannya dalam pemerintahan atau instansi lain, jadi kegiatan-kegiatan Badan Amil Zakat hanya dikerjakan satu orang yang merangkap pekerjaan.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv

PERSEMBAHAN .................................................................................... v

MOTTO ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR.............................................................................. vii

ABSTRAK................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................... 1

1. 2. Rumusan Masalah ............................................................... 7

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8

1. 4. Telaah Pustaka ..................................................................... 9

1. 5. Metode Penelitian ................................................................ 11

1. 6. Sistematika Penulisan........................................................... 15

BAB II PENGAWASAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT,

INFAQ DAN SHADAQAH

2. 1. Pengawasan ......................................................................... 17

2.1.1. Pengertian Pengawasan .............................................. 17

2.1. 2. Tujuan Pengawasan ................................................... 19

2. 1. 3.Tipe Pengawasan ....................................................... 20

2.1. 4. Tahapan Pengawasan. ................................................ 21

2.1. 5. Prinsip Pengawasan ................................................... 24

2.1. 6. Unsur-unsur Pengawasan Internal .............................. 26

2.1.7. Karakteristik-karakteristik Pengawasan

yang efektif ................................................................ 28

2.1. 8. Substansi Pengawasan Lembaga Zakat ..................... 30 2. 2. Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).......................................... 30

2.2. 1. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah ....................... 30

xii

2.2. 2 Hikmah Zakat ............................................................. 32

2.2. 3 Syarat Wajib Zakat ..................................................... 33

2.2. 4 Jenis-jenis Harta yang Wajib Dizakatkan.................... 34

2.3. Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah .......................... 35

2. 3. 1. Arti Pendayagunaan ................................................. 35

2. 3. 2. Prinsip Pendayagunaan ............................................. 38

2.3. 3. Pemanfaatan Dana ..................................................... 39

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT DAERAH

(BAZDA) KABUPATEN DEMAK

3. 1. Profil Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten

Demak.................................................................................. 42

3.1. 1. Sejarah Berdirinya BAZDA Kabupaten Demak ......... 42

3.1. 2. Profil Lembaga .......................................................... 45

3.1 .3. Struktur BAZDA Kabupaten Demak.......................... 46

3.1. 4. Tugas Pengurus BAZDA Kabupaten Demak ............. 49

BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN PENDAYAGUNAAN

ZIS DI BAZDA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2010-2011

4.1. Pelaksanaan Pendayagunaan di BAZDA Kabupaten

Demak ................................................................................... 58

4.1. 1. Bentuk-Bentuk Pendayagunaan BAZDA Kabupaten

Demak......................................................................... 59

4.1. 2. Program Pendayagunaan BAZDA Kabupaten

Demak......................................................................... 62

4.1. 3. Mustahik Zakat BAZDA Kabupaten Demak ............... 65

4.2. Pelaksanaan Pengawasan di BAZDA Kabupaten

Demak ................................................................................... 67

4.2.1. Standar Pengawasan di BAZDA Kabupaten

Demak.......................................................................... 74

4.2.2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Pengawasan

di BAZDA Kabupaten Demak...................................... 83

xiii

4.2.3. Tindakan Koreksi Pengawasan di

Kabupaten Demak ........................................................ 84

BAB V ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT

5. 1. Analisis Standar Pengawasan di BAZDA Kabupaten

Demak ................................................................................ 85

5.2. Analisis Penentuan Pengukuran Pengawasan di BAZDA

Kabupaten Demak............................................................... 86

5.3. Analisis Tindakan Koreksi Pengawasan di BAZDA

Kabupaten Demak............................................................... 87

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan .......................................................................... 98

6.2. Saran-saran........................................................................... 99

6.3. Penutup ................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya, zakat merupakan suatu tanda yang jelas dan tegas

dari Tuhan untuk menjamin tidak seorang pun menderita kekurangan sarana

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan barang dan jasa (Chapra, 1999:

290). Oleh karena itu, zakat bisa menjadi sumber dana tetap yang cukup

potensial yang dapat digunakan untuk mengangkat kesejahteraan umat

terutama golongan fakir miskin sehingga dapat hidup layak secara mandiri

tanpa harus menggantungkan nasibnya atas belas kasihan orang lain (Zuhdi,

1994:189).

Zakat adalah perintah agama yang berorientasikan pada kepentingan

umat, karena selain menjalankan apa yang diperintahkan Allah, zakat juga

mempunyai dampak positif terhadap masyarakat secara langsung terhadap

yang berhak, sehingga tercipta satu aspek sosial yang dapat yang dapat

menimbulkan sikap kebersamaan, persaudaraan, dan tolong menolong

(Rusyd, t.th:10 ). Di samping fungsi di atas, zakat juga berguna untuk

membersihkan harta dari kotoran, menjauhkan dari mara bahaya, dan

sebagai bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhan. Zakat juga merupakan

penyucian dari sifat buruk, pelit, dan sarana bagi orang kaya untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT (Sa’di, 2006: 167).

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat al-Taubah ayat 103

sebagai berikut:

2

õ‹è{ ô ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y‰|¹ öNèdã�ÎdgsÜ è? NÍkŽÏj.t“è?ur $pkÍ5 Èe@ |¹ ur öNÎgø‹n=tæ ( bÎ) y7 s?4qn=|¹ Ös3y™ öNçl°; 3 ª! $#ur

ìì‹ÏJy™ íOŠÎ=tæ) ١٠٣: التوبة (

Artinya: : ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Kata تزكیھم بھا dalam ayat tersebut berarti menumbuhkan kebaikan pada

mereka dengan harta yang dizakatkan (Khalid, 2004:113).

Maka dari itu, zakat diibaratkan seperti benteng yang melindungi

harta dari penyakit dengki dan iri hati dan zakat ibarat pupuk yang dapat

menyuburkan harta untuk berkembang dan tumbuh ( Hasan, 2003: 2 ).

Pada dasarnya zakat dikenakan pada harta yang diperoleh dan

dimiliki oleh seorang muslim. Jika muslim mempunyai harta dalam kondisi

cukup nisab, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya (Mursyidi, 2003: 170).

Term zakat berbeda dengan istilah lain walaupun memiliki kemiripan,

misalnya dengan kata sedekah. Kata sedekah berakar dari kata shadaqah

yang berarti jujur atau benar. Secara terminologis, kata ini mengandung

makna pemberian sejumlah harta tertentu kepada orang lain untuk

kemaslahatan umat Islam. Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu

menunjukkan kebenaran seseorang hamba dalam beribadah dan melakukan

ketaatan kepada Allah SWT.

Istilah lain yang memiliki tujuan yang sama dengan zakat, namun

implikasi hukumnya berbeda adalah infaq. Kata infaq berakar dari kata

nafaqa yang artinya laku, laris dan habis. Pemaknaan istilah infaq berarti

3

memberikan sejumlah harta tertentu bagi orang yang membutuhkan. Infaq

dapat dikeluarakan oleh orang yang beriman baik yang berpenghasilan

tinggi atau rendah, dalam keadaan lapang atau sempit (Hasan, 2011: 4-5).

Agar zakat, infaq dan shadaqah dapat lebih bermanfaat, maka sudah

menjadi tugas Amil sebagai pihak yang bertugas mengelola zakat untuk

dapat mengoptimalkan fungsi atau daya guna zakat dan mendistribusikan

dana zakat secara amanah kepada pihak-pihak yang benar-benar berhak

menerimanya secara proporsional dan profesional sesuai dengan tuntunan

Al-Qur’an dan As-sunnah, sehingga zakat tersebut menjadi tepat guna,

berhasil guna, dan berdaya guna. Sebagaimana tercermin dalam firman

Allah SWT QS Annisa [4] : 58 yang berbunyi :

bÎ) ©! $# öNä.ã�ãBù'tƒ br& (#r–Šxsè? ÏM »uZ»tBF{ $# #’n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ä $Z9$# br& (#qßJä3øtrB

ÉA ô‰yèø9$$Î/ 4 bÎ) ©! $# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 bÎ) ©! $# tb%x. $Jè‹Ïÿxœ #ZŽ�ÅÁ t/ ÇÎÑÈ

Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

Yang dimaksud dengan amanat dalam surat an-Nisa:58, ialah tugas-

tugas yang telah dipercayakan kepada manusia sebagai khalifah, dalam hal

ini juga berlaku bagi para Amil yang bertugas untuk mengelola zakat baik

dari penghimpunan, pendistribusian maupun pendayagunaan. Secara tidak

langsung ketika program-program pendayagunaan diluncurkan, para amil

berusaha untuk mengajak masyarakat (muzaki) untuk berzakat. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa lembaga zakat merupakan lembaga dakwah.

4

Karena dengan aktivitas lembaga tersebut dapat mengajak masyarakat untuk

menunaikan zakat (amar ma’ruf ) dan mencegah seseorang untuk menahan

hartanya (nahi munkar). Oleh karena itu, dalam prosesnya sangat diperlukan

pengawasan. Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen.

Adapun fungsi-fungsi manajemen tidak lain berkaitan dengan fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan tentunya ada proses

pengawasan yang harus diperhatikan, agar dana zakat tersebut bisa

berfungsi optimal dan tersalurkan kepada yang lebih berhak secara

proporsional dengan efektif dan efisien (Sudewo, 2004:64). Dalam suatu

organisasi pengawasan menduduki posisi penting karena pengawasan

bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang

yang telah ditentukan. Arti dari pengawasan memiliki banyak pengertian,

salah satunya menurut Hasibuan (2005:242) pengawasan adalah pengukuran

dan perbaikan terhadap pelaksanan kerja bawahan, agar rencana-rencana

yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat

terselenggara.

Pengawasan lembaga amil zakat sesungguhnya terkait erat dengan

program yang direncanakan, karena itu hakekat dari tujuan pengawasan

adalah menjamin tercapainya tujuan lembaga amil zakat dengan cara

mengembalikan atau meluruskan berbagai penyimpangan yang tidak sesuai

dengan yang diprogramkan (Sudewo: 2004, 140).

5

Proses pengawasan merupakan kewajiban yang terus menerus harus

dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan dalam

organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja. Kesalahan kerja

dengan adanya pengontrolan dapat ditemukan penyebab kesalahan kerja

tersebut dan dapat diluruskan (Hasan, 2011: 25 ). Nilai pengawasan sangat

strategis karena hasil akhir dari semua proses akan menjadi taruhan jika

fungsi kontrol atau pengawasan tidak berjalan dengan benar. Banyak sekali

manfaat yang dapat diambil ketika control berjalan, misalnya untuk

memonitor, memberikan penghargaan serta menegaskan berbagai perilaku

positif, menjadikan segala sumber daya tetap berjalan direlnya, memelihara

anggaran, mengkoordinasikan standar hukum, aturan dasar serta norma-

norma yang sudah ditetapkan dan lain-lain (Cahyo Pramono. Pengawasan,

Sumber www. Waspada Online. Com. Diambil dari internet 19 Oktober

2011).

Unsur pengawas dalam struktur organisasi BAZ adalah Komisi

Pengawas. Pengawasan terhadap organisasi BAZ dilakukan secara khusus

oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh pemerintah atau pengurus BAZ

itu sendiri. Adapun tugas komisi pengawas dimuat dalam Keputusan

Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 Pasal 9 ayat (3), dalam pasal

tersebut disebutkan bahwa tugas komisi pengawas adalah melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administratif dan teknis

pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, serta penelitian dan

pengembangan pengelolaan zakat (Hasan, 2011:50-51).

6

Pelaksanaan pendayagunaan hasil dari pengumpulan zakat kepada

mustahik pada hakekatnya merupakan hal yang mudah, tetapi perlu

kesungguhan dan kehati-hatian. Dalam hal ini, jika tidak hati-hati dalam

mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, mustahik akan semakin

bertambah dan pendayagunaan atau pendistribusian zakat akan menciptakan

generasi pemalas. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan zakat untuk

kesejahteraan masyarakat (Hasan, 2011:83).

Oleh karena itu dalam prosesnya pendayagunaan perlu diawasi,

supaya tidak terjadi penyimpangan dalam pemanfaatana dana. Dengan

adanya pengawasan diharapkan dana zakat dan dana lainnya di suatu

lembaga pengelola zakat dapat berdaya guna secara tepat kepada

masyarakat yang berhak. Dengan adanya pengawasan, pimpinan dalam

lembaga zakat dapat mengetahui hasil dari penghimpunan dan

pendayagunaan. Tentang apa-apa saja yang terlaksana dan sejauh mana

pelaksaannya, apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau tidak. Dari

pengawasan tersebut pemimpin dapat mengambil tindakan-tindakan

pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan (Shaleh, 1986:

136).

Begitu juga halnya di BAZDA kabupaten Demak, sebagai bentuk

pengawasan yang dilakukan oleh komisi pengawas terhadap pendayagunaan

dana zakat dan dana lainnya. Maka setiap bulan dan tahun BAZDA

memberikan laporan kepada masyarakat sebagai bentuk transparansi dari

dana yang telah dihimpun dan pentasyarufan dana zakat maupun dana

7

lainnya. Hal tersebut dilakukan agar pendayagunaan lebih optimal, karena

dengan laporan tersebut komisi pengawas dapat mengevaluasi program-

program sebagai bahan perbaikan untuk kegiatan berikutnya. P

Sehubungan dengan hal itu, maka penulis ingin melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hal terssebut dengan judul “ Pengawasan

Terhadap Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah Di Badan

Amil Zakat Daerah (Bazda) Kabupaten Demak Pada Tahun 2010-2011”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, dalam penelitian ini pokok

permasalahannya, adalah Bagaimana Pengawasan terhadap Pendayagunaan

Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah di Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)

Kabupaten Demak Pada Tahun 2010-2011. Dengan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apa standar dalam pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak?

2. Bagaimana pengukuran pelaksanaan pengawasan di BAZDA kabupaten

Demak?

3. Bagaimana tindakan koreksi dalam pengawasan di BAZDA KAbupaten

Demak?

8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui standar dalam pengawasan pendayagunaan di

BAZDA kabupaten Demak.

2. Untuk mengetahui penentuan pengukuran pelaksanaan pengawasan di

BAZDA kabupaten Demak.

3. Untuk mengetahui tindakan koreksi dalam pengawasan di BAZDA

kabupaten Demak.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Secara umum, manfaat penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu

secara teoritis dan secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan

khazanah keilmuan tentang kaitannya pengawasan terhadap

kegiatan dakwah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

referensi di bidang keilmuan zakat dan manajemen dakwah.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat, diharapkan dengan penelitian ini masyarakat

semakin percaya terhadap BAZDA kabupaten Demak yaitu dengan

adanya pengawasan dalam pemanfaatan dana zakat, infaq dan

shadaqah.

9

2. Bagi Pemerintah, semoga penelitian dapat memberikan tambahan

informasi dan bahan evaluasi bagi lembaga pengelola zakat tentang

pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan

shadaqah yang efektif.

1.4. Telaah Pustaka

Pembahasan mengenai zakat telah banyak ditulis oleh banyak ulama

dan pakar zakat di Indonesia. Termasuk dalam pembahasan konsep

pengawasan pendayagunaan dana zakat. Eri Sudewo dalam “Manajemen

Zakat” menjelaskan bahwa pengelolaan lembaga zakat selama ini masih

tradisional belum adanya penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam

pelaksaannya. Begitu juga dalam buku “Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS

Menuju Efektifitas ZIS”. Buku ini adalah kumpulan pemikiran para tokoh-

tokoh yang respect di bidang zakat, terutama dalam pendayaguaan dana

zakat, infaq dan shadaqah itu tidak hanya yang bersifat konsumtif saja tetapi

untuk hal yang lebih bermanfaat dan efektif sesuai kondisi yang ada

sekarang ini.

Dikalangan mahasiswa sendiri zakat menjadi tema dalam skripsi di

antaranya adalah:

1. Muhammad Hamrozi, tahun 2007 yaitu dengan judul ”Implementasi

Zakat Profesi di Universitas Muhammadiyah Malang”. Skripsi ini

membahas tentang asas-asas manajemen zakat yang terdiri dari empat

10

asas yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Serta melihat

perkembangan pengelolaan zakat profesi dari waktu ke waktu.

2. Devi Hidayah Fajar S. Syaban, tahun 2008 yaitu yang berjudul

“Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)”. Penelitian ini

membahas mengenai pengelolaan zakat namun lebih terfokus pada

pengelolaan yang bersifat produktif yang ditinjau dari segi hukum islam.

3. Mujiati, 2009 dengan judul “Pelaksanaan Pengawasan dan Implikasinya

Terhadap Pengelolaan Zakat Mal di Dompet Peduli Umat Darut Tauhid

DPU DT Cabang Semarang Tahun 2005-2008 (Perspektif Manajemen

Dakwah)”. Di dalamnya berisi pelaksanaan pengawasan terhadap

pengelolaan zakat mal di DPU DT Cabang Semarang Tahun 2005-2008

dilakukan dengan memberikan laporan keuangan baik bulanan maupun

tahunan kepada kantor pusat. Dan implikasi pengawasan terhadap

pengelolaan zakat mal di DPU DT Cabang Semarang tahun 2005-2008

adalah proses pengelolaan zakat baik yang dapat dipercaya oleh

masyarakat. Administrasi pengawasan yang baik dapat menghindarkan

kesalahan dalam pengelolaan dana yang masuk. Sedangkan dilihat dari

sudut dakwah Islam, pengawasan zakat mal yang dilakukan DPU DT

Cabang Semarang telah menjadi bentuk dakwah Islam yang

mengarahkan umat Islam untuk selalu berjalan dijalan Allah SWT

dengan memberikan sebagai hartanya yang telah disyariatkan menjadi

hak orang lain.

11

4. Sumanto, 2009 yang berjudul “Manajemen Zakat, Infaq dan Shadaqah

Badan Amil Zakat KUA di Kecamatan Semarang Barat”. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang manajemen

zakat, infaq dan shadaqah BAZ KUA Kecamatan Semarang Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi

kualitatif melalui pendekatan manajemen. Penelitian ini berusaha

mendiskripsikan manajemen zakat, infaq dan shadaqah yang diterapkan

oleh BAZ KUA di Kecamatam Semarang Barat.

Dari berbagai penelusuran pustaka tersebut, belum ada yang

membahas tentang “Pengawasan dalam pendayagunaan dana zakat, infaq

dan shadaqah di BAZDA Kabupaten Demak pada tahun 2010-2011”.

Meskipun ada kemiripan tetapi substansi yang dikaji berbeda, dalam

penelitian ini penulis lebih fokus pada pengawasan yang dilakukan komisi

pengawas terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah di

BAZDA kabupaten Demak.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian dari skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Maksud

dari penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial

dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu

gambaran kompleks, laporan terinci dari pandangan responden, dan

12

melakukan studi pada situasi yang dialami. Berarti metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Moleong,2000:5).

Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini lebih menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan induktif serta pada analisis terhadap

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan melakukan logika

ilmiah (Azwar, 1997:5).

1.5.2. Sumber Data

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai dat primer

dan data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saifuddin,

2010:91). Sumber data primer diperoleh dari informan melalui teknik

wawancara dan observasi terhadap obyek penelitian tentang pengawasan

terhadap pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah di BAZDA Kabupaten

Demak.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari fihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder

biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia

13

(Saifuddin, 2010: 91). Sumber data ini diperoleh dari perpustakaan dan

dokumen-dokumen tentang pengawasan terhadap pendayagunaan zakat,

infaq dan shadaqah di BAZDA Kabupaten Demak.

1.5.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang

sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk tujuan

tertentu (Sumarsono, 2004: 66). Untuk memperoleh data empiris tentang

pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah di

BAZDA Kabupaten Demak, peneliti mengunakan metode pengumpulan

data tersebut melalui beberapa metode yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah suatu bentuk pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti, baik secara langsung

maupun tidak langsung (Hadi, 2004:151). Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan, bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak

terlalu besar (Sugiyono, 2007:145). Dalam hal ini observasi yang ada adalah

mengenai pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan

shadaqah di BAZDA Kabupaten Demak.

b. Interview (Wawancara)

Metode wawancara atau metode interview, yaitu cara yang

dipergunakan seseorang dalam malakukan penelitian, untuk mendapatkan

14

keterangan secara lisan dari responden, dengan berdialog dengan face to

face terhadap orang lain (Koentjaraningrat, 1994: 129).

Peneliti dalam hal ini berkedudukan sebagai interviewer,

mengajukan pertanyaan, meneliti jawaban, meminta penjelasan, mencatat

dan menggali pertanyaan lebih dalam. Di pihak lain, informan menjawab

pertanyaan, memberi penjelasan dan kadang-kadang pula membalas

pertanyaan (Hadi, 2004:218). Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan

data dan menggali data tentang sesuatu yang berkaitan dengan pengawasan

terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah di BAZDA

Kabupaten Demak pada tahun 2010-2011.

Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur

yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga

menyerupai check-list (Arikunto, 2006:227). Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah ketua komisi pengawas dan kepala

BAZDA Kabupaten Demak, dan tiga staf BAZDA kabupaten Demak bagian

pendayagunaan dana zakat.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal-hal

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 2002:206). Peneliti mengunakan metode ini untuk memperoleh

informasi dari dokumen-dokumen atau arsip dari BAZDA Kabupaten

Demak tentang proses pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat,

infaq dan shadaqah yang telah dilakukan pada tahun 2010-2011.

15

1.5.4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian di analisa dengan menggunakan

teknik deskriptif dan analisis induktif. Metode ini digunakan untuk

menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat

penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilia,

1993:7). Setelah itu perlu dilakukan lebih lanjut guna mengkaji secara

sistematis dan obyektif. Untuk mendukung hal itu, maka peneliti

menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur

pemecahan masalah yang disediliki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan suatu obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak

atau sebagaimana adanya (Soejono dan abdurrohman, 1992:23).

Setelah melakukan penggalian data yang dilakukan secara diskriptif

kemudian dilakukan metode analisis induktif yaitu berangkat dari fakta-

fakta atau peristiwa yang khusus, ditarik generalisasi yang bersifat umum

(Hadi, 2004:42).

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam rangka menguraikan pembahasan diatas, maka penulis

berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis agar mudah

dipahami. Dengan uraian sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan. Disini akan diuraikan tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

16

Bab kedua, merupakan bagian yang mencakup tentang kerangka

teori dari skripsi ini. Bagian ini akan mendeskripsikan tinjauan umum

pengawasan, pendayagunaan, dan dana zakat, infaq dan shadaqah. Bab ini

dibagi menjadi tiga sub dan sub bab masing-masing yaitu konsep

pengawasan, konsep pendayagunaan dan zakat, infaq serta shadaqah.

Bab ketiga, Bab ini berisi tentang gambaran umum Badan Amil

Zakat Daerah (BAZDA) kabupaten Demak, yang terdiri profil BAZDA

kabupaten Demak

Bab keempat, Berisi tentang pelaksanaan terhadap pengawasan

pendayagunaan dana zakat di BAZDA kabupaten Demak

Bab kelima, Berisi hasil analisa dan pembahasan dari hasil

penelitian berdasarkan teori pengawasan dan dari praktek yang telah

dilakukan oleh BAZDA Kabupaten terhadap pendayagunaan dana zakat

yang ada.

Bab keenam, Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran-saran untuk BAZDA Kabupaten Demak.

17

BAB II

PENGAWASAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT , INFAQ

DAN SHADAQAH

2.1. Pengawasan

2.1.1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan (Controlling) merupakan sebuah fungsi manajemen

yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi, semua fungsi terdahulu

(perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan), tidak akan efektif tanpa di

sertai fungsi pengawasan.

Beberapa ahli manajemen telah mencoba memberikan rumusan

tentang definisi pengawasan, diantaranya adalah:

Menurut Hasibuan (2005:242) Pengawasan adalah pengukuran dan

perbaikan terhadap pelaksanan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang

telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.

Iwa Sukiswa (1986:53) dalam bukunya ”Dasar-dasar Umum

Manajemen Pendidikan”, mengatakan bahwa pengawasan adalah proses

yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh organisasi

dituntun ke arah pencapaian sasaran atau target yang direncanakan.

Menurut Mahmud Hawari sebagaimana dikutip oleh Muhammmad

Hasan, pengawasan adalah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya

dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat

terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula

(Hasan, 2011: 25).

18

Sedangkan menurut George R. Terry dan Leslie W. Rie (2001:10)

dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen, Controlling adalah untuk

mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab

penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan korektif bila perlu.

Meskipun para ahli manajemen berbeda pendapat dalam

mengemukakan definisi pengawasan tetapi pada hakekatnya mereka

mempunnyai maksud yang sama, bahwa pengawasan merupakan suatu

usaha yang dilakukan untuk memperoleh perbaikan dengan memilih yang

terbaik dari berbagai alternatif yang ada bagi pencapaian tujuan organisasi

sesuai dengan perencanaan organisasi yang ditetapkan sebelumnya dengan

upaya penetapan standar pelaksanaan kegiatan, menentukan dan mengukur

pelaksanaan kegiatan serta pengambilan tindakan koreksi.

Dari hal tersebut, tidak terbayangkan apabila ada suatu organisasi

yang di dalamnya tidak ada usaha untuk mengetahui tingkat kedisiplinan

dalam berpegang pada planning dan aturan yang ada. Tugas-tugas

sebelumnya berupa, planning, organizing, staffing, dan directing, harus

berlangsung dalam bentuk yang digariskan baginya. Hal itu harus

diperhatikan dan diawasi, inilah yang dinamakan dengan controlling

(Jawwad, 2004: 391).

Bisa dikatakan demikian karena pengawasan merupakan suatu faktor

penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada

perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Pengawasan merupakan

fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-

19

penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan (Sukiswa,

1986:53) Di samping itu, pengawasan juga menyangkut kegiatan

membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang

ditetapkan. Apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu

diadakan koreksi seperlunya.organisasi akan mencapai sasarannya apabila

pimpinan mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya

(Wursanto,2005:270).

2.1.2. Tujuan Pengawasan

Pengawasan lembaga amil zakat sesungguhnya terkait erat dengan

program yang direncanakan. Karena itu hakekat dari tujuan pengawasan

adalah menjamin tercapainya tujuan lembaga amil zakat dengan cara

mengembalikan atau meluruskan berbagai penyimpangan yang tidak sesuai

dengan yang diprogramkan. Tujuan pengawasan juga bisa berarti untuk

memberikan masukan secara integral mengapa perjalanan sebuah organisasi

tersendat-sendat, apakah karena target tujuan yang ingin dicapai terlalu

tinggi atau karena amilnya yang tidak kompeten sehingga tidak mampu

melaksanakan (Hasan, 2011:103).

Tujuan pengawasan haruslah positif dan konstuktif, yaitu untuk

memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang, material dan tenaga. Di

samping itu, pengawasan juga bertujuan untuk membantu menegakkan agar

prosedur, program, standar dan peraturan ditaati, sehingga dapat mencapai

efisiensi yang setinggi-tingginya. Suatu tindakan yang keliru kalau

20

pengawasan bertujuan negatif, yaitu untuk mencari kesalahan atau menakut-

nakuti atau mempersempit inisiatif (Effendy, 1985: 119).

Menurut Hasibuan (2005:242) tujuan pengawasan diantaranya

sebagai berikut :

1. Supaya proses pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan dari rencana.

2. Melakukan tindakan perbaikan (Corrective) jika terdapat penyimpangan-

penyimpangan

3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai rencana.

2.1.3. Tipe Pengawasan

Pada prakteknya, pengawasan yang sering dilakukan oleh suatu

badan pengawas ataupun organisasi adalah pengawasan yang dilakukan

pada saat awal kegiatan atau pengawasan pendahuluan, pengawasan pada

saat kegiatan berlangsung atau pengawasan berjalan, dan pengawasan pada

saat setelah kegiatan selesai atau pengaawasan akhir (Hasan,2011: 3).

Pengawasan awal bertujuan untuk mengantisipasi masalah-masalah

atau penyimpangan-penyimpangan dari standarisasi atau tujuan kegiatan

yang dilakukan (Hasan, 2011:105).

Pengawasan berjalan, berlangsung selama kegiatan berjalan. Ini

terkait erat dengan cara penanggulangan yang telah diantisipasi dalam

perencanaan awal. Tujuan pengawasan adalah menekan kekeliruan. Maka

pengawasan berjalan dapat meminta evaluasi di tengah kegiatan yang

sedang berjalan. Bahkan jika hasil evaluasi tersebut mampu melihat

21

penyimpangan atau mustahilnya tujuan dicapai, kegiatan dapat dihentikan

berdasarkan rekomendasi pengawasan berjalan.

Pengawasan akhir merupakan pengawasan yang dilaksanakan pada

setiap akhir kegiatan. Berbeda dengan pengawasan awal dan pengawasan

berjalan, pengawasan ini kurang aktif. Meski gejala penyimpangan sudah

bisa dideteksi, pengawasan akhir hanya bisa dijalankan di akhir kegiatan.

Hasil temuan penyimpangan kurang terasa manfaatnya, karena hanya

sekedar bahan evaluasi yang tidak dapat merubah apapun kegiatan yang

dievaluasi. Tetapi setidaknya bisa dijadikan bahan penting untuk kegiatan

berikutnya (Sudewo,2004: 143-144).

2.1.4. Tahapan pengawasan

Proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima tahap

(langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Penetapan standar pelaksanaan (Perencanaan)

b. Penentuan pengugukuran pelaksanaan kegiatan

c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan

penyimpangan-penyimpangan, dan

e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu.

Proses pengawasan di atas dapat digambarkan dan diuraikan

sebagai berikut :

22

: Tindakan Koreksi

Gambar 2.1 Tahap Pengawasan

a. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan).

Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang

dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan,

sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.

Jadi standar adalah satu kriteria tentang hasil yang didinginkan atau

peristiwa yang diharapkan dengan standar tersebut.

b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.

Penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara

untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap

kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan

kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang penting adalah: Berapa

kali pelaksanaan seharusnya diukur, harian bulanan dan tahunan. Dalam

bentuk apa pengukuran akan dilakukan dan siapa yang akan terlibat.

Penetapan Strandar Pelaksanaan

Pembandingan dengan standar; evaluasi

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

Pengambilan tindakan koreksi, bila perlu

Pengukuran pelaksanaan kegiatan

23

c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,

pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang

dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran

pelaksanaan, yaitu: 1) Pengamatan (observasi), 2) Laporan-laporan, baik

lisan maupun tulisan, 3) metoda-metoda otomatis, dan 4) Inspeksi,

pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.

d. Perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

penganalisaan penyimpangan-penyimpangan

Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan

pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar

yang telah ditetapakan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan,

tetapi kompleksitas dapar terjadi pada saat menginterprestasikan adanya

penyimpangan dalam proses pencapaian tujuan. Setelah diketahui adanya

penyimpangan, maka penyimpangan-penyimpangan yang muncul harus

dianalisa untuk mengetahui mengapa standar tidak tercapai karena akan

berpengaruh pada proses pengambilan keputusan untuk pengambilan

tindakan selanjutnya.

e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan

ini harus diambil. Tindakan koreksi berupa:

a) Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu

rendah).

24

b) Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering

frekuensinya atau kurang).

c) Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan

penyimpangan-penyimpangan (Handoko, 2008: 364-365).

2.1.5. Prinsip pengawasan

Dalam hal pengawasan, aktivitas pengawasan membelah dua pihak

dalam kondisi yang tidak harmonis. Tindakan pengawasan sesungguhnya

merupakan kegiatan memata-matai pihak lain. Secara psikologis tindakan

pengawasan tidak disukai, karena posisi pengawas jadi penentu nasib

sedang posisi yang diawasi seperti duduk di atas bara atau posisi pengawas

di atas dan posisi yang diawasi di bawah. Dalam hubungan seperti ini sulit

membina hubungan kesetaraan.

Ada beberapa syarat agar pengawasan dalam lembaga zakat dapat

diterima dan punya hasil yang obyektik. Syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Sesuai Prosedur

Dalam perencanaan sebaiknya pengawasan telah diagendakan sebagai

bagian yang tidak dapat dipisahkan. Tim pengawas tidak boleh

melakukan penngawasan setiap saat dan pada siapa saja, prrosedurnya

harus jelas.

b. Memiliki Perencanaan

Pengawasan juga memiliki rencana apa yang harus diawasi. Inti

pengawasan melandaskan pada apa tujuan lembaga zakat, siapa sasaran,

25

berapa targetnya serta bagaimana kegiatan itu dilaksanakan. Dan yang

tidak boleh diabaikan, seluruh kegiatan lembaga zakat harus sesuai

koridor syariah.

c. Tim Pengawas yang Tepat dan Bersih

Latar belakang pengawas tidak boleh diabaikan, dalam tim harus ada

orang yang paham hukum syariah. Jika tim pengawas terdiri atas orang-

orang bersih, insya Allah mereka dapat diterima baik oleh pihak yang

diawasi.

d. Tidak Ada Kepentingan

Tim pengawas tidak boleh memiliki kepentingan sendiri atau

kelompoknya, tidak boleh ada politik praktis dalam lembaga zakat.

Untuk itu dibutuhkan tim pengawas yang kuat pada prinsip, bisa

membedakan mana kepentingan lembaga dan mana kepentingan

kelompok serta bisa nencermati dan memotong siasah politik kelompok.

e. Kendali Pimpinan

Mengingat begitu pentingnya pengawasan demi keutuhan lembaga zakat,

pastikan tim pengawas langsung berada dalam koordinasi pimpinan

tertinggi. Bila perlu tim pengawas bisa berada dalam koordinasi badan

pendiri lembaga zakat.

f. Integritas Pimpinan

Dalam lembaga zakat yang belum terbangun sistemnya, pimpinan

menjadi kata kunci kesuksesan. Seorang leader harus membangun

integritas dirinya. Dalam integritas, pimpinan harus membuktikan tidak

26

mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok. Tujuan

lembaga harus sungguh-sungguh digawangi pimpinan. Integritas hakiki

bisa diperoleh, jika pimpinan bisa mendorong setiap amil untuk

menempatkan lembaga zakat menjadi wahana ketaqwaan (Sudewo,

2004:151-153).

Sedangkan menurut Terry (1986:396) prinsip pengawasan itu

ialah pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk

mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa

pelaksanan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana.

2.1.6. Unsur-unsur Pengawasan Internal

Agar tercipta suatu pengawasan internal yang baik dan dapat

berfungsi secara otomatis, maka unsur-unsur pokok harus dipenuhi oleh

suatu organisasi adalah : 1) adanya struktur organisasi yang memisahkan

tanggung jawab fungsional secara tegas; 2) sistem wewenang dan prosedur

pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset,

kewajiban, modal serta pendapatan dan biaya ; 3) praktik yang sehat dalam

melaksanakan tugas dan fungsi tiap bagian orgnasisasi; dan 4) karyawan

yang jujur serta mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya (Parisada

Hindu Dharma Indonesia, unsure-unsur pengawasan internal, sumber

http://www.parisada.org/index.php. Diambil tanggal 24 Desember 2011)

Pengawasan internal menurut Arrens dan Loebbeck, yang dikutip

oleh Muhammad Hasan (2011: 104), pengawasan internal mempunyai tiga

unsure yaitu lingkungan pengawasan, sistem akuntansi dan prosedur

27

pengawasan. Lingkungan pengawasan terdiri dari tindakan, kebijakan, dan

prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak,

direktur, komisaris dan pemilik suatu satuan usaha terhadap pengawas.

Sistem akuntansi mengidentifikasi, merakit, mengklarifikassi, menganalisa,

mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi dan menyelenggarakan

pertanggungjawaban atas aktiva yang berkaitan. Prosedur pengawasan

adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajer untuk

mencapai tujuannya, selain dari unsur lingkungan pengawasan dan segi-segi

akuntansi. Ketiga unsur ini dalam lembaga zakat merupakan unsur dasar

kebijakan dan prosedur yang dirancang serta diimplementasikan dalam

manajemen guna memberikan kapasitas yang layak agar tujuan pengawasan

internal dalam lembaga amil zakat tercapai.

2.1.7. Karakteristik-karakteristik Pengawasan yang Efektif

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi criteria

tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya: a)

mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, b) tepat waktu, c) dengan biaya

yang efektif, d) tepat-akurat, e) dapat diterima oleh yang bersangkutan.

Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pengawasannya.

Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih

diperinci sebagai berikut:

a. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, ketika

datanya tidak akurat dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan

28

koreksi keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak

ada.

b. Tepat-waktu. Inforrmasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi

secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

c. Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat

obyektif serta lengkap.

d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik. System pengawasan harus

memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpangan-

penyimpangan dari standar yang paling sering terjadi atau yang akan

mengakibatkan kerusakan paling fital.

e. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus

lebih rendah, atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh

dari sistem tersebut.

f. Realistis secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau

harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan

harus Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena : setiap tahap

dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan

keseluruhan operasi dan informasi tersebut harus sampai pada seluruh

personalia yang memerlukannya.

h. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan

tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari

lingkungan.

29

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif

harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan

koreksi apa yang harus diambil.

j. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu

mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan

mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.

Menurut Mamduh M. Hanafi (1997:204), menyebutkan pengawasan

yang efektif itu mempunyai beberapa karakteristik yaitu:

a. Disesuaikan dengan rencana dan tujuan organisasi

b. Disesuaikan dengan manajer

c. Ekonomis

d. Akurat

e. Fleksibel

f. Obyektif dan bisa dipahami

g. Mengarah pada perbaikan

h. Memfokuskan pada titik strategis

2.1.8. Substansi Pengawasan dalam Lembaga Zakat

Lembaga zakat merupakan lembaga yang lahir karena tuntutan

Islam. Oleh karena itu, dalam prakteknya lembaga zakat harus mematuhi

koridor syariah. Berbagai program boleh dikemas sesuai dengan

kemampuan ijtihadi, asal tidak lepas dan menyimpang dari prinsip syariat.

Oleh dari itu dalam lembaga zakat, pengawasan dibedakan atas dua

substansi, yakni:

30

a. Secara fungsional, pengawasan telah built-in melekat dalam diri setiap

amil. Dengan pengawasan melekat, sejak dini penyimpangan telah

dikikis tiap amil. Pengawasan melekat ini, secara tegas memposisikan

amil menjadi pengawas setiap program.

b. Secara formal, lembaga zakat membuat Dewan Syariah. Kedudukan

Dewan Syariah dilembagakan secara struktural.Secara formal Dewan

Syariah disahkan melalui surat keputusan yang diangkat Badan Pendiri.

Hak dan wewenang Dewan Syariah adalah melegalisasi dan

mengesahkan setiap program lembaga zakat. Di samping itu, Dewan

Syariah juga berhak menghentikan program yang menyimpang dari

ketentuan syariah. Dewan Syariah diisi oleh tim yang terdiri atas

beberapa orang yang dianggap ahli di bidangnya (Sudewo, 2004:141).

2.2. Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)

2.2.1. Pengertian Zakat, Infaq, dan Shadaqah

Zakat secara bahasa berarti bersih,berkembang, baik, terpuji dan

barokah. Disebut zakat karena dapat mengembangkan dan menjauhkan harta

yang telah dizakati dari bahaya, sekaligus dapat membersihkan harta dan

pemiliknya dari haknya orang lain (Masykur Khoir, 2003:8 ). Dalam bahasa

undang-undang zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang

muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan

ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (Elsi

Kartika, 2006: 81).

31

Sedangkan infaq berakar dari kata nafaqa yang artinya laku, laris,

dan habis. Jika kata infaq ditarik dari akar kata anfaqa berarti mengeluarkan

sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Pemakanaan istilah infaq berarti

memberikan sejumlah harta tertentu bagi orang yang membutuhkan. Secara

syari’at, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk suatu kepentingan

yang diperintahkan ajaran Islam. Istilah infaq (yang menurut sebagian ulama

disebut dengan sedekah wajib) adalah sebagian harta seseorang yang

dikeluarkan untuk kepentingan umum dengan tidak perlu memperhatikan

nishab dan haulnya. Infaq dapat dikeluarkan oleh orang yang beriman baik

yang berpenghasilan tinggi atau rendah, dalam keadaan lapang ataupun

sempit (Hasan, 2011: 5).

Shadaqah berarti benar, pengertian shadaqah sama dengan infaq

termasuk juga hukum dan ketentuannya. Hanya saja jika infaq berkaitan

dengan materi sedangkan shadaqah memilki arti yang lebih luas, dimana

terbagi menjadi dua yang bersifat material atau fisik (tangible) serta yang

bersifat non fisik (ingatible).

Shadaqah tangible terbagi menjadi fardhul wajib dan sunnah berupa

shadaqah, sedangkana fardhul wajib terdiri dari:

a. Fardhu ain adalah zakat yang terdiri dari zakat fitrah (zakat yang

diperuntukkan atas diri atau jiwa) dan zakat maal (zakat yang berlaku

atas harta manusia).

b. Fardhu kifayah ialah infaq

Shadaqah yang ingatible yaitu berupa:

32

a. tasbih, tasmid, tahlil, dan takbir,

b. senyum, tenaga untuk bekerja, membuang duri dari jalan, dan lain-lain

c. menolong atau membantu orang yang kesusahan dan memerlukan

bantuan

d. menyuruh kepada kebaikan atau kebajikan

e. menahan diri dari kejahatan atau merusak (Sari,2006: 3-4)

2.2.2. Hikmah Zakat

Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah (makana yang

dalam, hikmah) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmak itu

digambarkan di dalam berbagai ayat al-Quran (2:261, 2:267, 9:103, 30:39)

dan al-Hadits. Diantara hikmah-hikmak itu adalah:

a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta

membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri serta dosa

b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan

c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih saying antara sesame manusia

d. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan

takwa

e. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial (Ali, 1988: 41).

2.2.3. Syarat Wajib Zakat

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta kekayaan yang

dipunyai seorang muslim, ialah pemilikan yang pasti atau milik penuh,

33

berkembang, melebihi kebutuhan pokok, bebas dari hutang, mencapai

nishab dan berlaku satu tahun.

a. Pemilikan yang pasti atau milik penuh

Maksudnya adalah harta itu sepenuhnya berada dalam kekuasaan

yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati

hasilnya. harta tersebut juga harus didapatkan dengan cara yang halal.

b. Berkembang

Artinya harta itu berkembang baik secara alami maupun bertambah

karena ikhtiar atau usaha manusia, baik kekayaan itu berada di tangan

yang punya maupun di tangan orang lain atas namanya.

c. Melebihi kebutuhan pokok

Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi kebutuhan

pokok atau kebutuhan rutinoleh diri dan keluarganya untuk hidup secara

wajar sebagai manusia.

d. Bebas dari hutang

Artinya harta yang dimiliki itu bersih dari hutang, baik hutang

kepada Allah (nazar dan wasilah) maupun hutang kepada sesame

mannusia.

e. Mencapi nishab

Artinya bahwa harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai

dengan ketetapan syara’.

34

f. Berlaku satu tahun

Bahwa harta itu harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,

biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen (Sari,

2007: 16-17).

2.2.4. Jenis – Jenis Harta yang Wajib di Zakatkan

Menurut Qardawi, sebagaimana dikutip oleh Muhammad (2002: 57),

menyatakan bahwa beberapa jenis harta kekayaan yang wajib dikeluarkan

zakatnya sebagian telah ditegaskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits. Sedangkan

terhadap jenis harta kekayaan lain yang belum ditegaskan oleh nash, maka

para fuqaha’ melakukan ijtihad untuk menentukan statusnya dengan

menghasilkan berbagai pandapat. Hasan yang mengutip dari Hosen,

mengelompokkan jenis-jenis harta kekayaan yang wajib dikeluarkan

zakatnya menjadi empat jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Semua jenis logam, permata dan barang-barang berharga lainnya yang

dasar hukumnya bersumber pada nash mengenai emas dan perak. Atas

dasar ini, yang dikenakan wajib zakat tidak hanya emas dan perak saja

tetapi semua hasil tambang. Hal ini sejalan dengan dalil umum surat al-

Baqarah ayat 267, yaitu: “Dan dari apa-apa yang Kami keluarkan

untukmu dari perut bumi”.

b. Semua jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat, yang

hukumnya bersumber pada nash tentang gandum, jelai, kurma dan

anggur. Dengan landasan ini, semua tanaman seperti kopi, cengkeh, lada,

pala, cabai, ubi-ubian, sayur mayor dan sebagainnya, semuanya

35

dikenakan zakat. Hal ini juga berdasarkan umumnya ayat 267 surat al-

Baqarah.

c. Segala binatang yang halal, baik di darat maupun di laut yang hukumnya

bersumber pada nash mengenai unta, sapi dan kambing. Atas dasar ini,

peternakan ayam, burung puyuh, unggas, kelinci dan lainnya. Semuanya

dikenakan zakat berdasarkan qiyas. Sebab ‘illat pokok wajibnya zakat

pada sesuatu karena berkembang atau dapat dikembangkan.

d. Segala bentuk usaha yang membawa keuntungan yang dasar hukumnya

berrsumber pada nash mengenai harta perniagaan. Atas dasar ini, seorang

advokat, dokter, konsultan, pegawai negeri atau swasta dan pekerja

profesi lainnya. Ini sejalan dengan dhahir surat al-Baqarah: 267 yaitu:

“Zakatkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik”.

2.3. Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

2.3.1. Arti Pendayagunaan

Pendayagunaan berasal dari kata “Guna” yang berarti manfaat.

Adapun pengertian pendayagunaan menurut kamus besar bahasa Indonesia:

a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

b. Pengusahaan agar mampu menjalankan tugas dengan baik.

Maka pendayagunaan adalah cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan

manfaat yang lebih besar dan lebih baik (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1993 : 189).

36

Sesungguhnya jatuh bangunnya lembaga zakat terletak pada

kreativitas divisi pendayagunaan, hal tersebut bukan berarti menafikan

devisi lainnya. Boleh-boleh saja lembaga zakat memiliki struktur organisasi

yang lengkap serta ditunjang dengan fasilitas lengkap ataupun lembaga

zakat didukung oleh nama-nama besar. Bahkan bisa saja lembaga zakat tiba-

tiba memiliki dana yang besar karena mendapat kepercayaan dari beberapa

perusahaan besar. Tetapi pada akhirnya, kembali juga kepada kreativitas

program pendayagunaan apa yang dikembangkan untuk mustahiq. Dari

program itulah masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana

performance lembaga zakat. Dari program pemberdayaan mustahik ini,

jatuh bangunnya lembaga zakat dipertaruhkan (Sudewo, 2004: 218).

Secara sadar kita harus mengakui, bahwa tradisi klasik dan

tradisional dalam pendayagunaan zakat masih bersifat in enfisiensi telah

berurat berakardan intern dalam kehidupan umat islam. Sehingga

pendayagunaan zakat terkesan masih berkisar pada bentuk konsumtif

karikatif yang kurang atau tidak menimbulkan dampak social ekonomi

yang berarti, selain itu pendistribusian zakat masih didominasi oleh bentuk

peringanan beban sesaat (temporary relief) dan tindakan sementara

(temporary action).

Itu sebabnya pendayagunaan zakat sampai saat ini di dunia Islam,

khususnya di Indonesia dapat dikatakan hampir tidak ada gunanya, bila

zakat didistribusikan kepada fakir miskin tetapi tidak ada perubahan apapun

pada mereka. Padahal tujuan zakat itu sendiri adalah untuk mewujudkan

37

kemakmuran dan keadilan dalam masyarakat. Oleh karena itu, agar sejalan

dengan tujuan zakat maka pendayagunaan zakat itu diorientasikan pada

upaya-upaya yang bersifat produktif, edukatif, dan ekonomis (Abdad, 2003:

33).

Pembagian zakat secara produktif didasarkan pada hadits yang

menyatakan:

Dari Ubaidillah bin ‘Adi bin al-Khiyar r.a. bahwa ada dua orang sahabat

mengabarkan kepadanya bahwa mereka berdua pernah menemui Nabi

SAW meminta zakat kepadanya, maka Rasulullah memperhatikan mereka

berdua dengan seksama dan Rasulullah mendapatkan mereka sebagai

orang-orang yang gagah. Kemudian Rasulullah bersabda, “Jika kamu

berdua mau, akan saya beri, tetapi (sesungguhnya) orang yang kaya dan

orang yang kuat berusaha, tidak mempunyai bagian untuk menerima

zakat”.

Pemberian zakat kepada para mustahik, secara konsumtif dan

produktif perlu dilakukan sesuai kondisi mustahik. Untuk mengetahui

kondisi mustahik amil zakat perlu memastikan kelayakan para mustahik,

apakah mereka dapat dikategorikan mustahik produktif atau konsumtif.

Sehingga zakat benar-benar sampai kepada orang-orang yang berhak

menerimanya secara obyektif (Hasan, 2011: 72).

Untuk pendayagunaan dana zakat, bentuk inovasi distribusi

dikategorikan dalam empat bentuk berikut:

38

a. Distribusi bersifat “konsumtif tradisional”, yaitu zakat dibagikan kepada

mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung. Seperti: zakat fitrah yang

diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana aalam.

b. Distribusi bersifat ‘konsumtif kreatif”, yaitu zakat diwujudkan dalam

bentuk lain dari barangnya semula. Seperti: diberikan dalam bentuk alat-

alat sekolah atau beasiswa.

c. Distribusi bersifat “produktif tradisional”, di mana zakat diberikan dalam

bentuk barang-barang yang produktif, seperti: kambing, sapi, alat cukur,

dan lain sebagainya.

d. Distribusi bersifat “produktif kreatif”, yaitu zakat diwujudkan dalam

bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah

modal pedagang pengusaha kecil (Mufraini, 2006: 153).

2.3.2. Prinsip Pendayagunaan

Dalam pendayagunaan zakat, ada tiga prinsip yang perlu

diperhatikan yaitu:

a. Diberikan kepada delapan asnaf

b. Manfaat zakat itu dapat diterima dan dirasakan manfaatnya

c. Sesuai dengan keperluan mustahiq (konsumtif atau produktif)

Pendayagunaan zakat yang dikumpulkan oleh Badan Amil Zakat

diarahkan pada program-program yang memberi manfaat jangka panjang

untuk perbaikan kesejahteraan mustahiq. Pendayagunaan zakt pada

prinsipnya bertujuan untuk meningkatkatkan status mustahiq menjadi

39

muzakki. Melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

pemberdayaan sosial serta pengembangan ekonomi (Departemen Agama

Republik Indonesia, 2002: 69)

2.3.3. Pemanfaatan Dana

Dalam memanfaatkan dana, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan agar program pemberdayaan dapt bermanfaat besar, yaitu:

a. Asal Usul Dana

Yang tidak boleh diabaikan oleh lembaga zakat adalah status asal

usul dana yang diperoleh. Biasanya lembaga sosial yang telah lama

kesulitan pendanaan, dengan cepat akan segera memanfaatkan dana yang

ditawarkan oleh donatur. Sebuah lembaga harus memperhatikan syarat-

syarat yang diajukan oleh donatur. Bila syaratnya menyulitkan lembaga

dann menyimpang dari ajaran Islam dana tersebut tidak boleh diterima,

walaupun lembaga sedang membutuhkan dana tersebut.

b. Tujuan Lembaga

Konsentrasikan dan fokus pada apa yang menjaditujuan lembaga.

Jangan semua hal ingin dicapai dan jangan ssampai pecahkan konsentrasi

pada kegiatan lain yang tidak memiliki hubungan dengan tujuan

lembaga. Terutama bagi lembaga zakat yang masih baru dan belum

besar.

c. Kapasitas dan Kapabilitas

Kapasitas dan kapabilitas merupakan dua hal yang berbeda.

Kapasitas merupakan daya tamping, sementara kapabilitas adalah

40

kemampuan untuk menggunakan daya tampung tersebut. Dalam hal

SDM, kapasitas dan kapabilitas sangat menentukan sukses tidaknya

lembaga zakat. Orang yang pintar, ibarat punya kapasitas yang baik dan

besar untuk menampung ilmu. Tetapi soal kapabilitas, belum tentu orang

pintar itu mampu menerapkan kapasitasnya di masyarakat. Oleh karena

itu, bagi lembaga zakat antara kapasitas dan kapabilitas SDM harus

seimbang.

d. Program Pemberdayaan

Amil lambaga zakat harus sanggup menggagas konsep yang

berangkat dari akar social. Dia juga harus tajam mengamati realitas

sosial, serta jernih menyisihkan mana yang menjadi penyakit social dan

mana yang menjadi potensi untuk dikembangkan.

Dalam membuat program pemberdayaan, amil harus menyadari

penuh bahwa posisinya adalah menjadi pengelola. Sebagai mediator amil

harus paham mengemas program sesungguhnya menahan hak mustahik

untuk segera sampai. Oleh karena itu, amil harus mengembangkan

program sebagaimana seharusnya bukan sebagaimana baiknya.

e. Upaya Mustahik

Sukses tidaknya pendayagunaan zakat memang tergantung amil.

Dengan ketajamannya amil akan membuat program yang baik. Dengan

kecermatannya amil akan mengalokasikan bantuan program pada

mustahik yang tepat. Semua mustahik mempunyai hak untuk menerima

zakat, tetapi tidak semua mustahik punya kemampuan untuk merubah

41

dirinya menjadi lebih baik melalui program pemberdayaan. Oleh karena

itu, amil harus mencari mustahik yang mau merubah dirinya. Tidak

malas, gigih, dan terus melakukan upaya demi perbaikan nasib.

Pemanfataan dana zakat memerlukan suatu kebijaksanaan dan

kecermatan dan penyamaan, kebutuhan yang nyata dari kelompok-

kelompok penerima zakat, kemampuan penggunaan dana zakat dari yang

bersangkutan yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan dan

kebebasannya dari kemelaratan, sehingga pada gilirannya yang

bersangkutan tidak lagi menjadi penerima zakat, tetapi akan menjadi

pembayar zakat. Hal ini dicontohkan bahwa jika penerima zakat tahu dan

biasa berniaga maka kepadanya diberikan modal usaha, atau yang

bersangkutan mempunyai keterampilan pertukangan, maka kepadanya

diberikan perkakas yang memungkinkan ia bekerja dalam dalam usaha

tertentu.

Gambaran tersebut, mengantarkan kita kepada suatu pengertian

bahwa landasan yang ditetapkan dalam zakat dimaksudkan untuk

menanggulangi kemelaratan itu secara tuntas, dengan peningkatan

kesejahteraan yang merata pada anggota masyarakat, sehinnga pada

setiap tahunnya jumlah para penerima zakat berkurang dan sebaliknya

(Yafie, 1994: 236).

42

BAB III

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA)

KABUPATEN DEMAK

3.1. Profil Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak

3.1.1. Sejarah Berdirinya BAZDA Kabupaten Demak

Berbicara sejarah, awal berdirinya Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kabupaten Demak sebenarnya sesuai dengan tuntutan Undang-

Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat bahwa

pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat baik tingkat nasional

maupun tingkat daerah. Hal tersebut, merupakan suatu bentuk kewajiban

pemerintah dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan

kepada muzakki, mustahiq dan kepada lembaga pengelola zakat itu sendiri.

Di samping Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 1999, berdirinya BAzda

juga sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat, Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor

D/291 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat, dan SK Bupati nomor

451/744/2006.

Pemerintah menyadari bahwa Indonesia sebagai Negara dengan

jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki potensi zakat

yang amat besar. Oleh karena itu, pemerintah memanfaatkan hal tersebut

dengan memberikan fasilitas kepada masyarakat muslim dari berbagai

kalangan untuk berzakat melalui lembaga. Namun, hal tersebut tidak mudah

43

tercapai karena sebagian besar dari mereka masih belum memiliki kesadaran

untuk berzakat. Walaupun ada dari mereka yang sadar zakat, tetapi tidak

percaya memberikan zakatnya kepada lembaga.

Sebagai lembaga yang amanah BAZDA kabupaten Demak,

melaporkan keuangan hasil dari penghimpunan dan pendayagunaan baik

zakat, infaq maupun shadaqah setiap bulannya. Di samping laporan

keuangan, BAZDA juga melampirkan himbauan berzakat kepada kepala

badan atau dinas atau bagian di lingkungan setda atau kantor se-kabupaten

Demak, camat se-kabupaten Demak, kepala UPTD DIKPORA se-kabupaten

Demak.

Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran

berzakat dan peningkatan jumlah dana yang dihimpun baik dari zakat, infaq

maupun shadaqah di BAZDA kabupaten Demak di kalangan para pegawai

se-kabupaten Demak.

BAZDA kabupaten Demak melanjutkan kinerja dari BAZIS

Kabupaten Demak yang telah terbentuk pada bulan April 1990 sesuai SK

Bupati Nomor 451/12/149a/1990 seiring telah diberlakukannya Undang-

undang No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, maka kemudian

BAZIS di Kabupaten Demak berubah menjadi BAZ Daerah Kabupaten

Demak berdasarkan Surat Keputusan Bupati nomor 451/744/2006. Jadi

BAZDA Kabupaten Demak meneruskan kinerja dari BAZIS Demak yaitu

mengumpulkan dan mendayagunakan hasil pengumpulan zakat, infaq dan

shadaqah.

44

Perubahan nama dari BAZIS menjadi BAZDA tidak lain bertujuan

agar zakat, infaq dan shadaqah mendapatkan perhatian lebih dari semua

pihak dan pembinaan lebih intensif dari pemerintah daerah dan lembaga

terkait. Karena tidak kita pungkiri bahwa telah banyak berdiri lembaga amil

zakat sebelumnya namuan belum dapat berjalan optimal.

Sejak tahun 2007 BAZDA kabupaten Demak diresmikan, adapun

sekretariatnya berada di jl. Kyai Singkil No 7 Demak. Dengan diresmikan

BAZDA di kabupaten Demak, maka sejak saat itu BAZDA telah siap

menerima dan mentasyarufkan zakat, infaq dan shadaqah. Dengan

diaktifkannya BAZDA kabupaten Demak diharapkan dapat ikut berperan

dalam program pembangunan daerah, utamanya yang berkaitan dengan

kemiskinan, pengangguran dan permasalahan sosial lainnya.

Adapun alasan BAZDA melakukan pengelolaan zakat itu bertujuan

untuk:

a. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat

sesuai dengan tuntutan agama,

b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial,

c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna masyarakat.

Tujuan dari pengelolaan zakat di BAZDA kabupaten Demak tidak

serta merta bisa tercapai tanpa dukungan dari berbagai kalangan, terutama

rasa percaya mereka kepada BAZDA. Salah satu faktor terpenting untuk

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat adalah organisasi atau lembaga

45

pengelola atau pelaksana yang telah dibentuk oleh BAZDA kabupaten

Demak terdiri dari unsur pemerintah, kalangan professional dan ulama’.

Diharapkan dengan orang-orang yang telah ada di BAZDA tersebut dapat

menarik perhatian masyarakat sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan

pada diri mereka kepada BAZDA.

3.1.2. Profil Lembaga

Badan Amil zakat Daerah (BAZDA) merupakan lembaga pengelola

zakat yang dibentuk oleh pemerintah di tingkat Kabupaten atau Kota.

Pembentukan dan tempat Badan Amil Zakat Kabupaten atau Kota

(selanjutnya disebut BAZ Kabupaten atau Kota) dibentuk oleh Bupati atau

Wali Kota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten atau

Kota. BAZ Kabupten atau Kota berkedudukan di ibu kota Kabupaten atau

Kota (Usman, 2002:169). Jadi, secara otomatis pembentukan BAZDA

Kabupaten Demak mengikuti prosedur yang ada pada Undang-Undang No

38 tahun 1999, tepatnya pada pasal 6 ayat 2.

Adapun visi, misi dan motto dari BAZDA Kabupaten Demak adalah:

Visi

“Terwujudnya kesadaran masyarakat berzakat, infaq, shadaqah dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ”

Misi

a. Meningkatkan kesadaran berzakat, infaq, dan shadaqah

b. Meningkatkan ekonomi ummat

c. Meningkatkan kesadaran keluarga muslim

46

d. Meningkatkan kesehatan ummat

e. Berkiprah pada dakwah bil ahwal wal aqwal

f. Melaksanakan manajemen ZIS yang amanah, profesional dan akuntabel.

Motto

“ Amanah, Professional, dan Akuntabel ”

3.1.3. Struktur BAZDA Kabupaten Demak

Susunan organisasi Badan Amil Zakat Kabupaten atau Kota terdiri

atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan unsure pelaksana. Anggota

pengurus Badan Amil Zakat Kabupaten atau Kota terdiri atas unsur

masyarakat dan pemerintah. Unsur masyarakat terdiri dari ulama,

cendekiawan, tokoh masyarakat dan kalangan professional. Sedangkan

unsur pemerintah terdiri dari Departemen Agama dan isntansi terkait

(DEPAG RI, 2002: 7).

Adapun struktur kepengurusan BAZDA Kabupaten Demak adalah

sebagai berikut:

47

: Jalur komando -------- : Jalur koordinasi

Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi BAZDA Kabupaten Demak

Berikut nama-nama pengurus BAZDA Kabupaten Demak periode 2010-

2012:

a. Badan Pelaksana

Ketua Drs. H. Eko Pringgolaksito, M.si (Assisten II Sekda)

Ketua I H. Suseno, S.IP (Tokoh Masyarakat)

Ketua II Dr. H. Muhtadi, M.Sc (Unsur NU)

Ketua III Drs. H. S Masruchin (Unsur Muhammadiyah)

Sekretaris H. Zainuddin, SH.MM.MH (Kabag Kesra Setda)

Sekretaris I Abd Wahab, SH (Gara Zawa Depag)

terdiri dari

KETUA WAKIL KETUA

KETUA WKL KETUA I WKL KETUA II

ANGGOTA 5 0RANG

MUZAKKI MOTIVATOR

UPZ-UPZ

KEPALA SEKSI PENGUMPULAN

STAF-STAF

BENDAHARA SEKRETARIS

WKL SEKRETARIS I WKL SEKRETARIS II

MUSTAHIQ

DEWAN PELAKSANA

terdiri dari

KETUA WAKIL KETUA

ANGGOTA 5 0RANG

KEPALA SEKSI PENGEMBANGAN

KEPALA SEKSI PENDRISTRIBUSIAN

KEPALA SEKSI PENDAYAGUNAAN

STAF-STAF STAF-STAF

MUSTAHIQ

SEKRETARIS WKL SEKRETARIS

BAZCAM

DEWAN PERTIMBANGAN

SEKRETARIS WKL SEKRETARIS

DEWAN PENGAWAS

48

Sekretaris II Sujono, S.Pd (Kasubag Kesehatan dan Sosial Bag Kesra

Setda)

Bendahara Alfiah, SH (Kabag Keuanagan Kesra)

Bendahara I Dra. Hj. Maskanah (Kasi Pekapotren Depag)

Bendahara II Hj. Isyana Dewi K, S.Ag (Kasi Pug Kp2pa)

BIDANG

a) Pengumpulan

Drs. H. Muhtarom Subadi, S.H (Unsur MUI Demak)

Abdul Wahab (Kasubag APK Bag Kesra Setda)

Drs. H. Nur Rosyid, M.Si (KA Sub Bag TU Depag)

b) Pendistribusian

Drs. H. agus Nugroho LP (KA Dinsosnakerrtrans)

Abdul Hadi, S. Ag (Unsur NU)

Dra. Sri Utami (KA Bag Umum Setda)

c) Pendayagunaan

Drs. H. Taufik Rifa’I (Kabag Pemerintahan)

Drs. H. Abdullah Zaeni (Kasi Urais Depag)

H. Ahmad Said, S. Pdi (Tokoh Masyarakat)

d) Pengembangan

Drs. H. Rozikan, M.Ag (Kasi Penamas Depag)

H. M. Anwar Said (Tokoh Masyarakat)

Mukhlas A.R, S.Ag. M.H

49

b. Dewan Pertimbangan

Ketua Drs. H. Tafta Zani, M.M (Bupati Demak)

Sekretaris Drs. H. Poerwono Sasmito (Sekda Demak)

Anggota H. Muchlasin, SE. M.Si (Ketua DPRD)

Pindo Kartikani, SH. MH (Kajari Depag)

Supomo, SH.MH (KA Pengadilan Negeri Demak)

AKBP Wawan Ridwan SIK, S.H (Kapolres)

Arm Ruly Candrayadi, S.H (Dandim 0716)

c. Komisi Pengawas

Ketua Drs. H. Dachirin Sa’id, M.si (Wakil Bupati Demak)

Sekretaris Drs. H. Tedjo Dipoyono (Kepala Inspektorat)

Anggota Deddy Firmansyah, S.H (Kasi Intel Kejari)

Hj. Nur Sa’adah, S.Pdi.MH (Ketua Komisi D DPRD

Demak)

Drs. H. Nasikin, S.H (Ketua Pengadilan Agama Demak)

Drs. Ni’am Anshori, M.Ag (KA Kandepag Kab Demak)

Drs. H. Muhammad Asyiq (Ketua MUI Kab Demak)

Drs. K.H. Mashruchin Ahmad (Rois Syuriah NU Kab

Demak)

K.H.Rodli Ridwan (Ketua Tarjih Muhammadiyah Kab

Demak)

3.1.4. Tugas Pengurus BAZDA Kabupaten Demak

50

Untuk mengoptimalkan kinerjanya, pengurus BAZDA melaksanakan

tugas sebagaimana yang ada dalam Undang-undang tentang pengelolaan

zakat, diantaranya kinerjanya adalah sebagai berikut (Departemen Agama

RI, 2002: 38-48):

a. Dewan Pertimbangan

Ketua

- Memberikan saran dan pertimbangan tentang pengembangan tentang

pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat,

- Memberikan pertimbangan-pertimbangan akan kebijakan-kebijakan

pengumpulan, pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat,

- Memberikan penilaian pertanggungjawaban dan laporan hasil

pemeriksaan Komisi Pengawas,

- Menampung, mengolah, dan menyampaikan pendapat umat tentang

pengelolaan zakat.

Wakil Ketua

- Membantu ketua dewan pertimbangan dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan yang telah ditetapkan,

- Menyelenggarakan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan zakat,

- Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh ketua,

- Mewakili ketua apabila berhalangan dalam melaksanakan tugas

sehari-hari,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua.

51

Sekretaris

- Melaksanakan kegiatan ketatausahaan,

- Menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan

pengelolaan zakat dan mempersiapkan laporan,

- Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-

hari

- Melaksanaan tugas lain yang diberikan oleh ketua dewan,

- Dalam melaksanakan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada

ketua.

Wakil Sekretaris

- Membantu sekretaris dalam melaksanakan tugas sehari-hari,

- Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh sekretaris,

- Mewakili sekretaris apabili berhalangan berhalangan melaksanakan

tugasnya,

- Dalam menjalankan tugasnya wakil sekretaris bertanggung jawab

kepada sekretaris.

Anggota

- Memberikan masukan kepada ketua tentang pengembangan

pengelolaan zakat,

- Membantu pelaksanaan tugas dewan pertimbangan,

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ketua,

- Dalam menajalankan tugasnya anggota bertanggung jawab kepada

ketua dewan pertimbangan.

52

b. Komisi Pengawas

Ketua

- Mengawasi pengumpulan zakat, penyaluran dan pendayagunaan

zakat,

- Menunjuk akuntan untuk memeriksa pengumpulan, penyaluran dan

pendayagunaan dana zakat,

- Mempertanggungjawabkan dan melaporkan kerjanya kepada dewan

pertimbangan.

Wakil Ketua

- Membantu ketua dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari,

- Menyelenggarakan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan

pengawasan,

- Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan,

- Mewakili ketua komisi pengawas apabila berhalangan dalam

melaksanakan tugas,

- Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada ketua komisi

pengawas.

Sekretaris

- Melaksanakan kegiatan ketatausahaan di bidang pengawasan,

- Menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan

dana BAZ serta mempersiapkan bahan laporannya,

- Menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan,

- Melaksanakan tugas lain yang diberiakn oleh atasan,

53

- Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua

komisi pengawas.

Wakil Sekretaris

- Membantu sekretaris dalam melaksanakan tugas sehari-hari,

- Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan,

- Mewakili sekretaris apabila berhalangan melaksanakan tugasnya,

- Dalam menjalankan tugasnya wakil sekretaris bertanggung jawab

kepada komisi pengawas.

Anggota

- Melaksanakan tugas operasional pengawasan,

- Membantu pelaksanaan tugas komisi pengawas,

- Melaksanakan tugas alin yang diberikan oleh atasan,

- Dalam menjalankan tugasnya wakil sekretaris bertanggung jawab

kepada komisi pengawas.

c. Badan Pelaksana

Ketua

- Melakasanakan garis besar kebijakan BAZ dalam program

pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat,

- Memimpin pelaksanaan program-program BAZ,

- Merencanakan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat,

- Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada DPRD tingkat

II dan Bupati/waikota.

54

Ketua I

- Membantu ketua dalam menjalankan tugas,

- Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan,

- Mewakili ketua apabila berhalangan dalam menjalankan tugas,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua.

Ketua II

- Membantu ketua dan ketua I dalm menjalankan tugas,

- Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan,

- Mewakili ketua I apabila berhalangan dalam menjalankan tugas,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua.

Sekretaris

- Melaksanakan tata administrasi,

- Menyediakan bahan untuk pelaksanaan kegiatan BAZ serta

mempersiapkan bahan laporan,

- Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua.

Sekretaris I

- Melaksanakan kegiatan ketatausahaan

- Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan programdan

kegiatan,

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada sekretaris.

55

Sekretaris II

- Membantu tugas sekretaris dan sekretaris I

- Menyiapkan bahan laporan,

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,

- Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada sekretaris I.

Bendahara

- Mengolah seluruh asset uang zakat,

- Melaksanakan pembukuan dan keuangan,

- Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat

dari bidang pengumpulan,

- Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat

dari bidang pendayagunaan zakat dan lainnya dari bidang

pendayagunaan,

- Menerima tanda bukti penerimaan penyaluran atau pendayagunaan

dana produktif dari bidang pendistribusian,

- Menyusun dan menyampaikan laporan berkala atas penerimaan dan

penyaluran dana zakat,

- Mempertanggungjawabkan dana zakat dan dana lainnya.

Kepala Seksi Pengumpulan

- Melakukan pendataan muzakki, harta zakat dan lainnya,

- Melakukan usaha penggalian zakat dan dana lainnya,

56

- Melakukan pengumpulan zakat dan lainnya, dan menyetorkan

hasilnya ke bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti

penerimaan pada bendahara,

- Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat dan lainnya,

- Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat dan lainnya.

Kepala Seksi Pendistribusian

- Menerima dan menyeleksi permohonan calon mustahiq,

- Mencataat mustahiq yang memenuhi syarat menurut kelompoknya

masing-masing,

- Menyiapkan rancangan keputusan tentang mustahiq yang menerima

zakat dan lainnya,

- Melaksanakan penyaluran dana zakat dan lainnya sesuai dengan

keputusan yang telah ditetapkan,

- Mencatat penyaluran dana zakat dan lainnya, dan menyerahkan tanda

bukti penerimaan pada bendahara,

- Menyiapkan bahan laporan penyaluran dana zakat dan lainnya,

- Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada ketua.

Kepala Seksi Pendayagunaan

- Melakukan pendataan mustahiq, harta zakat dan lainnya,

- Melakukan pendistribusian zakat dan lainnya sesuai dengan ketentuan

yang telah ditentukan,

- Mencatat pendistribusian zakat dan lainnya serta menyerahkan tanda

bukti penerimaan kepada bendahara,

57

- Menerima dan mencatat permohonan pemanfatan dana zakat dan

lainnya untuk usaha produktif,

- Meneliti dan menyeleksi calon penerima dan produktif,

- Menyalurkan dana produktif kepada mustahiq,

- Mencatat dana produktif yang telah didayagunakan dan menyerahkan

tanda bukti penerimaan kepada bendahara,

- Menyiapkan bahan laporan penyaluran dana zakat dan lainnya untuk

usaha produktif,

- Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada ketua.

Kepala Seksi Pengembangan

- Menyusun rencana pengumpulan, pendayagunaan dan pembinaan

dana zakat dan lainnya,

- Melakukan penelitian dan pengembangan masalah-masalah sosial dan

keagamaan dalm rangka pengembangan zakat,

- Menerima dan member pertimbangan, usul dan saran mengenai

pendayagunaan zakat untuk pengembangan sosial,

- Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada ketua.

58

BAB IV

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENDAYAGUNAAN

ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI BAZDA

KABUPATEN DEMAK TAHUN 2010-2011

4.1. Pelaksanaan Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di BAZDA

Kabupaten Demak

Proses pelaksanaan pendayagunaan ZIS di BAZDA Kabupaten

Demak setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan secara kuantitas, jadi

semakin banyak mustahiq yang sudah terbantu dengan dana ZIS. Hal

tersebut dikarenakan dana yang dihimpun juga meningkat, walaupun masih

banyak bersifat konsumtif namun BAZDA selalu mengupayakan

pendayagunaan yang bersifat produktif karena dirasa dengan

pendayagunaan produktif lebih terasa manfaatnya dan ZIS lebih berdaya

guna. Pendayagunaan dana zakat bagi delapan asnaf sebagaimana ketentuan

fikih, sedangkan pendayagunaan dana infaq dan shadaqah dilakukan secara

lebih bebas.

Peningkatan pendayagunaan di BAZDA itu seiring dengan

meningkatnya dana ZIS yang terhimpun. Hal tersebut dikarenakan pengurus

BAZDA tidak henti-hentinya mensosialisasikan program dan hikmah

berzakat, agar para pegawai dan masyarakat umum sadar akan pentingnya

berzakat melalui lembaga.

59

4.1.1. Bentuk-Bentuk Pendayagunaan BAZDA Kabupaten Demak

Pendayagunaan dana ZIS di BAZDA Kabupaten Demak

mengklasifikasikannya menjadi dua bentuk:

a. Bentuk konsumtif, yaitu zakat, infaq dan shadaqah yang dibagikan

kepada mustahiq secara langsung (bersifat bantuan sesaat untuk

menyelesaikan masalah yang mendesak). Diantanya disalurakn untuk

bantuan konsumtif fakir miskin, ibnu sabil dan lain-lain sesuai syariat,

bantuan anak berprestasi dan bantuan bencana alam.

Dalam pendayagunaan hasil pengumpulan zakat di BAZDA

Kabupaten Demak untuk kebutuhan konsumtif mustahik dilakukan

berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

- Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf

khususnya fakir miskin.

- Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi

ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan

bantuan.

- Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing.

Adapun data pendayagunaan konsumtif sebagai berikut:

60

TABEL IV.4

PENDAYAGUNAAN KONSUMTIF PADA TAHUN 2010-2011

JUMLAH MUSTAHIQ

NO KECAMATAN BAG KONSUMTIF @ RP. 50.000

2010 2011

1 Demak 43.100.000 384 478

2 Sayung 39.250.000 354 431

3 Karang tengah 39.350.000 376 411

4 Karangawen 30.950.000 254 365

5 Guntur 31.650.000 244 389

6 Mranggen 39.900.000 362 436

7 Bonang 38.200.000 308 456

8 Wedung 50.000.000 487 513

9 Dempet 32.200.000 246 398

10 Kebun agung 36.150.000 345 378

11 Gajah 34.550.000 302 389

12 Karang anyar 34.100.000 265 417

13 Mijen 36.500.000 321 409

14 Wonosalam 44.400.000 420 468

Jumlah 530.300.000 4668 5938

61

b. Bentuk produktif, yaitu zakat, infaq dan shadaqah yang diberikan dalam

bentuk pemberdayaan modal untuk membangun usaha. Misalnya untuk

bantuan produktif berupa modal usaha atau alat ketrampilan usaha untuk

mengentaskan kemiskinan.

Adapun pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk kebutuhan

usaha produktif di BAZDA Kabupaten Demak dilakukan berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut :

- Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahik delapan asnaf sudah

terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.

- Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang memungkinkan.

- Mendapat persetujuan dari dewan pertimbangan.

TABEL VI.5

PENDAYAGUNAAN PRODUKTIF TAHUN 2010-2011

NO ALAMAT JENIS BANTUAN

JUMLAH KET

1 Bonangrejo Kambing betina

9 orang @ 1 ekor

Kambing mati 6 ekor, 3 ekor hidup, ditambag anaknya 6 ekor jadi ada 9 ekor

2 Poncoharjo Kambing jantan

1 ekor Kambing mati

3 Karangrejo Kambing jantan

3 orang @ 1 ekor

Kambing sakit lalu dijual

4 Tridonorejo Kambing betina

3 tempat @ 4 ekor

Kambingnya sakil, lalu dijual dan hasilnya akan dibelikan kambing lagi

5 Purworejo Kambing betina

12 orang @ 1 ekor

Kambingnya sakil, lalu dijual dan hasilnya akan dibelikan kambing lagi

6 Demak Bantuan modal 30 orang @ Rp. 1.000.000

Bantuan modal bagi penyandang cacat program pemberdayaan ekonomi

7 Bontoro Tambahan modal

Rp. 1.000.000 Tambahan modal untuk usaha nasi kucing

8 Demak Penguatan modal

Rp. 3.500.000 Penguatan modal yahap kedua

62

Mengacu dari potensi masyarakat Demak, ternyata terdapat usaha-

usaha yang mampu dikembangkan dikalangan mereka baik dari individu

maupun kolektif. Oleh karena itu, mulai tahun 2010 BAZDA Kabupaten

Demak memanfaatkan dana zakat, infaq dan shadaqah kearah yang lebih

produktif. Karena dirasa dengan pendayagunaan produktif mampu

mendatangkan hasil dan manfaat dan sekaligus mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (mustahiq) terutama dalam taraf ekonomi mereka.

Hal ini bukan berarti menafikan pendayagunaan yang bersifat konsumtif,

pendayagunaan produktif dijalankan ketika kebutuhan konsumtif mustahiq

sudah terpenuhi, adapun prosensate untuk pendayagunaan ZIS adalah dalam

bentuk konsumtif 40% dan produktif 60% (hasil wawancara staf

administrasi BAZDA pada tanggal 2 September 2011).

4.1.2. Program Pendayagunaan BAZDA Kabupaten Demak

Program pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah yang ada di

BAZDA kabupaten Demak belum dispesifikan secara detail, namun dalam

pelaksanaannya BAZDA mengacu pada buku Pedoman Pengelolaan Zakat

yang disusun oleh departemen Agama Republik Indonesia, yaitu terdiri dari:

a. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia, berupa:

Pendidikan anak asuh kerjasama BAZDA dengan Lembaga GNOTA

(untuk SD atau MI per-anak Rp.120.000 sedangkan SMP atau Mts per-

anak Rp.240.000 diberikan pertahun).

b. Program pelayanan sosial dan kemanusiaan, berupa:

- Program bantuan kemanusiaan

63

- Bantuan pelayanan janazah

c. Program pengembangan ekonomi umat, berupa:

- Bantuan sarana usaha

- Bantuan ekonomi produktif

- Penguatan modal usaha

- Pendampingan atau pembinaan usaha

Namun pada tahun 2011 dan seterusnya program-program BAZDA

rencananya akan lebih dispesifikan dalam bentuk nama-nama yang lebih

singkat, harapannya supaya masyarakat lebih mudah mengingat program-

program yang ada di BAZDA Kabupaten Demak yaitu dengan tema

“program-program BAZDA dan Produk Amal Ikhlasnya” yang berupa:

- Demak Makmur

Peningkatan pendapatan dan penghasilan keluarga miskin, hal ini

berupa penguatan modal

- Demak Peduli

Pemberian bantuan bencana,

- Demak Cerdas

Peduli umat baik dalam secara formal maupun informal, berupa

pemberian beasiswa maupun alat-alat tulis.

- Demak Sehat

Peduli pada kesehatan masyarakat. Berupa penyediaan mobil

ambulan, pemberian bantuan berupa uang kepada masyarakat yang

64

tidak mampu berobat atau penyandang penyakit akut dan penyediaan

alat bagi para pendeita cacat fisik.

- Demak Taqwa

Berkiprah pada dakwah bil hal dan bil qoul. Dakwah bil hal berupa

peningkatan penghimpunan lembaga, mengadakan pelatihan-

pelatihan, kursus keterampilan dengan merekrut kelompok yang

mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Dakwah bil qoul yaitu

dalam aktivitas penyebaran brosur-brosur sebagai wujud komunikasi,

informasi dan edukasi. Di samping itu dalam rangka dakwah bil qoul,

BAZDA bekerja sama dengan MUI dalam penyediaan teks khutbah.

Dalam realitanya program-program yang di BAZDA belum dapat

diupayakan seperti program-program yang lebih spesifik, hal tersebut

masih sebatas rencana. Namun pada tahun 2012 program-program

BAZDA dan produk amal ikhlasnya akan direalisasikan.

4.1.3. Mustahiq Zakat BAZDA Kabupaten Demak

Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat

(pasal 1, Undang-undang no 38 tahun1999). Mustahiq delapan asnaf ialah

fakif, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil, yang

aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara

ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang

menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang,

pengungsi yang terlantar, dan korban bencana alam.

65

Adapun pembagian zakat apabila diprosentasikan adalah sebagai

berikut:

TABEL VI.6

PROSENTASE MUSTAHIQ DI BAZDA KABUPATEN

DEMAK

NO MUSTAHIQ PROSENTASE

1 FAKIR 30 %

2 MISKIN 30 %

3 AMIL 10 %

4 MUALLAF 5 %

5 SABILILLAH 15 %

6 IBNU SABIL 5 %

7 GHARIM 5 %

Mengacu dari firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 60, maka

penyaluran zakat di BAZDA kabupaten Demak lebih diprioritaskan

kepada asnaf delapan tersebut kecuali riqob, terutama para fakir dan

miskin. Yang dipentingkan oleh BAZDA kabupaten Demak adalah

kebutuhan konsumtif dari delapan asnaf tersebut, ketika kebutuhan

konsumtif mereka sudah terpenuhi dan dana zakat yang terkumpul masih

sisa maka didayagunakan kepada zakat yang produktif.

Karena kondisi satu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal

ini sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah setempat. Di beberapa tempat

kemiskinan menjadi masalah yang paling dominan, sehingga zakat hanya

disalurkan untuk pengentasan kemiskinan, golongan lain menjadi

66

prioritas berikutnya. Meskipun secara umum kondisi daerah memiliki

kesamaan, namun skala prioritas dalam penyaluran zakat sangat munkin

terjadi (Ridwan, 2004: 206).

Adapun pemilihan dari asnaf delapan tersebut, BAZDA

kabupaten bekerja sama dengan BAZCAM. Karena menurut BAZDA,

BAZ kecamatan lebih tahu siapa diantara warganya yang bener-bener

berhak menerima dana zakat. Tidak hanya dengan BAZ kecamatan saja

tetapi BAZDA kabupaten juga menjalin kerja sama dengan instansi-

instansi yang terkait dengan program-program yang akan disalurkan.

Yang terpenting dari BAZDA adalah penyaluran zakat secara tepat dan

tegas. Tepat karena hanya diberikan kepada para mustahiq dan tegas

karena secara lugas menolak yang bukan mustahiq .

Selama ini mustahiq BAZDA belum mengalami perubahan yang

signifikan (mustahiq menjadi muzaki), mereka masih belum bisa

dikatakan mampu secara finansial. Hal ini bisa dilihat dari kondisi awal

mustahiq sebelum dan sesudah menerima bantuan dari BAZDA

kabupaten Demak. Contohnya saja penerima tambahan atau penguatan

modal usaha kepada saudara Agus Martono warga kelurahan Bintoro

kecamatan Demak. Bapak agus awalnya sebagai penjual nasi kucing,

kemudian dapat tambahan modal dari BAZDA digunakan untuk

perbaikan gerobak dan sisanya untuk tambahan dagangan nasi kucing.

Meskipun tambahan modal tersebut sangat membantu pak Agus namun

secara keseluruhan finansial pak Agus belum dikatakan mampu, pak

67

Agus dapat dikategorikan mampu bukan miskin lagi, karena pak agus

sudah mempunyai pekerjaan dan sudah dapat mencukupi kebutuhan

primer diri dan keluarganya. Menurut pengakuan pak agus, bantuan

tambahan modal tersebut sangat membantu, setidaknya dengan adanya

tersebut dapat memajukan dagangannya walaupun tidak seberapa

perubannya (Hasil wawancara dengan bapak Agus Martono pada tanggal

30 Desember 2011, di kediamannya).

4.2. Pelaksanaan Pengawasan di BAZDA KAbupaten Demak

Pelaksanaan pengelolaan zakat yang dilakukan BAZDA kabupaten

Demak sudah menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu dimulai dari

perencanaan program kerja pengurus BAZDA setiap periodenya, melakukan

pengorganisasian, pengarahan atas kinerja para pengurus BAZDA dan

proses akhir yang tidak boleh ditinggalkan adalah pengawasan.

Pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak terbagi menjadi dua

yaitu:

1. Pengawasan Internal

Pengawasan internal di BAZDA Kabupaten Demak itu berupa:

a. Pengawasan yang dilaksanakan oleh unsur pengawas yaitu komisi

pengawas (internal auditor) yang bertugas melakukan pemantauan dan

pengawasan terhadap kinerja Badan Pelaksana Badan Amil Zakat

yang meliputi pelaksanaan administrasi dan teknis pengumpulan,

pendistribusian, pendayagunaan dan pengembangan. Setiap

68

pelanggaran dan atau penyimpangan yang dilakukan oleh Badan

Pelaksana, oleh komisi pengawas akan disampaikan kepada Dewan

Pertimbangan Badan Amil Zakat yang bersangkutan untuk ditindak

lanjuti berupa pembinaan dan pembenahan seperlunya dan dipandang

perlu dapat diberikan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran

maupun penyimpangan sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Pemantauan komisi pengawas di BAZDA Kabupaten Demak, melalui

laporan tahunan atas pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Setiap kepala bidang dan urusan

badan amil zakat menyampaikan laporan kepada ketua badan amil

zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan

tersebut serta menyusun laporan berkala (laporan tahunan dan

bulanan).

c. Di samping itu, sistem pelaporan keuangan di BAZDA juga dilakukan

setiap bulan (antara tanggal 15-20) yang sebelumnya diadakan rapat

(bulanan) mengenai kegiatan yang sudah terlaksana. Laporan tersebut

diberikan kepada setiap instansi yang anggota-anggotanya telah

memberikan dana zakat, infaq dan shadaqah kepada BAZDA. Dalam

laporan tersebut berisi tentang jumlah pemasukan maupun

pengeluaran setiap bulan , hal ini untuk keperluan teransparansi .

Pada setiap laporan tersebut akan selalu diteliti oleh komisi

pengawas dan dilakukan evaluasi, jika ada masalah dalam laporan tersebut

maka komisi pengawas memanggil pihak yang bersangkutan (misalnya ada

69

kegiatan yang sudah terlaksana tetapi belum dilaporkan) dan komisi

pengawas memberikan arahan dan refleksi bersama (Wawancara dengan

Bapak Abd Wahab, SH pada tanggal 4 November 2011). Pengawasan dalam

bidang keuangan di BAZDA Kabupaten Demak sudah menerapkan standar

akuntansi sebagai wujud akuntabilitas lembaga. Disamping itu, pengawasan

dilakukan dalam pelaksanaan penghimpunan, pndistribusian, pndayagunaan

dan pengembangan.

Pengawasan dalam pelaksanaan penghimpunan meliputi sejauh

mana bidang penghimpunan melakukan pendataan muzaki, yang dalam hal

ini zakat masih berlaku di kalangan para pegawai negeri maupun swasta

yang ada di kabupaten Demak sebagai zakat profesi, bagi pegawai yang

belum mencapai nishab untuk kewajiban membayar zakat maka dikenakan

infaq sebesar Rp.10.00,-. Pembayaran tersebut dikuasakan kepada

bendahara yang ditunjuk dari masing-masing instansi. Sedangkan untuk

zakat non profesi belum bisa terlaksana dikarenakan beberapa hal

diantaranya:

a. Dari segi materi, BAZDA belum siap sepenuhnya tentang bahan yang

akan disampaikan kepada objek sosialisasi, karena tidak semua materi

zakat harus disampaikan pada mereka harus disesuaikan dengan profesi

objek sosialisasi.

b. Dari segi SDM, BAZDA masih mengalami kendala karena kurangnya

SDM sebagai pelaksana sosialisasi zakat, yang benar-benar memahami

kajian tentang zakat.

70

c. Dari segi waktu, BAZDA kabupaten Demak masih kesulitan dalam

menentukan waktu yang tepat antara pelaksana sosialisasi dan sasaran

yang akan diberi sosialisasi.

Meskipun demikian, bidang penghimpunan tetap berusaha

melakukan penggalian zakat profesi dan non profesi. Di samping itu

pengawasan dilakukan dalam penghimpunan zakat dan dana lainnya.

Bidang penghimpunan membawahi UPZ-UPZ baik di instansi-instansi

pemerintahan maupun yang ada di BAZCAM.

Pengawasan dalam pelaksanaan bidang pendistribusian berupa

bagaimana pendistribusian melakukan penerimaan dan penyeleksian

terhadap permohonan calon mustahiq. Teknisnya yaitu calon mustahiq yang

meminta bantuan mengajukan permohonan bantuan secara lisan kepada

BAZCAM setempat kemudian oleh BAZCAM permohonan tersebut*)

diberikan ke BAZDA untuk ditindak lanjuti Calon mustahiq bisa langsung

mengajukan bantuan kepada BAZDA. Setelah itu dari bidang

pendistribusian menyeleksi calon mustahiq yang berhak menerima bantuan,

yaitu dengan meminta atau menggali informasi dari BAZCAM tentang

kondisi calon mustahiq tersebut. Di samping itu, dari bidang pendistribusian

juga meninjau secara langsung bagaimana konsidi calon mustahiq tersebut.

Jadi mustahiq di BAZDA masih bersifat selektif. Dilakukan penyeleksian

calon mustahiq agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pendistribusiannya,

sehingga pendistribusian berjalan dengan tepat dan dapat berdayaguna bagi

* ) Contoh permohonan terlampir

71

mustahiq. Bidang pendistribusian BAZDA juga bekerja sama dengan

BAZCAM dalam hal distribusi zakat di tingkat kecamatan, BAZDA hanya

melakukan monitoring dari jarak jauh.

Pengawasan dalam hal pendayagunaan lebih menitik beratkan pada

proses pendataan mustahiq, pencatatan dan penyeleksian mustahiq

produktif, dan bagaimana dana zakat produktif tersebut disalurkan. Dalam

pelaksanannya, sering kali calon penerima zakat produktif diundang ke

kantor BAZDA untuk diberi arahan atau pembinaan perihal penggunaan

dana zakat produktif. Adapun data mustahiq di wilayah kerja Demak adalah

sebagai berikut:

TABEL IV.1

DATA MUSTAHIQ DI WILAYAH KERJA DEMAK

TAHUN 2010-2011

JUMLAH MUSTAHIQ NO BAZCAM

2010 2011 1 Demak 384 478 2 Sayung 354 431 3 Karang tengah 376 411 4 Karangawen 254 365 5 Guntur 244 389 6 Mranggen 362 436 7 Bonang 308 456 8 Wedung 487 513 9 Dempet 246 398 10 Kebun agung 345 378 11 Gajah 302 389 12 Karang anyar 265 417 13 Mijen 321 409 14 Wonosalam 420 468

Jumlah 4668 5938

72

Pengawasan dalam bidang pengembangan, BAZDA bekerja sama

dengan MUI dalam hal pengembangan kajian zakat melalui peran serta

dalam mensosialisasikan zakat, melakukan pelatihan-pelatihan tentang

peran amil dalam mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah dan

mengadakan workshop tentang perkembangan keilmuan zakat. Oleh karena

sebagai wujud dari pengawasan maka dalam hal penelitian dan

pengembangan masalah-masalah sosial dan keagamaan, atas persetujuan

komisi pengawas dan dewan pertimbangan maka pada akhir tahun 2011

dibentuklah motivator (tim penyuluh) yang terdiri dari Drs. H. Eko

Pringgolaksito, M.Si, H. Suseno, S.IP, Drs. H. S Masruchin, drs. H.

Muhtarom Subadi, S.H, H. Ahmad Said, S.Pd.I, Muchlas A.R, S. Ag. M.H.

diharapkan dari motivator-motivator inilah komisi pengawas mendapat

berbagai informasi tentang pengembangan zakat.

Disamping pengawasan melalui pemantauan dari laporan, BAZDA

Kabupaten Demak juga melakukan publikasi tentang kegiatan yang telah

dilakukan contohnya ketika launching ambulan BAZDA (laporan kegiatan)

yang dimuat di suara merdeka, tujuannya sebagai bagian dari

pertanggungjawaban dan transparansi lembaga kepada publik.

2. Pengawasan Eksternal

Dalam pengawasan eksternal di BAZDA Kabupaten Demak belum

terlaksana, karena masih kesulitan menetapkan siapa yang seharusnya

mejadi tim auditor eksternal. Menurut salah satu informan, BAZDA

kebingungan sebenarnya yang menjadi tim audit eksternal itu apakah dari

73

kementrian agama, pemerintah kabupaten atau dari lembaga audit

independen (Hasil wawancara dengan Bapak Muchlas sebagai bidang

pengembangan apada tanggal 22 Desember 2011).

Realisasi tiap program BAZDA kabupaten Demak mempercayakan

sepenuhnya kepada bidang-bidang yang ada, dengan tetap berkoordinasi

dengan pimpinan sebelum atau sesudah pelaksanaan program dan atau

dengan bidang lain dalam menjalankan progam (jika diperlukan). Hanya

sesekali pimpinan melakukan Pengawasan Repressif dengan Sistem Inspektif

.

4.2.1. Standar Pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak

Standar pengawasan yang ada di BAZDA berupa sasaran, kuota dan

anggaran dana pelaksanaan. Hal itu tercantum dalam perencanaan program

kerja dari masing-masing unit atau bidang. Sasaran yang ada di BAZDA

yaitu berupa sesuatu yang dikenai atau dijadikan objek dari berbagai

kegiatan yang ada dalam setiap programnya. Kuota di BAZDA adalah batas

minimal dari pelaksanaan kegiatan BAZDA, adapun anggaran dana yang

dimaksudkan BAZDA adalah budget pelaksanaan dari semua kegiatan

BAZDA. Rencana kerja ini sangat urgen karena sebagai acuan bagi seluruh

kegiatan BAZDA kabupaten Demak selama satu periode Dari rencana kerja

ini akan menjadi tolak ukur pelaksanaan, apakah menyimpang atau tidak

menyimpang dari program yang telah ditetapkan.

Untuk dapat meneliti keefektifan dalam pengelolaan zakat di

BAZDA kabupaten Demak diperlukankan pengawasan pada setiap program

74

dan kinerja dari pelaksana organisasi. Dalam hal ini pengawasan harus

dilakukan oleh komisi pengawas untuk memastikan bahwa anggota-

anggotanya melakukan aktivitas sesuai dengan rencana yang sudah

ditetapkan organisasi. Karena sesungguhnya tujuan utama dilakukan

pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi

kenyaataan. Namun dalam realitanya pengawasan terhadap pelaksanaan

kegiatan belum dapat maksimal, karena kesibukan komisi pengawas sebagai

Wakil Bupati Demak (hasil wawancara dengan bapak Muchlas pada tanggal

30 Desember 2011). Adapun program kerja tersebut bisa dilihat dari tabel

berikut:

75

TABEL VI.2

PERENCANAAN PROGRAM KERJA

PENGURUS BAZDA KABUPATEN DEMAK 2010-2011

PROGRAM KEGIATAN SASARAN VOL AD KET

Administrasi

1. Mencatat dan mengarsip surat masuk atau keluar

2. Menyusun dan menyajikan data atau informasi tentang ZIS

3. Menghimpun dan mengadministrasikan peraturandan UU tentang ZISWA

4. Mengadakan dan menginventarisir sarana prasarana fisik, administrasi, tata usaha, dokumentasi, dan transportasi BAZDA

5. Mendokumentasikan seluruh kegiatan BAZDA

6. Papanisasi alamat dan struktur BAZDA

1. Surat masuk/ keluar dari/ ke BAZDA

2. Data atau informasi yang diperlukan masyarakat

3. Peraturan dan atau UU dari tingkat pusat-daerah

4. Seluruh kebutuhan saspra administrasi dan tata usaha BAZDA

5. Seluruh

kegiatan BAZDA

6. Halaman

kantor dan ruangan BAZDA

Setiap kegiatan Setiap bulan Setiap ada peraturan perundangan 4x Setiap kegiatan 1x

BAZDA BAZDA BAZDA BAZDA BAZDA BAZDA

- - - - - -

76

7. Menyusun laporan bulanan neraca kas masukatau keluar BAZDA

8. Menyusun laporan kegiatan BAZDA setiap akhir tahun

7. Neraca keuangan bulanan BAZDA

8. Kegiatan

BAZDA setiap tahun

12x 3x

BAZDA BAZDA

Awal bulan Setiap akhir tahun

Penyelenggaraan ZISWA

1. Sosialisasi UU No. 38 Th 1999

2. Sosialisasi program BAZDA

3. Membuat profil BAZDA

4. Menerbitkan

buletin zakat

5. Maping muzaki dan mustahiq

1. Masyarakat umum dan muzaki

2. Masyarakat

umum 3. Status dan

keberadaan BAZDA

4. Kegiatan dan neraca keuangan BAZDA

5. Data Muzaki dan mustahiq

2x 14 1x 12x 12x

BAZDA BAZDA BAZDA BAZDA BAZDA

Bekerja sama dengan pemkab Demak

-Setiap kecamatan - - -

Organisasi

1. MembentukUPZ di tiap pemerintah, BUMD,BUM, perusahaan swasta

2. Mengadakan koordinasi dengan LAZ tingkat daerah Demak

1. Kantor dinas instansi pemerintah/ swasta

2. Pengurus LAZ tingkat Demak

Sejumlah instansi 2x

BAZDA BAZDA

77

3. Mengadakan pembinaan organisasi dan pelaksanaan ZIS di tingkat kecamatan

3. Pengurus BAZCAM

14x

BAZDA

Peningkatan SDM pengelola Zakat

1. Mengadakan pelatihan/orientasi pengurus BAZDA-BAZCAM

2. Mengirim pengurus BAZDA dalam pelatihan di tingkat propinsi atau pusat

1. Pengurus BAZDA dan BAZCAM

2. Pengurus

sesuai kapasitasnya dan kebutuhannya

1x Sesuai kebutuhan

BAZDA BAZDA

Pengumpulan

1. Mendata dan menghimpun zakat profesi, infaq dan shadaqah dari PNS dan karyawan BUMD Demak

2. Menghimpun ZIS dari masyarakat umum

1. Seluruh PNS, TNI/ POLRI serta karyawan BUMD Demak

2. Muzaki dari masyarakat umum

12x 12x

BAZDA BAZDA

Lewat mekanisme pemotongan gaji tiap bulan Lewat slip pembayaran rekening PLN/PDAM

Pendayagunaan Zakat Infaq dan Shadaqah

1. Memberikan bantuan pendidikan/ beasiswa, bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia

2. Memberikan bantuan pengembangan

1. Dari unsur keluarga fakir miskin secara selektif

2. Usaha kecil

dari keluarga

10x 10x

BAZDA BAZDA

Dipilih secara selektif Dipilih secara selektif

78

ekonomi umat, melalui bantuan sarana usaha dan modal usaha

3. Memberikan pelayanan sosial dan kemanusiaan melalui bantuan/ subsidi biaya hibup dan kesehatan fakir miskin

fakir miskin 3. Keluarga

fakir miskin

10x

BAZDA

Dipilih secara selektif

Pengawasan 1. Melaksanakan monitoring kegiatan BAZDA tingkat kecamatan se kab. Demak

2. Melaksanakan monitoring kegiatan zakat, infaq dan shadaqah yang dilaksanakan oleh masyarakat

3. Melaksanakan monitoring kegiatan zakat, infaq dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pemkab Demak

1. Kegiatan BAZDA tingkat kecamatan Kab Demak

2. Kegiatan

zakat, infaq dan shadaqah oleh masyara-kat

3. Kegiatan

zakat, infaq dan shadaqah oleh pemkab Demak

14x 14x 3x

BAZDA BAZDA BAZDA

Bersamaan dengan pembinaan Untuk bahan pengelolaan Bekerjasama dengan pemkab

79

Program kerja pengurus BAZDA Demak selalu direncanakan dalam

awal pergantian kepengurusan yaiu setiap tiga tahun sekali. Dalam rencana

kerja tersebut ditetapkan program serta target selama satu periode, diantara

program yang direncanakan meliputi bidang administrasi, penyelenggaraan

ZISWA, organisasi, peningkatan SDM pengelola BAZDA, pengumpulan,

pendayagunaan dan pendistribusian zakat, infaq dan shadaqah serta

pengawasan.

Untuk bidang administrasi, kegiatan perencaannya meliputi:

1. Kegiatan admnistrasi selalu tidak dapat lepas dari surat menyurat, oleh

karena itu sebagai tugas pertama administrator adalah mencatat dan

mengarsip surat masuk atau keluar baik surat yang diterima atau

dikeluarkan oleh BAZDA. Hal ini dilakukan di setiap kali kegiatan .

2. Setiap bulan BAZDA menyusun dan menyajikan data atau informasi

tentang ZIS. Data atau informasi tersebut adalh sesuatu yang sedang

diperlukan masyarakat.

3. Setiap ada peraturan dan perundangan baru tentang ZISWA, baik dari

tingkat daerah sampai pusat BAZDA selalu menghimpun dan

mengadministrasikan peraturandan UU tentang ZISWA tersebut.

4. BAZDA setiap tahun sekali selalu mengadakan dan menginventarisir

sarana prasarana fisik, administrasi, tata usaha, dokumentasi, dan

transportasi BAZDA. Kalau memang ada sarana prasarana BAZDA yang

rusak atau habis maka sebagai administrator berupaya untuk

mewujudkannya atau memperbaiki.

80

5. Sebagai administrator, setiap kali ada kegiatan selalu berupaya

mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan BAZDA.

6. Agar masyarakat mengetahui keberadaan BAZDA kabupaten Demak,

maka administrator membuat papanisasi alamat dan struktur BAZDA

7. Sebagai lembaga yang amanah dan akuntabel, maka BAZDA setiap

bulannya menyusun laporan bulanan neraca kas masuk atau keluar

BAZDA

8. Tugas terakhir dari administrator adalah menyusun laporan kegiatan

BAZDA setiap akhir tahun, sebagai wujud laporan pertanggung awaban

kepada pemerintah dan masyarakat.

Untuk bidang penyelenggaraan ZISWA, kegiatan perencanaannya

meliputi:

1. Melakukan sosialisasi UU No 38 tahun 1999 kepada masyarakat umum

dan muzaki yang dilakukan BAZDA bekerjasama dengan pemkab Demak

2. Melakukan sosialisasi program-program BAZDA kepada masyarakat

umum, dalam hal ini BAZDA bekerjasama dengan kwcamatan-

kecamatan yang adadi Demak. Sosialisasi ini dilakukan dalam tiga bulan

sekali.

3. Membuat profil BAZDA tentang status dan keberadaan BAZDA

4. Dalam rangka mempermudah akses masyarakat mengenai kegiatan dan

neraca keuangan BAZDA, maka penyelenggara ZISWA menerbitkan

buletin zakat dalam tiga bilan sekali.

81

5. Tugas yang paling penting dalam penyelenggaraan ZISWA adalah

mendata para mustahiq dan muzaki yang ada di kabupaten Demak.

Untuk bidang organisasi, kegiatan perencaannya meliputi:

1. Untuk mempermudah mengkoordinir dana ZIS, maka salah satu program

dari organisasi adalah membentuk UPZ di tiap instnsi pemerintah,

BUMN, BUMD dan perusahaan swasta.

2. Dalam rangka memaksimalkan kinerja BAZDA mengadakan koordinasi

dengan pengurus LAZ tingkat daerah Demak

3. BAZDA mengadakan pembinaan organisasi dan pelaksanaan ZIS di

tingkat kecamatan. Hal ini dilakukan agar pengurus BAZCAM lebih

faham tentang pengelolaan dana ZIS. Koordinasi ini dilakukan dalam tiga

bulan sekali.

Untuk bidang peningkatan SDM pengelola BAZDA, kegiatan

perencanaannya meliputi:

1. Dalam rangka peningkatan kualitas SDM pengelola zakat, maka BAZDA

mengadakan pelatihan atau orientasi untuk pengurus BAZDA dan

BAZCAM

2. Di samping pelatihan tingkat daerah, BAZDA juga mengirim pengurus

BAZDA dalam pelatihan ditingkat propinsi atau pusat. Pengurus yang

dikirim disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas BAZDA.

82

Untuk bidang pengumpulan, kegiatan perencanaannya meliputi:

1. Mendata dan menghimpun zakat profesi manupun non profesi, infaq dan

shadaqah dikalangan PNS, TNI atau POLRI serta karyawan BUMD di

Demak. Adapun mekanismenya melalui pemotongan gaji tiap bulan.

2. Di samping dari PNS, TNI, serta karyawan BUMD, BAZDA juga

berupaya menghimpun dana ZIS dari masyarakat umum yaitu melalui slip

pembayaran rekening PLN atau PDAM

Untuk bidang pendayagunaan dan pendistribusian zakat, infaq dan

shadaqah kegiatan perencanaannya meliputi:

1. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dari unsur

keluarga fakir miskin, BAZDA memberikan bantuan pendidikan atau

beasiswa dari kalangan mereka yang dipilih secara selektif. Kegiatan ini

direncanakan dalam empat tahun sekali.

2. Dalam rangka pengembangan ekonomi umat, BAZDA memberikan

bantuan berupa sarana usaha dan modal usaha. Kegiatan ini diambil

secara selektif dari keluarga fakir miskin yang mempunyai usaha kecil.

Pendayagunaan ini dilaksanakan dalam empat bulan sekali.

3. Memberikaan pelayanan sosial dan kemanusiaan melalui bantuan atau

subsidi biaya hidupdan kesehatan dari keluarga fakir miskin. Kegiatan ini

dilaksanakan empat bulan sekali yang penerimanya dipilih secara selektif

dari keluarga fakir miskin.

83

Untuk bidang pengawasan, kegiatan perencanaannya meliputi:

1. Kegiatan BAZCAM disamakan dengan kegiatan yang ada di BAZDA

kabupaten Demak, oleh karena itu dalam proses pelaksanaanya perlu

pengawasan agar kegiatan BAZCAM tidak menyimpang dari kegiatan

yang sudah ditentukan BAZDA. Monitoring ini dilakukan bersamaan

dengan pembinaan para pengurus BAZCAM

2. Melaksanakan monitoring kegiatan hasil dari pendayagunaan zakat, infaq

dan shadaqah yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai

bahan pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah.

3. BAZDA bekerjasama dengan pemerintah kabupaten, dalam hal

melaksanakan monitoring kegiatan zakat fitrah, zakat mal, infaq dan

shadaqah yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Demak.

4.2.2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Pengawasan di BAZDA

Kabupaten Demak

Penentuan pengukuran pelaksanaan pengawasan di BAZDA

kabupaten Demak dapat dilihat dari target-target yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya dalam pelaksanaan kegiatan pendayagunaan yaitu

memberikan bantuan pendidikan atau beasiswa, bagi peningkatan kualitas

sumber daya manusia dilaksanakan sepuluh kali. Untuk dapat ditentukan

pengukurannya, maka harus dijelaskan secara lebih rinci seperti sepuluh kali

tersebut itu waktunya kapan saja apakah akan dilaksanakan dalam setiap

jam, bulanan atau mingguan. Dalam hal penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan di BAZDA kabupaten Demak lebih sering menentukan

84

pelaksanaan kegiatannya secara tahunan (kegiatan tersebut dilakukan berapa

kali setiap tahunnya). Begitu juga dalam hal laporan kegiatan, dilaksanakan

dalam bentuk laporan tertulis (bulanan dan tahunan), di samping itu laporan

lisan dari masing-masing bidang setiap rapat bulanan.

4.2.3. Tindakan Koreksi Pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak

Tindakan koreksi adalah sebagai bukti adanya pengawasan dalam

pelaksanaan kegiatan di BAZDA kabupaten Demak yang berupa

mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan. Dalam hal ini,

BAZDA kabupaten Demak mengambil tindakan dengan mengubah standar

yang ada dan memperbaiki pelaksanaan kegiatan.

Biasanya evaluasi yang dilakukan BAZDA yaitu dalam rapat satu

bulan sekali, enam bulan sekali dan satu tahun sekali, rapat tersebut

membahas tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing

bidang dalam merealisasikan tugas kerjanya. Semua hal didiskripsikan, agar

mendapatkan masukan dari pengurus BAZDA yang lain sehingga ada

perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan kinerjanya ke depan.

85

BAB V

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN

SHADAQAH DI BAZDA KABUPATEN DEMAK PADA

TAHUN 2010-2011 5.1. Analisis Standar Pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak

Standar pengawasan yang ada di BAZDA berupa sasaran, kuota dan

sasaran pelaksanaan. Hal itu tercantum dalam perencanaan program kerja dari

masing-masing unit atau bidang. Rencana kerja ini sangat urgen karena

sebagai acuan bagi seluruh kegiatan BAZDA kabupaten Demak selama satu

periode Dari rencana kerja ini akan menjadi tolak ukur pelaksanaan, apakah

menyimpang atau tidak menyimpang dari program yang telah ditetapkan.

Pendapat T. Hani Handoko (2008:363) bahwa standar mengandung arti

sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan

untuk penilaian hasil-hasil dan yang dapat dijadikan standar adalah tujuan,

sasaran, kuota dan target pelaksanaan. Di samping itu standar juga dapat

berupa tujuan, sasaran dan target pencapaian (Sudewo, 2004: 147).

Jika melihat standar yang ada di BAZDA kabupaten sebenarnya sudah

sesuai teori-teori yang ada, namun kekurangan dari BAZDA adalah tidak

adanya tujuan dan target dalam setiap kegiatan. Padahal dari tujuan inilah

akan diketahui kemana arah dari kegiatan yang akan dilakukan. Kalau bisa

malah tujuan dari tiap-tiap kegiatan itu tidak satu, melainkan bisa beberapa

tujuan dan jika melihat sasaran yang ada di program kerja pengurus BAZDA

kabupaten Demak hanya berupa sasaran utama saja. Sebenarnya sasaran itu

86

dapat berupa sasaran utama dan sasaran ikutan. Sasaran utama merupakan

sesuatu yang dijadikan sumber bidikan, sasaran utama ini yang diprioritaskan.

Sedangkan sasaran ikutan hanyalah sebagai pelengkap. Jika sasaran utama

tercapai, secara otomatis sasaran yang lain juga lebih mudah tercapai. Jangan

sampai terjadi sebaliknya, sasaran lain tercapai sementara sasaran utama tidak

tercapai.

5.2. Analisis Penentuan Pengukuran Pengawasan di BAZDA Kabupaten

Demak

Dalam penentuan pengukuran pelaksanaan pengawasan di BAZDA

kabupaten Demak dapat dilihat dari target-target yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Misalnya dalam pelaksanaan kegiatan pendayagunaan yaitu

memberikan bantuan pendidikan atau beasiswa, bagi peningkatan kualitas

sumber daya manusia dilaksanakan sepuluh kali. Untuk dapat ditentukan

pengukurannya, maka harus dijelaskan secara lebih rinci seperti sepuluh kali

tersebut itu waktunya kapan saja apakah akan dilaksanakan dalam setiap

bulanan atau mingguan dan lain-lain. Dalam hal penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan di BAZDA kabupaten Demak lebih sering menentukan

pelaksanaan kegiatannya secara tahunan (kegiatan tersebut dilakukan berapa

kali setiap tahunnya). Begitu juga dalam hal laporan kegiatan, dilaksanakan

dalam bentuk laporan tertulis (bulanan dan tahunan), di samping itu laporan

lisan dari masing-masing bidang setiap rapat bulanan.

87

Penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk

mengukur pelaksanaan dari kegiatan nyata. Beberapa pertanyaan penting

yang digunakan untuk menentukan pengukuran pengawasan yatu: Berapa

kali pelaksanaan seharusnya diukur, harian bulanan dan tahunan. Dalam

bentuk apa pengukuran akan dilakukan laporan tertulis, inspeksi visual,

melalui telephone, dan siapa saja yang akan terlibat (Handoko, 2008:364).

Penentuan pengukuran pelaksanaan pengawasan di BAZDA kabupaten

Demak, jika dikaitkan dengan teorinya Handoko. Semua pertanyaan tersebut

sudah terjawab. Walaupun dalam hal ini BAZDA belum dapat menentukan

pengukuran pelaksanaan dalam kegiatan BAZDA secara keseluruhan.

Meskipun demikian, setidaknya dalam hal pendayagunaan sudah menentukan

pengukuran pada sebagian program-program pendayagunaan yang dapat

dilihat dari program kerja pengawasan, dari penentuan pengukuran tersebut

komisi pengawas dapat mengetahui mana program yang sudah mencapai

target dan yang belum mencapai target.

5.3. Analisis Tindakan Koreksi Pengawasan di BAZDA Kabupaten Demak

Tindakan koreksi selalu dilakukan dalam setiap organisasi, terutama

dalam hal pelaksanaan kegiatan. Tindakan koreksi dapat diambil dalam

berbagai bentuk yaitu berupa:

1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu

rendah).

88

2. Mengubah pengukuran pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering

frekuensinya atau kurang, bahkan dapat mengganti system pengukuran itu

sendiri).

3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan

penyimpangan-penyimpangan (Handoko,2008:365).

Tindakan koreksi dalam pelaksanaan kegiatan di BAZDA kabupaten

Demak itu berupa mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan.

Dalam hal ini, BAZDA kabupaten Demak mengambil tindakan dengan

mengubah standar yang ada dan memperbaiki pelaksanaan kegiatan.

Dalam hal pengambilan tindakan koreksi BAZDA sudah mampu

menyesuaikan dengan teori yang ada.

5.4. Analisis Pengawasan Terhadap Pendayagunaaan ZIS

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Hal ini berkaitan dengan

cara-cara membuat kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan apa yang

direncanakan, oleh karena itu pengawasan dalam sebuah organisasi itu sangat

diperlukan agar tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai.

Dalam rangka menjamin tujuan lembaga, maka dalam proses pelaksaan

maupun rencana kegiatan BAZDA perlu diawasi. Adapun pengawasan yang

ada di BAZDA kabupaten Demak ada dua bentuk yaitu pengawasan internal

dan pengawasan eksternal.

89

1. Pengawasan Internal

Pengawasan internal yang ada di BAZDA berupa pengawasan yang

dilakukan oleh unsur pengawas yang dalam hal ini komisi pengawas

(internal auditor) yang bertugas malakukan pemantauan dan pengawasan

terhadap kinerja badan pelaksana Badan Amil Zakat yang meliputi

pelaksanaan administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pengembangan. Sejauh ini pengawasan di BAZDA

kabupaten Demak berupa pemantauan melalui laporan tertulis (tahunan

dan bulanan). Laporan tahunan tersebut sebagai pelaksanaan tugasnya

kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, wujud dari

kewajiban pertanggungjawaban dan kedisiplinan BAZDA sebagai

pengelola lembaga zakat dan wujud transparansi dana ZIS yang telah

dihimpun. Di samping itu system laporan keuangan juga dilakukan setiap

bulan (antara tanggal 15-20) yang sebelumnya diadakan rapat (bulanan)

mengenai kegiatan yang sudah terlaksana.

2. Pengawasan Eksternal

Pengawasan eksternal di BAZDA belum terlaksana, dikarenakan

masih kesulitan menetapkan siapa yang seharusnya menjadi tim auditor

eksternal yang sesuai untuk BAZDA.

Jika pengawasan di BAZDA kabupaten Demak hanya melakukan sistem

pengawasan internal yang berupa pemantauan pada laporan tahunan maupun

bulanan tidak akan dapat maksimal, karena cara mengumpulkan fakta-fakta

yang ada tidak cukup hanya melihat laporan dari badan pelaksana saja tetapi

90

harus adda cara lain selain pemantauan tersebut. Sebagaimana dikemukakan

oleh Shaleh (1986: 144-145) diantaranya:

1. Peninjauan pribadi

Yaitu mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, sehingga

dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan. Dalam BAZDA kabupaten

Demak peninjauan pribadi terhadap pelaksanaan pendayagunaan tidak

pernah dilakukan oleh komisi pengawas, dikarenakan kesibukannya dalam

urusan ketatadaerahan dan menurut salah satu anggota dari komisi

pengawas menganggap pengawasan dengan meninjau secara pribadi itu

dirasa memberi kesan kepada bawahan bahwa mereka diamati secara keras

dan kuat, jadi bisa menimbulkan ketidaknyamanan dalam melaksanakan

pendayagunaan.

2. Pengawasan melalui laporan lisan

Dengan cara ini pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan

fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Dalam hal ini

dari bidang pendayagunaan melaporkan hasil dari apa yang telah

dilaksanakan kepada ketua secara lisan setiap kali ada rapat, namun sering

kali dari komisi pengawas tidak bisa menghadiri rapat ini padahal dari

sinilah salah satu bentuk dari pengawasan yang harusnya dilakukan oleh

komisi pengawas. Jadi komisi pengawas jarang sekali mengetahi atau

mendengar laporan langsung dari ketua masing-masing bidang

(penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pengembangan).

91

3. Pengawasan melalui laporan tertulis

Laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada

atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan instruksi

dan tugas-tugas yang diberikan atasan kepadanya. Biasanya di BAZDA

laporan tertulis itu berupa laporan pertanggungjawaban pengurus setiap

satu tahun sekali dan sebulan sekali.

4. Pengawasan melalui laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus.

Pengawasan yang berdasarkan pengecualian (control by exception)

adalah suatu sistem pengawasan dimana pengawasan itu ditujukan kepada

soal-soal pengecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima

laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

Dalam hal pengawasan eksternal sebenarnya BAZDA kabupaten Demak

tidak perlu ragu-ragu dalam penunjukan auditor eksternal, sebenarnya dalam

pelaksanaannya auditor eksternal dapat diwakili oleh kantor akuntan publik

atau lembaga audit independen lainnya (Sholahuddin, 2006: 242). Lembaga

zakat harus terpercaya dan transparan karena mengelola dana amanah

masyarakat. Hal itu dilakukan dengan melakuan audit independen oleh

akuntan publik untuk selanjutnya dipublikasikan pada masyarakat. Tanpa

kepercayaan masyarakat, pengelolaan zakat di Indonesia akan sulit tumbuh

dan berkembang, kekuatan lembaga zakat adalah kepercayaan masyarakat.

Karena itu, penting bagi lembaga zakat untuk transparan.

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria

tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya 1)

92

mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat waktu, 3) dengan biaya

yang efektif, 4) tepat-akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang bersangkutan.

Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pengawasan. Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih

diperinci sebagai berikut:

1. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, ketika

datanya tidak akurat dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan

koreksi keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak

ada.

2. Tepat-waktu. Inforrmasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi

secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3. Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat

obyektif serta lengkap.

4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik. System pengawasan harus

memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpangan-

penyimpangan dari standar yang paling sering terjadi atau yang akan

mengakibatkan kerusakan paling fital.

5. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus

lebih rendah, atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh

dari sistem tersebut.

6. Realistis secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau

harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

93

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan

harus Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena : setiap tahap

dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan

keseluruhan operasi dan informasi tersebut harus sampai pada seluruh

personalia yang memerlukannya.

8. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan

tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari

lingkungan.

9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif

harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan

koreksi apa yang harus diambil.

10. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu

mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan

mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi (Handoko,

2003: 373-374).

Jika melihat kriteria-kriteria pengawasan tersebut, BAZDA Kabupaten

Demak sudah efektif dikarenakan sudah banyak hal yang dipenuhi. Sebagai

contohnya dalam hal pelaporan disitu sudah dipaparkan tentang segala hal

informasi yang sangat jelas dan sesuai dengan pelaksanaannya. Dalam

ketepatan waktu pelaksanaan pelaporan pun selalu berkisar antara tanggal 15-

20, walaupun dalam pelaksanaan di setiap bidang kadang tidak sesuai target

tetapi program-program yang ada selalu terlaksana artinya tidak sesuai

dengan apa yang direncanakan dari target semula. Dalam hal pelaksanaan

94

pengawasan pun di BAZDA kabupaten Demak realistik secara ekonomis,

karena biaya pelaksanaan sistem pengawasan lebih rendah dengan kegunaan

yang diperoleh dari sistem tersebut. Sistem pengawasan di BAZDA diterima

para anggota organisasi, karena sistem pengawasan mampu mengarahkan

pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan

otonomi, tanggung jawab dan berprestasi

Pada dasarnya proses manajemen dalam sebuah lembaga atau

organisasi, perencanaan menjadi bagian terdepan sebagai rancangan bangun

organisasi zakat dan menjadi induk kegiatan pengelolaan zakat. Demi

optimalisasi program dari sebuah perencanaan tentunya mesti ada suatu

pengawasan untuk lebih mengefektifkan program tersebut. Karena

manajemen yang baik memerlukan pengawasan yang efektif, sebagaimana

yang dijelaskan oleh Gibson, bahwa pengawasan yang efektif adalah yang

memperhatikan situasi serta harus disesuaikan dengan rencana dan struktur

organisasi, kepribadian atau karakteristik individu manajer atau pimpinan dan

kebutuhan untuk efesiensi dan efektifitas. Secara teoritis pengawasan ada

setelah terbentuknya perencanaan, dengan pedoman rencana tersebut

kemudian pelaksanaan kerja dengan target atau hasil dari pelaksanaan

program.

95

Adapun program kerja pengawasan pada tahun 2010-2011 adalah:

PROGRAM KEGIATAN SASARAN VOL AD KET Melaksanakan

monitoring

kegiatan

BAZDA

tingkat

kecamatan se

kab. Demak

Kegiatan

BAZDA

tingkat

kecamatan

Kab

Demak

14x BAZDA Bersamaan

dengan

pembinaan

Melaksanakan

monitoring

kegiatan

zakat, infaq

dan shadaqah

yang

dilaksanakan

oleh

masyarakat

Kegiatan

zakat,

infaq dan

shadaqah

oleh

masyarakat

14x BAZDA Untuk bahan

pengelolaan

pengawasan

Melaksanakan

monitoring

kegiatan zakat

fitrah, zakat

mal, infaq dan

shadaqah

yang

dilaksanakan

oleh pemkab

Demak

Kegiatan

zakat, infaq

dan

shadaqah

oleh

pemkab

Demak

3x BAZDA Bekerjasama

dengan

Pemkab

96

Dari program kerja pengawasan tersebut secara kuantitas masih

banyak yang belum terlaksana, karena pengawasan yang ada di BAZDA

bersifak fleksibel, kapan pun pengawas ada waktu maka program kerja

tersebut dilakukan. Walaupun secara kualitas belum maksimal, namun

dalam pelaksanaannya pemantauan pengawas tetap dilakukan. Dari hal

tersebut juga dapat dilihat satuan pengukuran yang dapat dijadikan

patokan untuk penilaian hadil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target

pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar dari pengawasan.

Pengawasan yang ada di BAZDA kabupaten Demak hanya baru

menerapkan pengawasan internal yang memiliki unsur-unsur yakni,

pemisahan tugas secara fungsional dengan tegas dan tepat, pencatatan

yang baik, praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas, dan kinerja

pengurus yang disiplin.

Kalau melihat unsur-unsur yang ada di BAZDA, maka pengawasan

internal yang dilakukan BAZDA sudah tercipta suatu pengawasan

internal yang baik dan dapat berfungsi secara otomatis, walaupun dalam

realitanya pengawasan yang ada di BAZDA belum maksimal.

Peneliti mengatakan demikian karena hal tersebut sesuai data yang

peneliti temukan dalam pendapatny (Parisada Hindu Dharma Indonesia,

unsur-unsur pengawasan internal, sumber http://www. parisada. org/

index. php. Diambil tanggal 24 Desember 2011) yaitu agar tercipta suatu

pengawasan internal yang baik dan dapat berfungsi secara otomatis,

maka unsur-unsur pokok harus dipenuhi oleh suatu organisasi adalah : 1)

97

adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional

secara tegas; 2) sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang

memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, kewajiban, modal

serta pendapatan dan biaya ; 3) praktik yang sehat dalam melaksanakan

tugas dan fungsi tiap bagian orgnasisasi; dan 4) karyawan yang jujur

serta mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

98

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai pengawasan

terhadap pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah di Badan Amil Zakat

Daerah (BAZDA) kabupaten Demak pada tahun 2010-2011, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. BAZDA kabupaten Demak sudah dapat merencanakan standar dari

pelaksanaan kegiatan pendayagunaan yaitu berupa sasaran, kuota dan

target pelaksanaan.

2. BAZDA kabupaten Demak belum memiliki model pengukuran

pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan (pendayagunaan) yang jelas

dan terperinci.

3. BAZDA kabupaten Demak sudah mampu mengambil tindakan perbaikan

dan pembetulan dalam pelaksanaan kegiatan (pendayagunaan) yaitu

dengan cara evaluasi setiap selesai pelaksanaan kegiatan berupa laporan

bulanan dan tahunan, walaupun dalam pelaksanaannya belum maksimal.

99

6.2. Saran-Saran

Setelah selesainya penyusunan skripsi ini, maka penulis

menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. BAZDA kabupaten Demak perlu meningkatkan proses pengawasan

dalam segala kegiatan zakat (penghimpunan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pengembangan) secara tepat, cepat, dan benar.

2. Dalam hal penentuan standar (tujuan, sasaran dan target) harus jelas.

3. Program pendayagunaan ZIS di BAZDA kabupaten Demak lebih kreatif

dan inovatif lagi, tetapi tetap bisa diakses oleh seluruh mustahiq, sesuai

dengan kebutuhan mereka, dan program tersebut berkelanjutan sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan mustahiq.

4. Administrasi dan laporan keuangan yang runtut, akurat, tepat waktu,

trasparan dan bisa diakses oleh para muzaki, mustahiq dan masyarakat

lainnya.

5. BAZDA kabupaten Demak perlu memperhatikan SDM yang ada, hal ini

dalam rangka efektifitas kerja dan profesionalisme.

100

6.3. Penutup

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penulis dapat

menyelesaikan naskah skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan penulis. Untuk

itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata, semoga karya ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Amin Ya Robbal Alamin.

101

DAFTAR PUSTAKA

Aibak, kuthuddin, 2009, fiqh Kontemporer, Surabaya, Lembaga Kajian Agama dan Filsafat (el-KAF).

Abdad, M. Zaidi, 2003, Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Islam, Bandung, Angkasa.

Asnaini,2008, Zakat Produktif Dalam Prespektif Hukum Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Aziz, Ali, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta, Kencana.

Azwar, Saifudin, 1997, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Basyir, Ahmad Azhar , 1994, Refleksi atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan Ekonomi, Bandung, Mizan.

DEPAG RI, 2002, Pedoman Pengelolaan Zakat, Jakarta, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal BIMAS Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Hafidhuddin, Didin, 2002, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani.

Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Research, Yogyakarta, Andi Offset Edisi 2.

Hasan, M, Ali, 2003, Masail Fiqhiyah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

, 2006, Zakat dan Infaq, Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Jakarta, Kencana.

Khalid, Syaikh, 2004, Fikih Imam Syafi’i Puasa dan Zakat, Jakarta, Pustaka azzam.

M. Hanafi, Mahmud, 1997, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.

Mas’udi, Farid Masdar, dkk, 2004, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS: menuju efektivitas pemanfaatan zakat, infaq, sedekah, Jakarta, Piramedia.

Munir, M, dan Ilahi, Wahyu, 2009, Manajemen Dakwah, Jakarta, Kencana.

Mursyidi, 2003, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

102

Moleong, Lexy J, 1995, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Pimay, awwaludin, 2005, Paradigma Dakwah Humanis strategi dan metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri, Semarang: Rasail.

PKPU, 2011, Buku Pedoman Zakat PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional, Jakarta, Zakat Center Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU.

Raya, Ahmad Thib, dkk, 2003, Menyelami Seluk Beluk dalam Islam, Bogor, Kencana.

Rusyd, Ibnu, t.th, Bidayah al-Mujtahid Juz I, Beirut: Dar al-Fikr.

Rofiq, Ahmad, 2004, Fiqh kontekstual: dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Sa’di ‘Adil, 2006, Fiqhun Nisa, Shiyam, Zakat, Haji, Jakarta, Hikmah.

Saleh, Abdul Rosyad, 1986, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta, Bulan Bintang.

Sanwar, M. Aminuddin, 1986, Pengantar Ilmu Dakwah, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.

Sari, Kartika Sari, 2006, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta, PT Grasindo.

Sudewo, Eri, 2004, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, Jakarta: Spora Internusa Prima.

Sumarsono, Sony, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono, 2007, Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta.

Sevilla, Consuelo, dkk, 1993 Pengantar Metode Penelitian (An Introduktion to Research Methods), tejemah Alimuddin Tuwu, Jakarta, UI Press.

Soejono dan Abdurrohman, 1999, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta, PT Rienekn Cipta.

Yafie, Ali, 1994, Menggagas Fiqh Sosial: dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, Bandung, Mizan.

103

INSTRUMEN WAWANCARA

Interview Dengan Ketua Bazda Kabupaten Demak

1) Bagaimana keadaan umum dan sejarah berdirinya BAZDA Kabupaten

Demak?

2) Apa tujuan didirikannya BAZDA di kabupaten Demak?

3) Apa saja obyek zakat yang diberlakukan di BAZDA kabupaten Demak?

4) Apa yang merupakan dana terbesar yang dihasilkan di BAZDA kabupaten

Demak?

5) Kebanyakan Badan Amil Zakat yang dikelola pemerintah baru

memberlakukan zakat profesi. Apa yang melatarbelakangi hal tersebut?

Interview dengan Ketua komisi pengawasan BAZDA Kabupaten Demak

1) Apa yang melatar belakangi adanya pengawasan terhadap pendayagunaan

dana zakat, infaq dan shadaqah di BAZDA kabupaten Demak?

2) Apa tujuan dari pengawasan tersebut?

3) Bagaimana tahapan dalam pengawasan tersebut?

4) Bagaimana proses pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq

dan shadaqah di BAZDA kabupaten Demak?

5) Apakah hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengawasan terhadap

pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah?

6) Berapa kali pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan

shadaqah di BAZDA kabupaten Demak dilakukan?

7) Menurut Anda pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan

shadaqah sudah maksimal dan sesuai prosedur yang ada?

104

8) Apa yang dilakukan komisi pengawas ketika terjadi penyimpangan terhadap

pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah?

9) Bagaimana sistem evaluasi pengawasan terhadap pendayagunaan dana

zakat, infaq dan shadaqah ?

10) Adakah perkembangan yang diperoleh oleh komisi pengawas setelah

adanya pengawasan terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan

shadaqah? Dalam bentuk apa?

11) Apa saja yang diawasi oleh komisi pengawas?

12) Apa standar pelaksanaan pengawasan di BAZDA kabupaten Demak?

13) Bagaimana penentuan pengukuran pengawasan di BAZDA kabupaten

Demak?

14) Bagaimana tindakan koreksi dari pengawasan di BAZDA kabupaten

Demak?

Interview dengan Staf Bidang Pendayagunaan BAZDA Kabupaten Demak

1) Bagaimana sistem pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah di

BAZDA kabupaten Demak?

2) Bagaimana anda mendayagunakan dana zakat, infaq dan shadaqah?

3) Apa saja program pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah di

BAZDA kabupaten Demak?

4) Siapa pioritas penerima bantuan program-program pendayagunaan dana

zakat, infaq dan shadaqah?

105

BIODATA MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Khofsah

Tempat/Tanggal Lahir : Demak, 1 Oktober 1987

Alamat : Tridonorejo Rt 01 Rw 01 Kec. Bonang Kab.

Demak 51552

Riwayat Pendidikan :

1. MI Mazro’atul Huda Lulus Tahun 2000

2. MTsN Bonang Lulus Tahun 2003

3. MA Mathali’ul Falah Lulus Tahun 2006

4. SI IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2012

Demikian biodata saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 17 Januari 2012

Penulis

Siti Khofsah