Laporan pkp la firman
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Career
-
view
194 -
download
9
Transcript of Laporan pkp la firman
ABSTRAK
La Firman, 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V SD Negeri 10 Lohia Dengan Materi Keputusan Bersama. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara menghafal hanya mampu bertahan dalam jangka waktu pendek sedangkan pengetahuan yang didapat dari menemukan sendiri mampu bertahan lama dan proses pembelajarannya akan lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian adalah : “Apakah dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama pada Siswa Kelas V SD Negeri 10 Lohia?” Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 10 Lohia dengan jumlah siswa 21 orang. Hasil penelitian ini menunjukan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa meningkat dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Inquiry. Hasilnya dapat ditunjukan sebagai berikut: siklus I sebanyak 15 orang dari 20 orang dan siklus II sebanyak 20 orang dari total siswa sebanyak 20 orang (100%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 10 Lohia, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.
Kata Kunci : Mata Pelajaran PKn, Materi Pokok Keputusan Bersama, Penggunaa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision).
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki andil yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui
pendidikan di Sekolah Dasar, diharapkan dapat dihasilkan manusia Indonesia
yang berkualitas. Adapun tujuan pendidikan SD menurut Suharjo (2006:8) dapat
dirangkum sebagai berikut : 1) menuntun pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani, bakat, dan minat siswa, 2) Memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa, 3) Membentuk Warga
Negara yang baik dan Manusia yang Pancasilais, 4) Melanjutkan pendidikan ke
jenjang di SLTP, 5) Memiliki pengetahuan, Keterampilan, dan sikap dasar bekerja
di Masyarakat, dan 6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat
mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
PKn sebagai Mata Pelajaran di SD merupakan program untuk
menanamkan dan mengembangkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap nilai
ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebebasan Tuhan Yang
Maha Esa. Adapun tujuan pembelajaran yang di jabarkan BSNP (KTSP,
2006:484) adalah sebagai berikut : 1) Agar siswa memiliki kemampuan untuk
memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, 2)
Memiliki kemampuan berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi isu. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari kejadian
di lingkungan sendiri, 4) Bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri, 5) Mempu menerapkan berbagai
konsep untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah dalam kehidupan, 6)
Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan
suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 7) Mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
1
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan refleksi dan
hasilnya menunjukan kualitas belajar PKn pada materi Keputusan Bersama
di Kelas V SD Negeri 10 Lohia masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil ulangan dengan materi keputusan bersama dimana siswa yang
memperoleh nilai 70 keatas berjumlah 8 orang atau sekitar 40% sedangkan
yang memperoleh nilai dibawah nilai 70 berjumlah 12 orang atau sekitar
60%. Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan materi
keputusan bersama masih kurang. Siswa kurang tertantang dan kurang
antusias terhadap materi keputusan bersama, siswa kurang berkosentrasi,
siswa tidak berani bertanya, sebagaian siswa ada yang bermain sendiri,
kurangnya motivasi untuk mengikuti pelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah yang ada peneliti melakukan diskusi dengan
teman sejawat/supervisor 2 untuk menganalisis masalah dan ditemukan
beberapa masalah antara lain :
a. Model pembelajaran yang digunakan guru pada materi keputusan
bersama masih monoton.
b. Guru kurang memberi gambaran jelas tentang materi keputusan
bersama.
c. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga
beberapa siswa mengantuk.
d. Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran kurang
menarik.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas peneliti merencanakan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui meningkat atau tidak akatifitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn dengan memperbaiki strategi pembelajarannya
yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
2
b. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktifitas guru dalam
proses pembelajaran PKn dengan memperbaiki strategi pembelajaran
yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Devision).
c. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas
V pada materi keputusan bersama pada mata pelajaran PKn melalui
model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision).
Untuk menindaklanjuti hasil analisis masalah, kami dibantu Supervisor 2
yang telah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul dengan
prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
b. Menggunakan metode diskusi dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan LKS tentang keputusan bersama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah : “Apakah dengan menggunakan pendekatan kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Devision) dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama
pada siswa kelas V SD Negeri 10 Lohia ?”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Devision)
materi pokok keputusan bersama di kelas V SD Negeri 10 Lohia Kecamatan
lohia Kabupaten Muna.
3
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran PKn baik secara
teorotis maupun praktis :
Manfaat secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi teori pembelajaran di sekolah dasar khususnya pembelajaran
PKn kelas V SD.
Manfaat secara praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa :
1. Mendorong berfikir kreatif
2. Meningkatkan partsisipasi aktif dalam pembelajaran
3. Meningkatkan penguasaan dan penerapan PKn siswa kelas V SD
Negeri 10 Lohia
4. Meningkatkan keberanian mengungkapkan pendapat secara bebas dan
terbuka dalam suasana gembira dalam proses pembelajaran.
5. Menumbuh kembangkan semangat kebersamaan bagi siswa
b. Guru :
1. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam aktifitas
pembelajaran.
2. Memperbaiki aktifitas belajar untuk menghilangkan proses
pembelajaran yang monoton dan tidak kondusif dalam pembelajaran.
3. Untuk mengembangkan model pembelajaran yang baru dan
mengurangi kecenderungan menggunakan metode pengajaran
konvensional.
c. Sekolah :
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk membuat
kebijakan tentang pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
4
khususnya dalam pembelajaran PKn yang memungkinkan dapat
diterapkan disekolah khususnya SD.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Konsep secara sederhana adalah penamaan/pemberian tabel untuk sesuatu
guna membantu seseorang dalam mengenal, mengerti, dan memahami sesuatu.
Konsep adalah kesepakatan bersama untuk menanam sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.
Menurut Syaful Djamarah (1989 : 80) Konsep adalah suatu abstarsi yang
mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau
hubungan yang mewakili aktribut sama. Sedangkan konsep menurut Suharjo
(2007 : 75) adalah “Suatu Satuan arti yang mewakili sekelompok objek yang
memiliki sejumlah ciri yang sama, dalam bentuk lambang mental yang penuh
gagasan ”. lebih lanjut, Konsep merupakan suatu abstraksi, dalam arti tidak
merupakan suatu kenyataan tersendiri, tetapi menunjukan pada realitas kehidupan
pada berbagai tarafnya.
Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa konsep merupakan suatu
abstraksi yang berdasarkan kepada pengalaman atau sesuatu yang dapat di terima
dalam pikiran. Konsep sebenarnya berarti tangkapan. Buah atau hasil tangkapan
konsep secara objektif berarti suatu aksi (act) intelek yang digunakan untuk
menangkap sesuatu yang kita tangkap dengan aksi (Syaful Djamarah, 1989 : 87).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah
abstraksi yang memiliki suatu kelas atau objek-objek, kejadian atau hubungan
yang mempunyai aktribut yang sama dengan memperhatikan ciri-ciri tertentu
yang dapat di devenisikan atau dilambangkan dan mempunyai makna. Konsep
merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus. Terdapat lima
komponen utama suatu konsep, yaitu :
1. Nama / label,
2. Defenisi
3. Atribut
5
4. Penilaian, dan
5. Contoh-contoh.
Menurut para ahli, ada beberapa cara untuk mempelajari konsep, yaitu
dengan cara mengamati ciri-ciri dari konsep tersebut, baik ciri ensensial maupun
ciri non essensial, dengan memperhatikan hubungan antara unsur yang ada dalam
konsep dan cara berlatih untuk memahami contoh yang benar dan contoh salah
dari konsep tersebut. Belajar konsep dapat dilakukan dengan cara membentuk
pemahaman sendiri melalui urutan langkah kegiatan yang disebut pembentukan
konsep. Belajar konsep dapat dilakukan melalui benda-benda, gambar-gambar,
dan penjelasan verbal.
Konsep-konsep dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu informasi konsep
(Concept Formation) dan assimilasi konsep (Concept Assimilation). Formasi
konsep dapat di samakan dengan belajar konsep-konsep konkret. Assimilasi
konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama sekolah
(Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 81).
Pemahaman konsep bagi seorang siswa merupakan kemampuan diri dalam
menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang sejenis,
menganal ciri khas dari berbagai kejadian, menyatakan sifat dan hubungan serta
mencocokan kembali pemahaman yang dimiliki dengan kejadian disekeliling
yang dihadapi. Dengan memahami konsep, maka pengembangan pengetahuan
yang dimiliki akan semakin jelas jangkauannya. Dengan belajar konsep secara
baik maka pemahaman terhadap materi akan lebih mudah dan todak cepat lupa,
karena bukan pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Dengan cara belajar konsep
akan melatih siswa untuk berfikir kritis. Cara yang baik untuk belajar adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhir sampai
kepada sesuatu kesimpulan (Discovery Learning).
B. Hasil Belajar
Belajar adalah proses perubahan yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan fisik. Chance
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
6
pengalaman. Belajar sering juga didefenisikan sebagai perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang disebabkan latihan atau pengalaman. Anderson
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan relativ menetap terjadi
dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman.
Sementara itu, hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang
berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman.
Dalam hal ini Soedi Jarto mendefenisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan
suatu pengetahuan program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan.
Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Reigeluth
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang
menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. Dalam kaitannya dengan hasil
tersebut, Gagne dan Briggs mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat
diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi
koognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.
Sementara itu, Bloom (Winkle, W.S : 1993) membagi hasil belajar kedalam
tiga rana yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Rana kognitif berkaitan dengan
tujuan-tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berfikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Rana efektif berkaitan dengan tujuan-
tujuan yang berhubungan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang menunjukan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Rana psikomotor berkaitan dengan
keterampilan motorik, manipulasi bahan atau objek.
Hasil belajar dalam rana kognitif tersebut secara rinci mencakup
kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah di
pelajari siswa srtinya hal ini mencakup keterampilan intelektual yang merupakan
salah satu tugas kegiatan pendidikan yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan efaluasi.
Dari pendapat-pendapat diatas, maka pengertian hasil belajar dalam
penelitian ini hanya di batasi pada rana kognitif menurut ketegori Bloom yang
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis dengan
7
penekanan pada aspek pengetahuan dan pemahaman yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa subjek penelitian.
Pembelajaran PKn di sekolah di maksudkan untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa
serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan beberapa rumusan tujuan tersebut menunjukan bahwa
pendidikan PKn di sekolah dasar di kembangkan dengan mempertimbangkan
aspek teoritis dan menekankan pada struktur keilmuan aspek praktis yang
menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan aspek kotekstual
yang menekankan pada sejarah perkembangan dan inplikasi kultural.
Berdasarkan teori di atas, maka yang dimaksud hasil belajar PKn dalam
penelitian ini adalah penguasaan produk yang mengacu pada perubahan dimensi
kognitif siswa (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis) yang
dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran yang ditempuh selama kurun
waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang di tetapkan.
C. Keputusan Bersama (musyawarah)
Keputusan berasal dari kata putusan yang dapat diartikan sebagai hasil dari
suatu pembicaraan yang telah disepakati bersama atau telah disepakati oleh orang-
orang yang melakukan pembicaraan itu. Jadi dalam keputusan bersama, bukan
pendapat seseorang dan bukan pendapat yang dipaksakan yang menjadii
kesepakatan. Akan tetapi dalam keputusan bersama pendapat itu adalah pendapat
yang menjadi kesepakatan atau disetujui bersama diantara orang-orang.
Keputusan bersama itu dilakukan melalui cara-cara musyawarah dan rapat
antar warga atau pihak-pihak yang terlibat. Pada dasarnya , cara-cara mengambil
keputusan ada dua yaitu :
1. Cara tidak demokratis, Dilakukan melalui paksaan, tekanan daan kekerasan.
2. Cara demokratis, Dilakukan melalui rapat-rapat, musyawarah, dialog,
pembicaraan bersama, rembug nsional, diskusi, dan
sebagainya.
D. Pembelajaran Kooperatif
a. Defenisi Pembelajaran Koopreatif
8
Guru sebagai ujung tombak yang menentukan keberhasilan
pendidikan dan pengajaran di sekolah, sepertinya belum dapat
mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa. Sebagian guru SD masih
menggunakan pembelajaran pola lama, yaitu proses pembelajaran satu
arah yang di dominasi oleh guru melalui metode ceramah dan masih
kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana tugas dalam
pembelajaran bukan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
kepada siswanya.
Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inofatif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi
keperluan-keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.
Salah satu metode pembelajaran yang dapatdilakukan di sekolah
dasar adalah pembelajaran dengan metode belajar bersama. Belajar
bersama sering disebut dengan belajar kelompok atau dalam ranah
pendidikan disebut dengan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning).
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asa, sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya Guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik. Senada dengan hal ini,
Jhonson dan Jhonson menyatakan bahwa dalam, “Cooperative learning
student discus dematerial with each other cuwork”. (Jhonson dan
Jhonson, 1987 : 5). Pada pembelajaran kooperatif para siswa
mendiskusikan bahan antar siswa yang satu dengan yang lain, saling
membantu memahami siswa yang satu dengan lainnya dan masing-masing
memberi semangat untuk bekerja keras antara siswa satu dengan siswa
yang lain.
Berdasarkan defenisi yang di ungkapkan di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa kooperatif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada
pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi,
9
berargumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman
bersama.
Belajar kooperatif memiliki dua aspek yang menarik yaitu : (1).
Dimungkinkan lingkungan yang kompetitif yang mendidik dan memacu
siswa untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar belajar
bersama, (2). Mengidikasikan bahwa belajar kooperatif bila di
implikasikan secara umum mempunyai potensi untuk memberikan
kontribusi secara positif pada kemampuan akademik keterampilan Sosial
dan kepercayaan diri.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif memiliki karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Kerjasama dalam kelompok
untuk mencapai tujuan bersama adalah merupakan ciri khas dalam
pembelajaran kooperatif. Semua seperti dalam kelas diusahakan untuk
mamahami materi yang dipelajari.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut :
1. Saling ketergantungan positif, merupakan suatu suasana interaksi
promotif, yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan
motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. (1) Saling
ketergantungan mencapai tujuan, (2) Saling ketergantungan dalam
menyelesaikan tugas, (3) Saling Ketergantungan bahan dan sumber,
(4) Saling ketergantungan dalam peran, dan (5) Saling
ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka, interaksi ini memungkinkan siswa dapat
menjadi sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam ini
sangat penting, karena ada siswa yang lebih senang diberi penjelasan
oleh temannya.
3. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan
wujud dalam kelompok, meskipun demikian penilaian ditujukan
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap penguasaan materi
pelajaran secara individual. Nilai individual selanjutnya
10
diberitahukan pada kelompok, agar setiap anggota dapat membantu
teman yang nilainya kurang. Nilai kelompok ditentukan oleh nilai
anggota, maka setiap anggota mempunyai tanggung jawab untuk
memperbaiki nilai kelompok.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan Sosial
akan muncul dalam pembelajaran kooperatif, saling tenggang rasa,
sikap sopan, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis,
tidak mendominasi teman lain, mandiri dan interpersonal
realationship.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dimiliki oleh siswa, guru hanya
sebagai pengarah dan memberikan materi yang diajarkan, selanjutnya
siswa punya peranan yang kuat untuk melompok dan dirinya.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, dimana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Pendekatan pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu : “a). Hasil belajar
akademik, b). Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan c).
Pengembangan keterampilan Sosial”.
Secara mendetail dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan Sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
unggul ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar kelas
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
11
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
kepada tugas-tugas di sekolah dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh
siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan Sosial.
d. Strategi Pembelajaran Kooperatif TIPE STAD (Student Teams
Achievement Devision)
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan Strategi pembelajaran
yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Kerja sama dalam siswa antar kelompok ini
dianggap lebih penting dari prestasi dari individu.
Tehnik Cooperative Learning ada empat macam yaitu : Team Game
Tornament (TGT), Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw,
dan Group Investigation. Strategi pembelajaran kooperatif yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah STAD (Student Team Achievement
Division), dengan alasan STAD merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran kooperatif yang lebih simple di banding dengan strategi
kooperatif lainnya dan merupakan model yang bagus bagi guru yang baru
mulai mengaplikasikan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran.
12
Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut
menekankan pada kerja kelompok dan tanggung jawab bersama dalam
mencapai tujuan dan adanya saling interaksi di antara anggota kelompok
belajar. Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah
sebagai berikut : (1) Persiapan, yang meliputi : (a) Bahan / Materi ajar
sesuai dengan kurikulum dan program pengajaran, lembar kerja, lembar
tes, dan kunci jawaban tes, (b) Pembentukan tim/kelompok berdasarkan
rangking siswa, dan (c) Menggunakan Skor dasar (menggunakan skor pre-
tes), (2) Penyajian pelajarandan konsep-konsep baru oleh guru meliputi
kegiatan : (a) Pembukaan, berisi penjelasan materi yang akan dipelajari
hari ini (indikator atau tujuan yang akan dicapai), mengulang materi
prasyarat agar siswa ingat kembali apa yang akan dipelajari dan
berhubungan dengan yang dipelajari hari ini, (b) Pengembangan,
mengecek pemahaman siswa dengan memberi pertanyaan, dan (c) latihan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan mengajukan
umpan balik, (3) Kerja kelompok yang merupakan kegiatan inti bertujuan
agar siswa belajar bersama untuk memahami bahan/materi pelajaran.
Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan kelompok, mulai dari
pemahaman, pengklasifikasian, penyimpulan melalui pendiskusian dengan
teman sampai pada tahap penguasaan materi di antara kelompoknya, (4)
Tes individu, untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran yang telah
diajarkan, dan (5) Penghargaan kelompok, dengan cara menghitung
poin/skor yang didapat masing-masing kelompok dengan menjumlahkan
poin/skor yang didapat siswa dalam kelompok tersebut kemudian dihitung
rata-ratanya, dan selanjutnya berdasarkan skor rata-ratanya tersebut
ditentukan masing-masing kelompok/tim.
13
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V pada
SD negeri 10 Lohia kecamatan Lohia kabupaten Muna. Dengan jumlah
siswa 21 orang yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa
perempuan.
2. Tempat
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 10
Lohia, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.
3. Waktu
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada semester II
(genap) tahun pelajaran 2013/2014.
4. Pihak yang Membantu
Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh
teman sejawat selaku observer.
B. Desain Prosedur Perbaikan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini prosedur yang dilaksanakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan langkah-langkah pelaksanaan prosedur
yang akan dilalui adalah observasi awal sebelum pelaksanaan penelitian serta
refleksi siri guru terhadap proses pembelajaran awal yang telah dilakukan.
Dari hasil observasi awal akan dianalisis dan diolah bersama-sama antara
guru (Peneliti) dan Rekan Sejawat (Pengamat) untuk dibuat tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa, guru, dan proses
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dilaksanakan observasi baik terhadap siswa,
guru, proses belajar, dan hasil pembelajaran. Tindakan dilakukan dalam 2 siklus,
14
dan setiap siklus melalui tahapan-tahapan perencanaan (Planning), pelaksanaan
(acting), pengamatan/observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Hasil observasi awal yang dianalisis dan diolah menjadi rencana tindakan
siklus I, sedangkan hasil observasi pada siklus I akan dianalisis serta direfleksi
sebagai acuan pelaksanaan pada siklus II. Dan hasil observasi dari kedua siklus
yakni siklus I dan Siklus II akan diolah datanya dan dijadikan Laporan Hasil
Penelitian. Sehingga pada akhir tahap penelitian akan dihasilkan laporan hasil
penelitian.
Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu Guru
menyampaikan keadaan awal tentang kegiatan yang dilaksanakan di SD
Negeri 10 Lohia kelas V, Kecamatan Lohia, Kab. Muna.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Membuat skenario pembelajaran
2. Membuat lembar observasi
3. Membuat alat bantu pembelajaran
4. Membuat alat evaluasi
5. Membuat jurnal refleksi diri
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah Guru melaksanakan
skenario pembelajaran, yaitu setiap siklus satu kali pertemuan.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah :
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Mengabsen siswa
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Menyampaikan topik yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
a. Menjelaskan materi tentang keputusan bersama
b. Membentuk kelompok
15
c. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok tentang
keputusan bersama
d. Melakukan Tanya jawab
e. Pemberian tugas/evaluasi
3. Kegiatan Penutup
a. Menyimpulkan pelajaran
b. Pemberian PR
c. Observasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan
oleh teman sejawat. Cara yang digunakan untuk meperoleh data adalah
melalui pengumpulan data hasil evaluasi guru dan hasil pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan teman sejawat.
d. Refleksi
Refleksi hasil pengamatan dilaksanakan setelah kegiatan
pembelajaran selesai. Hasil pengamatan akan dibahas kelebihan dan
kekuranggannya bersama teman sejawat. Kekurangan yang terjadi selama
pelaksanaan siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus II karena
tindakan penelitian dilaksanakan selama 2 siklus.
Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini merupakan
rencana perbaikan dari kegiatan disiklus I, pada siklus II ini terlebih
dahulu guru membuat :
1. Membuat skenario pembelajaran
2. Membuat lembar observasi
3. Membuat alat evaluasi
4. Membuat alat bantu pembelajaran
5. Membuat jurnal refleksi diri
b. Pelaksanaan tindakan
16
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah guru melaksanakan
skenario pembelajaran, yaitu siklus II ini dilakukan satu kali pertemuan.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini merupakan
perbaikan dari siklus I, dengan langkah-langkah :
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Mengabsen siswa
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Menyampaikan topik yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
a. Menjelaskan materi tentang musyawarah/keputusan bersama.
b. Guru bersama siswa melakukan simulasi musyawarah pemilihan
ketua kelas
c. Melakukan Tanya jawab
d. Pemberian tugas/evaluasi
3. Kegiatan Penutup
a. Menyampaikan pelajaran
b. Pemberian PR
c. Pengamatan/Evaluasi
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan oleh
teman sejawat. Cara untuk memperoleh data adalah berdasarkan hasil
pengamatan dan hasil evaluasi anak yang dinilai oleh guru sebagai peneliti
dan dibantu oleh teman sejawat.
Pengamatan juga bisa dilakukan dengan cara menilai keaktifan anak
selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan yang
dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data pada siklus II ini semua
kekuranggan yang terjadi pada siklus I sudah mulai berkurang dan tidak
terlihat lagi.
d. Refleksi
Refleksi hasil observasi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran
selesai. Tetapi pelaksanaan siklus dihentikan karena pelaksanaan
penelitian sudah dilakukan 2 siklus.
17
Hasil pengamatan dan evaluasi dari siklus I dan siklus II
dibandingkan untuk diketahui seberapa besar peningkatan pemahaman
siswa tentang keputusan bersama atau musyawarah.
Hasil pengumpulan data yang dilakukan dari refleksi kemudian
dianalisis dan secara deskriptif digambarkan kedalam tabel.
SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
C. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperlukandalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi aktifitas siswa dan guru, dan tes formatif. Untuk mengetahui
keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa
data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah yang ada dikelas sehingga diperoleh
rata-rata tes formatif dengan rumus:
18
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada 2 ketuntasan kategori belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar KTSP yaitu
seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor KKM, KKM
mata belajaran PKn kelas V SDN 10 Lohia ≥ KKM (70), dan kelas disebut
tuntas belajar bila dikelas terdapat 70% yang telah mencapai daya serap
lebih dari sama dengan 70%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = ∑ Siswa yang tuntas belajar
∑ Siswax 100 %
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pembelajaran Awal Pra Siklus
Sebagai dasar pelaksanaan perbaikan ini adalah hasil analisis dan
refleksi pada kondisi awal prasiklus yang dilakukan pada hari Senin tanggal 5
Mei 2014. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan model Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dan langkah-langkah pokok perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan/evaluasi, dan refleksi kegiatan
pembelajaran dalam persiklus, metode yang digunakan guru kurang menarik
minat siswa sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan dan jauh dari
harapan guru sebagai peneliti.
Dimana pada pelaksanaan persiklus ini hanya terdapat 8 dari 20 orang
siswa kelas V SD Negeri 10 Lohia yang memperoleh nilai minimal 70 atau
sekitar 40%.
Hasil evaluasi pada pelaksanaan prasiklus disajikan kedalam tabel :
Table 4.1
Hasil Tes Evaluasi Pembelajaran Awal Pra Siklus
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
No. Nama SiswaNilai yang Diperoleh
Tuntas Tidak Tuntas
1. IR 70 √ 2. LDI 80 √ 3. WF 50 √
4. SI 60 √
20
5. SN 70 √ 6. HU 80 √ 7. FT 50 √
8. SL 60 √
9. LDF 60 √
10. BL 60 √
11. UL 60 √
12. TU 60 √
13. RS 50 √
14. WDA 60 √
15. WU 60 √
16. RE 80 √ 17. IRD 70 √ 18. WET 80 √ 19. LDS 70 √ 20 RR 60 √
Jumlah 1290 8 12
Rata-Rata 64,5
Keterangan :
Nilai Rata-rata : 64,5
Nilai tertinggi : 80
Nilai terendah : 50
Tingkat ketuntasan : 8
20 x 100% = 40%
Tingkat ketidaktunasan : 1220
x 100% = 60%
Daya Serap : 1290
20 x 100% = 65%
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran Pra Siklus
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
21
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
No Rentang Nilai Banyak Siswa
1 0 - 49 -
2 50 - 59 3
3 60 - 69 9
4 70 - 79 4
5 80 - 89 4
6 90 - 100 -
Jumlah 20
Tabel 4.3
Persentase Hasil Tes Formatif Pembelajaran Pra SiklusMata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
0-40 50 60 70 80 90 100
Jml
Siswa
TuntasBelum
tuntas Jml nilai
Rata-rata
Taraf Seraf
Jml siswa
% Jml siswa
%
- 3 9 4 4 - - 20 8 40 12 60 1290 64,5 65%
Gambar 4.1
Persentase Hasil Evluasi Pembelajaran AwalPra Siklus
22
10 20 30 40 50 60 70 80 90100
0
2
4
6
8
10
10; 020; 030; 040; 0
50; 3
60; 9
70; 480; 4
90; 0100; 0
Keterangan :
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan prasiklus
anak yang memperoleh nilai minimal 70 hanya ada 8 dari 20 orang siswa atau
40%, sedangkan 12 dari 20 orang siswa lainnya masih dibawah 70.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat persiapan
yang berkaitan dengan pelaksanaan siklus I. kegiatan tersebut adalah
membuat skenario pembelajaran, membuat alat bantu pelajaran, yang akan
digunakan pada pelaksanaan tindakan siklus I, selain itu membuat lembar
pengamatan observasi, alat evaluasi, dan membuat jurnal refleksi diri.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini guru menjelaskan tentang pengaruh
globalisasi dilingkungan sekitar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Melakukan apersepsi sesuai
dengan materi kemudian menuliskan topik pembelajaran.
Dalam kegiatan inti guru menyampaikan penjelasan tentang dampak
globalisasi dilingkungan sekitar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Devision).
c. Pengamatan
23
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat selama
pelaksanaan perbaikan, maka dapat diketahui kalau hasil evaluasi terhadap
siswa pada siklus I ini masih kurang memuaskan dan kurang dari target
yang guru harapkan.
Dimana pada akhir siklus I ini anak yang memperoleh nilai minimal
70 hanya ada 15 orang siswa dari 20 orang siswa atau sekitar 75%.
Sedangkan 5 dari 20 orang siswa masih belum memperoleh nilai yang
memuaskan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran meningkat
kearah yang lebih baik, diantaranya :
Penjelasan konsep sudah dengan materi pelajaran dan skenario
pembelajaran yang telah dibuat
Penggunaan alat peraga sudah ada tetapi kurang maksimal
Penggunaan metode kurang tepat sehingga menjadi salah satu rencana
perbaikan siklus II, sehingga menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif Tipe STAD.
Aktifitas siswa sudah aktif karena metode yang digunakan guru sudah
tepat, dan untuk siklus II harus lebih aktif lagi agar hasil belajar yang
dicapai lebih maksimal lagi.
Hasil belajar siswa ada peningkatan namum belum maksimal,
diharapkan disiklus II hasil belajar siswa dapat lebih memuaskan.
Hasil data pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 4.4
Hasil Tes Evaluasi Pembelajaran Siklus I
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
24
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70
No. Nama SiswaNilai yang Diperoleh
Tuntas Tidak Tuntas
1. IR 80 √ 2. LDI 70 √
3. WF 60 √
4. SI 90 √
5. SN 80 √ 6. HU 80 √ 7. FT 60 √
8. SL 70 √
9. LDF 60 √
10. BL 70 √ 11. UL 60 √
12. TU 70 √ 13. RS 90 √ 14. WDA 60 √
15. WU 70 √ 16. RE 70 √ 17. IRD 90 √ 18. WET 70 √ 19. LDS 80 √ 20 RR 70 √
Jumlah 1450 15 5
Rata-Rata 72,5
Keterangan :
Nilai Rata-rata : 72,5
Nilai tertinggi : 90
Nilai terendah : 60
Tingkat ketuntasan : 1520
x 100% = 75%
Tingkat ketidaktunasan : 5
20 x 100% = 25%
25
Daya Serap : 1450
20 x 100% = 73%
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus I
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
No Rentang Nilai Banyak Siswa
1 0 - 49 -
2 50 - 59 -
3 60 - 69 6
4 70 - 79 5
5 80 - 89 5
6 90 - 100 3
Jumlah 21
Tabel 4.6
Persentase Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus I
Mata Pelajaran : PKn
Kelas/ semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
0-40 50 60 70 80 90 100
Jml
Siswa
TuntasBelum
tuntas Jml nilai
Rata-rata
Taraf Seraf
Jml siswa
% Jml siswa
%
- - 5 8 4 3 - 20 15 75 5 25 1450 72,5
26
73%
Gambar 4.2
Persentase Hasil Evluasi Pembelajaran Siklus I
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
10 20 30 40 50 60 70 80 90100
012345678
10; 020; 030; 040; 050; 0
60; 5
70; 8
80; 490; 3
100; 0
Keterangan :
Dari grafik 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini terdapat 15
dari 20 orang siswa yang telah mampu memperoleh nilai minimal 70 atau sekitar
75%. Sedangkan 5 orang lainnya belum mampu memperoleh nilai yang
memuaskan atau dibawah 70 atau sekitar 25% siswa.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat skenario
pembelajaran untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
siklus I, membuat alat bantu pembelajaran, membuat lembar observasi alat
evaluasi, dan jurnal refleksi diri.
27
Dalam kegiatan inti guru menyampaikan penjelasan tentang dampak
globalisasi dilingkungan sekitar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II ini guru sebagai peneliti
dan pendidik memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, melakukan apersepsi sesuai dengan materi kemudian
menuliskan topik pembelajaran.
Dalam kegiatan ini Guru menyampaikan tenatang pengaruh
globalisasi dilingkungan sekitar dengan metode yang berbeda dengan
metode yang digunakan pada siklus I. hal ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa agar lebih maksimal lagi. Dengan
metode ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari
sehingga pemahaman siswa semakin meningkat.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan dengan pelaksanaan tindakan.
Dan dari hasil pengamatan oleh teman sejawat, pada siklus II ini sudah
dapat dilihat banyak perubahan dan dinyatakan berhasil sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
Keberhasilan tersebut diupayakan guru dalam persiapannya memilih
metode pembelajaran yang tepat, alat peraga yang memadai, situasi belajar
mengajar yang kondusif, serta motivasi yang sangat berperan dalam tujuan
pembelajaran.
Pada siklus II ini siswa yang memperoleh nilai minimal 70 telah
memenuhi harapan guru. Dimana pada akhir pelaksanaan siklus II ini ada
20 dari 20 orang siswa atau sekitar 100% memperoleh nilai minimal 70.
d. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
maka dapat diketahui bahwa pembelajaran diperoleh hasil yang lebih baik.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I sudah tidak terlihat lagi.
28
Dari uraian kegiatan pelaksanaan pembelajaran melalui dua siklus
tersebut terlihat adanya perubahan menuju kesempurnaan. Dari segi guru,
siswa dan perangkat pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh
memuaskan.
Dari data nilai pada siklus II tersebut dapat kita lihat pada tabel
berikut :
Table 4.7
Hasil Tes Evaluasi Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.2 Memahami Keputusan Bersama
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70 p
No. Nama SiswaNilai yang Diperoleh
Tuntas Tidak Tuntas
1. IR 80 √ 2. LDI 90 √
3. WF 90 √
4. SI 70 √
5. SN 80 √ 6. HU 90 √ 7. FT 100 √ 8. SL 80 √
9. LDF 100 √
10. BL 80 √ 11. UL 70 √ 12. TU 70 √ 13. RS 100 √ 14. WDA 90 √ 15. WU 90 √
29
16. RE 80 √ 17. IRD 70 √ 18. WET 80 √ 19. LDS 90 √ 20 RR 90 √
Jumlah 1690 20 0
Rata-Rata 84,5
Keterangan :
Nilai Rata-rata : 84,5
Nilai tertinggi : 100
Nilai terendah : 70
Tingkat ketuntasan : 2020
x 100% = 100%
Tingkat ketidaktunasan : 0
20 x 100% = 0%
Daya Serap : 1690
20 x 100% = 85%
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.2 Memahami Keputusan Bersama
No Rentang Nilai Banyak Siswa1 0 - 49 -2 50 - 59 -3 60 - 69 -4 70 - 79 45 80 - 89 66 90 - 100 10
Jumlah 21
Tabel 4.9
Persentase Hasil Tes Formatif Pembelajaran Siklus II
30
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : V / II
Kompetensi Dasar : 4.2 Memahami Keputusan Bersama
0-40 50 60 70 80 90 100
Jml
Siswa
TuntasBelum
tuntas Jml nilai
Rata-rata
Taraf Seraf
Jml siswa
% Jml siswa
%
- - - 4 6 7 3 20 20 100 0 0 1690 84,5 85%
Gambar 4.3
Persentase Hasil Evluasi Pembelajaran Siklus II
10 20 30 40 50 60 70 80 90100
0
1
2
3
4
5
6
7
10; 020; 030; 040; 050; 060; 0
70; 4
80; 6
90; 7
100; 3
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tabel 4.10
Peningkatan Prestasi Belajar Per SiklusA.
No. Tahap Pembelajaran Rata-rata Kelas Ketuntasan
1. Pembelajaran awal pra siklus 64,5 40%
2. Perbaikan pembelajaran siklus 1 72,5 75%
31
3. Perbaikan pembelajaran siklus 2 84,5 100%
Capaian prestasi belajar siswa di atas peneliti dapatkan dari dua tahapan
pembelajaran sebagai berikut .
1. Prasiklus
Pada pelaksanaan prasiklus terlihat bahwa :
a. Guru dalam mengajar terlihat kaku sehingga kurang menarik minat siswa
untuk memperhatikan penjelasan dari guru.
b. Penggunaan metode ceramah yang digunakan guru kurang efektif.
c. Contoh yang diberikan guru kurang bervariasi.
d. Dalam memberikan pertanyaan guru tidak memberikan kesempatan untuk
berfikir dan pertanyaan yang diberikan kurang menyeluruh.
e. Pelajaran belum ada penguatan sehingga pelajaran tersebut terus diulang.
2. Siklus I
Pada siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunkan model
pembelajaran Kooperatif karena pada siklus ini telah dilakukan tahapan-
tahapan :
a. Persiapan meliputi materi ajar, lembar kerja, lembar tes, dan kunci
jawaban serta pembentukan tim/kelompok.
b. Penyajian pelajaran dan konsep-konsep baru oleh guru yang meliputi
pembukaan, pengembangan, dan latihan.
c. Kerja kelompok yang merupakan kegiatan inti bertujuan agar siswa belajar
bersama untuk memahami materi. Pada tahapan ini siswa belajar bersama
dengan kelompok mulai dari pemahaman, pengklarifikasian, penyimpulan
melalui pendiskusian dengan teman sampai pada tahapan penguasaan
materi diantara kelompoknya.
d. Tes individu, untuk mengetahui penguasaan materi yang diajarkan.
e. Penghargaan kelompok, dengan cara menghitung skor/point yang didapat
siswa dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya, dan
selanjutnya berdasarkan skor rata-ratanya tersebut ditentukan masing-
masing kelompok.
32
Setelah dilakukan tahapan ini :
a. Suasana pembelajaran ada perubahan yang semula siswa ramai sendiri
sekarang sudah lebih efektif. Siswa sudah bisa memusatkan perhatian pada
penjelasan guru.
b. Meskipun media pembelajaran telah tersedia tetapi masih kurang maksimal
karena gambar terlalu kecil sehingga anak yang dibagian belakang tidak
melihat dengan jelas.
c. Kemampuan menyelesaikan evaluasi yang diberikan guru masih
bervariasi, ada siswa yang telah mampu menyelesaikan evaluasi namun
masih banyak siswa yang belum menyelesaikan evaluasi dengan
memuaskan dan tepat waktu.
d. Siswa telah dapat lebih efektif dan mampu memusatkan perhatian dalam
proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena pembelajaran yang
diberikan guru dianggap unik.
3. Siklus II
a. Siswa dilibatkan secara aktif untuk meningkatkan proses berfikir secara
ilmiah.
b. Dalam kegiatan pemberian evaluasi seluruh siswa telah mempu
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan memperoleh nilai yang
memuaskan.
c. Penggunaan metode sudah cukup baik, dalam memberikan pertanyaan
sudah menyeluruh dan ketika berdiskusi semua siswa aktif.
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil observasi dan reflekasi selama penelitian ini
berlangsung dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan pedekatan pembelajaran kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Devision). dalam pembelajaran PKn
pemahaman konsep dan hasil belajar PKn meningkat dari 65% menjadi
85%. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada perolehan skor rata-rata
hasil belajar siswa pada setiap siklus.
2. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Devision). dapat memungkinkan prestasi
belajar siswa. Pendekatan ini menunjukan bahwa siswa sangat antusias
dan termotifasi untuk belajar bekerja sama dalam menyelesaikan masalah,
mengungkapkan ide, pendapat, memberi saran, dan belajar menghargai
orang lain, maka ketuntasan hasil belajar tuntas 100%.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil belajar dan temuan penelitian dalam upaya
meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar PKn melalui pendekatan
pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision).
pada siswa kelas V SD Negeri 10 Lohia maka dikemukakan saran sebagai
berikut :
Pertama, disarankan kepada guru agar dapat mengetahui dan
menggunakan pendekatan kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran PKn. Disamping itu, juga disarankan agar guru membuat
rancangan pembelajaran yang jelas dan rinci dengan komponen-komponen
yang baik. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran berlangsung secara efisien
dan efektif.
34
Kedua, dalam setiap pembelajaran hendaknya guru berusaha merangsang
dan memotifasi siswa untuk bekerja sama menyelesaikan sebagai
permasalahan pembelajaran PKn dengan membentuk kelompok-kelompok
belajar kemudian guru fasilitator, motivator, dan mediator.
Ketiga, untuk memperoleh wawasan dan peningkatan pembelajaran di
SD, guru senantiasa melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang
dilakukannya, dan bersedia menerima kritik dari siswanya maupun dari teman
guru serta berusaha memperbaiki atau mencari pemecahan terhadap hal-hal
yang kurang baik yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.
Keempat, disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang efektivitas pendekatan pembelajaran kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Devision). Di samping itu juga perlu lebih
banyak dilakukan penelitian tindakan kelas untuk menerapkan model
pembelajaran yang lain di SD.
35
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta :
Universitas Terbuka
Bloom (Winkle, W.S : 1993). Active Learning 101 Strategies To Teach Any
Subject. (terjemahan oleh tim penerjemah Yappends).
Dahar, R.W. 1986. Evaluasi Pendidikan Surabaya : Usaha Nasional.
Djamarah Syaiful B. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jendral
Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District,
Technology Integration Academy.
Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Colombus, OH :
ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment
Education. (ED359048).
Hamalik, Oemar. 1982. Metode dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung :
Tartiro.
Jaya, H. 2003. Pembelajaran Kontekstual sebagai implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2000). Dunia Pendidikan No. 44
Tahun XXXVII. 2003.
Suharjo, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Tiga Serangkai KTSP 2005
Usman, M. dan Setia Wati, L. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Wardani, Kuswaya Wirhardit (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka.
36