pengawasan mutu

35
BAB VII PENGAWASAN MUTU Sebelum kita membicarakan mengenai arti dan kegiatan pengawasan mutu, terlebih dahulu perlu kita ketahui apa yang dimaksudkan dengan mutu atau kualitas, faktor-faktor apa yang mempengaruhi mutu/kualitas suatu barang, biaya-biaya apa saja yang terkandung dalam mutu/kualitas tersebut dan perumusan kebijaksanaan dalam penentuan mutu suatu barang. 7.1 Pengertian Mutu Pada mulanya manusia merupakan makhluk atau individu yang sudah merasa cukup puas dengan bahan-bahan kebutuhan yang disediakan oleh alam. Sehingga pada waktu itu manusia tidak memperhatikan pentingnya (tidak mementingkan) mutu/kualitas. Peranan mutu/kualitas ini menjadi bertambah penting dengan adanya perkembangan peradaban manusia, di mana terdapat perkembangan keahlian manusia, sehingga terjadilah pemisahan antara kelompok produsen dan konsumen. Perkembangan keadaan ini mempengaruhi mutu/kualitas barang-barang yang langsung mempengaruhi kebutuhan hidup manusia dan timbulnya kesulitan-kesulitan dalam memenuhi atau menyesuaikan serta mengerti akan keinginan/kehendak pemakai atau konsumen. Dengan adanya perkembangan teknologi dan perkembangan serikat sekerja, maka produsen berusaha untuk menjaga reputasi atau nama baiknya. Usaha untuk menjaga reputasi (nama baik) ini dapat dilakukan melalui mutu dari barang yang dihasilkannya. Mengenai arti mutu ini dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau kalimat di mana istilah mutu ini dipakai, dan orang yang mempergunakannya. Dalam perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan 225

Transcript of pengawasan mutu

Page 1: pengawasan mutu

BAB VII

PENGAWASAN MUTU

Sebelum kita membicarakan mengenai arti dan kegiatan pengawasan mutu, terlebih

dahulu perlu kita ketahui apa yang dimaksudkan dengan mutu atau kualitas, faktor-faktor apa yang

mempengaruhi mutu/kualitas suatu barang, biaya-biaya apa saja yang terkandung dalam

mutu/kualitas tersebut dan perumusan kebijaksanaan dalam penentuan mutu suatu barang.

7.1 Pengertian Mutu

Pada mulanya manusia merupakan makhluk atau individu yang sudah merasa cukup puas

dengan bahan-bahan kebutuhan yang disediakan oleh alam. Sehingga pada waktu itu manusia

tidak memperhatikan pentingnya (tidak mementingkan) mutu/kualitas. Peranan mutu/kualitas ini

menjadi bertambah penting dengan adanya perkembangan peradaban manusia, di mana terdapat

perkembangan keahlian manusia, sehingga terjadilah pemisahan antara kelompok produsen dan

konsumen. Perkembangan keadaan ini mempengaruhi mutu/kualitas barang-barang yang langsung

mempengaruhi kebutuhan hidup manusia dan timbulnya kesulitan-kesulitan dalam memenuhi atau

menyesuaikan serta mengerti akan keinginan/kehendak pemakai atau konsumen. Dengan adanya

perkembangan teknologi dan perkembangan serikat sekerja, maka produsen berusaha untuk

menjaga reputasi atau nama baiknya. Usaha untuk menjaga reputasi (nama baik) ini dapat

dilakukan melalui mutu dari barang yang dihasilkannya.

Mengenai arti mutu ini dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau

kalimat di mana istilah mutu ini dipakai, dan orang yang mempergunakannya. Dalam perusahaan

pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang

menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan

atau dibutuhkan. Seperti kita ketahui bahwa barang-barang harus dapat memenuhi beberapa

tujuan, dan agar supaya barang-barang tersebut dapat dipergunakan untuk mencapai (cocok untuk)

tujuan itu maka barang-barang itu harus mempunyai mutu yang tertentu. Pengertian mutu seperti

yang disebutkan di atas menimbulkan persoalan, yaitu siapakah yang akan menentukan atau

mendefenisikan tujuan untuk apa hasil tersebut dimaksudkan. Dalam banyak hal, pembeli atau

konsumenlah yang membuat keputusan terakhir tentang tujuan untuk apa hasil tersebut

dimaksudkan. Hal ini dapat terlihat dalam keadaan sehari-hari, dan walaupun produsen telah

menghasilkan suatu barang yang menurut pendapatnya tepat untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dari barang tersebut, akan tetapi konsumenlah yang sebenarnya menggunakan barang

tersebut serta mengetahui hasil penggunaan barang itu apakah dapat mencapai tujuan yang

diharapkannya atau tidak. Apabila dalam hal ini produsen telah salah dalam menentukan atau

memutuskan ketetapan tujuan untuk apa hasil/barang tersebut dimaksudkan, maka pembeli atau

konsumen yang telah membeli hasil/barang itu tidak akan kembali membelinya lagi.

225

Page 2: pengawasan mutu

Pada kenyataannya, apabila hasil produksi itu tidak dapat mencapai dengan tepat tujuan

untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan, ini tidak selalu berarti bahwa

konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-keluhan pada produsen. Hal ini terjadi, karena

seperti kita ketahui bahwa terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat

menghalangi pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila

tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari penggunaan barang

tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah membeli barang merek lain di pasar.

Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidaklah mungkin dan tidaklah ada gunanya

apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang dapat menentukan

kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan tujuan utnuk apa barang tersebut

dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh si produsen, karena ia menjual barang-barang

kepada langganan atau konsumen dan tidak pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si

produsen tidaklah dapat menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang

akan dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera pembeli atau konsumen

berbeda dengan keinginan produsen, dan selera antara pembeli juga berbeda-beda, yang mungkin

disebabkan karena perbedaan sifat daerah dan asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab yang

lainnya. Akbat keadaan ini akan lebih menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau

menentukan faktor mutu yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen

selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barnag kepada langganan atau konsumen tidak

hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain. Oleh karena itu perlu adanya suatu

dasar atas kebijaksanaan yang diambilnya.

7.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu

Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan

menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Oleh karena itu, mutu merupakan

tingkatan pemuasan suatu barang. Dari uraian ini terlihat bahwa tingkat mutu tersebut ditentukan

oleh beberapa faktor, antara lain adalah fungsi, wujud luar dan biaya dari barang tersebut.

a. Fungsi suatu Barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang

tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan dapat benar-benar

memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para

konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai,

maka tingkat suatu mutu barang tergantung pafa tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan

barang yang dapat dicapai. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang

tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pda spesifikasi dari barang tersebut seperti

kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi, mudah/tidaknya perawatan dan

kepercayaannya.

226

Page 3: pengawasan mutu

b. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dl melihat suatu

barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang itu.

Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi

bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang

tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi

syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi

juga dari warna, susunan (seperti pembungkusan) dan hal-hal lainnya.

c. Biaya Barang

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut.

Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat

menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa

barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang lebih murah dapat menunjukkan bahwa

mutu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu

yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya

disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut,

karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi

adanya efisiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah dari nilai barang

itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada

nilai yang sebenarnya, karena adanya efisiensi dalam menghasilkan barnag tersebut dan tingginya

keuntungan yang diambil terhadap barang itu.

7.1.2 Biaya Mutu (Quality Cost)

Seperti kita ketahui bahwa mutu suatu barang merupakan kesesuaian maksud tujuan

(fitness for purpose) dari barang tersebut. Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki

mutu dari barang yang dihasilkannya. Di dalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu

berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk memperbaiki mutu dari

barang yang dihasilkannya dengan biaya yang sama atau tetap, atau mencapai mutu yang tetap

sama (dapat dipertahankan) dengan biaya yang lebih murah. Adalah perlu kita ketahui, bahwa

sebenarnya unutk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya. Oleh karena itu

pengusaha/produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan hasil dan keuntungan yang dapat

diharapkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang

terdapat dalam mutu. Adapun unsur-unsur atau komponen-komponen biaya dalam mutu adalah

biaya barang-barang yang rusak atau apkir (scrap), biaya pemeriksaan atau inspeksi, biaya

pembetulan atau pengerjaan kembali, biaya karena keterlambatan produksi akibat mutu yang

buruk dan kerugian karena kehilangan pasaran. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai

227

Page 4: pengawasan mutu

suatu mutu tertentu dari produk yang dihasilkan, akan mempengaruhi secara langsung besarnya

biaya produksi dari produk akhir. Sebenarnya semua biaya-biaya mutu yang disebutkan di atas

dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian atau macam biaya, yaitu:

a) Biaya Pencegahan (Prevention)

b) Biaya-biaya Penaksiran (Appraisal)

c) Biaya-biaya Kegagalan (Failure)

a. Biaya Pencegahan (Prevention)

Yang dimaksud dengan biaya pencegahan di sini adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam

melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu yang tertentu, agar jangan sampai terjadi

barang-barang produk yang cacat atau apkir (scrap). Yang termasuk dalam biaya pencegahan ini

adalah:

1) Biaya-biaya untuk perencanaan mutu dan pengawasan proses, termasuk di

dalamnya biaya-biaya dari kegiatan-kegiatan untuk menyatakan desain dan hal-hal yang

dibutuhkan pembeli/langganan ke dalam proses dan spesifikasi pembuatan, serta

perencanaan cara-cara pengawasan yang dianggap perlu untuk dikerjakan.

2) Biaya-biaya untuk perencanaan dan pemasangan alat-alat maupun fasilitas-fasilitas

yang diperlukan guna mencapai mutu yang telah ditetapkan.

3) Biaya-biaya untuk latihan (training) para pekerja atau karyawan mengenai

pengertian dan cara-cara penggunaan prosedur-prosedur dan teknik-teknik pengawasan

mutu, serta proyek-proyek khusus lainnya dalam usaha unutk memperbaiki mutu.

b. Biaya-biaya Penaksiran (Appraisal)

Yang dimaksud dengan biaya penaksiran di sini adalah biaya-biaya yang dibutuhkan

dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu.

Dengan perkataan lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan

penilaian atas mutu dari barang-barang yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya penaksiran

ini ialah:

1) Biaya-biaya untuk pengecekan dan pemeriksaan bahan-bahan atau komponen-

komponen yang diterima, termasuk juga pemeriksaan dalam laboratorium maupun

pengukuran-pengukuran lainnya, serta kegiatan-kegiatan untuk menghubungi supplier

dalam membicarakan mengenai masalah mutu bahan-bahan yang diterima.

2) Biaya-biaya untuk pemeriksaan dan penelitian mutu dari produk yang dihasilkan, baik

pada saat masih dalam proses pengolahan maupun sesudahnya.

3) Biaya-biaya untuk pengecekan mutu dan penyortiran produk atau barang-barang hasil.

4) Biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk pencatatan-pencatatan pada saat

pengecekan, maupun untuk perawatan alat-alat ukur dan alat-alat penguji.

228

Page 5: pengawasan mutu

c. Biaya-biaya Kegagalan (Failure)

Dalam biaya kegagalan ini terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor-faktor

internal yang dalam hal ini disebut kegagalan internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada

saat pengolahan (processing). Di samping itu juga terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh

faktor-faktor external, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah produk yang dihasilkan

sampai ke tangan pembeli.

1) Biaya-biaya pembetulan yang diperlukan terhadap barang-barang yang salah atau

cacat, sehingga tidak mencapai mutu yang telah ditentukan dalam spesifikasi.

2) Biaya-biaya yang timbul karena bahan-bahan atau barang-barang yang dinyatakan

cacat atau apkir sebab tidak mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.

3) Biaya-biaya pembelian bahan-bahan atau komponen-komponen yang baru untuk

menggantikan bahan-bahan atau komponen yang ternyata tidak dapat dipergunakan.

4) Biaya-biaya penyelidikan dan pembetulan-pembetulan atas kondisi produksi ataupun

kondisi-kondisi pengolahan (processing) yang ternyata tidak dapat menghasilkan

barang-barang yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

5) Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan external (external failure) meliputi

biaya-biaya yang dikleuarkan untuk perbaikan-perbaikan atau penggantian-

penggantian dari produk yang gagal atau rusak sesudah sampai di tangan pembeli,

maupun untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat

gagalnya suatu produk dalam pasaran.

7.2 Perumusan Kebijaksanaan Mutu

Seperti telah kita ketahui bahwa mutu yang tepat membutuhkan kebijaksanaan atau

keputusan yang tepat. Pada kenyataannya, sifat-sifat mutu dari produk atau barang-barang yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan, biasanya ditentukan oleh para teknisi dan spesialis, yang dalam

hal ini mungkin mereka tidak merasa terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dalam penjualan.

Teknisi karena tertarik pada segi teknis saja, hanya memusatkan perhatian pada segi teknis

tersebut, tanpa memperhatikan atau menghiraukan hal-hal yang oleh langganan atau pembeli

(konsumen) dianggap penting. Oleh karena itu perlu diberikan kepada para teknisi tersebut,

mengenai pentingnya faktor kepercayaan dan keinginan pelanggan atau pembeli, sehingga perlu

diperhatikan dan diperhatikan. Dalam perumusan kebijaksanaan mengenai mutu ini perlu

diperhatikan beberapa faktor yaitu proses pembuatan, peranan inspeksi dan lingkup dari

perumusan kebijaksanaan yang diambil.

Proses Pembuatan

Mutu yang ditetapkan akan dicapai atau dihasilkan perlu diperhatikan siklus proses

pembuatan (manufacturing cycle), dimana untuk suatu mutu yang lebih baik dibutuhkan waktu

229

Page 6: pengawasan mutu

yang lebih lama. Proses pembuatan/pengerjaan juga dapat mempengaruhi mutu, baik dalam waktu

pengerjaan maupun pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan kembali serta peralatan-peralatan

dan perlengkapan yang lebih sempurna dan lebih baik. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencari

atau mencapai tingkat ketelitian dalam mutu dari barang yang dihasilkan, yang biasanya tidak

termasuk dalam lingkup perlengkapan dan peralatan, menyebabkan terdapatnya barang yang apkir

(scrap) dalam jumlah yang cukup banyak dan biaya pengerjaan kembali (rework cost).

Aspek Penjualan

Faktor mutu yang akan dicapai atau dihasilkan sangat erat hubungannya dengan kegiatan

penjualan. Apabila mutu dari barang yang dihasilkan terlalu rendah, maka hal ini dapat

menyebabkan berkurangnya penjualan. Sebaliknya apabila mutu dari barang yang dihasilkan

terlalu tinggi (mutu yang tinggi) menyebabkan terdapatnya biaya produksi yang lebih mahal,

sehingga harga penjualan menjadi mahal dan jumlah yang dapat terjual menjadi terbatas (lebih

sedikit) karena kemampuan pembeli terbatas.

Perubahan Permintaan Konsumen/Pemakai

Konsumen atau pemakai sering menginginkan terdapatnya perubahan-perubahan dari

barang yang dipakainya. Perubahan-perubahanyg disebabkan selera konsumen ini sering disebut

mode. Perubahan-perubahan ini perlu diperhatikan oleh produsen, sehingga dia dapat mengetahui

dan mengikuti keadaan yang terdapat dalam pasaran. Hendaknya produsen berusaha untuk selalu

dapat mengetahui keadaan dan perubahan spesifikasi dari mode pembuatan/ pengerjaan.

Peranan Inspeksi

Untuk dapat menghasilkan barang agar tetap sesuai menurut standar yang telah

ditetapkan, maka peranan inspeksi sangat penting. Dalam hal ini perlu diingat bahwa inspeksi

hanya dapat mengawasi atau menjaga mutu agar sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebagai

standar, dan berusaha untuk memperkecil biaya produksi yang ditimbulkan oleh pengawasan

mutu. Walaupun demikian peranan inspeksi dalam penekanan biaya produksi sangat kecil.

Sebenarnya biaya yang sangat besar akan terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan pokok

dalam kebijaksanaan mutu (misalnya dengan adanya keputusan mutu ditingkatkan, maka produk

dengan mutu yang lama ditolak).

Lingkup dari Perumusan Kebijaksanaan yang Diambil

Dalam hal ini perlu dipertimbangkan apakah perlu diadakan pengolahan atau penilaian

mutu pada setiap tingkat proses produksi yang ada, dan tidak hanya dilakukan apabila proses

pembuatan/produksi telah selesai. Pertimbangan ini semua biasanya ditentukan berdasarkan

pertimbangan biaya produksi. Bila dilakukan penilaian mutu pada semua tingkat proses, sehingga

biaya produksi menjadi mahal, maka persoalannya adalah apakah cukup dengan biaya yang rendah

230

Page 7: pengawasan mutu

untuk mencapai mutu yang telah ditetapkan sebagai standar. Hal ini semua perlu diputuskan,

dengan memperhatikan syarat-syarat apa yang diminta oleh konsumen dalam hal mutu ini, dan

faktor-faktor utama yang perlu dibuat dalam hasil yang akan membentuk perumusan

kebijaksanaan mengenai mutu.

7.3 Pengawasan Mutu

Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industri. Oleh karena proses

produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu:

1) Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan

tenga-tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang tinggi.

2) Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan pertukaran,

sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk

memudahkan merakitnya.

Agar supaya produksi dapat berjalan lancar, maka orang-orang dipekerjakan untuk

menyortir pekerjaan yang tak memuaskan dan menyingkirkan ke suatu tempat. Pada saat inilah

dikenal pengawasan mutu. Akan tetapi dengan berkembangnya mekanisasi lebih maju, maka

keadaan dunia industri tidak beraturan dan para pengusaha atau produsen telah kurang

perhatiannya untuk menghasilkan barang-barang yang bermutu. Sehingga timbullah anggapan

bahwa petugas-petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi para pekerja

dan supervisor untuk melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi dengan perkembangan

produksi yang semakin baik serta penerangan dan komunikasi yang semakin maju maka keadaan

tersebut menjadi berubah, dimana peranan pengawasan mutu dirasakan penting dan mulailah

dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik.

Adapun yang dimaksudkan dengan pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan

apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan

perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari

barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan

kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek

menurut standar, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan

semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk

para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi

pada masa-masa yang akan datang.

7.3.1 Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu

231

Page 8: pengawasan mutu

Seperti telah dikatakan bahwa maksud dari pengawasan mutu adalah agar spesifikasi

produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara

terperinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari pengawasan mutu adalah:

1) Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.

2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3) Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu

produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Ruang Lingkup Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu sangat luas, karena semua pengaruh terhadap mutu harus

dimasukkan dan diperhatikan. Secara garis besar pengawasan mutu dapat dibedakan atau

dikelompokkan ke dalam dua tingkatan, yaitu pengawasan selama pengolahan (proses) dan

pengawasan dari hasil yang telah diselesaikan.

Pengawasan Selama Pengolahan (Proses)

Banyak cara-cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang teratur. Contoh-

contoh atau sample dari hasil diambil pada jarak yang sama, dan dilanutkan dengan pengecekan

statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah,

maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semuala untuk penyesuaian

kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur.

Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada

artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini

termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.

Pengawasan atas Barang yang Telah Diselesaikan

Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini

tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur

dengan hasil yang baik. Untuk menjaga agar supaya barang-barang hasil yang cukup baik atau

paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli, maka

diperlukan adanya pengawasan atas barang hasil akhir/produk selesai. Adanya pengawasan seperti

ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan segera.

7.4 Organisasi Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan

babrik. Oleh karena itu umumnya setiap perusahaan pabrik mempunyai fungsi pengawasan mutu.

232

Page 9: pengawasan mutu

Biasanya kegiatan pengawasan mutu di suatu perusahaan pabrik dilakukan oleh bagian

pengawasan mutu. Akan tetapi di dalam suatu perusahaan, bagian pengawasan mutu tidaklah

selalu ada, tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan dan jenis produk dari perusahaan

tersebut. Apabila bagian pengawasan mutu tidak ada, maka fungsi pengawasan mutu dilaksanakan

oleh pimpinan produksi atau suatu bagian yang ada, yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi

pengawasan mutu disamping tugas/fungsi utamanya. Juka bagian pengawasan mutu terdapat

dalam suatu perusahaan pabrik, maka bagian ini merupakan pejabat staf yang membantu pimpinan

produksi dengan memberikan informasi dan saran-saran/usul-usul yang dapat dipergunakan oleh

pimpinan produksi untuk mengambil keputusan dalam kegiatan produksi.

Setiap orang atau bagian yang berhubungan dengan kegiatan mempunyai tanggung jawab

langsung atas pelaksanaan pekerjaan dan sesuainya barang hasil dengan spesifikasi yang telah

ditentukan. Oleh karena tugas-tugas dan bidang-bidang begitu beraneka ragam yang berhubungan

dengan mutu, maka perlu adanya koordinasi. Kegiatan pengkoordinasian yang dibutuhkan dalam

pengawasan mutu sangat sulit karena menyangkut kegiatan dari berbagai kegiatan atau bidang,

maka tanggung jawab atas pengawasan mutu ini berada pada Kepala Bagian Produksi atau

Manajer Produksi. Tugas dari bagian pengawasan mutu secara terperinci adalah

menyelenggarakan atau melihat kegiatan dan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan

menyalurkan kembali keterangan-keterangan yang dikumpulkan selama pekerjaan itu sesudah

dianalisis. Tugas-tugas ini meliputi:

a. Pengawasan atas penerimaan dari bahan-bahan yang masuk.

b. Pengawasan atas kegiatan di bermacam-macam tingkat proses dan di antara tingkat-

tingkat proses jika perlu.

c. Pengawasan terakhir atasbarang-barang hasil sebelum dikirim kepada langganan.

d. Tes-tes dari para pemakai.

e. Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul selama pembuatan.

7.4.1 Cara-cara Menjalankan Pengawasan

Pada setiap tahap dan siklus dari pemikiran tentang hasil sampai ke perencanaan

pengumpulan bahan-bahan pengolahan, pengepakan, penjualan dan lamanya suatu hasil dapat

dipergunakan, maka perlu dijalankan pengawasan terhadap mutu, yang dalam hal ini dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu inspeksi, pemberian keterangan dan penyelidikan (inspect, inform

and investigate). Dengan inspeksi dapatlah ditemukan sampai mana barang memiliki mutu yang

dikehendaki. Apabila keterangan-keterangan yang didapat selama inspeksi diteruskan ke bagian

lain, maka bagian tersebut akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah

dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpangan-penyimpangan yang harus

dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpangan, sehingga kemungkinan kegiatan yang

233

Page 10: pengawasan mutu

mungkin salah terdapat pada suatu bagian, maka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dan

cara-cara untuk menghindari terjadinya kesalahan lagi perlu diberikan.

Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sample dan

mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan,

penyingkatan, menunjukkan dan memberi komentar, mungkin perlu memutuskan memutuskan

pengambilan tindakan yang dibutuhkan, dan untuk memberitahukan jaminan, peringatan atau

tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisasian catatan-catatan

(biasanya dari pengawasan), dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaan-percobaan pada

proses atau mungkin dalam laboratorium.

7.4.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Derajat Pengawasan Mutu

Istilah proses adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang oleh mesin-mesin

dan/atau orang-orang dimana dibutuhkan kesesuaian dengan spesifikasi. Derajat/tingkat

pengawasan mutu yang dapat dilakukan atas proses-proses tersebut, tergantung pada faktor-faktor

berikut:

Kemampuan proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada.

Tidak akan ada gunanya kita mencoba mengawasi suatu proses dalam batas-batas yang melebihi

kemampuan/kesanggupan proses yang ada.

Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi dari hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari

segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan si pemakai/konsumen yang ingin dicapai

dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi

yang ditentukan tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas, sebelum

pengawasan mutu pada proses dapat dimulai.

Apkiran/Scrap yang dapat diterima

Tujuan untuk mengawasi suatu proses adalah untuk dapat mengurangi bahan/barang-

barang di bawah standar, bahan-bahan/barang-barang apkiran menjadi seminimum mungkin.

Derajat atau tingkat pengawasan yang dilakukan akan tergantung pada banyaknya

bahan-bahan/barang-barang yang berada di bawah standar atau apkiranyg dapat diterima.

Banyaknya barang-barang atau produk yang dinyatakan rusak (salah) yang dapat diterima harus

ditentukan dan disetujui sebelumnya.

Ekonomis atau efisiennya suatu kegiatan produksi tergantung pada seluruh proses-proses

yang ada di dalamnya. Suatu barang yang sama dapat dihasilkan dengan macam-macam proses,

dengan biaya-biaya produksi yang berbeda, dan dengan jumlah barang-barang yang

234

Page 11: pengawasan mutu

terbuang/apkiran yang berbeda. Tidaklah selalu ekonomis untuk memilih proses dengan jumlah

barang-barang apkiran yang sedikit, karena biaya untuk pengerjaan atau processing lebih lanjut

mungkin akan lebih mahal (atau melebihi biaya-biaya yang telah dihemat).

Pemilihan proses-proses, spesifikasi dan cara-cara pengawasan hanya dapat dilakukan sesuadah

melihat kemungkinan-kemungkinan pada semua proses-proses yang dapat dilakukan.

7.4.3 Variabilitas Proses Produksi

Dalam pelaksanaannya, proses-proses produksi akan memperlihatkan perubahan-

perubahan tau variasi pda sifat karakteristik-nya, ke tingkat yang lebih besaratau lebih kecil.

Dalam mengawasi proses, perubahan-perubahan dari satu atau beberapa sifat-sifat utamanya dapat

dipergunakan sebagai dasar untuk pengawasan. Proses itu diawasi dengan melakukan

penyesuaian-penyesuaian untuk menjaga agar perubahan-perubahan dari sifat-sifat utamanya itu

tetap dalam batas-batas yang masih dapat diterima. Yang perlu diperhatikan dalam membicarakan

perubahan-perubahan dalam proses adalah variasi/perubahan untuk satu karakteristiknya saja.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada karakteristiknya yang lain, akan dapat diawasi dengan

mengulangi prosedur pengawasan yang telah dilakukan.

7.4.3.1 Jenis-jenis perubahan atau variabilitas

Walaupun variabilitas/perubahan-perubahan dalam proses dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, seperti faktor-faktor teknis dalam proses itu sendiri ataupun karena aganya bagian-bagian

yang tidak berfungsi dengan baik, tetapi untuk memudahkan dapat dibedakan atau dibagi dalam

dua kelompok, yaitu:

a. Penyetelan (setting)

Hasil-hasil dari suatu proses biasanya mengikuti suatu distribusi normal atau distribusi

Gauss (lihat Gambar 14). Bila suatu mesin telah disetel (diset), maka penyesuaian-penyesuaian

atau penyetelan-penyetelan kembali yang dilakukan akan mempengaruhi nilai-nilai dalam grafik

distribusinya seperti rata-rata hitung dan deviasi standarnya (lihat Gambar 15). Sebagai contoh,

seandainya suatu mesin penimbang otomatis telah disetel untuk mengisi bungkusan-bungkusan

dengan sejumlah hasil produksi yang telah ditentukan banyaknya, misalnya saja 51 gram. Setelah

disetel, maka mesin itu sendiri akan menghasilkan bungkus-bungkus yang isi rata-ratanya sedikit

daripada 50 gram, misalnya 51 gram, dengan suatu variasi pada kedua sisinya. Walaupun tujuan

utama dari proses pengisian dan penimbangan ini adalah supaya semua bungkus yang dihasilkan

terisi paling sedikut 50 gram, tetapi penyetelan itu sendiri akan menghasilkan bentuk dari kurva

distribusinya yang berada di luar kemampuan si penyetel. Sedikit banyak bungkus-bungkus yang

isinya kurang daripada 50 gram, tergantung pada penyetelan dan karakteristik dari proses tersebut.

b. Proses

235

Page 12: pengawasan mutu

Karakteristik dari suatu proses, dalam hubungannya dengan distribusi hasilnya, akan

tergantung pada cara-cara pelaksanaannya dan juga pada kesalahan-kesalahan dalam proses itu

sendiri sebagai akibat dari:

a) desain dari mesin-mesin yang dipergunakan.

b) kondisi mesin itu sendiri, seperti telah aus, rusak dan sebagainya.

c) sifat-sifat fisik dari bahan-bahan yang dipakai.

d) kondisi cuaca.

e) faktor manusia yang melaksanakannya, seperti regu yang berbeda, operator mesin

yang lain dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan dari proses itu sendiri akan menambah perbedaan dari diagram-

diagram distribusinya, apakah lebih tumpul, gemuk, atau kurus, dimana ditentukan oleh distribusi

frekuensinya.

7.4.3.2 Ukuran dari variabilitas

Variabilitas dari suatu proses biasanya dapat dianggap mengikuti kurva Normal atau

Gaussian. Kurva ini akan menunjukkan keadaan suatu proses tertentu, yaitu berapa kali masing-

masing nilai dari hasil proses itu (misalnya berat yang tepat dari isi bungkusan-bungkusan yang

diisi dengan mesin penimbangotomatis) akan terjadi. Secara umum kurva tersebut berbentuk bel

atau lonceng, dengan nilai maksimumnya untuk kejadian-kejadian yang mempunyai nilai/harga

rata-rata atau nilai modus (modal value). Harga atau nilai yang paling jarang terjadi atau muncul,

yaitu kira-kira kurang dari daripada satu kali dalam seribu, akan mempunyai pengaruh yang sangat

kecil dalam pengaturan proses, sehingga bagian ujung dari kurva itu tidak perlu diperhatikan sama

seklai dalam perusahaan. Ukuran-ukuran yang biasanya dipergunakan dalam variabilitas ini

adalah:

- +

236

Page 13: pengawasan mutu

Gambar 7.1 Distribusi Normal/Gauss

Target

Weight

50 gms.

gms 50,0 50,5 51,0 51,5

Value of Mode gms 50,5 51,0 51,5(M/C Setting)

Proportion Under 50 gms 16% 2,5% 1/10%(% Underweight)

Gambar 7.2 Bentuk-Bentuk Diagram Distribusi Sebagai Akibat Perbedaan Proses

7.4.4 Tabel Pengontrolan (Control Chart)

237

Page 14: pengawasan mutu

Dalam kenyataannya, suatu proses dapat mengalami kemunduran dalam satu faktor atau

lebih. Masing-masing faktor itu diawasi dengan cara-cara yang berbeda seperti di bawah ini.

Penyetelan proses (processing setting)

Penyetelan proses biasanya diawasi/dikontrol dengan mengambil sample-sample atau

contoh-contoh dari output pada interval yang teratur, dan menggambarkan hasil-hasil

pengujiannya dalam bentuk suatu tabel pengontrolan (control chart) seperti terlihat pada Gambar

17.

Penyimpangan-penyimpangan yang diperlihatkan dalam tabel itu akan merupakan dasar

dalam mengambil keputusan, apakah harus dilakukan penyesuaian proses itu kembali atau tidak.

Data-data yang dicatat pada tabel atau chart tersebut dapat berbentuk:

a) nilai median dari karakteristik tertentu yang diawasi/dikontrol yang diperoleh dari

sejumlah kecil sample, atau

b) banyaknya barang-barang yang rusak (defect) untuk suatu jumlah sample tertentu.

Kemunduran proses (process deterioration)

Kemunduran proses dapat ditunjukkan dengan menggambarkan “range” dari nilai yang

tertinggi dan yang terendah dari masing-masing smple ke dalam suatu tabel atau chart.

Penyimpangan-penyimpangan dari “range” ini merupakan petunjuk akan perlunya perhatian

khusus pada proses itu. Menurunnya kemampuan memotong dari suatu mesin bubut misalnya

dapat segera diketahui, sehingga penyesuaian atau pengaturan kembali yang diperlukan dapat

segera ditentukan, sebelum terjadi lebih banyak lagi barang-barang yang dibuang (rejected).

7.4.4.1 Teknik-teknik dan Alat-alat Pengawasan

Kebutuhan akan memisahkan barang-barang yang ditolak dari barang-barang yang

sempurna, menyebabkan adanya pegawai-pagawai yang dikenal sebagai pengawas atau

“inspectors”, yang bertugas melakukan penyelidikan yang disertai kritik-kritik terhadap setiap

barang yang dihasilkan. Oleh karena proses produksi dipecah-pecah atau dibagi-bagi di dalam

pekerjaan-pekerjaan yang terpisah-pisah, yang dilakukan oleh para pekerja dari bermacam-macam

tingkat, maka pengawasan mulai dilakukan pada hal-hal yang strategis dalam proses. Kebutuhan

akan pengawas-pengawas yang banyak dalam organisasi, menimbulkan kebutuhan akan pegawai

dari berbagai tingkat, mulai dari inspektur yang setengah ahli yang melakukan pengecekan

terperinci secara rutin, sampai kepada kepala-kepala pengawas yang bertanggung jawab atas

semua kegiatan pengawas dalam perusahaan. Disamping kebutuhan akan tenaga atau pegawai

yang akan bertugas dalam pengawasna mutu, dibutuhkan pula teknik-teknik dan alat-alat

pengawas mutu agar pengawasan mutu yang dilakukan dapat efektif dan efisien.

Inspeksi dan pengawasan mutu, baik dilakukan oleh bagian lain yang ditugaskan adalah

merupakan sebagian dari proses, dan karena itu harus diberi alat-alat yang tepat untuk dapat

238

Page 15: pengawasan mutu

meningkatkan metode-metodenya sendiri. Kebutuhan pokok dalam hal ini adalah kebutuhan akan

pengukuran dan suatu pencatatan pengukuran. Alat-alat untuk ini banyak sekali dan berbeda-beda

tergantung dari proses yang dipergunakan. Alat-alat itu biasanya adalah sama dengan yang

dibutuhkan untuk produksi.

Tenik-teknik untuk pengawasan mutu dipergunakan untuk:

a) Mengawasi/mengontrol pelaksanaan suatu proses apakah sesuai dengan

spesifikasinya.

b) Menentukan apakah bahan-bahan/barang-barang yang diterima dari supplier

mempunyai mutu yang dapat diterima.

Oleh karena pengawasan mutu meliputi keanekaragaman (tanpa keanekaragaman tak

akan ada suatu persoalan, sekali spesifikasi telah dimulai), maka teknik-teknik pengawasan mutu

yang dipergunakan adalah bersifat statistik. Metode-metode statistik mulai dari pengambilan

sample sampai kepada penafsiran (interpretasi) dari sample-sample ini. Penilaian risikon dari

ketidakpastian keadaan statistik melalui penggunaan tabel pengontrolan mutu (the quality control

chart).

Pengawasan atau pengontrolan dalam hal ini dilakukan dengan mengambil sample-

sample secara teratur dan memeriksa karakteristik-karakteristik yang telah ditentukan, apakah

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Derajat penyimpangan (deviasi) dari

standar dianalisis, dan diadakan suatu sistem pemberitahuan sehingga dapat segera dilakukan

langkah-langkah pembetulan bilamana penyimpangan telah melampaui batas-batas yang telah

ditentukan sebelumnya. Pengawasan mutu pada proses-proses hanya dapat dilakukan pada proses-

proses yang pada dasarnya dapat diawasi/dikontrol. Dalam hal ini cara yang dipergunakan utnuk

menemukan peyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang diinginkan sebenarnya pada tingkat

yang paling mula. Caraini juga dapat dipergunakan untuk membantu menjaga agar jumlah barang-

barang yang apkir tetap di bawah suatu jumlah tertentu. Bilamana dipergunakan pada kelompok-

kelompok barang yang diterima dari supplier, maka cara ini hanya berlaku bilamana barang-

barang yang diterima tersebut dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, karena ketepatannya

akan tergantung pada kontinuitas pembuatan barang itu.

Cara-cara pemeriksaan yang mudah dikerjakan, ditujukan untuk memisahkan hasil produksi

yang baik dari yang tidak baik/rusak. Bagaimanapun tepatnya alat-alat yang dipergunakan, tetapi

pemisahan hasil-hasil produksi yang baik/memuaskan dengan yang tidak baik atau tidak

memuaskan, tidak akan dapat membantu proses pengawasan, tanpa memperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut:

7.4.4.2 Rangkaian/Urutan (Sequence)

239

Page 16: pengawasan mutu

Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan atau pengujian produk haruslah diperoleh

dalam urutan proses produksi yang benar. Dalam pemeriksaan/ pengujian ini haruslah

dipertimbangkan bagaimana caranya barang tersebut dibuat, dan cara penyimpanan barang-barang,

dari mana barang yang diperiksa itu diambil. Janganlah sampai pemerikasaan/pengujian ini

mengganggu atau merusak urutan produksi yang benar. Kondisi yang sesuai untuk suatu

pengontrolan proses, hanya dapat diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil-hasil

statistik yang sehubungan dengan pelaksanaan produksi menurut urutan yang benar.

7.4.4.3 Kesegaran (Immediacy)

Hasil pemeriksaan harus dapat diperoleh sesegera mungkin, agar penayimpangan-

peyimpangan dapat segera dibetulkan. Maksudnya adalah agar penyesuaian dapat dilakukan,

sebelum penyimpangan terjadi, berlangsung terlalu lama, sehingga barang-barang yang apkir

(scrap) ataupun bahan-bahan di bawah standar tidak terlalu banyak. Sudah tentu keterlambatan

yang terjadi di antara produksi dan pemeriksaan (inspection) akan dapat menggagalkan usaha-

usaha pengontrolan itu sendiri.

Analisis

Analisis mengenai penyimpangan (deviasi) dari spesifikasi akan lebih berguna daripada

analisis kegiatan-kegiatan bagian, karena analisis tersebut dapat menunjukkan satu sifat atau

karakteristik pada suatu saat, situasi yang sesungguhnya pada saat itu dan sifat-sifat atau

karakteristik-karakteristik yang dapat diawasi/dikontrol dengan suatu perhatian tertentu pada

proses.

Penentuan Tingkat Tindakan (Action) yang akan Dilakukan

Bila masing-masing karakteristik telah dikumpulkan secara terperinci dalam bentuk suatu

statistik, maka derajat deviasi yang dapat diterima harus telah ditentukan lebih dahulu, sebelum

langkah-langkah perbaikan atau penyesuaian terhadap proses itu diambil.

Hubungan (Relevance)

Analisis mengenai penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari standar

hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga tanda-tanda statistik yang dipergunakan ada

hubungannya dengan faktor-faktor dalam proses yang dapat dikontrol.

Pengawasan mutu baru dapat dikatakan telah mulai berjalan, apabila prosedur

pemeriksaan (inspection) telah dilakukan sedemikian rupa sehingga syarat-syaratyg telah

disebutkan di atas telah terpenuhi semuanya. Bagaimanapun kompleks dan rumitnya cara-cara

pemeriksaan (inspection) dilakukan, tetapi bilamana hasilnya hanyalah untuk memisahkan hasil-

hasil produksi menjadi dua kelompok yaitu yang baik dan yang apkir, maka proses produksi itu

sendiri tidak akan dapat dikontrol secukupnya dengan baik.

Teknik atau alat pengawasan mutu yang sering dipergunakan adalah metode statistik

dengan:

240

Page 17: pengawasan mutu

1) Pengambilan sample secara teratur.

2) Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

3) Penganalisisan derajat penyimpangan (deviasi) dari standar.

4) Penggunaan tabel pengontrolan (control chart) untuk bahan penganalisasian hasil-

hasil pemeriksaan/pengujian sebagai dasar dalam mengambil keputusan apakah harus

dilakukan penyesuaian proses atau tidak.

7.5 Statistical Quality Control (SQC)

Ada banyak defenisi atau pengertian yang dapat diberikan terhadap “statistical quality

control”. Salah satu diantaranya adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga satandar

yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan

bantuan untk mencapai efisiensi perusahaan pabrik. Pada dasarnya “statistical quality control”

merupakan penggunan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam

menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi.

Sebenarnya “statistical quality control” terdiri dari: pertama, penggunaan diagram

(charts) dan prinsip-prinsip statistik dan kedua, tindakan para pekerja untuk mengawasi proses

pengerjaan/pengolahan. Pada kenyataannya, statistical quality control meliputi penganalisisan

sample dan menarik kesimpulan mengenai karakteristik dari seluruh barang (populasi) dimana

samples tersebut diambil. Dengan menggunakan sampling dan penarikan kesimpulan secara

statistik (statistical inference), maka statistical quality control dapat dipergunakan untuk menerima

atau menolak (menyatakan apkir) produk yang teleah diproduksi atau dapat dipergunakan utnuk

mengawasi proses dan sekaligus kualitas produk yang sedang dikerjakan. Apabila statistical

quality control dipergunakan untuk menentukan penerimaan atau penolakan seluruh hasil produksi

atau dasar sample, maka disebut “accepted sampling”. Dalam acceptance sampling seluruh hasil

produksi ditolah atau diterima jika sample yang relatif kecil menyatakan/menunjukkan lebih atau

kurang daripada jumlah yang ditetapkan/diizinkan ditolak. Jika jumlah penolakan tidak dapat

memutuskan, maka dilakukan penambahan samples, yang dalam hal ini disebut “double” atau

“multiple sampling”.

7.5.1 Pengambilan sample (sampling)

Statistical quality control didasarkan atas sampling, probabilitas dans tatistik inference,

yaitu pengambilan keputusan untuk keseluruhan atas dasar karakteristik dari suatu sample.

Pengambilan sample ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pemeriksaan atau inspeksi pada

seluruh hasil produksi adalah memakan biaya yang mahal, kurang diperlukan, dapat menjemukan

atau membosankan dan tetap tidak dapat dipercaya, serta dalam hal-hal tertentu tidak mungkin

dilakukan. Beberapa cara untuk mengikuto dan mengamati (memonitor) hasil-hasil produksi untuk

241

Page 18: pengawasan mutu

melihat sesuai tidaknya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, seringkali diperlukan. Hal ini

sering dibutuhkan baik untuk barang-barang yang dihasilkan/diproduksi maupun

barang-barang/bahan-bahan yang dibeli. Dalam hal ini sering dipakai cara-cara sampling sebagai

dasar untuk pengawasan/pengontrolan mutu.

Tujuan utama pengambilan sample adalah/ untuk memperoleh informasi dengan biaya

yang lebih kecil daripada dengan melakukan pemeriksaan keseluruhan (full inspection), atau

dalam hal mana pemeriksaan yang menyeluruh tidak dapat dilakukan.

7.5.2 Cara-cara Sampling

Cara-cara sampling dapat diklasifikasikan berdasarkan cara-cara pemeriksaan

karakteristik-karakteristik itu, yaitu:

1. Attributes

Bila pemeriksaan karaktreristik-karakteristik itu bersifat kualitatif, yaitu hanyalah

merupakan penentuan “memuaskan” atau “tidak memuaskan” (seperti pada pemeriksaan

diameter suatu poros dengan “go” dan “non go” gauges), maka hal ini dikatakan sebagai

pemeriksaan dengan attributes. Pemeriksaan semacam ini hanya memberikan sedikit data-

data untuk dapat memperkirakan besarnya penyesuaian/adjustment yang diperlukan pada

proses itu.

2. Variabel-variabel

Pemeriksaan dengan variabel berarti bahwa karakteristik itu diukur secara kuantitatif

(misalnya dengan mengukur diameter poros tadi).

Pengklasifikasian lebih lanjut mempergunakan teknik sampling sebagai berikut:

1) Single Sampling. Satu sample yang terdiri dari sejumlah barang-barang yang tertentu

jumlahnya, diambil secara sembarang dari sekumpulan barang-barang itu. Bila barang-

barang yang rusak (defect), jumlahnya kurang daripada suatu jumlah yang telah

ditentukan, maka kumpulan barang-barang itu dapat diterima, dan sebaliknya bila

jumlahnya lebih besar daripada yang telah ditetapkan, kumpulan barang-barang tadi

ditolak (rejected).

2) Double Sampling, pengambilan sample dalam dua tingkat, yaitu:

a. sampling pertama: dilakukan seperti single sampling. Bila jumlah yang rusak

(defect) kurang daripada yang telah ditetapkan, kumpulan barang-barang tadi

diterima, dan bila jumlah ini lebih daripada yang ditentukan tersebut, maka

dilakukan pengambilan sample sekali lagi.

b. sampling kedua: hasil dari pengambilan sample ini

menentukan diterima atau ditolaknya kumpulan barang-barang ini.

3) Sequential Sampling. Bilamana mungkin untuk pengambilan sample sampai tiga kali

atau lebih, maka hal ini dikatakan cara-cara sequential.

242

Page 19: pengawasan mutu

Sample yang diperiksa

Jika jumlah yang rusak adalah

Tidak dapat

diputuskan

Periksa Sample Kedua

Jika jumlah yang rusak pada sample yang

pertama dan kedua yang digabung adalah

Tidak dapat

diputuskan

Periksa Sample Ketiga

Tidak dapat

diputuskan

Periksa Sample Keempat

Dan seterusnya

Gambar 7.3 Bagan Pemeriksaan Sample

7.5.3 Dari Standar Produk ke Standar Sistem Mutu ISO

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tahu siapa yang menemukan atau menciptakan

standar untuk pertama kalinya. Namun, perkembangannya merupakan kunci berkembangnya era

teknologi tinggi sebagaimana yang kita ketahui pada saat ini. Kemajuan teknologi dan

perkembangan standar berjalan beriringan.

Berabad-abad yang lalu pengrajin telah membuat barang-barang kerajinan berdasarkan

kemampuan perorangan yang tinggi. Standar mutunya ditentukan oleh masing-masing individu.

Dalam abad pertengahan para pengrajin berkumpul dan membentuk persatuan pengrajin dan

243

Sangat besar Sangat kecil

Sangat besar Sangat kecil

Sangat besar Sangat kecil

Ditolak Diterima

Page 20: pengawasan mutu

mereka membentuk standarnya sendiri, dimana keahlian masing-masing dapat diukur. Pada saat

yang sama organisasi militer berkesimpulan bahwa mutu peralatan dan bahan yang digunakan

benar-benar masalah hidup dan mati. Oleh sebab itu, standar mutu diberlakukan bagi pemasok.

Seribu tahun yang lalu, raja Inggris menunjuk seorang pejabat untuk mengawasi produksi kapal

perang, pejabat lainnya mempunyai tanggung jawab terhadap mutu dan keefektifan persenjataan

dan kerekayasaan di darat.

Standarisasi sendiri menjadi terkenal dengan runtuh era industri di Inggris. Ketenaran Eli

Whitney dengan kain gin-nya kalah dengan makin populernya penggunaan standar untuk membuat

komponen-komponen senjata yang dapat saling di pertukarkan. Penerapan pada bidang militer ini

kemudian memacu perkembangan standar produk yang kemudian lebih berkembang lagi menjadi

standar sistem mutu.

Pada awal abad 20, standar mutu mulai diperkenalkan dan didokumentasi-kan. pada tahun

1972, pemerintah Inggris menciptakan suatu kantor yang menjamin mutu kapal terbang Inggris.

Sistem mutu secara khusus berlaku untuk berinteraksi dengan semua kegiatan yang

berhubungan dengan mutu barang atau jasa. Hal ini melibatkan semua tahap sejak identifkasi awal

sampai pemenuhan semua persyaratan dan harapan konsumen. Tahap dan kegiatan ini meliputi

hal-hal berikut :

a. Pemasaran dan penelitian pasar,

b. Pengembangan produk dan rekayasa desain,

c. Pengadaan,

d. Perencanaan dan pengembangan proses,

e. Produksi,

f. Penilikan, pengujian, dan pengujian mutu,

g. Pengemasan dan penyimpanan,

h. Penjualan dan distribusi,

i. Pemasangan dan distribusi,

j. Bantuan teknis dan pemeliharaan,

k. Pembuangan sesudah penggunaan.

Tahapan dan kegiatan diatas di gambarkan secara skematik dalam gambar lingkaran

mutu berikut.

244

Desain/Spesifikasi Rekayasa dan Pengembangan Produk

Pemasaran dan Riset Pasar

Pelanggan/ ProdusenKonsumen PemasokPemasangan dan

Operasi

Penjualan dan Distribusi

Pengemasan dan Penyimpanan

Inspeksi dan Pengujian

Produksi

Perencanaan dan Pengembangan Proses

Pengadaan

Pembuangan Purna Pakai

Bantuan Teknik dan Perawatan

Page 21: pengawasan mutu

Gambar 7.4 Lingkaran Mutu

7.5.4 Standar Sistem Mutu

Standar sistem mutu telah dirumuskan oleh lembaga-lembaga perumus standar baik pada

tingkat nasional maupun internasional. Standar sistem mutu tersebut dirumuskan untuk digunakan

di industri tertentu atau dapat pula dibuat secara umum yang dapat diterapkan untuk semua

industri. Ada beberapa organisasi standarisasi internasional yang terlibat dalam perumusan standar

untuk digunakan di industri tertentu, tetapi kegiatan perumusan standar jaminan mutu biasanya

terbatas pada tingkat nasional.

Standar-standar nasional untuk mutunya umumnya dirumuskan di dalam payunag Sistem

Standarisasi Nasional masing-masing negara. Sebagian terbesar negara-negara maju telah

memiliki standar sistem mutu. Misalnya, beberapa standar sistem mutu dari beberapa negara maju

yang mencakup

Perancis : NF X 50 - 110

Jerman : DIN ISO 9000

Negeri Belanda : NEN ISO 9000

Inggris : seri BS - 5750

Belgia : NBNX 50

Denmark : DS / EN 29000

Hongaria : MI 18990

Irlandia : IS 300

Norwegia : NS 5801

Swedia : SS ISO 9000

Spanyol : UNE 66900

India : IS 10201

Amerika serikat : ANSI/ASQCZ-1.15,C-1:MIL-Q-9858A, dll

245

Page 22: pengawasan mutu

Kanada : CSAZ 3900

NATO : seri AQAP.

Meskipun ada standar-standar nasional seperti tersebut diatas, namun ada selau ada

keinginan dan kebutuhan untuk mempunyai standar jaminan mutu umum yang dapat diterima oleh

semua negara dan dapat digunakan untuk semua industri. Kebutuhan ini kemudian diisi oleh ISO

(International Organzation for Standardization) melalui salah satu panitia tekniknya, ISO/TC 176:

Manajemen dan Jaminan Mutu. Panitia teknik ini pada tahun 1987 menghasilkan suatu seri

standar sistem mutu yang dikenal sebagai standar ISO seri 9000. Standar ISO seri 9000

diturunkan, melalui prinsip konsensus, dari sejumlah standar nasional untuk memberikan pedoman

bagi industri bagaimana membuat suatu sistem untuk mengelola mutu produk di pabrik. Tujuannya

adalah untuk menyebarkan pengembangan standar ini ke seluruh dunia untuk menyempurnakan

efisiensi, produktivitas, dan mutu.

DAFTAR PUSTAKA

246

Page 23: pengawasan mutu

Assauri, Sofjan. 1980. Management Produksi dan Operasi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Aquilano and Chase. 1992. Production and Operations Management Manufacturing and Services. United States, Amerika: Mc Graw Hill

Blank, Lelald. 1987. Engineering Economi. United States, Amerika: Mc Graw Hill

Groover, Mikell P. 1986, Automation Production System, United States, Amerika: Prentice-Hall

Handoko, T. Hani. 1993. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Jogjakarta: BPFE.

Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi & Operasi, Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

Prawirosentono, Sujadi. 1997. Manajemen Produksi & Operasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Subagyo, Pangestu. 1986. Forecasting Konsep dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.

247