PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212...

54
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS INDOMIE DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE SEMARANG KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : Herliansa Chrisnasari Puspita NIM : 14.I1.0212 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016

Transcript of PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212...

Page 1: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP

KUALITAS INDOMIE DI PT INDOFOOD CBP SUKSES

MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE SEMARANG

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

Herliansa Chrisnasari Puspita

NIM : 14.I1.0212

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2016

Page 2: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP

KUALITAS INDOMIE DI PT INDOFOOD CBP SUKSES

MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE SEMARANG

Oleh :

HERLIANSA CHRISNASARI PUSPITA

NIM : 14.I1.0212

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji

pada

Semarang, 9 Januari 2017

Fakultas Teknologi Pertanian

Program Studi Teknologi Pangan

Universitas Soegijapranata Semarang

Pembimbing Akademik Pembimbingan Lapangan

Dr.R. Probo Y. Nugrahedi, S.TP., Msc Kartikarini DP

Dekan Fakultas Mengetahui,

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Divisi Noodle Cabang Semarang

Despan Rajagukguk

Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. BPDQCM

Page 3: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh karena restu dan

anugerah-Nya serta bimbingan dan penyertaan-Nya dapat menyelesaikan Laporan Kerja

Praktek dengan judul “Pengaruh Waktu Penyimpanan terhadap Kualitas Indomie di PT

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang”. Laporan ini

sedikit banyak ditulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian di

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Selama penulis mengikuti Kerja Praktek dan menulis laporan Kerja Praktek ini penulis

mendapatkan ilmu, pengalaman serta berbagai kemampuan dan keterampilan terkait

dengan pengawasan mutu di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang mulai dari bahan baku hingga produk akhir. Laporan ini dapat

penulis selesaikan berkat dukungan dan peran dari berbagai pihak yang telah

membimbing serta memberikan pengarahan selama penulis melakukan kerja praktek.

Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, MSc selaku Pembimbing Akademik yang

telah meluangkan banyak waktu untuk mengarahkan dan membimbing penulis.

3. Bapak Albertus Adrian Sutanto, ST, Mt, MSc selaku Koordinator Kerja Praktek

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang

telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian Kerja Praktek.

4. Bapak Adi selaku HRD PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

kerja praktek.

5. Bapak Despan Rajaguguk selaku Branch Process Development and Quality Control

Manager yang mau membantu dan memberikan arahan bagi penulis dalam

menyusun laporan.

Page 4: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

iii

6. Ibu Kartikarini DP selaku Process Development and Quality Control Supervisor

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang

membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan kerja praktek.

7. Bapak Bangun Widi selaku Quality Control Raw Material Section Supervisor PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang telah

mengarahkan, membimbing dan memberikan banyak pengetahuan bagi penulis

selama kerja praktek.

8. Bapak Amal, Bapak Asmuni, Mas Radith selaku Quality Control Finsihed Good

yang banyak memberikan informasi mengenai produk akhir kepada penulis selama

melakukan kerja praktek.

9. Bapak Nathan, Bapak Boshido, Bapak Usman, Bapak Marno B, dan Bapak Aris

selaku Quality Control Analyst di laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang mau berbagi pengetahuan, pengalaman,

dan memberi kesempatan kepada penulis untuk menganalisa sampel untuk

keperluan data penulis.

10. Bapak Sumarno A, Bapak Budi Utomo, dan segenap karyawan di bagian gudang

tepung yang dengan ramah mau berbagi banyak pengetahuan dan memberi arahan

kepada penulis selama melakukan kerja praktek.

11. Bapak Ardhito, Bapak Himawan dan Bapak Budi selaku Quality Control Proses

Produksi yang dengan baik hati mau memberikan informasi bagi penulis dan

memberikan wawasan yang luas selama penulis melaksanakan kerja praktek.

12. Mas Ndharu dan Ibu Ambar selaku Quality Control bagian seasoning, beserta Mas

Waskito, Mas Nunung dan Bapak Mur yang banyak memberikan wawasan dan

informasi bagi penulis selama melakukan kerja praktek.

13. Segenap karyawan dan staf PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

14. Orang tua dan keluarga yang banyak memberikan doa, semangat dan motivasi

kepada penulis selama kerja praktek hingga penyusunan laporan kerja praktek.

15. Fitri dan Lilian yang merupakan teman seperjuangan penulis yang telah banyak

membantu dan mendukung penulis selama kerja praktek dan dalam penyusunan

laporan kerja praktek.

Page 5: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

iii

16. Teman-teman sesama PKL dari UGM, SMK Farmasi Semarang dan SMK

Theresiana Semarang yang telah menerima dan memberikan informasi kepada

Penulis selama Kerja Praktek.

17. Semua pihak yang telah membantu Penulis selama kegiatan maupun penulisan

laporan Kerja Praktek yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Dalam menyusun laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon maaf

apabila ada kesalahan, kekurangan atau hal-hal yang kurang berkenan bagi para

pembaca sekalian. Penulis mengharapkan adanya kritik serta saran atas laporan yang

telah disusun. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan, terkhusus bagi mahasiswa Fakultas Tekknologi

Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Semarang, 21 November 2016

Penulis

iv

Page 6: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix

1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 1

1.3 Metode dan Kegiatan Kerja Praktek .................................................................. 2

1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ......................................................................... 2

2. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................................... 3

2.1. Sejarah Perusahaan ............................................................................................ 3

2.2. Letak Geografis Perusahaan .............................................................................. 3

2.3. Ketenagakerjaan ................................................................................................. 4

2.4. Struktur Organisasi ............................................................................................ 5

2.5. Visi, Misi Perusahaan dan Nilai Perusahaan ..................................................... 7

2.5.1. Visi Perusahaan .......................................................................................... 7

2.5.2. Misi Perusahaan .......................................................................................... 7

2.5.3. Nilai Perusahaan ......................................................................................... 7

2.6. Logo Perusahaan ................................................................................................ 7

3. SPESIFIKASI PRODUK .......................................................................................... 9

3.1. Jenis Produk ....................................................................................................... 9

3.2. Kode Produksi .................................................................................................. 14

3.2.1. Etiket ......................................................................................................... 14

3.2.2. Karton ....................................................................................................... 14

4. PROSES PRODUKSI ............................................................................................. 16

Page 7: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

v

4.1. Bahan Baku ...................................................................................................... 16

4.1.1. Tepung ...................................................................................................... 16

4.1.2. Air ............................................................................................................. 17

4.1.3. Minyak Goreng ......................................................................................... 17

4.1.4. Larutan Alkali ........................................................................................... 17

4.1.5. Pengemas .................................................................................................. 18

4.2. Proses Produksi ................................................................................................ 18

4.2.1. Screening .................................................................................................. 18

4.2.2. Mixing ....................................................................................................... 19

4.2.3. Pressing .................................................................................................... 19

4.2.4. Steaming ................................................................................................... 20

4.2.5. Cutting ...................................................................................................... 20

4.2.6. Frying ....................................................................................................... 20

4.2.7. Cooling ..................................................................................................... 21

4.2.8. Packing ..................................................................................................... 21

5. Pengawasan mutu .................................................................................................... 23

5.1. Incoming Quality Control ................................................................................ 24

5.1.1. Tepung ...................................................................................................... 24

5.1.2. Seasoning dan Solid Ingredient ................................................................ 25

5.1.3. Minyak ...................................................................................................... 25

5.1.4. Pengemas .................................................................................................. 26

5.2. Process Quality Control .................................................................................. 27

5.3. Outgoing Quality Control ................................................................................ 27

6. Kualitas Indomie berdasarkan WAKTU PENYIMPANAN ................................... 29

6.1. Kadar Air Indomie ........................................................................................... 30

6.2. Bilangan Asam / Acid Value (AV) Indomie ................................................... 33

vi

Page 8: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

v

7. KESIMPULAN ....................................................................................................... 36

8. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 37

9. LAMPIRAN ............................................................................................................ 40

vii

Page 9: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ............................................. 8

Gambar 2. Produk Mie Instan Merk Indomie................................................................ ..9

Gambar 3. Produk Mie Instan Supermi ......................................................................... 10

Gambar 4. Produk Mie Instan Sarimi ............................................................................ 11

Gambar 5. Produk Mie Instan Sakura........ ................................................................... 11

Gambar 6. Produk Bihun Instan Pop Bihun .................................................................. 12

Gambar 7. Produk Mie Telur Cap 3 Ayam ................................................................... 12

Gambar 8. Produk Mie Instan Pop Mie ......................................................................... 13

Gambar 9. Produk Intermi ............................................................................................. 13

Gambar 10.Kode Produksi Mi Instan Brand Indomie ................................................... 14

Gambar 11.Kode Produksi Cup Noodle pada Karton Pop Mie ..................................... 14

Gambar 12.Diagram Alir Proses Produksi Mi Instan PT.Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. Divisi Noodle Semarang .................................................................... 21

Page 10: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

ix

DAFTAR TABEL

Table 1 Kadar Air Indomie Waktu Penyimpanan 0, 2, 4 , 6 dan 8 bulan ................... 310

Table 2 Bilangan Asam Indomie Waktu Penyimpanan 0, 2, 4, 6 dan 8 bulan ............ 354

Page 11: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan selama kurang lebih lima semester telah

dibekali berbagai ilmu pengetahuan terkait dengan Teknologi Pangan. Tidak cukup

hanya pengetahuan namun mahasiswa dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan

teknologi di industri pangan serta menambah wawasan dan pengalaman dalam industri

pangan baik secara teori maupun praktek langsung di industri pangan. Pengetahuan dan

wawasan secara teori telah diperoleh mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan, yang

meliputi teori-teori mengenai industri pangan secara garis besar serta penerapan dalam

kegiatan praktikum. Namun, pembelajaran yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan

tersebut dirasa belum cukup sebagai modal mahasiwa untuk menghadapi dunia kerja

yang sesungguhnya. Maka dari itu mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang Program Studi Teknologi Pangan juga melakukan Kerja Praktek supaya dapat

belajar dari praktek kerja secara langsung di industri pangan yang sesungguhnya.

Industri pangan yang penulis pilih untuk menjadi tempat tujuan dalam melakukan Kerja

Praktek ini adalah PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang memproduksi

berbagai jenis mi instan, termasuk mi instan dalam cup atau kerap disebut dengan cup

noodle. Alasan penulis memilih PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Semarang adalah karena perusahaan ini telah menghasilkan berbagai varian produk mie

instan yang disukai oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga internasional. Selain itu,

perusahaan ini telah menerapkan teknologi modern serta selalu menjaga kualitas,

keamanan, dan kehalalan produknya. Penulis memilih topik yang lebih berfokus pada

bidang pengawasan mutu Indomie seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan

yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang.

1.2 Tujuan

Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mempelajari proses produksi mie instan,

mengetahui proses pengawasan mutu secara langsung pada produk mie instan serta

untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas Indomie.

Page 12: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

2

1.3 Metode dan Kegiatan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, wawancara, dan

pengamatan langsung di lapangan dengan bimbingan pembimbing lapangan. Selain itu

dilakukan pula studi pustaka dari beberapa sumber yang berkaitan dengan kegiatan

kerja praktek. Kegiatan yang dilakukan selama penulis mengikuti kerja praktek adalah

orientasi pabrik (pengenalan peraturan perusahaan, kewajiban dan hak penulis selama

mengikuti kerja praktek), diskusi dengan pembimbing lapangan mengenai jadwal

kegiatan selama kegiatan kerja praktek, praktek langsung di divisi Quality Control

(tepung, pengemasan, produksi, finished good, shelf life, dan seasoning), diskusi dengan

pembimbing lapangan terkait dengan bagian-bagian tersebut dari bahan baku hingga

produk jadi dan studi pustaka (membahas hasil pengamatan studi lapangan yang

kemudian dibandingkan dengan literatur).

1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Kerja Praktek dilakukan oleh penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang tepatnya di Jalan Tambak Aji II nomor 8, Ngaliyan,

Semarang. Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah 20 hari masa kerja dimulai dari

tanggal 1 Agustus 2016 dan berakhir pada tanggal 23 Agustus 2016. Pada hari Senin

hingga Jumat, kegiatan kerja praktek dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada

pukul 16.00 WIB. Jam kerja yang diberlakukan adalah selama 8 jam. Pada hari Sabtu,

kegiatan kerja dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 12.30 WIB.

Page 13: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

3

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Noodle Divison Semarang merupakan salah

satu perusahaan mie instan dan makanan olahan yang menjadi salah satu cabang

perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group. Pada awalnya PT. Indofood CBP Sukses

Makmur, Tbk Noodle Division didirikan di Jakarta dengan nama PT. Sanmaru Food

Manufacturing Co. Ltd. pada tanggal 27 April 1970 yang bergerak di bidang

pengolahan makanan dan minuman. Kemudian tanggal 31 Oktober 1987 perusahaan ini

mendirikan cabang di Semarang yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian Ir.

Hartarto bersama dengan Menteri Tenaga Kerja Soedomo. Selanjutnya tanggal 1 Maret

1994 PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd bergabung dengan anak perusahaan

Indofood Group menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. yang secara spesifik

merupakan perusahaan yang memproduksi mi instan. Kemudian pada tanggal 1 Oktober

2009, PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk. beralih nama menjadi PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk atau yang sering dikenal dengan Indofood ini

menjadi perusahaan Total Food Solutions. Kegiatan di perusahaan ini meliputi produksi

dan pengolahan bahan baku sampai menjadi produk akhir dan didistribusikan ke pasar.

Salah satu grup PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah ICBP (Indofood

Consumer Branded Products) yang didirikan pada bulan September tahun 2009.

Pendirian grup ini dilakukan melalui proses restrukturisasi internal dari Grup CBP

(Consumer Branded Products) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. ICBP mengelola

berbagai kegiatan usaha seperti mie instan, dairy product, penyedap makanan,

minuman, serta makanan ringan.

2.2. Letak Geografis Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi noodle merupakan divisi yang paling

besar di Indofood. Pabrik PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi noodle tersebar

di 15 kota. Diawali dengan dibangunnya satu pabrik yang berlokasi di daerah Ancol,

Jakarta yang merupakan pusat dari perusahaan tersebut, PT. Indofood CBP Sukses

3

Page 14: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

4

Makmur Tbk divisi noodle selanjutnya memiliki beberapa cabang perusahaan di dalam

negeri yaitu Medan, Palembang, Lampung, Pekanbaru, Tangerang, Cibitung, Bandung,

Surabaya, Semarang, Pontianak, Banjarmasin, Makasar, Jambi, dan Manado. Beberapa

cabang perusahaan di luar negeri adalah Filipina, Beijing, Saudi Arabia, Siria, Malaysia,

dan Afrika Selatan.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi noodle cabang Semarang ini berlokasi di

Jalan Tambak Aji II / 8, Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat.

Bangunan dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang,

terbagi menjadi beberapa tempat dalam satu lokasi pabrik, yaitu gudang penyimpanan

etiket, gudang produk jadi, gedung Human Relation (HR), gudang penyimpanan tepung,

gudang penyimpanan seasoning, ruangan PDQC (Process Development & Quality

Control), ruangan PPIC (Production Planning Inventory Control), laboratorium,

ruangan proses produksi, gudang shelf life, ruang mesin, lokasi pengolahan limbah, dan-

lain-lain. Perusahaan ini memproduksi mi instan siap saji yang dilengkapi dengan

pengemas dan bumbu serta minyaknya. Produk yang dihasilkan didistribusikan ke

wilayah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Jawa Tengah, meliputi Indomie,

Supermi, Sarimi dan Sakura dengan varian flavor yang beragam.

Perusahaan divisi Noodle cabang Semarang memiliki luas bangunan sekitar 19.695 m2

dengan luas tanah sekitar 33.015 m2. Ditinjau dari segi geografisnya, PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk Divsi Noodle Cabang Semarang ini dibatasi oleh perusahaan-

perusahaan lain, seperti :

Sebelah Utara : PT. Lautan Luas

Sebelah Selatan : PT. WOI

Sebelah Timur : PT. Guna Mekar Industri

Sebelah Barat : PT. Apollo

2.3. Ketenagakerjaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang memiliki karyawan

sebanyak kurang lebih 800 orang. Jumlah karyawan didasarkan pada turn over

karyawan. Perusahaan ini memberlakukan jam kerja pada umumnya adalah 6 hari

Page 15: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

5

seminggu dengan 7 jam kerja dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu baik dinas

normal ataupun shift (bergilir). Namun perusahaan ini juga memberlakukan 5 hari kerja

seminggu dengan jam kerja selama 8 jam.

2.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang

Semarang terdiri dari beberapa jabatan. Pertama, Branch Manager yang bertugas untuk

mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi

dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan jaminan sistem

pengendalian mutu produk yang selalu dipantau dan dijaga serta dilaksanakan dengan

konsisten. Tepat di bawah Branch Manager ada beberapa departemen yang memiliki

fungsi yang berbeda-beda, yaitu:

Branch Human Resources Manager (BHRM)

Pada praktiknya BHRM memiliki tugas untuk memimpin departemen human resources

yaitu untuk merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan dan mengendalikan aktivitas-

aktivitas yang menyangkut sumber daya manusia, seperti hubungan industrial,

administrasi kepegawaian dan pengupahan, jaminan sosial dan pelayanan umum yang

semuanya bertujuan untuk membina tercapainya target dan sasaran perusahaan.

Purchasing Officer

Purchasing Officer bertugas untuk memimpin departemen purchasing yaitu untuk

melakukan pembelian kebutuhan atau barang-barang yang dibutuhkan oleh masing-

masing departemen yang ada di perusahaan.

Factory Manager (FM)

FM bertugas untuk memimpin departemen manufacturing yaitu merencanakan,

mengarahkan, mengkoordinir, dan mengendalikan segala aktivitas manufacturing, yaitu:

a. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Karyawan PPIC dipimpin oleh seorang PPIC supervisor. Tugas dari PPIC adalah

membuat atau merencanakan jadwal produksi yang didasarkan pada jumlah

pesanan yang terkonfirmasi (confirmed weekly order) dan mengatur tingkat

tersedianya bahan baku dan produk akhir sehingga standar buffer stock tetap

seimbang.

Page 16: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

6

b. Teknik

Karyawan bagian teknik dipimpin oleh teknik supervisor yang tugasnya meliputi

perencanaan, pengkoordinasian serta pengendalian seluruh aktivitas yang berkaitan

dengan teknik, baik itu perawatan atau perbaikan mesin. Hal tersebut bertujuan

untuk menjamin kelancaran jalannya mesin produksi beserta sarana penunjangnya.

c. Production

Karyawan bagian produksi dipimpin oleh production supervisor yang membawahi

tiga production shift supervisor. Tugasnya adalah untuk merencanakan,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua kegiatan yang berjalan pada proses

produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan menjadi syarat serta

mempertahankan agar proses produksi berjalan dengan meminimalkan bahan baku

yang terbuang dan penggunaan semaksimal, efektif dan efisien.

d. Warehouse

Karyawan bagian warehouse dipimpin oleh warehouse supervisor yang terdiri dari

warehouse raw material supervisor dan warehouse finished goods supervisor.

Tugasnya adalah untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengkoordinasikan

seluruh aktivitas di dalam gudang sehingga tercapai keakurasian jumlah, keutuhan

dan keamanan barang.

Branch Proces Development and Quality Control Manager (BPDQCM)

BPDQCM merupakan pemimpin dari PDQC (process development quality control)

yang tugasnya adalah mengendalikan mutu baik incoming, process, maupun outgoing

serta market audit.

Finance & Accounting Manager (FAM)

Departemen finance & acounting dipimpin oleh FAM. Tugasnya berkaitan dengan

perencanaan dan pengendalian seluruh aktivitas yang berkaitan dengan keuangan,

menyajikan laporan dan analisa keuangan dengan tujuan untuk mendukung seluruh

aktivitas operasional perusahaan.

Area Sales & Promotion Manager (ASPM)

Departemen marketing dipimpin oleh ASPM. Tugas pokok ASPM berkaitan dengan

perencanaan dan koordinasi strategi kegiatan promosi dan penjualan terkait dengan

produk-produk yang telah dihasilkan.

Page 17: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

7

2.5. Visi, Misi Perusahaan dan Nilai Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi Noodle Cabang Semarang mempunyai

visi dan misi yang realistik, spesifik, dan meyakinkan. Visi dan misi tersebut merupakan

penggambaran citra, nilai, arah dan tujuan untuk masa depan perusahaan.

2.5.1. Visi Perusahaan

Visi dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang

adalah menjadi perusahaan penyedia makanan bermerek dan bermutu bagi jutaan

konsumen di Indonesia dan juga di berbagai penjuru dunia.

2.5.2. Misi Perusahaan

Misi dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang

adalah:

Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan

merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.

Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau,

yang merupakan pilihan pelanggan.

Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi.

Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara

berkelanjutan.

Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan.

2.5.3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang

adalah ”Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami dengan

menjunjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan

secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi

yang berkelanjutan.”

2.6. Logo Perusahaan

Logo perusahaan (Gambar 1.) terdiri dari dua warna dasar, yaitu merah dan biru.

Kemudian dilengkapi dengan pencitraan grafis meliputi warna dan huruf. Warna yang

Page 18: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

8

menjadi dasar dari logo perusahaan memiliki arti, yaitu warna merah memiliki arti

semangat. Sedangkan warna biru menggambarkan geografis Indonesia sebagai negara

yang memiliki banyak pulau atau yang seringkali disebut dengan negara kepulauan.

Gambar 1. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Sumber : www.indofood.com , 2016

Page 19: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

9

3. SPESIFIKASI PRODUK

3.1. Jenis Produk

Terdapat beberapa brand produk yang diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk divisi Noodle Cabang Semarang. Mie instan yang diproduksi meliputi

Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, dan Pop Mie. Produksi mi instan dengan brand yang

berbeda dikarenakan target konsumen yang dituju juga berbeda ditinjau dari segmen

ekonomi. Masing-masing brand tersebut memiliki karakteristik masing-masing, yaitu:

a. Indomie

Indomie merupakan salah satu merek mi yang pertama kali muncul tahun 1972 dengan

rasa Indomie kuah kaldu ayam. Kemudian permintaan pasar akan produk Indomie terus

meningkat sehingga pada tahun 1982 dimunculkan produk Indomie kuah kari ayam.

Selanjutnya tahun 1983, Indomie goreng mulai muncul. Produk Indomie juga

mengandung fortifikasi mineral dan vitamin seperti A, B1, B6, B12, niasin, asam folat,

dan zat besi. Beberapa varian Indomie sendiri adalah My Noodlez (rasa Rumput Laut,

rasa Salmon Teriyaki, rasa Pizza Cheese), Mi goreng rasa Iga Penyet, rasa Cabe Ijo,

Jumbo rasa Ayam Panggang, dan Ayam Spesial. Produk-produk merek Indomie dapat

dilihat pada Gambar 2. di bawah ini.

Gambar 2. Produk Mie Instan Brand Indomie

Sumber : www.indofood.com , 2016

Page 20: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

10

b. Supermi

Supermi diproduksi tahun 1968 sebagai mi instan serbaguna, kemudian di tahun 1976

Supermi hadir dengan varian rasa kaldu ayam. Tahun 2008 PT Indofood CBP Sukses

Makmur, Tbk. memproduksi Supermi dengan berbagai varian rasa seperti Supermi go,

yaitu Gobang, Goso, dan Gokar. Tahun 2013 Supermi juga mengeluarkan produk

Supermi Ayam Spesial. Beberapa variasi supermi lainnya adalah Supermi Sop Buntut,

Semur Ayam, Ayam Bawang, Semur Ayam Pedas, Sup Sayuran, Baso Sapi, Soto, Kari

Ayam, Supermi Goreng, dan Supermi Mie Goreng rasa Ayam. Beberapa varian rasa

produk Supermi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Produk Mi Instan Supermi

Sumber : www.indofood.com , 2016

c. Sarimi

Brand Sarimi sudah lama berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan konsumen akan mi

instan. Awal mula produksi Sarimi adalah tahun 1982. Kemudian tahun 2012 muncul

maskot Sarimi dan kemasan yang berbeda dari sebelumnya. Adapun Sarimi mempunyai

varian rasa yaitu Sarimi isi 2 Mi Goreng rasa Ayam Kecap, Sarimi isi 2 rasa Soto,

Sarimi isi 2 rasa Kari Spesial, Sarimi isi 2 Mi Goreng rasa Ayam Kremes, Sarimi isi 2

Soto Koya Jeruk Nipis, Soto Koya Pedas, Soto Koya Gurih, Ayam Bawang, Ayam,

Baso Sapi, Sarimi Besaar rasa Soto Mi, Sarimi Besaar Goreng Spesial Ekstra Pedas,

Sarimi Besaar rasa Soto Mi dan Sarimi Besar rasa Ayam Bawang (Gambar 4).

Page 21: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

11

Gambar 4. Produk Mi Instan Sarimi

Sumber : www.indofood.com , 2016

d. Sakura

Sakura merupakan salah satu merek mi instan yang memiliki moto ”Cocok Harganya,

Cocok Rasanya”. Mi instan ini terdiri dari 2 variasi, yaitu mi instan goreng dan mi kuah.

Variasi rasanya adalah Sakura Ayam Kecap Pedas, Sakura Soto Ayam, Sakura Baso

Sapi, Sakura Ayam Bawang, Sakura Ayam Spesial, Sakura Sup Ayam, Sakura Kaldu

Ayam dan Sakura Mi Goreng. Produk mi instan Sakura dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Produk Mie Instan Sakura

Sumber : www.indofood.com , 2016

e. Pop Bihun

Pop Bihun merupakan produk yang mengunggulkan kenikmatan bihun yang berasal dari

bahan baku beras. Bihun instan ini tersedia dalam berbagai variasi rasa yang cocok

untuk dinikmati oleh keluarga. Beberapa variasi yang tersedia adalah rasa Kari Ayam

Pedas, rasa Soto Ayam, rasa Ayam Bawang, Goreng Spesial, dan Bihun Goreng serta

Soto Ayam dan Ayam Bbawang. Produk Pop Bihun dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 22: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

12

Gambar 6. Produk Bihun Instan Pop Bihun

Sumber : www.indofood.com , 2016

f. Mi Telur Cap 3 Ayam

Mi Telur Cap 3 Ayam memiliki 3 keunggulan dalam bentuk, tekstur dan tidak adanya

tambahan bahan pengawet. Produk ini pada proses produksinya menggunakan suhu

tinggi sehingga kadar air yang terkandung didalamnya menjadi rendah. Kadar air yang

rendah dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme pembusuk. Terdapat 2 variasi mi

yang perbedaannya terletak pada bentuknya, yaitu Mi Telur 3 Ayam bungkus kuning

dengan bentuk keriting dan Mi Telur 3 Ayam bungkus merah dengan bentuk bulat

(Gambar 7).

Gambar 7. Produk Mie Telur Cap 3 Ayam

Sumber : www.indofood.com , 2016

g. Pop Mie

Pop Mie merupakan salah satu mi instan yang dikemas dalam cup sehingga

memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi. Pop Mie pertama kali muncul di tahun

1987. Brand ini memiliki beberapa variasi produk dengan produk terbarunya Pop Mie

rasa Sosis Bakar Pedas dan Pop Mie rasa Sosis Spesial. Selain itu Pop Mie tersedia

Page 23: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

13

dalam beberapa variasi lainnya seperti Pop Mie kuah, Pop Mie goreng dan Pop Mie

mini dengan beberapa varian rasa yang berbeda. Beberapa produk Pop Mie dapat dilihat

pada gambar 8.

Gambar 8. Produk Mi Instan Pop Mie

Sumber : www.indofood.com , 2016

h. Intermi

Intermi merupakan salah satu mi instan yang memiliki varian rasa yaitu kaldu ayam,

baso sapi, dan goreng. Intermi merupakan produk mi instan yang sudah terstandarisasi

melalui SNI (Standar Nasional Indonesia), halal berdasarkan MUI (Majelis Ulama

Indonesia). Produk Intermi rasa Baso Sapi dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Produk Intermi

Sumber : www.indofood.com , 2016

Page 24: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

14

3.2. Kode Produksi

3.2.1. Etiket

Pada Gambar 10. dapat dilihat bahwa kode produksi yang tertera di kemasan adalah

010216 CKR A308C01 8. Penjelasan dari kode tersebut adalah sebagai berikut:

01 02 16 adalah tanggal expired, yang menunjukkan tanggal terakhir produk tersebut

boleh dikonsumsi.

CKR adalah wilayah di mana produk tersebut diproduksi.

A3 8 menunjukkan grup A pada shift 3.

08 menunjukkan nomor mesin pengemas (packing).

01 menunjukkan tanggal produksi.

8 menunjukkan umur simpan produk, yaitu 8 bulan.

Gambar 10. Kode Produksi Mi Instan Brand Indomie

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

3.2.2. Karton

Pada gambar 11., dapat dilihat bahwa kode produksi yang tertera pada karton adalah 15

JUN 16 SMG A3 09 15 6. Arti dari kode produksi di atas yaitu:

15 JUN 16 adalah tanggal kedaluarsa produk

SMG adalah lokasi atau wilayah produksi.

A3 berarti grup A dan shift 3.

09 menunjukkan line produksi.

15 menunjukkan tanggal produksi

6 menunjukan umur simpan produk, yaitu 6 bulan.

Page 25: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

15

Gambar 11. Kode Produksi Cup Noodle pada Karton Pop Mie

Sumber : Dokumen Pribadi, 2016

Page 26: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

16

4. PROSES PRODUKSI

Proses produksi merupakan suatu kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi produk

jadi dengan nilai tambah dan fungsi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Proses produksi mie instan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Cabang Semarang didukung dengan 12 line mesin produksi, dimana line

9 diperuntukkan untuk proses produksi Pop Mie. Jumlah produk akhir yang dihasilkan

dirancang oleh bagian PPIC yang bertugas untuk mengatur jadwal produksi yang

disesuaikan dengan permintaan pasar.

4.1. Bahan Baku

4.1.1. Tepung

Tepung terigu adalah bahan baku paling utama dalam proses pembuatan mie instan.

Menurut Astawan (2008) tepung terigu berasal dari biji gandum (Triticum vulgare)

yang dihancurkan dan digiling. Tepung terigu akan membentuk gluten yang elastis

ketika berada dalam suatu larutan yang mengandung air. Gluten merupakan protein

utama dalam tepung terigu yang memiliki manfaat bagi pembuatan mie. Keelastisan ini

diharapkan dalam pembuatan mi karena adonan yang elastis menjadikannya tidak

mudah putus pada tahap pemasakan dan pencetakan. Kandungan gluten ini dapat

membentuk struktur tiga dimensi yang berfungsi sebagai pembentuk kerangka (Nitasari,

2003).

Tepung yang digunakan dalam proses produksi mi instan yaitu Segitiga Biru, Segitiga

Hijau, dan Cakra. Tepung yang digunakan untuk proses produksi mi instan berbeda-

beda dengan komposisinya masing-masing tergantung pada jenis brand mi instan yang

diproduksi. Berdasarkan SNI 3751:2009 mengenai Syarat Mutu Tepung Terigu sebagai

Bahan Pangan, terdapat beberapa cemaran di dalam tepung terigu yang tidak disarankan

ada di dalam tepung, yaitu serangga, kutu, potongan-potongan benda asing, cemaran

logam (timbal, raksa, cadmium), cemaran arsen, dan cemaran mikroba (E.coli, Bacillus

cereus dan kapang).

16

Page 27: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

17

4.1.2. Air

Air yang digunakan dalam proses pembuatan mie instan ini adalah air bersih yang

berfungsi sebagai pelarut garam dan pembentuk sifat elastis dan kenyal dari gluten. Air

ditambahkan pula sebagai media pengembang akibat reaksi gluten dengan karbohidrat

(Astawan, 2008). Sutomo (2008) menambahkan bahwa air yang baik untuk proses

produksi mi instan memiliki kisaran pH 6-9, bebas dari cemaran bakteri coliform,

warna, bau dan rasa air yang digunakan juga penting untuk menentukan kelayakan dari

air tersebut. Jumlah air yang ditambahkan sebaiknya ada pada rentang 28-38% dari

campuran bahan yang akan dicampur. Adonan akan cenderung lengket jika air melebihi

38% , namun apabila kurang dari 28% maka adonan cenderung rapuh. Menurut SNI 01-

3553-1994 mengenai Syarat Mutu Air, air yang layak digunakan adalah air yang tidak

berbau, rasa normal, dan kekeruhan maksimal 5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit)

serta berada pada kisaran pH 6,5 hingga 9.

4.1.3. Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan media penggorengan bahan pangan, termasuk mi instan.

Fungsi minyak goreng adalah sebagai penghantar panas, menambahkan rasa gurih pada

bahan dan juga menambah kalori pada bahan. Jenis minyak goreng yang digunakan oleh

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. adalah minyak goreng kelapa sawit yang

memiliki tekstur (kekentalan) seperti bubur. Menurut Hambali et al. (2007) minyak

kelapa sawit ini dihasilkan dari inti sawit yang sudah melalui proses ekstraksi

(pengepresan) dan pemurnian (degumming, refining, bleaching, deodorized) maupun

penghilangan bau. Minyak ini dikenal sebagai sumber pro vitamin A yang murah serta

sumber vitamin E yang berperan sebagai antioksidan. Minyak kelapa sawit ini memiliki

kandungan asam lemak bebas maksimal 0,3%, bilangan peroksida maksimal 0% dan

kadar air maksimal 0,1%.

4.1.4. Larutan Alkali

Air alkali merupakan bahan baku yang penting dalam pembuatan mie instan. Larutan

alkali yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan terdiri dari pewarna,

antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman, pengental, dan penguat rasa. Larutan

alkali atau garam alkali ditambahkan ke dalam mi instan bertujuan untuk memperkuat

Page 28: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

18

struktur gluten yang terbentuk sehingga adonan menjadi elastis dan lentur, menjadikan

sifat pati tepung terigu sehingga menjadi kenyal, memperbaiki warna pigmen dalam

terigu menjadi lebih cerah (Astawan,2008).

4.1.5. Pengemas

Fungsi kemasan bagi bahan pangan adalah melindungi produk dari kontaminasi,

memudahkan penyimpanan, memudahkan produk untuk didistribusikan dari produsen

sampai konsumen, memberikan identitas produk, memudahkan dalam perhitungan

jumlah, menambah daya tarik, dan meningkatkan umur simpan produk (Kaihatu ,2014).

Jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas produk mi instan adalah etiket dan

karton. Kemasan etiket yang digunakan sebagai kemasan primer terdiri dari plastik PP

(polypropylene) dan OPP (oriented polypropylene). PP memiliki sifat yang ringan,

fleksibel, daya tembus uap rendah, tahan terhadap lemak, tembus cahaya namun tidak

bening, tahan panas dan bahan kimia. Menurut Sampurno (2006) OPP merupakan

bagian yang akan dicetak atau disablon. Plastik OPP memiliki ketahanan yang baik

pada suhu tinggi, tahan terhadap uap air sehingga dapat menghalangi masuknya uap air

ke dalam produk, transparan serta harga lebih murah dibandingkan film yang lain.

Sedangkan kemasan sekunder yang digunakan adalah karton dengan ukuran tertentu

sesuai produk mi instan yang diproduksi. Karton yang digunakan berfungsi untuk

melindungi produk selama proses distribusi serta dari beban berat yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada produk (Suradi, 2005).

4.2. Proses Produksi

4.2.1. Screening

Pada tahap ini tepung yang telah dianalisa oleh departemen QC field dituangkan ke

dalam screw yang dilengkapi dengan penyaring. Analisa yang dilakukan pihak QC

(Quality Control) field meliputi jumlah tepung terigu yang digunakan untuk produksi,

keadaan sack tepung terigu, dan cemaran fisik. Selain secara fisik, seorang QC akan

memastikan bahwa parameter-parameter kimiawi seperti kadar air, iron’s spot dan

kadar abu sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Penyaring berfungsi untuk

menahan kotoran / cemaran seperti sekam, serangga, kutu atau bahan asing lain. Proses

pengayakan tepung ini menjadi salah satu titik kritis dalam produksi mi instan. Apabila

Page 29: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

19

tahapan ini tidak dilakukan dengan tepat, maka seluruh produk yang dihasilkan akan

ditolak karena membahayakan konsumen dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Tepung yang digunakan beraneka ragam dengan komposisi tepung yang berbeda-beda

untuk tiap jenis atau brand mi instan yang diproduksi. Tepung yang telah mengalami

pengayakan selanjutnya dihisap menuju ke mixer dengan menggunakan pipa hisap.

Pengayakan dilakukan menggunakan screw conveyor dengan ukuran lubang ayakan 20

mesh selama kurang lebih 12 hingga 15 menit.

4.2.2. Mixing

Setelah tahap screw, tepung ditarik menuju ke mixer dimana terjadi pencampuran antara

tepung dan larutan alkali hingga adonan menjadi homogen. Waktu yang dibutuhkan

untuk mencampur berbeda-beda tergantung ukuran mi instan yang diproduksi, sekitar

10 hingga 15 menit. Proses pencampuran dilakukan di lantai 2. Setiap 1 pekerja

bertanggung jawab atas 2 panel control mesin mixer. Perlengkapan yang digunakan

pekerja meliputi topi penutup kepala, sarung tangan, masker, sepatu, dan ear plug untuk

mengatasi suara yang keras dari mesin yang sedang bekerja. Setelah itu adonan

diturunkan menuju ke weeder press.

Pihak QC akan melakukan pemeriksaan terhadap adonan yang terbentuk setelah mixing

seperti pengujian fisik dan organoleptik serta analisa kimiawi. Pengamatan terhadap

fisik di antaranya adalah mengamati ada tidaknya cemaran dalam larutan alkali yang

dapat mengganggu produk akhir, lama pengadukan dan jumlah larutan alkali yang

ditambahkan ke adonan. Sedangkan analisa kimiawi meliputi analisa kadar air adonan.

4.2.3. Pressing

Pada tahap ini adonan dari proses pencampuran yang telah homogen dilewatkan melalui

mesin roll press hingga diperoleh adonan yang berbentuk seperti lembaran dengan

ukuran ketebalan yang berbeda-beda tergantung brand. Setelah itu lembaran adonan

akan menuju ke slitter supaya lembaran mi menjadi untaian mi. Lokasi proses ini adalah

di bawah ruang pencampuran. Hal ini ditujukan agar memudahkan proses penuangan

adonan dari proses pencampuran menuju ke proses ini. Perlengkapan yang digunakan

pekerja adalah sepatu boot, topi penutup kepala, dan masker kain. Seorang QC akan

Page 30: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

20

memeriksa keadaan fisik lembaran adonan, seperti keadaan lembaran-lembaran adonan,

ketebalan, jumlah untaian dan ada tidaknya cemaran pada press yang digunakan.

Setelah tahap pembentukan lembaran-lembaran, adonan akan menuju ke proses slitter di

mana lembaran adonan diubah menjadi untaian mie yang bergelombang. Pada tahap ini

seorang QC perlu memastikan bahwa slitter yang digunakan sudah sesuai dengan brand

yang diproduksi. Setiap slitter memiliki standar ketebalannya masing-masing yang

menentukan gelombang mie, untaian mie dan sebagainya.

4.2.4. Steaming

Setelah menjadi untaian, mi dilewatkan menuju steambox di mana proses pemasakan

awal dilakukan. Di dalam ruang steambox terdapat uap yang bersuhu ±100ºC dengan

prinsip pengukusan. Pada tahap ini pekerja hanya masuk ruangan untuk melakukan

pengecekan control panel karena suhu di ruangan ini cukup tinggi. Seorang QC akan

melakukan pengamatan terhadap tekanan steamer baik yang masuk maupun keluar dan

lama waktu pengukusan. Apabila ditemukan nilai tekanan steam kurang sesuai dengan

standar, mi yang dihasilkan mungkin masih dalam keadaan mentah. Kemudian

penyimpangan tersebut akan diinformasikan ke operator dan akan dilakukan tindakan

lanjut, yakni direject.

4.2.5. Cutting

Setelah mi dikukus, mi dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Mi akan berjalan melewati cutter (seperti cangkul) sehingga akan

terpotong. Setelah itu mi yang sudah terpotong akan dilipat (folding) menggunakan

folder dan akan masuk ke dalam mangkuk-mangkuk kecil berbentuk kotak (cetakan).

Pada tahap ini jika ukuran ketebalan mi tidak sesuai dengan standar yang telah

ditentukan maka mi akan ditarik. Selain itu seorang QC akan mengamati bentuk lipatan

mi, kecepatan pemotongan (rpm), dan penimbangan terhadap berat basah mi.

4.2.6. Frying

Mi yang telah terpotong kemudian akan masuk ke dalam mangkuk-mangkuk. Setelah

itu mangkuk berisi mi dilewatkan melalui ruang penggorengan sehingga mi tergoreng,

Page 31: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

21

dengan suhu minyak sekitar 120-160ºC. Proses penggorengan ini bertujuan untuk

menurunkan kadar air mi, yang awalnya berada dalam rentang 32-35% menjadi 3%. Hal

inilah yang membuat mi dapat bertahan hingga 8 bulan. Seorang QC akan memastikan

bahwa parameter-parameter seperti kadar asam lemak bebas minyak goreng, lama

waktu penggorengan, ketinggian minyak, tekanan, dan suhu minyak sudah sesuai

dengan standar yang ditetapkan.

4.2.7. Cooling

Mi yang telah digoreng dan ditiriskan, kemudian didinginkan pada cooling box yakni

kotak pendingin yang dilengkapi dengan kipas angin. Pendinginan bertujuan untuk

menurunkan suhu mi menjadi 30-35ºC dengan lama waktu 1-6 menit. Udara panas dari

proses pendinginan mi akan ditarik oleh exhauster berupa blower yang terdapat pada

cooling box, sehingga udara panas dapat keluar dan proses pendinginan berlangsung

lebih cepat. Mi yang telah didinginkan selanjutnya akan dilakukan sampling secara acak

untuk dilakukan pengujian fisik, kimia dan organoleptik. Pengujian fisik dilakukan

terhadap cemaran pada mi, berat mi, suhu mi, dan lama pendinginan. Analisa kimiawi

yang dilakukan terhadap blok mi adalah kadar lemak, bilangan asam, dan kadar air.

Analisa organoleptik dilakukan oleh panelis terlatih dengan mengamati warna, rasa,

aroma dan tekstur secara sensori. Berdasarkan Susiwi (2009) uji organoleptik

didefinisikan sebagai pengujian menggunakan indera manusia untuk mengetahui

seberapa besar penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Indera yang digunakan

adalah penglihatan, penciuman, perasa, peraba dan pendengaran.

4.2.8. Packing

Tahap akhir dalam proses produksi mi instan adalah pengemasan. Sebelum mi dikemas,

dilakukan proses penambahan bumbu, saus, minyak bumbu, kecap, bubuk cabe ataupun

sayuran kering yang disesuaikan dengan masing-masing brand dan rasa. Selanjutnya mi

dikemas dalam etiket untuk melindungi produk dari kerusakan atau pencemaran seta

memudahkan transportasi mi. Mi yang telah terbungkus etiket akan dikemas dalam

kotak karton untuk memudahkan distribusi produk. Setelah itu, setiap karton mie

dilewatkan ke conveyor dan disimpan di gudang serta siap untuk didistribusikan. Tugas

seorang QC ialah melakukan pengecekan kondisi karton, isi mie dalam satu karton,

Page 32: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

22

perekatan atau penutupan karton dan juga validasi karton. Diagram alir proses produksi

mie instan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Diagram Alir Proses Produksi Mi Instan PT.Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. Divisi Noodle Semarang.

Pengayakan

Pendinginan

Penggorengan

Pengukusan

Slitting & Waving

Pengepresan

Pencampuran

Pemotongan & Pelipatan

Pengemasan

Produk Mi

Tepung terigu

Alkali

Minyak Goreng

Seasoning +

Kemasan

Page 33: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

23

5. PENGAWASAN MUTU

Pengawasan mutu merupakan suatu kegiatan untuk mengukur kesesuaian antara

karakteristik produk yang dihasilkan dengan standar mutu yang berlaku (Muhandri dan

Kadarisman, 2006). Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan mutu adalah

mengevaluasi kinerja nyata proses serta membandingkan kinerja nyata proses dengan

tujuan. Pengawasan mutu meliputi semua kegiatan mulai dari bahan baku, proses

produksi hingga produk akhir. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meyakinkan

perusahaan serta konsumen bahwa produk yang dihasilkan telah aman dan sesuai

dengan standar yang berlaku serta produk yang diinginkan oleh masyarakat (Puspitasari,

2004). Pengawasan mutu merupakan sarana perusahaan untuk memperbaiki mutu

produk, mempertahankan mutu produk dan mengurangi jumlah produk yang rusak.

Selain itu Baedhowie dan Pranggonowati (2005) menambahkan tujuan dilakukannya

pengawasan mutu adalah untuk meningkatkan efisiensi biaya desain produk, biaya

inspeksi, dan biaya produksi.

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang telah terstandarisasi secara menyeluruh mulai dari bahan baku,

parameter proses, tenaga kerja, mesin, hingga produk jadi. Standarisasi tersebut telah

disertifikasi oleh SGS (Societe Generale de

Surveilance) melalui sertifikasi ISO (International Organization for Standardization)

22000 tentang Keamanan Pangan dan sertifikat halal yang berlaku untuk semua produk

internasional dan ISO 9001.

Pada tanggal 5 Februari 2004, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. memperoleh

sertifikasi ISO 9001 : 2000 (ISO 9001 versi 2000) dari badan akreditasi SGS

International of Indonesia mengenai manajemen mutu yang baik untuk dapat

menghasilkan produk yang bermutu baik dan sesuai standar. Hal ini tercermin dari

slogan yang terdapat pada logo Indofood “The Symbol of Quality Foods” atau

“Lambang Makanan Bermutu” yang berarti bahwa produk yang dihasilkan oleh PT.

Indofood CBP Sukses Mkamur Tbk. adalah produk yang bermutu tinggi. Mutu produk

yang tinggi tidak hanya berasal dari bahan baku, melainkan melalui proses yang

higienis, aman, serta memenuhi syarat halal dan kandungan gizi yang baik untuk tubuh.

23

Page 34: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

24

Sistem pengawasan mutu di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Semarang dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

Pengawasan mutu bahan baku / Incoming Quality Control (IQC)

Pengawasan mutu proses produksi / Process Quality Control (PQC)

Pengawasan mutu produk akhir / Outgoing Quality Control (OQC)

5.1. Incoming Quality Control

Incoming Quality Control adalah pengawasan mutu yang dilakukan pada bahan baku

yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan produksi. Pengawasan mutu bahan

baku sangat penting untuk diterapkan karena tidak adanya pengawasan pada tahap awal,

akan membuat produk yang dihasilkan mengalami penurunan mutu akibat adanya hal-

hal yang tidak diinginkan yang bersumber dari bahan baku tersebut. PT Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang memberlakukan pengawasan

mutu pada bahan baku seperti tepung, pengemas, seasoning (bumbu pelengkap), solid

ingredient (bahan pelengkap), minyak, dan larutan alkali.

5.1.1. Tepung

Pengawasan mutu tepung terigu dilakukan dengan analisa secara fisik maupun kimia.

Analisa secara fisik meliputi ada atau tidaknya gumpalan, pengecekan kemasan, bau,

warna, cemaran (kutu, serangga, dan lain-lain), serta berat sampel. Analisa fisik diawali

dengan mengambil sampel yang telah disesuaikan dengan total populasi. Kemudian

karung yang akan dijadikan sampel ditimbang satu per satu hingga didapatkan data

berat sack tepung. Setelah itu dilakukan pengayakan tepung dan dilihat apakah terdapat

cemaran seperti kutu, serangga atau kotoran lain. Ketika pengayakan dilakukan didapati

kutu pada salah satu sack maka seluruh sack dalam satu truck dilakukan penolakan dan

dikembalikan pada supplier.

Pengujian selanjutnya ialah warna dan bau tepung apakah sesuai standar atau belum.

Berdasarkan SNI 01-3751-2009 syarat mutu tepung terigu ialah berbentuk serbuk, bau

normal dan bebas dari aroma asing, warna putih (khas terigu), tidak terdapat cemaran-

cemaran seperti serangga ataupun potongan kayu. Setelah analisis fisik sesuai dengan

standar mutu, maka dilakukan analisa secara kimia yang dilakukan di laboratorium

meliputi iron’s spot, kadar gluten, serta kadar abu. Berdasarkan SNI 01-3751-2009

Page 35: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

25

kadar air maksimal tepung terigu sebesar 14,5%, kadar besi minimal 50 mg/kg kadar

abu maksimal 0,7%, dan kadar protein minimal 7%. Apabila hasil yang diperoleh sudah

sesuai dengan standar, maka sampel tepung terigu maupun tepung tapioka dapat

disimpan di gudang penyimpanan bahan baku sebelum digunakan untuk proses

produksi. Namun, apabila sampel tepung terigu tidak sesuai dengan standar, maka

seluruh sampel yang dikirim akan dikembalikan kepada pemasok.

5.1.2. Seasoning dan Solid Ingredient

Pengawasan mutu terhadap bumbu pelengkap dan bahan pelengkap dilakukan oleh

seorang QC Raw Material (RM) bagian seasoning. Pengawasan mutu yang dilakukan

meliputi analisa secara fisik maupun kimia. Pengujian seasoning yang pertama

dilakukan ialah analisa fisik dengan mengukur panjang kemasan bumbu dari satu ujung

ke ujung lainnya menggunakan penggaris. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk

mengetahui berat seasoning tersebut. Setelah analisa secara fisik memenuhi standar

yang berlaku, maka selanjutnya dilakukan analisa secara kimia. Analisa secara kimia

dilakukan oleh QC Analyst di laboratorium yang meliputi pengecekan sampel seasoning

secara fisik maupun organoleptik, serta pengecekan kadar air bumbu dan kadar FFA

minyak bumbu. Apabila sampel seasoning yang dianalisa sudah sesuai dengan standar,

maka sampel seasoning siap digunakan untuk dikemas bersama dengan mie instan yang

telah jadi. Jika ternyata ada parameter-parameter mutu yang kurang sesuai dengan

standar maka akan dilakukan penolakan produk.

5.1.3. Minyak

Pengawasan mutu minyak goreng dilakukan dengan analisa sampel minyak goreng

kelapa sawit secara fisik maupun kimia. Minyak goreng yang digunakan untuk proses

produksi mie instan adalah RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) yang

memiliki bentuk seperti bubur. Sebelum minyak disimpan didalam tangki penyimpanan,

dilakukan proses pemanasan terlebih dahulu dalam truk hingga berbentuk cairan yang

kemudian dialirkan menuju tangki penyimpanan. Analisa secara fisik meliputi

pengecekan warna dan bau, sedangkan analisa secara kimia dilakukan oleh QC Analyst

di laboratorium yang meliputi pengukuran kadar asam lemak bebas atau Free Fatty Acid

(FFA) pada minyak. Apabila nilai FFA pada saat minyak datang sudah melebihi standar

maka akan dilakukan penolakan. Hal ini dikarenakan jika presentase asam lemak bebas

Page 36: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

26

yang ada di minyak goreng awal sudah tinggi, maka kadar FFA akan semakin tinggi

lagi pada saat proses produksi berlangsung, sebagai akibat dari pemanasan pada suhu

tinggi. Selain itu minyak dengan FFA awal yang sudah tinggi dapat mempengaruhi

mutu produk akhir yang dihasilkan. Berdasarkan SNI 7709-2012 mengenai Syarat Mutu

Minyak Goreng Sawit, kadar asam lemak bebas yang diperbolehkan adalah maksimal

0,3%.

5.1.4. Pengemas

Pengemas merupakan media yang berfungsi untuk membungkus dan melindungi produk

(Kotler, 2008). Pengawasan mutu pengemas dilakukan oleh seorang QC di bagian

pengemas untuk menguji kesesuaian kemasan yang dipesan dengan standar yang

berlaku. Pengemas yang diuji terdiri dari 3 macam yaitu karton, etiket dan cup EPS

(Expandable Polystyrene). Pengecekan kemasan ini hanya dilihat berdasarkan aspek

fisiknya. Pada kemasan karton dilakukan analisis seperti kondisi fisik karton, kekuatan

daya tumpuk karton, warna cetakan, kesesuaian design, kesesuaian validasi, SNI, Halal,

barcode,kesesuaian nama perusahaan, ukuran karton meliputi panjang, lebar serta tinggi

karton. Pengukuran panjang, lebar dan tinggi karton harus sesuai dengan standar yang

berlaku, jika karton terlalu besar akan menurunkan mutu produk ketika terjadi

goncangan, namun apabila karton terlalu kecil dapat membuat isi produk kurang. Daya

tumpuk karton diuji dengan memberi beban 80 kg di atas karton selama 5 menit. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui ketahanan karton dalam menahan tumpukan-tumpukan

selama proses distribusi. Apabila karton tidak kuat menahan beban, maka dapat

menimbulkan kerusakan produk dan tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Pada kemasan etiket dilakukan analisis seperti kondisi fisik etiket, ketebalan etiket

menggunakan alat thickness gauge, berat, pitch dan lebar etiket, kesesuaian design,

cetakan dan nama PT, komponen ingredients, serta kode Halal, SNI dan No. MD.

Apabila ditemukan ketidaksesuaian dengan standar yang berlaku maka etiket akan

dikembalikan ke supplier. Kemudian pengujian cup EPS untuk produk Pop Mie

dilakukan mengukur tebal bibir atas vertikal, berat, diameter atas dan bawah, tinggi,

dan tebal dinding. Selain itu juga dilakukan pengecekan terhadap tulisan pada kemasan.

Jika ada parameter-parameter yang tidak sesuai maka cup tidak dapat digunakan dan

dikembalikan ke bagian produksi cup tersebut.

Page 37: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

27

5.2. Process Quality Control

Selain pengawasan mutu pada bahan baku dan bahan pengemas, salah satu hal penting

yang perlu dilakukan dalam pengawasan mutu adalah pada proses produksinya. Hal ini

dikarenakan apabila dalam proses produksi terjadi ketidaksesuaian mutu produk dengan

standar yang diberlakukan maka produk akhir yang dihasilkan akan mengalami

penurunan kualitas. Jika produk yang tidak sesuai dengan standar baru diketahui pada

akhir proses, maka akan lebih sulit bagi perusahaan untuk mencari letak kesalahan pada

proses produksi tersebut. Pengecekan proses produksi PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang selalu dilakukan oleh para QC di setiap shift

nya. Selama produksi berlangsung, QC akan memantau seluruh parameter yang berlaku

mulai dari proses pengayakan tepung agar tidak terdapat cemaran, pencampuran

(mixing) dengan sejumlah larutan alkali, pembentukan lembaran adonan, tebal dan

jumlah untaian mi, pengukusan, pemotongan dan pelipatan agar simetris, lama

pengorengan, ketinggian dan tekanan minyak, kadar asam lemak bebas minyak, suhu

minyak, pendinginan hingga pengemasan. Ketika produk yang dihasilkan tidak sesuai

dengan standar yang ditetapkan maka pihak QC process akan segera mengecek pada

tahap manakah yang memiliki masalah sehingga produk tidak sesuai dengan standar.

5.3. Outgoing Quality Control

Pengawasan mutu produk jadi merupakan pengawasan mutu terakhir sebelum produk

didistribusikan ke distributor maupun ke konsumen. Sebelum didistribusikan, produk

jadi akan dibawa ke gudang penyimpanan dan akan disusun sesuai tanggal produksinya.

Pengawasan mutu produk jadi ini dilakukan oleh departemen QC Finished Goods yang

bertugas untuk melakukan sampling terhadap produk jadi yang sudah dikemas di dalam

karton. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesesuaian berat produk dengan standar,

pengecekan kesesuaian flavor yang terdapat pada karton dengan produk di dalamnya,

serta ada tidaknya kebocoran pada kemasan. Apabila produk telah sesuai dengan

standar, maka produk disimpan dengan meletakkannya di atas palet kayu. Hal ini

bertujuan untuk mencegah kerusakan produk akibat kontak dengan lantai.

Ketika produk akhir akan diambil untuk didistribusikan , maka seorang QC finished

goods harus memastikan bahwa proses distribusi dengan system FIFO (First-in-first-

out). Sistem ini dilakukan supaya produk yang terlebih dahulu diproduksi atau memiliki

Page 38: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

28

tanggal kedaluarsa lebih awal dapat didistribusi lebih awal pula agar produk yang

dikonsumsi masyarakat tidak kedaluarsa. Hal ini bertujuan agar kualitas produk tetap

terjaga dan meminimalkan penurunan mutu produk akibat penyimpanan yang lama.

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan oleh QC FG ialah sirkulasi udara, alat pest

control, jumlah maksimal tumpukan karton, dan sebagainya. Apabila jumlah tumpukan

karton terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan karton rusak dan dapat merusak produk.

Adanya kontrol terhadap pest sangat penting, untuk mencegah kerusakan produk akibat

hama tikus di dalam gudang. Hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan tidak layak

konsumsi akibat adanya lubang bekas gigitan tikus atau urin tikus yang berbahaya bagi

kesehatan manusia (Koswara, 2006).

Pengawasan mutu produk jadi diawali dengan pengambilan sampel sebanyak 6 kardus

kemudian dibuka dan ditimbang berat mi yang telah dikemas dan disesuaikan dengan

standar yang berada pada kemasan. Setelah itu dilakukan pengecekan pada kemasan

yaitu pengecekan long seal dan end seal, pengecekan karton (basah atau tidak), serta

pengecekan kesesuaian kode produksi di bungkus mi instan dengan kode produksi pada

karton. Pengecekan ada atau tidaknya kebocoran pada kemasan mi instan dilakukan

dengan cara menekan mi instan tersebut. Apabila ada ketidaksesuaian, misalnya

kebocoran kemasan maka akan dilakukan pengembalian produk ke bagian produksi.

Pengawasan mutu produk akhir dilakukan dengan menguji kondisi mi instan

berdasarkan umur simpannya. Kegiatan pengujian ini dilakukan di ruang shelf life. Mi

instan secara umum diuji pada waktu penyimpanan 1 hingga 8 bulan. Pada Sarimi Gelas

diuji ketika waktu penyimpanan 1 hingga 7 bulan sedangkan pengujian untuk Pop Mie

pada waktu penyimpanan 1 hingga 6 bulan. Terdapat 3 sampel yang tersedia di ruang

shelf life yaitu sampel kimia, organoleptic dan reference. Pengujian pertama yang

dilakukan pada sampel organoleptic meliputi analisa fisik seperti keadaan blok mie

(tengik atau tidak), keadaan bumbu, saos, kecap, dan sebagainya. Sample reference

berfungsi ketika ada suatu complaint dari konsumen terhadap suatu produk yang

kemudian akan dilakukan pengujian, dan setelah itu dimusnahkan. Analisa kimia yang

dilakukan terhadap sampel kimia meliputi kadar air, kadar FFA dan bilangan asam

(acid value / AV). Pengujian secara kimia ini berlaku untuk mi instan maupun bumbu-

bumbu yang terdapat didalamnya.

Page 39: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

29

6. KUALITAS INDOMIE BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN

Umur simpan ialah selang waktu yang diperlukan oleh suatu produk pangan dari proses

produksi hingga menjadi tidak layak dikonsumsi, sedangkan waktu penyimpanan

menunjukkan seberapa lama produk telah disimpan (Arpah, 2001). Hal yang harus

diperhatikan dalam penentuan umur simpan suatu produk pangan ialah faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas produk pada waktu penyimpanan. Faktor-

faktor tersebut ialah jenis produk, kemasan dan kondisi lingkungan. Jenis produk atau

sifat dari produk pangan yang sangat menentukan umur simpan ialah kandungan zat

yang ada di dalamnya, tekstur, kenampakan, rasa serta jumlah mikroba yang terdapat di

dalam pangan tersebut. Kondisi lingkungan penyimpanan pun turut menentukan masa

umur simpan, seperti kelembaban udara, suhu dan gas. Selain itu, kemasan dapat

memberikan perlindungan terhadap produk untuk menjaga agar kualitas produk tidak

mudah menurun akibat kondisi lingkungan. Penyimpanan dalam jangka waktu yang

lama pun dapat menurunkan kualitas produk (Syarief et al.,1989).

Pengujian kualitas mi instan berdasarkan waktu penyimpanan merupakan pengawasan

mutu produk akhir pada keseluruhan proses produksi mi instan. Kegiatan ini dilakukan

di ruang shelf life dan di laboratorium. Pengujian dilakukan setiap harinya dari produk

berusia 0 atau setelah proses produksi hingga 8 bulan masa penyimpanan untuk mi

instan pada umumnya. Pada produk lainnya seperti Sarimi Gelas memiliki umur simpan

7 bulan sehingga analisis hanya dilakukan selama 7 bulan, sedangkan untuk Pop Mie

memiliki umur simpan 6 bulan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kualitas mi

instan selama masa penyimpanan meliputi 3 hal. Pertama dilakukan adalah analisis

fisik, kemudian analisis organoleptik serta analisis kimia. Pada ruang shelf life atau

ruang penyimpanan mi instan, terdapat 3 sampel yang tersedia yakni sampel kimia,

organoleptic dan reference. Sampel organoleptik digunakan untuk analisis secara

organoleptik maupun fisik. Analisa tersebut meliputi keadaan blok mie ( berbau tengik

atau tidak), keadaan bumbu, saos, kecap, minyak bumbu dan sebagainya. Ketika suatu

saat perusahaan mendapatkan complaint dari konsumen terhadap suatu produk yang

diproduksi, maka pada produk tersebut akan dilakukan pengujian atau analisis dengan

mengunakan sample reference. Pada dasarnya sample reference merupakan sampel

29

Page 40: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

30

yang secara sengaja disimpan dan tidak dilakukan pengujian untuk mengantisipasi

adanya suatu complaint dari konsumen. Analisa kimia terhadap sampel kimia dilakukan

di ruang laboratorium. Analisa tersebut meliputi kadar air baik mi instan maupun

bumbu, kadar FFA (Free Fatty Acid / asam lemak bebas) pada bumbu dan bilangan

asam (acid value / AV) pada mi instan. Pengujian yang dilakukan oleh penulis ialah

pengujian secara kimia pada produk Indomie, meliputi kadar air serta bilangan asam

pada waktu penyimpanan 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan dan 8 bulan.

Pengawasan mutu secara kimia pada dasarnya dilakukan untuk menjaga mutu atau

kualitas produk selama penyimpanan. Pengawasan mutu secara kimia pada produk

indomie yang dilakukan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. meliputi analisa

kadar air serta AV atau Bilangan Asam. Analisis ini dilakukan di ruang laboratorium.

Pada analisis kimia ini, sampel yang diambil berusia 0 bulan atau setelah proses

produksi, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 8 bulan. Tujuan dilakukannya analisis kimia ini

adalah untuk mengetahui kualitas Indomie selama penyimpanan berdasarkan besarnya

kadar air serta bilangan asam yang terkandung di dalamnya.

6.1. Kadar Air Indomie

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan Indomie

adalah perubahan kadar air dalam produk. Oleh karena itu analisa kadar air menjadi

salah satu hal penting yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Semarang. Kadar air dalam suatu bahan pangan sangat mempengaruhi

kualitas produk pangan selama penyimpanan. Semakin tinggi kadar air, maka semakin

besar kemungkinan bakteri dan jamur yang dapat tumbuh (Christian 1980).

Metode yang digunakan dalam analisis kadar air ialah metode thermogravimetri. Hal

ini telah sesuai dengan SNI 01 – 2891 – 1992 tentang Cara Uji Makanan dan Minuman

yang menyatakan bahwa dalam analisa kadar air, salah satu metode yang dapat

digunakan adalah metode thermogravimetri. Thermogravimetri merupakan suatu

metode penentuan kadar air pada bahan pangan dengan melakukan pemanasan bahan

pangan tersebut pada suhu tertentu, sehingga seluruh air yang terdapat pada bahan

pangan tersebut menguap yang ditunjukkan dengan berat konstan bahan. Menurunnya

Page 41: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

31

berat bahan pangan menunjukkan jumlah air yang dikandung oleh bahan pangan

tersebut (AOAC, 1990).

Prinsip dari metode thermogravimetri adalah pemanasan pada oven dengan suhu 105 ±

2ºC. Peralatan yang digunakan dalam metode ini adalah neraca analitis, oven listrik,

desikator, cawan / botol timbang, serta penjepit. Langkah kerja yang pertama ialah

cawan / botol timbang dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 ± 2 ºC selama 30 menit,

kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah itu, cawan / botol timbang kosong

ditimbang menggunakan neraca analitis. Lalu, sebanyak 2- 5 gram sampel ditimbang ke

dalam cawan. Kemudian, sampel dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 ± 2 ºC selama

3 jam. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Sudarmadji et al (2007) dimana proses

penguapan air menjadi maksimal karena suhu pemanasan yang optimal yakni pada 105

± 2 ºC. Setelah pengovenan selama 3 jam, cawan ditutup menggunakan penutup dan

didinginkan selama 30 – 45 menit di dalam desikator. Desikator digunakan agar sampel

tidak menyerap air kembali dari lingkungan serta untuk mendinginkan sampel. Hal ini

dikarenakan sampel yang telah dikeringkan bersifat higroskopis (Sudarmadji et al.,

2007). Kemudian, sampel yang telah didinginkan ditimbang beserta cawan namun tanpa

tutup menggunakan neraca analitis. Setelah itu, kadar air dihitung menggunakan rumus :

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟= W1−W2

W1−W0 ×100 %

W0 = berat cawan kosong (g)

W1 = berat cawan + bahan sebelum dikeringkan (g)

W2 = berat cawan + bahan setelah dikeringkan (g)

Hasil analisa kadar air pada produk Indomie berusia 0, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 8

bulan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kadar Air Indomie Waktu Penyimpanan 0, 2, 4 , 6 dan 8 bulan

Umur Simpan Indomie (bulan) Rata – rata Kadar Air Indomie (%)

0 1,0561 ± 0,3261

2 3,8095 ± 0,1622

4 6,2009 ± 0,0394

6 6,9307 ± 0,0492

8 7,6511 ± 0,0447

Page 42: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

32

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar air Indomie pada usia 0 bulan sebesar

1,0561% dan terus mengalami peningkatan pada bulan ke-2 hingga ke-8 dengan

persentase kurang dari 10%. Hasil yang diperoleh tabel diatas telah sesuai dengan SNI

01-3551-2000 tentang Mie Instan bahwa kadar air maksimal mi instan layak konsumsi

sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa produk Indomie yang disimpan dalam jangka

waktu lama akan mengalami peningkatan kadar air sehingga dapat berpengaruh pada

kualitas produk. Kadar air yang terdapat dalam produk Indomie berbeda-beda karena

dipengaruhi oleh kode produksi masing-masing produk serta suhu minyak

penggorengan pada saat produksi. Peningkatan kadar air pada produk Indomie

disebabkan oleh karena permeabilitas terhadap uap air plastik PP (polypropylene) yang

digunakan cukup besar apabila dibandingkan dengan penggunaan plastic PE

(polyethylene). Hal ini menyebabkan uap air akan lebih mudah masuk pada bahan

pengemas PP daripada PE, sehingga dapat meningkatkan kadar air Indomie. Kondisi

lingkungan yang lembab dapat menjadi faktor peningkatan kadar air Indomie.

Keberadaan uap air pada lingkungan akan menimbulkan perenggangan pada pori-pori

film sehingga meningkatkan permeabilitas plastik dan uap air mudah masuk ke dalam

mi instan (Herawati, 2008).

Hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan pernyataan Afrianto (2008) dimana kadar

air sangat berhubungan erat dengan daya simpan bahan pangan. Semakin tinggi kadar

air bahan pangan maka semakin rendah daya simpannya. Kerusakan pada umumnya

yang dapat timbul akibat tingginya kadar air pada mi instan adalah tektur yang sudah

tidak renyah. Tingkat kerenyahan ini dapat menurun karena penyimpanan mi instan

pada kondisi lembab serta dalam jangka waktu lama (Hou, 2010). Upaya yang dapat

dilakukan untuk mencegah hal tersebut, ialah menjaga kondisi penyimpanan dan

kemasan. Pada gudang penyimpanan produk Indomie di PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang, dikondisikan dalam suhu ruang. Hal ini

bertujuan agar kondisi penyimpanan sesuai dengan kondisi akhir sewaktu distribusi

serta disimpan dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Kegiatan

ini sesuai dengan pernyataan Roberts & Graham (2013) bahwa produk mi instan harus

disimpan dalam suhu ruang atau sejuk dan jauh dari paparan sinar matahari secara

langsung. Selain itu, kondisi kemasan mi instan juga perlu diperhatikan. Apabila

Page 43: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

33

kemasan telah dibuka, maka produk mi instan harus segera dikonsumsi. Tujuan perilaku

ini ialah untuk meminimalkan kontak dengan udara terlalu lama yang dapat

menyebabkan kontaminasi pada mi instan. (Roberts & Graham, 2013).

6.2. Bilangan Asam / Acid Value (AV) Indomie

Bilangan asam atau Acid value merupakan angka yang menunjukkan kualitas minyak

atau lemak yang dinyatakan dalam miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan

asam lemak bebas yang ada di satu gram minyak atau lemak. Bilangan asam atau AV

besar menandakan adanya asam lemak bebas yang berjumlah besar yang berasal dari

hidrolisa minyak atau proses pengolahan yang tidak baik. Semakin tinggi bilangan asam

maka akan semakin rendah juga kualitas minyak atau lemak tersebut. (Sudarmadji et al.,

2007). Berdasarkan teori tersebut, maka analisa angka asam lemak bebas sangat

dibutuhkan pada produk Indomie untuk mengetahui kandungan asam lemak yang

terkandung dalam bahan pangan.

Prinsip analisa bilangan asam atau acid value yang digunakan oleh PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang ialah pelarutan lemak atau minyak dalam

pelarut organik isopropanol yang telah dinetralkan, selanjutnya asam lemak bebas yang

terdapat dalam sampel dinetralkan dengan larutan standar basa. Peralatan yang

digunakan dalam analisa acid value adalah buret, erlenmeyer, soxhlet serta neraca

analitik.

Indikator PP (phenolphthalein) merupakan indikator asam basa yang berwarna merah

muda dalam larutan basa, dan tidak berwarna bila bereaksi dengan larutan asam.

Indikator ini memiliki rentang pH antara 8,9 – 9,0 (Ebbing, 1987). KOH dipakai sebagai

titran bertujuan untuk menghidrolisis minyak sehingga dihasilkan gliserol dan asam

lemak (Daintith, 1999). Selain itu, fungsi KOH ialah untuk menetralkan sifat asam dari

larutan yang dihasilkan setelah penambahan alkohol (Sudarmadji et al., 2007). Asam

lemak tak jenuh yang bereaksi dengan KOH akan membentuk radikal bebas yang

berupa asam lemak bebas yang kemudian berinteraksi dengan oksigen dari udara akan

membentuk hidroperoksida yang sifatnya tidak stabil dan terjadi gradasi, yaitu

membentuk rantai yang lebih pendek dan bersifat volatil sehingga mudah menguap dan

bersifat asam (Girindra ,1993).

Page 44: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

34

Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis acid value adalah preparasi sampel.

Sampel disiapkan dengan cara menghancurkan blok mi instan kemudian dimaserasi

dengan 135 ml petroleum eter, lalu diaduk dan ditunggu hingga terbentuk dua lapisan.

Setelah itu larutan tersebut disaring menggunakan kertas saring dan bagian yang cair

diambil. Kemudian cairan hasil penyaringan tersebut dimasukkan ke labu soxhlet

selama kurang lebih 2 jam hingga kering. Ketika labu soxhlet dipanaskan, solven yang

berupa petroleum eter akan menguap dan mengalami kondensasi. Setelah solven

menguap, akan terjadi ekstraksi sampel di dalam labu ekstraksi ditandai dengan

tertinggalnya minyak atau lemak di dalam labu. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan titik didih antara solven dan sampel. (Sintha et al., 2008). Sampel minyak

yang didapatkan lalu dipanaskan di dalam oven. Hal ini bertujuan untuk menguapkan

seluruh cairan eter sehingga didapatkan ekstrak minyak murni yang digunakan sebagai

sampel. Setelah itu, keseluruhan sampel minyak yang telah didapatkan ditimbang.

Langkah selanjutnya ialah pembuatas isopropanol netral. Pertama, sebanyak 35 mL

isopropanol diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kosong. Kemudian

ditambahkan indikator PP sebanyak 3-5 tetes dan dititrasi dengan larutan KOH 0,05 N

hingga terjadi perubahan warna merah muda. Setelah itu, larutan isopropanol yang telah

dinetralkan tersebut dicampurkan ke dalam sampel minyak. Larutan isopropanol yang

ditambahkan ke dalam sampel tersebut merupakan golongan alkohol yang berfungsi

sebagai pelarut organik untuk melarutkan asam lemak yang tidak larut dalam air

(Nielsen, 2010). Lalu indikator PP ditambahkan sebanyak 3 – 5 tetes ke dalam

campuran sampel minyak dan isopropanol netral dan kemudian dilakukan titrasi

menggunakan larutan KOH 0,05 N hingga larutan berwarna merah muda keunguan.

Indikator PP yang digunakan membantu tritrasi dalam menentukan titik akhir titrasi

dalam reaksi antara larutan basa kuat (KOH) dengan asam lemak jenuh (Sudarmadji et

al. ,2007). Larutan KOH 0,05 N digunakan sebagai titran dikarenakan minyak atau

lemak dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa kuat.

Apabila KOH bereaksi dengan minyak atau asam lemak tak jenuh, maka akan

membentuk suatu senyawa radikal bebas yang disebut asam lemak bebas. Senyawa ini

bila berinteraksi dengan O2 atau oksigen maka akan membentuk suatu senyawa

Page 45: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

35

(Sudarmadji et al., 2007). Banyaknya KOH yang digunakan (volume KOH) dicatat dan

bilangan asam atau acid value dihitung menggunakan rumus :

Bilangan Asam = ml KOH × N KOH x 56,1

𝑊 × mg/gr

N : Normalitas larutan KOH

W : berat sampel (gr)

Hasil analisa bilangan asam pada produk Indomie berusia 0, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan,

dan 8 bulan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa

bilangan asam yang terdapat dalam Indomie umur simpan 0 bulan hingga 8 bulan

dibawah 1 mg/g dan mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu penyimpanan.

Tabel 2 Bilangan Asam Indomie Waktu Penyimpanan 0, 2, 4, 6 dan 8 bulan

Umur Simpan Indomie (bulan) Bilangan Asam (mg/gr)

0 0,2331 ± 0,0436

2 0,3727 ± 0,0518

4 0,3751 ± 0,0525

6 0,4038 ± 0,0829

8 0,6171 ± 0,1385

Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan SNI 01-3551-2000 tentang Mi Instan dimana

bilangan asam maksimal pada mi instan layak konsumsi ialah sebesar 2 mg/g. Pada

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsistensi mutu Indomie tetap terjaga dan tetap

dapat dikonsumsi meskipun waktu penyimpanan produk mencapai 8 bulan. Peningkatan

bilangan asam dapat disebabkan oleh kondisi penyimpanan yang kurang baik dan

permeabilitas plastik PP yang besar memudahkan gas untuk masuk ke dalam kemasan,

kemudian bersentuhan dengan mi instan yang mengandung minyak, lalu terjadilah

proses oksidasi minyak menjadi senyawa hidroperoksida yang dapat menimbulkan bau

tengik pada mi instan (Winarno, 2002). Peningkatan suhu lingkungan juga

mempengaruhi pemuaian gas yang menyebabkan terjadinya perbedaan konstanta

permeabilitas sehingga terjadi perenggangan pada pori-pori film dan meningkatkan

permeabilitas (Herawati,2008). Oleh karena itu, kondisi penyimpanan yang baik sangat

diperhatikan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang

untuk menjaga kualitas produk mi instan yang dihasilkan.

Page 46: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

36

7. KESIMPULAN

Kadar air Indomie telah sesuai dengan SNI 01-3551-2000 dimana kadar air

maksimum sebesar 10%.

Bilangan asam Indomie telah sesuai dengan SNI 01-3551-2000 dengan nilai

maksimum 2mg/g.

.

36

Page 47: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

37

8. DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. (2008). Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 1. Direktorat

Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan. Jakarta.

AOAC. (1990). Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical

Chemists. 15th Ed. AOC, Inc. Virginia.

Arpah. (2001) Penentuan Kedaluwarsa Produk Pangan. Program Studi Ilmu Pangan,

Institut Pertanian Bogor.

Astawan, M. (2008). Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Baedhowie dan Pranggonowati, S. (2005). Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil

Pertanian 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan. Jakarta.

Christian, J.H.B. (1980). Reduced water activity.p. 79-90. In J.H. Silliker, R.P. Elliot,

A.C.Baird-Parker, F.L. Brian, J.H.B. Christian, D.S. Clark, J.C. Olson Jr., and

T.A. Roberts (Eds.). Microbial Ecology of Foods.Academic Press, New York.

Daintith, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ebbing, D. B. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. Boston.

Girindra, A. (1993). Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hambali, E., Suryani A., M. Rivai. (2007). Membuat Aneka Bumbu Instan Pasta.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Herawati, H. (2008). Penentuan Umur Simpan Produk Pangan. Jurnal Litbang

Pertanian, 27(4), hal 124-130.

Hou, G.G. (2010). Asian Noodles : Science, Technology, and Processing. John Wiley &

Sons, Inc. New Jersey

Hubeis, M. (2001). Pemasyarakatan ISO 9000 untuk Industri Pangan di Indonesia.

Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Volume 3. Fakultas Teknologi Pertanian.

IPB. Bogor.

Kaihatu, T.S. (2014). Manejemen Pengemasan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Koswara, S. (2006). Manajemen Pengendalian Hama Dalam Industri Pangan.

eBookPangan.com diakses pada tanggal 1 Maret 2016.

37

Page 48: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

38

Kotler, P.G.A. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Muhandri, T. dan D. Kadarisman. (2006). Sistem Jaminan Mutu Indsutri Pangan. IPB

Press.

Nielsen, S.S. (2010). Food Analysis Laboratory Manual, 2 ed. Springer. USA.

Nitasari, L. (2003). Proses Produksi Mie Instan dan Evaluasi Perencanaan Sanitasi

Perusahaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera. UGM. Yogyakarta.

Puspitasari, D. (2004). Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Pada Industri Pengolahan Tahu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roberts, T & Graham, P. (2013). Food Storage Guidelines For Consumers. Department

of Human Nutrition, Foods and Exercise, Virginia Tech.

Sampurno, B. (2006). Aplikasi Polimer Dalam Industri Kemasan. Jurnal Sains Materi

Indonesia. ISSN: 1411-1098.

Sintha, Endro & Anjani P. (2008). Pengaruh Konsentrasi Alkohol dan Waktu Ekstraksi

Terhadap Ekstraksi Tannin dan Natrium Bisulfit Dari Kulit Buah Manggis.

Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono. ISSN 1978-0427.

SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan Standardisasi Nasional.

SNI 01-3551-2000. Mie Instan. Badan Standardisasi Nasional.

SNI 3751:2009. Tepung Terigu. Badan Standardisasi Nasional.

SNI 7709-2012. Minyak Goreng Sawit. Badan Standardisasi Nasional. ICS 67.200.10.

Sudarmadji, S.; Bambang, H. & Suhardi. (2007). Prosedur untuk Analisa Bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Suradi, K. (2005). Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak dan Penentuan Waktu

Kadaluarsa. Seminar Fasilitas Penanganan Pengemasan Olahan Ternak. Makassar,

Sulawesi Selatan.

Susiwi. (2009). Handout Penilaian Organoleptik. FPMIPA. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sutomo, B. (2008). Variasi Mi dan Pasta. PT. Kawan Pustaka. Jakarta.

Page 49: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

39

Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana. (1989). Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat

Antar-Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Andi. Yogyakarta.

Page 50: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

40

9. LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Indomie

Umur Simpan

0 Bulan 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan 8 Bulan

Cawan

Kosong

(gr)

27,8783 25,7327 25,5293 29,5000 29,4002 28,9696 28,9896 29,5922 24,6259 29,4065

Cawan +

Sampel

Awal (gr)

31,6250 29,9571 28,9526 32,7785 34,0321 33,5223 32,6005 33,3466 27,6782 32,6419

Cawan +

Sampel

Kering

(gr)

31,5820 29,8987 28,8251 32,6515 33,7467 33,2382 32,3485 33,0882 27,4433 32,3958

Kadar Air

(%)

0,7298 1,3824 3,7461 3,8727 6,1616 6,2403 6,9789 6,8825 7,6958 7,6064

Rata-Rata

Kadar Air

(%)

1,0561 3,8095 6,2009 6,9307 7,6511

Lampiran 2. Perhitungan Bilangan Asam Indomie

Umur Simpan Berat Erlenmeyer

(gr)

Berat Erlenmeyer +

Minyak (gr)

ml KOH Bilangan Asam

0 105,5970 111,7692 0,51 0,2331

2 110,2624 115,1081 0,64 0,3727

4 114,6519 122,9269 1,10 0,3751

6 108,0353 113,7644 0,82 0,4038

8 105,4544 107,9693 0,55 0,6171

Lampiran 3. SNI

40

Page 51: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

41

Page 52: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

42

Page 53: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

43

Page 54: PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS …repository.unika.ac.id/14007/1/KP 14.I1.0212 Herliansa Chrisnasari... · telah membantu proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian

44