PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER …
Transcript of PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBIT PER …
PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBITPER LUBANG TANAM TERHADAP PRODUKSI
TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
SKRIPSI
TEUKU RAJA MALIKON
09C10407159
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
PENGARUH UMUR PINDAH TANAM DAN JUMLAH BIBITPER LUBANG TANAM TERHADAP PRODUKSI
TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)
SKRIPSI
OLEH
TEUKU RAJA MALIKUON
09C10407159
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit PerLubang Tanam Terhadap Produksi Tanaman Padi(Oryza sativa L.)
Nama Mahasiswa : Teuku Raja MalikonN I M : 09C10407159Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Muhammad Jalil, SP, MPNIDN 0115068302
Irvan Subandar, SP, MPNIDN 0129067903
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Ir. Rusdi Faizin, M.SiNip. 19630811 199203 1 001
Jasmi, SP, M.ScNIDN 0127088002
Tanggal Lulus : 16 Desember 2014
Yang disusun oleh:
Nama : TEUKU RAJA MALIKON
N I M : 09C10407159
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1
2
3
4
Meulaboh, 16 Desember 2014
Ketua Prodi Agroteknologi,
Jasmi, SP, M.Sc
Penguji Anggota
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam
Terhadap Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 Desember 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Muhammad Jalil, SP, MP
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji
Irvan Subandar, SP, MP
Pembimbing II
Mita Setyowati, SP, M.Sc
Penguji Utama
Ir. H. T. Sarwanidas, M.Si
aku maku me“sekiran
hab
Dengadan
Lelahmmenjadi
y
tulusnydan Ib
AdiTerim
Terimaselalu terspetelah
berujung
Sepercik iengetahui sebnya lautan mebislah lautan i
kami datan
an iringan don harapan. Ay
mu menanti kdikan aku tega
yang tersisa d
Dengan penya do’a, kupebunda tercintikku Cut Herlmakasih atas
unt
akasih yang t setia dalam m
esial kepada I menjagaku dag masanya se
dan menyon
ilmu telah Enbagian kecil daenjadi tinta uitu sebelum h
ngkan tambah
o’amu hari iniyah….hari in
Do’aku sel
keberhasilankar, hingga ku dariku selain
me
enuh keikhlasersembahkan ta Cut Keumarlina, Teuku R do’anya, semtuk kita semu
tak terhinggamengisi hari-hIsteriku tercin
dalam iringan ehingga senanngsong hari d
Persembah
Ya Allahngkau karuniadari yang Enguntuk (menulihabis (ditulis) han sebanyak
Ayahanda
i telah ku gapni ku buktikalalu mengirin
Ibunda..
ku, do’amu me dapatkan hi terus berdo’aembahagiaka
san dan segen karya tulis inala Intan jugRaja Safarol,
moga Allah meua, Amin Ya R
a ku ucapkan hariku; Muhnta Adinda R do’amu, kasi
ntiasa memberdepan yang ce
hanku
h….. akan kepadak
gkau miliki selis) kalimat-ka) kalimat-kalik itu (pula)”. (A
a....... pai cita-citakuan segala usahngi langkahmu
...... embuat aku sidup dengan pa dan berusah
anmu.......
nap kasih sayani kepada Ay
ga kepada ora S. Sos dan Cuelimpahkan raRabbal ’Alam
kepada rekanammad Amin
Risdiana. Teriih sayang danriku semanga
erah,,,,,,,, Tha
Te
ku, hanya sajebagaimana fi
kalimat Tuhanimat Tuhanku(Al-Kahfi : 1
ku yang engkahamu, terimau.......
semangat, kaspenuh kesabaha untuk sela
ang yang diiryahanda Teukang-orang yanut Zahara, Aahmat dan himin…….
n-rekan seperjn, SP bersertaimakasih semn keikhlasanmat untuk lebihank’s for Atte
euku Raja M
ja firman-Mu : nku, sungguh
ku, meskipun 09)
au amanahkanakasih ayah
sih sayangmuaran, tiada lagalu bisa
ringi ku Raja Aksa ng kusayangi A.Md Kep. idayah-Nya
rjuangan yanga keluarganya
muanya karenamu yang tiadah maju ke depention.
Malikon, SP
n
u gi
a
g a, a
da pan
P
iii
RINGKASAN
TEUKU RAJA MALIKON ”Pengaruh Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Terhadap Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)” (dibawah bimbingan Muhammad Jalil sebagai pembimbing utama dan Irvan Subandar sebagai pembimbing anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pindah dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap produksi tanaman padi serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 10 Januari sampai dengan 08 Mei 2014.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa benih padi varietas Ciherang, pupuk Urea, SP36 dan KCl dan Insektisida adalah Poksindo, Fungisida adalah Dithane M-45. Sedangkan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, hand traktor, parang, cangkul, hand spayer, meteran, jaring dan alat tulis menulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi umur pindah yang terdiri empat taraf, yaitu 10, 15, 20 dan 25 HSS. Faktor Jumlah Bibit terdiri atas 3 taraf, yaitu : 1, 2 dan 3 Bibit per lubang tanam.
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman saat panen, jumlah malai, panjang malai, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, bobot 100 butir gabah, berat gabah kering per plot dan produksi per hektar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Umur pindah tanam berpengaruh nyata terhadap panjang malai. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman saat panen, jumlah malai, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, bobot 100 butir gabah, berat gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar. Produksi tanaman padi terbaik dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS.
Jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman saat panen, jumlah malai produktif, panjang malai, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, berat gabah kering per plot, produksi per hektar. Produksi tanaman padi terbaik di jumpai pada penggunaan 1 bibit per lubang tanam. Terdapat interaksi yang sangat nyata antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap bobot 100 butir gabah. Bobot 100 butir gabah dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS dengan 1 bibit per lubang tanam.
UCAPPAN TERIMA KASIHH
Puj
penulis te
Pindah T
Tanaman
alam Nabi
kebodohan
Uc
1. Mu
SP
bim
2. Ir.
Te
pra
Pe
3. Ay
pen
me
Ak
amal dan
Amin.
uji syukur k
elah dapat
Tanam dan
n Padi (Ory
i Besar Muh
n ke alam y
capan terima
uhammad J
P,. MP. sela
mbingan sam
Rusdi Fai
euku Umar
asarana sel
rtanian Uni
yahanda da
ngorbanan
enyelesaikan
khirnya den
bantuan m
ke hadirat A
menyelesa
n Jumlah B
ryza sativa
hammad SA
yang berilmu
a kasih penu
Jalil, SP., M
aku pembim
mpai selesa
izin,. M.Si
dan Civitas
lama penul
iversitas Teu
an Ibunda,
dan do
n studi.
ngan segala
mereka men
Allah SWT,
aikan skrip
Bibit Per L
L.)”. Selaw
AW yang te
u pengetahu
, karena den
psi dengan
Lubang Ta
wat beririn
elah memba
uan.
ngan limpa
judul ”Pe
anam Terh
ng salam ke
awa umat m
ahan rahmat
engaruh U
hadap Prod
epada janju
manusia dari
t-Nya
Umur
duksi
ungan
alam
ulis sampaikan kepadaa :
iv
MP. selaku p
mbing angg
ainya penuli
i. selaku D
s Akademik
lis terdafta
uku Umar.
serta sauda
orongan s
kerendahan
ndapat bala
pembimbing
ota yang te
isan skripsi
Dekan Faku
ka yang tela
ar sebagai
ara-saudarak
emangat
n hati penu
asan yang
Meu
g utama dan
elah membe
ini.
n Irvan Sub
eri masukan
andar
n dan
ultas Pertan
ah menyedi
mahasiswa
nian Unive
iakan saran
a pada Fak
ersitas
a dan
kultas
ku atas doa
sehingga
ulis berharap
setimpal d
ulaboh, M
Penuli
a, kasih sa
penulis
p semoga s
dari Allah S
Maret 2015
is
ayang,
dapat
segala
SWT.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 1.3. Hipotesis ......................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1. Botani Tanaman Padi ...................................................................... 5 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi ........................................................ 7 2.3. Umur Pindah Bibit ........................................................................ 9 2.4. Jumlah Bibit .................................................................................... 9
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ........................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 11 3.2 Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 11 3.3 Rancangan Percobaan ..................................................................... 12 3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 14 3.5 Pengamatan ..................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 19
4.1. Pengaruh Umur Pindah Tanam ....................................................... 19 4.2. Pengaruh Jumlah Bibit..................................................................... 25 4.3. Interaksi .......................................................................................... 31
V. PENUTUP ............................................................................................ 34 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 34 5.2. Saran ............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35 LAMPIRAN ................................................................................................... 38 RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 50
vi
DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman
1. Susunan kombinasi perlakuan antara umur pindah dan jumlah bibit per lubang tanam .............................................................................................. 13
2. Rata-rata tinggi tanaman padi saat panen pada berbagai umur pindah tanam ......................................................................................................... 19
3. Rata-rata jumlah malai pada berbagai umur pindah tanam ........................ 20 4. Rata-rata panjang malai pada berbagai umur pindah tanam ...................... 21
5. Rata-rata persentase gabah bernas dan gabah hampa pada berbagai umur
pindah tanam .............................................................................................. 22
6. Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai umur pindah tanam . 23
7. Rata-rata produksi hasil per hektar pada berbagai umur pindah tanam .... 24
8. Rata-rata tinggi tanaman saat panen pada berbagai jumlah bibit .............. 25
9. Rata-rata jumlah malai pada berbagai jumlah bibit .................................. 26
10. Rata-rata panjang malai pada berbagai jumlah bibit ................................. 27
11. Rata-rata persentase gabah bernas dan gabah hampa pada berbagai jumlah bibit ............................................................................................... 28
12. Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai jumlah bibit ............ 29
13. Rata-rata produksi per hektar pada berbagai jumlah bibit ........................ 30
14. Rata-rata Bobot 100 Butir Gabah pada berbagai umur pindah tanam dan
jumlah bibit ............................................................................................... 32
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman 1. Panjang Malai dengan Berbagai Umur Pindah Tanam ............................. 48
2. Bobot 100 Butir Gabah dengan Berbagai Umur Pindah Tanam dan
Jumlah Bibit ............................................................................................... 49
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan
Jumlah Bibit Perlubang Tanam Saat Panen (cm) ..................................... 37
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Saat Panen .......................... 37
3. Rata-rata Jumlah Malai Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (malai) ................................................... 38
4. Analisis Ragam Jumlah Malai Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ......................................................... 38
5. Rata-rata Panjang Malai Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (cm) ....................................................... 39
6. Analisis Ragam Panjang Malai Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ............................................. 39
7. Rata-rata Persentase Gabah Bernas pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (%) .................................................. 40
8. Analisis Ragam Persentase Gabah Bernas pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ............................................. 40
9. Rata-rata Persentase Gabah Hampa pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (%) .................................................. 41
10. Analisis Ragam Persentase Gabah Hampa pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ............................................. 41
11. Rata-rata Bobot 100 Butir Gabah pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (gr) .................................................. 42
12. Analisis Ragam Bobot 100 Butir Gabah pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ............................................. 42
13. Rata-rata Berat Gabah Kering Per Plot pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (kg) ..................................... 43
ix
14. Analisis Ragam Berat Gabah Kering Per Plot pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ................................. 43
15. Rata-rata Produksi Hasil Per Hektar pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (ton) ................................................ 44
16. Analisis Ragam Produksi Hasil Per Hektar pada Berbagai Umur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam ............................................. 44
17. Deskripsi Varietas ..................................................................................... 45
18. Bagan Percobaan ...................................................................................... 47
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi
oleh sekitar setengah penduduk dunia. Di masa mendatang, diperkirakan banyak
negara akan mengalami bencana kekurangan pangan. Menurut Prasetiyo (2002)
lebih dari 88 negara di dunia mengalami krisis pangan, diantaranya Indonesia. Hal
ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya luas lahan padi, tenaga kerja
semakin sedikit, dan ketersediaan air semakin berkurang. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan pangan semakin tinggi, produksi
pangan, khususnya beras harus ditingkatkan, mengingat beras merupakan bahan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Ilmu pengetahuan dan
teknologi diharapkan mampu memberi kontribusi dan solusi yang tepat, dalam
menghadapi tantangan tersebut.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat ketergantungan yang
tinggi pada beras impor. Namun, dengan teknologi baru yang diintroduksikan
kepada para petani akhirnya bangsa Indonesia mampu mencapai swasembada
beras pada tahun 1984. Tahun tersebut merupakan puncak produktivitas pangan
Indonesia, sebagai perbandingan tahun 1969 Indonesia hanya mampu
memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton maka pada tahun 1984 produksi
Indonesia bisa mencapai 25,8 juta ton (Adiratma, 2004).
Perkembangan produksi padi selama kurun waktu 1997-2000 mengalami
peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67%/tahun. Karena itu, asumsi
1
2
proyeksi produsik padi untuk beberapa tahun mendatang akan mengikuti laju
pertumbuhan periode 2002-2006. Dengan asumsi tersebut, produksi padi hingga
tahun 2020 diproyeksikan 61,30 juta ton, 63,82 juta ton, dan 66,45 juta ton gabah
kering giling (GKG) berturut-turut pada tahun 2010, 2015, dan 2020. Setelah
dikurangi 10% untuk benih, susut hasil, rendemen gilingan maka kesediaan beras
dari produksi dalam negeri akan mencapai 34,76 juta ton pada 2010; 36,19 juta
ton pada 2015; dan 37,67 juta ton pada tahun 2020 (Anonymous, 2008).
Produksi beras akhir-akhir ini menghadapi berbagai kendala, diantaranya
:penerapan teknik budidaya padi yang kurang tepat. Faktor yang menyebabkan
pengelolaan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan dan kemampuan tanaman
dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh tanaman. Hal tersebut
dapat dicapai antara lain melalui penggunaan umur pindah bibit dan pengaturan
jumlah bibit yang tepat per lubang tanam.
Umur pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi
perkembangan akar yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai,
sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50
hari sesudah semai (Astri, 2007).
Penggunaan umur bibit yang masih muda (5-15 hari) sangat
beresikokarena masih lemah dan perakaran yang belum kuat namun berpotensi
membentuk anakan dan pertumbuhan tanaman yang tinggi, sedangkan umur bibit
yang jauh lebih tua (> 25hari) akan menurunkan produksi (Siregar, 1981). Pada
umumnya petanimemindahkan bibit dari persemaian ke tempat penanaman padi
atau sawah berkisar antara umur 21 - 5 hari (Prasetiyo, 2002).
3
Penanaman bibit muda memiliki beberapa keunggulan, antara lain
tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak
dan perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih cepat beradaptasi dan cepat
pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman
(Anonymous, 2009).
Selain penggunaan umur pindah bibit lebih muda yakni 8-15 hari setelah
semai, memberikan kesempatan kepada bibit untuk beradaptasi dan dengan lebih
awalnya bibit dipindahkan akan memberikan waktu yang lebih panjang kepada bibit
untuk membentuk anakan atau phyllochrons lebih banyak.Penanaman dengan jumlah
bibit yang tepat dapat menghindari stagnasi bibit, menghemat waktu, mengurangi
kebutuhan benih, meningkatkan jumlah anakan, menghemat pemakaian air, dan
produksi lebih tinggi.
Pemakaian bibit per titik tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan karena
secara langsung berhadapan dengan kompetisi antar tanaman dalam satu rumpun.
Jumlah bibit per titik tanam yang lebih sedikit akan memberikan ruang pada
tanaman untuk menyebar dan memperdalam perakaran (Berkelaar, 2001).
Menurut Uphoff (2002) bahwa bibit ditanam secara tunggal sehingga tidak
terdapat kompetisi diantara akar tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan.
Bibit ditransplantasi satu-satu agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan
memperdalam perakaran, sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk
memperoleh ruang tumbuh, cahaya atau nutrisi dalam tanah (Barkelaar, 2001).
Kelemahan bibit tunggal atau satu bibit apabila pada satu lobang tanam
tanaman tidak tumbuh atau mati maka tidak ada tanaman yang tersisa dalam satu
4
rumpun tersebut maka dilakukan penyulaman dengan bibit yang sama. Kalau
jumlah bibit yang terlalu banyak menyebabkan terjadinya persaingan sesama
tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air,
unsur hara, cahaya sehingga pertumbuhan kurang optimal (Gani, 2003; Abdullah,
2004).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui umur pindah bibit dan jumlah bibit perlubang tanam yang tepat agar
diperoleh produksi padi yang optimum.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pindah tanam
dan jumlah bibit per lubang tanam terhadap produksi tanaman padi, serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Umur pindah tanam berpengaruh terhadap produksi tanaman padi.
2. Jumlah bibit per lubang tanam berpengaruh terhadap produksi tanaman
padi.
3. Terdapat interaksi antara umur pindah tanam dan jumlah bibit per lubang
tanam terhadap produksi tanaman padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Padi
2.1.1. Sistematika
Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman
semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2.1.2.Marfologi
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan
serta unsur hara dari dalam tanah. Pertumbuhan akar pada padi dimulai dari proses
perkecambahan benih. Akar yang pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian
setelah 5-6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus
lapisan tanah bagian atas atau lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10-12 cm.
Pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman
5
6
18 cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di
bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 cm (Anonymous, 1990).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas antara satu dengan yang lain nya di
pisah oleh sesuatu buku, ruas batang padi di dalamnya beringa dan bentuknya
bulat dari atas ke bawah, ruas batang itu masih pendek, ruas-ruas yang terpendek
terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat
dibedakan sebagian ruas-ruas yang berdiri sendiri (Anonymous, 1990).
Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptiles.
Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek diantara bawahnya, namun
lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun pertama pada batang keluar dengan
bersama timbulnya tunas (calon baru) berikutnya (Anonymous, 1992).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8 – 10 buku
yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang –
cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu cabang
primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2– 3
cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15 - 20 buah dan setiap
malai bisa mencapai 100 - 120 bunga (Tobing et al., 1995).
Buah padi merupakan bagian yang umum digunakan sebagai bahan tanam
(benih). Buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan
palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang terdiri dari
embrio (lembaga), endosperm dan bekatul (buah padi yang berwarna coklat
(Hedy, 1994).
7
Biji ditempati oleh sebagian besar endosperm yang mengandung zat
tepung dan sebagian ditempatai oleh embrio. Biji padi mengandung aleuro yakni
butir – butir yang mengandung protein yang terdapat pada vacuola. Endosperm
umumnya terdiri atas zat tepung yang terdiri atas selaput protein, gula, lemak dan
zat organik (Luh, 1991).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
2.2.1. Iklim
Tanaman padi akan berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa
panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan
berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distibusi selama 4 bulan. Sedangkan
curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500 - 2000 mm. Tanaman padi
dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi
dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22,5 0C-26,5 0C
sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650-
1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0C-22,5 0C (Anonymous,
1990).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang
rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu
proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi
akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting
juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari
(Luh, 1991).
8
2.2.2. Tanah
Tidak semua jenis tanah sesuai untuk dijadikan areal persawahan. Hal ini
dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal
dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air
tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang
sulit menahan air (tanah dengan kandungan air pasir tinggi) kurang cocok untuk
dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah
dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan
(Suprayono dan Setyono, 1997).
Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu
memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi
topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah
dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem
alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).
Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya
antara 18-22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4-7. Pada lapisan tanah atas
untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan
warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan
kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25%
(Anonymous, 1990).
9
2.3. Umur Pindah Bibit
Umur bibit pindah tanam harus tepat dan sesuai untuk mengantisipasi
perkembangan akar yang umumnya berhenti pada umur 42 hari sesudah semai,
sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50
hari sesudah semai (Thangaraj dan Toole, 1985). Di Indonesia sejak lama
dianjurkan menanam bibit berumur 3 minggu, dengan tinggi sekitar 22-25 cm
(Utomo dan Nazarudin, 2007), sementara sistem intensifikasi yang dikembangkan
di China, lebih disukai menanam bibit umur 15 hari atau lebih muda daripada itu,
dan mampu menghasilkan jumlah anakan produktif maksimal 60 batang (Hui and
Jun, 2003). Bibit yang lebih muda akan menghasilkan anakan yang lebih tinggi
dibandingkan bibit yang lebih tua (Anonymous, 2008). Pemotongan daun bibit
tidak dianjurkan karena pertumbuhan tanaman menjadi terkonsentrasi pada
pemulihan pertumbuhan tajuk bukan pemulihan dan pertumbuhan pada akar yang
melekat pada tanah. Menurut Vergara (1985) pemotongan daun bibit hanya
dilakukan apabila daun padi panjang dan terkulai menyentuh air lumpur dan
member peluang penyakit atau hama yang menyerang daun.
2.4 Jumlah Bibit
Penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak (5-10 batang
perrumpun, bahkan >10 batang per rumpun) menyebabkan terjadinya persaingan
sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk
mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2, cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga
pertumbuhan akan menjadi tidak normal. Akibatnya, tanaman padi menjadi
10
lemah, mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit, dan lebih lanjut
keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabah. Sedangkan penggunaan jumlah
bibit yang lebih sedikit (1-3 batang per rumpun) menyebabkan: (1) lebih
ringannya kompetisi inter spesies; dan (2) lebih sedikitnya jumlah benih yang
digunakan sehingga mengurangi biaya produksi (Gani, 2003; Abdullah, 2004).
Penggunaan bibit dalam jumlah banyak memiliki keuntungan tanaman
padi menjadi lebih kuat, tidak mudah rebah, kelemahannya memerlukan bibit
yang terlalu banyak dan terjadinya persaingan dalam penyerapan air, unsur hara
serta cahaya, kemudian pembentuk anakan lebih sedikit. Penggunaan bibit dalam
jumlah sedikit memiliki keuntungan dapat memberikan ruang pada tanaman untuk
menyebar dan memperdalam perakaran dan lebih sedikitnya jumlah benih yang
digunakan (Berkelaar, 2001).
11
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Blang Baro Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 10 Januari sampai dengan 08 Mei
2014.
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. benih
Benih padi yang digunakan adalah varietas Ciherang yang di produksi oleh
PT. Petani (Persero).
b. Pupuk
Pupuk yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk Urea, SP 36 dan
KCl masing-masing 250 kg ha-1 (375 gr plot-1), 100 kg ha-1 (159 gr plot-1) dan 50
kg ha-1 (75 gr plot-1 ).
c. Pestisida
Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Poksindo.
Fungisida Dithane M-45 masing-masing disediakan sebanyak 200 ml.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
hand traktor, parang, cangkul, hand spayer, meteran, jaring dan alat-alat tulis.
12
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti meliputi umur pindah dan jumlah bibit.
Faktor umur pindah tanam (U) terdiri atas 4 taraf, yaitu :
U1 = 10 Hari Setelah Semai (HSS)
U2 = 15 Hari Setelah Semai (HSS)
U3 = 20 Hari Setelah Semai (HSS)
U4 = 25 Hari Setelah Semai (HSS)
Faktor jumlah bibit per lubang tanam (B) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
B1 = 1 bibit per lubang tanam
B2 = 2 bibit per lubang tanam
B3 = 3 bibit per lubang tanam
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan 3 ulangan maka
terdapat 36 unit perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 1.
13
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Umur Pindah dan Jumlah Bibit PerLubang Tanam
No Kombinasi perlakuanUmur Pindah
(Hari Setelah Semai)Jumlah Bibit PerLubang Tanam
1
2
3
4
U1B1
U2B1
U3B1
U4B1
10
15
20
25
1
1
1
1
5
6
7
8
U1B2
U2B2
U3B2
U4B2
10
15
20
25
2
2
2
2
9
10
11
12
U1B3
U2B3
U3B3
U4B3
10
15
20
25
3
3
3
3
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i +Uj + Bk + (UB)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor umur pindah taraf ke-j, faktor
jumlah bibit perlubang tanam taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)
Uj = Pengaruh faktor umur pindah ke-j ( j = 1, 2, 3dan 4)
Bk = Pengaruh faktor jumlah bibit perlubang tanam ke-k ( k = 1, 2 dan3)
(UB)jk = Interaksi umur pindah dan jumlah bibit perlubang tanam pada taraf
umur pindah ke-j, taraf jumlah bibit ke-k
14
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor umur pindah taraf ke-j,
faktor jumlah bibit taraf ke-k.
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan
persamaan sebagai berikut:
BNT0,05 = t0.05 (dbg)ටଶ்
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg) = Nilai baku t pada taraf 5 %; (derajat bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Perlakuan dan penyemaian benih
Sebelum penyemaian benih dimasukkan dalam goni kecil, dan dilakukan
perendaman dengan air bersih selama 12 jam dan ditiriskan. Benih
dikecambahkan selama 2 hari. Setelah berkecambah benih tersebut ditabur ke
tempat persemaian yang telah disiapkan. Media penyemaian yang digunakan
langsung disemai pada bendengan. Pemberian pupuk pada persemaian hanya
diberikan pupuk Urea sebanyak 225 g/plot.
15
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan hand traktor dengan cara bajak, 3 hari sebelum dilakukan
pengolahan terlebih dahulu diberikan air untuk melunakkan tanah. Pembajakan
pertama dilakukan untuk membalikan tanah, selanjutnya sawah digenangi air lagi
selama 3 - 4 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan kedua untuk
meratakan tanah. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 3 m x 5 m. Dengan jarak
antar plot 50 cm, selanjutnya dilakukan pelumpuran tanah menggunakan garu
untuk meratakan tanah menjadi lebih sempurna dan lahan siap ditanam.
3. Penanaman
Penanaman diawali dengan mencabut bibit dipersemaian dengan umur
bibit sesuai perlakuan. Penanaman dilakukan dengan jumlah bibit setiap lubang
tanam yaitu 1 bibit, 2 bibit dan 3 bibit dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm.
Keadaan lahan pada saat tanam dalam bentuk berlumpur. Tanaman yang diambil
sebagai sampel 10 rumpun dalam satu plot.
4. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea yang
diberikan dua kali, pertama sebagai pupuk dasar yang diberikan sebelum tanam
sebanyak 150 kg ha-1 (225 gr plot-1), SP-36 100 kg ha-1 (150 gr plot-1) dan KCl
50 kg ha-1 (75 gr plot-1). Sedangkan pupuk susulan adalah pupuk Urea 100 kg ha-1
(150 gr plot-1) diberikan waktu tanaman berumur 35 HST (Anonymous, 1990).
16
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengairan, penyulaman dan
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan dengan cara
dialirkan air melalui saluran irigasi kesaluran drainase yang dibagikan ke areal
persawahan. Penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan
bibit yang sama, apabila tanaman padi ada yang mati. Penyiangan gulma
dilakukan pada umur 20 HST dan penyiangan selanjutnya pada umur 42 HST.
Penyiangan dilakukan terhadap rumput-rumput yang tumbuh disekitar tanaman
padi, dengan cara mencabut menggunakan tangan. Pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman padi dengan cara menyemprot dengan menggunakan
Dithane M-45 2 gram/ liter air. Sedangkan hama burung pipit pengendaliannya
dilakukan dengan cara memasang jaring pada lahan penelitian.
6. Panen
Panen dilakukan ketika biji telah menunjukkan masak fisiologis atau 90 –
95 % malai telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit
dan hasil panen masing – masing per plot percobaan dipisahkan agar tidak
bercampur. Tanaman sampel dipanen terlebih dahulu sebelum semuanya di panen.
17
3.5. Pengamatan
Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tinggi Tanaman Saat Panen (cm)
Tinggi tanaman diamati pada saat panen, pengukuran dilakukan mulai dari
pangkal batang tanaman sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan
meteran dalam satuan cm.
2. Jumlah Malai Produktif (malai)
Perhitungan jumlah malai produktif dilakukan pada saat panen dengan
cara menghitung jumlah malai produktif per rumpun pada tanaman sampel.
3. Panjang Malai (cm)
Panjang malai diukur dari pangkal malai sampai ujung malai terpanjang
yang diambil dari 10 malai sampel dan dinyatakan dalam centimeter.
4. Persentase Gabah Bernas (%)
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan cara menghitung seluruh gabah
bernas pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :
Persentase gabah bernas = %100xgabahseluruhjumlah
sgabahbernajumlah
5. Persentase Gabah Hampa (%)
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan cara menghitung seluruh
polong hampa pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :
Persentase gabah hampa = %100xgabahseluruhjumlah
hampagabahjumlah
18
6. Bobot 100 Butir Gabah (gr)
Pengamatan bobot 100 butir gabah dilakukan dengan menimbang secara
acak 100 butir gabah kering. Dari setiap unit percobaan/plot dengan cara
ditimbang dalam satuan gram.
7. Berat Gabah Kering Per Plot (kg)
Berat gabah berisi per plot di lakukan dengan cara menimbang seluruh
gabah berisi per plot.
8. Produksi Per Hektar (ton)
Perhitungan produksi per hektar dilakukan dengan mengkonversikan hasil
per plot.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Umur Pindah Tanam
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan
16) menunjukkan bahwa umur pindah tanam berpengaruh nyata terhadap panjang
malai. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman saat panen,
jumlah malai produktif, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, bobot
100 butir gabah, berat gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar.
4.1.1. Tinggi Tanaman Saat Panen (cm)
Rata-rata tinggi tanaman padi saat panen pada berbagai umur pindah
tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman padi saat panen pada berbagai umur pindahtanam
Umur Pindah Tanam(HSS)
Tinggi Tanaman Saat Panen (cm)
10 HSS (U1) 101.6315 HSS (U2) 103.6020 HSS (U3) 102.0825 HSS (U4) 103.53
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi saat panen dijumpai pada
umur pindah tanam 15 HSS (U2) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, tinggi tanaman saat
panen tertinggi dijumpai pada umur pindah tanam 15 HSS. Hal ini diduga karena
pada umur pindah yang masih muda mempunyai daya adaptasi yang cepat
sehingga proses pertumbuhan sampai panen tanaman kearah yang lebih baik
20
sedangkan umur pindah muda lebih baik dibandingkan dengan umur yang tua. Hal
ini sejalan dengan pendapat Vergara (1985) yang menjelaskan bahwa umur
pindah tanam dengan bibit muda lebih adaptif dan lebih cepat beradaptasi dengan
lingkungan dan tanaman lebih kuat sampai fase produktif.
4.1.2. Jumlah Malai Produktif (malai)
Rata-rata jumlah malai produktif pada berbagai umur pindah tanam dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah malai produktif pada berbagai umur pindah tanam
Umur Pindah Tanam(HSS)
Jumlah Malai Produktif (malai)
10 HSS (U1) 26.3215 HSS (U2) 24.6720 HSS (U3) 26.8625 HSS (U4) 30.10
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah malai dijumpai pada umur pindah
tanam 25 HSS (U4) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, meningkatnya jumlah
malai dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS (U4). Hal ini diduga umur pindah
tanam yang lebih baik dapat meningkatkan jumlah anakan sehingga jumlah malai
meningkat dan berpengaruh pada hasil tanaman padi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yoshida (1981) menyatakan bahwa umur pindah tanam tanaman
berpengaruh pada jumlah malai per tanaman yang terbentuk dan selanjutnya akan
mempengaruhi hasil produksi gabah kering tanam.
21
4.1.3. Panjang Malai (cm)
Rata-rata panjang malai pada berbagai umur pindah tanam setelah diuji
dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata panjang malai pada berbagai umur pindah tanam
Umur Pindah Tanam(hari setelah semai)
Panjang Malai (cm)
10 HSS (U1) 27.50 a
15 HSS (U2) 27.90 ab
20 HSS (U3) 28.07 b
25 HSS (U4) 28.21 b
BNT0,05 0.45Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf peluang 5% (BNT 0,05).
Tabel 4 menunjukkan bahwa malai terpanjang dijumpai pada umur pindah
tanam 25 HSS (U4) yang berbeda nyata dengan umur pindah tanam 10 HSS (U1)
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hubungan antara panjang
malai dengan berbagai umur pindah tanam dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Panjang Malai dengan Berbagai Umur Pindah Tanam
Gambar 1 menunjukkan bahwa panjang malai meningkat pada umur
pindah tanam 25 HSS (U4) dan menurun pada umur pindah tanam 10 HSS (U1).
27,50
27,9028,07
28,21
27,00
27,20
27,40
27,60
27,80
28,00
28,20
28,40
10 15 20 25
Pan
jan
gM
alai
(cm
)
Umur Pindah Tanam(hari setelah semai)
22
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, panjang malai
terpanjang dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS (U4). Hal ini diduga pada
umur pindah tanam lebih cepat dalam proses fotosintesis menjadi fotosintat dan
pembentukan bunga lebih cepat sehingga mempengaruhi pada panjang malai. Hal
ini sejalan dengan pendapat Masdar (2006) yang menyatakan bahwa tingkat laju
pertumbuhan tanaman yang rendah akan menurunkan laju pertumbuhan hasil dan
distribusi bahan kering dari daun ke malai.
4.1.4. Persentase Gabah Bernas dan Gabah Hampa (%)
Rata-rata persentase gabah bernas dan Gabah Hampa pada berbagai umur
pindah tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata persentase gabah bernas dan gabah hampa pada berbagai umurpindah tanam
Umur PindahTanam (HSS)
Persentase Gabah Bernas(%)
Persentase Gabah Hampa(%)
10 HSS (U1)82,71
(65.65)17,29
(24.35)
15 HSS (U2)82,24
(65.23)17,76
(24.77)
20 HSS (U3)81,36
(64.66)18,64
(25.34)
25 HSS (U4)79,49
(63.19)20,51
(26.81)Keterangan : ( ) = data transpormasi Arcsin √×
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase gabah bernas dijumpai pada umur
pindah tanam 10 HSS (U1) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, persentase gabah
bernas terbanyak dijumpai pada umur pindah tanam 10 HSS (U1). Hal ini
disebabkan umur pindah lebih muda sehingga dapat meningkatkan penggunaan
23
cahaya yang lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat
mempengaruhi hasil tanaman padi. Hal ini sejalan dengan pendapat Musa (2001)
menyatakan bahwa padi sawah yang dipindah tanam dengan bibit muda (umur
10-15 HSS) mampu meningkatkan kualitas gabah yang dihasilkan sehingga
meningkatnya persentase gabah bernas.
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, persentase gabah
hampa terbanyak dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS (U4). Hal ini
disebabkan oleh umur pindah tanam yang lebih tua akan menyebabkan persaingan
dalam memperoleh penggunaan cahaya sehingga kualitas hasil tanaman padi
menurun dan mengurangi persentase gabah hampa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sitompul dan Guritno (1995) produksi biomassa tanaman terjalin
melalui proses fotosintesis akan menyebabkan persaingan antar tanaman.
4.1.5. Berat Gabah Kering Per Plot (kg)
Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai umur pindah tanam
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai umur pindah tanam
Umur Pindah Tanam(hari setelah semai)
Berat Gabah Kering Per Plot (kg)
10 HSS (U1) 7.0415 HSS (U2) 7.0520 HSS (U3) 6.8225 HSS (U4) 6.56
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat gabah kering per plot dijumpai pada
umur pindah tanam 15 HSS (U2) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
24
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, berat gabah kering per
plot terberat dijumpai pada umur pindah tanam 15 HSS (U2). Hal ini disebabkan
oleh laju fotosintesis pada tanaman dengan bibit muda yang berlangsung dengan
baik yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan cepat sehingga
fotosintat yang dihasilkan berupa biomass tanaman sehingga dapat meningkatkan
berat gabah kering. Semakin banyak energi cahaya matahari yang dikonversi
dalam proses fotosintesis menjadi fotosintat, maka bobot kering tanaman atau
biomass akan semakin banyak pula (Sitompul dan Guritno, 1995).
4.1.6. Produksi Per Hektar (ton)
Rata-rata produksi hasil per hektar pada berbagai umur pindah tanam
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata produksi hasil per hektar pada berbagai umur pindah tanam
Umur Pindah Tanam(hari setelah semai)
Produksi Per Hektar (ton)
10 HSS (U1) 4.6915 HSS (U2) 4.7020 HSS (U3) 4.5425 HSS (U4) 4.38
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar dijumpai pada umur
pindah tanam 15 HSS (U2) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai umur pindah tanam yang dicobakan, produksi hasil per
hektar terbanyak dijumpai pada umur pindah tanam 15 HSS (U2). Hal ini
disebabkan pada umur pindah tanam 15 HSS tanaman masih mempunyai
cadangan makanan dalam endosperm sehingga perubahan lingkungan tumbuh
tidak mengakibatkan cekaman. Pertumbuhan awal tanaman yang relatif lebih
25
sehat pada kedua umur bibit tersebut diikuti oleh laju distribusi bahan kering yang
meningkat. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam
mengikat energi dan cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksi
dengan faktor lingkungan tumbuh tanaman. Distribusi akumulasi bahan kering
pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun dapat mencerminkan
produktivitas tanaman yang lebih baik. Tingkat laju pertumbuhan tanaman yang
rendah akan menurunkan laju distribusi bahan kering dari daun ke biji (Masdar,
2006).
4.2. Pengaruh Jumlah Bibit
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 16) menunjukkan bahwa jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap
semua peubah yang diamati.
4.2.1. Tinggi Tanaman Saat Panen (cm)
Rata-rata tinggi tanaman saat panen pada berbagai jumlah bibit dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata tinggi tanaman saat panen pada berbagai jumlah bibit perlubang tanam,
Jumlah BibitLubang Tanam (Bibit)
Tinggi Tanaman Saat Panen (cm)
1 bibit (B1) 102.362 bibit (B2) 103.173 bibit (B3) 102.61
Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi saat panen dijumpai pada
2 bibit (B2) per lubang tanam meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
26
Dari berbagai jumlah bibit per lubang tanam yang dicobakan,
meningkatkan tinggi tanaman saat panen dijumpai pada 2 bibit (B2) per lubang
tanam. Hal ini diduga karena pada penggunaan bibit yang terlalu sedikit (2 bibit)
akan lebih baik untuk pertumbuhan tanaman karena tidak ada persaingan dalam
penyerapan unsur hara dibandingkan dengan penggunaan bibit yang terlalu
banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat Uphoff (2001) yang menjelaskan bahwa
sistem budidaya secara konvensional umumnya memakai bibit 3 - 7 bibit per
lubang tanam sehingga terjadi persaingan unsur hara serta ruang gerak untuk
perkembangan akar dan anakan kurang stabil yang pada akhirnya produktivitas
rendah.
4.2.2. Jumlah Malai Produktif (malai)
Rata-rata jumlah malai produktif pada berbagai jumlah bibit dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata jumlah malai pada berbagai jumlah bibit per lubang tanam.
Jumlah BibitLubang Tanam (Bibit)
Jumlah Malai Produktif (malai)
1 bibit (B1) 28.862 bibit (B2) 26.483 bibit (B3) 25.62
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah malai dijumpai pada 1 bibit (B1) per
lubang tanam meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, meningkatnya jumlah malai
dijumpai pada 1 bibit per lubang tanam. Hal ini diduga karena penggunaan bibit
yang lebih sedikit (1-2 bibit) akan meningkatkan jumlah anakan per rumpun lebih
27
banyak sehingga jumlah malai juga lebih banyak dan tidak boros akan
penggunaan bibit per lubang tanam. Hasrizart (2008) menjelaskan bahwa cara
penanaman padi dengan pemakaian bibit yang lebih sedikit yaitu satu bibit per
lubang tanam mampu memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dari pada
cara tradisional menanam 3 bibit per lubang tanam secara nyata kebutuhan bibit
lebih banyak dan persaingan unsur hara yang dibutuhkan.
4.2.3. Panjang Malai (cm)
Rata-rata panjang malai pada berbagai jumlah bibit dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata panjang malai pada berbagai jumlah bibit per lubang tanam.
Jumlah Bibit(bibit per lubang tanam)
Panjang Malai (cm)
1 bibit (B1) 27.852 bibit (B2) 27.983 bibit (B3) 27.93
Tabel 10 menunjukkan bahwa panjang malai dijumpai pada 2 bibit (B2)
per lubang tanam meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, panjang malai terpanjang
dijumpai pada 2 bibit (B2) per lubang tanam. Penggunaan bibit yang lebih sedikit
tanaman tidak menyebabkan kompetisi antar tanaman dalam proses penyerapan
unsur hara dan cahaya. penggunaan 2 bibit per lubang tanam disebabkan
kurangnya kompetisi antar tanaman padi dalam mendapatkan unsur hara dan
cahaya, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik dan memberikan keragaan
komponen hasil yang baik (Gani, 2002).
28
4.2.4. Persentase Gabah Bernas dan Gabah Hampa (%)
Rata-rata persentase gabah bernas pada berbagai jumlah bibit dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata persentase gabah bernas dan gabah hampa pada berbagaijumlah bibit per lubang tanam.
Jumlah Bibit(bibit per lubang
tanam)
Persentase Gabah Bernas(%)
Persentase Gabah Hampa(%)
1 bibit (B1)81,33
(64.56)18,67
(25.44)
2 bibit (B2)80,91
(64.22)19,09
(25.78)
3 bibit (B3)82,11
(65.26)17,89
(24.74)Keterangan : ( ) = data transpormasi Arcsin √×
Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase gabah bernas dijumpai pada
jumlah bibit 3 bibit (B3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, persentase gabah bernas
terbesar dijumpai pada jumlah bibit 3 bibit (B3). Tingginya gabah bernas ini
diduga pengunaan bibit harus lebih dari pada satu karena banyaknya bibit akan
banyak juga persentase gabah bernas. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Anonymous, 1990) menjelaskan bahwa pada padi yang ditanam dengan bibit
yang lebih dari satu atau lebih banyak. Karena penggunaan bibit yang lebih sedikit
memberikan kondisi yang sama pada setiap tanaman padi untuk mendapat ruang
dan sinar matahari secara optimum.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, persentase gabah hampa
dijumpai pada 2 bibit (B2) per lubang tanam. Pada persentase gabah hampa
29
berbangding terbalik dengan persentase gabah bernas karena penggunaan bibit
yang sedikit menyebabkan gabah hampa lebih banyak. Luh dan Chang (1980)
menyatakan bahwa jumlah gabah hampa yang dihasilkan tiap malai ditentukan
oleh sifat genetiknya.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, bobot 100 butir gabah
dijumpai pada 3 bibit (B3) per lubang tanam. Bobot 100 butir ditentukan oleh
kemampuan optimal dari masing-masing varietas yang ditanam dan jumlah bibit
yang ditanam, karena masing-masing varietas tersebut mempunyai faktor genetik
yang berbeda. Amir (2001) menyatakan bahwa setiap varietas mempunyai nilai
duga hertabilitas tinggi, maka keragaman sifat tersebut disebabkan oleh genetik
dan bukan oleh faktor lingkungan, dan biasanya dikendalikan oleh satu gen,
sebaliknya jika suatu sifat mempunyai nilai duga heritabilitas rendah, maka
keragaman sifat tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan biasanya
sifat ini dikendalikan oleh banyak gen.
4.2.5. Berat Gabah Kering Per Plot (kg)
Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai jumlah bibit dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata berat gabah kering per plot pada berbagai jumlah bibit perlubang tanam.
Jumlah Bibit(bibit per lubang tanam)
Berat Gabah Kering Per Plot (kg)
1 bibit (B1) 7.562 bibit (B2) 6.263 bibit (B3) 6.77
30
Tabel 12 menunjukkan bahwa berat gabah kering per plot dijumpai pada 1
bibit (B1) per lubang tanam meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, berat gabah kering per plot
tertinggi dijumpai pada 1 bibit (B1) per lubang tanam. Hal ini menunjukkan
bahwa berat gabah juga dipengaruhi oleh unsur hara yang dibutuhkan tanaman
padi. Abdullah et al. (2000) melaporkan bahwa penggunaan bibit padi dengan
jumlah bibit yang lebih banyak akan memberikan hasil yang kurang baik, karena
bibit yang digunakan relatif tua, sehingga beradaptasi lambat (stagnasi
pertumbuhan setelah tanam pindah lebih lama), tidak seragam (mempunyai
anakan yang tidak seragam), perakaran dangkal sehingga sulit memanfaatkan
unsur hara yang lebih dalam.
4.2.6. Produksi Per Hektar (ton)
Rata-rata produksi per hektar pada berbagai jumlah bibit dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata produksi per hektar pada berbagai jumlah bibit per lubangtanam.
Jumlah Bibit(bibit per lubang tanam)
Produksi Per Hektar (ton)
1 bibit (B1) 5.042 bibit (B2) 4.173 bibit (B3) 4.52
Tabel 13 menunjukkan bahwa produksi per hektar dijumpai pada 1 bibit
(B1) per lubang tanam meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
31
Dari berbagai jumlah bibit yang dicobakan, produksi per hektar dijumpai
pada 1 bibit (B1) per lubang tanam. Hal ini diduga bibit yang lebih sedikit cahaya
matahari lebih banyak menyinari pada tanaman padi sehingga produksi lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan bibit yang terlalu banyak. Selain itu
tinggi rendahnya produksi tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi
oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti umur tanaman, morfologi tanaman,
daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan makanan, ketahanan terhadap penyakit
dan lain-lain. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, seperti iklim, tanah
dan faktor biotik (Gardner et al., 1991).
Zaeny (2007) menambahkan kemampuan suatu tanaman untuk
menghasilkan potensi hasil yang optimal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantarannya faktor internal yaitu; ketahanan terhadap iklim, kapasitas cadangan
makanan, respirasi, aktivitas enzim, dan sifat genetis, faktor eksternal yaitu; sinar
matahari, air, CO2, unsur hara, serta serangan hama dan penyakit.
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 16) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap
bobot 100 butir gabah, namun berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan
lainnya.
32
4.3.1. Bobot 100 Butir Gabah (gr)
Rata-rata bobot 100 butir gabah pada berbagai umur pindah tanam dan
jumlah bibit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Bobot 100 Butir Gabah pada berbagai umur pindah tanamdan jumlah bibit per lubang tanam.
Umur Pindah TanamJumlah Bibit Per Lubang Tanam
BNT 0.05B1 B2 B3
U1 2.30 a 2.32 a 2.41 a
0.24U2 2.32 a 2.25 a 2.31 aU3 2.48 b 2.45 ab 2.30 aU4 2.71 b 2.67 b 2.69 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf peluang 5% (BNT 0,05).
Tabel 14 menunjukkan bahwa bobot 100 butir gabah dijumpai pada umur
pindah tanam 25 HSS dan 1 bibit (U4B1) per lubang tanam yang berbeda nyata
dengan perlakuan lain. Hubungan antara bobot 100 butir gabah dengan berbagai
umur pindah tanam dan jumlah bibit dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bobot 100 Butir Gabah dengan Berbagai Umur Pindah Tanam danJumlah Bibit per Lubang Tanam.
Gambar 2 menunjukkan bahwa bobot 100 butir gabah terbanyak pada
umur pindah tanam 25 HSS dan 1 bibit (U4B1) per lubang tanam dan menurun
pada umur pindah tanam 15 HSS dan 2 bibit (U2B2) per lubang tanam.
2,30
2,32
2,48
2,71
2,322,25
2,45
2,67
2,412,31
2,30
2,69
2,00
2,15
2,30
2,45
2,60
2,75
U1 U2 U3 U4
Bo
bo
t1
00
Bu
tir
Ga
ba
h
Umur Pindah Tanam (HSS)
B1
B2
B3
33
Dari berbagai umur pindah tanam dan jumlah bibit yang dicobakan,
meningkatnya bobot 100 butir gabah dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS
dan 1 bibit per lubang tanam. Bobot 100 butir gabah menunjukkan bobot paling
tinggi pada umur pindah tanam 25 HSS dan 1 bibit per lubang tanam
menyebabkan persaingan sesama tanaman padi akan lebih ringan, lebih sedikitnya
jumlah benih yang digunakan sehingga mengurangi kebutuhan bibit, dan
penghasilan bobot gabah akan meningkat (Atman, 2007).
Pemakaian 1 bibit per lubang tanam saja berarti telah menghemat bibit
50% dibanding pemakaian 2 bibit per lubang tanam. Jika ditinjau dari resiko
kemungkinan terjadi mati bibit setelah pindah lapang, maka pemakaian 2 bibit per
lubang tanam lebih diminati. Alasannya, kematian 1 bibit per lubang tanam untuk
setiap lubang tanam tidak membutuhkan penyulaman (Masdar, 2006).
Penanaman dengan umur pindah tanam lebih tua dan jumlah yang relatif
lebih banyak menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi
inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2,
cahaya dan ruang untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak
normal.
Bertambahnya jumlah bibit per titik tanam cenderung meningkatkan
persaingan tanaman, baik antara tanaman dalam satu rumpun maupun antara
rumpun. Akibatnya, kebugaran tanaman dan tingkat produksi bahan kering per
tanaman cenderung menurun, sehingga relatif rendah pula tingkat distribusinya
dari daun ke tangkai bunga (Dachban dan Dibisono, 2010).
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Umur pindah tanam berpengaruh nyata terhadap panjang malai. Namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman saat panen, jumlah malai,
persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, bobot 100 butir gabah,
berat gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar. Produksi tanaman
padi terbaik dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS.
2. Jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman saat panen,
jumlah malai produktif, panjang malai, persentase gabah bernas, persentase
gabah hampa, berat gabah kering per plot, produksi per hektar yang diamati
yang diamati. Produksi tanaman padi terbaik di jumpai pada penggunaan 1
bibit per lubang tanam.
3. Terdapat interaksi yang sangat nyata antara umur pindah tanam dan jumlah
bibit per lubang tanam terhadap bobot 100 butir gabah. Bobot 100 butir
gabah dijumpai pada umur pindah tanam 25 HSS dengan 1 bibit per lubang
tanam.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan produksi yang baik dianjurkan penggunaan umur
pindah tanam 25 HSS dan 1 bibit per lubang tanam. Perlu dilakukan lebih lanjut
penggunaan umur pindah tanam dan penggunaan bibit terhadap produksi tanaman
padi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. 2004. Pengaruh perbedaan jumlah dan umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Dalam Lamid, Z., et al. (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Penerapan Agroinovasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Sukarami, 10-11 Agustus 2004; 154-161 hlm.
Abdullah, S. R. Munir, Z. Hamzah, S. Zen, dan A. Kanufi. 1990. Laporan tahunan hasil pengkajian intesifikasi padi sawah dalam pola labor lapang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami. 116 hal.
Adiratma, E.R. 2004. Stop Tanam Padi, Memikirkan Kondisi Petani Indonesiadan Upaya Meningkatkan Kesejahteraannya. Penebar Swadaya, Jakarta.116 hal.
Amir. 200. Pemuliaan Tanaman. Diktar Kuliah. Fakultas Pertanian Universitas siliwangi, Tasikmalaya.
Anonymous, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.
. 2008. Food Crops Statistik 04-08. Badan Pusat Statistik Indonesia. http://www.bps.com. [ 3 Mei 2008].
. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. 40 hal.
. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jambi.
Astri, D., Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada Padi sawah.Sastra Hudaya, Bogor.
Atman. 2007. Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman. Jurnal Ilmiah Tambuah, 6 (1): 58-64 hal.
Basri A, Ir. M.Si, Iskandar T. Ir.M.Si, Khalid J. Ir, Nasir Ali M.Ir. 2010. Petunjuk Praktis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Aceh.
Berkelaar, D. 2001. Sistem intensifikasi padi (the system of rice intensification-SRI) : Sedikit dapat memberi lebih banyak. 7 hal terjemahan. ECHO, Inc. 17391 Durrance Rd. North Ft. Myers FL. 33917 USA.
Dacbhan, S. M. B. dan M. Y. Dibisono. 2010. Pengaruh sistem tanam, varietas jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi. 3 (1): 47-57 hal.
35
36
Gani, A. 2003. Sistem intensifikasi padi (System of Rice Intensification). Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sawah dengan Sistem SRI; 6 hlm.
Harjadi Setyati. S.M.M. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Hasrizart, I., 2008. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah.http://repository.usu.ac. id/handle/123456789/386 (diakses Januari 2011).
Hui, M. G. and M. Jun. 2003. Evaluation of SRI used together with its hybrid varieties. Proceeding of China National S. R. I Workshop. Hangzhou, March 2-3, 2003.
Luh, B.S. 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.
Masdar. 2006. Pengaruh Jumlah Bibit Per Titik Tanam Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Reproduktif Tanaman Padi Pada Irigasi Tanpa Penggenangan. Jurnal Dinamika Pertanian 21 (2) : 121-126.
Musa, S. 2001. Program pengembangan komoditi serealia. Makalah disampaikan pada pertemuan regional peningkatan produksi tanaman pangan wilayah barat. Direktorat Jenderal Produksi Tanaman Pangan, Bukittinggi, 19-21 September 2000.
Prasetiyo, Y.T. 2005. Budidaya Padi Sawah TOT ( Tanpa Olah Tanah). Kanisius, Yogyakarta. 59 hal.
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor. 318 hal.
Sitompul, M dan B.Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suparyono dan Agus Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprayono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. CetakaI. Penebar Swadaya, Jakarta.
Thangaraj, M., and J.C. Toole. 1985. Root behavior, field and laboratory studies for rice and nonrice crops. In Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna. Philippines.
Tobing, M. P. L., Opor, G., Sabar, G., Damanik. R. K., 1995. Agronomi Tanaman Makanan – I, FP USU-Press, Medan.
Uphoff, N. 2002. Presentation for c on raising agricultural productivity in the tropics: Biophysical challenges for technology and policy : The system of rice intensification developed in Madagaskar.
Utomo, M dan Nazaruddin. 2007. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta. 48 hal.
37
Vergara, B.S. 1985. Komponen Hasil, Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hasil Padi. Dewan Redaksi Bhatara (Penerjemah). Bhatara Karya Aksara. Jakarta. 47 hal. Terjemahan dari : A Farmer’s Primer on Growing Rice.
Zaeny. D. S. (2007). Padi SRI. Pustaka Giratuna, Bandung.
38
Lampiran 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi saat panen pada Berbagai UmurPindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Saat Panen (cm).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 106.60 94.50 100.20 301.30 100.43U2 B1 102.10 98.70 102.40 303.20 101.07U3 B1 104.80 102.40 103.00 310.20 103.40U4 B1 102.50 101.40 103.00 306.90 102.30U1 B2 104.60 103.40 106.10 314.10 104.70U2 B2 105.10 103.10 103.20 311.40 103.80U3 B2 105.30 103.60 102.60 311.50 103.83U4 B2 104.90 101.40 102.60 308.90 102.97U1 B3 102.80 92.80 102.70 298.30 99.43U2 B3 102.60 103.80 102.20 308.60 102.87U3 B3 104.70 105.00 102.10 311.80 103.93U4 B3 104.20 104.00 103.20 311.40 103.80Total 1250.20 1214.10 1233.30 3697.60 -
Ȳ = 102.71
Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi saat panen pada BerbagaiUmur Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam Saat Panen.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 54.37 27.19 4.94 * 3.44 5.72
U 3 27.26 9.09 1.65 tn 3.05 4.82
B 2 4.11 2.06 0.37 tn 3.44 5.72
B x U 6 53.98 9.00 1.63 tn 2.55 3.76
Galat 22 121.11 5.51
Total 35 260.84 -
KK= 2.28%
Keterangan :
* = Nyatatn = Tidak nyata
39
Lampiran 3. Rata-rata Jumlah Malai Produktif Padi pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (malai).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 30.50 22.20 19.80 72.50 24.17U2 B1 21.90 32.60 23.90 78.40 26.13U3 B1 25.70 36.50 23.80 86.00 28.67U4 B1 23.30 27.40 25.00 75.70 25.23U1 B2 17.60 23.90 22.10 63.60 21.20U2 B2 38.90 23.70 20.10 82.70 27.57U3 B2 42.60 30.40 23.70 96.70 32.23U4 B2 21.50 23.70 28.90 74.10 24.70U1 B3 26.80 21.00 23.10 70.90 23.63U2 B3 37.40 37.20 26.80 101.40 33.80U3 B3 38.50 30.80 32.40 101.70 33.90U4 B3 24.60 22.10 21.10 67.80 22.60
Total 349.30 331.50 290.70 971.50 -
Ȳ = 26.99
Lampiran 4. Analisis Ragam Jumlah Malai Produktif Padi pada Berbagai UmurPindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 150.43 75.21 2.57 tn 3.44 5.72
U 3 139.81 46.60 1.60 tn 3.05 4.82
B 2 67.60 33.80 1.16 tn 3.44 5.72
B x U 6 410.17 68.36 2.34 tn 2.55 3.76Galat 22 642.70 29.21
Total 35 1410.70
KK= 20.03%
Keterangan :
tn = Tidak nyata
40
Lampiran 5. Rata-rata Panjang Malai Padi pada Berbagai Umur Pindah Tanamdan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (cm).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 26.30 27.30 27.90 81.50 27.17
U2 B1 27.70 27.70 27.80 83.20 27.73
U3 B1 27.30 26.90 28.60 82.80 27.60
U4 B1 27.80 27.00 28.40 83.20 27.73
U1 B2 27.40 27.60 28.20 83.20 27.73
U2 B2 28.80 28.20 27.70 84.70 28.23
U3 B2 28.50 28.60 28.70 85.80 28.60
U4 B2 28.30 28.00 27.70 84.00 28.00
U1 B3 26.70 27.60 28.50 82.80 27.60
U2 B3 27.20 27.80 28.70 83.70 27.90
U3 B3 28.20 28.20 28.90 85.30 28.43U4 B3 27.80 28.80 28.30 84.90 28.30
Total 332.00 333.70 339.40 1005.10 -
Ȳ = 27.92
Lampiran 6. Analisis Ragam Panjang Malai Padi pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 2.50 1.25 4.50 * 3.44 5.72
U 3 2.55 0.85 3.05 * 3.05 4.82
B 2 0.10 0.05 0.17 tn 3.44 5.72
B x U 6 2.91 0.49 1.75 tn 2.55 3.76
Galat 22 6.12 0.28
Total 35 14.18
KK= 1.89%
Keterangan :
* = Nyatatn = Tidak nyata
41
Lampiran 7. Rata-rata Persentase Gabah Bernas pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (%).
Perlakuan
Ulangan Ulangan
Total RerataI II III I II III
% Arcsin √×
U1 B1 75.32 77.48 85.43 60.21 61.67 67.56 189.44 63.15
U2 B1 84.69 84.34 81.30 66.97 66.69 64.38 198.04 66.01
U3 B1 80.02 92.17 83.69 63.45 73.75 66.18 203.38 67.79
U4 B1 78.88 85.65 81.39 62.64 67.74 64.45 194.83 64.94
U1 B2 78.37 86.46 83.03 62.28 68.41 65.68 196.37 65.46
U2 B2 76.71 79.80 89.84 61.15 63.30 71.42 195.86 65.29
U3 B2 77.60 90.68 82.84 61.76 72.23 65.53 199.51 66.50
U4 B2 73.20 85.92 81.73 58.82 67.96 64.70 191.48 63.83
U1 B3 75.39 85.68 79.23 60.26 67.77 62.89 190.92 63.64
U2 B3 79.69 82.81 78.23 63.21 65.51 62.19 190.92 63.64
U3 B3 76.00 81.92 73.93 60.67 64.84 59.30 184.81 61.60
U4 B3 76.01 78.72 88.04 60.68 62.53 69.77 192.98 64.33
Total 931.88 1011.64 988.70 742.10 802.39 784.05 2328.54 -
Ȳ = 64.68
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Gabah Bernas pada Berbagai UmurPindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 159.20 79.60 7.97 ** 3.44 5.72
U 3 31.21 10.40 1.04 tn 3.05 4.82
B 2 6.72 3.36 0.34 tn 3.44 5.72
B x U 6 54.10 9.02 0.90 tn 2.55 3.76
Galat 22 219.73 9.99
Total 35 470.97
KK= 4.89%
Keterangan :
** = Sangat nyatatn = Tidak nyata
42
Lampiran 9. Rata-rata Persentase Gabah Hampa pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (%).
Perlakuan
Ulangan Ulangan
Total RerataI II III I II III
% Arcsin √×
U1 B1 24.68 22.52 14.57 29.79 28.33 22.44 80.56 26.85
U2 B1 15.31 15.66 18.70 23.04 23.31 25.62 71.97 23.99
U3 B1 19.98 7.83 16.31 26.55 16.25 23.82 66.62 22.21
U4 B1 21.12 14.35 18.61 27.36 22.26 25.55 75.18 25.06
U1 B2 21.63 13.54 16.97 27.72 21.59 24.33 73.63 24.54
U2 B2 23.29 20.20 10.16 28.86 26.71 18.58 74.14 24.71
U3 B2 22.40 9.32 17.16 28.25 17.78 24.47 70.49 23.50
U4 B2 26.80 14.08 18.27 31.18 22.04 25.31 78.52 26.17
U1 B3 24.61 14.32 20.77 29.74 22.23 27.11 79.09 26.36
U2 B3 20.31 17.19 21.77 26.79 24.49 27.81 79.09 26.36
U3 B3 24.00 18.08 26.07 29.33 25.16 30.70 85.20 28.40
U4 B3 23.99 21.28 11.96 29.32 27.47 20.23 77.03 25.68
Total 268.12 188.36 211.30 337.92 277.63 295.98 911.53 -
Ȳ = 25.32
Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Gabah Hampa pada Berbagai Umur
Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 159.20 79.60 7.97 ** 3.44 5.72
U 3 31.21 10.40 1.04 tn 3.05 4.82
B 2 6.72 3.36 0.34 tn 3.44 5.72
B x U 6 54.10 9.02 0.90 tn 2.55 3.76
Galat 22 219.73 9.99
Total 35 470.97
KK= 12.48%
Keterangan :
** = Sangat nyatatn = Tidak nyata
43
Lampiran 11. Rata-rata Bobot 100 Butir Gabah pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (gr).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 2.43 2.13 2.33 6.89 2.30
U2 B1 2.30 2.47 2.19 6.96 2.32
U3 B1 2.50 2.34 2.60 7.44 2.48U4 B1 2.78 2.62 2.73 8.13 2.71U1 B2 2.15 2.31 2.51 6.97 2.32U2 B2 2.41 2.10 2.23 6.74 2.25U3 B2 2.52 2.40 2.44 7.36 2.45U4 B2 2.69 2.70 2.62 8.01 2.67U1 B3 2.47 2.52 2.23 7.22 2.41U2 B3 2.54 2.19 2.20 6.93 2.31U3 B3 2.16 2.45 2.30 6.91 2.30U4 B3 2.67 2.80 2.60 8.07 2.69
Total 29.62 29.03 28.98 87.63 -
Ȳ = 2.43
Lampiran 12. Analisis Ragam Bobot 100 Butir Gabah pada Berbagai UmurPindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 0.02 0.01 0.54 tn 3.44 5.72
U 3 0.09 0.03 1.62 tn 3.05 4.82
B 2 0.02 0.01 0.44 tn 3.44 5.72
B x U 6 0.82 0.14 7.07 ** 2.55 3.76
Galat 22 0.43 0.02
Total 35 1.39
KK= 5.73%
Keterangan :
** = Sangat nyatatn = Tidak nyata
44
Lampiran 13. Rata-rata Berat Gabah Kering Per Plot pada Berbagai Umur PindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (kg).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 8.63 7.88 8.93 25.43 8.48
U2 B1 7.50 6.08 5.53 19.10 6.37
U3 B1 5.25 6.14 7.43 18.81 6.27
U4 B1 8.29 8.96 5.26 22.51 7.50
U1 B2 6.88 8.78 5.93 21.58 7.19
U2 B2 6.19 4.18 8.96 19.33 6.44
U3 B2 8.70 5.81 6.89 21.40 7.13
U4 B2 5.68 5.64 5.50 16.81 5.60
U1 B3 7.99 6.19 8.96 23.14 7.71
U2 B3 6.53 8.63 6.26 21.41 7.14
U3 B3 6.59 6.05 5.01 17.65 5.88
U4 B3 5.63 6.35 8.03 20.00 6.67
Total 83.83 80.66 82.68 247.16 -
Ȳ = 6.87
Lampiran 14. Analisis Ragam Berat Gabah Kering Per Plot pada Berbagai Umur
Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 0.43 0.21 0.11 tn 3.44 5.72
U 3 1.41 0.47 0.23 tn 3.05 4.82
B 2 10.31 5.16 2.57 tn 3.44 5.72
B x U 6 10.32 1.72 0.86 tn 2.55 3.76
Galat 22 44.07 2.00
Total 35 66.53
KK= 20.61%
Keterangan :
tn = Tidak nyata
45
Lampiran 15. Rata-rata Produksi Hasil Per Hektar pada Berbagai UmurPindahTanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam (ton).
PerlakuanUlangan
Total RerataI II III
U1 B1 5.75 5.25 5.95 16.95 5.65
U2 B1 5.00 4.05 3.68 12.73 4.24
U3 B1 3.50 4.09 4.95 12.54 4.18
U4 B1 5.53 5.98 3.51 15.01 5.00
U1 B2 4.58 5.85 3.95 14.38 4.79
U2 B2 4.13 2.78 5.98 12.88 4.29
U3 B2 5.80 3.88 4.59 14.27 4.76
U4 B2 3.78 3.76 3.67 11.21 3.74
U1 B3 5.33 4.13 5.98 15.43 5.14
U2 B3 4.35 5.75 4.18 14.28 4.76
U3 B3 4.39 4.03 3.34 11.77 3.92
U4 B3 3.75 4.23 5.35 13.33 4.44
Total 55.88 53.78 55.12 164.78 -
Ȳ = 4.58
Lampiran 16. Analisis Ragam Produksi Hasil Per Hektar pada Berbagai Umur
Pindah Tanam dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam.
SumberKeragaman
DB JK KT F Hit.F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 0.19 0.09 0.11 tn 3.44 5.72
U 3 0.63 0.21 0.23 tn 3.05 4.82
B 2 4.58 2.29 2.57 tn 3.44 5.72
B x U 6 4.59 0.76 0.86 tn 2.55 3.76
Galat 22 19.59 0.89
Total 35 29.57
KK= 20.61%
Keterangan :
tn = Tidak nyata
46
Lampiran 17. Deskripsi Varietas
CIHERANG
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3* IR19661-131-3-1//4* IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Rata – Rata Produksi : 6 t/ha
Potensi Hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan Terhadap : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3-:
Hama Penyakit Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III,IV
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi rendah sampai 500
m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.
Daradjat.
Dilepas Tahun : 2000
Sumber : (Basri et al., 2010).
47
BAGAN PERCOBAAN
BLOK I BLOK II BLOK III
U3B2 U3B3 U1B2
U3B3 U1B3 U2B3
*
U1B1 U1B2 U2B1
U3B1 U3B2 U3B2
U4B3
U1B3 U4B1
U2B1 U2B2 U3B1
U4B2 U3B1 U4B1
U2B2 U1B1 U2B2
U4B1 U4B2 U1B1
U4B2
U4B3 U4B3
U2B3 U2B3 U3B3
U1B2 U2B1 U1B3
Keterangan : Jarak antar Plot = 30 cm
Jarak antar ulangan = 50 cm
48
Foto-foto Kegiatan
Gambar 1. Panen.
Gambar 2. Penjemuran di
Lapangan.
Gambar 3. Penjemuran
Tanaman Sampel.
49
Gambar 4. Penimbangan Hasil
Tanaman sampel.
Gambar 5. Penimbangan
Hasil per rumpun.
Gambar 6. Penimbangan
Hasil per plot.
50
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gampong Nigan pada tanggal 30 September 1973
putra dari Bapak Teuku Raja Aksa dan Ibu Cut Kemala Intan. Penulis merupakan
anak ke Satu dari Empat bersaudara.
Pada tahun 1987 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kuta
Padang kemudian pada tahun 1990 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Jeuram. Pada tahun 1994 penulis lulus dari Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 1 Jeuram dan pada tahun 2009 penulis diterima sebagai
mahasiswa Universitas Teuku Umar pada Jurusan Budidaya Pertanian Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Meulaboh, Aceh Barat.