Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

48
PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN SKRIPSI Oleh : Pfrina Dwi Aminasari 0410510059 JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009

description

mnm

Transcript of Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

Page 1: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS

SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

SKRIPSI

Oleh :

Pfrina Dwi Aminasari 0410510059

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2009

Page 2: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS

SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

Oleh :

Pfrina Dwi Aminasari 0410510059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BEAWIJAYA MALANG

2009

Page 3: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS

SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

SKRIPSI

Oleh :

Pfrina Dwi Aminasari 0410510059

Telah Dinyatakan Lulus Dalam Ujian Sarjana Pada Hari/Tanggal : Rabu / 7 Januari 2009

Menyetujui, Susunan Tim Penguji

Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji

Prof. Dr. Ir. Woro Busono, MS

Dr. Ir. Nuryadi, MS

Tanggal : Tanggal :

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Nurul Isnaini, MP

Tanggal

Mengetahui, Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan

Dekan,

Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP

Tanggal :

Page 4: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul

PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU

SAPI LIMOUSIN.

Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Yenny S, Bapak Mudjiono (Alm), Mbak Ika dan De Fitri (Alm)

selaku motivator dan dengan rasa sayang serta perhatian yang selalu

diberikan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Woro Busono, MS selaku pembimbing utama yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi saran serta mengarahkan selama

pelaksanaan penelitian dan penulisan Skripsi.

3. Dr. Ir Nurul Isnaini, MP selaku pembimbing pendamping yang

memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan penelitian dan

penulisan Skripsi.

4. Drh. Herliantien, MP selaku pimpinan BBIB Singosari atas kesempatan

yang telah diberikan kapada penulis sehingga dapat melaksanakan

penelitian.

5. Semua pihak, yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan bantuan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Malang, Desember 2008

Penulis

Page 5: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

iv

RINGKASAN

PENGARUH UMUR PEJANTAN TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengadakan percobaan di laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang pada tanggal 8 Mei sampai 10 Juli 2008.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan umur pejantan terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman BBIB untuk penggunaan pejantan Sapi Limousin sebagai penghasil semen berdasarkan umur dari ternak yang dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam pemilihan calon pejantan penghasil semen.

Materi penelitian adalah semen segar Sapi Limousin dengan persyaratan motilitas individu 70%, semen before freezing dan semen beku Sapi Limousin. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dengan mengamati kualitas semen segar, motilitas semen before freezing dan motilitas semen post thawing pejantan Sapi Limousin yang telah diklasifikasikan menjadi 4 kelompok berdasarkan umur 3, 8, 9 dan 11 tahun. Analisis data yang digunakan adalah analisis ragam dan rancangannya adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas semen segar pada keempat kelompok umur (3, 8, 9 dan 11 tahun) secara berturut-turut adalah volume: 5,2±1,2; 6,4±1,1; 6,4±0,8 dan 6,3±0,6 ml, warna: putih susu, pH: 6,4±0,1; 6,4±0,1; 6,3±0,1 dan 6,3±0,1, konsistensi: pekat; sedang; pekat dan pekat, konsentrasi: 1909,6±418,8; 1223,3±220,8; 1790,8±240,5 dan 1627,5±248,3 juta/ml, motilitas massa: 2+; 2+; 2+ dan 2+, motilitas individu: 72,3±1,4; 71,5±1,3; 72,8±0,8; 71,5±1,8%, viabilitas: 88,0±4,3; 91,8±3,3; 92,5±2,9 dan 91,8±4,4%, abnormalitas: 4,4±1,2; 4,3±1,2; 3,3±1,0 dan 4,2±1,8%. Motilitas individu semen before freezing pada keempat kelompok umur tersebut adalah 57,8±2,2; 56,3±1,3; 58,8±1,8; 57,8±2,2%. Motilitas individu semen post thawing pada keempat kelompok umur tersebut secara berturut-turut adalah 47,8±1,8; 43,8±2,1; 47,0±2,3; 46,8±1,2%.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa umur pejantan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume semen segar, viabilitas spermatozoa semen segar dan motilitas individu spermatozoa pada semen before freezing, memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap konsentrasi semen segar dan motilitas individu spermatozoa pada semen post thawing dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas individu semen segar dan abnormalitas spermatozoa semen segar. Pejantan Sapi Limousin umur 3-11 tahun yang ada di BBIB Singosari memiliki kualitas semen yang layak untuk Inseminasi Buatan.

Page 6: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

iii

ABSTRACT

THE EFFECT OF LIMOUSIN BULL AGE ON SEMEN QUALITY

This research was conducted in Singosari Artificial Insemination Center in Toyomarto Village, Singosari started at Mei 8th until July 10th 2008. The purpose of this research were in order to compare bull age with semen quality of Limousin Bull. The material of this research was semen of Limousin Bull in Singosari Artificial Insemination Center. The method of this research was an observation method with observe fresh semen quality, before freezing motility and post thawing motility which classification in four group of age, respectively that is 3, 8, 9 and 11 years old. The results showed that fresh semen quality in four group of age were normal. Before freezing motility was 57,8±2,2; 56,3±1,3; 58,8±1,8 and 57,8±2,2% (P<0,05). Post thawing motility was 47,8±1,8; 43,8±2,1; 47,0±2,3 and 46,8±1,2% (P<0,01). Based on research result, it can concluded that bull at 9 years old had semen quality well nice better than the others. It was suggested to use Limousin Bull frozen semen from BBIB Singosari, because it had a good semen quality for Artificial Insemination.

Key words : Limousin bull, frozen semen quality, sperm motility

Page 7: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

v

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

ABSTRACT .............................................................................................. iii

RINGKASAN............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2.Rumusan Masalah .......................................................................... 2 1.3.Tujuan............................................................................................. 3 1.4.Manfaat........................................................................................... 3 1.5.Hipotesis ......................................................................................... 3

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sapi Limousin................................................................................. 4 2.2.Fisiologi Spermatozoa dan Semen ................................................. 5 2.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen ...................... 7 2.3.1.Umur Pejantan ............................................................................. 7 2.3.2.Bangsa Ternak ............................................................................. 9 2.3.3.Sifat Genetik................................................................................ 10 2.3.4.Suhu dan Musim.......................................................................... 10 2.3.5.Libido dan Frekuensi Ejakulasi ................................................... 11 2.3.6.Makanan ...................................................................................... 11 2.4.Parameter Kualitas Semen.............................................................. 12 2.4.1.Volume ........................................................................................ 12 2.4.2.Warna .......................................................................................... 13 2.4.3. pH ............................................................................................... 13 2.4.4.Konsistensi .................................................................................. 13 2.4.5.Konsentrasi .................................................................................. 14 2.4.6.Motilitas Spermatozoa................................................................. 14 2.4.7.Viabilitas Spermatozoa................................................................ 14 2.4.8.Abnormalitas Spermatozoa ......................................................... 15

Page 8: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

vi

BAB III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 17 3.2.Materi Penelitian ............................................................................ 17 3.3.Metode Penelitian........................................................................... 18 3.4.Variabel Pengamatan...................................................................... 18 3.4.1.Volume Semen Segar .................................................................. 18 3.4.2.Warna Semen Segar .................................................................... 18 3.4.3.pH Semen Segar .......................................................................... 19 3.4.4.Konsentrasi Semen Segar ........................................................... 19 3.4.5.Motilitas Spermatozoa................................................................. 19 3.4.6.Viabilitas Spermatozoa................................................................ 20 3.4.7.Abnormalitas Spermatozoa ........................................................ 20 3.5.Analisis Data .................................................................................. 21 3.6.Batasan Istilah ................................................................................ 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Kualitas Semen Segar..................................................................... 22 4.1.1.Volume Semen Segar .................................................................. 22 4.1.2.Warna Semen Segar ................................................................... 24 4.1.3.pH Semen Segar ......................................................................... 24 4.1.4.Konsistensi Semen Segar ............................................................ 25 4.1.5.Konsentrasi Semen Segar ............................................................ 26 4.1.6.Motilitas Massa Spermatozoa Semen Segar ............................... 27 4.1.7.Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar ............................ 28 4.1.8.Viabilitas Spermatozoa Semen Segar ......................................... 29 4.1.9.Abnormalitas Spermatozoa Semen Segar ................................... 30 4.2.Motilitas Individu Spermatozoa Semen Before Freezing .............. 31 4.3.Motilitas Individu Spermatozoa Semen Post Thawing .................. 32 4.4.Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar, Before Freezing

dan Post Thawing ........................................................................... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan..................................................................................... 36 5.2 Saran............................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37

LAMPIRAN .............................................................................................. 41

Page 9: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknik perkawinan dengan

memasukkan semen segar atau semen beku ke dalam saluran kelamin sapi betina

dengan menggunakan suatu alat yang dibuat oleh manusia. Hal ini bertujuan

untuk perbaikan mutu genetik ternak, menghindari penyebaran penyakit kelamin,

meningkatkan jumlah keturunan dari pejantan unggul dengan inseminasi ke

banyak betina dan meningkatkan kesejahteraan peternak (Ihsan, 1997; Blakely

and Bade, 1998; Ax, Dally, Didion, Lenz, Love, Varner and Hafez, 2000;

Pangestu, 2002). Inseminasi Buatan merupakan salah satu program yang

digalakkan oleh pemerintah guna memperbaiki mutu genetik dan produktivitas

ternak sapi yang ada di Indonesia. Melalui teknologi IB potensi sapi pejantan

unggul dapat dioptimalkan.

Kualitas semen mempunyai peranan penting dalam IB, sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan hati-hati (Anonimus, 2005). Motilitas

merupakan kriteria yang paling banyak digunakan untuk evaluasi semen. Hasil

penelitian Pena, Barrio, Quintela dan Herradon (1998); Tsuzuki, Duran,

Sawamizu, Ashizawa dan Fujihara (2000); Kreplin (2002) menemukan indikasi

bahwa integritas membran dan fertilitas berkorelasi positif dengan motilitas

spermatozoa post thawing. Januskauskas dan Zilinskas (2002) mengungkapkan

bahwa metode perhitungan motilitas spermatozoa relatif sederhana yaitu

pengamatan dengan menggunakan mikroskop.

Page 10: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

2

Penelitian Malone, Miller dan Lannett Edwards (1998) menunjukkan

bahwa spermatozoa semen beku dari individu sapi jantan yang berbeda dalam satu

bangsa mempunyai motilitas yang berbeda. Susilawati, Suyadi, Nuryadi, Isnaini

dan Wahyuningsih (1993) menyatakan bahwa semen yang berkualitas dari seekor

pejantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: umur

pejantan, sifat genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan makanan.

Percobaan Tanabe dan Salisbury (1981) yang disitasi oleh Susilawati, dkk (1993)

melaporkan bahwa pejantan yang berumur 2 sampai 7 tahun dapat menghasilkan

semen terbaik dengan angka kebuntingan yang tinggi pada betina yang dikawini

dibanding dengan pejantan umur diluar interval tersebut. Faktor umur merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas semen segar, namun demikian

belum banyak informasi tentang pengaruh umur terhadap kualitas semen beku,

sehingga diperlukan pengkajian lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Kualitas semen mempunyai peranan penting dalam IB, sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan untuk menguji kelayakan pemakaian semen tersebut.

Motilitas merupakan kriteria yang paling banyak dan mudah digunakan untuk

evaluasi kualitas semen. Penelitian Malone, Miller dan Lannet Edwards (1998)

menunjukkan bahwa spermatozoa semen beku dari individu sapi jantan yang

berbeda dalam satu bangsa mempunyai motilitas yang berbeda. Salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas semen adalah umur pejantan. Namun demikian

belum banyak informasi tentang pengaruh umur terhadap kualitas semen beku

Page 11: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

3

sapi jantan yang berbeda dalam satu bangsa, sehingga diperlukan pengkajian lebih

lanjut.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan umur pejantan terhadap

kualitas semen beku Sapi Limousin.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman

BBIB untuk penggunaan pejantan Sapi Limousin sebagai penghasil semen

berdasarkan umur dari ternak yang dapat digunakan sebagai salah satu kriteria

dalam pemilihan calon pejantan penghasil semen.

1.5 Hipotesis

Adanya pengaruh umur pejantan terhadap kualitas semen beku Sapi

Limousin.

Page 12: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Limousin

Sapi Limousin merupakan bangsa sapi yang berasal dari Perancis. Ciri-ciri

Sapi Limousin yaitu konformasi kepala menyerupai persegi (perbandingan antara

ukuran panjang dan lebar kepala hampir sama), leher pendek, warna tubuh merah

keemasan dengan warna yang lebih terang pada perut bagian bawah, paha bagian

dalam, daerah sekitar mata, mulut, anus dan ekor, konformasi badan kompak.

Bangsa sapi Bos taurus mempunyai sifat reproduksi yang tinggi, sehingga mampu

beranak setiap tahun setelah mencapai umur 3 tahun, ukuran tubuh besar dengan

kecepatan pertumbuhan sedang sampai tinggi. Sapi Limousin memiliki ukuran

tubuh yang cukup besar dengan bobot badan betina mencapai 650 kg dan jantan

1000 kg (Anonimus, 2006; Blakely and Bade, 1998; Thomas, 1991). Hadi dan

Ilham (2006) menambahkan, salah satu jenis sapi impor yang didatangkan ke

Indonesia ialah Sapi Limousin, yang memiliki keunggulan dibanding sapi lokal

yaitu pertambahan bobot badan harian (PBBH) berkisar antara 0,80-1,60 kg/hari,

konversi pakan tinggi dan komposisi karkas tinggi dengan komponen tulang lebih

rendah.

Sapi Limousin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang

beriklim temperate dengan suhu antara 4-15 C dengan mendapat hijauan serta

konsentrat yang bernilai tinggi (Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), Sapi

Limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur

205 hari 198 kg.

Page 13: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

5

2.2 Fisiologi Spermatozoa dan Semen

Semen adalah cairan suspensi seluler yang mengandung gamet jantan atau

spermatozoa dan merupakan sekresi kelenjar asesoris pada saluran reproduksi

jantan. Cairan dari suspensi yang terbentuk saat ejakulasi disebut seminal plasma

(Hafez, 2000). Seminal plasma merupakan sekresi epididimis dan kelenjar

kelamin asesori yaitu vesica seminalis, prostata dan bulbourethralis. Sekresi

tersebut berfungsi sebagai buffer dan medium bagi spermatozoa agar daya

hidupnya dapat dipertahankan secara normal setelah ejakulasi (Hafez, 2000;

Partodihardjo, 1982).

Spermatozoa dibentuk di tubuli seminiferi di dalam testis. Tubuli

seminiferi tersebut berisi serangkaian komplek perkembangan germ sel yang

akhirnya membentuk gamet jantan. Bentuk spermatozoa adalah sel lonjong yang

terdiri dari kepala yang berisi nukleus dan ekor yang berisi aparatus yang

dibutuhkan untuk mergerakan spermatozoa. Panjang spermatozoa pada sapi 50 m

dan panjang bagian kepala adalah 8-10 m, lebar 4 m dan tebal 0,5 m (Hafez,

2000).

Menurut Partodihardjo (1982) spermatozoa sebagian besar terdiri dari zat-

zat kimia, antara lain :

1. Deoxyribonucleoprotein yang terdapat dalam nukleus yang merupakanan

kepala dari spermatozoa. Nukleoprotein dalam inti spermatozoa semua

spesies terbentuk oleh asam deoxyribonukleus yang terikat pada protein.

Tetapi pada spesies-spesies itu nucleoprotein-nukleoprotein tidak identik

satu sama lain, melainkan ada perbedaan-perbedaannya yaitu terutama

pada 4 bagian pokok yaitu adenine, quanine, oxytosine dan thymine.

Page 14: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

6

2. Muco-polysaccharide yang terikat pada molekul-molekul protein terdapat

di akrosom, yaitu bagian pembungkus kepala, yang mengandung 4 macam

gula-gula yaitu fucose, galactose, mannose dan hexosamine.

3. Plasmalogen atau lemak aldehydrogen yang terdapat di bagian leher,

badan dan ekor spermatozoa, merupakan bahan yang dipergunakan oleh

spermatozoa untuk respirasi endogen.

4. Protein yang menyerupai kreatine yang merupakan selubung tipis yang

meliputi seluruh badan, kepala dan ekor spermatozoa.

5. Enzim dan co-enzim. Spermatozoa mengandung bermacam-macam enzim-

enzim dan co-enzim yang pada umumnya digunakan untuk proses

hidrolisis dan oksidasi.

Spermatozoa tidak dapat tahan hidup untuk waktu yang lama kecuali bila

ditambahkan berbagai unsur ke dalam semen, yang berfungsi untuk menyediakan

zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa, melindungi

spermatozoa terhadap cold shock, menyediakan suatu penyanggah untuk

mencegah perubahan pH akibat pembentukan asam laktat dari hasil metabolisme

spermatozoa dan memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak hewan

betina yang dapat diinseminasi dengan satu ejakulat (Toelihere, 1993).

Garner dan Hafez (1993) menyatakan bahwa semen Sapi Limousin

mempunyai karakteristik yaitu volume ejakulasi 5-8 ml, konsentrasi 800x106

2000x106/ml, jumlah spermatozoa per ejakulasi 5x109

15x109, spermatozoa

motil 40-75%, morfologi normal 65-95% dan pH 6,4-7,8. Spermatozoa yang

mampu membuahi oosit merupakan spermatozoa yang memiliki kualitas bagus.

Akan tetapi, permasalahan yang sering terjadi apabila menggunakan semen beku

Page 15: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

7

adalah kualitas semen beku sesudah thawing sering mengalami penurunan,

sebagai akibat kerusakan membran sel selama pembekuan.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas semen diantaranya adalah

umur, bangsa ternak, sifat genetik, suhu dan musim, libido dan frekuensi ejakulasi

serta makanan.

2.3.1 Umur Pejantan

Faktor yang mempengaruhi kualitas semen salah satunya adalah umur

pejantan, karena perkembangan testis dan spermatogenesis dipengaruhi oleh

umur. Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa yang terjadi

dalam tubuli seminiferi. Proses spermatogenesis pada sapi berlangsung selama 55

hari dan berlangsung pertama kali ketika sapi berumur 10-12 bulan (Nuryadi,

2000).

Hafez (2000) menyatakan bahwa produksi semen dapat meningkat sampai

umur 7 tahun. Pada saat pebertas spermatozoa banyak yang abnormal, masih

muda, dan banyak mengalami kegagalan pada waktu dikawinkan. Menurut

Mathevon, Buhr dan Dekkers (1998) volume, konsentrasi, motilitas dan total

spermatozoa sapi jantan dewasa lebih banyak daripada sapi jantan muda. Volume,

konsentrasi dan jumlah spermatozoa motil per ejakulat cenderung meningkat

seiring dengan bertambahnya umur pejantan mencapai 5 tahun.

Page 16: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

8

Tabel 1. Volume, Konsentrasi, Motilitas, Jumlah Total Spermatozoa dan Jumlah

Total Spermatozoa Motil pada Ejakulat Sapi Jantan Muda dan Sapi Jantan Dewasa

Sapi jantan muda (umur

sampai dengan 30 bulan)

Sapi jantan dewasa (umur

antara 4 sampai 6 tahun)

Volume (cc) 5,48±1,83 6,73±1,99

Konsentrasi

(106/cc)

1296±437 1380±444

Motilitas (%) 51±17 57±14

Total

spermatozoa

(106/cc)

7090±3287 9310±4138

Total

spermatozoa

motil (106/cc)

3757±2272 5339±2793

Sumber : Mathevon, et al. (1998)

Pejantan yang terlalu muda (umur kurang dari 1 tahun) atau terlalu tua

menghasilkan semen yang lebih sedikit. Percobaan Tanabe dan Salisbury (1981)

yang disitasi oleh Susilawati, dkk (1993) menyatakan bahwa pejantan yang

berumur 2 sampai 7 tahun dapat menghasilkan semen terbaik dengan angka

kebuntingan yang tinggi pada betina yang dikawini dibandingkan dengan pejantan

umur diluar interval tersebut.

Umur sangat berpengaruh pada sapi jantan muda saat penampungan,

karena perubahan fisiologis yang terjadi seperti dewasa kelamin. Volume dan

konsentrasi dari satu ejakulat meningkat sampai umur 11 tahun (Siratskii, 1990).

Page 17: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

9

Hasil penelitian Turyan (2005) menunjukkan bahwa kualitas semen pada

berbagai umur Sapi Limousin sebagai berikut :

Tabel 2. Kualitas Semen Sapi Limousin

Kualitas Semen 5 tahun 6 tahun 7 tahun

Volume semen (ml) 8,38 7,05 9,94

pH semen segar 6,38 6,34 6,28

Konsentrasi semen segar (106/ml) 1770 1480 1870

Motilitas individu spermatozoa semen segar (%) 76,5 75,5 76

Motilitas individu spermatozoa before freezing (%) 65,5 61,5 65,5

Motilitas individu spermatozoa post thawing (%) 51,5 46 51

Sumber : Turyan (2005)

2.3.2 Bangsa Ternak

Bangsa sapi Bos taurus mengalami dewasa kelamin lebih cepat

dibandingkan bangsa sapi Bos indicus. Persilangan dari dua bangsa sapi tersebut

akan mencapai pubertas pada umur yang sama dengan induknya (Sprott, Thrift

dan Carpenter, 1998). Bangsa sapi perah mempunyai libido lebih tinggi dan

menghasilkan spermatozoa lebih banyak dibandingkan dengan sapi potong

(Hafez, 2000). Coulter, Cook dan Kastelic (1997) dan Sprott, et al., (1998)

menyatakan bahwa bangsa juga berpengaruh terhadap lingkar skrotum yang

berkorelasi positif dengan produksi dan kualitas spermatozoa. Chandolia,

Reinersten dan Hansen (1999) menyatakan bahwa pengaruh heat shock pada

persentase spermatozoa yang motil pada Sapi Holstein lebih rendah dibandingkan

bangsa sapi lain.

Page 18: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

10

2.3.3 Sifat Genetik

Coulter, et al. (1997) dan Sprott, et al. (1998) menyatakan bahwa produksi

spermatozoa berkorelasi positif dengan ukuran testis yang dapat diestimasi

dengan panjang, berat dan lingkar skrotum. Bearden dan Fuquay (1984)

menyatakan bahwa ukuran testis dipengaruhi oleh genetik, umur, bangsa ternak

dan individu. Chandolia, et al. (1999) menyebutkan bahwa genetik juga

mempengaruhi ketahanan sel spermatozoa terhadap heat shock pada saat thawing.

2.3.4 Suhu dan Musim

Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat

mempengaruhi organ reproduksi hewan jantan. Hal ini mengakibatkan fungsi

thermoregulatoris skrotum terganggu sehingga terjadi kegagalan pembentukan

spermatozoa dan penurunan produksi spermatozoa. Pejantan yang ditempatkan

pada ruangan yang panas mempunyai tingkat fertilitas yang rendah. Hal ini

disebabkan memburuknya kualitas semen dan didapatkan 10% spermatozoa yang

abnormal (Susilawati, dkk, 1993).

Pond and Pond (1999) menyatakan jika suhu lingkungan terlalu panas

spermatozoa yang diproduksi tidak bertahan hidup dan mengakibatkan sterilitas

sapi jantan, sehingga manajemen saat stress perlu dilakukan untuk menjaga

fertilitas spermatozoa. Suhu normal di daerah testis berkisar 3-7°C di bawah suhu

tubuh.

Musim dapat mempengaruhi kualitas semen pada ternak-ternak di daerah

sub tropis. Di Indonesia, musim kurang berpengaruh karena perbedaan lama

Page 19: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

11

penyinaran cahaya hampir tidak ada (Susilawati, dkk, 1993). Perubahan musim

karena perbedaan lamanya siang hari atau lamanya penyinaran dapat menghambat

produksi FSH yang dapat menghambat produksi spermatozoa oleh testis (Hafez,

2000). Hasil penelitian Mathevon, et al. (1998) menunjukkan bahwa konsentrasi,

jumlah semen dan motilitas per ejakulat pada pejantan Holstein lebih baik pada

musim dingin dan semi dibandingkan pada musim gugur. Musim saat

penampungan dilaksanakan tidak mempengaruhi persentase spermatozoa motil

pada sapi jantan dewasa.

2.3.5 Libido dan Frekuensi Ejakulasi

Libido yang tinggi tidak menjamin kualitas dan kuantitas semen akan lebih

baik, tetapi paling tidak lebih berperan terhadap percepatan dalam proses

penampungan (Anonimus, 1992).

Panjang interval penampungan berpengaruh pada kualitas semen sapi

jantan muda dan sapi jantan dewasa. Frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dapat

menurunkan jumlah spermatozoa, volume semen per ejakulasi dan konsentrasi

semen. Koleksi semen sebaiknya tidak lebih dari dua kali dalam sehari atau

interval 4-7 hari pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa.

(Mathevon, et al., 1998).

2.3.6 Makanan

Nutrisi sangat penting selama perkembangan sistem reproduksi sapi jantan

muda. Meningkatkan jumlah nutrisi akan mempercepat pubertas dan pertumbuhan

tubuh (Sprott, et al.1998). Makanan berpengaruh terhadap ukuran testis pada

Page 20: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

12

ternak jantan. Makanan yang diberikan terlalu sedikit terutama pada periode

sebelum masa pubertas dicapai dapat meyebabkan perkembangan testis dan

kelenjar-kelenjar asesoris terhambat dan dapat memperlambat timbulnya dewasa

kelamin. Pada ternak dewasa, kekurangan makanan dapat mengakibatkan

gangguan fungsi fisiologis, baik pada testes maupun kelenjar asesorisnya dan

dapat menurunkan libido sehingga produksi semen turun (Susilawati, dkk, 1993).

Coulter, et al. (1998) menyatakan bahwa pemberian 100% hijauan pada

Sapi Angus, Hereford dan Simmental setelah sapih mempunyai lingkar skrotum,

produksi semen harian dan spermatozoa motil progresif lebih besar daripada

pakan dengan energi tinggi (80% konsentrat dan 20% hijauan).

2.4 Parameter Kualitas Semen

Parameter yang digunakan untuk menilai kualitas semen sapi secara umum

sama dengan ternak lainnya yaitu meliputi volume, warna, pH, konsistensi,

konsentrasi, motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa.

2.4.1 Volume

Volume merupakan salah satu standar minimum untuk evaluasi kualitas

semen yang akan digunakan untuk inseminasi buatan. Volume semen sapi

berkisar antara 5-8 ml/ejakulasi (Garner dan Hafez, 2000). Volume semen akan

bertambah sesuai umur, besar tubuh, tingkatan makanan, perubahan keadaan

kesehatan reproduksi, frekuensi penampungan dan akan menurun sesudah

mencapai puncak dewasa (Salisbury dan Van Demark, 1985; Toelihere, 1993).

Page 21: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

13

Penelitian Mathevon, et al. (1998) menunjukkan bahwa faktor genetik

dapat mempengaruhi volume semen yang ditunjukkan pada nilai heritabilitas dan

ripitabilitasnya.

2.4.2 Warna

Warna semen normal adalah abu-abu keputihan hingga krem kepucatan,

tetapi beberapa sapi menghasilkan semen berwarna kuning. Hal ini disebabkan

adanya riboflavin dan merupakan keadaan yang normal (Hafez, 2000). Susilawati,

Srianto, Hermanto dan Yuliani (2003) menyebutkan bahwa warna semen dari

ejakulasi normal adalah putih susu dan 10% saja yang berwarna krem.

2.4.3 pH

Kisaran pH menurut Garner dan Hafez (2000) yaitu antara 6,4-7,8. pH

dapat dilihat dengan cara mencocokkan warna dari kertas lakmus yang telah

ditetesi semen dengan warna pada tabung kemasan kertas lakmus.

2.4.4 Konsistensi

Konsistensi adalah derajat kekentalan. Konsistensi semen dapat diperiksa

dengan cara menggoyang tabung yang berisi semen. Semen yang baik, derajat

kekentalannya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu, sedangkan semen

yang jelek, baik warna maupun kekentalannya sama dengan air buah kelapa

(Hafez, 2000).

Page 22: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

14

2.4.5 Konsentrasi

Konsentrasi spermatozoa sapi berkisar antara 800-2000 juta/ml (Hafez,

2000). Konsentrasi spermatozoa dapat digunakan untuk memprediksi fertilitas

sapi jantan (Correa, Pace dan Zavos, 1997; Mottershead, 2000). Perbedaan

konsentrasi spermatozoa antar pejantan diduga disebabkan karena kualitas genetik

pada masing-masing pejantan (Situmorang, 2002).

2.4.6 Motilitas Spermatozoa

Evaluasi motilitas spermatozoa post thawing adalah salah satu parameter

yang banyak digunakan untuk menentukan kualitas semen sapi yang akan

digunakan untuk inseminasi buatan. Syarat minimal motilitas individu semen post

thawing agar semen dapat dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah 40%

(Garner dan Hafez, 1993). Susilawati, Srianto, Hermanto dan Yuliani (2003)

menyatakan proses fertilisasi membutuhkan spermatozoa motil sekitar sepuluh

juta spermatozoa, maka syarat spermatozoa sebagai standar inseminasi adalah

2,5x107 spermatozoa per straw dengan motilitas 40%.

2.4.7 Viabilitas Spermatozoa

Pengamatan hidup mati spermatozoa atau viabilitas dapat dilakukan

dengan metode pewarnaan diferensial menggunakan zat warna eosin saja atau

dengan kombinasi eosin-nigrosin. Eosin adalah zat warna khusus untuk

spermatozoa, sedangkan nigrosin hanya dipakai untuk pewarnaan dasar untuk

memudahkan melihat perbedaan antara spermatozoa yang berwarna dan tidak

berwarna. Prinsip metode pewarnaan eosin-nigrosin adalah terjadinya penyerapan

Page 23: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

15

zat warna eosin pada spermatozoa yang mati pada saat pewarnaan tersebut

dilakukan. Hal ini terjadi karena membran pada spermatozoa yang mati tidak

permeabel terhadap zat warna atau memiliki afinitas yang rendah sehingga

menyebabkan spermatozoa yang mati berwarna merah (Bearden dan Fuquay,

1984; Toelihere, 1993; Partodihardjo, 1982).

Hasil penelitian Rofik (2001) menunjukkan bahwa kualitas semen segar

pada Sapi Brahman sebagai berikut :

Tabel 3. Kualitas Semen Segar Sapi Brahman

Parameter

Volume (ml) 8,5

Warna Putih susu

pH 6,4

Konsistensi Pekat

Konsentrasi (106/ml) 1852

Motilitas massa 2+

Motilitas individu (%) 70

Viabilitas (%) 95,74

Abnormalitas (%) 11,63

Sumber : Rofik (2001)

2.4.8 Abnormalitas Spermatozoa

Semen dari berbagai pejantan mengandung beberapa bentuk spermatozoa

yang abnormal. Hal ini tidak menunjukkan fertilitas yang rendah sampai jumlah

spermatozoa abnormal lebih dari 20%. Demikian juga tipe-tipe abnormalitas tidak

berhubungan dengan infertilitas. Jumlah spermatozoa abnormal dapat dideteksi

Page 24: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

16

dengan sampel saat menghitung persentase viabilitas spermatozoa (Pena, et al,

1998).

Abnormalitas morfologi spermatozoa dibedakan menjadi tiga yaitu primer,

sekunder dan tersier. Abnormalitas primer adalah abnormalitas karena kegagalan

spermatogenesis dan abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa melalui

epididimis. Kerusakan spermatozoa setelah ejakulasi atau penanganan yang salah

pada saat inseminasi buatan disebut abnormalitas tersier (Hafez, 2000).

Pada kondisi tropis musim memberikan pengaruh yang signifikan pada

karakteristik semen bangsa sapi eksotis (Bos taurus) yang terlihat pada

abnormalitas sel spermatozoa yang tinggi, persentase hidup spermatozoa yang

rendah dan konsentrasi spermatozoa yang rendah selama musim panas (Salah, El-

Nouty dan Al-Hajri, 1992). Sekoni dan Gustafsson (1987) melaporkan bahwa

puncak abnormalitas spermatozoa terjadi selama musim panas. Frekuensi

abnormalitas yang tinggi berhubungan dengan fertilitas pejantan.

Page 25: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

17

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan

(BBIB) Singosari, Malang pada tanggal 8 Mei sampai 10 Juli 2008.

3.2 Materi Penelitian

Materi penelitian yang digunakan adalah semen segar dengan persyaratan

motilitas individu 70%, motilitas massa minimal 2+, semen before freezing dan

semen beku yang diperoleh dari 8 ekor pejantan Sapi Limousin.

Alat :

1. Vagina buatan.

2. Mikroskop cahaya.

3. Gelas obyek.

4. Ose.

5. Spectrophotometer.

Bahan :

1. Semen segar Sapi Limousin.

2. Semen before freezing.

3. Semen beku Sapi Limousin.

4. Pewarna eosin-negrosin.

5. NaCl 3%.

Page 26: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

18

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi. Parameter

yang diamati adalah persentase motilitas spermatozoa pada semen segar, semen

before freezing, semen beku dan persentase viabilitas dan abnormalitas

spermatozoa pada semen segar Sapi Limousin yang diklasifikasikan menjadi 4

kelompok berdasarkan umur :

a. Sapi Limousin umur 3 tahun sebanyak 2 ekor.

b. Sapi Limousin umur 8 tahun sebanyak 2 ekor.

c. Sapi Limousin umur 9 tahun sebanyak 2 ekor.

d. Sapi Limousin umur 11 tahun sebanyak 2 ekor.

Penampungan semen Sapi Limousin di BBIB Singosari dilakukan 2 kali

seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis dengan 2 kali ejakulasi. Jumlah

ulangan selama penelitian ini sebanyak 10 kali. Data yang diperoleh selama

penelitian kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam.

3.4 Variabel Pengamatan

3.4.1 Volume Semen Segar

Volume semen langsung diamati setelah penampungan yang hasilnya

dapat dilihat pada skala tabung penampungan yang berukuran 10 ml.

3.4.2 Warna Semen Segar

Warna semen dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu putih

kekuningan (PK), putih susu (PS) dan putih bening (PB).

Page 27: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

19

3.4.3 pH Semen Segar

pH dapat dilihat dengan cara mencocokkan warna dari kertas lakmus yang

telah ditetesi semen dengan warna pada tabung kemasan kertas lakmus.

3.4.4 Konsentrasi Semen Segar

Konsentrasi spermatozoa dapat dihitung dengan menggunakan

spectrophotometer, dengan cara mencampurkan cairan semen sebanyak 0,02 ml

dengan 3,98 ml NaCl 3%, kemudian dihomogenkan, setelah itu ditempatkan ke

dalam cuvet dan dimasukkan dalam spectrophotometer, hasilnya dapat dibaca

dengan melihat layar di spectrophotometer yang kemudian dicocokkan dengan

tabel.

3.4.5 Motilitas Spermatozoa

Motilitas massa dapat diamati dengan cara meneteskan semen ke gelas

obyek dan ditutup dengan cover glass, kemudian diamati dengan menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 100x. Penilaiannya adalah sebagai berikut :

+++ = gelombang besar-besar, jumlahnya banyak dan cepat berpindah-pindah

tempat.

++ = gelombang kecil-kecil jumlahnya sedikit dan lambat berpindah.

+ = gelombang-gelombang tidak ada, hanya terlihat gerakan spermatozoa

sendiri-sendiri.

N = tidak ada spermatozoa yang bergerak, semua mati. Dalam keadaan

demikian disebut nekrospermia.

Page 28: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

20

Motilitas massa didasarkan atas banyaknya spermatozoa yang bergerak,

persentase spermatozoa yang hidup dan aktivitas pergerakannya. Penilaian sangat

baik (+++), sedang (++), jelek (+), dan sangat jelek (N).

Motilitas individu diperiksa dengan cara meneteskan setetes semen di atas

gelas obyek dan ditutup dengan cover glass, kemudian diamati dengan

menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Cara penghitungannya sebagai

berikut :

%100)(

xprogresifnonaspermatozoprogresifaspermatozoJumlah

progresifaspermatozoJumlah

3.4.6 Viabilitas Spermatozoa

Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan setetes eosin-negrosin

dan ditempatkan pada satu gelas obyek yang bersih dan hangat, kemudian satu

tetes semen ditambahkan dan dicampurkan secara merata. Setelah kering

diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x dan dihitung

100 sel spermatozoa. Spermatozoa yang hidup tidak menyerap warna, sedangkan

yang mati menyerap warna. Cara penghitungannya sebagai berikut :

%100)(

xmatiaspermatozojumlahhidupaspermatozoJumlah

hidupaspermatozoJumlah

3.4.7 Abnormalitas Spermatozoa

Penghitungan persentase abnormalitas spermatozoa menggunakan preparat

yang sama dengan preparat untuk menghitung persentase hidup spermatozoa.

Page 29: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

21

Cara penghitungannya adalah sebagai berikut :

%100)(

xabnormalaspermatozojumlahnormalaspermatozoJumlah

abnormalaspermatozoJumlah

3.5 Analisis Data

Data yang dipeoleh selama penelitian kemudian dianalisis menggunakan

analisis ragam dan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Apabila terjadi perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT).

3.6 Batasan Istilah

Sapi Limousin : merupakan bangsa sapi eksotik yang berasal dari Perancis dan

merupakan keturunan Bos taurus, pertumbuhan cepat,

mempunyai kemampuan mengkonsumsi pakan dalam jumlah

yang tinggi, mudah beradaptsai dengan pakan, memiliki

perototan yang bagus dan kandungan lemak daging yang sedikit.

Semen beku : semen yang telah diencerkan menurut prosedur dan dibekukan

jauh di bawah titik beku air.

Motilitas spermatozoa : banyaknya individu spermatozoa yang bergerak progresif.

Before freezing : semen segar yang telah ditambahkan pengencer dan didinginkan

pada temperatur 5°C selama 1-2 jam.

Thawing : proses pencairan kembali semen yang telah dibekukan dengan

cara merendam straw pada air hangat dengan suhu 37-38°C

selama 15-30 detik.

Post Thawing Motility : motilitas spermatozoa semen beku setelah dicairkan

kembali.

Page 30: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualitas Semen Segar

Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil

penampungan dari Sapi Limousin yang berumur 3, 8, 9 dan 11 tahun yang

diperoleh dari BBIB Singosari Malang. Pemeriksaan semen segar yang dilakukan

di BBIB Singosari meliputi volume, warna semen, pH, konsistensi, konsentrasi,

motilitas massa dan motilitas individu yang diperlihatkan pada Lampiran 1.

Pemeriksaan terhadap semen segar dilakukan untuk melihat kualitas dari semen

tersebut apakah dapat dilakukan proses selanjutnya atau tidak.

4.1.1 Volume Semen Segar

Hasil pemeriksaan volume semen segar pada keempat kelompok umur

Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 2. Rataan volume semen segar

diperlihatkan pada Tabel 4. Analisis data menggunakan analisis ragam dan

rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila

terjadi perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4. Volume Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Volume rata-rata ± SD (ml) 3 5,2±1,2a

8 6,4±1,1b

9 6,4±0,8b

11 6,3±0,6b

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)

Page 31: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

23

Volume adalah salah satu standar minimum untuk evaluasi kualitas semen

yang akan digunakan untuk Inseminasi Buatan. Volume semen sapi potong

berkisar antara 4-6 ml/ejakulasi (Bearden dan Fuquay, 1984). Sifat semen

dipengaruhi oleh umur pejantan dan interaksi antara umur dengan interval

penampungan. Umur juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan musim

sehingga dapat mempengaruhi volume ejakulat dan persentase motil spermatozoa.

Umur pejantan pada saat penampungan semen mempengaruhi volume ejakulat,

konsentrasi dan motilitas spermatozoa (Mathevon, et al. 1998).

Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa umur pejantan

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap volume semen segar

pada kelompok umur 8, 9 dan 11 tahun, dan volume semen segar paling baik

ditunjukkan pada kelompok pejantan umur 8 tahun yaitu sebesar 6,4±1,1 ml.

Perbedaan volume tersebut diduga disebabkan karena adanya variasi umur yang

berbeda, sehingga dapat mempengaruhi besarnya testis dan produksi semen.

Menurut Susilawati, dkk (1993) dan Mathevon et al. (1998) ukuran testis yang

besar mempunyai tubuli seminiferi yang lebih banyak, sehingga akan

meningkatkan jumlah spermatozoa yang didukung cairan seminal plasma yang

lebih banyak pula. Ukuran testis tersebut berkorelasi positif dengan pertambahan

bobot badan.

Volume semen yang diperoleh selama penelitian lebih rendah

dibandingkan hasil penelitian Turyan (2005) yakni 8,45±4,45 ml. Meskipun

menurut Hafez (2000) volume tersebut masih normal yaitu antara 5-8 ml.

Page 32: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

24

4.1.2 Warna Semen Segar

Warna semen bervariasi antara warna susu, putih, coklat, kuning dan krem

(Anonimus, 1992). Hasil pemeriksaan warna semen segar pada keempat

kelompok umur Sapi Limousin selama penelitian adalah putih susu. Warna semen

ini adalah normal sesuai dengan pendapat Bearden dan Fuquay (1984) dan

Susilawati, dkk (2003) yang menyebutkan bahwa warna semen sapi dari ejakulasi

normal adalah putih susu dan 10% saja yang berwarna krem.

4.1.3 pH Semen Segar

Hasil pemeriksaan pH semen segar pada keempat kelompok umur Sapi

Limousin dapat dilihat pada Lampiran 4. Rataan pH semen segar diperlihatkan

pada Tabel 5.

Tabel 5. pH Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) pH rata-rata ± SD 3 6,4±0,1 8 6,4±0,1 9 6,3±0,1

11 6,3±0,1

Hasil rata-rata pemeriksaan pH semen Sapi Limousin pada kelompok

umur 3 tahun, 8 tahun, 9 tahun dan 11 tahun berturut-turut adalah 6,4±0,1;

6,4±0,1; 6,3±0,1 dan 6,3±0,1. pH ini masih dapat dikatakan normal karena

Bearden dan Fuquay (1984) menyatakan bahwa rata-rata pH semen yang normal

adalah 5,9-7,3. pH semen pada masing-masing kelompok umur tersebut tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata di antara pejantannya. Hal ini diduga

dipengaruhi kandungan asam sitratnya. Menurut Susilawati (2004) yang disitasi

Page 33: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

25

oleh Turyan (2005), kandungan asam sitrat pada masing-masing semen pejantan

dapat berubah tergantung pada kondisi pejantan tersebut. Bearden dan Fuquay

(1984) menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang tinggi lebih asam

daripada semen dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah.

4.1.4 Konsistensi Semen Segar

Hasil pemeriksaan konsistensi semen segar pada keempat kelompok umur

Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 5. Rataan konsistensi semen segar

diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Konsistensi Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Konsistensi rata-rata 3 P 8 S 9 P

11 P Keterangan : P : pekat S : sedang

Konsistensi adalah derajat kekentalan. Konsistensi semen dapat diperiksa

dengan cara menggoyang tabung yang berisi semen. Semen yang baik, derajat

kekentalannya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu, sedangkan semen

yang jelek, baik warna maupun kekentalannya sama dengan air buah kelapa

(Hafez, 2000). Pada lokasi penelitian, cara untuk memeriksa konsistensi semen

tidak dengan menggoyang tabung yang berisi semen, tetapi dengan melihat angka

konsentrasi semen yang sebelumnya telah dihitung dengan menggunakan

spectrophotometer, dengan standar perhitungan sebagai berikut :

< 1000 : encer

Page 34: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

26

1000-1500 : sedang

> 1500 : pekat

4.1.5 Konsentrasi Semen Segar

Pemeriksaan konsentrasi semen segar dari keempat kelompok umur Sapi

Limousin ditunjukkan pada Lampiran 6. Rataan konsentrasi semen segar

diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Konsentrasi Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Konsentrasi rata-rata ± SD (106/ml) 3 1909,6±418,8b

8 1223,3±220,8a

9 1790,8±240,5b

11 1627,5±248,3b

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Penelitian Lunstra dan Echternkamp (1982) melaporkan bahwa

konsentrasi spermatozoa Sapi Hereford dan Angus yang ditampung dua kali

seminggu dengan menggunakan vagina buatan sebesar 200-700 juta

spermatozoa/ml, dan Sapi Charolais yang ditampung seminggu sekali sebesar

200-1200 juta spermatozoa/ml selama 12 minggu pertama setelah mencapai

pubertas. Perbedaan konsentrasi spermatozoa antar pejantan diduga disebabkan

karena kualitas genetik pada masing-masing pejantan (Situmorang, 2002).

Konsentrasi dan persentase spermatozoa motil dipengaruhi oleh umur pejantan

dan mempunyai kecenderungan untuk meningkat seiring dengan meningkatnya

umur sampai 22 bulan (Mathevon, et al., 1998).

Page 35: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

27

Hasil analisis (Lampiran 6) menunjukkan bahwa umur pejantan

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap konsentrasi

semen segar pada kelompok umur 3, 9 dan 11 tahun. Sapi Limousin pada

kelompok umur 3 tahun menunjukkan konsentrasi paling tinggi diantara

kelompok umur yang lain. Hal ini terjadi karena pada umur tua, aktivitas proses

spermatogenesis sudah semakin menurun sehingga spermatozoa yang dihasilkan

juga akan menurun. Konsentrasi spermatozoa dari keempat kelompok umur sapi

tersebut masih tergolong normal apabila dibandingkan dengan penelitian Brito,

Silva, Viera, Deragon dan Katelic (2002) pada sapi Bos taurus yaitu 1200 juta/ml

pada pejantan umur 1 dan 2 tahun.

4.1.6 Motilitas Massa Spermatozoa Semen Segar

Hasil pemeriksaan motilitas massa spermatozoa semen segar pada

keempat kelompok umur Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 7. Rataan

motilitas massa spermatozoa semen segar diperlihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Motilitas Massa Spermatozoa Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Motilitas massa rata-rata 3 2+

8 2+

9 2+

11 2+

Spermatozoa umumya mempunyai kecenderungan untuk bergerak

bersama-sama ke satu arah, sehingga membentuk suatu gelombang-gelombang

yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat (Ihsan, 1997). Pada lokasi

Page 36: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

28

penelitian, gerakan massa diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 100x. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut :

3+ : sangat baik

2+ : baik

1+ : sedang

0 : buruk

Motilitas massa yang diperoleh pada saat penelitian termasuk baik dan

memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen beku. Hal ini juga sesuai dengan

hasil penelitian Rofik (2001) pada semen Sapi Brahman yakni 2+.

4.1.7 Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar

Hasil pemeriksaan motilitas individu semen segar pada keempat kelompok

umur Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 8. Rataan persentase motilitas

individu spermatozoa semen segar diperlihatkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Motilitas individu rata-rata ± SD (%) 3 72,3±1,4 8 71,5±1,3 9 72,8±0,8

11 71,5±1,8

Motilitas individu spermatozoa dievaluasi segera setelah penampungan.

Hal ini bertujuan agar energi yang dimiliki spermatozoa tidak cepat habis.

Berdasarkan evaluasi semen segar menggunakan parameter ini dapat diketahui

bahwa semen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kualitas yang baik

Page 37: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

29

yaitu mempunyai motilitas 70% seperti terlihat pada Tabel. 9, sehingga dapat

diproses lebih lanjut menjadi semen beku.

Perbedaan motilitas spermatozoa semen segar pada masing-masing

kelompok umur diduga disebabkan perbedaan ketersediaan sumber energi berupa

fruktosa, glycerylphosporilcholine (GPC) dan sorbitol yang menyebabkan

motilitas spermatozoa lebih tinggi (Susilawati, dkk, 1993).

Hasil analisis (Lampiran 8) menunjukkan bahwa umur pejantan tidak

mempengaruhi motilitas individu spermatozoa pada semen segar (P>0,05). Rataan

motilitas individu spermatozoa pada keempat kelompok umur tersebut masih

dalam kisaran normal sesuai dengan literatur dari Garner dan Hafez (1993) yang

menyebutkan bahwa motilitas semen berkisar antara 40-75%. Hasil ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan penelitian Turyan (2005) yang melaporkan

bahwa Sapi Limousin mempunyai motilitas rata-rata semen segar 76±0,05%.

4.1.8 Viabilitas Spermatozoa Semen Segar

Hasil pemeriksaan viabilitas semen segar pada keempat kelompok umur

Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 9. Rataan viabilitas spermatozoa

semen segar diperlihatkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Viabilitas Spermatozoa Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Viabilitas rata-rata ± SD (%) 3 88,0±4,3a

8 91,8±3,3b

9 92,5±2,9b

11 91,8±4,4b

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)

Page 38: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

30

Hasil analisis (Lampiran 9) menunjukkan bahwa umur pejantan

memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap viabilitas spermatozoa

semen segar pada kelompok umur 8, 9 dan 11 tahun. Dari keempat kelompok

umur tersebut dapat diketahui bahwa viabilitas spermatozoa yang paling baik

ditunjukkan oleh kelompok umur 9 tahun yaitu sebesar 92,5±2,9%. Viabilitas dari

keempat kelompok umur tersebut secara keseluruhan masih dalam kisaran normal

dan tergolong tinggi, karena menurut Hafez (2000) dan Sonjaya, Hasbi, Sutomo

dan Hastuti (2005) menyebutkan bahwa persentase hidup semen sapi segar

sebesar 60-80%.

4.1.9 Abnormalitas Spermatozoa Semen Segar

Hasil pemeriksaan abnormalitas semen segar pada keempat kelompok

umur Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 10. Rataan abnormalitas

spermatozoa semen segar diperlihatkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Abnormalitas Spermatozoa Semen Segar pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Abnormalitas rata-rata ± SD (%) 3 4,4±1,2 8 4,3±1,2 9 3,3±1,0

11 4,2±1,8

Hasil analisis (Lampiran 10) menunjukkan bahwa umur pejantan tidak

mempengaruhi persentase abnormalitas semen segar (P>0,05). Persentase

abnormalitas dari semua kelompok umur masih dalam kisaran normal. Hal ini

sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) yang menyatakan bahwa abnormalitas

Page 39: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

31

kurang dari 20% masih dapat dipakai untuk inseminasi. Abnormalitas sperma sapi

melewati 30-35% menunjukkan ketidaksuburan pejantan tersebut.

4.2 Motilitas Individu Spermatozoa Semen Before Freezing

Proses pendinginan 5°C menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa

akibat adanya asam laktat sisa metabolisme sel yang menyebabkan kondisi

medium menjadi semakin asam karena penurunan pH dan kondisi ini dapat

bersifat racun terhadap spermatozoa yang akhirnya menyebabkan kematian

spermatozoa (Sugiarti, Triwulanningsih, Situmorang, Sianturi dan

Kusumaningrum, 2004). Hasil pemeriksaan motilitas individu semen before

freezing pada keempat kelompok umur Sapi Limousin dapat dilihat pada

Lampiran 11. Rataan motilitas individu spermatozoa pada semen before freezing

diperlihatkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Motilitas Individu Spermatozoa Semen Before Freezing pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Motilitas individu rata-rata ± SD (%) 3 57,8±2,2a

8 56,3±1,3a

9 58,8±1,8b

11 57,8±2,2a

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)

Hasil analisis (Lampiran 11) menunjukkan bahwa umur pejantan

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap motilitas individu

spermatozoa pada semen before freezing pada kelompok umur 9 tahun dan

motilitas individu spermatozoa pada semen before freezing paling baik

ditunjukkan oleh pejantan kelompok umur 9 tahun sebesar 58,8±1,8%. Motilitas

Page 40: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

32

individu tersebut lebih rendah jika dibandingkan hasil penelitian Turyan (2005)

yaitu 64,17±2,31%. Menurut Situmorang (2002) penurunan motilitas spermatozoa

setelah pendinginan diduga disebabkan karena turunnya kandungan phospolipid

dan kolesterol pada masing-masing bangsa dan pejantan. Kedua senyawa tersebut

merupakan komponen membran. Phospolipid berfungsi untuk melindungi sel

spermatozoa dari cold shock. Sedangkan kolesterol berperan penting dalam

menjaga integritas sel spermatozoa dari variasi sistem membran yang bertambah

selama proses pendinginan.

4.3 Motilitas Individu Spermatozoa Semen Post Thawing

Hasil pemeriksaan motilitas individu spermatozoa post thawing pada

keempat kelompok umur Sapi Limousin dapat dilihat pada Lampiran 12. Rataan

motilitas individu spermatozoa semen post thawing diperlihatkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Motilitas Individu Spermatozoa Semen Post Thawing pada 4 Kelompok Umur Sapi Limousin

Umur Pejantan (tahun) Motilitas individu rata-rata ± SD (%) 3 44,8±1,8a

8 43,8±2,1a

9 47,0±2,3b

11 46,8±1,2b

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis (Lampiran 12) menunjukkan bahwa umur pejantan

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas

individu spermatozoa pada semen post thawing pada kelompok umur 9 dan 11

tahun. Motilitas individu spermatozoa pada semen post thawing paling baik

ditunjukkan oleh kelompok pejantan umur 9 tahun sebesar 47,0±2,3%. Hasil

Page 41: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

33

tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan penelitian Turyan (2005) yaitu

49,5±3,04% pada motilitas individu spermatozoa Sapi Limousin dan Pace (2002)

yaitu 67,6% pada motilitas individu spermatozoa sapi.

Perbedaan motilitas antar individu diduga disebabkan karena kualitas

genetik masing-masing pejantan. Penelitian Sumarsono (2000) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan persentase motilitas setelah thawing antara pejantan

kerbau yang disebabkan perbedaan genetik antar individu tersebut. Menurut

Maxwell dan Watson (1996) menurunnya motilitas juga dapat disebabkan oleh

proses thawing. Selama thawing spermatozoa rentan sekali terhadap kerusakan sel

sebagai akibat dari perubahan tekanan osmotik secara tiba-tiba yang disebabkan

oleh pencairan yang cepat. Penelitian El-Deeb, El-Sabbagh, Sosa, Randa dan El-

Azab (2002) menunjukkan bahwa dengan suhu dan waktu thawing yang berbeda

yaitu 35°C selama 30 detik, 50°C selama 15 detik dan 65°C selama 8 detik

menghasilkan persentase motilitas yang berbeda yaitu berturut-turut adalah

33,61±1,03%; 36,11±1,20% dan 38,47±1,09%.

4.4 Motilitas Individu Spermatozoa Semen Segar, Before Freezing dan Post Thawing

Rataan motilitas individu spermatozoa semen segar, before freezing dan

post thawing diperlihatkan pada Tabel 14.

Page 42: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

34

Tabel 14. Motilitas Individu Semen Segar, Before Freezing dan Post Thawing

Pada 4 Kelompok Umur Pejantan Sapi Limousin

Umur Pejantan

(tahun)

Semen Segar Semen Before

Freezing

Semen Post

Thawing

3 72,3±1,4 57,8±2,2 44,8±1,8

8 71,5±1,3 56,3±1,3 43,8±2,1

9 72,8±0,8 58,8±1,8 47,0±2,3

11 71,5±1,8 57,8±2,2 46,8±1,2

Seperti terlihat pada tabel di atas, motilitas spermatozoa semakin menurun

pada keadaan before freezing dan post thawing, karena telah mengalami proses

pembekuan dan thawing, sehingga mempengaruhi stabilitas dan fungsi-fungsi

hidup membran sel (Susilawati 2003). Pangestu (2002) menyatakan bahwa 50%

spermatozoa mamalia akan mati setelah pembekuan dan thawing. Spermatozoa

dapat rusak secara cepat dan kondisi berubah drastis secara fisik dan kimia pada

suhu pendinginan dan proses pembentukan es selama pembekuan.

Motilitas spermatozoa segar yang didinginkan akan mengalami cold shock

saat pembekuan, karena mengalami kristalisasi dan saat thawing mengalami warm

shock. Chandolia et al. (1999) menyatakan bahwa warm shock dapat mengurangi

persentase spermatozoa motil pada Sapi Angus, Sapi Holstein dan Sapi Brahman.

Penelitian Susilawati, dkk (2003) melaporkan bahwa rata-rata persentase

motilitas spermatozoa before freezing dan post thawing motility sebesar 52±5,37%

dan 41±3,16%, viabilitas spermatozoa before freezing dan post thawing motility

sebesar 94,28±1,74%, konsentrasi spermatozoa before freezing dan post thawing

Page 43: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

35

motility sebesar 143,5±10,1 juta. Penelitian Pileckas, Kutras dan Urbsys (2007)

menyebutkan bahwa motilitas spermatozoa post thawing Sapi Limousin sebesar

40,9%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan semen pejantan

yang diperiksa memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat sebagai pejantan

yang akan dipergunakan untuk IB yaitu mempunyai motilitas semen segar 70%,

motilitas before freezing 55% dan motilitas post thawing 40%.

Page 44: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pejantan memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume semen segar, viabilitas

spermatozoa semen segar dan motilitas individu spermatozoa pada semen before

freezing, memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap konsentrasi

semen segar dan motilitas individu spermatozoa pada semen post thawing dan

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas individu semen segar

dan abnormalitas spermatozoa semen segar.

5.2 Saran

Pejantan Sapi Limousin umur 3-11 tahun yang ada di BBIB Singosari

memiliki kualitas semen yang layak untuk IB.

Page 45: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1992. Seleksi Bibit Pejantan Sapi Madura Guna Meningkatkan Mutu Sapi Madura : Seleksi Calon Pejantan Sapi Madura. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional bekerja sama dengan Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

. 2005. Program Inseminasi Buatan Sebagai Pendukung Usaha Peternakan. Mafaterna, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

. 2006. History of Limousin Cattle. www.thedairysite.com. Tanggal akses : 8 September 2008

Ax, Dally, Didion, Lenz, Love, Varner and Hafez. 2000. Artificial Insemination in Reproduction In Farm Animals. Edited by E. S. E. Hafez. 7th edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA

Bearden, H. J. and J. W Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. 2nd edition. Reston Publishing Company, Inc, Virginia

Blakely, J and D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. 4th edition. Terjemahan Srigandono, B. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Brito, L. F., A. E. Silva, L. H. Rodrigues, F. V. Vieira, L. A. Deragon and J. P. Kastelic. 2002. Effects of Environmental Factors, Age and Genotype on Sperm Production and Semen Quality in Bos indicus and Bos taurus AI Bulls in Brazil. Animal Reproduction Science 70 : 81-90

Chandolia, R. K., E. M. Reinersten dan P. J. Hansen. 1999. Lack of Breed Differences in Responses of Bovine Spermatozoa to Heat Shock. J. Dairy Sci. 82 : 2617-2619. www.dps.ufl.edu. Tanggal akses : 8 September 2008

Correa, J. R., Pace and Zavos. 1997. Relationships Among Frozen-Thawed Sperm Characteristics Assesed Via The Routine Semen Analysis, Sperm Functional Tests and Fertility of Bulls in An Artificial Insemination Program. Elsevier Science Inc, Urbana. Theriogenology 48 (5) : 721

Coulter, G. H., R. B. Cook dan J. P. Kastelic. 1997. Effects of Dietary Energy on Scrotal Surface Temperature, Seminal Quality and Sperm Production In Young Beef Bulls. J. Animal Science 75 (6) : 1048-1052

El-Deeb, E. D., K. M. El-Sabbagh, G. A. Sosa, S. Randa and A. I. El-Azab. 2002. Effects of Thawing Rate, Holding Time and Bull Variance on the Post-thawing Motility of Buffalo Frozen Semen. www.esarf2.tripod.com. Tanggal akses : 8 September 2008

Page 46: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

38

Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 1993. Spermatozoa and Seminal Plasma in

Reproduction In Farm Animals. Edited by E. S. E. Hafez. 6th edition. Lea and Febiger, Philadelphia

. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma in Reproduction In Farm Animals. Edited by E. S. E. Hafez. 7th edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA

Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2008. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. www.pustaka-deptan.go.id. Tanggal akses : 8 September 2008

Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation in Reproduction In Farm Animals. 7th

edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA

Ihsan, M. N. 1997. Manajemen Reproduksi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

Januskauskas, A. and H. Zilinskas. 2002. Bull Semen Evaluation Post-Thaw and Relation of Semen Characteristics to Bull s Fertility. Journal Veterinarija Ir Zootechnica. www. lva.lt. Tanggal akses : 8 September 2008

Kreplin, C. 2002. Breeding Soundness Evaluation of Bulls. www.fao.org. Tanggal akses : 8 September 2008

Lunstra, D. D. and S. E. Echternkamp. 1982. Puberty In Beef Bulls : Acrosome Morphology and Semen Quality In Bulls of Different Breeds. J. Animal Science 55 (3)

Malone, M., J. Miller and J. Lannet Edwards. 1998. Motility and Fertility of Frozen Sperm Aged Post-Thaw. Department of Animal Science. www.animalscience.ag.utk.edu. Tanggal akses : 8 September 2008

Mathevon, M., M. Buhr and J. C. M. Dekkers. 1998. Environmental, Management and Genetic Factors Affecting Semen Production in Holstein Bulls. Journal Dairy Science 81 :3321-3330

Meyn, K. 1991. The Contribution of European Cattle Breeding to Cattle Production in The Third World. Animal Research and Development. Vol 34. Institute for Wissen Schaftliche Zusam Menarbeit. Federal Republic of Germany

Mottershead, J. 2000. Frozen Semen Preparation and Use. www.equine-reproduction.com/articles/FrozenSemen 1.htm. Tanggal akses : 12 April 2007

Nuryadi. 2000. Dasar-Dasar Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

Page 47: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

39

Pace, M. M. 2002. Has The Fertilizing Capacity of Bovine Spermatozoa Changed.

www.ansci.umn.edu/petersen_symposium/pace.pdf. Tanggal akses : 8 September 2008

Pangestu, M. 2002. Preservation of Spermatozoa : Methods and Applications. Indonesian Forum on Reproduction. Journal on Reproduction. 1 (2) : 55-56

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta

Pena, A. I., F. Barrio, L. A. Quintela and P. G. Herradon. 1998. Effects of Different Glycerol Treatments on Frozen-Thawed Dog Sperm Longevity and Acrosomal Integrity. Elsevier Science Ins, Urbana. Theriogenology 50 : 163-172

Pileckas, V., J. Kutra and A. Urbsys. 2007. The Influence of the Genotype on the Quantitative Traits of Bovine Semen. ISSN 1392-2130. Veterinarija Ir Zootechnika T. 40 (62)

Pond, K. dan W. Pond. 1999. Introduction to Animal Science. John Willey & Sons, Inc. USA

Romjali, E. B., D. Wijono, Mariyono dan Hartati. 2007. Rakitan Teknologi Pembibitan Sapi Potong. http://jatim.litbang-deptan.go.id. Tanggal akses : 8 September 2008

Salah, M. S., F. D. El-Nouty and M. R. Al-Hajri. 1992. Effects of Season on Seminal Characteristics of Holstein Bulls Under Semi-Arid Environment : II. Sperm Abnormalities. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences 5 : 449-454

Salisbury, G. W. dan N. L. Van Demark. 1985. Alih Bahasa oleh R. Djanuar. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sekoni, V. O. and B. K. Gustafsson. 1987. Seasonal Variations in the Incidence of Sperm Morphologycal Abnormalities In Dairy Bulls Regularly Used For AI. Br. Vet. Journal 143 : 312-317

Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In Tris-Diluent Containing A Different Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor 7 (3) : 131-187

Siratskii, I. Z. 1990. Inheritance of Reproductive Ability of Bulls. Tsitol. Genet. 24:28-34

Page 48: Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin

40

Sonjaya, H.,Hasbi, Sutomo dan Hastuti. 2005. Pengaruh Penambahan Calcium

Ionophore Terhadap Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil Sexing. Jurnal Sains dan Teknologi 5 (2) : 90-101

Sprott, L. R., T. A. Thrift dan B. B Carpenter. 1998. Breeding Soundness of Bulls. Agricultural Communications. The Texas A & M University System. www.jas.fass.org. Tanggal akses : 8 September 2008

Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R. G. Sianturi dan D. A. Kusumaningrum. 2004. Penggunaan Katalase Dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor

Sumarsono, T. 2000. Penambahan Asam Askorbat dalam Dua Macam Pengencer Semen Beku Sebagai Upaya Untuk Memperkecil Penurunan Motilitas Spermatozoa Kerbau Lumpur Selama Proses Pembekuan. Jurnal Ilmiah Peternakan 3 (4) : 47-55

Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, N. Isnaini dan S. Wahyuningsih. 1993. Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali Pada Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan E. Yuliani. 2003. Inseminasi Buatan Dengan Spermatozoa Beku Hasil Sexing Pada Sapi Untuk Mendapatkan Anak Dengan Jenis Kelamin Sesuai Harapan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang

Thomas, V. M. 1991. Beef Cattle Production. Wafeland Press, Montana University, USA

Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung

Tsuzuki, Y., D. H. Duran, M. Sawamizu, K. Ashizawa and N. Fujihara. 2000. The Effects of Dimethyl-Sulfoxide Added to the Fertilization Medium on the Motility and the Acrosome Reaction of Spermatozoa and the Subsequent Development of Oocytes In Bovine. Official Journal of the Asian-Australasian Association of Animal Production Societies (AAAP). Asian-Australasian Journal of Animal Sciences 13 (6) : 729-745

Turyan. 2005. Penurunan Motilitas Spermatozoa Pada Berbagai Bangsa Sapi Akibat Proses Pembekuan. Skripsi : Program Sarjana Universitas Brawijaya, Malang