petrografi beku

18
BAB V. Petrografi Batuan Beku V.1. Klasifikasi Batuan Beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya. Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1). Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.

description

petrografi

Transcript of petrografi beku

  • BAB V. Petrografi Batuan Beku

    V.1. Klasifikasi Batuan Beku

    Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena hasil

    pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang

    menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk

    kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.

    Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi dua

    yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan beku intrusif

    terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku

    di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan

    beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan

    lapolith (Gambar V.1). Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki

    kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna

    dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku

    intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak

    membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti

    korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur

    halus karena sangat dekat dengan permukaan.

  • Gambar V.1. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan

    dike

    Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari

    komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur

    dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%.

    Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida,

    SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan

    didasarkan pada kandungan SiO2 di dalamnya (Tabel V.1).

  • Tabel V.1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003)

    Menurut keterdapatannya, berdasarkan tatanan tektonik dan posisi pembekuannya (Tabel

    V.2), batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan intrusi plutonik (dalam) berupa granit,

    syenit, diorit dan gabro. Intrusi dangkal yaitu dasit, andesit, basaltik andesitik, riolit, dan

    batuan gunung api (ekstrusi yaitu riolit, lava andesit, lava basal.

    Tabel V.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak / keterdapatannya.

    Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga,

    tergantung dari persentase mineral mafik dan felsiknya. Secara umum, limpahan mineral di

    dalam batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya mineral-mineral dengan derajad

    kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang relatif sama yang dapat hadir bersama-sama

    (sebagai mineral asosiasi; Tabel V.3)

    Tabel V.3. Bowen reaction series yang berhubungan dengan kristalisasi mineral penyusun

    dalam batuan beku

  • V.2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya

    (a) Kelompok batuan beku intrusi plutonik

    1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit

    Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada wilayah

    dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai

    samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat

    gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan

    faneritik (plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa

    basalt dan basanit. Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang

    berseri toleeit, Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri

    batuan toleeit.

    Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan didasarkan

    pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa dan ultra basa

    (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10%

    sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan

    olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar V.2 bawah).

    batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar V.2. atas).

    Batuan ultra basa terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain

    (Gambar V.2 bawah).

  • Gambar V.2. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS

    classification)

    2) Batuan beku asam intermediet

    Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik kratonik

    (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini

    membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan

    beku kaya kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa

  • maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit;

    sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan

    anorthosit (Gambar V.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka

    tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.

    Gambar V.3. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa,

    alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS classification)

    (b) Kelompok batuan beku luar

    Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di Indonesia,

    bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik

    pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih tua.

  • Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini

    secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas

    gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat

    dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok andesit-

    trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).

    Gambar V.4. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas

    kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification)

    Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu batuan,

    dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di samping itu,

  • ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende (amfibol),

    piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral asesori

    dengan plagioklas dan feldspathoid.

    Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi

    magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi,

    limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa,

    berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan

    basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang

    besar, jarang atau sulit hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan

    beku riolit.

    V.3. Struktur Batuan Beku

    Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas; dijumpai pada

    batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit

    Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur; dijumpai pada

    bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct:

    andesit dan basalt

    Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur; dijumpai pada batuan

    ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam.

    Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral lain seperti

    kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit dan andesit

  • Gambar V.5. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing

    mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas

    berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa

    dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm

  • Gambar V.6. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas

    saat pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada posisi nikol

    sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris plagioklas

    berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm, dan tertanam dalam massa

  • dasar gelas, kristal mineral (plagioklas dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter

  • Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria; gambar kiri:

    posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang

    Gambar V.7. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah

    orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih

    menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.

    b) Tekstur Intersertal Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal plagioklas; mikrolit

    plagiklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas interstitial.

    Gambar V.8. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar

    kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit

    c) Tekstur Porfiritik

    Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang dikelilingi oleh massa

    dasar kristal yang lebih halus dan gelas

    Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .

    Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur glomeroporphyritic.

  • Gambar V.9. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin

    dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas

    dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin

    porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas

    dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm

    (Maui, Hawaii)

    d) Tekstur Ofitik

    Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara acak

    dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih besar

    dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar V.11).

    Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara

    bersamaan.

    Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari intergranular menjadi

    subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku basa-

    ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt

    dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih

    lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik

    (dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial

    latit antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.

  • Gambar V.10. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral

    olivin dan piroksen klino

  • Gambar V.11. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral

    feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik

    V.5. Komposisi Mineral pada Batuan Beku

    Komposisi mineral pada batuan beku ditentukan dari komposisi kimiawinya. Didasarkan

    atas komposisi mineral mafik dan felsik yang terkandung di dalamnya, batuan beku dapat

    dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu asam, intermediet dan basa. Batuan beku asam

    tersusun atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet tersusun atas

    mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu felsik dan mafik 1/3 hingga 2/3 secara

    proporsional; dan batuan beku basa tersusun atas mineral mafik lebih dari 2/3 bagian

    (Tabel V.4).

    Tabel V.4. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang

    didasarkan atas kandungan mineral mafik dan felsiknya; mineral-mineral mafik: piroksen

    (olivin, klino- dan ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan mineral-mineral felsik: K-Feldspar,

  • kuarsa

    Komposisi mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit, kalk-alkalin

    atau alkalin. Batuan-batuan dengan seri magma toleeit biasanya banyak mengandung

    mineral rendah Ca, batuan-batuan seri kalk-alkalin biasanya mengandung mineral tinggi Ca

    (seperti augit, amfibol dan titanit), sedangkan batuan seri alkalin banyak mengandung

    mineral-mineral tinggi K (seperti mineral piroksen klino). Tabel V.6 menunjukkan sifat-sifat

    mineral penyusun dalam seri batuan toleeit, kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan

    tersebut hanya dapat terbentuk pada tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit

    berkembang pada zona punggungan tengah samudra (MOR); seri kalk-alkalin berkembang

    dengan baik pada busur magmatik; dan seri alkalin berkembang pada tipe gunung api

    rifting.

  • Tabel V.6. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan mineral penunjuknya

    Tabel V.7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan

    keterdapatannya dari tatanan tektoniknya