PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT PERSEPSI...
Transcript of PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT PERSEPSI...
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT PERSEPSI NYERI PADA PASIEN INFARK MIOKARD
DI RUMAH SAKIT Dr. M. DJAMIL PADANG
Tesis
Oleh
SILA DEWI ANGGRENI NPM 0606027316
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, 2008
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tesis ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan tim penguji tesis pada Program Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Depok, 17 Juli 2008
Pembimbing I
Dewi Irawaty, M.A., PhD
Pembimbing II
Prof. Drg. Heriandi Sutadi, SpKGA (K).,PhD
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
i
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Tesis, Juli 2008 Sila Dewi Anggreni
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark Miokard di RS Dr. M. Djamil Padang xii + 102 + 13 tabel + 6 skema + 1 gambar + 6 lampiran
ABSTRAK Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot jantung yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penyakit ini akan mempengaruhi arteri koroner yang memberi suplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot miokardium. Infark miokard merupakan nekrosis dari miokard yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah lewat koroner tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen. Untuk mencapai proses penyembuhan dan pemulihan yang baik pada pasien infark miokard perlu adanya manajemen nyeri yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri pada pasien infark miokar di RS. Dr. M. Djamil Padang. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment, khususnya non-equivalent control group dengan pre dan post test. Sampel berjumlah 30 orang (15 orang kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik yang diberikan selama 3 hari dan 15 orang kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri, yang diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Evaluasi tingkat nyeri dilakukan setiap hari baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Hasil penelitian diperoleh adanya penurunan tingkat nyeri setiap harinya, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok intervensi (p=0,000), artinya terapi musik pada pasien infark miokard dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri. Pada penelitian ini karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien infark miokard. Rekomendasi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam menangani nyeri pada pasien infark miokardan perlu adanya penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih lama agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik Kata Kunci: Pasien infark miokard; terapi musik; terapi penurun nyeri; tingkat nyeri. Daftar Pustaka: 43 (1997-2007)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
ii
POST GRADUATE PROGRAM OF NURSING FACULTY UNIVERSITY OF INDONESIA Thesis, July 2008 Sila Dewi Anggreni Effect of Music Therapy on The Level of Pain Perception of Patient with Infark Miokard at Dr. M. Djamil Hospital in Padang xii + 103 pages + 13 tables + 3 schemes + 6 appendices
ABSTRACT Coroner heart diseases is a heart sickness which is caused by decreasing blood of supply to cardiac muscle that happening of imbalance between supplies and oxygen needs. This disease will effect the artery coronary which provide blood supply, oxygen and nutrition to myocardium muscle. Infark miokard is necrosis from miokard that happened because of insufficiency blood stream through coroner can not fulfill oxygen needs. To reach good curative process and curing at patient with infark miokard, it needs good pain management. The research a purpose is to identifying the effect of music therapy on the level of pain perception with infark miokard at Dr. M. Djamil Hospital in Padang. This research used a quasi experiment design by control group approach with pre and post tested. Research has been done at Dr. M. Djamil Hospital Padang. 30 samples of patient with infark miokard divided into 2 groups, 15 people of intervention group which were given by pain degradation therapy and music therapy and 15 people of control group which were only given by pain degradation therapy, taking sample by non probability sampling type of consecutive sampling. Statistic test result of dependent t-test indicated that there was meaning difference between pain degradation at group which was given by music therapy and pain degradation at group which was not given by music therapy before and after intervention. This research of age characteristic, gender and pain experience don't have an effect on pain level degradation of patient with infark miokard. The research concluded that degradation on pain perception level of patient with infark miokard was higher at group which was given by music therapy Recommendation of this research result, music therapy has to be applied as one of nursing intervention on handling pain of patient with infark miokard and it is important to be done a continue research which has more specific sample criterion and longer research to get better research result. Key words: patient with infark miokard; music therapy; pain degradation therapy, pain level References: 45 (1997-2007)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat dan
rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul
“ Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark
Miokard di RS Dr. M. Djamil Padang”, yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Keperawatan kekhususan Medikal Bedah pada
Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan hasil
penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia dan sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan
saran, masukan, dukungan moril yang begitu berharga, meskipun dengan
segala kesibukan beliau tetap meluangkan waktu dan fikiran dalam
memberikan bimbingan dan dukungan hingga selesainya penyusunan tesis
ini
2. Ibu Krisna Yetti, S.Kp, M.App.Sc, selaku Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang sering memberikan
semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini
3. Bapak Prof. Drg. Heriandi Sutadi, SpKGA (K)., PhD selaku pembimbing II
yang telah banyak memberikan saran, masukan, dukungan moril dan
bimbingan dalam penulisan tesis ini dengan penuh ketelitian, telah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
iv
meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
4. Direktur Poltekes Padang, Ketua Jurusan Keperawatan, Ketua Program
Studi Keperawatan Padang beserta Seluruh staf yang selalu mendukung
penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. Direktur Utama, Direktur SDM, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala
Bidang Diklit beserta staf RS Dr. M. Djamil Padang yang telah memberikan
izin dan memfasilitasi untuk pelaksanaan penelitian
6. Kepala ruangan CVCU dan kepala ruangan rawat jantung beserta seluruh
perawat yang telah membantu dalam penelitian, juga ucapan terima kasih
kepada pasien yang sudah bersedia menjadi responden penelitian
7. Ibu Yulia, S.Kp, MN sebagai Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta sering memberikan motivasi untuk
tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini
8. Seluruh dosen dan staf pada Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia
terutama dosen dan staf akademik kekhususan Keperawatan Medikal Bedah
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dalam proses belajar
mengajar
9. Ibunda Yulinar tercinta dan papa Sabiran dan keluarga besar Jaho yang
selalu memberikan perhatian, dukungan moril dan materil, serta
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
v
10. Ibunda Sudarmi beserta seluruh keluarga besar Silaing yang juga telah
memberikan perhatian, dukungan moril dan materil serta memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
11. Spesial terima kasih yang tidak terhingga kepada belahan jiwa uda Arwendi
tercinta dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang selalu memberikan
perhatian, semangat , dukungan moril dan materil sehingga memberikan
ketenangan jiwa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
12. Ananda Velia dan Harikh tersayang. Buah hati mama yang selalu sabar,
tulus, memberikan doa buat mama, yang selalu hadir dihati mama dan
sebagai pemicu semangat mama dalam menyelesaikan pendidikan
13. Kakak dan adikku Silvi Yusi, Silhida Yeni, Silva Firdaus, Susi Febrianti,
Ismail dan Ardis yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta
selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan
14. Adinda Yeye Diana yang selalu sabar dan setia menjaga dan mendampingi
Velia dan Harikh sehingga memberikan ketenangan bagi penulis dalam
menyelesaikan pendidikan
15. Teman-teman satu angkatan Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah angkatan 2006, atas kebersamaan
kita selama perkulia khususnya buat Ninik dan Iin yang telah memberikan
motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tesis
16. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu
sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
vi
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa
mendapat balasan dari Allah SWT. Amien. Akhirnya penulis berharap hasil
penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Depok, Juli 2008
Penulis
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
vii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 14
A. Infark Miokard ........................................................................... 14
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Infark Miokard ..................... 21
C. Nyeri ........................................................................................... 27
D. Terapi Musik .............................................................................. 38
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
viii
BAB III: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DEFENISI OPERASIONAL ..................................................... 55
A. Kerangka Konsep ...................................................................... 55
B. Hipotesis ...................................................................................... 57
C. Defenisi Operasional ................................................................... 57
BAB IV : METODOLOGI ....................................................................... 59
A. Desain Penelitian ........................................................................ 59
B. Populasi dan Sampel .................................................................. 61
C. Tempat Penelitian ....................................................................... 64
D. Waktu Penelitian ......................................................................... 64
E. Etika Penelitian …………………………………………………. 64
F. Alat Pengumpul Data …………………………………………… 66
G. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………… 67
H. Pengolahan Data ……………………………………………….. 69
BAB V : HASIL PENELITIAN ............................................................... 72
A. Analisa Univariat ....................................................................... 72
B. Analisa Bivaria ............................................................................ 76
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
ix
BAB VI : PEMBAHASAN ........................................................................ 87
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil .................................................... 87
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 99
C. Implikasi Hasil Penelitian .......................................................... 100
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 101
A. Kesimpulan ................................................................................ 101
B. Saran ........................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
x
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 49
Skema 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 51
Skema 4.1 Desain Penelitian ................................................................. 55
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ....................... 53
Tabel 4.1 Analisa Bivariat ..................................................................... 65
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ vital yang sangat penting bagi tubuh. Gangguan
pada jantung dapat menyebabkan gangguan pada seluruh sistem seperti
gangguan vaskularisasi darah, gangguan pmenuhan oksigen dan gangguan
metabolisme tubuh yang berdampak sangat fatal apabila tidak segera diatasi.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan istilah yang merujuk pada
penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot
jantung (Black &Hawks, 2005 hal 1627). Penurunan suplai darah ke otot
jantung menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Diklat Pusat Kesehatan Jantung Harapan Kita, 2001 hal
99). Pada akhirnya ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan
pompa jantung dan mempengaruhi tubuh secara sitemik.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang paling
mempengaruhi populasi orang dewasa, Penyakit ini menyebabkan kematian,
kecacatan dan kerugian ekonomi disektor industri dibandingkan penyalit
lainnya. (Gersh et al, 1997 dan Finkelmeier, 2000 hal 5). Badan Kesehatan
dunia WHO mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh
dunia pada tahun 2002 dan angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta
orang pada tahun 2010 (Tjang, 2006, Alternatif terapi penyakit jantung
koroner, http://www.gizi.net diperoleh tanggal 4 Desember 2007.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
2
Saat ini PJK merupakan penyebab utama kematian di Amerika serikat.
Diperkirakan 400.000 kasus baru terjadi setap tahunnya (Black & Hawks,
2005, hal 1701). Hal tersebut menjadikan penyakit ini cukup dikenal dan
menjadi bahan diskusi kalangan profesional kesehatan juga menjadi
pembicaraan sehari-hari di masyarakat.
Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN) Tahun 2000 di
Indonesia menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir angka tersebut
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat
PJK adalah 16 % kemudian tahun 2001 menjadi 26,4 %. Angka kematian
akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 pendudk di Indonesia.
Tingginya angka tersebut menyebabkan penyakit ini menjadi penyebab
kematian no 1 di Indonesia ( Nurmartono, 2007, Aplikasi Telemetri dalam
asuhan keperawatan penyakit jantung koroner, http ://www.inna-ppni.or.id
diperoleh tanggak 10 Januari 2008).
Sebagai salah satu penyakit degeneratif Penyakit Jantung Koroner merupakan
ancaman serius bagi kehidupan seseorang karena sifat penyakit ini dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini mempengaruhi arteri koroner yang
member suplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot miokardium. Pada saat
darah mengalir ke arteri koroner yang mengalami sumbatan komplit maupun
partial maka iskemi dan infark dapat terjadi pada otot miokardium
(Ignatavicius, Workman dan Misshler, 1999 miokardium, hal 901.) Gangguan
penyempitan arteri koroner menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
3
oksigen yang menuju sehingga mangarah pada timbulnya sindroma angina,
miokardiak infark akut, serangan jantung mendadak yang menimbulkan
kematian (Black & Hawks, 2005. hal 1701.)
Insidensi kematian mendadak akibat dari gangguan jantung sangat tinggi,
lebih dari separoh kematian akibat Miokard Infark terjadi dalam beberapa jam
setelah adanya gejala dan sebelum pasien sampai di rumah sakit, kebanyakan
dari pasien yang meninggal adalah pria usia pertengahan (Anderson, M, 1995.
Hal 5).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ade Priyanto pada Weekend Course on
Cardiology Jakarta tahun 2001 Infark Miokard merupakan nekrosis dari
miokard yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah lewat koroner sehingga
aliran darah koroner tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen.Penyebab
infark miokard adalah atherosklerotik, vasokonstriksi dan thrombosis arteri
koroner yang memberikan gambaran klinis yang khas berupa nyeri dada,
kelainan EKG dan kenaikan serum enzim. Nyeri dada biasanya dirasakan
dibawah sternum (sub sternal) yang menjalar ke leher dan bahu. Sensasi
terasa di visceral dan dapat digambarkan oleh pasien sebagai rasa terbakar,
tertekan atau rasa tidak enak atau tertumpu didada. Nyeri bahkan sering
timbul saat klien istirahat bahkan saat klien tidur.
Nyeri dada yang terjadi pada miokard infark merupakan suatu keadaan yang
perlu mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Keluhan nyeri dada ini
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
4
mengidentifikasi proses ischemia miokard masih berlangsung, dan apabila
proses iskhemia berlanjut atau tidak diintervensi dengan baik akan terjadi
kematian otot jantung atau nekrosis miokard yang sifatnya irreversible.
Penyebab nyeri dada adalah ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan oksigen miokard. Hal ini dapat terjadi jika suplai oksigen
berkurang atau kebutuhan oksigen yang meningkat.
Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen antara lain
peningkatan frekwensi nadi, kontraktilitas, beban jantung dan pembesaran
jantung atau hipertropi jantung. Sedangkan hal-hal yang dapat menyebabkan
penurunan suplai oksigen ke miokard adalah karena menurunnya aliran darah
ke miokard yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner.
Untuk memastikan bahwa nyeri dada disebabkan oleh infark miokard maka
pengetahuan tentang riwayat nyeri dada sangat penting karena keluhan nyeri
dada pada pasien infark miokard mempunyai karakteristik nyeri dada yang
khas. Karakteristik nyeri dada yang khas pada infark miokard berupa nyeri
dada pada daerah retrosternal kiri seperti ditindih beban berat atau ditekan,
diremas-remas, terasa panas dan dapat menjalar ke lengan kiri, bahu, leher,
rahang bahkan sampai ke punggung dan epigastrium. Nyeri dada terjadi saat
klien istirahat atau dengan aktivitas yang ringan. ( Susan L,Woods (2000)
dalam Supami, Sri,(2001).
Menurut Smeltzer & Bare, 2002 yang dimaksud dengan nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosionl yang tidak menyenangkan akibat dari
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
5
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri juga menjadi alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawat. Selanjutnya Smeltzer, 2002
menyebutkan nyeri dalam keperawatan adalah apapun yang menyakitkan
tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya yang ada kapanpun
individu mengatakannya. Oleh karena itu keberadan nyeri adalah berdasarkan
pada laporan pasien secara subjektif. Hal ini senada dengan pendapat Price
dan Wilson, 2006 yang menyatakan nyeri bersifat subjektif dan merupakan
suatu sensasi sekaligus emosi. Bagi dokter dan perawat nyeri merupakan
sesuatu yang membingungkan. Dalam hal pengukuran intensitas nyeri pasien
mengandalkan penjelasan dari keluhan pasien.
Asosiasi Nyeri Internasional (1997) menggambarkan nyeri sebagai perasaan
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang dihubungkan
dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh. Selanjutnya Potter &
Perry (1993) dalam Supami, Sri,(2001) menyatakan bahwa nyeri seringkali
merupakan tanda yang menyatakan ada sesuatu yang secara fisiologis
terganggu yang menyebabkan seseorang meminta pertolongan. Nyeri juga
merupakan masalah yang serius yang harus direspons dan di intervensi
dengan memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan membebaskan nyeri
tersebut.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut
nyeri memasuki medulla spinalis dengan menjalani salah satu dari beberapa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
6
rute syaraf. Terdapat pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulasi nyeri sehingga tidak mencapai otk atau ditransmisikan
tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks
serebral maka otak akan menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses
imformasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam mempersepsikan nyeri (Perry & Potter, 2006)
Intervensi medis nyeri dada pada infark miokard meliputi pemberian obat
nitroglycerin sublingual, oral atau injeksi, terapi golongan narkotik yaitu
morphin sulfat atau petidin, oksigen therapy, obat penghambat beta-
adrenergik dan kemungkinan dilakukan tindakan reperfusi terapi sesuai
indikasi seperti Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty PTCA).
Pada waktu nyeri dada obat yang paling tepat adalah narkotik dan
nitroglycerin intravena. Efek nitrogliserin terhadap hemodinamik adalah
pasodilatasi perifer sehingga mengurangi beban jantung dan mengurangi
konsumsi oksigen miokard, disamping itu nitroglycerin juga bekerja
vasodilator koroner sehingga aliran darah ke koroner juga bertambah. Efek
samping dari obat ini adalah hipotensi sehingga penting memonitor tanda-
tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian obat tersebut. (Manurung,
2006)
Obat golongan penghambat beta adrenergik diberikan untuk mencegah
timbulnya nyeri dada. Golongan obat ini bekerja menghalangi reseptor beta
adrenergik terhadap perangsangan syaraf adrenergik dan mempunyai efek
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
7
hemodinamik yang memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan
darah, mengurangi kontrktilitas otot jantung, menurunkan curah jantung,
mengurangi konsumsi oksigen. (Manurung, 2006)
Pada kondisi Miokard Infark intervensi keperawatan yang dilakukan adalah
menurunkan nyeri dan tanda gejala lain iskemia, selain itu memperbaiki
fungsi respirasi, meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan, menurunkan
cemas, memonitor dan menangani potensial terjadinya komplikasi dan
meningkatkan perawatan dirumah. Salah satu intervensi keperawatan
sebagai perawat professional pemberi pelayanan keperawatan pada klien
dengan Infark Miokard perawat dapat memberikan terapi non farmakologis
yang dikenal dengan terapi non farmakolgis yang merupakan pelengkap bagi
terapi konvensional yang telah terbukti bermanfaat. Terapi non farmakologis
untuk mengurangi nyeri diantaranya kompres hangat, kompres dingin,
hidroterapi, acupressure, akupunktur, stimulasi syaraf elektronik per
transcutan (TENS), hypnosis, yoga, biofeedback, relaksasi dengan bantuan
musik, imajinasi, visualisasi, aroma terapi (Simkin,P dan Anchaeta, R, 2005)
Musik sebagai terapi telah dikenal sejak abad ke 4 Masehi dan terus
dkembangkan hingga sekarng. Di Amerika dan Jerman dengan metoda yang
lebih modern sekelompok peneliti secara intensif mengamati music yang
mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dan menenangkan (intisari 2007,
http://intisari.com, diperoleh tanggal 28 Desember 2007)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
8
Menurut Kemper dan Denhauer (2005) musik juga dapat memberikan efek
bagi peningkatan kesehatan, mengurangi stress dan mengurangi nyeri. Musik
juga efektif untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan mood pada
pasien medical dan bedah. Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja
sisem syaraf otonom dan hormonal sehingga secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap kecemasan dan nyeri. Pasien yang diterapi dengan
menggunakan musik akan tampak lebih rileks dan tenang. Efek relaksasi yang
didapat melalui terapi musik tersebut akan berpengaruh terhadap stabilitas,
menurunkan tekanan darah, nadi dan pernafasan.
Hasil penelitian Guzzetta (1999) musik efektif menimbulkan efek relaksasi
dan menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang Coronary
Care Unit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penuruan apical heart rate,
peningkatan suhu kulit bagian perifer. Pada studi yang dilakukan oleh
Raymond Bahr seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian Intensif
Cardiac Care Unit selalu menggunakan music di ruang perawatan. Telah
membuktikan bahwa pada kasus-kasus serangan jantung dimana pasiennya
membutuhkan perawatan yang intensif dalam waktu satu setengah jam
mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang sama seperti
dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (Ucup, 2006, dalam
Tory(2007)
Menurut Campbell (2001) jenis musik impresionis seperti Debussy, faure dan
ravel yang diberikan selama seperempat jam yang diikuti dengan beberapa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
9
menit peregangan dapat membuat impuls-impulss kreatif dan membuat kita
bersentuhan dengan alam tak sadar.
Penelitian tentang manfaat terapi musik tersebut dalam menurunkan nyeri
masih belum banyak dikembangkan oleh perawat dirumh sakit, Hasil
observasi lapangan yang peneliti lakukan perawat yang memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah kardiovaskular yang mengalami
nyeri umumnya memberikan terapi farmakologi dengan berkolaborasi dengan
dokter dan hampir tidak pernah melakukan terapi komplementer seperti terapi
relaksasi dengan menggunakan musik yang dapat menurunkan nyeri yang
dialami oleh klien
Rumah sakit Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan jantung
untuk wilayah regional Sumatera yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI
Dr. Siti Fadilah Supari pada tanggal 29 Januari 2005.Rumah sakit ini
ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia/ketenagaan
yang cukup memadai, rumah sakit ini merupakan rumah sakit Tipe B yang
terus dikembangkan sebagai rumah sakit pendidikan seiring dengan
berkembangnya profesi di bidang keehatan. Rumah sakit ni memiliki
berbagai instalasi vital dan penting, salah satunya CVCU
Berdasarkan survei pendahuluan dari buku laporan registrsi ruang CVCU. RS
Dr. M. Djamil Padang dari bulan Januari sampai Desember 2007, jumlah
pasien Penyakit Jantung Koroner yang dirawat di CVCU sebanyak 2300
orang yang termasuk penyakit 5 besar terbanyak. Dari 2300 pasien tersebut
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
10
sebanyak 377 pasien adalah pasien MCI. Dengan demikian jumlah pasien
MCI yang dirawat di CVCU . Dr. M. Djamil Padang cukup banyak.
Pentingnya riset ini terhadap masa rawat, proses rehabilitasi dan stabilisasi
status hemodinamik pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, telah
menginspirasi peneliti untuk mengembangkan riset tentang terapi musik ini
dalam menurunkan nyeri pada pasien dengan MCI. Dari literatur yang ada
belum didapatkan informasi yang jelas tentang pengaruh terapi musik
terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan MCI sementara saat ini banyak
dirawat klien dengan MCI. Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian “ Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Miokard Infark di RS Dr. M.
Djamil Padang”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian tentang manfaat terapi musik dalam menurunkan nyeri masih
belum banyak dikembangkan oleh perawat dirumh sakit, oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap nyeri pada
pasien miokard infark yang belum pernah dilakukan di RS Dr. M. Djamil
Padang. Berdasarkan hal ini maka peneliti merumuskan masalah penelitian
yaitu : “Bagaimana pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri
pada klien miokard infark di ruang rawat CVCU RS Dr. M. Djamil Padang?”
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
11
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri
pada pasien miokard infark di ruang rawat CVCU RS Dr. M.Djamil
Padang
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik (umur, jenis kelamin, jenis infark
miokard) pasien dengan nyeri infark miokard
b. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark sebelum
mendapat kombinasi terapi analgetik ditambah terapi musik pada
kelompok intervensi
c. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark sebelum
mendapat terapi analgetik pada kelompok kontrol
d. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark setelah
mendapat kombinasi terapi analgetik ditambah terapi musik pada
kelompok intervensi
e. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark setelah
mendapat terapi analgetik pada kelompok control
f. Mengidentifikasi perbedaan tingkat persepsi nyeri pasien miokard
infark yang mendapat terapi analgetik pada kelompok kontrol dengan
pasien yang mendapat kombinasi terapi analgetik dan music terapi pada
kelompok intervensi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
12
g. Mengidentifikasi hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan
tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol
D. Manfaat penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi institusi rumah sakit
khususnya ruang CVCU RS. Dr. M.Djamil Padang dalam rangka
perencanaan mengembangkan dan menerapkan tindakan keperawatan
terutama yang berhubungan denbgan terapi non farmakologis khususnya
terapi musik pada klien dengan MCI. Dengan demikian keberhasilan
tindakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan proses penyembuhan
sehingga menurunkan angka kematian pasien MCI dan mengurangi waktu
rawat serta biaya perawatan pasien.
2. Ilmu Keperawatan
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan, terutama yang berhubungan
dengan perawatan pada pasien miokard infark. Diharapkan hasil penelitian
ini akan menambah khasanah teori tentang terapi musik dan perawatan
klien MCI
3. Penelitian keperawatan
Penelitian ini memberikan landasan bagi pengembangan penelitian tentang
terapi musik. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
13
kerangka acuan bagi penelitian selanjutnya serta memberikan informasi
awal bagi pengembangan penelitian serupa dimasa mendatang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infark Miokard
1. Pengertian
Infark miokard adalah nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner
(Marulam, M.P, 1997. hal. 13). Infark miokard adalah kematian atau
nekrosis jaringan miokardium akibat oklusi (penyumbatan) pembuluh
darah koroner (Hanun, 2002, hal 1095)
Adapun faktor resiko terjadinya infark miokard adalah merokok, kadar
kolesterol total dan LDL yang tinggi, hipertensi, DM, usia lanjut, aktivitas
yang berlebih pada pasien yang pernah mengalami serangan jantung
(Lewis, 2000)
2. Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lama akan meyebabkan kerusakan seluler yang
irreversible dan kematian otot atu nekrosis miokardium dimana akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang memungkinkan masih dapat
terjadi perbaikan, terjadinya infark yang meluas tergantung dari besar
kecilnya iskemia yang mengelilinginya. Apabila daerah iskemiknya besar
dan mengalami nekrosis dimana artinya tidak ada perbaikan maka infark
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
15
akan bertambah besar, namun apabila daerah iskemik mengalami
perbaikan dan tidak terjadi nekrosis maka perluasan infark tidak terjadi
(Hanun, 2002). Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian
perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot
yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya
aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam timbul udema pada sel-sel,
respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan
terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi
proses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik.
Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu ketiga
mulai terbentuk jaringan parut infark miokardium jelas akan mengurangi
fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi
sedangkan otot iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan daya
konsentrasi. Secara fungsional infark miokrdium akan menyebabkan
perubahan-perubahan : daya kontraksi menurun, gerakan dinding abnormal,
perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah sekuncup,
pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir
diastolik ventrikel, peningkatan akhir diastolik ventrikel kiri.
Secara ringkas terdapat serangkaian reflek yang dapat mencegah
memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi tetapi semua respon
kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan miokardium dengan
meningkatnya kebutuhan miokardium akan oksigen (Hudak dan Gallo,
1997). Infark miokardium klasik disertai gambaran klinis yang terdiri dari
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
16
nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat, disertai mual, keringat dingin,
muntah dan perasaan seakan-akan sedang menghadapi ajal. Tetapi 20 %
sampai dengan 60 % kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi
atau asimtomatik. Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi
dan tidak ditemukan kelainan dan didiagnosa melalui pemeriksaan EKG
yang rutin (Shepherd, 2002, hal 14)
Dalam keadaan normal suplai O2 ke jaringan sesuai dengan kebutuhannya,
dengan adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah maka
perfusi jaringan terhambat sehingga suplai oksigen tidak sesuai dengan
kebutuhan jaringan akibatnya jaringan menjadi iskemik dan terjadi
metabolism anaerob. Metabolisme tersebut menghasilkan asam laktat yang
menimbulkan nyeri, jika pembuluh darah yang tersumbat adalah arteri
koronaria maka nyeri dirasakan pada dada sebelah kiri. Seharusnya pada
kondisi seperti ini jaringan diistirahatkan, tetapi selama manusia masih
hidup tentu tidak mungkin jantung diistirahatkan. Oleh karena jantung
yang mengalami iskemik terus menerus dipergunakan maka suatu saat
akan mengalami nekrosis/ infark
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah
metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob. Hasil akhir metabolism
anaerob adalah asam laktat yang akan tertimbun sehingga menurunkan PH
sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia serta
asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
17
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang, serabut-
serabutnya memendek dan daya serta kecepatannnya berkurang, selain itu
gerakan dinding segmen yng mengalami iskemia menjadi abnormal,
bagian tersebut akan keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamik. Perubahan hemodinamik bervariasi sesuai ukuran segmen
yang mngalami iskemia. Dan derajat respon refleks kompensasi sistem
syaraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikl kiri dapat mengurangi curah
jantung dengan berkurangnya curah sekuncup. Berkurangnya pengosongan
ventrikel saat sistole akan memperbesar volume ventrikel, akibatnya
tekanan jantung kiri akan meningkat, tekanan diastolik ventrikel kiri dan
tekanan kapiler paru akan meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
dan tekanan kapiler paru akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar
oleh perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding
yang kurang lentur semakin memperberat peningkatan tekanan pada
volume ventrikel tertentu. Hal-hal yang disebutkan diatas menyebabkan
peningkatan beban kerja jantung sehingga daerah iskemia tidak mengalami
perbaikan tetapi mengalami nekrosis ( Price dan Wilson, 1995).
Pada iskemia manifestasi hemodinamik yang sering terjadi adalah
peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul
nyeri. Dengan timbulnya nyeri sering terjadi perangsangan lebih lanjut
oleh katekolamin. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa
miokrdium yang terserang iskemia cukup luas. Sedangkan EKG
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
18
dapatmenangkap kelaianan miokard yang disebabkan oleh terganggunya
aliran koroner. Iskemia miokardium secara khas disertai oleh dua
perubahan gambaran EKG yaitu gelombang T terbalik akibat perubahan
elektrofisiologi selular dan depresi gelombang ST, tetapi pada infark
miokard akan didapatkan gambaran EKG dimana gelombang ST elevasi.
( Price dan Wilson, 2000). Serangan iskemia biasanya mereda dalam
beberapa menit, apabila ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen sudah diperbaiki, perubahan metabolik hemodinamik dan
elektrokardiografik yang terjadi semuanya bersifat reversible ( Hanun.
2002)
3. Gejala
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal seperti diremas-remas,
ditekan, di tusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke
lengan umumnya, ke lengan kiri, bahu, leher, rahang bahkan ke pungung
dan epigastrium. Nyeri berlangsung lama dan tidak responsif terhadap
nitrogliserin, Nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sesak, pusing,
keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Kadangkala nyeri ini
dirasakan di daerah epigastrium sehingga sering disalahartikan sebagai
gastritis. Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik
cenderung normal. Hanya pada bunyi janung kedua pecah paradoksal,
irama gallop. takhikardi, kulit pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada
kasus yang relatif lebih berat. (Hudak dan Gallo, 1995)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
19
4. Komplikasi
Komplikasi miokard infark menurut Hanun (2002) adalah :
a. Aritmia
Ditemukan pada fase akut miokard infark. Dapat menyebabkan
gangguan hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen yang dapat
memperluas infark bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan
kematian
b. Sinus bradikardi
Sering menyertai miokard infark inferior atau posterior. Umumnya
disebakan oleh vagotonia
c. Disfungsi ventrikel kiri
Sering pada miokard infark inferior, gangguan hemodinamik berat
sering terjadi, kematian umumnya disebabkan karena gagal jantung
berat
d. Syok kardiogenik
Dikarenakan penurunan curah janung menyebabkan gangguan dalam
hemodinamik
e. Kematian
Bila penanganan miokard infark tidak adekuat
5. Etiologi
Etiologi dari miokard infark disebabkan oleh hal-hal berikut :
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
20
a. Riwayat keluarga sakit jantung
b. Kadar LDL kolesterol yang tinggi dan trigliserida, kadar HDL
kolesterol yang rendah
c. Tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi
d. Merokok
e. Kurang berolah raga
f. Makan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi
g. Obesitas, kelebihan berat badan
h. Tidak terkontrolnya gula darah
i. Stres dan depresi yang berkepanjangn. (Price dan Wilson, 2000).
6. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien infark miokard adalah :
a. Mengurangi tingkat kolesterol, trigliserida dan penggunaan lemak serta
minyak. Mengurangi konsumsi lemak, mengatur intake total energi dan
mempertahankan berat badan ideal, melaksanakan aktivitas secara
terstruktur dan olah raga teratur, meningkatkan sejumlah karbohidrat
dan protein nabati dalam diet.
b. Mengatur gaya hidup
Meningkatkan kesadaran terhadap perilaku yang merugikan kesehatan,
mengganti pola kebiasaan yang buruk, hindari stres, sediakan waktu 20
menit untuk beraktivitas sesuai toleransi, susun jadwal tidur dan
istirahat secara adekuat
c. Menghentikan kebiasaan merokok
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
21
Mengatur program untuk berhenti merokok, mengubah aktivitas sehari-
hari yang dapat merangsang keinginan untuk merokok, support dari
keluarga atau orang terdekat
d. Menjaga tekanan darah
Cek tekanan darah secar teratur, latihan dan olah raga yang teratur,
mengontrol dan mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam
e. Mengatur gula darah
Ikuti diet yang direkomendasikan, mengontrol diet dan mengurangi
kelebihan berat badan, mengurangi kadar gula darah secara bertahap
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Miokard Infark
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien,
pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk
mencapai hal tersebut perawat harus mengidentifikasi proses pemecahan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah antara lain pengkajian,
diagnose keperawatan, perencaanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999)
1. Pengkajian
Menurut Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999 pengkajian pasien
miokard infark antara lain :
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
22
Kelemahan, keletihan, nafas pendek, tidak dapat tidur, pola hidup yang
monoton,jadwal olah raga yang tidak teratur
2) Tanda
Tachikardi, dispnea pada istirahat dan beraktifitas
b. Sirkulasi
1) Gejala
Riwayat miokard infark sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal
jantung koroner, masalah tekanan darah, diabetes melitus.
2) Tanda
Tekanan darah dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, disritmia mungkin terjadi, bunyi
jantung tambahan S3 atau S4 disebabkan penurunan kontraktilitas
ventrikel., bunyi mur-mur bisa muncul karena insufisiensi katup dan
disfungsi otot papiler : Fiction karena adanya perikarditis, irama janung
regular/irregular, edema, mukosa bibir pucat atau sianosis, kuku datar
c. Integritas ego
1) Gejala
Denial, takut mati, kecemasan
2) Tanda
Ansietas, denial, kurang kontak mata, gelisah, focus pada diri sendiri,
marah
d. Eliminasi
Tanda : bunyi usus normal/menurun
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
23
e. Makanan/cairan
1) Gejala
Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati, terasa
terbakar
2) Tanda
Turgor kulit menurun, kulit kering/ berkeringat, muntah, perubahan
berat badan
f. Hygiene
Gejala/tanda : Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
g. Pernafasan
1) Gejala
Dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
2) Tanda
Peningkatan frekwensi pernafasan, nafas sesak/kuat, pucat atau sianosis,
bunyi nafas bersih atau krekels/mengi, sputum bersih, merah muda
kental
h. Neurosensori
1) Gejala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
2) Tanda
Perubahan mental, kelemahan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
24
i. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Gejala
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan
aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi pada
umumnya pada dada anterior, sub sternal, prekordium dan menjalar ke
lengan sampai rahang dan punggung serta epigastrium, kualitas
menetap seperti ditindih, diremas dengan skala nyeri 10 (1-10)
2) Tanda
Wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, menggeliat, menarik diri, kontak mata negatif, respon
otomatik ditandai dengan perubahan frekwensi/irama jntung, tekanan
darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban dan kesadaran
j. Interaksi sosial
1) Gejala
Ketidakmampuan untuk mekanisme koping dengan stress yang ada
2) Tanda
Kesulitan untuk beristirahat dengan tenang, respon emosi lebih kearah
marah, menarik diri dari keluarga
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga penyakit jantung/miokard infark, diabetes,
stroke, hipertensi, penyakit vaskuler perifer, pengkonsumsi rokok.
l. Pemeriksaan diagnostic
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
25
1) EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertropi, blok konduksi disritmia.
Peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead. Depresi PR,
gelombang T datar dan cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi
2) Echokardiogram
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertropi jantung, disfungsi
katup, dilatasi ruang
3) Enzim jantung
CPK mungkin tinggi tetapi isoenzim MB tidak ada
4) Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katub dan regurgitasi dan penurunan gerak
dinding jantung
5) Sinar X
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal
6) LED
Umumnya meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Morhouse dan Geissler ( 1999), Hudak dan gallo (1997)
diagnose keperawatan pada klien miokard infark antara lain :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dada akut berhubungan dengan hipoksia
miokard akibat adanya iskemia jaringan karena penyempitan arteri
koroner
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
26
b. Keterbatan aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
c. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan hospitalisasi, perubahan
status kesehatan dan takut akan kematian
d. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
dalam irama, frekwensi dan konduksi elektrikal, penurunan preload,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik
e. Resiko tinggi gangguan perfusi jringan sehubungan dengan penurunan
aliran darah akibat adanya iskemik jaringan
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penanganannya
3. Rencana dan Implementasi keperawatan
Menurut Doenges, Morhouse dan Geissler ( 1999), Hudak dan gallo (1997)
intevensi keperawatan pada klien miokard infark antara lain :
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dada akut berhubungan dengan hipoksia
miokard akibat adanya iskemia jaringan karena penyempitan arteri
koroner
1) Catat karakteristik nyeri, respon verbal dan non verbal serta respon
hemodinamik seperti meringis, diaphoresis,nafas cepat, perubahan nadi
dan tekanan darah
2) Kaji lokasi nyeri, intensitas, kualitas dan radiasi nyeri
3) Kaji riwayat nyeri sebelumnya
4) Anjurkan pasien untuk mlaporkan nyeri sesegera mungkin
5) Pertahankan lingkungan yang tenang dan suasana yang nyamn
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
27
6) Bantu dan ajarkan pasien untuk latihan relaksasi dengan nafas dalam,
retraksi
7) Observasi tanda vital sebelum/sesudah pemberian narkose
8) Berikan O2 sesuai program terapi
9) Kolaborasi pemberian obat-obatan jantung
b. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
2) Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi dini intensitas rendah
disertai dengan itirahat
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
4) Jelaskan pada pasien tanda dan gejala kekambuhan ulang
5) Bantu pasien dalam pelaksanaan personal hygiene
c. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan hospitalisasi, perubahan
status kesehatan dan takut akan kematian
1) Identifikasi persepsi pasien tentang status kesehatannya
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannnya
3) Observasi perilaku menarik diri, berontak dn menolak kooperatif
4) Observasi tanda-tanda kecemasan verbal dan non verbal, temani pasien
5) Orientasikan pasien pada prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
6) Anjurkan pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga perawat dan
dokter serta tenaga kesehatan lainnya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
28
7) Berikan privaci pasien
8) Dorong pasien untuk melakukan perawatan diri sendiri dan membuat
keputusan dalam pengobatannnya.
d. Resiko tinggi penurunan curah jantung sehubungan dengan perubahan
dalam irama, frekwensi dan konduksi elektrikal, penurunan preload,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik
1) Kaji tanda vital, bandingkan nilai tekanan darah antara kedua tangan
saat berbaring, duduk dan berdiri
2) Evaluasi kesamaan dan kualitas nadi serta iramanya, catat bila ada
disritmia
3) Auskultasi bunyi jantung terhadap bunyi tambahan S3-S4 dan murmur
4) Auskultasi bunyi nafas
5) Observsi respon terhadap aktivitas dan tingkatkan istiraht
6) Monitor hasil pemeriksaan rontgen, EKG, analisa gas darah, enzim
jantung dan elektrolit
7) Kolaborasi pemberian terapi antidisritmia
e. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan sehubungn dengan penurunan
aliran darah akibat adanya iskemik jaringan
1) Kaji perubahan kesadaran seperti cemas, bingung, stupor
2) Observasi keadaan kulit dari sianosis, keringat dingin, akral
dingin/lembab
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
29
3) Dorong pasien untuk melakukan mobilisasi dini intensitas rendah,
catat kekuatan nadi perifer
4) Kaji adanya tanda human. Eritema, edema
5) Monitor pernafasan pasien
6) Monitor intake dan output
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penanganannnya
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keinginan untuk mengetahuinya
2) Waspadai tanda menghindar seperti merubah subjek pembicaraan
3) Berikan penjelasan tentang penyakit pasien, hal-hal yang harus
dihindari dan cara penanganannya
4) Beri kesempatan pasien untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas
5) Beri kesempatan pasien untuk mengulangi penjelasan yang diberikan
6) Anjurkan pasien untuk segera ke dokter atau rumah sakit terdekat bila
dirasa tanda dan gejala berulang
4. Evaluasi/hasil
Evaluasi keperawatan yangdiharapkan antara lain :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri dapat diatasi atau berkurang
b. Peningkatan aktivitas fisik yang terstruktur dan sesuai program
c. Kecemasan/ketakutan berkurang atau hilang
d. Mempertahankan curah jantung normal
e. Mempertahankan perfusi jaringan tetap adekut
f. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit miokard infark
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
30
B. Nyeri
1. Defenisi
Terdapat beberapa defenisi nyeri yang cukup popular yang diungkapkan
oleh Strenbach (1968), Mc Cafferi 1979, Association for the studi of pain
(1979), Ignatavicius, Workman&Mishler 1999. Sternbach pada tahun 1968
menggambarkan nyeri sebagai konsep abstrak yang berkaitan dengan
sensasi yang bersifat individual, stimulus yang membahayakan sebagai
pertanda adanya kerusakan jaribngan dan pola respon perlindungan
organism dari ancaman bahaya.
Mc Caffery pada tahun 1979 membuat defenisi yang lebih bersifat
individual. Nyeri adalah pengalaman apapun yang dirasakan seseorang dan
tetap ada kapanpun seseorang tersebut mengatakannya. Defenisi ini
memandang bahwa seseorang memiliki otoritas terhadap nyeri yang
dirasakan dn hanya dia yang dapat menentukan rasa itu. Sedangkan
International Association for the Studi of pain IASP mendefenisikan nyeri
sebagai sensori yang tidak menyebnangkan dan pengalaman emosional
karena adanya kerusakan jaringan actual maupun potensial. (Merskey &
Bogduk, 1994 dalam Strong, et al, 2002 hal 4)
2. Fisiologi nyeri.
Nyeri bersifat kompleks, perpaduan antara reaksi fisik, emosi dan tingkah
laku seseorang yang mengalaminya. Untuk lebih memahami hal tersebut
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
31
akan dijelaskan 3 komponen yang terkait fisiologi nyeri yaitu resepsi,
persepsi dan reaksi (Potter &Perry, 1997 hal 1155)
a. Resepsi
Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas, mekanik, kimia
mupun listrik akan merangsang pelepasan zat yang menimbulkan nyeri.
Terpajan terhadap panas, dingin, tekanan, gesekan dan kimia akan
membuat tubuh melepaskan zat yang disebut histamine, bradikinin dan
kalium yang berkombinasi dengan tempat reseptor pada nociceptor
(reseptor yang berspon terhadap stimulus yang membahayakan. Untuk
memulai transmisi syaraf yang berkaitan dengan nyeri. Tidak semua
reseptor jaringan tubuh dapat meneruskan sinyal nyeri. Otak dan paru
sebagai contohnya. Beberapa reseptor tubuh hanya akan akan memberi
respon hanya kepada satu rangsangan nyeri (Potter &Perry, 1997 hal
1155
Impuls syaraf timbul dari stimulus nyeri yang berjalan disepanjang
serabut syaraf aferen.
Terdapat 2 jenis serabut saraf perifer yang menghantarkan stimulus
nyeri. Yang bekerja cepat yaitu serabut A-delta bermyelin dan yang
bekerja lambat sangat kecil yaitu serabut C tak bermyelin. Serabut A
mengirimkan sensasi tajam dan terlokalisir yang menentukan sumber
nyeri dan untuk mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C
menghubungkan impuls yang kurang terlokalisir bersifat visceral dan
persisiten. Sebagai contoh saat tertusuk paku seseorang akan merasa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
32
nyeri yang tajam ,terlokalisir sebagai akibat transmisi serabut A.
Dalam beberapa detik kemudian nyeri menyebar ke seluruh kaki akibat
transmisi serabut C. Saat serabut A-Delta dan serabut C
menyampaikan impuls dari serabut syaraf, mediator kimia dilepaskan
untuk mengaktifkan respon nyeri dilepaskan.sebagai contoh kalium
dan prostaglandin dilepaskan saat sel-sel mengalami kerusakan.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut sepanjang serabut aferen dan
berakhir di dorsal horn Medula spinalis. Dalam dorsal horn,
neurotransmitter seperti substansi-P dilepaskan yang menyebabkan
transmisi sinaptik dari syaraf eferen./sensori menuju traktus syaraf
spinothalamik. Hal ini menyebabkan impuls nyeri ditransmisikan lebih
jauh ke dalam system syaraf pusat. Stimulus nyeri berjalan melalui
serabut syaraf dalam traktus Spinothalamik yang melintas berlawanan
dari medulla spinalis. Impils nyeri kemudian berjalan sepanjang
medulla spinalis. Selanjutnya Impuls ini diinformasikan secara cepat
ke pusat yang lebih tinggi pada otak, termasuk formasio retikularis,
system limbic, thalamus dan korteks serebri
b. Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang perasaan, interpretasi dan
pemahaman terhadap dunia yang bersifat personal dan internal (Wilson
& Kneisl, 1988) Sehingga menurut defenisi ini, setiap orang akan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
33
memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa atau
fenomena
Persepsi adalah hal penting dimana seseorang sadar terhadap nyeri
yang dialami, saat menyadarinya reaksi beragam akan muncul.
Interaksi faktor psikologis dan kognitif dengan neuropsikologis
seseorang dalam mempersepsikan nyeri menggambarkan tiga sistem
interaksi terhadap persepsi nyeri yaitu sensori diskriminatif,
motivational-affektif dan cognitif-evaluatif. Persepsi memberi
kesadaran dan makna nyeri sehingga seseorang akan memberikan
reaksi (Potter & Perry, 1997 hal 1158)
Persepsi digunakan oleh individu untuk menyampaikan perasaan
tertentu mengenai suatu objek atau peristiwa yang dialami. Karena
bersifat personal setiap individu akan memberikan pandangan yang
berbeda terhadap suatu objek atau peristwa. Hal ini dipengaruhi oleh
harapan dan pengalaman masa lalu. Karena nyeri bersifat kompleks
sejumlah faktor m,empengaruhi persepsi nyeri individu. Perawat tidak
perlu merasa frustasi saat gagal menurunkan sensasi nyeri tersebut.
Perawat harus menurunkan persepsi pasien terhadap nyeri yang
dialami. Faktor-faktor yang mempegaruhi nyeri yaitu usia, gender,
budaya, makna nyeri, atensi, kecemasan, rasa lelah, pengalaman
sebelumnya, mekanisme koping dan dukungan social (Potter & Perry,
1997 1161.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
34
c. Reaksi terhadap nyeri
Respon fisiologis dan tingkah laku akan dialami oleh seseorang yang
mengalami nyeri (Craven & Hirnle, 2000, 1149. Respon yang timbul
sebagai dampak adanya nyeri terjadi pada respon fisiologis, tingkah
laku dan aktivitas sehari-hari (P&P, 1168). Respon fisiologis yang
dapat diamati pada nyeri akut adalh peningkatan tekanan darah,
peningkatan denyut jantung, peningkatan laju pernafasan dan respon
neuroendokrin dan metabolik
Peningkatan tekanan darah terjadi karena overaktivitas saraf simpatis.
Vasokonstriksi perifer merupakan respon adaptif saat darah berpindah
dari perifer menuju jantung dan paru. Peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan kerja jantung. Sehingga mengarah terjadinya
vasokonstriksi arteri koronari.
Peningkatan laju pernafasan sebagai usaha untuk meningkatkan
ketersediaan oksigen ke jantung dan sirkulasi. Sedangkan respon
metabolik yang tampak akibat nyeri adalah katabolisme. Manifestasi
yang timbul adalah peningkatan metabolism dan konsumsi oksigen
yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah, asam lemak bebas,
asam laktat dan benda keton (Craven dan Hirnle, 2000 hal 1149).
Dampak nyeri pada perilaku dapat diamati dari ungkapan verbal pasien,
respon vocal, gerakan muka dan tubuh dan interaksi sosial. Ungkapan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
35
verbal dari pasien adalah hal yang paling penting meskipun bagi
sebagian pasien lain sulit untuk mengungkapkannya. Merintih,
mengerang dan menangis adalah contoh respon vokal ungkapan nyeri.
Sedangkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh juga mencerminkan
adanya nyeri (Potter & Perry, 1997, hal 1169)
Nyeri yang tidak diatasi akan menurunkan energyiyang akhirnya
mempengaruhi aspek kehidupan. Pasien yang merasakan nyeri sering
kali kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari aktivitas mandi,
berpakaian dan makan akan terpengaruh dari tingkat ringan ke tingkat
parah tergantung dari lokasi dan intensitas nyeri. Nyeri yang menetap
juga akan mengganggu konsentrasii pasien. Dilain pihak aktivitas fisik
dapat meningkatkan nyeri selain itu kebutuhan tidur juga akan
terganggu akibat nyeri (Craven dan Himle, 2000, hal 1151)
d. Pengkajian keperawatan terhadap nyeri
Pengkajian terhadap nyeri yang akurat dilakukan untuk menetapkan
diagnosa keperawatan, memutuskan intervensi yang tepat dan
Pengkajian terhadap nyeri menurut Crisp & Taylor (2001) meliputi :
a. Lokasi dengan menanyakan dimana pasien merasa nyeri
b. Intensitas dengan menanyakan seberapa berat nyeri dirasakan
dengan menggunakan skala pengukuran nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
36
c. Kualitas dengan menanyakan kepada pasien seperti apa nyeri yang
dirasakannya
d. Pola dengan menanyakan apakah nyeri telah berubah, apa yang
membuat nyeri berkurang atau bertambah buruk
e. Ukuran berkurangnya nyeri, dengan menanyakan kepada pasien
apa yang dilakukan untuk mengontrol nyeri apakah dengan
menggunakan obat-obatan
Alat ukur yang digunakan untuk mengkaji nyeri adalah VDS (Verbal
Descriptor Scale), NRS (Numerical Rating Scale) dan VAS (Visual
Analog Scale) dan Faces Pain Scale (Crisp & Taylor, 2001;Ching &
Burns dalam Chulay & Burns, 2006)
VDS terdiri dari suatu garis dengan 3-5 kata yang memiliki jarak yang
sama disepanjang garis sebagai descriptor. VDS mampu membuat
pasien untuk memilih kategori untuk menggambarkan nyeri yang
dirasakannya. NRS memungkinkan pasien untuk memilih nyeri dari
skala 0 sampai 10. Skala ini sangat baik untuk mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. VAS terdiri dari garis
lurus yang menggambarkan intensitas nyeri yang terus menerus dan
pada akhir garis terdapat kalimat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
37
Skala nyeri yang biasa digunakan untuk mengukur nyeri menurut
Lewis Heitkemper & Dirksen, 2004; Crisp & Taylor, 2001 adalah :
a. Simple descriptive pain intensity scale
No Mid Moderate Severe Very Worst pain pain pain pain severe pain possible pain
b. 0-10 numeric pain intensity scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
c. Visual analog scale
No pain Pain as bad as it could
Possible be
C. Terapi Musik
1. Pengertian
Musik telah digunakan sebagai alat terapi sejak 550 tahun sebelum
masehi, dan ini telah dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani (Ucup,
2006 dalam Tory). Florence Nighttingale telah menggunakan terapi musik
sebagai bagian dari proses penyembuhan pada tentara-tentara yang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
38
mengalami cidera pada perang krim. Musik bagian dari lingkungan, untuk
itu Florence Nightingale merasa bahwa tanggung jawab perawat untuk
mengontrol lingkungan sebagai bagian dari proses penyembuhan klien.
(Mc.Caffrey & Locsin, 2002)
Selanjutnya terapi musik moderen berkembang pada akhir tahun 1940-an,
tumbuh dan dimanfaatkannya musik untuk mengobati kelelahan perang
yang diderita para prajurit setelah akhir perang dunia ke II (Campbell,
2001). Perkembangan terapi musik dalam dunia kesehatan terus
diupayakan semaksimal mungkin untuk memperoleh efek terapi terhadap
berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Bahkan fenomena yang
berkembang saat ini yang mulanya muncul di Amerika Serikat pada tahun
1993 dan terus berkembang sampai ke seluruh dunia termasuk
Indonesia.hingga saat ini ayang dikenal dengan efek Mozart. Efek Mozart
umumnya dapat dijelaskan sebagai kondisi/efek akibat pemaparan
terhadap musik tertentu khususnya musik Mozart dalam waktu singkat dan
berefek positif terhadap kognisi dan perilaku. Terapi musik dengan
memperdengarkan alunan musik Mozart inilah yang dewasa ini terus
berkembang dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit tetentu
seperti penyakit jantung, stroke, alzheimer dan lain-lain ( Halim, 2006)
Musik merupakan salah satu bentuk rangsangan suara yang merupakan
stimulus khas untuk indera pendengaran. Musik lebih dari sekedar bunyi.
Bunyi dihasilkan oleh adanya benda yang bergetar atau adanya benturan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
39
benda yang menggetarkan udara disekelilingnya. Lebih dari sekedar bunyi,
musik merupakan bunyi yang dibentuk secara harmonis. Musik merupakan
getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran dan
melalui syaraf didalam tubuh dan disampikan ke susunan syaraf pusat
sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri seseorang yang
mendengarkannnya.Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita
cenderung menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukan tangan pada
meja atau membayangkan iramanya didalam diri kita sendiri ( Satiadarma,
2005)
Penggunaan istilah terapi musik dewasa ini berkembang. Ada beberapa
pendapat ahli tentang terapi musik, salah satu diantaranya yang
dikemukakan oleh Linberg dan Katherine (1997) yang menyatakan bahwa
terapi musik adalah tindakan menentukan penggunaan musik dan
intervensi musikal sebagai rencana tindakan untuk memperbaiki,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan emosional, fisik, psikologis
dn spiritual serta untuk proses penyembuhan (Dossey, Guzzetta dan
Kenner, 2002). Dengan demikian istilah terapi musik dapat diartikan
sebagai tindakan terapi alternatif dengan memperdengarkan musik yang
dilakukan oleh ahli terapi musik dengan tujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional
maupun spiritual sebagai terapi penunjang dalam proses penyembuhan
klien.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
40
2. Bunyi dalam terapi musik
Bunyi mengalir dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui udara
dan dapat di ukur berdasarkan frekwensi bunyi dan intensitas bunyi.
Frekwensi bunyi mengacu pada tinggi dan rendahnya nada serta tinggi dan
rendahnya kualitas suara yang diukur dalam hertz yaitu jumlah daur
perdetik dimana gelombang bergetar ( Campbell, 2001). Telinga normal
manusia dapat mendengarkan bunyi-bunyian dalam frekwensi antara 16
sampai dengan 20.000 hertz (Campbell,2001).
Tomatis (1996) berpendapat bahwa bunyi-bunyi dengan frekwensi tinggi
(3000 hingga 8000 hertz atau lebih) lazimnya bergetar diotak dan
mempengaruhi fungsi-fungsi kognitif seperti berfikir, persepsi spasial dan
ingtan. Bunyi-bunyi dengan frekwensi sedang 750 hingga 3000 hertz
cenderung merangsang jantung, paru dan emosi sedangkan bunyi-bunyi
dengan frekwensi rendah 125 hingga 750 hertz akan mempengaruhi
gearakan-gerakan fisik. Bunyi yang keluar dari alat musik yang diminkan
oleh orang yang menguasai alat musik memiliki nada-nada yanga
beraturan dan irama-irama tertentu. Bunyi tersebut dikenal dengan musik.
Alunan suara musik yang terdngar oleh telinga manusia ternyta mampu
memberikan stimulus yang positif bagi manusia. Musik mampu menutupi
bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan. Musik dapat
memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, bahkan musik
dapat berpengaruh terhadap irama pernafasan, denyut jantung dan tekanan
darah manusia (Campbell, 2001).
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
41
3. Manfaat musik dalam kehidupan manusia
Kegiatan mendengarkan musik merupakan kegiatan yang sangat
mengenakkan dan mengasyikkan bagi sebagian orang. Hasil penelitian
tentang musik ternyata telah membuktikan bahwa musik bukan hanya
sekedar nikmat untuk didengarkan tetapi ternyata musik mempunyai
banyak manfaat dalam kehidupan dan dapat dijadikan sebagai terapi
alternatif dalam upaya meningkatkan, mempertahankan dan
mengembalikan status kesehatan.
Manfaat musik yang demikian besar dan dalam perkembangannya telah
dijadikan salah satu bentuk terapi alternatif telah banyak dirasakan dalam
kehidupan manusia. Secara umum manfaat musik dalam kehidupan
manusia menurut Anthony (2003) antara lain sebagai berikut :
a. Efek Mozart
Efek Mozart adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan
sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensi seseorang. Telah
terbukti bila seseorang anak sejak sedini mungkin diperkenalkan
dengan musik maka tingkat inteligeninya rata-rata akan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan
dengan musik. Dengan cara tertentu otak akan distimulasi untuk belajar
segala sesuatu lewat nada-nada musik. Hasil penelitian menunjukkan
musik-musik klasik seperti musik Mozart mempunyai manfaat yang
sangat baik untuk ibu hamil dan bayi dalam kandungannya yaitu dapat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
42
mencerdaskan bayi dan juga memberikan ketenangan kepada ibu yang
sedang hamil.
b. Penyegaran (refreshing)
Dalam kehidupan manusia sering mengalami kebosanan, kejenuhan,
bahkan mengalami situasi dimana kita tidak tahu harus melakukkan
apa. Mendengarkan musik walaupun cuma sebentar ternyata dapat
mengembalikan kesegaran dalam berfikir dan melakukan tindakan,
sehingga kita menjadi lebih bersemangat dalam bekerja. Jadi musik
secara langsung dapat dijadikan sarana penyegaran yang murah dan
efektif untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan
c. Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan feeling tertentu.
Apabila ada motivasi semangatpun akan muncul dan segala kegiatan
bisa dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik-musik
dengan suara mars dapat meningkatkan semangat dan motivasi
seseorang
d. Kepribadian seseorang
Perkembangan kepribadian seseorang juga mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh jenis musik yang didengar. Jika diwaktu kecil kita
suka mendengarkan lagu anak-anak maka setelah dewasa kita akan
memilih sendiri jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik
yang kita sukai dapat membantu kita memberikan nuansa hidup yang
dibutuhkan, misalnya agar tenang kita mendengarkan musik jazz, agar
bersemangat kita bisa mendengarkan musik rock atau mars dan agar
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
43
kita santai kita bisa mendengarkan musik blues atau reggae.
Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh jenis musik yang
didengarkannya. Orang yang gemar mendengarkan musik-musik keras
juga membentuk kepribadian yang kuat dan keras sedangkan orang
yang gemar mendengarkan musik lembut juga akan membentuk
kepribadian yang tenang dan lembut.
e. Terapi
Berbagai literature dan hasil penelitian telah menerangkan manfaat
terapi musik dalam dunia kesehatan. Terapi musik telah banyak
digunakan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit, baik yang
bersifat fisik maupun psikologis.
f. Komunikasi
Musik sebagai bahasa yang universal mampu menyampaikan berbagai
pesan ke seluruh manusia tanpa harus membeda-bedakan latar
belakangnya. Musik dapat menyuarakan pesan perdamaian, protes
sosial, mengutarakan isi hati, mengungkapkan rasa cinta, kesedihan,
putus asa dan sebagainya.
4. Terapi Musik dalam dunia kesehatan
Suara-suara lingkungan yang terdengar dan tidak dikontrol volume dan
durasinya akan berdampak terhadap timbulnya kebisingan. Efek dari
kebisingan berhubungan dengan kerusakan pendengaran, kelelahan,
hiperalerting, insomnia dan penurunan selera makan. Kebisingan juga
dapat menimbulkan stress fisiologis yang dimanifestasikan dengan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
44
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan peningkatan reaktivitas jalan nafas
dan peningkatan reaksi alergi (Joachim, Quarcoo & Arek , 2003).
Musik merupakan suatu stimulasi pendengaran yang intensional dengan
mengorganisasikan unsur-unsur melodi, irama, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya. Pengulangan stimulasi musik akan memberikan efek klinik yang
positif. (Standley, 2002). Mendengarkan musik yang sesuai dapat
memberikan dampak yang positif bagi pendengarnya. Musik
instrumentalia yang lembut akan memberikan efek tenang dan
menurunkan stress dan kecemasan dengan sangat luar biasa. (Mucci &
Mucci, 2002). Untuk itu penggunaan stimulasi suara dengan terapi musik
dalam dunia pengobatan dan kesehatan telah dikembangkan sejak berabad-
abad yang lalu hingga sekarang.
Terapi musik merupakan bentuk pelayanan yang terus berkembang dan
dapat diberikan sampai akhir hayat. Terapi musik merupakan bagian dari
bentuk pelayanan profesi kesehatan termasuk prawat dalam memberikan
perawatan pada pasien-pasien di rumah sakit (Hilliard, 2005). Musik juga
menjadi bagian penting dalam intervensi keperawatan dalam rangka
meningkatkan respon relaksasi dan status imaginary yang positif
( Guzzetta, 1999)
Musik sebagai pelengkap dari berbagai macam praktek holistik yang
tersebar di seluruh dunia, mulai terjadi perubahan di beberapa rumah sakit
yang para pengelolanya dengan keberanian dan pikiran yang maju telah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
45
melihat manfaat penggunaan musik sebagai terapi. Di beberapa rumah
sakit untuk meminimalkan dampak dari suara-suara yang negatif maka
diperdengarkan suara musik instrumentalia yang lembut dan menenangkan
di beberapa ruangan cancer, ICU dan pusat-pusat terapi. Dampaknya
membuat para pasien menjadi lebih nyaman, rileks dan lebih bahagia. Hal
ini juga membuat tubuh mereka mengeluarkan getaran pada tingkat yang
lebih sehat ( Mucci & Mucci, 2002)
Berbicara tentang getaran musik, seorang peneliti klinis Baroody.Jr dalam
bukunya “Alakalze or Die” menemukan bahwa suara yang tidak beraturan
(bersifat asam) merusak fungsi organ-ogan pokok tubuh kita dan
menyebabkan meluapnya enzim dan hormone. Hal ini mnyebabkan
terjadinya perusakan sel yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
membuka pintu masuk bagi berbagai bentuk penyakit. Sementara musik
sendiri tidak menghasilkan gelombang elektromagnetik yang bersifat
merusak. Oleh karena itu music dapat dijadikan pilihan untuk melawan
bunyi-bunyian baik yang terdengar maupun yang tidak bisa merusak
kekebalan tubuh (Mucci & Mucci, 2002)
Selanjutnya Baroody menyatakan bahwa ada musik asam dan basa. Musik
yang menghasilkan asama diantaranya adalah hardrock dan rap yang dapat
membuat kita merasa marah, bingung, mudah terkejut atau tidak bisa
memusatkan pikiran. Musik yang menghasilkan basa dintaranya adalah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
46
music klasik yang lembut, musik instrumentalia, meditative yang akan
membuat kita merasa rileks, puas dan bahagia ( Mucci dan Mucci, 2002)
Suara yang harmonis termasuk musik bisa mengendorkan dan
mensinkronkan system syaraf, organ tubuh dari cara jenis musik yang
tepat menguatkan system dan kelenjar kita. Efek yang murni fisik ini
hanyalah sebagian dari cara jenis musik yang tepat menguatkan system
kekebalan tubuh kita. Musik dapat menguatkan kita secara fisik maupun
emosional. Musik member kita kedamaian dan harapan serta cinta dan
lebih dari pada yang lain, kita memerlukan sifat-sifat itu untuk menjaga
kesehatan system kekebalan tubuh kita ( Mucci dan Mucci, 2002)
Musik juga mempunyai efek positif pada pasien dengan gangguan system
kardiovaskular khususnya jantung. Ada bukti yang kuat bahwa music yang
tepat seperti musik harpa mampu mengurangi stress. Stress merupakan
faktor utama yang dapat menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler
khususnya jantung. Bahkan seorang perawat bagian penyakit kritis dari
Dallas, Texas, Cathie Guzzetta memutukan untuk menggunakan music dan
teknik relaksasi pada pasien penyakit kritis dan ternyata sangat berhasil.
Kemudian ia juga menemukan bahwa terapi music dan teknik relaksasi
bisa memperlambat detak jantung dan mengurangi tekanan darah. Jenis
music yang tepat dapat mencegah terjadinya stress sebagai salah satu
penyebab terjadinya tekanan darah tinggi (Mucci&Mucci, 2002)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
47
5. Jenis dan lama waktu terapi musik
a. Jenis terapi musik
Pembagian jenis terapi musik biasanya senantiasa merujuk kepada
jenis musik yang akan diperdengarkan. Pada umumnya bila kita ingin
membagi jenis musik berdasarkan efek terapinya maka kita akan
mendapati dua kelompok besar musik. Kelompok yang pertama adalah
kelompok musik dengan dampak terapi membuat kita merasa
bersemangat, bertenaga dan termotivasi, bergairah seperti musik rock,
rap, heavy metal, mars. Sedangkan kelompok yang kedua adalah jenis
musik yang memberikan dampak menenangkan, relaksasi,
membahagiakan, menghilangkan tekanan dan keteganagan seperti
musik jazz, instrumentalia, klasik ( Campbell, 2001)
Pembagian jenis musik sebagai terapi secara lebih jelas digambarkan
Campbell sebagai berikut :
1. Lagu-lagu Gregorian. menggunakan ritme pernafasan alamiah
untuk menciptakan perasaan lapang dan santai. Lagu-lagu tersebut
amat cocok untuk mengiringi belajar dan meditasi dan dapat
mengurangi stress
2. Musik Barok yang lambat seperti bach, hendel,Vivaldi dan corelli
memberikan perasaan mantap teratur, dapat diramalkan dan
keamanan serta menciptakan suasana yang merangsang pikiran
dalam belajar atau bekerja.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
48
3. Musik klasik misalnya Haydn dan Mozart memiliki kejernihan,
keanggunan dan kebeningan. Musik ini mampu memperbaiki
konsentrasi, ingatan dan persepsi spasial.
4. Musik romantik layaknya Schubert, schumann, Tchaikovsky,
chopin dan liszt menkan ekspresi dan perasaan, seringkali
memunculkan tema-tema individualism, nasionalisme atau
mistisisme. Musik semacam ini paling baik digunakan untuk
meningkatkan simpati rasa sependeritaan dan kasih sayang
5. Musik impressionis sepertti Debussy, faure dan ravel didasarkan
pada kesan-kesan dan suasana hati musical yang mengalir bebas
dana menimbulkan imaji-imaji seperti mimpi. Sepereempat jam
lamunan musical diikuti beberapa menit peregangan dapat
membuka impuls-impuls kreatif dan membuat kita bersentuhan
dengan alam tak sadar
6. Jazz, blues, Dixieland, soul,calypso, reggae dan bentuk-bentuk
musik maupun dansa lain yang muncul dri daratan Afrika yang
ekspresif dapat membawa kegembiraan dan member ilham,
melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa
kecerdasan dan ironi dan menegakkan kemanusiaan bersama
7. Salsa, rhumba, maranga, Macarena dan bentuk-bentuyk lain dari
music Amerika selatan mempunyai ketukan dan ritme yang hidup
dan dapat membuat jantung makin cepat, meningkatkan pernafasan
dan membuat seluruh tubuh bergerak. Namun samba mempunyai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
49
kemampuan langka yaitu mampu menentrramkan sekaligus
menggugah
8. Band besar, pop dan top-40, country-western dapat mengilhami
gerakan ringan hingga moderat, menggugah emosi dan
menciptakan rasa sejahtera.
9. Musik rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif,
melepaskan ketegangan, menutup rasa sakit, merangsang gerakan
aktif, melepaskan ketegangan, menutup rasa sakit dan mengurangi
efek bunyi-bunyian keras lain yang tidak menyenangkan. Musik
tersebut juga dapat meningkatkan ketegangan, disonansi, stress dan
rasa sakit di dalam tubuh apabila kita tidak dalam suasnaa bathin
untuk dihibur secara energetik
10. Musik ambient, titudinal atau new age dengan ritme yang dominan
misalnya musik selven helpren atau brian eno memperpanjang
perasaan akan ruang dan waktu dan dapat menimbulkan keadaan
waspada dan santai
11. Heavy metal, punk, tap, hip hop dan grunge dapat menggugah
system syaraf menjurus pada prilaku dinamis maupun
pengungkapan diri,. Musik ini dapat member isyarat kepada orang
lain, kedalaman maupun intensitas gejolak bathin generasi muda
maupun kebutuhan akan pelampisn
12. Musik rohani dan suci termasuk gendering shaman, himne=himne
di gereja, musik-musik gospel dan lagu-lagu rohani dapat membuat
kita berpijak ke tanah dan membimbing kea rah perasaan damai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
50
yang mendalam serta kesadaran rohani. Musik tersebut dapat
sangat bermanfaat untuk membantu kita mengatasi dan melepaskan
rasa sakit.
b. Waktu terapi musik
Terapi musik yang diberikan dalam kurun waktu yang berbeda-beda
akan memberikan efek yang berbeda-beda pula. Lama waktu untuk
memperdengarkan terapi musik sangat tergantung dari keadaan pasien
yang akan dilakukan terapi musik. Pada beberapa pasien terapi musik
yang hanya sebentar sudah dapat memberikan efek positif bagi
pasiennya, sebaliknya ada juga terapi musik yang diberikan dalam
waktu yang lama baru memberikan efek positif yang sedikit kepada
pasiennya. Dengan demikian tidak ada patokan baku lama waktu
pelaksanaan terapi musik.
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam pemberian terapi musik
adalah bahwa terapi musik yang tepat untuk pasien yang tepat tidak
akan memberikan dampak yang membahayakan walaupun diberikan
dalam jangka waktu yang lama (Mucci & Mucci, 2002)
Pada studi yang dilakukan oleh Raymond Bahr dalam waktu satu
setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi
yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg
(Ucup, 2006 dalam Tory, 2007). Menurut Campbell (2001) jenis musik
impresionis seperti Debussy, faure dan ravel yang diberikan selama
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
51
seperempat jam yang diikuti dengan beberapa menit peregangan dapat
membuat impuls-impulss kreatif dan membuat kita bersentuhan
dengan alam tak sadar
6. Peran perawat medikal bedah
1. Peran perawat medikal bedah dalam terapi musik
Pada permulaan sejarah keperawatan, Florence Nightingale telah
menggunakan musik sebagai intervensi keperawatan, Florence
Nightingale telah menggunakan musik sebagai bagian dari proses
penyembuhan pada tentara-tentara yang mengalami cidera pada
tentara-tentara yang mengalami cidera pada perang krim dan
dijelaskan juga bagaimana dia menggunakan voice dan melodi flute
yang memberikan efek menguntungkan bagi tentara-tentara yang
mengalami nyeri.
Musik telah dipikirkan sebagai bagian dari lingkungan. Florence
Nightingale merasa bahwa tanggung jawab perawat untuk mengontrol
lingkungan sebagai bagian dari proses penyembuhan pasien ( Mc
Caffrey dan Locsin, 2002). Selanjutnya Peterson dan Zderat (1998)
juga menjelaskan bahwa seni (musik, lukis, poetry) merupakan bagian
penting dari intervensi keperawatan dalam meningkatkan proses
penyembuhan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
52
Kemampuan seorang perawat dalam menggunakan terapi musik
sebagai suatu intervensi tidak akan menimbulkan konflik dengan
profesi lain. Ahli terapi musik akan menggunakan musik sebagai
aplikasi sistematik dalam membantu treatmen pada aspek fisiologis
dan psikologis pada orang yang sakit (Mc Caffrey, 2000). Selain itu
seorang ahli terapi musik harus dilatih untuk meningkatkan
keterampilan dalam mengkomposisikan dan mengidentifikasi musik
untuk tujuan terapi yang lebih spesifik.Dan perawat dalam interaksi
kesehariannnya dengan pasien dapat menggunakan terapi musik untuk
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan proses
penyembuhan dan kesejahteraan
Terdapat 7 prinsip yang dapat membantu perawat dalam menggunakan
musik sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut adalah intent,
authentic presence, wholeness, preference, entrainment and situting the
client. Perawat diharapkan untuk dapat menggunakan terapi musik
dalam praktik perawatan personalnya dengan berpedoman kepada
tujuh prinsip tersebut ( Watson & Drury, 1999)
Dengan demikian telah tergambar jelas bahwa terapi musik merupakan
bagian dari intervensi keperawatan yang dapat diaplikasikan dalam
asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai masalah kesehatan.
Menjadi tugas perawatlah untuk dapat menerapkan sekaligus
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
53
mengembangkan terapi musik dalam aplikasi nyata praktik
keperawatan tanpa ragu-ragu. Perawat medikal bedah sebagai bagian
dari komunitas perawat secara menyeluruh mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam mnerapkan dan mengembangkan terapi musik
sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan
terhadap pasien.
Peran perawat yang dapat diaplikasikan dalam konteks pelayanan
keperawatan antara lain adalah peran sebagai pelaksana keperawatan,
pendidik/konselor dan peneliti. Dimana dengan ketiga peran tersebut
perawat diharapkan dapat menerapkan intervensi keperawatan terapi
musik dalam asuhan keperawatan. Selanjutnya perawat juga
diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus konsultasi bagi
pasien dan keluarga tentang terapi musik. Selain itu perawat diminta
untuk mampu mengembangkan trapi musik ini melalui penelitian yang
intensif.
Penerapan terapi musik dalam lingkup keperawatan medikal bedah
sangat terbuka luas dan akan memberikan kontribusi dalam proses
penyembuhan dan peningkatan kesejahteran pasien. Untuk itu perlu
pemahaman sekaligus peningkatan keterampilan bagi perawat medikal
bedah dalam penerapan terapi musik sebagai intervensi keperawatan.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
54
Skema 2.1
Kerangka Teori
(Sumber : Dikembangkan dari Price dan Wilson, 2006; Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2004; Crisp & Taylor, 2001)
Miocard Infark Faktor yang e Mempengaruhi nyeri :
• Usia • Jenis kelamin • Budaya • Makna nyeri • Atensi • Kecemasan • Kelelahan • Pengalaman
hidup • Mekanisme
koping
Nyeri
*Akut *Kronik *Kronik *Nyeri Miokard
infark
Penatalaksanaan
Farmakologi Non Farmakologi
Terapi dan modalitas Strategi kognitif Fisik : pijat, stimulasi syaraf dengan listrik Transkuitis / TENS Akupunktur
Strategi kognitif Perilaku : relaksasi imaginary, hypnosis dan biofeedback
Biological based therapy : aroma therapy
Intervensi Keperawatan : Terapi Musik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
55
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
Bab ini akan menguraikan kerangka konsep, hipotesis dan defenisi operasional
penelitian
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel (variabel yang ditelti maupun yang tidak diteliti, Nursalam
2003). Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan ada tidaknya
pengaruh terapi music terhadap nyeri pasien miokard infark. Variabel
independent adalah pemberian terapi analgetik ditambah dengan terapi musik
(variable bebas), yang akan menentukan variabel lainnya yaitu variabel
terikat yaitu persepsi nyeri pada klien miokard infark. Kerangka kerja
penelitian yang dirumuskan dalam penelitian adalah :
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
56
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Perubahan Persepsi nyeri pada pasien dengan myocard infark
Kelompok Intervensi ( Terapy analgetik + terapy musik)
Pasien dengan nyeri myocard infark
Variabel konfonding : 1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Jenis nyeri myocard
Infark
Kelompok kontrol (Terapy analgetik )
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
57
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2003). Rumusan yang akan diuji dalam penelitia ini
adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan persepsi nyeri antara kelompok intervensi yang
mendapatkan kombinasi terapi analgetik ditambah dengan terapi music
dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi analgetik
2. Penurunan tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark pada kelompok
intervensi setelah diberikan kombinasi terapi analgetik ditambah dengan
terapi music lebih besar dari pada kelompok kontrol yang hanya
mendapatkan terapi analgetik.
C. Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian
Variabel
Defenisi Operasional
Alat dan Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
Variabel Independent : Terapi Musik
Pemberian terapi tambahan dengan menggunakan musik klasik
Intervensi dan observasi
1. Analgetik 2. Analgetik
tambah terapi musik
Nominal
Analgetik Suatu jenis obat untuk menurunkan tingkat nyeri pasien miokard infark
Intervensi dan observasi
Analgetik Nominal
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
58
Variabel Dependen : Tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah karena adanya sumbatan pada arteri koroner
Visual Analog Scale yang dikombinasikan dengan Numerik Rating Scale, skala yang digunakan adalah 0-10
Dinyatakan dalam rentang angka 0 - 10
Interval
Variabel Konfonding : Umur
Umur pasien yang dihitung sejak ulang tahun terakhir dengan pembulatan
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1. 20-35
tahun 2. 36-65
tahun
Ordinal
Jenis kelamin
Penggolongan pasien yang terdiri dariperempuan dan laki-laki
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1.Perempuan 2.Laki-laki
Nominal
Jenis nyeri miokard infark
Jenis nyeri yang dialami pasien miokard infark berupa nyeri akut dan nyeri kronis
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1. Nyeri akut 2. Nyeri
kronis
Ordinal
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
59
BAB IV
METODOLOGI
Uraian dalam metodologi ini mencakup desain penelitian, populasi dan sampe,
tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data dan analisa data
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment dengan pendekatan
desain kontrol group pretest-posttes, terdiri dari 1 perlakuan (kelompok
intervensi) yaitu responden yang diberikan kombinasi terapi analgetik dan
terapi musik dan kelompok kontrol yaitu responden yang diberikan terapi
analgetik saja. Prosedur yang dilakukan dengan memilih unit percobaan yaitu
pasien miokard infark yang dirawat di ruang rawat inap CVCU RS Dr. M.
Djamil Padang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
60
Skema 4.1
Desain Penelitian
Pre Test Post
Test
TNP
Keterangan : TNPM : Tingkat Nyeri Pasien Miokard Infark K : Tingkat nyeri sebelum diberikan terapi analgetik K’ : Tingkat nyeri setelah diberikan terapi analgetik I : Tingkat nyeri sebelum diberikan kombinasi terapi analgetik dan
musik terapi I’ : Tingkat nyeri sesudah diberikan kombinasi terapi analgetik
dan musik terapi K-K’ = P1 : Perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
terapi analgetik I-I’ = P2 : Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
kombinasi terapi analgetik dan terapi musik K-K1= P3 : Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
terapi analgetik dan kombinasi analgetik dan terapi musik P2 – P1 : Perbedaan tingkat nyeri antara pasien yang diberikan terapi
analgetik
Terapi analgetik
tambah terapi musik
TNPMI (K)
Consecutive sampling
Subyek terpilih
TNPMI ( I )
Terapi analgetik (kelompok
kontrol)
TNPMI K’:;Y1
TNPMI I’ ;Y2
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
61
dan kombinasi analgetik dengan terapi musik Y1 : Proporsi tingkat nyeri sesudah diberikan terapi musik Y2 : Proporsi tingkat nyeri sesudah diberikan kombinasi terapi
analgetik dan terapi musik
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Notoadmojo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
miokard infark yang dirawat diruang rawat inap CVCU RS Dr. M. Djamil
Padang
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan menggunakan cara non probability sampling jenis consecutive
sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro, 2002). Rincian pelaksanaan penelitian ini nantinya adalah
jika pada suatu waktu terdapat 2 orang pasien yang memenuhi kriteria
inklusi, maka peneliti langsung menetapkan 1 orang sebagai kelompok
intervensi dan 1 orang lagi sebagai kelompok kontrol. Begitu seterusnya
yang dilakukan secara berurutan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
62
Jika diperkirakan kombinasi terapi analgetik dan musik terapi dapat
mengurangi nyeri pada 80 % pasien miokard infark dan terapi analgetik
sebagai terapi tunggal dapat segera menghilangkan nyeri pada 50 % pasien
miokard infark serta jika peneliti menginginkan derajat kemaknaan 5 % dan
kekuatan uji (power) 80 % pada uji hipotesis satu sisi maka jumlah sampel
untuk masing-masing kelompok adalah 15 pasien (Ariawan, 1998).
Rumus penghitungan sampel adalah sebagai berikut
n = 15
Keterangan :
P1 : Proporsi pasien dengan nyeri miokard infark yang mengalami
penurunan tingkat nyeri setelah diberikan kombinasi terapi analgetik
dan terapi musik (0,8)
P2 : Proporsi pasien dengan nyeri miokard infark yang mengalami
enurunan tingkat nyeri setelah diberikan terapi analgetik sebagai terapi
tunggal (0,5)
P : Dihitung dengan (0,8 + 0,5) / 2 = 0,55
Jadi peneliti memerlukan 15 responden sebagai sampel dengan rincian 15
responden untuk kelompok kontrol dan 15 responden untuk kelompok
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
63
intervensi. Untuk menghindari adanya sampel yang drop out maka
dilakukan koreksi sebesar 10 % sehingga diperlukan 17 responden untuk
kelompok kontrol dan 17 responden untuk kelompok intervensi
Pada penelitian pasien yang menderita miokard infark diidentifikasi oleh
rekan-rekan perawat ruangan di rumah sakit yang dipakai sebagai tempat
penelitian dan pengkajian dilakukan oleh peneliti. Pasien kemudian
diberikan penjelasan tentang penelitian, tujuan, kegunaan dan untung
ruginya mengikuti penelitian. Setelah pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien mengerti dan setuju maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien menandatangani lembar persetujuan
dan peneliti akan mulai melakukan penelitian
Pengambilan data awal pada kelompok kontrol mupun intervensi meliputi
data demografi, penentuan skala nyeri berdasarkan Visual Analog Scale
yang dikombinasikan dengan Numerik Rating Scale, pemeriksaan fisik
dan tidak ada kontraindikasi untuk diberikan terapi music. Sampel dipilih
dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Bersedia menjadi responden
2. Pasien yang dirawat di ruang rawat inap CVCU dengan diagnosa
miokard infark baik serangan pertama, kedua dan seterusnya
3. Tidak dalam serangan akut
4. Umur antara 20 – 65 tahun
5. Kesadaran compos mentis
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
64
Sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah sebagai berikut :
1. Tidak bersedia menjadi responden
2. Sedang dalam serangan akut
3. Mengalami penyakit komplikasi lain
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di RS Dr. M. Djamil Padang. Pertimbangan
pengambilan tempat di RS tersebut adalah untuk mengembangkan daerah
sendiri. Selain itu RS. Dr. M. Djamil merupakan rumah sakit tipe B juga
merupakan rumah sakit pendidikan dengan jumlah pasien yang cukup banyak.
Disamping itu penelitian sejenis belum pernah dilakukan di rumah sakit ini.
Sangatlah mungkin untuk dilakukan pengembangan dan penelitian di RS Dr.
M.Djamil Padang
D. Waktu Penelitian
1. Penyusunan proposal penelitian dilakukan pada bulan Februari – minggu
ke-4 bulan April 2008
2. Ujian seminar proposal dilakukan pada minggu ke-4 bulan april 2008
3. Persiapan administrasi dan sosialisasi intervensi (Training perawat asisten
peneliti ) dilakukan pada bulan minggu pertama bulan Mei 2008
4. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei – minggu ke-2 Juni 2008
5. Pengolahan data dan penyusunan laporan dilakukan selama bulan Juni-2008
6. Ujian hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli 2008
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
65
7. Pelaksanaan siding akhir tesis dilakukan bulan Juli 2008
8. Perbaikan hasil laporan dilakukn bulan Juli 2008
9. Penyerahan laporan penelitian dan publikasi dilaksanakan bulan Juli 2008
E. Etika Penelitian
Sebagai pertimbnagan etika penelitian peneliti meyakini bahwa responden
dilindungi dengan memperhatikan aspek-aspek : self determination, privasi,
anonymity, informed consent dan protection from discomfort ( Polit & Hungler,
2005)
a. Self determination
Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak
untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela
b. Privacy/confidentiality
Responden dijaga ketat yaitu dengan cara merahasiakan informasi-informasi
yang didapat dari mereka hanya uintuk kepentingan penelitian
c. Ananomitty
Selama kegiatan penelitian nama dari responden tidak digunakan sebagai
gantinya peneliti menggunakan nomor responden
d. Informed consent
Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi
subyek penelitian setel;ah peneliti menjelskan tujuan, manfaat dan harapan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
66
peneliti terhadap responden juga setelah responden memahami semua
penjelasan peneliti.
e. Protection from discomfort
Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Peeliti menekankan bahwa apabila
responden merasa tidak aman dan tidak nyaman selama penelitian sehingga
menimbulkan gejala/masalah psikologis maka kepada responden diajukan
untuk memilih yaitu menghentikan partisipasinya atau terus melanjutkan
dengan disertai intervensi psikologis dari seorang konselor keperawatan
F. Prosedur Pengumpulan data
Langkah-langkah prosedur pengumpulan data untuk kelompok intervensi
1. Memastikan bahwa pasen mengalami penyakit miokard infrk
2. Mencocokkan pasien sesuai criteria yang masuk dalam penelitian
3. Menyampaikan tujuan penelitian kepada responden
4. Menberikan kesempatan keopada responden untuk mengajukan pertanyaan
5. Membuat inform consent dan meminta tanda tangannya bila bersedia
mengikuti penelitian
6. Mencatat data responsden sesuai tujuan penelitian
7. Memberikan terapi musik dengan menggunakan musik klasik
8. Mencatat pada formulir
Langkah-langkah prosedur pengumpulan data untuk kelompok kontrol :
1. Memastikan bahwa pasien mengalami miokardiak infark
2. Mencocokkan pasien sesuai criteria yang masuk dalam penelitian
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
67
3. Mencatat data responden sesuai tujuan penelitian
4. Mencatat pada formulir
G. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan data mentah yang harus
diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik sehingga mudah dinalisis dan ditarik kesimpulan. Analisis data
merupakan proses yang sangat penting dalam penelitin, oleh karena itu harus
dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses analisis data adalah
sebagai berikut
1. Editing Data
Editing data adalah proses memeriksa data yang telah dikumpulkan baik
berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan yang
dilakukan pada memeriksa data adalah memeriksa kelengkapan data pada
instrument penelitian, memeriksa kesinambungan data dan memeriksa
keseragaman data baik pada kelompok intrvensi maupun pada kelompok
kontrol
2. Koding data
Memberikan symbol-simbol tertentu ( dalam bentuk angka) untuk setiap
jawabn ( Azwar dan Prihartono, 2003, hal 87-101.Untuk mempermudah
pengolahan, sebaiknya semua variable diberi kode terutama data
klasifikasi, pada penelitian ini kelompok intervensi diberi kode 0 dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
68
kelompok kontrol diberi kode 1, ada faktor resiko diberi kode 1 dan yang
tidak ada faktor resiko 0. Meskipun kode dapat mempermudah pengolahan
data namun harus dilkukan dengan teliti karena dapat menimbulkan
kesalahan dalam memberi kode atau dalam memasukkan data.
3. Entry data
Entry data dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam computer
dengan mempergunakan perngkat lunak dan fasilitas yang ada pada
komputer
H. Analisis data
1. Analisa univariat
Analisis univariat dilakukan untuk member gambaran dan penjelasan
terhadap mean, standar deviasi dan lain-lain dari variable numeric yaitu
variable umur, untuk variable katagorik tentunya hanya dapat menjelskan
angka atau nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok yaitu jenis
infark, pekerjaan, pengobatan, faktor resiko
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan kedua
variable (independent dan dependent) ( Hastono, 2001). Adapun uji yang
digunakan antara lain :
a. Uji independent t- Test
Melakukan analisis bivariat untuk variabel independent berjenis numerik
antara umur dengan kelompok subjek penelitian
b. Uji Chi Square
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
69
Melakukan analisis bivariat untuk variabel independent berjenis
kategorik dua men tidak berpasangn, terapi music. Jenis infark,
pengobatan, pekerjaan, faktor resiko dengan penurunan nyeri.
Pengukut=ran pre test dan post test kelompok control, pengukuran
sebelum dan sesudah terapi muik ( kelompok intervensi) dan uji
homogenitas.Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis
pengaruh terapi musik terhadap penurunan nyeri. Adapun tingkat
kepercayan sebesar 0,05 ( 95 %)
c. Uji homogenitas
Tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesetaraan varian
antara kelompok control dan kelompok intervensi ((Sabri dan Hastono,
1999).Pada penelitian ini yang diuji homogenitasnya adalah varian
karakteristik responden (usia, jenis infark, pengobatan, faktor resiko,
jenis kelamin, pekerjaan antara kelompok intervensi dan kontrol
d. Analisis multivariat
Uji ini dilakukan untuk mngetahui variabel independen yang paling
dominan hubungannya dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini
akan digunakan uji regresi logistik karena variabel dependennya lebih
dari satu yang berjenis katagorik atau numerik (Hastono, 2001, hal 143)
Tujuan analisis regresi logistic ini adalah untuk menemukan model
regresi yang paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan variabel dependen. Dimana variabel-variabel ada
yang paling dominn berpengaruh dengan meliht OR
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
70
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik
terhadap penurunan persepsi nyeri pada pasien dengan infark miokard di RS Dr.
M. Djamil Padang. Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 07 sampai
dengan 29 Juni 2008 didapatkan 30 responden dengan jumlah sampel yang
dianalisis sebanyak 15 orang untuk kelompok intervensi yaitu kelompok
responden yang mendapatkan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik
dan sebanyak 15 orang untuk kelompok kontrol yaitu kelompok responden yang
hanya mendapatkan terapi penurun nyeri.
Responden yang dipilih adalah pasien yang dirawat di ruang Cardiac Centre
dengan diagnosa infark miokard yang tidak dalam serangan akut dimana pasien
masih mengalami nyeri dada. Pasien berumur 30 – 70 tahun. Intervensi dilakukan
selama 3 hari berturut-turut dengan melakukan pretest dan posttest kemudian
dilakukan perbandingan hasil dari pretest dan posttes tersebut. Hasil penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Analisa Univariat
Hasil analisis univariat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, dan pengalaman nyeri sebelumnya serta menggambarkan
rata-rata, median, standar deviasi, nilai terendah dan nilai tertinggi pada tingkat
nyeri kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
71
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Kategori Umur
Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Umur Responden
Kelompok Intervensi (n=15)
Kelompok Kontrol (n=15)
Total %
F % F %
Dewasa muda 5 33,3 3 20,0 8 26,7
Dewasa tua 10 66,7 12 80,0 22 73,3
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat digambarkan bahwa distribusi umur
responden antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang dewasa
muda dan dewasa tua jumlahnya hamper sama. Responden dewasa muda yang
diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok
intervensi adalah 5 orang (33,3 %), yang dewasa tua 10 orang (66,7 %).
Sedangkan responden dewasa muda yang hanya mendapatkan terapi penurun
nyeri pada kelompok kontrol adalah 3 orang (20,0 %), yang dewasa tua adalah
12 orang (80,0 %).
Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Jenis Kelamin
Responden Kelompok Intervensi
(n=15) Kelompok Kontrol
(n=15) Total %
F % F %
Laki-laki 11 73,3 11 73,3 22 73,3
Perempuan 4 26,7 4 26,7 8 26,7
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
72
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat digambarkan bahwa distribusi jenis kelamin
responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya sama. Responden yang berjenis
kelamin laki-laki yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi
musik pada kelompok intervensi adalah 11 orang (73,3 %), yang berjenis
kelamin perempuan 4 orang (26,7%). Sedangkan responden yang hanya
diberikan terapi penurun nyeri yang berjenis kelamin laki-laki juga 11 orang
(73,3%) dan yang berjenis kelamin perempuan juga 4 0rang (26,7 %)
Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Pengalaman Nyeri Sebelumnya
Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Pengalaman Nyeri
Kelompok Intervensi (n=15)
Kelompok Kontrol (n=15)
Total %
F % F %
Pernah 7 46,7 10 66,7 17 56,7
Tidak Pernah 8 53,3 5 33,3 13 43,3
Total 15 100 15 100 30 100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat pengalaman nyeri responden yang
pernah mengalami nyeri sebelumnya dan tidak pernah mengalami nyeri
sebelumnya antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol berbeda.
Responden pada kelompok intervensi responden yang pernah mengalami nyeri
yang sama sebelumnya, diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik
pada kelompok intervensi adalah 7 orang (46,7 %), yang tidak pernah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
73
mengalami nyeri sebelumnya 8 orang (53,3 %). Sedangkan responden yang
pernah mengalami nyeri sebelumnya pada kelompok yang hanya diberikan
terapi penurun nyeri adalah 10 orang (66,7 %), yang tidak pernah 5 orang
(33,3 %).
Tabel 5.4 Analisa Tingkat Nyeri Responden Sebelum Dilakukan Intervensi
Pada Hari Pertama Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Tingkat Nyeri
Mean Median SD Min-Max 95 % CI
Kelompok Intervensi
8,00 8,00 0,93 6,00-9,00 7,49-8,51
Kelompok Kontrol
7,93 8,00 0,96 6,00-9,00 7,40-8,47
Hasil analisa diperoleh rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok
intervensi sebelum diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik adalah 8,00
(95 % CI 7,49-8,51) dengan median 8,00 dan standar deviasi 0,93. Tingkat
nyeri terendah adalah 6,00 dan tertinggi adalah 9,00. Sedangkan rata-rata
tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol sebelum diberikan terapi
penurun nyeri adalah 7,93 (95 % CI 7,40-8,47) dengan median 8,00 dan
standar deviasi 0,96. Tingkat nyeri terendah 6,00 dan tertinggi adalah 9,00.
Dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata tingkat nyeri responden sebelum
dilakukan intervensi tidak berbeda antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
74
Tabel 5.5 Analisa Tingkat Nyeri Responden Setelah Dilakukan Intervensi
Pada Hari Ketiga Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Tingkat Nyeri
Mean Median SD Min-Max 95 % CI
Kelompok Intervensi
0,80 1,00 0,94 0,00-3,00 0,28-1,32
Kelompok Kontrol
1,93 2,00 0,88 0,00-4,00 1,44-2,42
Hasil analisa diperoleh rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok
intervensi setelah diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik adalah 0,80
(95 % CI 0,28-1,32) dengan median 1,00 dan standar deviasi 0,94. Tingkat
nyeri terendah adalah 0,00 dan tertinggi adalah 3,00. Sedangkan rata-rata
tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi
penurun nyeri adalah 1,93 (95 % CI 1,44-2,42) dengan median 2,00 dan
standar deviasi 0,88. Tingkat nyeri terendah 0,00 dan tertinggi adalah 4,00.
Dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata tingkat nyeri responden setelah
dilakukan intervensi berbeda antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat menggambarkan kesetaraan pada variabel umur, jenis kelamin
dan pengalaman nyeri sebelumnya, antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol dengan uji yang digunakan adalah uji Chi Square.
Sedangkan untuk menggambarkan perkembangan antara variabel tingkat nyeri
sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi selama 3 hari pada responden
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
75
yang diberikan terapi penurun nyeri dan ditambah terapi musik pada kelompok
intervensi dan responden yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada
kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan uji dependent sample t-test
(Paired t-test).
Untuk menggambarkan perbedaan tingkat nyeri sebelum dilakukan intervensi
pada hari pertama dan sesudah dilakukan intervensi pada hari ketiga pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji statistik
independent sample t-test (Pooled t-test). Jenis uji tersebut digunakan setelah
dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Skewness pada
variabel tingkat nyeri yang artinya data variabel tersebut berdistribusi normal
yang merupakan salah satu syarat uji statistik parametrik.
1. Analisa kesetaraan berdasarkan umur dan pengalaman nyeri responden
Tabel 5.6 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Umur Responden
di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Umur Responden
Kelompok Responden Total P Value Intervensi Kontrol N % N % N %
Dewasa muda
5 33,3 3 20,0 8 26,7 0,682
Dewasa tua
10 66,7 12 80,0 22 73,3
Jumlah
15 100 15 100 30 100
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
76
Hasil analisa didapatkan responden yang dewasa muda yang diberikan obat
penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah
5 orang (33,3 %), yang dewasa tua adalah 10 orang (66,7 %). Sedangkan
responden yang dewasa muda yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada
kelompok kontrol adalah 3 orang (20,0 %), yang dewasa tua adalah 12 orang
(80,0 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan terapit penurun
nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan kelompok yang
hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol mempunyai
kesetaraan umur yang sama atau homogen (p=0,682, α =0,05)
Tabel 5.7 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Jenis Kelamin
Responden
Kelompok Responden Total P Value Intervensi Kontrol N % N % N %
Laki-laki
11 73,3 11 73,3 22 73,3 1,000
Perempuan
4 26,7 4 267 8 26,7
Jumlah
15 100 15 100 30 100
Hasil analisa didapatkan responden yang laki-laki yang diberikan terapi
penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah
11 orang (73,3 %), yang perempuan adalah 4 orang (26,7 %). Jumlah ini sama
dengan responden yang yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada
kelompok kontrol yaitu laki-laki 11 orang (73,3%), yang perempuan adalah 4
orang (26,7 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan terapi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
77
penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan
kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
mempunyai kesetaraan jenis kelamin yang sama atau homogen (p=1,000, α
=0,05)
Tabel 5.8 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Pengalaman Nyeri Responden
di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Pengalaman Nyeri
Kelompok Responden Total P Value Intervensi Kontrol N % N % N %
Pernah
10 66,7 7 46,7 17 56,7 0,461
Tidak pernah
5 33,3 8 53,3 13 43,3
Jumlah
15 100 15 100 30 100
Hasil analisa didapatkan responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya
yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada
kelompok intervensi adalah 10 orang (66,7 %), yang tidak pernah mengalami
nyeri sebelumnya adalah 5 orang (33,3 %). Sedangkan responden yang pernah
mengalami nyeri sebelumnya yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada
kelompok kontrol adalah 7 orang (46,7 %), yang tidak pernah mengalami nyeri
sebelumnya adalah 8 orang (53,3 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok
yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok
intervensi dengan kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada
kelompok kontrol mempunyai kesetaraan pengalaman nyeri yang sama atau
homogen (p=0,461, α =0,05)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
78
2. Hubungan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan
pengalaman nyeri dengan selisih penurunan tingkat nyeri hari ketiga
Tabel 5.9 Analisa Hubungan Umur Responden dengan Selisih Penurunan Tingkat
Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No Variabel
N Mean SD P Value
1 Umur Responden - Dewasa Muda
- Dewasa tua
8
22
6,88
6,50
1,81
1,10
0,495
Hasil analisa tabel 5.9 diatas adalah rata-rata selisih tingkat nyeri responden
dewasa muda adalah 6,88 dengan standar deviasi 1,81, sedangkan rata-rata
selisih tingkat nyeri responden dewasa tua adalah 6,50 dengan standar devisi
1,10. Dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan
selisih tingkat nyeri antara responden dewasa muda dengan responden dewasa
tua (p=0,495)
Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Selisih Penurunan
Tingkat Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No Variabel
N Mean SD P Value
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
79
1 Jenis Kelamin Responden - Laki-laki
- Perempuan
22 8
6,36
7,25
1,14
1,58
0,100
Hasil analisa tabel 5.10 diatas yaitu rata-rata selisih tingkat nyeri responden
dewasa muda adalah 6,36 dengan standar deviasi 1,14, sedangkan rata-rata
selisih tingkat nyeri responden perempuan adalah 7,25 dengan standar devisi
1,58. Dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan
selisih tingkat nyeri antara responden laki-laki dengan responden perempuan
(p=0,100).
Tabel 5.11 Analisa Hubungan Pengalaman Nyeri Responden dengan Selisih
Penurunan Tingkat Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No Variabel
N Mean SD p Value
1 Pengalaman nyeri sebelumnya - Pernah
- Tidak pernah
17
13
6,41
6,85
1,58
0,80
0,375
Hasil analisa tabel 5.11 yaitu rata-rata selisih tingkat nyeri responden yang
pernah mengalami nyeri sebelumnya adalah 6,41 dengan standar deviasi 1,58,
sedangkan rata-rata selisih tingkat nyeri responden yang tidak pernah
mengalami nyeri sebelumnya adalah 6,85 dengan standar deviasi 0,80. Dapat
diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan selisih tingkat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
80
nyeri antara responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya dengan
responden yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya (p=0,375)
3. Perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dari hari pertama sampai hari ketiga dengan
uji yang digunakan dependent sample t-test (Paired t-test)
Tabel 5.12 Perbedaan Rata-rata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Intervensi Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No Kelompok Tingkat Nyeri N Mean SD P.Value
1 Intervensi 1. Sebelum dilakukan intervensi hari pertama
2. Sesudah dilakukan intervensi :
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga
15 8,00
5,46
3,40
0,80
0,93
0,93
0,94
1,01
0,000
0,000
0,000
2 Kontrol 1. Sebelum dilakukan intervensi hari pertama
2. Sesudah dilakukan intervensi :
7,93
0,96
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
81
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga
6,40
4,80
1,93
0,73
0,77
0,88
0,000
0,000
0,000
Berdasarkan tabel 5.12 diatas, rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan
intervensi obat penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan standar
deviasi 0,93. Setelah intervensi yang dilakukan selama 3 hari, rata-rata tingkat
nyeri menjadi 0,80 dengan standar deviasi 1,0. Berarti mengalami penurunan
tingkat nyeri sebesar 7,20, sedangkan kelompok kontrol yang hanya diberikan
terapi penurun nyeri rata-rata tingkat nyeri sebelum intervensi adalah 7,93
dengan standar deviasi 0,96 dan sesudah intervensi yang dilakukan selama 3 hari
rata-rata tingkat nyeri menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Berarti
mengalami penurunan tingkat nyeri sebesar 6,00. Hasil uji beda 2 mean
berpasangan (paired t-test) didapatkan adanya perbedaan yang bermakna
penurunan tingkat nyeri sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan
intervensi, baik pada responden yang diberikan obat penurun nyeri ditambah
dengan terapi musik pada kelompok intervensi (p=0,000, α=0,05) maupun pada
responden yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada kelompok kontrol
(p=0,000, α=0,05. Dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat nyeri responden
baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sama-sama
mengalami penurunan yang bermakna setiap harinya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
82
Gambar 5.1 Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol pada Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Gambar 5.1 menjelaskan rata-rata penurunan tingkat nyeri pada kelompok
yang diberikan obat penurun nyeri ditambah terapi musik mengalami
penurunan setiap harinya. Pada hari pertama sebelum intervensi rata-rata
tingkat nyeri 8,00 turun sebesar 2,54 menjadi 5,46 setelah intervensi. Pada hari
kedua turun sebesar sebesar 2,06 menjadi 3,40 dan pada hari ketiga terjadi
penurunan yang sangat baik sebesar 2,60 menjadi tingkat nyeri skala 0,80.
Sedangkan pada kelompok yang hanya diberikan obat penurun nyeri , rata-rata
penurunan tingkat nyeri dari hari pertama sebelum intervensi rata-rata tingkat
nyeri 7,93 turun sebesar 1,53 menjadi 6,40. Pada hari kedua turun sebesar 1,60
tingkat nyeri menjadi 4,80 dan pada hari ketiga setelah intervensi mengalami
penurunan yang baik sampai menjadi tingkat nyeri 1,93. Tapi jika
dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, penurunan
terjadi lebih besar dan agak merata pada kelompok intervensi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
83
Tabel 5.13
Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Serta Selisih pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Hari Pertama
dan Ketiga di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
No Variabel Kelompok N Mean SD p Value
1 Sebelum dilakukan intervensi
1. Intervensi
2. Kontrol
15
15
8,00
7,93
0,93
0,96
0,848
2 Sesudah dilakukan Intervensi
1. Intervensi
2. Kontrol
15
15
O,80
1,93
0,94
0,88
0,002
3 Selisih penurunan Tingkat nyeri
1. Intervensi
2. Kontrol
15
15
7,20
6,00
1,01
1,31
0,009
Hasil analisa pada tabel 5.13 diatas, rata-rata tingkat nyeri responden sebelum
dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi
penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan standar deviasi 0,93.
Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi
penurun nyeri adalah 7,93 dengan standar deviasi 0,96. Dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat nyeri responden sebelum diberikan
terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan
responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
(p=0,848, α=0,05)
Rata-rata tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari
pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik
adalah 8,00 menjadi o,80 dengan standar deviasi 0,94. Sedangkan rata-rata
tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
84
7,93 menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Dapat disimpulkan adanya
perbedaan yang bermakna rata-rata tingkat nyeri responden sesudah diberikan
terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan
responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
(p=0,002, α=0,05)
Rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri responden setelah dilakukan
intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri
ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 7,20 dengan standar
deviasi 1,01. Sedangkan rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada
kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 6,00
dengan standar deviasi 1,31. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang
bermakna penurunan selisih tingkat nyeri responden sesudah diberikan terapi
penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi dibandingkan
dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok
kontrol (p=0,009, α= 0,05), Artinya kelompok intervensi mempunyai rata-rata
selisih penurunan tingkat nyeri lebih besar dari pada kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
85
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang meliputi
interpretasi dan diskusi hasil seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya.
Selain itu juga akan menjelaskan tentang berbagai keterbatasan penelitian dan
implikasi penelitian untuk keperawatan
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil
Tujuan penelitian ini meliputi mengidentifikasi gambaran karakteristik
responden, perubahan tingkat nyeri pasien sebelum dan sesudah intervensi baik
pada responden yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik
pada kelompok intervensi maupun pada responden yang hanya mendapat terapi
penurun nyeri pada kelompok kontrol. Pembahasan secara lengkap adalah
sebagai berikut :
1. Kesetaraan kelompok responden yang diberikan terapi penurun nyeri
ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dan responden yang
hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
Pada penelitian ini ditemukan adanya kesetaraan umur, jenis kelamin dan
pengalaman nyeri sebelumnya pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Hasil ini mendukung validitas hasil penelitian dengan metode
kuasi eksperimen, dimana hasil penelitian dikatakan valid apabila tidak ada
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
86
perbedaan yang signifikan umur (p=0,595) dan jenis kelamin (p=0,177)
serta pengalaman nyeri (p=0,337). Umur, jenis kelamin dan pengalaman
nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebanding
(homogen).
2. Hubungan karakteristik responden dengan selisih tingkat nyeri
a. Umur
Rentang umur pada penelitian ini adalah 30-70 tahun (N=30) yang
dikategorikan menjadi dewasa muda yaitu responden yang berumur 30-
45 tahun dan dewasa tua yang berumur 46-70 tahun. Berdasarkan tabel
5.9 responden yang dewasa muda adalah 8 orang (26,7%) sedangkan
yang dewasa tua adalah 22 orang (73,3 %). Dapat disimpulkan bahwa
dewasa tua lebih banyak menderita infark miokard jika dibandingkan
yang dewasa muda. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan
bahwa infark miokard lebih sering menyerang usia dewasa tua karena
pada usia dewasa tua memiliki faktor resiko yang lebih besar seperti
adanya riwayat merokok,kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi,
hipertensi, DM dan faktor usia sendiri (Lewis, 2000)
Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur dan selisih tingkat nyeri responden
(p=0,495). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa umur
mempunyai hubungan dengan ambang nyeri seseorang (Smeltzer dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
87
Bare, 2004). Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini perubahan
tingkat nyeri pasien tidak dipengaruhi oleh umur responden.Sedangkan
pada penelitian ini sebagian besar responden (73,3%) berusia dewasa
tua. Menurut Perry dan Potter (2006) pasien dewasa tua menganggap
bahwa nyeri merupakan komponen alamiah yang harus mereka terima
dari proses penuaaan sehingga keluhan sering diabaikan. Dilain pihak
normalnya kondisi nyeri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan
sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami
perubahan neorofisiologis dan mungkin mengalami penurunan persepsi
sensorik stimulus serta peningkatan ambang nyeri.
Diperkirakan lebih dari 85 % dewasa tua mempunyai sedikitnya satu
masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Orang dewasa
tua cenderung mengabaikan sebelum melaporkan atau mencari
perawatan kesehatan karena sebagian dari mereka menganggap nyeri
menjadi bagian dari penuaan normal dan sebagian orang dewasa tua
lainnya tidak mencari perawatan kesehatan karena mereka takut nyeri
tersebut menandakan penyakit yang serius (Smeltzer & Bare, 2004
dalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/nyeri, diperoleh
tanggal 9 Juni 2008.
Penjelasan diatas memberikan gambaran dalam penelitian ini dan dapat
diasumsikan bahwa ekspresi nyeri terkait dengan umur lebih disebabkan
oleh hambatan psikologis sehingga individu menutupi sensasi nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
88
yang sebenarnya dirasakan. Menurut Smeltzer & Bare (2004)
menyatakan bahwa penilaian tntang nyeri dan ketepatan pengobatan
harus didasarkan pada laporan nyeri pasien ketimbang didasarkan pada
usia pasien.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 5.10 jenis kelamin responden pada penelitian ini
(N=30) terdiri dari 22 orang(73,3%) laki-laki dan 8 orang (26,7%) orang
perempuan. Dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita
infark miokard jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai
dengan literatur yang mengatakan bahwa infark miokard lebih sering
menyerang laki-laki dibandingkan perempuan karena laki-laki memiliki
faktor resiko yang lebih besar karena life style laki-laki sering menjadi
faktor presipitasi seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
makanan tinggi lemak (Hanun, S, 2002).
Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dan selisih tingkat nyeri responden
(p=0,100). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa jenis
kelamin mempunyai hubungan dengan ambang nyeri seseorang (Hanun,
2002). Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini perubahan tingkat
nyeri pasien tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin responden.
Sedangkan pada penelitian ini sebagian besar responden (73,3%)
berjenis kelamin laki-laki. Menurut Perry dan Potter (2006) pasien laki-
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
89
laki menganggap bahwa nyeri merupakan komponen alamiah yang harus
mereka terima dari proses penyakit yang dialaminya dan laki-laki
cenderung dapat mudah beradaptasi dengan nyerinya dibandingkan
dengan perempuan. Menurut Smeltzer & Bare (2004) menyatakan
bahwa penilaian tntang nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan
pada laporan nyeri pasien ketimbang didasarkan pada usia pasien.
c. Pengalaman nyeri sebelumnya
Responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya pada kelompok
intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi
musik adalah 7 orang (46,7%) dan yang tidak pernah mengalami nyeri
sebelumnya 8 orang (53,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang
hanya diberikan terapi penurun nyeri sebanyak 10 orang (66,7%) pernah
mengalami nyeri sebelumnya dan 4 orang (26,7%) responden tidak
pernah mengalami nyeri sebelumnya.
Berdasarkan tabel 5.11 pengalaman nyeri responden pada penelitian ini
(N=30) terdiri dari 22 orang(73,3%) pernah mengalami nyeri
sebelumnya dan 8 orang (26,7%) tidak pernah mengalami nyeri
sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa responden lebih banyak pernah
mengalami nyeri sebelumnya jika dibandingkan dengan yang tidak
pernah mengalami nyeri sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur
yang mengatakan bahwa serangan infark miokard yang terjadi pada
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
90
pasien dapat merupakan serangan yang kedua, ketiga dan seterusnya
(Lewis, 2000).
Hasil analisa dengan uji independent sample t-test menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara responden yang pernah
mengalami nyeri sebelumnya dengan responden yang tidak pernah
mengalami nyeri sebelumnya terhadap perubahan tingkat nyeri
(p=0,375). Dapat disimpulkan pada penelitian ini perubahan tingkat
nyeri tidak dipengaruhi oleh pengalaman nyeri pasien sebelumnya.
Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi pada saat melakukan pengkajian
pengalaman nyeri sebelumnya, pasien mengatakan pernah mengalami
rasa nyeri sebelumnya tetapi sulit untuk menggmbarkan apakah dia
pernah mengalami nyeri yang sama seperti nyeri yang di rasakan saat
serngan infark miokard
Literatur menyatakan bahwa setiap individu belajar dari pengalaman
nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat
maka kecemasan dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami
nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut
berhasil dihilangkan maka akan lebih mudah bagi individu untuk
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
91
menginterpretasikan sensasi nyeri. Dampaknya klien akan siap untuk
melakukan tindakan-tindakan untuk menghilangkan nyeri. Apabila
seseorang tidak pernah merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi
pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri (Perry & Potter,
2006)
Beberapa pasien yang tidak pernah mengalami nyeri hebat, tidak
menyadari seberapa hebatnya nyeri yang akan dirasakan nanti.
Umumnya orang yang sering mengalami nyeri dalam hidupnya
cenderung mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih hebat (Taylor &
Le Mone dalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/nyeri,
diperoleh 9 Juni 2008). Hal ini dapat terjadi karena adanya proses
pengontrolan pusat pada neocortek dan dipengaruhi oleh pengalaman
masa lampau. Ketika aktivitas tersebut sering mempengaruhi maka
dapat dijelaskan mengapa rangsangan ringan menimbulkan reaksi yang
hebat. Sebaliknya bila ada rangsangan yang hebat tetapi bersamaan
dengan itu ada pengontrolan pusat yang kuat karena pengalaman masa
lalu sehingga reaksi hamper tidak ada (Melzack & Casay dalam
http:medlinux.blogspot.com/2007, diperoleh 10 Januari 2008).
3. Perubahan dan perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien yang mendapatkan terapi penurun nyeri dan terapi musik pada
kelompok intervensi dan pasien yang hanya mendapat terapi penurun nyeri
pada kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
92
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penurunan tingkat nyeri pada
kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik
mengalami penurunan yang baik setiap harinya rata-rata tingkat nyeri
responden sebelum dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang
diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan
standar deviasi 0,93. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang
hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 7,93 dengan standar deviasi
0,96. Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat nyeri
responden sebelum diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik
pada kelompok intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi
penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,848, α=0,05)
Rata-rata tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari
pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik
adalah 8,00 menjadi o,80 dengan standar deviasi 0,94. Sedangkan rata-rata
tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri
adalah 7,93 menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Dapat disimpulkan
adanya perbedaan yang bermakna rata-rata tingkat nyeri responden sesudah
diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok
intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri
pada kelompok kontrol (p=0,002, α=0,05)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
93
Rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri responden setelah dilakukan
intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri
ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 7,20 dengan standar
deviasi 1,01. Sedangkan rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada
kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurunan nyeri adalah 6,00
dengan standar deviasi 1,31. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang
bermakna penurunan selisih tingkat nyeri responden sesudah diberikan
terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri
pada kelompok kontrol (p=0,009, α= 0,05), Artinya kelompok intervensi
mempunyai rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri lebih besar dari pada
kelompok kontrol
Keyakinan ini semakin jelas dengan melihat rata-rata selisih penurunan
tingkat nyeri pada kelompok intervensi menunjukkan penurunan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata-rata selisih
penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi adalah 7,20 sedangkan
pada kelompok kontrol adalah 6,00. Perbedaan selisih penurunan tingkat
nyeri 1,20. Perbedaan selisih penurunan nyeri ini sangat berarti bagi pasien
yang sedang mengalami nyeri
Hasil penelitian menunjukkan metode penggunaan musik untuk
menurunkan nyeri telah lama dikembangkan di Amerika dan Jerman
dengan metoda yang lebih modern sekelompok peneliti secara intensif
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
94
mengamati musik yang mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dan
menenangkan pasien (Intisari, 2007, diperoleh tanggal 28 Desember 2007).
Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Djohan (2006) di negara-negara
maju khususnya Amerika Serikat terapi musik telah menjadi bagian dari
profesi kesehatan dimana terapi musik memanfaatkan kekuaran musik untuk
membantu klien mencari jalan keluar untuk mengalami perubahan dalam
menurunkan tingkat nyerinya.
Menurut Kemper dan Denhauer (2005) musik juga dapat memberikan efek
bagi peningkatan kesehatan, mengurangi stress dan menguranngi nyeri.
Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja sistem syaraf otonom dan
hormonal sehingga dapat berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dan
tingkat nyeri. Pasien yang diterapi dengan menggunakan musik akan
tampak rileks dan tenang. Efek relaksasi yang didapat tersebut akan
berpengaruh terhadap stabilitas, menurunkan tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
Hasil penelitian Guzzetta (1999) musik efektif menimbulkan efek relaksasi
dan menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang coronary
care unit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penuruan apical heart rate,
peningkatan suhu kulit bagian perifer. Pada studi yang dilakukan oleh
Raymond Bahr seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian Intensif
Cardiac Care Unit (ICCU) selalu menggunakan musik di ruang perawatan.
Telah membuktikan bahwa pada kasus-kasus serangan jantung dimana
pasiennya membutuhkan perawatan yang intensif dalam waktu satu
setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
95
sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (Ucup,
2006, dalam Rihiantoro, 2007)
Selama setengah abad lebih, berbagai penelitian menunjukkan bahwa terapi
musik terbukti efektif dalam membantu rehabilitasi gangguan fisik,
peningkatan motivasi dalam menjalani perawatan, memberikan dorongan
emosional untuk klien dan keluarga, mengekspresikan perasaan dan dalam
berbagai proses psikoterapi. Karena itu terapi musik terus berkembang, baik
dirumah sakit, klinik, lembaga kesehatan, sekolah-sekolah, pusat kesehatan
mental dan lembaga rehabilitasi ketergantungan obat serta tempat-tempat
perawatan lainnya (Djohan, 2006).
Hal ini dapat di jelaskan bahwa faktor-faktor yang diketahui dapat
memodulasikan nyeri antara lain dengan melakukan teknik relaksasi melalui
terapi musik yang membuat otot-otot menjadi relaksasi sehingga akan
menurunkan tingkat nyeri. Terapi musik dapat menjadi intervensi yang
aman dan memungkinkan memiliki efek positif dalam memperbaiki gejala-
gejala yang terkait dengan penatalaksanaan pasien dengan infark miokard.
Strategi ini dapat dijadikan suatu intervensi perawatan yang rutin
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rihiantoro, (2007) di ruang Intensif Care Unit (ICU) RS Dr. Abdul Moeloek
Lampung bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi musik terhadap
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
96
status hemodinamik pasien. Pengaruh itu dapat dilihat dengan adanya
perbedaan yang bermakna antara heart rate dan frekwensi pernafasan
sesudah dilakukan terapi musik
Dengan demikian berarti bahwa pemberian terapi musik pada pasien dengan
infark miokard dengan menggunakan musik instrumentalia sound healing
selama 30-45 menit telah mampu memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap penurunan tingkat persepsi nyeri pasien. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terapi musik sangat bermanfaat sebagai salah satu
intervensi keperawatan terhadap pasien infark miokard dalam rangka
menurunkan tingkat nyeri pasien. Seperti kita ketahui bersama bahwa musik
sebagai salah satu terapi keperawatan telah banyak dikembangkan dalam
dunia kesehatan. Ada banyak teori dan hasil penelitian yang telah
membahas hal tersebut. Hasil penelitian ini telah memberikan dukungan
yang kuat terhadap eksistensi terapi musik dalam dunia kesehatan terutama
bidang keperawatan pasien gangguan kardiovaskular. Hasil penelitian
sekaligus memperkuat argumentasi-argumentasi teoritis beberapa hasil studi
tentang terapi musik terdahulu
Musik instrumentalia yang lembut dan menenangkan di beberapa ruangan,
dampaknya membuat para pasien menjadi lebih nyaman, rileks dan lebih
bahagia. Hal itu juga membuat tubuh mereka mengeluarkan getaran yang
lebih sehat (Mucci & Mucci, 2000). Seseorang yang mendengarkan musik
yang sesuai maka denyut nadi dan tekanan darahnya dapat menurun dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
97
stabil, gelombang otak melambat dan otot-otot menjadi rileks (Anonim,
2004, http://mycuran.com dalam Rihiantoro, 2007)
Menurut Kemper dan Danhauer, (2005) musik juga dapat mengurangi stress
dan mengurangi nyeri. Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja syaraf
otonom dan hormonal sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh
terhadap kecemasan dan nyeri. Pasien yang diterapi dengan menggunakan
musik akan tampak rileks dan tenang. Efek relaksasi yang didapat melalui
terapi musik tersebut akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri
pasien. Seorang perawat dari Dallas,Texas Cathie Guzzeta juga menemukan
bahwa terapi musik sebagai teknik relaksasi dapat mempengaruhi detak
jantung dan mengurangi tekanan darah (Mucci & Mucci, 2002). Hasil
penelitian Guzzeta (1999) juga efektif menimbulkan efek relaksasi dan
menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang coronary care
unit
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi musik sangat baik
digunakan pada klien dengan infark miokard. Terapi musik mampu untuk
meningkatkan relaksasi dan menurunkan tingkt nyeri sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif intervensi keperawatan dalam upaya
menurunkan tingkat nyeri khususnya pada klien dengan infark miokard
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
98
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ditemui oleh peneliti selama penelitian ini berlangsung
adalah :
1. Sampel
Tidak seluruh pasien yang dirawat dengan infark miokard dapat
langsung dijadikan sampel penelitian karena banyak klien yang masuk
dengan status hemodinamik yang tidak stabil
2. Waktu
Karena penelitian ini dibatasi oleh waktu peneliti merasa tidak cukup
waktu untuk penelitian karena untuk melakukan penelitian di RS Dr.
M. Djamil Padang juga harus menjalani prosedur administrasi terlebih
dahulu namun berkat bantuan bagian Diklit rumah sakit maka
penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancer dengan jumlah
sampel yang cukup
C. Implikasi Hasil Penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
Terkait dengan penelitian ini dimana terapi musik untuk penurunan
nyeri pada pasien infark miokard sangat penting di lakukan ditatanan
pelayanan keperawatan. Terapi musik dapat dilakukan dengan mudah
dan praktis dan tidak memerlukan biaya yang mahal karena alat musik
yang digunakan dapat digunakan oleh klien secara bergantian. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi
praktek keperawatan profesional sehingga dapat dijadikan sebagai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
99
salah satu intervensi keperawatan untuk menangani nyeri pada klien
dengan infark miokard baik selama dirawat di rumah sakit maupun
perawatan di rumah.
2. Bagi pengambil kebijakan dan keputusan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
manejer keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan, untuk
dimasukkan dalam Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan dapat
dijadikan sebagai Standar Operasional Prosedur manajemen nyeri
dengan memasukkan terapi musik sebagai salah satu metode untuk
menurunkan tingkat nyeri klien khususnya pasien dengan infark
miokard
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
100
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesmpulan
Berdasarkan penelitian dapat dibuat kesimpulan secara umum sebagai
berikut :
1. Penelitian ini telah mengidentifikasi karakteristik umur, jenis kelamin
dan pengalaman nyeri sebelumnya, pada pasien infark miokard yang
diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik dengan
pasien infark miokard yang hanya diberikan terapi musik tidak berbeda.
2. Rata-rata tingkat nyeri pasien infark miokard sebelum diberikan terapi
penurun nyeri ditambah terapi musik dan sesudah diberikan terapi
penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi adalah
bermakna (p=0,000, α= 0,05)
3. Rata-rata tingkat nyeri pasien infark miokard sebelum diberikan terapi
penurun nyeri ditambah terapi musik dan sesudah diberikan terapi
penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok kontrol adalah bermakna
(p=0,009, α= 0,05)
4. Rata-rata penurunan tingkat nyeri setelah diberikan intervensi antara
pasien infark miokard yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah
terapi musik dengan pasien infark miokard yang hanya diberikan terapi
penurun nyeri diperoleh hasil yang bermakna. Penurunan tingkat nyeri
pada kelompok intervensi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol, dimana pada kelompok intervensi selisih penurunan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
101
tingkat nyeri sebesar 7,20 sedangkan pada kelompok kontrol selisih
penurunan tingkat nyeri 6,00.
5. Pada penelitian ini karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman
nyeri tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien infark
miokard
6. Dapat disimpulkan bahwa terapi musik berpengaruh terhadap penurunan
tingkat persepsi nyeri pada pasien dengan infark miokard
B. Saran
Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi pelayanan keperawatan
Terapi musik terbukti sangat efektif dalam menurunkan tingkat nyeri
pasien infark miokard maka disarankan agar terapi musik dapat menjadi
salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat dalam melakukan
perawatan pada pasien infark miokard dalam menangani atau dalam
manajemen nyeri, dan menjadi salah satu SOP, SAK dalam perawatan
pasien dengan infark miokard.
2. Bagi institusi rumah sakit
Agar terapi musik dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi
keperawatan dalam menurunkan nyeri pada pasien infark miokard.
Diharapkan kepada pimpinan RS Dr. M. Djamil Padang dapat
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan terapi musik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
102
agar pelaksanaan terapi musik pada pasien infark miokard di ruangan
cardiac centre dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
3. Bagi dunia pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan perawat yang lebih luas tentang terapi musik dalam
penanganan nyeri pada pasien infark miokard yang dapat dijadikan
sebagai salah satu materi ajar pada terapi komplementer pasien infark
miokard.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi
musik pada pasien infark miokard dengan jumlah responden yang lebih
banyak, kriteria yang lebih spesifik dan waktu yang lebih panjang serta
jenis music yang sesuai dengan budaya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
103
DAFTAR PUSTAKA
Anthony (2003). Music Therapy : Effects of Music. Music Today Journal Ariawan, I, 91998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Jakarta : FKM UI Black & Hawks, (2005). Medikal Surgical Nursing ; Clinical Management for
Positive Outcomes. Volume 1. USA : Health Sciences Rights Departement in Philadelphia
Campbell, D, (2001). Efek Mozart : Manfaatkan Kekuatan Musik untuk
Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Crisp, J, & Taylor, C, (2001). Potter dan Perry’s Fundamentals of Nursing.
Australia : Harcour Health Sciences Doenges, Moorhouse & Geissler, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasient. Jakarta : EGC
Dossey, B.M, Guzzette, G.E & Kenner, CV, (2002). Critical Care Nursing : Body,
Mind and Spirit. Philadelpia : J.B. Lippincott Company
Djohan, (2006). Terapi Musik ; Teori dan Aplikasi. Jakarta : Galangpress Guzzetta, C. E, (1999). Effects of Relaxation and Music Therapy on Patient in
Coronary Care Unit With Presumtive Acute Myocardial Infarction. Heart Lung Journal
Halim, S, (2006). Efek Mozart dan Terapi Musik dalam Dunia Kesehatan. Jakarta :
FKUI Hanun, S, (2002). Penyakit Jantung Koroner : Miokard Infark Akut. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI Harnawatiaj, (2008). Nyeri, http://www.painspecialist.com.sg/ink/index.htm,
diperoleh 10 Juni 2008 Hastono, S.P, (2003). Analisa Data. Jakarta : FKM UI Hiliard, R.E, (2005). Music Therapy in Hospice and Palliative Care : A Review of
the Empirical Data Advance Acces Publication
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
104
Hudak, C.M & Gallo, B.M, (1997). Critical Care Nursing A. Holistik Approach. Penerjemah Monica, E.D, Made, K, Made, S, Efi, A. Philadelpia : JB Lippincott Company
Ignatavicius, D & Workman, M.L, (2006). Medikal Surgical Nursing Critical Thinking for Collaborative Care, 5th edition, St Louis Missouri
Intisari, (2007).Terapi Musik, http://intisari.com, diperoleh tanggal 28 Desember 2007 Joachim, R.A, Quarcoo, D, & Arek, P.C, (2003). Stress Enhances Airway
Reactivity and Airway Inflammation of Allergic Bronchial Asthma. Psychosom. Med Journal
Kemper, K.J, & Denhauer, S.C, (2005). Music as Therapi.Southern Medical Journal Lewis, S.M, Heitkemper, M.M & Dirksen, S.R. (2000). Medical Surgical Nursing.
5 th edition. St. Louis Missori : Mosby – Year Book. Inc Linberg & Katherine, A, (1997). What is Music Therapy. Academic Research Library
Manurung, (2006). Terapi pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI Marulam, M.P, (1997). Buku Saku Kardiologi. Jakarta : EGC Mc. Caffery, R, (2000). The Lived Experience of Listening to Music While
Recovering from Surgery. J. Holistic Nurse Mc. Caffery, R, & Colsin, R.C (2002). Music Listening as a Nursing Intervention ;
a Symphony of Practice. Academic Research Lybrary Medlinux, (2007). Nyeri, http.blogspot.com/2007, diperoleh 10 Januari 2008
Mucci, K & Mucci, R. (2002). The Healing Sound of Music : Manfaat Musik
untuk Kesembuhan, Kesehatan dan Kebahagiaan Anda. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Nurmartono, (2007). Aplikasi Telemetri dalam asuhan keperawatan penyakit
jantung koroner, http ://www.inna-ppni.or.id, diperoleh tanggal 10 Januari 2008
Peterson, J.G, & Zderad, L.T, (1998). Humanistic Nursing. New York : National
League for Nursing Polit, D.F, & Hungler, b.P, (1999). Nursing Research, Principles & Methods.
Philadelphia : Lippincott
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
105
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses dan Praktik. Volume 1, Edisi 4. Alih Bahasa : Komalasari, R, Evriyani, D, Noviestari, E. dkk. Jakarta : EGC
Price, S.A & Wilson, L.M, (2006). Pathophysiology. Clinical Concepts of Disease
Processes. Mosby Year Book, Inc Priyanto, Ade, (2001). Recognition of Acut Miocardial Infarction : Reducing
Delay. Jakarta : Weekend Course on Cardiology Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan kita, (2001).
Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Bidang Diklat Course on Cardiology
Rihiantoro, T, (2007). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamik
pada Pasien Koma di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS Dr.H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
Sabri, L, & Hastono, S. P, (1999). Biostatistik dan Statistik Kesehatan
( Biostatistik Dasar. Jakarta : FKM UI Sastroasmoro, S & Ismael, S, (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : CV Sagung Seto Setiadarma, M.P (2005). Terapi Alternatif : Terapi Musik. Jakarta : Spiritia Shepperd, J, (2002). Myocard Infarct and Epidemiologi. http://www.
Yahoo.com//ephidemiology, diperoleh tanggal 20 Desember 2007 Smeltzer, C & Bare, G. (2007). Textbook of Medical Surgical Nursing, 11th
edition. Philadelpia : J.B. Lippincoott Stanley, J.M, (2002). A Meta Analysis Efficacy of Music Therapy for Premature
Infants. Journal of Pedeatric Nursing Supami, Sri, (2001). Manajemen Pain pada Akut Miokard Infark. Jakarta : Weekend Tambunan, R. (2007). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Penyembuhan Klien
dengan MCI. Tjang, (2006). Alternatif Terapi Penyakit Jantung Koroner, http: //www.gizi.net,
diperoleh tanggal 4 Desember 2007 Watson, A, Drury, N, (2002). Healing Music : The Harmonik Path to Inner
Wholeness. Dorset, England : Prism Press
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
106
Lampiran 1
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri
pada pasien Infark Miokard di RS. Dr. M. Djamil Padang
Peneliti : Sila Dewi Anggreni Hp : 085263755349 Saya Sila Dewi Anggreni (mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia), bermaksud
mengadakan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark Miokard di RS. Dr. M. Djamil Padang.
Hasil penelitian ini direkomendasikan sebagai masukan untuk meningkatkan
pelayanan Keperawatan Medikal Bedah, khususnya keperawatan kardiovaskular
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif
bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden
dengan cara menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data hasil penelitian. Peneliti
juga menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian
ini
Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi bapak/ibu
untuk menjadi responden penelitian. Terima kasih atas kesediaan dan
partisipasinya.
Peneliti
Sila Dewi Anggreni
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
107
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan maka saya mengetahui
manfaat dan tujuan penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dalam penelitian ini
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya, dan
saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan Keperawatan Medikal Bedah
khususnya Keperawatan Kardiovaskular.
Demikian kiranya secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun, saya
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Padang, Juni 2008
Responden
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
108
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode Responden :
Umur Responden :
Jenis Kelamin :
Tanda-tanda vital : TD = mmhg Nadi = x/mt
RR = x/mn Suhu = ° C
1. Jenis obat untuk menurunkan nyeri yang didapatkan oleh pasien :
a. ………
b. ………
c. ………
2. Apakah pasien pernah mengalami nyeri sebelumnya ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Peneliti
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
109
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ………………… 83
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penjelasan tentang penelitian
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
Lampiran 4 : Pengukuran skala nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Lampiran 5 : Skala nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Lampiran 6 : Protokol Intervensi Terapi Musik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
111
Lampiran 6
PROTOKOL INTERVENSI TERAPI MUSIK
A. Persiapan
1. Persiapan pasien
a. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang terapi musik yang akan
dilakukan meliputi tujuan, manfaat, jenis musik yang akan diberikan.
b. Pastikan pasien dalam kondisi baik dan berikan klien posisi senyaman
mungkin dan siap untuk melakukan intervensi yang akan diberikan.
c. Cek tanda vital klien seperti tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu tubuh.
2. Persiapan alat
a. MP3
b. Head set
c. Dengan menggunakan musik instrumentalia sound healing
B. Pelaksanaan
1. Melakukan pengkajian tingkat persepsi nyeri pasien
2. Mengkaji skala nyeri sebelum diberikan terapi penurun nyeri dan terapi
musik pada kelompok intervensi
3. Mengkaji skala nyeri sebelum diberikan terapi penurun nyeri pada
kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
112
4. Menjelaskan dan mendemonstrasikan terapi musik kepada kelompok
intervensi
5. Memberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik selama 45 menit
kepada kelompok intervensi setelah 3 jam klien mendapatkan terapi
penurun nyeri
6. Memberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
7. Saat melakukan intervensi tetap diobservasi kondisi pasien, jika ada
keluhan yang dapat memperberat kondisi pasien, terapi musik dihentikan
8. Terapi musik dilakukan sesuai dengan toleransi pasien
9. Kaji kembali tingkat nyeri pasien , dan minta pasien untuk menyampaikan
rentang nyeri yang dialami, baik pada kelompok intervensi mauupun
kelompok kontrol
10. Lakukan pendokumentasian
C. Evaluasi
1. Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan pemberian terapi penurun
nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi setelah 45 menit setiap
hari selama 3 hari
2. Evaluasi pada kelompok kontrol dilakukan setelah pemberian terapi
penurun nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016