PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna...

41
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun oleh: ALAN JUMNA OKTACVIANAH 08/3208078/PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012

Transcript of PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna...

Page 1: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

ALAN JUMNA OKTACVIANAH 08/3208078/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2012

Page 2: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Page 3: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul:

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF

SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau

duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah digunakan untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi

manapun, kecuali bagian sumber informasinya dicantumkan sebagaimana

mestinya yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Yogyakarta, 2012

Penulis

Alan Jumna Oktacvianah

NPM : 3208078

Page 4: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyusun Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat

kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten”.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini

penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti,S.Kep.,Ns, selaku Ketua Prodi Keperawatan Stikes Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan.

3. Ibu Atik Badi’ah,S.Kp.,S.Pd.,M.Kes, selaku Penguji Proposal atas segala

masukan, arahan dan semangat yang telah diberikan.

4. Ibu Ida Nursanti,S.Kep.,Ns.,MPH, selaku Penguji Skripsi atas segala masukan,

arahan, dan semangat yang telah diberikan.

5. Ibu Falasifah Ani Yuniarti,S.Kep.,Ns.,MAN, selaku Pembimbing I atas segala

waktu untuk membimbing, memberikan arahan, semangat, serta motivasi

kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Anastasia Sari Kusumawati,S.Kep.,Ns, selaku Pembimbing II atas segala

waktu untuk membimbing, arahan, masukan dalam penulisan, serta semangat

kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kepada Ibu/Bapak seluruh staf pengajar, staf administrasi, bagian pendidikan

dan perpustakaan Stikes Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta yang telah banyak

membantu.

8. Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten beserta jajarannya yang telah

memberikan izin dan bekerjasama dengan baik sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

9. Ibu Sri Supadmi,AMK, selaku Kepala Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten atas segala bantuan yang telah diberikan.

Page 5: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

10. Ibu Nanik Busi,S.Kep.,Ns, selaku perawat di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

11. Para responden orangtua dan anak yang mau ikut serta membantu dalam

penelitian ini.

12. Ayah, Ibu, dan Adik tersayang yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan

semangat kepada penulis sampai detik ini.

13. Kepada sahabat-sahabat yang turut membantu penulis dalam penyusunan

proposal ini, teman-teman kos Griya Elvizalni, teman-teman angkatan 2008

khususnya B_TOXIC yang telah berjuang bersama penulis selama perkuliahan

di Stikes Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta, serta seluruh pihak yang namanya

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi

dorongan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

14. Kepada para sahabat yang sama-sama berjuang dengan penulis di Kota Pelajar

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah banyak

memberikan motivasi dan semangat dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penyusunan Skripsi ini menjadi

lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Yogyakarta, 2012

Alan Jumna Oktacvianah

Page 6: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSTUJUAN ............................................................................. ii PERNYATAAN ................................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii INTISARI ........................................................................................................ xiii ABSTRACT ................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1. Tujuan Umum ......................................................................................... 4 2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

A. Konsep Bermain .................................................................................................... 7 B. Terapi Bermain ................................................................................................... 18 C. Kooperatif ........................................................................................................... 21 D. Perkembangan Anak Usia Prasekolah .................................................................. 24 E. Hospitalisasi ........................................................................................................ 28 F. Landasan Teori.................................................................................................... 32 G. Kerangka Teori ................................................................................................... 34 H. Kerangka Konsep ................................................................................................ 35 I. Hipotesa .............................................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 36

A. Rancangan Penelitian .......................................................................................... 36 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 37 C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 37 D. Variabel Penelitian .............................................................................................. 38 E. Definisi Operasional ............................................................................................ 40 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .................................................................... 41 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 44 H. Etika Penelitian ................................................................................................... 46 I. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................. 49 A. Hasil Penelitian.................................................................................................... 49

Page 7: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

B. Analisa Hasil Penelitian ....................................................................................... 51 C. Pembahasan ......................................................................................................... 59 D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 65

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 67

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 67 B. Saran ................................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 8: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional .......................................................................... 39 Tabel 3.2. Pedoman Observasi ........................................................................... 42 Tabel 4.1. Karakteristik Responden di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............................................................................................. 51

Tabel 4.2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ................................................ 52 Tabel 4.3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak

Pada Usia Prasekolah 3-5 tahun ......................................................... 53 Tabel 4.4. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya

Anak Dirawat Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ......................... 54 Tabel 4.5. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan

Orangtua (Penunggu) Pada Anak Usia Prasekolah 3-5 tahun ............. 55 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap

Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah Pada Kelompok Eksprimen di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten .................... 56

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap

Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah Pada Kelompok Kontrol di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ................... 57

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Paired t-test .............................................................. 58

Page 9: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR GAMBAR Hal

Gambar 2.1. Kerangka Teori .............................................................................. 34 Gambar 2.2. Kerangka Konsep .......................................................................... 35

Page 10: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa Tahun Akademik 2012

Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Data Responden Lampiran 5. Lembar Pedoman Observasi Tingkat Kooperatif

Lampiran 6. Prosedur Pelaksanaan Terapi Bermain Lampiran 7. Lembar Lampiran Bimbingan Proposal Skripsi

Lampiran 8. Surat Studi Pendahuluan Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

Lampiran 10. Data Responden Penelitian

Lampiran 11. Hasil Analisa Bivariat

Lampiran 12. Hasil Analisa Univariat

Page 11: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Alan Jumna Oktacvianah¹, Falasifah Ani Yuniarti², Anastasia Sari Kusumawati³

INTISARI

Latar Belakang: Masa anak adalah masa bermain. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya selama sakit dan mendukung tumbuh kembang anak. Pemberian terapi bermain merupakan upaya untuk meningkatkan perilaku kooperatif pada anak dan menurunkan stress pada anak prasekolah selama dirawat dan menerima pengobatan di rumah sakit. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian: Rancangan penelitian menggunakan Quasy-Eksperimental dengan design One Group Pretest–One Group Post test with Control Group. Pengambilan sampel dengan cara Acidental sampling dengan jumlah sampel 20 orang pada kelompok eksprimen dan 20 orang pada kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan Uji Paired t-test dengan tingkat kemaknaan α<0,05. Hasil: Ada pengaruh terhadap tingkat kooperatif sebelum dan setelah terapi bermain pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol dengan nilai t-hitung pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p=0,000 atau (0,000<0,05) dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi p=0,014 atau (0,014<0,05). Dan nilai RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain. Kesimpulan: Ada perbedaan sebelum dan setelah terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kata Kunci : Terapi bermain, tingkat kooperatif, hospitalisasi. 1 Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Jendral Achmad Yani Yogyakarta ² Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ³ Perawat RSUD Kota Yogyakarta

Page 12: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiv

EFFECT ON THERAPY OF PLAY THE LEVEL COOPERATIVE DURING THE HOSPITALIZATION PRESCHOOLERS

IN RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Alan Jumna Oktacvianah¹, Falasifah Ani Yuniarti², Anastasia Sari Kusumawati³

ABSTRACT Background: The child is the play. Play gives children the opportunity to express their feelings during the illness and support the development of the child. Play therapy is an attempt to improve the cooperative behavior in children and reduce the stress on preschool children during care and receiving treatment in hospital. Objectives: To determine the influence of the level of cooperative play therapy during hospitalization on preschool children in RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Methods: The research used Quasy-Experimental with design One Group Pretest - One Group Post test with Control Group. Sampling used Acidental sampling with a sample of 20 people in the experimental group and 20 in the control group. Statistical tests using the Paired t-test with significance level α <0,05. Results: There was an influence on the level of cooperative before and after therapy play in the experimental group and control group with in the experimental group was 21,978 with a significance of p-value = 0,000 or (0,000<0,05) and in the control group was 2,698 with a significance of p-value = 0,014 or (0,014 <0,05). And the value of RD = 8.9 which means that children are given therapy treatment have high levels of cooperative play eight times higher than children who were denied a play therapy treatment. Conclusion: There are effects therapy plays on the level of cooperative during hospitalization on preschool children in RUSP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Keywords: Therapy play, the level of cooperative, hospitalization. ¹Nursing student S1 of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ²Lectur University of Muhammadiyah Yogyakarta ³Nurse of RSUD Kota Yogyakarta

Page 13: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Usia dini sering disebut sebagai usia keemasan. Artinya baik atau

buruknya perkembangan anak pada usia ini akan berpengaruh besar pada mutu

kehidupan anak di masa mendatang. Saat ini, anak usia dini di Indonesia

jumlahnya puluhan juta jiwa. Hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS)

pada tahun 2010 menyebutkan anak usia 0-4 tahun di Indonesia ada 22.672.060

jiwa dan anak usia 5-9 tahun ada 23.247.170 jiwa (sebagian masuk dalam

kelompok usia dini). Khususnya di wilayah propinsi Jawa Tengah, jumlah anak

usia 0-4 tahun ada 2.711.271 jiwa dan anak usia 5-9 tahun ada 2.829.364 jiwa.

Penangan anak usia dini secara baik akan sangat menentukan mutu sumber daya

produktif Indonesia dimasa mendatang (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010).

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan

membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya. Akan

tetapi, pada anak-anak kondisi tersebut berbeda, mereka bukanlah orang dewasa.

Anak-anak dapat berbeda dari segi usia, ukuran tubuh, dan tahap

perkembangannya. Jika seorang anak sakit, penyakitnya akan mempengaruhi

seluruh keluarga. Keluarga merupakan bagian penting dari kehidupan anak tanpa

menghiraukan usia anak (Soetjiningsih, 2003).

Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau

darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan harus

dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan

kebiasaan seperti biasanya dan merupakan sumber utama stres, kecewa dan

cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat dirumah sakit (Supartini,

2004).

Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan,

sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan,

Page 14: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau

merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada

setiap anak berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak

lain (Puspasari, 2003).

Pada umunya ketakutan anak terhadap sakit adalah kecemasan karena

perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Banyak anak menolak

diajak ke rumah sakit, apalagi menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang

lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dirasakan cukup menyeramkan bagi

anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan para staf

rumah sakit dengan baju putihnya yang terkesan menakutkan. Sehingga, perawat

anak harus berupaya meminimalkan stress pada anak saat mereka dirawat di

rumah sakit (Jovan, 2007)

Perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara

mendekati anak dan berinteraksi dengan mereka, serta cara agar mereka

kooperatif terhadap pengobatan yang diberikan. Salah satunya dengan terapi

bermain dan kerja sama dengan orangtua, diharapkan dapat meminimalkan atau

menurunkan stress pada anak selama dirawat. Bermain dapat menjadi bahasa yang

paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari

ribuan bahasa yang ada di dunia (Simanjuntak, 2005).

Bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang

ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Melalui bermain, anak-anak

dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan dan merupakan pekerjaan

atau aktivitas anak yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan dan

keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan

dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri (Martin, 2008).

Prinsip bermain di rumah sakit tidak membutuhkan banyak energi, waktunya

singkat, mudah dilakukan, aman, tidak bertentangan dengan terapi, dan

melibatkan keluarga (Adriana, 2011).

Hasil studi pendahulan yang dilakukan pada bulan Februari 2012 melalui

observasi pada 10 pasien anak umur 3-5 tahun di ruang Menur kelas 2 dan 3

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan bahwa 10 anak yang

Page 15: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

diobservasi semuanya kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan, seperti saat injeksi, pemasangan termometer, saat pengambilan darah

untuk cek laboratorium dan saat perawat datang membawa obat. Semua anak

mengeluarkan respon, seperti menangis, memeluk ibunya, meminta pulang,

berteriak dan menolak makan. Sedangkan, dalam wawancara dengan perawat di

ruang Menur kelas 2 dan 3 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, perawat

mengatakan sebagian besar anak kurang kooperatif pada saat dilakukan tindakan

keperawatan yang diberikan, sehingga perawat lebih banyak bekerjasama dengan

orangtua/penunggu pasien saat melakukan tindakan keperawatan agar anak lebih

kooperatif.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pasien anak yang berusia 3-5

tahun di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten selama bulan

Januari dan Februari 2012 yang dirawat selama ≥ 1 hari adalah 40 anak. Dan

dalam mengatasi ketidakkooperatifan anak telah disiapkan ruang terapi bermain

khusus yang ada di ruangan tersebut, namun ruangan ini belum efektif dalam

menurunkan kecemasan anak, sehingga anak belum menunjukkkan tindakan

kooperatif secara maksimal terhadap tindakan pengobatan yang diberikan oleh

perawat. Dari fenomena tersebut peneliti menilai pentingnya dilaksanakan

penelitian yang memfokuskan pada “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat

Kooperatif Selama Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten”.

B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?

Page 16: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui adanya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif

selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di ruang

Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui adanya perbedaan tingkat kooperatif anak usia prasekolah

sebelum diberikan terapi bermain di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten.

b. Diketahui adanya perbedaan tingkat kooperatif anak usia prasekolah

sesudah diberikan terapi bermain di ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh

terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak selama hospitalisasi pada anak

usia prasekolah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan dapat digunakan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk mendukung

penurunan kecemasan dan peningkatan perilaku kooperatif pada anak selama

menjalani perawatan atau pengobatan di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan atau perawat

didalam memberikan informasi dan edukasi pada orangtua ataupun

penunggu anak selama dirawat di rumah sakit dan dapat memanfaatkan

fasilitas bermain yang merupakan salah satu cara untuk menurunkan

kecemasan anak, meningkatkan perilaku kooperatif anak serta kemampuan

untuk bersosialisasi pada anak khususnya anak usia prasekolah.

Page 17: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

b. Dapat memberikan informasi pada orangtua ataupun penunggu didalam

menjaga anak selama menjalani perawatan di rumah sakit dan ikut serta

didalam aktivitas bermain anak. Dan bagi anak sendiri harus dapat ikut

serta maupun terlibat didalam permainan yang ada.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian

selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

1. Herliana (2001), penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Pemberian

Terapi Bermain Terhadap Tindakan Kooperasi Anak Usia Prasekolah yang

sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif,

penelitian quasi-eksprimental dengan rancangan one pre-post test group

tanpa kontrol dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang anak yang di observasi

selama 3 hari dengan menggunakan lembar observasi tingkat kooperatif

sebelum dan setelah pemberian terapi bermain. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan terapi bermain dapat memberikan pengaruh

terhadap tingkat kooperatif anak, dimana akan meningkat setelah

diberikan terapi bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel

bebas dan variabel terikat serta jenis penelitian yang sama. Sedangkan,

perbedaan penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest-post

test with control group dan pengambilan sampel dengan menggunakan

tehnik accidental sampling serta tempat penelitian dilakukan ditempat

yang bebeda.

2. Listyorini (2006), penelitian ini berjudul “Pengaruh Bermain Terhadap

Kemampuan Sosialisasi Anak Selama Menjalani Perawatan di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode analitik

kuantitaif, jenis penelitian quasi-eksprimental dengan rancangan one

group pre dan post test design tanpa kontrol. Sampel diambil dengan

Page 18: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilakukan terhadap

23 orang anak yang di observasi selama 2 hari dengan menggunakan

lembar observasi kemampuan sosialisasi anak sebelum dan setelah

pemberian terapi bermain. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada

perbedaan penyesuaian sosial sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas

bermain, sedangkan pada dua aspek yang lain, yaitu keterampilan sosial

dan penerimaan sosial terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah

dilakukan aktivitas bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan variabel bebas yang

sama dengan jenis penelitian dan tehnik pengambilan sampel yang sama.

Sedangkan, perbedaan penelitian ini menggunakan rancangan one group

pretest-post test with control group dan variabel terikat serta tempat

penelitian dilakukan ditempat yang berbeda.

3. Hikmawati (2000), penelitian ini berjudul “Pengaruh Terapi Bermain

Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Perawatan

di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan

penelitian eksprimental dengan rancangan pra-pasca test dalam satu

kelompok tanpa kontrol. Sampel diambil secara non-probability dengan

teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang anak

yang di observasi selama 4 hari dengan menggunakan lembar observasi

tingkat kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi bermain. Hasil

dari penelitian ini adalah adanya penurunan kecemasan anak setelah

diberikan terapi bermain dan adanya perbedaan secara bermakna sebelum

dan sesudah dilakukan terapi bermain.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel

bebas dan jenis penelitian yang sama. Sedangkan, perbedaan penelitian ini

memiliki variabel terikat yang berbeda, menggunakan rancangan one

group pretest-post test with control group, pengambilan sampel dengan

menggunakan tehnik accidental sampling serta tempat penelitian

dilakukan ditempat yang bebeda.

Page 19: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten, kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten merupakan salah rumah sakit umum

pemerintahan yang dimiliki oleh pemerintahan provinsi Jawa Tengah dengan

luas tanah 45.950 m² dan luas bangunan 15.470 m². Fasilitas kesehatan yang

ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah Pelayanan Medis, seperti

Rawat Darurat, Rawat Inap dan Rawat Jalan serta Penunjang Medis, seperti

Radiologi, Laboratorium Klinik, Pathologi Anatomi, Farmasi, dan Elektro

Medik.

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memiliki Visi “Menjadi Rumah

Sakit yang berkualitas dan mandiri dalam pelayanan, pendidikan dan

penelitian di bidang kesehatan nasional”. Misi “Menyelenggarakan pelayanan

kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau; Menyelenggarakan

pendidikan, pelatihan, dan pengembangan ilmu bidang kesehatan dengan

standar mutu yang tinggi; Mewujudkan kepuasan pelanggan untuk mencapai

kemandirian rumah Sakit; Meningkatkan kesejahteraan karyawan”. Motto

“Bersih, Aman dan Akurat”. Dan budaya pelayanan, yaitu 6S (Senyum, Sapa,

Sentuh, Sopan, Santun, Sabar).

Khususnya pada Ruang Menur yang merupakan ruang perawatan anak

kelas 2 dan 3 dengan kapasitas tempat tidur 22 bed dan 1 ruang isolasi, 1

ruang untuk aktivitas terapi bermain, 1 ruang tempat penyimpanan alat-alat

medis, seperti obat-obatan, infus set, cairan infus, dan alat medis lainnya, 1

ruang dapur, 2 toilet khusus untuk perawat dan pasien serta 1 ruang yang

merupakan tempat rekam medis atau ruang perawat jaga.

Page 20: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak usia prasekolah

sejumlah 40 orang anak yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 orang

anak untuk kelompok eksprimen dan 20 orang anak untuk kelompok kontrol

yang dibatasi berdasarkan jenis kelamin, usia, lamanya anak dirawat, dan

adanya dukungan orangtua atau penunggu. Secara terperinci karateristik

responden dapat dilihat pada penjelasan gambaran karakteristik responden

pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol yang total jumlahnya 40

orang sebagai berikut ini:

Dari hasil data Tabel 4.1 di bawah ini, tentang gambaran karakteristik

responden pada kelompok eksprimen, yaitu terdiri dari jenis kelamin laki-laki

(25%) sebanyak 5 orang dan perempuan (75%) sebanyak 15 orang. Dari segi

umur, yaitu 3 tahun (55%) sebanyak 11 orang, 4 tahun (20%) sebanyak 4

orang dan 5 tahun (25%) sebanyak 5 orang. Dari lamanya anak dirawat, yaitu

1-3 hari (60%) sebanyak 12 orang dan 4-6 hari (40%) sebanyak 8 orang.

Sedangkan berdasarkan dukungan orangtua ataupun penunggu, yaitu dari

orangtua (80%) sebanyak 16 orang dan penunggu (20%) sebanyak 14 orang.

Sedangkan, gambaran karakteristik responden pada kelompok kontrol,

yaitu terdiri dari jenis kelamin laki-laki (45%) sebanyak 9 orang dan

perempuan (55%) sebanyak 11 orang. Dari segi umur, yaitu 3 tahun (20%)

sebanyak 4 orang, 4 tahun (40%) sebanyak 8 orang dan 5 tahun (40%)

sebanyak 8 orang. Dari lamanya anak dirawat, yaitu 1-3 hari (35%) sebanyak

7 orang dan 4-6 hari (65%) sebanyak 13 orang. Sedangkan berdasarkan

dukungan orangtua ataupun penunggu, yaitu dari orangtua (75%) sebanyak 15

orang dan penunggu (25%) sebanyak 5 orang.

Page 21: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

Tabel 4.1 Karakteristik Responden di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten Pada Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol

Karakteristik Kelompok Eksprimen

Kelompok Kontrol

Frekuensi Persen Frekuensi Persen Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan

5

15

25 % 75 %

9 11

45 % 55 %

Umur 3 tahun 4 tahun 5 tahun

11 4 5

55 % 20 % 25 %

4 8 8

20 % 40 % 40 %

Lamanya anak dirawat 1-3 hari 4-6 hari

12 8

60% 40 %

7 13

35% 65 %

Dukungan orangtua (penunggu)

Orangtua Saudara

16 4

80 % 20 %

15 5

75 % 25 %

Jumlah 20 100% 20 100% Sumber: Data Primer 2012

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui presentase dari

pencapaian setiap responden sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok

eksprimen dan kelompok kontrol. Untuk menghitung presentase dari analisis

univariat akan dinilai dari karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, usia,

lamanya anak dirawat dan dukungan orangtua atau penunggu terhadap tingkat

kooperatif anak. Gambaran berdasarkan karakteristik responden, yaitu jenis

kelamin, usia, lamanya anak dirawat dan dukungan orangtua atau penunggu

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 22: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

Tabel 4.2 Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok

Jenis Kelamin

F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen Laki-laki

5 0 (0%)

1 (5%)

4 (20%)

4 (20%)

1 (5%)

0 (0%)

Perempuan 15 0 (0%)

0 (0%)

15 (75%)

10 (50%)

5 (25%)

0 (0%)

Jumlah

20 0 (0%)

1 (5%)

19 (95%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol Laki-laki 9 0

(0%) 3

(15%) 6

(30%) 0

(0%) 3

(15%) 6

(30%) Perempuan 11 0

(0%) 4

(20%) 7

(35%) 1

(5%) 5

(25%) 5

(25%) Jumlah 20 0

(0%) 7

(35%) 13

(65%) 1

(5%) 8

(40%) 11

(55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok

eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain

dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang

berjenis kelamin perempuan, semula 75% (15 anak) dalam kategori tingkat

kooperatif kurang namun setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik

dan cukup. Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok

kontrol. Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak yang berjenis kelamin

perempuan, dimana semula kategori baik 0% hanya mengalami perubahan

5% (1 anak) setelah terapi bermain.

Page 23: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

Tabel 4.3 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia

pada anak prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok

Usia

F Tingkat Kooperatif

Sebelum Terapi Bermain Tingkat Kooperatif

Setelah Terapi Bermain Baik

(76%-100%) Cukup

(56%-75%) Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen 3 tahun 11 0 (0%)

0 (0%)

11 (55%)

5 (25%)

6 (30%)

0 (0%)

4 tahun 4 0 (0%)

0 (0%)

4 (20%)

4 (20%)

0 (0%)

0 (0%)

5 tahun 5 0 (0%)

2 (10%)

3 (15%)

5 (25%)

0 (0%)

0 (0%)

Jumlah

20 0 (0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol 3 tahun 4 0

(0%) 0

(0%) 4

(20%) 0

(0%) 0

(0%) 4

(20%) 4 tahun 8 0

(0%) 1

(5%) 7

(35%) 0

(0%) 1

(5%) 7

(35%) 5 tahun 8 0

(0%) 6

(30%) 2

(10%) 1

(5%) 7

(35%) 0

(0%) Jumlah 20 0

(0%) 7

(35%) 13

(65%) 1

(5%) 8

(40%) 11

(55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok

eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain

dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang

berusia 5 tahun, semula kategori baik 0% namun setelah terapi bermain 25%

(5 anak) berada dalam kategori baik. Sedangkan, perubahan yang besar tidak

terjadi pada kelompok kontrol. Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak

yang berusia 5 tahun, dimana semula kategori kurang berjumlah 10% (2 anak)

menjadi 0% setelah terapi bermain.

Page 24: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

Tabel 4.4 Gambaran karakteristik responden berdasarkan lamanya anak dirawat di rumah sakit pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok

Lama Anak

Dirawat

F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen 1-3 hari

12 0 (0%)

0 (0%)

12 (60%)

9 (45%)

3 (15%)

0 (0%)

4-6 hari 8 0 (0%)

2 (10%)

6 (30%)

5 (25%)

3 (15%)

0 (0%)

Jumlah

20 0 (0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol 1-3 hari 7 0

(0%) 0

(0%) 7

(35%) 0

(0%) 0

(0%) 7

(35%) 4-6 hari 13 0

(0%) 7

(35%) 6

(30%) 1

(5%) 8

(40%) 4

(20%) Jumlah 20 0

(0%) 7

(35%) 13

(65%) 1

(5%) 8

(40%) 11

(55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok

eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain

dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang

dirawat selama 1-3 hari, semula 60% (12 anak) dalam kategori kurang namun

setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik dan cukup. Sedangkan,

perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol. Perubahan hanya

terjadi pada kelompok yang dirawat selama 4-6 hari, dimana semula kategori

kurang berjumlah 30% (6 anak) menjadi 20% (4 anak).

Page 25: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

Tabel 4.5 Gambaran karakteristik responden berdasarkan dukungan orangtua

(penunggu) pada anak usia prasekolah 3 - 5 tahun

Kelompok

Orangtua (Penunggu)

F

Tingkat Kooperatif Sebelum Terapi Bermain

Tingkat Kooperatif Setelah Terapi Bermain

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Baik (76%-100%)

Cukup (56%-75%)

Kurang (<56%)

Eksprimen Orangtua

16 0 (0%)

2 (10%)

14 (70%)

10 (50%)

6 (30%)

0 (0%)

Saudara 4 0 (0%)

0 (0%)

4 (20%)

4 (20%)

0 (0%)

0 (0%)

Jumlah

20 0 (0%)

2 (10%)

18 (90%)

14 (70%)

6 (30%)

0 (0%)

Kontrol Orangtua 15 0

(0%) 7

(35%) 8

(40%) 1

(5%) 8

(40%) 6

(30%) Saudara 5 0

(0%) 0

(0%) 5

(25%) 0

(0%) 0

(0%) 5

(25%) Jumlah 20 0

(0%) 7

(35%) 13

(65%) 1

(5%) 8

(40%) 11

(55%) Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok

eksprimen tampak adanya perubahan yang besar dari sebelum terapi bermain

dan setelah terapi bermain. Hal tersebut tampak pada kelompok anak yang

didukung oleh orangtuanya sendiri, semula 70% (14 anak) dalam kategori

kurang namun setelah terapi bermain menjadi dalam kategori baik dan cukup.

Sedangkan, perubahan yang besar tidak terjadi pada kelompok kontrol.

Perubahan hanya terjadi pada kelompok anak yang didukung oleh

orangtuanya, dimana semula kategori baik 0% hanya mengalami perubahan

5% (1 anak) setelah terapi bermain.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Analisis bivariat adalah

analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki pengaruh

menggunakan data yang berskala interval dan interval (Pre test–Post test

perilaku kooperatif) (Notoatmodjo, 2010). Dan hubungan antar variabel ini

Page 26: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

ditunjukkan dengan mengetahui presentase pencapaian responden secara

keseluruhan atau distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap

tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah sebelum dan setelah perlakuan

pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol. Kriteria skoring pada

tingkat kooperatif anak sebelum dan setelah pemberian terapi bermain terdiri

dari 3 kriteria, yaitu tingkat koopertaif baik (76% - 100%), tingkat koopertaif

cukup (56% - 75%) dan tingkat koopertif kurang (<56%) (Notoatmodjo,

2005). Gambaran berdasarkan distribusi frekuensi pemberian terapi bermain

terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tingkat

Kooperatif Pada Anak Prasekolah Pada Kelompok Eksprimen Di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tingkat Kooperatif

Skor

Sebelum

Terapi Bermain

Setelah

Terapi Bermain

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Kooperatif Baik 76% - 100% 0 0% 14 70%

Kooperatif Cukup 56% - 75% 2 10% 6 30%

Kooperatif Kurang < 56% 18 90% 0 0%

20 100% 20 100%

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa

distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak

pada kelompok eksprimen memiliki perbedaan sebelum dan setelah terapi

bermain, yaitu untuk tingkat kooperatif baik tidak ada sebelum terapi bermain

dan meningkat menjadi (70%) sebanyak 14 orang setelah terapi bermain,

untuk tingkat kooperatif cukup (10%) sebanyak 2 orang sebelum terapi

bermain dan meningkat menjadi (30%) sebanyak 6 orang setelah terapi

bermain, sedangkan untuk tingkat kooperatif kurang (90%) sebanyak 18 orang

sebelum terapi bermain dan menjadi tidak ada setelah terapi bermain.

Page 27: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tingkat

Kooperatif Pada Anak Prasekolah Pada Kelompok Kontrol Di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tingkat Kooperatif

Skor

Sebelum

Terapi Bermain

Setelah

Terapi Bermain

Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Kooperatif Baik 76% - 100% 0 0% 1 5%

Kooperatif Cukup 56% - 75% 7 35% 8 40%

Kooperatif Kurang < 56% 13 65% 11 55%

20 100% 20 100%

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan hasil pada tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa

distribusi frekuensi pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak

pada kelompok kontrol memiliki perbedaan sebelum dan setelah terapi

bermain, yaitu untuk tingkat kooperatif baik tidak ada sebelum terapi bermain

dan meningkat menjadi (5%) sebanyak 1 orang setelah terapi bermain, untuk

tingkat kooperatif cukup (35%) sebanyak 7 orang sebelum terapi bermain dan

meningkat menjadi (40%) sebanyak 8 orang setelah terapi bermain, sedangkan

untuk tingkat kooperatif kurang (65%) sebanyak 13 orang sebelum terapi

bermain dan menurun menjadi (55%) sebanyak 11 orang setelah terapi

bermain.

3. Analisa Statistik

Analisis Statistik digunakan untuk menguji hipotesis kedua variabel

tersebut yang diduga memiliki pengaruh terhadap data yang berskala interval

dan interval dengan menggunakan uji statistik, yaitu Uji Paired t-test yang

digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua sampel

yang saling berhubungan, artinya bahwa satu sampel akan mempunyai dua

data (Sugiyono, 2008). Dan setelah diperoleh hasil dari analisis bivariat yang

merupakan gambaran dari distribusi frekuensi pemberian terapi bermain

terhadap tingkat kooperatif pada anak prasekolah sebelum dan setelah terapi

Page 28: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

bermain menunjukkan presentase peningkatan perilaku kooperatif, kemudian

dilanjutkan hipotesa dengan menggunakan Uji Paired t-test dan hasil

pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Paired t-test

Paired Samples Test

Hasil Observasi

Paired Differences

t Df Sig. (2-tailed)

Risk Different

(RD) Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Hasil Observasi Setelah dan Sebelum Terapi Bermain Pada Kelompok Eksprimen

9.50000 1.93309 .43225 8.59529 10.40471 21.978 19 .000

8.9 Hasil Observasi Setelah dan Sebelum Terapi Bermain Pada Kelompok Kontrol

.60000 .99472 .22243 .13446 1.06554 2.698 19 .014

Dari hasil table 4.8 diatas dapat diketahui bahwa nilai t-hitung pada

kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi 0,000 dan nilai t-hitung

pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi 0,014. Dan untuk

menentukan hipotesis diterima atau ditolak dapat dinilai dari tingkat

kemaknaan menggunakan p-value < 0,05 pada interval kepercayaan 95%. Jika

signifikasi (p) lebih besar dari 0,05 atau (p > 0,05), maka hipotesis Ho

diterima dan Ha ditolak dan jika signifikasi lebih kecil dari 0,05 atau (p <

0,05) maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian

menunjukkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 atau sama dengan (0,000 <

0,05) pada kelompok eksprimen dan nilai p = 0,014 lebih kecil dari 0,05 atau

sama dengan (0,014 < 0,05) pada kelompok kontrol, artinya bahwa Ho ditolak

Page 29: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

dan Ha diterima. Dan dari hasil Risk Different (RD) yang merupakan angka

dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen dengan kelompok kontrol

menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan

perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

Dengan demikian, berarti terdapat pengaruh terapi bermain terhadap tingkat

kooperatif anak usia prasekolah sebelum dan setelah terapi bermain di Ruang

Menur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

C. Pembahasan Penelitian

1. Sebelum Diberikan Terapi Bermain (Pre-test)

Dilihat dari karakteristik responden anak, yaitu berdasarkan jenis

kelamin, usia anak, lamanya anak dirawat dan dari dukungan orangtua

(penunggu) sebelum diberikan terapi bermain tingkat kooperatif anak sangat

kurang terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Reaksi anak sangat

tidak kooperatif dengan mengeluarkan perilaku seperti menangis, meronta-

ronta, memeluk ibunya dan mengajak orangtunya untuk pulang. Perilaku yang

tidak kooperatif juga diperlihatkan oleh anak pada saat menerima tindakan

keperawatan, seperti saat injeksi dan pemasangan termometer. Dari 20 orang

anak pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol tidak ada satu orang

anak pun yang berperilaku kooperatif dengan baik sebelum diberikan terapi

bermain.

Pada umumnya ketakutan anak terhadap sakit adalah kecemasan

karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sehingga

reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung

pada usia perkembangan anak, pengalaman sakit sebelumnya, support system

yang ada dan kemampuan koping yang dimilikinya (Wong, 2008).

Reaksi anak usia prasekolah terhadap hospitalisasi adalah menolak

makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan. Sering kali anak mempersepsikan hospitalisasi sebagai hukuman

Page 30: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

60

dan perasaan malu, sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,

dan tidak mau bekerja sama dengan perawat (Supartini, 2004).

2. Setelah diberikan Terapi Bermain (Post-test)

Sebagian besar perilaku anak mengalami perubahan yang baik saat

menerima tindakan keperawatan setelah diberi terapi bermain. Hal ini

dibuktikan dengan data yang diperoleh saat penelitian, yaitu berdasarkan

karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia anak, lamanya anak

dirawat dan dukungan orangtua (penunggu). Reaksi anak pada saat diberikan

terapi bermain, yaitu sangat antusias dan senang bermain dengan benda-benda

atau mainan yang diinginkan, bahkan ada dari beberapa orang anak yang tetap

ingin melanjutkan permainan. Sehingga, didapatkan hasil dari 20 orang anak

pada kelompok eksprimen yang diberikan terapi bermain mengalami

peningkatan perilaku kooperatif baik (70%) sebanyak 14 orang anak dan

perilaku kooperatif cukup (30%) sebanyak 6 orang anak.

Sedangkan dari 20 orang anak pada kelompok kontrol yang seharusnya

tidak diberikan terapi bermain mengalami peningkatan perilaku kooperatif

baik (5%) sebanyak 1 orang dan perilaku kooperatif cukup (40%) sebanyak 8

orang anak. Hal ini terjadi, karena adanya anak pada kelompok kontrol yang

ikut bermain dengan kelompok eksprimen tetapi dibedakan tempat dan

permainan yang telah disiapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian

untuk perilaku kooperatif baik yang terjadi pada 1 orang anak dalam

kelompok kontrol disesuaikan dengan teori bahwa anak perempuan apabila

diberikan permainan dapat menstimulasi perasaan, pemikiran dan sikap

didalam menjalankan peran (Supartini, 2004). Untuk anak yang berusia 5

tahun dengan lamanya waktu dirawat dan mendapatkan dukungan dari

orangtua akan mempunyai perilaku kooperatif yang lebih baik karena

dipengaruhi dengan adanya peningkatan mental, efek pembiasaan dan merasa

disayang (Gunarsa, 2007).

Anak usia prasekolah memiliki kemampuan sosial yang belum begitu

meningkat tetapi anak sudah cukup mampu untuk bekerja sama dengan teman

Page 31: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61

sepermainannya serta pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar

mengenal norma baik atau buruk (Supartini, 2004).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan

dan stress pada anak adalah dengan bermain. Bermain dirumah sakit

memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya, merasa takut, dan

memperhatikan terhadap perlakuan atau penyakitnya, pengobatan dan

lingkungan rumah sakit serta menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan

emosi, dan memperhatikan perlindungan pada anak terhadap stress karena

dapat membantu anak dalam menanggulangi pengalaman yang tidak

menyenangkan. Melalui bermain anak diberi kesempatan untuk berinteraksi

dengan teman dan lingkungannya yang baru serta dapat menunjukkan

tindakan kooperatif terhadap petugas kesehatan didalam mendapatkan

perawatan atau pengobatan (Wong, 2008).

Dari hasil penelitian secara keseluruhan adalah diketahui bahwa terapi

bermain dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat kooperatif pada anak

usia prasekolah di Ruang Menur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada

bulan Mei 2012. Dimana tingkat kooperatif anak meningkat setelah diberikan

terapi bermain.

3. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Pada Anak Prasekolah

Selama Menjalani Perawatan di Ruang Menur RSUP Dr. soeradji Tirtonegoro

Klaten

Pemberian terapi bermain dapat meningkatkan perilaku kooperatif

anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di Ruang Menur RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi bermain

adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang paling efektif menurunkan

stress pada anak dan yang paling penting untuk menyeimbangkan antara

mental dan emosional anak (Supartini, 2004).

Keberhasilan pemberian terapi bermain dalam meningkatkan perilaku

kooperatif anak selama menjalani perawatan dipengaruhi oleh permainan yang

disediakan oleh peneliti berupa jenis permainan yang sesuai dengan tingkat

Page 32: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

62

tumbuh kembang anak, sehingga anak tertarik dengan permainan yang

diberikan. Rasa tertarik anak terhadap permainan akan menimbulkan rasa

senang selama menjalani perawatan dan rasa senang ini dapat meningkatkan

perilaku kooperatif anak.

Keberhasilan terapi bermian dalam meningkatkan perilaku kooperatif

juga dipengaruhi oleh karakteristik responden itu sendiri, seperti jenis

kelamin, usia anak, lamanya anak dirawat, dan dukungan orangtua

(penunggu). Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin, yang

mengalami peningkatan kooperatif yang lebih tinggi adalah anak yang

berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Hal ini dikarenakan, pada

awal kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang

meskipun terdapat perbedaan secara individual dalam setiap aspek

perkembangan fisik. Anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi, misalnya

tubuhnya cenderung lebih tinggi pada awal masa kanak-kanak daripada

mereka yang kecerdasannya rata-rata atau dibawah rata-rata dan gigi

sementaranya lebih cepat tanggal. Meskipun perbedaan gender tidak menonjol

dalam peningkatan tinggi dan berat badan, tetapi pengerasan tulang dan

lepasnya gigi sementara akan lebih cepat pada anak perempuan dari usia ke

usia (Wong, 2008).

Berdarkan usia anak, yang mengalami peningkatan perilaku kooperatif

yang lebih tinggi adalah anak dengan usia 4 dan 5 tahun dari pada anak

dengan usia 3 tahun. Hal ini dikarenakan, tahap perkembangan dan

pertumbuhan setiap anak memiliki ciri-ciri umum yang berbeda sesuai dengan

perkembangannya disamping ciri-ciri khusus yang sesuai dengan pribadinya.

Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, yaitu pada saat pertumbuhan

berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,

memori, daya ingat, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,

bertambah berat badan dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

Sehingga anak yang berusia 3 tahun berbeda dengan anak yang berusia 4 dan

5 tahun dalam menghadapi sikap dan merawatnya selama dirumah sakit

(Gunarsa, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri dan prinsip

Page 33: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

63

tumbuh kembang anak, antara lain perkembangan menimbulkan perubahan,

yaitu perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Berdasarkan lamanya anak dirawat, yang mengalami peningkatan

perilaku kooperatif paling tinggi adalah anak yang dirawat selama 4-6 hari

dari pada anak yang dirawat selama 1-3 hari. Hal ini dikarenakan lamanya

seorang anak dirawat dirumah sakit mempengaruhi pendekatan-pendekatan

yang harus dilakukan, sedangkan ketepatan melakukan pendekatan yang

merupakan bagian dari keperawatan akan mempengaruhi proses kesembuhan

anak. Pada anak yang dirawat dalam waktu singkat, pemulihan diarahkan pada

hal-hal yang traumatik dan anak yang dirawat dalam waktu singkat tidak

mudah atau sulit didalam menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit.

Sedangkan pada anak yang dirawat cukup lama akan memunculkan adanya

efek pembiasaan, yaitu anak terbiasa dilayani, diperhatikan, dibantu, merasa

disayang, sehingga muncul reaksi untuk mempertahankan sakitnya agar terus

memperoleh perlakuan yang menyenangkan (Gunarsa, 2007).

Berdasarkan dukungan orangtua (penunggu), yang mengalami

peningkatan perilaku kooperatif paling tinggi adalah anak yang didukung oleh

orangtuanya sendiri. Hal ini dikarenakan ketakutan anak yang harus menjalani

rawat inap di rumah sakit dapat menyebabkan anak cemas, stress dan gelisah

(Imam, 2008). Oleh karena itu, untuk mengurangi kecemasan anak, orangtua

harus mampu menjelaskan kapan dan mengapa anak harus dirawat dalam

waktu yang lama karena orangtua juga mempunyai kewajiban untuk tetap

melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang

dirawat dirumah sakit. Sehingga, dari kepandaian orangtua didalam

menjelaskan kepada anak akan membantu anak untuk tetap tenang dan tidak

panik (Supartini, 2004).

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat diketahui melalui uji

statistik, yaitu Uji Paired t-test dengan hasil nilai t-hitung pada kelompok

eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p = 0,000 atau (0,000 < 0,05) dan

nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan signifikasi p =

Page 34: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

64

0,014 atau (0,014 < 0,05). Dan hasil Risk Different (RD) yang merupakan

angka dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen dengan kelompok

kontrol menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa anak yang diberikan

perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif delapan kali lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan perlakuan terapi bermain.

Artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan adanya

pengaruh pemberian terapi bermain secara signifikan terhadap tingkat

kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan di Ruang Menur

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herliana (2001) dengan judul

“Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tindakan Kooperasi Anak

Usia Prasekolah yang sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta” menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian

yang penulis lakukan pada kelompok eksprimen, yaitu adanya perbedaan yang

bermakna antara sebelum dan setelah diberikan terapi bermain. Dan disini

penulis melakukan penelitian pada dua kelompok, yaitu kelompok eksprimen

dan kelompok kontrol, sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak

menggunakan kelompok kontrol. Dan hasil penelitian pada kelompok kontrol,

yaitu adanya perbedaan antara sebelum dan setelah terapi bermain pada

kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian pada kelompok

kontrol yang berdasarkan karakteristik respondennya, yaitu berjenis kelamin

perempuan, berusia 5 tahun, lamanya perawatan selama 4-6 hari dan selama

menjalani perawatan anak selalu ditemani oleh orangtuanya, sehingga

membuat anak merasa lebih nyaman didalam menjalani perawatan.

Banyak diantara anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi

menjadi anak yang pendiam. Ada juga diantara mereka yang menangis dengan

perlahan-lahan untuk mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan. Anak

prasekolah yang sedang mengalami hospitalisasi biasanya tidak kooperatif

dengan petugas kesehatan. Sering mereka menghindari petugas kesehatan

yang mereka anggap sebagai seseorang yang telah memisahkan mereka dari

orang-orang yang mereka cintai (Sufyanti, 2008).

Page 35: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan

dan stress pada anak adalah dengan bermain. Bermain dirumah sakit

memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya, merasa takut, dan

memperhatikan terhadap perlakuan atau penyakitnya, pengobatan dan

lingkungan rumah sakit serta menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan

emosi, dan memperhatikan perlindungan pada anak terhadap stress karena

dapat membantu anak dalam menanggulangi pengalaman yang tidak

menyenangkan. Melalui bermain anak diberi kesempatan untuk berinteraksi

dengan teman dan lingkungannya yang baru serta dapat menunjukkan

tindakan kooperatif terhadap petugas kesehatan didalam mendapatkan

perawatan atau pengobatan (Wong, 2008).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi

dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu

anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan

prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap

hospitalisasi berupa perilaku agresif dan regresi dapat berkurang sehingga

anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit (Wong,

2008).

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian

a. Peneliti sendiri yang melakukan terapi bermain dan observasi langsung

terhadap tingkat kooperatif pada anak yang dilakukan pada dua

kelompok, yaitu kelompok eksprimen dan kelompok kontrol walaupun

telah dibantu oleh perawat atau praktekan yang ada tetapi peneliti tidak

dapat melakukan observasi secara bersamaan.

b. Keterbatasan waktu dalam membujuk anak untuk terlibat dalam

aktivitas terapi bermain.

Page 36: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

66

c. Tidak semua responden kelompok eksprimen yang akan diberikan

terapi bermain mau ikut serta tetapi peneliti tetap melakukan

pendekatan kepada anak untuk terlibat dalam aktivitas terapi bermain.

d. Dikarenakan tempat penelitian berada dalam satu bangsal, adanya

responden dari kelompok kontrol yang ikut main bersama kelompok

eksprimen sehingga peneliti susah untuk menentukan tindakan yang

harus diberikan agar kelompok kontrol bersedia memisahkan diri

dengan kelompok eksprimen.

2. Kelemahan Penelitian

a. Pada kelompok eksprimen terapi bermain hanya diberikan satu kali,

sehingga pada kelompok eksprimen kemungkinan akan tetap tidak

kooperatif pada esok harinya. Tetapi, peneliti tetap memberikan

motivasi terhadap orangtua atau penunggu untuk tetap memberikan

aktivitas bermain pada anak.

b. Pelaksanaan terapi bermain pada anak cukup singkat, yaitu hanya

berkisar 40 menit tiap harinya dan pada responden yang berbeda tiap

waktunya, sehingga peningkatan perilaku kooperatif anak tidak dapat

dilihat tiap harinya.

Page 37: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan dalam rangka kesembuhan anak yang dirawat di

rumah sakit khususnya dalam pelaksanaan terapi bermain yang dapat dijadikan

alternatif pengobatan yang melibatkan peran perawat di ruang Menur RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan sebelum dan sesudah terapi bermain terhadap tingkat

kooperatif selama hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Ruang Menur

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2012 dengan hasil nilai t-hitung

pada kelompok eksprimen adalah 21,978 dengan signifikasi p = 0,000 atau

(0,000 < 0,05) dan nilai t-hitung pada kelompok kontrol adalah 2,698 dengan

signifikasi p = 0,014 atau (0,014 < 0,05). Dan dari hasil Risk Different (RD)

yang merupakan angka dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksprimen

dengan kelompok kontrol menunjukkan hasil RD = 8,9 yang berarti bahwa

anak yang diberikan perlakuan terapi bermain memiliki tingkat kooperatif

delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan

perlakuan terapi bermain.

2. Terapi bermain merupakan faktor penting yang harus diberikan pada anak

selama menjalani perawatan guna meningkatkan perilaku kooperatif pada

anak.

Page 38: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

68

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang

pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia prasekolah,

beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Bagi Perawat atau Tenaga Kesehatan

Diharapkan perawat harus tetap memberikan aktivitas terapi bermain pada

anak selama menjalani perawatan di Ruang Menur RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten.

2. Bagi Orangtua dan Anak

Orangtua anak harus selalu berada disamping anak selama anak menjalani

pengobatan atau perawatan dan selalu mendampingi anak selama anak

melakukan aktivitas khususnya saat terapi bermain. Dan anak harus tetap

dilibatkan dalam terapi bermain.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan dan menyempurnakan hasil penelitian ini

sehingga hal-hal yang menjadi keterbatasan peneliti, seperti cara pengambilan

data dan desain penelitian dapat disempurnakan. Khususnya sampel yang

digunakan anak usia BATITA yang merupakan usia anak yang belum

memiliki tingkat kooperatif yang baik. Terapi bermain harus dapat diberikan

dalam jangka waktu yang lebih lama, yaitu minimal 3 hari untuk mengetahui

tingkat kooperatif ataupun tingkat kecemasan anak sebelum dan setelah

diberikan terapi bermain.

Page 39: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. . (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. (2010). Penduduk Indonesia Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Available: http://www.bps.go.id. Accessed: 12 Januari 2012.

. (2010). Penduduk Jawa Tengah Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin. Available: http://www.bps.go.id. Accessed: 12 Januari 2012.

. (2010). Penduduk Indonesia Menurut Propinsi. Available:

http://www.bps.go.id. Accessed: 12 Januari 2012. Pratisti, Dinar W. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Dorland, W.A.N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Editor Huriawati Hartanto

Edisi 29. Jakarta: EGC. Gunarsa, Singgih. (2007). Pendekatan Spikologis Terhadap Anak yang Dirawat

dan Sikap Orangtua. Available: http://www.kalbe.co.id. Accessed: 16 Juni 2012.

Gunawan. (2003). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi

Bermain di Instalasi Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Harsono. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen

Publishing. Herliana, Lia. (2001). Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Terhadap Tindakan

Koopertaif Anak Usia Prasekolah yang sedang Menjalani Hospitalisasi di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Page 40: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hikmawati, Ulfa. (2000). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penurunan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Perawatan di IRNA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto. Imam, Saeful. (2008). Jelaskan Prosedur Medis Agar Anak Tidak Lagi Menangis.

Available: http://www.tabloidnakita.com. Accessed: 22 Januari 2012. Jovan. (2007). Hospitalisasi. Available: http://jovandc.multiply.com. Accessed:

28 Januari 2012. Listyorini, Dewi. (2006). Pengaruh Bermain Terhadap Kemampuan Sosialisasi

Anak Selama Menjalani Perawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Martin. (2008). Bermain Sebagai Media Terapi. Available:

http://www.tabloidnikita.com. Accessed: 24 Januari 2012. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nuryanti. (2007). Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang Autisme.

Available: http://klinis.wordpress.com. Accessed: 22 Januari 2012. Papalia, Old Feldman. (2009). Human Development Edisi 10. Jakarta: Salemba

Humanika. Puspasari, Dewi. (2008). Tingkat Kooperatif Ana Usia Prasekolah Melalui Terapi

Bermain Selama Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Graha Ilmu. Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Page 41: PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIFrepository.unjaya.ac.id/32/7/Alan Jumna Oktavianah_3208078_nonful… · Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak Edisi 11. Jakarta: Erlangga. . (2009). Psikologi Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Salemba

Humanika. Simanjuntak, E. (2005). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Terapi Bermain

Pada Anak Prasekolah di IRNA RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi.

Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. . (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. . (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Soetjiningsih. (2003). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sufyanti. (2008). Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Keperawatan Anak. Editor Monica Ester. Jakarta:

EGC. Susanto, Nugroho. (2010). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Editor Ki

Hariyadi. Yogyakarta: Digibooks. Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Wong et all. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.