PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat...

28
1 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, PERUSAHAAN BUMN DAN NON BUMN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR DISCLOSURE) PADA PERUSAHAAN DI BEI TAHUN 2009 DESIE RAKHMAWATI MUCHAMMAD SYAFRUDDIN Abstract The research aims to analyze ownership structure, industri tipe, firm’s size, the statute’s of company that influencing the disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) at the corporate’s Annual Reports in Indonesia. The population in this research are all of Indonesian firms in Indonesian Stock Exchange (IDX) 2009. Total sample in this research are 82 firms that selected with purposive sampling. Using content analysis to analyze the CSR disclosure with global annual reporting (GRI). Data analyze with test of classic assumption dan examination of hypothesis with multiple linear regression method. Result of this research indicates industry’s type, firm’s size, statute’s of company had a significant effect to CSR disclosure in Indonesia. In the other hand, foreign ownership and institutional ownership didn’t success to give positive influence for Corporate Social Responsibility Disclosure in Indonesia. Keywords : Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure),Ownership Structure, Industry Type, Firm’s Size, statute’s of company.

Transcript of PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat...

Page 1: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

1

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE INDUSTRI, UKURAN

PERUSAHAAN, PERUSAHAAN BUMN DAN NON BUMN TERHADAP

LUAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR

DISCLOSURE) PADA PERUSAHAAN DI BEI TAHUN 2009

DESIE RAKHMAWATI

MUCHAMMAD SYAFRUDDIN

Abstract

The research aims to analyze ownership structure, industri tipe, firm’s size, the

statute’s of company that influencing the disclosure of Corporate Social

Responsibility (CSR) at the corporate’s Annual Reports in Indonesia.

The population in this research are all of Indonesian firms in Indonesian

Stock Exchange (IDX) 2009. Total sample in this research are 82 firms that

selected with purposive sampling. Using content analysis to analyze the CSR

disclosure with global annual reporting (GRI). Data analyze with test of classic

assumption dan examination of hypothesis with multiple linear regression method.

Result of this research indicates industry’s type, firm’s size, statute’s of

company had a significant effect to CSR disclosure in Indonesia. In the other

hand, foreign ownership and institutional ownership didn’t success to give

positive influence for Corporate Social Responsibility Disclosure in Indonesia.

Keywords : Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure),Ownership

Structure, Industry Type, Firm’s Size, statute’s of company.

Page 2: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

2

1. PENDAHULUAN

Pemahaman mengenai CSR dapat dilihat melalui dua sudut pandang,

yaitu CSR berdasarkan teori dan CSR berdasarkan realita atau fakta yang terjadi

(Syafrudin, 2010). Sudut pandang yang pertama adalah CSR berdasarkan teori

seperti yang diungkapkan oleh (Daniri, 2008) yang dikutip dalam Machmud dan

Djakman (2008) menyatakan bahwa CSR adalah pengungkapan di dalam laporan

tahunan yang tidak hanya berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan

(corporate value), tetapi juga berpijak pada triple bottom lines yaitu keuangan,

sosial dan lingkungan. CSR berpijak pada triple bottom lines dikarenakan apabila

perusahaan hanya memperhatikan keuangannya saja, maka perusahaan tersebut

tidak dapat menjamin nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable).

Keberlanjutan nilai perusahaan diharapkan agar perusahaan dapat memperoleh

laba dalam jangka panjang.

Sudut pandang yang kedua adalah CSR berdasarkan realita atau fakta

yang terjadi yaitu kegiatan perusahaan yang menyangkut kegiatan sosial

contohnya program CSR yang dijalankan oleh setiap perusahaan. Selain itu, pada

perusahaan BUMN, program CSR diwujudkan dalam PKBL (Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan) sesuai dengan SK No. 236/MBU/2003. PKBL merupakan

kewajiban perusahaan milik Negara dalam bentuk tanggung jawab sosial kepada

masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, keagamaan, dan ekonomi masyarakat

baik kegiatan pengembangan masyarakat (community development) maupun

program kemitraan di bidang ekonomi.

Pengungkapan CSR meliputi bidang ekonomi, sosial dan lingkungan di

dalam laporan tahunan perusahaan dilakukan untuk mencerminkan tingkat

akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi korporat kepada investor atau

stakeholders. Selain itu, pengungkapan CSR merupakan suatu media untuk

menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa perusahaan telah

mengungkapkan Corporate Sosial Responsibility (Darwin, 2007).

Melalui pengungkapan CSR, perusahaan dapat memperoleh legitimasi

social sehingga perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam

Page 3: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

3

jangka panjang melalui respon positif masyarakat pada para pelaku pasar saham

(Kiroyan, 2006) dalam Sayekti dan Wondabio (2007).

Perkembangan CSR di Indonesia semakin dibutuhkan seiring dengan

banyaknya perusahaan multinasional maupun perusahaan transnasional.

Perusahaan asing yang telah beroperasi di Indonesia terutama perusahaan Eropa

dan Perusahaan dari United of states lebih memperhatikan masalah sosial dan

lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh (Simerly dan Li) dalam penelitian

Machmud dan Djakman (2008) bahwa kepemilikan asing dalam perusahaan

merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial. Negara-negara Eropa dan Amerika merupakan negara-negara yang

sangat memperhatikan isu-isu sosial; seperti pelanggaran hak asasi manusia,

pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca,

pembalakan liar, serta pencemaran air.

Struktur kepemilikan lain yang memperhatikan masalah tanggung jawab

sosial adalah struktur kepemilikan institusional. Menurut Machmud dan Djakman

(2008) semakin besar kepemilikan saham institusional maka semakin efektif

pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan dapat bertindak sebagai

pencegahan terhadap pemborosan aktiva yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini

dapat menjadi pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pengungkapan

terhadap tanggung jawab sosial.

Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga

dipengaruhi oleh tipe industri perusahaan. Perusahaan high profile lebih

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan dibandingkan perusahaan low

profile.

Ukuran perusahaan juga mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin laus pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan dibandingkan perusahaan kecil. Menurut

Suripto (1999) bahwa umumnya perusahaan besar umumnya memiliki aktiva

yang besar, penjualan besar, skill karyawan yang baik, system informasi yang

canggih, jenis produk yang banyak, struktur kepemilikan lengkap, sehingga

membutuhkan tingkat pengungkapan secara luas.

Page 4: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

4

Status perusahaan sebagai perusahaan BUMN maupun Perusahaan Non

BUMN juga mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. Perusahaan BUMN lebih luas dalam mengungkapkan tanggung

jawab social perusahaan (CSR Disclosure) karena perusahaan BUMN sebagian

besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah atau negara atau rakyat. Dalam

melakukan kegiatan operasionalnya, BUMN diawasi langsung oleh Dewan

Perwakilan Rakyat yang merupakan reprersentasi dari rakyat (Yuliarto, 2001).

Pentingnya pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan perusahaan bagi

stakeholders, memunculkan konsep akuntansi baru yang disebut Sosial

Responsibility Accounting (SRA) (Anggraini, 2006). SRA merupakan

perkembangan akuntansi konvensional (mainstream accounting) yang telah

banyak di kritik oleh masyarakat karena tidak dapat memenuhi kepentingan

mayarakat secara luas. Selama ini akuntansi hanya bertujuan sebagai

pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham sedangkan di dalam SRA,

pertanggungjawaban diperluas kepada seluruh stakeholders.

Selain itu, perkembangan CSR di Indonesia di dukung dengan adanya

aturan pemerintah . Undang-undang Perseroan Terbatas Nomer 40 Tahun 2007

pasal 66 dan 74 menyatakan bahwa ; (1) pasal 66 ayat (2) bagian c menyebutkan

bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan

melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan, (2) pasal 74 menjelaskan

bahwa perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang

kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.

Kewajiban pengungkapan CSR juga diatur dalam undang-undang

Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 bagian (b), pasal 17, dan pasal 34

yang mengatur bahwa setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam

tanggung jawab sosial.

Praktik pengungkapan tanggung jawab sosial memainkan peranan penting

bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan

kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan alat manajerial yang digunakan

perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu,

Page 5: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

5

pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dipandang sebagai wujud

akuntanbilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak

sosial yang ditimbulkan perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007).

Penelitian terdahulu tentang pengungkapan CSR yang telah dilakukan di

Indonesia adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2006) yang

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam

mengungkapkan CSR. Penelitian Anggraini berhasil menemukan faktor-faktor

kepemilikan manajemen dan tipe industri menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan untuk melakukan pengungkapan CSR. Penelitian Rosmasita (2007)

berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR dalam

perusahaan manufaktur antara lain : kepemilikan manajemen, laverege, ukuran

perusahaan dan profitabilitas. Penelitian lain juga dilakukan oleh Puspitasari

(2009) menemukan bahwa faktor kepemilikan saham asing, kepemilikan saham

publik, ukuran industri dan tipe industri berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR di Indonesia. Ketidakkonsistenan penelitian terdahulu

ditunjukkan oleh penelitian Machmud dan Djakman (2008) bahwa kepemilikan

asing dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dengan adanya ketidakkonsistenan yang dilakukan pada penelitian

terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul :

“ Pengaruh struktur kepemilikan, tipe industri, ukuran perusahaan,

perusahaan BUMN dan Non BUMN terhadap luas pengungkapan tanggung

jawab sosial (CSR Disclosure) pada perusahaan yang tercatat di BEI tahun

2009”

2. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori legitimasi merupakan dasar yang digunakan dalam pengungkapan

sosial maupun lingkungan (Deegan, et., al, 2002; Gray et., al, 1995; Patten, 1992;

Woodward et.,al ,1996; Barkmeyer, 2007). Definisi legitimasi dijelaskan oleh

(Suchman 1995; Barkemeyer 2007) bahwa

Page 6: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

6

“ legitimacy is a generalized perception or assumption that the action of an entity

are desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of

norms, values, beliefs, and definitions”

Legitimasi digunakan oleh perusahaan untuk tidak hanya

memaksimalkan keuntungan tetapi juga mempertahankan eksistensi perusahaan

dalam jangka panjang (Barkmeyer, 2007).

Teori agency digunakan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan karena berhubungan dengan perilaku manajer. Pemilik perusahaan

sebagai principal dan manajer sebagai agen memiliki motivasi tujuan yang

berbeda dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal inilah

yang menimbulkan terjadinnya asimetri informasi.

Eishenhardt dalam Waryanto 2010 menjelaskan tiga sifat dasar manusia

yaitu : 1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2)

manusia memiliki persepsi terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded

rationally); 3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan uraian

ini maka, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan manajer akan memiliki sifat

oppurtinistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Kepemilikan asing dijelaskan oleh Undang-undang No. 25 Tahun 2007

pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing,

badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di

wilayah Republik Indonesia. Multinational Corporation (MNC) melihat

keuntungan jangka panjang melalui legitimasi yang diperoleh dari para

stakeholder yang didasarkan atas home market (pasar saham) tempat perusahaan

itu beroperasi (Barkmeyer, 2007). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan saham asing pada perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia

lebih mengutamakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005) menggunakan GRI sebagai

pedoman dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan public di

Page 7: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

7

Jepang menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap adopsi GRI

dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian Machmud

dan Djakman menggunakan struktur kepemilikan menjadi pendorong dalam

mengungkapkan tanggung jawab sosial menemukan hasil bahwa kepemilikan

asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. Dengan adanya ketidakkonsistenan penelitian terdahulu, maka

peneliti ingin menguji kembali dan ditariklah hipotesis yaitu :

H1 : kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi

pemerintah, institusi keuanga, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri serta

institusi lainnya pada akhir tahun (Shien., et.al, dalam Ramadhan, 2010). Tingkat

kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang

lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku

opportunistic manajer. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih

besar (lebih dari 5%) mengindikasikan bahwa kemampuannya untuk memonitor

manajemen menjadi lebih besar (Arif, 2006) dalam Mahmud dan Djakman (2008)

Hal ini juga dikemukakan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dalam Barnae dan

Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan saham yang

besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhan (2010) tentang

pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Tahun 2006-2009 menemukan

bahwa kepemilikan institusional yang besar berpengaruh terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Barnae dan Rubin (2005) tentang “Corporate social responsibility

as a conflict between shareholders” memberikan hasil bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Dengan adanya ketidakselarasan hasil penelitian, maka peneliti

Page 8: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

8

ingin menguji kembali kepemilikan institusional sehingga disimpulkan hipotesis

yaitu :

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengungkapan sosial

pada berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan karakteristik. Salah satunya

adalah tipe industri (industri profile) yaitu industri high profile dan low profile.

Robberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan

industri high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko

politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Sedangkan low-

profile companies didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki tingkat

consumer visibility dan political visibility yang rendah.

Pada penelitian ini industri yang dikategorikan sebagai high pofile adalah

industri di bidang migas, pertambangan, kertas, agrobisnis, dan telekomunikasi.

Alasan pemilihan industri tersebut adalah perusahaan-perusahaan tersebut

merupakan regulated company. Adapun regulasi yang berkaitan dengan bidang-

bidang tersebut antara lain :

1. Undang-undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001

2. Undang-undang Pertambangan Umum No. 11 Tahun 1967

3. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 mengenai Kinerja Pengelolaan

Lingkungan Perusahaan

4. Undang-undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999 dimana menyatakan

bahwa dalam penyelenggaraan telekomunikasi salah satunya

mengikutsertakan peran masyarakat

5. Peraturan yang berhubungan dengan hak pengelolaan Hutan.

Page 9: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

9

Perusahaan high profile merupakan perusahaan yang mendapat sorotan

dari masyarakat luas karena aktivitas operasinya berpotensi untuk berhubungan

dengan masyarakat banyak. Oleh karena itu, pengungkapan tanggung jawab social

perusahaan diperlukan sebagai media oleh perusahaan untuk

mempertanggungjawabkan pelaporan kegiatan social yang telah diberikan

kepada masyarakat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis yaitu :

H3 : Tipe industri berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel dalam pengungkapan

informasi tanggung jawab sosial perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar

memiliki informasi yang lebih lengkap sehingga besar kemungkinan

pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan besar

tersebut. Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar umumnya memiliki

jumlah aktiva yang besar, penjualan besar, skill karyawan yang baik, sistem

informasi yang canggih, jenis produk yang banyak, struktur kepemilikan lengkap,

sehingga membutuhkan tingkat pengungkapan secara luas.

Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan yang besar yang

memiliki biaya keagenan yang besar akan mengungkapkan informasi secara luas

untuk mengurangi biaya keagenan. Selain itu, perusahaan besar memiliki emiten

yang banyak disoroti, sehingga pengungkapan yang lebih luas dapat mengurangi

biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005).

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik hipotesis yaitu :

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

Status perusahaan terbagi menjadi perusahaan BUMN dan Non BUMN.

Berdasarkan SK No. 236/MBU/2003 bahwa perusahaan BUMN diwajibkan untuk

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui PKBL.

Page 10: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

10

Perusahaan BUMN lebih luas dalam mengungkapkan tanggung jawab

social perusahaan (CSR Disclosure) karena perusahaan BUMN sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh pemerintah atau negara atau rakyat. Dalam melakukan

kegiatan operasionalnya, BUMN diawasi langsung oleh Dewan Perwakilan

Rakyat yang merupakan reprersentasi dari rakyat (Yuliarto, 2001).

PKBL terdiri dari dua program yaitu PK yang berarti Program Kemitraan

dan BL yang berarti Bina Lingkungan. Pemberdayaan kondisi sosial masyarakat

oleh BUMN melalui dua pemanfaatan dari bagian laba BUMN, maksimal dua

persen dari laba setelah pajak. Sumber dananya bisa juga dari hasil bunga deposito

atau dana jasa giro dari dana program BL. Ruang lingkup program BL adalah

untuk korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan

kesehatan, pengembangan prasarana dan atau sarana umum, bantuan untuk

prasarana ibadah, dan bantuan untuk pelestarian alam (Warta, 2007).

Dari penjabaran diatas, maka dapat ditariklah hipotesis yaitu :

H5 : Status perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

Berdasarkan uraian hipotesis, kerangka pemikirannya adalah

Variabel Independen Variabel Dependen

(+)

(+)

(+)

(+)

. (+)

Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure)

Kepemilikan Asing

Kepemilikan Institusional

Ukuran Perusahaan

Tipe Industri

Kategori BUMN dan Non BUMN

Page 11: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

11

3. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2009. Dari 402 perusahaan terpilih 82 perusahaan sebagai

sampel penelitian karena faktor ketidaksesuaian dengan data yang dibutuhkan

baik kelengkapan informasi yang disediakan, kondisi serta ketersediaan yang

dibutuhkan dalam pengujian. Penelitian ini hanya melihat pengungkapan

tanggung jawab sosial pada laporan tahunan 2009.

3.2 Operasionalisasi Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social

Disclosure Index (CSDI) dengan menggunakan indicator GRI yang terdiri dari

economic, environment, Labour practices, human rights, society and product

responsibility. Content analysis untuk melihat pengungkapan tanggung jawab

sosial dalam laporan tahunan menggunakan nilai 1 jika terdapat pengungkapan

sesuai dengan indicator GRI dan nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan atau

pengungkapan tidak sesuai dengan indicator GRI.

3.2.3 Variabel Independen

1. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing dalam penelitian ini menggunakan prosentase saham

asing (>5%) di dalam laporan tahunan pada tahun 2009.

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dalam penelitian ini menggunakan prosentase

saham institusi (>5%) di dalam laporan tahunan pada tahun 2009.

3. Tipe Industri

Tipe Industri pada penelitian ini menggunakan nilai 1 jika perusahaan

termasuk dalam regulated company (high profile) meliputi bidang

pertambangan, migas, kertas, agribisnis dan telekomunikasi. Sedangkan

nilai 0 untuk perusahaan low profile.Undang-undang yang menjadi

dasar perusahaan yang termasuk dalam regulated company adalah :

Page 12: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

12

1. Undang-undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001

2. Undang-undang Pertambangan Umum No. 11 Tahun 1967

3. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 mengenai Kinerja

Pengelolaan Lingkungan Perusahaan

4. Undang-undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999 dimana

menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan telekomunikasi

salah satunya mengikutsertakan peran masyarakat

5. Peraturan yang berhubungan dengan hak pengelolaan Hutan.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan pada penelitian ini menggunkan (log asset)

yang dimiliki oleh perusahaan di dalam laporan tahunan pada tahun

2009.

5. Status Perusahaan

Status perusahaan terbagi menjadi perusahaan BUMN dan Non

BUMN. Perusahaan BUMN lebih mengungkapkan tanggung jawab

sosial perusahaan karena sebagian besar sahamnya dimiliki oleh

pemerintah yang merupakan intepretasi dari rakyat sehingga diperlukan

pengungkapan tanggung jawab sosial secara luas. Selain itu, perusahaan

BUMN memiliki kewajiban mengungkapkan tanggung jawab sosial

sesuai dengan SK No.236/MBU/2003 melalui program PKBL.

Perusahaan BUMN diberi angka 1 dan Non BUMN diberi angka 0.

(Program Kemiteraan dan Bina Lingkungan). PKBL terdiri dari

dua program yaitu PK yang berarti Program Kemitraan dan BL yang

berarti Bina Lingkungan. Program kemitraan diberikan dalam bentuk

dana kepada masyarakat yaitu :

Page 13: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

13

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja

Dana ini digunakan untuk pembiayaan modal kerja atau pembelian

aktiva tetap dalam rangka meningkatkan penjualan.

b. Pinjaman khusus

Dana ini diberikan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan

kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan

berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha

mitra binaan;

c. Beban Pembinaan

1. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,

promosi dan hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas

mitra binaan serta untuk pengkajian atau penelitian yang berkaitan

dengan pogram kemitraan;

2. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya bersifat 20 persen

dari dana program kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;

3. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk

kepentingan mitra binaan.

Progam bina lingkungan (BL) adalah progam pemberdayaan kondisi

sosial masyarakat oleh BUMN melalui dua pemanfaatan dari bagian laba BUMN,

maksimal dua persen dari laba setelah pajak. Sumber dananya bisa juga dari hasil

bunga deposito atau dana jasa giro dari dana program BL. Ruang lingkup program

BL adalah untuk korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan,

peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan atau sarana umum, bantuan

untuk prasarana ibadah, dan bantuan untuk pelestarian alam.

Page 14: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

14

3.3 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda yaitu :

Keterangan:

CSDI : Corporate Sosial Disclosure Index perusahaan j

berdasarkan Indikator GRI

ASING i : persentase kepemilikan asing (> 5%)

INST i : persentase kepemilikan institusi (>5%)

TIPE I : Tipe Industri, high profile = 1, low profile = 0

SIZE i : Ukuran perusahaan, log asset

BUMN/Non : Perusahaan BUMN = 1, Non BUMN = 0

�0 - �2 : Koefisien yang di estimasi

� i : error term

i : 1,2,..., N

dimana N : banyaknya observasi

4. ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis deskriptif terhadap Indikator GRI pada Perusahaan Sampel

Pada perusahaan Agribisnis pengungkapan tanggung jawab GRI

rata-rata sebesar 90% karena perusahaan agribisnis merupakan perusahaan

regulated company sehingga secara regulasi perusahaan tersebut memiliki

kewajiban mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pada perusahaan Mining rata-rata pengungkapan tanggung jawab sosial

sebesar 95% karena selain perusahaan tersebut tergabung dalam regulated

company, perusahaan mining memiliki risiko yang tinggi bagi para pekerja dan

efek untuk menimbulkan kerusakan lingkungan dan ekositem sangat besar. Oleh

karena itu, selain adanya regulasi yang mewajibkan pengungkapan tanggung

jawab sosial, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap segala efek negatif

CSDIi = �0 + �1 ASING i + �2 INST i + �3 TIPE i + �4 AKTi +�5 BUMN/NONi + �

Page 15: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

15

yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan melalui pengungkapan tanggung jawab

sosial di dalam laporan tahunan.

Pada perusahaan yang tergabung dalam finance, pengungkapan tanggung

jawab sosial rata-rata sebesar 51% karena pengungkapan pada indikator

environment di dalam GRI tidak dapat secara kesekuruhan dipenuhi. Hal itu

disebabkan operasional perusahaan finance tidak menimbulkan dampak buruk

bagi lingkungan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai dengan

indikator GRI tidak dapat diungkapkan secara luas dan lengkap.

Pada perusahaan yang bergerak di bidang transportasi juga tidak dapat

mengungkapkan tanggung jawab sosial sesuai dengan indikator GRI secara luas

karena sebagian besar perusahaan transportasi di Indonesia belum semuanya

memperhatikan dampak emisi yang ditimbulkan dari asap kendaraan serta pada

umumnya perusahaan hanya memperhatikan masalah sosial khususnya pada

bidang economic and social khususnya community. Oleh karena itu,

pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai indikator GRI hanya sebesar 48%.

Perusahaan manufaktur rata-rata mengungkapkan tanggung jawab sosial

perusahaan sebesar 49%. Perusahaan manufaktur pada umumnya mengutamakan

economic and society yang bersifat mendadak dan tidak berkelanjutan jangka

panjang seperti pemberian kepada korban bencana alam atau pemberian bantuan

kepada yayasan tertentu yang besarnya nilai material yang diberikan juga tidak

menentu.

Oleh karena itu, pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai dengan indikator

GRI tidak dapat secara lengkap dipenuhi.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal

menggunakan metode kolmogorov-smirnov dengan nilai p= 0,289. Sedangkan

hasil uji Multikolinearitas memberikan hasil yaitu nilai TOL berkisar antara 0,211

sampai dengan 0,799 dan nilai VIF berkisar antara 1,252 sampai dengan 4,748.

Hasil ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas karena TOL lebih besar dari

Page 16: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

16

0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Pada penelitian ini tidak menggunakan

autokorelasi karena penelitian hanya satu tahun.

4.4. Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

1. Kepemilikan Asing

Berdasarkan data hasil penelitian uji t membuktikan bahwa kepemililikan

asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR disclosure) pada perusahaan di Indonesia tahun 2009. Nilai sig

sebesar 0,762 Berdasarkan hal ini bahwa hipotesis pertama H1 “Kepemilikan

asing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial”,

ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa investor yang memiliki saham asing di

perusahaan Indonesia tidak menuntut pengungkapan CSR secara luas khususnya

sesuai dengan indikator GRI.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2006)

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan asing

terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Machmud dan Djakman juga

menjelaskan bahwa kepemilikan asing tidak mempengaruhi luas pengungkapan

tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan di BEI tahun 2006.

Selain itu, nilai B pada hasil uji t menghasilkan koefisien dengan arah

negatif atau minus 0,05. Artinya setiap kenaikan kepemilikan asing sebesar 1%

maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan mengalami

penurunan sebesar 0,05 atau 5%.

Alasan yang dapat digunakan adalah kemungkinan kepemilikan asing pada

perusahaan di Indonesia belum secara umum mempedulikan masalah lingkungan

dan sosial sebagai isu kritis yang harus secara ekstensif diungkapkan di dalam

laporan tahunan terutama sesuai dengan indikator GRI (Machmud dan Djakman,

2008).

Page 17: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

17

Walaupun negara asing terutama Eropa dan United of States lebih

memperdulikan masalah lingkungan dan sosial tetapi, kemungkinan kepemilikan

saham asing di perusahaan Indonesia tergolong masih kecil sehingga

dikonsolidasikan dengan perusahaan induk di negara asal. Oleh karena itu, kurang

memperhatikan pengungkapan atau menuntut pengungkapan CSR secara luas

pada laporan tahunan khususnya sesuai dengan indikator GRI (Machmud dan

Djakman, 2008).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepemilikan saham asing

pada perusahaan di BEI tahun 2009 tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena sebagian besar

perusahaan sampel merupakan perusahaan yang sector industrinya tidak wajib

untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial secara luas sesuai dengan indicator

GRI. Contohnya perusahaan finance, Transportasi, Real Estate, Manufaktur,

Wholesale and Retail tidak mengungkapkan pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan terutama indicator lingkungan karena kegiatan operasional perusahaan

tidak merugikan atau merusak ekosistem sekitar dan perusahaan unregulated

company lebih mengutamkan tanggung jawab sosial dalam bidang sosial

khususnya yang bersifat community. Hanya beberapa perusahaan dengan

kepemilikan saham asing tinggi dan mengungkapkan tanggung jawab sosial

secara luas contohnya PT. International Nickel Indonesia, PT. Bayan Resourches

dan PT. PP London Sumatera karena perusahaan tersebut bergerak pada sector

pertambangan sehingga termasuk dalam regulated company.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham asing pada

perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan sesuai dengan indicator GRI karena sector industri

perusahaan-perusahaan di Indonesia belum dapat memenuhi semua criteria yang

ada pada indicator di GRI. Hal ini disebabkan karena kegiatan operasional

perusahaan tidak merugikan masyarakat sekitar khususnya lingkungan.

Page 18: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

18

2. Kepemilikan Institusional

Berdasarkan hasil uji t, variabel kepemilikan institusional (Shm_Ins)

memiliki nilai sig sebesar 0,784 maka lebih besar dari 0,05. Koefisien berarah

negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 atau H2 “ kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR Disclosure)” ditolak. Oleh karena itu, dapat dibuktikan

bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan yang tercatat di BEI tahun

2009 pada laporan tahunan khususnya sesuai dengan indikator GRI..

Koefisien berarah negatif atau minus 0,047 yang artinya bahwa jika

kepemilikan institusional naik sebesar 1% , maka kepemilikan institusional akan

mengalami penurunan sebesar 0,047 atau 4,7%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah atau berkurang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan khususnya

sesuai dengan indikator GRI.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Barnae dan Rubin (2005) dalam melihat konflik CSR diantara shareholders yang

memberikan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).

Alasan yang digunakan oleh Barnae dan Rubin (2005) bahwa apabila

tingkat kepemilikan saham instiusional tinggi maka semakin tinggi pula keinginan

pemilik saham terutama dana pensiun untuk memaksimalkan keuntungan. Hal ini

dapat dihubungkan dengan teori agency bahwa terjadi perbedaan tujuan antara

manajemen dan pemilik. Manajemen memiliki kewajiban mengungkapkan

informasi yang luas tentang tanggung jawab sosial perusahaan tetapi pemilik

memiliki wewenang untuk mendelegasikan perintah kepada manajemen dalam

pengambilan keputusan. Akibatnya, pemilik yang mengutamakan keuntungan

dengan saham institusional yang tinggi, dana yang dialokasikan untuk CSR

semakin berkurang akibatnya pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan

Page 19: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

19

tahunan sesuai dengan indikator GRI tergolong rendah atau akan mengalami

penurunan jika kepemilikan saham institusional tinggi. Asumsi bahwa semakin

tingginya kepemilikan saham institusional dapat memonitor dalam pengambilan

keputusan oleh manajemen ditolak dengan hasil penelitian ini.

Oleh karena itu, apabila kepemilikan institusional di dalam perusahaan

meningkat maka akan semakin menurunkan tingkat pengungkapan CSR karena

pemilik saham institusional hanya memaksimalkan keuntungan pribadi tanpa

memperdulikan keuntungan shareholders yang lain (Barnae dan Rubin 2005).

3. Tipe Industri

Variabel tipe industri memberikan nilai sig sebesar 0,009 < 0,05. Oleh

karena itu, disimpulkan bahwa hipotesis 3 atau H3 “tipe industri berpengaruh

positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan di BEI tahun 2009” diterima. Dapat dikatakan bahwa

perusahaan yang termasuk dalam regulated campany dituntut untuk

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam laporan tahunan

sesuai dengan indikator GRI pada perusahaan di BEI tahun 2009. Perusahaan

yang termasuk dalam regulated company yaitu : industri di bidang migas,

pertambangan, kertas, agrobisnis dan telekomunikasi. Perusahaan regulated

company di tuntut adanya pengungkapan CSR karena sesuai dengan UU No. 22

Tahun 2001, UU No. 11 Tahun 1967, UU No.23 Tahun 1997, UU No.36 Tahun

1999 dan UU yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Hasil penelitian ini

konsisten dengan peelitian Hackstone dan Milne (1996) dan penelitian yang

dilakukan oleh Kasmadi dan Susanto (2006).

4. Ukuran perusahaan

Variabel ukuran perusahaan (log_Asset) menghasilkan nilai sig sebesar

0,015 sehingga hipotesis atau H4 “ ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR disclosure) diterima.

Hal ini memperkuat Jensen dan Meckling (1976) bahwa perusahaan besar

Page 20: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

20

cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas, sebagai upaya untuk

mengurangi biaya keagenan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Chow dan Wong Boren (1987) dan penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005)

bahwa semakin besar perusahaan maka inisiatif dalam mengungkapkan CSR akan

semakin tinggi.

5. Status Perusahaan

Status perusahaan terbagi dalam perusahaan BUMN dan Non BUMN.

Status perusahaan BUMN berdasarkan hasil uji t dijelaskan bahwa nilai sig

sebesar 0,014 maka hipotesis lima atau H5“ Perusahaan BUMN berpengaruh

positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan” diterima.

Disimpulkan bahwa perusahaan BUMN dituntut untuk mengungkapkan tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure) pada laporan tahunan sesuai dengan

indikator GRI pada perusahaan di BEI tahun 2009 dibandingkan perusahaan Non

BUMN. Hal ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan BUMN dituntut untuk

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure) pada

laporan tahunan sesuai dengan indikator GRI melalui program PKBL.

PKBL sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu SK/

No. 236/MBU/2003 yang menyebutkan bahwa perusahaan BUMN harus

mengeluarkan dana untuk PKBL sebesar maksimal 2% dari laba penyisihan

setelah pajak. Perusahaan BUMN yang termasuk dalam sampel penelitian yaitu

PT. Bukit Asam, PT. Timah, PT. Antam, Perusahaan Gas Negara, PT. Bank

Tabungan Negara, PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT.

Kimia Farma, PT. Wijaya Karya, PT. Adhi Karya, PT. Jasa Marga, PT. Semen

Gresik, PT. Telekomunikasi Indonesia. Program Kemiteraan diwujudkan dalam :

1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap

dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan

Page 21: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

21

2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan

usaha mitra bianaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek

dalam rangka memenuhi pesanan dari mitra binaan

3. Beban pembianaan untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan,

pemasaran, promosi, dan hal lain yang menyangkut produktivitas Mitra

Binaan serta untuk pengkajian/ penelitian yang berkaitan dengan PK.

Dana program BL diberikan dalam bentuk : 1)Bantuan bencana alam, 2)

bantuan pendidikan dan / pelatihan 3) bantuan peningkatan kesehatan, 4) bantuan

pengembangan prasarana dan / sarana umum, 5) bantuan sarana ibadah, 6)

bantuan pelestarian alam. Pelaporan PKBL diwujudkan dalam sustainability

report atau laporan CSR pada laporan tahunan perusahaan (Warta, 2007)

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menemukan hasil bahwa kepemilikan asing dan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Sedangkan tipe industri, ukuran perusahaan dan status

perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Penelitian ini tidak berhasil mendukung teori legitimasi bahwa perusahaan

dengan kepemilikan asing melihat keuntungan legitimasi berasal dari para

stakeholdernya melalui pasar saham (Barkmeyer, 2007). Akan tetapi, penelitian

ini berhasil mendukung teori agency bahwa ada tekanan dari pihak principal

terhadap agen sehingga terjadi asimetri informasi. Terjadinya asimetri informasi

ketika manajemen memiliki informasi secara lengkap yang seharusnya

diungkapkan oleh perusahaan. Akan tetapi, ada tekanan dari pihak pemilik

(principal) untuk tidak mengungkapkan tanggung jawab social secara lengkap

karena pihak pemilik mengutamakan keuntungan pribadi.

Page 22: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

22

5.2 Keterbatasan

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 82 perusahaan

dari 402 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009 karena kesulitan dalam

memperoleh annual report secara lengkap dan yang sesuai dengan kategori

sampel penelitian.

2. Adanya unsure subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan dengan

menggunakan pedoman GRI. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang

baku yang dapat dijadikan pedoman atau acuan, sehingga penentuan indeks

untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda pada setiap peneliti.

3. Ketidaksesuaian indicator GRI dengan setiap tipe industry perusahaan

sehingga pengungkapan tanggung jawab social sesuai dengan indicator GRI

tidak dapat secara luas dilaksanakan oleh semua tipe perusahaan.

4. Periode pengamatan hanya satu tahun sehingga kemungkinan belum

menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan.

5. Tingkat adjuster R2 masih rendah yaitu sebesar 22,9%. Berarti variabel selain yang

digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sebesar 77,1%.

5.3 Saran Penelitian

1. Pemerintah sebaiknya memberikan regulasi yang lebih jelas tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan khususnya aturan yang jelas

dalam penggunaan pedoman dalam pengungkapan CSR agar pengungkapan

CSR lebih meningkat.

2. Memperluas periode pengamatan tidak hanya satu tahun dengan tujuan dapat

lebih jelas menggambarkan pengungkapan CSR di Indonesia.

Page 23: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

23

3. Tingkat adjusted R2 masih rendah sehingga untuk penelitian selanjtnya

sebaiknya menambah variabel atau menggunakan variabel lain selain yang

digunakan dalam penelitian ini.

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih sedikit sehingga akan

lebih baik jika penelitian yang akan dating sampel yang digunakan lebih

banyak dari penelitian ini. Jumlah sampel yang lebih banyak akan

menggambarkan pengungkapan CSR di Indonesia yang lebih luas karena

mencakup keseluruhan berbagai sector industri.

Page 24: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

24

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. RR. 2006. “ Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam

Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-

perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium

Nasional Akuntansi 9. Padang.

Barkmeyer, Ralf, 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR

in Developing Countries” Paper for the 2007 Marie Curie Summer

School on Earth Reseach Centre (SDRC) School of Management, 28

May-06 June 2007.

Barnae, Amir dan Amir Rubin, 2005. “Corporate Social Responsibilty as a

Conflict Between Sahareholders”.

Darwin, Ali, Akuntabilitas, 2006. “Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan

CSR bagi perusahaan di Indonesia”, IAI-KAM, eBAR, Edisi 3,

Sepetember –Desember 2006.

Darwin, Ali, 2007. “Jalan Panjang Audit Lingkungan” Akuntan Indonesia, 3

(1), 9-11,2007.

Darwin, Ali, 2007. “Pentingnya Laporan Keberlanjutan”, Akuntan Indonesia,

3 (1), 14-12-2007

Darwin, Ali, 2007. “ The 2nd Sustainability Enterprise Performance

Conference (SEPC)”, ISRA, Sepetember 2007.

Fauzi, Hasan, 2006. “Corporate Social and Environment Perfomance: A

Comparative Study Between Indonesian Companies and

Multinational Companies (MNCs) Operating In Indonesia”, Jurnal

Akuntansi dan Bisnis, Vol.6, No.1, Februari 2006, hal. 87-100.

Page 25: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

25

Hackstone, David dan Milne, Marcus J., 1996. “Some Determinants of Social

and Environmental Disclosure in New Zealand Companies”,

Accounting, Auditing and accountability Journal, Vol.9, No.1, p.77-108.

IAI-KAM, 2007. “The 2nd Sustainability Sustainable Enterprice Performance

Conference (SEPC)”. ISRA 2007, Sepetember 2007.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Undip.

Semarang

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi

2009,Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kasmadi, dan Susanto, Djoko, 2006. “ Analisis Faktor-faktor yang

mempengaruhi Luas Pngungkapan Sukarela dalam Laporan

Tahunan Perusahaan-perusahaan di Indonesia”, STIE YKPN, 2006.

Kiroyan, Noke, 2006. “Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate

Social Responsibility (CSR) Adakah Kaitan Diantara Keduanya?”,

IAI-KAM, eBAR, Edisi 3, Sepetember-Desember 2006.

Kiroyan, Noke, 2007. “Menakar Laba Divisi Bala Bantuan”, Warta Ekonomi,

30-39, 2007.

Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “ Pengaruh struktur

Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

(CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan : Studi

Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi 11. Pontianak.

Marwata, 2006. “Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas

Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di

Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XII, No.1, Maret 2006: 59-

66

Page 26: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

26

Puspitasari, Apriani Daning. 2009. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengungkapan Corporate Sosial Resposibility (CSR pada Laporan

tahunan Perusahaan di Indonesia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.

Universitas Diponegoro.

Ramadhan, Fauzan, 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Karakteristik

Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Pada Laporan Tahunan Studi Empiris : Pada Perusahaan

Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-

2009”, Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Rosmasita, H. 2007. “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan

Sosial (Sosial Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi tidak

dpublikasikan. Universitas Islam Indonesia.

Sayekti dan Wondabio, 2007.. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earnings

Response Coefficient”. Seminar Nasional Akuntansi X, Makasar 26-28

Juli 2007..

Sembiring, Edy Rismanda. 2005. “Pekembangan Corporate sosial

Resposibility di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.

Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji, (2005). “Corporate Social Resposibility In

Japan: Analyzing The Participating Companies In Global Reporting

Initiative”, Working Paper 208.

Utomo, Muslim (2000). “Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan

Tahunan Perusahaan di Indonesia : Studi Perbandingan antara

Perusahaan-perusahaan High-Profile dan Low-Profile”, Seminar

Nasional Akuntansi, 2000.

Yuliarto, Pramudoyo Anton. 2001. “ Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan

Page 27: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

27

Tahunan Perusahaan BUMN dan Non BUMN Periode 1996-1998”,

Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Referensi Website

Data Laporan Perusahaan 2009, diakses tanggal 11 Januari 2011, dari

www.idx.co.id

Data Laporan Perusahaan 2009, diakses tanggal 10 Maret 2011, www.idx.co.id

Indikator GRI, diakses tanggal 18 Desember 2010, www.globalreporting.org

AIA, Edisi 12, Oktober 2008, “CSR Voluntary or Mandatory” diakses tanggal

18 Desember 2010, www.google.com

CSR ISO 26000, diakses tanggal 18 Desember 2010, www.iso.com

Page 28: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, TIPE …eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf · masyarakat sekitarnya untuk bidang sosial, ... menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholders bahwa

�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������