Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

38
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan bersifat kronis progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler(Sjahrir,2004). Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek seharihari.Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. (Sjahrir,2004). Bukan hanya masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis juga sebagai sebab dominan. Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik lebih mudah didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang menyertai sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang disebabkan oleh 1

description

d

Transcript of Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

Page 1: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.

Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan

anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri

kepala klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah

nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan

bersifat kronis progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler(Sjahrir,2004).

Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam

praktek seharihari.Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap

bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.(Sjahrir,2004).

Bukan hanya masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun

masalah psikis juga sebagai sebab dominan. Untuk nyeri kepala yang disebabkan

oleh faktor fisik lebih mudah didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan

gejala fisik lain yang menyertai sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan

nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul

di masyarakat adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah

nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis(Neurona, 2005).

Nyeri kepala merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan baik struktural maupun fungsional, sehingga dibutuhkan sebuah

klasifikasi untuk menentukan jenis dari nyeri kepala tersebut. Sejak tahun 1985

International Headache Society (IHS) mulai mengembangkan system klasifikasi

dari nyeri kepala dan akhirnya pada tahun 1988 dihasilkan klasifikasi nyeri kepala

Setiap individu mempunyai persepsi dan respons yang berbeda terhadap

suatu rangsang atau stresor. Stresor bisa memicu seseorang untuk lebih maju, di

tingkat biomolekuler bahkan dapat merangsang neurogenesis. Di lain pihak,

stresor dapat mengakibatkan seseorang patah semangat bahkan bunuh diri, di

1

Page 2: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

tingkat seluler dapat ditemukan kematian sel atau apoptosis. Sering kali istilah

stres dikonotasikan ke hal yang negatif, padahal tidak selalu demikian.

Pada setiap organisme hidup terdapat suatu keseimbangan yang dinamik

yang disebut sebagai homeostasis. Stresor akan marangsang reaksi di otak yang

disebut sebagai persepsi stres, yang kemudian akan mengaktifkan perubahan

sistem fisiologik pada tubuh yang disebut sebagai respons stres (Dhabhar,1999).

Proses yang mendasari respons stres ini dikenal dengan nama allostasis

(McEwen.,1998). Stresor akan memicu suatu kaskade peristiwa di otak dan sistem

perifer yang menyebabkan individu mampu melakukan mekanisme coping atau

adaptasi terhadap stresor tersebut .

Beberapa studi telah membuktikan bahwa stress dapat menyebabkan nyeri

kepala . Salah satu penelitian yang mengikutsertakan lebih dari 5.000 orang pada

populasi umum untuk disurvei tentang tingkat stres mereka dan sakit kepala

dengan jangka waktu 2 tahun. Peserta diminta menyatakan seberapa sering sakit

kepala mereka setiap bulannya dan tingkat stres mereka dinyatakan dalam level

dari 0 sampai 100.

Sebanyak 31% dari peserta memiliki nyeri kepala berupa tipe tegang, 14%

dilaporkan memiliki migrain, 11% memiliki migrain kombinasi dengan nyeri

kepala tipe tegang dan 17% jenis sakit kepala yang tidak terklasifikasi. Untuk

tingkat nyeri kepala (tipe tegang) dinilai stres mereka rata-rata pada level 52 dari

100. Sedangkan migrain pada level 62 dari 100 dan 59 untuk orang-orang  dengan

kombinasi keduanya.

Hal ini menunjukkan bahwa stres adalah masalah bagi sebagian besar

orang yang menderita sakit kepala dan menekankan pentingnya mengontrol stres

untuk orang yang mengidap migrain” kata Sara H. Schramm, MD, dari University

Hospital of Universitas Duisburg -Essen di Jerman”. Hasil penelitian ini

menguatkan bobot konsep bahwa stres dapat menjadi faktor yang berkontribusi

terhadap terjadinya gangguan sakit kepala, yang mempercepat perkembangan

untuk sakit kepala kronis, memperburuk riwayat sakit kepala, dan nyeri.

2

Page 3: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

Oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul “pengaruh stress

terhadap nyeri kepala “ sehingga dapat diketahui hubungan antara kedua hal

tersebut dan yang paling penting dapat diketahui cara mengatasi nyeri kepala

akibat stress sehingga dapat membantu kita dalam aktivitas sehari-hari.

2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme nyeri kepala akibat stress

2. Bagaimana cara mengatasi nyeri kepala akibat stress

3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui mekanisme nyeri kepala akibat stress

2. Untuk mengetahui pengobatan nyeri kepala akibat stress

3.

4.1 Manfaat

1. Mengetahui pengobatan stress

2. Dapat mencegah terhadap nyeri akibat stress

3. Menghindarkan diri dari sikap hidup yang membuat stress

4. Menjadikan tubuh lebih sehat

5. Dental health education bertambah

3

Page 4: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

BAB 2

ISI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi Nyeri Kepala

Nyeri kepala tegang otot adalah bentuk sakit kepala yang paling sering

dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan stress.

Orang-orang yang cenderung menderita nyeri kepala mempunyai kepribadian

yang tidak banyak berbeda(Machfoed,2004). Sebagian besar tergolong dalam

kelompok yang mempunyai perasaan kurang percaya diri, selalu ragu akan

kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang. Karena sifat yang

seperti itu, maka akan menghasilkan sikap hidup yang serba kaku, sangat berhati-

hati, sangat cermat serta menginginkan semua yang dilakukan serba sempurna dan

juga cenderung untuk mendendam. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan

jiwa dan penurunan tenaga. Pada saat itulah terjadi gangguan dan ketidakpuasan

membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala, leher, bahu, serta vaskularisasi

kepala sehingga timbul nyeri kepala. Nyeri seperti inilah yang disebut nyeri

kepala tegang otot.

Nyeri kepala ini disebabkan oleh ketegangan otot di leher, bahu dan

kepala. Nyeri ini tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga

sedang. Menurut lama berlangsungnya, nyeri kepala tegang otot ini dibagi

menjadi nyeri kepala episodik dan nyeri kepala kronis(Goetz. 2003). Nyeri kepala

tegang otot dikatakan episodik jika perlangsungannya kurang dari 15 hari dengan

serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun). Nyeri

kepala ini sangat umum dan banyak ditemukan di masyarakat, tetapi tidak

memerlukan penanganan khusus dan dapat sembuh dengan pemberian analgetik

sedangkan apabila nyeri kepala tegang otot tersebut berlangsung lebih dari 15 hari

selama 6 bulan terakhir dikatakan nyeri kepala tegang otot kronis.

4

Page 5: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

2.1.2 Epidemiology Dan Etiology Nyeri Kepala

Di Amerika serikat, hanya 1-4 % pasien dengan keluhan nyeri kepala yang

masuk ke Instalasi Rawat Darurat, tetapi merupakan alasan terbanyak pasien

berkonsultasi kepada dokter. 90% dari nyeri kepala tersebut merupakan nyeri

kepala tegang otot.1 Frekuensi nyeri kepala ini tidak berbeda dari wilayah yang

satu dengan wilayah yang lainnya. Jika berdasarkan jenis kelamin, nyeri kepala ini

lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan

3:1. Semua usia dapat terkena, namun sebagian besar pasien adalah orang dewasa

muda yang berumur berkisar antara 20-40 tahun. Riwayat dalam keluarga dapat

ditemukan.

Penyebab dari nyeri kepala tegang otot ini masih belum diketahui. Diduga

dapat disebabakan oleh faktor psikis maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri

kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi

maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap

yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu

lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat

menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu, posisi tertentu yang

menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan dengan

kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka

waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis

ini.6,9,10 Selain penyebab tersebut di atas, ada pula beberapa pemicu yang dapat

menyebabkan timbulnya nyeri kepala jenis ini, antara lain konsumsi coklat, keju

dan penyedap masakan (MSG). orang yang terbiasa minum kopi juga akan

mengalami sakit kepala bila yang bersangkutan lupa untuk minum kopi. Jika nyeri

kepala tegang otot ini akibat pengaruh psikis maka biasanya akan menghilang

setelah masa stress berlalu.

2.1.3 Klasifikasi Nyeri Kepala

Berdasar dari banyak penelitian mengenai jenis nyeri kepala dan

melibatkan sekitar 100 orang ahli neurologi, maka International Headache Society

5

Page 6: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

mengembangkan klasifikasi ”International Classification of Headache Disorders,

2nd edition” untuk nyeri kepala.

Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu

nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer kemudian

dibagi menjadi empat kategori yaitu migraine, nyeri kepala tipe tegang, nyeri

kepala cluster – trigerminal, dan nyeri kepala primer lainnya.

1. Migraine

Istilah migraine berasal dari kata Yunani yang berarti “sakit kepala sesisi”.

Memang pada 2/3 penderita migraine, nyerinya dirasakan secara unilateral, tetapi

pada 1/3 lainnya dinyatakan pada kedua belah sisi secara bergantian dan tidak

teratur. Rasa nyeri ini disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah besar

intracranial dan dibebaskannya substansi neurokinin ketika vasodilatasi terjadi.

Penyebab vasodilatasi ini belum diketahui.

Terdapat dua syndrome klinis migraine, yaitu migraine dengan aura dan migraine

tanpa aura. (Hooker, 1986). Selama beberapa tahun, migraine dengan aura

dikatakan sebagai migraine klasik dan sindrom yang kedua dikatakan sebagai

migraine umum. Migrain disertai aura diawali dengan adanya gangguan pada

fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala hemikranial (unilateral),

mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan selama beberapa jam

kadangpula terjadi dalam sehari penuh bahkan lebih. Migrain tanpa aura

merupakan nyeri kepala hemikranial disertai atau tanpa mual muntah yang terjadi

secara tiba-tiba tanpa gangguan fungsi saraf sebagai pertanda dan gejala ini terjadi

dalam beberapa menit atau jam. Aspek hemikranial dan sensasi berdenyut

merupakan karakteristik paling khas yang membedakan migraine dengan jenis

nyeri kepala lainnya(George, 2006).

Terdapat banyak jenis farmakoterapi yang digunakan untuk mengatasi

migraine dan pemilihan untuk tiap pasien bergantung dari tingkat keparahan

serangan, gejala terkait seperti mual dan muntah, permasalahan komorbid, dan

respon pasien terhadap pengobatan. Pemberian analgesic tunggal atau

dikombinasikan dengan komponen lainnya telah terbukti meringankan nyeri

6

Page 7: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

kepala ringan hingga berat. Agonis 5-HT1 dan/atau analgesi opioid dapat

diberikan dan dapat dikombinasikan dengan antagonis dopamine jika migraine

tergolong berat. Penggunaan farmakoterapi ini harus dibatasi hingga 2-3 hari

dalam seminggu untuk mencegah berkembangnya fenomena nyeri kepala

rebound.

2. Nyeri Kepala Tipe Tegang

Nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan istilah yang digunakan untuk

mendeskripsikan nyeri kepala tanpa sebab yang jelas dan kurang memiliki

gambaran khas dibanding migraine dan nyeri kepala cluster. Mekanisme

patofisiologi yang mendasarinya tidak diketahui secara pasti dan ketegangan

sepertinya bukan penyebab utama. Kontraksi dari otot leher dan kulit kepala yang

selama ini telah dikatakan sebagai penyebab, kemungkinan hanya merupakan

fenomena sekunder.

Pada umumnya, NKTT merupakan gangguan kronik yang bermulai

setelah umur 20 tahun. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri kepala

bilateral pada bagian occipital tanpa sensasi denyutan dan tidak disertai rasa mual,

muntah, atau gangguan penglihatan. Nyeri biasa dideskripsikan seperti ada pita

yang mengikat kepala dengan ketat. Wanita lebih sering terkena dibanding pria.

Walaupun NKTT dan migraine dianggap suatu gangguan yang berbeda,

tidak jarang ditemukan pasien yang mengalami nyeri kepala dengan gejala

keduanya. Pasien yang diklasifikasikan NKTT seperti ini mengalami nyeri kepala

berdenyut, nyeri kepala unilateral, atau mengalami muntah pada saat serangan.

Konsekuensinya, mungkin lebih tepat menganggap NKTT dan migraine

merupakan perwakilan dari suatu kutub berlawanan dari satu spectrum

klinis.Nyeri kepala tipe tegang dapat diatasi dengan pemberian analgesic

sederhana, seperti aspirin atau asetaminophen atau jenis NSAID lainnya. Akan

tetapi pengobatan ini hanya diberi dalam periode yang singkat. Nyeri kepala tipe

tegang berespon sangat baik pada obat yang digunakan untuk menanganai depresi

atau kecemasan, terutama jika kedua gangguan ini ditemukan. Raskin melaporkan

keberhasilan menanganai NKTT dengan calcium channel blocker, phenelzine,

7

Page 8: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

atau cyptoheptadine. Ergotamine dan propanolol kurang efektif kecuali ditemukan

gejala migraine dan NKTT secara bersamaan. Teknik relaksasi juga dapat

digunakan untuk mengatasi stress dan kecemasan yang dapat menyebabkan

terpicunya NKTT

3. Nyeri Kepala Cluster

Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering

terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi

pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini

terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali

pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi,

nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa

menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Donnet,

kebanyakan pasien mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60 menit. 8,10

Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi

pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi

pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali

terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi

terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi

tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal,

ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula pasien dengan

gejala gastrointestinal .

Serangan nyeri kepala cluster nokturnal dapat ditangani dengan dosis

ergotamine sebelum tidur untuk mencegah serangan. Pemberian lidocaine

intranasal atau sumatriptan dapat pula digunakan pada serangan akut. Pada

beberapa pasien, ergotamine diberikan satu kali atau dua kali perhari juga terbukti

bermanfaat. Jika ergotamine dan sumatriptan tidak efektif mengatasi serangan,

beberapa neurolog pakar nyeri kepala menyarankan penggunaan verapamil

dengan dosis hingga 480 mg per hari. Ekbom memperkenalkan terapi lithium

untuk nyeri kepala cluster dan Kudrow telah membuktikan efektivitas lithium

8

Page 9: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

pada kasus kronik. Indomethacin dengan dosis 75 mg hingga 200 mg/hari telah

dilaporkan berhasil pada kasus kronik akan tetapi beberapa pasien juga tidak

mengalami perbaikan. Beberapa kasus nyeri kepala cluster tidak dapat diatasi

dengan terapi farmakoterapi dan membutuhkan pemotongan nervus trigerminus

parsial, seperti dideskripsikan Jarrar dkk.

2.1.4 Stress

Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam

percakapan sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan

akibat dari suatu proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh proliferasi

teknologi, perubahan tatanan hidup serta kompetisi antar individu yang makin

berat.

Pada awal tahun 1950-an para ahli perilaku mempelajari hubungan

perilaku dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat kompleks dan salah satu isu

menarik adalah hubungan antara stres dengan sistem kekebalan tubuh. Akhir-

akhir ini berkembang penelitian tentang hubungan antara perilaku, kerja saraf,

fungsi endokrin dan imunitas. Penelitian-penelitian tersebut telah mendorong

munculnya konsep baru yaitu psikoneuroimunologi

Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan

tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya

ketidakseimbangan. Taylor (1995) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman

emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan

perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi

yang menyebabkan stres. Sedangkan Selye (1976) mendefinisikan stres sebagai

‘the nonspesific response of the body to any demand‘, stress juga dapat diartikan

sebagai berikut, ‘stress occurs where there are demands on the person which tax

or exceed his adjustive resources’ (Lazarus, 1976).

Teori stres bermula dari penelitian Cannon (1929) yang kemudian

diadopsi oleh Meyer (1951) yang melatih para dokter untuk menggunakan riwayat

9

Page 10: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

hidup penderita sebagai sarana diagnostik karena banyak dijumpai kejadian

traumatik pada penderita yang menjadi penyebab penyakitnya

Hans Selye (1956) dalam penelitiannya menggunakan stimulus untuk

menimbulkan reaksi fisiologik yang ia sebut GAS (General Adaptation

Syndrome). Menurut teorinya stresor fisik maupun psikologik akan

mengakibatkan 3 tingkatan gejala adaptasi umum; tahap reaksi alarm (alarm

reaction), resistensi (resistance) dan tahap kehabisan tenaga (exhaustion).

Menurut Prawirohusodo, stresor adalah faktor-faktor yang dapat

menimbulkan stres. Stresor dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : Stresor

fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.

Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian,

jatuh cinta dan lain-lain.

Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-

lain.Stres yang merusak sering disebut distress, adalah ketika seseorang mendapat

impuls rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang melampaui batas

adaptasi. Telah dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang

mempunyai tingkat kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan

mudah terserang infeksi (Budiman, 2004).

Wheaton (1983) membedakan stres akut dan kronik sedangkan Holmes

dan Rahe (1967) menekankan pembagian pada jumlah stres (total amount of

change) yang dialami individu yang sangat berpengaruh terhadap efek

psikologiknya. Ross dan Viowsky (1979) dalam penelitiannya berpendapat,

bahwa bukan jumlah stres maupun beratnya stres yang mempunyai efek

psikologik menonjol akan tetapi apakah stres tersebut diinginkan atau tidak

diinginkan (undesirable) yang mempunyai potensi besar dalam menimbulkan efek

psikologik

Menurut Hans Selye stres terbagi menjadi dua secara makro yaitu :

- Fisiologik (= Eustress), misalnya saat bayi dilahirkan, pubertas, kehamilan dan pesalinan dll.

10

Page 11: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

- Patologik (= Distress), stres yang terjadi pada kehidupan sehari-hari (‘real-life stres’) misalnya terpapar sinar ultra violet dalam waktu lama, infeksi, beberapa sosial stres (kehilangan pekerjaan, PHK, kehilangan rumah dll) dan personal stres (kematian pasangan hidup, perceraian, kematian anak dll)

2.1.5 HPA AXIS

HPA AXIS adalah Singkatan dari HPA = Hypothalamus-Pituitary-

Adrenal.  Sedang pengertian AXIS adalah Sumbu / hubungan langsung.

HPA AXIS adalah bagian utama dari sistem Neuroendokrin (Saraf pada

hormon) yang mengontrol reaksi terhadap Stres dan pula memiliki fungsi penting

dalam mengatur berbagai proses tubuh seperti pencernaan, sistem kekebalan

tubuh ,suasana hati, emosi, seksualitas, dan penyimpanan penggunaan energi.

Sumbu HPA juga terlibat dalam gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pasca-

traumatic stress disorder, depresi klinis, kelelahan dan sindrom iritasi usus besar.

Perubahan biomolekuler terhadap stres akut berbeda dengan kronik stres.

Pada akut stres (menit-jam), sistem simpatik (terutama noradrenergik) akan

teraktivasi, kondisi ini terjadi pada stres psikologik ringan atau selama latihan

fisik tertentu. Sebaliknya pada kronik stres (hari-bulan) yaitu pada stres

psikologik berat, stres fisik berat, maka akan mengaktivasi sistem HPA aksis yang

nantinya akan mengakibatkan gangguan pada sistem imunologis dan gangguan

pada proses plastisitas (Dhabhar et al., 1997).

11

Page 12: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

Gambar 16. HPA AXIS

Source: total-body-psychology.com.au

Dengan adanya suatu rangsangan berupa stres maka akan mengaktifkan

HPA aksis yaitu dengan dikeluarkan corticotropin-releasing hormon (CRH) dan

vasopresin (AVP) oleh nukleus paraventrikular dari hipotalamus, kemudian akan

merangsang produksi dari adrenocorticotropik hormon (ACTH) oleh kelenjar

pituitari anterior. ACTH ini akan merangsang sintesis dari glukokortikoid dari

kelenjar adrenal korteks (pada manusia kortisol, pada hewan seperti tikus dan

ayam). Pengaturan kontrol HPA aksis yang seimbang sangatlah penting untuk

survival sel dan kesehatan. Ini dilakukan dengan adanya mekanisme feedback dari

glukokortikoid pada kelenjar pituitari maupun pada beberapa tempat di otak

termasuk pada hipokampus (De Kloet et al.,1998). Sebaliknya semua input dari

amigdala akan mengaktifkan HPA aksis (Herman et al., 2003).

Stres dapat mengakibatkan perubahan molekular dan selular di dalam otak,

Hal ini terutama melalui 2 reseptor yaitu reseptor mineralocorticoid (MR) dan

glucocorticoid (GR). Pada stres yang singkat maka MR akan terangsang lebih

dahulu (Karst et al., 2005), sedangkan untuk kronik stres maka GR yang berperan.

Aktivasi dari GR ini melalui 2 mekanisme independen yang dapat menghasilkan

suatu protein yaitu mekanisme langsung dimana GR dengan DNA spesifik

sequences pada regio promoternya dan interaksi dengan beberapa faktor

transkripsi seperti c-Jun, API, NF-kB, STAT 5, CREB (Sandi.et al.,2004)

MR disebut pula sebagai tipe I dari reseptor kortikosteroid, sedangkan GR

merupakan tipe II dari reseptor kortikosteroid. Tipe I terdistribusi tidak merata,

terutama terdapat di daerah sistem limbik, sedangkan tipe II terdistribusi sangat

luas di otak, yaitu di daerah para ventrikel, limbik, korteks serebral dan batang

otak (Reul, 1985).

Pada sistem limbik terdapat baik reseptor I dan II dari kortikosteroid.

Sistem limbik ini meliputi beberapa area yaitu hipokampus, girus

parahipokampal, korteks entorinal dan insular, amigdala, nukleus septal,

hipotalamus, anterior talamus, nukleus akumbens serta korteks cingulatus. Sistem

12

Page 13: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

ini juga mempunyai interkoneksi yang luas dengan beberapa area yaitu lobus

temporal media, diencephalon, subkorteks dari forebrain, dan regio septal dari

lobus frantalis. Jadi sistem limbik tersebut menerima input dari sekitarnya baik

berupa afektif, kognitif maupun emosional data (Lupien at al., 1997).

Hipokampus adalah organ yang mempunyai ke 2 reseptor baik tipe I dan

ke II. Beberapa studi menunjukkan adanya modulasi kortikosteroid terhadap

aktivitas hipokampus dalam proses belajar dan memori. Diamond dkk (1994)

menyebutkan bahwa tipe I mempunyai efek dalam merangsang peningkatan LTP

(Long-term Potentiation) berarti terdapat neurite outgrowth, sedangkan

rangsangan dari tipe II justru didapatkan LTD (Long-term Depression) atau

penurunan LTP, dengan dikeluarkannya beberapa neurotransmiter yang berakibat

buruk pada hipokampus (Diamond et al., 1994). Aktivasi kortikosteroid terhadap

fungsi kognisi berupa dose, time dan reseptor-dependent (Lupien et al., 1997).

Aktivasi dari tipe 2 akan mengakibatkan peningkatan Ca current yang

kemudian akan merangsang N-methyl D-aspartate (NMDA) reseptor dari

glutamat pada neuron hipokampus tapi tidak pada daerah kortek (Weiland et al.,

1995), juga merangsang dikeluarkannya beberapa asam amino serta serotonin oleh

neuron di hipokampus (DeKloet et al., 1998). Serotonin juga akan dilepaskan oleh

rangsangan dari stres itu sendiri yang nantinya dapat berinteraksi dengan NMDA-

R dari glutamat melalui 5-HT2 reseptor (Rahmann et al., 1993).

Area CA3 di hipokampus merupakan subregio yang sensitif terhadap

rangsang kronik stres, selain itu kerusakan cabang-cabang dendrit juga dapat

ditemukan di daerah CA1 (Sousa et al., 2000), amigdala (Vyas et al., 2002) serta

korteks prefrontal (Wellman., 2001).

Adrenal steroid ikut berperan dalam 3 tipe plastisitas pada hipokampus,

yaitu:

1. Berperan dalam LTP dan LTD, ini adalah efek biphasic pada eksitabilitas,

kognisi dan memori pada ritmik diurnal dan setelah stres tipe acute non-

painful (Diamond et al 1996).

13

Page 14: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

2. Berparitisipasi dalam neurogenesis di girus dentatus dengan eksitabilitas

asam amino. Pada keadaan akut stres dapat menghambat neurogenesis

yang berlangsung (Galea et al 1996), terutama menyangkut fear-related

learning and memory karena secara anatomi dan fungsional terdapat

hubungan antara amigdala dan girus dentatus (Ikegaya et al., 1997).

3. Partisipasi pada stress-induced atrophy pada girus dentatus dan regio CA3

pada hipokampus yang berakibat penurunan fungsi memori (McEwen.,

1999).

Stres akan mempengaruhi baik fungsi maupun struktur hipokampus,

beberapa studi menunjukkan korelasi ke duanya, sebagai contoh stres dapat

mengakibatkan demensia (Kaplan et al., 2001), depresi ataupun skizofrenia (Heim

et al., 2004). Stres pada saat prenatal dapat menyebabkan pengecilan ukuran pada

hipokampus yang nantinya mengakibatkan penurunan fungsi kognisi (Kim et al.,

2002). Akibat stres baik akut atau kronik akan mengaktivasi beberapa gen yaitu

CREB dan Fos yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan memori

(Blank et al., 2004, Chen et al., 2006).

Rangsangan HPA aksis dengan dilepaskannya adrenal steroid akan

berperan dalam plastisitas di hipokampus melalui NMDA dan beberapa asam

amino, di saat yang sama juga dapat menimbulkan efek destruksi sehingga

berakibat penurunan fungsi kognisi.

Stresor mempunyai dampak di tingkat biomolekuler, serta dapat

mengakibatkan gangguan aktivitas neuronal, yaitu dengan ditemukannya ekspresi

neuronal cell adhesion molecules (NCAM) yang berperan dalam formasi sinaps

dan stabilisasi transmisi sinaps (Kiss, 2001).

Ekspresi kronik glucocorticoid akan mengakibatkan perubahan kadar

CAM pada beberapa area di otak. Hal ini disebabkan karena adrenosteroid

mempunyai efek langsung terhadap transkripsi gen dari CAM, yaitu dengan

melakukan interaksi bersama dua faktor transkripsi yaitu nuclear factor-kB atau

NF-kB dan activator protein-1 atau AP-1 (Vreugdenhil, 2001). Penelitian Datson

(2001) menggunakan teknik Serial Analysis of Gene Expression (SAGE)

14

Page 15: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

menemukan bahwa NCAM-140 tersupresi oleh reseptor glucocorticoid (GR)

tetapi tidak oleh reseptor mineralocorticoid (MR)

Rangsangan Glucocorticoid pada kondisi stres kronis akan mengakibatkan

peningkatan ekspresi dari NMDA reseptor dari glutamat, disertai penurunan

respons AMPA reseptor di hipokampus (Bartanusz, 1995). NMDA akan

mengaktivasi NCAM-140, sedangkan AMPA akan merangsang NCAM-180 tetapi

bukan NCAM-140, NCAM-140 isoform yang mempunyai peran dalam stabilisasi

sinaps.(Touyarot, 2002). Jadi setiap isoform dari NCAM mempunyai efek yang

berbeda.

Rangsangan glucocorticoid akan menurunkan kadar brain derived

neurotrophic factor (BDNF) (Smith et al., 1995) dan sebaliknya terjadi

peningkatan ekspresi fibroblast growth factor-2 (FGF-2). Hal ini diduga

merupakan mekanisme neuroprotektif. FGF reseptor mempunyai efek interaksi

secara langsung ke NCAM-140 yang penting untuk neurite outgrowth

(Niethammer, 2002). NCAM-140 juga mempunyai fungsi sebagai reseptor dari

glial cell line-derived neurotrophic factor (GDNF) yang mempunyai peran

penting dalam perkembangan akson di hipokampus (Paratcha, 2003). Beberapa

studi menunjukkan bahwa pada kondisi distress juga akan mempengaruhi

intracellular tranduction pathway dari neurotrophin, yaitu kaskade dari Ras-

mitogen acctivated protein kinase (MAPK), yang berperan penting dalam sinaptik

plastisitas dan ketahanan neuronal (Meller, 2003). Stimulasi GR yang berlebihan

akan mengakibatkan defisit energi dari hipokampus berupa penurunan ATP

sehingga aktivitas proteolitik dari NCAM meningkat serta penurunan ikatan

membran dari NCAM (Skladchikova, 1999). Jadi kondisi distress yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan penurunan biosintesis NCAM disertai

peningkatan katalisis

15

Page 16: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Nyeri Kepala Akibat Stress

HPA axis diaktivasi oleh keadaan stres. Namun belum ada penjelasan yang

memuaskan mengenai definisi dari stres itu sendiri. Stresor fisiologis seperti rasa

lapar, haus, aktivitas fisik ataupun trauma bersifat umum, mengancam

homeostasis dan respon fisiologis yang akan terjadi (termasuk aktivasi HPA)

merupakan suatu tindakan untuk mempertahankan atau mengembalikan

homeostasis. Stresor psikologis tidak secara langsung mengacaukan homeostasis,

ataupun individunya dan respon stres yang terjadi dapat dipelajari. Stresor

psikologis menghasilkan perasaan emosional : gelisah, takut, marah, frustasi,

depresi, dan sebagainya, dimana timbulnya dan besarnya perasaan tersebut

bergantung pada penilaian seseorang terhadap suatu keadaan. Definisi lain yang

sering dipakai mengenai stres ialah suatu keadaan dimana terdapat peningkatan

konsentrasi ACTH dan glukokortikoid yang berkepanjangan.

Peningkatan sekresi glukokortikoid sangat berguna dalam keadaan stres.

Glukokortikoid memobilisasi lemak dan asam amino dari lemak dan sel otot yang

selanjutnya akan digunakan sebagai substrat untuk glukoneogenesis di hepar.

Sebagian besar dari glukosa yang baru tersebut kemudian diubah menjadi 21

glikogen melalui glikogenolisis dan disimpan. Sebagai tambahan, glukokortikoid

mempunyai efek potensiasi dengan katekolamin.

Konsentrasi glukokortikoid yang tinggi yang terlihat saat keadaan stres

menyebabkan ditempatinya 50% dari reseptor-reseptor glukokortikoid di nukleus

paraventrikel dan hipokampus dan menyebabkan terhentinya respon stres melalui

mekanisme umpan balik negatif. HPA axis sangat lebih sensitif terhadap aktivasi

stres dan mekanisme inhibisi umpan balik negatif ketika konsentrasi

glukokortikoid darah pada kadar terendah.

Aktivasi HPA axis yang berlarut-larut karena stres kronik mengakibatkan

efek yang merusak. Konsentrasi kortikosteroid yang tinggi yang bekerja melalui

16

Page 17: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

reseptor glukokortikoid akan meningkatkan transmisi asam amino eksitatorik dan

meningkatkan influks kalsium ke dalam sel-sel hipokampus melalui pompa Ca2+

voltage-dependent, sehingga akibatnya mematikan sel-sel tersebut. Kemungkinan

hal ini yang mengakibatkan ditemukannya pengurangan jumlah sel-sel piramidal

di hipokampus tikus yang berusia lanjut, yang disertai juga dengan ditemukannya

pengurangan reseptor glukokortikoid sehingga membuat efektivitas umpan balik

glukokortikoid berkurang; baik pada tikus dan manusia yang berusia lebih tua

konsentrasi kortikosteroid untuk kembali ke keadaan basal membutuhkan waktu

yang lebih lama dibandingkan dengan yang berusia lebih muda..Sehingga bila

efektifitas umpan balik glukokortikoid menurun mengakibatkan respon terhadap

stress pun menurun sehingga bisa mengakibatkan nyeri pada kepala akibat stress

tadi.

Pada saat stress meningkat, tubuh akan semkain banyak mengeluarkan

adrenalin dan kortisol(Bendtsen,2009). Sebaliknya, substansi yang berkaitan

dengan "relaksasi" seperti endorfin akan menurun. Hal ini akan meningkatkan

ketegangan otot pada kepala dan leher.( Sauro KM,2009) 

Jika stres terjadi berkepanjangan, maka akan menurunkan sistem imun

tubuh, ambang nyeri dan toleransi terhadap nyeri lebih jauh lagi, sehingga rasa

nyeri kepala akan lebih sering terjadi dengan intensitas yang lebih sakit.

3.2 Pengobatan Nyeri Kepala Karena Stress

Banyak orang yang sering mengalami sakit kepala karena stress. Sejumlah

cara nonmedis dapat membantu meringankan keparahan dan frekuensi serangan

sakit kepala.Ada Beberapa cara yang dapat mengurangi nyeri pada kepala akibat

stress. Pertama, mandi air hangat. Mandi air hangat dan istirahat mungkin yang

anda butuhkan ketika sakit kepala mendera gara-gara stres. Tambahkan garam

kristal jika ada, hasilnya akan lebih baik untuk menyegarkan tubuh kembali.

Kedua, lakukan gaya hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat membantu

mencegah datangnya sakit kepala. Pola hidup sehat ini meliputi makan sehat

17

Page 18: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

dengan gizi seimbang tentunya, lalu tidur teratur dan hindari asupan kafein

berlebihan. Jangan lupa olahraga teratur seperti jalan kaki, berenang dan

bersepeda.

Hal ketiga itu adalah manajemen stres. Satu cara mengurangi stres adalah

dengan melakukan perencanaan matang dan mengatur waktu dengan bijaksana.

Cara lain adalah dengan menyediakan waktu untuk rileks. Lakukan latihan

bernapas dalam (menarik napas panjang dan menbuangnya perlahan-lahan).

Hal keempat, rileksasi otot. Otot yang tegang sering jadi penyebab sakit

kepala. Kompres otot yang tegang dengan air hangat atau es, sesuai selera.

Bungkus es ke dalam handuk sebelum ditempelkan ke tubuh. Jika kompres hangat

jadi pilihan Anda, gunakan botol berisi air panas atau handuk panas. Anda juga

bisa dipijat untuk mengurangi ketegangan otot.

Hal kelima dan terakhir yaitu penggunaan obat. Pemberian analgesik

seperti acetaminophen , aspirin oral (500-1000)mg , ibunofren (400mg) dan

ketoprofen (50 mg) atau NSAIDs. Dosis aspirin dan acetaminophen yang

ditingkatkan jika diperlukan . Apabila sudah kronis dapat diberikan golongan

triptan yaitu amitriptyline dengan dosisi rendah (10-75mg) per hari. Selain efek

terhadap nyeri amitriptilin juga dapat menurunkan tenderness otot.

18

Page 19: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sakit kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering

dikeluhkan oleh masyarakat. Hampir setiap orang pernah mengalami sakit kepala.

Tidak hanya menyebabkan tidak nyaman, sakit kepala juga menyebabkan

penderita menjadi kurang produktif. Salah satunya adalah faktor penyebab sakit

kepala adalah stres, seperti konflik emosional dan stres psikososial; dan sangat

erat hubungannya dengan sakit kepala tegang dan migrain.

Depresi dan kondisi stres dapat menyebabkan sakit kepala biasa berlanjut

menjadi sakit kepala kronis, yaitu sakit kepala yang terjadi > 180 hari/tahun. Studi

menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, depresi dan tekanan mental yang

berkepanjangan pada penderita sakit kepala kronis dibandingkan dengan penderita

sakit kepala biasa. Yang lebih menarik lagi, kebiasaan yang tidak sehat dalam

menghadapi stres, seperti melampiaskan amarah pada barang, menghindari

masalah, sangat umum ditemukan pada penderita sakit kepala.

Jika stres terjadi berkepanjangan, maka akan menurunkan sistem imun

tubuh, ambang nyeri dan toleransi terhadap nyeri lebih jauh lagi, sehingga rasa

nyeri kepala akan lebih sering terjadi dengan intensitas yang lebih sakit.

4.2 Saran

Penanganan sakit kepala yang tepat sebaiknya dimulai dengan catatan

sakit kepala (headache diary), dimana dilakukan pencatatan mengenai hal-hal

pemicu sakit kepala dan obat yang diminum. Hal ini akan sangat membantu dalam

menemukan penyebab sakit kepala. Terapi obat dengan menggunakan obat-obatan

diperlukan dalam menangani sakit kepala yang terjadi Terapi tanpa obat juga

dapat memberikan kontribusi namun hanya sebagai pengobatan

komplementer/pelengkap dalam penatalaksanaan nyeri kepala. Terapi non obat

19

Page 20: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

yang dimaksudkan adalah dengan fisioterapi. Terapi tanpa obat lainnya yang juga

bisa dilakukan adalah program olahraga teratur, terapi ultrasound, stimulasi

elektrik (Electromyography (EMG) biofeedback) dan terapi kognitif perilaku

untuk manajemen stres juga dapat dilakukan.

Jika ditemukan tanda-tanda depresi atau kecemasan yang berlebihan, harus

segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut. Yang perlu

diperhatikan untuk penderita sakit kepala yang berulang, bahwa sakit kepala tidak

dapat sepenuhnya disembuhkan, tetapi frekuensi dan intensitas nyeri kepala dapat

membaik secara signifikan jika pemicunya dihindari dan mendapat terapi yang

tepat.

20

Page 21: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

DAFTAR PUSTAKA

Blank T, Nijholt I, Spiess J, 2004. Molecular determinants mediating

effects of acute stress on hippocampus-dependent synaptic plasticity and learning.

Mol. Neurobiol. 29:131-8

Charney DS, Manji HK 2004, Life stress, genes, and depression: multiple

pathways lead to increased risk and new opportunities for intervention. Sci STKE.

2004;225.

Charney DS, Manji HK 2004, Life stress, genes, and depression: multiple

pathways lead to increased risk and new opportunities for intervention. Sci STKE.

2004;225

Chen Y, Fenoglio KA, Dube CM, Grigoriadis DE, Baram TZ, 2006.

Cellular and molecular mechanism of hippocampus activation by actue stress are

age-dependent. Mol. Psychiatry 11:992-1002.

de Kloet ER, Joels M, Holsboer F, 2005. Stress and the brain: from

adaptation to disease. Nature Rev Neurosci. 6(6): 463-75.

de Kloet ER, Vreugdenhil E, Oitzl MS, Joeis M, 1998. Brain

corticosteroid receptor balance in health and disease. Endocr. Rev 19:269-301.

Dhabhar FS, McEwen BS, 1999. Enhancing versus suppressive effects of

stress hormones on skin immune function. Proceeding of the National Academy

of Sciences USA, 96:1059-64.

Diamond DM, Fleshner M, Ingersoll N, ose GM, 1996. Psychological

stress impairs spatial working memory: relevance to electrophysiological studies

of hippocampal function. Behav Brain Res 62:1-9

Diamond DM, Fleshner M, Rose GM, 1994. Psychological stress

repeatedly blocks hippocampal primed burst potentiation in behaving rats. Behav

Brain Res 62:1-9.

21

Page 22: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

George, K.O. 2006. Migraine Headache. National Institute of Health.

Goetz GC. 2003. Headache and Facial Pain.In : Texbook of Clinical

Neurology. Second edition.Elsevier Science. USA: 1187-94

Grossman CJ. Immunoendocrinology, dalam : Basic and Clinical

Endocrinology, Third ed. Lange Medical Book. 1991. 2.Wheaton B. Stress,

personal coping resources and psychiatric symptoms.

Heim C, Plotsky PM, Nemeroff CB, 2004. Importance of studying the

constribution of early adverse experience to neurobiological findings in

depression. Neuropsychopharmacology 29:641-8.

Herman JP et al, 2003. Central mechanism of stress integration:

hierarchical circuitry controlling Hypothalamo-Pituitary-Adrenocortical

responsiveness. Front Neuroendocrinol 24: 151-80.

Hooker WD, Raskin NH, 1986, Neuropsychologic alterations in classic

and common

Ikegaya Y, Saito H, Abe K, 1997. The basomedial and basolateral

amygdaloid nuclei contribute to the induction of LTP in the dentate gyrus in vivo.

Eur. J. Neurosci. 8:1833-9.

Kaplan Z, Iancu I, Bodner E, 2001. A review of psychological debriefing

after extreme stress. Psychiatr. Serv. 52:824-7.

Karst H, Berger S, Turiault M, Tronche F, Schultz G, Joels M, 2005.

Mineralocorticoid receptors are indispensable for non genomic modulation of

hippocampal glutamate transmission by corticosterone. Proc. Natl. Acad. Sci.

USA. 102: 19204-7.

Kiss JZ, Troncoso E, Djebbara Z, Vutskits L, Muller D, 2001. The role of

neural cell adhesion molecules in plasticity and repair. Brain Res Rev 36: 175-84.

Lucas, S. 2005.Epidemiology of Primary Headache in Women. Chapter 1:

1-9

22

Page 23: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

Lupien SJ, McEwen BS, 1997. The acute effects of corticosteroid on

cognition: Integration of animal and human model studies. Brain Res Rev 24:1-

27.

Machfoed, M.H., 2004. Aspek Genetik dan Biomolekuler Migren. Dalam:

Nyeri Kepala, jilid 2. Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI. USU Press.

Medan. Hal 1-12.

McEwen BS, 1998. Protective and damaging effects of stress mediators:

allostasis and allotatic load. New England Journal of Medicine 338:171-79.

McEwen BS, 1999. Stress and hippocampal plasticity. Neurosci 22:105-

22.

migraine, Arc Neurology, 43: 709-12.

Neurona, 2005. Nyeri kepala dan neuro oftalmologi, vol 22,no 2, Bagian

Neurologi Fakultas Kedokteran USU.

Niethammer P et al., 2002. Cosignaling of NCAM via lipid rafts and the

FGF receptor as required for neuritogenesis. J. Cell Biol 157:521-32

Paratcha G, Ledda F, Ibanez CF, 2003. The NCAM is an alternative

signaling receptor for GDNF family ligands. Cell 113: 867-79.

Rahmann S, Neumann RS, 1993. Activation of 5-HT2 receptor facilitates

depolarization of neocortical neurons by NMDA. Eur .J Pharmacol 231: 347-54.

Reul JMHM, De Kloet ER, 1985. 2 receptor systems for corticosterone in

rat brains: microdistribution of different occupation. Endocrinology 117:2505-12.

Sandi C., 2004. Stress, cognitive impairment and cell adhesion molecules.

Nature Rev Neurosci 5(12):917-31.

Sjahrir, H. 2004. Nyeri Kepala 1,2 &3. Kelompok Studi Nyeri Kepala.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

23

Page 24: Pengaruh Stress Terhadap Nyeri Kepala

Skladchikova G, Ronn LC, Berezin V, Book E, 1999. Extracellular ATP

affects neural and NCAM-mediated cell adhesion and neurite outgrowth. J.

Neurosci Res 57:207-18

Soewadi. Simptomatologi dalam Psikiatri, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa,

Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. 1997

Sousa N, Lukoyanov NV, Madeira MD, Almeida OF, Paula-Barbossa

MM, 2000. Reorganization of the morphology of hippocampus neurites and

synapses after stress-induced damage correlates with behavioral improvement.

Neuroscience 97:253-66.

Vreugdenhil E, de Kloet ER, Schaaf M, Datson NA, 2001. Genetic

dissection of corticosterone receptor function in the rat hippokampus. Eur.

Neuropsychopharmacol 11:423-30.

Vyas A, Mitra R, Shankananarayana Rao BS, Chattarji S, 2002. Chronic

stress induces contrasting pattern of dendritic remodelling in hippokampal and

amygdaloid neurons. J. Neurosci 22:6810-8.

Wellman CL, 2001. Dendritic reorganization in pyramidal neurons in

medial predrontal cortex after chronic corticosterone administration. J. Neurosci

49: 245-53.

24