PENGARUH STRATEGI BAURAN RETAIL TERHADAP IMPULSE...
Transcript of PENGARUH STRATEGI BAURAN RETAIL TERHADAP IMPULSE...
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 143 IBI-K57
PENGARUH STRATEGI BAURAN RETAIL TERHADAP IMPULSE BUYING
(STUDI PADA HYPERMARKET TRANSMART CARREFOUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA)
Obing Zaid Sobir
Email: [email protected] Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas ilmu Sosial & Ilmu Politik
Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957
ABSTRAK Hasil survei menunjukkan Bahwa Impulse Buying di DKI Jakarta sangat tinggi. Jumlah pusat perbelanjaan modern yang semakin banyak, diprediksi perilaku pembelian tidak terencana di Provinsi DKI Jakarta juga akan mengalami peningkatan yang signifikan. Impulse Buying tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya konsumen yang terlibat langsung terhadap produk, emosi/affect, dan ketersediaan dana. Pada penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel Bauran Ritel yang mempengaruhi Impulse Buying. Sampel pada penelitian ini sejumlah 224 sampel, yang dipilih secara random pada Hypermarket, survei pada Carrefour Transmart, yang berada pada Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuan pemilihan subjek secara random dalam sampel purposif adalah untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian, bahkan mempresentasikan atau dilakukan suatu generalisasi. Hasil Hipotesis menyatakan bahwa Bauran Ritel mempengaruhi Impulse Buying. Kata Kunci: Bauran Ritel, Impulse Buying
ABSTRACT
The survey results show that unplanned buying behavior in DKI Jakarta is very high. With the increasing number of modern shopping centers, it is estimated that unplanned buying behavior in DKI Jakarta Province will also increase. The unplanned buying behavior can be influenced by consumer involvement in the product, emotions / affect, and availability of funds. This study aims to examine the variable Retail Mix that affects Buying Interest and Its Impact on Impulse Buying. The sample in this study was 224 research samples chosen randomly at Hypermarket, a survey on Carrefour Transmart, located in DKI Jakarta Province. The purpose of random selection of subjects in a purposive sample is to increase the credibility of research results, even to present or make a generalization. The results of the Hypothesis state that the Retail Mix influences Purchase Interest and Its Impact on Impulse Buying. Keywords: Retail Mix, Purchase Interest.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 144 IBI-K57
I. PENDAHULUAN
Perilaku pembelian masyarakat Indonesia menunjukkan
kecenderungan konsumtif yang tinggi. Banyak konsumen melakukan
aktivitas pembelian diluar rencana pembelian awal. Jumlah pusat
perbelanjaan modern yang meningkat, serta naiknya jumlah pendapatan
akan mendorong peningkatan jumlah konsumsi. Naiknya penghasilan
berarti berdampak pada nilai beli yang tinggi untuk konsumsi, sebagaimana
kebiasaan dan kecenderungan yang dilakukan banyak orang, peningkatan
jumlah konsumsi akan ada jika sejalan dengan jumlah peningkatan
penghasilan sekalipun naiknya jumlah konsumsi itu tidak sebesar naiknya
jumlah penghasilan. Seringnya Konsumen membeli melebihi dari
perencanaan membeli sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa konsumen
banyak menjalankan pembelian tidak sesuai dengan rencana. Dengan
naiknya pendapatan disposable konsumen serta tersedianya pelayanan
kredit akan menjadikan pembelian yang tidak terencana menjadi perilaku
publik bagi konsumen. Pembelian yang tidak terencana itu dapat disebut
juga impulse buying.
Tingkat keterlibatan konsumen pada suatu produk akan mendorong
pentingnya persepsi konsumen tentang produk untuk konsumen yang bisa
mengakibatkan pembelian tak terencana untuk produk tersebut jika
konsumen melihat dengan kasat mata. tersedianya dana akan ikut
mendorong konsumen melakukan pembelian secara impulsive terhadap
setiap produk yang diharapkan. Kondisi emosional (affect) konsumen yang
disebabkan oleh rangsangan yang ada pada outlet juga bisa
mengakibatkan konsumen melakukan pembelian tidak direncanakan.
Selanjutnya, emosi (affect) positif konsumen bisa menjadikan mediator
antara terlibatnya konsumen dan adanya ketersediaan uang. Konsumen
yang mempunyai keterlibatan besar terhadap produk dan mendapatkan
produk itu, maka rangsangan outlet bisa dengan gampang diterima
konsumen yang bisa mendorong terjadinya pembelian tidak direncanakan.
Konsumen yang mempunyai sumber keuangan yang besar merasa
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 145 IBI-K57
mendapatkan keleluasaan melakukan pembelian sehingga jika konsumen
dapat dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan didalam outlet maka
konsumen bisa terdorong melakukan pembelian yang tidak direncanakan.
Pembelian tidak direncanakan terhadap produk akan dipengaruhi secara
signifikan oleh terlibatnya konsumen pada produk tersebut. Berkaitan
adanya keterlibatan konsumen terhadap setiap produk, produk pakaian
adalah salah satu produk yang bisa mengakibatkan perilaku pembelian
tidak direncanakan pada konsumen. Barang-barang elektronika adalah
produk dimungkinkan dibeli secara impulsive. Impulse buying sering terjadi
pada pasar modern, misalnya adalah hypermarket. Hypermarket adalah
pasar modern yang memiliki bentuk sangat besar, dari sisi luas, tempat,
maupun barang-barang yang didagangkan. Produk-produk yang dijajakan
salah satu contohnya adalah barang elektronik. Dengan pendekatan dasar
dari hypermarket ialah tampilan besar serta penanganan yang minimal dari
penjaga toko dan memberi diskon harga pada konsumen.
Kelebihan berbelanja di hypermarket survei pada Carrefour
Transmart, mengakibatkan konsumen merasa nyaman. Tempat nyaman,
ada AC, serta barang yang dipilih lebih bervariasi, dan hypermarket juga
menampilkan diskon besar sampai 70%. Retail mix yang terjadi pada
hypermarket pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta contoh lokasi strategis
ialah ada di kota dan mudah untuk dijangkau oleh konsumen. Merchandise
ialah barang yang di jual pada hypermarket hal ini sesuai dengan bisnis
pada ritel modern lainnya contohnya kebutuhan rumah tangga. Untuk
produk elektronik, hypermarket menjual jenis produk dan kemasan. Pricing
yang ditetapkan pada hypermarket memiliki standar dengan ritel-ritel
modern yang lainnya.
Pada hypermarket di provinsi DKI Jakarta melakukan promosi mulai
dari pemasangan hanging display, menempatkan produk pada bentuk atau
penataan menarik, memberi diskon, serta memberi hadiah pada konsumen
untuk pembelian barang tertentu. Atmosfer pada gerai hypermarket lebih
mengundang pembeli sebab pajangan produknya lebih tertata rapi serta
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 146 IBI-K57
merasakan kenyamanan di saat berbelanja. Konsumen pun tidak merasa
sesak di saat berbelanja sebab hypermarket sangat luas. Pada retail
service yang terdapat pada hypermarket di Provinsi DKI Jakarta
mempunyai layanan transaksi yaitu cara pembayaran yang mudah.
Memiliki fasilitas lain seperti toilet, sarana parkir juga disediakan sangat
luas. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada hypermarket di DKI
Jakarta, tepatnya berada pada mall sebagai pusat berbelanja besar di
Jakarta yaitu di Carrefour Transmart yang beralamat di jalan raya Cilandak
KKO Jakarta Selatan, bahwa impulse buying juga sering terjadi karena
kebutuhan pelanggan seperti produk-produk yang kecil dengan mudah
dibawa oleh konsumen serta produk tersebut memiliki harga yang murah
dapat mendorong konsumen bertindak untuk membeli. Suasana yang
nyaman, bersih dan ber-AC pada hypermarket DKI Jakarta juga mendorong
konsumen agar melaksanakan impulse buying. Sesuai dari uraian di atas,
maka bisa disebutkan bahwa impulse buying itu ialah kegiatan yang
berdasarkan pada emosi seseorang yang muncul karena adanya
ketertarikan pada produk yang diinginkan.
Hal ini dilaksanakan dengan cepat tanpa memikirkan panjang terlebih
dahulu. Emosi ini terlibat karena adanya tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup secara cepat. Dengan kata lain seorang penjual harus
melakukan segala cara untuk menemukan emosi yang mempengaruhi
keputusan pembelian.
Hadirnya industri ritel modern pada prinsipnya adalah pemanfaatan
cara berbelanja masyarakat, terutama kelas menengah atas yang
menginginkan kenyamanan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari BPS DKI Jakarta penduduk,
pada tahun 2015 jumlah penduduk Jakarta 10,18 juta jiwa, pada tahun 2016
jumlah penduduk 10,28 juta jiwa, dan pada tahun 2017 adalah 10,37 juta
jiwa penduduk, terdiri dari Kepulauan Seribu 23.340, Jakarta Selatan
2.185.711, Jakarta Timur 2.843.816, Jakarta Pusat 914.182, Jakarta Barat
2.463.560, Jakarta Utara 1.747.315. tersebar di 5 Kotamadya dan 1
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 147 IBI-K57
Kabupaten. Hal ini menunjukkan peningkatan penduduk yang terjadi di
Provinsi DKI Jakarta.
Grafik 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta (1961 – 2017)
Sumber: BPS DKI Jakarta
Peningkatan penduduk ini juga mengindikasikan bahwa kebutuhan
penduduk pun meningkat. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk
tersebut maka para pebisnis akan berlomba-lomba untuk mendirikan usaha
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari salah satunya adalah toko eceran
atau retail. Dengan adanya kebutuhan seperti itu membuat peluang
Hypermarket untuk tumbuh cukup besar.
Di Jakarta telah banyak berdiri Hypermarket yang menjual berbagai
macam produk kebutuhan primer, salah satu contohnya yang sudah sangat
ternama di masyarakat adalah Carrefour Transmart, berlokasi kan di dalam
mall-mall di Jakarta, dan tempat-tempat yang dipilih adalah tempat yang
memiliki prospek tinggi. Dengan adanya persaingan tersebut maka mereka
akan saling berlomba-lomba untuk menjadi pilihan bagi masyarakat untuk
berbelanja memenuhi kebutuhan primer mereka. Maka di anggap perlu
adanya pelaksanaan kegiatan bisnis yang tepat didalamnya. Pelaksanaan
kegiatan bisnis di dalam Hypermarket sendiri bisa dilihat dari strategi retail
mix yang digunakan. Dimana pelaksanaan retail mix yang tepat ini akan
mampu memuaskan konsumen. Kepuasan konsumen akan terjadi ketika
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 148 IBI-K57
nilai dan customer service yang disediakan dalam pengalaman retailing
sesuai atau melebihi harapan konsumen. (Berman dan Evans 2010, p.38).
Maka dari itu, menariknya Hypermarket erat hubungannya dengan
pelaksanaan retail mix yang ada. Pandangan Levy dan Weitz sendiri (2012)
retail mix adalah “alat yang digunakan untuk mengimplementasikan,
menangani perkembangan strategi ritel yang dapat digunakan untuk
memuaskan kebutuhan dari target market lebih baik dari pada competitor”
(p.21). Retail mix, dimaksudkan adalah berupa variabel pengambilan
keputusan oleh retailer untuk memberikan kepuasan dan kebutuhan
konsumen serta memberikan pengaruh pada keputusan pengambilan
keputusan.
Salah satu Hypermarket yang ada di Provinsi DKI Jakarta adalah
Carrefour Transmart yang berlokasi di Jalan Raya Raya Cilandak KKO
Jakarta Selatan. Survei awal dilakukan pada Carrefour ini memperkerjakan
lebih dari 50 karyawan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun
secara rata-rata didominasi oleh karyawan perempuan. Hypermarket
menerapkan ritel mix, seperti location yang tepat dengan jalan protokol atau
berada di daerah perdagangan atau pertokoan lokasi yang mudah
dijangkau dan tersedianya lahan parkir. Merchandise assortments
Hypermarket ini antara lain meliputi barang-barang elektronik.
Berdasarkan pada data di atas Penelitian ini dilakukan pada
Hypermarket: Carrefour Transmar yang merupakan salah satu retail
modern sebagai tempat belanja pilihan masyarakat provinsi DKI Jakarta.
Sebagai bagian dari ritel modern, perusahaan ini menempatkan diri sebagai
pusat perbelanjaan untuk kelas menengah dan atas. Sesuai dengan lokasi
yang dipilih rata-rata terdapat pada kawasan strategis.
Berman dan Evans (2007: 16) menyatakan “konsumen yang tidak
puas dengan pengalaman berbelanja di suatu perusahaan ritel, cenderung
untuk tidak melakukan pembelian ulang di perusahaan tersebut”. Untuk itu,
perusahaan perlu melakukan berbagai strategi agar dapat memberikan
kepuasan pada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 149 IBI-K57
pembelian ulang pada perusahaan tersebut. Untuk menarik dan
mempertahankan pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan.
Perusahaan ritel terus berusaha untuk menemukan strategi yang baru.
Menurut Levy & Weitz (2009:21), elemen dalam strategi ritel terdiri atas
merchandise assortment, pricing, location, communication mix, store
design and display, dan customer service.
Menurut Dunne dan Lusch dalam Gudonavicien dan Alijosiene
(2005:143) “retail marketing mix consist ofpricing, promotion, product,
supply chain, retail location, customers service and retail selling, storelayout
and design”.Untuk menarik dan mempertahankan pelanggan agar tetap
melakukan pembelanjaan di perusahaannya. Perusahaan ritel berusaha
terus melakukan peningkatan pelayanan melalui bauran pemasaran ritel.
Merchandising ialah proses merencanakan susunan produk atau
merchandise pada toko ritel, serta memberikan kepastian produk yang
benar tersedia untuk konsumen yang ditargetkan, menurut Dhotre
(2010:136).
Berman dan Evans (2007:500) memberikan pernyataan bahwa
terdapat 4 faktor yang memiliki pengaruh strategi menetapkan harga pada
perusahaan ritel, diantaranya adalah: pemerintah, konsumen, pabrik serta
pesaing. Pada retail service yang terdapat pada hypermarket di Provinsi
DKI Jakarta mempunyai layanan transaksi dengan cara pembayaran yang
mudah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, diperlukan teori-teori
atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Di berbagai
perusahaan saat ini, menitikberatkan pada aspek pemasaran, pada
peranannya sebagai salah satu bagian penting agar tetap bertahan dalam
menjalankan kegiatan usaha walaupun berhadapan pada persaingan.
Pemasaran merupakan strategi perusahaan yang harus dimiliki, praktiknya
pemasaran ini selalu berhubungan dengan konsumen. Definisi pemasaran
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 150 IBI-K57
menurut Kotler dan Keller (2012:5), “Marketing is about identifying and
meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of
markerting is meeting needs profitably”.
“Pemasaran ialah melakukan identifikasi serta memenuhi kebutuhan
manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari
pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang
Menguntungkan”. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:29), ”Marketing is the
process by which companie create value for customers and build strong
customer relationships in order to capture value from customers in return.”
Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat untuk
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.” Jadi, kegiatan
pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai
suatu sistem.
Holistic Marketing Concept memahami bahwa semuanya sangat
penting dalam pemasaran, baik itu produk yang dihasilkan, karyawan,
pesaing, bahkan lingkungan sekitar menjadi penting dan oleh karena itu
sudut pandang yang lebih luas dan terintegrasi dibutuhkan dalam melihat
semua ini. (Kotler & Keller, 2012:18).
Konsep pemasaran holistik memahami kegiatan pemasaran dengan
menyeluruh, yaitu perusahaan harus bisa membangun hubungan yang baik
dengan seluruh pihak yang terlibat baik di dalam perusahaan seperti
manajemen, karyawan, setiap departemen (internal marketing) serta dari
luar perusahaan seperti pelanggan, pemasok dan distributor (relationship
marketing) serta memberikan pelayanan, komunikasi dan distribusi yang
menyeluruh dalam setiap penyampaian produknya kepada pelanggan
(integrated marketing) dan yang paling penting adalah memahami dampak
dari aktivitas perusahaan secara keseluruhan termasuk aktivitas
pemasaran terhadap pendapatan perusahaan, ekuitas merek, serta
akibatnya pada lingkungan, hukum, etika, dan masyarakat (performance
marketing).
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 151 IBI-K57
2.1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Ilmu pemasaran mempunyai arti yang luas, yaitu di dalamnya
melakukan pembahasan tentang arti pemasaran untuk mengetahui
kebutuhan konsumen, selanjutnya melakukan perancangan produk serta
jasa yang dibutuhkan masyarakat sehingga proses menyalurkan produk
dan jasa sampai pada konsumen. Agar lebih mengenal pengertian
manajemen pemasaran lebih lanjut, adalah definisi yang dijelaskan oleh
beberapa ahli pemasaran:
Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:5),
mengemukakan bahwa: “Marketing management taste art and science of
choosing target markets and getting, keeping, and growing customers
throught creating, delivering, and communicating superior customer value”.
Arti dari definisi tersebut adalah manajemen pemasaran sebagai seni dan
ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, mempertahankan, serta
meningkatkan jumlah pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Sedangkan pengertian
manajemen pemasaran menurut Djaslim Saladin (2012:3) adalah:
“Analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.”
2.2. Konsep Ritel
Berman dan Evans (2010) mengatakan bahwa usaha ritel atau eceran
(retailing) dapat dipahami sebagai suatu usaha bisnis yang berusaha
memasarkan barang dan jasa kepada konsumen akhir yang
menggunakannya untuk keperluan pribadi dan rumah tangga. semua
kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan
bisnis.
1). Menurut Levy dan Weitz (2001:8) “Retailing adalah satu rangkaian
aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 152 IBI-K57
dijual kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga”.
Jadi konsumen yang menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen
akhir yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri.
2). Menurut Berman dan Evans (2001:3) “Retailing merupakan suatu
usaha bisnis yang berusaha memasarkan barang dan jasa kepada
konsumen akhir yang menggunakannya untuk keperluan pribadi dan
rumah tangga”. Produk yang dijual dalam usaha retailing adalah
barang, jasa maupun gabungan dari keduanya.
2.3. Bauran Retail
Menurut Levy dan Weitz (2009:134) dalam Adji (2013) bauran ritel
adalah faktor-faktor yang di gunakan peritel untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian. Elemen dalam
bauran ritel terdiri dari pelayanan konsumen, desain dan tampilan toko,
bauran komunikasi, lokasi, keragaman produk, dan harga.
Konsep tentang bauran retail diungkapkan oleh Levy & Weitz, bahwa
bauran retail merupakan kombinasi dari faktor-faktor retail yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan sehingga dapat mempengaruhi
keputusan pembelian. Adapun faktor-faktor tersebut adalah barang
dagangan (merchandising), harga (price), promosi (promotion), rancangan
toko dan pajangan produk (store design and display merchandise), lokasi
(location), pelayanan (service), dan wiraniaga (personel). Literatur lainnya
yaitu Davidson (1988) mengungkapkan bahwa bauran retail terdiri atas
physical facilities and location, merchandising, pricing, promotion, service,
organization and personnel.
2.4. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian
Konsumen adalah titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa
yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen adalah hal yang sangat penting
karena akan menuntun pemasaran pada kebijakan yang tepat dan efisien.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 153 IBI-K57
Definisi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Kotler dan Keller
(2012:173) ialah Consumer behaviour is the study of how individuals,
groups, and organizations, select, buy, use and dispose of goods, services,
ideas, or experience to satisfy their needs and wants.
Sementara dinyatakan oleh Schiffman, Kanuk, dan Wisenblit
(2013:23), adalah:
“Perilaku konsumen (consumer behavior) bisa didefinisikan sebagai perilaku konsumen yang menunjukkan dalam hal mencari (searching for), membeli (purchasing), menggunakan (using), mengevaluasi (evaluating), serta membuang produk dan jasa yang diharapkan bisa memuaskan kebutuhan (disposing of products and services that they will satisfy their needs)”.
Pengertian tersebut diatas peneliti mengasumsikan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan yang diambil oleh, grup, individu
maupun kelompok yang memiliki hubungan pada proses pengambilan
keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dan dimiliki.
Dari hasil kajian literatur yang sudah dilaporkan di atas maka
penelitian ini melakukan kajian berupa: Pengaruh Strategi Bauran Retail
Terhadap Impulse Buying (Studi Pada Hypermarket Transmart Carefour di
Provinsi DKI Jakarta) dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 154 IBI-K57
Variabel bauran retail terdiri dari: Dimensi; merchandising, dengan
indikator kelengkapan jenis, kelengkapan merek, keragaman produk,
Tampilan produk yang disajikan menarik Kecepatan dalam penyajian
produk, instrumen ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi interval, skala
likert.
Dimensi; Price dengan indikator, daya saing Harga, sesuai dengan
kualitas, kemudahan transaksi, kejelasan daftar harga, harga yang relatif
terjangkau, adanya potongan harga/promosi. Instrumen ukuran kuesioner,
skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Dimensi; Location, dengan indikator lokasi strategis, lahan parkir,
kenyamanan lokasi, instrumen ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi
interval, dan skala likert. Dimensi; Promotion, indikator gencar berpromosi,
diskon menarik, media promosi menarik (poster, roll banner), instrumen
ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Dimensi; Store design and display merchandise, dengan indikator
keragaman media, display menarik, kemudahan tata letak, penunjuk arah,
instrumen ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Dimensi; Service dengan indikator keramahan, pusat informasi, responsif.
instrumen ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Dimensi; Personel, indikatornya kerapian, menarik, persamaan kerapian.
instrumen ukuran kuesioner, skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Variabel Minat Beli, dimensi; fasilitas, saran orang lain, informasi
keunggulan. Indikator; fasilitas yang sesuai, saran yang berguna,
kemudahan informasi, keunggulan dari yang lain. Instrumen ukuran
kuesioner, skala ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Variabel Impulse Buying, dimensi; kepuasan, perilaku pasca
pembelian, pembelian berulang-ulang. Indikator tingkat kepuasan,
merekomendasikan pada orang lain. Instrumen ukuran kuesioner, skala
ordinal menjadi interval, dan skala likert.
Atas dasar kerangka model penelitian di atas, maka penelitian ini akan
menguji hipotesis sebagai berikut: H1: merchandising berpengaruh
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 155 IBI-K57
terhadap impulse buying; H2: price berpengaruh terhadap impulse buying;
H3: location berpengaruh terhadap impulse buying; H4: promotion
berpengaruh terhadap impulse buying; H5: store design & visual product
berpengaruh terhadap impulse buying; H6: service berpengaruh terhadap
impulse buying; H7: personel berpengaruh terhadap impulse buying; H8:
bauran retail yang terdiri atas Merchandising, Price, Location, Promotion,
Store Design & visual product, service, dan personel secara bersama-sama
berpengaruh terhadap impulse buying.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni metode-metode
untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar
variabel. Variabel-variabel diukur, biasanya menggunakan instrumen-
instrumen penelitian, sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat
dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2013:5).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
suatu metode yang meneliti mengenai status dan obyek tertentu, kondisi
tertentu, sistem pemikiran atau suatu kejadian tertentu pada saat sekarang.
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diteliti. Metode deskriptif digunakan untuk
mengkaji sesuatu seperti apa adanya (variabel tunggal) atau pola hubungan
(korelasional) antara dua variabel atau lebih (Irawan, 2006:101).
3.1. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen pusat
perbelanjaan Hypermarket, survei pada konsumen Carrefour Transmart
yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini di tentukan secara purposive
atau sampling pertimbangan, yaitu teknik sampling yang digunakan jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 156 IBI-K57
pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu
(Riduwan, 2004:63). Purposive sampling merupakan non random sampling
(sampel non probabilitas), sehingga sampel tidak bisa digunakan untuk
melakukan generalisasi (Irawan, 2006:106), tetapi memungkinkan untuk
mengidentifikasi suatu mekanisme dan formulasi pertanyaan untuk sampai
pada kesimpulan tertentu (Szczepanska-Woszczyna & Dacko-Pikiewicz,
2014:271).
Teknik ini dipilih karena dalam pengembangan Hypermarket
menggunakan hasil analisis strategi bauran ritel terhadap minat beli dan
dampaknya pada impulse buying dari seluruh konsumen Hypermarket yang
di survei yaitu Carrefour Transmart, yang berada di wilayah Provinsi DKI
Jakarta yang memiliki strategi bauran ritel pada perusahaan berdasarkan
hasil assessment yang dilakukan dengan membandingkan impulse buying
pada konsumen Hypermarket yang bersangkutan. Adapun sampel yang
menjadi kriteria dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen ritel
Hypermarket Transmart Carefoure yang berada di wilayah Provinsi DKI
Jakarta.
Berdasarkan ketentuan jumlah sampel tersebut, dalam penelitian ini
peneliti mengambil sejumlah 224 sampel penelitian yang dipilih secara
random pada masing-masing Hypermarket, survei pada Transmart
Carrefour, yang berada di Provinsi DKI Jakarta. Tujuan pemilihan subjek
secara random dalam sampel purposive adalah untuk meningkatkan
kredibilitas hasil penelitian, bahkan mempresentasikan atau dilakukan
suatu generalisasi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi judgement dalam
kategori sampel purposive (Patton, 1990:183).
3.2. Skala Pengukuran
Skala likert adalah suatu himpunan butir pertanyaan sikap yang
semuanya di pandang kira-kira sama dengan nilai sikap; subjek
menanggapi setiap butir itu dengan mengungkapkan taraf (intensitas)
setuju atau tidak setuju terhadapnya. Skala likert menempatkan individu
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 157 IBI-K57
pada titik tertentu pada kontinum kesepakatan dengan sikap yang
dipertanyakan (Kerlinger, 2004:795).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel Konsumen Hypermarket: Carrefour Transmart, menjadi
masing-masing kelompok yang diidentifikasi kaitannya dengan strategi
bauran ritel. Identifikasi bauran kemudian di kembangkan dari hasil
rekapitulasi data sekunder perusahaan ritel yang ada di provinsi DKI
Jakarta berupa Impulse Buying konsumen di berbagai Hypermarket
Transmart Carefoure. Hasil rekapitulasi strategi bauran selanjutnya di
peringkat berdasarkan pada aggregate mean dari frekuensi impulse buying
berdasarkan persepsi konsumen dan rata-rata. Data selanjutnya di uji
melalui tes U Mann-Whitney, dan Kruskall-Wallis untuk mengetahui
perbedaan di antara konsumen dan rata-rata pada berbagai pusat
perbelanjaan Hypermarket. Hasil analisis berupa pengaruh strategi bauran
ritel selanjutnya di validasi kan kembali pada sampel konsumen kedua. Jadi
secara metode terdapat perbedaan dalam mengidentifikasi dan merancang
pengaruh strategi bauran ritel dalam penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini dilakukan Pada pusat perbelanjaan
Hypermarket: Carrefour Transmart, di provinsi DKI Jakarta.
Melihat kecenderungan konsumen di Provinsi DKI Jakarta yang suka
berpindah dari swalayan satu ke swalayan lain, dan keinginannya untuk
mencoba berbelanja di tempat yang baru. Transmart Carrefour, Swalayan
harus menerapkan strategi bauran pemasaran ritel yang baik dan tepat,
agar dapat memberikan kepuasan yang lebih pada konsumen,
dibandingkan dengan kepuasan yang diberikan oleh pesaingnya. Hal ini
akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada
Carrefour Transmart.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 158 IBI-K57
4.1. Profil Responden
Total dari 224 orang responden yang dipilih menjadi sampel penelitian
ini adalah, 43,75% laki-laki dan 56,25% perempuan.
4.2. Uji Validitas
Pada penelitian ini, untuk menguji kuesioner yang dianggap valid atau
tidak. Maka kuesioner yang valid harus menghasilkan nilai signifikansi
kurang dari 0,05(α=5%).
Tabel 1. Karakteristik Responden
NO KARAKTERISTIK
RESPONDEN KETERANGAN JUMLAH
PERSENTASE (%)
1 Jenis Kelamin Laki-laki 98 43,75 Perempuan 126 56,25 Jumlah 224 100
2 Umur 17-24 Tahun 70 31,25 25-34 Tahun 63 28,125 35-44 Tahun 56 25 45-54 Tahun 35 15,625 Jumlah 224 100
3 Pendidikan SMA 63 28,125 S1 77 34,375 S2 49 21,875 S3 35 15,625 Jumlah 224 100
4 Pekerjaan Wiraswasta 49 21,875 Pegawai Swasta 56 25 Pelajar/Mahasiswa 91 40,625 PNS 28 12,5 Jumlah 224 100
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan dari jenis kelamin jumlah
responden laki-laki sebanyak 98 orang atau 43,75 persen dan perempuan
sebanyak 126 orang atau 56,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
pengunjung lebih didominasi oleh pihak perempuan. Berdasarkan umur,
jumlah pengunjung terbanyak yaitu yang berumur 17-24 tahun sebanyak 70
orang atau 31,25 persen sedangkan jumlah pengunjung yang paling sedikit
yakni pengunjung yang berumur 45-54 tahun yaitu sebanyak 35 orang atau
15,625 persen.
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 159 IBI-K57
Tabel 2 menunjukkan bahwa semua instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur variabel penelitian (lokasi, merchandise,
pricing, promosi, atmosfer dalam gerai, retail service, serta impulse buying)
memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,30 sehingga keseluruhan indikator
yang digunakan dinyatakan valid. Tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh
instrumen penelitian dikatakan reliabel dimana keseluruhan instrumen
memiliki nilai keseluruhan cronbach’salpha > 0,6.
Tabel 2. Uji Validitas
NO VARIABEL INDIKATOR KOEFISIEN KORELASI KETERANGAN
1 Lokasi X1.1 0,346 Valid
X1.2 0,661 Valid
X1.3 0,870 Valid
X1.4 0,836 Valid
2 Merchandise X2.1 0,747 Valid
X2.2 0,728 Valid X2.3 0,770 Valid
X2.4 0,647 Valid
3 Pricing X3.1 0,736 Valid
X3.2 0,831 Valid
X3.3 0,659 Valid
X3.4 0,807 Valid
4 Promosi X4.1 0,888 Valid
X4.2 0,924 Valid X4.3 0,888 Valid
X4.4 0,924 Valid
5 Atmosfer dalam gerai X5.1 0,823 Valid
X5.2 0,794 Valid
X5.3 0,800 Valid
X5.4 0,735 Valid
6 Retail Service X6.1 0,671 Valid
X6.2 0,768 Valid X6.3 0,648 Valid
X6.4 0,740 Valid
7 Impulse Buying Y1 0,886 Valid
Y2 0,896 Valid
Y3 0,886 Valid
Y4 0,896 Valid Sumber: Data diolah, 2019
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 160 IBI-K57
Tabel 3. Uji Reliabilitas
VARIABEL CRONBACH’S ALPHA KETERANGAN
lokasi 0,646 Reliabel Merchandise 0,677 Reliabel Pricing 0,757 Reliabel Promosi 0,926 Reliabel Atmosfer dalam gerai 0,793 Reliabel Retail Service 0,618 Reliabel Impulse Buying 0,913 Reliabel
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 4. Uji Normalitas
UNSTANDARDIZED RESIDUAL
N 224
Normal Parametersa,b Mean 0,0987864 Std. Deviation 2,16848726 Most Extreme Absolute 0,072 Differences Positive 0,043 Negative -0,072 Kolmogorov-Smirnov Z 1,081 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,193
Sumber: Data diolah, 2019
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari
model regresi yang dibuat terdistribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah model yang memiliki distribusi residual yang normal atau
mendekati normal. Uji yang dapat digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Data dikatakan terdistribusi normal jika taraf signifikansi di
atas 0,05. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,193 > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi secara normal.
Tabel 5. Uji Multikolinearitas
NO VARIABEL NILAI TOLERANCE NILAI VIF
1 Lokasi 0,305 3,283 2 Merchandise 0,307 3,257 3 Pricing 0,215 4,641 4 Promosi 0,264 3,786 5 Atmosfer dalam gerai 0,249 4,021 6 Retail Service 0,546 1,831
Sumber: Data diolah, 2019
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 161 IBI-K57
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai
tolerance variabel bebas > 0,1 dan nilai VIF variabel bebas < 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa data penelitian terbebas dari multikolinearitas.
Tabel 6. Uji Heterokedastisitas
NO VARIABEL SIG. KETERANGAN
1 Lokasi 0,059 Bebas Heteroskedastisitas 2 Merchandise 0,743 Bebas Heteroskedastisitas 3 Pricing 0,589 Bebas Heteroskedastisitas 4 Promosi 0,070 Bebas Heteroskedastisitas 5 Atmosfer dalam gerai 0,790 Bebas Heteroskedastisitas 6 Retail Service 0,764 Bebas Heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi tiap variabel bebas >
0,05 sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas dari
heteroskedastisitas.
Tabel 7. Uji Regresi Linier Berganda
NAMA VARIABEL Koefisien
Regresi
Std. coeff. Beta
thitung Sig.
Lokasi 0,187 0,162 2,403 0,017 Merchandise 0,140 0,167 2,483 0,014 Pricing 0,178 0,181 2,252 0,025 Promosi 0,131 0,146 2,018 0,045 Atmosfer dalam gerai 0,158 0,153 2,047 0,042 Retail Service 0,144 0,173 3,438 0,001 Konstanta 1,481
Adjusted R square 0,691
FHitung 84,061
F Sig 0,000
Regresi Linear Berganda
Y= 1,481 + 0,187 (X1) + 0,140 (X2) + 0,178 (X3) + 0,131 (X4) + 0,158 (X5) + 0,144 (X6) + ε
Sumber: Data diolah, 2019
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 162 IBI-K57
V. KESIMPULAN
1) Konsumen sering kali melakukan pembelian yang melebihi dari
rencana pembelian sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat sering melakukan pembelian tidak terencana. Kenaikan
dalam pendapatan disposable konsumen dan ketersediaan layanan
kredit akan membuat pembelian yang tidak direncanakan menjadi
perilaku umum bagi konsumen. Pembelian tidak terencana tersebut
juga dapat disebut dengan impulse buying.
2) Konsumen adalah titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa
yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen adalah hal yang sangat
penting karena akan menuntun pemasaran pada kebijakan yang tepat
dan efisien.
3) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen pusat
perbelanjaan Hypermarket, survei pada Carrefour Transmart yang
berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
4) Hasil uji multikolinearitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai
tolerance variabel bebas > 0,1 dan nilai VIF variabel bebas < 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa data penelitian terbebas dari
multikolinearitas.
DAFTAR PUSTAKA
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190107/12/876089/2019-bisnis-ritel-modern-ditarget-tumbuh-10
Barry Berman, Joel R.Evans, (2001). Retail Management eight edition, Penerbit Intermedia (terjemahan), Jakarta.
Berman dan Evans, 2010. “Retail Management”. 12th Edition. Jakarta; Pearson.
Berman, Barry, & Jr. Evans. (2007). Retail Management. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education.
Creswell W. John. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dhotre, Meenal (2010). Channel Management and Retail Marketing. Mumbai India: Globak Media
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105
Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019
Obing Zaid Sobir
LPPM 163 IBI-K57
Djaslim, Saladin. 2012. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian. Edisi Ketiga. Bandung: CV. Linda Karya
Gilbert, David, (2003), Retail Marketing Management,Second Edition, Prentice Hall
Kerlinger. Fred N. 2004. “Asas-asas Penelitian Behavioral”. Yogyakarta: Universitas Gadjahmada,
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management. Edisi Milenium, Prentice Hall Intl, Inc New Jersey.
Levy, Michael & Weitz, Barton A., (2012). Retailing Management. New York, Amerika: Mc Graw –Hill/Irwin.
Prentice Hall Kotler dan Keller (2012) Manajemen Pemasaran Edisi 12: Jakarta Erlangga
Schiffman, Leon, Kanuk, Leslie Lazar and Wisenblit, Joseph. (2013). Consumer Behavior, 10 Edition, Prentice Hall, Singapore.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta