PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN, KOMPETENSI KARYAWAN … · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN, KOMPETENSI...
Transcript of PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN, KOMPETENSI KARYAWAN … · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN, KOMPETENSI...
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
48
PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN, KOMPETENSI KARYAWAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN
DI GUDANG PT. MITRA PINASTHIKA MULIA SIDOARJO
Tri Seno Anjanarko * dan Anis Kurlilah **
* Dosen FE Unsuri Surabaya dan ** Alumni FE Unsuri Surabaya
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of staffing status, employee competence and organizational culture simultaneously or
partially on employee performance in PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. As well as to find out which variables among staffing status,
employee competency and organizational culture have a dominant influence on employee performance in PT. Mitra Pinasthika Mulia
Sidoarjo. This research was conducted at PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. The
design of this research procedure uses a quantitative approach with
quantitative data types and primary and secondary data sources. The sampling technique used in this study is total sampling. The
measurement research instrument uses a Likert scale. The data analysis method used is validity test, reliability test, multiple linear regression
analysis, coefficient of determination, hypothesis testing using t-test and f-test using SPSS 20 assistance.
From the results of the analysis of the research conducted by the author,
it can be concluded partially that the employment status, employee competency and organizational culture variables have a significant effect
on employee performance in PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. It is also known that the employee competency variable is the variable that
has the dominant influence on employee performance in PT. Pinasthika Mulia Sidoarjo partner is proven by the calculated value of employee
competency value of 4.906 which is the largest t-count compared to the value of the variable employee status and organizational culture.
Keywords: Staffing Status, Employee Competence, Organizational Culture and Employee Performance
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan, baik perusahaan
yang bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, maupun jasa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Satu hal
penting yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas di dalam perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya bergantung pada
keunggulan teknologi, dana operasional yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada aspek sumber
daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini merupakan elemen yang
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
49
harus diperhatikan oleh perusahaan, terutama bila mengingat adanya
era perdagangan bebas, dimana iklim kompetisi yang dihadapi akan sangat berbeda. Hal ini memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja
lebih efesien, efektif dan produktif. Tingkat kompetisi yang tinggi akan memacu setiap perusahaan untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup dengan memberikan perhatian pada aspek sumber daya manusia.
Melihat demikian penting peran dari sumber daya manusia, maka sebuah organisasi perlu melakukan penataan dan pengelolaan terhadap
para pegawai yang ada. Pengelolaan tersebut dimulai dari pencarian
atau rekrutmen pegawai, hingga pegawai memasuki sebuah organisasi kemudian menjadi bagian dari organisasi tersebut sampai pelaksanaan
pemutusan hubungan kerja. Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja
karyawan. Menurut Harsuko Riniwati (2011 : 50), kinerja merupakan sejauh mana seseorang telah memainkan bagian dalam melaksanakan
strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran khusus yang
berhubungan dengan peran perorangan atau dengan memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi. Karyawan
merupakan sumber daya yang dianggap penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreatifitas yang sangat dibutuhkan
oleh organisasi untuk mencapai tujuan. Karyawan merupakan kunci penentu keberhasilan perusahaan karena mempunyai peran yang
strategis di dalam organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana dan pengendali aktivitas sosial. Untuk itu, setiap karyawan selain dituntut
untuk memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, juga harus
mempunyai pengalaman, motivasi, disiplin diri dan semangat kerja tinggi, karena jika kinerja karyawan perusahaan baik maka kinerja
perusahaan juga akan meningkat yang menuju pada pencapaian tujuan perusahaan.
Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kemajuan perusahaan. Semakin tinggi atau semakin
baik kinerja karyawan maka tujuan perusahaan akan semakin mudah dicapai, begitu pula sebaliknya yang terjadi apabila kinerja karyawan
rendah atau tidak baik maka tujuan itu akan sulit dicapai dan juga hasil
yang diterima tidak akan sesuai keinginan perusahaan. Dukungan dari perusahaan berupa pengarahan dari seorang pemimpin, motivasi yang
diberikan sebagai penyemangat pegawai, tata tertib yang diterapkan, suasana kerja yang nyaman dan dukungan sumber daya seperti
memberikan peralatan yang memadai sebagai sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai sangat diperlukan
untuk menunjang kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan
akan membawa kemajuan bagi perusahaan untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan lingkungan bisnis yang tidak stabil. Oleh karena itu,
upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan merupakan tantangan manjemen yang paling serius karena keberhasilan untuk
mencapai tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan.
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
50
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan
adalah status kepegawaian. Perbedaan situasi dan kondisi pada karyawan tetap dan outsourcing dapat menyebabkan individu memiliki
motivasi yang berbeda dalam melakukan pekerjaan di suatu perusahaan. Penggunaan karyawan outsourcing di perusahaan
merupakan salah satu strategi untuk penghematan biaya dan mempermudah perusahaan dalam menjalankan operasional
perusahaan, karena perusahaan dapat melimpahkan sebagian pekerjaan
kepada perusahaan lain. Namun penggunaan karyawan outsourcing masih menjadi perdebatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
banyak yang merasa bahwa penggunaan outsourcing menyengsarakan hak karyawan. Menjadi karyawan outsourcing menimbulkan beban
tersendiri karena muncul rasa tidak aman di dalam diri seseorang.
Menurut Marsha dan Eddy dalam I Gusti Ngurah Widnyana (2015:3), sistem PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) menyebabkan seseorang
memiliki masa kerja yang terbatas dan kepastian pekerjaan hanya berdasarkan pada perpanjangan atau pemberhentian kontrak. Sesuai
dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 59 dinyatakan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat
dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, sedangkan
yang dimaksud pekerjaan yang bersifat tetap dalam ayat ini adalah
pekerjaan yang bersifat terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam
suatu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Menurut Avisina dalam I Gusti Ngurah Widnyana, (2015:8),
karyawan outsourcing dalam setiap pelaksanaan tugas harus selalu berhati-hati karena risiko diberhentikan lebih besar dibandingkan
karyawan tetap jika melakukan kesalahan. Karyawan dengan status
outsourcing secara yuridis mempunyai kedudukan yang lemah di dalam suatu perusahaan. Apabila seseorang dengan status karyawan
outsourcing melakukan kesalahan, hubungan kerja dengan suatu instansi dapat dengan mudah diputuskan tanpa syarat. Berbeda dengan
karyawan tetap, karyawan tetap dapat bekerja dengan berbagai tunjangan tanpa mempunyai beban untuk diberhentikan, karena
pemberhentian karyawan tetap memerlukan proses dan berbagai
pertimbangan Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap kinerja seorang
karyawan yaitu kompetensi. Menurut Wibowo (2013:266), kompetensi adalah tingkat ketrampilan, pengetahuan dan tingkah laku yang dimiliki
seorang individu dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dalam organisasi. Sedangkan menurut Mc Clelland yang
dikutip oleh Moeheriono (2012:6) menyatakan bahwa kompetensi adalah
sebagai karakteristik dasar personal yang menjadi faktor penentu sukses tidaknya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau pada
suatu situasi tertentu. Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan
kinerja yang memuaskan, termasuk diantaranya kemampuan seseorang untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
51
yang dimiliki dalam situasi baru. Kompetensi juga menunjukkan
karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan karyawan untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan. Dengan
adanya kompetensi yang memadai diharapkan setiap individu dalam organisasi dapat memberikan hasil terbaik dalam melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Faktor lain yang dapat menentukan kinerja karyawan adalah
budaya organisasi yang dianut oleh seluruh anggota organisasi dan
dijadikan ruh bagi setiap aktivitas yang dilakukan. Menurut Miller dalam Subeki dan Jauhar (2015:103), budaya organisasi merupakan kumpulan
nilai yang dianut dalam perusahaan dan mendasari bagaimana mengelola dan mengorganisasi perusahaan tersebut. Budaya organisasi
dibangun untuk mengatasi tantangan di masa yang lalu. Berbagai kebijakan, prosedur, filosofi perusahaan, kebiasaan dan lain-lain
merupakan respon terhadap situasi dan tantangan di masa yang lalu.
Ketika kondisi berubah lebih cepat daripada kecepatan penyesuaian budaya, kesuksesan organisasi dan bahkan kelangsungan hidup
perusahaan mungkin berada dalam bahaya. Menurut Robbins (2010:64), kekuatan budaya organisasi akan
menghasilkan kinerja perusahaan yang baik, karena anggapan bahwa budaya yang kuat adalah budaya yang menanamkan nilai-nilai utama
secara kokoh dan diterima luas di kalangan para karyawan. Semakin tinggi tingkat penerimaan para karyawan terhadap nilai-nilai pokok
organisasi maka semakin besar komitmen karyawan pada nilai-nilai
tersebut dan semakin kuat budaya organisasi. Hal ini diartikan jika nilai pokok organisasi dapat dipahami secara jelas dan diterima secara luas
oleh karyawan, maka para karyawan tersebut akan mengetahui apa yang harus dikerjakan, sehingga karyawan selalu bertindak dengan
cepat untuk mengatasi berbagai pemasalahan yang ada, dan jika sebuah organisasi memiliki budaya yang kuat maka para karyawan akan
memberikan kesetiaan yang besar dibandingkan para karyawan dalam organisasi yang memiliki budaya lemah. Kesetiaan inilah yang akan
menjadikan komitmen para karyawan untuk tetap berada pada
organisasi dan bekerja serta mengabdikan diri untuk organisasi. Budaya organisasi merupakan norma, nilai-nilai, asumsi,
kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi dan sebagainya (isi budaya organisasi) yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri,
pemimpin dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi
sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku anggota
organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen dan mencapai tujuan organisasi.
Tanpa adanya budaya organisasi, seorang karyawan cenderung merasa segan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik apapun
status karyawan tersebut dalam organisasi, karena tidak ada kejelasan kesepakatan komitmen dengan tegas. Budaya organisasi sebagai
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
52
pendorong prestasi kerja karyawan merupakan faktor penting agar dapat
menajalankan tugas secara optimal sehingga kinerja karyawan tinggi. Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang berfungsi
untuk membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini berarti budaya
organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Robbins
(2010:67), mengatakan budaya organisasi lebih mengacu pada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota dan yang
membedakan antara satu organisasi dengan organisasi lain. Dengan
demikian jelaslah peran dan penting setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang baik dan khas yang mampu mencirikan secara
keseluruhan organisasi seutuhnya. PT. Mitra Pinasthika Mulia merupakan distributor penyedia
pelayanan purna jual dan suku cadang sepeda motor Honda untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
memfokuskan pada karyawan gudang part centre MPM Motor yang
berlokasi di Sedati, Sidoarjo karena disinilah pusat kegiatan pendistribusian suku cadang motor Honda untuk wilayah Jawa Timur
dan NTT dilakukan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah diharapkan oleh
perusahaan tersebut. Semakin banyak karyawan yang mempunyai kinerja tinggi, maka produktivitas perusahaan secara keseluruhan akan
meningkat sehingga perusahaan dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen dan dapat bertahan dalam persaingan global. Karyawan
dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab secara
efektif dan efisien. Keberhasilan kinerja karyawan diukur melalui kepuasan konsumen, berkurangnya komplain dan tercapai target yang
optimal.
TINJAUAN PUSTAKA Status Kepegawaian
Status kepegawaian dapat diartikan dimana status merupakan keadaan atau kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam
hubungan di sekelilingnya, sedangkan kepegawaian adalah yang berhubungan dengan pegawai. Sehingga status kepegawaian dapat
diartikan sebagai kedudukan orang yang bekerja pada suatu
perusahaan atau pemerintahan (Sholihah dalam I Gusti Ngurah Widnyana, 2015:14).
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, secara hukum dikenal 2 (dua) jenis pekerja, yaitu pekerja tetap atau PKWTT (Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu) dan pekerja kontrak atau PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Penentuan pekerja atau pegawai tetap dan tidak tetap
oleh pemberi kerja (perusahaan) menentukan hak, kewajiban dan
fasilitas yang akan diterima pegawai. Masing-masing lembaga mempunyai cara tersendiri yang berbeda dalam mendefinisikan
pengertian pegawai, diantaranya ketentuan Undang-Undang No. 13
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
53
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 di dalamnya diberikan
batasan tentang pengertian ketenagakerjaan sebagai berikut : 1) Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa untuk kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
3) Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dalam
bentuk lain.
4) Pemberi kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Pasal 56 yang menyatakan : 1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak
tertentu.
2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) didasarkan atas jangka waktu, atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu. Penggunaan istilah pegawai, pekerja, maupun karyawan pada
hakikatnya secara yuridis tidak memiliki perbedaan dalam kaitannya di perusahaan.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian merupakan hubungan kerja seseorang yang bekerja pada
suatu perusahaan yang diwujudkan dengan adanya perjanjian kerja
antara perusahaan dengan pekerja.
Kompetensi Menurut Darsono dan Dewi (2016:114), kompetensi dapat
diartikan kemampuan merealisasikan bakat, pengetahuan, dan kreativitas dalam suatu pekerjaan tertentu yang dilandasi oleh sikap
yang positif terhadap pekerjaan. Sikap positif merupakan landasan dalam pekerjaan, karena sikap merupakan langkah awal dalam
melaksanakan pekerjaan. Jika seseorang memiliki sikap negatif
terhadap pekerjaan yang akan dilakukan, maka tidak akan bisa berkinerja baik walaupun memiliki kompetensi tinggi.
Menurut Moeheriono (2012:6) kompetensi adalah dimensi tindakan dari tugas, dimana tindakan tersebut dipakai oleh karyawan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan memuaskan dan apa yang diberikan karyawan dalam bentuk yang berbeda-beda dengan tingkatan
kinerja.
Sedangkan menurut Wibowo (2016:271) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Spencer dan Spencer dalam Wibowo (2016:272) menyatakan bahwa kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
54
mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, menyatakan situasi,
dan mendukung untuk periode waktu cukup lama. Kompetensi merupakan dimensi perilaku yang berada di belakang
kinerja kompeten. Sumber daya manusia yang kompeten adalah sumber utama keunggulan organisasi dalam menjalankan aktivitas penyediaan
barang dan jasa yang berkualitas tinggi dan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan (Marwansyah, 2016:34). Sering
dinamakan kompetensi perilaku karena dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang berperilaku ketika menjalankan
peran dengan baik.
Dari beberapa definisi kompetensi diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan menjalankan tugas atau
pekerjaan dengan dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung oleh sikap positif yang menjadi karakteristik individu.
Budaya Organisasi
Budaya merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis
diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok
dengan lingkungan. Organisasi didefinisikan sebagai sekelompok orang yang terikat secara formal dalam hubungan atasan dan bawahan yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama (Kast dan James dalam Ismail Nawawi, 2013:3). Adapun penerapan budaya di dalam organisasi
menjadi budaya organisasi. Budaya organisasi memberikan ketegasan dan mencerminkan spesifikasi suatu organisasi sehingga berbeda
dengan organisasi lain. Budaya organisasi melingkupi seluruh pola
perilaku anggota organisasi dan menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup internal maupun ketika
berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Robert P. Vecchio yang dikutip oleh Wibowo (2013:17)
memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai dan norma-norma bersama yang terdapat dalam suatu organisasi dan mengajarkan
pada pekerja yang datang. Definisi ini menganjurkan bahwa budaya organisasi menyangkut keyakinan dan perasaan bersama, keteraturan
dalam perilaku dan proses historis untuk meneruskan nilai-nilai dan
norma-norma. Menurut Daniel R. Denison dalam Asri Laksmi Riani (2011:7),
budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek-praktek
manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsip-prinsip tersebut.
Menurut Wibowo (2013:19) budaya organisasi adalah filosofi dasar
organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara
melakukan sesuatu dalam organisasi. Keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi pegangan semua sumber daya manusia
dalam organisasi dalam melaksanakan kinerja. Kemudian menurut Edgar H. Schein dalam Ismail Nawawi
(2013:5), budaya organisasi merupakan pola asumsi dasar yang
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
55
diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu
sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik, oleh karena
itu diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan
masalah tersebut. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
budaya organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi dan menjadi panutan dalam suatu organisasi, serta
sebagai pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lain.
Kinerja
Menurut Wilson Bangun (2012:231), kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan
pekerjaan (job requirement). Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut
sebagai standar pekerjaan. Standar kerja adalah tingkat yang
diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat terselesaikan, dan merupakan pembanding atas tujuan atau target yang ingin dicapai.
Seorang karyawan dikatakan berhasil melaksanakan pekerjaan atau memiliki kinerja baik, apabila hasil kerja yang diperoleh lebih tinggi dari
standar kinerja. Untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan penilaian kinerja setiap karyawan dalam perusahaan. Penilaian kinerja adalah
proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi atau menilai
keberhasilan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Penilaian dapat dilakukan dengan membandingkan hasil kerja yang dicapai
karyawan dengan standar pekerjaan. Bila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebihi standar pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang
karyawan termasuk pada kategori baik. Demikian sebaliknya, seorang karyawan yang hasil pekerjaan tidak mencapai standar pekerjaan
termasuk pada kinerja yang tidak baik atau rendah. Kinerja adalah pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawab sehingga dapat
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan (Lijan Poltak Sinambela, 2012:5). Sedangkan menurut Torang (2013:74) kinerja adalah kuantitas
atau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok orang di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang
berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau berlaku dalam organisasi. Pendapat
lain mengatakan kinerja sebagai prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerja sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepada seorang karyawan. (Mangkunegara, 2012:9).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok
dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam periode waktu tertentu untuk mencapai tujuan organisasi.
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
56
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016:23), metode kuantitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data kuantitatif adalah
data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring).
Pada pendekatan kuantitatif ini, data yang digunakan harus
terukur dan simpulan dapat digeneralisasikan, dimana pendekatan ini dimulai dengan hipotesis dan mencari teori-teori untuk mendukung
penelitian, dilanjutkan dengan membuat model analisis, identifikasi variabel, definisi variabel, mengumpulkan data-data (primer dan
sekunder) dan melakukan analisis terhadap hasil penelitian.
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2016:61) populasi adalah wilayah generalisasi atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan di
gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo yang berjumlah 55 orang pada saat penelitian dilakukan.
Menurut Sugiyono (2016:62) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling total merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono, 2016 : 67). Dalam penelitian ini digunakan teknik
sampling total dengan responden sebanyak 55 orang.
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, penulis akan menggunakan kuesioner untuk menjawab hipotesis yang diajukan serta mempertimbangkan data
yang diperoleh. Data yang terkumpul perlu diuji kebenarannya melalui pengolahan data dan dianalisa untuk selanjutnya diinterprestasikan.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data akan dilakukan dengan alat bantu komputer yaitu SPSS 20 for windows,
model persamaannya yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana :
Y = Kinerja karyawan a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi X1 = Variabel status kepegawaian
X2 = Variabel kompetensi karyawan
X3 = Variabel budaya organisasi e = Error / faktor pengganggu
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
57
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah. Uji validitas ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 20 for windows.
Metode pengambilan keputusan uji validitas pada penelitian ini menggunakan batasan r tabel dengan signifikansi 5% atau 0,05.
Pengambilan keputusan dalam uji validitas ini dilakukan dengan melihat:
Jika rhitung> rtabel, maka item pernyataan tersebut valid. Jika rhitung< rtabel, maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Dimana nilai r tabel dengan jumlah responden 55 orang dapat
diketahui pada tabel r (lampiran 7) adalah sebesar0,2656 (df = n-2). Langkah dalam melakukan uji validitas adalah mengkorelasikan
antara penilaian yang diperoleh pada masing-masing butir pernyataan dan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua nilai pernyataan. Hasil
korelasi tersebut kemudian dibandingkan dengan r tabel, jika nilai korelasi lebih besar dari r tabel maka item pernyataan yang diajukan
kepada responden tersebut valid. Adapun hasil uji validitas instrumen dapat dijabarkan dalam tabel 1.
Tabel 1.Hasil Uji Validitas
No. Item r hitung r tabel Keterangan
1 X1.1 0,977 0,2656 Valid
2 X1.2 0,98 0,2656 Valid
3 X2.1 0,779 0,2656 Valid
4 X2.2 0,749 0,2656 Valid
5 X2.3 0,822 0,2656 Valid
6 X2.4 0,837 0,2656 Valid
7 X2.5 0,877 0,2656 Valid
8 X3.1 0,822 0,2656 Valid
9 X3.2 0,866 0,2656 Valid
10 X3.3 0,825 0,2656 Valid
11 X3.4 0,846 0,2656 Valid
12 X3.5 0,862 0,2656 Valid
13 X3.6 0,882 0,2656 Valid
14 Y1.1 0,842 0,2656 Valid
15 Y1.2 0,873 0,2656 Valid
16 Y1.3 0,861 0,2656 Valid
17 Y1.4 0,856 0,2656 Valid
18 Y1.5 0,83 0,2656 Valid
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Uji validitas terhadap masing-masing butir pernyataan menunjukkan bahwa semua pernyataan yang diajukan memiliki nilai
korelasi lebih besar dari r tabel sebesar 0,2656 sehingga butir pernyataan tersebut valid.
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
58
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara melihat nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dari hasil pengukuran koefisien reliabilitasnya.
Apabila nilai Cronbach Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 makareliabel. Apabila nilai Cronbach Alpha lebih kecil dari taraf
signifikansi 60% atau 0,6 maka tidak reliabel. Adapun hasil uji
reliabilitas instrumen dapat dijabarkan dalam tabel 2. Tabel 2.
Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Nilai Cronbach
Alpha Taraf
Sig.
Keterangan
Status Kepegawaian( X1) 0,955 0,6 Reliabel
Kompetensi (X2) 0,870 0,6 Reliabel
Budaya Organisasi (X3) 0,913 0,6 Reliabel
Kinerja (Y) 0,905 0,6 Reliabel
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa uji reliabilitas pada
masing-masing variabel menunjukkan nilai Cronbach Alpha yang diperoleh lebih besar dari 0,6 sehingga jawaban yang diberikan
responden dapat dipercaya atau reliabel.
Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda
menyatakan ukuran dan pengaruh masing-masing variabel bebas yang
terdiri dari status kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) serta variabel kinerja karyawan (Y). Yang mana
pada langkah awal ditentukan sebuah persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana :
Y = Kinerja karyawan a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Variabel status kepegawaian X2 = Variabel kompetensi
X3 = Variabel budaya organisasi e = Error / faktor pengganggu
Untuk mempermudah perhitungan analisis regresinya, maka dipergunakan alat bantu komputer dengan program SPSS 20 for windows. Dimana data yang dimasukkan dalam program adalah sesuai
dengan tabel pada lampiran 2. Berdasarkan hasil perhitungan dari program SPSS 20 for windows, diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
59
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,313 ,449 ,697 ,489
Status Kepegawaian ,161 ,073 ,219 2,199 ,032
Kompetensi ,510 ,104 ,497 4,906 ,000
Budaya Organisasi ,299 ,092 ,300 3,264 ,002
a. Dependent Variable: Kinerja
Dari hasil perhitungan SPSS pada tabel diatas maka dapat
diperoleh satu hasil persamaan sebagai berikut :
Y = 0,313 + 0,161X1 + 0,510X2 + 0,299X3 + e
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa : 1. Konstanta sebesar 0,313 bertanda positif, menunjukkan bahwa jika
nilai X1, X2, dan X3 sama dengan nol, maka Y sebesar konstanta, dapat diartikan jika status kepegawaian, kompetensi dan budaya
organisasi nihil atau minimal, maka kinerja karyawan sebesar konstanta yaitu 0,313.
2. Nilai koefisien regresi status kepegawaian (X1) sebesar 0,161 menunjukkan bahwa ada pengaruh positif status kepegawaian
terhadap kinerja karyawan, dalam artian jika status kepegawaian
ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat. Jika skor status kepegawaian naik 1 (satu) satuan, maka skor kinerja
karyawan akan naik sebesar 0,161 satuan. 3. Nilai koefisien regresi kompetensi (X2) sebesar 0,510 menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif kompetensi terhadap kinerja karyawan, dalam artian jika kompetensi ditingkatkan maka kinerja karyawan
akan meningkat. Jika skor kompetensi naik 1 (satu) satuan, maka skor kinerja karyawan akan naik sebesar 0,510 satuan.
4. Nilai koefisien regresi budaya organisasi (X3) sebesar 0,299
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, dalam artian jika budaya organisasi
ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat. Jika skor budaya organisasi naik 1 (satu) satuan, maka skor kinerja karyawan
akan naik sebesar 0,299 satuan.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen (variabel bebas) menjelaskan
perubahan variabel dependen (variabel terikat). Dalam penelitian ini menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel status kepegawaian,
kompetensi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Hasil perhitungan menggunakan SPSS 20 for windows sebagai berikut :
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
60
Tabel 4.
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,789. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan variabel status kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya
organisasi (X3) dengan variabel kinerja karyawan (Y) adalah kuat, karena nilai 0,789 sudah mendekati 1 (Soegiyono, 2016:231).
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,622 atau 62,2% yang
berarti bahwa kontribusi status kepegawaian, kompetensi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 62,2% di gudang PT. Mitra
Pinasthika Mulia Sidoarjo. Sedangkan sisanya sebesar 0,378 atau 37,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian
ini.
Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Tabel 5.
Hasil Uji F (Uji Simultan)
S
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara
simultan atau bersama-sama dari status kepegawaian, kompetensi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dilakukan pengujian :
1) Dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel Ho diterima dan Hi ditolak, jika Fhitung< Ftabel
Ho ditolak dan Hi diterima, jika Fhitung> Ftabel
2) Pengambilan Keputusan
Dengan menggunakan α = 5%, df1 (k-1) dan df2 (n-k), dimana n
adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel, sehingga diperoleh :
Df1 =4 – 1 = 3 Df 2 = 55 – 4 = 51
Berdasarkan hasil perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel, Fhitung
sebesar 27,983> Ftabel sebesar 2,786 .
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,789a ,622 ,600 ,36713 1,849
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Status Kepegawaian, Kompetensi b. Dependent Variable: Kinerja
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 11,315 3 3,772 27,983 ,000b
Residual 6,874 51 ,135
Total 18,189 54 a. Dependent Variable: Kinerja b. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Status Kepegawaian, Kompetensi
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
61
2,786 27,983
Sumber : Data primer diolah penulis
Gambar 1
Kurva Distribusi Uji F
Karena Fhitungterletak pada daerah H0 ditolak dan Hi diterima, maka dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian, kompetensi dan
budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo.
3) Kriteria Penerimaan Dari hasil pengujian hipotesis diatas menunjukkan bahwa hipotesis
pertama yang diajukan yaitu diduga variabel status kepegawaian
(X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) di
gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo telah terbukti atau dapat diterima, yang dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar0,000
atau lebih kecil dari 0,05.
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Tabel 6.
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,313 ,449 ,697 ,489
Status Kepegawaian ,161 ,073 ,219 2,199 ,032
Kompetensi ,510 ,104 ,497 4,906 ,000
Budaya Organisasi ,299 ,092 ,300 3,264 ,002
a. Dependent Variable: Kinerja
Daerah penolakan Hi /
Penerimaan H0
Daerah penolakanH0 /
Penerimaan Hi
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
62
Untuk pengujian secara parsial sebagaimana tabel 4.11 dimana
diperoleh hasil perhitungan t hitung. Hasil tersebut diuji sebagai berikut: 1) Status Kepegawaian (X1)
1. Dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel Ho diterima dan Hi ditolak jika nilai thitung< ttabel
Ho ditolak dan Hi diterima jika nilai thitung > ttabel
2. thitung dari tabel output menunjukkan thitung 2,199
3. ttabel dengan tingkat signifikansi 5% df (derajat kebebasan) = n-2 atau 55-2 = 53. Dimana uji dilakukan dua sisi. Berdasarkan
lampiran 9, untuk tabel dua sisi diperoleh angka sebesar 2,006.
Oleh karena itu thitungsebesar 2,199> ttabelsebesar 2,006 maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Keputusan penerimaan : Diketahui pada tabel 4.11 nilai signifikansi untuk variabel status
kepegawaian adalah 0,032 atau dibawah nilai α sebesar 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima dan koefisien regresi signifikan.
Gambar 2
Kurva Distribusi t Variabel Status Kepegawaian
-2,006 2,006 2,199
Daerah Penerimaan
Ho
Daerah Penolakan
Ho
Daerah Penolakan
Ho
Sumber : Data primer diolah penulis
Dari hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang
diajukan yaitu diduga variabel status kepegawaian (X1), kompetensi
karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra
Pinasthika Mulia Sidoarjo telah terbukti atau dapat diterima, yang dibuktikan dengan nilai signifikansi dari variabel status kepegawaian
lebih kecil atau dibawah nilai α sebesar 0,05. 2) Kompetensi Karyawan (X2)
1. thitung dari tabel output menunjukkan thitung 4,906 2. ttabel dengan tingkat signifikansi 5% df (derajat kebebasan) = n-2
atau 55-2 = 53. Dimana uji dilakukan dua sisi. Berdasarkan
lampiran 9, untuk tabel dua sisi diperoleh angka sebesar 2,006. Oleh karena itu thitungsebesar 4,906> ttabelsebesar 2,006 maka Ho
ditolak dan Hi diterima. Keputusan penerimaan : Diketahui pada tabel 4.11 nilai signifikansi untuk variabel kompetensi
adalah 0,000 atau dibawah nilai α sebesar 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima dan koefisien regresi signifikan.
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
63
-2,006 2,006 3,264
Gambar 3
Kurva Distribusi t Variabel Kompetensi Karyawan
-2,006 2,006 4,906
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan
Ho Daerah Penolakan
Ho
Sumber : Data primer diolah penulis
Dari hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang diajukan yaitu diduga variabel status kepegawaian (X1), kompetensi
karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo telah terbukti atau dapat diterima, yang
dibuktikan dengan nilai signifikansi dari variabel kompetensi lebih kecil atau dibawah nilai α sebesar 0,05.
3) Budaya Organisasi (X3)
1. thitung dari tabel output menunjukkan thitung 3,264
2. ttabel dengan tingkat signifikansi 5% df (derajat kebebasan) = n-2 atau 55-2 = 53. Dimana uji dilakukan dua sisi. Berdasarkan
lampiran 9, untuk tabel dua sisi diperoleh angka sebesar 2,006. Oleh karena itu thitungsebesar 3,264> ttabelsebesar 2,006 maka Ho
ditolak dan Hi diterima. Keputusan penerimaan : Diketahui pada tabel 4.11 nilai signifikansi untuk variabel budaya
organisasi adalah 0,002 atau dibawah nilai α sebesar 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima dan koefisien regresi signifikan.
Gambar 4.
Kurva Distribusi t Variabel Budaya Organisasi
Daerah Penerimaan
Ho
Sumber : Data primer diolah penulis
Daerah Penolakan
Ho Daerah Penolakan
Ho
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
64
Dari hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa hipotesis kedua
yang diajukan yaitu diduga variabel status kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo telah terbukti atau dapat diterima, yang dibuktikan
dengan nilai signifikansi dari variabel budaya organisasi lebih kecil atau dibawah nilai α sebesar 0,05.
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Variabel yang Dominan
Uji hipotesis ketiga ini yaitu diduga variabel kompetensi karyawan
(X2) berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. Dasar acuan untuk menentukan
variavel kompetensi karyawan (X2) berpengaruh dominan dengan melihat nilai thitung terbesar daripada variabel bebas yang lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 20 for windows pada tabel 4.11 hasil uji t (uji parsial) diatas diketahui bahwa
variabel kompetensi karyawan (X2) memiliki nilai thitungterbesar yaitu
4,906 dibandingkan dengan variabel budaya organisasi (X3) sebesar 3,264 dan variabel status kepegawaian (X1) sebesar2,199. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi (X2) berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia
Sidoarjo. Dari hasil uji hipotesis diatas, maka hipotesis ketiga yaitu diduga
variabel kompetensi karyawan (X2) berpengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo telah terbukti dan dapat diterima.
Pembahasan
Dalam penelitian yang telah dilakukan pada karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo diperoleh persamaan linier berganda :
Y = 0,313 + 0,161X1 + 0,510X2 + 0,299X3 + e Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh positif variabel-variabel bebas (X) yaitu status kepegawaian,
kompetensi dan budaya organisasi terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja karyawan. Selain itu, hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat juga ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,789. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan variabel status
kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) dengan variabel kinerja karyawan (Y) adalah kuat, karena nilai 0,789
sudah mendekati 1 (Soegiyono, 2016:231). Nilai R square sebesar 0,622
yang artinya pengaruh variabel status kepegawaian, kompetensi karyawan dan budaya organisasi sebesar 62,2% terhadap kinerja
karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo, sedangkan sisanya sebesar 0,378 atau 37,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan nilai Fhitungdari hasil perhitungan sebesar
27,983 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,786 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti
menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu status kepegawaian,
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
65
kompetensi dan budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. Pengujian variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
dilakukan dengan uji t, menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas yaitu status kepegawaian, kompetensi dan budaya organisasi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo.
Berdasarkan nilai signifikansi, variabel bebas X1, X2 dan X3 berpengaruh pada variabel terikat (Y). Berikut ini akan dibahas satu
persatu:
1. Status Kepegawaian (X1) Secara parsial variabel status kepegawaian berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 2,199
lebih besar dari ttabel sebesar 2,006 dengan tingkat signifikansi 0,032 lebih kecil dari nilai α = 0,05 atau 5%.
2. Kompetensi Karyawan (X2)
Secara parsial variabel kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 4,906 lebih besar dari ttabelsebesar 2,006 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari
nilai α = 0,05 atau 5%. 3. Budaya Organisasi (X3)
Secara parsial variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia
Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 3,264 lebih
besar dari ttabel sebesar 2,006 dengan tingkat signifikansi 0,002 lebih kecil dari nilai α = 0,05 atau 5%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Setelah dilakukan penelitian dan analisa dari hasil penelitian
dengan menggunakan metode regresi linier berganda yang diperoleh persamaan Y = 0,313 + 0,161X1 + 0,510X2 + 0,299X3 + e, maka simpulan
yang dapat diambil adalah :
1. Ada pengaruh bersama-sama (simultan) variabel bebas (X) yang berupa status kepegawaian (X1), kompetensi (X2) dan budaya
organisasi (X3) terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja karyawan pada gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. Dengan demikian
hipotesis pertama yang menyatakan “diduga variabel status kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi
(X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan (Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo” telah terbukti atau dapat diterima, yang dibuktikan dengan nilaiFhitung
sebesar 27,983 > Ftabel sebesar 2,786 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.
2. Berdasarkan hasil perhitungan uji t yang dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel bebas (X) yang berupa status kepegawaian (X1),
kompetensi (X2) dan budaya organisasi (X3) secara parsial
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
66
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja
karyawan pada gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan “diduga variabel status
kepegawaian (X1), kompetensi karyawan (X2) dan budaya organisasi (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
(Y) di gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo” telah terbukti atau dapat diterima, yang dibuktikan dari variabel status
kepegawaian memiliki thitung sebesar 2,199>ttabel sebesar 2,006, variabel kompetensi karyawan memiliki thitung sebesar 4,906 >ttabel
sebesar 2,006 dan variabel budaya organisasi memiliki thitung sebesar
3,264 >ttabel sebesar 2,006dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. 3. Variabel kompetensi (X2) yang dominan dengan melihat nilai thitung
terbesar daripada variabel bebas lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 20 for windows pada tabel 4.11 hasil uji t (uji parsial) dapat diketahui
bahwa variabel kompetensi (X2) memiliki nilai thitung terbesar yaitu 4,906 dibandingkan dengan variabel budaya organisasi (X3) sebesar
3,264dan variabel status kepegawaian (X1) sebesar 2,199. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi (X2) berpengaruh
dominan terhadap kinerja karyawan pada gudang PT. Mitra Pinasthika Mulia Sidoarjo.
Dari hasil uji hipotesis diatas, maka hipotesis ketiga yang menyatakan “diduga variabel kompetensi karyawan (X2) berpengaruh
dominan terhadap kinerja karyawan (Y) di gudang PT. Mitra
Pinasthika Mulia Sidoarjo” telah terbukti dan dapat diterima.
Saran Saran yang perlu dilakukan oleh pihak PT. Mitra Pinasthika Mulia
Sidoarjo adalah sebagai berikut : 1. Dari segi status kepegawaian, diketahui bahwa jumlah karyawan
outsourcing lebih banyak daripada jumlah karyawan tetap.
Sebaiknya pihak manajemen mempertimbangkan kembali untuk menaikkan status kepegawaian menjadi karyawan tetap sehingga
nantinya diharapkan kinerja dari karyawan tersebut dapat meningkat.
2. Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, perusahaan harus dapat memberikan pelatihan untuk semua karyawan tanpa
membedakan status kepegawaiannya dan briefing yang rutin
dilakukan sebelum memulai pekerjaan. Jika perusahaan memberikan pelatihan dan briefing rutin, diharapkan karyawan akan
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai tugas dan tanggungjawabnya sehingga dapat membangkitkan rasa percaya
diri dan meningkatkan kinerjanya dengan baik. 3. Selanjutnya budaya organisasi yang ada dalam gudang PT. Mitra
Pinasthika sudah cukup baik sebagai acuan dalam bekerja. Diharapkan kedepannya, penerapan budaya organisasi lebih
ditingkatkan dan ditegaskan lagi, agar benar-benar dapat
diterapkan dan dipahami oleh karyawan, seperti dengan
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
67
memberikan sanksi berupa denda bagi setiap karyawan yang
melanggar tata tertib yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Amariah, Eva Soleha. 2015. Pengaruh Kompetensi Karyawan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. HM Sampoerna Tbk, Rungkut 2 Surabaya. Skripsi. Universitas Sunan Giri Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieke Cipta.
Azwar, Syaifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :
Erlangga. Budiyanto, Eko. 2013. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Judian, Doni. 2014.Tahukah Anda? Tentang Pekerja Tetap, Kontrak,
Freelance, Outsourcing. Jakarta : Dunia Cerdas.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2012. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT. Refika Aditama.
Marwansyah. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada. Nawawi Uha, Ismail. 2013. Budaya Organisasi Kepemimpinan dan
Kinerja. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Prawironegoro, Darsono, dan Dewi Utari. 2016. Manajemen SDM Abad 21
(Sumber Daya Manusia) Kajian Tentang Sumber Daya Manusia Secara Filsafat, Ekonomi, Sosial, Antropologi, dan Politik. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisa Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
Riani, Asri Laksmi. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ridhotullah, Subeki, dan Jauhar Mohammad. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Riniwati, Harsuko. 2011. Mendongkrak Motivasi dan Kinerja Pendekatan Pemberdayaan SDM. Malang : Tim UB Press.
Robbins, Stephen P. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah.2010. Metodologi Penelitian
Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi. Sinambela, Lijan Poltak. 2012.Kinerja Pegawai (Teori, Pengukuran, dan
Implikasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskritif untuk Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. ------------ 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Swasto, Bambang. 2011.Manajemen Sumber Daya Manusia.Malang : Tim
UB Press.
Tri Seno Anjanarko dan Anis Kurlilah
68
Torang, Syamsir.2013.Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya, dan Perubahan Organisasi). Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Wibowo. 2013. Budaya Organisasi Sebuah Kebutuhan untuk
Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada. Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja Edisi Kelima. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada. Widnyana, I Gusti Ngurah. 2015. Efek Moderasi Status Kepegawaian
pada Pengaruh Motivasi dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor
Wilayah Denpasar. Thesis. Universitas Udayana Denpasar.