Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

44
Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah di TPA Suwung terhadap Lingkungan Sekitar Tugas Pengetahuan Lingkungan Hidup Oleh: PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050) PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT-JIMBARAN BALI 2010

description

Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

Transcript of Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

Page 1: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah di TPA

Suwung terhadap Lingkungan Sekitar

Tugas Pengetahuan Lingkungan Hidup

Oleh:

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT-JIMBARAN BALI

2010

Page 2: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 2

ABSTRAK

Permasalahan sampah bukanlah hal baru lagi, bahkan sampah telah

menjadi problem hampir di semua kota, terutama kota dengan jumlah penduduk

yang padat. Ditambah lagi dengan budaya masyarakat kita yang konsumtif

menyebabkan volume sampah kian hari kian bertambah. Untuk mengatasinya

permasalahan tersebut, pemerintah menetapkan salah satu daerah sebagai tempat

penangkaran sampah.

TPA Suwung merupakan salah satu tempat penangkaran sampah yang ada

di Bali. Sebagai masyarakat Bali, kita harus berbangga karena TPA suwung adalah

TPA yang menjadi contoh bagi seluruh TPA di seluruh Indonesia. Tetapi ternyata

dalam prakteknya TPA Suwung menyimpan permasalahan, terutama masalah

lingkungan, dari sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan. Adapun

sistem pengelolaan sampah yang diterapkan di TPA ini adalah incenerator

(pembakaran), sanitary landfill (penimbunan) dan open dumping (penumpukan).

Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam

penanganan sampah di kota maka dalam pengelolaannya harus disertai dengan

upaya pemanfaatan sehingga mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk

itu maka perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, partisipasi aktif dari

masyarakat sumber sampah berasal dan kerjasama antar lembaga pemerintah yang

terkait. Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa

peraturan-peraturan mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.

Page 3: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis

untuk mengaplikasikan dan menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku

kuliah dan pada nantinya akan sangat berguna pada penulisan laporan-laporan

lainnya.

Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis memilih judul “Pengaruh

Sistem Pengolahan Sampah di TPA Suwung terhadap lingkungan sekitar”

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari betul adanya kekurangan-kekurangan

dalam penulisan paper ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran maupun kritik

dari para pembaca sehingga dapat diperoleh hasil yang diharapkan bagi semua

pihak.

Dengan selesainya laporan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

Ibu Ir. I A Dwi Giriantari, M.Eng.Sc, PhD selaku Ketua Program studi Teknik

Elektro.

Bapak Ir.I.B.Alit Swamardika, M.Erg. selaku dosen Pengetahuan Lingkungan

Hidup.

Kepada teman–teman di lingkungan kampus Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Universitas Udayana.

Akhir kata penulis memohon maaf bila ada penulisan kata-kata ataupun

penulisan nama yang salah sehingga dapat menyinggung perasaan pembaca.

Penulis juga berharap agar paper ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca.

Denpasar , April 2010

Penulis

Page 4: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 4

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ......................................................................................... 1

ABSTRAK …………………………………………………………………...2

KATA PENGANTAR .................................................................................... 3

DAFTAR ISI .................................................................................................. 4

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..5

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 8

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9

1.3 Tujuan ........................................................................................... 9

1.4 Manfaat ......................................................................................... 9

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ........................................... 9

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah ........................................................................ 11

2.1.1 Sumber-sumber Sampah ..................................................... 11

2.1.2 Penggolongan Sampah ……………………………………...12

2.2 Permasalahan Sampah …………………………..……………….. 12

2.3 Tata Cara Pemusnahan Sampah …………………………………..12

BAB III METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitiaan ..................................................... 14

3.2 Data ................................................................................................ 14

3.2.1 Sumber Data ......................................................................... 14

3.2.2 Jenis Data ............................................................................. 14

3.3 Analisis Data .................................................................................. 15

3.4 Alur Analisis ................................................................................ 16

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Sampah Perkotaan .................................................... 17

4.1.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan TPA Suwung ……………...17

Page 5: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 5

4.1.2 Tinjauan Aspek Hukum Lingkungan ………………………21

4.1.3 Tinjauan Aspek Sosial dan Ekonomi ………………………22

4.2 Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung …………….. 23

4.2.1 Incenerator (Pembakaran) ………………………………… 24

4.2.2 Sanitary Landfill (Penimbunan) ……………………………26

4.2.3 Open Dumping (Penumpukan) …………………………… 28

4.3 Cara Meminimalisir Dampak Negatif Lingkungan

sekitar TPA Suwung ……………………………………………. 33

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ....................................................................................... 42

5.2 Saran .............................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43

Page 6: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 6

DAFTAR TABEL

TABEL 4.2 Prediksi jumlah sampah basah perhari

pada TPA Suwung ……………………………………………….23

Page 7: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 7

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Gerbang Masuk TPA Suwung ………………………………….....17

Gambar IV.2 Kandang babi milik penduduk asli sekitar ……………………….. 18

Gambar IV.3 Pemukiman penduduk asli 1 ……………………………………....19

Gambar IV.4 Pemukiman penduduk asli 2 ………………………………………20

Gambar IV.5 Salah satu penduduk membuat makanan ternak …………………..23

Gambar IV.6 Tungku pembakaran sampah ……………………………………...26

Gambar IV.7 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 1……………27

Gambar IV.8 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 2……………28

Gambar IV.9 Salah satu kegiatan pemulung 1 …………………………………...29

Gambar IV.10 Salah satu kegiatan pemulung 2 ………………………………….29

Gambar IV.11 Salah satu kegiatan pemulung 3 ………………………………….30

Gambar IV.12 Truk-truk pengangkut sampah 1 …………………………………31

Gambar IV.13 Sampah yang dibuldoser …………………………………………32

Gambar IV.14 Truk-truk pengangkut sampah 2 …………………………………32

Gambar IV.15 Tempat pengolahan pupuk ……………………………………...34

Gambar IV.16 Pengolahan pupuk dari sampah organik …………………………34

Gambar IV.17 Pupuk hasil olahan ……………………………………………….35

Gambar IV.18 Tempat pengolahan pupuk kerjasama

dengan TPA Suwung …………………………………………….36

Gambar IV.19 Truk pupuk perusahaan Bokashi …………………………………36

Gambar IV. 20 Proses Penimbangan Sampah 1 ………………………………….38

Gambar IV. 21 Proses Penimbangan Sampah 2 ………………………………….39

Page 8: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Denpasar merupakan daerah aktivitas manusia dari berbagai bidang.

daerah dan jumlah penduduknya mengalami perkembangan terus-menerus sesuai

dengan perkembangan jaman. Dari semua kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-

hari seperti rumah tangga, perusahaan, perkantoran, pasar, dll, lambat laun dan secara

otomatis akan menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak dari

segala kegiatan manusia adalah sampah.

Sampah merupakan bahan yang terbuang dari aktivitas manusia dan dapat

berakibat pada lingkungan kita. Bila tidak mendapat penanganan yang cermat dapat

mencemari air, udara dan tanah. Kita tidak dapat bisa memandang sebelah mata

terhadap polusi tersebut karena memberikan dampak yang buruk terhadap alam dan

manusia itu sendiri. Mungkin bila sampah yang dibuang dalam skala yang kecil, tidak

akan terlalu mempengaruhi kehidupan tapi bila seluruh sampah dari kota Denpasar

dan Kabupaten Badung dikumpulkan, maka sampah dengan skala besar tersebut akan

sangat mengganggu, apalagi tidak ada tempat untuk membuangnya.

Permasalahan sampah tidak dapat kita selesaikan hanya melalui wacana,

namun diperlukan tindakan yang nyata di lapangan. Penanganan masalah sampah

bukan hanya menjadi tanggung jawab sekelompok orang, melainkan diperlukan kerja

sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Pemikiran inilah yang

memprakasai pemeintah kota Denpasar yang bekerja sama dengan Dinas Kebersihan

Kota untuk menyediakan lokasi tempat pembuangan sampah yang memadai dan

memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan .

Mengambil lokasi di desa Suwung tepatnya di kawasan Bay Pass Ngurah

Rai, TPA Suwung didirikan. Dengan lahan 22 hektar TPA Suwung dianggap lokasi

yang tepat sebagai tempat pembuangan akhir sisa-sisa bahan buangan atau sampah–

sampah dari kota Denpasar dan Kabupaten Badung serta wilayah sekitarnya.

Tetapi masalah sampah belum selesai sampai di situ. Setelah ditampung

timbul masalah lain seperti sudah tepatkah cara penanganan sampah sesuai dengan

jenisnya (organik/anorganik/jenis sampah berbahaya). Serta apakah lokasi

pembuangan sudah memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Hal itulah yang menjadi

latar belakang penulisan laporan ini.

Page 9: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 9

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai

berikut :

a. Bagaimana kondisi ekologi di sekitar TPA Suwung ?

b. Dalam penanganannya, apakah dampak negatif yang ditimbulkan sampah

terhadap lingkungan sekitar TPA Suwung ?

c. Bagaimana cara meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan sampah

terhadap lingkungan sekitar TPA Suwung ?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan pengaruh sampah terhadap

lingkungan di sekitar TPA Suwung adalah untuk dapat mengetahui akibat yang

ditimbulkan dari penumpukan sampah pada TPA Suwung terhadap masyarakat

sekitar.

1.4 Manfaat

Dari pembahasan pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup di sekitar

TPA Suwung hendaknya diperoleh suatu data ilmiah yang nantinya dapat dijadika

pertimbangan dalam penanganan sampah.

1.5 Batasan Masalah

Luasnya permasalahan yang mengenai sampah dalam pembahasan nanti

akan dibatasi pada :

a. Penanganan sampah yang terdapat pada TPA Suwung.

b. Cara pemusnahan sampah yang ditangani dengan penumpukan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat, batasan masalah, metode penulisan

serta sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai dasar teori yang menunjang pembuatan

paper ini.

BAB III METODE

Berisikan cara atau metode yang dipakai dalam penulisan ini.

Page 10: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 10

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan masalah lingkungan yang

terjadi akibat cara penanggulangan sampah yang tidak tepat di TPA

Suwung.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab terakhir ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari pembahasan

sebelumnya.

Page 11: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik

berupa zat organik mupun zat anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak

dapat teruarai dan dianggap tidak berguna lagi sehingga di buang ke lingkungan

(Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003)

Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme-

Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas metana (CH 4 dan H2S) yang bersifat

beracun bagi tubuh makluk hidup. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah

sampah yang memiliki bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk

pemusnahannya dapat dilakukan pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak

lingkungan. Peningkatan jumlah sampah disebabkan karena bertambahnya jumlah

penduduk, keadaan sosial ekonomi dan kemajuan teknologi.

2.1.1 Sumber-sumber sampah

Beberapa tempat aktivitas manusia dapat menjadi sumber-sumber yang

menghasilkan sampah. Mulai dari kegiatan sehari-hari sampai dengan kegiatan yang

bersifat insidental. Sumber-sumber sampah antara lain:

a. Rumah tangga, tempat kehidupan kita sehari-hari baik mulai dari memasak

sampai dengan membersihkan rumah tinggal.

b. Pertanian, usaha bercocok tanam dan memelihara ternak menghasilkan sampah

organik.

c. Perkantoran, aktivitas perkantoran dalam mengurus administrasi cendrung

menyisakan bahan yang tidak berguna lagi.

d. Perusahaan, dalam kinerja produksi untuk merealisasikan barang dan jasa

menghasilakan sampah baik organik maupun anorganik.

e. Rumah sakit, pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas untuk menangani

penyakit.

f. Pasar, kegiatan jual beli barang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

dihasilkan sisa bahan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan tidak memiliki

nilai ekonomis.

Page 12: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 12

2.1.2. Penggolongan sampah

Secara garis besar sampah dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Sampah organik atau basah, jenis sampah ini merupakan sampah yang dapat

mengalami pembusukan secara alami.

b. Sampah anorganik atau kering, jenis sampah yang tidak dapat mengalami

pembusukan secara alami.

c. Sampah berbahaya, sampah yang secara langsung maupun tidak langsung

membahayakan manusia maupun hewan seperti batterai, botol racun nyamuk,

jarum suntik bekas dan lain-lain.

2.2. Permasalahan Sampah

Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

lingkungan akan dapat mengakibatkan:

a. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus.

b. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara.

c. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan

kesehatan

2.3 Tata cara pemusnahan sampah

Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan atau biasa

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penumpukan / Open Dumping. Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak

dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan

organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan

resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran,

terutama bau, kotoran dan sumber penyakit.

b. Pengkomposan. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat

menghasiikan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Teknologi komposting

yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai pupuk maupun penguat

struktur tanah.

c. Pembakaran.Metode ini dapat dilakukan hanya pada sampah yang dapat

dibakar habis. Teknologi pembakaran (Incinerator),dengan cara ini

dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan uap yang

dapat dikonversikan menjadi energi listrik.

Page 13: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 13

d. Sanitary landfill. Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi

cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun hal ini

memerlukan areal khusus yang sangat luas. Secara umum Sanitary Landfill

terdiri atas elemen sebagai berikut :

- Lining System, berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran

leachate ke dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah.Biasanya

lining system terbuat dari compacted clay, geomembran atau campurn tanah

dengan bentonite.

- Leachate Collection System dibuat di atas lining system dan berguna untuk

mengumpulkan leachate dan memompa keluar sebelum leachate

menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah.

Leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut leachate

Extraction system yang biasanya dikirim ke wastewater untuk diproses

sebelum pembuangan akhir.

- Cover atau Cau system, berguna untuk menguranggi cairan akibat hujan

yang masuk ke dalam landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk

akan mengurangi leachate.

- Gas Ventilation System berguna unntuk mengendalikan aliran dan

konsentrasi di dalam landfill, dengan demikian mengurangi resiko gas

mengalir di dalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan

peledakan.

- Monitoring System, bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai

peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di

lingkungan sekitar.

e. Controlled Landfill System ( Sistem timbun terkendali ) merupakan peralihan

antara open dumping dengan Sanitary Landfill dimana sampah dari TPS di

buang ke TPA dan pada suatu waktu ditimbun dengan tanah.

f. Teknologi daur ulang. Pada umumnya barang-barang yang dapat didaur ulang

adalah bahan anorganik seperti plastik, kertas, kaca, karet, dan logam.

Umumnya setelah diolah barang-barang tersebut dapat menghasilkan sampah

potensial, yang bentuknya tidak jauh berbeda dari bentuk asalnya.

Page 14: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 14

BAB III

METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam menyelesaikan paper dengan judul penyusun melakukan survey

langsung ke TPA Suwung Denpasar. Waktu survey dilakukan pada tanggal 17

Oktober 2004 dan pengambilan foto dilakukan pada tanggal 12 November 2004.

3.2 Data

Data-data yang didapat berupa:

Data volume sampah basah Sarbagita yang ditampung di TPA Suwung setiap

harinya

Gambar-gambar tentang keadaan lingkungan di sekitar TPA Suwung

Gambaran singkat tentang metode-metode yang dilakukan dalam proses

pengolahan sampah di TPA Suwung

Catatan-catatan singkat tentang pengolahan sampah

3.2.1 Sumber Data

Data-data pada laporan ini didapat dari hasil wawancara kepada penduduk

sekitar TPA Suwung, Petugas TPA dan responden dari luar TPA Suwung.Selain itu

data juga didapat dari catatan-catatan / arsip pada kantor DKP Denpasar, referensi

buku serta internet.

3.2.2 Jenis Data

Penyusun menggunakan jenis data sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung kepada subyek

pengamatan, seperti hasil wawancara kepada responden dalam dan luar TPA

Suwung.

b. Data Skunder

Data ini juga diperoleh melalui arsip dari kantor DKP, berbagai referensi

buku dan internet. Keseluruhan merupakan data yang didapat bukan langsung

dari subjek pengamatan.

Page 15: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 15

c. Data Kualitatif

Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap objek pengamatan

seperti: melihat langsung kondisi sampah dan pemukiman-pemukiman di

sekitar TPA.

3.3 Analisis Data

Dalam penelitian ini, data-data dianalisis secara deskriptip. Data-data yang

ada diperoleh dari hasil studi pustaka dan pengamatan dilapangan. Semua data dalam

literatur dibahas, dikaji ulang serta dianalisis untuk mendapatkan data yang valid dan

akurat.

Page 16: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 16

3.4 Alur Analisis

Alur analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Mulai

Persiapan

Pemilihan Bahan

Apakah bahan

ada?

Mempelajari Bahan

Menyusun Laporan

Penelitian

Apakah ada

kesalahan?

Memperbaiki kesalahan

A

Selesai

Page 17: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 17

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Ekologis TPA Suwung

4.1.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan TPA Suwung

a. Letak dan Kondisi Wilayah

Manajemen pengelolaan sampah yang diterapkan di kota Denpasar terdiri

atas penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Kegiatan

pembuangan akhir sampah ditetapkan di lokasi Tempat Pembuangna Akhir (TPA)

Suwung yang berada di wilayah Desa Suwung Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.

Lokasi TPA Suwung dengan sumber sampah berada dalam jangkauan jarak 9 km

dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah utara : sawah

- Sebelah timur : Jalan ke pulau Serangan

- Sebelah selatan : Hutan bakau

- Sebelah barat : Lokasi Penggaraman

Wilayah TPA Suwung merupakan wilayah / kawasan tertutup bagi umum.

Hal ini dilakukan atas kebijakan Dinas Kebersihan Kota Denpasar. Bila ada pihak

atau instalansi yang berkepentingan melakukan peninjauan ke lokasi pembuangan

sampah, harus memiliki ijin tertulis demi berjalannya prosedur kerja.

Foto :

Gambar IV.1 Gerbang Masuk TPA Suwung

Page 18: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 18

b. Keadaan Penduduk

Pesatnya perkembangan Pulau Bali khususnya kota Denpasar yang

merupakan salah satu kota besar di Indonesia merupakan daya tarik tersendiri bagi

penduduk luar daerah. Sejak terjadinya krisis moneter paeda tahun 1997 terjadi

peningkatan urbanisasi yang cukup signifikan. Gejala ini juga diikuti oleh

terdapatnya peningkatan jumlah pendatang yang mendirikan perumahan liar di

sekitar TPA. Umumnya pendatang luar yang mendirikan gubug-gubug liar

berprofesi sebagai pemulung. Mereka memanfaatkan lokasi di pinggir tempat

pembuangan yang belum terisi sampah untuk membangun bedeg-bedeg tempat

tinggal.Hal ini sangat menguntungkan mereka, karena letaknya yang dekat dengan

lokasi lapangan, dan tanah yang mereka gunakan adalah milik pemerintah sehingga

mereka tidak perlu membayar uang sewa.

Selain pemulung yang tinggal di kawasan itu ada beberapa rumah milik

penduduk asli Bali yang dibangun di sana. Umumnya mereka merupakan penduduk

asli Desa Suwung tetapi memiliki tanah yang berhimpitan dengan lokasi

pembuangan. Rumah penduduk asli merupakan rumah permanen yang sudah

ditembok. Penduduk asli inipun mengambil banyak keuntungan dari berdirinya TPA

Suwung, tidak sedikit dari mereka yang mendirikan kandang babi dan memelihara

babi di lokasi TPA.

Foto :

Gambar IV.2 Kandang babi milik penduduk asli sekitar

Page 19: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 19

Kondisi lingkungan di TPA Suwung cukup sembrawut, karena banyaknya

pemulung yang mendirikan rumah gubug yang bahannya sebagian besar berasal dari

sampah, lokasi tempat tinggal mereka tampak seperti perumahan kumuh. Hal ini

diperburuk dengan musibah kebakaran yang menimpa 80 bedeng pemulung di

lokasi pemukiman tersebut pada tanggal 22 September 2004. Informasi

menunjukakan kerugian sekitar 300.000 sampai 2000.000 rupiah menimpa para

pemulung yang menempati bilik dengan ukuran rata-rata 2x2 M itu.

Foto :

Gambar IV.3 Pemukiman penduduk asli 1

Page 20: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 20

Gambar IV.4 Pemukiman penduduk asli 2

c.Tempat Pemusnahan Akhir Sampah

Dengan menggunakan tiga system cara pemusnahan sampah yaitu :

pembakaran (incerator), sistem Sanitary Landfill dan sistem Open Dumping TPA

Suwung diharapkan dapat menampung atau memusnahkan sampah yang masuk

dari wilayah Denpasar dan Badung. Tetapi apabila dilihat faktanya, proses yang

dilakukan hanyalah Open Dumping , yaitu sampah hanya diletakkan di lapangan

terbuka tanpa adanya proses lebih lanjut, sehingga semakin hari sampah semakin

menumpuk dan memerlukan lahan yang lebih luas.

Berdasarkan data, luas lahan TPA Suwung adalah 22 Ha dan mulai di operasikan

untuk melayani sampah sejak tahun 1986. Sampai saat ini metode pengolahannya

masih sama dan dikhawatirkan akan diperlukannya lahan baru untuk

mengantisipasinya. Belum lagi adanya rencana penampungan sampah

“SARBAGITA” (Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan) yang disinyalir akan sangat

memberatkan. Lokasi TPA yang dinilai terlalu sempit tidak akan mampu

menampung volume sampah yang sangat besar dari empat daerah tesebut.

Page 21: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 21

Hal ini ditambah dengan berbagai penyimpangan yang terjadi akibat

perbedaan teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan teori

sampah yang masuk TPA diseleksi dan dilakukan larangan untuk sumber sampah

seperti :

- Sampah Medis (RS)

- Sampah dari barang pecah belah

- Sampah dari bahan daging,ikan, dan sejenisnya

- Sampah ban bekas, karet bekas, dan barang-barang yang mudah terbakar

- Segala macam bangkai

- Tinja

Tetapi kenyataannya semua jenis sampah di atas dapat kita lihat sehari-hari di TPA.

4.1.2 Tinjauan Aspek Hukum Lingkungan

Pembangunan dan pengelolaan TPA Suwung secara umum telah

mengikuti peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup. Sedangkan secara

operasional terdapat peraturan yang juga perlu dijadikan acuan yaitu keputusan

Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen

Kesehatan No.281 tahun 1989 tentang Persyaratan Pengelolaan Sampah yaitu :

1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan

salah satu upaya untuk mencapai derajat ksehatan yang mendasar.

2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan kibt

pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir

Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan

kesehatan pengelolaan sampah untuk pembuangan akhir sampah yang dinyatakan

antara lain :

1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak merupakan sumber bau,asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat

bagi pemukiman terdekat ( minimal 3 Km )

b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak

sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat.

c. Tidak terletak pada daerah banjir

d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.

e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

estetika.

Page 22: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 22

f. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 Km.

2. Pengelolaan Sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa, tidak berkembang biak dan

tidak menimbulkan bau.

b. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

pencemaran.

d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di kantor Pemda.

e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau

tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan

pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

3. TPA yang sudah tidak digunakan :

a. Tidak boleh untuk pemukiman.

b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari.

4.1.3 Tinjauan Aspek Sosial dan Ekonomi

Krisis moneter memberikan efek terhadap TPA Suwung. Sampah menjadi

sumber ekonomi alternatif bagi masyarakat urban. Tumbuhnya perumahan liar di

sekitar TPA menimbulkan permasalahan yang perlu disikapi.Berdasarkan

pengamatan, MCK penduduk masih jauh dari kriteria sehat, karena jarak sumur

dengan kakus cukup dekat, walaupun ada beberapa rumah yang menggunakan

sumur bor sebagai sumber air bersih. Bagi pemukim yang menyadari kebersihan

lingkungan,mereka lebih memilih membeli air minum dari depot isi ulang, tetapi

ada beberapa pemukim yang tetap memanfaatkan air yang ada sebagai air minum

agar lebih murah.

Masyarakat di sekitar TPA mengambil kesempatan memilah sampah

organik dan anorganik. Bagi para pemulung sampah anorgnik seperti plastik, kaleng

bekas, botol, kaca merupakan barang bekas yang dapat didaur ulang dan

mempunyai nilai ekonomi bagi mereka. Sedangkan bagi penduduk asli lebih

memilih sampah organik yang dapat mereka manfaatkan untuk makanan babi yang

mereka ternakkan di sekitar TPA Suwung, hal ini pun sangat berguna bagi para

pemilik ternak karena dapat menghemat biaya pembelian pangan babi.

Page 23: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 23

Foto :

Gambar IV.5 Salah satu penduduk membuat makanan ternak

4.2. Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung.

Seperti kita ketahui, persoalan sampah bukan masalah baru lagi, bahkan

mungkin sudah hadir sejak manusia ada. Sampah telah menjadi problem kita semua.

Sampah perlu penanganan yang serius melalui suatu proses pengolahan yang baik

agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan air, udara, maupun

tanah.

Tabel 4.2 Prediksi jumlah sampah basah perhari pada TPA Suwung

No. Nama Daerah Volume

(m3)

1 Kotamadya Denpasar 1.842

2 Kabupaten Badung 300

3 kabupaten Gianyar 538

4 Kabupaten Tabanan 688

TOTAL 3.368 Sumber : PT. Heliawan Elang Perkasa

Dari tabel di atas, dapat dilihat jumlah volume sampah yang sangat besar.

Jika pengelolaan sampah pada TPA Suwung tidak dilakukan secara maksimal, maka

Page 24: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 24

jumlah volume sampah seperti tersebut di atas tidak dapat dikatakan sebanding

dengan daya tampung TPA Suwung. Hal ini menimbulkan masalah yang cukup

signifikan.

Setelah melalui pengamatan, secara garis besar dapat diambil beberapa

catatan penting tentang dampak yang ditimbulkan sampah di TPA yaitu:

1. Timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta

timbulnya bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan

pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi.

2. Terjadinya perubahan pada aliran dan volume tanah yang ditimbulkan akibat

adanya pembuatan lapisan kedap air di sekitar lokasi. Dengan terjadinya

perubahan pada aliran dan volume air tanah di sekitar lokasi maka kemungkinan

akan mengganggu kepentingan dan fungsi dari sumur-sumur yang selama ini

dipergunakan penduduk sekitar lokasi.

3. Secara geologi akan terjadi perubahan struktur lapisan tanah sebagai akibat

dilakukannya pembersihan lahan, pematangan tanah maupun pelapisan oleh

sampah atau tanah itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan

angka permeabilitas tanah, berkurangnya daya dukung tanah dan berkurangnya

kesuburan tanah karena hilangnya humus penyubur tanah.

4. Perubahan struktur flora dan fauna akibat dilakukannya pembersihan. Ekosistem

tertentu akan punah dan akan muncul suatu ekosistem baru, terutama setelah

tahap operasi. Lahan akan menjadi tandus, suatu pemandangan yang tidak baik

akan muncul bila ditinjau dari segi estetika.

Proses pengolahan sampah yang sedang berjalan saat ini di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) Suwung menggunakan tiga sistem yaitu sistem pembakaran

(incerator), sistem Sanitary Landfill dan sistem Open Dumping. Walaupun ketiga

sistem ini dianggap dapat menjawab semua permasalahan penanganan sampah,

ternyata cara-cara tersebut juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkumgan

di sekitar TPA Suwung.

4.2.1 Incenerator (Pembakaran)

Untuk mempercepat proses pengolahan sampah di TPA Suwung, sejak

tahun 1992 telah dibangun sebuah tungku pembakaran (Incenerator) di tengah-tengah

lokasi pembuangan sampah. Tetapi setelah diteliti ternyata fasilitas tersebut dapat

menimbulkan dioksin yang sangat beracun akibat tidak tercapainya tingkat suhu yang

Page 25: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 25

diharapkan dalam pembakaran yaitu pada suhu 11000 C yang dapat menimbulkan

berbagai jenis kanker.

Selain itu, penggunaan Incenerator juga memiliki kelemahan-kelemahan sebagai

berikut:

- Dihasilkan abu (± 15%) dan gas yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Selain itu gas yang dihasilkan dari pembakaran dengan menggunakan alat

ini dapat mengandung gas pencemar berupa : NOx., SOx dan lain-lain

yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

- Dapat menimbulkan air kotor saat proses pendinginan gas maupun proses

pembersihan Incenerator dari abu maupun terak. Kualitas air kotor dari

instalasi ini menyebabkan COD meningkat dan pH menurun.

- Memerlukan biaya yang besar dalam menjalankan Incenerator, tetapi hasil

yang diharapkan tidak dapat tercapai. Karena kapasitas alat yang belum

maksimal,maka jumlah sampah yang dapat dibakar masih terbatas. Dengan

alat yang ada hanya mampu membakar maksimal satu truk sampah per hari.

- Butuh keahlian tertentu dalam penggunan alat ini. Sebagai contoh pada

penanganan sampah di TPA Suwung, tehnologi ini sudah digunakan sejak

tahun 1992, namun tanpa didukung dengan kualitas sumber daya manusia

yang memahami filosofi alat ini, akibatnya terjadi kerusakan. Hal ini tentu

menambah beban dalam perolehan dana bagi perbaikannya. Belum lagi

sampah yang akan menumpuk dengan tidak berfungsinya alat ini.

- Penggunaan Incenerator ini tidak dapat berdiri sendiri dalam pemusnahan

sampah, tetapi masih memerlukan landfill guna membuang sisa pembakaran.

Foto :

Page 26: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 26

Gambar IV.6 Tungku pembakaran sampah

4.2.2 Sanitary Landfill (Penimbunan)

Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir limbah dengan

teknik tertentu. Sistem ini lebih aman dan tidak menimbulkan pencemaran dan tidak

membahayakan kesehatan. Dapat dikatakan Sanitary Landfill merupakan system

pengolahan yang paling efektif dari sistem-sistem pengolahan yang ada di TPA

Suwung. Namun, sistem Sanitary Landfill ini juga dapat memberikan dampak negatif

akibat dari Sanitary Landfill yang tidak memenuhi kriteria yaitu dapat menimbulkan

polusi air yang menyebabkan bau, uap zat kimia beracun, bahan organik dan

anorganik beracun serta timbulnya bibit penyakit.

Pada penimbunan dengan sistem anaerobik landfill akan timbul leachate

di dalam lapisan timbunan dan akan merembes ke dalam lapisan tanah di bawahnya.

Leachate ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak, selain itu

dapat menjadi tempat pembiakan bibit penyakit seperti : lalat, tikus dan lainnya

(Sidik, etal, 1985).

Page 27: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 27

Pembuangan dengan cara sanitary landfill, walaupun dapat mencegah

timbulnya bau, penyakit dan lainnya, tetapi masih memungkinkan muncul

masalah lain yakni :

- Timbulnya gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas-gas yang

mungkin dihasilkan adalah : methan, H2S, NH3 dan lainnya. Gas H2S dan NH3

walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak

sehingga dapat merusak sistem pernafasan tanaman dan membuat tanaman

kekurangan gas oksigen dan akhirnya mati.

- Pada proses penimbunan, sebaiknya sampah diolah terlebih dahulu dengan cara

dihancurkan dengan tujuan untuk memperkecil volume sampah agar memudahkan

pemampatan sampah. Untuk melakukan ini tentunya perlu tambahan pekerjaan

yang berujung pada tambahan dana.

Di TPA Suwung, sistem ini sempat dipergunakan untuk beberapa waktu,

tetapi karena keterbatasan dana maka sistem ini diberhentikan. Sanitary landfill

memerlukan banyak biaya dalam penimbunan sampah, karena sampah harus ditimbun

lapis demi lapis dengan tanah, sedangkan harga tanah urug cukup mahal sehingga hal

tersebut tidak memungkinkan untuk terus dilakukan.

Foto :

Gambar IV.7 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 1

Page 28: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 28

Gambar IV.8 Pengolahan sampah dengan teknik Sanitary Landfill 2

4.2.3 Open Dumping (Penumpukan)

Pembuangan dengan sistem open dumping dapat menimbulkan

beberapa masalah besar bagi tempat pembuangan akhir (TPA) karena system ini

hanya cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak

terpakai. Apalagi bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya,

maka sampah akan menjadi semakin bertambah banyak baik jumlah maupun

jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.

Sistem Open Dumping, sistem ini biasa digunakan karena murah dan

mudah, tapi dapat memberikan efek negatif terhadap kualitas lingkungan. Dengan

sistem Open Dumping, sampah hanya di letakkan saja di lapangan terbuka tanpa

adanya proses lebih lanjut, sehingga semakin hari sampah semakin menumpuk dan

memerlukan lahan yang lebih luas.

Foto :

Page 29: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 29

Gambar IV.9 Salah satu kegiatan pemulung 1

Gambar IV.10 Salah satu kegiatan pemulung 2

Page 30: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 30

Gambar IV.11 Salah satu kegiatan pemulung 3

Berdasarkan data, jumlah pengiriman sampah Kota Denpasar ke TPA

(Tempat Pembuangan Akhir) mencapai 2000 m3 per harinya, ini berarti sampah di

Denpasar melampaui ambang batas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung

relatif terbatas dan tidak mampu lagi untuk menampung sampah, terutama sampah

anorganik yang susah hancur dan bertahan lama. Volume sampah yang meningkat dan

tidak memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan hidup sudah tentu dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan air,udara maupun tanah., tetapi menimbulkan

resiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama

bau, kotoran dan sumber penyakit. Jumlah timbunannya yang semakin lama

semakin meningkat, dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial

dan lingkungan, diantaranya :

- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit

penyakit lain.

- Dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan

ratusan meter.

- Dapat mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

Page 31: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 31

Akibat peningkatan volume sampah secara periodik yang tak diimbangi

sistem pegolahan secara baik maka akan memberikan peluang bagi sampah, atau lindi

atau leachate (senyawa toksin hasil degradasi sampah oleh mikroba) yang sangat

membahayakan air sungai dan air tanah dangkal (sumur) sehingga dapat

menimbulkan racun pada air tanah. Dan yang sangat perlu mendapat perhatian dari

masalah di atas adalah masalah pencemaran bau sampah yang mencemari udara di

sekitar lingkungan TPA Suwung tersebut. Hal ini bisa terjadi selain karena sampah

yang menumpuk di TPA Suwung, bisa juga diakibatkan karena pengangkutan sampah

dari TPS ke TPA yang berjalan sangat lambat sehingga menyebabkan terjadinya

polusi di TPS dan di jalan-jalan tersebut. Pencemaran dapat menurunkan kualitas

lingkungan baik dari segi estetika (keindahan), faktor fisik, kimia dan biologi serta

timbul konflik sosial di masyarakat sekitarnya.

Foto :

Gambar IV. 12 Truk-truk pengangkut sampah 1

Page 32: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 32

Gambar IV. 13 Sampah yang dibuldoser

Gambar IV. 14 Truk-truk pengangkut sampah 2

Page 33: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 33

Dapat dikatakan sampah adalah barang buangan, tapi dapat bermanfaat,

namun juga dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat karena dapat

menimbulkan perasaan menjijikan dan merusak pandangan mata. Hal ini tidak dapat

dipungkiri lagi. Keindahan lingkungan akan hilang, timbulnya dampak penyakit serta

dapat menggangu kenyamanan dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup

di sekitarnya adalah pengaruh negatif dari sampah.

4.3. Cara Meminimalisir Dampak Negatif Lingkungan sekitar TPA Suwung

Kendala yang terjadi di sekitar TPA Suwung, dikarenakan sistem

pengelolaan sampah yang tidak efektif dan maksimal. Selama ini sistem pengelolaan

sampah yang digunakan di TPA Suwung Denpasar selain open dumping, Sanitari

Landfill,dan Incenerator antara lain :

a. Sampah di TPA diangkut oleh pemulung (sampah anorganik)

b. Proses composting, melalui dua cara :

- Cara konvensional : Sebelum diolah sampah organik harus bersih dari sampah

anorganik. Pada proses ini digunakan alat Bantu berupa segitiga memanjang

dengan ukuran 50x50x50 Cm sepanjang 2 meter. Kemudian sampah ditumpuk

pada pada segitiga memanjang dengan tinggi 1,5 meter lalu disiram dan

dibolak-balik agar terjadi pembusukan. Hal ini dilakukan selama 3 hari sekali

sampai 42 hari sampai sampah menjadi busuk. Setelah sampah menjadi

compos maka akan dikarungkan dan dijual.

Page 34: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 34

Foto :

Gambar IV. 15 Tempat pengolahan pupuk

Gambar IV. 16 Pengolahan pupuk dari sampah organik

Page 35: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 35

Gambar IV. 17 Pupuk hasil olahan

- Cara bogasi : Menggunakan alat Bantu dan bahan seperti drum dengan dimeter

50 cm dan tinggi 60-70 Cm. Sampah organic yang sudah bersih dicincang dan

dimasukkan ke dalam drum lalu dicampur dengan gula merah, dedak, air dan

beberapa tetes materi EM4 dan diaduk rata. Lalu bolak balik campuran sambil

disiram air setiap hari selama 2-3 minggu.

Dalam membuat kompos jenis ini TPA Suwung bekerjasama dengan

perusahaan Pak Oles, yang memiliki lokasi terpisah dengan tempat pembuatan

kompos milik TPA Suwung. Pak Oles melakukan proses pembuatannya

dengan mengambil bahan pupuk dari lokai TPA Suwung. Setelah kompos

siap pakai, maka kompos tersebut juga dikomersilkan dibawah label

perusahaan Pak Oles.

Foto :

Page 36: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 36

Gambar IV.18 Tempat pengolahan pupuk kerjasama dengan TPA Suwung

Gambar IV. 19 Truk pupuk perusahaan Bokashi

Page 37: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 37

Permasalahan sampah ini tidak akan pernah selesai apabila tidak dicari

jalan keluarnya. Sebagai langkah awal pemerintah dapat melakukan langkah-

langkah kebijakan antara lain,memberikan penyuluhan kesadaran linngkungan di

masyarakat lewat pendekatan psikologis. Instalansi pemerintah yang mengurusi

masalah lingkungan sudah semestinya diberi kewenangan yang memadai. Pada

pemberian penyuluhan hendaknya pemerintah mulai gencar memperkenalkan 4R

yaitu :

- Reduce : Menguranggi penggunaan pembelian bahan-bahan yang berpotensi

menjadi sampah, terutama bahan yang biodegradable ( bahan yang tidak dapat

terurai secara alamiah )

- Reuse : Memakai kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.

- Recycle : Mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi

barang baru yang bermanfaat.

- Replace : Mengganti barang-barang yang biasa digunakan dengan barang lain.

Hal itu adalah salah satu cara untuk menekan volume sampah dari

masyarakat kita yang kebanyakan menganut gaya hidup konsumtif.Selain cara-

cara meminimalisir dampak negatif yang dijelaskan di atas, juga dapat dilakukan

hal-hal berikut :

- mengumpulkan sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan dalam suatu

wadah, sehingga memudahkan pengangkutan.

- Pemisahan sampah sebelum dibuang menurut jenis, yaitu organik dan

anorganik,untuk memudahkan pembakaran sekaligus memilah sampah yang

dapat dimanfaatkan.

- Pembakaran sampah organik dapat mengurangi volume sampah yang diangkut

ke TPA

- Komposisasi yang mengolah sampah organik untuk buat pupuk

Untuk mencapai hal tersebut di atas harus dilakukan beberapa usaha,

diantaranya :

1. Perlu perubahan paradigma dari tujuan membuang menjadi memanfaatkan kembali

untuk mendapatkan keuntungan;

2. Perlu perbaikan dalam sistem manajemen pengelolaan sampah secara keseluruhan.

Untuk mencapai keberhasilan, maka perlu didukung oleh faktor-faktor input berupa

Page 38: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 38

sarana, prasarana dan kelembagaan produksi, distribusi, pemasaran, pengolahan

dan lainnya.

3. Pemanfaatan bahan kompos untuk taman kota dalam bentuk kampanye

penghijauan dengan contoh-contoh hasil nyata sebagai upaya promosi pada

masyarakat luas;

4. Upaya pemasaran bahan kompos bagi taman hiburan yang memerlukannya.

Misalnya kebun binatang, kebun raya, taman buah dan sebagainya.

5. Sampah anorganik sebagai bahan baku industri. Budaya daur ulang sampah di Bali

sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, namun masih harus terus

dikembangkan, baik dari segi infrastruktur, teknologi maupun dari segi sistem

organisasinya. Hal ini penting untuk dapat meningkatkan harkat dan martabat dari

para pemulung. Selama ini pemulung hanya dianggap masyarakat tingkat bawah

dan keberadaannya masih dipandang negatif. Padahal bila mereka diandalkan

dalam pengumpulan barang-barang bekas untuk didaur ulang, mereka cukup

berpotensi.

Foto :

Gambar IV. 20 Proses Penimbangan Sampah 1

Page 39: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 39

Gambar IV. 21 Proses Penimbangan Sampah 2

6. Perlu dibuat aturan hukum yang bersifat mengikat yang berlaku bagi

masyarakat agar dapat mengikuti aturan-aturan bagi terlaksananya pengelolaan

sampah terpadu. Hal ini untuk membiasakan mentalitas masyarakat sebagai

pemroduksi sampah.

7. Menerapkan system pengelolaan sampah terpadu, karena system tersebut memiliki

keuntungan yang sangat besar bagi pihak TPA Suwung dan masyarakat sekitarnya.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem pengelolaan sampah

terpadu ini, diantaranya :

- Biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memangkas mata rantai

pengangkutan sampah.

- Tidak memerlukan lahan besar untuk TPA.

- Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang

yang memiliki nilai ekonomis.

- Dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan.

- Bersifar lebih ekonomis dan ekologis.

- Dapat menambah lapangan pekerjaan dengan berdirinya badan usaha yang

Page 40: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 40

mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat.

- Dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota.

Selain itu ada empat tahapan kegiatan yang senantiasa harus dilakukan

secara simultan dan berkelanjutan dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait

dalam pengelolaan sampah ini, yakni :

1. Studi Penelitian Terpadu

Kegiatan ini diawali dengan melibatkan lembaga peneliti, pemerhati dan

praktisi guna mencari data sedetail mungkin mengenai sampah, sehingga akan

keluar suatu hubungan korelasi antara input dengan output yang pada akhirnya

akan memudahkan perencanaan sistem penanganan dan investasi yang mengacu

pada data/kondisi yang ada.

2. Diseminasi

Dalam hal ini perlu penyelenggaraan kampanye secara rutin melalui

kegiatan penyuluhan, pelatihan pemanfaatan sampah, informasi melalui media

TV, radio, majalah dan lain - lain mengenai dampak dari sampah yang

tidak terolah, dan penyelenggaraan forum-forum informasi daerah dengan

melibatkan masyarakat dan lembaga non pemerintah (ornop/LSM/KSM)

sebagai organisasi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat

(partisipatoris).

3. Law Enforcement

Perlunya dibangun suatu penegakan hukum secara mandiri dengan

sanksi yang berjenjang mulai dari peringatan dan pemungutan kembali sampah

yang dibuang, kompensasi pembayaran denda, penayangan di media cetak,

hingga penegakan hukum lingkungan bagi pelanggar lingkungan.

4. Kebijakan Politik

Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik

khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh

oleh pemerintah pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis

perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan

karena sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas

Kebersihan setempat, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap

individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem

perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan

berkelanjutan. Aparat terkait sebaiknya tidak ikut terlibat secara teknis, hal ini

Page 41: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 41

untuk menghindari meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain

itu keterlibatan aparat terkait dikhawatirkan akan membentuk budaya

masyarakat yang bersifat tidak peduli. Pemerintah dan aparat terkait

sebaiknya memposisikan kewenangannya sebagai fasilitator dan konduktor dan

setiap permasalahan persampahan sebaiknya dimunculkan oleh

masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen sampah. Hal ini

diharapkan terciptanya sikap masyarakat selaku individu, keluarga dan

organisasi.

Walaupun upaya-upaya tersebut tidak bisa dilakukan secara instant, tetapi pihak TPA

Suwung dan Dinas Kebersihan Kota telah berusaha untuk mencari alternatif lain

selama upaya-upaya tersebut belum terealisasi. Karena system pengelolaan sampah

yang sedang berjalan hanya Open Dumping dan composing maka pihak TPA

mempunyai cara khusus untuk menyiasati banyaknya lalat yang berkembang biak di

lokasi pembuangan sampah. Mereka menciptakan ekosistem baru dengan sengaja

menyebar benih jenis burung Kokoan yang merupakan pemangsa alami lalat-lalat

tersebut. Untuk menjaga kelestarian ekosistem burung tersebut maka pihak TPA

membuat larangan khusus bagi para tangan-tangan jail untuk berburu burung tersebut.

Selain cara tersebut pihak TPA juga memiliki cara lain untuk mengantisipasi bau

busuk yang ditimbulkan oleh sampah di lokasi pembuangan. Dalam jangka waktu

tertentu secara berkala, pihak TPA akan nenyiramkan air laut ke timbunan sampah.

Cara ini dilakukan karena air laut memiliki kadar garam yang sangat tinggi dianggap

mampu membunuh kuman-kuman yang ada dalam sampah sehingga mengurangi bau

busuk yang ditimbulkan.

Tetapi kedua cara tersebut masih dianggap kurang efektif, terutama di musim hujan.

Menurut pengakuan penduduk yang tinggal di sekitar lokasi, bau busuk masih sering

tercium apalagi bila angin yang berhembus cukup keras. Bila hujan turun cukup deras

maka lokasi pembuangan akan banjir dan bau busuk akan lebih menyengat dan

jumlah lalat akan dua kali lebih banyak dari biasanya.

Page 42: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 42

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tersebut adalah :

1. Strategi pengelolaan sistem lama yang mengandalkan pada sistem pengangkutan,

pembuangan dan pengolahan menjadi bahan urugan perlu diubah karena dirasakan

sangat tidak ekonomis (cost center). Disamping memerlukan biaya operasional

dan lahan bagi pembuangan akhir yang besar juga menimbulkan banyak dampak

yang kurang menguntungkan bagi lingkungan masyarakat di sekitat TPA Suwung

dan dapat menumbuhkan masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungannya.

2. Sistem pengelolaan sampah di TPA Suwung kurang dilaksanakan secara

maksimal, dari ketiga cara hanya open dumping yang terealisasi, walaupun

sanitary landfill dan pembakaran sempat dipraktekkan namun kedua cara tersebut

mengalami kemacetan dan mempunyai dampak yang buruk terhadap lingkungan

bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3. Pendekatan yang paling tepat untuk masa mendatang dalam penanganan sampah

melalui sistem pengelolaan sampah terpadu,daur ulang dan composing diharapkan

dapat merubah paradigma dari cost center menjadi profit center dengan cara

memaksimalkam peran serta masyarakat dan pemanfaatan sampah menjadi bahan

yang mempunyai nilai.

5.2 Saran

1. Dalam pengolahan sampah sebaiknya TPA Suwung dapat saja memaksimalkan

sistem / tata cara pengolahan sampah yang telah ada, yaitu : sanitary landfill, open

dumping, dan incenerator agar rencana SARBAGITA dapat terealisasi. Hanya

saja semua system tersebut harus ramah lingkungan dan tidak mengganggu

masyarakat di sekitar TPA.

2. Pihak DKP dan TPA Suwung harus bersikap tegas pada masyarakat atau pemulung

yang tinggal di kawasan TPA, yang merupakan tanah pemerintah. Hal tersebut

demi kebaikan kedua belah pihak untuk mengantisipasi apabila tanah tesebut

tercemar dan mengotori sumber air minum.

Page 43: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 43

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. S., Hasan, P. dan Vonny, S. 1985. Tehnologi Pemanfaatan Sampah

Kota dan Peran Pemulung Sampah : Suatu Pendekatan Konseptual.

PPLH ITB.Bandung.

Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 1985. Tehnologi Pemusnahan

Sampah dengan Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi

Dan Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian Dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

Nawawi. S. Ir. 2003. Studi Khusus Pengolahan Sampah Secara Tuntas di

Sarbagita-Bali. PT. Heliawan Elang Perkasa. Surabaya.

MAESTRO edisi XV tahun 1999

http://www.denpasar.go.id

Page 44: Pengaruh Sistem Pengolahan Sampah Di TPA Suwung Terhadap Lingkungan Sekitar

PUTU RUSDI ARIAWAN 44

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi