Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

41
PENGARUH SERTIFIKASI GURU TEHADAP KINERJA GURU BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ada yang berpendapat bahwa sertifikasi adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Bahkan yang lebih berani mengatakan bahwa sertifikasi adalah akal- akalan pemerintah untuk menaikkan gaji guru. Kata sertifikasi hanyalah kata pembungkus agar tidak menimbulkan kecemburuan profesi lain. Pemahaman seperti itu tidak terlalu salah sebab dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan 1

Transcript of Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

Page 1: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TEHADAP KINERJA GURU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ada yang berpendapat bahwa sertifikasi adalah alat untuk meningkatkan

kesejahteraan guru. Bahkan yang lebih berani mengatakan bahwa sertifikasi

adalah akal-akalan pemerintah untuk menaikkan gaji guru. Kata sertifikasi

hanyalah kata pembungkus agar tidak menimbulkan kecemburuan profesi lain.

Pemahaman seperti itu tidak terlalu salah sebab dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat

pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar

insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali

gaji pokok untuk setiap bulannya.

Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan

untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan

semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan

demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi

kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua

orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan

seperti yang terjadi belakangan ini.

Namun, persepsi seperti itu cenderung mencari-cari kesalahan suatu

program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

1

Page 2: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

2

Peningkatan kesejahterann guru dalam kaitannya dengan sertifikasi harus

dipahami dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan nasional , baik dari segi

proses (layanan) maupun hasil (luaran) pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan

adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyaan, dan penilaian

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Di samping itu, menurut Samami dkk. (2006), yang perlu disadari adalah

bahwa guru adalah subsistem pendidikan nasional. Dengan adanya sertifikasi,

diharapkan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi

standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam

mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Kualitas pembelajaran yang

meningkat diharapkan akan bermuara akhir pada terjadinya peningkatan prestasi

hasil belajar siswa.

Pada dasarnya terdapat barbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan

pendidikan,dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan

proses pembelajaran di sekolah nemempati kedudukan yang sangat penting dan

tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan

sangat menentuksn keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang dilakukan

Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara bahwa di antara berbagai

masukan yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukan oleh prestasi

belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru makin penting lagi

di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-

negara sedang berkembang. Fasli Jalal (2007) mengatakan bahwa pendidikan

yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru

yang profesional, sejahtera dan bermatabat. Oleh karena itu keberadaan guru

bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang

bermutu.

Page 3: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

3

Program sertifikasi tersebut dapat diterapkan untuk guru-guru agar dapat

memiliki standar kompetensi yang telah diterangkan di atas. Guru diharapkan

mampu memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum,

memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi

ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait dan

menginternalisasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (life skill). Selain itu

melalui sertifikasi guru diharapkan mampu menguasai langkah-langkah penelitian

dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan kompetensinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sudah barang tentu, setelah cukup lama melakukan sosialisasi UUGD,

patut mulai dipertanyakan apakah sertifikasi akan secara otomatis meningkatkan

kualitas kompetensi guru, dan kemudian akan meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia, dan adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan

lebih bermutu. Pertanyaan ini penting untuk dijawab secara kritis analitis. Karena

bukti-bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan peningkatan mutu guru

bervariasi. Di Amerika Serikat kebijakan sertifikasi bagi guru belum berhasil

meningkatkan kualitas kompetensi guru, hal antara lain dikarenakan kuatnya

resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertifikasi berjalan amat

lambat. Sebagai contoh dalam kurun waktu sepuluh tahun, mulai tahun 1997 –

2006, Amerika Serikat hanya mentargetkan 100.000 guru untuk disertifikasi.

Bandingkan dengan Indonesia yang dalam kurun waktu yang sama mentargetkan

mensertifikasi 2,7 juta guru. Sebaliknya kebijakan yang sama telah berhasil

meningkatkan kualitas kompetensi guru di Singapore dan Korea Selatan.

Page 4: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI SERTIFIKASI

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.

Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional

guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi

dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan

pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap

kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan

pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan

profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang

kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan.

Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio

ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat pendidikan

yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka

meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam

bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan

kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.

Apa yang menjadi keprihatinan banyak pihak ini dapat dimaklumi. Hal ini

dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih

Page 5: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

5

dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru dinilai

berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat

tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah mudah. Tidak mengherankan

jika kemudian ada beberapa kepala sekolah yang menyetting berkas portofolio

guru di sekolahnya tidak mencapai batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-

guru tersebut dapat mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat

sertifikasi, maka akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma.

Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan

diterapkan di sekolah atau di kelas.

Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio

tidak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan mutu pendidikan

nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan dengan pelaksanaan

sertifikasi di beberapa negara maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Hasil

studi Educational Testing Srvice (ETS) yang dilakukan di delapan negara

menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan profsesionalisme guru di negara-negara

tersebut dilakukan dengan sangat ketat. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan

Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus

dari perguruan tinggi. Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi

guru harus mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk

memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan

akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru,

penilaian terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang

bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performa di kelas yang

diterapkan pada tahun pertama mengajar.

2.2 UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN

Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan

Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan

kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi

Page 6: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

6

Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula

guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Di

samping UUGD juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam UUGD

ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan

peningkatkan kesejahteraan mereka.

2.3 KOMPETENSI GURU

Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,

dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,

yang mencakup:

1. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi

ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang

bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu

yang bersangkutan untuk mempverivikasi dan memantpkan pemahaman

konsep yang dipelajari, serta pemahaman manajemen pembelajaran.

2. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-

tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif,

afektif, dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangann dan

pembelajaran.

3. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar

proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta

penerpanya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.

4. Pengembangan kepribadian profesionalisme, yang mencakup pengem-

bangan intuisikeagamaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan

mengaktualisasikan diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan

Page 7: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

7

profesionalisme kependidikan. Selain standar kompetensi profesi di atas,

guru juga perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual,

intelektual, fisik, dan psikis.Hal ini dipandang perlu karena dalam

melaksanakan tugasnya guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan

(guide of journey) yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

2.4 SERTIFIKASI PROFESI GURU

Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan suatu ketetapan politik

bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak

sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat

mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi

tersebut.

Dalam UUGD ditentukan bahwa seorang pendidik wajib memiliki:

1. Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran.

2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1)

atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru

untuk guru dan S-2 untuk dosen.

3. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Pengertian profesi pendidik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

Page 8: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

8

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh

setiap pendidik yaitu kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.

d. Kompetensi Profesianal

Kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.

Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik sudah memenuhi

standard profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti uji

sertifikasi guru untuk pendidikan dasar dan menengah, serta uji sertifikasi dosen

untuk pendidikan tinggi.

Sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan dilaksanakan dalam bentuk

penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman

profesional guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:

a. Kualifikasi akademik

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pengalaman mengajar

Page 9: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

9

d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi

h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Guru yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat

sertifikat pendidik. Sedangkan guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat :

- Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai

lulus, atau

- Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan

evaluasi/penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi

penyelenggara sertifikasi.

Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru mendapat sertifikat

pendidik. Apa yang harus dilakukan? Menyimak dari pengalaman pelaksanaan

sertifikasi di berbagai negara, maka akan muncul pertanyaan. "Bagaimana agar

sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi guru?" Dan apabila gagal,

"Mengapa sertifikasi gagal meningkatkan kualitas guru?"

Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas

kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai

suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas. Kegagalan dalam mencapai

tujuan ini, terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi sebagai tujuan itu sendiri.

Bagi bangsa dan pemerintah Indonesia harus senantiasa mewaspadai

kecenderungan ini, bahwa jangan sampai sertifikasi menjadi tujuan. Oleh

karenanya, semenjak awal harus ditekankan khususnya di kalangan pendidik,

Page 10: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

10

guru, dan dosen, bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan kualifikasi dan

sertifikasi merupakan sarana untuk mencapai kualitas tersebut.

BAB III

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU

3.1 KUALITAS PENDIDIKAN

Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada

tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada

pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti (diakses 7 Desember 2008).

Indonesia memperoleh indeks 0,728. Dan jika Indonesia dibanding dengan

negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia berada pada

peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam

penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan

bangsa atau pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas

sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang

rendah.

Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United

Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Badan

Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan

PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62

di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia

adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di

Page 11: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

11

tingkat internasional. Daya saing Indonesia menurut Wordl Economic Forum,

2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya

saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan

Singapura pada urutan ke-7.

3.2 KUALITAS GURU

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah

komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat

dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang

layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya

28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%. Guru SMA negeri 65,29%,

swasta 64,73%. Guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %. Salah satu cara yang

dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas

guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi,

pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu

pendidikan nasional akan meningkat pula.

Keterpurukan mutu pendidikan Indonesia di dunia internasional memang

amat memprihatinkan. Akan tetapi, keprihatinan ini jangan sampai membuat kita

putus harapan. Keterpurukan ini hendaknya membuat kita sungguh-sungguh

terdorong mencari jalan yang tepat, bukan dengan cara-cara instan dan

mengutamakan kepentingan pribadi. Salah satu jalan yang ditempuh oleh

pemerintah dalam mengatasi mutu pendidikan yang rendah ini adalah dengan

meningkatkan kualitas gurunya melalui sertifikasi guru.

Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru, kinerjanya akan

meningkat sehingga prestasi siswa meningkat pula. Namun dalam

pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio memberi banyak

peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini disebabkan

profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator inilah yang

kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud

Page 12: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

12

penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru,

apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara maju,

terutama dalam bidang pendidikan, peningkatkan mutu pendidikan hanya dapat

dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan hanya akan

menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang percuma. Sedangkan

apa yang menjadi substansi sama sekali tidak tersentuh.

3.3 FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SERTIFIKASI GURU

Adakah jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi

guru? Ada beberapa hal yang perlu untuk dikaji secara mendalam untuk

memberikan jaminan bahwa sertifikasi akan meningkatkan kualitas kompetensi

guru.

Pertama, sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai

suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Seperti yang telah dikemukakan di atas,

perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah

sarana untuk menuju kualitas. Sertikasi bukan tujuan itu sendiri. Kesadaran dan

pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang

dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau seorang guru kembali masuk

kampus untuk kualifikasi, maka belajar kembali ini untuk mendapatkan tambahan

ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1.

Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara

yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah mendapatkan

tambahan ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula kalau guru mengikuti uji

sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan

untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi

sebagaimana disyaratkan dalam standard kemampuan guru. Tunjangan profesi

adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud.

Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna

Page 13: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

13

memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang

benar untuk menghadapi uji sertifikasi.

Kedua, konsistensi dan ketegaran pemerintah. Sebagai suatu kebijakan

yang merentuhan dengan berbagai kelompok masyarakat akan mendapatkan

berbagai tantangan dan tuntutan. Paling tidak tuntutan dan tantangan akan muncul

dari 3 sumber yaitu:

- Sumber pertama adalah dalam penentuan lembaga yang berhak

melaksanakan uji sertifikasi. Berbagai lembaga penyelenggara pendidikan

tinggi, khususnya dari fihak Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Swasta akan menuntut untuk diberi hak menyelenggarakan dan

melaksanakan uji sertifikasi. Demikian juga, akan muncul tuntutan dari

berbagai LPTK negeri khususnya di daerah luar jawa akan menuntut

dengan alasan demi keseimbangan geografis. Tuntutan ini akan

mempengaruhi penentuan yang mendasarkan pada objektivitas

kemampuan suatu perguruan tinggi. Ketegaran dan konsistensi pemerintah

juga diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan sekaligus tantangan bagi

pelaksana Undang-Undang yang muncul dari kalangan guru sendiri.

- Sumber kedua adalah mereka yang sudah senior atau

- Sumber ketiga adalah mereka para guru yang masih jauh dari pensyaratan

akan menentang dan menuntut berbagai kemudahan agar bisa memperoleh

sertifikat profesi tersebut.

Ketiga, tegas dan tegakkan hukum. Dalam pelaksanaan sertifikasi, akan

muncul berbagai penyimpangan dari aturan main yang sudah ada. Adanya

penyimpangan ini tidak lepas dari adanya upaya berbagai fihak, khususnya guru

untuk mendapatkan sertifikat profesi dengan jalan pintas. Penyimpangan yang

muncul dan harus diwaspadai adalah pelaksanaan sertifikasi yang tidak benar.

Oleh karenanya, begitu ada gejala penyimpangan, pemerintah harus segera

mengambil tindakan tegas. Seperti mencabut hak melaksanakan sertifikasi dari

Page 14: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

14

lembaga yang dimaksud, atau menetapkan seseorang tidak boleh menjadi penguji

sertifikasi, dan lain sebagainya.

Keempat, laksanakan UU secara konsekuen. Tuntutan dan tantangan juga

akan muncul dari berbagai daerah yang secara geografis memiliki tingkat

pendidikan yang relatif tertinggal. Kalau UUGD dilaksanakan maka sebagian

besar dari pendidik di daerah ini tidak akan lolos sertifikasi.

Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard nasional yang

harus dipatuhi. Toleransi bisa diberikan dalam pengertian waktu transisi.

Misalnya, untuk Jawa Tengah transisi 5 tahun, tetapi untuk daerah yang terpencil

transisi 10 tahun. Tetapi standard tidak mengenal toleransi.

Kelima pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan anggaran

yang memadai, baik untuk pelaksanaan sertifikasi maupun untuk pemberian

tunjangan profesi.

3.4 PEMBINAAN PASCA SERTIFIKASI

Pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan, karena

prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar

sepanjang hayat masih dikandung badan. Sebagai guru profesional dan telah

menyandang sertifikat pendidik, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan

prosionalitasnya sebagai guru.

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continuous profesional

development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu kelompok kerja

guru (KKG) untuk tingkat SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

untuk tingkat sekolah menengah. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk

menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru dan berbagi pengalaman

mengajar antar guru, tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akademik dan

melakukan refleksi diri.

Page 15: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

15

Desain jejaring kerja (networking) peningkatan profesionalitas guru

berkelanjutan melibatkan instansi Pusat, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota serta

Perguruan Tinggi setempat. P4TK yang berbasis mata pelajaran membentuk Tim

Pengembang Materi Pembelajaran, bekerjasama dengan Perguruan Tinggi

bertugas:

1. menelaah dan mengembangkan materi untuk kegiatan KKG dan MGMP

2. mengembangkan model-model pembelajaran.

3. mengembangkan modul untuk pelatihan instruktur dan guru inti.

4. memberikan pembekalan kepada instruktur pada LPMP.

5. mendesain pola dan mekanisme kerja instruktur dan guru inti dalam kegiatan

KKG dan MGMP.

LPMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi melakukan seleksi guru

utk menjadi Instruktur Mata Pelajaran Tingkat Propinsi per mata pelajaran dengan

tugas:

1. menjadi narasumber dan fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP

2. mengembangkan inovasi pembelajaran untuk KKG dan MGMP

3. menjamin keterlaksanaan kegiatan KKG dan MGMP

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi Instruktur Mata

Pelajaran Tingkat Kab/Kota dan membentuk Guru Inti per mata pelajaran dengan

tugas:

1. motivator bagi guru untuk aktif dalam KKG dan MGMP

2. menjadi fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP

3. mengembangkan inovasi pembelajaran

4. menjadi narasumber pada kegiatan KKG dan MGMP

Page 16: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

16

KKG dan MGMP sebagai wadah pengembangan profesi guru melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi profesi guru. Selain itu perlu adanya

pemberdayaan guru yang telah memperoleh sertifikat. Hal ini dapat dilakukan

dengan adanya pemberian tugas yang sesuai dengan kompetensi guru maupun

adanya dorongan dari pihak manajemen sekolah yang mampu menumbuhkan

motivasi kerja bagi para guru. Meningkatnya kompetensi guru yang didukung

dengan adanya motivasi kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan kinerja guru.

Meningkatnya kinerja guru akan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang pada

akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, karena ujung

tombak dari kegiatan pendidikan adalah pada kegiatan pembelajaran yang

dirancang dan dilaksanakan oleh guru.

3.5 PENGARUH NEGATIF SERTIFIKASI GURU BERBASIS

PORTOFOLIO TERHADAP KOMPETENSI GURU

Fakta dilapangan sangat jelas bahwa untuk memperoleh sertifikasi guru,

hanya dengan menyerahkan portofolio. Padahal jika dilihat dari aspek evaluasi, uji

portofolio tidak menggambarkan kompetensi atau kemampuan para guru sesuai

dengan Undang-undang No. 14 tahun 2005 pasal 8 yang menyatakan bahwa

kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Pelaksanaan program sertifikasi tujuan dasarnya adalah untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan meningkatnya kualitas

pendidikan, maka akan dapat pula mendongkrak kualitas pendidikan bangsa

Indonesia saat ini. Meski proses sertifikasi guru sudah memasuki periode

keempat, bukan berarti kendala dan permasalahan yang menyertai sertifikasi guru

sirna. Bahkan, problematika yang berasal dari para peserta sertifikasi sendiri

bermunculan, karena para guru saling berlomba melengkapi berbagai persyaratan

sertifikasi dengan cara yang tidak benar. Terlebih, syarat sertifikasi hanya

Page 17: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

17

menyusun portofolio yang di dalamnya berisi berbagai dokumen mengenai

kompetensi guru dalam berbagai bidang.

Adapun dampak negatif dari sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap

kinerja dan kompetensi guru adalah:

1. Menjadi Sosok yang Certificate-Oriented

Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio

ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat

pendidikan yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam

rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa

sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama

sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan

peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini berkaitan dengan temuan-

temuan dilapangan bahwa adanya indikasi kecurangan dalam melengkapi

berkas portofolio oleh para guru peserta sertifikasi. “Kecurangan dengan

memalsukan dokumen portofolio itu memang ada. Indikasinya kuat sekali.

Temuan ini nanti akan diklasifikasi ke guru hingga kepala sekolah yang

bersangkutan,” Rochmat Wahab, Ketua Panitia Pelaksana Uji Sertifikasi

dari Universitas Negeri Yogyakarta (Kompas 18/9). Semua guru ribut ikut

seminar dan lokakarya agar mendapat sertifikat, legalisasi ijazah dengan

cara scan, lengkap dengan tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,

termasuk ijazah S-1 yang entah berasal dari perguruan tinggi mana. Salah

satu penyebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah lemahnya

pengarsipan data sehingga pada saat dokumen tertentu dibutuhkan, para

guru kerepotan karena tidak terbiasa mengarsip. Hal seperti ini bisa saja

lulus dalam proses sertifikasi. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwasannya

asesor sebagai orang yang menilai portofolio melakukan kesalahan dan

tidak cermat dalam melakukan penilaian. Namun yang menjadi pertanyaan

adalah apakah guru sebagai cermin siswa itu jujur, apakah layak untuk

mendapat sertifikat pendidik sebagai pendidik profesional? Apa tidak malu

Page 18: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

18

jika bersertifikat profesional, tetapi ijazah yang dimiliki ditempuh dengan

cara seperti itu?. Sebagian guru menjadi seorang yang certificate-oriented

bukannya programa-oriented yang seharusnya sibuk memikirkan teknik

pengajaran apa yang akan digunakan di dalam kelas agar hasil

pembelajaranya maksimal.

2. Miskin Keterampilan dan Kreatifitas

Guru bukanlah bagian dari sistem kurikulum, tetapi keberhasilan

pelaksanaan kurikulum akan bergantung pada kemampuan, kemauan, dan

sikap professional tenaga guru (Soedijarto, 1993). Kalau dikaitkan

persyaratan professional seorang guru yang sesuai dengan Standar

Nasional Pendidikan yaitu, mampu merencanakan, mengembangkan,

melaksanakan, dan menilai proses belajar secara relevan dan efektif maka

seorang guru yang professional akan dengan mudah lolos sertifikasi

berbasis portofolio tanpa harus memanipulasi berkasnya. Karena

sebelumnya guru tersebut telah giat mengembangkan dirinya demi anak

didiknya. Namun yang menjadi persoalan adalah mereka, para guru yang

melakukan kecurangan dalam sertifikasi. Temuan kecurangan dalam

sertifikasi tersebut jelas membuktikan bahwa guru yang lolos sertifikasi

dengan cara memanipulasi berkas portofolio, akan tetap mengajar dengan

seadanya. Guru yang terampil dan kreatif akan mampu menguasai dan

membawa situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide

kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih menarik mengikuti pelajaran,

tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah orang yang handal

dan mempunyai banyak pengalaman. Berbeda halnya dengan guru yang

tidak kreatif. Mereka miskin keterampilan dan kreatifitas sehingga apa

yang disampaikan serasa kaku tanpa pengembangan konsep pembahasan.

Penyajian pelajaran hanya sebatas penyampaian secara tekstual. Dan

menurut hemat penulis hal ini lah yang dialami oleh para guru yang

memanipulasi berkas portofolio mereka dalam sertifikasi.

Page 19: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

19

3. Degradasi Semangat Mengembangkan Diri

Jika dalam Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru harus

mengembangkan kepribadiannya ke arah profesionalisme. Maka sertifikasi

berbasis portofolio dipandang dapat menghambat proses pengembangan

tersebut. Karena seperti yang penulis paparkan di atas, bahwa sertifikasi

selain untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia juga

untuk meningkatkan kesejahteraan guru itu sendiri. Dengan memberikan

tunjangan satu kali gaji pokok. Kalau proses sertifikasi hanya dinilai

dengan berkas portofolio maka guru pun akan dengan instant

melengkapinya. Pengembangan diri yang meliputi standar profesi dan

standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis

membutuhkan proses yang panjang, tidak bisa secara instant. Apalagi

hanya dibuktikan dengan sertifikat kegiatan-kegiatan ilmiah yang

berkaitan dengan kependidikan jelas tidak bisa dijadikan standar

pengembangan diri seorang guru. Pada akhirnya para guru pun enggan

untuk berusaha mengembangkan dirinya sebagaimana yang dituntut dalam

Undang-Undang Guru dan Dosen serta Standar Pendidikan Nasional.

4. Merosotnya Kompetensi Profesi

Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada

tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia

berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti Peringkat

Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah

gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Keterpurukan mutu

pendidikan di Indonesia juga dinyatakan oleh United Nation Educational,

Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan Perserikatan

Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Salah satu penyebab

rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru.

Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan

guru mengajar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk

Page 20: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

20

mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan

mengadakan sertifikasi berbasis portofolio. Dengan adanya sertifikasi,

pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya

mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Namun sertifikasi yang

berbasis portofolio tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak. Hal ini

dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio

tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi

guru dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan.

Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah

mudah. Tidak mengherankan jika kemudian ada beberapa kepala sekolah

yang menyetting berkas portofolio guru di sekolahnya tidak mencapai

batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-guru tersebut dapat

mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat sertifikasi, maka

akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma. Dan pada

gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan diterapkan

di sekolah atau di kelas. Fenomena ini menerangkan bahwa sertifikasi

berbasis portofolio menyebabkan merosotnya kompetensi profesi guru.

3.6 ANTISIPASI PENGARUH NEGATIF SERTIFIKASI GURU

BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP KINERJA DAN

KOMPETENSI GURU

Berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan dari sertifikasi

berbasis portofolio di atas, cara untuk mengantisipasi pengaruh negatif yang

lahir akibat gejala-gejala tersebut. Diharapkan cara yang dimaksud dapat

mendatangkan hasil positif bagi permasalahan yang diangkat. Sehingga

yang menjadi masalah dapat dikendalikan. Cara yang dapat dilakukan

sebagai langkah awal untuk membendung pengaruh negatif sertifikasi guru

berbasis portofolio adalah sebagai berikut:

a. Mensosialisasikan dan Meningkatkan Pengawasan Sertifikasi

Page 21: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

21

Terkait dengan indikasi adanya kecurangan dokumen portofolio

yang diserahkan guru yang terpilih dalam kuota, maka perlu kiranya, Dinas

Pendidikan di daerah selaku lembaga fasilitator kaum “Umar Bakri” ini

agar dapat terus mensosialisasikan program sertifikasi, supaya guru tidak

panik dalam menghadapi proses penilaian portofolio. Hal Ini harus

disosialisasikan oleh dinas pendidikan setempat bahwa guru tetap punya

kesempatan untuk lulus melalui pendidikan dan pelatihan. Bagi yang sudah

dapat sertifikat pendidik pun perlu diingatkan supaya bertanggung jawab

terhadap kualifikasi yang sudah diraih. Selain itu sosialisasi terkait

sertifikasi ini dapat membantu para guru yang belum mengerti apa yang

harus dilakukan agar lolos sertifikasi dengan jalan yang benar.

Para pengawas sertifikasi dalam hal ini tim asesor juga perlu meningkatkan

kejelian dan ketelitian dalam mensertifikasi para peserta, agar tidak

meloloskan peserta yang memanipulasi berkas portofolionya. Serta

meningkatkan kewaspadaan terhadap indikasi kecurangan-kecurangan yang

mungkin terjadi.

b. Meningkatkan Suguhan Up Grading untuk Para Guru

Suguhan Up Grading yang penulis maksud berupa peningkatan-

peningkatan kualitas guru diberbagai kompetensi. Up Grading ini dapat

berupa Kegiatan-kegiatan training, penataran, workshop, dan apapun istilah

lainnya. Cara ini dapat mengubah rahasia umum para guru, bahwa yang

dapat menikmati suguhan Up Grading tersebut hanyalah segelintir dari

mereka. Diutamakan yang dapat bekerjasama dengan pimpinan atau

dianggap berprestasi “di mata” atasan. Sehingga, yang dapat mengikuti

sertifikasi dengan baik dan benar juga akan menjadi sedikit saja. Sementara

kuota yang demikian besar membuat, lagi-lagi, menyediakan celah

penyimpangan. Terjadilah pemalsuan sertifikat, berkas-berkas terkait, data-

data dan sebagainya. Proses Up Grading harus sesuai dengan tujuan, yaitu

meningkatkan empat kompetensi guru sebagaimana amanat Undang-

undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 tentang kompetensi

Page 22: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

22

guru dan pasal 32 tentang pembinaan dan pengembangan. Pengembangan

jangan terfokus pada pengembangan kompetensi profesional yang lebih

bersifat managerial kelas dan administratif. Kompetensi lain yang meliputi

paedagogis, kepribadian dan sosial juga harus ditingkatkan. Selain itu

pengembangan kompetensi tersebut dilakukan tidak hanya dalam bentuk

himbauan atau ceramah saja.

BAB IV

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Pengaruh sertifikasi guru terhadap kualitas pendidikan mulai tampak jelas

setah 4 tahun pelaksanaan sertifikasi guru baik pengaruh yang bersifat positif

maupun negatif. Secara garis besar pengaruh tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1, Upaya yang sungguh-sungguh perlu dilaksanakan untuk mewujudkan guru

yang professional, sejahtera dan memiliki kompetensi. Hal ini merupakan

syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang

berkualitas, di mana pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu syarat

utama untuk mewujudkan kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa.

Page 23: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

23

2. Dengan disertifkasinya guru, kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi

siswa meningkat pula. Namun untuk membentuk guru yang profesional

sangat tergantung pada banyak hal yaitu guru itu sendiri, pemerintah,

masyarakat dan orang tua. Berdasarkan kenyataan yang ada, pemerintah telah

mengupayakan berbagai hal, diantaranya sertifikasi guru. Dengan adanya

program sertifikasi tersebut, kualitas mengajar guru akan lebih baik.

3. Pelaksanaan program sertifikasi guru pulalah yang memungkinkan pemberian

tunjangan profesi bagi para guru dapat terwujud yang berimplikasi terhadap

peningkatan kesejahteraan guru. Peningkatan kesejahteraan guru ini penting

artinya bagi peningkatan kualitas pendidikan baik secara langsung maupun

tidak langsung, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan

peningkatan kesejahteraan guru dapat bekerja dengan lebih tenang,

berpenampilan lebih baik, mempunyai kebanggaan profesi yang

disandangnya, dapat membeli buku-buku sumber yang lebih berkualitas,

meningkatkan jenjang pendidikannya. Pada akhirnya dengan peningkatan

kesejahteraan dapat pula meningkatkan martabat seorang guru. Sehingga

profesi seorang guru tidak dipandang sebelah mata lagi. Tidak lama lagi lagu

Iwan Fals yang berjudul “Umar Bakri” yang merupakan celenehan bagi

profesi guru tinggal menjadi kenangan masa lampau.

4. Pengaruh jangka panjangnya adalah menumbuhkan minat sumber daya

manusia yang berkualitas di Indonesia untuk menjadi seorang guru yang

profesiaonal. Hal ini sudah terlihat dengan meningkatnya minat para lulusan

SLTA untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi keguruan atau

pendidikan. Dengan input yang lebih berkualitas di harapkan Perguruan

Tinggi pencetak guru di Indonesia akan menghasilkan output yang lebih

berkualitas sehingga menghasilkan outcome yang lebih berkualitas pula.

5. Karena komponen yang menentukan kualitas pendidikan bukan hanya

kualitas guru saja tetapi juga dipengaruhi juga oleh kualiatas komponen yang

lainnya seperti sarana prasarana, manajemen sekolah, kurikulum, kesadaran

Page 24: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

24

masyarakat akan pentingnya pendidikan, niat dan tekat para stake holder

termasuk juga tingkat daya beli masyarakat dan lain-lain maka perlunya

pengadaan program dan kebijakan yang simultan, selaras dan

berkesinambungan di setiap komponen yang kiranya akan saling terkait

dalam mewujudkan pendidikan di Indonesia yang berkualitas.

6. Pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan yang belum merata bagi semua guru

berdampak keceburuan social bagi guru yang belum tersertifikasi, sehingga

akan menurunkan motivasi kerja.

4.2 SARAN

Hal-hal yang harus dilakukan untuk lebih meningkatkan efektifitas

sertifikasi terhadap kualitas pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Program sertifikasi bagi guru harus dilanjutkan dengan percepatan untuk

menjamin pemerataan sertifikasi bagi seruh guru sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan.

2. Program sertifikasi dengan pendekatan fortopolio harus dihindari dan

difokuskan pada pendakatan diklat untuk melaksanakan up grading

kompetensi guru.

3. Pengawasan pelaksanaan sertifikasi harus berkesinambungan dan diperketat.

4. Program-program peningkatan kualitas guru melalui pembinaan pasca

sertifikasi harus dilaksanakan.

Page 25: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Illahi, karena berkat perkenannya jualah

penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas

individu mata kuliah Analisis Pengambilan Keputusan .

Makalah ini mengangkat isu yang masih hangat sekarang ini yaitu tentang

sertifikasi guru. Dalam penyuguhan makalah ini penyusun menyadari banyak

sekali pengertian, landasan teori dan pembahasan yang kurang tepat walaupuni

pada dasarnya penyusun sudah berusaha memberikan yang terbaik, Untuk itu

masukan dan perbaikan penyusun harapkan demi perbaikan di masa depan.

Terima kasih penyusun haturkan kepada semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langasung. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi yang membacanya,

Page 26: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

26

Bandung, Mei 2011

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA

Jalal, Fasli. 2007. Sertifikasi Guru Untuk Mewujutkan Pendidikan yang Bermutu. Surabaya: Kencana

Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru Professional Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.psb-psma.org/content/blog/sertifikat-guru

http://agupenaja.net/2009/08/25/sertifikasi-guru-upaya-meningkatkan-status-guru/

http://www.va-media.com/forum/printthread.php?tid=2757

http://sudarmi.com/peningkatan-kualitas-mutu-pendidikan

http://mediaindonesia.com/index. php?ar_id=NDMOjY

Page 27: Pengaruh sertifikasi guru terhadap mutu pendididikan by HELDY ERISTON

27