PENGARUH SELF-ESTEEM,SELF-UNCERTAINTY...

118
PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-UNCERTAINTY, DUKUNGAN SOSIAL, DAN INTENSITAS PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP PERBANDINGAN SOSIAL PADA PENGGUNA INSTAGRAM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Santi Susanti 11150700000092 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of PENGARUH SELF-ESTEEM,SELF-UNCERTAINTY...

  • PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-UNCERTAINTY, DUKUNGAN

    SOSIAL, DAN INTENSITAS PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP

    PERBANDINGAN SOSIAL PADA PENGGUNA INSTAGRAM

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Oleh :

    Santi Susanti

    11150700000092

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2019 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) Agustus 2019(C) Santi Susanti(D) Pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitas

    penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada penggunaInstagram.

    (E) Xiiv + 79 halaman + lampiran(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

    signifikan antara self-estem, self-uncertainty, dukungan sosial danintensitas penggunaan Instagram pada perbandingan sosial penggunaInstagram. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 417 remaja dan dewasaawal pengguna Instagram dengan rentang usia 16-25 tahun. Adapuninstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahIowa-Netherlands Comparison Orientation Measure (INCOM) yang dikembangkan oleh Gibbons & Buunk (1999) untuk mengukurperbandingan sosial. Self-liking and self-competence questionnaires(SLCS) yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001) untukmengukur self-esteem. Penelitian ini menggunakan beberapa alat ukuruntuk mengukur self-uncertainty yaitu, IUS-12 yang dikembangkan olehCarleton (2007), anxiety scale pada Depression and Anxiety Scale (DAS)yang dikembangkan oleh Costello dan Comrey (1967), dan The Centerfor Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun olehRadloff (1977). The Multidimensional Scale of Perceived Social Support(MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet et al. (1988) untuk mengukurdukungan sosial. Penelitian ini menggunakan analisis faktorkonfirmatorik untuk menguji validitas konstruk alat ukur dan uji hipotesisdalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikanantara self-estem, self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitaspenggunaan Instagram pada perbandingan sosial pengguna Instagramsebesar 0,123 atau 12,3% dan sebanyak 87,7% lainya dipengaruhi olehvariabel lain di luar penelitian. Berdasarkan hasil uji hipotesismasing-masing variabel yang telah dilakukan terdapat dua variabel yangberpengaruh secara signifikan terhadap perbandingan sosial penggunainstagram yaitu, self-liking yang merupakan aspek dari self-esteem dandukungan teman yang merupakan aspek dari dukungan sosial.

    Bahan bacaan : 40 (buku + jurnal artikel + website)Kata kunci : perbandingan sosial, self-esteem, self-uncertainty,

    dukungan sosial, intensitas penggunaan Instagram.

  • vi

    ABSTRACT

    (A) Faculty of Psychology of Syarif Hidayatullah Islamic State UniversityJakarta

    (B) September 2019(C) Santi Susanti(D) Effects of Self-Esteem, Self-Uncertainty, Social Support, and Intencity of

    Instagram Use on Instagram User’s Social Comparison.(E) Xiiv + 79 pages + appendixes(F) The study aims to determine whether there is an effect of self-esteem,

    self-uncertainty, social support, and intencity of instagram use towardsinstagram user’s social comparison. The sample of this research was 417an adolescent and emerging adults instagram user aged 16-25 years. Theresearch Instrument used in this study is Iowa-Netherlands ComparisonOrientation Measure (INCOM) developed by Gibbons & Buunk (1999)to measure social comparison. Self-liking and self-competencequestionnaires (SLCS) developed by Tafarodi and Swann (2001) tomeasure self-esteem. In this study self-uncertainty measured by somemeasuring instrument. Some instrument to measure self-uncertainty isIUS-12 developed byCarleton (2007), anxiety scale on Depression andAnxiety Scale (DAS) developed by Costello and Comrey (1967), dan TheCenter for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) developedby Radloff (1977). The Multidimensional Scale of Perceived SocialSupport (MSPSS) developed by Zimet et al. (1988) to measure socialsupport. The study used confirmatory factor analysis to test the constructvalidity of the measuring instrument and to test the research hypothesisused a multiple regression analysis techniques. The results of this researchindicate that there is a significant influence of self-esteem,self-uncertainty, social support, and intencity of instagram use toinstagram user’s social comparison of 0,123 or 12,3% of the remaining87,7% is influenced by other variables. hypotesis testing that has beendone, there are two variables significant influence on instagram user’ssocial comparison. Based on the results of the hypothesis testing of eachvariable that has been done, there are two variables significant influenceon instagram user social comparison, self-liking an aspect fromself-esteem and friends support an aspect from social support.

    Reading material : 40 (books + article journal + website)Keyworsd : social comparison, self-esteem, self-uncertainty,

    social support, instagram use.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat dan

    ridho-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

    skripsi ini yang berjudul pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial,

    dan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada

    pengguna Instagram. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada

    Nabi besar Muhammad SAW.

    Peneliti menyadari bahwa terselesaikan nya skripsi ini tidak lepas dari

    dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah peneliti

    mengucapkan rasa terima kasih kepada:

    1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. Dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

    2. Solicha, M.Si, dosen pembimbing akademik peneliti yang selalu

    memberikan dukungan dan arahan selama masa perkuliahan dari awal

    semester hingga akhir.

    3. Ilmi Amalia, M.Psi., Psikolog, dosen pembimbing skripsi yang

    memberikan bimbingan, motivasi dan saran serta dukungan kepada

    peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.

  • viii

    4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang

    memberikan kemudahan dan bantuan bagi peneliti dalam setiap proses

    administrasi perkuliahan.

    5. Empat ratus tujuh belas responden pada penelitian ini yang telah

    meluangkan waktunya untuk membantu melancarkan penelitian ini.

    6. Kedua orangtua peneliti, papah Abdul Mujib dan mamah Icih Sunarsih

    serta adik peneliti, Dzeko Afandi yang peneliti sayangi. Terima kasih atas

    segala bentuk dukungan, doa, dan kasih sayang yang tulus kepada

    peneliti.

    7. Sahabat-sahabat peneliti yang selalu meyakinkan, menguatkan,

    memberikan siraman rohani, memberikan cerita, canda tawa, serta

    memberikan bantuan kepada peneliti selama proses penulisan skripsi.

    Terima kasih Susi Handayani, Safinatunnajah, Ardhia Nabiilah, Dwi

    Nurhasanah, Itsna Diah, Siska Puspawardani dan Suha Yumna. Tanpa

    kalian masa-masa sulit peneliti tidak akan terasa lebih ringan.

    8. Teman-teman satu perjuangan skripsi, Cahaya Asyifa, Anisa Hasbiya,

    dan Maulidya, serta Nur Soffa, Siti Fatimah Rizkiyani, ka Nia

    Wahdaniyah yang selalu bersedia memberikan bantuan dan dukungannya

    kepada peneliti selama proses penulisan skripsi. Tak lupa juga seluruh

    teman-teman mahasiswa psikologi UIN Jakarta angkatan 2015 lainnya,

    yang tak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu.

  • ix

    9. Gun Atthaphan Phunsawat dan Off Jumpol Adulkittiporn yang selalu

    menghibur peneliti selama sela-sela penulisan skripsi ini melalui series

    dan acara yang dibintangi serta yang secara tidak langsung memberikan

    motivasi kepada peneliti agar lebih cepat menyelesaikan penulisan skripsi

    dan mendapatkan gelar sarjana.

    10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan lagi satu persatu. Terima

    kasih telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala

    bantuan, dukungan, dan doanya kepada peneliti dibalas Allah dengan

    kebaikan dan rezeki yang melimpah.

    Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh

    dari kesempurnaan sehingga peneliti menerima saran dan kritik atas

    penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti berharap penelitian ini dapat

    bermanfaat bagi siapa pun yang membaca penelitian ini.

    Jakarta, 07 Oktober 2019

    Peneliti

    Santi Susanti

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iiLEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. iiiLEMBARAN PERNYATAAN.......................................Error! Bookmark not defined.ABSTRAK.............................................................................................................. vABSTRACT...........................................................................................................viKATA PENGANTAR..........................................................................................viiDAFTAR ISI...........................................................................................................xDAFTAR TABEL................................................................................................ xiiDAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xivBAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1

    1.1. Latar belakang..........................................................................................11.2. Pembatasan dan rumusan masalah........................................................ 7

    1.2.1. Pembatasan masalah......................................................................... 71.2.2. Rumusan masalah............................................................................. 8

    1.3. Tujuan dan manfaat penelitian...............................................................91.3.1. Tujuan penelitian.............................................................................. 91.3.2. Manfaat penelitian............................................................................ 9

    BAB 2 LANDASAN TEORI............................................................................... 102.1. Perbandingan Sosial...............................................................................10

    2.1.1. Pengertian perbandingan sosial...................................................... 102.1.2. Aspek-aspek perbandingan sosial...................................................122.1.3. Faktor yang mempengaruhi perbandingan sosial........................... 122.1.4. Pengukuran perbandingan sosial.................................................... 15

    2.2. Self-esteem............................................................................................... 162.2.1. Pengertian self-esteem.....................................................................162.2.2. Aspek-aspek self-esteem................................................................. 172.2.3. Pengukuran self-esteem...................................................................17

    2.3. Self-uncertainty....................................................................................... 182.3.1. Pengertian self-uncertainty............................................................. 182.3.2. Pengukuran self-uncertainty........................................................... 20

    2.4. Dukungan Sosial..................................................................................... 212.4.1. Pengertian dukungan sosial............................................................ 212.4.2. Aspek-aspek dukungan sosial.........................................................222.4.3. Pengukuran dukungan sosial.......................................................... 23

    2.5. Kerangka berpikir..................................................................................242.6. Hipotesis.................................................................................................. 28

    BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................303.1 Populasi, sampel, dan teknik pengumpulan sampel.............................303.2 Variabel Penelitian dan Definisi.............................................................303.3 Instrumen pengumpulan data................................................................ 33

    3.3.1 Skala pengukuran perbandingan sosial............................................333.3.2 Skala pengukuran self-esteem..........................................................34

  • xi

    3.3.3 Skala pengukuran Intolerance of Uncertainty................................. 353.3.4 Skala pengukuran anxiety................................................................ 363.3.5 Skala pengukuran depression.......................................................... 373.3.6 Skala pengukuran dukungan sosial..................................................38

    3.4 Uji Validitas Konstruk............................................................................ 393.4.1 Uji validitas skala perbandingan sosial............................................403.4.3 Uji validitas skala dimensi self-liking..............................................423.4.4 Uji validitas skala Intolerancy of uncertainty..................................433.4.5 Uji validitas skala Anxiety................................................................443.4.6 Uji validitas skala Depression......................................................... 463.4.7 Uji validitas skala dukungan keluarga............................................. 473.4.8 Uji validitas skala dukungan teman................................................. 483.4.9 Uji validitas skala dukungan significant others...............................49

    3.5 Teknik analisis data.................................................................................503.6 Prosedur penelitian................................................................................. 51

    BAB 4 HASIL PENELITIAN............................................................................. 534.1 Gambaran umum subjek penelitian........................................................... 534.2 Hasil Analisis Deskriptif........................................................................... 544.3 Kategorisasi Skor Variabel........................................................................554.4 Uji Hipotesis Penelitian.............................................................................574.5 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable................................... 62

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN.............................................665. 1. Kesimpulan............................................................................................ 665. 2. Diskusi.................................................................................................... 665. 3. Saran.......................................................................................................73

    5.3.1. Saran teoritis................................................................................... 735.3.2. Saran praktis................................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 76LAMPIRAN ........................................................................................................80

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Blueprint skala perbandingan sosial..................................................34Tabel 3.1Blueprint skala pengukuran self-esteem.............................................35Tabel 3.2Blueprint skala pengukuran intolerance of uncertainty..................... 36Tabel 3.3Blueprint skala pengukuran anxiety ................................................. 36Tabel 3.4Blueprint skala pengukuran depression..............................................38Tabel 3.6 Blueprint skala pengukuran dukungan sosial....................................39Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Perbandingan Sosial......................................... 40Tabel 3.8 Muatan Faktor Item self-competence................................................ 42Tabel 3.9 Muatan Faktor Item self-liking.......................................................... 43Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Intolerance of uncertainty.............................. 44Tabel 3.11 Muatan Faktor Item anxiety.............................................................45Tabel 3.12 Muatan Faktor Item depression.......................................................47Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dukungan Keluarga........................................48Tabel 3.14 Muatan Faktor Item dukungan teman..............................................49Tabel 3.15 Muatan Faktor Item dukungan significant others........................... 50Tabel 4. 1 Gambaran Umum Subjek Penelitian................................................ 53Tabel 4. 2 Hasil Deskriptif................................................................................ 54Tabel 4. 3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian..................................55Tabel 4. 4 Kategorisasi Skor Variabel...............................................................56Tabel 4. 5 R square............................................................................................58Tabel 4. 6 ANOVA Pengaruh independent variable terhadap dependent

    variable....................................................................................................58Tabel 4. 7 Koefisien Regresi............................................................................. 59Tabel 4. 8 Hasil Model Summary Proporsi Varians..........................................63

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir...........................................................................28

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 80Lampiran 2 Path Diagram 93Lampiran 3 Output Regresi 102

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Jumlah pengguna sosial media telah meningkat, dalam penelitian terbaru

    Global Web Index (GWI) menemukan bahwa pada tahun 2016 jumlah pengguna

    Instagram telah meningkat lebih dari 10% dari akhir tahun 2015. Hal ini dapat

    diartikan bahwa pengguna Instagram saat ini sudah mencapai hampir 50% dari

    pengguna internet di dunia (Valk, 2016). Diketahui bahwa jumlah pengguna aktif

    Instagram terbesar berasal dari Amerika Serikat sebanyak 110 juta. Disusul Brasil

    dengan 57 juta pengguna aktif dan Indonesia berada di urutan ketiga dengan 55

    juta. Di Indonesia, Instagram merupakan media sosial yang paling sering

    digunakan keempat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp (Datakata, 2018)

    Sebagai salah satu situs jejaring sosial Instagram tentunya memiliki

    beberapa dampak untuk kesejahteraan penggunanya. Penelitian yang dilakukan

    oleh Ouwerkerk dan Johnson (2016) ditemukan bahwa motif seorang individu

    mengikuti orang lain di Instagram adalah untuk menjadi inspirasi bagi individu

    tersebut. Selain dapat menginspirasi penggunanya, Instagram juga memiliki

    dampak yang buruk untuk kesehatan mental penggunanya. Di awal tahun 2017,

    Royal Society for Public Health (RSPH)/ Young Mental Health (YHM) melakukan

    survei mengenai platform media sosial yang mereka gunakan pada 1.500 anak

    muda (usia 14-24 tahun) dari seluruh Inggris. Anak muda tersebut diminta untuk

    menilai media sosial berdasarkan masalah-masalah kesehatan mental yang

  • 2

    ditimbulkan dari media sosial tersebut, beberapa masalah diantaranya adalah

    depresi, kesepian, dan kemampuan untuk menentukan diri yang sebenarnya.

    Berdasarkan survei tersebut diketahui bahwa Instagram adalah media sosial yang

    memiliki dampak terburuk bagi kesehatan mental penggunanya dari pada media

    sosial lainnya seperti Youtube, Twitter, Facebok, dan Snapchat (People, 2017).

    Beberapa efek yang didapatkan dari Instagram tersebut disebabkan oleh rasa

    cemburu dan perbandingan sosial yang dirasakan saat bermain Instagram

    (Midgley, 2019; Pitts & Scott, 2018).

    Jones (2002) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai penilaian

    kognitif yang dibuat oleh seorang individu tentang suatu hal yang dimilikinya dan

    membandingkannya dengan suatu hal yang dimiliki oleh orang lain, biasanya

    individu memilih siapa yang akan mereka bandingkan atas dasar kesamaan yang

    dirasakan. Contohnya adalah seseorang akan merasa rupawan ketika orang lain

    tampak biasa saja, merasa pintar saat yang lain tampak bodoh, merasa tidak peduli

    ketika orang lain nampak tidak berperan. Ketika seseorang menyaksikan

    penampilan temannya, orang tidak dapat menahan diri untuk secara implisit

    membandingkan diri mereka (Stapel & Suls, dalam Myers, 2012). Oleh karena itu,

    orang mungkin secara diam-diam merasa senang di atas kegagalan temannya,

    khususnya ketika hal tersebut terjadi pada seseorang yang diirikan dan ketika

    seseorang tidak menderita kegagalan yang sama (Lockwood, dalam Myers, 2012).

    Taylor, Peplau dan Scars (2009) percaya bahwa orang termotivasi untuk membuat

    penilaian mengenai level kemampuan dan terhadap sikap individu itu sendiri.

    Taylor, Peplau dan Scars (2009) juga mengatakan bahwa dengan begitu mereka

  • 3

    akan menilai diri mereka dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang

    setara dengannya.

    Beberapa penelitian mengenai perbandingan sosial mengarahkan pada

    perbandingan sosial yang negatif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh White,

    Langer, Yariv, dan Iv (2006) diketahui bahwa perbandingan sosial memiliki

    implikasi yang negatif untuk kesejahteraan pribadi dan untuk hubungan

    interpersonal antar kelompok. Membandingkan diri dengan orang yang lebih baik

    juga terbukti berpengaruh pada rendahnya self-esteemdan lebih rentan pada

    simptom depresi (Liu et al., 2017). Penemuan membuktikan bahwa depresi ada

    hubungannya dengan tingkat iri yang lebih tinggi, terutama saat standar

    perbandingannya tinggi (Appel, Crusius, & Gerlach, 2015).

    Selain implikasi negatif dari perbandingan sosial yang terdapat pada

    penelitian yang dilakukan White, Langer, Yarif, dan Iv (2006) dan Liu et al

    (2017), Meier (2018) mengatakan bahwa membandingkan diri dengan orang lain,

    dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan perilaku yang dimilikinya dan

    memperoleh motivasi positif untuk diri contohnya adalah inspirasi. Berdasarkan

    perbedaandampak yang akan ditimbulkan perbandingan sosial tersebut,peneliti

    tertarik untuk meneliti mengenai perbandingan sosial.

    Stapleton, Luiz, dan Chatwin (2017) mengatakan bahwa orang-orang

    yang berusia muda masih menggantungkan harga diri mereka pada persetujuan

    dari orang lain. Oleh karena itu, perbandingan sosial di Instagram dapat

    memberikan kesempatan kepada orang-orang yangberusia muda untuk

  • 4

    membuktikan kebenaran tentang siapa diri mereka. Berdasarkan pernyataan

    tersebut kemungkinan perbandingan sosial akan banyak dilakukan oleh para

    remaja dan dewasa awal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat

    perbandingan sosial pada pengguna Instagram yang berusia remaja dan dewasa

    awal.

    Penelitian mengenai perbandingan sosial pada media sosial telah banyak

    dilakukan di ranah Facebook (Bergagna & Tartaglia, 2018; Haferkamp, 2011;

    Stapleton, Luiz, & Chatwin, 2017; Liu et al., 2017; Lee, 2014). Steers, Wickham,

    dan Acitelli (2014) mengatakan bahwa pengguna Facebook dihadapkan pada

    aliran informasi yang berkelanjutan (mis., Pembaruan status, melihat gambar yang

    baru diunggah, teman-teman memposting pada timeline masing-masing,

    menyukai pembaruan status orang lain) dengan demikian kegiatan Facebook ini

    dapat berfungsi sebagai rangsangan bagi individu untuk secara otomatis terlibat

    dalam perbandingan sosial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

    mengenai perbandingan sosial di media sosial.

    Self-esteemmerupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

    perbandingan sosial. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa perbandingan

    sosial sering terjadi pada orang-orang yang self-esteemnyatinggi untuk mengatasi

    ancaman terhadap harga diri mereka (Suls, Lemos, & Stewart, 2002; White,

    Langer, Yariv, & Iv, 2006). Pada beberapa penelitian yang lain menemukan

    hubungan negatif antara self-esteem dan perbandingan sosial, yang artinya

    semakin tinggi self-esteem seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk

    melakukan perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018; Bergagna

  • 5

    & Tartaglia, 2018). Karena adanya perbedaan hasil penemuan ini, peneliti tertarik

    untuk meneliti kembali pengaruh self-esteemterhadap perbandingan sosial

    Faktor lainnya yang dapat memengaruhi perbandingan sosial adalah

    self-uncertainty. Festinger (1954) mengatakan bahwa seseorang akan

    membandingkan dirinya dengan orang lain saat mereka merasa tidak pasti tentang

    kecukupan pendapat dan kemampuan mereka. Orang membuat perbandingan

    sosial ketika seseorang membutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian

    (uncertain) tentang kemampuan, kinerja, dan penampilan yang bergantung pada

    standar eksternal untuk menilai diri mereka sendiri (White, Langer, Yariv, & Iv,

    2006; Haferkamp, 2011). Lee (2014) mengatakan bahwa self-uncertainty individu

    merupakan faktor penting yang menjelaskan frekuensi perbandingan sosial

    seseorang, yang berarti bahwa orang yang kurang yakin tentang dirinya lebih

    sering membandingkan dengan orang lain di Facebook. Karena belum adanya

    penelitian mengenai self-uncertainty dengan perbandingan sosial yang di lakukan

    di ranah Instagram, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

    self-uncertaintydengan perbandingan sosial seseorang di Instagram.

    Faktor lainnya yang memiliki hubungan dengan perbandingan sosial

    adalah dukungan sosial. Studi yang dilakukan oleh Iskender dan Tanrıkulu (2010)

    pada masyarakat Turki menemukan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan

    dengan perbandingan sosial. Iskender dan Tanrıkulu (2010) mengatakan bahwa

    dukungan sosial dari keluarga dan teman mempunyai pengaruh yang positif pada

    kemampuan untuk mengatasi peristiwa kehidupan negatif. Iskender dan Tanrıkulu

    (2010) juga mengatakan bahwa belum banyaknya penelitian yang meneliti

  • 6

    dukungan sosial dengan perbandingan sosial. Hal ini membuat peneliti tertarik

    untuk mengaji ulang apakah ada pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku

    membandingkan diri pada sampel masyarakat Indonesia terutama pada pengguna

    Instagram. Selain itu juga karena belum adanya yang meneliti pada ranah media

    sosial.

    Intensitas penggunaan sosial media juga merupakan salah satu faktor

    yang dapat memengaruhi perbandingan sosial. Dalam penelitian yang dilakukan

    oleh Lee (2014) ditemukan bahwa ada hubungan yang positif antara penggunaan

    Facebook (sosial media) dengan Frekuensi membandingkan diri. Orang yang

    dalam seminggu lebih banyak membuka Facebook adalah orang yang

    menganggap hidup orang lain lebih bahagia dari dirinya dibandingkan orang yang

    lebih sedikit membuka Facebook (Chou & Edge, 2012). Namun demikian,

    Katerina, Leora, dan Lisa (2015) mengatakan bahwa intensitas penggunaan

    Instagram tidak memiliki pengaruh terhadap perbandingan sosial. Peneliti ingin

    mengaji ulang apakah ada pengaruh intensitas penggunaan Instagram dengan

    perbandingan sosial.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial,

    dan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada

    pengguna Instagram”

  • 7

    1.2. Pembatasan dan rumusan masalah

    1.2.1. Pembatasan masalah

    Pembatasan dalam penelitian ini adalah akan membahas lebih dalam

    mengenai perbandingan sosial, self-esteem, self-uncertainty, dukungan

    sosial dan intensitas penggunaan Instagrampada pengguna Instagram.

    Berikut penjelasan nya;

    1. Perbandingan sosialyang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada

    definisi yang dikemukakan oleh Festinger (1954) yaitu perilaku

    mengevaluasi dan menilai diri dengan membandingkan diri dengan

    orang lain terkait pendapat dan kemampuannya.

    2. Self-esteem yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada definisi

    menurut Tafarodi dan Swann (2001). Self-esteem didefinisikan

    sebagai perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka

    lakukan dan apa yang dilihat oleh orang lain akan dirinya.

    3. Dukungan sosial yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada

    definisi yang diungkapkan oleh Sarafino (2010). Dukungan sosial

    didefinisiikan sebagai bantuan berupa kenyamanan, kepedulian,

    penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang

    atau kelompok lain. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan

    sosial berdasarkan sumbernya menurut Zimet (1988) yaitu dukungan

    dari keluarga, dukungan dari teman dan dukungan dari orang yang

    berarti untuk individu selain keluarga dan teman.

  • 8

    4. Self-uncertainty pada penelitian ini mengacu pada definisi yang

    dikemukakan oleh Butzer dan Kuiper (2006) yaitu keadaan seseorang

    yang merasa tidak pasti tentang dirinya sendiri yang terdiri dari 4

    sub-konstruk; self-concept clarity, intolerance of uncertainty, anxiety,

    dan depression. Intolerance of uncertainty yaitu perilaku tidak toleran

    terhadap ketidakpastian dan menginteroretasikan semua keadaan

    ambigu sebagai ancaman (Carleton, 2007). Anxiety adalah hasil dari

    kekhawatiran atas peristiwa masa depan yang tidak pasti dan tidak

    terkendali, bersama dengan peningkatan fokus pada kekhawatiran

    mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan (Butzer &

    Kuiper, 2007). Depression adalah suatu gejala-gejala mengenai

    penurunan mood, perasaan tak berdaya dan tidak memiliki harapan,

    merasa bersalah dan tidak berharga, hilangnya nafsu makan,

    gangguan tidur dan hambatan psikomotor (Butzer & Kuiper, 2007).

    5. Pengguna Instagram pada penelitian ini dibatasi pada rentang usia

    menurut Hurlock yaitu usia remaja (16 - 21 tahun) dan dewasa awal

    (22-25 tahun).

    1.2.2. Rumusan masalah

    Perumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

    1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem,

    self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitas penggunaan

    Instagram terhadap perbandingan sosial padapengguna Instagram?

  • 9

    2. Seberapa besar pengaruh dari masing-masing dimensi self-esteem,

    self-uncertainty, dukungan sosialdan intensitas penggunaan

    Instagram terhadap perbandingan sosialpada pengguna Instagram?

    1.3. Tujuan dan manfaat penelitian

    1.3.1. Tujuan penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari

    self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosialdan intensitas penggunaan

    Instagram terhadap perbandingan sosial pada pengguna Instagram.

    Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar

    pengaruh dari masing-masing dimensi self-esteem, self-uncertainty,

    dukungan sosialdan intensitas penggunaan Instagram terhadap

    perbandingan sosialpada pengguna Instagram.

    1.3.2. Manfaat penelitian

    1. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya

    ilmu dalam kajian psikologi sosial dan dapat digunakan sebagai

    bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.

    2. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah informasi untuk

    pengguna Instagram baik remaja maupun orang dewasa sehingga

    memunculkan kesadaran mengenai perbandingan sosial, self-esteem,

    self-uncertainty, dan dukungan sosial.

  • 10

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Perbandingan Sosial

    2.1.1. Pengertian perbandingan sosial

    Festinger (1954) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai perilaku

    membandingkan diri dengan orang lain terkait pendapat dan kemampuannya.

    Perbandingan sosial dilakukan oleh seorang individu untuk mengevaluasi

    pendapat dan kemampuannya, karena tidak tersedianya standar yang objektif

    untuk mengevaluasi diri sendiri (self-evaluation). Individu biasanya secara

    selektif memilih siapa yang akan mereka bandingkan atas dasar kesamaan yang

    dirasakan.Contohnya adalah individu dapat membandingkan tingkat kecemasan

    mereka dengan orang lain yang serupa dan mungkin mereka menganggap orang

    lain tersebut kurang cemas daripada mereka, dengan begitu mereka dapat

    menyimpulkan bahwa mereka tidak begitu cemas (Buunk, 2007).

    Wood (1996) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai suatu proses

    berpikir yang intens tentang informasi sosial yang ada kaitannya dengan diri

    contohnya, mengobservasi kesamaan, perbedaan, atau keduanya dari orang lain

    dan dari diri hanya pada dimensi tertentu. Jones (2002) mendefinisikan

    perbandingan sosial sebagai penilaian kognitif yang dibuat oleh seorang individu

    tentang suatu hal yang dimilikinya dan membandingkannya dengan suatu hal yang

    dimiliki oleh orang lain.

  • 11

    Buunk (2007) mengatakan bahwa perbandingan sosial adalah fenomena

    sosial yang terjadi di mana-mana. Hampir setiap orang melakukannya dari waktu

    ke waktu, terutama karena dapat memenuhi fungsi yang mendasar, seperti

    memberikan informasi yang berguna tentang di mana seseorang berdiri di dunia

    sosial seseorang, merasa lebih baik tentang diri sendiri, dan belajar bagaimana

    beradaptasi dengan situasi yang menantang (Buunk, 2007). Steers, Wickham, dan

    Acitelli (2014) mengatakan bahwa perbandingan sosial terjadi ketika orang secara

    otomatis membedakan diri dengan orang lain pada kemampuan atau atribut yang

    mereka anggap penting.

    Gibbons dan Buunk (1999) mengatakan satu alasan orang

    membandingkan dirinya dengan orang lain adalah untuk lebih mempelajari

    tentang kemampuan mereka dan dengan begitu meningkatkan kemampuan

    mereka. Contohnya, ketika seorang siswa mendapatkan nilai ujian kembali atau

    menerima nilai pada proyek atau paper, mereka sering ingin mengetahui

    bagaimana orang lain melakukan tes atau proyek itu, itulah yang disebut

    perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999). Kebanyakan orang

    membandingkan dirinya dari waktu ke waktu. Seperti contohnya, mereka dapat

    membandingkan bagaimana perasaan mereka, pendapat mereka, dan/atau situasi

    mereka dengan orang orang lain. Tidak ada yang baik atau buruk mengenai tipe

    perbandingan ini, dan sebagian orang melakukannya lebih daripada orang lain

    (Gibbons & Buunk, 1999).

    Sebagian besar tokoh yang menjelaskan mengenai perbandingan sosial

    tersebut (Gibbons & Buunk, 1999; Wood, 1996; dan Jones, 2002) merujuk pada

  • 12

    definisi dari Festinger (1954). oleh sebab itu, pada penelitian ini, peneliti

    menggunakan definisi dari Festinger (1954) yang mengatakan bahwa

    perbandingan sosial adalah perilaku membandingkan diri dengan orang lain

    berdasarkan pendapat dan kemampuannya.

    2.1.2. Aspek-aspek perbandingan sosial

    Festinger (1954) mengatakan bahwa ada dua aspek perbandingan sosial yaitu:

    1. Aspek kemampuan (Abilities), yaitu menjadikan kemampuan sebagai

    tolak ukur perbandingan sosial. Pada aspek ini, seorang individu akan

    terkait melakukan sesuatu berdasarkan pertanyaan “bagaimana saya

    melakukannya? (how am i doing?)”

    2. Aspek pendapat (oppinion), yaitu menjadikan pendapat sebagai tolak

    ukur perbandingan. Pada aspek ini, seorang individu akan terkait

    melakukan sesuatu berdasarkan pertanyaan “apa yang seharusnya saya

    pikirkan atau rasakan? (what should i think or feel?)”

    2.1.3. Faktor yang memengaruhi perbandingan sosial

    Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat memengaruhi perbandingan sosial

    berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diantaranya;

    1. Self-esteem

    Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa perbandingan sosial

    sering terjadi pada orang-orang yang self-esteemnya tinggi untuk

    mengatasi ancaman terhadap harga diri mereka (Suls, Lemos, &

  • 13

    Stewart, 2002; White, Langer, Yariv, & Iv, 2006). Namun, pada

    beberapa penelitian yang lain menemukan hubungan negatif antara

    self-esteem dan perbandingan sosial, yang artinya semakin tinggi

    self-esteem seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk

    melakukan perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018;

    Bergagna & Tartaglia, 2018).

    2. Self-uncertainty

    Festinger (1954) mengatakan bahwa seseorang akan membandingkan

    dirinya dengan orang lain saat mereka merasa tidak pasti tentang

    kecukupan pendapat dan kemampuan mereka. Orang membuat

    perbandingan sosial ketika seseorang membutuhkan untuk mengurangi

    ketidakpastian (uncertain) tentang kemampuan, kinerja, dan

    penampilan yang bergantung pada standar eksternal untuk menilai diri

    mereka sendiri (White, Langer, Yariv, & Iv, 2006; Haferkamp, 2011).

    Lee (2014) mengatakan bahwa self-uncertaintyindividu merupakan

    faktor penting yang menjelaskan frekuensi perbandingan sosial

    seseorang, yang berarti bahwa orang yang kurang yakin tentang dirinya

    lebih sering membandingkan dengan orang lain

    3. Dukungan sosial

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Armstrong-carter, Buzinski,

    Shablack, dan Cohen (2018) mengatakan bahwa seseorang akan

    membandingkan dukungan yang mereka terima dengan yang orang lain

  • 14

    terima. Hal ini karena inter-individual-get-and-get bias yang

    menganggap bahwa individu mendapatkan lebih banyak dukungan dari

    pada yang orang lain dapatkan. Studi yang dilakukan oleh Iskender dan

    Tanrıkulu (2010) menemukan bahwa social support memiliki hubungan

    dengan perbandingan sosial.

    4. Neurotisme yang tinggi

    Bagi individu yang tingkat neurotismenya tinggi akan sering

    membandingkan dirinya dengan orang lain karena rasa tidak pasti

    dalam diri mereka (Gibbons & Buunk, 1999).

    5. Intensitas penggunaan Instagram

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee (2014) ditemukan bahwa ada

    hubungan yang positif antara penggunaan Facebook (sosial media)

    dengan Frekuensi membandingkan diri. Orang yang dalam seminggu

    lebih banyak membuka Facebook adalah orang yang menganggap

    hidup orang lain lebih bahagia dari dirinya dibandingkan orang yang

    lebih sedikit membuka Facebook (Chou & Edge, 2012).

    6. Strategi koping

    Individu yang menghadapi peristiwa hidup yang mengancam akan

    membandingkan dirinya dengan orang yang menghadapi masalah lebih

    buruk dari dirinya sebagai tahap awal adaptasi diri terhadap peristiwa

    hidupnya yang mengancam (Affleck, Tennen, Pfeiffer, Fifield, & Rowe,

    1987)

  • 15

    Berdasarkan beberapa faktor yang pernah diteliti sebelumnya dalam

    beberapa jurnal yang berbeda, peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh

    faktor dukungan sosial, self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosialdan

    intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada pengguna

    Instagram.

    2.1.4. Pengukuran perbandingan sosial

    Ada beberapa alat ukur yang dapat mengukur perbandingan sosial, salah satu

    diantaranya adalah : Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure

    (INCOM) dibuat oleh Gibbons dan Buunk (1999). skala ini berjumlah 11 item

    dengan 5 pilihan jawaban (1= sangat tidak setuju, sampai 5= sangat setuju).

    dengan dua subskala yaitu, opinion dan abilities.

    Selain itu ada alat ukur Social Comparison Scale yang dikembangkan

    oleh Allan dan Gilbert (1995), skala ini berjumlah 11 item bipolar dengan skala

    pengukuran menggunakan skala semantic differential (1 sampai 10).

    Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan definisi yang peneliti

    gunakan untuk menjelaskan perbandingan sosial, peneliti memutuskan untuk

    menggunakan skala pengukuran Iowa-Netherlands Comparison Orientation

    Measure (INCOM) yang di kembangkan oleh Gibbons dan Buunk (1999).

  • 16

    2.2. Self-esteem

    2.2.1. Pengertian self-esteem

    Rosernberg (1965) mendefinisikan self-esteemsebagai sebuah sikap positif atau

    negatif berdasarkan objek tertentu, yaitu diri. Sikap positif di sini adalah

    ungkapan perasaan bahwa seseorang cukup baik. Individu hanya merasa bahwa

    dia adalah orang yang berharga; dia menghormati dirinya sendiri apa adanya,

    tetapi dia tidak mengagumi dirinya. Dia tidak selalu menganggap dirinya lebih

    superior dari yang lain. Sedangkan sikap negatif di sini adalah kecenderungan

    untuk menolak diri (self-rejection), ketidakpuasan terhadap diri

    (self-dissatisfaction), dan penghinaan diri (self-contempt).

    Dewey (dalam Tafarodi, Marshall, & Milne, 2003) harga diri pada

    dasarnya adalah perwujudan dari sebuah evaluasi, karena diri adalah sasaran dari

    sebuah penilaian. Karena diri dapat dipahami berdasarkan beberapa penilaian

    yang berbeda, nilai instrumental yaitu merujuk pada fungsi seseorang atau apa

    yang dapat orang itu lakukan dan nilai intrinsik yang merujuk pada kualitas diri

    dari seseorang.

    Tafarodi dan Swann (2001) menyebutkan bahwa self-esteem adalah

    perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang

    dilihat oleh orang lain akan dirinya (kompetensi personal, serta penampilan,

    karakter, dan identitas sosial). Penilaian tersebut diekspresikan dengan perbedaan

    antara menghormati diri sendiri atau respect dan menyukai diri sendiri atau liking

    (Tafarodi & Swann, 2001).

  • 17

    Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti merujuk pada definisi

    menurutTafarodi dan Swann (2001) yang mendefinisikan self-esteem sebagai

    perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang

    dilihat oleh orang lain akan dirinya (kompetensi personal, serta penampilan,

    karakter, dan identitas sosial).

    2.2.2. Aspek-aspek self-esteem

    Tafarodi dan Swann (2001) mengatakan bahwa ada dua komponen self-esteem,

    yaitu:

    1. Self-competence adalah penilaian individu terhadap dirinya sebagai

    individu yang memiliki kemampuan untuk memperoleh hasil yang

    diinginkannya dengan menggunakan kemampuannya tersebut.

    2. Self-liking adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri sebagai

    objek sosial, yang seringkali disederhanakan menjadi orang baik atau

    tidak baik (good or bad person ). Penilaian ini yang memunculkan

    rasa berharga diri yang memiliki signifikansi sosial. Penilaian ini

    seringkali didasarkan pada penampilan, karakter, dan identitas sosial.

    2.2.3. Pengukuran self-esteem

    Terdapat beberapa alat ukur yang dapat mengukur self-esteem salah satu

    diantaranya adalah alat ukur self-liking and self-competence questionnaires (SLCS)

    yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001). SLCS terdiri dari 16 item

    pertanyaan yang dikonstruksi untuk mengukur self-competence dan self-liking.

  • 18

    Ada Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh

    Rosenberg (1965) yang terdiri dari 10 butir pernyataan dengan 4 pilihan jawaban

    (strongly agree, agree, disagree, atau strongly disagree).

    Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dengan mempertimbangkan

    definisi yang digunakan oleh peneliti dalam menjelaskan mengenai self-esteem,

    pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur self-liking and self-competence

    questionaires (SLCS) yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001).

    2.3. Self-uncertainty

    2.3.1. Pengertian self-uncertainty

    Arkin, Oleson, dan Carroll (2013) mendefinisikan self-uncertainty

    sebagai keraguan atau ketidakpastian mengenai diri, dunia dan keterkaitan antara

    keduanya. Self-uncertainty adalah keadaan di mana seseorang merasa tidak pasti

    tentang dirinya sendiri yang terdiri dari empat komponen yang berbeda yaitu ada

    self-concept clarity, intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression (Butzer &

    Kuiper, 2006). Self-concept clarity didefinisikan sebagai sejauh mana isi konsep

    diri individu, misalnya atribut pribadi yang bisa dirasakan, secara jelas dan yakin

    mendefinisikan konsisten secara internal, dan stabil untuk sementara (Campbell et

    al., dalam Butzer dan Kuiper, 2006).

    Intolerance of uncertainty didefinisikan sebagai kecenderungan untuk

    bereaksi negatif terhadap peristiwa atau situasi yang tidak pasti, terlepas dari

    kemungkinan terjadinya konsekuensi yang terkait (Carleton, 2007). Dengan kata

    lain, individu yang memiliki intoleransi pada ketidakpastian (Intolerance of

  • 19

    uncertainty) tinggi akan melihat situasi yang tidak pasti dan ambigu sebagai

    permusuhan yang mana mereka akan membandingkan diri mereka lebih sering

    dengan orang lain. Intolerance of uncertainty mendasari berbagai fenomena yang

    terkait dengan kekhawatiran (Freeston, Rheaume, Letarte, Dugas, dan Ladouceur,

    1994). Freeston, Rheaume, Letarte, Dugas, dan Ladouceur (1994) mengatakan

    bahwa intolerance of uncertainty dapat didefinisikan sebagai konstruk yang relatif

    luas yang mewakili reaksi kognitif, emotsional, dan perilaku terhadap

    ketidakpastian dalam situasi kehidupan sehari-hari.

    Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan anxiety sebagai hasil dari rasa

    cemas seseorang terhadap peristiwa di masa depan yang belum pasti dan tidak

    dapat dikendalikan, bersamaan dengan peningkatan fokus seseorang pada

    kekhawatiran mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan. Butzer

    dan Kuiper (2006) juga mengartikan depression sebagai suatu gejala-gejala

    mengenai penurunan mood, perasaan tak berdaya dan tidak memiliki harapan,

    merasa bersalah dan tidak berharga, hilangnya nafsu makan, gangguan tidur dan

    hambatan psikomotor.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti merujuk pada definisi

    menurut Butzer dan Kuiper (2006) yang mendefinisikan self-uncertainty sebagai

    keadaan seseorang yang merasa tidak pasti tentang dirinya sendiri yang dapat

    diukur dari empat sub-konstruk yang berbeda yaitu ada self-concept clarity,

    intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression. Dalam penelitian ini guna

    menghindari adanya korelasi yang sangat kuat pada masing-masing independent

    variable, peneliti tidak memakai self-concept clarity karena pada penelitian (Cicei,

  • 20

    2012) ditemukan bahwa korelasi self-concept clarity dengan self-esteem yang

    merupakan salah-satu independent variable juga pada penelitian ini,cukup kuat.

    2.3.2. Pengukuran self-uncertainty

    Pengukuran self-uncertainty dapat diukur menggunakan tiga komponen

    alat ukur (Butzer & Kuiper, 2006). Peneliti menggunakan alat ukur Intolerance of

    Uncertainty Scale (IUS) yang dibuat oleh Freeston et al., (1994) dengan skala

    yang berjumlah 27 item. Kemudian Carleton (2007) membuat IUS-12 yang

    merupakan versi pendek dari alat ukur Freeston et al., (1994) dengan jumlah item

    yang tersisa adalah 12 item pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban (1= sangat tidak

    sesuai, 5= sangat sesuai) untuk mengukur intolerance of uncertainty. Peneliti

    menggunakan alat ukur anxiety scale pada Depression and Anxiety Scales (DAS)

    yang disusun oleh Costello dan Comrey (1967). Skala pengukuran anxiety pada

    DAS ini berjumlah 9 itemdengan 9 pilihan jawaban (1=“tidak pernah” sampai

    9=“hampir selalu”) untuk mengukur anxiety. Peneliti menggunakan alat ukur The

    Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun oleh

    Radloff (1977) untuk mengukur depression. Skala pengukuran CES-D ini

    berjumlah 22 item dengan 4 pilihan jawaban (1=“jarang/kurang dari sehari”

    sampai 4=“hampir setiap waktu/5-7 hari”).

    Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan definisi yang digunakan

    oleh peneliti dalam menjelaskan mengenai self-uncertainty, alat ukur yang

    digunakan adalah alat ukur Intolerance of Uncertainty Scale (IUS) yang dibuat

  • 21

    oleh Carleton (2007), anxiety scale pada Depression and Anxiety Scales (DAS)

    yang disusun oleh Costello dan Comrey (1967), dan The Center for Epidemiologic

    Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun oleh Radloff (1977).

    2.4. Dukungan Sosial

    2.4.1. Pengertian dukungan sosial

    Shumaker dan Brownell (1984) mendefinisikan dukungan sosial (Social

    Support) sebagai pertukaran sumber daya antara setidaknya dua individu yang

    dirasakan oleh penyedia atau penerima dimaksudkan untuk meningkatkan

    kesejahteraan penerima. Sarafino (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial

    mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau

    menghargainya. Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian,

    penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang atau

    kelompok lain (Sarafino, 2010). Sedangkan menurut Cohen, Underwood dan

    Gottlieb (2000) istilah dukungan sosial digunakan merujuk pada sumber daya

    sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada orang

    tersebut oleh orang yang bukan profesional baik berupa dukungan dalam

    kelompok atau pun saling membantu antar individu.

    Zimet et al. (1988) menggambarkan dukungan sosial sebagai diterimanya

    dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekat individu seperti keluarga,

    teman dan orang yang berarti dalam kehidupan individu (significant other). dari

    definisi tersebut dapat diketahui bahwa sumber dukungan sosial dapat diperoleh

    dari keluarga, teman, dan orang yang berarti dalam kehidupan individu

    (significant other).

  • 22

    Wright (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial tampak paling efektif

    ketika seseorang dihadapkan dengan peristiwa kehidupan penuh tekanan, dengan

    memulihkan keseimbangan psikologis (atau tingkat dasar kemampuan untuk

    melakukan fungsi-fungsi kehidupan) dan membantu orang tersebut menangani

    keadaan pengaruh negatif. Seperti ketidakpastian, frustrasi, dan kemarahan.

    Sebaliknya, persahabatan, atau kegiatan yang dilakukan demi kesenangan, dapat

    meningkatkan rasa kesejahteraan seseorang melebihi tingkatan dasar.

    Iskender dan Tanrıkulu (2010) mengatakan bahwa dukungan sosial dari

    keluarga dan teman mempunyai pengaruh yang positif pada kemampuan untuk

    mengatasi peristiwa kehidupan negatif. Efek menguntungkan dari dukungan sosial

    dapat terjadi melalui melindungi individu dari efek berbahaya dari stres (Lakey &

    Cohen, 2000, dalam Iskender dan Tanrıkulu, 2010). Dukungan sosial juga

    membantu menimbulkan pengalaman emosional positif, sehingga mengurangi

    efek negatif dari stres (Pearlin, Lieberman, Mentighan, & Mullan, 1981).

    Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan di atas peneliti

    merujuk pada definisi yang diungkapkan oleh Sarafino (2010) bahwa dukungan

    sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang

    tersedia untuk seseorang dari orang atau kelompok lain.

    2.4.2. Aspek-aspek dukungan sosial

    Zimet et al. (1988) mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat diterima dari

    tiga sumber antara lain:

    1. Dukungan keluarga (family support)

  • 23

    Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada individu seperti

    membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional.

    2. Dukungan teman (friend support)

    Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh teman, seperti dapat diandalkan

    ketika dibutuhkan bantuannya maupun bantuan dalam bentuk lainnya.

    3. Dukungan orang yang berarti (significant other support)

    Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh seseorang yang dianggap spesial

    oleh individu selain keluarga dan teman seperti dukungan secara emosional

    maupun bantuan dalam bentuk lainnya.

    2.4.3. Pengukuran dukungan sosial

    Ada beberapa alat ukur yang dapat mengukur dukungan sosial, salah satu

    diantaranya adalah The Multidimensional Scale of Perceived Social Support

    (MSPSS). Skala ini dibuat oleh Zimet et al. (1988). Skala ini berjumlah 12 item

    dengan 7 respon jawaban (1= sangat tidak setuju; 7= sangat setuju). Skala ini

    terdiri dari tiga subskala, di mana menilai tingkat dukungan dari keluarga, teman,

    dan significant other.

    Selain itu, Cutrona dan Russell (1987) mengembangkan alat ukur

    self-report bernama Social Provision Scale (SPS) dengan jumlah item sebanyak

    24 item pertanyaan yang mengukur dukungan sosial berdasarkan dukungan

    attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,

    dan nurturance.

  • 24

    Berdasarkan pertimbangan mengenai kesesuaian dengan batasan masalah

    mengenai dukungan sosial yang peneliti maksudkan, peneliti menggunakan alat

    ukur The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang

    dibuat oleh Zimet et al (1988). Alat ukur ini dirancang untuk mengukur dukungan

    sosial yang dibagi dalam kelompok yang berkaitan dengan sumber dukungan

    sosial, yaitu keluarga, teman, dan significant other.

    2.5. Kerangka berpikir

    Maraknya pengguna aktif media sosial Instagram saat ini, perbandingan sosial

    menjadi hal yang sering terjadi tanpa disadari karena terpaparnya informasi orang

    lain yang diikuti. Orang melakukan perbandingan sosial karena ingin memvalidasi

    dan mengevaluasi diri mereka. Pada media sosial Instagram, seseorang dapat

    membagikan berbagai aktivitas yang dilakukannya, hal tersebut dapat

    menstimulus seseorang untuk melakukan perbandingan sosial.

    Diketahui bahwa sebelumnya, pada dunia offline, atau interaksi secara

    langsung, seseorang membandingkan dirinya sendiri tanpa disadari dengan orang

    lain karena adanya informasi yang mereka terima tentang orang lain. Orang akan

    melakukan perbandingan sosial atau membandingkan dirinya dengan orang lain

    agar kedudukan dirinya baik secara visual maupun kemampuan lebih unggul dari

    pada orang lain. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perbandingan sosial,

    yang diteliti dalam penelitian ini adalah self-esteem, self-uncertainty, dukungan

    sosial dan intensitas penggunaan instagram.

  • 25

    Self-esteem memiliki pengaruh terhadap perbandingan sosial, dalam

    beberapa penelitian (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018; Bergagna dan

    Tartaglia, 2018) ditemukan hubungan negatif antara self-esteem dan perbandingan

    sosial. Menurut Tafarodi dan Swann (2001), self-esteem memiliki dua aspek yaitu

    adalah self-competence dan self-liking. Self-liking sendiri didefinisikan sebagai

    penilaian individu secara keseluruhan terhadap dirinya sendiri yang seringkali

    ditarik kesimpulan menjadi pribadi yang baik atau tidak baik (Tafarodi & Swann,

    2001). Sedangkan self-competence didefinisikan sebagai penilaian individu

    terhadap dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk memperoleh

    hasil yang diinginkannya dengan menggunakan kemampuannya tersebut

    (Tafarodi & Swann, 2001). Berdasarkan definisi self-liking dan self-competence

    tersebut dapat diartikan bahwa, saat seorang individu merasa dirinya tidak baik

    atau tidak berharga sebagai objek sosial akan lebih rentan untuk membandingkan

    dirinya baik secara opini maupun kemampuannya dengan orang lain. Hal ini

    dikarenakan seseorang ingin meningkatkan harga diri mereka dengan

    perbandingan sosial.

    Self-uncertainty juga dapat menimbulkan kecenderungan seseorang

    melakukan perbandingan sosial. Saat seseorang tidak pasti (uncertain)dengan diri

    mereka sendiri seperti tidak pasti terkait pekerjaan, pernikahan, dan kejadian

    dalam hidupnya, seseorang lebih terdorong untuk melakukan perbandingan sosial

    untuk membangun citra diri mereka. Self-uncertainty terdiri dari beberapa

    konstrak yang mengukur yaitu intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression.

  • 26

    Saat seseorang memandang situasi yang ambigu dan ketidakpastian akan

    suatu peristiwa sebagai situasi yang mengganggu atau disebut dengan intolerance

    of uncertainty, orang tersebut akan cenderung terdorong untuk melakukan

    perbandingan sosial dengan tujuan mengurangi ketidakpastian dalam dirinya. Jika

    anxiety seseorang meningkat, yang mana artinya fokus rasa khawatir terhadap

    ketidakpastian masa depannya akan bertambah. Hal ini akan memotivasi

    seseorang untuk melakukan perbandingan sosial lebih sering untuk mengurangi

    kecemasan mereka terhadap peristiwa dan ancaman sosial di masa depan.

    Demikian pula orang yang mengalami depression, lebih tertarik pada

    perbandingan sosial dibandingkan dengan orang lain karena meningkatnya

    pengaruh negatif mereka yang membuat suasana hati mereka lebih sensitif,

    sehingga mereka merasakan ketidakpastian dengan dirinya. Mereka

    membandingkan dirinya dengan orang lain bertujuan untuk mengurangi

    ketidakpastian dalam diri mereka.

    Saat seseorang cukup mendapat dukungan sosial dari keluarga, seperti

    mendapatkan pemecahan masalah dan dukungan secara emosional, orang tersebut

    tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain karena orang itu sudah

    mendapat keuntungan secara emosional dan mendapatkan segala dukungan dari

    sumber utama, sehingga tidak menimbulkan emosi negatif sebelum, saat atau

    setelah bermain sosial media. Begitu juga dengan teman, ketika seseorang

    mendapat dukungan dari teman, dapat berbagi cerita dengan teman, bergurau dan

    tertawa dengan teman orang tersebut akan merasa tidak perlu melakukan

    perbandingan sosial karena sudah mendapatkan kasih sayang, perasaan diterima di

  • 27

    lingkungan luar selain di rumahnya dan dukungan secara psikis dari teman. Saat

    orang yang dianggapnya spesial atau orang yang sangat berarti dan berperan

    penting dalam kehidupan individu tersebut memberikan dukungan secara sosial

    dan individu tersebut akan merasa tidak memerlukan lagi melakukan

    perbandingan sosial dengan orang lain terutama di instagram.

    Saat individu terlalu lama dihadapkan dengan informasi orang lain, maka

    secara tidak sadar individu tersebut akan membandingkan dirinya dengan orang

    lain. Sehingga, saat individu lama mengakses Instagram dalam sehari akan

    memengaruhi kecenderungan individu dalam perilaku perbandingan sosial.

    Karena semakin lama inidividu membuka Instagram, ia akan dipaparkan

    informasi mengenai orang lain yang bahkan mungkin tidak ia kenali lebih banyak

    daripada individu yang membukanya hanya sebentar saja.

  • 28

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    Self-Esteem

    Self-competence

    Self-liking

    Demografi

    Intensitas penggunaan

    Self-Uncertainty

    Intolerance of uncertainty

    Anxiety

    Depression

    Dukungan Sosial

    Dukungan keluarga

    Dukungan teman

    Dukungan significant other

    Perbandingansosial

    2.6. Hipotesis

    Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independent variable

    terhadap dependent variable. Dependent variable pada penelitian ini adalah

    perbandingan sosial, sedangkan independent variable berdasarkan teori dan

    penelitian adalah self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial, dan intensitas

    penggunaan Instagram sebagai berikut :

    Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan self-esteem, self-uncertainty, dukungan

    sosialdan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan

    sosial pada pengguna Instagram.

  • 29

    Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan self-competence terhadap perbandingan

    sosial pada pengguna Instagram

    Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan self-liking terhadap perbandingan

    sosial pada pengguna Instagram

    Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan intolerance of uncertainty terhadap

    perbandingan sosial pada pengguna Instagram

    Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan Anxiety terhadap perbandingan sosial

    pada pengguna Instagram

    Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan depression terhadap perbandingan

    sosial pada pengguna Instagram

    Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan keluargaterhadap

    perbandingan sosial pada pengguna Instagram.

    Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan temanterhadap perbandingan

    sosial pada pengguna Instagram.

    Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan significant other pada

    dukungan sosialterhadap perbandingan sosial pada pengguna

    Instagram.

    Ha10 : Ada pengaruh yang signifikan intensitas penggunaan Instagram

    terhadap perbandingan sosial pada pengguna Instagram.

  • 30

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Populasi, sampel, dan teknik pengumpulan sampel

    Pada penelitian ini, sebanyak 417 sampel diperoleh dengan menggunakan

    teknik non probability sampling, di mana tidak semua individu dalam

    populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel karena

    peneliti tidak mengetahui secara pasti jumlah individu usia 16 hingga 25

    tahun di Indonesia yang menggunakan Instagram. Adapun teknik

    pengambilan sampel dengan menggunakan convenient sampling di mana

    peneliti memberikan kuesioner kepada individu yang ditemui pada saat

    penyebaran kuesioner dan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

    Karakteristik responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Usia 16-25 tahun

    b. Memiliki akun Instagram.

    c. Mengakses akun Instagram-nya sekurang-kurangnya satu kali setiap

    harinya atau pengguna aktif Instagram.

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh variabel, yaitu satu variabel

    terikat (dependent variable), dan sembilan variabel bebas (independent

    variable), diantaranya:

    1. Perbandingan sosial (Y)

    2. Self-esteem

    a. Self-competence (X1)

  • 31

    b. Self-liking (X2)

    3. Self-Uncertainty

    a. Intolerance of uncertainty (X3)

    b. Anxiety (X4)

    c. Depression (X5)

    4. Dukungan sosial

    a. Keluarga (X6)

    b. Teman (X7)

    c. Significant other (X8)

    5. Intensitas penggunaan instagram (X9)

    Adapun definisi operasional dari variabel tersebut adalah:

    1. Perbandingan sosial didefinisikan sebagai perilaku membandingkan

    diri dengan orang lain secara pendapat dan kemampuan mereka.

    2. Self-esteem didefinisikan sebagai perilaku menilai menilai dirinya

    berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang dilihat oleh

    orang lain akan dirinya. Dimensi self-esteem menurut Tafarodi dan

    Swann (2001) ialah self-competence dan self-liking

    3. Self-uncertainty didefinisikan sebagai tingkat seseorang yang

    merasakan keraguan atau ketidakpastian mengenai diri, dunia dan

    keterkaitan antara keduanya. Aspek terkait self-uncertainty menurut

    Butzer (2006)sebagai berikut:

  • 32

    a. Intolerance of Uncertainty

    Carleton (2007) mengatakan bahwa intolerance of uncertainty

    merupakan suatu kecenderungan untuk bereaksi negatif terhadap

    peristiwa atau situasi yang tidak pasti, terlepas dari kemungkinan

    terjadinya konsekuensi yang terkait.

    b. Anxiety

    Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan anxiety sebagai hasil dari

    kekhawatiran atas peristiwa masa depan yang tidak pasti dan tidak

    terkendali, bersama dengan peningkatan fokus pada kekhawatiran

    mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan.

    c. Depression

    Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan depression sebagai suatu

    gejala-gejala mengenai penurunan mood, perasaan tak berdaya dan

    tidak memiliki harapan, merasa bersalah dan tidak berharga,

    hilangnya nafsu makan, gangguan tidur dan hambatan psikomotor.

    4. Dukungan sosial didefinisikan sebagai bantuan berupa kenyamanan,

    kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang

    dari orang atau kelompok lain. Dukungan yang dimaksud adalah

    dukungan sosial berdasarkan sumbernya yaitu dukungan dari keluarga,

    dukungan dari teman dan dukungan dari orang yang berarti untuk

    individu selain keluarga dan teman.

  • 33

    3.3 Instrumen pengumpulan data

    Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dengan enam bentuk skala

    pernyataan yaitu skala perbandingan sosial, skala self-esteem, skala

    intolerance of uncertainty, skala anxiety, skala depresi, dan skala dukungan

    sosial. Dalam penelitian ini yang digunakan berupa skala dan kuesioner yang

    terdiri dari:

    3.3.1 Skala pengukuran perbandingan sosial

    Dalam penelitian ini pengukuran perbandingan sosial peneliti

    memodifikasi alat ukur Gibbons dan Buunk (1999) yang diterjemahkan ke

    dalam bahasa Indonesia. Alat ukur Gibbons dan Buunk (1999) melihat

    perbandingan sosial berdasarkan karakteristik individu, adapun karakteristik

    individu yang dilihat berdasarkan abilities dan opinion. Dalam penelitian ini

    peneliti memodifikasi skala ke dalam konteks instagram dengan

    menambahkan beberapa kata “saat sedang bermain instagram saya...” pada

    setiap item pernyataan. Seperti contoh, pada item asli skala ini berbunyi “saya

    membandingkan bagaimana orang yang saya kasihi lakukan terhadap saya

    dengan yang orang lain kasihi lakukan terhadap orang tersebut” lalu setelah

    diubah ke dalam konteks instagram menjadi “Saat sedang bermain Instagram,

    saya membandingkan bagaimana orang yang saya kasihi lakukan terhadap

    saya dengan yang orang lain kasihi lakukan terhadap orang tersebut.”

    Dalam penelitian Gibbons dan Buunk (1999) skala ini di ukur dengan

    skala “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju), namun karena

  • 34

    peneliti tidak ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti

    mengadaptasi instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang

    jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak setuju), “2” (tidak

    setuju), “3” (setuju), dan “4” (sangat setuju). adapun pembagian item-item

    tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

    Tabel 3.5Blueprint skala perbandingan sosial

    Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav

    Abilities Individu membuat perbandingantentang perlakuan dari seseorangyang ia cintai

    1 1

    Individu membuat perbandinganmengenai pencapaian dirinyadengan pencapaian orang lain.

    2,3,5 4 4

    Individu membandingkankemampuan sosial dirinya denganorang lain.

    6 1

    Opinion Individu menunjukkan minat yanglebih pada pemikiran orang lain.

    7, 8 2

    Individu tertarik denganpemikiran orang lain yangmenghadapi situasi kehidupanyang sama

    9, 10 11 3

    Total 11

    3.3.2 Skala pengukuran self-esteem

    Dalam penelitian ini pengukuran self-esteem peneliti memodifikasi alat

    ukur dari Tafarodi dan Swann (2001) yang terdiri dari 16 item. Alat ukur

    Tafarodi dan Swann (2001) mengukur self-esteem berdasarkan dua aspek

    yang berbeda yaitu, self-competence dan self-liking. Dalam penelitian ini, alat

    ukur diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti mengukur skala ini

  • 35

    dengan instrumen penelitian menggunakan skala Likert dengan rentang

    jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak

    sesuai), “3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). adapun pembagian item-item

    tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 3.6Blueprint skala pengukuran self-esteem

    Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav

    Self-competence Menilai dirinya sebagai individuyang memiliki kemampuan untukmemperoleh hasil yangdiinginkannya dengan menggunakankemampuannya tersebut.

    1, 2, 5, 7 3, 4, 6, 8 8

    Self-liking Menilai dirinya sendiri sebagaiindividu yang berharga

    10, 11,14, 16

    9, 12, 13,16

    8

    Total 16

    3.3.3 Skala pengukuran Intolerance of Uncertainty

    Dalam penelitian ini pengukuran intolerance of uncertainty peneliti

    menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memodifikasi alat ukur dari

    Carleton (2007). Dalam penelitian Carleton (2007) skala ini di ukur dengan

    skala “1” (sangat tidak sesuai) sampai “5” (sangat sesuai), namun karena

    peneliti tidak ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti

    mengadaptasi instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang

    jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak

    sesuai), “3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). adapun pembagian item-item

    tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

  • 36

    Tabel 3.7Blueprint skala pengukuran intolerance of uncertainty

    Aspek IndikatorItem

    JumlahFav Un-Fav

    Prospective anxiety Individu merasa takut dan cemasterhadap peristiwa tak terduga dimasa depan

    1, 2, 3, 4,5, 6, 7

    7

    Inhibitory anxiety Individu merasa terhambat dalammengambil tindakan karenaketidakpastian

    8, 9, 10,11, 12

    5

    total 12

    3.3.4 Skala pengukuran anxiety

    Dalam penelitian ini pengukuran anxiety peneliti memodifikasi alat ukur

    dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia alat ukur dari Costello dan

    Comrey (1967) yang berjumlah 9 item pernyataan untuk konstruk anxiety.

    Peneliti mengukur anxiety dengan menanyakan dalam kurun waktu satu

    minggu individu merasakan pernyataan-pernyataan pada konstruk ini terjadi

    pada dirinya berapa kali. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert

    dengan rentang jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (jarang/kurang

    dari 1 hari), “2” (beberapa kali/1-2 hari), “3” (kadang-kadang/3-4 hari), dan

    “4” (hampir setiap waktu/5-7 hari). adapun pembagian item-item tiap aspek

    dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

    Tabel 3.8Blueprint skala pengukuran anxiety

    Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav

    Anxiety individu mudah merasa tidaktenang.

    1, 3, 4 2 4

    individu merasa gugup padasegala situasi

    5, 6, 7, 8,9

    5

    total 9

  • 37

    3.3.5 Skala pengukuran depression

    Dalam penelitian ini pengukuran depression peneliti memodifikasi alat

    ukur dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia alat ukur dari Radloff

    (1977) yang berjumlah 20 item pernyataan. Peneliti mengukur depression

    dengan menanyakan dalam kurun waktu satu minggu individu merasakan

    pernyataan-pernyataan pada konstruk ini terjadi pada dirinya berapa kali.

    Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban

    sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (jarang/kurang dari 1 hari), “2”

    (beberapa kali/1-2 hari), “3” (kadang-kadang/3-4 hari), dan “4” (hampir setiap

    waktu/5-7 hari). adapun pembagian item-item tiap aspek dpat dilihat pada

    tabel 3.5 berikut:

  • 38

    Tabel 3.9Blueprint skala pengukuran depression

    Aspek IndikatorItem

    JumlahFav Un-Fav

    Depressed Affect Suasana tidak menyenangkan pada diriindividu

    2, 3, 4, 5 4

    Individu merasakan kesedihan yangberkepanjangan

    15, 16 2

    Positive Affect Perasaan menyenangkan pada diriindividu

    1,6 2

    Individu optimis dengan kehidupannya 9, 18 2

    Somatic andretarded activity

    Kehilangan minat dari semua aktifitasrutin

    7, 8, 19 3

    Hilangnya keinginan untuk makan padadiri individu

    10 1

    Individu mengalami gangguan tidur 11 1

    Individu memiliki masalah berpikir dankonsentrasi

    12 1

    Interpersonal Adanya rasa ketidakberhargaan dalamdiri individu

    13, 14, 2

    Keinginan individu untuk mengakhirihidupnya

    17 1

    total 19

    3.3.6 Skala pengukuran dukungan sosial

    Dalam penelitian ini pengukuran dukungan sosial peneliti memodifikasi

    alat ukur Zimet et al., (1988) yang terdiri dari 12 item. Alat ukur Zimet et al.,

    (1988) mengukur dukungan sosial berdasarkan sumber dukungan berasal

    yaitu dari keluarga, teman, dan significant other.

    Dalam penelitian Zimet et al., (1988) skala ini di ukur dengan skala “1”

    (sangat tidak setuju) sampai “7” (sangat setuju), namun karena peneliti tidak

    ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti mengadaptasi

  • 39

    instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban

    sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak sesuai),

    “3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). Adapun pembagian item-item tiap aspek

    dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

    Tabel 3.10Blueprint skala pengukuran dukungan sosial

    Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav

    Dukungankeluarga

    Memperoleh pemecahan masalahmelalui keluarga

    1, 2 2

    Memperoleh dukungan emosionaldari keluarga

    3 1

    Mendapatkan bantuan darikeluarga

    4 1

    Dukunganteman

    Mendapatkan bantuan dari teman 5, 6 2

    Memperoleh pemecahan masalahmelalui teman

    7 1

    Berbagi suka dan duka 8 1

    Dukungansignificant other

    Merasa dihargai dan dipercaya 9 1

    Memperoleh dukungan dari orangyang berarti

    10 1

    Peduli dengan perasaan individu 11 1

    Berbagi suka dan duka 12 1

    total 12

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian validitas konstruk

    tiap alat ukur. Uji validitas konstruk dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

    alat ukur yang disusun terkait secara teoritik mengukur konsep yang ingin diukur

    pada penelitian ini. Untuk menguji validitas konstruk pada penelitian ini

    menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.7.

  • 40

    3.4.1 Uji validitas skala perbandingan sosial

    Peneliti menguji apakah ke 11 item ada yang bersifat unidimensional, artinya

    benar hanya mengukur perbandingan sosial. Dari hasil analisis CFA yang

    dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan

    chi-square= 545.76, df= 44, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.166. Oleh sebab itu,

    peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran

    pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan lima

    belas kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 31.17, df=

    29, P-value= 0.35725, RMSEA= 0.013.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu perbandingan sosial. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut

    mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

    apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat

    nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel

    3.7 berikut:

    Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perbandingan Sosial

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.51 0.05 10.75 Valid2 0.65 0.05 13.03 Valid3 0.77 0.05 17.36 Valid4 0.53 0.05 11.17 Valid5 0.77 0.05 16.70 Valid6 0.66 0.05 13.90 Valid7 0.02 0.05 0.42 Tidak Valid8 0.35 0.05 6.49 Valid9 0.40 0.05 7.90 Valid10 0.51 0.05 10.07 Valid11 0.15 0.05 2.87 Valid

  • 41

    Item dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila

    item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka

    dapat dlihat bahwa item nomor 7 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga item

    tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 10 item yang akan

    dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

    3.4.2 Uji validitas skala dimensi self-competence

    Peneliti menguji apakah ke 8 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur self-competence. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

    model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=438.48, df=

    20, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.224. oleh sebab itu, peneliti melakukan

    modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item

    dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan delapan kali pembebasan

    item, diperoleh model fit dengan chi-square= 19.11, df= 12, P-value= 0.08601,

    RMSEA= 0.038.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu self-competence. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut

    mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

    apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat

    nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel

    3.8 berikut:

  • 42

    Tabel 3.12 Muatan Faktor Item self-competence

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

    1 0.47 0.05 9.04 Valid2 0.52 0.05 10.11 Valid3 0.24 0.05 4.42 Valid4 0.27 0.05 4.96 Valid5 0.82 0.05 16.03 Valid6 0.20 0.05 3.62 Valid7 0.74 0.05 14.61 Valid8 0.04 0.06 0.62 Tidak ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila

    item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka

    dapat dlihat bahwa item nomor 8 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga item

    tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 7 item yang akan

    dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

    3.4.3 Uji validitas skala dimensi self-liking

    Peneliti menguji apakah ke 8 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur self-liking. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

    model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square= 230.34, df=

    20, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.159. oleh sebab itu, peneliti melakukan

    modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item

    dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan delapan kali pembebasan

    item, diperoleh model fit dengan chi-square= 16.24, df= 12, P-value= 0.18055,

    RMSEA= 0.029.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu self-liking. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur

  • 43

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

    item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t

    (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel 3.9

    berikut:

    Tabel 3.13 Muatan Faktor Item self-liking

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan9 0.78 0.05 17.15 Valid10 0.46 0.05 8.96 Valid11 0.42 0.05 8.19 Valid12 0.64 0.05 13.44 Valid13 0.80 0.04 17.90 Valid14 0.41 0.05 7.97 Valid15 0.38 0.05 6.97 Valid16 0.59 0.05 12.24 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila

    item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka

    dapat dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,

    terdapat 8 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

    3.4.4 Uji validitas skala Intolerancy of uncertainty

    Peneliti menguji apakah ke 12 item ada yang bersifat unidimensional, artinya

    benar hanya mengukur intolerance of uncrtainty. Dari hasil analisis CFA yang

    dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan

    chi-square= 556.56, df= 54, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.150. oleh sebab itu,

    peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran

    pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan dua

    puluh lima kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 39.90,

    df= 29, P-value= 0.08559, RMSEA= 0.030.

  • 44

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu intolerance of uncertainty. Kemudian peneliti melihat apakah item

    tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus

    menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan

    dengan melihat nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang

    tertera pada tabel 3.10 berikut:

    Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Intolerance of uncertainty

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.46 0.05 8.82 Valid2 0.45 0.05 8.75 Valid3 0.27 0.05 5.18 Valid4 0.50 0.05 9.33 Valid5 0.28 0.05 5.32 Valid6 0.30 0.05 5.78 Valid7 0.21 0.05 3.89 Valid8 0.71 0.05 13.06 Valid9 0.77 0.05 14.41 Valid10 0.63 0.05 12.46 Valid11 0.57 0.05 11.13 Valid12 0.52 0.06 8.91 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila

    item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka

    dapat dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,

    terdapat 12 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

    3.4.5 Uji validitas skala Anxiety

    Peneliti menguji apakah ke 9 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur anxiety. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

    satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square= 85.58, df= 26,

    P-value= 0.00000, RMSEA= 0.074. oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

  • 45

    terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

    berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan empat kali pembebasan item,

    diperoleh model fit dengan chi-square= 26.68, df= 22, P-value= 0.22362,

    RMSEA= 0.023.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu anxiety. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

    item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t

    (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel 3.11

    berikut:

    Tabel 3.15 Muatan Faktor Item anxiety

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.65 0.05 13.96 Valid2 0.24 0.05 4.67 Valid3 0.76 0.05 16.53 Valid4 0.57 0.05 11.77 Valid5 0.57 0.05 11.83 Valid6 0.48 0.05 9.78 Valid7 0.66 0.05 13.69 Valid8 0.78 0.04 17.84 Valid9 0.54 0.05 11.09 Valid

    Item dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila item

    memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka dapat

    dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,

    terdapat 9 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

  • 46

    3.4.6 Uji validitas skala Depression

    Peneliti menguji apakah ke 19 item ada yang bersifat unidimensional, artinya

    benar hanya mengukur depression. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

    dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=

    1329.85, df= 152, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.136. oleh sebab itu, peneliti

    melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada

    beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan lima

    puluh empat kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square=

    109.41, df= 87, P-value= 0.05251, RMSEA= 0.25.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu depression. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut

    mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

    apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat

    nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel

    berikut:

  • 47

    Tabel 3.16 Muatan Faktor Item depression

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.62 0.05 13.65 Valid2 0.71 0.04 16.17 Valid3 0.65 0.05 13.49 Valid4 0.53 0.05 11.23 Valid5 0.69 0.04 15.66 Valid6 0.33 0.05 6.56 Valid7 0.49 0.05 9.93 Valid8 0.53 0.05 11.25 Valid9 0.70 0.04 15.71 Valid10 0.44 0.05 8.88 Valid11 0.32 0.05 6.30 Valid12 0.63 0.05 13.97 Valid13 0.73 0.04 16.76 Valid14 0.63 0.05 13.50 Valid15 0.72 0.05 16.54 Valid16 0.77 0.05 17.82 Valid17 0.89 0.04 22.30 Valid18 0.01 0.05 0.19 Tidak Valid19 0.30 0.05 5.78 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila

    item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka

    dapat dlihat bahwa item nomor 18 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga

    item tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 18 item yang akan

    dianalisis dalam perhitungan skor faktor.

    3.4.7 Uji validitas skala dukungan keluarga

    Peneliti menguji apakah ke 4 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur dukungan keluarga. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

    dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=

    11.6, df= 2, P-value= 0.00396, RMSEA= 0.104. oleh sebab itu, peneliti

    melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada

    beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan satu kali

  • 48

    pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 0.53, df= 1,

    P-value= 0.46493, RMSEA= 0.000.

    Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

    dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

    faktor yaitu dukungan keluarga. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut

    mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

    apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat

    nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel

    3.13 berikut:

    Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Dukungan Keluarga

    No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.89 0.04 22.97 Valid2 0.85 0.04 20.90 Valid3 0.92 0.04 24.03 Valid4 0.89 0.04 22.