Self Awareness
-
Upload
trainxii15 -
Category
Documents
-
view
115 -
download
9
description
Transcript of Self Awareness
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Self Awareness
Solso (1998) mengemukakan bahwa kesadaran diri (self awareness) dari
proses fisik mempunyai hubungan timbal balik dengan kehidupan mental yang
terkait dengan tujuan hidup, emosi, dan proses kognitif yang mengikutinya.
Santrock (2003b) mengemukakan kesadaran diri adalah keadaan sadar terjaga atau
pengetahuan mengenai peristiwa yang terjadi di luar dan di dalam dirinya,
termasuk sadar akan pribadinya dan pemikiran mengenai pengalamannya.
Individu yang memiliki kesadaran diri adalah sadar akan persepsinya,
perasaannya, angan-angannya, ataupun sadar akan dunia di luar dirinya (Hist;
Posner dalam Matlin, 1998). Solso (1998) mengungkapkan kesadaran diri sebagai
keadaan sadar terjaga akan lingkungan di sekitarnya dan proses kognitif yang
terjadi dalam dirinya, seperti ingatan, pemikiran, emosi, dan reaksi fisiologisnya.
Kesadaran diri adalah kesadaran pikiran yang berasal dari aliran persepsi terhadap
sensasi, angan-angan, pemikiran, dan emosi yang terjadi secara terus-menerus
(James dalam Santrock, 2003b).
Kesadaran diri adalah komponen kecerdasan emosional yang pertama.
Kesadaran diri berarti mempunyai satu pemahaman emosi, kekuatan, kelemahan,
kebutuhan, dan pendorong diri sendiri. Orang-orang dengan kesadaran diri kuat
bukan berarti sangat kritis atau sangat realistis. Namun mereka lebih cenderung
jujur - dengan diri mereka sendiri dan dengan yang lain-lain.
7
2.1.1. Sumber Self Awareness
Sebuah corak psikoterapi yang dikemukakan Victor Frank (1905)
menggambarkan manfaat langsung dari proses kesadaran diri. Menurut Frank,
seperti yang dikutip dalam makalahnya Hanna Djumhana Bastaman, kesadaran
diri manusia mampu melepaskan diri dari berbagai macam pengaruh lingkungan
dan bentuk kecenderungan alami ke arah suatu keadaan atau perkembangan
tertentu dalam dirinya.
Pendapat Frank tersebut sedikit berbeda dengan konsepsi kesadaran diri
yang dibangun M. Iqbal. Yang dimaksud anfus (ego) oleh Iqbal adalah manusia
yang merupakan kesatuan jiwa dan badan. Identitas manusia adalah individualitas
yang mempunyai kesadaran, dan berkata “aku” (I am). Konsepsi kesadaran diri
inilah yang menurut Iqbal menjadi tujuan manusia yang mencari tahu tentang
sumber ilmu dan sumber informasi.
Atkinson dkk (1999) mengemukakan dua macam kesadaran, yaitu :
kesadaran aktif, menitikberatkan pada proses mental dalam membuat rencana,
mengambil inisiatif, dan memonitor diri sehingga akan memunculkan regulasi
diri; dan kesadaran pasif, seperti kesadaran sederhana dari pikiran, emosi,
penginderaan, dan kesan. Buss (1995) dalam teori self-consciousness
mengemukakan pula ada dua jenis kesadaran diri, yaitu : private self-
consciousness, merupakan kesadaran akan diri sendiri yang tidak bisa diamati
secara langsung oleh orang lain, seperti bagaimana rasanya otot mengencang,
perasan marah, cinta, ataupun perasaan spiritual; dan public self-consciousness,
8
kesadaran akan diri yang diamati pula oleh orang lain, seperti penampilan diri,
bagaimana orang lain berpikir tentang diri, penghargaan terhadap orang lain,
ataupun bagaimana individu berkomunikasi dengan orang lain.
Solso (1998) mengemukakan bahwa kesadaran diri dari proses fisik
mempunyai hubungan timbal balik dengan kehidupan mental yang terkait dengan
tujuan hidup, emosi, dan proses kognitif yang mengikutinya. Santrock (2003b)
mengemukakan kesadaran diri adalah keadaan sadar terjaga atau pengetahuan
mengenai peristiwa yang terjadi di luar dan di dalam dirinya, termasuk sadar akan
pribadinya dan pemikiran mengenai pengalamannya. Individu yang memiliki
kesadaran diri adalah sadar akan persepsinya, perasaannya, angan-angannya,
ataupun sadar akan dunia di luar dirinya (Hist; Posner dalam Matlin, 1998). Solso
(1998) mengungkapkan kesadaran diri sebagai keadaan sadar terjaga akan
lingkungan di sekitarnya dan proses kognitif yang terjadi dalam dirinya, seperti
ingatan, pemikiran, emosi, dan reaksi fisiologisnya. Kesadaran diri adalah
kesadaran pikiran yang berasal dari aliran persepsi terhadap sensasi, angan-angan,
pemikiran, dan emosi yang terjadi secara terus-menerus (James dalam Santrock,
2003b).
Damasio (2000) menyatakan bahwa kesadaran diri didasari oleh keadaan
sadar terjaga dan disertai oleh perhatian yang terpusat pada keadaan internal
dalam dirinya (mind-body) dan lingkungan di luar sehingga mengetahui
keberadaan dirinya di sini-saat ini. Kualitas kesadaran diri merupakan keadaan
lebih jelas dan jernihnya pengalaman sadar individu mengenai keadaan di sini dan
9
saat ini (here & now) dengan secara efektif menyadari ingatan masa lalu dan
terlebih lagi memungkinkan mengantisipasi masa depan. Kualitas kesadaran diri
oleh para praktisi meditasi timur dan para ahli neurofenomenologi menyebutnya
sebagai mindfulness. Mindfulness adalah kualitas kesadaran diri diartikan sebagai
meningkatnya perhatian dan keadaan sadar terjaga atas realitas pengalaman
keberadaannya yang terjadi di sini-saat ini. Mindfulness adalah kualitas kesadaran
diri (consciousness), yang mencakup keadaan sadar terjaga (awareness) dan
perhatian (attention) dan harus dibedakan dari proses mental seperti kognisi
(perencanaan-pengawasan), motivasi, dan keadaan emosi (Brown & Ryan, 2003).
Mindfulness harus dibedakan dari beberapa teori self-awareness yang mendapat
perhatian selama hampir 30 tahun belakang, seperti Duval dan Wicklunds (1972)
yaitu teori objektif self-awareness, Buss’s (1980) yaitu teori self-consciousness,
dan Carver dan Scheier’s (1981) yaitu teori self-awareness pengetahuan mengenai
diri (Bishop dkk, 2004; Brown & Ryan, 2003). Neurofenomenologi merupakan
metodologi dengan pendekatan orang pertama dalam studi kesadaran diri yang
menekankan pentingnya pengalaman orang pertama atas keadaan di sini-saat ini
(Varela & Shear, 1999; Thompson & Lutz, 2003; Thompson dkk, 2004).
Brown dan Ryan (2003, 2004) menjelaskan bahwa mindfulness adalah
hasil meningkatnya keadaan sadar terjaga dan perhatian sehingga menghasilkan
kesadaran penuh akan pengalaman keberadaannya di sini-saat ini secara lebih
terbuka. Keadaan sadar terjaga adalah pengalaman subjektif dari fenomena
internal dan eksternal yang merupakan apersepsi dan persepsi murni dari semua
realitas peristiwa yang terjadi setiap saat. Perhatian merupakan pemusatan
10
keadaan sadar terjaga untuk memperjelas aspek tertentu dari realitas. Pengalaman
atas rasa kehidupan dan keberadaannya dialami sebagaimana adanya, sebagai
realitas pengalaman di sini-saat ini.
2.2. Cara Mengembangkan dan Meningkatkan Self Awareness
2.2.1. Cara Mengembangkan Self Awareness
Cara untuk mengembangkan self awareness dapat dilakukan dengan analisis
diri.Analisis diri dengan meminta orang lain untuk menilai diri kita.Analisis diri
dilakukan dengan cara refleksi diri (pikiran dan perasaan).
Refleksi itu meliputi perilaku, pribadi, sikap dan persepsi kita.
1. Prilaku berhubungan erat dengan tindakan-tindakan kita. Seseorang harus
mengarahkan tiap tindakannya sendiri. Refleksi atau analisis perilaku itu
mencakup 4 komponen, yakni: motivasi, pola berpikir, pola tindakan dan
pola interaksi dalam relasi dengan orang lain.
2. Kepribadian merupakan kondisi karakter atau temperamen diri yang relatif
stabil sebagai hasil bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan
sosial. Para ahli psikologi menggagas “The Big Five Model” untuk
mengkategorikan kepribadian manusia (Ekstroversion atau Agreeableness,
tipe orang yang emosinya stabil, Conscentiousness atau sifat hati-hati,
orang yang terbuka pada pengalaman).
3. Sikap merupakan cara respon kita terhadap terhadap rangsangan
(stimulus) objek luar tertentu (menyenangkan/tidak menyenangkan).
Emosi menentukan sikap kita.
11
4. Persepsi sebenarnya suatu proses menyerap informasi dengan panca indera
kita lalu memberikan pemaknaan atasnya.
2.2.2 Cara Meningkatkan Self Awareness
Self awareness dijelaskan Mel model yang ditawarkan oleh Joseph Luft
dan Johari Window dan Harry Ingham, self awareness berhubungan dengan
komunikasi interpersonal. Makin tinggi kesadaran diri semakin mengetahui
bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain. Sebaliknya, komunikasi
dengan orang lain akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang diri
seseorang. Karenanya, kesadaran-diri adalah suatu hal yang harus ditingkatkan.
De Vito menyebutkan empat hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-
awareness:
1. Bertanya tentang diri kepada diri sendiri. Self-talk (berbicara dengan diri
sendiri), melakukan monolong dengan diri sendiri adalah salah satu cara
mengetahui tentang diri dan pada gilirannya meningkatkan kesadaran-
diri. Mendengarkan orang lain. Mendapatkan feedback dari orang lain
dalam komunikasi interpersonal adalah hal yang membuat seseorang
mendapatkan self-knowledge (pengetahuan tentang diri). Sehingga akan
meningkatkan self-awareness pada diri seseorang.
2. Secara aktif mencari informasi tentang diri sendiri. Tindakan ini akan
memperkecil wilayah blind-self sekaligus meningkatkan self-awareness .
3. Melihat dari sisi yang lain. Setiap orang memiliki pandangan sendiri
tentang orang lain. Mencoba melihat dari sudut pandangan orang lain
12
mengenai seseorang akan membantu seseorang tersebut untuk menambah
kesadaran tentang diri seseorang itu sendiri.
4. Meningkatkan open-self. Dengan meluaskan wilayah terbuka pada diri
sendiri berarti mengurangi wilayah hidden-self. Ini berarti juga membuka
diri (melakukan self-disclosure) kepada orang lain. Membuka diri akan
memberikan pengetahuan tentang diri dan meningkatkan kesadaran diri.
Self-awareness biasanya berkurang atau menurun, sehingga menyebabkan
kita akan bertindak tanpa mengindahkan standar atau tidak sesuai dengan nilai-
nilai diri sendiri. Orang akan merasa bebas, tanpa ada halangan apapun dan bisa
melakukan hal-hal yang oleh orang deindividuation (berkurangnya “nilai” lain
biasanya tidak disetujui bisa terjadi akibat stimuli kondisi tertentu,
keindividuan seseorang)
2.2.3. Proses yang dapat Dilakukan untuk Bisa Mengembangkan
Self Awareness
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
1. Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu
yang bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi biasanya lebih mandiri.
2. Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai
kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi.
Dalam interaksi, reakasi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita,
dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan,
mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi Jane
13
Piaget, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktifitas pada
lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia
lakukan.
3. Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self)
perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan
terjadi tahap demi tahap melalui aktifitas serhari hari kita. Walaupun hidup kita
senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori
akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit untuk dirubah secara drastis.
2.3. Manfaat Self Awareness
Self awareness adalah langkah pertama dalam proses penciptaan keberadaan
diri. Saat self awareness seorang individu tumbuh, individu tersebut akan lebih
mengerti mengapa individu merasakan apa yang individu itu rasakan dan
melakukan apa yang individu itu lakukan. Pemahaman ini nantinya akan memberi
individu kesempatan dan kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin individu
ubah tentang diri individu dan menciptakan kehidupan yang individu inginkan.
Tanpa sepenuhnya mengetahui siapa diri individu ini sebenarnya, mustahil
individu tersebut dapat menerima dan mengubah diri.
Orang yang cukup sadar diri dapat juga dikenali dari kepercayaan diri
mereka. Mereka memiliki pemahaman yang mantap akan kemampuan mereka dan
cenderung tidak akan menjerumuskan diri pada kegagalan, misalnya, dengan
overstretching tugas. Mereka tahu juga, kapan untuk meminta bantuan. Dan resiko
yang mereka ambil dalam pekerjaan adalah resiko yang terukur. Mereka tidak
14
akan meminta sebuah tantangan yang mereka tahu mereka tidak dapat menangani
sendiri. Mereka akan memanfaatkan kekuatan mereka sendiri.
2.4. Fungsi dan Tujuan Self Awareness di SMP
Self Awareness (kesadaran diri) adalah kemampuan untuk mengambil
jarak terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran, motif-motif, sejarah, naskah
hidup, tindakan, maupun kebiasaan dan kecenderungan. Hal ini memungkinkan
manusia untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran diri memungkinkan untuk
melihat kacamata itu sendiri maupun melihat melaluinya. Ini memungkinkan
manusia untuk menjadi sadar akan sejarah sosial dan psikis dari program-program
yang ada dalam diri dan untuk memperluas celah antara rangsangan dan
tanggapan.
Karena musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Banyak hal yang dapat
membuat kita lengah. Terjebak dalam rutinitas dan zona nyaman atau
ketergantungan yang besar pada orang lain membuat kita tidak siap menghadapi
situasi darurat atau perubahan yang mendadak. Sebaliknya, sikap ambisi tak
terkendali juga bisa membuat lupa diri dan berakibat fatal. Menurut survei
karakter, minimal 89% dari karakter manusia cenderung bersikap kurang
waspada.
Karena situasi di sekitar kita berubah setiap saat. Hidup adalah perubahan
dan perjuangan. Perubahan selalu membawa dinamika dan membutuhkan
kewaspadaan. Perubahan bisa menjadi sebuah kemajuan jika diwaspadai dan
15
disikapi dengan positif. Namun perubahan akan menjadi musuh dan penghambat
kita tidak mengantisipasi dan mewaspadainya.
Karena kesadaran diri membangun rasa tanggung jawab. Kesadaran diri
berarti mengetahui dengan tepat apa yang sedang kita alami. Kesadaran diri
menimbulkan respon dan sikap antisipasi, sehingga kita mempersiapkan diri untuk
menghadapi situasi yang sedang dan yang akan terjadi. Kesadaran diri secara
positif membangun sikap tanggung jawab dalam diri kita.
Dalam hal untuk meningkatkan self awareness serta menolong agar para siswa
sadar bahwa naik sepeda motor itu melanggar hukum, dimana peneliti dapat
menolong siswa keluar dalam masalah ini. Dalam Taksonomi bloom ada beberapa
tingkatan yang terbagi dalam tiga domain, salah satunya adalah cognitive domain,
yang di dalam domain ini berisi sebagai berikut:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen
kualitas, orang yangg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar
kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya.
16
2. Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. Sebagai
contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish
bone diagram, pareto chart, dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi
kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab
meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi
akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas
dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
4. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.
17
5. Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang
cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus
mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan
efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya.
Dari keenam domain tersebut, siswa sudah berada dalam tingkat
knowledge, dan itu belum dapat meningkatkan self awareness, untuk itu siswa
harus diajak sampai pada tingkat pemahaman dan tingkat aplikasi guna bisa
meningkatkan self awareness siswa yang naik sepeda motor ke sekolah itu adalah
melanggar peraturan.
2.5.Peraturan untuk Pengendara Sepeda Motor
2.5.1 Persyaratan Pemohon SIM dan UU Tentang SIM
18
Di Indonesia, Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan
identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi
persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu
lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan
(Pasal 77 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009).
Persyaratan pemohon SIM perseorangan berdasarkan Pasal 81 ayat (2),
(3), (4), dan (5) UU No. 22 Tahun 2009:
1. Usia o 17 tahun untuk SIM C o 17 tahun untuk SIM A dan D o 20 tahun untuk SIM B1 o 21 tahun untuk SIM B2
2. Administratif o memiliki Kartu Tanda Penduduk o mengisi formulir permohonan o rumusan sidik jari
3. Kesehatan o sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter o sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis
4. Lulus ujian o ujian teori o ujian praktek dan/atau o ujian ketrampilan melalui simulator
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan yang tidak
dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah Kendaraan Bermotor yang
dikemudikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan atau denda paling banyak
19
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal 288 ayat (2) UU No.22
Tahun 2009).
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan yang tidak
memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) (Pasal 281 UU No.22 Tahun 2009).
2.6. Layanan Konseling Kelompok Rational Emotif
2.6.1 Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan pelayanan bimbingan yang khas, syarat-
syarat yang harus dipenuhi dipihak konselor dan pihak para konseli, proses
konseling dalam kelompok dan penerapan teori serta pendekatan konseling
kelompok. Serta dalam kelompok konseling ini dapat dibina dan diciptakan dalam
suatu kelompok kecil dengan cara mengemukakan kesulitan dan keprihatinan
dalam pribadi kepada sesama anggota kelompok dan pada konselor. Para klien
atau konseli-konseli adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal,
yang menghadapi berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan struktur
kepribadian untuk diatasi. Para konseli ini akan memanfaatkan suasana
komunikasi antarpribadi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk
belajar dan atau menghilangkan sikap dan perilaku tertentu”( disarikan).
20
2.6.2 Terapi Rational Emotif
2.6.2.1 Pengertian Terapi Rational Emotif
Terapi rational emotif adalah corak konseling yang menekankan
kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking),
berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan
bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan
perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku.
Terapi rational emotif adalah aliran psikoterapi yang berandaskan asumsi
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rational dan jujur
maupun untuk berpikir irrasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, dan mengatakan,
mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri.
Menurut terapi ini, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesak
pemenuhan keinginan-keinginan hidupnya, jika tidak segera mencapai apa yang
diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri maupun orang lain
( Ellis, 1973a h. 175-176).
2.6.3. Tujuan Terapi Rational Emotif
Ada satu tujuan utama dalam terapi ini, yaitu meminimalkan pandangan
yang mengalahkan diri sendiri dari klien dan membantu klien memperoleh filsafat
hidup yang realistik. Terapi rational emotif mendorong suatu revolusi filosofis
dan idiologis berlandaskan asumsi bahwa masalah-masalah manusia berakar
21
secara hapusan gejala (Ellis, 1967), tetapi untuk mendorong klien agar menguji
secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar.
2.6.4 Fungsi dan Peran Terapeutik
Aktivitas terapeutik utama dalam terapi rational emotif dilaksanakan
dengan maksud membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan yang tidak
logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya.
Untuk mencapai tujuan dari terapi ini, langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irrasionalnya.
2. Membawa klien ke seberang tahap kesadaran denga menunjukkan bahwa ia sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosional untuk tetap aktif dengan terus menerus berpikir secara tidak logis.
3. Langkah terakhir, menantang klien untuk mengembangkan filsafat-filsafat hidup yang rasional sehingga ia bisa menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan-keyakinan irrasional.
2.6.5. Teknik dan Prosedur Utama Terapi Rational Emotif
Ellis (1967, h .89), berpendapat bahwa barang kali tidak ada kondisi
tunggal atau sekumpulan kondisi yang memadai dan yang essensial bagi
terjadinya perubahan. Teknik RET yang essensial adalah mengajar secara aktif-
direktif. Segera setelah terapi dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar
yang aktif mereeduksi klien.
Ellis (1967) mencatat bahwa “pada teknik –teknik psikoterapi yang
lumrah seperti eksplorasi, ventilasi, eksvakasi, dan penafsiran terapis rasional
menambahkan teknik-teknik yang lebih langsung seperti konfrontasi,
pembantahan, deindoktrinasi, dan reedukasi.
22
Ellis (1973a, h. 185) memberikan suatu gambaran tentang apa yang
dilakukan oleh pempraktek terapi rational emotif ini:
1. Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irrasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku.
2. Menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya. 3. Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya. 4. Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-
keyakinan yang irrasional. 5. Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan
bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan ganguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
6. Mengunaan absurditas dan humor untuk menghadapi irrasionalitas pemikiran klien.
7. Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan yang empiris, dan
8. Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan yang irrasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa perilaku yang merusak diri.
2.7. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang ada, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah melalui konseling kelompok rational emotif
dapat meningkatkan self awareness siswa terhadap pemakaian sepeda motor kelas
VIII SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
23