PENGARUH SELF COMPASSION, EMPATI PASANGAN,...
Transcript of PENGARUH SELF COMPASSION, EMPATI PASANGAN,...
PENGARUH SELF COMPASSION, EMPATI
PASANGAN, KECERDASAN EMOSI, DURASI
PERNIKAHAN DAN USIA SAAT MENIKAH
TERHADAP PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA
WANITA YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA
BUDAYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Fahira Alhadar
NIM : 11150700000069
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2019M
ii
PENGARUH SELF COMPASSION, EMPATI
PASANGAN, KECERDASAN EMOSI, DURASI
PERNIKAHAN DAN USIA SAAT MENIKAH
TERHADAP PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA
WANITA YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA
BUDAYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Fahira Alhadar
NIM : 11150700000069
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2019M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH SELF COMPASSION, EMPATI PASANGAN,
KECERDASAN EMOSI, DURASI PERNIKAHAN DAN USIA SAAT
MENIKAH TERHADAP PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA WANITA
YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA BUDAYA” telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Oktober 2019. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 23 Oktober 2019
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
v
MOTTO
Man Jadda Wajada
Put your trust in ALLAH, you will be never
dissapointed
Kupersembahkan karya ini kepada :
Almarhumah Ibukusayang & Abakusayang
yang selalu menyayangi, mendukung serta
mendoakan penulis.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Oktober 2019
C) Fahira Alhadar
D) Pengaruh Empati Pasangan, Kecerdasan Emosi, Self Compassion, Durasi
Pernikahan dan UsiaSaat Menikah terhadap Penyesuaian Pernikahan pada
Wanita yang Memiliki Pasangan Beda Budaya
E) cxvi + 86 halaman
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan pengaruh
variabel self compassion, empati pasangan, pengungkapan emosi,
penggunaan emosi, pengaturan emosi, durasi pernikahan, dan usiasaat
menikah terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki
pasangan beda budaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
melibatkan sampel berjumlah 220 wanita yang memiliki pasangan beda
budaya. Teknik pengambilan data yang digunakan menggunakan teknik
nonprobability sampling.Penulis memodifikasi alat ukur dari Marital
Adjustment Questionaire (MAQ), Assesing Emotional Scale (AES),
Spousal Empathy Scale (SES), Self Compassion Scale (SCS).Uji validitas
alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis
(CFA).Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh bahwa hipotesis alternatif
diterima, yang artinya ada pengaruh yang signifikan self compassion,
empati pasangan, kecerdasan emosi, durasi pernikahan dan usiasaat
menikah terhadap penyesuaian pernikahan. Adapun dimensi/variabel yang
secara signifikan berpengaruh adalah empati pasangan, pengungkapan
emosi, dan pengaturan emosi.Hasil penelitian ini juga menunjukan
pentingnya pelatihan pranikah tentang penyesuaian pernikahan bagi wanita
yang memiliki pasangan beda budaya.
G) Bahan bacaan : 58 ; 3 buku + 42 Jurnal + 2 Tesis + 7 laporan alat ukur +
4 artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) October 2019
C) Fahira Alhadar
D) The Influence of Spousal Empathy, Emotional Intelligence, Self
Compassion, Marriage Duration and Age of Marriage on Marital
Adjustment in Intercultural Marriage Women.
E) cxvi + 86 pages
F) This study aims to test and prove the effect of variable spousal empathy,
emotional intelligence, self compassion, marriage duration and age of
marriage on marital adjustment in intercultural marriage women.
This research used a quantitative approach by involving a sample of 220
Intercultural Marriage Women. The data collection technique used was
nonprobability sampling technique. The author modified the measuring
instrument from the Marital Adjustment Questionaire (MAQ), Assesing
Emotional Scale (AES), Spousal Empathy Scale (SES), Self Compassion
Scale (SCS). Test the validity of measuring instruments using confirmatory
factor analysis (CFA) techniques. Data analysis using multiple regression
analysis techniques.
Based on the results of statistical tests, it was found that alternative
hypotheses were accepted, which meant that there was a significant effect
spousal empathy, emotional intelligence, self compassion, marriage
duration and age of marriage on marital adjustment. the
dimensions/variables that significantly influence are spousal empathy,
emotional expression, and emotional regulation. The results of this study
also show the importance of premarital training on marital adjustment for
intercultural marriage women
G) Reading Material: 58 ; 3 Books + 42 Journals + 2 Thesis + 7 Record
Scale + 4 Articles.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur untuk Allah SWT, sang Pengatur Alam
Semesta, lagi Maha Penolong, yang telah memberikan ridho dan kehendak-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi yang berjudul ‘’Pengaruh Empati
Pasangan, Kecerdasan Emosi, Self Compassion, Durasi Pernikahan, dan UsiaSaat
Menikah terhadap Penyesuaian Pernikahan pada Wanita yang Memiliki Pasangan
Beda Budaya’’.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagaipihak,
oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024 dan para wakil dekan.
2. Dr. Natris Idriyani, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bimbingan, arahan,
motivasi dan saran dengan segenap kesabarannya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan maksimal.
3. Dosen pembimbing akademik yang telah membantu, mendukung,
memberi nasihat serta arahan selama perkuliahan.
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan
dan menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Kedua orang tua penulis almarhumah ibu tercinta Sakinah Albahar dan
Aba tersayang Lutfi Achmad Alhaddar yang selalu menyayangi penulis
serta tak lepas mendoakan dan mendukung penulis selama ini, semoga
syurga menjadi balasannya. Farahnaz, Faradila, Farwa, Firza sebagai
kakak perempuan penulis yang telah menyemangati dan menyayangi
penulis selama ini. Emir, Arashya, Faza, dan Firaz sebagai keponakan
tersayang penulis yang telah memberikan kebahagiaan kepada penulis.
Serta Bang Emi, Mas Bowo dan Afery sebagai kakak ipar penulis yang
telah memberikan dukungan kepada penulis. Serta Ami Muju yang selalu
memberikan dukungan penuh kepada penulis.
6. Choi, Dyah, Hana, Ica, Nisa, Sharah, Suhfi, Vini, Yosi, selaku sahabat
penulis, yang selalu memberi dukungannya.
7. Ka Adzillah dan Ka Shofie yang membantu penulis dalam menyusun
skripsi.
8. Nina, Billa, Rhesma, Ainun, Daliah, Mela, Cherry, Hanan sebagai sahabat
penulis yang selalu memberikan dukungan dan kesabarannya kepada
penulis.
9. Teman-teman angkatan 2015 khususnya grup Psikologi’15 kelas B, Forkat
Az-Zukhruf Psikologi, LDK KOMDA FPSI 2017, Mentoring Cerdas,
Cantik, Ceria, yang telah menjadi bagian dalam kehidupan perkuliahan
penulis.
x
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungan, bantuan, doa, dan semangat yang telah diberikanuntuk
membantu penulis, menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak sekali kekurangannya
dalam penulisan maupun penyusunan karena adanya keterbatasan pengalaman,
pengetahuan, serta analisis. Oleh karena itu dengan sangat terbuka penulis
menerima adanya saran dan kritik dari pembaca sebagai masukkan yang
membangun untuk penyusunan skripsi dengan lebih baik lagi.Penulis
mengharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Oktober 2019
Penulis
Fahira Al Hadar
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................................. 8
1.2.1PembatasanMasalah .................................................................................... 8
1.2.2PerumusanMasalah .................................................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
1.3.2 Manfaat penelitian .................................................................................... 12
1.3.2.1 Manfaat Teroritis ............................................................................... 12
1.3.2.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 12
1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 15
2.1 Penyesuaian Pernikahan .................................................................................. 15
2.1.1 Definisi Penyesuaian Pernikahan ............................................................. 15
2.1.2 Dimensi Penyesuaian Pernikahan............................................................. 17
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan ............................ 19
2.1.4 Pengukuran Penyesuaian Pernikahan ....................................................... 22
2. 2 Kecerdasan Emosi .......................................................................................... 23
2.2.1DefinisiKecerdasanEmosi ......................................................................... 23
2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosi ..................................................................... 24
xii
2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi ................................................................ 27
2.3 Empati Pasangan ............................................................................................. 28
2.3.1 Definisi Empati Pasangan ........................................................................ 28
2.3.2 Dimensi Empati Pasangan ........................................................................ 29
2.3.3 Pengukuran Empati Pasangan .................................................................. 30
2.4.Self Compassion .............................................................................................. 31
2.4.1 Definsi Self Compassion .......................................................................... 31
2.4.2 Dimensi Self Compassion ......................................................................... 32
2.4.3 Pengukuran Self Compassion ................................................................... 33
2.5 Durasi pernikahan ........................................................................................... 34
2.6 Usia Saat Menikah .......................................................................................... 34
2.7 Pernikahan Beda Budaya ................................................................................ 35
2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 35
2.9 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 40
2.9.1 Hipotesis Mayor ....................................................................................... 40
2.9.2 Hipotesis Minor ........................................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 42
3.1 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 42
3.1.1 Populasi .................................................................................................... 42
3.1.2 Sampel ...................................................................................................... 42
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel .................................................................... 42
3. 2 Variabel Penelitian ........................................................................................ 43
3.2.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 43
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................... 45
3.3.1 Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan .......................................................... 45
3.3.2 Alat Ukur Kecerdasan Emosi ................................................................... 46
3.3.3 Alat Ukur Empati Pasangan ..................................................................... 48
3.3.4 Alat Ukur Self Compassion ...................................................................... 49
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................... 51
3.4.1 Uji Validitas Kosntruk Penyesuaian Pernikahan ...................................... 53
3.4.2 Uji Validitas Self Compassion .................................................................. 54
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi ............................................... 56
3.4.3.1 Uji Validitas Kontruk Pengungkapan Emosi ..................................... 56
xiii
3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Pengaturan Emosi ......................................... 57
3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Penggunaan Emosi ....................................... 58
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Empati Pasangan ................................................. 59
3.5 Metode Analisis Data ...................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 63
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................................... 63
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................................. 64
4.3 Kategorisasi Skor ............................................................................................ 65
4.4. Uji Hipotesis Penelitian.................................................................................. 67
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ........................................................ 67
4.4.2 Proporsi Varian ......................................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 75
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 75
5.2 Diskusi ............................................................................................................ 75
5.3 Saran ................................................................................................................ 79
5.3.1 Saran Teoritis ........................................................................................... 79
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82
LAMPIRAN ......................................................................................................... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Blueprint Skala Penyesuaian Pernikahan ..................................... 46
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kecerdasan Emosi .......................................... 47
Tabel 3.3 Blueprint Skala Empati Pasangan ................................................ 48
Tabel 3.4 Blueprint SkalaSelf Compassion ................................................. 50
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Penyesuaian Pernikahan .............................. 54
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self Compassion .......................................... 55
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Pengungkapan Emosi .................................. 56
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Pengaturan Emosi ....................................... 57
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi ...................................... 59
Tabel 3.10Muatan Faktor Item Empati Pasangan ........................................ 60
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................ 61
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ........................................ 65
Tabel 4.3 Pedoman Interprestasi ................................................................. 66
Tabel 4.4.Kategorisasi Skor Variabel ......................................................... 66
Tabel 4.5 R Square ....................................................................................... 68
Tabel 4.6 Hasil uji F .................................................................................... 69
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ....................................................................... 70
Tabel 4.8 Proporsi Varian ........................................................................... 73
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 40
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya sebuah pernikahan antara dua insan manusia, salah satu faktor
penyebabnya selain karena cinta satu sama lain juga dikarenakan adanya
kewajiban yang harus dipenuhi dalam agamanya, untuk menyempurnakan separuh
agama dengan menyegerakan sebuah pernikahan. Seperti dalam Firman Allah
yang tertera dalam kitab suci Al Qur’an surat An-Nuur ayat 24 :
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur (24): 32)
Tujuan dari adanya sebuah penikahan adalah untuk membentuk keluarga
atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa dalam pernikahan sesama maupun yang berbeda budaya seperti yang tertera
dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor I Tahun 1974 tentang
perkawinan.
Banyaknya aneka ragam budaya yang ada di dunia ini, tidak membuat kita
merendahkan budaya yang berbeda dari budaya kita, melainkan kita diharuskan
menghargai adanya perbedaan budaya yang kita anut dengan budaya lain. Sebab
2
setiap kedudukan manusia dimata Allah itu sama, bagaimanapun bentuk rupa,
budaya yang di anut, dan sebagainya. Hal yang dapat membedakannya hanyalah
ketakwaan dari orang tersebut.Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam
QS.Al-Hujuraat ayat 13:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujuraat: 13).
Salah satu alasan terjadinya pernikahan beda budaya adalah keberagaman
dunia yang sangat memungkinkan untuk bertemu dengan pasangan dari latar
belakang yang berbeda, baik itu berbeda daerah maupun berbeda negara
(Finansialku.com).
Memiliki pasangan yang berbeda budayanya tidak dapat dikatakan hal
tersebut adalah suatu hal yang mudah, walaupun belakangan ini pernikahan
antarbudaya bukan suatu hal yang sulit ditemui. Data hasil survei yang dilakukan
oleh United Stated Cencus Bureau (Brittany Rico, Rose M. Kreider And Lydia
Anderson) pada tahun 2018, menyatakan bahwa persentase rumah tangga
pasangan menikah yang beraneka ragam atau antar etnis tumbuh di seluruh
Amerika Serikat dari 7,4% hingga 10,2 % dari tahun 2000 hingga 2012-2016.
Terdapat kulit putih non-Hispanik yang menikah dengan orang Hispanik, yang
meningkat dari 43,2 % dari kabupaten. Sebaliknya, hanya 3,0 % dari kabupaten
3
menunjukkan peningkatan persentase rumah tangga pasangan menikah yang kulit
putih non-Hispanik menikah dengan non-Hispanik American Indians atau Alaska
Natives.
Adapun di Indonesia, diketahui dari Laporan Wartawan Tribun Bali,
Busrah Hisam Ardans yang mewawancarai seorang wanita dari komunitas PerCa
(Perkawinan Campuran) pada 2018, Rulita Anggraini. Ia mengungkapkan bahwa
tren pernikahan campuran yang lebih banyak melibatkan perempuan WNI
semakin tinggi, belum diketahui pasti berapa jumlah WNI yang melakukan
pernikahan campuran di Indonesia, tetapi sudah ada 1.200 anggota. Pada tahun
2019, Ellyn salah satu pengurus komunitas PerCa menyatakan terdapat 1.801
anggota yang terdiri dari 1.621 perempuan dan 180 laki-laki yang telah
bergabung ke dalam komunitas PerCa.
Menurut Frame (2004) terdapat beberapa masalah pernikahan beda
budaya, seperti pasangan yang tidak biasa dengan peran gender dalam budaya
masing-masing di dalam sebuah pernikahan, perbedaan bahasa dan gaya bicara,
memandang status sosial suatu hal penting dan merasa kurang percaya diri karena
berbeda, masalah keuangan, perbedaan kehidupan seksualitas pada masing-
masing budaya, berbeda agama, dan perbedaaan pendapat dalam membesarkan
anak dengan cara masing-masing budaya
Terdapat dua asumsi yang diungkapkan oleh Frame (2004) tentang
pernikahan beda budaya. Pertama, ada anggapan pasangan dalam pernikahan beda
budaya atau interetnis lebih memberi tekanan daripada mereka yang
monokultural. Kedua, pernikahan antarbudaya diasumsikan cenderung berakhir
4
dengan perceraian daripada pernikahan monokultural. Menurut Gains dan Liu
(dalam Ruebelt, Singaravelu, Daneshpour & Brown, 2015) meskipun angka
perceraian di antara pasangan multikultural atau multiracial berada jauh di atas
tingkat perceraian keseluruhan dalam Amerika Serikat, banyak hubungan
multikultural atau multiracial berkembang dan bertahan dari waktu ke waktu.
Root (dalam Ruebelt, Singaravelu, Daneshpour & Brown, 2015)
berpendapat bahwa perbedaan dan masalah yang tidak sesuai dalam pernikahan
antar bangsa sebenarnya cukup mirip dengan pernikahan di mana dua orang
memiliki latar belakang budaya yang sama. Masalah dan perbedaan yang tidak
sesuai itu termasuk: kehilangan rasa hormat, ketidakmauan untuk kompromi,
tindakan menyakiti, kurangnya tanggung jawab, ketidakjujuran, dan nilai-nilai
yang saling bertentangan.
Pada setiap individu dalam pernikahan lintas budaya terdapat nilai-nilai
dan keyakinan keluarga yang berbeda serta gaya komunikasi yang berbeda dan
tidak seimbang pandangan perbedaan budaya mereka, yang merupakan sumber
stres (Bustamante, Nelson, Henriksen, & Monakes, 2011). Temuan ini
mendukung teori bahwa pasangan dari budaya yang sama dapat lebih memahami
perilaku dan sikap pasangan mereka, yang menyebabkan lebih sedikit konflik
dalam kehidupan pernikahan mereka daripada yang terjadi di pernikahan lintas
budaya.
Penelitian Smith & Tubergen (2012) yang melibatkan 116.745 pasangan
yang bercerai pada kurun waktu 1995-2008 di Belanda menunjukkan bahwa
resiko perceraian lebih tinggi ditemukan pada pasangan antar-budaya, khususnya
5
jika pasangan lahir dan dibesarkan di negara yang memiliki perbedaan kultural
yang jauh satu sama lain.
Perbedaan-perbedaan yang ada dalam pernikahan lintas budaya memiliki
potensi konflik yang dapat mempengaruhi sebuah hubungan pernikahan. Namun,
hal ini sangat bergantung pada bagaimana pasangan pernikahan lintas budaya
menyikapinya (Pratamawaty, 2017)
Haryanto (dalam Pratamawaty, 2017) menyatakan bahwa pernikahan
lintas budaya lebih banyak berpotensi pada masalah daripada pernikahan intra
etnis, terdapat banyak masalah eksternal dalam pernikahan lintas budaya daripada
intrabudaya, meski keduanya sama-sama puas dengan pernikahan mereka. Lebih
jauh lagi Pratamawaty (2017) menjelaskan bahwa keberhasilan pernikahan lintas
budaya tergantung pada kemampuan untuk menyesuaikan diri satu sama lain,
sehingga dapat disimpulkan pentingnya penyesuaian pernikahan dalam kehidupan
pernikahan, terutama pernikahan lintas budaya atau beda budaya.
Pasangan yang baik dalam penyesuaian diharapkan memiliki pernikahan
yang stabil dan tahan lama, sedangkan pasangan dengan pernikahan yang
penyesuaian tidak baik diharapkan mengalami ketidakstabilan dan berakhir
dengan perceraian (Kendrick & Drentea, 2016). Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kazemi dan Nikmanesh (2011) menemukan bahwa penyesuaian pernikahan
lebih tinggi dilaporkan pada laki-laki daripada wanita, hal tersebut dapat terjadi
karena posisi dominan laki-laki dalam hubungan pernikahan dan mungkin
disebabkan oleh karakteristik emosional wanita. Sehingga perlu diskusi dan
6
penyelidikan mendalam tentang penyesuaian pernikahan pada wanita yang
memiliki pasangan beda budaya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi marital adjustment, seperti
studi yang dilakukan oleh Lashari (2016) tentang Environmental And Personal
Factors As Predictors Of Marital Adjustment- An Investigation In Pakistani
Context menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pengalaman dengan
keluarga suami dan dukungan suami terhadap penyesuaian pernikahan. Kemudian
McDonald, Olson, Lanning, Goddard & Marshall (2018) juga memberikan bukti
empati pasangan sebagai faktor yang mempengaruhi adanya penyesuaian
pernikahan. Penelitian Chang & Shin (2012)mengenai Marital Adjustment
Factors For International Marriages In South Korea menunjukan pola
kepribadian individu dan efektivitas komunikasi memiliki efek signifikan
padapenyesuaian pernikahan. Kecerdasan emosi juga menjadi prediktor
penyesuaian pernikahanpada penelitian yang dilakukan Jalil & Muazam (2013).
Penelitian Bibi, Masood, Ahmad, & Bukhari (2017) yang berjudul Effect of Self-
Compassion on the Marital Adjustment of Pakistani Adults menunjukan bahwa
variabel Self Compassion menjadi pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian
pernikahan.Pada penelitian yang dilakukan oleh Durguta& Kisa (2018)
menunjukan bahwa durasi penikahan berhubungan secara positif terhadap
penyesuaian pernikahan. Penelitian yang dilakukan oleh Yizengaw, Kibret,
Gebiresilus, dan Sewasew (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh usia saat
menikah terhadap penyesuaian pernikahan. Fokus pada penelitian ini adalah pada
7
empati pasangan, kecerdasan emosi, self compassion, durasi pernikahan, dan usia
saat menikah.
Wanita yang memperoleh empati dari pasangannya, berupa perhatian, dan
pemahaman atas apa yang sedang dialami oleh dirinya, cenderung lebih merasa
disayangi dan dihormati sehingga mereka lebih mudah untuk menyesuaikan diri
dalam pernikahan yang membuat pernikahan dapat bertahan lama (McDonald, et
al, 2018). Hal ini menunjukan bahwa empati pasangan dapat menjadi faktor untuk
penyesuaian pernikahan.
Orang yang cerdas secara emosional lebih mampu menangani masalah
pernikahan mereka (Jalil & Muazam, 2013). Joshi dan Thingujam (2009) juga
melaporkan temuan yang sama dalam penelitian mereka bahwa pasangan yang
cerdas secara emosional dapat menjadi lebih baik dalam menangani kehidupan
pernikahan mereka. Kemampuan mereka secara efektif dalam mcenghadapi emosi
mereka sendiri dan orang lain membuat mereka mampu mengelola ketika terjadi
konflik, dan dengan “memanfaatkan emosi” mereka dapat menciptakan
kebahagiaan bagi pasangan mereka, sehingga kecerdasan emosi berkontribusi
positif dalam penyesuaian pernikahan(Jalil & Muazam, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bibi et.al.(2017) menyatakan bahwa
variabelSelf Compassion menjadi pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian
pernikahan. Seseorang yang memiliki self compassion yang baik akan mudah
dalam penyesuaian pernikahan, dikarenakan mereka dapat beradaptasi untuk
mengatur emosi, memberikan kenyamanan pada individu lain, serta mampu
mengahargai perasaan, pemikiran serta tingkah laku orang lain.
8
Penelitian yang dilakukan oleh Durguta& Kisa (2018) menunjukan bahwa
durasi penikahan berhubungan secara positif terhadap penyesuaian pernikahan.
Seseorang yang memiliki durasi pernikahan yang lama akan semakin baik
penyesuaian pernikahannya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yizengaw, Kibret, Gebiresilus, dan
Sewasew (2014) diketahui bahwa faktor usia saat menikah menjadi pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian pernikahan, yang artinya semakin tinggi
usia seseorang saat menikah maka akan semakin baik pada penyesuaian
pernikahannya.
Adanya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi subjek
penulis yaitu wanita yang memiliki pasangan beda budaya agar mampu
meningkatkan penyesuaian pernikahan dengan saling menjaga hubungan
pernikahan sehingga mencapai kepada kehidupan pernikahan yang diinginkan.
Penulis menarik judul untuk penelitian ini adalah ”Pengaruh Self Compassion,
Empati Pasangan, Kecerdasan Emosi, Durasi Pernikahan dan Usia saat menikah
terhadap Penyesuaian Pernikahan pada Wanita yang Memiliki Pasangan Beda
Budaya ”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis membatasi ruang
lingkup masalah penelitian ini pada pengaruh independent variable (Self
Compassion, Empati Pasangan, Kecerdasan Emosi, Durasi Pernikahan dan Usia
9
Saat Menikah) terhadap dependent variable (Penyesuaian Pernikahan). Adapun
batasan-batasan pada penelitian ini, sebaga berikut:
1. Penyesuaian Pernikahanadalah kemampuan individu dalam menyesuaikan
pernikahan yang ditandai oleh suatu hubunganyang memberikan banyak
peluang untuk kepuasan kebutuhan dasar manusia seperticinta,
persahabatan dan ekspresi seksual dalam hubungan peran bersama
menurut Kumar (dalam Chopra, 2008).
2. Empati Pasangan merupakan persepsi individu bahwa orang lain
menunjukkan apakah dia merasakan dan memahami situasi individu lain
(Plank, Minton & Reid, 1996).
3. Kecerdasan Emosi merupakan sejumlah keterampilan memproses
informasi yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi
diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur emosi secara efektif serta
kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan
meraih tujuan kehidupan. Salovey dan Mayer tahun (1990).
4. Self compassion merupakan rasa kasihan diri melibatkan keterbukaan dan
bergerak oleh penderitaan sendiri, mengalami perasaan peduli dan
kebaikan terhadap diri sendiri, mengambil pemahaman, sikap tidak
menghakimi terhadap kekurangan dan kegagalan diri, serta mengakui
bahwa pengalamannya sendiri adalah bagian dari pengalaman yang juga
dijalani oleh manusia lainnya (Neff, 2003).
5. Durasi pernikahan merupakan hari, bulan dan tahun pernikahan hingga
saat ini (Igbo, Grace & Christiana, 2015).
10
6. Usia saat menikahadalah usia rata-rata di tahun-tahun ketika wanita
berusia 15 hingga 49 tahun pertama menikah atau hidup dengan pasangan
suka sama suka.
7. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang memiliki pasangan yang
beda budaya mengacu pada pernikahan antara pasangan dari berbagai
budaya dan nasional/negara.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini, ialah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self compassion, empati pasangan,
kecerdasan emosi, durasi pernikahan dan usiasaat menikah terhadap
penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda
budaya?
2. Apakah ada pengaruh pengungkapan emosi terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
3. Apakah ada pengaruh pengaturan emosi terhadap penyesuaian pernikahan
pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
4. Apakah ada pengaruh penggunaan emosi terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
5. Apakah ada pengaruh empati pasangan terhadap penyesuaian pernikahan
pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
6. Apakah ada pengaruh self compassion terhadap penyesuaian pernikahan
pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
11
7. Apakah ada pengaruh durasi pernikahan terhadap penyesuaian pernikahan
pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
8. Apakah ada pengaruh usiasaat menikah terhadap penyesuaian pernikahan
pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji dan
membuktikan :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan self compassion, empati
pasangan, kecerdasan emosi, durasi pernikahan dan usiasaat menikah
terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan
beda budaya.
2. Mengetahui apakah ada pengaruh pengungkapan emosi terhadap
penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda
budaya.
3. Mengetahui apakah ada pengaruh pengaturan emosi terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
4. Mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan emosi terhadap
penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda
budaya.
5. Mengetahui apakah ada pengaruh empati pasangan terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
12
6. Mengetahui apakah ada pengaruh self compassion terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
7. Mengetahui apakah ada pengaruh durasi pernikahan terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
8. Mengetahui apakah ada pengaruh usiasaat menikah terhadap penyesuaian
pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teroritis
Manfaat teroritis penelitian ini ialah dapat menjadi kontribusi dalam
pengembangan ilmu bidang psikologi perkembangandan psikologi sosial,
khususnya dalam mengembangkan penelitian selanjutnya tentang self compassion,
empati pasangan, kecerdasan emosi, durasi pernikahan dan usiasaat menikah.
Begitu juga dengan variabel Penyesuaian Pernikahan yang akan digunakan pada
penelitian selanjutnya.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitudapat memberikan informasi
kepada setiap pasangan yang berbeda budaya agar dapat menjaga pernikahan
mereka dengan sebaik-baiknya dengan meningkatkan penyesuaian pernikahan.
Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk pembuatan modul
penyesuaian pernikahan serta pembuatan proses pelatihan pranikah agar seseorang
yang berniat melakukan pernikahan antarbudaya siap menghadapi masalah-
masalah kehidupan pada pernikahan antar budaya agar memiliki penyesuaian
pernikahan yang baik guna menghasilkan kehidupan pernikahan yang ideal.
13
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Self Compassion,
Empati Pasangan, Kecerdasan Emosi, Durasi Pernikahan dan Usia Saat
Menikah terhadap Penyesuaian Pernikahan pada Wanita yang Memiliki
Pasangan Beda Budaya” terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab 1. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.
Bab 2. Kajian Teori
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3. Metodologi Penelitian
Berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh sub-bab. Sub-bab
tersebut adalah populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel
penelitian, definisi operasional dari variabel, metode pengumpulan data, uji
validitas alat ukur, teknik pengolahan data dan prosedur penelitian.
Bab 4. Analisa Hasil Penelitian
Berisi tentang responden, deskripsi statistik, kategori skor variabel penelitian
dan pengujian hipotesis penelitian.
14
Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Berisi tentang rangkuman keseluruhan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian bab dua ini akan dijelaskan landasan teori yang berisi
definisi-definisi, dimensi-dimensi, dan faktor yang mempengaruhi dan
pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel yang
termasuk dalam penelitian ini adalah penyesuaian pernikahan yang menjadi
variabel dependen, kecerdasan emosi, empati pasangan, self compassion durasi
pernikahan dan usiasaat menikah sebagai independen variabel. Setelah
menjelaskan landasan teori dari variabel yang akan digunakan pada penelitian ini,
penulis akan menyusun kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Penyesuaian Pernikahan
2.1.1 Definisi Penyesuaian Pernikahan
Menurut Locke dan Williamson (1958) penyesuaian pernikahan berupa adanya
karakteristik pernikahan seperti kecenderungan untuk menghindari atau
menyelesaikan konflik, memiliki kepuasan terhadap kehidupan dan hubungan
antara satu sama lain, berbagi kepentingan dan kegiatan bersama, dan saling
memenuhi harapan pernikahan.
Penyesuaian pernikahan didefinisikan oleh Locke & Wiliamson (1958)
adalah adaptasi antara suami dan istri ke titik di mana ada persahabatan,
kesepakatan tentang nilai-nilai dasar, keintiman hubungan, akomodasi, euforia,
16
dan faktor-faktor tertentu yang tidak teridentifikasi lainnya. penyesuaian
pernikahan adalah akomodasi suami dan istri satu sama lain pada waktu tertentu
(Locke & Wallace, 1959).
Spanier (1976) menyatakan bahwa penyesuaian pernikahan bukan kondisi
tetap yang dirasakan pasangan, namun merupakan proses yang berlangsung secara
terus menerus. Kumar &Rohatgi (dalam Barthakur, 1997) menjelaskan
pernikahan dan keluarga bukan hanya pilihan, mereka sangat penting karena
mereka bertemu dengan pria, dan memiliki kebutuhan terdalam untuk
persahabatan, kasih sayang dan ekspresi seksual.
Penyesuaian Pernikahan adalah kemampuan individu dalam menyesuaikan
pernikahan yang ditandai oleh suatu hubungan yang memberikan banyak peluang
untuk kepuasan kebutuhan dasar manusia seperti cinta, persahabatan dan ekspresi
seksual dalam hubungan peran bersama menurut Kumar (dalam Chopra, 2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kazemi dan Nikmanesh (2011)
menemukan bahwa penyesuaian pernikahan lebih tinggi dilaporkan pada laki-laki
daripada wanita, hal tersebut dapat terjadi karena posisi dominan laki-laki dalam
hubungan pernikahan dan mungkin disebabkan oleh karakteristik emosional
wanita.
Landis (dalam Bharambe, 2013) menjelaskan bahwa pernikahan dan
keluarga bukanlah pilihan, itu adalah hal yang diperlukan, mereka memenuhi
kebutuhan terdalam. Pernikahan memberi seseorang kesempatan untuk kepuasan
aman dan terlindungi dari kebutuhannya akan persahabatan, kasih sayang, dan
17
ekspresi seksual. Ini melibatkan jenis hubungan emosional yang paling intim
antara dua individu.
Penyesuaian pernikahan sebenarnya adalah penyesuaian untuk beberapa hal
penting dalam kehidupan.Pasangan yang disesuaikan dengan baik memiliki
konsensus tentang masalah keuangan dan yang paling penting bagaimana
berurusan dengan mertua.Pasangan harus mengubah preferensi, minat, dan tujuan
hidupnya.Mereka berbagi cinta, dan saling memberi kepercayaan.Serta sebagai
hasil dari penyesuaian ini mereka mengurangi atau berhenti mengeluh tentang
pernikahan mereka menurut Burgess & Locke (dalam Jalil & Muazam, 2013)
Penelitian ini memakai definisi Kumar (dalam Chopra, 2008). Penyesuaian
pernikahan adalah kemampuan individu dalam menyesuaikan pernikahan yang
ditandai oleh suatu hubungan yang memberikan banyak peluang untuk kepuasan
kebutuhan dasar manusia seperti cinta, persahabatan dan ekspresi seksual dalam
hubungan peran bersama menurut Kumar (dalam Chopra, 2008).
2.1.2 Dimensi Penyesuaian Pernikahan
Penyesuaian pernikahan bisa dilihat dari beberapa aspek menurut Kumar
&Rohatgi (dalam Chopra, 2008).
1. Seksual
Seksual dalam penyesuaian pernikahan adalah tentang kebutuhan dan kepuasan
seksual kedua pasangan.
2. Sosial
18
Sosial dalam penyesuaian pernikahan ialah tanggung jawab keluarga dan sosial
secara bersama yang dilakukan oleh pasangan, berkontribusi pada penyesuaian
pernikahan.
3. Emosional
Emosional dalam penyesuaian pernikahan ialah ikatan emosional antara pasangan.
Penyesuaian pernikahan bisa dilihat dari beberapa aspek dalam
(Spanier,1976) :
1.Konsensus suami dan istri (dyadic consensus),
Konsensus suami istri merupa¬kan tingkat kesepahaman antar pasangan
dalam hubungan pernikahan, seperti dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai
yang di¬yakini, dan ekpresi kasih sayang.
2.Kepuasan suami dan istri (dyadic satisfaction)
Kepuasan suami istri merupakan tingkat kepua¬san dalam hubungan
pernikahan, yang bisa dilihat dari stabilitas dan konflik yang terjadi.
3.Kekompakan suami dan istri (dyadic cohesion)
Kekompakan suami istri merupakan kebersamaan atau kedekatan yang bisa
dilihat dari seberapa banyak pasangan melakukan berbagai kegiatan secara
bersama-sama dan menikmati kebersamaan yang ada.
4.Ekspresi perasaan (affective expression)
Ekspresi perasaan adalah bagaimana pasangan mengungkapkan perasaannya
masing-masing. Bagaimana pasangan satu sama lain menunjukan rasa kasih
sayangnya.
19
Pada penelitian ini menggunakan dimensi penyesuaian pernikahan yang
dikemukakan oleh Kumar (dalam Chopra, 2008).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan
berdasarkan hasil penelitian-penelitian, seperti berikut ini :
1. Efektivitas Komunikasi
Penelitian sebelumnya telah menekankan perbedaan budaya dan kurangnya
efektivitas dalam komunikasi menjadi faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi penyesuaian pernikahan internasional,sehingga komunikasi positif
pengaruhnya terhadap penyesuaian pernikahan (Chang & Shin, 2012).
2. Empati Pasangan
Mc Donald, et.al. (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Effects of Religiosity,
Forgiveness, and Spousal Empathy on Marital Adjustmentjuga memberikan bukti
bahwa empati pasangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya
penyesuaian pernikahan.
3. Pengalaman Keluarga dan Dukungan Suami
Studi yang dilakukan oleh Lashari (2016) tentang Environmental And Personal
Factors As Predictors Of Marital Adjustment- An Investigation In Pakistani
Context menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pengalaman dengan
keluarga suami dan dukungan suami terhadap penyesuaian pernikahan.
20
4. Kecerdasan Emosi
Pada penelitian yang dilakukan Jalil & Muazam (2013) Emotional Intelligence
juga menjadi prediktor penyesuaian pernikahan bahwa kecerdasan emosi menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan.
5. Kepuasan Seksual
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kazemi dan Nikmanesh (2011) yang
berjudul Pedictor of Marital Adjustment : The Communication Skills and Sexual
Satisfaction menunjukan bahwa kepuasan seksual merupakan prediktor signifikan
yang dapat memprediksi penyesuaian pernikahan.
6. Resiliensi &Problem Solving Skills
Pada penelitian yang dilakukan oleh Serpen & Mackan (2017) yang berjudul The
Effect Of Problem Solving Skills And Resilience To The Marital Adjustment In
Old Ages menunjukan bahwa keterampilan mengatasi masalah dan resiliensi
memiliki pengaruh terhadap penyesuaian pernikahan.
7. Role Values & Social Support
Role values dan social support dapat memprediksi penyesuaian pernikahan sesuai
dengan temuan Abdullah Mert (2018) yang berjudul The Predictive Role of
Values and Perceived Social Support Variables in Marital Adjustment.
8. Pengaturan Keuangan & Keterlibatan Kerja
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ebenuwa (2011) yang berjudul
Environmental Factors as Predictors of Marital Adjustment among Married
Persons in Delta State of Nigeriamenunjukan bahwa pengaturan keuangan dan
21
keterlibatan kerja menjadi faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian
pernikahan.
9. Self Esteem
Penelitian yang dilakukan oleh Anusree (2018) yang berjudul Self Esteem and
Marital Adjustment among Middle Aged Couples menunjukan bahwa self
esteemdan penyesuaian pernikahan memiliki hubungan yang signifikan.
10. Self Compassion
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bibi et.al.(2017) yang berjudul Effect of
Self-Compassion on the Marital Adjustment of Pakistani Adults menunjukan
bahwa variabel Self Compassion menjadi pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian pernikahan.
11. Durasi Pernikahan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Durguta& Kisa (2018) menunjukan bahwa
durasi penikahan berhubungan secara positif terhadap penyesuaian pernikahan.
Seseorang yang memiliki durasi pernikahan yang sudah lama akan semakin baik
dalam meningkatkan penyesuaian pernikahan.
12. Usia Saat Menikah
Faktor usiasaat menikah juga berperan andil dalam kehidupan penikahan untuk
penyesuaian pernikahan, hal ini tebukti dalam penelitian Yizengaw, Kibret,
Gebiresilus, dan Sewasew (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh usia saat
menikah yang signifikan terhadap penyesuaian pernikahan.
Faktor empati pasangan, kecerdasan emosi, self compassion, durasi pernikahan
& usia saat menikah merupakan faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini.
22
2.1.4 Pengukuran Penyesuaian Pernikahan
Berikut adalah insturmen-instrumen yang mengukur penyesuaian penikahan :
1. Marital Adjustment Test( MAT ). Marital Adjustment Test ialah alat ukur
untuk penyesuaian pernikahan yang dikembangkan oleh Locke &Wallace
(1959). Skala 15-item yang mengukur kepuasan pernikahan ini memiliki
reliabilitas sebesar 0.90.
2. Dyadic adjustment scale (DAS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Spanier,
yang berisi 32 Item serta memiliki reliabilitas sebesar 0.90, alat ukur ini
digunakan untuk mengukur kualitas pernikahan dan hubungan diadik
lainnya.
3. Marital Adjustment Questionnaire (MAQ) yang disusun oleh Kumar &
Rohatgi tahun 1976 dibuat berdasarkan 3 dimensi : seksual, sosial, dan
komunikasi. Terdiri dari 25 item yang memiliki alternatif jawaban ya atau
tidak, serta memiliki Koefisien validitas dan reliabilitasnya telah0,71 dan
0,70 (Split Half) dan 0,84 (Test Retest).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Marital Adjustment
Questionnaire (MAQ) sebagai alat ukur penyesuaian pernikahan.Marital
Adjustment Questionnaire (MAQ) dibuat oleh Kumar & Rohatgi, tidak
hanya diperuntukan oleh pasangan, tetapi juga dapat digunakan oleh salah
satunya.
23
2. 2 Kecerdasan Emosi
2.2.1 Definisi Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Emosi merupakan sejumlah keterampilan memproses informasi yang
berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang
lain, dapat mengatur emosi secara efektif serta kemampuan mengelola perasaan
untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan. Salovey dan
Mayer tahun (1990).
Definisi kecerdasan emosi menurut Baron (2007) adalah bagian yang
melintang emosional dan sosial yang saling terkait kompetensi, keterampilan dan
fasilitator itu menentukan seberapa efektif kita memahami dan mengekspresikan
diri kita, memahami orang lain dan berhubungan dengan mereka, dan mengatasi
setiap hari tuntutan. Emosional dan sosial kompetensi, keterampilan dan fasilitator
dimaksud dalam konseptualisasi ini termasuk berikut lima meta-faktor: (a)
kemampuan untuk menyadari dan memahami emosi dan mengungkapkan
perasaan (b) kemampuan untuk memahami bagaimana orang lain merasakan dan
berhubungan dengan mereka (c) kemampuan untuk mengelola dan mengendalikan
emosi (d) kemampuan untuk mengelola perubahan, beradaptasi dan memecahkan
masalah pribadi dan sifat interpersonal, dan (e) kemampuan untuk menghasilkan
pengaruh positif agar menjadi motivasi diri yang cukup untuk dicapai tujuan
pribadi dan mengaktualisasikan potensi seseorang.
Pada definisi kecerdasan emosi dalam penelitian ini menggunakan definsi teori
dari Salovey & Mayer (1990) yang mendefinisikan kecerdasan Emosi sebagai
sejumlah keterampilan memproses informasi yang berhubungan dengan
24
keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur
emosi secara efektif serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi,
merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan.
2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosi
Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam kecerdasan emosi yang di kemukakan
oleh Salovey & Mayer (1990):
a. Pengungkapan emosi
Pengungkapan emosi adalah kemampuan seseorang dalam menilai emosi diri
mereka dan dapat mengungkapkan secara verbal dan non verbal, selain itu mereka
mampu menilai atau merasakan persepsi emosi orang secara verbal atau non
verbal. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk mengukur secara akurat
respon afektif pada orang lain dan memilih perilaku adaptif sosial sebagai
respons. Individu-individu seperti itu harus dianggap sebagai orang yang tulus dan
hangat oleh orang lain, sementara orang-orang yang tidak memiliki keterampilan
ini akan tampak tidak peduli dan tidak sopan.
b. Pengaturan emosi
Pengaturan emosi adalah mereka yang dapat mengatur emosi dalam diri mereka
sendiri dan orang lain sehingga meningkatkan suasana hati mereka dan orang lain.
Pengaturan emosi dapat membuat keadaan mood yang lebih adaptif dan
menguatkan.Sebagian besar penelitian dalam ranah ini lebih memperhatikan
suasana hati daripada emosi.Suasana hati, meskipun kurang intens dan umumnya
lebih tahan lama daripada emosi, harus diatur dan dikelola secara efektif oleh
individu dengan keterampilan yang cerdas secara emosional.
25
c. Penggunaan emosi
Penggunaan emosi adalah kemampuan mereka untuk mengendalikan emosi
mereka sendiri untuk memecahkan masalah.Suasana hati dan emosi
mempengaruhi beberapa komponen dan strategi yang terlibat dalam pemecahan
masalah.Individu juga berbeda dalam kemampuan mereka untuk mengendalikan
emosi mereka sendiri untuk memecahkan masalah.
Bar-On (2006) membagi keceerdasan emosi dalam lima kemampuan pokok :
1. Kemampuan intrapersonal meliputi :
a) Self Regard: untuk melihat, memahami dan menerima diri secara
akurat.
b) Emotional Self-Awareness: kemampuan untuk menyadari dan
memahami emosi seseorang.
c) Assertivenes: kemampuan untuk mengekspresikan emosi
seseorang dan diri sendiri secara efektif dan konstruktif.
d) Independence: kemampuan untuk menjadi mandiri dan
bebas dari ketergantungan emosional pada orang lain
e) Self -actualization: kemampuan utuk berusaha mencapai tujuan
pribadi dan mengaktualisasikan potensi seseorang .
2. Kemampuan interpersonal
a) Empathy: Untuk menyadari dan memahami perasaan orang lain
b) Social Responbility: Untuk mengidentifikasi dengan
kelompok sosial seseorang dan bekerja sama dengan orang lain
26
c) Interpersonal Relationship: Untuk membangun hubungan
yang saling memuaskan dan berhubungan baik dengan orang
lain
3. Kemampuan menangani stress
a) Stress tolerance: kemampuan untuk mengelola emosi secara
efektif dan konstruktif
b) Impulse control: kemampuan u ntuk mengendalikan emosi
secara efektif dan konstruktif
4. Kemampuan penyesuaian diri.
a) Realitas Testing: kemampuan memvalidasi perasaan seseorang
dengan obyektif dan berpikir dengan realitas
b) Flexibility: kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan
perasaan seseorang dan berpikir dengan situasi baru
c) Problem Solving : secara efektif memecahkan masalah yang
bersifat pribadi dan interpersonal
5. Kemampuan mengatur susana hati
a) Optimism: kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan
bersikap positif
b) Happiness: kemampuan untuk merasa puas dengan diri sendiri ,
orang lain dan kehidupan pada umumnya
Pada penelitian ini menggunakan dimensi kecerdasan emosi yang dikemukakan
oleh Salovey & Mayer (1990).
27
2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi
Terdapat beberapa instrumen yang mengukur kecerdasan emosi dari para tokoh
terkemuka, diantaranya :
1. Emotional Compentence Inventory (ECI). Emotional Compentence
Inventory adalah alat 360 derajat yang dirancang untuk menilai
kompetensi emosional individu danorganisasi. Ini didasarkan pada
kompetensi emosional yang diidentifikasi oleh Dr. Daniel Goleman dalam
bekerja dengan Emotional Intelligence (1998), dan kompetensi dari Hay /
McBer’s Generic Competency Dictionary (1996) serta Kuesioner Self-
Assessment Dr. Richard Boyatzis (SAQ).
2. Emotional Quotient Inventory (EQI). Alat ukur ini dikembangkan untuk
menilai model kecerdasan emosional-sosial Bar-On. EQ-i 2.0 adalah self
reportyang dirancang untuk mengukur sejumlah konstruksi yang terkait
dengan kecerdasan emosi.
3. Assesing Emotional Scale (AES) merupakan alat ukur yang dibuat oleh
Schutee, et.al. (1998) berdasarkan teori Salovey & Mayer (1990) untuk
mengukur kecerdasan emosi, terdiri dari 33 item dari 3 dimensi
(pengungkapan emosi, pengaturan emosi, dan penggunaan emosi).
Reliabilitas alat ukur ini adalah 0.91
Berdasarkan ketiga alat ukur ini peneliti menggunakanAssesing Emotional Scale
(AES) sebagai alat ukur kecerdasan emosi.Assesing Emotional Scale (AES) dibuat
oleh Schutee tahun 1998, dikarenakan memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu
sebesar 0.91.
28
2.3 Empati Pasangan
2.3.1 Definisi Empati Pasangan
Eisenberg (2000) telah mendefinisikan empati sebagai respons afektif
yang berasal dari keprihatinan atau pemahaman tentang keadaan atau kondisi
emosional seseorang dan kesamaan tentang yang dirasakan orang lain atau yang
diharapkan untuk dirasakan.
Hoffman (2001) menyatakan bahwa empati dapat digambarkan sebagai
respon afektif yang sesuai untuk situasi individu lainnya daripada diri
sendiri.Lebih jauh, Empati telah dideskripsikan sebagai proses memahami
pengalaman subyektif seseorang dengan membagikan pengalaman itu melalui
observasi(Ioannidou & Konstantikaki, 2008).
Empati adalah komponen penting dari kognisi sosial yang berkontribusi
pada kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons secara adaptif
terhadap emosi orang lain, berhasil dalam komunikasi emosional, dan
mempromosikan perilaku prososial (Spreng, McKinnon, Mar & Levine, 2009)
Empati adalah faktor yang menarik individu untuk membantu profesi dan
memainkan peran penting dalam memahami nuansa pengalaman orang lain.
Empati adalah kemampuan kompleks yang memungkinkan individu untuk
memahami dan merasakan keadaan emosional orang lain, menghasilkan perilaku
yang penuh kasih sayang. Empati membutuhkan kapasitas kognitif, emosional,
perilaku, dan moral untuk memahami dan merespons penderitaan orang lain
(Riess, 2017)
29
Davis (1983) menyatakan bahwa empati adalah mengacu pada reaksi satu
individu terhadap pengalaman yang diamati orang lain. Plank, Minton dan Reid
(1996) yang mendefinisikan empati sebagai persepsi individu bahwa orang lain
menunjukkan kalau dia merasakan dan memahami situasi individu lain.Pada
penelitian ini penulis memakai definisi empati yang dikemukakan oleh Plank,
et.al. (1996). Plank, Minton dan Reid (1996) yang menjelaskan bahwa empati
ialah persepsi individu bahwa orang lain menunjukkan kalau dia merasakan dan
memahami situasi individu lain
2.3.2 Dimensi Empati Pasangan
Berikut ini adalah dimensi dari empati berdasarkan teori dari Plank, et.al (dalam
Delpechitre, 2013) :
1. Empati Kognitif
Empati kognitif didefinisikan sebagai pemahaman intelektual dalam situasi orang
lain.
2. Empati Afektif
Empati afektif adalah sebagai tanggapan emosional perwakilan terhadap
pengalaman emosional yang dirasakan orang lain.
Menurut Davis (1980) empati memiliki empat aspek, seperti berikut ini :
1. Perspective Taking
Kemampuan seseorang untuk memahami perspektif atau sudut pandang
dari orang lain.
30
2. Fantasy
Perilaku yang menunjukkan seseorang untuk mengidentifikasi secara kuat
karakter fiktif dalam buku, film, atau drama.
3. Emphatic Concern
Kemampuan seseorang untuk mengalami perasaan hangat, kasih sayang,
dan perhatian terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
4. Personal Distress
Perilaku yang mengindikasikan bahwa seseorang mengalami perasaan
ketidaknyamanan dan kecemasan ketika menyaksikan kesulitan yang
dihadapi oleh orang lain.
Pada penelitian ini menggunakan dimensi empati yang dikemukakakn oleh Plank,
et.al (dalam Delpechitre, 2013).
2.3.3 Pengukuran Empati Pasangan
Berikut adalah beberapa pengukuran yang dibuat oleh berbagai tokoh dalam
bidang psikologi, alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur empati dari
pasangan.
1. Spousal Emphaty Scale merupakan alat ukur yang diadaptasi oleh
McDonald, et.al. (2018) berdasarkan alat ukur Emphaty
SalespersonScaleyang dibuat oleh Plank et.al (1996). Alat ukur ini terdiri
dari 8 item yang dibuat dari dua dimensi, yaitu : kognitif dan afektif. Mc
Donald, et.al. (2018) mengadaptasi alat ukur ini agar dapat digunakan
untuk mengukur empati pasangan, dan reliabilitasnya adalah 0.89.
31
2. Interpersonal Reactivity Index (IRI) merupakan alat ukur yang dibuat oleh
Davis (1983) untuk mengukur empati yang bersifat multidimensional
terdiri dari 28 item yang disusun berdasarkan 4 komponen dari empati ,
yaitu : perspective taking, fantasy, emphatic concern, dan personal
distress.
Pada penelitian ini Spousal Emphaty Scale merupakan alat ukur yang
digunakan sebagai alat ukur empati pasangan yang dibuat oleh McDonald,
et.al. (2018).
2.4.Self Compassion
2.4.1 Definsi Self Compassion
Belas kasih diri melibatkan bersikap baik pada diri sendiri ketika menghadapi
ketidakmampuan pribadi atau situasi sulit, menganggap ketidaksempurnaan hidup
adalah hal kemanusiaan yang umum, dan memperhatikan emosi negatif sehingga
tidak memendam atau merenungkannya(Neff &Beretvas, 2013).
Orang yang belas kasih kepada diri sendiri ialah ia yang mampu menerima
penderitaan dan kehilangan, membiarkan diri mereka untuk tidak menghakimi
tentang penilaian diri yang mendalamdengan memberikan kehangatan dan
kebaikan pada diri mereka sendiri (Shapira&Mongrain, 2010).
Definisi self compassion sendiri, selain itu, tidak dibedakan dari definisi belas
kasih yang lebih umum. Kasih sayang melibatkan keterbukaan dan tergerak oleh
penderitaan orang lain, sehingga yang ingin meringankan penderitaan mereka. Ini
juga melibatkan menawarkan kesabaran, kebaikan dan pemahaman non-
32
penghakiman lainnya, mengakui bahwa semua manusia tidak sempurna dan
membuat kesalahan. Demikian pula, rasa kasihan diri melibatkan keterbukaan dan
bergerak oleh penderitaan sendiri, mengalami perasaan peduli dan kebaikan
terhadap diri sendiri, mengambil pemahaman, sikap tidak menghakimi terhadap
kekurangan dan kegagalan seseorang, dan mengakui bahwa pengalamannya
sendiri adalah bagian dari pengalaman manusia yang sama (Neff, 2003).
Pada penelitian ini memakai definisi self compassion dari Neff (2003), lebih jauh
lagi Neff &Beretvas (2013) menjalskan belas kasih diri melibatkan bersikap baik
pada diri sendiri ketika menghadapi ketidakmampuan pribadi atau situasi sulit,
menganggap ketidaksempurnaan hidup adalah hal kemanusiaan yang umum, dan
memperhatikan emosi negatif sehingga tidak memendam atau merenungkannya.
2.4.2 Dimensi Self Compassion
Self-compassion dapat dipahami melalui beberapa komponen yang dikembangkan
oleh Neff (dalam Hidayati, 2015), yaitu:
1. Self kindness (kebaikan diri) merupakan komponen yang menerangkan
seberapa jauh seseorang dapat memahami dan memaknai kegagalannya.
Self kindness berisi afirmasi bahwa diri pantas mendapatkan cinta,
kebahagiaan,dan kasih sayang walaupun dalam kondisi terburuk sehingga
tercipta kenyamanan bagi diri sendiri. Self kindness bertolak belakang
dengan self judgment, yang berisi sikap permusuhan, rendah diri dan kritik
terhadap diri sendiri.
2. Common humanity (sifat manusiawi) merupakan komponen tentang
seberapa banyak seseorang mampu menghargai pemikiran, perasaan dan
33
tingkah laku orang lain yang beragam. Melalui common humanity
seseorang akan mampu melihat sebuah kegagalan atau masalah dari sudut
pandang yang lebih luas sehingga mampu memahami bahwa peristiwa
yang sedang dialaminya tersebut terjadi bukan semata-mata karena
kesalahanya sendiri melainkan memang hal yang sudah sewajarnya terjadi.
Common humanity berkebalikan dengan isolasi diri. Ketika seseorang
mengalami kegagalan, biasanya dia akan merasa hanya dirinya saja di
dunia ini yang mengalami kondisi tersebut dan merasa harus bertanggung
jawab sendirian. Akibatnya muncul perasaan malu dan berusaha
mengisolasi diri Hidayati & Maharani (dalam Hidayati, 2015).
3. Mindfulness (kesadaran penuh atas situasi saat ini) merupakan kemampuan
menyeimbangkan pikiran ketika dalam situasi yang menekan atau
menimbulkan penderitaan. Konsep dasar mindfullness adalah melihat
segala sesuatu seperti apa adanya dalam artian tidak dilebih-lebihkan atau
dikurangi sehingga mampu menghasilkan respon yang benar-benar
obyektif dan efektif. Mindfulness bertolak belakang dengan over
identification, berupa hilangnya kontrol atas emosi.
2.4.3 Pengukuran Self Compassion
1. Self Compassion Scale (SCS) merupakan alat ukur yang dibuat oleh Neff
(2003) yang terdiri dari 26 items yang mengukur 6 dimensi dari self
compassion, memiliki reliabilitas sebesar 0.93.
34
2. Self-Compassion Scale–Short Form (SCS–SF) Raes, Pommier, Neff &
Gucht (2011) membuat versi short dari Self Compassion Scale sebanyak
12 item dan hasil cronbach's alpha ≥ 0.86.
3. Compassion Scale (CS) disusun oleh Martins(2013) berisi 10 item yang
mengukur lima sisi Compassion: kedermawanan, keramahan, objektivitas,
dan toleransilintas jejaring sosial dan hubungan. Alat ukur ini memiliki
reliabilitas sebesar 0.82.
Pada penelitian ini untuk mengukur self compassionpenulis menggunakan
Self-Compassion Scale–Short Form (SCS–SF) yang dibuat tahun 2011, alat
ukur ini lebih efisien dikarenakan hanya terdiri dari 12 item dibandingkan
dengan versi panjangnya sebanyak 24 item, sehingga hal tersebut dapat
meminimalisir waktu pengisian kuesioner oleh responden pada penelitian ini.
2.5 Durasi pernikahan
Igbo, Grace & Christiana (2015) menyatakan bahwa Durasi pernikahan mengacu
pada interval waktu antara hari, bulan dan tahun pernikahan hingga saat ini.
Dalam daftar istilah statistik tahun 2006 menegaskan bahwa durasi pernikahan
sering dinyatakan dalam tahun-tahun yang telah dilewati bersama (Igbo, Grace &
Christiana, 2015)
2.6 Usia Saat Menikah
Measure Evaluation yang berjudul Family Planning and Reproductive Health
Indicators Database menyatakan definsi dari usia saat menikah adalah usia rata-
35
rata di tahun-tahun ketika wanita berusia 15 hingga 49 tahun pertama menikah
atau hidup dengan pasangan suka sama suka.
2.7 Pernikahan Beda Budaya
Pernikahan beda budaya didefinisikan oleh Ho (dalam Waldman & Rubalcava,
2005) mengacu pada pernikahan antara pasangan dari berbagai ras, budaya,
nasional atau agama. Peran budaya dalam perkembangan manusia sedemikian
rupa sehingga individu-individu dari semua budaya akan cenderung menganggap
bahwa nilai-nilai budaya mereka yang paling benar. Pasangan antar budaya tentu
akan membawa perbedaan budaya saat berada dalam kehidupan pernikahan
mereka (Waldman & Rubalcava, 2005).
2.8 Kerangka Berpikir
Memilih siapa yang akan menjadi pendamping kita adalah keputusan yang
harus dipikirkan secara matang, karena dia akan menjadi pendamping seumur
hidup dan itu dianggap sebagai pencapaian pribadi. Pernikahan melibatkan daya
tarik emosional, cinta, kebahagiaan dan ciptaan keluarga sebagaimana yang
dinyatakan olehHashmi, Khurshid & Hassan (dalam Al Fazari& Amir, 2017).
Banyaknya budaya yang ada di Indonesia menghasilkan pernikahan beda budaya
yang meningkat dapat dilihat dari maraknya komunitas-komunitas pernikahan
campur yang ada di Indonesia, seperti komunitas PerCa (Perkawinan Campur) dan
Serikandi.
Setiap individu dalam pernikahan lintas budaya terdapat nilai-nilai dan
keyakinan keluarga yang berbeda serta gaya komunikasi yang berbeda dan tidak
36
seimbang dalam pandangan perbedaan budaya mereka, yang menjadikan hal
tersebut sebagai sumber stres (Bustanmante, et.al., 2011). Temuan ini mendukung
teori bahwa pasangan dari budaya yang sama dapat lebih memahami perilaku
mereka dan sikap pasangan, yang menyebabkan lebih sedikit konflik dalam
kehidupan pernikahan mereka daripada yang terjadi pada pasangan beda budaya.
Perbedaan dalam sistem nilai kesenjangan usia antara ritual pernikahan
keluarga internasional atau harapan peran keluarga karena perbedaan budaya
membuat mereka sulit untuk melakukannya penyesuaian yang diperlukan untuk
mempertahankan pernikahan mereka (Chang&Shin, 2012).
Penyesuaian pernikahan dianggap sebagai konstruksi penting dan telah banyak
menjadi bahan penelitian sebagai konstruk psikologis.Penyesuaian pernikahan
biasanya mengarah pada kepuasan dan kebahagiaan hidup.Terbukti bahwa,
penyesuaian pernikahan memiliki hubungan positif dengan kepuasan hidup
Arshad, Mohsin & Mahmood (dalam Al Fazari & Amir, 2017).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan,
seperti studi yang dilakukan oleh Lashari (2016) tentang Environmental and
Personal Factors as Predictors of Marital Adjustment- An Investigation in
Pakistani Context menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara
pengalaman dengan keluarga suami dan dukungan suami terhadap penyesuaian
pernikahan. Kemudian empati pasangan juga berpengaruh terhadap penyesuaian
pernikahan, didukung dari hasil peneltian Mc Donald et.al. (2018). Penelitian
Chang & Shin (2012) mengenai Marital Adjustment Factors For International
Marriages In South Korea menunjukan pola kepribadian individu dan efektivitas
37
komunikasi memiliki efek signifikan pada penyesuaian pernikahan. kecerdasan
emosi juga menjadi prediktor penyesuaian pernikahan pada penelitian yang
dilakukan Jalil & Muazam (2013) Pada penelitian yang dilakukan oleh Bibi et.al.
(2017) yang berjudul Effect of Self-Compassion on the Marital Adjustment of
Pakistani Adults menunjukan bahwa variabel self compassion menjadi pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian pernikahan. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Durgut & Kisa (2018) menunjukan bahwa durasi penikahan berhubungan
secara positif terhadap penyesuaian pernikahan.Yizengaw, Kibret, Gebiresilus,
dan Sewasew (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh usia saat menikah terhadap
penyesuaian pernikahan.
Orang yang cerdas secara emosional lebih mampu menangani masalah
pernikahan mereka (Jalil & Muazam, 2013)sehingga mereka dapat
mempertahankan hubungan mereka. Joshi dan Thingujam (2009) juga melaporkan
temuan yang sama dalam penelitian mereka bahwa pasangan yang cerdas secara
emosional dapat menjadi lebih baik menangani kehidupan pernikahan mereka.
Kemampuan mereka untuk secara efektif menghadapi emosi mereka sendiri dan
orang lain membuat mereka mampu mengelola konflik mereka, dan dengan
“memanfaatkan emosi ”mereka dapat menciptakan kebahagiaan bagi pasangan
mereka, sehingga kecerdasan emosional membantu dalam membuat penyesuaian
dalam hubungan pernikahan (Jalil & Muazam, 2013).
Empati pasangan yang diberikan dari pasangan berupa pemahaman dan
pengertian akan apa yang dibutuhkan oleh seseorang membuat hubungan tersebut
mampu memiliki hubungan yang positif sehingga menghasilkan penyesuaian
38
pernikahan yang baik pada pasangan beda budaya. Empati pasangan yang
diberikan pada pasangan membuat seseorang akan merasakan bahwa pasangannya
sangat memahami dan merasakan apa yang ia rasakan, sehingga keduanya dapat
menghasilkan hubungan yang positif untuk mencapai penyesuaian pernikahan
yang baik. Mc Donald et.al.(2018) mengatakan bahwa wanita Eropa-Amerika
yang menganggap pasangan mereka memiliki empati tampaknya lebih mudah
untuk bertahan terhadap kemungkinan efek negatif dalam pernikahan daripada
wanita yang menganggap pasangan mereka kurang empati.Sehingga empati
pasangan dapat berkontribusi besar dalam kehidupan pernikahan, terutama dalam
penyesuaian pernikahan.
Self compassion yang dimiliki oleh setiap individu dalam pasangan
diyakini akan membuat pasangan tersebut lebih mudah dalam pelaksanaan
penyesuaian pernikahan, karena ketika pasangan tersebut mengalami masalah,
mereka tidak kehilangan kontrol atas emosi mereka, mereka juga mampu melihat
dalam perspektif yang luas sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu
permasalahan yang mengancam hubungan mereka, mereka tetap dapat
melewatinya dengan baik dengan modal self compassion yang tertanam dalam diri
mereka. Karena seseorang yang memiliki self compassion atau belas kasih pada
dirinya membuat ia mudah dalam menjalani hubungan sosial, dan mencapai
kebahagian hidup, Self compassion datang membantu meningkatkan dan
meningkatkan hubungan interpersonal termasuk hubungan pernikahan (Bibi et.al,
2017).
39
Pasangan yang kurang berpengalaman dalam pernikahan adalah hal baru
untuk satu sama lain, keduanya berasal dari lingkungan yang berbeda. Mereka
memiliki sikap, kesukaan, hobi, pemikiran, dan lain-lain yang berbeda. Mereka
mencoba memperjelas sesuatu atau beberapa hal satu sama lain. Sehingga hal
tersebut menyebabkan mereka kurang dalam penyesuaiannya dibandingkan
dengan mereka yang memiliki pengalaman pernikahan yang lebih (Bharambe &
Baviskar, 2013). Seseorang yang memiliki durasi pernikahan yang sudah lama
akan semakin baik dalam meningkatkan penyesuaian pernikahan, karena dengan
banyaknya waktu yang dilalui bersama pasangan dapat digunakan untuk mengenal
lebih jauh dan saling memahami satu sama lain sehingga memudahkan untuk
penyesuaian pernikahan mereka.
Variabel usiasaat menikah terhadap penyesuaian pernikahan juga
memiliki pengaruh yang penting (Yizengaw, Kibret, Gebiresilus, dan Sewasew,
2014) dikarenakan usia saat menikah lebih tinggi, tingkat penyesuaian pernikahan
pasangan menjadi lebih tinggi dan sebaliknya.
40
Kecerdasan Emosi
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.9 Hipotesis Penelitian
2.9.1 Hipotesis Mayor
Ha : Ada Pengaruh empati pasangan, pengungkapan emosi, pengaturan emosi,
penggunaan emosi, self compassion, durasi pernikahan, usia saat menikah
terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda
budaya.
2.9.2 Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh pengungkapan emosi terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
Pengungkapan Emosi
x1 Pengaturan Emosi
Penggunaan Emosi
Penyesuaian Pernikahan
Self Compassion
Durasi Pernikahan
Empati Pasangan
Usia
41
Ha2 : Ada pengaruh pengaturan emosi terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
Ha3 : Ada pengaruh penggunaan emosi terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
Ha4 : Ada pengaruh empati pasangan terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
Ha5 : Ada pengaruh self compassion terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita
yang memiliki pasangan beda budaya.
Ha6 : Ada pengaruh durasi pernikahan terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
Ha7 : Ada pengaruh usiasaat menikah terhadap penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita yang berkewarganegaraan Indonesia
yang sudah menikah, suaminya merupakan seseorang yang berbeda budaya, serta
suami masih hidup/bersama.
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang sudah menikah dan
memiliki pasangan beda budaya. Banyaknya sampel yang ada dalam penelitian
ini ialah 227 orang.
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel
Selama hampir empat bulan penulis menyebar kuesioner secara online
maupun offline, didapatkan hasil secara onlinesebanyak 211 responden dan secara
offline terdapat 16 responden, dikarenakan terdapat 7 responden yang asal dirinya
dan suami berasal dari budaya yang sama sehingga tujuh responden tersebut tidak
sesuai pada kriteria penelitian ini sehingga perlu didrop dan tidak diikutsertakan
dalam penelitian, kemudian, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menjadi 220 orang. Teknik pengambilan data pada penelitian ini merupakan non-
probability samplingjenis purposive sampling dimana pengambilan data diambil
43
kepada yang sesuai dalam objek penelitian dengan pertimbangan tertentu dengan
kriteria :
a. Seorang wanita.
b. Memiliki pasangan beda budaya.
c. Usia>18 tahun.
d. Seorang WNI (Warga Negara Indonesia).
3. 2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel pada penelitian ini merupakan Independent variable (variabel bebas) dan
dependent variable (variabel terikat). Penyesuaian Pernikahan sebagai dependent
variable (variabel terikat) dan kecerdasan emosi, empati pasangan, self
compassion, durasi pernikahan dan usia saat menikah sebagai Independent
variable (variabel bebas) yang menjadi variabel penelitian ini. Berikut definsi
operasional dari variabel-variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Penyesuaian pernikahan merupakan kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan dirinya dengan pasangan mengenai masalah seksual, cinta
dan persahabatan pada hubungan pernikahan menurut Kumar (dalam
Chopra, 2008).
2. Kecerdasan Emosi merupakan sejumlah keterampilan memproses
informasi yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi
diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur emosi secara efektif serta
44
kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan
meraih tujuan kehidupan (Salovey & Mayer, 1990), menurut Salovey &
Mayer (1990) kecerdasan emosi terdiri dari tiga dimensi, yaitu :
- Pengungkapan emosi dalam kecerdasan emosi adalah kemampuan
dalam mengekspresikan emosi diri secara verbal dan non verbal serta
mampu menilai presepsi verbal dan non verbal pada emosi orang lain.
- Pengaturan emosi dalam kecerdasan emosi adalahbagaimana seseorang
mampu mengatur emosi yang ada pada dirinya dan mengatur emosi
pada orang lain.
- Penggunaan emosi dalam kecerdasan emosi adalah seseorang yang
memliki kemampuan untuk berpikir kreatif, memiliki fleksibilitas
terhadap rencana, mampu mengarahkan perhatian, dan memiliki
motivasi yang baik
3. Empati Pasangan merupakan persepsi individu bahwa orang lain
menunjukkan apakah dia merasakan dan memahami situasi individu lain
(Plank, Minton & Reid, 1996).
4. Self Compassion merupakan pikiran dan perasaan yang berwujud perilaku
untuk menerima kekurangan diri tidak menghakimi diri sendiri dan
memberikan kenyamanan pada orang lain, memiliki sifat yang manusiawi,
dan memiliki kesadaran penuh akan situasi yang dihadapi (Neff, 2003).
5. Durasi pernikahan adalah waktu antara hari, bulan, dan tahun yang telah
dijalani oleh kedua pasangan dari awal menikah sampai saat ini (Igbo,
Grace, & Christiana, 2015).
45
6. Usia saat menikah adalah usia rata-rata di tahun-tahun ketika wanita
berusia 15 hingga 49 tahun pertama menikah atau hidup dengan pasangan
suka sama suka.
7. Wanita yang terlibat dalam pernikahan beda budaya ialah yang mengacu
pada pernikahan antara pasangan dari berbagai budaya dan nasional
berdasarkan definsi Ho (dalam Waldman & Rubalcava, 2005).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Skala untuk mengukur dependent variable dan indepnedent variabel tersebut
akan disusun menggunakan model likert yang diadaptasi dengan empat kategori
jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan(central
tendency) dan menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Berikut penjelasan
masing-masing alat ukur.
3.3.1 Alat Ukur Penyesuaian Pernikahan
Untuk mengukur penyesuaian pernikahan peneliti melakukan adaptasi alat
ukur Marital Adjustment Questionnaire(MAQ) yang dibuat oleh Kumar
&Rohatgi tahun 1976. Alat ukur ini dibuat berdasarkan tiga dimensi, yaitu
seksual, sosial, dan Emosional. Skala ini terdiri dari empat pilihan jawaban yang
samapada seluruh item.Blue Print skala Marital Adjustment Questionaire dapat
dilihat pada tabel 3.1.
46
Tabel 3.1. Blueprint Skala Penyesuaian Pernikahan
No Aspek Indikator No.Item Contoh Item
1 Seksual • Memiliki kepuasan
seksual yang baik
9, 25 9. Anda berdua menikmati seks sepenuhnya. 20 Anda berdua saling memenuhi kebutuhan dan kepuasan masing-masing dalam masalah seksual
• Menikmati seks
sepenuhnya
20, 23
2 Sosial • Memiliki pemikiran
yang terbuka untuk
hal yang sensitif
3, 4*,
18
5. Anda berdua sepakat bahwa merawat anak adalah tanggung jawab bersama. 15. Anda berdua saling memperhatikan minat, kebiasaan, dan kesukaan masing-masing
• Memutuskan sesuatu
dalam kesepakatan
bersama
5, 6, 14,
19*
• Menghargai satu
sama lain
12, 15
3 Emosional • Memiliki kesamaan
dalam minat
17, 24 1. Anda berdua lebih suka pergi bersama. 22. Anda berdua merasa cukup sedih apabila sedang tidak bersama
• Merasa bahwa
terjadinya hubungan
ini adalah keputusan
yang tepat
7, 21
• Merasa beruntung
memiliki pasangan
sepertinya
2, 10*,
13, 16
• Menganggap
keberadaan pasangan
sangat berharga
1, 8,11,
22
Total 25 Ket : * (Unfavorable)
3.3.2 Alat Ukur Kecerdasan Emosi
Untuk mengukur kecerdasan emosi peneliti memodifikasi alat ukurAssesing
Emotional Scale (AES) yang dikembangkan oleh Schutee, et.al.tahun 1998 dan
47
dibuat berdasarkan teori Salovey & Mayer tahun 1990. Proses modifikasi alat
ukur dilakukan dengan mengubah pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai
(S), tidak sesuai(TS), sangat tidak sesuai(STS). Dimensi yang akan diukur dalam
variabel ini adalah pengungkapan emosi, pengaturan emosi, dan penggunaan
emosi. Berikut adalah blue print skala Assesing Emotional Scale (AES)yang akan
ditunjukan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kecerdasan Emosi
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
Pengungkapan
Emosi
• Mampu
mengekspresikan emosi
diri sendiri secara verbal
1, 4, 5, 7,
9, 10, 15,
18, 19,
22, 25,
29, 32
1. Saya tahu kapan harus berbicara tentang masalah pribadi saya kepada orang lain.
32. Saya bisa tahu bagaimana perasaan orang-orang dengan mendengarkan nada suara mereka
• Mampu
mengekspresikan emosi
diri sendiri dalam bentuk
non verbal
• Mampu menilai presepsi
nonverbal dari emosi
orang lain
• Mampu menunjukkan
empati pada orang lain
Pengaturan
Emosi
• Dapat mengatur emosi
pada diri sendiri
2, 3, 6, 8,
16, 12,
14, 21,
28*, 31
21. Saya memiliki
kendali atas emosi saya
31. Saya menggunakan
suasana hati yang baik
untuk membantu diri
saya terus berusaha
dalam menghadapi
rintangan
• Dapat mengatur emosi
pada orang lain
Penggunaan
Emosi • Memiliki fleksibilitas
terhadap perencanaan
11, 13,
30, 17,
20, 23,
24, 26,
27, 33*
20.Ketika saya dalam
suasana hati yang positif,
saya dapat menemukan
ide-ide baru.
24.Saya memuji orang
lain ketika mereka telah
melakukan sesuatu
dengan baik
• Mampu berpikir kreatif
• Mengarahkan perhatian
• Motivasi
Total 33
48
Keterangan (*) :Unfavorable
3.3.3 Alat Ukur Empati Pasangan
Untuk mengukur empati pasangan peneliti memakai alat ukur yang telah dibuat
oleh Plank et.al (1996) lalu diadaptasi oleh McDonald et.al.(2018). Proses
modifikasi alat ukur dilakukan dengan mengubah pilihan jawaban yaitu sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Berikut
adalah blue printskala empati pasangan yang akan ditunjukan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Blueprint Skala Empati Pasangan
Dimensi Indikator No. Item Contoh Item
Empati
Kognitif
• Tahu apa yang dibutuhkan
oleh pasangan
1, 8, 6,5* 6. Pasangan saya
mengerti
bagaimana saya
membuat
keputusan
8. Pasangan saya
selalu mengerti
apa yang saya
butuhkan
• Memiliki pengetahuan luas
untuk membantu pasangan
Empati
Afektif • Mampu memahami perasaan
pasangan
7, 3, 4,2* 3. Pasangan saya
sangat mengerti
perasaan saya
tentang sistuasi
yang saya hadapi
4. Saya merasa
bahwa saya
sealiran dengan
pasangan saya
• Dapat merasakan perasaan
pasangan
Total
8
Keterangan (*) ;unfavorable
49
3.3.4 Alat Ukur Self Compassion
Untuk mengukur self compassion pada subjek peneliti menggunakan alat
ukurself compassion versi short yang dibuat oleh Raes, Pommier, Neff & Gucht
(2011). Proses modifikasi alat ukur dilakukan dengan mengubah pilihan jawaban
yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Berikut adalah blue print skala Self
Compassion yang akan ditunjukan pada tabel 3.4
50
Tabel 3.4Blueprint SkalaSelf Compassion
Dimensi Indikator No.
Item
Contoh item
Self kindness vs
Self-judgment • Mampu mencintai
diri dengan berbagai
kekurangan yang
dimiliki
2, 6,
11*,
12*
2. Saya mencoba
memahami dan sabar
terhadap aspek-aspek
kepribadian yang tidak
saya sukai.
• Mampu
berpandangan luas
terhadap diri sendiri
6. Ketika saya sedang
menghadapi masa masa
sulit, saya memberikan
diri saya perhatian dan
kelembutan yang saya
butuhkan.
Common
humanity vs
Isolation
• Memiliki kesadaran
bahwa ada masalah
orang lain yang
lebih berat
dibanding masalah
yang dialami
5,10,
4*, 8*
5.Saya mencoba melihat
kegagalan sebagai
kondisiyang wajar
• Merasa tidak
sendirian ketika
mengahadapi
masalah
10.Ketika saya merasa
tidak cukup dalam
beberapa hal, saya
mengingatkan diri saya
bahwa perasaan itu juga
dirasakan oleh
kebanyakan orang.
Mindfulness vs
Over-
identification
• Mampu menjaga
pikiran dan
perasaan ketika
mengalami suatu
permasalahan
3, 7,1*,
9*.
3.Ketika sesuatu hal
menyakitkan terjadi, saya
mencoba melihat situasi
secaraobjektif/proporsiona
l
7.Ketika ada sesuatu yang
mengganggu saya, saya
berusaha
menyeimbangkan emosi.
• Melihat segala
sesuatu apa adanya
sehingga
menghasilkan
respon objektif dan
efektif
Total 12
Keterangan (*) ;unfavorable
51
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas kontruk alat ukur yang digunakan, penulis menggunakan
teknik Confimatory Factor Analysis (CFA). Maksud dari CFA adalah bagian dari
analisis faktor yang digunakan untuk menguji sejauh mana masing-masing item
valid di dalam mengukur apa yang ingin diukur. Adapun logika dari CFA dari
Umar (dalam Alawiyah, 2015) yaitu :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitu juga tiap subtes
hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut
sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut
matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matrik Σ – matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil (Ho) yang kemudian diuji dengan
chi square dengan signifikan p> 0.05 (disebut model fit), maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil yang menyatakan : “tidak ada perbedaan antara matriks S
dan Σ” tidak ditolak (diterima). Artinya teori unidimensional tersebut dapat
diterima, bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor saja.
52
5. Jika teori diterima (model fit), maka selanjutnya adalah menguji hipotesis
tentang signifikan tidaknya masing-masing dalam mengukur apa yang hendak
diukur. Uji hiotesis ini dilakukan dengan mengukur apa yang hendak diukur. Uji
hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan (t >1,96), berarti item
yang bersangkutan adalah signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak
valid dalam konteks validitas kontruk.
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif, maka item
tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat
positif (favorable).Namun perlu dilihat apakah item yang berkoefisien negatif itu
merupakan pernyataan yang unfavorable.Untuk item seperti ini, skornya harus
dibalik (reversed) terlebih dahulu sebelum dianalisis dengan CFA. sigma (Σ),
kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.
Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan
antara matrik Σ – matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ- S = 0.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran pada sebuah item berkorelasi terlalu
banyak dengan kesalahan pengukuran pada item lainya, maka item tersebut juga
perlu didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak
diukur, ia juga mengukur hal lain.
Langkah terakhir, semua item yang tidak didrop dihitung faktor skornya. Faktor
skor dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
perhitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item variabel seperti pada
53
umumnya, tetapi dihitung true skor pada tiap skala. Skor yang akan dianalisis
yang di transformasikan menjadi T skor, adapun rumus T skor yaitu :
Setelah didapat skor faktor yang diubah menjadi T score, nilai baku inilah
yang akan dianalis dalam uji hipotes korelasi dan regresi. Perlu diketahui bahwa
hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini. Adapun
pengujian CFA menggunakan software LISREL 8.7.
3.4.1 Uji Validitas Kosntruk Penyesuaian Pernikahan
Pada uji validitas konstruk penyesuaian pernikahan penulis menguji 25
item dari konstruk penyesuaian pernikahan. Hasil uji awal validitas penyesuaian
pernikahan didapat model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square =
1419.26, df=276, P-value=0.00000, dan RMSEA=0.138 karena hasil awal yang
didapat model satu faktor tidak fit, maka penulis melakukan modifikasi sebanyak
84kali. Setelah dilakukan modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena
nilai P-value>0.05, yang berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square =
221.26, df=192, P-value=0.07253, dan RMSEA=0.026.
Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah
melihat T-value dan koefisien muatan faktor setiap item, jika T-value> 1.96 dan
koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke
dalam analisis data berikutnya, nilai T-value dan koefisien muatan faktor item
penyesuaian pernikahan dapat dilihat pada tabel 3.5
T Score = (10 x faktor skor) +50
54
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Penyesuaian Pernikahan
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.64 0.06 10.31 ✓
2 0.72 0.06 12.51 ✓
3 0.56 0.06 9.27 ✓
4 0.63 0.06 10.15 ✓
5 0.19 0.07 2.73 ✓
6 -0.27 0.07 -4.11 X
7 0.73 0.06 12.72 ✓
8 0.04 0.07 0.62 X
9 0.70 0.06 11.83 ✓
10 0.80 0.06 13.96 ✓
11 0.27 0.06 4.21 ✓
12 0.34 0.07 5.08 ✓
13 -0.24 0.06 -3.66 X
14 0.68 0.06 11.56 ✓
15 0.74 0.06 11.17 ✓
16 0.58 0.06 9.29 ✓
17 0.32 0.07 4.84 ✓
18 0.26 0.07 3.82 ✓
19 0.74 0.06 12.59 ✓
20 0.80 0.06 14.10 ✓
21 0.63 0.06 10.52 ✓
22 0.67 0.06 11.10 ✓
23 0.79 0.06 13.83 ✓
24 0.44 0.07 6.70 ✓
25 0.37 0.07 5.32 ✓ Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa kedua puluh dua item signifikan
(t>1.96) dan memiliki koefisien bermuatan positif, sedangkan item nomer 6, 8,
dan 13 tidak signifikan (t<1.96) dan memiliki koefisien bermuatan negatif.Artinya
dalam skala penyesuaian pernikahan terdapat tiga item yang didrop serta tidak
dapat diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis.
3.4.2 Uji Validitas Self Compassion
Pada uji validitas konstruk Self compassion penulis menguji 12 item dari
konstruk self compassion Hasil uji awal validitas Self compassiondidapat model
55
satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square = 450.17, df=54, P-value=0.00000,
dan RMSEA=0.181 karena hasil awal yang didapat model satu faktor tidak fit,
maka penulis melakukan modifikasi sebanyak 24 kali. Setelah dilakukan
modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena nilai P-value>0.05, yang
berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square =42.97,df= 30, P-value=
0.05896, dan RMSEA=0.44.
Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah
melihat T-value dan koefisien muatan faktor setiap item, jika T-value> 1.96 dan
koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke
dalam analisis data berikutnya, nilai T-value dan koefisien muatan faktor item Self
compassiondapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self Compassion
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.10 0.07 1.56 ✓
2 0.35 0.08 4.40 ✓
3 0.51 0.06 8.08 ✓
4 0.46 0.07 6.94 ✓
5 0.80 0.07 11.81 ✓
6 0.25 0.07 3.70 ✓
7 0.66 0.06 10.77 ✓
8 0.21 0.06 3.24 ✓
9 0.54 0.06 8.55 ✓
10 0.25 0.06 3.85 ✓
11 0.15 0.07 2.28 ✓
12 0.95 0.06 16.09 ✓ Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6, semua item memiliki muatan koefisien yang
signifikan dengan nilai T-value> 1.96sehingga semua item dari self compassion
bisa diikutsertakan pada analisis berikutnya.
56
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi
3.4.3.1 Uji Validitas Kontruk Pengungkapan Emosi
Pada uji validitas konstruk pengungkapan emosi penulis menguji 13 item
dari konstruk pengungkapan emosi.hasil uji awal validitas pengungkapan emosi
didapat model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square = 346.42, df=65, P-
value=0.00000, dan RMSEA=0.141karena hasil awal yang didapat model satu
faktor tidak fit, maka penulis melakukan modifikasi sebanyak 20 kali. Setelah
dilakukan modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena nilai P-
value>0.05, yang berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square =60.90, df=
45P-value=0.5707, dan RMSEA= 0.040Setelah didapatkan model satu faktor yang
fit, langkah selanjutnya adalah melihat T-value dan koefisien muatan faktor setiap
item, jika T-value> 1.96 dan koefisien muatan faktor positif maka item dapat
dilanjutkan untuk dimasukkan ke dalam analisis data berikutnya, nilai T-value dan
koefisien muatan faktor item pengungkapan emosi dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Pengungkapan Emosi
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.36 0.07 5.07 ✓
2 0.60 0.06 9.24 ✓
3 0.23 0.07 3.22 ✓
4 0.49 0.07 7.39 ✓
5 0.35 0.07 4.99 ✓
6 0.48 0.07 7.13 ✓
7 0.71 0.06 11.55 ✓
8 0.81 0.06 14.15 ✓
9 0.70 0.06 11.35 ✓
10 0.65 0.06 10.10 ✓
11 0.59 0.07 9.00 ✓
12 0.52 0.07 7.93 ✓
13 0.68 0.06 10.91 ✓
Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
57
Berdasarkan tabel 3.7, semua item memiliki muatan koefisien yang signifikan
dengan nilai T-value> 1.96 sehingga semua item dari pengungkapan emosi bisa
diikutsertakan pada analisis berikutnya.
3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Pengaturan Emosi
Pada uji validitas konstruk pengaturan emosi penulis menguji 10 item dari
konstruk pengaturan emosi.hasil uji awal validitas pengaturan emosi didapat
model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square = 111.32, df=35, P-
value=0.00000, dan RMSEA=0.100karena hasil awal yang didapat model satu
faktor tidak fit, maka penulis melakukan modifikasi sebanyak 9 kali. Setelah
dilakukan modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena nilai P-
value>0.05, yang berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square =31.03df=26,
P-value=0.22709, dan RMSEA=0.030 Setelah didapatkan model satu faktor yang
fit, langkah selanjutnya adalah melihat T-value dan koefisien muatan faktor setiap
item, jika T-value> 1.96 dan koefisien muatan faktor positif maka item dapat
dilanjutkan untuk dimasukkan ke dalam analisis data berikutnya, nilai T-value dan
koefisien muatan faktor item pengaturan emosi dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Muatan faktor item pengaturan emosi
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.50 0.07 7.16 ✓
2 0.64 0.07 9.71 ✓
3 0.54 0.07 7.93 ✓
4 0.57 0.07 8.40 ✓
5 0.60 0.07 8.97 ✓
6 0.74 0.06 11.78 ✓
7 0.65 0.07 9.82 ✓
8 0.51 0.07 6.99 ✓
9 0.22 0.08 2.83 ✓
10 0.52 0.07 7.51 ✓
58
Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, semua item memiliki muatan koefisien yang
signifikan dengan nilai T-value > 1.96 sehingga semua item dari pengaturan emosi
bisa diikutsertakan pada analisis berikutnya.
3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Penggunaan Emosi
Pada uji validitas konstruk penggunaan emosi penulis menguji 10 item
dari konstruk penggunaan emosi. Hasil uji awal validitas penggunaan emosi
didapat model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square = 126.23, df=35, P-
value=0.00000, dan RMSEA=0.109 karena hasil awal yang didapat model satu
faktor tidak fit, maka penulis melakukan modifikasi sebanyak 8kali. Setelah
dilakukan modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena nilai P-
value>0.05, yang berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square = 36.99,
df=27, P-value=0.09535, dan RMSEA=0.041.
Setelah didapatkan model satu faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah
melihat T-value dan koefisien muatan faktor setiap item, jika T-value > 1.96 dan
koefisien muatan faktor positif maka item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke
dalam analisis data berikutnya, nilai T-value dan koefisien muatan faktor item
penggunaan emosi dapat dilihat pada tabel 3.9
59
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.19 0.07 2.69 ✓
2 0.44 0.07 6.48 ✓
3 0.85 0.06 14.88 ✓
4 0.75 0.06 12.37 ✓
5 0.79 0.06 13.19 ✓
6 0.57 0.06 8.61 ✓
7 0.35 0.07 4.97 ✓
8 0.50 0.07 7.50 ✓
9 0.55 0.07 8.29 ✓
10 0.16 0.07 2.10 ✓ Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, semua item memiliki muatan koefisien yang
signifikan dengan nilai T-value> 1.96 sehingga semua item dari penggunaan
emosi bisa diikutsertakan pada analisis berikutnya.
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Empati Pasangan
Pada uji validitas konstruk empati pasangan penulis menguji 10 item dari
konstruk empati pasangan. Hasil uji awal validitas empati pasangan didapat
model satu faktor yang tidak fit, dengan Chi-Square = 80.29, df=20, P-
value=0.00000, dan RMSEA=0.177 karena hasil awal yang didapat model satu
faktor tidak fit, maka penulis melakukan modifikasi sebanyak tiga kali. Setelah
dilakukan modifikasi, didapat model satu faktor yang fit karena nilai P-
value>0.05, yang berarti model dapat diterima, dengan Chi-Square = 24.22,
df=17, P-value=0.11369, dan RMSEA=0.044. Setelah didapatkan model satu
faktor yang fit, langkah selanjutnya adalah melihat T-value dan koefisien muatan
faktor setiap item, jika T-value>1.96 dan koefisien muatan faktor positif maka
item dapat dilanjutkan untuk dimasukkan ke dalam analisis data berikutnya, nilai
60
T-value dan koefisien muatan faktor item penggunaan emosi dapat dilihat pada
tabel 3.10
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Empati Pasangan
No. Item Koefisien Standar Error T-value Sginifikan
1 0.76 0.06 12.77 ✓
2 0.68 0.06 10.89 ✓
3 0.71 0.06 11.55 ✓
4 0.82 0.06 14.39 ✓
5 0.44 0.07 6.67 ✓
6 0.83 0.06 14.75 ✓
7 0.60 0.06 9.52 ✓
8 0.89 0.05 16.26 ✓
Keterangan : tanda ( √ ) = signifikan ( t > 1.96), tanda ( X ) = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, semua item memiliki muatan koefisien yang
signifikan dengan nilai T-value > 1.96 sehingga semua item dari empati pasangan
bisa diikutsertakan pada analisis berikutnya.
3.5 Metode Analisis Data
Data yang didapat akan diolah dengan menggunakan teknik statistik
Multiple Regression Analysis (analisis regresi berganda), dibantu dengan software
SPSS versi 23.0. Untuk pengujian hipotesis menggunakan rumus persamaan
regresi sebagai berikut:
Jika dituliskan variabelnya maka :
Y = nilai prediksi Y (Penyesuaian Pernikahan)
a = intercept (konstanta)
b = koefisien regresi utuk masing-masing X
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6 +b7X7 +e
61
X1 = Self Compassion
X2 = Empati Pasangan
X3 = Penggunaan Emosi dari Kecerdasan Emosi
X4 = Pengungkapan Emosi dari Kecerdasan Emosi
X5 = Pengaturan Emosi dari Kecerdasan Emosi
X6 = Durasi Pernikahan
X7 = Usia
e = residual
Dari analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi,
diantaranya :
1. R2, yang menunjukan proporsi varian (presentase varian) dari dependen
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independen variabel (IV)
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukan dampak yang signifikan dari
independen variabel (IV) yang bersangkutan.uni
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang berapa harga Y jika nilai setiap independen variabel (IV) diketahui.
Kemudian untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan, maka
digunakan uji F. Dan hasil dari uji F yang dilakukan nantinya dapat dilihat apakah
variabel-variabel independen yang diuji memiliki pengaruh terhadap dependen
variabel dengan rumus sebagai berikut :
62
F = R2/k
(1- R2) / (n = N - k – 1)
Keterangan :
k = jumlah independen variabel
N = jumlah sampel
Sedangkan untuk menganalisa hipotesis akan dilakukan uji t sesuai dengan
variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan adalah menggunakan rumus sebagai
berikut:
t = b
sb
Keterangan :
b = koefisien regresi
sb = standar error dari b
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini jumlah subjek yang diperoleh ialah
sebanyak 227 responden. Berdasarkan 227 kuesioner yang disebarkan kepada 227
sampel terdapat 7 kuesioner yang tidak memenuhi kriteria, sehingga sampel akhir
yang digunakan menjadi 220 sampel yang seluruhnya merupakan wanita yang
memiliki pasangan beda budaya. Gambaran subjek penelitian akan digambarkan
pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Umum Subjek Penelitian N=220 Presentase (%)
Durasi Pernikahan 0-5 Tahun 114 51.8%
6-10 Tahun 41 18.6%
11-15 Tahun 16 7.3%
>15 Tahun 49 22.3%
Usia Saat Menikah 18- 25 Tahun 105 47.7%
25-30 Tahun 75 34.1%
>30 Tahun 40 18.2%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa wanita yang menikah pada usia 18
sampai 25 tahun sebanyak 105 orang (47.7%). Responden yang menikah pada
64
saat berusia 25-30 tahun sebanyak 75 orang (34.1%)dan yang berusia lebih dari
30 tahun saat menikah sebanyak 40orang (18.2%). Berdasarkan durasi
pernikahan, mayoritas responden berada pada 0-5 tahun yaitu sebanyak 114
orang (51.8%), sementara responden yang berada pada durasi pernikahan 6-10
tahun sebanyak 41 orang (18.6%), responden yang memiliki durasi pernikahan
11-15 tahun sebanyak 16 orang (7.3%) dan durasi pernikahan >15 tahun
sebanyak 49 orang (22.3%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah
skor murni (true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score.
Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar
skor hasil penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw
score pada setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini
dilakukan dengan mentransformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-
score menjadi positif perlu dilakukan perhitungan
Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi dari variabel-variabel yang
diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor mean,
standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel penelitian.
Skor tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :
t-score=(10*factor score)+50.
65
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Min Max Mean
Std.
Deviation Variance
Penyesuaian_Pernikahan 220 2.42 61.55 50.0000 9.43121 88.948
Empati_Pasangan 220 16.52 65.20 50.0000 9.43185 88.960
Self_Compassion 220 20.50 68.02 50.0000 8.99231 80.862
Penggunaan_Emosi 220 29.07 64.99 50.0000 8.92858 79.720
Pengungkapan_Emosi 220 26.67 68.59 50.0000 9.23375 85.262
Pengaturan_Emosi 220 29.28 65.44 50.0000 8.74306 76.441
Valid N (listwise) 220
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian
sebanyak 220 orang, dengan skor penyesuaian pernikahan terendah 2.42 dan
skor tertinggi 61.55. skor terendah empati pasangan 16.52 dan tertinggi 65.20. Self
compassion dengan skor terendah 20.50 dan skor tertinggi 68.02.Penggunaan
emosi dengan skor terendah 29.07 dan tertinggi 64.99. Pengungkapan emosi
dengan skor terendah 26.67 dan tertinggi 68.59.Skor terendah dari pengaturan
emosi adalah 29.28 dan skor tertinggi adalah 65.44.
4.3 Kategorisasi Skor
Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang
perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Kategorisasi dalam
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Dalam hal ini
ditetapkan norma sebagai berikut
66
Tabel 4.3 Pedoman Interprestasi
Kategori Rumus
Rendah X<Mean
Tinggi X>Mean
Uraian mengenai gammbaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi,
sedang dan rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4. Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Kategori Skor dan Frekuensi
Rendah % Tinggi %
Penyesuaian Pernikahan 93 42.3 % 127 57.7%
Empati Pasangan 122 55.5% 98 44.5 %
Self Compassion 106 48.2% 113 51.4%
Penggunaan Emosi 111 50.5% 109 49.5%
Pengungkapan Emosi 123 55.9% 97 44.1%
Pengaturan Emosi 115 52.3% 105 47.7%
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa variabel penyesuaian pernikahan
sebanyak 93 responden (42.3%) masuk kategorisasi rendah, dan 127 responden
(57.7%) masuk kategorisai tinggi, dapat disimpulkan dari 220 responden dalam
penelitian penyesuaian pernikahan ini berada pada kategori tinggi. Selanjutnya
variabel empati pasangan sebanyak 122 (55.5%) masuk kategorisasi rendah, dan
98 responden (44.5%) masuk kategorisasi tinggi, dapat disimpulkan variabel
empati pasangan didominasi oleh kategori rendah.
67
Variabel self compassion sebanyak 106 responden (48.2%) masuk
kategorisasi rendah, dan sebanyak 113 responden(51.4%) masuk kategorisasi
tinggi, demikian dapat disimpulkan bahwa variabel self compassion didominasi
kategori tinggi. Variabel penggunaan emosi sebanyak 111 responden (50.5%)
masuk kedalam kategorisasi rendah, dan sebanyak 109 responden (49.5%) masuk
kategorisasi tinggi, dapat disimpulkan variabel penggunaan emosi didominasi
oleh kategori rendah. Variabel pengungkapan emosi sebanyak 123 responden
(55.9) masuk kedalam kategorisasi rendah, dan sebanyak 97 responden (44.1%)
masuk kedalam kategorisasi tinggi, dapat disimpulkan bahwa variabel
pengungkapan emosi didominasi oleh kategori rendah. Selanjutnya variabel
pengaturan emosi sebanyak 115 responden (52.3%) masuk kedalam kategorisasi
rendah, dan sebanyak 105 responden (47.7%) masuk kedalam kategorisasi tinggi,
dapat disimpulkan bahwa variabel pengaturan emosi masuk didominasi oleh
kategori rendah.
4.4. Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis berganda,
seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga teknik analisis data, dalam regresi ada
tiga hal yang dilihat. Pertama melihat R square untuk mengetahui variasi variabel
dependen yang disebabkan oleh variasi independen. Kedua melihat hasil uji F,
yaitu untuk menegatahui apakah Rsquare yang sudah didapatkan signifikan atau
68
tidak. Dan ketiga melihat uji T, yaitu mengetahui koefisien regresi masing-masing
independen berserta signifikansinya.
Menjawab hipotesis, pertama dapat dilihat dari R square yang didapatkan.
Rsquare yang didapat akan diketahui berapa persentase variasi variabel dependen
pada penelitian ini adalah penyesuaian pernikahan yang disebabkan oleh
keseluruhan variabel independen pada penelitian ini adalah self compassion,
empati pasangan, penggunaan emosi, pengungkapan emosi, pengaturan emosi,
durasi pernikahan dan usia. R square dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 R Square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .657a .431 .413 7.22815
a. Predictors: (Constant), Durasi_Pernikahan, Pengungkapan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah, Empati_Pasangan, Self_Compassion, penggunaan_emosi,
Pengaturan_Emosi
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui perolehan R square sebesar 0.431 atau
43.1%.artinya sebsar 43.1% variasi dari penyesuaian pernikahan dapat dijelaskan
oleh self compassion, empati pasangan, penggunaan emosi, pengungkapan emosi,
pengaturan emosi, durasi pernikahan dan usia saat menikah. Sedangkan 56.9%
sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. R square sudah
didapatkan, selanjutnya penulis melakukan uji f untuk menganalisa dampak dari
seluruh variabel independen yang diteliti terhadap varabel dependen yaitu
penyesuaian pernikahan. Hasil dari uji F terdapat pada tabel 4.6
69
Tabel 4.6 Hasil uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 8403.367 7 1200.481 22.977 .000b
Residual 11076.199 212 52.246
Total 19479.566 219
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Pernikahan
b. Predictors: (Constant), Durasi_Pernikahan, Pengungkapan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah, Empati Pasangan, Self_Compassion, penggunaan_emosi,
Pengaturan_Emosi
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui hasil uji F sebesar 22.977 dengan nilai
signifikan yaitu 0.000 (sig<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan seluruh variabel independen terhadap dependen ditolak.
Artinya, ada pengaruh self compassion, empati pasangan, penggunaan emosi,
pengungkapan emosi, pengaturan emosi, durasi pernikahan, dan usiasaat menikah
terhadap penyesuaian pernikahan.
Setelah melihat R Square dan signifikasinya, kemudian hal terakhir yang
dilhat dari analisis regresi berganda adalah melihat koefisien regresi dari setiap
variabel independen.Koefisien regresi setiap variabel independen didapat hasil uji
T, koefisien regresi setiap variabel independen ditampilkan oleh tabel 4.7.
70
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.602 4.109 3.553 .000
Self_Compassion -.006 .059 -.005 -.094 .925
Empati Pasangan .526 .057 .526 9.252 .000*
Penggunaan_emosi .105 .090 .099 1.166 .245
Pengungkapan_Emosi -.167 .075 -.163 -2.220 .027*
Pengaturan_Emosi .295 .094 .273 3.137 .002*
Durasi_Pernikahan -.492 .435 -.064 -1.130 .260
Usia_Saat_Menikah -.757 .663 -.061 -1.141 .255
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Pernikahan
*signifikan
Bedasarkan tabel 4.7 telah diketahui koefisien regresi setiap variabel
independen, dan dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
Penyesuaian Pernikahan = 14.602 - 0.006 Self Compassion + 0.526Empati
Pasangan + 0.105 Penggunaan Emosi - 0.167 Pengungkapan Emosi + 0.295
Pengaturan Emosi - 0.757 Durasi Pernikahan – 10.492 Usia.
Mengetahui koefisien regresi yang signifikan bisa dilihat pada kolom nilai
signifikan.Jika sig <0.05 maka koefisien regresi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen penyesuaian pernikahan dan
sebaliknya.Pada tabel 4.7 terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu
empati pasangan, pengungkapan emosi dan pengaturan emosi. Hal ini berarti
hanya terdapat tiga yang signifikan dari 7 koefisien regresi. berikut adalah
penjelasan koefisien regresi pada masing-masing variabel independen :
71
1.VariabelSelf Compassion
Besar koefisien regeresi self compassion sebesar dengan sig =0.925.(sig >0.05)
sehingga H0 diterima. Artinya self compassion tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penyesuaian pernikahan.
2. Empati Pasangan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig=0.000 (sig<0.05) sehingga H0
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan empati pasangan terhadap
penyesuaian pernikahan. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya semakin
tinggi nilai empati pasangan, maka semakin tinggi penyesuaian pernikahan pada
wanita yang memiliki pasangan beda budaya begitu juga sebaliknya.
3. Penggunaan Emosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig= 0.245(sig>0.05) sehingga H0
diterima. Artinya penggunaan emosi dari variabel kecerdasan emosi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian pernikahan.
4. Pengungkapan Emosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig= 0.027 (sig>0.05) sehingga H0
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan pengungkapan emosi dari variabel
kecerdasan emosi terhadap penyesuaian pernikahan. Tanda pada koefisien adalah
negatif, artinya semakin tinggi nilai pengungkapan emosi, maka semakin rendah
penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya begitu
juga sebaliknya.
72
5. Pengaturan Emosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig= 0.002(sig<0.05) sehingga H0
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan pengaturan emosi dari variabel
kecerdasan emosi terhadap penyesuaian pernikahan. Tanda koefisien adalah
positif, artinya semakin tinggi nilai pengaturan emosi, maka semakin tinggi pula
penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan beda budaya dan
sebaliknya.
6. Durasi Pernikahan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig= 0.260(sig>0.05) sehingga H0
diterima. Artinya durasi pernikahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penyesuaian pernikahan.
7.UsiaSaat Menikah
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar sig= 0.255 (sig>0.05) sehingga H0
diterima. Artinya usia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian
pernikahan.
4.4.2 Proporsi Varian
Untuk mengetahui seberapa besar proporsi varian setiap variabel
independen atau sumbangan dari setiap variabel independen terhadap penyesuaian
pernikahan maka dilakukan analisis variabel independen satu-persatu. Besarnya
proporsi varian dapat dilihat pada tabel 4.8
73
Tabel 4.8 Proporsi Varian
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .607a .369 .366 7.51173 .369 127.223 1 218 .000*
2 .607b .369 .363 7.52902 .000 .000 1 217 .995
3 .630c .397 .388 7.37566 .028 10.118 1 216 .002*
4 .632d .399 .388 7.37697 .003 .923 1 215 .338
5 .652e .425 .412 7.23178 .026 9.720 1 214 .002*
6 .654f .428 .412 7.23287 .003 .935 1 213 .335
7 .657g .431 .413 7.22815 .003 1.278 1 212 .260
Predictors: (Constant), Empati Pasangan, Self_Compassion, Penggunaan_emosi,
Pengungkapan_Emosi, Pengaturan_Emosi, Usia_Saat_Menikah,
Durasi_Pernikahan
*signifikan
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui besaran sumbangan variabel
independen dan signifikannya terhadap penambahan varian dari penyesuaian
pernikahan. Penjelasan proporsi varian masing-masing variabel adalah sebagai
berikut :
1. Empati pasangan memberikan sumbangan sebesar 36.9 % terhadap varian
penyesuaian pernikahan. Sumbangan tersebut signifikan dengan signifikan f
change 0.000(sig <0.05).Maka secara statistik sumbangan tersebut signifikan.
2. Self compassion memberikan sumbangan sebesar 0.0 % terhadap varian
penyesuaian pernikahan dengan signifikan f change 0.995 (sig <0.05). Maka
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
74
3. Penggunaan emosi memberikan sumbangan sebesar 2.8 % terhadap varian
penyesuaian pernikahan. Sumbangan tersebut signifikan dengan signifikan f
change 0.002 (sig <0.05).Maka secara statistik sumbangan tersebut signifikan.
4. Pengungkapan emosi memberikan sumbangan sebesar 0.3% terhadap varian
penyesuaian pernikahan dengan signifikan f change 0.338(sig <0.05). Maka
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
5. Pengaturan emosi memberikan sumbangan sebesar 2.6 % terhadap varian
penyesuaian pernikahan. Sumbangan tersebut signifikan dengan signifikan f
change 0.002 (sig <0.05).Maka secara statistik sumbangan tersebut signifikan.
6. Durasi pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.3 % terhadap varian
penyesuaian pernikahan dengan signifikan f change 0.260 (sig <0.05). Maka
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
7. Usia saat menikah memberikan sumbangan sebesar 0.3% terhadap varian
penyesuaian pernikahan dengan signifikan f change 0.335 (sig <0.05). Maka
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
75
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran. Adapun
penjelasannya sebagai berikut
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji statistik, diperoleh hasil bahwa hipotesis alternatif
diterima, yang artinya secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan self
compassion,empati pasangan, kecerdasan emosi, durasi pernikahan, dan usia
terhadap penyesuaian pernikahan.Berdasarkan rumusan masalahterdapat tiga
pengaruh yang signifikan yaitu empati pasangan, pengungkapan emosi dan
pengaturan emosi terhadap penyesuaian pernikahan. Kemudian terdapat empat
variabel yang pengaruhnya tidak signifikan, yaitu penggunaan emosi, self
compassion, durasi pernikahan dan usia saat menikah terhadap penyesuaian
pernikahan.
Berdasarkan proporsi varian masing-masing variabel independen, dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel yang memberikan sumbangan secara
signifikan, yaitu empati pasangan, penggunaan emosi dan pengaturan emosi.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, ditunjukan terdapat pengaruh bersama
yang signifikan antara empati pasangan, pengungkapan emosi, dan pengaturan
emosi terhadap penyesuaian pernikahan.Hasil uji coba tujuh variabel independen
76
untuk mengetahui apakah tujuh variabel independen tersebut berpengaruh
terhadap penyesuaian pernikahan atau tidak.Berdasarkan koefisien regresi dan
signifikansi hasil dari uji hipotesis, dari tujuh variabel yang diujikan terdapat tiga
variabel yang signifikan berpengaruh terhadap penyesuaian pernikahan.
Hasil uji self compassion pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian pernikahan.Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Bibi, et.al.(2017) yang menunjukan bahwa self compassion
berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian pernikahan. Hal ini
dikarenakan terdapat perbedaan antara karakteristik subjek penelitian Bibi, et.al.
(2017) yaitu wanita dan pria dewasa sedangkan subjek pada penelitian ini adalah
wanita yang memiliki pasangan beda budaya. Dalam self compassion didominasi
oleh wanita dengan kategori self compasision yang tinggi 51.4%.ini berarti
kebanyakan wanita masih cenderung memiliki compassion pada diri sendiri,
sehingga lebih berpusat kepada dirinyadaripada orang lain.
Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukan bahwa empati pasangan
berpengaruh pada penyesuaian pernikahan. hal tersebut terjadi dikarenakan pada
penelitian ini karena sebanyak 98 orang pada penelitian ini masuk kedalam
kategorisasi tinggi dengan nilai maksimum 65. Empati pasangan berpengaruh
secara signifikan sebesar 36.9%, dimana angka tersebut dapat dikatakan cukup
besar.
Penggunaan emosi adalah kemampuan mereka untuk mengendalikan
emosi mereka sendiri untuk memecahkan masalah (Salovey &Meyer, 1990).
variabel penggunaan emosi pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan
77
terhadap penyesuaian pernikahan, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Joshi &
Thingujam (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan emosi berpengaruh
secara signifkan terhadap penyesuaian pernikahan. Hal ini dapat disebabkan
karena sebanyak 50.5% responden memiliki penggunaan emosi yang rendah,
sehingga dapat menyebabkan tidak signifikan berpengaruhnya penggunaan emosi
terhadap penyesuaian pernikahan dalam penelitian ini.
Variabel pengungkapan emosi pada penelitian ini ada pengaruh secara
signifikan terhadap penyesuaian pernikahan, namun memiliki koefisien yang
negatif, sehingga semakin tinggi nilai pengungkapan emosi maka semakin rendah
penyesuaian pernikahan, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan individu
dalam hubungan pengungkapan emosi juga dapat mencerminkan perbedaan
individu dalam reaktivitas emosional atau sensitivitas terhadap isyarat situasional
dan dapat mengungkapkan seberapa banyak penilaian individu terhadap keadaan
berkontribusi terhadap pengalaman emosionalnya (Nezlek, Vansteelandt, Iven &
Kuppens, 2008). Sehingga pengungkapan emosi yang disampaikan dapat di
artikan secara berbeda sesuai dengan pengalaman emosional pasangan, ditambah
subjek dalam penelitian ini merupakan wanita yang memiliki pasangan beda
budaya dimana pasangan tersebut menganut nilai-nilai budaya yang jauh berbeda,
sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman atau missed comunication.
Variabel pengaturan emosi pada penelitian ini ada pengaruhsebesar 2.6%
secara signifikan terhadap penyesuaian pernikahan. Hal ini dikarenakan variabel
pengaturan emosi dalam penelitian ini mendapatkan skor tinggi sebanyak 47.7%,
78
maka hal tersebut menjadi salah satu faktor berpengaruhnya variabel pengaturan
emosi terhadap penyesuaian pernikahan pada wanita yang memiliki pasangan
beda budaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Joshi & Thingujam
(2009) yang menyatakan bahwa pengaturan emosi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian pernikahan, lebih lanjut lagi Joshi & Thingujam
(2009) menyatakan bahwa seseorang yang pandai dalam mengelola emosi diri dan
emosi orang lain hal tersebut memungkinkan untuk membantu pasangan dalam
menyelesaikan konflik. Mereka adalah yang mahir dalam menangani emosi, dan
mengelola reaksi mereka terhadap emosi ini, dengan menunjukkan toleransi atau
kesabaran terhadap emosi negatif diri sendiri dan oranglain. Penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan untuk memahami, memanfaatkan dan mengatur
emosi terkait dengan penyesuaian pernikahan yang lebih baik terlepas dari
kenyataan apakah kemampuan ini hadir dalam satu atau kedua pasangan. Dengan
kata lain, jika salah satu pasangan secara emosional cerdas, sangat mungkin
bahwa keduanya akan menjalani kehidupan yang mencapai kepuasan, kebahagian
dan penyesuaian pernikahan (Pandey, R & Anand, T, 2010).
Variabel durasi pernikahan pada penelitian ini tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penyesuaian pernikahan, pengaruh dari durasi pernikahan
tergolong kecil, hanya sebesar 0.3% dan arahnya pun negatif.Hasil penelitian ini
serupa dengan hasil penelitian dari Ghorogi (2015) yang menyatakan tidak ada
pengaruh lamanya durasi pernikahan terhadap penyesuaian pernikahan.Ghorogi
(2015) menyatakan bahwa ada beberapa penelitian menganggap penyesuaian
pernikahan sebagai fenomena yang berfluktuasi selama masa hidup. Misalnya,
79
Umberson, et.al. (2005) menyatakan jika kualitas pernikahan dilihat dari perpektif
kehidupan, dapat dilihat seperti rentang waktu perkembangan yang mengalami
peningkatan dan penurunan. Dapat disimpulkan bahwapenyesuaian pernikahan
tidak dipengaruhi oleh lamanya durasi pernikahan seseorang karena penyesuaian
mengalami fluktuasi sepanjang perjalanan pernikahan.
Variabel usia saat menikah pada penelitian ini tidak ada pengaruh secara
signifikan dan memiliki koefisien negatifterhadap penyesuaian pernikahan. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi usia seseorang saat menikah maka semakin
rendah penyesuaian pernikahan dan sebaliknya, karena orang-orang yang
menghabiskan awal masa dewasa hidup sendirian cenderung menjadi tidak
fleksibel atau tidak mau berubah dan dengan demikian cenderung mengalami
kesulitan menyesuaikan diri dengan pernikahan (Glenn, Uecker & Love, 2010).
Sedangkan pasangan yang menikah pada usia yang relatif muda lebih mungkin
mengembangkan gaya hidup, nilai, dan sebagainya setelah menikah karena
mereka lebih lunak dan fleksibel daripada orang menikah pada usia lebih
tua(Glenn, et.al,2010).
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
1. Varians dari tujuh variabel independen yang diteliti menyumbang sebesar
43.1%, dan sisanya disumbangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada
penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel lainseperti role
80
values, dan problem solving skill untukmelihat pengaruh pada penyesuaian
pernikahan.
2. Temuan ini, bagaimanapun, mungkin tidak dapat digeneralisasikan untuk
semua wanita yang memiliki pasangan beda budaya. Disebabkan karena
keterbatasan sampel yang hanya berjumlah 220 wanita yang memiliki pasangan
beda budaya. Penelitian tambahan perlu dilakukan ke sampel yang lebih besar.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan batasan domisili agar
tidak terlalu luas cakupan wilayah penelitian, sehingga hasil yang diperoleh lebih
sesuai dan sangat bermanfaat pada lingkungan tersebut.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis memberikan
saran praktis sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan penyesuaian pernikahan, diharapkan kepada individu
yang menikah untuk dapat mengatur emosi dengan baik ketika menghadapi suatu
permasalahan dengan pasangan dengan cara melatih kecerdasan emosi tersebut
agar menjadi jauh lebih sabar.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan modul
penyesuaian pernikahan yang berisi tentang cara meningkatkan pengaturan emosi
dan empati pasangan serta mengurangi atau meredakan pengungkapan emosi serta
dapat dijadikan bahan dalam kegiatan pelatihan pranikah yang diperuntukan untuk
wanita-wanita yang sedang atau akan menjalani kehidupan pernikahan dengan
pasangan yang beda budaya.
81
3. Dengan adanya hasil penelitian ini, semoga subjek yang telah atau akan
menikah dengan pasangan beda budaya agar lebih mampu meningkatkan
penyesuaian pernikahan yang baik dengan mengatur emosi serta memberikan
empati kepada pasangan mereka agar mampu menuju kehidupan pernikahan yang
bahagia dan tahan lama.
82
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, T. (2015).Uji validitas konstruk pada instrumen Big Five Inventory
(BFI) dengan metode confimatory factor analysis
(CFA).JurnalPengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 215-
230.
Al Fazari, M. & Amir, S. (2017). Factors predicting marital adjustment in omani
society. International Journal of Psychology & Behavior Analysis.3.
10.15344/2455-3867/2017/131.
Anusree, P. (2018). Self esteem and marital adjustment among middle aged
couples. Indian Journal Of Research. Volume-7, Issue-7
Bar-On, R. (2006). The Bar-On model of emotional-social intelligence (ESI).
Psicothema, 18, supl., 13-25
Baron, R. (2007).The impact of emotional intellegence on giftedness.Gifted
Education International. Vol23, p 122-137
Barthakur, P. (1997). Study of marital adjustment of women in relation to nature
of marriage employment status and span of marriage in assamese
Hindu society. Thesis, Gauhati University.Shodhganga: a reservoir
of Indian theses @ INFLIBNET
Bharambe, K. & Baviskar, P.(2013). A study of marital adjustment in relation to
some psycho-socio factor.International Journal of Humanities and
Social Science Invention.ISSN (Online): 2319 – 7722, ISSN (Print):
2319 – 7714 www.ijhssi.org Volume 2 Issue 6 ǁ June. ǁ PP.08-10.
Bibi, S., Masood, S,. Ahmad, M., & Bukhari, S. (2017).Effect of self-compassion
on the marital adjustment of Pakistani adults.Foundation University
Journal Of Psychology, 2017, Vol. 2, No. 4, 52-66
Bustamante, R. M., Nelson, J. A., Henriksen, R. C., & Monakes, S. (2011).
Intercultural couples: coping with culture-related stressors. The
Family Journal, 19(2), 154–164.doi:10.1177/1066480711399723
Chang, J., & Shin, Y. (2012).Marital adjustment factors for international
marriages in South Korea. International Journal of Human Ecology,
13(2), 69–86. https://doi.org/10.6115/ijhe.2012.13.2.69
Chopra, R. (2008). Impact of the art of living courses on the marital adjustment
of indian women. Thesis, Gauhati University.Shodhganga : a
reservoir of Indian theses @ INFLIBNET
83
Davis, Mark. (1980). A multidimensional approach to individual differences in
empathy. JSAS Catalog Sel. Doc. Psychol.. 10.
Davis, M.H. (1983). Measuring individual differences in empathy: evidence for a
multidimensional approach. Journal of Personality and Social
Psychology, 44(1), 113–126. doi:10.1037/0022-3514.44.1.113
Delpechitre, D. (2013). Review and assessment of past empathy scales to measure
salesperson’s empathy. Journal Of Management And Marketing
Research.
Durğuta, S.& Kısa, S. (2018). Predictors of marital adjustment among child
brides.Archives of Psychiatric Nursing, 32 670–676.
Ebenuwa-Okoh, E.E. (2011). Environmental factors as predictors of marital
adjustment among married persons in delta state of nigeria:
implication for counselling practices. J Psychology, 2 (1): 29-35
Eisenberg, N. (2000). Emotion, Regulation, and Moral Development.Annual
Review of Psychology, 51(1), 665–697.
doi:10.1146/annurev.psych.51.1.665
Frame, M.W. (2004).The challenges of intercultural marriage: strategies for
pastoral care. Pastoral Psychology. Volume 52, Issue 3, pp 219–232
Ghoroghi, S., Hassan, S. A., & Baba, M. (2015). Marital adjustment and duration
of marriage among postgraduate Iranian students in
Malaysia.International Education Studies, 8(2).
doi:10.5539/ies.v8n2p50
Glenn, N. D., Uecker, J. E., & Love, R. W. B. (2010).Later first marriage and
marital success. Social Science Research, 39(5), 787–800.
doi:10.1016/j.ssresearch.2010.06.002
Hay Group, McClelland Center for Research and Innovation, & Wolff, S. B.
(2005). The Emotional Competence Inventory (ECI) Technical
Manual.Retrieved on May 19, 2009 from:
http://www.eiconsortium.org/pdf/ECI_2_0_Technical_Manual_v2.p
df
Hidayati, F. (2015).Self compassion dan loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. Vol. 03, No.01
Hoffman, M.L. (2001). Empathy and moral development: Implication for caring
and justice.Cambrige, UK; New York: Cambrige University Press.
84
Igbo, H. I., Grace, A. R., & Christiana, E. O. (2015).Relationship between
duration of marriage, personality trait, gender and conflict resolution
strategies of spouses. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
190, 490–496. doi:10.1016/j.sbspro.2015.05.032
Ioannidou, F. & Konstantikaki, V. (2008). Empathy and emotional intelligence:
what is it really about.International Journal of Caring Sciences. 1.
Jalil, T.& Muazzam, A. (2013).Emotional intelligence as a predictor of marital
adjustment to infertility.International Journal of Research Studies in
Psychology. Volume 2 Number 3, 45-58
Joshi, S.& Thingujam, N.S. (2009). Perceived emotional intelligence and marital
adjustment: examining the mediating role of personality and social
desirability. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology.
Vol. 35, No.1, 79-86
Kazemi, Y.& Nikmanesh, Z. (2011).Predictor of marital adjustment : the
communication skills and sexual satisfaction. Journal of The Indian
Academy of Applied Psychology. Vol.37, Special Issue, 162-168.
Kendrick, H. M., & Drentea, P. (2016).Marital adjustment. Encyclopedia of
Family Studies, 1–2. doi:10.1002/9781119085621.wbefs071
Lashari, S. (2016).Environmental and personal factors as predictors of marital
adjustment- an investigation in pakistani context. International
Seminar on Generating Knowledge Through Research.
DOI:http://dx.doi.org/10.21070/picecrs.v1i1.642 991
Locke, H. J., & Williamson, R. C. (1958). Marital adjustment: A factor analysis
study. American Sociological Review :23(5):562–569
Locke, H. J., & Wallace, K. M. (1959). Short marital adjustment and prediction
tests: Their reliability and validity. Marriage and Family Living, 21,
251–255.
Martins, D., Nicholas, N. A., Shaheen, M., Jones, L., & Norris, K. (2013). The
development and evaluation of a compassion scale. Journal of
Health Care for the Poor and Underserved, 24(3), 1235---1246
McDonald, J. E., Olson, J. R., Lanning, A. H., Goddard, H. W., & Marshall, J. P.
(2018). Effects of religiosity, forgiveness, and spousal empathy on
marital adjustment.Marriage & Family Review, 54:4, 393-416.
DOI:10.1080/01494929.2017.1403992
Mert, A. (2018). The predictive role of values and perceived social support
variables in marital adjustment.Universal Journal of Educational
85
Research. 6(6): 1192-1198, http://www.hrpub.org DOI:
10.13189/ujer.2018.060609
Neff, K.D. (2003). The development and validation of a scale to measure self-
compassion.Psychology Press.Self and Identity, 2: 223–250.
Neff, K. D., & Beretvas, S. N. (2013).The role of self-compassion in romantic
relationships. Self and Identity, 12(1), 78–98.
doi:10.1080/15298868.2011.639548
Nezlek, J. B., Vansteelandt, K., Van Mechelen, I., & Kuppens, P.
(2008).Appraisal-emotion relationships in daily life.Emotion, 8(1),
145–150. doi:10.1037/1528-3542.8.1.145
Pandey, R.& Anand, T. (2010).Emotional intelligence and its relationship with
marital adjustment and health of spouse.Indian Journal of Social
Science
Plank & Minton & Reid.(1996). A short measure of perceived
empathy.Department of Marketing Wesfern Michigan University
Deparftnent of Retailing University of South Carolina.
Psychological Reports, 1996,79, 1219-1226.
Pratamawaty, B.B. (2017). Potensi konflik perkawinan lintas budaya perempuan
indonesia dan laki-laki bule.Kafa’ah Journal, 7 (1), 2017, (1-14)
Raes, F., Pommier, E., Neff, K., &Gucht, D. (2011).Construction and factorial
validation of a short form of the self-compassion scale.Clinical
Psychology & Psychotherapy. 18. 250-5. 10.1002/cpp.702.
Riess, H. (2017). The science of empathy.Journal of Patient Experience, 4(2), 74–
77. doi:10.1177/2374373517699267
Ruebelt, S. G., Singaravelu, H., Daneshpour, M., & Brown, C. M.
(2015).Exploration of cross-cultural couples’ marital adjustment:
Iranian american women married to European American men.
Current Psychology, 35(3), 437–449
Salovey, P.& Mayer, J.D. (1990).Emotional intelligence.Imagination, Cognition
And Personality, Vol. 9(3) 185-211, 1989-90
Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden,
C. J., & Dornheim, L. (1998). Development and validation of a
measure of emotional intelligence.Personality and Individual
Differences, 25(2), 167–177.doi:10.1016/s0191-8869(98)00001-4
86
Serpen, AS & Mackan, AC. (2017).The effect of problem solving skills and
resilience to the marital adjustment in old ages.The Eurasia
Proceedings Of Educational & Social Sciences (EPESS). Volume 7,
Pages 169-17
Shapira, L. B., & Mongrain, M. (2010).The benefits of self-compassion and
optimism exercises for individuals vulnerable to depression. The
Journal of Positive Psychology, 5(5), 377–389.
doi:10.1080/17439760.2010.516763
Smith, S., Maas, I., & van Tubergen, F. (2012).Irreconcilable differences? Ethnic
intermarriage and divorce in the netherlands, 1995–2008. Social
Science Research, 41(5), 1126–1137.
Spanier, G.B (1976). Measuring dyadic adjustment: new scales for assessing the
quality of marriage and similar dyads.Journal of Marriage and
Family,Vol. 38, No. 1 (Feb., 1976), pp. 15-28
Spreng, R. N., McKinnon, M. C., Mar, R. A., & Levine, B. (2009). The toronto
empathy questionnaire: scale development and initial validation of a
factor-analytic solution to multiple empathy measures. Journal of
Personality Assessment,91(1), 62–71. 10.1080/00223890802484381
Umberson, D., Williams, K., Powers, D. A., Chen, M. D., & Campbell, A. M.
(2005).As good as it gets? A life course perspective on marital
quality. Social Forces, 84(1), 493–511. doi:10.1353/sof.2005.0131
Waldman, K., & Rubalcava, L. (2005).Psychotherapy with intercultural couples: a
contemporary psychodynamic approach. American Journal of
Psychotherapy, 59(3), 227–245.
doi:10.1176/appi.psychotherapy.2005.59
Yizengaw, S. S., Kibret, B.T., Gebiresilus, A. G., Sewasew, D.T. (2014). Marital
adjustment among early, age-appropriate arranged and love matched
marriage, motta, north west Ethiopia. Journal of Social
Sciences.2(4): 65-73
https://www.census.gov/library/stories/2018/07/interracial-marriages.html
http://bali.tribunnews.com/2018/04/15/jadi-tren-perca-catat-1200-orang-wna-
terlibat-pernikahan-campur
https://www.finansialku.com/pernikahan-beda-budaya/
https://www.measureevaluation.org/prh/rh_indicators/gender/wgse/age-at-first-
marriage
87
Lampiran A : Kuesioner Penelitian
Saya, Fahira Alhadar mahasiswi semester VIII (Delapan) berasal dari
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menjalani tugas
akhir penelitian ilmiah.Dengan hormat saya, sangat berterima kasih atas sukarela
Anda yang telah mau menjadi salah satu responden dalam penelitian ilmiah
ini.Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda, dan semoga Anda selalu berada di
dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa dimanapun Anda berada.
Terima kasih, hormat saya
Fahira Alhadar.
Nama:
Usia:
Durasi Pernikahan:
Berasal dari negeri manakah suami Anda?
_________
Di bawah ini merupakan daftar pernyataan yang berkaitan dengan berbagai
aspek kehidupan pernikahan.Anda diminta membaca setiap pernyataan dengan
cermat.Kemudian beri tanda checklist pada kolom yang sesuai dengan
keadaan Anda.
1. SS= Sangat sesuai
2. S= Sesuai
3. TS= Tidak Sesuai
4. STS: Sangat Tidak Sesuai
Karena banyak dari pernyataan ini bersifat sangat pribadi, balasan Anda
akan dijaga kerahasiaannya. Jawab setiap pernyataan dengan terus terang
dan jujur. Terima kasih.
Skala 1
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Anda berdua lebih suka pergi bersama.
2 Anda berdua memiliki kepercayaan penuh satu
sama lain
3 Anda berdua berpikiran religius
4 Anda berdua sering merasa tertekan menyangkut
biaya pengeluaran keluarga)
5 Anda berdua sepakat bahwa merawat anak adalah
tanggung jawab bersama.
6 Anda berdua percaya akan keluarga berencana.
7 Anda berdua setuju bahwa Anda menikah pada usia
yang tepat.
8 Anda berdua merasa tidak lengkap ketika dituntut
untuk hidup sendiri.
9 Anda berdua menikmati seks sepenuhnya.
10 Anda berdua ingin menyimpan beberapa rahasia
88
pribadi Anda untuk diri sendiri.
11 Anda berdua mencoba secara maksimaldalam
menemukan waktu untuk Bersama.
12 Anda berdua saling menghormati anggota keluarga
satu sama lain.
13 Anda berdua bangga satu sama lain.
14 Anda berdua mencoba menyelesaikan masalah
keluarga Anda bersama.
15 Anda berdua memperlakukan masing-masing lebih
seperti seorang teman daripada suami istri.
16 Anda berdua sering saling memuji.
17 Anda berdua saling memperhatikan minat,
kebiasaan, dan kesukaan masing-masing
18 Anda berdua memiliki pandangan yang sama
tentang jumlah anak dalam keluarga
19 Anda berdua sering ber-adu argumen mengenai
masalah ruamh tangga.
20 Anda berdua saling memenuhi kebutuhan dan
kepuasan masing-masing dalam masalah seksual
21 Anda berdua merasa telah melakukan hal yang
benar sehingga Anda menikah satu sama lain.
22 Anda berdua merasa cukup sedih apabila sedang
tidak bersama
23 Anda berdua sepakat bahwa pernikahan
memberikan seks yang paling membahagiakan
24 Anda berdua memiliki minat dan bakat yang sama.
25 Anda berdua berusaha mempertahankan kebaruan
dalam hubungan seksual Anda.
Isilah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar, jika anda sangat
setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada kolom SS, jika
anda setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada kolom S,
jika anda tidak setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada
kolom TS, jika anda sangat tidak setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda
checklist pada kolom STS.
Perlu diperhatikan pada semua item pernyataan telah terisi dengan diberi
tanda checklist, serta tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena semua
pernyataan yang anda berikan tidak ada yang salah.
Skala 2
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tahu kapan harus berbicara tentang masalah
pribadi saya kepada orang lain.
2 Ketika saya dihadapkan dengan rintangan, saya
ingat saat saya menghadapi rintangan yang sama
89
dan teratasi
3 Saya berharap saya akan berhasil dengan baik pada
sebagian besar hal yang saya coba.
4 Orang lain merasa mudah untuk percaya pada saya
5 Saya merasa sulit untuk memahami pesan non-
verbal orang lain *
6 Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya telah
mengarahkan saya untuk mengevaluasi kembali apa
yang penting dan tidak penting
7 Ketika suasana hati saya berubah, saya melihat
kemungkinan-kemungkinan baru
8 Gairah adalah salah satu hal yang membuat hidup
saya layak dijalani.
9 Saya menyadari emosi saya ketika saya
mengalaminya
10 Saya mengharapkan hal-hal baik terjadi
11 Saya suka berbagi emosi dengan orang lain
12 Ketika saya mengalami perasaan positif, saya tahu
bagaimana membuatnya bertahan lama
13 mengadakan acara yang orang lain nikmati
14 Saya mencari kegiatan yang membuat saya bahagia.
15 Saya mengetahui pesan non-verbal yang saya
sampaikan ke orang lain.
16 Saya menampilkan diri saya dengan cara yang
membuat kesan baik pada orang lain
17 Ketika saya dalam suasana hati yang positif,
menyelesaikan masalah adalah mudah bagi saya
18 Dengan melihat ekspresi wajah mereka, saya
mengenali emosi yang dialami orang-orang
19 Saya tahu penyebab emosi saya berubah
20 Ketika saya dalam suasana hati yang positif, saya
dapat menemukan ide-ide baru
21 Saya memiliki kendali atas emosi saya
22 Saya dengan mudah mengenali emosi saya ketika
saya mengalaminya
23 Saya memotivasi diri sendiri dengan
membayangkan hasil yang baik untuk tugas yang
saya ambil
24 Saya memuji orang lain ketika mereka telah
melakukan sesuatu dengan baik
25 Saya mengetahui pesan non-verbal yang dikirim
orang lain
26 Ketika orang lain memberi tahu saya tentang
peristiwa penting dalam hidupnya, saya hampir
merasa seolah-olah saya sendiri pernah mengalami
90
peristiwa ini
27 Ketika saya merasakan perubahan emosi, saya
cenderung memunculkan ide-ide baru
28 Ketika saya dihadapkan dengan tantangan, saya
menyerah karena saya yakin saya akan gagal
29 Saya tahu apa yang orang lain rasakan hanya
dengan melihat mereka.
30 Saya membantu orang lain merasa lebih baik ketika
mereka sedang down
31 Saya menggunakan suasana hati yang baik untuk
membantu diri saya terus berusaha dalam
menghadapi rintangan
32 Saya bisa tahu bagaimana perasaan orang-orang
dengan mendengarkan nada suara mereka
33 Sulit bagi saya memahami apa yang orang lain
rasakan atas apa yang terjadi pada mereka?
Skala 3
Isilah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar, jika anda sangat setuju
pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada kolom SS, jika anda
setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada kolom S, jika
anda sangat tidak setuju pada pernyataan tersebut berilah tanda checklist pada
kolom STS.
Perlu diperhatikan pada semua item pernyataan telah terisi dengan diberi tanda
checklist, serta tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena semua pernyataan
yang anda berikan tidak ada yang salah.
NO PERNYATAAN SS S ? TS STS
1 Pasangan saya mengerti saya dan perasaan saya"
2 Saya sering memiliki perasaan buruk ketika
berhadapan dengan pasangan saya*
3 Pasangan saya sangat mengerti perasaan saya
tentang sistuasi yang saya hadapi
4 Saya merasa bahwa saya sealiran dengan
pasangan saya
5 Pasangan saya tidak mengerti bagaimana saya
berpikir*
6 Pasangan saya mengerti bagaimana saya
membuat keputusan
7 Pasangan saya sepertinya merasakan apa yang
saya butuhkan ketika kita berbicara
8 Pasangan saya selalu mengerti apa yang saya
butuhkan
91
Skala 4
Harap baca setiap pernyataan dengan cermat sebelum menjawab. Di sebelah
kanan setiap pernyataan, berilah tanda checklist pada kolom yang sesuai
dengan diri anda, ketika anda berada dalam masa sulit.
NO PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1 Ketika saya gagal pada sesuatu yang
penting bagi saya, saya menjadi
terbawa oleh perasaan kekurangan
saya.
2 Saya mencoba memahami dan sabar
terhadap aspek-aspek kepribadian yang
tidak saya sukai.
3 Ketika sesuatu hal menyakitkan
terjadi, saya mencoba melihat situasi
secaraobjektif/proporsional
4 Ketika sedih, saya cenderung merasa
kebanyakan orang lain mungkin
lebih bahagia dari pada saya.
5 Saya mencoba melihat kegagalan
sebagai kondisiyang wajar
6 Ketika saya sedang menghadapi masa
masa sulit, saya memberikan diri saya
perhatian dan kelembutan yang saya
butuhkan.
7 Ketika ada sesuatu yang
mengganggu saya, saya berusaha
menyeimbangkan emosi.
8 Ketika saya gagal pada sesuatu hal
penting, saya cenderung merasa
sendirian dalam kegagalan saya.
9 Ketika saya merasa sedih, saya
cenderung terobsesi dan terpaku
pada semua kesalahan.
10 Ketika saya merasa tidak cukup
dalam beberapa hal, saya
mengingatkan diri saya bahwa
perasaan itu juga dirasakan oleh
kebanyakan orang.
11 Saya tidak bisa menerima dan
menyalahkan diri saya terhadap
kekurangan dan kelemahan yang
saya miliki.
12 Saya tidak menghargai dan tidak
berlapang dada atas kepribadian
yang tidak baik yang saya miliki.
92
Lampiran B: Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Penyesuaian Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENYESUAIANPERNIKAHAN DA NI=25 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 PM SY FI=PENYESUAIANPERNIKAHAN.COR MO NX=25 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PENYESUAIANPERNIKAHAN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21 1 LX 22 1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 FR TD 2 1 TD 22 21 TD 24 3 TD 21 20 TD 4 3 TD 14 10 TD 17 10 TD 15 2 TD 19 15 TD 20 5 TD 8 7 TD 13 6 FR TD 24 4 TD 25 24 TD 22 20 TD 9 7 TD 7 1 TD 23 8 TD 25 14 TD 16 15 TD 22 16 TD 23 14 TD 16 14 FR TD 21 15 TD 15 5 TD 18 14 TD 20 18 TD 25 15 TD 18 2 TD 12 9 TD 12 8 TD 10 9 TD 20 9 TD 19 17 FR TD 20 10 TD 15 1 TD 19 6 TD 24 17 TD 17 3 TD 23 19 TD 18 17 TD 22 12 TD 22 11 TD 16 4 TD 25 7 FR TD 25 9 TD 14 11 TD 23 21 TD 25 21 TD 17 5 TD 14 6 TD 6 3 TD 6 1 TD 10 2 TD 19 2 TD 20 14 FR TD 5 3 TD 24 15 TD 24 18 TD 23 21 TD 23 1 TD 16 2 TD 4 1 TD 12 1 TD 25 3 TD 25 2 TD 13 3 TD 4 2 FR TD 24 7 TD 7 3 TD 23 2 TD 25 1 TD 14 7 TD 14 8 TD 10 8 TD 20 12 TD 6 5 TD 11 5 TD 20 11 TD 18 11 TD 21 11 FR TD 10 4 TD 3 1 TD 3 2 PD OU SS TV MI AD=OFF
93
94
Hasil Uji Validitas Empati Pasangan
UJI VALIDITAS KONSTRUK EMPATIPASANGAN DA NI=8 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=EMPATIPASANGAN.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK EMPATIPASANGAN FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 6 1 TD 8 3 TD 8 2 PD OU SS TV MI
95
Hasil Uji Validitas Penggunaan Emosi
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGGUNAANEMOSI DA NI=10 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=PENGGUNAANEMOSI.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PENGGUNAANEMOSI FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 7 1 TD 7 6 TD 8 7 TD 10 8 TD 10 9 TD 10 6 TD 10 4 TD 6 2 PD OU SS TV MI
96
Hasil Uji Validitas Pengungkapan Emosi
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGUNGKAPANEMOSI DA NI=13 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 PM SY FI=PENGUNGKAPANEMOSI.COR MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PENGUNGKAPANEMOSI FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 FR TD 11 7 TD 5 4 TD 7 5 TD 10 5 TD 5 1 TD 13 12 TD 6 5 TD 11 3 TD 12 11 TD 12 8 TD 7 6 TD 11 8 FR TD 10 1 TD 13 1 TD 5 2 TD 9 5 TD 13 10 TD 8 3 TD 7 3 TD 9 1 PD OU SS TV MI
97
Hasil Uji Validitas Pengaturan Emosi
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGATURANEMOSI DA NI=10 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 PM SY FI=PENGATURANEMOSI.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PENGATURANEMOSI FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR TD 8 5 TD 2 1 TD 10 9 TD 9 3 TD 9 6 TD 4 1 TD 10 8 TD 8 7 TD 8 3 PD OU SS TV MI
98
Hasil Uji Validitas Self Compassion
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELFCOMPASSION DA NI=12 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 PM SY FI=SELFCOMPASSION.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK SELFCOMPASSION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 FR TD 10 1 TD 11 10 TD 11 2 TD 10 6 TD 6 1 TD 4 3 TD 12 5 TD 6 5 TD 11 8 TD 10 8 TD 9 8 FR TD 5 2 TD 11 3 TD 11 9 TD 9 6 TD 8 6 TD 12 2 TD 11 1 TD 11 6 TD 5 4 TD 8 1 TD 4 1 TD 2 1 FR TD 10 2 PD OU SS TV MI AD=OFF
99
Lampiran C : Hasil Analisis Data
Deskritptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Penyesuaian_Pernikahan 220 2.42 61.55 50.0000 9.43121 88.948
EMPATIPASANGAN 220 16.52 65.20 50.0000 9.43185 88.960
Self_Compassion 220 20.50 68.02 50.0000 8.99231 80.862
penggunaan_emosi 220 29.07 64.99 50.0000 8.92858 79.720
Pengungkapan_Emosi 220 26.67 68.59 50.0000 9.23375 85.262
Pengaturan_Emosi 220 29.28 65.44 50.0000 8.74306 76.441
Valid N (listwise) 220
Regresi Bersama
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Durasi_Pernikahan,
Pengungkapan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah,
EMPATIPASANGAN,
Self_Compassion,
penggunaan_emosi,
Pengaturan_Emosib
. Enter
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Pernikahan
b. All requested variables entered.
100
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .657a .431 .413 7.22815 .431 22.977 7 212 .000
a. Predictors: (Constant), Durasi_Pernikahan, Pengungkapan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah, EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi, Pengaturan_Emosi
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8403.367 7 1200.481 22.977 .000b
Residual 11076.199 212 52.246
Total 19479.566 219
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Pernikahan
b. Predictors: (Constant), Durasi_Pernikahan, Pengungkapan_Emosi, Usia_Saat_Menikah,
EMPATIPASANGAN, Self_Compassion, penggunaan_emosi, Pengaturan_Emosi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.602 4.109 3.553 .000
EMPATIPASANGAN .526 .057 .526 9.252 .000
Self_Compassion -.006 .059 -.005 -.094 .925
penggunaan_emosi .105 .090 .099 1.166 .245
Pengungkapan_Emosi -.167 .075 -.163 -2.220 .027
Pengaturan_Emosi .295 .094 .273 3.137 .002
Usia_Saat_Menikah -.757 .663 -.061 -1.141 .255
Durasi_Pernikahan -.492 .435 -.064 -1.130 .260
a. Dependent Variable: Penyesuaian_Pernikahan
101
Regresi Proporsi
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .607a .369 .366 7.51173 .369 127.223 1 218 .000
2 .607b .369 .363 7.52902 .000 .000 1 217 .995
3 .630c .397 .388 7.37566 .028 10.118 1 216 .002
4 .632d .399 .388 7.37697 .003 .923 1 215 .338
5 .652e .425 .412 7.23178 .026 9.720 1 214 .002
6 .654f .428 .412 7.23287 .003 .935 1 213 .335
7 .657g .431 .413 7.22815 .003 1.278 1 212 .260
a. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN
b. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion
c. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi
d. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi, Pengungkapan_Emosi
e. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi, Pengungkapan_Emosi, Pengaturan_Emosi
f. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi, Pengungkapan_Emosi, Pengaturan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah
g. Predictors: (Constant), EMPATIPASANGAN, Self_Compassion,
penggunaan_emosi, Pengungkapan_Emosi, Pengaturan_Emosi,
Usia_Saat_Menikah, Durasi_Pernikahan