LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

25
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN (Individu) KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN : 2015 SUB UNIT : II (Kebutuh) UNIT : JTG-05 15.T.289 Kertosari KECAMATAN : Kalibening KABUPATEN : Banjarnegara PROVINSI : Jawa Tengah Disusun Oleh : Nama Mahasiswa : Farah Fahira Nomor Mahasiswa : 12/329751/TK/39035 SUBDIREKTORAT KKN Kode : KKN PPM-UGM-

Transcript of LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Page 1: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN(Individu)

KULIAH KERJA NYATAPEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS GADJAH MADATAHUN : 2015

SUB UNIT : II (Kebutuh)UNIT : JTG-05 15.T.289 KertosariKECAMATAN : KalibeningKABUPATEN : BanjarnegaraPROVINSI : Jawa Tengah

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Farah FahiraNomor Mahasiswa : 12/329751/TK/39035

SUBDIREKTORAT KKNDIREKTORAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2015

Kode : KKN PPM-UGM-16

Page 2: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

I. PENDAHULUANKabupaten Banjarnegara merupakan salah satu

wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi. Bencana ini tak hanya sekali terjadi di Banjarnegara. Awal 2006 lalu, terjadi longsor di Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu yang menewaskan 90 orang. Di akhir tahun 2014, longsor melanda Dusun Jemblung, Kecamatan Karangkobar yang menewaskan 108 korban. Di Banjarnegara, 12 dari 20 kecamatan merupakan kawasan rawan longsor. Terlebih, wilayah potensial longsor tersebut justru digunakan oleh masyarakat sebagai pemukiman dan diolah sedemikian rupa sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Adanya resiko bencana tersebut harus dikelola secara partisipatif oleh masyarakat supaya terbentuk masyarakat tanggap bencana.

Potensi rawan longsor ini pun terjadi di Kecamatan Kalibening, yang merupakan wilayah berbukit-bukit dan memiliki kecenderungan tanah yang mudah bergerak. Pada 25 Desember 2014, masyarakat Desa Kertosari diungsikan sementara karena adanya tanah bergerak. Upaya pencegahan telah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan memasang landslide early warning system (LEWS) di Desa Kertosari karena dianggap sebagai daerah yang paling rawan bencana tanah longsor. Sebagai sebuah desa yang termasuk ke dalam kategori wilayah rawan bencana, Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening, sudah selayaknyalah membangun sebuah sistem manajemen bencana yang maksimal supaya dapat meminimalisir resiko yang harus ditanggung masyarakat. Terdapat dusun-dusun terutama yang akan difokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat dalam mitigasi bencana longsor ini. Dusun tersebut yakni Kemranggen, Kebakalan, Kebutuh, dan Gunung Tawang yang mempunyai potensi rawan tanah longsor yang cukup besar. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku tanggap bencana menjadi alasan mendasar diselenggarakannya KKN di Desa Kertosari tersebut.Mengingat resiko bencana tersebut, kami merasa perlu untuk melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Kertosari sebagai upaya mitigasi bencana. Adapun tujuan

Page 3: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

yang ditentukan dalam KKN ini adalah menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat supaya menjadi masyarakat yang tanggap bencana, melalui pemberdayaan masyarakat dalam manajemen bencana. Tujuan besar dari KKN ini adalah meminimalisir dampak atau resiko yang dapat menimpa masyarakat sehingga diperlukan langkah-langkah yang melibatkan masyarakat dalam prosesnya sesuai konteks tradisi masyarakat setempat.

Target yang diharapkan dalam pelaksanaan KKN ini adalah terbentuknya masyarakat yang tanggap bencana dengan didorong adanya sarana prasarana yang memadai dalam proses manajemen bencana. Selain itu, secara teknis, target yang diharapkan di setiap program yang ditawarkan tersebut masyarakat dapat ambil bagian (berpartisipasi) dengan cara mengikuti program tim KKN. Secara garis besar, program utama yang akan ditawarkan oleh tim KKN adalah upaya mitigasi bencana yang dilakukan dengan metode pemberdayaan masyarakat daerah rawan longsor. Dengan metode pelibatan masyarakat diharapkan program yang telah dilaksanakan dapat berkelanjutan dengan kemandirian masyarakat. Selain itu, kami akan melakukan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat desa Kertosari mengenai cara kerja alat deteksi dini tanah longsor yang telah dipasang oleh BNPB, serta hal-hal yang perlu disiapkan atau simulasi jika bencana tanah longsor terjadi. Hal ini dilakukan sebagai langkah preventif bagi masyarakat agar lebih siap jika sewaktu-waktu alat deteksi dini tanah longsor berbunyi.

II. PEMBAHASAN1. Pengayaan batin dan petualangan kemanusiaan

Menjalani kehidupan sehari-hari pada dusun Kebutuh dan dusun Gunung Tawang saya memperoleh pengayaan batin dan petualangan kemanusiaan yang sangat berarti. Budaya masyarakat pada desa Kertosari sangat berbeda dengan budaya kehidupan sehari-hari di Yogyakarta. Budaya yang dimiliki disini sangat menghormati sesama, Meskipun kami tim KKN harus beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda, warga desa Kertosari sangat menyambut kami dengan hangat dan antusias. Warga desa Kertosari sangat kritis, tanggap dan antusias terhadap program yang kami bawa untuk

Page 4: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

desa Kertosari. Melihat warga yang sangat antusias dengan program kami, kami sangat bersyukur dan bersemangat untuk menjalani program-program yang sudah direncanakan. Warga dusun Kebutuh dan dusun Gunung Tawang selalu membantu kami pada pelaksanaan program.

2. Keterlibatan dalam masyarakatProgram TIM KKN ini bertemakan Mitigasi Bencana Longsor melalui Pemberdayaan Masyarakat antara lain melakukan pengembangan sarana kebencanaan, Sosialisasi bencana longsor bagi anak dan remaja, simulasi longsor, Sosialisasi alat Early Warning System (Alat pendeteksi longsor) bagi tim siaga dusun Kebakalan, Penyusunan Monografi desa dan masih banyak lagi. Dalam program yang kami selenggarakan, warga desa Kertosari sangat antusias dalam mengikutinya, begitupun juga saya sebagai anggota tim KKN tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh desa Kertosari salah satu kegiatannya adalah pada saat desa ini memiliki sebuah pertandingan sepak bola, maka saya sebagai tim KKN dapat membantunya menjadi tim medis bagi pemain sepak bola. Akan tetapi keterlibatan saya dalam masyarakat berbeda-beda setiap dusunnya, saya lebih memprioritaskan dusun Kebutuh yaitu dimana tim sub unit saya mengabdi.

3. Hambatan/TantanganKendala pada saat pelaksanaan program sangat banyak, salah satu kendalanya adalah kurang tersedianya transportasi baik umum maupun pribadi sehingga kendaraan pribadi harus dibagi menjadi 4 dusun yaitu dusun kemranggen, kebutuh, kebakalan dan gunung tawang. Selain keterbatasan kendaraan pribadi, jarak dusun dan pondokkan tim kkn cukup jauh untuk dicapai dengan berjalan kaki. Selain itu hambatan pada pelaksanaan program adalah wadah untuk melakukan sosialisasi, rumah-rumah di desa Kertosari jarang yang memiliki lahan luas untuk menampung peserta sosialisasi yang membengkak, sehingga diperlukannya berfikir keras bagi anggota tim KKN agar peserta yang membengkak tetap cukup ditempatkan di wadah yang luasan lahannya apa adanya.

Page 5: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

4. Hasil kegiatanA. (3.14.02) Sosialisasi Bencana Longsor bagi Anak

Sosialisasi kebencanaan untuk anak yang diadakan di SD Negeri 1 Kertosari dan SD Negeri 2 Kertosari disambut dengan cukup baik oleh para guru dan anak-anak. Anak-anak SD Negeri 2 Kertosari mengaitkan longsor dengan dusun Kebakalan, sebab anak-anak dusun Kebakalan bersekolah di SD Negeri 2 Kertosari dan ada legenda tentang longsor di Gunungtawang. Berbeda dengan anak-anak SD Negeri 2 Kertosari, anak-anak SD Negeri 1 Kertosari lebih banyak mengaitkan longsor dengan dusun Jemblung karena lebih dekat lokasinya walaupun dusun Kebakalan berada di desa yang sama.

Peserta dibagi ke dalam 4 kelompok untuk penjelasan tentang materi longsor dan evakuasi. Setelah itu, peserta dikumpulkan kemudian dibagi menjadi 12 kelompok di SD Negeri 2 Kertosari dan 8 kelompok di SD Negeri 1 Kertosari untuk melakukan permainan simulasi.

Sosialisasi hari pertama, tanggal 4 Agustus 2015, di SD Negeri 2 Kertosari dihadiri oleh 64 anak kelas 4, 5, dan 6. Anak-anak cukup senang dengan permainan simulasi yang diadakan. Mereka memperhatikan juga bahwa di Kebakalan telah dipasang tanda evakuasi yang gambarnya ditunjukkan oleh trainer dan digunakan dalam permainan.

Sosialisasi hari kedua, tanggal 5 Agustus 2015, di SD Negeri 1 Kertosari dihadiri oleh 44 anak kelas 4, 5, dan 6. Anak-anak memperhatikan para trainer di tiap kelompok. Anak-anak cukup memahami definisi longsor dan cara evakuasinya.

Duduk melingkar bersama kawan-kawan dan belajar bersama ternyata bisa membuat anak-anak memahami definisi longsor dan benda apa yang harus dibawa ketika evakuasi. Setelah permainan simulasi, anak-anak jadi paham apa saja yang harus dilakukan ketika evakuasi secara sederhana.

Anak-anak bisa memahami bahaya longsor dan cara evakuasi secara menyenangkan dengan belajar dalam kelompok dan bermain bersama-sama. Peraga gambar cukup membuat anak-anak memahami jenis-jenis bencana serta benda apa saja yang harus dibawa ketika evakuasi. Komando sederhana ketika permainan ternyata cukup mampu mengajarkan prosedur evakuasi yang rumit pada anak-anak.

Page 6: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

B. (3.14.02) Sosialisasi Bencana Longsor bagi Remaja Sosialisasi Bencana Longsor bagi Remaja merupakan

kegiatan peningkatan kesadaran bencana longsor melalui sosialisasi secara interaktif dan simulasi berbasis kelompok sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015 dari pukul 15.30 hingga 17.30 dengan sasaran remaja desa Kertosari pada umumnya dan remaja dusun kebakalan pada khususnya dengan jumlah peserta sekitar 45 orang yang bertempat di rumah Pak Tikno (Pondokan Putra KKN PPM UGM). Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama mahasiswa KKN UGM dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Banjarnegara.

Secara umum, pelaksanaan kegiatan sosialisasi bencana longsor bagi remaja berjalan dengan lancar. Pihak PMI juga mampu mengelaborasikan materi dengan sangat baik sehingga peserta sosialisasi dapat dengan mudah menerima materi. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah berkurangnya jumlah pemuda di Dusun Kebakalan yang notabene merupakan sasaran utama. Banyak pemuda di tanggal tersebut sudah kembali bekerja di perantauan.

Kegiatan sosialisasi bagi remaja yang ini mendapat antusias yang sangat baik dari kalangan masyarakat, khususnya pemuda-pemudi. Kegiatan sosialisasi ini menjadi sarana remaja ataupun pemuda/pemudi untuk mendapatkan pengetahuan di luar sekolah formal. Selain berhasil meningkatkan pengetahuan remaja tentang bencana longsor, kegiatan ini terbukti berhasil mendekatkan mahasiswa dengan remaja sekitar dan memberi informasi penting bagi masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan bencana.

C. (3.14.02) Sosialisasi Bencana Longsor bagi Dewasa dan Lansia

Pada hari Sabtu, 8 Agustus 2015 telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Bencana Longsor bagi Dewasa dan Lansia oleh Tim KKN PPM UGM JTG-05. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program pokok Peningkatan kesadaran bencana longsor melalui sosialisasi secara interaktif dan simulasi berbasis kelompok sosial. Kegiatan ini diikuti oleh 112 orang dewasa dan lansia.

Page 7: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Peserta tersebut kebanyakan datang dari Dusun Kebakalan dan perwakilan dari Dusun lain di Desa Kertosari. Dalam kegiatan ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara mendukung kegiatan kami dengan menjadi pemateri dan memberikan dukungan finansial untuk menyediakan konsumsi bagi warga peserta sosialisasi.

Meskipun pada awalnya dijadwalkan akan dimulai pada pukul 13.00, namun karena adanya beberapa kendala, kegiatan baru dapat dilaksanakan pukul 13.30. Kendala tersebut diantaranya adalah pemateri yang datang terlambat dan masyarakat yang cenderung untuk saling menunggu untuk hadir dalam sosialisasi. Sebagai solusi, tim KKN mengajak serta remaja Dusun Kebakalan untuk membantu menjemput warga supaya hadir dalam kegiatan ini. Ternyata, antusiasme warga Dusun Kebakalan sangat tinggi terhadap kegiatan ini, terbukti bahwa dalam satu rumah tangga, jumlah dewasa dan lansia yang hadir bisa mencapai 2 hingga 3 orang.

Dalam kesempatan ini, Tim KKN berhasil memberikan edukasi terkait tanah longsor bagi warga Dusun Kebakalan. Sebagai pengantar, perwakilan mahasiswa memberikan pemahaman dasar terkait longsor, penyebab, dan cara menanggulanginya. Selanjutnya, BPBD memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan bencana, serta materi mengenai Desa Tangguh Bencana. Masyarakat mengikuti kegiatan hingga akhir dan pada sesi terakhir kegiatan, Tim KKN, pihak BPBD sebagai mitra, dan masyarakat melakukan kegiatan foto bersama.

D. (1.5.07) Pembaharuan Plang Evakuasi Kegiatan Pengembangan Sarana Kebencanaan terbagi

menjadi empat pembaharuan salah satunya adalah pembaharuan plang evakuasi. Pembaharuan plang evakuasi dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2015 oleh mahasiswa KKN dibantu dengan pemuda desa khususnya pada dusun Kebakalan dimana tempat tersebut adalah daerah rawan longsor. Kegiatan pemasangan plang evakuasi dibagi menjadi 5 kelompok, pembagian tersebut ditentukan berdasarkan gang pada dusun kebakalan. Pada setiap kelompoknya terdapat penanggung jawab 2 orang yang berasal dari tim KKN.

Page 8: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Hambatan dari pembaharuan plang evakuasi adalah pada tahap pengecatan dan diberi piloks karena cuaca di desa Kertosari sangat lembab sehingga proses pengeringan setelah pengecatan sangat sulit.

Hasil kegiatan Pembaharuan plang evakuasi adalah terpasangnya 12 plang evakuasi yang terbuat dari besi, dipasang di setiap persimpangan pada dusun Kebakalan mengararah evakuasi menuju meeting point

E. (1.5.07) Pembaharuan Plang Meeting PointKegiatan Pengembangan Sarana Kebencanaan terbagi

menjadi empat jenis pembaharuan sarana dan prasarana, salah satunya adalah pembaharuan plang meeting point (titik kumpul). Pembaharuan plang meeting point dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2015 oleh mahasiswa KKN dibantu dengan pemuda desa Kertosari khususnya pada dusun Kebakalan dikarenakan dusun tersebut adalah daerah rawan longsor. Kegiatan pemasangan plang meeting point dibagi menjadi 3 titik, pembagian tersebut ditentukan atas dasar aksesibilitas serta luas area. Pada setiap titiknya terdapat seorang penanggung jawab yang berasal dari tim KKN.

Hambatan dari pembaharuan plang meeting point kurang lebih sama dengan hambatan dalam pembuatan plang jalur evakuasi, yakni pada tahap pengecatan dan saat diberi piloks karena cuaca di desa Kertosari sangat lembab sehingga proses pengeringan setelah pengecatan sangat sulit. Pada tahap pemasangan khususnya pada saat penggalian tanah banyak terdapat saluran pipa air bersih; sehingga ada pipa saluran air bersih pada beberapa titik pemasangan yang terkena alat penggalian lubang (baik cangkul mau pun linggis) sehingga pemasangan plang meeting point terhambat selama beberapa puluh menit untuk memperbaiki saluran pipa yang bocor.

Hasil kegiatan Pembaharuan plang meeting point adalah terpasangnya 3 plang meeting point yang terbuat dari besi, dipasang di 3 titik yakni di depan rumah Bapak Sumar, di depan SDN 2 Kertosari, dan di persimpangan jalan turun menuju dusun Gunung Tawang.

Page 9: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

F. (3.11.04) Pembaharuan Peta Jalur EvakuasiPembaharuan peta jalur evakuasi bencana tanah longsor

untuk dusun Kebakalan, desa Kertosari dilakukan pada pada hari minggu tanggal 2 Agustus 2015. Kegiatan pemasangan dilakukan bersama dengan pemasangan plang jalur evakuasi, plang titik kumpul, dan papan program tetap evakuasi. Namun rangkaian pembaharuan peta jalur evakuasi telah dilakukan sejak pemberangkatan KKN pada tanggal 1 Juli 2015. Kegiatan awal berupa penyusunan ulang dari peta evakuasi dalam bentuk digital dan percetakan peta jalur evakuasi sebanyak 15 buah. Penyusunan ulang peta jalur evakuasi bekerjasama dengan DPL dan Tim Riset Tanah Longsor Fakultas Teknik UGM. Percetakan peta jalur evakuasi dilakukan di Yogyakarta. Rangkaian pembaharuan peta jalur evakuasi dilanjutkan di lokasi KKN pada tanggal 16 Juli 2015 dengan agenda pemesanan dan pembuatan rangka kayu sebagai papan pemasangan peta jalur evakuasi. Rangka kayu yang dipesan sejumlah 8 buah. Proses pembuatan rangka kayu berjalan efektif dari tanggal 24 Juli – 1 Agustus 2015. Pada tanggal 2 Agustus telah dipasang 6 peta jalur evakuasi dengan rincian 5 peta menggunakan papan rangka kayu dan 1 peta dipasang pada dinding pada pos siaga.

Proses pemasangan peta jalur evakuasi dilakukan bersama secara gotong royong dengan pemuda dan warga dusun Kebakalan, desa Kertosari. Peserta pemasangan peta jalur evakuasi dari pihak warga dusun Kebakalan sebanyak 35 orang. 3 peta beserta rangka kayu dan 6 peta tanpa rangka kayu belum dipasang dan berfungsi sebagai peta cadangan yang diberikan kepada pihak desa dan tim siaga bencana longsor.

Hambatan dalam kegiatan pembaharuan peta jalur evakuasi antara lain waktu dan sumberdaya yang terbatas untuk pembuatan papan rangka kayu. Sehingga dalam pembuatan rangka kayu dilakukan oleh tukang kayu setempat. 3 papan rangka kayu terlambat dipasang, sehingga pada hari pelaksanaan hanya 5 papan rangka kayu yang digunakan.

Pembaharuan peta jalur evakuasi bencana tanah longsor dusun Kebakalan, desa Kertosari bermitra dengan banyak pihak, antara lain DPL Bapak Wahyu Wilopo dan Tim Riset Tanah Longsor Fakultas Teknik UGM. Sumber dana percetakan

Page 10: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

dan pembuatan rangka kayu dibiayai dari mitra PoHA IIS HI-UGM yang bekerjasama dengan RESPECT – Osaka University, Jepang. Kemitraan dalam bantuan teknis pembuatan rangka kayu dibantu oleh Bapak Supri warga dusun Gunung Tawang.

Pada pelaksanaan pemasangan peta jalur evakuasi, partisipasi warga dusun Kebakalan sangat aktif. Warga dusun bersama mahasiswa-mahasiswa saling bekerjasama dan gotong royong memasang peta pada papan rangka kayu dan memasangnya di tanah.

G. (1.5.07) Pembaharuan Protap Evakuasi Desa Sesuai dengan tujuan KKN JTG-05 untuk memberdayakan

masyarakat Kertosari dalam kaitannya tentang mitigasi bencana longsor maka diperlukannya sarana prasarana yang mendukung. Pembuatan prosedur tetap evakuasi bencana longsor bertujuan untuk memberikan arahan yang jelas dan menjadi pedoman warga Dusun Kebakalan yang merupakan kawasan rawan bencana longsor khususnya pada Tim Siaga Bencana Dusun Kebakalan.

Program ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 2 Agustus 2015 di Dusun Kebakalan Desa Kertosari yang menjadi daerah rawan bencana longsor. Pembuatannya dalam bentuk spanduk yang ditempelkan pada papan kayu/triplek yang ditancapkan di tanah. Papan yang disediakan berjumlah lima papan dan dipasang pada titik-titik kumpul dan titik yang strategis agar mudah dilihat dan dipelajari warga. Pemasangannya dilaksanakan dengan gotong royong antara mahasiswa KKN dan warga Dusun Kebakalan pada pagi hari sampai siang hari bersamaan dengan pemasangan peta evakuasi, plang jalur evakuasi, dan plang titik kumpul.

Adapun hambatan yang dihadapi diantaranya persiapan yang belum cukup matang, beberapa peralatan yang kurang baik dalam kualitas ataupun jumlah, adanya keterlambatan dalam pembuatan papan kayu/triplek dari tukang kayu yang bersangkutan sehingga sedikit menghambat program. Dengan dipasangnya prosedur tetap, peta evakuasi, plang jalur evakuasi, dan titik kumpul harapannya dapat menjadi pedoman warga Dusun Kebakalan dalam kaitannya evakuasi apabila ada ancaman bencana longsor. Dan memberikan pengetahuan bagi

Page 11: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

warga Dususn Kebakalan akan pentingnya prosedur evakuasi yang benar untuk proses evakuasi.

H. (3.14.02) Pengembangan Media Untuk Public Awarenesss Terhadap Bencana

Kegiatan Pengembangan Media Public Awareness Terhadap Bencana Longsor dibagi menjadi dua bagian, penyusunan dan penyebarluasan media ke masyarakat Desa Kertosari. Penyusunan media dilaksanakan selama awal bulan Juli oleh mahasiswa dibawah bimbingan ahli kebencanaan longsor. Sedangkan penyebarluasan media dilaksanakan selama kegiatan sosialisasi bencana longsor (segmen anak-anak, remaja, dan dewasa). Penyusunan materi Public Awareness Terhadap Bencana Longsor ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan pengetahuan terkait bencana longsor. Terdapat materi terkait pengertian dasar bencana longsor, hal-hal yang tidak boleh dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor, tanda-tanda bencana longsor, dan tindakan yang harus segera dilakukan ketika terjadi bencana longsor.

Hasil kegiatan Pengembangan Media Public Awareness Terhadap Bencana Longsor ini adalah berupa poster (40 buah) dan flyer (500 buah) yang kemudian disebarluaskan ke seluruh masyarakat sebagai media wawasan kebencanaan.

I. (3.14.03) Sosialisasi Mengenai Cara Kerja dan Pemeliharaan EWS

Kegiatan ini didasarkan oleh keadaan geologi suatu daerah, dimana daerah tersebut memiliki kerentanan akan terjadinya bencana longsor. Adanya potensi negatif berupa longsor mendorong pihak BNPB dan Tim Longsor Fakultas Teknik UGM untuk memasang alat EWS (Early Warning System). Alat ini memiliki fungsi sebagai sistem peringatan dini bila terjadi bencana longsor. Namun kami dari pihak KKN-PPM Unit JTG-05 yang telah bekerjasama dengan BNPB memutuskan untuk memberikan pelatihan ataupun sosialisasi mengenai cara kerja dan pemeliharaan EWS. Program ini kami laksanakan dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat atas alat EWS yang terdapat di daerah mereka.

Page 12: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun Kebakalan, dimana di daerah tersebut memiliki potensi untuk terjadinya longsor dan pemasangan alat EWS berada di dusun tersebut. Kegiatan difokuskan pada sosialisasi mengenai pemahaman dasar mengenai bencana longsor dan juga pengetahuan mengenai alat EWS baik dari segi komponen penyusunnya dan juga cara kerja dari alat tersebut. Sosialisasi sendiri dilaksanakan oleh pihak mahasiswa KKN-PPM JTG-05.Pelaksanaan

Pelaksanaan dari program ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2015 dan bertempat di Dusun Kebakalan. Sebelum adanya kegiatan sosialisasi ini sebelumnya mahasiswa dari tim KKN-PPM JTG-05 telah diberikan pembekalan dari pihak tim riset bencana longsor Fakultas Teknik UGM. Sehingga ketika mahasiswa terjun langsung ke lapangan diharapkan mampu untuk menjelaskan mengenai cara kerja dari alat EWS dan cara pemeliharaannya. Kemudian pada bagian awal dari sosialisasi diberikan pula pemahaman dasar tentang mekanisme bencana longsor, ciri-ciri daerah rawan longsor, dan hal yang dapat memicu terjadinya bencana longsor. Hal ini dilakukan karena pihak mahasiswa merasa masyarakat pada Dusun Kebakalan masih kurang paham akan apa itu bencana longsor dan tanda-tandanya. Pemberian sosialisasi sendiri dilakukan oleh pihak mahasiswa KKN-PPM JTG-05. Tujuan dari program ini sendiri adalah agar masyarakat Dusun Kebakalan memiliki kesadaran akan adanya potensi bencana longsor di daerah mereka dan mampu menjadi masyarakat yang tanggap sekaligus siaga akan bencana longsor. Output yang diharapkan dari program ini adalah masyarakat Dusun Kebakalan mampu untuk memahami apa saja komponen yang terdapat pada alat EWS, bagaimana cara kerja dari alat EWS, dan cara pemeliharaan dari alat EWS itu sendiri.

J. (3.14.03) Pengadaan Buku Panduan EWS Kegiatan ini merupakan upaya pengadaan buku panduan

penggunaan dan perawatan bagi alat pendeteksi dini tanah longsor (Early Warning System) yang telah dipasang Tim Ahli Kebencanaan Tanah Longsor UGM di Dusun Kebakalan. Pengadaan buku panduan ini dilatar belakangi oleh masih kurangnya kemampuan maupun pengetahuan warga Dusun

Page 13: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Kebakalan dan Tim Siaga Bencana Dusun Kebakalan dalam mengoperasikan serta merawat alat EWS yang telah terpasang. Dengan diadakannya buku panduan tersebut, diharapkan warga maupun Tim Siaga Bencana Dusun Kebakalan Divisi Data dan EWS secara khusus dapat belajar lebih lagi dalam pengenalan sistem peringatan dini yang terdiri dari tiga buah alat yakni Rain Gauge, Ekstensiometer dan Tiltmeter.

Meskipun pihak BPBD secara rutin melakukan pengecekan Sistem EWS setiap sebulan sekali, akan lebih baik lagi apabila warga Dusun Kebakalan juga mampu melakukan perawatan mandiri terhadap sistem. Mengingat Kantor Pusat BPBD Banjarnegara yang terletak jauh dari wilayah longsor, tentu kesigapan warga harus lebih ditingkatkan dalam pengoperasian alat. Kemandirian warga tersebut nantinya akan membuat warga dapat turun tangan sendiri apabila terjadi kerusakan alat tanpa harus menunggu Tim BPBD. Oleh sebab itu, Buku Panduan EWS diharapkan dapat menjadi sarana belajar warga yang baik. Ditambah dengan kemauan kemandirian warga, niscaya alat EWS dapat terawat dan beroperasi secara maksimal.

Kegiatan dimulai dengan pengumpulan materi modul operasional sistem EWS yang dimiliki oleh Tim Ahli Kebencanaan Tanah Longsor UGM. Modul terdiri dari Operasional Sistem, Ekstensometer, Tiltmeter dan Rain Bucket secara terpisah. Untuk itu Kluster Sainstek menggabungkan kesemua modul tersebut menjadi satu bagian buku panduan sehingga dapat dibaca satu per-satu tanpa terpisah. Buku panduan berisikan spesifikasi setiap alat, cara pemakaian, cara perawatan, monitoring dan pengaktifan sistem online. Setelah dijadikan satu secara digital, buku panduan dibuatkan desain layout dan cover.

Setelah desain buku panduan selesai, pengadaan buku panduan masuk ke dalam tahap percetakan. Percetakan dilakukan sebanyak 5 kali dengan target untuk dibagikan kepada Tim Data dan EWS serta Ketua Tim Siaga Bencana Tanah Longsor Dusun Kebakalan.

Warga sangat antusias dengan pengadaan buku panduan tersebut, setiap perwakilan yang menerima buku tersebut kemudian akan membaca buku panduan untuk memperdalam

Page 14: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

pengetahuan dan perawatan Sistem EWS. Nantinya, buku panduan akan dibaca bergiliran serta dipraktekkan langsung di lapangan untuk mengecek performa EWS. Buku panduan akan lebih dipakai kemudian saat Sistem EWS dibuat terhubung dengan internet.

Setelah buku panduan selesai dicetak, buku panduan tersebut dibawa menuju lokasi KKN dan diserahkan setelahnya kepada Tim Siaga bersamaan dengan dilakukannya Sosialisasi Sistem Peringatan Dini (EWS). Diharapkan setelah Tim Siaga diberikan bekal pengetahuan dasar mengenai EWS, setiap elemen keanggotaan dapat mempelajarinya lebih lanjut lewat Buku Panduan EWS yang telah dihibahkan.

K. (3.11.03) Penyusunan Monografi DesaKegiatan Penyusunan Monografi Desa terbagi menjadi dua

rangkaian kegiatan. Diawali dengan pengambilan data oleh setiap anggota Tim KKN JTG-05 yang disebar ke empat dusun di Desa Kertosari selama satu minggu, yaitu pada tanggal 8 hingga 15 Juli 2015. Sedangkan bentuk kegiatan yang kedua, yaitu berupa pengolahan data hasil pengambilan data untuk dijadikan peta monografi yang menjadi gambaran keadaan penduduk seluruh dusun di Desa Kertosari.

Pelaksanaan kegiatan penyusunan monografi ini secara umum berjalan dengan baik dan lancar. Setiap anggota Tim KKN di ketiga sub-unit dapat dengan mudah mengambil data di setiap rumah. Kegiatan ini juga membantu Tim KKN untuk berkenalan dari pintu ke pintu sehingga dapat lebih membaur dengan warga. Tetapi dalam pengambilan data terkadang warga tidak menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh dan detail. Selain itu, ada beberapa rumah yang tidak dimintai data karena jarak yang tidak terjangkau dan waktu yang terbatas karena bersamaan dengan program lain.

Kegiatan pengambilan data monografi ini menjembatani Tim KKN untuk berkenalan dari pintu ke pintu sehingga dapat lebih membaur dengan warga. Penyusunan monografi merupakan sarana bagi Tim KKN dan seluruh warga untuk mengetahui kondisi masyarakat Desa Kertosari yang sesungguhnya.

L. (1.6.06) Pelatihan Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Anak-Anak

Page 15: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Pelatihan teknologi informasi untuk anak-anak di desa Kertosari dilaksanakan di tiga subunit KKN, yaitu subunit dusun Gunung Tawang – Kebakalan, subunit dusun Kebutuh, dan subunit dusun Kemranggen. Pelaksana pelatihan teknologi informasi tersebut adalah anggota di masing-masing subunit dan dibantu oleh anggota klaster sainstek. Persiapan pelatihan teknologi didahului oleh rapat klaster sainstek pada tanggal 23 Juli 2015. Rapat tersebut menghasilkan kesepakatan yaitu pelatihan teknologi informasi anak-anak dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kelompok belajar di masing-masing subunit, susunan panitia di masing-masing subunit yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pelatihan, dan tanggal pelaksanaan pelatihan di masing-masing subunit.

Materi pelatihan yang telah disepakati adalah pengenalan mengenai apa itu komputer dan bagian-bagiannya, dasar-dasar penggunaan komputer seperti cara menyalakan komputer dan cara menggunakan keyboard dan touchpad, serta pengenalan aplikasi komputer yaitu Microsoft Paint untuk anak-anak yang belum bisa membaca/menulis dan Microsoft Word untuk anak-anak yang sudah bisa menulis.

Secara keseluruhan, pelatihan teknologi informasi di ketiga subunit dapat dilaksanakan dengan lancar, walaupun dengan adanya beberapa kendala dan hambatan seperti keberagaman pengetahuan peserta terhadap komputer. Namun hal ini dapat diatas dengan membagi peserta ke dalam berberapa kelompok berdasarkan usia.

Kegiatan Pelatihan Teknologi Informasi untuk Anak-Anak berhasil meningkatkan pengetahuan dasar peserta akan penggunaan komputer. Selain itu, kegiatan ini memotivasi peserta untuk lebih peduli terhadap perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi.

M. (1.6.06) Pelatihan Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Remaja

Pelatihan teknologi informasi untuk dewasa di desa Kertosari dilaksanakan di tiga subunit KKN, yaitu subunit dusun Gunung Tawang – Kebakalan, subunit dusun Kebutuh, dan subunit dusun Kemranggen. Pelaksana pelatihan teknologi informasi tersebut adalah anggota di masing-masing subunit dan dibantu oleh anggota klaster sainstek.

Page 16: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc

Persiapan pelatihan teknologi didahului oleh rapat klaster sainstek pada tanggal 23 Juli 2015. Rapat tersebut menghasilkan kesepakatan yaitu pelatihan teknologi informasi dewasa dilaksanakan bergantian di tiap dusun selama bulan Agustus 2015. Materi pelatihan yang telah disepakati adalah pengenalan mengenai apa itu komputer dan bagian-bagiannya, dasar-dasar penggunaan komputer seperti cara menyalakan komputer dan cara menggunakan keyboard dan touchpad, serta pengenalan aplikasi komputer yaitu Microsoft Word.

Secara keseluruhan, pelatihan teknologi informasi di ketiga subunit dapat dilaksanakan dengan lancar, walaupun dengan adanya beberapa kendala dan hambatan seperti keberagaman pengetahuan peserta terhadap komputer. Namun hal ini dapat diatas dengan adanya pemandu yang mendampingi peserta mengikuti materi pelatiahan. Kegiatan Pelatihan Teknologi Informasi untuk Dewasa berhasil meningkatkan pengetahuan dasar peserta akan penggunaan komputer. Selain itu, kegiatan ini memotivasi peserta untuk lebih peduli terhadap perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi.

III. KESIMPULANKegiatan program yang dilakukan adalah mengenai perindangan dengan menggunakan bibit tanaman buah serta pembuatan pupuk organik/kompos. Desa Kertosari memiliki potensi alam yang cukup tinggi. Adanya penanaman pohon serta pembuatan kompos ini diharapkan mampu menjadikan masyarakat lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang ada, serta masyarakat dapat memanfaatkan potensi yang ada di desa Kertosari ini. Adanya KKN ini memberikan manfaat berupa pembelajaran dan pengalaman baru dari masyarakat.

IV. SARAN1. Pemilihan program yang dibuat adalah berdasarkan

kebutuhan dan permasalahan yang terdapat di desa ini, sehingga pada nantinya akan dapat bermanfaat.

2. Program dilakukan dengan rencana yang telah dirancang sehingga kemunduran dan penyelesaian program tidak menjadimasalah.

V. LAMPIRAN

Page 17: LPK individu Farah Fahira 29.08.15.doc