PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

12

Click here to load reader

Transcript of PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Page 1: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM

MIKRO

DI KOTA PASURUAN

(The influence of Green open Space to The Micro Climate in Pasuruan City)

Anugrah Teguh Prasetyo

Jurusan Geografi, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

Abstrak

Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk serta berbagai

aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau. Hal ini menyebabkan

menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim

mikro terutama peningkatan suhu dan penurunan kelembaban udara. Adanya keberadaan

suatu RTH berpengaruh terhadapa suhu dan kelembaban udara di suatu tempat. RTH di

Kota Pasuruan tiap tahun selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tercatat tinggal

45% atau 16,06 km2, namun pada tahun 2012 hanya tersisa 26,58%. Hal ini berpengaruh

terhadap suhu udara. Suhu udara di Kota Pasuruan selalu mengalami peningkatan, pada

tahun 2012 suhu rata-rata tercatat sebesar 31,30C, keberadaan RTH ikut mempengaruhi

keadaan suhu udara di kota Pasuruan dengan kekuatan korelasi cukup. Keberadaan RTH

tidak hanya mempengaruhi suhu udara tapi juga ikut mempengaruhi kelembaban udara di

Kota Pasuruan. Besar rata-rata kelembaban udara di Kota Pasuruan tahun 2012 sebesar

65,3%. Besar pengaruh RTH terhadap kelembaban udara di Kota Pasuruan yaitu

termasuk kekuatan korelasi cukup. Untuk menjaga kualitas iklim mikro di Kota Pasuruan,

maka Kota Pasuruan harus memiliki RTH ideal minimal sebesar 547,12 Ha dengan

kerapatan vegetasi 5 x 5 m, sehingga membutuhkan pohon sebanyak 252.768 pohon

dengan jenis vegetasi untuk taman kota.

Kata kunci: ruang terbuka hijau, iklim mikro, ruang terbuka hijau ideal

Abstract

Increasing the city's physical development, population growth and other city activities

leads to reduced green open space. This resulted in the environment that resulted in a

micro-climate change, especially rising temperatures and decreasing humidity. The

existence of influential terhadapa green open space temperature and humidity. Green

open space in Pasuruan each year is always decreasing. In 2007, there were 45% or 16.06

km2, but in 2012 left only 26.58%. It affects the air temperature. Temperatures in

Pasuruan always increase, in 2012 the average temperature was recorded at 31.30ºC, the

presence of green open space influence the state of the air temperature in the Pasuruan

City with the strength of the correlation enough. The presence of green open space not

only affects the air temperature but also humidity influence in Pasuruan. The average

humidity in Pasuruan in 2012 amounted to 65.3%. Green open space influence the

humidity in Pasuruan is including correlation strength enough. To maintain the quality of

the micro climate in Pasuruan, so Pasuruan should ideally have a green open space with a

minimum of 547.12 Ha with vegetation density 5 x 5 meters, requiring as many as

252,768 trees by tree vegetation to the city park.

Kata Kunci: green open space, micro climate, ideal green space

Page 2: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

A. PENDAHULUAN

Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk serta

berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota

(RTHK) dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan

terjadinya perubahan ekosistem alami. Keberadaan dari vegetasi yang berada di

RTHK dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, mampu merubah suhu

dan kelembaban udara juga mengurangi kecepatan angin (Martopo dkk, 1995).

Berkurangnya lahan hijau daerah perkotaan terjadi karena konversi RTH,

dan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan terjadi pencemaran

udara. Konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu ditambah dengan adanya

industri dan perdagangan serta transportasi kota yang padat menyebabkan

tejadinya thermal polution yang kemudian membentuk pulau panas atau heat

island. Pulau-pulau panas terjadi karena adanya emisi panas yang direfleksikan

dari permukaan bumi ke atmosfer. Sinar matahari yang sampai ke permukaan

bumi mengalami proses refleksi, transmisi dan absorbsi. Pulau panas pada

umumnya terdapat pada bagian wilayah kota tidak bervegetasi, karena pada

wilayah kota tidak bervegetasi ketiga proses tersebut saling bersinergi dalam

meningkatkan suhu udara.

Upaya penanaman vegetasi untuk menghijaukan kota dilakukan dalam

bentuk pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau dan

sebagainya. Peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan

melepas O2 kembali ke udara. Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini

mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen

dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfer, serta menghasilkan

450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam, 1 hektar daun-daun hijau menyerap 8

kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekira

200 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai

kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara (AC),

yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 1 ha pepohonan

mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan (Maimun, 2007).

Peranan tumbuhan di bumi ini sangat penting dalam menangani krisis lingkungan

Page 3: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

terutama di perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian

serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota.

Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat

terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan manusia,

tumbuhan dan hewan, karena kondisi udara pada skala mikro ini yang akan

berkontak langsung dengan (dan mempengaruhi secara langsung) makhluk-

makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup tanggap terhadap dinamika atau

perubahan-perubahan dari unsur-unsur iklim di sekitarnya. Keadaan unsur-unsur

iklim ini akan mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang berlangsung

pada tubuh makhluk hidup, sebaliknya, keberadaan makhluk hidup tersebut

(terutama tumbuhan) akan pula mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya.

Antara makhluk hidup dan udara di sekitarnya akan terjadi saling pengaruh atau

interaksi satu sama lain (Lakitan, 2002:53).

Kota Pasuruan merupakan sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa

Timur. Kota Pasuruan berbatasan langsung dengan Selat Madura (bagian utara)

dan Kabupaten Pasuruan (bagian timur, selatan, barat). Kota ini terletak di jalur

pantura sehingga kota ini memiliki letak yang strategis (jalur utama Surabaya-

Banyuwangi) dalam kegiatan perekonomian termasuk kegiatan industrinya. Kota

Pasuruan memiliki luas 35,68 km2 dengan jumlah penduduk 186.262 jiwa (tahun

2010). Kota Pasuruan dibagi menjadi 3 kecamatan (kecamatan Purworejo, Bugul

Kidul, dan Gadingrejo) dan 34 kelurahan. Kecamatan Purworejo merupakan pusat

pemerintahan Kota Pasuruan. Kecamatan Bugul Kidul merupakan kecamatan

yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu 18,44 km2 atau 51,67% dari luas Kota

Pasuruan. Sedangkan Kecamatan Gadingrejo merupakan pusat industri di Kota

Pasuruan.

Kondisi iklim Kota Pasuruan selama tahun 2010 tercatat rata-rata suhu

udara berkisar antara 27°C – 32°C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,40C

dan suhu minimum 27,4°C . Curah hujannya sekitar 1.742,00 mm/ tahun. Seperti

umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Pasuruan mengikuti perubahan putaran 2

musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun

Klimatologi Karangploso Curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan

Page 4: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Januari, Februari, April dan Desember, Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan

September curah hujan relatif rendah.

Dari tahun ke tahun, suhu udara di Kota Pasuruan dirasakan semakin

tinggi. Pada tahun 1997, suhu rata-rata Kota Pasuruan adalah 29,30C. Pada tahun

2004, suhu rata-rata naik menjadi 30,40C, dan pada tahun 2010 suhu rata-rata

menjadi 32,30C. Salah satu penyebab meningkatnya suhu di Kota Pasuruan adalah

berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Pasuruan. Berkurangnya RTH

di Kota Pasuruan ini diakibatkan salah satunya oleh adanya alih fungsi lahan.

Pasuruan sebagai Kota industri menyebabkan Pasuruan memiliki kepadatan

penduduk yang cukup tinggi. Pada tahun 2001, jumlah penduduk Kota Pasuruan

sekitar 159.796 jiwa, pada tahun 2006 bertambah jadi 165,992 jiwa dan pada

tahun 2010 total penduduk Kota Pasuruan menjadi 186.262 jiwa dengan

kepadatan penduduk mencapai 5.092 jiwa/km2. Kepadatan penduduk ini

mengakibatkan alih fungsi lahan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan kota. Banyak sekali areal pertanian maupun lahan terbuka yang

beralih fungsi dan dibangun gedung-gedung guna memenuhi kebutuhan tempat

tinggal masyarakat, banyak RTH yang rusak dan diganti sebagai kawasan

perindustrian dan perkantoran.

Banyaknya alih fungsi lahan ini menjadikan luas RTH di Kota Pasuruan

semakin tahun semakin menyusut. Pada 1997, luas RTH di Kota Pasuruan sebesar

73,52% yaitu sekitar 26,90 km2 dari luasan Kota Pasuruan yang mencapai 35,68

km2. Tapi pada tahun 2003, luas RTH yang berkurang tinggal 22,54 km

2 atau

63,12% dari luas total Kota Pasuruan dan pada tahun 2007 tinggal 45% atau 16,06

km2 (Sumber: BPS Kota Pasuruan).

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode survei yang

bertujuan untuk mengumpulkan data berupa variabel iklim mikro. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap

iklim mikro di Kota Pasuruan. Penelitian ini menggunakan teknik “purposive

sampling”, berdasarkan karakteristik tertentu yaitu dengan pertimbangan kondisi

ruang terbuka hijau.

Page 5: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

C. PEMBAHASAN

1. Pengaruh RTH terhadap Suhu Udara di Kota Pasuruan

Pengukuran suhu udara pada setiap kondisi ruang terbuka hijau di Kota

Pasuruan diwakili 4 lokasi pengamatan, yaitu Taman Kota, GOR Untung

Suropati, Perumahan Puri Candi, dan areal Persawahan. Pengukuran suhu udara

dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 26-27 Mei 2012 pukul 06.00 WIB,

12.00 WIB, dan 18.00 WIB. Hasil dari pengukuran suhu udara dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Pengukuran Rata-Rata Suhu Kota Pasuruan (0C)

Lokasi Pengamatan 06.00 Rata

rata

12.00 Rata

rata

18.00 Rata

rata

Suhu

harian Sabtu Minggu Sabtu Minggu Sabtu Minggu

Taman Kota 27,6 27,9 27,7 32,2 32,8 32,5 29,9 30,3 30,1 30,1

GOR Untung Suropati 28,9 28,8 28,9 35,2 35,2 35,2 32,7 32,6 32,6 32,2

Perumahan Puri Candi 28,9 28,9 28,9 34,7 34,9 34,8 31,9 31,5 31,7 31,8

Areal Persawahan 27,8 28,1 27,9 33,8 33,9 33,8 30,9 31,1 31,0 30,9

Rata-rata 28,3 28.4 28,4 34,0 34,2 34,1 31,4 31,4 31,4 31,3

Dari hasil pengukuran suhu udara di 4 titik pengamatan di Kota Pasuruan

terlihat bahwa suhu udara minimum terjadi pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) dan

suhu udara maksimum terjadi pada siang hari (pukul 12.00 WIB), tapi kemudian

suhu mulai menurun kembali hingga sore hari (pukul 18.00 WIB). Hal ini terjadi

karena adanya sinar matahari yang dimulai pada pagi hari dan terus meningkat

hingga siang hari dan kemudian menurun kembali pada sore hari. Di samping itu,

pada pagi hari hingga siang hari aktivitas penduduk berupa aktivitas industri dan

transportasi meningkat, kemudian menurun pada sore hari memberikan pengaruh

yang cukup besar terhadap peningkatan suhu udara di Kota Pasuruan.

Gambar 1. Kurva Rata-rata Suhu Udara di Lokasi Pengukuran

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

pukul 06.00 pukul 12.00 pukul 18.00

Suh

u U

dar

a (º

C)

Waktu Pengukuran

Taman Kota

GOR Untung Suropati

Perumahan Puri Indah

Persawahan

Page 6: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa taman kota memiliki kondisi

RTH yang baik, berpengaruh terhadap penurunan suhu udara dibandingkan lokasi

lain. RTH dengan kondisi baik ditunjukkan dengan luas lahan dan banyaknya

pepohonan yang tertata. Taman kota memiliki jumlah tanaman sebanyak 88

tanaman dengan 12 jenis tanaman. Banyaknya tanaman di taman kota

menyebabkan taman kota memiliki kerapatan tanaman paling tinggi dibanding 3

lokasi penelitian lain, yakni 59 tanaman / 1000m2. Jenis tanaman yang terdapat di

taman kota antara lain beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahagoni),

pinus (Pinus merkusii), lamtorogung (Leucaena lecocephala), asam (Tamarindus

indica), Mangga (Mangifera indica), palem botol (Revaogehaganii), palem raja

(Roystonea regia), angsana (Pterocarpus indicus). Tanaman di taman kota

termasuk pada jenis tanaman yang dapat menyerap polusi udara dan mampu

mengahsilkan O2 dan uap air (H2O) dalam jumlah besar. Kualitas RTH umumnya

berkaitan dengan banyaknya jumlah pohon yang rindang. Semakin banyak jumlah

pohon yang rindang di RTH semakin bagus RTH tersebut. Jumlah pohon yang

banyak di taman kota menyebabkan tanaman mampu menyerap energi sinar

matahari yang datang lebih banyak dan meningkatkan kemampuan menyerap CO2

dari aktivitas penduduk ataupun dari kendaraan bermotor sehingga menjadikan

suhu udara tetap rendah dan lingkungan tetap nyaman. Selain itu jenis tanaman

juga ikut mempengaruhi suhu udara di taman kota. Jenis tanaman yang ada di

taman kota merupakan tanaman perindang dan besar, jenis tanaman ini memiliki

fungsi mampu menyerap CO2 yang berasal dari aktivitas penduduk sehingga

mengurangi jumlah CO2. Hal ini mengurangi efek perubahan iklim berupa

peningkatan suhu udara. Selain itu, jenis tanaman di taman kota memiliki

kemampuan penguapan tinggi yang akan menghasilkan O2 dan uap air (H2O)

lebih banyak sehingga akan memberikan efek penurunan suhu udara.

Penelitian ini melakukan analisis korelasi dengan menggunakan SPSS 16. Hasil

analisis korelasi pengaruh antara kondisi RTH pada suhu udara dapat dilihat pada

Tabel 2.

Page 7: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Tabel 2 Correlations

Suhu pohon

Suhu Pearson Correlation 1 -.274**

Sig. (2-tailed) .007

N 96 96

Pohon Pearson Correlation -.274**

1

Sig. (2-tailed) .007

N 96 96

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa besarnya Sig. (2-tailed) adalah

0.007. Ho diterima jika besar signifikansi > 0.05, dan H0 ditolak jika besarnya

signifakansi < 0.05. Pada Tabel 5.3 diketahui bahwa besarnya signifikasi 0.007

dan signifikasi pada tabel 0.007 lebih kecil dari 0.05. dengan demikian H0 ditolak

yang berarti terdapat pengaruh antara variabel kondisi RTH terhadap suhu udara

di Kota Pasuruan. Menurut interval kekuatan yang dibuat oleh Jonathan Sarwono,

maka besar nilai korelasi RTH terhadap suhu udara di Kota Pasuruan sebesar

-0.274 termasuk dalam interval kekuatan cukup, berarti RTH memiliki pengaruh

terhadap suhu udara di Kota Pasuruan dengan besar kekuatan cukup.

Untuk mengetahui arah hubungannya bisa dilihat dari tanda koefisien

korelasinya. Apabila tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y

rendah, sedangkan tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y

juga ikut tinggi. Dari table 5.3 diketahui bahwa besarnya koefisien korelasinya

yaitu sebesar -0.274. hal ini arah hubungannya semakin tinggi variabel X maka

variabel Y semakin rendah yang artinya semakin baik kondisi RTH, maka suhu

udara semakin rendah.

2. Pengaruh RTH terhadap Kelembaban Udara di Kota Pasuruan

Pengukuran kelembaban udara pada setiap kondisi ruang terbuka hijau di

Kota Pasuruan diwakili 4 lokasi pengamatan, yaitu Taman Kota, GOR Untung

Suropati, Perumahan Puri Candi, dan areal Persawahan. Pengukuran kelembaban

udara dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 26-27 Mei 2012 pukul 06.00

WIB, 12.000 WIB, dan 18.00 WIB. Hasil dari pengukuran kelembaban udara

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 8: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Tabel 3 Hasil Pengukuran Rata-rata Kelembaban Udara Kota Pasuruan (%)

Lokasi Pengamatan 06.00 Rata

rata

12.00 Rata

rata

18.00 Rata

rata

Lembab

harian Sabtu Minggu Sabtu Minggu Sabtu Minggu

Taman Kota 79,3 80,0 79,7 65,4 63,0 64,2 68,2 67,5 67,8 70.6

GOR Untung SUropati 72,9 74,7 73,8 51,2 50,7 50,9 54,0 53,5 53,7 59.5

Perumahan Puri Candi 74,8 76,8 75,8 58,2 57,2 57,7 61,1 60,1 60,6 64.7

Areal Persawahan 76,2 77,1 76,7 60,9 58,4 59,6 63,7 62,7 63,2 66.5

Rata-rata 75,8 77,2 76,5 58,9 57,3 58,1 61,8 61,0 61,4 65,3

Dari hasil pengukuran kelembaban udara di 4 titik pengamatan di Kota

Pasuruan terlihat bahwa kelembaban udara minimum terjadi pada pagi hari (pukul

06.00 WIB) dan kelembaban udara maksimum terjadi pada siang hari (pukul

12.00 WIB), tapi kemudian kelembaban mulai menurun kembali hingga sore hari

(pukul 18.00 WIB).

Gambar 2. Kurva Rata-rata Kelembaban Udara di Lokasi Pengukuran

Dari Tabel 3 bisa diketahui bahwa rata-rata kelembaban udara harian tertinggi

di Kota Pasuruan adalah berada di taman kota, yaitu sebesar 70, 6%. Taman kota

memiliki kondisi RTH yang baik di bandingkan lokasi penelitian lain, jumlah

tanaman sebanyak 88 tanaman dengan 12 jenis tanaman. Banyaknya tanaman di

taman kota menyebabkan taman kota memiliki kerapatan tanaman paling tinggi

dibanding 3 lokasi penelitian lain, yakni 59 tanaman / 1000m2. Jenis tanaman

yang terdapat di taman kota diantaranya lain beringin (Ficus benjamina), mahoni

(Swietenia mahagoni), pinus (Pinus merkusii), lamtorogung (Leucaena

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

pukul 06.00 pukul 12.00 pukul 18.00

Ke

lem

bab

an U

dar

a (%

)

Waktu Pengukuran

taman kota

gor

perumahan

sawah

Page 9: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

lecocephala), asam (Tamarindus indica), Mangga (Mangifera indica), palem

botol (Revaogehaganii), palem raja (Roystonea regia), angsana (Pterocarpus

indicus). Karena vegetasi dengan kerapatan tertinggi tersebut sehingga mampu

mempengaruhi iklim mikro khususnya penurunan suhu udara di taman kota.

Penurunan suhu terjadi karena banyaknya penutup lahan dan juga karena mampu

menghalangi dan menyerap energi sinar matahari sehingga mengurangi suhu

udara di areal tersebut. Kelembaban udara dipengaruhi oleh suhu udara.

Penurunan suhu udara menyebabkan defisit tekanan uap menurun, sehingga

kapasitas udara dalam menampung uap air menurun, sehingga menyebabkan

peningkatan kelembaban udara. Jadi semakin meningkat kerapatan pohon maka

semakin sulit energi sinar matahari menembus permukaan tanah sehingga suhu

udara di permukaan tanah menurun yang menyebabkan kelembaban udara

meningkat. Kerapatan pohon yang tinggi juga menyebabkan evapotranspirasi

yang tinggi, sehinggga di udara terdapat lebih banyak uap air yang berdampak

pada meningkatnya kelembaban udara.

Penelitian ini melakukan analisis korelasi dengan menggunakan SPSS

16.0 for windows. Hasil analisis korelasi pengaruh antara kondisi RTH pada

kelembaban udara dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4 Correlations

Lembab Pohon

Lembab Pearson Correlation 1 .357**

Sig. (2-tailed) .000

N 96 96

Pohon Pearson Correlation .357**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 96 96

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa besarnya Sig. (2-tailed) adalah

0.000. Ho diterima jika besar signifikansi > 0.05, dan H0 ditolak jika besarnya

signifakansi < 0.05. Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa besarnya signifikasi 0.000

dan signifikasi pada tabel 0.000 lebih kecil dari 0.05. dengan demikian H0 ditolak

yang berarti terdapat pengaruh antara variabel kondisi RTH terhadap kelembaban

udara di Kota Pasuruan. Menurut interval kekuatan yang dibuat oleh Jonathan

Sarwono, maka besar nilai korelasi RTH terhadap kelembaban udara di Kota

Page 10: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Pasuruan sebesar 0.357 termasuk dalam interval kekuatan cukup, berarti RTH

memiliki pengaruh terhadap kelembaban udara di Kota Pasuruan dengan besar

kekuatan cukup.

Untuk mengetahui arah hubungannya bisa dilihat dari tanda koefisien

korelasinya. Apabila tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y

rendah, sedangkan tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y

juga ikut tinggi. Dari table 5.6 diketahui bahwa besarnya koefisien korelasinya

yaitu sebesar 0.357. hal ini arah hubungannya semakin tinggi variabel X maka

variabel Y semakin tinggi juga yang artinya semakin baik kondisi RTH, maka

kelembaban udara juga semakin tinggi.

3. Luas RTH Ideal Kota Pasuruan

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Pasuruan jika dilihat

dari kebutuhan oksigennya menggunakan metode Gerakis (1974), yang

dimodifikasi dalam Wisesa (1988), sebagai berikut.

Pt + Kt

Lt = m2

(54 ) (0,9375 )

Keterangan :

Lt = luas RTH Kota pada tahun ke t (m2)

Pt = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke t

Kt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke t

54 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 m2 luas lahan menghasilkan 54

gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman

adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Berdasarkan hasil perhitungan, maka kebutuhan RTH di Kota Pasuruan

pada tahun 2010 adalah:

156.460.080 + 120.517.612

Luas RTH = m2

(54 ) (0,9375)

= 276.977.692 / 50,625

= 5.471.164,29 m2

= 547,12 Ha

Page 11: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

Jika dilihat dari kebutuhan oksigen, maka luas RTH yang dibutuhkan Kota

Pasuruan yaitu sebesar 547,12 Ha, hal ini didasarkan pada jumlah kebutuhan

oksigen yang dibutuhkan oleh manusia yaitu sebesar 156.460.080 gram/hari yang

didapat dari jumlah penduduk Kota Pasuruan dikali konsumsi oksigen orang tiap

hari ditambah dengan jumlah kebutuhan oksigen kendaraan bermotor di Kota

Pasuruan yaitu sebesar 120.517.612 gram/hari. Jumlah kebutuhan oksigen

kendaraan bermotor didapat dari jumlah lalu lintas harian kendaraan bermotor

dikali kebutuhan oksigen kendaraan bermotor tiap hari.

Luas RTH menurut kebutuhan oksigen Kota Pasuruan sebesar 547,12 Ha,

jika dengan kerapatan vegetasi 5 x 5 m maka jumlah pohon yang dibutuhkan Kota

Pasuruan yaitu minimal sebanyak 252.768 pohon dengan jenis vegetasi untuk

taman kota seperti beringin (Ficus benyamina), lamtorogung (Leucaena

lecocephala), asam (Tamarindus indica), dan mahoni (Swietenia mahagoni). Pada

tahun 2010, luas RTH yang tersedia di Kota Pasuruan yaitu sebesar 982,25 Ha.

Apabila dilihat dari kebutuhan oksigen, maka luas RTH Kota Pasuruan termasuk

baik karena luas RTH Kota Pasuruan melebihi luas minimal RTH jika dilihat dari

kebutuhan oksigennya.

D. PENUTUP

Kondisi RTH memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suhu udara di

Kota Pasuruan. Kondisi RTH digambarkan dengan kerapatan vegetasi, semakin

rapat vegetasi maka semakin baik kondisi RTHnya. Semakin baik kondisi RTH

maka semakin rendah suhu udara di Kota Pasuruan dan sebaliknya semakin jelek

kondisi RTH maka suhu udaranya semakin tinggi. Kondisi RTH juga berpengaruh

nyata terhadap kelembaban udara di Kota Pasuruan. Semakin baik kondisi RTH di

Kota Pasuruan maka semakin tinggi juga kelembaban udaranya. Begitu juga

sebaliknya, semakin jelek kondisi RTH maka hal ini akan menyebabkan

kelembaban udara di Kota Pasuruan semakin rendah. Untuk menjaga kondisi

kelembaban udara di Kota Pasuruan, maka harus memperhatikan kondisi RTH di

daerah tersebut. Luas RTH yang dibutuhkan Kota Pasuruan jika didasarkan pada

jumlah kebutuhan oksigen, maka luas minimal RTH Kota Pasuruan sebesar

14,95% dari luas total wilayah Kota Pasuruan. Oleh karena itu untuk menjaga

kondisi iklim mikro di Kota Pasuruan maka Kota Pasuruan harus menyediakan

Page 12: PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM ...

luas lahan minimal sebesar 14,95% dari luas total wilayah Kota Pasuruan yang

khusus digunakan untuk RTH. RTH yang dibangun harus dengan kerapatan

vegetasi yang tinggi. RTH mampu mengontrol kondisi iklim mikro di suatu

wilayah.

E. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Kota Pasuruan dalam Angka 2011. Kota Pasuruan : BPS Kota Pasuruan.

Departemen pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaaatan RTH di

Kawasan Perkotaan (materi seminar IALI tentang UU no 26/2007 dan

permendagri no 1/2007). Bandung.

Dahlan, Endes. 1992. Hutan Kota : untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. Jakarta : Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia(APHI)

Fandeli, C., Kaharudin, Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fak.

Kehutanan, UGM.

Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Penerbit Bumi

Aksara. Jakarta

Hidayati, Rini. 2001. Masalah Perubahan Iklim di Indonesia. Bogor: IPB

Irwan, Z. D. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem Lingkungan dan Pelestarian.

Jakarta: Bumi Aksara

Jonathan, Sarwono. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar

Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya

Yogyakarta

Lakitan, B. 2002. Dasar-dasar Klimatologi cetakan ke-2. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Liesnoor, S. D. 2008. Iklim Mikro dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota

Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi, FIS Universitas Semarang

Martopo, Sugeng & Chafid Fandeli. 1995. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan:

Prinsip Dasar dan Pemaparannya Dalam Pembangunan. Jakarta: Liberty

Susanti , Indah. 2006. Pusat Pemanfaatan Sains dan Iklim. Bandung

Tjasyono, Bayong.1995.Klimatologi Umum.Bandung:ITB.

Trewartha, Glenn T dan Lyke H. Horn.1995.Pengantar Iklim.Yogyakarta :Gadjah Mada

University Press

Utomo, B dan Sidabutar, F,H. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk

Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis forst). Jurnal

Akademika Copertis Wilayah I NAD SUMUT Vol 13 No.4 Agustus 2009.