PENGARUH PROGRAM DAKWAH TVRI SULSEL TERHADAP …
Transcript of PENGARUH PROGRAM DAKWAH TVRI SULSEL TERHADAP …
ii
PENGARUH PROGRAM DAKWAH TVRI SULSEL TERHADAP
MASYARAKAT KELURAHAN TAMARUNANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
NUR AISAH WULAN DARI NIM : 105270014915
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Nur Aisah Wulan Dari
NIM : 105270014915
Skripsi ini disusun oleh Nur Aisah Wulan Dari dengan judul “Pengaruh
Program Dakwah TVRI SulSel Terhadap Masyaraat Kelurahan Tamarunang”.
Adapun pembimbingnya, dibimbing oleh Dr. Abbas B. Miro, dan Wiwik Laela
Mukromin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan
bagaimana pengaruh program dakwah yang ditanyangkan oleh TVRI SulSel
terhadap kehidupan serta wawasan masyarakat di Kelurahan Tamarunang. Yang
dimana Televisi merupakan salah satu media yang dengan mudah dalam
menyebarkan dakwah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis yang menggunakan penghimpunan data yang aktual. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara
serta dokumentasi dari sumber-sumber yang akurat guna mendapatkan hasil
yang relevan. Adapun sumber data yang penulis gunakan ada dua yakni sumber
data primer atau data pokok seperti wawancara langsung dengan orang-orang
yang erat kaitannya dengan masalah dalam skripsi ini. Seperti pimpinan dan staf
TVRI SulSel dan juga masyarakat Kelurahan Tamarunang. Dan sumber data
yang kedua yakni sumber data skunder atau sumber data pelengkap seperti
putaka-pustaka yang memiliki relevansi berupa buku-buku, internet, jurnal dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TVRI SulSel memiliki 7 program
dakwah, namun pada skiripsi ini peneliti hanya membahas 4 program dakwah
yang lebih sering ditayangkan oleh TVRI SulSel yaitu Tabir Ilahi, Fokus Islami,
Ruang Bahasa Arab dan Tele Tilawah. Adapun pengaruh yang di timbulkan dari
adanya program dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel terhadap masyarakat
kelurahan Tamarunang RW 01, bahwa hanya sebagian kecil yang mendapatkan
pengaruh tersebut dikarenakan minat masyarakat yang sangat kurang terhadap
program dakwah TVRI Sul-Sel. Adapun yang menyaksikan program ini mendapat
pengaruh atau efek yang cukup baik dari segi kognitifnya, afektif dan
behavioralnya. Namun pengaruh yang mereka dapatkan dari program dakwah
TVRI masih terbilang cukup kecil pasalnya masyarakat tersebut lebih aktif
menghadiri majelis ilmu dari pada menonton televisi.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Serta nikmat yang begitu banyak, terutama nikmat
kesehatan yang dengan nikmat tersebut penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Program Dakwah TVRI SulSel
Terhadap Masyarakat Kelurahan Tamarunag”. Salam serta shalawat semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa
Sallam beserta keluarga sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa beriltizam
di atas manhajnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun karena adanya
dorongan semangat, doa serta bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga tersusunlah karya ilmiah ini.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada seluruh keluarga, dan terkhusus
kepada kedua orang tua saya bapak Sajiyo dan ibu Winarsih dan juga suami
Wahyudi yang karna doa dan dukungan mereka penulis bisa sampai pada
jenjang ini. Kepada saudara-saudara saya, semoga Allah membalas kebaikan
semuanya dengan surga-Nya di Akhirat kelak.
Dengan segala kerendahan hati penulis juga haturkan rasa terimakasih
dan penghargaan yang sitinggi-tingginya kepada :
viii
1. Syekh Dr. (HC) Mohammad ibn Mohammad al-Thayyib Khoory,
selaku Pembina Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) Jakarta,
yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sehingga proses
penyelesaian studi dapat berjalan dengan lancar.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, serta segenap Pembantu Rektor I, II, III,
dan IV Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina
perguruan ini dengan penuh pengabdian dan rasa tanggung jawab
sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi segenap
civitas akademik.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh
pimpinan dan stafnya.
4. Dr. Abbas B. Miro, Lc., M.A., selaku ketua Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar beserta seluruh staf dan karyawanya.
5. Dr. Abbas B. Miro, Lc., M.A. dan ibu Wiwik Laela Mukromin,
S.Ag.I.,M.Pd.I. masing-masing sebagai pembimbing I dan II, yang
telah memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai.
6. Seluruh Dosen Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar dan para ustadzaat ma‟had
al-biir, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
ix
7. Teman-teman kelas seperjuangan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mendukung,
membantu, serta memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya
satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun, guna kesempurnaan karya ilmiah ini. Karena penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Semoga
karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin Yaa
Robbal „Aalamiin.
Makassar, 02 Rabi‟ul Awwal 1442 H
20 Oktober 2020 M
Nur Aisah Wulan Dari
NIM : 105270014915
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... ........... ..... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ..... ii
PENGESAHAN SKRIPI ............................................................................ ..... iii
BERITA ACARA MUNAQASAH .............................................................. ..... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... . vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ….. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Sejarah Televisi ................................................................ 8
B. Program Siaran Dakwah ........................................................................... 11
1. Pengertian Program Siaran ........................................................ 11
2. Pengertian Dakwah ................................................................... 14
3. Unsur-Unsur Dakwah ............................................................... 21
4. Program Dakwah ...................................................................... 30
C. Pengaruh Program Dakwah Televisi ......................................................... 31
D. Model-Model Tentang Komunikasi Massa ............................................... 38
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 44
B. Lokasi Dan Obyek Penelitian ................................................................... 45
C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 45
D. Deskripsi Fokus ………………… ........................................................... 46
E. Sumber Data……………………………… ............................................... 47
F. Instrumen Penelitian………………………………………… .................... 47
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. ............ 48
H. Teknik Analisis Data…………………………… ...................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TVRI .......................................................................... 53
B. Program Dakwah TVRI Sul-Sel ............................................................... 62
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 69
D. Pengaruh Program Dakwah TVRI Sul-Sel terhadap Masyarakat Kelurahan
Tamarunang di RW 01 ............................................................................ 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 89
B. Saran ........................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawiyah yang diturunkan Allah ke muka
bumi ini sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Dakwah
sebagai gagasan maupun sebagai kegiatan sangat terkait dengan ajaran
amar ma‟ruf nahi mungkar (menyuruh untuk mengerjakan kebaikan dan
melarang untuk melakukan keburukan). Islam sebagai agama dakwah,
akan selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah, karena maju mundurnya umat Islam sangat berkaitan
erat dengan kegiatan dakwah. Oleh karena itu Al-Qur‟an menyebut
kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qoula, dengan kata lain dakwah
menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam.
Dakwah menurut Toha Yahya Omar dikutip oleh Hasjmy adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan ummat dan
kebahagiaan ummat manusia di dunia maupun di akhirat.1 Dakwah
bertujuan untuk mengarahkan potensi fitrah manusia agar eksistensi
mereka punya makna di hadapan Allah, karena pada hakikatnya dakwah
merupakan satu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan
lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam. Selain itu dakwah
1 Abd. Rasyid Masri, Perubahan Sosial Efektivitas Komunikasi dan Dakwah,
(Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 92.
2
merupakan satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya
sebagai bentuk realisasi dari rasa taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya.
Islam sebagai agama dakwah harus dipahami oleh seluruh lapisan
umat Islam, karena itu pemahaman mengenai hal ini harus disampaikan
secara terarah, terkoordinasi, terpadu dan berkelanjutan. Para da‟i
berkewajiban untuk memfungsikan dakwah sehingga dapat mengarahkan
umat untuk menguasai teknologi komunikasi dan teknologi informasi untuk
kepentingan perwujudan khair al-Ummah, serta mampu menyusun dan
melaksanakan program dakwah yang antisipasif dan solusif terhadap
kompleksitas masalah mad‟u dalam menerima dan merespon aneka
ragam informasi.
Era globalisasi telah mengantar perkembangan di berbagai aspek
kehidupan manusia. Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi
dengan kecanggihan dan kemudahan yang dibawanya mampu mengantar
manusia ke sebuah tatanan yang memiliki kualitas dan standar hidup
maksimal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin pesat membawa dampak terhadap kehidupan generasi muslim
pada saat ini. Disamping menimbulkan efek positif, perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi juga membawa efek negatif pada umat
muslim pada masa kini. Ideologi liberal telah menimbulkan paham
kebebasan tanpa batas yang merusak moral orang-orang muslim. Hal
tersebut merupakan suatu tantangan dakwah yang cukup berat bagi para
da‟i.
3
Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
membuat perubahan tatanan masyarakat yang semakin pesat dan
kompleks. Selain itu, terjadi perubahan yang mendalam pada kehidupan
manusia yang dipengaruhi oleh media massa (media cetak atau
elektronik), dimana dapat dengan mudah menyebarluaskan paham-
paham baru kepada masyarakat dalam tempo yang sangat singkat,
terutama melalui media televisi.
Televisi sebagai salah satu teknologi komunikasi yang sangat
populer di kalangan masyarakat luas telah memberi banyak kontribusi
bagi berkembangnya revolusi akses informasi. Televisi pada saat ini telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak
orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi
dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan
keluarga. Televisi merupakan media audio visual, yang disebut juga media
pandang dengar atau sambil didengar dapat juga dilihat.
Televisi saat ini telah berkembang dengan pesat dan menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari televisi
masyarakat dapat memperoleh informasi, hiburan, pengaruh dan
pendidikan. Televisi merupakan sebuah media komunikasi yang
potensial, tidak hanya dapat menyampaikan informasi tapi juga dapat
membentuk perilaku seseorang, baik kearah positif maupun negatif,
disengaja ataupun tidak. Acara televisi pada umumnya mempengaruhi
sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal
4
yang wajar. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu,
terpesona, atau latah bukanlah suatu yang istimewa. Sebab salah satu
pengaruh psikologis dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis
penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukan
televisi.2 Walaupun begitu televisi hanyalah sebuah perantara atas
kenyataan yang ada dalam kehidupan, tinggal bagaimana penontonnya
memanfaatkan media televisi tersebut untuk kepentingan yang positif.
Teknologi komunikasi massa televisi sering dijuluki sebagai faktor
penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung. Berbagai
keperluan harian masyarakat sepertinya sudah terpola dari beberapa
produk yang ditawarkan oleh medium yang bernama televisi. Oleh karena
itu tidaklah mengherankan apabila para juru dakwah berlomba-lomba
untuk menciptakan inovasi dan kreasi dengan tujuan menanamkan ciri
khas yang mereka tonjolkan untuk menarik massa. Hal ini diperlukan
karena ukuran keberhasilan seorang juru dakwah adalah apabila pesan
dakwah yang disampaikan oleh mereka sampai kepada mad‟u dan juga
dapat membawa pengaruh ataupun perubahan ke arah yang lebih baik
dari sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi televisi layak menjadi
perhatian umat Islam, karena media televisi memberikan peluang besar
kepada pendakwah untuk memanfaatkan televisi sebagai media dakwah
yang disampaikan secara persuasif dan informatif, sebagai pelaksanaan
amar ma‟ruf nahi munkar.
2 Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1984), h. 41
5
Stasiun-staiun televisi pun mulai mengadakan program khusus
dakwah Islam. Baik dalam bentuk dialog interaktif ataupun dalam bentuk
yang lainnya. Begitu banyak program siaran dakwah yang bermunculan di
berbagai stasiuan televisi saling berlomba dalam membuat siaran
dakwahnya. Seperti di Trans TV dengan siaran dakwahnya “Islam itu
Indah”, Indosiar dengan “Mama dan „aa Curhat dong”. Dan juga program
dakwah lainnya dalam bentuk sinetron seperti “Tukang Bubur Naik Haji” di
RCTI. Itu semua contoh dari program dakwah di televisi swasta. Adapun
TVRI (Televisi Republik Indonesia) sebagai televisi Nasional apakah
memiliki program dakwah yang disiarkan guna menyebarkan dakwah
Islam?
TVRI sebagai televisi Nasional juga memiliki program dakwah
khusus yang disiarkannya guna ikut andil dalam mensyiarkan dakwah
Islam ke seluruh lapisan masyarakat. Berbagai macam program dakwah
yang disiarkan oleh TVRI sendiri khususnya TVRI SulSel, seperti program
Tabir Ilahi, Ruang Bahasa Arab, Tele Tilawah dan lain-lain. Semua itu
dirancangnya guna untuk menyebarkan dakwah Islam di Indonesia
khususnya di Makassar.
Alasan penulis meneliti Pengaruh Program dakwah TVRI SulSel
terhadap masyarakat kelurahan tamarunang ini karena ingin mengetahui
bagaimana pengaruh dari program dakwak yang disiarkan oleh TVRI
SulSel sebagai saluran televisi daerah terhadap masyarakat di kelurahan
tamarunang. Dan juga agar memudahkan peneliti dalam pengambilan
6
informasi dari pihak stasiun televisi secara langsung. Dan dimana menurut
peneliti program dakwah yang disiarkan TVRI juga tidak kalah menariknya
dengan program siaran dakwah televisi swasta lainnya. Tidak sekedar
menambah wawasan tentang agama Islam, namun juga ada siaran
tilawah untuk menambah wawasan tentang membaca Al-Qur‟an dan juga
wawasan tentang ilmu bahasa Arab.
Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa televisi
merupakan media informasi massa yang banyak diminati juga sebagai
media hiburan yang banyak dipilih oleh masyarakat untuk mengisi waktu
luangnya. Maka dari itu penulis ingin mengetahui apakah masyarakat
kelurahan tamarunag –khususnya di wilayah RW 01- menaruh perhatian
tersendiri terhadap program-program dakwah di TVRI sebagaimana
program dakwah di televisi swasta lainnya, atau hanya menjadikan
televisi-televisi yang ada dirumah mereka itu sekedar media informasi dan
hiburan saja. Dan juga penulis ingin mengetahui apakah ada efek atau
pengaruh tersendiri dari program dakwah ini pada diri mereka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1. Bagaimana program dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel ?
2. Bagaimana pengaruh program dakwah TVRI SulSel terhadap
masyarakat kelurahan Tamarunang kecamatan Mariso kota
Makassar ?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaiman program-program dakwah yang telah
disiarkan oleh TVRI SulSel.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari
program dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel terhadap
masyarakat kelurahan Tamarunang –khususnya RW 01-
kecamatan Mariso kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai besikut :
1. Dapat menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat
luas secara umum, dan dapat menjadi referensi untuk generasi
mendatang.
2. Dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak TVRI untuk
mengembangakan program siaran dakwah yang telah ada, dan
dijadikan pertimbangan juga bagi teman-teman dai dalam
berdakwah.
8
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Sejarah Televisi
Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Kata
“television” berasal dari bahasa yunani yakni „tele‟ yang artinya far, off,
„jauh‟, ditambah dengan „vision‟ yang berasal dari bahasa Latin „vision‟
yang artinya to see, „melihat‟. Jadi artinya secara harfiah, televisi adalah
melihat jauh. Karena televisi adalah sebuah alat penangkap siaran yang
bergambar dan bersuara yang dipancarkan melalui gelombang
elektromagnetik maka televisi merupakan alat media massa yang tampak
atau dapat dilihat dari jarak jauh oleh khalayak.3
Penemuan televisi dimulai oleh seorang kebangsaan Jerman
bernama Paul Nipkow pada tahun 1884, kemudian Charles F. Jenkins di
AS pada tahun 1890. Studi dimulai dengan pengiriman sinyal gambar
secara elektromagnetis dapat dilakukan melalui tabung sinar katoda tahun
1884, kemudian penemuan kutub elektroda pengatur arus tahun 1904 dan
pelepasan neon tahun 1917.
Televisi adalah sistem elektronik untuk memancarkan gambar
bergerak (moving images) dan suara kepada receivers. Sejak tahun 1930
penyiaran televisi mulai menemani radio, dan secara aktif siaran televisi
3 Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2016), h. 87.
9
dimulai 1947. Menyertai berbagai perkembangan kompenen teknis di
negara-negara seperti Inggris, Eropa, Uni Soviet, dan Amerika Serikat,
televisi sampai dinilai sangat memungkinkan pada tahun 1931. Pada
tahun ini penemuan yang dibuat di Inggris oleh Isaac Shoenberg,
seseorang yang berpengalaman dalam urusan transmisi radio di Uni
Soviet, ditugaskan melakukan pengembangan penyiaran televisi.
Standard Shoenberg‟s tersebut kemudian diadopsi oleh BBC yang
dilaunching pertama kali di London pada tahun 1936.4
Pada tahun 1962 televisi pertama kali diperkenalkan di Indonesia,
ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta
olahraga Asian Games di Jakarta. Waktu itu jangkauan siaran TVRI baru
mencakup Jakarta dan Bogor serta daerah sekitarnya yang berada dalam
radius 80 km, sedangkan waktu penyiaran baru 2 jam per hari. Tetapi
dengan penambahan jaringan 200 km dengan kapasitas transmitter 25
watt, maka liputan TVRI telah diterima di Bandung dan beberapa daerah
lainnya di Jawa Barat. Tiga tahun sesudah beroperasinya TVRI stasiun
Jakarta, stasiun TVRI Yogyakarta diresmikan pemakaiannya pada tahun
1965, menyusul pembangunan stasiun TVRI daerah lainnya, seperti
Medan (1970), Ujung Pandang (1972), dan Palembang (1974). Dengan
digunakannya satelit Palapa sejak tahun 1976, pemilik media TV di
Indonesia menanjak sangat tajam.
4 http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi diakses pada 26 Februari
2018 pukul 23.25
10
Industri televisi di Tanah Air baru mengalami perubahan di akhir
tahun 1980-an. Lahirlah televisi swasta pertama RCTI di bawah
manajemen bisnis PT Bimantara Citra, milik Bambang Trihatmojo.
Keberadaaan RCTI kemudian diikuti oleh berdirinya stasiun swasta
nasional yang berlokasi di Surabaya, yakni SCTV pada tahun 1990. SCTV
dikontrol oleh PT Surya Cipta Televisi awalnya, yang dimiliki oleh
pengusaha Sudwikatmono, Hendri Pribadi dan kepemilikan sahamnya
juga beberapa dikuasai oleh putri Soeharto, yakni Siti Hediyati atau lebih
dikenal dengan Titik Soeharto. Berikutnya muncullah Indosiar TV pada
tahun 1992 yang dimiliki oleh Sudono Salim, kemudian Aburizal Bakri dan
Agung Laksono fungsionaris Golkar juga mendirikan ANTV pada tahun
1994. 5
Tidak ketinggalan pula pengusaha Surya Paloh yang juga pemilik
Media Indonesia Grup, mendirikan televisi berita, Metro TV pada tahun
1994. Selanjutnya pada akhir 1990-an, beberapa televisi swasta nasional
pun mulai berdiri di Indonesia. Trans TV dimiliki oleh pengusaha pribumi
dan pemilik Para Grup, Chairul Tanjung. Lativi yang dimiliki oleh mantan
menteri Soeharto kala itu, yakni Abdul Latif. Lativi akhirnya bangkrut dan
diambil alih oleh Bakrie Grup yang berganti nama menjadi TVOne.
Sementara itu, Kompas Grup juga mendirikan, yakni TV7 di merger oleh
Chairil Tanjung dari Para Grup menjadi Trans7. Mulailah bisnis televisi di
5 http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi diakses pada 26 Februari
2018 pukul 23.50
11
Tanah Air menjadi lebih kompetitif karena mereka harus berebut kue iklan
yang ada.
Kalau tadinya hanya TVRI sebagai satu-satunya saluran televisi
resmi pemerintah di Indonesia, maka sejak digulirkannya regulasi baru
dalam bidang penyiaran dan media massa sebagai hasil reformasi yang
dicanangkan sejak tahun 1997, jumlan stasiun televisi di Indonesia baik di
Jakarta maupun di daerah-daerah berkembang sangat pesat, ditambah
lagi jaringan televisi kabel dengan siaran-siaran yang mengglobal dengan
sajian berbagai macam acara. Semua ini pertanda bahwa industri
komunikasi di Indonesia makin maju.6
B. Program Siaran Dakwah
1. Pengertian Program Siaran
Progam siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau
segmen dari isi siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan.
Sehingga memberikan pengertian bahwa dalam siaran keseluruhan
terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau, dapat dikatakan
bahwa siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa
program siaran. Masing-masing program siaran ini menempati slot waktu
tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari jenis
programnya, apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita. Slot waktu
masing-masing program ini dirancang sesuai dengan tema program itu
6 http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi diakses pada 26 Februari
2018 pukul 23.50
12
(programming), sehingga menjadi satu jadwal siaran tiap harinya. Pada
stasiun tertentu, jadwal program ini telah dirancang dalam satu bulanan
bahkan enam bulan ke depan. Hal ini dikarenakan ketatnya persaingan
mendapatkan spot iklan dan proses memasarkan produk program televisi
harus melalui tahapan yang cukup panjang. Tetapi ada juga yang
menerapkannya secara dinamis, artinya program acara dapat disesuaikan
dengan situasi seperti terjadinya satu keadaan yang darurat. Dalam
keadaan darurat, maka jadwal program ini dapat berubah, misalnya
dengan istilah stop press, breaking news, dan sejenisnya, sehingga
beberapa program acara yang terjadwal sebelumnya dapat bergeser
waktu tayangnya dan bahkan ditiadakan. Susunan jadwal program siaran
ini biasa disebut juga sebagai pola-acara.7
Ditinjau dari pendekatan produksinya format program siaran
televisi dapat dikategorikan menjadi dua yaitu karya artistik dan karya
jurnalistik. Karya artistik adalah program televisi yang diproduksi melalui
pendekatan artistik yang sangat mengutamakan keindahan. Contoh jenis
program artistik adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan/ Agama : mimbar, monolog khutbah dan sebagainya.
b. Hiburan : kuis, vidio klip, drama, komedi, sinetron dan sebagainya.
c. Seni dan budaya : feature
d. Iklan / public service : spot komersial, spot layanan masyarakat.
e. Penerangan umum : drama instruksional.
7 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran Sejarah
Organisasi Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013), h. 149.
13
f. IPTEK : dokumenter, kuis.
Program jurnalistik diproduksi melalui pendekatan jurnalistik yang
sangat mengutamakan kecepatan dan aktualitas informasi. Contoh jenis
program jurnalistik adalah sebagai berikut :
a. Berita aktual (news bulletin) merupakan program yang sangat terikat
dengan waktu siaran (Time concern )
b. Berita non actual (news magazine) merupakan program yang tidak
begitu terikat dengan watku siaran (timeless).
c. Penjelasan masalah hangat : dialog, wawancara, diskusi panel.
Monolog : pidato
Siaran langsung : reportase, komentar, laporan.
Perbandingan dari kedua jenis karya program televisi tersebut
dapat dijelaskan melalui tabel berikut.8
Karya Artistik Karya Jurnalistik
Sumber : ide/ gagasan
mengutamakan keindahan.
Isi pesan, bisa fiksi dan non
fiksi.
Penyajian tidak terikat waktu.
Sasaran : kepuasan penonton
Sumber : permasalahan
hangat
Mengutamakan kecepatan dan
aktualitas.
Isi pesan, harus aktual.
Penyajian terikat waktu.
Sasaran : kepercayaan dan
8 Sri Sartono, Teknik Penyiaran Dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film (
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, cet.2, 2008), h 235.
14
Memenuhi rasa apresiasi.
Improvisasi tidak terbatas.
Isi pesan terikat kode moral.
Penggunaan bahasa bebas/
dramatis.
Refleksi daya hayat kuat.
Isi pesan tentang realitas
sosial.
kepuasan penonton.
Memenuhi rasa ingin tahu
penonton.
Improvisasi terbatas.
Isi pesan terikat kode etik
Menggunakan bahasa
jurnalistik Ekonomis dalam
bahasa dan kata.
Refleksi penyajian kuat.
Isi pesan realitas dan faktual.
2. Pengertian Dakwah
Istilah dakwah Islam dalam kamus bahasa indonesia mengandung
suatu pengertian suatu usaha untuk mengajak atau menyuruh untuk
mempelajari dan mengamalkan agama Islam, yang berarti pula
berkhutbah memberi penerangan tentang ajaran agama pengembangan
(Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1990).9
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
DEPAG RI (1978) menguraikan bahwa secara etimologi dakwah itu
berasal dari bahasa Arab, “ دعوة –يدعو –دعا ” yang berarti ajakan, seruan,
undangan panggilan sedangkan secara terminologi, dakwah berarti suatu
usaha, kegiatan, cara-cara tertentu untuk mengajak orang-orang atau
9 Abd. Rasyid Masri, Perubahan Sosial Efektivitas Komunikasi dan Dakwah, h.
92.
15
kelompok manusia agar menganut, mengikuti, menyetujui orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat yang terlebih dahulu telah
diyakini oleh pendakwah sendiri. Sedangkan menurut Toha Yahya Omar
dikutip oleh Hasjmy (1973) bahwa yang dimaksud dengan dakwah Islam
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan ummat dan
kebahagiaan ummat manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam dakwah
persfektif modern menurut Raharjo (1993) pengertian dakwah dapat
meliputi segala bentuk kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan, sosial
budaya dan kemasyarakatan lainnya sepanjang kegiatan tersebut
didasarkan pada filosofi dakwah yaitu membawa orang-orang dan
masyarakat dari kekufuran menuju keimanan.10
Pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu menjadi
jaminan bahwa orang itu dapat memahami dengan baik pengertian yang
dikandung oleh istilah itu. Demikian pula terhadap istilah dakwah.
Meskipun istilah tersebut sudah cukup populer di Indonesia, akan tetapi
belum tentu setiap orang dapat memahami pengertian dakwah itu dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi setiap
orang yang akan melakukan pembahasan tentang dakwah, untuk terlebih
10
Abd.Rasyid Masri, Perubahan Sosial Efektivitas Komunikasi dan Dakwah, h. 92.
16
dahulu memahami arti perkataan dakwah itu, baik ditinjau dari segi
bahasa maupun istilah.11
Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti: “panggilan”, “seruan”
atau “ajakan” bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut
mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi‟il-nya adalah يدعو" –"دعا
yang berarti “memanggil”, “menyeru” atau “mengajak”. Dakwah dengan
arti seperti itu dapatdijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur‟an, misalnya :
..........
Terjemahannya :
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”.....” (QS. Yusuf : 33)12
......
Terjemahannya :
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga).....” (QS. Yunus : 25)13
Dari segi istilah banyak pendapat tentang defenisi dakwah. Di
antara pendapat itu adalah sebagai berikut :
Syeikh Ali Makhfuz, dalam kitabnya HIDAYATUL MURSYIDIN
memberikan defenisi dakwah sebagai berikut :
11
A. Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam (Yogyakarta: Surya Sarana Grafika,2010), h. 7
12
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 239 13
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 211
17
وَالْهُدَى وَالْْمَْرُ باِلْمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ حَثُّ النَّاسِ عَلىَ الْخَيْرِ لِيَفوُْزُوْا بِسَعدََةِ الْعاَجِلِ وَ الْجِلِ
Artinya :
“Mendorong manusia kepada kebaikan dan memberi petunjuk, menyeru mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di Dunia dan akhirat.”14
Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul Fungsi
Dakwah Islam Dalam Rangka perjuangan mendefinisikan dakwah
sebagai:
“Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengamalannya dalam peri kehidupan berumah tangga (usrah) peri kehidupan bermasyarakat dan peri kehidupan bernegara”.15
Dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, H.S.M.
Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai berikut :
“setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah subhanahu wata‟ala, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari‟at serta akhlak islamiyah”.16
Letjen H Sudirman, dalam tulisannya yang berjudul Problematika
Dakwah Islam di Indonesia memberikan definisi dakwah sebagai berikut :
14
Syeikh Ali Mahfuz, Hidayatul Mursyidin ( Terjemahan Chadidjah Nasution, Usaha Penerbitan Tiga A, 1970), h. 17
15
A. Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h. 8 16
HSM. Nasaruddin Latif, Teori & Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara 1971) h.11
18
“Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama, dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridhoan Allah subhanahu wata‟ala”.17
Dari definisi-definisi tersebut, meskipun terdapat perbedaan dalam
perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapat diambil
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
a) Dakwah itu merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau
aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
b) Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa :
1) Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah subhanahu
wata‟ala atau memeluk agama Islam
2) Amar ma‟ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat (Ishlah).
3) Nahi munkar, mencegah dari perbuatan munkar.
c) Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kejejahteraan hidup yang
diridhoi Allah subhanahu wata‟ala.
Di dalam Al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang
memerintahkan agar umat Islam senantiasa menggerakkan dan
menggiatkan usaha dakwah, sehingga ajaran Islam dapat senantiasa
tegak dan dianut oleh umat manusia, maka Islam harus disiarkan. Hal
ini adalah karena Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Suatu
17
Letjen H. Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta: Forum Dakwah, Pusat Dakwah Islam Indonesia, 1972), h 47
19
ajaran yang dijamin dapat mewujudkan kehidupan aman dan
sejahtera, lahir dan bathin.
Firman Allah subhanahu wata‟ala yang berkenaan dengan
penyelenggaraan dakwah ini antara lain sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125). 18
Terjemahanya :
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. Asy-Syura : 15)19
18
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 281.
19 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 484.
20
Terjemahnya :
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". dan Katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika mereka masuk Islam, Sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali „Imran : 20).20
Terjemahnya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali „Imran: 104).21
Dengan demikian dakwah adalah suatu usaha dalam rangka
proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap menaati ajaran Islam guna
memperoleh ridho Allah dan hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak.
20
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 52.
21 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h.63.
21
3. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat
dalam setiap kegiatan dakwah.
a. Dai (Subjek dakwah)
Kata dai berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang
mengajak. Di Indonesia, dai juga dikenal dengan sebutan lain seperti
mubaligh, ustadz, kiai, syaikh, dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas
dan eksistensinya sama seperti dai. Padahal hakikatnya tiap-tiap sebutan
tersebut memiliki kadar kharisma dan keilmuan yang berbeda-beda dalam
pemahaman masyarakat Indonesia.
Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan
maupun tulisan atau perbuatan dan baik secara individu, kelompok,
organisasi atau lembaga.22 Dalam kegiatan dakwah, peranan dai sangat
penting, karena tanpa adanya dai maka ajaran Islam tidak akan tersebar
ke seluruh penjuru dan hanya akan menjadi pemahaman yang tidak bisa
terwujud dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian seorang dai
harus benar-benar memiliki keahlian yang khusus dalam mengajak
manusia dan memiliki sifat yang bisa menjadi suri tauladan yang baik.23
Dai ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Ia
adalah petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami jalan yang
22
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010), h.19.
23 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Pranada Media, 2009), h.85.
22
boleh dilalui dan mana jalan yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim,
sebelum ia memberi petunjuk jalan pada orang lain. Oleh karena itu, ia di
tengah masyarakat memiliki kedudukan yang penting sebab ia adalah
seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat.
Perbuatan dan tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakatnya.
Ia adalah seorang pemimpin di tengah masyarakat walaupun tidak pernah
dinobatkan resmi sebagai pemimpin. Kemunculan dai sebagai pemimpin
adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.24
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Secara etimologi kata mad‟u berasal dari bahasa Arab, diambil
dari bentuk isim maf‟ul (kata yang menunjukkan objek atau sasaran)25
Mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok,
baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia
secara keseluruhan.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikan dai pada mad‟u, dan yang menjadi maddah dakwah adalah
ajaran Islam itu sendiri, karena semua ajaran Islam yang sangat luas bisa
24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 68.
25 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2011), h.8.
23
dijadikan maddah dakwah Islam.26 Materi dakwah dapat dikelompokkan
menjadi tiga hal pokok, yaitu :
1) Masalah keimanan (Aqidah)
Aqidah dalam Islam adalah pokok kepercayaan dalam agama,
aqidah juga merupakan I‟tiqad bathiniyyah yang mencakup masalah-
masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman seperti iman kepada
Allah, iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada Kitab-Kitab-Nya, iman
kepada Rasul-Rasul Nya, iman kepada Hari Akhir, dan iman kepada
Qadha dan Qadhar Allah, serta masalah-masalah materi dakwah yang
dilarang oleh Allah.
2) Masalah keIslaman (Syariah)
Syariah adalah seluruh hukum dan prundang-undangan yang
terdapat dalam Islam, syariah berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata), dalam rangka menaati semua peraturan atau hukum Allah.
Masalah syariah dapat digolongkan menjadi ibadah yang berisi tentang
pokok thaharah, sholat, zakat, shoum maupun haji. Selain ibadah juga
dapat digolongkan dalam muammalah yang meliputi hukum perdata
(contoh: hukum niaga, hukum nikah, hukum waris dan lain sebagainya)
serta hukum publik (seperti hukum pidana, hukum negara, hukum perang
dan damai).
26
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h.226.
24
3) Masalah budi pekerti (Akhlak)
Materi dakwah tentang akhlak dapat dibedakan menjadi akhlak
kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada
makhluk Allah selain manusia.
Menurut Asmuni Syukir, keseluruhan materi dakwah pada
dasarnya bersumber dari dua sumber, yaitu:27
a) Al-Qur‟an dan Al-Hadits
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah
yakni Al-Qur‟an dan Al-Hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam,
yang mana keduanya merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. Oleh
karenanya materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber
pokok tersebut, bahkan bila tidak bersandar dari keduanya, maka seluruh
aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syari‟at.
b) Opini ulama (Ra‟yuUlama)
Islam menganjurkan ummatnya untuk berfikir, berjihad untuk
menemukan hukum-hukum sebagai tafsiran dan takwil dari Al-Qur‟an dan
Al-Hadits.
Terbentuknya materi dakwah yang berkualitas tidak terlepas dari
dua proses, yakni proses pemilihan materi dan proses penyampaian
materi dakwah. Pelaksanaan kedua proses ini terkait dengan tingkat
masyarakat (mad‟u), pemilihan materi dakwah harus menyesuaikan
27
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 63
25
kondisi, situasi, dan kebutuhan mad‟u baik dari sisi kebutuhan jasmani
maupun rohani masyarakat yang sesuai dengan Islam. Sedangkan proses
penyampaian materi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
maupun pemikiran masyarakat. Sehingga dalam penyampaiannya dai
diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dipahami mad‟u.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Media dakwah adalah sarana yang digunakan oleh dai untuk
menyampaikan materi dakwah. Pada masa kehidupan Nabi Muhammad –
Shallallahi „alaihi wa sallam- media yang paling banyak digunakan adalah
media audiatik yakni menyampaikan dakwah dengan lisan, namun tidak
boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi juga merupakan media
dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru objek dakwah.
Dalam perkembangan selanjutnya terdapat media-media dakwah
yang efektif untuk dipakai. Ada yang berupa media visual audiatif, audio
visual, buku-buku, koran, radio, televisi, dan sebagainya. Kemudian
berkembang pula gagasan untuk menggunakan media dakwah melalui
pemenuhan kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan dan sebagainya.28
Sejalan dengan akselerasi perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi sebagian dari perkembangan kehidupan manusia,
penggunaan media dakwah juga mengalami perkembangan.
28
Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah: Kajian Teoritis dari Khazanah Al-Qur‟an (Semarang: Rasail, 2006), h. 36.
26
Perkembangan teknologi tersebut menuntut semua pihak untuk
senantiasa kreatif, inovatif dan bijak dalam memanfaatkan teknologi, guna
kemaslahatan umat manusia. Media dakwah yang pada awalnya lebih
banyak menggunakan media tradisional berkembang menjadi lebih
banyak variasinya dengan menggunakan sentuhan-sentuhan teknologi
media massa modern, baik dengan media cetak yang variatif (buku, koran,
majalah, tabloid, dan sebagainya) maupun media elektronik yang variatif
pula (radio, televisi, film, VCD, internet dan sebagainya).
Dari sekian banyak hasil teknologi dan komunikasi yang dapat
digunakan sebagai media dakwah, baik cetak maupun elektronik yang
telah ada tersebut, untuk selanjutnya penulis hanya akan lebih
memfokuskan pada bahasan salah satu media elektronik yang menurut
penulis masih merajai media lainnya pada saat ini yaitu media televisi
yang dapat pula dipergunakan sebagai media dakwah.
e. Thariqah (Metode Dakwah)
Metode dakwah adalah cara-cara yang digunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwah yaitu al-Islam serentetan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.29
29
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 34.
27
Menurut M. Alfandi, yang kebanyakan digunakan melalui media
televisi antara lain: metode ceramah (talking method), metode berita
(news method) dan metode ilfiltrasi (infiltration method).30
1) Metode Ceramah (talking method)
Metode ceramah adalah suatu cara penyajian materi dakwah oleh
dai kepada mad‟u dengan menggunakan lisan, yang sering dipergunakan
oleh para dai untuk berdakwah. Ada berbagai teknik berdakwah di televisi
dengan metode ceramah ini, yaitu:
a) Teknik Uraian (the talk)
Dakwah dengan teknik ini adalah seorang dai memberikan uraian
(ceramah) melalui media televisi dengan durasi tertentu sendirian
(monolog), direkam gambarnya baik secara on-air maupun off-air, di
studio atau di luar studio dengan melibatkan atau tidak melibatkan
jamaahnya (mad‟u).
b) Teknik Wawancara
Dakwah dengan teknik wawancara adalah penyampaian materi
dakwah dengan lisan melalui media televisi, yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih (dialog), yang membahas mengenai materi dakwah
tertentu.
c) Teknik Diskusi
Penyampaian materi dakwah melalui media televisi sebagai
pertukaran pikiran (gagasan, pendapat, ide dan sebagainya), antara
30
M. Alfandi,”Perkembangan Dakwah Islam Melalui Media Televisi di Indonesia (telaah terhadap metode dan teknik dakwahnya)” dalam Jurnal Ilmu Dakwah. Vol.22, No.1, 2002. h. 230.
28
sejumlah orang yang ditengahi oleh seorang moderator secara lisan
untuk membahas suatu permasalahan tertentu yang bertujuan untuk
memperoleh kebenaran.
d) Teknik Suara Masyarakat
Merupakan teknik dakwah yang lebih banyak mengetengahkan
pendapat masyarakat tentang suatu masalah, dengan tujuan agar
masyarakat mengetahui bermacam-macam pendapat.31
2) Metode Berita (news method)
Suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang berhubungan
dengan dunia ke-Islaman yang disiarkan melalui media televisi secara
periodik. Ada dua jenis waktu penyajian dengan metode berita tersebut,
yaitu:
a) Berita Harian
Berita harian adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada
masyarakat, yang masih terkait waktu, aktual dan singkat. Berita yang
ditayangkan yakni yang berhubungan dengan dunia ke-Islaman dapat
dilihat setiap hari pada momen Ramadhan, hari besar Islam (Idul Fitri,
Idul Adha), serta pada musim Haji.
b) Berita Berkala
Berita tentang berita dunia ke-Islaman yang disiarkan secara berkala,
bersifat time less (tidak terikat waktu), mempunyai kemungkinan
penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Contoh berita berkala
31
M. Alfandi,”Perkembangan Dakwah Islam Melalui Media Televisi di Indonesia, h. 231
29
adalah liputan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah kejayaan
Islam, informasi dan perkembangan dunia Islam.32
3) Metode Infiltrasi (Infiltration method)
Metode dakwah ini adalah penyampaian materi dakwah dengan
cara diselipkan pada acara-acara televisi umum yang lain, yang tanpa
terasa bahwa pesan (agama Islam) masuk kedalam program tersebut.
Salah satu contohnya yakni dengan cara menyisipkan ajaran Islam dalam
sinetron dan film.
Salah satu metode dakwah yang tepat dipergunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, belum tentu metode dakwah tersebut dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Demikian pula metode
dakwah tertentu yang amat efisien dipakai oleh orang lain.
Kondisi mad‟u itu harus diperhatiakn juga dalam menentukan
metode karena setiap metode dakwah harus dipertimbangkan kondisi
mad‟unya, misalnya dakwah dengan menggunakan diskusi, harus
diimbangi dengan mad‟u yang memiliki pengetahuan yang cukup. Metode
dakwah akan efektif bila diterapkan sesuai dengan kondisi mad‟unya
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125.
32 M. Alfandi,”Perkembangan Dakwah Islam Melalui Media Televisi di Indonesia,
h. 232.
30
Terjemahnya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125). 33
4) Program Dakwah
program dakwah merupakan rancangan suatu kegiatan atau acara
yang bertujuan untuk mengajak orang atau kelokmpok manusia kepada
agama Islam baik dalam hal aqidah, ibadah, syariah serta akhlak. Bentuk
dan macam program siaran dakwah di televisi yaitu sebagai berikut :
a. Format dakwah monologis
Format ini dikemas dalam bentuk ceramah oleh seorang dai yang
didalam ceramahnya diambilkan sebuah sumber yakni dari al-Qur‟an dan
hadits, dengan memberikan tema yang sesuai sentral keagamaan.
b. Format dakwah dialogis
Pola siaran ini yakni dengan mengundang pembicara atau dai
yang dipandu oleh moderator yang membahas tentang keIslaman, dengan
model dialog langsung kepada narasumber.
c. Format dakwah dialog interaktif
Format seperti ini disajikan dengan cara mendatangkan
pembicara yang memberikan materi dakwah dan mengikutkan pendengar
33
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 281.
31
melalui telepon, sms untuk menanyakan suatu permasalahan yang
dibahas kemudian seorang dai atau penceramah menjawabnya dari
pertanyaan yang diajukan itu.
d. Format dakwah pengajian akbar
Tujuan dari format ini adalah selain sebagai pendidikan khususnya
dalam bidang spiritual, juga mengembangkan dan menanamkan rasa
sosial kepada masyarakat.
e. Format dakwah musik Islam
Yakni memutarkan lagu-lagu yang bernuansakan nafas Islami
(qasidah, nasyid atau lagu yang isinya tentang syair-syair keIslaman).
f. Format dakwah dalam bentuk motivasi
Yaitu mengemas acara khusus dengan cara menyisipkan atau
memberikan “kata mutiara hikmah”. Ini mendapat nilai tambah dalam
spiritual atau kerohanian jiwa, yang mengambil dari hadits, kisah teladan
para nabi.34
C. Pengaruh Program Dakwah Televisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) pengaruh diartikan
sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu, orang, benda dan
sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib dan sebagainya.35
34
http://digilib.uinsby.ac.id/3145/7/Bab%25202.pdf& diakses pada tanggal 27 Februari 2018 pukul 08.00
35
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2012), h. 649.
32
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu(orang atau
benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan
seseorang.36
WJS. Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan
sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh
terhadap orang lain (Poerwardaminta: 731).37 Bila ditinjau dari pengertian
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu
daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil
dan dampak yang ada.
Sedangkan program televisi merupakan acara-acara yang
disiapkan dan disiarkan oleh televisi secara garis besar, program TVdibagi
menjadi program berita dan program nonberita. Karena televisi merupakan
media massa yang bersifat audio visual, maka diharapkan televisi bisa
memberikan program siaran yang berbeda kepada khalayak agar pesan
yang disampaikan dapat mudah dimengerti dan dipahami sehingga dari
alasan itu media televisi memberikan kepada khalayak yang disebut
stimulated experience yang berisi hal berikut.
1. Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
2. Berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah
dijumpai.
36
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url= diakses pada tanggal 29 maret 2018 pukul 01.30
37 https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url= diakses pada
tanggal 29 maret 2018 pukul 01.30
33
3. Datang ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.
Program siaran yang disiarkan televisi akan memberikan sugesti
kepada khalayak di dalam kehidupan sehari-harinya sehingga akan
menimbulkan dampak tertentu. Dengan stimulated experience tadi maka
akan memberikan berbagai perbendaharaan pengetahuan kepada
khalayak dan pengetahuan yang dapat akan memberikan kesan yang
mendalam dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.38
Adapun pengertian dakwah yakni suatu usaha, kegiatan, cara-
cara tertentu untuk mengajak orang-orang atau kelompok manusia agar
menganut, mengikuti, menyetujui orang lain untuk meyakini dan
mengamalkan aqidah dan syariat yang terlebih dahulu telah diyakini oleh
pendakwah sendiri. Dakwah selalu diarahkan untuk mempengaruhi tiga
aspek perubahan pada diri mitra dakwah, yaitu aspek pengetahuannya
(knowledge), aspek sikapnya (attitude), dan aspek perilakunya
(behavioral).39
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan dakwah. Dengan bahasa lain, efek merupakan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan.40
38
Khomsahrial Romli, h. 94. 39
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenadamedia, 2004), h. 455. 40
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 105.
34
Anwar Arifin menjelaskan bahwa sebuah ide diterima atau ditolak
melalui tiga proses, yaitu mengerti (proses kognitif), menyetujui (proses
objektif) dan berubah (proses sensomototik). Lebih konkretnya, prosese
perubahan tersebut adalah :
1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan (knowledge).
2. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude).
3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (prectice).
Berdasarkan proses perubahan perilaku tersebut, maka evaluasi
terhadap penerimaan dakwah ditekankan untuk menjawab sejauh mana
ketiga aspek perubahan tersebut, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek behavioral pada penerima dakwah.41
Dalam ilmu komunikasi, efek komunikasi diartikan sebagai
pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator terhadap komunikan.
Menurut M.Chaffee, media massa mempunyai efek yang berkaitan
dengan perubahan sikap, perasaan, dan perilaku dari komunikannya. Dari
pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa mempunyai
efek kognitif, afektif dan konatif/behavioral.42
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas
41
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 456. 42
Ardianto, E. dan Erdinaya, L.K., Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 49.
35
tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam
mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita dapat memperoleh
informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung.43
Setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah akan menyerap
isi dakwah tersebut melalui proses berfikir. Efek kognitif ini bisa terjadi
apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dimengerti
oleh mitra dakwah tentang isi pesan yang diterimanya.
Jadi, dengan menerima pesan dakwah, diharapkan mitra dakwah
merubah cara berpikirnya tentang ajaran agama sesuai dengan
pemahaman yang sebenarnya.seseorang dapat memahami atau mengerti
pesan dakwah setelah melalui proses berpikir. Dalam berpikir seseorang
mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuan yang
diperolehnya, dengan harapan pengetahuan dan pengalaman yang tidak
teratur dapat tersusun rapidan merupakan kebulatan yang dapat dikuasai
dan dipahami. Berpikir ditentukan oleh bermaca-macam faktoryang dapat
mempengaruhi jalannya berpikir. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah bagaimana seseorang melihat dan memahami masalah, situasi
yang sedang dialami dan situasi luar yang sedang dihadapi, pengalaman-
pengalaman yang bersangkutan dan bagaimana kecerdasannya.
43
Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit UT, 1999), h. 87.
36
2. Efek Afektif
Efek ini merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap
mitra dakwah setelah menerima pesan dakwah. Sikap adalah sama
dengan proses belajar dengan tiga variabel sebagai penunjangnya, yaitu
perhatian, pengertian dan penerimaan. Pada tahap atau aspek ini pula
penerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan
dakwah yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima
atau menolak pesan dakwah.44
Efek ini kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak
agar menjadi tahu tetang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui
informasi yang diterimanya khalayak diharapkan dapat merasakannya.45
Membuat komunikan merasakan perassan iba, terharu, sedih, gembira,
marah dan sebagainya terhadap apa yang ditontonnya. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media
massa adalah suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan,
predisposisi individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam
media massa.
3. Efek Behavioral
Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan
dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan pesan
dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul
44
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 457. 45
Siti Karlinah, Komunikasi Massa, h. 89.
37
setelah melalui proses kognitif, afektif dan sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Rahman Natawijaya bahwa tingkah laku itu dipengaruhi
oleh kognitif, yaitu faktor-faktor yang dipahami oleh individu melalui
pengamatan dan tanggapan serta afektif, yaitu yang dirasakan oleh
indivudu melalui tanggapan dan pengamatan dan dari perasaan itulah
timbul keinginan-keinginan dalam individu yang bersangkutan. Dari
pendapat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa seseorang akan
bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami
apa yang telah diketahui itu, kemudian masuk ke dalam perasaannya,
kemudian timbullah keinginan untuk bertindak dan bertingkah laku. Jadi,
perbuatan atau perilaku seseorang itu pada hakikatnya adalah
perwujudan dari pikiran dan perasaannya.
Efek konatif / behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adegan
kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
beringas. Program acara memasak bersama Rudi misalnya, akan
menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan
kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang
mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan
satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut.46
Jika dakwah telah dapat menyentuh aspek behavioral, yaitu
setelah mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-ajaran Islam
46
https://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31efek diakses pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 08.04
38
sesuai dengan pesan dakwah, maka dakwah dapat dikatakan berhasil
dengan baik, dan inilah tujuan final dakwah. Jika gagal atau tidak tercapai
sepenuhnya, maka eveluasi dengan analisis semua kompenen dakwah
akan menjawab sebab kegagalan tersebut yang selanjutnya menjadi
pelajaran berharga untuk dakwah berikutnya.47
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh program
dakwah televisi adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari suatu acara
atau program dakwah yang disiarkan oleh televisi yang memiliki akibat
atau hasil dalam kegiatan menyeru dan mengajak mitra dakwah untuk
meyakini dan mengamalkan syariat islam yang telah terlebih dahulu
diyakini oleh penyeru dakwah.
D. Model-Model tentang Komunikasi Massa
Berikut ini adalah model-model proses komunikasi massa.
1. Model Teori Peluru (Bullet Theory Model)
Teori peluru yang dikenal pula teori Hypodermic Needle atau teori
Stimulus-Response yang mekanistis menyatakan bahwa komunikasi
massa memiliki kekuatan yang besar atas khalayak massa (audiens).
Media massa dianggap memiliki pengaruh yang sangat besar,
layaknya jarum suntik yang dimasukkan dalam tubuh pasien, audiens
menerimanya secara langsung dan pengaruhnya spontan dirasakan. Hal
47
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 458.
39
ini menyebabkan terjadinya perubahan pemikiran khalayak ataupun
perubahan sikap dan perilakunya secara spontan.
2. Model Efek Terbatas (Limited Effects Model)
Model ini muncul sekitar tahun 1940 ketika para ilmuan sosial
tertarik oleh efek-efek langsung dan kuat yang ditimbulkan oleh media
massa atas individu-individu. Sejak saat itu, dilakukan penelitian ilmiah,
yang semuanya menunjukkan kesimpulan yang sama bahwa pengaruh
komunikasi massa adalah terbatas, tidak all-powerfull, bahkan tidak efektif
apabila tujuannya untuk menimbulkan sikap dan / atau perilaku nyata.48
Model efek terbatas ini memperoleh dukungan yang kuat dari
model alur komunikasi dua tahap (two step flow) yang menyatakan bahwa
tidak seluruh pesan media mencapai audiens secara langsung. Sebagian
besar berlangsung secara bertahap. Tahap pertama berasal dari media
massa kepada para pemuka masyarakat (opinion leader). Adapun tahap
kedua berasal dari pemuka masyarakat kepada khalayak ramai (mass
audiens atau followers). Menurut model ini, komunikasi massa hanya akan
efektif, khususnya dalam mengubah sikap dan perilaku (behaviour
change), apabila penggunaannya dikombinasikan dengan komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication).
48
Muhibudin, Wijaya Laksamana, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Pustaka Media,2015),h. 126.
40
3. Model Efek Moderat (Moderate Effects Model)
Model ini merupakan hasil studi atau riset tentang efek yang
dilakukan pada periode 1960-1970-an.
Studi tersebut berawal dari posisi audiens (bukan dari posisi
komunikator) dan lebih memusatkan perhatiannya pada pola-pola
komunikasi mereka, khususnya dalam hubungannya dengan pesan-pesan
media. Model ini meliputi pendekatan-pendekatan berikut.49
a. The Information –Seeking Paradigm
Kecenderungan audiens untuk secara aktif mencari informasi
yang bergantung pada opinion leader. Paradigma ini memusatkan
perhatiannya pada perilaku individual dalam mencari informasi dan
berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang menentukan perilaku.
b. The Uses and Gratifications Approach
Pendekatan ini merupakan pendekatan tentang kebutuhan
individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas manfaat dan
kepuasan. Menurut pendekatan ini, komunikasi massa mempunyai
kapasitas menawarkan sejumlah pesan yang dapat dimanfaatkan oleh
komunikannya, sekaligus dapat memuaskan berbagai kebutuhannya.
Dengan demikian, orang yang berbeda dapat menggunakan pesan-pesan
media yang sama untuk berbagai tujuan atau maksud yang berbeda-beda.
Menurut Rakhmat (2003), pendekatan ini pertama kali dinyatakan
oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi terhadap Bernard Berelson yang
49
Muhibudin, Wijaya Laksamana, Psikologi Komunikasi, h. 127 .
41
menyatakan bahwa penelitian komunukasi mengenai efek media massa
telah mati.
Karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan, efek media sekarang didefinisikan
sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai.
c. The Agenda – setting Function
Model lain yang termasuk efek moderat adalah pendekatan
agenda setting yang dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald
L. Shaw. Model ini menunjukkan pada kemampuan media massa untuk
bertindak selaku agenda (catatan harian) para komunikannya. Hal ini
disebabkan media memiliki kapasitas untuk memilih materi atau isi pesan
bagi komunikannya.
Materi atau isi pesan ini diterima komunikan sebagai sesuatu yang
penting yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya mengenai
sesuatu. Menurut teori ini, media massa tidak dapat mempengaruhi orang
untuk mengubah sikap, tetapi cukup berpengaruh terhadap hal-hal yang
dipikirkan orang. Artinya, media massa mempengaruhi persepsi khalayak
tentang sesuatu yang dianggap penting.50
50 Muhibudin, Wijaya Laksamana, Psikologi Komunikasi, h. 127.
42
d. The Cultural Norms Theory
Menurut teori ini, komunikasi massa memiliki efek yang tidak
langsung atas perilaku melalui kemampuannya dalam membentuk norma
baru. Norma ini berpengaruh terhadap pola sikap yang pada akhirnya
mempengaruhi pola perilakunya.
4. Model Efek Kuat
Model efek kuat ini merupakan indikasi bahwa pada suatu saat
orang akan benar-benar mendapati komunikasi massa yang memiliki efek
yang besar, all-powerfull dalam versi baru.51
Sejumlah studi sependapat bahwa komunikasi massa dapat
mewujudkan powerfull effect apabila ia digunakan dalam program atau
kampanye yang dipersiapkan lebih dahulu secara cermat sesuai dengan
prinsip komunikasi yang ada. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prinsip mengulang-ulang (redundancy), yaitu mengulang-ulang suatu
pesan selama periode waktu tertentu. Cara ini banyak membawa hasil
dibandingkan dengan hanya menyajikan pesan tunggal dalam
memperoleh efek yang diinginkan.
b. Mengidentifikasikan dan memfokuskan pada audiens tertentu yang
ditargetkan (segmentasi khalayak), kemudian merumuskan tujuan dari
komunikasi atau kampanye itu secara khusus dalam arti pesan-
pesannya terkait dan terarah pada pencapaian tujuan. Dengan cara ini
51
Muhibudin, Wijaya Laksamana, Psikologi Komunikasi, h. 128.
43
audiens merasa pesan-pesan itu hanya ditujukan kepadanya dan tidak
kepada setiap orang.
c. Ide atau gagasan dari teori komunikasi juga dapat digunakan dalam
pengembangan tema-tema komunikasi, pesan-pesan yang akan
diciptakan, dan media yang digunakan.52
52 Muhibudin, Wijaya Laksamana, Psikologi Komunikasi, h. 128.
44
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting)
dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan memberikan
penafsiran terhadap hasil penelitian.53 Menurut Bogdan dan Taylor,
penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan
data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku
yang diamati.54
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan
menghimpun data aktual. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan
melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan,
pandangan atau analisis dari penulis.55 Sedangkan Jalaluddin Rakhmat
mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya
53
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41.
54 Lexy, J. Moleong, Metodologi Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), cet. Ke-23, h. 4.
55 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, h. 60.
45
memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.56
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RW 01 Kelurahan Tamarunang,
Kecamatan Mariso, Kota Makassar. Adapun objek penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh atau efek yang dirasakan oleh masyarakat
kelurahan Tamarunang khususnya pada RW 01 dari adanya program
dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik atau menyeluruh,
tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian, peneliti tidak akan
ditetapkan berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi
sosial yang meliputi aspek tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi
secara sinergi. Namun karena terlalu luasnya masalah maka, masalah
penelitian akan dibatasi. Pembatasan inilah yang kemudian dalam
penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.57
Muhammad Ali menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian
adalah upaya pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang
56
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 24.
57
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam presfektif rancangan penelitian), (cet. III, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.22
46
lingkup dan batasan yang akan diteliti.58 Adapun fokus dari penelitian ini
adalah pengaruh program dakwah TVRI SulSel terhadap masyarakat
kelurahan Tamarunang.
D. Deskripsi Fokus
Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh program dakwah TVRI
SulSel terhadap wawasan serta akhlak masyarakat kelurahan
Tamarunang. Adapun deskripsi fokus penelitian ini:
1. Pengaruh program dakwah adalah suatu daya yang ada atau
ditimbulkan dari suatu acara atau program dakwah Islam yang
disiarkan oleh televisi yang memiliki akibat atau hasil dan dampak
yang ada.
2. TVRI SulSel merupakan stasiun televisi daerah yang didirikan oleh
Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan
3. Wawasan ialah pandangan, atau konsepsi cara pandang.
Sedangkan akhlak secara terminologi berarti tingkah laku
seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik.
4. Masyarakat kelurahan Tamarunang adalah sehimpunan manusia
yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan
aturan tertentu di suatu lokasi yang terletak di Kelurahan
Tamarunang Kecamatan Mariso Kota Makassar.
58
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam presfektif rancangan penelitian), h.22
47
E. Sumber Data
Sumber data penelitian terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer atau data pokok yang dibutuhkan yang diperoleh
secara langsung (dari informan pertama) atau diperoleh secara
langsung dari informan yang erat kaitannya dengan masalah yang
akan diteliti yaitu pengaruh program dakwah TVRI SulSel terhadap
masyarakat kelurahan Tamarunang. Dalam penelitian ini yang
termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan pimpinan
serta beberapa staf TVRI dan juga warga masyarakat kelurahan
Tamarunang sebagai responden mengenai pengaruh dari program-
progranm dakwah yang telah disiarkan oleh TVRI SulSel.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada. Sumber
data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan
bisa menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: Buku, majalah,
koran, internet, jurnal serta sumber data lain yang dapat dijadikan
sebagai reverensi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti.
Artinya, peneliti menjadi alat pengumpul data utama karena mampu
menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Selain itu
48
dia juga mampu memahami, menilai, menyadari dan mengatasi
kenyataan-kenyataan itu.59
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat
bantu dalam mengumpulkan data.60 Pengumpulan data pada prinsipnya
merupakan suatu aktivitas yang bersifat operasional agar tindakannya
sesuai pengertian penelitian yang sebenarnya. Jadi yang menjadi
instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
dilengkapi dengan daftar pertanyaan atau pernyataan yang mencakup
fakta, data, pengetahuan, konsep, dan persepsi berkenaan dengan fokus
masalah yang dikaji dalam penelitian, selain itu dibutuhkan alat tulis
menulis berupa catatan dan pulpen dan kamera serta alat perekam.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendukung kelancaran tugas pengumpulan data, maka
diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan untuk dijadikan sebagai
bahan penyusunan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan data, di mana penyelidik
mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki dan pelaksanaannya dapat
59
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (cet. II, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h.32.
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 68.
49
dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun situasi khusus diadakan.61
Teknik observasi yang penulis gunakan adalah observasi partisipan yaitu
peneliti langsung mengadakan pengamatan atau langsung ikut melihat
siaran-siaran program dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.62 Jadi interview disini adalah
hubungan yang harmonis antara peneliti dengan informan dalam rangka
mencari keterangan yang berhubungan dengan maksud dan tujuan
penelitian.
Kedudukan wawancara di sini sebagai pelengkap dalam
mengumpulkan data kebenaran dengan respon masyarakat terhadap
program dakwah TVRI. Jenis interview yang digunakan dalam penelitian
ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu pertanyaan yang diajukan
kepada informan sudah dipersiapkan secara lengkap dan cermat akan
tetapi cara penyampaian pertanyaan tersebut dilangsungkan secara
bebas. Metode ini akan ditujukan kepada beberapa orang responden
untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari program-program dakwah
TVRI SulSel terhadap masyarakat kelurahan Tamarunang. Interview ini
61
Winamo Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Press, 1987), hal. 93.
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hal. 155.
50
juga penulis lakuan kepada pimpinan program atau orang-orang yang
terkait dengan TVRI guna untuk mendapatkan informasi data yang akurat
terkait TVRI SulSel itu sendiri.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang sumber datanya berupa
catatan atau dokumen yang tersedia. Data dokumen diperoleh dari benda-
benda atau dokumen-dokumen buku, notulen rapat atau catatan-catatan
harian serta arsip penting lainnya. Metode ini digunakan untuk menutupi
kekurangan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya untuk mencapai serta menata
secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan
yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menjadikannya sebagai temuan bagi orang lain.63
Tujuan analisis data ialah untuk menyedarhanakan data ke dalam
bentuk yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini ialah metode
63 Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1998), h.183.
51
survey dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun
dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta
sesuai dengan judul peneliti. Teknik pendekatan deskriptif kualitatif
merupakan suatu proses yang menggambarkan keadaan sasaran
sebenarnya, peneliti secara apa adanya, sejauh yang penulis dapatkan
dari hasil observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.64
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan
komunikatif.65
Langkah awal yang penulis lakukan adalah membuat kategori-kategori
dalam bentuk lembaran-lembaran. Data yang penulis dapatkan kemudian
dimasukkan kedalam kategori yang sesuai, misalnya data tentang latar belakang
informan, data tentang kondisi sosial budaya yang terciptanya pola interaksi sosial
merupakan kategori data sehingga memudahkan penulis mengklarifikasikannya.
Langkah selanjutnya direduksi dengan mencari intinya (abstraksi), hasil
abstraksi tersebut disesuaikan dengan temuan-temuan lain yang berfungsi sebagai
penguat data. Pada saat yang sama temuan juga dikonfirmasi kembali kepada
informan untuk memperkuat data sehingga validitasnya nampak atau kelihatan
(pengabsahan data). Data berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
64 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet.XXI, Bandung: Alfabeta, 2015),
h. 335.
65
Asep Saeful Muhtadi dan Agus ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h.107.
52
kemudian di analisis dengan Menelaah seluruh data yang diperoleh dengan cara
membaca, mempelajari, dan memahami secara mendalam data-data tersebut,
kemudian mereduksi data dengan abstraksi yaitu dengan menganalisa dan
merangkum intisari data, kemudian memeriksa keabsahan data. Adapun analisis
data selama pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data,
yakni pada saat wawancara peneliti telah melakukan analisis terhadap jawaban
yang di wawancarai, sampai pada tahap tertentu untuk memperoleh data yang
valid dan kredibel. Analisis ini dilakukan secara interkaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sampai data di anggap cukup.
Kemudian pada tahap akhir, melakukan reduksi data yakni merangkum,
memilih, dan mentransformasi data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan
untuk dicari tema dan polanya. Hal ini agar membantu peneliti untuk
mempersiapkan fokus, membuat kategorisasi, dan menyusun klasifikasi guna
pendalaman dan penyusunan rencana kerja lebih lanjut. Maka pada tahap ini
tentunya data yang tidak relevan dengan pertanyaan dasar penelitian dapat
dipisahkan.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TVRI
1. Sejarah TVRI
Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi pertama
di Indonesia, yang mengudara sejak tahun 1962 di Jakarta dan Starvision
Plus pada tanggal 23 Agustus 1962.
Siaran perdananya menayangkan Upacara Peringatan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara Jakarta.
Siarannya ini masih berupa hitam putih. TVRI kemudian meliput Asian
Games yang diselenggarakan di Jakarta dan di Jakarta Timur di Sentul
pada tanggal 24 Agustus 1962 sejak Capcom di Jepang pada tahun 1979
dan di Jakarta Indonesia sejak 1983.
Stasiun TVRI saat ini adalah Lembaga Penyiaran Publik. Sebagai
biaya operasional TVRI masih ditanggung oleh negara. TVRI memonopoli
siaran televisi di Indonesia sebelum tahun 1989 ketika didirikan televisi
swasta pertama RCTI di Jakarta, dan SCTV pada tahun 1990 di
Surabaya.
Latar Belakang TVRI
a. Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia memutuskan untuk
memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek
54
b. pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek
Asian Games IV.
c. Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK
Menpen No. 20/SK/M/1961, tentang pembentukan Panitia Persiapan
Televisi (P2T).
d. Pada tanggal 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang
berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat
itu, Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu
persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal sebagai berikut :
1) Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
2) Membangun dua pemancar : 100 watt dan 10 KW dengan
tower 80 meter.
3) Mempersiapkan software (program dan tenaga).
e. Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran
percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar
cadangan berkekuatan 100 watt. Kemudian pada tanggal 24 Agustus
1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran
langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama
Gelora Bung Karno.
f. Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963
tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum
Presiden RI.
55
g. Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran
Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara
berturut-turut diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya, Ujungpandang
(Makassar), Manado, Denpasar dan Balikpapan (bantuan
pertamina).120 Sedangkan pembangunan stasiun produksi keliling
dimulai pada tahun 1977. Secara bertahap di beberapa ibu kota
Provinsi dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang
berfungsi sebagai perwakilan atau keresponden TVRI di daerah. SPK
itu terdiri dari perwakilan wilayah Jayapura, Ambon, Kupang, Malang
(tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI stasiun Surabaya), Semarang,
Bandung, Banjarmasin, Pontianak, Banda Aceh, Jambi, Padang dan
Lampung.
2. TVRI SulSel
TVRI Sulawesi selatan didirikan berdasarkan surat keputusan
gubernur kepala Daerah Sulawesi Selatan Nomor 178/VII/71 tanggal 15
juli 1971 dengan menugaskan panitia pembentukan.
Saat itu Gubernur dijabat Oleh Achmad Lamo, yang sekaligus
sebagai ketua umum dengan melibatkan unsur pimpinan daerah Sulawesi
selatan sebagai penasihat, dan panglima komando Wilayah pertahanan
(pangkowilham) IV sebagain pelindung. Walikota KDH Kotamadya
Ujungpandang, H.M Daeng patompo, sebagai pamrakarsa, ditunjuk
sebagai ketua pelaksana.
120
https://www.google.co.id/asal-usul-sejarah-tvri-televisi-republik-indonesia diakses pada 4 Sptember 2018 pukul 21.37
56
Wakil ketua 1 dan wakil ketua II dipercayakan masing-masing
kepada Drs. Th.M.Gobel (Direktur Utama PT National Gobel) dan M.N
Soepomo (Kepala studio RRI Nusantara IV Ujungpandang).
Pada tanggal 7 Desember 1972 TVRI Ujungpandang memulai
program siarannya dalam status „siaran percobaan‟. Saat itu siaran TVRI
Ujungpandang dapat disaksikan untuk radius 60 kilometer pada enam
wilayah : Kota Ujungpandang, Kabupaten Maros, pangkajene kepulauan,
Gowa, Takalar dan Jeneponto.
Sejak siaran percobaan tersebut TVRI Sulawesi Selatan
menggunakan pemancar 1 KW VHF (Very High Frequency) dengan
ketinggian menara 75 meter.121
Sesuai master plan TVRI Pusat,TVRI Ujungpandang di
rencanakan akan dibangun pada tahun 1978. Namun atas inisiatif dan
desakan dari dari unsur pemerintah Daerah setempat khususnya Walikota
kotamadya Ujungpanang, HM Dg.patompo, berhasil mengajak
perusahaan nasional PT.Gobel dan mitranya dari Jepang PT.Matsushita
Electric company, Ltd. Untuk mendirikan stasiun TVRI daerah di
Ujungpandang. Stasiun kemudian didedikasikan kepada warga Sulawesi
Selatan sebagaimana tercantum dalam prasasti sebagai berikut:
“Gedung dan pemancar ini dipersembahkan oleh matsushita electronic
compan ltd. Japan, pt. National gobel indonesia untuk diabadikan kepada
121
Dokumentasi dari LPP TVRI SULSEL diambil pada tanggal 6 september 2018
57
kepentingan pemerintahan dan rakyat indonesia. Ujungpandang, 7
Desember 1972”
TVRI Ujungpandang adalah stasiun TVRI keempat yang
beroperasi setelah Jakarta (24 Agustus 1962), Yogyakarta (17Agustus
1965) dan medan (28 Desember 1970). Penyiaran TVRI Ujungpandang
sesuai nama saat itu berawal hanya satu kali dalam seminggu, pada hari
sabtu jam 19.00 wita hingga jam 20.00 wita.
Pada tanggal 14 Februari 1973 siaran TVRI Stasiun
Ujungpandang ditingkatkan menjadi dua kali dalam seminggu yaitu pada
hari rabu dan sabtu. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1973 siarannya
meningkat menjadi tiga kali dalam seminggupada hari selasa, kamis dan
sabtu.122
Pada tanggal 8 Desember 1973setelah melalui masa siaran
percobaan selama setahun, GubernurKDH Sulawesi Selatan Achmad
Lamo mewakili Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan FILM (RTF)
meresmikan siaran TVRI Ujungpandang.Tanggal 13 Juli 1975 siaran
ditingkatkan menjadi empat kali dalam seminggu yaitu pada hari selasa,
kamis, sabtu dan minggu.
Mulai pada tanggal 16 Agustus TVRI Ujungpandang
menyelenggarakan siaran setiap hari dan merupakan awal siaran relay
dari TVRI Jakarta melalui statelit palapa I. sejak saat itu TVRI
122
Dokumentasi dari LPP TVRI SULSEL diambil pada tanggal 6 september 2018
58
Ujungpandang melaukan penyiaran terpadu (berjaringan) dengan TVRI
Jakarta.
Hingga kini TVRI Sulawesi Selatan mengalami perobahan nama
sesuai perobahan nama dari Ujungpandang menjadi Makassar dan
selanjutnya menjadi TV public berobah menjadi LPP (Lembaga Penyiaran
Publik) TVRI Sulawesi Selatan. Stasiun TVRI Sulawesi Selatan
menyelenggarakan siaran rutin mulai saat TVRI Nasional membuka siaran
(jam 05:00) hingga menutup siaran (jam 24.00) kecuali siaran–siaran
khusus seperti halnya siaran Ramadhan atau siaran sahur.
Stasiun daerah termasuk TVRI Sulawesi Selatan secara rutin
mengudara pada jam 15.00 sampai jam 20.00 wita dengan menutup
siaran nasional. Untuk siaran-siaran khusus lokal menyangkut
kepentingan lokal dapat dilakukan setiap waktu dengan tetap melaporkan
ke TVRI pusat.123
“Dan kini TVRI daerah Sulawesi Selatan dijadwalkan mengudara pada pukul 09.00 sampai 11.00 wita dan 15.00 sampai 20.00 wita. Kecuali jika ada siaran dari TVRI pusat yang sifatnya tidak terikat waktu, maka TVRI SulSel menyiarkan siaran dari TVRI Nasional.”124
123
Dokumentasi dari LPP TVRI SULSEL diambil pada tanggal 6 september 2018 124
Nurdiyah Tamma, Kepala Bidang Program & Pengembangan Usaha, Wawancara Senin 18 Februari 2019
59
3. Motto, Visi dan Misi TVRI SulSel
a. Motto
Media sipakainga“Sipakainga” adalah ungkapan bahasa Makassar
yang bermakna “saling mengingatkan”.Dalam bahasa Bugis terdapat
perbedaan tipis pada huruf terakhir yaitu “sipakainge” dengan makna yang
sama.
Dengan motto ini TVRI Sulawesi Selatan memposisikan diri dekat
kepada warga, menjadi media saling mengingatkan antara public dan
public lainnya seta dari TVRI Sulawesi Selatan sendiri dengan pesan
kontrol sosial yang berlandaskan kebijakan penyiaran “peace information”
atau informasi damai.125
“Sipakainga” sebagai salah satu ungkapan nilai luhur budaya
masyarakat Sulawesi Selatan dalam arti saling mengingatkan memiliki
cakupan luas: saling mengingatkan dalam kebenaran, kebaikan,
kebijakan, kebersamaa dan makna kehidupan dalam tugas kekhalifaan
manusia di atas bumi.
Motto ini demikian pula visi dan misi dicanangkan dan mulai
dipopulerkan pada pertengahan tahun 2007 di Makassar.
125
Dokumentasi dari LPP TVRI SULSEL diambil pada tanggal 6 september 2018
60
b. Visi
Visi TVRI Nasional: Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan
bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa
untuk memperkuat kesatuan nasional.
Visi TVRI Sulawesi Selatan penjabaran visi TVRI Nasional: TV
warga menuntun, mencerdaskan terdepan di kawasan timur.
Visi ini diungkapkan dan dipopulerkan sebagai komitmen
menjadikan TVRI Sulawesi Selatan sebagai media yang menuntun sesuai
motto,mencerdaskan sebagaimana terkandung dalam visi TVRI secara
nasional, dan terdepan di kawasan timur dengan melihat posisi Makassar
yang strategis. Kota metropolis Makassar adalah barometer kemajuan
ilmu, teknologi dan bisnis di belahan timur Indonesia.
Mimpi ini diharapakan dapat diwujudkan melalui langkah-langkah
terprogram dalam 7 misi.
c. Misi
Misi terdiri atas 7 langkah utama menuju mimpi dijuluki “The
Seven Missions”
1) Penciptaan lingkungan dan suasana kerja menyenangkan.
2) Pengembangan Kemampuan SDM berkelanjutan.
3) Pendayagunaan potensi SDM sesuai minat dan
kemampuan.
61
4) Peningkatan mutu siaran sejalan dengan kebutuhan dan
keinginan publik.
5) Mewujudkan kemitraan saling menguntungkan.
6) Mencerdaskan Masyarakat Sulawesi Selatan.
7) Menjadikan media perekat sosial dan pelestari budaya
lokal.126
4) Struktur Organisasi TVRI SulSel
Struktur Organisasi LPP TVRI Stasiun Sulawesi Selatan
No Nama Jabatan NIP
1 Drs. H.
Syarifuddin Lakku,
MM
Kepala LPP TVRI
Stasiun Sulsel
195902271983031005
2 DRA. Nurdiyah
Tamma
Kepala Bidang
Program &
Pengembangan
Usaha
196209822983022001
3 IR. Fuad, MM Kepala Bidang
Berita
19660518199031002
4 Muh. Abduh M. Kepala Bidang
Teknik
196106021983021001
5 DRA. Hj. Ramlia
Ismail, MM
Kepala Bidang
Keuangan
196103011988032003
6 Iriyani Sunusi, SE,
MM
Kepala Bagian
Umum & SDM
196306041988032003
7 Drs. Muh. Yusuf,
M. I. Kom
Kepala Seksi
Program
196007311993031001
126
Dokumentasi dari LPP TVRI SULSEL diambil pada tanggal 6 september 2018
62
8 DRS. Isnaeni
Saufat
Kepala Seksi
Pengembangan
Usaha
1960408231984031001
9 Abd. Rahman
Hamzah,
S.Sos.,M.I.Kom
Kepala Seksi
Produksi Berita
196401131994031001
10 Hengky Okto
Suaebo
Kepala Seksi
C.Affair & Olahraga
196110051986031028
11 Ahmd Faruki Kepala Seksi
Teknik Produksi
196304141983031006
12 Kun Rahman
Trihadi, SP
Kepala Seksi
Fasilitas Transmisi
196512111992031006
13 Abdullah, A.Ma Kepala Seksi
Transmisi
196407041986031007
14 Masykur, SE Kepala Sub. Bagian
Akuntansi
196205061994031003
15 Suriati Mide, SE Kepala Sub. Bagian
Perbendaharaan
196011231990032010
16 Syarifuddin
Mustafa, M.Si
Kepala Sub. Bagian
Perlengkapan
196212311983021016
17 DRA. HJ. A.
Batariana, MM
Kepala Sub. Bagian
SDM
196609251993032001
B. Program Dakwah TVRI SulSel
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa
program merupakan rencana atau rancangan suatu kegiatan, dan dakwah
adalah suatu usaha, kegiatan, cara-cara tertentu untuk mengajak orang-
orang atau kelompok manusia agar menganut, mengikuti, menyetujui
orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat serta
63
akhlak yang terlebih dahulu telah diyakini oleh pendakwah itu sendiri.
Sehingga dengan demikian program dakwah merupakan rancangan suatu
kegiatan atau acara yang bertujuan untuk mengajak orang atau
kelokmpok manusia kepada agama islam baik dalam hal aqidah, ibadah,
syariah serta akhlak.
TVRI Sulsel merupakan stasiun televisi daerah yang didirikan oleh
Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan. TVRI SulSel memiliki beberapa program dakwah yang disiarkan,
sebagai bentuk syiar dakwah islam dan juga memberikan pengajaran-
pengajaran ilmu islam untuk masyarakat khususnya masyarakat Makassar
dan sekitarnya.
“TVRI SulSel memiliki beberapa program dakwah Islam seperti tabir ilahi, ruang bahasa arab, tele tilawah, fokus islami, jalan-jalan islami dan juga senandung islami. Adapun tujuan dari program dakwah ini ialah sebagai bentuk syiar TVRI SulSel dalam menyebarkan agama islam. Khususnya di daerah Sulawesi Selatan.”127
“TVRI SulSel mempunyai beberapa program dakwah diantaranya yaitu tabir ilahi, fokus islami, ruang bahasa arab, tele tilawah, indahnya silaturahmi, jalan-jalan islami dan senandung religi. Program fokus islami, tabir ilahi, indahnya silaturahmi, jalan-jalan islami dan senandung religi merupakan rekaman (tayangan tunda) sedangkan ruang bahasa arab dan tele tilawah merupakan siaran langsung. Sehingga walaupun sudah mempunyai jadwal acara masing-masing, jika ada hambatan untuk melakukan siaran langsung maka rekaman program acara tabir ilahi atau fokus islami yang mengisi kekosongan jadwal siaran”. 128
127
Nurdiyah Tamma, Kepala Bidang Program & Pengembangan Usaha, wawancara Rabu 21 februari 2018
128
Hajrah, Karyawan TVRI, Wawancara senin 18 Februari 2019.
64
Program-program dakwah TVRI telah lebih 10 tahun mewarnai
layar kaca TVRI SulSel. Diantara program dakwah yang disiarkan oleh
TVRI Sulsel sendiri ada tujuh program yaitu tabir ilahi, fokus islami, ruang
bahasa arab, tele tilawah, indahnya silaturahmi, jalan-jalan islami dan
senandung religi.
Namun pada kesempatan kali ini peneliti hanya mengambil 4
program yang akan peneliti bahas, yang menurut peneliti program
tersebut lebih sering ditayangkan oleh TVRI SulSel dan ditonton oleh
masyarakat yaitu tabir ilahi, fokus islami, ruang bahasa arab dan tele
tilawah.
1. Tabir Ilahi
Tabir Ilahi merupakan bentuk program dakwah yang disiarkan
TVRI Sulsel dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Pada program ini tabir ilahi menggunakan format dakwah dialogis.129
Adapun gambaran siaran ini yakni menghadirkan seorang narasumber
atau dai, seorang medorator dan juga sekelompok majelis ta‟lim. Diawal
siaran salah seorang ibu dari kelompok majelis ta‟lim membacakan satu
surah dan kemudian diterjemahkan oleh anggota yang lain dan kemudian
narasumber atau dai yang dihadirkan pada saat itu menjelaskan tentang
makna yang terkandung dalam ayat tersebut dan juga memberikan
tausiyah yang berkaitan dengan ayat yang telah dibacakan tadi. Kemudian
129
Pola dakwah yang mengundang pembicara atau dai yang dipandu oleh moderator dengan model dialog langsung kepada narasumber.
65
mederator dari acara tersebut memandu jalannya acara. Setelah
narasumber atau dai telah menjelaskan dan memberikan tausiyahnya,
mederator memberikan kesempatan untuk para peserta (ibu-ibu majelis
ta‟lim) bertanya tentang seputar tema yang telah dijelaskan. Setelah
narasumber atau dai tersebut menjawab beberapa pertanyaan dari
peserta yang hadir, maka acara tersebut ditutup dan diakhiri dengan
pembacaan Kalamullah dari salah satu peserta yang hadir. Adapun tujuan
dari program tabir ilahi ini ialah untuk memberikan wawasan kepada
audiens dan juga pemirsa tentang pemahaman terhadap syariat-syariat
dalam islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an.
Program dakwah tabir ilahi ini dijadwalkan oleh TVRI SulSel pada
hari jum‟at di pekan pertama dan keempat pukul 18.00 dengan durasi
waktu 30 menit. Namun, program dakwah tabir ilahi ini merupakan siaran
rekaman (siaran tunda) sehinnga siaran tabir ilahi ini dapat disiarkan jika
ada siaran live TVRI SulSel yang tidak tayang, sehingga terkadang tidak
sesuai dengan jadwalnya. Adapun narasumber dari acara ini TVRI SulSel
bermitra dengan sekolah al-azhar.
2. Fokus islami
Fokus islami merupakan program dakwah dengan metode
ceramah dan tanya jawab. Program ini hampir sama dengan program
Tabir Ilahi namun program ini lebih kepada membahas masalah-masalah
yang lebih umum dalam islam. Program ini juga menggunakan format
dakwak dialogis. Adapun gambaran acara pada fokus islami ini hampir
66
sama dengan tabir ilahi, yakni dengan menghadirkan seorang narasumber
atau dai dan juga sekelompok majelis ta‟lim dan acara ini dipandu oleh
seorang mederator. Namun bedanya jika tabir ilahi didahului dan diakhiri
dengan pembacaan Kalamullah, pada fokus islami didahului dan diakhiri
dengan lantunan shalawat oleh ibu-ibu majelis ta‟lim yang hadir pada saat
itu. Fokus islami senantiasa membahas tentang masalah-masalah yang
sedang terjadi dikalangan masyarakat. Misalnya pada saat maulid maka
tema yang dibawakan pada acara tersebut mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan maulid.
Program dakwah fokus islami ini merupakan siaran langsung (live)
yang disiarkan oleh TVRI SulSel. Program ini dijadwalkan pada hari kamis
pekan kedua dan ketiga pada pukul 15.00 dengan durasi waktu 60
menit.130
3. Ruang Bahasa Arab
Ruang Bahasa Arab merupakan bentuk program dakwah yang
mengajarkan tentang ilmu Bahasa Arab. Dalam program ini dihadirkan
seorang da‟i atau guru Bahasa Arab kemudian menjelaskan kaidah-kaidah
dalam Bahasa arab, baik yang ada dalam Al-Qur‟an maupun bahasa
sehari-hari dan juga seorang moderator yang memandu jalannya acara
tersebut. Adapun tujuan dari program ruang bahasa arab sendiri yakni
memperkenalkan kepada audiens dan juga pemirsa tentang kosa kata-
130
Nurdiyah Tamma, Kepala Bidang Program & Pengembangan Usaha, wawancara Rabu 21 februari 2018.
67
kosa kata dalam bahasa arab, kemudian memberikan pemahaman
tentang kaidah-kaidah dalam bahasa arab. Agar pemirsa atau audiens
lebih memahami tentang bahasa arab dan lebih dapat memahami makna
yang terkandung dalam Al-Qur‟an.
Program ini juga menggunakan format dakwah dialogis dan
dikemas dalam bentuk talk shaw. Acara ini dipandu oleh seorang
mederator. Dalam program ini narasumber terlebih dahulu memberi
penjelasan kepada peserta tentang materi bahasa arab yang akan
dibahas. Kemudian narasumber tersebut mencotohkan cara membaca
kosa kata dalam bahasa arab atau biasa juga sebuah dialog dalam
bahasa arab kemudian diikuti oleh para peserta yang hadir (murid sekolah
islam). Setelah itu mederator memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya kepada narasumber jika ada yang masih belum difahami
dari materi yang dibawakan.
Program ruang bahasa arab sendiri merupakan program siaran
langsung atau live yang disiarkan pada hari selasa pekan pertama, ketiga
dan kelima pada pukul 15.00 dengan durasi waktu 30 menit.
4. Tele Tilawah
Program tele tilawah ini merupakan dakwah Qur‟an yang
menjelaskan tentang cara-cara membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
68
benar. Dalam program ini digunakan format dakwah dialog interaktif.131
Tujuan dari acara ini yakni memberikan motivasi dan bimbingan membaca
Al-Qur‟an secara benar dan indah kepada pemirsa. Adapun gambaran
program ini yaitu menghadirkan dua orang narasumber dan seorang
mederator. Narasumber pertama sebagai pembawa materi dan
narasumber kedua sebagai penilai (juri) yang akan menilai bacaan para
peserta (pemirsa) yang ikut membacakan ayat Al-Qur‟an melalui line
telphone.
Acara ini dipandu oleh seorang mederator kemudian mederator
mempersilahkan kepada narasumber pertama untuk membawakan meteri
tentang cara membaca suatu ayat dalam Al-Qur‟an beserta hukum-hukum
yang terdapat pada ayat tersebut, dan mencontohkan bacaan yang benar
pada ayat yang dibahas. Kemudian moderator memberikan kesempatan
kepada beberapa pemirsa dirumah untuk mencoba membacakan ayat
yang telah dijelaskan dan dicontohkan oleh narasumber pertama dengan
benar dan indah melalui telepon. Setelah itu akan dinilai oleh narasumber
yang kedua, kemudian akan dipilih tiga orang pemirsa yang bacaannya
benar dan tepat. Kemudian akan dihubungi kembali oleh TVRI SulSel
untuk diberikan hadiah.
131
Format ini disajikan dengan mendatangkan pembicara yang memberikan materi dakwah dan mengikutkan pendengar melalui telepon, sms untuk menanyakan suatu permasalahan yang dibahas kemudian dijawab oleh narasumber.
69
Program ini merupakan program siaran langsung atau live yang
disiarkan pada hari jum‟at di pekan pertama dan ketiga pada pukul 15.00
dengan durasi waktu 60 menit.
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
“Kelurahan Tamarunang merupakan pecahan dari kelurahan Bontorannu. Kelurahan Bontorannu dimekarkan pada tahun 1989 (masih masa transisi) dan diresmikan sebagai kelurahan Tamarunang pada tahun 1991”.132
Kelurahan Tamarunang ini terdapat 5 RW, namun pada penelitian
kali ini peneliti hanya akan memfokuskan pada masyarakat RW 01.
Adapun alasan mengapa peneliti hanya mengambil objek pada RW 01
dikarenakan peneliti cukup lama tinggal dilokasi tersebut sehingga
memudahkan untuk mengetahui keadaan masyarakat di tempat tersebut.
1. Luas Wilayah Kelurahan Tamarunang
Secara umum luas wilayah kelurahan Tamarunang menurut
penggunaannya adalah seluas 22,2 ha/m² yang dibagi sebagai berikut :
Luas pemukiman 4,2 ha/m²
Luas persawahan -
Luas perkebunan -
Luas kuburan -
Luas pekarangan 2 ha/m²
Luas taman 1 ha/m²
Perkantoran 4 ha/m²
132
Andi Zulfandi, Sekretaris Lurah, Wawancara Kamis 24 mei 2018.
70
Luas prasarana umum lainnya 11 ha/m²
Total luas 22,2 ha/m²
2. Batas Wilayah
Secara geografis dapat diketahuhi batas-batas wilayah di
kelurahan Tamarunang sebagai berikut.
Batas Kelurahan Kecamatan
Sebelah utara Mattoanging Mariso
Sebelah selatan Sambung Jawa Mamajang
Sebelah timur Tamparang Keke Mamajang
Sebelah barat Bontorannu Mariso
Adapun batasan wilayah khusus RW 01 sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan jalan Hati Murni
Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Baji Minasa
Sebelah barat berbatasan dengan jalan Baji Minasa lorong 3
Sebelah timur berbatasan dengan jalan Cendrawasih.133
3. Jumlah Penduduk
Secara keseluruhan jumlah masyarakat di kelurahan tamarunang
yakni 5601 jiwa, yang terbagi menjadi 5 Rukun Warga (RW). Adapun
pemecahannya sebagai berikut :134
133
Moh. Ediwan, ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019
71
RW Laki-laki Perempuan Jumlah
RW 01 437 454 891
RW 02 595 574 1169
RW 03 548 521 1069
RW 04 584 623 1207
RW 05 645 620 1265
Total keseluruhan 2809 2792 5601
Adapun pemecahan jumlah penduduk RW 01 sebagai berikut :135
RT Laki-Laki Perempuan Jumlah KK
A 125 147 71
B 159 145 79
C 99 90 58
D 54 72 42
TOTAL 437 454 250
134
Dokumentasi Kelurahan Tamarunang, diambil pada tanggal 24 Mei 2018 135
Moh. Ediwan, ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019
72
4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH
KELURAHAN TAMARUNANG
LURAH
Nama : Anthon Dua, S.sos
Pangkat : Penata Tk. I
NIP : 197408221993011001
Nama : Agustiah
Pangkat : Penata
NIP : 196008171987032009
Nama : Andi Zulfadli, SE.
Pangkat : Penata
NIP : 198403212010011011
Nama : Hj. Salmah B., S.Sos.
Pangkat : Penata Muda
NIP : 196402062008012002
Nama : Amar Ma’ruf , SH
Pangkat : Penata
NIP : 197609182010011011
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS
0SEKSI PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN
SEKSI PEREKONOMIAN
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN
PENERAPAN GERAKAN SENTUH
SEKSI PEMERINTAHAN
PENGELOLAAN JARINGAN DAN
PEMBERDAYAAN RT/RW
BINMAS PLKB BABINSA
Aiptu Muh.Asrul Dra. A. Rinawati R Serka Hasilah
73
4. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Secara umum kondisi pendidikan masyarakat di kelurahan
Tamarunang dapat digambarkan, hanya 90% yang dapat menyelesaikan
tingkatan SD (Sekolah Dasar). Dan dari persentase tersebut semuanya
(90%) dapat melanjutkan kejenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Kemudian dari persentase tersebut hanya 70% yang dapat menyelesaikan
hingga ke tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). Kemudian hanya 50%
dari data tersebut yang dapat menyelesaikan ke jenjang S1. Dan hanya
25% yang lulus S1 yang kemudian melanjutkan ke tingkat S2. Dan hanya
10% yang dapat menyelesaikan hingga tinggkat S3 dari data tersebut.82
“Kondisi pendidikan masyarakat RW 01 Kelurahan Tamarunang yakni diperkirakan hanya 70% yang menempuh jalur pendidikan dan sisanya tidak sekolah. Hal tersebut karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan dan juga tingkat kesadaran orang tua yang kurang dalam hal tersebut. Kebanyakan dari masyarakat RW 01 ini lebih mengutamakan langsung terjun ke dunia perdagangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari pada untuk bersekolah.”83
5. Keagamaan Masyarakat
Masyarakat kelurahan tamarunang mayoritas beragama islam.
Adapun data yang peneliti dapatkan dari kelurahan dikisarkan 80% yang
beragama islam, 10% yang beragama kristen, 5% beragama hindu budha
dan sisanya beragama konghucu.84
82
Andi Zulfandi, Sekretaris Lurah, Wawancara Kamis 24 mei 2018 83
Moh. Ediwan, ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019 84
Andi Zulfandi, Sekretaris Lurah, Wawancara Kamis 24 mei 2018
74
Secara umum, masyarakat kelurahan tamarunang memiliki
pemahaman agama yang berlandaskan Al-Qur‟an dan hadits serta ijtihad
para ulama. Khususnya masyarakat di RW 01 tidak ada ormas islam yang
terlihat mendominan di masyarakat ini. Hampir seluruhnya sama, yakni
mengikut pada pemerintah. Pada waktu shalat 5 waktu, mereka
melaksanakan cara shalat yang sama, berzakat, berpuasa dibulan
ramadhan dan berhaji bagi yang mampu. Merayakan hari-hari besar
agama islam seperti idul fitri, idul adha, maulid dan yang lainnya.85
Sangat disayangkan karena dari hasil pengamatan penelti
kebanyakan dari pemuda-pemuda di masyarakat ini kehidupannya jauh
dari ajaran agama. Hanya segelintir orang-orang tua saja yang mengisi
shaf pada shalat 5 waktu di masjid. Adapaun anak-anak dan para
pemudanya telah banyak disibukkan dengan urusan dunia, entah untuk
mencari uang atau hanya sekedar bermain.
Dari segi akhlak pun peneliti mengamati bahwa masih sangat jauh
dari ajaran agama. Kata-kata kasar dan kurang sopan sering terucapkan
dari bibir-bibir anak-anak, itu semua tidak terlepas dari faktor lingkungan
dan didikan orang tua.
6. Mata Pencarian Masyarakat
Secara umum tingkat pekerjaan atau mata pencarian masyarakat
di kelurahan Tamarunang, sebanyak 30% masyarakatnya bekerja sebagai
85
Moh. Ediwan, ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019
75
buruh harian atau pedagang. Dan 30% bekerja sebagai karyawan swasta.
Dan 30% juga sebagai PNS (Pegawai Negri Sipil). Dan 10% nya bekerja
sebagai TNI/Polri.86
Adapun di RW 01 mata pencarian masyarakat 90% adalah
pedagang dan 10% sisanya adalah PNS dan buruh bangunan. Hal ini
dilatar belakangi karena lokasi yang dekat dengan sebuah pusat
perbelanjaan. 87
D. Pengaruh Program Dakwah TVRI SulSel Terhadap Masyarakat
Kelurahan Tamarunang di RW 01
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa pengaruh
ialah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, orang, benda dan
sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib dan sebagainya.88
Dan juga WJS. Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan
sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh
terhadap orang lain.89 Bila ditinjau dari pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau
86
Andi Zulfandi, Sekretaris Lurah, Wawancara Kamis 24 mei 2018 87
Moh. Ediwan, ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019 88
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2012), h. 649
89
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url= diakses pada tanggal 29 maret 2018 pukul 01.30
76
timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang
ada.
Sedangkan program televisi merupakan acara-acara yang
disiapkan dan disiarkan oleh televisi. sehingga pengaruh program
dakwah televisi adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari suatu
acara atau program dakwah yang disiarkan oleh televisi yang
memiliki akibat atau hasil dalam kegiatan menyeru dan mengajak
mitra dakwah untuk meyakini dan mengamalkan syariat islam yang
telah terlebih dahulu diyakini oleh penyeru dakwah.
Dari hasil wawancara peneliti terhadap beberapa masyarakat
kelurahan tamarunang dari kalangan remaja bapak-bapak dan juga ibu-
ibu majelis ta‟lim, peneliti menemukan bahwa ternyata minat masyarakat
terhadap program dakwah TVRI sangat kurang. Hanya sebagian kecil
diantara mereka (ibu-ibu) yang mengetahui dan menyaksikannya. Hal ini
dikarenakan beberapa sebab yakni acaranya kurang menarik, monoton,
lebih sering menggunakan HP daripada televisi, dan juga kurangnya TVRI
mempromosikan program-program siaran dakwahnya kepada masyarakat
sehingga masih ada yang tidak mengetahui keberadaan program dakwah
TVRI.
Dari beberapa responden yang peneliti wawancarai
menyampaikan sarannya untuk TVRI agar meningkatkan acaranya
menjadi lebih menarik dengan mengundang narasumber yang lebih
77
dikenal oleh masyarakat, atau juga mengundang bintang tamu dari
kalangan artis yang dikenal, dan juga mempromosikan atau lebih
memperkenalkan program-program yang ditayangkannya kepada
masyarakat. Adapun beberapa responden yang menyaksikan dan
mendapat pengaruh dari program dakwah TVRI ada sekitar 5 responden.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa dalam ilmu
komunikasi, efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan
oleh pesan komunikator terhadap komunikan. Menurut M.Chaffee, media
massa mempunyai efek yang berkaitan dengan perubahan sikap,
perasaan dan perilaku dari komunikannya. Dari pernyataan tersebut dapat
dijelaskan bahwa media massa mempunyai efek kognitif, afektif dan
konatif/behavioral.90
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya, meliputi peningkatan kesadaran, belajar
dan tambahan pengetahuan. Efek Afektif berhubungan dengan emosi,
perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan
dengan perilakudan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara
tertentu.91
90
Ardianto, E. dan Erdinaya, L.K., Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 49
91
https://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31efek diakses pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 08.04
78
Adapun responden yang mendapat pengaruh atau efek dari
program dakwah TVRI SulSel yakni ibu Lies Herawati, ibu Sri Wahyuni,
ibu Hapsah, ibu Misnaini dan ibu Muryati.
Responden pertama yaitu ibu Lies Herawati berusia 50 tahun dan
seorang wiraswasta. Ibu Lies Herawari seorang ibu rumah tangga dan
wirausaha yang memiliki seorang putri. Ibu Lies biasa menyaksikan
program-program dakwah yang disiarkan di televisi, tidak hanya yang
disiarkan oleh TV Nasional TVRI SulSel namun juga siaran dakwah di
chanel TV swasta yang lain. Namun dalam wawancara ini kami hanya
membahas tentang pengaruh program dakwah dari TVRI SulSel.
Ibu Lies biasa menyaksikan program dakwah yang disiarkan oleh
TVRI SulSel di sore hari walaupun hanya kebetulan menonton televisi.
Beliau sebenarnya tidak mengkhususkan waktu nonton pada setiap
program Dakwah TVRI. Hanya saja kebetulan nonton televisi dan melihat
siaran dakwah yang ditayangkan oleh TVRI sehingga beliau tertarik untuk
menyaksikan acara tersebut.
“Program dakwah TVRI yang biasa saya nonton seperti fokus islami, tele tilawah dan indahnya silaturahmi. Menurut saya materi yang dibawakan di program tersebut sebenarnya materi-materi umum yang sudah diketahui banyak orang, namun hal tersebut menjadi penguat pemahaman saya dan juga menambah keimanan dalam menjalankan ibadah.”92
Adapun program siaran dakwah TVRI yang pernah beliau
saksikan adalah fokus islami, tele tilawah dan indahnya silaturahmi. Beliau
92 Lies Herawati, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 25 Maret
2019
79
menyaksikan program dakwah TVRI kurang lebih 2 tahun walaupun beliau
jarang menonton siaran tersebut. Dari program tersebut beliau
mengetahui bahwa program dakwah yang disiarkan TVRI SulSel
merupakan bentuk syiar TVRI SulSel dalam menyebarkan agama Islam
juga memberikan wawasan tentang agama Islam. Program fokus islami
dan indahnya silaturahmi yang menjelaskan tentang agama islam juga
menambah wawasan tentang agama islam. Sebenarnya dari program
dakwah TVRI SulSel ini menguatkan wawasan yang telah ia ketahui
sebelumnya. Keimanan beliaupun semakin bertambah setelah
menyaksikan program tersebut, yang biasanya malas dalam beribadah
menjadi rajin beribadah setelah menyaksikan program tersebut, yang
biasanya menunda waktu shalat akhirnya melaksanakan shalat tepat
waktu. Pada program tele tilawah beliau mengetahui tentang cara-cara
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar karena dalam acara tersebut
dijelaskan dan diberi contoh bagaimana cara membaca Al-Qur‟an dengan
benar dan indah. Hukum-hukum bacaan Al-Qur‟an yang telah ia ketahui
pun menjadi semakin mantap saat menyaksikan program tele tilawah.
Dalam hal ini ibu Lies mendapatkan pengaruh yang positif dari
segi kognitif, wawasan beliau bertambah dengan bertambahnya
pengetahuan-pengetahuan yang beliau dapatkan dari program dakwah
TVRI SulSel. Dan dari segi afektif (emosional dan sikap) juga berdampak
positif, dengan tertariknya beliau untuk meyaksikan siaran dakwah
tersebut. Adapun dari segi konatif atau behavior (perilaku) sangat baik, hal
80
ini dapat dilihat bagaimana keimanan beliau yang bertambah setelah
menyaksikan acara tersebut, dan juga bagaimana beliau mengaplikasikan
cara membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar.
Ibu Lies Herawati seorang wiraswasta, walaupun beliau sibuk
dengan usahanya, namun beliau masih semangat dan selalu
menyempatkan dirinya untuk menuntut ilmu. Ilmu-ilmu agama serta
bacaan Al-Qur‟an yang telah beliau ketahui bukan hanya dari siaran
televisi yang beliau saksikan namun beliau juga menyempatkan diri untuk
menghadiri majelis-majelis ilmu untuk terus memperdalam
pengetahuannya tentang islam dan juga memperbaiki bacaan Al-
Qur‟annya.
Responden kedua yakni ibu Sri Wahyuni berusia 47 tahun
seorang ibu rumah tangga. Ibu Sri Wahyuni seorang ibu rumah tangga
dengan dua orang putri, beliau memiliki sebuah warung kecil di rumahnya
untuk tambahan penghasilan rumah tangganya. Ibu Sri Wahyuni atau
biassa dipanggil mba Uni biasa menyaksikan program-program dakwah
yang disiarkan di televisi, tidak hanya yang disiarkan oleh TV Nasional
TVRI SulSel, namun juga siaran dakwah di chanel TV swasta yang lain.
Namun dalam wawancara ini kami hanya membahas tentang pengaruh
program dakwah dari TVRI SulSel. Walaupun terkadang beliau harus
mengalah dengan anak-anaknya yang juga ingin menonton kartun, jadi
beliau lebih jarang menonton televisi dibanding anak-anaknya.
81
“Saya biasa menyaksikan acara ruang bahasa arab, dari acara ini saya mengetahui beberapa kosa kata dalam bahasa arab seperti kaifa haaluk, bikhairin, syukran, afwan dan sebagainya.”93
Adapun program dakwah TVRI yang biasa disaksikan oleh mba
Uni ialah program Ruang Bahasa Arab. Walaupun beliau menyaksikan
program ini hanya kadang-kadang, namun dengan adanya program ini
mba Uni mendapat manfaat yang positif. Wawasan mba Uni dalam
berbahasa arab lebih berkembang. Seperti yang dulunya beliau tidak
mengetahui bahasa Arab sama sekali, sedikit demi sedikit beliau
mengetahui melalui program tersebut. Contohnya beliau tau percakapan
perkenalan dalam bahasa arab, beberapa kosa kata dalam bahasa Arab
seperti “bikhairin”, “kaifa haaluk”, ”afwan”,”syukran”, dan sebagainya.
Dalam hal ini ibu mba Uni mendapatkan pengaruh yang positif dari
segi kognitif, wawasan beliau tentang bahasa Arab bertambah dengan
bertambahnya pengetahuan-pengetahuan yang beliau dapatkan dari
program dakwah TVRI SulSel. Begitu pula dari segi afektif beliau merasa
tertarik untuk meyaksikan program tersebut. Adapun dari segi konatif atau
behavior (perilaku) beliau masih kaku untuk menggunakan bahasa arab
yang telah diketahuinya. Hal ini terjadi karena tidak adanya lawan bicara
yang dimana dia bisa mengaplikasikan bahasa yang telah dia ketahui.
Mba Uni juga merupakan sosok seorang ibu yang masih
semangat dalam menuntut ilmu walaupun ditengah kesibukannya
mengurus dua orang putri dan menjaga warung beliau masih
93 Sri Wahyuni, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 21 Maret
2019.
82
menyempatkan diri untuk menghadiri majelis-majelis ilmu dan juga belajar
bahasa Arab di masjid dekat rumahnya. Jadi wawasan tentang bahasa
Arab yang ia ketahui bukan hanya semata ia dapatkan di televisi namun
juga pada majelis-majelis ilmu di masjid dekat rumahnya. Yang dimana di
masjid dekat rumah beliau sedang ada mahasiswa yang sedang praktek
akhir, yang mengajari tentang agama islam, bahasa arab dan membacaAl-
Qur‟an. Namun sayangnya kegiatannya hanya berlangsung selama 2
bulan.
Responden ketiga yakni ibu hapsah berusia 48 tahun seorang ibu
rumah tangga. Ibu Hapsah seorang ibu rumah tangga berusia 48 tahun,
beliau sangat senang menyaksikan program-program dakwah di televisi
dan senang bermajelis ilmu.
“Saya biasa menonton tabir ilahi dan tele tilawah. Saya pernah ikut menelpon langsung untuk mengikuti acara tele tilawah. dari acara ceramah juga saya dapat banyak ilmu, yang dengan ilmu itu amalan ibadah saya bertambah. Saya juga sering ikut pengajian di masjid untuk menambah ilmu.”94
Adapun program dakwah yang biasa disaksikan oleh ibu Hapsah
ini ialah tabir ilahi dan tele tilawah. Ibu Hapsah sudah cukup lama
meyaksikan program dakwah di TVRI kurang lebih setahun, walaupun
beliau juga hanya sekedar nonton ketika menonton televisi, tidak
mengkhususkan waktu tersendiri untuk program tersebut. Walaupun
demikian, ibu Hapsah ini merasakan manfaat yang cukup baik dari
program dakwah yang disiarkan oleh TVRI SulSel. Diantara manfaat yang
94 Hapsah, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 25 Maret 2019
83
beliau rasakan yakni wawasan beliau tentang islam semakin bertambah
dan dengan bertambahnya wawasan beliau keimanan beliaupun semakin
baik dari sebelumnya, begitu pula ibadahnya semakin rajin iya lakukan
seperti perkara shalat beliau lebih rajin dari sebelumnya, dan juga mulai
membiasakan puasa sunnah senin kamis. Begitu juga pada program tele
tilawah, beliau belajar sedikit demi sedikit cara mengaji yang benar dan
indah dari program tersebut dan mengamalkannya saat ia mengaji. Beliau
juga pernah melakukan dialog interaktif langsung saat acara tersebut
berlangsung sebagai kesungguhan beliau untuk belajar mengaji.
Dalam hal ini ibu Hapsah mendapatkan pengaruh yang positif dari
segi kognitif, wawasan beliau bertambah dengan bertambahnya
pengetahuan-pengetahuan yang beliau dapatkan dari program dakwah
TVRI SulSel. Dan dari segi afektif (emosional dan sikap) juga berdampak
positif, dengan tertariknya beliau untuk meyaksikan siaran dakwah
tersebut. Adapun dari segi konatif atau behavior (perilaku) sangat baik,
karena ilmu yang beliau dapatkan diaplikasikan dalam kehidupannya
sehari-hari terbukti dari meningkatnya keimanan serta amalan ibadah
wajib dan sunnahnya.
Responden keempat yakni ibu Misnaini L, S.Pd. berusia 46 tahun
seorang guru TK. Ibu Misnaini merupakan seorang ibu rumah tangga yang
sekaligus seorang guru TK. Beliau biasa menyaksikan program dakwah di
televisi, bukan saja di TVRI, namun juga di chanel TV yang lain.
84
“Saya biasa nonton acara tele tilawah, walaupun tidak sering, namun dari acara tersebut saya mendapat tambahan ilmu terutama dalam hal membaca Al-Qur‟an.”95
Adapun program dakwah TVRI SulSel yang biasa ibu Misnaini
saksikan yakni tele tilawah. Kurang lebih setahun ibu Misnaini
menyaksikan program tele tilawah di TVRI SulSel. Yang beliau ketahui
dari program tersebut yakni program tersebut merupakan syiar dari TVRI
SulSel untuk menyebarkan dakwah islam dan juga memberikan pelajaran
dan wawasan kepada masyarakat agar lebih memahami tentang agama
Islam. Program tele tilawah yang biasa disaksikan oleh ibu Misnaini
merupakan program pembelajaran (pendidikan) membaca Al-Qur‟an
dengan benar dan indah. Walaupun walaupun ibu Misnaini ini menonton
tele tilawah hanya sesekali sebagaimana ibu-ibu yang lain, namun beliau
mendapatkan manfaat yang cukup baik dari program acara tersebut yang
dimana pada program ini mengajarkan bagaimana cara membaca Al-
Qur‟an dengan benar dan indah.
Adapun pengaruh yang di rasakan oleh ibu Misnaini ketika
menonton progran dakwah ini ialah, wawasan beliau tentang bacaan Al-
Qur‟an semakin baik. Sedikit-demi sedikit beliau mengetahui bacaan Al-
Qur‟an yang benar, sehingga dari ilmu yang telah ia ketahui tersebut ia
aplikasikan kedalam kesehariannya dalam membaca Al-Qur‟an. Ternyata
masih banyak hukum-hukum bacaan yang belum beliau ketahui
sebelumnya, dan setelah menonton acara tele tilawah beliau mengetahui
95 Misnaini, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 03 Maret 2019
85
sedikit demi sedikit hukum-hukum bacaan dalam Al-Qur‟an seperti hukum
qalqalah, huruf-hurufnya serta cara membacanya. Setelah mengetahui
ilmu tersebut, beliau aplikasikan ketika ia membaca Al-Qur‟an.
Dalam hal ini ibu Misnaini mendapatkan pengaruh yang positif dari
segi kognitif, wawasan beliau bertambah dengan bertambahnya
pengetahuan-pengetahuan yang beliau dapatkan dari program dakwah
TVRI SulSel. Dan dari segi afektif (emosional dan sikap) juga berdampak
positif, dengan tertariknya beliau untuk meyaksikan siaran dakwah
tersebut. Adapun dari segi konatif atau behavior (perilaku) sangat baik,
terbukti dari bagaimana beliau mengaplikasikan ilmu yang telah ia
dapatkan dari program tele tilawah.
Responden kelima yakni ibu Muryati berusia 58 tahun seorang ibu
rumah tangga. Ibu Muryati adalah seorang ibu rumah tangga berusia 58
tahun. Diusianya yang tidak lagi muda, namun ibu Muryati masih senang
untuk bermajelis ilmu dan menyaksikan siaran-siaran dakwah di televisi.
“Saya pernah menonton siaran dakwah TVRI SulSel yang fokus islami dan jalan-jalan islami. Dari acara tersebut saya lebih tau banyak tentang tempat-tempat sejarah islam.”96
Adapun program dakwah TVRI SulSel yang sempat beliau
saksikan yakni fokus islami dan jalan-jalan islami. Walaupun beliau tidak
sering menontonnya, namun beliau dapat mengambil ibrah ketika beliau
menyaksikan acara tersebut. Beliau merasa wawasan beliau dari segi
keagamaan lebih bertambah. Beliau lebih mengetahui tentang ajaran
96 Muryati, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tangga 03 Maret 2019
86
agama islam, seperti kisah-kisah dan sejarah-sejarah dalam islam, yang
dimana dengan bertambahnya ilmu beliau, kemudian beliau menceritakan
kepada keluarga beliau dan kemudian beliau semakin semangat dan ingin
lebih mengetahui banyak hal tentang kisah dan sejarah dalam islam.
Ibu Muryati merupakan sosok orang yang semangat dalam
menuntut ilmu. Beliau tidak hanya menonton TV untuk memahami agama
ini, beliau sering mengikuti kegiatan majelis ta‟lim untuk menambah
wawasannya tentang islam. Sehingga wawasan beliau lebih mantap lagi
ketika ia lebih banyak mendengar tentang ilmu-ilmu agama.
Dalam hal ini ibu Muryati mendapatkan pengaruh yang positif dari
segi kognitif, wawasan beliau bertambah dengan bertambahnya
pengetahuan-pengetahuan yang beliau dapatkan dari program dakwah
TVRI SulSel. Dan dari segi afektif (emosional dan sikap) juga berdampak
positif, dengan tertariknya beliau untuk meyaksikan siaran dakwah
tersebut. Adapun dari segi konatif atau behavior (perilaku) cukup baik,
terbukti dari bagaimana beliau menceritakan ilmu yang telah ia dapatkan
dari program yang telah ia tonton dan semakin semangat dalam menuntut
ilmu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberaba responden di
kelurahan Tamarunang khususnya RW 01 peneliti menyimpulkan bahwa
para responden mendapat pengaruh dari segi kognitifnya yang dimana
wawasan mereka semakin bertambah mengenai ajaran dalam agama
Islam. Begitupun dari segi afektif (emosional dan sikap) juga mendapat
87
pengaruh positif, dengan tertariknya mereka untuk meyaksikan siaran
dakwah tersebut hingga selesei dan dapat mengambil manfaat yang
positif dari siaran tersebut. Dan juga dari segi konatif atau behavior
beberapa responden mengalami sidikit perubahan perilaku dari yang
awalnya mereka malas beribadah, setelah menonton siaran tersebut
keimanan dan wawasan mereka meningkat hingga dapat meningkatkan
kualitas amalan mereka. Walaupun pada ibu sri wahyuni hanya tidak
mendapatkan pengaruh dari segi konatif atau bahavior dalam siaran
dakwah yang beliau saksikan.
Dari semua responden yang peneliti amati, peneliti menyimpulkan
bahwa Model efek terbatas97 merupakan model efek yang terjadi pada
bentuk komunikasi dari program dakwah TVRI kepada masyarakat.
Pasalnya walaupun dari hasil wawancara menyatakan bahwa dari segi
konatif atau behavior responden mengalami dampak positif, namun hal
tersebut terjadi ketika mereka baru saja menyaksikan program tersebut.
Dan realitanya mereka menonton acara tersebut hanya sesekali jika
kebetulan menonton televisi walaupun hal tersebut telah berlangsung
bertahun-tahun. Terlebih lagi, para responden juga mempelajari agama
Islam, bacaan Al-Qur‟an pada majelis-majelis ta‟lim secara langsung
bersama ustadz dan beberapa dari mereka mengikuti kelompok belajar
Islam. Sehingga boleh jadi wawasan-wawasan ilmu yang mereka dapat
belum kuat pengaruhnya terhadap diri mereka, namun ketika mendapat
97
Model efek terbatas yakni pengaruh komunikasi massa terbatas, tidak all powerfull, bahkan tidak efektif apabila tujuannya untuk menimbulkan sikap atau perilaku nyata.
88
ilmu yang sama di tempat lain atau di majelis ilmu lainnya pengaruh
tersebut lebih kuat mereka rasakan. Dengan demikian peneliti
menyimpulkan bahwah model efek yang terjadi terhadap mereka
merupakan model efek terbatas.
89
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dalam bab
terakhir ini ada beberapa kesimpulan yang peneliti dapat simpulkan
mengenai pengaruh program dakwah TVRI SulSel terhadap masyarakat
Kelurahan Tamarunag yakni :
1. TVRI SulSel memiliki 7 program dakwah islam, namun pada
kesempatan kali ini peneliti hanya mengambil 4 program yang lebih
sering ditanyangkan oleh TVRI yaitu yang pertama, Tabir ilahi
merupakan salah satu program dakwah yang disiarkan oleh TVRI
SulSel yang membahas tentang ayat-ayat dalam Al-Qur‟an dan
dijelaskan maknanya oleh narasumber. Yang kedua Fokus islami,
program ini hampir sama dengan tabir ilahi hanya saja fokus islami
ini membahas persoalan-persoalan dalam islam secara luas dan
biasayanya mengangkat tema yang sedang terjadi di masyarakat.
Yang ketiga yaitu ruang bahasa arab, program ini merupakan salah
satu program dakwah TVRI SulSel yang membahas tentang
kaidah-kaidah dalam bahasa arab. Kemudian yang keempat yakni
Tele tilawah, merupakan salah satu program dakwah TVRI SulSel
yang menjelaskan tentang cara membaca Al-Qur‟an dengan benar
dan juga indah.
90
2. Adapun pengaruh yang di timbulkan dari adanya program dakwah
yang disiarkan oleh TVRI SulSel terhadap masyarakat kelurahan
Tamarunang RW 01, bahwa hanya sebagian kecil yang
mendapatkan pengaruh tersebut dikarenakan minat masyarakat
yang sangat kurang terhadap program dakwah TVRI Sul-Sel.
Adapun yang menyaksikan program ini mendapat pengaruh atau
efek yang cukup baik dari segi kognitifnya, afektif dan
behavioralnya. Namun pengaruh yang mereka dapatkan dari
program dakwah TVRI masih terbilang cukup kecil pasalnya
masyarakat tersebut lebih aktif menghadiri majelis ilmu dari pada
menonton televisi untuk menambah wawasan keislaman dan
memperbaiki akhlak mereka. Dan adapun model efek yang terjadi
pada komunikan ini ialah model efek terbatas.
B. Saran
Pada bagian ini penyusun ingin menyampaikan saran yang
berkaitan dengan judul skripsi ini yaitu pengaruh program dakwah TVRI
SulSel terhadap masyarakat kelurahan Tamarunang, yakni :
1. Sebaiknya TVRI SulSel memperbaharui konsep program
dakwah yang telah ada supaya jauh lebih menarik dan tidak
kaku untuk ditonton. Adapun dari segi narasumbernya mungkin
alangkah baiknya jika ustadz yang berceramah adalah ustadz-
ustadz yang lebih mempuni dalam hal hukum-hukum islam,
ayat-ayat dan bacaan Al-Qur‟annya. Dan bukan hanya dari segi
91
keilmuan tentang islamnya, seorang narasumber baiknya juga
mengetahui bagaimana metode dakwah yang tepat dan menarik
agar tidak membosankan dan yang lebih penting pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh audiens atau penonton. Dan
juga alangkah baiknya TVRI SulSel mempromosikan atau
mengiklankan kepada masyarakat tentang program-program
dakwahnya.
2. Saran untuk masyarakat kelurahan tamarunang, sebaiknya
untuk lebih banyak menonton acara-acara yang lebih
bermanfaat seperti ceramah-ceramah dibandingkan acara-acara
televisi yang kurang bermanfaat yang sifatnya hanya sekedar
hiburan. Karena hal ini bisa menambah wawasan kita tentang
agama islam selain hanya hadir di pengajian-pengajian terlebih
lagi jika hanya menonton di rumah, kita lebih dapat
mengefesienkan waktu kita.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahnya
Alfandi, M., 2002. ”Perkembangan Dakwah Islam Melalui Media Televisi di Indonesia (telaah terhadap metode dan teknik dakwahnya)” dalam Jurnal Ilmu Dakwah. Vol.22, No.1.
Amin, Samsul Munir, 2009. Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah.
Ardianto, E. dan Erdinaya, L.K., 2015. Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, Moh Ali, 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta: Pranada Media.
Aziz, Moh Ali, 2004. Ilmu Dakwah Edisi Revisi, Jakarta: Pranada Media.
Bachtiar, Wardi, 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos.
Djamal, Hidajanto dan Andi Fachruddin, 2013. Dasar-Dasar Penyiaran Sejarah Organisasi Operasional dan Regulasi, Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Dokumentasi LPP TVRI SULSEL.
Dokumentasi Kelurahan Tamarunang.
Ediwan, Moh. ketua RW 01, wawancara Senin 7 Januari 2019.
Effendy, Onong U., 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hajrah, Karyawan TVRI, Wawancara senin 18 Februari 2019.
Hapsah, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 25 Maret 2019.
Herawati, Lies, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 25 Maret 2019.
https://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31efek
93
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=
https://www.google.co.id/asal-usul-sejarah-tvri-televisi-republik-indonesia
http://digilib.uinsby.ac.id/3145/7/Bab%25202.pdf&
https://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31efek
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=
Illahi, Wahyu, 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jumroni dan Suhaimi, 2006. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Jakarta Press.
Karlinah, Siti, 1999. Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit UT.
Kementrian Agama RI, 2017. Al-Qur‟a Hafalan Mudah, Cordoba.
Laksamana, Muhibudin Wijaya, 2015. Psikologi Komunikasi, Bandung: CV.Pustaka Media.
Latif, H.S.M. Nasaruddin, 1971. Teori & Praktek Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara.
Masri, Abd.Rasyid, 2012. Perubahan Sosial Efektivitas Komunikasi dan Dakwah, Makassar: Alauddin University Press.
Mahfuz, Ali, 1970. Hidayatul Mursyidin,Terjemahan Chadidjah Nasution,
Usaha Penerbitan Tiga A.
Misnaini, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 03 Maret 2019.
Moleong, Lexy, J. 2002. Metodologi Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya cet. Ke 23.
Muhajirin, Neon, 1998. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Muhammad, 2014. Metode Penelitian Bahasa, (cet. II, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
94
Muhtadi, Asep Saeful dan Agus ahmad Safei, 2003. Metode Penelitian Dakwah, Bandung: Pustaka Setia.
Muryati, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tangga 03 Maret 2019.
Pimay, Awaludin, 2006. Metodologi Dakwah: Kajian Teoritis dari Khazanah Al-Qur‟an, Semarang: Rasail.
Prastowo, Andi, 2016. Metode Penelitian Kualitatif, dalam presfektif rancangan penelitian), (cet. III, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rakhmat, Jalaluddin, 1996. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Romli, Khomsahrial, 2016. Komunikasi Massa, Jakarta: PT.Grasindo.
Saputra, Wahidin, 2011. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sartono, Sri, 2008. Teknik Penyiaran Dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, cet.2.
Sholeh, A. Rosyad, 2010. Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Surya
Sarana Grafika. Sudirman, Letjen H, 1972. Problematika Dakwah Islam di Indonesia,
Jakarta: Forum Dakwah, Pusat Dakwah Islam Indonesia.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Cet.XXI, Bandung: Alfabeta.
Surakhmad, Winamo, 1987. Pengantar Penelitian Ilmiah, Jakarta: Rajawali Press.
Syukir, Asmuni, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas.
Tamma, Nurdiyah, Kepala Bidang Program & Pengembangan Usaha, Wawancara Senin 18 Februari 2019.
Tim Pustaka Phoenix, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: Media Pustaka Phoenix.
Sri Wahyuni, Masyarakat kelurahan Tamarunang, wawancara pada tanggal 21 Maret 2019.
Zulfandi, Andi, Sekretaris Lurah, Wawancara Kamis 24 mei 2018
95
LAMPIRAN - LAMPIRAN
96
97
98
99
100
101
LAMPIRAN
Wawancara dengan ketua RW 01
Proses syuting program dakwah TVRI SulSel
102
Wawancara dengan beberapa masyarakat kelurahan Tamarunang
103
Wawancara dengan kepala bidang program dan
karyawan TVRI SulSel
104
RIWAYAT HIDUP
Nur Aisah Wulan Dari, lahir di Ujung Pandang, 12 Maret
1995, putrid kedua dari lima bersaudara. Buah cinta dari
dari pasangan bapak Sajiyo dan ibu Winarsih. Alamat di
jalan Cendrawasih lorong 2 No. 24. Menamatkan
pendidikan dasar di SD (sekolah dasar) Negeri Cenderawasih Makassar
pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 24 Makassar dan selesai
pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Negeri 08 Makassar mengambil
jurusan tata busana, dan selesai pada tahun 2013. Kemudian mengambil
cuti dari dunia pendidikan selama setahun, kemudian ditahun 2014
melanjutkan pendidikan di Ma‟had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar jurusan Bahasa Arab dan padatahun 2015 juga mendaftar di
jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) di Universitas yang sama.
Menyelesaikan Pendidikan Bahasa Arab pada awal tahun 2017, dan KPI
kurang lebih selama empat tahun.