PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR...
Transcript of PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR...
PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DAN TENUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dean Daryu Pratama
NIM: 1112082000079
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M
ii
PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DAN TENUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dean Daryu Pratama
NIM: 1112082000079
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M
iii
PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DAN TENUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dean Daryu Pratama
NIM: 1112082000079
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Atiqah, SE, MS.AK
NIP: 19820120 200912 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 05/09/2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1 Nama : Dean Daryu Pratama
2 NIM : 1112082000079
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Pergantian Manajemen, Ukuran Kantor
Akuntan Publik dan Tenur Kantor Akuntan Publik
Terhadap Kualitas Audit dengan Komite Audit
sebagai Variabel Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 September 2016
1. Ismawati Haribowo, SE,M.Si.
NIP: 19800909 201411 2 003
2. Nur Wachidah, M.Si.
NIP: -
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 22 Februari 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1 Nama : Dean Daryu Pratama
2 NIM : 1112082000079
3 Jurusan : Akuntansi
4 Judul Skripsi : Pengaruh Pergantian Manajemen, Ukuran KAP dan
Tenur KAP Terhadap Kualitas Audit dengan Komite
Audit Sebagai Variabel Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA
NIP.19720516 200901 1 006
(_____________________)
Ketua
2. Atiqah SE. MS.AK
NIP. 19820120 200912 2 004
(_____________________)
Sekretaris Penguji
3. Yusro Rahmah, SE.,M.Si.
NIP.19800506 200801 2 016
(_____________________)
Penguji Ahli
4. Atiqah, SE.,MS.AK
NIP. 19820120 200912 2 004
(_____________________)
Pembimbing I
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dean Daryu Pratama
NIM : 1112082000079
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, February 2017
(Dean Daryu Pratama)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Dean Daryu Pratama
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994
3. Alamat : Jl. Bintang Rt03/Rw04 No.102 Kec.
Pinang Kel. Sudimara Pinang Kota
Tangerang
4. Telepon : 083806574726
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Pinang 01 Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 03 Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 09 Tahun 2009-2012
4. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012-2017
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Dadang S.ag
2. Ibu : Euis Nurqolbiawati
3. Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
viii
THE EFFECT OF MANAGEMENT CHANGES, THE SIZE OF THE
PUBLIC ACCOUNTING FIRM, AND PUBLIC ACCOUNTING FIRM
TENURE, TO THE QUALITY OF THE AUDIT WITH THE AUDIT
COMMITTE AS THE MODERATE VARIABLE
ABSTRACT
This research aimed to find evidence about the effect of management
changes, the size of the public accounting firm, and public accounting firm tenure
to audit quality where the audit committee was used as moderating variable. This
research used a sample of banking companies listed in the Indonesia stock
exchange during the period 2011-2015. The number of banking companies, that
was used as the research sample is 29 companies with over 5 years of
observation. This research was based on purposive sampling. Total sample
research is 85 financial statement. The hypothesis test in this study used
regression analysis techniques and MRA (Moderated Regression Analysis).
The results showed that the effect public accounting firms tenure to audit
quality,while the management change and public accounting firms size had no
effect on audit quality. This study found evidence that the interaction between
public accounting firms tenure with audit committee effect on quality audits.
Keywords: Quality Audit, Management Changes, The Size of Public
Accountant, Tenure Public Accountant, Audit Committe.
ix
PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, UKURAN KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DAN TENUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh
pergantian manajemen, ukuran kantor akuntan publik, dan tenur kantor akuntan
publik terhadap kualitas audit dengan komite audit sebagai variabel moderasi.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Jumlah perusahaan perbankan yang
dijadikan sampel penelitian adalah 29 perusahaan dengan pengamatan selama 5
tahun. Penelitian ini berdasarkan purposive sampling. Total sampel penelitian ini
adalah 85 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda dan MRA (Moderated Regression
Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenur kantor akuntan publik
berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pergantian manajemen dan ukuran
kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini
menemukan bukti bahwa interaksi antara tenur kantor akuntan publik dengan
komite audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kata Kunci: Kualitas Audit, Pergantian Manajemen, Ukuran KAP, Tenure
KAP, Komite Audit
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Pergantian Manajemen, Ukuran Kantor Akuntan Publik
dan Tenur Kantor Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit dengan Komite
Audit sebagai Variabel Moderasi”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat, motivasi dan
pelajaran hidup yang sangat berharga serta doa dan dukungan yang tidak
pernah putus kepada penulis.
2. Kedua adik saya yang telah menyemangati dan memberikan banyak
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
6. Ibu Atiqah, SE.,MS.AK. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
8. Semua guru, dosen, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta
nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
9. Teman-teman Forum Komunikasi Akuntansi (Forkast) 2012 yang banyak
memberikan pelajaran berharga terhadap penulis.
10. Teman-teman sahabat selama di kampus. (Tombak, Gobel, Ichi, Mawan,
Aziz, Irvan, Ajay, Edo, Jawa, Teguh, Iqbal, Mirza, Ibam, Berry, Joni, Randi)
terima kasih atas setiap waktu terbaik yang pernah kita lewati. Semoga Allah
memberikan satu jalan kepada kita, jalan kesuksesan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Februari 2017
Dean Daryu Pratama
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
BAB II ................................................................................................................... 16
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 16
A. Tinjauan Literatur .................................................................................. 16
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu........................................................... 43
C. Dasar Perumusan Hipotesis ................................................................... 46
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 54
xiii
BAB III .................................................................................................................. 55
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 55
B. Metode Pemilihan Sampel ..................................................................... 55
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 56
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 57
1. Statistik Deskriptif ........................................................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 57
3. Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 61
4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis .... 61
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................................... 65
1. Variabel Dependen .......................................................................... 65
2. Variabel Independen ........................................................................ 67
3. Variabel Moderating ........................................................................ 69
BAB IV .................................................................................................................. 71
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 71
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 71
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 72
1. Hasil Statistik Deskriptif .................................................................. 72
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................. 75
3. Hasil Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 80
4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 81
C. Pembahasan ........................................................................................... 86
1. Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit ............. 86
xiv
2. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit 87
3. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit .. 88
4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pergantian Manajemen dengan
Komite Audit terhadap Kualitas Audit ............................................ 89
5. Pengaruh Hubungan Interaksi Ukuran Kantor Akuntan Publik
dengan Komite Audit terhadap Kualitas Audit. ............................... 90
6. Pengaruh Hubungan Interaksi Tenur Kantor Akuntan Publik dengan
Komite Audit terhadap Kualitas Audit ............................................ 91
BAB V .................................................................................................................... 93
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 93
A. Kesimpulan ............................................................................................ 93
B. Saran ...................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Skandal Akuntansi ..............................................................................3
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................................43
Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian ..................................................................71
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ..............................................................................73
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov..........................................................75
Tabel 4.4 Hasil Uji VIF .......................................................................................77
Tabel 4.5 Hasil Uji Park ......................................................................................78
Tabel 4.6 Hasil Run Test .....................................................................................80
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi ...............................................................80
Tabel 4.8 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda ................................................81
Tabel 4.9 Hasil Uji H4 .........................................................................................83
Tabel 4.10 Hasil Uji H5 .......................................................................................84
Tabel 4.11 Hasil Uji H6 .......................................................................................85
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 54
Gambar 4.1 Grafik Histogram.............................................................................. 76
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot ....................................................... 76
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas: Grafik Scaterplott ...................................... 79
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel .................................101
Lampiran 2 Hasil Perhitungan ............................................................................102
Lampiran 3 Hasil Output SPSS ...........................................................................104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laporan keuangan merupakan satu unsur penting dalam suatu bisnis. Hal
ini dikarenakan aktivitas dunia bisnis saat ini yang semakin global dan tidak
mengenal batas, dimana laporan keuangan menjadi suatu kebutuhan bagi para
pemakainya, seperti manajemen, investor, kreditor dan pihak-pihak lainnya.
Laporan keuangan berperan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya (PSAK No.1).
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Lembaga Keuangan (LK)
menyatakan bahwa badan usaha publik wajib menyampaikan laporan
keuangan berkala kepada Bapepam dan LK. Laporan keuangan tersebut wajib
disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik
yang terdaftar di Bapepam dan LK. Sehingga banyak badan usaha terutama
yang telah go public ataupun terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang membutuhkan audit atas laporan keuangannya, misalnya perusahaan
berbadan hukum berbentuk perseoran terbatas yang bersifat terbuka (PT
terbuka). Agar dapat berfungsi dengan baik, laporan keuangan yang dibuat
manajemen harus memiliki kualitas yang baik serta dapat diandalkan.
Audit atas laporan keuangan atau audit keuangan dilakukan dalam rangka
mendapatkan pengesahan (opini) secara independen dari pihak auditor atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan tersebut.
2
Oleh karena itu, audit harus dilakukan oleh pihak independen, yaitu auditor
ekstersnal, agar pengguna informasi merasa yakin akan keakuratan dan
kebenaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
(Bayangkara, 2011).
Terdapat beberapa alasan mengapa audit atas laporan keuangan suatu
badan usaha haruslah dilakukan oleh auditor eksternal, yaitu: (1) adanya
perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak luar
perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya, (2)
laporan keuangan ada kemungkinan mengandung kesalahan baik yang
disengaja maupun tidak disengaja, (3) laporan keuangan yang sudah diaudit
dan mendapat opini unqualified, diharapkan para pemakai laporan keuangan
dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang
material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang bersifat umum
(Febrianty, 2012).
Auditor eksternal saat ini menjadi suatu profesi yang cukup banyak dicari
dan dibutuhkan, yang diharapkan oleh banyak pihak bahwa prosedur audit
yang dilakukannya dan pendapat yang diberikannya merupakan suatu hal
yang dapat dipercaya, selain itu juga auditor eksternal dituntut untuk dapat
memberikan jaminan mutlak mengenai kualitas audit yang dilakukannya dan
hasil akhir proses audit tersebut, yaitu laporan auditor.
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditor yang
diberikan oleh auditor ini nantinya mengharuskan auditor untuk
memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Namun tidak jarang
3
auditor eksternal yang dipercayakan oleh para pemakai laporan keuangan dan
masyarakat lainnya, justru terlibat dalam pelanggaran atau kecurangan yang
dilakukan kliennya, yang seiring berjalannya waktu membuat kepercayaan
dari berbagai pihak tersebut menurun kepada para audior eksternal. Kasus-
kasus seperti ini terjadi pada Enron, PT. Kimia Farma dan beberapa
perusahaan lainnya dan termasuk ke dalam daftar kasus-kasus terbesar di
dunia maupun di Indonesia.
Tabel 1.1
Skandal Akuntansi (2011-2015)
No Perusahaan Tahun Pelanggaran atau Kecurangan
1 Olympus 2011 Menyembunyikan kerugian investasi
di perusahaan sekuritas selama
puluhan tahun dan kerugian yang
dialami senilai $1,7 miliar.
2 PT. Jamsostek 2011 Badan Pemeriksa Keuangan
menemukan beberapa pelanggaran
kepatuhan PT Jamsostek atas laporan
keuangan 2011 dengan nilai di atas
Rp7 triliun. Pertama, Jamsostek
membentuk Dana Pengembangan
Progran Jaminan Hari Tua (JHT)
sebesar Rp7,24 triliun yang tidak
sesuai dengan Peraturan Pemerintah
22/2004. Jamsostek tidak efektif
memberikan perlindungan dengan
membayar JHT kepada 1,02 juta
peserta tenaga kerja usia pensiun
dengan total saldo Rp1,86 triliun.
(Bersambung di halaman selanjutnya)
4
Tabel 1.1 (lanjutan)
No Perusahaan Tahun Pelanggaran atau Kecurangan
3 Citibank 2011 Pembobolan uang nasabah prioritas
Citibank Landmark senilai Rp. 16,63
miliar. Pelaku menarik dana nasabah
tanpa sepengetahuan pemilik melalui
slip penarikan kosong yang sudah
ditandatangani nasabah.
4 Bank Internasional
Indonesia (BII)
2011 Pemberian kredit dengan dokumen
dan jaminan fiktif pada Bank
Internasional Indonesia (BII) pada 31
Januari 2011. Melibatkan account
officer BII Cabang Pangeran
Jayakarta. Total kerugian Rp 3,6
miliar
5 Bank Rakyat
Indonesia (BRI)
2011 Pembobolan Kantor Kas BRI di
Tamini Square. Melibatkan
supervisor kantor kas tersebut
dibantu empat tersangka dari luar
bank. Modusnya, membuka rekening
atas nama tersangka di luar bank.
Uang ditransfer ke rekening tersebut
sebesar $6 juta. Kemudian uang
ditukar dengan dollar hitam (dollar
AS palsu berwarna hitam) menjadi
$60 juta.
6 Barclays (BCS) 2012 Memanipulasi suku bunga acuan
yang digunakan untuk harga trilunan
dolar dari produk keuangan di
seluruh dunia. Barclays dan bank
besar lainnya membayar denda
sebesar $9 miliar.
(Bersambung di halaman selanjutnya)
5
Tabel 1.1 (lanjutan)
No Perusahaan Tahun Pelanggaran atau Kecurangan
7 Petrobas 2014 Mengalihkan miliaran dari
rekening untuk penggunaan
pribadi, atau untuk menyogok
para pejabat dan kerugian yang
dialami senilai $2 miliar.
8 Toshiba 2015 Penggelembungan laba sebesar
$1,2 milyar dan banyak para
pekerja yang kehilangan
pekerjaannya.
9 Enron Corporation 2001 Penyembunyian hutang
perusahaan dan
mendongkrak laba lebih dari $1
miliar. Para pemegang saham
pun.rugi sebesar $74 miliar dan
ribuan pekerja kehilangan
pekerjaannya.
10 PT Kimia Farma Tbk 2002 Mantan direksi PT Kimia Farma
Tbk terbukti melakukan
pelanggaran dalam kasus
penggelembungan laba bersih di
laporan keuangan perusahaan
milik negara tahun 2001.
Perusahaan mencatatkan laba
bersih 2001 sebesar Rp132,3 M.
Terbukti setelah dilakukan audit
ulang, laba bersih seharusnya
hanya sekitar Rp100 M.
Diolah : Dari berbagai sumber
Sebagai akibat adanya kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai
pertanyaan mengenai perihal latar belakang mengapa kasus-kasus tersebut
6
dapat terjadi, terdapat beberapa statement yang menyatakan bahwa kasus-
kasus ini muncul akibat masih rendahnya kualitas audit yang dihasilkan oleh
para auditor, dimana diduga auditor gagal dalam menemukan penyimpangan
atau kecurangan yang ada di dalam perusahaan atau sengaja menutupinya.
Kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor
akan mendeteksi dan mengungkapkan fraud yang terdapat dalam laporan
keuangan klien. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang
sangat berguna di dalam melakukan pengambilan keputusan (De Angelo
dalam Febriyanti dan Mertha, 2014).
Kualitas audit merupakan hal yang cukup penting, karena dengan
kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang
dapat dipercaya oleh berbagai pihak sebagai dasar pengambilan keputusan.
Selain itu kualitas audit merupakan suatu isu yang kompleks, dimana begitu
banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, hal ini
menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal
yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Menurut
Wibowo dan Rossieta (2009) salah satu metode handal dalam mengukur
kualitas audit dengan proksi yang terukur adalah dengan menggunakan
informasi dari laporan audit dan laporan keuangan.
Hasil kualitas audit digunakan untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan pengguna informasi akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko
informasi yang tidak kredibilitas informasi dalam laporan keuangan bagi
pengguna laporan keuangan khususnya investor. Kualitas audit sangat
7
penting dalam menjaga kepercayaan integritas pelaporan keuangan. Semakin
tinggikualitas yang dihasilkan dan dirasakan, maka semakin kredibel laporan
keuangan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan
keuangan (Mgbame, Eragbhe, Osazuwa, 2012).
Persaingan kantor akuntan publik untuk menciptakan hasil audit yang
berkualitas semakin ketat, kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
internal tetapi dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Faktor internal
maksudnya adalah faktor yang timbul dari dalam diri auditor yang melakukan
penugasan audit seperti independensi, kompetensi, profesionalisme yang
dimiliki oleh auditor dan lain sebagaiannya, kemudian faktor yang lainnya
yaitu faktor eksternal yang timbul dari luar diri auditor tersebut. Faktor
eksternal dapat berasal dari klien, tugas audit itu sendiri ataupun faktor
lainnya, seperti tenur audit, asimetri informasi, keberadaan komite audit,
pergantian manajemen, ukuran perusahaan klien yang diaudit dan lain
sebagaiannya, seperti penelitian Melya dan Rudiawarni (2014) yang
membuktikan bahwa tenur audit dan ukuran kantor akuntan publik dapat
mempengaruhi kualitas audit serta penelitian Rustiarini (2013) yang meniliti
hubungan komite audit dengan kualitas audit. Disisi lain, Novianti, dkk
(2010) menyatakan perusahaan besar akan memiliki kemampuan lebih untuk
mengarahkan hasil audit. Perusahaan besar dianggap memiliki manajemen
yang berpengalaman dengan sistem pengendalian intern yang baik sehingga
perusahaan besar akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas
dibandingkan perusahaan kecil (Fernado et al., 2010).
8
Pembatasan jangka waktu perikatan audit yang dilakukan dengan
pergantian atau rotasi auditor menjadi salah satu cara untuk mencapai tingkat
kualitas audit yang baik. Pembatasan ini dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjalinnya hubungan yang dekat antara auditor dan kliennya,
yang nantinya dapat menurunkan independensi auditor.
Misalnya saja, perikatan audit yang dilakukan Arthur Anderson(AA)
dengan Enron sudah hampir 20 tahun, dimana seharusnya Arthur Anderson
banyak mengetahui mengenai kliennya. Kondisi tersebut menimbulkan tanda
tanya dan diduga bahwa tugas audit yang terlalu lama dilakukan seorang
auditor maupun KAP menyebabkan keterikatan secara emosional dan
menurunkan independensinya (Nuratama, 2011). Kasus Enron dengan KAP
Arthur Anderson tersebut memnimbulkan dampak yang sangat besar, salah
satunya dengan munculnya Sarbanes Oxley Act (SOX) pada bulan Juli 2002
yang membuat perubahan terhadap praktik audit seperti pelarangan
memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit.
Begitu pun di Indonesia, pemerintah juga menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik,
dengan alasan demi menjaga kualitas auditor dengan melakukan pembatasan
masa pemberian jasa akuntan publik, yang sampai dengan saat ini beberapa
kali telah mengalami perubahan, terkahir kali peraturan ini disempurnakan
menjadi Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik
9
Penerapan atas peraturan ketentuan rotasi atau pergantian wajib juga
dilandasi alasan teoritis bahwa penerapan pergantian wajib auditor dan KAP
diharapkan akan meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan
maupun secara fakta. Pembatasan penugasan (tenur) auditor merupakan usaha
untuk mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga
mengganggu independensinya yang menyebabkan kualitas auditnya menurun.
Pembatasan tenur auditor juga diharapkan tidak menimbulkan kenaikan
terhadap komitmen auditor terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh klien
(Atik, 2014).
Panjaitan dan Chariri (2014) menemukan bahwa tenur audit memiliki
pengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih
dan Rohman (2014) juga menemukan bahwa tenur audit mempengaruhi
kualitas audit atas pemeriksaan laporan keuangan dengan arah positif.
Penelitian tersebut mendukung suatu argumen bahwa semakin lama bertugas,
auditor akan memiliki pemahaman dan pengalaman untuk merancang
prosedur audit yang baik dan benar. Sehingga akan meningkatkan kualitas
auditnya.
Banyaknya kasus kecurangan laporan keuangan yang melibatkan auditor
independen mengindikasikan bahwa manajemen memiliki peran dalam kasus
tersebut. Pergantian manajemen sering terjadi terutama pada perusahaan go
public. Pergantian ini dapat disebabkan pertumbuhan atau ekspansi
perusahaan, ketidakmampuan manajemen lama mengelola perusahaan,
ataupun harapan perbaikan pengelolaan perusahaan pada manajemen baru.
10
Kinerja CEO bagus ketika adanya peningkatan prestasi setiap tahunnya dan
mampu mencapai tujuan bersama (Wandeca, 2012). Ketika terjadi pergantian
manajemen terutama pergantian Chief cExecutive Officer (CEO) akan
meningkatkan taktik manajemen laba karena diawal masa jabatan CEO akan
berusaha menurunkan laba pada tahun pergantian dengan menggunakan
discretionary accrual (Adiasih dan Indra, 2011).
Kualitas audit juga dikaitkan dengan ukuran kantor akuntan publik.
Ukuran kantor akuntan publikdapat menjadi faktor lainnya yang mungkin
dapat mempengaruhi kualitas audit. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Al-Johnson, Khurana dan Reynolds dalam Al-Thuneibat, Al-Issa, dan Ata-
Baker (2011), menemukan bahwa audit yang dilakukan oleh big auditor di
Jordan akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi dibandingkan dengan
non-big auditor.
Tidak hanya pergantian manajemen yang menimbulkan hasil yang pro
kontra terhadap hubungannya dengan kualitas audit, penelitian yang menguji
hubungan antara ukuran KAP dengan kualitas audit, seperti yang dilakukan
oleh Panjaitan dan Chariri (2014) memberikan hasil yang berbeda dengan
yang dilakukan oleh Al-Thuneibat et.al (2011). Panjaitan dan Chariri (2014)
menemukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit atas pemeriksaan laporan keuangan pada perusahaan-
perusahaan. KAP yang berafiliasi dengan KAP big four tidak cenderung
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik daripada KAP yang tidak
11
berafiliasi dengan KAP big four. Sedangkan Al-Thuneibat et al (2011) tidak
menemukan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Dari uraian diatas dapat dikatakan, meskipun perusahaan tersebut telah
diaudit oleh kantor akuntan publik yang besar, namun belum dapat diyakini
100% dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas audit
yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa nama besar suatu kantor akuntan
publik tidak cukup untuk menjamin kualitas audit yang dilakukan. Oleh
karena itu diperlukan komite yang dapat menjaga sistem pengendalian
internal yang memadai serta melakukan monitoring kinerja auditor eksternal
untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Rustiarini, 2013).
Selain itu, pembentukan komite audit pada perusahaan diharapkan dapat
memonitor hubungan antar auditor dengan manajemen perusahaan sehingga
dapat meningkatkan independensi biasanya dikaitkan dengan lama masa
perikatan audit dengan kliennya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Pertiwi (2012) yang menyebutkan bahwa komite audit yang
independen dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih
baik dan efisien, sehingga performanya lebih baik dalam menjamin kualitas
dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dari pernyataan tersebut dapat
dikatakan pula bahwa komite audit mampu menjamin kualitas hasil audit
yang dilakukan oleh auditor.
Maka dari itu pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menjadikan
komite audit sebagai variabel moderating yang memoderasi hubungan antara
pergantian manajemen, ukuran kantor akuntan publik dan tenur kantor
12
akuntan publik terhadap kualitas audit. Selain itu karena pergantian
manajemen, ukuran kantor akuntan publik dan tenur akuntan publik ini dilihat
dari sisi auditor atau sisi akuntan publik, maka komite audit sebagai bagian
dari perusahaan diletakkan sebagai penghubungnya.
Karena penelitian ini mengenai pengaruh keempat faktor kualitas audit
yaitu pergantian manajemen, ukuran kantor akuntan publik dan tenur kantor
akuntan publik dimana hasil audit masih memberikan hasil yang tidak
konsisten, serta masih sedikitnya penelitian yang mengukur pergantian
manajemen dan komite audit sebagai variabel yang memoderasi ketiga
variabel independen tersebut terhadap kualitas audit, membuat hal ini penting
dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Maka dari itu berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pergantian Manajemen,
Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Tenur Kantor Akuntan Publik
Terhadap Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel
Moderasi”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Melya dan Rudiawarni (2014).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah audit tenure dan ukuran
audit firm yang diduga mempengaruhi kualitas audit. Sedangkan, dalam
penelitian ini, peneliti menambahkan variabel independen yaitu variabel
13
pergantian manajemen sebagai variabel ketiga yang diperoleh dari
penelitian Nurul Hidayati (2013) dan penambahan variabel komite audit
sebagai variabel pemoderasi yang diperoleh dari penelitian Ardianingsih
(2014). Penambahan variabel tersebut dikarenakan pada penelitian
sebelumnya ditemukan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas
audit.
2. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 hingga tahun 2015,
sedangkan obyek penelitian tahun sebelumnya adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010
hingga tahun 2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pergantian Manajemen berpengaruh terhadap Kualitas Audit?
2. Apakah Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap Kualitas
Audit?
3. Apakah Tenur Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap Kualitas
Audit?
4. Apakah keberadaan Komite Audit mampu memoderasi pengaruh
Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit?
5. Apakah keberadaan Komite Audit mampu memoderasi pengaruh Ukuran
Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit?
14
6. Apakah keberadaan Komite Audit mampu memoderasi pengaruh Tenur
Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menentukan bukti-bukti empiris tersebut, tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit.
2. Menganalisis pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas
Audit.
3. Menganalisis pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas
Audit.
4. Menganalisis kemampuan Komite Audit dalam memoderasi pengaruh
Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit.
5. Menganalisis kemampuan Komite Audit dalam memoderasi pengaruh
Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.
6. Menganalisis kemampuan Komite Audit dalam memoderasi pengaruh
Tenur Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Auditor
Dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas audit atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh
auditor.
15
2. Bagi Pengguna Jasa Akuntan
Dapat menjadi sumber informasi agar para pengguna jasa akuntan
lainnya mengetahui hal-hal yang terkait dengan kualitas audit, dan
pentingnya kualitas audit tersebut terhadap aktivitas perusahaan ke
depannya.
3. Bagi Investor dan Kreditor
Dapat membantu investor dan kreditor terkait dengan keyakinan dan
kepercayaan mereka atas laporan keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan.
4. Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menambah informasi dan
pengetahuan mengenai akuntansi, serta bahan referensi dan pertimbangan
saat melakukan penelitian dengan topik sejenis.
5. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran yang terkait dengan
kualitas audit laporan keuangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
di tengah masyarakat
6. Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan
pemahaman penulis mengenai penerapan dari teori-teori yang didapat
selama di bangku kuliah terutama yang berkaitan dengan judul yang
dipilih.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
a. Pengertian Teori Keagenan
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan
aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
Pertama kali teori keagenan ini dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976. Teori ini mendeskripsikan adanya
pemisahan antara kepemilikan (ownership) dan pengendalian
(control) dalam suatu perusahaan atau entitas. Hubungan agensi ini
didefinisikan sebagai kontrak antara satu atau lebih orang, dimana
principal mengikat orang lain (agent) untuk melakukan pelayanan
sesuai kepentingan principal yang melibatkan pendelegasian
beberapa otoritas untuk membuat keputusan bagi agent.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara agent dengan principal. Jika kedua
kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang
berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang
kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak terbaik
17
untuk kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan
(agency cost).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan (agency
cost) terdiri dari :
a) Monitoring expenditures by the principle
Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk
memonitor perilaku agen, termasuk juga usaha untuk
mengendalikan (control) perilaku agen melalui budget
restriction dan compensation policies.
b) Bonding expenditures by the agent. The bonding cost
Dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen
tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan
merugikan prinsipal atau untuk menjamin bahwa
prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil
banyak tindakan.
c) Residual loss
Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal
maupun agen setelah adanya agency relationship.
Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan pihak
manajemen perusahaan ini merupakan kenyataan empiris yang tidak
dapat dihindari dari sebuah hubungan keagenan. Pertentangan dan
tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam agency theory dikenal
18
sebagai asymmetric information yaitu informasi yang tidak sama
antara prinsipal dan agen. Dengan adanya hal tersebut, dalam praktik
pelaporan keuangan sering menimbulkan ketidaktransparan yang
dapat menimbulkan konflik principal dan agen.
Menurut Soppe, Zijl, dan Ros (2009), agency theory
menggambarkan kerangka kerja untuk menganalisa pelaporan
keuangan antara manajer dan pemilik perusahaan. Pelaporan yang
baik akan meminimumkan biaya modal perusahaan karena dapat
mengurangi ketiakpastian perusahaan, sehingga akan mengurangi
resiko investasi. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan
berkeinginan untuk memberi sinyal berupa informasi akuntansi dan
pelaporan sukarela (voluntary disclosure) kepada pasar untuk
bersaing mendapatkan dana dari investor (signaling theory).
Sedangkan menurut Arifin (2005), teori agensi mendasarkan
hubungan kontrak antar anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal
dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal sebagai pemilik sumber
daya ekonomi dan agen sebagai manajer, dimana manajer berperan
dalam mengurus dan mengendalikan sumber daya ekonomi tersebut.
Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen
untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan
pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan
perusahaan. Karena kepentingan kedua belah pihak tidak selalu
sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara prinsipal
19
dengan agen sebagai pihak yang diserahi wewenang untuk
mengelola perusahaan.
Jadi teori keagenan adalah hubungan antara agen dengan
prinsipal, dimana prinsipal (Shareholders) melimpahkan
wewenangnya kepada agen (Manajemen) dalam pengambilan
keputusan untuk kemajuan perusahaan tersebut. Dalam hal ini
prinsipal melakukan pengawasan kepada agen atas semua
pengambilan keputusan yang telah diambil agar tidak terjadi suatu
hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
b. Peran Auditor dalam Teori Keagenan
Dalam konteks keagenan, dibutuhkan pihak ketiga yang
independen sebagai mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga
ini berfungsi memonitor perilaku manajer (agen) dan memastikan
bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan
mekanisme yang didorong oleh pasar, dengan tujuan untuk
mengurangi agency cost (Jensen dan Meckling (1976) dalam
Wibowo dan Rossieta, 2009).
Auditor dapat dilanda masalah ketika dihadapkan dengan
kepentingan-kepentingan dalam hal keagenan auditor. Gavious
(2007) menyatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber
pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Disatu
pihak, auditor ditunjuk oleh manajemen untuk melakukan audit bagi
20
kepentingan pemegang saham, namun dilain pihak, jasa audit yang
diterima auditor dibayar dan ditanggung oleh manajemen. Hal ini
menciptakan benturan kepentingan yang tidak dapat dihindari oleh
auditor. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan
auditor kepada kliennya, sehingga auditor merasa kehilngan
independensinya dan harus mengakomodasi berbagai keinginan
klien, dengan harapan agar perikatan auditnya dimasa depan tidak
terputus.
Tugas auditor adalah memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan yang diberikan pihak manajer, yang keandalannya dapat
dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Palmrose
(1982) serta Healy dan Lys (1986) dalam Wibowo dan Rossieta
(2009) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan indikator utama
dalam membangun teori pemilihan auditor. Artinya, kualitas
pelayanan jasa auditor yang diberikan terhadap klien merupakan
dasar pertimbangan utama dalam menyeleksi auditor. Konsisten
dengan teori agensi, manajemen perusahaan senantiasa mencoba
untuk memuaskan keinginan investor dengan memilih auditor yang
dapat merefleksikan citra manajer yang baik dimata investor.
Maka dari itu dengan bertumpu pada teori keagenan ini, peneliti
mencoba mengeahui bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh
seorang auditor sebagai orang ketiga dalam konflik kepentingan.
Apakah kedekatan auditor dengan agen (manajemen) yang
21
dihasilkan dari lamanya perikatan audit diantara kedua belah pihak,
yang diperkirakan akan membuat para auditor kehilangan
independensinya atau nantinya akan menghasilkan kualitas audit
yang rendah yang dapat merugikan pihak prinsipal (pemegang
saham) di satu sisi, karena agen lah yang membayar jasa si auditor.
Selain itu juga menguji apakah hasil kualitas audit akan berbeda
apabila auditor tersebut berasal dari KAP berukuran besar atau kecil,
baik dilihat dengan adanya penghubung keberadaan komite audit
maupun tidak.
2. Auditing
a. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari audit dan profesi akuntan publik dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu. Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut
ini akan dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari
beberapa sumber.
Definisi auditing menurut Boynton dan Johnson (2006) yang
berasal dari The Report Of the Committee on Basic Auditing
Concepts of the American Association (Accounting Review, Vol 47)
adalah:
“ A Systematic process of objectively obtaining and evaluating
regarding assertions about economics actionsand events to
ascreation the degree of correspondense between those assertions
and established criteria and communicating the results to interested
users”.
22
Artinya auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai
asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada
para pemakai yang berkepentingan.
Kemudian menurut Arens, Elder dan Beasley (2012) adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Sementara itu menurut Agoes (2012) pengertian auditing:
“ Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah di susun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”.
Dari beberapa pengertian mengenai auditing diatas, terdapat
beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
23
1. Objek yang diperiksa adalah laporan keuangan. Komponen
laporan keuangan yang diperiksa yaitu mulai dari laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, laporan perubahan arus kas, catatan atas laporan
keuangan serta seluruh catatan dan bukti terkait yang
mendukung, untuk nantinya dilihat kesesuaian antara laporan
keuangan dan bukti pendukungnya tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
2. Auditing dilakukan untuk memberi pendapat atas kewajaran
suatu laporan keuangan, apakah laporan keuangan yang
disajikan manajemen laba telah wajar sesuai prinsip akuntansi
yang diterima umum.
3. Auditing harus dilakukan oleh pihak yang independen,
profesional, berpengalaman dan memiliki kompetensi agar
dalam melaksanakan tugasnya tidak terjadi kesalahan, sesuai
dengan seharusnya dan tidak keliru dalam memberikan pendapat
atas kewajaran aporan keuangan. Pihak independen disini yaitu
akuntan publik, dimana akuntan publik sebagai pihak diluar
perusahaan yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan
tertentu di dalam perusahaan tersebut.
24
b. Standar Auditing
Menurut Sukriah dan Inapty (2009) indikator kualitas hasil audit
dilihat dari kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit yang
berlaku. Dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan suatu audit
yang berkualitas tinggi, dapat dilakukan salah satunya dengan
mengikuti standar auditing yang berlaku. Standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSA
No. 1 (SA Seksi 150), terdiri atas sepuluh standar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (Agoes, 2012).
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
25
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
b) Pemahaman memadai atas pengengdalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakuan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan atas laporan keuangan yang
diaudit.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
b) Laporan auditor harus menujukkan atau menyatakan, jika
ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
26
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan serta keseluruhan atas suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan,
maka alasanya harus dinyatakan.
Dengan adanya standar tersebut, maka menjadi kewajiban
auditor untuk mengikuti standar-standar yang ada dalam setiap
pelaksanaan prosedur audit, dimana dengan mengikuti standar audit
yang berlaku, merupakan salah satu langkah untuk menghasilkan
kualitas audit yang lebih baik.
3. Tenur Audit
Kualitas audit dapat ditentukan salah satunya antara lain oleh sikap
independen yang dimiliki oleh seorang auditor, dimana sikap independen
ini berkaitan dengan tenur audit. Tenur audit adalah masa perikatan audit
antara AP atau KAP dan klien terkait jasa audit yang telah disepakati
sebelumnya (Panjaitan dan Chariri, 2014).
Menurut Aamir dan Umar (2011) definisi tenur audit adalah sebagai
berikut:
“The audit firm’s (auditor’s) total duration to hold their certain or
the number of consecutive years that the audit firm (auditor) has audited
it’s certain client”.
27
Artinya tenur audit adalah total waktu kantor akuntan publik
(auditor) tertentu untuk mempertahankan mereka atau jumlah tahun
berturut-turut bahwa kantor akuntan publik (auditor) telah mengaudit
suatu klien tertentu.
Tenur audit terdapat pada tingkat KAP (audit firm tenure) dan
tingkat partner (audit partner tenure). Tenur KAP tidak dapat dilepaskan
dari pergantian manajemen, karena yang melaksanakan penugasan audit
adalah manajemen.
a. Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tenur kantor angkutan publik menurut Arens et al. (2010) dalam
Sari el al (2013) menunjukan lamanya waktu dari sebuah kantor
angkutan publik untuk terus melakukan kegiatan audit. Waktu
lamanya pelaksanaan pekerjaan audit tersebut dapat dihitung dalam
ukuran tahun, maksimal 6 tahun, dapat berhubungan sewajarnya
dengan klien dan mampu mempertahankan independesinya, maka
dapat dikatakan bahwa KAP tersebut memiliki kinerja yang baik.
Masa perikatan antara auditor dari KAP dengan klien yang sama
menjadi fokus dari banyak perdebatan, salah satunya yaitu
perusahaan mengalami dilema mengambil keputusan apakah akan
mengganti KAP setelah beberapa periode waktu atau membangun
dan mempertahankan hubungan jangka waktu perikatan yang
panjang dengan kantor akuntan publik, sedangkan jangka waktu
28
yang panjang dapat menimbulkan temuan yang diperdebatkan
(Mgbame, et al. 2012).
Selain karena adanya dilema dari klien, terkadang waktu
perikatan yang panjang antara perusahaan dengan KAP nya juga
dapat dikarenakan KAP telah menjadikan klien tersebut sebagai
sumber pendapatan, sehingga memiliki kepentingan untuk
mempertahankan dan meningkatkan pendapatannya dengan
memenuhi keinginan klien yang diaudit terutama klien yang telah
lama diauditnya.
b. Peraturan terkait Tenur Audit
Tidak selamanya hubungan yang panjang antara klien dengan
akuntan publik maupun kantor akuntan publik menjadi suatu hal
yang baik, banyak pendapat yang mengatakan bahwa hubungan
tersebut akan membuat independensi dari akuntan publik maupun
kantor akuntan publik lemah. Maka dari itu ketentuan dan peraturan
terkait masa tenur audit sangat penting peranannya.
Ketentuan atau regulasi mengenai masa tenur audit telah
beberapa kali mengalami perubahan. Sebelum tahun 2002 peraturan
yang mengatur tentang jasa akuntan publik adalah KMK
No.43/KMK.17/1997, kemudian peraturan tersebut diubah menjadi
KMK No.470/KMK.17/1999. Pada saat peraturan tersebut berlaku
belum ada peraturan mengenai pembatasan perikatan antara
perusahaan dengan Akuntan Publik (AP) maupun KAP.
29
Kemudian 2 bulan setelah SOX diterbitkan tepatnya tanggal 30
September 2002, pemerintah mengganti KMK No.43/KMK.17/1997
dengan KMK No.423/KMK.06/2002 yang kemudian diubah dengan
KMK No.359/KMK.06/2003 pada tanggal 21 agustus 2003. Pada
peraturan tersebut sudah diatur mengenai pembatasan perikatan baik
antara AP atau KAP dengan perusahaan, yakni 3 tahun buku
berturut-turut untuk AP dan 5 tahun buku berturut-turut untuk KAP
serta diatur pula mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap AP
dan KAP. Kemudian pada tanggal 5 februari 2008 KMK
No.423/KMK.06/2002 diganti menjadi PMK No.17/PMK.01/2008
yang sampai saat ini masih berlaku. Perubahan peraturan terkait
diubahnya masa perikatan KAP yaitu dari 5 tahun buku berturut-
turut menjadi 6 tahun buku berturut-turut (Nuratama, 2011).
Akuntan memiliki peran yang sangat penting serta fungsinya
yang begitu begitu besar terhadap dampak ekonomi, maka dari itu
pemerintah menggangap perlunya peraturan setingkat dengan
undang-undang yang mengatur secara spesifik profesi Akuntan
Publik. Maka dari itu, pada tanggal 3 Mei 2011 pemerintah
mengesahkan Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2011
tentang Akuntan Publik. Pembatasan pemberian jasa dituangkan
dalam Bab II, Bagian Kedua pasal 4 yang berbunyi:
30
a. Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik atau KAP atau
informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang
berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
b. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas
informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peraturan pemerintah yang disebutkan dalam pasal 4 ayat 2
tersebut yaitu peraturan mengenai pembatasan masa pemberian jasa
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang
Jasa Akuntan Publik dan dijelaskan dalam Bab II, bagian kedua,
pasal 3 yaitu :
a. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (1) huruf a
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-
turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3
tahun buku berturut-turut.
b. Akuntan Publik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat
menerima kembali penugasan audit umum untuk klien
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) setelah 1 tahun buku
berturut-turut tidak menerima jasa audit umum atas laporan
keuangan klien tersebut.
c. Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali
kepada klien yang sama dengan melalui KAP sebagaimana
31
dimaksudkan pada ayat (1) setelah 1 tahun buku tidak diberikan
melalui KAP tersebut.
d. Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas melakukan perubahan
komposisi Akuntan Publiknya, maka terhadap KAP tersebut
tetap diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (1).
e. KAP yang melakukan perubahan komposisi Akuntan Publik
yang mengakibatkan jumlah Akuntan Publiknya 50% atau lebih
berasal dari KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas, diberlakukan sebagai
kelanjutan KAP asal Akuntan Publik yang bersamgkutan dan
tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan audit umum
atas laporan keuangan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1).
f. Pendirian atau perubahan nama KAP yang komposisi Akuntan
Publiknya 50% atau lebih berasal dari KAP yang telah
menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas, diberlakukan sebagai kelanjutan KAP asal Akuntan
Publik yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan
penyelenggaraan audit umum atas laporan keuangan
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian jasa
audit umum atas laporan keungan dari suatu entitas yang dilakukan
32
oleh KAP paling lama adalah untuk 6 tahun buku berturut-turut, dan
oleh seorang akuntan publik paling lama adalah untuk 3 tahun buku
berturut-turut. Akuntan publik dan KAP dapat menerima kembali
penugasan audit umum untuk klien tersebut setelah satu tahun buku
tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien
tersebut.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pembatasan tenur
audit tersebut merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu
dekat berinteraksi dengan klien. Ada dua argumen mendasar yang
mendukung kewajiban rotasi auditor (Giri, 2010), yaitu:
a. Independensi auditor dapat dirusak oleh hubungan jangka
panjang dengan manajer perusahaan.
b. Kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun
secara signifikan dari waktu ke waktu.
4. Pergantian Manajemen
Menurut Ni Kadek (2010) pergantian manajemen adalah adanya
perubahan komposisi manajerial pada perusahaan, perubahan yang
terjadi dapat berupa perubahan dewan direksi maupun dewan komisaris.
Sedangkan menurut Shulamite Damayanti dan Made Sudarma (2007)
pergantian manajemen adalah pergantian direksi perusahaan yang dapat
disebabkan oleh hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
atau karena pengunduran diri.
33
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pergantian
manajemen merupakan pergantian dewan direksi suatu entitas
perusahaan atau pergantian CEO (Chief Executive Officer) yang
diakibatkan oleh hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
atau dewan direksi melakukan pengunduran diri. Pergantian manajemen
yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan bergantinya dewan
direksi perusahaan terutama pergantian CEO yang menjabat dalam
perusahaan tersebut. Menurut Ni Kadek (2010) pergantian manajemen
yang terjadi di perusahaan sering kali diikuti dengan perubahan kebijakan
dalam berbagai bidang dalam perusahaan oleh manajemen baru. Menurut
Evi Dwi dan Indira (2011) pergantian manajemen yang terjadi dalam
perusahaa dapat menyebabkan perubahan kebijakan dalam bidang
akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP.
5. Ukuran Kantor Akuntan Publik
De Angelo (1981) dalam Nindita dan Siregar (2012) menyatakan
bahwa kualitas audit dari akuntan publik dapat dilihat dari ukuran kantor
akuntan publik yang melakukan audit.
Pengertian kantor akuntan publik menurut Undang-Undang No.5
tahun 2011 tentang akuntan publik yaitu kantor publik adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan undang-undang ini.
Secara umum golongan KAP terbagi menjadi KAP big four dan
KAP non-big four, yang termasuk KAP big four yaitu Deloitte Touche
34
Tohmatsu, PricewaterhouseCoopers (PwC), Ernst & Young, dan KPMG
Internasional. Di Indonesia, yang termasuk dengan KAP big four yaitu
KAP yang berafiliasi dengan KAP asing tersebut.
KAP di Indonesia yang tergabung dengan big four adalah KAP
Purwantono, Sarwoko, Sandjaja - affiliate of Ernst & Young, KAP
Osman Bing Satrio - affiliate of Deloitte, KAP Sidharta, Sidharta,
Widjaja - affiliate of KPMG, KAP Haryanto Sahari - affiliate of PwC.
KAP big four ataupun KAP Internasional dianggap cenderung
memberikan kualitas audit yang baik. Ada empat kelebihan auditor
dilihat dari ukuran KAP besar menurut Fifth & Liau Tan (1998) dalam
Wibowo dan Rossieta (2009), yaitu:
1) Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP
2) Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan
3) Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional
4) Banyaknya jumlah staff audit dalam suatu KAP
Berdasarkan hal tersebut, De Angelo (1981), juga Watts dan
Zimmerman (1986) berpendapat bahwa ukuran auditor akan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar
mempunyai kelebihan dalam melakukan audit, sehingga mampu
menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi (Wibowo dan Rossieta,
2009)
35
Menurut Choi, Kim dan Zang (2010) terdapat dua perspektif terkait
bagaimana ukuran kantor audit dapat mempengaruhi kualitas audit, yakni
perspektif pertama disebut perspektif ketergantungan ekonomis
(economic dependence perspective). Kantor audit kecil cenderung
berkompromi terhadap kualitas audit karena ketergantungan ekonomis
terhadap klien tertenu. Kehilangan reputasi akibat kegagalan audit
memiliki pengaruh lebih besar bagi kantor kantor audit besar
dibandingkan kantor audit yang lebih kecil. Kantor audit besar tidak
bergantung pada klien tertentu karena tingkat ketergantungan secara
ekonomis yang lebih kecil dibandingkan kantor audit kecil.
Perspektif kedua disebut Perspektif keseragaman kualitas (uniform
quality perspective). Perspektif ini berpendapat bahwa auditor besar
seperti big four mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan jasa
audit dengan kualitas yang sama diantara kantor-kantor lokal (afiliasi)
dengan ukuran yang berbeda dan berlokasi di berbagai macam wilayah
dan negara. Ada beberapa faktor internal yang dapat mendorong kantor
audit besar untuk memberikan kualitas audit yang seragam diantara
kantor-kantor lokal yang berbeda. Auditor besar menaruh perhatian lebih
terhadap pelatihan staf dan melakukan evaluasi berkala, serta cenderung
menggunakan standarisasi dalam teknik dan prosedur audit yang
dilakukan dibandingkan dengan auditor kecil. Ini kemudian memfasilitasi
pembagian dan transfer pengetahuan diantara kantor-kantor lokal yang
dimiliki auditor besar sehingga mampu menciptakan kualitas audit yang
36
seragam baik pada pusat maupun cabang (Sopian, 2014). Dari penjelasan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP memang memiliki
keterkaitan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor, dimana
ukuran KAP yang lebih besar dapat dilihat dari berbagai ukuran seperti
jumlah staf, ragam klien dan hal lainnya, cenderung akan memberikan
kualitas audit yang lebih baik, karena terdapatnya fasilitas yang lebih
unggul.
6. Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-
perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite
audit menurut Arens et al. (2012:135) didefinisikan sebagai berikut:
“Audit committees is a selected number of members of a
company’s board fo directors whose responsibilities include helping
auditor’s remain independent of management. Most audit committees are
made up of three to five or sometimes as many as seven directors who
are not a part of company management”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa umumnya komite audit itu
terdiri dari tiga atau lima bahkan tujuh orang yang bukan bagian dari
manjemen perusahaan. Tujuan dibentuknya komite audit yaitu untuk
menjadi penengah antara auditor dan manajemen perusahaan apabila
terjadi perselisihan.
Sedangkan menurut peraturan No. IX.1.5 dalam lampiran
Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-29/PM/2004 mengemukakan
bahwa:
“Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”.
37
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komite
audit dibentuk oleh dewan komisaris yang bekerjasama dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Salah satu tugasnya
yaitu memastikan efektivitas sistem pengendalian intern. Selain itu,
komite audit juga bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
Effendi (2009) dalam Nuratama (2011) mengatakan bahwa dalam
surat edaran dari direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-
2001 tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit
disebutkan bahwa:
a. Komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, termasuk
ketua komite audit
b. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum
hanya 1 orang. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris
tersebut yang merupakan komisaris independen perusahaan tercatat
yang sekaligus menjabat sebagai ketua komite audit.
c. Anggota komite audit lainnya berasal dari pihak eksternal yang
independen. Yang dimaksud dengan pihak eksternal adalah pihak
di luar perusahaan tercatat yang bukan merupakan komisaris,
direksi, maupun karyawan.
Menurut Keputusan Menteri No. 117 tahun 2002, tujuan
dibentuknya komite audit adalah membantu komisaris atau dewan
pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan
efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal.
38
Bapepam dalam surat edarannya (2003) mengatakan bahwa tujuan
komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk:
a. Meningkatkan kualitas laporan keuangan
b. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan
c. Meningkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun audit
eksternal
d. Mengidentifkasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan
komisaris
Jenis tugas dan tanggung jawab komite audit dalam sebuah
perusahaan yang satu tidak pernah sama dengan perusahaan yang lain.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan skala, jenis usaha, kebutuhan dan
domisili. Menurut keputusan menteri BUMN No. Kep-103/MBU/2002,
tugas komite audit, yaitu (Destiana, 2014):
a. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal sehingga
dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi
standar.
b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.
39
c. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh dewan komisaris
sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban komisaris
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
dalam Destiana (2014) mengemukakan bahwa komite audit mempunyai
tanggung jawab dalam hal:
a. Laporan Keuangan
b. Pengawasan Kontrol (Corporate Control)
c. Tata kelola perusahaan (Corporate governance)
7. Kualitas Audit
Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang harus
dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Dopuch dan Simunic
(1982) dan Watts dan Zimmerman (1986) dalam Al-Thuncibat et at.
(2011) menyatakan bahwa tujuan dasar proses audit adalah untuk
mempertinggi kualitas proses pelaporan keuangan melalui penyediaan
audit dengan perbaikan kualitas. Dengan kata lain, agar kualitas proses
pelaporan keuangan meningkat kualitas audit harus ditingkatkan.
Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda tergantug
dari sudut pandang mana audit tersebut di maknai penerima atau pemberi
jasa audit. Biasanya entitas pemilik maupun pihak pengguna laporan
keuangan berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor dapat
memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material dalam laporan
keuangan auditor. Sedangkan para auditor sendiri memandang kualitas
40
audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada
dan mampu menilai resiko bisnis audit. Ini dapat disebut sebagai
expectation gap.
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut:
“Audit quality as the probability of an auditor discovering errors
in client’s finances and then bringing these errors to light in the audit
report”.
Artinya, kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor
menemukan suatu pelanggaran dalam keuangan kliennya dan melaporkan
pelanggaran tersebut di dalam laporan audit.
Leo, Liu dan Wang (1999) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan
opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang
mengandung salah saji material (Widiastuty dan Febrianto, 2010)
Dari beberapa definisi kualitas audit dapat disimpulkan bahwa
audit yang berkualitas adalah audit yang memiliki hasil yang tidak salah
saji dan mampu mengungkapkan kelemahan ataupun penyimpangan yang
mungkin ada, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan standar
audit yang berlaku dan dilaksanakan oleh orang-orang yang berkompeten
dan independen.
Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal
yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu:
1) Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah
41
melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang
dihasilkan semakin rendah
2) Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit
akan semakin baik karena audior dengan jumlah klien yang banyak
akan berusaha menjaga reputasinya
3) Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi klien maka akan
ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak
mengikuti standar
4) Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika
auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan
direview oleh pihak ketiga
Salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor
adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Menurut
Bedard dan Michelence (1993) dalam Wibowo dan Rossieta (2009), ada
dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan
secara umum, yaitu outcome oriented dan process oriented. Bagi
pendekatan yang berorientasi hasil, pengukuran kualitas audit dilakukan
melalui hasil audit. Ada dua hal hasil audit yang dapat diobservasi yaitu:
1) laporan audit, dan 2) laporan keuangan.
Studi ini akan menggunakan pendekatan outcome oriented
berdasarkan laporan keuangan dengan menggunakan cross-sectional
modified jones seperti dalam Decow et al (1995). Hal ini didukung oleh
kemudahan akses dalam mendapatkan laporan keuangan. Untuk
42
penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan conditional
revenue model yang hasil pengukurannya diasumsikan sebagai nilai
manajemen laba. Dimana nilai tersebut nantinya akan berbanding terbalik
dengan kualitas audit. Nilai manajemen laba yang besar justru
menunjukkan kualitas audit yang rendah. Sedangkan menunjukkan
kualitas audt yang lebih baik.
43
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitan mengenai kualitas audit telah dilakukan sebelumnya, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Odia (2015) Auditor Tenure, Auditor
Rotation And Audit
Quality
Variabel tenur audit dan
variabel kualitas audit.
1. Variabel rotasi audit.
2. Lokasi penelitian.
Adanya rotasi audit berpengaruh dan
menambah keyakinan terhadap kualitas audit
2 Ikharo (2015) The Impact of Auditor’s
Tenure on Quality Audit
Variabel tenur audit dan
kualitas audit
1. Sampel perusahaan
penelitian.
2. Lokasi penelitian.
Pengaruh auditor tenur terhadap kualitas
laporan audit bergantung pada kemampuan
auditor atau tingkat independensinya
3 Gonzalez,
Belen; Garcia,
Roberto dan
Lopez, Antonio
(2014)
Auditor Tenure and
Audit Quality in Spanish
State-Owned
Foundations.
Variabel tenur audit dan
kualitas audit.
Menggunakan regresi
logistik.
Adanya pengaruh tenur audit dengan kualitas
audit, dimana semakin lamanya hubungan
antara perusahaan dengan auditor akan
meningkatkan kualitas audit
4 Melya dan
Felizia Arni
Pengaruh Audit Tenure
dan Ukuran Audit Firm
Variabel tenur audit,
kualitas audit dan
Sampel perusahaan
penelitian.
Semakin panjang masa audit tenure maka DA
akan semakin
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
44
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Rudiawarni
(2014)
terhadap Kualitas Audit
pada Badan Usaha yang
Go Public di BEI periode
2010-2012.
Ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Tahun Pengamatan rendah sehingga kualitas audit yang baik dapat
dicapai. Selain itu, kualitas audit yang
dihasilkan oleh KAP non-big four tidak lebih
buruk dari KAP big four.
5 Clinton
Marshal
Panjaitan dan
Anis Chariri
(2014)
Pengaruh Tenure, Ukuran
KAP dan Spesialisasi
Auditor Terhadap Kualitas
Audit.
Variabel kualitas audit,
tenure Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Variabel spesialisasi
auditor
Tenure KAP dan spesialisasi auditor
berpengaruh negatif terhadap kualitas audit,
sedangkan ukuran KAP tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit.
6 Ni Ketut Ayu
Paramita & Ni
Made Yenni
Latrini (2015)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur
Publikasi, Masa Perikatan
Audit, Pergantian
Manajemen Pada Kualitas
Audit
Variabel pergantian
manajemen, masa
perikatan audit dan
kualitas audit
Variabel ukuran
perusahaan dan umur
publikasi
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa
ukuran perusahaan dan umur publikasi tidak
berpengaruh pada kualitas audit maka perikatan
audit dan pergantian manajemen berpengaruh
negatif pada kualitas audit.
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
45
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Nurul Fitri
Nadia (2015)
Pengaruh Tenur Kantor
Akuntan Publik, Reputasi
Kantor Akuntan Publik
dan Rotasi Kantor
Akuntan Publik Terhadap
Kualitas Audit
Variabel tenur audit dan
kualitas audit .
Variabel reputasi Kantor
Akuntan Publik(KAP) dan
rotasi Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Bahwa semakin panjangnya tenur audit
semakin tinggi diskresionari akrual (Kualitas
Audit) dan perusahaan yang diaudit Big Four
semakin tinggi diskresionari akrual. Perusahaan
yang melakukan Rotasi KAP semakin tinggi
diskresionari nya (Kualitas Audit)
8 Fitriany,
Sidharta
Utama, Dwi
Martani dan
Hilda Rosietta
(2015)
Pengaruh Tenure, Rotasi
dan Spesialisasi Kantor
Akuntan Publik Terhadap
Kualitas Audit:
Perbandingan Sebelum
dan Sesudah Regulasi
Rotasi KAP di Indonesia
Variabel tenur audit dan
kualitas audit.
Variabel rotasi Kantor
Akuntan Publik (KAP)
dan spesialisasi Kantor
Akuntan Publik(KAP).
Hasil pengujianmembuktikan bahwa pada
periode sebelum regulasi, tidak ada pengaruh
lamanya mengaudit terhadap kualitas audit.
Namun setelah periode regulasi, lamanya
mengaudit memiliki hubungan convex dengan
kualitas audit dari sudut pandang netral sampai
dengan timeliness. Tidak ada pengaruh
rotasiakuntan publik dengan kualitas audit, 2
dari 8 persamaan regresi menunjukkan rotasi
audit menurunkan kualitas audit pada periode
sebelum dan sesudah regulasi. Spesialisasi
memiliki pengaruh positif terhadap kualitas
audit.
46
C. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit.
Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum
pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri
sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru yaitu
direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Adanya CEO yang
baru mungkin akan adanya perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi,
keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2008).
Manajemen memerlukan audior yang lebih berkualitas dan mampu
memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat (Joher et.al.
2000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pergantian manajemen
memungkinkan klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas
dan sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaan (Wijayani dan
Januarti, 2011).
Dengan pergantian manajemen yang diikuti oleh pemilihan auditor
baru dan kebijakan akuntansi baru yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan perusahaan, maka akan semakin tinggi kualitas audit yang
dihasilkan. Hal tersebut menandakan bahwa pergantian manajemen juga
dapat bertujuan agar perusahaan semakin memiliki laporan keuangan
yang lebih baik. Berdasarkan argumen tersebut, maka disusun rumusan
hipotesis berikut:
Ha1: Pergantian manajemen berpengaruh terhadap kualitas audit
47
2. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.
Ukuran dari suatu kantor akuntan publik sering dihubungkan
dengan kualitas audit yang dihasilkannya terhadap suatu klien. Penelitian
Melya dan Rudiawarni (2014) menemukan bahwa KAP kecil tidak lebih
buruk dari KAP besar dalam menghasilkan kualitas audit, yang artinya
ukuran KAP tidak dapat menentukan baik atau buruknya kualitas audit
yang dihasilkan.
Namun berbeda dengan penelitian Chi dan Huang (2004) dalam
Al-Thuneibat et al. (2011) mengungkapkan bahwa auditor di KAP besar
membangun pengalaman belajar lebih cepat dibanding non-KAP besar.
Lebih lanjut, auditor KAP besar lebih cakap pada awal perikatan audit
karena kecepatan dan keahlian mereka yang lebih besar dalam
memperoleh pengetahuan yang diwajibkan serta mendapatkan kenalan
yang diperlukan.
Panjaitan dan Chariri (2014) menyatakan bahwa KAP besar (big
four) dianggap cenderung memberikan kualitas audit yang lebih baik dari
KAP yang berukuran kecil (non big four). KAP besar mempunyai
tanggung jawab untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki
lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika
mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Kekayaan atau aset yang
besar dimiliki oleh KAP besar, sehingga menurunkan ketergantungan
ekonomi terhadap klien juga dipercaya menjadi salah satu faktor yang
menjadikan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik dari KAP kecil.
48
KAP besar cenderung memiliki klien yang lebih banyak dan dari
berbagai macam industri sehingga KAP besar memiliki kemampuan yang
lebih baik. Dunn dan Mayhew (2004) dalam Fitriany dan Setiawan
(2011) menyatakan bahwa kemampuan mereka untuk memberikan
kualitas audit yang lebih tinggi berasal dari pengalaman mereka dalam
melayani banyak klien dalam industri yang sama dan mempelajari
praktik-praktik terbaik di suatu industri.Berdasarkan uraian ringkas
tersebut maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:
Ha2: Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit.
3. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.
Panjaitan dan Chariri (2014) berpendapat bahwa menurutnya tenur
audit yang diukur dengan menghitung jumlah masa penugasan KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dimana semakin
panjang masa perikatan KAP dengan kliennya akan semakin menurunkan
kualitas audit.
Gonzalez et.al (2014) dan Novianti (2012) yang juga melakukan
penelitian terkait hubungan antara tenur audit dengan kualitas audit
menemukan bahwa tenur kantor akuntan publik berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.Selain itu berkurangnya kualitas audit juga dapat
disebabkan karena hubungan yang lama antara KAP dengan klien yang
telah menjadikan klien tersebut sebagai sumber pendapatan bagi KAP,
sehingga KAP memiliki kepentingan untuk mempertahankan dan
49
meningkatkan pendapatannya dengan memenuhi keinginan klien yang di
audit, terutama klien yang telah lama diauditnya.
Hubungan antara auditor dan klien yang cukup lama juga berakibat
diragukannya laporan audit yang dikeluarkan. Karena dicurigai dengan
hubungan yang terjalin lama dan baik akan terjadi kesepakatan diantara
klien dan auditor, yaitu selain klien adalah sumber pendapatan bagi
auditor, pihak manajemen juga dapat memperoleh keuntungan yaitu
melakukan kecurangan namun tetap memperoleh hasil audit yang baik.
Berdasarkan kepada uraian ringkas beberapa hasil penelitian terdahulu
maka dibuat sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:
Ha3: Tenur kantor akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit.
4. Interaksi antara Pergantian Manajemen dengan Komite Audit
terhadap Kualitas Audit
Mardiyah (2002) menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi
klien mengganti auditornya, yaitu: faktor auditor karena kualitas dan fee,
sedangkan faktor klien karena perubahan ownership, kesulitan keuangan,
IPO (Initial Public Offering), dan manajemen yang gagal. Menurut
Damayanti dan Sudarma (2008) dalam Wijayani (2011), pergantian
manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat
disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi
berhenti karena kemauan sendiri, adanya manajemen yang baru mungkin
juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan,
dan pemilihan kantor akuntan publik. Manajemen memerlukan auditor
50
yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan
perusahaan yang cepat.
Sukrapratiwi dan Latrini (2015) menyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki komite audit biasanya memiliki manajemen perusahaan
yang lebih transparan dan akuntabel, sehingga prinsip good corporate
governance dapat diterapkan dengan baik. Tugas dan tanggung jawab
komite audita dalah melaksanakan fungsi pengawasan pelaporan
keuangan perusahaan yang berkaitan dengan transparansi.
Dengan adanya pergantian manajemen, dimungkinkan akan
diubahnya kebijakan akuntansi dan keuangan perusahaan sesuai dengan
kebijakan manajemen yang baru. Dengan perubahan kebijakan tersebut,
dapat mengakibatkan berubahnya kualitas audit juga. Namun, De Zoort
et al (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan komite audit dalam
memahami substansi dari beraneka-ragam transaksi dalam laporan
keuangan dan kompleksitas kasus keuangan membuat komite audit dapat
berperan untuk mendorong dihasilkannya audit yang lebih berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, pergantian manajemen yang umumnya diikuti
dengan perubahan kebijakan akuntansi dan keuangan, dengan keberadaan
komite audit yang berkompeten maka akan tetap menghasilkan audit
yang berkualitas. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Ha4 : Komite audit mampu memoderasi hubungan antara pergantian
manajemen terhadap kualitas audit.
51
5. Interaksi antara Ukuran Kantor Akuntan Publik dengan Komite
Audit terhadap Kualitas Audit
Selain itu komite audit apabila dikaitkan dengan hubungan antara
ukuran kantor akuntan publik dengan kualitas audit, dimana dalam
penelitian Melya dan Rudiawarni (2014) ditemukan bahwa ukuran KAP
kecil tidak lebih buruk dari KAP besar dalam menghasilkan kualitas
audit, maka dari itu keberadaan komite audit ini mungkin akan
membantu KAP besar maupun KAP kecil untuk menghasilkan kualitas
audit yang baik.
Hal ini didukung oleh pernyataan Rustiarini (2013) yang
menyebutkan bahwa nama besar suatu kantor akuntan publik tidak cukup
untuk menjamin kualitas audit yang dilakukan. Oleh karena itu
diperlukan komite yang dapat menjaga sistem pengendalian internal yang
memadai serta melakukan monitoring kinerja auditor eksternal untuk
mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik.
Menurut Fitriany dan Setiawan (2011), komite audit yang memiliki
kompetensi akuntansi dan keuangan akan mampu berkomunikasi dengan
baik dengan auditor sehingga dapat memberi informasi yang diperlukan
auditor dalam melakukan audit sehingga dapat memperlancar proses
audit yang dilakukan auditor yang sedang menghadapi workload (beban
kerja), serta komite audit yang aktif akan selalu memonitor pekerjaan
auditor eksternal sehingga mencegah terjadinya dysfunctional audit
behavior yang disebabkan workload yang dialami auditor. Dari uraian
52
tersebut, dengan adanya komite audit maka baik KAP besar maupun
KAP kecil dapat terbantu dan terawasi dalam menjalankan tugas audit,
sehingga audit yang dihasilkan berkualitas. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha5 : Komite audit mampu memoderasi hubungan antara ukuran kantor
akuntan publik terhadap kualitas audit.
6. Interaksi antara Tenur Kantor Akuntan Publik dengan Komite
Audit terhadap Kualitas Audit
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi
yang bertujuan memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan
publik (Siegel (1996) dalam Nuratama, 2011).
Menurut SK Bapepam dan LK No Kep 29/PM/2004, salah satu
tugas komite audit adalah melakukan penelaahan atas informasi
keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan dan melakukan penelaahan
atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor eksternal. Keberadaan komite
audit dalam suatu perusahaan memberikan pengawasan yang lebih
terhadap kinerja manajemen perusahaan dan memberikan informasi yang
akurat dan tepat serta membantu dewan komisaris dalam menganalisis
laporan keuangan perusahaan (Fitriany dan Setiawan, 2011).
Hal ini apabila dikaitkan dengan tenur kantor akuntan publik
dengan kualitas audit, maka dipastikan keberadaan komite audit nantinya
akan membantu pengawasan terhadap perusahaan secara internal, yang
nantinya dapat mengawasi hubungan antara KAP dengan perusahaan
53
dalam pelaksanaan audit selama jangka waktu hubungan diantara
keduanya berlangsung. Komite audit harus diketuai oleh salah satu
anggota dewan komisaris independen perusahaan, sehingga komite audit
diharapkan memiliki independensi yang baik karena tidak memiliki
kepentingan terhadap perusahaan. Dengan independensi yang dimiliki,
maka keberadaan komite audit dapat mengurangi terjadinya hubungan
antara KAP dengan perusahaan yang tidak semestinya, sehingga hasil
pelaksanaan audit oleh KAP dapat terjaga dan terpercaya kualitasnya.
Hal ini didukung dengan penelitian Nuratama (2011) yang
menentukan bahwa komite audit berpengaruh pada hubungan tenur KAP
dengan kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha6 : Komite audit mampu memoderasi hubungan antara tenur kantor
akuntan publik terhadap kualitas audit
54
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Fakta:
Terdapat banyaknya
skandal akuntansi dan
pelanggaran yang
terjadi di perusahaan
Teori:
Praktik akuntansi
harus berjalan sesuai
dengan standar
Timbulnya suatu persepsi bahwa pelanggaran tersebut terjadinya karena
kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik masih rendah
Kualitas Audit
(Y)
Pergantian
Manajemen (X1)
Ukuran Kantor
Akuntan Publik
(X2)
Tenur Kantor
Akuntan Publik
(X3)
Komite
Audit (X4)
Metode Analisis:
Regresi Linier Berganda, Moderated Regression Analysis
GAP
Faktor-faktor yang mempungaruhi kualitas audit
Basis Teori : Teori Agency
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan merupakan jenis
penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan serta pengaruh antar dua variabel atau lebih. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu Pergantian
Manajemen, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Tenur Kantor Akuntan
Publik terhadap variabel dependen, yaitu Kualitas Audit, dengan Komite
Audit sebagai variabel moderating. Populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 hingga
tahun 2015.
B. Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non random sampling, artinya peneliti tidak memberikan kesempatan yang
sama pada anggota populasi untuk nantinya dijadikan anggota sampel. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
atau judgement sampling, yaitu teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian
melakukan pemilihan sampel secara tidak acak, selama calon responden
tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun
responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui, dapat
56
dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. Syarat sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Perusahaaan termasuk dalam perusahaan go public sektor perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2011 sampai
dengan tahun 2015.
2. Perusahaan yang mengungkapkan laporan corporate social responsibility
dalam laporan keuangannya berturut-turut selama 2011-2015.
3. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk
periode 2011-2015 yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan
memiliki data laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data yang
diperlukan dalam penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian pustaka, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti melalui buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian. Metode ini dilakukan karena data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan
yang telah diaudit, laporan keuangan tahunan dan direktori AP dan KAP.
Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini yaitu laporan auditor
dan laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari web pasar modal
Indonesia, www.idx.co.id dan juga dari database Indonesia Capital Market
Directory (ICMD) untuk seluruh perusahaan perbankan tahun 2011-2015,
serta data Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik berupa jumlah partner
57
audit yang diambil dari database Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
tahun 2011-2015.
Alat analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian statistik
terhadap sampel dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 22.0
dengan cara menguji bukti empiris atas variabel independen terhadap variabel
dependen dengan pengujian hipotesis model regresi linear berganda dengan
variabel moderating.
D. Metode Analisis Data
Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang
terkandung didalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk
memecahkan suatu masalah (Ghozali, 2013). Metode analisis data
menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencangan distribusi)
(Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti akan melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
58
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan melakukan uji asumsi klasik lainnya.
Hal ini dikarenakan data yang baik dan layak untuk digunakan
adalah data yang berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan
untuk mengukur apakah didalam model regresi variabel independen
dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Walaupun normalitas suatu
variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji
statisitik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal
(Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan Normal
Probability Plot (P-P Plot). Dasar pengambilan keputusan dari
analisis normal probability plot adalah sebagai berikut: (Ghozali,
2013).
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka menujukkan pola distribusi normal.
Model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
59
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).
Jika ada korelasi antar variabel independen, dikhawatirkan akan
muncul bias pada hasil penelitian.
Dalam melakukan uji multikolinieritas, peneliti memperhatikan
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF berada
diantara 1-10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah pada model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke dalam pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokesdastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan
menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terkait atau
dependen (ZPRED) dengan residual (SRESID). Deteksi ada atau
60
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan
uji park. Dalam uji park pengujian dapat dikatakan terbebas dari
masalah heteroskesdastisitas jika nilai sig > 0,05. Selain itu
pengujian heteroskesdastisitas dapat diketahui dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual yang telah di studentized. Dengan dasar analisis
sebagai berikut: (Ghozali, 2013).
1. Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik-titik, seperti titik
yang bergelombang atau melebur kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitisitas.
2. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian untuk mengetahui apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013).
61
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini.
Digunakan Uji Run Test sebagai keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi (Danang Sunyoto, 2010).
1. Tolak Hipotesis nol (H0) bila asymtotic significant value uji
Run Test > 0.05.
2. Hipotesis diterima nol (H0) bila asymtotic significant value uji
Run Test < 0.05.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan
nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
model analisis regresi berganda dan MRA (Moderated Regression
Analysis).
a. Pengujian dengan analisis Regresi Berganda (H1 sampai H3)
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel dependen dengan menggunakan data variabel
62
independen yang sudah diketahui. Persamaan regresi berganda
dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1+β2X2+ β3X3 + e
Keterangan:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi pertama, yaitu besarnya
perubahan Y apabila X1 berubah sebesar 1 satuan.
X1 = Pergantian Manajemen
β2 = Koefisien Regresi kedua, yaitu besarnya
perubahan Y apabila X2 berubah sebesar 1 satuan.
X2 = Ukuran Kantor Akuntan Publik
β3 = Koefisien Regresi ketiga, yaitu besarnya
perubahan Y apabila X3 berubah sebesar 1 satuan.
X3 = Tenur Kantor Akuntan Publik
e = Error
b. Pengujian dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan pengujian khusus regresi linier
berganda yang memiliki unsur interaksi dengan variabel lain
sebagai moderasi dengan perumusannya sebagai berikut:
63
1. Hubungan interaksi antara pergantian manajemen dan
komite audit terhadap kualitas audit (H4)
Y = α + β1X1 + β2X4 + β3(X1X4) + e
Keterangan:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Pergantian Manajemen
X4 = Komite Audit
X1X4 = Variabel perkalian antara pergantian
manajemen dengan komite audit yang
menggambarkan pengaruh variabel
moderasi komite audit terhadap hubungan
pergantian manajemen dengan kualitas
audit.
2. Hubungan interaksi antara ukuran KAP dan komite audit
terhadap kualitas audit (H5)
Y = α + β1X2 + β2X4 + β3(X2X4) + e
Keterangan:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X2 = Ukuran KAP
64
X2X4 = Variabel perkalitan antara KAP dengan
komite audit yang menggambarkan
pengaruh variabel moderasi komite audit
terhadap hubungan ukuran KAP dengan
kualitas audit.
3. Hubungan interaksi antara auditor spesialis dan komite
audit terhadap asimetri informasi (H6)
Y = α + β1X3 + β2X4 + β3(X3X4) + e
Keterangan:
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X3 = Tenur KAP
X3X4 = Variabel perkalian antara KAP dengan
komite audit yang menggambarkan pengaruh
variabel moderasi komite audit terhadap
hubungan tenur KAP dengan kualitas audit.
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melalui:
a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian Pasrsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan
65
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali,
2013).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
tabel, jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini
ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya
semua variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel
maka H0 diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom
signifikansi akan lebih besar dari nilai alpha. Artinya semua variabel
independen tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kualitas audit.
a. Kualitas Audit (Y)
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas untuk
menemukan kesalahan dalam sistem akuntansi klien, serta bersedia
untuk mengungkapkan kesalahan tersebut (DeAngelo (1981) dalam
Gonzalez et al, 2014).
66
Kualitas audit dapat dinilai dari laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor dengan melihat apakah laporan tersebut
mengandung aktivitas manajemen laba atau tidak. Adanya
kandungan manajemen laba pada laporan keuangan auditan
menunjukkan bahwa auditor belum berhasil menemukan angka-
angka pada laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar,
yang merefleksikan hasil operasi dan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Maka dari itu pada penelitian ini kualitas audit diukur
dengan ada atau tidaknya kandungan manajemen laba pada laporan
keuangan auditan auditor.
Francis dan Krishan(1999) berpendapat bahwa audit dari total
akrual yang tinggi pada suatu perusahaan memiliki ancaman yang
tidak menentu dibanding audit yang memiliki total akrual yang
rendah pada suatu perusahaan karena potensi dari estimasi kesalahan
dan kesempatan yang besar dari total akrual yang tinggi di suatu
perusahaan yang memiliki realisasi aset yang tidak terdeteksi dan /
atau akan masalah going concern terkait dengan tingkat yang lebih
tinggi dari total akrual. Maka untuk mengetahui apakah perusahaan
perbankan yang dijadikan sampel melakukan earnings management
maka dihitung besarnya akrual diskresioner dengan menggunakan
cross-sectional modified jones seperti dalam Decow et al (1995):
a. Menghitung total akrual (TAC)
TAC = NI – CFO
67
b. Menghitung akrual non diskresioner (NDAC)
TACt= α1 ( 1/ TAt-1) + α2 (∆REV/TAt-1) + α3 (PPET/TAT-1) + e
TAt-1
Kemudian dimasukkan kedalam persamaan berikut:
NDAC = α1(1/TAt-1)+ α2 (∆REV-∆REC/TAt-1)+α3 (PPET/TAt-1)
c. Menghitung akrual diskresioner (DA)
DA = TAC – NDAC
TAt-1
Keterangan:
TAC = Total akrual
NI = Net Income
CFO = Cash Flow From Operation
TA t-1 = Total asset pada akhir tahun t-1
∆REV = Pendapatan pada tahun t dikurangi tahun t-1
PPEt = Aset tetap pada akhir tahun t
NDAC = Akrual non diskresioner
∆REC = Piutang bersih pada tahun t dikurangi t-1
DA = Akrual diskresioner
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atas
yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen atau
terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pergantian
manajemen, ukuran KAP dan tenur akuntan publik.
68
a. Pergantian Manajemen (X1)
Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi atau
CEO (Chief Executive Officer) perusahaan yang disebabkan karena
keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen
berhenti karena kemauan sendiri. Variabel pergantian manajemen
menggunakan varibel dummy. Jika ada pergantian direktur utama
atau CEO maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika tidak ada
pergantian direktur utama atau CEO, maka diberikan nilai 0
(Wijayanti dan Januarti, 2011).
b. Ukuran Kantor Akuntan Publik (X2)
Variabel ukuran KAP dalam penelitian ini menggunakan
variabel dummy dimana kode 1 diberikan jika Kantor Akuntan
Publik (KAP) mengaudit perusahaan merupakan KAP yang bermitra
dengan KAP “The Big Four” dan kode 0 jika perusahaan diaudit
oleh KAP yang tidak bermitra dengan KAP “The Big Four”.
c. Tenur Kantor Akuntan Publik (X3)
Masa perikatan audit merupakan jangka waktu perikatan yang
terjalin antara KAP dengan auditor yang sama. Masa perikatan audit
diukur dengan menghitung mundur tahun dimana KAP yang sama
telah melakukan perikatan terhadapat suatu perusahaan. Tahun
pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu
untuk tahun-tahun berikutnya. Informasi ini dapat dilihat pada
laporan auditor independen selama beberapa tahun untuk
69
memastikan lamanya KAP mengaudit perusahaan tersebut.
Pengukuran tenur KAP seperti ini juga dilakukan Melya dan
Rudiawarni (2014).
3. Variabel Moderating
a. Komite Audit ( )
Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan persentase
keberadaan komite audit, sesuai dengan pengukuran yang dilakukan
Nuratama (2007) serta penelitian yang dilakukan oleh Wakum dan
Wisadha (2014). Persentase keberadaan komite audit diukur dengan
membandingkan komite audit dengan jumlah komisaris, hal ini
merefleksikan ukuran komite audit yang mewakili dan membantu
dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terutama mengenai
pelaporan keuangan kepada manajemen sesuai dengan fungsi dan
tugas komite audit.
Rumus untuk menentukan persentase keberadaan komite audit
adalah sebagai berikut:
Persentase Keberadaan Komite Audit = Jumlah Komite Audit
Jumlah Komisaris
70
No Variabel Indikator Skala
1 Kualitas Audit (Y)
a. Menghitung total akrual (TAC)
TAC = NI – CFO
b. Menghitung akrual non diskresioner (NDAC)
TACt= α1 ( 1/ TAt-1) + α2 (∆REV/TAt-1) + α3 (PPET/TAT-1) +
eTAt-1
Kemudian dimasukkan kedalam persamaan berikut:
NDAC = α1(1/TAt-1)+ α2 (∆REV-∆REC/TAt-1)+α3 (PPET/TAt-1)
c. Menghitung akrual diskresioner (DA)
DA = TAC – NDAC
TAt-1
Rasio
2 Pergantian Manajemen
(X1)
1= Jika ada pergantian direktur utama atau CEO
0= Jika tidak ada pergantian direktur utama atau CEO Nominal
3 Ukuran Kantor Akuntan
Publik(X2)
1= Jika bermitra dengan KAP The Big Four
0= Jika tidak bermitra dengan KAP The Big Four Nominal
4 Tenur Kantor Akuntan
Publik (X3) Jumlah tahun waktu perikatan antara KAP dengan auditor yang sama Rasio
5 7 Komite Audit Persentase keberadaan komite audit = Jumlah Komite Audit
Jumlah Komisaris
Rasio
Tabel 3.1 Operasional Variabel
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersumber dari laporan tahunan emiten dengan menggunakan
populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada alamat web www.idx.co.id.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara
purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Berikut tabel 4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria
yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian
NO. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2015
42
2 Perusahaan perbankan yang terdaftar secara
berturut-turut selama periode pengamatan yaitu
2011-2015.
30
3 Perusahaan perbankan yang menerbitkan atas
laporan keuangan dalam mata uang rupiah
untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember
30
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
72
Tabel 4.1
(Lanjutan)
No. Kriteria Jumlah
dan telah diaudit oleh auditor independen
pada periode pengamtan yaitu 2011-2015.
4 Laporan keuangan memiliki data yang
dibutuhkan sesuai dengan variabel dalam
penelitian ini.
29
5 Perusahaan perbankan yang dijadikan sampel
dalam penenlitian ini
29
6 Jumlah sampel yang diambil selama periode
pengamatan yaitu tahun 2011-2015
85
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian berjumlah 85 perusahaan untuk periode lima
tahun pengamatan yaitu tahun 2011 sampai 2015. Sampel tersebut dipilih
karena telah memenuhi kriteria umum yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan perbankan yang
digunakan dalam penelitian ini terlampir dalam Lampiran 1.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
digunakan dalam penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
73
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari
sampel.
Berikut tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif untuk variabel
yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AQ 85 -,43 ,38 ,0095 ,15248
Manajemen 85 ,00 1,00 ,2824 ,45282
Ukuran 85 ,00 1,00 ,8471 ,36207
Tenure 85 1,00 5,00 2,3529 1,29749
KA 85 ,38 2,00 ,8248 ,27917
Valid N (listwise) 85
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
dari variabel dependen yaitu kualitas audit adalah sebesar 0,0095. Nilai
minimum dari kualitas audit adalah sebesar -0,43 yang merupakan hasil
kualitas audit yang dilakukan oleh Bank Danamon Tbk. tahun 2011.
Sedangkan nilai maksimum dari kualitas audit adalah sebesar 0,38 yang
merupakan kualitas audit dari Bank Bumi Arta Tbk. tahun 2011.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dari variabel pergantian
manajemen adalah sebesar 0,2824. Nilai minimum dari pergantian
manajemen adalah sebesar 0,00 yang merupakan hasil pergantian
manajemen yang dilakukan oleh Bank Central Asia Tbk. tahun 2012.
Sedangkan nilai maksimum dari pergantian manajemen adalah sebesar
74
1,00 yang merupakan pengungkapan sukarela dari Bank Rakyat Indonesia
Tbk. tahun 2015.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dari variabel ukuran KAP
adalah sebesar 0,8471. Nilai minimum dari ukuran KAP adalah sebesar
0,00 yang merupakan hasil ukuran KAP yang dilakukan oleh Bank
Victoria International Tbk. tahun 2011. Sedangkan nilai maksimum dari
ukuran KAP adalah sebesar 1,00 yang merupakan ukuran KAP dari Bank
Central Asia Tbk. tahun 2015.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat nilai rata-rata dari
audit tenure adalah sebesar 2,3529 yang menunjukkan rata-rata
perusahaan melakukan pergantian auditor setelah tahun kedua perikatan
dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelumnya. Nilai minimum dari
audit tenure adalah sebesar 1 dan nilai maksimum dari audit tenure adalah
sebesar 5.
Variabel moderasi dalam penelitian adalah komite audit. Rata-rata
komite audit adalah 0,8248. Nilai minimum dari komite audit adalah
sebesar 0,38 yang merupakan jumlah komite audit dari Bank Rakyat
Indonesia Tbk. tahun 2012. Sedangkan nilai maksimum penelitian dari
komite audit adalah sebesar 2,00 yang merupakan jumlah komite audit dari
Bank Sinarmas Tbk. tahun 2011.
75
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki data
yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai
Asymp.Sig.>0,05.
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-
Smirnov
Unstandardized
Residual
N 85
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,13573128
Most Extreme Differences Absolute ,077
Positive ,054
Negative -,077
Test Statistic ,077
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: Output SPSS yang diolah
76
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov Smirnov
adalah sebesar 0,200 Nilai tersebut signifikan yaitu 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka
model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
Hasil uji normalitas data yang ditunjukan Kolomogorov Smirnov
tersebut konsiten dengan hasil analisis grafik histogram dan grafik
normal P-Plot berikut ini.
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan grafik Histogram
77
Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa grafik histogram
maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data yang normal. Pada
grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik menggambarkan bentuk lonceng serta
pada grafik normal P-Plot titik-titik yang mewakili sampel dalam penelitian ini
mendekati garis diagonal.
b. Hasil Uji Multikoloniaritas
Uji Multikoloniaritas ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai Tolerance
> 0,1 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikoloniaritas
antara variabel bebas. Berikut tabel 4.4 yang menunjukan hasil dari uji
multikoloniaritas.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Manajemen ,979 1,021
Ukuran ,767 1,304
Tenure ,973 1,028
KA ,744 1,344
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan pada hasil uji multikoloniaritas pada tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa variabel bebas dalam penelitan ini tidak saling berkorelasi, karena
memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi
gejala multikoloniaritas antar variabel.
78
c. Hasil Uji Heteroskesdasitas
Hasil uji heteroskesdasitas dilakukan untuk melihat apakah ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data
yang homoskesdasitas atau data yang memiliki kesamaan varians dalam
fungsi regresi. Uji heteroskedasitas dalam penelitian ini menguji uji park
yang dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen
dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel
independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskesdasitas.
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskesdasitas dengan Uji Park
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -4,547 1,078 -4,217 ,000
Manajemen ,090 ,401 ,025 ,226 ,822 ,979 1,021
Ukuran -,260 ,566 -,057 -,459 ,647 ,767 1,304
Tenure -,277 ,140 -,217 -1,974 ,052 ,973 1,028
KA ,373 ,745 ,063 ,501 ,618 ,744 1,344
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa nilai signifikansi antara semua variabel
independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi
regresi atau homoskesdasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas.
Hasil uji park ini konsisten dengan hasil uji grafik scatterplot berikut ini:
79
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskesdasitas dengan grafik Scatterplot
Grafik scatterplot menunjukan bahwa data tersebar di atas dan di bawah
angka 0 (nol) pada sumbu y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada
penyebaran data tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran titik-titik
yang mewakili sampel pada scatterplot di atas mengemukakan bahwa data dalam
penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau
homoskesdasitas.
d. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada masalah autokrelasi (Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilaksanakan dengan
menggunakan run test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari
signifikansi 0,05. Hasil uji autokoreasi dalam penelitian ini disajikan
dalam tabel 4.6.
80
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,01273
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 43
Total Cases 85
Number of Runs 51
Z 1,638
Asymp. Sig. (2-tailed) ,101
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 nilai run test adalah 0,101 yang bernilai lebih besar
dari 0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai residual acak atau random,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada
model regresi yang digunakaan didalam penelitian ini.
3. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2013).
Hasil dari uji koefisien determinasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,456a
,208 ,168 ,13908
Sumber: Output SPSS yang diolah
81
Dari tabel 4.7 yang telah disajikan di atas dapat kita lihat bahwa nilai
adjusted R2 sebesar 0,168 yang menjelaskan bahwa variabel-variabel independen
yang ada di dalam penelitian ini dapat menjelaskan 16,8% variabel dependen yang
ada di dalam penelitian ini yaitu persistensi laba. Hasil ini menunjukkan bahwa
model memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan variabel dependen,
sedangkan sisanya sebesar 83,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian ini seperti variabel reputasi auditor, pergantian auditor, umur
perusahaan, dan lain sebagainya (Putra dan I Made, 2016).
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Berganda (Pergantian
Manajemen, Ukuran KAP, Tenure KAP, terhadap Kualitas Audit). Pengujian
parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t untuk analisis
regresi berganda (H1 sampai H3) ditunjukkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,176 ,048 3,630 ,000
Manajemen ,013 ,034 ,039 ,390 ,698
Ukuran -,066 ,042 -,156 -1,571 ,120
Tenure -,049 ,012 -,413 -4,153 ,000
Sumber: Output SPSS yang diolah
82
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen dengan
variabel dependen dalam analisis regresi berganda. Variabel pergantian
manajemen (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,698 (>0,05). Dengan
demikian H1 ditolak sehingga dapat dikatakan pergantian manajemen tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hasil uji t untuk variabel ukuran KAP (X2) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,120 (>0,05). Dengan demikian H2 ditolak sehingga
dapat dikatakan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hasil uji t untuk variabel tenur KAP (X3) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 (<0,05). Dengan demikian H3 diterima sehingga dapat
dikatakan auditor spesialis berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan
tabel 4.8 maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,176 + 0,013X1 - 0,066X2 - 0,49X3 + e
Hasil di atas menjelaskan bahwa nilai konstanta sebesar 0,176
menyatakan bahwa jika ketiga variabel independen tersebut dianggap konstan
atau tidak ada penambahan.
b. Hasil Uji Hipotesis dengan Moderated Regression Analysis
1. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Pergantian Manajemen dan
Komite Audit
83
Tabel 4.9 Hasil Uji H4
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,080 ,059 -1,353 ,180
Manajemen -,036 ,125 -,105 -,283 ,778
KA ,099 ,066 ,181 1,496 ,139
ManKA ,080 ,151 ,197 ,531 ,597
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel pergantian manajemen (X1) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,778 (>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,139 (>0,05) sehingga dapat dikatakan
pergantian manajemen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit.
Variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara variabel pergantian
manajemen dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,597
(>0,05) sehingga dapat dikatakan variabel komite audit bukan variabel moderasi
dalam model. Artinya interaksi antara pergantian manajemen dengan komite audit
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
2. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Ukuran Kantor Akuntan
Publik dan Komite Audit
84
Tabel 4.10 Hasil Uji H5
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,049 ,124 -,394 ,695
Ukuran -,010 ,143 -,023 -,069 ,945
KA ,103 ,102 ,188 1,001 ,320
UkuranKA -,028 ,136 -,061 -,204 ,839
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel ukuran KAP (X2) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,945 (>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,320 (>0,05) sehingga dapat dikatakan ukuran
KAPtidak berpengaruh terhadap kualitas audit dan komite audit tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara variabel ukuran
KAPdengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,839 (>0,05)
sehingga dapat dikatakan interaksi antara ukuran KAP dengan komite audit
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
3. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Tenur Kantor Akuntan
Publik dan Komite Audit
85
Tabel 4.11 Hasil Uji H6
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,122 ,095 -1,279 ,204
Tenure ,038 ,039 ,323 ,982 ,329
KA ,295 ,108 ,541 2,730 ,008
TenureKA -,107 ,047 -,803 -2,292 ,024
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel tenur KAP (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,329 (>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,008 (<0,05) sehingga dapat dikatakan tenur KAP
berpengaruh terhadap kualitas audit dan komite audit berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara variabel auditor spesialis
dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,024 (<0,05) sehingga
dapat dikatakan tenur kap dengan komite audit berpengaruh terhadap kualitas
audit. Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = -0,122 + 0,038X3 + 0,0295X4 – 0,107X3X4
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar -0,122
menyatakan bahwa variabel independen tersebut dianggap konstan atau tidak ada
penambahan.
86
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pergantian manajemen (X1) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,698 (>0,05). Dengan demikian hipotesis pertama (H1)
ditolak, artinya pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Adiasih dan Indra
(2011), Jayanthi dan putra (2013) dan Ni Ketut Ayu Paramita dan Ni Made
Yani (2015). Hal ini menunjukkan bahwa adanya pergantian CEO yang
dilakukan perusahaan memiliki kecenderungan yang lebih rendah
dilakukannya manajemen laba. Pengalaman, sumber daya, dan tingginya
informasi tentang discretionary accrual yang dimiliki auditor yang
berkualitas, akan dapat menemukan dan menghalangi praktek akuntansi yang
meragukan dan melaporkannya dengan mengurangi pelaporan akrual yang
agresif dan optimis oleh manajemen (Krishnan, 2002).
Hasil penelitian ini tidak tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sulistriani dan Sudarmo (2012), Hudaib dan Cooke (2005),
dan Sinarwati (2010) yang menunjukkan bahwa pergantian manajemen
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pergantian manajemen
merupakan pergantian dewan direksi suatu entitas perusahaan atau pergantian
CEO (Chef Executive Officer) yang diakibatkan oleh hasil keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau dewan direksi melakukan
pengunduran diri. manajemen yang baru cenderung akan mencari KAP yang
87
selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Hal ini dikarenakan
manajemen menginginkan KAP yang dapat memenuhi kebutuhan manajemen
dalam mengelola perusahaan. Manajemen perusahaan juga akan mencari
KAP yang memiliki kualitas yang baik dan dapat mengikuti perkembangan
perusahaan. Manajemen baru cenderung akan mengubah KAP apabila KAP
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen baru. Dapat diartikan
bahwa adanya pergantian manajemen dapat mempengaruhi manajemen dalam
menghasilkan suatu kualitas audit.
2. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel ukuran KAP (X2) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,120 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis kedua (H2) ditolak, artinya
ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Iman Sarwoko (2014),
Clinton Marshal Panjaitan dan Anis Chariri (2014) yang menyatakan bahwa
ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas
pemeriksaan laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan. KAP yang
berafiliasi dengan KAP Big Four cenderung menghasilkan kualitas audit yang
lebih baik daripada KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP Big Four.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh De Angelo (1981) yang menunjukkan bahwa KAP berukuran
besar selalu menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan
88
KAP yang berukuran kecil. Hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan
penelitian Francis et, al. (2007) yang menunjukan bahwa auditor yang bekerja
di KAP besar (Big Four) dapat menghasilkan kualitas audit antara KAP besar
KAP kecil, hal tersebut diduga disebabkan oleh program pengawasan dan
pendidikan (PPL) yang dilaksanakan oleh pihak regulator dan IAPI secara
efektif terutama terhadap KAP yang tergabung dalam FAPM, sehingga
menjadikan kualitas individual dari masing-masing KAP tidak terlalu berbeda
secara signifikan.
3. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel tenur kap (X3) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) diterima,
artinya tenur KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Efraim (2010), Chen et.al.
(2004), dan Siregar et.al. (2012) yang menunjukkan bahwa pengaruh yang
lama antara auditor dan kliennya akan berdampak pada timbulnya kedekatan
antara mereka dimana hal tersebut dapat mempengaruhi integritas dan
independensi auditor dalam mendeteksi dan melaporkan salah saji material
yang ada dalam laporan keuangan perusahaan klien sehingga mengurangi
kualitas audit.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Abdul Hamid (2013), dan Wibowo dan Rossieta (2009) yang
89
menyatakan bahwa tenur KAP yang lama tidak selalu dapat mempengaruhi
independensi auditor sehingga tidak dapat menurunkan kualitas audit.
Disamping itu tenur yang singkat juga tidak selalu dapat menentukan
keandalan kualitas audit, karena bisa saja auditor tidak punya pengetahuan
dan pengalaman yang cukup untuk melakukan audit pada perusahaan klien.
4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pergantian Manajemen dengan
Komite Audit terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara variabel
pergantian manajemen dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,597 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis keempat (H4) ditolak,
artinya interaksi antara pergantian manajemen dengan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kegagalan komite audit dalam memoderasi pergantian manajemen
dengan kualitas audit dapat terjadi karena komite audit tidak mampu
memantau kinerja manajemen yang masih melakukan pergantian CEO yang
tidak berdasarkan fakta yang ada untuk mendapatkan keuntungan (Barako,
2007; Aprianti, 2014). Ketidakmampuan komite audit memantau manajemen
terjadi karena kurangnya frekuensi rapat yang dilakukan membuat komite
audit dalam memberikan tekanan tambahan kepada manajemen dalam
melakukan pergantian CEO menjadi tidak optimal sehingga menyebabkan
kualitas laporan keuangan menjadi kurang baik Baros (2013).
90
5. Pengaruh Hubungan Interaksi Ukuran Kantor Akuntan Publik
dengan Komite Audit terhadap Kualitas Audit.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara variabel
ukuran KAP dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,839
(<0,05). Dengan demikian, hipotesis kelima (H5) ditolak, artinya interaksi
antara ukuran KAP dengan komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhany (2004), Alichia (2013) dan Sulistya dan Sukartha (2013)
menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas
audit. Peran komite audit dianggap belum optimal dalam penerapan laporan
keuangan. Selain itu komite audit juga tidak memiliki kontribusi langsung
dalam penyelesaian masalah-masalah yang ada pada manajemen perusahaan
karena komite audit bersifat independen dan bertanggungjawab kepada
dewan komisaris.
Tidak adanya pengaruh moderasi keberadaan komite audit dengan
pengaruh ukuran KAP pada kualitas audit dapat disebabkan oleh tidak adanya
perbedaan signifikan komposisi anggota komite audit baik di perusahaan
kecil maupun perusahaan besar. Nurul Fitri Nadia (2015) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa salah satu sinyal bagi komite audit agar jumlah anggota
komite audit yang semakin banyak bukan sebatas kuantitas saja, melainkan
peran dari anggota komite audit itu sendiri haruslah berjalan baik. Semakin
91
besar perusahaan, maka seharusnya jumlah anggota komite audit yang ada
juga semakin banyak bukan sama atau justru kurang dibandingkan
perusahaan yang berskala kecil. Selain itu alasan mengapa penelitian ini
belum menemukan pengaruh moderasi keberadaan komite audit disebabkan
karena peran komite audit sebatas memberikan rekomendasi saja terhadap
dewan komisaris. Ketika perusahaan besar mengalami masalah keuangan dan
ada kecenderungan menekan auditor eksternal untuk memberikan opini non
going concern, komite audit hanya mampu memberikan rekomendasi kepada
dewan komisaris dan keputusan akhir tetap menjadi milik dewan komisaris
bukan komite audit.
6. Pengaruh Hubungan Interaksi Tenur Kantor Akuntan Publik
dengan Komite Audit terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara variabel
tenur KAP dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,024
(<0,05). Dengan demikian, hipotesis keenam (H6) diterima, artinya interaksi
antara tenur KAP dengan komite audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nuratama (2011) dan Putri dan Wiratmaja (2015) yang menyatakan terdapat
hubunga antara interaksi tenur KAP dengan komite audit terhadap kualitas
audit artinya interaksi komite dengan tenur KAP memperkuat pengaruh
terhadap kualitas audit. Penelitian ini disebabkan komite audit yang telah
92
berperan dalam mengawasi dan menerapkan peraturan rotasi wajib auditor
perusahaan dalam rangka membantu auditor menjaga independensinya
dengan manajemen. Penerapan peraturan rotasi audit ini dapat membantu
mengatasi kekhawatiran akan hubungan erat antara auditor dengan
manajemen yang membuat lemahnya independensi auditor akibat masa
perikatan yang panjang. Sehingga hubungan kekerabatan antara auditor
dengan manajemen yang dapat merusak kualitas audit dapat dibatasi dengan
peranan komite audit di sebuah perusahaan.
Hasil penelitian Putri dan Wiratmaja (2015) menemukan bahwa semakin
tingginya kualitas komite audit akan berpengaruh pada semakin pendeknya
masa perikatan antara KAP dengan kliennya. Hal ini disebabkan karena
komite audit yang berkualitas akan menjalankan tugasnya dengan efektif saat
mengawasi auditor eksternal dengan cara memperpendek masa perikatan
audit.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian
yang telah dilakukan dengan model regresi berganda serta moderated
regression analysis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil
ini sesuai dengan penelitian Adiasih dan Indra (2011), dan Jayanthi
dan putra (2013).
2. Ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Iman Sarwoko (2014) dan
Clinton Marshal Panjaitan dan Anis Chariri (2014).
3. Tenur kantor akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Efraim (2010), Chen et.al. (2004),
dan Siregar et.al. (2012).
4. Hubungan interaksi pergantian manajemen dengan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Barako (2007), dan Aprianti (2014).
5. Hubungan interaksi antara ukuran KAP dengan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Ramadhany (2004), Alichia (2013) dan Sulistya dan Sukartha (2013).
94
6. Hubungan interaksi antara tenur KAP dengan komite audit
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan
penelitianNuratama (2011) dan Putri dan Wiratmaja (2015).
B. Saran
Berikut saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel yang akan
digunakan seperti beban kerja (workload), pengalaman auditor, ukuran
perusahaan, client importance. sehingga hasilnya akan memperkaya
pembahasan mengenai kualitas audit.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi-proksi yang
berbeda dalam setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan
proksi yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Penelitian selanjutnya disarankan agar memperluas wilayah sampel
dengan menambah jenis industri atau menggunakan seluruh industri
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
95
DAFTAR PUSTAKA
Aamir Suhaib, and Umar Farooq. 2011. Auditor Client Relationship, and Audit
Quality,the Effects Of Long-Term Auditor-Client Relationship On Audit
Quality, In Small and Medium Sized Entities. 1st Edition, LAP Lambert
Gmbh & Co.KG, Germany.
Adiasih dan Indra. 2011. Manajemen Laba pada saat Pergantian CEO (Dirut) di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan keuangan. Vol.13 No.2.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik).Salemba Empat, Jakarta.
Alichia, Yashinta Putri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Opini Audit Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going
Concern. Jurnal Penelitian.
Arens, Alvin A.;Randal J, Elder; and Mark S. Beasley. 2012. Auditing and
Assurance Services An Intergrated Approach. 14th edition, Pearson
Education Inc.
Ardianingsih, Arum. 2014. Pengaruh Komite Audit, Lama Perikatan Audit dan
Audit Capacity Stress terhadap Kualitas Audit. Pena Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Vol. 26 No.2.
Al-Thuneibat, Ali Abedalqader, Al-Issa, Ream Tawfiq Ibrahim: Ata-Baker, Rana
Ahmad. 2011. Do audit tenure and firm size contribute to audit quality?:
Empirical evidence from Jordan. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 Iss:
4.
Aprianti. 2014. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pergantian Manajemen
terhadap Kualitas Audit dengan Asimetri Informasi sebagai Variabel
Moderasi. E-Jurnal UNESA. Vol.13 No.5.
Atik, Tri Wahyuni dan Susi Hanayani. 2014. Pengaruh Client Importance dan
Pergantian Auditor Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal UNESA. Vol. 2 No.
2.
Bayangkara, IBK. 2011. Audit Management: Prosedur dan implementasi. Salemba
Empat, Jakarta.
Barako, D.G. 2007. Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan Companies
Annual Reports. African Journal of Business. Vol.1 No.5.
Boynton, William C, and Raymond N, Johnson. 2006. Modern Auditing. Edisi
Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
96
Chen, Wuchum dan Huang Huichi. 2004. Dicretionary Accruals, Audit-Firm
Tenure, and Audit Partner Tenure: Empirical Evidence from Taiwan.
Journal of Contemporary Accounting and Economics. Vol.1 No.1.
Danang Sunyoto. 2010. Uji KHI Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Deis, Donald R, dan Giroux, Gary A. 1992. Determinants of Audit Quality in the
Public Sector. American Accounting Association. The Accounting Review.
Vol. 67 No.3.
Dezoort, F. Todd and Salterio, Steven E. 2001. The Effects of Corporate
Governance Experience and Financial-Reporting and Audit Knowledge on
Audit Committee Members’ Judgments. Auditing, A Journal of Practice &
Theory, 20, 31-45.
Febrianty. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas Audit Atas Laporang Keuangan.Jurnal Ekonomi Dan
Informasi Akuntansi. Vol.2 No. 2 Mei.
Ferdinan, Efraim. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik dan Reputasi
KAP Terhadap Kualitas Audit : Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi. Vol.XIII.
Fitriany, Liswan Setiawan W. 2011. Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor
terhadap Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Indonesia. Vol.8 No.1.
Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, Hilda Rosietta. 2015. Pengaruh Tenur,
Rotasi dan Spesialisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Kualitas
Audit: Perbandingan Sebelum dan Sesudah Regulasi Rotasi KAP di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.17, No.1 Mei.
Gavious, I. 2007. Alternative Perspectives to Deal with Auditor’s Agency
Problem. Critical Perspectives on Accounting.18.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21: Edisi 7. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Giri, Efraim Ferdinand. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi. XIII, Purwokerto.
Gonzalez, Belen; Garcia, Roberto dan Lopez, Antonio. 2014. Auditor Tenure and
Audit Quality in Spanish State-Owned Foundations. Spanish Accounting
Review.
97
Hudaib, Mohammad dan Cooke. 2005. Qualified Audit Opinion and Auditor
Switching. Departement of Accounting and Finance Scholl of Business and
Economics University of Exeter Streatham Court. UK
Ikharo C.0. 2015. The Impact of Auditor’s Tenure on Quality Audit Report.
Research Journal of Finance and Accounting. Vol.6, No.1.
Iman Sarwoko. 2014. Pengaruh Ukuran dan Masa Perikatan Audit Terhadap
Penerapan Prosedur Audit untuk Mendeteksi Risiko Kecurangan dalam
Laporan Keuangan, Serta Implikasinya Terhadao Kualitas Audit.Jurnal
Akuntansi. Vol. XVIII No. 01.
Jayanthi, Putu Yuvita dan Wayang Putra. 2013. Manajemen Laba dan Respon
Pasar di Sekitar Pergantian CEO. E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana.
Krishnan. 2002. Transformational leadership and value system congruence.
International Journal of Value-Based Management. Vol.15 No.1.
Kurniasih, Margi dan Rohman, Abdul. 2014. Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure,
dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal Of
Accounting. Vol.3 No.3.
Mgbame, Chijoke Oscar, Eragbhe, Emmanuel and Osazuwa, Nosakhare Peter.
2012. Audit Partner Tenure and Audit Quality: An Emprical Analysis.
European Journal of Business and Management . ISSN Vol. 4 No. 7.
Melya dan Felizia Arni Rudiawarni. 2014. Pengaruh Audit Tenure dan Ukuran
Audit Firm Terhadap Kualitas Audit Pada Badan Usaha yang Go Public di
BEI Periode 2010-2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya
Vol. 3 No. 1.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, No. 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa
Akuntan Publik.
Nadia, Nurul Fitri. 2015. Pengaruh Tenur KAP, Reputasi KAP dan Rotasi KAP
Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. XIII, No.26.
Nindita, Chairunissa dan Siregar, Sylvia Veronica. 2012. Analisis Pengaruh
Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 14 No.12.
Nuratama, I Putu. 2011. Pengaruh Tenur dan Reputasi Kantor Akuntan Publik
pada Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi. Tesis
Universitas Udayana.
98
Odia J.O. 2015. Auditor Tenure, Auditor Rotation and Audit Quality-A Review.
European Journal of Accounting, Auditing and Finance Research. Vol.3,
No 10, pp,76-96.
Panjaitan, Clinton Marshal dan Chariri Anis. 2014. Pengaruh Tenure, Ukuran
KAP dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Diponegoro
Journal Of Accounting. Vol.3 No.3.
Paramita, Ni Ketut Ayu dan Made Yenni Latrini. 2015. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Publikasi, Masa Perikatan Audit, Pergantian Manajemen
pada Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.13, No.
1.
Pertiwi dan Nina. 2012. Hubungan antara Performa Komite Audit dengan
Earnings Quality.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 1,
No. 1.
Putra dan I Made. 2016. Hubungan antara Pergantian Auditor, Reputasi Auditor
dan Umur Perusahaan terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.15. No.2.
Putri, Desak Dyah Eka dan I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2015. Kualitas Komite
Audit Memoderasi Pengaruh Masa Perikatan Audit dan Spesialisasi Auditor
Pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.10
No.2.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di BEJ. Jurnal Balance. Vol.47 No.5.
Rustiarini, Ni Wayan. 2013. Komite Audit dan Kualitas Audit Kajian Berdasarkan
Karakteristik Kompetensi, dan Akitivitas Komite Audit. Jurnal Universitas
Mahasaraswti, Denpasar.
Satriantini, Putu Diah, Ni Kadek Sinarwati dan Lucy Sri Musmini. 2014.
Pengaruh Pergantian Manajemen, Opini Audit, dan Ukuran KAP Terhadap
Pergantian KAP Pada Perusahaan Real Estate dan Properti Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2009-2013. e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan Akuntansi S1.Vol.2, No.1.
Siregar, Sylvia V, Fitriany Amarullah, Arie Wibowo dan Viska Anggraita. 2012.
Audit Tenure, Audit Rotation, and Audit Quality: The Case of Indonesia.
Journal of Business and Accounting. Vol.5 No.1.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Simposium Nasional
Akuntansi. Vol.XIII.
99
Sopian dan Dani. 2014. Pengaruh Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit
Terhadap Kualitas Audit Serta Implikasinya Terhadap Kualitas Laba (Studi
Empiris Pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi
Vol. VI No. 1.
Soppe, Aloy: Zijl, Niels Van and Ros, Auke de. 2009. Board Transparancy, CEO
Monitoring and Firm’s Financial Performance. Social Science Research
Network.
Sukriah, Ika Akram, dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektifitas, Intergritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi 12, Palembang.
Sulistya, Ayu Febri dan Sukartha. 2013. Pengaruh Prior Opinion, Pertumbuhan
dan Mekanisme Corporate Governance pada Pemberian Opini Audit Going
Concern. E-Jurnal Akuntansi. Vol.5 No.1.
Stubben, Stephen R. 2010. Discretionary Revenues as A Measure of Earnings
Management. The Accounting Review. Vol. 85 No. 2.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Wakum, Alexander Aji Suseno dan Wisadha, I Gede Suparta. 2014. Pengaruh
Audit Tenure pada Asimetri Informasi dengan Moderasi Komite Audit. E-
journal AkuntansiUniversitas Udayana.
Wibowo, A dan Rossieta, H. 2009. Faktor-faktor Determinasi Kualitas Audit:
Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark. Paper
dipresentasikan pada acara Simposium National Akuntansi 12, Palembang,.
Widiastuty, Erna dan Rahmat, Febrianto. 2010. Pengukuran Kualitas Audit:
Sebuah Esai. Salemba Empat, Jakarta
100
LAMPIRAN
101
LAMPIRAN 1
Daftar Sampel Perusahaan Perbankan 2011-2015
No. Nama Perusahaan Kode Bank
1 Bank MNC Internasional Tbk. BABP
2 Bank Central Asia Tbk. BBCA
3 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI
4 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI
5 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN
6 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN
7 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS
8 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW
9 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI
10 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA
11 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA
12 Bank Maybank Indonesia Tbk. BNII
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN
14 Bank Victoria International Tbk. BVIC
15 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR
16 Bank Mega Tbk. MEGA
17 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN
18 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA
102
LAMPIRAN 2
DATA PERUSAHAAN
Bersambung ke halaman selanjutnya
103
LAMPIRAN 2
(LANJUTAN)
104
LAMPIRAN 3
Hasil Output SPSS
Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AQ 85 -,43 ,38 ,0095 ,15248
Manajemen 85 ,00 1,00 ,2824 ,45282
Ukuran 85 ,00 1,00 ,8471 ,36207
Tenure 85 1,00 5,00 2,3529 1,29749
KA 85 ,38 2,00 ,8248 ,27917
Valid N (listwise) 85
Unstandardized
Residual
N 85
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,13573128
Most Extreme Differences Absolute ,077
Positive ,054
Negative -,077
Test Statistic ,077
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
105
Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot
Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Manajemen ,979 1,021
Ukuran ,767 1,304
Tenure ,973 1,028
KA ,744 1,344
Hasil Uji Heteroskesdasitas dengan Uji Park
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -4,547 1,078 -4,217 ,000
Manajemen ,090 ,401 ,025 ,226 ,822 ,979 1,021
Ukuran -,260 ,566 -,057 -,459 ,647 ,767 1,304
Tenure -,277 ,140 -,217 -1,974 ,052 ,973 1,028
KA ,373 ,745 ,063 ,501 ,618 ,744 1,344
106
Hasil Uji heteroskesdasitas dengan grafik Scatterplot
Hasil Uji Autokorelasi: Run Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,01273
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 43
Total Cases 85
Number of Runs 51
Z 1,638
Asymp. Sig. (2-tailed) ,101
107
Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda
Hasil Uji H4
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,080 ,059 -1,353 ,180
Manajemen -,036 ,125 -,105 -,283 ,778
KA ,099 ,066 ,181 1,496 ,139
ManKA ,080 ,151 ,197 ,531 ,597
Hasil Uji H5
Hasil Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,456a ,208 ,168 ,13908
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,176 ,048 3,630 ,000
Manajemen ,013 ,034 ,039 ,390 ,698
Ukuran -,066 ,042 -,156 -1,571 ,120
Tenure -,049 ,012 -,413 -4,153 ,000
108
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,049 ,124 -,394 ,695
Ukuran -,010 ,143 -,023 -,069 ,945
KA ,103 ,102 ,188 1,001 ,320
UkuranKA -,028 ,136 -,061 -,204 ,839
Hasil Uji H6
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,122 ,095 -1,279 ,204
Tenure ,038 ,039 ,323 ,982 ,329
KA ,295 ,108 ,541 2,730 ,008
TenureKA -,107 ,047 -,803 -2,292 ,024