Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang
description
Transcript of Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
187
PENGARUH PERBEDAAN MUSIM TERHADAP FLUKTUASI PRODUKSI RUMPUT
ALAM DI KABUPATEN KUPANG
Dominggus B. Osa, dkk
Dosen Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UNDANA
ABSTRAK
Osa B. Dominggus dkk, 2005. Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi
Rumput Alam Di Kabupaten Kupang Bul. Nutrisi Vol. 14, No. 1, Hal. 187 – 198
Penelitian ini dilakukan di Desa Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang selama 1
tahun yang bertujuan untuk mengetahui produksi hijauan pada musim hujan; musim kemarau
dan besarnya perbedaan produksi antar kedua musim dalam satuan kg/ha.
Pengumpulan data lapangan menggunakan metode survei dengan cara pengukuran langsung
produksi hijauan menurut petunjuk halls dkk. (1964) yaitu dengan membuat kuadrat seluas 1 m2.
Petak cuplikan pertama diambil pada jarak 10 langkah kekanan dari petak cuplikan
pertama,dengan lusa yang sama. Cluster selanjutnya diambil pada jarak 125 m dari cluster
sebelumnya. Banyak cluster tergantung keadaan lapangan. Setelah petak-petak cuplikan di
tentukan semua hijauan dalam petak tersebut di potong sedekat mungkin dengan tanah dan
termasuk bagian-bagian pohon yang dapat di jangkau ternak hingga 1,5 m. Petak cuplikan yang
kebetulan jatuh pada tempat yang botak atau berbatu nilai dianggap nol. Dari catatan bobot segar
di hitung jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak dengan memasukan nilai puf dalam
perhitungan. Besar puf ditentukan berdasarkan keadaan lapangan, misalnya kemiringan tanah jenis
hijauan dan seturusnya.
Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi kemudian dihitung secara statistik. Perhitungan selisih
produksi musim hujan dan musim kemarau di lakukan secara umum yaitu selisih antara rata-rata
produksi musim kemarau dan rata-rata produksi musim hujan. Perhitungan standard deviasi
dilakukan untuk mengetahui besar penyimpanan dari rata-rata produksi musiman.
Hasil penelitian diketahui bahwa produksi hijauan makanan ternak (rumput) di Kabupaten
Kupang, pada saat musim hujan sebanyak 7,3 kali produksi musim kemarau dimana produksi
hijauan makanan ternak (rumput) pada musim kemarau sebesar 295064 ton bahan kering.
Kata Kunci: Musim, Fluktuasi Produksi , Rumput Alam
PENDAHULUAN
Latar belakang.-- Peternakan di Nusa
Tenggara Timur merupakan peternakan
“range based ration”. atau ternak memenuhi
kebutuhan makanannya dengan merumput
pada padang rumput alam. Pola peternakan
demikian lebih dikenal dengan istilah
”extensif traditional” atau pola peternakan
dengan pemeliharaan dan pengawasan yang
minim. Akan tetapi istilah terakhir
mempunyai pengertian yang lebih luas
karena istilah itu menyangkut semua segi
pemeliharaan dan pengawasan. misalnya
tentang perkandangan, perkembangbiakan,
pengontrolan penyakit, dan pemberian
makanan, sedangkan istilah “range based
ration” hanya menyangkut cara
penyediaan makanan. Konsekwensi cara
penyediaan makanan demikian terhadap
produksi peternakan tentu ada. Di sini
disebutkan dua, yang berhubungan
dengan penelitian ini. Pertama, produksi
peternakan tergantung pada produksi
hijauan padang rumput alam. Apabila
produksi padang rumput alam tinggi
maka ketersediaan hijauan bagi ternak
juga tinggi. Demikian pula sebaliknya.
Hal ini akan berpengaruh pada tinggi
rendahnya produksi ternak yang dapat
di capai. Kedua, produksi hijauan di
pengaruhi oleh musim, maka secara
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
188
tidak langsung produksi ternak juga di
pengaruhi oleh musim. Lingkup pengaruh
ini banyak terjadi pada produksi per unit
ternak, tetapi banyak pula para ahli yang
berpendapat bahwa produksi ternak pada
skala populasi yang banyak di pengaruhi
oleh musim. Pada musim hujan ternak
banyak makanan dengan kualitas yang baik,
sehingga memiliki kondisi tubuh yang baik.
Sebaliknya pada musim kemarau ternak
mendapat kurang makanan dan kualitasnya
rendah sehingga kondisi ternak jelek.
Fluktuasi kondisi ternak demikian
mempunyai pengaruh terhadap daya
reproduksi ternak. ketergantumgan pada
rumput alam di daerah ini erat hubungannya
dengan faktor phisik lainnya, seperti telah
di ketahuia umumnya bahwa faktor iklim
terutama jumlah dan penyebaran curah
hujan sepanjang tahun serta faktor kondisi
tanah, terutama sifat fisik tanah sangat
kurang mengutungkan untuk
pengembangan area pertaniaan tanaman
pangan. Sehingga keadaan demikian
mendorong sebagian besar daerah ini
berkembangan secara alamia menjadi
padang rumput klimaks asli yang
membentang luas di persada nusa tenggara
timur ini luas areal padang rumput di nusa
tenggara timur adalah 2.962.541 ha atau
59.40% dari luas wilayah Nusa Tenggara
Timur seluruhnya. Dengan demikian
dapatlah di bayangakan, bahwa
sesungguhnya komoditi ternak khususnya
ternak herbivora di NTT, adalah
produksinya dari padang rumput alam di
daerah ini. hal ini berarti bahwa sumbangan
sub sektor peternakan dalam rangka
menunjang pembangunan sektor ekonomi
dan sosial yang cukup besar, sesungguhnya
merupakan sumbangan padang rumput alam
melaluai konversi ternak/ daging/ tenaga.
Tetapi beberapa tahun terakhir ini disinyalir
adanya indikasi penurunan populasi ternak
serta mutu ternak yang dihasilkan. hal ini di
dasarkan pada presentase peningkatan
populasi ternak semakin kecil (<2,5%) dan
menurunnya harga ternak asal NTT
dipasaran luar negeri. Rendahnya produksi
ternak yang dihasilkan, termasuk rendahnya
mutu ternak di daerah ini, salah satu
faktor utamanya disebabkan oleh
rendahnya produksi padang rumput
alam yang tersedia, baik dalam segi
kuantitas maupun kualitasnya.
Rendahnhya produksi padang rumput
alam di Nusa Tenggara Timur diduga
selaian di sebabkan oleh faktor
penggunaan padang rumput tersebut
oleh para pemakai jasa padang rumput
sama sekali tidak berlandaskan prinsip
prinsip “range management”
berdasarkan dugaan dugaan tersebut di
atas maka dilakukanlah penelitan ini.
Hal ini penting dilakukan, mengingat
bahwa untuk menetapkan arah
kebijaksanaan yang perlu di tempu
dalam rangka usaha perbaikan padang
rumput alam harus ada informasi data
mengenai berbagai aspek (sifat-sifat)
padang rumput yang bersangkutan serta
faktor yang berhubungan
dengannya.tujuan dan kegunaan
penelitian .
Tujuan,-- Tujuan utama penelitian
untuk mengetahui pengaruh musim
terhadap produksi padang rumput alam.
Berapa besar pengaruh musim dan
bagaimana musim berpengaruh pada
produksi padang rumput alam di
Kabupaten Kupang, merupakan dua
aspek penting dalam bahasan. Tujuan
tersebut lebih jelas terlihat pada sasaran
yang ingin dicapai yaitu untuk
mengetahui: 1) produksi hijauan pada
musim hujan: satuan kg/ha.2) produksi
hijauan pada musim kemarau: satuan
kg/ha. 3). besar perbedaan produksi
antara kedua musim(1 dan 2) dalam
satuan kg/ha
Kegunaan.-- Diharapkan merupakan
bahan informasi yang bermanfaat bagi
pemerintah dan para pengelola
peternakan yang dapat dipertanggung
jawapkan dari segi ilmiah serta bagi
peneliti sendiri dapat menambah
pengalaman dalam bidang penelitian.
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
189
METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian.-- Penelitian
ini dilakukan di Desa Babau, Kecamatan
Kupang Timur, Kabupaten Kupang
Pemilihan daerah sampel ini berdasarkan
pertimbangan;
1). Kepadatan atau populasi ternak yang
dimiliki
2). Luas areal padang rumput
Penelitian berlangsung selama 6 bulan yaitu
dari bulan Mei s/d bulan Oktober 1984.
Pengumpulan data.-- Dalam pengumpulan
data digunakan metode survei pengukuran
langsung produksi hijauan dilakukan
menurut petunjuk halls dkk. (1964) yaitu
dengan membuat kuatdrat seluas 1 m2.
Petak cuplikan pertama diambil pada jarak
10 langkah kekanan dari petak cuplikan
pertama,dengan lusa yang sama. Cluster
selanjutnya diambil pada jarak 125 m dari
cluster sebelumnya. Banyak cluster
tergantung keadaan lapangan. Setelah
petak-petak cuplikan di tentukan semua
hijauan dalam petak tersebut di potong
sedekat mungkin dengan tanah dan
termasuk bagian-bagian pohon yang dapat
di jangkau ternak hingga 1,5 m. Petak
cuplikan yang kebetulan jatuh pada tempat
yang botak atau berbatu nilai dianggap nol.
Hijauan plastik lalu ditimbang. Dari catatan
bobot segar di hitung jumlah hijauan yang
tersedia bagi ternak dengan memasukan
nilai puf dalam perhitungan. Besar puf
ditentukan berdasarkan keadaan lapangan,
misalnya kemiringan tanah jenis hijauan
dan seturusnya.
Parameter yang di ukur dalam penelitian ini
adalah.
1). Produksi rumput musim hujan
2). Produksi rumput musim kemarau
3). Kepadatan tanah
Analisa data.-- Data yang diperoleh
selanjutnya di edit dan di tabulasi. Lalu di
hitung secara statistik untuk keperluan
penganalisaan. Perhitungan selisih
produksi musim hujan dan musim
kemarau di lakukan secara umum yaitu
selisih antara rata-rata produksi musim
kemarau dan rata-rata produksi musim
hujan. Perhitungan standard deviasi
dilakukan untuk mengetahui besar
penyimpanan dari rata-rata produksi
musiman.
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten
Kupang
1. Keadaan alam
a. Luas
Luas Kabupaten Kupang adalah 7338,6
km2
yang terdiri dari 17 kecamatan
dengan 275 buah desa. Dari luas
tersebut yang merupakan areal
penggembalaan/ padang rumput bagi
pengembangan peternakan adalah seluas
159,4080 km2.
Di samping areal pengembalaan.
daerah-daerah perkebunan dan
kehutanan dapat juga merupakan
sumber hijauan bagi ternak, karena
daerah perkebunaan dan kehutanan
belum seluruhnya digunakan. Keadaan
tersebut sepintas dapat menggambarkan
bahwa daerah ini dalam hal penyediaan
rumput alam bagi pengembangan usaha
peternakan dapat di katakan cukup.
b. Letak
Secara geografis wilayah daerah tingkat
II kabupaten kupang terletak diantara
110 – 9
0’12’ ls dan diantara 181
0 – 124
0
BT, dengan ketinggian rata –rata 176 m
(20-900 m) dari permukaan laut
c. Batas –batas
Kabupaten kupang mempunyai batas –
batas sebagai berikut:
-Sebelah utara dengan laut sewu
-Sebelah selatan dengan laut timor dan
samudra indonesia
-Sebelah barat dengan laut sumba
-Sebelah timur dengan daerah
kabupaten timor tengah selatan dan
daerah kabupaten ambenu provinsi
timor timur
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
190
d. Iklim
Kabupaten Kupang termasuk salah satu
wilayah yang kurang subur di propinsi Nusa
Tenggara Timur. Musim hujan hanya
berlangsung 4 bulan dan musim kemarau
berlangsung 8 bulan dengan rata-rata curah
hujan 1069 mm/tahun (anonymous, 1981).
Bila dilihat jumlah curah hujannya, daerah
ini rata-rata curah hujannya cukup banyak,
namun singkatnya musim hujan
menyebabkan produksi tanaman makanan
ternak menjadi rendah. Keadaan ini
menggambarkan bahwa kontinuitas hijauan
makanan ternak khususnya rumput alam
tidak akan terjamin ketersediannya
sepanjang tahun.
e. Topografi
Kabupaten Kupang dengan luas seluruhnya
sebesar 4161,013 km2 merupakan dataran
luas dan berbukit-bukit berlereng-lereng
serta dataran rendah. Di daerah berbukit-
bukit dan berlereng-lereng terdiri dari tanah
yang berbatu-batu, sehingga tidak di
gunakan sebagai daerah pertanian. Pada
dataran rendah tumbung pohon gawang
(coripha gebanga) yang di selingi oleh
berbagai jenis pohon terutama kabesak.
Kabupaten Kupang termasuk daerah savana
di mana sebagian besar daerah terdiri dari
padang rumput yang diselingi dengan hutan
belukar seperti pohon kayu putih
(eucaliptus platyphila), pohon kabesak
(acasia leucopholoa) serta berjenis pohon
lainnya yang berfungsi sebagai pelindung
bagi ternak juga digunakan sebagai
makanan ternak pada musim kemarau di
mana terjadi kekurangan makanan.
f. Vegetasi
Hampir seluruh wilayah Kabupaten Kupang
ditutupi padang rumput dimana yang
mendominasi adalah andropogon Sp.
Dengan diselingi oleh pohon cemara
(casuarina junghunnuana), lamtoro
(leucaena leucosephala), lontar (borassus
flabelifer), gewang (corypha utan),cendana
(santalum album. linn), lantana (lantana
cumara), dan sebagainya. Dari berbagai
jenis tanaman ini terdapat lamtoro dan
lantana yang dapat digunakan sebagai
makanan ternak. tetapi data mengenai
areal dan produksinya belum diketahui
secara pasti. Untuk itu perlu di adakan
penelitian tersendiri mengenai luas areal
dan produksi dari tanaman lamtoro dan
lantana.
2. Keadaan Sosial
a. Jumlah Penduduk
Menurut data dalam buku “Nusa
Tenggara Timur Dalam Angka“ tahun
1982, kantor statistik provinsi nusa
tenggara timur ternyata jumlah
penduduk daerah kabupaten kupang
pada akhir tahun 1982 adalah sebesar
428,025 jiwa. Rata-rata pertumbuhan
penduduk pertahun adalah, 2,76%. Dari
data tersebut jelas makin lama
penduduk daerah kabupaten kupang
semakin bertambah, dan ini akan
memakan tempat untuk pemukiman hal
ini akan mengakibatkan areal
pengembalaan ternak semakin
berkurang dengan kata lain kapasitas
tampung menjadi rendah.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan kabupaten kupang
pada umumnya sudah mulai maju,
walaupun kebanyakan dari
penduduknya masih memiliki tingkat
pendidikan dasar. Lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di daerah ini
adalah sebagai berikut:
-Sekolah dasar sebanyak 407 sekolah
dengan jumlah murid sebanyak 70.308
orang.
-Sekolah lanjutan tingkat pertama
sebanyak 55 sekolah dengan jumlah
murid sebanyak 15.882 orang.
-Sekolah lanjut tingkat atas sebanyak 24
sekolah dengan jumlah murid sebanyak
9.035 orang.
-Perguruan tinggi sebanyak 6 sekolah
dengan jumlah mahasiswa sebanyak
7.350 orang. (anonymous, 1984).dengan
tingkat pendidikan yang lebih maju,
diharapkan dengan tingkat pengetahuan
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
191
mayasrakat dapat ditingkatkan khususnya
tentang hal-hal yang menyangkut bidang
peternakan seperti:
Budidaya tanaman makanan ternak akan
lebih di perhatikan
Mempertimbangkan cara pemberian
makanan ternak yang efesien.
Selain itu dengan semakin meningkatnya
tingkat pendidikan, baik formal maupun nol
formal yaitu yang berupa kursus-kursus,
latihan–latihan ataupun penyuluhan-
penyuluhan akan memudakan masuknya
inovasi baru terutama yang berhubungan
dengan pengembangan usaha peternakan.
c. Mata pencaharian
Secara umum dapat digambarkan bahwa
mayasrakat yang bertempat tinggal di daeah
ibukota kabupaten dan daerah-daeah
sekitarnya, mempunyai pekerjaan sebagai
pegawi negeri atau swasta, pedagang dan
buruh. Bagi masyarakat yang hidup di
daerah pedesaan kebanyakan mempunyai
pekerjaan sebagai petani peternak. Oleh
karena ada sebagian masyarakat yang
pekerjaannya bertani dan beternak maka
masalah budidya tanaman makanan ternak
khususnya jenis unggul adalah sangat
memungkinkan. Pembudidayaan tanaman
makanan ternak yang mana akan menjamin
kontinuitas hijauan makanan ternak akan
berhasil bila diawali dengan kegiatan-
kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang
terarah kepada petani peternak.
3. Keadaan Peternakaan
Pada tabel 1 dapat dilihat jenis dan jumlah
serta perkembangan ternak di kabupaten
kupang.
Dari tabel 1, khusus untuk ternak besar dan
ternak kecil serta babi pada umumnya
populasinya bertambah. Dengan melihat
jumlah ternak herbivora yang cukup besar
maka jelaslah bahwa kebutuhan hijauan
makanan ternak cukup besar pula.
Kebutuhan ini kemungkinan hanya dapat
terpenuhi pada musim hujan sedang pada
musim kemarau selalu kekurangan.
Tabel 1. Perkembangan populasi ternak
di daerah tingkat II kabupaten kupang
Jenis Ternak Tahun
1981 1982
Sapi 118.912 128.969
Kerbau 25.308 28.668
Kuda 24.935 27.418
Kambing 68.552 83.054
Domba 52.304 57.840
Babi 97.623 154.130
Ayam ras 33.000 57.000
Ayam kampung 350.989 457.629
Itik 3.162 742
Sumber: Binas Peternakan Nusa
Tenggara Timur
3. Pola Penggunaan Tanah
Luas dan pola penggunaan tanah
Kabupaten Kupang dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Luas dan pola penggunaan
tanah di daerah tinggkat II kabupaten
kupang.
Pola penggunaan tanah Luas (km2)
Sawah 155.3325
Ladang 216.6090
Kebun 6.6900
Kebun campuran 346.1200
Peternakan 159.4080
Perkebunan 1.736.3235
Kehutanan 1.429.9500
Pekarangan 110.5800
Jumlah 4.161.0130
Sumber: kantor pemda Kabupaten
Kupang, 1981
Dari tabel 2 tersebut diatas dapat dilihat
bahwa luas daerah yang dapat
digunakan sebagai daerah pengebangan
peternakan yaitu sekitar 159.4080 km2,
tetepi sebagian dari daerah perkebunan
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
192
dan kehutanan ditumbuhi rumput belum
dimanfaatkan sebagai sumber hijauan bagi
pengebangan peternakan. Hal ini berarti
bahwa sumbangan hijauan dari daerah
pekerbunan dan kehutanan maka
sumbangan tersebut tidak ada artinya
dengan kata lain kontinuitsnya tidak
terjamin.
B. Gambaran umum desa sample (Babau)
Desa sample yang dipilih adalah desa babau
yang dianggap cukup representatif karena
daerah padang penggebalaannya cukup luas
dan jumlah ternaknya cukup banyak,
dengan diskripsi umum adalah sebagai
berikut:
1. Fisik wilayah
Daerah penelitian secara teritorial termasuk
dalam wilayah desa babau yang luasnya
5000 ha atau 5 km2. Desa ini termasuk
wilayah kecamatan kupang timur yang
terletak pada ketinggian rata-rata 350 m
diatas permukaan laut dengan batas-batas
yaitu: sebelah timur berbatasan dengan
kabupaten timor tengah selatan, sebelah
barat dengan kecamatan kupang tengah,
sebelah selatan dengan kecamatan amarasi
dan sebelah utara dengan kecamatan
fatuleu. Sebagian dari wilayah terdapat
padang rumput, dan lainnya digunakan
untuk perkampungan sawah, tengalan
perkebunan, pekarangan dan hutan.
Wilayah padang rumput alam, tempat
dimana ternak – ternak dipelihara secara
ekstensif tradisional luasnya 3600 ha atau
3,6 km2 wilayah ini merupakan daerah
daftar dimana hanya sebagian kecil saja
dijumpai topografi berbukit-bukit dan
bergunung – gunung dengan kemiringan
15% - 40%. Didaerah padang rumput
tersebut juga di temukan juga sumber air
berupa cek dan yang dimanfaatkan oleh
ternak sebagai sumber air minum.
a. Suhu dan curah hujan
Kecamatan Kupang Timur mempunyai
iklim tropic dengan tipe e dimana sifat
iklimnya semi arida sampai arida dengan
suhu rata-rata 20,90c – 30,5
0c angka
curah hujan di kecamatan kupang timur
dari bulan kebulan bervariasai. Rata –
rata curah hujan di kecamatan kupang
timur yang diperoleh dari dinas
pertanian kecamatan kupang timur
adalah 1425,5 mm. Hujan terjadi antara
bulan november sampai april dengan
jumlah hari hujan adalah 72,5 hari
dalam setahun.
Dari data curah hujan tersebut di atas
jumlah curah hujan di babau yang
termasuk kecamatan kupang timur ini
cukup banyak, tapi dilihat dari jumlah
hari hujan pertahun yang relatif kecil,
maka produksi hijauan makanan
ternakmenjadi rendah. Hal ini tidak
menjamin kotinutas ketersediaan
hijauan makanan ternak ,khususnya
rumput alal sepanjang tahun.
b. Vegetasi
Vegetasi yang dominan untuk kawasan
ini adalah jenis rerumputan (andropogan
sp) dan di antaranya tumbuh pohon
gewang (corypha gebanga) yang cukup
banyak.
2. Jumlah penduduk dan tingkat
pendidikan
Jumlah penduduk desa babau sampai
dengan tahun 1982 adalah 3035 jiwa.
Data ini diperoleh dari kecamatan
kupang timur. Tingkat pendidikan di
desa babau pada umumnya masih
rendah,disamping itu masih banyak
penduduk yang tidak mendapat
pendidikan atau putus sekolah. Hal ini
yang merupakanpenghambat usaha
pengembangan tewrnak dari tahun ke
tahun tetap saja, tidak ada perubahan.
3. Jumlah ternak dan sistem
pemeliharaan ternak
Jumlah ternak didesa babau ini adalah
sebagai berikut: ternak sapi 1000 ekor,
kuda 15 ekor, kambing 49 ekor, dan
tenak babi 104 ekor. Dari data tersebut
di atas terlihat ternak yang paling
banyak di pelihara adalah ternak sapi
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
193
dan rata rata setiap kepala memelihara sapi
2 ekor. Tujuan mereka memeliharaa ternak
ini adalah sebagai tabungan sistim
pemeliharaan ternak yang di gunakan oleh
mayasrakat setempat adalah secara turun
temurun dan sapi yang mereka pelihara
digembalakan di padang rumput yang
seluas 3600 ha atau 3,6 km2.
4. Produksi rumput alam di kabupaten
kupang
Produsi rumput alampada musim hujan
bedasarkan hasil pengukuran dilapangan
rata-rata sebesar1543,72 gram/m2 atau
15437,2 kg/ha rumput.dari tabel 2 diketahui
bahwa dari luas padang rumput sebesar
159.408 ha akan manpu menghasilkan
2460813,178 ton rumput dengan kadar air
rata-rata 78% atau 541378,899 ton bahan
kering dalam waktu 4 bulan musim hujan.
Pada musim kemarau bedasarkan pada hasil
pengukuran dilapangan terlihat produksinya
menurun menjadi rata-rata 308,5 gram
permeter bujur sangkar atau 3085 kg/ha
rumput. Dari luas padang rumput sebesar
159,408 ha, maka pada musim kemarau
hanya manpu menghasilkan rumput
sebanyak 491773, 68 ton rumput dengan
kadar air rata-rata 40% atau 295064,21 ton
bahan kering. Dengan kata lain perbedaan
produksi musiman adalah sebesar 183,5%.
Perhitungan poduksi rumput alam seperti
tersebut diatas dengan asumsi bahwa
pemotongan atau perenggutan di lakukan
hanya satu kali permusim. Tetapi
kenyataannya tidak demikian. Selama
musim hujan (4 bulan) bisa dilakukan
perenggutan beberapakali tapi dalam musim
kemarau memeng benar Cuma satu kali
pemotongan, sebab rumput-rumput pada
musim kemarau setelah di potong atau
direnggut tidak sempat tumbuh lagi karena
kekeringan. Oleh sebab itu perhitungan
diatas perlu disempurnakan sesuia dengan
konsep voisin (1959). Menurut konsep
voisni (1959) terdapat periode rets periode
stay dianggap satu hari untuk setiap petak
pengebalaan. Periode rets akan di pakai
angka 30 hari, 40 hari, 50 hari dan 60 hari.
Jumlah bulan hujan tepat 4 bulan (120 hari)
dan ini di gunakan untuk musim hujan
da musim kemarau periode rets 8 bulan
(240 hari). Produksi hijauan hanya satu
kali. Dengan ketentuan seperti pada
konsep voisni (1959) tersebut maka
pada musim hujan produksi hijauan atau
produksi rumput alam dapat
disempurnakan dengan periode istirahat
30 hari, 40 hari, 50 hari, 60 hari,
berturut-turut adalah 2165515ton atau
1624136,70 ton atau 1299309,40 ton
atau 1082757,80 ton bahan kering.
Produksi hijauan pada musim kemarau
dianggap hanya satu kali oleh sebab itu
nilainya tetap 295064,21 ton bahan
kering dari hasil perhitungan di atas
diperoleh fluktuasi produksi musiman
menjadi 1870451,39 ton atau 787663,59
ton bahan kering jika dipersentasekan
fluktuasi produksi musiman tersebut
dengan dasar perhitungan produksi
musim kemarau, maka perbedaan itu
adalah 733,9% atau 550,4% atau 440%
atau 336,9%. Setelah di sempurnakan
ternyata perbedaan produksi rumput
akibat musim ini jauh jauh lebih tinggi
yang mana produksi musim hujan
diasumsikan hanya satu kali renggutan
sebesar 183,5% dari musim kemarau.
Secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa produksi hijauan pada musim
hujan serendah – rendahnya 1,8 kali dan
setinngi – tingginya 7,3 kali prduksi
hijauan pada musim kemarau.hasil
analisa diatas dapat dilihat pada diagram
berikut ini :
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
194
Diagram Produksi hijuan pada musim hujan
secara relatif produksi hijauan pada musim
kemarau.
Dari diagram tersebut diatas terlihat
perbedaan produksi hijauan (rumput alam)
pada musim hujan terhadap musim kemarau
besar sekali yaitu maksimal 7,3 kali
minimal 1,8 kali.
Dengan kata lain terjadi penurunsn produksi
yang cukup drastis pada musim kemarau.
Produksi yang tinggi adalah pada musim
hujan, berarti air memegang peranan yang
penting dalam produksi rumput alam. Hal
ini juga terlihat pada keadaan vegetasi,
yaitu kepadatan vegetasi pada musim hujan
dan musim kemarau jauh berbeda, dimana
kepadatan vegetasi pada musim hujan
berkisar 70 – 80% dalam setiap meter bujur
sangkar dan tinggi tanaman pendek-pendek.
Selain pengaruh musim pengelolaan pada
rumput alam sangat penting. Diharapkan
para pemakai jasa padang rumput dapat
memperhatikan “kaidah-kaidah” dalam
pengelolaan padang rumput yang benar,
misalnya diperlukan perhatian terhadap
jenis tanaman makanan ternak yang ada.,
tingkat kesuburan tanah iklim musim,
jumlah ternak yang digembalakan dan
sistim pemeliharaan ternak.
Kesimpulan hasil penelitian membenarkan
pendapat Bounemaison (1961) yang
mengarahkan penyelesaian problematik
hijauan makanan ternak di Indonesia
dengan tekanan kearah perbaikan
managemen padang rumput alam. Hal
ini sesuai yang dikemukakan oleh
Jainuddin dan Omar (1982) bahwa
produksi ternak yang rendah didaerah
tropika mempunyai hubungan dengan
produksi hijauan musiman dan
rendahnya mutu hijauan karena tidak
cukup hujan, tanah tidak subur tanaman
cepat dewasa, bersamaan dengan
rendahnya intake hijauan dan daya
cerna serta rendahnya managerial dari
pengelola.
Tingkat pengembangan peternakan di
Kabupaten Kupang dapat terhambat
karena kemampuan suply makanan
ternak terbatas akibat pengaruh musim
kemarau yang panjang dan musim hujan
yang pendek (4–5 bulan). Produksi
ternak rendah karena pertambahan berat
badan ternak mempunyai hubungan
dengan produksi hijauan musiman. Hal
ini terutama disebabkan oleh karena air
sangat terbatas sehingga menghambat
pertumbuhan rumput. Akibatnya
penyediaan makanan ternak baik
kuantitas dan kualitas sangat rendah
sepanjang tahun. Jalan keluar yang
dapat ditempuh adalah penerapan sistim
managemen penggembalaan dengan
tekanan kearah intensifikasi panenan
pada musim hujan dan pengawetan pada
musim kemarau.
KESIMPULAN
a. Produksi hijauan makanan ternak
(rumput) di Kabupaten Kupang,
pada saat musim hujan adalah
sebanyak 7,3 kali produksi musim
kemarau.
b. Produksi hijauan makanan ternak
(rumput) pada musim kemarau di
Kabupaten Kupang adalah
sebanyak 295064 ton bahan kering
012345678
Column1
Column2
Column3
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
195
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., S. Susetyo, B. Soewardi, A.
Sofyan, L. and A. Parakkasi, 1974.
Seminar on research and animal
production development in Indonesia,
Bogor.
Anonym. 1980. The New Book of
Knowledge. C3. Groiler Incarparated
Dunbury, Coun. USA. Hal 345 – 347.
--------. 1984. Nusa Tenggara Timur Dalam
Angka 1982 Kantor Statistik Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Bonnemaison. 1961. Report to the
Governmentof Indonesia on Grassland
and Fodder Development. ETAP
Report no. 1448. FAO.
Brown, D. 1954. Methods of Surveing and
Mensuring Vegetation. Bulletin
No.43. Comn. Bureau of Pasture and
Field Crops. Hurley. Berksh., England.
Church, D.C, PhD. 1980. Digestive
Physiology and Nutrition of
Ruminants. Vol. 3. 2 nd ed. 0 dan B
Books, Inc. Oregon. USA.
Dowling, P. M., R. J. Clements and J. R.
Mc Williams. 1971. Establishment and
Survival of Posture Species From
Seeds Sown on the Soil Surface. Aust.
J. Agric. Res., 22, 61 – 74.
Gurnadi, E. 1975. Usaha Meningkatkan
Sapi Potong. Fakultas Peternakan IPB.
Paper Lokakarya Ternak Potong di
UNHAS, Ujung Pandang.
Halls, L. K., R.K. HUGHES, R, S. Rummel
and B. L. Southwell. 1964. Forage and
Cattle Management in Long Leaf Slash
Pine Forest. Farmers Bull. No. 2199.
USDA, Washington.
Harlan, J. R. 1956. Theory and Dynamies of
Grsalands Agriculture. D. Van
Nostrand Co., Inc., New York.
Humpreys, L. R., 1980. A. Guide to
Better Pasture for Tropic and Sub
Tropic. Reviced. 4th Ed. Published
By Wright. Stephenson Co. Pty.
LD.
Jainudeen, M. R & A. R. Omar., 1982.
Animal Production And Health in
the Tropies Universiti Pertanian
Malaysia, Serdang, Selangar.
Leopald, C. A & Paul E. Kriedeman,
1981. Plant Growth and
Development, Tata Hc Grawhill
Publishing Company LTD. New
Delhi.
Ludlow, M. M. 1980. Stress Physiology
of Tropical Pasture Plants .
Tropical Grasslands Vol. 14. No. 3.
November 1980.
Mcllroy, R. J. 1962. An Introduction To
Tropical Grassland Agriculture Ox
Ford Unid. Press.
------------- 1997. Pengantar Budidaya
Padang Rumput Tropika.
Terjemahan Penerbit Pradnya
Paramita. Jakarta.
Munaf, N. 1997. Perdagangan Ternak
Dalam Negeri dan Expor dari NTT.
Permasalahan dan Pengembangannya.
KANWIL DEPDAG Propinsi
NTT. Paper Lokakarya Pemasaran
Ternak Kasus NTT di Kupang.
Sastradipradja, D. 1972. Animal
Production Problems in Indonesia.
Ruminant. FAO/SEAE Panel on
Tracer Techniqques in Tropical
Animal Productio Studies. Jakarta,
Indonesia.
Schoorl, P. 1954. Relation Between
Crude-Fiber Contents of Food and
Milk Production. Hemerazoa, 61 :
64.
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191
196
Soewardi, B. 1975. Masalah Makanan
Ternak dan Pemecahannya di
Indonesia. Fakultas Peternakan IPB.
Paper Lokakaryaa Ternak Potong di
UNHAS, Ujung Pandang.
Susetyo. S., Kismono dan Bedjo Soewardi.
1969. Hijauan Makanan Ternak.
Direktorat Jenderal Peternakan,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Voisin, A. 1959. Grass Productivity.
Philosiphical Library, Inc., New York.
Whyte, R. Q., T. G. R. Moir and J. P.
Cooper. 1959. Grasses in Agriculture.
FAO Agriculture Studies No. 42.
FAO, Rome.
Williamson, G. and W. J. A. Payne.
1959. An Introduction to Animal
Husbandry in the Tropics. English
Language Books Society and
Longmens, Green and Co., LTD.,
London.
Susetyo, 1978. Potensi Rumput dan
Kacang-Kacangan Untuk Produksi
Ternak Daging. Proyek Pengadaan
Bahan Penyuluhan Dan Latihan
Petugas Peternakan. Direktorat
Jenderal Peternakan. B. P. L. P. P.,
Departemen Pertanian.
LAMPIRAN 1.
RERATA PRODUKSI HIJAUAN RUMPUT (Ka = 78%) PADA MUSIM HUJAN DAN
MUSIM KEMARAU.
No. Desa
Produksi (Kg/Ha)
Musim Hujan Musim Kemarau
1. Babau 15437.2 3085.0
2. Nulle 8129.2 1956.0