PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI,...
Transcript of PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI,...
i
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN
KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
JORDAN MATONDANG
NIM: 203082001901
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN
KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skrispi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
JORDAN MATONDANG
NIM: 203082001901
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja,MM Rahmawati, SE.,MM NIP. 194906021978031001 NIP. 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
Hari ini, Kamis Tanggal Empat Februari Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Uji Komprehensif atas nama Jordan Matondang, NIM: 203082001901, dengan judul skripsi “PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Februari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM Fitri Damayanti, SE., M.Si Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
iv
Hari ini, Jum’at Tanggal Tujuh Belas September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Uji Skripsi atas nama Jordan Matondang, NIM: 203082001901, dengan judul skripsi “PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2010
Tim Penguji Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE., MM Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Yusro R, SE., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Jordan Matondang
2. Tempat Tanggal Lahir : Medan, 02 Februari 1985
3. Alamat : Jl. Delima Jaya I No. 4 RT. 001 RW. 02
Rempoa - Ciputat
4. Nomor Telepon : 021-92832839
5. Status : Belum menikah
6. Agama : Kristen
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Alamat Email : [email protected]
B. Data Pendidikan Formal
1. 1991 - 1996 : SD METHODIST 03 Medan.
2. 1996 - 1997 : SDN 08 Pagi Bintaro.
3. 1997 - 2000 : SLTP Seruni DONBOSCO Jakarta Selatan.
4. 2001 - 2003 : SMUN 86 Jakarta Selatan.
5. 2003 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Data Pengalaman Kerja
1. 2010 : PT. HERBALIFE (Staff).
vi
ABSTRACT
This study is aimed to analyze the influence of audit experience, independence and professional expertise to the prevention and detection of fraudulent financial statement presentation. Data of this study is primary data collected from the accounting firm (KAP) in Jakarta . The statistical method used is multiple linear regression. Sampling method used was convenience sampling. The quality test of data used in this study are test of validity and reliability test. Meanwhile, in testing the hypothesis of this research uses the coefficient of determination test, F test and t test Multiple linear regression test results can be concluded that there is significant influence of audit experience, independence and professional expertise to the prevention and detection of fraudulent financial statement presentation.
Keywords: Prevention and detection of fraudulent financial statements, audit experience, independence, and professional expertise.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Data yang diperoleh berupa data primer dari KAP di DKI Jakarta. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Uji kualitas data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini mengunakan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Hasil uji regresi linear berganda dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Kata Kunci: Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan, pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman Audit, Independensi dan Keahlian Profesional Terhadap
Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan“
dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :
1. Orang tua saya Bapak (Alm) Mangatas Matondang dan Mama Elysabeth
Tampubolon yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga
tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan.
2. Adik-adik saya (Leontyne dan Yohana) yang sudah membantu saya dalam
proses tersusunnya skripsi ini.
3. Opung saya (nenek) yang telah membantu dalam doa serta memberi
semangat dan doa yang amat berarti buat saya.
ix
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
5. Bapak Dr. Yahya Hamja,MM, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabarannya.
6. Ibu Rahmawati, SE.,MM, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar
dan penuh keiklhasan.
7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya
jurusan akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam
memberikan ilmu,budi pekerti serta dorongan moral selama proses
perkuliahan.
8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja
dengan baik dan sabar melayani para mahasiswa, semoga amalnya
diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa.
9. Kawan-kawanku di Akuntansi A dan Akuntansi B yang telah membantu
saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi.
10. Sahabat-sahabat di Universitas, Furkon, Alki, Dewi, Firman, Hamdi, Ayu,
Qomaria yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam
penyusunan skripsi. Terus berjuang Sahabat-sahabat, gapai mimpi dan
cita-cita Kita mengharumkan UIN Syarif Hidayatullah.
11. Sahabat-sahabat terbaikku dari SMU, Nadia, Aldi, Angga, dan Adnan
yang telah banyak membantu, selalu memberikan dukungan dan sudah
x
menjadi pendorong/motivasi semangat saya dalam penyelesaian skripsi.
Terus semangat buat Kita membahagiakan orang tua Kita.
12. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi
yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri,
saya mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya.
Jakarta, 19 September 2010
(Jordan Matondang)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………….. i
ABSTRACK ...................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit ........................................... 12
1. Pengertian Auditing ............................................ 12
2. Standar Auditing ................................................. 13
3. Prosedur Audit .................................................... 15
xii
B. Pengalaman Audit …………………………………….. 21
C. Independensi ……………………………………......... 23
D. Keahlian Profesional ………………………………….. 26
E. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan …………… 28
F. Penelitian Terdahulu …………………………………… 47
G. Keterkaitan Antar Variabel …………………………..... 50
H. Kerangka Pemikiran ………………………………….... 54
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………….. 56
B. Metode Penentuan Sampel ……………………………. 56
C. Metode Pengumpulan Data ............................................ 57
D. Metode Analisis Data .................................................... 57
E. Operasionalisasi Variabel ................................................ 63
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………... 70
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................. 70
2. Karakteristik Profil Responden ........................... 72
B. Hasil dan Pembahasan ................................................... 74
1. Uji Validitas ....................................................... 74
2. Uji Reliabilitas ................................................... 76
3. Uji Asumsi Klasik ............................................... 78
a. Uji Multikolinearitas ............................... 78
b. Uji Heteroskedastisitas ........................... 79
xiii
c. Uji Normalitas ......................................... 80
d. Analisis Regresi Linear Berganda ........... 82
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 93
B. Implikasi ........................................................................ 94
C. Saran ............................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Penelitian terdahulu 49
4.2 Operasionalisasi Variabel 65
4.3 Data Distribusi Sampel Penelitian 70
4.4 Data Sampel Penelitian 72
4.5 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 72
4.6 Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 73
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir 73
4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 74 4.9 Hasil Uji Validitas 75
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman Audit (X1) 77
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Independensi (X2) 77
4.12 Hasil Uji Reliabilitas Keahlian Profesional (X3) 78
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Pencegahan dan Pendeteksian (Y) 78
4.14 Uji Multikolinearitas 79
4.15 Koefisien Regresi Linear Berganda 82
xv
4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi 83
4.17 Hasil Uji t 84
4.18 Hasil Uji F 89
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 55
2.2 Uji Heteroskedastisitas 80
2.3 Uji Normalitas 81
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Surat Ketersediaan Responden 96
2 Indentitas Responden 97
3 Pernyataan Pengalaman Audit (X1) 98
4 Pernyataan Independensi (X2) 99
5 Pernyataan Keahlian Profesional (X3) 100
6 Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y) 101
7 Jawaban Pernyataan Pengalaman Audit (X1) 102
8 Jawaban Pernyataan Independensi (X2) 105
9 Jawaban Pernyataan Keahlian Profesional (X3) 108
10 Jawaban Pernyataan Kepuasan Kerja Auditor (Y) 111
11 Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenis Kelamin 114
12 Distribusi Frekuensi Pernyataan Pendidikan Terakhir 115
13 Distribusi Frekuensi Pernyataan Posisi Terakhir 116
14 Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Kerja 117
15 Distribusi Frekuensi Pengalaman Audit (X1) 118
16 Validitas dan Reliabilitas Pengalaman Audit (X1) 119
17 Distribusi Frekuensi Pernyataan Independensi (X2) 120
xvii
18 Validitas dan Reliabilitas Independensi (X2) 124
19 Distribusi Frekuensi Pernyataan Keahilian Profesional (X3) 125
20 Validitas dan Reliabilitas Keahlian Profesional (X3) 128
21 Distribusi Frekuensi Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y) 129
22 Validitas dan Reliabilitas Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y) 131
23 Regresi Linear Berganda 132
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di
bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit
kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).
Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi.
Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Di samping
itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana
seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah
ditetapkan oleh profesinya.
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin
bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian
pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda
dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Wibowo, 2009: 19).
2
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat
penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh
auditor. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang akuntan publik adalah
memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu
entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan IAI. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan
terhadap laporan keuangan yang diterbitkan (Wibowo, 2009: 19).
Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik memperoleh
kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk membuktikan laporan
keuangan yang disajikan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya
manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah dan masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.
Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik,
maka auditor dituntut untuk dapat memberikan kepercayaan tersebut.
Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukkan suatu
kinerja yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai
akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh IAI (Wibowo, 2009: 20).
Salah satu faktor penyebab krisis yang melanda Indonesia saat ini adalah
pengelolaan perusahaan yang tidak baik. Pengelolaan perusahaan yang tidak
baik akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri dan pada
3
akhirnya juga akan merugikan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan
perusahaan, seperti pemegang saham, pemerintah serta pihak perbankan
sebagai kreditur. Fraud (kecurangan), ketidakberesan, korupsi serta berbagai
tindak penyelewengan lain yang merugikan perusahaan, negara maupun
masyarakat luas terjadi pada berbagai sektor swasta maupun sektor publik.
Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan. Seorang
auditor dalam melaksanakan audit bukan semata hanya untuk kepentingan
klien melainkan juga untuk pihak yang lain yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan dan seorang auditor independen sebagai pihak yang
memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan yang akhir-akhir ini
menghadapi tuntutan pertanggungjawaban yang lebih besar atas berbagai
praktek yang terjadi dalam perusahaan yang diauditnya (Rosandi, 2009: 1)
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah
saji (mistatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang
memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu
terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud
diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernyataan Standar Auditing (PSA)
No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan
sebagai kekeliruan dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No.
32 (Koroy, 2008: 22).
Sesuai dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, Seksi 316.02, 2001)
eksternal auditor mempunyai tanggung jawab dalam merencanakan dan
4
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan tentang apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan
dan kecurangan, hal ini terdapat pada standar auditing pekerjaan laporan pada
standar auditing No.6, yaitu bahwa bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan permintaan keterangan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit (Rosandi, 2009: 1-2).
Terjadinya kecurangan suatu tindakan disengaja yang tidak dapat
terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan
cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius
dan membawa banyak kerugian. Meski belum ada informasi spesifik di
Indonesia, namun berdasarkan laporan oleh Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh
kecurangan di Amerika Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $ 600
milyar dan secara persentase tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari
tahun 1996. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang
paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul
dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah kecurangan
laporan keuangan (fraudulent statements). Walaupun demikian kecurangan
laporan keuangan membawa kerugian paling besar yaitu median kerugian
sekitar $ 4,25 juta (ACFE 2002) (Koroy, 2008: 22-23).
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini
memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat
5
serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Global
Crossing, Worldcom di Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan
besar dalam pasar modal. Kasus serupa terjadi di Indonesia seperti PT Telkom
dan PT Kimia Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu
terkait dengan kecurangan, tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan
kecurangan oleh manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini.
Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada
PT Kimia Farma Tbk (PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara yang
sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh
Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan
adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji
(overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari
laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebihsajikan penjualan dan
persediaan pada 3 unit usaha, dan dilakukan dengan menggelembungkan
harga persediaan yang telah diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk
menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT KF per 31 Desember
2001. Selain itu manajemen PT KF melakukan pencatatan ganda atas
penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit unit
yang tidak disampling oleh auditor eksternal (Koroy, 2008: 23).
Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT KF per
31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah
melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar
6
Profesional Akuntan Publik, dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan
membantu manajemen PT KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam
mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Atas temuan ini, kepada PT
KF Bapepam memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta, Rp 1
milyar terhadap direksi lama PT KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal
(Bapepam 2002) (Koroy, 2008: 23).
Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya
kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya
ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang
terkena kasus.
Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak
pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang
terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang
sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good
corporate governance yang baik belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi
pemicu perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi-
informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat
mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi
dengan menyajikan informasi tertentu guna menghindari terpuruknya harga
saham.
Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga harus turut
bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi
7
seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan
opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang
merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan
apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum
terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting
dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor,
kreditur, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan (Koroy, 2008: 25).
Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari
segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani,
memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu
bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya
dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-
peristiwa, penerapan dan pengembangan penelitian masalah pengalaman ini
dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang serupa (Suraida,
2005:4).
Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa besar variabel
independen mempengaruhi variabel dependen.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008). Perbedaan penelitian ini dengan
8
penelitian sebelumnya yaitu, Ada penambahan dua variabel independen yaitu
pengalaman audit dan independensi yang diperoleh dari penelitian Suraida
(2005) serta Desyanti dan Ratnadi (2006). Penambahan variabel pengalaman
audit dan independensi selain disarankan oleh penelitian terdahulu, variabel
tersebut juga merupakan bagian dari penentu yang sangat penting bagi
keefektifan dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian
laporan keuangan. Keberhasilan dan kinerja seseorang auditor dalam suatu
pekerjaannya agar dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan penyajian
laporan keuangan. Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh
independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern
terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Sedangkan penelitian ini menguji
pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di
wilayah Jakarta.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka skripsi ini diberi judul
“Pengaruh Pengalaman Audit, Independensi, dan Keahlian Profesional
Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan
Keuangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”.
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian penyajian laporan keuangan?
2. Apakah independensi berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian
penyajian laporan keuangan?
3. Apakah keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan?
4. Apakah pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a. Pengaruh pengalaman audit terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
b. Pengaruh independensi terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
c. Pengaruh keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
10
d. Pengaruh pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
a. Bagi Kantor Akuntan Publik
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
masukan mengenai pentingnya pengalaman audit, independensi,
dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
2. Sebagai masukan untuk perusahaan dalam hal pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan, agar
memperhatikan aspek-aspek apa saja yang menjadi motivasi
seorang auditor dalam menghasilkan kinerja yang optimal.
b. Bagi kepentingan akademik
Diharapkan menjadi bahan bacaan yang memberikan gambaran
tentang pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan.
11
c. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan
pengalaman dan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah ke dalam
praktek, khususnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian
tersebut.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit
1. Pengertian Auditing
Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009: 4) adalah
sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Halim (2008: 1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC
(A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Menurut Agoes (2004: 3) mendefinisikan auditing sebagai berikut:
“Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
13
Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses
sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk
menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi
dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
2. Standar Auditing
Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu
pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan
kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi,
persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI,
2001: 150.1).
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
14
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
15
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa standar auditing
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta
dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan secara spesifik standar
auditing dikelompokkan menjadi 3, yaitu standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan.
3. Prosedur Audit
Menurut Arens, et al. (2009: 172) prosedur audit (audit procedure)
adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang
diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit.
Sedangkan Agoes (2004: 125) mendefinisikan prosedur audit sebagai
langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan
16
pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus mendapatkan bukti
audit kompeten yang cukup melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan (IAI, 2001: 150.1). Dalam usaha
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup, maka auditor sebelum
melaksanakan penugasan audit harus menyusun program audit yang
merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat
secara tertulis. Kualitas kerja auditor dapat diketahui dari seberapa jauh
auditor melaksanakan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam
program audit (Malone dan Roberts, 1996 dalam Ulum, 2005).
Prosedur audit yang digunakan dalam penelitian ini ialah prosedur
audit yang dilaksanakan pada tahap perencanaan audit dan tahap
pekerjaan lapangan yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP). Menurut Herningsih (2002: 113) prosedur audit
yang dilaksanakan pada tahap perencanaan audit dan tahap pekerjaan
lapangan tersebut mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur,
antara lain:
a. Membangun pemahaman bisnis industri klien
Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa
yang akan dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut
dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya salah interpretasi
17
kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak auditor maupun
klien. Pemahaman tersebut harus mencakup tujuan perikatan,
tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan
perikatan. Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut
dalam kertas kerjanya atau lebih baik dalam bentuk komunikasi
tertulis dengan klien (PSA No.05 SA Seksi 310, 2001).
b. Pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan,
efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan
ketentuan yang berlaku. Pemahaman memadai atas pengendalian
intern harus diperoleh auditor untuk merencanakan audit dengan
melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian
intern tersebut dioperasikan (PSA No.69 SA Seksi 319, 2001).
c. Pertimbangan auditor atas fungsi auditor intern klien
Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis
dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi
lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain
yang setara wewenang dan tanggung jawabnya dengan tetap
mempertahankan objektivitasnya berkaitan dengan aktivitas yang
diaudit. Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau
18
kinerja pengendalian entitas. Pada saat auditor berusaha memahami
pengendalian intern, auditor harus berusaha memahami fungsi audit
intern yang cukup untuk mengidentifikasi aktivitas audit intern yang
relevan dengan perencanan audit (PSA No.33 SA Seksi 322, 2001).
d. Informasi asersi manajemen
Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Asersi tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi 4, yaitu keberadaan atau keterjadian (existence or
occurrence), kelengkapan (completeness), hak dan kewajiban (right
and obligation), penilaian (valuation) atau alokasi, serta penyajian dan
pengungkapan (presentation and disclosure). Informasi asersi
manajemen digunakan oleh auditor untuk memperoleh bukti audit
yang mendukung asersi dalam laporan keuangan (PSA No.7 SA Seksi
326, 2001).
e. Prosedur analitik
Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan
terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang
satu dengan data keuangan yang lainnya, atau antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Tujuan dari dilakukannya prosedur analitik
adalah membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit lainnya, sebagai pengujian substantif untuk
memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan
19
saldo akun atau jenis transaksi, serta sebagai review menyeluruh
informasi keuangan pada tahap review akhir audit (PSA No.22 SA
Seksi 329, 2001).
f. Konfirmasi
Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu
komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu
permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap
asersi laporan keuangan. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh
bukti dari pihak ketiga mngenai asersi laporan keuangan yang dibuat
oleh manajemen. Proses konfirmasi mencakup pemilihan unsur yang
dimintakan konfirmasi, pendesainan permintaan konfirmasi,
pengkomunikasian informasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan,
memperoleh jawaban dari pihak ketiga, serta penilaian terhadap
informasi atau tidak adanya inforamsi yang disediakan oleh pihak
ketiga mengenai tujuan audit termasuk keandalan informasi tersebut
(PSA No.7 SA Seksi 330, 2001).
g. Representasi manajemen
Representasi manajemen (lisan maupun tertulis) merupakan bagian
dari bukti audit yang diperoleh auditor tetapi tidak merupakan
pengganti bagi penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk
memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan
keuangan. Representasi tertulis bagi manajemen biasanya menegaskan
representasi lisan yang disampaikan oleh manajemen kepada auditor,
20
dan menunjukkan serta mendokumentasikan lebih lanjut ketepatan
representasi tersebut, dan mengurangi kemungkinan salah paham
mengenai yang direpresentasikan (PSA No.17 SA Seksi 333, 2001).
h. Pengujian pengendalian Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)
Penggunaan TABK harus dikendalikan oleh auditor untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan audit dan spesifikasi
rinci TABK telah terpenuhi, dan bahwa TABK tidak dimanipulasi
semestinya oleh staf entitas (PSA No.59 SA Seksi 327, 2001).
i. Sampling audit
Sampling audit adalah penerapan terhadap prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau
kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok tersebut. Sampling audit
diperlukan oleh auditor untuk mengetahui saldo-saldo akun dan
transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perncanaan,
pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti
audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang
berkaitan (PSA No.26 SA Seksi 350, 2001).
j. Perhitungan fisik
Perhitungan fisik berkaitan dengan pemeriksaan auditor melalui
pengamatan, pengujian, dan permintaan keterangan memadai atas
21
efektifitas metode perhitungan fisik persediaan atau kas dan mengukur
keandalan atas kuantitas dan kondisi fisik persediaan atau kas klien
(PSA No.7 SA Seksi 331, 2001).
Dari uraian di atas diketahui bahwa prosedur audit merupakan
kumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat
berlangsungnya proses audit yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan secara efisien dan efektif. Bukti audit tersebut
meliputi inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
B. Pengalaman Audit
Menurut Suraida (2005: 4) pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Bahwa semakin banyak pengalaman auditor
semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit. Dalam hal pengalaman, penelitian-penelitian dibidang psikologi
yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) memperlihatkan bahwa seseorang yang
lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih
banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa, penerapan dan
pengembangan penelitian masalah pengalaman ini dalam bidang auditing juga
mengungkapkan hasil yang serupa. Suraida (2005: 6) mengungkapkan bahwa
akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif
22
lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang
belum berpengalaman, Marchant G.A. (1989) menemukan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih baik
mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang
berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih
tinggi terhadap informasi yang relevan (Davis, 1996).
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor
lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Mayangsari
(2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1)
Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari
penyebab kesalahan.
Menurut Gibbins (1984), pengalaman menciptakan struktur
pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistemtis
dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan
dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori
ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh
pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang
berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori
lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Walaupun
demikian pengaruh pengalaman yang banyak dalam bidang audit dapat
dikacaukan oleh rendahnya kesadaran etis para auditor yang memegang posisi
yang tinggi dalam organisasi KAP (Suraida, 2005: 8).
23
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengalaman audit merupakan
suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi dalam
mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan serta mencari penyebab
munculnya kesalahan yang berkenaan dengan kekeliruan, sehingga
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan
berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor.
C. Independensi
Menurut Arens (2009: 186) independensi adalah cara pandang yang
tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,
dan penyusunan laporan audit. Unsur-unsur mengenai independensi akuntan
publik, yaitu sebagai berikut:
1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektivitas dan kebebasan
akuntan publik dari pengaruh pihak lain.
2. Kepercayaan akuntan publik terhadap diri sendiri yang merupakan
integritas profesionalnya.
3. Kemampuan akuntan publik meningkatkan kredibilitas pernyataannya
terhadap laporan keuangan yang diperiksa.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
independensi akuntan publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan
publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan
24
pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemerikasaan,
penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2003: 86).
Dalam kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah
sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan
prinsip integritas dan objektivitas.
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu: (1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting
interest dengan klien, (2) mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3)
berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) bertindak
sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu
independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen
atau karyawan dengan kliennya (Elfarini: 2007: 34).
Menurut Supriyono (1988) meneliti 6 faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu: (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien, (2) jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3) lamanya hubungan
audit antara akuntan publik dengan klien, (4) persaingan antar KAP, (5)
ukuran KAP, dan (6) audit fee. Menurut Elfarini (2007: 35) adapun
25
independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan
dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101
dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana
diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap
mental independensi tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in apearance). Oleh karena itu, ia tidak
dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana
tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap independensi (tidak memihak) yang justru
sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mayangsari (2003: 18) disebutkan bahwa independensi adalah sikap
yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan
objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen
dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi
merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan
melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Menurut Halim (2001: 9) ada tiga aspek independensi seorang auditor,
yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya)
26
yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) Independence in
appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan
pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor
harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in
competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan
kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugasnya.
Berdasarkann uraian di atas diketahui bahwa independensi merupakan
sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta bebas
dari bujukan, pengaruh, dan pengendalian pihak lain dalam melaksanakan
perencanaan, pemeriksaan, penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Adapun independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien,
tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
D. Keahlian Profesional
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis
27
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme
merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu
pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien
termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional
meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan
profesionalisme yang tinggi (Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto, 2008).
Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti
dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua aspek penting,
yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya
merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi
profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan
dengan pembentukan jiwa profesionalisme.
Hastuti, T.D., S.L. Indriarto dan C. Susilawati (2003) menyatakan bahwa
profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai
akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi
dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian
pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban sosial adalah
28
suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang
diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena
adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu
pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang
bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai
hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan terhadap
profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah
suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama
profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang
ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah
dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya
organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
melaksanakan pekerjaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa keahlian profesional
merupakan keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menerapkan standar baku di
bidang profesi yang bersangutan dan menjalankan tugas profesinya dengan
mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.
E. Pencegah dan Pendeteksi Kecurangan
Menurut Amrizal (2004: 4) Peran utama dari internal auditor sesuai
dengan fungsinya dalam pencagahan kecurangan adalah berupaya untuk
29
menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya kecurangan
tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan curang
akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut.
Menurut Amrizal (2004: 4) kecurangan sering terjadi pada suatu entitas
apabila:
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar
dan tidak efektif.
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau
ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan
tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.
d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efisien dan atau
tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat
dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga,
gaya hidup yang berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau
tradisi kecurangan.
Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang
dilaksanakan yang dilaksanakan manajemen dalam hal penerapan kebijakan,
sistem dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa tindakan yang
diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain
perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3
30
(tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
(Amrizal, 2004: 5).
Untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah
antara lain dengan cara-cara berikut:
1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas
manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin
berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai,
keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan
secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur
pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan.
Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO
(The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway
Commission) pada bulan September 1992 dalam Amrizal (2004: 5)
memperkenalkan suatu kerangka pengendalian yang lebih luas daripada
model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup manajemen
risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 komponen yang paling
terkait yaitu:
1) Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur.
31
Lingkungan pengendalian mencakup:
a. Integritas dan nilai etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen.
e. Struktur organisasi.
f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2) Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi.
b. Personel baru.
c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki.
d. Teknologi baru.
e. Lini produk, produk atau aktivitas baru.
f. Operasi luar negeri.
g. Standar akuntansi baru.
3) Standar pengendalian adalah kebijakan dari prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan dengan:
a. Penelaahan terhadap kinerja.
32
b. Pengolahan informasi.
c. Pengendalian fisik.
d. Pemisahan tugas.
4) Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan,
dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang
memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab. Sistem
informasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan
yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang
dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman
tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan
pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
5) Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup
penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi.
Dari kesimpulan di atas diketahui bahwa untuk membangun
struktur pengendalian intern yang baik pengendalian intern dibagi atas 5
komponen, yaitu: pertama, lingkungan pengendalian menetapkan corak
suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Kedua, penaksiran resiko atas identifikasi entitas dan analisis terhadap
risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar
untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Ketiga, standar
33
pengendalian. Keempat, informasi dan komunikasi. Dan kelima,
melakukan pemantauan (monitoring) dalam proses menentukan mutu
kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
1) Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja
periode sebelumnya. Menghubungkan satu rangkaian data yang
berbeda operasi atau keuangan satu sama lain. Bersama dengan
analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan, dan
review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit
atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan
pinjaman.
2) Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan,
kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas
aktivitas pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum
dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum biasanya mencakup
pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan
perangkat lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan
pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini berlaku untuk
mainframe, minicomputer dan lingkungan pemakai akhir.
34
Pengendalian ini membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah,
diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.
3) Pengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva,
penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses
terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk akses ke program
komputer dan data files, dan perhitungan secara periodik dan
pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
pengendali.
4) Pemisahan tugas
Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan
penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi
seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus
menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan
tugasnya dalam keadaan normal.
Dari uraian di atas untuk mengefektifkan aktivitas pengendalian
terdiri dari review kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan
pemisahan tugas.
3. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber
35
perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah (Amrizal, 2004: 8):
1) Keadilan (Fairness)
Melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders
lainnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
2) Transparansi
Keterbukaan bagi steakholders yang terkait untuk melihat dan
memahami proses suatu pengambilan keputusan atau pengelolaan
suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait pula kewajiban perusahaan
untuk mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham
atau publik dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat
waktu.
3) Akuntabilitas (Accountability)
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas
distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi,
komisaris, pemegang saham dan pengawas. Di sini menyangkut pula
proses pertanggungjawaban para pengurus perusahaan atas keputusan-
keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai.
36
4) Tanggung jawab (Responsibility)
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan
ketentuan atau peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap
lingkungan di mana perusahaan berada.
5) Moralitas
Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung
tinggi moralitas, di dalam prinsip ini terkandung unsur-unsur
kejujuran, kepekaan sosial dan tanggung jawab individu.
6) Kehandalan (Reliability)
Pihak manajemen atau pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.
7) Komitmen
Pihak manajemen atau pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan
bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnya serta
menurunkan risiko perusahaan.
Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The Nasional Committee
on Corporate Governance (Maret 2000) dalam Amrizal (2004: 9) telah
disarankan dengan jelas bagi perusahaan untuk memenuhi 13 aspek
penting yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu:
Pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris
perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan (steakholders), keterbukaan,
37
kerahasiaan, informasi orang dalam, etika berusaha dan anti korupsi,
donasi, kepatuhan pada peraturan perundang-undangan (proteksi
kesehatan, keselamatan kerja, pelestarian lingkungan serta kesempatan
kerja yang sama).
4. Mengefektifkan fungsi internal audit
Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan
tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya
dengan seksama sehingga diharapkan mampu medeteksi terjadinya
kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada
manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal audit bisa efektif
membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya adalah:
1) Internal audit depertemen harus mempunyai kedudukan yang
independen dalam organisasi perusahaan dalam arti kata tidak boleh
terlibat kegiatan operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada
atau melaporkan kegiatannya kepada top manajemen.
2) Internal adit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis,
sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi
tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.
3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna
untuk:
38
a. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas.
b. Menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan
meningkatkan percormance.
c. Memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen
sesuai dengan requitment dari internal audit director.
4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal
audit departemen. Dukungan tersebut dapat berupa:
a. Penempatan internal audit departemen dalam posisi yang
independen.
b. Penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik.
c. Penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk
membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan-laporan internal
audit departemen dan respon yang cepat dan tegas terhadap saran-
saran perbaikan yang diajukan oleh internal auditor.
5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang
profesional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas
serta loyalitas yang tinggi.
6) Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik jika
internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa
bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus
dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil
kerja internal bisa mempercapat dan mempermudah penyelesaian
pekerjaan KAP.
39
7) Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas.
8) Mengadakan rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak
cuti.
9) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan
dan memberikan penghargaan kepada yang berprestasi.
10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan
kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan.
11) Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari
luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang
dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa
sogokan dan mana yang resmi.
12) Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi
kecurangan karena kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan
yang biasa-biasa saja.
13) Menyediakan saluran-saluran untuk melaporkan telah terjadinya
kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada
jalur yang benar.
Sementara irregularities atau kecurangan adalah salah saji atau
hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja
(Ferdian dan Na’im, 2006: 6). Kecurangan dibagi dua yaitu: salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan kecurangan yang
timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Penelitian ini
40
difokuskan pada kecurangan tipe pertama yang menurut SA Seksi 316.2 (PSA
No.70) paragraf 04 berarti, “salah saji atau penghilangan secara sengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui
pemakai laporan keuangan”. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:
1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan.
2. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Menurut Koroy (2008: 25-26) Pendeteksian kecurangan bukan
merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor eksternal (selanjutnya
disebut auditor). Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor
yang terdentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit
menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor
gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Karakteristik terjadinya kecurangan
Terjadinya kecurangan sebenarnya berbeda dengan kekeliruan.
Menurut Koroy (2008: 26) kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena
biasanya melibatkan penyembunyian. Penyembunyian itu terkait dengan
catatan akuntansi dan dokumen yang berhubungan, dan hal ini juga
41
berhubungan dengan tanggapan pelaku kecurangan atas permintaan
auditor dalam melaksanakan audit. Jika auditor meminta bukti transaksi
yang mengandung kecurangan, dia akan menipu dengan memberi
informasi palsu atau tidak lengkap.
Koroy (2008: 26) menyebutkan ada tiga taknik yang digunakan
manajer untuk mengelabui auditor. Taktik pertama adalah membuat
deskripsi yang menyesatkan (seperti mengatakan perusahaan yang
bertumbuh) agar menyebabkan auditor menghasilkan ekspektasi yang
tidak benar sehingga gagal mengenali ketidakkonsistenan. Taktik kedua
adalah menciptakan bingkai sehingga menimbulkan hipotesis tidak adanya
ketidakberesan untuk evaluasi ketidakkonsisten yang terdeteksi. Taktik
ketiga yaitu menghindari untuk memperlihatkan ketidakpantasan dengan
membuat serentetan manipulasi kecil (secara individual tidak material)
atas akun-akun tertentu dalam laporan keuangan sehingga membentuk
rasionalisasi atas jumlah saldo yang dihasilkan. Dengan ketiga taktik ini,
manajemen klien akan berhasil bila auditor menggunakan cara sederhana
melalui representasi tunggal dalam menginterprestasikan
ketidakkonsistenan yang terdeteksi. Hasil penelitian Koroy (2008)
menunjukkan bahwa sebagian besar auditor (penelitian ini menggunakan
partner) tidak mampu mendeteksi kecurangan dengan baik. Walaupun
motivasi, pelatihan dan pengalamannya memadai, para partner yang diuji
dapat dikelabui oleh bingkai dari manajemen klien.
42
Ketidakmampuan auditor dalam pendeteksian kecurangan ini ada
hubungan dengan keahliannya dibentuk oleh pengalaman yang relevan
dengan kecurangan. Kecurangan itu sendiri frekuensi terjadinya jarang dan
tidak semua auditor pernah mengalami kasus terjadinya kecurangan,
sehingga pengalaman auditor berkaitan dengan kecurangan tidak banyak.
Koroy (2008: 26) yang melakukan survei atas 1.050 partner audit KPMG
peat arwick menemukan adanya 77 kasus kecurangan yang pernah mereka
alami. Jika dihitung dari jumlah audit sepanjang karir mereka maka
insiden ditemukannya kecurangan menjadi sangat kecil (sekitar 0,32
persen). Dengan jarangnya mereka menghadapi management fraud
sehingga jarang pula yang mempunyai latar belakang yang pantas yang
mengarah pada kemampuan mendeteksi kecurangan. Dari hasil studi
tampak bahwa pengalaman saja tidaklah cukup dalam mendeteksi
kecurangan kecuali jika pengalaman itu diperoleh dari industri yang sama
atau melalui penugasan yang melibatkan kekeliruan atau kecurangan yang
material.
2. Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan
Dalam pendeteksian kecurangan yang menjadi masalah bukanlah
ketiadaan standar pengauditan yang memberikan pedoman bagi upaya
pendeteksian kecurangan, tetapi kurang memadainya standar tersebut
memberikan arah yang tepat. Hal ini terlihat dari uraian perkembangan
standar pengauditan di depan yang menunjukkan usaha untuk terus-
menerus memperbaiki standar yang mengatur pendeteksian kecurangan
43
pada tanggung jawab pendeteksian kecurangan pada praktek belum cukup
efektif dilaksanakan (Koroy, 2008: 26).
Keluarnya SAS No.53 menjawab tantangan kesenjangan harapan
dengan secara signifikan meningkatkan tanggung jawab auditor berkaitan
dengan kecurangan. Dalam standar ini ditegaskan auditor harus menilai
risiko bahwa kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan
laporan keuangan berisi salah saji material. Berdasarkan penilaian ini,
auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan yang
memadai yang material atas laporan keuangan. SAS No.53 memandang
persyaratan terhadap kekeliruan sama dengan kecurangan. Namun
menurut Koroy (2008: 27) setahun setelah standar ini terbit, kedua jenis
salah saji ini sama sekali berbeda. Demikian pula persyaratan atas dua
jenis ketidakberesan yaitu defalcation dan management fraud juga berbeda
bahwa mendeteksi kekeliruan yang mudah dilakukan. Sebabnya adalah
pertama, kekeliruan terjadi tanpa adanya penyembunyian sehingga dapat
terungkap begitu bukti-bukti diuji. Kedua, bila kekeliruan dalam jumlah
kecil-kecil dijumlahkan menjadi jumlah yang material, sangat mungkin
satu atau lebih bagian bukti yang mengandung kekeliruan akan diuji oleh
auditor. Ketiga yaitu jika satu atau lebih kekeliruan itu secara sendiri-
sendiri jumlahnya besar maka mungkin saja detil transaksi atau akun yang
berhubungan akan dipilih untuk diuji auditor.
Perubahan SAS No.53 menjadi SAS No.82 berusaha mengatasi
kelemahan di atas. SAS No.82 meminta penilaian risiko kecurangan
44
dilakukan secara eksplisit dan terpisah. Auditor juga diminta untuk
mendokumentasikan penilaian risiko kecurangan secara terpisah. Koroy
(2008: 27) dalam penelitiannya mengatakan standar ini harusnya dapat
mengarahkan audit untuk memberi banyak waktu membaca isyarat
kecurangan dan merancang rencana audit yang lebih sensitif terhadap
risiko kecurangan. SAS No.82 memang cukup berhasil mengarahkan
auditor untuk memperhatikan kecurangan. Namun SAS No.82 ini, seperti
didapat dari penelitian Zimbelman (1997) dan kemudian Glover et al.
(2003), tidak cukup untuk mendorong auditor untuk mengubah risiko
kecurangan yang dipersepsikan, sehingga mereka tidak memilih prosedur
audit yang berbeda. Hasil ini menimbulkan pertanyaan mengenai
efektivitas SAS No.82 dalam membantu meningkatkan pendeteksian
kecurangan. Dengan kata lain, dengan standar ini auditor memang
melakukan upaya lebih, tetapi mereka tetap mempertahankan strategi audit
yang konstan yang kemungkinan tidak efektif untuk mendeteksi
kecurangan.
Perubahan SAS No.82 menjadi SAS No.99 banyak menyerap
rekomendasi yang diberikan PAE, sehingga merupakan upaya perbaikan
yang signifikan dalam standar pengauditan. SAS No.99 ini dirancang
untuk memperluas prosedur audit yang berkenaan dengan kecurangan
material pada laporan keuangan. Standar baru ini mempertimbangkan
kecurangan secara menyatu dalam proses audit dan secara terus-menerus
dimutakhirkan sampai selesainya audit. Dalam standar ini diuraikan proses
45
dimana auditor (1) menyajikan informasi risiko salah saji material yang
identifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan, (2)
menilai risiko-risiko tersebut setelah mengevaluasi program dan
pengendalian oleh entitas dan (3) menanggapi hasil dari penilaian tersebut.
Auditor menyajikan dan mempertimbangkan lebih banyak informasi
dalam menilai risiko kecurangan daripada yang pernah dialami di masa-
masa sebelumnya. Selain itu juga auditor diminta mendokumentasikan
penilaian mereka secara eksplisit dalam kertas kerja (Koroy, 2008: 28).
Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan
berdasar penggolongan kecurangan oleh ACFE dalam Koroy (2008: 29)
yaitu:
1. Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat
dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau
laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.
b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase-
persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa
periode laporan.
c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-
nilai item dalam laporan keuangan.
46
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset)
Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini
sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas
pengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat
membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan
demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan
untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan asset. Masing-masing
jenis kecurangan dapat dieteksi melalui beberapa teknik yang berbeda.
Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencarian dan
penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu:
a. Ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan.
b. Adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan
menyembunyikan kecurangan yang dilakukan.
c. Adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan
tingkatan integritas pelakunya.
3. Corruption (korupsi)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan
dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang
tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan. Atas sangkaan
terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat
dilihat dari karakteristik si penerima maupun si pemberi.
47
Orang-orang yang menerima dana korupsi ataupun penggelapan
dana pada umumnya mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. The big spender
b. The gift taker
c. The odd couple
d. The rule breaker
e. The complainer
f. The genuine need
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mendeteksi kecurangan dalam melaporkan keuangan suatu organisasi
atau perusahaan dapat dilakukan melalui penganalisaan hubungan
antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus
kas. Mencegah penyalahgunaan aset, dan dapat dideteksi melalui
keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok
yang tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengalaman audit, independensi, keahlian
profesional, dan pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi
tambahan bagi auditor untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan penyajian
laporan keuangan. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil-hasil penelitian
48
terdahulu mengenai pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian
laporan keuangan.
Tabel 4.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Variabel yang diteliti
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
1. Arleen Herawaty Dan Yulius Kurnia Susanto (2008)
Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas
1.Profesionalisme (X1)
2.Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan (X2)
3.Etika Profesi (X3) 4.Pertimbangan
Tingkat Materialitas (Y)
Sampel: Kantor akuntan publik. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat meterialitas dalam proses audit laporan keuangan.
2. Ida Suraida (2005)
pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik
1.Etika (X1) 2.Kompetensi (X2) 3.Pengalaman Audit
(X3) 4.Risiko Audit (X4) 5.Skeptisisme
Profesional Auditor (Y1)
6. Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik (Y2)
Sampel: Akuntan publik di Indonesia Metode analisis data menggunakan model persamaan struktural (Struktural Equation Modeling)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor secara parsial maupuun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan.
3. Riki Ferdian dan Ainun Na’im (2006)
Pengaruh Problem-Based Learning (PBL) Pada Pengetahuan Tentang Kekeliruan dan Kecurangan (Errors And Irregularities)
1.Metode PBL (X) 2.Jenis Kekeliruan
dan kecurangan (X1)
3.Ketelitian terhadap kekeliruan dan kecurangan (X2)
Sampel:
Mahasiswa di Fakultas Ekonomi UGM
Metode analisis data menggunakan kolmogarov-Smimov Two-Sample Test
tidak terdapat perbedaan antara experimental group dan control group mengenai jenis kekeliruan dan kecurangan yang dimiliki. Hal ini dilaur ekspektasi yang menyatakan sebaliknya. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang metode PBL. Penelitian menduga hal ini dikarenakan tidak spesifiknya metode PBL digunakan untuk mengevaluasi jenis kekeliruan dan kecurangan yang bisa terjadi.
Bersambung pada halaman selanjutnya
49
Tabel 4.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel yang diteliti Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
4. Tri Ramaraya Koroy (2008)
Pendeteksi Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal
1. Kecurangan 2. Pendeteksian
kecurangan laporan keuangan
Sampel:
auditor eksternal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan.
5. Eunike Christina Elfarini (2007)
Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit
1. Komppetensi (X1) 2. Independensi (X2) 3. Kualitas audit (Y)
Sampel:
Auditor yang bekerja pada KAP di Jawa Tengah
Metode analisis data menggunakan analisis regresi linaer berganda
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kualitas audit.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
50
G. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengalaman Audit dengan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan
Penyajian Laporan Keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit
terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini
akuntan publik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa etika,
kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional
auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong
peneliti untuk menguji kembali apakah variabel pengalaman audit
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan
keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha1 : Pengalaman audit berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
2. Independensi dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan
penyajian laporan keuangan
Penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap
kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
51
kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial
berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun
Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat meningkatkan kualitas
auditnya. Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya
peningkatan kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-
pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti
kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Sedangkan untuk
meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya
diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien
dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam
melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan
audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari
auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan
dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong
peneliti untuk menguji kembali apakah variabel independensi berpengaruh
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha2 : Independensi berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan laporan keuangan.
52
3. Keahlian profesional dengan pencegahan dan pendeteksian
kecurangan laporan keuangan
Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto
(2008) dalam penelitiannya mengenai profesionalisme, pengetahuan
akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, etika profesi dan
pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan
etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat
profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam mendeteksi
kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula
tertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan
keuangan.
Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan
Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan
meningkatkan profesionalisme akutan publik, memberikan pengetahuan
yang memadai bagi akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan dan
meningkatkan rasa kepatuhan terhadap etika profesi dalam setiap
pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan sehingga dapat dihasilkan
laporan keuangan auditan yang berkualitas.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong
peneliti untuk menguji kembali apakah variabel keahlian profesional
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan
53
keuangan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha3 : Keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
4. Pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional dengan
pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit
terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini
akuntan publik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa etika,
kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional
auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan.
Penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap
kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kompetensi dan independensi auditor secara simultan maupun parsial
berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh karena itu baik auditor maupun
Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat meningkatkan kualitas
auditnya. Adapun untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya
peningkatan kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-
pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti
kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi. Sedangkan untuk
54
meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya
diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien
dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam
melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan
audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari
auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan
dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong
peneliti untuk menguji kembali apakah variabel pengalaman audit,
independensi, dan keahlian profesional berpengaruh terhadap pencegahan
dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha4 : Pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
laporan keuangan.
H. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian di atas mengenai pengaruh pengalaman
audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan, maka dibuat kerangka
pemikiran penelitian sebagai berikut:
55
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel
atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional
terhadap variabel dependen, yaitu pencegahan dan pendeteksian kecurangan
penyajian laporan keuangan. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan
publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007: 30). Metode convenience sampling
digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan
cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior,
supervisor dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di
DKI Jakarta.
57
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 150). Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang masih
aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik. Pengumpulan data kuisioner
dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu
kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 154).
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang
ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam
penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau
58
tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut
mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu
tentukan hipotesisi H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan
total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif
dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha,
kemudian uji dengan membandingkan rhitung (tabel corrected item-total
correlation) dengan rtabel (tabel Product Moment dengan signifikan 0.05)
untuk degree of freedom (df) = n-k. Suatu kuesioner dinyatakan valid
apabila rhitung > rtabel (Ghozali, 2005: 45).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan
59
nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005: 41-
42).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji
normalitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion
Factor (VIF) (Ghozali, 2005: 91). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2005: 91). Suatu model regresi dapat dikatakan
bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan
mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat
dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model
regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar
variabel independen haruslah lemah (dibawah 0.05). Jika korelasinya
kuat, maka terjadi problem multiko (Santoso, 2004: 203-206).
b. Uji Heteroskedastisitas
60
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat
dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau
melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk
pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:
105).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability
Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso,
2004: 212).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
61
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004: 163). Variabel independen
terdiri dari pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional.
Sedangkan variabel dependennya adalah pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Y : Pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan
a : Konstanta b1-3 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)
X₁ : pengalaman audit X₂ : Independensi X₃ : Keahlian Profesional e : Error Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R²
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
Y = a + b₁X₁+ b₂X₂+ b₃X₃ + e
62
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2005: 83).
b. Uji t
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05
(Ghozali, 2005: 84). Menurut Santoso (2004: 168) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
c. Uji F
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji F digunakan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan
63
dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali, 2005: 84). Menurut
Santoso (2004: 120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasionalisasi dan cara
pengukurannya.
1. Variabel Independen
a. Pengalaman Audit (X1)
Menurut Ida Suraida (2005: 4) pengalaman audit adalah
pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik
dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah
ditangani. Bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
64
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan
audit.
b. Independensi (X2)
Menurut Eurike Christina Elfarini (2007: 34) independensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Berkaitan
dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan
public, yaitu: (1) akuntan publik memiliki mutual atau conflicting
interest dengan klien, (2) mengaudit pekerjaan akuntan publik itu
sendiri, (3) berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien,
dan (4) bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien.
c. Keahlian Profesional (X3)
Menurut Lekatompessy (2003) keahlian professional berkaitan
dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap.
Aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya
merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan
asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek
sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.
2. Variabel Dependen
- Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (Y)
Menurut Amrizal (2004: 4) peran utama dari internal auditor
sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan adalah berupaya
65
untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya
kecurangan tersebut. Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah
aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penerapan kebijakan,
sistem dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa tindakan yang
diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil
lain perusahaan untuk data memberikan keyakinan memadai dalam
mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
Pengalaman audit (X1) (Sumber: Ida Suraida (2005))
1. Lama melakukan
audit 2. Jumlah
klien yang sudah diaudit
3. Jenis Perusahaan yang pernah diaudit
1. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit menjadikan auditor lakukan semakin lebih baik.
2. Saya telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang audit dengan berbagai macam klien sehingga audit yang saya lakukan menjadi lebih baik.
1.Walaupun sekarang jumlah klien saya banyak, audit yang saya lakukan belum tentu lebih baik dari sebelumnya.
1. Saya pernah mengaudit perusahaan yang go publik, sehingga saya dapat mengaudit perusahaan yang belum
Skala Ordinal
1 2 3 4
66
go publik lebih baik.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
Independensi (X2)
(Sumber: Eurike
Christina Elfarini (2007))
1. lama hubungan dengan klien
2. Tekanan
dari klien
1. Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun.
2. Saya berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien.
3. Tidak semua kesalahan klien yang saya temukan saya laporkan karena lamanya hubungan dengan klien tersebut.
1. Agar tidak kehilangan klien, kadang-kadang saya harus bertindak tidak jujur.
2. Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima sanksi dari klien.
3. Tidak semua kesalahan klien saya laporkan krn
Skala Ordinal
5 6 7 8 9
10
67
saya mendapat peringatan klien.
4. Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti posisi saya dengan auditor lain.
5. Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik.
11
12
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran No. Butir
Pertanyaan
3. Telaah
dari rekan auditor
4. Jasa non
audit
6. Fasilitas yang saya terima dari klien menjadikan saya sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit.
1. Saya tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa manfaatnya.
2. Saya bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim.
1. Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama.
2. Jasa non audit yang diberikan pada klien
Skala Ordinal
13
14
15
16
17
68
dapat merusak independensi penampilan akuntan publik tersebut.
3. Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan akuntan publik.
18
Keahlian Profesional
(X3) (Sumber: Lekatompessy
(2003))
1. Aspek struktural
1. Keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya
Skala Ordinal
19
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
2. Aspek sikap
2. Profesi atau tugas dengan menetapkan standar baku di bidang profesinya.
3. Mematuhi etika yang telah ditetapkan.
4. Pembentukan tempat pelatihan.
5. Pembentukan asosiasi profesional.
6. Pembentukan kode etik. 1. Profesi dicerminkan dari
dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan.
2. Mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial.
3. Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
4. Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan.
Skala Ordinal
20
21
22
23
24 25
26
27
28
69
5. Miliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan.
29
Pencegahan dan
pendeteksian kecurangan
(Y) (Sumber: Amrizal (2004))
1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik
1. Lingkungan pengendalian menerapkan corak suatu organisasi.
2. Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan.
3. Kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa manajemen dilaksanakan.
Skala Ordinal
30
31
32
Bersambung pada halaman selanjutnya Tabel 4.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
2. Mengefektifkan
aktivitas pengendalian
4. Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab.
5. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
1. review atas kinerja atas aktivitas anggaran, prakiraan, dan kinerja periode sebelumnya.
2. pengendalian membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan
Skala Ordinal
33
34
35
36
70
akurat. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di DKI Jakarta. Auditor yang
berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer, supervisor, auditor
senior, dan auditor junior.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di
DKI Jakarta dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2009
yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 19
Juli 2010 hingga 23 Agustus 2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak
71
15 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di DKI Jakarta, dengan peta
distribusi yang terlihat dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat Kuesioner dikirim
Kuesioner dikembalikan
1. Thomas, Lesmana, Henky dan Rekan
Jl. Sisingamangaraja No. 65 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12120
8 6
2. Drs. Soegeng, Junaedi, Chaerul & Rekan
Jl. Raya Kebayoran Lama No. 194, Blok B3 Jakarta 10220
9 7
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.3 (Lanjutan)
No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat Kuesioner dikirim
Kuesioner dikembalikan
3. Nugroho & Rekan Jl. Fatmawati Raya No.43 B, Cilandak Barat-Jakarta 12430
10 8
4. Usman & Rekan Jl. Cipulir V No. 5, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan 12230
7 7
5. Gatot Permadi Joewono Kebayoran Lama Plaza Blok B-2 Jl. Raya Kebayoran Lama No. 194 A Jakarta 12220
6 6
6. Drs. Chaeroni & Indra Jl. Anggrek Nelimurni II/C-5, Slipi-Jakarta Barat 11480
9 7
7. Herliantono & Rekan Aminta Plaza 7th floor suite 704 Jl. TB. Simatupang Kav. 10 Jakarta 12310
9 8
8. Syarief Basir & Rekan PP Plaza 3rd floor Jl. TB. Simaputang No.57, Pasar Rebo Jakarta 13760
7 5
9. Drs. Mucharam & Amron Cilandak Sport Centre & Apartment, Lt. Dasar Jl. Letjen TB. Simatupang, Cilandak Barat-Jakarta 12430
7 6
10. Noor Salim, Nursehan, Sinarahardja
Jl. Anggrek III No. 28 RT 003/05 Komplek Larangan Indah-Ciledug, Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
8 5
11. Abdi Ichjar, BAP & Rekan Graha Buana Blok b4 Jl. Dr. Saharjo No. 210 A Jakarta
9 8
72
Selatan 12860 12. Jimmy Budhi & Rekan Jl. Sisingamangaraja No. 26,
Lt.2 Jakarta Selatan 12120 9 8
13. Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
Gd. Bursa Efek Indonesia Tower 2 Lt. 7 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190
9 8
14. Sasongko, Sidharta Jl. Raya Kebayoran Baru No. 85 Jakarta 12240
8 6
15. Dr. H. Mohammad Zain & Rekan
Jl. Caringin Selatan 40, Terogong, Cilandak-Jakarta Selatan 12430
5 5
Total 120 100 Sumber: Data Primer diolah 2010
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 kuesioner dan jumlah
kuesioner yang kembali adalah sebanyak 100 kuesioner atau 83.33%.
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 20 kuesioner atau 16.67 %.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 100 kuesioner atau 83.33 %.
Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Auditor Persentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 120 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 100 83.33% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 20 16.67% 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 100 83.33%
Sumber: Data primer yang diolah 2010
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di DKI Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir,
posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
73
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Pria 62 62.0 62.0 62.0Wanita 38 38.0 38.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa sekitar 62 orang atau
62.0% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya
sebesar 38 orang atau 38.0% responden berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent D3 15 15.0 14.1 14.1S1 78 78.0 78.0 93.0S2 7 7.0 7.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 78
responden atau 78.0%. Sisanya sebesar 15.0% atau sebanyak 15 orang
berpendidikan terakhir Diploma III (D3) dan sebesar 7.0% atau
sebanyak 7 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
c. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir
74
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Frequency PercentValid
Percent Cumulative
Percent Auditor Junior 45 45.0 45.0 45.0Auditor Senior 45 45.0 45.0 90.0Supervisor 6 6.0 6.0 96.0Manajer 4 4.0 4.0 100.00
Valid
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 45 orang atau sebesar 45.0%
menduduki posisi sebagai auditor junior dan auditor senior.
Responden yang menduduki jabatan sebagai supervisor sebanyak 6
orang atau 6.0% dan sisanya adalah manajer sebanyak 4 orang atau
sekitar 4.0%.
d. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent < 1 Tahun 31 31.0 31.0 31.01-3 Tahun 52 52.0 52.0 83.0> 3 Tahun 17 17.0 17.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden atau sebanyak 52.0% atau sekitar 52 auditor memiliki
pengalaman bekerja 1-3 tahun, 31.0% atau sekitar 31 auditor memiliki
75
pengalaman kerja kurang dari 1 tahun dan sisaya 17.0% atau sekitar 17
auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal
ini n adalah sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 100 dan
besarnya df dapat dihitung 100-2 dengan df = 98 dan alpha = 0.05 didapat
rtabel = 0.165. suatu kuesioner dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel, uji
validitas dari lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
komitmen organisasi (X1), budaya organisasi (X2), gaya kepemimpinan
(X3), motivasi (Y), dan kinerja auditor (Z). Hal ini dapat dilihat pada
(Ghozali, 2005: 45).
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas
Pernyataan rhitung rtabel Keterangan Valid
PA1 0.209 0.165 Valid PA2 0.262 0.165 Valid PA3 0.485 0.165 Valid PA4 0.400 0.165 Valid I1 0.166 0.165 Valid I2 0.236 0.165 Valid I3 0.485 0.165 Valid I4 0.545 0.165 Valid I5 0.169 0.165 Valid
76
I6 0.283 0.165 Valid I7 0.225 0.165 Valid I8 0.236 0.165 Valid I9 0.485 0.165 Valid I10 0.341 0.165 Valid I11 0.247 0.165 Valid I12 0.256 0.165 Valid I13 0.183 0.165 Valid I14 0.241 0.165 Valid KP1 0.183 0.165 Valid KP2 0.212 0.165 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.9 (Lanjutan)
Pernyataan rhitung rtabel Keterangan Valid
KP3 0.517 0.165 Valid KP4 0.565 0.165 Valid KP5 0.263 0.165 Valid KP6 0.400 0.165 Valid KP7 0.388 0.165 Valid KP8 0.219 0.165 Valid KP9 0.401 0.165 Valid KP10 0.491 0.165 Valid KP11 0.203 0.165 Valid PPK1 0.246 0.165 Valid PPK2 0.265 0.165 Valid PPK3 0.265 0.165 Valid PPK4 0.400 0.165 Valid PPK5 0.389 0.165 Valid PPK6 0.428 0.165 Valid PPK7 0.285 0.165 Valid
Sumber: Data primer yang diolah 2010
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
77
Cronbach Alpha berada diatas 0.60 (Ghozali, 2005: 41-42). Tabel 4.10
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Audit (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.715 .718 4 Sumber: Data primer yang diolah 2010 Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
pengalaman audit sebesar 0.715, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.625 .626 14 Sumber: Data primer yang diolah 2010
78
Tabel 4.11 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
independensi sebesar 0.625, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Profesional (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.679 .678 11 Sumber: Data primer yang diolah 2010
Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
keahlian profesional sebesar 0.679, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60.
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pencegahan dan Pendeteksian
Kecurangan (Y) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.676 .668 7 Sumber: Data primer yang diolah 2010
79
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
pencegahan dan pendeteksi kecurangan sebesar 0.676, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinearitas nilai
VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance
mendekati 1 (Ghozali, 2005: 91-92).
Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig.Lower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant) 15.657 2.641 5.927 .000 10.413 20.900
pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043 .010 .618 .272 .205 .173 .714 1.401
independensi .441 .077 .698 5.749 .000 .289 .594 .412 .506 .484 .481 2.078
1
keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 .533 .206 .043 .417 .378 .475 2.103a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010
80
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa setiap variabel
memiliki nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance
Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10. Analisis ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel
penelitian. Sehingga layak untuk digunakan dalam pengujian
selanjutnya.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual
dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas.
Gambar 2.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah 2010
Berdasarkan gambar 2.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
81
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
pencegahan dan pendeteksian kecurangan berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu pengalaman audit, independensi, serta
keahlian profesional.
c. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005:
110-112).
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
2. Analisis Statistik
82
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
Gambar 2.3 Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah 2010
Gambar 2.3 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
d. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel
dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis
menggunakan pengalaman audit, independensi, keahlian profesional,
pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Berdasarkan pada
83
pengolahan data, menggunakan Software SPSS 16.0 maka didapatkan
suatu model regresi linear berganda dalam tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15 Koefisien Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig.Lower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant) 15.657 2.641 5.927 .000 10.413 20.900
pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043 .010 .618 .272 .205 .173 .714 1.401
independensi .441 .077 .698 5.749 .000 .289 .594 .412 .506 .484 .481 2.078
1
keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 .533 .206 .043 .417 .378 .475 2.103a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari
persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
Keterangan:
a = konstanta b = koefisien regresi Y = pencegahan dan pendeteksian kecurangan X1 = pengalaman audit X2 = independensi X3 = keahlian profesional ε = standar error Dari output didapatkan model persamaan regresi:
Persamaan model Y = 15.657 + 0.314X1 + 0.441X2 + 0.370X3
1. Uji Koefisien Determinasi
84
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-
variabel independen, yaitu pengalaman audit, independensi,
keahlian profesional dalam menjelaskan variasi variabel dependen,
yaitu pencegahan dan pendeteksian. Hasil uji koefisien determinasi
dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada
tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Change Statistics
Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
Durbin-Watson
1 .565a .320 .298 2.457 .320 15.036 3 96 .000 1.464a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi
b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010
Tabel 4.16 menunjukkan nilai R sebesar 0.565 atau 56.5%.
Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pengalaman
audit, independensi, dan keahlian profesional adalah sedang karena
berada dikisaran 0.40-0.599 (Riduwan dan Engkos Achmad
Kuncoro, 2007: 62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0.298 atau
29.8%, ini menunjukkan bahwa variabel pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan yang dapat
dijelaskan oleh variabel pengalaman audit, independensi, dan
keahlian profesional adalah sebesar 29.8%, sedangkan sisanya
sebesar 0.702 atau 70.2% (1-0.298) dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, yaitu
85
pengetahuan akuntan publik, kompetensi, komitmen organisasi,
dan lain-lain.
2. Hasil Uji t
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0.05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan
jika nilai probability t lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan
menolak Ha.
Tabel 4.17 Hasil Uji t
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 15.657 2.641 5.927 .000
pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043
independensi .441 .077 .698 5.749 .000
1
keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah 2010 Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman audit terhadap pencegahan
dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel
pengalaman audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.043.
Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa
pengalaman audit berpengaruh secara signifikan terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel
pengalaman audit lebih kecil dari 0.05.
86
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. Pengalaman yang
diperoleh auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor dengan
banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan mempunyai
pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing.
Pengalaman audit dan pertimbangan etis mempengaruhi perilaku
auditor dalam pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan
keuangan. Karena pada level pertimbangan etis yang lebih rendah,
terdapat kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien
dalam situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level pertimbangan
etis yang tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan
manajemen klien. Dengan kata lain, individu dengan pengalaman
audit yang sama (sama-sama berpengalaman atau sama-sama
kurang berpengalaman) bisa memiliki pertimbangan etis yang
berbeda sehingga akan berperilaku berbeda pula. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraida
(2005).
Hipotesis 2: Pengaruh independensi terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel
independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal
ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa
87
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan
dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil
dari 0.05.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. Untuk meningkatkan
independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya
diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari
klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya
sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif
dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian
terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik
(KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007).
Hipotesis 3: Pengaruh keahlian profesional terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel
independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal
ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian
88
profesional berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan
dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian profesional
lebih kecil dari 0.05.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa keahlian profesional
berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. Seseorang dikatakan
profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan
suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang
profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya
dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan
profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti
dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting
tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau
tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi
tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan
seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit
profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan
perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang
89
efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi
(Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto, 2008). Konsep
profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti
dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua
aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek
struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan
pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan
pembentukan jiwa profesionalisme. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003),
Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008).
3. Hasil Uji F
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0.05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan
jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan
menolak Ha.
Tabel 4.18 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 272.289 3 90.763 15.036 .000a
Residual 579.501 96 6.036 1
Total 851.790 99
90
a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah 2010
Hipotesis 4: Pengaruh pengalaman audit, independensi, dan
keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.18 nilai F
diperoleh sebesar 15.036 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ha4 diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman audit, independensi,
dan keahlian profesional berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
penyajian laporan keuangan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit,
independensi, dan keahlian profesional berpengaruh signifikan
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian
laporan keuangan. Pengalaman yang diperoleh auditor dari
lamanya bekerja sebagai auditor dengan banyaknya tugas
pemeriksaan yang dilakukan mempunyai pengaruh positif terhadap
keahlian auditor dalam bidang auditing. Pengalaman audit dan
pertimbangan etis mempengaruhi perilaku auditor dalam
pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan. Karena
pada level pertimbangan etis yang lebih rendah, terdapat
kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien dalam
91
situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level pertimbangan etis yang
tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan
manajemen klien. Dengan kata lain, individu dengan pengalaman
audit yang sama (sama-sama berpengalaman atau sama-sama
kurang berpengalaman) bisa memiliki pertimbangan etis yang
berbeda sehingga akan berperilaku berbeda pula. Untuk
meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari
kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat
tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan
kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar
objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya
perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor
Akuntan Publik (KAP) tersebut maka akan dihasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan
keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu
mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang
telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan
secara konseptual seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003).
Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa
92
kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut
individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan
merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit
profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan
perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang
efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi
(Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto, 2008). Konsep
profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti
dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) berkaitan dengan dua
aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek
struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan
pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan
pembentukan jiwa profesionalisme. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003),
Suraida (2005), Elfarini (2007), Herawaty dan Yulius Kurnia
Susanto (2008).
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi linear
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel pengalaman audit memiliki pengaruh yang signifikan dan
memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005).
2. Variabel independensi memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki
hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Elfarini (2007).
3. Variabel keahlian profesional memiliki pengaruh yang signifikan dan
memiliki hubungan yang positif terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003), Herawaty
dan Yulius Kurnia Susanto (2008).
4. Variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian professional
memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki hubungan yang positif
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
94
keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lekatompessy (2003), Suraida (2005), Elfarini (2007), Herawaty dan
Yulius Kurnia Susanto (2008).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa variabel
pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh secara
signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian
laporan keuangan. Dalam menjalankan penugasan audit, seorang dituntut
untuk selalu mematuhi aturan serta standar profesionalnya agar dapat
berperilaku dengan baik dan etis. Perilaku auditor dalam situasi konflik dapat
mencerminkan kinerja seorang auditor, jika perilaku auditor tidak etis maka
kinerjanya akan buruk sehingga tingkat kepercayaan masyarakat akan profesi
auditor akan turun. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka profesi
seorang auditor sudah tidak dapat bertindak sebagai penengah antara pihak
internal (manajemen) dan eksternal (investor dan masyarakat) yang memiliki
kepentingan atas laporan keuangan. Oleh karena itu, seorang auditor ketika
melakukan penugasan audit hendaknya dapat menjaga perilakunya dalam
menghadapi berbagai situasi yang terjadi, sehingga kepercayaan masyarakat
yang sempat hilang beberapa tahun lalu akibat perilaku auditor yang tidak etis
atau negatif dapat meningkat kembali.
95
C. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Untuk penelitian mendatang, dapat memperluas wilayah sampel penelitian
dengan memasukan beberapa sampling area disekitar wilayah DKI Jakarta
dan luar kota.
2. Untuk penelitian mendatang, diharapkan menyebarkan dan
mengumpulkan kuesioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah
responden dapat lebih banyak dan hasilnya dapat lebih akurat.
3. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen,
variabel moderating atau variabel intervening guna mengetahui variabel-
variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen.
4. Untuk penelitian mendatang, disarankan survei dengan metode lain,
misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan
atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaaan.
96
Lampiran 1: Surat Kesediaan Responden Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Auditor Independen
Di Kantor Akuntan Publik
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Nama : Jordan Matondang
NIM : 203082001901
Jurusan : Akuntansi/Audit
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan lengkap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan
data dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk
membaca dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Tidak ada jawaban
benar atau salah, yang terpenting adalah memilih jawaban sesuai dengan pendapat
Bapak/Ibu/Saudara/i. Segala informasi yang diterima dalam penelitian ini akan
dijaga kerahasiaanya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/i meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing I Peneliti
Dr. Yahya Hamja, MM Jordan Matondang
97
Lampiran 2: Identitas Responden
A. Identitas Responden
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan
kepada bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi data-data berikut ini:
Nama KAP : ................................................
Umur Responden : ................................................ (boleh tidak diisi)
Jenis kelamin : ( ) Pria ( )Wanita
Pendidikan Terakhir : ( ) D3 ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3
Posisi Terakhir : ( ) Auditor Yunior ( ) Auditor Senior
( ) Supervisor ( ) Manager
( ) Partner
Pengalaman Kerja : ( ) < 1 tahun ( ) 1-3 tahun ( ) > 3 tahun
B. Cara Pengisian kuesioner
Pernyataan-pernyataan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat anda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi
akuntan publik. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin
skala di sampingnya dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangat setuju (SS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping
pertanyaan sesuai dengan jawaban atau keadaan Anda dengan cara memberi
tanda silang (X).
98
Lampiran 3: Pernyataan Pengalaman Auidt (X1)
No. Pernyataan STS TS N S SS 1. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit
menjadikan auditor lakukan semakin lebih baik.
2. Saya telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang audit dengan berbagai macam klien sehingga audit yang saya lakukan menjadi lebih baik.
3. Walaupun sekarang jumlah klien saya banyak, audit yang saya lakukan belum tentu lebih baik dari sebelumnya.
4. Saya pernah mengaudit perusahaan yang go publik, sehingga saya dapat mengaudit perusahaan yang belum go publik lebih baik.
99
Lampiran 4: Pernyataan Independensi (X2)
No Pernyataan STS TS N S SS 1. Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan
klien yang sama paling lama 3 tahun.
2. Saya berupaya tetap bersifat independen dalam melakukan audit walaupun telah lama menjalin hubungan dengan klien.
3. Tidak semua kesalahan klien yang saya temukan saya laporkan karena lamanya hubungan dengan klien tersebut.
4. Agar tidak kehilangan klien, kadang-kadang saya harus bertindak tidak jujur.
5. Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima sanksi dari klien.
6. Tidak semua kesalahan klien saya laporkan krn saya mendapat peringatan klien.
7. Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti posisi saya dengan auditor lain.
8. Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik.
9. Fasilitas yang saya terima dari klien menjadikan saya sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit.
10. Saya tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa manfaatnya.
11. Saya bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim.
12. Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama.
13. Jasa non audit yang diberikan pada klien dapat merusak independensi penampilan akuntan publik tersebut.
14. Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam
100
laporan pemeriksaan akuntan publik.
Lampiran 5: Pernyataan Keahlian Profesional (X3) No. Pernyataan STS TS N S SS 1. Keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya
2. Profesi atau tugas dengan menetapkan standar baku di bidang profesinya.
3. Saya mematuhi etika yang telah ditetapkan. 4. Akuntan publik membentukan tempat
pelatihan.
5. Setiap akuntan publik membentukan asosiasi profesional.
6. Akuntan publik membentukan kode etik. 7. Profesi dicerminkan dari dedikasi dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan.
8. Mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial.
9. Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
10. Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan.
11. Miliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan.
101
Lampiran 6: Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y)
No. Pernyataan STS TS N S SS 1. Lingkungan pengendalian menerapkan corak
suatu organisasi.
2. Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan.
3. Kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa manajemen dilaksanakan.
4. Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab.
5. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
6. review atas kinerja atas aktivitas anggaran, prakiraan, dan kinerja periode sebelumnya.
7. pengendalian membantu menerapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.
102
Lampiran 7: Jawaban Pernyataan Pengalaman Audit (X1)
Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 1 3 3 3 2 11 2 4 3 4 4 15 3 2 2 3 3 10 4 4 2 4 5 15 5 4 2 4 4 14 6 4 3 3 4 14 7 4 3 4 4 15 8 4 4 3 3 14 9 3 3 3 4 13 10 4 4 4 3 15 11 3 5 5 5 18 12 4 4 4 5 17 13 3 3 5 5 16 14 4 4 4 3 15 15 3 4 2 2 11 16 4 4 5 5 18 17 3 3 4 3 13 18 4 4 5 4 17 19 3 3 2 3 11 20 4 4 4 4 16 21 3 3 3 4 13 22 4 4 4 4 16 23 4 4 3 4 15 24 4 4 4 4 16 25 4 4 2 4 14 26 3 2 4 5 14 27 4 4 4 4 16 28 4 4 4 4 16 29 3 3 2 2 10 30 5 3 3 4 15 31 4 4 3 3 14 32 4 2 2 3 11 33 4 3 3 3 13 34 4 4 4 5 17 35 4 4 5 3 16
103
Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 36 4 2 4 4 14 37 2 4 4 4 14 38 4 4 4 3 15 39 3 4 3 4 14 40 3 3 3 5 14 41 3 4 3 3 13 42 3 3 3 2 11 43 3 3 2 2 10 44 4 3 3 3 13 45 4 3 4 4 15 46 2 3 3 3 11 47 2 4 3 3 12 48 2 4 4 4 14 49 4 5 4 3 16 50 4 4 4 4 16 51 4 4 3 3 14 52 4 3 3 3 13 53 4 4 4 4 16 54 3 3 4 5 15 55 4 4 3 3 14 56 3 3 3 2 11 57 3 2 4 3 12 58 4 3 3 3 13 59 4 4 4 3 15 60 4 3 3 3 13 61 3 3 3 3 12 62 5 3 4 4 16 63 4 3 3 3 13 64 4 4 3 4 15 65 4 3 3 3 13 66 4 3 3 3 13 67 4 5 4 3 16 68 4 3 3 3 13 69 4 4 4 4 16 70 5 4 2 4 15
104
Responden PA1 PA2 PA3 PA4 TOTAL PA 71 3 3 4 4 14 72 2 3 3 3 11 73 3 4 3 3 13 74 2 4 4 4 14 75 2 5 4 3 14 76 4 4 4 4 16 77 2 4 3 3 12 78 3 3 3 3 12 79 3 4 4 4 15 80 3 3 4 5 15 81 2 4 3 3 12 82 3 3 3 2 11 83 3 2 4 3 12 84 2 3 3 3 11 85 3 4 4 3 14 86 2 3 3 3 11 87 3 3 3 3 12 88 4 3 4 4 15 89 3 3 3 3 12 90 3 4 3 4 14 91 2 3 3 3 11 92 3 3 3 3 12 93 3 5 4 3 15 94 3 3 3 3 12 95 3 4 4 4 15 96 2 4 2 4 12 97 2 3 3 3 11 98 3 3 3 3 12 99 3 5 4 3 15 100 3 3 3 3 12
105
Lampiran 8: Jawaban Pernyataan Independensi (X2) Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 TotalI
1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 5 2 4 4 42 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 55 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 5 4 4 3 40 4 4 2 4 5 4 4 4 2 4 5 3 4 3 4 52 5 4 2 4 4 4 3 5 2 4 4 4 3 3 5 51 6 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 49 7 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 48 8 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 2 2 44 9 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 3 3 49 10 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 51 11 3 5 5 5 2 3 2 5 5 5 4 3 3 3 53 12 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 4 4 3 3 54 13 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 4 4 57 14 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 5 4 3 51 15 3 4 2 2 2 3 3 4 2 2 3 4 4 4 42 16 4 4 5 5 2 2 3 4 5 5 4 4 3 3 53 17 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 42 18 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 5 2 3 3 49 19 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 5 4 3 4 41 20 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 3 48 21 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 48 22 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 2 4 52 23 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 3 3 48 24 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 51 25 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 51 26 3 2 4 5 4 4 5 2 4 5 4 5 3 3 53 27 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 58 28 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 5 5 53 29 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 4 3 4 4 42 30 5 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 5 49 31 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 4 3 4 4 45 32 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 2 40 33 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 5 48 34 4 4 4 5 1 1 1 4 4 5 5 3 3 4 48
106
35 4 4 5 3 2 2 2 4 5 3 4 4 4 3 49 Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 TotalI
36 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 47 37 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 38 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 5 3 5 5 52 39 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 54 40 3 3 3 5 3 1 1 3 3 5 3 3 3 5 44 41 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 5 4 4 4 48 42 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 3 3 4 2 37 43 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 4 5 41 44 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 45 45 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 53 46 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 38 47 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 47 48 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 47 49 4 5 4 3 2 2 2 5 4 3 5 4 4 4 51 50 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 51 51 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 5 4 4 4 47 52 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 43 53 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 50 54 3 3 4 5 2 3 3 3 4 5 4 3 4 4 50 55 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 44 56 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 41 57 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 5 2 2 4 43 58 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 40 59 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 48 60 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 1 1 4 40 61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 42 62 5 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 2 49 63 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 47 64 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 47 65 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 45 66 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 1 1 3 42 67 4 5 4 3 2 3 3 5 4 3 4 2 3 4 49 68 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 40 69 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 48 70 5 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 3 3 3 44
107
Responden I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 TotalI 71 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 41 72 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 2 3 47 73 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 4 39 74 4 2 4 5 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 46 75 4 2 4 4 4 3 5 2 4 3 3 4 3 3 48 76 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 50 77 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 2 5 4 3 49 78 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 50 79 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 2 4 3 3 48 80 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 48 81 3 5 5 5 2 3 2 5 5 4 3 4 4 4 54 82 4 4 4 5 3 4 3 4 4 3 3 3 4 5 53 83 3 3 5 5 5 3 3 3 5 3 2 4 3 3 50 84 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 47 85 3 4 2 2 2 3 3 4 2 5 3 2 4 3 42 86 4 4 5 5 2 2 3 4 5 4 2 3 3 3 49 87 3 3 4 3 2 2 3 3 4 5 3 4 4 3 46 88 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 2 3 3 3 47 89 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 3 3 38 90 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 52 91 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 47 92 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 4 3 4 52 93 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 45 94 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 3 3 3 50 95 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 3 5 4 3 50 96 3 2 4 5 4 4 5 2 4 4 3 3 3 3 49 97 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 56 98 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 2 4 49 99 3 3 2 2 4 3 3 3 2 4 2 3 3 4 41 100 5 3 3 4 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3 49
108
Lampiran 9: Jawaban Pernyataan Keahlian Profesional (X3)
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 TOTAL KP 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 30 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 41 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 27 4 4 2 4 5 4 4 4 2 4 5 4 42 5 4 2 4 4 4 3 5 2 4 4 5 41 6 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 40 7 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 40 8 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 4 37 9 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 40 10 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 38 11 3 5 5 5 2 3 2 5 5 5 4 44 12 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 4 44 13 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 45 14 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5 40 15 3 4 2 2 2 3 3 4 2 2 5 32 16 4 4 5 5 2 2 3 4 5 5 3 42 17 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 4 34 18 4 4 5 4 2 2 2 4 5 4 3 39 19 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 4 29 20 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 40 21 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 38 22 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 42 23 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 38 24 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 42 25 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 5 41 26 3 2 4 5 4 4 5 2 4 5 4 42 27 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 45 28 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 41 29 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 30 30 5 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 37 31 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 3 33 32 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 5 32 33 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 35 34 4 4 4 5 1 1 1 4 4 5 5 38 35 4 4 5 3 2 2 2 4 5 3 3 37
109
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 TOTAL KP 36 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 5 39 37 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 38 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 38 39 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 40 40 3 3 3 5 3 1 1 3 3 5 4 34 41 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 35 42 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 3 28 43 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 5 30 44 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 35 45 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 39 46 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 30 47 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 35 48 2 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 38 49 4 5 4 3 2 2 2 5 4 3 4 38 50 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 40 51 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 3 33 52 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 33 53 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 41 54 3 3 4 5 2 3 3 3 4 5 5 40 55 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 35 56 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 31 57 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 4 34 58 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 31 59 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 39 60 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 34 61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 35 62 5 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 41 63 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 36 64 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 5 40 65 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 32 66 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 5 38 67 4 5 4 3 2 3 3 5 4 3 5 41 68 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 36 69 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 42 70 5 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 35
110
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 TOTAL KP 71 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 37 72 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 32 73 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 39 74 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 35 75 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5 35 76 5 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 42 77 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 37 78 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 5 41 79 4 5 3 3 3 2 2 3 3 3 3 34 80 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 5 39 81 5 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 44 82 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 2 42 83 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 47 84 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 40 85 5 4 3 4 3 2 2 4 3 3 3 36 86 4 4 4 5 3 3 4 3 3 3 3 39 87 4 5 3 4 4 3 3 2 2 2 4 36 88 4 4 5 3 2 2 3 3 3 3 2 34 89 4 3 5 5 3 3 3 4 3 3 3 39 90 5 4 4 4 4 4 5 1 1 1 4 37 91 4 4 5 5 4 5 3 2 2 2 4 40 92 4 4 4 5 2 4 4 4 3 3 2 39 93 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45 94 4 5 4 4 4 4 3 3 2 3 4 40 95 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43 96 3 5 4 4 4 5 3 4 4 3 3 42 97 4 4 5 5 4 4 5 3 2 2 3 41 98 4 4 4 4 4 3 5 5 3 3 3 42 99 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 45 100 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3 47
111
Lampiran 10: Jawaban Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan (Y)
Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK
1 4 4 5 4 3 3 3 26 2 4 4 5 4 4 3 3 27 3 4 4 5 4 4 4 3 28 4 4 4 3 3 4 5 4 27 5 4 2 4 5 5 3 5 28 6 3 3 3 4 4 4 4 25 7 4 4 4 5 5 4 4 30 8 5 4 4 4 3 3 4 27 9 4 3 4 4 3 4 4 26 10 4 4 4 4 5 3 2 26 11 5 4 4 5 4 4 4 30 12 4 4 4 4 5 5 4 30 13 4 5 5 4 3 5 5 31 14 3 4 4 4 5 5 5 30 15 3 4 3 3 3 4 5 25 16 4 4 4 5 5 4 3 29 17 4 3 3 4 4 4 4 26 18 4 4 5 3 4 3 3 26 19 4 3 5 5 5 4 4 30 20 3 4 4 4 4 4 3 26 21 3 4 3 5 5 5 3 28 22 4 4 4 5 4 5 5 31 23 5 4 4 4 4 4 4 29 24 4 2 4 4 5 5 5 29 25 3 3 4 4 3 5 5 27 26 3 5 4 4 4 5 4 29 27 4 4 5 5 5 5 4 32 28 4 4 4 4 4 4 4 28 29 4 4 4 3 4 5 3 27 30 3 4 4 4 4 5 3 27 31 4 3 4 4 4 4 3 26 32 4 4 4 4 4 5 5 30 33 4 4 4 5 3 4 3 27 34 4 4 5 4 3 4 5 29
112
35 4 4 4 4 4 4 3 27 Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK
36 4 4 4 4 3 5 5 29 37 5 4 4 4 4 4 4 29 38 5 4 5 4 5 4 4 31 39 4 4 5 5 5 5 3 31 40 5 4 3 3 3 4 4 26 41 4 5 5 4 4 3 4 29 42 5 4 3 3 3 4 3 25 43 3 4 3 4 4 4 5 27 44 5 3 4 4 5 4 4 29 45 5 4 4 5 5 3 3 29 46 4 4 4 4 3 4 4 27 47 4 4 4 4 5 4 4 29 48 4 5 4 5 5 3 4 30 49 4 2 5 5 4 3 4 27 50 4 4 4 5 5 5 4 31 51 4 4 5 5 4 4 3 29 52 4 4 3 5 3 4 3 26 53 4 4 4 5 4 3 4 28 54 5 4 4 4 3 5 5 30 55 4 4 4 4 4 4 4 28 56 4 4 4 3 5 3 3 26 57 4 4 5 4 5 3 4 29 58 4 4 4 4 3 4 3 26 59 4 4 4 4 4 4 4 28 60 5 4 4 3 3 4 4 27 61 4 4 4 5 3 4 5 29 62 5 5 4 5 3 3 4 29 63 4 3 4 5 4 3 5 28 64 4 3 3 5 5 4 5 29 65 4 4 4 4 4 3 3 26 66 4 3 4 4 5 5 5 30 67 3 4 4 5 4 5 5 30 68 4 3 2 4 5 4 5 27 69 4 2 2 5 3 5 5 26 70 5 4 4 3 5 4 4 29
113
Responden PPK1 PPK2 PPK3 PPK4 PPK5 PPK6 PPK7 TOTAL PPK71 3 3 3 2 3 3 2 19 72 4 3 4 4 4 4 4 27 73 2 2 3 3 2 2 2 16 74 4 2 4 5 4 4 4 27 75 4 2 4 4 4 3 5 26 76 4 3 3 4 4 4 4 26 77 4 3 4 4 4 3 3 25 78 4 4 3 3 3 2 4 23 79 3 3 3 4 4 4 5 26 80 4 4 4 3 3 3 4 25 81 3 5 5 5 2 3 2 25 82 4 4 4 5 3 4 3 27 83 3 3 5 5 5 3 3 27 84 4 4 4 3 3 3 3 24 85 3 4 2 2 2 3 3 19 86 4 4 5 5 2 2 3 25 87 3 3 4 3 2 2 3 20 88 4 4 5 4 2 2 2 23 89 3 3 2 3 2 2 2 17 90 4 4 4 4 3 3 3 25 91 3 3 3 4 4 4 4 25 92 4 4 4 4 3 3 3 25 93 4 4 3 4 2 2 4 23 94 4 4 4 4 3 3 3 25 95 4 4 2 4 4 4 4 26 96 3 2 4 5 4 4 5 27 97 4 4 4 4 5 4 4 29 98 4 4 4 4 2 3 4 25 99 3 3 2 2 4 3 3 20 100 5 3 3 4 3 3 3 24
114
Lampiran 11: Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenis Kelamin
JenisKelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Pria 62 62.0 62.0 62.0Wanita 38 38.0 38.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
115
Lampiran 12: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pendidikan Terakhir PendidikanTerakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
D3 15 15.0 14.1 14.1S1 78 78.0 78.0 93.0S2 7 7.0 7.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
116
Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Pernyataan Posisi Terakhir
Posisi Terakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Auditor Junior 45 45.0 45.0 45.0Auditor Senior 45 45.0 45.0 90.0Supervisor 6 6.0 6.0 96.0Manajer 4 4.0 4.0 100.00
Valid
Total 100 100.0 100.0
117
Lampiran 14: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Kerja
PengalamanKerja
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
< 1 Tahun 31 31.0 31.0 31.01-3 Tahun 52 52.0 52.0 83.0> 3 Tahun 17 17.0 17.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
118
Lampiran 15: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pengalaman Audit (X1)
PA1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 15 15.0 15.0 15.0
Netral 37 37.0 37.0 52.0
Setuju 45 45.0 45.0 97.0
sangat setuju 3 3.0 3.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PA2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Netral 45 45.0 45.0 53.0
Setuju 41 41.0 41.0 94.0
sangat setuju 6 6.0 6.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PA3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Netral 46 46.0 46.0 54.0
Setuju 41 41.0 41.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PA4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
Netral 49 49.0 49.0 56.0
Setuju 34 34.0 34.0 90.0
sangat setuju 10 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
119
Lampiran 16: Validitas dan Reliabilitas Pengalaman Audit (X1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
PA1 10.35 2.533 .209 .055 .630PA2 10.26 2.720 .262 .065 .661PA3 10.28 2.123 .485 .307 .682PA4 10.24 2.144 .400 .281 .653
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.715 .718 4
120
121
Lampiran 17: Distribusi Frekuensi Pernyataan Independensi (X2)
I1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
Netral 29 29.0 29.0 35.0
Setuju 61 61.0 61.0 96.0
sangat setuju 4 4.0 4.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 11 11.0 11.0 11.0
Netral 40 40.0 40.0 51.0
Setuju 45 45.0 45.0 96.0
sangat setuju 4 4.0 4.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 11 11.0 11.0 11.0
Netral 37 37.0 37.0 48.0
Setuju 43 43.0 43.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 9 9.0 9.0 9.0
Netral 35 35.0 35.0 44.0
Setuju 41 41.0 41.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
122
I5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 32 32.0 32.0 33.0
Netral 37 37.0 37.0 70.0
Setuju 25 25.0 25.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 26 26.0 26.0 29.0
Netral 50 50.0 50.0 79.0
Setuju 21 21.0 21.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.0 2.0 2.0
tidak setuju 21 21.0 21.0 23.0
Netral 47 47.0 47.0 70.0
Setuju 24 24.0 24.0 94.0
sangat setuju 6 6.0 6.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 11 11.0 11.0 11.0
Netral 40 40.0 40.0 51.0
Setuju 45 45.0 45.0 96.0
sangat setuju 4 4.0 4.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
123
I9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Netral 11 11.0 11.0 11.0
Netral 37 37.0 37.0 48.0
Setuju 43 43.0 43.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
Netral 36 36.0 36.0 43.0
Setuju 43 43.0 43.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 12 12.0 12.0 12.0
Netral 26 26.0 26.0 38.0
Setuju 48 48.0 48.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 10 10.0 10.0 13.0
Netral 46 46.0 46.0 59.0
Setuju 36 36.0 36.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
124
I13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.0 2.0 2.0
tidak setuju 9 9.0 9.0 11.0
Netral 48 48.0 48.0 59.0
Setuju 39 39.0 39.0 98.0
sangat setuju 2 2.0 2.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
I14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 9 9.0 9.0 9.0
Netral 43 43.0 43.0 52.0
Setuju 39 39.0 39.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
125
Lampiran 18: Validitas dan Reliabilitas Independensi (X2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
I1 43.83 20.082 .166 . .620I2 44.04 19.413 .236 . .610I3 43.96 17.554 .485 . .667I4 43.84 16.964 .545 . .653I5 44.45 19.341 .169 . .624I6 44.57 19.035 .283 . .603I7 44.35 19.018 .225 . .613I8 44.04 19.413 .236 . .610I9 43.96 17.554 .485 . .667I10 43.82 18.472 .341 . .693I11 43.82 21.119 .247 . .659I12 44.16 18.944 .256 . .607I13 44.16 20.257 .183 . .631I14 43.98 19.899 .241 . .626
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.625 .626 14
126
Lampiran 19: Distribusi Frekuensi Pernyataan Keahlian Profesional (X3)
KP1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 5.0 5.0 5.0
Netral 22 22.0 22.0 27.0
Setuju 63 63.0 63.0 90.0
sangat setuju 10 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Netral 30 30.0 30.0 38.0
Setuju 53 53.0 53.0 91.0
sangat setuju 9 9.0 9.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
Netral 38 38.0 38.0 45.0
Setuju 45 45.0 45.0 90.0
sangat setuju 10 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
Netral 39 39.0 39.0 45.0
Setuju 40 40.0 40.0 85.0
sangat setuju 15 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
127
KP5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 28 28.0 28.0 29.0
Netral 38 38.0 38.0 67.0
Setuju 28 28.0 28.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
tidak setuju 24 24.0 24.0 27.0
Netral 48 48.0 48.0 75.0
Setuju 23 23.0 23.0 98.0
sangat setuju 2 2.0 2.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.0 2.0 2.0
tidak setuju 20 20.0 20.0 22.0
Netral 47 47.0 47.0 69.0
Setuju 23 23.0 23.0 92.0
sangat setuju 8 8.0 8.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 11 11.0 11.0 12.0
Netral 40 40.0 40.0 52.0
Setuju 42 42.0 42.0 94.0
sangat setuju 6 6.0 6.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
128
KP9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 11 11.0 11.0 12.0
Netral 43 43.0 43.0 55.0
Setuju 40 40.0 40.0 95.0
sangat setuju 5 5.0 5.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
tidak setuju 9 9.0 9.0 10.0
Netral 45 45.0 45.0 55.0
Setuju 34 34.0 34.0 89.0
sangat setuju 11 11.0 11.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
KP11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0
Netral 29 29.0 29.0 33.0
Setuju 43 43.0 43.0 76.0
sangat setuju 24 24.0 24.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
129
Lampiran 20: Validitas dan Reliabilitas Keahlian Profesional (X3)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
KP1 34.15 17.442 .183 .099 .679KP2 34.30 17.061 .212 .542 .676KP3 34.35 15.280 .517 .811 .626KP4 34.29 14.794 .565 .785 .615KP5 34.85 16.270 .263 .379 .670KP6 34.96 15.695 .400 .528 .645KP7 34.78 15.406 .388 .474 .647KP8 34.52 16.878 .219 .579 .676KP9 34.56 15.845 .401 .839 .646KP10 34.48 15.040 .491 .820 .628KP11 34.06 18.320 .203 .120 .712
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.679 .678 11
130
Lampiran 21: Distribusi Frekuensi Pernyataan Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)
PPK1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.0 1.0 1.0
Netral 20 20.0 20.0 21.0
Setuju 65 65.0 65.0 86.0
sangat setuju 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PPK2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 8 8.0 8.0 8.0
Netral 22 22.0 22.0 30.0
Setuju 64 64.0 64.0 94.0
sangat setuju 6 6.0 6.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PPK3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
Netral 18 18.0 18.0 24.0
Setuju 58 58.0 58.0 82.0
sangat setuju 18 18.0 18.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PPK4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 3 3.0 3.0 3.0
Netral 15 15.0 15.0 18.0
Setuju 53 53.0 53.0 71.0
sangat setuju 29 29.0 29.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
131
PPK5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 9 9.0 9.0 9.0
Netral 28 28.0 28.0 37.0
Setuju 38 38.0 38.0 75.0
sangat setuju 25 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PPK6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 7.0 7.0 7.0
Netral 30 30.0 30.0 37.0
Setuju 43 43.0 43.0 80.0
sangat setuju 20 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
PPK7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 6.0 6.0 6.0
Netral 32 32.0 32.0 38.0
Setuju 40 40.0 40.0 78.0
sangat setuju 22 22.0 22.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
132
Lampiran 22: Validitas dan Reliabilitas Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
PPK1 22.97 7.403 .246 .117 .655PPK2 23.21 7.844 .265 .203 .611PPK3 23.01 6.939 .265 .261 .649PPK4 22.81 6.519 .400 .243 .602PPK5 23.10 5.990 .389 .264 .699PPK6 23.13 6.074 .428 .379 .684PPK7 23.11 6.604 .285 .322 .643
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.676 .668 7
133
134
Lampiran 23: Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 keahlian profesional, pengalaman audit, independensia
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Model Summaryb
Change Statistics Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1 .565a .320 .298 2.457 .320 15.036 3 96 .000 1.464a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 272.289 3 90.763 15.036 .000a
Residual 579.501 96 6.036 1
Total 851.790 99 a. Predictors: (Constant), keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
Model B Std.
Error Beta t Sig. Lower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant) 15.657 2.641 5.927 .000 10.413 20.900 pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043 .010 .618 .272 .205 .173 .714 1.401
independensi .441 .077 .698 5.749 .000 .289 .594 .412 .506 .484 .481 2.078
1
keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 .533 .206 .043 .417 .378 .475 2.103a. Dependent Variable: pencegahan & pendeteksian
135
136