PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL...

20
PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi Oleh : LINGGA SULISTYOWATI 2010310331 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2014

Transcript of PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL...

Page 1: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI,

DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP

PENDETEKSIAN KECURANGAN

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Program Pendidikan Strata Satu

Jurusan Akuntansi

Oleh :

LINGGA SULISTYOWATI

2010310331

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2014

Page 2: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode
Page 3: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

1

INFLUENCE OF EXPERIENCE, COMPETENCE, PROFESSIONALISM

AND AUDITORS INDEPENDENCE TO THE DETECTION FRAUD

Lingga Sulistyowati

STIE Perbanas Surabaya

Email : [email protected]

Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

This research entitled "Influence of Experience, Competence, Professionalism and

Auditors Independence to the Detection Fraud " which aims to determine whether there is

influence between the independent variables, namely Experience, Competence, Independence

and professionalism with the dependent variable is Fraud Detection The population of this

research is the auditors who worked on KAP in Surabaya. The sample used in this study were

58 respondents that auditors contained in 12 public accounting firm in the city of Surabaya.

Data were obtained through a survey questionnaire completed by senior accountants to

partners working in the public accounting firm located in the city of Surabaya. Taking the

samples using the purposive sampling method, and analysis of research data using multiple

regression analysis using SPSS version 20: 00. From the research results are obtained that

the variable experience, competence, and professionalism to the detection of fraud. But

independence does not affect the detection of fraud

Keywords: Experience, Competence, Independence, Professionalism, Fraud Detection

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha yang semakin

pesat saat sekarang ini dapat memicu

persaingan yang semakin meningkat

diantara pelaku bisnis. Salah satu

kebijakan yang selalu ditempuh oleh pihak

perusahaan adalah dengan melakukan

pemeriksaan laporan keuangan perusahaan

yang diaudit oleh auditor eksternal yang

merupakan pihak ketiga yang dianggap

independen (Sri, 2010).

Menurut Lilis ( 2010 : 329 ), bahwa

para pemakai laporan keuangan akan

selalu melakukan pemeriksaan dan

mencari informasi tentang kehandalan

laporan keuangan perusahaan yang

dibuatnya. Cara yang ditempuh untuk

mendapatkan informasi yang handal

adalah dengan mengharuskan dilakukan

audit oleh auditor independen

agar informasi laporan keuangan yang

digunakan dalam pengambilan keputusan

lengkap, akurat, dan tidak bias.

Semakin meluasnya kebutuhan

akan jasa professional akuntan publik

sebagai pihak yang dianggap independen,

menuntut profesi akuntan publik untuk

meningkatkan kinerjanya agar dapat

menghasilkan produk audit yang dapat

dihandalkan bagi pihak yang

berkepentingan. . Untuk mempertahankan

kepercayaan dari klien dan dari para

pemakai laporan keuangan lainnya,

akuntan publik dituntut untuk memiliki

kompetensi yang memadai. Menurut

Statement of Financial Accounting

Concept No. 2, menyatakan bahwa

relevansi dan reliabilitas adalah dua

kualitas utama yang membuat informasi

akuntansi berguna untuk pembuat

keputusan, kualitas relevansi dan

reliabilitas dari laporan keuangan dilihat

dari susunannya telah sesuai kriteria yang

telah ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang berlaku di

Indonesia (Arleen & Yulius, 2009).

Page 4: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

2

Oleh karena itu, auditor dituntut

untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat

menghasilkan produk audit yang dapat

diandalkan bagi pihak yang membutuhkan.

Guna peningkatan kinerja, hendaknya

auditor memiliki sikap profesional yang

telah menjadi isu kritis dalam

melaksanakan audit atas laporan keuangan.

Gambaran tentang Profesionalisme dalam

profesi akuntan publik seperti yang

dikemukan oleh Hastuti dkk. (2003) dalam

Arleen & Yulius (2009), tercermin dalam

lima hal yaitu: pengabdian pada profesi,

kewajiban sosial, kemandirian,

kepercayaan terhadap peraturan profesi

dan hubungan dengan rekan profesi

Selain menjadi seorang profesional

yang memiliki sikap profesionalisme,

seorang auditor juga harus memiliki

pengalaman yang cukup agar dapat

membuat keputusan yang tepat dalam

laporan audit. Sesuai dengan standar

umum, bahwa auditor diisyaratkan

memiliki pengalaman kerja yang cukup

dalam profesi yang ditekuninya, serta

dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis

dan berpengalaman dalam industri-industri

yang mereka audit. Dari pernyataan

tersebut juga mengindentifikasikan bahwa

semakin lama masa kerja yang dimiliki

auditor maka auditor akan semakin baik

pula kualitas audit yang dihasilkan.(Ika

dkk, 2009).

Icuk berpendapat, bahwa semakin

banyak jumlah jam terbang seorang

auditor membentuk keahliannya baik

secara teknis maupun psikis., sehingga

dapat memberikan kualitas audit yang

lebih baik dibandingkan dengan auditor

yang baru memulai kariernya. Secara

teknis, semakin banyak tugas yang

dikerjakan, akan semakin mengasah

keahlian auditor dalam mendeteksi suatu

hal yang memerlukan treatment atau

perlakuan khusus yang banyak dijumpai

dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi

karakteristiknya. Hal ini dikarenakan

auditor telah benar-benar memahami

teknik penyelesaiannya, serta banyak

mengalami berbagai hambatan dalam

pekerjaan tersebut, sehingga dapat lebih

cermat dan berhati-hati menyelesaikannya.

Secara psikis, pengalaman akan

membentuk pribadi seseorang, yaitu akan

membuat seseorang lebih bijaksana baik

dalam berpikir maupun bertindak, karena

pengalaman seseorang akan mengukur

kemampuannnya bilamana dia dalam

kondisi baik dan bilamana dia dalam

kondisi buruk. Seseorang akan semakin

berhati-hati dalam bertindak ketika ia

merasakan fatalnya melakukan kesalahan

(Icuk dan Elisha, 2010).

Kompetensi juga menjadi syarat

utama bagi seorang yang ingin menjadi

auditor eksternal. Kompetensi harus

dimiliki oleh auditor agar dapat

mendeteksi dengan cepat dan tepat ada

tidaknya kecurangan serta trik-trik

rekayasa yang dilakukan dalam melakukan

kecurangan tersebut, karena keahlian yang

dimiliki auditor dapat menjadikannya lebih

sensitive (peka) terhadap tindak

kecurangan Lastanti (2005) dalam

penelitian (Marcellina dan Sugeng, 2009).

M. Nizarul dkk (2007),

mendifinisikan kompetensi sebagai aspek

pribadi dari seorang pekerja yang

memungkinkan untuk mencapai kinerja

yang superior. Kompetensi yang

dibutuhkan dalam melakukan audit adalah

pengetahuan dan pengalaman. Auditor

harus memiliki pengetahuan untuk

memahami entitas yang diaudit, kemudian

Auditor juga harus memiliki pngalaman

untuk dapat meningkatkan kinerjanya

dalam proses audit.

Kompetensi auditor diukur melalui

banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki

serta jumlah banyaknya keikutsertaan

auditor dalam pelatihan-pelatihan, seminar

atau symposium, sehingga diharapkan

auditor akan semakin cakap dalam

melaksanakan tugasnya. Program

pelatihan dan praktek-praktek audit yang

dilakukan para auditor juga akan

mengalami proses sosialisasi, agar dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan

situasi yang akan ditemui, bekerja sama

dalam tim serta kemampuan dalam

Page 5: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

3

menganalisa permasalahan. Semakin

tinggi kompetensi auditor akan semakin

baik kualitas hasil opini yang diberikan

(Yulius (2002) dan (M. Nizarul dkk

(2007)).

Persyaratan lain yang harus

dimiliki oleh seorang auditor adalah

Independensi. Yulius (2002),

mendefinisikan Independensi merupakan

salah satu komponen etika yang harus

dijaga oleh akuntan publik. Independen

berarti akuntan publik tidak mudah

dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak

kepentingan siapapun, berkewajiban untuk

jujur tidak hanya kepada manajemen dan

pemilik perusahaan, namun juga kepada

pihak berkepentingan lainnya yang

meletakkan kepercayaan atas pekerjaan

akuntan publik. Sikap mental independen

tersebut meliputi independen dalam fakta

(in fact) maupun dalam penampilan (in

appearance). Koroy (2008), menyatakan

bahwa tekanan kompetisi atas fie audit,

tekanan waktu, dan relasi hubungan

auditor -auditee merupakan komponen

independensi yang dapat mempengaruhi

kualitas pendeteksian kecurangan yang

dilakukan auditor. Jadi, auditor tidak

hanya berkewajiban mempertahankan

fakta bahwa ia independen, tetapi juga

harus menghindari keadaan yang dapat

menyebabkan pihak luar meragukan sikap

independensinya.

Krisis keuangan global yang kian

merebak diperkirakan telah mempengaruhi

pelaku bisnis dalam berbagai aspek.

Persaingan bisnis yang semakin lama

semakin tajam, dikhawatirkan akan

mempengaruhi para pengusaha untuk

berbuat menghalalkan segala cara,

termasuk melakukan praktik-praktik

kecurangan yang berakibat pada

pendistorsian laporan keuangan.

Terungkapnya berbagai kasus kecurangan

laporan keuangan ini dimulai dari

peristiwa runtuhnya salah satu perusahaan

raksasa di Amerika Serikat yaitu Enron

Corporation pada tahun 2001. Selanjutnya

disusul oleh perusahaan raksasa Amerika

Serikat lainnya seperti Tyco International,

Adelphia Communication, Global

Crossing, Xerox Corp., Walt Disney

Company, dan ImClone System

Incorporation. Kasus yang terjadi pada

negara adi kuasa ini menunjukkan kepada

seluruh dunia bahwa perusahaan yang

dikatakan besar ternyata dapat juga terjadi

kecurangan di dalamnya.

Hal yang paling menarik dari

adanya kecurangan laporan keuangan

adalah adanya keterlibatan akuntan publik,

bahkan sampai melibatkan kantor akuntan

publik peringkat teratas. Berbagai kasus

kecurangan laporan keuangan yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

besar, dipandang gagal untuk dicegah oleh

akuntan publik yang mengaudit

perusahaan tersebut, sehingga

menyebabkan masyarakat

mempertanyakan kembali apakah akuntan

publik benar-benar mampu untuk

memberikan jasa audit yang berkualitas.

Permasahan yang dicontohkan

diatas menimbulkan pertanyaan, mengapa

auditor eksternal gagal dalam mendeteksi

kecurangan dalam laporan keuangan?

Apabila auditor eksternal melakukan tugas

auditnya dalam mendeteksi kecurangan

laporan keuangan pada perusahaan secara

tepat, akurat dan sesuai dengan kriteria,

maka tidak akan menimbulkan kasus yang

merugikan bagi semua pihak yang

berkepentingan. Atas literatur yang

tersedia, dapat dipetakan empat faktor

yang terindentifikasi yang menjadikan

pendeteksian kecurangan menjadi sulit

dilakukan sehingga auditor gagal dalam

usaha mendeteksi antara lain, Karakteristik

terjadinya kecurangan, standar

pengauditan mengenai pendeteksian

kecurangan, lingkungan pekerjaan audit

yang mengurangi kualitas audit, dan

metode dan prosedur audit yang tidak

efektif dalam pendeteksian kecurangan

(Koroy, 2008).

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil subyek akuntan publik yang

bekerja di kantor akuntan publik yang

berada di Surabaya, penelitian terhadap

pendeteksian kecurangan ini perlu

Page 6: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

4

dilakukan selain karena profesi akuntan

publik yang aktifitasnya memberikan jasa

kepada kliennya berupa pemeriksaan dan

audit terhadap laporan keuangan yang

bermanfaat bagi masyarakat umum

khususnya para investor dan kreditur, juga

karena kinerja sangat dibutuhkan untuk

dapat menghasilkan suatu hasil yang lebih

baik dan berkualitas, selain itu juga

akuntan publik dituntut untuk dapat

menerapkan etikadan profesionalisme

dalam menjalankan aktivitasnya.

Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan, maka penelitian ini

mengangkat judul : “Pengaruh

Pengalaman, Kompetensi, Independensi

Dan Profesionalisme Auditor Terhadap

Pendeteksian Kecurangan”. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui lebih jauh

tentang pengaruh pengalaman,

kompetensi, independdensi, dan

profesionalisme terhadap pendeteksian

kecurangan secara parsial pada Kantor

Akuntan Publik di wilayah Surabaya.

LANDASAN TEORI

Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi merupakan sebuah teori yang

memberikan penjelasan mengenai

hubungan agensi—yaitu prinsipal

(principal) dan agen (agent)-. Hubungan

agensi dikenal sebagai suatu kontrak di

mana suatu pihak yang berkedudukan

sebagai prinsipal mengikat pihak lain yang

berkedudukan sebagai agen untuk

melaksanakan suatu pekerjaan bagi

kepentingan prinsipal, yang disertai

dengan pendelegasian wewenang

pengambilan keputusan oleh prinsipal

kepada agen (Jensen, M. C, dan Meckling,

W. H., 1976).

Upaya pemegang saham dalam

mempercayakan pengelolaan perusahaan

kepada manajer. Akan menyebabkan

adanya keterbatasan akses yang dimilki

oleh pemegang saham atas pengelolaan

perusahaan akan menjadi terbatas dan

tidak sebesar akses yang dimiliki oleh

manajer. Keterbatasan akses informasi ini

mengakibatkan pemegang saham memiliki

kesulitan untuk mengamati perilaku

manajemen dalam mengelola perusahaan

sesuai dengan kontrak yang telah

disepakati. Konflik kepentingan antara

prinsipal dan agen akan berusaha untuk

diminimalkan dengan cara melakukan

mekanisme pengawasan yang dapat

membatasi kesempatan agen untuk

melakukan perilaku oportunistik. Audit

adalah salah satu bentuk pengawasan yang

dilakukan dalam meminimalkan konflik

agensi yang dilakukan manajemen sebagai

upaya melakukan tindakan yang

menguntungkan diri sendiri maupun

golongan (Jensen, M. C, dan Meckling, W.

H., 1976). Audit yang dilakukan oleh

pihak independen memungkinkan untuk

verfikasi angka-angka laporan keuangan

yang dibuat oleh pihak manajemen, agar

terhindar dari informasi keuangan yang

menyesatkan.

Laporan keuangan merupakan

salah satu alat yang digunakan oleh

manajemen/perusahaan untuk menarik

calon investor, sehingga tidak

mengherankan jika angka yang tercantum

di laporan keuangan dibuat sedemikian

rupa untuk menampilkan angka yang

diinginkan oleh manajemen/perusahaan

melalui berbagai tindakan manipulasi atau

bahkan kecurangan. Angka-angka tersebut

seharusnya menjadi informasi yang

menunjukkan kondisi perusahaan yang

sebenarnya. Audit dianggap sebagai alat

monitoring dan alat meyakinkan diri

bahwa laporan keuangan harus tergantung

pada pemeriksaan dari aspek pengawasan

internal (Sofyan, 2012 : 532).

Seandainya laporan hasil

pemeriksaan perusahaan oleh auditor

adalah wajar, hal ini berarti penyajian

laporan keuangan telah sesuai dengan

prinsip akuntansi. Sofyan (2012 : 532),

mengatakan dalam hal ini, audit

memberikan keyakinan kepada pihak

eksternal perusahaan, pemilik, kreditur

tentang pengelolaan perusahaan oleh

manajemen sebagai agen.

Page 7: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

5

Auditor Eksternal

Laporan keuangan merupakan salah satu

alat yang digunakan oleh pihak-pihak yang

terkait untuk mengambil keputusan.

Adanya pernyataan dari seseorang profesi

akuntan yang memeriksa keuangan

tersebut untuk dapat digunakan oleh pihak-

pihak terkait guna pengambilan keputusan.

Wilopo (2013 : 63), berpendapat bahwa

pada dasarnya profesi akuntan terbagi dua

kelompok besar. Profesi pertama adalah

profesi akuntan yang aktivitas uatamanya

mempersiapkan dan menyajikan laporan

keuangan. Profesi ini lazim disebut dengan

akuntan manajemen. Profesi kedua adalah

profesi akuntan yang aktivitas utamanya

memeriksa laporan keuangan dan

selanjutnya memberikan pendapat atau

opini atas laporan keuangan yang disusun

oleh akuntan manajemen tersebut. Profesi

ini lazim disebut dengan auditor

independen atau auditor eksternal. Profesi

auditor independen memperoleh

honorarium dari kliennya dalam

menjalankan keahliannya, namun auditor

independen harus independen, tidak

memihak kepada kliennya.

Pengalaman

Seorang auditor dituntut untuk memiliki

banyak pengalaman di bidang auditing dan

akuntansi. Dengan banyaknya pengalaman

yang dimiliki, auditor akan dapat

memenuhi tuntutan pekerjaannya karena

memiliki pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan yang dituntut dari pekerjaan

tersebut. Pengalaman yang dimiliki auditor

akan memberikan kontribusi yang tinggi

bagi pengembangan tugas auditnya.

Pengalaman menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

sesuatu yang pernah dialami. Sedangkan

audit menurut Sukrisno (2012), diartikan

sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis, oleh pihak

yang independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh

manajemen, beserta catatan – catatan

pembukuan dan bukti–bukti

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat

memberikan pendepat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Icuk dan Elisha (2010),

mengatakan bahwa auditor yang

berpengalaman diasumsikan dapat

memberikan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan dengan auditor yang belum

berpengalaman. Hal ini dikarenakan

pengalaman akan membentuk keahlian

seseorang baik secara teknis maupun

secara psikis.

Ika dkk, (2009), menyimpulkan

bahwa semakin banyak pengalaman kerja

seorang auditor maka semakin meningkat

kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Auditor yang melakukan pekerjaan sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya

akan memberikan hasil yang lebih baik

daripada auditor yang tidak memiliki

pengetahuan yang cukup dalam

menjalankan tugasnya. Kenyataan

menunjukkan bahwa semakin lama

seseorang bekerja maka, semakin banyak

pengalaman yang diperoleh pekerja

tersebut. Sebaliknya, semakin singkat

masa kerja berarti semakin sedikit

pengalaman yang diperolehnya. Kebiasaan

untuk melakukan tugas dan pekerjaan

sejenis merupakan sarana positif untuk

meningkatkan keahlian tenaga kerja.

Bahkan agar akuntan yang baru

selesai menempuh pendidikan formalnya

dapat segera menjalani pelatihan teknis

dalam profesinya, pemerintah

mensyaratkan pengalaman kerja paling

sedikit 1000 jam dalam 5 (lima) tahun

terakhir dengan reputasi baik di bidang

audit bagi akuntan yang ingin memperoleh

izin praktik dalam profesi akuntan publik

(Peraraturan Menteri Keuangan Nomor 17

/ PMK . 01 / 2008 tentang Jasa Akuntan

Publik Bab 2 Pasal 5 a).

Dari beberapa pengertian di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa seorang

akuntan pemeriksa yang lebih

berpengalaman akan lebih sadar terhadap

banyaknya kekeliruan yang terjadi dan

mampu mengidentifikasi secara lebih baik

mengenai kesalahan-kesalahan serta

memperlihatkan perhatian selektif yang

Page 8: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

6

lebih tinggi terhadap informasi yang

relevan.

Kompetensi

Arens dkk, (2011 : 42), mendefinisikan

kompetensi sebagai keharusan bagi auditor

untuk memiliki pendidikan formal di

bidang auditing dan akuntansi,

pengalaman praktik yang memadai bagi

pekerjaan yang sedang dilakukan, serta

mengikut pendidikan profesional yang

berkelanjutan. Standar umum pertama (SA

seksi 210 dalam (Standar Profesional

Akuntan Publik, 2011), menyebutkan

bahwa Audit harus dilaksanakan oleh

seorang atau yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai

auditor.”

Yulius (2002), menyatakan bahwa

kompetensi berkaitan dengan pendidikan

dan pengalaman memadai yang dimiliki

seorang auditor dalam bidang auditing dan

akuntansi. Dalam melaksanakan audit,

auditor harus bertindak sebagai seorang

yang ahli di bidang akuntansi dan auditing.

Pencapaian keahlian dimulai dengan

pendidikan formal, yang selanjutnya

diperluas melalui pengalaman dalam

praktik audit.

Sikap kompetensi diperlukan agar

auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan

tepat ada tidaknya kecurangan serta trik-

trik rekayasa yang dilakukan dalam

melakukan kecurangan tersebut, karena

keahlian yang dimiliki auditor dapat

menjadikannya lebih sensitive (peka)

terhadap tindak kecurangan Lastanti

(2005) dalam penelitian (Marcellina dan

Sugeng, 2009).

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Mayangsari (2003),

menunjukkan bahwa variabel kompetensi

untuk auditor di Indonesia terdiri atas: (1)

Pengetahuan, yang merupakan komponen

penting dalam suatu kompetensi.

Pengetahuan ini meliputi pengetahuan

terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur

dan pengalaman, (2) Ciri-ciri psikologi,

seperti kemampuan berkomunikasi,

kreativitas, kemampuan bekerja sama

dengan orang lain. Kompetensi yang

dibutuhkan dalam melakukan audit adalah

pengetahuan dan pengalaman. Auditor

harus memiliki pengetahuan untuk

memahami entitas yang diaudit, kemudian

auditor juga harus memiliki pengalaman

untuk dapat meningkatkan kinerjanya

dalam proses audit

Zu'amah, (2009), menyimpulkan

kompetensi auditor adalah keahlian

profesional yang dimiliki oleh auditor

sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian

profesional maupun keikutsertaan dalam

pelatihan, seminar, simposium dan lain-

lain seperti : (1) Ujian CPA (Certified

Public Accountant) untuk luar negeri dan

ujian SAP (Sertifikat Akuntan Publik)

untuk di Indonesia, (2) PPB (Pendidikan

Profesi Berkelanjutan), (3) Pelatihan-

pelatihan interndan ekstern, (4)

Keikutsertaan dalam seminar, simposium

dan lain-lain.

Independensi

Dalam melakukan pemeriksaan laporan

keuangan, auditor memperoleh

kepercayaan dari klien dan para pemakai

laporan keuangan lainnya untuk

membukikan kewajaran laporan keuangan.

Oleh karena itu, seorang auditor harus

memiliki sikap independen terhdap

kepentingan klien, para pemakai laporan

keuangan, dan kepentingan akuntan public

itu sendiri.

Peratuan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK 01/2008 tentang Jasa Akuntan.

Peraturan ini menyatakan bahwa

pemberian jasa audit oleh suatu kantor

akuntan publik kepada klien hanya boleh

dilaksanakan paling lama enam tahun

buku berturut-turut, sedangkan bagi

seorang partner audit di suatu kantor

akuntan publik, pemberian jasa audit

kepada klien hanya boleh dilaksanakan

paling lama tiga tahun buku berturut-turut.

Independen berarti akuntan publik

tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan

memihak kepentingan siapapun,

berkewajiban untuk jujur tidak hanya

kepada manajemen dan pemilik

Page 9: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

7

perusahaan, namun juga kepada pihak

berkepentingan lainnya yang meletakkan

kepercayaan atas pekerjaan akuntan

publik. Terdapat empat hal yang

menggangu independensi akuntan publik,

yaitu: (1) akuntan publik memiliki mutual

atau conflicting interest dengan klien, (2)

mengaudit pekerjaan akuntan publik

sendiri, (3) berfungsi sebagai manajemen

atau karyawan dari klien dan (4) bertindak

sebagai penasihat (advocate) dari klien.

(Yulius, 2002).

Arens dkk, (2011 : 74)

independensi dalam audit berarti

mengambil sudut pandang yang tidak bias

dalam melakukan pengujian audit, evaluasi

atas pengujian, dan penerbitas laporan

audit.independensi merupakan salah satu

karakteristik terpenting bagi auditor dan

merupakan dasar dari prinsip integritas dan

objektivitas.

Independensi dapat disimpulkan

sebagai sikap mental yang bebas dari

pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak

lain, tidak tergantung pada orang lain. Dan

adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya

pertimbangan yang obyektif dalam

merumuskan dan menyatakan

pendapatnya. Independensi akuntan publik

merupakan dasar utama kepercayaan

masyarakat terhadap profesi akuntan

publik dan merupakan salah satu faktor

yang sangat penting untuk menilai mutu

jasa audit.

Menurut Halim (2001) dalam

penelitian Zu'amah, (2009), ada tiga aspek

independensi seorang auditor, yaitu

sebagai berikut: (1) Independence in fact

(independensi senyatanya) yaitu auditor

harus mempunyai kejujuran yang tinggi

dalam mempertimbangkan berbagai fakta

yang ditemuinya dalam auditnya. (2)

Independence in appearance

(independensi dalam penampilan) yang

merupakan pandangan pihak lain terhadap

diri auditor sehubungan dengan

pelaksanaan audit. (3) Independence in

competence (independensi dari sudut

keahliannya) yang berhubungan erat

dengan kompetensi atau kemampuan

auditor dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugasnya

.

Profesionalisme

Dalam pengertian umum, seseorang

dikatakan profesional jika memenuhi tiga

kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan

bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau

profesi dengan menetapkan standar baku

di bidang profesi yang bersangkutan, dan

menjalankan tugas profesinya dengan

mematuhi etika profesi yang telah

ditetapkan (Arleen & Yulius, 2009).

Arens dkk, (2011 : 68),

mendefinisikan profesionalisme sebagai

tanggung jawab untuk bertindak lebih dari

sekedar memenuhi tanggung jawab diri

sendiri maupun ketentuan hukum dan

peraturan masyarakat.

Seorang auditor bisa dikatakan

profesional apabila telah memenuhi dan

mematuhi standar-standar kode etik yang

telah ditetapkan oleh IAI, antara lain: a).

prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI

yaitu standar ideal dari perilaku etis yang

telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam

terminologi filosofi, b). peraturan perilaku

seperti standar minimum perilaku etis yang

ditetapkan sebagai peraturan khusus yang

merupakan suatu keharusan, c).

inteprestasi peraturan perilaku tidak

merupakan keharusan, tetapi para praktisi

harus memahaminya, dan d). ketetapan

etika seperti seorang akuntan publik wajib

untuk harus tetap memegang teguh prinsip

kebebasan dalam menjalankan proses

auditnya, walaupun auditor dibayar oleh

kliennya (Hendro dan Aida, 2006).

Konsep profesionalisme yang

dikembangkan oleh Hall (1968) dalam

penelitian Sri (2010), banyak digunakan

oleh para peneliti untuk mengukur

profesionalisme dari profesi auditor yang

tercermin dari sikap dan perilaku. Konsep

profesionalisme tersebut dicirikan oleh

adanya lima faktor, yaitu: (1) Pengabdian

pada profesi dicerminkan dari dedikasi

profesionalisme dengan menggunakan

Page 10: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

8

pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.

Keteguhan untuk tetap melaksanakan

pekerjaan meskipun imbalam ekstrinsik

kurang. (2) Kewajiban sosial adalah

pandangan tentang pentingnya peranan

profesi dan manfaat yang diperoleh baik

masyarakat maupun profesional karena

adanya pekerjaan tersebut. (3)

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu

pandangan seseorang yang profesional

harus mampu membuat keputusan sendiri

tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah,

klien, dan bukan anggota profesi). Setiap

ada campur tangan dari luar dianggap

sebagai hambatan kemandirian secara

profesional. (4) Keyakinan terhadap

peraturan profesi adalah suatu keyakinan

bahwa yang paling berwenang menilai

pekerjaan profesional adalah rekan sesama

profesi, bukan orang luar yang tidak

mempunyai kompetensi dalm bidang ilmu

dan pekerjaan mereka. (5) Hubungan

dengan sesama profesi adalah

menggunakan ikatan profesi sebagai

acuan, termasuk didalamnya organisasi

formal dan kelompok kolega informal

sebagai ide utama dalam pekerjaan.

Melalui ikatan profesi ini para profesional

membangun kesadaran profesional.

Pendeteksian Kecurangan

Pada dasarnya terdapat dua tipe

kecurangan, yaitu eksternal dan internal.

Kecurangan eksternal adalah kecurangan

yang dilakukan oleh pihak luar terhadap

suatu perusahaan/entitas, seperti

kecurangan yang dilakukan pelanggan

terhadap usaha; wajib pajak terhadap

pemerintah. Kecurangan internal adalah

tindakan tidak legal dari karyawan,

manajer dan eksekutif terhadap perusahaan

tempat ia bekerja (Amrizal, 2004).

Koroy (2008 :), menyatakan bahwa

pendeteksian kecurangan bukan

merupakan tugas yang mudah

dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur

yang tersedia, dapat dipetakan empat

faktor yang teridentifikasi yang

menjadikan pendeteksian kecurangan

menjadi sulit dilakukan sehingga auditor

gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-

faktor penyebab tersebut adalah: (1)

Karakteristik terjadinya kecurangan, (2)

Memahami Standar pengauditan mengenai

pendeteksian kecurangan, (3) Lingkungan

pekerjaan audit yang mengurangi kualitas

audit, dan (4) Metode dan prosedur audit

yang tidak efektif dalam pendeteksian

kecurangan.

Berikut adalah gambaran secara

garis besar pendeteksian kecurangan

berdasar penggolongan kecurangan oleh

ACFE dalam Amrizal (2004), yaitu : (1)

Kecurangan Laporan Keuangan

didefinisikan sebagai kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen dalam bentuk

salah saji material Laporan Keuangan yang

merugikan investor dan kreditor.

Kecurangan ini dapat bersifat financial

atau kecurangan non financial. (2) Asset

Misappropriation (Penyalahgunaan Aset) Kecurangan jenis ini lebih sering

dilakukan oleh karyawan disbanding

manajemen. (3) Corruption (korupsi) yaitu

skema kejahatan kerah putih, dimana

seorang karyawan secara tidak benar

menggunakan pengaruhnya di dalam

transaksi bisnis dengan cara yang

melanggar tugasnya kepada atasannya

yang secara langsung atau tidak langsung

memperoleh manfaat.

Sebagian besar kecurangan ini dapat

dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja

yang jujur, laporan dari rekan, atau

pemasok yang tidak puas dan

menyampaikan complain ke perusahaan.

Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini

kemudian dilakukan analisis terhadap

tersangka atau transaksinya. Pendeteksian

atas kecurangan ini dapat dilihat dari

karakteristik si penerima maupun si

pemberi.

Metode pendeteksian kejahatan

kerah putih yang proaktif dapat

diungkapkan pada gambar di bawah ini :

(Wilopo, 2013 : 31-33)

Page 11: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

9

Gambar 1

KERAH PUTIH (kecurangan)

Hubungan Pengalaman terhadap

Pendeteksian Kecurangan

Auditor yang mempunyai pengalaman

yang berbeda, akan berbeda pula dalam

memandang dan menanggapi informasi

yang diperoleh selama melakukan

pemeriksaan dan juga dalam memberi

kesimpulan audit terhadap obyek yang

diperiksa berupa pemberian pendapat.

Semakin tinggi tingkat pengalaman

seorang auditor, semakin baik pula

pandangan dan tanggapan tentang

informasi yang terdapat dalam laporan

keuangan, karena auditor telah banyak

melakukan tugasnya atau telah banyak

memeriksa laporan keuangan dari berbagai

jenis industri. Oleh karena itu, dengan

bertambahnya pengalaman auditing,

jumlah kecurangan yang diketahui oleh

auditor diharapkan akan bertambah (Reza,

2013).

Pengalaman didapat dari

pendidikan dan frekuensinya melakukan

pekerjaan yang berulang dan rutin. Hal ini

dikarenakan auditor semakin terasah

dalam mendeteksi suatu hal melalui

pemahaman teknik penyelesainnya dan

telah mengalami kesulitan atau kesalahan

dalam tugasnya, sehingga auditor lebih

cermat dan cepat menyelesaikannya.

Selain itu, pengalaman secara psikis akan

membentuk pribadi seseorang lebih

bijaksana dan berhati-hati baik dalam

berperilaku maupun berpikir. Banyaknya

pengalaman akan memberikan tingkat

kecermatan dan ketepatan dalam

memeriksa laporan keuangan yang tinggi

dan memberikan dampak yang positif

terhadap kualitas audit.

Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 1 : Pengalaman berpengaruh

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Hubungan Kompetensi terhadap

Pendeteksian Kecurangan

Kompetensi yang dibutuhkan dalam

melakukan audit yaitu pengetahuan dan

kemampuan. Auditor harus memiliki

pengetahuan untuk memahami entitas

yang diaudit, kemudian auditor harus

memiliki kemampuan untuk bekerja sama

dalam tim serta kemampuan dalam

menganalisa permasalahan (Ika dkk,

2009). Seorang auditor harus memiliki

tingkat kemahiran umum yang dimiliki

oleh auditor pada umumnya dan harus

menggunakan keterlampilan tersebut

dengan kecermatan dan seksama yang

wajar.

Tahap Analisis

Tahap 1

Pemahaman

Bsnisnya

Tahap 2

Identifikasi

kemungkinan

kecurangan

Tahap 3

Katalogisasi

gejala –gejala

kecurangan

Tahap Teknologi

Tahap 4

Menggunakan teknologi untuk

mendapatkan data tentang gejala-

gejala

Tahap 5

Menggunakan Hasil

Tahap Investigasi

Tahap 6

Melakukan Investigasi Gejala - gejala

Page 12: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

10

Auditor yang mempunyai

kompetensi dari segi pengetahuan,

pengalaman, pendidikan dan pelatihan

yang memadai dapat melakukan audit

secara objektif dan cermat. .Program

pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih

besar dalam peningkatan keahlian auditor

untuk melakukan auditr. Dari segi

pengalaman akan mempengaruhi

kemampuan auditor untuk mengetahui

kecurangan yang ada di perusahaan yang

menjadi kliennya. Keahlian audit dan

kemampuan untuk mengetahui kecurangan

merupakan bagian dari kompetensi auditor

(Yulius, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 2 : Kompetensi berpengaruh

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Hubungan Independensi Auditor

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Sikap independensi juga diperlukan oleh

auditor agar ia bebas dari kepentingan dan

tekanan pihak manapun, sehingga

kecurangan yang ada pada perusahaan

yang diauditnya dapat dideteksi dengan

tepat, dan setelah kecurangan tersebut

telah terdeteksi, auditor tidak ikut

mengamankan praktik kecurangan tersebut

Lastanti (2005), dalam penelitian

(Marcellina dan Sugeng, 2009).

Yulius (2002), seorang akuntan

publik yang independen adalah akuntan

publik yang tidak mudah dipengaruhi,

tidak memihak siapapun, dan

berkewajiban untuk jujur tidak hanya

kepada manajemen dan pemilik

perusahaan, tetapi juga pihak lain pemakai

laporan keuangan yang mempercayai hasil

pekerjaanya.

Dapat disimpulkan bahwa seorang

auditor yang bersikap independen, maka ia

akan memberi penilaian yang senyatanya

terhadap laopran keuangan yang diperiksa,

tanpa memiliki beban apapun terhadap

semua pihak. Dengan demikian maka

jaminan atas keandalan laporan yang

diberikan oleh auditor tersebut dapat

dipercaya oleh semua pihak yang

berkepentingan. Jadi, semakin tinggi

independensi seorang auditor maka

kualitas audit yang diberikannya semakin

baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 3 : Independensi berpengaruh

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Hubungan Profesionalisme Auditor

Terhadap Pendeteksian Kecurangan

Salah satu ukuran kinerja auditor yang

baik adalah apabila auditor dapat

memperoleh keyakinan memadai

mengenai laporan keuangan yang

diauditnya, apakah bebas dari salah saji

yang disebabkan oleh kekeliruan maupun

kecurangan. Hal ini dapat diperoleh

dengan menggunakan profesionalisme

auditor, yaitu dengan menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat

dan seksama. Pada penelitian ini,

diharapkan auditor dapat menggunakan

sikap profesionalismenya dalam

mendeteksi kecurangan sehingga kinerja

yang dilakukan auditor menjadi lebih

baik(Marcellina dan Sugeng, 2009).

Untuk menjalankan tugas secara

profesional, seorang auditor harus

membuat perencanaan sebelum melakukan

proses pengauditan laporan keuangan,

termasuk penentuan tingkat materialitas.

Seorang auditor yang profesional, akan

mempertimbangkan material atau tidaknya

informasi dengan tepat, karena hal ini

berhubungan dengan kesimpulan yang

akan diberikan. Sebagai profesional,

auditor mengakui tanggung jawabnya

terhadap masyarakat, terhadap klien, dan

terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk

berperilaku yang terhormat, sekalipun ini

merupakan pengorbanan pribadi (Reza,

2013).

Berdasarkan uraian tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 4 :Profesionalisme berpengaruh

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Page 13: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

11

Kerangka Pemikiran

Gambar 2

Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Klasifikasi Sampel

Populasi untuk penelitian ini adalah

Kantor Akuntan Publik di kota Surabaya

yang terdaftar dalam Institut Akuntan

Publik Indonesi (IAPI) sebanyak 45

Kantor Akuntan Publik. Pemilihan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan

purposive sampling dengan tujuan untuk

mendapatkan sampel yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Dengan kriteria

pengambilan sampelnya yaitu : (1) Auditor

yang memiliki pengalaman kerja 3 tahun

atau lebih, (2) Masih aktif bekerja pada

Kantor Akuntan Publik (KAP).

Data Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah

Surabaya yang terdaftar di Ikatan Akuntan

Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2014.

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer. Data

primer diperoleh dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang telah terstruktur

dengan tujuan untuk mengumpulkan

informasi dari auditor yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya

sebagai responden dalam penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan melalui

metode survey dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang disebarkan

secara langsung kepada auditor yang

terdaftar di KAP yang tersebar di

Surabaya. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap,

yaitu : (1) Pada tahap ini peneliti

melakukan pencarian informasi tentang

KAP yang ada di Surabaya melalui

website IAPI (Ikatan Akuntan Publik

Indonesia) di www.iapi.or id. (2) Pada

tahap ini peneliti mengumpulkan dan

mempelajari literatur yang berkaitan serta

menghubungi pihak KAP untuk

mengetahui masa aktif dan kesediaan

mengisi kuesioner. (3) Pada tahap ini

penelitian dilakukan dengan datang secara

langsung ke KAP di Surabaya dan

melakukan penyebaran kuesioner pada

para auditor untuk memperoleh data

penelitian yang diperlukan dalam

penelitian ini.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi variabel dependen

yaitu pendeteksian kecurangan dan

variabel independen terdiri dari

pengalaman, kompetensi, independensi

dan profesionalisme.

Pengalaman

(X1)

Kompetensi

(X2)

Independensi

(X3)

Pendeteksian

Kecurangan

(Y)

Profesionalime

(X4)

Page 14: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

12

Definisi Operasional Variabel

Pendeteksian Kecurangan

Marcellina dan Sugeng (2009) menyatakan

mendeteksi kecurangan berarti proses

menemukan atau menentukan suatu

tindakan ilegal yang dapat mengakibatkan

salah saji dalam pelaporan keuangan yang

dilakukan secara sengaja.Variabel

pendeteksian kecurangan akan diukur

dengan menggunakan replikasi

Muhammad Yusuf Aulia (2013).

Instrument terdiri dari 1 item memahami

SPI, 2 item karakteristik kecurangan, 2

item metode audit, 3 item bentuk

kecurangan, dan 1 item uji dokumen dan

personal.

Pengalaman

Pengalaman audit adalah pengalaman

auditor dalam melakukan audit laporan

keuangan baik dari segi lamanya waktu

maupun banyaknya penugasan yang

pernah ditangani (Suraida, 2005)..

Semakin banyak jumlah jam terbang

seorang auditor, tentunya dapat

memberikan kualitas audit yang lebih baik

daripada seorang auditor yang baru

memulai kariernya (Icuk dan Elisha,

2010). Variabel pengalaman auditor diukur

dengan menggunakan instrument yang

dikembangkan oleh Ika Sukriah (2009),

replikasi Muhammad Yusuf Aulia

(2013),. Instrument terdiri 1 item lamanya

bekerja sebagai auditor, 1 item membuat

keputusan, 3 item kemampuan kerja, dan 1

item lama kerja

Kompetensi

Christiawan (2002), menyatakan bahwa

kompetensi berkaitan dengan pendidikan

dan pengalaman memadai yang dimiliki

akuntan publik dalam bidang auditing dan

akuntansi. Variabel kompetensi auditor

diukur dengan menggunakan instrument

yang dikembangkan oleh Ika Sukriah

(2008) dan replikasi Septiana

Setyaningrum (2010). Instrument ini

terdiri dari 5 item pengetahuan umum, dan

1 item pengalaman.

Independensi

Dalam Standar Auditing (SA) seksi 220

(PSA No. 04) menjelaskan bahwa auditor

harus bersikap independen, artinya tidak

mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum.Variabel independensi

auditor diukur dengan menggunakan

instrument dari replikasi Septiana

Setyaningrum (2010), dan replikasi

Muhammad Yusuf Aulia (2013)

Instrument terdiri dari 3 item independensi

pelaksanaan pekerjaan. 2 item lama

hubungan dengan klien, dan 1 item jasa

lainnya.

Profesionalisme

Dalam pengertian umum, seseorang

dikatakan profesional jika memenuhi tiga

kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan

bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau

profesi dengan menetapkan standar baku

di bidang profesi yang bersangkutan dan

menjalankan tugas profesinya dengan

mematuhi etika profesi yang telah

ditetapkan (Herawaty, A., & Susanto, Y.

K, 2009). Variabel profesionalisme auditor

diukur dengan menggunakan instrument

yang dikembangkan oleh Sri Trisnaningsi

(2008) dan replikasi Muhammad Yusuf

Aulia (2013), Instrumen ini terdiri dari 1

item pengabdian pada profesi, 2 item

pikiran kritis, 2 item cermat dalam

pemeriksaan laporan keuangan klien, 1

item asumsi tepat.

Page 15: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

13

Hasil Analisis dan Pembahasan

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Item Cronbach Alpha Pearson Correlation*

Pengalaman 6 0.729 0.522-0.745

Kompetensi 6 0.813 0.605-0.772

Independensi 6 0.730 0.289-0.844

Profesionalisme 6 0.897 0.608-0.897

Pendeteksian Kecurangan 9 0.887 0.544-0.847

*signifikan <0.05

Sumber:Data Diolah

Tabel di atas menunjukan nilai P value

(sig) dari masing-masing variabel baik

variabel X dan Y , yaitu Pengalaman,

Kompetensi,Independensi, rofesionalisme

dan Pendeteksian Kecurangan

menghasilkan nilai signifikan tidak lebih

dari 0,05 atau setara dengan 5 persen,

sehingga dinyatakan bahwa semua

variabel valid. Dan untuk nilai reliabilitas

dari masing-masing variabel mempunyai

cronbach’s Alpha di atas 0.07 maka

dinyatakan reliable.

Hasil Statistik Deskriptif

Tabel 2 Statistika Deskriptif

Variabel Mean Standart

Deviation

Actual Range

Pengalaman 20.05 2.123 2-4

Kompetensi 20.45 2.137 2-4

Independensi 19.84 2,215 2-4

Profesionalisme 20.36 2.375 3-4

Pendeteksian Kecurangan 29.59 3,168 2-4

Sumber ; Data Diolah

Hasil statistik deskriptif menunjukan

bahwa rata-rata responden memberikan

nilai pada variabel pengalaman sebesar

20.05, kompetensi sebesar 20.45,

independensi sebesar 19.84,

profesionalisme sebesar 5,327 dan

pendeteksian kecurangan sebesar 29.59.

Sedangkan untuk deviasi variabel

pengalaman sebesar 2.123, kompetensi

sebesar 2.137, independensi sebesar 2.215,

profesionalisme sebesar 2.375 dan

pendeteksian kecurangan sebesar 3.168.

Nilai minimum dan nilai maksimum yang

diberikan responden untuk variabel

variabel pengalaman sebesar 2 sampai 4,

kompetensi sebesar 2 sampai 4,

independensi sebesar 2 sampai 4,

profesionalisme sebesar 3 sampai 4dan

pendeteksian kecurangan sebesar 2 sampai

4.

Page 16: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

14

Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 3 Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 2.735 3.496 .782 .437

PG .361 .173 .242 2.083 .042 .645 1.549

KOM .472 .189 .319 2.500 .016 .535 1.869

IND .155 .158 .108 .979 .332 .610 1.639

PRO .338 .159 .254 2.124 .038 .709 1.411

Hasil Statistika Deskriptif

Dari tabel di atas menghasilkan nilai

masing-masing variabel yang akan

dijelaskan berikut ini. Untuk Variabel

pengalaman atau X1, berdasarkan

perhitungan diperoleh tingkat signifikansi t

lebih kecil dari 0.05 dengan nilai 0.042.

Hal ini disimpulkan bahwa pengalaman

auditor berpengaruh secara signifikan

terhadap pendeteksian kecurangan.

Variabel kompetensi,atau X2 berdasarkan

perhitungan diperoleh tingkat signifikansi t

lebih kecil dari 0.05 dengan nilai 0.16 Hal

ini disimpulkan bahwa kompetensi auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan. Variabel

independensi, atau X3 berdasarkan

perhitungan diperoleh tingkat signifikansi t

lebih besar dari 0.05 dengan nilai 0.332.

Hal ini disimpulkan bahwa independensi

auditor tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pendeteksian

kecurangan.Variabel profesionalisme atau

X4, berdasarkan perhitungan diperoleh

tingkat signifikansi t lebih kecil dari 0.05

dengan nilai 0.038. Hal ini disimpulkan

bahwa profesionalisme auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan.

Pembahasan

Pengaruh Pengalaman Auditor

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Dari hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa pengalaman auditor berpengaruh

terhadap pendeteksian kecurangan.

Semakin lamanya seorang auditor bekerja

maka akan semakin baik pula pemeriksaan

yang dilakukannya, sehingga berdampak

pada peningkatan pendeteksian

kecurangan dengan menghasilkan kualitas

audit yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang diungkapkan oleh

Ika, dkk (2009) menyimpulkan bahwa

semakin banyak pengalaman kerja seorang

auditor maka semakin meningkat kualitas

hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Pengaruh Kompetensi Auditor

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Dari hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa kompetensi auditor berpengaruh

terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil

ini menunjukkan semakin tinggi

kompetensi yang dimiliki auditor maka

akan semakin tinggi tingkat pendeteksian

kecurangan. Opini yang dikeluarkan oleh

auditor untuk menentukan hasil audit

sangat ditentukan dari pengetahuan dan

pengalaman seorang auditor yang

merupakan unsur dari kompetensi auditor.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

Page 17: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

15

diungkapkan oleh Alim, dkk (2009)

menyimpulkan bahwa kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas audit, di

mana salah satu indikasi kualitas audit

yang baik adalah jika kecurangan yang ada

dalam audit tersebut dapat terdeteksi.

Pengaruh Independensi Auditor

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Dari hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa independensi auditor tidak

berpengaruh terhadap pendeteksian

kecurangan. Hasil ini menunjukkan

semakin rendah independensi yang

dimiliki auditor maka akan semakin

rendah tingkat pendeteksian kecurangan.

Auditor dipengaruhi suatu tekanan untuk

mempertahankan kliennya dalam hal

mengambil keputusan dibidang auditnya,

karena adanya rasa kekhawatiran yang

muncul dari seorang auditor akan

kemungkinan kehilangan perusahaan yang

diauditnya. Oleh karena itu, auditor tidak

hanya harus bersikap bebas menurut

faktanya, tapi ia juga harus menghindari

keadaan-keadaan yang membuat orang

lain meragukan kebebasannya. Hasil

penelitian ini tidak mendukung hasil

penelitian yang dilakukan Marcellina dan

Sugeng (2009) yang menyatakan dengan

menggunakan independensi, kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan

akan menjadi lebih baik dan setelah

kecurangan terdeteksi, auditor tidak ikut

terlibat dalam mengamankan praktik

kecurangan tersebut.

Pengaruh Profesionalisme Auditor

terhadap Pendeteksian Kecurangan

Dari hasil uji hipotesis menunjukkan

bahwa profesionalisme auditor

berpengaruh terhadap pendeteksian

kecurangan. Hasil ini menunjukkan

semakin tinggi profesionalisme auditor

maka akan semakin tinggi tingkat

pendeteksian kecurangan. Auditor yang

memiliki profesionalisme yang tinggi akan

memberikan kontribusi yang dapat

dipercaya oleh para pengambil keputusan.

Pada penelitian ini, diharapkan auditor

dapat menggunakan sikap

profesionalismenya dalam mendeteksi

kecurangan sehingga kinerja yang

dilakukan auditor menjadi lebih baik. Hal

ini sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Marcellina dan Sugeng

(2009) menyimpulkan bahwa semakin

meningkatnya profesionalisme seorang

auditor dalam menjalankan tugasnya,

maka kemampuan auditor dalam

mendeteksi kecurangan juga meningkat

karena auditor memiliki keyakinan

memadai bahwa laporan keuangan bebas

dari salah saji material, baik yang

disebabkan oleh kekeliruan maupun

kecurangan.

KESIMPULAN, KETEBATASAN,

DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah

dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. variabel independen yang berpengaruh

signifikan terhadap pendeteksian

kecurangan adalah pengalaman,

kompetensi, dan profesionalisme.

2. Variabel independensi tidak

berpengaruh signifikan terhadap

pendeteksian kecurangan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa

keterbatasan yang kemungkinan akan

menimbulkan bias atau ketidakakuratan

dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut

antara lain sebagai berikut::

1. Menggunakan kuesioner sebagai

teknik pengumpulan data bergantung

pada kemampuan responden

memahami pernyataan yang diajukan.

Hal ini dapat menimbulkan bias jika

persepsi responden tidak sesuai

dengan realitanya.

2. Peneliti melakukan penelitian hanya

pada 16 Kantor Akuntan Publik yang

bersedia menerima kuesioner.

Page 18: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

16

3. Tidak adanya kontrol responden untuk

mengetahui kebenaran hasil

penelitian,

Saran

Peneliti memberikan saran-saran untuk

pihak-pihak yang terkait dengan harapan

dapat bermanfaat untuk penelitian

berikutnya.

1. Bagi Auditor dan Kantor Akuntan

Publik:

KAP perlu memperhatikan dan selalu

memberikan fasilitas-fasilitas yang ada

kaitannya dengan peningkatan

pendeteksian kecurangan..

2. Bagi Penulis maupun Peneliti

selanjutnya:

a. Tidak hanya menggunakan data yang

berasal dari survei melalui kuisioner

sebaiknya menambah informasi melalui

wawancara atau terlibat langsung dalam

kegiatan di Kantor Akuntan Publik,.

b. Penelitian selanjutnya untuk lebih

memperbayak jumlah responden

penelitian dengan cara memperluas

wilayah penelitian.

c. Menambah jumlah variabel yang dapat

mempengaruhi pendeteksian

kecurangan.

d. Untuk Penelitian selanjutnya

diharapkan menyebarkan dan

mengumpulkan kuesioner pada waktu

yang tepat.

e. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan

melakukan kontrol terhadap responden

untuk mengetahui kebenaran hasil

penelitian

DAFTAR RUJUKAN

Amrizal, Ak, MM, CFE. 2004.

“Pencegahan dan Pendeteksian

Kecurangan oleh Internal

Auditor”. BPKP. Jakarta.

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam

Kajian Deskriptif Inferensi, dan

Nonparametik. Jakarta: Kencana.

Arens. A. Alvin., Randal J. Elder., Mark S.

B., dan Jusuf, A. A. 2011.

Auditing dan Jasa Assurance

Pendekatan Terpadu. Edisi

Indonesi. Jakarta: Salemba

Empat.

Arleen, H., dan Yulius K. S. 2009.

“Pengaruh Profesionalisme,

Pengetahuan Mendeteksi

Kekeliruan, dan Etika Profesi

Terhadap Pertimbangan Tingkat

Materialitas Akuntan Publik”.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Vol 11. No 1. Mei. 13-20

Christiawan, Y. J. 2002. “Kompetensi dan

Independensi Akuntan Publik :

Refleksi Hasil Penelitian

Empiris”. Jurnal Akuntansi &

Keuangan. Vol 4. No 2.

November. 79-92.

Hendro, W., dan Aida A. M. 2006.

“Pengaruh Profesionalisme

Auditor terhadap Tingkat

Materialitas dalam Pemeriksaan

Laporan Keuangan”. Simposium

Nasional Akuntansi 9 Padang. 1-

26.

Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program

IBM SPSS 20 . Edisi Keenam.

Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Icuk Rangga Bawono dan Elisha Muliani

Singgih. 2010. “Pengaruh

Independensi, Pengalaman, Due

Professional Care dan

Akuntabilitas terhadap Kualitas

Audit”. Jurnal Akuntansi dan

Auditing Indonesia. Vol 14. No

2. 197-211. Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2011,

Standar Profesional Akuntan

Publik. Jakarta : Salemba Empat

Page 19: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

17

Ika Sukriah Akram dan Biana Adha

Inapty. 2009. “Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi,

Obyektifitas, Integritas, dan

Kompetensi terhadap Kualitas

Hasil Pemeriksaan”. Jurnal

Simposium Nasional Akuntansi

XII Palembang.

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976.

“Theory of the Firm ; Managerial

Behavior, Agency Costs and

Ownership Structure”. Journal of

Financial Economics. Vol 3. No

4. Oktober. 305-360.

Lilis Ardini. 2010. “Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Auntabilitas dan

Motivasi terhadap Kualitas

Audit”. Majalah Ekonomi. Vol

20. No 3. 329-349.

M. Nizarul Alim., Trisni Hapsar, dan

Liliek Purwanti. 2007. “Pengaruh

Kompetensi dan Independensi

terhadap Kualitas Audit dengan

Etika Auditor sebagai Variabel

Moderasi”. Simposium Nasional

Akuntansi X. 1-26.

Marcellina Widiyastuti dan Sugeng

Pamudji. 2009. “Pengaruh

Kompetensi, Independensi, dan

Profesionalisme Terhadap

Kemampuan Auditor Dalam

Mendeteksi Kecurangan

(Fraud)”. VALUE ADDED|

MAJALAH EKONOMI DAN

BISNIS. Vol 5. No 2. 52-73.

Mayangsari, Sekar. 2003. “Pengaruh

Keahlian dan Independensi

terhadap Pendapat Audit: Sebuah

Kuasieksperimen”. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia. Vol 6. No

1.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo.

1999. Metodologi Penelitian

Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Reza Minanda, D. M. 2011. “Analisis

Pengaruh Profesionalisme,

Pengetahuan Mendeteksi

Kekeliruan, Pengalaman Bekerja

Auditor, dan Etika Profesi

terhadap Pertimbangan Tingkat

Materialitas Akuntan Publik

(Studi Empiris Para Auditor KAP

Di Semarang)”. Diponegoro

Journal of Accounting.Vol 1. No

1. 1-8.

Romanus Wilopo. 2013. Etika Profesi

Akuntan : Kasus-kasus di

Indonesia. Surabaya: STIE

Perbanas Pers.

Sofyan Safri Harahap. 2012. Teori

Akuntansi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.

Bandung: Alfabeta.

Sujoko Efferin, Stevanus Hadi Darmadji,

dan Yuliawati Tan. 2008. Metode

Penelitian Akuntansi

Mengungkap Fenomena dengan

Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sukrisno Agoes. 2012. Auditing Petunjuk

Praktis Pemeriksaan Akuntan

oleh Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Setyaningrum, 2010. Pengaruh

Independensi Dan Kompetensi

Auditor Terhadap Tanggung

Jawab Auditor Dalam

Mendeteksi Kecurangan Dan

Kekeliruan Laporan Keuangan.

Surabaya: Skripsi. Fakultas

Ekonomi STIE Perbanas. Jurusan

Akuntansi.

Page 20: PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, …eprints.perbanas.ac.id/1883/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit, dan metode

18

Sri Trisnaningsih. 2010. “Profesionalisme

Auditor, Kualitas Audit Dan

Tingkat Materialitas Dalam

Pemeriksaan Laporan

Keuangan”. maksi:Jurnal

Manajemen Akuntansi & Sistem

Informasi. Vol 10. No 02. 202-

217.

Tri Ramaraya Koroy. 2008. “Pendeteksian

Kecurangan (Fraud) Laporan

Keuangan oleh Auditor

Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan”. Vol 10. No 1. Mei.

22-33.

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian

untuk Bisnis. Buku Kedua.

Jakarta: Salemba Empat.

Yusuf Aulia, M. 2013. Pengaruh

Pengalaman, Independensi dan

Skeptisme Profesional, Auditor

terhadap Pendeteksian

Kecurangan (Studi Empiris pada

KAP di Wilayah Jakarta).

Jakarta: Skripsi Sarjana,

Universitas Islam Negeri.

Zu'amah, Surroh. 2009. “Independensi dan

Kompetensi Auditor pada Opini

Audit (Studi BPKB Jateng)”.

Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol

1. No 2. 145-154.