PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL...

164
PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL ASING (PMA), PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN), DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2003-2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh : Vina Refriana Nurwulansari NIM : 1111084000024 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL...

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODALASING (PMA), PENANAMAN MODAL DALAM

NEGERI (PMDN), DAN TINGKAT PENDAPATANTERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2003-2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh :

Vina Refriana Nurwulansari

NIM : 1111084000024

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,
Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,
Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 29 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Vina Refriana Nurwulansari2. NIM : 1111-084-0000-243. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan4. Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan, Penanaman Modal Asing

(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan TingkatPendapatan terhadap Kesenjangan Ekonomi antar Kabupaten/Kotadi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuanyang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwamahasiswa diatas dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Juli 2015

1. K Dr. Desmadi Saharuddin. MA ( _____________________ )NIP : 197207112005011007 Ketua

2. Fitri Amalia, S.Pd., M.Si ( _____________________ )NIP : 198207102009122002 Sekretaris

3. Zaenal Muttaqin, MPP ( _____________________ )NIP : 197905032011011006 Penguji Ahli

4. Pheni Chalid, Ph.D ( _____________________ )NIP : 195605052000121001 Pembimbing I

5. Arief Fitrijanto, M.Si ( _____________________ )NIP : 197111182005011003 Pembimbing II

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,
Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Vina Refriana Nurwulansari

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 September 1993

3. Alamat : Jl. Cibubur VI No. 25 RT 004/RW004

Jakarta Timur 13720

4. Telepon : 081318789826

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Islam Amarylliss Tahun 1998 - 1999

2. SDI Amarylliss Tahun 1999 - 2005

3. SMPN 147 Jakarta Tahun 2005 - 2008

4. SMA Bina Dharma Jakarta Tahun 2008 - 2011

5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 - 2015

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. LPK Bina Prestasi, Pendidikan Komputer Paket Dasar dan Lanjutan Tahun

2011

2. Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional LIA 2012 – 2013

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

ii

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Peringatan Hari Kartini “Membentuk Karakter Kartini Masa Kini

yang Maju, Cerdas, Mandiri dan Beretika” diselenggarakan oleh BEM FEB

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8 Mei 2012

2. Seminar “The Spirit of Islamic Entrepreneur for Better Indonesia”

diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 31 Mei 2012

3. Peserta dalam Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi

Mahasiswa Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik”

diselenggarakan oleh HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 26 Maret

2014

4. Narasumber dalam acara “Seminar Redenominasi Mata Uang Rupiah” di

SMK Bumi Putera Pamijahan, diselenggarakan oleh KKN AKASIA 2014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Agustus 2014

5. Dialog jurusan dan seminar konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat Dengan

Jurusan Sendiri”, diselenggarakan oleh HMJ IESP Fakultas Ekonomi dan

Bisnis” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Oktober 2014.

6. Peserta dalam acara FST Entrepreneurship Week “Kreasikan Idemu,

Wujudkan Prestasi Usahamu” diselenggarakan oleh FST UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 18-20 Maret 2014.

7. Peserta dalam acara Seminar Nasional “Korupsi Mengkorupsi Indonesia”

diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 3 Desember 2014

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

iii

8. Reporteur dalam acara “Forum Pemerintah dan Swasta dalam Menejemen

Gratifikasi” diselenggarakan oleh Transparancy Internasional Indonesia (TII)

dan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), 26 November 2014

V. KEPANITIAAN

1. Koordinator Lomba dalam “Explore Your Spirit Through The Talent,

Charity, And Creativity”Milad ke 10 FEB UIN Jakarta, 21 Mei – 2 Juni

2012

2. Divisi Atribut OPAK FEB UIN Jakarta Tahun 2012

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Cipto Nurhadi

2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 07 Januari 1963

3. Ibu : Pipih Sutinah

4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 September 1969

5. Alamat : Jl. Cibubur VI No. 25 RT 004/RW004

Jakarta Timur 13720

6. Anak ke : 1 dari 1 bersaudara

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

iv

ABSTRACT

The aims of this study to look at the influence of Education, Foreign DirectInvestment (FDI), Domestic Investment (DCI), and the level of revenue for EconomicDisparities between Regency/City in Yogyakarta Province Period 2003 - 2013. Giniratio is used to analyze economis disparities while panel data are analyzed usingFixed Effect Model (FEM.

The results show that the Education and Foreign Direct Investment (FDI) havenegative influence and significant related to economic disparities. However,Domestic Investment (DCI) and the Income Level of GDP Per Capita seem havenegative influence and not significant corelation.

Keywords: Gini Ratio, Education, Foreign Direct Invesment (FDI), DomesticInvesment (DCI), GDP Per Capita

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari Pendidikan, PenanamanModal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan TingkatPendapatan terhadap Kesenjangan Ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013. Kesenjangan ekonomi dalam penelitian inimenggunakan rasio gini dan penelitian ini menggunakan analisis data panel denganmodel Fixed Effect Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan dan Penanaman Modal Asing(PMA) berhubungan negatif dan signifikan terhadap Kesenjangan Ekonomi. Namun,Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Tingkat Pendapatan yang dilihat dariPDRB Per Kapita memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan.

Kata Kunci : Rasio Gini, Pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA), PenanamanModal Dalam Negeri (PMDN), PDRB Per Kapita, Fixed EffectModel (FEM)

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrohmannirrohiim Alhamdulillahi robbil’alamiin washsholaatu

wassalaamu’alaa asyrofilanbiyaai walmursaliin wa’alaa alihiwashshohbihi ajma’iin

ammaaba’du.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap orang. Dimana dengan ilmu kita

dapat mengerti akan kehidupan ini. Dalam menuntut ilmu pastilah ada rasa terpuruk

atau lelah. Allah pun berfirman bahwa setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan.

Tugas kita adalah berusaha maksimal, bersabar, berdoa, dan bertawakal. Biarpun

lelah, asalkan lillah.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu banyak cerita dibalik penyelesaiannya.

Berkat para dosen, teman-teman, internet, buku-buku dan penelitian sebelumnya

maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN), dan Tingkat Pendidikan terhadap Kesenjangan Ekonomi antar

Kabupaten Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003-2013”

masih sangat banyak kekurangannya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran agar menjadi pembelajaran untuk kedepannya.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

vii

1. Allah SWT, tidak lupa saya mengucapkan Alhamdulillahirobbil’alamiin atas

segala yang telah Engkau sisipkan di skenario kehidupan penulis hingga di

penghujung Sarjana Ekonomi ini. Penulis menyadari bahwa ini bukanlah tujuan

akhir, justru ini awal dari tantangan kehidupan yang sebenarnya, maka dari itu ya

muqollibalquluub tsabbit qolbii ‘alaadiinik. Semoga Engkau selalu menunjukkan

jalan yang lurus sehingga penulis mampu menentukan mana yang haq dan bathil.

2. Orang Tua, terima kasih untuk Ibu Pipih Sutinah yang selalu mencurahkan kasih

sayang yang tiada henti, yang selalu menenangkan hati di kala merasa takut akan

kehidupan, dan juga yang selalu mengingatkan agar selalu berbuat baik terhadap

orang lain. Ayah Cipto Nurhadi, yang tak kenal lelah bekerja untuk keluarganya,

yang selalu mengajari penulis untuk menjadi mandiri, serta selalu memotivasi

agar kelak penulis harus berwiraswasta.

3. Om Deden, yang penulis anggap seperti kakak sendiri. Terima kasih banyak atas

segala kebaikan om, semoga Om selalu dalam lindungan Allah SWT. Tante Titi,

yang penulis anggap seperti kakak sendiri. Terima kasih sudah selalu mau

mendengar keluh kesah penulis selama ini. Miraty Armitha Daud, yang kini

kehadirannya menjadi penghibur kami.

4. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang baru semoga dapat memajukan dan mengembangkan

FEB lebih baik lagi.

5. Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebelumnya, yang telah berusaha keras memajukan FEB.

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

viii

6. Bapak Arief Fitrijanto M.Si selaku Ketua Jurusan IESP 2015 sekaligus

pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu,

bimbingan, dan pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan cepat dan baik, semoga Allah SWT mencatat sebagai

amalan jariyah.

7. Ibu Fitri Amalia M.Si selaku Sekertaris Jurusan IESP 2015. Terimakasih atas

segala ilmu yang telah ibu berikan selama ini, semoga Allah SWT mencatat

segala amal kebaikan sebagai ibadah.

8. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc dan Bapak Zainal Muttaqin M.Pp selaku

Ketua Jurusan dan Sekertaris IESP sebelumnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jakarta yang telah meluangkan waktu dan arahan-arahan yang baik selama saya

berkonsultasi.

9. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang dengan

kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,

ilmu yang berharga serta bimbingan yang berarti selama penyelesaian skripsi.

Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT

membalas segala kebaikan atas ilmu-ilmu yang telah Bapak berikan.

10. Terimakasih kepada Dosen-dosen IESP yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Bantuan kalian dalam menyampaikan materi yang sangat membantu saya dalam

memahami materi perkuliahan. Semoga ini dapat menjadi nilai ibadah dan

semoga Allah SWT membalas semua jasa.

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

ix

11. Sahabat-sahabat terbaik yang sering menyela, menertawakan, tetapi mereka juga

yang selalu ada, membantu, dan mengisi kehidupan ini sehingga menjadi penuh

warna. Dwika Julia Mutiara, Dwi Nuni, Annisa Rahmadani, Amalia Nur Azizah,

Hidayati Tamimi, dan Najwa Najib. Terimakasih atas segala warna yang telah

kalian berikan. Semoga persahabatan kita tidak sampai di dunia saja. Tetap saling

mengingatkan untuk berhijrah ya, keep and stay istiqomah.

12. Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri, Isti dan

yang lainnya. Terimakasih atas saran-saran dan pertolongan kalian selama proses

mengerjakan skripsi ini. Semoga kita sukses untuk kedepannya nanti.

13. Teman-teman IESP angkatan 2011, yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Terima kasih atas waktu, tawa, senyum, pengalaman baru selama ini. Setiap

langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk setiap langkahmu.

Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari impian-impian kita.

14. KKN Akasia, yaitu Julia, Nuni, Ridwan, Raras, Rendy, Come, Riri, Yayah,

Antok, Betty, Fardah, Caca, Nando, Haryo, Ayu, Ojin dan juga warga Desa

Ciasmara terutama Kampung Jogjogan Girang, serta Keluarga Bapak H. Mirnan.

Terimakasih atas suka duka yang sudah kita lewati bersama.

15. Sahabat terbaik dari kecil, Adam Dwi Purnama. Terima kasih juga untuk Sahabat

terbaik di SMA yang sudah menemani saya berjuang ke gerbang dunia

perkuliahan yaitu Ridwan, Ody, Roni, Nisa, Sintya, Dewi, Nicky dan masih

banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

x

16. Terimakasih kepada SEIS DANCE, yaitu Farah, Ella, Rosi, Tia, Mona, Nia, kak

Evi, dll. Terimakasih atas ilmu, pengalaman, dan perjuangan kita selama

mengikuti saman.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Juni 2015

Vina Refriana .N

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xi

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... i

Abstract ............................................................................................................. iv

Abstrak .............................................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................. vi

Daftar Isi ............................................................................................................ xi

Daftar Tabel .......................................................................................................xv

Daftar Grafik ....................................................................................................xvi

Daftar Gambar…………………..……………………………………………xvii

Daftar Lampiran ............................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 16

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 18

D. Manfaat Peneltian ............................................................................. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 17

A. Pembangunan Ekonomi ......................................................................20

B. Pertumbuhan Ekonomi …………...................................................... 24

C. Kesenjangan Ekonomi.........................................................................28

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xii

D. Pendidikan…..................................................................................... 37

E. Hubungan Pendidikan dengan Kesenjangan Ekonomi..................... 38

F. Investasi…………………………………………………................. 40

G. Hubungan Investasi dengan Kesenjangan Ekonomi.......................... 48

H. Pendapatan…………………….……………………………………49

I. Hubungan Pendapatan terhadap Kesenjangan Ekonomi………….. 50

J. Penelitian Terdahulu………………………………………………. 51

K. Kerangka Berfikir .............................................................................59

L. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................65

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 65

B. Metode Penentuan Sampel……........................................................65

C. Metode Pengumpulan Data………...................................................66

D. Metode Analisis…............................................................................ 67

1. Metode Data Panel…………………………………………….67

2. Pemodelan Data Panel…………………………..…………… 69

a. Pendekatan Pooled Least Square…………………………70

b. Pendekatan Fixed Effect Model………………………….70

c. Pendekatan Random Effect Model………………………70

3. Pemilihan Model Data Panel………………………………… 71

a. PLS vs FEM………………………………………………71

b. FEM vs REM……………………………………………..73

4. Model Empiris………………………………………………...74

5. Uji Asumsi Klasik…………………………………………….75

a. Uji Normalitas…………………………………………….76

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xiii

b. Uji Multikolinieritas……………………………………... 76

c. Uji Heterokedastisitas…………………………………… 77

d. Uji Autokolerasi…………………………………………. 78

6. Uji Hipotesis…………………………………………………. 79

a. Uji t………………………………………………………. 80

b. Uji F……………………………………………………… 81

c. Koefisien Determinasi R2…………………………………82

E. Operasional Variabel Penelitian……… ..........................................82

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 84

A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….......................................85

a. Kabupaten Bantul……............................................................. 88

b. Kabupaten Gunung Kidul….………………………………... ..88

c. Kabupaten Kulon Progo…………………………………..........89

d. Kabupaten Sleman……………………………………………..90

e. Kota Yogyakarta……………..…………….………………… 91

B. Analisis dan Pembahasan… ............................................................. 92

1. Analisa Deskriptif…………...................................................... 92

a. Kesenjangan Ekonomi……………………………………. 92

b. Pendidikan…………………………………….…...……. 95

c. Investasi…………………………………………………. 98

d. PDRB Per Kapita……………….………………………. 102

2. Estimasi Model Data Panel...................................................... 105

a. PLS vs FEM (Uji Chow)………………………………… 105

b. FEM vs REM (Uji Hausman).………………………….... 106

3. Uji Asumsu Klasik…............................................................... 107

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xiv

a. Uji Normalitas………………………………………….... 107

b. Uji Multikolinieritas……………………………………... 109

c. Uji Heterokedastisitas………………………………….....110

d. Uji Autokolerasi………………………………………..... 112

4. Model Fixed Effect Model.......................................................112

5. Pengujian Hipotesis…………………………….……………. 113

a. Uji t dan Interpretasi Hasil Analisis……….…………….. 113

b. Uji F dan Interpretasi Hasil Anaisis……….…………...... 116

c. Koefisien Determinasi….………..……………………….. 117

C. Analisis Ekonomi .............................................................................117

a. Pendidikan………………………………….………………... 120

b. Penanaman Modal Asing (PMA)…………….…….………… 121

c. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)………..………… 123

d. PDRB Per Kapita…….…….……………………………....... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................127

A. Kesimpulan ..................................................................................... 127

B. Saran ............................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di DIY 2011-2013,Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun 2009-2013 dan Andil Pertumbuhan2013 (Persen)

3

1.2 Indeks Gini Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2003 – 2012 41.3 Rasio Gini Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.Yogyakarta 51.4 Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja menurut Tingkat

Pendidikan di D.I. Yogyakarta7

1.5 Realisasi Penanaman Modal Asing di Kabupaten Kota Provinsi D.I.Yogyakarta

11

1.6 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Kabupaten KotaProvinsi D.I. Yogyakarta

12

1.7 Nilai PDRB Per Kapita menurut Kabupaten/Kota di D.I. YogyakartaAtas Dasar Harga Berlaku, 2009 - 2012 (rupiah)

15

2.1 Penelitian Terdahulu 55

3.1 Uji Durbin – Watson 773.2 Operasional Variabel penelitian 82

4.1 Hasil Uji Chow 1044.2 Hasil Uji Hausman 1054.3 Correlation Matrix 1074.4 Hasil Estimasi Uji Park 1084.5 Hasil Estimasi Uji Glejser 1094.6 Uji t-Statistik 1124.7 Uji F-Statistik 114

4.8 Uji R-Square 115

4.9 Interpretasi Fixed Effect Model 116

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xvi

DAFTAR GRAFIK

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Rasio Gini Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.Yogyakarta 5

1.2 Rasio Murid Terhadap Guru SMA Negeri+Swasta, SMKNegeri+Swasta, dan MA Negeri+Swasta antar Kabupaten/Kota diProvinsi Daerah istimewa Yogyakarta Tahun 2011 - 2013

60

1.3 Nilai PDRB menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta AtasDasar Harga Berlaku, 2009 – 2013 (triliun rupiah)

93

4.1 Rasio Gini antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (Dalam Persen)

94

4.2 Rasio Murid Terhadap Guru antar Kabupaten/Kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (Dalam Persen)

96

4.3 Penanaman Modal Asing (PMA) antar Kabupaten/Kota diProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (DalamRibuan Milyar $)

98

4.4

4.5

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) antar Kabupaten/Kotadi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013(Dalam Milyar Rp)

PDRB Per Kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (Dalam Juta Rupiah)

99

102

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 59

4.1 Uji Normalitas 106

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Dari Variabel-Variabel Yang Digunakan 133

2 Hasil Uji Chow 136

3 Hasil Uji Hausman 137

4 Hasil Uji Normalitas 138

5 Hasil Uji Multikolinieritas 138

6 Hasil Uji Park 139

7 Hasil Uji Glejser 140

8 Hasil Fixed Effect Model 141

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Permasalahan di berbagai Negara yang sangat kompleks salah satunya

adalah masalah kesenjangan ekonomi. Dengan adanya masalah tersebut maka

suatu Negara pun akan jauh dari kata sejahtera. Kesejahteraan ditandai dengan

kemakmuran yaitu meningkatnya konsumsi disebabkan meningkatnya

pendapatan.

Kesenjangan ekonomi merupakan ketimpangan dalam distribusi

pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok

masyarakat berpenghasilan rendah. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi

merupakan masalah besar di Negara–Negara berkembang (Dumairy,1996:26).

Dalam mencapai Negara yang sejahtera kita harus memperhatikan

pertumbuhan dan pembangunan disertai pemerataannya. Secara tradisional

pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross

Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu Negara. Untuk daerah,

makna pembangunan tradisional difokuskan pada peningkatan Produk

Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Kemudian

muncul alternatif yang mendefinisikan pembangunan ekonomi yang lebih

menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan perkapita).

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

2

Paradigma pembangunan modern mengedepankan pengentasan garis

kemiskinan, dan pengurangan distribusi pendapatan yang semakin timpang.

Ekonom membawa perubahan bahwa pembangunan harus dilihat sebagai

suatu proses yang multi dimensional (Kuncoro, 2003: 136).

Para pendukung strategi pertumbuhan dengan distribusi atau redistribusi

dari pertumbuhan, pada hakikatnya menganjurkan Negara yang sedang

berkembang agar tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan

ekonomi (memperbesar kue pembangunan), namun juga mempertimbangkan

bagaimana distribusi kue pembangunan tersebut. Ini bisa diwujudkan dengan

kombinasi strategi seperti peningkatan kesempatan kerja, dan investasi modal

manusia. (Kuncoro, 2010: 136).

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan

pembangunan. Pembangunan adalah proses multidimensional yang

melibatkan perubahan - perubahan mendasar dalam struktur sosial, perilaku

sosial, dan institusi nasional, disamping akselerasi pertumbuhan ekonomi,

pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan

(Todaro,1994:15). Indikator keberhasilan pembangunan ialah pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara tentu saja

meliputi pertumbuhan ekonomi di setiap Provinsi beserta kabupaten/kotanya.

Semenjak Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

3

Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah diberlakukan maka setiap daerah diberi kesempatan

untuk mengolah dan memajukan pertumbuhan dan pembangunannya masing

– masing. Pembangunan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi.

Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum dapat meratakan

pendapatan.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di DIY 2011-2013,

Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun 2009-2013 dan Andil Pertumbuhan2013 (Persen)

SSSSumber: BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

Ket: *angka sementara; **angka sangat sementara

Kabupaten/Kota/Provinsi

2011 2012* 2013** Rata-rata 2009-2013

AndilPertumbuhan

2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.Kulon Progo

2.Bantul

3.Gunung Kidul

4.Sleman

5.Yogyakarta

4,95

5,27

4,33

5,19

5,64

5,01

5,34

4,84

5,45

5,76

5,05

5,57

5,16

5,70

5,64

4,51

5,29

4,62

5,20

5,51

0,42

1,03

0,79

1,70

1,46

DIY 5,17 5,32 5,40 5,19 5,40

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

4

Provinsi DI. Yogyakarta terdiri dari empat kabupaten dan satu kota.

Pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi telah dicapai oleh Kota Yogyakarta,

sebesar 5,64 persen pada tahun 2013, walaupun pertumbuhan Kota

Yogyakarta lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2012. Telah terjadi

selisih peningkatan poin terbesar dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul, yaitu

bertambah 0,32 poin sehingga pertumbuhan tahun 2013 dicapai sebesar 5,16

persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun dalam periode 2009-2013

yang paling tinggi masih diperoleh Kota Yogyakarta, sebesar 5,51 persen.

Namun dilihat dari andil yang diberikan Kota Yogyakarta sebesar 1,46 persen

terhadap pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2013, ternyata lebih rendah

dibandingkan andil yang diberikan oleh pertumbuhan di Kabupaten Sleman

yang mencapai 1,70 persen. Posisi andil yang diberikan Kota Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman sudah mencapai 3,16 persen terhadap pertumbuhan

ekonomi DIY yang sebesar 5,40 persen.

Tabel 1.2.

Indeks Gini Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2003 - 2012

PROVINSI 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

DKI Jakarta 0,31 0,36 0,30 0,36 0,34 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42

Jawa Barat - - 0,34 - 0,34 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41

Banten - - 0,36 - 0,37 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39

Jawa Tengah 0,25 0,25 0,31 0,27 0,33 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38DI.Yogyakarta 0,34 0,37 0,41 0,37 0,37 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43

Jawa Timur - - 0,36 - 0,34 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36Sumber : BPS, Ringkasan Eksekutif pengeluaran dan konsumsi penduduk Indonesia 2012

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

5

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi D.I. Yogyakarta meningkat, tetapi

serta merta tidak diikuti dengan pemeratan pendapatan. Untuk itu kita dapat

melihat kesenjangan pendapatan penduduk dari salah satu indikator yang

sering digunakan adalah Rasio Gini. Apabila kita melihat rasio gini menurut

Provinsi di Pulau Jawa pada tahun 2012, Provinsi DI. Yogyakakarta terlihat

memiliki masalah kesenjangan tertinggi sebesar 0,43. Dari tahun sebelumnya

terlihat kesenjangan di DI. Yogyakarta cukup fluktuatif.

Tabel 1.3Rasio Gini Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.Yogyakarta

2011 2012 2013Kulonprogo 0.34 0.34 0.29Bantul 0.3 0.24 0.24Gunungkidul 0.3 0.31 0.24Sleman 0.27 0.27 0.21Yogyakarta 0.19 0.19 0.18

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3 menggambarkan kesenjangan ekonomi Kabupaten/Kota di

Provinsi DIY pada tahun 2011-2013. Dapat kita lihat bahwa pada tahun

tersebut rasio gini setiap tahunnya menempati posisi tetap atau menurun dan

rasio gini tertinggi dapat kita lihat berada di Kabupaten Kulon Progo. Para

ekonom pun berpendapat bahwa rasio gini tergantung pada komposisi

pertumbuhan ekonomi sektoral dan struktur demografis. Diduga tingginya

angka rasio gini dipengaruhi oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di sektor

jasa dan komposisi penduduk usia tidak produktif yang relatif besar. Pada

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

6

tahun 2013 terlihat bahwa ada upaya dalam penurunan kesenjangan dari

masing-masing daerah yang terlihat pada grafik rasio gini yang disajikan di

atas.

Bila kita cermati bahwa Provinsi DI. Yogyakarta ini merupakan tempat

tujuan destinasi kedua setelah Provinsi Bali. Begitu banyak masyarakat dari

dalam dan luar negeri yang berkunjung untuk melihat dan menikmati pesona

alam, bangunan bersejarah, kuliner khas, dan tempat berbelanja. Sungguh

terlihat ironis tatkala pesona alam yang begitu memukau dan berhasil

memikat hati setiap wisatawan tetapi terselip masalah kesenjangan yang kini

kian melebar yang terjadi di Provinsi DI.Yogyakarta ini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi adalah

pendidikan. Dimana pendidikan di Indonesia masih belum merata. Pendidikan

menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas maka

masyarakat tersebut dapat mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dan

juga akan menambah pendapatan mereka dan pengangguran pun akan

berkurang sehingga tingkat kesenjangan ekonomipun akan menurun.

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

7

Tabel 1.4Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja menurut Tingkat

Pendidikan di D.I. Yogyakarta

Tingkat pendidikanBelum Ditempatkan Tahun

Lalu Terdaftar

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1. SD 67 48 1029 241

a. Tidak tamat SD 9 10 1 1

b. Tamat SD 58 38 1028 240

2. SLTP 502 544 1723 761

a. SMP 494 541 1544 680

b. Yang Setingkat 8 3 179 81

3. SLTA 12736 3661 6382 4754

a. SMU 4411 1581 2239 1732

b. SMK 7667 1358 3327 2263

c. Yang Setingkat 658 722 816 759

4. Diploma I-III 2002 5533 1774 3416

5. DIV/Sarjana 12089 16773 5477 8449

6. S2/S3 531 645 86 195

Jumlah/Total 27927 27204 16471 17816Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi D.I. Yogyakarta

Dari tabel diatas kita dapat melihat jumlah pencari kerja dan permintaan

tenaga kerja menurut tingkat pendidikan. Terlihat jelas bahwa pada tingkat

SLTA sederajat lah yang paling banyak. Pada tingkat SD dan SLTP memang

sudah sangat jarang bahkan hampir tidak ada penempatan kerja berdasarkan

lulusan tersebut, biasanya lulusan tingkat SD dan SLTP sederajat kebanyakan

hanya mengandalkan tenaga.

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

8

Provinsi DI. Yogyakarta dinobatkan sebagai kota pelajar. Berbicara

tentang pendidikan tidak terlepas dari peran seorang guru. Bukan hanya

kuantitas murid yang kita butuhkan, tetapi kualitas dan kuantitas guru perlu

kita perhatikan, karena dengan begitu akan melahirkan murid – murid yang

berkualitas. Untuk melihat pemerataan guru di DIY kita dapat melihat dari

indikator rasio murid terhadap guru. Rasio murid per guru dididefinisikan

sebagai perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah guru pada jenjang

pendidikan tertentu. Berikut grafik yang menggambarkan keadaan rasio murid

terhadap guru.

Grafik 1.1Rasio Murid Terhadap Guru SMA Negeri+Swasta, SMK Negeri+Swasta,

dan MA Negeri+Swasta antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerahistimewa Yogyakarta Tahun 2011 - 2013

Sumber : BPS Dalam Angka Propinsi D.I. Yogyakarta (diolah)

Dari gambar diatas kita dapat melihat bahwa rasio tertinggi ada pada

Kota Yogyakarta, berarti jika rasio tinggi, satu orang tenaga pengajar harus

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

9

melayani banyak murid. Banyaknya murid yang diajarkan akan mengurangi

daya tangkap murid pada pelajaran yang diberikan atau mengurangi

efektivitas pengajaran.

Secara yuridis mengenai Penanaman Modal di Indonesia diatur

dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang

penanaman modal menyatakan bahwa: “Penanaman Modal Asing adalah

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan

modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal

dalam negeri.”

Pertumbuhan ekonomi dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan penurunan tingkat

kemiskinan. Hal itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi belum mampu

mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam

membangun perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi

suatu Negara atau wilayah diperlukan penanaman modal untuk mendukung

lajunya pertumbuhan agar berkembang menjadi lebih baik. Penanaman modal

yang dapat disebut dengan investasi ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi

dengan perluasan lapangan pekerjaan, dengan begitu pengangguran akan

terserap dan kesejahteraan dapat meningkat. Terdapat dua investasi yaitu

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

10

Penanaman Modal Asing (PMA) yang dilakukan oleh swasta dan juga

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dilakukan oleh pemerintah.

Pencatatan yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Pasar

Modal yaitu bahwa 52 persen realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan 61 persen dari total PMA didistribusikan di pulau Jawa pada

tahun 2013. Pulau jawa menjadi sasaran untuk berinvestasi. Hal itu

dikarenakan infrastrukturnya jauh lebih baik, sehingga dapat lebih

menguntungkan para investor. Tentu saja, ini membuat investasi menjadi

terkonsentrasi dan menyebabkan kesenjangan.

Penanaman Modal Asing (PMA) juga hanya ditujukan untuk industri-

industri padat modal dengan menerapkan teknologi canggih sehingga hanya

memerlukan pekerja dengan tingkat pendidikan dan keahlian dan tentunya

dengan gaji yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lokal.

Yang tidak mampu bersaing akan tetap bertahan dengan tingkat pendapatan

yang naik secara proporsional dengan kenaikan inflasi atau bahkan cenderung

tetap.

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

11

Tabel 1.5Realisasi Penanaman Modal Asing di Kabupaten Kota Provinsi

D.I. Yogyakarta

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013Kulon Progo 324.000 342.050 279.859,09Bantul 21.002.943,22 24.911.708 20.568.670,24Gunung Kidul 10.371.064,44 10.704.397 8.758.143Sleman 244.034.558,29 252.905.137 247.282.123,58Yogyakarta 180.982.581,19 183.372.433 196.121.716,44

Sumber: Badan Pengembangan Perekonomian & Investasi Daerah Propinsi D.I.

Yogyakarta

Berdasarkan data yang telah disajikan diatas, dapat kita lihat bahwa PMA

terkonsentrasi pada Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sedangkan

Kabupaten Kulon Progo sangat tertinggal. Terkonsentrasi seperti inilah yang

mengakibatkan kesenjangan ekonomi daerah semakin melebar. para investor

sangat selektif dalam menanamkan modalnya. Investor melihat potensi dari

daerah – daerah tersebut. Seperti kita ketahui akses dan fasilitas di Yogyakarta

dan Sleman sangatlah memadai di banding daerah lainnya. Walau begitu,

sebenarnya sektor pariwisata di daerah Kulon Progo, Bantul, dan Gunung

Kidul sangat berpotensi, indah dan menawan. Namun karena fasilitas yang

tidak memadai investor lebih memilih daerah – daerah yang terjangkau oleh

transportasi.

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

12

Tabel 1.6Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Kabupaten Kota

Provinsi D.I. Yogyakarta

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013Kulon Progo 34,017,508,942 34,017,508,942 34,017,508,942Bantul 18,925,574,906.50 19,125,708,671.10 24,102,319,371.10Gunung Kidul 35,502,559,948 35,502,559,948 35,502,559,948Sleman 12,189,583,509.18 12,420,332,894.18 12,422,433,894.18Yogyakarta 83,540,952,691 130,313,416,091 131,186,783,073.50

Sumber: Badan Pengembangan Perekonomian & Investasi Daerah Propinsi D.I. Yogyakarta

Berdasarkan tabel realisasi PMDN diatas bahwa sama halnya dengan

PMA, investasi terkonsentrasi pada Kota Yogyakarta. Namun, dalam PMDN

ini Gunung Kidul dalam tiga tahun terakhir menempati tertinggi kedua.

Sedangkan Kabupaten Sleman yang PMA tertinggi kedua, dalam PMDN

Sleman malah mendapatkan modal yang sangat kecil.

Gambar diatas memperlihatkan realisasi penanaman modal asing dan

penaman modal dalam negeri antar kabupaten/kota di tiga tahun terakhir. Di

Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul mengalami penurunan di

tahun 2011 dan mengalami kenaikan pada tahun 2012, sedangkan di

Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta investasi penanaman modal asing

selalu mengalami kenaikan.

Dengan melihat DI. Yogyakarta selalu menjadi tujuan destinasi

wisatawan dalam dan luar negeri, maka investasi menjadi hal penting untuk

meningkatkan pertumbuhan di Provinsi DI. Yogyakarta. Namun, PMA yang

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

13

terkonsentrasi hanya pada Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman membuat

kesenjangan pendapatan antar wilayah di Provinsi DI. Yogyakarta semakin

melebar.

Pada pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Hal itu

membuat perekonomian menjadi sangat lemah, begitupun Provinsi DI.

Yogyakarta. Bila kita lihat pada lima tahun terakhir bahwa perekonomian DI.

Yogyakarta mengalami perkembangan. Kegiatan ekonomi Provinsi ini

bertumpu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, jasa, pertanian serta

industri pengolahan yang cukup mendominasi PDRB. PDRB menggambarkan

kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

PDRB pun merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kemakmuran suatu wilayah dengan melihat angka PDRB perkapita. PDRB

per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh sektor ekonomi di suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk

pada pertengahan tahun. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh

masing-masing wilayah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam,

sumberdaya manusia dan teknologi.

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

14

Grafik 1.2.Nilai PDRB menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Atas

Dasar Harga Berlaku, 2009 – 2013 (triliun rupiah)

Sumber: BPS, Laporan

Melihat data PDRB Kabupaten/Kota di DI.Yogyakarta ini tentunya tidak

dapat kita pisahkan dari analisis spasial, karena kelima wilayah tersebut

memiliki keterkaitan demografis. Namun kita dapat melihat dari nilai PDRB

untuk mengamati perkembangan wilayah tersebut. Tabel diatas menunjukkan

perbedaan nilai PDRB dari tahun ke tahun dan juga antar Kabupaten/Kota.

Dapat kita lihat bahwa Kabupaten Sleman memiliki nilai PDRB yang paling

besar dibanding empat wilayah lainnya. Sedangkan nilai PDRB terkecil

terdapat pada Kabupaten Kulonprogo. Kabupaten Sleman dan Kota

Yogyakarta menjadi penopang perekonomian di DI. Yogyakarta karena nilai

PDRB dari kedua wilayah tersebut berada diatas rata – rata DI. Yogyakarta.

Perekonomian Kabupaten Bantul relatif sama dengan rata-rata DIY,

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

15

sedangkan perekonomian Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten

Kulonprogo masih di bawah rata-rata. Posisi ini dalam kurun waktu tidak

terjadi pergeseran, bahwa artinya tidak ada kabupaten/kota yang dapat

melampaui wilayah lainnya.

Tabel 1.7.Nilai PDRB Per Kapita menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta

Atas Dasar Harga Berlaku, 2009 - 2012 (rupiah)

KABUPATEN/KOTA 2011 2012 2013Kulonprogo 4.790.630 4.992.301 5.229.120Bantul 4.534.212 4.741.941 5.463.295Gunungkidul 5.124.333 5.319.628 5.463.295Sleman 6.054.435 6.341.065 6.544.348Yogyakarta 14.893.159 15.612.923 16.139.158Sumber : BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

Berdasarkan tabel yang disajikan diatas bahwa nilai PDRB Per kapita

Kota Yogyakarta mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir dan yang

paling tinggi. Sama halnya dengan Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul,

dan Sleman mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir. berbeda dengan

Kabupaten Bantul yang pada tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan dan

pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan.

Pencapaian PDRB yang tinggi yang tanpa diikuti dengan pemerataan

pendapatan akan berdampak pada kesenjangan ekonomi. Salah satu indikator

yang mendukung untuk melihat seberapa besar kesejahteraan yang sudah

dirasakan oleh masyarakat yaitu dengan melihat nilai PDRB per kapita. Nilai

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

16

tersebut diperoleh dengan membagi nilai PDRB yang dihasilkan oleh suatu

wilayah dengan jumlah penduduknya. Namun untuk mengetahui seberapa

besar disparitas pendapatan dalam suatu wilayah, maka perlu dibandingkan

dengan wilayah lain sehingga kesenjangan dapat terlihat jelas. Berdasarkan

latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang

membahas tentang “Pengaruh Pendidikan, PMA, PMDN, Dan Tingkat

Pendapatan Terhadap Kesenjangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota Di

Provinsi D.I. Yogyakarta Periode 2003-2013”.

B. Rumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mencerminkan bahwa

pendistribusian pendapatan itu merata di suatu daerah. Begitu juga dengan

pendidikan yang ada di kabupaten/kota Provinsi D.I. Yogyakarta. Pendidikan

menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusia

yang berkualitas sehingga pendapatan masyarakat pun meningkat begitu juga

dengan pendistribusian pendapatan yang merata.

Dalam membangun perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan

ekonomi suatu Negara atau wilayah diperlukan penanaman modal untuk

mendukung lajunya pertumbuhan agar berkembang menjadi lebih baik. Maka

dari itu peran investasi dalam penanaman modal asing sangatlah diperlukan.

Penanaman modal asing di Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

17

terkonsentrasi pada daerah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Hal itu

dikarenakan fasilitas Kabupaten Kota tersebut lebih memadai daripada

Kabupaten lainnya.

Pada pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Hal itu

membuat perekonomian menjadi sangat lemah, begitupun Provinsi DI.

Yogyakarta. Bila kita lihat pada lima tahun terakhir bahwa perekonomian DI.

Yogyakarta mengalami perkembangan. Kegiatan ekonomi Provinsi ini

bertumpu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, jasa, pertanian serta

industri pengolahan yang cukup mendominasi PDRB. PDRB menggambarkan

kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

PDRB pun merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat

kemakmuran suatu wilayah dengan melihat angka PDRB perkapita. PDRB

perkapita terendah di daerah Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh pendidikan terhadap kesenjangan ekonomi antar

Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta?

2. Sejauh mana pengaruh investasi terhadap kesenjangan ekonomi antar

Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta?

3. Sejauh mana pengaruh tingkat pendapatan terhadap kesenjangan ekonomi

antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta?

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

18

4. Sejauh mana hubungan antara pendidikan, investasi, dan tingkat

pendapatan terhadap kesenjangan ekonomi antar Kabupaten/Kota di

Provinsi D.I. Yogyakarta secara bersama-sama?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini penulis mempunyai tujuan dan

manfaat yang hendak dicapai, diantaranya sebagai berikut

a. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kesenjangan ekonomi

antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

b. Mengetahui pengaruh investasi terhadap kesenjangan ekonomi

antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

c. Mengetahui tingkat pendapatan terhadap kesenjangan ekonomi

antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

d. Mengetahui pengaruh hubungan antara pendidikan, investasi, dan

tingkat pendapatan terhadap kesenjangan ekonomi antar

Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan

kontribusi bagi para kalangan investor, praktisi, akademisi, institusi

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

19

dan masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai pengaruh pendidikan, investasi, dan tingkat pendapatan

terhadap kesenjangan ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta.

b. Praktis

Penulisan ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap

pemerintah dan kalangan ekonom di Indonesia mengenai besarnya

pendidikan, investasi, dan tingkat pendapatan terhadap kesenjangan

ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

c. Kebijakan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para kalangan yang

terkait untuk memutuskan secara tepat dan menindak lanjuti hal-hal

yang harus dilakukan. Sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat

Indonesia.

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan

merupakan suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau

bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa,

tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan.

Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan

untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.

Menurut Todaro (1997:17) pembangunan merupakan suatu proses

multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar

pada struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial, disamping

akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan ketimpangan pendapatan, serta

pemberantasan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya

pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam

struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk

suatu negara.

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

21

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat

menyebabkan perubahan-perubahan, terutama terjadi perubahan menurunnya

tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan dari struktur ekonomi, baik

peranannya dalam penyediaan lapangan kerja. (S. Kuznets, H.B. Chenery

dalam Ahmad Mahyudi, 2004:)

Menurut Adam Smith (dalam Suryana, 2000:55) pembangunan ekonomi

merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan

teknologi.

Menurut Sadono Sukirno (2006:33), pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan.

Maka dari itu, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi biasanya semakin

tinggi kesejahteraan masyarakat. Namun, terdapat indikator lain yaitu

distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah usaha

meningkatkan pendapatan perkapita dengan mengolah potensi ekonomi

melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, pengetahuan, dan

peningkatan keterampilan lainnya.

Menurut Malthus (dalam M.L. Jhingan : 97), ia tidak menganggap proses

pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Proses pembangunan

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

22

ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Dia

tidak memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan stasioner tetapi

menekankan bahwa perekonomian mengalami kemerosotan beberapa kali

sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan. Jadi menurut Malthus

proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi

lebih dari pada sekedar lancar tidaknya aktivitas ekonomi.

Malthus mengungkapkan bahwa problem pembangunan ekonomi sebagai

sesuatu yang menjelaskan perbedaan antara Gross National Product potensial

(kemampuan menghasilkan kekayaan) dan Gross National Product actual

(kekayaan aktual). Tetapi masalah pokoknya adalah bagaimana mencapai

tingkat Gross National Product potensial yang tinggi.

Menurut Myrdar (dalam Ahmad Mahyudi, 2004 : 221-222), Teori ini

menjelaskan keadaan yang semakin memburuk bagi daerah yang tidak maju

atau miskin jika dilakukan pembangunan ekonomi di suatu Negara. Teori ini

dapat pula menjelaskan penyebab terjadinya jurang atau ketimpangan antara

pembangunan Negara miskin dan Negara maju. Menurut Myrdal dalam

teorinya, jika dilakukan pembangunan ekonomi di suatu Negara akan muncul

dua faktor, yaitu memperburuk keadaan-keadaan ekonomi bagi daerah miskin

atau Negara miskin yang disebut dengan backwash effects (efek mencucui

daerah belakang) dan yang dapat mendorong daerah miskin atau Negara

miskin menjadi lebih maju yang disebut dengan spread effects/trickle-

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

23

downeffects (efek menyebar / menetes ke bawah). Berikut merupakan faktor-

faktor backwash effects yang terdiri atas:

1. Terjadinya pemusatan atau penarikan tenaga kerja, terutama yang

memiliki keahlian dan produktif dari daerah yang tidak maju ke

daerah yang sangat maju (growth pole).

2. Terjadinya penarikan pemusatan atau faktor produksi modal dari

yang tidak maju ke daerah yang sangat maju.

3. Terjadinya pemusatan pola perdagangan yang lebih lengkap di

daerah yang maju dibandingkan daerah yang tidak maju.

4. Keadaan jaringan pengangkutan atau sarana dan prasarana

transportasi lebih lengkap dan cepat di daerah yang sangat maju

dibandingkan daerah tidak maju.

Faktor – faktor spread effects terdiri atas adanya:

1. Permintaan barang-barang pertanian dari daerah maju ke

daerah tidak maju.

2. Permintaan hasil industi rumah tangga dan barang konsumsi

dari daerah maju ke daerah tidak maju.

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

24

B. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi

suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila

terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan

ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Menurut Ahmad Mahyudi (2004:34) Pertumbuhan ekonomi adalah

terjadinya pertambahan / perubahan pendapatan nasional (produksi

nasional/GDP/GNP) dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan

pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi

keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam

standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan

pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan

produksi, tetapi juga terdapat perubahan - perubahan dalam struktur produksi

dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti

dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.

Menurut Smith (dalam M.L. Jhingan :84) proses pertumbuhan bersifat

menggumpal (kumulatif). Apabila timbul kemakmuran sebagai akibat

kemajuan di bidang pertanian, industri manufaktur, dan perniagaan,

kemakmuran itu akan menarik ke pemupukan modal, kemajuan teknik,

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

25

meningkatnya penduduk, perluasan pasar, pembagian kerja, dan kenaikan

keuntungan secara terus menerus.

Salah satu ciri penting pertumbuhan ekonomi adalah besar kecilnya

permintaan. Permintaan rendah karena pendapatan rendah, permintaan rendah

menyebabkan investasi rendah, yang berarti akumulasi modal rendah,

mengakibatkan produktivitas rendah.

Menurut Sukirno (2006:10) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat. Dengan begitu, untuk melihat pencapaian pertumbuhan ekonomi

perlu dihitung pendapatan nasioanal riil. Jadi pertumbuhan ekonomi

mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Adapun faktor-faktor pertumbuhan ekonomi adalah Proses pertumbuhan

ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor-faktor ekonomi dan faktor-

faktor non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tergantung pada

sumber daya alamnya (SDA), sumber daya manusia (SDM), modal usaha,

teknologi, dan lainnya. Disamping faktor ekonomi tersebut, pertumbuhan

ekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa ditunjang oleh lembaga-lembaga

sosial, sikap masyarakat, kelembagaan politik, dan lainnya.

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama

yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi meningkat

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

26

atau menurun merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam

faktor produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi meliputi:

1. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu

perekonomian adalah sumber daya alam (utamanya tanah). Sumber

daya tanah meliputi berbagai aspek, misalnya kesuburan tanah,

letaknya, iklim sumber air, kekayaan hutan, mineral, dan lainnya.

Tersedianya kekayaan sumber daya alam yang potensial akan

menjamin berlangsungnya pertumbuhan secara lancar, sumber daya

alam yang tersedia harus dimanfaatkan dan diolah untuk memenuhi

kebutuhan hidup masyarakat dan selebihnya dipasarkan keluar

wilayah.

2. Akumulasi modal

Faktor ekonomi penting yang kedua dalam pertumbuhan wilayah

adalah akumulasi modal. Akumulasi modal atau pembentukan modal

adalah peningkatan stok modal dalam jangka waktu tertentu.

Pembentukan modal memiliki makna yang penting, yaitu masyarakat

tidak melakukan kegiatannya pada saat ini hanya sekedar untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi

juga untuk membuat barang modal, alat-alat perlengkapan, mesin,

pabrik, sarana angkutan, dan lainnya.

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

27

3. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan.

Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam

kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen)

modal, buruh, dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan pada teknologi telah

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi

lain.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menciptakan peningkatan

produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala

besar, yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

Berikut adalah Faktor Non Ekonomi

1. Faktor Sosial dan Budaya

Faktor ini juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, pendidikan,

dan kebudayaan mendorong perubahan pandangan, harapan, dan nilai-

nilai sosial.

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

28

2. Sumber Daya Manusia

Merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi, bukan

semata-mata pada jumlah penduduk tetapi lebih penting pada kapasitas

penduduk untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.

3. Faktor Politik dan Administrasi

Faktor ini membantu pertumbuhan ekonomi modern.

Menurut Rostow (dalam M.L. Jhingan) pendekatan sejarah digunakan

dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Ia membedakan adanya

lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu :

Masyarakat tradisional

Prasyarat untuk tinggal landas

Tinggal landas

Dewasa (maturity)

Masa konsumsi missal

C. Kesenjangan Ekonomi

Kesenjangan merupakan suatu fenomena yang terjadi hampir di lapisan

Negara di dunia, baik itu Negara miskin, Negara sedang berkembang, maupun

Negara maju, hanya yang membedakan dari semuanya itu yaitu besaran

tingkat kesenjangan tersebut, karenanya kesenjangan itu tidak mungkin

dihilangkan namun hanya dapat ditekan hingga batas yang dapat ditoleransi.

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

29

Menurut Mubyarto (1995) kesenjangan itu, dapat kita bedakan menjadi 3,

yaitu:

1. Kesenjangan antar sektor, yaitu sektor industri dan sektor pertanian.

2. Kesenjangan antar daerah. Dalam sejarah kesenjangan dapat terjadi di

Jawa dengan Luar Jawa Bali.

3. Kesenjangan antar golongan ekonomi. Perekonomian yang tumbuh begitu

cepat malah menimbulkan kesenjangan.

Menurut Kuznet (dalam Ahmad Mahyudi, 2004:119-120), tingkat

ketimpangan distribusi pendapatan suatu Negara naik pada tahap awal

pembangunan, mendatar pada tahap pertengahan dan menurun pada tahap

berikutnya. Hipotesa ini, yang dikenal sebagai hipotesis “U terbalik”,

didasarkan pada analisis data time series untuk Amerika Serikat, Inggris,

Jerman, dan data cross section mencakup tiga Negara tersebut ditambahkan

India, Srilanka dan Puerto Rico. Kajian yang memakai data cross section

nampaknya lebih mendukung hipotesis Kuznet ini dari pada data time series.

Menurut Malthus (dalam M.L Jhingan, 2012:98) mengungkapkan bahwa

produksi dan distribusi sebagai dua unsur utama kesejahteraan. Jika keduanya

dikombinasikan pada proporsi yang benar, ia akan dapat meningkatkan

kesejahteraan suatu Negara dalam waktu singkat. Tetapi jika keduanya

dijalankan secara terpisah atau dikombinasikan pada proporsi yang tidak

benar, maka akan diperlukan beberapa ribu tahun untuk meningkatkan

kesejahteraan. Oleh karena itu Malthus lebih menekankan pada produksi

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

30

maksimum dan alokasi optimum sumber-sumber guna meningkatkan

kesejahteraan suatu Negara dalam jangka pendek.

Menurut Kuncoro (2004), terdapat beberapa indikator yang digunakan

untuk menganalisis development gap antar wilayah. Indikator tersebut adalah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Human Development Index

(HDI), konsumsi rumah tangga perkapita, kontribusi sektoral terhadap PDRB,

tingkat kemiskinan dan struktur fiskal. Ada pun beberapa faktor- faktor

penyebab ketimpangan ekonomi daerah adalah konsentrasi kegiatan ekonomi

wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar

daerah, perbedaan sumber daya alam antar wilayah, perbedaan kondisi

demografi antar wilayah dan kurang lancarnya perdagangan antar wilayah.

Menurut M.S. Ahluwalia (dalam Rahardjo Adisasmita, 2013:112)

untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kesenjangan dalam suatu wilayah,

dilakukan dengan cara menghitung distribusi pendapatan penduduknya yaitu

distribusi pendapatan relatif dan distribusi pendapatan mutlak (absolut). Bila

40 persen penduduk berpendapatan terendah hanya menerima kurang dari 2,5

persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa

wilayah tersebut mengalami tingkat kesenjangan serius. Dengan

membandingkan tingkat kesenjangan pendapatan pada masing-masing

wilayah (A,B,C,D dan E), maka dapat diketahui tingkat kesenjangan

pendapatan diberbagai wilayah.

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

31

Kesenjangan (disparitas) antar daerah (wilayah) terjadi dimana-mana,

sudah merupakan fenomena umum, yang cenderung di banyak Negara

menunjukkan masih memprihatinkan. Mengingat sangat pentingnya masalah

kesenjangan tersebut yang berpengaruh dan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, maka diperlukan analisis terutama dari beberapa aspek, yaitu:

1. Tingkat distribusi pendapatan relatif dan mutlak, serta index

Williamson.

2. Ciri vicious circle dalam pertumbuhan pembangunan, serta luas pasar

dan perilaku kewirausahaan.

3. Dari aspek migrasi dan mobilitas tenaga kerja.

Masing-masing wilayah memiliki ciri-ciri (karakteristik) yang

berbeda-beda (bervariasi) satu sama lainnya. Perbedaan karakteristik wilayah

dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya karena:

1. Faktor teknis dari aspek geografis (wilayah yang terletak di pesisir pantai

dan wilayah daratan), dari aspek topografis (wilayah dataran rendah dan

wilayah perbukitan).

2. Faktor kualitas dan kapasitas sumber daya alamnya, dari aspek tingkat

kesuburan lahannnya (wilayah yang subur lahannya dan wilayah yang

tidak subur atau gersang), dari aspek kandungan kekayaan sumber daya

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

32

alamnya (wilayah yang kaya mengandung bahan tambang atau wilayah

yang terdiri dari bebatuan).

3. Faktor sumber daya manusia (wilayah padat penduduknya dan wilayah

jarang penduduknya, atau wilayah yang penduduknya memiliki tingkat

keterampilan yang tinggi dan wilayah yang penduduknya tidak

berketerampilan).

4. Faktor akumulasi modal (wilayah yang memiliki modal yang cukup besar

dan wilayah yang modalnya rendah).

5. Faktor kemajuan teknologi (wilayah yang telah menerapkan teknologi

maju dan wilayah yang berteknologi sederhana).

Untuk melihat gambaran tingkat distribusi pendapatan ada berbagai

macam ukuran. Para ekonom pada umumnya membedakan antara dua ukuran

pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan

kuantitatif dan analisis, yaitu: distribusi pendapatan perorangan atau ukuran

(size/personal distributions) dan distribusi pendapatan fungsional atau

distribusi pendapatan berdasarkan peranan masing-masing faktor-faktor yang

bisa didistribusikan (distribution factor share). Dalam mengukur distribusi

pendapatan di setiap wilayah, kita dapat menggunakan alat ukur:

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

33

1) Indeks Williamson

Indeks Ketimpangan Williamson adalah analisis yang

digunakan sebagai indeks ketimpangan regional (regional

inequality) dengan rumus sebagai berikut:

CVw = Indeks Williamson

fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)

n = Jumlah penduduk (jiwa)

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i (Rupiah)

y = PDRB per kapita rata-rata (Rupiah)

2) Koefisien Gini

Koefisien Gini adalah pengukuran tingkat ketidakmerataan

pendapatan relatif dan juga merupakan salah satu pengukuran yang

sering banyak dipakai untuk mengukur distribusi pendapatan.

Koefisien Gini ini merupakan variabel yang dinamis, dalam arti

besarnya berubah-ubah baik antar waktu, daerah maupun antar

sektor dalam suatu Negara.

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

34

Besarnya angka koefisien Gini berkisar 0 dan 1, yang

menunjukkan keadaan distribusi pendapatan. Semakin besar

koefisien Gini (yaitu mendekati 1) semakin timpang distribusi

pendapatannya, demikian pula sebaliknya. Perkembangan

koefisien Gini sesuai dengan jalannya proses pembangunan dan

kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah. Semakin cepat laju

pertumbuhan ekonomi koefisien ini cenderung semakin membesar

baik antar waktu, daerah, maupun antar sektor. Hal ini

menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si

miskin akan menjadi semakin besar.

Dalam kenyataannya, koefisien Gini Negara – Negara yang

distribusi pendapatannya sangat tidak merata berkisar antara 0,5

dan 0,7, sedangkan untuk Negara – Negara yang distribusi

pendapatannya relatif merata koefien Gininya akar berkisar antara

0,2 dan 0,35.

Rumus statistik koefisien Gini Rasio :

GR : 1 - ∑ fi(Y*i + Y*i-1)

Keterangan :

GR = koefisien gini rasio

i = jumlah kelas/golongan/kelompok pendapatan

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

35

Y*i = jumlah relatif kumulatif pendapatan pada kelas /

golongan ke-i

Y*i-1 = Y*i kelas/golongan sebelum ke-i

Fi = jumlah frekuensi relatif pendapatan yang digolongkan

Koefisien gini mempunyai beberapa kelebihan, misalnya saja

teknik perhitungannya relatif mudah dan tidak terikat pada

distribusi pendapatan yang sedang diamati. Disamping itu

koefisien ini dapat digunakan sebagai alat pembanding dalam

mengamati kecenderungan sifat dari distribusi pendapatan

masyarakat. Namun demikian, koefisien ini tidak peka terhadap

perubahan-perubahan kecil pendapatan yang diamati karena

tekanannya hanya pada penyebarannya. Selain itu, nilai koefisien

ini sangat dipengaruhi oleh nilai rata-rata yang dipilih untuk

kelompok pendapatan tertinggi.

Menurut Sigit (dalam Siti Parhah) masalah perhitungan

koefisien Gini berkaitan dengan data yang dipergunakan. Dimana

data yang digunakan adalah data pengeluaran konsumsi.

Penggunaan angka pengeluaran konsumsi akan menghasilkan

koefisien Gini yang under estimate.

Masalah lain adalah berkaitan dengan perhitungan distribusi

pendapatan menyangkut unit kalkulasi, apakah rumah tangga atau

perorangan. Semua perhitungan koefisien Gini yang ada di

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

36

Indonesia menggunakan rumah tangga sebagai unit kalkulasi.

Pengeluaran konsumsi, terutama untuk golongan bawah sangat

dipengaruhi oleh banyaknya anggota rumah tangga, maka jumlah

pengeluaran mungkin berkurang, karena besarnya barang

konsumsi yang dibeli tidak langsung merupakan kebutuhan

perorangan anggota rumah tangga. Data pendapatan juga

mempunyai pola hubungan demikian, karena tergantung

banyaknya anggota rumah tangga. Untuk golongan bawah ada

hubungan positif antara jumlah pendapatan keluarga dengan

banyaknya anggota rumah tangga yang bekerja, sedang untuk

golongan atas diperkirakan hubungannya tidak begitu kuat.

Dengan adanya pola hubungan demikian, maka koefisien Gini juga

dipengaruhi oleh besarnya atau banyaknya anggota rumah tangga.

Koefisien Gini yang dihitung berdasarkan pendapatan per

individu sebenarnya lebih bisa menunjukkan distribusi pendapatan

yang sesungguhnya. Efek besarnya rumahtangga bisa diisolir.

Hasil perhitungan cara ini bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah

dari perhitungan Gini dengan dasar rumah tangga.

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

37

D. Pendidikan

Menurut Ghazali (2010:1) Pendidikan adalah proses yang dengannya

masyarakat mentransmisikan atau memindahkan akumulasi pengetahuan,

keahlian, dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Menurut The Human Capital Theory (dalam Ghazali, 2010:5) telah

dinyatakan bahwa pendidikan, pelatihan, atau bentuk investasi manusia yang

lain menanamkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan yang berguna

pada manusia sehingga manusia dapat meningkatkan kapasitas belajar dan

produktifnya, yang memungkinkannya untuk mengejar tingkat pendidikan

atau pelatihan yang lebih tinggi dan untuk meningkatkan pendapatan masa

mendatang mereka dengan meningkatkan penghasilan seumur hidup mereka.

Pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan

pembangunan sektor pendidikan. Melalui pendidikan umum pemerintah dapat

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan kapasitas

produktif bangsa. Program pendidikan harus bersifat luas dan beraneka ragam.

Pendidikan dasar perlu disediakan agar setiap anak usia sekolah dapat

menjalani wajib belajar. Lembaga pelatihan diperkukan untuk memberikan

pendidikan dan pelatihan kepada ahli mesin, ahli listrik, perawat, guru,

penyuluh pertanian, dan sebagainya. Pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga

penelitian didirikan untuk mencetak tenaga-tenaga ahli professional (dokter,

insinyur, ahli ekonomi, ahli administrasi, dan sebagainya).

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

38

Investasi pada modal manusia sangat bersifat produktif dan kreatif.

Negara – Negara dan wilayah-wilayah berkembang membutuhkan sumber

daya manusia (SDM) yang berkemampuan, berketerampilan dan

berpengalaman dalam jumlah banyak untuk melaksanakan pembangunan

meliputi sector primer (pertanian), sektor sekunder (industri/manufaktur), dan

sektor tersier (jasa).

Beberapa ekonom membantah bahwa pentingnya sumber daya manusia

dalam pertumbuhan ekonomi karena sumber daya manusia tidak berhubungan

secara langsung. Sebuah pengesampingan adalah akibat dari pandangan orang

berada yang memandang sebelah mata. Orang yang terpelajar, sebagai contoh

akan mengemukakan gagasan baru tentang cara terbaik untuk memproduksi

barang dan jasa. Apabila gagasan ini diterima oleh kalangan umum sehingga

semua menyetujuinya maka gagasan tersebut adalah sebuah keuntungan

tambahan pendidikan. Pada kasus ini, keuntungan sekolah bagi masyarakat,

bahkan lebih besar daripada perorangan. Argumen ini membenarkan subsidi

besar pada investasi modal sumber daya manusia yang kita pelajari dalam

bentuk pendidikan umum.

E. Hubungan Pendidikan dengan Kesenjangan Ekonomi

Menurut Todaro (1998), ia menyatakan bahwa adanya efek buruk

pendidikan formal terhadap distribusi pendapatan di banyak Negara

berkembang adalah karena pendapatan pekerja yang menyelesaikan

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

39

pendidikan pada tingkat lanjutan dan universitas akan mempunyai perbedaan

pendapatan sampai 300-800 persen dengan tenaga kerja yang hanya

menyelesaikan sebagian ataupun seluruh pendidikan tingkat sekolah dasar.

Pendeknya, apabila golongan miskin tidak mempunyai kesempatan

memperoleh pendidikan lanjutan dan tinggi karena alasan – alasan keuangan

lainnya, maka sistem pendidikan justru akan mempertahankan atau bahkan

memperburuk ketidakmerataan di Negara – Negara Dunia ketiga.

Pendidikan merupakan salah satu awal dari suatu pembangunan. Untuk

mewujudkan suatu pembangunan yang baik, kita perlu meningkatkan

produksi nasional dan memeratakan pendapatan. Dalam meningkatkan

produksi nasional kita harus memiliki sumber daya alam yang cukup,

modal/kapital besar, peningkatan teknologi produksi sehingga dapat

meningkatkan produktivitas dan juga peran yang besar dari sumber daya

manusianya. Sumber daya manusia tidak saja menyangkut jumlah tetapi juga

kualitasnya. Sumber daya manusia yang berkemampuan diperlukan agar

pelaksanaan pembangunan dapat berkesinambungan. Untuk memeratakan

pendapatan juga diperlukan manusia yang berpendidikan dan berkemampuan.

Secara empiris terbukti bahwa terdapat ketimpangan pendapatan yang cukup

berarti, baik antar masyarakat, antar Negara, maupun intermasyarakat dalam

satu Negara.

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

40

F. Investasi

Menurut Mankiw (2013:12), Investasi (investment) adalah pembelian

barang yang akan digunakan pada masa depan untuk menghasilkan barang

dan jasa yang lebih banyak. Investasi adalah jumlah pembelian peralatan

modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan

meliputi pengeluaran untuk rumah baru.

Menurut smith (Adisasmita : 47), investasi dilakukan karena para pemilik

modal mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan

bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata.

Menurut teori Schumpeter (Adisasmita : 114), dikatakan bahwa

penanaman modal dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu:

a. Penanaman modal otonom (outonomous investment), ditentukan oleh

perkembangan dalam waktu jangka panjang, terutama oleh penemuan

kekayaan sumber daya alam yang baru dan kemajuan teknologi,

berarti penanaman modal otonom adalah penanaman modal untuk

menciptakan pembaharuan-pembaharuan (inovasi).

b. Penanaman modal terpengaruh (induced investment), adalah

penanaman modal yang dilakukan sebagai akibat dari adanya kenaikan

dalam produksi, pendapatan, penjualan, atau keuntungan perusahaan.

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

41

Penanaman modal terpengaruh jumlahnya lebih banyak dibandingkan

penanaman modal otonom.

Suatu wilayah mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

dibandingkan wilayah-wilayah lain, memiliki perbedaan dalam laju

pertumbuhan ekonominya, terdapat ketimpangan dalam laju pertumbuhan

ekonomi, yang akan menimbulkan disparitas dalam pendapatan antar wilayah.

Hampir semua ahli ekonomi sepakat menekankan arti pentingnya

pembentukan modal (capital formation) sebagai penentu utama pertumbuhan

ekonomi.

Menurut Nurkse, lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) di Negara

berkembang dapat digunting (dipatahkan) melalui pembentukan modal.

Sebagai akibat rendahnya pendapatan, maka permintaan, produksi, dan

investasi menjadi rendah atau berkurang, yang dapat diatasi melalui

pembentukan modal, melalui pembangunan overhead ekonomi (seperti jalan,

jembatan, dan lainnya) dan overhead social (seperti sekolah dan rumah sakit)

akan menghasilkan kenaikan output nasional, pendapatan dan kesempatan

kerja.

Masalah pokok dalam teori pembangunan ekonomi menurut W.A.Lewis

adalah proses peningkatan tabungan dan investasi nasional. Investasi dalam

peralatan modal akan meningkatkan produksi dan lapangan kerja.

Pembentukan modal menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang

tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi.

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

42

Pembentukan modal akan menciptakan perluasan pasar. Jadi, penciptaan

modal melalui pembangunan overhead ekonomi dan social akan memotong

lingkaran setan kemiskinan baik dari sisi penawaran (tabungan rendah)

maupun dari sisi permintaan (pasar sempit).

Diantara sekian banyak penyebab rendahnya laju pembentukan modal

(capital formation), seperti pendapatan rendah, produktivitas rendah, alasan

kependudukan, kekurangan kewirausahawan, kekurangan overhead ekonomi,

kekurangan peralatan modal, pasar sempit, kekurangan lembaga keuangan,

dan keterbelakangan teknologi, terdapat penyebab lain yang cukup penting,

yaitu kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Terdapat ketimpangan yang

tajam dalam distribusi pendapatan yang membuat laju pertumbuhan modal

tetap rendah.

Keberadaan investasi di Indonesia dijamin sejak dikeluarkannya UU No

1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang kemudian

dilengkapi dan disempurnakan dengan UU No 11 Tahun 1970 dan UU No 6

Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang

dilengkapi dan disempurnakan dengan UU No 12 Tahun 1970.

Pencatatan yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Pasar

Modal yaitu bahwa 52 persen realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan 61 persen dari total PMA didistribusikan di pulau Jawa pada

tahun 2013. Pulau jawa menjadi sasaran untuk berinvestasi. Hal itu

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

43

dikarenakan infrastrukturnya jauh lebih baik, sehingga dapat lebih

menguntungkan para investor.

Menurut Todaro dan Smith (2006:259), Arus internasional sumber-

sumber daya keuangan terwujud dalam dua bentuk:

1. Penanaman modal asing langsung yang dilakukan pihak swasta (private

foreign direct investment) dan investasi portofolio , terdiri dari penanaman

modal asing “langsung” (PMA) yang biasanya dilakukan oleh perusahaan

– perusahaan raksasa multinasional (atau juga biasa disebut perusahaan

transnasional, yakni perusahaan besar dengan kantor pusat yang berada di

Negara-negara maju asalnya, sedangkan cabang operasi atau anak-anak

perusahaannya tersebar di berbagai penjuru dunia) dan investasi asing

“portofolio” (foreign portfolio investment), yang dana investasinya tidak

diwujudkan langsung sebagai alat-alat produksi, melainkan ditanamkan

pada pasar-pasar modal dan kredit milik lembaga swasta (bank, reksadana,

perusahaan) atau individu di Negara – Negara berkembang dalam aneka

bentuk instrument keuangan seperti saham, obligasi, sertifikat deposito,

surat promes investasi, dsb.

2. Bantuan pembangunan resmi pemerintah dan swasta (bantuan luar

negeri/foreign aid) yang berasal dari pemerintah suatu Negara secara

individual atau dari beberapa pihak secara bersama (multilateral) melalui

perantaraan lembaga keuangan pemberi bantuan (donor) multinasional,

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

44

dan bisa pula dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO,

nongovernmental organizations)yang kebanyakan bekerja secara langsung

di lingkup daerah pada Negara – Negara berkembang.

Ada berbagai jenis penanaman modal, diantaranya:

1. Penanaman modal asing swasta

Penanaman modal ini mengalir dalam bentuk investasi tidak langsung.

Yang berbentuk investasi langsung hanya tertuju ke bidang produksi

ekspor, sedangkan untuk bidang manufaktur tidak begitu banyak. Tetapi

sejak perang dunia kedua, lebih dari separuh investasi swasta merupakan

investasi langsung. Investasi swasta langsung biasanya terpusat pada

eksploitasi bahan mentah. Ketika perekonomian lepas landas, investasi

langsung menyerbu perusahaan manufaktur. Itulah sebabnya investasi

langsung mengalir ke Negara yang belum begitu maju dan mempunyai

pasar domestik yang luas. Berikut adalah kelebihan dari investasi

langsung, yaitu:

Investasi ini memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi, dan

organisasi yang mutakhir ke Negara terbelakang.

Pada gilirannya ia akan mendorong perusahaan local untuk

menginvestasikan sendiri lebih banyak pada industry pendukung

atau bekerja sama dengan perusahaan asing.

Keuntungan yang didapat melebihi investasi portofolio.

Page 68: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

45

Disalurkan pada penggunaan yang logis dan produktif.

Kemungkinan pelarian modal dari Negara peminjam kurang dan

karena itu dimungkinkan beban neraca pembayaran menjadi kecil

selama depresi karena investasi langsung.

Pada tahap awal pembangunan, meringankan beban neraca

pembayaran Negara terbelakang.

Karena investasi langsung mengalir ke sector pertanian dan

industri pengolahan yang memproduksi barang primer untuk

ekspor, selanjutnya membantu meringankan posisi neraca

pembayaran Negara terbelakang.

Investasi langsung yang mengalir ke Negara sedang berkembang

terkadang mendorong pengusahanya untuk menanam modal di

Negara terbelakang lain.

Faktor – faktor yang menghambar investasi asing swasta adalah:

Kecilnya pasar domestik yang menyebabkan Rate of Return pada modal

rendah.

Kekurangan fasilitas dasar.

Pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi modal, atau

kekhawatiran akan penolakan sekaligus kesemua itu.

Ancaman pengambil alihan, nasionalisasi atau pemilikan oleh Negara dan

reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik.

Page 69: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

46

Pengaturan perusahaan asing secara ketat.

Pengendalian devisa yang ketat dan khususnya keruwetan dan kelambatan

administrative yang berkaitan dengan pengendalian alat tukar.

Kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal karena perbedaan

konsepsi hukum.

Ketidakstabilan politik dan ekonomi dan kecenderungan sosialis yang

menyebabkan ketidakmenentuan pihak investor asing Negara kapitalis.

2. Penanaman Modal Asing Negara

Investasi asing Negara untuk mempercepat pembangunan ekonomi

adalah lebih penting ketimbang modal asing swasta. Adapun faktor-faktor

yang menentukan jumlah bantuan luar negeri bagi pembangunan ekonomi

adalah tersedianya dana, daya serap Negara penerima, tersedianya

sumber-sumber, kemampuan Negara penerima untuk membayar kembali,

dan kemauan usaha si Negara penerima untuk membangun.

Menurut Adam Smith (82) dalam teorinya ia mengemukakan bahwa

pemupukan modal harus dilakukan lebih dahulu daripada pembagian

kerja, dengan begitu permasalahan pembangunan ekonomi secara luas

adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam

modal. Modal suatu bangsa meningkat dengan cara yang sama seperti

meningkatnya modal perorangan yaitu dengan jalan memupuk dan

menambah secara terus-menerus tabungan yang mereka sisihkan dari

Page 70: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

47

pendapatan. Maka dari itu, cara yang paling cepat ialah dengan

menanamkan modal sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

penghasilan yang paling besar kepada seluruh penduduk agar mereka

sanggup menabung sebanyak-banyaknya. Dengan demikian tingkat

investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan akan

diinvestasikan.

Menurut Ricardo, pemupukan modal merupakan keuntungan, sebab

keuntungan merupakan kekayaan yang disisihkan untuk pembentukan

modal. Pemupukan modal tergantung pada kemampuan untuk menabung

dan kemauan untuk menabung. Kemampuan menabung lebih penting

dalam pemupukan modal. Ini tertgantung pada penghasilan bersih

masyarakat, yaitu sisa lebih dari keseluruhan output setelah dikurangi

biaya hidup minimal buruh (subsistens).

Menurut Malthus (dalam M.L. Jhingan 2012 : 98), akumulasi modal

merupakan faktor paling penting bagi pembangunan ekonomi. Malthus

mengatakan “peningkatan kesejahteraan yang mantap dan

berkesinambungan tidak mungkin tercapai tanpa penambahan modal

secara terus-menerus. Sumber akumulasi modal adalah laba. Laba berasal

dari tabungan para pemilik modal. Para pekerja terlalu miskin untuk

menabung. Jika para pemilik modal lebih banyak menabung dan tidak

banyak membeli barang konsumsi lantaran ingin memperoleh sisa laba

lebih besar, pertumbuhan ekonomi akan menjadi lamban.

Page 71: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

48

Menurut Mill (dalam M.L. Jhingan, 2012 : 106), laju akumulasi modal

tergantung pada jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan atau

besarnya sisa hasil usaha dan kuatnya kecenderungan untuk menabung.

Modal adalah hasil dari tabungan dan tabungan berasal dari penghematan

konsumsi saat ini demi kepentingan konsumsi di masa datang. Walaupun

modal adalah hasil dari tabungan, namun modal tersebut dipergunakan. Ini

berarti tabungan adalah pengeluaran. Hal tersebut menggambarkan

kepercayaan Mill pada hukum pasarnya Say.

G. Hubungan Investasi dengan Kesenjangan Ekonomi

Menurut Rahardjo Adisasmita (2013 : 114-115), suatu wilayah mengalami

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lain,

memiliki perbedaan dalam laju pertumbuhan ekonominya, terdapat

ketimpangan dalam laju pertumbuhan ekonomi, yang akan menimbulkan

disparitas dalam pendapatan antar wilayah.

Alokasi investasi yang terkonsentrasi membuat investasi menjadi tidak

merata dalam antar daerah. Hal itu dikarenakan investor lebih memilih

menanamkan modalnya di daerah yang berfasilitas baik, struktur jalannya

baik, dan juga yang pendidikannya berdominan jauh lebih baik dari daerah

yang masih terbelakang. Hal yang demikian membuat daerah yang hanya

menerima investasi dan bahkan ada daerah yang tidak mendapat penanaman

modal asing akan mengalami kesenjangan antar daerah.

Page 72: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

49

Dengan adanya Investasi yang meliputi Investasi PMA dan PMDN maka

suatu wilayah atau Negara dapat memiliki modal untuk memperbaiki atau

memfasilitasi suatu wilayah atau Negara untuk menjadi wilayah atau Negara

yang lebih maju.

H. Pendapatan

Pendapatan wilayah dapat digambarkan dengan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) yang memiliki istilah total nilai tambah bruto yang

dihasilkan seluruh sektor ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu

(biasanya satu tahun) tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi

(BPS,2000).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah suatu

indikator pengukur tingkat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah.

Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam pengembangan ekonomi

wilayah, kita juga harus meningkatkan kesejahteraan agar mampu

menciptakan pemerataan pendapatan. PDRB ini disajikan atas dasar harga

konstan yang dapat dihitung dari pertumbuhan ekonomi yang

menggambarkan pertambahan riil kemampuan ekonomi suatu wilayah dan

atas dasar harga berlaku yang dapat dilihat dari struktur ekonomi yang

menggambarkan andil masing-masing sektor ekonomi. PDRB Per Kapita

ditujukan sebagai tingkat kesejahteraan penduduk, walaupun angka ini tidak

menjelaskan distribusi pendapatan penduduk.

Page 73: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

50

PDRB perkapita dapat dipakai sebagai indikator produktivitas rata-rata

penduduk suatu daerah. PDRB per kapita dihitung dari hasil bagi antara nilai

PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Indikator ini

menjadi salah satu ukuran kesejahteraan penduduk secara kasar dalam suatau

wilayah. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita maka mencerminkan tingkat

kesejahteraan penduduk di wilayah yang bersangkutan secara rata-rata yang

semakin tinggi pula.

I. Hubungan Pendapatan dengan Kesenjangan Ekonomi

Menurut Todaro (2006) laju pertumbuhan yang tinggi tidak selalu

memperburuk distribusi pendapatan. Todaro juga mengemukakan bahwa

karakter pertumbuhan ekonomi yaitu bagaimana cara mencapainya, siapa

yang berperan serta sektor-sektor mana yang mendapat prioritas dan lembaga

apa yang mengatur.

Keberhasilan dari pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonominya. Bila laju pertumbuhan ekonomi mengalami

peningkatan maka berarti pembangunan ekonomi telah berjalan dengan baik.

Dari waktu ke waktu, jumlah penduduk di suatu wilayah selalu bertambah

dengan laju pertumbuhan relatif tinggi, maka kebutuhan akan barang dan jasa

meningkat, produksi ditingkatkan, output total meningkat, PDRB meningkat

pula. Kondisinya pada masing-masing wilayah berbeda-beda, karena

perbedaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Ada wilayah yang

Page 74: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

51

berkembang cepat dan sebaliknya banyak wilayah yang berkembang lamban.

Terdapat perbedaan dalam laju pertumbuhan ekonomi antar wilayah.

Perbedaan dalam laju pertumbuhan ekonomi antar wilayah tersebut

mencerminkan perbedaan dalam tingkat kemajuan dari berbagai wilayah yang

berbeda-beda, dengan kata lain timbulnya ketimpangan (kesenjangan) atau

disparitas antar wilayah.

J. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan Pendidikan, Investasi, dan tingkat

pendapatan terhadap kesenjangan ekonomi telah banyak dilakukan oleh

peneliti – peneliti sebelumnya. Diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi yang berjudul “Analisis faktor – faktor yang

mempengaruhi kesenjangan pendapatan di Propinsi Jawa Tengah”

yang ditulis oleh Annisa Ganis Darmajati. Variabelnya meliputi

Kesenjangan pendapatan, tingkat pengangguran, angka partisipasi

kasar, dan aglomerasi. Metode yang digunakan adalah data panel

yang merupakan gabungan dari data cross section yaitu data dari

35 kabupaten/ kota di provinsi Jawa Tengah dan data time series

dari tahun 2004-2008 (5 tahun). hasil dari penelitian tersebut

seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

kesenjangan pendapatan di Jawa Tengah.

Page 75: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

52

2. Tesis yang berjudul “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap

Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia” yang ditulis

oleh Siti Parhah. Variabelnya meliputi inflasi, pengangguran,

pajak, pengeluaran pembangunan, dan PDRB Perkapita

3. Skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomidan

Tingkat Ketimpangan Pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003-2012” yang ditulis oleh

Devi Nurita Noviana. Variabelnya meliputi ketimpangan ekonomi

yang mengaitkannya dengan indeks gini, pertumbuhan. Metode

yang digunakan adalah analisis Indeks Williamson dan Indeks

Enthropi Theil untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar

daerah, analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share, dan

typology klassen.). hasil dari penelitian tersebut adalah

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tergolong tinggi (>o,5) yaitu dengan analisi

indeks Williamson sebesar 0,71 dan analisis Indeks enthropi theil

sebesar 4,35.

4. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penanaman Modal asing (PMA),

tingkat pendidikan, dan Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap

Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Banten Periode

2005-2011” yang ditulis oleh Indah Sukma Ramdhini. Variabel

yang digunakan meliputi Indeks Williamson, Penanaman Modal

Page 76: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

53

Asing (PMA), Tingkat Pendidikan, dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Metode yang digunakan adalah analisis data panel dengan

model Fixed Effect Model (FEM) dengan periode waktu penelitian

tahun 2005-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

ketimpangan pembangunan di Provinsi Banten cenderung

meningkat. Berdasarkan tipologi klassen, Kota Tanggerang

termasuk dalam kategori maju dan cepat berkembang. Hasil

analisis data panel dengan model FEM, Penanaman Modal Asing

(PMA), tingkat pendidikan, dan Pendapatan Asli Daerah(PAD)

berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di

Provinsi Banten.

5. Jurnal yang berjudul “The Effect of Income Inequality on

Economic Growth in China” yang ditulis oleh Ye Tian. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Koefisien Gini, Laju

Pertumbuhan Ekonomi, PDB Perkapita, Pertumbuhan Penduduk,

Investasi, dan tingkat tabungan. Metode penelitian yang digunakan

adalah model regresi. Hasil penelitiannya adalah ketimpangan

pendapatan memiliki dampak negatif kepada pertumbuhan

ekonomi di Cina.

6. Tesis yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kontribusi

Output Sektor Industri, Upah Minimum, dan Tingkat Pendidikan

terhadap Kesenjangan Pendapatan di Indonesia”, yang ditulis oleh

Page 77: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

54

Adrian Coto. Variabel yang digunakan adalah Pertumbuhan

Ekonomi, Kontribusi Output Sektor Industri, Upah Minimum

Regional, dan Tingkat Pendidikan Pekerja. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kesenjangan pendapatan, persentase output

sector industry, upah minimum regional, dan tingkat pendidikan

pekerja berpengaruh negative dan signifikan terhadap kesenjangan

pendapatan.

7. Jurnal yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kesenjangan

Pendapatan dengan Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas

Negara” yang ditulis oleh Joko Waluyo. Variabel yang digunakan

adalah Kesenjangan Pendapatan, Investasi, PDB per Kapita, dan

Pertumbuhan Ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut adalah

kesenjangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negative dan signifikan dan investasi pun tidak dapat

memperbaiki redistribusi pendapatan tetapi dapat memperbaiki

kepemilikan tanah dan meningkatkan efisiensi sumber daya

ekonomi.

8. Jurnal yang berjudul “Income Inequality and Economic Growth:

Enhancing or Retarding Impact?” Yang ditulis oleh Kamila

Mekenbayeva dan Semih Baris Karakus. Variable yang digunakan

adalah koefisien gini dan pertumbuhan ekonomi 9 negara dengan

Page 78: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

55

tahun 1980-2009. Metode yang digunakan adalah analisis data

panel unit root tests dan panel cointegration test serta

menggunakan alat analisis random effect model. Hasil penelitian

tersebut adalah dalam panel cointegration test hubungan jangka

panjang antara pertumbuhan ekonomi dan gini. Dengan

menggunakan analisis random effect model dapat kita lihat

interpretasi hasil keseluruhan serta individual efek pada Negara.

Hasilnya menunjukkan bahwa ketimpangan dapat meningkatkan

kinerja ekonomi di Negara-negara maju, sementara situasi

sebaliknya ada di Negara berkembang.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul danNama

Peneliti

VariabelPenelitian

Alat Analisis HasilPenelitian

Annisa GanisDarmajati

Variabel Y:KesenjanganPendapatan

Variabel X:TingkatPengangguran,Angka PartisipasiKasar,Aglomerasi

Data Panel Seluruhvariable

independenberpengaruh

signifikanterhadap

kesenjanganpendapatan

Siti Parhah Variabel Y:KesenjanganPendapatan

KoefisienGini, Data

Panel

Inflasi danpajak berefek

progresif,Pengangguran

Page 79: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

56

Variabel X:inflasi,pengangguran,pajak,pengeluaranpembangunan,dan PDRBPerkapita

danpengeluaran

pembangunanberefek

regresif, danPDRB Per

Kapitamempunyaihubungan

positifterhadap

ketimpanganpendapatan

Devi NuritaNoviana

Variabel Y:KetimpanganPendapatan

Variabel X:Pertumbuhan

Williamsondan IndeksEnthropi

Theil,LocationQuotient

(LQ), ShiftShare

Ketimpanganpendapatanantarkabupaten/kotadi ProvinsiDaerahIstimewaYogyakartatergolongtinggi (>o,5)yaitu dengananalisi indeksWilliamsonsebesar 0,71dan analisisIndeksenthropi theilsebesar 4,35.

Indah SukmaRamdhini

VariabelY:KetimpanganPembangunan

Variabel X:Penanaman ModalAsing (PMA),tingkat pendidikan,dan pendapatanasli daerah (PAD)

IndeksWilliamson,

TipologiKlasen, Data

Panel

PenanamanModal Asing(PMA), tingkatpendidikan, danpendapatan aslidaerah (PAD)berpengaruhsignifikanterhadapketimpangan

Page 80: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

57

pembangunan

Ye Tian Variabel Y:KetimpanganPendapatan

Variabel X: LajuPertumbuhanEkonomi, PDBPerkapita

KoefisienGini, Regresi

Ketimpanganpendapatanmemilikidampaknegatif kepadapertumbuhanekonomi diCina.

Adrian Coto Variabel Y:KesenjanganPendapatan

Variabel X:PertumbuhanEkonomi,KontribusiOutput SektorIndustri, UpahMinimumRegional, danTingkatPendidikanPekerja

Pertumbuhanekonomiberpengaruhpositif dansignifikanterhadapkesenjanganpendapatan,persentaseoutput sectorindustri, upahminimumregional, dantingkatpendidikanpekerjaberpengaruhnegatif dansignifikanterhadapkesenjanganpendapatan.

Joko Waluyo Variabel Y:KesenjanganPendapatan

Variabel X:Investasi, PDBper Kapita, danPertumbuhanEkonomi

Kesenjanganpendapatanterhadappertumbuhanekonomiberpengaruhnegatif dansignifikan daninvestasi pun

Page 81: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

58

tidak dapatmemperbaikiredistribusipendapatantetapi dapatmemperbaikikepemilikantanah danmeningkatkanefisiensisumber dayaekonomi.

KamilaMekenbayeva

dan SemihBaris Karakus

Variabel Y:Kesenjangan

Variabel X:PertumbuhanEkonomi

KoefisienGini, datapanel unit

root tests danpanel

cointegrationtest

Panelcointegrationtest hubunganjangka panjangantarapertumbuhanekonomi dangini. Denganmenggunakananalisisrandom effectmodel dapatkita lihatinterpretasihasilkeseluruhansertaindividual efekpada Negara.Hasilnyamenunjukkanbahwaketimpangandapatmeningkatkankinerjaekonomi diNegara-negaramaju,sementara

Page 82: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

59

situasisebaliknya adadi Negaraberkembang.

K. Kerangka Berpikir

Kesenjangan ekonomi adalah masalah yang kompleks dan harus

diselesaikan. Kini masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk

menanggulanginya. Penelitian ini menggunakan rasio gini sebagai tolak

ukur kesenjangan.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel independen yaitu (X1)

pendidikan dengan akumulasi dari jumlah murid SMA sederajat yang

dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia yang lebih siap

kerja, (X2) investasi yang di dalamnya terbagi dua menjadi penanaman

modal asing (PMA), (X3) penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang

dapat mempengaruhi alokasi modal dan kemajuan suatu daerah, (X3)

tingkat pendapatan yang dapat dilihat dari Produk Domestik regional Britu

(PDRB) yang menggambarkan pendapatan di suatu wilayah dan dengan

pendapatan tersebut dapat diukur sejauh mana tingkat kesenjangan terjadi,

dan variabel dependen (Y) yaitu kesenjangan ekonomi yang

mengambarkan kesenjangan pendapatan. Berikut adalah kerangka

pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 83: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

60

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Uraian:

1. Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kesenjangan ekonomi, dikarenakan semakin banyak masyarakat

yang berpendidikan tinggi akan meningkatkan pendapatan mereka,

sehingga kesenjangan ekonomi akan semakin kecil.

2. PMA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesenjangan

ekonomi, dikarenakan semakin banyak investor asing yang

Page 84: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

61

melalukan investasi maka akan membuka peluang bagi daerah

tersebut untuk semakin berkembang dan maju.

3. PMDN berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesenjangan

ekonomi, dikarenakan semakin banyak investor asing yang

melalukan investasi maka akan membuka peluang bagi daerah

tersebut untuk semakin berkembang dan maju.

4. PDRB Per Kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi pendapatan masyarakat

yang diukur melalui PDRB Per Kapita, maka kesenjangan akan

semakin berkurang karena terjadi pemerataan pendapatan.

L. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menganalisis kesenjangan ekonomi antar Kabupaten/Kota di

Provinsi D.I. Yogyakarta. Dengan menggunakan variabel Pendidikan,

Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),

tingkat pendapatan yang digambarkan dengan PDRB per Kapita, dan juga

Kesenjangan Ekonomi yang digambarkan dengan rasio gini.

Dalam Tesis yang berjudul “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap

Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia” yang ditulis oleh Siti

Parhah. Variabelnya meliputi inflasi, pengangguran, pajak, pengeluaran

pembangunan, dan PDRB Per kapita. Hasil dari penelitian ini adalah inflasi

dan pajak bersifat progresif, pengangguran dan pengeluaran pembangunan

Page 85: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

62

bersifat regresif dan PDRB Per Kapita mempunyai hubungan positif terhadap

ketimpangan pendapatan.

Dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA),

tingkat pendidikan, dan pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Banten Periode 2005-2011”

yang ditulis oleh Indah Sukma Ramdhini. Variable yang digunakan meliputi

Ketimpangan Pembangunan yang digambarkan dengan Indeks Williamson,

Penanaman Modal Asing (PMA), Tingkat Pendidikan, dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Metode yang digunakan adalah analisis data panel dengan

model Fixed Effect Model (FEM) dengan periode waktu penelitian tahun

2005-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketimpangan

pembangunan di Provinsi Banten cenderung meningkat. Berdasarkan tipologi

klassen, kota Tanggerang termasuk dalam kategori maju dan cepat

berkembang. Hasil analisis data panel dengan model FEM, Penanaman Modal

Asing (PMA), Tingkat Pendidikan, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi

Banten.

Berdasarkan penjelasan dalam penelitian terdahulu diatas dan perumusan

masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti akan menjelaskan hubungan

antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian ada atau tidaknya

pengaruh variable independen terhadap variable dependen. Hasil dari

hipotesis sementara dalam penelitian ini meliputi:

Page 86: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

63

1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama antara

variabel independen Pendidikan (X1), PMA (X2), PMDN(X3),

PDRB Per Kapita (X4), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

H1 : Diduga terdapat pengaruh secara bersama-sama antara

variabel independen Pendidikan (X1), PMA (X2), PMDN(X3),

PDRB Per Kapita (X4), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara variabel independen

Pendidikan (X1), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

H1 : Diduga terdapat pengaruh antara variabel independen

Pendidikan (X1), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara variabel independen

PMA (X2), terhadap variabel dependen Kesenjangan Ekonomi

(Y).

H1 : Diduga terdapat pengaruh antara variabel independen PMA

(X2), terhadap variabel dependen Kesenjangan Ekonomi (Y).

4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara variabel independen

PMDN (X3), terhadap variabel dependen Kesenjangan Ekonomi

(Y).

Page 87: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

64

H1 : Diduga terdapat pengaruh antara variabel independen PMDN

(X3), terhadap variabel dependen Kesenjangan Ekonomi (Y).

5. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara variabel independen

PDRB Per Kapita (X4), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

H1 : Diduga terdapat pengaruh antara variabel independen PDRB

Per Kapita (X4), terhadap variabel dependen Kesenjangan

Ekonomi (Y).

Page 88: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

65

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model regresi untuk analisis regresi untuk

keperluan estimasi. Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependent yaitu

kesenjangan ekonomi dan 4 (empat) variabel independent (bebas) yaitu

pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN), dan tingkat pendapatan. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Data Panel, yaitu

analisis yang menggabungkan data time series dan cross section. Adapun data

time series yang telah ditentukan adalah tahun 2003-2013, selain itu telah

ditentukan juga data cross section yang akan diteliti meliputi 4 (empat)

kabupaten, yaitu Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, dan Sleman serta 1 (satu)

kotamadya yaitu Yogyakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Analisa data dalam penelitian tidak terlepas dari penentuan sampel, karena

sampel merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian dan jika diabaikan

maka hasil interpretasi yang diperoleh nantinya akan keliru terhadap variabel

yang akan diungkap. Menurut Priadana & Muis (2009), “Sampel merupakan

sebagian dari elemen-elemen populasi. Sebuah sampel yang ditemukan tidak

Page 89: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

66

selalu memenuhi persyaratan dalam variabel penelitian sehingga diperlukan pula

besaran peluang representatifnya sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi

penelitian”. Dengan nilai representatif yang lebih besar maka semakin besar pula

ketepatan sampel yang digunakan, sehingga variabel yang akan diungkap tidak

mengalami kekeliruan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5

Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Metode pengambilan sampel yang

akan digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang

dilakukan karena tujuan penelitian hanya dimaksudkan untuk mengungkap

variabel sebatas dalam sampel itu saja.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Provinsi D.I. Yogyakarta dan juga BPS Pusat di Jakarta,

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dan telah

dipublikasikan. Data yang telah diperoleh meliputi : Rasio Gini, Jumlah Rasio

Murid terhadap Guru SMA sederajat (Negeri dan Swasta), Penanaman Modal

Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN), dan PDRB Per Kapita

ADHK. Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003-2013. Secara keseluruhan data

diperoleh dari BPS.

Page 90: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

67

D. Metode Analisis

Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan

pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang telah diperoleh

maka diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.

1. Metode Data Panel

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011), “Data panel atau pooled data

merupakan data yang terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel) dan data

runtut waktu (berdasar waktu)”. Analisis regresi data panel adalah analisis

regresi yang didasarkan pada data panel untuk mengamati hubungan antara

variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Hal ini sesuai

dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai masalah Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan

studi kasus 5 Kabupaten/Kota dengan tahun yang akan diteliti dari 2003

sampai dengan 2013.

Model dengan data cross section :

Yi = α + β Xi + Ɛi ; i = 1,2,…,N

N = Banyaknya data cross section

Model dengan data time seris :

Yt = α + β Xt + Ɛi ; t = 1,2,…,T

T = Banyaknya data time series

Page 91: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

68

Melihat data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data

time series maka model yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

Yit = α + β Xit + Ɛit ; I = 1,2,…,N; t = 1,2,…,T

Dimana :

N = Banyaknya data cross section

T = Banyaknya data time series

N X T = Banyaknya data panel

Menurut Hsiao (2003) dan Baltagi (2005) dalam (Adit Agus Prastyo,

2010), Keunggulan penggunaan metode data panel dibandingkan metode time

series atau cross section adalah :

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap

individu.

b. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi, mengurangi

kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan (degree of

freedom), dan lebih efisien.

c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis

dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.

d. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana

tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.

e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih

kompleks.

Page 92: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

69

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

2. Pemodelan data panel

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi data

panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), 2) pendekatan

efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak (Random Effect

Model).

a. Pendekatan Pooled Least Square

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana karena

menggabungkan data cross section dan data time series sebagai

analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi antar

individu maupun rentang waktu, sehingga model ini dapat pula dapat pula

disebut sebagai model OLS biasa karena menggunakan kuadrat terkecil.

b. Pendekatan Fixed Effect Model

Metode efek tetap ini dapat menunjukan perbedaan antar objek

meskipun dengan regresor yang sama. Model ini dikenal dengan model

regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini dimaksudkan adalah bahwa

sutu objek, memiliki konstan yang tetap besarannya untuk berbagai

periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap

besaranya dari waktu ke waktu (time invariant).

Page 93: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

70

Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan efek

individual dan efek waktu dan tidak perlu mengasumsikan bahwa

komponen eror tidak berkolerasi dengan variabel bebas yang mungkin

sulit dipenuhi. Dan kelemahan metode efek tetap ini adalah

ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap

objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat

berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain.

c. Pendekatan Random Effect Model

Keputusan untuk memasukan variabel boneka dalam model efek tetap

(fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi

(trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya

akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model panel

data yang didalamnya melibatkan kolerasi antar error term karena

berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan

pendekatan model komponen eror (eror component model) atau disebut

juga model efek acak (random effect)

Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap yang

menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian.

Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek menggunakan residual,

yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek. Syarat untuk

Page 94: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

71

menganalisis efek random yaitu objek data silang harus lebih besar dari

pada banyaknya koefisien (Winarno, 2007).

3. Pemilihan Model Data Panel

Ada dua tahap dalam memilih metode dalam data panel. Pertama kita

harus membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian

dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka

model PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima,

maka tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan lagi dengan

model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test untyk

menentukan metode mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.

a. PLS vs FEM ( Uji Chow)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS)

atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap Fixed

Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model dimana ia

menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal

asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama

cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit

tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat

digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut.

Page 95: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

72

H0: Model PLS (Restricted)

H1: Model Fixed Effect (Unrestricted)

Di mana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:

F = (R2UR – R2

R) / m

(1 – R2UR) / df

Di mana:

R2UR : Unrestricted R2

R2R : Restructed R2

m : df for numerator (N-1)

df : df for denominator (NT-N-K)

N : Jumlah Unit cross section

T : Jumlah Unit time series

K : Jumlah koefisien variabel

Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel

yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya

jika H0 diterima, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih

apakah akan memakai model FEM atau REM baru dianalisis.

b. FEM vs REM (Uji Hausman)

Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat digunakan

sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random

Effect Model yaitu:

Page 96: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

73

1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit

cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda.

Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada

kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.

2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua

pendekatan dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita meyakini

bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil

secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya,

apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih

dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita menggunakan

FEM.

3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan

variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM

akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak

habis.

4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM

dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan tidak bias.

Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan dengan

menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan Hausman.

Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-

square statistik sehinggan keputusan pemilihan model akan dapat

Page 97: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

74

ditentukan secara statistik.

Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test

dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, di mana k

adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari

Hausman test signifikan, maka H0 ditolak , yang FEM digunakan.

4. Model Empiris

Model persamaan dasar data panel yaitu:

Yit = β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 X4it + µit……………….

Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

RGit = β0 +β1 PDKit + β2 PMAit + β3 PMDNit + β4 PDRBPKit +

µit………..

Dimana:

RGit : Kesenjangan Pendapatan di daerah i pada periode t

PDKit : Pendidikan di daerah i pada periode t

PMAit : Penanaman Modal Asing di daerah i pada periode t

Page 98: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

75

PMDNit : Penanaman Modal Dalam Negeri di daerah i pada periode

t

PDRBPKit: Pendapatan Per Kapita di daerah i pada periode t

β0…, βn : koefisien regresi (konstanta)

µit : error term

Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan

besaran dari masing – masing parameter dalam model persamaan diatas.

Nilai dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan

untuk menguji hipotesis penelitian.

5. Uji Asumsi Klasik

Terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum di lakukannya

regresi, hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah data terbebas dari

masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji

asumsi klasik ini penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang

linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased

Estimator – BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung

masalah. Untuk itu perlu dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi

yang digunakan sudah memenuhi asumsi tersebut. Asumsi – asumsi

tersebut antara lain:

Page 99: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

76

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat, dan variabel bebas, keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak normal. Untuk menguji apakah distribusi

data normal dilakukan dengan uji Jarque-Bera atau JB test. Hipotesis

sebagai berikut:

H0 : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Jika nilai JB hitung > Chi square tabel , maka hipotesis yang

menyatakan bahwa residual uji t terdistribusi normal ditolak yang

artinya terdapat distribusi data tidak normal, dan begitu pula

sebaliknya.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel

independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan

regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu

variabel independen). (Wing Wahyu, 2011 : 5.1)

Menurut Singgih Santoso (2010 : 206), Multikolinearitas

mengandung arti bahwa antar variabel independen yang terdapat

dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati

sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).

Page 100: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

77

Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa informasi

antara lain:

1. Nilai R2 tinggi, tetapi variable independen banyak yang tidak

signifikan.

2. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen,

apabila koefisien rendah maka tidak terdapat multikolinearitas.

3. Dengan melakukan regresi auxiliary, yaitu regresi yang dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih)

variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi

satu variabel independen lainnya.

Sedangkan alternatif menghilangkan multikolinearitas antara lain

bisa dengan menambahkan data penelitian bila memungkinkan, karena

masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi

yang sedikit. Selain itu dapat dengan menghilangkan salah satu

variabel independen terutama yang memiliki hubungan linier yang

kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak mungkin dihilangkan

maka tetap harus dipakai. Selanjutnya bisa dengan

mentransformasikan salah satu (atau beberapa) variabel dengan

melakukan diferensiasi. (Wing Wahyu, 2011 : 5.7 – 5.8)

c. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (i) residual

yang memiliki nilai rata-rata nol, (ii) residual yang memiliki varian

Page 101: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

78

yang konstan, (iii) dan juga residual yang suatu observasinya tidak

saling berhubungan dengan residual observasi lainnya sehingga

menghasilkan estimator yang BLUE. Apabila asumsi (i) tidak

terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak

membawa konsekuensi serius dalam analisis ekonometrik. Sedangkan

jika asumsi (ii) dan (iii) tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada

prediksi dengan model yang dibangun. Dalam kenyataannya, nilai

residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal ini sering terjadi pada

data yang bersifat cross section disbanding time series. (Wing Wahyu,

2011 : 5.8)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Diantaranya

dapat menggunakan Uji White.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Tentu saja

model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokorelasi.

(Gujarati 2007:112). Autokorelasi menurut Wing Wahyu Winarno

(2011 : 5.26) dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi

negatif.

Page 102: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

79

Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan

melakukan Uji Durbin – Watson.

Tabel 3.1Uji Durbin – Watson

Adaautokorelasi positif

Tidakdapatdiputuskan

Tidak adaautokorelasi

Tidakdapatdiputuskan

Adaautokorelasi negatif

0 dl du 4-du 4dl

1,10 1,54 2 2,46 2,90

Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model

tersebut tidak terdapat autokorelasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada

diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokorelasi.

(Wing Wahyu, 2009: 5.27)

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah

koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya

dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik

tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti

dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel

bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji

hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:

Page 103: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

80

a. Uji Signifikansi Individual (uji t)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing – masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t

dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t table dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing -masing

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

(individu).

2. Ho : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

(individu).

3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf

signifikan 5% (α = 0,05) dengan criteria penilaian sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t table maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti

ada pengaruh yang signifikan dari masing – masing variable

independen terhadap variable dependen secara parsial

(individu).

b. Jika t hitung < t table maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti

tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing – masing

variabel independen terhadap variable dependen secara parsial

(individu).

Page 104: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

81

b. Uji Signifikansi simultan (uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat

berpengaruh terhadap variable dependen. Cara yang digunakan

adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Ho : β = 0 berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan

(bersama-sama).

2. Ho : β > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan

(bersama-sama).

3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf

signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai

berikut:

a) Jika F hitung > F table maka Ha diterima dan Ho ditolak

berarti ada variable independen secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable

dependen.

b) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

berarti ada variable independen secara bersama-sama tidak

Page 105: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

82

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable

dependen.

c. Koefisien Determinasi R2

Untuk mengetahui penaksiran parameter dan standard error

bahwa model regresi estimasi cukup baik atau tidak perlu dilakukan

cara untuk mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi

dengan data. Ukuran yang biasa yang digunakan untuk keperluan

ini adalah Goodness of Fit (R2) . ukuran ini mencerminkan seberapa

besar variasi dari (regressand) (Y) dapat diterangkan oleh regressor

(X). Bila R2 =0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh

X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y, 100%

dapat diterangkan oleh X. dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua

titik pengamatan berada pada garis regresi. Dengan demikian,

ukuran goodness of fit dari suatu model ditentukan oleh R2 yang

nilainya antara nol dan satu. (Nachrowi dan Usman).

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang mendasari

penelitian variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.

Variable dependen dapat di tulis dalam Y. Variabel dependen adalah

variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat.

Page 106: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

83

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan

pendapatan antar wilayah, maka penelitian ini menspesifikasikan

variabel dependen dan definisi operasional sebagai “Y” (CG). Data yang

digunakan adalah data perhitungan koefisien gini menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

variable lain (Umar, 2003:45). Variabel dapat di tulis dalam X.

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesenjangan pendapatan antar wilayah, maka penelitian ini

menspesifikasikan variable independen dan definisi operasional

sebagai berikut:

a. Pendidikan adalah proses yang dengannya masyarakat

mentransmisikan atau memindahkan akumulasi pengetahuan,

keahlian, dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi

berikutnya. Dalam variable ini penulis menggunakan data

pendidikan yang berasal dari jumlah seluruh siswa SMA

sederajat.

b. Penanaman Modal Asing adalah suatu usaha yang dilakukan

oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya di suatu

Page 107: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

84

Negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui

penciptaan suatu produksi barang atau jasa.

c. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kondisi dimana

seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

d. PDRB Per Kapita adalah total PDRB dibagi dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita dapat dipakai

sebagai indicator produktivitas rata-rata penduduk suatu

daerah.

Tabel 3.2

Operasional Variabel penelitian

JenisVariabel

Variabel Definisi Variabel Ukuran

Dependen KesenjanganPendapatan

Rasio GinimenurutKabupaten/KotaProvinsi DIY

Rasio

Independen Pendidikan Jumlah Pendudukyang bersekolahdi SMA sederajat

Rasio

Independen Penanaman ModalAsing (PMA)

Realisasi PMAmenurutKabupaten/KotaProvinsi DIY

Rasio

Independen Penanaman ModalDalam Negeri

Realisasi PMDNmenurutKabupaten/KotaProvinsi DIY

Rasio

Independen PDRB Per Kapita Jumlah Total dariPDRB ADHK

Rasio

Page 108: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

85

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum objek penelitian

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil kedua

setelah DKI Jakarta. Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional, dan

internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi

Bali. Pada pertengahan tahun 1997, telah terjadi krisis ekonomi yang

berakibat dengan melemahnya kegiatan perekonomian di Indonesia, termasuk

DIY dan juga DIY mengalami beberapa bencana alam besar

termasuk bencana gempa pada tanggal 27 Mei 2006, dan erupsi Gunung

Merapi pada bulan Oktober-November 2010. Di sebelah selatan Provinsi

terdapat garis pantai sepanjang 10 km yang berbatasan dengan Samudera

Indonesia, di sebelah utara menjulang tinggi gunung yang paling aktif di

dunia yaitu Merapi (2.968 m).

Provinsi DIY terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang

dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Provinsi Jawa Tengah di

bagian lainnya. Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten

Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

Page 109: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

86

Kabupaten Magelang di bagian barat laut, dan Kabupaten Purworejo di bagian

barat.

Provinsi DIY mempunyai luas 3.185,80 km2. Berdasarkan bentang

alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi,

yaitu satuan fisiografi Gunung Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan

atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan

satuan fisiografi Dataran Rendah. Kondisi fisiografi tersebut membawa

pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana, dan sarana

wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan

pembangunan antarwilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar,

seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota

Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi

Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi,

dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga

merupakan wilayah yang lebih maju, dan berkembang.

Pemerintahan DIY merupakan metamorfosis dari Pemerintahan

Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara Kadipaten

Pakualaman, khususnya bagian Parentah Jawi yang semula dipimpin

oleh Pepatih Dalem untuk Negara Kesultanan Yogyakarta, dan Pepatih

Pakualaman untuk Negara Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu

Pemerintahan DIY memiliki hubungan yang kuat dengan Keraton

Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman. Sehingga tidak mengherankan

Page 110: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

87

banyak pegawai negeri sipil daerah yang juga menjadi Abdidalem

Keprajan Keraton maupun Puro. Walau demikian mekanisme perekrutan

calon pegawai negeri sipil daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Perekonomian DIY tahun 2013 tumbuh mengesankan karena semua

sektor tumbuh positif dan berdasarkan perhitungan PDRB tumbuh sebesar

5,40 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,32 persen. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013

tercatat sebesar Rp 63.690.318 juta, dengan PDRB per kapita sebesar

Rp17.717.081 atau naik 10,36 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar

Rp16.053.977. Pada tahun 2013, kontribusi terbesar berasal dari sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,65 persen. Kemudian diikuti

sektor jasa-jasa, sektor pertanian, dan sektor industri pengolahan masing-

masing memiliki andil 20,16 persen; 13,91 persen dan 13,77 persen. Sektor

bangunan, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi masing-masing berperan sebesar 10,85 persen,

10,27 persen dan 8,48 persen. Sementara sektor listrik, gas dan air bersih serta

sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan kontribusi

terkecil yakni masing-masing sebesar 1,25 persen dan 0,65 persen dari total

PDRB harga berlaku.

Secara administratif, wilayah Provinsi DIY terdiri dari 4 kabupaten

dan 1 kota, yaitu :

Page 111: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

88

a. Kabupaten Bantul

Kabupaten ini beribukota Bantul, yang berbatasan dengan kota

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunung Kidul di

timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat.

Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter

mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian

sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah terparah akibat gempa adalah

Pundong dan Imogiri.

Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 km2 dan jumlah penduduk

955.015 dengan kepadatan penduduk 1.884/km2. Kabupaten Bantul terdiri

atas 17 kecamatan dan 75 desa. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bantul,

sekitar 11 km sebelah selatan Kota Yogyakarta. Sektor unggulan dari

daerah Bantul ini meliputi sektor pertanian, sektor pertambangan dan

penggalian sektor bangunan, sektor pengangkutan, dan komunikasi serta

sektor jasa-jasa.

b. Kabupaten Gunung Kidul

Kabupaten ini pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Wonosari.

Kabupaten ini relatif rendah kepadatan penduduknya daripada kabupaten

lainnya. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan

Kabupaten Sukoharjo di utara, Kabupaten Wonogiri di timur, Samudera

Hindia di selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten dan Kabupaten

Sleman di barat. Kabupaten Gunung Kidul memiliki 18 kecamatan dan

Page 112: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

89

144 desa. Luas wilayah Kabupaten ini 1.485,36 km2 dan jumlah

penduduknya 693.524 dengan kepadatan penduduk 467/km2.

Kabupaten ini beragam potensi perekonomiannya mulai dari pertanian,

perikanan, dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang, serta

potensi pariwisata. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka

untuk dikembangkan. Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan,

pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk

dikembangkan. Sektor unggulan dari daerah Gunung Kidul ini meliputi

sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan,

serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

c. Kabupaten Kulon Progo

Kabupaten ini beribukota Wates. Luas wilayah Kabupaten ini 586,27

dan jumlah penduduknya 401.450 dengan kepadatan penduduk 685/km2.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten

Bantul di timur, Samudera Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di

barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Kabupaten Kulon Progo terdiri

atas 12 kecamatan dan 88 desa. Kulon Progo berbatasan langsung dengan

dengan Provinsi Jawa Tengah yang merupakan pintu gerbang dengan

menghubungkan Provinsi ini dengan pusat-pusat ekonomi dan

pemerintahan. Kabupaten ini juga langsung berbatasan dengan Samudera

Indonesia yang juga menghubungkan dengan Negara tetangga di bagian

Page 113: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

90

selatan Indonesia yaitu Australia. Posisi geostrategic tersebut dapat

memberikan keuntungan perkembangan wilayah tersebut.

Perkembangan penduduk dan peningkatan kebutuhan akan

mempengaruhi nilai PDRB per kapita untuk terus meningkat. Kenaikan ini

akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang juga mempengaruhi

struktur pasar domestik di Kabupaten ini. Hal itu juga harus diimbangi

dengan pemenuhan kebutuhan dalam pasar local sehingga Kabupaten ini

dapat menangkap peluang untuk penguatan ekonomi lokal. Sektor

unggulan dari daerah Kulon Progo ini meliputi sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan

komunikasi serta sektor jasa-jasa.

d. Kabupaten Sleman

Kabupaten ini beribukota Sleman. Sleman juga dikenal sebagai asal

buah salak pondoh. Berbagai perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta

sebenarnya secara administratif terletak di kabupaten ini seperti

Universitas Gajah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta. Kabupaten

Sleman ini memiliki luas sebesar 574,82 km2 dan jumlah penduduknya

1.147.037 dengan kepadatan penduduk 1.995/km2. Kabupaten ini pun

terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa. Kabupaten ini berbatasan dengan

Provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, Kabupaten Gunung Kidul,

Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten

Kulon Progo di barat. Pusat pemerintahan di Kecamatan Sleman, yang

Page 114: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

91

berada di jalur utama antara Yogyakarta – Semarang. Bagian utara

kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi

yang merupakan gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau

Jawa.

Sektor unggulan dari daerah Sleman ini meliputi sektor industri

pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta

sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan.

e. Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang

merupakan ibukota dan pusat pemerintahan DIY dan sekaligus tempat

pendudukan bagi Sultan Yogyakarta dan Adipati Pakualam. Kota

Yogyakarta memiliki luas sebesar 32,50 km2 dan jumlah penduduknya

397.828 dengan kepadatan penduduknya 12.241/km2. Kota ini pun terdiri

atas 14 kecamatan dan 45 desa.

Sektor unggulan dari daerah ini meliputi sektor listrik, gas dan air

minum, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan

jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Page 115: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

92

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Kesenjangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

Kesenjangan merupakan suatu fenomena yang terjadi hampir

di lapisan Negara di dunia, baik itu Negara miskin, Negara sedang

berkembang, maupun Negara maju, hanya yang membedakan dari

semuanya itu yaitu besaran tingkat kesenjangan, karenanya

kesenjangan itu tidak mungkin dihilangkan namun hanya dapat

ditekan hingga batas yang dapat ditoleransi.

Dalam mencapai Negara yang sejahtera kita harus

memperhatikan pertumbuhan dan pembangunan disertai

pemerataannya. Secara tradisional pembangunan memiliki arti

peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau

Produk Domestik Bruto suatu Negara. Untuk daerah, makna

pembangunan tradisional difokuskan pada peningkatan Produk

Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau kota.

Kemudian muncul alternatif yang mendefinisikan pembangunan

ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan income per capita

(pendapatan perkapita). Paradigma pembangunan modern

mengedepankan pengentasan garis kemiskinan, dan pengurangan

distribusi pendapatan yang semakin timpang. Ekonom membawa

Page 116: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

93

perubahan bahwa pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses

yang multi dimensional (Kuncoro, 2003: 136).

Pendistribusian yang tidak merata di suatu daerah akan

membuat kesenjangan ekonomi kian melebar. Untuk mengetahui

seberapa besar tingkat kesenjangan, maka dalam penelitian ini

menggunakan pengukuran yang sering banyak dipakai yaitu rasio gini.

Koefisien gini atau rasio gini adalah pengukuran tingkat

ketidakmerataan pendapatan relatif dan juga merupakan salah satu

pengukuran yang sering banyak dipakai untuk mengukur distribusi

pendapatan. Besarnya angka rasio gini berkisar 0 dan 1, yang

menunjukkan keadaan distribusi pendapatan. Semakin besar rasio gini

(yaitu mendekati 1) semakin timpang distribusi pendapatannya,

demikian pula sebaliknya. Berikut data kesenjangan ekonomi antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003

– 2013:

Page 117: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

94

Grafik 4.1Rasio Gini antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (Dalam Persen)

Sumber: BPS (data diolah). Lampiran 1

Grafik 4.1 menggambarkan kesenjangan ekonomi

Kabupaten/Kota di Provinsi DIY pada tahun 2003-2013. Dapat kita

lihat bahwa pada tahun 2003-2005 seluruh Kabupaten/Kota

mengalami kenaikan, hal itu disebabkan karena pada bulan Oktober

2005 telah terjadi kenaikan BBM, terkecuali Kota Yogyakarta

mengalami penurunan pada tahun 2005. Pasca kenaikan bbm pada

tahun 2006, rasio gini seluruh Kabupaten/Kota mengalami perbaikan

kecuali Kabupaten Bantul dikarenakan telah terjadi bencana alam

gempa bumi berskala 5,9 Richter. Pasca gempa bumi, di tahun 2007

telah terjadi pemulihan dan rekonstruksi dan hal itu dapat kita lihat

dari rasio gini yang menurun di tahun tersebut dari tahun sebelumnya.

Meski pada tahun 2008 harga BBM kembali dinaikkan dengan besaran

Page 118: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

95

sekitar 26%, namun tidak terlalu mempengaruhi rasio gini dikarenakan

masyarakat ekonomi kelas bawah sementara ditopang oleh program-

program pemerintah yaitu subsidi bantuan langsung tunai. Kemudian

pada tahun 2011-2012 rasio gini kembali mengalami kenaikan, dan

kenaikan yang semakin terlihat atau yang paling tinggi terjadi di

Kabupaten kulon Progo. Para ekonom pun berpendapat bahwa rasio

gini juga tergantung pada komposisi pertumbuhan ekonomi sektoral

dan struktur demografis. Diduga tingginya angka rasio gini

dipengaruhi oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di sektor jasa dan

komposisi penduduk usia tidak produktif yang relatif besar. Pada

tahun 2013 terlihat bahwa ada upaya dalam penurunan kesenjangan

dari masing-masing daerah yang terlihat pada grafik rasio gini yang

disajikan di atas.

b. Analisis Deskriptif Pendidikan

Menurut The Human Capital Theory (Ghazali, 2010:5) telah

dinyatakan bahwa pendidikan, pelatihan, atau bentuk investasi

manusia yang lain menanamkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai,

keterampilan yang berguna pada manusia sehingga manusia dapat

meningkatkan kapasitas belajar dan produktifnya, yang

memungkinkannya untuk mengejar tingkat pendidikan atau pelatihan

yang lebih tinggi dan untuk meningkatkan pendapatan masa

Page 119: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

96

mendatang mereka dengan meningkatkan penghasilan seumur hidup

mereka.

Dengan pemaparan diatas, telah kita sadari bahwa pendidikan

sangatlah penting dalam membentuk dan menghasilkan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan adanya SDM yang

berkualitas maka masyarakat tersebut dapat mendapatkan pekerjaan

yang jauh lebih baik dan juga akan menambah pendapatan mereka dan

pengangguran pun akan berkurang sehingga tingkat kesenjangan

ekonomipun akan menurun.

Rata-rata jumlah murid dan guru per sekolah semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Rasio murid

terhadap guru memiliki pola yang menurun seiring dengan

meningkatnya jenjang sekolah, Selain jumlah manusia yang

berkualitas, jumlah guru pun juga penting. Rasio murid terhadap guru

harus kita perhatikan. Rasio murid terhadap guru adalah angka yang

merupakan hasil pembagian antara banyaknya murid dengan

banyaknya guru.

Page 120: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

97

Grafik 4.2Kumulatif Rasio Murid terhadap Guru antar Kabupaten/Kota diProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (DalamPersen)

Sumber: BPS (data diolah). Lampiran 2

Dari grafik diatas kita dapat melihat pada tahun 2010 seluruh

Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa mengalami peningkatan.

Hal itu dikarenakan telah terjadi peningkatan kesejahteraan dengan

penurunan penduduk miskin. Pemerintah melaksanakan penyaluran

subsidi untuk masyarakat kelas bawah. Namun bila kita melihat dari

rasio murid terhadap guru, guru di tahun 2010 belum cukup memadai,

meski jumlah murid sudah menunjukkan angka yang besar. Angka

yang didapati oleh Kota Yogyakarta tahun 2010 sebesar 59, yang

berarti bahwa 1 guru mengajar 59 murid. Hal ini mengindikasikan

bahwa daya tangkap dari murtid akan berkurang dikarenakan terlalu

banyak jumlah murid. Pada tahun 2011 angka rasio murid terhadap

Page 121: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

98

guru menunjukkan penurunan yang berarti baik karena berarti

ketersediaan guru mencukupi. Meskipun rasio murid terhadap guru

menurun dan berarti baik, namun jumlah murid pada jenjang

pendidikan SMA sederajat ini pun berkurang yang diakibatkan erupsi

gunung Merapi pada Oktober-November 2010. Sebagian masyarakat

kehilangan harta bendanya sehingga banyak yang tidak meneruskan

pendidikannya.

c. Analisis Deskriptif Investasi

Menurut Mankiw (2013:12), Investasi (investment) adalah

pembelian barang yang akan digunakan pada masa depan untuk

menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak. Investasi

dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerintah, perusahaan (terdiri dari

perusahaan yang difasilitasi dan tidak difasilitasi), serta rumah tangga.

Data investasi perusahaan yang tersedia dan dapat digunakan sebagai

bahan perencanaan adalah rencana dan realisasi penanaman modal

dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) yang

merupakan kelompok investasi yang difasilitasi yang dilaporkan oleh

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Berikut grafik

perkembangan dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di DIY

tahun 2003 – 2013.

Page 122: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

99

Grafik 4.3Penanaman Modal Asing (PMA) antar Kabupaten/Kota di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (DalamRibuan Milyar $)

Sumber: BPS (data diolah). Lampiran 2

Berdasarkan grafik diatas realisasi terbesar dicapai Kabupaten

Sleman (52 %) dan Kota Yogyakarta (41%), diikuti oleh Kabupaten

Bantul dengan porsi mencapai 4 persen. Hal ini dikarenakan berkaitan

dengan ketersediaan infrastruktur publik yang relatif lebih lengkap dan

memiliki kualitas lebih baik. Di samping, itu, resiko pengembalian,

resiko keamanan, stabilitas sosial, serta kemudahan dalam perizinan

juga turut berpengaruh terhadap volume penanaman modal. Pada

tahun 2010 PMA Kota Yogyakarta mengalami penurunan drastis.

Kekurangan modal ini disebabkan rendahnya tingkat tabungan yang

disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan , sedangkan

Page 123: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

100

rendahnya tingkat pendapatan ini dikarenakan tingkat produktivitas

yang rendah dari tenaga kerja, sumber daya, dan modal.

Sektor yang porsinya terbesar secara berturut-turut adalah sektor

perdagangan dan reparasi, sektor hotel dan restoran, dan sektor

industri makanan. Kinerja pariwisata yang terus menunjukkan

peningkatan dari sisi jumlah kunjungan menjadi daya tarik investasi di

sektor-sektor tersebut. Fakta ini menjadi sebuah persoalan, karena

pada umumnya investasi sektor pariwisata terpusat di daerah

perkotaan sehingga membutuhkan intervensi pemerintah untuk

mengalihkan investasi di daerah perdesaan. Berikut perkembangan

Penanaman Modal Dalam Negeri di DIY tahun 2003 – 2013.

Grafik 4.4Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) antar Kabupaten/Kota

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013(Dalam Milyar Rp)

Sumber: BPS (data diolah). Lampiran 2

Page 124: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

101

Berdasarkan lokasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun

2013, realisasi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman memiliki

nilai yang terbesar dengan porsi mencapai 46 persen dan 43 persen.

Sementara, realisasi di Kabupaten Bantul memiliki porsi sebesar 8

persen. Bahkan, realisasi di Kulonprogo dan Gunungkidul memiliki

porsi kurang dari dua persen.

Pada tahun 2010 PMDN di Gunung Kidul dan tahun 2012 di Kota

Yogyakarta mengalami kenaikan yang sangat terlihat pada grafik

diatas, hal itu dikarenakan pelaku usaha di Indonesia menjadi kekuatan

yang semakin diperhitungkan. Investasi PMDN tersebut menandakan

semakin bergesernya sector pertambangan ke sector manufaktur dan

jasa.

Menurut kelompok sektor, realisasi PMDN terbesar di DIY

dilakukan pada kelompok sektor tersier dengan porsi sebesar 58,36

persen dari total realisasi PMDN. Kelompok sektor tersier terdiri dari

kegiatan bangunan, hotel dan restoran, perdagangan, perumahan,

pengangkutan, jasa lainnya, listrik, gas dan air minum. Sementara

realisasi pada kelompok primer (pertanian dan pertambangan)

porsinya hanya sebesar 0,96 persen. Dalam skala nasional DIY

termasuk salah satu daerah tujuan destinasi pariwisata, sehingga cukup

potensial untuk pengembangan hotel dan restoran. Hal ini mendorong

minat para investor domestik untuk berinvestasi pada sektor yang

Page 125: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

102

berkaitan dengan pariwisata. Sementara, industri tekstil menjadi

mendukung tumbuh pesatnya industri batik yang merupakan produk

andalan DIY.

Dapat kita lihat bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penaman Modal Dalam Negeri (PMDN) antar Kabupaten/Kota di DIY

terkonsentrasi dan itu dapat kita lihat dari sajian grafik 4.3 dan 4.4. hal

ini sesuai dengan pendapat dari Smith (Adisasmita : 47), yang

mengatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal

mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan

bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan

nyata. Para pemilik modal pastilah mengharapkan untung dari apa

yang mereka investasikan. Jadi, para investor selektif dalam memilih

daerah mana yang ingin ditanamkan modal. Para investor melihat

potensi – potensi yang ada di daerah tersebut dan juga melihat

bagaimana kelengkapan fasilitas daerah – daerah tersebut.

d. Analisis Deskriptif PDRB Perkapita

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah suatu

indikator pengukur tingkat keberhasilan pembangunan di suatu

wilayah. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam

pengembangan ekonomi wilayah, kita juga harus meningkatkan

kesejahteraan agar mampu menciptakan pemerataan pendapatan.

Page 126: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

103

PDRB ini disajikan atas dasar harga konstan yang dapat dihitung dari

pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan pertambahan riil

kemampuan ekonomi suatu wilayah dan atas dasar harga berlaku yang

dapat dilihat dari struktur ekonomi yang menggambarkan andil

masing-masing sektor ekonomi. PDRB Per Kapita ditujukan sebagai

tingkat kesejahteraan penduduk, walaupun angka ini tidak

menjelaskan distribusi pendapatan penduduk.

PDRB per kapita dihitung dari hasil bagi antara nilai PDRB

dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Indikator ini

menjadi salah satu ukuran kesejahteraan penduduk secara kasar dalam

suatau wilayah. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita maka

mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah yang

bersangkutan secara rata-rata yang semakin tinggi pula. Meskipun

demikian, indikator ini memiliki kelemahan karena masih

mengabaikan transfer faktor produksi antar wilayah atau asal

kepemilikan faktor produksi dan mengandung komponen pajak tak

langsung serta penyusutan.

Page 127: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

104

Grafik 4.5PDRB Per Kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2003 – 2013 (Dalam Juta Rupiah)

Sumber: BPS (data diolah). Lampiran 3

Berdasarkan grafik diatas bahwa dapat kita lihat bahwa PDRB

Per Kapita selalu naik dari setiap tahunnya. Hal ini karena jumlah

penduduk semakin bertambah, maka berarti kebutuhan ekonomi juga

semakin bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap

tahunnya. Namun, PDRB Perkapita Kota Yogyakarta lah yang paling

tinggi. Hal ini disebabkan karena Kota Yogyakarta sebagai pusat kota

dari Provinsi DIY ini, dan juga di Kota ini pun kemajuan akan sektor

perdagangan, hotel, dan restaurant sangatlah baik. Hal ini dapat

menunjukkan terjadinya perbaikan kesejahteraan penduduk DIY

secara rata-rata dengan asumsi semuan penduduk menerima manfaat

yang sama dari haril pertumbuhan. Pertumbuhan pendapatan perkapita

Page 128: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

105

riil secara umum memiliki pola yang searah dengan pertumbuhan

ekonomi. Pada tahun 2005-2006 mengalami pertumbuhan yang lambat

dikarenakan kenaikan harga BBM dan bencana gempa bumi serta

melambat kembali di tahun 2009 akibat krisis finansial yang terjadi di

negara-negara Amerika dan Eropa yang menjadi tujuan ekspor

komoditas asal DIY.

2. Estimasi Model Data Panel

a. PLS vs FEM (Uji Chow)

Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka

digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai probabilitas (P-

Velue) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum

melihat nilai probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat

signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Model PLS

H1 : Model Fixed Effect

Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan

Pool Least Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik yakni

sebagai berikut:

Page 129: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

106

Tabel 4.1Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.381957 (4,46) 0.0004Cross-section Chi-square 24.279485 4 0.0001

Sumber: data diolah. Lampiran 2

Dari tabel 4.1 diatas diperoleh F-statistik adalah 6.381957 dengan

d.f (4.46) dan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0004, yang berarti

bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi

α 5% (0.0004 < 0.05). Maka H0 ditolak, sehingga model panel yang

digunakan adalah Fixed Effect Model.

b. FEM vs REM (Uji Hausman)

Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka

digunakan uji Hausman, pengujian ini untuk menentukan model paling

tepat digunakan diantara FEM dan REM. Uji Hausman memberikan

penilaian dengan menggunakan Chi-Square Statistic sehingga

keputusan pemilihan model dapat ditentukan dengan tepat. Sebelum

membandingkan Chi-square statistic dan Chi-square table terlebih

dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Hasil pengolahan dengan uji Hausman dapat dilihat pada tabel 4.2berikut:

Page 130: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

107

Tabel 4.2Hasil Uji Hausman

Sumber: data diolah. Lampiran 3

Berdasarkan hasil uji Hausman pada tabel 4.2 diatas, didapatkan

Chi-Square statistic sebesar 25.527828 dengan probabilitas 0.0000

dan d.f. 4 (9.49). Dikarenakan Chi-hitung lebih besar dari pada Chi-

tabel dan nilai probabilitas Chi-Square statistic lebih kecil dari nilai α

5% (0.0000 < 0.05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa model

terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian adalah Fixed

Effect Model. Jadi, berdasarkan uji Chow dan uji Housman model

yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat diketahui

dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-tabel,

maka data dalam penelitian berdistribusi normal (Winarno,

2011:5.37).

Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 25.527828 4 0.0000

Page 131: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

108

Sebenarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar histogram,

namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva normal,

sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat koefisien

Jarque-Bera dan probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling

mendukung. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari 5%, maka data

berdistribusi normal (Winarno, 2011:5.39). Berikut adalah

Hipotesisnya :

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual berdistribusi tidak normal

Hasil pengolahan dengan uji Normalitas dapat dilihat pada grafik

4.6 berikut:

Gambar 4.1Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.10 -0.05 0.00 0.05

Series: Standardized ResidualsSample 2003 2013Observations 55

Mean 7.19e-17Median 0.013153Maximum 0.085844Minimum -0.111671Std. Dev. 0.046798Skewness -0.197807Kurtosis 2.058607

Jarque-Bera 2.389594Probability 0.302765

Sumber: data diolah. Lampiran 4

Page 132: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

109

Pada gambar 4.1 diperoleh nilai Jarque-Bera hitung sebesar

2.389594 dan nilai Probabilitasnya sebesar 0.302765, karena nilai

probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.302765>

0.05) maka H0 dapat diterima yang berarti data residual berdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas

nilai correlation matrix dari semua variabel independen harus kurang

dari 0,8. Berikut ini uji multikolinearitas dengan menggunakan

correlation matrix:

Tabel 4.3Correlation Matrix

PDK PMA PMDN PDRBPK

PDK 1.000000 0.340781 0.137089 0.556417

PMA 0.340781 1.000000 0.068100 0.614928

PMDN 0.137089 0.068100 1.000000 0.271954

PDRBPK 0.556417 0.614928 0.271954 1.000000Sumber: data diolah. Lampiran 5

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa tidak ada masalah multikolinieritas.

Hal ini dikarenakan nilai korelasi matriks (correlation matrix) dari

semua variabel independen adalah kurang dari 0.8.

Page 133: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

110

Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi yang

menggunakan data runtut waktu. Dengan mengkombinasikan data

time series dengan data cross section mengakibatkan masalah

multikolinieritas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini

menggunakan data panel, yang mana secara teknis sudah dikatakan

masalah multikolinieritas sudah tidak ada.

c. Uji Heterokedastisitas

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam penelitian

salah satunya adalah menggunakan cara dalam prosedur statistik

dengan Uji Park. Berikut ini uji heterokedastisitas dengan uji Park:

Tabel 4.4Hasil Estimasi Uji Park

VariableCoefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C-5.579522 1.363350 -4.092508 0.0002

PDK -0.059061 0.044534 -1.326188 0.1908

PMA -1.93E-09 4.56E-09 -0.423798 0.6735

PMDN -1.22E-11 7.52E-12 -1.623917 0.1107

PDRBPK 2.15E-07 1.01E-07 2.125514 0.0385Sumber: data diolah. Lampiran 6

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari hasil tersebut diketahui bahwa

koefisien parameter untuk masing-masing variabel independen tidak

signifikan kecuali PDRB Per Kapita. Hal ini dilihat dari uji t-statistik

dan nilai probabilitas t-statistik. Dimana PDRB Per Kapita nilai t

Page 134: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

111

statistic -2.125514 dengan nilai probabilitas 0.0385 sehingga dapat

disimpulkan terdapat masalah heterkodastisitas. Pada variabel

pendidikan, PMA, dan PMDN nilai probabilitas lebih besar dari

α=5%, maka dapat disimpulkan ketiga variabel independen tersebut

terbebas dari heterokedastisitas.

Untuk mengatasi masalah heterokedastisitas yang masih terdapat

pada uji Park, dapat dilakukan Uji Glejser. Uji Glejser mirip dengan

uji Park, namun perbedaannya hanya pada variabel dependennya. Uji

Park menggunakan Ln(residu2) sebagai varaibel dependen, pada uji

Glejser variabel ini diganti dengan nilai absolut residual. Jika setelah

uji ini nilai probabilitas pada t-statistik lebih besar dari α=5% dan uji

maka data sudah terbebas dari heterokedastisitas (Gujarati, 2007:94).

Tabel 4.5Hasil Estimasi Uji Glejser

Sumber: data diolah. Lampiran 7

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.686813 0.933044 1.807861 0.0766

PDK -0.007501 0.030478 -0.246103 0.8066

PMA -8.43E-10 3.12E-09 -0.269997 0.7883

PMDN 5.74E-12 5.15E-12 1.115974 0.2698

PDRBPK -7.22E-08 6.93E-08 -1.041408 0.3027

Page 135: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

112

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat nilai probabilitas dari masing-

masing variabel independen lebih besar dari α=5%. Hal ini mengindikasi

bahwa data tidak mengandung heterokedastisitas. Maka dapat disimpulkan

bahwa data penelitian ini sudah terbebas dari masalah heterokedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Autokolerasi adalah adanya kolerasi antara variabel itu sendiri,

pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Pada umumnya

autokolerasi lebih sering terjadi pada data time series (Nachrowi dan

Usman, 2008: 135).

Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan data panel maka

sudah tidak perlu diuji autokolerasi. Dikarenakan sifat data panel yang

lebih kepada cross section. Sedangkan autokolerasi lebih sering terjadi

pada data time series.

4. Model FEM

Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat di

jelaskan melalui persamaan sebagai berikut:

RG = 0.400444 - 0.002253 PDK - 3.42E-10 PMA - 2.18E-13 PMDN -

3.74E-09 PDRBPK + e

Page 136: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

113

Dimana:

RG : Rasio Gini

PDK : Pendidikan

PMA : Penanaman Modal Asing (PMA)

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PDRBPK : Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita

e : error term

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel

independen (pendidikan, PMA, PMDN, dan PDRB Per Kapita)

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya

kesenjangan ekonomi (Rasio Gini), yaitu dengan membandingkan

masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam

menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat keyakinan α = 5%,

maka diperoleh t-tabel (2.00).

Page 137: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

114

Tabel 4.6Uji t-Statistik

Variabel t-Statistik Probabilitas

Pendidikan-2.176380 0.0347

PMA-2.944038 0.0051

PMDN-1.150404 0.2559

PDRB PERKAPITA -1.028010 0.3093

Sumber: data diolah eviews 7.0. Lampiran 8

Tabel 4.6 merupakan hasil pengujian variabel independen yaitu

pendidikan, PMA, PMDN, dan PDRB Per Kapita terhadap

Kesenjangan Ekonomi secara parsial. Adapun hipotesisinya adalah

sebagai berikut:

1) Terdapat pengaruh pendidikan secara parsial terhadap kesenjangan

ekonomi di kabupaten/kota periode 2003-2013

2) Terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap terhadap kesenjangan

ekonomi di kabupaten/kota periode 2003-2013

3) Terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap terhadap

kesenjangan ekonomi di kabupaten/kota periode 2003-2013

4) Terdapat pengaruh PDRB Per Kapita secara parsial terhadap terhadap

kesenjangan ekonomi di kabupaten/kota periode 2003-2013

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.6 maka

pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:

Page 138: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

115

1) Variabel Pendidikan memiliki t-statistik > t-tabel (-2.176380 > 2.00)

atau nilai probabilitas Pendidikan lebih kecil dari tingkat keyakinan α

= 5% (0.0347 < 0.05) yang berarti bahwa Pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap Kesenjangan Ekonomi (Rasio Gini).

2) Variabel PMA memiliki t-statistik > t-tabel (-2.944038 > 2.00) atau

nilai probabilitas PMA lebih kecil dari tingkat keyakinan α = 5%

(0.0051 < 0.05) yang berarti bahwa PMA berpengaruh signifikan

terhadap Kesenjangan H0 ditolak, yang Ekonomi (Rasio Gini).

3) Variabel PMDN memiliki t-statistik < t-tabel (-1.150404 < 2.00) atau

nilai probabilitas PMDN lebih besar dari tingkat keyakinan α = 5%

(0.2559 > 0.05) yang berarti bahwa PMDN tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Kesenjangan Ekonomi (Rasio Gini).

4) Variabel PDRB Per Kapita memiliki t-statistik < t-tabel (-1.028010 <

2.00) atau nilai probabilitas PDRB Per Kapita lebih kecil dari tingkat

keyakinan α = 5% (0.3093 > 0.05) yang berarti bahwa PDRB Per

Kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kesenjangan

Ekonomi (Rasio Gini).

Page 139: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

116

b. Uji-F dan Interpretasi Hasil Analisis

Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunaan uji F

dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel.

Tabel 4.7Uji F-Statistik

F-statistic Prob(F-statistic)

4.483658 0.000449

Sumber: data diolah eviews 7.0. Lampiran 8

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, hasil regresi data panel menggunakan

Fixed Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar 4.483658 dengan

probabilitas sebesar 0.000449, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 4, n =

55, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (2.55). Maka terlihat

bahwa F-statistik > F-tabel (4.483658 > 2.55) atau nilai probabilitas F-

statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5% (0.000449 < 0.05), maka

Ho ditolak, artinya bahwa variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan ekonomi.

Page 140: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

117

c. Koefisien Determinasi

Tabel 4.8Uji R-Square

R-Square 0.438129

Sumber: data diolah. Lampiran 8

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan koefisien determinasi sebesar

0.438129 atau 43,81%. Hal ini terlihat bahwa hanya 43,81% kesenjangan

ekonomi di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat

dijelaskan oleh pendidikan, PMA, PMDN, dan PDRB Per Kapita.

Sedangkan sisanya (100% - 43.81% = 56.19%) dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

C. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil dari estimasi yang menggunakan Fixed Effect Model

dapat disimpulkan bahwa hasil regresi yang dihasilkan cukup baik untuk

menjelaskan perkembangan kesenjangan ekonomi yang dilihat dari rasio

gini di 5 kabupaten/kota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode

2003-2013. Namun dari seluruh variabel yang diteliti terdapat dua variabel

yang tidak berpengaruh signifikan dan semua variabel yang memiliki

kolerasi yang negatif terhadap kesenjangan ekonomi (rasio gini). Variabel

pendidikan dan PMA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

Page 141: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

118

kesenjangan ekonomi. Variable PMDN dan PDRB Per Kapita tidak

berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan ekonomi.

Tabel 4.9Interpretasi Fixed Effect Model

Variable Coefficient Indv. Effect Prob

C 0.400444 0.0000PDK -0.002253 0.0347PMA -3.42E-10 0.0051PMDN -2.18E-13 0.2559PDRBPK -3.74E-09 0.3093

Fixed Effect (Cross)

BANTUL – C 0.003986 0.40443

GUNUNGKIDUL – C -0.051911 0.348533KULONPROGO – C -0.039583 0.360861SLEMAN – C 0.032433 0.432877YOGYAKARTA – C 0.055074 0.455518

Sumber: diolah dengan Eviews 7.0. Lampiran 8

Dapat kita lihat pada tabel 4.9 bahwa 5 Kabupaten/Kota di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki pengaruh individu yang berbeda-

beda untuk setiap perubahan pada pendidikan, PMA, PMDN, dan PDRB

Per Kapita.

Kabupaten Bantul

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada pendidikan, PMA,

PMDN, dan PDRB Per Kapita baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Bantul akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap kesenjangan ekonomi sebesar 0.40443 persen.

Page 142: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

119

Kabupaten Gunung Kidul

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada pendidikan, PMA,

PMDN, dan PDRB Per Kapita baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Gunung Kidul akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap kesenjangan ekonomi sebesar 0.348533 persen.

Kabupaten Kulon Progo

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada pendidikan, PMA,

PMDN, dan PDRB Per Kapita baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Kulon Progo akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap kesenjangan ekonomi sebesar 0.360861 persen.

Kabupaten Sleman

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada pendidikan, PMA,

PMDN, dan PDRB Per Kapita baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kabupaten Sleman akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap kesenjangan ekonomi sebesar 0.432877 persen.

Kota Yogyakarta

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada pendidikan, PMA,

PMDN, dan PDRB Per Kapita baik antar daerah maupun antar waktu,

maka Kota Yogyakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap

kesenjangan ekonomi sebesar 0.455518 persen.

Page 143: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

120

a. Pendidikan

Rasio murid terhadap guru merupakan perbandingan antara jumlah

murid dengan jumlah guru pada jenjang pendidikan tertentu.

Perbandingan jumlah siswa dengan guru menentukan tingkat

keberhasilan dari suatu proses pembelajaran di kelas, yang tentunya

menggambarkan seberapa besar tingkat pendidikan di suatu daerah.

Pada hasil penelitian ini, diperoleh bahwa pendidikan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kesenjangan ekonomi yang dilihat dari

rasio gini dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai koefisien yang

diperoleh sebesar -0.002253 yang berarti bahwa apabila pendidikan

meningkat sebesar 1%, maka akan mengurangi kesenjangan ekonomi

sebesar -0.002253% sehingga kesenjangan ekonomi akan semakin

merata. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa pendidikan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesenjangan ekonomi.

Dengan adanya variabel pendidikan yang diukur dengan melihat

rasio murid terhadap guru, hal ini berguna untuk mengetahui rata-rata

jumlah guru yang dapat mengajar di suatu sekolah atau daerah

tertentu. Bukan hanya jumlah murid yang bertambah setiap tahunnya

yang kita harapkan, tetapi jumlah pengajar juga sangat penting dalam

melakukan pembelajaran di sekolah – sekolah. Apabila jumlah guru

semakin berkurang, maka hal itu membuat satu orang tenaga pengajar

Page 144: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

121

harus melayani banyak murid. Banyaknya murid yang diajarkan akan

membuat daya tangkap murid akan berkurang dalam menerima

pelajaran.

Penelitian ini sejalan dengan The Human Capital Theory telah

dinyatakan bahwa pendidikan, pelatihan, atau bentuk investasi

manusia yang lain menanamkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai,

keterampilan yang berguna pada manusia sehingga manusia dapat

meningkatkan kapasitas belajar dan produktifnya, yang

memungkinkannya untuk mengejar tingkat pendidikan atau pelatihan

yang lebih tinggi dan untuk meningkatkan pendapatan masa

mendatang mereka dengan meningkatkan penghasilan seumur hidup

mereka.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Indah

Sukma Ramdhini (2013) dan Adrian Coto bahwa pendidikan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesenjangan pendapatan

yang berarti, pendidikan dapat mengurangi kesenjangan.

b. Penanaman Modal Asing (PMA)

Penanaman modal memiliki peran yang penting bagi suatu daerah.

Dengan adanya para investor, suatu daerah dapat memperbaiki fasilitas

atau membuat lapangan pekerjaan baru sehingga dengan adanya

Page 145: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

122

lapangan pekerjaan akan menyerap tenaga kerja di daerah tersebut.

Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan pendapatan. Setidaknya

perlahan dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dalam hal

pendapatan.

Dalam penelitian ini, PMA berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kesenjangan ekonomi yang dilihat dari rasio gini dengan

tingkat signifikansi 5%. Nilai koefisien retribusi daerah sebesar -

3.42E-10 yang berarti bahwa apabila PMA meningkat 1%, maka akan

mengurangi kesenjangan ekonomi sebesar -3.42E-10% sehingga

kesenjangan ekonomi akan semakin merata. sebesar -3.42E-10%. Hal

ini sesuai dengan hipotesis bahwa PMA berpengaruh signifikan

terhadap kesenjangan ekonomi.

Penelitian ini sejalan dengan teori Menurut Malthus (dalam M.L.

Jhingan 2012 : 98), akumulasi modal merupakan faktor paling penting

bagi pembangunan ekonomi. Malthus mengatakan “peningkatan

kesejahteraan yang mantap dan berkesinambungan tidak mungkin

tercapai tanpa penambahan modal secara terus-menerus. Sumber

akumulasi modal adalah laba. Laba berasal dari tabungan para pemilik

modal. Para pekerja terlalu miskin untuk menabung. Jika para pemilik

modal lebih banyak menabung dan tidak banyak membeli barang

Page 146: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

123

konsumsi lantaran ingin memperoleh sisa laba lebih besar,

pertumbuhan ekonomi akan menjadi lamban.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Indah Sukma Ramdhini (2013) dan tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Joko Waluyo bahwa investasi tidak dapat

memperbaiki kenjangan.

c. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Peran PMDN pun juga sama pentingnya dengan PMA di suatu

daerah. Dengan banyaknya modal yang disetor oleh investor akan

memajukan daerah. Tentunya pembagian investasi ini harus merata.

Tidak hanya berfokus pada daerah yang maju saja.

Dalam penelitian ini, PMDN berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap kesenjangan ekonomi yang dilihat dari rasio gini

dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai koefisien PMDN sebesar -2.18E-

13. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa PMDN berpengaruh

negative dan signifikan terhadap kesenjangan ekonomi.

PMDN tidak berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan

ekonomi mungkin dikarenakan oleh pendistribusian investasi yang

tidak merata. Dapat dilihat pada grafik 4.3 bahwa sangat terlihat data

Page 147: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

124

investasi yang timpang antar daerah. Terdapat investasi yang sangat

tinggi yang diberikan kepada kota yang sudah maju, sedangkan untuk

daerah tertinggal hanya sebagian saja. Hal ini dapat terjadi karena

investor hanya memikirkan keuntungan dan keuntungan itu dapat

investor dapat dari daerah yang sudah maju saja seperti Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Fasilitas dan akses juga menjadi

bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya. Atau

mungkin dana dari investor yang seharusnya untuk mengembangkan

daerah tersebut malah digunakan untuk menanggulangi bencana yang

terjadi di daerah tersebut terlebih dahulu, seperti pada bencana alam

besar termasuk bencana gempa pada tanggal 27 Mei 2006, dan erupsi

Gunung Merapi pada bulan Oktober-November 2010.

Pengaruh PMDN yang tidak signifikan terhadap Kesenjangan

Ekonomi ini dapat juga disebabkan oleh jumlah dari realisasi investasi

yang dapat kita lihat di grafik 4.4 yang sangat timpang antar

Kabupaten/Kota di DIY. Menurut Smith (Adisasmita : 47), yang

mengatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal

mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan

bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan

nyata. Para pemilik modal pastilah mengharapkan untung dari apa

yang mereka investasikan. Jadi, para investor selektif dalam memilih

Page 148: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

125

daerah mana yang ingin ditanamkan modal. Para investor melihat

potensi – potensi yang ada di daerah tersebut dan juga melihat

bagaimana kelengkapan fasilitas daerah – daerah tersebut. Penelitian

ini pun tidak sejalan dengan penelitian Joko Waluyo dimana investasi

berpengaruh positif dan signifikan.

d. PDRB Per Kapita

Tingkat pendapatan yang dilihat dari PDRB Per Kapita memiliki

pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap kesenjangan

ekonomi yang dilihat dari rasio gini dengan tingkat signifikansi 5%

Koefisien PDRB Per Kapita sebesar -3.74E-09. Hal ini tidak sesuai

dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa PDRB Per Kapita

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesenjangan ekonomi.

PDRB Per Kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap

Kesenjangan Ekonomi mungkin dikarenakan dalam PDRB Per

Kapitanya sendiri terdapat ketimpangan antar Kabupaten/Kota. Seperti

kita ketahui kemampuan dan sektor keunggulan dari masing – masing

daerah itu berbeda. PDRB Per Kapita ini pun PDRB Per Populasi yang

berarti tidak menyangkut pendistribusiannya atau besarnya PDRB Per

Kapita ini tidak mencerminkan pendapatan penduduk di suatu daerah

yang sebenarnya. Bisa saja PDRB Per Kapita yang besar ini hanya

Page 149: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

126

sumbangan dari Masyarakat yang berpenghasilan tinggi sehingga

dalam kenyataannya pendapatan yang diperoleh masyarakat belum

terdistribusi dengan baik. Bisa juga telah terjadi kesalahan dalam

perhitungan PDRB hal ini dapat diindikasikan terjadi karena melihat

perbedaan data yang dikeluarkan oleh para pihak tentang variabel

tertentu. Bila kesalahan itu terjadi maka bisa jadi daerah tersebut tidak

sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang berpengaruh

negatif dan signifikan dan juga tidak sesuai dengan penelitian Siti

Parhah bahwa PDRB Per Kapita berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ketimpangan.

Page 150: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

127

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian mengenai Pengaruh Pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tingkat Pendapatan terhadap

Kesenjangan Ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta periode 2003 – 2013 adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kesenjangan

Ekonomi.

2. Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Kesenjangan Ekonomi.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Kesenjangan Ekonomi.

4. PDRB Per Kapita berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Kesenjangan Ekonomi.

5. Berdasarkan Fixed Effect Model terdapat hasil bahwa secara simultan

Pendidikan, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Page 151: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

128

Negeri (PMDN), dan Tingkat Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap

Kesenjangan Ekonomi.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan

penulis adalah sebagai berikut:

1. Dalam mengurangi kesenjangan bisa focus pada system perpajakan dan

subsidi. Memang pemerintah sudah menjalankan beberapa program antara

lain penetapan pajak penghasilan yang bersifat progresif dan juga

beberapa program subsidi. Namun, pemerintah juga harus lebih teliti lagi

dalam memberikan subsidi agar tepat sasaran pengalokasiannya.

2. Mengingat pendidikan menjadi suatu kebutuhan, dimana dengan

masyarakat berpendidikan tinggi akan menghasilkan masyarakat yang

berkualitas tinggi dan tentunya akan menghasilkan pendapatan yang tinggi

juga maka setiap masyarakat wajib sekolah. Pemerintah harus mampu

menjangkau penyelenggaraan pendidikan bagi semua kalangan

masyarakat dan juga harus adanya transparan dalam penyaluran dana

pendidikan. Tidak hanya meningkatkan jumlah sekolah/kelas tetapi

pemerintah juga harus menambah jumlah guru dan tentunya guru – guru

yang sangat berkompeten agar menghasilkan anak bangsa yang cerdas dan

bermartabat. Guru – guru ini pun harus didistribusikan secara merata

sampai ke desa – desa pelosok. Untuk penelitian selanjutnya, penggunaan

Page 152: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

129

variabel pendidikan yang diukur oleh rasio murid terhadap guru ini kurang

tepat dikarenakan variabel tersebut tidak selamanya dapat

menggambarkan keberhasilan pendidikan. Mungkin dengan menggunakan

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (TPT) dapat menggambarkan

keberhasilan pendidikan.

3. Untuk mengurangi investasi PMA dan PMDN yang terkonsentrasi,

pemerintah harus melakukan suatu tindakan untuk memperbaiki fasilitas

maupun akses pada daerah – daerah yang masih tertinggal. Selain itu

pemerintah dapat memberikan insetif pembebasan pajak bagi investor

yang bersedia berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah izin

investasi di daerah tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya

di sana.

4. Dalam meningkatkan PDRB Per Kapita setiap tahunnya, produksi dalam

negeri harus semakin ditingkatkan dan perlu kesadaran masyarakat untuk

menggunakan barang produksi dalam negeri. Sehingga, semakin jumlah

penduduk bertambah maka konsumsi masyarakat pun bertambah yang

akan meningkatkan PDRB Per Kapita.

Page 153: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

130

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, “Teori-Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi

dan Pertumbuhan Wilayah, Graha Ilmu: Makassar, 2013

Badan Pusat Statistik, ”Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam angka 2003-2014., BPS:

2014

____, “Rasio Gini Kabupaten Kulon Progo 2012-2013”, BPS: Wates, 2014

Coto, Adrian. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kontribusi Output Sektor Industri,

Upah Minimum, dan Tingkat Pendidikan terhadap Kesenjangan Pendapatan

di Indonesia”, FE: Universitas Indonesia, 2006

Darmajati, Annisa Ganis. “Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kesenjangan

pendapatan di Propinsi Jawa Tengah”, FE: Universitas Diponegoro, 2010

Dumairy. “Perekonomian Indonesia”, Erlangga: Jakarta, 1996

Gujarati, Damodar N. “Dasar-dasar ekonometrika”, Edisi Ketiga, Jilid Dua,

Erlangga: Jakarta, 2007

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2009

Jhingan, M.L. “Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan”, Raja Grafindo Persada:

Jakarta, 2012

Page 154: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

131

Kuncoro, Mudrajad. “Masalah, Kebijakan dan Politik Ekonomika Pembangunan”.

Erlangga: Jakarta, 2010

Mahyudi, Ahmad. “Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris”, Ghalia

Indonesia: Bogor, 2004

Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kedua, Salemba Empat:

Jakarta, 2013

Nachrowi, Djalal & Hardius Usman. “Penggunaan Teknik Ekonometrik”, edisi

revisi, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2008

Parhah, Siti. “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan di Indonesia” FE: Universitas Indonesia, 2006

Prayitno Hadi, dan Santosa Budi. “Ekonomi Pembangunan”, Ghalia Indonesia :

Jakarta, 1996

Ramdhini, Indah Sukma. “Pengaruh Penanaman Modal asing (PMA), tingkat

pendidikan, dan Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap Ketimpangan

Pembangunan Ekonomi di Provinsi Banten Periode 2005-2011” FEB: UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

Rosadi, Dedi. “ekonometrika dan analisis runtun waktu terapan dengan eviews”,

ANDY Jojakarta: Jogjakarta, 2012

Page 155: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

132

Sukirno, Sadono. “ Pengantar Teori Makroekonomi”, Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi UI: Depok,

Suparmoko, M dan Suparmoko Maria R. “Pokok – Pokok Ekonomika”, BPFE

Yogyakarta : Yogyakarta 2000

Tian, Ye. “The Effect of Income Inequality on Economic Growth in China”,

Economic & Business Journal Vol.4 Number 1. University of Nebraska at

Kearney: 2012

Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Erlangga. Jakarta.

1994

Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi keenam.

Erlangga: Jakarta, 1997

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. “Pembangunan Ekonomi”, Jilid dua,

Erlangga: Jakarta, 2006

UU No 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Asing (PMA).

UU No 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Winaryo, Wing Wahyu. “Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”,

Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN :Yogyakarta, 2007

Page 156: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

133

Lampiran

Lampiran 1

TAHUN KABKOT RG PDK PMA PMDN PDRBPK

2003 Kulonprogo 0.23 37 75,000.00 28,366,001,000.00 1,031,442.00

2004 Kulonprogo 0.24 33 75,000.00 28,559,361,000.00 3,747,449.00

2005 Kulonprogo 0.3 32 75,000.00 28,559,361,000.00 3,920,799.00

2006 Kulonprogo 0.23 31 75,000.00 28,559,361,000.00 3,984,854.00

2007 Kulonprogo 0.18 28 75,000.00 28,559,361,000.00 4,130,945.00

2008 Kulonprogo 0.29 28 140,000.00 28,559,361,000.00 4,307,361.00

2009 Kulonprogo 0.25 27 389,000.00 28,559,361,000.00 4,460,215.00

2010 Kulonprogo 0.24 41 3,456,977.67 75,617,628,591.00 4,580,532.00

2011 Kulonprogo 0.34 30 324,000.00 34,017,508,942.00 4,790,630.00

2012 Kulonprogo 0.34 31 342,050.00 34,017,508,942.00 4,992,301.00

2013 Kulonprogo 0.29 31 279,859.09 34,017,508,942.00 5,229,120.00

2003 Bantul 0.29 37 7,958,150.00 85,715,920,000.00 1,167,405.00

2004 Bantul 0.33 34 6,447,341.00 85,460,390,324.00 3,640,936.00

2005 Bantul 0.34 32 6,447,341.00 85,463,090,320.00 3,819,928.00

2006 Bantul 0.34 33 7,877,341.00 86,951,568,071.00 3,838,007.00

2007 Bantul 0.3 32 8,197,059.00 86,951,568,071.00 3,951,293.00

2008 Bantul 0.32 32 10,303,299.00 86,951,568,071.00 4,083,309.00

2009 Bantul 0.25 31 12,753,299.00 96,951,568,071.00 4,203,156.00

Page 157: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

134

2010 Bantul 0.25 46 36,718,819.00 96,234,032,372.50 4,353,170.00

2011 Bantul 0.3 34 21,002,943.22 18,925,574,906.50 4,534,212.00

2012 Bantul 0.24 36 24,911,708.00 19,125,708,671.10 4,741,941.00

2013 Bantul 0.24 35 20,568,670.24 24,102,319,371.10 5,463,295.00

2003 Gunungkidul 0.22 31 3,473,870.00 40,154,890,000.00 1,462,837.00

2004 Gunungkidul 0.24 32 3,473,870.00 19,586,290,000.00 3,846,283.00

2005 Gunungkidul 0.28 31 3,473,870.00 19,586,290,000.00 4,000,253.00

2006 Gunungkidul 0.23 32 1,708,120.00 19,586,290,000.00 4,192,587.00

2007 Gunungkidul 0.21 31 1,708,120.00 19,586,290,000.00 4,355,147.00

2008 Gunungkidul 0.25 30 1,708,120.00 19,586,290,000.00 4,545,417.00

2009 Gunungkidul 0.24 29 1,708,120.00 29,074,371,000.00 4,733,514.00

2010 Gunungkidul 0.25 42 16,355,419.00 96,951,568,071.00 4,930,660.00

2011 Gunungkidul 0.3 30 10,371,064.44 35,502,559,948.00 5,124,333.00

2012 Gunungkidul 0.31 30 10,704,397.00 35,502,559,948.00 5,319,628.00

2013 Gunungkidul 0.24 29 8,758,143.00 35,502,559,948.00 5,463,295.00

2003 Sleman 0.35 25 14,281,799.00 10,839,098,460.00 1,756,132.00

2004 Sleman 0.36 21 15,615,706.00 11,004,010,064.60 4,977,241.00

2005 Sleman 0.38 20 31,665,706.00 94,949,794,646.30 5,082,668.00

2006 Sleman 0.33 20 33,579,206.00 92,197,034,672.60 5,065,935.00

2007 Sleman 0.28 31 34,649,206.00 92,197,034,672.60 5,246,993.00

2008 Sleman 0.31 31 38,706,056.00 92,686,295,086.40 5,462,344.00

2009 Sleman 0.29 33 38,706,056.00 98,346,295,086.30 5,651,752.00

2010 Sleman 0.28 49 324,000.00 34,017,508,942.00 5,830,337.00

Page 158: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

135

2011 Sleman 0.27 36 244,034,558.29 12,189,583,509.18 6,054,435.00

2012 Sleman 0.27 37 252,905,137.00 12,420,332,894.18 6,341,065.00

2013 Sleman 0.21 37 247,282,123.58 12,422,433,894.18 6,544,348.00

2003 Yogyakarta 0.31 35 111,032,406.00 11,671,282,395.00 4,082,081.00

2004 Yogyakarta 0.34 41 110,423,602.00 11,679,598,199.07 9,815,114.00

2005 Yogyakarta 0.32 40 110,423,602.00 11,679,598,199.10 10,104,516.00

2006 Yogyakarta 0.32 39 110,593,602.00 10,878,115,199.10 12,288,341.00

2007 Yogyakarta 0.29 39 110,772,260.00 74,446,628,591.00 12,709,718.00

2008 Yogyakarta 0.18 39 110,719,020.00 74,446,628,591.00 13,231,134.00

2009 Yogyakarta 0.28 40 111,069,020.00 74,446,629,591.00 13,687,232.00

2010 Yogyakarta 0.27 59 1,708,120.00 35,440,183,148.00 14,167,677.00

2011 Yogyakarta 0.19 40 180,982,581.19 83,540,952,691.00 14,893,159.00

2012 Yogyakarta 0.19 43 183,372,433.00 130,313,416,091.00 15,612,923.00

2013 Yogyakarta 0.18 42 196,121,716.44 131,186,783,073.50 16,139,158.00

Page 159: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

136

Lampiran 2

Uji Chow

Redundant Fixed Effects TestsPool: KABKOTTest cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.381957 (4,46) 0.0004Cross-section Chi-square 24.279485 4 0.0001

Cross-section fixed effects test equation:Dependent Variable: RG?Method: Panel Least SquaresDate: 05/29/15 Time: 12:40Sample: 1 11Included observations: 11Cross-sections included: 5Total pool (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.348489 0.035739 9.750839 0.0000PDK? -0.001961 0.001167 -1.679534 0.0993PMA? -9.18E-11 1.20E-10 -0.767388 0.4465

PMDN? -1.30E-14 1.97E-13 -0.066023 0.9476PDRBPK? -3.72E-10 2.66E-09 -0.140214 0.8891

R-squared 0.126316 Mean dependent var 0.274545Adjusted R-squared 0.056422 S.D. dependent var 0.050067S.E. of regression 0.048634 Akaike info criterion -3.122465Sum squared resid 0.118265 Schwarz criterion -2.939981Log likelihood 90.86780 Hannan-Quinn criter. -3.051897F-statistic 1.807239 Durbin-Watson stat 0.971644Prob(F-statistic) 0.142144

Page 160: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

137

Lampiran 3

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman TestPool: KABKOTTest cross-section random effects

Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 25.527828 4 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PDK? -0.002253 -0.001961 0.000000 0.3969PMA? -0.000000 -0.000000 0.000000 0.0000

PMDN? -0.000000 -0.000000 0.000000 0.0272PDRBPK? -0.000000 -0.000000 0.000000 0.2427

Cross-section random effects test equation:Dependent Variable: RG?Method: Panel Least SquaresDate: 05/29/15 Time: 12:41Sample: 1 11Included observations: 11Cross-sections included: 5Total pool (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.400444 0.036532 10.96138 0.0000PDK? -0.002253 0.001035 -2.176380 0.0347PMA? -3.42E-10 1.16E-10 -2.944038 0.0051

PMDN? -2.18E-13 1.89E-13 -1.150404 0.2559PDRBPK? -3.74E-09 3.64E-09 -1.028010 0.3093

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.438129 Mean dependent var 0.274545Adjusted R-squared 0.340412 S.D. dependent var 0.050067S.E. of regression 0.040662 Akaike info criterion -3.418456Sum squared resid 0.076057 Schwarz criterion -3.089983Log likelihood 103.0075 Hannan-Quinn criter. -3.291433F-statistic 4.483658 Durbin-Watson stat 1.482524Prob(F-statistic) 0.000449

Page 161: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

138

Lampiran 4

Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.10 -0.05 0.00 0.05

Series: Standardized ResidualsSample 2003 2013Observations 55

Mean 7.19e-17Median 0.013153Maximum 0.085844Minimum -0.111671Std. Dev. 0.046798Skewness -0.197807Kurtosis 2.058607

Jarque-Bera 2.389594Probability 0.302765

Lampiran 5

Uji Multikolinearitas

PDK PMA PMDN PDRPK

PDK 1.000000 0.340781 0.137089 0.556417

PMA 0.340781 1.000000 0.068100 0.614928

PMDN 0.137089 0.068100 1.000000 0.271954

PDRBPK 0.556417 0.614928 0.271954 1.000000

Page 162: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

139

Lampiran 6

Uji Park

Dependent Variable: LOG(RES2)Method: Panel Least SquaresDate: 05/29/15 Time: 12:45Sample: 2003 2013Periods included: 11Cross-sections included: 5Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.579522 1.363350 -4.092508 0.0002PDK -0.059061 0.044534 -1.326188 0.1908PMA -1.93E-09 4.56E-09 -0.423798 0.6735

PMDN -1.22E-11 7.52E-12 -1.623917 0.1107PDRBPK 2.15E-07 1.01E-07 2.125514 0.0385

R-squared 0.115954 Mean dependent var -6.989888Adjusted R-squared 0.045230 S.D. dependent var 1.898690S.E. of regression 1.855254 Akaike info criterion 4.160428Sum squared resid 172.0984 Schwarz criterion 4.342913Log likelihood -109.4118 Hannan-Quinn criter. 4.230997F-statistic 1.639534 Durbin-Watson stat 2.120772Prob(F-statistic) 0.178982

Page 163: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

140

Lampiran 7

Uji Glejser

Dependent Variable: RESABSMethod: Panel Least SquaresDate: 05/30/15 Time: 19:38Sample: 2003 2013Periods included: 11Cross-sections included: 5Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.686813 0.933044 1.807861 0.0766PDK -0.007501 0.030478 -0.246103 0.8066PMA -8.43E-10 3.12E-09 -0.269997 0.7883

PMDN 5.74E-12 5.15E-12 1.115974 0.2698PDRBPK -7.22E-08 6.93E-08 -1.041408 0.3027

R-squared 0.075527 Mean dependent var 1.242486Adjusted R-squared 0.001569 S.D. dependent var 1.270687S.E. of regression 1.269690 Akaike info criterion 3.401931Sum squared resid 80.60568 Schwarz criterion 3.584416Log likelihood -88.55311 Hannan-Quinn criter. 3.472500F-statistic 1.021211 Durbin-Watson stat 2.327507Prob(F-statistic) 0.405492

Page 164: PENGARUH PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30265/1/VINA... · Teman-teman seperjuangan yaitu Dilla, Yusuf, Yuli, Dimas, Rudy, Indri,

141

Lampiran 8

Fixed Effect Model

Dependent Variable: RG?Method: Pooled Least SquaresDate: 05/29/15 Time: 12:39Sample: 1 11Included observations: 11Cross-sections included: 5Total pool (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.400444 0.036532 10.96138 0.0000PDK? -0.002253 0.001035 -2.176380 0.0347PMA? -3.42E-10 1.16E-10 -2.944038 0.0051

PMDN? -2.18E-13 1.89E-13 -1.150404 0.2559PDRBPK? -3.74E-09 3.64E-09 -1.028010 0.3093

Fixed Effects (Cross)_BANTUL--C 0.003986

_GUNUNGKIDUL--C -0.051911_KULONPROGO--C -0.039583

_SLEMAN--C 0.032433_YOGYAKARTA--C 0.055074

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.438129 Mean dependent var 0.274545Adjusted R-squared 0.340412 S.D. dependent var 0.050067S.E. of regression 0.040662 Akaike info criterion -3.418456Sum squared resid 0.076057 Schwarz criterion -3.089983Log likelihood 103.0075 Hannan-Quinn criter. -3.291433F-statistic 4.483658 Durbin-Watson stat 1.482524Prob(F-statistic) 0.000449