PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

115
PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) KONSENTRASI 10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA EKSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI Oleh : WELI HASTUTI NIM : 1504098 PROGAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG 2021

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL

ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)

KONSENTRASI 10% TERHADAP PENYEMBUHAN

LUKA EKSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Oleh :

WELI HASTUTI

NIM : 1504098

PROGAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2021

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

i

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Weli Hastuti

NIM : 1504098

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

(Phyllathus niruri L.) Konsentrasi 10% Terhadap Penyembuhan

Luka Eksisi Pada Tikus Putih Jantan.

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dan

unsure plagiarism, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah

benar adanya.

2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut Universitas Perintis

Indonesia Padang untuk dapat dimanfaatkan dalam kepentingan akademis.

Padang, 26 Maret2021

Weli Hastuti

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

ii

Lembar Pengesahan Skripsi

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Weli Hastuti

NIM : 1504098

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

(Phyllathus niruri L.) Konsentrasi 10% Terhadap Penyembuhan

Luka Eksisi Pada Tikus Putih Jantan.

Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan tanggal 01Maret

2021 berdasarkan ketentuan yang berlaku

Ketua Sidang

apt. Mimi Aria, M.Farm

Pembimbing I Anggota Penguji I

apt. Sanubari Rela Tobat, M. Farm apt. Verawati, M. Farm

Pembimbing II Anggota Penguji II

apt. Diza Sartika, M. Farm apt. Noni Rahayu Putri, M. Farm

Mengetahui :

Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Revi Yenti , M.Si

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

iii

KATA PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(Qs. Alam Nasyarh : 7,9)

Allhamdulillah sebuah langkah usai sudah satu cita telah ku gapai Namun…

Itu bukan dari akhir perjalanan Melainkan awal dari satu perjuangan,sepercik ilmu telah engkau karuniakan kepadaku hanya untuk mengetahui sebagian kecil dari engkau muliakan..

Syukur allhamdulillah ku ucapkan kepada Allah S.W.T

Sebuah Perjalanan telah ku tempuh dengan izinmu ya Allah

Walau Terkadang tersandung dan terjatuh…

Ya Rabbi… sujudku padamu

Sepercik ilmu telah aku dapat atas ridhaMu ya Allah

Semoga hari-hari yang cerah membentang di depanku

Bersama rahmat dan ridhaMu ya Allah

Ayah… Ibu…

Telah ku lalui hari-hari ini…

Ini berkat do’a dan air mata disetiap sujudmu…

Kini telah ku gapai sebuah cita-cita yang akan aku persembahkan

untukmu Ayah… Ibu… ku tercinta…

Ibu…

Tiada yang dapat membalas jasamu…

Kau melahirkan dan membesarkanku…

Do’a mu menjadikan ku bersamangat…

Kasih saying mu yang membuatku menjadi kuat…

Kau yang selalu membimbingku…

Kau yang member penyejuk dalam hidupku…

Terimakasih ibu…

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

iv

Ayah…

Tiada sejati yang pernah ku temui selain tulus suci kasihmu untukku…

Kau yang selalu mengiringiku dengan pengorbanan, doa dan air mata…

Kau yang membangunkanku di setiap kegelapanku…

Kau yang member semangat tanpa henti untuk perjuanganku…

Terimakasih Ayah ku tercinta…

Buat Abang,Uni, dan Adikku (Abang BRIPTU Rozi Wisnandar, S.H, Uni Era

Mayasari, A. Md. Keb, Adikku Nana Maharani dan Nani Agustin) Terimakasih

atas segala kasih sayang serta dukungan yang engkau berikan kepadaku…Engkau

menjadikan ku kuat disetiap langkah ku….

Teruntuk semua dosen dan staf STIFI Perintis Padang, terimakasih untuk

ilmu yang sangat berarti semoga berguna dimasa depan. Teristimewa

kepada ibu apt. Sanubari Rela Tobat, M. Farm, ibu apt, Diza Sartika, M.

Farm sebagai pembimbingku serta bapak Sandra Tri Juli Fendri, M.Si

sebagai pembimbing akademik yang sudah sangat membantu,

membimbing serta menasehati selama ini.

‘’Untuk Orang Yang Terbaik dan Tersayang’’

Untuk sahabat serta keluarga ke-2 ku, ‘’Rempong Squad’’ (Naziva, Lisa, Ica, Ami,

Ike, dan Winda) untuk kos hijau (Adek Ratih dan Risa) dan Grup peneltian 2020,

terimakasih atas semangat, dukungan, canda dan tawa kalian yang berikan

untukku, terimakasih telah mau menjadi tempat bersandar mendengarkan,

melindungi dan selalu berada di garis terdepan, I love you guys. Untuk Pratu

Frendy yang terkasih terimakasih telah memberi dukungan, motivasi, nasehat,

canda dan tawa.

Suka duka kita lalui bersama, semua kenangan itu takkan kulupakan dan

juga buat semua angkatan 15 Quindecim yang tak bisa disebutkan satu persatu,

perjalanan panjang telah kita lalui bersama, semoga kita semua bisa

mendapatkan apa yang kita cita-citakan.

Aamiin ya robbal’alamin.

Once again thanks for all who have helped and supported all this time…

From Weli Hastuti, S. Farm

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini serta penulisan skripsi ini dengan judul

“PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN

MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) KONSENTRASI 10% TERHADAP

PENYEMBUHAN LUKA EKSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN”. Skripsi

ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program

pendidikan strata satu di Universitas Perintis Indonesia.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini sungguh jauh dari kata

sempurna dan tidak akan terwujud tanpa partisipasi dan dukungan yang tak

terhingga dari berbagai pihak, untuk mengucapkan terimakasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Ibu apt. Sanubari Rela Tobat,M.Farm selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu

apt. Diza Sartika,M.Farm selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, inspirasi, petunjuk, arahan dan

pertolongan yang tulus sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Sandra Tri Juli Fendri, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang

telah banyak membantu dalam kelancaran studi akademik penulis.

3. Bapak Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben selaku Rektor Universitas Perintis

Indonesia Padang.

4. Ibu Dr.Apt. EkaFitrianda,M.Farm selaku Dekan Universitas Perintis

Indonesia.

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

vi

5. Bapak dan ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis selama menjalankan perkuliahan di Universitas Perintis Indonesia

Padang beserta Staf Karyawan/karyawati, Analis Labor yang selalu

membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan

tidak terlepas dari kekurangan baik dari isi maupun penulisan. Dengan penuh

kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

menyempurnakan skripsi ini.

Padang, 15 Januari 2021

Hormat saya

Penulis

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

vii

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian salep subfraksi etil asetat

daun meniran (Phyllanthus niruri l.) konsentrasi 10% terhadap penyembuhan luka

eksisi pada tikus putih jantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian salep subfraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.)

kosentrasi 10% terhadap penyembuhan luka eksisi pada tikus putih jantan.

Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok tikus dan masing-masing kelompok terdiri

dari 3 ekor tikus dimana kelompok 1 sebagai kontrol dengan basis salep,

kelompok 2 dengan pembanding (salep T®) dan kelompok 3 perlakuan dengan

pemberian salep subfraksi etil asetat daun meniran konsentrasi 10%. Setiap

kelompok diamati dan diukur tiga parameter yaitu, persentase penyembuhan luka,

waktu epitelisasi, kadar hidroksiprolin. Hasil dari parameter persentase

penyembuhan luka yang baik terdapat pada kelompok pembanding (salep T®

) dan

tidak jauh berbeda dari kelompok perlakuan, dan terakhir adalah kelompok

kontrol. Dari hasil analisa data menggunakan (ANOVA) satu arah dilanjutkan uji

duncan (SPSS 23.0) untuk waktu epitelisasi dan kadar hidroksiprolin didapatkan

hasil subfraksi konsentrasi 10% antara kelompok pembanding(salep T®) dan

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan terhadap parameter waktu

epitelisasi dan kadar hidroksiprolin signifikan (p<0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan salep subfraksi etil asetat daun meniran dengan

konsentrasi 10% lebih efektif dalam proses penyembuhan luka eksisi.

Kata kunci : Daun meniran (Phyllanthus niruri L.), Subfraksi etil asetat, Luka

eksisi, Penyembuhan luka.

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

viii

ABSTRACT

Research on the effect of ethyl acetate subfraction ointment of meniran

(Phyllanthus niruri l.) Leaves with a concentration of 10% on the healing of

excision wounds in male white rats has been carried out. This study aims to

determine the effect of ethyl acetate subfraction ointment of meniran (Phyllanthus

niruri L.) leaves with a concentration of 10% on the healing of excision wounds in

male white rats. This study consisted of 3 groups of mice and each group

consisted of 3 rats where group 1 was the control based on ointment, group 2 was

the control group (ointment T®) and group 3 was treated with 10% concentration

of meniran leaf ethyl acetate subfraction ointment. . Each group was observed and

measured for three parameters, namely, percentage of wound healing,

epithelialization time, and hydroxyproline levels. The results of the parameter of

the percentage of good wound healing were found in the comparison group (T®

ointment) and were not much different from the treatment group, and finally the

control group. From the results of data analysis using one-way (ANOVA)

followed by the duncan test (SPSS 23.0) for epithelialization time and

hydroxyproline levels, the results showed a subfraction of 10% concentration

between the comparison group (T® ointment) and the control group with the

treatment group on the parameters of epithelialization time and hydroxyproline

levels. significant (p <0.05), so it can be concluded that the ethyl acetate

subfraction ointment of meniran leaves with a concentration of 10% is more

effective in the healing process of the excision wound.

Key words : Meniran (Phyllanthus niruri L.) leaves, ethyl acetate subfraction,

excision wound, wound healing.

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

ix

DAFTAR ISI

Daftar Isi Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA ...... i

PENGESAHAN ................................................................................................... ii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSRACT............................................................................................................viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1 Tinjauan Tanaman Meniran (Phyllantus niruri L.) .................................. 5

2.1.1 Klasifikasi ...................................................................................... 5

2.1.2 Sinonim .......................................................................................... 6

2.1.3 Nama Daerah ................................................................................. 6

2.1.4 Nama Asing ................................................................................... 6

2.1.5 Deskripsi Tanaman ........................................................................ 6

2.2 Tinjauan FarmakologiDaun Meniran (Phyllantus niruri L.) ................... 7

2.3 Tinjauan Kimia ........................................................................................ 8

2.4 Tinjauan Farmasetik ................................................................................. 9

2.5 Tinjauan Umum Salep ............................................................................. 10

2.5.1 Pengertian Salep ............................................................................. 10

2.5.2 Penggolongan Sediaan Setengah Padat ......................................... 10

2.6 Tinjauan Umum Kulit .............................................................................. 12

2.6.1 Pengertian Kulit ............................................................................. 12

2.6.2 Fungsi Kulit ................................................................................... 12

2.6.3 Bagian-bagian Kulit ....................................................................... 12

2.7Tinjauan Umum Luka ............................................................................... 18

2.7.1 Pengertian Luka ............................................................................. 18

2.7.2Jenis-jenis Luka .............................................................................. 18

2.7.3 Klasifikasi Luka ............................................................................. 19

2.7.4 Fase Penyembuhan Luka ............................................................... 22

2.7.5 Faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka .......................... 24

2.8 Ekstraksi Simplisia ................................................................................... 27

2.8.1 Pengertian Simplisia ...................................................................... 27

2.8.2 Ekstraksi ......................................................................................... 27

2.8.3 Fraksinasi ....................................................................................... 27

2.8.4 Subfraksinasi .................................................................................. 28

2.9 Hidroksiprolin .......................................................................................... 29

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

x

2.10 Kromatografi .......................................................................................... 30

2.11 Spektrofotometer UV-Vis ...................................................................... 32

2.12 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis ............................................... 32

BAB III. METODA PENELITIAN ................................................................... 34

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 34

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 34

3.2.1 Alat ................................................................................................ 34

3.2.2 Bahan............................................................................................. 34

3.3 Persiapan Hewan Percobaan ................................................................... 35

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 35

3.4.1 Pengambilan Sampel ..................................................................... 35

3.4.2 IdentifikasiSampel………………………………………………. 35

3.4.3 PembuatanEkstrak Etanol Etil Asetat Daun Meniran.................... 35

3.4.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Etil Asetat Daun Meniran .................... 35

3.4.5 Subfraksinasi Etil Asetat Daun Meniran ....................................... 36

3.4.6 Evaluasi Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran ............................... 36

3.4.7 Pembuatan Salep Subfraksi Daun Meniran...................................39

3.4.8 Evaluasi Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran .................... 39

3.4.9 Pemeriksaan pH Salep………………………………………… ... 40

3.4.10 Uji Kualitatif Semyawa Dalam Ekstrak ....................................... 40

3.4.11 Penyiapan Hewan Percobaan ....................................................... 40

3.4.12Pembuatan Luka............................................................................ 40

3.4.13 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka ..................................... 41

3.5 Parameter Penyembuhan Luka ............................................................... 42

3.5.1 Persentase Luas Penyembuhan Luka ............................................. 42

3.5.2 Waktu Epitelisasi ........................................................................... 42

3.5.3 Penetapan Kadar Hidroksiprolin ................................................... 43

3.5.4 Penetapan Kadar Hidroksiprolin dalam Jaringan

Bekas LukaKulit Tikus .................................................................. 45

3.6 Analisis Data ........................................................................................... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 47

4.1 Hasil ....................................................................................................... 47

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65

5.2 Saran ........................................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

LAMPIRAN ......................................................................................................... 70

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 70

2. Identifikasi Sampel ........................................................................................ 75

3. Ethical Clearance ........................................................................................... 76

4. Ekstraksi, Fraksi, dan Subfraksi ..................................................................... 77

5. Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap Penyembuhan Luka ........................ 80

6. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Hidroksiprolin ............ 81

7. Penentuan Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan Bekas Luka Kulit Tikus .. 82

8. Hasil Karakterisasi Fraksi dan Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran ............. 83

9. Evaluasi Salep Subfraksi Daun Meniran ....................................................... 84

10. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Hidroksiprolin .............. 86

11. Persamaan Regresi Larutan Standar Hidoksiprolin ....................................... 88

12. Data Mentah (Sampel Jaringan Bekas Luka Kulit Tikus) ............................. 90

13. HasilPerhitungan Statistic PersentasePenyembuhan Luka ............................ 91

14. Waktu Epitelisasi ........................................................................................... 93

15. Hasil Perhitungan Statistic Persentase Kadar Hidroksiprolin........................96

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Efek Farmakologi Daun Meniran .................................................................. 7

2. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka pada Hari ke-5................ 56

3. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka pada Hari ke-10.............. 56

4. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka pada Hari ke-15.............. 57

5. Hasil Waktu Epitelisasi .................................................................................. 59

6. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-5 ...................... 61

7. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-10 .................... 61

8. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-15 .................... 62

9. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ............... 83

10. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran.......... 83

11. Hasil Penentuan Rendemen Fraksi Etil asetat Daun Meniran ....................... 83

12. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Subfraksi Etil Asetat

Daun Meniran ................................................................................................ 83

13. Hasil Pemeriksaan Uji Fitokimia Subfraksi Etil Asetat

Daun Meniran ................................................................................................ 84

14. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Salep Subfraksi 10%

Daun Meniran ................................................................................................ 84

15. pH Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran .............................................. 85

16. Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar Hidroksiprolin

pada = 559 nm ............................................................................................ 87 17. Perhitungan Persamaan Regresi Larutan Standar Hidroksiprolin

Pada = 559 nm ............................................................................................ 88

18. Data Mentah (Absorban pada hari ke-5, hari ke-10, dan har ke-15) ............. 90

19. Hasil Perhitungan Persentase Penyembuhan Luka Analisa

Varian (ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00 ......................................... 91

20. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Penyembuhan Luka ............................. 92

21. Hasil Perhitungan Stastistik Waktu Epitelisasi Analisa

Varian (ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00........................................95

22. Hasil Uji lanjut Duncan Waktu Epitelisasi...................................................96

23. Hasil Perhitungan Statistik Kadar Hidroksiprolin Analisa

Varian (Anova) Dua Arah Spss 23.00..........................................................96

24. Hasil Uji lanjut Duncan Kadar Hidroksiprolin.............................................97

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman Meniran .......................................................................................... 5

2. Struktur Kimia Flavonoid .............................................................................. 8

3. Struktur Kimia Steroid ................................................................................... 9

4. Histologi Kulit................................................................................................ 16

5. Anatomi Kulit ................................................................................................ 18

6. Fase inflamasi ................................................................................................ 22

7. Fase proliferasi ............................................................................................... 23

8. Fase remodeling ............................................................................................. 24

9. Struktur Hidroksiprolin .................................................................................. 29

10. Diagram Skematis Spektrofotometer UV-Vis ............................................... 33

11. Diagram Batang Persentase Penyembuhan Luka........................................... 57

12. Diagram Batang Persentase Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan

Bekas Luka Kulit Tikus ................................................................................. 62

13. Gambar Meniran ............................................................................................ 70

14. Seperangkat Alat Rotary Evaporator ............................................................. 70

15. Seperangkat Alat Spektrofotometer UV-Vis ................................................. 71

16. Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ................................................................... 71

17. Gambar Sediaan Salep ................................................................................... 72

18. Gambar pH Salep Subfraksi Etil Asetat 10% ................................................ 72

19. Gambar Subfraksi 3 Etil Asetat ..................................................................... 72

20. Gambar Plat Kromatografi Lapis Tipis .......................................................... 73

21. Gambar Kromatografi Kolom ........................................................................ 74

22. Surat Identifikasi Tumbuhan .......................................................................... 75

23. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik .................................................................. 76

24. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kental Daun Meniran.................... 77

25. Skema Kerja Pembuatan Subfraksi Etil Aseta Daun Meniran ....................... 78

26. Skema Kerja Pemeriksaan Uji Fitokimia Subfraksi Daun Meniran .............. 79

27. Skema Kerja Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap Penyembuhan

Luka ............................................................................................................... 80

28. SkemaKerjaPenentuan Panjang Gelombang SerapanMaksimum

Hidroksiprolin ................................................................................................ 81

29. Skema KerjaPenentuan Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan

Bekas LukaKulitTikus ……………………………………………………....82

30. Spektrum Kurva Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Hidroksiprolin Pada Konsentrasi 3 ppm Menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis .............................................................................. 86

31. Kurva Kalibrasi Larutan Hidroksiprolin pada = 559 nm ............................ 87

32. Kelompok kontrol (a) hari ke-1(b)hari ke-5, (c) waktu epitelisasi hari ke-10,

(d)hari ke-15…………………………………………………………….........93

33. Kelompok pembanding salep T® (a) hari ke-1(b) hari ke-5,(c)hari ke-10,

(d)hari ke-15 ................................................................................................... 94

34. Kelompok perlakuan subfraksi 10% (a) hari ke-1(b) hari ke-5,(c) hari ke-7,

(d) hari ke-15…………………………………………..................................94

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

xiv

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah kerusakan fisik yang disebabkan oleh mikroba,

traumamekanik, kimia, atau suhu yang mengenai jaringan yang mengakibatkan

terbukanya atau hancurnya kulit serta ketidak seimbangan fungsi dan anatomi

kulit normal. (Nagori BD et al., 2011) Salah satu jenis luka adalah luka eksisi,

dimana luka eksisi adalah luka yang disebabkan oleh terpotongnya jaringan oleh

goresan benda yang tajam, biasanya seperti pisau dan lain sebagainya. Pada luka

eksisi, perumakaan kulit dan lapisan bawah akan terputus sampai kedalaman

bervariasi namun tepi luka teratur (Priyandari & Maulidah, 2015).

Tujuan utama dari penatalaksanaan luka adalah bertujuan untuk

mengembalikan dan mengoptimalkan fungsi proteksi dan fungsi penting lain dari

kulit. Regenerasi dan perbaikan merupakan dua proses penting dalam

penyembuhan luka. Luka yang mengalami komplikasi akan menghambat proses

penyembuhan luka dan bahkan memperburuk kondisi luka (Theoret 2017). Dalam

penatalaksanaan luka adalah untuk mencapai penyembuhan yang cepat dengan

fungsi utama dan hasil yang bagus. Hal ini dapat dicapai dengan cara mencegah

infeksi dan trauma selanjutnya dengan tersedianya lingkungan yang dapat

mengoptimalkan penyembuhan luka tersebut (Singer & Dagum, 2008).

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat

adalah meniran (Phyllantus niruri Linn). Bagian tanaman yang diambil yaitu daun

dan akarnya. (Imran,dkk, 2011). Kandungan kimia yang terkandung didalam

meniran (Phyllanthus niruri L.) yaitu berbagai senyawa lignan seperti

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

2

Phyllanthin, hyphophyllanthin, phyltetralin dan nitanthin(Arbain,dkk, 2014).

Filantin yang merupakan senyawa lignin utama pada Phyllanthus niruri L.yang

menunjukkan aktivitas hepatoprotektif (Nurhayati, 2020). Herbameniran juga

memilikiaktivitasfarmakologisebagaiantiinflamasi, antihistamin, antijamur, dan

antimikroba(Kaur, 2017).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan (Gusriyani, 2019) uji salep fraksi etil

asetat daun meniran(Phyllantus niruri L) dengan menggunakan konsentrasi 5%,

10% dan 20% dapat memberikan pengaruh terhadap penyembuhan luka eksisi

pada tikus putih jantan yang terlihat pada persentase penyembuhan luka, waktu

epitelisasi dan persentase kadar hidroksiprolin, dimana kelompok perlakuan

dengan konsentrasi 10% memiliki efek penyembuhan luka yang lebih baik

(Gusriyani, 2019). Sedangkan hasil penelitian pada pengaruh pemberian salep

fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran

histopatologi luka eksisi tikus putih jantan selama 20 hari, didapatkan hasil bahwa

sediaan salep fraksi etil asetat daun meniran dengan konsentrasi 10% lebih efektif

dalam proses penyembuhan luka eksisi selama 20 hari (Trinithatis, 2020).

Daun pegagan merupakan alternatif perawatan luka yang terkontaminasi

karena mengandung triterpen yang berfungsi sebagai antiinflamasi, antibakteri

dan mendorong pembentukan kolagen serta mengandung minyak esensial yang

berfungsi sebagai antibakteri (Amaliyaet al., 2013).

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa belum banyak penelitian

yang menguji efek meniran terhadap proses penyembuhan luka eksisi. Oleh

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

3

karena itu, perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian Salep Subfraksi etil

asetat meniran (Phyllanthus niruri L.) konsentrasi 10% terhadap proses

penyembuhan luka yang dilakukan pada tikus putih jantan. Pada penelitian ini

dilakukan pengamatan secara biokimia terhadap jaringan kulit, yakni dengan

mengukur kadar hidroksiprolin. Hasilnya semakin tinggi kandungan

hidroksipirolin dapat mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan sintesis

kolagen yang berkorelasi dalam proses penyembuhan luka (Rismana, 2013) serta

mengamati pengaruh pemberian subfraksi etil asetat daun meniran terhadap

proses penyembuhan luka pada tikus putih jantan yang dibuat dalam formulasi

suatu sediaan topikal berupa salep.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh pemberian salep subfraksi etil asetat daun meniran

(Phyllanthus niruri L.) dengan konsentrasi 10% terhadap persentase

penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin pada tikus

putih jantan.

2. Bagaimana perbedaan aktivitas penyembuhan luka dari berbagai perlakuan

yang diberikan pada tikus putih jantan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian salep subfraksi etil asetat daun

meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan konsentrasi 10% terhadap

persentase penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin

pada tikus putih jantan.

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

4

2. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas penyembuhan luka dari berbagai

perlakuan yang diberikan pada tikus putih jantan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian subfraksi etil

asetat ekstrak daun meniran terhadap proses penyembuhan luka.

2. Dapat menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi peneliti sendiri.

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Meniran (Phyllantus niruri L.)

2.1.1 Klasifikasi

Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.) menurut Aspan (2010) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Tanaman Meniran (Feriska, 2020)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub-class : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Phyllanthus

Species : Phyllanthus niruri L.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

6

2.1.2 Sinonim

Phyllanthus urinaria L., phyllanthus alatus BI., phyllanthus cantonensis

Hornem., Phyllanthus echinatus Wall., phyllanthus lepidocarpus Sieb. Et Zucc.,

phyllanthus leptocarpus Wight., phyllanthus asperulata (Arbain dkk, 2014).

2.1.3 Nama Daerah

Sidukuang anak (Minang); Memeniran, meniran (Jawa); Gosau ma dungi

(Maluku); dudukuang anak,baket sikolop (Sumatera)(Arbain dkk, 2014).

2.1.4 Nama Asing

Lagoon spurge, niruri child pick a back (inggris); Amarus, zhen zhu cao,

hsieh hsia chu (Cina); Di[eej]p h[aj] ch[aa]u y[ees]u (Vietnam). 3 Bhoomi

amalaki, bhui-amla (India); Phyllanto (Barzil); Ya-tai-bai (Thailand); Yerba de

san pablo (Filipina) (Arbain dkk, 2014).

2.1.5 Deskripsi Tanaman

Merupakan semak semusim yang tegak, tinggi 30-100 cm hingga 1 m.

Batang hijau, bulat, licin, tak berambut, diameter ±3 mm. Daun tunggal tapi

tersusun seperti daun majemuk, berseling, anak daun 15-24, bulat telur, ujung

tumpul, pangkal membulat, panjang ±1,5 mm, lebar ±7 mm, tepi rata, hijau.

Bunga tunggal, dekat tangkai daun, menggantung, putih, daun kelopak bentuk

bintang, benang sari dan putik tidak tampak jelas, mahkota kecil, putih. Buah

kotak, bulat, pipih, diameter ±2 mm, hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk

ginjal, coklat. Akar tunggang, putih kotor (Arbain dkk, 2014).

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

7

2.2 Tinjauan Farmakologi

Efek farmakologis meniran (Phyllanthus niruri L.) diantaranya peluruh air

seni (diuretik), pembersih hati, antiradang, pereda demam, peluruh dahak, peluruh

haid, penerang penglihatan, penambah nafsu makan, astringent, obat dysuria,

gonorrhoe, sifilis, nyeri ginjal, tetanus, pembersih darah dan diare, sedangkan akar

meniran untuk nyeri perut dan sakit gigi (Arief, 2011). Selain itu meniran juga

memiliki efek sebagai imunomodulator, antispasmodik, antilitik (untuk batu ureter

dan empedu), penghilang rasa nyeri, antihipertensi, antiviral, antibakteri,

antimutagenik dan juga efek hipoglikemia (Lestari, 2015).

Kandungan daun meniran yang memiliki efek dalam proses penyembuhan

luka diantaranya (Kaur, 2017):

Tabel 1.Efek farmakologi daun meniran

Kandungan Kimia Efek Terapi

Cyanidin Antioksidan, antiinflamasi, photoprotective, anti-

neurodegenerative skin

Flavonoid, alkaloid,

lignan, delphidin

Antioksidan

Malvidin Antiinflamasi dan antikarsinogenik

Kaempferol Antioksidan,antiinflamasi, antibakteri, antikanker

Flavonol Antioksidan,antikarsinogenik, antiviral, dan

antiplatelet.

Antosianidin Antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba.

Quercetin Antivirus, antibakteri, antikanker, antiinflamasi

Saponin,

triterpenoid

Antimikroba

Lignan(filantin dan

hipofilantin)

Aktivitas hepatoprotektif(memiliki efek teurapeutik,

untuk memulihkan, memelihara, dan mengobati

kerusakan dari fungsi hati).

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

8

2.3 Tinjauan Kimia

Kandungan kimia meniran berupa Terpen (cymene, limonene, lupeol,

lupeolacetate); flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine,

physetinglucoside); lipid (ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid,

linolenic acid); benzenoid seperti halnya curcuma (methilsalisilate); alkaloid

(norsecurinine, 4-metoxinor securinine, entnor securinina, nirurine); steroid

(betasitosterol); alcanes(triacontanal, triacontanol); dan zat lain (vitamin C,

tannin, saponin) (Sunarno dan Fitriani, 2012).

1. Flavonoid

Gambar 2. Struktur Kimia Flavonoid (Arifin dkk, 2018)

Flavonoid merupakan suatu senyawa polar dengan adanya beberapa gugus

hidroksil bebas, sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol,

butanol dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid

lebih mudah larut dalam air, sedangkan aglikon yang kurang polar seperti flavon

yang termetoksilasi cendrung lebih mudah larut dalam pelarut non polar seperti

eter dan kloroform (Arifin dkk, 2018).

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

9

2. Steroid

Gambar 3. Struktur Kimia Steroid (Arifin dkk., 2018)

Steroid adalah senyawa triterpenoid yang kerangka dasarnya system cincin

siklopentanoperhidropenantren. Senyawa ini tersebar luas di alam dan mempunyai

fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk antiinflamasi (Arifin dkk.,

2018).

Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan

antara lain estrogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan untuk

kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin merupakan steroid sintetik

digunakan untuk mencegah keguguran dan uji kehamilan, glikokortikoid sebagai

antiinflamasi, alergi, demam, leukemia, dan hipertensi serta kardenolida

merupakan steroid glikosida jantung digunakan sebagai obat diuretik dan penguat

jantung (Arifin dkk, 2018).

2.4 Tinjauan Farmasetik

Meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan masyarakat sebagai bahan

baku obat tradisional dan dikembangkan dalam bentuk sediaan farmasi, dewasa

ini meniran dibuat dalam berbagai sediaan farmasi seperti contoh obat paten

dalam bentuk tablet effervescent dengan nama sediaan Promuno®, dalam bentuk

kapsul dan juga sirup dengan nama sediaan Stimuno® yang khasiatnya membantu

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

10

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal dan membantu sistem

imun tubuh agar bekerja lebih aktif sehingga kekebalan tubuh meningkat (Sari,

2013).

2.5 Tinjauan Umum Salep

2.5.1 Pengertian Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditunjukkan untuk pemakaian

pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,

dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep

obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. (FI ed. V, 2014)

2.5.2 Penggolongan Sediaan Setengah Padat

Menurut Farmakope Edisi V, 2014 penggolongan salep terdiri dari empat,

antara lain:

1. Dasar salep hidrokarbon (FI ed. V, 2014)

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin

putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat

dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang

kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.

Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar

dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

2. Dasar salep serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

11

atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air

dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok dua

terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah

larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai

emolien. (FI ed. V, 2014)

3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik

dan lebih tepat disebut “krim” (cremores). Dasar ini juga dinyatakan sebagai

“dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah,

sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat

dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep

hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan

dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan

dermatologik. (FI ed. V, 2014)

4. Dasar salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari

konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan

seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan

tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini

lebih tepat disebut “gel”. (FI ed. V, 2014)

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

12

2.6 Tinjauan Umum Kulit

2.6.1 Pengertian kulit

Kulit adalah suatu organ yang membungkus seluruh permukaan luar

tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Berat seluruh kulit

sekitar 16% dari bobot tubuh. Ketebalan kulit tergantung dari letak, umur, jenis

hewan, dan jenis kelamin. Secara embriologis, kulit berasal dari dua lapis yang

berbeda. Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel dan berasal

dari ektodermis, sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesodermis adalah

dermis atau korium dan merupakan suatu lapisan jaringan ikat. ( Wahyuni,2016)

2.6.2 Fungsi kulit

Kulit berfungsi sebagai :

1. Proteksi : lapisan epidermis tebal, bersama dengan selubung anti-airnya, serta

kandungan pigmen, melindungi terhadap sinar ultraviolet (UV), stress

mekanis, termal dan kimia. Serta mencegah dehidrasi dan invasi oleh

mikroorganisme

2. Sensasi : melalui reseptor untuk raba, tekan, nyeri, dan suhu.

3. Termoregulasi : perubahan sirkulasi perifer darah untuk mengatur suhu tubuh,

begitu pula untuk kelenjar keringat, rambut dan jaringan adiposa.

4. Fungsi metabolik : area kulit melakukan fotosintesis vitamin D, dan lipid,

termasuk trigliserida (lipid netral) (Peckham, 2014).

2.6.3 Bagian-bagian kulit

Semua regio kulit berisi ketiga lapisan dasar yang sama yaitu lapisan luar

(epidermis), lapisan dermis dibawahnya, dan lapisan terdalam yaitu

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

13

hipodermis(Peckham, 2014).

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis merupakan epitel

gepeng berlapis dan berkeratin, yang berisi empat lapis sel (kadang-kadang

lima pada area kulit yang tebal). Epidermis tidak memiliki pembuluh darah.

Sel-sel pada lapisan yang berbeda berubah tampilannya saat sel-sel bergerak

keatas dari stratum basale dan berdiferensiasi.

a. Stratum germinativum atau stratum basale

Lapisan ini terdiri dari 1 lapis sel, tyang terletak paling dekat dengan

dermis dibawahnya. Sel-sel melekat erat satu sama lain melalui desmosom,

dan ke membran basal dibawahnya melalui adhesi fokal (hemidesmosom).

Stratum basale berisi beberapa jenis sel.

Sel-sel punca : yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta

menghasilkan sel anak (keratinosit). Sel-sel ini memiliki kapasitas besar

untuk memperbaharui diri: lapisan luar kulit mengalami pembaharuan

lengkap setiap 2 minggu.

Keratinosit : sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali

sebelum bergerak keatas menuju stratum spinosum, berbentuk kuboid dengan

sitoplasma merah muda serta nukleus ungu muda.

Melanosit : sel-sel penghasil pigmen (melanin) berasal dari krista neuralis

pada embrio. Terdapat satu melanosit untuk setiap 4-10 keratinosit bassal.

Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktifitasnya jauh lebih

tinggi pada orang berkulit gelap. Melanosit dapat diidentifikasi oleh

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

14

sitoplasmanya yang pucat/jernih dan nukleus ungu gelap (basofilik). Pigmen

dikemas dalam fesikel ( melanosom) menuju ujung penonjolan panjang yang

berpenetrasi kedalam lapisan sel berspina, dan melanosom ini kemudian

ditelan (difagositosis) oleh keratinosit. Melanin yang di fagositosis kemudian

membentuk lapisan didepan nukleus, untuk melindungi terhadap sinat UV.

Sel-sel merkel : sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan

sebagai mekanoreseptor „taktil‟ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling

banyak dibibir dan dilidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki

tampilan serupa dengan melanosit. Selain itu, terdapat ujung saraf bebas

(tidak bermielin) yang erespons terhadap nyeri dan suhu.

b. Stratum Spinosum

Regio ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit dan beberapa sel

Langerhans.

Keratinosit: mengubah ekspresi keratin dari tipe 5 dan 14 menjadi tipe 1 dan

10 saat berdiferensiasi. Filamen-filamen keratin didalam sel terhubung

dengan desmosom untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat

hubungan erat antar sel. Hubungan ini kadang-kadang dapat terlihat pada

potongan histologis sebagai „duri‟ pada mikroskop cahaya yang

menyebabkan tampilan „berduri‟ pada sel-sel ini.

Sel-sel Langerhans : merupakan sel penyaji antigen khusus (sel dendritik)

yang menyusun sekitar 3-6% sel pada lapisan stratum spinosum. Sel ini

mengandung penonjolan panjang ( dendrit) yang bercabang-cabang diantara

keratinosit dan berkontak dengan sel-sel langerhans lainnya untuk

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

15

membentuk suatu jalinan kontinu. Saat sel ini terpapar oleh benda

asing/antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah

bening regional untuk menginisiasi respons imun. Sel-sel langerhans dapat

dikenali berdasarkan badan selnya yang bulat, tampilan sitoplasmanya yang

lebih pucat dan nukleus berbentuk oval.

c. Stratum granulosum

Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi

keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi

menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula

intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan diatasnya.

Protein pada sel-sel ini menjadi berikatan silang untuk membentuk perancah

(scaffold) protein yang kuat. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai

kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati

menjadi „skauma‟ berkeratin dari lapisan teratas.

d. Stratum lusidum

Ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada kulit

tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini

tipis dan transparan sert sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin.

e. Stratum korneum

Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel

mati, yang menjadi datar seperti pengelupasan kulit (skauma). Sel-sel ini

berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam

terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

16

yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas (membentuk kandungan inti debu

rumah tangga).

Ketebalan kulit bervariasi sekitar dari 0,5 mm pada kelopak mata, hingga

sekitar 4,0 mm pada telapak kaki. Sebagian besar perbedaan ini disebabkan

oleh perbedaan ketebalan epitel dan khususnya lapisan sel

bertanduk/berkeratin

Gambar 4.Histologi Kulit (Sumber: Mescher, 2013)

2. Dermis

Lapisan ini berfungsi untuk proteksi, sensasi dan termoregulasi. Lapisan

ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang menyekresi matriks

ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga berisi kelenjar

keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka keluar menuju

permukaan kulit.

Lapisan bassal epidermis terlipat menjadi rigi epidermis dan diantara rigi-

rigi ini terdapat regio yang terlipat pada regio dermis dibawahnya, yang disebut

papil dermis. Papil dermis khususnya menonjol pada kulit tebal (ujung jari dan

telapak kaki) berfungsi untuk meningkatkan adhesi antara lapisan dermis dan

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

17

epidermis , meningkatkan keseluruhan area permukaan dari lapisan bassal

epidermis dan menyediakan area kontak yang luas antara epidermis dan pembuluh

darah didermis.

Dermis dibagi dalam dua regio utama. Regio superfisial disebut lapisan

papilar dermis dan regio yang lebih dalam disebut dermis retikularis.

a. Lapisan papilar dermis merupakan regio dermis yang ditemukan pada dan

dekat dengan papil dermis. Regio ini menyusun sekitar 20% dermis. Regio ini

beris jaringan ikat longgar, kapiler dan saraf, keduanya meluas menuju

epidermis diantara papil dermis.

b. Lapisan retikular dermis merupakan regio dermis sisanya, kecuali lapisan

papilar dermis. Regio ini berisi selapis jaringan ikat pada ireguler yang

mengandung serabut kolagen, terjalin dalam satu jalinan padat, serta elastin.

Kedua serabut ini di sekresi oleh fibroblas pada lapisan ini. Serabut-serabut

ini memberikan kekuatan dan daya regang pada kulit. Lapisan ini juga

mengandung sel-sel imun seperti makrofag dan sel-sel lemak (adiposit) serta

kelenjar keringat, yang ditemukan pada lapisan dalam pada regio ini dan pada

hipodermis.

3. Hipodermis

Regio kulit ini terutama berisikan jaringan adiposa dan kelenjar keringat.

Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi metabolisme seperti produksi

trigliserida dan vitamin D.

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

18

Gambar 5. Anatomi Kulit (Abi, 2017)

2.7 Tinjauan Umum Luka

2.7.1 Pengertian Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan

sebagai akibat dari ruda paksa. Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa

membran dan tulang atau organ lain. Luka dapat sengaja dibuat untuk tujuan

tertentu, seperti luka sayat (incise) pada operasi, atau luka akibat trauma, seperti

luka akibat kecelakaan (Wahyuni, 2016).

2.7.2 Jenis-jenis Luka

1. Berdasarkan mekanisme terjadinya luka (Nasution, 2015):

a. Luka Insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang

tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan.

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

19

b. Luka Memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu

tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,

pendarahan dan bengkak.

c. Luka Lecet (Abraded Wound), terjadi akibat bergesekan dengan benda lain

yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d. Luka Tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda. Seperti

peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. Luka Gores (Lacerated Wound), terjadi karna tergores benda yang tajam,

seperti tergores kaca atau kawat.

f. Luka Tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ

tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada

bagian ujung lukanya akan melebar.

g. Luka Bakar (Combustio Wound).

h. Luka Gigitan Hewan, disebabkan karena adanya gigitan dari hewan liar

atau hewan piaraan. Hewan liar yang biasanya menggigit adalah hewan

yang ganas dan memakan daging, yaitu dalam usaha untuk membela diri.

i. Luka Eksisi (Excised Wound), luka yang diakibatkan terpotongnya

jaringan oleh goresan benda tajam.

2.7.3 Klasifikasi Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka

itu dan menunjukkan derajat luka (Wahyuni, 2016).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

20

terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,

pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan

dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan

timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,

luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk

insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka (Wahyuni, 2016).

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial

dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

21

sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon

dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas. (Wahyuni, 2016).

3. Berdasarkan proses penyembuhan

dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Penyembuhan primer (healing by primary intention) Tepi luka bisa menyatu

kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang. Biasanya terjadi

setelah suatu insisi. Penyembuhan luka berlangsung dari internal ke eksternal.

b. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) Sebagian jaringan

hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan

granulasi di dasar luka dan sekitarnya.

c. Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka berlangsung

lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

(Kartika, 2015)

4. Berdasarkan lama penyembuhan

Bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika

penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala

jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka lebih dari 4-6

minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan

berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa juga

dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

22

jikamenunjukkan tanda-tanda infeksi (Kartika, 2015)

2.7.4 Fase Penyembuhan Luka

Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu: (Kartika, 2015)

1. Fase inflamasi

a. Hari ke-0 sampai 5.

b. Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk

mencegah kehilangan darah.

c. Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.

d. Fase awal terjadi hemostasis.

e. Fase akhir terjadi fagositosis.

f. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

Gambar 6. Fase inflamasi penyembuhan luka dimulai segera setelah terjadi

kerusakan jaringan dan fase awal hemostasis (Kartika, 2015).

2. Fase proliferasi atau epitelisasi

a. Hari ke-4 sampai 21.

b. Disebut juga fase granulasi karena ada nya pembentukan jaringan

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

23

granulasi; luka tampak merah segar, mengkilat.

c. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel inflamasi,

pembuluh darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat.

d. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan

epidermis pada tepian luka.

e. Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.

Gambar 7. Fase proliferasi penyembuhan luka pada hari ke-4 sampai 21 setelah

terjadi kerusakan jaringan/luka. Selama fase ini, jaringan granulasi menutup

permukaan luka dan keratosit bermigrasi untuk membantu penutupan luka dengan

jaringan epitel baru (Kartika, 2015)

3. Fase maturasi atau remodelling

a. Berlangsung dari beberapa minggu sampai 2 tahun.

b. Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan

kekuatan jaringan (tensile strength).

c. Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50- 80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya.

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

24

d. Pengurangan bertahap aktivitas seluler and vaskulerisasi jaringan yang

mengalami perbaikan

Gambar 8. Fase remodeling penyembuhan luka pada hari ke-21 sampai 1 tahun

setelah terjadi kerusakan jaringan/ luka. Fase ini merupakan fase terlama

penyembuhan luka, di mana fibrolas dan jaringan kolagen akan memperkuat

penyembuhan luka (Kartika, 2015).

2.7.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua

lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat

mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien

memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan

mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk

memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien

yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

25

supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat

mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan

dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-

orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih

sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah

dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan

pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan

menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan

kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan

vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk

penyembuhan luka.

4. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi

tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

5. Benda asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan

menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat.

Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah

merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

26

nanah (“Pus”).

6. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi

akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor

internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

8. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

9. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik

mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat

membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka

pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

27

(Baririet, 2011)

2.8 Ekstraksi Simplisia

2.8.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman, simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan

utuh bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat

kimia murni, sedangkan simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari

bumi, baik telah diolah ataupun belum, tidak berupa zat kimia murni (Dirjen

POM, 1997:30).

2.8.2 Estraksi

Ekstrak adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa di perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan . (FI Ed.V, 2014)

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat

secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi

dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama sesedikit mungkin terkena panas.

(FI Ed. V, 2014)

2.8.3 Fraksinasi

Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

28

ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.

Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan

metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil

asetat untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol untuk menarik

senyawa-senyawa polar. Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa

yang akan dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang

bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-

senyawa yang bersifat polar akanlarut dalam pelarut yang bersifat polar juga

(Mutiasari, 2012).

2.8.4 Subfraksinasi

Hasil ekstraksi dan fraksinasi biasanya masih berupa campuran beberapa

senyawa yang harus dipisahkan menjadi komponen-komponen yang lebih

sederhana dan tunggal.Umumnya untuk pemisahan senyawa dapat dilakukan

dengan teknik kromatografi.Kromatografi adalah suatu teknik analisis yang

banyak diterapkan untuk memisahkan komponen-komponen dalam

campuran.Semua metoda kromatografi didasarkan atas komponen diantara dua

fasa yang tidak bercampur yaitu fasa diam dan fasa bergerak. Mekanisme

terdistribusinya komponen-komponen yang ada pada kedua fasa itu dapat

disebabkan oleh peristiwa absorbsi, partisi, reaksi penukar ion dan difusi dari

komponen ke dalam pori-pori fasa diam sehingga terjadi pemisahan (Harbrone,

1987).

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

29

2.9 Hidroksiprolin

Salah satu parameter dari proses penyembuhan luka eksisi adalah dengan

pengamatan secara biokimia terhadap jaringan kulit yaitu mengukur kadar

hidroksiprolin. Kadar hidroksiprolin dalam jaringan dapat digunakan sebagai

indeks parameter kadar kolagen dalam kulit. Kolagen menjadi parameter

terbentuknya jaringan atau regenerasi kulit yang tersusun atas dua jenis asam

amino yakni hidroksilisin dan hidroksiprolin. Semakin tinggi kandungan

hidroksiprolin dapat diindikasikan bahwa terjadi peningkatan sintesis kolagen

yang berkorelasi dalam kecepatan proses penyembuhan luka (Rismana dkk,

2013).

Gambar 9. Struktur Hidroksiprolin (Wilbraham & Matta, 1984)

Hidroksilasi asam amino prolin oleh enzim prolil hidroksilase bersama

dengan sintesis protein yang menghasilkan hidroksiprolin dan lumen dari

retikulum endoplasma menjadi tempat dimana reaksi enzim katalis

terjadi.Kolagen mengandung kira-kira 35% glisindan kira-kira 11% alanin

persentasi asam amino ini agak luar biasa tinggi.Yang lebih terlihat adalah

kandungan prolin dan hidroksiprolin yang tinggi, yaitu asam amino yang jarang

ditemukan pada protein selain pada kolagen dan elastin.Bersama-sama, prolin dan

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

30

hidroksiprolin mencapai kira-kira 21% dari residu asam amino pada kolagen

(Lehninger, 1993).

2.10 Kromatografi

Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran yang berdasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen-komponen campurannya. Kromatografi

terdiri dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam berfungsi sebagai

absorben atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi

antara fase diam dan fase gerak. Fase gerak berupa pelarut yang berfungsi

membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut laiinya.

Adapun macam-macam kromatografi yaitu :

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu kromatografi kromatografi yang

menggunakan lempeng gelas atau aluminium yang dilapisi dengan lapisan tipis

alumina, silica gel, atau bahan serbuk lainnya. Sampel yang berupa campuran

senyawa organic yang diteteskan pada salah satu sisi lempeng dengan pipakapiler.

Noda yang telah ditetesi dengan senyawa organic dielusi dengan eluen yang

sesuai. Pelarut bergerak keatas sepanjang lapis tipis zat padat dan bersamaan

dengan noda senyawa yang dielusi (Poole dkk., 1991).

Metode KLT menggunakan nilai Retardation factor (Rf) yang memiliki

persamaan seperti dibawah ini :

Rf =

(Sastrohamidjojo,2002)

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

31

2. Kromatografi Cair Vacum (KCV) merupakan salah satu jenis kromatografi

kolom yang didasarkan pada metode pemisahan campuran larutan dengan

perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom (Skoog

dkk., 1980). Prinsip dasar KCV adalah pemisahan secara adsorbs dan partisi yang

dipercepat dengan pompa vacuum. Kromatografi cair vacuum menggunakan

tekanan yang rendah untuk meningkatkan laju aliran fase gerak. Kolom dihisap

perlahan-lahan kedalam wadah penampung fraksi sampai kering memvacumnya

(Hosttettman dkk., 1994).

3. Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) adalah kromatografi yang menggunakan

kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

Prinsip kerjanya berdasarkan pada distribusi kelarutan daya adsorpsi fasa diam

berupa adsorben dan fasa gerak berupa eluen. Penambahan eluen secara terus-

menerus mengakibatkan masing-masing komponen akan bergerak turun melalui

dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara adsorben,

komponen campuran pelarut dalam berbagai komposisiturun melalui kolom

hingga tercapai pemisahan sempurna sedangkan laju alir yang terjadi dipengaruhi

oleh gaya gravitasi (Hostettmann dkk., 1994).

4. Kromatografi Sistem Radal (Kromatotron) memiliki prinsip sama seperti

kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleg gaya

sentrifugasi. Kromatografi jenis ini mengunakan rotor yang dimiringkan dan

terdapat dalam ruang tertutup oleh plat kaca yang dilapisi oleh silica gel. Plat

tersebut dipasang pada motor listrik dan diputar dengan kecepatan 800 rpm.

Pelarut pengelusi dimasukkan ke bagian tengah pelaut melalui pompa

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

32

toraksehingga dapat mengalir dan merambat melalui lapis tipis karena gaya

sentrifugal. Untuk mengetahui jalannya proses elusi dimonitor dengan lampu UV.

Pemasukkan sampel itu diikuti dengan pengelusian menghasilkan pita-pita

komponen berupa lingkaran sepusat. Pada tepi plat, pita-pita akan terputar keluar

dengan gaya sentrifugal dan ditampung dalam botol fraksi dan kemudian

dimonitoring dengan KLT (Hostettman dkk., 1994).

2.11 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energy

cahaya oleh suatusi stemkimia pada panjang gelombang tertentu.Sinar ultraviolet

(UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinartampak

(visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.Pengukuran

spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energy

elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga

spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif

dibandingkan kualitatif.Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran

secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bias ditentukan dengan

mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan

hokum Lambert-Beer(Harmita, 2015).

2.12 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

33

nm.Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan oleh gambar

3 dengan komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar,

monokromator,dan sistem optik(Gholib, 2007).

Komponen dari spektrofotometer UV-Vis :

Gambar 10. Diagram skematis spektrofotometer UV-Vis(Gholib, 2007)

i. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV

pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen

kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang

gelombang antara 350 – 900).

ii. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya akan dipilih

oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

instrumen melewati spektrum.

iii. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer

berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam

satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

34

BAB III. METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 5 bulan (Agustus 2020–

Desember 2020) di Laboratorium Farmakologi Farmasi Penelitian Universitas

Perintis (UPERTIS), Laboratorium Herbarium UNAND Padang.

Tabel 2. Tabel Pelaksanaan Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Kandang tikus, kapas, pencukur bulu, gunting, tabung reaksi, pipet tetes,

penggaris, silet (tiger), rotary evaporator, timbangan digital, timbangan hewan,

sarung tangan, masker, oven, batang pengaduk, krus, pisau, pinset, kamera,

erlenmeyer, kertas saring, gelas ukur, beaker glass, penjepit, spatel, corong pisah,

botol maserasi, ktomatografi kolom, kromatografi lapis tipis, lumpang, stamfer,

labu ukur 10 mL, labu ukur 100 mL, labu ukur 250 mL, plat tetes, kaca objek,

mikroskop, stik pH universal, spektrofotometer UV-Vis.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah makanan dan

minuman tikus, daun meniran, etanol 70%, etanol 96%, norit, kloroform,

ammonia 10%, H2SO4 pekat, H2SO4 2N, reagen mayer, serbuk Mg, HCl pekat,

besi (III) Klorida, akuades, salep tekasol, vaselin flavum, eter, CuSO4, NaOH,

asam asetat anhidrat, H2O2, Hidroksiprolin (Merck), HCl 6 N, H2SO4 3M, 4-

dimetilaminobenzaldehid, air, n-heksan dan etil asetat.

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

35

3.3 Persiapan Hewan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan tikus putih jantan berumur 2-3 bulan

dengan berat badan ±200 gram memiliki galur wistar sebagai hewan percobaan.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun meniran kering (Phyllanthus niruri

L.) yang diambil di daerah Kubu Padang Manis, Kecamatan V, Koto Kampung

Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.

3.4.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi, Fakultas

MIPA, Universitas Andalas Padang (UNAND).

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruri L. )

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 70%.

Satu bagian serbuk kering herba meniran dimasukkan ke dalam maserator,

ditambah 10 bagian etanol 70%, direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk,

kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan rotary evaporator, setelah etanol tidak menetes diperoleh ekstrak

kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (Aspan, 2010).

3.4.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruri L. )

Ekstrak etanol kental daun meniran diencerkan dengan aquadest (1:5), lalu

dimasukkan kedalam corong pisah. Fraksinasi dengan pelarut heksan (2:1) secara

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

36

berulang hingga diperoleh fraksi terakhir heksan yang sudah tidak berwarna lagi.

Semua fraksi heksan diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sehingga

diperoleh fraksi non polar daun meniran. Selanjutnya fasa air difraksinasi dengan

etil asetat (2:1) secara berulang seperti prosedur diatas sehingga diperoleh fraksi

kental semi polar (Aldi, 2013).

Pada penelitian ini selanjutnya digunakan fraksi semi polar, yaitu fraksi

etil asetat yang kemudian dibuat untuk subfraksinasi.

3.4.5 Subfraksinasi Etil Asetat Daun Meniran ( Phyllantus niruri L. )

Berdasarkan jurnal penelitian (Aldi, 2013)sebanyak 2,7 kg sampel kering

meniran dirajang halus, kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut

etil asetat dalam botol coklat selama 5 hari sehingga didapat ekstrak. Ekstrak

disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan maserasi diulangi kembali

sampai tiga kali. Gabungan filtrat maserat kemudian dikentalkan secara in-

vacuo dengan menggunakan alat rotary evaporator. Kemudian hasil ekstrak

kental dikromatografi kolom flash dengan menggunakan berbagai

perbandingan pelarut yaitu :

1. Heksan : etil asetat (9:1)

2. Heksan : etil asetat (4:1)

3. Heksan : etil asetat (2:1)

3.4.6 Evaluasi Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran( Phyllantus niruri L. )

1. Pemeriksaaan Organoleptis

Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan mengamati

bentuk, warna dan bau (Depkes, 1995).

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

37

2. Penentuan Rendemen Subfraksi

Rendamen subfraksi dihitung dengan cara persamaan:

% Rendemen

x 100 %

3. Pemeriksaan Susut Pengeringan

Keringkan krus porselen dan tutupnya di dalam oven pada suhu 105ºC

selama 30 menit dan biarkan dingin, lalu timbang beratnya. Masukkan

subfraksi ke dalam krus tersebut hingga beratnya 1 gram diluar berat krus

dengan penutup yang telah diketahui sebelumnya.Dengan perlahan goyang

krus agar ekstrak merata dan masukkan kembali ke dalam oven, buka tutupnya

dan biarkan tutup tetap berada di dalam oven.Krus yang berisi subfraksi

dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ºC sampai berat konstan.Setelah itu

krus dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Lakukan

pengulangan seperti cara di atas hingga diperoleh berat yang konstan (Depkes,

1995).

Hitung susut pengeringan dengan rumus :

% Susut pengeringan = ( ) ( )

( )

Keterangan :

A = Berat Krus Kosong

B = Berat Krus + Subfraksinasi Etil Asetat Sebelum Pengeringan

C = Berat Krus + Subfraksinasi Etil Asetat setelah Pengeringan

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

38

4. Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia

Subfraksi etil asetat dari daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) dimasukkan

ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml kloroform asetat,

dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan (Harbrone, 1987).

a. Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)

Lapisan air diambil 1-2 tetes dan diteteskan pada plat tetes, lalu

ditambahkan serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna orange - merah

menunjukkan adanya flavonoid.

b. Uji Fenolik

Lapisan air diambil 1-2 tetes dan diteteskan pada plet tetes, lalu

ditambahkan pereaksi FeClз, terbentuknya warna biru menandakan adanya

senyawa fenolik dalam sampel.

c. Uji Saponin

Lapisan air dimbil dan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian

dikocok kuat.Terbentuknya busa yang permanen (± 15 menit) menandakan

adanya saponin.

d. Uji Terpenoid dan Steroid

Untuk pemeriksaan terpenoid dan steroid, pada lapisan kloroform,

disaring dengan norit, filtrat dibiarkan kering pada plat tetes dan

ditambahkan asam asetat anhidrat dan H2SO4 pekat.Adanya terpenoid

dengan memberikan warna merah, sedangkan adanya steroid memberikan

warna biru-hijau.

e. Uji Alkaloid (Metode “Culvenore Fritgerald”)

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

39

Diambil sedikit lapisan kloroform kemudian ditambahkan 10 mL

kloroform amoniak 0,05 N, diaduk perlahan laluditambahkan beberapa tetes

H2SO4 2 N kemudian dikocok perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam

ditambahkan beberapa tetes pereaksi mayer, reaksi positif alkaloid ditandai

dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

3.4.7 Pembuatan Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi

subfraksi etil asetat daun meniran 10% dan sediaan salep yang akan dibuat

sebanyak 25 g. Masukkan subfraksi daun meniran (Phyllanthus niruri L.) yang

telah di timbang sebanyak 2,5 g kedalam lumpang kemudian timbang dasar salep

sebanyak 22,5 g masukkan kedalam lumpang kemudian digerus hingga homogen.

Keluarkan dari lumpang, masukkan kedalam wadah yang disiapkan.

3.4.8 Evaluasi Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

a. Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan

mengamatibentuk, warna dan bau (Depkes, 1995).

b. Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan dilakukan dengan cara: 0,1 gram masa sediaan dioleskan

pada kaca objek, diratakan dengan kaca objek lain dengan kemiringan 45o,

ditarik dengan cepat dengan tekanan yang sama. Susunannya diamati

dibawah mikroskop tidak terlihat butir-butir kasar (Depkes, 1995).

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

40

3.4.9 Pemeriksaan Ph

Pengukuran nilai pH menggunakan alat bantu stik pH universal yang

dicelupkan ke dalam 0,5 g salep yang telah diencerkan dengan 5 ml aquadest.

Nilai pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia

(Depkes, 1995).

3.4.10 Uji Kualitatif Senyawa Dalam Ekstrak

Uji kualitatif senyawa dalam ekstrak menggunakan metode KLT dengan

pereaksi semprot FeCl3 (fenolik) dengan asam galat sebagai standar dan sitoborat

(flavonoid) dengan kuersetin sebagai standar. Pada uji fenolik tiap ekstrak dan

asam galat dengan kadar 0,1 % ditotolkan dalam KLT sebanyak 2 µL kemudian

disemprot dengan FeCl3. Diamati warna yang terjadi setelah disemprot pada sinar

tampak. Sedangkan pada uji flavonoid tiap ekstrak dan kuersetin dengan kadar

0,1 % ditotolkan dalam KLT sebanyak 2 µL kemudian diuapi dengan

NH3kemudian disemprot dengan sitroborat. Lempeng dioven padasuhu 105 °C

selama 10 menit. Lempeng diamati pada UV366(Astrina., et al 2000).

3.4.11 Penyiapan Hewan Percobaan

Pengujian pengaruh pemberian subfraksi etil asetat pada meniran terhadap

penyembuhan luka dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan tikus putih

jantan dengan bobot 200-250 gram. Sebanyak 27 ekor tikus dibagi menjadi 3

kelompok besar, masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor.Dari 3 kelompok

besar tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan hari pemeriksaan efek

penyembuhan luka. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada hari ke 5, 10, 15 setelah

tikus diberi luka eksisi.Sebelum tikus diberi perlakuan terlebih dahulu

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

41

diaklimatisasi selama 7 hari.Hewan dinyatakan sehat dimana selama aklimatisasi

tidak menunjukkan penyimpangan berat badan lebih dari 10% dan secara visual

tidak terdapat gejala penyakit.

3.4.12 Pembuatan Luka

Sehari sebelum pembuatan luka, hewan percobaan dicukur bulunya pada

bagian punggung yang akan dibuat sayatan kemudian dibersihkan dengan

menggunakan kapas yang diberi alkohol 70%, dan dilakukan anastesi pada tikus

dengan menggunakan kloroform. Selanjutnya dibuat luka yang berbentuk

lingkaran dengan diameter ± 2 cm dengan kedalaman ± 1 mm dengan cara

mengangkat kulit tikus pada bagian punggung dengan pinset lalu dilukai dengan

gunting bedah (Cahaya, 2017).

Pada penelitian ini, tikus dibagi menjadi tiga kelompok dimana masing-

masing tikus diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Pembagian kelompok

tersebut yaitu :

1. Kelompok I (kontrol) merupakan kelompok tikus yang akan diberi luka

tanpa diberikan pengobatan dan hanya dioleskan basis salep pada luka dan

diperiksa luas diameter penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar

hidroksiprolin pada tikus putih jantan di hari ke 5, 10, dan 15.

2. Kelompok II (pembanding) merupakan kelompok tikus yang akan

dioleskan sediaan salep yang beredar yaitu T®pada luka dan diperiksa luas

diameter penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin

pada tikus putih jantan di hari ke 5, 10, dan 15.

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

42

3. Kelompok III (perlakuan) merupakan kelompok tikus yang dioleskan salep

subfraksi dengan konsentrasi 10 % pada luka dan diperiksa luas diameter

penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin pada tikus

putih jantan di hari ke 5, 10, dan 15.

3.4.13 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka

1. Sediaan salep dioleskan pada bagian punggung tikus sebanyak 2 kali

pengolesan/hari.

2. Sediaan salep diberikan pada kelompok tikus yang telah

dikelompokkan.

3. Lalu dilakukan pengamatan parameter penyembuhan luka (Cahaya,

2017).

3.5 Parameter Penyembuhan Luka

3.5.1 Persentase Penyembuhan Luka

Menurut (Kusmiati, 2006), persentase luas penyembuhan luka

denganmenghitung luas luka pada hari pertama setelah dilukai dan pada hari ke-

5 dan ke- 10 pada masing-masing kelompok.

Dicari persentase penyembuhan lukanya dihitung dengan rumus :

x 100%

3.5.2 Waktu Epitelisasi

Waktu yang diperlukan untuk terbentuknya epitel baru yang sempurna

menutupi daerah luka. Dalam hal ini dicatat hari pengelupasan jaringan keropeng

dari luka tanpa meninggalkan sisa luka diarea eksisi (Amanda, 2017).

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

43

3.5.3 Penetapan Kadar Hidrokiprolin

1. Pembuatan Reagensia

a. HCl 6 N, V=100 mL

Dibuat dengan cara mengencerkan 5o mL HCl pekat dengan aquadest

100 mL.

b. CuSO4 0.01 M, V=100 mL

Timbang 0,25 gram CuSO4, lalu larutkan dengan aquadest 100 mL.

c. NaOH 2,5 N, V=100 mL

Timbang 10 gram NaOH, larutkan dengan aquadest 100 mL.

d. H2O2 6%, V=100 mL

Dibuat dengan cara mengecerkan 20 mL H2O2 30% dengan aquadest

hingga 100 mL.

e. H2SO4 3N, V=200 mL

Dibuat dengan cara mengencerkan H2SO4 pekat sebanyak 16,6 mL

dengan aquadest hingga 200 mL.

a. 4-dimetilaminobenzaldehid 5%

Serbuk 4-dimetilaminobenzaldehid ditimbang sebanyak 5 gram

dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.Tambahkan alkohol 95%, hingga

tanda batas dan kocok hingga homogen.

b. Buffer pH 7

NH4Cl 0,2 M : Larutan NH4Cl ditimbang sebanyak 1,07 gram masukkan

ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan aquadest hingga tanda batas dan

kocok sampai homogen.

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

44

NH4OH 0,2 M : Larutan NH4OH 25% dipipet sebanyak 15 tetes kemudian

dimasukkan kedalam beaker. Tambahkan aquadest hingga 25 Ml.

Kedua larutan dicampurkan dalam beaker glass dengan cara :masukkan

90 mL larutan NH4Cl 0,2 M. Ukur pH larutan menggunakan pH meter,

tambahkan larutan NH4OH 0,2 M sedikit demi sedikit sambil diaduk

sampai didapatkan pH 7.

2. Pembuatan Larutan Induk Hidroksiprolin 500 ppm

Dibuat dengan cara menimbang 50 mg serbuk hidroksiprolin

standar lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan

aquadest.

3. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Hidroksiprolin

Larutan induk 500 ppm dipipet sebanyak 0,12 mL ditambahkan

aquabidest ad 1 mL lalu ditambah 1 mL CuSO4 0,01 M, 1 mL NaOH 2,5

N, dan 1 mL H2O2 6%. Larutan kemudian diaduk dan diinkubasi pada

suhu 80oC selama 5 menit. Setelah proses inkubasi selesai, larutan

didinginkan dan ditambahkan 4 mL H2SO4 3 N dan 2 mL 4-

dimetilaminobenzaldehid 5%. Larutan diinkubasi kembali pada suhu 70oC

selama 16 menit, didinginkan pada suhu 20oC dan diukur serapan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-800

dan ditentukan panjang gelombang maksimum (Shila & natasa, 2008).

4. Pembuatan Kurva kalibrasi

Dari larutan induk 500 ppm, dibuat 5 variasi konsentrasi larutan

berbeda didalam labu ukur 10 ml, sebagai berikut:

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

45

- 0,04 mL, mengandung 2 ppm hidroksiprolin

- 0,08 mL, mengandung 4 ppm hidroksiprolin

- 0,12 mL, mengandung 6 ppm hidroksiprolin

- 0,16 mL, mengandung 8 ppm hidroksiprolin

- 0,2 mL, mengandung 10 ppm hidroksiprolin

Dipipet larutan induk 500 ppm sebanyak 0,04 mL; 0,08 mL; 0,12 mL; 0,16

mL; 0,2 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml ditambah aquabidest

hingga 1 ml, lalu ditambah 1 mL CuSO4 0,01 M, 1 mL NaOH 2,5 N, dan 1 mL

H2O2 6%. Larutan kemudian diaduk dan diinkubasi pada suhu 80oC selama 5

menit. Setelah proses inkubasi selesai, larutan didinginkan dan ditambahkan 4

mL H2SO4 3 N dan 2 mL 4-dimetilaminobenzaldehid 5%. Larutan diinkubasi

kembali pada suhu 70oC selama 16 menit, didinginkan pada suhu 20

oC.

Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimun 559 nm

kemudian di buat kurva kalibrasi hingga diperoleh persamaan regresi y =

a+bx. Persamaan ini digunakan untuk menentukan kadar hidroksiprolin dalam

jaringan kulit (Shila & natasa, 2008).

3.5.4 Penetapan Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan Bekas LukaKulit

Tikus.

Pada bagian kulit tikus bekas luka dilakukan biopsi pada hari ke-5, ke-10,

dan ke-15. Jaringan kulit kemudian dikeringkan pada suhu 60°C selama 12 jam

dan dihidrolisa dengan HCI 6N selama 24 jam pada suhu 110°C. Selanjutnya

dinetralkan dengan penambahan 2 ml NaOH, 1 ml Buffer dan 1 ml aquabidest

dengan total volume penetralannya yaitu 4000 µl. Kemudian diambil sebanyak

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

46

200 µl dan di adkan dengan aquabidest hingga 1000 µl dicampur hingga 1 ml

CusO4, 0,01 M, 1 ml NaOH 2,5 N , dan 1 ml H2O2 6 % , Larutan kemudian

diaduk dan diinkubasi pada suhu 80°C selama 5 menit. Setelah proses inkubasi

selesai, larutan didinginkan dan ditambahkan 4 ml H2SO4 3N dan 2 ml 4-

dimetilaminobenzaldehid 5 % . Sehingga didapatkan larutan total 10 ml ,

kemudian sampel diinkubasi kembali pada suhu 70°C selama 16 menit,

didinginkan pada suhu 20°C dan diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum 559 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Jumlah

hidroksiprolin dalam sampel dihitung terhadap kurva standar hidroksiprolin (Shila

& natasa, 2008).

3.6 Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan analisa ANOVA yang digunakan adalah

ANOVA dua arah dan ANOVA satu arah, Jika hasil yang diperoleh signifikansi

(p < 0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan yang bertujuan untuk mengetahui

kebermaknaan perbedaan hasil antara masing-masing kelompok perlakuan.

Statistik dengan pengujian anova dua arah karena pengujian ini didasarkan pada

pengamatan dua kriteria.Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam proses

penyembuhan luka yaitu kelompok hari dan kelompok jenis salep.

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian salep subfraksi

etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.), maka didapatkan hasil sebagai

berikut :

1. Berdasarkan hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang

digunakan merupakan tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan

family phyllanthaceae dengan nomor 230/K-ID/ANDA/VII/2020

(Lampiran 2, Gambar 22).

2. Berdasarkan keterangan lolos kaji etik dengan nomor 41/UN.16.2/KEP-

FK/2020 telah menyetujui protokol pada penelitian ini (lampiran 3, Gambar

23).

3. Hasil pemeriksaan organoleptis subfraksi etil asetat daun meniran

(Phllanthus niruri L.) berbentuk kristal, berwarna hijau tua, berbau

menyengat dan tajam (Lampiran 8, Tabel 10).

4. Dari berat sampel kering5000 gram daun meniran diperoleh ekstrak kental

daun meniran 505,257 gram ekstrak etanol daun meniran dengan persentase

rendeman 10,10%.

5. Hasil 505,257 gram ekstrak etanol daun meniran diperoleh fraksi etil asetat

87,54 gram dengan persentase rendemen 17,32% (Lampiran 8, Tabel 11).

6. Hasil 87,54 gram fraksi etil asetat yag dipisahkan menjadi 50 vial

didapatkan 3 macam subfraksi. Subfraksi 1 sebanyak 7,6 gram, subfraksi 2

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

48

sebanyak 4,2 gram, dan subfraksi 3 sebanyak 2,75 gram, subfraksi 4

sebanyak 89,5 gram, subfraksi 5 sebanyak 99,4 gram. Dari ke-5 subfraksi

yang didapat diambil subfraksi 3 sebanyak 2,75 gram dengan persentase

rendemannya adalah 3,141%.

7. Hasil pemerikasaan uji fitokimia subfraksi 3 etil asetat daun meniran positif

terhadap adanya kandungan flavonoid dan fenolik (Lampiran 8, Tabel 13).

8. Hasil pengamatan organoleptis salep subfraksi 3 etil asetat daun meniran

konsentrasi 10% menunjukkan berupa sediaan semisolid, berwarna hijau

pekat, berbau khas (Lampiran 9, Tabel 14).

9. Hasil pemeriksaan pH salep subfraksi 3 etilasetat daun meniran

menunjukkan pH 5 pada sediaan salep dengan konsentrasi 10% (Lampiran

9, Tabel 15).

10. Hasil pengukuran persentase penyembuhan luka rata-rata pada hari ke-5

kelompok kontrol, pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah

10% ; 13,697% dan 11,436%. Pada hari ke-10 adalah untuk kelompok

kontrol, pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah 22,190% ;

46,333% dan 43,313%. Sedangkan pada hari ke-15 untuk kelompok

kontrol, pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah 27,956% ;

56,113% ; dan 51.126% (Gambar 11).

11. Waktu epitelisasi rata-rata pada kelompok kontrol, pembanding, dan

konsentrasi 10% berturut-turut adalah hari ke-10, hari ke-8, hari ke-7(Tabel

5).

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

49

12. Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum hidroksiprolin

pada konsentrasi 6 ppm yang diukur menggunakan spektrofotometer UV-

vis dengan panjang gelombang 400-800 nm didapatkan hasilnya yaitu 559

nm dengan absorbansi 0,545(Lampiran 10, Gambar30).

13. Hasil pengukuran absorban kurva kalibrasi Pada konsentrasi 2 ppm =

0,290; 4 ppm = 0,406; 6 ppm = 0,530; 8 ppm = 0,633; dan 10 ppm = 0,779

dari absorban tersebut di dapatkan persamaan regresi linier y = 0,1661 +

0,06025 x dengan koefisien korelasi (r) = 0,99878. (Lampiran 7, Tabel 17).

14. Hasil perhitungan persentase kadar hidroksiprolin rata-rata pada hari ke-5

kelompok kontrol, pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah

0,292% ; 0,399% ; dan 0,751%. Pada hari ke-10 untuk kelompok kontrol,

pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah 0,568% ; 0,831%

dan 1,188%. Sedangkan pada hari ke-15 untuk kelompok kontrol,

pembanding, dan konsentrasi 10% berturut-turut adalah 0,730%; 1,121%;

dan 1,465% (Gambar 12).

4.2 Pembahasan

Telah dilakukan penelitian tentangpengaruh pemberian salep subfraksi etil

asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.) konsentrasi 10% terhadap

penyembuhan luka eksisi pada tikus putih jantan, sampel meniran (Phyllanthus

niruri L.) diambildi daerah Kubu Padang Manis, Kecamatana V, Koto kampung

dalam, kabupaten padang pariaman. Sampel diidentifikasi di herbarium ANDA,

Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas. Berdasarkan identifikasi

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

50

sampel diperoleh hasil bahwa benar sampel yang digunakan adalah daun meniran

(Phyllanthus niruri L.) Family Phyllanthaceae.

Pada penelitian ini sampel daun meniran segar dilakukan pengeringan

guna untuk menghilangkan kadar air dan mencegah terjadinya kerusakan senyawa

yang terkandung dalam sampel, selanjutnya sampel tersebut diserbukkan dengan

tujuan untuk memperluas permukaan sampel, sehingga pelarut lebih mudah

masuk ke dalam jaringan daun. Kemudian sampel tersebut diekstraksi

menggunakan etanol 70% dengan metode maserasi selama 2x24 jam,metode ini

merupakan metode ekstraksi dingin dengan perendaman sampel pada temperatur

kamar sehingga menghindari terjadinya penguraian zat aktif yang terkandung

didalam sampel akibat adanya pengaruh suhu dan senyawa yang termolabil.

(Depkes RI, 2009). Pelarut yang digunakan adalah etanol karena bersifat selektif

dan inert serta dapat mengekstraksi hampir semua bahan alam yang terdapat pada

tumbuhan. Setelah maserat pertama di dapatkan, pengulangan maserasi dilakukan

3-4 kali sampai maserat yang didapatkan jernih. Maserat yang didapat

dikumpulkan kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak

kental daun meniran didapatkan Sebanyak 505,257 gram dengan diperoleh

rendemennya yaitu 10,10%,dimana standarisasi dari ekstrak kental etanol daun

meniran yaitu tidak kurang dari 26,7 % (Farmakope Herbal, 2008), dari hasil

rendemen yang didapat hasil rendemen memenuhi persyaratan. Penentuan

rendemen ini bertujuan untuk mengetahui berapa berat sampel yang telah

diekstraksi dari berat sampel segar.

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

51

Kemudian ekstrak kental yang diperoleh difraksinasikan dengan n-heksan

dan etil asetat dengan tujuan untuk memisahkan senyawa menjadi kelompok yang

lebih kecil berdasarkan sifat kepolarannya. Ekstrak dilarutkan dengan aquades ,

sehingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan paling bawah adalah air karena air

memiliki bobot jenis tinggi dan n-heksan berada dilapisan atas, dan pemisahan

dilakukan dengan memindahkan lapisan paling bawah. Kemudian lapisan fasa air

di partisi kembali dengan pelarut organik semipolar yaitu etil asetat, pemisahan ini

dilakukan secara fraksi cair-cair menggunakan 2 pelarut yang tidak bercampur

dan berbeda kepolarannya. Penguapan pelarut dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 60ºC bertujuan untuk mendapatkan hasil fraskinasi etil

asetat sebanyak 87,54 gram.

Hasil yang didapatkan dari fraksi etil asetat sebesar 87,54 gram dan hasil

rendemen adalah 17,32%. Hasil subfraksi etil asetat didapatkan 2,75 gram dan

hasil rendemen adalah 3,141%. Sedangkan menurut literatur (Depkes RI, 2000)

rendemen tidak kurang dari 26,7%.

Penentuanrendemenbertujuanuntukmengetahuiberapaberat sampel yang telah

difraksinasi dari berat ekstrak.

Fraksi etil asetat tersebut selanjutnya diisolasi menggunakan kromatografi

kolom flash. Sebelumnya dibuat sediaan preabsorbsi dengan cara melarutkan 10

gram fraksi kental etil asetat , ditambah dengan 20 gram silica gel 60 (0,063-0,200

mm), kemudian dipanaskan diatas waterbatch 100oC. Setelah itu masukkan silica

gel 60(0,063-0,200 mm) 700gram kedalam kolom dan dibasahi dengan n-heksan

yang bertujuan untuk agar permukaan silica menjadi datar dan padat. Lalu sediaan

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

52

preabsorbsi dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam kolom agar permukaannya

datar dan tidak berongga. Kemudian dilakukan elusi menggunakan kombinasi

pelarut-pelarut n-heksan dan etil asetat (Putri, 2010). Isolasi dilakukan menurut

metoda SGP (Step Gradien Polarity) menggunakan eluen n-heksan:etil asetat, H:E

(2:1), H:E (6:4), H:E(3:7), etil asetat 100%, MeOH 100%.

Subfraksi dari tumbuhan meniran yang dipakai sebagai fase diam adalah

Silica gel 60(0,063-0,200 mm) dan fase gerak pelarut n-hexana.Setelah dilakukan

isolasi didapatkan hasil dari masing-masing subfraksi sebagai berikut:

1) Subfraksi 1 (n-hexana:etil asetat) 2:1 sebanyak = 7,6 gram

2) Subfraksi 2 (n-hexana:etil asetat) 6:4 sebanyak = 4,2 gram

3) Subfraksi 3 (n-hexana:etil asetat) 3:7 sebanyak = 2,75 gram

4) Subfraksi 4 (etil asetat) 100% sebanyak = 89,5 gram

5) Subfraksi 5 (MeOH) 100% sebanyak = 99,4 gram

Sampel tersebut dikarakterisasi dengan organoleptis menunjukkan bahwa

sampel subfraksi meniran berwarna hijau kehitaman, bentuk kristal, memiliki bau

yang menyengat dan tajam, dan rasa sangat pahit. Pengujian KLT subfraksi

sampel dilakukan dengan menggunakan fasa diam silica gel dan fasa gerak-n-

heksan : etil asetat (3:7) = 2,75 gram (Gambar 20).Pada penelitian ini diambil

subfraksi 3 karena senyawa yang ada didalam subfraksi 3(3:7) adalah senyawa

semi polar yaitu fraksi n-heksan sudah terpisah kepolaran dari fraksi etil asetat

yang ditampung dari vial-vial yang memiliki Rf yang sama digabungkan yaitu di

mulai dari nomor 20-30 Setelah semua monitoring KLT, diperoleh subfraksi 3

(3:7) dapat dilihat pada (Lampiran 1. Gambar 20).

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

53

Setelah didapat subfraksi etil asetat, kemudian dilakukan pemeriksaan

pendahuluan, yang meliputi uji organoleptis yang menunjukkan bentuk sediaan

berupa bentuk kristal, berbau menyengat dan tajam, dan berwarna hijau

kehitaman. Pemeriksaan kandungan kimia subfraksi etil astat daun meniran

merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan metabolik pada suatu

tanaman. Pada penelitian kandungan kimia yang terdapat didalam subfraksi etil

asetat daun meniran adalah fenolik, senyawa ini sangat berguna untuk

menentukan golongan utama dari senyawa aktif dari subfraksi etil asetat daun

meniran yang mendukung proses penyembuhan luka.

Subfraksi etil asetat yang didapat dibuat dalam bentuk sediaan setengah

padat (salep) dengan basis salep vaselin flavum karena daya penetrasinya cukup

bagus, sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri, lebih mudah

digunakan dan kontak sediaan dengan kulit lebih lama.

Evaluasi salep subfraksi etil asetat daun meniran yaitu uji organoleptis.Hasil

pengamatan secara organoleptis terhadap salep fraksi etilasetat daun meniran

menunjukkan bentuk berupa sediaan setengah padat, bau yang khas, dan bewarna

kehijauan.Hasil organoleptis dari sediaan menunjukkan bahwa sediaan homogen

yang ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan. Hasil uji

pH salep menunjukkan salep konsentrasi 10% memiliki pH 5, salep tersebut

memiliki nilai pH yang baik karena sesuai dengan nilai pH kulit manusia yaitu 4,5

- 6,5 (Lampiran 9, Tabel15).

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

54

Setelah mendapatkan fraksi kental etil

asetat,kemudiandilakukanpemeriksaanpendahuluan, meliputi uji organoleptis

yang menunjukkanbentukberupa cairan kental, bau yang khas, dan

bewarnacoklatkehijauan.

Sebelum diberikan sediaan, hewan percobaan sebelumnya diaklimatasi

selama 1 minggu. Hewan percobaan sebanyak 27 ekor tikus dibagi menjadi 3

kelompok besar, masing-masingkelompok utama yaitu kelompok kontrol yang

diberi basis salep, kelompok pembanding yang diberi sediaan salep yang beredar

T®, dan kelompok perlakuan dengan memberi salep subfraksi etil asetat 10%

daun meniran.Kelompok terdiri dari 9 ekor. Dari 3 kelompok besar tersebut

dikelompokkan lagi berdasarkan hari pemeriksaan efek penyembuhan

luka.Pemeriksaan tersebut dilakukan pada hari ke 5, 10, dan 15 setelah tikus putih

jantan diberi luka eksisi.

Tujuan pemilihan pemeriksaan efek penyembuhan luka pada hari ke-5, hari

ke-10 dan hari ke-15 adalah untuk melihat efek kesembuhan luka eksisi pada fase

proliferasi. Fase proliferasi berlangsung pada hari ke 3- 21 setelah luka.Pada fase

ini terjadi pembentukan fibroblas.Fibroblas adalah sel-sel mesenkim yang

berbentuk serat-serat kolagen yang berperan dalam penyembuhan luka, dimana

kolagen merupakan parameter terbentuknya jaringan atau regenerasi

kulit.Kolagen ditemukan pada lapisan dermis pada kulit. Fibroblas yang terbentuk

akan bergerak menuju daerah luka dan akan memproduksi matriks kolagen dalam

jumlah besar sehingga luka terisi fibroblas dan luka menutup.

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

55

Dari hasil pengukuran persentase penyembuhan luka pada hari ke-5, hari ke-

10 dan hari ke-15 bahwa kelompok pembanding yang dioleskan dengan sediaan

salep T® memberikan hasil rata-rata persentase penyembuhan luka yang paling

besar dibandingkan semua kelompok, lalu diikuti oleh kelompok salep subfraksi

etil asetat 10%. Sedangkan kelompok kontrol memberikan hasil rata-rata

persentase penyembuhan luka yang paling kecil diantara semua kelompok.

Pemberian sediaan pada masing-masing kelompok secara topikal sebanyak

2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari diberikan selama15 hari dengan tujuan

untuk melihat penyembuhan luka pada fase proliferasi. Pengukuran diameter luka

dilakukan hari ke-5,hari ke-10, dan hari ke-15 untuk menghitung persentase

penyembuhan luka. Persentase penyembuhan luka yang diamati adalah

pengukuran luas luka awal dengan pengukuran luas luka akhir pada hari ke-5,hari

ke-10,dan hari ke-15, persentase yang tinggi ditandai dengan semakin

mengecilnya ukuran luka maka penyembuhan luka semakin membaik.

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

56

Tabel2. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka pada Hari ke-5

KELOMPOK HP %

Penyembuhan Rata – rata

Luka Hari ke-5 ± SD

1 10 10

Kontrol 2 10.24 ± 0.282

3 10.24

1 12.88 13.69666667

Pembanding 2 13.77

± 0.782

3 14.44

1 10.8 11.43666667

Subfraksi 10% 2 11.41

± 0.650

3 12.1

Keterangan :

HP = (Hewan Percobaan)

SD = (Standar Deviasi)

Tabel 3. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka pada Hari ke-10

KELOMPOK HP

%

Penyembuhan Rata – rata

Luka Hari ke-

10 ± SD

1 21 22.19

Kontrol 2 22.14

±1.215

3 23.43

1 43.75 46.33333333

Pembanding 2 47.1

± 2.298

3 48.15 1 38.27 43.31333333

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

57

Subfraksi 10% 2 45.45

± 4.384

3 46.22

Tabel 4. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka Hari ke-15

KELOMPOK HP

%

Penyembuhan Rata – rata

Luka Hari ke-

15 ±SD

1 25.41 27.9567

Kontrol 2 25.41

±4.410

3 33.05

1 53.76 56.1133

Pembanding 2 55.55

±2.679

3 59.03 1 50.17 51.1267

Subfraksi 10% 2 50.48

±1.397

3 52.73

Keterangan :

HP = (Hewan Percobaaan)

SD = (Standar Deviasi)

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

58

Gambar 11. Diagram Batang Persentase Penyembuhan Luka

Keterangan :

K = Kontrol (basis salep)

P = Pembanding (salep T®)

S = Subfraksi 10%

Hasil persentase penyembuhan luka kelompok perlakuan yang dioleskan

dengan sediaan salep T®dan salep fraksi etil asetat konsentrasi 10% menunjukkan

persentasi penyembuhan luka paling baik. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran

diameter luka selama 15 hari menunjukkan luas luka yang semakin mengecil.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA dua arah didapatkan

nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan dari hasil perentase penyembuhan luka berdasarkan kelompok jenis

sediaan yang diberikan dan lama pemberian sediaan uji berdasarkan

pengelompokan hari (Lampiran 13, Tabel 19).

hari ke-5 hari ke-10 hari ke-15

kontrol 24 45.31667 49.70667

pembanding 55.59667 63.33667 73.22

subfraksi 10% 54.20333 56.58 69

0

10

20

30

40

50

60

70

80

%P

enyem

bu

han

Lu

ka

Kelompok Uji y

x

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

59

Parameter kedua adalah waktu epitelisasi, waktu epitelisasi adalah waktu

yang dicatat dari hari pertama pengelupasan keropeng tanpa meninggalkan sisa

luka.Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 15 hari pada hewan percobaan

kelompok perlakuan sediaan salep subfraksi etil asetat 10% rata-rata waktu

epitelisasi pada hari ke-7. Kemudian diikuti kelompok pembanding rata-rata

waktu epitelisasi pada hari ke-8, dan terakhir kelompok kontrol waktu epitelisasi

pada hari ke-10.

Tabel 5. Waktu Epitelisasi

Kelompok HP Waktu Epitelisasi

Kelompok hari ke-10

Waktu

Epitelisasi

Kelompok

hari ke-15

Rata-rata

± SD

Kontrol 1 11 10 10

±0,8944 2 11 9

3 10 9

Pembanding 1 8 8 8

±0,8333 2 8 8

3 9 9

Subfraksi 10% 1 7 8 7

±0,5477 2 7 8

3 7 8

Keterangan :

HP = (Hewan Percobaan)

SD = (Standar Deviasi)

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Anova 23.0 didapatkan

nilai signifikani sebesar 0,000 (p<0,05), artinya dapat disimpulkan terdapat atau

ada perbedaan yang signifikan antara kelompok jenis sediaan yang diberikan dan

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

60

lama pemberian sediaan uji bedasarkan pengelompokan hari. Dari hasil uji

lanjutan Duncan terlihat bahwa kelompok kontrol memiliki waktu epitelisasi yang

lama. Kelompok subfraksi 10% berbeda nyata dibandingkan kelompok kontrol

dan kelompok pembanding (Lampiran 14. Tabel 21).

Parameter ketiga adalah penentuan kadar hidroksiprolin yang pertama kali

dilakukan adalah menentukan panjang gelombang serapan maksimum

hidroksiprolin, pada penelitian ini didapatkan panjang gelombang maksimum 559

nm (Lampiran 10, Gambar 30). Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva kalibrasi

untuk mendapatkan persamaan regresi. Persamaan regresi yang diperoleh

darikurva kalibrasi yang menggunakan sederetan larutan standar adalah y =

0,1661 + 0,06025x, dengan koefisien korelasi (r)=0,99878 (Lampiran 11. Tabel

17).

Penetapan kadar hidroksiprolin dilakukan pada hari ke-5, hari ke-10, dan

hari ke-15 sesudah luka, karena hari hari tersebut sudah masuk fase proliferasi

dimana fase proliferasi ini terjadi pembentukan fibrolas. Fibrolas akan mensintesis

kolagen yang merupakan unsur utama matriks ekstra seluler yang berguna untuk

membentuk kekuatan jaringan parut pada luka. Jumlah kolagen dikulit dapat

diketahui dengan mengukur kadar hidroksiprolin. Dari hasil perhitungan

persentase kadar hidroksiprolin bahwa kelompok salep subfraksi 10%

memberikan hasil rata-rata persentase kadar hidrokiprolin yang paling besar

dibandingkan semua kelompok, lalu diikuti kelompok pembanding yang

dioleskan dengansalep T®memberikan hasil persentase kadar hidroksiprolin yang

lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dioleskan dengan

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

61

vaselin flavum memberikan hasil rata-rata persentase kadar hidroksiprolin paling

kecil diantara semua kelompok. Berdasarkan hasil perhitungan persentase kadar

hidroksiprolin pada penelitian ini dilihat dari panjang gelombang maksimum,

penetuan persamaan regresi dan kurva kalibrasi dari beberapa larutan.

Tabel6. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-5

Kelompok

HARI KE-5

Absorban % Kadar Rata-rata

± SD

0.386 0.31 0.292

±0.085

kontrol 0.349 0.27

0.354 0.29

0.425 0.376

0.399

±0.203

pembanding 0.473 0.469

0.404 0.351

0.448 0.740 0.751

±0.196 subfraksi 10% 0.475 0.738

0.462 0.776

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

62

Tabel7. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-10

Kelompok

HARI KE-10

Absorban % Kadar Rata-rata

± SD

0.480 0.631 0.568

±0.037

kontrol 0.478 0.545

0.447 0.529

0.561 0.868

0.831

±0.156

pembanding 0.597 0.846

0.556 0.779

0.741 1.135 1.188

±0.018

subfraksi 10% 0.781 1.312

0.766 1.118

Keterangan :

SD = (Standar Deviasi)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Persentase Kadar Hidroksiprolin hari ke-15

Kelompok

HARI KE-15

Absorban % Kadar Rata-rata

± SD

0.624 0.804 0.730

±0.179

kontrol 0.521 0.668

0.556 0.719

0.623 1.149

1.121

±0.067

pembanding 0.673 1.1685

0.601 1.048

0.891 1.554 1.465

±0.142

subfraksi 10% 0.836 1.398

0.872 1.444

Keterangan :

SD = (Standar Deviasi)

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

63

Gambar12. Diagram Batang Persentase Kadar Hidroksiprolin Dalam

Jaringan Bekas LukaKulit Tikus.

Keterangan :

x = %Kadar Hidroksiprolin

y = Waktu Uji

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji ANOVA dua arah didapatkan

nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), artinya dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan dari hasil pemeriksaan kadar hidroksiprolin berdasarkan

kelompok jenis sediaan yang diberikan dan lama pemberian sediaan uji

berdasarkan pengelompokan hari. Dimana semakin tinggi kandungan kadar

hidroksiprolin dapat diindikasikan adanya peningkatan sintesis kolagen yang

berkorelasi dalam kecepatan proses penyembuhan luka (Lampiran 15. Tabel23).

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari uji ekstrak daun meniran,

hasil berbeda dapat dipengaruhi oleh adanya senyawa flavonoid, tanin, dan

0.292

0.568 0.73

0.399

0.831

1.121

0.751

1.188

1.465

hari ke-5 hari ke-10 hari ke-15

Kelompok Uji

kontrol pembanding subfraksi 10%

x

y %

Kad

ar H

idro

ksi

pro

lin

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

64

saponin dalam daun meniran. Hal ini dikarenakan ekstrak daun meniran itu

sendiri mempunyai efek antiinflamasi dan analgesik. Pada uji skrining fitokimia

menunjukkan adanya flavonoid pada ekstrak etanol daun meniran berperan

sebagai antiinflamasi, dimana COX-2 dihambat selanjutnya menghambat

pembentukan prostaglandin E2 sehingga proses inflamasi berkepanjangan dapat

dicegah dan respon peradangan seperti nyeri dan bengkak dapat dihentikan (Ozaki

et al. 1989).

Luka yang lebih cepat mengering juga disebabkan karena adanya

kandungan tanin pada ekstrak daun meniran yang berfungsi sebagai astringent.

Astringent merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk

mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit, sehingga pendarahan pada luka dapat

berhenti dengan cepat, dan luka lebih cepat mengering (Samuelsson,Gunnar.

1999).

Inflamasi merupakan tahap dari proses penyembuhan luka, dimana ketika

inflamasi berkurang atau dihambat, maka mediator nyeri, yaitu prostaglandin

tidak dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah atau tidak terjadinya

rangsangan terhadap nyeri,sehingga tahap penyembuhannya akan dipercepat

menuju proliferasi dan maturasi (remodelling). Pada steroid yang terdapat dalam

ekstrak daun piladang kemungkinan juga dapat menghambat enzim fosfolipase

sehingga asam arachidonat dan prostaglandin tidak terbentuk dengan cara

merintangi bebasnya enzim, menstabilkan membran lisosom, menghambat

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

65

pelepasan mediator-mediator inflamasi dan menghambat migrasi serta infiltrasi

leukosit(Aria et al., 2015).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu.Menurut

penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan et al., 2017) bahwa pemberian gel ekstrak

daun meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat meningkatkan epitelisasi jaringan luka

pada tikus wistar jantan. Sementara (Kurhasi dan Fuji, 2015) karena melindungi

jaringan kulit dari kerusakan oksidatif akibat radikal bebas.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh pemberian subfraksi etil asetat 10% daun meniran yang

lebih baik dalam proses penyembuhan luka eksisi, dengan parameter yang

diamati adalah persentase penyembuhan luka eksisi, waktu epitelisasi dan

kadar hidroksiprolin.

2. Penyembuhan luka dilihat dari 3 parameter (persentase penyembuhan luka,

waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin). Parameter persentase

penyembuhan luka yang baik terdapat pada kelompok pembanding (salep T®)

dan tidak jauh berbeda dari kelompok perlakuan, dankelompok kontrol. Dari

hasil analisa data menggunakan (ANOVA) satu arah dilanjutkan uji duncan

(SPSS 23.0) terdapat 2 parameter yang baik yaitu waktu epitelisasi dan kadar

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

66

hidroksiprolin dengan hasil yang signifikan (p<0,05), bahwa sediaan salep

subfraksi etil asetat daun meniran dengan konsentrasi 10% lebih efektif dalam

proses penyembuhan luka.

5.2 Saran

Dari penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat

menggunakan metoda lain seperti histopatologi untuk melihat kerapatan

serabut kolagen dari bekas luka tersebut. Disarankan jugauntuk

dapatmelanjutkan pengujian penyembuhan luka dengan mengisolasi senyawa

aktif pada tumbuhan meniran yang paling berperan dalam proses

penyembuhan luka.

Page 82: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

67

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, N. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Piladang

(Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) Secara Topikal

Penyembuhan Luka Eksisi Pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Padang:

STIFI.

Arbain, D., Amri Bakhtiar, Deddi Prima Putra dan Nurainas. 2014. Tumbuhan

Obat Sumatera. Kampus Unand Limau Manis Padang: UPT Sumber

Daya Hayati Sumatera Universitas Andalas.

Aria, M., Arel, A., & Monika, 2015, Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Piladang

(Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) Terhadap Mencit Putih

Betina,Jurnal Scientia, 5(2): 84–91

Arifin, B., dan Sanusi Ibrahim. 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan

Flavonoid. Jurnal Zarah, 6(1), 21-29.

Aspan, R. 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Monografi

Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (volume 2). Jakarta: Badan POM.

Cahaya., Herson, H., Pramono., Dwi, AR. 2017. Uji Farmakologis Ekstrak Kental

Daun Meniran (Phyllanthus niruru L.) Untuk Membantu

Penyembuhan Luka Sayat Pada Tikus Putih Jantan. Jurnal

Farmamedika. 2(1): 25-31.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (edisi 2). Jakarta: Trubus

Agriwidya, Anggota IKAPI PT. Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV..

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat

Tradisional.

Diarini, N.N., 2014, Aktivitas Imunostimulan Kombinasi Ekstrak Etanolik Umbi

Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme(Lodd.) Blume), Herba

Meniran (Phyllanthus niruriL.), dan .) Daun Sirih Merah (Piper

crocatum Ruiz. & Pav.) Terhadap Proliferasi Limfosit pada

Mencit Balb/C yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B, Skripsi,

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 83: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

68

FeriskaRama p. 2020. Uji pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat daun

meniran (phyllanthus niruri l.) Terhadap gambaran histopatologi luka

eksisi tikus putih jantan selama 10 hariSkripsi. Padang: STIFI.

Gholib, Ibnu Gandjar., Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gusriyani Sri. 2019. pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun meniran

terhadap proses penyembuhan luka terhadap luas diameter

penyembuhan luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin pada

tikus putih jantan. Skripsi. Padang: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Hakim, K., Obydul, H. 2016.A review on ethnomedicinal, phytochemical and

pharmacological properties of Phyllanthus niruri.Journal of Medicinal

Plants Studies.4(6): 173-180.

Harborne, J., 1987. Metoda Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: ITB.

Harmita. 2015. Analisis Fisikokimia Potensiometri & Spektroskopi. Jakarta:

Erlangga.

Hostettmann, K., & Marston, A. 1994. Search for Nem Antifungal Compounds

from Higher Plants. Pure and Appl, 232-234.

Karakata, S. dan Bachsinar B.1995. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates.

Kardinan A dan Rahman F. (2004). Meniran menambah daya tahab tubuh alami,

Jakarta; Agromedia Pustaka.

Kartika. R. W. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Jakarta:RS

Gading Pluit. DK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015.

Kaur, Navneet, Baljinder Kaur and Geetika Sirhindi. 2017. Phytochemistry and

Pharmacology of Phyllanthus niruri L. Review Phytotherapy

Research. DOI:10.1002.

Kusmiati., Rachmawati, F., Siregar, S.,Nuswantara, S., Malik, A. 2006. Produksi

Beta 1-3 Glukan dari Agrobakterium dan Aktifitas Penyembuhan

Luka Terbuka Pada tikus Putih.Makara Sains. 1(10): 24-29.

Lestari, I. A. S., 2015. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Tanaman

Meniran (Phyllanthus niruri L.). Medan: Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

Lestari, I. A. S., 2015. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Tanaman

Meniran (Phyllanthus niruri L.). Medan: Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

Maharani, A. 2015.Penyakit Kulit, Perawatan, Pencegahan dan

Page 84: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

69

Pengobatan.Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Nagori BD, Solanki, R. Role of medicinal plants in wound healing. Research

Journal of Medicinal Plant. 2011;5(4):392-405.

Nasution, N. 2015. Uji aktivitas ekstrak etanol umbi talas jepang (Colocasia

esculenta (L.) Schoot var. antiquorum) terhadap Penyembuhan Luka

terbuka pada Tikus Putih (rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague

Dawley. UIN Syarif Hidayatullah.

Ozaki, Y., Sekita, S., Soedigdo, S., Harada, M., 1989, Antiinflammatory effect of Graptophyllum pictum (L.) Griff., Chem Pharm. Bul.l (Tokyo), 37

(10), 2799-802.

Poole, C., & Salwa, K.1991. Chromatography Today. Amsterdam: Elsevier

Scien62ce Publisher.

Pramudiarja, A.N Uyung. Penyebab Luka Penderita Diabetes Susah Sembuh.

Artikel Detik Health. 2010. 21.

Priyandari Y, Maulidah SAT. Getah Pohon Jarak (Jatropha Curcas) Topical

Mempercepat Lama Penyembuhan Luka Eksisi Mencit (Effect Of

Jarak Tree Topical Increase Wound Healing Excision Period Of

Mice). Journals Ners Community. 2015;6(2).

Rut, T.G. 2019. Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat DaunMeniran

(Phyllanythus niruri L.) Terhadap Gambaran Histopatologi Luka

Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 20 Hari. Skripsi. Padang: STIFI.

Samuelsson, Gunnar, 1999, Drug Of Natural Origin A Teexbook Of

Pharmacognosy, Swedish Pharmacetical Press, Sweden.

Shila, G & Natasa, S. B. 2008. Wound Healing Properties of Carica Pepaya

Laetex: In Vivo Evaluation in Mice Burn Model. Journal of

Ethnopharmacology 121,338-341.

Singer, A.J & Dagum, A.B. 2008.Current Management of Acute Cutaneous

Wounds. N Eng I Med, 359(10): 1037-46.

Soni H, Singhai AK. A recent update of botanicals for wound healing activity. Int

Res J Pharm. 2012;3:1-6.

Thakur, R., Jhain, N., Phatak, R., and Shandu, S. S.2011. Practices in Wound

Healing Studies Plants.India: Jurnal Hindawi Publishing Corporation.

Theoret C. 2017. Chapter 1 Physiology of wound healing in Equine Wound

Management. 3thEd. John Wiley and Sons Inc.

Page 85: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

70

Wahyuni, S. 2016. Pengaruh Pemberian Salep Fitoplankton Chlorella Vulgaris

Terhadap Penyembuhan Luka Sayat (Incisi) Pada Mencit (Mus

Musculus Albinus). Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar.

Wilbraham, A. C., & Matta, M. S. 1984. Introduction to Organic and Biological

Chemistry. Menlo Park, Calif.: Benjamin/Cummings Pub. Co.

Yufri Aldi, 2013. Uji Aktifitas Beberapa Subfraksi Etil Asetat Dari Herba

Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Reaksi Hipersensitivitas

Kutan Aktif.Unand:Padang.

Zulfa, E., Nurkhasanah dan L.H. Nurani. 2014. Aktivitas antioksidan kea J.Ilmu

Farmasi.Vol.2(1) pp:7-14.

Page 86: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

71

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 13. Gambar Meniran

1

3

2

Gambar 14. Gambar Seperangkat Alat Rotary Evaporator

Keterangan :

1. Kondensor

2. Labupelarut

3. Labu rotary

Page 87: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

72

Lampiran 1. (lanjutan)

2

1

Gambar 15. Gambar Seperangkat Alat Spektrofotometer UV-Vis

(Shimadzu)

Keterangan

1. Tempat Kuvet

2. Monitor

Gambar 16. Fraksi Etil Asetat Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Page 88: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

73

Lampiran 1. (lanjutan)

(a) (b) (c)

Gambar 17. (a)sediaan salep subfraksi etil asetat 10%,(b)sediaan basis salep

kontrol,(c)sediaan pembanding (Salep T®).

Gambar 18. pH Salep konsentrasi subfraksi etil asetat daun meniran 10%.

Gambar 19. Subfraksi3 Etil Asetat

Page 89: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

74

Lampiran 1. (lanjutan)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 20. Plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Keterangan :a) eluen n-heksan:etil asetat(2:1)=ekstrak:fr.heksan:fr.etil,tinggi

plat=5,5cm,panjang lintasan=5cm,tampak noda=sinar UV 254

nm.

b) eluen n-heksan:etil asetat(2:1)=fr.heksan:fr.etil:sub

no.20:I:II,tinggi plat=5,5cm,panjang lintasan=5cm,tampak

noda=sinar UV 254 nm.

c) eluen n-heksan:etil asetat(2:1)=subfraksi etil asetat no.01-19,

tinggi plat=5,5cm, panjang lintasan=5cm, tampak noda=sinar

UV 254 nm.

d) eluen n-heksan:etil asetat(3:7)=ekstrak:fr.heksan:fr.etil, tinggi

plat 5,5cm, panjang lintasan=5cm, tampak noda=sinar UV 254

nm.

Page 90: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

75

(e) eluen n-heksan:etil asetat(3:7)=subfraksi etil asetat no.20-30,

tinggi plat=5,5cm, panjang lintasan=5cm, tampak noda=sinar

UV 254 nm.

Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar 21. Kromatografi Kolom

Page 91: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

76

Lampiran 2. Identifiikasi Sampel

Gambar 22. Surat Identifikasi Tumbuhan

Page 92: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

77

Lampiran 3. Ethical Clearance

Gambar 23. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Page 93: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

78

Lampiran 4. Ekstraksi, Fraksi,dan Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

Gambar 24. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kental Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.)

Sampel meniran (Phyllanthus niruri L.)

Serbuk daun meniran

Filtrat 1 Ampas

Gabungan semua filtrat

Ampas

Ekstrak etanol

kental

Dibersihkan dan dirajang halus

sebanyak 5 kg

Dikeringkan dan diserbukkan

Dimaserasi dengan etanol 70%

selama 24 jam

Dimaserasi kembali

dengan etanol 70%

selama 2X24 jam

Lakukan hingga

diperoleh filtrat terakhir

yang sudah berwarna

agak pucat

Rotary Evaporator

Filtrat 2

Page 94: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

79

Lampiran 4.(Lanjutan)

Gambar 25. Skema Kerja Pembuatan Subfraksi Etil AsetatDaun Meniran

(Phyllanthus niruri L.)

Ekstrak kental

Terbentuk 2 lapisan

Fraksi n-heksana Fraksi air

Fraksi etil asetat Fraksi air

Encerkan dengan aquadest (1:5)

Fraksinasi dengan pelarut n-heksana (2:1)

secara berulang hingga diperoleh fraksi n-

heksana yang tidak berwarna lagi

Pisahkan

Fraksinasi dengan etil asetat

(2:1) secara berulang, hingga

diperoleh fraksi etil yang

tidak berwarna lagi

Rotary

Evaporator

Subfraksi

Fraksi etil asetat

kental Evaluasi

Pemeriksaan

kandungan

kimia

Pembuatan

salep

masukan ke kromatografi kolom,

menggunakan pelarut Heksan :

Etil Asetat (2:1) sebagai fase

gerak, dan silica gel sebagai fase

diam, tampung hasi kromatografi

menggunakan vial 100 ml

Page 95: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

80

Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 26. Skema KerjaPemeriksaan Uji Fitokimia Subfraksi Daun

Meniran(Phyllanthus niruri L.)

Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran (Phillanthus niruri L.)

Pemeriksaan

Flavonoid

Pereaksi :

Lapisan air +

Mg dan

HCL(p)

Timbulnya

warna

orange

+

Pemeriksaan

Fenolat

Pemeriksaan

Saponin

Pemeriksaan

Steroid/Terpenoid

Pemeriksaan

Alkaloid

Pereaksi :

Lapisan air +

FeCl3

Timbulnya

warna biru

+

Pereaksi :

Lapisan air +

dikocok kuat

Terbentuknya

busa

permanen

(±15 menit)

Pereaksi :

Lapisan

kloroform+norit

, as.asetat

anhidrat,

H2SO4(p)

Steroid warna

biru-hijau

- -

Pereaksi :

Lapisan

kloroform+klor

oform

ammonia,H2SO4

2 N,Mayer

Pereaksi :

Adanya kabut

putih hingga

gumpalan putih

-

Page 96: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

81

Pembuatan Luka

Sayat

Pemberian sediaan pada masing-masing kelompok secara

topikal dengan 2x pengolesan dalam sehari yai tu pagi dan

sore pada kelompok hari ke-5, ke-10, dan hari ke-15

Pengukuran Parameter Uji:

% Luas penyembuhan luka

Waktu epitelisasi

Kadar hidroksiprolin

Analisa Data

Lampiran 5. Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap Penyembuhan Luka

Gambar 27. Skema Kerja Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap

Penyembuhan Luka.

Tikus Putih jantan

Kelompok I

(kontrol) diberikan

basis salep vaselin

Kelompok III

(perlakuan) diberikan

salep subfraksi etil

asetat daun meniran

10%

Kelompok II

(pembanding) diberikan

sediaan salep yang

beredar yaitu tekasol

Aklimatisasi

selama 7 hari

Dicukur bulu pada punggung tikus

Bersihkan dengan kapas yang

diberi alcohol 70%

Anastesi dengan eter

Lukai dengan diameter ±2 dan

kedalaman ±1 mm

Tikus dibagi 3 kelompok

Page 97: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

82

Lampiran 6.Penentuan Panjang Gelombang SerapanMaksimum Hidroksiprolin.

Gambar 28. SkemaKerjaPenentuan Panjang Gelombang SerapanMaksimum

Hidroksiprolin.

Hidroksiprolin

Diinkubasi pada suhu 80˚C selama 5 menit

Larutan inkubasi

Ukur masing-masing panjang gelombang pada kelima

konsentrasi untuk pembuatan kurva kalibrasi, panjang

gelombang maksimum diambil pada konsentrasi 6 ppm

Larutan induk 500 ppm

2 ppm 10 ppm 8 ppm 6 ppm 4 ppm

Didapatkan panjang

gelombang maksimum 559 nm

Timbang 50 mg hidroksiprolin

masukkan dalam labu ukur 100

ml larutkan dengan aquabidest

Dilakukan pengenceran

menjadi 5 konsentrasi

ad aquabidest hingga 1 ml masukkan

kedalam labu ukur 10 ml ditambah 1 ml

CuSO4 0,01 N, 1ml NaOH 2,5 N dan 1

ml H2O2 6%

Dinginkan, tambahkan 4 ml

H2SO4 3 N dan 4-

dimetilaminobenzaldehid 5%

Inkubasi kembali pada suhu 70 ˚C

selama 16 menit.

Dinginkan pada suhu 20 ˚C

Page 98: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

83

Lampiran 7.Penentuan Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan Bekas

LukaKulit Tikus.

1 ml NaOH 2,5

Gambar 29. Skema KerjaPenentuan Kadar Hidroksiprolin Dalam Jaringan

Bekas LukaKulit Tikus.

Sampel netral

Diinkubasi pada suhu 80˚C selama 5 menit

Ukur serapannya dengan

Spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 559 nm

Kulit tikus bekas luka

Biopsi pada hari ke-5

Keringkan pada subu 60˚C selama

12 jam

Hidrolisa dengan HCL 6N selama

24 jam pada suhu 110˚C

Dipipet 200 μl ad aquadest hingga 1 ml,

diencerkan dengan 1 ml CuSO4 0,01 N

ml NaOH 2,5N dan 1 ml H2O2 6%

Dinginkan, tambahkan 4 ml

H2SO4 3 N dan 2 ml 4-

dimetilaminobenzaldehid 5%

Inkubasi kembali pada suhu 70 ˚C selama 16 menit.

Dinginkan pada suhu 20˚C

Page 99: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

84

Lampiran 8. Hasil Karakterisasi Fraksi dan Subfraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Tabel9. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Organoleptis Hasil Pengamatan

Bentuk Cairan Kental/Setengah Padat

Warna Hijau Kehitaman

Bau Khas

Tabel10. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Subfraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Organoleptis Hasil pengamatan

Bentuk Kristal

Warna Hijau Tua

Bau Menyengat dan Tajam

Tabel 11. Hasil Penentuan Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Berat Ekstrak Etanol

Daun Meniran

Berat Fraksi Etil Asetat

Daun Meniran

% Rendemen

505,257 gr 87,545 gr 17,32 %

% Rendemen =

x 100%

=

x 100%

= 17,32 %

Tabel 12. Hasil Penentuan Rendemen Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

Berat Fraksi Kental Daun

Meniran

Berat Subfraksi Daun

Meniran

% Rendemen

87,54 g 2,75 g 3,141 %

Page 100: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

85

= 3,141 %

Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Uji Fitokimia Subfraksi Etil Asetat Daun

Meniran

No Kandungan

Kimia

Pereaksi Hasil

Pengamatan

Kesimpulan

1. Flavonoid Lapisan air + Mg dan

HCl (p)

Merah muda +

2. Fenolik Lapisan air + FeCl3 Biru +

3. Saponin Lapisan air dikocok

kuat

Tidak terbetuk

busa

-

4. Terpenoid/Steroid Lapisan kloroform +

norit, as.

Asetatanhidrat,

H2SO4 pekat

Tidak terbentuk

warna

merah/biru

-/-

5. Alkaloid Lapisan kloroform +

kloroform amoniak ,

H2SO4 2N, mayer

Tidak terdapat

kabut/gumpalan

putih

-

Keterangan : + = Terjadi Reaksi

- = Tidak Terjadi Reaksi

Lampiran 9.Evaluasi Salep Subfraksi Daun Meniran

Tabel14. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Salep Subfraksi 10% Daun

Meniran

Organoleptis Hasil Pengamatan

K0 K1 (10%)

Bentuk Semisolid Semisolid

Warna Kuning Hijau pekat

Bau Khas vaselin Khas meniran

Keterangan :

K0 = Sediaan Basis Salep

K1= Perlakuan Subfraksi 10%

Page 101: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

86

Tabel 15. pH Salep Subfraksi Etil Asetat Daun Meniran

No Formula pH

1. K1 (10%) 5

Keterangan :

K1 = Perlakuan Subfraksi 10%

Contoh perhitungan persentase penyembuhan luka :

% Luas Penyembuhan Luka = ( Luas luka awal- Luas luka akhir ) X 100%

Luas luka awal

Kontrol HP 1

Diameter luka awal = 2,5cm

Diameter luka akhir = 1,8cm

Jari-jari (r) awal

Jari-jari (r) =

r =

= 1,25 cm

Jari-jari (r) akhir

Jari-jari (r) =

r =

= 1,9 cm

π = 3,14

Luas luka awal :

L = π x r²

L = 3,14 x (1,25) 2cm

L = 4,906 cm²

Page 102: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

87

Luas luka akhir :

L = π x r²

L = 3,14 x (0,9) 2 cm

L = 2,543 cm²

% Luas Penyembuhan Luka

% Luas Penyembuhan Luka =

= –

= 48,16%

Lampiran10. Hasil Pengkuran Panjang Gelombang Maksimum

Hidroksiprolin.

Gambar 30.Spektrum Kurva Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Hidroksiprolin Pada Konsentrasi 3 ppm Menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis.

Page 103: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

88

Tabel 16. Hasil Pengukuran Absorban Larutan Standar Hidroksiprolin

pada = 559 nm

No Konsentrasi

( g/mL) Absorban

1 2 0.29

2 4 0.406

3 6 0.53

4 8 0.633

5 10 0.779

Lampiran 10. (Lanjutan)

Gambar 31. Kurva Kalibrasi Larutan Hidroksiprolin pada = 559 nm

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0 2 4 6 8 10 12

abso

rban

konsentrasi µg/mL

Kurva Kalibrasi y

x

Page 104: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

89

Lampiran 11. PersamaanRegresi Larutan Standar Hidroksiprolin

Tabel 17 . Perhitungan Persamaan Regresi Larutan Standar Hidroksiprolin

Pada = 559 nm

No X Y X2 Y

2 X.Y

1

2

3

4

5

2

4

6

8

10

0,29

0,406

0,53

0,633

0,779

4

16

36

64

100

0,0841

0,164836

0,2809

0,400689

0,606841

0,58

1,624

3,18

5,064

7,79

∑X = 30 ∑Y = 2,638 ∑X2 = 220 ∑ Y

2 =

1,537366

∑ X.Y =

18,238

Keterangan :

x = Konsentrasi Hidroksiprolin g/mL

y = Serapanpada = 559 nm.

Persamaan Regresi : y = a + bx

a. Koefisien Korelasi (r)

r =

√ ( ) ( ) ( ( ) )

= 5(18.238) – (30) (2,638)

√ ) ( ) ( )( ) ( ) )

= 91,2 – 79,14

√ ( )( )

= 12,06

√( )( )

= 12,06

Page 105: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

90

= 12,06

12,197

= 0,99878

b. KoefisienRegresi

b = n ∑ xy - ∑ x ∑ y

n ∑ x2 – (∑x)

2

= 5 (18,24) – (30) (2,638)

5(220)–(30)2

= 91,2 – 79,14

1100– 900

= 12,06

200

= 0,06025

a = ∑y – b ∑ x

n

= 2,638 – (0,06025) (30)

5

= 2,638 – 1,8075

5

= 0,8305

5

= 0,1661

Jadi, persamaan regresi yang didapat adalah y = 0,1661 + 0,06025x

Page 106: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

91

Contoh Perhitungan Kadar Hidroksiprolin

Rumus Perhitungan % Kadar Hidroksiprolin :

x volume sampel seluruhnya x X

Berat Jaringan Awal

Kontrol HP 1

Volume sampel netral = 4 ml = 4000 µL

Volume sampel yang dipipet = 200 µL

Volume sampel seluruhnya = 10 ml

Berat jaringan awal = 0,1650 g

Absorban dari HP1 = 0,653

Persamaan regresi = 0,1661 + 0,06025x

y = a + bx

x=

=

= 8,0813 µg/ml= 8,0813 x 10

-6g/ml

% Kadar Hidroksiprolin

Lampiran 12. Data Mentah (Sampel Jaringan Bekas Luka Kulit Tikus)

Tabel 18. Absorban pada hari ke-5, hari ke-10, dan hari ke-15.

No Kelompok HP Absorban

Hari ke-5

Absorban

Hari ke-10

Absorban

Hari ke-15

1 Kontrol 1 0,386 0,480 0,624

2 2 0,349 0,478 0,521

3 3 0,354 0,447 0,556

4 Pembanding 1 0,425 0,561 0,623

5 2 0,473 0,597 0,673

6 3 0,404 0,556 0,601

7 Subfraksi 10% 1 0,670 0,741 0,891

8 2 0,653 0,781 0,836

9 3 0,693 0,766 0,872

Keterangan : HP= (Hewan Percobaan)

x 100%

Page 107: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

92

Lampiran 13.Perhitungan Statistic PersentasePenyembuhan Luka

Tabel19. Hasil Perhitungan Persentase Penyembuhan Luka Analisa Varian

(ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00

Descriptive Statistics

Dependent Variable: persentasepenyembuhanluka

Kelompoksalep kelompokhari Mean Std. Deviation N

kontrol Hari ke-5 10.0767 .28290 3

Hari ke-10 22.1900 1.21577 3

Hari ke-15 27.9567 4.41096 3

Total 20.0744 8.22884 9

pembanding Hari ke-5 13.6967 .78258 3

Hari ke-10 43.0733 5.44662 3

Hari ke-15 56.1133 2.67978 3

Total 37.6278 19.06280 9

subfraksi 10% Hari ke-5 11.4367 .65041 3

Hari ke-10 41.5900 4.13373 3

Hari ke-15 51.1267 1.39715 3

Total 34.7178 18.07759 9

Total Hari ke-5 11.7367 1.66930 9

Hari ke-10 35.6178 10.67202 9

Hari ke-15 45.0656 13.28389 9

Total 30.8067 17.16019 27

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: penyembuhanluka

F df1 df2 Sig.

1.740 8 18 .157

Tests the null hypothesis that the error variance of the

dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + hari + salep + hari * salep

Page 108: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

93

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: persentasepenyembuhanluka

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 7500.398a 8 937.550 108.267 .000

Intercept 25624.369 1 25624.369 2959.058 .000

salep 1593.044 2 796.522 91.981 .000

hari 5311.148 2 2655.574 306.661 .000

salep * hari 596.205 4 149.051 17.212 .000

Error 155.873 18 8.660

Total 33280.640 27

Corrected Total 7656.271 26

a. R Squared = .980 (Adjusted R Squared = .971)

Lampiran 13. (Lanjutan)

Tabel20. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Penyembuhan Luka

Persentasepenyembuhanluka

Kelompoksalep N

Subset

1 2

Duncana,b kontrol 9 20.0744

subfraksi 10% 9 34.7178

pembanding 9 37.6278

Sig. 1.000 .050

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8.660.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = ,05.

Page 109: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

94

Persentasepenyembuhanluka

kelompokhari N

Subset

1 2 3

Duncana,b

Hari ke- 5 9 11.7367

Hari ke-10 9 35.6178

Hari ke-15 9 45.0656

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8.660.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = ,05.

Lampiran 14. Waktu Epitelisasi

(a) (b) (c) (d)

Gambar 32.Kelompok kontrol (a) hari ke-1(b)hari ke-5, (c) hari ke-10, (d)

hari ke-15.

Page 110: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

95

Lampiran 14. (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 33.Kelompok pembanding salep T® (a) hari ke-1(b) hari ke-5, (c)

hari ke-10, (d) hari ke-15.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 34. Kelompok perlakuan subfraksi 10% (a) hari ke-1(b) hari ke-5,

(c)hari ke-10, (d) hari ke-15.

Page 111: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

96

Lampiran14. (Lanjutan)

Tabel21.Hasil Perhitungan Stastistik Waktu Epitelisasi Analisa Varian

(ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00

Descriptives

Waktuepitelisasi

N Mean

Std.

Deviati

on Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Mini

mum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol 6 10.00 .894 .365 9.06 10.94 9 11

pembanding 6 8.33 .516 .211 7.79 8.88 8 9

subfraksi 10% 6 7.50 .548 .224 6.93 8.07 7 8

Total 18 8.61 1.243 .293 7.99 9.23 7 11

Test of Homogeneity of Variances

Waktuepitelisasi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.812 2 15 .462

ANOVA

Waktuepitelisasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 19.444 2 9.722 21.341 .000

Within Groups 6.833 15 .456

Total 26.278 17

Page 112: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

97

Tabel22. Hasil Uji lanjut Duncan Waktu Epitelisasi

Waktuepitelisasi

Kelompoksalep N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana subfraksi 10% 6 7.50

pembanding 6 8.33

kontrol 6 10.00

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

Lampiran 15. Perhitungan Statistic Persentase Kadar Hidroksiprolin

Tabel 23. Hasil Perhitungan Statistik Kadar Hidroksiprolin Analisa Varian

(Anova) Dua Arah Spss 23.00

Descriptive Statistics

Dependent Variable: kadarhidroksiprolin

Kelompoksalep Kelompokhari Mean Std. Deviation N

kontrol Hari ke-5 .2920 .01800 3

Hari ke-10 .5683 .05486 3

Hari ke-15 .7303 .06870 3

Total .5302 .19712 9

pembanding Hari ke-5 .3987 .06218 3

harike 10 .8310 .04636 3

harike 15 1.1218 .06468 3

Total .7838 .31915 9

subfraksi 10% Hari ke-5 .7513 .02139 3

Hari ke-10 1.1883 .10744 3

Hari ke-15 1.4653 .08016 3

Total 1.1350 .31905 9

Total Hari ke-5 .4807 .21096 9

Hari ke-10 .8626 .27715 9

Hari ke-15 1.1058 .32445 9

Total .8164 .37212 27

Page 113: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

98

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: kadarhidroksiprolin

F df1 df2 Sig.

2.176 8 18 .081

Tests the null hypothesis that the error variance of the

dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + salep + hari + salep * hari

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: kadarhidroksiprolin

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.527a 8 .441 108.179 .000

Intercept 17.994 1 17.994 4415.301 .000

salep 1.660 2 .830 203.689 .000

hari 1.788 2 .894 219.318 .000

salep * hari .079 4 .020 4.854 .008

Error .073 18 .004

Total 21.594 27

Corrected Total 3.600 26

a. R Squared = .980 (Adjusted R Squared = .971)

Tabel24. Hasil Uji lanjut Duncan Kadar Hidroksiprolin

Kadarhidroksiprolin

Kelompokhari N

Subset

1 2 3

Duncana,b Hari ke-5 9 .4807

Hari ke-10 9 .8626

Hari ke-15 9 1.1058

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .004.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = ,05.

Page 114: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

99

Kadarhidroksiprolin

Kelompoksalep N

Subset

1 2 3

Duncana,b kontrol 9 .5302

pembanding 9 .7838

subfraksi 10% 9 1.1350

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .004.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = ,05.

Page 115: PENGARUH PEMBERIAN SALEP SUBFRAKSI ETIL ASETAT DAUN ...

1