PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

93
i PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LUKA EKSISI TIKUS PUTIH JANTAN SELAMA 20 HARI SKRIPSI Oleh : RUT TRINITHATIS GEA NIM : 1604113 PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG 2020

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

i

PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)

TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

LUKA EKSISI TIKUS PUTIH JANTAN

SELAMA 20 HARI

SKRIPSI

Oleh :

RUT TRINITHATIS GEA

NIM : 1604113

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2020

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA

Saya bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rut Trinithatis Gea

NIM : 1604113

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.) Terhadap Gambaran Histopatologi

Luka Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 20 Hari.

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari

unsur plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah

benar adanya.

2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut ke Falkutas Farmasi

Universitas Perintis Indonesia untuk dapat dimanfaatkan dalam

kepentingan akademis.

Padang,16 September 2020

(Rut Trinithatis Gea)

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

iii

Lembar Pengesahan Skripsi

Dengan ini dinyatakan bahwa :

Nama : Rut Trinithatis Gea

NIM : 1604113

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.) Terhadap Gambaran Histopatologi

Luka Eksisi Tikus Putih Jantan Selama 20 Hari

Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan pada tanggal

4 Agustus 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku

Ketua Sidang

Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm

Pembimbing I Anggota Penguji I

apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm apt. Okta Fera, S.Si, M.Farm

Pembimbing II Anggota Penguji II

apt. Ringga Novelni, M.Farm Tisa Mandala Sari, S.Pd, M.Si

Mengetahui :

Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Revi Yenti, M.Si

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

iv

Puji tuhan tak henti ku mengucap syukur atas karunia yang telah Engkau berikan Padaku ya

Tuhan, satu langkah telah ku lalui untuk meraih mimpi

dan telah terwujud untuk meraih gelar ini, ini bukanlah akhir dari segalanya,

Tetapi awal dari perjalanan hidup yang sesungguhnya,,

Terimakasih Ya Tuhan Engkau telah memberikan ku kesempatan sampai saat ini,

Karena semua ini aku raih atas izin-Mu,

Semoga Engkau memberkati setiap langkah kehidupanku ya Tuhan,

Semoga gelar ini tak hanya menjadi sebuah penghias nama,

Namun dapat bermanfaat bagi diri sendiri

Terlebih untuk orang lain yang membutuhkan,

Sungguh banyak tantangan dan rintangan yang ku hadapi untuk mendapatkan

gelar ini dan pastinya dihiasi dengan tangis dan tawa

Berkali-kali diri ini terjatuh namun harus bangkit kembali,

Pencapaian ini ku persembahkan untuk orang-orang yang aku cintai

Teristimewa untuk papa tercinta (Desman Gea) dan mama tercinta (Anani Zega) yang selalu

memberikan Doa, dukungan moral, materil serta cinta dan kasih sayang

yang sangat tulus dan tak terhingga, terimakasih telah menjadi penyemangatku,

Meskipun aku jatuh berkali-kali ada papa dan mama yang selalu berdiri kokoh disamping ku,

memegang erat tangan ku, mendukungku dan berkata “Kamu pasti bisa nak..” ,,,

Tiada yang dapat membalas jasa kalian, dan ijinkan aku untuk membahagiakan kalian walau

tak sebanding atas apa yang kalian berikan untuk ku. Tak ada lagi kata untuk melukiskan

perasaanku untuk dua orang tercinta, hanya dengan doa ku memohon kepada

Tuhan Yang Maha Esa,Untuk selalu memberkati dan melindungi papa dan mama.

Untuk kedua saudaraku tersayang abang sulung (Refortry Andes Pratama Gea) dan adek

(Canny Fatikris Gea) terimakasih selalu bersama membantu memberikan semangat.. dukungan

kalian menjadikanku kuat dan lebih optimis untuk meraih mimpiku...

Teruntuk Paman (Elruanto Zega) dan Mama Sa’a (Mesrahwati Zai), terimakasih telah

menjadi orang tua selama diperantauan, yang selalu membantu dan memberi dukungan doa

maupun materi serta kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

v

Adek tercinta Jujur Krisnawati Gea yang selalu ada dalam susah maupun senang dan

membantu serta memberikan dukungan walaupun kadang nyebelin tapi tetap ku sayang,

terimakasih sudah berkontribusi banyak dan selalu memahami keadaanku karena kita sama-

sama sedang dilatih untuk tetap kuat dalam keadaan apapun, semangat buat kita dek..,

dan terimakasih kepada adek Sean Arcelia Zega dan Virril Virene Zega yang selalu

menghibur dan semoga tumbuh kembangnya diberkati Tuhan.

Kepada seseorang yang menemani dan berjuang dari awal Fanoi Iman Kristian Telaumbanua

yang selalu membantu dalam doa, dukungan dan semangat selama ini sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk semua dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia,

Terimakasih untuk ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga berguna dimasa yang akan

datang. Teristimewa kepada ibu apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm sebagai pembimbing 1

dan ibu apt. Ringga Novelni M.Farm sebagai pembimbing 2 yang dengan senang hati

membantu, membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini serta ibu Miftahur Rahmi, M.Pd

sebagai pembimbing akademik yang sudah sangat membantu dari awal sampai akhir

perkuliahan membimbing dan menasehati penulis. Terimakasih juga untuk analis

Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia yang telah

membantu selama penelitian ini berlangsung.

Kepada Pejuang Toga yang sejak dari awal masuk kuliah selalu bersama walau kadang

berbeda pendapat tetapi tetap sayang, Terimakasih sudah jadi tempat pelarian ku,

terimakasih sudah saling mengerti dan memahami satu sama lain, walaupun kebersamaan

kita sederhana tapi kita menikmatinya, cerita ini tidak akan sampai disini semuanya kan jadi

kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu,, aku sayang kalian...

teruntuk (Tiza cabi) yang sejak awal jadi kawan suka duka meskipun sering cerewetin aku

tapi tetap membantu dalam segi apapun,

(Lusi Piara Meti) yang selalu ceplas-ceplos dan sering bikin aku greget untuk cepat-cepat

menyelesaikan skripsi ini, please tetap jadi lusi yg aku kenal ya..

(Lina permatasari) mak milo yang suaranya tak bisa dikontrol walaupun gitu dia paling

pengertian dan tak pernah menolak jika aku minta bantu,

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

vi

(Rani Nasution) si gadis pendiam yang selalu membantu, selalu jadi pribadi yang kuat dan

sering memendam perasaan.

(Khusnul Khotimah) mak pejuang yang selalu adil dan selalu mengajari banyak hal, tempat

bertanya paling mantul kalo otak udah mentok,

(Anni Kholila Lubis ) orang yang paling pintar menahan amarah, apapun kesalahan tetap

tersenyum seakan-akan tak ada masalah, kakak tersantui sama kayak aku.

Dan teruntuk kawan sepenelitian, setim ku (Yesi Permata Sari) terimakasih sudah jadi alarm

selalu mengingatkan ku untuk cepat-cepat menyelesaikan penelitian ini, membantu ku banyak

hal, suka duka yang kita lewati selama penelitian biarlah kita kenang selalu.

Untuk rekan-rekan seperjuangan (Veren16en) angkatan 2016 terimakasih atas kerja sama

dan partisipasinya selama 4 tahun ini serta rekan-rekan seperjuangan penelitian atas kerja

sama yang baik selama penelitian ini berlangsung. Beserta semua pihak yang tidak dapat

penulis tulis namanya satu persatu atas bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

By Rut Trinithatis Gea, S.Farm

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah YME atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini serta penulisan skripsi ini dengan judul

“PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN

MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI LUKA EKSISI TIKUS PUTIH JANTAN SELAMA 20

HARI”. Skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

program pendidikan strata satu di Fakultas Farmasi, Universitas Perintis Indonesia

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini sungguh jauh dari kata

sempurna dan tidak akan terwujud tanpa partisipasi dan dukungan yang tak

terhingga dari berbagai pihak, untuk mengucapkan terimakasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Ibu apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu

apt. Ringga Novelni, M.Farm selaku pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, inspirasi,

petunjuk, arahan dan pertolongan yang tulus sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Ibu Miftahur Rahmi M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu dalam kelancaran studi akademik penulis.

3. Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben, selaku Rektor Universitas Perintis

Indonesia.

4. Ibu Dr. Apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Perintis Indonesia.

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

viii

5. Ibu apt. Revi Yenti, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi

Universitas Perintis Indonesia.

6. Bapak dan ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis selama menjalankan perkuliahan beserta Staf Karyawan/karyawati

Fakultas Farmasi, Universitas Perintis Indonesia.

7. Analis Labor serta asisten labor yang selalu membantu dan memberi

dukungan.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan

langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi saya ini.

Terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan semoga Allah

YME memberkati dan memberikan balasan yang berlipat ganda. Semoga skripsi

ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dan tidak terlepas dari kekurangan baik dari isi maupun penulisan. Dengan penuh

kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

menyempurnakan skripsi ini.

Padang, 16 Mei 2020

Hormat saya

Penulis

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

ix

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian salep fraksi etil

asetat daun meniran (Phyllanthus niruri l.) terhadap gambaran histopatologi luka

eksisi tikus putih jantan selama 20 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.)

terhadap gambaran histopatologi dalam membantu proses penyembuhan luka

terhadap tikus putih jantan. Penelitian ini terdiri dari 4 kelompok tikus dan

masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dimana kelompok 1 sebagai

kontrol dengan basis salep, kelompok 2 dan kelompok 3 perlakuan dengan

pemberian sediaan uji secara topikal konsentrasi 5% dan 10%, kemudian

kelompok 4 sebagai pembanding (salep T®). Persentase penyembuhan luka

dihitung pada hari 1 dan hari ke 20, kemudian waktu epitelisasi dan untuk

pemeriksaan histopatologi jaringan kulit punggung tikus dilakukan pada hari ke

20. Hasil analisa data menggunakan (ANOVA) satu arah dilanjutkan uji Duncan

(SPSS 23.0) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan terhadap parameter penyembuhan luka, waktu

epitelisasi dan gambaran histopatologi (p<0,05), sehingga dapat di simpulkan

bahwa sediaan salep fraksi etil asetat daun meniran dengan konsentrasi 10% lebih

efektif dalam proses penyembuhan luka selama 20 hari.

Kata kunci : Daun meniran (Phyllanthus niruri L.), Fraksi etil asetat, Luka eksisi,

penyembuhan luka

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

x

ABSTRACT

Research on the effect of meniran leaves (Phyllanthus niruri L.) ethyl

acetate fraction ointment on histopathological features of excision wounds of male

white rats for 20 days. This study aims to determine the effect of the ointment of

meniran (Phyllanthus niruri L.) ethyl acetate ointment on the histopathological

picture in helping the wound healing process of male white rats. This study

consisted of 4 groups of rats and each group consisted of 5 mice in which group 1

was as a control with an ointment base, group 2 and group 3 were treated with

topical concentrations of 5% and 10%, then group 4 as a comparison (ointment

T®). The percentage of wound healing was calculated on day 1 and day 20, then

the time of epithelialization and for histopathological examination of rat back skin

tissue was carried out on day 20. The results of data analysis using (ANOVA)

one-way followed by duncan test (SPSS 23.0) showed a significant difference

between the control group with the treatment group on wound healing parameters,

epithelialization time and histopathological features (p <0.05), so it can be

concluded that the preparation of meniran leaf ethyl acetate fraction with 10%

concentration is more effective in the wound healing process for 20 days.

Keywords: Meniran Leaves (Phyllanthus niruri L.), Ethyl acetate fraction,

excision wounds, wound healing

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

xi

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................. i

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA ........ ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSRACT ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

2.1 Tinjauan Botani Meniran (Phyllantus niruri L.) ...................................... 5

2.1.1 Klasifikasi ...................................................................................... 5

2.1.2 Sinonim .......................................................................................... 6

2.1.3 Nama Daerah ................................................................................. 6

2.1.4 Nama Asing ................................................................................... 6

2.1.5 Deskripsi Tanaman ........................................................................ 6

2.2 Tinjauan Farmakologi .............................................................................. 6

2.3 Tinjauan Kimia ........................................................................................ 8

2.4 Tinjauan Farmasetik ................................................................................. 9

2.5 Tinjauan Umum Salep ............................................................................. 9

2.5.2 Pengertian Salep ............................................................................ 9

2.6.2 Penggolongan Sediaan Setengah Padat ......................................... 10

2.6 Tinjauan Umum Kulit .............................................................................. 11

2.6.1 Pengertian kulit .............................................................................. 11

2.6.2 Fungsi kulit .................................................................................... 11

2.6.3 Bagian-bagian kulit ....................................................................... 12

2.7 Tinjauan Umum Luka .............................................................................. 17

2.7.1 Pengertian Luka ............................................................................. 17

2.7.2 Klasifikasi Luka ............................................................................. 17

2.7.3 Fase Penyembuhan Luka ............................................................... 20

2.7.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka .......................... 22

2.8 Ekstraksi Simplisia ................................................................................... 25

2.8.1 Pengertian Simplisia ...................................................................... 25

2.8.2 Ekstraksi ......................................................................................... 25

2.8.3 Fraksinasi ...................................................................................... 26

BAB III. METODA PENELITIAN ................................................................... 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 27

3.2 Alat, Bahan dan Hewan Uji .................................................................... 27

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

xii

3.2.1 Alat .............................................................................................. 27

3.2.2 Bahan .......................................................................................... 27

3.2.3 Hewan Uji ................................................................................... 27

3.3 Persiapan Hewan Percobaan ................................................................... 28

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 28

3.4.1 Pengambilan Sampel ..................................................................... 28

3.4.2 Identifikasi Sampel ........................................................................ 28

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran .................................... 28

3.4.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Meniran ..................................... 29

3.4.5 Karakterisasi Fraksi Etil Asetat ..................................................... 30

3.4.6 Pembuatan Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran.........32

3.4.7 Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran ............. 32

3.4.8 Pembuatan Luka ............................................................................ 33

3.4.9 Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran .......... 33

3.4.10 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka ..................................... 34

3.5 Parameter Yang Diukur Pada Penyembuhan Luka ................................. 34

3.5.1 Persentase Luas Penyembuhan Luka ............................................. 34

3.5.2 Waktu Epitelisasi ........................................................................... 34

3.5.3 Histopatologi ................................................................................. 35

3.5.4 Pemeriksaan Mikroskopis Sediaan Histologi Jaringan Luka

Eksisi ............................................................................................. 36

3.5.5 Pemeriksaan Jumlah Fibroblas dan Re-Epitelasi .......................... 36

3.5 Analisis Data ........................................................................................... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 38

4.1 Hasil ....................................................................................................... 38

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 53

5.2 Saran ........................................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Efek Farmakologi Daun Meniran .................................................................. 7

2. Formula Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran .............................. 32

3. Skor Jumlah Fibroblast dan Re-epitelisasi ..................................................... 37

4. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka ........................................ 45

5. Hasil Waktu Epitelisasi .................................................................................. 47

6. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kulit pada Luka Eksisi ........................ 49

7. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ............... 66

8. Hasil Penentuan Rendemen Fraksi Etil asetat Daun Meniran ....................... 66

9. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat Daun meniran ...... 66

10. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia fraksi etil asetat

Daun Meniran ................................................................................................ 67

11. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Salep Fraksi Etil Asetat

Daun Meniran ................................................................................................ 68

12. Hasil Pengamatan Homogenitas Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ..... 68

13. Hasil Pengamatan pH Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ...................... 68

14. Hasil Perhitungan Persentase Penyembuhan Luka Analisa Varian

(ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00 ..................................................... 70

15. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Penyembuhan Luka ............................. 71

16. Hasil Perhitungan Stastistik Waktu Epitelisasi Analisa Varian (ANOVA)

Satu Arah dengan SPSS 23.00 ....................................................................... 74

17. Hasil Uji lanjut Duncan Waktu Epitelisasi .................................................... 75

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Meniran .......................................................................................................... 5

2. Struktur Kimia Flavonoid .............................................................................. 8

3. Struktur Kimia Steroid ................................................................................... 8

4. Histologi Kulit................................................................................................ 15

5. Anatomi Kulit ................................................................................................ 17

6. Fase Inflamasi ................................................................................................ 20

7. Fase Proliferasi ............................................................................................... 21

8. Fase Remodeling ............................................................................................ 22

9. Diagram Persentase penyembuhan luka hari ke-20 ....................................... 46

10. Diagram Hasil Waktu Epitelisasi ................................................................... 47

11. Diagram pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kulit ...................................... 49

12. Gambar Meniran ............................................................................................ 57

13. Gambar Seperangkat Alat Rotary Evaporator ............................................... 57

14. Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ................................................................... 58

15. Sediaan Konsentrasi 5% dan 10% ................................................................. 58

16. Sediaan Pembanding (Salep T®) .................................................................... 58

17. Surat Identifikasi Tumbuhan .......................................................................... 59

18. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik .................................................................. 60

19. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Kental Daun Meniran ............................. 61

20. Skema Kerja Pemeriksaan Farmakologi Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran .......................................................................................................... 59

21. Skema Kerja Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap Penyembuhan

Luka ............................................................................................................... 60

22. Skema Kerja Pembuatan Sediaan Histopatologi ............................................ 61

23. Waktu Epitelisasi Kontrol .............................................................................. 72

24. Waktu Epitelisasi Konsentrasi 5% ................................................................. 72

25. Waktu Epitelisasi Konsentrasi 10% ............................................................... 73

26. Waktu Epitelisasi Pembanding ...................................................................... 73

27. Histopatogi Jaringan Kulit Luka dengan Pembesaran 10x ............................ 76

28. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Kelompok Kontrol ........................... 77

29. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Konsentrasi 5% ............................... 77

30. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Konsentrasi 10% ............................. 78

31. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Pembanding ..................................... 78

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumen Penelitian ....................................................................................... 57

2. Identifikasi Sampel ........................................................................................ 59

3. Ethical Clearance ........................................................................................... 60

4. Skema Kerja ................................................................................................... 61

5. Waktu Penyusunan Skripsi ............................................................................ 65

6. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Meniran .................................... 66

7. Hasil Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran ................................. 68

8. Persentase Penyembuhan Luka ...................................................................... 69

9. Waktu Epitelisasi ........................................................................................... 72

10. Histopatologi Jaringan Kulit Re-epitelisasi ................................................... 76

11. Histopatologi jaringan kulit penilaian kepadatan kolagen dan sel

fibroblast ........................................................................................................ 77

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis mempunyai lebih dari 30.000 spesies

tanaman dan sebagian dimanfaatkan sebagai tanaman obat alami oleh masyarakat

secara turun temurun. Agar penggunaannya lebih ilmiah sebagai obat tradisional

perlu diteliti dan dikembangkan sehingga manfaatnya dapat digunakan secara

optimal bagi kesehatan. Meskipun demikian, obat tradisional juga mempunyai

efek samping dan bersifat merugikan apabila penggunaannya kurang tepat (Nissen

N, 2011).

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional oleh

masyarakat adalah meniran (Phyllantus niruri Linn). Bagian tanaman yang

diambil yaitu daun dan akarnya. (Imran,dkk, 2011). Kandungan kimia yang

terkandung di dalam meniran (Phyllanthus niruri L.) yaitu berbagai senyawa

lignan seperti Phyllanthin, hyphophyllanthin, phyltetralin dan nitanthin.

(Arbain,dkk, 2014).

Menurut penelitian sebelumnya daun Meniran (Phyllanthus niruri L.)

memiliki khasiat dalam mempercepat penyembuhan luka terkontaminasi karena

mengandung triterpenoid yang mampu meningkatkan pembentukan kolagen pada

kulit serta mengandung minyak essensial sebagai anti bakteri. Komponen tersebut

memiliki efek farmakologi pada penyembuhan luka sebagai antiinflamasi,

(Amaliya dkk, 2013).

Penelitian sebelumnya dilakukan pada uji aktivitas beberapa subfraksi etil

asetat dari herba meniran terhadap reaksi hipersensitivitas kutan aktif

menunjukkan bahwa subfraksi etil asetat dari herba meniran dapat menghambat

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

2

reaksi hipersensitivitas kulit karena diduga mengandung beberapa senyawa kimia

seperti flavonoid, sianidin, quercetin, dan steroid (Aldi dkk, 2013). Selain efeknya

sebagai antibakteri herba meniran juga memiliki aktivitas farmakologi sebagai

antiinflamasi, antihistamin, antijamur, dan antimikroba (Kaur, 2017). Penelitian

Soni dan Singhai pada tahun 2012 dengan uji analisis ekstrak meniran didapatkan

antioksidan pada meniran seperti Saponin dimana Saponin adalah salah satu

antioksidan yang berpengaruh pada kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan

epitelisasi. Pada penelitian Gusriyani (2019) dengan uji salep fraksi etil asetat

daun meniran (phyllanthus niruri L.) menggunakan konsentrasi 10%

menghasilkan persentase yang paling baik dalam proses penyembuhan luka pada

pengukuran kadar hidroksiprolin menunjukkan bahwa sediaan memiliki efek yang

lebih baik pada fase proliferasi dibandingkan fase inflamasi.

Luka merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan rusaknya berbagai

jaringan tubuh kerusakan berbagai jaringan tubuh yang disebabkan oleh

terkoyaknya berbagai otot, jaringan ikat, dan kulit akibat sesuatu sering di ikuti

dengan rusaknya jaringan syaraf dan robeknya pembuluh darah yang

menyebabkan terjadinya perdarahan. Proses pemulihan luka bukan hanya meliputi

penutupan luka pada permukaan kulit tetapi juga meliputi penutupan pembuluh

darah yang terkoyak, regenerasi dari sel-sel perifer serta penggantian jaringan otot

oleh serabut kolagen. Apabila terjadi luka, maka fungsi-fungsi dari kulit tidak

dapat berjalan seperti yang seharusnya. (Abdurrahmat, 2014)

Penyembuhan luka dapat di kaitkan dengan suatu proses biologik yang di

mulai dari adanya trauma sampai dengan terbentuknya luka parut. Tujuan dari

pengelolaan luka yang lebih baik ialah penyembuhan luka dalam waktu sesingkat

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

3

mungkin, dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan luka parut yang minimal pada

pasien, meminimalkan kerusakan jaringan, penyediaan perfusi jaringan yang

cukup dan oksigenasi, nutrisi yang tepat untuk jaringan luka (Soni dan singhai,

2012)

Proses kesembuhan luka dapat diamati secara mikroskopis dibawah

mikroskop dengan melihat perubahan histopatologinya seperti tingkat infiltrasi

seluler, produksi kolagen, neovaskularisasi, dan ketebalan epitel

(Karayannopoulou dkk, 2011). Salah satu sediaan topikal yang sering digunakan

adalah salep. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditunjukkan untuk

pemakaian pada kulit atau selaput lendir, dasar salep yang dapat digunakan adalah

dasar salep hidrokarbon dimana dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep

berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Sejumlah kecil komponen

berair dapat dicampurkan kedalamnya yang dimaksudkan untuk memperpanjang

kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar

salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak

mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Depkes RI, 2014).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang

gambaran histopatologi terhadap pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran

(Phyllanthus niruri.L) pada proses penyembuhan luka eksisi pada tikus putih

jantan dengan konsentrasi 5% dan 10% selama 20 hari.

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

4

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran

(Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran histopatologi, secara topikal

selama 20 hari dalam membantu proses penyembuhan luka terhadap tikus

putih jantan?

2. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi salep fraksi etil asetat daun

meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran histopatologi

konsentrasi 5% dan 10% secara topikal selama 20 hari dalam membantu

proses penyembuhan luka terhadap tikus putih jantan?.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian salep fraksi etil asetat daun

meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran histopatologi secara

topikal selama 20 hari dalam membantu proses penyembuhan luka

terhadap tikus putih jantan.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi salep fraksi etil asetat

daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran histopatologi

pada konsentrasi 5% dan 10% secara topikal selama 20 hari dalam

membantu proses penyembuhan luka terhadap tikus putih jantan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi mengenai gambaran histopatologi mengenai

pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun meniran (Phyllanthus

niruri L.) konsentrasi 5% dan 10% terhadap proses penyembuhan luka

eksisi tikus putih jantan selama 20 hari.

2. Dapat menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi peneliti sendiri.

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Meniran (Phyllantus niruri L.)

2.1.1 Klasifikasi

Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.) menurut Aspan (2010) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Meniran

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub-class : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Phyllanthus

Species : Phyllanthus niruri L.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

6

2.1.2 Sinonim

Phyllanthus urinaria L., phyllanthus alatus BI., phyllanthus cantonensis

Hornem., Phyllanthus echinatus Wall., phyllanthus lepidocarpus Sieb. Et Zucc.,

phyllanthus leptocarpus Wight., phyllanthus asperulata (Arbain dkk, 2014).

2.1.3 Nama Daerah

Sidukuang anak (Minang); memeniran, meniran (Jawa); Gosau ma dungi

(Maluku); dudukuang anak,baket sikolop (Sumatera) (Arbain dkk, 2014).

2.1.4 Nama Asing

Lagoon spurge, niruri child pick a back (inggris); Amarus, zhen zhu cao,

hsieh hsia chu (Cina); Di[eej]p h[aj] ch[aa]u y[ees]u (Vietnam). 3 Bhoomi

amalaki, bhui-amla (India); Phyllanto (Barzil); Ya-tai-bai (Thailand); Yerba de

san pablo (Filipina) (Arbain dkk, 2014).

2.1.5 Deskripsi Tanaman

Merupakan semak semusim yang tegak, tinggi 30-100 cm hingga 1 m.

Batang hijau, bulat, licin, tak berambut, diameter ±3 mm. Daun tunggal tapi

tersusun seperti daun majemuk, berseling, anak daun 15-24, bulat telur, ujung

tumpul, pangkal membulat, panjang ±1,5 mm, lebar ±7 mm, tepi rata, hijau.

Bunga tunggal, dekat tangkai daun, menggantung, putih, daun kelopak bentuk

bintang, benang sari dan putik tidak tampak jelas, mahkota kecil, putih. Buah

kotak, bulat, pipih, diameter ±2 mm, hijau keunguan. Biji kecil, keras, bentuk

ginjal, coklat. Akar tunggang, putih kotor (Arbain dkk, 2014).

2.2 Tinjauan Farmakologi

Efek farmakologis meniran (Phyllanthus niruri L.) diantaranya peluruh air

seni (diuretik), pembersih hati, antiradang, pereda demam, peluruh dahak, peluruh

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

7

haid, penerang penglihatan, penambah nafsu makan, astringent, obat dysuria,

gonorrhoe, sifilis, nyeri ginjal, tetanus, pembersih darah dan diare, sedangkan akar

meniran untuk nyeri perut dan sakit gigi (Arief, 2011). Selain itu meniran juga

memiliki efek sebagai imunomodulator, antispasmodik, antilitik (untuk batu ureter

dan empedu), penghilang rasa nyeri, antihipertensi, antiviral, antibakteri,

antimutagenik dan juga efek hipoglikemia (Lestari, 2015).

Kandungan daun meniran yang memiliki efek dalam proses penyembuhan

luka diantaranya (Kaur, 2017):

Tabel 1. Efek Farmakologi Daun Meniran

Kandungan Kimia Efek Terapi

Cyanidin Antioksidan, antiinflamasi, photoprotective,

anti-neurodegenerative skin

Flavonoid, alkaloid, lignan,

delphidin

Antioksidan, anti inflamasi, anti alergi

Malvidin Anti inflamasi dan antikarsinogenik

Kaempferol Antioksidan, anti inflamasi, anti bakteri, anti

kanker

Flavonol Antioksidan, anti karsinogenik, antiviral, dan

antiplatelet.

Antosianidin Anti oksidan, anti inflamasi, dan anti mikroba.

Quercetin Antivirus, antibakteri, antikanker, antiinflamasi

Saponin, triterpenoid Antimikroba

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

8

2.3 Tinjauan Kimia

Kandungan kimia meniran berupa terpen (cymene, limonene, lupeol,

lupeolacetate); flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine,

physetinglucoside); lipid (ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid,

linolenic acid); benzenoid seperti halnya curcuma (methilsalisilate); alkaloid

(norsecurinine, 4-metoxinor securinine, entnor securinina, nirurine); steroid

(betasitosterol); alcanes(triacontanal, triacontanol); dan zat lain (vitamin C,

tannin, saponin) (Sunarno dan Sutriana, 2012).

1. Flavonoid

Gambar 2. Struktur Kimia Flavonoid (Arifin dkk, 2018)

Flavonoid merupakan suatu senyawa polar dengan adanya beberapa gugus

hidroksil bebas, sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol,

butanol dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid

lebih mudah larut dalam air, sedangkan aglikon yang kurang polar seperti flavon

yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut non polar seperti

eter dan kloroform (Arifin dkk, 2018).

2. Steroid

Gambar 3. Struktur Kimia Steroid (Arifin dkk., 2018)

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

9

Steroid adalah senyawa triterpenoid yang kerangka dasarnya system cincin

siklopentanoperhidropenantren. Senyawa ini tersebar luas di alam dan mempunyai

fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk antiinflamasi (Arifin dkk.,

2018).

Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan

antara lain estrogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan untuk

kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin merupakan steroid sintetik

digunakan untuk mencegah keguguran dan uji kehamilan, glikokortikoid sebagai

antiinflamasi, alergi, demam, leukemia, dan hipertensi serta kardenolida

merupakan steroid glikosida jantung digunakan sebagai obat diuretik dan penguat

jantung (Arifin dkk, 2018).

2.4 Tinjauan Farmasetik

Meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan masyarakat sebagai bahan

baku obat tradisional dan dikembangkan dalam bentuk sediaan farmasi, dewasa

ini meniran dibuat dalam berbagai sediaan farmasi seperti contoh obat paten

dalam bentuk tablet effervescent dengan nama sediaan Promuno®, dalam bentuk

kapsul dan juga sirup dengan nama sediaan Stimuno® yang khasiatnya membantu

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal dan membantu sistem

imun tubuh agar bekerja lebih aktif sehingga kekebalan tubuh meningkat (Sari,

2013).

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

10

2.5 Tinjauan Umum Salep

2.5.1 Pengertian Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditunjukkan untuk pemakaian

pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,

dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep

obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. (Depkes RI, 2014)

2.5.2 Penggolongan Sediaan Setengah Padat

Menurut Depkes RI, 2014 penggolongan salep terdiri dari empat, antara

lain:

1. Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin

putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat

dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang

kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.

Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar

dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

2. Dasar salep serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri

atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air

dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok dua

terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah

larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai

emolien.

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

11

3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik

dan lebih tepat disebut “krim” (cremores). Dasar ini juga dinyatakan sebagai

“dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah,

sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat

dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar

salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat

diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan

dermatologik.

4. Dasar salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari

konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan

seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan

tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini

lebih tepat disebut “gel.

2.6 Tinjauan Umum Kulit

2.6.1 Pengertian kulit

Kulit adalah suatu organ yang membungkus seluruh permukaan luar

tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Berat seluruh kulit

sekitar 16% dari bobot tubuh. Ketebalan kulit tergantung dari letak, umur, jenis

hewan, dan jenis kelamin. Secara embriologis, kulit berasal dari dua lapis yang

berbeda. Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel dan berasal

dari ektodermis, sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesodermis adalah

dermis atau korium dan merupakan suatu lapisan jaringan ikat. ( Wahyuni,2016)

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

12

2.6.2 Fungsi kulit

Kulit berfungsi sebagai :

1. Proteksi : lapisan epidermis tebal, bersama dengan selubung anti-airnya, serta

kandungan pigmen, melindungi terhadap sinar ultraviolet (UV), stress

mekanis, termal dan kimia. Serta mencegah dehidrasi dan invasi oleh

mikroorganisme

2. Sensasi : melalui reseptor untuk raba, tekan, nyeri, dan suhu.

3. Termoregulasi : perubahan sirkulasi perifer darah untuk mengatur suhu tubuh,

begitu pula untuk kelenjar keringat, rambut dan jaringan adiposa.

4. Fungsi metabolik : area kulit melakukan fotosintesis vitamin D, dan lipid,

termasuk trigliserida (lipid netral). (Peckham, 2014)

2.6.3 Bagian-bagian kulit

Semua regio kulit berisi ketiga lapisan dasar yang sama yaitu lapisan luar

(epidermis), lapisan dermis dibawahnya, dan lapisan terdalam yaitu hipodermis.

(Peckham, 2014)

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis merupakan epitel

gepeng berlapis dan berkeratin, yang berisi empat lapis sel (kadang-kadang

lima pada area kulit yang tebal). Epidermis tidak memiliki pembuluh darah.

Sel-sel pada lapisan yang berbeda berubah tampilannya saat sel-sel bergerak

keatas dari stratum basale dan berdiferensiasi.

a. Stratum germinativum atau stratum basale

Lapisan ini terdiri dari 1 lapis sel, yang terletak paling dekat dengan

dermis di bawahnya. Sel-sel melekat erat satu sama lain melalui desmosom,

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

13

dan ke membran basal di bawahnya melalui adhesi fokal (hemidesmosom).

Stratum basale berisi beberapa jenis sel.

Sel-sel punca : yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta

menghasilkan sel anak (keratinosit). Sel-sel ini memiliki kapasitas besar

untuk memperbaharui diri: lapisan luar kulit mengalami pembaharuan

lengkap setiap 2 minggu.

Keratinosit : sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali

sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum, berbentuk kuboid

dengan sitoplasma merah muda serta nukleus ungu muda.

Melanosit : sel-sel penghasil pigmen (melanin) berasal dari krista neuralis

pada embrio. Terdapat satu melanosit untuk setiap 4-10 keratinosit bassal.

Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktifitasnya jauh lebih

tinggi pada orang berkulit gelap. Melanosit dapat di identifikasi oleh

sitoplasmanya yang pucat/jernih dan nukleus ungu gelap (basofilik). Pigmen

dikemas dalam fesikel ( melanosom) menuju ujung penonjolan panjang yang

berpenetrasi ke dalam lapisan sel berspina, dan melanosom ini kemudian di

telan (di fagositosis) oleh keratinosit. Melanin yang di fagositosis kemudian

membentuk lapisan di depan nukleus, untuk melindungi terhadap sinar UV.

Sel-sel merkel : sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan

sebagai mekanoreseptor „taktil‟ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling

banyak di bibir dan di lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki

tampilan serupa dengan melanosit. Selain itu, terdapat ujung saraf bebas

(tidak bermielin) yang berespon terhadap nyeri dan suhu.

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

14

b. Stratum Spinosum

Regio ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit dan beberapa sel

Langerhans.

Keratinosit: mengubah ekspresi keratin dari tipe 5 dan 14 menjadi tipe 1 dan

10 saat berdiferensiasi. Filamen-filamen keratin di dalam sel terhubung

dengan desmosom untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat

hubungan erat antar sel. Hubungan ini kadang-kadang dapat terlihat pada

potongan histologis sebagai „duri‟ pada mikroskop cahaya yang

menyebabkan tampilan „berduri‟ pada sel-sel ini.

Sel-sel Langerhans : merupakan sel penyaji antigen khusus (sel dendritik)

yang menyusun sekitar 3-6% sel pada lapisan stratum spinosum. Sel ini

mengandung penonjolan panjang ( dendrit) yang bercabang-cabang diantara

keratinosit dan berkontak dengan sel-sel langerhans lainnya untuk

membentuk suatu jalinan kontinu. Saat sel ini terpapar oleh benda

asing/antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah

bening regional untuk menginisiasi respons imun. Sel-sel langerhans dapat

dikenali berdasarkan badan selnya yang bulat, tampilan sitoplasmanya yang

lebih pucat dan nukleus berbentuk oval.

c. Stratum granulosum

Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi

keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi

menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula

intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan diatasnya.

Protein pada sel-sel ini menjadi berikatan silang untuk membentuk perancah

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

15

(scaffold) protein yang kuat. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai

kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati

menjadi „skauma‟ berkeratin dari lapisan teratas.

d. Stratum lusidum

Ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang di temukan pada kulit

tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini

tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin.

e. Stratum korneum

Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel

mati, yang menjadi datar seperti pengelupasan kulit (skauma). Sel-sel ini

berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam

terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air

yang kuat.

Ketebalan kulit bervariasi sekitar 0,5 mm pada kelopak mata, hingga sekitar

4,0 mm pada telapak kaki. Sebagian besar perbedaan ini di sebabkan oleh

perbedaan ketebalan epitel dan khususnya lapisan sel bertanduk/berkeratin

Gambar 4.Histologi Kulit (Sumber: Mescher, 2013)

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

16

2. Dermis

Lapisan ini berfungsi untuk proteksi, sensasi dan termoregulasi. Lapisan

ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang menyekresi matriks

ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga berisi kelenjar

keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka keluar menuju

permukaan kulit.

Lapisan bassal epidermis terlipat menjadi rigi epidermis dan diantara rigi-

rigi ini terdapat regio yang terlipat pada regio dermis dibawahnya, yang disebut

papil dermis. Papil dermis khususnya menonjol pada kulit tebal (ujung jari dan

telapak kaki) berfungsi untuk meningkatkan adhesi antara lapisan dermis dan

epidermis , meningkatkan keseluruhan area permukaan dari lapisan bassal

epidermis dan menyediakan area kontak yang luas antara epidermis dan pembuluh

darah di dermis.

Dermis di bagi dalam dua regio utama. Regio superfisial di sebut lapisan

papilar dermis dan regio yang lebih dalam di sebut dermis retikularis.

a. Lapisan papilar dermis merupakan regio dermis yang ditemukan dekat

dengan papil dermis. Regio ini menyusun sekitar 20% dermis. Regio ini

berisi jaringan ikat longgar, kapiler dan saraf, keduanya meluas menuju

epidermis di antara papil dermis.

b. Lapisan retikular dermis merupakan regio dermis sisanya, kecuali lapisan

papilar dermis. Regio ini berisi selapis jaringan ikat pada ireguler yang

mengandung serabut kolagen, terjalin dalam satu jalinan padat, serta elastin.

Kedua serabut ini di sekresi oleh fibroblas pada lapisan ini. Serabut-serabut

ini memberikan kekuatan dan daya regang pada kulit. Lapisan ini juga

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

17

mengandung sel-sel imun seperti makrofag dan sel-sel lemak (adiposit) serta

kelenjar keringat, yang ditemukan pada lapisan dalam pada regio ini dan pada

hipodermis.

3. Hipodermis

Regio kulit ini terutama berisikan jaringan adiposa dan kelenjar keringat.

Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi metabolisme seperti produksi

trigliserida dan vitamin D.

Gambar 5. Anatomi Kulit (Abi, 2017)

2.7 Tinjauan Umum Luka

2.7.1 Pengertian Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan

sebagai akibat dari ruda paksa. Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa

membran dan tulang atau organ lain. Luka dapat sengaja di buat untuk tujuan

tertentu, seperti luka sayat (incise) pada operasi, atau luka akibat trauma, seperti

luka akibat kecelakaan (Wahyuni, 2016).

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

18

2.7.2 Klasifikasi Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka

itu dan menunjukkan derajat luka (Wahyuni, 2016).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak

terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,

pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan

dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan

timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,

luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk

insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka (Wahyuni, 2016).

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

19

dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya

sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon

dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas. (Wahyuni, 2016).

3. Berdasarkan proses penyembuhan

Dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Penyembuhan primer (healing by primary intention) Tepi luka bisa menyatu

kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang. Biasanya terjadi

setelah suatu insisi. Penyembuhan luka berlangsung dari internal ke eksternal.

b. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) Sebagian jaringan

hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan

granulasi di dasar luka dan sekitarnya.

c. Delayed primary healing (tertiary healing) Penyembuhan luka berlangsung

lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

(Kartika, 2015)

4. Berdasarkan lama penyembuhan

Bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika

penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala

jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka lebih dari 4-6

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

20

minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan

berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa juga

dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika

menunjukkan tanda-tanda infeksi (Kartika, 2015)

2.7.3 Fase Penyembuhan Luka

Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu: (Kartika, 2015)

1. Fase inflamasi

a. Hari ke-0 sampai 5.

b. Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk

mencegah kehilangan darah.

c. Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.

d. Fase awal terjadi hemostasis.

e. Fase akhir terjadi fagositosis.

f. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

Gambar 6. Fase inflamasi penyembuhan luka dimulai segera setelah terjadi

kerusakan jaringan dan fase awal hemostasis (Kartika, 2015).

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

21

2. Fase proliferasi atau epitelisasi

a. Hari ke-4 sampai 21.

b. Disebut juga fase granulasi karena ada nya pembentukan jaringan

granulasi; luka tampak merah segar, mengkilat.

c. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel inflamasi,

pembuluh darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat.

d. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan

epidermis pada tepian luka.

e. Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.

Gambar 7. Fase proliferasi penyembuhan luka pada hari ke-4 sampai 21 setelah

terjadi kerusakan jaringan/luka. Selama fase ini, jaringan granulasi menutup

permukaan luka dan keratosit bermigrasi untuk membantu penutupan luka dengan

jaringan epitel baru (Kartika, 2015)

3. Fase maturasi atau remodelling

a. Berlangsung dari beberapa minggu sampai 2 tahun.

b. Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan

kekuatan jaringan (tensile strength).

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

22

c. Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50- 80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya.

d. Pengurangan bertahap aktivitas seluler and vaskulerisasi jaringan yang

mengalami perbaikan

Gambar 8. Fase remodeling penyembuhan luka pada hari ke-21 sampai 1 tahun

setelah terjadi kerusakan jaringan/ luka. Fase ini merupakan fase terlama

penyembuhan luka, di mana fibrolas dan jaringan kolagen akan memperkuat

penyembuhan luka (Kartika, 2015).

2.7.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat dari pada orang tua. Orang

tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat

mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien

memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan

mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk

memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

23

yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena

supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat

mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan

dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-

orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih

sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah

dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan

pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan

menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan

kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan

vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk

penyembuhan luka.

4. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi

tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

5. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul

dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan leukosit, yang membentuk suatu

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

24

cairan yang kental yang disebut dengan nanah.

6. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi

akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor

internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

8. Keadaan luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

9. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik

mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat

membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka

pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

(Baririet, 2011).

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

25

2.8 Ekstraksi Simplisia

2.8.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman, simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan

utuh bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat

kimia murni, sedangkan simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari

bumi, baik telah diolah ataupun belum, tidak berupa zat kimia murni (Dirjen

POM, 1997:30).

2.8.2 Estraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia

dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan pelarut/ penyari

tertentu. Ekstrak adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa di perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

di tetapkan. (Depkes RI, 2014)

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat

secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya di pekatkan dengan cara destilasi

dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama sesedikit mungkin terkena panas.

(Depkes RI, 2014)

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

26

2.8.3 Fraksinasi

Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu

ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.

Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan

metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil

asetat untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol untuk menarik

senyawa-senyawa polar. Dari proses ini dapat di duga sifat kepolaran dari

senyawa yang akan di pisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa

yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan

senyawa-senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar

juga. (Depkes RI, 2014)

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

27

BAB III. METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan selama Oktober 2019 – Mei 2020 di

Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia

(UPERTIS) dan Laboratorium Histopatologi Universitas Andalas (UNAND)

Padang. (Lampiran 5)

3.2 Alat, Bahan dan Hewan Uji

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang tikus, kapas,

pencukur bulu, silet, gunting bedah, tabung reaksi, pipet tetes, penggaris, Rotary

Evaporator, timbangan digital, timbangan hewan, pinset, Erlenmeyer, gelas ukur,

krus porselen, labu ukur, cawan penguap (pudak), botol semprot, batang

pengaduk, oven, inkubator, mikroskop.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah makanan dan minuman

tikus, daun meniran (phyllanthus niruri L.), etanol 96%, aquadest, etanol 70%,

kloroform, CuSO4 0,01M (p.a), NaOH 2,5 N (p.a), H2O2 6% (p.a), H2SO4 3 N

(p.a), serbuk Mg, HCl (p.a), n-hexana (p.a), etil asetat (p.a), vaselin flavum, salep

T®, formalin 10%, haematoxylin dan eosin.

3.2.3 Hewan Uji

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar

yang berumur 2-3 bulan sebanyak 20 ekor dengan berat badan antara ±200 gram

(Cahaya, 2017)

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

28

3.3 Persiapan Hewan Percobaan

Tikus putih jantan 20 ekor di bagi menjadi 4 kelompok besar, dimana tiap-

tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Sebelum diperlakukan tikus diaklimatisasi

selama 7 hari dengan diberi makan dan minum yang cukup. Tikus yang digunakan

adalah tikus yang sehat dan tidak menunjukan perubahan berat badan lebih dari

10% yang berarti secara visual menunjukan perilaku yang normal.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun meniran

(Phyllantus niruri L. ) yang diambil di Komplek Palapa Permai, Muaro Pajalinan,

Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.

3.4.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi, Fakultas

MIPA, Universitas Andalas Padang (UNAND).

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruri L. )

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 96%.

Satu bagian serbuk kering herba meniran dimasukkan ke dalam maserator,

ditambah 10 bagian etanol 96%, direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk,

kemudian didiamkan sampai 2x24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan rotary evaporator, setelah etanol tidak menetes diperoleh ekstrak

kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (Aspan, 2010).

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

29

3.4.4 Fraksinasi Ekstrak Etanol Daun Meniran ( Phyllantus niruri L. )

Ekstrak etanol kental daun meniran diencerkan dengan aquadest (1:5), lalu

dimasukkan kedalam corong pisah. Fraksinasi dengan pelarut heksan (2:1) secara

berulang hingga diperoleh fraksi terakhir heksan yang sudah tidak berwarna lagi.

Selanjutnya fasa air difraksinasi dengan etil asetat (2:1) secara berulang dan

kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi

kental semi polar (Aldi, 2013). Ekstrak etanol ditimbang sebanyak 10 gram

Ekstrak kemudian dilarutkan dengan 50 ml aquadest dan dimasukkan dalam

corong pisah bersama pelarut heksan. Corong pisah di kocok hingga homogen dan

didiamkan selama beberapa saat hingga terbentuk 2 lapisan pelarut, Lapisan

heksan kemudian ditampung dan lapisan air dimasukkan kembali dan

ditambahkan 100 ml heksan yang baru, penggantian pelarut heksan yang baru

dilakukan sebanyak 3 kali. Lapisan air yang diperoleh kemudian dimasukkan

kedalam corong pisah bersama dengan pelarut semi polar yaitu etil asetat

sebanyak 100 ml, kemudian dikocok didiamkan selama beberapa saat hingga

terbentuk 2 lapisan pelarut, penggantian pelarut etil asetat yang baru dilakukan

sebanyak 3 kali, Lapisan etil asetat ditampung dan kemudian diuapkan

menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk fraksi kental etil asetat daun

meniran (Gunawan & Mulyani, 2004) .

Pada penelitian ini selanjutnya digunakan fraksi semi polar, yaitu fraksi

etil asetat yang kemudian dibuat menjadi sediaan salep untuk diujikan pada hewan

percobaan.

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

30

3.4.5 Karakterisasi Fraksi Etil Asetat

3.4.5.1 Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan mengamati

bentuk, warna dan bau.

3.4.5.2 Penentuan Rendemen Fraksi

Rendemen fraksi etil asetat dihitung dengan persamaan:

3.4.5.3 Pemeriksaan susut pengeringan

Krus porselen bersih dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105º

C. Dinginkan dalam desikator, setelah dingin kemudian timbang. Masukkan

sampel sebanyak 1 gram kedalam krus porselen. Krus porselen yang berisi sampel

dimasukkan kedalam oven pada suhu 105º C selama 1 jam. Setelah itu krus

dikeluarkan dari oven dan pindahkan ke dalam desikator selama 10-15 menit dan

kemudian ditimbang. Pemanasan dilanjutkan sampai berat tetap. Kandungan air

sampel diperoleh dengan menggunakan rumus :

( ) ( )

( )

Keterangan : A = Berat cawan kosong (g)

B = Berat cawan + sampel sebelum dipanaskan (g)

C = Berat cawan + sampel setelah dipanaskan (g)

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

31

3.4.5.4 Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia

Fraksi kental etil asetat dari daun Meniran (Phyllanthus niruri L.)

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 mL aquadest dan 5 mL

kloroform asetat, dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan, lapisan air dan kloroform.

3.4.5.4.1 Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)

Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan

serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan adanya

flavonoid.

3.4.5.4.2 Uji Saponin

Ambil lapisan air, kocok kuat – kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya

busa yang permanen (± 15 menit) menunjukkan adanya saponin.

3.4.5.4.3 Uji Terpenoid dan Steroid (Metode “Simes”)

Ambil sedikit lapisan kloroform dengan menggunakan pipet tetes yang di

dalamnya telah terdapat kapas dan norit. Teteskan filtrat pada plat tetes, biarkan

mengering. Residu ditambah 1 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes H2SO4 (p),

terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya steroid, sedangkan bila

terbentuk warna merah menunjukkan adanya terpenoid.

3.4.5.4.4 Uji Alkaloid (Metode “Culvenore – Fristgerald”)

Ambil sedikit lapisan kloroform tambahkan 10 mL kloroform amoniak

0,05 N, aduk perlahan tambahkan 2-3 tetes H2SO4 2N kemudian kocok perlahan,

biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer, reaksi

positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

32

3.4.6 Pembuatan Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi

fraksi etil asetat daun meniran yang berbeda-beda yaitu konsetrasi 5%,

konsentrasi 10%, dan sediaan yang akan dibuat sebanyak 25 g.

Tabel 2. Formula Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

Keterangan :

F1 = salep fraksi etil asetat daun meniran 5%

F2 = salep fraksi etil asetat daun meniran 10%

Masukkan fraksi etil asetat ekstrak daun meniran ke dalam lumpang

kemudian timbang dasar salep masukkan ke dalam lumpang kemudian digerus

hingga homogen. Keluarkan dari lumpang, masukkan ke dalam wadah yang

disiapkan.

3.4.7 Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

3.4.7.1 Uji Organoleptis (Depkes RI, 1995)

Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan salep

dari bentuk, bau dan warna sediaan. Spesifikasi salep yang harus dipenuhi

adalah memilih bentuk setengah padat, warna harus sesuai dengan spesifikasi

pada saat pembuatan awal salep dan baunya tidak tengik.

Nama Bahan F1 F2

Fraksi Etil Asetat Daun Meniran 1,25 g 2,5 g

Vaselin Flavum ad 25g 23,75 g 22,5 g

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

33

3.4.7.2 Uji Homogenitas (Depkes RI, 1995)

Uji homogenitas sediaan dilakukan dengan cara salep dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan

susunan yang homogen. Salep yang homogen ditandai dengan tidak

terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan, struktur yang rata dan memiliki

warna yang seragam dari titik awal pengolesan sampai titik akhir pengolesan.

Salep yang diuji diambil tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari

wadah salep.

3.4.7.3 Uji pH salep (Depkes RI, 1995)

Pengukuran nilai pH menggunakan alat bantu stik pH universal yang

dicelupkan ke dalam 0,5 g salep yang telah diencerkan dengan 5 mL

aquadest. Nilai pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH

kulit manusia.

3.4.8 Pembuatan Luka

Hewan percobaan dicukur bulunya pada bagian punggung yang akan

dibuat sayatan kemudian dibersihkan dengan menggunakan kapas yang diberi

alkohol 70% dan dilakukan anestesi pada tikus dengan menggunakan kloroform.

Selanjutnya pembuatan luka berbentuk lingkaran dengan diameter ± 2 cm dengan

kedalaman ± 1 mm dengan cara mengangkat kulit tikus pada bagian punggung

dengan pinset lalu lukai dengan gunting bedah (Cahaya, 2017).

3.4.9 Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun Meniran

Hewan ditimbang dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor.

Kelompok I : Tikus yang dioleskan basis salep (kontrol)

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

34

Kelompok II : Tikus yang dioleskan sediaan yang beredar yaitu salep T®.

Kelompok III : Tikus yang dioleskan salep fraksi etil asetat daun meniran

dengan konsentrasi 5%.

Kelompok IV : Tikus yang dioleskan salep fraksi etil asetat daun meniran

dengan konsentrasi 10%.

3.4.10 Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka

Sediaan salep dioleskan pada bagian punggung tikus, pemakaian 2 kali

sehari yang diberikan pada pagi dan sore selama 20 hari. Sediaan diberikan pada

masing-masing kelompok sesuai dengan pengelompokkannya. Lalu dilakukan

pengamatan parameter penyembuhan luka.

3.5 Parameter Yang Diukur Pada Penyembuhan Luka

3.5.1 Persentase Luas Penyembuhan Luka

Persentase luas penyembuhan luka menghitung luas dengan cara

mengambil garis diameter pada sisi luka dan hitung diameter rata-rata luka pada

hari pertama setelah dilukai sampai hari ke-20 pada masing-masing kelompok.

Persentase luas penyembuhan lukanya dapat di hitung menggunakan rumus :

3.5.2 Waktu Epitelisasi

Waktu yang diperlukan untuk terbentuknya epitel baru yang sempurna

menutupi daerah luka. Dalam hal ini dicatat hari pengelupasan krusta dari luka

tanpa meninggalkan sisa luka di area eksisi.

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

35

3.5.3 Histopatologi

Dilakukan pengamatan terhadap serabut kolagen pada jaringan luka . Dari

tiap kelompok diambil 2 tikus, yaitu tikus yang penyembuhannya paling bagus

yang akan dilakukan pada hari ke-20

3.5.3.1 Prosesing jaringan

• Pemotongan Jaringan basah; jaringan dipotong dengan ketebalan ± 4mm,

dan dimasukkan ke dalam kaset jaringan

• Fiksasi; fiksasi dengan formalin 10% berbuffer phosphat dengan pH

normal (7)

• Dehidrasi bertingkat masing-masing 30 menit dalam larutan ethanol 70%,

95% dan 100%

• Clearing dalam larutan Xylol selama 30 menit

• Impregnasi dalam parafin cair (paraplast) I, dan II, pada suhu 54oC selama

masing masing 1 jam

• Blocking jaringan dengan parafin cair dalam tissue mold, kemudian

didinginkan pada suhu ruang.

• Pemotongan Block dengan rotary microtome dengan ketebalan ± 4µm,

kemudian ditempelkan pada kaca objek.

3.5.3.2 Pewarnaan hematoksilin-eosin

• Panaskan slide dioven 65 oC 30 menit

• Rendam slide dalam Xylol ( 1-3 minutes)

• Rehydrasi dengan merendam slide pada larutan alkohol bertingkat dari

konsentrasi tinggi ke rendah,

• EtOH (ethanol alcohol) 100% (2-3 menit)

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

36

• EtOH(ethanol alcohol) 96% (2-3 menit)

• EtOH(ethanol alcohol) 70% (2-3 menit)

• Aquadest 3 menit

• Hematoxylin, 5-10 menit

• Bilas Aquadest 5-10 menit

• Rendam Eosin Y ; 3 menit

• Bilas dalam Alkohol 70% 3 menit

• Dehidrasi dengan merendam slide pada larutan alkohol bertingkat dari

konsentrasi rendah ke tinggi

• EtOH(ethanol alcohol) 96% (menit)

• Absolute 100% ethanol, (3 menit)

• Clearing dalam; Xylol, 3 menit

• Mounting dengan entelan dan tutup sediaan dengan cover slip

3.5.4 Pemeriksaan Mikroskopis Sediaan histopatologi jaringan Luka Eksisi

Sediaan yang telah ditutup dengan cover slip selanjutnya diamati di bawah

mikroskop dan dibuat skor dengan kriteria (Burkitt et al., 1995).

1: tidak tampak serabut kolagen

2: serabut kolagen menyebar tipis atau sedikit

3: serabut kolagen menyebar sedang atau tampak penyatuan

4: serabut kolagen menyebar banyak dan terikat sempurna.

3.5.5 Pemeriksaan Jumlah Fibroblas dan Re-Epitelasi

Pengamatan histopatologi pemeriksaan jumlah fibroblas dan re-epitalisasi

menggunakan metoda skor. Adapun tabel skor jumlah fibroblas dan re-epitalisasi:

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

37

Tabel 3. Skor Jumlah Fibroblast dan Re-epitelisasi

SKOR

Parameter 0 1 2 3

Fibroblas Tidak Ada 5-10 sel 10-15 sel >50 sel

Re-

epitelisasi

Absent Starting Incomplete Complete

Keterangan skor Re-epitalisasi :

0 = Absent (Kerusakan menyeluruh pada bagian epidermis)

1 = Starting (Mulai terbentuk lapisan epidermis)

2 =Incomplete (Lapisan epidermis sudah terbentuk, tetapi masih ada

penebalan)

3 = Complete ( Lapisan epidermis sudah terbentuk secara sempurna dan

tidak ditemukan penebalan pada lapisan epidermis).

3.6 Analisis Data

Analisis data yang di gunakan pada penelitian ini yaitu analisis varian

(ANOVA) satu arah. ANOVA ini digunakan karena data yang diperoleh bersifat

objektif, kategorik dan numerik. ANOVA satu arah digunakan untuk penentuan

waktu epitelisasi dan persentase penyembuhan luka karena pada parameter ini

terdapat satu variabel bebas yang dilihat pada variasi dosis.

Analisa data dilanjutkan dengan uji lanjut berjarak Duncan (Duncan New

Multiple Range Test) menggunakan SPSS 23,0 for Windows Evaluation.

Tujuannya untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan hasil dari masing-masing

konsentrasi.

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilaksanakannya penelitian mengenai pengaruh pemberian salep

fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran

histopatologi luka eksisi tikus putih jantan selama 20 hari, sehingga didapatkan

hasil sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang

digunakan adalah tanaman daun meniran (Phyllanthus niruri L.) family

phyllanthaceae dengan nomor 452/K-ID/ANDA/XI/2019 ( Lampiran 2,

Gambar 17).

2. Berdasarkan hasil dari keterangan lolos kode etik (ETHICAL CLERANCE)

dengan nomor: 182/KEP/FK/2020 telah menyetujui protokol penelitian

(Lampiran 3, Gambar 18).

3. Hasil pemeriksaan organoleptis fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus

niruri L.) berbentuk cairan kental setengah padat, berwarna hijau kehitaman

dan berbau khas (Lampiran 6, Tabel 7).

4. Dari 79,4255 g ekstrak etanol daun meniran diperoleh 19,3992 g fraksi etil

asetat daun meniran dengan persentase rendemen fraksi dengan ekstrak

yaitu 24,42 % ( Lampiran 6, Tabel 8).

5. Hasil uji susut pengeringan dengan persentase yang didapat yaitu 14,14 %

(Lampiran 6, Tabel 9).

6. Hasil pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia fraksi etil asetat daun

meniran (Phyllanthus niruri L) positif terhadap adanya kandungan kimia

flavonoid dan fenolik. (Lampiran 6, Tabel 10).

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

39

7. Hasil uji organoleptis salep fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus

niruri L.) antara lain berbentuk sediaan setengah padat, berwarna hijau

kehitaman dan berbau khas (Lampiran 7, Tabel 11).

8. Hasil uji homogenitas salep fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus

niruri L.) menunjukkan bahwa sediaan salep homogen ditandai dengan

tidak terdapat gumpalan pada hasil olesan. (Lampiran 7, Tabel 12).

9. Hasil uji pH salep fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L)

menunjukkan pada sediaan salep konsentrasi 5% = 5,77, sediaan salep

konsentrasi 10% = 6,07 (Lampiran 7, Tabel 13).

10. Hasil pemeriksaan persentase penyembuhan luka pada hari ke 20:

a. Kelompok I (Kontrol) : 74,46 ± 7,01

b. Kelompok II (Konsentrasi 5%) : 89,11 ± 4,07

c. Kelompok III (Konsentrasi 10%) : 90,21 ± 4,91

d. Kelompok IV (Pembanding) : 91,04 ± 5.72

11. Waktu epitalisasi rata-rata

a. Kelompok I (Kontrol) : pada hari ke 11

b. Kelompok II (Konsentrasi 5%) : pada hari ke 10

c. Kelompok III (Konsentrasi 10%) : pada hari ke 9

d. Kelompok IV (Pembanding) : pada hari ke 9

12. Hasil pemeriksaan skor rata-rata serabut kolagen

a. Kelompok I (Kontrol) : 2

b. Kelompok II (Konsentrasi 5%) : 3

c. Kelompok III (Konsentrasi 10%) : 3

d. Kelompok IV (Pembanding) : 3

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

40

13. Hasil pemeriksaan skor rata-rata sel fibroblast

a. Kelompok I (Kontrol) : 2

b. Kelompok II (Konsentrasi 5%) : 3

c. Kelompok III (Konsentrasi 10%) : 3

d. Kelompok IV (Pembanding) : 3

14. Hasil pemeriksaan skor rata-rata reepitelisasi

a. Kelompok I (Kontrol) : 2

b. Kelompok II (Konsentrasi 5%) : 3

c. Kelompok III (Konsentrasi 10%) : 3

d. Kelompok IV (Pembanding) : 3

4.2 Pembahasan

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian salep fraksi etil

asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap gambaran histopatologi luka

eksisi tikus putih jantan selama 20 hari, sampel yang digunakan diambil di

Komplek Palapa Permai, Muaro Pajalinan, Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang,

Sumatera Barat. Sampel diidentifikasi di herbarium ANDA, Jurusan Biologi,

Fakultas MIPA, Universitas Andalas. Berdasarkan identifikasi sampel diperoleh

hasil bahwa benar sampel yang digunakan adalah daun meniran (Phyllanthus

niruri L.) Family Phyllanthaceae.

Pada penelitian ini sampel daun meniran yang diambil adalah yang masih

muda karena kandungan senyawa aktifnya masih banyak. Pengambilan dilakukan

pada pagi hari sebelum mengalami fotosintesis, hal ini dilakukan agar

menyeragamkan waktu panen, setelah panen dilakukan sortasi basah, pencucian

dengan air mengalir dan pengeringan guna untuk menghilangkan kadar air dan

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

41

mencegah terjadinya kerusakan senyawa yang terkandung dalam sampel, sampel

tersebut diserbukkan dengan tujuan untuk memperluas permukaan sampel,

sehingga pelarut lebih mudah masuk ke dalam jaringan daun. Kemudian sampel

diekstraksi menggunakan etanol 96% dengan metode maserasi selama 2x24 jam,

metode ini merupakan metode ekstraksi dingin dengan perendaman sampel pada

temperatur kamar sehingga menghindari terjadinya penguraian zat aktif yang

terkandung didalam sampel akibat adanya pengaruh suhu dan senyawa yang

termolabil. (Depkes RI, 2009). Pelarut yang digunakan adalah etanol karena

bersifat selektif dan inert serta dapat mengekstraksi hampir semua bahan alam

yang terdapat pada tumbuhan. Setelah maserat pertama di dapatkan, pengulangan

maserasi dilakukan 3-4 kali sampai maserat yang didapatkan jernih. Maserat yang

didapat dikumpulkan kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator.

Ekstrak kental daun meniran didapatkan Sebanyak 79,4257 gr.

Kemudian ekstrak kental yang diperoleh difraksinasikan dengan n-heksan

dan etil asetat dengan tujuan untuk memisahkan senyawa menjadi kelompok yang

lebih kecil berdasarkan sifat kepolarannya. Ekstrak dilarutkan dengan aquades ,

sehingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan paling bawah adalah air karena air

memiliki bobot jenis tinggi dan heksan berada dilapisan atas, dan pemisahan

dilakukan dengan memindahkan lapisan paling bawah. Kemudian lapisan fasa air

di partisi kembali dengan pelarut organik semipolar yaitu etil asetat, pemisahan ini

dilakukan secara fraksi cair-cair menggunakan 2 pelarut yang tidak bercampur

dan berbeda kepolarannya. Penguapan pelarut dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 60ºC bertujuan untuk mendapatkan hasil fraskinasi etil

asetat sebanyak 19,3992 gr.

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

42

Selanjutnya dilakukan karakteristik fraksi etil asetat dengan pemeriksaan

organoleptis terlebih dahulu, fraksi ini berbentuk cairan kental, berbau khas, dan

berwarna hijau kehitaman. Pada penentuan rendemen fraksi didapatkan 24,42 %,

menurut literatur standarisasi dari ekstrak kental etanol daun meniran yaitu tidak

kurang dari 26,7 % (Depkes RI, 2008), dari hasil rendemen yang didapat kurang

memenuhi persyaratan, hal ini diakibatkan karena proses penguapan yang agak

lama. Penentuan rendemen ini bertujuan untuk mengetahui berapa berat sampel

yang telah difraksinasi dari berat ekstrak. Hasil uji susut pengeringan yaitu 14,14

%, menurut literatur susut pengeringan yang baik adalah ≤ 17% (BPOM, 2004)

dan sudah sesuai literatur. Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk

mengetahui persentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan.

Pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia (skrining fitokimia) fraksi etil

asetat merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan metabolik pada

suatu tanaman. Pada penelitian ini kandungan kimia yang terdapat didalam fraksi

etil asetat adalah flavonoid dan fenolik, senyawa ini sangat berguna untuk

menentukan golongan utama dari senyawa aktif dari fraksi etil asetat yang

mendukung pada proses penyembuhan luka. Kandungan flavonoid pada fraksi etil

asetat daun meniran dapat mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan

proses epitelisasi ditandai dengan proses pembaharuan epitel setelah terjadinya

luka, sehingga melibatkan proliferasi dan migrasi sel epitel menuju pusat luka dan

kontraksi luka disebabkan oleh aksi miofibroblas. Flavonoid dapat meningkatkan

migrasi dan proliferasi sel epitel, serta meningkatkan migrasi dan aktivitas

miofibroblas. Peningkatan epitelisasi dan jaringan granuloma pada luka dapat

terjadi karena peningkatan produksi kolagen dan angiogenesis pada luka. Proses

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

43

ini merupakan indikator dari proses penyembuhan luka dan menunjukkan bahwa

flavonoid dapat merangsang mekanisme yang terkait dengan penyembuhan luka

dan regenerasi jaringan. Selain flavonoid, fraksi etil asetat daun meniran juga

mengandung senyawa aktif lain yaitu fenolik. Senyawa aktif ini berperan sebagai

antioksidan yang berpengaruh pada kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan

epitelisasi.

Fraksi etil asetat yang didapat dibuat dalam bentuk sediaan setengah padat

(salep) dengan basis salep vaselin flavum karena daya penetrasinya cukup bagus,

sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri, lebih mudah digunakan

dan kontak sediaan dengan kulit lebih lama. Evaluasi salep fraksi etil asetat daun

meniran yaitu uji organoleptis dengan bentuk sediaan setengah padat, berwarna

hijau kehitaman dan berbau khas. Pada uji pH salep menggunakan alat bantu stik

pH universal dimana sediaan salep konsentrasi 5% pH 5,77 dan sediaan salep

konsentrasi 10% pH 6,07. pH kulit manusia berkisar 4,5-6,5 artinya salep tersebut

memiliki nilai pH yang baik untuk kulit manusia.

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan, selain

keseragaman jenis kelamin hewan uji yang digunakan juga mempunyai

keseragaman galur (wistar), berat badan rata-rata 180 – 200 gram dan berumur 2 –

3 bulan karena pada umur tersebut organ-organ tubuhnya sudah lengkap dan

berfungsi sempurna. Keseragaman ini dilakukan bertujuan agar dapat memberikan

respon yang relatif lebih seragam. Hewan percobaan dibagi dalam 4 kelompok

yaitu kelompok 1 kontrol (basis salep), kelompok 2 (salep konsentrasi 5%),

kelompok 3 (salep konsentrasi 10%) dan kelompok 4 pembanding (salep T®).

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

44

Pemberian sediaan pada masing-masing kelompok secara topikal sebanyak

2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari diberikan selama 20 hari dengan tujuan

untuk melihat penyembuhan luka pada fase proliferasi. Sebelum memulai fase

proliferasi, fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena

berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka. Tujuan fase proliferasi ini

adalah untuk membentuk keseimbangan antara pembentukan jaringan parut dan

regenerasi jaringan. Pada proliferasi terjadi angiogenesis disebut juga sebagai

neovaskularisasi, yaitu proses pembentukan pembuluh darah baru, merupakan hal

yang penting sekali dalam langkah-langkah penyembuhan luka. Jaringan di mana

pembentukan pembuluh darah baru terjadi, biasanya terlihat berwarna merah

(eritem) karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu. Selama angiogenesis,

sel endotel memproduksi dan mengeluarkan sitokin. Fibroblas dan re-epitelisasi

memiliki peran yang sangat penting dalam fase proliferasi ini, (Qanun Medika

Vol. 3, 2019).

Pengukuran diameter luka dilakukan setiap hari untuk menghitung

persentase penyembuhan luka. Persentase penyembuhan luka yang diamati adalah

pengukuran luas luka awal dengan pengukuran luas luka akhir pada hari ke-20,

persentase yang tinggi ditandai dengan semakin mengecilnya ukuran luka maka

penyembuhan luka semakin membaik. Pada penelitian ini Luka mulai mengecil

pada hari ke-5 karena telah mengalami reaksi homeostatis, dimana trombosit yang

keluar dari pembuluh darah dan saling melekat disertai terbentuknya keropeng,

pada hari ke-9 sampai pada hari ke-12 terjadi pengelupasan keropeng dan sampai

pada hari ke-20 menunjukkan bekas luka pada punggung tikus. Ini menunjukkan

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

45

bahwa sediaan tersebut memiliki efek yang lebih baik pada fase proliferasi

menuju fase remmodeling dibandingkan pada fase inflamasi.

Hasil persentase penyembuhan luka kelompok perlakuan yang dioleskan

dengan sediaan salep T® dan salep fraksi etil asetat konsentrasi 10% menunjukkan

persentasi penyembuhan luka paling baik. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran

diameter luka selama 20 hari menunjukkan luas luka yang semakin mengecil.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Persentase Penyembuhan Luka

Kelompok Hewan

Percobaan

% Penyembuhan

Luka hari ke 20

Rata–rata ±

SD

Kontrol (Basis

Salep)

1 71,19 74,46±7,01

2 77,31

3 75,02

4 79,93

5 68,85

Konsentrasi 5 % 1 91,91 89,11±4,07

2 86,81

3 94,33

4 88,45

5 84,07

Konsentrasi 10 % 1 89,97 90,21±4,91

2 96,38

3 86,16

4 84,77

5 93,75

Pembanding (Salep

T)

1 82,49 91,04±5,72

2 94,33

3 87,89

4 96,20

5 94,33

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

46

Gambar 9. Diameter Persentase penyembuhan luka hari ke-20

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji oneway anova didapatkan

nilai signifikan sebesar 0,002 (p<0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dan dilanjutkan dengan uji

Duncan terlihat kelompok konsentrasi 10% , kelompok pembanding dan

kelompok konsentrasi 5% tidak berbeda nyata dan berbeda nyata dengan

kelompok kontrol (Lampiran 8).

Parameter selanjutnya adalah waktu epitelisasi artinya waktu yang dicatat

dari hari pertama pengelupasan keropeng, proses epitelisasi terjadi pada 24 jam

pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka. Semakin

cepat waktu epitelisasi maka proses penyembuhan luka juga akan semakin cepat.

Dari hasil pengukuran waktu epitelisasi terlihat bahwa kelompok pembanding

salep T® dan salep fraksi etil asetat konsentrasi 10% waktu epitelisasi lebih cepat

dibanding kelompok sediaan salep konsentrasi 5% dan kelompok kontrol.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kontrol Konsentrasi5%

Konsentrasi10%

Pembanding

Per

sen

tase

Kelompok

Rata-rata persentase luas penyembuhan luka hari ke-20

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

47

0

2

4

6

8

10

12

Wak

tu E

pit

elis

asi

Kelompok

rata-rata waktu epitelisasi

rata-rata waktu epitelisasi

Tabel 5. Hasil Waktu Epitelisasi

Kelompok Hewan

Percobaan

Waktu Epitelisasi

(Hari)

Rata–rata

(Hari) ± SD

Kontrol (Basis

Salep)

1 11 11 hari

±0,84 2 12

3 11

4 10

5 10

Konsentrasi 5 % 1 10 10 hari

±0,89 2 10

3 9

4 10

5 8

Konsentrasi 10 % 1 8 9 hari ±0,89

2 8

3 8

4 10

5 8

Pembanding (Salep

T)

1 10 9 hari ±1,00

2 10

3 9

4 8

5 8

Gambar 10. Diagram Hasil Waktu Epitelisasi

Berdasarkan hasil analisis statistik oneway ANOVA nilai signifikan yang

didapat adalah 0,005 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Hasil uji lanjut Duncan kelompok

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

48

konsentrasi 10%, pembanding dan kelompok konsentrasi 5% tidak berbeda nyata

dan berbeda nyata dengan kelompok basis salep.

Parameter berikutnya adalah pemeriksaan serabut kolagen, jumlah sel

fibroblast dan reepitelisasi yang dapat dilihat melalui uji histopatologi jaringan

kulit tikus setelah pemberian sediaan selama 20 hari. Jaringan kulit tikus difiksasi

dengan formalin 10% dengan tujuan agar stuktur dari jaringan kulit tidak berubah

dan untuk mengawetkan jaringan kulit.

Beberapa tahap pada pengolahan jaringan kulit untuk preparat histologi

yaitu tahap fiksasi bertujuan agar jaringan tidak berubah struktur ataupun

bentuknya setelah pengambilan, tahap kedua adalah tahap dehidrasi bertujuan

untuk menghilangkan air dari jaringan, tahap ketiga adalah tahap penjernihan

bertujuan untuk membersihkan jaringan sampai transparan, tahap keempat adalah

tahap parafinasi atau embedding merupakan langkah awal sebelum pemotongan

jaringan dimana jaringan ditanam ke dalam parafin hingga mengeras dengan

tujuan untuk membuat blok parafin (lekatan) sebagai pelapis agar tidak rusak

pada saat dipotong sehingga memudahkan proses penyayatan dengan bantuan

mikrotom dengan ketebalan 4 µm untuk pemeriksaan mikroskopis. Sediaan

tersebut diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Hal ini penting dalam

pengamatan histologi jaringan kulit pada pemeriksaan serabut kolagen, jumlah sel

fibroblast dan reepitelisasi.

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

49

00,5

11,5

22,5

33,5

Kontrol Konsentrasi5%

Konsentrasi10%

Pembanding

Sko

r

Kelompok

Histopatologi Jaringan Kulit

Serabut kolagen

Sel fibroblast

Re-epitelisasi

Tabel 6. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kulit pada Luka Eksisi

No Sediaan Serabut

Kolagen

Sel

Fibroblast

Re-

epitelisasi

1. Basis Salep (Kontrol) 2 2 2

2. Konsentrasi 5% 3 3 3

3. Konsentrasi 10% 3 3 3

4. SalepT®

(Pembanding) 3 3 3

Gambar 11. Diagram pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kulit

Jaringan granulasi dermis terdiri dari jaringan ikat mengandung matriks

kolagen, sel fibroblast, sel radang dan pembuluh darah. Suatu luka dikatakan

sembuh jika terjadi proses re-epitelisasi sempurna, yaitu proses pembentukan

jaringan epitel hingga menutupi seluruh permukaan luka. Epidermis adalah

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

50

stratifikasi epitel yang tersusun dari beberapa lapisan keratinosit, yang

memberikan barrier antara lingkungan dan organisme, sehingga melindunginya

dari agen dan patogen eksternal, dan membatasi hilangnya cairan. Tampak adanya

perbaikan terhadap epitelisasi yang lebih baik pada perlakuan salep fraksi etil

asetat daun meniran dosis 10% dibanding dengan basis salep yang ditandai

dengan epitelisasi yang lebih baik dan jaringan ikat yang lebih padat dibanding

dengan kontrol basis salep. pada basis salep menunjukkan re-epitelisasi

incomplete ditandai dengan lapisan epidermis yang sudah terbentuk tetapi masih

ada penebalan, sedangkan pada salep fraksi etil asetat daun meniran 5% hampir

menunjukkan re-epitelisasi yang complete dimana lapisan epidermis sudah

terbentuk secara sempurna dan tidak ditemukan penebalan pada lapisan epidermis

hal ini juga dapat dilihat pada sediaan dengan salep fraksi etil asetat daun meniran

10% dan sediaan pembanding salep T®

yang sudah terbentuk sempurna atau

complete. Pewarnaan yang digunakan adalah hematoksisilin eosin dengan

perbesaran objektif 10x.

Pada pemeriksaan jumlah sel fibroblast, Fibroblas memiliki peran yang

sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Fibroblas memproduksi matriks

ekstraselular yang akan mengisi kavitas luka dan menyediakan landasan untuk

migrasi keratinosit. Matriks ekstraselular inilah yang menjadi komponen yang

paling nampak pada skar di kulit. Tampak proporsi sel fibroblast yang lebih

banyak pada perlakuan dengan salep fraksi etil asetat daun meniran konsentrasi

10%, salep pembanding dan salep konsentrasi 5% menunjukkan jumlah sel

fibroblast >50 sel dan pada basis salep (kontrol) jumlah sel fibroblast 10-15 sel,

hal ini menunjukkan pada pembesaran objektif 40x terlihat bahwa pada perlakuan

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

51

konsentrasi 10% terdapat peningkatan proliferasi fibroblast yang sudah setara

dengan salep pembanding.

Pada pemeriksaan serabut kolagen, Kolagen merupakan protein utama dari

matriks esktraseluler yang terdapat pada kulit yang terbentuk dari asam amino

dengan struktur triple helix yang disebut kolagen monomer. Kolagen berperan

sebagai struktur dasar pembentuk jaringan, dapat ditemukan pada semua jaringan

ikat longgar, tendon, tulang, ligamen dan struktur penting untuk mempertahankan

integritas organ dalam. Kolagen pada kulit dapat ditemukan pada lapisan retikuler

dan papiler, lapisan tipis serat kolagen juga mengelilingi pembuluh darah pada

dermis. Jika jaringan kulit mengalami trauma dan terjadi luka, maka kolagen

normal akan digantikan oleh parut kolagen dimana tensile strength nya hanya

maksimal 80% dari tensile strength kolagen normal. Kepadatan kolagen yang

lebih tinggi tampak pada pemberian salep fraksi etil asetat daun meniran

konsentrasi 10% yang hampir setara dengan salep T® pembanding ditandai

dengan serabut kolagen menyebar sedang atau tampak penyatuan. Sedangkan

pada basis salep (kontrol) serabut kolagen menyebar tipis atau sedikit. Pada

pemeriksaan kepadatan kolagen dan sel fibroblast digunakan pewarnaan

hematoksilin eosin dengan pembesaran objektif 40x.

Berdasarkan uraian diatas terlihat adanya pengaruh pemberian salep fraksi

etil asetat daun meniran terhadap penyembuhan luka dimana terdapat perbedaan

yang signifikan dari setiap kelompok perlakuan, kemudian dilihat dari

pemeriksaan gambaran histopatologinya salep fraksi etil asetat daun meniran

konsentrasi 10% memberikan hasil paling baik dan hampir sama dengan salep

pembanding. Dari semua parameter penyembuhan luka tersebut diperoleh hasil

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

52

yang sama antara lain persentase penyembuhan luka yang semakin besar, waktu

epitelisasi lebih cepat, re-epitelisasi lapisan epidermis terbentuk sempurna, sel

fibroblast semakin banyak dan kepadatan kolagen lebih tinggi.

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Fraksi Etil Asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat memberikan

pengaruh pada proses penyembuhan luka, waktu epitelisasi, serta serabut

kolagen, jumlah sel fibroblast dan re-epitelisasi pada histopatologi jaringan

kulit hewan uji.

2. Variasi konsentrasi fraksi etil asetat daun meniran (Phyllanthus niruri L.)

yaitu 5% dan 10% dapat memberikan pengaruh terhadap penyembuhan

luka, dimana konsentrasi 10% memiliki efek atau pengaruh yang lebih

baik dari semua kelompok sediaan uji yang terlihat pada persentase luas

penyembuhan luka, waktu epitelisasi serta serabut kolagen, jumlah sel

fibroblast dan re-epitelisasi pada histopatologi jaringan kulit hewan uji.

5.2 Saran

Penelitian gambaran histopatologi ini menggunakan pewarnaan

hematoksilin eosin, dimana memiliki keterbatasan pada metoda yang

digunakan yaitu metoda skor. Disarankan untuk melanjutkan penelitian

dengan menggunakan teknik pewarnaan yang spesifik guna menilai deposisi

kolagen seperti metoda sirius red, serta penilaian sel fibroblast dengan metoda

immunohistokimia.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melanjutkan pengujian

sediaan salep subfraksi etil asetat daun meniran untuk mendapatkan hasil

penyembuhan luka yang lebih baik..

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

54

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat AS. 2014. Luka, Peradangan dan Pemulihan. Jurnal Entropi. 9(1):

729-738

Abi 2017.http://alamipedia.com/anatomi-dan-fisiologi-kulit-dari-skripsi/. Diakses

10 oktober 2019.

Aldi, Y., Mahyudin, Dian Handayani. 2013. Uji Aktivitas Beberapa Subfraksi Etil

Asetat Dari Herba Meniran (Phyllantus niruri Linn.)Terhadap Reaksi

Hipersensitivitas Kutan Aktif. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 18(1),

9-16.

Amaliya, S., Bambang Soemantri. Yulian Wiji Utami. 2013. Efek Ekstrak Daun

Pegagan (Centella asiatica) Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka

Terkontaminasi Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar.

Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1), 19-25.

Arbain, D., Amri Bakhtiar, Deddi Prima Putra dan Nurainas. 2014. Tumbuhan

Obat Sumatera. Kampus Unand Limau Manis Padang: UPT Sumber Daya

Hayati Sumatera Universitas Andalas.

Arief, H. 2011. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya

Arifin, B., dan Sanusi Ibrahim. 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan

Flavonoid. Jurnal Zarah, 6(1), 21-29.

Aspan, R. 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Monografi

Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (volume 2). Jakarta: Badan POM

Bagalkotkar G, Sagineedu SR, Saad MS, Stanslas J. Phytochemicals from

Phyllanthus niruri Linn. and their pharmacological properties: a review.

The Journal of Pharmacy and Pharmacology 2006;58: 1559-70

Baririet, B.D. 2011. Konsep luka. www.s1-keperawatan.umm.ac.id (pdf); Diakses

tanggal 6 Maret 2016

Burkit, H.G., Healt, J.W dan Young, B.1995. Histologi Fungsional. Edisi 3.

Penerjemah: Tambayong, J. Judul buku asli: Fungsional Histology.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG

Cahaya, Herson Himawan, Pramono, Dwi Ayu Resti. 2017. Uji Farmakologis

Ekstrak Kental Daun Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Untuk Membantu

Penyembuhan Luka Sayat Pada Tikus Putih Jantan. Jurnal Farmamedika,

2(1), 25-31.

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

55

Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV..

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesi

Departemen Kesehatan RI, 2009. Farmakope herbal indonesia. Edisi I. Jakarta

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,

1997.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,

1995

Gunawan, D & S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Gusriyani Sri. 2019. pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun meniran

terhadap proses penyembuhan luka terhadap luas diameter penyembuhan

luka, waktu epitelisasi, dan kadar hidroksiprolin pada tikus putih jantan.

Skripsi. Padang: Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Imran, Hudiana, Yusuf. 2011. Influence Meniran Leaf Extract (Phyllanthus niruri

Linn) as Antiinflammatory on the White Rat (Rattus norvegicus), which

induced Karagenin 1% . The Journal Faculty of Medicine of Syiah Kuala

University

Karayannopoulou MV, Tsioli P, Loukopoulos T, Anagnostou N, Giannakas I,

Savvas L, Papazoglou E, Kaldrymidou. 2011. Evaluation of the

Effectiveness of an Ointment Based on Alkannins/ Shikonins on Second

Intention Wound Healing in the Dog. The Canadian Journal of Vet. Res.

75: 42-48.

Kartika. R. W. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Jakarta:RS

Gading Pluit. DK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015

Kaur, Navneet, Baljinder Kaur and Geetika Sirhindi. 2017. Phytochemistry and

Pharmacology of Phyllanthus niruri L. Review Phytotherapy Research.

DOI:10.1002.

Lestari, I. A. S., 2015. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Tanaman

Meniran (Phyllanthus niruri L.). Medan: Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

Peckham, M. 2014. At a Glance Histologi. Institute for Molecular and Cellular

Biology Faculty of Biological Science, Leeds, Uk : Penerbit Erlangga

Qanun Medika Vol. 3 No. 1. , Primadina, M., Achmad Basori, David S

Perdanakusuma. 2019. Proses Penyembuhan Luka Ditinjau Dari Aspek

Mekanisme Seluler Dan Molekule. Fakultas Kedokteran Universitas

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

56

Muhammadiyah Surabaya, Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga, Departemen Ilmu Bedah Plastik Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga

Mescher AL. 2013. Junqueira’s Basic Histology: Text & Atlas 13th ed. New

York: Mc Graw Hill.

Mulyati, Endah Sri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Ceremai

(Phyllanthus acidus (L.) Skeels) Terhadap Staphylococcus aureus Dan

Escherechia coli Dan Bioautografinya. Surakarta: Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009..

Nissen N. Perspectives on holism in the contemporary practice of Western herbal

medicine in the UK. Journal of Herbal Medicine 2011;1: 76-82.

Sari, W. N. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.)Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis

Makrofag Peritoneal Mencit Putih Jantan. Skripsi. Padang: Sekolah

Tinggi Farmasi Indonesia.

Setyorini, E.. 2010. Pengaruh Pemberian Salep Fraksi Etil Asetat Rimpang

Kunyit (Curcuma longa Linn.) Terhadap Persembuhan Luka Mencit (Mus

musculus albinus) Hiperglikemik. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Soni H, Singhai AK. A recent update of botanicals for wound healing activity. Int

Res J Pharm. 2012;3:1-6.

Sunarno dan Sutriana, 2012. Peran meniran (Phyllanthus niruri Lin) dalam

mereduksi kerusakan hepar akibat Salmonella.

Wahyuni, S. 2016. Pengaruh Pemberian Salep Fitoplankton Chlorella Vulgaris

Terhadap Penyembuhan Luka Sayat (Incisi) Pada Mencit (Mus Musculus

Albinus). Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar.

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

57

Lampiran 1. Dokumen Penelitian

Gambar 12. Gambar Meniran

1

3

2

Gambar 13. Gambar Seperangkat Alat Rotary Evaporator

Keterangan :

1. Kondensor

2. Labu pelarut

3. Labu rotary

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

58

Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 14. Fraksi Etil Asetat Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Gambar 15. Sediaan Konsentrasi 5% dan 10%

Gambar 16. Sediaan Pembanding (Salep T®)

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

59

Lampiran 2. Identifiikasi Sampel

Gambar 17. Surat Identifikasi Tumbuhan

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

60

Lampiran 3. Ethical Clearance

Gambar 18. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

61

Lampiran 4. Skema Kerja

Gambar 19. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol Kental Daun Meniran

(Phyllanthus niruri L.)

Sampel meniran (Phyllanthus niruri L.)

Serbuk daun meniran

Filtrat 1 Ampas

Gabungan semua filtrat

Ampas

Ekstrak etanol

kental

Dibersihkan dan dirajang halus

sebanyak 3 kg

Dikeringkan dan diserbukkan

Dimaserasi dengan etanol 96%

selama 24 jam

Dimaserasi kembali

dengan etanol 96%

selama 2X24 jam

Lakukan hingga

diperoleh filtrat terakhir

yang sudah berwarna

agak pucat

Rotary Evaporator

Filtrat 2

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

62

Lampiran 4 : (Lanjutan)

Gambar 20. Skema Kerja Pemeriksaan Farmakologi Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Ekstrak etanol kental

Terbentuk 2 lapisan

Fraksi n-heksana Fraksi air

Fraksi etil asetat

Encerkan dengan aquadest (1:5)

Fraksinasi dengan pelarut n-heksana

(2:1) secara berulang hingga

diperoleh fraksi n-heksana yang

tidak berwarna lagi

Pisahkan

Fraksinasi dengan etil

asetat (2:1) secara

berulang, hingga

warnanya pucak/bening

Fraksi air

Uji skrinning fitokimia

Rotary

Evaporator

Uji pendahuluan

Fraksi etil asetat

kental

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

63

Lampiran 4. (Lanjutan)

- Aklimatisasi selama 7 hari

- Penimbangan BB

- Tikus dibagi 4 kelompok

- Dicukur bulu pada punggung

tikus

- Bersihkan dengan kapas

yang diberi alkohol 70 %

- Anastesi dengan kloroform,

lukai dengan diameter ±2,2

cm, kedalaman ±1 mm

Gambar 21. Skema Kerja Pengaruh Pemberian Sediaan Terhadap

Penyembuhan Luka

Tikus Putih Jantan

Kelompok III

(perlakuan)

diberikan salep

fraksi etil asetat

daun meniran

konsentrasi 10%

Kelompok IV

(pembanding)

diberikan

salep T®

Kelompok I

(kontrol)

diberikan

basis salep

vaselin

Kelompok II

(perlakuan)

diberikan salep

fraksi etil asetat

daun meniran

konsentrasi 5%

Pembuatan luka eksisi

Pemberian sediaan pada masing-masing kelompok secara topikal 2 x

pengolesan pada pagi dan sore selama 20 hari pada tikus putih jantan

% penyembuhan luka selama 20 hari.

Waktu epitelisasi.

Pembentukan serabut kolagen dan sel fibroblast

Re-epitelisasi

Analisa Data

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

64

Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 22. Skema Kerja Pembuatan Sediaan Histopatologi

Dekapitasi hewan percobaan

Pengambilan jaringan kulit

Fiksasi dalam formalin 10%

Dehidrasi dalam alkohol bertingkat (dimulai dengan

alkohol 30%, 50%, 70%, 80%,

95%, alkohol absolut)

Clearing (Penjernihan) menggunakan Xylol

Embeding (Pembuatan blok parafin)

Section (Pemotongan blok jaringan

menggunakan mikrotom)

Pewarnaan dengan Hematoxylin-Eosin

Mounting (Penutupan sediaan) dengan

balsam canada dan cover glass

Pengamatan

- serabut kolagen

- jumlah sel fibroblast

- reepitelisasi

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

65

Lampiran 5. Waktu Penyusunan Skripsi

I II III IV

Oktober

November

Desember

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Keterangan :

I = Penulisan Proposal

II = Persiapan Penelitian

III = Melakukan Penelitian

IV = Mengolah Data.

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

66

Lampiran 6. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Organoleptis Hasil Pengamatan

Bentuk Cairan Kental/Setengah Padat

Warna Hijau Kehitaman

Bau Khas

Tabel 8. Hasil Penentuan Rendemen Fraksi Etil asetat Daun Meniran

Berat Ekstrak Etanol

Daun Meniran

Berat Fraksi Etil Asetat

Daun Meniran

% Rendemen

79,4255 gr 19,3993 gr 24,42 %

% Rendemen =

x 100%

=

x 100%

= 24,42 %

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Berat Krus

Kosong (A)

Berat Krus +

Fraksi Sebelum

di Oven (B)

Berat Krus +

Fraksi Setelah di

Oven (C)

% Susut

Pengeringan

42,10 gr 42,8090 gr 42,7087 gr 14,14 %

% Susut pengeringan = ( ) ( )

( ) x 100%

= ( ) ( )

( ) x 100%

= 14,14 %

Page 82: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

67

Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Fraksi Etil

Asetat Daun Meniran

No Kandungan

Kimia

Pereaksi Hasil

Pengamatan

Kesimpulan

1. Flavonoid Lapisan air + Mg dan

HCl (p)

Merah muda +

2. Fenolik Lapisan air + FeCl3 Biru +

3. Saponin Lapisan air dikocok

kuat

Tidak terbetuk

busa

-

4. Terpenoid/Steroid Lapisan kloroform +

norit, as.

Asetatanhidrat,

H2SO4 pekat

Tidak terbentuk

warna

merah/biru

-/-

5. Alkaloid Lapisan kloroform +

kloroform amoniak ,

H2SO4 2N, mayer

Tidak terdapat

kabut/gumpalan

putih

-

Keterangan : + = Terjadi Reaksi

- = Tidak Terjadi Reaksi

Page 83: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

68

Lampiran 7 . Hasil Evaluasi Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Tabel 11. Hasil Pengamatan Secara Organoleptis Salep Fraksi Etil Asetat

Daun Meniran

Organoleptis Konsentrasi 5 % Konsentrasi 10 %

Bentuk Setengah padat Setengah padat

Warna Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman

Bau Khas Khas

Tabel 12. Hasil Pengamatan Homogenitas Salep Fraksi Etil Asetat Daun

Meniran

Konsentrasi Homogenitas

5 % Homogen

10 % Homogen

Tabel 13. Hasil Pengamatan pH Salep Fraksi Etil Asetat Daun Meniran

Konsentrasi pH Salep

5 % 5,77

10 % 6,07

Page 84: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

69

Lampiran 8 . Persentase Penyembuhan Luka

Contoh perhitungan persentase penyembuhan luka hari ke 20 :

% Penyembuhan Luka = ( )

x 100%

- Diameter luka awal = 2,05 cm

- Diameter luka hari ke 20 = 1,1 cm

- Jari-jari (r) awal

(r) =

(r) =

= 1,025 cm

- Jari-jari (r) akhir

(r) =

(r) =

= 0,55 cm

- π = 3,14

Luas luka awal :

L = π x r2

L = 3,14 x (1,025)

2

L = 3,30 cm

Luas luka akhir

L = π x r2

L = 3,14 x (0,55)

2

L = 0,95 cm

% Penyembuhan Luka

% Penyembuhan Luka = ( )

x 100%

=

x 100 %

= 71,19 %

Page 85: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

70

Lampiran 8 (lanjutan)

Tabel 14. Hasil Perhitungan Persentase Luas Penyembuhan Luka Analisa

Varian (ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00

N Mean Std. Deviation

kontrol basis

salep 5 76,2600 7,01110

konsentrasi 5% 5 89,1140 4,06865

konsentrasi 10% 5 90,2060 4,91564

pembanding

salep T 5 91,0480 5,72928

Total 20 86,6570 8,01592

Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,755 3 16 ,536

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 730,054 3 243,351 7,933 ,002

Within Groups 490,790 16 30,674

Total 1220,844 19

Page 86: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

71

Lampiran 8 (lanjutan)

Tabel 15. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Penyembuhan Luka

Duncana

kelompok N

Subset for alpha =

0.05

1 2

kontrol basis salep 5 76,2600

konsentrasi 5% 5 89,1140

konsentrasi 10% 5 90,2060

pembanding salep

T 5 91,0480

Sig. 1,000 ,609

Page 87: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

72

Lampiran 9. Waktu Epitelisasi

Gambar 23. Waktu Epitelisasi Kelompok kontrol (Basis Salep)

Gambar 24. Waktu Epitelisasi Kelompok Konsentrasi 5%

Luka Setelah Terbentuk

Epitel Baru (Hari ke 11)

Luka Awal

Luka Setelah Terbentuk

Epitel Baru (Hari ke 10)

Luka Awal

Page 88: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

73

Lampiran 9 (lanjutan)

Gambar 25. Waktu Epitelisasi Kelompok Perlakuan konsentrasi 10%

Gambar 26. Waktu Epitelisasi Kelompok Pembanding salep T

Luka Setelah Terbentuk

Epitel Baru (Hari ke 9)

Luka Awal

Luka Setelah Terbentuk

Epitel Baru (Hari ke 9)

Luka Awal

Page 89: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

74

Lampiran 9 (lanjutan)

Tabel 16. Hasil Perhitungan Stastistik Waktu Epitelisasi Analisa Varian

(ANOVA) Satu Arah dengan SPSS 23.00

Kelompok N Mean

Std.

Deviation

kontrol 5 10,80 ,837

konsentrasi

5% 5 9,40 ,894

konsentrasi

10% 5 8,40 ,894

pembanding 5 9,00 1,000

Total 20 9,40 1,231

Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,142 3 16 ,933

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 15,600 3 5,200 6,303 ,005

Within Groups 13,200 16 ,825

Total 28,800 19

Page 90: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

75

Lampiran 9 (lanjutan)

Tabel 18. Hasil Uji Lanjut Duncan Waktu Epitelisasi

Duncana

kelompok N

Subset for alpha =

0.05

1 2

konsentrasi

10% 5 8,40

pembanding 5 9,00

konsentrasi 5% 5 9,40

kontrol 5 10,80

Sig. ,117 1,000

Page 91: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

76

Lampiran 10. Histopatologi Jaringan Kulit Re-epitelisasi

Gambar 27. Histopatogi Jaringan Kulit Luka Dengan Pembesaran 10x

Keterangan :

E = Jaringan granulasi

D = Epitel permukaan epidermis

Tampak adanya perbaikan terhadap epitelisasi yang lebih baik pada pembanding

salep T, perlakuan fraksi etil asetat daun meniran konsentrasi 10% , dan

konsentrasi 5% dibanding dengan kontrol basis salep, ditandai epitelisasi yang

lebih baik dan jaringan ikat yang lebih padat dibanding basis salep.

Kontrol (basis salep)

E

D

a

E

D

b

Konsentrasi 5%

E

D

c

Konsentrasi 10%

E

D

Pembanding (salep T)

Page 92: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

77

Lampiran 11. Histopatologi Jaringan Kulit Penilaian Kepadatan Kolagen

dan Sel Fibroblast

(a) Hematoksilin eosin objektif 10x (b) Hematoksilin eosin objektif 40x

Gambar 28. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Kelompok Kontrol

(basis salep)

(a) Hematoksilin eosin objektif 10x (b) Hematoksilin eosin objektif 40x

Gambar 29. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Konsentrasi 5%

f

b

g

Page 93: PENGARUH PEMBERIAN SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN …

78

Lampiran 11. (lanjutan)

(a) Hematoksilin eosin objektif 10x (b) Hematoksilin eosin objektif 40x

Gambar 30. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Konsentrasi 10%

(a) Hematoksilin eosin objektif 10x (b) Hematoksilin eosin objektif 40x

Gambar 31. Kepadatan Kolagen dan Sel Fibroblast Pembanding (Salep T®)

Keterangan:

Panah = sel fibroblast ,

Mata panah = matriks kolagen

Pada kelompok kontrol basis salep terdapat peningkatan jumlah kolagen, namun

kepadatan kolagen dan fibroblast sebagaian besar masih rendah. pemberian salep

fraksi etil asetat meniran memperlihatkan kepadatan kolagen dan fibroblast yang

lebih tinggi, kepadatan yang lebih tinggi ditemukan pada konsentrasi 10% dan

mendekati kepadatan kolagen dan sel fibroblast pada pemberian pembanding

salep T.

c

h

d i