PENGARUH ONLINE VIDEO REVIEW TERHADAP MINAT BELI ...repository.ub.ac.id/8759/1/Rachmaningrum, Ayu...
Transcript of PENGARUH ONLINE VIDEO REVIEW TERHADAP MINAT BELI ...repository.ub.ac.id/8759/1/Rachmaningrum, Ayu...
PENGARUH ONLINE VIDEO REVIEW TERHADAP MINAT BELI
SUBSCRIBER ABEL CANTIKA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dengan Minat Utama Public Relations
Oleh:
AYU PUTRI RACHMANINGRUM
135120207111031
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
LEMBAR DAFTAR PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji pada tanggal 20 Desember 2017 dengan daftar
penguji sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN PENGUJI
1 Nufian S. Febriani, S.I.Kom., M.I.Kom Ketua Majelis Sidang
2 Bayu Indra Pratama, S.I.Kom., M.A Anggota Sidang Majelis Penguji I
3 Nia Ashton Destrity, S.I.Kom., M.A Anggota Sidang Majelis Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Ayu Putri R Public Relations Student of Brawijaya University
Phone: +62 878 5973 8179 | Email: [email protected] | Line : ayusuhardjo Address: Jl. Mawar Merah 1 Ujung no.6 09/01 Pondok Kopi, Jakarta 13460
September 3rd 1995 | Female | Islam
Kindergarten TK Citra
Indonesia DKI Jakarta 1999-2001
Elementary
School SDS Islam
Al-Azhar 19 DKI Jakarta 2001-2007
Junior High
School SMPN 109
DKI Jakarta 2007-2010
Senior High
School SMAN 71
DKI Jakarta 2010-2013
College
Brawijaya University, Communication Science Program of Social and Political Science Fac.,
Minoring in Public Relations Malang
2013-2017
Internship at TICL Digital Agency � Junior Account Executive � Jakarta � 2016 Jakarta Fashion Week � Fashionlink Officer � Jakarta � 2016
Indonesian Future Leader � Account Executive � Malang � 2016 Elysium Event Organizer � Media Planner � Malang � 2016
Carita Creative Organizer � Treasurer � Malang � 2016 Ngalam Youthphoria � Sponsorship � Malang � 2016
Close the Gap � Business & Fund Dept. � Malang � 2016 Brawijaya Fashion Week � Talent � Malang � 2016
Communication in Action Vol. XI � Event Manager � Malang � 2015 Brawijaya Fashion Week � Talent � Malang � 2015
HORE Futsal Competition � Liaison Officer � Malang � 2014 Sevone Cup � Crew � Jakarta � 2012
Back to Nineties � Crew � Jakarta � 2012
Language
Bahasa Indonesia English Japanese Deutschland
Technical
MS. Office Prezi Adobe Photoshop
Personal
Public Speaking Numeric Modeling Designing
Education
Experience
Key Skills
CURRICULUM VITAE
AYU PUTRI R Communication Science of Brawijaya University Jl. Mawar Merah 1 Ujung no.6 09/01 Pondok Kopi-Duren Sawit Jakarta Timur 13460 + 62 878 5973 8179 | ayusuhardjo [email protected]
PERSONAL INFORMATION Name : Ayu Putri Rachmaningrum P/DOB : Jakarta September 3rd 1995 Sex : Female Religion : Islam Social Media : aysputri aysputri_ ayuputri39 Ayu Putri Rachmaningrum ayusuhardjo
BACKGROUND EDUCATION • Formal Education
Communication Science 2013 – 2017 Brawijaya University, Malang SMA Negeri 71, Jakarta 2010 – 2013 SMP Negeri 109, Jakarta 2007 – 2010 SDS Islam Al-Azhar 19, Jakarta 2001 – 2007 TK Citra Indonesia, Jakarta 1999 – 2001
• Non-Formal Education
Wall Street English Institute, Jakarta 2010 – 2012 LBPP LIA English Course, Jakarta 2008 – 2009 ILP English Course, Jakarta 2007 – 2008 Tirta Mas Swimming Course, Jakarta 2005 – 2006 CEL English Course, Jakarta 2003 – 2006 Abacus Arithmetic, Jakarta 2002 – 2005
EXPERIENCES • Work Experience
Internship at TICL Digital Agency, Jakarta Junior Account Executive 2016
• Organization Experience
Indonesian Future Leader, Malang Account Executive 2016 – 2017 Elysium Event Organizer, Malang Media Planner 2016 – 2017 Carita Creative Organizer, Malang Treasurer 2016 – 2017
• Committee Experience
Jakarta Fashion Week, Jakarta Fashionlink Officer 2016 Ngalam Youthphoria, Malang Sponsorship 2016
Close The Gap, Malang Business & Fund Dept. 2016 Creative Preneur Seminar, Malang LO Photo Contest 2016 Realize Charity, Malang Registration 2016 Brawijaya Fashion Week, Malang Talent 2016 Communication in Action Vol. XI, Malang Event Manager 2015 Time Machine, Malang Creative Director 2015 Brawijaya Fashion Week, Malang Talent 2015 HORE Futsal Competition, Malang Liaison Officer 2014 Sevone Cup, Jakarta Crew 2012 Back To Nineties, Jakarta Crew 2012
• Training Experience
Beauty Treasure, Malang Participant 2016 Basic Communication Skill, Malang Participant 2015 Media Role in Indonesia Seminar, Malang Participant 2015 Coaching Clinic Seminar at Kellner National Participant 2014 Film Festival, Malang Public Speaking Seminar, Malang Participant 2014 Communication in Action Vol. IX, Malang Participant 2013 Journalism Seminar, Malang Participant 2013 China Summer Camp, China Participant 2012 Immertion Program by Stamford College, Participant 2011 Singapore – Malaysia ESQ Leadership Training, Jakarta Participant 2011
PERSONAL SKILL AND COMPETENCES Personalities
Creativity Very Good Socializing Very Good Communication Very Good Team Player Very Good
Mother Tongue Bahasa Indonesia
Other Languages English Japanese Deutschland Reading Skills High Low Low Writing Skills High Moderate Low Verbal Skills High Moderate Low
Technical Skill MS. Office High Prezi High Adobe Photoshop Moderate
Artistic Skill Dancing High Singing Moderate Designing Moderate
Other Skill Public Speaking High Numeric High Modeling High
PERNYATAAN ORISINALITAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini mulai dari tahap persiapan hingga hasil akhir
dengan baik. Adapun skripsi ini merupakan tahapan akhir yang harus ditempuh penulis
untuk menyelesaikan program strata 1 pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
Melalui skripsi dengan judul penelitian “Pengaruh Online Video Review
Terhadap Minat Beli Subscriber Abel Cantika” ini, penulis membuktikan serta
menjelaskan pengaruh argument quality, argument quantity, credibility, attractiveness,
dan power terhadap purchase intention para penonton.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak-pihak tersebut. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu menuntun dan memberi akal pikiran untuk menulis
skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. Orang tua penulis Bapak Sumanto, S.H., M.H. dan Ibu Hj. Nurlaily
Listinawati, S.H. serta kedua adik penulis, Dyah Putri Setyaningrum dan
Bintang Aji Prakoso yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan
serta semangat kepada penulis.
3. Ibu Nufian Susanti Febriani, S.I.Kom., M.I.Kom., selaku dosen
pembimbing yang seperti ibu peri dan dengan sabar memberikan arahan
kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih, Bu. Semoga
Allah membalas kebaikanmu.
4. Ibu Nia Ashton Destrity, S.I.Kom., MA., selaku dosen penguji seminar
proposal yang juga membimbing penulis dalam penyusunan skripsi. Terima
kasih, Bu. Semoga Allah membalas kebaikanmu
5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat selama masa kuliah.
6. Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi FISIP UB angkatan 2013
yang senantiasa mendukung dan menjadi motivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi. See you on top, guys!
7. Richard Yuno Valerian Kawuwung, Gusti Bagus Faturahman, Zulrahman
Akbar, Alfarisi Muhammad, Fathiya Fadila, dan Alya Salsabila selaku
teman-teman penulis yang selalu membantu, mendoakan, dan memberi
semangat kepada penulis. Thank you for the remarkable friendship, guys!
8. Keluarga Mas Asih, keluarga IFL khususnya Citra Maharani yang sudah
banyak membantu peneliti dalam menulis skripsi dan Dinasti Tiongkok
serta Congfang yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu-per-satu.
Terima kasih selalu memberikan semangat dan dorongan dan kadang
kemunduran dalam mengerjakan skripsi ini. Kalian sungguh aneh tapi
mengagumkan!
9. Teman-teman KADIT dan ANSOS, Randy, Luthfi, Ramzi, Singgih, Eki,
Fajar, Rafi, Della, Acil, Vadilla, Kinanti, Marissa, dan Sabita selaku teman-
teman penulis di Jurusan Ilmu Komunikasi yang selalu membantu,
mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis. Thank you for the
glorious technicolour friendship, guys! :)
10. Sahabat-sahabat penulis sejak SMP dan SMA, Raka, Ryan, Sesa, Selly,
Kiky, Wete, dan Dinnar yang selalu mendoakan dan memberi semangat
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini karena mostly kalian
sudah lulus.
11. Mas Bubuna aka Tri Kharisma Aldityo Hamra selaku sahabat, teman,
partner, dan pasangan yang paling tabah menghadapi emosi dan keinginan
penulis selama mengerjakan skripsi, membantu penulis mengajarkan hal-
hal yang penulis bingung selama skripsi ini dikerjakan, serta selalu
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. H8BA!
12. Seluruh responden penelitian yakni subscriber Abel Cantika. Terima kasih!
Penulis juga menyadari dalam skripsi ini masih banyak hal yang perlu
dikembangkan dan diperbaiki. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi maupun karya tulis
lain di kemudian hari.
Malang, Desember 2017
Penulis
ABSTRAK
Ayu Putri Rachmaningrum, 2017, Pengaruh Online Video Review Terhadap
Minat Beli Subscriber Abel Cantika. Pembimbing: Nufian Susanti Febriani,
S.I.Kom., M.I.Kom.
Elaboration Likelihood Model adalah salah satu dari model dalam tradisi
sosiopsikologis yang berusaha menjelaskan berbagai perbedaan individu dalam
memproses suatu informasi. Teori ini mengatur proses-proses persuasi melalui dua rute
yakni rute sentral dan rute periferal (Petty, Barden, & Wheeler, 2009). Online video
review adalah hasil evaluasi yang telah dilakukan dan dirasakan oleh seseorang yang
disampaikan dalam bentuk gambar dan suara dengan bentuk online.
Penelitian ini menggunakan Elaboration Likelihood Model untuk menjelaskan
pengaruh kualitas argumen, kuantitas argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan
pada komunikator online video review yaitu Abel Cantika terhadap minat pembelian
penonton atau subscriber-nya. Peneitian ini menggunakan metode kuantitatif dari
paradigma positivistik. Jenis penelitian ini adalah eksplanatori dengan teknik
pengumpulan data survei. Sampel sebanyak 100 orang diambil dari penonton atau
subscriber Abel Cantika. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linear berganda yang berfungsi untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Hasil analisis mendapatkan bahwa kelima faktor kualitas argumen, kuantitas
argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap minat pembelian. Pengujian hipotesis menggunakan uji t
menunjukkan bahwa lima variabel independen yang diteliti terbukti secara signifikan
memengaruhi variabel dependen minat pembelian. Kemudian melalui uji F dapat
diketahui bahwa variabel kualitas argumen, kuantitas argumen, kredibilitas, daya tarik,
dan kekuatan berpengaruh signifikan secara bersamaan dalam minat pembelian. Angka
Adjusted R Square sebesar 0.559 menunjukan bahwa 55,9% minat pembelian
dipengaruhi oleh kelima variabel independen yang digunakan dalam persamaan
regresi. Sedangkan sisanya 44,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar kelima variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata kunci: Elaboration Likelihood Model, Online Video Review, Kualitas Argumen,
Kuantitas Argumen, Kredibilitas, Daya Tarik, Kekuatan, Minat Pembelian
ABSTRACT
Ayu Putri Rachmaningrum, 2017, The Effect of Online Video Review to
Subscriber Purchase Intention of Abel Cantika. Advisor: Nufian Susanti
Febriani, S.I.Kom., M.I.Kom.
Elaboration Likelihood Model is one of the model in sosiopsychology tradition
which try to explain individual differences in processing informations. This theory sets
persuasion process via two routes, central route and peripheral route (Petty, Barden, &
Wheeler, 2009). Online video review is a result that has been done and felt by someone
who delivered in the pictures and sound with the form as online.
This research uses Elaboration Likelihood Model to explain the effect of
argument quality, argument quantity, credibility, attractiveness, and power on online
review communicator such as Abel Cantika toward viewer or subscriber purchase
intention. This research uses quantitative method from positivist paradigm. This is an
explanatory research using survey method to collect data. Total of 100 participants is
Abel Cantika’s viewer or subscriber. Data analysis techniques used were linear
regression analysis that serves to prove the research hypothesis.
Results of the analysis found that five factors, argument quality, argument
quantity, credibility, attractiveness, and power has a positive and significant influence
on purchase intention. Hypothesis testing using t test showed that five independent
variables found to significantly affect purchase intention as dependent variables. Then
through the F test showed that the variable argument quality, argument quantity,
credibility, attractiveness, and power has a significant jointly in purchase intention.
Figures adjusted R square of 0.559 indicates that 55.9 percent of the variations of
customer loyalty can be explained by five independent variables used in the regression
equation. While the rest of 44.1 percent is explained by another variables used within
this research.
Keywords: Elaboration Likelihood Model, Online Video Review, Argument Quality,
Argument Quantity, Credibility, Attractiveness, Power, Purchase Intention
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 The Elaboration Likelihood Model ………………………………… 13
Gambar 2. 2 Desain Penelitian …………………………………………………… 29
Gambar 4. 1 Halaman Depan Akun YouTube Abel Cantika …………………….. 56
Gambar 4. 2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……………… 57
Gambar 4. 3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……. 58
Gambar 4. 4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ………….. 59
Gambar 4. 5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ………… 60
Gambar 4. 6 Grafik P-Plot Uji Normalitas ……………………………………….. 81
Gambar 4. 7 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ………………………….. 83
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………………….... i
LEMBAR DAFTAR PENGUJI SKRIPSI ………………………………………. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN SKRIPSI …………………………. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………………………….. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………. v
ABSTRACT ……………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..... x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. xiv
BAB I ……………………………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 8
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 8
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………...…. 8
1.4.1 Manfaat Teoritis …………………………………………………... 9
1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………………… 9
BAB II …………………………………………………………………………. 10
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 10
2.1 Elaboration Likelihood Model ……………………………………… 10
2.1.1 Rute Sentral ……………………………………………………. 13
2.1.2 Rute Periferal ………………………………………………….. 17
2.2 Minat Beli dalam Perilaku Konsumen ……………………………... 22
2.3 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 26
2.4 Desain Penelitian ………………………………………………….... 29
2.5 Hipotesis ……………………………………………………………. 30
BAB III ………………………………………………………………………... 32
METODE PENELITIAN ……………………………………………………... 32
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………... 32
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………... 33
3.3 Variabel Penelitian …………………………………………………. 34
3.3.1 Definisi Konseptual …………………………………………… 35
3.3.2 Definisi Operasional …………………………………………... 37
3.4 Skala Pengukuran …………………………………………………... 40
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………...... 43
3.5.1 Populasi Penelitian …………………………………………….. 43
3.5.2 Sampel Penelitian ……………………………………………… 44
3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………………... 45
3.7 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 46
3.7.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………….. 46
3.7.2 Sumber Data …………………………………………………... 46
3.8 Uji Instrumen ………………………………………………………. 46
3.8.1 Uji Validitas …………………………………………………... 47
3.8.2 Uji Reliabilitas ………………………………………………... 48
3.9 Uji Asumsi Klasik …………………………………………………. 48
3.9.1 Uji Normalitas ………………………………………………… 49
3.9.2 Uji Heterokedastisitas ……………………………………….... 49
3.9.3 Uji Multikolinearitas ………………………………………...... 49
3.10 Teknik Analisis Data ………………………………………………. 50
3.10.1 Analisis Regresi Linear Berganda ……………………………. 51
3.10.2 Koefisien Determinasi (R2) …………………………………… 52
3.11 Pengujian Hipotesis ………………………………………………... 53
3.11.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t) ………………………………. 53
3.11.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F) …………………………… 54
BAB IV ……………………………………………………………………….. 55
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………………. 55
4.1 Gambaran Umum Penelitian ………………………………………. 55
4.2 Penyajian Data Karakteristik Responden ………………………….. 56
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………………….. 57
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 58
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ……………… 59
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan …………….. 60
4.3 Hasil Uji Instrumen ………………………………………………... 61
4.3.1 Uji Validitas …………………………………………………... 61
4.3.2 Uji Reliabilitas ………………………………………………... 62
4.4 Analisis Statistik Deskriptif ………………………………………... 63
4.4.1 Variabel Kualitas Argumen (X1) ……………………………… 64
4.4.2 Variabel Kuantitas Argumen (X2) …………………………….. 67
4.4.3 Variabel Kredibilitas (X3) …………………………………….. 70
4.4.4 Variabel Daya Tarik (X4) ……………………………………... 72
4.4.5 Variabel Kekuatan (X5) ……………………………………….. 75
4.4.6 Variabel Minat Beli (Y) ………………………………………. 77
4.5 Analisa Data Pengaruh Kualitas Argumen, Kuantitas Argumen, Kredibilitas,
Daya Tarik, dan Kekuatan terhadap Minat Beli ……………………………… 79
4.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ……………………………………... 79
4.5.2 Hasil Estimasi Pengaruh dari Kualitas Argumen, Kuantitas Argumen,
Kredibilitas, Daya Tarik, dan Kekuatan terhadap Minat Beli …………… 84
4.6 Analisis dan Pembahasan ………………………………………….. 91
4.6.1 Rute Sentral …………………………………………………… 94
4.6.2 Rute Peripheral………………………………………………… 96
BAB V ……………………………………………………………………….. 103
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………… 103
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 103
5.2 Keterbatasan Penelitian …………………………………………... 104
5.3 Saran ……………………………………………………………… 104
5.3.1 Saran Akademis ……………………………………………... 105
5.3.2 Saran Praktis ………………………………………………… 105
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 106
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 110
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ………………………………………………… 26
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel ………………………………………. 38
Tabel 3. 2 Contoh Tabel Kuesioner …………………………………………….. 43
Tabel 4. 1 Hasil Uji Validitas Variabel …………………………………………. 61
Tabel 4. 2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel ………………………………………. 63
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Variabel Kualitas Argumen (X1) ……………….. 64
Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Variabel Kuantitas Argumen (X2) ……………… 68
Tabel 4. 5 Statistik Deskriptif Variabel Kredibilitas (X3) ………………………. 70
Tabel 4. 6 Statistik Deskriptif Variabel Daya Tarik (X4) ………………………. 72
Tabel 4. 7 Statistik Deskriptif Variabel Kekuatan (X5) ………………………… 75
Tabel 4. 8 Statistik Deskriptif Variabel Minat Beli (Y) ………………………... 77
Tabel 4. 9 Hasil Uji Normalitas ………………………………………………… 80
Tabel 4. 10 Hasil Uji Multikolinieritas …………………………………………. 82
Tabel 4. 11 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ……………….. 84
Tabel 4. 12 Koefisien Korelasi dan Determinasi ……………………………….. 85
Tabel 4. 13 Hasil Uji F ………………………………………………………….. 86
Tabel 4. 14 Hasil Uji t …………………………………………………………... 87
Tabel 4. 15 Hasil Uji Dominan …………………………………………………. 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju diwakili oleh
keberadaan internet yang membawa new media kepada masyarakat. Munculnya
media baru seperti internet memiliki dampak bagi kehidupan manusia. Media baru
secara langsung telah mengubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berpikir,
dan hampir semua aspek kehidupan manusia. Di era modern ini, setiap harinya
individu terpersuasi pada pesan internet yang berusaha mengubah sikap. Salah satu
contohnya dengan penggunaan online video review.
Video review diartikan sebagai hasil evaluasi yang telah dilakukan dan
dirasakan oleh seseorang (Mudambi dan Schuff, 2010). Dampak dari penggunaan
video review ialah membantu penyampaian pesan lebih komunikatif, secara pesan
yang disampaikan dalam bentuk gambar dan suara sehingga lebih mudah dipahami
oleh komunikannya. Video review dibuat untuk merasakan atau menjelaskan
sebuah produk, kemudian membuat ulasan terhadap produk tersebut dengan upaya
mempersuasi orang lain.
Menurut Perloff (2003) persuasi dinyatakan sebagai suatu proses simbolis
dimana komunikator berusaha untuk meyakinkan komunikan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka mengenai sebuah isu tertentu melalui transmisi pesan,
dalam kondisi tersebut komunikan bebas untuk menentukan pilihannya terhadap
pesan yang diterimanya. Pesan tersebut dapat berupa verbal maupun non-verbal
2
yang disampaikan melalui komunikasi antarpersonal, media massa, atau new media.
Perkembangan informasi yang sangat cepat juga memaksa para pemasar untuk
selalu mencari celah dalam mencapai target yang diharapkan (Hermawan, 2002, h.
207). Salah satu strategi yang digunakan ialah dengan menggunakan media sosial atau
new media. Menurut Thomas (2003), media sosial dalam dunia bisnis menjadi sebuah
strategi yang sangat menunjang aktivitas pemasaran karena di era modern saat ini sudah
tidak mungkin masyarakat secara individual menawarkan produk secara door to door.
Selain untuk melakukan pemasaran, penggunaan sosial media juga digunakan
sebagai bentuk promosi dengan cara menyampaikan opini atau pendapat yang bersifat
objektif untuk menarik perhatian konsumen (Chatterjee, 2001). Tadeschi (1999) dalam
Lee (2009) mengungkapkan bentuk promosi dengan cara penyampaian opini ini
disebut sebagai aktivitas pemasaran electronic word-of-mouth. Electronic word-of-
mouth merupakan hasil ulasan terhadap sebuah produk (review) atau pernyataan actual
yang disampaikan oleh konsumen. Tujuannya ialah untuk mempengaruhi konsumen
lain terkait produk yang di ulas (Erkan dan Evans, 2015).
Dalam ilmu komunikasi teknik penyampaian pesan untuk mempersuasi
individu yang paling efektif adalah periklanan. Setiap penyampaian pesan produk
dalam iklan harus dapat menggugah perasaan khalayak. Menurut Tjiptono (2008,
h.226) pesan yang disampaikan dalam iklan harus dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan ketika khalayak menerima pesan tersebut. Hal ini berarti melalui
informasi yang diperoleh dari iklan diharapkan khalayak mempunyai rasa tertarik,
membutuhkan, dan memiliki rasa ingin membeli produk tersebut. Salah satu teori yang
3
digunakan untuk mengkaji komunikasi persuasi ialah teori elaboration likelihood
model.
Teori elaboration likelihood model merupakan sebuah teori yang berada pada
lingkup tradisi sosiopsikologis. Menurut Littlejohn (2009, h.97) tradisi sosiopsikologis
dalam teori ilmu komunikasi mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada bagaimana
cara kita berpikir tentang bagaimana dan mengapa setiap individu berperilaku seperti
yang mereka perbuat. Sehingga dapat diasumsikan bahwa tradisi sosiopsikologis
menjelaskan hubungan perilaku antara komunikator dan komunikan. Menurut Griffin
(2003) tradisi ini menganggap bahwa komunikasi diteliti secara cermat dan sistematis,
serta mencari hubungan sebab – akibat yang memprediksikan berhasil dan gagalnya
perilaku komunikasi.
Teori yang dikembangkan oleh Petty & John Cacioppo ini adalah sebuah
kerangka berfikir manusia dalam mengelola informasi yang nantinya akan menuntun
sikap seseorang dalam memproses pesan (Miller, 2005). Teori elaboration likelihood
model sendiri sering digunakan untuk mengkaji fenomena sosial yang berkaitan dengan
aspek kognitif atau perlilaku komunikan. Dalam studi elaboration likelihood model
menjelaskan terdapat dua rute persuasi yaitu rute sentral dan rute periferal. Petty dan
Cacioppo (1981) menjelaskan rute sentral menekankan pada hubungan yang tinggi
antara pesan dan individu yang ditandai oleh motivasi dan kemampuan berpikir
terhadap pesan yang sangat tinggi. Sedangkan rute periferal ditandai dengan motivasi
dan kemampuan berpikir yang rendah. Selain itu, faktor daya tarik, musik, dan visual
juga menjadi faktor dalam mempersuasi individu.
4
Menurut Mooij (2005), penggunaan teori elaboration likelihood model dirasa
sangat cocok untuk mengukur efek dari periklanan. Sehingga teori ini sangat cocok
digunakan dalam mengkaji fenomena komunikasi pemasaran. Guna melihat efek pesan
iklan pada individu, persuasi sering kali dihubungkan dengan minat pembelian.
Menurut Soderlund dan Ohman (2003), minat pembelian adalah suatu rencana yang
muncul ketika seseorang melakukan aktivitas yang berorientasi ke masa depan, seperti
perencanaan untuk mencoba, kapan akan melakukan pembelian, dan pada tingkat yang
lebih jauh akan merekomendasikan produk tersebut apabila seseorang telah merasa
puas terhadap produk tersebut.
Berdasarkan penjabaran diatas, penelitian ini dilakukan untuk memperluas
pemahaman mengenai perilaku konsumen secara online. Untuk memahami aspek
persuasi dan perubahan sikap serta efek pesan pada individu maka teori yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh online video review terhadap minat beli konsumen dengan
menggunakan teori elaboration likelihood model. Teori ini lebih menekankan pada
sejauh mana sikap individu ditentukan, didasari dengan sebuah penilaian, kehati-hatian
terhadap pesan dengan mempertimbangkan dan mengelaborasi semua informasi yang
tersedia dari dalam sebuah pengaturan yang terbagi menjadi dua pemrosesan pesan
yaitu proses melalui rute sentral dan proses melalui rute peripheral (Miller, 2005).
Dalam sebuah studi berjudul ‘Web Personalization as a Persuasion Strategy:
an Elaboration Likelihood Model Perspective’ menjelaskan manusia pada dasarnya
memproses informasi berdasarkan dua hal utama yaitu proses penerimaan informasi
yang diartikan sebagai cara individu mengevaluasi pesan dengan rute berfikirnya dan
tingkat kebutuhan individu terhadap informasi yang diterima (Kar Ya Tam, Ho, 2005).
5
Pernyataan ini memberikan asumsi bahwa manusia pada dasarnya dalam memproses
suatu pesan dilihat dari kebutuhan kognisinya terhadap pesan tersebut kemudian terjadi
elaborasi pesan dengan menggunakan kemampuan masing-masing individu untuk
mengevaluasi pesan.
Selanjutnya penelitian lain mengenai video review, berjudul ‘How Do Online
Reviews Affect Purchasing Intention’ (Lee, 2009) dengan menggunakan teori
elaboration likelihood model bertujuan untuk mengetahui dampak dari online review
yang positif dan mekanisme yang mendukung dampak tersebut. Dalam penelitian
eksperimental ini melihat keterlibatan rendah dan keterlibatan tinggi dengan
menggunakan variabel kualitas argumen, kuantitas argumen, keterlibatan tinggi dan
rendah, dan minat pembelian. Hasil dari penelitian ini menunjukan kualitas argumen
dan kuantitas argumen memiliki dampak yang positif pada minat pembelian.
Kemudian, individu yang menggunakan keterlibatan tinggi menggunakan kualitas
argumen untuk mempersuasi diri mereka, sedangkan individu yang menggunakan
keterlibatan rendah menggunakan kuantitas argumen untuk mempersuasi diri mereka.
Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan minat pembelian salah satunya
dilakukan oleh Andina Dyah (2014) dengan judul ‘Studi Elaboration Likelihood Model
Pada Pengaruh Selebgram (Selebriti Endorser Instagram) Terhadap Minat Pembelian
dalam Sosial Media Instagram’ menunjukan bahwa terdapat beberapa karakteristik
yang harus dimiliki oleh komunikator atau sumber informasi untuk menyampaikan
pesan. Karakteristik tersebut ialah credibility, attractiveness, visibility, product match
up, dan power. Hasil dari penelitian ini menunjukan kredibilitas sumber pesan dan
produk yang ditampilkan dapat mempengaruhi minat pembelian.
6
Berbagai penelitian mengenai pengaruh video review berdasarkan teori
elaboration likelihood model telah dipaparkan. Dari hasil berbagai penelitian yang
telah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa penelitian mengenai teori elaboration
likelihood model masih banyak dikaitkan dengan efek pesan persuasi dari iklan,
sedangkan pesan video review merupakan suatu pesan yang disampaikan berdasarkan
hasil penilaian pribadi atau langsung dari persepsi konsumen didasari pada informasi
tentang keunggulan atau kelemahan pada suatu produk (Lee dan Johnson dalam
Monika, 2006, h. 12).
Penelitian ini akan berfokus pada subscriber akun YouTube Abel Cantika,
peneliti memilih alasan dalam memilih akun YouTube ini karena Abel Cantika
termasuk salah satu komunitas Indonesia Beauty Vlogger (IBV), yaitu sebuah
komunitas yang bergerak di bidang kecantikan. Selain itu, akun YouTube Abel Cantika
memiliki jumlah subscriber yang terus meningkat, tercatat per tanggal 20 Oktober
2017 jumlah subscriber mencapai 248.560. Akun ini juga terhitung aktif karena hampir
setiap minggu akun YouTube Abel Cantika mengunggah video baru dan dalam waktu
yang singkat sudah memiliki banyak komentar pada videonya. Abel Cantika sendiri
ditunjuk sebagai ambassador brand dari beberapa brand. Akun YouTube Abel Cantika
memiliki sebuah tema besar yaitu beauty lifestyle. Berdasarkan riset yang dilakukan
oleh peneliti, Abel Cantika memiliki keahlian dalam dunia kecantikan sejak duduk di
bangku sekolah dasar dan ingin berbagi pengetahuannya kepada khalayak melalui
media YouTube.
Peneliti mengadaptasi beberapa studi elaboration likelihood model terdahulu
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh online video review terhadap minat
7
pembelian. Pada dimensi rute sentral peneliti menggunakan variabel kualitas argumen
yang diadaptasi oleh Petty dan Cacioppo (1981). Jika individu memiliki argumen yang
kuat pada isi iklan maka tanggapan kognitif akan didapat oleh individu. Sebaliknya,
jika individu memiliki argumen yang lemah, maka individu tidak mendapatkan maksud
dari isi pesan tersebut (Petty & Cacioppo, 1981). Pada dimensi rute periferal peneliti
menggunakan variabel kuantitas argumen yang diadaptasi oleh Filiere & Mcleay
(2013), dan Lee (2009); kredibilitas yang diadaptasi dari Petty dan Cacioppo (1981),
daya tarik yang diadaptasi dari Sheng (2011), dan kekuatan yang diadaptasi dari
Rossiter dan Percy (1997) yang menyatakan bahwa individu dengan keterlibatan
rendah tidak mengeluarkan usaha untuk berpikir tentang argumen produk dalam
sebuah iklan, dan memiliki fokus pada daya tarik sumber pesan serta lingkungan yang
menunjang sumber pesan.
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan sebab-akibat melalui metodologi kuantitatif. Menurut
Kriyantono (2006, h. 5) metodologi kuantitatif menjelaskan suatu masalah yang
hasilnya dapat digeneralisasikan, sehingga tidak perlu dilakukan analisis secara
mendalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan survei
eksplanatif dengan menggunakan teknik random sampling. Menggunakan kuesioner
yang disebarkan kepada responden secara online. Berdasarkan uraian yang telah
disampaikan penulis dalam latar belakang masalah penelitian ini, penulis memilih
penelitian skripsi ini dengan judul “Pengaruh Online Video Review Terhadap Minat
Pembelian (Studi Elaboration Likelihood Model Pada Subscriber Abel Cantika)”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Melalui latar belakang yang telah dipaparkan, berikut rumusan masalah yang
diangkat penulis dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh online video
review terhadap minat beli subscriber Abel Cantika
1.3 Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka
dapat pula dipaparkan tujuan dari penelitian ini ialah, untuk mengetahui pengaruh
online video review terhadap minat pembelian dengan menggunakan teori Elaboration
Likelihood Model.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan akademik yang menjadi salah satu
syarat dalam mendapatkan sebuah gelar Strata Satu. Maka dari itu tentunya diharapkan
kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi berbagai pihak yang terlibat
didalamnya. Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak
positif yang dapat dirasakan oleh mahasiswa, pihak fakultas, dan instansi yang terkait.
9
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam
mengkaji fenomena sosial terutama dalam bidang ilmu komunikasi, serta dapat
menerapkan teori-teori yang didapat pada masa perkuliahan untuk masyarakat.
b. Bagi institusi pendidikan dan lembaga pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan tepatnya
dalam ranah komunikasi bisnis pada umumnya dan perilaku komunikasi pada
khususnya.
c. Bagi penelitian selanjutnya di bidang serupa
Penelitian ini diharpkan bisa memperkaya kajian teori elaboration
likelihood model, khususnya dalam melihat pengaruh pesan melalui new media.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan
atau pemasar tentang strategi promosi pemasaran melalui pesan online video
review pada produk kecantikan untuk menarik minat beli konsumen.
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan atau pemasar
tentang strategi promosi pemasaran melalui pesan online video review pada produk
kecantikan untuk menarik minat beli konsumen.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Elaboration Likelihood Model
Elaboration Likelihood Model (ELM) atau teori kemungkinan elaborasi
merupakan salah satu teori yang berasal dari tradisi sosiopsikologis. Tradisi ini
mengkaji tentang individu sebagai makhluk sosial dimana teori-teori di dalamnya
berfokus pada perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian
dan sifat, persepsi serta kognisi. Dalam tradisi ini memperhatikan persuasi dan
perubahan sikap, pemrosesan pesan, bagaimana individu merencanakan strategi pesan,
bagaimana penerima pesan memproses informasi pesan dan efek pesan ada pada
individu (Littlejohn, 2009, h.63). Menurut Littlejohn (2009, h.97) tradisi
sosiopsikologis dalam teori komunikasi mempunyai pengaruh yang sangat kuat pada
bagaimana cara kita berpikir tentang bagaimana dan mengapa setiap individu
berperilaku seperti yang mereka perbuat. Dapat diasumsikan bahwa tradisi
sosiopsikologis menjelaskan hubungan perilaku antara komunikator dan komunikan.
Tradisi ini menganggap bahwa komunikasi diteliti secara cermat dan sistematis, serta
mencari hubungan sebab – akibat yang memprediksikan perilaku komunikasi akan
berhasil dan gagal (Griffin, 2003, h.22).
Elaboration Likelihood Model termasuk dalam sebuah kajian persuasi yang
berorientasi kepada sudut pandang audience atau komunikan (Borches, 2005, h. 44).
Ia menekankan bahwa teori ini memiliki fokus pada proses dan penerimaan pesan yang
11
terjadi didalam diri komunikan (Borches, 2005, h. 32). Teori elaboration likelihood
model berfokus pada efek yang ditimbulkan oleh komunikan seperti mengevaluasi
pesan yang diterima.
Secara singkat teori elaboration likelihood model ialah teori yang berfokus
pada proses kognitif seseorang dalam mengevaluasi informasi. Menurut Petty dan
Cacioppo (1986) elaborasi merujuk pada keberadaan yang dipikirkan oleh seseorang
secara cermat mengenai informasi yang relevan dengan masalah yang ada, termasuk
perhatian yang hati-hati terhadap paparan, pengamatan dan pengambilan keputusan
atas argument, penarikan kesimpulan yang baik, serta pencapaian evaluasi menyeluruh
terhadap posisi yang direkomendasikan. Petty dan Cacioppo (1986) mendefinisikan
elaborasi sebagai sejauh mana seseorang berpikir secara seksama tentang relevansi
argumen yang terkandung dalam suatu topik komunikasi.
Miller (2005) menjelaskan teori Elaboration Likelihood Model terbagi menjadi
dua rute dalam pengolahaan pesan, yaitu rute sentral dan rute periferal. Proses berpikir
kritis terjadi pada rute sentral, sedangkan ketiadaan proses berpikir kritis terjadi pada
rute periferal. Griffin (2003, h.198) menyatakan rute sentral melibatkan proses
elaborasi pesan, sedangkan rute periferal menawarkan jalan pintas untuk menerima
maupun menolak pesan tanpa adanya pertimbangan terhadap objek dan atribut pesan.
Kedua rute tersebut menjelaskan apabila seseorang bersungguh-sungguh
mengolah pesan yang diterimanya dan berfokus pada isi pesan, orang tersebut
menggunakan rute sentral atau memproses informasi dalam kondisi keterlibatan tinggi.
Sementara apabila seseorang tidak melakukan evaluasi yang mendalam terhadap isi
pesan melainkan memperhatikan daya tarik penyampai pesan, maka ia menggunakan
12
rute periferal atau memproses informasi dalam kondisi keterlibatan rendah (Petty dan
Cacioppo, 1986).
Motivasi yang ditimbulkan untuk mengolah pesan ditentukan oleh perbedaan
kebutuhan kognisi pada setiap individu, yang dimaksud dengan kebutuhan kognisi ini
adalah suatu kebutuhan tiap individu untuk mencerna atau memproses informasi secara
cermat dan mendalam (Petty dan Cacioppo (1982), dalam Hansen, dkk, 2014). Pada
dasarnya individu dengan tingkat kebutuhan yang tinggi akan menikmat proses berfikir
dalam mengelola pesan, sedangkan individu dengan tingkat kognisi yang rendah
cenderung menghindari terlibat pada proses pengolahan pesan secara mendalam
meskipun mereka mampu untuk melakukannya (Hansen, dkk, 2014).
13
Gambar 2. 1 The Elaboration Likelihood Model
Sumber: Griffin, 2003, h. 199
2.1.1 Rute Sentral
Rute sentral ialah rute pusat pertama yang melibatkan aktivitas kognitif dimana
seseorang menarik pada pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk berhati-hati
dalam meneliti semua informasi yang relevan guna menentukan manfaat utama dari
persuasi yang dianjurkan. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah posisi yang
14
dianjurkan memiliki manfaat. Tidak setiap pesan yang diterima dari media cukup
menarik, dan tidak setiap situasi memberikan waktu dan kesempatan untuk
merefleksikan pesan tersebut (Bryant dan Oliver, 2008, h.165-167).
Pemrosesan informasi rute sentral memiliki ciri-ciri bersifat sistematik,
kecermatan, kritis dan pemikiran yang hati-hati, penuh pertimbangan mengenai unsur-
unsur pesan argumentasi yang disimpulkan dari pesan (Griffin, 2003). Dalam
pengambilan keputusan, rute sentral akan berfikir rasional dan tidak terpengaruh oleh
isyarat periferal (Choi dan Solmon, 2013). Sehingga ketika individu menerima
informasi melalui rute sentral yang diberi perhatian penuh maka informasi tersebut
akan bertahan lebih lama. Asumsi ini didukung oleh Miller (2005) yang berpendapat
bahwa perubahan sikap cenderung bertahan lebih lama daripada perubahan yang
disebabkan melalui rute sentral. Dengan kata lain jika sikap penerima telah berubah,
kemungkinan yang terjadi pesan akan lebih lama menetap dan perasaan dicapai dengan
persuasi rute sentral lebih permanen dibandingkan dengan rute periferal.
Kegiatan pengolahaan informasi biasanya terjadi karena kebiasan faktor seperti
sikap dan pengetahuan seseorang sebelumnya atau keadaan seseorang saat ini. Sikap
seseorang diubah oleh proses pemikiran dimana individu sangat berhati-hati untuk
informasi relevansi masalah yang disajikan, memeriksa informasi dengan pengalaman
dan pengetahuan yang relevan. Serta mengevaluasi informasi sepanjang dimensi yang
dianggap penting terhadap isu tersebut (Bryant dan Oliver, 2008, h.168). Littlejohn dan
Foss (2009, h.109) menambakan dalam pengolahan informasi yang dilakukan pada rute
sentral, individu akan menanggapi setiap argumen dengan hati-hati dan kekuatan dari
argumen tersebut akan memainkan perannya. Kualitas argumen dapat diterima oleh
15
individu yang memiliki motivasi yang tinggi pada rute sentral (Petty, Cacioppo, dan
Shumann, 1983). Petty dan Cacioppo (1981) menambahkan bahwa pada rute sentral
pesan harus menyajikan argumen yang membangkitkan pikiran individu pada produk
yang di tayangkan.
Rute ini melibatkan pertimbangan yang mendalam terhadap isi pesan dan ide
yang terkandung di dalamnya. Ketika penerima informasi memproses sebuah pesan
melalui rute sentral maka penerima tersebut dikatakan terlibat dalam elaborasi yang
tinggi. Kelebihan dari rute ini ialah pesan persuasi lebih bersifat permanen. Akan tetapi
rute ini juga memiliki kerugian yaitu saat penerima tidak langsung dipengaruhi oleh
pesan dia akan mengabaikannya (Petty, Cacioppo, dan Schumann, 1983; Borchers,
2005). Agar dapat terjadi perubahan sikap, pemasar harus dapat menyajikan suatu
pesan yang memiliki argumen yang kuat sehingga dapat meyakinkan konsumen.
2.1.1.1 Argument Quality (Kualitas Argumen)
Kualitas argumen merupakan salah satu variabel yang digunakan oleh Petty &
Cacioppo (1981) untuk mengukur tingkat keterlibatan konsumen terhadap pesan iklan.
Keterlibatan ini terbagi menjadi dua yaitu keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah.
Keterlibatan tinggi berfokus pada komunikasi persuasif (Petty dan Cacioppo, 1981).
Jika individu memiliki keterlibatan yang tinggi pada pesan persuasif, sedangkan
memiliki keterlibatan rendah pada informasi, maka fokus individu hanya pada isyarat
non konten. Jadi individu memiliki keterlibatan tinggi jika pesan atau informasi
menyajikan argumen yang subjektif, meyakinkan, serta menarik, maka individu akan
terpersuasif. Sherif dkk (1973) menambahkan keterlibatan individu pada isi pesan
16
merupakan salah satu cara untuk mempersuasif individu. Individu akan terpersuasif
pada isi pesan tergantung kualitas pesan.
Suatu argumen dinyatakan kuat apabila argumen dalam pesan dapat
menciptakan respon yang positif dalam pikiran komunikan, sehingga pesan tersebut
dapat diterima dengan positif dan mempengaruhi keyakinan komunikan. Jika individu
mendapat argumen yang kuat pada isi pesan maka tanggapan secara kognitif akan
didapat oleh individu. Sebaliknya jika individu mendapat argumen yang lemah, maka
individu tidak mendapat maksud isi pesan tersebut. Kualitas argumen memiliki
pengaruh besar pada perubahan sikap dibawah keterlibatan tinggi dibandingkan
keterlibatan rendah, kualitas argumen dapat diterima oleh individu yang memiliki
motivasi yang tinggi (Petty, Cacioppo, dan Shumann, 1983).
Petty & Cacioppo (1981) menyatakan kualitas argumen digunakan sebagai
salah satu faktor individu dalam melihat isi pesan. Terdapat dua tipe argumen yaitu
argumen yang kuat dan argumen yang lemah. Argumen yang kuat diartikan sebagai
suatu pesan yang logis dan dapat dipertahankan kebenarannya, sehingga diharapkan
mampu membentuk respon kognitif yang positif. Sedangkan argumen yang lemah
diartikan sebagai pesan yang mengandung keraguan, sehingga dapat menimbulkan
respon negatif. Park dkk (2007) menyatakan bahwak kepuasan konsumen meningkat
ketika melihat isi pesan dengan argumen yang kuat dan dapat menentukan kualitas
pesan. Kualitas ini dapat dilihat jika argumen tersebut bersifat objektif, aktual, mudah
dimengerti, logis, serta mampu dipertahankan kebenarannya sedangkan argumen
lemah bersifat lebih subjektif (Petty & Cacioppo, 1984; Petty dkk, 1983).
17
Sementara argumen lemah ialah argumen yang menghasilkan respon negatif
terhadap pesan persuasi atau dengan kata lain pesan tersebut tidak berhasil
mempersuasi komunikan. Respon negatif yang disebabkan oleh argumen yang lemah
tidak hanya mencegah perubahan perilaku komunikan tetapi juga berimbas pada tidak
terpengaruhnya komunikan terhadap pesan persuasi yang disampaikan.
2.1.2 Rute Periferal
Rute periferal menjelaskan bahwa perubahan sikap tidak selalu memerlukan
upaya evaluasi dari informasi yang disajikan oleh media massa atau sumber lainnya.
Pendekatan melalui rute periferal dapat dikatakan sangat kuat dalam jangka waktu yang
pendek. Permasalahannya ialah dari waktu ke waktu, suasana hati dan perasaan
seseorang dapat berubah bahkan menghilang, sehingga pesan tidak terasosiasikan
dengan isyarat (Bryant dan Oliver, 2008, h.169). Rute periferal ditandai dengan
elaborasi rendah, elaborasi merupakan proses berpikir secara kritis (Littlejohn, 2009,
h.108). Pemrosesan informasi dalam rute periferal dikenal sebagai jalur pinggir, yaitu
keadaan di mana hasil keputusan dalam proses kognitif muncul dari proses berpikir
yang kurang mendalam. Dalam rute periferal, komunikan cenderung tidak
memperhatikan isi pesan (Andri, 2012).
Petty dan Cacioppo dalam Choi dan Salmon (2003) menyatakan pemrosesan
informasi rute periferal terjadi ketika kemungkinan elaborasi berada di tingkat yang
rendah. Rute ini terjadi ketika kemampuan individu dalam memproses pesan kurang
teliti dan tidak membutuhkan banyak usaha. Griffin (2003) menambahkan motivasi
18
yang dimiliki cenderung rendah untuk melakukan pemikiran kognitif yang berarti isu
tersebut tidak penting atau memiliki efek yang kecil bagi diri kita. Pengolahan
informasi pada rute periferal, individu tidak melihat kekuatan argumen tersebut
(Littlejohn dan Foss, 2009, h.10). Individu lebih cepat membuat penilaian tentang apa
yang ia baca atau dengar atas petunjuk-petunjuk dasar. Biasanya keragaman petunjuk
luar dapat digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Chatterjee (2010), jumlah
argumen yang banyak akan mempengaruhi individu melalui rute peripheral karena
semakin banyak suatu pesan dibicarakan, maka menunjukan eksistensi pesan tersebut
sehingga individu tidak harus membutuhkan proses elaborasi yang tinggi.
Terkadang efek pesan yang diterima komunikan dipengaruhi oleh faktor lain
seperti kredibilitas komunikator. Menurut Percy & Rositter (1997, h. 293), salah satu
aspek perifiral adalah kredibilitas komunikator. Kredibilitas merujuk pada sejauh mana
individu selaku penerima pesan melihat komunikator sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan, kemampuan ataupun pengalaman yang relevan dan mempercayai
komunikator untuk memberikan informasi yang objektif. Herbert Kelman dalam Belch
& Belch (2001, h.172) menjelaskan terdapat tiga kategori yang harus dipenuhi
komunikator yaitu kredibilitas (credibility), daya tarik (attractiveness), dan kekuatan
(power).
2.1.2.1 Argument Quantity (Kuantitas Argumen)
Jumlah kuantitas argumen (komentar) besar yang terpapar menghasilkan
tanggapan yang lebih baik daripada kuantitas argumen yang lebih sedikit. Calder,
Insko, dan Yandell (1974) dalam cios.org menyatakan jumlah argumen mempengaruhi
19
respon kognitif dan pesan yang memiliki argument yang banyak dapat membuat
perubahan sikap daripada argumen yang lebih sedikit. Ketika komunikan melihat
bahwa sebuah pesan memiliki kuantitas argument yang besar, mereka memiliki
kecenderungan untuk menerima pesan tersebut. Menurut Chatterjee (2010), jumlah
argumen yang banyak akan mempengaruhi individu melalui rute peripheral karena
semakin banyak suatu pesan dibicarakan, maka menunjukan eksistensi pesan tersebut
sehingga individu tidak harus membutuhkan proses elaborasi yang tinggi.
Dalam konsep online video review kuantitas atau jumlah review berpegaruh
secara signifikan, dengan melihat jumlah komentar positif yang terkait dalam pesan
tersebut. Jumlah atau kuantitas pesan ini diartikan sebagai banyaknya jumlah komentar
positif terhadap pesan yang telah disampaikan. Konsumen cenderung membeli suatu
produk yang dibicarakan oleh orang lain karena hal tersebut menunjukan eksistensi
sebuah produk (Mayzlin & Chevalier, 2006 dalam Lee, 2009). Mereka juga
menemukan bahwa konsumen merasa lebih puas oleh kuantitas dari pesan review
karena hal tersebut secara langsung dapat membantu konsumen dalam mencari
informasi lebih banyak (Park, Lee & Han, 2007).
2.1.2.2 Credibility (Kredibilitas)
Rossiter dan Percy (1997) menyatakan kredibilitas merupakan masalah
persepsi, sehingga kredibilitas bisa berubah tergantung pada pelaku persepsi
(komunikator), pemakaian selebriti atau tokoh terkenal membuat iklan lebih mendapat
perhatian dari konsumen, tetapi jika kredibilitas selebriti atau tokoh itu dinilai tidak
layak, maka tujuan pesan tidak tercapai. Menurut Belch & Belch (2001, h.173),
20
credibility merujuk pada sejauh mana khalayak melihat komunikator sebagai seseorang
yang mempunyai pengetahuan, kemampuan, atau pengalaman yang relevan dan
mempercayai komunikator untuk dapat memberikan informasi yang objektif. Belch &
Belch (2001, h.173) menjelaskan terdapat dua kategori dalam credibility, yaitu:
a. Expertise atau keahlian, mengacu pada luasnya pengetahuan yang dimiliki
komunikator. Komunikator biasanya dipilih karena pengetahuan, pengelaman,
dan keahlian pada suatu produk (Belch & Belch, 2001, h.173). Jika komunikan
menganggap bahwa narasumber memiliki kecerdasan, pengetahuan, dan
pemahaman yang baik maka komunikan cenderung untuk menerimanya.
b. Trustworthiness atau kepercayaan, ialah kesan komunikan yang diberikan pada
komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Rossiter dan Percy (1997,
h.294) menyatakan trustworthiness menyangkut seberapa besar komunikator
ini dipersepsikan dapat dipercaya oleh konsumen. Konsumen lebih percaya dan
lebih bisa menerima pesan bila melihat iklan atau informasi dengan sumber
yang terpercaya. Terpercaya bukan berarti konsumen harus mengenalnya,
tetapi ia menilai apakah komunikator tersebut dinilai layak merepresentasikan
isi pesan tersebut.
2.1.2.3 Attractiveness (Daya Tarik)
Attractiveness meliputi daya tarik fisik, serta sekumpulan nilai seperti
kemampuan intelektual, property personal, karakter gaya hidup, dan kemampuan
atletis, yang dapat diterima khalayak dari seorang komunikator (Shimp, 2003, h.324).
21
Belch & Belch (2001, h.175) menyatakan terdapat tiga kategori dalam attractiveness,
yaitu:
a. Similarity merujuk pada kemiripan antara komunikator dengan konsumen. Jika
konsumen merasakan ada kesamaan dalam status sosial, pendidikan, usia,
sikap, hobi, self image, dan kepercayaan terhadap komunikator tersebut,
cenderung mendapatkan reaksi yang positif dari komunikan (Belch & Belch,
2001, h.177)
b. Familiarity merujuk pada khalayak yang memiliki perasaan bahwa mereka
mengenal artis dalam tayangan tersebut (O’Mahony dan Meenaghan, 1997).
Familiarity dapat juga diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki konsumen
mengenai seberapa familiar dengan komunikator tersebut.
c. Likeability mengacu pada perasaan positif atau negatif yang dimiliki konsumen
terhadap sumber informasi. Maksudnya apakah konsumen suka atau tidak suka
dengan sumber informasi tersebut. Apabila konsumen senang dengan
komunikator maka sikap yang ditonjolkan ialah ia memperhatikan tayangan
tersebut. Sebaliknya jika konsumen tidak senang maka mungkin saja
komunikan tidak mempedulikan tayang tersebut. Hal ini berhubungan dengan
kepribadian komunikator tersebut
2.1.2.4 Power (Kekuatan)
Power adalah kemampuan atau kekuatan kharisma yang terpancar dari
komunikator untuk menimbulkan pengaruh sikap, pemikiran dan perilaku masyarakat
saat membawakan citra produk serta mengikuti apa yang ditampilkan oleh
22
komunikator (Rossiter dan Percy, 1997, h.295). Power dalam sumber informasi
mengukur kekuatan untuk menjadi inspirasi, kekuatan menjadikan trendsetter, dan
kekuatan meningkatkan image produk. Sedangkan menurut Percy dan Rosenbaum
(2012), power dapat menyebabkan seorang komunikator atau model dapat
“memaksakan” kehendaknya kepada orang lain. Power yang dimaksud bukan harus
memunculkan orang yang kuat tetapi pada kepribadiannya apakah ia memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi perilaku komunikan.
Komunikator yang memiliki kekuatan biasanya telah mendapatkan
penghargaan atau “posisi” di masyarakat. Dengan power yang dimilikinya, ia dapat
membujuk orang lain dengan memberikan tanggapan atau menggunakan produk yang
ia jelaskan. Percy dan Rosenbaum (2012) menambahkan pada tingkat pemujaan yang
tinggi, maka dengan sendirinya timbul dorongan yang kuat pada target audiens untuk
membeli produk yang dibawakannya. Setiap komunikator harus dapat memberikan
dampak positif maupun negatif pada komunikan dan komunikan harus berpikir ia
merasa diperhatikan. Kemampuan komunikan dalam mengamati kecocokan dengan
komunikator juga dianggap penting (Belch & Belch, 2001, h.182-184).
2.2 Minat Beli dalam Perilaku Konsumen
Dalam teori Tricomponent Attitude Model menjelaskan sikap terdiri dari
kompenen cognitive, affective, dan conative. Komponen cognitive (kognitif) mengacu
pada proses mental dan struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan
seseorang dalam lingkungannya. Menurut Schiffman & Kanuk (2004) kognisi adalah
23
pengetahuan dan persepsi yang dihasilkan dari kombinasi antara pengalaman langsung
dan informasi terkait dari berbagai sumber. Peter dan Olson (2013, h. 21)
menambahkan kognisi mengacu pada hal yang dipikirkan oleh konsumen seperti
kepercayaan pada produk tersebut. Sedangkan komponen affective (afeksi) mengacu
kepada perasaan atau stimulus. Peter dan Olson (2013, h.21) menyatakan afeksi ialah
hal atau tanggapan yang dirasakan konsumen, seperti penilaian positif atau negatif,
menyukai atau tidak menyukai produk tersebut. Komponen conative (konatif)
berkaitan dengan kemungkinan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau
berperilaku berkenaan dengan sikap tertentu (Schiffman & Kanuk, 2004). Komponen
konatif biasanya diungkapkan dengan pernyataan keinginan konsumen untuk membeli.
Kotler dan Keller (2012, h.182) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
tindakan mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebudayaan dan hasrat mereka. Nugroho (2002, h.2)
menambahkan perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas masing-masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi,
mendapatkan, penggunaan atau mengatur barang-barang.
Kinnear dan Taylor (1995, h.10) menyatakan minat beli adalah bagian dari
komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi kecenderungan responden
untuk bertindak sebelum keputusan pembelian benar-benar dilakukan. Sedangkan
Soderlund dan Ohman (2003) mendefinisikan minat beli sebagai jaringan rencana yang
muncul ketika seseorang melakukan aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa
depan, seperti perencanaan untuk mencoba suatu produk terlebih dahulu sebelum
membelinya, penentuan kapan akan membeli dan kemungkinan finansialnya serta
24
apabila seseorang merasa puas terhadap suatu produk, maka pada tingkat yang lebih
jauh akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Sciffman dan Kanuk (2004) yang
menyatakan bahwa minat beli adalah sebuah motivasi sebagai dorongan kekuatan dari
dalam individu yang memaksa mereka melakukan tindakan. Motivasi individu untuk
melakukan minat pembelian terhadap suatu produk akan muncul apabila penyampain
informasi yang dilakukan oleh komunikator dapat mempersuasi komunikan dengan
baik. Perloff (2003, h. 8) mendefinisikan persuasi sebagai suatu proses simbolis ketika
komunikator mencoba meyakinkan orang lain untuk mengubah sikap atau perilaku
terhadap informasi tertentu melalui proses transmisi pesan.
Peter dan Olson (2013) mendefinisikan minat beli (purchase intention) sebagai
sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan.
Menurut Engel, dkk (2000, h.537) purchase intention adalah keinginan seseorang
untuk membeli suatu produk yang diwujudkan dalam bentuk tindakan membeli yang
terencana maupun tidak terencana, berulang maupun tidak berulang. Untuk mencapai
adanya suatu minat diperlukan adanya kegiatan pemasaran yang baik dari para
produsen dalam memasarkan produknya. Kegiatan pemasaran ini dapat berupa
promosi dan iklan. Kegiatan inilah yang kemudian menimbulkan minat pada khalayak.
Minat beli timbul setelah khalayak menerima rangsangan dari luar berupa
terpaan iklan dari media dan kemudian terima oleh khalayak yang kemudian informasi
tersebut diolah dengan pengetahuannya. Purwanto (2004, h.75) menjelaskan dalam
proses pengolahan informasi, pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Perhatian yang selektif
25
b. Ciri – ciri rangsang
c. Nilai – nilai dan kebutuhan individu
d. Pengalaman terdahulu
Perhatian yang selektif terjadi karena manusia banyak sekali menerima
rangsangan dari lingkungannya, biasanya individu hanya memusatkan perhatiannya
pada rangsangan tertentu saja. Ciri – ciri rangsang ialah bentuk rangsangan yang
diterima. Rangsangan yang besar, indah, dan sering ditemui memiliki kualitas yang
kuat. Setiap individu memiliki nilai dan kebutuhan yang berbeda dengan individu
lainnya sehingga reaksi yang ditimbulkan akan berbeda ketika menerima suatu
rangsangan. Setiap iklan akan disesuaikan dengan nilai dan kebutuhan individu
tersebut. Yang terakhir ialah pengalaman. Pengalaman yang terdahulu akan
mempengaruhi bagaimana seseorang akan mempersepsikan dunianya.
26
2.3 Penelitian Terdahulu
Untuk mempermudah pemahaman, penelitian terdahulu disediakan dalam
bentuk tabel sebagi berikut.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Sheng-Hsien Lee
(2009)
Andina Dyah S.
(2014)
Raffaele Filieri
dan Fraser
McLeay (2013)
Judul
How Do Online
Reviews Affect
Purchasing
Intention?
Studi Elaboration
Likelihood Model
pada Pengaruh
Selebgram
(Selebriti
Endorser
Instagram)
terhadap Minat
Pembelian dalam
Sosial Media
E-WOM and
Accommodation:
An Analysis of the
Factors That
Influence
Travelers’
Adoption of
Information from
Online Reviews
Tujuan
Penelitian
The purpose of the
present study was to
explore the effects
of positive online
reviews and the
mechanisms
supporting
the effects.
Untuk mengetahui
atau melihat
adanya pengaruh
penggunaan
selebriti endorser
yang menerpa
kognisi
konsumen, baik
melalui rute
sentral ataupun
rute periferal
terhadap minat
beli konsumen
dalam media
social Instagram
secara simultan
dan parsial.
This research
attempted to fill a
gap in the
literature by
identifying the
strongest
antecedents of
travelers’
information
adoption from
online reviews,
including both
central and
peripheral cues in
the research
model.
27
Kajian Teori
Elaboration
Likelihood Model
Elaboration
Likelihood Model
as Grand Theory
Elaboration
Likelihood Model
Metode
Penelitian
Kuantitatif
eksperimental
Kuantitatif
eksplanatif
Kuantitatif
eksplanatif
Kesimpulan
First, the argument
quality of online
reviews has a
positive effect on
the purchasing
intention of online
shoppers. Second,
the review quantity
positively affects
the purchasing
intention of online
shoppers. Third,
people under high-
involvement
conditions take the
central route in
attitude change;
that is, they are
more influenced by
review quality.
Fourth, low
involvement
consumers tend to
adopt the
peripheral route in
forming attitude;
that is, they are
more persuaded by
review quantity
Berdasarkan
konsep
Elaboration
Likelihood Model,
melalui rute
sentral (power)
dan perifal
(visibility,
credibility,
attractiveness,
dan product
match up)
memberikan
pengaruh.
Pengaruh paling
dominan ialah
product match up
terhadap minat
pembelian.
The results of this
study reveal that
product ranking,
information
accuracy,
information value-
added,
information
relevance, and
information
timeliness are
strong predictors
of travelers’
adoption of
information from
online reviews on
accommodations.
These results
imply that high-
involvement
travelers adopt
both central
(information
quality) and
peripheral
(product ranking)
routes when they
process
information from
online reviews.
28
Relevansi
Penelitian
Dalam penelitian
ini menggunakan
teori elaboration
likelihood model,
dan menggunakan
variabel kualitas
argumen, kuantitas
argumen dalam
melihat pengaruh
online review
terhadap purchase
intention.
Penelitian ini
menggunakan
teori elaboration
likelihood model,
dan menggunakan
endorser sebagai
komunikatornya
dalam
penyampaian
pesan.
Dalam penelitian
ini menggunakan
teori elaboration
likelihood model,
dengan
menggunakan
dimensi kualitas
informasi sebagai
kualitas arguemen
pada rute sentral
dan product
popularity dan
kuantitas argumen
pada rute periferal
terhadap pengaruh
online review.
Sumber: Data diolah penulis, 2017
29
2.4 Desain Penelitian
Penelitian ini menjelaskan pengaruh online video review terhadap minat
pembelian pada subscriber Abel Cantika yang dianalisis menggunakan teori
Elaboration Likelihood Model. Berdasarkan tinjauan teoritis konsep Elaboration
Likelihood Model di atas, peneliti dapat membuat kerangka berpikir bahwa melalui rute
sentral akan diduga kualitas pesan dan rute periferal akan diduga kuantitas pesan,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan. Kemudian akan mengarah kepada minat beli.
Berikut kerangka berpikir yang digambarkan melalui skema:
Gambar 2. 2 Desain Penelitian
Sumber: Data diolah penulis, 2017
Elaboration
Likelihood Model (X)
Rute Sentral Rute
Periferal
Kualitas
Argumen
Kuantitas
Argumen Kredibilitas Daya Tarik Kekuatan
Minat Pembelian (Y)
30
2.5 Hipotesis
Secara epistimologis, hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis. Hypo
memiliki arti kurang, sedangkan thesis memiliki arti pendapat. Dapat disimpulkan
bahwa hipotesis adalah pendapat yang kurang, maksudnya ialah pendapat yang harus
diuji terlebih dahulu dan bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006).
Sugiyono (2011, h.64) mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat dan pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta emipiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Dalam sebuah penelitian terdapat dua jenis
hipotesis, yaitu hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (H0). Menurut Burhan
Bungin (2014), hipotesis alternative (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel
Y. Sedangkan hipotesis nol (H0) adalah kebalikannya, yaitu menyatakan tidak ada
hubungan antara variabel X dan variabel Y yang diteliti. Dari pemaparan tersebut dan
dikaitkan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
H1 ≠ H0
H1 ≠ H0 yang ingin dibuktikan adalah Ha diterima dan H0 ditolak, di mana:
H1a: Terdapat pengaruh online video review pada variabel argument quality (X)
terhadap minat pembelian (Y) secara signifikan.
31
H1b: Terdapat pengaruh online video review pada variabel argument quantity (X)
terhadap minat pembelian (Y) secara signifikan.
H1c: Terdapat pengaruh online video review pada variabel credibility (X) terhadap
minat pembelian (Y) secara signifikan.
H1d: Terdapat pengaruh online video review pada variabel attractiveness (X) terhadap
minat pembelian (Y) secara signifikan.
H1e: Terdapat pengaruh online video review pada variabel power (X) terhadap minat
pembelian (Y) secara signifikan.
H0: Tidak terdapat pengaruh online video review pada variabel argument quality,
argument quantity, credibility, attractiveness, dan power (X) terhadap minat pembelian
(Y) secara signifikan.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Suriasumatri
(1978) dalam Sinambela (2014, h.18) menyatakan penelitian kuantitatif didasarkan
pada paradigma positivisme yang bersifat logico-hypothetico-varikatif dengan
berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris. Menurut Widi (2010, h.57)
penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengukur
variasi, fenomena, situasi, permasalahan, atau isu. Sedangkan menurut Bungin (2008,
h.31) paradigma kuantitatif merupakan gagasan-gagasan positivisme yang dianggap
sebagai akar paradigma tersebut.
Bungin (2008, h.31) menyatakan terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi
untuk memiliki pandangan positivistik dalam sebuah penelitian, yaitu:
1. Objektif, yaitu teori-teori tentang semesta haruslah bebas nilai.
2. Fenomenalisme, yaitu ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang semesta
yang teramati. Substansi metafisis yang diandalkan berada di belakang
gejala-gejala penampakan disingkirkan.
3. Reduksionalisme, yaitu semesta direduksi menjadi fakta-fakta keras yang
dapat diamati.
4. Naturalisme, yaitu alam semesta ialah objek-objek yang bergerak secara
mekanis seperti bekerjanya mesin.
33
Dengan adanya kriteria diatas, maka penelitian ini akan mengkaji pengaruh
online video review sebagai sebuah fenomana dan berlaku secara
objektif kepada responden yang merupakan pertisipan sebagai penonton atau
subscriber. Fenomena ini menjadi salah satu fakta dari semesta yang dapat diamati.
Respon dari partisipan sebagai konsumen merupakan suatu hal natural yang akan
muncul.
Dalam penelitian ini penulis mengkaji dengan jenis eksplanatif, yaitu
menghubungkan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih yang akan diteliti
(Kriyantono, 2006, h.69). Fokus penelitian yang melihat pengaruh online video review
terhadap minat pembelian, maka hubungan sebab akibat dalam kedua variabel ini
menjadi benang merah dalam penelitian ini.
Hal yang paling utama dalam penelitian kuantitatif adalah pengukuran untuk
mengkontradiksi atau mengkonfirmasi sebuah kesimpulan yang sudah ditarik
berdasarkan pemahaman dari analisis data. Statistik dapat membantu untuk mengukur
besarnya sebuah hubungan, menyediakan indikator yang dipercaya dapat
menempatkan dan mengisolasi efek dari variabel yang berbeda (Kumar, 1996, h.10).
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tuntutan tentang bagaimana secara berurut
penelitian dilakukan, mulai dari alat dan bahan yang digunakan, hingga bagaimana
prosedurnya (Widi, 2010, h.85). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei. Menurut Singarimbun (2006) penelitian survei adalah penelitian yang
34
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud
penjelasan (explanatory atau confirmatory), yakni untuk penjelasan hubungan kausal
dan pengujian hipotesa. Pernyataan yang disusun dalam kuesioner diharapkan bisa
mendapatkan informasi dari responden yang dapat mewakili populasi secara spesifik
(Kriyantono, 2006, h.59).
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dalam mendapatkan
data. Kuesioner akan disusun dengan bahasa yang mudah dipahami oleh konsumen
yang menjadi responden dalam penelitian ini. Kuesioner dipilih karena dianggap bisa
memberikan batas antara penulis dan responden dalam memberikan tanggapan
sehingga diharapkan akan objektif dalam menjawab.
Jenis survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei eksplanatif
(analitik) untuk mengetahui mengapa situasi tertentu terjadi atau apa yang
mempengaruhi terjadinya sesuatu. Kriyantono (2006, h.60) menjelaskan survei
eksplanatif membantu mengungkap mengapa fenomena terjadi dan apa pengaruhnya,
sehingga lebih berfokus kepada hubungan antara dua atau lebih variabel. Penelitian ini
berfokus pada hubungan antara dua variabel yang ada didalamnya, maka sifat asosiatif
dalam jenis survei ini cocok untuk diaplikasikan. Sifat asosiatif bertujuan untuk
menjelaskan korelasi (hubungan) antar variabel (Kriyantono, 2006, h.60).
35
3.3 Variabel Penelitian
Bungin (2008, h.59) menyatakan variabel adalah sebuah fenomena (yang
berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada satu peristiwa di alam ini
yang tidak disebut variabel, hanya berbeda kualitas variabel dan ragam fenomenanya.
Menurut Widi (2010, h.159) variabel adalah konsep yang mempunyai nilai dan dapat
diukur. Terdapat dua jenis variabel yaitu variabel pengaruh (X) dan variabel tergantung
(Y). Variabel pengaruh adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu
dari variabel lainnya. Sedangkan variabel tergantung adalah apa yang ingin dijelaskan
penulis dalam penelitian (Kriyantono, 2006, h.21).
Variabel pengaruh (X): Kualitas argumen (X1), kuantitas argumen (X2),
kredibilitas (X3), daya tarik (X4), kekuatan (X5)
Variabel tergantung (Y): Minat beli
Kedua variabel ini akan dikaji lebih dalam melalui definisi konseptual dan
definisi operasional agar menciptakan alat ukur yang baik.
3.3.1 Definisi Konseptual
Konsep memiliiki wujud langsung dalam dunia nyata seperti manusia, meja,
kursi, dll (Nasution, 2007, h.59). Bungin (2008, h.57) menjelaskan konsep biasanya
mendeskripsikan variabel yang masih abstrak dan kompleks, dan variabel merupakan
konsep yang lebih konkret dengan acuan-acuannya yang nyata. Neuman (2013, h.226)
menambahkan definisi konseptual adalah pernyataan mengenai ide dalam kata-kata
36
tertentu atau istilah teoritis yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep lain. Berikut
adalah variabel dan indikator dalam penelitian ini.
3.3.1.1 Variabel Kualitas Argumen, Kuantitas Argumen, Kredibilitas, Daya
Tarik, dan Kekuatan (X)
Peneliti mengambil dimensi ELM melalui rute sentral yang akan diduga
kualitas argumen berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Petty & Cacioppo (1981).
Menurut Petty & Cacioppo (1981), argumen yang kuat berpengaruh pada individu
dengan tingkat keterlibatan tinggi terhadap pesan, sedangkan argumen rendah tidak
melihat isi pesan melainkan isyarat non konten.
Sedangkan dimensi ELM melalui rute periferal akan diduga kuantitas argumen,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan berdasarkan penelitian Filieri dan Mcleay (2013),
Lee (2009), Petty & Cacioppo (1981), Sheng (2011), dan Rossiter & Percy (1997).
Kuantitas jumlah komentar dari sebuah pesan review menjadi salah satu indikator
penting untuk mempersuasi konsumen (Park dkk, 2007). Menurut Lee (2009) produk
yang banyak dibicarakan menunjukan kepopuleran produk apakah sedang ramai
dipasaran atau tidak.
Kredibilitas berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menunjukan
kinerjanya. Menurut Petty & Cacioppo (1981), kredibilitas terbagi dalam dua
karakteristik yaitu keahlian, dan kepercayaan. Keahlian mengacu pada pengetahuan
yang dimiliki oleh komunikator, dan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang
komunikator yang berkaitan dengan wataknya.
37
Menurut Shimp (2003), daya tarik meliputi penampilan fisik, karakter gaya
hidup, kemampuan intelektual dan atletis yang dimiliki oleh komunikator dan dapat
diterima oleh khalayak. Belch & Belch (2001) menyatakan terdapat tiga kategori dalam
daya tarik yaitu kemiripan yang mengacu pada persamaan antara komunikator dengan
komunikan, familiar yang mengacu pada mengenalnya komunikan dengan
komunikatornya, dan perasaan yang dimiliki komunikan terhadap komunikatornya.
Menurut Rossiter dan Percy (1997), kekuatan adalah kemampuan atau kekuatan
karisma yang terpancar dari komunikator untuk menimbulkan pengaruh sikap dan
perilaku masyarakat. Kekuatan yang dimiliki oleh komunikator digunakan untuk
mengukur kekuatan yang mereka miliki menjadi inspirasi bagi masyarakat dan
menciptakan trend.
3.3.1.2 Variabel Minat Pembelian (Y)
Minat pembelian adalah rencana yang muncul ketika seseorang melakukan
aktivitas yang berorientasi ke masa depan, seperti perencanaan untuk mencoba suatu
produk terlebih dahulu, kapan akan membeli, serta apabila seseorang merasa puas
terhadap suatu produk, maka pada tingkatan tertentu ia akan merekomendasikan
produk tersebut kepada orang lain (Soderlund dan Ohman, 2003). Sertoglu, Korkmaz,
dan Catli (2014) menyatakan minat pembelian dapat diukur melalui intention (minat),
recommendation (rekomendasi), dan willingness (keinginan).
38
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel. Untuk mengukur variabel yang telah memiliki indikator yang
jelas, indikator tersebut direalisasikan menjadi pernyataan yang memudahkan
responden memberikan tanggapan. Apabila penulis bisa mengoperasikan indikator
dengan baik, makan akan mudah juga untuk menentukan pengukuran dalam penelitian
(Bungin, 2008, h.60). Berikut adalah konsep operasionalisasi yang disajikan dalam
bentuk tabel.
39
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel
DIMENSI VARIABEL INDIKATOR ITEM ITEM
PERNYATAAN PENGUKURAN
Rute
Sentral
Kualitas
Argumen
(Argument
Quality)
(X1)
Diadaptasi
dari Petty
dan
Cacioppo
(1981)
Strong
Argument
ialah suatu
pesan logis
yang dapat
dipertahankan
kebenarannya
1. Objective
Informasi yang
disampaikan oleh
Abel Cantika lebih
objektif dan spesifik.
Skala Semantic
Differential
2. Reasonable
Informasi yang
disampaikan oleh
Abel Cantika masuk
akal dan dapat
diterima
3. Understandable
Informasi yang
diberikan oleh Abel
Cantika ……
dimengerti
Weak
Argument
ialah suatu
pesan yang
mengandung
keraguan
(Petty &
Cacioppo,
1981)
4. Subjective
Informasi yang
disampaikan oleh
Abel Cantika lebih
subjektif
5. Doubtful
Informasi yang
disampaikan oleh
Abel Cantika masih
tergolong meragukan
Rute
Periferal
Kuantitas
Argumen
(Argument
Quantity)
(X2)
Diadaptasi
dari Lee
(2009)
Quantity
review
inferring that
the product
has good
reputation
6. Product
Reputations
Jumlah komentar
positif yang ada
dalam video review
Abel Cantika
menunjukan bahwa
produk tersebut
memiliki reputasi
yang baik.
Skala Semantic
Differential Quantity
review show a
popularity
product
7. Popularity
Products
Jumlah komentar
yang ada dalam
video review Abel
Cantika menunjukan
bahwa produk
tersebut populer
Quantity
review show a
good sales
8.Good Sales Banyaknya komentar
dalam video review
Abel Cantika
40
(Filieri dan
Mcleay, 2013;
Lee, 2009)
menunjukan bahwa
produk tersebut
sedang laku
dipasaran.
Kredibilitas
(Credibility)
(X3)
Diadaptasi
dari Petty
dan
Cacioppo
(1981)
Luasnya
pengetahuan
yang dimiliki
oleh
komunikator
9. Expertise
Menurut saya, Abel
Cantika memiliki
pengetahuan yang
luas di bidang
produk kecantikan
oleh karena itu ia
sangat ……
Skala Semantic
Differential Kesan
komunikan
yang berkaitan
dengan
komunikator
(Belch &
Belch, 2001)
10.
Trustworthiness
Saya …… dengan
review yang
disampaikan oleh
Abel Cantika
Daya Tarik
(Attractivene
ss)
(X4)
Diadaptasi
dari Sheng
(2011)
Perasaan
positif atau
negatif yang
dimiliki
konsumen
terhadap
sumber
informasi
11. Likeability
Saya menyukai sosok
Abel Cantika karena
memiliki kesan yang
…… pada diri saya.
Skala Semantic
Differential
Konsumen
mengenal atau
familiar
dengan sumber
informasi
12. Familiarity
Saya …… dengan
sosok Abel Cantika
sebagai seorang
beauty vlogger
terkenal
Kemiripan
antara
komunikator
dengan
konsumennya
(Belch &
Belch, 2001)
13. Similiarity
Saya memiliki ……
kemiripan dengan
Abel Cantika seperti
umur/jenis
kulit/warna kulit
41
Kekuatan
(Power)
(X5)
Diadaptasi
dari Rossiter
dan Percy
(1997)
Komunikator
memiliki
kekuatan
untuk
mempengaruhi
perilaku
komunikan
dan
meningkatkan
image pada
sebuah
produk.
(Percy &
Rosenbaum,
2012)
14. Inspirative
Saya merasa
penggunaan Abel
Cantika pada sebuah
produk …… saya
untuk menggunakan
produk tersebut.
Skala Semantic
Differential
15. Trendsetter
Penggunaan Abel
Cantika dalam
sebuah produk
mampu menciptakan
trend di bidang
produk kecantikan di
masyarakat.
Perilaku
Konsumen
Minat
Pembelian
(Purchase
Intention)
(Y)
Diadaptasi
dari Sertoglu,
Korkmaz,
dan Catli
(2014)
Tingkat
keinginan
untuk membeli
16. Intention
Setelah melihat video
review dari Abel
Cantika, saya
mempertimbangkan
untuk …… produk
tersebut.
Skala Semantic
Differential
Tingkat
Ketertarikan
untuk
mencoba
17. Willingness
Setelah melihat video
review dari Abel
Cantika, saya ……
untuk mencoba
produk tersebut.
Tingkat
keinginan
untuk
merekomendas
ikan kepada
orang lain
(Sertoglu,
Korkmaz, dan
Catli, 2014)
18.
Recommendation
Setelah melihat video
review dari Abel
Cantika, saya
berkeinginan untuk
…… informasi
produk tersebut
kepada teman dan
kerabat saya.
Sumber: Data diolah penulis, 2017
42
3.4 Skala Pengukuran
Pengukuran adalah upaya pemberian tanda angka (numeral) atau bilangan pada
suatu objek atau peristiwa dengan aturan-aturan tertentu. Pengukuran merupakan
pemberian nilai pada variabel. Dalam penelitian ini menggunakan Skala Semantic
Differential sebagai pengukurnya. Skala semantic differential digunakan untuk
mengukur reaksi terhadap stimulus, kata-kata, dan konsep-konsep dan dapat
disesuaikan untuk orang dewasa atau anak-anak dari budaya manapun juga (Heise,
2006, h.1). Tujuan digunakannya skala semantic differential ialah mengukur secara
objektif sifat-sifat semantik dari kata atau konsep dalam ruang semantik tiga
dimensional, dan sebagai skala sikap yang memusatkan perhatian pada aspek afektif
atau dimensi evaluatif (Isaac dan Michael, 1984, h.144-145). Kriyantono (2006, h. 141)
menyatakan skala ini berusaha untuk mengukur arti suatu objek atau konsep bagi
seorang responden. Responden diminta menilai suatu objek atau konsep pada suatu
rangkaian karakteristik bipolar (dua kutub). Rangkaian karakteristik bipolar ini dapat
digunakan untuk mengukur tiga dimensi sikap:
1. Aktivitas: tingkat gerakan suatu objek, misalnya aktif – pasif, cepat – lambat,
panas – dingin.
2. Potensi: kekuatan atau atraksi fisik suatu objek, misalnya besar – kecil, kuat –
lemah, berat – ringan.
3. Evaluasi: hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek,
misalnya baik – buruk, bersih – kotor, jujur – bohong, adil – tidak adil, bernilai
– tidak bernilai.
43
Menurut Simamora (2005, h. 25), skala ini dapat digunakan untuk mengukur
sikap dan persepsi terhadap korporat, produk, merek dan sebagainya. Respons
dikategorigakan dalam tiga dimensi dasar yang diwakili oleh: (1) pasangan ajektif (kata
sifat), seperti baik – buruk, manis – pahit; (2) dimensi potensi, seperti kuat – lemah,
tinggi – rendah, penuh – kosong; (3) dimensi aktivitas, seperti cepat – lambat, tenang
– ribut (Simamora, 2005, h. 25). Ada dua acara yang lazim digunakan untuk
menginterpretasi data yang diperoleh dengan skala ini. Pertama, menggunakan profil
visual, yatu diagram ular (snake diagram). Cara kedua adalah mengguakan skala linier
numerik. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan skor pada skala. Untuk yang
berisikan tujuh skala, skor yang diberikan adalah satu sampai tujuh. Kutub mana yang
mendapat skor tujuh, apakah kutub negatif atau kutub posotif tidak menjadi persoalan
asalkan dilakukan secara konsisten (Simamora, 2005, h. 26).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara kedua, yaitu skala linear
numerik dengan tujuh skala. Simamora (2005, h. 27) menyatakan apabila ingin
menginterpretasi hasil pengukuran melalui skala diferensial semantik berskala tujuh,
di mana m = 7, n = 1, menjadi lima kelas (b = 5), maka perhitungan adalah:
RS =𝟕 − 𝟏
𝟓 = 1,2
dengan standar untuk kategori lima kelas yang dibentuk adalah:
a. Bila angka 1 untuk kutub positif
7,0 – 5,8 : sangat buruk
5,8> X ≥ 4,6 : buruk
4,6> X ≥ 3,4 : sedang (antara baik dan buruk)
44
3,4> X ≥ 2,2 : baik
2,2> X ≥ 1,0 : sangat baik
b. Bila angka 7 untuk kutub positif
1 – 2,2 : sangat buruk
2,2< X ≤ 3,4 : buruk
3,4< X ≤ 4,6 : sedang (antara baik dan buruk)
4,6< X ≤ 5,8 : baik
5,8< X ≤ 7,0 : sangat baik
Cooper dan Schindler (dalam Simamora, 2005, h. 28), mencatat dua
keuntungan skala ini. Pertama, menghasilkan data interval, sehingga memenuhi syarat
sebagai data metrik. Kedua, skala ini dapat mengukur sikap sejumlah besar responden
karena mudah digunakan, dan cukup menggunakan kata-kata kunci yang berlawanan
pada kedua kutubnya.
Berikut contoh kuesioner dengan menggunakan skala semantic differential:
Tabel 3. 2 Contoh Tabel Kuesioner
No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7
1 Informasi yang disampaikan oleh
Abel Cantika lebih objektif dan
spesifik.
Tidak
Tepat
Tepat
Sumber: Data diolah penulis, 2017
45
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah tiap grup atau kumpulan yang merupakan subjek penelitian
(Widi, 2010, h.197). Bungin (2008, h.99) menyatakan populasi merupakan keseluruhan
objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa, dan lainnya.
Kriyantono (2006, h.153) menambahkan dari sebuah populasi hanya diambil sebagian
saja untuk dilakukan penelitian untuk merepresentasikan keseluruhan populasi.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah subscriber pemilik akun
YouTube Abel Cantika.
Dalam penelitian ini tidak didapat data yang tetap jumlah populasinya, karena
jumlah populasi dapat bertambah dan berkurang sepanjang waktu. Namun dapat
dipastikan jumlah subscriber yang dimiliki oleh Abel Cantika lebih dari 100 orang.
Data tersebut didapatkan dari riset peneliti terhadap akun YouTube Abel Cantika per
tanggal 20 Oktober 2017 sebanyak 248.560 subscriber.
3.5.2 Sampel Penelitian
Widi (2010, h.198) menjelaskan sampel merupakan bagian dari populasi yang
diteliti. Sebuah sampel harus bisa menjadi perwakilan dari keseluruhan populasi.
Sugiyono (2010, h.81) menambahkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk mencapai hasil yang mewakili
keseluruhan, dibutuhkan tata cara penarikan sampel yang sangat diperhatikan dan
bobot sampel yang bisa dipertanggungjawabkan. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yakni sampel dipilih
46
menggunakan proses acak untuk memilih beberapa kasus sehingga tiap sampel dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih (Neuman, 2013).
Kriteria dari sampel penelitian ini ditentukan oleh peneliti yaitu penonton atau
subscriber Abel Cantika. Total subscriber per tanggal 20 Oktober 2017 adalah 248.560
subscriber. Untuk menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus slovin
karena sudah diketahui jumlah populasinya (Kriyantono, 2006, h.164).
Rumus Slovin:
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian jawaban sebanyak 10%
Ukuran Sampel:
n = 248560 / 1 + 248560 (10/100) 2
n = 248560 / 1 + 248560 (100/10000)
n = 248560 / 1 + 248560 (0,01)
n = 248560 / 1 + 2485,6
n = 248560 / 2486,6
n = 99,95 dibulatkan menjadi 100 orang.
47
3.6 Instrumen Penelitian
Arikunto (1995, h.134) dalam Kriyantono (2006, h.96) menyatakan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan penulis untuk
mengumpulkan data sehingga sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner atau angket untuk mengumpulkan data. Kuesioner
merupakan sebuah daftar tertulis yang berisi sekumpulan pertanyaan atau pernyataan
yang harus dijawab oleh responden (Widi, 2010, h.243).
Kuesioner akan disebarkan dalam bentuk online dan responden akan
mengisinya dengan panduan dari penulis agar bisa sepemahaman dengan pernyataan
penelitian. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya tingkat respon yang tinggi, dan
penulis berkesempatan untuk menjelaskan secara langsung maksud dari setiap
pernyataan yang ada. Bisa ditambahkan juga variasi berupa pemberian hadiah kepada
responden yang akan membuat responden lebih bersemangat dalam mengisi kuesioner.
Teknik ini akan menguntungkan penulis untuk berpeluang mendapatkan data yang
akurat dengan cepat dan ekonomis (Kumar, 1996, h.113).
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini tidak dibatasi untuk responden di wilayah Malang
saja, karena jangkauan responden dalam penelitian ini memungkinkan dari seluruh
Indonesia. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan September 2017 hingga November
2017.
48
3.7.2 Sumber Data
Data adalah sekumpulan bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang
diperoleh di lokasi penelitian (Bungin, 2008, h.119). Sumber data yang dikumpulkan
peneliti nantinya ada dua jenis yaitu:
1. Data Primer, atau data yang diperoleh langsung dari subjek riset penelitian.
Sumber data yang diisi oleh responden yang mengetahui Abel Cantika sebagai
beauty vlogger dan pernah menonton video review Abel Cantika.
2. Data Sekunder, atau data yang diperoleh melalui jurnal baik jurnal nasional
maupun jurnal internasional dan buku atau literatur yang ada hubungannya
dengan bidang yang akan diteliti.
3.8 Uji Instrumen
Terdapat dua kriteria terhadap instrumen penelitian, yaitu validitas alat ukur
dan reliabilitas alat ukur (Widi, 2010, h.247).
3.8.1 Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur yang diukur walaupun dilakukan
berkali-kali dan dimana-mana (Bungin, 2008, h.97). Menurut Neuman (2013) validitas
adalah seberapa baik “kesesuaian” indikator empiris dengan definisi konseptual dari
konstruk yang seharusnya diukur oleh indikator tersebut. Validitas pengukuran
memberitahu peneliti seberapa baik definisi konseptual dan operasional berkerja sama
satu dengan yang lain, semakin baik kesesuaiannya maka semakin tinggi validitas
pengukurannya (Neuman, 2013). Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau
49
tidaknya suatu kuesioner. Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2013, h.52).
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti lebih tertarik dalam mencapai keotentikan
dibandingkan mewujudkan “kebenaran” versi tunggal. Keotentikan berarti
menawarkan sifat yang adil, jujur, dan seimbang dalam kehidupan sosial dari sudut
pandang orang-orang yang menjalaninya setiap hari (Neuman, 2013, h.242). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas eksternal, yakni validitas yang
diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya hasil penelitian dari suatu sempel
digeneralisasi untuk suatu populasi atau hasil pengukuran dari suatu populasi
diterapkan pada populasi yang berbeda (Singarimbun & Effendi, 2006, h.99).
Berikut adalah rumus korelasi Pearson’s Product Moment:
𝐫 =𝒏(∑𝑿𝒀) − (∑𝑿∑𝒀)
√[𝒏∑𝑿𝟐 − (∑𝑿)𝟐] [𝒏∑𝒀𝟐 − (∑𝒀)𝟐]
Keterangan:
r = koefisien korelasi Pearson’s product moment
n = jumlah individu dalam sampel
X = skor pernyataan
Y = skor total
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan diandalkan atau konsistensi dari ukuran suatu
variabel. Hal ini menunjukan bahwal hal yang sama diulang atau terjadi lagi dalam
50
kondisi yang identik atau sangat mirip (Neuman, 2013). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran uji
reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) (Ghozali, 2013). Rumus
cronbach alpha ialah:
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas Cronbach Alpha
k = Jumlah item pertanyaan yang diuji
Σσ2XL = Jumlah varians skor item
σ2X = Varians skor-skor tes (seluruh item k)
3.9 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian analisis regresi terhadap
hipotesis penelitian. Analisis regresi linear sederhana dengan satu variabel X dan satu
variabel Y dilakukan dengan uji asumsi normalitas (Ghozali, 2013).
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan
probability plot. Data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila residual plots
mengikuti garis normalitas dan berada di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat
dikatakan sebaran populasi yang representatif dari sampel yang telah ditentukan tidak
51
menggumpal pada suatu titik saja, mereka tersebar dari tinggi hingga rendah (Ghozali,
2008, h.94).
3.9.2 Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah kondisi dimana varian dari nilai sisa adalah tidak
sama (unequal) antara satu observer (pengamatan) dengan observer lainnya. Menurut
Wijaya (dalam Sarjono dan Julianita, 2011, h. 66), heterokedastisitas menunjukkan
bahwa varian variabel tidak sama untuk semua pengamatan atau observasi. Jika varian
dari residual sama antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya, disebut dengan
kondisi homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah terjadi kondisi
heterokedastisitas, dan bukan homoskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heterokedastisitas, yaitu dengan melihat scatterplot. Uji
heteroskedastisitas yang paling sering digunakan adalah uji scatterplot (Sarjono dan
Julianita, 2011, h. 66). Heteroskedastisitas juga dapat diidentifikasikan dengan cara
menghitung koefisien korelasi dengan rumus Spearman’s Rank Correlation Test antara
nilai residual dengan seluruh variabel bebas (Gani & Amalia, 2005).
3.9.3 Uji Multikolinearitas
Menurut Hamdi & Bahruddin (2014, h. 125), multikolinearitas adalah korelasi
linear yang “sempurna” atau eksak di antara variabel penjelas yang dimasukkan ke
dalam model. Asumsi multikolinearitas merupakan bentuk pengujian yang menyatakan
bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas, yaitu gejala
korelasi antar variabel independen (Nugraha, 2014, h. 186). Apabila terjadi gejala
multikolinearitas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan
52
menghilangkan variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling
baik (Nugraha, 2014, h. 86). Salah satu cara untuk menguji multikolinearitas adalah
dengan menghitung variance inflation factor (VIF) (Purwoto, 2007, h. 97). Nilai VIF
suatu variabel dapat dihitung dengan rumus:
3.10 Teknik Analisis Data
Menurut Restu K. Widi (2010, h.253) analisis data adalah proses
penghimpunan atau pengumpulan pemodelan dan transformasi data dengan tujuan
untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran,
kesimpulan dan mendukung pembuatan keputusan. Analisis data dilakukan untuk
melihat adanya hubungan diantara dua variabel (Kriyantono, 2006, h.168). Analisis
data menjadi bagian penting sebab sebaik apapun data yang diperoleh jika tidak
dianalisis dengan metode yang tepat maka tidak akan dapat memberikan kesimpulan
yang baik dan tepat (Sinambela, 2014, h.187). Analis data dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu manual dan bantuan komputer. Namun cara manual dapat dilakukan untuk
data responden yang berjumlah sedikit dan bisa mengabiskan waktu. Cara dengan
menggunakan bantuan komputer akan lebih mudah dan harus mengenal program yang
digunakan dengan baik (Kumar, 1996, h.221-222).
3.10.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi dilakukan jika korelasi antara dua variabel mempunyai
hubungan kausal (sebab akibat) atau hubungan fungsional (Kriyantono, 2012, h. 183).
53
Menurut Kriyantono (2012, h. 184), regresi ada dua, linear dan nonlinear. Regresi
linear terjadi bila kumpulan data dapat dinyatakan berada pada suatu garis lurus (linear)
sebaliknya terjadi pada nonlinear.
Kurniawan (2010, h. 52) menyatakan bahwa regresi linear berganda merupakan
pengaruh antara lebih dari 2 variabel, dimana terdiri dari 2 atau lebih independen
(bebas) dan 1 variabel dependen (terikat) dan juga digunakan untuk membangun
persamaan tersebut untuk membuat perkiraan. Regresi linear berganda digunakan bila
penyebab diperkirakan lebih dari satu variabel (Kriyantono, 2012, h. 185). Berikut
adalah rumus dari persamaan regresi linear berganda:
Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn
Keterangan:
Y = variabel tidak bebas (subjek dalam variabel tak bebas/dependen yang diprediksi)
X1, X2 = variabel bebas (subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu)
a = nilai konstan atau harga Y bila X = 0
b1, b2 = koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel dependen
yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi
penurunan.
3.10.2 Koefisien Determinasi ( )
Menurut Wahyono (2010, h. 29), kekuatan pengaruh dan hubungan antara
variabel penduga terhadap variabel bergantung dinyatakan dalam nilai koefisien
determinasi ( ) dan koefisien korelasi (R). Koefisien determinasi ( ) menyatakan
54
proporsi keragaman pada variabel bergantung yang mampu dijelaskan oleh variabel
penduganya. Nilai berkisar antara 0 sampai 1, nilai yang semakin mendekati 1
menunjukkan pengaruh variabel penduga terhadap variabel bergantung semakin kuat.
Sebaliknya, semakin mendekati 0 menunjukkan pengaruh yang semakin lemah
(Wahyono, 2010, h. 29). Nilai koefisien determinasi dihitung dengan rumus:
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan kekuatan hubungan fungsional antara
variabel bergantung dengan variabel penduganya (Wahyono, 2010, h. 29). Nilai R
berkisar antara sampai dengan 1. Semakin mendekati atau 1 menunjukkan hubungan
fungsional yang semakin kuat. Sebaliknya, semakin mendekati 0 menunjukkan
hubungan fungsional yang semakin lemah (Wahyono, 2010, h. 29). Nilai R dihitung
dengan rumus:
R =
di mana:
R = nilai koefisien korelasi.
Menurut Wahyono (2010, h. 53), dalam model regresi berganda, koefisien
korelasi dibedakan menjadi koefisien korelasi ganda dan parsial. Koefisien korelasi
ganda menyatakan hubungan antara variabel bergantung dengan variabel penduga
secara bersamasama. Sedangkan koefisien korelasi parsial menyatakan hubungan
variabel bergantung dengan satu variabel penduga jika variabel penduga yang lain
dianggap konstan atau tetap. Koefisien korelasi ini dapat dibedakan menjadi koefisien
55
korelasi yang mengabaikan atau r ( ) yang kemudian dikenal dengan Zero-Order
Corellations, koefisien korelasi dengan menjadikan sebagai pengoreksi r ( ,
0) atau kemudian dikenal dengan Part Corellations serta koefisien korelasi yang
menganggap variabel penduga lainnya konstan atau kemudian dikenal dengan Partial
Corellations (Wahyono, 2010, h. 53).
3.11 Pengujian Hipotesis
3.11.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji t dimaksudkan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan (dalam regresi majemuk) (Gujarati, dalam Hamka n.d.).
Uji ini dilakukan untuk membuktikan apakah nilai setiap koefisien secara signifikan
berbeda dengan nol atau tidak. Apabila dari hasil uji diketahui suatu koefisien tidak
secara signifikan berbeda dengan nol (artinya nilai tersebut bisa sama dengan nol) maka
variabel yang bersangkutan tidak layak digunakan dan harus dikeluarkan dari
persamaan regresi (Gani & Amalia, 2015).
3.11.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Penelitian ini juga menggunakan Uji F dalam pengujian hipotesis. Uji F disebut
juga dengan Uji ANOVA, yaitu Analysist of Variance. Kegunaan uji F hampir sama
dengan uji statistik T, yaitu menganalisis ada tidaknya perbedaan rata-rata nilai tengah
suatu data. Perbedaannya hanya pada kelompok datanya, pada uji F kelompok data
yang diuji dapat lebih dari dua kelompok. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan
56
atau pengaruh tersebut, pada uji F dibutuhkan nilai standar atau nilai Ftabel sebagai
pembanding (Baroroh, 2008). Menentukan nilai Ftabel dengan cara melihat tabel
distribusi nilai F dengan menentukan nilai df (n1) dan df (n) terlebih dahulu. Rumus
yang dapat digunakan untuk menentukan nilai df (n1) dan df (n2) adalah sebagai
berikut:
df (n1) = K – 1 df
(n2) = n – K
Keterangan:
df : degree of freedom
n1 : df untuk penyebut
n2 : df untuk pembilang
K : jumlah variabel yang diteliti
n : jumlah responden
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
YouTube merupakan sebuah situs jaringan online yang terhubung dengan
internet yang menyediakan berbagai informasi dalam bentuk audio dan visual secara
bersamaan. Penggunaan situs online YouTube memungkinkan para penggunanya
untuk dapat berbagi informasi dalam bentuk video. Pengguna YouTube juga dapat
berpartisipasi untuk menggunggah video ke YouTube dengan melakukan aktivasi
sebagai pengguna YouTube. Dengan kemudahan menjadi pengguna YouTube, timbul
sebuah fenomena yaitu munculnya berbagai content creator. Para content creator ini
menggunakan YouTube sebagai media penyalur kreativitas mereka. Berbagai jenis
content video tersedia dalam situs YouTube, mulai dari beauty, lifestyle, games, movie,
fashion, health, dll.
Objek dalam peneltian ini adalah subscriber dari salah satu pembuat konten
beauty dalam YouTube yaitu Abel Cantika. Ia bergabung sebagai pengguna YouTube
sejak Desmber 2010, namun aktif menggunakan YouTube sejak Oktober 2015. Abel
Cantika kini telah memiliki 248.560 subscriber atau pengikut terhitung per tanggal 20
Oktober 2017 dengan jumlah video mencapai 82 video. Eksistensi Abel Cantika yang
mulai dikenal oleh kalangan pengguna YouTube digunakan untuk melakukan ulasan
pada produkuk kecantikan. Abel Cantika memang sejak awal memiliki keahlian dalam
58
dunia hiburan dan kecantikan sehingga membuat dirinya ingin berbagi pengetahuan
dalam dunia kecantikan kepada khalayak.
Berikut adalah tampilan halaman depan akun YouTube Abel Cantika:
Gambar 4. 1 Halaman Depan Akun YouTube Abel Cantika
Sumber: www.youtube.com/AbelCantika, 2017
4.2 Penyajian Data Karakteristik Responden
Respoden dalam penelitian ini pengguna YouTube aktif yang mengetahui dan
pernah menonton video dari akun Abel Cantika atau subscriber Abel Cantika sendiri.
Penulis memilih sampel secara acak dengan menggunakan rumus slovin, yang
kemudian diperoleh hasil 100 responden dalam penelitian ini. Prosedur yang digunakan
59
oleh penulis yaitu dengan menyebar link kuesioner online dengan menggunakan google
docs di setiap grup via LINE atau WhatsApp.
Penyajian data karakteristik responden ini digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, domisili,
pekerjaan, mengetahui dan pernah menonton online review dari Abel Cantika, dan
intensitas menonton online review.
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Gambar 4. 2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Dari 100 responden yang diambil, sebanyak 7% dengan jumlah 7 responden
berusia dibawah 17 tahun, 81% dengan jumlah 81 responden berusia 17 hingga 25
tahun, dan 12% dengan jumlah 12 responden berusia lebih dari 25 tahun. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa responden berkisar pada usia 17 tahun hingga 25 tahun
7%
81%
12%
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
< 17 Tahun
17-25 Tahun
> 25 Tahun
60
yang didominasi oleh usia remaja akhir. Hal ini menunjukan bahwa sampel yang dipilih
oleh peneliti sudah benar, yaitu responden dengan usia remaja akhir.
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4. 3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Berdasarkan data yang diperoleh, jenis kelamin didominasi oleh perempuan
sebanyak 96% dengan jumlah 96 responden dan responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 4% dengan jumlah 4 responden. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi
penonton online video review yang dibawakan oleh Abel Cantika ada pada jenis
kelamin perempuan karena konten yang dimiliki oleh Abel Cantika sendiri lebih
banyak membahas tentang produk-produk kecantikan yang biasa digunakan oleh
perempuan. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sudah benar karena
mayoritas penonton online video review dari Abel Cantika adalah perempuan.
4%
96%
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
61
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili
Gambar 4. 4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel subscriber Abel Cantika dari
Pulau Jawa. Berdasarkan data diatas, 48% dengan jumlah 48 responden berasal dari
wilayah JABODETABEK, 19% dengan jumlah 19 responden berasal dari wilayah
Jawa Barat, 13% dengan jumlah 13 responden berasal dari wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta, 17% dengan jumlah 17 responden berasal dari wilayah Jawa Timur, dan
3% dengan jumlah 3 responden berasal dari luar Pulau Jawa. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa wilayah yang paling banyak menonton online video review dari Abel
Cantika di Pulau Jawa didominasi oleh wilayah JABODETABEK. Wilayah
JABODETABEK menjadi wilayah yang paling dominan dikarenakan domisili dari
Abel Cantika sendiri berasal dari wilayah JABODETABEK dan banyaknya event atau
acara yang dihadiri oleh Abel Cantika berada di Jakarta, membuat banyaknya
48%
[]
[]
[]
[]
Karakteristik Responden Berdasarkan
Domisili
JABODETABEK
Jawa Barat
JawaTengah/Yogyakarta
Jawa Timur
Lainnya
62
penggemar yang menonton online video review Abel Cantika berasal dari wilayah
JABODETABEK.
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4. 5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Berdasarkan data diatas, 7% dengan jumlah 7 responden memiliki pekerjaan
sebagai pelajar, 55% dengan jumlah 55 responden memiliki pekerjaan sebagai
mahasiswa, 9% dengan jumlah responden memiliki pekerjaan sebagai karyawan, 10%
dengan jumlah 10 responden tidak memiliki pekerjaan, dan 19% dengan jumlah 19
responden memiliki pekerjaan lain yang datanya tidak tertera. Dari data tersebut
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa
ialah yang paling banyak menonton online video review dari Abel Cantika. Mahasiswa
strata 1 umunya berusia 17 tahun hingga 22 tahun, hal ini juga menunjukan bahwa
[]
[][]
[]
[]
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pelajar
Mahasiswa
Karyawan
Tidak Bekerja
Lainnya
63
sampel yang dipilih oleh peneliti sudah benar yaitu responden yang berusia remaja
akhir.
4.3 Hasil Uji Instrumen
4.3.1 Uji Validitas
Uji Validitas pada suatu item atau instrumen dapat dilakukan dengan
membandingkan indeks korelasi Pearson product moment dengan signifikasi 5%
(0,05). Jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka item dikatakan valid, sebaliknya
jika nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka item dikatakan tidak valid. Uji Validitas
juga dapat dilaukan dengan membandingkan hasil dari r hitung dengan r tabel. Apabila
koefisien korelasi (r) yang telah diuji lebih besar dari angka r tabel maka instrument
penelitian dapat dikatakan valid begitu juga sebaliknya.
H0 : r = 0, tidak terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan (α) 5%.
H1 : r ≠ 0, terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan (α) 5%.
Hipotesa nol (H0) diterima apabila r hitung < r tabel, demikian sebaliknya hipotesa
alternatif (H1) diterima apabila r hitung > r tabel.
Pengujian validitas dalam penelitian ini dihitung menggunakan program SPSS
21. Hasil pengujian validitas pada tiap item pernyataan akan disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4. 1 Hasil Uji Validitas Variabel
Item r Hitung Sig. r Tabel Keterangan
X1.1 0.674 0.000 0.195 Valid
X1.2 0.712 0.000 0.195 Valid
64
X1.3 0.684 0.000 0.195 Valid
X1.4 0.643 0.000 0.195 Valid
X1.5 0.664 0.000 0.195 Valid
X2.1 0.737 0.000 0.195 Valid
X2.2 0.744 0.000 0.195 Valid
X2.3 0.770 0.000 0.195 Valid
X3.1 0.907 0.000 0.195 Valid
X3.2 0.887 0.000 0.195 Valid
X4.1 0.687 0.000 0.195 Valid
X4.2 0.811 0.000 0.195 Valid
X4.3 0.743 0.000 0.195 Valid
X5.1 0.854 0.000 0.195 Valid
X5.2 0.888 0.000 0.195 Valid
Y1 0.755 0.000 0.195 Valid
Y2 0.817 0.000 0.195 Valid
Y3 0.714 0.000 0.195 Valid
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikasi r indikator
pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap indikator variabel
adalah valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut dapat
digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas pada penelitian ini, yaitu menggunakan
Cronbach Alpha. Bila hasil koefien alpha lebih besar dari angka r table maka dapat
65
dikatakan reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2002, h. 312)
dengan membagi tingkatan reliabilitas sebagai berikut:
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = reliabilitas diterima
3. < 0,6 = reliabilitas kurang baik
Kriteria pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah apabila nilai dari
koefisien reliabilitas alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut sudah reliabel
(handal). Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4. 2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
No. Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan
1 Kualitas Argumen (X1) 0,697 Reliabel
2 Kuantitas Argumen (X2) 0,610 Reliabel
3 Kredibilitas (X3) 0,755 Reliabel
4 Daya Tarik (X4) 0,605 Reliabel
5 Kekuatan (X5) 0,681 Reliabel
6 Minat Beli (Y) 0,642 Reliabel
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk semua variabel
lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua
variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel.
66
4.4 Analisis Statistik Deskriptif
Data hasil penyebaran kuesioner penelitian terhadap 100 responden akan
dijelaskan melalui tabel distribusi frekuensi data. Pada penelitian ini, menggunakan
lima variabel bebas yaitu kualitas argumen (X1), kuantitas argumen (X2), kredibilitas
(X3), daya tarik (X4), dan kekuatan (X5). Tabel distribusi frekuensi data ini akan
menunjukkan distribusi atau deskriptif item-item dari variabel-variabel tersebut secara
keseluruhan. Berikut merupakan tabel distribusi frekuensi data yang diperoleh dari
jawaban seluruh responden pada kuesioner penelitian.
4.4.1 Variabel Kualitas Argumen (X1)
Pada variabel kualitas argumen terdapat lima item pertanyaan yang diberikan
kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut:
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Variabel Kualitas Argumen ( X1)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % f % f % f % Jumlah %
X1.1 4 4.00 20 20.00 36 36.00 36 36.00 4 4.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.84
X1.2 58 58.00 25 25.00 11 11.00 6 6.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 6.35
X1.3 36 36.00 27 27.00 22 22.00 14 14.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.83
X1.4 0 0.00 22 22.00 25 25.00 46 46.00 7 7.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.62
X1.5 21 21.00 48 48.00 27 27.00 4 4.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.86
5.50
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Keterangan:
X1.1 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan spesifik
X1.2 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika masuk akal dan dapat diterima
X1.3 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika …… dimengerti
67
X1.4 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif
X1.5 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih meragukan.
Item X1.1 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan
spesifik
Pada item X1.1 responden diberikan pernyataan mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan spesifik, dengan mencantumkan kata
sifat “Tidak Tepat” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Tepat”
yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 36% responden memberikan skor 5 dan 4 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan spesifik. Selanjutnya 20% responden
memberikan skor 6, dan 4% memberikan skor 7 dan 3 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan spesifik. Rata-rata item sebesar 4.84
menunjukan bahwa sebagian besar responden berada dalam taraf baik mengenai
informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih objektif dan spesifik.
Item X1.2 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika masuk akal dan dapat
diterima
Pada item X1.2, responden diberikan pernyataan mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika masuk akal dan dapat diterima, dengan mencantumkan
kata sifat “Tidak Tepat” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan
“Tepat” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
68
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 58% responden memberikan skor 7 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika masuk akal dan dapat diterima. Sedangkan 25%
responden memberikan skor 6, 11% memberikan skor 5, dan 6% memberikan skor 4
mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika masuk akal dan dapat
diterima. Rata-rata item sebesar 6.35 menunjukan bahwa sebagian besar responden
dalam taraf sangat baik mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika
masuk akal dan dapat diterima.
Item X1.3 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika …… dimengerti
Pada item X1.3, responden diberikan pernyataan mengenai kemudahan
informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika, dengan mencantumkan kata sifat
“Sulit” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Mudah” yang memiliki
besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 36% responden memberikan skor 7 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika mudah dimengerti. Sedangkan 27% responden
memberikan skor 6, 22% memberikan skor 5, 14% memberikan skor 4, dan 1%
memberikan skor 3 mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika mudah
dimengerti. Rata-rata item sebesar 5.38 menunjukan bahwa sebagian besar responden
dalam taraf sangat baik mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika
mudah dimengerti.
69
Item X1.4 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif
Pada item X1.4, responden diberikan pernyataan mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif, dengan mencantumkan kata sifat
“Tidak Tepat” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Tepat” yang
memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 46% responden memberikan skor 4 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif. Sedangkan 25% responden
memberikan skor 5, 22% memberikan skor 6, dan 7% memberikan skor 3 mengenai
informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif. Rata-rata item sebesar
4.62 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf baik mengenai
informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika lebih subjektif.
Item X1.5 : Informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih
meragukan
Pada item X1.5, responden diberikan pernyataan mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih meragukan, dengan mencantumkan
kata sifat “Tidak Tepat” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan
“Tepat” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 48% responden memberikan skor 6 mengenai informasi yang
disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih meragukan. Sedangkan 27%
responden memberikan skor 5, 21% memberikan skor 7, dan 4% memberikan skor 4
mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih meragukan.
70
Rata-rata item sebesar 5.86 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf
sangat baik mengenai informasi yang disampaikan oleh Abel Cantika tergolong masih
meragukan.
4.4.2 Variabel Kuantitas Argumen (X2)
Pada variabel kuantitas argumen terdapat tiga item pertanyaan yang diberikan
kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.4
berikut:
Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Variabel Kuantitas Argumen ( X2)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % f % f % f % Jumlah %
X2.1 1 1.00 15 15.00 42 42.00 38 38.00 4 4.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.71
X2.2 1 1.00 13 13.00 38 38.00 39 39.00 9 9.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.58
X2.3 35 35.00 36 36.00 24 24.00 3 3.00 2 2.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.99
5.09
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Keterangan:
X2.1 : Jumlah komentar positif yang ada dalam video review Abel Cantika
menunjukan bahwa produk tersebut memiliki reputasi yang baik
X2.2 : Jumlah komentar yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan
bahwa produk tersebut populer
X2.3 : Banyaknya komentar dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa
produk tersebut sedang laku dipasaran
71
Item X2.1 : Jumlah komentar positif yang ada dalam video review Abel Cantika
menunjukan bahwa produk tersebut memiliki reputasi yang baik
Pada item X2.1, responden diberikan pernyataan mengenai jumlah komentar
positif yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut
memiliki reputasi yang baik, dengan mencantumkan kata sifat “Tidak Sesuai” yang
memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Sesuai” yang memiliki besaran skor
7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 42% responden memberikan skor 5 mengenai jumlah komentar
positif yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut
memiliki reputasi yang baik. Sedangkan 38% responden memberikan skor 4, 15%
memberikan skor 6, 4% memberikan skor 3, dan 1% memberikan skor 7 mengenai
jumlah komentar positif yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa
produk tersebut memiliki reputasi yang baik. Rata-rata item sebesar 4.71 menunjukan
bahwa sebagian besar responden dalam taraf baik mengenai jumlah komentar positif
yang ada dalam video review Abel Cantika yang menunjukan bahwa produk tersebut
memiliki reputasi yang baik.
Item X2.2 : Jumlah komentar yang ada dalam video review Abel Cantika
menunjukan bahwa produk tersebut popular
Pada item X2.2, responden diberikan pernyataan mengenai jumlah komentar
yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut
popular, dengan mencantumkan kata sifat “Tidak Sesuai” yang memiliki besaran skor
72
1 di ujung sebelah kiri, dan “Sesuai” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah
kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 39% responden memberikan skor 4 mengenai jumlah komentar
yang ada dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut
popular. Sedangkan 38% responden memberikan skor 5, 13% memberikan skor 6, 9%
memberikan skor 3, dan 1% memberikan skor 7 mengenai jumlah komentar yang ada
dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut popular. Rata-
rata item sebesar 4.58 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf sedang
mengenai jumlah komentar yang ada dalam video review Abel Cantika yang
menunjukan bahwa produk tersebut popular.
Item X2.3 : Banyaknya komentar dalam video review Abel Cantika menunjukan
bahwa produk tersebut sedang laku dipasaran
Pada item X2.3, responden diberikan pernyataan mengenai banyaknya
komentar dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut sedang
laku dipasaran, dengan mencantumkan kata sifat “Tidak Sesuai” yang memiliki
besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Sesuai” yang memiliki besaran skor 7 di
ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 36% responden memberikan skor 6 mengenai banyaknya komentar
dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut sedang laku
dipasaran. Sedangkan 35% responden memberikan skor 7, 24% memberikan skor 5,
3% memberikan skor 4, dan 2% memberikan skor 3 mengenai banyaknya komentar
73
dalam video review Abel Cantika menunjukan bahwa produk tersebut sedang laku
dipasaran. Rata-rata item sebesar 5.99 menunjukan bahwa sebagian besar responden
dalam taraf sangat baik mengenai banyaknya komentar positif dalam video review Abel
Cantika yang menunjukan bahwa produk tersebut sedang laku dipasaran.
4.4.3 Variabel Kredibilitas (X3)
Pada variabel kredibilitas terdapat dua item pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4. 5 Statistik Deskriptif Variabel Kredibilitas (X3)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % f % f % f % Jumlah %
X3.1 10 10.00 43 43.00 38 38.00 8 8.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.53
X3.2 19 19.00 61 61.00 16 16.00 3 3.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.94
5.74
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Keterangan:
X3.1 : Menurut saya, Abel Cantika memiliki pengetahuan yang luas di bidang produk
kecantikan oleh karena itu ia sangat ……
X3.2 : Saya …… dengan review yang disampaikan oleh Abel Cantika
Item X3.1 : Menurut saya, Abel Cantika memiliki pengetahuan yang luas di
bidang produk kecantikan oleh karena itu ia sangat ……
Pada item X3.1, responden diberikan pernyataan mengenai pengetahuan luas
yang dimiliki oleh Abel Cantika di bidang produk kecantikan, dengan mencantumkan
kata sifat “Amatir” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Ahli” yang
memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
74
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 43% responden memberikan skor 6 mengenai keahlian dan
pengetahuan yang luas di bidang produk kecantikan yang dimiliki oleh Abel Cantika.
Sedangkan 38% responden memberikan skor 5, 10% memberikan skor 7, 8%
memberikan skor 4, dan 1% memberikan skor 3 mengenai keahlian dan pengetahuan
yang luas di bidang produk kecantikan yang dimiliki oleh Abel Cantika. Rata-rata item
sebesar 5.53 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf baik mengenai
keahlian dan pengetahuan luas di bidang produk kecantikan yang dimiliki oleh Abel
Cantika.
Item X3.2 : Saya …… dengan review yang disampaikan oleh Abel Cantika
Pada item X3.2, responden diberikan pernyataan mengenai kepercayaan
terhadap review yang disampaikan oleh Abel Cantika, dengan mencantumkan kata sifat
“Tidak Percaya” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Percaya”
yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 61% responden memberikan skor 6 mengenai kepercayaan
terhadap review yang disampaikan oleh Abel Cantika. Sedangkan 19% responden
memberikan skor 7, 16% memberikan skor 5, 3% memberikan skor 4, dan 1%
memberikan skor 3 mengenai kepercayaan terhadap review yang disampaikan oleh
Abel Cantika. Rata-rata item sebesar 5.94 menunjukan bahwa sebagian besar
responden dalam taraf sangat baik mengenai kepercayaan terhadap review yang
disampaikan oleh Abel Cantika.
75
4.4.4 Variabel Daya Tarik (X4)
Pada variabel daya tarik terdapat tiga item pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4. 6 Statistik Deskriptif Variabel Daya Tarik ( X4)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % f % f % f % Jumlah %
X4.1 8 8.00 54 54.00 24 24.00 14 14.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.56
X4.2 28 28.00 48 48.00 16 16.00 8 8.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.96
X4.3 28 28.00 49 49.00 16 16.00 6 6.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.97
5.83
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Keterangan:
X4.1 : Saya menyukai sosok Abel Cantika karena memiliki kesan yang …… pada
diri saya
X4.2 : Saya …… dengan sosok Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger
terkenal
X4.3 : Saya memiliki …… kemiripan dengan Abel Cantika seperti umur/jenis
kulit/warna kulit
Item X4.1 : Saya menyukai sosok Abel Cantika karena memiliki kesan yang ……
pada diri saya
Pada item X4.1, responden diberikan pernyataan mengenai kesan yang
diberikan oleh Abel Cantika pada diri responden, dengan mencantumkan kata sifat
“Buruk” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Baik” yang memiliki
besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
76
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 54% responden memberikan skor 6 mengenai kesan yang baik yang
diberikan oleh Abel Cantika. Sedangkan 24% responden memberikan skor 5, 14%
memberikan skor 4, dan 8% memberikan skor 7 mengenai kesan yang baik yang
diberikan oleh Abel Cantika. Rata-rata item sebesar 5.56 menunjukan bahwa sebagian
besar responden dalam taraf baik mengenai kesan yang diberikan oleh Abel Cantika
pada setiap responden.
Item X4.2 : Saya …… dengan sosok Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger
terkenal
Pada item X4.2, responden diberikan pernyataan mengenai ketertarikan
responden terhadap sosok Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger terkenal,
dengan mencantumkan kata sifat “Tidak Tertarik” yang memiliki besaran skor 1 di
ujung sebelah kiri, dan “Tertarik” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 48% responden memberikan skor 6 mengenai ketertarikan pada
sosok Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger. Sedangkan 28% responden
memberikan skor 7, 16% memberikan skor 5, dan 8% memberikan skor 4 mengenai
ketertarikan pada sosok Abel Cantika sebagai beauty vlogger. Rata-rata item sebesar
5.96 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf sangat baik mengenai
ketertarikan pada sosok Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger terkenal.
77
Item X4.3 : Saya memiliki …… kemiripan dengan Abel Cantika seperti
umur/jenis kulit/warna kulit
Pada item X4.3, responden diberikan pernyataan mengenai kemiripan yang
dimiliki responden dengan Abel Cantika, dengan mencantumkan kata bilangan
“Sedikit” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Banyak” yang
memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 49% responden memberikan skor 6 mengenai memiliki kemiripan
dengan Abel Cantika seperti umur/jenis kulit/warna kulit. Sedangkan 28% responden
memberikan skor 7, 16% memberikan skor 5, 6% meberikan skor 4 dan 1%
memberikan skor 3 mengenai memiliki kemiripan dengan Abel Cantika. Rata-rata item
sebesar 5.97 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf sangat baik
mengenai memiliki kemiripan dengan Abel Cantika seperti umur/jenis kulit/warna
kulit.
4.4.5 Variabel Kekuatan (X5)
Pada variabel kekuatan terdapat dua item pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4. 7 Statistik Deskriptif Variabel Kekuatan ( X5)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % f % f % f % Jumlah %
X5.1 0 0.00 7 7.00 15 15.00 63 63.00 15 15.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.14
X5.2 2 2.00 4 4.00 20 20.00 54 54.00 20 20.00 0 0.00 0 0.00 100 100 4.14
4.14
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
78
Keterangan:
X5.1 : Saya merasa penggunaan Abel Cantika pada sebuah produk …… saya untuk
menggunakan produk tersebut
X5.2 : Penggunaan Abel Cantika dalam sebuah produk mampu menciptakan trend di
bidang produk kecantikan di masyarakat
Item X5.1 : Saya merasa penggunaan Abel Cantika pada sebuah produk ……
saya untuk menggunakan produk tersebut
Pada item X5.1, responden diberikan pernyataan mengenai penggunaan Abel
Cantika pada sebuah produk yang mampu menginspirasi responden, dengan
mencantumkan kata kerja “Tidak Menginspirasi” yang memiliki besaran skor 1 di
ujung sebelah kiri, dan “Menginspirasi” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah
kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 63% responden memberikan skor 4 mengenai penggunaan Abel
Cantika pada sebuah produk yang menginspirasi responden untuk menggunakan
produk tersebut. Sedangkan 15% responden memberikan skor 5 dan 3, dan 7%
memberikan skor 6 mengenai penggunaan Abel Cantika pada sebuah produk yang
menginspirasi responden untuk menggunakan produk tersebut. Rata-rata item sebesar
4.14 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf sedang mengenai
penggunaan Abel Cantika pada sebuah produk yang menginspirasi responden untuk
menggunakan produk tersebut.
79
Item X5.2 : Penggunaan Abel Cantika dalam sebuah produk mampu
menciptakan trend di bidang produk kecantikan di masyarakat
Pada item X5.2, responden diberikan pernyataan mengenai penggunaan Abel
Cantika dalam sebuah produk yang mampu menciptakan trend di bidang produk
kecantikan, dengan mencantumkan kata sifat “Tidak Setuju” yang memiliki besaran
skor 1 di ujung sebelah kiri, dan “Setuju” yang memiliki besaran skor 7 di ujung
sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 54% responden memberikan skor 4 mengenai penggunaan Abel
Cantika dalam sebuah produk yang mampu menciptakan trend di bidang produk
kecantikan. Sedangkan 20% responden memberikan skor 5 dan 3, 4% memberikan skor
6, dan 2% memberikan skor 7 mengenai penggunaan Abel Cantika dalam sebuah
produk yang mampu menciptakan trend di bidang produk kecantikan. Rata-rata item
sebesar 4.14 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam taraf sedang
mengenai penggunaan Abel Cantika dalam sebuah produk yang mampu menciptakan
trend di bidang produk kecantikan di masyarakat.
4.4.6 Variabel Minat Beli (Y)
Pada variabel minat beli terdapat delapan pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4. 8 Statistik Deskriptif Variabel Minat Beli (Y)
Item 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Rata-rata f % f % f % f % F % f % f % Jumlah %
Y1.1 16 16.00 55 55.00 28 28.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.86
80
Y1.2 6 6.00 45 45.00 42 42.00 6 6.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.49
Y1.3 7 7.00 75 75.00 12 12.00 6 6.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100 100 5.83
5.73
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Keterangan:
Y1.1 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya mempertimbangkan
untuk …… produk tersebut
Y1.2 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya …… untuk mencoba
produk tersebut
Y1.3 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya berkeinginan untuk ……
informasi produk tersebut kepada teman dan kerabat saya
Item Y1.1 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya
mempertimbangkan untuk …… produk tersebut
Pada item Y1.1, responden diberikan pernyataan mengenai pertimbangan untuk
membeli produk tersebut setelah melihat video review dari Abel Cantika, dengan
mencantumkan kata kerja “Tidak Membeli” yang memiliki besaran skor 1 di ujung
sebelah kiri, dan “Membeli” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 55% responden memberikan skor 6 mengenai pertimbangan untuk
membeli produk tersebut setelah melihat video review dari Abel Cantika. Sedangkan
28% responden memberikan skor 5, 16% memberikan skor 7, dan 1% memberikan
skor 4 mengenai pertimbangan untuk membeli produk tersebut setetlah melihat video
review dari Abel Cantika. Rata-rata item sebesar 5.86 menunjukan bahwa sebagian
81
besar responden dalam taraf sangat baik mengenai pertimbangan untuk membeli
produk tersebut setelah melihat video review dari Abel Cantika.
Item Y1.2 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya …… untuk
mencoba produk tersebut
Pada item Y1.2, responden diberikan pernyataan mengenai perasaan untuk
mencoba produk tersebut setelah melihat video review dari Abel Cantika, dengan
mencantumkan kata kerja “Tidak Tertarik” yang memiliki besaran skor 1 di ujung
sebelah kiri, dan “Tertarik” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 45% responden memberikan skor 6 mengenai perasaan untuk
mencoba produk tersebut setelah melihat video review dari Abel Cantika. Sedangkan
42% responden memberikan skor 5, 6% memberikan skor 7 dan 4, dan 1% memberikan
skor 3 mengenai perasaan untuk mencoba produk tersebut setetlah melihat video review
dari Abel Cantika. Rata-rata item sebesar 5.49 menunjukan bahwa sebagian besar
responden dalam taraf baik mengenai perasaan untuk mencoba produk tersebut setelah
melihat video review dari Abel Cantika.
Item Y1.3 : Setelah melihat video review dari Abel Cantika, saya berkeinginan
untuk …… informasi produk tersebut kepada teman dan kerabat saya
Pada item Y1.3, responden diberikan pernyataan mengenai keinginan untuk
menginformasikan produk tersebut kepada teman atau kerabat-nya setelah melihat
video review dari Abel Cantika, dengan mencantumkan kata kerja “Tidak
Merekomendasikan” yang memiliki besaran skor 1 di ujung sebelah kiri, dan
“Merekomendasikan” yang memiliki besaran skor 7 di ujung sebelah kanan.
82
Berdasarkan hasil analisis dari 100 responden yang merupakan subscriber Abel
Cantika, mayoritas 75% responden memberikan skor 6 mengenai keinginan untuk
merekomendasikan informasi produk tersebut kepada teman atau kerabat-nya setelah
melihat video review dari Abel Cantika. Sedangkan 12% responden memberikan skor
5, 7% memberikan skor 7, dan 6% memberikan skor 4 mengenai keinginan untuk
merekomendasikan informasi produk tersebut kepada teman atau kerbat-nya setetlah
melihat video review dari Abel Cantika. Rata-rata item sebesar 5.83 menunjukan bahwa
sebagian besar responden dalam taraf sangat baik mengenai keinginan untuk
merekomendasikan informasi produk tersebut kepada teman atau kerabat-nya setelah
melihat video review dari Abel Cantika.
4.5 Analisa Data Pengaruh Kualitas Agumen, Kuantitas Argumen,
Kredibilitas, Daya Tarik, dan Kekuatan terhadap Minat Beli
Analisis pengaruh kualitas argumen, kuantitas argumen, kredibilitas, daya tarik,
dan kekuatan terhadap minat beli dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda.
4.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan fungsional dua atau
lebih antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Setelah dilakukan perhitungan
regresi linear berganda melalui alat bantu SPSS for Windows, dilakukan pengujian uji
asumsi klasik regresi. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut:
83
1.5.1.1 Pengujian Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
residual berdistribusi normal atau tidak. Pada analisis regresi linear berganda
diharapkan residual berdistribusi normal. Untuk menguji apakah residual berdistribusi
normal atau tidak, dapat dilihat melalui pengujian Kolmogorov-Smirnov serta
pengujian grafik P-Plot. Hipotesis pengujian normalitas yang digunakan adalah:
H0 : Residual tersebar normal
H1 : Residual tidak tersebar normal
Jika nilai sig. (p-value) > maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada dibawah ini:
Tabel 4. 9 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah peneliti, 2017
Pengujian normalitas pengaruh kualitas argumen, kuantitas argumen,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan terhadap minat beli menghasilkan statistic uji
Kolmogorov Smirnov sebesar 0.942 (dapat dilihat pada Tabel 4.11) atau lebih besar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
100
.0000000
1.02180899
.053
.038
-.053
.529
.942
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
84
dari 0.05, sehingga H0 diterima. Hal ini berarti residual dinyatakan berdistribusi normal
dan asumsi normalitas terpenuhi.
Gambar 4. 6 Grafik P-Plot Uji Normalitas
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Berdasarkan probability plot di atas dapat diketahui bahwa titik-titik residual
sudah menyebar di garis diagonal. Hal ini menandakan bahwa residual dinyatakan
berdistribusi normal dan dapat dinyatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi.
1.5.1.2 Pengujian Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antar variabel independen. Pada analisis regresi linier tidak diperbolehkan
adanya hubungan antar variabel independen. Pengujian multikolinieritas dilakukan
dengan membaca nilai Variance Inflation Factor (VIF) atau toleransi setiap variabel
independen yang ada. Cara pengujiannya ialah dengan membandingkan nilai tolerance
yang didapat dari perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < 0,1 maka
85
terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4. 10 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
X1 0.953 1.050
X2 0.885 1.130
X3 0.852 1.173
X4 0.932 1.073
X5 0.926 1.080
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Berdasarkan Tabel 4.10, berikut hasil pengujian dari masing-masing variabel
bebas:
1. Tolerance untuk kualitas argumen adalah 0.953
2. Tolerance untuk kuantitas argumen adalah 0.885
3. Tolerance untuk kredibilitas adalah 0,852
4. Tolerance untuk daya tarik adalah 0,932
5. Tolerance untuk kekuatan adalah 0,926
Pada hasil pengujian didapat bahwa keseluruhan nilai tolerance > 0,1 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Uji multikolinearitas dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan nilai
VIF dengan angka 10. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Berikut hasil
pengujian masing-masing variabel bebas :
86
1. VIF untuk kualitas argumen adalah 1,050
2. VIF untuk kuantitas argumen adalah 1,130
3. VIF untuk kredibilitas adalah 1,173
4. VIF untuk daya tarik adalah 1,073
5. VIF untuk kekuatan adalah 1,080
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian uji asumsi tidak adanya
multikolinearitas dapat terpenuhi.
1.5.1.3 Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah residual memiliki
ragam yang homogen (konstan) atau tidak. Pada pengujian heteroskedastisitas
diharapkan residual memiliki ragam yang homogen. Pengujian heteroskedaastisitas
dapat dilihat melalui scatterplot. Residual dikatakan memiliki ragam yang homogen
apabila titik-titik residual pada scatterplot menyebar secara acak. Berikut ini adalah
hasil pengujian heteroskedastisitas
87
Gambar 4. 7 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisistas
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Dari hasil pengujian scatterplot diatas, titik-titik residual menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa residual memiliki ragam yang homogen (konstan) atau
dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan
model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sudah layak
atau tepat. Sehingga dapat diambil interpretasi dari hasil analisis regresi berganda yang
telah dilakukan.
88
4.5.2 Hasil Estimasi Pengaruh dari Kualitas Argumen, Kuantitas Argumen,
Kredibilitas, Daya Tarik, dan Kekuatan terhadap Minat Beli
Hasil dari proses pengujian pengaruh kualitas argumen, kuantitas argumen,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan terhadap minat beli pada subscriber Abel Cantika
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 11 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien Standardized
Coefficients
t
statistic Prob
Konstanta 0.362 0.237 0.813
Kualitas Argumen 0.125 0.249 3.638 0.000
Kuantitas Argumen 0.152 0.190 2.676 0.009
Kredibilitas 0.418 0.374 5.165 0.000
Daya Tarik 0.255 0.313 4.524 0.000
Kekuatan 0.216 0.191 2.760 0.007
Fstatistic = 26.081 Prob = 0.000
R-square = 0.581 Adj R-square = 0.559
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
1.5.2.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas (kualitas argument (X1),
kuantitas argumen (X2), kredibilitas (X3), daya tarik (X4), dan kekuatan (X5)) terhadap
variabel terikat (minat beli) dapat diketahui melalui koefisien determinasi (R2). Nilai
R2 dapat dilihat pada Tabel 4.14 dibawah ini:
89
Tabel 4. 12 Koefisien Korelasi dan Determinasi
R R Square Adjusted R Square
0.762 0.581 0.559
Sumber : Data diolah Peneliti, 2017
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari analisis pada Tabel 4.12
diperoleh hasil adjusted R2(koefisien determinasi) sebesar 0,559. Hal ini memiliki arti
bahwa 55,9% minat beli konsumen dapat dipengaruhi oleh kualitas argumen, kuantitas
argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan. Sedangkan sisanya, 44,1% merupakan
pengaruh dari variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi (R) yang
menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada
penelitian ini didaptkan besarnya variabel bebas terhadap minat beli sebesar 0,762,
yang menunjukan adanya hubungan atau pengaruh yang kuat karena berada pada
selang 0,6 – 0,8.
1.5.2.2 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang telah didaptkan diuji terlebih dahulu baik secara simultan
dan secara parsial. Pengujian model regresi secara simultan dilakukan dengan
menggunakan ANOVA atau uji F sedangkan pengujian model regresi secara parsial
dilakukan dengan uji t.
1.5.2.2.1 Uji Hipotesis Simultan
Pengujian F atau pengujian hipotesis simultan digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh kualitas argument, kuantitasargumen, kredibilitas, daya tarik, dan
90
kekuatan terhadap minat beli pada subscriber Abel Cantika. Kriteria pengujian
menyatakan jika nilai Fhitung > Ftabel atau probabilitas < level of significance (α) maka
terdapat pengaruh signifikan secara simultan kualitas argument, kuantitas argument,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuaan terhadap minat beli pada subscriber Abel Cantika.
Tabel 4. 13 Hasil Uji F
Sumber : Data diolah Peneliti, 2017
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai df1 = 5 dan df2 = 94 diperoleh dari Ftabel
sebesar 2.311. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan menghasilkan nilai Fhitung
sebesar 26,081 dengan probabilitas 0.000. Karena Fhitung > Ftabel yaitu 26.081 > 2.311
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel kualitas argumen, kuantitas
argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan terhada minat beli.
1.5.2.2.2 Uji Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis parsial digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
kualitas argumen terhadap minat beli, kuantitas argumen terhadap minat beli,
kredibilitas terhadap minat beli, daya tarik terhadap minat beli, dan kekuatan terhadap
ANOVAb
143.395 5 28.679 26.081 .000a
103.365 94 1.100
246.760 99
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X2, X3a.
Dependent Variable: Yb.
91
minat beli. Kriteria pengujian menyatakan jika nilai thitung > ttabel atau probabilitas <level
of significance (α) maka terdapat pengaruh signifikan secara individu pengaruh kualitas
argumen terhadap minat beli, kuantitas argumen terhadap minat beli, kualitas terhadap
minat beli, daya tarik terhadap minat beli, dan kekuatan terhadap minat beli. Berikut
penjelasan uji t secara rinci:
Tabel 4. 14 Hasil Uji t
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
a. Uji Hipotesis Parsial antara Kualitas Argumen terhadap Minat Beli
Subscriber Abel Cantika
Pengujian hipotesis secara parisial kualitas argumen (X1) menghasilkan
nilai t hitung sebesar 3.638 dengan probabilitas sebesar 0.000. Hasil pengujian
tersebut menunjukan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (3.638 > 1.986) dan
probabilitas < level of significance (α = 5%). Hal ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pada kualitas argument terhadap minat beli subscriber Abel
Cantika.
Coefficientsa
.362 1.530 .237 .813
.125 .034 .249 3.638 .000
.152 .057 .190 2.676 .009
.418 .081 .374 5.165 .000
.255 .056 .313 4.524 .000
.216 .078 .191 2.760 .007
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
92
b. Uji Hipotesis Parsial antara Kuantitas Argumen terhadap Minat Beli
Subscriber Abel Cantika
Pengujian hipotesis secara parisial kuantitas argumen (X2) menghasilkan
nilai t hitung sebesar 2.676 dengan probabilitas sebesar 0.009. Hasil pengujian
tersebut menunjukan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (2.676 > 1.986) dan
probabilitas < level of significance (α = 5%). Hal ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pada kuantitas argumen terhadap minat beli subscriber Abel
Cantika.
c. Uji Hipotesis Parsial antara Kredibilitas terhadap Minat Beli Subscriber
Abel Cantika
Pengujian hipotesis secara parisial kredibilitas (X3) menghasilkan nilai t
hitung sebesar 5.165 dengan probabilitas sebesar 0.000. Hasil pengujian
tersebut menunjukan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (5.165 > 1.986) dan
probabilitas < level of significance (α = 5%). Hal ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pada kredibilitas terhadap minat beli subscriber Abel Cantika.
d. Uji Hipotesis Parsial antara Daya Tarik terhadap Minat Beli Subscriber
Abel Cantika
Pengujian hipotesis secara parisial daya tarik (X4) menghasilkan nilai t
hitung sebesar 4.524 dengan probabilitas sebesar 0.000. Hasil pengujian
tersebut menunjukan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (4.524 > 1.986) dan
probabilitas < level of significance (α = 5%). Hal ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pada daya tarik terhadap minat beli subscriber Abel Cantika.
93
e. Uji Hipotesis Parsial antara Kekuatan terhadap Minat Beli Subscriber
Abel Cantika
Pengujian hipotesis secara parisial kekuatan (X5) menghasilkan nilai t
hitung sebesar 2.760 dengan probabilitas sebesar 0.007. Hasil pengujian
tersebut menunjukan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (2.760 > 1.986) dan
probabilitas < level of significance (α = 5%). Hal ini berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pada kekuatan terhadap minat beli subscriber Abel Cantika.
1.5.2.3 Model Empirik Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda berfungsi untuk menganalisis hubungan dan
pengaruh antara satu variabel terikat terhadap dua/lebih variabel bebas. Persamaan
regresi dari hasil estimasi analisis regresi linear berganda ialah:
Y = 0.362 + 0.125 X1 + 0.152 X2 + 0.418 X3 + 0.255 X4 + 0.216 X5
Persamaan ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 0.362 mengindikasikan bahwa apabila kualitas argumen,
kuantitas argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan bernilai konstan (tidak
berubah) maka besarnya perbahan minat beli subscriber Abel Cantika sebesar
0.362.
2. Koefisien kualitas argumen sebesar 0.125 mengindikasikan bahwa kualitas
argumen berpengaruh positif terhadap minat beli subscriber Abel Cantika. Hal
ini berarti semakin baik kualitas argumen maka cenderung dapat meningkatkan
minat pembelian.
94
3. Koefisien kuantitas argumen sebesar 0.152 mengindikasikan bahwa kuantitas
argumen berpengaruh positif terhadap minat beli subscriber Abel Cantika. Hal
ini berarti semakin baik kuantitas argumen maka cenderung dapat
meningkatkan minat pembelian.
4. Koefisien kredibilitas sebesar 0.418 mengindikasikan bahwa kredibilitas
berpengaruh positif terhadap minat beli subscriber Abel Cantika. Hal ini berarti
semakin baik kredibilitas maka cenderung dapat meningkatkan minat
pembelian.
5. Koefisien daya tarik sebesar 0.255 mengindikasikan bahwa daya tarik
berpengaruh positif terhadap minat beli subscriber Abel Cantika. Hal ini berarti
semakin baik daya tarik maka cenderung dapat meningkatkan minat pembelian.
6. Koefisien kekuatan sebesar 0.216 mengindikasikan bahwa kekuatan
berpengaruh positif terhadap minat beli subscriber Abel Cantika. Hal ini berarti
semakin baik kekuatan maka cenderung dapat meningkatkan minat pembelian.
1.5.2.4 Pengaruh Dominan
Untuk menentukan variabel independen yang palung berpengaruh terhadap
variabel dependen, dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien standarisasi beta
(β) antara variabel yang satu dengan yang lain. Variabel independen yang paling
dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen adalah variabel yang memiliki
koefisien regresi yang paling besar. Untuk membandingkan koefisien regresi masing-
masing variabel, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 15 Hasil Uji Dominan
95
Peringkat Variabel Koefisien β Pengaruh
3 Kualitas Argumen (X1) 0.249 Signifikan
5 Kuantitas Argumen (X2) 0.190 Signifikan
1 Kredibilitas (X3) 0.374 Signifikan
2 Daya Tarik (X4) 0.313 Signifikan
4 Kekuatan (X5) 0.191 Signifikan
Sumber: Data diolah Peneliti, 2017
Hasil yang tertera pada tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel yang
memiliki koefisien standarisasi beta terbesar adalah variabel kredibilitas sebesar 0.374.
Dengan demikian kredibilitas memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap minat
beli subscriber Abel Cantika.
4.6 Analisis dan Pembahasan
Salah satu asumsi dasar dari teori elaboration likelihood model menyatakan
bahwa berhasil atau tidaknya sebuah pesan dalam mempersuasi komunikan dilihat dari
bagaimana individu tersebut berusaha untuk mengelaborasi atau memprosen pesan
tersebut (Littlejohn, 2009, h.108). Petty dan Cacioppo (1986, h. 125) mengatakan
elaboration likelihood model dipercaya menyediakan kerangka umum untuk mengatur,
mengkategorikan, dan memahami proses yang mendasari efektivitas komunikasi
persuasi. Teori elaboration likelihood model sendiri sering digunakan untuk mengkaji
fenomena sosial yang berkaitan dengan aspek kognitif seseorang atau perilaku
komunikan. Secara singkat teori ini berfokus pada proses kognitif seseorang dalam
96
mengevaluasi pesan. Proses pengolahan tersebut terbagi menjadi dua rute yaitu rute
sentral dan rute periferal.
Menurut Petty dan Cacioppo (1986) elaborasi merujuk pada keberadaan yang
dipikirkan oleh seseorang secara cermat mengenai informasi yang relevan dengan
masalah yang ada, termasuk perhatian yang hati-hati terhadap paparan, pengamatan
dan pearikan kesimpulan atas argumen, penarikan kesimpulan yang baik, serta
pencapaian evaluasi menyeluruh terhadap posisi yang direkomendasikan. Proses
pengevaluasian dalam teori elaboration likelihood model ditandai dengan adanya
proses pengolahan pesan berdasarkan kemampuan serta motivasi yang dimiliki oleh
setiap individu. Dapat dijelaskan perbedaan dari rute sentral dan rute periferal di dalam
elaboration likelihood model ialah rute sentral dintandai dengan proses elaborasi yang
tinggi, sementara rute periferal ditandai dengan proses elaborasi pesan yang rendah
tanpa adanya pertimbangan terhadap objek dan atribut pesan (Griffin, 2003, h.198).
Dalam penelitian ini mengkaji bagaimana sebuah pesan melaui online video
review dapat memengaruhi komunikan untuk memiliki minat beli pada produk tersebut
setelah menonton online video review. Minat beli ini timbul setelah adanya motivasi
atau rangsangan dari luar yang kemudian diterima oleh khalayak yang kemudian
informasi tersebut diolah dengan pengatahuannya. Berdasarkan hasil yang didapat, dari
ke lima variabel bebas dalam penelitian ini yang terdiri dari kualitas argumen, kuantitas
arguemen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan secara parsial dan signifikan seluruh
variabel berpengaruh terhadap minat beli. Hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan
online video review memiliki pengaruh terhadap minat pembelian baik itu melalui rute
sentral maupun rute periferal.
97
Pada rute sentral variabel kualitas argumen diperlukan untuk mengolah isi
pesan dalam video tersebut. Isi pesan yang disampaikan dalam sebuah video biasanya
berupa keunggulan dan kekurangan suatu produk, manfaat yang dihasilkan dalam
jangka panjang, komposisi yang digunakan pada sebuah produk, dsb. Sedangkan pada
rute periferal dengan variabel kuantitas argumen, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan
diperlukan untuk mengingatkan individu bahwa di dalam rute periferal tidak ada upaya
untuk memproses pesan. Sehingga ketika individu dihadapkan dengan informasi
berupa online video review, untuk mendukung isi pesan tersebut di dalamnya terdapat
komentar positif, sumber yang kredibel dan menarik, serta kemampuan sumber
informasi untuk mengajak konsumen untuk menggunakan produk tersebut.
Skor tertinggi dari kelima variabel bebas dimiliki oleh variabel kredibilitas
yang mana variabel ini masuk ke dalam rute periferal. Seorang komunikator dikatakan
memiliki kredibilitas apabila ia memiliki keahlian yang mengacu pada
pengetahuannya, pengalamannya, dan keahliannya pada suatu produk (Belch & Belch,
2001, h. 173). Selain itu kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya juga
memengaruhi kredibilitas komunikator tersebut (Rossiter dan Percy, 1997, h. 24).
Tetapi hal tersebut tidak dapat dikategorikan bahwa penggunaan online video review
didominasi oleh rute periferal dalam memengaruhi minat beli. Hal ini hanya
membuktikan bahwa kecenderungan individu terhadap pesan dalam online video
review lebih tertarik dengan sumber yang kredibel. Asumsi ini diperkuat oleh Ohanian
(dalam Hardianti, 2016) sumber pesan yang disampaikan oleh komunikator yang
kredibel merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi komunikan. Akan tetapi
Petty dan Cacioppo (1981) telah memprediksi bahwa walaupun rute periferal hanya
98
mampu menghasilkan perubahan temporer, tidak menutup kemungkinan bahwa
penerima pesan akan mengingat isyarat periferal yang memungkinkan untuk
menghasilkan perilaku yang baru, dalam hal ini rute periferal mampu mengarahkan
pada rute sentral.
Berikut adalah penjelasan pada masing-masing variabel bebas yang
berpengaruh pada minat beli dengan menggunakan teori elaboration likelihood model.
4.6.1 Rute Sentral
1.6.1.1 Pengaruh Online Video Review pada Variabel Argument Quality terhadap
Minat Beli
Menurut Sheriff dkk (1973) keterlibatan individu pada isi pesan merupakan
salah satu cara untuk mempersuasif individu, tetapi individu akan terpersuasif pada isi
pesan tergantung pada kualitas pesan tersebut. Suatu argumen dapat menciptakan
respons positif maupun negatif bagi individu tergantung bagaimana individu tersebut
mengolah isi pesan terebut.
Petty & Cacioppo (1981) menyatakan kualitas argumen digunakan sebagai
salah satu faktor individu dalam melihat isi pesan dan dapat memengaruhi sikap
komunikan tergantung pada kekuatan argumen tersebut. Terdapat dua tipe argumen
yaitu argumen kuat dan argumen lemah. Indikator yang digunakan dalam variabel ini
diambil dari pernyataan Petty & Cacioppo (1981) yang terbagi menjadi strong
argument dan weak argument.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Petty & Cacioppo (1981)
yang menyatakan argumen yang kuat diartikan sebagai pesan yang logis, objektif, dan
99
dapat dipertahankan kebenarannya sehingga mampu membentuk respon kognitif yang
positif. Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini mendukung penelitian
terdahulu dilihat dengan Abel Cantika yang memiliki kualitas argumen yang kuat.
Karena ia mampu menyampaikan informasi yang objektif, spesifik, masuk akal, dan
mudah dimengerti sehingga minat beli dapat muncul dalam diri individu.
Dalam salah satu video Abel Cantika berjudul “Review Produk Baru” ia
menjelaskan beberapa produk yang ia gunakan. Salah satu contoh produk yang ia
jelaskan adalah Benefit High Brow. Dalam videonya ia menggunakan bahasa yang
ringan dan mudah dimengerti oleh penontonnya. Selain itu menjelaskan bahwa produk
tersebut berguna untuk membuat highlight di bagian brow bone (tulang alis) agar alis
terlihat lebih indah. Ia juga menjelaskan produk tersebut memiliki dua jenis tipe serta
menambahkan bahwa produk tersebut memiliki konsistensi yang bagus. Dari
penjelasan yang disampaikan ini, Abel Cantika secara tidak lagsung meyakinkan
penonton atau subscriber-nya untuk memiliki minat beli. Penonton atau subscriber
kemudian akan mengolah informasi yang disampaikan.
Setelah penonton atau subscriber Abel Cantika menimbulkan rangsangan
informasi berupa argumen yang disampaikan oleh Abel Cantika, mereka akan
mengolah informasi tersebut pada rute sentral. Pengolahan informasi ini bersifat kritis,
penuh pertimbahan, dan pemikiran yang hati-hati. Apakah informasi yang diterima
tersebut sesuai dengan kebutuhannya, fungsi dari produk yang telah dipaparkan
memiliki manfaat yang tepat bagi dirinya, dsb. Jika informasi yang didaptkan sudah
sesuai, maka Abel Cantika memiliki kualitas argumen yang kuat sehingga dapat
memunculkan minat beli pada subscriber-nya.
100
4.6.2 Rute Peripheral
1.6.2.1 Pengaruh Online Video Review pada Variabel Argument Quantity terhadap
Minat Beli
Menurut Chevalier dan Mayzlin (2006) quantity diartikan sebagai seberapa
banyak sebuah produk dibicarakan, hal ini dapat menunjukan kepopuleran sebuah
produk apakah sedang ramai dipasaran atau tidak. Selain itu jumlah arguemen yang
meningkat juga mempengaruhi individu untuk melakukan perubahan sikap, semakin
banyak suatu pesan dibicirakan menunjukan eksistensi pesan tersebut (Chatterjee,
2010). Hal ini didukung oleh Mayzlun & Chevalier (dalam Lee, 2009) yang
menyatakan bahwa konsumen cenderung membeli suatu produk yang dibicarakan oleh
orang lain karena hal tersebut menunjukan eksistensi sebuah produk. Kuantitas
argumen dikategorikan dalam rute periferal dikarenakan tidak memerlukan proses
berfikir yang terlalu mendalam untuk memproses pesan.
Indikator yang digunakan dalam variabel ini ialah quantity review inferring that
the product has good reputation, quantity review shows a popularity product, dan
quantity review shows good sales. Dari data yang didapat, argument quantity memiliki
pengaruh terhadap minat beli. Jumlah komentar yang ada pada comment section pada
setiap video yang dibawakan oleh Abel Cantika melontarkan beberapa komentar positif
yang menunjukan kepopuleran sebuah produk. Tidak sedikit dari beberapa subscriber
yang menjadikan kuantitas argumen yang menjadikan acuan dalam menanamkan minat
beli pada suatu produk.
101
Dalam salah satu video Abel Cantika yang berjudul “Demo & Review The
Body Shop New Hair Care Fuji Green Tea” ia menjelaskan tentang cara penggunaan
dan ulasan produk tersebut. Dari video ini terlihat tanggapan mengenai produk tersebut
di comment section. Dari 76 komentar yang ada di comment section, beberapa
diantaranya menanggapi penggunaan produk tersebut. Salah satu tanggapan muncul
dari Julia Hartanti yang menyatakan mencoba menggunakan produk tersebut dan
menyukai produk tersebut. Menurutnya produk tersebut bagus untuk rambut
berminyak dan aromanya menyegarkan.
Ketika subscriber menonton online review yang disampaikan oleh Abel
Cantika, mereka memerlukan informasi tambahan untuk memenuhi keinginan mereka,
salah satu caranya dapat ditemukan pada comment section. Didalam comment section
akan muncul beberapa komentar atau tanggapan dari orang lain yang menggunakan
suatu produk. Informasi tambahan inilah yang digunakan untuk menerima pesan
tersebut. Jumlah informasi yang menyatakan bagus atau tidaknya suatu produk yang
tertera pada comment section, kemudian akan diolah sesuai nilai dan kebutuhan
individu tersebut. Semakin banyak komentar atau tanggapan positif yang ada pada
comment section pada suatu produk, maka individu tersebut akan muncul minat beli.
1.6.2.2 Pengaruh Online Video Review pada Variabel Credibility terhadap Minat
Beli
Menurut Ohanian (dalam Hardianti, 2016) salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam proses komunikasi adalah karakteristik sumber pesan. Belch &
Belch (2001, h. 173) menyatakan kredibilitas merujuk pada sejauh mana khalayak
102
melihat komunikator sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan, kemampuan, atau
pengalaman yang relevan. Dapat dikatakan bahwa pesan dapat diterima oleh
komunikan ketikan dipengaruhi oleh komunikator yang dianggap kredibel.
Dalam kaitannya dengan teori elaboration likelihood model kredibilitas
dikategorikan sebagai rute periferal karena penerima pesan cenderung tidak
mengevaluasi isi pesan secara mendalam dan pemrosesan pesan lebih dipengaruhi oleh
karakteristik sumber pesan, format pesan, dll. Dapat dikatakan apabila seseorang
dianggap kredibel oleh individu lain maka tanpa mempertimbangkan isi pesan tersebut
akan mempengaruhi individu lain untuk bertindak.
Belch & Belch (2001, h. 173) menjelaskan terdapat dua kategori yang
kemudian digunakan sebagai indikator untuk mengukur variabel kredibilitas dalam
penelitian ini yaitu expertise dan trusthworthiness. Berdasarkan penjelasan Belch &
Belch dan data yang diperoleh dalam penelitian ini, variabel kredibilitas menjadi yang
paling dominan dalam mempengaruhi minat beli atau dengan kata lain kredibilitas yang
dimiliki oleh Abel Cantika mampu mempengaruhi minat beli. Kredibilitas yang
dimiliki oleh Abel Cantika mulai dari keahlian dan pengetahuannya di bidang produk
kecantikan dan kepercayaan subscriber dari Abel Cantika, mampu memberikan
dampak perubahan perilaku pada komunikannya. Hal ini terlihat di beberapa video-nya
dengan penguasaan produk yang ia jelaskan, ia juga mampu menjelaskan manfaat yang
dimiliki oleh beberapa produk. Dari penjelasan ini penonton atau subscriber Abel
Cantika memiliki kepercayaan dan menjadikan Abel Cantika sebagai acuan dalam
penggunaan sebuah produk. Hal ini dibuktikan dengan berkesinambungannya video
103
yang diunggah oleh Abel Cantika dan permintaan untuk memberikan ulasan berbagai
produk dari penonton atau subscriber Abel Cantika.
Dalam mengolah informasi, komunikan akan menggunakan faktor perhatian
yang selektif dalam memproses suatu informasi. Ia tidak akan memproses informasi
tersebut dari sembarang orang yang dirasa tidak memiliki kredibilitas. Dalam
penelitian ini, subscriber Abel Cantika merasa Abel Cantika memiliki kredibilitas. Hal
ini dibuktikan dengan keahliannya sebagai beauty vlogger dalam menjelaskan
beberapa produk sehingga menimbulkan kepercayaan pada subscriber-nya. Dengan
kredibilitas yang dimiliki oleh Abel Cantika inilah, proses pengolahan informasi terjadi
dan tidak memerlukan banyak usaha hingga penonton atau subscriber menimbulkan
minat beli dalam dirinya.
1.6.2.3 Pengaruh Online Video Review pada Variabel Attractiveness terhadap
Minat Beli
Menurut Shimp (2003, h. 324), attractiveness meliputi daya tarik fisik serta
kumpulan nilai seperti karakter personal, karakter gaya hidup, dan kemampuan
komunikator sehingga dapat diterima oleh komunikannya. Pada umumnya individu
cenderung menyukai orang-orang yang mereka senangi, memiliki daya tarik yang
menarik, dan banya memiliki kesamaan.
Dalam kaitannya dengan teori elaboration likelihood model daya tarik
dikategorikan sebagai rute periferal karena penerima pesan tidak mengevaluasi isi
pesan dan pemrosesan pesan dipengaruhi oleh daya tarik yang dimiliki komunikator
yang mampu mempengaruhi komunikan. Daya tarik ini bisa meliputi penampilan
104
komunikator untuk menyampaikan pesan dan kesamaan yang dimiliki komunikan
terhadap komunikator seperti faktor usia.
Belch & Belch (2001, h. 175) menjelaskan terdapat tiga kategori yang
kemudian digunakan sebagai indikator untuk mengukur variabel daya tarik dalam
penelitian ini yaitu similiarity, familiarity, dan likeability. Berdasarkan data yang
diperoleh dalam penelitian ini, variabel daya tarik menjadi variabel yang menyokong
variabel kredibilitas dalam memengaruhi minat beli. Hal ini diartikan bahwa daya tarik
(fisik maupun mental) yang dimiliki oleh Abel Cantika sebagai seorang beauty vlogger,
kesamaan yang dimiliki antara subscriber dengan Abel Cantika mampu memberikan
perubahan perilaku pada subscriber-nya. Setiap video yang diunggah oleh Abel
Cantika, ia selalu berpenampilan menarik dan menggunakan tutur kata yang baik,
sehingga penonton mau meluangkan waktunya untuk menonton video tersebut. Tidak
hanya meluangkan waktu, ada beberapa subscriber yang menjadikan Abel Cantika
sebagai role model untuk menggunakan produk tersebut karena ia menganggap ia
memiliki kebutuhan yang sama dengan Abel Cantika seperti permasalahan kulit wajah
maupun badan, memiliki warna kulit yang sama, dsb.
Perhatian yang selektif yang dikeluarkan oleh subscriber atau penonton
terhadap Abel Cantika dalam mengolah informasi, dapat membentuk motivasi untuk
melakukan minat beli. Motivasi ini timbul karena penyampaian informasi yang
dilakukan oleh Abel Cantika dapat mempersuasi subscriber-nya dengan baik. Selain
itu aspek daya tarik fisik maupun non-fisik yang dimiliki oleh Abel Cantika membuat
subscriber atau penontonnya memilih mengevaluasi informasi atau pesan yang
disampaikan oleh Abel Cantika dibandingkan dengan beuty content lainnya. Terlihat
105
dari perasaan atau kesan yang ditimbulkan antara subscriber pada Abel Cantika.
Kemiripan yang dimiliki subscriber pada Abel Cantika juga mendukung terjadinya
motivasi melakukan minat beli. Pengalaman terdahulu dan kebutuhan yang dimiliki
subscriber untuk menggunakan suatu produk, menjadi hal-hal yang diseleksi dalam
mengolah informasi atau pesan yang kemudian diubah menjadi minat beli untuk
memenuhi tujuan individu tersebut.
1.6.2.4 Pengaruh Online Video Review pada Variabel Power terhadap Minat Beli
Power adalah kemapuan atau kekuatan kharisma yang terpancar dari
komunikator untuk menimbulkan pengaruh sikap, pemikiran, dan perilaku masyarakat
saat membawakan citra produk (Rossiter dan Percy, 1997, h. 295). Kekuatan dalam
sumber informasi digunakan untuk mengukur kekuatan untuk menjadi inspirasi,
trendsetter, serta meningkatkan citra dari sebuah produk. Komunikator yang memiliki
kekuatan biasanya telah mendapatkan penghargaan atau “posisi” di pandangan
khalayak. Dalam kaitannya dengan teori elaboration likelihood model kekuatan
dikategorikan sebagai rute periferal karena penerima pesan tidak mengevaluasi isi
pesan secara mendalam dan pemrosesan pesan dipengaruhi oleh kekuatan yang
dimiliki komunikator yang mampu mempengaruhi komunikan.
Indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah komunikator yang memiliki
kekuatan untuk memengaruhi perilaku komunikan dan meningkatkan image pada
sebuah produk. Dari data yang didapat, kekuatan memiliki pengaruh terhadap minat
beli. Kekuatan yang dimiliki oleh Abel Cantika untuk menggunakan suatu produk dan
penghargaan atau “posisi” yang dimiliki oleh Abel Cantika, mampu menanamkan
106
minat beli pada diri individu. Salah satu contoh “posisi” yang dimiliki oleh Abel
Cantika selain sebagai seorang beauty vlogger ialah ia ditunjuk sebagai ambassador
atau perwakilan produk Maybelline sebagai ‘Maybelline It Girl’ dan berkesempatan
mengikuti Maybelline New York Fashion Week. Maybelline menggandeng tiga
perempuan yang tergabung dalam Indonesia Beauty Vlogger salah satunya ialah Abel
Cantika untuk meningkatkan citra produk Maybelline Indonesia. Posisi sebagai
Maybelline It Girl ini tidak hanya untuk memperkenalkan produk baru Maybelline,
tetapi secara tidak langsung juga mengajak subscriber-nya untuk menggunakan produk
Maybelline.
Subscriber Abel Cantika yang mayoritas adalah perempuan, berusia 17 tahun
hingga 25 tahun, berdomisili di daerah JABODETABEK, dan memiliki pekerjaan
sebagai mahasiswa melihat rangsangan kekuatan yang dimiliki oleh Abel Cantika
menimbulkan minat beli dalam diri mereka. Rangsangan ini berupa kekuatan yang
dimiliki oleh Abel Cantika yang di dapat dari kredibilitas dan penghargaan atau posisi
yang ia miliki yang kemudian menjadi faktor atau indikator yang memengaruhi minat
beli. Kredibilitas ini terlihat dari keahliannya dalam menjelaskan produk kecantikan,
kepercayaan penonton atau subscriber-nya terhadap review yang ia sampaikan, serta
daya tarik yang ia miliki. Tidak hanya daya tarik, argumen yang disampaikan oleh
Abel Cantika juga menjadi faktor dalam mengolah informasi. Tidak hanya
rangsangan dan perhatian yang selektif yang diberikan pada Abel Cantika dalam
mengolah informasi yang disampaikan, pengalaman yang dimiliki oleh subscriber-
nya serta nilai, fungsi, manfaat dan kebutuhan individu dalam penggunaan produk
107
kecantikan tersebut menjadi hal atau informasi yang di evaluasi untuk menghasilkan
minat beli.
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang
memiliki pengaruh pada minat beli konsumen. Dalam penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah variabel kualitas argumen (X1), kuantitas argumen (X2),
kredibilitas (X3), daya tarik (X4), dan kekuatan (X5) sedangkan variabel terikat yang
digunakan adalah minat beli (Y).
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa:
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) setiap variabel bebas terhadap minat
beli dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis regresi linier
berganda diketahui variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap minat beli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama
(simultan) variabel bebas terhadap variabel minat beli dapat diterima.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) setiap variabel bebas
terhadap minat beli dikalukan dengan pengujian t-test. Berdasarkan hasil
pengujian diketahui bahwa terdapat lima variabel yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap minat beli yaitu kualitas argumen, kuantitas argumen,
kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan.
109
3. Berdasarkan hasil yang didaptkan pada uji-t diketahui bahwa variabel
kredibilitas memiliki nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar.
Sehingga variabel kredibilitas memiliki pengaruh yang paling kuat
dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Maka variabel kredibilitas
memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap minat beli.
4. Pada penelitian ini variabel kredibilitas termasuk kedalam rute periferal,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengguna online video review dalam
memengaruhi minat beli subscriber dominan di rute periferal.
1.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan , sebagai berikut:
1. Penelitian ini tidak berfokus untuk melihat kecenderungan dominan antara rute
sentral dan rute periferal dikarenakan keterbatasan waktu penelitian apabila
harus melakukan uji parsial pada tiap rute yang berbeda.
2. Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh online video review melalui media
YouTube dan tidak melihat serta mengaitkan elaboration likelihood model pada
media sosial lainnya seperti Instagram, Twitter, dan Facebook.
1.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, peneliti mengajukan saran baik dalam hal praktis bagi perusahaan dan
pelaku bisnis online maupun saran dalam hal akademis bagi peneliti selanjutnya.
110
1.3.1 Saran Akademis
1. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam mengenai informasi yang
disampaikan oleh content creator dengan metode lainnya dan uji t dengan
menggunakan subjek yang berbeda
2. Penggunaan teori elaboration likelihood model diusahakan mengkaji masalah
yang lebih terbaru lagi dan lebih kompleks agar dapat menghasilkan penemuan
yang lebih memuaskan. Masalah yang dikaji harus berkaitan dengan ilmu
komunikasi walaupun terkadang dikombinasikan dengan perspektif yang lain.
Pengkombinasian ini tergantung pada peminatan yang diambil peneliti dan
keinginan untuk menganalisis masalah tersebut.
1.3.2 Saran Praktis
1. Minat beli pada media YouTube timbul karena penontonnya cenderung
memperhatikan kredibilitas dan daya tarik yang dimiliki oleh komunikator atau
content creator-nya, maka sebaiknya bagi pemasar atau pelaku bisnis apabila
ingin mengajak kerjasama dengan para content creator YouTube untuk
mempertimbangkan apakah individu tersebut diakui kredibilitasnya dan memili
daya tarik di masyarakat.
2. Bagi para content creator seperti Abel Cantika, diharapkan dapat
mempertahankan serta meningkatkan kredibilitas dan karakteristik yang dimiliki
111
agar bisa dipercaya oleh orang lain dan memengaruhi penonton untuk memiliki
minat pembelian.
112
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Belch, G. E., & Belch, M. A. (2001). Advertising and Promotion: An Integrated
Marketing Communications Perspective. New York: McGraw-Hill.
Borchers, T.A. (2005). Persuasion in The New Media Age. New York: McGraw-Hill.
Bryant, J., & Oliver, M. B. (2008). Media Effect Advances in Theory and Research.
London: Routledge Taylor & Francis Group.
Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Engel, J. F., Blackwell., & Miniard, P. (1990). Perilaku Konsumen, Edisi Keenam.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Gani, I., & Amalia, S. (2015). Alat Analisis Data: Aplikasi Statistik Untuk Penelitian
Bidang Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta: ANDI.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Griffin, E. A. (2003). A First Look at Communication Theory (5th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Hermawan, K. (2002). Marketing Plus Siasat Memenangkan Persaingan Global.
Jakarta: PT Erlangga.
Isaac, S., & Michael, W. B. (1984). Handbook in Research and Evaluation (3rd ed.).
California: Edits Publishers.
Kinnear, T. C., & Taylor, J. R. (1995). Marketing Research: An Applied Approach.
New York: McGraw-Hill.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 13. New Jersey: Pearson
Prentice Hall Inc.
Kriyantono, R. (2006). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Kumar, R. (1996). Research Methodology A Step-by-Step Guide for Beginners.
Melbourne: Addison Wesley Longman Australia Pty Limited.
Littlejohn, S. W., & Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication), Edisi Kesembilan. Jakarta: Salemba Humanika.
Miller, K. (2005). Communication Theories: Perspectives, Process, and Contexts (2nd
ed.). New York: McGraw-Hill.
113
Mooij, M. (2005). Global Marketing and Advertising (2nd ed.). London: Sage
Publication.
Nasution, S. (2007). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Neuman, L. (2013). Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Indeks.
Nugroho, A. (2002). Analisis dan Perencangan Sistem Informasi dengan Metodologi
Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.
Percy, L., & Rosenbaum, R. (2012). Strategic Advertising Management. United
Kingdom: Oxford University Press.
Perloff, R.M. (2003). The Dynamics of Persuasion Communication and Attitudes in the
21st Century (2nd ed.). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2013). Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Edisi
Kesembilan. Jakarta: Salemba Empat.
Purwanto, N. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Rossiter, J., & Percy, L. (1997). Advertising Communications & Promotion
Management (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
Sarjono, H., & Julianita, W. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi
Untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat.
Schiffman, L. E., & Kanuk, L. L. (2004). Perilaku Konsumen, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Prentice Hall.
Shimp, T. A. (2003). Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga.
Simamora, B. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sinambela, L. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga. Yogyakarta: ANDI.
Widi, R. K. (2010). Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
114
Jurnal:
Chatterjee, P. (2001). Video Revies: Do Consumer Use Them? Advances in
Consumers Research. Association for Consumer Research, 8 (28).
Choi, S. M., & Solmon, C.T. (2003). The Elaboration Likelihood Model of Persuassion
After Two Decades: A Review of Critisism and Contributions. The Kentucky
Journal of Communication, 22 (1), p. 47-77.
Erkan, I., & Evans, C. (2015). The Influences of E-WOM in Social Media on Consumer
Purchase Intentions: An Extended Approach to Information Adoption.
Computers in Human Behavior, 61.
Filieri, R., & Laey, F. M. (2013). E-WOM and Accommodation: an Analysis of the
Factors Influence Travelers’ Adoption of Information from Online Review.
Journal of Travel Research, 53(1), p. 44-57.
Kar Ya Tam., & Ho, S. Y. (2005). Web Personalization as a Persuasion Strategy: An a
Elaboration Likelihood Model Perspective. Journal System Research, 16 (3), p.
271-291.
Lee, S.H. (2009). How Do Online Reviews Affect Purchasing Intention. African
Journal of Business Management, 3 (10), p. 576-581.
Mudambi, S. M., & Schuff, D. (2010). What Makes a Helpful Video Review? A Study
of Customer Reviews on Amazon.com. MIS Quarterly Research, 34 (1), p. 185-
200.
O’Mahony, S., & Meenaghan, T. (1997). Research And Impact of Celebrity
Endorsements on Consumer, New Way of Integrated Communication. The
Netherlands, ESCOMAR, p. 1-16.
Park, D. H., Lee, J., & Han, I. (2007). The Effect of Online Consumer Reviews on
Consumer Purchasing Intention: The Moderating Role of Involvement.
International Journal of Electronic Commerce, 11 (4), p. 125-148.
Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (1981). Issue Involvement As A Moderator of The
Effects On Attitude of Advertising Content and Context. Advancess in
Consumer Research, 8 (1), p. 20-24.
Petty, R. E., Cacioppo, J. T., & Schumann, D. (1983). Central and Peripheral Routes
To Advertising Effectiveness: The Moderating Role of Involvement. Journal
of Consumer Research, 10 (2), p. 135-146.
115
Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (1986). The Elaboration Likelihood Model of
Persuasion. In L. Berkovitz (Ed.). Advances in Experimental Social
Psychology, 19, p. 123-205.
Sertoglu, E., Catli, O., & Korkmaz, S. (2014). Examining The Effect of Endorser
Credibility on The Consumers Buying Intentions: An Empirical Study in
Turkey. International Journal of Management and Marketing, 4 (1), p. 66-77.
Soderlund, M., & Ohman, N. (2003). Behavioral Intentions in Satisfaction Research
Revisited. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction, and Complaining
Behavior, 16, p. 53-66.
Disertasi:
Sheng, Y. (2011). An Experimental Investigation of Expanding Elaboration Likelihood
Model in Advertising Research. (Disertasi Doktoral, Indiana University, 2011).
Diakses dari Proquest Digital Dissertations.
Internet:
www.cios.org
Heise, D. R. (2006). The Semantic Differential and Attitude Research. Diakses pada 10
Juli 2017, dari http://www.indiana.edu/-
socpsy/papers/AttMeasurement/Attitude.htm
Skripsi:
Dyah, A. 2014. Studi Elaboration Likelihood Model Pada Selebgram Terhadap Minat
Pembeliam dalam Media Sosial Instagram. (Skripsi, Universitas Brawijaya Malang,
2014).