PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN GDP …repository.radenintan.ac.id/8953/2/skripsi.pdfi PENGARUH...
Transcript of PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN GDP …repository.radenintan.ac.id/8953/2/skripsi.pdfi PENGARUH...
i
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN GDP TERHADAP
PERKEMBANGAN EKSPOR NEGARA DI PERHIMPUNAN MEA
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(STUDI EMPIRIS PADA NEGARA DI PERHIMPUNAN MEA TAHUN
2014-2018)
Skirpsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1
Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
Rizki M . Rasyid
1551010279
Program Studi : Ekonomi Syari’ah
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H/2019 M
i
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN GDP TERHADAP
PERKEMBANGAN EKSPOR NEGARA DI PERHIMPUNAN MEA
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(STUDI EMPIRIS PADA NEGARA DI PERHIMPUNAN MEA TAHUN
2014-2018)
Skirpsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1
Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh
RIZKI M. RASYID
1551010279
Program Studi : Ekonomi Syari’ah
Pembimbing I : Prof. Dr. Tulus Suryanto
Pembimbing II : Femei Purnamasari, S.E.,M.si
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H/201
ii
ABSTRAK
Perkembangan ekspor ditiap-tiap negara merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu negara dalam melakukan perdagangan di kanca internasional.
Potensi suatu negara dalam mengelola suatu perdagangan yang akan
menghasilkan keuntungan dan menjalin kepercayaan perekonomian dengan
negara-negara lain melalui perdagangan internasional yaitu ekspor dan impor.
Ekonomi Islam menganjurkan perdagangan internasional sejauh tidak lepas dari
aturan-aturan syaria’t, karena Allah SWT menghalalkan yang namanya jual beli
dan mengharamkan yang namanya riba.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimana
pengaruh nilai tukar, inflasi dan GDP secara parsial terhadap pertumbuhan ekspor
negara di perhimpunan MEA tahun 2014-2018? Bagaimana pengaruh nilai tukar,
inflasi, dan GDP secara simultan terhadap pertumbuhan ekspor negara di
perhimpunan MEA tahun 2014-2018? Bagaimana pandangan ekonomi islam
terhadap ekspor di Indonesia? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh nilai tukar, inflasi, dan GDP secara parsial dan simultan terhadap
perkembangan ekspor negara di perjimpunan MEA tahun 2014-2018 dan
menganalisis bagaimana pandangan Ekonomi Islam terhadap ekspor di Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif bersifat asosiatif dengan metode
analisis regresi data panel. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder
yang dipublikasikan World Bank dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pengaruh nilai tukar, inflasi, dan
GDP terhadap pertumbuhan ekspor adalah positif dan variable nilai tukar, inflasi
dan GDP terhadap perkembangan ekspor berpengaruh positif secara simultan.
Kata Kunci : Nilai Tukar, Inflasi, GDP, Perkembangan Eskpor
iii
iv
v
MOTTO
ا اخذنا ا لا تؤا نا با ت را با سا ا اكتا ا ما يها لا عا ت وا با سا ا كا ا ما ا لاها ها فسا الا وسعا ناهلف للا ان لا يكا
ا بلنا لاى الاذينا من قا ه عا لتا ما ا حا ما ا اصرا كا لاينا حمل عا لا تا ا وا نا با ا را أنا ا ااو ااخطا سينا ا را نا نا با
ا ا فاانصرنا ىنا وله ا اانتا ما منا ارحا ا وا نا اغفر لا ا وا نا اعف عا ا به وا اقاةا لانا ا لا طا ا ما لنا م لا تحا وا
فرينا وم الكه لاى القا عا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang
dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa
yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah
kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka
tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”
(Q.S 2:286)
vi
PERSEMBAHAN
Puja dan Puji Syukur tak henti-hentinya terucap kepada Allah
SWT yang telah memberikan kepada kita nikmat yang banyak, yang
mana nikmat-Nya tak bisa kita hitung jumlahnya, harganya, dan
bagaimana Allah masih tetap memberikan nikmat-Nya itu kepada kita
hamba-Nya walaupun terkadang kita masih sering berbuat dosa,
meninggalkan yang Haq dan mengerjakan yang Batil. Dialah Allah
yang telah memberikan penulis kemudahan dan kelancaran dalam setiap
langkah yang penulis ambil, Dialah Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Dengan segaka kerendahan hati dan penuh rasa
syukur kepada-Nya, skirpsi ini saya persembahkan sebagai tanda cinta,
kasih, dan hormat tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua yang saya sayangi dan saya cintai Ayahanda
Hasan Nur M. Rasyid dan Ibunda Rasmiyana yang dengan
segenap jiwa dan raganya tidak pernah lelah membimbing,
mendidik, mendo’akan dan menafkahkan anak-anaknya
sehingga menjadi seperti sekarang ini, seorang anak yang
bercita-cita agar diakhirat nanti bisa memberikan mahkota Surga
kepada Ibunda dan Ayahanda. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Hidayah dan Rahmat nya kepada kalian serta selalu
dalam lindungan Allah SWT dan menjadi orang yang akan
vii
diberikan Syafaa’t oleh Nabi Muhammad SAW dikahirak kelak,
aamiin.
2. Adikku Anisya Nur Rasyid dan Khalifah Muhammad Rasyid
yang sangatku cintai, yang juga selalu menjadi motivasi untuk
selalu semangat didalam menyelesaikan perkuliahan ini
sehingga kelak harapanya setelah selesai perkuliahan ini dapat
menjadi seorang kakak yang lebih baik lagi dalam membimbing
dan mengajarkan adik-adiknya.
3. Almamater UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan
ilmu pengetahuan Rabbani dan Islam serta pengalaman yang tak
ternilai harganya, semoga UIN Raden Intan Lampung semakin
melambung tinggi kejayaannya, berkualitas, dan berintegritas
dalam memberikan ilmu yang baik kepada mahasiswa-
mahasiswinya.
4. Sahabat seperjuangan Ekonomi Islam angkatan 2015, terkhusus
rekan-rekan EI D 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Raden Intan Lampung yang telah membagi waktu dan
tenaganya dalam saling bantu-membantu bahu-membahu
didalam perkuliahan, yang tetap berada disisi penulis baik dalam
keadaan susah maupun senang, dan harapanya kedepan kita
selalu di pertemukan didalam kebaikan-kebaikan yang akan
menuntun kita kepada Ridho-Nya Allah SWT.
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rizki Muhammad Rasyid atau
biasa di panggil Rizki/Kiki/Rasyid, dilahirkan di Bandar
Lampung pada tanggal 19 November 1997, anak pertama dari
tiga bersaudara yang merupakan buah kasih dari pasangan
Ayahanda Hasan Nur M Rasyid dan Ibunda Rasmiyana.
Riwayat pendidkan penulis yang telah diselesaikan adalah :
1. TK Al-Kautsar Bandar Lampung, Lampung, lulus tahun
2. SD Al Kautsar Bandar Lampung, Lampung, lulus tahun
3. SMP Muhammadiah 3 Bandar Lampung, Lampung lulus tahun
4. SMK Negeri 2 Bandar Lampung, Lampung, lulus tahun 2015
5. Diterima di UIN Raden Intan Lampung pada tahun 2015 dan aktif
berkuliah di UIN Raden Intan Lampung dan mengambil Program
Studi Ekonomi Syari’ah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat sehat, ilmu pengetahuan, ilmu
agam dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai
Tukar, Inflasi, dan GDP Terhadap Perkembangan Ekspor Negara
di Perhimpunan MEA Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi
Empiris Pada Negara di Perhimpunan MEA Tahun 2014-2018)”.
Shalawat beriring salam tak lupa pula kita sanjung agungkan kepada
Nabi Muhammad SAW, karena berkat cucuran keringat beliaulah,
berkat tetesan darah beliaulah kita bisa menikmati Islam seperti
sekarang ini, bisa menuntut ilmu di Universitas Islam, bisa mengajar
dan berkerja di Universitas Islam tidak lain tidak bukan karena
perjuangan beliau dan para sahabatnya, semoga kita mendapatkan
syafa’at nya di Yaumil Akhir nanti, aamin YRA.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi pendidikan pada program Strata Satu (S1) di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) dalam bidang Ekonomi
Syariah. Atas bantuan semua pihak skripsi ini, tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M. Ag, selaku Rektor UIN
Raden Intan Lampung.
x
2. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghofur, S.Ag., M.Si, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Intan
Lampung.
3. Bapak Madnasir, S.E., M.S.I selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah.
4. Bapak Prof. Tulus Suryanto, M.M., Akt., C.A, selaku
Pembimbing satu yang telah tulus meluangkan waktu dan
memberi arahan dalam membimbing serta selalu memotivasi
sehingga skripsi ini selesai.
5. Ibu Femei Purnamasari, S.E M.Si, selaku Pembimbing dua yang
telah ikhlas membantu dan meluangkan waktu, dan selalu
memberikan arahan yang baik dengan sabar dan selalu
memberikan motivasi sehingga skripsi ini selesai.
6. Bapak Ibu Dosen serta Civitas Akademika Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Intan Lampung.
7. Pimpinan dan karyawan perpustakaan yang telah memberikan
informasi dan referensi yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Keluarga besar Ekonomi Islam kelas D 2015 yang telah
berjuang bersama, saling membantu, dan bertukar informasi
dalam menyelesaikan perkuliahan.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan selama ini dibalas
oleh Allah SWT sehingga menjadi amal kebaikan yang berlipat ganda,
xi
dan ilmu yang disampaikan bisa menjadi amal jari’ah untuk kita semua.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan
waktu dan kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang dapat membangun sangat diharapkan dan diterima dengan
sepenuh hati. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pagi pembaca pada umumnya, Aamiin.
Bandar Lampung, 11 November 2019
Penulis
Rizki M. Rasyid
1551010279
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul ...................................................................................... 2
C. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................................... 14
1. Teori Kuantitas ........................................................................................... 14
2. Teori PPP .................................................................................................... 15
3. H-O ............................................................................................................. 16
4. Teori Keynes ............................................................................................... 17
5. Teori David Ricardo ................................................................................... 18
6. Inflasi .......................................................................................................... 19
xiii
7. Nilai Tukar .................................................................................................. 20
8. GDP ............................................................................................................ 23
9. Ekspor ......................................................................................................... 24
10. MEA ......................................................................................................... 25
11. Ekspor Menurut Ekonomi Islam ............................................................... 26
B. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 29
C. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 32
D. Hipotesis ........................................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Data ............................................................................ 39
1. Pendekatan Data dan Sifat Penelitian ......................................................... 39
2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 39
B. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 40
C. Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 42
D. Analisis Data .................................................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 53
1. Statistik Deskriptif ...................................................................................... 53
2. Data Panel ................................................................................................... 56
3. Hasil Penelitian ........................................................................................... 58
B. Pembahasan ................................................................................................... 65
1. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Perkembangan Eskpor ............................ 66
2. Pengaruh Inflasi Terhadap Perkembangan Ekspor ..................................... 70
3. Pengaruh GDP Terhadap Perkembangan Eskpor ....................................... 74
4. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Eskpor di Indonesia ........................ 77
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Negara Perhimpunan MEA ......................................................... 40
Tabel 3.2 Daftar Sampel Negara Perhimpunan MEA ............................................ 42
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................................ 45
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ................................................................................. 53
Tabel 4.2 Estimasi Uji Chow ................................................................................. 56
Tabel 4.3 Hasil Uji Hausman ................................................................................. 58
Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Random Effect ............................... 59
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial............................................... 63
Tabel 4.6 Data Inflasi Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Tertinggi ........ 67
Tabel 4.7 Data Inflasi Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Terendah ........ 68
Tabel 4.8 Data Nilai Tukar Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Tertinggi 71
Tabel 4.9 Data Nilai Tukar Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Terendah 72
Tabel 4.10 Data GDP Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Tertinggi ........ 74
Tabel 4.11Data GDP Terhadap Perkembangan Ekspor 5 Negara Tertinggi ......... 75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1.1 Pergerakan Nilai Tukar di Negara Perhimpunan MEA ........................... 6
Tabel 1.2 Tingkat Inflasi di Negara Perhimpunan MEA ......................................... 7
Tabel 1.3 Tingkat GDP di Negara Pertumbuhan MEA ........................................... 9
Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Negara Perhimpunan MEA ............................... 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum penulis menguraikan pembahasan lebih lanjut, terlebih
dahulu akan dijelaskan beberapa istilah dalam penelitian ini agar tidak
terjadi kesalahan pahaman dalam memahami yang terkandung dari
skripsi ini, sehingga menyebabkan kurang terarahnya penelitian.
Adapun judul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
“PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DAN GDP TERHADAP
PERKEMBANGAN EKSPOR NEGARA DI PERHIMPUNAN
MEA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS
PADA NEGARA DI PERHIMPUNAN MEA TAHUN 2014-2018)”.
Adapun uraian pengertian beberapa istilah yang terdapat dalam judul
ini, yaitu:
1. Nilai Tukar
Nilai tukar adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda , yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara
kedua mata uang tersebut.1
2. Inflasi
Inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu dua
barang saja tidak disebut inflasi. 2
1 Triyono, “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”,”JEP”, Vol. 9
No. 2, Desember 2018
2
3. GDP
Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto adalah
nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam
sebuah negara pada suatu periode. GDP menambahkan berbagai
jenis produk yang berbeda dalam suatu ukuran tunggal mengenai
nilai aktivitas perekonomian.3
4. Ekspor
Ekspor adalah aktifitas perdagangan luar negeri yang
melakukan pengiriman dan penjualan barang maupun jasa ke pasar
luar negeri. Aktifitas ekspor menimbulkan aliran barang ke luar
negeri, sementara imbalannya adalah berupa aliran pendapatan
berupa devisa yang masuk ke dalam negeri. Dengan demikian,
jelaslah bahwa aktifitas ekspor akan menambah pendapatan
nasional. (Karya Detri, 2016).
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan memilih judul Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Di Perhimpunan MEA
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Pada Negara di Perhimpunan
MEA Tahun 2014-2018) yaitu sebagai berikut :
1. Secara Objektif
2 Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga, (Yogyakarta : BPFE Universitas Gajah
Mada, 1992)
3 N. Gregory Mankiw, Principles of Economics 3th Edition. (Jakarta : Salemba Empat,
2004) h,30.
3
Perdagangan Internasional telah memainkan pernanan yang sangat
penting, meskipun hal itu tidak bisa berdiri sendiri, hampir di sepanjang
sejarah pembangunan di negara-negara berkembang. Di semua kawasan
negara-negara dunia ketiga, baik itu di Afrika, Asia, Timur Tengah
maupun Amerika latin, ekspor produk-produk primer secara tradisional
merupakan bagian yang cukup penting dan besar dari total produk
nasional bruto di masing-masing Negara (Todaro, 2000). Pertumbuhan
eskpor negara-negara yang tergabung dalam MEA mengalami fluktuatif
bersamaan dengan naik turunya nilai tukar dan juga tingkat inflasi di
negara-negara tersebut. Dimana belakangan ini nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS semakin tinggi dimana pada Oktober 2018 nilai
Rupiah melemah sampai pada level Rp. 15.235 yang merupakan level
tertinggi, dan juga dibarengi dengan tingkat inflasi yang cenderung naik
turun nilainya. Berdasarkan data World Bank, ekspor Indonesia
mengalami fluktuasi. Perubahan terjadi pada tahun 2017 dimana nilai
pertumbuhan ekspor tahun 2017 adalah 8,9% dan di tahun 2018
mengalami penurunan menjadi 6,4%. Berdasarkan data World Bank
juga dapat dilihat bahwa tingkat GDP dari tiap-tiap negara cenderung
berbeda dan mengalami fluktuatif. Untuk mengetahui apakah nilai tukar
yang memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap pertumbuhan
ekspor ataukah inflasi atau GDP yang memiliki dampak paling
signifikan atau searah pertumbuhannya terhadap pertumbuhan ekspor
maka peneliti perlu menganalisis pertumbuhan ekspor, inflasi, GDP dan
4
nilai tukar di negara-negara yang tergabung dalam MEA sebagai
variable yang diteliti
2. Secara Subyektif
Memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekspor
Negara di Perhimpunan MEA. Banyaknya referensi pendukung skripsi
yang akan diteliti, dan data yang mudah diperoleh maka dapat
mempermudah penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
kedepannya. Selain itu judul yang ingin diteliti oleh penulis dalam
penelitian ini telah sesuai dengan jurusan yang penulis ambil di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.
C. Latar Belakang Masalah
Perdagangan Internasional telah memainkan pernanan yang sangat
penting, meskipun hal itu tidak bisa berdiri sendiri, hampir di sepanjang
sejarah pembangunan di negara-negara berkembang. Di semua kawasan
negara-negara dunia ketiga, baik itu di Afrika, Asia, Timur Tengah
maupun Amerika latin, ekspor produk-produk primer secara tradisional
merupakan bagian yang cukup penting dan besar dari total produk
nasional bruto di masing-masing Negara (Todaro, 2000).
Adam Smith dalam (Hady, 2000: 29) mengemukakan bahwa
manfaat perdagangan yang diperoleh suatu negara adalah karena
melakukan spesialisasi produksi serta memiliki keunggulan mutlak atau
5
keunggulan komparatif. Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga
relatif produk menjadi lebih mahal atau murah secara relatif terhadap
produk negara lain, sehingga nilai tukar terkadang digunakan sebagai
alat untuk meningkatkan daya saing (mendorong ekspor). Perubahan
posisi ekspor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki posisi
neraca transaksi perdagangan.4
Transaksi valuta asing didalam beberapa kamus bahasa arab di
istilahkan dengan kata al-sharf yang berarti jual beli valuta asing atau
dalam istilah bahasa inggris adalah money changer. Menurut
Taqiyuddin an-Nabhani mendefiniskan al-sharf dengan pemerolehan
harta dengan harta lain, dalam bentuk emas dan perak, yang sejenis
dengan saling menyamakan antara emas yang satu dengan emas yang
lain, atau antara satu perak dengan perak yang lain (atau berbeda
sejenisnya) semisal emas dengan perak, dengan menyamakan atau
melebihkan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain. (Thaher :
2007).
Sesungguhnya turunya nilai tukar rupiah ini bisa meningkatkan
nilai ekspor, namun krisis keuangan menyebabkan turunya permintaan
komoditas dari luar negeri. Turunnya ekspor mengurangi pendapatan
negara sehingga jika tidak diimbangi dengan turunnya pengeluaran
4 Idah Zuhroh, David Kaluge, ”dampak pertumbuhan nilai tukar rill terhadap
pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia (suatu aplikasi mode vector auto regressive,
var”),”JIAE”, Vol. 1, No. 1, Oktober 2007
6
dollar melalui penurunan tingkat impor akan menyebabkan defisit
perdagangan.5
Secara umum data tingkat kurs negara-negara MEA atas dollar AS
terhitung dari periode 2014-2018 dapat dilihat dari gambar berikut :
Grafik 1.1
Pergerakan Nilai Tukar Kamboja, Myanmar, dan Laos Terhadap
Dollar Tahun 2014-2018
Sumber : World Bank (data diolah, 2019)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang
negara negara diatas terhadap Dollar berbeda-beda nilainya. Negara
Kamboja berada pada angka 4.000 Riel Kamboja, Myanmar berada
pada angka 1.429 Kyat Burma pada tahun 2018, dan negara Laos
berada pada angka 8.489 Kip Laos. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan ekspor disetiap negara, karena jika nilai rupiah terhadap
dollar AS melemah maka nilai dari harga barang impor akan menjadi
naik, dan nilai ekspor kita akan melemah.
5 Heri Sudarsono, “dampak krisis keuangan global terhadap perbankan di Indonesia:
perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah”,”JEI”, Vol. III No. 1, Juli 2009
7
Penelitian (Adwin A. Admadja, 1999) menjelaskan masalah inflasi
di Indonesia ternyata bukan saja merupakan fenomena jangka pendek,
tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa
inflasi di Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya
pelaksanaan kebijakan di sektor moneter oleh pemerintah, yang sering
kali dilakukan untuk tujuan menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum
dalam jangka pendek, tetapi juga mengindikasikan masih adanya
hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang
belum sepenuhnya dapat diatasi.
Maka dari itu ada baiknya kita melihat angka inflasi dari tahun
2014-2018 untuk mengetahui seberapa besar angka kenaikan inflasi di
negara-negara yang tergabung dalam MEA.
Grafik 1.2
Tingkat Inflasi Kamboja, Myanmar, Laos
Sumber : World Bank (data diolah, 2019)
Tingkat inflasi negara Kamboja pada tahun 2014-2018 yang
tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu inflasi sebesar 4%, dan
mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 2018
8
pada angka 2%. Negara Myanmar mengalami kenaikan nilai inflasi
yang cukup tinggi yaitu pada tahun 2015 mencapai angka 9% dan
membaik pada tahun-tahun berikutnya yaitu mencapai angka 7% pada
tahun 2018. Laos mengalami naik turun inflasi yang tidak terlalu
signifikan, pada tahun 2014-2018 Laos hanya mengalami kenaikan dan
penurunan sebesar 1%.Pada tahun 2015 tingkat iinflasi berada di angka
3,35%, dan pada tahun 2016 berada pada angka 3,02% .
Hubungan inflasi dengan nilai ekspor sangat berkaitan erat. Karena
kenaikan harga secara besar besaran maka jumlah biaya yang
dikeluarkan pada perusahaan akan membesar yang mengakibatkan
pengurangan tenaga kerja untuk menyeimbangkan pendapatan dan
pengeluarannya. Karena kekurangan tenaga kerja maka output
perusahaan berkurang sehingga produk yang akann di ekspor nilainya
akan berkurang dari biasanya.6
Berikut tabel dari data pertumbuhan GDP negara Kamboja,
Myanmar dan Laos :
6 Abu Bakar,”Pengaruh Cost Of Hedging dan Inflasi Terhadap Nilai Eskpor pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. (Skripsi Program Strata 1 Jurusan
Manajemen Universitas Hasanuddin, Makasar, 2014), h. 17.
9
Grafik 1.3
GDP Growth Kamboja, Myanmar dan Laos
Sumber : World Bank (Data diolah, 2019)
GDP menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai pada
satu tahun tertentu dan perubahan dari tahun ke tahun. Maka ia
mempunyai peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai dan perubahan pertumbuhan dari tahun ke
tahun.7
Merujuk tabel diatas, dapat kita lihat pertumbuhan GDP pada
negara Kamboja, Myanmar, dan Laos. Pertumbuhan GDP ketiga negara
tersebut hampir bisa dibilang stabil yaitu berkisar di angka 6-8%, hanya
pada negara Myanmar yang dimana pada tahun 2014 merupakan angka
tertinggi 8% dan turun menjadi 6% pada tahun 2018.
Ekspor memegang peranan penting dalam kegiatan perekonomian
suatu negara. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan digunakan
7
Sadono, Sukirno. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. (Jakarta : Rajawali Pers
2004) h,89.
10
untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan
dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Agregasi
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam
perekonomian merupakan nilai Produk Domestik Bruto.8
Berikut tabel dari data pertumbuhan ekspor negara yang tergabung
dalam MEA :
Grafik 1.3
Pertumbuhan Ekspor Kamboja, Myanmar dan Laos
Sumber : World Bank (Data diolah, 2019)
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa tingkat
pertumbuhan ekspor di tiap negara berbeda-beda pula, negara Kamboja
pertumbuhan ekspornya pada tahun 2018 mencapai 5,2% menurun
dibandingkan tahun 2014 yang sampai pada angka 11,2%.
Pertumbuhan ekspor di negara Myanmar juga cenderung naik turun
nilainya, terakhir pada tahun 2018 pertumbuhan ekspor Myanmar
berada pada angka 3%.
8Adrian Sutawijaya, Zulfami. “Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006” JEP. Vol. 100
11
Ekonomi Islam mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan materinya di dunia ini sehingga tercapai kesejateraan yang
akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat (Falah).
Falah, kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat
dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia
secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan
memberikan dampak yang disebut dengan maslahah. Maslahah adalah
segala bentuk keadaan, baik material maupun nonmaterial, yang mampu
meninggkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling
mulia.9
Penelitian mengenai neraca perdagangan sudah banyak dilakukan.
Salah satunya dilakukan oleh Amanda C. Anisa (2017) dimana dalam
penelitiannya menggunakan data sekunder dan mempunyai sifat berkala
(time series) menyimpulkan bahwa variable kurs valuta asing
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca pembayaran
Indonesia. Selanjutnya penelitian oleh Ari Mulianta Ginting (2013)
dimana dalam penelitiannya menggunakan data sekunder berupa data
time series dengan pendekatan Model Koreksi Kesalahan (Error
Correction Model;ECM) menunjukan bahwa nilai tukar memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor di Indonesia.
Penelitian selanjutnya oleh Udiyana Ida Bagus Gede (2017)
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif menjelaskan bahwa
9 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Depok :
Rajagrafindo Persada, 2105) h,7.
12
inflasi, kurs, dan ekspor impor berepngaruh signifikan terhadap neraca
perdagangan. Berdasarkan penelitian yang berbeda-beda diatas dan juga
nilai neraca perdagangan medorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut
mengenai “Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan GDP Terhadap
Perkembangan Ekspor Negara Di Perhimpunan MEA Perspektif
Ekonomi Islam (Studi Empiris Pada Negara Di Perhimpunan MEA
Tahun 2014-2018)”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti menurunkan
masalah yang akan dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh nilai tukar, inflasi dan GDP secara parsial
terhadap pertumbuhan ekspor negara di perhimpunan MEA tahun
2014-2018?
2. Bagaimana pengaruh nilai tukar, inflasi, dan GDP secara simultan
terhadap pertumbuhan ekspor negara di perhimpunan MEA tahun
2014-2018?
3. Bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap ekspor di
Indonesia?
13
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti menguraikan tujuan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisis apakah pengaruh nilai tukar, inflasi, dan GDP secara
parsial terhadap pertumbuhan ekspor negara di perhimpunan MEA
tahun 2014-2018?
2. Menganalisis apakah pengaruh nilai tukar, inflasi dan GDP secara
simultan terhadap pertumbuhan ekspor negara di perhimpunan
MEA tahun 2014-2018?
3. Menganalisis bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap
ekspor di Indonesia?
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara langsung
bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya :
1. Bagi Pihak Lembaga Pemerintahan, penelitian ini diharapkan
menjadi bahan masukan dan informasi bagi pemerintah mengenai
pentingnya menganalisis Pertumbuhan Ekspor .
2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan
terkait tentang nilai tukar, inflasi, GDP, dan pertumbuhan ekspor
dan dapat masukan untuk penelitian dengan topik yang sama pada
masa yang akan datang.
3. Bagi UIN Raden Intan Lampung, Agar karya ilmiah ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi maupun tambahan informasi
bagi mahasiswa UIN Raden Intan Lampung.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Teori Kuantitas
Teori tentang inflasi pada awalnya berkembang dari teori
yang dikenal dengan teori kuantitas. Teori kuantitas pada dasarnya
merupakan suatu hopotesis tentang faktor yang menyebabkan
perubahan tingkat harga ketika kenaikan jumlah uang beredar
merupakan faktor penentu atau faktor yang mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.10
Teori kuantitas tidak hanya menyatakan bahwa jumlah
uang beredar sebagai faktor perubahan tingkat harga. Ahli ekonomi
moneter yang menganut teori kuantitas dalam perkembangannya
lebih dikenal dengan ahli ekonomi yang beraliran Monetaris. Salah
satu tokoh aliran monetaris ini adalah ekonom Milton Friedman
yang mendapatkan hadiah nobel di bidang ekonomi pada tahun
1976. Tokoh ini membuat pernyataan yang sangat terkenal, yaitu
bahwa “inflation is always and everywhere a monetary
phenomenon”.11
Molton Friedman adalah ekonom yang menyempurnakan
teori kuantitas dan memformulasikan lebih lanjut teori kuantitas
uang serta menyusun teori tentang permintaan uang. Teori
10 Suseno, Siti Aisyah.,Inflasi, (Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan PPSK, BI)
(Jakarta : 2009) h. 7 11 Ibid,
15
perkembangan uang tersebut dalam perkembangannya menjadi
teori yang sangat penting dalam teori makro ekonomi. Teori
permintaan uang dalam perkembangannya juga telah mengalami
banyak variasi serta perkembangan yang sangat pesat.
Teori permintaan uang pada dasarnya menyatakan bahwa
permintaan uang masyarakat ditentukan oleh sejumlah variable
ekonomi yang antara lain pertumbuhan ekonomi, suku bunga, dan
tingkat harga. Sejalan dengan teori permintaan uang, tingkat harga
atau laju inflasi hanya akan berubah apabila jumlah uang beredar
tidak sesuai dengan jumlah yang diminta atau diperlukan oleh suatu
perekonomian. Apabila jumlah uang yang beredar lebih besar
dibandingkan dengan jumlah uang yamg diminta atau dibutuhkan
oleh masyarakat, maka tingkat harga akan meningkat dan terjadilah
inflasi. Sebaliknya, apabila jumlah uang yang beredar lebih kecil
dengan jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat, maka
tingkat harga akan turun dan terjadi apa yang disebut deflasi.12
2. Teori PPP (Purchasing Power Parity)
Konsep purchasing power parity atau paritas daya beli
diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep
ini kemudin dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama
Gustave Cassel pada tahun1920, saat negara-negara Eropa seperti
Jerman, Soviet dan Hongaria mengalami inflasi tinggi.
12 Ibid, h.8
16
Penjelasan konsep PPP didasarkan pada hukum satu harga ,
the law of one price yang menyatakan bahwa harga komoditas yang
sama di dua negara yang berbeda akan sama jika dinilai dengan
mata uang yang sama.
3. Teori Hesckher Ohlin (H-O)
Teori perdagangan internasional modern dimulai ketika
ekonom Swedia yaitu Eli Hesckher (1919) dan Bertil Ohlin (1933)
mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional
yang belu mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.
Teori klasik Comparative menjelaskan bahwa perdagangan
internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam
productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplist
dinyatakan) antar negara. Namun teori ini tidak memberikan
penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.13
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan
mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut.
Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena
adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga
selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang
dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai
„The Propotional Factor Theory‟. Selanjutnya negara-negara yang
13 Darwanto, Model Perdagangan Hesckher-Ohlin, (Semarang, 2009), h.1
17
memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksinya akan melakukan spesialisasi produk untuk
kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing
negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam
memproduksinya.14
4. Teori Keynes
Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Hal
ini menimbulkan persaingan antarkelompok untuk mendapatkan
bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat
untuk memenuhi keinginannya.
Di sini, permintaan efektif masyarakat terhadap barang-
barang (permintaan agregat) selalu melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka
pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Karena itu, kaum
moneteris menganggap bahwa teori Keynes lebih sesuai digunakan
untuk menjelaskan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Mengingat daya beli antara kelompok yang ada
dimasyarakat tidak sama (heterogen), maka akan memungkinkan
terjadi realokasi barang-barang. Artinya, barang-barang yang
14 Ibid,
18
tersedia dari kelompok masyarakat yang memiliki daya beli relatif
rendah dialihkan kepada masyarakat yang memiliki daya beli yang
lebih besar.
Kejadian ini akan terus terjadi dimasyarakat. Dengan
demikian laju inflasi hanya akan berhenti bila salah satu kelompok
masyarakat tidak dapat lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki
daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga
yang berlaku. Dan , pada akhirnya permintaan efektif masyarakat
secara keseluruhan tidak lagi melebihi suply barang atau
inflationary gap menghilang.15
5. Teori David Ricardo
Berangkat dari teori Absolute Advantage oleh Adam Smith, David
Ricardo mengemukakan teori Comparative Adventage yang
membahas Cost Comparative Advantage (Labor Effeciency) dan
Production Comparative (Labor Productivity). Pemikiran kaum
klasik ini telah mendorong perdagangan bebas antar beberapa
Negara. Teori perdagangan yang digagas kaum klasik itu telah
mengubah dunia menuju globalisasi yang lebih cepat.
Menurut Ricardo keunggulan komparatif adalah
keunggulan relatif yang dimiliki suatu negara dibandingkan negara
lain dalam meproduksi berbagai komoditas. Jika masing-masing
negara memiliki keunggulan komparatif dalam meproduksi suatu
15 Sri Kartini, Mengenal Inflasi,(Semarang: Mutiara Aksara, 2019), h.15.
19
komoditas, negara tersebut mengkhususkan untuk memproduksi
komoditas tersebut. Maka produski dunia akan mampu
ditingkatkan sehingga akan memberikan peluang bagi setiap negara
untuk melakukan perdagangan dan memperoleh manfaat dari
perdagangan tersebut.
6. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naiknya
tingkat harga secara umum yang berkesinambungan. Syarat inflasi
yaitu terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus.
Jika hanya satu atau dua barang saja yang naik, itu bukan
merupakan inflasi.16
b. Dampak Inflasi
Inflasi dapat menimbulkan beberapa akibat buruk baik
terhadap orang per orang, masyarakat, maupun kegiatan
perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan harga-harga
menimbulkan efek yang buruk terhadap perdagangan. Komoditas
ekspor tidak akan dapat bersaing di pasar internasional, karena itu
volumenya menurun. Sementara di pihak lain, harga komoditas
dalam negeri naik dan impor justru menjadi relatif murah.
Akibatnya kuantitas impor akan lebih banyak daripada ekspor,
16 Ali Ibrahim Hasyid, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kencana, 2016), h.200.
20
sehingga cadangan devisa semakin berkurang dan neraca
pembayaran akan menjadi lebih buruk.
Salah satu akibatnya yaitu inflasi cenderung menurunkan
kesejateraan individu dan masyarakat. Para pelaku ekonomi seperti
para pekerja bergaji tetap. Inflasi biasanya terjadi lebih cepat dari
pada kenaikan upah para pekerja. Upah riil para pekerja akan
merosot disebabkan oleh iniflasi, dan ini berarti tinggkat
kesejateraan/kemakmuran sebagian besar masyarakat dengan
sendirinya akan turut merosot.
7. Nilai Tukar
a. Pengertian Nilai Tukar
Penelitian Ray Fani yang mengutip Anindita menjelaskan
“nilai tukar merupakan suatu harga relative yang diartikan nilai
dari mata uang terhadap mata uang lainnya”. Nilai tukar adalah
tingkat harga nyata yang digunakan untuk transaksi perdagangan
dengan Negara lain. Nilai tukar suatu Negara akan menentukan
tingkat permintaan dan penawaran akan suatu barang ekspor dan
impor Negara tersebut. Pentingnya peran nilai tukar dalam
transaksi perdagangan suatu Negara pasti akan mempertahankan
nilai mata uang tersebut di tingkat yang paling menguntungkan.
Anindita menyatakan “setiap Negara akan mempertahankan
21
cadagangan internasionalnya yang digunakan untuk membeli atau
menjual mata uangnya demi menjaga nilainya tetap”.17
Nilai tukar atau sering disebut kurs adalah tingkat harga
yang disepakati penduduk kedua Negara untuk melakukan
perdagangan (Mankiw, 2008).Nilai tukar dibedakan menjadi dua
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal
menunjukan berapa banyak mata uang asing yang dapat
dipertukarkan untuk setiap mata uang domestic sedangkan nilai
tukar riil menunjukan nilai dimana seseorang bisa menukarkan
barang dan jasa dari suatu Negara dengan barang dan jasa dari
Negara lain. Dengan kata lain nilai tukar riil menunjukan harga
relative dari barang-barang diantara dua Negara. Mata uang suatu
Negara disebut mengalami apresiasi jika terjadi peningkatan nilai
yang diukur dengan naiknya jumlah mata uang asing yang dapat
dibeli.Sebaliknya, mata uang suatu Negara mengalami depresiasi
jika mata uang tersebut dapat membeli lebih sedikit mata uang
asing.18
b. Pendekatan Fundamental atas Nilai Tukar
(1) Konsep Purhcasing Power Parity (PPP)
15
Ray Fani Arning Putri, Suhadak, Sri Sulasmiyati, “Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar
Terhadap Ekspor Indonesia Komoditi Tekstik dan Elektronika Ke Korea Selatan (Studi Sebelum
dan Setelah Aseean Korean Free Trade Agreement Tahun 2011”, JAB, Vol35 No. 1 (Juni 2016), h
129.
18
Anisa Fahmi, ”pengaruh capital inflow, inflasi, suku bunga, ekspor, dan impor terhadap
nilai tukar rupiah”,”ISSN”, 2528-1127, 2019.
22
Konsep PPP menekankan asumsi bahwa pada dasarnya
semua mata uang memiliki daya beli yang sama di berbagai negara.
Namun, perubahan agregat penawaran dan permintaan di masing-
masing negara yang merubah daya beli mata uang suatu negara
relatif terhadap mata uang negara lainnya.
Mengacu pada “the law of one price” dan diasumsikan
barang homogen bergerak secara bebas antar negara sehingga tidak
tumbul biaya transportasi dan lain-lain,.
Adapun konsep absolute PPP menyatakan bahwa daya beli
(purchasing power) dua mata uang terhadap suatu barang adalah
sama. Dengan demikian, PPP adalah perbandingan (rasio) tingkat
harga di keduan negara.
E = 1/(P/P*) = P/P*
Di mana E = nilai tukar, P = harga barang di DN, P* =
harga barang yang sama di LN. 19
Sementara itu, konsep PPP relatif adalah persentase
perubahan nilai tukar dua negara dalam suatu periode sama dengan
perbedaan inflasi di kedua negara.
Ӆd – ӆf = e
Di mana pd = inflasi domestik ; pf = inflasi luar negeri, e =
perubahan nilai tukar (apresiasi/depresiasi).
Asumsi :
19 Dr. Ferry Syarifudin, Konsep, dinamika, dan respon kebijakan nilai tukar di Indonesia,
(Jakarta : BI Institute 2016), hlm. 13
23
1. Barang yang diperdagangkan bersifat homogen dan harga
barang non traded bersifat fleksible.
2. Tidak ada hambatan perdagangan internasional.
3. Biaya transportasi yang relatif rendah dan atau tidak ada
4. Tingkat inflasi yang setara.20
8. GDP (Gross Domestic Product)
a. Pengertian GDP
Produk Domestik Bruto yang disingkat menjadi PDB atau
sering disebut dengan Gross Domestic Product atau disingkat
menjadi GDP merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara (domestik) selama satu tahun atau sering juga
diartikan sebagai keseluruhan nilai pasar semua jasa akhir yang
dihasilkan oleh suatu negara atau masyarakat selama satu kurun
waktu tertentu, misalnya satu tahun. GDP akan menghitung hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang
asing yang beroprasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-
barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, lkarenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.21
20
Ibid, h.18 21
Dodi Arif, “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang beredar, Inflasi dan BI
Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Inonesia Periode 2007-2013”,”JEB”, Vol. 19,
No. 3 (Desember 2014), h.65.
24
GDP atau PDB dapat diartikan sebagai nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam
satu tahun tertentu. Di dalam sesuatu perekonomian di negara-
negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan
jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk
negara terebut tetapi oleh penduduk negara lain. Penggunaan GDP
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh semua
negara di dunia termasuk Indonesia.22
9. Ekspor.
a. Pengertian Ekspor
Ekspor menurut Mankiw yang dikutip oleh Gede dan
Wayan adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negara,
kemudian akan dijual keluar negeri. Kegiatan ekspor dalam jangka
panjang dapat memberikan pemasukan devisa bagi negara
bersangkutan yang nantinya dipergunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara, membiayai kebutuhan impor
maupun pembangunan dalam negeri.23
Berdasarkan teori ekonomi, perdagangan (ekspor dan
impor) merupakan salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi
suatu negara, disamping konsumsi, investasi, dan pengeluaran
pemerintah. Secara historis, pertumbuhan ekonomi di negara-
22
Ibid, h.66.
23 I Gede Yoga Mahendra dan I Wayan Wita Kusumajaya, “ Analisis Pengaruh Investasi,
Inflasi, Kurs Dollar AS dan Suku Bunga Kredit Terhadap Ekspor Indonesia Tahun 1992-2012”,
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol.4 No. 5 (Mei2015), h 526.
25
negara maju sangat didukung oleh pertumbuhan ekspor sehingga
negara-negara tersebut menguasai pangsa ekspor dunia.24
10. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
a. Pengertian MEA
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang
direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Tujuan utama dari
MEA 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan
berbasis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi
dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih
bebas. Pada tahun 2015 negara anggota ASEAN telah menyetujui
cetak biru masyarakat ekonomi ASEAN 2025. Cetak biru MEA
2015 yang terdiri dari lima karakteristik yang saling terkait dan
saling menguatkan yaitu (1) ekonomi yang terpadu dan terintegrasi
penuh (2) ASEAN yang berdaya saing, inovatif dan dinamis (3)
peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral (4) ASEAN yang
tangguh, inklusif serta berorientasi dan berpusat pada masuarakat,
dan (5) ASEAN yang global.
b. Tujuan MEA
MEA bertujuan meningkatkan kesejateraan ASEAN yang
memiliki karakteristik sebagai pasar dan basis produksi tunggal,
kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan berdaya saing, memiliki
24 Adrian D Lubis, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor Indonesia,
(Jakarta : Kemedag) 2017, h.2
26
pembangunan yang setara, serta memperccepat keterpaduan
ekonomi di kawasan ASEAN dan dengan kawasan di luar ASEAN.
11. Pandangan Ekonomi Islam Terhadap Ekspor
Ekonomi Islam adalah suatu cabang keilmuan yang
berupaya untuk memandang, meneliti dan akhirnya menuntaskan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang
Islami.25
Allah berfirman dalam QS Al- Baqarah : 275
يطي هي الوس ر م الزي يتخبط الش ى ال كوا يق ه با ل يق ى الش ن الزيي يأكل با ل
ه با فوي جاء م الش حش البيع احل للا با ا اوا البيع هثل الش ى قال ت فا ب ي س عظت ه
ى اصحب الاس ن فيا خلذ ى هي عاد فال
الى للا اهش ها سلف فل
Artinya :Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.
Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan
riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka
mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al- Baqarah 2 :
275)
Jual-beli disyaratkan oleh Allah SWT sebagai keluasan
bagi hamba-Nya, karena setiap manusia mempunyai kebutuhan
akan sandang, pangan, dan lainnya. Kebutuhan tersebut tak pernah
terhenti dan senantiasa diperlukan selama manusia itu hidup. Tidak
ada seorang pun yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri, tetapi ia mendapatkannya dari orang lain. Tidak ada cara
yang terbaik selain cara pertukarang barang. Seorang memberikan
25
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (Jakarta : Rajawali Pers, 2013 Ed.
1-5) h.144
27
apa yang dimilikinya untuk memperoleh sesuatu sebagai pengganti
sesuai kebutuhannya.26
Perdagangan di dalam Al-Qur’an jelas dikatakan bahwa
Allah melarang manusia memakan harta-hartanya dijalan yang
batil, kecuali dengan perdagangan dan saling ridha. Seperti yang
tercantum dalam QS An-Nisa : 29
ى تجاسة اى تك الكن بيكن بالباطل ال ا اه ا ل تأكل ا الزيي اه ل ياي كن عي تشاض ه
ا كاى بكن سحيو فسكن اى للا ا ا ٩٢ –تقتل
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.
Allah SWT melarang hamba-hamba Nya yang beriman
memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang lain
dengan cara yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh
syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainya yang
termasuk kedalam kategori tersebut dengan menggunakan berbagai
macam tipuan dan pengelabuan. Sekalipun pada lahiriahnya cara-
cara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara’, tetapi
Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya
hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah
(tipu muslihat). Demikianlah yang terjadi pada kebanyakannya.27
26
Sabiq. Sayyid, Fiqh Sunah Sayyid Sabiq Jilid 3 (Jakarta Timur : Al-I’tishom 2010)
h.264
27 Tafsir Ibnu Katsir, Surah An-Nisa Ayat 29-32, h.16
28
Dalam Ekonomi Islam, barang yang menjadi objek jual beli
memiliki enam syarat, yakni sbeagai berikut.
1. Bendanya suci
2. Bisa dimanfaatkan.
3. Milik orang yang melakukan akad.
4. Mungkin untuk diserahkan.
5. Diketahui bentuk atau kriterianya.
6. Berada di tangan pemiliknya.
Hal itu berdasarkan hadist riwayat Jabir ra. Beliau
mendengar Rasulullah SAW. Bersabda,
“Sesungguhnya, Allah telah mengharamkan jual-beli khamar, bangkai,
babi, dan patung. “Seorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana
pendapatmu dengan lemak bangkai yang biasa digunakan untuk melapisi
papan perahu, untuk meminyaki kulit-kulit, dan bisa dijadikan sebagai
bahan bakar lampu oleh manusia? “Rasulullah menjawab, “Tidak, hal
itu diharamkan.”28
Dhamir atau kata gantu dalam ucapan Rasulullah “hal itu
diharamkan” di atas, menyatakan jual-beli, dengan dalil bahwa
jual-beli yang dicela oleh Rasulullah dalam hadits adalah tradisi
jual-beli kaum Yahudi. Atas dasar tersebut, maka diperbolehkan
mengambil manfaat dari lemak bangkai selain untuk
diperjualbelikan, seperti untuk minyak kulit, sebagai bahan bakar
28
Sabiq. Sayyid, Fiqh Sunah Sayyid Sabiq Jilid 3 (Jakarta Timur : Al-I’tishom 2010)
h.267
29
lampu penerangan dan keperluan lain selain untuk makan yang
masuk kedalam tubuh manusia.29
Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad
shahih bahwa Ibnu Umar ra. Ditanya mengenai minyak yang
kejatuhan bangkai tikus. Ia menjawab, “Gunakanlah sebagai
minyak penerangan dan minyak untuk memasak lauk-pauk”. Suatu
hari, Rasulullah SAW berjalan dan menemukan bangkai kambing
milik Maimunah. Kemudian beliau bersabda,
“Mengapa kalian tidak mengambil kulitnya dan menyamaknya kemudian
kalian memanfaatkannya?”Para sahabat pun menjabwa, “Wahai
Rasulullah, kambing itu telah menjadi bangkai. “Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya, yang diharamkan hanyalah memakannya.”
Pengertian hadits di atas adalah dibolehkan memanfaatkan
bangkai selain untuk makan. Selama memanfaatkan bangkai selain
untuk makan diperbolehkan, maka menjualnya juga diperbolehkan
selama untuk manfaat yang diperbolehkan oleh syariat.30
B. Tinjauan Pustaka
1. Hasil penelitian dari Zumrotudz Dzakiyah, Zarah Puspitaningtiyas,
Yeni Puspita (2018) yang berjudul “The Effect of the Export Value
Quantity and Level of Inflation on Rupiah Exchange Rate In 2009-
2016”. Penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan
29
Ibid, h.268
30 Ibid, h.269
30
adalah regresi dengan pendekatan koreksi kesalahan atau ECM
(Error Correction Model) melalui bantuan Eviews 9,5 SV.
Hasil peneltian ini menunjukan bahwa nilai ekspor tidak
berpengaruh terhadap kurs rupiah tahun 2009-2016 maka hipotesis
ditolak.Menurut Dankiw (2004:275-276) dalam neraca pembayaran
tidak hanya berisi transaksi barang dan jasa saja tetapi juga
penjualan asset-aset Negara maupun perusahaan.Jadi nilai ekskpor
dapat berpengaruh ketika neraca pembayaran surplus.
Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat inflasi terhadap kurs
rupiah thaun 2009-2016 diterima.Menurut Sukirno (2012:402)
tingkat inflasi yang berlaku umumnya cenderung menurunkan nilai
suatu valuta asing.Hal ini sesuai dengan hukum paritas daya beli
atau teori PPP.31
2. Hasil penelitian dari I Gede Yoga Mahendra dan I Wayan Wita
Kesumajaya yang berjudul “Analisis pengaruh investasi, inflasi,
kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga kredit terhadap ekspor
Indonesia tahun 1992-2012”. Penelitian ini menggunakan metode
analisis linier berganda, dengan hasil dari peneltian ini adalah
bahwa secara parsial bahwa ketiga variabel yaitu investasi, kurs
dollar Amerika Serikat dan suku bunga kreditsecara serempak
31 Zumrotudz Dzakiyah, Zarah Puspitaningtiyas, Yeni Puspita, “The Effect of the Export Value Quantity and Level of Inflation on Rupiah Exchange Rate In 2009-2016”,”JPSP”, Vol 6 No.2, 2018
31
berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-
2012.32
3. Hasil penelitian dari Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto (2018)
yang berjudul “Pengaruh Variable Ekonomi Makro Terhadap
Perdagangan Indonesia (Pendekatan VECM)”. Penelitian ini
menggunakan metode estimasi ESCM dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa KURS secara singifikan
memepengaruhi TRADE.Pengaruh signifikan KURS terhadap
TRADE menunjukan bahwa KURS mampu menjadi leading
indicator bagi TRADE.33
4. Hasil penelitian dari Ray Fani Arnig Putri, Shuadak, dan Sri
Sulasmiyati, “Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor
Indonesia Komoditi Tekstil dan Elektronika ke Korea Selatan
(Studi Sebelum dan Setelah ASEAN Korea Free Trade Agreement
Tahun 2011)”. Hasil dari penelitiaan tersebut sebelum AKFTA
adalah Y1 tidak dipengaruhi signifikan secara simiultan oleh
variable bebas yaitu inflasi (X1) dan nilai tukar (X2). Setelah
AKFTA hasil penelitian adalah variable Y tidak dipengaruhi
32 I Gede Yoga Mahendra dan I Wayan Wita Kusumajaya, “ Analisis Pengaruh Investasi,
Inflasi, Kurs Dollar AS dan Suku Bunga Kredit Terhadap Ekspor Indonesia Tahun 1992-2012”,
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol.4 No. 5 (Mei2015), h 535.
33 Agus Tri Basuki, Nano Prawoto, “Pengaruh Variable Ekonomi Makro Terhadap
Perdagangan Indonesia (Pendekatan VECM)”,”Buletin Ekonomi”, Vol.16 No. 2, Desember 2018
32
signifikan secara simultan oleh variable bebas, yaitu inflasi (X1)
dan nilai tukar (X2).34
5. Hasil penelitian dari Ni Wayan Bella Astika Dewi dan Ni Putu
Martini Dewi yang berjudul, “Analisis Pengaruh Cadangan
Devisa, Kurs Dollar Amerika dan Inflasi Terhadap Nilai Ekspor
Furniture di Indonesia”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa
cadangan devisa, kurs dollar amerika dan inflasi secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor furniture di
Indonesia.35
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah kerangka yang menggambarkan
pengaruh antara variabel yaitu Nilai Tukar atau Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekspor. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
pada penelitian ini adalah Nilai Tukar dan Inflasi, kemudian yang
menjadi variabel terikat pada penelitian ini adalah Pertumbuhan
Ekspor.
Inflasi, Negara yang memiliki tingkat inflasi lebih rendah dari
tahun-tahun sebelumnya atau membaik merupakan negara yang
mempunyai kondisi cukup stabil didalam aktivitas ekonomi. Inflasi
yang rendah akan memberikan dampak terhadap harga-harga barang
34 Ray Fani Arning Putri, Suhadak, Sri Sulasmiyati, “Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar
Terhadap Ekspor Indonesia Komoditi Tekstil dan Elektronika ke Korea Selatan (Studi sebelm dan
sesudah ASEAN Korea Free Trade Agreement Tahun 2011)”,”JAB”, Vol.35, No.1,Juli 2016 35 Ni Wayan Bella Astika Dewi, Ni Putu Martini Dewi, “Analisis pengaruh cadangan
devisa, kurs dollar Amerika dan inflasi terhadap nilai ekspor furniture di Indonesia”,”JEP”, Vol.6
No.11,November 2017
33
produksi barang atau jasa yang akan diekspor suatu negara.
Kesimpulannya bahwa, semakin rendah tinggkat inflasi maka semakin
baik, karena tingkat inflasi yang rendah akan berdampak kepada biaya
produksi menjadi lebih murah. Kesimpulan tersebut dapat diartikan
bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekspor.
Nilai tukar suatu negara dalam melakukan perdagangan
internasional dapat dikur dengan menghitung nilai tukar matang uang
Amerika (US Dollar) dan tingkat Inflasi di kedua negara tersebut.
Pengendalian nilai tukar harus diperhatikan denga sungguh sungguh
oleh negara agar nilai tukar tidak terlalu lemah dibandingkan dengan
negara lain sehingga dapat meninggkatkan kesejateraan suatu negara
dalam melakukan perdagangan internasional. Berdasarkan uraian
tersebut maka kerangka pemikiran dalam penulisan sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Berfikir
Y
Pertumbuhan
Ekspor
X3
GDP
X1
Nilai Tukar
X2
Inflasi
Perspektif
Ekonomi
Islam
X1
Nilai Tukar
34
Sumber : Data Diolah 2019
Keterangan: = Uji Parsial
= Uji Simultan
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikn baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
empirik. 36
1. Nilai tukar terhadap Pertumbuhan Ekspor
Sistem Pure Floating Exchange Rate Regime sebagaimana
dijelaskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar,
dalam hal permintaan valuta asing relatif terhadap mata uang
domestik lebih besar dari penawaranya, maka nilai tukar mata uang
domestik akan menurun. Sebaliknya, nilai tukar akan menguat jika
penawaran lebih besar dari pada permintaan. Selain itu, besarnya
36
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan Kombinasi (Mixed Methos),
(Bandung: Alfabet, 2017), h. 99.
35
nilai tukar juga dipengaruhi perilaku penjual dan pembeli
khususnya para spekulan.
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual.
Kegiatan perdagangan internasional antara satunegara dengan
negara lain sangat dipengaruhi oleh nilai tukar. Nilai tukar
memiliki pernanan yang cukup penting dalam menentukan harga
relatif dari barang maupun jasa di negara lain lebih murah atau
lebih mahal dibandingkan dengan barang maupun jasa yang
diproduksi dalam negeri.37
Menurut penelitian Ratna Puspita, Kadarisman Hidayat dan
Edy Yulianto, ketika rupiah mengalami apresiasi terhadap US
dollar maka ekspor kakao Indonesia ke Amerika Serikat cenderung
mengalami penurunan.Sebaliknya, ketika kurs rupiah depresiasi
terhadap US dollar maka ekspor kakao Indonesia ke Amerika
Serikat cenderung mengalami kenaikan.38
Karena adanya
keterkaitan antara Nilai Tukar terhadap Pertumbuhan Ekspor,
maka peneliti ini akan meneliti adakah pengaruh Nilai Tukar
dengan Pertumbuhan Ekspor. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
:
37 Ratna Puspita, Kadarisman Hidayat, Edy Yulianto, “Pengaruh Produksi Kakao
Domestik, Harga Kakako Internasional, dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Kakako Indonesia ke
Amerika Serikat”,”JAB”, Vol.27, No.1,Oktober 2015. 38
Ibid, h.3
36
H1: Nilai Tukar berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekspor
2. Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekspor
Inflasi merupakan peristiwa moneter yang sering dijumpai
dalam perekonomian suatu negara. Dalam penelitian I Gede Yoga
Mahendra dan I Wayan Wita Kesumajaya mengutip penelitian
Muritala menyatakan inflasi adalah sebuah situasi dimana nilai
uang terus mengalami depresiasi atau penurunan dari segi nilai, hal
tersebut menandakan adanya kecendrungan kenaikan harga barang
dan jasa yang tersedia. Meningkatnya harga barang baku
menyebabkan para produsen akan mengalami penurunan kuantitas
produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai ekspor.39
Karena adanya keterkaitan Inflasi dengan Pertumbuhan
Ekspor, maka peneliti akan meneliti adakah pengaruh Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara di Perhimpunan MEA.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H2: Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekspor.
3. GDP terhadap Pertumbuhan Ekspor
GNP atau PDB dapat diartikan sebagai nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam
satu tahun tertentu. Di dalam sesuatu perekonomian di negara-
negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan
39 I Gede Yoga Mahendra dan I Wayan Wita Kusumajaya, “ Analisis Pengaruh Investasi,
Inflasi, Kurs Dollar AS dan Suku Bunga Kredit Terhadap Ekspor Indonesia Tahun 1992-2012”,
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol.4 No. 5 (Mei2015), h 536.
37
jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk
negara terebut tetapi oleh penduduk negara lain. Penggunaan GNP
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh semua
negara di dunia termasuk Indonesia.40
Kenaikan GDP akan meningkatkan daya beli (purhasing
power) masyarakat untuk melakukan impor disatu sisi, disisi lain
kenaikan GDP juga akan meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk melakukan proses produksi yang pada akhirnya bisa uuntuk
diekspor ke negara lain. Bagi negara-negara sedang berkembang,
kenaikan impor apalagi sampai melebihi kenaikan ekspor akan
membuat kelesuan perkonomian dalam negeri.41
Lumadya Adi dalam penelitianya yang berjudul Pengaruh
Exchange Rate dan GDP Terhadap Eskpor dan Impor Indonesia
menyatakan bahwa ada hubungan jangka pendek GDP dengan
ekspor Indonesian, namun dalam jangka panjang tandanya tidak
konsisten.42
Karena adanya keterkaitan GDP dengan Pertumbuhan
Ekspor, maka peneliti akan meneliti adakah pengaruh GDP
Terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara di Perhimpunan MEA.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
40
Dodi Arif, “Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang beredar, Inflasi dan BI
Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Inonesia Periode 2007-2013”,”JEB”, Vol. 19,
No. 3 (Desember 2014), h.66.
41
Lumadya Adi, “Pengaruh Exchange Rate dan GDP Terhadap Ekspor dan Impor
Indonesia,”JEP” , Vol. 1, No.2, hal.3
42 Ibid, h.12.
38
H2: GDP berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekspor.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Data
1. Pendekatan Data dan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini penelitian menggunakan metode
pendekatan penelitian secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah
metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.43
.Penelitian ini bersifat asosiatif
biasa disebut dengan sifat hipotesis (hubungan), asosiatif yaitu
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif,
yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
dengan variabel lain.44
Digunakan penelitian ini yang bertujuan
untuk mendektesi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan variasi –variasi pada satu atau lebih faktor lain.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Untuk membantu dalam penelitian ini, penulis
menggunakan data sebagai berikut yaitu, data sekunder adalah data
yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam bentuk
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi...,h.11. 44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan...,h.106.
40
yang sudah jadi berupa publikasi.45
Sumber data yang digunakan
oleh penelitian ini menggunakan, Riset Internet (Online Research),
data-data yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari
laporan perkembangan nilai tukar, inflasi, dan GDP tiap-tiap negara
yang berasal dari situs resmi Kementrian Perdagangan
(www.kemendag.go.id) dan World Bank (www.worldbank.org)
Periode 2014-2018 dan juga artikel, jurnal dan internet yang
berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.46
Populasi dalam penlitian ini adalah Negara yang
terdaftar di perhimpunan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean):
Tabel 3.1
Daftar Negara Perhimpunan MEA
No Nama Negara
1. Singapore
2. Malaysia
3. Brunei Darussalam
4. Vietnam
5. Kamboja
45
J. Supranto, Metode Penelitian Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi dan
Bisnis ( Jakarta: Rineka Cipta,2000), h. 8. 46
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methos)..., h.119
41
6. Laos
7. Thailand
8. Philipina
9. Indonesia
10. Myanmar
Sumber: Data diolah, 2019
2. Sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimilki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
47 Sampel yang diambil oleh peneliti ini diambil dari populasi
Negara yang tergabung dalam MEA(Masyarakat Ekonomi Asean).
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probality sampling
dengan menggunakan teknik sampling purposive dengan kriteria
dan karakteristik sebagai berikut :
a. Negara yang tergabung dalam perhimpunan MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) tahun 2014-2018
b. Negara di perhimpunan MEA yang mempublishkan laporan
ekspor, inflasi dan nilai tukar lengkap selama periode penelitian
dari tahun 2014-2018.
47
Ibid.120.
42
Berdasarkan kriteria sampel diatas maka peneliti
menemukan 10 sampel negara di perhimpunan MEA yang sesuai.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Negara Perhimpunan MEA
No Nama Negara
1. Singapura
2. Malaysia
3. Brunei Darussalam
4. Vietnam
5. Kamboja
6. Laos
7. Thailand
8. Philipina
9. Indonesia
10. Myanmar
Sumber: Data diolah 2019
C. Definisi Operasional Variabel
Didalam sebuah penelitian variabel merupakan bagian terpenting
agar menjadi topik dalam fokus penelitian. Variabel penelitian ini
adalah suatu konstruk, atribut atau sifat atau niali seseorang,obyek
maupun kegiataan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk kemudian dipelajari dicari informasinya dan ditarik
kesimpulannya.48
Adapun definisi operasional adalah :
48
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabet 2013), h.58.
43
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen sering disebut juga sebagai variabel
output kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut
sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat ,karena adanya variabel
bebas.49
Dalam hal ini variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan ekspor. Dikarenakan ekspor yang paling tepat
diukur dalam sejauh mana negara menghasilkan cadangan
devisanya atau valas, karena sebagaimana umumnya bahwa tujuan
perdangangan internasional suatu negara untuk mendapatkan
keuntungan dalam kegiatan perdagangan.
2. Variabel Independen (X)
Variabel ini sering disebut juga sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebuut
juga sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).50
Adapun variabel Independen yang penulis ambil yaitu :
a. Nilai Tukar (X1)
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs
adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang
domestik atau dapat juga dikatakan mata uang domestik
49
Ibid, h. 64. 50
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi...,h. 64.
44
terhadap mata uang asing.51
Data yang diambil dari masing-
masing negara yang tergabung dalam MEA dari tahun 2014-
2018 melalui situs Wolrd Bank.
b. Inflasi (X2)
Inflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naiknya
tingkat harga secara umum yang berkesinambungan. Syarat
inflasi yaitu terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan
terus-menerus. Jika hanya satu atau dua barang saja yang naik,
itu bukan merupakan inflasi.52
Data yang diambil dari masing-
masing negara yang tergabung dalam MEA dari tahun 2014-
2018 melalui situs Wolrd Bank.
c. GDP (X3)
GDP atau PDB dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam
satu tahun tertentu. Di dalam sesuatu perekonomian di negara-
negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan
jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk
negara terebut tetapi oleh penduduk negara lain. Penggunaan
GDP untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh
semua negara di dunia termasuk Indonesia.53
Data yang diambil
51 Iskandar Simonangkir, Suseno, Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar, (Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan PPSK 2016), Seri Kebanksentralan, No. 13, hlm. 1
52
Ali Ibrahim Hasyid, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kencana, 2016), h.200. 53
Ibid, h.66.
45
dari masing-masing negara yang tergabung dalam MEA dari
tahun 2014-2018 melalui situs Wolrd Bank.
Berdasarkan uraian diatas, adapun definisi operasional
variabel yang akan digunkan dalam penelitian ini diringkas dalam
tabel berikut :
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Cara Pengukuran
Variabel
dependen
(Y)
Pertumbuha
n Ekspor
a.Pertumbuha
n Ekspor
Masing-
Masing
Negara
Pertumbuhan ekspor tiap negara
(%)
Variabel
Independen
(X1)
Nilai Tukar
a. Nilai Tukar
Masing-
Masing
Negara
Nilai tukar mata uang
masing-masing negara
terhadap US dollar
Variabel
Independen
(X2)
Inflasi
a.Inflasi
Masing-
Masing
Negara
Tigkat inflasi masing-masing
negara (%)
Variable
Indpenden
(X3)
GDP
a. GDP
masing-
masing
negara
GDP Growth masing-masing
negara (%)
Sumber: Data diolah, 2019
46
D. Analisis Data
1. Data Panel
Data panel adalah data yang terdiri atas beberapa variabel
seperti pada data seleksi silang, namun juga memiliki unsur waktu
seperti pada data runtut waktu.54
Dengan kata lain data panel
adalah gabungan data croos section dan time series. Regresi dengan
menggunakan data panel disebut model regresi data panel.55
Jika setiap unit croos section mempunyai data time series
yang sama modelnya disebut model regresi panel data seimbang
(balance panel) sedangkan jika jumlah observasi time series dari
unit croos section tidak sama maka disebut regresi panel data tidak
seimbang (unbalance panel).56
Keuntungan menggunakan analisi data panel antara lain:57
a. Memberikan jumlah pengamatan yang besar pada penelitian,
meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data
memiliki variabelitas yang besar, mengurangi kolineritas antar
variabel penjelas.
b. Dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat
diberikan jika hanya menggunakan data time series atau cross
section saja.
54
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Cetakan
ke-5 (Jogyakarta: STIM YKPN, 2017), h. 102. 55
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya disertai Panduan
Eviews(Jogjakarta: UPP STIM YKPN, 2016), h. 353. 56
Ibid, h. 354. 57
Ibid. h. 357.
47
c. Panel dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam
inferensi perubahan dinamis jika dibandingkan dengan cross
section.
Dalam model data panel, persamaan model dengan
menggunakan data cross section dapat ditulis dengan:
𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1Xi+ µi;i = 1, 2, …, N
Di mana N adalah banyaknya data cross section, sedangkan
persamaan model dengan time series adalah:
𝑌t = 𝛽0 + 𝛽1Xt+ µi;t = 1, 2, …, T
Dimana T adalah banyak data time series.
Mengingat data panel merupakan gabungan dari time series
dan cross section, maka model ditulis dengan:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1Xit + µit
i = 1,2,…,N ∶ t = 1,2,…,T
Dimana:
N= banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel
48
Model untuk mengestimasi model regresi dengan data
panel yaitu pendekatan Common effect, Fixed Effect, dan Random
Effect.
a. Common Effect
CommonEffect merupakan metode pendekatan dengan tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan
bahwa prilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun
waktu. Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasikan
data panel adalah hanya dengan mengkombinasikan data time
series dan cross section.58
b. Fixed Effect
Teknik model fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian fixed effect ini didasarkan adanya
perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya
sementara waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
perusahaan dan antar waktu.59
c. Random Effect
Random effect merupakan model untuk mengestimasi data panel
dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar
waktu dan antar individu. Dimasukannya variabel dummy
58
Ibid, h. 355. 59
Ibid, h. 356.
49
didalam model fixed effect bertujuan untuk mewakili
ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya.
Namun hal tersebut membawa konsekuensi berkurangnya
derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter, sehingga dapat diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error terms) atau metode
random effect.60
Dalam menentukan model regresi panel mana yang tepat
untuk digunakan maka dilakukan uji chow-test dan uji hausman.
Uji chow-test digunakan untuk menentukan pendekatan common
effect atau pendekatan fixed effect. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho = common effect
Ha =fixed effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan
membandingkan perhitungan cross-section chi-squaredengan α,
apabila cross-section chi-squarelebih besar dari pada α maka Ho
diterima dan apabila cross-section chi-squarelebih kecil dari
pada α maka Ha diterima.
Sedangkan uji hausman digunakan untuk menentukan
antara pendekatan fixed effect atau pendekatan ramdom
effect.Dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut:
60
Ibid, h. 359.
50
Ho = fixed effect
Ha = random effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan
membandingkan perhitungan nilai signifikandengan α, apabila
nilai signifikanlebih besar dari pada α maka Ha diterima dan
apabila nilai signifikanlebih kecil dari pada α maka Ho diterima.
2. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui ketetapan atau kecocokan garis regresi
yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi,
perlu dilihat sampai seberapa jauh model yang terbentuk mampu
menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi
dikenal suatu ukuran yang dipergunakan untuk keperluan tersebut,
dikenal dengan nama Koefisien Determinasi (R2). Selain itu
koefisien determinasi menunjukkan ragam (variasi) naik turunnya
Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X (berapa bagian
keragaman dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh
beragamnya nilai-nilai variabel X ). Uji Koefisien determinasi
dimana nilai yang mendekati angka satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.61
Namun model
koefisien determinasi memiliki kelemahan yakni bias terhadap
61
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Cetakan Ke-Tujuh, 2013), h. 97.
51
jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.62
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan nilai dari
Adjusted R2mengevaluasi mana model regresi terbaik.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahuiapakah variabel
independen secara bersama-sama simultan mempengaruhi variabel
dependen.63
Dalam menguji variabel independen terhadap variabel
independen pada uji F yang dapat dilakukan dengan cara
menggunakan perbandingan antara nilai signifikansi dengan nilai α
= 0,05. Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai
signifikan dan nilai α = 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan> α maka Ho diterima.
2) Jika nilai signifikan < α maka Ha diterima
b. Uji Parisal (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh variabel independen secara individual (parsial) dalam
menerangkan variasi variabel dependen.64
Uji dapat dilaksanakan
dengan langkah membandingkan signifikan dengan derajat
keabsahan 5%.
62
Ibid. 63
Ibid, h. 177. 64
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 98.
52
1) Jika α > signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
variabel independen secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2) Jika α < signifikan, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
variabel independen secara parsial memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap variabel dependen.
Uji t juga dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi
yang dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (5%). Pengambilan
kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi dari hasil uji t pada variabel independen dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan > α maka Ho diterima
2) Jika nilai signifikan < α maka Ha diterima
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah bentuk analisis data penelitian
mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai
statistika yang disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami atau
dibaca65
. Berdasarkan analisis statistic deskriptif yang diolah
melalui aplikasi eviews, sebagai berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Inflasi Kurs GDP Ekspor
Mean 2.369.600 4.859.840 5.020.000 5.722.000
Median 2.045.000 5.500.000 6000000 5200000
Maximum 9.000.000 2.260.000 8000000 1960000
Minimum -1.000.000 0.010000 -2000000 -1000000
Std. Dev 2.393.090 7.153.169 2486617 5601875
N 50 50 50 50
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah, 2019)
Berdasarkan tabel 4.1 uji deskriptif diketahui jumlah data
yang diambil dalah penelitian ini adalah sebanyak 50. Pertumbuhan
ekspor sebagai variabel dependen memilki rata-rata (mean) sebesar
5,722% dengan nilai median sebesar 5,2% dan nilai standar deviasi
sebesar 5,601875, nilai maksimum pertumbuhan ekspor pada
65
Leni Masnidar Nasution, “Statistik Deskriptif”,”Jurnal Hikmah”, Vol. 14, No. 1,
Januari 2017, h. 54.
54
negara-negara yang tergabung dalam MEA sebesar 19,6%, dan
nilai minimum pertumbuhan ekspor pada negara-negara yang
tergabung dalam MEA sebesar -1% .
Kemudian pada tabel 4.1 uji deskriptif diketahui bahwa
variabel Inflasi memiliki nilai minimum pada negara-negara yang
tergabung dalam MEA periode 2014-2108 sebesar -1% yang
terdapat pada negara Brunei pada tahun 2014-2018, dan nilai
maksimal Inflasi sebesar 9% pada negara Myanmar yang terdaftar
pada negara-negara MEA tahun 2015. Nilai Inflasi memiliki nilai
rata-rata (mean) 2,369% dengan nilai standar deviasi sebesar
2,30390, nilai standar deviasi menunjukan nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai mean, hal ini menunjukan bahwa
simpangan data pada Inflasi tidak terlalu besar, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa variasi antara nilai minimum dan
maaksimum pada pengamatan relative rendah, sehingga dapat
diaktakan baik, karena tida ada kesenjangan yang terlalu besar
antara nilai maksimum dan nilai minimum.
Dan pada tabel 4.1 uji deskriptif diketahui bahwa variabel
nilai tukar memilki nilai maksimum pada negara-negara yang
terdaftar dalam MEA sebesar 226% yang terdapat pada negara
Vietnam pada tahun 2018, sedangkan nilai minimum pada negara-
negara MEA sebesar 1% yang terdapat pada negara Singapore pada
tahun 2014-2018. Nilai tukar memiliki nilai rata-rata (mean) pada
55
negara-negara yang tergabung dalam MEA tahun 2014-2018
sebesar 48,59% dengan nilai standar deviasi 71,53%, nilai standar
deviasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean) menandakan bahwa simpangan data variabel nilai tukar
periode 2013-2017 cukup besar, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa variasi nilai minimum dan maksimum pada periode relative
besar, karena kesenjangan yang cukup besar antara nilai maksimum
nilai tukar dengan nilai minimum nilai tukar.
Pada tabel 4.1 nilai maximum dari GDP adalah sebesar 8%
pada negara Kamboja tahun 2018, nilai mean sebesar 5,02 % pada
negara-negara yang tergabung dalam MEA tahun 2014-2018, nilai
median sebesar 6 %, dan nilai minimum sebesar -2%, sedangkan
nilai standar deviasi pada negara-negara yang tergabung dalam
MEA sebesar 2,48%. Nilai standar deviasi yang lebih rendah
dibandingkan nilai mean, hal ini menunjukan bahwa simpangan
data pada GDP tidak terlalu besar, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa variasi antara nilai minimum dan maksimum pada
pengamatan relative rendah, sehingga dapat diaktakan baik, karena
tidak ada kesenjangan yang terlalu besar antara nilai maksimum
dan nilai minimum.
56
2. Data Panel
a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel
1) Uji Chow
Uji chow merupakan uji untuk membandingkan model
common effect dengan fixed effect. Chow test.dalam penelitian ini
menggunakan program eviews. Uji chow dilakukan.dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0: Common Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Dengan ketentuan sebagai berikut :
a).Apabila probilitas cross section chi-square < dari 0,05 maka H0
untuk model ini ditolak dan Ha diterima. Sehingga model yang
tepat adalah fixed effect, dan dilanjutkan uji hausman untuk
memilih apakah menggunakan fixed effect atau random effect.
b).Apabila nilai.signifikan cross section chi-square > dari 0,05
maka H0 untuk model ini diterima.dan Ha ditolak. Sehingga
model yang tepat untuk digunakan adalah common effect..
Berikut hasil dari Uji Chow :
Tabel 4.2
Estimasi Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob
Cross-section F 5.108703 (9,37) 0.0002
Cross Section Chi-
square
40.383077 9 0.000
57
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah, 2019)
Berdasarkan hasil uji chow test dengan menggunkana
program.eviews, pada tabel diatas dapat dilihat probabilitas cross
section F sebesar 0,0002 dan signifikan cross-section chi-square
sebesar 0,000. Nilai cross-section chi-square lebih
kecil.dibandingkan nilai signifikan ɑ = 0,05 sehingga berdasarkan
ketentuan uji chow dapat disimpulkan bahwa model H0 untuk
modelaini ditolak dan Ha diterima, dengan hasil tersebut maka
estimasi yang lebihhbaik digunkana dalam penelitian ini adalah
fixed effect.
2) Uji Hausman
Uji Hausman ialah pengujian.yanggmembandingkan model
fixed effect dengan random effect. Dalam menentukan model yang
terbaik untuk,digunakan sebagau model regresi data panel. Uji
hausman menggunakan program eviews, sama halnya dengan chow
test. Uji hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Apabila probabilitas Chi square F < dari 0,05 maka H0 untuk
model ini ditolak dan Ha diterima. Sehingga model yang tepat
digunakan adalah fixed effect.
58
b) Apabila nilai probabilitas Chi square F > dari 0,05 maka H0
untuk model ini diterima dan Ha ditolak. Sehingga model yang
tepat digunakan adalah random effect.
Tabel 4.3
Berikut hasil dari uji hausman:
Test Summary Chi-Sq
Statistic
Chi-Sq.
d.f.
Prob.
Cross-section
random
6,333931 3 0,0964
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah, 2019)
Berdasarkan tabel diatas uji hausman test dengan
menggunakan eviews, didapatkan nilai probabilitas sebesar
0,0964. Nilai probabilitas menandakan bahwa lebih kecil
dibandingkan dengan nilai ɑ = 0,05. Berdasarkan ketentuan uji
hausman, maka Ho untuk model ini diterima dan Ha ditolak,
sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam penelitian ini
adalah random effect
3. Hasil Penelitian
a. Analisis Model Regresi Panel
Model regresi panel merupakan pengujian model regresi
yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Dalam
penelitian ini analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat
pengaruh antara inflasi, nilai tukar dan GDP terhadap pertumbuhan
ekspor. Adapun hasil yang ditunjukan dari regresi data panel
59
dengan model random effect pada variabel-variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Regresi Data Panel dengan Random
Effect
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Signifika
n
C -1.354411 2.019557 -0.670647 0.5058
X1
INFLASI
0.049458 0.308875 0.160122 0.8735
X2
NILAI
TUKAR
0.018930 0.014860 1.273858 0.2091
X3 GDP 1.203038 0.379747 3.168001 0.0027
Adjusted R-squared = 0.209896
Prob(F-Statistic) = 0.003062
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah, 2019)
Pada tabel diatas dapat. dilihat bahwa hasil persamaan regresi
panel yang dilakukan terhadap variabel-variabel penelitan ini maka
persamaan regresinya. adalah sebagai berikut:
Y = -1.354411+ 0.049458 (X1) + 0.018930 (X2) + 1.203038 (X3)
Keterangan :
Y : Pertumbuhan Ekspor
X1 : Inflasi
X2 : Nilai Tukar
X3 : GDP
60
ɑ : Konstanta atau Intersep (-1.354411)
β1 : Koefisien atau Slope (0.049458)
β2 : Koefisiesn atau Slope (0.018930)
β2 : Koefisien atau Slope (1.203038)
Persamaan.regresi diatas.menunjukan nilai konstanta sebesar
-1.354411 hal tersebut menyatakan jika variabel X1 (Inflasi), X2
(Nilai Tukar) dan X3 (GDP) adalah nol, maka besarnya Kinerja
keuangan yang diukur dengan.ROA sebesar -1.354411.
Hasil uji regesi menunjukan bahwa nilai koefisien regresi
inflasi bernilai positif 0.049458 artinya setiap peningkatan 1 %
inflasi diprediksi akan. menaikan pertumbuhan ekspor sebesar
0.049458 dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Koefisien regresi.Nilai Tukar bernilai positif sebesar
0.018930 hal ini menyatakan bahwa setiap peningkatan sebesar 1%
Nilai Tukar akan menaikan Pertumbuhan Ekspor sebesar 0.018930
dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Koefisien regresi GDP bernilai positif sebesar 1.203038 hal
ini menyatakan bahwa.setiap peningkatan 1% GDP diprediksi akan
menaikan Pertumbuhan Ekspor sebesar 1.203038 dengan asumsi
variabel lainnya tetap.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefiensien determinasi dimana nilai yang mendekati
angka satu berarti variabel-variabel independen memberikan
61
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi dependen, dalam penelitian ini menggunakan nilai dari
Adjusted R- Squared. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi
atau Adjusted R2
pada tabel 1.4 diperoleh nilai sebesar 0.209896
atau 20,98%. Hal tersebut menunjukan bahwa 20,98% variasi
Pertumbuhan Ekspor dapat dijelaskan oleh Inflasi, Nilai Tukar dan
GDP. Sedangkan sisanya (100% - 20,98% = 79,02%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
c. Hasil Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini dilakukan bertujuannmengetahui apakah
variabel independen secara indivdual (parsial) dalam menerangkan
variasi variabel independen.nDalam penelitian ini uji hipotesis
dilakukan untuk mengetauhi adanya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap dependen yang dalam penelitian ini
Inflasi, Nilai Tukar dan GDP.
Uji dapat dilaksanakan dengan langkah membandingkan
signifikan dengan nilai ɑ = 0,05 % dengan ketentuan :
1. Jika ɑ > signifikan, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi
variabel independen secara parsial memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap variabel dependen.
62
2. Jika ɑ < signifikan, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
varabel independen secara parsial memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Hipotesis:
1. Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekspor
H01 : β ≥ 0,05 Artinya Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor.
Ha1 : β ≤ 0,05 Artinya Inflasi berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor.
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Pertumbuhan Ekspor
H01 : β ≥ 0,05 artinya Nilai Tukar berpengaruh tidak signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekspor.
Ha1 : β ≤ 0,05 artinya Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor.
3. Pengaruh GDP terhadap Pertumbuhan Ekspor
H01 : β ≥ 0,05 artinya GDP berpengaruh tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor.
Ha1 : β ≤ 0,05 artinya GDP berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor.
Berikut adalah hasil pengujian signifikansi uji t yang diperoleh dari
model ini adalah :
63
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Variabel Prediksi Koefisien Signifikan Kesimpulan
C -1.354411
X1
INFLAS
I
Positif 0.049458 0.8735 Diterima
X2
NILAI
TUKAR
Positif 0.018930 0.2091 Diterima
X3 GDP Positif 1.203038 0.0027 Diterima
PROB
(F-
Statistic)
0,003062
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah,2019)
2) Inflasi
Hasil uji t pada tabel 1.5 Variabel Inflasi terhadap
Pertumbuhan Ekspor menunjukan bahwa Inflasi berpengaruh tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekspor, hal ini dikarenakan nilai
probabilitas 0.8735 yang berarti besar kecil dari ɑ = 0,05 . Nilai
koefisien regresi Inflasi bernilai positif yaitu 0.049458, maka dapat
dikatakan bahwa hipotesis H01 dari variabel Inflasi yang semestinya
bahwa Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekspor diterima.
3) Nilai Tukar.
Hasil uji t pada tabel 1.5 Variabel Nilai Tukar menunjukan
bahwa Nilai Tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap
64
Pertumbuhan Ekspor, hal ini dikarenakan nilai probabilitas 0.2091
lebih besar dari ɑ = 0,05. Nilai koefisien Nilai Tukar bernilai
positif yaitu 0.018930, maka dapat dikatakan bahwa H01 dari
variabel Nilai Tukar yang semestinya bahwa Nilai Tukar
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekspor diterima.
4) GDP
Hasil uji t pada tabel 1.5, variable GDP menunjukan bahwa
GDP berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekspor, hal ini
dikarenakan nilai probabilitas 0.0027 lebih kecil dari ɑ = 0,05.
Nilai koefisien GDP bernilai positif yaitu 1.203038, maka dapat
dikatakan bahwa Ha1 dari variabel GDP yang semestinya bahwa
GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekspor.
d. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama secara simultan
mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat probabilitas p-value. Apabila probabilitas p-value <
ɑ = 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel independen berpengaruh
tehadap variabel dependen. Sebaliknya jika p-value > ɑ = 0,05
maka Ho diterima artinya variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
65
Hipotesis uji F sebagai berikut :
H01 : β ≥ 0,05 artinya Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekspor.
Ha1 : β ≤ 0,05 artinya Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP berpengaruh
secara simultan terhadap Pertumbuhan Ekspor.
Hasil Uji F dilakukan pada Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP
terhadap Pertumbuhan Ekspor dapat dilihat pada tabel 4.5 Bahwa
nilai Prob (F-Statistic) adalah 0.003062. Itu artinya nilai Prob (F-
Statistic) lebih kecil dari ɑ = 0,05, maka model regresi ini dapat
digunakan untuk memprediksi reputasi perusahaan, atau dengan
kata lain Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekspor.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji signifikasi secara simultan (uji F)
menyatakan bahwa nilai Prob (F-Statistic) bernilai 0.003062, yang
artinya bahwa variabel Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP secara bersama-
sama mempengaruhi Pertumbuhan Ekspor. Sementara hasil uji
koefisien determinasi Adjusted R2
diperoleh hasil sebesar 0.209896
yang berarti nilai 20,98 % variasi Pertumbuhan Ekspor dapat
dijelaskan atau dipengaruh oleh variabel Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP,
sedangkan sisanya sebesar 79,02% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak ada dalam model penelitian ini. Adapun pembahasan mengenai
66
pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan GDP berdasarkan hasil uji seacra
parsial dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Inflasi terhadap Perkembangan Ekspor.
Inflasi adalah Inflasi adalah gejala ekonomi yang
menunjukkan naiknya tingkat harga secara umum yang
berkesinambungan. Syarat inflasi yaitu terjadi kenaikan harga-
harga secara umum dan terus-menerus. Jika hanya satu atau dua
barang saja yang naik, itu bukan merupakan inflasi66
. Inflasi dapat
berdampak negatif terhadap perekonommian. Mengingat dampak
negatif yang ditimbulkan, maka setiap negara berusaha untuk dapat
mengendalikan laju inflasi pada satu tingkat yang rendah dan stabil.
Yang menjadi pertanyaan adalah pada tingkat berapakah suatu
inflasi dianggap sebagai inflasi yang rendah, sedang, atau tinggi.
Sayangnya, tidak terdapat konsensus di antara para ekonom dan
pengambil kebijakan ekonomi mengenai berapa inflasi yang dapat
dianggap rendah. Tinggi atau rendahnya laju inflasi bersifat sangat
relatif dan berbeda-beda dari satu negara dengan negara yang lain,
bahkan dalam suatu perekonomian sering terjadi perbedaan
persepsi tentang inflasi yang dapat di toleransi. Di negara-negara
maju, tingkat inflasi yang rendah dan dianggap wajar pada
66 Ali Ibrahim Hasyid, Ekonomi Makro, (Jakarta: Kencana, 2016), h.200.
67
umumnya berkisar antara 2 sampai 3%. Di Inonesia angka inflasi
single digit, yang artinya kurang dari 10% masih dianggap wajar67
.
Ketidakpastian besarnya laju inflasi juga dapat
mengakibatkan semakin seriusnya beban atau bahaya inflasi. Laju
inflasi yang terlalu berfluktuasi akan menimbulkan distorsi
terhadap tingkat harga Dalam sistem ekonomi pasar, tingkat harga
merupakan sinyal bagi rumah tangga maupun dunia usaha tentang
keseimbangan alokasi sumber daya ekonomi dalam suatu
perekonomian.68
Tabel 4.6
Data Inflasi Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan
Tertinggi Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5
Tahun
NEGARA Tahun
Inflasi
(%)
Ekspor
(%)
Vietnam
2014 4.71 11,5
2015 0.87 12,6
2016 3.24 13,8
2017 3.52 16,7
2018 3.53 14,2
Filipina
2014 3.59 12,6
2015 0.67 8,4
2016 1.25 11,6
2017 2.85 19,6
2018 5.12 13,4
Laos
2014 4 7
2015 1 6,6
2016 2 10,4
2017 1 11,3
2018 2 7,3
Kamboja 2014 4 11,2
67Suseno, Siti Astiyah. Inflasi. (Jakarta : Bank Indonesia 2009)h.22
68Ibid, h.18
68
2015 1 7,2
2016 3 8,6
2017 3 5,2
2018 2 5,2
Singapore
2014 1 3,62
2015 -1 4,96
2016 -1 0,04
2017 1 5,75
2018 1 5,14
Tabel 4.7
Data Inflasi Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan
Terendah Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5
Tahun
NEGARA Tahun
Inflasi
(%) Ekspor (%)
Myanmar
2014 4 2
2015 9 5
2016 7 3
2017 5 6
2018 7 3
Malaysia
2014 3.14 5,04
2015 2.10 0,25
2016 2.09 1,32
2017 3.87 9,36
2018 0.88 1,57
Thailand
2014 1.89 0,2
2015 -1 1,5
2016 0.18 2,8
2017 0.66 5,4
2018 1.06 4,1
Indonesia
2014 6.39 0,2
2015 6.36 1,5
2016 3.52 2,8
2017 3.8 5,4
2018 3.19 4,1
Brunei
2014 -1 0,85
2015 -1 -10
2016 -1 -2
2017 -1 -3
2018 -1 2,8
69
Sumber : World Bank (Data diolah, 2019)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa tingkat
inflasi dan pengaruhnya terhadap ekspor di tiap-tiap negara
cenderung fluktuatif, pada tahun 2014 Negara Laos mengalami
tingkat inflasi sebesar 4% dan tingkat pertumbuhan ekspor 7$, dan
tingkat inflasi mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 1%
dan searah dengan tingkat perkembangan ekspor yang juga
menurun menjadi 6,6 %. Filipina pada tahun 2016 memiliki tingkat
inflasi pada angka 1,25 % dan tingkat perkembangan ekspor sebsar
11,6 %, dan pada tahun 2017 tingkat inflasi meningkat menjadi
2,85% dan di iringi dengan naiknya tingkat perkembangan ekspor
menjadi 19,6 %. Hal ini menunjukan bahwa naik turunya tingkat
inflasi searah dengan naik turunya tingkat perkembangan eskpor.
Hasil uji secara parsial antara Inflasi dengan Pertumbuhan
Ekspor pada negara-negara yang tergabung dalam MEA
menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Ekspor. Hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien
regresi Inflasi bernilai positif yaitu 0.049458. Maka dapat
dikatakan Inflasi dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Ekspor. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afni Amanatagama Nagari 2017 yang berjudul
Pengaruh Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Eskpor Tekstil
dan Produk Tekstil Indonesia menyatakan bahwa inflasi memiliki
70
pengaruh positif signifikan terhadap ekspor tekstil dan produk
tekstil di Indonesia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Tandelin yaitu Inflasi mempunyai
pengaruh luas terhadap eskpor pada suatu negara.69
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Perkembangan Ekspor.
Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal ditetapkan
secara tetap terhadap mata uang asing. Sementara dalam sistem
nilai tukar mengambang, nilai tukar atau Kurs dapat berubah-ubah
setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan
valuta asing relatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan
dalam penawaran dan permintaan dari suatu mata uang akan
mempengaruhi nilai tukar mata uang yang bersangkutan. Dalam hal
permintaan terhadap valuta asing relatif terhadap mata uang
domestik meningkat, maka nilai mata uang domestik akan
menurun. Sebaliknya jika permintaan terhadap valuta asing
meningkat relatif terhadap mata uang domestik, maka nilai tukar
mata uang domestik meningkat. Sebaliknya jika penawaran
menurut, maka nilai tukar mata uang domestik menurun.70
Pada umumnya, kebijakan nilai tukar suatu negara
diarahkan untuk mendukung neraca pembayaran dan atau
membantu evektifitas kebijakan moneter. Penetapan nilai tukar
69 Afni Amanatagama Nagari, Suharyono, “Pengaruh tingkat inflasi dan nilai tukar
terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia (studi pada tahun 2010-2016)”JAB” , Vol.
53, No.1, hal.202
70Iskandar Simorangkir, Suseno. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. h.6
71
yang overvalue dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor
menjadi lebih mahal diluar negeri dan barang-barang impor
menjadi lebih murah dan akhirnya neraca perdagangan menjadi
memburuk. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan nilai
tukar yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara.71
Tabel 4.8
Data Nilai Tukar Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan
Tertinggi Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5
Tahun
NEGARA Tahun Kurs/US$ Ekspor (%)
Vietnam
2014 21100 11,5
2015 21100 12,6
2016 22200 13,8
2017 22300 16,7
2018 22600 14,2
Filipina
2014 100 12,6
2015 100 8,4
2016 100 11,6
2017 100 19,6
2018 100 13,4
Laos
2014 8100 7
2015 8100 6,6
2016 8200 10,4
2017 8300 11,3
2018 8400 7,3
Kamboja
2014 4000 11,2
2015 4000 7,2
2016 4000 8,6
2017 4000 5,2
2018 4000 5,2
Singapore
2014 1 3,62
2015 1 4,96
2016 1 0,04
71
Ibid, h.16
72
2017 1 5,75
2018 1 5,14
Tabel 4.9
Data Nilai Tukar Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan
Terendah Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5
Tahun
NEGARA Tahun Kurs/US$ Ekspor (%)
Myanmar
2014 1000 2
2015 1100 5
2016 1200 3
2017 1300 6
2018 1400 3
Malaysia
2014 3 5,04
2015 4 0,25
2016 4 1,32
2017 4 9,36
2018 1 1,57
Thailand
2014 32 0,2
2015 34 1,5
2016 35 2,8
2017 33 5,4
2018 32 4,1
Indonesia
2014 11800 0,2
2015 13300 1,5
2016 13300 2,8
2017 13300 5,4
2018 14200 4,1
Brunei
2014 1 0,85
2015 1 -10
2016 1 -2
2017 1 -3
2018 1 2,8
Sumber : World Bank (Data diolah, 2019)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai tukar
dan pengaruhnya terhadap ekspor di tiap-tiap negara juga
cenderung fluktuatif, pada tahun 2015 nilai tukar Negara Laos (Kip
73
Laos) terhadap US Dollar sebesar 8100 dan tingkat pertumbuhan
ekspor 6,6%, dan nilai tukar mengalami pelemahan terhadap US
Dollar pada tahun 2017 menjadi 8300 dan searah dengan tingkat
perkembangan ekspor yang juga meningkat menjadi 11,3%.
Vietnam pada tahun 2014 memiliki nilai tukar 22100 Dong
Vietnam terhadap US Dollar dan tingkat perkembangan ekspor
sebsar 11,5%, dan pada tahun 2018 mengalami pelemahan nilai
tukar menjadi 22600 Dong Vietnam dan di iringi dengan naiknya
tingkat perkembangan ekspor menjadi 14,2 %. Hal ini menunjukan
bahwa naik turunya nilai tukar searah dengan naik turunya tingkat
perkembangan eskpor.
Hasil uji secara parsial variabel Nilai tukar menunjukan
bahwa Nilai Tukar berpengaruh postif terhadap Pertumbuhan
Ekspor negara-negara yang tergabung dalam MEA, hal ini
dikarenakan nilai koefisien Nilai Tukar memiliki nilai positif yaitu
0.018930, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dari variabel Nilai
Tukar diterima bahwa Nilai tukar berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekspor.
Hasil pengujian menunjukan hubungan Nilai tukar terhadap
Pertumbuhan Ekspor memiliki pengaruh positif artinya bahwa
semakin tinggi nilai tukar maka pertumbuhan ekspor bisa tinggi,
karena masing-masing negara akan memperbaiki nilai tukar
masing-masing dengan cara meninggkatkan ekspor. Penelitian ini
74
selaras dengan penelitian Junaedy Angkouw 2013 yang
menyatakan bahwa Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif
terhadap Eskpor Minyak Kelapa kasar (CCO). Pada dasarnya
dalam teori perdagangan Internasional, terjadinya perubahan nilai
tukar akan secara langsung mempengaruhi sirkulasi ekonomi
eksportir daerah secara menyeluruh, karena keberhasilan ekspor
yang direalisasikan suatu daerah akan memberikan sumbangan
devisa bagi Negara produsen.72
3. Pengaruh GDP terhadap Perkembangan Ekspor
Lumadya Adi dalam penelitianya yang berjudul Pengaruh
Exchange Rate dan GDP Terhadap Eskpor dan Impor Indonesia
menyatakan bahwa ada hubungan jangka pendek GDP dengan
ekspor Indonesian, namun dalam jangka panjang tandanya tidak
konsisten.73
Tabel 4.10
Data GDP Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan Tertinggi
Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5 Tahun
NEGARA Tahun
GDP
(%)
Ekspor
(%)
Vietnam
2014 6 11,5
2015 7 12,6
2016 6 13,8
2017 7 16,7
2018 7 14,2
Filipina 2014 6 12,6
2015 6 8,4
72 Junaedy Angkouw, “Perubahan nilai tukar rupiah pengaruhnya terhadap ekspor minyak
kelapa kasar (CCO) di Sulawesi Utara”,”JEMBA” , Vol. 1, No.3, hal.981 73
Lumadya Adi, “Pengaruh Exchange Rate dan GDP Terhadap Ekspor dan Impor
Indonesia,”JEP” , Vol. 1, No.2, hal.12
75
2016 7 11,6
2017 7 19,6
2018 6 13,4
Laos
2014 8 7
2015 7 6,6
2016 7 10,4
2017 7 11,3
2018 7 7,3
Kamboja
2014 7 11,2
2015 7 7,2
2016 7 8,6
2017 7 5,2
2018 8 5,2
Singapore
2014 4 3,62
2015 3 4,96
2016 3 0,04
2017 4 5,75
2018 3 5,14
Tabel 4.11
Data GDP Terhadap Ekspor 5 Negara MEA Urutan Tertinggi
Berdasarkan Jumlah Perkembangan Ekspor 5 Tahun
NEGARA Tahun
GDP
(%) Ekspor (%)
Myanmar
2014 8 2
2015 7 5
2016 6 3
2017 7 6
2018 6 3
Malaysia
2014 6 5,04
2015 5 0,25
2016 4 1,32
2017 6 9,36
2018 5 1,57
Thailand
2014 1 0,2
2015 3 1,5
2016 3 2,8
2017 4 5,4
2018 4 4,1
Indonesia 2014 5 0,2
2015 5 1,5
76
2016 5 2,8
2017 5 5,4
2018 5 4,1
Brunei
2014 -2 0,85
2015 -1 -10
2016 -2 -2
2017 1 -3
2018 1 2,8
Sumber : World Bank (Data diolah, 2019)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa GDP dan
pengaruhnya terhadap ekspor di tiap-tiap negara juga cenderung
fluktuatif, pada tahun 2015 GDP Negara Laos sebesar 7% dan
tingkat pertumbuhan ekspor 6,6%, dan GDP memiliki nilai tetap
pada tahun 2016-2018 menjadi 7% namun tingkat perkembangan
ekspor cenderung naik turun perkembangannya yang dimana pada
tahun 2017 mencapai 11,3% dan pada tahun 2018 menjadi 7,3%.
Hal ini menunjukan bahwa naik turunya GDP terkadang searah
dengan naik turunya perkembangan ekspor, namun di dalam situasi
terntentu cenderung tidak searah.
Hasil uji secara parsial variabel GDP menunjukan bahwa
GDP berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekspor negara-negara
yang tergabung dalam MEA, hal ini dikarenakan nilai koefisien
GDP memiliki nilai positif yaitu 1.203038, maka dapat dikatakan
bahwa hipotesis dari variabel GDP diterima bahwa GDP
berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekspor.
77
Hasil pengujian menunjukan hubungan GDP terhadap
Pertumbuhan Ekspor memiliki pengaruh positif artinya bahwa
semakin tinggi GDP maka pertumbuhan ekspor bisa naik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Okta Rabiana Risma dan T. Zulham tahun 2018 bahwa GDP
berpengaruh secara positif terhadap ekspor Indonesia.74
Hasil penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan
oleh Rosyid dimana PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi
di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.75
4. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Ekspor di Indonesia.
Dalam Ekonomi Islam, barang yang menjadi objek jual beli
memiliki enam syarat, yakni sebagai berikut.
1. Bendanya suci
2. Bisa dimanfaatkan.
3. Milik orang yang melakukan akad.
4. Mungkin untuk diserahkan.
5. Diketahui bentuk atau kriterianya.
6. Berada di tangan pemiliknya.
Jika dalam melakukan ekspor negara Indonesia sudah
melakukan perdagangan sesuai dengan syarat dan ketentuan
Ekonomi Islam maka negara Indonesia perdagangan nya sudah
74 Okta Rabiana Risma, T. Zulham, “Pengaruh Suku Bunga, Produk Domestik Bruto dan
Nilai Tukar Terhadap Eskpor Indonesia Tahun 1990-2015”,”JPED” , Vol. 4, No.2, hal.315 75
Daryono, “Perekonomian Indonesia” (Sukoharjo : Edisi Pertama 2015) h. 71
78
sesuai dengan Syariat Islam. Allah SWT berfirman dalam QS An
Nisa : 29.
ى تجاسة عي اى تك الكن بيكن بالباطل ال ا اه ا ل تأكل ا الزيي اه ل ياي كن تشاض ه
ا كاى بكن سحيو فسكن اى للا ا ا ٩٢ –تقتل
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.
Allah SWT melarang hamba-hamba Nya yang beriman
memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang lain
dengan cara yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh
syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainya yang
termasuk kedalam kategori tersebut dengan menggunakan berbagai
macam tipuan dan pengelabuan. Sekalipun pada lahiriahnya cara-
cara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara’, tetapi
Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya
hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah
(tipu muslihat). Demikianlah yang terjadi pada kebanyakannya.76
76
Tafsir Ibnu Katsir, Surah An-Nisa Ayat 29-32, h.16
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pengaruh Inflasi,
Nilai Tukar, dan GDP terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Di
Perhimpunan Mea Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Pada
Negara Di Perhimpunan MEA Tahun 2014-2018), maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, dan GDP secara parsial terhadap
Pertumbuhan Eskpor pada Negara Perhimpunan MEA Tahun 2014-
2018 sebagai berikut :
a. Hasil penelitian parsial variabel Nilai Tukar terhadap
Pertumbuhan Ekspor pada Negara di Perhimpunan MEA
Tahun 2014-2018 memberikan hasil bahwa Nilai Tukar
berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekspor, artinya
semakin tinggi/kuat Nilai Tukar maka Pertumbuhan Ekspor
akan menjadi lebih tinggi, artinya dengan menguatnya Nilai
Tukar maka keuntungan yang didapat dari Ekspor akan
meningkat.
b. Sedangkan penelitian secara parsial bahwa variabel Inflasi
dengan Pertumbuhan Ekspor pada Negara di Perhimpunan
MEA Tahun 2014-2018 bahwa Inflasi berpengaruh positif
terhadap Pertumbuhan Ekspor, artinya bahwa semakin
80
meningkatnya Inflasi maka Pertumbuhan Ekspor akan
meningkat artinya semakin inflasi naik maka setiap negara
akan berusaha mengurangi tingkat inflasi dinegaranya
dengan cara meningkatkan ekspor ke negara lain.
c. Selanjutnya secara parsial variabel GDP terhadap
Pertumbuhan Ekspor pada Negara di Perhimpunan MEA
Tahun 2014-2018 memberikan hasil bahwa GDP
berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekspor, artinya
dengan meningkatnya GDP maka barang/jasa yang di
produksi suatu negara akan meningkat pula, sehingga
menyebabkan banyak barang/jasa yang harus di ekspor
untuk meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara,
Pertumbuhan Ekspor meningkat.
2. Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, dan GDP secara simultan terhadap
Pertumbuhan Eskpor pada Negara Perhimpunan MEA Tahun 2014-
2018.
Hasil penelitian secara simultan bahwa variabel Inflasi,
Nilai Tukar dan GDP berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi pada Negara di Perhimpunan MEA Tahun 2014-2018
yang diuji melalui hasil uji F Statistik.
3. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Ekspor di Indonesia.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam
perekonomian/perdagangan negara Indonesia masih banyak
81
menggunakan hal-hal yang bertentangan dengan Syariat Islam,
praktik riba masih terjadi dimana-mana, jual beli Khamr/Minuman
Alkohol masih di legalkan, rumah prostitusi di sediakan bahkan ada
lokalisasi untuk hal semacam itu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka adapun
saran yang dapat diberikan, antara lain :
1. Bagi Pihak Negara
a) Variabel Inflasi
Diharapkan bagi pemerintah untuk terus bisa mengontrol
laju tingkat inflasi di Indonesia, sehingga dengan tingkat inflasi
yang terkontrol maka secara otomatis kestabilan harga akan terjadi,
dan akan menguntungkan pagi segala pihak yang ada di Indonesia.
b) Variabel Nilai Tukar
Diharapkan negara dalam menjaga nilai mata uang/kurs
harus efektif dan efisien, agar nilai tukar tidak menjadi lemah
dibandingkan dengan negara lain, sehingga akan menimbulkan
dampak tinggi nya harga barang-barang impor dan menurunya
harga barang/jasa yang akan diekspor ke negara luar.
c) Variabel GDP
Diharapkan negara dapat meningkatkan tingkat produksi
barang dan jasa dalam negeri, sehingga akan menambah kuantitas
dan kualitas barang dan jasa yang akan diekspor ke negara lain.
82
Dan juga dalam meningkatkan produksi diharapkan untuk
mengutamakan tenaga kerja dalam negeri dalam proses produksi,
sehingga dapat mengurangi tinggkat pengagguran, kemiskinan dan
menaikan pendapatan negara melalui Ekspor.
2. Saran Akademis
a) Bagi pengembangan ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan sebagai sumber informasi terkait sebagai salah satu
rujukan atau sumber referensi.
b) Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambah
variabel independen yang lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan eskpor, serta menambah sampel penelitian, dan
menambah waktu penelitian yang terbaru agar hasil yang didapat
lebih akurat.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ibrahim Hasyid, Ekonomi Makro, Jakarta : Kencana, 2016
Adrian Sutawijaya, Zulfami, Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 100, No. 2, Januari 2010
Adwin S. Atmadja, Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber, Peyebab dan
Pengendaliannya, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1 No. 1, Mei
1999
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Pandunan
Eviews, Jogjakarta : UPP STIM YKPN, 2017
Adrian D Lubis, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor Indonesia,
Jakarta : Kemendag, 2017
Agus Tri Basuki, Pengaruh Variable Ekonomi Makro Terhadap Perdagangan
Indonesia (Pendekatan VECM), Buletin Ekonomi, Vol.16 No. 2,
Desember 2018
Boediono, Ekonomi Moneter, Yogyakarta : BPFE Universitas Gajah Mada, 1992
David Kaluge, Idah Zuhroh, Dampak pertumbuhan nilai tukar rill terhadap
pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia (suatu aplikasi mode vector
auto regressive, var, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 1, No. 1,
Oktober 2007
Darwanto, Model Perdagangan Hesckher-Ohlin, Semarang, 2009
84
Dodi Arif, Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan
BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode
2007- 2013, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 19 No. 3, Desember 2014
Dr. Ferry Syarifudin, Konsep, Dinamika, dan Respon Kebijakan Nilai Tukar di
Indonesia, Jakarta : BI Institute, 2016
Gregory Mankiw, Makro Ekonomi, Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2007
Heri Sudarsono, Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan di
Indonesia, perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah,
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3, No. 1, Juli 2009
Ida Bagus Gede Udiyana, Fluktuasi Nilai Kurs dan Inflasi Pengaruhnya
Terhadap Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Indonesia Tahun
2007-2015, Jurnal Forum Manajemen, Vol. 15, No. 1, 2017
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013
Iqbal Hasan , Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta : Bumi Aksara,
2012
I Gede Yoga Mahendra, Analisis Pengaruh Investasi, Inflasi, Kurs Dollar AS dan
Suku Bunga Kredit Terhadap Ekspor Indonesia Tahun 1992-2012, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 4 No. 5, Mei 2015
Iskandar Simonangkir, Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar, Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan PPSK, 2016
85
Iskandar Putong, Economics Pengantar Mikro dan Makro Edisi 5, Jakarta : Mitra
Wacana Kencana, 2013
J. Supranto, Metode Penelitian Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi
dan Bisnis, Jakarta : Rineka Cipta, 2000
Leni Masnidar Nasution, Statistik Deskriptif, Jurnal Hikmah, Vol. 14 No. 1,
Januari 2017
Lumadya Adi, Pengaruh Exchange Rate dan GDP Terhadap Ekspor dan Impor
Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 1 No. 2, Desember 2018
Mankiw N. Gregory, Principles of Economics 3th Edition, Jakarta : Salemba
Empat, 2004
Ni Wayan Bella Astika Dewi, Analisis Pengaruh Cadangan Devisa, Kurs Dollar
Amerika dan Inflasi Terhadap Nilai Ekspor Furniture di Indonesia, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 6 No. 11, November 2017
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,
Depok : Rajagrafindo Persada, 2015
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta :
Rajawali Pers, 2013
Ray Fani Arning Putri, Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor
Indonesia Komoditi Tekstil dan Elektronika ke Korea Selatan (Studi
Sebelum dan Setelah Asean Korean Free Trade Agreement Tahun 2011),
Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 35 No. 1, Juni 2016
86
Ratna Puspita, Pengaruh Produksi Kakao Domestik, Harga Kakao Internasional,
dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Kakao Indonesia ke Amerika Serikat,
Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 27 No. 1, Oktober 2015
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers, 2004
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunna Sayyid Sabiq, Jakarta Timur : Al-I’tishom, 2010
Siti Aisyah, Inflasi, Jakarta : Bank Indonesia, 2009
Sri Kartini, Mengenal Inflasi, Semarang : Mutiara Aksara, 2019
Suseno, Siti Aisyah, Inflasi, Jakarta : BI, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabet, 2013
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Method), Bandung : Alfabet, 2017
Triyono, Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 9 No. 2, Desember 2018
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews,
Jogyakarta : STIM YKPN, 2017
Zumrotudz Dzakiyah, The Effect of the Export Value Quantitiy and Level of
Inflation on Rupiah Exchange Rate In 2009-2016, JPSP, Vol. 6 No. 2,
2018
Common Effect
Dependent Variable: EKS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/01/19 Time: 10:36
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF -0.502857 0.305381 -1.646653 0.1064
KURS 0.018346 0.008897 2.062069 0.0449
GDP 1.553597 0.301077 5.160137 0.0000
C -1.777052 1.332556 -1.333567 0.1889
R-squared 0.490671 Mean dependent var 5.722000
Adjusted R-squared 0.457454 S.D. dependent var 5.601875
S.E. of regression 4.126215 Akaike info criterion 5.749216
Sum squared resid 783.1798 Schwarz criterion 5.902178
Log likelihood -139.7304 Hannan-Quinn criter. 5.807465
F-statistic 14.77162 Durbin-Watson stat 1.523785
Prob(F-statistic) 0.000001
Fixed Effect
Dependent Variable: EKS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/01/19 Time: 10:36
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF 0.445266 0.367443 1.211797 0.2333
KURS 0.227973 0.136724 1.667402 0.1039
GDP 1.165085 0.604125 1.928549 0.0615
C -12.26097 7.564023 -1.620959 0.1135
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.772890 Mean dependent var 5.722000
Adjusted R-squared 0.699233 S.D. dependent var 5.601875
S.E. of regression 3.072192 Akaike info criterion 5.301555
Sum squared resid 349.2195 Schwarz criterion 5.798681
Log likelihood -119.5389 Hannan-Quinn criter. 5.490863
F-statistic 10.49307 Durbin-Watson stat 2.405335
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 5.108703 (9,37) 0.0002
Cross-section Chi-square 40.383077 9 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: EKS
Method: Panel Least Squares
Date: 10/01/19 Time: 10:37
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF -0.502857 0.305381 -1.646653 0.1064
KURS 0.018346 0.008897 2.062069 0.0449
GDP 1.553597 0.301077 5.160137 0.0000
C -1.777052 1.332556 -1.333567 0.1889
R-squared 0.490671 Mean dependent var 5.722000
Adjusted R-squared 0.457454 S.D. dependent var 5.601875
S.E. of regression 4.126215 Akaike info criterion 5.749216
Sum squared resid 783.1798 Schwarz criterion 5.902178
Log likelihood -139.7304 Hannan-Quinn criter. 5.807465
F-statistic 14.77162 Durbin-Watson stat 1.523785
Prob(F-statistic) 0.000001
Random Effect
Dependent Variable: EKS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 10/01/19 Time: 10:38
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF 0.049458 0.308875 0.160122 0.8735
KURS 0.018930 0.014860 1.273858 0.2091
GDP 1.203038 0.379747 3.168001 0.0027
C -1.354411 2.019557 -0.670647 0.5058
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2.848279 0.4622
Idiosyncratic random 3.072192 0.5378
Weighted Statistics
R-squared 0.258270 Mean dependent var 2.486013
Adjusted R-squared 0.209896 S.D. dependent var 3.579318
S.E. of regression 3.181576 Sum squared resid 465.6317
F-statistic 5.339057 Durbin-Watson stat 1.911200
Prob(F-statistic) 0.003062
Unweighted Statistics
R-squared 0.453409 Mean dependent var 5.722000
Sum squared resid 840.4767 Durbin-Watson stat 1.232237
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 6.333931 3 0.0964
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INF 0.445266 0.049458 0.039610 0.0467
KURS 0.227973 0.018930 0.018473 0.1240
GDP 1.165085 1.203038 0.220760 0.9356