ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DIVIDEND...
Transcript of ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DIVIDEND...
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DIVIDEND YIELD,
DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA
SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC
INDEX PERIODE 2010 – 2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Yugisvuri
NIM : 1111081000095
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yugisvuri
Tempat/Tanggal lahir : Depok, 6 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
Alamat : Kp. Pulo RT 05 RW 09, No. 42, Kel.
Rangkapanjaya, Kec. Pancoran Mas, Depok
– 16435
Telepon : 089636102266 / 081380606092
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1996 – 1998 : TK Aisyiyah Bustanul Athfal 5 Depok
1998 – 2004 : SD Negeri Rangkapanjaya Depok
2004 – 2007 : SMP Negeri 2 Depok
2007 – 2010 : SMA Negeri 1 Depok
2011 – 2016 : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN INFORMAL
2006 – 2007 : Kursus Bahasa Inggris BBC
2007 – 2009 : Kursus Bahasa Inggris LIA Institute
vi
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2002 – 2003 : Pramuka SD Negeri Rangkapanjaya Depok
2003 : Paskibra SD Negeri Rangkapanjaya Depok
2004 – 2007 : Rohis SMP Negeri 2 Depok
2007 : English Club SMA Negeri 1 Depok
2007 – 2010 : Student Club SMA Negeri 1 Depok
V. PELATIHAN DAN SEMINAR
2011 : Seminar “Beat The Competitor, Lead The
Market”
2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1
(Bursa Efek Indonesia)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara nilai tukar,
inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio secara parsial dan simultan
terhadap volatilitas harga saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index serta menganalisa variabel independen yang paling berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham. Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index sebagai sampel penelitian selama periode 2010-2014,
dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam menganalisis
data dan menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan model regresi
berganda yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara parsial, nilai tukar dan
dividend payout ratio berpengaruh secara negatif signifikan terhadap volatilitas
harga saham sedangkan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Hasil analisis data secara simultan, nilai tukar, inflasi,
dividend yield, dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
Nilai uji koefisien determinasi (adjusted R square) adalah 0,269. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu volatilitas harga saham
dapat dijelakan oleh variabel independen yaitu nilai tukar, inflasi, dividend yield
dan dividend payout ratio sebesar 26,9% sedangkan sisanya sebesar 73,1% dapat
dijelaskan oleh variabel atau faktor-faktor lain diluar model penelitian ini.
Kata kunci : Volatilitas Harga Saham, Nilai Tukar, Inflasi, Dividend Yield,
Dividend Payout Ratio
viii
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect between exchange rate, inflation,
dividend yield and dividend payout ratio partially and simultaneously to stock
price volatility in Jakarta Islamic Index companies, and analyze about variable
which the most dominant to stock price volatility. This research uses 13
companies listed in Jakarta Islamic Index as the research sample during the
period of 2010-2014, where the method used was purposive sampling. This
research uses multiple regression models. In order to analyze and test each
research hypothesis, multiple regression models has been used by SPSS
application version 17.0.
The results of data analysis show partially exchange rate and dividend
payout ratio have negative significant influence to stock price volatility while
inflation has positive significant influence to stock price volatility. Dividend yield
does not have significant influence to stock price volatility. The results of data
analysis show simultaneously exchange rate, inflation, dividend yield and
dividend payout ratio have significant influence to stock price volatility.
The amount of testing the coefficient of determination (adjusted R square)
is 0,269. It means dependent variable which is stock price volatility can be
explained by independent variables those are exchange rate, inflation, dividend
yield and dividend payout ratio approximately 26,9%, while 73,1% can be
explained by the other factors outside the models.
Keywords : stock price volatility, exchange rate, inflation, dividend yield,
dividend payout ratio
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Segala puji serta syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya kepada semua ciptaan-Nya. Shalawa serta salam semoga
senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabatnya dan pengikutnya. Dengan penuh kesyukuran atas nikmat yang
diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DIVIDEND YIELD
DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA
SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC
INDEX PERIODE 2010-2014”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Konsentrasi Keuangan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam hal penyusunan, bahasa dan sistematika
penulisan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Banyak kesulitan dalam proses pengerjaannya serta tidak dapat
terselesaikan tanpa dukungan, bimbingan, motivasi, bantuan, saran dan doa dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan segala rahmat dan karunia kepada
seluruh manusia. Rasa syukur selalu kupanjatkan atas segala yang Engkau
berikan ya Rabb. Terimakasih ya Allah, telah memberikan hambamu ini
kesempatan untuk hidup di dunia ini.
x
2. Kedua orangtuaku, Martono dan Sukaesih. Terutama Ibu Sukaesih, wanita
terbaik, tercantik dan terindah dalam hidup penulis yang selalu
membesarkan penulis dengan kesabaran serta kasih sayang yang tulus.
Selalu tersenyum dengan cantiknya kepadaku. Selalu berusahan yang
terbaik demi anak-anak. Terimakasih. Semoga Allah membalas semua
kebaikan yang telah dilakukan.
3. Adik-adikku yang sangat lucu namun sangat menyebalkan. Terimakasih
telah membuatku tertawa dan tersenyum. Kakakmu ini sangat menyayangi
kalian.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Ela Patriana, MM, AAAIJ, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Indoyama Nasaruddin SE, MAB, selaku Dosen Pembimbing I
yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan ilmu serta memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih telah
mengajari penulis pelajaran berharga dan nasihat yang tak terlupakan,
memberikan waktu, ilmu serta motivasi selama ini.
8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan ilmu serta dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala motivasi, mengajari
penulis agar selalu semangat dan arahan untuk menjadi pribadi yang lebih
serta nasihat yang telah bapak berikan selama ini.
9. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, sebagai dosen Pembimbing Akademik
yang telah bersedia memberikan arahan selama ini di setiap semester.
10. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si dan Bapak Dr. Herni Ali, HT, SE.,
MM selaku ketua dan penguji ahli sidang skripsi.
xi
11. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengalaman, nasihat dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis.
12. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, terutama staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas kerja
kerasnya yang telah bersedia memberikan bantuan pelayanan kepada
mahasiswa.
13. Teman-teman UIN Syarif Hidayatullah, terutama teman-teman
Manajemen angkatan 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang selalu menemani selama perkuliahan, atas canda tawa, kebersamaan,
ilmu pengetahuan, serta pengalaman kehidupan yang telah diberikan
selama ini.
14. Teman-teman KKN AKAMSI (Sidempok, 2014) yang telah memberikan
pengalaman kerjasama kelompok.
15. Errol (Turki), Thank you for being my best friend. I’m admiring you a lot.
16. Rain (Indonesia), Terimakasih selalu mengingatkanku apapun yang terjadi,
seburuk apapun keadaan yang dijalani, sesakit apapun hati dan perasaan,
harus balik ke Allah. Swt. Dunia ini cuma sementara dan sangat sebentar.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan motivasi, arahan, ilmu serta perhatian sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun
dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 12 Juli 2016
(Yugisvuri)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 16
A. Landasan Teori ............................................................................. 16
1. Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah ....................................... 16
a. Pasar Modal .......................................................................... 16
b. Pasar Modal Syariah ............................................................. 18
2. Jakarta Islamic Index ................................................................ 20
3. Volatilitas Harga Saham ............................................................ 23
4. Nilai Tukar. ............................................................................... 28
5. Inflasi ........................................................................................ 29
6. Dividen dan Kebijakan Dividen ................................................ 32
a. Dividen ................................................................................. 32
b. Kebijakan Dividen ................................................................ 32
xiii
7. Dividend Yield ........................................................................... 37
8. Dividend Payout Ratio............................................................... 38
B. Penelitian Terdahulu...................................................................... 39
C. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ....... 45
1. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Volatilitas Harga Saham ........... 45
2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham.................... 46
3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham ...... 47
4. Pengaruh Dividend Payout terhadap Volatilitas Harga Saham ... 47
D. Kerangka Pemikiran. ..................................................................... 48
E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 50
1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ............................................ 50
2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ......................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 52
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ........................................ 52
1. Populasi..................................................................................... 52
2. Sampel ...................................................................................... 53
C. Metode Pengumpulan Data. ........................................................... 56
D. Metode Analisis Data. ................................................................... 56
1. Metode Analisis ........................................................................ 56
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 57
a. Uji Normalitas ...................................................................... 58
b. Uji Heterokedastisitas ........................................................... 60
c. Uji Multikolinearitas ............................................................. 61
d. Uji Autokorelasi ................................................................... 62
3. Pengujian Statistik ..................................................................... 63
a. Uji Statistik t (Uji Parsial) ..................................................... 63
b. Uji Statistik F (Uji Simultan) ................................................ 64
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ..................... 64
E. Operasional Variabel Penelitian. .................................................... 65
xiv
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat) ....................................... 65
2. Variabel Independen (Variabel Bebas)....................................... 66
a. Nilai Tukar (KURS) .............................................................. 66
b. Inflasi ................................................................................... 67
c. Dividend Yield ...................................................................... 67
d. Dividend Payout Ratio .......................................................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 69
A. Deskripsi Perusahaan Sampel ........................................................ 69
B. Deskripsi Variabel Penelitian ........................................................ 70
1. Volatilitas Harga Saham ............................................................ 70
2. Nilai Tukar ................................................................................ 72
3. Inflasi ........................................................................................ 74
4. Dividend Yield ........................................................................... 76
5. Dividend Payout Ratio............................................................... 77
C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 79
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 79
a. Uji Normalitas ...................................................................... 79
b. Uji Heterokedastisitas ........................................................... 82
c. Uji Multikolinearitas ............................................................. 84
d. Uji Autokorelasi ................................................................... 85
2. Analisis Regresi Berganda ......................................................... 86
a. Uji Parsial (Uji t) ................................................................... 86
b. Uji Simultan (Uji F) .............................................................. 92
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ..................... 93
d. Persamaan Regresi ................................................................ 94
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 97
A. Kesimpulan ................................................................................... 97
B. Saran ............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 100
LAMPIRAN - LAMPIRAN ..................................................................... 104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pergerakan Nilai Tukar dan Inflasi ............................................ 9
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 39
Tabel 3.1 Prosedur Penilaian Kriteria dalam Pemilihan Sampel ................. 55
Tabel 3.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ............................................... 55
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ................. 62
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Sampel Jakarta Islamic Index....................... 69
Tabel 4.2 Volatilitas Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index ....... 70
Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah ..................................................... 72
Tabel 4.4 Rata-rata Inflasi ......................................................................... 75
Tabel 4.5 Dividend Yield ........................................................................... 76
Tabel 4.6 Dividend Payout Ratio ............................................................... 78
Tabel 4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 81
Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser........................................................................ 83
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................ 84
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 85
Tabel 4.11 Hasil Uji T................................................................................. 86
Tabel 4.12 Hasil Uji F ................................................................................. 92
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................ 94
Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Berganda ....................................................... 95
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 49
Gambar 4.1 Grafik Nilai Tukar Rupiah ..................................................... 73
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Inflasi .......................................................... 75
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Normalitas ................................................... 80
Gambar 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................... 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Sampel
Lampiran 2 : Data Penelitian periode 2010 – 2014
Lampiran 3 : Variabel Entered/Removed
Lampiran 4 : Model Summary
Lampiran 5 : ANOVA
Lampiran 6 : Coefficients
Lampiran 7 : Normal P-Plot
Lampiran 8 : Scatterplot
Lampiran 9 : One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 10 : Coefficients (Uji Glejser)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang bersifat universal dan sempurna. Suatu
agama yang memberikan panduan kepada manusia secara lengkap terhadap
semua aspek kehidupan di setiap tempat dan masa. Panduan tersebut berupa
Al- Qur’an yang di dalamnya tidak hanya mengatur hubungan dengan Tuhan
dalam beribadah (hablum minallah) namun juga hubungan antara manusia
dalam segala aspek kehidupan di dunia (hablum minan-nas) seperti transaksi
dan kegiatan perekonomian.
Perekonomian yang dilakukan manusia dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, diantaranya yaitu investasi. Investasi memiliki peran
penting yaitu pertumbuhan perekonomian suatu negara. Melalui investasi,
produktivitas suatu negara akan meningkat yang akan mengakibatkan
pendapatan masyarakat juga meningkat sehingga kemakmuran masyarakat
bertambah. Investasi dalam Islam sangat dianjurkan untuk mengembangkan
segala karunia, berkah dan nikmat yang telah diberikan Allah. Swt dalam
bentuk harta kekayaan untuk lebih produktif, dan bermanfaat terutama
investasi pada sektor riil. Islam tidak memperbolehkan harta kekayaan
ditumpuk dan ditimbun. Jika seorang muslim memiliki harta atau uang yang
menganggur maka akan dihadapkan kepada pilihan untuk berinvestasi atau
dikenakan zakat.
2
Secara sederhana, investasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil berupa keuntungan atau uang. Menurut Rodoni dan Hamid
(2008), Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi dalam perekonomian dapat
dilakukan dengan cara menanamkan sejumlah dana pada aset untuk
meningkatkan nilai aset dan mendapatkan keuntungan. Menurut Bodie et all
(2006:4), secara umum ada dua pilihan aset untuk melakukan kegiatan
investasi, yaitu aset riil (real assets) dan aset keuangan (financial assets).
Aset riil merupakan bagian dari kapasitas produktif seperti tanah, bangunan,
pengetahuan, dan mesin yang digunakan untuk memproduksi barang serta
para pekerja yang keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya
tersebut. Sedangkan aset keuangan merupakan aset yang memiliki kontribusi
secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif suatu peekonomian karena
aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen dalam suatu perusahaan
dan memfasilitasi pemindahan dana untuk perusahaan dengan peluang
investasi yang menarik.
Salah satu bentuk investasi dalam aset keuangan yaitu investasi dalam
bentuk saham. Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-
aset perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2001). Investasi dalam
bentuk saham merupakan investasi yang paling umum, memiliki nilai
likuiditas yang tinggi dan menjanjikan tingkat imbal hasil (return) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan investasi dalam sektor lainnya.
3
Namun, tidak semua bidang usaha atau aset dalam Islam dapat
dilakukan investasi. Ada aturan mengenai hal tersebut dalam Al – Quran
yaitu mengenai batasan kegiatan halal yang dapat dilakukan dan batasan
haram yang dilarang dilakukan. Hal tersebut berlaku dalam segala aspek
kehidupan termasuk aspek perekonomian. Investasi yang baik menurut islam
yaitu investasi yang sesuai dengan syariah.
Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk mayoritas
beragama Islam. Masyarakat Indonesia dapat menjadi seorang investor
dengan cara berinvestasi pada aset keuangan dalam bentuk saham pada pasar
modal syariah. Pasar modal syariah berfungsi sebagai fasilitator untuk
investor muslim yang ingin berinvestasi ataupun menanamkan modalnya
pada saham halal yang sesuai syariah serta terlepas dari berbagai kegiatan
yang dilarang dalam Islam seperti : spekulasi, riba, perjudian dan lain-lain.
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi yang berkaitan
dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya tidak
bertentangan dengan syariat Islam (Rhodoni dan Hamid, 2008:123).
Perkembangan awal pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan
diterbitkannya reksadana syariah pada 25 Juni 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management, lalu diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah
pada akhir tahun 2000. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama
dengan PT. Danareksa Investment Management menerbitkan indeks harga
4
saham berdasarkan prinsip syariah dan sejalan dengan prinsip-prinsip islam
yang disebut Jakarta Islamic Index pada 3 Juli 2000.
Jakarta Islamic Index menggunakan tanggal awal perhitungan pada 1
Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks yang
dilakukan sesuai ketetapan Bursa Efek Indonesia. Jumlah saham-saham yang
terdaftar dalam Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 saham yang telah lolos
proses seleksi keanggotaan yang dilakukan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Dalam berinvestasi secara syariah maupun konvensional, khususnya
pada saham terdapat dua hal penting yaitu tingkat pengembalian atau imbal
hasil (return) dan risiko (risk). Investor umumnya menginginkan imbal hasil
(return) yang maksimum dengan resiko (risk) yang minimum.
Setiap investasi yang dilakukan akan dihadapkan pada risiko, yaitu
risiko yang sistematis maupun risiko yang tidak sistematis. Risiko sistematis
(systematic risk) yaitu risiko yang dialami oleh semua investor tanpa
terkecuali. Resiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan cara melakukan
diversifikasi pada penyusunan portofolio. Risiko sistematis dapat juga disebut
dengan risiko pasar (market risk). Sedangkan, risiko tidak sistematis
(unsystematic risk) adalah risiko yang hanya dialami oleh investor yang
melakukan investasi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor manajemen.
Resiko ini dapat dikendalikan dengan cara diversifikasi saham yang tepat
pada suatu portofolio.
5
Investor harus melakukan analisis sebelum berinvestasi karena setiap
investasi memiliki resiko masing-masing dan berbeda-beda. Resiko dalam
investasi merupakan suatu unsur ketidakpastian karena hasil investasi baru
akan diterima di masa yang akan datang. Investor harus memiliki informasi
dan pengetahuan yang cukup mengenai keadaan pasar agar dapat mengetahui
arah tujuan investasi yang dilakukan. Tingkat resiko yang ada dalam suatu
investasi akan mempengaruhi imbal hasil (return) yang akan diterima oleh
investor. Untuk meminimalisasi resiko (risk) dan mengetahui investasi
manakah yang lebih produktif memberikan lebih banyak keuntungan (return),
dapat diketahui melalui analisis volatilitas harga saham. Volatilitas adalah
pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu
(Firmansyah, 2006).
Pergerakan volatilitas harga saham sangat tidak mudah diprediksi,
harga saham dapat naik seketika atau turun seketika. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh tim studi volatilitas pasar modal dan perekonomian
dunia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementrian
Keuangan Republik Indonesia (2011), menjelaskan secara umum bahwa
volatilitas menggambarkan dan memberikan informasi mengenai risk yang
dihadapi investor karena mencerminkan fluktuasi pergerakan saham. Jika
semakin tinggi volatilitas, maka risk dari imbal hasil yang akan diperoleh
juga akan semakin tinggi.
Pergerakan tinggi rendahnya volatilitas saham dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor diantaranya faktor makroekonomi dan faktor
6
mikroekonomi. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
perekonomian secara keseluruhan, antara lain tingkat suku bunga yang tinggi,
inflasi, tingkat produktifitas nasional, politik dan lain-lain memiliki dampak
penting pada potensi keuntungan perusahaan. Faktor mikro adalah faktor-
faktor yang berdampak langsung pada perusahaan itu sendiri, seperti
perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan baku, serta produktifitas
tenaga kerja dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuntungan
perusahaan individual (Schwert dalam Hugida, 2011).
Semua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda
terhadap kegiatan investasi. Salah satu faktor makroekonomi yang
mempengaruhi volatilitas adalah nilai tukar dan inflasi. Perubahan yang
terjadi pada nilai tukar (kurs) dan tingkat inflasi memberikan dampak
terhadap volatilitas harga saham.
Nilai Tukar (kurs) adalah nilai mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Dengan kata lain, banyaknya
jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing.
Nilai tukar merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas pasar
modal dan pasar uang. Fluktuasi nilai tukar dapat berpotensi memberikan
keuntungan maupun kerugian bagi investor yang ingin berinvestasi dalam
pasar modal. Jika rupiah terapresiasi atau terdepresiasi terhadap mata uang
negara lain, maka hal tersebut dapat menjadi sinyal bahwa perekonomian
dalam keadaan baik atau buruk yang akan mempengaruhi banyaknya
7
permintaan maupun penawaran saham sehingga mempengaruhi harga saham
serta volatilitas harga saham di pasar modal.
Inflasi juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham pada pasar
modal. Inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kenaikan harga
barang-barang yang terjadi secara terus menerus selama periode tertentu.
Tingkat Inflasi yang tinggi akan meningkatkan harga bahan baku produksi
sehingga menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Hal tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga-harga barang domestik dan menurunkan kinerja
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
Studi terhadap faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi
volatilitas harga saham antara lain, penelitian Zan (2003) menunjukkan
bahwa volatilitas harga saham dipengaruhi oleh inflasi, harga minyak, nilai
tukar dan suplai uang. Penelitian tersebut mengambil sampel dari empat
negara berbeda, yaitu Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Hong Kong.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh positif
signifikan terhadap volatilitas harga saham di Taiwan namun berpengaruh
negatif signifikan di negara lain yaitu Korea Selatan, Singapura dan Hong
Kong serta variabel inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
volatilitas harga saham di Singapura dan Hong Kong, namun memiliki
pengaruh negatif signifikan di Korea Selatan dan Taiwan. Sedangkan variabel
harga minyak dan suplai uang berpengaruh positif signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
8
Penelitian yang dilakukan Amin (2012) menunjukkan bahwa secara
parsial, tingkat bunga SBI dan indeks Dow Jones berpengaruh positif
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan nilai
kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan. Variabel dalam penelitian tersebut yang paling berpengaruh
adalah suku bunga SBI.
Penelitian yang dilakukan Dritsaki (2003) menyatakan bahwa variabel
makroekonomi yaitu tingkat suku bunga, inflasi dan produksi industri
berpengaruh secara positif signifikan terhadap volatilitas harga saham di
Bursa Efek Yunani serta variabel yang paling berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham dalam penelitian tersebut yaitu inflasi. Namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hugida (2011) mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap volatilitas harga saham sedangkan volume perdagangan,
inflasi dan nilai tukar berpengaruh secara positif signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Variabel yang paling berpengaruh terhadap volatilitas
harga saham dalam penelitian tersebut adalah suku bunga SBI.
Penelitian Yogaswari (2012), menemukan bahwa secara parsial,
variabel inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap volatilitas harga
saham, sedangkan variabel suku bunga dan nilai tukar memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap volatilitas harga saham. Suku bunga SBI
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap volatilitas harga saham
9
pada agriculture sector dan basic industry sector, sedangkan nilai tukar
merupakan variabel yang paling berpengaruh pada Jakarta Composite Index
dalam penelitian tersebut.
Berikut ini adalah data pergerakan nilai tukar dan inflasi dalam lima
tahun terakhir yang terjadi di Indonesia, periode 2010 – 2014 :
Tabel 1.1
Pergerakan Nilai Tukar dan Inflasi
periode 2010 – 2014
Sumber : data diolah
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tukar pada tahun 2010
sebesar Rp 9086,85. Pada tahun 2011, nilai tukar menguat (terapresiasi) dari
tahun sebelumnya sebesar Rp 8775,93 dan nilai tukar berada dalam posisi
terkuat pada periode penelitian. Hal ini dikarenakan perekonomian Indonesia
membaik pada tahun 2011, sehingga mengakibatkan rupiah menguat
(apresiasi). Pada tahun 2012, nilai tukar melemah dibandingkan tahun 2011,
nilai tukar pada tahun tersebut sebesar Rp 9384,24. Pada tahun 2013, nilai
tukar sebesar Rp 10475,76. Pada tahun 2014, nilai tukar melemah
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 11861,17 dan nilai tukar
berada pada posisi terlemah pada tahun tersebut.
Tahun Nilai Tukar (Rp) Inflasi (%)
2010 9086.85 5.13
2011 8775.93 5.38
2012 9384.24 4.28
2013 10475.76 6.96
2014 11861.17 6.42
10
Pada tahun 2010, inflasi yang terjadi sebesar 5,13%. Pada tahun 2011,
inflasi mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, inflasi yang terjadi
sebesar 5,38%. Namun pada tahun 2012, inflasi mengalami penurunan, inflasi
yang terjadi sebesar 4,28%. Pada tahun 2013, inflasi mengalami kenaikan
kembali yang cukup tinggi, inflasi yang terjadi sebesar 6,96%.
Pada tahun 2014, inflasi mengalami sedikit penurunan dari tahun
sebelumnya, inflasi yang terjadi sebesar 6,42%. Inflasi tertinggi yang terjadi
pada tahun 2013 disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bakar
bersubsidi sehingga memicu terjadinya kenaikan inflasi yang tinggi. Dengan
demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar dan inflasi berbeda-
beda setiap tahun dan cukup berfluktuatif.
Selain faktor-faktor makroekonomi yang telah disebutkan diatas,
faktor mikroekonomi juga mempengaruhi volatilitas harga saham. Faktor
mikroekonomi yang mempengaruhi volatilitas saham adalah kebijakan
pendanaan suatu perusahaan yaitu kebijakan dividend (dividend yield dan
dividend payout ratio). Dividend yield merupakan salah satu indikator imbal
hasil (return) dalam investasi saham. Dividend Yield adalah dividen yang
dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang. Dividend Yield dinyatakan
dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total
return (Jones, 2004). Dividend Yield yang tinggi dari suatu perusahaan
mengindikasikan kemungkinan semakin baik kondisi keuangan perusahaan
dan menunjukkan kemungkinan bahwa saham perusahaan tersebut bernilai
tinggi yang akan membuat investor cenderung menanamkan dana atau
11
berinvestasi pada saham tersebut. Harga saham tersebut akan naik karena
permintaan saham tersebut meningkat.
Dividend Payout Ratio merupakan sebuah parameter untuk mengukur
besaran dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Investor akan
mengamati dividend payout ratio karena hal tersebut menentukan seberapa
besar jumlah yang dapat ditahan suatu perusahaan sebagai sumber pendanaan.
Semakin besar nilai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
maka semakin kecil laba yang ditahan suatu perusahaan, begitu pula
sebaliknya.
Studi terhadap faktor-faktor mikroekonomi yang mempengaruhi volatilitas
harga saham antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fajrihan (2010),
mengenai dampak kebijakan dividend terhadap volatilitas harga saham
menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh secara positif signifikan
terhadap volatilitas harga saham adalah dividend yield dan dividend payout
ratio sedangkan volatilitas earning, firm size, DAR dan growth in asset tidak
berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Variabel yang paling
berpengaruh dalam penelitian tersebut yaitu dividend payout ratio.
Penelitian Fauziah (2013), menemukan bahwa volume perdagangan,
inflasi dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap volatilitas
harga saham. Sedangkan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Variabel inflasi merupakan variabel yang paling
berpegaruh dalam penelitian tersebut.
12
Penelitian Nishat dan Irfan (2008) dan Hashemijoo et al. (2012)
meneliti mengenai pengaruh antara kebijakan dividen dengan volatilitas harga
saham. Hasil penelitian Nishat dan Irfan (2008) di Pakistan menyatakan
bahwa dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh secara negatif
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan penelitian
Hashemijoo (2012) menyatakan variabel dividend yield berpengaruh negatif
signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Penelitian Surbakti (2013) mengenai devidend policy terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan non keuangan di Bursa Efek
Indonesia menunjukkan bahwa dividend yield dan dividend payout ratio tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Penelitian mengenai variabel makroekonomi (nilai tukar dan inflasi)
dan variabel mikroekonomi (dividend yield dan dividend payout ratio)
terhadap volatilitas harga saham serta variabel apakah yang paling
berpengaruh terhadap volatilitas harga saham cenderung berbeda antara
peneliti satu dengan yang lainnya. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian
ini dan berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, penulis tertarik
untuk meneliti Jakarta Islamic Index serta mengkaji kembali tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham. Berdasarkan uraian
diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Nilai
Tukar, Inflasi, Dividend Yield, dan Dividend Payout Ratio Terhadap
Volatilitas Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index Periode 2010-2014”.
13
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan research
questions sebagai berikut :
1. Apakah nilai tukar berpengaruh secara parsial terhadap volatilitas harga
saham?
2. Apakah inflasi berpengaruh secara parsial terhadap volatilitas harga
saham?
3. Apakah dividend yield berpengaruh secara parsial terhadap volatilitas
harga saham?
4. Apakah dividend payout ratio berpengaruh secara parsial terhadap
volatilitas harga saham?
5. Apakah nilai tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio
berpengaruh secara simultan terhadap volatilitas harga saham?
6. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki
beberapa tujuan, yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar secara parsial terhadap
volatilitas harga saham
2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi secara parsial terhadap volatilitas
harga saham
14
3. Untuk menganalisis pengaruh dividend yield secara parsial terhadap
volatilitas harga saham
4. Untuk menganalisis pengaruh dividend payout ratio secara parsial
terhadap volatilitas harga saham
5. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, inflasi, dividend yield dan
dividend payout ratio secara simultan.
6. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh
terhadap volatilitas harga saham.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
untuk investor sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam
berinvestasi untuk meminimalisasi resiko (risk) terutama berinvestasi
dalam Jakarta Islamic Index
2. Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
emiten terutama di Jakarta Islamic Index dalam mengambil keputusan
mengenai kebijakan dividen (dividend yield dan dividend payout ratio)
yang akan mempengaruhi volatilitas harga saham, sehingga dapat
memaksimalkan salah satu tujuan perusahaan yaitu kemakmuran
pemegang saham.
15
3. Akademisi
Sebagai referensi pengetahuan dalam pembelajaran mengenai volatilitas
harga saham di Jakarta Islamic Index serta dapat menjadi tambahan bahan
rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah
a. Pasar Modal
Menurut Bursa Efek Indonesia (2015), pasar modal (capital
market) adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrument derivatif maupun instrument
lainnya.
Menurut Rusdin (2008:1) Pasar modal merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal
bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan
ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
17
Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sarana
bagi suatu perusahaan maupun istitusi untuk mendapatkan dana dan
sarana kegiatan berinvestasi untuk investor. Pasar modal bertindak
sebagai fasilitator berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli
dan kegiatan terkait lainnya.
Menurut Samsul (Fauziah, 2013), beberapa jenis pasar modal
dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu sebagai berikut :
1) Pasar pertama (perdana)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang
untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke
masyarakat umum.
2) Pasar kedua (sekunder)
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli antar
investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara
efek.
3) Pasar ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.
4) Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor
jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.
18
b. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk
dan mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat
islamiyah (Hamid, 2009:38).
Pasar modal berbasis syariah mulai diperkenalkan di Indonesia
pada tanggal 3 Juli 1997 yakni dengan diluncurkannya Danareksa
Syariah. Hal tersebut berkembang dengan adanya kerjasama Bursa
Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Investment Management
dalam pembentukan index berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic
Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000.
Fungsi pasar modal syariah menurut Metwally (Kurniawati, 2014)
adalah sebagai berikut :
1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
19
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional.
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga
saham.
Beberapa Instumen yang dilarang dalam pasar modal syariah
diantaranya adalah sebagai berikut : (Hamid, 2009)
1) Saham Istimewa (Preferred Stock)
Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih
besar daripada saham biasa dalam dividen pada waktu perseroan
dilikuiditas.
2) Forward Contract
Forward Contract merupakan salah satu jenis transaksi yang
diharamkan bertentangan dengan syariah. Forward contract
merupakan bentuk jual beli hutang yang didalamnya terdapat
unsur riba, sedangkan transaksi jual beli dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo.
3) Opsi
Opsi adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying
asset atau real aset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan
tidak dimiliki oleh pihak penjual. Opsi termasuk dalam kategori
gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).
20
4) Transaction Margin on Trading
Transaksi ini adalah dimana pembeli membayar sebagian harga
secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjaman kepada bank
melalui perantara dengan syarat surat berharga tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman.
5) Transaction Short – Shelling
Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli dimana
penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada
waktu akad.
2. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang dikembang oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT Dana Reksa Investment
dalam mengakomodasi saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-
saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Tujuan seleksi saham syariah
adalah menyediakan instrument kepada investor untuk berinvestasi pada
saham yang sesuai dengan prinsip syariah.
Saham-saham yang akan masuk ke Jakarta Islamic Index harus melalui
seleksi syariah terlebih dahulu. Menurut Dewan Syariah Nasional MUI-BI
(2006), jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan
21
Saham Syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah,
antara lain :
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c. Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang
haram.
d. Produsen, distributordan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. Melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan pada lembaga keuangan
ribawi lebih dominan dari modalnya.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI-BI (2006), pelaksanaan
transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi didalamnya seperti
mengandung usur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan
kedzhaliman, diantaranya meliput :
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Bai’ al ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek
Syariah) yang belum dimliki (Short Selling).
c. Insider Trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang.
22
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin Trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewaiban penyelesaian
pembelian Efek Syariah tersebut.
f. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan suatu Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan
harga Efek Syariah dengan tujuan mempengaruhi pihak lain.
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan
Jakarta Islamic Index selain melakukan seleksi secara syariah, harus
melalui proses seleksi terhadap saham yang listing yaitu :
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan telah dicatat lebih dari tiga
bulan, kecuali termasuk dalam urutan sepuluh kapitalisasi pasar
terbesar.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva
maksimal 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas,
dilihat dari rata-rata nilai perdagangan regular selama 1 (satu) tahun
terakhir.
23
Pengkajian ulang dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data-data publik dan media yang tersedia.
Perusahaan yang masuk dalam kriteria Jakarta Islamic Index merupakan
saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur yang dilarang
islam seperti unsur riba serta permodalan yang didapatkan juga bukan
mayoritas berasal dari hutang. Jika ada perusahaan yang mengubah
bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip-prinsip syariah, maka
akan dikeluarkan dari Jakarta Islamic Index dan digantikan dengan saham
lain yang memenuhi persyaratan.
3. Volatilitas harga saham
Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi atau naik
turunnya harga saham atau valas (Putri, 2014).
Menurut Schwert dan Smith (Hugida, 2011) beberapa jenis
volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical
volatility, forecast volatility, implied volatility dan seasonal volatility
a. Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain
dalam pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah
yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan
datang untuk suatu undelying contact. Secara teori angka tersebut
24
merupakan yang kita maksud ketika kita membicarakan input
volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang membicarakan
future volatility karena masa depan tidak mungkin diketahui
b. Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa
lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan
teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan
volatilitas pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam
pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar
metode bergantung pada pemilihan dua parameter, yaitu periode
historis dimana volatilitas akan dihitung dan interval waktu antara
perubahan harga. Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari,
enambulan, lima tahun atau lainnya. Interval watu dapat berupa
harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future volatility dan
historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility.
c. Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan
arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang
berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan
bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang
identik dengan sisa masa option dari underlying contract
25
d. Implied Volatility
Umumnya future, historical dan forecast volatility berhubungan
dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas
yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk
menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar.
e. Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan
gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul
dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan
faktor-faktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang
tinggi pada masa-masa tersebut.
Menurut Anton (2006), volatilitas pasar terjadi karena masuknya
informasi baru kedalam pasar. Akibatnya para pelaku pasar melakukan
penilaian kembali terhadap asset yang diperdagangkan. Pada pasar yang
efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga
harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut.
Pergerakan tinggi rendahnya volatilitas saham dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor diantaranya faktor makroekonomi dan faktor
mikroekonomi (Schwert dalam Hugida, 2011). “Faktor makro adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan,
antara lain tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktifitas
nasional, politik dan lain-lain memiliki dampak penting pada potensi
keuntungan perusahaan. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang
26
berdampak langsung pada perusahaan itu sendiri, seperti perubahan
manajemen, harga dan ketersediaan bahan baku, serta produktifitas tenaga
kerja dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuntungan
perusahaan individual”.
Penelitian yang dilakukan oleh tim volatilitas pasar modal Indonesia
(2011), mengelompokkan faktor-faktor penentu volatilitas dalam empat
kategori yaitu faktor sektor riil, faktor sektor finansial, kejadian luar biasa
(shock), serta kebijakan moneter.
a. Faktor sektor rill
Salah satu latar belakang yang cukup menentukan volatilitas aset
finansial adalah stabilitas ekonomi makro, termasuk pada aspek riil.
Beberapa studi empiris menyebutkan bahwa volatilitas memiliki
keterkaitan erat dengan siklus bisnis dan ekonomi. Misalnya,
volatilitas cenderung meningkat selama periode krisis dan menurun
pada periode dimana ekonomi tumbuh dengan pesat.
b. Faktor sektor keuangan
Faktor-faktor yang berkembang disektor keuangan juga dapat
berpengaruh terhadap volatilitas return saham. Berbagai studi
menemukan pengaruh signifikan volume perdagangan terhadap
volatilitas return saham. Berbagai inovasi di sektor finansial yang
ditandai dengan dikembangkannya berbagai produk investasi, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan likuiditas, juga berpengaruh
signifikan terhadap volatilitas return saham. Perilaku investor yang
27
cenderung mengikuti tren yang berlaku juga turut berdampak pada
meningkatnya volatilitas.
c. Kejadian luar biasa
Volatilitas return saham juga dapat terjadi menyusul kejadian-
kejadian luar biasa (shock) yang berimbas pada pasar finansial.
Panetta et al (2006) mencatat terjadinya lonjakan volatilitas harga
minyak pada tahun 2004-2005, yang turut berdampak pada volatilitas
return saham di pasar modal Amerika Serikat. Hal ini dilatarbelakangi
oleh berbagai kejadian yang terjadi pada tahun 2004-2005, seperti
topan hurricane, turunnya peringkat utang sektor otomotif, dan
gejolak politik di Thailand dan Filipina.
d. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter, dengan berbagai dampak langsung maupun tidak
langsung yang ditimbulkannya, juga berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas return saham. Bank sentral dapat melakukan operasi pasar
tertentu dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Schwert (1989) menemukan bahwa tingkat volatilitas secara
signifikan dipengaruhi oleh inflasi, tingkat suku bunga dan
pertumbuhan jumlah uang beredar.
28
4. Nilai Tukar
Setiap negara di dunia memiliki alat tukar yang berbeda dalam
pembayaran transaksi ekonomi. Alat tukar yang paling umum digunakan
yaitu dalam bentuk uang. Uang berfungsi sebagai alat pembayaran yang
sah di setiap negara, namun mata uang di setiap negara berbeda dan
memiliki nilai yang berbeda-beda di dalam satu satuan mata uangnya.
Oleh karena itu diperlukan penyesuaian nilai mata uang antar negara yang
saling bekerja sama dalam ekonomi agar transaksi antar negara dalam
memenuhi kebutuhannya seperti ekspor – impor berjalan dengan baik.
Perbandingan nilai mata uang tiap negara disebut nilai tukar atau kurs.
Menurut Mankiw (2006) mengemukakan bahwa kurs (exchange
rate) antara dua negara adalah tingkat yang disepakati penduduk kedua
negara untuk saling melakukan perdagangan. Sedangkan menurut
Dornbusch, et al (2008:46), kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata
uang luar negeri.
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal
dan kurs riil (Mankiw 2006:128) :
a. Kurs nominal (nominal exchange rate)
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara
simbolnya e. sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan Rupiah
adalah 13.500 rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk
13.500 Rupiah di pasar uang.
29
b. Kurs riil (real exchange rate)
Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara.
Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita memperdagangkan barang-
barang dari negara lain.
Nilai tukar atau disebut juga valuta asing dalam berbagai transaksi
atau jual beli valuta asing, ada empat jenis yaitu (Kewal, 2012):
a. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs
beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh
Bank Central pada suatu saat tertentu
c. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu
d. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli
bank notes dan traveler chaque, dimana dalam kurs tersebut telah
diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
5. Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001), tingkat inflasi adalah
meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku dalam suatu
perekonomian.
30
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut diikuti dengan meluasnya kenaikan sebagian
besar dari harga barang-barang lainnya. Inflasi yang terjadi berbeda dari
suatu rentang waktu (periode) ke periode lainnya dan berbeda pula dari
suatu negara dengan negara lainnya.
Menurut Case and Fair (2007), menjelaskan inflasi sebagai suatu
variabel ekonomimakro yang dapat sekaligus menguntungkan dan
merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya inflasi yang tinggi
tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena meningkatkan biaya
produksi.
Inflasi yang tinggi akan diikuti dengan kenaikan harga-harga
barang sehingga nilai uang yang ada akan menjadi turun (devaluasi).
Dampak yang terjadi yaitu turunnya tingkat konsumsi masyarakat begitu
juga sebaliknya.
Menurut Nopirin (2000), berdasarkan besarnya laju inflasi yang
terjadi, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Inflasi Merayap (creeping inflation)
Laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10% pertahun, kenaikan
harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka
waktu yang relatif lama
31
b. Inflasi Menengah (galloping inflation)
Inflasi jenis ini ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar
dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi, harga pada bulan atau minggu berikutnya
selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Inflasi jenis ini yang sangat mengkhawatirkan karena harga-harga
barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali sehingga nilai
uang turun secara tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
Inflasi dapat terjadi karena beberapa faktor. Menurut Samuelson
dan Nordhaus (2001), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya inflasi, yaitu :
a. Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga
ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat
b. Cosh Push Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang
efektif.
32
c. Domestic inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang secara umum di dalam negeri.
d. Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga
barang import secara umum.
6. Dividen dan Kebijakan Dividen
a. Dividen
Dividen menurut Weston dan Coopeland (2005) dalam buku
Rhodoni dan Ali adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham.
Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang
saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase (%)
tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya
Stice et al (2004) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian
kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional
sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang masing-masing
pemilik.
b. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen (dividend policy decision) adalah keputusan
mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai
33
dividen sebagai ganti dari laba dipertahankan untuk diinvestasikan
kembali di dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2006).
Menurut Husnan (2004), kebijakan dividen adalah keputusan
mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagi dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling
penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan, sedangkan
dividen merupakan pembagain keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Kebijakan dividend yang dilakukan perusahaan berkaitan erat
dengan tujuan utama pembuat keputusan saham yaitu
memaksimumkan nilai laba perusahaan dan memaksimumkan nilai
saham umum perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham dalam Rodoni dan Ali (2010), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen
pada perusahaan yaitu :
1) Peraturan hukum
Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran
dividen yaitu :
a) Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa
dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.
34
b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal.
Peraturan tersebut akan melindungi para kreditur, caranya
degan melarang pembayara dividen dari dana modal yang
berarti membagikan investasinya bukan membagikan
keuntungan.
c) Peraturan mengenai hak mampu membayar (insolvency) yaitu
menentukan perusahaan tidak membayar dividen jika tidak
mampu (perusahaan bangkrut).
2) Posisi likuiditas
Apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan dalam bentuk
aktiva tetap seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan
dan barang-barang lainnya, dan bukan disimpan dalam bentuk
uang tunai, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas
perusahaan yang rendah dan terdapat kemungkinan perusahaan
tidak mampu lagi membayarkan dividennya.
3) Perlunya membayar kembali pinjaman
Disini perusahaan perlu menyisihkan laba sebelum jatuh tempo
hutang, agar keuntungan perusahaan pada saat jatuh temponya
hutang dibebani dengan pembayaran seluruh hutang.
4) Keterbatasan karena kontrak hutang
Dalam perjanjuan hutang terdapat larangan bagi debitur
sehubungan dengan pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untuk
melindungi pihak kreditur sehubungan dengan dana yang
35
dipinjamkan. Pembatasan tersebut dilaukan dengan cara dividen
yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang
diperoleh sesudah ditandatanganinya. Kontrak hutang/dividen
tidak dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil
dari suatu jumlah tertentu.
5) Tingkat perluasan perluasan perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar
kebutuhannya untuk membiayai pengembangan harta perusahaan
tersebut dan semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian
hari, semakin banyak pula keuntungan yang harus ditahan dan
bukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen (dividen relative kecil).
6) Tingkat keuntungan (tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang
diharapkan)
Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen atau
menggunakannya didalam perusahaan.
7) Stabilitas perusahaan
Perusahaan yang keuntungannya relative stabil dapat
memperkirakan bagaimana keuntungannya di masa depan,
sehingga kemungkinan besar perusahaan akan membagikan
keuntungannya dalam persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
36
8) Kemampuan memasuki pasar modal
Perusahaan besar yang sudah mempunyai profitabilitas yang
tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki
pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk
pembiayaannya. Kerena itu perusahaan yang sudah mantap akan
mempunyai tingkat dividen ang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan kecil atau masih baru.
9) Kontrol
Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam
mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahaan
untuk memperbesar laba ditahan demi kepentingan ekspansinya,
yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya.
10) Kedudukan pajak para pemegang saham
Pada umumnya para pemilik perusahaan yang memegang
sebagian besar sahamnya tergolong kelompok berpendapatan
tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi, sehingga
menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah.
11) Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar
Seringkali perusahaan menahan keuntungan hanya untuk
menghindari tarif pajak perusahaan yang tinggi, maka dikeluarkan
peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan
atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.
37
12) Tingkat inflasi
Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap
menyebakan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk
mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar
porsi laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi
berkurang.
Menurut Brigham dan Gapenski (Rodoni dan Ali, 2010),
setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan
memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila akan
dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan dan
sebaiknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan
pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan tersebut, manajer dapat menempuh kebijakan yang
optimal. Menurut Husnan (1998), teori kebijakan dividen yang
optimal diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang
ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan menginvestasikan
dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para investor
mengenai dividen daripada capital gain.
7. Dividend Yield
Dividend yield (DY) adalah rasio antara dividen per saham (dalam
satu tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham) dinyatakan
dalam persentase (Fauziah, 2014)
38
Menurut Jones (2004:41) Dividend Yield adalah dividen yang
dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang. Dividend Yield
dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen
dari total return.
Beberapa investor mengguakan dividend yield sebagai suatu
ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi yaitu mereka akan
berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan
dividend yield yang tinggi (Nova, 2010).
Rumus :
8. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividend
per share dan earning per share. Dividend Payout Ratio (DPR)
merupakan sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan
dibagikan ke pemegang saham. Hermuningsih (2007) mengatakan bahwa
persentase dari laba yang dibagikan sebagai cash dividend disebut
dividend payout ratio.
Dividend Payout Ratio (DPR) memberikan gambaran tingkat
pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛
39
mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang
semakin tinggi.
Rumus :
B. Penelitian Terdahulu
Pada sub-bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai penelitian-
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan variabel yang diteliti oleh
peneliti yaitu nilai tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Variabel Metodologi Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1 Naimatul Fauziah
(2013)
“Analisis
Pengaruh Volume
Perdagangan,
Inflasi, Dividend
Yield dan
Dividend Payout
Ratio Terhadap
Volatilitas Harga
Saham
Perusahaan yang
Terdaftar di
LQ45”
Variabel
Dependen :
Volatilitas
Harga Saham
Variabel
Independen :
Volume
Perdagangan,
Inflasi,
Dividend
Yield dan
Dividend
Payout Ratio
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
independen :
Inflasi, Dividend
Yield dan
Dividend Payout
Ratio
Studi pada
perusahaan
yang terdaftar
di LQ45
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa volume
perdagangan dan
inflasi
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham.
Dividend payout
ratio berpengaruh
negatif signifikan
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
40
terhadap
volatilitas harga
saham.
Sedangkan
Dividend Yield
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Volatilitas Harga
Saham
2 Nugraha Surbakti
(2013)
“Analisis
Pengaruh
Dividend Policy
terhadap Share
Price Volatility
(Studi pada
perusahaan non
keuangan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2007-
2011)”
Variabel
Dependen :
Share Price
Volatility
Variabel
Independen :
Dividend
Yield dan
Dividend
Payout Ratio
Variabel
Control :
Size, Earning
Volatility,
Long Term
Debt, dan
Growth
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen :
Dividend Yield
dan Dividend
Payout Ratio
Studi pada
perusahaan
non keuangan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
periode 2007-
2011
Dividend Yield
dan Dividend
Payout Ratio
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
3 Muhammad
Zuhdi Amin
(2012)
“Pengaruh
Tingkat Inflasi,
Suku Bunga SBI,
Nilai Kurs Dollar
(USD/IDR) dan
Indeks Dow Jones
(DJIA) terhadap
Pergerakan
Indeks Harga
Saham Gabungan
Variabel
Dependen :
Indeks Harga
Saham
Gabungan
Variabel
Independen :
Inflasi, suku
bunga SBI,
nilai kurs
dollar dan
Indek Dow
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
Inflasi
Variabel
Dependen :
Indeks Harga
Saham
Gabungan
Studi
penelitian di
Bursa Efek
Indonesia
periode 2008-
2011
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa secara
parsial, tingkat
bunga SBI dan
indeks Dow
Jones
berpengaruh
positif terhadap
indeks harga
saham gabungan.
41
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
periode 2008-
2011”
Jones Inflasi dan nilai
kurs dollar
berpengaruh
negatif terhadap
indeks harga
saham gabungan
4 Mohammad
Hashemijoo, Aref
Mahdavi
Ardekami dan
Nejat Younesi
(2012)
“The Impact of
Dividend Policy
on Share Price
Volatility in the
Malaysian Stock
Market”
Variabel
Dependen:
Volatilitas
Harga Saham
Variabel
Independen:
Deviden
Yield,
Deviden
Payout Ratio
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen:
Deviden Yield,
Deviden Payout
Ratio
Studi
penelitian di
Malaysian
Stock Market
Hasil penelitian
menunjukkan
terdapat pengaruh
negatif signifikan
antara volatilitas
harga saham
dengan dividend
yield dan
dividend payout
ratio
5 Dhira Dwijayanti
Yogaswari,
Anggoro Budi
Nugroho dan
Novika Candra
Astuti (2012)
“The Effect of
Macroeconomic
Variables on
Stock Price
Volatility :
Evidence from
Jakarta
Composite Index,
Agriculture, and
Basic Industry
Sector”
Variabel
Dependen :
Stock Price
Volatility
Variabel
Independen :
Inflasi, suku
bunga, nilai
tukar
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen :
Inflasi, nilai tukar
Studi
penelitian
pada Jakarta
Composite
Index,
Agriculture,
dan Basic
Industry
Sector
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa secara
parsial, variabel
inflasi memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham.
Sedangkan
variabel suku
bunga dan nilai
tukar memiliki
pengaruh negatif
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
6 Lydianita Hugida
dan Syuhada
Sofian (2011)
“Analisis Faktor-
Variabel
Dependen:
Volatilitas
Harga Saham
Metode : regresi
berganda
Studi
penelitian
pada
perusahaan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa variabel
volume
42
faktor yang
Mempengaruhi
Volatilitas Harga
Saham (Studi
pada Perusahaan
yang Terdaftar
dalam Indeks
LQ45 periode
tahun 2006-
2009)”
Variabel
Independen:
Volume
Perdagangan,
Inflasi, Nilai
Tukar dan
Tingkat Suku
Bunga
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen:
Inflasi, nilai tukar
yang terdaftar
dalam Indeks
LQ45 periode
tahun 2006-
2009
perdagangan,
inflasi dan nilai
tukar
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
Sedangkan
variabel suku
bunga SBI
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
7 Julfi Fajrihan
(2010)
“Dampak
Kebijakan
Deviden
Terhadap
Volatilitas Harga
Saham
Perusahaan LQ45
di BEI”
Variabel
Dependen:
Volatilitas
Harga Saham
Variabel
Independen:
Dividend
Yield,
Dividend
Payout
Ratio,
Volatilitas
Earning,
Size, Hutang
Jangka
Panjang dan
Pertumbuhan
Aset
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen:
Dividend Yield,
Dividend Payout
Ratio
Studi
penelitian
pada
perusahaan
LQ45 di Bursa
Efek
Indonesia
Hasil penelitan
menunjukkan
variabel pada
dampak
kebijakan
deviden yang
berpengaruh
secara positif
signifikan
terhadap
Volatilitas Harga
Saham adalah
Deviden Yield
dan Deviden
Payout Ratio.
Sedangkan
Volatilitas
Earning, Firm
Size, DAR dan
Growth in Asset
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Volatilitas Harga
Saham
43
8 Mohammed
Nishat dan
Chaudhary
Mohammad Irfan
(2003)
“Dividend Policy
and Stock Price
Volatility in
Pakistan”
Variabel
Dependen:
Volatilitas
harga saham
Variabel
Independen:
Dividend
Yield dan
Dividend
Payout Ratio
Variabel
Control:
Firm size,
earning
volatility,
leverage dan
asset growth
Metode : regresi
berganda
Variabel
dependen :
volatilitas harga
saham
Variabel
Independen:
Dividend Yield
dan Dividend
Payout Ratio
Studi
penelitian di
Pakistan
Dividend Yield
dan Dividend
Payout Ratio
memiliki
pengaruh negatif
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham.
Firm Size dan
leverage
berpengaruh
secara positif
signifikan
terhadap
volatilitas saham
sedangkan
earning volatility
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
9 Melina Dritsaki
dan Chaido
Dritsaki (2003)
“Macroeconomic
Determinants of
Stock Price
Movement : An
Empirical
Investigation of
the Greek Stock
Market”
Variabel
Dependen:
Volatilitas
Harga Saham
Variabel
Independen:
Inflasi,
tingkat suku
bunga dan
produksi
industry
Variabel
Dependen:
Volatilitas Harga
Saham
Variabel
Independen:
Inflasi
Metode :
Kausalitas
Granger
Studi
penelitian di
Greek Stock
Market
Semua variabel
independen
berpengaruh
secara positif dan
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham
10 Song Zan dan
Chiou Wei (2003)
“The
Macroeconomic
Determinants of
Stock Price
Volatility :
Evidence from
Variabel
Dependen :
Volatilitas
harga saham
Variabel
Independen :
Inflasi, harga
Variabel
Dependen :
Volatilitas harga
saham
Variabel
Independen :
Inflasi
Metode : VAR
model
Studi
penelitian di
Taiwan, Korea
Selatan,
Singapura dan
Variabel nilai
tukar
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham di Taiwan
namun
44
Taiwan, South
Korea, Singapore
and Hong Kong”
minyak, nilai
tukar dan
suplai uang
Hong Kong. berpengaruh
negatif signifikan
di negara lain
yaitu Korea
Selatan,
Singapura dan
Hong Kong.
Variabel inflasi
memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap
volatilitas harga
saham di
Singapore dan
Hongkong,
namun memiliki
pengaruh negatif
signifikan di
Korea Selatan
dan Taiwan.
Sedangkan
variabel harga
minyak dan
suplai uang
berpengaruh
positif terhadap
volatilitas harga
saham.
sumber : data diolah peneliti
45
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas ada beberapa hal yang berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1. Studi kasus dalam penelitian
Studi kasus dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index pada tahun 2010 sampai dengan 2014.
2. Variabel yang digunakan dalam penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel nilai tukar, inflasi,
dividend yield dan dividend payout ratio dimana variabel-variabel tersebut
masih menjadi kontradiksi dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Tahun yang digunakan dalam penelitian
Penelitian ini menggunakan data perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index pada tahun 2010 sampai dengan 2014.
C. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Volatilitas Harga Saham
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) antara dua negara adalah
tingkat yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan (Mankiw, 2006).
Menurut Penelitian yang dilakukan Zan (2003), nilai tukar
menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap volatilitas harga saham di
Korea Selatan, Singapura dan Hongkong. Penelitian Yogaswari (2012)
dan Amin (2012) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa nilai tukar
46
berpengaruh secara negatif signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Hal tersebut menginformasikan bahwa menguatnya atau melemahnya
nilai tukar akan mempengaruhi volatilitas harga saham. Jika dollar
menguat dan rupiah melemah, maka kemungkinan investor akan
cenderung mengalihkan investasinya dalam bentuk valas dollar Amerika
Serikat dibandingkan berinvestasi pada saham dan sebaliknya. Menurut
Amin (2012), menguatnya dollar terhadap rupiah juga akan berdampak
pada perusahaan emiten pada umumnya. Perusahaan emiten yang
mempunyai hutang dalam bentuk dollar dan pemenuhan sumber daya
produksi yang diimpor atau dibayar menggunakan dollar akan
mengalami peningkatan beban produksi maupun kerugian selisih kurs.
Hal ini pada akhirnya berdampak pada penurunan laba perusahaan,
sehingga investor menjadi lebih ragu untuk berinvestasi pada saham
perusahaan-perusahaan emiten yang terkena dampak negatif itu dan lebih
memilih berinvestasi dalam dollar dan lainnya.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham
Menurut Fama dalam Dritsaki (2003) Inflasi menunjukkan pengaruh yang
positif signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal tersebut terjadi
karena adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat
pertumbuhan uang, dimana peningkatan penawaran (supply) uang akan
memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham
menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan meyebabkan
47
kebijakan ekonomi pemerintah yang lebih ketat (kebijakan moneter) dan
hal tersebut akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Investor
yang tidak ingin menerima efek negatif terhadap saham yang dimiliki akan
menjual saham tersebut sehingga volatilitas harga saham meningkat.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hugida
(2011), Yogaswari (2012) dan Fauziah (2013).
3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham
Penelitian Nishat (2003) dan Hashemijoo (2012) menunjukkan
dividend yield memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas
harga saham. Dividend yield merupakan salah satu indikator return saham
yaitu tingkat keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang
saham. Pembayaran dividen dapat menjadi indikator untuk memprediksi
pertumbuhan perusahaan serta kesempatan investor untuk berinvestasi.
Jika dividend yield dari suatu perusahaan semakin besar maka perusahaan
tersebut akan dinilai sebagai perusahaan yang mapan dan stabil serta
mempunyai volatilitas yang lebih rendah dalam harga saham.
4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham
Nishat (2003) dan Hashimejoo (2012) menunjukkan dividend
payout ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap volatilitas harga
saham. Dividend payout ratio digunakan perusahaan dalam menentukan
jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Jika dividend
48
payout ratio yang diberikan suatu perusahaan semakin tinggi maka
perusahaan tersebut dinilai sebagai perusahaan yang besar dan mapan serta
dalam keadaan keuangan yang stabil karena memiliki jumlah kas yang
besar sehingga menurunkan volatilitas harga saham perusahaan tersebut.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori dan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut
adalah keragka pemikira yang dituangkan dalam model penelitian pada
gambar 2.1
49
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan di Jakarta Islamic Index
Variabel Dependen :
Volatilitas Harga Saham
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Determinasi (R2) Uji F (Uji Simultan) Uji t (Uji Parsial)
Variabel Independen
Nilai
Tukar
Inflasi
Dividend
Payout Ratio
Dividend
Yield
Interpretasi
Kesipulan dan Saran
50
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan suatu anggapan sementara yang
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat didefinisikan
sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau
lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi
yang diterapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi
penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan
hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi (Sekaran, 2007:135).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas yang didukung oleh berbagai
teori dan berbagai penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dibangun
dari penelitian ini adalah:
1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
H0 : β1 = 0 Variabel Nilai Tukar tidak berpengaruh
signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham.
Ha : β1 ≠ 0 Variabel Nilai Tukar berpengaruh negatif
signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham.
H0 : β2 = 0 Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap Volatilitas Harga Saham.
Ha : β2 ≠ 0 Variabel Inflasi berpengaruh positif signifikan
terhadap Volatilitas Harga Saham.
51
H0 : β3 = 0 Variabel Dividend Yield tidak berpengaruh
signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham.
Ha : β3 ≠ 0 Variabel Dividend Yield berpengaruh negatif
signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham.
H0 : β4 = 0 Variabel Dividend Payout Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas
Harga Saham.
Ha : β4 ≠ 0 Variabel Dividend Payout Ratio berpengaruh
negatif signifikan terhadap Volatilitas Harga
Saham.
2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
H0 : β = 0 Variabel Nilai Tukar, Inflasi, Dividend
Yield, dan Dividend Payout Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Volatilitas Harga Saham secara
simultan
Ha : β ≠ 0 Variabel Nilai Tukar, Inflasi, Dividend
Yield, dan Dividend Payout Ratio
berpengaruh signifikan terhadap
Volatilitas Harga Saham secara
simultan.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti
nilai tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio terhadap
volatilitas harga saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010 –
2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data penelitian berasal
dari studi pustaka dan mengumpulkan data-data skunder yang berhubungan
dengan variabel dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (dependent variabel) yaitu
volatilitas harga saham dan empat variabel bebas (independent variabel) yaitu
nilai tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio. Periode
penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember
2014.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Nawawi (2003:141), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.
53
Nazir (2005:271) mengatakan bahwa populasi adalah kumpulan
dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas
atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah
individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah
individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah. Populasi berkenaan
dengan data, bukan orang atau bendanya.
Menurut Sugiyono (2012), populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index dari tahun
2010 sampai tahun 2014.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2003), sampel adalah bagian dari populasi
(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi. Suharyadi dan Purwanto (2009:7)
menjelaskan bahwa sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu
yang menjadi perhatian. Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel
penelitian ini dipilih dari perusahaan yang listed di dalam Jakarta Islamic
54
Index periode tahun 2010 – 2014 menggunakan metode purposive
sampling.
Penggunaan metode purposive sampling, sampel dipilih
berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk menentukan bahan penelitian (Abdul Hamid, 2010:17). Purposive
sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau
kriteria peneliti sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Kriteria - kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang
sahamnya terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2010 – 2014
2. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang secara
konsisten masuk sebagai anggota Jakarta Islamic Index periode
2010 – 2014
3. Perusahaan di Jakarta Islamic Index yang menerbitkan laporan
keuangan tahunan dan mempublikasikan secara lengkap selama
periode 2010 - 2014
4. Perusahaan di Jakarta Islamic Index yang secara aktif dan kontinyu
membagikan deviden selama periode 2010 – 2014
55
Tabel 3.1
Prosedur Penentuan Kriteria dalam Pemilihan Sampel
Prosedur Penentuan Sampel Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
periode 2010 - 2014
30
Perusahaan yang tidak konsisten masuk sebagai
anggota Jakarta Islamic Index periode 2010 - 2014
(17)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap periode 2010 - 2014
0
Perusahaan yang tidak aktif membagikan deviden
dan tidak secara kontinyu selama periode 2010 -
2014
0
Jumlah perusahaan yang dapat dijadikan
sampel penelitian
13
sumber : data diolah peneliti
Dari populasi sebanyak 30 perusahaan, diperoleh sebanyak 13
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel tersebut. Nama-nama
perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat melalui tabel dibawah ini
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2 ASII Astra Internasional Tbk.
3 ASRII Alam Sutera Realty Tbk.
4 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
5 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
6 KLBF Kalbe Farma Tbk.
7 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
8 LSIP PP London Sumatra Tbk.
9 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
10 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk.
11 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
12 UNTR United Tractors Tbk.
13 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
sumber : data diolah peneliti
56
C. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh data sekunder, kegiatan yang dilakukan antara
lain adalah :
1. Pengumpulan data secara kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat
teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian melalui
beberapa sumber rujukan, seperti buku, literatur, jurnal, artikel dan
sumber informasi lain yang relevan dengan penelitian ini.
2. Internet research
Pengumpulan data melalui beberapa situs internet. Pengambilan data
harga saham dan laporan keuangan untuk data dividend yield dan
dividend payout ratio dilakukan di situs Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id), yahoo finance serta website perusahaan sampel,
sedangkan pengambilan data untuk data nilai tukar dan inflasi dilakukan
di situs resmi Bank Indonesia Indonesia (www.bi.go.id).
D. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis
Penelitian ini dilakukan untuk mencari seberapa besar dan
bagaimana pengaruh antara nilai tukar, inflasi, dividend yield dan dividend
payout ratio terhadap volatilitas harga saham perusahaan di Jakarta
Islamic Index. Oleh karena itu, berdasarkan rumusan masalah, tujuan
57
penelitian, tinjauan pustaka dan hipotesis di bab sebelumnya, alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.
Menurut Ghozali (2011), regresi linear berganda yaitu menguji pengaruh
dua atau lebih varabel independen terhadap satu variabel dependen.
Model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y = Volatilitas Harga Saham
a = Konstanta
b1 … b4 = Koefisien Regresi
X1 = Nilai Tukar
X2 = Inflasi
X3 = Dividend Yield
X4 = Dividend Payout Ratio
e = Variabel Residual
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan
analisis regresi berganda (multiple regression) dan tingkat kesalahan
58
(alpha) yang digunakan adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan
analisis regresi berganda (multiple regression), variabel-variabel penelitian
diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan
bertujuan untuk menguji data-data yang digunakan apakah telah memenuhi
uji asumsi klasik yaitu data terdistribusi normal, tidak terjadi gejala
multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi dan tidak terjadi
heterokedastisitas. Jika telah memenuhi keempat model regresi akan
memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) (Ghozali,
2011). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS 17.0.
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau
keduanya mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah model yang memenuhi uji normalitas.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menguji normalitas
data adalah dengan menggunakan grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Jika data menyebar sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memiliki
asumsi normalitas (Ghozali, 2011).
59
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini adalah
sebagai berikut :
1) Normal Probability Plot (Normal P-Plot)
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal
Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. (Ghozali, 2011). Namun, menurut Ghozali (2011), uji
normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati,
secara visual kelihatan normal padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan
pengambilan hasil yang mungkin terjadi, dalam penelitian ini juga
akan dilakukan uji normalitas dengan analisis statistik.
2) Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametic.
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika sig.2 tailed > α (0,05) (Ghozali, 2011).
60
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah
tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas yaitu adanya kesamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain.
Menurut Ghozaki (2011), cara mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan bahwa telah terjadi
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
Analisis uji heterokedastisitas dengan grafik memiliki kelemahan
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil pola pada grafik.
Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk
menginterpretasikan hasil grafik plot (Ghozali, 2011). Untuk hasil
yang akurat serta tidak terjadi kesalahan dan dapat mengambil
keputusan secara objektif pada uji heterokedastisitas, maka dilakukan
uji statistik pada penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah uji
61
Glejser. Uji glejser digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
terjadi masalah heterokedastisitas atau tidak dengan cara melihat nilai
sig. (Ghozali, 2011). Kriteria pengambilan keputusan uji glejser
sebagai berikut :
1. Jika nilai sig. 2 tailed > α (0,05), maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika nilai sig. 2 tailed < α (0,05), maka terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya korelasi antar
masing-masing variabel independen (variabel bebas) dalam model
regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika variabel independen
yang digunakan saling berkorelasi atau terkait satu sama lain. Model
regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
multikolinieritas.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance
Inflation Factor) dan tolerance. Tolerance dan VIF pada table
Coefficients. Regresi bebas dari masalah multikolinieritas jika nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 (Ghozali, 2011).
62
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi, model regresi
yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011).
Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Menurut Ghozali (2011),
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat melalui
tabel berikut :
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl d du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4 – du d 4 – dl
Tidak ada korelasi positif atau
negatif
Tidak Ditolak du < d < 4 – du
sumber : Ghozali (2011)
Jika hasil DW hitung berada diantara du < dw < 4 – du
maka model regresi tersebut memenuhi uji autokolerasi yang berarti
model regresi layak digunakan.
63
3. Pengujian Statistik
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial maka
dilakukan pengujian hipotesis dengan statistika :
a. Uji Statistik t (Uji Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Untuk menguji uji
simultan mengunakan program komputer SPSS versi 17.0 dengan
tingkat signifikansi (5%).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji stastistik t adalah sebagai
berikut :
Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai signifikansi t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal tersebut berarti terdapat pengaruh yang signifikan
antara satu variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel
dependen (variabel terikat).
2. Apabila nilai signifikansi t > 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Hal tersebut berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara satu variabel independen (variabel bebas)
terhadap variabel dependen (variabel terikat).
64
b. Uji Statistik F (Uji Simultan)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau variabel bebas yang terdapat dalam model regresi
secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen atau variabel terikat. Untuk menguji uji simultan
mengunakan program komputer SPSS versi 17.0 dengan tingkat
signifikansi (5%). Pengaruh variabel ditunjukkan dari nilai signifikan
uji F. Dasar pengambilan keputusan dalam uji stastistik F adalah
sebagai berikut :
1. Apabila nilai signifikansi F < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal tersebut berarti, semua variabel independen
(variabel bebas) berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (variabel terikat) secara simultan.
2. Apabila nilai signifikansi F < 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Hal tersebut berarti, semua variabel independen (variabel
bebas) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(variabel terikat) secara simultan.
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa
besar kemampuan model persamaan regresi dalam menjelaskan
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah kisaran nol dan
satu. Nilai R2 menerangkan besarnya variabel independen dapat
65
menjelaskan variabel dependen. Apabila nilai R2 kecil maka variabel
independen hanya mampu menjelaskan variabel dependen secara
sangat terbatas Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
menjelaskan variabel dependen.
Dalam model regresi berganda umumnya menggunakan nilai
adjusted R2 untuk menentukan koefisien determinasi. Tidak seperti R
2,
nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan kedalam model (Imam Ghozali, 2011)
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka
variabel-variabel dalam penelitian sebagai berikut :
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor
yang berlaku dalam investigasi (Uma Sekaran, 2011:116). Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen
atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen atau terikat
yaitu Volatilitas Harga Saham (Y). Volatilitas harga untuk setiap saham
ditunjukkan dengan metode nilai ekstrim Parkinson (Fajrihan, 2010) :
Rumus :
𝑃𝑉 = 𝐴𝑃 𝐻𝑖𝑔ℎ − 𝐴𝑃 𝐿𝑜𝑤
0,5[𝐴𝑃 𝐻𝑖𝑔ℎ + 𝐴𝑃 𝐿𝑜𝑤 ]
66
Keterangan :
PV = Price Volatility
AP(High) = Harga Tertinggi
AP(Low) = Harga Terendah
2. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : nilai
tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio.
a. Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2003:123) mengemukakan bahwa kurs
(exchange rate) antara dua negara adalah tingkat yang disepakati
penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.
Sedangkan menurut Dornbusch, et al (2008:46), kurs atau nilai tukar
adalah harga dari mata uang luar negeri. Apresiasi atas mata uang
yaitu kenaikan nilai tukar atau kurs mata uang dalam negeri (nilai
mata uang asing dalam negeri meningkat), sedangkan depresiasi atas
mata uang yaitu penurunan nilai tukar atau kurs mata uang dalam
negeri (nilai mata uang asing dalam negeri menurun). Nilai tukar
yang diteliti dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Data yang digunakan adalah data tahunan
nilai tukar rupiah dari tahun 2010 hingga 2014 dan memakai kurs
tengah. Satuan yang digunakan adalah Rupiah (Rp). Secara umum
67
dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai tukar rupiah adalah harga
rupiah (Rp) yang dibutuhkan untuk ditukarkan dengan satu unit
dollar Amerika Serikat (USD)
b. Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang
terjadi terus-menerus selama rentang waktu (periode) tertentu.
Tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
ditetapkan pada laporan badan otoritas moneter Indonesia yaitu
Bank. Indonesia. Data yang digunakan adalah data tahunan tingkat
inflasi untuk wilayah Indonesia. Satuan yang digunakan adalah
persen (%).
c. Dividend Yield
Menurut Jones dalam Fajrihan, (2010), dividend yield (DY) adalah
dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang.
Satuan yang digunakan dalam dividend yield adalah persen (%), hal
tersebut merupakan salah satu komponen dari total return.
Rumus :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛
68
d. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividend
per share dan earning per share. Dividend Payout Ratio merupakan
sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan
dibagikan ke pemegang saham. Satuan yang digunakan dalam
dividend payout ratio adalah persen (%).
Dividend Payout Ratio (DPR) memberikan gambaran tingkat
pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan.
Semakin berkembang dan semakin mapan suatu perusahaan pada
umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.
Rumus :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Perusahaan Sampel
Objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index periode 2010-2014 dan sudah memenuhi beberapa kriteria yang berlaku
bagi penerapan definisi operasional variabel dengan teknik purposive
sampling yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perusahaan sampel dalam
penelitian ini adalah :
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Sampel Jakarta Islamic Index
periode 2010-2014
No Kode Nama Perusahaan
1 AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk.
2 ASII PT. Astra Internasional Tbk.
3 ASRI PT. Alam Sutera Realty Tbk.
4 INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
5 ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.
6 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.
7 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk.
8 LSIP PT. PP London Sumatra Tbk.
9 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
10 SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
11 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
12 UNTR PT. United Tractors Tbk.
13 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.
(sumber : http://www.idx.co.id, data diolah)
70
B. Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif mengenai
pengaruh nilai tukar, inflasi, divided yield dan dividend payout ratio terhadap
volatilitas harga perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode
2010-2014.
Pengolahan data dilakukan secara elektronik menggunakan Microsoft
Excel dan SPSS 17.0 for Windows untuk mempercepat pengolahan data,
dimana hasilnya dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Deskripsi
lengkap masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Volatilitas Harga Saham
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga
selama periode tertentu (Firmansyah,2006)
Tabel 4.2
Volatilitas Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index
periode 2010-2014
Kode Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014
AALI 0.1518 0.1353 0.1431 0.1659 0.135
ASII 0.1507 0.1457 0.2425 0.1411 0.1034
ASRI 0.2407 0.2108 0.1694 0.2874 0.1805
INTP 0.1519 0.1763 0.1067 0.1436 0.1279
ITMG 0.1551 0.1774 0.1249 0.1799 0.1687
KLBF 0.2001 0.1569 0.2034 0.1681 0.0801
LPKR 0.2132 0.2115 0.1291 0.2467 0.1704
LSIP 0.1565 0.259 0.1694 0.2405 0.154
PTBA 0.1386 0.1546 0.1439 0.1678 0.1344
SMGR 0.1069 0.145 0.1411 0.1604 0.1128
TLKM 0.1084 0.0996 0.1081 0.2557 0.097
UNTR 0.153 0.1788 0.1662 0.1506 0.1134
UNVR 0.1544 0.1163 0.1428 0.1678 0.0775
sumber : data diolah peneliti
71
Berdasarkan hasil perhitungan volatilitas harga saham masing-
masing perusahaan Jakarta Islamic Index pada tabel 4.2, pada tahun
2010, volatilitas harga saham tertinggi dimiliki oleh PT. Alam Sutera
Realty Tbk sebesar 0,2407 dan terendah dipegang oleh PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk sebesar 0,1069. Pada tahun 2011, volatilitas
harga saham tertinggi dimiliki oleh PT. PP London Sumatra Tbk sebesar
0,259 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk sebesar 0,0996. Pada tahun 2012, volatilitas harga saham
tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk sebesar 0,2425 dan
terendah dipegang oleh PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar
0,1067. Pada tahun 2013, volatilitas harga saham tertinggi dimiliki oleh
PT. Alam Sutera Realty Tbk sebesar 0,2874 dan terendah dipegang oleh
PT. Astra International Tbk sebesar 0,1411. Pada tahun 2014, volatilitas
harga saham tertinggi dimiliki oleh PT. Alam Sutera Realty Tbk sebesar
0,1805 dan terendah dipegang oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar
0,0775.
Perusahaan yang memiliki tingkat harga saham yang stabil selama
lima tahun adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
(PTBA). Hal tersebut menunjukkan bahwa saham PTBA merupakan
saham yang bagus karena harga saham tidak terlalu berfluktuatif.
72
2. Nilai Tukar (KURS)
Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga
atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalan nilai mata uang
negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah
uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.
Variabel yang digunakan adalah nilai tukar mata uang Indonesia
(Rupiah) yang bersumber dari Bank Indonesia, serta satuan yang
digunakan adalah Rupiah (Rp)
Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupaiah beserta grafik dari
tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rata-rata Nilai Tukar Rupiah periode 2010-2014
Tahun Nilai Tukar Rupiah
2010 9086.85
2011 8775.93
2012 9384.24
2013 10475.76
2014 11861.17
sumber : Bank Indonesia
73
Gambar 4.1
Grafik Nilai Tukar Rupiah periode 2010-2014
Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat selalu mengalami
perubahan. Nilai rupiah dalam posisi terkuat dalam penelitian ini berada
pada tahun 2011, kebijakan pemerintah untuk mengendalikan nilai tukar
menyebabkan rupiah terapresiasi serta menunjukkan kinerja ekonomi
yang semakin baik terutama sektor moneter pada tahun tersebut. Nilai
tukar rupiah mengalami pelemahan (depresiasi) pada periode penelitian
yaitu tahun 2012 hingga tahun 2014. Pelemahan rupiah tersebut
disebabkan oleh faktor dalam negeri dan faktor luar negeri. Dari sisi
dalam negeri, pelemahan rupiah terkait dengan tingginya kebutuhan
dalam negeri karena tingginya impor barang modal dan konsumsi serta
tekanan pembayaran kewajiban (hutang) luar negeri.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
2010 2011 2012 2013 2014
KURS
KURS
74
Dari sisi luar negeri, pelemahan rupiah terkait dengan pemulihan
ekonomi Amerika serikat serta kebijakan Bank Sentral Amerika (Federal
Reserve System) yang lebih dikenal sebagai The Fed yang akan melakukan
kebijakan tapering-off. Rencana tersebut dikemukakan oleh Gubernur
Bank Sentral Amerika, Ben Bernanke pada tahun 2013. Hal tersebut
menimbulkan berbagai ekspektasi mengenai rupiah sehingga rupiah
cenderung tertekan mengarah pada tren pelemahan (depresiasi).
3. Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan peristiwa dalam suatu rentang waktu
tertentu (periode) dimana ada kecenderungan akan naiknya harga-harga
barang secara umum dan secara terus-menerus.
Kenaikan harga yang terjadi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi antara lain : indeks biaya hidup/indeks harga konsumen
(consumer price index), indeks harga perdagangan besar (wholesale price
index), GNP deflator. Tingkat Inflasi yang digunakan adalah tingkat
inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen.
75
Tabel 4.4
Rata-rata Inflasi periode 2010-2014
Sumber : data diolah
Gambar 4.3
Grafik Rata-rata Inflasi periode 2010-2014
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel dan gambar diatas, menunjukkan inflasi
terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 4,28% dan inflasi tertinggi terjadi
pada tahun 2013 yaitu 6.96%. Inflasi pada tahun 2011 mencapai 5.38%,
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (2010) yaitu sebesar
5,13%. Inflasi pada tahun 2014 mencapai 6.42%, mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya (2013) yaitu 6,96%.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2010 2011 2012 2013 2014
INFLASI
INFLASI
Tahun Inflasi (%)
2010 5.13
2011 5.38
2012 4.28
2013 6.96
2014 6.42
76
Inflasi tertinggi pada tahun 2013 disebabkan oleh kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Harga premium dari Rp 4.500 per liter
menjadi Rp 6.500 per liter dan harga solar dari Rp 4.500 per liter menjadi
Rp 5.500 per liter. Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menyebabkan
harga beberapa komoditas lainnya juga naik sehingga menyebabkan
kenaikan inflasi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,28%
4. Dividend Yield
Dividend Yield adalah rasio antara dividen per saham (dalam satu
tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan
dalam persentase (Fauziah, 2014).
Tabel 4.5
Dividend Yield
Perusahaan Jakarta Islamic Index periode 2010-2014
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0.0317 0.0459 0.0348 0.0205 0.0295
2 ASII 0.0293 0.0268 0.0284 0.0318 0.0291
3 ASRI 0.0137 0.0133 0.0243 0.0163 0.0125
4 INTP 0.0141 0.0172 0.0200 0.0450 0.0540
5 ITMG 0.0237 0.0951 0.0753 0.0698 0.1135
6 KLBF 0.0215 0.0279 0.0179 0.0136 0.0104
7 LPKR 0.0106 0.0118 0.0119 0.0154 0.0164
8 LSIP 0.0047 0.0444 0.0287 0.0238 0.0280
9 PTBA 0.0228 0.0463 0.0477 0.0454 0.0268
10 SMGR 0.0324 0.0289 0.0232 0.0288 0.0232
11 TLKM 0.0406 0.0526 0.0482 0.0476 0.0312
12 UNTR 0.0181 0.0241 0.0315 0.0271 0.0427
13 UNVR 0.0242 0.0316 0.0286 0.0255 0.0233
sumber : data diolah peneliti
77
Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Yield masing-masing
perusahaan Jakarta Islamic Index pada tabel 4.5, pada tahun 2010,
Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia
(persero) Tbk sebesar 0,0406 dan terendah dipegang oleh PT. PP London
Sumatra Tbk sebesar 0,0047. Pada tahun 2011, Dividend Yield tertinggi
dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 0,0951 dan
terendah dipegang oleh PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.0118. Pada
tahun 2012, Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya
Megah Tbk sebesar 0,0753 dan terendah dipegang oleh PT. Lippo
Karawaci Tbk sebesar 0,0119. Pada tahun 2013, Dividend Yield tertinggi
dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 0.0698 dan
terendah dipegang oleh PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,0136. Pada
tahun 2014, Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya
Megah Tbk sebesar 1,1135 dan terendah dipegang oleh PT. Lippo
Karawaci Tbk sebesar 0,0104.
5. Dividend Payout Ratio
Devidend Payout Ratio adalah rasio antara dividend per share
(DPS) dibagi dengan earning per share (EPS), dinyatakan dalam
persentase.
78
Tabel 4.6
Dividend Payout Ratio
Perusahaan Jakarta Islamic Index periode 2010-2014
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0.6481 0.6514 0.4475 0.4502 0.4503
2 ASII 0.4508 0.4507 0.4500 0.4500 0.4557
3 ASRI 0.2478 0.1820 0.2386 0.1569 0.1253
4 INTP 0.2568 0.2999 0.3480 0.6613 0.9429
5 ITMG 0.7351 0.8718 0.8781 0.9066 0.8173
6 KLBF 0.5109 0.6013 0.5135 0.4146 0.4318
7 LPKR 0.2380 0.2468 0.2549 0.2605 0.1491
8 LSIP 0.4040 0.4016 0.4024 0.4071 0.3955
9 PTBA 0.5999 0.6001 0.5711 0.5632 0.3614
10 SMGR 0.4996 0.4998 0.4501 0.4502 0.4001
11 TLKM 0.5500 0.6630 0.6518 0.6946 0.5971
12 UNTR 0.3694 0.3832 0.4003 0.3974 0.5139
13 UNVR 0.8986 1.0879 0.9401 0.9472 1
sumber : data diolah peneliti
Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Payout Ratio masing-
masing perusahaan Jakarta Islamic Index pada tabel 4.6, pada tahun
2010, Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk sebesar 0,8986 dan terendah dipegang oleh PT. Lippo
Karawaci Tbk sebesar 0,2380. Pada tahun 2011, Dividend Payout Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 1,0879 dan
terendah dipegang oleh PT. Alam Sutera Realty Tbk sebesar 0,182. Pada
tahun 2012, Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia sebesar 0.9401 dan terendah dipegang oleh PT. Alam Sutera
Realty Tbk sebesar 0,2386. Pada tahun 2013, Dividend Payout Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia sebesar 0,9472 dan
79
terendah dipegang oleh PT. Alam Sutera Realty Tbk sebesar 0,1569.
Pada tahun 2014, Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Unilever Indonesia Tbk sebesar 1 dan terendah dipegang oleh PT. Alam
Sutera Realty Tbk sebesar 0.1253.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam regresi
data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji
normalitas ini digunakan analisis grafik dengan menggunakan Normal
Probability Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Untuk mendeteksi dan mengetahui normalitas data yang digunakan
yaitu dengan melihat Normal P-Plot. Jika titik-titik mengikuti dan
mendekati garis diagonal berarti data tersebut memenuhi uji
normalitas. Berikut hasil uji normalitas dari penelitian ini :
1) Analisis Grafik Normal Probability Plot
Uji normalitas data melalui metode Normal Probability
Plot dengan menggunakan SPSS 17 menghasilkan grafik sebagai
berikut :
80
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas
sumber : data diolah peneliti
Dari gambar grafik tersebut terlihat titik-titik menyebar dan
mendekati garis diagonal. Hal ini menunjukkan dalam model
asumsi regresi tidak terjadi masalah normalitas data dan model
regresi dapat dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-
variabel independen (nilai tukar, inflasi, dividend yield dan
dividend payout ratio) terhadap variabel dependen (volatilitas harga
saham).
81
2) Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas data melalui metode Kolmogorov Smirnov
dengan menggunakan SPSS 17.0 menghasilkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Uji Kolmogorov-Smirnov
sumber : data diolah peneliti
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,822 dan nilai sig > derajat alpha yaitu 0,508
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat
disimpulkan bahwa seluruh data pada model regresi berdistribusi
secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 65
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .03674362
Most Extreme Differences Absolute .102
Positive .102
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .822
Asymp. Sig. (2-tailed) .508
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
82
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat
ketidaksamaan varian dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah
data yang memiliki kesamaan varian. Salah satu cara untuk menguji
heterokedastisitas yaitu dengan melihat pada grafik scatterplot,
apabila terdapat suatu pola tertentu seperti titik-titik tidak menyebar
maka terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola
tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol)
pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
Berikut ini merupakan uji heterokedastisitas dengan menggunakan
SPSS 17.0 menghasilkan grafik scatterplot sebagai berikut :
Gambar 4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
sumber : data diolah peneliti
83
Dari gambar grafik tersebut terlihat titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak membentuk pola
tertentu. Dengan demikian, dalam model regresi ini tidak terjadi
masalah heterokedastisitas.
Selain menggunakan grafik scatterplot, uji heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan uji glejser untuk pengambilan
keputusan yang lebih objektif serta akurat. menghindari kerancuan
yang diakibatkan pengambilan keputusan melalui grafik scatterplot.
Berikut ini merupakan uji glejser terhadap model regresi penelitian,
menghasilkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .042 .026 1.603 .114
KURS -3.738E-6 .000 -.189 -1.076 .286
INFLASI .516 .411 .220 1.257 .214
DY .032 .186 .027 .171 .865
DPR -.011 .016 -.112 -.712 .479
a. Dependent Variable: RES2
sumber : data diolah peneliti
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil uji Glejser melalui nilai sig.
Pada semua variabel independen (nilai tukar, inflasi, dividend yield,
dan dividend payout ratio) lebih besar dari derajat alpha yaitu 0,05.
84
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi
masalah heterokedastisitas pada model regresi penelitian.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antar variabel independen atau variabel bebas dalam model
regresi. Data yang baik yaitu tidak terdapat korelasi diantara variabel-
variabel independennya. Salah satu cara untuk menguji
multikolinieritas adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF.
Nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka uji multikolinieritas
terpenuhi. Berikut adalah hasil uji multikolinieritas dari penelitian ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 KURS .522 1.914
INFLASI .525 1.906
DY .644 1.553
DPR .646 1.548
a. Dependent Variable: VOLATILITAS
Sumber : data diolah peneliti
Berdasarkan hasil tabel tersebut, nilai tolerance semua variabel >
0,1 dan Nilai VIF < 10. Dengan demikian, model regresi memenuhi
uji multikolinieritas dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
85
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1(sebelumnya). Dalam uji Autokorelasi ini
digunakan analisis uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan
nilai Durbin Watson antara DW print out dengan DW tabel. Data
memenuhi uji Autokorelasi apabila nilai DW print out berada diantara
dU dan (4-dU).
Berikut ini merupakan uji autokorelasi dengan menggunakan SPSS
17.0, menghasilkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .561a .315 .269 .0379486 1.891
a. Predictors: (Constant), DPR, KURS, DY, INFLASI
b. Dependent Variable: VOLATILITAS
sumber : data diolah peneliti
Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai Uji Durbin-Watson yaitu
1,891. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5%, jumlah variabel independen
atau “k” = 4 dan jumlah sampel atau “N” = 65. Hasil tabel yaitu dU =
1,731 dan 4-dU = 2,269.
86
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai DW berada diantara nilai
dU dan 4-dU (dU < DW < 4-dU atau 1,731 < 1,891 < 2,269). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat masalah
autokorelasi.
2. Analisis Regresi Berganda
Setelah data telah memenuhi semua uji asumsi klasik maka model
regresi layak dianalisis dengan regresi linier berganda.
a. Uji Pengaruh Nilai tukar, Suku bunga SBI, Inflasi, Dividend Yield
dan Dividend Payout Ratio secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
independen yaitu nilai tukar, inflasi, dividend yield dan dividend
payout ratio terhadap variabel dependen yaitu volatilitas harga saham
secara parsial (individual). Berikut adalah hasil Uji t :
Tabel 4.11
Hasil Uji t
sumber : data diolah peneliti
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .281 .043 6.528 .000
KURS -2.160E-5 .000 -.553 -3.742 .000
INFLASI 2.267 .683 .490 3.319 .002
DY .400 .309 .173 1.296 .200
DPR -.093 .026 -.475 -3.570 .001
a. Dependent Variable: VOLATILITAS
87
Hasil pengujian uji t dan hasil signifikansi pengujiannya yang
dihitung menggunakan SPSS 17.0 dapat dilihat pada tabel coefficients
diatas. Berikut ini merupakan keputusan dan penjelasan hasil uji t
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen :
1) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Volatilitas Harga
Saham
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
memiliki nilai significant level sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
tingkat signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05 (0,000 < 0,05).
Dengan demikian, diperoleh hasil bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini menujukkan variabel nilai nilai tukar
berpengaruh secara negatif signifikan terhadap volatilitas harga
saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zan (2003),
Amin (2012) dan Yogaswari (2012) tetapi hasil berbeda dengan
hasil penelitian Dritsaki (2003) dan Hugida (2011).
Nilai tukar merupakan salah satu indikator penting dalam
perekonomian karena mempengaruhi aktifitas di pasar saham
maupun pasar uang. Investasi yang terjadi tidak hanya berasal
dari investasi dalam negeri namun juga berasal dari investasi luar
negeri sehingga nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap
saham-saham serta harga saham yang ada di bursa efek.
88
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar
menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram
(Sunariyah, 2006).
Menurut Amin (2012) menyatakan bahwa ketika rupiah
melemah (terdepresiasi), nilai dollar akan menguat, investor akan
cenderung berinvestasi dalam bentuk valas dollar Amerika Serikat
dibandingkan berinvestasi pada saham. Hal tersebut terjadi karena
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan berpengaruh terhadap
laba suatu perusahaan karena perusahaan yang menggunakan
bahan produksi import (bahan produksi dari luar negeri) akan
mengalami peningkatan harga bahan baku dalam mata uang
rupiah sehingga keuntungan perusahaan menjadi berkurang begitu
juga akan memberikan efek imbal hasil (return) yang lebih sedikit
kepada pemegang saham. Investor menjadi lebih ragu dalam
berinvestasi pada saham perusahaan-perusahaan yang terkena
dampak negatif tersebut karena dinilai akan menambah resiko jika
berinvestasi. Investor akan menghindari resiko dan lebih tertarik
menginvestasikan uangnya di pasar uang karena imbal hasil
(return) yang lebih tinggi. Hal tersebut akan mempengaruhi
permintaan saham di pasar modal karena investor akan cenderung
menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik untuk
kembali berinvestasi pada saham sehingga mengakibatkan
volatilitas harga saham yang cenderung menurun.
89
2) Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki
nilai significant level sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai tingkat
signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05 (0,002 < 0,05).
Dengan demikian, diperoleh hasil bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini menujukkan variabel inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Dritsaki (2003), Hugida (2011),
Yogaswari (2012) dan Fauziah (2013)
Hal tersebut menunjukkan bahwa secara langsung tingkat
inflasi mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi
dalam bentuk saham. Menurut Dritsaki (2003) ketika inflasi
meningkat, maka volatilitas harga saham juga akan meningkat,
begitu pula sebaliknya. Menurut Fama (Hugida, 2011) hubungan
positif yang terjadi antara volatilitas harga saham disebabkan
adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat
pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan
memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga
saham menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan
berdampak pada prospek perusahaan yang terkena dampak inflasi
serta menyebabkan pemerintah mengambil langkah kebijakan
ekonomi yang lebih ketat mengenai jumlah uang yang beredar
agar perekonomian tetap stabil. Hal tersebut akan mengakibatkan
90
efek negatif terhadap harga saham. Investor yang tidak ingin
menerima efek negatif terhadap saham yang dimiliki akan
menjual saham tersebut sehingga volatilitas harga saham
meningkat.
3) Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel dividend
yield memiliki nilai significant level sebesar 0,200 lebih besar dari
nilai tingkat signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05 (0,200 >
0,05). Dengan demikian, diperoleh hasil bahwa H0 diterima dan
Ha ditolak. Hal ini menunjukkan variabel dividend yield tidak
berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Surbakti
(2013) dan Fauziah (2013) tetapi hasil berbeda dengan hasil
penelitian Nishat (2003), Fajrihan (2010) dan Hashemijoo (2012)
Hasil uji regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa
volatilitas harga saham tidak dipengaruhi oleh dividend yield.
Investor memiliki pandangan yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Menurut Litzenberger dan Ramaswamy
(Surbakti, 2013) adanya pajak terhadap keuntungan perusahaan
yang berupa dividen dan capital gain akan mempengaruhi
keputusan investor. Investor akan cenderung memilih capital gain
karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu
91
investor akan lebih tertarik terhadap saham yang memiliki tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada capital gain-nya daripada
dividend yield.
4) Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga
Saham.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel dividend
payout ratio memiliki nilai significant level sebesar 0,001 lebih
kecil dari nilai tingkat signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0,05
(0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima. Dengan demikian, variabel dividend payout ratio
berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nishat (2003),
Hashemijoo (2012) dan Fauziah (2013) tetapi hasil berbeda
dengan hasil penelitian Fajrihan (2010) dan Surbakti (2013).
Hal tersebut menunjukkan bahwa jika dividend payout ratio
naik maka volatilitas akan turun dan begitu pula sebaliknya.
Menurut Baskin (Hashemijoo, 2012) pembayaran dividen dapat
menjadi ukuran untuk memprediksi pertumbuhan perusahaan
serta kesempatan investor untuk berinvestasi sehingga perusahaan
dengan dividend payout ratio yang tinggi mempunya volatilitas
yang lebih rendah dalam harga saham. Dividend payout yang
92
tinggi menunjukkan perusahaan dalam keadaan yang baik dan
stabil sehingga menurunkan volatilitas harga saham tersebut.
b. Uji Pengaruh Nilai tukar, Suku bunga SBI, Inflasi, Dividend Yield
dan Dividend Payout Ratio secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel
independen yaitu nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi, dividend yield
dan dividend payout ratio terhadap variabel dependen yaitu volatilitas
harga saham secara bersama-sama (simultan). Berikut ini adalah hasil
uji F :
Tabel 4.12
Hasil Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .040 4 .010 6.884 .000a
Residual .086 60 .001
Total .126 64
a. Predictors: (Constant), DPR, KURS, DY, INFLASI
b. Dependent Variable: VOLATILITAS
Sumber : data diolah peneliti
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai significant level
sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan yang dipersyaratkan
yaitu 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima. Dengan demikian, variabel independen (nilai tukar,
93
inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap volatilitas harga saham.
c. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)
Menurut Ghozali (2011), koefisien determinasi bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.
Nilai koefisien determinasi yang semakin kecil menunjukkan
bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan dan
memberikan informasi variabel dependen sangat kecil (terbatas).
Sebaliknya, nilai koefisien determinasi yang semakin besar mendekati
satu menunjukkan bahwa variabel independen dapat menerangkan dan
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square karena
variabel independen yang diteliti lebih dari dua dan nilai Adjusted R
Square dapat bertambah atau berkurang jika ditambahkan variabel
independen ke dalam model penelitian.
94
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
sumber : data diolah peneliti
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Adjusted R Square sebesar
0,269 artinya variabel independen (nilai tukar, inflasi, dividend yield,
dan dividend payout ratio) dapat menjelaskan variabel dependen
(volatilitas harga saham) di Jakarta Islamic Index periode 2010 –
2014 sebesar 26,9%, sisanya sebesar 73.1% kemungkinan dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian ini, misalnya
volume perdagangan, harga emas dunia, harga minyak dunia, Firm
Size, Debt Ratio, dan Growth In Asset.
d. Persamaan Regresi
Uji Regresi linear berganda dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, dividend yield dan
dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham perusahaan di
Jakarta Islamic Index. Hasil uji regresi linear berganda adalah sebagai
berikut :
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .561a .315 .269 .0379486
a. Predictors: (Constant), DPR, KURS, DY, INFLASI
b. Dependent Variable: VOLATILITAS
95
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi Berganda
Dari tabel diatas, dapat diperoleh persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, dividend yield, dan dividend
payout ratio terhadap volatilitas harga saham adalah sebagai berikut :
Y = 0,281 - 2,160E-5
KURS + 2,267 INFLASI – 0,093 DPR + e
Dimana interpretasi dari persamaan regresi berganda di atas adalah :
1) Ketika semua variabel independen (nilai tukar, inflasi, dividend
yield dan dividend payout ratio) bernilai kosong atau sama
dengan 0 (nol), maka volatilitas harga saham akan bernilai
0,281%.
2) Ketika terjadi peningkatan Rp 1000 KURS dan variabel
independen lainnya tetap maka volatilitas harga saham akan
menurun sebesar 2,160E-5
%.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .281 .043 6.528 .000
KURS -2.160E-5 .000 -.553 -3.742 .000
INFLASI 2.267 .683 .490 3.319 .002
DY .400 .309 .173 1.296 .200
DPR -.093 .026 -.475 -3.570 .001
a. Dependent Variable: VOLATILITAS
96
3) Ketika terjadi peningkatan 1% nilai inflasi dan variabel
independen lainnya tetap maka volatilitas harga saham akan
meningkat sebesar 2,267 %.
4) Ketika terjadi peningkatan 1% nilai DPR (Dividend Payout Ratio)
dan variabel independen lainnya tetap maka volatilitas harga
saham akan menurun sebesar 0,093 %.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar,
inflasi, dividend yield, dan dividend payout ratio terhadap volatilitas harga
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010 – 2014.
Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda secara parsial
menggunakan Uji t, menunjukkan bahwa :
a) Nilai tukar berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
volatilitas harga saham
b) Inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap volatilitas
harga saham
c) Dividend Yield tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas
harga saham.
d) Dividend Payout Ratio berpengaruh secara negatif signifikan
terhadap volatilitas harga saham
2. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda secara simultan
menggunakan uji F, menunjukkan bahwa nilai tukar, inflasi, dividend
yield dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap volatilitas harga saham.
98
3. Variabel Independen dalam penelitian ini yang paling berpengaruh
terhadap volatilitas harga saham yaitu inflasi karena memiliki nilai
beta terbesar dalam uji t dan berpengaruh secara positif signifikan.
4. Hasil nilai Asjusted R Square yang diperoleh dari uji koefisien
determinasi (R2) yaitu sebesar 0,269. Hal ini menunjukkan bahwa
26,9%, variabel volatilitas harga saham dapat dijelaskan oleh variabel
nilai tukar, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio.
Sedangkan sisanya sebesar 73,1 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak terdapat pada model penelitian.
B. Saran
Penelitian yang dilakukan memiliki banyak keterbatasan,
mengingat hasil beserta penelitian ini memiliki kelemahan dan kekurangan
baik secara teknis maupun teoritis yang perlu diperbaiki untuk penelitian
yang akan dilakukan berikutnya. Beberapa saran yang dapat menjadi
masukan yang berguna untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh volatilitas
saham berjumlah empat variabel yang terdiri dari dua variabel
makroekonomi (nilai tukar dan inflasi) dan dua variabel
mikroekonomi (dividend yield dan dividend payout ratio) sehingga
adanya keterbatasan informasi dan hasil penelitian. Oleh karena itu,
99
untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah
variabel makroekonomi dan variabel mikroekonomi yang lebih
beragam serta berpengaruh terhadap volatilitas harga saham yang
tidak terdapat pada penelitian ini, sehingga akan memperoleh hasil
dan gambaran yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode-metode lain yang
lebih baik dari metode analisis variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini
3. Periode pengamatan penelitian yang digunakan relatif pendek yaitu
dari tahun 2010 – 2014. Maka, disarankan untuk menambah rentang
periode penelitian sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat dan
representative.
4. Adanya hasil penelitian tidak signifikan yang mungkin disebabkan
jumlah sampel yang relatif sedikit. Maka, disarankan untuk
menambah jumlah sampel penelitian untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
100
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad Zuhdi. 2012. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai
Kurs Dollar (USD/IDR) dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2011. Jurnal Skripsi. Fakultas Ekonomi Bisnis
Universitas Brawijaya.
Anton. 2006. Analisis Model Volatilitas Return Saham”. Tesis. Universitas
Dipenegoro.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bima Aksara.
Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A. J. 2006. Investmen (Investasi). Edisi 6.
Jakarta : Salemba Empat.
Brigham dan Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid I. Jakarta :
Salemba Empat.
Case and Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi Delapan, PT. Erlangga.
Jakarta.
Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan
Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat.
Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard Starz. 2008. Makro Ekonomi. Jakarta :
Media Global Edukasi.
Dritsaki, Melina dan Chaido Dritsaki. 2003. Macroeconomic Determinants of
Stock Price Movement : An Empirical Investigation of the Greek Stock
Market. University of Macedonia.
Fajrihan, Julfi. 2010. “Dampak Kebijakan Deviden terhadap Volatilitas Harga
Saham Perusahaan LQ45 di BEI”. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Fauziah, Naimatul. 2013. Analisis Pengaruh Volume Perdagangan, Inflasi,
Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio Terhadap Volatilitas Harga
Saham Perusahaan yang terdaftar di LQ45. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatulah. Jakarta.
101
Firmansyah. 2006. Analisis Volatilitas Harga Kopi Internasional. Jakarta :
Usahawan.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19.
Semarang : Universitas Dipenegoro.
Hamid, Abdul. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Cetak 1. FEIS UIN Press.
Jakarta.
Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Hashemijoo, Muhammad, Aref M. A, dan Nejat Y. 2012. The Impact of Dividend
Policy on Share Price Volatility in the Malaysian Stock Market. Journal of
Business Studies Quartely. 4, (1), 111-129.
Hermuningsih, Sri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan Volume 4 Nomor 2.
Hugida, Lydianita. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Volatilitas
Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45
periode 2006-2009). Jurnal. Universitas Dipenegoro.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
kedua. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
Husnan, Suad. 2004. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
ketiga. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
Jones, Charles P. 2004. “Investment”, New York : Prentice-Hall.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. STIE Musi
Palembang. Jurnal Economia Volume VIII Nomor 1.
Khurniaji, Andreas Widhi. 2013. Hubungan Kebijakan Dividen (Dividen Payout
dan Dividend Yield) Terhadap Volatilitas Harga Saham di Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Skripsi FEB
Universitas Diponegoro. Semarang.
102
Kurniawati, Indriyani. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah, Suku Bunga
SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap Jakarta Islamic Index periode 2007-
2013 (Analisis Model Arch-Garch). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ketiga, Salemba
Empat, Edisi Indonesia. Erlangga : Jakarta.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang
Komptitif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nishat, M dan Irfan, C. M. 2008. Dividend Policy and Stock Price Volatility in
Pakistan. The Pakistan Development Review. Vol 4 No. 1, pp 61-83.
Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
Nova, H. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Arus Kas, Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. USU institutional Repository.
Putri, Novita Nurrahmi Pratami. 2014. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
volatilitas indeks saham syariah periode 2007-2012 (Studi Kasus : Jakarta
Islamic Index (JII) dan Kuala Lumpur Syariah Indeks (KLSI)). UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta :
Zikrul Hakim.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Rusdin. 2008. Pasar Modal : Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik.
Bandung : Alfabeta.
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2001. Ilmu Makro Ekonomi.
Jakarta : PT. Media Edukasi.
Schwert, G. William. 1989. Why Does Stock Market Volatility Change Over
Time?. The Journal of Finance. Vol. XLIV, No. 5.
103
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business, Salemba Empat, Jakarta.
Stice, Earl K, et al. 2004. Accounting Interediate. Edisi 15. Jakarta : Salemba
Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk ekonomi dan keuangan modern.
Jakarta : Salemba Empat.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.
Surbakti, Nugraha. 2013. Analisis Pengaruh Dividend Policy terhadap Share
Price Volatiliy (Studi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Skripsi. Universitas Indonesia.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi
Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia. 2011.
Laporan Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian
Dunia. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Tahun 2011.
Yogaswari, D.D., Nugroho, A.B, dan Astuti, N.C. 2012. The Effect of
Macroeconomic Variables on Stock Price Volatility : Evidence from
Jakarta Composite Index, Agriculture, and Basic Industry Sector.
International Proceedings of Economics Development Research, vol. 44,
no. 18, pp. 96-100
Zan, Song, Chiou Wei . 2003. The Macroeconomic Deerminants of Stock Price
Volatility : Evidence From Taiwan, South Korea, Singapore, and Hong
Kong. Department of Managerial Economics and Institute of Economics
Nan-Hua University.
www.idx.com
www.bi.go.id
www.finance.yahoo.com
www.wikipedia.org
104
LAMPIRAN - LAMPIRAN
105
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Sampel
Lampiran 2 : Data Penelitian periode 2010 – 2014
Perusahaan Tahun KURS INFLASI DY DPR VOLATILITAS
AALI 2010 9086.85 0.0513 0.0317 0.6481 0.1518
2011 8775.93 0.0538 0.0459 0.6514 0.1353
2012 9384.24 0.0428 0.0348 0.4475 0.1431
2013 10475.76 0.0696 0.0205 0.4502 0.1659
2014 11861.17 0.0642 0.0295 0.4503 0.135
ASII 2010 9086.85 0.0513 0.0293 0.4508 0.1507
2011 8775.93 0.0538 0.0268 0.4507 0.1457
2012 9384.24 0.0428 0.0284 0.4500 0.2425
2013 10475.76 0.0696 0.0318 0.4500 0.1411
2014 11861.17 0.0642 0.0291 0.4557 0.1034
ASRI 2010 9086.85 0.0513 0.0137 0.2478 0.2407
2011 8775.93 0.0538 0.0133 0.1820 0.2108
2012 9384.24 0.0428 0.0243 0.2386 0.1694
2013 10475.76 0.0696 0.0163 0.1569 0.2874
2014 11861.17 0.0642 0.0125 0.1253 0.1805
INTP 2010 9086.85 0.0513 0.0141 0.2568 0.1519
2011 8775.93 0.0538 0.0172 0.2999 0.1763
2012 9384.24 0.0428 0.0200 0.3480 0.1067
2013 10475.76 0.0696 0.0450 0.6613 0.1436
No KODE NAMA PERUSAHAAN
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.
2 ASII PT Astra Internasional Tbk.
3 ASRI PT Alam Sutera Realty Tbk.
4 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
5 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
6 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
7 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.
8 LSIP PT PP London Sumatra Tbk.
9 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
10 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
11 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
12 UNTR PT United Tractors Tbk.
13 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
106
2014 11861.17 0.0642 0.0540 0.9429 0.1279
ITMG 2010 9086.85 0.0513 0.0237 0.7351 0.1551
2011 8775.93 0.0538 0.0951 0.8718 0.1774
2012 9384.24 0.0428 0.0753 0.8781 0.1249
2013 10475.76 0.0696 0.0698 0.9066 0.1799
2014 11861.17 0.0642 0.1135 0.8173 0.1687
KLBF 2010 9086.85 0.0513 0.0215 0.5109 0.2001
2011 8775.93 0.0538 0.0279 0.6013 0.1569
2012 9384.24 0.0428 0.0179 0.5135 0.2034
2013 10475.76 0.0696 0.0136 0.4146 0.1681
2014 11861.17 0.0642 0.0104 0.4318 0.0801
LPKR 2010 9086.85 0.0513 0.0106 0.2380 0.2132
2011 8775.93 0.0538 0.0118 0.2468 0.2115
2012 9384.24 0.0428 0.0119 0.2549 0.1291
2013 10475.76 0.0696 0.0154 0.2605 0.2467
2014 11861.17 0.0642 0.0164 0.1491 0.1704
LSIP 2010 9086.85 0.0513 0.0047 0.4040 0.1565
2011 8775.93 0.0538 0.0444 0.4016 0.259
2012 9384.24 0.0428 0.0287 0.4024 0.1694
2013 10475.76 0.0696 0.0238 0.4071 0.2405
2014 11861.17 0.0642 0.0280 0.3955 0.154
PTBA 2010 9086.85 0.0513 0.0228 0.5999 0.1386
2011 8775.93 0.0538 0.0463 0.6001 0.1546
2012 9384.24 0.0428 0.0477 0.5711 0.1439
2013 10475.76 0.0696 0.0454 0.5632 0.1678
2014 11861.17 0.0642 0.0268 0.3614 0.1344
SMGR 2010 9086.85 0.0513 0.0324 0.4996 0.1069
2011 8775.93 0.0538 0.0289 0.4998 0.145
2012 9384.24 0.0428 0.0232 0.4501 0.1411
2013 10475.76 0.0696 0.0288 0.4502 0.1604
2014 11861.17 0.0642 0.0232 0.4001 0.1128
TLKM 2010 9086.85 0.0513 0.0406 0.5500 0.1084
2011 8775.93 0.0538 0.0526 0.6630 0.0996
2012 9384.24 0.0428 0.0482 0.6518 0.1081
2013 10475.76 0.0696 0.0476 0.6946 0.2557
2014 11861.17 0.0642 0.0312 0.5971 0.097
UNTR 2010 9086.85 0.0513 0.0181 0.3694 0.153
2011 8775.93 0.0538 0.0241 0.3832 0.1788
2012 9384.24 0.0428 0.0315 0.4003 0.1662
107
2013 10475.76 0.0696 0.0271 0.3974 0.1506
2014 11861.17 0.0642 0.0427 0.5139 0.1134
UNVR 2010 9086.85 0.0513 0.0242 0.8986 0.1544
2011 8775.93 0.0538 0.0316 1.0879 0.1163
2012 9384.24 0.0428 0.0286 0.9401 0.1428
2013 10475.76 0.0696 0.0255 0.9472 0.1678
2014 11861.17 0.0642 0.0233 1 0.0775
(Sumber : Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, data diolah)
*Keterangan, KURS : Nilai Tukar
DY : Dividend Yield
DPR : Dividend Payout Ratio
Lampiran 3 : Variabel Entered/Removed
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 DPR, KURS, DY, INFLASI
a
. Enter
a. All requested variables entered.
Lampiran 4 : Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .561a .315 .269 .0379486 1.891
a. Predictors: (Constant), DPR, KURS, DY, INFLASI
b. Dependent Variable: VOLATILITAS
108
Lampiran 5 : ANOVA
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .040 4 .010 6.884 .000a
Residual .086 60 .001
Total .126 64
a. Predictors: (Constant), DPR, KURS, DY, INFLASI
b. Dependent Variable: VOLATILITAS
Lampiran 6 : Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .281 .043 6.528 .000
KURS -2.160E-5 .000 -.553 -3.742 .000 .522 1.914
INFLASI 2.267 .683 .490 3.319 .002 .525 1.906
DY .400 .309 .173 1.296 .200 .644 1.553
DPR -.093 .026 -.475 -3.570 .001 .646 1.548
a. Dependent Variable: VOLATILITAS
109
Lampiran 7 : Normal P-Plot
Lampiran 8 : Scatterplot
110
Lampiran 9 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 10 : Coefficients (Uji Glejser)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 65
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .03674362
Most Extreme Differences Absolute .102
Positive .102
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .822
Asymp. Sig. (2-tailed) .508
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .042 .026 1.603 .114
KURS -3.738E-6 .000 -.189 -1.076 .286
INFLASI .516 .411 .220 1.257 .214
DY .032 .186 .027 .171 .865
DPR -.011 .016 -.112 -.712 .479
a. Dependent Variable: RES2