PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

14
PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM TERHADAP PEMILIHAN PULAU LOMBOK SEBAGAI PREFERENSI DESTINASI WISATA HALAL (STUDI PADA MAHASISWA S1 EKONOMI ISLAM ATAU SYARIAH) JURNAL ILMIAH Disusun oleh: Annisa Salsabila 145020501111022 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Transcript of PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Page 1: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS

WISATAWAN MUSLIM TERHADAP PEMILIHAN

PULAU LOMBOK SEBAGAI PREFERENSI

DESTINASI WISATA HALAL

(STUDI PADA MAHASISWA S1 EKONOMI ISLAM

ATAU SYARIAH)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

Annisa Salsabila

145020501111022

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul:

PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM

TERHADAP PEMILIHAN PULAU LOMBOK

SEBAGAI PREFERENSI DESTINASI WISATA HALAL

(STUDI PADA MAHASISWA S1 EKONOMI ISLAM ATAU SYARIAH)

Yang disusun oleh:

Nama : Annisa Salsabila

NIM : 145020501111022

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 02 Juli 2018.

Malang, 02 Juli 2018.

Dosen Pembimbing,

Dr. Nurul Badriyah, SE., ME.

NIP. 197403022005012001

Page 3: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM

TERHADAP PEMILIHAN PULAU LOMBOK

SEBAGAI PREFERENSI DESTINASI WISATA HALAL

(STUDI PADA MAHASISWA S1 EKONOMI ISLAM ATAU SYARIAH) Annisa Salsabila, Nurul Badriyah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi religiusitas wisatawan Muslim (kebutuhan fisiologis secara Islami, kebutuhan keamanan secara Islami, kebutuhan

penghargaan secara Islami) terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi

wisata halal. Analisis kuantitatif dengan metode logistic regression digunakan dalam mengolah

data berupa kuisioner yang diberikan ke 70 responden mahasiswa S1 Ekonomi Islam atau Syariah di Indonesia. Ditemukan bahwa kebutuhan fisiologis secara Islami, dan kebutuhan keamanan

secara Islami berpengaruh terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata

halal. Sedangkan kebutuhan penghargaan secara Islami tidak berpengaruh terhadap pemilihan

Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata halal.

Kata kunci: motivasi religiusitas, wisatawan Muslim, Pulau Lombok, destinasi wisata halal.

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan beriklim tropis yang terletak di sepanjang

garis Khatulistiwa. Kekayaan alam dan budaya yang disuguhkan menjadi daya tarik tersendiri bagi

turis untuk mengenal Indonesia lebih jauh, sehingga diharapkan negara dengan julukan Zamrud Khatulistiwa ini menjadi primadona destinasi wisata bagi turis. Berikut adalah tabel 1.1 yang

menyajikan keempat kunci indikator perjalanan dan pariwisata Indonesia tahun 2007 hingga 2015:

Tabel 1.1: Kunci Indikator Perjalanan dan Pariwisata Indonesia 2009-2015

Tahun

Indikator Perjalanan dan Pariwisata

Kedatangan

Turis Asing

Penerimaan

Devisa

Presentase Industri

Perjalanan dan Pariwisata

terhadap GDP

Presentase Industri Perjalanan

dan Pariwisata terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja

2015 10.406.759 US$ 10.761 juta US$ 28.208,9 juta (3,3%) 3.468.440 perkerjaan (2,9%)

2013 8.802.000 US$ 9.119 juta US$ 27.060,0 juta (3,1%) 3.042.000 pekerjaan (2,7%)

2011 7.649.700 US$ 7.997,2 juta US$ 27.028,0 juta (3,1%) 3.048.600 pekerjaan (2,7%)

2009 6.323.700 US$ 6.318,0 juta US$ 14.752,0 juta (2,2%) 1.952.000 pekerjaan (1,8%)

2007 5.506.000 US$ 5.346,0 juta US$ 11.059,0 juta (2,3%) 1.926.000 pekerjaan (1,9%)

Sumber: World Economic Forum, 2017, 2015, 2013, 2011, 2009, data diolah.

Dalam kolom Indikator Perjalanan dan Wisata, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata

memegang peranan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Melihat dari data tersebut, membuktikan bahwa bukanlah hal yang mustahil jika kedepannya sektor pariwisata dapat menyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.

Seorang konsumen yang melakukan perjalanan tentunya memiliki berbagai motif, seperti

kepentingan sosial, ekonomi, agama, budaya, politik, maupun kesehatan. Motivasi ini muncul

karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Motivasi turis merupakan salah satu bangunan penting dan komponen kunci dari kesuksesan destinasi wisata.

(Bosque et al., 2009 dalam Rahman, 2017:56).

Agama merupakan elemen dasar yang mempengaruhi aspek-aspek kehidupan dan perilaku

seseorang (Bailey and Sood, 1993; Choi, 2010; Page et al., 2009; Walter, 2002; Yeung et al., 2009 dalam Shakona et al., 2015:22). Pernyataan tersebut diperkuat oleh penulis lainnya, bahwa setiap

agama memiliki tata aturan tersendiri, dan aturan dalam agama tersebut menjadi salah satu hal

yang mempengaruhi perilaku konsumen di Indonesia (Sumarwan, 2014:200-201). Penelitian

Page 4: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

sebelumnya menemukan bahwa tidak hanya kepercayaan agama saja, namun religiusitas dapat secara internal mempengaruhi seseorang dalam menentukan apakah dia termasuk pada kelompok

agama tertentu atau mengikuti aturan khusus di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam

perilaku perjalanan dan pariwisata (Cukur et al, 2004 dalam Shakona et al,2015:22).

Dalam agama Islam terdapat perintah pada Al-Qur’an Surat Ali Imran:97 untuk melaksanakan ibadah haji ke Kota Makkah bagi kaum Muslim yang mampu. Dari contoh perjalanan religi

tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi religiusitas dapat mempengaruhi perilaku konsumen

dalam memilih perjalanan dan pariwisata. Makna religiusitas digambarkan dalam beberapa aspek

yang harus dipenuhi sebagai petunjuk mengenai bagaimana cara menjalankan hidup dengan benar agar manusia dapat mencapai kebahagiaan, baik di dunia dan akhirat (Karim, 2011:1-2).

Dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) pada tahun 2018, Indonesia mampu menduduki

peringkat kedua sebagai Top Organisation of Islamic Cooperation (OIC) Destinations dari 130

negara. Aceh, Padang, dan Lombok merupakan contoh wilayah destinasi wisata di Indonesia yang telah menerapkan prinsip-prinsip syariah di beberapa aspek kehidupan, salah satunya pada sektor

pariwisata. Dari ketiga wilayah tersebut, baru Pulau Lombok saja yang secara resmi telah menjadi

destinasi wisata halal, dikarenakan pemerintah setempat telah mengeluarkan Peraturan Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 yang mengatur pariwisata halal. Peraturan ini dibuat dengan maksud memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada wisatawan agar

dapat menikmati kunjungan wisata dengan aman, halal, dan juga dapat memperoleh kemudahan

bagi wisatawan dan pengelola dalam kegiatan kepariwisataan. Disebutkan usaha pariwisata halal

merupakan konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah ke dalam kegiatan pariwisata dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan ketentuan syariah.

Sesuai dengan peraturan daerah tersebut, Pulau Lombok harus menerapkan prinsip pariwisata

yang mengacu pada hukum Islam. Dalam hal destinasi wisata, harus dibangun fasilitas umum

berupa tempat dan perlengkapan ibadah wisatawan Muslim, serta fasilitas bersuci yang memenuhi standar syariah yaitu dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal industri pariwisata,

maka hotel wajib menyediakan arah kiblat di kamar hotel, dan informasi masjid terdekat. Selain

itu pengelolaan industri pariwisata halal seperti akomodasi, biro perjalanan, restoran, dan spa harus

mengikuti ketentuan yang di tetapkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Dengan diterbitkannya peraturan daerah tersebut, dapat diindikasikan bahwa pemerintah NTB

khususnya Pulau Lombok gencar membangun daerahnya menjadi destinasi wisata halal terkemuka

dan menarik wisatawan untuk datang. Dalam tabel 1.2, akan disajikan data statistik jumlah

wisatawan mancanegara dan lokal yang berkunjung ke Provinsi NTB tahun 2009-2016: Tabel 1.2: Kunjungan Wisatawan ke Provinsi NTB Tahun 2008-2016

Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Lokal Jumlah

2009 232.525 386.845 619.370

2010 282.161 443.227 725.388

2011 364.196 522.684 886.880

2012 471.706 691.436 1.163.142

2013 565.944 791.658 1.357.602

2014 752.306 876.816 1.629.122

2015 1.061.292 1.149.235 2.210.527

2016 1.404.328 1.690.109 3.094.437

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2018.

Dari tabel 1.2, terlihat kunjungan wisatawan ke NTB mengalami peningkatan hampir 5 kali

lipat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Pulau Lombok juga telah menjadi salah satu destinasi

wisata yang diakui secara internasional. Dilansir dari website Tempo.Co, Pulau Lombok berhasil memenangkan 3 kategori yang dilombakan dalam World Halal Tourism Award (WHTA) 2015,

berupa World’s Best Halal Tourism Destinasion, World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan

World’s Best Family Friendly Hotel. Kemudian dilansir dari website CNN Indonesia, dalam

WHTA 2016, Pulau Lombok berhasil memenangkan 3 kategori berupa World's Best Halal Beach Resort, World's Best Halal Tourism Website, dan World's Best Halal Honeymoon Destination.

Sesuai dengan asumsi rasionalitas, yaitu anggapan bahwa manusia berperilaku secara rasional

(masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang akan menjadikan mereka lebih buruk (Miller dalam Karim 2014:51), maka seorang Muslim sepatutnya menyadari bahwa

mereka diwajibkan untuk selalu mengkonsumsi barang dan jasa yang halal sesuai dengan

ketetapan hukum syariah. Batasan konsumsi dalam syariah tidak hanya berlaku pada makanan dan

Page 5: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

minuman, tetapi juga mencakup komoditas lain, seperti perjalanan wisata. Sudah seharusnya pilihan yang sesuai dengan asumsi rasionalitas ini berlaku pada pemilihan destinasi wisata halal.

Motivasi turis mengenai pemilihan destinasi dapat membantu turis menentukan tujuan akhir

perjalanan (Bosque et al, 2009 dalam Rahman, 2017:56). Motivasi dimulai dengan timbulnya

rangsangan yang memacu pengenalan kebutuhan (Mowen, 2002:212). Sebagian besar pembahasan tentang motivasi berfokus pada teori-teori tertentu yang sudah dikenal baik, salah satunya Hierarki

Kebutuhan Maslow. Namun terdapat beberapa studi yang mengkritik teori ini. Mereka mengatakan

bahwa hierarki kebutuhan Maslow tidak relevan dengan fenomena yang sedang terjadi, karena

teori tersebut berbentuk tingkatan kebutuhan dan mengikuti budaya barat. Kritikan yang paling disorot adalah tidak dicantumkannya nilai agama sebagai salah satu motivasi yang mendasari pola

konsumsi manusia, padahal dari fenomena yang ada diketahui bahwa agama memegang pengaruh

besar dalam membentuk pola konsumsi manusia dikarenakan aturan-aturan di dalamnya.

Seorang paderi Kristiani bernama Andrew Pfeifer mengatakan bahwa dalam teori tanpa tuhan seperti milik Maslow, maka manusia akan berada dalam kekacauan dan tanpa harapan (Pfeifer,

1998:272). Dari hasil kritikan tersebut ia menciptakan sebuah teori motivasi baru bernama

Hierarki Kebutuhan Transenden yang terdiri atas 6 kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis,

kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, dan kebutuhan estetika. Keenam kebutuhan tersebut saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain

serta bergantung dan terintegrasi pada Tuhan. Hal inilah yang menjadi perbedaan besar antara

Hierarki Kebutuhan Transenden dengan Hierarki Kebutuhan Maslow. Sehingga teori ini dapat

dikaitkan dengan pola konsumsi seorang Muslim, dimana setiap Muslim percaya bahwa Allah memainkan peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Dari adanya perbedaan antar teori serta perbedaan teori ekonomi dengan fenomena yang

terjadi, menjadikan alasan perlu diadakannya penelitan lanjut mengenai pengaplikasian teori

motivasi religiusitas wisatawan Muslim terhadap preferensi pemilihan destinasi wisata halal. Motivasi religiusitas dicerminkan dalam 3 dari 6 bentuk kebutuhan dari Hierarki Kebutuhan

Transenden. Sedangkan, destinasi wisata halal yang dimaksud adalah Pulau Lombok. Oleh karena

itu, judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Motivasi Religiusitas Wisatawan Muslim terhadap

Pemilihan Pulau Lombok sebagai Preferensi Destinasi Wisata Halal (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Ekonomi Islam atau Syariah)”. Dari hasil penelitan inilah dapat diketahui apakah fenomena

yang terjadi di lapangan sesuai dengan konsep Ekonomi Islam, khususnya mengenai pola

konsumsi wisatawan Muslim dalam mempertimbangkan religiusitas sebagai salah satu faktor

dalam memilih destinasi wisata halal.

B. KERANGKA TEORITIS

Perjalanan dan Pariwisata dalam Islam

Terdapat 2 jenis pariwisata halal yang dilakukan oleh seorang Muslim. Pertama, pariwisata religius yang dominan mengacu pada kegiatan wisata haji, dimana setiap Muslim diharapkan

untuk terlibat, khususnya untuk mengunjungi Kota Suci Mekah (yang terletak di Saudi Arabia)

untuk melakukan haji (Eid, 2013:250). Jenis wisata Islam yang kedua adalah mendorong umat

Islam untuk mempraktekkan ajaran Islam, sosial, dan budaya, serta mendapatkan pengetahuan, bergaul dengan orang lain, dan menghargai ciptaan Tuhan (Timothy dan Olsen, 2006 dalam

Shafaei dan Badaruddin, 2014:56). Dalam agama Islam, aktivitas perjalanan yang dilakukan sesuai

dengan aturan agama dapat disebut dengan Islamic tourism atau halal tourism. Zamani-Farhani

dan Henderson (2010 dalam Shafaei dan Badaruddin, 2014:56) mengartikan halal tourism atau pariwisata halal sebagai preferensi umat Islam untuk tetap berada dalam budaya yang akrab, yaitu

pariwisata yang berakar pada syariah berupa moral dan hukum agama Islam. Syariah merupakan

hukum agama Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist untuk menetapkan peraturan hidup

manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan alam sekitar. Praktek dari ajaran Islam dalam hal pariwisata dapat berupa melarang perzinaan, perjudian,

konsumsi daging babi dan makanan haram lainnya, penjualan minuman keras, berbagi kamar

dengan pasangan yang belum menikah, dan berbuka puasa di siang hari selama Bulan Ramadhan. Atribut Islami yang mendukung penerapan ajaran Islam juga diperlukan seperti fasilitas shalat

yang bersih, nyaman, tersebar di beberapa tempat; hotel/tempat penginapan yang dilengkapi

dengan Al-Qur’an dan sajadah; restoran yang menyediakan makanan halal tanpa daging babi serta

minuman beralkohol; tempat hiburan tanpa perjudian; norma berpakaian yang pantas di tempat-tempat keagamaan; panggilan adzan untuk shalat; dan akses untuk budaya Islam. Tujuan dari

adanya pariwisata syariah adalah untuk menghidupkan kembali budaya Islami, menyebarkan nilai-

Page 6: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

nilai Islam dan memperkuat kepercayaan diri, identitas dan agama dari seorang Muslim (Al-Hamarneh dan Steiner, 2004 dalam Shafei dan Mohamed, 2015:63).

Dalam Al-Qur’an terdapat 11 ayat yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan ke

tempat yang kaya akan pertunjukan religius dan lingkungan yang menenangkan pikiran

sebagaimana yang ditetapkan dalam Q.S: Ali Imran:137, Q.S: Al-An’am:11, Q.S: Yusuf:109, Q.S: An-Nahl:36, Q.S: Al-Hajj:46, Q.S: An-Naml:69, Q.S: Al-Ankabut:20, Q.S: Ar-Ruum:9 dan 42,

Q.S: Al-Fathir:44, Q.S: Muhammad:10 (Rahman, Suhaiza, dan Ghazali, 2015:53). Ayat-ayat

tersebut menyuruh manusia untuk melakukan perjalanan ke beberapa tempat berbeda di bumi

untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dengan maksud mengetahui konsekuensi terhadap kesalahan atas perbuatan, niatan, dan perilaku yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.

Motivasi Konsumen dalam Kehidupan Seorang Muslim

Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Sumarwan, 2014:23), motivasi dapat dideskripsikan sebagai kekuatan pendorong dari dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu

tindakan, kekuatan pendorong ini berasal dari tekanan yang muncul karena kebutuhan yang belum

terpenuhi. Kekuatan pendorong atau rangsangan ini bisa berasal dari dalam diri konsumen,

perasaan lapar dan keinginan untuk mengubah suasana adalah contoh rangsangan internal yang dapat menimbulkan pengenalan kebutuhan makan dan berpergian (Mowen, 2002:206). Oleh

karena itu, seseorang akan melakukan tindakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

Begitu pula dengan kebutuhan akan pariwisata. Motivasi merupakan faktor penting yang

mempengaruhi turis dalam menentukan pilihan (Battour et al., 2012 dalam Nassar et al, 2015:37). Dr. Abraham Maslow memperkenalkan teori kebutuhan berjenjang yang dikenal dengan Teori

Maslow atau Hierarki Kebutuhan Manusia (Maslow’s Hierarchy of Needs). Maslow

mengemukakan 5 tingkatan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa

aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri. Menurut teori ini, manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan

yang lebih tinggi. Berikut Gambar 2.1 disajikan Hierarki Kebutuhan Maslow:

Gambar 2.1: Hierarki Kebutuhan Maslow

Sumber: Sumarwan, 2014:27.

Meski Hierarki Kebutuhan Maslow merupakan teori yang dikenal baik dalam pembahasan

tentang motivasi, namun banyak hasil riset yang menunjukkan hal sebaliknya. Teori ini dikritik

sebagai hal yang tidak dapat diuji dengan bukti empiris yang tidak mencukupi (Dye et al, 2005 dalam Rahman, 2015:55). Dalam tata kehidupan, manusia sering memperoleh setiap kebutuhannya

bukan secara bertahap seperti yang dikemukakan Maslow, terkadang kebutuhan diperoleh dengan

melompat. Kebutuhan manusia menurut teori ini adalah berjenjang/hierarkis, tetapi kenyatannya

konsumen menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya (Setiadi, 2003:46). Rangkaian siklus ini sangat

berbeda dibandingkan dengan hierarki, karena tidak memiliki tingkatan atau kasta. Orang yang

sudah menikmati keamanan fisik yang paling mantap sekalipun, tetap perlu makan, pakaian, perumahan, tetap perlu diakui keberadaannya, tetap ingin berkembang dan diakui (Faustion C,G.

dalam Adam, 2015:6). Secara khusus, hierarki Maslow telah dikritik untuk tidak bersifat hierarki

karena remaja lebih memfokuskan diri pada kebutuhan aktualisasi diri daripada orang dewasa

yang sudah “matang” (Mowen, 2002:213). Penemuan ini sangatlah tidak konsisten dengan konsep aktualisasi diri Maslow sebagai kebutuhan manusia yang paling terakhir untuk direalisasikan.

Kebutuhan Sosial (Berteman & Rasa Memiliki)

Kebutuhan Rasa Aman & Keamanan

(Perlindungan & Peraturan)

Kebutuhan Fisiologis

(Makanan, Air, Udara)

Kebutuhan Penghargaan

(Status & Harga Diri)

Aktualisasi Diri

Page 7: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Kelemahan besar teori ini adalah Maslow tidak meletakkan nilai keagamaan sebagai salah satu motivasi kepada tingkah laku manusia (Talib, 2013:6). Michael R. Solomon (2013:153)

mengatakan bahwa Hierarki Kebutuhan Maslow bersifat kultural mengikuti budaya barat dan

orang-orang dengan budaya lain mungkin mempertanyakan urutan tingkatan yang telah

ditentukan. Seorang religius tidak akan selalu setuju bahwa kebutuhan fisiologis harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum pemenuhan diri. Pendapat ini dapat dicontohkan dengan seorang Muslim

yang sedang puasa. Individu tersebut akan secara sadar meninggalkan makanan, minuman, dan

seks sejak terbit hingga tenggelamnya matahari. Namun bukan berarti ia tidak dapat melakukan

aktivitas lain seperti bersosialisasi dan bekerja. Tingkah laku semacam ini jelas berlawanan dengan teori Maslow yang mengatakan bahwa manusia akan memenuhi kebutuhannya secara berjenjang

dimulai dari kebutuhan yang paling bawah yaitu kebutuhan fisiologis dan dilanjutkan ke

kebutuhan selanjutnya. Seseorang yang sedang berpuasa tidak akan memenuhi kebutuhan

fisiologisnya terlebih dahulu, namun ia akan memenuhi kebutuhan di atas kebutuhan fisiologis. Andrew A. Pfeifer, seorang paderi Kristen dalam jurnalnya yang berjudul Abraham Maslow’s

Hierarchy of Needs: A Christian Prespective mengatakan bahwa ia percaya dalam teori tanpa

Tuhan seperti milik Maslow, maka manusia akan berada dalam kekacauan dan tanpa harapan

(1998:272). Oleh karena itu, ia memperkenalkan teori kebutuhan manusia dengan memasukkan nilai ketuhanan di dalamnya yang kemudian diberi nama Hierarki Kebutuhan Transenden. Gambar

2.2 menyajikan Hierarki Kebutuhan Transenden:

Gambar 2.2: Hierarki Kebutuhan Transenden

Sumber: Talib (2013:8).

Berdasarkan penjelasanan Pfeifer, terdapat 2 hal yang harus digarisbawahi. Pertama, garis

putus-putus yang membagi setiap kebutuhan menyatakan bagaimana kesemua kebutuhan ini saling

berkaitan dan berhubungan antara satu sama lain serta bagaimana semua bergantung dan terintegrasi pada Tuhan. Dalam Islam, setiap Muslim percaya bahwa Allah memainkan peranan

yang penting dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang

Muslim memasukkan nilai-nilai agama di setiap aspek kehidupannya agar dapat tercapainya

tingkat kepuasan tertinggi. Kedua, tanda anak panah yang mengarah ke atas dan ke bawah dalam setiap jenis kebutuhan menandakan pergeseran atau perubahan kepentingan di setiap kebutuhan

sepanjang hidup seseorang. Contohnya adalah seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya

demi melahirkan seorang bayi akan menempatkan kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki

lebih besar dibandingkan kebutuhan akan keamanan dirinya sendiri. Seorang Muslim dirasa dapat menggunakan teori hierarki kebutuhan transenden karena

terdapat nilai ketuhanan di dalamnya. Bedanya adalah, pada teori asal, Andrew menggunakan

Yesus sebagai Tuhan yang harus disembah. Tetapi jika diaplikasikan dengan mengikuti pandangan

Islam, maka Tuhan dalam hierarki ini dapat diubah kepada Allah SWT. Selain itu, nilai keagamaan juga disesuaikan dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadist. Hierarki Transenden ini didukung

dengan penelitian oleh Fetzer dalam laporan penelitian berjudul Multidimensional Measurement of

Religiousness, Spirituality for Use in Health Research yang menjelaskan mengenai 12 dimensi religiusitas (Fetzer, 1999:4), salah satunya daily spiritual experiences yaitu merupakan presepsi

individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan dengan transenden (Tuhan, yang Ilahi) dalam

kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut.

Kerangka Pikir

Berikut adalah kerangka pikir dari penelitian ini:

True Transcendence

God

Page 8: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena bertujuan untuk meneliti pengaruh

motivasi religiusitas wisatawan Muslim (kebutuhan fisiologis secara Islami, kebutuhan keamanan secara Islami, dan kebutuhan penghargaan secara Islami) terhadap pemilihan Pulau Lombok

sebagai preferensi destinasi wisata halal.

Objek Penelitian Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian ialah Universitas di Indonesia yang memiliki

fakultas/jurusan/program studi Ekonomi Islam atau Syariah. Peneliti menggunakan purposive

sampling, dengan sampel penelitian adalah mahasiswa S1 Ekonomi Islam dikarenakan mereka

lebih memahami pola perilaku kegiatan konsumsi yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam, dan pernah berwisata ke Pulau Lombok dalam kurun waktu 2015-2018, karena pada tahun 2015 Pulau

Lombok telah mengantongi gelar sebagai World’s Best Halal Destination. Teknik Roscoe

digunakan untuk mengukur jumlah sampel, yaitu sebanyak 70 responden.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan adalah data yang diambil secara langsung

melalui alat bantu kuisioner. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

melalui kuisioner tertutup, dimana responden diminta untuk menanggapi pernyataan dengan

memilih sejumlah alternatif jawaban yang telah disediakan.

Definisi Operasional

Berikut adalah tabel 3.1 berisikan definisi operasional dalam penelitian ini:

Tabel 3.1: Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Sumber Indikator Skala

Kebutuhan

Fisiologis secara

Islami (X1)

Kebutuhan dasar manusia

untuk bertahan hidup yang telah diatur sesuai dengan

Al-Qur'an dan Hadist.

Battour dan Ismail (2015:3),

Nassar et al. (2015:42), Rahman et al. (2017:57)

(2014:67), Shafaei dan

Mohamed (2015:63),

Shakona et al. (2015:26), Sriprasert (2014:218-219).

Kebutuhan akan

makanan dan minuman

halal.Kebutuhan

akan hotel syariah.

Kebutuhan akan tempat peribadatan

Rasio

Kebutuhan

Keamanan secara Islami (X2)

Kebutuhan manusia atas

rasa aman dan

perlindungan diri dari

gangguan fisik maupun psikis yang telah diatur

sesuai dengan Al-Qur'an

dan Hadist.

Rahman et al. (2017:57),

Shafaei dan Mohamed

(2015:63), Shakona et al.

(2015:30).

Kebutuhan akan

keamanan fisik dan

psikis dalam

menjalankan ibadah. Kebutuhan akan

keamanan fisik dan

psikis secara umum.

Rasio

Kebutuhan

Penghargaan

secara Islami

(X3)

Kebutuhan akan

kecenderungan seseorang

untuk mencapai prestis, reputasi, dan status yang

lebih baik yang telah di

atur dalam Al-Qur'an dan

Hadist.

Nassar et al. (2015:42).

Kebutuhan akan penghargaan dari

dalam diri sendiri.

Kebutuhan akan

penghargaan dari lingkungan sekitar.

Rasio

Kebutuhan Fisiologis secara Islami (X1)

Kebutuhan Keamanan secara Islami (X2)

Pemilihan Pulau Lombok sebagai

preferensi Destinasi Wisata Halal (Y)

Kebutuhan Penghargaan secara Islami (X3)

Page 9: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Pemilihan Pulau Lombok sebagai

preferensi

Destinasi Wisata

Halal (Y)

Keputusan konsumen untuk memilih Pulau

Lombok sebagai

preferensi destinasi

wisata halal.

Pemilihan Pulau Lombok sebagai

preferensi destinasi

utama wisata halal di

Indonesia.

Dummy

Skala Pengukuran Skala Guttman digunakan pada perhitungan variabel dependen. Skala pengukuran tipe

Guttman, memberikan jawaban yang tegas, yaitu sebagai contoh jawaban adalah “ya atau tidak”;

“positif atau negatif”, dan seterusnya (Neolaka, 2014:118). Sedangkan pada variabe l independen,

perhitungannya menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Neolaka, 2014:117).

Metode Analisis Data

Terdapat 2 uji yang dilakukan dalam menguji instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

Analisis yang digunakan adalah regresi logistik (LOGIT). Sedangkan alat yang digunakan pada analisis ini adalah program SPSS. Adapun model regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

ln(

) = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

Y : Pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata halal

α : Konstanta

β1,2,..6 : Koefisien regresi X1 : Kebutuhan fisiologis secara Islami

X2 : Kebutuhan keamanan secara Islami

X3 : Kebutuhan penghargaan secara Islami

e : Residual error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik

Berikut adalah tabel 4.1 berisikan hasil dari uji validitas dari masing-masing variabel: Tabel 4.1: Hasil Uji Validitas

Variabel Item rhitung rtabel Signifikansi Keterangan

Kebutuhan Fisiologis secara

Islami (X1)

1 0,663

0,235

0,000 Valid

2 0,737 0,000 Valid

3 0,753 0,000 Valid

4 0,634 0,000 Valid

5 0,793 0,000 Valid

6 0,743 0,000 Valid

7 0,720 0,000 Valid

Kebutuhan Keamanan secara

Islami (X2)

1 0,719 0,000 Valid

2 0,713 0,000 Valid

3 0,792 0,000 Valid

4 0,705 0,000 Valid

Kebutuhan Penghargaan secara

Islami (X3)

1 0,660 0,000 Valid

2 0,814 0,000 Valid

3 0,739 0,000 Valid

4 0,829 0,000 Valid

5 0,807 0,000 Valid

Sumber: Peneliti, data diolah (2018).

Dari tabel 4.1, diketahui nilai rhitung selalu lebih besar daripada rtabel senilai 0,235 pada taraf

signifikan 5%, maka semua pernyataan tersebut valid. Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji reliabilitas:

Tabel 4.2: Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Cronbach's Alpha Keterangan

1. Kebutuhan Fisiologis secara Islami (X1) 0,845 Reliabel

2. Kebutuhan Keamanan secara Islami (X2) 0,695 Reliabel

3. Kebutuhan Penghargaan secara Islami (X3) 0,821 Reliabel

Sumber: Peneliti, data diolah (2018).

Page 10: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Dari tabel 4.2, diketahui bahwa seluruh variabel independen dianyatakan reliable, karena semua nilai cornbach’s alpha nya lebih besar dibandingkan nilai 0,6.

Berikut adalah hasil pengujian hipotesis menggunakan model regresi logistik:

1) Uji Multikolinearitas

Dikutip dari Wahyudi (2016:137), Ragnar Frish pada 1934 mendefinisikan multikolinearitas sebagai suatu keadaan di mana terjadi korelasi linear yang “perfect” atau exact di antara sebagian

atau semua variabel bebas dalam model regresi, sehingga menyulitkan untuk mengidentifikasi

variabel bebas atau variabel terikatnya. Berikut hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini:

Tabel 4.3: Hasil Uji Multikolinearitas

No. Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1. Kebutuhan Fisiologis secara Islami (X1) 0,595 1,682

2. Kebutuhan Keamanan secara Islami (X2) 0,737 1,356

4. Kebutuhan Penghargaan secara Islami (X3) 0,490 2,041

Sumber: Peneliti, data diolah (2018). Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan nilai VIF untuk masing-masing variabel

independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,01. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen pada penelitian ini.

2) Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer-Lemeshow) Uji ini digunakan untuk menguji apakah data empiris sesuai dengan model, sehingga tidak ada

perbedaan antara model dengan data dan model dapat dikatakan fit. Berikut hasil pengujiannya:

Tabel 4.4: Hasil Uji Hosmer-Lemeshow

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 ,716 8 ,999

Sumber: Penulis, data diolah (2018).

Model dikatakan fit atau layak jika nilai signifikansinya di atas 0,05. Dari hasil uji hosmer-

lemeshow, diketahui bahwa nilai signifikansi dari model adalah 0,999 menandakan bahwa model

fit atau layak dengan data observasi, karena nilai 0,999 lebih besar dibandingkan 0,05. 3) Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

R2 digunakan untuk mengukur seberapa besar kekuatan variabel independen menjelaskan

variabel dependen. Berikut hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini:

Tabel 4.5: Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 18,301 ,480 ,801

Sumber: Penulis, data diolah (2018). Dari tabel 4.5 hasil nagelkerke r square adalah 0,801 berarti variabel pemilihan Pulau Lombok

sebagai preferensi destinasi wisata halal mampu dijelaskan oleh seluruh variabel independen

sebesar 80,1%, sementara 19,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

4) Uji Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi berguna menentukan tingkat keakuratan dari analisis regresi logistik dalam

mengklasifikasikan prediksi model dibandingkan data sebenarnya. Berikut hasil pengujiannya:

Tabel 4.6: Hasil Uji Tabel Klasifikasi

Classification Tablea

Observed

Predicted

Y Percentage Correct

0 1

Step 1 Y

0 10 2 83,3

1 1 57 98,3

Overall Percentage 95,7

Sumber: Penulis, data diolah (2018). Dari tabel klasifikasi 4.6, diperoleh hasil bahwa ketepatan antara model dengan data observasi

sebesar 95,7% dan tingkat error atau kesalahan adalah sebesar 4,3%.

5) Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Page 11: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Uji keseluruhan model digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen di dalam regresi secara serentak atau simultan mempengaruhi variabel dependen atau tidak. Berikut

hasil uji keseluruhan model dari penelitian ini:

Tabel 4.7: Hasil Uji Keseluruhan Model

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 45,839 6 ,000

Block 45,839 6 ,000

Model 45,839 6 ,000

Sumber: Penulis, data diolah (2018).

Pada tabel 4.7, diperoleh signifikansi sebesar 0,000 yang mana lebih kecil dibandingkan 0,05

menandakan bahwa seluruh variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama mampu

menjelaskan model dengan baik atau memiliki pengaruh secara serempak terhadap model. 6) Uji Parsial

Uji parsial menjelaskan ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen pada persamaan regresi logistik. Berikut hasil uji parsial penelitian ini:

Tabel 4.8: Hasil Uji Parsial

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a X1TOTAL ,430 ,214 4,042 1 ,044 1,537

X2TOTAL ,580 ,295 3,866 1 ,049 1,786

X3TOTAL -,463 ,282 2,705 1 ,100 ,629

Constant -27,605 11,741 5,528 1 ,019 ,000

Sumber: Penulis, data diolah (2018).

Jika hasil dari uji parsial pada tabel 4.8 dimasukkan ke dalam model, maka:

ln(

) = (-27,605) + 0,430X1 + 0,580X2 + (-0,463X4) + e

Berdasarkan hasil analisis dimana variabel X1 dan X2 masing-masing memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yaitu

kebutuhan fisiologis secara Islami dan kebutuhan keamanan secara Islami berpengaruh terhadap

pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata halal pada mahasiswa S1 Ekonomi

Islam atau Syariah. Sedangkan, berdasarkan hasil analisis dimana variabel X3 memiliki nilai signifikansi lebih besar dibandingkan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yaitu

kebutuhan penghargaan secara Islami tidak berpengaruh terhadap pemilihan Pulau Lombok

sebagai preferensi destinasi wisata halal pada mahasiswa S1 Ekonomi Islam atau Syariah.

Analisis Ekonomi Sebagai destinasi wisata, Pulau Lombok menyediakan wisata alam dan budaya yang tersebar di

seluruh bagian pulau. Berikut Tabel 4.9 berisikan daya tarik di 5 kabupaten/kota di Pulau Lombok:

Tabel 4.9: Daya Tarik Wisata di Kabupaten/Kota Pulau Lombok

Wilayah Jenis Pariwisata

Pariwisata Pantai Laut Alam di Darat Tempat Budaya

Lombok

Barat

Senggigi, Mekaki,

Bangko-Bangko

Gili Gede Gili

Nanggu

Pusuk Monkey

Forest, Hutan Sesaot

Desa Banyumelek, Suranadi,

Narmada, Karang Bayan

Lombok

Tengah

Kuta, Tanjung Aan, Selong Belanak,

Mawun, Gerupuk

Air Terjun Benang Setokel, Kelambu,

Rinjani

Desa Sukarara, Penujak,

Sade

Lombok Timur

Pantai Pink, Pantai Surga

Gili Sudak

Lampu

Tangkong

Tete Batu, Air Terjun

Kembang Kuning,

Rinjani

Desa Suwela, Penakak

Lombok Utara

Pantai Sepi 3 Gili Rinjani, Air Terjun

Sindang Gile Desa Tradisional Senaru dan

Segenter

Mataram Loang Baloq Mayure, Shopping Mall,

Desa Sekarbela

Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2015:23.

Selain itu, kini pemerintah Provinsi NTB tengah mengembangkan pembangangunan Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah yang diharapkan akan meningkatkan

Page 12: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

perekonomian NTB sekaligus memperkuat sebagai destinasi wisata dunia. Sebagai pionir wisata halal di Indonesia, Pulau Lombok dengan julukan Pulau Seribu Masjid terus bertransformasi

menjadi destinasi wisata halal bergengsi. Dalam wawancaranya dengan Republika, TGB

mengatakan bahwa konsep wisata halal merupakan sebuah terobosan dalam membangun sektor

pariwisata dengan tidak melupakan nilai-nilai Islam yang menjadi nafas bagi masyarakat NTB (Nursyamsyi, 2017). Selain itu dalam wawancaranya dengan NET TV, ia mengatakan bahwa

Muslim friendly tourism adalah segmen baru yang diciptakan di samping segmen konvensional

yang ada. Jadi segmen konvensional tetap jalan, namun wisata halal ini terus dikembangkan

dengan harapan dapat lebih bisa mengambil hati masyarakat dibandingkan wisata konvensional. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel kebutuhan fisiologis

secara Islami berpengaruh signifikan terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi

destinasi wisata halal. Aturan mengenai fasilitas dan pelayanan tercantum dalam Peraturan Daerah

Provinsi NTB Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal. Pada Pasal 15 Ayat 2 diatur perihal penyedia makanan dan minuman, peraturan mengenai hotel syariah diatur dalam Pasal 14 perihal

akomodasi, peraturan penyediaan masjid atau mushala pada tempat-tempat umum diatur dalam

Pasal 6 Ayat 2. Dari jawaban responden terhadap kuisioner yang telah dibagikan, terlihat bahwa

Pulau Lombok telah menyediakan fasilitas maupun pelayanan yang menunjang pemenuhan kebutuhan fisiologis sesuai dengan aturan syariah. Fasilitas dan pelayanan dapat berupa tempat

yang menyediakan makanan dan minuman halal, hotel syariah yang mencukupi, dan masjid atau

mushala yang layak dan memadai di tempat-tempat umum. Wisatawan Muslim sangat

dimudahkan dalam pemenuhan kebutuhannya sebagai seorang pemeluk agama Islam. Bahkan industri pariwisata konvensional juga diatur sedemikian rupa untuk memudahkan wisatawan

maupun seluruh pekerja yang untuk menunaikan ibadah sesuai dengan aturan syariah.

Kebutuhan keamanan secara Islami berpengaruh signifikan terhadap pemilihan Pulau Lombok

sebagai preferensi destinasi wisata halal. Seorang wisatawan pasti akan mempertimbangkan stabilitas sebuah negara maupun daerah sebelum melakukan kunjungan wisata. Secara umum,

tingkat kriminalitas yang bersifat konvensional di NTB juga menurun. Saat ini, terdapat polisi

pariwisata yang secara khusus menangani masalah keamanan wisatawan, yang ditempatkan di

berbagai destinasi wisata seperti Senggigi dan Pantai Kuta (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2015:22). Dilansir dari Tribatata News NTB, Karo Ops

NTB (Kombes Pol. Dewa Putu Maningka Jaya) menyampaikan jumlah gangguan kamtibmas

(keamanan dan ketertiban masyarakat) pada triwulan I tahun 2017 dibanding dengan triwulan I

tahun 2016 ada penurunan sebanyak 124 kasus, serta data kejahatan pada triwulan I tahun 2016 masih didominasi oleh kejahatan konvensional. Penurunan angka kriminalitas ini sejalan dengan

penurunan angka kemiskinan di NTB. Seperti yang diketahui bahwa himpitan ekonomi menjadi

salah satu faktor pendorong seseorang untuk menjalankan aksi kriminal, namun dengan penurunan

angka kemiskinan maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan menekan angka kriminalitas. Di NTB, angka kemiskinan turun signifikan dari 24,99% pada 2008 menjadi 16,02%

pada akhir 2016 atau 1,12% pertahun. Angka gini ratio atau ketimpangan di NTB pun lebih baik

dibanding nasional, yaitu 0,36 banding 0,40 (Tempo.co, 2017).

Kebutuhan penghargaan secara Islami tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata halal. Variabel ini tidak menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan karena masih ada beberapa dari responden yang tidak mengenali akan

branding Pulau Lombok sebagai destinasi pariwisata halal. Adanya paradigma masyarakat yang

memandang bahwa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, sehingga pariwisatanya termasuk dalam kategori wisata halal tanpa perlu disertifikasi, harus diluruskan

kembali. Fenomena ini bisa menjadi salah satu penyebab lemahnya branding wisata halal di

Indonesia. Pengembangan citra kepariwisataan Indonesia sebagai destinasi wisata halal yang

aman, nyaman, dan berdaya saing harus di maksimalkan agar t idak kalah dengan negara lain. Khususnya pengembangan citra Pulau Lombok yang secara resmi di Indonesia mendeklarasikan

dirinya sebagai destinasi wisata halal dan telah meraih penghargaan di mata dunia.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Sebagai salah satu model destinasi wisata halal terkemuka di Indonesia, Pulau Lombok terus

mengembangkan fasilitas dan pelayanannya sesuai dengan syariat Islam yang berdampak pada peningkatan baik dari segi ekonomi, pembangunan masyarakat, hingga jumlah wisata yang

berkunjung. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong pengembangan ini adalah melalui

Page 13: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

payung hukum, yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 2 tentang Pariwisata Halal. Dinobatkannya Pulau Lombok sebagai World’s Best Halal Tourism Destination

tahun 2015 memberikan kesempatan bagi pulau ini untuk menjadi pioner wisata halal di dunia.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis bahwa terdapat pengaruh

antara 2 variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu kebutuhan fisiologis secara Islami dan kebutuhan keamanan secara Islami berpengaruh terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai

preferensi destinasi wisata halal. Sedangkan tidak terdapat pengaruh antara 1 variabel independen

terhadap variabel dependen, yaitu kebutuhan penghargaan secara Islami tidak berpengaruh

terhadap pemilihan Pulau Lombok sebagai preferensi destinasi wisata halal.

Saran

Dapat disadari masih terdapat beberapa kekurangan pada Pulau Lombok sebagai salah satu

pioner destinasi wisata halal di Indonesia. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai

bahan pertimbangan bagi keberlanjutan pembangunan sektor pariwisata. Dari segi SDM, masih diperlukannya peningkatan pemberdayaan masyarakat, sekaligus membangun kesiapan

masyarakat Pulau Lombok dalam menyambut wisatawan. Dalam hal ini, diperlukan keikutsertaan

tokoh masyarakat serta pendidik formal maupun non formal untuk membangun kesadaran dan

mendidik masyarakat dalam menjalankan bisnis pariwisata dengan didukung oleh kemampuan pengelolaan yang baik. Contohnya dengan mengadakan workshop dan forum kajian

kepariwisataan berkelanjutan mengenai konservasi lingkungan alam, budaya, kebersihan,

keamanan, dan interaksi dengan wisatawan melalui pendekatan agama, budaya, dan pendidikan.

Untuk memastikan kualitas dan kompetensi dari SDM di sektor pariwisata, maka masyarakat yang akan bekerja secara formal dalam bidang perhotelan, restoran, dan pemandu wisata wajib

disertifikasi melalui LSPP3 dari BNSP bernama LSP Pariwisata Bina Kompetensi.

Dari segi SDA, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan sangat diperlukan dan

dapat ditumbuhkan mulai dari hal-hal kecil seperti praktik prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) pada sampah bagi hotel, restoran, maupun rumah tangga. Dari segi pemasaran, Pulau Lombok harus

mampu memposisikan diri dengan citra yang kuat sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Kini

sebagian besar wisatawan yang akan melakukan perjalanan akan melakukan riset online guna

memutuskan destinasi yang akan dituju, sehingga sangat penting untuk memasukkan strategi e-marketing dalam pemasaran Pulau Lombok secara global. Pemasaran ini harus menargetkan

beberapa produk kunci seperti pantai, surving, diving, trekking, budaya, kuliner, dan fasilitas serta

layanan umum yang menunjang citra sebagai destinasi wisata halal. Oleh karena itu diperlukannya

official website yang selalu memperbarui informasi-informasi terkait Pulau Lombok.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Cordoba Bandung: Cordoba Internasional-Indonesia. Edisi Tahun 2012. Adam, Maulana. 2015. Kritik dan Kelemahan Teori Abraham Maslow (Motivasi).

https://www.academia.edu/.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. Banyaknya Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2016. https://ntb.bps.go.id/.html.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2015.

Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau Lombok 2015-2019. Mataram: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Battour, Mohamed dan Mohd Nazari Ismail. 2015. Halal Tourism: Concepts, Practices, Challenges, and Future.

Boediman, Eko Putra. 2017. Halal Lifestyle in Marketing Communication of Tourism and

Hospitality, International Journal of Economic Research Volume 14 Number 14. Serials Publications Pvt. Ltd., ISSN 09729380.

Chandra, Adan Adhi dan Danu Damarjati. 2017. Tiga Tahun Jokowi-JK, Pariwisata

Sumbang Devisa Terbesar Kedua. https://finance.detik.com/. Diakses 7 Januari 2018 pukul 21:27.

Eid, Riyad. 2013. Integrating Muslim Customer Perceived Value, Satisfaction, Loyality and Retention in the Tourism Industry: An Empirical Study. International Journal of

Tourism Research, 17:249-260 (2015). Wiley Online Library.

Page 14: PENGARUH MOTIVASI RELIGIUSITAS WISATAWAN MUSLIM …

Fetzer, John E. 1999. Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality for Use in Health Research: A Report of the Fetzer Institute/National Institute on Aging

Working Group. Karim, Adiwarman. 2014. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Karim, Adiwarman. 2011. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali

Press. Mowen, John C dan Michael Minor. Perilaku Konsumen Jilid I. 2002. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Nassar, Mohamed A., Mohamed M. Mostafa, Yvette Reisinger. 2015. Factors Influencing Travel to Islamic Destinations: An Empirical Analysis of Kuwaiti

Nationals, International Journal of Culture, Tourism, and Hospitality Reseach, Vol. 9 No. 1 pp. 36-53. Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1750-6182.

Nugroho, Bernardus Y., Ferdinand D. Saragih, dan Umanto Eko. 2012. Metode

Kuantitatif Pendekatan Pengambilan Keputusan Untuk Ilmu Sosial dan Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Nursyamsyi, Muhammad. 2017. TGB Jelaskan Makna Lombok dan Wisata Halal.

http://www.republika.co.id/. Diakses 1 Mei 2018 pukul 22.35. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016.

Pfeifer, Andrew A. 1998. Abraham Maslow’s Hierarcy of Needs: A Christian Prespective. Institute for Christian Teaching, Andrews University Michigan USA.

Rahman, Muhammad Khalilur. 2014. Motivating Factors of Islamic Tourist’s Destination

Loyalty: An Empirical Investigation in Malaysia, Journal of Tourism and Hospitality Management, Vol. 2 No. 1 pp. 63-77. http://jthmnet.com/journals/.

Rahman, Muhammad Khalilur, Suhaiza Zailani, dan Ghazali Musa. 2015. What Travel

Motivational Factors Influence Muslim Tourists Towards MMITD?, Journal of Islamic Marketing, Vol. 8 Issue:1 pp. 48-77.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: PRENADA MEDIA.

Shafaei, Fatemeh and Badaruddin Mohamed. 2014. Involvement and Brand Equity: A

Conceptual Model for Muslim Tourist. International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research, Vol. 9 No. 1 2015 pp. 55-67. Emerald Group Publishing

Limited, ISSN 1750-6182.

Sharkona, Maloud, Kenneth Backman, Sheila Backman, William Norman, Ye Luo, dan Lauren Duffy. 2015. Understanding The Traveling Behavior of Muslims in The United

States, International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research, Vol. 9 No. 1 2015 pp. 22-35. Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1750-6182.

Solomon, Michael R. 2013. Consumer Behaviour. England: Pearson Education Limited.

Sriprasert, Piangpis. 2014. Understanding Behaviour and Needs of Halal Tourism in Andaman Gulf of Thailand: A Case of Asian Muslim, Journal of Advanced

Management Science Vol. 2 No. 3. Engineering and Technology Publishing.

Sumarwan. 2014. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Talib, Ku Ahmad Fatakhsya bin Ku. 2013. Teori Hierarki Keperluan Maslow Menurut Pandangan Islam. https://www.slideshare.net. Diakses 6 Februari 2018 pukul 11:58.

Tempo.Co. 2015. World Halal Travel Award 2015, Indonesia Raih 3 Penghargaan.

https://nasional.tempo.co.id. Diakses 23 April 2018 pukul 13:15. Tempo.Co. 2017. Pemerintah NTB Melawan Kemiskinan dari Desa.

https://nasional.tempo.co.id. Diakses 12 Mei 2018 pukul 16:30. Tribata News NTB. 2017. Polda NTB Berhasil Melakukan Penurunan Angka Kriminal di

Tahun 2017. http://tribratanews.ntb.polri.go.id. Diakses 12 Mei 2018 pukul 16:18.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.