PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK …digilib.unila.ac.id/32203/18/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK …digilib.unila.ac.id/32203/18/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS V SDN 2 BRANTI RAYA
(Skripsi)
Oleh
NUR ZANAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS V SDN 2 BRANTI RAYA
Oleh
NUR ZANAH
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas V
SDN 2 Branti Raya yang disebabkan kurang maksimalnya penerapan model dan
media pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V dengan jumlah 64 siswa. Jenis
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Alat pengumpul data berupa soal
pilihan jamak yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil
pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test pooled varians diketahui bahwa
thitung = 3,733 > ttabel = 2,000 berarti Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 2 Branti
Raya.
Kata kunci: media grafis, PKn, think pair share.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL
BELAJAR PKn SISWA KELAS V SDN 2 BRANTI RAYA
Oleh
NUR ZANAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah DasarJurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Nur Zanah, dilahirkan di Wonogiri, Jawa
Tengah pada tanggal 4 April 1994. Peneliti merupakan anak
sulung dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak
Ngatiman dan Ibu Zainab. Pendidikan formal yang telah
diselesaikan peneliti yaitu SD Negeri 2 Selogiri lulus pada
tahun 2008, SMP Negeri 1 Kotaagung lulus pada tahun 2011, dan SMA Negeri 1
Kotaagung lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
MOTO
Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah tenang dan sabar(HR. Umar Bin Khattab)
Tidak ada pemberian Ibu dan Bapak yang paling berhargakepada Anaknya daripada Pendidikan Akhlak Mulia
(HR. Bukhari)
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Bersama keridhaan Allah Swt. Kupersembahkan karya ini
sebagai rasa syukur untuk:
Orang tuaku, Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Ngatiman dan
Ibu Zainab yang selalu memanjatkan doa untuk anak-anak
tercinta dalam setiap sujudnya
Adikku tercinta Nur Hidayati, Muh Yusuf dan Khodijah yang
selalu menghiburku dan memberiku motivasi untuk bisa
menjadi panutan bagi keluarga. Keluarga besarku yang tak
henti mendoakan dan mendorongku agar menjadi seorang
yang sukses
Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bagiku
Terima kasih untuk tim pengelola beasiswa Bidik MisiUniversitas Lampung yang telah memberikan bantuan baik
secara materi maupun non-materi.Semoga kebaikan dan kerja kerasnya dibalas oleh Allah Swt.
Almamater tercinta Universitas Lampung
x
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
dengan media grafis terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SDN 2 Branti
Raya” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya
tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs. Maman Surahman, M. Pd., Ketua Program Studi S1 PGSD
Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas
Lampung dan juga sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak ilmu kepada peneliti serta membantu peneliti dalam
menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
5. Ibu Dra. Nelly Astuti, M. Pd., Dosen Penguji Utama yang telah banyak
memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran serta gagasannya dalam
penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Sulistiasih, M. Pd., Dosen Ketua Penguji yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasihat, kritik, dan motivasi selama proses penyelesaian
skripsi ini.
xi
7. Bapak Dr. Darsono., M. Pd., Dosen Sekertaris Penguji yang telah
memberikan bimbingan, masukan saran, nasihat, kritik, dan bantuan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Ibu Dosen serta Staf Kampus B FKIP Universitas Lampung yang
telah memberi ilmu pengetahuan dan membantu peneliti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
9. Bapak Dr. Achmad Sarbanun, M. Pd. I., Kepala SD Negeri 2 Branti Raya
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut.
10. Ibu Ayoe Lisutha, S. Pd., VB yang peneliti jadikan kelas eksperimen yang telah
membantu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian di kelas tersebut.
11. Ibu Rohyani, M. Pd., guru kelas VA yang peneliti jadikan kelas kontrol yang
telah membantu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian di kelas tersebut.
12. Dewan Guru dan Staf Tata Usaha SD Negeri 2 Branti Raya yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
13. Siswa siswi kelas V SD Negeri 2 Branti Raya Tahun Pelajaran 2017/2018
yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek dalam penelitian ini.
14. Sahabat-sahabatku yang selalu membantu dan memotivasi agar cepat
menyelesaikan studi, Nova, Dina, Tiwi, Yulek, Yessi, Ulan, terimakasih atas
kebersamaannya selama ini.
15. Keluarga besar kosan Menak Cendana: Tiana, Selvi, Atika, Anu, Big, Ani,
Nana, Tata, Lina, dan Tia.
16. Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2014 khususnya kelas C semoga
kita dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita.
17. Teman-teman seperjuangan Bidikmisi angkatan 2014, terima kasih
kebersamaannya selama ini.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
xii
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Metro, 9 Mei 2018Peneliti
Nur ZanahNPM 1413053088
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
G. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
1. Model Pembelajaran ........................................................................ 9
1.1 Pengertian Model Pembelajaran ............................................... 9
1.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ............................ 10
1.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 11
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ................. 12
2.1 Pengertian Pembelajaran Think Pair Share .............................. 12
2.2 Karakteristik Pembelajaran TPS............................................... 13
2.3 Langkah-langkah Pembelajaran TPS ....................................... 15
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TPS ......................... 16
3. Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 19
3.1 Belajar....................................................................................... 19
a. Pengertian Belajar ................................................................ 19
b. Teori Belajar ........................................................................ 20
c. Hasil Belajar ........................................................................ 23
3.2 Pembelajaran ............................................................................ 25
4. Media Pembelajaran ........................................................................ 26
4.1 Pengertian Media Pembelajaran ............................................... 26
xiv
Halaman
4.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran ............................................... 27
4.3 Fungsi Media Pembelajaran ..................................................... 28
4.4 Media Grafis ............................................................................. 30
a. Pengertian Media Grafis ...................................................... 30
b. Jenis-jenis Media Grafis ...................................................... 31
b. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis ............................. 32
4.4 Fungsi Media Grafis ................................................................. 33
5. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)............................................... 34
5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ..................... 34
5.2 Tujuan Pembelajaran PKn SD .................................................. 35
5.3 Ruang Lingkup PKn SD ........................................................... 37
6. Penelitian yang Relevan .................................................................. 38
B. Kerangka Pikir ...................................................................................... 41
C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 43
III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 44
B. Prosedur Penelitian ............................................................................... 46
C. Setting Penelitian .................................................................................. 47
1. Subjek Penelitian ............................................................................. 47
2. Tempat Penelitian ............................................................................ 47
3. Waktu Penelitian ............................................................................. 47
D. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 47
1. Variabel Penelitian .......................................................................... 47
2. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 48
E. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 49
1. Populasi Penelitian .......................................................................... 49
2. Sampel Penelitian ............................................................................ 49
F. Teknik dan Instrumen Penilaian ........................................................... 50
1. Pengertian Instrumen Tes ................................................................ 50
2. Metode Angket atau Kuesioner ....................................................... 51
3. Uji Coba Instrumen Tes ................................................................... 51
4. Uji Persyaratan Instrumen ............................................................... 52
a. Validitas ...................................................................................... 52
b. Reliabilitas .................................................................................. 53
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................... 56
1. Uji Persyaratan Analisis Data .......................................................... 56
a. Uji Normalitas ............................................................................. 56
b. Uji Homogenitas ......................................................................... 58
2. Teknis Analisis Data Hasil Belajar dan Angket .............................. 59
xv
Halaman
a. Nilai Hasil Belajar ...................................................................... 59
b. Angket ......................................................................................... 60
c. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal ...... 60
3. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 61
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 63
B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 66
1. Persiapan Penelitian ......................................................................... 66
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................................ 67
3. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 70
4. Pengambilan Data Penelitian ........................................................... 71
C. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 71
D. Analisis Data Penelitian ....................................................................... 71
E. Uji Persyaratan Analisis Data .............................................................. 76
F. Pembahasan .......................................................................................... 78
G. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 81
B. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai mid semester ganjil kelas VA dan VB SDN 2 Branti RayaTahun Pelajaran 2017/2018........................................................................... 5
2. Data siswa kelas VA dan VB SDN 2 Branti Raya........................................ 49
3. Skor jawaban angket ..................................................................................... 51
4. Interpretasi koefisien korelasi nilai r............................................................. 53
5. Koefisien reliabilitas ..................................................................................... 54
6. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ..................................................... 61
7. Sarana dan prasarana SDN 2 Branti Raya..................................................... 64
8. Daftar nama guru dan karyawan SDN 2 Branti Raya ................................... 65
9. Hasil analisis validitas butir soal tes kognitif................................................ 67
10. Hasil analisis validitas butir soal angket ....................................................... 69
11. Nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol ................................................... 72
12. Nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol........................................ 73
13. Penggolongan nilai N-Gain kelas eksperimen dan kontrol........................... 74
14. Deskripsi frekuensi angket penerapan model kooperatif tipe think pair sharedengan media grafis ...................................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian.............................................................................. 43
2. Desain penelitian........................................................................................... 45
3. Perbedaan nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen......................... 72
4. Perbedaan ketutasan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen ....... 73
5. Perbandingan N-Gain siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen........... 74
6. Perbandingan nilai rata-rata N-Gain ............................................................. 74
7. Distribusi frekuensi angket penerapan model kooperatif tipe think pair sharedengan media grafis ...................................................................................... 76
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
01. Dokumen Surat-suratSurat Pendahuluan ....................................................................................... 87Surat Keterangan.......................................................................................... 88Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 89Surat Pemberian Izin Penelitian................................................................... 90Surat Pernyataan Teman Sejawat Kelas Eksperimen .................................. 91Surat Pernyataan Teman Sejawat Kelas Kontrol ......................................... 92Surat Pernyataan Teman Sejawat Mahasiswa.............................................. 93Surat Keterangan Penelitian......................................................................... 94
02. Perangkat Pembelajaran1. Pemetaan SK dan KD............................................................................. 952. Silabus Pembelajaran ............................................................................. 973. RPP Kelas Eksperimen .......................................................................... 994. RPP Kelas Kontrol ................................................................................. 1085. Format Kisi-kisi Instrument Tes ............................................................ 1156. Soal Uji Instrumen Tes........................................................................... 1167. Kunci Jawaban Instrument Tes .............................................................. 1228. Kisi-kisi Angket ..................................................................................... 1239. Angket .................................................................................................... 12410. Kunci Jawaban Angket .......................................................................... 126
03. Perhitungan Uji Coba Instrumen11. Hasil Analisis Uji Validitas Tes............................................................. 12712. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Tes ......................................................... 12913. Hasil Analisis Uji Validitas Angket ....................................................... 13014. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket ................................................... 13215. Soal Pretest dan Posttes ......................................................................... 13316. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttes ............................................... 13617. Angket Respon Siswa ............................................................................ 13718. Kunci Jawaban Angket .......................................................................... 139
04. Data Hasil Penelitian19. Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 14020. Rekapitulasi Hasil Angket...................................................................... 142
xix
Halaman05. Perhitungan Hasil Analisis Data
21. Uji Normalitas........................................................................................ 14322. Uji Homogenitas .................................................................................... 14923. Uji Hipotesis .......................................................................................... 152
06. Tabel-tabel statistik24. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ....................................................... 15425. Tabel Nilai Chi Kuadrat (χ2) .................................................................. 15526. Tabel Nilai-nilai Untuk Distribusi F ...................................................... 15627. Tabel Z kurva Normal............................................................................ 15728. Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t........................................................ 15829. Foto Dokumentasi .................................................................................. 159
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan
interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan,
yaitu saling mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi
pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, siswa dapat
mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri.
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
siswa agar menjadi warga negara yang baik. Pendidikan mempunyai peranan
yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu,
terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di
bidang pendidikan yang merupakan pengamalan Pancasila, dan untuk itu
pendidikan nasional mengusahakan antara lain: Pembentukan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu
mandiri. Untuk meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari
2
pondasi dasarnya. Pendidikan dasar merupakan pondasi awal dari semua
jenjang sekolah selanjutnya.
Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan siswa memenuhi
persyaratan mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan diarahkan kepada
terbinanya manusia Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan yang
tercantum dalam
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dalam standar proses yang berbunyi:Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dankarakteristik siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yangbermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel,bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuanpendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dankemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik sertapsikologis siswa.
Rangkaian kependidikan, baik formal maupun nonformal diselenggarakan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
ayat 11 menyatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan formal proses belajar dan
pembelajaran meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan di antaranya Ilmu
Agama, IPA, IPS, PKn, Bahasa dan Matematika.
Proses pembelajaran di sekolah dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dilakukan dalam bentuk mata pelajaran. Salah satu mata
pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Susanto (2013: 225) yang dimaksud dengan PKn adalah mata
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
3
Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Samsuri (2011:28) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat
diartikan sebuah cara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa demi
menjadi seorang warga negara yang memiliki kecakapan, dan pengetahuan
serta nilai-nilai yang berguna untuk partisipasi aktif di dalam masyarakat.
Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar
mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan
membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Pembentukan karakter bangsa
yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang
menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Fitriani (2016: 1) menyatakan proses pembelajaran PKn kebanyakan masih
menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan
kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu
metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan
hafal ( 3DCH ), siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak
cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini
pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan
semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan
rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran, termasuk pada
4
pembelajaran PKn. Agar pembelajaran PKn berjalan dengan
aktif dan kondusif guru harus bisa menciptakan suasana kegiatan
pembelajaran yang nyaman bagi siswa. Peran guru dalam memilih model dan
media pembelajaran yang sesuai merupakan kebijakan penting dalam
menyajikan suatu materi pelajaran dan dapat juga berpengaruh positif pada
hasil belajar siswa. Suprijono (2013: 46) menyatakan bahwa model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Selain metode
pembelajaran, guru juga dapat menggunakan media pembelajaran agar
materi yang disampaikan pada siswa menarik.
Media grafis salah satu media yang dapat di gunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Hamdani (2011: 250) media grafis
termasuk media visual, sebagaimana halnya media lain, media grafis
berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan. Media grafis memiliki
beberapa jenis di antaranya gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, dan
grafik, dengan media grafis, siswa akan lebih tertarik dengan apa yang
dipelajari, sehingga antusias siswa lebih tinggi, dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Mulyasa (2013: 131) menyebutkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan
berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas telah
mencapai KKM. Hasil observasi yang dilakukan di SDN 2 Branti Raya pada
tanggal 20 Oktober 2017 dan diperoleh informasi data nilai ketuntasan
semester ganjil kelas VA dan VB pada mata pelajaran PKn. Gambaran nilai
5
rata-rata mid semester pada mata pelajaran PKn di kelas VA dan VB dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Nilai ketuntasan semester ganjil kelas VA dan VB SDN 2 BrantiRaya tahun pelajaran 2017/2018.
NilaiKKM
KetercapaianKKM
Kelas VA(kontrol)
Persentase Kelas VB(eksperimen)
Persentase
70 ≥70Tercapai 16 52% 8 24%70 <70Tidak Tercapai 15 48% 25 76%Jumlah 31 100% 33 100%
(Sumber: Dokumentasi mid semester guru kelas V SDN 2 Branti Raya)
Berdasarkan tabel 1. terlihat bahwa hasil belajar PKn siswa kelas VB dengan
persentase ketuntasan 24% lebih rendah dibandingkan kelas VA dengan
persentase ketuntasan 52%. Oleh karena itu, peneliti memilih kelas VB
sebagai kelas eksperimen dan kelas VA sebagai kelas kontrol. Peneliti
melaksanakan observasi di SDN 2 Branti Raya dari hasil observasi yang telah
dilakukan di SDN 2 Branti Raya, pada kenyataannya terlihat proses
pembelajaran di kelas VB kurang efektif, banyak siswa yang mengobrol
saat pembelajaran berlangsung, kurang memperhatikan ketika dijelaskan,
kurangnya kerja sama saat pembelajaran berlangsung antara guru dengan
siswa serta siswa dengan siswa. Siswa cenderung pasif saat kegiatan
pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran belum memenuhi
standar atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini mengakibatkan
kualitas pembelajaran masih rendah yang ditandai rendahnya hasil belajar
siswa. Guru belum banyak menggunakan variasi model dan media dalam
pembelajaran, sehingga siswa menjadi lebih cepat bosan selama proses
pembelajaran berlangsung. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
6
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis
mampu memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpikir
kritis, kreatif, dalam merespon suatu pertanyaan. Huda (2014: 206)
menyatakan bahwa model think pair share memperkenalkan gagasan waktu
‘tunggu atau berpikir’ (wait or think time) pada elemen interaksi
pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam
meningkatkan tanggapan siswa terhadap pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis ini relatif
lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur
tempat duduk atau mengelompokkan siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung. Diharapkan dengan menggunakan model ini, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti
tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini, yaitu: “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Media Grafis
terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SDN 2 Branti Raya”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut.
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
2. Pembelajaran hanya menimbulkan komunikasi satu arah.
3. Sebagian besar siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Kurangnya penggunaan model dan media pembelajaran.
5. Rendahnya hasil belajar PKn karena belum memenuhi KKM.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
peneliti membatasi masalah penelitian pada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dengan media grafis terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas V SDN 2 Branti Raya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian
yakni, “Sejauh manakah pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 2 Branti Raya?”
E. Tujuan Penelitian
Agar memperoleh hasil penelitian yang lebih jelas dan terarah, perlu
ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 2 Branti Raya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian ini:
1. Bagi Siswa
Penerapan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share dengan media grafis merupakan pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
meningkatkan minat siswa dalam mempelajari PKn sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
8
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan
media grafis dan diharapkan nantinya guru dapat mengembangkan
pembelajaran dengan pendekatan yang bervariasi dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran bagi siswanya.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SDN 2 Branti Raya.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah ilmu dan
pengalaman yang berharga guna menghadapi permasalahan di masa depan
dan menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai pendekatan
pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Jenis penelitian adalah penelitian quasi eksperimen.
2. Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dengan media grafis dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Branti
Raya.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Branti Raya.
4. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Branti Raya semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran
1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sutikno (2014: 58)
menyatakan model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun Komalasari (2013: 57)
menjelaskan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
Joyce dan Weil dalam Rusman, (2014: 133) menerangkan model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pelajaran di kelas atau yang
lain. Suprijono (2013: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran ialah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran
10
yang dapat diterapkan oleh guru secara sistematis untuk
mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan atau diharapkan. Model pembelajaran juga
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru.
1.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
membantu siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Isjoni (2013: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Tom V. Savage dalam Majid, (2013: 175) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan satu pendekatan yang menekankan
kerja sama dalam kelompok. Adapun Sanjaya (2014: 242) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang menekankan
kerja sama kelompok. Pembelajaran kooperatif juga melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang
berbeda untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
11
1.3 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah sama yaitu siswa
diajarkan bekerja sama dan diajarkan agar mampu bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan, namun pada proses pelaksanaannya saja yang
berbeda. Menurut Isjoni (2010: 51) dalam Coooperative Learning terdapat
beberapa variasi model yang diterapkan, yaitu diantaranya: a) Student
Team Achivement Division (STAD), b) Jigsaw, c) Group Investigation
(GI), d) Rotating Trio Exchange, dan f) Group Resume.
Huda (2014: 215) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa tipe yaitu Think-Talk-Write, Talking Stick, Snowball
Throwing, Time Token, dan lain-lain.
Suprijono (2013: 89-111) menyebutkan bahwa model pembelajarankooperatif dibagi menjadi beberapa tipe yaitu: (1) Jigsaw, (2) Think PairShare, (3) Number Heads Together, (4) Group Investigation, (5) Two StayTwo Stray, (6) Make a Match, (7) Listening Team, (8) Inside OutsideCircle, (9) Bamboo Dancing, (10) Point Counter Point, (11) The Power ofTwo, dan (12) Listening Team.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dari
berbagai macam model pembelajaran yang bervariasi maka model
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe think pair shared. Model pembelajaran ini
juga mengajarkan siswa untuk dapat aktif dan bertanggung jawab untuk
setiap tugas yang diberikan kepada siswa serta dapat mengoptimalkan
partisipasi siswa..
12
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa karena
hanya terfokus pada guru dan siswa kurang aktif, oleh sebab itu peneliti
tertarik memilih menggunakan model kooperatif tipe TPS karena model
pembelajaran kooperatif tipe TPS ini adalah model yang mengajarkan
siswa untuk dapat aktif dan bertanggung jawab untuk setiap tugas yang
diberikan kepadanya.
Huda (2014: 206) menyatakan bahwa think pair share merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frang
Lyman di University of Maryland pada 1981. Model ini memperkenalkan
gagasan waktu ‘tunggu atau berpikir’ (wait or think time) pada elemen
interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor
ampuh dalam meningkatkan tanggapan siswa terhadap pertanyaan. Isjoni
(2010: 78) menyatakan bahwa tehnik ini memberikan siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan
teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan
delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain.
Frang Lyman dan koleganya dalam Hamdayama, (2014: 201) menyatakan
bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
13
sama dengan orang lain, serta dapat mengoptimalkan partisipasi siswa.
Model kooperatif tipe think pair share ini bisa diterapkan untuk semua
mata pelajaran dan tingkat kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah model pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, di
mana siswa harus mampu berpikir mandiri dan melaksanakan diskusi
untuk menentukan jawaban bersama. Siswa dituntut selalu berpikir tentang
suatu persoalan dan mencari sendiri cara penyelesaiannya, dengan
demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan
keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman
belajar siswa akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.
2.2 Karakteristik Pembelajaran TPS
Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007: 10). Ciri utama pada model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share ada tiga langkah utama
yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Langkah tersebut adalah
think (berpikir secara individual), pair (berpasangan), share (berbagi
jawaban dengan pasangan atau seluruh kelas) dengan penjelasan sebagai
berikut.
1. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir
14
secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada
tahap ini, siswa sebaiknya menuliskan jawabannya. Hal ini karena
guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui
catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki
atau diluruskan diakhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan
waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan
dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan
bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk
setiap kali pertemuan.
2. Pair (berpasangan)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi
selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya
guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawabannya
sebelumnya, sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik,
karena siswa mendapat tambahan informasi.
3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan atau seluruh kelas).
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut
untuk berbagi hasil pemikirannya dengan seluruh kelas. Pada langkah
ini menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-
pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah
ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya,
dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi
15
lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan
berdasarkan penjelasan kelompok lain.
2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TPS
Kooperatif tipe TPS memiliki beberapa tahapan, Huda (2014: 136)
menyebutkan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS
sebagai berikut.
a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompokterdiri dari empat anggota siswa.
b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan.
Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya.
Masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
Suprijono (2013: 91) menjabarkan langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe TPS sebagai berikut.
Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan gurumengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untukdipikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswamemikirkan jawabannya. Selanjutnya, “Pairing”, pada tahap iniguru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepadapasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi inidapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannyamelalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusiintersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan denganpasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”.Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorongpada pengontruksian pengetahuan secara integratif. Siswa dapatmenemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
Sesuai dengan salah satu ciri dari TPS yaitu pair (berpasangan), pada
dasarnya tipe ini hanya dapat diterapkan pada kelas yang jumlah
siswanya genap. Namun, tidak menutup kemungkinan tipe ini juga dapat
diterapkan pada kelas yang jumlah siswanya ganjil. Hal ini diperkuat
16
dengan pendapat Kristin dalam Marbun (2013: 22) yang menyatakan
apabila jumlah siswa pada suatu kelas ganjil, maka guru menggabungkan
siswa tersebut dalam kelompok yang dirasa memiliki prestasi belajar
rendah, karena akan banyak masukan-masukn atau pendapat dalam
menyelesaikan soal.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa akan
menggunakan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS menurut Suprijono, dimana TPS digunakan untuk
memungkinkan siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang
telah dipelajarinya. Pembelajaran TPS diharapkan dapat mendorong
siswa pada pengontruksian pengetahuan secara integratif.
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif TPS
Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran hendaknya guru
atasi salah satunya dengan penggunaan berbagai metode, teknik dan model
pembelajaran. Supaya tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan
yang membangun minat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa, untuk mencapai proses pembelajaran yang menyenangkan maka
digunakan model pembelajaran tipe TPS. Beberapa kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran TPS sebagai berikut:
Hamdayama (2014: 203) mengemukakan beberapa kelebihan model
pembelajaran TPS sebagai berikut.
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan modelpembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya
17
untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yangdiberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkansiswa mampu memahami materi dengan baik sebelum gurumenyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
b. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru padasetiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktifdalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapatselalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.
c. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPSdiharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaransehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripadapembelajaran dengan model konvensional.
d. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajardikelas hanya mendengarkan apa saja yang disampaikan gurudan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru.
e. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dengan pembelajaranTPS, hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibatdengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
f. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam proses belajarmengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Denganmodel pembelajaran TPS, perkembangan hasil belajar siswadapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhirpembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistemkerja sama yang diterapkan dalam model TPS menuntut siswauntuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntutuntuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lainatau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Kelemahannya sebagai berikut.
a. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur caraberpikir sistematik.
b. Lebih sedikit ide yang masuk.c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam
kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yangmelapor dan dimonitori.
d. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukankelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
e. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.f. Menggantungkan pada pasangan.
Sohimin (2014: 211) menyebutkan beberapa kelebihan dalam penerapan
tipe TPS, sebagai berikut.
a. TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalamsetiap kesempatan .
18
b. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas responsiswa.
c. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalammata pelajaran.
d. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selamadiskusi.
e. Siswa dapat belajar dari siswa lain.f. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk
berbagi atau menyampaikan idenya.
Kelemahannya sebagai berikut.
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu di monitor.b. Lebih sedikit ide yang muncul.c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Lie (2008: 46) menyebutkan beberapa kelebihan model pembelajaran TPS
sebagai berikut.
a. Meningkatkan partisipasi.b. Cocok untuk tugas sederhana.c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok.d. Interaksi lebih mudah.e. Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Kelemahannya sebagai berikut.
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor ataudibutuhkan cukup banyak sumber daya manusia untukmemonitor kelompok belajar dalam TPS.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model
kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan teman. Kekurangan dari TPS adalah dalam pengelolaan
kelasnya, jadi untuk mengatasi kekurangan tersebut guru harus lebih
maksimal dalam memanajemen kelas dengan baik.
19
3. Belajar dan Pembelajaran
3.1 Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Masitoh (2009: 3) mendefinisikan belajar
adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat
suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
Kasmadi dan Sunariah (2014: 29) mendefinisikan bahwa belajar
adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, terkendali agar orang
lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang
lain. Suatu program pembelajaran yang baik, haruslah memenuhi
kriteria daya tarik (appeal), daya guna (efektifitas), dan hasil guna
(efisiensi).
Susanto (2013: 4) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak. Hamdani (2011: 21) menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan.
Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
sebagainya.
20
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri individu yang
ditampakkan dalam bentuk perubahan tingkah laku seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan dan daya pikir yang diperoleh dari
hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Aktivitas yang
dilakukan ialah membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
b. Teori Belajar
Teori merupakan landasan terjadinya proses belajar, maka perlu
adanya teori belajar yang mendukung suatu model, pendekatan,
strategi, atau metode yang digunakan dalam pembelajaran. Banyak
sekali teori yang berkaitan dengan belajar. Masing-masing teori
memiliki kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan belajar. Huda
(2014: 24-25) menyebutkan dasar-dasar teori belajar kelompok, salah
satu landasan teoritis pertama tentang belajar kelompok ini berasal dari
pandangan konstruktivis sosial. Pertama dari Vygotsky, mental siswa
pertama kali berkembang pada level interpersonal di mana siswa
belajar menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi
interpersonal dengan orang lain, lalu pada level intrapersonal di mana
siswa mulai memperoleh pemahaman dan keterampilan baru dari hasil
interaksi ini. Landasan teori inilah yang menjadi alasan mengapa siswa
perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama orang dewasa atau
temannya yang lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas yang tidak
bisa mereka selesaikan sendiri.
21
Landasan teori lainnya ialah berasal dari Piaget tentang konflik
sosiokognitif. Konflik ini, muncul ketika siswa mulai merumuskan
kembali pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan
pemahaman orang lain yang tengah berinteraksi dengannya. Saat
pertentangan ini terjadi, siswa akan tertuntut untuk merefleksi
pemahamannya sendiri, mencari informasi tambahan untuk
mengklarifikasi pertentangan tersebut, dan berusaha “mendamaikan”
pemahaman dan perspektifnya yang baru untuk kembali
menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi yang ada. Konflik kognitif,
bagaimanapun merupakan penggerak perubahan karena memotivasi
siswa untuk merenungkan kembali pemahamannya tentang suatu
masalah dan berusaha mengonstruksi pemahaman baru yang lebih
sesuai dengan feedback yang siswa terima. Teori Vygotsky dan Piaget,
tetap meneguhkan pentingnya interaksi sosial dalam memberdayakan
perspektif, kognisi, cara berpikir dan belajar siswa.
Susanto (2014: 144-146) menyebutkan teori-teori belajar berdasarkan
pendekatan konstruktivisme. Teori-teori belajar yang berkaitan erat
dengan pendekatan ini di antaranya teori perubahan konsep, teori
belajar bermakna Ausubel, teori belajar Bruner, dan teori skemata.
1) Teori belajar perubahan konsep
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori belajar yang
menjelaskan adanya proses evolusi pemahaman konsep siswa dari
siswa yang sedang belajar.
2) Teori belajar bermakna Ausubel
22
Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
3) Teori belajar Bruner
Teori belajar Bruner berkeyakinan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang siswa jumpai dalam
kehidupannya.
4) Teori skemata
Belajar menurut teori skema adalah mengubah skema. Artinya
orang yang sedang belajar dapat membentuk, menambah,
melengkapi, dan memperluas skema yang telah dimilikinya,
ataupun mengubah sama sekali skema lama.
Teori belajar terkait dengan asumsi tentang pengetahuan, siswa, dan
proses belajar mengajar. Sani (2013: 4-35) menjelaskan teori-teori
belajar sebagai berikut.
1) Teori belajar Behaviorisme
Belajar menurut kaum behavioris adalah perubahan dalam tingkah
laku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara
guru sebagai pemberi stimulus dan siswa sebagai respon tindakan
stimulus yang diberikan.
2) Teori Kognitivisme
Teori kognitivisme menganggap bahwa proses mental dalam
mengolah informasi dengan menggunakan strategi kognitif. Di
23
mana pengetahuan dan pengalaman tertata dalam bentuk strategi
kognitif.
3) Teori Konstruktivisme
Teori ini membahas kesadaran sosial dalam kegiatan sosial
kemudian terjadi pemaknaan atau kontruksi pengetahuan baru serta
transformasi.
4) Teori Humanisme
Teori ini menyatakan bahwa keberhasilan belajar terjadi jika siswa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri.
5) Teori Sibernetik
Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih
penting adalah sistem informasi yang diproses dan dipelajari oleh
siswa.
Berdasarkan pada teori-teori yang telah disebutkan, teori yang
mendukung desain pembelajaran pada penelitian ini adalah teori
Vygotsky. Landasan teori inilah yang menjadi alasan mengapa siswa
perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama orang dewasa atau
temannya yang lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas yang tidak
bisa diselesaikan sendiri, pentingnya interaksi sosial dalam
memberdayakan perspektif, kognisi, cara berpikir dan belajar siswa.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
24
Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar OlehPendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal1 penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulaninformasi/bukti tentang capaian pembelajaran siswa dalamkompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensipengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secaraterencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil
dari kegiatan belajar. Suprijono (2013: 5) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Bloom dalam Suprijono, (2013: 6) mendefinisikan hasil belajarmencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Terdapat enam tingkatan ranah kognitif, yaitu dari pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan penilaian. Pada ranahafektif, terdapat lima tingkatan yaitu menerima, menanggapi,menilai, mengelola, dan menghayati, sedangkan pada ranahpsikomotor, terdapat empat tingkatan, yaitu peniruan, manipulasi,pengalamiahan, dan artikulasi.
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, sekaligus
sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan
penilaian kelompok mata pelajaran.
25
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya, sehingga mengakibatkan perubahan tingkah
laku dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomontor. Penelitian ini,
hasil belajar yang diamati difokuskan pada ranah kognitif.
3.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sutikno (2014 :12)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Adapun Sagala
(2011: 61) menyatakan bahwa pembelajaran adalah komunikasi dua arah
untuk membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar. Masitoh (2009: 8) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran
terdapat interaksi siswa dan guru, melibatkan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa melalui usaha yang terencana
dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran dalam mencapai
tujuan tertentu. Hal yang terpenting ialah terjadinya komunikasi timbal
balik diantara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan atau kompetensi
yang diharapkan.
26
4. Media Pembelajaran
4.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar. Hamdani
(2011: 243) menyatakan bahwa media adalah komponen sumber belajar
atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran
yang digunakan meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder,
kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.
Sundayana (2016: 6) memposisikan media sebagai suatu alat atau
sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu
pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana
keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Sadiman (2011: 7) menyatakan
bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi pembelajaran yang dapat membangun dan
merangsang siswa untuk belajar. Keberadaan media diharapkan agar pesan
dari guru dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.
27
4.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu sumber yang dibutuhkan siswa
untuk menerima suatu pembelajaran. Setiap media pembelajaran memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Jenis media yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Hamdani
(2011: 250) menyatakan bahwa ada beberapa jenis media pembelajaran
yang biasa digunakan, yaitu media grafis, teks, audio, grafik, animasi, dan
video. Adapun Sanjaya (2013: 211) menyebutkan bahwa media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu
sebagai berikut.
1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radiodan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidakmengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong kedalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi,lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetakseperti media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selainmengandung unsur suara juga mengandung unsur gambaryang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuranfilm, slide suara, dan lain sebagainya.
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi kedalam:a. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,
seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapatmempelajari hal-hal atau kejadian yang aktual secara serentaktanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruangdan waktu, seperti film slide, film, video, dan lainsebagainya.
3. Dilihat dari cara atau teknik pemakainnya, media dapat dibagi:a. Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,
tranparasi, dan lain sebagainya.b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto,
lukisan, radio, dan lain sebagainya.
28
Menurut Djamarah dan Zain (2013: 124) dilihat dari jenisnya, media
dibagi ke dalam:
a. Media AuditifMedia auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuansuara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam.
b. Media VisualMedia visual adalah media yang hanya mengandalkan indrapenglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diamseperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambaratau lukisan dan cetakan.
c. Media AudiovisualMedia audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara danunsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebihbaik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Berdasarkan jenis-jenis media pembelajaran yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat berbagai jenis media pembelajaran yang dapat
digunakan dan setiap media pembelajaran memiliki berbagai perbedaan
satu dengan yang lain. Pada penelitian ini akan digunakan media grafis
yang termasuk klasifikasi dari media visual. Dengan media grafis, siswa
akan lebih tertarik untuk menerima materi yang diberikan.
4.3 Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa
informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sadiman dalam
Sundayana (2016: 7) menyebutkan bahwa media pembelajaran memiliki
beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut.
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu memiliki banyak arti.2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa
dengan sumber belajar.4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestiknya.5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman
dan menimbulkan persepsi yang sama.6. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
29
7. Pembelajaran dapat lebih menarik.8. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori
belajar.9. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.10. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.11. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.12. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
Djamarah dan Zain (2013: 135) ketika fungsi-fungsi media pembelajaran
itu diaplikasikan ke dalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah
peranannya sebagai berikut.
1. Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keteranganterhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
2. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjutdan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya.
3. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahankonkret berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa,baik individual maupun kelompok.
Adapun Sanjaya (2013: 207) mengatakan bahwa melalui media
pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkret. Maka
secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi yang seperti dijelaskan
berkut ini.
1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu,peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapatdiabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atauaudio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakanmanakala diperlukan.
2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu melaluimedia pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yangbersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dandapat menghilangkan verbalisme.
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan mediadapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswaterhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
4. Media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut.(1) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimilikisiswa. (2) Media dapat mengatasi batas ruang kelas, hal initerutama untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahamisecara langsung oleh pesera didik.
30
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
pembelajaran berfungsi untuk menumbuhkan minat siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dan media juga sebagai sumber belajar yang menarik
perhatian siswa untuk memperoleh informasi tentang pelajaran. Dari
fungsi tersebut, media pembelajaran akan terlihat peranannya sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran.
4.4 Media Grafis
a. Pengertian Media Grafis
Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam, salah satunya
media grafis. Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta,
ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka,
dan simbol/gambar. Asyhar (2012: 102) menyatakan bahwa media
grafis adalah visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin
disampaikan kepada siswa yang dapat dikembangkan dalam berbagai
bentuk seperti foto, gambar, sketsa, grafik,dan bagan.
Sanjaya (2014: 214) menyatakan bahwa media grafis merupakan
media yang mengandung pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan,
huruf-huruf, gambar-gambar, dan simbol-simbol yang mengandung
arti. Adapun Sadiman (2011: 28) menyatakan media grafis termasuk
media visual. Media grafis biasanya digunakan untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta
sehingga menarik dan mudah untuk diingat oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media
grafis adalah media pembelajaran visual yang berfungsi menarik
31
perhatian siswa dalam menerima materi pelajaran yang diberikan
melalui penyajian kata, angka, dan simbol/gambar. Dengan demikian
media grafis bisa digunakan sebagai alat bantu guru dalam
menyapaikan materi pelajaran dikelas.
b. Jenis-jenis Media Grafis
Foto, gambar, kartun, grafik, termasuk dalam media grafis. Media
grafis membantu guru untuk menyampaikan materi ajar dengan
mudah. Menurut Hamdani (2011: 250-254) media grafis memiliki
beberapa jenisnya yaitu: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan (chart),
grafik, teks, audio, animasi, dan video. Hamzah & Nina (2010: 122)
juga menyebutkan berbagai macam media grafis, yaitu gambar diam,
sketsa, diagram, grafik, chart, dan poster. Jenis-jenis media grafis
menurut Sanjaya (2014: 79) sebagai berikut.
1. BaganBagan atau chart adalah media grafis untuk menyajikan pesanpembelajaran dengan mengombinasikan unsur tulisan, gambar danfoto menjadi kesatuan yang bermakna dengan maksud untukmenyederhanakan bahan pelajaran yang kompleks agar mudahdupahami.
2. PosterPoster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatuinformasi, saran atau ide-ide tertentu, sehingga dapat merangsangkeinginan yang melihatnya untuk melaksanakan isi pesan tersebut.
3. KarikaturKarikatur atau kartun adalah media grafis yang mengungkapkanide atau sikap dan pandangan terhadap seseorang, kondisi, kejadianatau situasi tertentu.
4. GrafikGrafik adalah media grafis yang dapat memvisualisasikanperkembangan atau keadaan tertentu secara sederhana dan ringkasmelalui garis dan gambar.
5. Gambar dan Foto Gambar dan foto merupakan media yang umumdipakai untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran. Gambaryang baik bukan hanya dapat menyampaikan saja tetapi dapatdigunakan untuk melatih keterampilan berpikir serta dapatmengembangkan kemampuan imajinasi siswa.
32
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
media grafis adalah media yang berupa gambar/foto, sketsa, diagram,
bagan, grafik, kartun, poster yang dirancang sedemikian rupa guna
untuk menyalurkan pesan mengenai materi pembelajaran kepada
siswa. Adapun dalam penelitian ini menggunakan media gambar.
c. Kelebihan dan Kelemahan Media Grafis
Media grafis merupakan media yang relatif murah apabila dilihat dari
segi biaya. Menurut Susilina dan Riyana (2009: 15) media grafis
memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.
1. Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswaterhadap pesan yang disajikan.
2. Dapat dilengkapi warna-warna sehingga lebih menarikperhatian siswa.
3. Pembuatannya mudah dan harganya murah.
Kelemahannya sebagai berikut.
1. Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannyaterutama untuk grafis yang lebih kompleks.
2. Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.
Suharjo (2008: 111-112) menyebutkan kelebihan dan kelemahan
media grafis adalah sebagai berikut.
1. Lebih ekonomis karena biayanya relatif murah, dapat dipakaiberkali-kali.
2. Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh.3. Dapat menyampaikan data atau rangkuman.4. Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.5. Penggunaannya tanpa menggunakan peralatan khusus dan
mudah penempatannya.6. Jelas dan hanya sedikit memerlukan informasi tambahan.7. Dapat membandingkan suatu perubahan.8. Dapat divariasikan antara media grafis yang satu dengan
yang lainnya.9. Bentuk medianya sederhana sehingga mudah pembuatannya.
33
Kelemahannya sebagai berikut.
1. Tidak dapat menjangkau kelompok penerima pesan yangbesar.
2. Hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja.3. Tidak menampilkan unsur “audio dan motion”.
Indriana (2011: 63) menjelaskan kelebihan media grafis adalah dapat
mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan
yang disajikan, dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih
menarik perhatian siswa, dan proses pembuatannya yang lebih cepat
dan berbiaya murah. Adapun kekurangan dari media grafis adalah
membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama
untuk grafis yang lebih rumit; dan penyajian pesannya berupa unsur
visual saja.
Dari pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan kelebihan
media grafis antara lain mempermudah dan mempercepat pemahaman
siswa terhadap pesan yang disajikan, mampu mengatasi keterbatasan
ruang dan waktu, dapat divariasikan antara media grafis yang satu
dengan yang lainnya sehingga menjadi menarik, sederhana dan
ekonomis. Adapun kekurangannya adalah tidak dapat menjangkau
kelompok penerima pesan yang besar, menekankan persepsi indra
penglihatan saja, dan membutuhkan keterampilan khusus dalam
pembuatannya.
4.5 Fungsi Media Grafis
Media grafis memiliki beberapa fungsi yaitu, menarik perhatian,
memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau
34
konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui
penjelasan verbal (Asyhar, 2012: 57). Selain itu, menurut Daryanto (2010:
19) bahwa fungsi media grafis secara umum adalah untuk menyalurkan
pesan dari sumber ke penerima pesan. Adapun secara khusus media grafis
berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan
atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Musfiqon, 2012: 73). Sudjana (2011:
63) menyatakan fungsi media grafis yaitu dapat mempermudah dan
mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan, dapat
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa media grafis berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran. Penggunaan media grafis dalam pembelajaran dapat
memperjelas sajian pelajaran dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep
yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.
5. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian
bangsa Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda pada saat ini.
Pendidikan yang dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi
pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan
siswa sebagai subjek melalui cara-cara pembelajaran yang demokratis,
partisipatif, kritis, kreatif, dan menantang diri siswa.
35
Winataputra (2014: 1.23) menyatakan bahwa PKn merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Zahromi dalam Susanto, (2013: 226) menyatakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru. Susanto (2013: 225) menyatakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memiliki tujuan untuk
membentuk dan mempersiapkan warga negara yang baik dan berkarakter.
Sebagai bentuk wujud kehidupan yang demokrasi, berlandaskan pada
Pancasila serta UUD dan norma-norma yang berlaku di masyarakat
sehingga dapat menjadi warga negara yang baik.
5.2 Tujuan Pembelajaran PKn SD
Tujuan pembelajaran PKn di sekolah dasar yaitu untuk membentuk watak
atau karakteristik warga negara yang baik. Adapun tujuan pembelajaran
PKn menurut Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006 pp. 272, 280, 287 sebagaimana uraian berikut ini:
36
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isukewarganegaraan.
Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindaksecara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diriberdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapathidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan duniasecara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkanteknologi informasi dan komunikasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/
Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Susanto (2013: 233) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran PKn ini
adalah siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur, dan demokratis secara ikhlas sebagai warga negara
terdidik dan bertanggung jawab. Ruminiati (2007: 26) berpendapat bahwa
tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu
warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa PKn
memiliki tujuan untuk meningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik
serta memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun,
jujur, dan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat. Kelak siswa
37
diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, bersikap baik,
serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.
5.3 Ruang Lingkup PKn SD
Mata pelajaran PKn dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 memuat
ruang lingkup materi, tujuan, dan struktur materi yang harus diajarkan di
masing-masing jenjang pendidikan. Dengan mengacu pada Permendiknas
tersebut, mata pelajaran PKn secara umum telah mengalami perubahan
paradigma. Paradigma tersebut meliputi aspek keilmuan, tujuan
pembelajaran, dan struktur kajian PKn.
Dalam paradigm PKn terdapat tiga komponen yang saling berkitan.
Menurut Winataputra (2014: 201) tiga komponen tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Komponen pengetahuan kewarganegaraan (civil knowledge)berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai
2) Komponen keterampilan kewarganegaraan (civil skills) berupakemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual.
3) Komponen watak/karakter kewarganegaraan (civil dispositions)seperti bertanggung jawab secara moral, disiplin, rasa hormatterhadap nilai dan martabat kemanusiaan, rasa hormat terhadapperaturan, mau mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromiuntuk mencapai kebaikan publik, dan menjunjung tinggi kebenarandan keadilan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, ada delapan materi
pokok standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah memuat komponen sebagai berikut:
persatuan dan kesatuan bangsa, norma, hukum dan peraturan, hak asasi
manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan
politik, pancasila, globalisasi.
38
Jika dipilah-pilah dari kedelapan pokok ke dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya, maka dimensi pembelajarannya mencakup aspek
kajian (1) politik kenegaraan, (2) hukum dan konstitusi, dan (3) nilai moral
pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup kajian tersebut secara rinci
dijelaskan sebagai berikut:
Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalamperbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsaIndonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI), partisipasi dalam pembelaan negara, sikappositif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.
Norma, hukum dan perturan, meliputi: tata tertib dalam kehidupanberkeluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalamkehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilannasional, hukum dan peradilan internasional.
Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dankewajiban masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, hargadiri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusanbersama, prestasi diri persamaan kedudukan warga negara.
Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dankonstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernahdigunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dankecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasimenuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalammasyarakat demokrasi.
Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara danideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,pancasila sebagai ideologi terbuka.
Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luarnegeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubunganinternasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasiglobalisasi.
6. Penelitian yang Relevan
Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
eksperimen dalam skripsi ini:
39
1. Setiawan (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Gaya Magnet di Kelas V Sekolah Dasar Tahun
Pelajaran 2015/2016”. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa . Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata pada nilai pretest kelas eksperimen 45,60 dan kelas kontrol 44,40,
perbedaan ini tidak signifikan hanya selisih 1,20. Adapun rata-rata
nilai posttest pada kelas eksperimen 70,80 dan kelas kontrol 59,20.
Pada rata-rata nilai posttest ini perbedaannya sangat signifikan, pada
kelas eksperimen diperoleh rata-rata yang paling besar setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Terdapat kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan menggunakan media
grafis. Namun, terdapat perbedaan terhadap penelitian Setiawan yaitu
penelitian Setiawan bertujuan untuk mengamati hasil belajar pada
konsep gaya magnet di kelas V SDN Lialang tahun pelajaran
2015/2016 di Serang Banten, sedangkan peneliti melakukan penelitian
untuk mengamati hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas V
SDN 2 Branti Raya tahun pelajaran 2017/2018.
2. Firmanto (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Rukti Harjo Tahun Pelajaran 2013/2014”.
40
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pembelajaran kooperatif
tipe TPS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh thit= 0,0226 maka diperoleh jawaban dari
rumusan masalah yaitu: perhitungan uji kesamaan dua rata -rata
diperoleh thit = 0,0226 lebih besar dari ttabel = 0,0368 pada taraf
signifikasi 5% dilambangkan thit < ttabel, sehingga untuk jawaban dari
rumusan masalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Rukti Harjo adalah berpengaruh, dilihat dari
hasil perhitungan rata-rata yang menunjukkan hasil thit < ttabel.
Terdapat kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu sama-sama menggunakan penelitian eksperimen dan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Namun,
terdapat perbedaan terhadap penelitian Firmanto yaitu penelitian
Firmanto tidak menggunakan media grafis, serta bertujuan untuk
mengamati hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV,
tempat penelitian di SD Negeri 2 Rukti Harjo tahun pelajaran
2013/2014 di Lampung Tengah. Adapun peneliti melakukan penelitian
untuk mengamati hasil belajar pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V
SDN 2 Branti Raya tahun pelajaran 2017/2018.
3. Putu (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Berpengaruh terhadap Sikap Ilmiah
dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Ungasan tahun
2015/2016”. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada penelitian
41
di SDN Ungasan menunjukkan (1) terdapat perbedaan hasil belajar
antara siswa yang menggunakan model TPS dengan pembelajaran
secara konvensional (FA= 16,68 dengan p < 0,05), (2) terdapat
perbedaan sikap ilmiah pada pelajar IPA antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS dengan
pembelajaran secara konvensional (FA= 29,56 dengan p < 0,05), (3)
tedapat perbedaan secara simultan dengan model kooperatif tipe TPS
dengan pembelajaran secara konvensional .
Terdapat kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu sama-sama menggunakan penelitian eksperimen dan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS). Namun, terdapat perbedaan terhadap penelitian Putu yaitu
penelitian Putu terdapat tiga variabel penelitian yaitu model
pembelajaran think pair share, sikap ilmiah , dan hasil belajar. Adapun
peneliti melakukan penelitian eksperimen terdapat dua variabel
penelitian yaitu model pembelajaran think pair share dengan media
grafis dan hasil belajar pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas V SDN 2
Branti Raya.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan pendapat untuk mengetahui adanya hubungan
antarvariabel yang ada dalam penelitian. Sugiyono, (2014: 272)
mengemukakan bahwa kerangka pikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
42
Menurut Arikunto (2013: 99) kerangka pikir adalah bagian dari teori yang
menjelaskan tentang alasan atau argumen bagi rumusan hipotesis, akan
menggambarkan alur pemikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada
orang lain, tentang hipotesis yang diajukan. Pada bagian ini akan dijelaskan
pengaruh antara model kooperatif tipe think pair share dengan media grafis
dan hasil belajar siswa.
Kerangka pikir dalam penelitian ini ada input, proses, dan output. Input dari
penelitian ini adalah masalah-masalah yang ditemui ketika observasi, terlihat
banyak siswa yang mengobrol saat pembelajaran berlangsung, kurang
memperhatikan ketika dijelaskan, dan cenderung pasif saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan guru tidak menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa.
Masih melaksanakan model pembelajaran yang berpusat pada guru yaitu guru
hanya menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Guru belum banyak
menggunakan variasi model dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa masih rendah.
Hal tersebut perlu adanya proses yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki
pembelajaran berupa penerapan model kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis pada hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini
menuntut siswa belajar secara aktif dan bertanggung jawab untuk setiap tugas
yang diberikan.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar
43
siswa. Hubungan antarvariabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
kerangka pikir sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Keterangan:
X = Model Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan media grafis
Y = Hasil Belajar
= Pengaruh
Alur kerangka pikir pada gambar 1 dapat dideskripsikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis yang
dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih
mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran. Dengan demikian
memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat
pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share dengan media grafis terhadap hasil belajar PKn siswa kelas
V SDN 2 Branti Raya”.
X Y
44
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Secara sederhana
penelitian eksperimen adalah penelitian yang mencari pengaruh dari suatu
perlakuan yang diberikan. Campbell dan Stanley dalam Yusuf, (2014: 77)
menyatakan penelitian eksperimental merupakan suatu bentuk penelitian
dimana variabel dimanipulasi sehingga dapat dipastikan pengaruh dan efek
variabel tersebut terhadap variabel lain yang diselidiki atau diobservasi.
Sanjaya (2014: 85) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan
atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi
tertentu. Objek penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share dengan media grafis (X) terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas V (Y).
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kuantitatif. Alasan
mengapa peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena peneliti ingin
mengetahui sejauh manakah pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share dengan media grafis terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas V dan tidak memfokuskan pada subjektivitas dalam
penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi
Experimental Design. Desain penelitian ini tidak mengambil subjek secara
45
acak dari populasi tetapi menggunakan seluruh subjek dalam kelompok yang
utuh untuk diberi perlakuan.
Adapun pola yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah The
None Equivalent Group Design. Desain ini dibedakan dengan adanya pretest
sebelum perlakuan diberikan. Karena adanya pretest, maka pada desain
penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Pretest dalam
desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan secara statistik
(statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
terhadap capaian skor (gain score).
Menurut Sugiyono (2013: 116) bahwa non-equivalent control group design
digambarkan sebagai berikut.
O1 X O2
O3 O4
Gambar 2. Desain penelitian.
Keterangan:O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)X = perlakuan model kooperatif tipe think pair share dengan media grafisO2 = nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
Setelah diketahui tes awal dan tes akhir maka dihitung selisihnya yaitu:O2 – O1 = Y1
O4 – O3 = Y2
Keterangan:Y1 = Hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan model kooperatif tipe
think pair share dengan media grafis.Y2 = Hasil belajar siswa tanpa perlakuan
Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan model
46
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis sedangkan
kelas kontrol adalah kelas pengendali yaitu kelas yang tidak diberi perlakuan.
Pelaksanaan pretest yang dilakukan sebelum melakukan perlakuan, baik
untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (O1, O3) dapat
digunakan sebagai dasar dalam menentukan perubahan. Pemberian posttest
pada akhir perlakuan akan menunjukkan seberapa jauh akibat dari perlakuan.
Hal ini dilakukan dengan cara melihat perbedaan nilai (O2 - O4), sedangkan
pada kelompok kontrol tidak diperlakukan apa pun.
B. Prosedur Penelitian
Sintak atau prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memilih subjek penelitian yaitu peserta didik kelas V SDN 2 Branti
Raya. Subjek uji coba instrumen soal tes dan kuesioner (angket) yaitu 26
orang peserta didik yang tidak termasuk dalam sampel penelitian,
2. Menyusun kisi-kisi dan instrumen pengumpul data yang berupa tes dan
angket.
3. Menguji coba instrumen pengumpul data pada subjek uji coba instrumen.
4. Menganalisis data dari hasil uji coba instrumen untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah dibuat valid dan reliabel
5. Melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran di kelas
kontrol dan eksperimen serta membagikan instrumen angket di kelas
eksperimen.
6. Menghitung kedua data yang diperoleh untuk mengetahui pengaruh yang
signifikan antara variabel X dan variabel Y.
7. Interpretasi hasil perhitungan data.
47
C. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Branti Raya yang
berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas VA dengan jumlah 31 siswa
dan kelas VB berjumlah 33 siswa.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Branti Raya, Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah diawali dengan observasi pada bulan Oktober 2017.
Pembuatan instrumen dilaksanakan pada bulan Desember 2017 dengan
tujuan dilaksanakan pada pembelajaran semester genap tahun 2017/2018.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua macam variabel penelitian yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
a) Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan
antecedent. Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa variabel bebas
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share dengan media grafis (X).
48
b) Variabel Dependen
Sering disebut juga sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar
PKn siswa (Y).
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada sifat-
sifat yang didefinisikan dan diamati. Untuk memberikan penjelasan
mengenai variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian. Berikut ini
akan diberikan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut.
a) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share denganMedia Grafis
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media
grafis merupakan model pembelajaran yang mengajarkan siswa
untuk belajar berpikir mandiri dan mengajarkan siswa untuk bekerja
sama secara berpasangan dengan menggunakan media berupa
gambar.
b) Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah perubahan yang dialami oleh siswa setelah
mengalami kegiatan pembelajaran. Suprijono (2013: 5) menyatakan
bawa hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil
belajar pada kegiatan ini difokuskan pada aspek kognitif.
49
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Yusuf (2014: 147) menyatakan bahwa populasi atau universe ialah
jumlah keseluruhan unit analisis. Adapun Sugiyono (2013: 77)
menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Kasmadi (2014: 65) mengemukakan populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup,
dan waktu yang sudah ditentukan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
populasi adalah jumlah keseluruhan/kelompok yang ditetapkan oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
2 Branti Raya yang berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas VA
dengan jumlah 33 siswa dan kelas VB berjumlah 34 siswa.
Tabel 2. Data siswa kelas VA dan VB SDN 2 Branti Raya.
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VA 12 19 31
2. VB 15 18 33
Jumlah 27 37 64
(Sumber: Data guru kelas VA dan VB SDN 2 Branti Raya)
2. Sampel Penelitian
Sampel sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subjek
dari suatu populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang
populasi. (Gulo, 2010: 78). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability sampling. Sugiyono (2013 :122)
50
menyatakan bahwa non probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sugiyono
(2013: 124) menyatakan bahwa sampel jenuh ialah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai hasil. Sampel
dalam penelitian ini adalah dua kelas di SDN 2 Branti Raya. Siswa kelas
VB sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 33 siswa, dan VA sebagai
kelas kontrol berjumlah 31 siswa.
F. Teknik dan Instrumen Penelitian
1. Pengertian Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan peneliti berupa instrumen tes. Sanjaya (2014:
251) menyatakan bahwa instrumen tes adalah alat untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran,
misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasi
materi pelajaran tertentu, digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran
tersebut, untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam
menggunakan alat tertentu, maka digunakan tes keterampilan
menggunakan alat tersebut, dan lain sebagainya.
Guna mengumpulkan data yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu
seperti kriteria reliabilitas dan validitas. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data hasil belajar ranah kognitif. Bentuk tes yang diberikan
berupa soal pilihan jamak, setiap jawaban benar memiliki skor 1 dan
jawaban salah memiliki skor 0.
51
2. Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010: 151). Kuesioner
dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam
menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai
adalah angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan angket untuk
memperoleh data mengenai model kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis yang dimiliki siswa. Sebaran angket yang akan
dilaksanakan dengan menggunakan skala Likert tanpa pilihan jawaban
netral. Siswa diharapkan menjawab pertanyaan sesuai dengan kesadaran
yang sebenarnya. Skor dari pertanyaan bersifat positif dan negatif
diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 3. Skor jawaban angket
Bentuk PilihanJawaban
Skor
Pola Jawaban Positif Pola Jawaban NegatifSangat Baik 4 1
Baik 3 2Cukup Baik 2 3Tidak Baik 1 4
(Sumber: Kasmadi 2014: 76)
3. Uji Coba Instrumen Tes
Setelah instrumen tes tersusun kemudian diujicobakan kepada kelas yang
bukan menjadi subjek penelitian. Tes uji coba ini dilakukan untuk
mendapatkan persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas tes. Tes uji ini
dilakukan pada kelas V SDN 1 Branti Raya. Alasan peneliti memilih
SDN 1 Branti Raya karena mayoritas guru berpendidikan S1, sama-sama
52
menerapkan KTSP, memiliki nilai KKM sama yaitu 70 pada mata
pelajaran PKn, dengan akreditas B.
4. Uji Persyaratan Instrumen
Setelah diadakan uji coba instrumen, selanjutnya menganalisis hasil uji
coba instrumen. Uji coba tersebut meliputi validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Yusuf (2014: 234), validitas yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-
benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Menurut Sanjaya
(2014: 254) validitas adalah tingkat kesahihan dari suatu tes yang
dikembangkan untuk mengungkapkan apa yang hendak diukur.
Pada penelitian ini terdapat dua jenis instumen pengumpul data yang
berbeda yaitu angket dan soal tes, sehingga diperlukan dua teknik
analisis uji validitas yang berbeda, berikut peneliti jabarkan.
1) Vailiditas Soal Tes Kognitif
Mengukur tingkat validitas soal, digunakan rumus korelasi point
biserial dengan bantuan program microsoft office excel 2010,
rumus yang digunakan sebagai berikut.
rpbi =
Keterangan:rpbis = koefisien korelasi point biserialMp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab
benar item yang dicari korelasiMt = mean skor totalSt = simpangan totalp = proporsi subjek yang menjawab benar item
tersebutq = 1-P(Kasmadi, 2014: 157)
53
Tabel 4. Interpretasi koefisien korelasi nilai r.
Besar koefisien korelasi Interpretasi0,80 – 1,00 Sangat kuat0,60 – 0,79 Kuat0,40 – 0,59 Sedang0,20 – 0,39 Rendah0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Sumber: Sugiyono, 2014: 257)
Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α= 0,05, maka alat
ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung <
rtabel, maka alat ukur tersebut tidak valid.
2) Vailiditas Angket
Mengukur tingkat validitas angket menggunakan rumus korelasi
product moment dengan bantuan Microsoft Ofice Exel 2013,
rumus yang digunakan sebagai berikut (Gunawan, 2013: 119).
Korelasi: rxy =∑ (∑ )(∑ )∑ – (∑ ) ∑ – (∑ )
Keterangan:rxy = Koefisien Korelasi antara Variabel x dan yx = Skor Itemy = Skor TotalN = Banyaknya Objek (Jumlah sampel yang diteliti)
Distribusi/tabel r untuk α =0,05
Kaidah keputusan : Jika rhitung> rtabel berarti valid, sebaliknya
Jika rhitung< rtabel berarti tidak valid atau drop out
b. Reliabilitas
Yusuf (2014: 242) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu
instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan
54
dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel apabila
instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara berulang-
ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama. Dalam penelitian
ini, digunakan 2 teknik untuk mengukur reliabilitas yaitu teknik
Alpha untuk mengukur reliabilitas angket dan teknik Kuder
Richarson untuk mengukur reliabilitas tes pilihan jamak. Kriteria
tingkat reliabilitas tes dan angket dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 5. Koefisien reliabilitas.
No Koefisien reliabilitas Tingkat reliabilitas1 0,80 – 1,00 Sangat kuat2 0,60 – 0,79 Kuat3 0,40 – 0,59 Sedang4 0,20 – 0,39 Rendah5 0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Sumber: Sugiyono, 2012: 276)
1) Reliabilitas Soal Tes Kognitif
Menghitung reliabilitas soal tes maka digunakan rumus KR. 20
(Kuder Richardson) sebagai berikut
Keterangan:r11 = reliabilitas tesp = proporsi subjek yang menjawab item dengan benarq = proporsi subjek yang menjawab item dengan salahΣpq = jumlah hasil perkalian antara p dan qN = banyaknya/jumlah itemS = standar deviasi dari tes(Arikunto, 2010: 115)
Perhitungan reliabilitas tes pada penelitian ini dibantu dengan
program Microsoft Office Excel 2010. Kemudian dari hasil
perhitungan tersebut akan diperolah kriteria penafsiran untuk
55
indeks reliabilitasnya. Indeks reliabilitas dapat dilihat dari tabel
berikut.
2) Reliabilitas Angket
Teknik atau rumus ini digunakan untuk menentukan apakah
suatu instrumen penelitian reliabel atau tidak, bila jawaban yang
diberikan responden berbentuk skala seperti 1 – 3, dan 1 – 5,
serta 1 – 7 atau jawaban responden yang menginterpretasikan
penilaian sikap (Siregar, 2013: 57). Dalam penelitian ini, rumus
alpha digunakan untuk mengukur reliabilitas angket dengan
bantuan program Microsoft Office Excel 2010. Tahapan
perhitungan reliabilitas menurut Siregar (2013: 57) yaitu:
a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan
= ∑ − ∑b. Menentukan nilai varians total
= ∑ − ∑c. Menentukan reliabilitas instrumen
= 1 − ∑Dimana:N = Jumlah sampelXi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaanX = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan2
t = Varians total2
b = Jumlah varians butirK = Jumlah butir pertanyaanr11 = Koefisien reliabilitas instrumen
56
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliable dengan
menggunakan teknik ini, bila koefisien korelasi (r11) > 0,6
(Siregar, 2013: 57). Dari butir pertanyaan angket yang valid,
dicari reliabilitas angket menggunakan rumus koefisien alpha
dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2010.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol
maka diperoleh data berupa hasil pretest, posttest dan peningkatan
pengetahuan (N-Gain). Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, menurut
Meltzer dalam Khasanah, (2014: 39) dapat digunakan rumus sebagai berikut.
G =
Dengan katagori sebagai berikut.
Tinggi : 0,7 ≤ N-Gain ≤ 1
Sedang : 0,3 ≤ N-Gain ≤ 0,7
Rendah : N-Gain < 0,3
Sumber : Meltzer dalam Khasanah, (2014: 39)
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada
beberapa cara yang digunakan untuk menguji normalitas data, antara
lain dengan kertas peluang normal, uji chi kuadrat, uji liliefors,
dengan teknik kolmogorov-smirnov, dan dengan SPSS 20.0.
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.
57
1) Rumusan hipotesis:
Ho = Populasi yang berdistribusi normal
Hi = Populasi yang berdistribusi tidak normal
2) Rumus statistik yang digunakan yaitu rumus chi-kuadrat:
= ( − )Keterangan:X2 : chi kuadratfh : frekuensi yang diharapkanfo : frekuensi yang diperoleh(Muncarno, 2017: 75)
Untuk mencari fo (frekuensi yang diperoleh) dan fh (frekuensi
yang diharapkan) membuat langkah-langkah sebagai berikut.
a. Membuat daftar distribusi frekuensi.
1. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar-data terkecil.
2. Menentukan banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n.
3. Menentukan panjang kelas interval (P) =
4. Menentukan rata-rata simpangan baku.
b. Membuat daftar distribusi frekuensi harapan (fh) dan
frekuensi pengamatan (fo).
Kriteria uji yaitu:
Tolak Ho jika: 2ℎ ≥ 2(1−∝),( −3)
Dimana:
α = taraf signifikansi 5%
k = banyaknya kelas interval
58
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua
sampel berasal dari populasi dengan variansi yang sama atau tidak.
Analisis ini dilakukan untuk memastikan apakah asumsi
homogenitas pada masing-masing kategori data sudah terpenuhi atau
belum. Apabila asumsi homogenitasnya terbukti maka peneliti dapat
melakukan pada tahap analisis data lanjutan. Teknik pengujian
homogenitas dua variabel sebagai berikut.
Rumusan hipotesis:
Ho = Populasi mempunyai varians yang homogen.
Hi = Populasi mempunyai varians yang tidak homogen.
Uji homogenitas digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut.
F = varian terbesarvarian terkecil(Muncarno, 2017: 69)
Harga Fhitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel untuk
diuji signifikansinya dengan taraf signifikansi yaitu 0,05.
Keperluan penelitian hanya untuk keluaran test of homogenity of
varience yg digunakan, sementara keluaran data yang lain tidak
digunakan. Selanjutnya data keluaran tersebut ditafsirkan dengan
memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-
rata (based of mean). Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : variansi pada tiap kelompok sama (homogen)
H1 : variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)
59
Guna menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut
ini.
a. Tetapkan taraf signifikansi uji, α = 0,05.
b. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
c. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka variansi setiap sampel
sama (homogen).
d. Jika variansi yang diproleh < α, maka variansi setiap sampel tidak
sama (tidak homogen).
2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar dan Angket
a. Nilai Hasil Belajar
Nilai hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara individu dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
NP = X 100Keterangan:NP = nilai pengetahuanR = skor yang diperoleh/item yang dijawab benarSM = skor maksimum100 = bilangan tetap(Purwanto, 2008: 102)
Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar seluruh siswa dapat dihitung
dengan rumus berikut.
X =
Keterangan:X = nilai rata-rata seluruh siswaΣX = total nilai yang diperoleh siswan = jumlah siswa(Aqib, dkk., 2010: 40)
60
b. Angket
Data hasil penyebaran angket respon siswa terhadap pembelajaran
PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis secara individu dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
N = X 100Keterangan:N = nilai angket individuR = skor perolehanSM = skor maksimum100 = bilangan tetap(Purwanto, 2008: 102)
Kemudian pengukuran angket penerapan model kooperatif tipe
think pair share didasarkan pada rata-rata nilai angket seluruh
siswa yang dapat dihitung dengan rumus berikut.
X =( )
Keterangan:X = nilai rata-rata angket seluruh siswaf = frekuensix = nilai tengah kelas intervalΣf(x) = total nilai yang diperoleh siswan = jumlah siswa(Aqib, dkk., 2010: 40)
c. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal
Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara
klasikal dapat digunakan rumus berikut.
P = x 100 %
61
Tabel 6. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa.
No Persentase Kriteria1 >85% Sangat tinggi2 65-84% Tinggi3 45-64% Sedang4 25-44% Rendah5 < 24% Sangat rendah
(Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk., 2010: 41)
3. Pengujian Hipotesis
Jika sampel atau data dari populasi yang berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh X (model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share) terhadap Y (hasil
belajar PKn) maka diadakan uji kesamaan rata-rata. Pengujian
hipotesis ini menggunakan independent sampel t-test dengan rumus
= −( − 1) + ( − 1)( + ) − 2 . ( 1 + 1 )Keterangan :X1 = rata-rata data pada sampel 1X2 = rata-rata data pada sampel 2n1 = jumlah anggota sampel 1n2 = jumlah anggota sampel 2
= variansi sampel 1= variansi sampel 2
(Muncarno, 2017: 67)
Kriteria Uji:
thitung ≤ ttabel maka H0 diterima
thitung > ttabel maka H0 ditolak
Dimana: α = taraf signifikansi 5%
n = jumlah sampel
62
Rumusan Hipotesis
Ha = (Terdapat pengaruh signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan
media grafis terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V
SDN 2 Branti Raya).
H0 = (Tidak terdapat pengaruh signifikan pada penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis terhadap hasil belajar PKn siswa
kelas V SDN 2 Branti Raya).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kontrol
diperoleh data sebesar χ2hitung = 2,309 < χ2
tabel = 11,070 dan χ2hitung = 1,841 <
χ2tabel = 11,070, data berdistribusi normal. Perhitungan uji homogenitas
pretest melalui perbandingan Fhitung dengan Ftabel diperoleh data yaitu (1,09 <
1,84), berarti Ho diterima karena data memiliki varian sama. Hasil uji
normalitas posttest kelas eksperimen dan kontrol menggunakan rumus chi
kuadrat sebesar χ2hitung = 2,009 < χ2
tabel = 11,070 dan χ2hitung = 1,425 < χ2
tabel =
11,070 berarti data berdistribusi normal, sedangkan hasil uji homogenitas
posttest menggunakan uji F menunjukkan bahwa Fhitung = 1,14 < Ftabel = 1,84.
Berdasarkan hasil pengujian nilai posttest menunjukkan bahwa kedua kelas
tersebut berdistribusi normal dan varian homogen.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test diperoleh data thitung =
3,733 > ttabel = 2,000 berarti Ha diterima. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media grafis terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 2 Branti Raya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe
82
think pair share dengan media grafis, terdapat beberapa saran yang ingin
dikemukakan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Bagi siswa, terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe think pair share dengan media grafis, hendaknya
siswa bekerja secara mandiri dan berpartisipasi aktif dalam proses
menginvestigasi masalah.
2. Bagi guru, model kooperatif tipe think pair share dengan media grafis dapat
dipakai sebagai alternatif dalam memberikan variasi pada proses
pembelajaran. Untuk menerapkan model pembelajaran tersebut guru
sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang langkah-langkah
penerapan model kooperatif tipe think pair share dengan media grafis dan
menyiapkan instrumen yang sesuai dengan indikator yang akan diukur.
3. Bagi sekolah yang ingin menerapkan model kooperatif tipe think pair share
dengan media grafis hendaknya memberikan dukungan kepada guru yang
berupa perlengkapan fasilitas sekolah yang mendukung tercapainya
pembelajaran ini secara maksimal.
4. Bagi peneliti lanjutan yang ingin menerapkan model kooperatif tipe think
pair share dengan media grafis, sebaiknya dicermati dan dipahami kembali
cara penerapannya dan instrumen penelitian yang digunakan. Selain itu,
materi harus disiapkan dengan sebaik mungkin agar memperoleh hasil yang
baik dan keterbatasan dalam penelitian ini dapat diminalisir untuk penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, dan TK. YramaWidya. Bandung.
. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(INOVATIF). Yarma Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi(Revisi VD). Rineka Cipta. Jakarta
. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. ReferensiJakarta. Jakarta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta
Djamarah & Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada MataPelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Siswa Kelas XIIIPA SMAN I Gondangwetan Pasuruaan. Universitas Malang.
Firmato, Dedi. 2014. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadapHasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Rukti Harjo. UniversitasLampung.
Fitriani, dkk. 2016. Target Nilai 10 UN SMP/MTS 2016 Sistem CBT. Kawah Media.Jakarta.
Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta.
Gunawan, Muhamad Ali. 2013. Statistik untuk Penelitian Pendidikan. ParamaPublishing. Yogyakarta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Hamdayama, Jumata. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif danBerkarakter. Ghalia Indonesia. Jakarta.
84
Hamzah B & Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan InformasiPembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperatif Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Pengajaran, Mengenal, Merancang danMempraktikannya. DIVA Press. Yogyakarta.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Kasmadi & Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.Alfabeta. Bandung.
Khasanah, Faridhatul. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif TipeTeka-Teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4 MetroTimur. Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/21116 Diaksespada tanggal 12 November 2017.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. RefikaAditama. Bandung.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Marbun, Rosnita. 2013. Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Think PairShare untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada PembelajaranMatematika Kelas IVA SD Negeri 1 Panjang Selatan Bandar Lampung Tahun2012/2013. Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/21116Diakses pada tanggal 15 April 2018.
Masitoh. 2009. Strategi Pembelajaran. Departemen Agama Republik Indonesia.Jakarta.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT RemajaRosdakarya. Bandung.
Muncarno. 2017. Statistika Pendidikan Edisi Pertama. Media Akademi. Yogyakarta.
Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT PrestasiPustakarya. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. RemajaRosdakarya. Bandung.
85
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. DepartemenPendidikan Nasional. Jakarta
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Sadiman. 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatannya. PT Rajawali Pers. Jakarta
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Samsuri. 2011. Pendidikan Karakter Warga Negara. Diandra Pustaka Indonesia.Yogyakarta.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana PrenadamediaGrup. Jakarta.
Setiawan, Nanang. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think PairShare terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya Magnet di Kelas VSekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.
Siregar, Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana. Jakarta
Sohimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-RuzzMedia. Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.Bandung.
Sugiyono . 2012. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.Bandung.
Suharjo. 2008. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar, Teori dan Praktik. DepdiknasDirjend Dikti Direktorat Ketenagaan. Jakarta.
Sundayana, Rostina. 2016. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.Alfabeta. Bandung.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Prenadamedia Group. Jakarta
86
Susanto, Ahmad . 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.Prenadamedia Group. Jakarta.
Susilina & Riyana. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,Pemanfaatan, dan Penilaian. CV Wacana Prima. Bandung.
Sutikno, Sobri. 2014 . Metode dan Model Pembelajaran. Holistika. Lombok
Tim Penyusun. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.Depdiknas. Jakarta .
. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar ProsesUntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.
. 2009. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.
. 2014. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Tentang PenilaianHasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah . Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Winataputra, Udin. 2014. Pendidikan PKn di SD. Universitas Terbuka. Banten.
Witaningtyas, Diah, P. 2016. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair ShareBerengaruh Terhadap Sikap dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. UniversitasPendidikan Ganesha
Yusuf, A, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan PenelitianGabungan. Kencana. Jakarta.