PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERSTRUKTUR TERHADAP BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI LAJU REAKSI
(Sebuah Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
IKA DESTARI AULLIA
109016200001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEⅣIBAR PENGESAHAN
PENGARUⅡ Ⅳ10DEL PEⅣ IBELAJARAN INKUIRITERSTRUKTUR TERⅡ ADAPBERPIKIR KRITIS SISWA PADA PIATERI LAJU REAKSI
(Sebuah Penelitian Kuasi Ekspe五 men di SPIA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUntuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Ika Desta五 Aullia
109016200001
Di bawah Bimbingan
Illng II
影
NIP.197601072005011007Salamah Agung Ph.D
NIP.197906242006042002
PROGRAPISTUDI PENDⅡ )IKAN KIMIA
FAKULTASILPIIU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAM NEGERI
SYARIF ⅡIDAYATULLAⅡ
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi be{udul "Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Laju Reaksi" disusun oleh Ika Destari
Aullia , NIM. 109016200001, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarla,
dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah padatanggal 30 Juni 2016
dihadapan Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta,30 Juni 2016
Panitia Ujian Munaqosah
Kctua Palllda(Ketua Prodi Kimi→
Burhanudin Milalna.M.Pd
NIP.197702012008011011
PcnguJl I
Nanda SarlDcwi M.SiNコP.198410212009122004
PenttiIIE宙 Sapinatul Bahriah,M.PdNIP.
Dckan Fakul
UIN S
Prof. Dr.
Tanggal
=* /e 'Tn L
Tanda Tangan
ろ°「6ユ°lβ
多οスチ
υl(
Mengetahui,Ilmu Tarbiyah
Hidayatul
NIP.
i
ABSTRAK
Ika Destari Aullia, NIM. 109016200001, Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul : “Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Berpikir Kritis Siswa pada Materi Laju
Reaksi”. Penelitian kuasi eksperimen di kelas XI SMA Negeri 12 Kota Tangerang
Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
kimia pada materi laju reaksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui instrument tes yang
kemudian dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada taraf
signifikansi 5% nilai thitung sebesar 4,047 lebih besar dari ttabel sebesar 1,998
sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa diterima. Dengan
demikian, pembelajaran kimia yang menggunakan model inkuiri terstruktur dapat
membantu meningkatkan berpikir kritis siswa dengan memperoleh nilai rata-rata
N-gain sebesar 0,33 yang berarti peningkatan berpikir kritis siswa tergolong
sedang.
Kata Kunci : Inkuiri Terstruktur, Berpikir Kritis, Laju Reaksi
ii
ABSTRACT
Ika Destari Aullia, NIM. 109016200001, Chemistry Education Studies
Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers
Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Title : “ The Effect of Inquiry
Structured Model on Critical Thinking on Material Rate of Reaction”. Quasi-
experimental studies in class XI SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan. This
study aims to determine the effect of inquiry structured model of critical thinking
skills in chemistry learning especially on material rate of reaction. The method
used in this study is quasi-experimental research with nonequivalent control
group design. The sample used in this study were taken by purposive sampling
technique, data collecting techniques acquired through test instrument which is
analyzed by using the t test. The result showed that at 5% significance level, we
found the tcount is 4,047 greater than the ttable is 1,998 so the hypothesis that said
there are significant affect from Inquiry structured model on critical thinking
accepted. This inqury structured model can improve students’ critical thinking
skills with obtaining the average value of N-gain about 0,33 which means that
classification of increase the students’ critical thinking skills is medium-g
Keywords : inquiry structured, Rate of Reaction, Critical Thinking
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan
rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya yang tiada tara kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “pengaruh
model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa pada materi
laju reaksi” untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
senantiasa memberikan bantuan berupa bimbingan, dukungan, saran, pemikiran,
serta tenaga yang sangat membantu penulis dalam penyelesaiian skripsi ini,
diantaranya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Burhanudin Milama, M.pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sekaligus penasehat
akademik angkatan 2009. Yang telah sabar meluangkan waktunya untuk
memberikan nasehat dan saran sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Tonih Feronika., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
5. Ibu Salamah Agung., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
6. Ibu Nanda Saridewi M.Si, selaku dosen penguji I
7. Ibu Evi Sapinatul bahriah M.Pd, selaku dosen penguji II
iv
8. Ibu dan bapakku tersayang, ibu Nawiyah dan bapak Muhammad Dadon, yang
selalu menjadi nomor satu dalam hidupku dan selalu memberikan do’a serta
ridho dalam setiap langkahku sehingga semuanya dapat berjalan dengan
lancar. Terimakasih atas curahan kasih sayang kalian, semoga Allah
senantiasa memuliakan kalian dunia dan akhirat
9. Mas Hendra Agung Saputra., suamiku tersayang yang telah menjadi motivasi
dan semangat baru dalam hidupku. Terimakasih atas semangat, do’a dan
kesabarannya dalam mendampingiku.
10. Ifan Kurnia, adikku tersayang terimakasih sudah menjadi saudara yang
menyenangkan, semoga Allah SWT menumbuhkan semangat belajar lagi
untukmu.
11. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 Khususnya Anita
Eka Pratiwi, Silvy Taqwa, Maharani Intan Kartika, Desy Rositasari, Syifa
Leonita, Nur waljiniana yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi,
terimakasih kawan, aku tak akan melupakan kalian.
12. Rekan-rekan seperjuangan di detik-detik terakhir skripsi ini Maharani Intan
Kartika, Iis Shaliha, Marfuah, Gina Agnia Firdausi yang saling memberikan
semangat dan motivasinya dalam penyelesaiian skripsi ini.
13. Pihak-pihak lainnya yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan, do’a,
motivasi, serta bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis berharap
agar skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis, melainkan
bagi para pembaca. Penulis hanyalah manusia yang tak pernah luput dari
kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi
ini.
Ciputat, 2016
Penulis
Ika Destari Aullia
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRAC .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................ 6
1. Pendekatan Inkuiri ................................................................. 6
2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur .............................................. 12
3. Berpikir Kritis Siswa ............................................................. 15
4. Konsep Laju Reaksi ................................................................ 26
vi
5. Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ............................... 29
B. Penelitian Relevan ...................................................................... 37
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 39
D. Pengajuan Hipotesis .................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 41
1. Metode Penelitian ................................................................. 41
2. Desain Penelitian ................................................................. 41
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 42
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43
E. Instrument Penelitian ................................................................. 43
F. Kalibrasi Instrumen .................................................................... 44
1. Validitas ............................................................................... 44
2. Reliabilitas ........................................................................... 45
3. Tingkat Kesukaran ............................................................... 46
4. Daya Pembeda ...................................................................... 47
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 49
1. Uji Normalitas ...................................................................... 49
2. Uji Homogenitas .................................................................. 49
3. Uji Normalitas Gain ............................................................. 50
4. Uji Hipotesis ........................................................................ 50
H. Hipotesis Statistik ....................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 52
1. Hasil Pretes ............................................................................. 52
2. Hasil Postes ............................................................................. 54
B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................. 55
1. Uji Normalitas ...................................................................... 55
2. Uji Homogenitas ................................................................. 57
vii
3. Uji N-gain ............................................................................. 57
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ....................................... 58
1. Uji Hipotesis ........................................................................ 58
2. Pembahasan .......................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 63
B. Saran ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Inkuiri ........................................................... 9
Tabel 2.2. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur......................................... 14
Tabel 2.3. Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis ....................................... 20
Tabel 2.4. Indikator Berpikir Kritis ................................................................ 22
Tabel 3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 42
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis ................................................. 44
Tabel 3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ........................................... 45
Tabel 3.4. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen .................................... 46
Tabel 3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran ...................................................... 47
Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda Soal .................................................... 48
Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................ 52
Tabel 4.2. Persentase Ketercapaian Indikator Berpikir Kritis (pretes) ............ 53
Tabel 4.3. Hasil Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....................... 54
Tabel 4.4. Persentase Ketercapaian Indikator Berpikir Kritis (postes) ........... 55
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes .......................................... 56
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes ...................................... 57
Tabel 4.7. Nilai Rata-rata Hasil Uji N-gain Pretes dan Postes ........................ 58
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Data Pretes ...................................................... 58
Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Data Postes ..................................................... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Perubahan Konsentrasi Pereaksi dan Hasil Reaksi ...... 28
Gambar 2.2. Tumbukan Efektif dan Tumbukan Tidak Efektif ........................ 30
Gambar 2.3. Energi yang Dapat Menghasilkan Reaksi ................................... 30
Gambar 2.4. Diagram Potensial Reaksi Eksoterm dan Endoterm .................. 31
Gambar 2.5. Grafika Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ............... 33
Gambar 2.6. Gambar Tumbukan Antar Partikel .............................................. 33
Gambar 2.7. Grafik Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi ......... 34
Gambar 2.8. Gambar Tumbukan Antar Partike pada Suhu Rendah ............... 34
Gambar 2.9. Grafik perubahan Suhu Terhadap Laju Reaksi .......................... 35
Gambar 2.10. Diagram Energi Potensial ......................................................... 36
Gambar 2.11. Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 40
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... 69
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Berpikir Kritis ..................................... 98
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Berpikir Kritis ...................... 105
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Berpikir Kritis Siswa ......................... 107
Lampiran 5. Hasil Uji Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran Instrumen .................................................................. 109
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ................................................................... 112
Lampiran 7. Jawaban dan Kriteria Skor Instrumen Berpikir Kritis Siswa ..... 115
Lampiran 8. Hasil Pretes dan Postes Kelas Kontrol ....................................... 125
Lampiran 9. Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ................................. 126
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ............................... 135
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ........................ 136
Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol .............................. 137
Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ....................... 138
Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ............................................................ 139
lampiran 15. Perhitungan Uji N-gain .............................................................. 140
lampiran 16. Perhitungan Uji Hipotesis (pretes) ............................................. 142
lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis (postes) ............................................ 143
lampiran 18. Perhitungan Persentase Indikator Berpikir Kritis ...................... 144
lampiran 19. Hasil Uji N-gain Persentase Indikator Berpikir Kritis ............... 152
Lampiran 25. Lembar Uji Referensi
lampiran 23. Surat Bimbingan Skripsi
lampiran 24. Surat Permohonan Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting dalam suatu negara,
karena melalui pendidikan tercipta subjek-subjek (manusia) yang mampu
mengembangkan negaranya, seperti berpikir kritis, kreatif, dan mampu
menyelesaikan masalah. Hal ini senada dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang menyatakan bahwa, pendidikan
adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar mengajar
yang aktif dan dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sendiri.1
Suatu negara yang pendidikannya lemah atau buruk dapat dikatakan
bahwa negara tersebut sulit untuk berkembang bahkan dapat dikatakan negara
yang lemah. Sebaliknya, jika negara tersebut memiliki pendidikan yang baik
maka negara tersebut dapat berkembang dan menjadi negara yang kuat. Hal
tersebut tercermin dalam Undang-undang Republik Indonesia yang merupakan
dasar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa, Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.2 untuk mengemban fungsi
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dengan
berpedoman pada suatu kurikulum.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum
yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan fakta, konsep,
maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.3
1 Tim Penyusun, Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, (Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Indonesia), h. 2. 2 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional 3 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007). H.153.
2
Pembelajaran IPA tidak hanya menyampaikan informasi (fakta) dan
pemahaman materi namun juga memperhatikan pengembangan kemampuan
lain, seperti kemampuan menggunakan peralatan dan mennyelesaikan masalah,
bahkan sampai pada pengembangan sikap, apresiasi, dan minat.
Pembelajaran IPA dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Adapun kekuatan pembelajaran IPA untuk membangun kemampuan
berpikir kritis siswa terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang
menjadi acuan dikembangkannya berbagai berpikir kritis siswa. Kemampuan
berpikir ini kurang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA tanpa
eksperimen atau praktikum, seperti halnya pembelajaran IPA yang ditemukan
di sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya.4
Berpikir adalah kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang kita
terima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran
istilah berpikir dipergunakan untuk menunjukan suatu bentuk kegiatan akal
yang khas dan terarah.5 Berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang
kritis. Pikiran harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta.6 Terdapat dua
pandangan yang mewarnai sistem pendidikan ditanah air, yakni pendidikan
yang banyak dipengaruhi oleh teori pembelajaran behavioristik dan teori
pembelajaran yang bersifat konstruktivistik.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis
baik pendapat pribadi dan pendapat orang lain. 7
Berpikir kreatif dan kritis
memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis,
menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan
4 Susuwi, Analisis Keterampilan Proses Sains SMA pada Model Pembelajaran Praktikum
D-Ei-Hd”, Jurnal Pengajaran MIPA Vol.14, 2009, h. 3. 5 Ibid,. h. 3
6 Radno Harsanto.2005.Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT
Grasindo 7 Alwasilah Chaedar.2002.Contextual Teaching andLlearning (Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikan dan Bermakna).Bandung : Mizan
3
pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinal. Apabila anak-anak
diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih
tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan
antara kebenaran dan kebohongan, penampilan dan kenyataan, fakta dan opini,
pengetahuan dan keyakinan, tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai
pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud
dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman
mengungkapkan makna di balik suatu kejadian.
Menurut Halpern, berpikir kritis adalah memperdayakan keterampilan
atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan. Mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada
sasaran. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mesintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi dan
mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. 8
Pendekatan inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana siswa
mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hand-on
dengan sempurna.9 Dan klasifikasi inkuiri menurut Ronald J. Bonnstetter
adalah kegiatan inkuiri terstruktur ini dimana guru menentukan topik,
pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan
dilakukan oleh siswa sedangkan untuk inkuiri terbimbing yaitu siswa
diberikan kesempatan bekerja untuk merumuskan prosedur, menganalisis hasil
dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan untuk hal menentukan
topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru10
.
Materi pokok sistem Laju Reaksi merupakan salah satu materi kimia
yang sangat sering dijumpai dilingkungan sekitar dan dapat dengan mudah
8 Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pembelajaran yang Mengembangkan Critical
Thinking. Jakarta : Perpustakaan Nasional 9 Rustaman., dan Nuryani. Strategi Belajar Mengajar IPA….h.76
10 Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the Future ,
Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009 University of Nebraska,
Lincoln. 2014
4
langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian-kejadian
di sekeliling kita yang dapat dihubungkan dengan konsep yang terdapat dalam
materi Laju Reaksi. Kesulitan siswa untuk memahami materi-materi Laju
Reaksi di sekolah diperkirakan karena metode pengajaran yang digunakan
dalam pembelajaran selama ini adalah mementingkan ketuntasan materi
pembelajaran saja, sedangkan dalam proses belajar mengajar siswa tidak di
arahkan atau dibimbing untuk menemukan sendiri konsep tetapi langsung
diberikan masukan oleh guru pengajarnya, sehingga pembelajaran yang
dilakukan kurang berkesan bagi siswa. Sedangkan siswa lebih senang
melakukan proses pembelajaran dengan berbaur dengan sesama siswa atau
teman mereka.
Materi laju reaksi ini termasuk salah satu pembelajaran kimia yang
bersifat konkrit maka akan lebih mudah dipahami oleh siswa apalagi di dukung
dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, jadi siswa dilatih untuk berpikir kritis dan dapat mengemukakan
pendapat yang dihasilkan dari pemikiran mereka sendiri sehingga diharapkan
dengan menggunakan keterampilan berpikirnya konsep yang mereka peroleh
akan lebih mudah untuk dipahami dan dikuasai oleh mereka.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis melakukan penelitian mengenai
pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir
kritis siswa pada materi laju reaksi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Pembelajaran pada materi laju reaksi cenderung konvensional
2. Banyak guru yang mengabaikan berpikir kritis siswa didalam proses
pembelajaran.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti
dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terstruktur
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berpikir kritis siswa
3. Materi yang diteliti dibatasi pada materi laju reaksi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti merumuskan masalah
yaitu “ Apakah model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat mempengaruhi
berpikir kritis siswa?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitain
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh
pendekatan Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada materi
Laju Reaksi kelas XI SMAN 12 Kota Tangerang Selatan, adapun manfaat
penelitian adalah :
1. Bagi siswa : mampu mengembangkan berpikir kritis melalui model inkuiri
terstruktur
2. Bagi guru : mendorong guru untuk mengembangkan berpikir kritis siswa
melalui model pembelajaran inkuiri terstruktur.
3. Bagi peneliti : menambah wawasan peneliti mengenai model pembelajaran
inkuiri terstruktur dan berpikir kritis siswa
6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Pendekatan Inkuiri
a. Penggertian Pendekatan Inkuiri
Menurut Philips Alexander Towndro dan Taik Aik Ling dalam
Nasional Science Educatiom Standart dalam mendefinisikan inkuiri
adalah aktifitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat
pertanyaan, memeriksa sumber informasi lain untuk melihat apa yang
telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali menurut
bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa,
dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan
prediksi, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen. Inkuiri
memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan
pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.1
Inkuiri menciptakan pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif
yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk
mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga
memungkinkan siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Inkuiri
melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang dan
tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang
logis, objektif dan bermakna, serta untuk melaporkan hasil-hasil kerja
siswa.2
1 Philips Alexander dan tan aik ling, promoting inquiri through science reflection journal
writing, euresia journal of mathematics, science and tekhnology education,2008,4(3) h.279-283 2 Alberta Learning, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based
Learning, 44 Capital Boulevard, Street NW, Edmonton, Alberta,Canada,. 2004. H.7
7
Pendekatan inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawabannya yang sudah pasti dari suatu
masalah yang dipertanyakan.3 Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran
dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan.
Merumuskan pertanyaan dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini
untuk mengasah keterampilan proses agar hasil belajar siswa menjadi
lebih baik lagi. Guru berkewajiban mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan, kadang kala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi,
memberikan intruksi-intruksi, mengajukan pertanyaan, memberikan
kritik dan saran kepada siswa.4
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa inkuiri
merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari
merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, mengajukan
pertanyaan membuat hipotesis, melakukan percobaan, dan membuat
kesimpulan. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan
intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara
ilmiah. Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa suatu peristiwa
dapat terjadi serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk
mencari jawabannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pencarian
(search) pengetahuan dibandingkan perolehan (acquisitori) pengetahuan.
b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Ronald J. Bonnstetter mengemukakan enam jenis pendekatan
inkuiri, yaitu:5
3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana,
2008), h. 191 4 Ken Gilberston. Timothy Bates, Terry McLaughlin, and Alan Ewert, Outdoor
Education : Method and Strategies, (United States: Human Kinetics, 2006), h.120. 5 Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the Future ,
Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009 University of Nebraska,
Lincoln. 2014
8
1) Structured Science Experience
Siswa diharuskan mencari kesimpulannya sendiri berdasarkan fakta-
fakta. Dalam rangkaian inkuiri memberikan sebuat struktur yaitu
berupa tahapan utama untuk guru dan siswa. Siswa melakukan
percobaan sesuai dengan proses yang diberikan oleh guru
2) Guided Inquiry
Dalam inkuiri terbimbing guru menentukan topik, pertanyaan dan
menentukan bahan, dan siswa harus merancang penyelidikan, analisis
hasil dan mencari kesimpulan sesuai dengan fakta yang di dapat.
3) Student Directed Inquiry
Siswa bertanggung jawab atas topik umum dan sedikit bimbingan
dengan pertanyaan.
4) Student Research
Pada tahapan ini siswa memerlukan dukungan dan bimbingan dari
guru. Guru harus memahami cara membantu siswa agar tertarik dan
dapat melakukan penelitian.
5) Open-Ended Inquiry
Dalam inkuiri ini, guru memfasilitasi proses siswa memilih
pertanyaannya dan berinkuiri.
6) Teacher-collaborative Inquiry
Disini guru dan siswa melakukan penyelidikan, dan bersama memilih
pertanyaan dan strategi untuk menemukan jawaban yang pada awalnya
tidak diketahui.
Alan Colburn mengemukakan empat jenis pendekatan inkuiri,
yaitu: 6
1) Structured Inquiry (inkuiri terstruktur)
Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan
penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang
disediakan guru.
6 Alan Colburn, An Inquiry Primer, California. State University. H 42-43
9
2) Guided Inquiri (Inkuiri Terbimbing)
Siswa mengadakan penyelidikan berdasarkan pertanyaan dari guru,
tapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.
3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)
Pada inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan
pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.
4) Learning cycle (siklus belajar)
Pada siklus belajar ini murid mengikuti prosedur panduan yang
diberikan oleh guru dan selanjutnya guru membahas hasil temuan
para siswa.
c. Sintak Pembelajaran Inkuiri
Adapun Sintak Pembelajaran Inkuiri secara ringkas kegiatan
guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan pada
Tabel 2.1.7
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri
Fase Perilaku Guru
Menyajikan pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan tulis, guru membagi
siswa dalam beberapa kelompok
Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk memberikan pendapat dalam
bentuk hipotesis. Guru membimbing
siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan
7 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana,2009).
H,.172
10
Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis
yang akan dilakukan. Guru membimbing
siswa menyusun langkah-langkah
percobaan.
Melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
Mengumpulkan dan
menganalisa data
Guru memberi kesempatan pada setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
d. Karakteristik Pendekatan Inkuiri
Menurut Carol C Kuhlthau dan Ross J Todd ada enam karakteristik
inkuiri terstruktur, yaitu : 8
1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman
Pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu
dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu dilakukan
oleh seseorang. Pembelajaran sebuah kombinasi dari tindakan dan
refleksi pada pengalaman.
2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang diketahui
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk
dasar untuk membangun pengetahuan baru.
3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses
pembelajaran melalui bimbingan
Rangkaian berpikir kea rah yang lebih tinggi memerlukan proses
yang mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses
8 Carol C Kuhlthlau dan Ross J Todd, 2006,. Guided Inquiry: A Framework For Learning
Through School Libraries In 21th
Century School”
11
yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang
dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai
objek yang telah digambarkan dari pengalaman keingintahuan siswa
4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap
Perkembangan siswa melalui tahap perkembangan kognitif,
kapasitas siswa untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur.
Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi
kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan dan
menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan
mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan
nilai
5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan
seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun
pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup
didalamnya.
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain
Siswa hidup dilingkungan sosial dimana mereka terus menerus
belajar melalui interaksi dengan orang lain disekitar mereka.
Orangtua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan
bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran
lingkungan pergaulan dimana mereka membangun pemehaman
mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka.
e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri
Beberapa kelebihan mengajar dengan menggunakan pendekatan
inkuiri antara lain:9
a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan keterampilan.
9 Ibid h.9
12
b. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih
baik.
c. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
e. Mendorong siswa untuk berpikir intuisif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
f. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
Berdasarkan uraian di atas, Pendekatan inkuiri dapat merangsang
tumbuhnya motivasi interinsik pada diri siswa untuk belajar dan
menemukan jawaban masalah yang dihadapinya. Dalam proses
belajar, tentunya diperlukan ingatan atas konsep-konsep yang telah
diketahui sebelumnya untuk menghadapi situasi proses belajar yang
baru.
Pendekatan inkuiri juga mempunyai kelemahan, yaitu:
a. Kesulitan untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan factual,
dimana pengetahuan ini secara efisien diperoleh dengan pengajaran
deduktif.
b. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif
dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya
diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum
tersebut.
c. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan
waktu lebih dari satu pertemuan.
d. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk
membuktikan secara bebas senua yang dipermasalahkan.
2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru melibatkan
siswa dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai
13
dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan
siswa alternatif hasil. Siswa menemukan hubungan antara variable-
variabel atau disamping itu siswa menyimpulkan data yang telah
dikumpulkan.10
Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam
menentukan topik, pernyataan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis
hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. inkuiri terstruktur menuntut
siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam kegiatan
hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS)
jenis guided worksheet activity.11
Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana
guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak
memberitahukan hasil. Siswa diharapkan menemukan sendiri hubungan
antara variabel ataupun menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani
dalam tindakan discovery/structured inquiry tindakan utama guru adalah
mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa
mengidentifikasi alternatif hasil.12
Berdasarkan uraian di atas inkuiri terstruktur merupakan salah satu
pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan, dan
prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan
pertanyaan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk
menemukan jawaban. Kegiatan pembelajaran ini adalah mengumpulkan
data dari masalah yang diajukan oleh guru, membuat hipotesis,
melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
10
Alan Colburn, op. cit. H.42-43. 11
Nengsih Junaengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan
Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah
Siswa Kelas X pada Konsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28. 12
Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 121.
14
b. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari
empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan percobaan,
mengkomunikasikan hasil percobaan.13
Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Fase Perilaku guru
Pertanyaan atau masalah Mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan tulis. Guru membagi
siswa dalam kelompok.
Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk memberikan pendapat dalam bentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
Mengkomunikasikan hasil
percobaan
Guru memberi kesempatan kepada setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
c. Kelebihan dana Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Menurut Suryo Subroto dan Henik Ismawati, ada beberapa
kelebihan pembelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:.14
1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda
13
Sri Anggraeni, Hakikat pembelajaran IPA. Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi F-
MIPA UPI Bandung. 14
Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-Fisika melalui
Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 2007.
15
2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi
pengetahuan
3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari
4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil
Pendekatan inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
a) Diharuskan adanya persiapan mental
b) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya
sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-
teori.
c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin
mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai
pembelajaran inkuiri terstruktur ini.
3. Berpikir Kritis Siswa
a. Pengertian Berpikir Kritis
Kata berpikir memiliki beberapa pengertian menurut ahli, seperti
yang dikemukakan oleh beberapa aliran psikologi, antara lain:15
1) Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain
daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum
asosiasi. Pendapat ini menjelaskan bahwa tanggapan-tanggapan
merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan.
2) Aliran Behaviorisme, berpendapat bahwa berpikir merupakan
gerakan-gerakan reaksi yang terjadi akibat rangsanagan dari luar.
Dalam penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia,
Behaviorisme hanya mau tau soal tingkah laku luar (badaniah) saja.
3) Psikologi Gestalt memandang bahwa berpikir merupakan suatu
aktifitas psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat diamati oleh
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.
44.
16
alat indera. Melalui pendapat ahli psikologi Gestalt, maka para ahli
psikologi sependapat behawa berpikir pada taraf yang tinggi pada
umumnya melalui beberapa tahapan, yaitu timbulnya masalah,
masalah yang harus dipecahkan, mencari dan mengumpulkan fakta
yang terkait dengan pemecahan masalah, taraf pengelolaan atau
pencernaan, taraf penemuan atau penilaian, menilai,
menyempurnakan, dan mencocokan hasil pemecahan.
Ngalim Purwanto juga menjelaskan bahwa berpikir merupakan
kegiatan manusia yang aktif yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan.16
Edward De Bono mengemukakan berpikir adalah
keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.17
Sedangkan Vincent Ruggiero menyatakan berpikir adalah segala aktivitas
mental yang membantu merumuskan dan memecah masalah, membuat
keputusan atau memahamai keinginan untuk memahami, berpikir adalah
sebuah pencarian jawaban, sebuah pencarian makna.18
Dari pendapat ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu aktifitas yang
melibatkan keterampilan individu dalam memecahkan suatu permasalahan
untuk mencapai tujuan.
Kata “kritis” muncul dari bahasa Yunani yang berati “hakim” dan
diserap oleh bahasa Latin. Kamus Oxford menerjemahkan sebagai
“sensor” atau pencarian kesalahan.19
seperti dikutip oleh Dwi Nurcahya.
kritis menurut Webster’s New Encyclopedy All New adalah menerapkan
atau mempraktikan penilaian yang teliti dan objektif sehingga berpikir
kritis dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan
dalam membuat keputusan.20
Di dalam pembelajaran berpikir kritis
16
Ibid., h. 43. 8 Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka : 2007), h.
24. 18
Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New York
: McGraw-Hill, 2004), h. 17. 19
Bono, op. cit., h. 204 20
Dwi Nurcahya, “Pengaruh PBL Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Kimia”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta, 2012, h. 34,.
17
menjadi penting karena dengan mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa diharapkan mampu bersaing dalam kehidupannya.
Kemudian dalam hal ini dalam jurnal yang ditulis oleh Alec Fisher
yang berjudul Critical Thinkining An Introduction terdapat beberapa
definisi klasik dari tradisi berpikir kritis yaitu :.21
1) John Dewey, berpikir kritis ialah aktif, gigih, dan teliti mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja
yang dipandang dari sudut pandang alasan-alasan yang mendukungnya
dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
2) Edward Glaser, berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara
mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam
jangkauan pengalaman seseorang, pengetahuan tentang metode-
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis semacam suatu
keterampilan untuk memerikasa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan
lanjutan yang diakibatkannya.
3) Robert Ennis menggunakan definisi yang luas, menurutnya berpikir
kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif dan berfokus
untuk memutuskan apa yang harus dipercaya dan dilakukan.
4) Richard Paul, berpikir kritis menurut Paul adalah mode berpikir
mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana pemikir
meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan
menrapkan standar-standar intelektual padanya.
Sedangkan menurut Vincent Ryan Ruggiero berpikir kritis adalah
proses dimana kita melakukan tes dan pendapat dan memutuskan mana
yang bermanfaat atau tidak. Dengan kata lain, berpikir kritis mencari
jawaban dari pertanyaan. Tidak tiba-tiba, salah satu teknik dalam berpikir
21
Alec Fisher, Critical Thinking An Introduction, Electronic Journal of Science
Education, 2001, pp. 4-8
18
kritis yaitu menyelidiki jawaban dari pertanyaan.22
Halpern menjelaskan
karakteristik berpikir kritis yaitu menggunakan kognitif atau strategi untuk
meningkatkan kemungkinan dari hasil yang diinginkan. Berpikir kritis
juga mencakup penilaian dan mempertimbangkan faktor-faktor dalam
membuat keputusan.23
Paul dan Elder menganggap bahwa seorang pemikir
kritis yang baik mampu memecahkan masalah yang rumit,
menginformasikan hasil informasi yang relevan, menentukan jawaban, dan
berkomunikasi dengan efektif.24
Paparan para ahli terkait pengertian berpikir kritis memiliki
persamaan yang mana dapat disimpulakan bahwa berpikir kritis ialah
aktifitas tingkat tinggi yang di dasari atas sikap rasioanal yang mengacu
pada fakta yang ada untuk membuat suatu keputusan. Tujuan mempelajari
berpikir kritis adalah terbentuknya peserta didik yang mampu berpikir
netral, rasional, logis dan teliti akan jawaban yang didapatnya. Berpikir
dikatakan kritis jika seseorang melakukan hal-hal kritis sebelum membuat
keputusan, seperti menganalisa, mengumpulkan bukti,
mengkomunikasikan keputusannya dengan baik.
b. Karakteristik Pemikir Kritis
Berpikir merupakan kegiatan yang alami, setiap orang normal pasti
bisa melakukannya, tetapi apakah pemikirannya dianggap kritis atau tidak
beberapa pakar tentang berpikir kritis merumuskan ciri-ciri dari orang-
orang yang berpikir kritis.
Menurut Muhibbin Syah, ciri-ciri berpikir kritis ada 33, ciri-cirinya
adalah sebagai berikut:25
1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.
22
Ruggiero. Loc. cit. 23
Sophia Scott, Perception of Students Learning Critical Thinking Through Debate in
a Technology Classroom : A case study, The Journal of Technology Students, 2007, pp. 2. 24
Ibid h.3 25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h.47
19
2) Pandai mendateksi permasalahan.
3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan.
4) Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat.
5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-
kesenjangan informasi.
6) Dapat membedakan informasi logis dan tidak logis.
7) Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data.
8) Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.
9) Dapat membedakan kritik yang membangun dan merusak.
10) Mampu mengidentifikasi pandangan perfektif yang bersifat ganda
yang berkaitan dengan data.
11) Mampu mengkaji informasi dengan cermat.
12) Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan peristiwa dalam
lingkungan.
13) Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda,
seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.
14) Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif
pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi.
15) Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah
dengan masalah lainnya.
16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia
dengan data yang diperoleh dari lapangan.
17) Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang
tersedia.
18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia.
19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi
yang diterimanya.
20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
21) Mampu membuat interpretasi pengertian, definisi, reasoning dan isu
yang kontroversi.
22) Sanggup memberikan pembuktian-pembuktian yang kondusif.
20
23) Mampu mengklasifikasikan ide atau informasi.
24) Mampu mengklasifikasikan dan menjabarkan informasi kedalam pola
atau bagan-bagan tertentu.
25) Mampu mengintepretasi dan membuat flow charts.
26) Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola hubungan,
promosi, dan bias.
27) Mampu membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan
(analog).
28) Mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras.
29) Sanggup mendeteksi bias dan penyimpangan-penyimpangan.
30) Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya.
31) Mampu mengiterpretasi gambar atau kartun.
32) Mampu menentukan hubungan sebab-akibat.
33) Mampu membuat konklusi yang valid.
Didalam buku Beyond Feelings A Guide to Critical Thinking, Vincent
Ryan Ruggiero menjelaskan perbedaan antara orang yang berpikir kritis
dengan orang yang tidak berpikir kritis pada Tabel 2.3 26
Tabel 2.3 Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis
Pemikir Kritis Bukan Pemikir Kritis
Jujur dengan diri mereka sendiri,
mengakui apa yang mereka tidak
tahu, mengakui keterbatasan mereka
dan waspada terhadap kesalahan
mereka sendiri.
Berpura-pura tahu lebih banyak daripada
yang meraka lakukan, mengabaikan
keterbatasan, mengabaikan, keterbatasan
mereka dan menganggap pandangan mereka
bebas dari kesalahan.
Pemikir Kritis Bukan Pemikir Kritis
Berusaha untuk memahami, menjaga
rasa ingin tahu, tetap sabar dengan
kompleksitas, dan siap untuk
Tidak sabar dengan kompleksitas, dan
dengan demikian lebih suka tetap bingung
daripada berusaha untuk memahami.
26
Ruggiero, op. cit., h. 19.
21
menginvestasikan waktu untuk
mengatasi masalah.
Dasar penilaian pada bukti dan bukan
preferensi pribadi, menunda penilaian
setiap kali bukti tidak cukup,
merevisi penialaian ketika bukti baru
menunjukkan kesalahan.
Dasar penilaian pada kesan pertama.
Mereka tidak peduli pada jumlah atau
kualitas bukti, dan berpegang teguh pada
pandangan mereka.
Tertarik dengan ide-ide orang lain
dan bersedia untuk baca dan
mendengarkan dengan penuh
perhatian, bahkan ketika mereka
cenderung tidak setuju dengan orang
lain.
Sibuk dengan diri mereka dan pendapat
mereka sendiri, tidak mau memperhatikan
pandangan orang lain. Saat ada perbedaan
pendapat, mereka cenderung berpikir,
“bagaimana saya bisa menyangkal?”
Mengakui bahwa pandangan ekstrem
(baik konservatif atau liberal) jarang
benar, sehingga mereka
menghindarinya dengan mencari
pandangan yang seimbang.
Mengabaikan kebutuhan untuk
keseimbangan dan memberikan preferensi
pandangan yang mendukung pandangan
mereka
Mampu menahan diri dan
mengendalikan perasaan meraka
bukannya dikendalikan oleh mereka
dan berpikir sebelum bertindak.
Cenderung mengikuti perasaan mereka dan
bertindak impulsif.
c. Indikator Berpikir Kritis
Vincent Ruggiero memberikan tiga buah indikator untuk penilaian
kemampuan berpikir kritis yaitu: 27
1) Investigasi yaitu menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan
tentang masalah yang sedang dibahas.
2) Interpretasi yaitu memutuskan bukti atau fakta-fakta yang
diperlukan.
27
Ruggiero, op. cit., h. 21.
22
3) Mengambil kesimpulan.
Begitu pula dengan Watson dan Glasser yang menyebutkan 5 buah
indikator untuk menilai kemampuan berpikir kritis, antara lain: 28
1) Mengenal Asumsi
2) Melakukan Inferensi
3) Deduksi
4) Interpretasi
5) Mengevaluasi argumen
Sedangkan Ennis memberikan enam unsur dasar dalam berpikir unsur
dasar dalam berpikir kritis yaitu fokus, alasan, inferensi, situasi, kejelasan,
dan tinjauan ulang.29
Selain itu Ennis mengelompokkan indikator berpikir
kritis kedalam lima pokok dan dua belas sub pokok pada Tabel 2.4.30
Tabel 2.4 Indikator Berpikir Kritis
Aspek Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir Kritis
Indikator
1. Memberikan
Penjelasan
sederhana
(Elementary
Clarification)
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban
yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran
2. Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
b. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan
3. Bertanya dan
menjawab
a. Mencari struktur argumen
b. Merangkum
28
Watson-Glaser, Critical Thingking Appraisal, Practice Test, 2002, pp. 4-12. 29
Dwi Nurcahya, op.cit., h.26. 30
Ibid h.26
23
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
c. Mengapa?
d. Apa intinya?
e. Apa artinya?
f. Apa contohnya?
g. Bagaimana menerapkan pada
konsep tersebut?
h. Perbedaan apa yang
menyebabkan?
i. Apa faktanya?
j. Benarkah apa yang anda
katakan?
2. Membangun
keterampilan
dasar (basic
support)
4. Mempertimbang
kan kredibilitas
suatu sumber
a. Tidak ada konflik interest
b. Kesepakatan antara sumber
c. Reputasi
d. Memberi alasan
e. Mempertimbangkan prosedur
yang tersedia
f. Mempertimbangkan resiko
5. Mengobservasi
dan
mempertimbang
kan hasil
observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Dilaporkan oleh pengamat
c. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
d. Penguatan dan kemungkinan
penguatan
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan tes yang kompeten
g. Kepuasan observer yang
kredibilitas
24
Aspek Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir Kritis
Indikator
3. Kesimpulan 6. Membuat
deduksi dan
mempertimbang
kan hasil
deduksi
a. Kelopok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pertanyaan
7. Membuat
induksi dan
mempertimbang
kan induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan dan
hipotesis
c. Investigasi
d. Kriteris berdasarkan asumsi
8. Membuat dan
mempertimbang
kan nilai
keputusan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Mempertimbangkan alternatif
4. Membuat
penjelasan lebih
lanjut
9. Mendefinisikan
istilah
10. Mengidentifikas
ikan asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan
5. Strategi dan
taktik
11. Memutuskan
suatu tindakan
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menyeleksi kriteria untuk
membuat solusi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Merumuskan alternatif
e. Memutuskan hal yang akan
dilakukan
f. Menelaah
25
Aspek Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir Kritis
Indikator
12. Berinteraksi
dengan orang
lain
a. Menyenangkan
b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Persentasi
Bukan hal baru lagi bahwa kemajuan zaman yang terus meningkat
membuat manusia harus siap juga dalam menghadapi tantangan yang akan
dialaminya. Oleh karena itu saat ini peserta didik bukan hanya dapat
berkompetisi dalam mencapai hasil ujian yang memuaskan melainkan
mencapai taraf dimana mereka sudah dapat berpikir kritis terhadap apa
yang akan mereka pelajari, apa yang akan menjadi tujuan mereka dalam
belajar, lalu apa relevansinya pelajaran yang mereka pelajari dengan
kehidupan mereka sehari-hari.
Dari penjabaran terkait indikator-indikator yang disampaikan Ennis
maka diperlukanlah suatu pembelajaran yang mencakup hal-hal tersebut,
dimana pembelajaran juga harus menarik sekalipun yang ditargetkan
adalah kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengajarkan sikap berpikir
kritis.
Ada beberapa hal yang disarankan untuk guru dalam mengajarkan
berpikir kritis yaitu:.31
1) Guru harus mencoba model pembelajaran yang merangsang anak
untuk berpikir kritis (dimana guru juga harus menjadi pemikir
kritis).
2) Penting untuk mengidentifikasi dan memberi nama proses berpikir
kritis karena mereka terjadi di kelas dan mencoba untuk
menggunakannya dalam berbagai situasi.
31
Arthur Millman, Critical Thinking Attitudes: A Framework for the Issues, Informal
Logic, 10, 1988, pp. 10
26
3) Siswa harus terlibat aktif dan didorong untuk mengambil inisiatif
sebanyak mungkin. Sebuah kelas harus diatur sebagai kelompok
yang menyelidiki terkait isu-isu yang nyata dan yang menarik
minat siswa, sehingga siswa secara aktif dapat berpikir kritis
tentang pengalaman dan masalah diidentifikasi oleh mereka.
4) Siswa harus dibantu untuk mengidentifikasi strategi berpikir dan
cara berkelompok yang produktif sehingga akan muncul kegiatan
diskusi kelas yang aktif . Mereka harus, dengan kata lain, akan
dibantu untuk menemukan sendiri cara berpikir produktif mereka.
5) suasana kelas harus mendukung siswa untuk mengambil inisiatif
dan untuk mengambil ide yang mereka yakini dalam kelompok
meraka. Kemampuan dari masing-masing mahasiswa harus
diberitahu. Berbaga teknik tertentu dapat mendorong tujuan ini.
Sebagai contoh, siswa dapat mengambil peran kepemimpinan
dalam diskusi kelas dan sebagian siswa dapat mengevaluasi
seberapa baik mereka telah mencoba untuk bersaing dengan ide-ide
dari siswa lain.
4. Konsep Laju Reaksi
Laju reaksi sama dengan kecepatan reaksi. Langit di malam hari,
saat perayaan tahun baru atau hari-hari istimewa lainnya, menjadi lebih
indah ketika nyala kembang api mulai kelihatan di angkasa. Tampak
nyalanya gemerlapan menambah terang sinar rembulan. Sekejap
kemudian, langit nampak redup kembali, cahaya gemerlap dari nyala
kembang api tidak lagi kelihatan. Begitu cepatnya nyala itu hilang,
berbeda tatkala kita menyalakan kayu bakar pada api unggun,
membutuhkan waktu cukup lama. Cepat dan lambatnya nyala api ini
menunjukkan cepat atau lambatnya reaksi kimia dalam kembang api
maupun dalam kayu bakar. Cepat dan lambatnya proses reaksi kimia yang
berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi. Lantas, apakah pengertian laju
27
reaksi itu? Bagaimana cara mengukurnya? Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhinya? Apa manfaat mempelajarinya bagi kehidupan kita?
Cepatnya reaksi kimia dari kembang api dapat kita amati dari
menyalanya kembang api hingga matinya. Begitu pula dengan beberapa
reaksi kimia yang kita laksanakan di laboratorium. Selesainya sebuah
reaksi ditandai dengan terbentuknya produk yang sebagian besar dapat kita
amati. Untuk mengetahui berapa kecepatan reaksi kimia yang kita lakukan,
kita bisa mengetahui dari konsentrasi pereaksinya atau hasil reaksinya.
Konsentrasi ini biasa dinyatakan dengan satuan molaritas.
Faktor yang memberikan pengaruh pada laju reaksi kimia. Faktor-
faktor tersebut adalah konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis.
Bagaimana masing-masing faktor mempengaruhi laju suatu reaksi, dan
bagaimana cara kita menganalisis faktor tersebut akan kita pelajari pula
dalam bab ini. Selain hal-hal di atas, kita juga akan mempelajari tentang
persamaan laju reaksi, waktu reaksi, dan orde reaksinya.
a. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi adalah laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju
bertambahnya produk (hasil reaksi). Laju reaksi ini juga
menggambarkan cepat lambatnya suatu reaksi kimia, sedangkan reaksi
kimia merupakan proses mengubah suatu zat (pereaksi) menjadi zat
baru yang disebut sebagai produk.32
Beberapa reaksi kimia ada yang berlangsung cepat. Natrium
yang dimasukkan ke dalam air akan menunjukkan reaksi hebat dan
sangat cepat, begitu pula dengan petasan dan kembang api yang
disulut. Bensin akan terbakar lebih cepat daripada minyak tanah.
Namun, ada pula reaksi yang berjalan lambat. Proses pengaratan besi,
misalnya, membutuhkan waktu sangat lama sehingga laju reaksinya
lambat. Cepat lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung
dinyatakan dengan laju reaksi. Dalam mempelajari laju reaksi
32
Sura Kitti, Kimia Itu Asyik Untuk SMA Kelas XI, 2006 (Serpong : PT Kandel),. H.61
28
digunakan besaran konsentrasi tiap satuan waktu yang dinyatakan
dengan molaritas.33
b. Rumus Laju Reaksi
Laju reaksi kimia bukan hanya sebuah teori, namun dapat
dirumuskan secara matematis untuk memudahkan pembelajaran. Pada
reaksi kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B
ditentukan dari jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang
terbentuk per satuan waktu. Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil
reaksi (B) akan bertambah. Perhatikan diagram perubahan konsentrasi
pereaksi dan hasil reaksi pada Gambar 2. 1.34
Gambar 2. 1 Diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan
hasil reaksi
Berdasarkan gambar tersebut, maka rumusan laju reaksi dapat
kita definisikan sebagai:
a. berkurangnya jumlah pereaksi (konsentrasi pereaksi) per satuan
waktu, atau : , dengan r = laju reaksi, - d[R] =
berkurangnya reaktan (pereaksi), dan dt = perubahan waktu. Untuk
reaksi : A → B, laju berkurangnya zat A adalah :
33
Ibid h.62 34
Suyatno, Aris Purwandi, Henang Widayanto dan Kuncoro PR,. 2007, Kimia
Untuk SMA /MA Kelas XI, (Jakarta : PT Grasindo) h,.76
29
b. bertambahnya jumlah produk (konsentrasi produk) per satuan
waktu, atau : , dengan +Δ[P] = bertambahnya
konsentrasi produk (hasil reaksi). Untuk reaksi : A → B, laju
bertambahnya zat B adalah : .35
5. Faktor yang memengaruhi Laju reaksi
a. Tumbukan Sebagai Syarat Laju Reaksi
Tumbukan yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan
yang efektif. Tumbukan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu
posisinya tepat dan energinya cukup. Bagaimanakah posisi
tumbukan yang efektif? Dalam wadahnya, molekul-molekul
pereaksi selalu bergerak ke segala arah dan sangat mungkin
bertumbukan satu sama lain. Baik dengan molekul yang sama
maupun dengan molekul berbeda. Tumbukan tersebut dapat
memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan kemudian
membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.36
Contoh tumbukan antarmolekul yang sama terjadi pada pereaksi
hidrogen iodida berikut.
HI(g) + HI(g) → H2(g) + I2(g)
Secara umum, dituliskan:
AB + AB → A2 + B2
Tumbukan yang efektif terjadi bila keadaan molekul sedemikian
rupa sehingga antara A dan B saling bertabrakan (Gambar 2.2(a)).
Jika yang bertabrakan adalah atom yang sama, yaitu antara A dan
A atau atom A dan B namun hanya bersenggolan saja, maka
tumbukan tersebut merupakan tumbukan yang tidak efektif.37
35
Ibid h,77 36
Michael Purba, 2004, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : Penerbit Erlangga ). h.80 37
Ibid h. 82
30
Gambar 2. 2 (a) tumbukan yang efektif karena posisi tumbukan
tepat, (b) tumbukan tidak efektif karena molekul
yang bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif
karena posisinya tidak tepat
Selanjutnya apa yang dimaksud energi tumbukan harus
cukup? Jika kalian melemparkan batu pada kaca dan kacanya tidak
pecah, berarti energi kinetik batu tidak cukup untuk memecahkan
kaca. Demikian juga tumbukan antar molekul pereaksi, meskipun
sudah terjadi tumbukan dengan posisi tepat, namun apabila
energinya kurang, maka reaksi tidak akan terjadi. Dalam hal ini
diperlukan energi minimum tertentu yang harus dipunyai molekul-
molekul pereaksi untuk dapat menghasilkan reaksi.38
Energi tersebut dinamakan energi aktivasi atau energi
pengaktifan (Ea). Perhatikan Gambar 2.3. tentang tumbukan
dengan energi yang cukup dan tidak cukup.
Gambar 2. 3. (a) energi cukup menghasilkan reaksi dan (b) energi
tidak cukup tidak menghasilkan reaksi
38
Michael Purba ..h.83
32
Dengan mengetahui teori tumbukan ini, kalian akan lebih
mudah memahami penjelasan tentang faktor-faktor yang
memengaruhi laju reaksi. Percepatan gerakan molekul akan
memperbesar kemungkinan tumbukan efektif karena percepatan
gerakan memberikan energi lebih besar. Percepatan gerakan
molekul berarti percepatan laju reaksi. Dengan dipercepatnya laju
reaksi menggunakan salah satu faktor-faktor berikut, diharapkan
energi yang dibutuhkan untuk tumbukan dapat tercukupi sehingga
bisa menghasilkan tumbukan yang efektif. Faktor-faktor tersebut
akan segera diuraikan dalam penjelasan berikut ini.
b. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan
mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-
partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih
rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan
kemungkinan terjadi reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi
zat, makin cepat laju reaksinya.41
Apabila dibuat sebuah grafik yang menunjukkan hubungan
antara konsentrasi dengan laju reaksi, maka dihasilkan grafik.
Grafik menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, semakin
cepat pula laju reaksinya.42
41
Endang Susilowati…h,. 120 42
Sura Kitti…..hal,.65
33
Gambar 2. 5 Grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
c. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi
Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi
tumbukan antar partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi
dapat diperbesar dengan memperluas permukaan bidang sentuh zat
yang dilakukan dengan cara memperkecil ukuran zat pereaksi. 43
Gambar 2. 6. Tumbukan antar partikel pada (a) permukaan kecil
dan (b) permukaan besar
Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar
laju reaksinya, seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan luas
permukaan dengan laju reaksi pada gambar berikut.44
43
Michael Purba …h,. 84 44
Sura Kitti … h,. 66
35
laju reaksi berdasarkan kenaikan suhunya. Lebih mudahnya, lihat
perumusan berikut.46
Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan waktu yang
ditempuh, maka perumusan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut.
Keterangan :
∆r = kenaikan laju reaksi
∆T = kenaikan suhu = T2 –T1
T2 = suhu akhir
T1 = suhu awal
t0 = waktu reaksi awal
tt = waktu reaksi akhir
Apabila pengaruh suhu terhadap laju reaksi ini dibuat
grafik, akan tampak seperti pada Gambar. Dari grafik tersebut
dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suhu, laju reaksi semakin
besar.47
Gambar 2. 9. Grafik perubahan suhu terhadap laju reaksi
46
Michael Purba …h,. 86 47
Sura Kitti…h,.67
36
e. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
memberi zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu reaksi.
Zat tersebut disebut katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi,
tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen sehingga
pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali.
Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan energi
aktivasi sehingga jumlah molekul yang dapat melampaui energi
aktivasi menjadi lebih besar. Gambar menunjukkan peranan katalis
dalam menurunkan energi aktivasi.
Gambar 2.10. Diagram energi potensial reaksi tanpa katalis dan
dengan katalis. Energi aktivasi reaksi dengan katalis
(EaK) lebih kecil dari reaksi tanpa katalis
Katalis memiliki beberapa sifat, di antaranya:
1) Katalis tidak bereaksi secara permanen.
2) Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit.
3) Katalis tidak mempengaruhi hasil reaksi.
4) Katalis tidak memulai suatu reaksi, tetapi hanya mempengaruhi
lajunya.
5) Katalis hanya bekerja efektif pada suhu optimum, artinya di atas
atau di bawah suhu tersebut kerja katalis berkurang.
37
6) Suatu katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik,
artinya suatu katalis hanya mempengaruhi laju satu jenis reaksi dan
tidak dapat untuk reaksi yang lain.
7) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut
promotor.
8) Hasil suatu reaksi dapat bertindak sebagai katalis, sehingga zat
tersebut disebut autokatalis.
9) Katalis dalam senyawa organik disebut enzim.
10) Terdapat katalis yang dapat memperlambat suatu reaksi, sehingga
katalis itu disebut katalis negatif atau inhibitor.
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan dalam dua
golongan, yaitu:48
1) Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai wujud sama
dengan pereaksi. Katalis ini dapat berada dalam dua wujud:
a) dalam wujud gas, contoh:
b) dalam wujud larutan, contoh:
2) Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai wujud berbeda
dengan pereaksi. Biasanya katalis ini berwujud padat dan
pereaksinya cair atau gas.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Tisngatun Nurochmah dengan judul
pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains
siswa menunjukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terstruktur
dapat meningkatkan dengan sangat signifikan kemampuan proses sains siswa,
hal ini dibuktikan dengan uji-t yang diperoleh hasil thitung 3,732>2,000
(p<0,01)49
.
48
Naila Sahira, 2002, Ringkasan Teori dan Evaluasi Kimia SMA/MA,(Jakarta:Kompas
Gramedia), h,.83 49
Tisngatun Nurochmah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, 2007, h. 57
38
Penelitian yang dilakukan oleh Lia Septini Handriani, Ahmad Harjono
dan Aris Doyan dengan judul Pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur
dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa, sesuai dnegan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
model pembelajaran inkuiri dengan kegiatan ilmiah (pendekatan saintifik)
dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan
memungkinkan siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi pengetahuannya
seperti seorang saintifik.50
Muh Shohibi dan Joko Siswanto dalam jurnalnya yang berjudul
“pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing terhadap
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa”51
dalam penelitian ini mereka
menggunakan teknik cluster random sampling dan membuat kelas kontrol dan
kelas eksperimen, dari kelas-kelas tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan
model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inkuiri memberikan
pengaruh lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis
masalah dengan metode ekspositori.
Alifa Noora Rahma dalam jurnalnya yang berjudul “pengembangan
perangkat pembelajaran model inkuiri berpendekatan sets materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan
empati siswa terhadap lingkungan”52
pada penelitian ini beliau menggunakan
metode penelitian dan pengembangan (research and development)
pembelajaran model inkuiri berpendekatan sets menekankan pada aktivitas
siswa dalam proses belajar dengan mengoptimalkan keterlibatan siswa. Dari
hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan para guru
sebaiknya menyoba untuk mengimplementasikan model inkuiri dengan
50
Lia Septiani Handriani, Ahmad harjono dan Aris Doyan, Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis dan Hasil Belajar Siswa, 2015. Fakultas Ilmu Pendidikan Alam. Universitas Mataram 51
Muh sohibi dan joko siswanto „’pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri
terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa’’ (prodi pendidikan fisika IKIP
Semarang) 52
Alifa noora rahma „‟ pengembangan perangkat pembelajaran inkuiri berpendekatan
sets materi larutan dan hasil kali kelarutan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan
empati siswa terhadap lingkungan” (program pascasarjana UNS Semarang)
39
pendekatan sets. Guru diharapkan dapat menggali keterampilan dapat
menggali keterampilan berpikir kritis dan skill lainnya pada siswa melalui
metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga dapat menghasilkan kualitas
siswa yang unggul.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah pandangan dunia atau Woldview dari peneliti
untuk memahami asumsi-asumsi metodologis sebuah studi secara ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.53
Proses pembelajaran kimia membutuhkan model atau metode
pembelajaran untuk dapat membantu penyampaian informasi dan ilmu dari
guru kepada siswa, hal ini dikarenakan kimia cenderung mempelajari materi-
materi yang bersifat abstrak yakni tentang susunan, struktur, sifat, perubahan
materi, serta energy yang menyertai perubahan tersebut.
D. Pengajuan Hipotesis
Dengan memperhatikan deskripsi dan kerangka berpikir maka dalam
penelitian ini dapat diajukan hipotesis yakni model pembelajaran inkuiri
terstruktur dapat mempengaruhi berpikir kritis siswa.
Jadi keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
pembelajaran inkuiri terstruktur akan memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keterampilan berpikir kritis dengan metode
konvensional atau ceramah.
53
Rochiati wiriatmadja, Metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerja
guru dan dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009),h. 85
40
Kimia Bersifat
Abstrak Model pembelajaran Membutuhkan
Harus
Melibatkan indera
penglihatan
Pendengaran
Kinetik
Keterampilan
berpikir kritis
Pengalaman belajar
Mengembangkan
Terdiri dari
Indikator:
Membandingkan
Hubungan sebab akibat
Memberikan alasan
Menyimpulkan
Berpendapat
Mengelompokan
Menciptakan
Menerapkan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Pembelajaran
bermakna
Gambar 2.11. Bagan Kerangka Berpikir
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Kota
Tangerang Selatan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2014/2015.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi
experiment atau eksperimen semu yaitu metode yang mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.1
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group
design. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yakni kelompok
(kelas) kontrol dan kelompok (kelas) eksperimen. Pada kelompok
eksperimen, siswa akan diberikan perlakuan yaitu berupa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur, sedangkan pada
kelompok kontrol siswa diberikan perlakuan yaitu pembelajaran
menggunakan model konvensional dan demonstrasi. Kedua kelompok
diberi tes awal (pretes) dan setelah pembelajaran berakhir diberi tes akhir
(postes). Adapun desain penelitian tersebut dinyatakan pada Tabel 3.1.
1 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,2011),h.144
42
Tabel 3.1.Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan posttest
A O1
X
O2
B O3 O4
Keterangan :
A = Kelas Eksperimen
B = Kelas Kontrol
X = Perlakuan
O1 = Tes awal (pretes) kelas eksperimen sebelum perlakuan
O2 = Tes akhir (postes) Kelas eksperimen setelah perlakuan
O3 = Tes awal (pretes) kelas kontrol
O4 = Tes akhir (postes) kelas kontrol
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /subyek
yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Sedangkan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut.3. dalam
penelitian ini populasi dan sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negri 12
Kota Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah
seluruh siswa kelas XI disekolah tersebut, yang terdaftar pada semester
ganjil tahun ajaran 2014/2015.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI-1 sebagai kelas eksperimen
dan kelas X1-2 sebagai kelas kontrol. Sampel diambil dari populasi
terjangkau melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian yakni untuk memperoleh sampel yang memiliki ciri dan
kemampuan yang hamper sama. Diambil dua kelas untuk dijadikan
2 Sugiyono,Statistika untuk penelitian, (bandung:alfabeta,2010), h. 61
3 Sugiyono,op.cit, h.118
43
sampel, yang satu sebagai kelas kontrol yang akan diberi perlakuan tanpa
menggunakan pengajaran dengan model inkuiri terstruktur, dan untuk
kelas eksperimen akan diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terstruktur.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian berupa keterampilan berpikir kritis
siswa yang diperoleh melalui pretest-postest, pretest-postest berupa tes uraian
untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah
diberikannya pembelajaran dengan model inkuiri terstruktur dan test uraian
berpikir kritis
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam sebuah
penelitian. Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang dapat digunakan
untuk mengukur fenomena sosial yang diamati.4 Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
a. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Tes
merupakan serangkaian pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh
informasi. Dalam penelitian ini, jenis tes yang digunakan adalah tes uraian
yang diberikan sebanyak 22 soal dengan tingkat kesukaran dan ranah
kognitif setiap soal,
Adapun kisi-kisi instrument tes keterampilan berpikir kritis pada Tabel
3.2 berikut :
4 Sugiyono, metode….op,cit, h.148
5 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h. 193
44
Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis
No Indikator Berpikir
Kritis
Jenjang kognitif
C2 C3 C4 C5 C6
1 Mengelompokkan 1,2 25*,26*
2 Membandingkan 3,4* 29*,8
3 Menerapkan 21,6* 27,28*
4 Hubungan sebab
akibat
9*,10* 7,35
5 Memberi alasan 31*,32 12*
6 Menyimpulkan 13*,14* 33,35
7 Berpendapat 15*,16*
8 Menciptakan 17*,18*
9 Analisis 30* 19*,20
10 Sintesis 11* 5*,22
11 Evaluasi 23*,24*
Total soal 35 soal
*soal yang dipergunakan sudah valid
F. Kalibrasi Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah ketetapan alat penilaian sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai.6 Sebuah instrument dapat dikatakan valid
apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Validitas yang akan diuji
pada penelitian ini adalah validitas yang menggunakan kriteria internal,
yaitu skor total tes sebagai kriteria. Skor total tes dapat digunakan sebagai
kriteria untuk menentukan validitas butir instrumen karena secara teoritis
6 Nana Sudjana, penilaian Hasil proses belajar mengajar, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya 2009),h.12
45
atau konsep isi perangkat tes yang telah diuji cobakan sudah dianggap
valid.7
Uji validitas menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh
pearson dengan rumus korelasi product moment yaitu:8
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ { ∑ ∑
Keterangan:
rxy = koefisien validitas instrumen (korelasi antara X dan Y)
N = banyaknya peserta tes
X = skor total tiap item
Y = skor total tiap siswa
Nilai koefisien validitas instrumen yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan rtabel dengan kriteria jika rhitung > rtabel maka soal
tersebut valid, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tersebut tidak valid.
Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
korelasinya ( r ) pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
O,81-1,00 Sangat Tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat Rendah
2. Reliabilitas
Uji realibilitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu reliabel.
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Reliabel
7 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi pembelajaran
IPA berbasis kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006),h. 105 8 Arikunto,op.cit, h.213
46
tes pada penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus Kuder
Richardson 20 (KR-20):9
r11 =
)(
∑
)
keterangan:
r11= Reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians soal
P = proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir
q= proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir, q = 1 –p.
Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
reliabilitasnya sebagai berikut :
Tabel .3.4. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Realibilitas
O,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji realibilitas diperoleh nilai koefisien korelasi
reliabilitas seluruh item sebesar 1,0. Jika diinterpretasikan indeks
reliabilitasnya, maka kriteria reliabilitas instrumen tergolong sangat tinggi.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi subjek yang
menjawab butir tes tertentu dengan benar. Sedangkan angka yang
menunjukan sukar atau mudahnya suatu butir soal dinamakan indeks
9 Ibid., h.230-231
47
kesukaran yang dilambangkan dengan p. formula yang digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:10
Pi = ∑
Keterangan :
Pi = indeks kesukaran butir
∑ = banyaknya siswa yang benar menjawab butir i
= skor maksimum
jumlah siswa
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai tingkat kesukaran
sebagai berikut:
Tabel .3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Interpretasi Tingkat Kesukaran
0,00 <P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P < 0,00 Mudah
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran, dari 35 soal, diperoleh 17 soal
yang termasuk kedalam kategori mudah dan 18 soal lainnya termasuk soal
kedalam kategori sedang.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta tes yang pandai (prestasi tinggi) dengan
prestasi tes yang kurang pandai (prestasi rendah). Koefisien daya beda
berada pada -1 sampai +11. Apabila suatu butir memiliki korelasi negative
maka butir soal tersebut harus didrop. Sebaliknya, butir soal yang
memiliki korelasi positif dan tinggi menunjukan bahwa butir soal tersebut
memiliki daya beda yang baik.
10
Harun Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana
Prima,2009), h. 239-241
48
Indeks daya beda didefinisikan sebagai selisih antara proporsi jawaban
benar pada kelompok atas dengan proporsi jawaban benar pada kelompok
bawah dilakukan dengan menghitung 27% kelompok atas dan 27%
kelompok bawah. Adapun formula untuk menghitung indeks daya beda
adalah sebagai berikut:11
D = ∑
-
∑
Keterangan :
D = indeks daya pembeda butir soal
∑ = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
∑ = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta tes kelompok atas
nB = jumlah peserta tes kelompok bawah
Tabel .3.6. Interpretasi Daya Pembeda Soal
Nilai D Interpretasi Daya Pembeda Soal
0,70 – 1,00 Sangat baik
0,40 – 0,70 Baik
0,30 – 0,39 Cukup
0,20 – 0,29 Jelek
(-1.00) – 0,19 Sangat jelek
Berdasarkan hasil uji daya pembeda soal, diperoleh dari 35 buah soal,
terdapat 5 buah soal dengan kategori daya pembeda yang sngat baik, 10
soal dengan kategori daya pembeda baik, 7 soal dengan kategori daya
pembeda cukup, 9 buah soal dengan kategori daya pembeda jelek dan 4
soal dengan kategori daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil kalibrasi instrumen melalui uji validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda yang telah dilakukan, maka diperoleh
11
Ibid,.h.245-250
49
sebanyak 22 soal yang dinyatakan valid dengan reliabilitas yang sangat
tinggi dan tingkat kesukaran yang sedang.
G. Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis dengan melakukan uji prasyarat analisis dan
uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tes
Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:12
1) Pengamatan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…..Zn
dengan menggunakan rumus Z1 =
(X adalah rata-rata sampel dan s
adalah simpangan baku sampel.)
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z≤Zi).
3) Kemudian dihitung proporsi Z1, Z2,….,Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Z1 dengan S(Zi)=
4) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlakny.
L0 = |F(Zi) – S(Zi)|
5) Ambil harga terbesar diantara harga-harga mutlak tersebut. Kemudian
bandingkan dengan nilai Ltabel-nya, jika Lhitung ≤ Ltabel, maka data
berdistribusi normal
2. Uji homogenitas
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, perlu diuji terlebih dahulu
varians sampelnya homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians
dilakukan dengan menghitung nilai F:13
12
Sudjana,Metoda Statistik, (Bandung, Tarsito, 2005), h.466-467) 13
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung:Alfabeta, 2007), h. 140-141
50
F =
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:
1) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (data memiliki
varians homogen).
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak (data tidak
memiliki varians homogen)
3. Uji Normalitas N-gain
Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan nilai postes yang
digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
setelah pembelajaran yang dilakukan. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:14
Dengan kriteria nilai N-gain sebagai berikut:15
N-gain tinggi : nilai (g) > 0,7
N-gain sedang : 0,7> nilai (g) > 0,3
n-gain rendah : nilai (g) < 0,3
4. Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, kemudian
dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji t sebagai berikut:
√
14
David E. Meltzer, The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible “hidden variable” in diagnostic pretes score,
(Lowa : Departement of physics and astronomy, lowa state university, Ames), h 3 15
Richard r. hake, analyzing change/gain score, (America: depatement of physics,
Indiana university), h. 1
51
Dengan
Statistik t di atas berdistribusi student dengan dk = (n1 + n2 - 2)
Keterangan :
X1 = rata-rata data hitung kelompok eksperimen
X2 = rata-rata data hitung kelompok kontrol
S = nilai simpangan baku kedua kelompok
= varians data kelompok eksperimen
= varians data kelompok kontrol
1 =jumlah siswa kelompok eksperimen
2 =jumlah siswa kelompok kontrol
Nilai t pada uji hipotesis kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel
pada taraf signifikan a = 5% nilai ttabel diperoleh dari daftar distribusi t
dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1-1/2a). adapun kriteria pengujian
hipotesis yang digunakan adalah jika –ttabel<thitung<ttabel maka H0 diterima
dan Ha ditolak. Namun jika nilai thitung tidak memenuhi kriteria –
ttabel<thitung<ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.16
H. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 sama dengan µ2
Ha : µ1 tidak sama dengan µ2
Keterangan :
H0 = tidak terdapat pengaruh pada penggunaan model pembelajaran inkuiri
terstruktur terhadap berpikir kritis siswa
Ha = terdapat pengaruh pada penggunaan model pembelajaran inkuiri
terstruktur terhadap berpikir kritis siswa
µ1 = nilai rata-rata berpikir kritis siswa setelah diberi pembelajaran dengan
model inkuiri terstruktur (postes)
µ2 = nilai rata-rata berpikir kritis siswa sebelum diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran inkuiri terstruktur (pretes)
16
Sudjana, op.cit, h. 239-240
52
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yakni kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa di
kelas kontrol dan 30 orang siswa dikelas eksperimen. Untuk kelas eksperimen,
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model inkuiri terstruktur,
sementara itu untuk kelas kontrol digunakan pembelajaran konvensional dan
demonstrasi.
Adapun data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah berupa data
kuantitatif dari hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa kelas sebelum
pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (postest).
1. Hasil Pretest
Bedasarkan perhitungan skor pretes siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh data pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Pretest
Kontrol Eksperimen
Nilai tertinggi 37 29
Nilai terrendah 0 0
Rata-rata 15,88 12,58
Median 16,8 13,25
Modus 17 13
Simpangan baku 7,26 6,84
Tabel 4.1. tersebut menunjukan perhitungan statistik untuk nilai pretes
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, perhitungan lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Dari hitungan rata-rata, median, modus
53
dan simpangan baku nilai pretes siswa kedua kelas tersebut , dapat
disimpulkan bahwa nilai pretes siswa kelas kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai pretes siswa kelas eksperimen.
Sementara itu, untuk ketercapaian suatu indikator berpikir kritis siswa
saat pretes pada Tabel 4.2. persentase nilai ketercapaian keterampilan
berpikir kritis siswa berikut, sedangkan data selengkapnya terlampir pada
Lampiran 19
Tabel 4.2. Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis (pretes)
Indikator Berpikir Kritis Persentase (%)
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Mengelompokkan 35 7
Menerapkan 38 27
Sintesis 30 28
Analisis 16 22
Membandingkan 39 31
Memberi alasan 1 0
Menyimpulkan 1 2
Berpendapat 7 17
Evaluasi 1 0
Hubungan sebab akibat 3 1
Menciptakan 6 0
Persentase ketercapaian indikator diperoleh dari skor total yang
diperoleh siswa pada indikator tertentu dibagi dengan skor maksimal tiap
indikatornya. Dilihat dari data persentase pada Tabel 4.2. ketercapaian
indikator berpikir kritis siswa kelas kontol lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen.
54
2. Hasil Postes
Bedasarkan perhitungan skor postes siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh data pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Postest
Kontrol Eksperimen
Nilai tertinggi 49 82
Nilai terrendah 10 20
Rata-rata 28.91 41,70
Median 28,5 40
Modus 28,4 36
Simpangan baku 11 14,57
Tabel 4.3. tersebut menunjukan perhitungan statistik untuk nilai
postes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, perhitungan lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Dari hitungan rata-rata,
median,modus dan simpangan baku nilai pretes siswa kedua kelas tersebut
, dapat disimpulkan bahwa nilai postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai postes siswa kelas kontrol.
Sementara itu, untuk ketercapaian suatu indikator berpikir kritis
siswa saat postes pada Tabel 4.4. persentase nilai ketercapaian
keterampilan berpikir kritis siswa berikut, sedangkan data selengkapnya
terlampir pada Lampiran 19.
55
Tabel 4.4. Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis (postes)
Indikator Berpikir Kritis Persentase (%)
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Mengelompokkan 33 48
Menerapkan 66 37
Sintesis 44 53
Analisis 44 59
Membandingkan 45 59
Memberi alasan 31 44
Menyimpulkan 12 23
Berpendapat 22 70
Evaluasi 3 27
Hubungan sebab akibat 21 27
Menciptakan 17 16
Persentase ketercapaian indikator diperoleh dari skor total yang
diperoleh siswa pada indikator tertentu dibagi dengan skor maksimal tiap
indikatornya. Dilihat dari data persentase pada Tabel 4.4. ketercapaian
indikator berpikir kritis siswa kelas kontol saat postes lebih rendah
dibandingkan kelas eksperimen.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Analisis data hasil penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji N-gain.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan sampel
yang berdistribusi normal akan memenuhi kriteria Lhitung≤ Ltabel yang
diukur pada taraf signifikasi 0,05. Adapun hasil perhitungan uji
56
normalitas pretes dan postes ppenelitian ini pada Tabel 4.5. berikut ini,
sedangkan perhitungan lengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 11-14.
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes
Variabel Jumlah
sampel
Taraf
signifikan
Lhitung Ltabel Keterangan
Pretes
Kontrol 30 0,05 0,1034 0,1543 Normal
Eksperimen 30 0,05 0,1266 0,1543 Normal
Postes
Kontrol 30 0,05 0,1221 0,1543 Normal
Eksperimen 30 0,05 0,1112 0,1543 Normal
Dari hasil hitungan uji normalitas data pretes kelas kontrol
diperoleh bahwa sampel berdistribusi normal dengan Lhitung sebesar
0,1034 dan Ltabel sebesar 0,1543 yang diperoleh dari nilai tabel harga
kritis untuk n=30 dengan taraf signifikasi 0,05 (lihat pada lampiran hal
142-146). Sementara untuk data postes kelas kontrol dengan Ltabel yang
sama yakni sebesar 0,1543, diperoleh Lhitung sebesar 0,1221. Karena
Lhitung<Ltabel , maka sampel dinyatakan berdistribusi normal dapat dilihat
pada Lampiran 11-14.
Begitupun dengan data kelas eksperimen, perhitungan uji
normalitas data pretes kelas eksperimen menunjukan bahwa sampel
berdistribusi normal dengan Lhitung sebesar 0,1266 dan Ltabel sebesar
0,1543 yang diperoleh dari nilai tabel harga kritis untuk n=30 dengan
taraf signifikan 0,05. Dapat dilihat pada Lampiran 11-14. Sementara
untuk data postes kelas eksperimen dengan Lhitung sebesar 0,1112. Karena
Lhitung<Ltabel. Maka sampel dinyatakan berdistribusi normal dapat dilihat
pada Lampiran 11-14.
57
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel
yang diperoleh homogen atau tidak, dengan kriteria suatu sampel
dinyatakan homogen apabila Fhitung Ftabel. Dari perhitungan uji
homogenitas diperoleh hasil pada Tabel 4.6. :
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes
Variable Taraf
signifikan
Fhitung Ftabel Keterangan
Pretes 0,05 1,170 3,99 Homogen
Postes 0,05 1,699 3,99 Homogen
Tabel 4.6. menunjukan bahwa nilai Fhitung untuk data pretes
maupun postes cenderung lebih kecil daripada data nilai Ftabel. Adapun
perhitungan uji homogenitas selengkapnya terlampir pada Lampiran 15.
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok (kelas kontrol dan kelas eksperimen)
memiliki varians yang sama (homogen).
C. Uji N-gain
Uji N-gain digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa yang dilihat dari hasil pretes dan hasil
postes. Hasil perhitungan uji N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada
Tabel 4.7. sedangkan untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
58
Tabel 4.7. Nilai Rata-rata Hasil Uji N-gain Pretes dan Postes
Kelas Rata-rata N-gain Keterangan
Pretes Postes Persentase
(%)
Indeks
Kontrol 15,88 28,91 15 0,15 Low-g
Eksperimen 12,58 41,70 33 0,33 Medium-g
Berdasarkan Tabel 4.7. tersebut, baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis. Nilai rata-
rata N-gain yang diperoleh di kelas kontrol adalah sebesar 0,15 sehingga
dapat dikatakan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
tergolong rendah. Sementara untuk kelas eksperimen, diperoleh nilai N-gain
sebesar 0,33 yang berarti bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa tergolong sedang
Pada mulanya, siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata pretes yang
lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen. Kemudian setelah
diberikan perlakuan. Nilai kelas kontrol dan kelas ekaperimen sama-sama
meningkat. Akan tetapi, peningkatan nilai siswa dikelas eksperimen justru
lebih unggul daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-
rata nilai postesnya. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur
mengalami kenaikan nilai postes yang lebih besar dengan persentase 41,70%.
Sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol hanya sebesar 28,91%. Oleh
karena itu, nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibanding
kelas kontrol.
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
59
Untuk itu, dilakukan pengujian statistik pada data pretes dan postes dari
kedua kelas tersebut.
Untuk data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dilakukan
pengujian hipotesis menggunakan uji t karena kedua data tersebut
berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji hipotesis data pretes dengan
menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Data Pretes
Variabel Taraf
signifikan
Thitung Ttabel keterangan
Uji t 0,05 -1,912 1,998 H0 diterima
Berdasarkan Tabel 4.8. uji t data pretes tersebut, diperoleh Thitung
sebesar -1,912. Dengan nilai Ttabel sebesar 1,998, maka -1,998<-
1,912<1,998 memenuhi kriteria –Ttabel<Thitung<Ttabel sehingga H0 diterima,
dan Ha ditolak. Hal ini berarti data pretes kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak berbeda.
Demikian pula untuk data postes kelas kontrol dan kelas eksperimen,
karena kedua data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan
pengujian hipotesis menggunakan uji t. berikut adalah tabel hasil uji
hipotesis pada data postes menggunakan uji t, sementara perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Data Postes
Variabel Taraf
signifikan
Thitung Ttabel keterangan
Uji t 0,05 4,047 1,998 H0 diterima
60
Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai Thitung sebesar 4,047.
Dengan nilai Ttabel sebesar 1,998, maka -1,998<4,047<1,998. Artinya hasil
uji hipotesis data postes tidak memenuhi kriteria –Ttabel<Thitung < Ttabel
sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh saat pretes kelas kontrol nilai
tertinggi yang didapat sebesar 37 dengan rata-rata sebesar 15,88, sedangkan
pretes kelas eksperimen nilai tertinggi yang didapat sebesar 29 dengan rata-
rata 12,58, dari data pretes tersebut dapat dilihat bahwa kelas kontrol
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dan
untuk hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang didapat adalah 49
dengan rata-rata sebesar 28,91. Sedangkan pada kelas eksperimen nilai
tertinggi yang didapat 82 dengan rata-rata 41,70. Dapat dilihat dari hasil
postes yang berbeda dengan hasil pretes, nilai yang paling tinggi didapat di
kelas eksperimen.
Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan berpikir kritis dalam
penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur. Inkuiri
terstruktur itu sendiri merupakan sarana yang memiliki potensi untuk
pencapaian indikator-indikator berpikir kritis. Menurut Allan Colburn dalam
jurnalnya, pembelajaran inkuiri terstruktur didefinisikan sebagai berikut
Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan
penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan
guru.1
Hasil penelitian ini secara umum membuktikan munculnya berpikir
kritis melalui model inkuiri terstruktur. Dari beberapa fase inkuiri
terstruktur ada fase yang diasumsikan dapat memunculkan berpikir kritis.
Fase tersebut adalah fase hipotesa atau hipotesis, dan berpikir kritis juga
memiliki beberapa indikator, pada penelitian ini indikator yang memiliki
1 Colburn Allan. 2000.an Inquiry Primer.Sciens cope
61
nilai paling tinggi pada kelas eksperimen adalah berpendapat. Berbeda
dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang memiliki indikator berpikir
kritis paling tinggi adalah menerapkan, dan adapun nilai indikator berpikir
kritis paling rendah pada kelas eksperimen adalah menciptakan, berbeda
dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang memiliki nilai paling rendah
pada indikator evaluasi.
Maka dapat diuraikan indikator-indikator berpikir kritis pada
penelitian ini dari nilai tertinggi hingga nilai terrendah pada kelas
eksperimen adalah sebagai berikut: berpendapat dengan persentase 70%,
analisis dan membandingkan keduanya sama-sma memiliki nilai prsentase
59%, indikator sintesis memiliki nilai persentase 53% dan indikator
mengelompokan memiliki nilai persentase 48%, untuk indikator, memberi
alasan memiliki niali persentase 44% indikator menerapkan mempunyai
nilai 37%, untuk indikator hubungan sebab akibat dan evaluasi keduanya
sama-sama memiliki nilai persentase sebesar 27%, indikator menyimpulkan
memiliki nilai 23% dan indikator yang memiliki nilai terendah adalah
menciptakan dengan nilai persentase, sebesar 16%.
Hasil yang didapat untuk indikator berpikir kritis kelas kontrol jika di
uraikan dari nilai persentase tertinggi sampai persentase terendah adalah
sebagai berikut : menerapkan memiliki persentase 66% sebagai indikator
berfikir kritis pada kelas kontrol, urutan kedua ada pada indikator berfikir
kritis membandingkan dengan nilai 45%, indikator sintesis dan analisis
keduanya sama-sama memiliki nilai persentase 44%, mengelompkkan
mendapatkan nilai persentase sebesar 33%, memberi alasan 31%,
berpendapat 22%, hubungan sebab akibat 21%, menciptakan 17%,
menyimpulkan 12%, dan indikator berfikir kritis yang memiliki nilai paling
rendah pada kelas kontrol adalah evaluasi dengan nilai persentase sebesar
3%. Karena seseorang yang berpikir kritis akan mampu mengutarakan
pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal.2
2 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional h.293
62
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan Balqis, indikator
berpikir kritis yang memiliki nilai paling tinggi adalah menerapkan, dan
indikator berpikir kritis yang memiliki nilai paling rendah adalah
menyimpulkan3. Sementara Naeli Zakiyah menemukan bahwa fase inkuiri
terstruktur yang memiliki nilai paling tinggi untuk dapat memunculkan
berpikir kritis adalah fase melakukan percobaan4. Lebih lanjut Anis
Novitsania menemukan bahwa fase hipotesis memiliki nilai paling tinggi
untuk memunculkan berpikir kritis.5
Seseorang yang memiliki pemikiran kritis selalu mencoba untuk
mengklarifikasi setiap informasi.6 Perbedaan hasil yang didapat dalam
setiap penelitian dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai
fasilitator, konselor, dan teman yang kritis masih belum maksimal.
Dapat dilihat secara keseluruhan pada hasil perbandingan antara
posttest siswa yang menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur dan posttest
siswa yang menerapkan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa
kelompok yang menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur lebih baik dari
pada kelompok yang menerapkan metode demonstrasi. Artinya pendekatan
inkuiri terstruktur berpengaruh terhadap berpikir kritis siswa. maka model
pembelajaran inkuiri terstruktur dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.
3 Balqis Intan.2014.Pengaruh Multimedia Interaktif Game Berbasis Flash
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi System Periodik
Unsur.skripsi.respositoriuinjkt 4 Naeli Zakiyah.2011.Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap
Keterampilan Proses Sains. Skripsi.Respositoriuinjkt 5 Novitsania Annis.2013.Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa
yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang
Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing pada Konsep Fotosintesis.skripsi uinjkt 6 Radno Harsanto, Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif,
(Jakarta:Grasindo, 2005) h, 54
63
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa pada materi laju reaksi.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa pada taraf signifikansi
5% nilai thitung sebesar 4,047 lebih besar dari ttabel sebesar 1,998 sehingga
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa diterima. Dengan demikian,
pembelajaran kimia yang menggunakan model inkuiri terstruktur dapat
membantu meningkatkan berpikir kritis siswa dengan memperoleh nilai rata-
rata N-gain sebesar 0,33 yang berarti peningkatan berpikir kritis siswa
tergolong sedang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran dalam penelitian ini adalah :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model
pembelajaran inkuiri terstruktur sebagai suatu alternative dalam mata
pelajaran kimia.
2. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur
sebagai salah satu model pembelajaran dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan berpikir kritis siswa.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
pembelajaran dengan model inkuiri terstruktur dapat menghasilkan
berpikir kritis yang lebih baik pada materi pelajaran kimia pada konsep
yang berbeda
64
DAFTAR PUSTAKA
Agus Budi Susilo, Wijayanto dan Supartono “ model pembelajaran ipa berbasis
masalah untuk meningkatkan motivasi belajat dan berpikir kritis siswa
SMP” prodi pendidikan kimia Universitas Negeri Semarang
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi pembelajaran
IPA berbasis kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006),h. 105
Alan Colburn, An Inquiry Primer, California. State University. H 42-43
Alberta Learning, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-
based Learning, 44 Capital Boulevard, Street NW, Edmonton,
Alberta,Canada,. 2004. H.7
Alec Fisher, Critical Thinking An Introduction, Electronic Journal of Science
Education, 2001, pp. 4-8.
Alifa Noora Rahma .2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri
Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Empati Siswa
Terhadap Lingkungan. Journal of Education Research and Evaluation.
Vol.1 No. 2. Tahun 2012:133-138
Alwasilah chaedar.2002. contextual teaching and learning (menjadikan kegiatan
belajar-mengajar mengasyikan dan bermakna). Bandung : Mizan
Anggraeni Sri, Hakikat Pembelajaran IPA, pengajar jurusan pendidikan FMIPA.
UPI Bandung
Arthur B. Millman, Critical Thinking Attitudes: A Framework for the Issues,
Informal Logic, 10, 1988, pp.
Balqis Intan.2014.pengaruh multimedia interaktif game berbasis flash terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi system periodik
unsur.skripsi.respositoriuinjkt
Carol C Kuhlthlau dan Ross J Todd, 2006,. Guided Inquiry: A Framework For
Learning Through School Libraries In 21th
Century School”
Colburn Allan. 2000.an inquiry primer.sciens cope
David E. Meltzer, The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible “hidden variable” in
diagnostic pretes score, (Lowa : Departement of physics and astronomy,
lowa state university, Ames), h 3
Departemen Pendidikan Nasional h.293
65
Departemen pendidikan nasional 2009. Pembelajaran yang mengembangkan
critical thinking. Jakarta, perpustakaan nasional
Departemen pendidikan nasional 2009. Pembelajaran yang mengembangkan
critical thinking. Jakarta, perpustakaan nasional
Dwi Nurcahya, “Pengaruh PBL terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Kimia”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta,
2012, h. 34, tidak dipublikasikan.
Dwi Nurcahya, “Pengaruh PBL terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Kimia”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta,
2012, h.26.
Dwi Nurcahya, “Pengaruh PBL terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Kimia”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta,
2012, h.28
Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka : 2007),
h. 24
Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka : 2007),
h. 204
Endang Susilowati,.2013, Kimia Untuk Kelas XI SMA dan MA. (Jakarta : Global)
h,. 113
Enniis, R.H. 1996. Critical Thinking. USA:Prentice-Hall, Inc
Harsanto Radno. 2005. melatih anak berpikir analitis,kritis, dan kreatif, Jakarta:
PT Grasindo
Harun Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana
Prima,2009), h. 239-241
Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-Fisika melalui
Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan
Cahaya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. 2007.
Ken Gilberston. Timothy Bates, Terry McLaughlin, and Alan Ewert, Outdoor
Education : Method and Strategies, (United States: Human Kinetics,
2006), h.120.
Lia Septiani Handriani, Ahmad harjono dan Aris Doyan, Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Pendekatan Saintifik Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa, 2015. Fakultas Ilmu
Pendidikan Alam. Universitas Mataram
Michael Purba, 2004, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : Penerbit Erlangga ).
h.80
66
Muh Sohibi dan Joko Siswanto 2012. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah
dan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif
siswa.prodi pendidikan fisika IKIP PGRI Semarang.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010),
h.47
Naila Sahira, 2002, Ringkasan Teori dan Evaluasi Kimia
SMA/MA,(Jakarta:Kompas Gramedia), h,.83
Nana Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung, Tarsito, 2005), h. 239-240
Nana Sudjana, Metoda Statistik, (Bandung, Tarsito, 2005), h.466-467
Nana Sudjana, penilaian Hasil proses belajar mengajar, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya 2009),h.12
Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendidikan, (bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010),h.219
Nengsih Junaengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada Konsep Bioteknologi,
(Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 44
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 43
Novitsania Annis.2013.perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan siswa yang
menggunakan model inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis.skripsi
uinjkt
Philips Alexander dan tan aik ling, promoting inquiri through science reflection
journal writing, euresia journal of mathematics, science and tekhnology
education,2008,4(3) h.279-283
Radno Harsanto, melatih anak berpikir analisis, kritis, dan kreatif,
(Jakarta:Grasindo, 2005) h, 54
Richard r. hake, analyzing change/gain score, (America: depatement of physics,
Indiana university), h. 1
Rochiati wiriatmadja, Metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kinerja guru dan dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009),h. 85
67
Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the
Future , Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009
University of Nebraska, Lincoln.
Rustaman., dan Nuryani. Strategi Belajar Mengajar IPA.h.76
Sophia Scott, Perception of Students Learning Critical Thinking Through Debate
in a Technology Classroom : A case study, The Journal of Technology
Students, 2007, pp. 2
Sophia Scott, Perception of Students Learning Critical Thinking Through Debate
in a Technology Classroom : A case study, The Journal of Technology
Students, 2007, pp. 2
Sri Anggraeni, Hakikat pembelajaran IPA. Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi
F-MIPA UPI Bandung.
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,2011),h.144
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung:Alfabeta, 2007), h. 140-141
Sugiyono, Statistika untuk penelitian, (bandung:alfabeta,2010), h. 61
Sugiyono,Statistika untuk penelitian, (bandung:alfabeta,2010), h. 118
Sugiyono,Statistika untuk penelitian, (bandung:alfabeta,2010), h. 148
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h. 193
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h. 213
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h.230-231
Sura Kitti, Kimia Itu Asyik Untuk SMA Kelas XI, 2006 (Serpong : PT Kandel),.
H.61
Susuwi, Analisis Keterampilan Proses Sains SMA pada Model Pembelajaran
Praktikum D-Ei-Hd”, Jurnal Pengajaran MIPA Vol.14, 2009, h. 3
Suyatno, Aris Purwandi, Henang Widayanto dan Kuncoro PR,. 2007, Kimia
Untuk SMA /MA Kelas XI, (Jakarta : PT Grasindo) h,.76
Synder,L.G and synder, M.G. 2008 Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills. The Delta Pi Epsilon Journal. Vol.L, No. 2,
Spring/Summer, 2008:90-99
68
Tisngatun Nurochmah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2007, h. 57
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,
2009) h.172
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007). H.153
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
UNDP.2010. Human Development Report 2010: 20th Anniversary Edition. New
York: Palgrave Macmillan
Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New
York : McGraw-Hill, 2004), h. 17.
Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New
York : McGraw-Hill, 2004), h. 18
Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New
York : McGraw-Hill, 2004), h. 19
Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New
York : McGraw-Hill, 2004), h. 21.
Watson-Glaser, Critical Thingking Appraisal, Practice Test, 2002, pp. 4-12
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta :
Kencana, 2008), h. 191
Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 121.
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen (Inkuiri Terstruktur)
Nama Sekolah : SMAN 12 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/II
Materi Pelajaran : Laju Reaksi
Pertemuan ke- : 1
Alokasi waktu : 2x45 Menit (2 jam pelajaran)
A. Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
fator-faktor yang mempengaruhinya
C. Indikator
1. Menentukan konsentrasi larutan (molaritas larutan)
2. Mendeskripsikan definisi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan, suhu dan katalis) melalui percobaan
4. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kemolaran
2. Siswa dapat menentukan molaritas larutan
3. Siswa dapat membuat larutan dengan molaritas tertentu
4. Siswa dapat mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
5. Siswa dapat dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
6. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
70
E. Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Disiplin
2. Rasa hormat dan Perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Ketelitian
F. Materi Pokok
Reaksi kimia berlangsung dengan laju reaksi yang berbeda-beda, ada yang
berlangsung sangat lambat, seperti pengaratan besi dan ada pula yang berlangsung
sangat cepat seperti ledakan dinamit.Kebanyakan reaksi berlangsung dengan laju
diantara dua laju ekstrem tersebut.laju reaksi memiliki beberapa factor diantaranya
Suhu, Konsentrasi, Luas permukaan dan Katalis.
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
Rumusnya
a. Kelarutan zat padat
Membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan mencampurkan zat terlarut
dan zat pelarut dalam jumlah tertentu.
b. Pengenceran larutan pekat
Diantara zat yang tersedia dalam bentuk larutan pekat adalah berbagai jenis asam
dan ammonia.Misalnya : asam sulfat biasanya diperdagangkan berupa larutan
dengan kadar 98% dan masa jenis 1,8 Kg L-1
Kemolaran larutan pekat dapat ditentukan jika kadar dan massa jenisnya
diketahui, yaitu dnegan menggunakan rumus
Larutan pekat biasanya berasap (mudah menguap) dan korosif, oleh karena itu
pembuatan larutan dari larutan pekat harus dilakukan dalam lemari asam dan
dikerjakan dengan hati-hati.
G. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Inkuiri Terstruktur
Metode : Praktikum dan Diskusi
71
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Inkuiri
Terstruktur
Aktifitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi
Waktu
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Apersepsi:
Disekitar kita
sangat banyak
sekali macam-
macam larutan, tapi
apakah kalian tahu
perbedaan larutan
encer dan larutan
pekat?
Guru
menyampaikan
tujuan dari
pembelajaran
Guru membagi
siswa dalam 5
kelompok dan
diberi LKS inkuiri
terstruktur
Siswa
menanggapi
pertanyaan guru
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa membuat
kelompok dan
mengambil LKS
yang diberikan
oleh guru
5 menit
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Dengan bantuan
buku paket dan
LKS guru bertanya
kepada siswa
“apakah kalian
sudah mengetahui
cara membedakan
antara larutan encer
dan larutan pekat?
Serta
konsentrasinya?
Guru
menanggapi
pertanyaan guru
dan
memperhatikan
buku paket dan
LKS yang di
dapat
2 menit
72
I
N
T
I
Membuat
Hipotesis
Guru mengarahkan
siswa untuk
berdiskusi dan
membuat hipotesis
mengenai masalah
yang disajikan
dalam LKS
Guru menuliskan
hipotesis dari siswa
di papan tulis
Siswa berdiskusi
dan membuat
hipotesis dari
masalah yang
disajikan dalam
LKS
Siswa
mengajukan
hipotesis kepada
guru dan
menuliskannya
dalam LKS
5 menit
Merancang
Percobaan
Guru menjelaskan
tentang tujuan
percobaan
Guru menugaskan
siswa untuk
menyiapkan alat
dan bahan untuk
percobaan sesuai
dengan LKS
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa menyusun
alat dan bahan
percobaan sesuai
dengan LKS
4 menit
Melakukan
Percobaan
Guru menugaskan
siswa untuk mulai
melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah
kerja yang
tercantum dalam
LKS
Guru membimbing
dan mengarahkan
Siswa
melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah
kerja yang
tercantum dalam
LKS
Siswa bertanya
kepada guru
apabila ada yang
tidak dimengerti
55 menit
73
siswa dalam
melakukan
percobaan
Mengumpulkan
dan
Menganalisis
Data
Guru menugaskan
siswa untuk
mencatat hasil
percobaan dan
menjawab
pertanyaan yang
tercantum dalam
LKS
Siswa
melakukan
diskusi
kelompok untuk
melengkapi dan
menjawab
pertanyaan yang
tercantum dalam
LKS
10 menit
Membuat
Kesimpulan
Guru menugaskan
masing-masing
kelompok untuk
membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan
Guru mengarahkan
siswa dalam
mempersentasikan
hasil percobaan
didepan kelas
Siswa membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan
dan
mencantumkann
ya dalam LKS
Secara
bergantian setiap
kelompok
mempersentasika
n hasil
percobaan
5 menit
P
E
N
U
T
Guru membimbing
siswa membuat
kesimpulan materi
yang telah
dipelajari
Guru
menginformasikan
materi percobaan
Siswa membuat
kesimpulan dari
materi yang
telah dipelajari
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
4 menit
74
U
P
untuk pertemuan
selanjutnya
Guru memberikan
apresiasi terhadap
kelompok yang
paling baik
Siswa
mendapatkan
apresiasi dari
guru
I. Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa Inkuiri Terstruktur
2. Buku Kimia Kelas XI, Michael Purba, Penerbit Erlangga
J. Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Soal Kunci
Jawaban
Skor
1. Menentuk
an
konsentras
i larutan
(molaritas
larutan)
melalui
kegiatan
praktikum
Tugas
Kelompok
Uraian Jika di dalam suatu
botol pereaksi
terdapat 250 mL
larutan NaOH
(Mr=40) yang
konsentrasinya 0,4
M, maka berapa
jumlah mol NaOH
yang terkandung
didalam larutan
tersebut dan berapa
gram NaOH yang
terlarut di dalam
larutan tersebut?
Volume larutan
=250mL=0,25L
Mol NaOH
yang terlarut
0,25 x 0,4
mol/L=0,10
mol
Gram NaOH
yang terlarut
dalam larutan =
mol NaOH x
Mr NaOH = 0,1
mol x
40g/mol=4gram
5
2. Mendeskri
psikan
definisi
Tugas
Kelompok
Uraian Apa yang
dimaksud dengan
laju reaksi?
laju reaksi atau
kecepatan
reaksi
5
75
laju reaksi
menyatakan
banyaknya
reaksi kimia
yang
berlangsung
dalam sayuan
waktu.
3. Menganali
sis faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
(konsentra
si, luas
permukaa
n, suhu
dan
katalis)
melalui
percobaan
Tugas
Kelompok
Uraian apasaja faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi?
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nya adalah
suhu,
konsentrasi ,
luas permukaan
dan katalis
5
4. Menafsirk
an grafik
dari data
percobaan
tentang
faktor-
faktor
yang
mempenga
Tugas
kelompok
Uraian
Grafik tersebut
menunjukan
bahwa besarnya
perubahan
(pengurangan)
konsentrasi
reaktan, sama
dengan
besarnya
5
76
ruhi laju
reaksi
Apa maksud dari
grafik diatas?
pertambahan
konsentrasi
produk
Tangerang, November 2014
Mengetahui,
Guru Bidang Study Praktikan
(……………………) (…...……………….)
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen (Inkuiri Terstruktur)
Nama Sekolah : SMAN 12 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/II
Materi Pelajaran : Laju Reaksi
Pertemuan ke- : 2
Alokasi waktu : 2x45 Menit (2 jam pelajaran)
A. Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
factor-faktor yang mempengaruhinya
C. Indikator
1. Menentukan konsentrasi larutan (molaritas larutan)
2. Mendeskripsikan definisi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan, suhu dan katalis) melalui percobaan
4. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kemolaran
2. Siswa dapat menentukan molaritas larutan
3. Siswa dapat membuat larutan dengan molaritas tertentu
4. Siswa dapat mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
5. Siswa dapat dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
6. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
78
E. Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Disiplin
2. Rasa hormat dan Perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Ketelitian
F. Materi Pokok
1. Faktor – faktor laju reaksi
a. Luas permukaan
b. Konsentrasi
c. Suhu
d. Katalis
2. Bentuk Persamaan Laju Reaksi
Bentuk persamaan laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut mA + nB pC
+qD
Untuk persamaan laju makav= K[A]+[B]
y
3. Makna Orde Reaksi
a. Orde Nol apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi
laju reaksi, artinya asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi
b. Orde satu adalah jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
itu, jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi
31 atau 3 kali lebih besar
c. Orde dua yaitu jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi
pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi
akan menjadi 32atau 9 kali lebih besar
K. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Inkuiri Terstruktur
Metode : Praktikum dan Diskusi
79
L. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Inkuiri
Terstruktur
Aktifitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi
Waktu
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Apersepsi :
“mengapa buah yang
disimpan di dalam
lemari es lebih lama
mengalami pembusukan
dibandingkan dengan
buah yang dibiarkan di
luar lemari es?
Guru menyampaikan
tujuan dari
pembelajaran
Guru membagi siswa
dalam 5 kelompok,
setiap kelompok
diberikan LKS inkuiri
terstruktur
Siswa menanggapi
pertanyaan guru
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa membuat
kelompok dan
mengambil LKS
yang diberikan oleh
guru
5 menit
I
N
T
I
Menyajikan
pertanyaan
atau masalah
Dengan bantuan LKS
dan buku paket guru
menanyakan tentang
faktor-faktor laju reaksi
yang ada di dalam
kehidupan sehari-hari
Guru menanggapi
pertanyaan guru
dan memperhatikan
buku paket dan
LKS yang di dapat
2 menit
Membuat
Hipotesis
Guru mengarahkan
siswa untuk berdiskusi
dan membuat hipotesis
mengenai masalah yang
disajikan dalam LKS
Siswa berdiskusi
dan membuat
hipotesis dari
masalah yang
disajikan dalam
LKS
5 menit
80
Guru menuliskan
hipotesis dari siswa dan
menuliskannya di papan
tulis
Siswa mengajukan
hipotesis kepada
guru dan
menuliskannya
dalam LKS
Merancang
Percobaan
Guru menjelaskan
tentang tujuan
percobaan
Guru menugaskan siswa
untuk menyiapkan alat
dan bahan untuk
percobaan sesuai
dengan LKS
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa menyusun
alat dan bahan
percobaan sesuai
dengan LKS
4 menit
Melakukan
Percobaan
Guru menugaskan siswa
untuk mulai melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah kerja
yang tercantum dalam
LKS
Guru membimbing dan
mengarahkan siswa
dalam melakukan
percobaan
Siswa melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah
kerja yang
tercantum dalam
LKS
Siswa bertanya
kepada guru
apabila ada yang
tidak dimengerti
55 menit
Mengumpulkan
dan
Menganalisis
Data
Guru menugaskan siswa
untuk mencatat hasil
percobaan dan
menjawab pertanyaan
yang tercantum dalam
LKS
Siswa melakukan
diskusi kelompok
untuk melengkapi
dan menjawab
pertanyaan yang
tercantum dalam
LKS
10 menit
81
Membuat
Kesimpulan
Guru menugaskan
masing-masing
kelompok untuk
membuat kesimpulan
dari hasil percobaan
Guru mengarahkan
siswa dalam
mempersentasikan hasil
percobaan didepan kelas
Siswa membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan dan
mencantumkannya
dalam LKS
Secara bergantian
setiap kelompok
mempersentasikan
hasil percobaan
5 menit
P
E
N
U
T
U
P
Guru membimbing
siswa membuat
kesimpulan materi yang
telah dipelajari
Guru menginformasikan
materi percobaan untuk
pertemuan selanjutnya
Guru memberikan
apresiasi terhadap
kelompok yang paling
baik
Siswa membuat
kesimpulan dari
materi yang telah
dipelajari
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa
mendapatkan
apresiasi dari guru
4 menit
M. Sumber Belajar
3. Lembar Kerja Siswa Inkuiri Terstruktur
4. Buku Kimia Kelas XI, Michael Purba, Penerbit Erlangga
N. Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Soal Kunci
Jawaban
Skor
5. Menentuk
an
konsentras
i larutan
Tugas
Kelompok
Uraian Jika di dalam suatu
botol pereaksi
terdapat 250 mL
larutan NaOH
Volume larutan
=250mL=0,25L
Mol NaOH
yang terlarut
5
82
(molaritas
larutan)
melalui
kegiatan
praktikum
(Mr=40) yang
konsentrasinya 0,4
M, maka berapa
jumlah mol NaOH
yang terkandung
didalam larutan
tersebut dan berapa
gram NaOH yang
terlarut di dalam
larutan tersebut?
0,25 x 0,4
mol/L=0,10
mol
Gram NaOH
yang terlarut
dalam larutan =
mol NaOH x
Mr NaOH = 0,1
mol x
40g/mol=4gram
6. Mendeskri
psikan
definisi
laju reaksi
Tugas
Kelompok
Uraian Apa yang
dimaksud dengan
laju reaksi?
laju reaksi atau
kecepatan
reaksi
menyatakan
banyaknya
reaksi kimia
yang
berlangsung
dalam sayuan
waktu.
5
7. Menganali
sis faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
(konsentra
si, luas
permukaa
n, suhu
dan
Tugas
Kelompok
Uraian apasaja faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi?
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nya adalah
suhu,
konsentrasi ,
luas permukaan
dan katalis
5
83
katalis)
melalui
percobaan
8. Menafsirk
an grafik
dari data
percobaan
tentang
faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
Tugas
kelompok
Uraian
Apa maksud dari
grafik diatas?
Grafik tersebut
menunjukan
bahwa besarnya
perubahan
(pengurangan)
konsentrasi
reaktan, sama
dengan
besarnya
pertambahan
konsentrasi
produk
5
Tangerang, November 2014
Mengetahui,
Guru Bidang Study Praktikan
(……………………) (…...……………….)
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol (Ceramah dan Demonstrasi)
Nama Sekolah : SMAN 12 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/II
Materi Pelajaran : Laju Reaksi
Pertemuan ke- : 1
Alokasi waktu : 2x45 Menit (2 jam pelajaran)
A. Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
fator-faktor yang mempengaruhinya
C. Indikator
1. Menentukan konsentrasi larutan (molaritas larutan)
2. Mendeskripsikan definisi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan, suhu dan katalis) melalui percobaan
4. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kemolaran
2. Siswa dapat menentukan molaritas larutan
3. Siswa dapat membuat larutan dengan molaritas tertentu
4. Siswa dapat mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
5. Siswa dapat dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
6. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
85
E. Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Disiplin
2. Rasa hormat dan Perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Ketelitian
F. Materi Pokok
Reaksi kimia berlangsung dengan laju reaksi yang berbeda-beda, ada yang
berlangsung sangat lambat, seperti pengaratan besi dan ada pula yang berlangsung
sangat cepat seperti ledakan dinamit.Kebanyakan reaksi berlangsung dengan laju
diantara dua laju ekstrem tersebut.laju reaksi memiliki beberapa factor diantaranya
Suhu, Konsentrasi, Luas permukaan dan Katalis.
Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
Rumusnya
a. Kelarutan zat padat
Membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan mencampurkan zat terlarut
dan zat pelarut dalam jumlah tertentu.
b. Pengenceran larutan pekat
Diantara zat yang tersedia dalam bentuk larutan pekat adalah berbagai jenis asam
dan ammonia.Misalnya : asam sulfat biasanya diperdagangkan berupa larutan
dengan kadar 98% dan masa jenis 1,8 Kg L-1
Kemolaran larutan pekat dapat ditentukan jika kadar dan massa jenisnya
diketahui, yaitu dnegan menggunakan rumus
Larutan pekat biasanya berasap (mudah menguap) dan korosif, oleh karena itu
pembuatan larutan dari larutan pekat harus dilakukan dalam lemari asam dan
dikerjakan dengan hati-hati.
G. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Ceramah dan Demonstrasi
Metode : Demonstrasi dan Diskusi
86
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktifitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi
Waktu
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Apersepsi:
Disekitar kita sangat
banyak sekali
macam-macam
larutan, tapi apakah
kalian tahu perbedaan
larutan encer dan
larutan pekat?
Guru menyampaikan
tujuan dari
pembelajaran
Guru membagi siswa
dalam 5 kelompok
dan diberi LKS
inkuiri terstruktur
Siswa
menanggapi
pertanyaan guru
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa membuat
kelompok dan
mengambil LKS
yang diberikan
oleh guru
5 menit
Dengan bantuan buku
paket dan LKS guru
bertanya kepada
siswa “apakah kalian
sudah mengetahui
cara membedakan
antara larutan encer
dan larutan pekat?
Serta konsentrasinya?
Guru
menanggapi
pertanyaan guru
dan
memperhatikan
buku paket dan
LKS yang di
dapat
2 menit
Guru mengarahkan
siswa untuk
berdiskusi dan
membuat hipotesis
mengenai masalah
Siswa berdiskusi
dan membuat
hipotesis dari
masalah yang
disajikan dalam
5 menit
87
I
N
T
I
yang disajikan dalam
LKS
Guru menuliskan
hipotesis dari siswa
di papan tulis
LKS
Siswa
mengajukan
hipotesis kepada
guru dan
menuliskannya
dalam LKS
Guru menjelaskan
tentang tujuan
percobaan
Guru menugaskan
siswa untuk
menyiapkan alat dan
bahan untuk
percobaan sesuai
dengan LKS
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa menyusun
alat dan bahan
percobaan sesuai
dengan LKS
4 menit
Guru menugaskan
siswa untuk mulai
melakukan percobaan
sesuai dengan
langkah kerja yang
tercantum dalam
LKS
Guru membimbing
dan mengarahkan
siswa dalam
melakukan percobaan
Siswa
melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah
kerja yang
tercantum dalam
LKS
Siswa bertanya
kepada guru
apabila ada yang
tidak dimengerti
55 menit
Guru menugaskan
siswa untuk mencatat
hasil percobaan dan
menjawab pertanyaan
Siswa
melakukan
diskusi
kelompok untuk
10 menit
88
yang tercantum
dalam LKS
melengkapi dan
menjawab
pertanyaan yang
tercantum dalam
LKS
Guru menugaskan
masing-masing
kelompok untuk
membuat kesimpulan
dari hasil percobaan
Guru mengarahkan
siswa dalam
mempersentasikan
hasil percobaan
didepan kelas
Siswa membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan
dan
mencantumkann
ya dalam LKS
Secara
bergantian setiap
kelompok
mempersentasika
n hasil
percobaan
5 menit
P
E
N
U
T
U
P
Guru membimbing
siswa membuat
kesimpulan materi
yang telah dipelajari
Guru
menginformasikan
materi percobaan
untuk pertemuan
selanjutnya
Guru memberikan
apresiasi terhadap
kelompok yang
paling baik
Siswa membuat
kesimpulan dari
materi yang
telah dipelajari
Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
Siswa
mendapatkan
apresiasi dari
guru
4 menit
89
I. Sumber Belajar
1. Lembar Kerja Siswa Inkuiri Terstruktur
2. Buku Kimia Kelas XI, Michael Purba, Penerbit Erlangga
J. Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Soal Kunci
Jawaban
Skor
1. Menentuk
an
konsentras
i larutan
(molaritas
larutan)
melalui
kegiatan
praktikum
Tugas
Kelompok
Uraian Jika di dalam suatu
botol pereaksi
terdapat 250 mL
larutan NaOH
(Mr=40) yang
konsentrasinya 0,4
M, maka berapa
jumlah mol NaOH
yang terkandung
didalam larutan
tersebut dan berapa
gram NaOH yang
terlarut di dalam
larutan tersebut?
Volume larutan
=250mL=0,25L
Mol NaOH
yang terlarut
0,25 x 0,4
mol/L=0,10
mol
Gram NaOH
yang terlarut
dalam larutan =
mol NaOH x
Mr NaOH = 0,1
mol x
40g/mol=4gram
5
2. Mendeskri
psikan
definisi
laju reaksi
Tugas
Kelompok
Uraian Apa yang
dimaksud dengan
laju reaksi?
laju reaksi atau
kecepatan
reaksi
menyatakan
banyaknya
reaksi kimia
yang
berlangsung
dalam sayuan
waktu.
5
90
3. Menganali
sis faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
(konsentra
si, luas
permukaa
n, suhu
dan
katalis)
melalui
percobaan
Tugas
Kelompok
Uraian apasaja faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi?
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nya adalah
suhu,
konsentrasi ,
luas permukaan
dan katalis
5
4. Menafsirk
an grafik
dari data
percobaan
tentang
faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
Tugas
kelompok
Uraian
Apa maksud dari
grafik diatas?
Grafik tersebut
menunjukan
bahwa besarnya
perubahan
(pengurangan)
konsentrasi
reaktan, sama
dengan
besarnya
pertambahan
konsentrasi
produk
5
Tangerang, November 2014
Mengetahui,
Guru Bidang Study Praktikan
(……………………) (…...……………….)
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol (Ceramah dan Demonstrasi)
Nama Sekolah : SMAN 12 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/II
Materi Pelajaran : Laju Reaksi
Pertemuan ke- : 2
Alokasi waktu : 2x45 Menit (2 jam pelajaran)
A. Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
factor-faktor yang mempengaruhinya
C. Indikator
1. Menentukan konsentrasi larutan (molaritas larutan)
2. Mendeskripsikan definisi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan, suhu dan katalis) melalui percobaan
4. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kemolaran
2. Siswa dapat menentukan molaritas larutan
3. Siswa dapat membuat larutan dengan molaritas tertentu
4. Siswa dapat mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
5. Siswa dapat dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
6. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
92
E. Karakter Siswa yang Diharapkan
1. Disiplin
2. Rasa hormat dan Perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Ketelitian
F. Materi Pokok
1. Faktor – faktor laju reaksi
a. Luas permukaan
b. Konsentrasi
c. Suhu
d. Katalis
2. Bentuk Persamaan Laju Reaksi
Bentuk persamaan laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berikut mA + nB pC
+qD
Untuk persamaan laju makav= K[A]+[B]
y
3. Makna Orde Reaksi
a. Orde Nol apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi
laju reaksi, artinya asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi
b. Orde satu adalah jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
itu, jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi
31 atau 3 kali lebih besar
c. Orde dua yaitu jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi
pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi
akan menjadi 32atau 9 kali lebih besar
K. Model dan Metode Pembelajaran
Model : Ceramah dan Demonstrasi
Metode : Praktikum dan Diskusi
93
L. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktifitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi Waktu
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Apersepsi :
“mengapa buah yang disimpan di
dalam lemari es lebih lama
mengalami pembusukan
dibandingkan dengan buah yang
dibiarkan di luar lemari es?
Guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran
Guru membagi siswa dalam 5
kelompok, setiap kelompok
diberikan LKS inkuiri terstruktur
Siswa menanggapi
pertanyaan guru
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
Siswa membuat
kelompok dan
mengambil LKS yang
diberikan oleh guru
5 menit
I
N
T
I
Dengan bantuan LKS dan buku
paket guru menanyakan tentang
faktor-faktor laju reaksi yang ada
di dalam kehidupan sehari-hari
Guru menanggapi
pertanyaan guru dan
memperhatikan buku
paket dan LKS yang
di dapat
2 menit
Guru mengarahkan siswa untuk
berdiskusi dan membuat
hipotesis mengenai masalah yang
disajikan dalam LKS
Guru menuliskan hipotesis dari
siswa dan menuliskannya di
papan tulis
Siswa berdiskusi dan
membuat hipotesis
dari masalah yang
disajikan dalam LKS
Siswa mengajukan
hipotesis kepada guru
dan menuliskannya
dalam LKS
5 menit
Guru menjelaskan tentang tujuan
percobaan
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
Siswa menyusun alat
4 menit
94
Guru menugaskan siswa untuk
menyiapkan alat dan bahan
untuk percobaan sesuai dengan
LKS
dan bahan percobaan
sesuai dengan LKS
Guru menugaskan siswa untuk
mulai melakukan percobaan
sesuai dengan langkah kerja
yang tercantum dalam LKS
Guru membimbing dan
mengarahkan siswa dalam
melakukan percobaan
Siswa melakukan
percobaan sesuai
dengan langkah kerja
yang tercantum dalam
LKS
Siswa bertanya
kepada guru apabila
ada yang tidak
dimengerti
55 menit
Guru menugaskan siswa untuk
mencatat hasil percobaan dan
menjawab pertanyaan yang
tercantum dalam LKS
Siswa melakukan
diskusi kelompok
untuk melengkapi dan
menjawab pertanyaan
yang tercantum dalam
LKS
10 menit
Guru menugaskan masing-
masing kelompok untuk
membuat kesimpulan dari hasil
percobaan
Guru mengarahkan siswa dalam
mempersentasikan hasil
percobaan didepan kelas
Siswa membuat
kesimpulan dari hasil
percobaan dan
mencantumkannya
dalam LKS
Secara bergantian
setiap kelompok
mempersentasikan
hasil percobaan
5 menit
Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan materi
yang telah dipelajari
Guru menginformasikan materi
Siswa membuat
kesimpulan dari
materi yang telah
dipelajari
4 menit
95
P
E
N
U
T
U
P
percobaan untuk pertemuan
selanjutnya
Guru memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang paling
baik
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
Siswa mendapatkan
apresiasi dari guru
M. Sumber Belajar
3. Lembar Kerja Siswa Inkuiri Terstruktur
4. Buku Kimia Kelas XI, Michael Purba, Penerbit Erlangga
N. Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Soal Kunci
Jawaban
Skor
5. Menentuk
an
konsentras
i larutan
(molaritas
larutan)
melalui
kegiatan
praktikum
Tugas
Kelompok
Uraian Jika di dalam suatu
botol pereaksi
terdapat 250 mL
larutan NaOH
(Mr=40) yang
konsentrasinya 0,4
M, maka berapa
jumlah mol NaOH
yang terkandung
didalam larutan
tersebut dan berapa
gram NaOH yang
terlarut di dalam
larutan tersebut?
Volume larutan
=250mL=0,25L
Mol NaOH
yang terlarut
0,25 x 0,4
mol/L=0,10
mol
Gram NaOH
yang terlarut
dalam larutan =
mol NaOH x
Mr NaOH = 0,1
mol x
40g/mol=4gram
5
6. Mendeskri
psikan
Tugas
Kelompok
Uraian Apa yang
dimaksud dengan
laju reaksi atau
kecepatan
5
96
definisi
laju reaksi
laju reaksi? reaksi
menyatakan
banyaknya
reaksi kimia
yang
berlangsung
dalam sayuan
waktu.
7. Menganali
sis faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
reaksi
(konsentra
si, luas
permukaa
n, suhu
dan
katalis)
melalui
percobaan
Tugas
Kelompok
Uraian apasaja faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi?
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nya adalah
suhu,
konsentrasi ,
luas permukaan
dan katalis
5
8. Menafsirk
an grafik
dari data
percobaan
tentang
faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi laju
Tugas
kelompok
Uraian
Apa maksud dari
Grafik tersebut
menunjukan
bahwa besarnya
perubahan
(pengurangan)
konsentrasi
reaktan, sama
dengan
besarnya
pertambahan
5
97
reaksi
grafik diatas? konsentrasi
produk
Tangerang, November 2014
Mengetahui,
Guru Bidang Study Praktikan
(……………………) (…...……………….)
98
KISI-KISI INSTRUMEN TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
indikator
pembelajaran
Indikator berpikir
kritis
Soal Nomor soal Jenjang kognitif
Diberikan soal untuk
menghubungkan
peristiwa dengan laju
reaksi
Hubungan sebab akibat Setiap zat mempunyai daya reaksi yang
berbeda-beda sehingga setiap zat mempunyai
laju reaksi yang berbeda pula.
Mengapademikian?
1 C2
Hubungan sebab akibat Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang
berbeda-beda, ada yang cepat seperti dinamit
yang meledak, ada pula yang
lambatsepertipengaratanbesiataufosilisasi sisa
organisme. Faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi laju reaksi?
2 C2
Hubungan sebab akibat Berilah contoh peristiwa sederhana dalam
kehidupan sehari-hari yang termasuk dalam
faktor-faktor laju reaksi?
3 C2
Diberikan soal untuk
menghubungkan
peristiwa yang terjadi
dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi
laju reaksi
Membandingkan Bila kamu sedang makan, sebelum makanan
yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih dahulu,
adakah hubungannya mengunyah makanan
dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
4 C2
Memberi alasan Ibu memasak air di dapur dengan dua tungku,
tungku pertama dengan api yang kecil, di
tungku yang kedua dengan api yang besar.
ternyata air yang dimasak di tungku kedua
lebih cepat mendidih. Adakah hubungannya
dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
5 C3
99
Mengelompokkan Berikan contoh peristiwa laju reaksi pada
faktor katalis dalam bidang industri!
6 C3
Menerapkan Ada tiga buah reaksi larutan Na2S2O3
dengan larutan HCl pada konsentrasi yang
berbeda-beda. Perhatikan tabel dibawah ini!
LarutanHCl Larutan
Na2S2O3
Waktu
(detik)
Laju
reaksi
(detik-
1)
5 mL 25 mL
0,1 M
37,73s 37,73
detik-1
5 mL 25 mL
0,5 M
18,13s 18,13
detik-1
5 mL 25 mL
1,0 M
10,25s 10,25
detik-1
Berdasarkan data hasil pengamatan,
bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi?
7 C3
Menciptakan Sebutkan satu contoh proses kimia dalam
kehidupan sehari-hari. Nyatakan reaksi yang
berlangsung lambat. Kemukakan tolak ukur
yang kamu gunakan
8 C6
Sintetis Ada lima buah reaksi Mg dan larutan HCl
pada kondisi yang berbeda-beda:
1. Serbuk Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
2. Keping Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
3. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
4. Keping Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
5. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 30o
9 C6
100
Pada nomor berapakah reaksi yang
berlangsung paling cepat?
Diberikan soal untuk
menjelaskan
peristiwa yang terjadi
Analisis Data hasil percobaan untuk reaksi, A + BC
no massa Zat A [B] waktu suhu
1 5g Larutan 0,2M 1,5 s 25o
c
2 5g Butiran 0,1
M
5 s 25o
c
3 5g Larutan 0,1
M
3s 25o
c
4 5g Serbuk 0,1
M
2 s 25o
c
5 5g larutan 0,1
M
1,5 s 25o
c
Faktor apakah yang mempengaruhi laju
reaksi pada percobaan 2 dan 4?
10 C4
Membandinglan Ani sedang batuk, lalu ani pergi ke apotek
untuk membeli obat batuk, sebaiknya obat
batuk yang harus ani beli agar lebih cepat
bereaksi untuk menghilangkan batuk ani itu
yang berupa cairan atau padatan ? kenapa?
11 C5
Menyimpulkan Adakah peristiwa sehari-hari yang dapat
membuktikan bahwa luas permukaan di
pengaruhi laju reaksi!
12 C4
Analisis Perhatikan tabel data dibawah ini!
No Mg HCl Suhu
1 Serbuk 0,2 M 45
2 Lempeng 0,2 M 25
3 Lempeng 0,2 M 45
13 C5
101
4 Serbuk 0,1 M 45
5 Serbuk 0,1 M 35
Pada nomor berapakah laju reaksi yang paling
rendah? Kenapa demikian?
Memberi alasan Ibu sedang pergi arisan. ibu minta tolong
kepada desi untuk membuatkan gado-gado
untuk ayah, di dapur bahan-bahan sudah
disiapkan oleh ibu, bahan-bahannya berupa
kacang, lontong,dan sayur-sayuran. Lalu apa
yang pertama kali harus desi masukan
kedalam lumpang?kenapa?
14 C3
Menyimpulkan Kalian pernah naik kendaraan bermotor?
Adakah faktor laju reaksi yang terdapat pada
mesin kendaraan tersebut?
15 C2
Mengelompokkan Ada empat faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, ada suhu, luas permukaan, konsentrasi
dan katalis, tapi apa sih sebenarnya laju
reaksi itu?
16 C6
Berpendapat Andi pergi ke dokter, dan dokter
mendiagnosis bahwa andi sedang merasakan
sakit maag, maka dokter memberi obat sakit
maag (antasida) dan dokter menyarankan agar
andi mengunyah obat tersebut sebelum
ditelannya, mengapa demikian?
17 C5
Evaluasi Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
18 C2
102
Menyimpulkan Ikan yang dijual di supermarket lebih tahan
lama dibandingkan dengan ikan yang dijual
di pasar tradisional. mengapa demikian?
19 C5
Hubungan sebab akibat Apakah cara pembuatan tape ketan
dipengaruhi oleh laju reaksi?faktor apa yang
mempengaruhinya?
20 C5
Menciptakan Berdasarkan teori laju reaksi dan faktor laju
reaksi yang telah kalian pelajari, apa yang
kalian ketahui tentang pemakaian kaporit
(CaOCl2) pada kolam renang?
21 C2
Diberikan data
percobaan dan siswa
diminta untuk
membuat kesimpulan
Analisis Pada pembuatan asam sulfat, gas SO3 di
reaksikan dengan air menghasilkan asam
sulfat, seperti tampak pada reaksi berikut:
2SO2(g) + O2 (g) 2SO3 (g)
Padareaksidemikiansebaiknya harus
menggunakan suhu yang kamar atau suhu
yang lebih tinggi? Jelaskan!
22 C5
Membandinglan Kemukakan alasanmu mengenai hal berikut
dibawah ini:
a. Tukang sate mengiris daging sate yang
akan dibakardenganukuran yang kecil-
kecil.
b. Pada pembuatan roti harus
menggunakan enzim zimase yang merupakan
biokatalis
23a
24b
C3
Menyimpulkan Berikan contoh sederhana cara untuk
memperlambat laju reaksi!
25 C2
Analisis Satu buah pohon terbakar lebih lambat 26 C6
103
dibandingkan dengan potongan-potongan
kayu, mengapa?
Memberi alasan Ada empat faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, ada suhu, luas permukaan, konsentrasi
dan katalis, tapi apa sih sebenarnya laju
reaksi itu?
27 C5
Menyimpulkan Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
28 C2
Mengelompokkan Berikan contoh peristiwa laju reaksi pada
faktor katalis dalam bidang industri!
29 C5
Berpendapat Berikan bukti bahwa semakin luas permukaan
bidang sentuh maka semakin besar laju reaksi
(reaksi semakin cepat)
30 C5
Evaluasi Ibu membuat minuman yaitu, teh manis
hangat dan es teh manis. Ibu membuatnya
dengan memasukan gula kedalam masing-
masing gelas dengan menambahkan air yang
berbeda. Pada gelas hijau ibu menambahkan
gula dan air hangat, pada gelas merah ibu
menambahkan gula dan air dingin, lalu ibu
mengaduk keduanya. Tetapi gelas merah
gulanya sulit untuk larut.Buatlah kesimpulan
dari fenomena tersebut.
31 C2
Menyimpulkan Berdasarkan grafik laju reaksi dibawah ini
maka kesimpulan laju reaksi adalah?
32 C2
104
Hubungan sebab akibat Buatlah pertanyaan dan jawaban sesuai
dengan gambar dibawah ini tetapi harus
sesuai dengan faktor laju reaksi.
33 C5
Menciptakan Buatlah sebuah pertanyaan yang berhubungan
dengan katalis!
34 C2
Memeberi alasan Bila kamu sedang makan, sebelum makanan
yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih
dahulu, adakah hubungannya mengunyah
makanan dengan laju reaksi? Jelaskan
alasanmu!
35 C5
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 X2
A1 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 2 4 5 3 3 37
A2 3 2 2 1 1 2 3 5 4 3 3 2 3 4 4 42
A3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 48
A4 2 3 4 3 2 1 2 3 4 3 3 2 3 4 3 42
A5 4 3 2 1 1 2 3 4 3 2 2 3 4 3 2 39
A6 1 1 1 2 3 4 3 3 3 5 4 3 3 2 2 40
A7 4 3 2 1 1 2 2 3 3 4 5 4 3 2 1 40
A8 4 1 1 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 4 1 48
A9 4 3 3 2 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 2 46
A10 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 40
A11 3 2 2 2 1 5 2 3 4 2 3 2 3 1 2 37
A12 3 2 2 2 1 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 39
A13 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 37
A14 2 4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 41
A15 1 4 2 4 3 2 3 2 1 1 2 2 4 5 3 39
A16 1 4 2 5 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 36
A17 2 5 2 5 5 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 42
A18 3 4 3 4 5 3 2 2 3 3 2 4 1 3 2 44
A19 2 3 5 4 4 2 2 2 4 4 4 3 1 2 3 45
A20 2 1 4 4 4 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 39
A21 1 1 4 3 1 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 35
A22 2 2 1 3 1 4 2 2 2 5 2 1 4 4 2 37
A23 3 3 1 1 1 5 2 2 2 4 1 1 3 3 2 34
A24 4 3 4 3 2 4 1 1 1 3 1 2 2 3 2 36
A25 3 1 4 1 1 3 1 1 2 2 2 2 1 3 2 29
A26 2 2 4 3 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 34
A27 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 39
A28 2 2 2 5 4 1 3 3 3 2 2 3 4 1 2 39
A29 3 1 2 4 4 1 3 2 3 3 2 4 5 1 2 40
A30 4 1 3 3 4 3 2 1 4 2 2 4 4 1 2 40
JML 96 95 101 112 100 116 100 103 110 114 108 110 120 114 105 1184
rbis 0,509 0,201 0,259 0,715 0,853 0,521 0,882 0,620 0,343 0,768 0,616 0,832 0,783 0,859 0,237
rtabel 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388 0,3388
kriteria inval
id
inval
id
val
id
val
id
val
id
val
id
inval
id
val
id
val
id
val
id
val
id
inval
id
inval
id
inval
id
inval
id
NAMA
TES HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
NO BUTIR SOAL
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 x x2
A1 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 2 4 5 3 3 37 1369
A2 3 2 2 1 1 2 3 5 4 3 3 2 3 4 4 42 1764
A3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 48 2401
A4 2 3 4 3 2 1 2 3 4 3 3 2 3 4 3 42 1764
A5 4 3 2 1 1 2 3 4 3 2 2 3 4 3 2 39 1521
A6 1 1 1 2 3 4 3 3 3 5 4 3 3 2 2 40 1600
A7 4 3 2 1 1 2 2 3 3 4 5 4 3 2 1 40 1600
A8 4 1 1 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 4 1 48 2304
A9 4 3 3 2 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 2 46 2116
A10 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 40 1600
A11 3 2 2 2 1 5 2 3 4 2 3 2 3 1 2 37 1369
A12 3 2 2 2 1 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 39 1521
A13 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 37 1369
A14 2 4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 41 1681
A15 1 4 2 4 3 2 3 2 1 1 2 2 4 5 3 39 1521
A16 1 4 2 5 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 36 1296
A17 2 5 2 5 5 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 42 1764
A18 3 4 3 4 5 3 2 2 3 3 2 4 1 3 2 44 1936
A19 2 3 5 4 4 2 2 2 4 4 4 3 1 2 3 45 2025
A20 2 1 4 4 4 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 39 1521
A21 1 1 4 3 1 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 35 1225
A22 2 2 1 3 1 4 2 2 2 5 2 1 4 4 2 37 1369
A23 3 3 1 1 1 5 2 2 2 4 1 1 3 3 2 34 1156
A24 4 3 4 3 2 4 1 1 1 3 1 2 2 3 2 36 1296
A25 3 1 4 1 1 3 1 1 2 2 2 2 1 3 2 29 841
A26 2 2 4 3 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 34 1156
A27 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 39 1521
A28 2 2 2 5 4 1 3 3 3 2 2 3 4 1 2 39 1521
A29 3 1 2 4 4 1 3 2 3 3 2 4 5 1 2 40 1600
A30 4 1 3 3 4 3 2 1 4 2 2 4 4 1 2 40 1600
1184 140185
jml 96 95 101 112 100 116 100 103 110 114 108 110 120 114 105
p 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 0,2 o,3 0,3 0,1 0,1 0,3 0,2 0,1
q 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7 0,9 0,9 0,9 0,8 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7
pq 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 3,1
s2 97,4
r11 1,0
rtabel 0,339
TES HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
NAMA
NO BUTIR SOAL
109
HASIL PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA DAN TINGKAT KESUKARAN INSTRUMEN
Tingkat kesukaran 27% kelompok atas (9 orang dari 30 peserta tes)
No nama No soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A24 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 34
2 A26 2 2 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 1 1 1 2 4 1 3 3 35
3 A29 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 30
4 A21 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 36
5 A25 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 2 3 4 3 2 1 3 40
6 A3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 33
7 A10 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 39
8 A15 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 38
9 A18 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 32
Skor max 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jml kel atas 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Jml skor max 27 27 54 45 32 27 27 27 27 34 35 26 28 29 55 27 27 27 35 29
[x atas 18 19 18 50 27 17 27 22 18 26 43 21 17 18 18 15 27 18 17 18
No nama No soal Skor
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 A24 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 35
2 A26 2 2 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 1 1 1 24
3 A29 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 32
4 A21 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 2 36
5 A25 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 2 3 32
6 A3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 29
7 A10 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 25
8 A15 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 26
9 A18 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 34
Skor max 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jml kel atas 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Jml skor max 27 27 54 45 32 27 27 27 27 34 35 26 28 29 55
[x atas 18 19 18 50 27 17 27 22 18 26 43 21 17 18 18
110
Tingkat kesukaran 27% kelompok bawah (9 orang dari 30 peserta tes)
No nama No soal Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A31 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 3 1 3 1 3 2 1 2 3 2 30
2 A6 2 2 2 2 3 1 4 3 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3 3 35
3 A5 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 1 1 3 2 2 3 2 3 3 2 35
4 A8 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 3 1 3 2 2 3 1 3 3 2 20
5 A27 2 2 2 2 3 1 3 3 1 1 3 1 1 2 3 1 3 2 1 3 29
6 A28 2 2 2 2 3 1 3 1 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 32
7 A4 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 3 1 3 1 3 3 2 2 3 2 22
8 A30 2 2 2 2 2 1 2 3 1 3 2 1 3 1 3 2 1 2 2 2 31
9 A7 2 2 2 2 2 1 3 3 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 2 24
Skor max 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jml kel atas 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Jml skor max 27 27 54 45 32 27 27 27 27 34 35 26 28 29 55 27 27 27 35 29
[x atas 18 19 18 32 27 17 27 22 18 26 33 21 17 18 18 15 27 18 17 18
No nama No soal Skor
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 A24 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 3 3 1 3 20
2 A26 2 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 1 1 1 21
3 A29 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 3 3 2 2 22
4 A21 2 2 2 2 3 3 3 1 1 1 3 1 3 2 2 20
5 A25 2 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 1 2 3 23
6 A3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 23
7 A10 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 2 3 1 3 22
8 A15 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 3 3 1 3 21
9 A18 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 2 20
Skor max 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jml kel atas 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Jml skor max 27 27 54 45 32 27 27 27 27 34 35 26 28 29 55
[x atas 18 19 18 30 27 17 27 22 18 21 33 21 17 18 18
111
no Skor
max
SA SB SA+SB N N
MAX
Daya pembeda Tingkat kesukaran
Indeks
DP
Kualifikasi Angka
TK
Kualifikasi
Sangat
baik
Baik Cukup Jelek Sangat
jelek
Sukar Sedang Mudah
1 3 18 18 36 18 54 - × 0,67 ×
2 3 19 18 37 18 54 0,04 × 0,69 ×
3 3 18 22 40 18 54 (0,15) × 0,74 ×
4 3 50 39 89 18 54 0,20 × 0,82 ×
5 3 27 16 43 18 54 0,41 × 0,80 ×
6 3 17 9 26 18 54 0,30 × 0,48 ×
7 3 27 24 51 18 54 0,11 × 0,94
8 3 18 25 42 18 54 0,04 × 0,65 ×
9 3 22 23 45 18 54 0,37 × 0,63 ×
10 3 46 21 67 18 108 0,41 × 0,65 ×
11 3 18 23 41 18 54 0,33 × 0,50 ×
12 3 22 17 39 18 54 0,50 × 0,62 ×
13 3 46 12 58 18 54 0,37 × 0,78 ×
14 3 18 24 42 18 54 0,30 × 0,44 ×
15 3 26 8 34 18 54 0,44 × 0,67 ×
16 5 16 20 36 18 54 0,30 × 0,44 ×
17 3 26 21 47 18 54 0,33 × 0,50 ×
18 5 47 15 62 18 54 0,37 × 0,65 ×
19 3 16 14 30 18 54 0,41 × 0,63 ×
20 4 18 17 42 18 108 0,33 × 0,65 ×
21 4 18 24 45 18 54 0,50 × 0,50 ×
22 4 28 12 67 18 54 0,37 × 0,62 ×
23 3 15 8 41 18 54 0,30 × 0,78 ×
24 3 27 16 39 18 54 0,44 × 0,44 ×
25 3 18 18 58 18 54 0,30 × 0,67 ×
26 4 18 18 42 18 54 0,33 × 0,44 ×
27 5 19 18 34 18 54 0,30 × 0,50 ×
28 4 18 18 36 18 54 0,44 × 0,78 ×
29 3 50 22 47 18 54 0,30 × 0,44 ×
30 3 27 39 62 18 108 0,33 × 0,67 ×
31 3 17 16 30 18 54 0,37 × 0,44 ×
32 3 27 9 42 18 54 0,41 × 0,50 ×
33 3 18 24 45 18 54 0,33 × 0,65 ×
34 3 22 25 67 18 54 0,50 × 0,63 ×
35 3 46 23 41 18 54 0,37 × 0,65 ×
112
1. Bila kamu sedang makan, sebelum makanan yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih dahulu, adakah hubungannya mengunyah
makanan dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
2. Ibu memasak air di dapur dengan dua tungku, tungku pertama dengan api yang kecil, di
tungku yang kedua dengan api yang besar. ternyata air yang dimasak di tungku kedua
lebih cepat mendidih. Adakah hubungannya dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
3. Berikan contoh peristiwa laju reaksi pada faktor katalis dalam bidang industri!
4. Ada lima buah reaksi Mg dan larutan HCl pada kondisi yang berbeda-beda:
1. Serbuk Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
2. Keping Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
3. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
4. Keping Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
5. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 30o
Pada nomor berapakah reaksi yang berlangsung paling cepat?
5. Data hasil percobaan untuk reaksi, A + BC
no massa Zat A [B] waktu suhu
1 5g Larutan 0,2M 1,5 s 25o
c
2 5g Butiran 0,1
M
5 s 25o
c
3 5g Larutan 0,1
M
3s 25o
c
4 5g Serbuk 0,1
M
2 s 25o
c
5 5g larutan 0,1
M
1,5 s 25o
c
Faktor apakah yang mempengaruhi laju reaksi pada percobaan 2 dan 4?
Petunjuk Umum
Bacalah do’a terlebih dahulu sebelum mengerjakan
Tulislah nama, kelas, dan sekolah pada lembar jawaban yang telah diberikan
Bacalah setiap soal dengan teliti dan kerjakanlah sendiri dengan sungguh-sungguh serta
semaksimal mungkin
113
6. Ani sedang batuk, lalu ani pergi ke apotek untuk membeli obat batuk, sebaiknya obat
batuk yang harus ani beli agar lebih cepat bereaksi untuk menghilangkan batuk ani itu
yang berupa cairan atau padatan ? kenapa?
7. Adakah peristiwa sehari-hari yang dapat membuktikan bahwa luas permukaan di
pengaruhi laju reaksi!
8. Perhatikan tabel data dibawah ini!
No Mg HCl Suhu
1 Serbuk 0,2 M 45
2 Lempeng 0,2 M 25
3 Lempeng 0,2 M 45
4 Serbuk 0,1 M 45
5 Serbuk 0,1 M 35
Pada nomor berapakah laju reaksi yang paling rendah? Kenapa demikian?
9. Ibu sedang pergi arisan. ibu minta tolong kepada desi untuk membuatkan gado-gado
untuk ayah, di dapur bahan-bahan sudah disiapkan oleh ibu, bahan-bahannya berupa
kacang, lontong,dan sayur-sayuran. Lalu apa yang pertama kali harus desi masukan
kedalam lumpang?kenapa?
10. Kalian pernah naik kendaraan bermotor? Adakah faktor laju reaksi yang terdapat pada
mesin kendaraan tersebut?
11. Ada empat faktor yang mempengaruhi laju reaksi, ada suhu, luas permukaan, konsentrasi
dan katalis, tapi apa sih sebenarnya laju reaksi itu?
12. Andi pergi ke dokter, dan dokter mendiagnosis bahwa andi sedang merasakan sakit maag,
maka dokter memberi obat sakit maag (antasida) dan dokter menyarankan agar andi
mengunyah obat tersebut sebelum ditelannya, mengapa demikian?
13. Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
14. Ikan yang dijual di supermarket lebih tahan lama dibandingkan dengan ikan yang dijual
di pasar tradisional. mengapa demikian?
15. Kemukakan alasanmu mengenai hal berikut, Tukang sate mengiris daging sate yang akan
dibakar dengan ukuran yang kecil-kecil. Mengapa demikian?
114
16. Pada pembuatan roti harus menggunakan enzim zimase yang merupakan biokatalis?
17. Berikan contoh sederhana cara untuk memperlambat laju reaksi!
18. Satu buah pohon terbakar lebih lambat dibandingkan dengan potongan-potongan kayu,
mengapa?
19. Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
20. Berikan contoh peristiwa laju reaksi pada faktor katalis dalam bidang industri!
21. Buatlah pertanyaan dan jawaban sesuai dengan gambar dibawah ini tetapi harus sesuai
dengan faktor laju reaksi.
22. Bila kamu sedang makan, sebelum makanan yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih dahulu, adakah hubungannya mengunyah
makanan dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
115
JAWABAN DAN KRITERIA SKOR INSTRUMEN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
No Indikator Soal Soal Jawaban Kriteria skor
1 Diberikan soal untuk
menghubungkan
peristiwa dengan laju
reaksi
Bila kamu sedang makan, sebelum makanan
yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih dahulu,
adakah hubungannya mengunyah makanan
dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
Tentu ada hubungannya.di
dalam lambung, makanan
yang sudah lembut dan
halus akan mudah dicerna
atau bereaksi karena
permukaannya luas, dengan
demikian maka sari
makanan akan mudah
diserap
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
2 Ibu memasak air di dapur dengan dua tungku,
tungku pertama dengan api yang kecil, di
tungku yang kedua dengan api yang besar.
ternyata air yang dimasak di tungku kedua
lebih cepat mendidih. Adakah hubungannya
dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
Tentu ada hubungannya,
karena pada tungku kedua
menggunakan api yang
lebih besar sehingga energi
molekul bertambah
sehingga laju molekul juga
bertambah dengan
demikian laju reaksi juga
bertambah. Reaksi akan
lebih cepat dengan
menaikan suhu atau api
pada tungku tersebut.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
3 Berikan contoh peristiwa laju reaksi pada
faktor katalis dalam bidang industri! mengapa pada pembuatan
tape menggunakan ragi
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
116
sebagai katalis?
Karena katalis dapat
mempercepat reaksi dan
tidak mengubah hasil reaksi
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
4 Diberikan soal untuk
menghubungkan
peristiwa yang terjadi
dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi
Ada lima buah reaksi Mg dan larutan HCl
pada kondisi yang berbeda-beda:
1. Serbuk Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
2. Keping Mg + 0,3 M HCl pada suhu 30o
3. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
4. Keping Mg + 0,6 M HCl pada suhu 50o
5. Serbuk Mg + 0,6 M HCl pada suhu 30o
Pada nomor berapakah reaksi yang
berlangsung paling cepat?
Reaksi nomor 3, karena
serbuk Mg mempunyai
jumlah permukaan yang
lebih luas dibandingkan
dengan Mg yang berbentuk
kepingan, selain itu reaksi
akan lebih cepat bereaksi
pada suhu tinggi, suhu yang
tertinggi disini adalah 50o
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
5 Data hasil percobaan untuk reaksi, A + BC
no massa Zat A [B] waktu suhu
1 5g Larutan 0,2M 1,5 s 25o
c
2 5g Butiran 0,1
M
5 s 25o
c
Laju reaksi pada percobaan
tersebut dipengaruhi oleh
luas permukaan. Karena laju
reaksi pada percobaan 4
lebih besar dibandingkan
dengan laju reaksi pada
percobaan 2. Makin luas
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
117
3 5g Larutan 0,1
M
3s 25o
c
4 5g Serbuk 0,1
M
2 s 25o
c
5 5g larutan 0,1
M
1,5 s 25o
c
Faktor apakah yang mempengaruhi laju reaksi
pada percobaan 2 dan 4?
permukaan sentuhan makin
banyak keemungkinan
terjadinya tumbukan antar
partikel pereaksi sehingga
makin cepat reaksinya.
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
6 Ani sedang batuk, lalu ani pergi ke apotek
untuk membeli obat batuk, sebaiknya obat
batuk yang harus ani beli agar lebih cepat
bereaksi untuk menghilangkan batuk ani itu
yang berupa cairan atau padatan ? kenapa?
Obat batuk yang berupa
sirup atau cairan, karena
yang berbentuk cairan lebih
cepat bereaksi. Sirup
memiliki bentuk permukaan
yang lebih luas sehingga
semakin besar laju
reaksinya
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
7 Adakah peristiwa sehari-hari yang dapat
membuktikan bahwa luas permukaan di
pengaruhi laju reaksi!
Ada, contohnya adalah
tukang sate selalu mengiris-
iris kecil daging yang akan
dibakarnya, dan kita juga
selalu mengunyah makanan
sebelum di telan
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
118
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
8 Perhatikan tabel data dibawah ini!
No Mg HCl Suhu
1 Serbuk 0,2 M 45
2 Lempeng 0,2 M 25
3 Lempeng 0,2 M 45
4 Serbuk 0,1 M 45
5 Serbuk 0,1 M 35
Pada nomor berapakah laju reaksi yang paling
rendah? Kenapa demikian?
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
9 Ibu sedang pergi arisan. ibu minta tolong
kepada desi untuk membuatkan gado-gado
untuk ayah, di dapur bahan-bahan sudah
disiapkan oleh ibu, bahan-bahannya berupa
kacang, lontong,dan sayur-sayuran. Lalu apa
yang pertama kali harus desi masukan kedalam
lumpang?kenapa?
Reaksi no 2, karena
lempeng jumlah luas
permukaannya lebih kecil
dibanding dengan serbuk,
dan suhu pada reaksi no 2
merupakan suhu terkecil
yang ada di antara tabel data
tersebut, sehingga reaksi
berlangsung lebih lambat.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
119
10 Diberikan soal untuk
menjelaskan peristiwa
yang terjadi
Kalian pernah naik kendaraan bermotor?
Adakah faktor laju reaksi yang terdapat pada
mesin kendaraan tersebut?
Pernah. Katalis pada mesin
kendaraan bermotor dikenal
dengan konverter katalistik.
Katalis ini menyaring udara
kotor sisa pembakaran
bahan bakar yang berupa
udara kotor, seperti
hidrokarbon, karbon
monoksida, dan nitrogen
oksida. Di dalam konverter
akan terjadi reaksi oksidasi
dan reaksi reduksi, yang
menghasilkan udara bersih
seperti uap air, karbon
dioksida, dan nitrogen.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
11 Ada empat faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, ada suhu, luas permukaan, konsentrasi
dan katalis, tapi apa sih sebenarnya laju reaksi
itu?
Laju reaksi adalah
berkurangnya jumlah
reaktan atau bertambahnya
jumlah produk dalam suatu
reaksi ki mia persatuan
waktu
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
12 adakah hubungannya mengunyah makanan
dengan laju reaksi? Jelaskan alasanmu!
Ada, mengunyah makanan
dengan laju reaksi ada
hubungannya, bila kita
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
120
mengunyah makanan akan
menjadi kecil dan lebih
mudah di serap oleh
lambung.
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
13 Andi pergi ke dokter, dan dokter mendiagnosis
bahwa andi sedang merasakan sakit maag,
maka dokter memberi obat sakit maag
(antasida) dan dokter menyarankan agar andi
mengunyah obat tersebut sebelum ditelannya,
mengapa demikian?
Karena obat maag
(antasida) bila dikunyah
terlebih dahulu agar jumlah
permukaannya bertambah,
semakin banyak tumbukan
karena semakin luas
permukaannya sehingga
obatnya lebih cepat bereaksi
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
14 Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
Terjadinya suatu reaksi,
berkaitan erat dengan teori
tumbukan, reaksi terjadi
karena adanya tumbukan
antara partikel-partikel zat
yang bereaksi. Tetapi Tidak
semua tumbukan memiliki
reaksi, karena tumbukan
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
121
harus mempunyai energi
yang cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan
pada zat yang bereaksi.
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
15 Ikan yang dijual di supermarket lebih tahan
lama dibandingkan dengan ikan yang dijual di
pasar tradisional. mengapa demikian?
Ikan yang dijual di
supermarket lebih tahan
lama karena suhu di dalam
supermarket lebih rendah
dibandingkan dengan di
pasar tradisional, sehingga
reaksi berlangsung lebih
lambat.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
16 Kemukakan alasanmu mengenai hal berikut,
Tukang sate mengiris daging sate yang akan
dibakar dengan ukuran yang kecil-kecil.
Mengapa demikian?
Jika daging sate sudah
dipotong-potong kedalam
ukuran lebih kecil maka
lebih mudah matang karena
semakin luas permukaan
bidang sentuh maka
semakin besar laju reaksi
(reaksi semakin cepat)
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
122
tidak menjawab
17 Pada pembuatan roti harus menggunakan
enzim zimase yang merupakan biokatalis?
Penambahan enzim zimase
pada pembuatan roti
dilakukan pada proses
peragian atau
pengembangan roti.ragi
ditambahkan kedalam
adonan sehingga glukosa
didalam adonan terurai
menjadi etil alkohol dan
karbon dioksida.
Penguraian ini berlangsung
menggunakan enzim
zimase yang bertindak
sebagai katalis
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
18 Berikan contoh sederhana cara untuk
memperlambat laju reaksi!
Contoh memperlambat
laju reaksi, salah satu cara
yang sederhana adalah
memasukan makanan
kedalam lemari pendingin
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
19 Satu buah pohon terbakar lebih lambat
dibandingkan dengan potongan-potongan
kayu, mengapa?
Satu buah pohon lebih
lamban terbakar karena
memiliki jumlah luas
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
123
permukaan yang lebih
sedikit dibandingkan
dengan kayu yang sudah
dipotong-potong sehingga
tumbukannya semakin
rendah dengan demikian
laju reaksinya semakin
rendah.
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
20 Kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan apa itu laju
reaksi tapi bagaimana reaksi bisa terjadi?
Terjadinya suatu reaksi,
berkaitan erat dengan teori
tumbukan, reaksi terjadi
karena adanya tumbukan
antara partikel-partikel zat
yang bereaksi. Tetapi Tidak
semua tumbukan memiliki
reaksi, karena tumbukan
harus mempunyai energi
yang cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan
pada zat yang bereaksi.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
21 Berdasarkan teori laju reaksi dan faktor laju
reaksi yang telah kalian pelajari, apa yang
kalian ketahui tentang pemakaian kaporit
(CaOCl2) pada kolam renang?
Untuk membersihkan
kolam renang, kaporit
digunakan untuk
membersihkan kuman-
kuman yang ada dalam
kolam renang.
Konsentrasi yang
digunakan sangat
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
124
menentukan kebersihan
kolam renang tersebut.
Apabila konsentrasinya
terlalu rendah maka
larutan kaporit tersebut
tidak cukup kuat untuk
mematikan kuman-kuman
dalam kolam renang
tersebut
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
22 Buatlah pertanyaan dan jawaban sesuai dengan
gambar dibawah ini tetapi harus sesuai dengan
faktor laju reaksi.
Bila kamu sedang makan, sebelum makanan
yang kamu makan ditelan maka harus
melewati proses pengunyahan terlebih dahulu
Apa penyebab pembusukan
pada apel?
Penyebabnya adalah
Semakin tinggi suhu atau
temperatur zat yang
bereaksi, maka semakin
cepat reaksi berlangsung.
Diberi skor 3 jika
menjawab dengan
benar sesuai
dengan kunci
jawaban.
Diberi skor 2 jika
jawaban
mendekati
dengan jawaban
yang benar
Diberi skor 1 jika
menjawab salah
Diberi skor 0 jika
tidak menjawab
125
HASIL PRETES DAN POSTES
KELAS KONTROL
Perhitungan Data Pretes dan Postes
Kelas Kontrol
No Nama Pretest Postes
1 A1 20 24
2 A2 25 25
3 A3 27 27
4 A4 14 13
5 A5 14 28
6 A6 14 41
7 A7 12 35
8 A8 10 33
9 A9 20 47
10 A10 22 29
11 A11 26 10
12 A12 14 49
13 A13 16 16
14 A14 27 30
15 A15 25 45
16 A16 18 46
17 A17 16 38
18 A18 0 29
19 A19 2 35
20 A20 13 36
21 A21 16 39
22 A22 18 46
23 A23 8 26
24 A24 37 47
25 A25 19 49
26 A26 25 49
27 A27 24 45
28 A28 24 46
29 A29 18 38
30 A30 21 45
Perhitungan rata-rata pretes kelas
kontrol :
Xpretes = ∑
=
= 15,88
Perhitungan rata-rata postes kelas
kontrol:
Xpostes = ∑
=
= 28,91
Perhitungan varians pretes kelas
kontrol:
S2pretes =
∑
=
Perhitungan varians postes kelas
kontrol:
S2postes =
∑
=
Perhitungan simpangan baku pretes
kelas kontrol:
S = √ = √ = 7,26
Perhitungan simpangan baku postes
kelas kontrol:
S = √ = √ = 11
126
HASIL PRETES DAN POSTES
KELAS EKSPERIMEN
Perhitungan Data Pretes dan Postes
Kelas Kontrol
No Nama Pretest Postes
1 A1 16 50
2 A2 12 61
3 A3 12 57
4 A4 14 52
5 A5 14 47
6 A6 14 53
7 A7 12 51
8 A8 10 51
9 A9 20 82
10 A10 16 50
11 A11 10 45
12 A12 14 49
13 A13 16 46
14 A14 10 30
15 A15 10 45
16 A16 18 46
17 A17 16 38
18 A18 2 47
19 A19 2 45
20 A20 13 46
21 A21 16 49
22 A22 18 46
23 A23 8 26
24 A24 17 47
25 A25 19 49
26 A26 20 49
27 A27 20 45
28 A28 21 46
29 A29 18 38
30 A30 20 59
Perhitungan rata-rata pretes kelas
kontrol :
Xpretes = ∑
=
= 15,88
Perhitungan rata-rata postes kelas
kontrol:
Xpostes = ∑
=
= 28,91
Perhitungan varians pretes kelas
kontrol:
S2pretes =
∑
=
Perhitungan varians postes kelas
kontrol:
S2postes =
∑
=
Perhitungan simpangan baku pretes
kelas kontrol:
S = √ = √ = 7,26
Perhitungan simpangan baku postes
kelas kontrol:
S = √ = √ = 11
127
Distribusi Frekuensi Data Pretes dan Postes Kelas kontrol
A. Pretes
1. Urutan
37 27 25 25 22 22 20 20 20 20
20 18 18 16 16 16 14 14 14 14
13 13 13 13 12 12 10 10 10 8
2. Distribusi Frekuensi
a. menentukan skor terbesar dan terkecil
skor terbesar = 37
skor terkecil = 0
b. Menentukan rentang
R = skor terbesar- skor terkecil
= 37-0
= 37
c. Menentukan banyaknya kelas
banyak kelas = 1+ (3,3 log n)
= 1+(3,3 log 30)
=1+5,01
=6,01 =6
d. Menentukan panjang kelas
panjang kelas =
=
= 6,16 =6/7
e. Tabel distribusi frekuensi
No Interval nilai Frekuensi (ƒ) Frekuensi relative (%)
1 0-6 3 9%
2 7-13 5 15,15%
3 14-20 18 54,54%
4 21-27 5 15,15%
5 28-34 0 0%
6 35-41 1 3%
Jumlah 30 100%
128
3. Perhitungan Median, Modus dan Kuartil
Tabel Distribusi Frekuensi
No Interval nilai fi xi Fi.xi Xi2
(fi.xi)2
1 0-6 3 3 9 9 81
2 7-13 5 10 50 100 2500
3 14-20 18 16 288 256 82944
4 21-27 5 24 120 576 14400
5 28-34 0 31 0 961 0
6 35-41 1 38 38 1444 1444
Jumlah 30 122 505 3346 101369
a) Median
Me = b + p [
] = 13,5 + 7 [
] = 16,8
b) Modus
Mo = b + p [
] = 13,5 + 7 [
] = 17
c) Kuartil
a. Kuartil satu
Q1 = b + p [
] = 13,5 + 7 [
] = 13,6
b. Kuartil tiga
Q3 = b + p [
] = 13,5 + 7 [
] = 20
129
B. Postes
1. Urutan
49 47 45 43 43 41 39 35 35 33
31 31 28 28 28 27 27 27 25 25
24 22 20 16 16 16 16 12 12 10
2. Distribusi Frekuensi
a. menentukan skor terbesar dan terkecil
skor terbesar = 49
skor terkecil = 10
b. Menentukan rentang
R = skor terbesar- skor terkecil
= 49 - 10
= 39
c. Menentukan banyaknya kelas
banyak kelas = 1 + (3,3 log n)
= 1 + (3,3 log 30)
= 1+5,01
= 6,01 =6
d. Menentukan panjang kelas
panjang kelas =
=
= 6,16 =6/7
e. Tabel distribusi frekuensi
No Interval nilai Frekuensi (ƒ) Frekuensi relative (%)
1 10 - 16 8 24,24 %
2 17 – 23 2 6 %
3 24 - 30 9 27,27 %
4 31 - 37 6 18,18 %
5 38 - 44 4 12,12 %
6 45 - 51 4 12,12 %
Jumlah 30 100%
130
4. Perhitungan Median, Modus dan Kuartil
Tabel Distribusi Frekuensi
No Interval nilai fi xi Fi.xi Xi2
(fi.xi)2
1 10 - 16 8 13 104 169 10816
2 17 – 23 2 20 400 400 1600
3 24 - 30 9 26 676 676 54756
4 31 - 37 6 34 1156 1156 41616
5 38 - 44 4 41 1681 1681 26896
6 45 - 51 4 48 2304 2304 36864
Jumlah 30 182 6386 6386 172548
d) Median
Me = b + p [
] = 23,5 + 7 [
] = 28,5
e) Modus
Mo = b + p [
] = 23,5 + 7 [
] = 28,4
f) Kuartil
c. Kuartil satu
Q1 = b + p [
] = 16,5 + 7 [
] = 17,4
d. Kuartil tiga
Q3 = b + p [
] = 30,5 + 7 [
] = 37,2
131
Distribusi Frekuensi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
A. Pretes
1. Urutan
29 24 20 20 20 20 20 17 17 16
15 15 15 14 14 12 12 12 12 11
10 10 10 10 7 7 7 6 6 0
2. Distribusi Frekuensi
a. menentukan skor terbesar dan terkecil
skor terbesar = 29
skor terkecil = 0
b. Menentukan rentang
R = skor terbesar- skor terkecil
= 29 - 0
= 29
c. Menentukan banyaknya kelas
banyak kelas = 1+ (3,3 log n)
= 1+(3,3 log 30)
=1+5,01
=6,01 =6
d. Menentukan panjang kelas
panjang kelas =
=
= 4,8 = 5
e. Tabel distribusi frekuensi
No Interval nilai Frekuensi (ƒ) Frekuensi relative (%)
1 0- 4 4 12,12 %
2 5- 9 5 15,15%
3 10- 14 10 54,54%
4 15 - 19 8 30,3 %
5 20 - 24 5 24,24 %
6 25 - 29 1 6 %
Jumlah 30 100%
132
5. Perhitungan Median, Modus dan Kuartil
Tabel Distribusi Frekuensi
No Interval nilai fi xi Fi.xi Xi2
(fi.xi)2
1 0- 4 4 2 8 4 64
2 5- 9 5 7 35 49 1255
3 10- 14 10 12 120 144 14400
4 15 - 19 8 17 136 289 18496
5 20 - 24 5 22 110 484 12100
6 25 - 29 1 27 27 729 729
Jumlah 30 122 436 1699 47014
g) Median
Me = b + p [
] = 9,5 + 5 [
] = 13,25
h) Modus
Mo = b + p [
] = 9,5 + 5 [
] = 13
i) Kuartil
2. Kuartil satu
Q1 = b + p [
] = 4,5 + 7 [
] = 8,75
3. Kuartil tiga
Q3 = b + p [
] = 14,5 + 7 [
] = 18
133
B. Postes
1. Urutan
82 67 63 55 55 55 53 52 52 51
47 47 47 45 45 43 42 37 35 35
35 33 33 31 31 29 27 25 24 20
2. Distribusi Frekuensi
a. menentukan skor terbesar dan terkecil
skor terbesar = 82
skor terkecil = 20
b. Menentukan rentang
R = skor terbesar- skor terkecil
= 82 - 20
= 62
c. Menentukan banyaknya kelas
banyak kelas = 1+ (3,3 log n)
= 1+(3,3 log 30)
=1+5,01
=6,01 = 6
d. Menentukan panjang kelas
panjang kelas =
=
= 10,3 = 10/11
e. Tabel distribusi frekuensi
No Interval nilai Frekuensi (ƒ) Frekuensi relative (%)
1 20 - 30 7 21,21 %
2 31 - 41 11 33,3 %
3 42 - 52 7 21,21 %
4 53 - 63 6 18,18 %
5 64 - 74 1 3 %
6 75 - 85 1 3 %
Jumlah 30 100%
134
6. Perhitungan Median, Modus dan Kuartil
Tabel Distribusi Frekuensi
No Interval nilai fi xi Fi.xi Xi2
(fi.xi)2
1 20- 33 7 25 175 625 30625
2 31 - 41 11 36 396 1296 156816
3 42 - 52 7 47 329 2209 108241
4 53 - 63 6 58 348 3364 121104
5 64 - 74 1 65 65 4225 4225
6 75 – 85 1 76 76 5776 5776
Jumlah 30 307 1389 17495 426787
a) Median
Me = b + p [
] = 30,5 + 11 [
] = 40
b) Modus
Mo = b + p [
] = 30,5 + 11 [
] = 36
c) Kuartil
a. Kuartil satu
Q1 = b + p [
] = 30,5 + 11 [
] = 31,75
b. Kuartil tiga
Q3 = b + p [
] = 41,5 + 11 [
] = 52
135
HASIL UJI NORMALITAS PRETES KELAS EKSPERIMEN
No Nama Pretes
(X)
X2
frek
kumkur
Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-
S(Zi)|
1 A17 0 0 2 -1,8380 0,0330 0,0606 0,0276
2 A19 0 0 -1,8380 0,0330 0,0606 0,0276
3 A21 2 4 4 -1,5457 0,0611 0,1212 0,0601
4 A22 2 4 -1,5457 0,0611 0,1212 0,0601
5 A23 6 36 9 -0,9611 0,1683 0,2727 0,1045
6 A24 6 36 -0,9611 0,1683 0,2727 0,1045
7 A4 6 36 -0,9611 0,1683 0,2727 0,1045
8 A9 6 36 -0,9611 0,1683 0,2727 0,1045
9 A10 6 36 -0,9611 0,1683 0,2727 0,1045
10 A15 10 100 12 -0,3765 0,3533 0,3636 0,0103
11 A25 10 100 -0,3765 0,3533 0,3636 0,0103
12 A28 10 100 -0,3765 0,3533 0,3636 0,0103
13 A34 12 144 16 -0,0841 0,4665 0,4848 0,0184
14 A2 12 144 -0,0841 0,4665 0,4848 0,0184
15 A8 12 144 -0,0841 0,4665 0,4848 0,0184
16 A11 12 144 -0,0841 0,4665 0,4848 0,0184
17 A18 14 196 19 0,2082 0,5824 0,5758 0,0067
18 A20 14 196 0,2082 0,5824 0,5758 0,0067
19 A36 14 196 0,2082 0,5824 0,5758 0,0067
20 A1 16 256 27 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
21 A3 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
22 A7 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
23 A12 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
24 A14 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
25 A26 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
26 A27 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
27 A29 16 256 0,5005 0,6916 0,8182 0,1266
28 A30 20 400 31 1,0851 0,8611 0,9394 0,0783
29 A31 20 400 1,0851 0,8611 0,9394 0,0783
30 A32 20 400 1,0851 0,8611 0,9394 0,0783
Jumlah 415,00
Rata-rata
(Mean)
12,58
Lhitung < Ltabel (0,05:30) = 0,1266< 0,1543 maka data berdistribusi normal
136
HASIL UJI NORMALITAS PRETES KELAS KONTROL
No Nama Pretes
(X)
X2
frek
kumkur
Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-
S(Zi)|
1 A36 0 0 1 -2,1866 0,0144 0,1313 0,0159
2 A39 2 4 2 -19112 0,0280 0,0606 0,0326
3 A31 6 36 3 -1,3604 0,0869 0,0909 0,0041
4 A35 8 64 4 -1,0850 0,1390 0,1212 0,0178
5 A10 10 100 8 -0,8095 0,2091 0,2424 0,0333
6 A26 10 100 -0,8095 0,2091 0,2424 0,0333
7 A32 10 100 -0,8095 0,2091 0,2424 0,0333
8 A33 10 100 -0,8095 0,2091 0,2424 0,0333
9 A8 12 144 9 -0,5341 0,2966 0,2727 0,0239
10 A4 14 196 16 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
11 A5 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
12 A7 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
13 A25 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
14 A27 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
15 A29 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
16 A34 14 196 -0,2587 0,3979 0,4848 0,0869
17 A12 16 256 20 0,0167 0,5067 0,6061 0,0994
18 A15 16 256 0,0167 0,5067 0,6061 0,0994
19 A23 16 256 0,0167 0,5067 0,6061 0,0994
20 A37 16 256 0,0167 0,5067 0,6061 0,0994
21 A28 18 324 22 0,2921 0,6149 0,6667 0,0518
22 A38 18 324 0,2921 0,6149 0,6667 0,0518
23 A1 20 400 27 0,5675 0,7148 0,8182 0,1034
24 A11 20 400 0,5675 0,7148 0,8182 0,1034
25 A16 20 400 0,5675 0,7148 0,8182 0,1034
26 A17 20 400 0,5675 0,7148 0,8182 0,1034
27 A18 20 400 0,5675 0,7148 0,8182 0,1034
28 A13 22 484 29 0,8429 0,8004 0,8788 0,0784
29 A14 22 484 0,8429 0,8004 0,8788 0,0784
30 A2 25 625 30 1,2560 0,8954 0,9394 0,0439
Jumlah 524,00
Rata-rata
(mean)
15,88
Lhitung < Ltabel (0,05:30) = 0,1034< 0,1543 maka data berdistribusi normal
137
HASIL UJI NORMALITAS POSTES KELAS KONTROL
No Nama Postes
(X)
X2
frek
kumkur
Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-
S(Zi)|
1 A39 10 100 1 -1,7184 0,0429 0,0303 0,0126
2 A26 12 144 2 -1,5366 0,0622 0,0606 0,0016
3 A32 16 256 8 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
4 A33 16 256 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
5 A34 16 256 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
6 A28 16 256 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
7 A29 16 256 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
8 A36 16 256 -1,1731 0,1204 0,2424 0,1221
9 A27 20 400 9 -0,8096 0,2091 0,2727 0,0637
10 A4 22 484 10 -0,6279 0,2650 0,3030 0,0380
11 A1 24 576 11 -0,4461 0,3278 0,3333 0,0056
12 A2 25 625 13 -0,3552 0,3612 0,3939 0,0327
13 A13 25 625 -0,3552 0,3612 0,3939 0,0327
14 A3 27 729 16 -0,1735 0,4311 0,4848 0,0537
15 A31 27 729 -0,1735 0,4311 0,4848 0,0537
16 A8 27 729 -0,1735 0,4311 0,4848 0,0537
17 A30 29 841 19 0,0083 0,5033 0,5758 0,0725
18 A17 29 841 0,0083 0,5033 0,5758 0,0725
19 A25 29 841 0,0083 0,5033 0,5758 0,0725
20 A5 31 961 21 0,1900 0,5754 0,6364 0,0610
21 A7 31 961 0,1900 0,5754 0,6364 0,0610
22 A10 33 1089 23 0,3718 0,6450 0,6970 0,0520
23 A11 33 1089 0,3718 0,6450 0,6970 0,0520
24 A14 35 1225 24 0,5535 0,7100 0,7273 0,0172
25 A18 37 1369 25 0,7375 0,7689 0,7576 0,0113
26 A15 39 1521 26 0,9170 0,8240 0,7879 0,0326
27 A23 41 1681 27 1,0988 0,8641 0,8182 0,0459
28 A37 43 1849 29 1,2805 0,8998 0,8788 0,0210
29 A16 43 1849 1,2805 0,8998 0,8788 0,0210
30 A20 45 2025 30 1,4623 0,9282 0,9394 0,0112
Jumlah 954,00
Rata-rata
(Mean)
28,91
Lhitung < Ltabel (0,05:30) = 0,1221< 0,1543 maka data berdistribusi normal
138
HASIL UJI NORMALITAS POSTES KELAS EKSPERIMEN
No Nama Postes
(X)
X2
frek
kumkur
Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-
S(Zi)|
1 A19 20 400 3 -1,4883 0,0683 0,0909 0,0226
2 A19 20 400 -1,4883 0,0683 0,0909 0,0226
3 A19 20 400 -1,4883 0,0683 0,0909 0,0226
4 A22 24 576 4 -1,2139 0,1124 0,1212 0,0088
5 A23 25 625 5 -1,1453 0,1260 0,1515 0,0255
6 A28 27 729 6 1,0081 0,1567 0,1818 0,0251
7 A9 29 841 7 -0,8709 0,1919 0,2121 0,0202
8 A12 31 961 8 -0,7338 0,2315 0,2424 0,0109
9 A6 33 1089 10 -0,5966 0,2754 0,3030 0,0276
10 A32 33 1089 -0,5966 0,2754 0,3030 0,0276
11 A11 35 1225 14 -0,4594 0,3230 0,4242 0,1013
12 A14 35 1225 -0,4594 0,3230 0,4242 0,1013
13 A15 35 1225 -0,4594 0,3230 0,4242 0,1013
14 A35 35 1225 -0,4594 0,3230 0,4242 0,1013
15 A10 37 1369 16 -0,3222 0,3737 0,4848 0,1112
16 A30 37 1369 -0,3222 0,3737 0,4848 0,1112
17 A4 41 1681 18 -0,0478 0,4809 0,5455 0,0645
18 A36 41 1681 -0,0478 0,4809 0,5455 0,0645
19 A26 43 1849 19 0,0894 0,5356 0,5758 0,0401
20 A8 45 2025 21 0,2266 0,5896 0,6364 0,0467
21 A34 45 2025 0,2266 0,5896 0,6364 0,0467
22 A27 47 2209 23 0,3638 0,6420 0,6970 0,0550
23 A31 47 2209 0,3638 0,6420 0,6970 0,0550
24 A1 51 2601 25 0,6381 0,7383 0,7576 0,0193
25 A2 51 2601 0,6381 0,7383 0,7576 0,0193
26 A17 53 2809 26 0,7753 0,7809 0,7879 0,0070
27 A20 55 3025 29 0,9125 0,8193 0,8788 0,0595
28 A21 55 3025 0,9125 0,8193 0,8788 0,0595
29 A29 55 3025 0,9125 0,8193 0,8788 0,0595
30 A37 59 3481 30 1,1869 0,8824 0,9091 0,0267
Jumlah 1376,00
Rata-rata
(Mean)
41,70
Lhitung < Ltabel (0,05:30) = 0,1112< 0,1543 maka data berdistribusi normal
139
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS PRETES DAN POSTES KELAS KONTROL
DAN KELAS EKSPERIMEN
Kelas (k) Jumlah sampel
(n)
Df1 (n-k) Df2 (n-k) Ftabel
Kontrol 30 1 64 3,99
Eksperimen 30
Perhitungan Uji Homogenitas Pretes :
Fhitung =
=
=
= 1,126
Karena Fhitung < Ftabel, 1,126 < 3,99 maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok berasal
dari varians yang sama (homogen)
Perhitungan Uji Homogenitas Postes:
Fhitung =
=
=
= 1,755
Karena Fhitung < Ftabel, 1,755 < 3,99 maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok berasal
dari varians yang sama (homogen)
140
PERHITUNGAN UJI N-GAIN
Perhitungan N-gain :
Uji N-gain Kelas Kontrol
No Nama Pretest Postes N-gain Kriteria
1 A1 20 24 0,05 Low-g
2 A2 25 25 0,00 Low-g
3 A3 27 27 0,00 Low-g
4 A4 14 13 0,09 Low-g
5 A5 14 28 0,20 Low-g
6 A6 14 41 0,20 Low-g
7 A7 12 35 0,05 Low-g
8 A8 10 33 0,26 Medium-g
9 A9 20 47 0,17 Low-g
10 A10 22 29 0,11 Low-g
11 A11 26 10 0,21 Medium-g
12 A12 14 20 0,05 Low-g
13 A13 16 20 0,13 Low-g
14 A14 27 30 0,37 Medium-g
15 A15 25 45 0,37 Medium-g
16 A16 18 46 0,11 Low-g
17 A17 16 38 0,02 Low-g
18 A18 0 29 0,07 Low-g
19 A19 12 22 0,07 Low-g
20 A20 13 36 0,22 Medium-g
21 A21 16 39 0,38 Medium-g
22 A22 18 46 0,08 Low-g
23 A23 8 26 0,22 Medium-g
24 A24 37 47 0,40 Medium-g
25 A25 19 49 0,14 Low-g
26 A26 25 49 0,21 Low-g
27 A27 24 45 0,15 Low-g
28 A28 24 46 0,07 Low-g
29 A29 18 38 0,07 Low-g
30 A30 21 45 0,21 Low-g
Jumlah 524 954 5,05 Low-g
Rata-rata 15,88 28,91 0,15
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 0 6 27
Persentase (%) 0% 18,2% 81,8%
141
Uji N-gain Kelas Eksperimen
No Nama Pretest Postes N-gain Kriteria
1 A1 16 50 0,45 Low-g
2 A2 12 61 0,55 Low-g
3 A3 12 57 0,60 Medium-g
4 A4 14 52 0,54 Medium-g
5 A5 14 47 0,68 Medium-g
6 A6 14 53 0,55 Low-g
7 A7 12 51 0,49 Low-g
8 A8 10 51 0,39 Medium-g
9 A9 20 82 0,50 Low-g
10 A10 16 50 0,47 Low-g
11 A11 10 45 0,55 Medium-g
12 A12 14 49 0,60 Medium-g
13 A13 16 46 0,60 Medium-g
14 A14 10 30 0,40 Medium-g
15 A15 10 45 0,44 Medium-g
16 A16 18 46 0,59 Medium-g
17 A17 16 38 0,45 Low-g
18 A18 2 47 0,39 Low-g
19 A19 2 45 0,22 Low-g
20 A20 13 46 0,22 Medium-g
21 A21 16 49 0,38 Medium-g
22 A22 18 46 0,20 Low-g
23 A23 8 26 0,22 Medium-g
24 A24 17 47 0,40 Medium-g
25 A25 19 49 0,31 Low-g
26 A26 20 49 0,21 Low-g
27 A27 20 45 0,20 Low-g
28 A28 21 46 0,20 Low-g
29 A29 18 38 0,20 Low-g
30 A30 20 59 0,25 Low-g
Jumlah 415 1376 10,99 Medium-g
Rata-rata 15,88 28,91 0,15
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 1 17 15
Persentase (%) 3% 51,5% 45,5%
142
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
(PRETES)
Kelas Jumlah
sampel (n)
Taraf
signifikan
Df Peluang
(1-1/2a)
Area Ttabel
Kontrol 30 0,05 64 0,975 0,025 1,998
Eksperimen 30
Perhitungan simpangan baku kelas kontrol dan eksperimen :
S2
= ( )
( )
S = √( )
( )
S = √( )( )
( )( )
S = √
S = √
S = 7,05
Maka, dilakukan perhitungan uji t sebagai berikut :
t =
√
t =
√
t =
√
t =
t = -1,912
karena -1,998 < -1,912 < 1,998 memenuhi kriteria penerimaan H0 yakni –ttabel <thitung < ttabel,
maka hasil dari uji hipotesis pretes ini adalah H0 diterima dan Ha ditolak.
143
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
(POSTES)
Kelas Jumlah
sampel (n)
Taraf
signifikan
Df Peluang
(1-1/2a)
Area Ttabel
Kontrol 30 0,05 64 0,975 0,025 1,998
Eksperimen 30
Perhitungan simpangan baku kelas kontrol dan eksperimen :
S2
= ( )
( )
S = √( )
( )
S = √( )( )
( )( )
S = √
S = √
S = 12,92
Maka, dilakukan perhitungan uji t sebagai berikut :
t =
√
t =
√
t =
√
t =
t = 4,047
karena -1,998 < 4,047 < 1,998 memenuhi kriteria penerimaan H0 yakni –ttabel <thitung < ttabel, maka
hasil dari uji hipotesis pretes ini adalah H0 diterima dan Ha ditolak.
144
PERHITUNGAN PERSENTASE INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Persentase Indikator Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol (Pretes)
No Nama Indikator Berpikir Kritis jml Skor
max
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 A1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 2 0 13 51 20%
2 A2 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 51 14%
3 A3 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 51 14%
4 A4 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 51 18%
5 A5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 51 13%
6 A6 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 2 0 1 3 0 14 51 22%
7 A7 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 51 4%
8 A8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51 0%
9 A9 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 6 51 14%
10 A10 0 0 2 0 2 0 1 0 2 0 1 2 0 0 0 2 0 1 0 0 2 0 11 51 22%
11 A11 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 8 51 16%
12 A12 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 3 0 1 5 51 10%
13 A13 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 51 14%
14 A14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 51 5%
15 A15 0 0 0 3 1 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 3 0 0 0 1 0 3 51 6%
16 A16 0 0 0 2 1 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 3 0 0 1 0 6 51 14%
17 A17 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 5 51 10%
18 A18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 51 6%
19 A19 3 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 51 18%
20 A20 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 6 51 14%
21 A21 0 1 2 3 0 0 0 1 2 1 0 2 1 0 1 0 0 3 1 0 0 1 19 51 37%
22 A22 0 1 2 1 0 0 0 1 2 1 0 2 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 10 51 20%
23 A23 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 51 8%
24 A24 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 51 4%
145
25 A25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51 0%
26 A26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 51 6%
27 A27 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 51 14%
28 A28 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 10 51 20%
29 A29 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 51 8%
30 A30 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 2 14 51 22%
Jumlah 33 36 38 16 44 31 9 16 20 23 16 9 8 18 17 13 14 11 13 7 11 12
66 54 75 25 43 25 26 30 25 20 23
Skor
Maksimal
69 99 198 198 99 99 198 198 198 99 99
Ketercapaia
n Indikator
35% 38% 30% 16% 39% 1% 1% 7% 1% 3% 6%
146
Persentase Indikator Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen (Pretes)
No Nama Indikator Berpikir Kritis jml Skor
max
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 A1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 2 0 7 51 18%
2 A2 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 51 14%
3 A3 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 51 14%
4 A4 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 51 18%
5 A5 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 51 13%
6 A6 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 2 0 1 3 0 13 51 20%
7 A7 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 51 4%
8 A8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51 0%
9 A9 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 6 51 14%
10 A10 0 0 2 0 2 0 1 0 2 0 1 2 0 0 0 2 0 1 0 0 2 0 11 51 22%
11 A11 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 8 51 16%
12 A12 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 3 0 1 5 51 10%
13 A13 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 51 14%
14 A14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 51 5%
15 A15 0 0 0 3 1 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 3 0 0 0 1 0 3 51 6%
16 A16 0 0 0 2 1 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 3 0 0 1 0 6 51 14%
17 A17 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 5 51 10%
18 A18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 51 6%
19 A19 3 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 51 18%
20 A20 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 6 51 14%
21 A21 0 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 2 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 10 51 20%
22 A22 0 1 2 1 0 0 0 1 2 1 0 2 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 10 51 20%
23 A23 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 51 8%
24 A24 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 51 4%
147
25 A25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51 0%
26 A26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 51 6%
27 A27 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 51 14%
28 A28 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 10 51 20%
29 A29 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 51 8%
30 A30 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 2 14 51 22%
Jumlah 5 9 15 8 19 36 3 11 20 23 16 9 8 18 17 13 14 11 13 7 11 12
14 23 55 14 43 25 26 30 25 20 23
Skor
Maksimal
198 99 198 198 99 99 198 198 198 99 99
Ketercapaia
n Indikator
7% 27% 28% 16% 39% 1% 1% 7% 1% 3% 6%
148
Persentase Indikator Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol (Postes)
No Nam
a
Indikator Berpikir Kritis j
m
l
Skor
max
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 A1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 0 7 51 18%
2 A2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 6 51 14%
3 A3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 6 51 14%
4 A4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 7 51 18%
5 A5 2 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 5 51 13%
6 A6 2 1 1 1 3 1 0 0 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 3 0 13 51 20%
7 A7 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1 3 51 4%
8 A8 2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1 0 51 0%
9 A9 2 1 1 1 1 2 0 0 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 6 51 14%
10 A10 1 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 11 51 22%
11 A11 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 8 51 16%
12 A12 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 5 51 10%
13 A13 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 0 2 2 1 1 7 51 14%
14 A14 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 51 5%
15 A15 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 51 6%
16 A16 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 6 51 14%
17 A17 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 5 51 10%
18 A18 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 51 6%
19 A19 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 7 51 18%
20 A20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 51 14%
21 A21 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 51 20%
22 A22 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 10 51 20%
149
23 A23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 4 51 8%
24 A24 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 2 51 4%
25 A25 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 51 0%
26 A26 3 1 1 2 0 1 1 1 2 1 0 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 0 3 51 6%
27 A27 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 6 51 14%
28 A28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 51 20%
29 A29 2 0 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 51 8%
30 A30 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 14 51 22%
Jumlah 33 33 30 35 1 36 2
5
20 22 23 11 1
4
10 28 15 13 14 11 13 7 11 15
66 65 55 45 45 25 38 28 25 20 26 1 1
Skor
Maksimal
99 99 198 198 5% 99 198 198 198 99 99 1
Ketercapai
an
Indikator
337% 66% 448% 44% 45% 22% 22% 12% 22% 4% 21% 1
150
Persentase Indikator Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen (Postes)
No Nama Indikator Berpikir Kritis jml Skor
max
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
13 14 15 16 17 18 19 20 21 2
2
1 A1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44 51 69%
2 A2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 51 50%
3 A3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 43 51 53%
4 A4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44 51 69%
5 A5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44 51 50%
6 A6 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 51 53%
7 A7 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 38 51 69%
8 A8 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 44 51 50%
9 A9 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 44 51 53%
10 A10 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 44 51 69%
11 A11 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44 51 50%
12 A12 3 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 44 51 53%
13 A13 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 40 51 69%
14 A14 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 43 51 50%
15 A15 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 44 51 53%
16 A16 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 44 51 69%
17 A17 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 51 50%
18 A18 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 51 53%
19 A19 3 1 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 3 2 3 1 1 3 2 1 44 51 69%
20 A20 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 51 50%
21 A21 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 44 51 53%
22 A22 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 44 51 69%
23 A23 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 51 69%
24 A24 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 0 40 51 50%
25 A25 3 1 1 2 1 2 1 1 3 3 2 1 1 2 3 1 3 1 1 3 1 2 43 51 53%
151
26 A26 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 2 2 1 3 1 3 1 2 3 1 0 44 51 69%
27 A27 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 0 2 1 1 2 1 2 44 51 69%
28 A28 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 0 2 1 1 2 1 1 40 51 50%
29 A29 2 0 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 38 51 53%
30 A30 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 44 51 69%
Jumlah 71 55 60 45 50 50 3
9
63 62 53 71 5
2
42 58 35 33 54 61 43 52 51 4
5
44 50%
126 105 100 108 115 123 100 68 115 95 96 2 1 44 53%
Skor
Maksimal
99 99 198 198 99 99 99 198 198 99 99 1 44
Ketercapaia
n Indikator
48% 70% 53% 59% 59% 44% 23% 37% 27% 37% 27% 2
152
HASIL UJI N-GAIN TIAP INDIKATOR BERPIKIR KRITIS
Kelas Persentase Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kontrol
Pretes 33 38 30 16 39 1 1 7 1 3 6
Postes 35 66 44 44 45 31 12 21 3 21 17
N-gain -1,01 35,44 6,86 12,84 7,69 25,86 4,72 6,17 0,86 15,79 9,91
Kategori Low-g Medium-g Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g
Eksperimen
Pretes 7 27 28 22 31 0 2 17 0 1 0
Postes 48 70 53 59 59 44 23 37 27 16 27
N-gain 19,07 51,19 12,89 18,50 35,00 39,64 9,55 9,76 12,16 13,64 24,32
Kategori Low-g Medium-g Low-g Low-g Medium-
g
Medium-
g
Low-g Low-g Low-g Low-g Low-g
Keterangan :
Indikator 1 = Mengelompokkan Indikator 6 = Memberi alasan Indikator 11 =Menciptakan
Indikator 2 = Menerapkan Indikator 7 = menyimpulkan
Indikator 4 = Sintesis Indikator 8 = Berpendapat
Indokator 3 = Analisis Indikator 9 = evaluasi
Indikator 5 = Membandingkan Indikator 10 = Hubungan sebab akibat
LAMPIRAN
TABEL DISTRIBUSI T DAN TABEL DISTRIBUSI F
Untuk mencari nilai Ttabel dan Ftabel, kita dapat menggunakan aplikasi Microsoft exel dengan
formula :
a. Mencari Ttabel
=TINV (probability;degrees_freedom)
Dalam penelitian ini diketahiu:
Kelas Jumlah sampel (n) Taraf Signifikan df
Kontrol 30 0,05 64
Eksperimen 30
Maka,
=TINV (0,05;64) dan akan diperoleh ttabel sebesar 1,998
b. Mencari Ftabel
=FINV(probability;degrees_freedom1;degrees_freedom2)
Dalam penelitian ini diketahui:
Kelas Jumlah sampel (n) Taraf
Signifikan
Df1 (k-1) Df2 (n-k)
Kontrol 30 0,05 1 64
Eksperimen 30
Maka,
=FINV (0,05;1;64) dan akan diperoleh Ftabel sebesar 3,99.
Nilai ttabel dan ftabel dapat diperoleh secara manual dengan merujuk pada tabel distribusi t
dan tabel distribusi F berikut .
LEMBAR UJI REFERENSI
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Berpikir KritisSiswa pada Materi Laju Reaksi
Penulis : Ika Destari Aullia
NIM : 109016200001
Jurusan /Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia
No Referensi PembimbingI
PembimbingII
BAB I
1 Undang-undang sistem pendidikan nasional.www.inherent-dikti.net/fi les/sisdiknas.pdf.h3
/ v2 Departemen pendidikan nasional 2009. Pembelajaran yang
mengembangkan critical thinking. Jakarta, perpustakaannasional
/ry
J Harsono hadno. 2005melatih anak berpikir analitis,kritis,dan kreatif, Jakarta: PT Grasindo ,l W
4 Alwasilah chaedar.2002. contextual teaching and leaming(menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikan danbermakna). Bandung;mizan m
5 Depdiknas.2009.pembelajaran yang mengembangkancritical thinkingjakarta:depdiknas -, ,4 Ah-
BAB II
1 Philips Alexander dan tan aik ling, promoting inquirithrough science reflection journal writing, euresia joumalof mathematics, science and tekhnologyeducation,2008,4(3) h.279-283(tersedia:http ://www. ejmste. com/v4n3lEURAS IA v4n3 Towndrow.pdf)
Vh
?\-_J Ken Gilberston. Timothy Bates, Terry Mclaughlin, and
Alan Ewert, Outdoor Education : Method and Strategies,(United States: Human Kinetics, 2006), h.120.http://wilderdom.com/store/index.php?main pase:product
info&cPath:t I 1 $prqduqls_id: 1 3 2
J Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learningfrom the Pastwith an Eye on the Future, Electronic Journal of ScienceEducation V3 N 12 December 2009 University ofNebraska, Lincoln.http ://wolfweb.unr. edu/homepaee/i cannon/ei se/bonnstetter.html
4 Alan Colbum, An Inquiry Primer, California. StateUniversity. H 42-43(http ://www.Experientalling.ucdavis. edu/modl e2 I el2- 60 -primer.pdf ry
5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-P r o gres if, ( akarta: ken cana,2009)h.17 2 t ftr
6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PTRemaja Rosdakarya, 2010), h. 44
ry7 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 43 "L (.E^
I Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PTMizan Pustaka : 2007),h.24
9 Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide toCritical Thinking, (New York : McGraw-Hill,2004),h.17. lr ryv Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PTMizan Pustaka : 2007), h. 204
ll Dwi Nurcahya, "Pengaruh PBL terhadap KemampuanBerpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Kimia", Skripsipada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta, 2072, h. 34,tidak dipublikasikan.
IrI
kt
t2 Alec Fisher, Critical Thinking An Introduction, ElectronicJournal of Science Education,200l, pp.4-8.
{b
t3 Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide toCritical Thinking, (New York: McGraw-Hill, 2004)., h 18 {tt W
t4 Sophia Scott, Perception of Students Learning CriticalThinkine Through Debate in a Technology Classroom : A LT
case study, The Journal ofTechnologt Students,2007,pp.2
{15 Sophia Scott, Perception of Students Learning Critical
Thinking Through Debate in a Technology Classroom : Acase study, The Journal of Technologlt Students,2007,pp.1 /
,\+
I Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikaz, (Bandung : PTRemaja Rosdakarya, 207 0), h.47
v17 Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to
Critical Thinking, (New York : McGraw-HilI, 2004)., h.19. Vr
l8 Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide toCritical Thinking, (New York : McGraw-HilI, 2004)., h.21. f4.
re Watson-Glaser, Critical Thingking Appraisal, PracticeTest,2002, pp. 4-12
{20 Dwi Nurcahya, "Pengaruh PBL terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Kimia", Skripsipada Sekolah Sarjana UIN Jakarla, Jakafia. 2012,,h.26. ( Y
21 Dwi Nurcahya, "Pengaruh PBL terhadap KemampuanBerpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Kimia", Skripsipada Sekolah Sarjana UIN Jakarta, Jakarta,20L2,,h.3O
/Y&
)) Arthur B. Millman, Critical Thinking Attitudes: AFramework for the Issues, Informal Logic, 10, 1988, pp.
t23 Rochiati wiriatmadja, Metode penelitian tindakan kelas
unhtk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung: PTRemaj a Rosdakarya,2009),h. 85 4 tft
BAB III
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatankuantitatif,kttalitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta,Z}ll),h.144 I tu
Z Sugiyono,Statistika untuk penelitian,(bandung:alfabeta,2O 1 0), h. 6 1 I fk
J Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatanku antitatif, kua li t at if, d an R &D, (B andung : Alfabeta,2 0 1 1 ).,h.1 18
{
(.A
4 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatankuantitatif,kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2O 1 I ),h.148 { 5A
5 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatupendekatan praktik (edisi revisi 2010), (Jakarta: PT RinekaCipta,2010),h. 193 I
A
El\
6 Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendidikan,(bandung: PT Remaj a Rosdakarya, 2010),h.2L9
{nr+
n Nana Sudjana, penilaian Hasil proses belajar mengajar,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya 2009),h.12
t
/-Bh
8 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama,Evaluasi pembelajaran IPA berbasis kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press,2006),h. I 05
/ F9 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu
pendekatan praktik (edisi revisi 2010), (Jakafia: PT RinekaCipta,2010)., h.2I3
{(h
10 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatupendekatan praktik (edisi revisi 2010), (Jakarta: PT RinekaCipta, 201 0), h.230-231 {
(h
11 Harun Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar.(Bandung: CV Wacana Prima,2009), h. 239 -241
/),Tt
l2 Harun Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar.(Bandung: CV Wacana Prima,200 9).,.h.245 -250
'/1,/
t3 Sudjana,L[etoda Statis tlft, (Bandung, Tarsito, 2005), h.466 -467)
,1,(T"
t4 Sugiyono, Statis tika untuk P enelitian, (Bandung:Alfabeta,2007),h.140-141 4
Ife
15 David E. Meltzer, The relationship behrteen mathematicspreparation and conceptual learning gains in physics: A t, fN
possible "hidden variable" in diagnostic pretes score,(Lowa : Departement of physics and astronomy, lowa stateuniversity, Ames), h 3
9 Richard r. hake, analyzing change/gain score) (America:depatement of physics, Indiana university), h. 1
{t7 Sudj ana,M e t o d q S t a t i s t ifr, (B andung, Tarsito, 200 5),h. 23 9 -
240{
CIb
BAB IV
l) LINDP.2010. Human Development Report 20L0: 2doAnniversary Edition. New York: Palgrave Macmillan (
2 Enniis, R.H. 1996. Critical Thinking. USA:Prentice-Hall,Inc
,J
I \,L
3 Synder,L.G and synder, M.G. 2008 Teaching CriticalThinking and Problem Solving Skills. The Delta Pi EpsilonJournal. Vol.L, No. 2, Spring/Summer, 2008: h,90-99
4 Rahma, A.N. 2013. Pengembangan PerangkatPembelajaran Model Inkuiri Berpendekatan SETS MateriKelarutan dan Hasil Kelarutan untuk MenumbuhkanKeterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Empati SiswaTerhadap Lingkungan. Journal ofEducation Research andEvaluation. Vol.1 No.2. Tahun 2012133-138
Lt
5 Colburn Allan. 2000.an inquiry primer.sciens cope
4 ry6 Anggraeni Sri, Hakikat Pembelajaran IPA, pengajar
jurusan pendidikan FMIPA. UPI Bandung W
7 Departemen Pendidikan Nasional h.293
8 Balqis lntan.2}l4pengaruh multimedia interaktif gameberbasis Jlash terhadap keterampilan berpikir kritis siswapada mate ri sys tem p erio dik unsur.skipsi.respositoriuinjkt b
9 Novitsania Annis.20l3perbedaan keterampilan prosessains antara siswa yang menggunakan modelpembelajaran inkuiri terstruktur dengan siswa yangmenggunakan model inkuiri terbimbing pada konsep
fot os int e s is. skripsi uinjkt
Sr-
10 Radno Harsanto, melatih anak berpikir analisis, kritis, danlveatf, (Jakarta:Grasindo, 2005) h, 54 v {
w
Mengetahui
Ciputat, 23 }ulln2016
ing II
s
Salamah Aeung Ph.DNIP: 1 9790624 200604 200219760t07 200501 1 007
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. h" H. Juanda No 95 Ciputat 15412 ln&tBsia
i&,lrirLli Ltrr il
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKDO82Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor: Un.01/F.1/KM.01 .gt?.:lAilZa$ Jakarta,25 September 2014
Lamp. : OutlinelProposalHal : Permohonan lzin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala SekolahSMAN 12 T angerang Selatan
diTempat
Assal amu' al aiku m wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : lka DestariAullia
NIM : 109016200001
Jurusan : Pendidikan IPA Prodi Kimia
Semester :11
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran lnkuiri Terstruktur pada Materi Laju
Reaksi Terhadap Berpikir Kritis Siswa
adalah benar mahasiswali Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal amu' al aiku m wr.wb.
a.n. DekanKajur Pendidikan IPA
, B^qHana Susanti.M.Sc //- NtP. 19700209 200003 2 001
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. k. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lndonesia
.q&lrrr-lILIITII
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: 01
Hal 1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01/F. I /KM.O 1.3/.!fl'|. 12016
Larrp. : -
Hal :Bimbingan SkriPsi
Kepada Yth.
Tonih Feronika M.Pd (Pembimbing i),Salamah Agu.rg Ph.D (Pembimbing 2)
Pembimbing SkriPsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN SYarif HidaYatullahJakarta.
Jakarta, 30 Juni 201 6
A s s al amu' al aikum wr.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama
NIM
Jurusan
Semester
: Ika Destari Aullia
: i09016200001
: Pendidikan lPA/Pendidikan Kimia
:8 (Delapan)
Jurlul Skripsi :Pengaruh Model Pernbelajaran Inkuiri Terstruktur'ferhaCapBerpikir Kritis Siswa pada Materi Laju Reaksi
iudul tersebut telah diset'-rjui oleh Jur'trsan yang bersangkutan pada tanggal 28 Februari
2013 abstrakstJoutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada
judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing
menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bim[ingan lkripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
[4/ as s al amu' al aikum w r.w b.
Kimia
Burhanqilifl Milama. M.Pd,NIP. 19770201 200801 1 001
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa Ybs.
:;:il.ili:,"i-*.Ketua Prod!?endidikan