Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual (PhET) dalam Upaya...

32
A. JUDUL Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual ( PhET ) dalam Upaya Meningkatkan Hail !elaja "i#a pada Materi Laju $eaki %ela &I "MA !. !IDA' %AJIA' Pendidikan Kimia .LA*A$ !+LA%A' Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun dengan menggunakan pendekatan saintifik yang didalamnya terdapat 5M yaitu mengamati, menanya,mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Pada kurikulum ini menekankan pada aspek spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan secara seimbang. Kurikulum ini dikembangkan dengan menyempurnakan pola pembelaaran yang pada guru ! teacher center " menadi pembelaaran yang berpusat pada didik ! student center) , pola pembelaaran satu arah menadi pembel interaktif, pola pembelaaran alat tunggal menadi pembela alat multimedia yangbersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. !Permendikbud nomor #$ tahun 2013 Pelaaran kimia adalah pelaaran yang dianggap sulit didik karena terdapat reaksi%reaksi kimia yang membutuhkan pr langsung untuk memahaminya. &amun kenyataannya masih terdapat beberapa 'M()'MK yang belum melaksanakan praktikum kh materi lau reaksi. *al ini disebabkan salah satunya karen bahan kimia yang digunakan untuk praktikum dan terbatasny guru dikelas. +au reaksi merupakan salah satu materi kimi 'M( yang di dalamnya terdapat faktor%faktor yang mempengar konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. aktor%fak dipahami ika peserta didik melaksanakan praktikum secara kenyataan yang ada kebanyakan peserta didik tidak melakuka secara langsung dan guru hanya menerangkan dengan metode c PROPOSAL Page 1

description

Metode Penelitian

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual (PhET) dalam Upaya...

A. JUDULPenerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual (PhET) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMAB. BIDANG KAJIANPendidikan Kimia

C. LATAR BELAKANGKurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun dengan menggunakan pendekatan saintifik yang didalamnya terdapat 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Pada kurikulum ini menekankan pada aspek spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan secara seimbang. Kurikulum ini dikembangkan dengan menyempurnakan pola pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center), pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif, pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran yang berbasis alat multimedia yang bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. (Permendikbud nomor 69 tahun 2013)Pelajaran kimia adalah pelajaran yang dianggap sulit bagi peserta didik karena terdapat reaksi-reaksi kimia yang membutuhkan praktikum langsung untuk memahaminya. Namun kenyataannya masih terdapat beberapa SMA/SMK yang belum melaksanakan praktikum khususnya pada materi laju reaksi. Hal ini disebabkan salah satunya karena mahalnya bahan-bahan kimia yang digunakan untuk praktikum dan terbatasnya jam mengajar guru dikelas. Laju reaksi merupakan salah satu materi kimia pada kelas XI SMA yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Faktor-faktor tersebut bisa dipahami jika peserta didik melaksanakan praktikum secara langsung. Tetapi kenyataan yang ada kebanyakan peserta didik tidak melakukan praktikum secara langsung dan guru hanya menerangkan dengan metode ceramah secara konvensional, sehingga peserta didik hanya menghafal konsep-konsep tersebut yang menyebabkan konsep tidak masuk ke memori jangka panjang siswa dan membuat pemahaman siswa tentang materi tersebut menjadi sulit dan akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.Dalam mengatasi masalah tersebut, maka salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk melakukan praktikum walaupun tanpa laboratorium nyata . Salah satu bentuk media pembelajaran adalah media laboratorium virtual. Menurut (Firmayanti : 2011), laboratorium virtual adalah satu bentuk laboratorium dengan kegiatan pengamatan atau eksperimen dengan menggunakan software yang dijalankan oleh sebuah komputer, semua peralatan yang diperlukan oleh sebuah laboratorium terdapat di dalam software tersebut. Laboratorium virtual memiliki beberapa keunggulan, antara lain adalah bisa menjelaskan konsep abstrak yang tidak bisa dijelaskan melalui penyampaian secara verbal. Laboratorium virtual bisa menjadi tempat melakukan eksperimen yang tidak bisa dilakukan di dalam laboratorium konvensional (Ariani & Dani, 2010 ). Salah satu jenis laboratorium virtual adalah PhET. Laboratorium virtual ini dikembangkan oleh tim dari universitas Colorado Amerika Serikat. PhET dikembangkan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep visual. Simulasi PhET menghidupkan apa yang tidak terlihat oleh mata melalui penggunaan grafis dan kontrol intuitif seperti klik dan tarik manipulasi, slider dan tombol radio. Semua simulasi PhET didapatkan secara gratis di situs http://PhET.colorado.edu/en/get-PhET/full-install. PhET mudah digunakan dan diaplikasikan di dalam kelas. PhET membutuhkan komputer yang sudah terinstal program java dan/atau flash. Selain itu PhET juga bisa digunakan secara online di situs https://PhET.colorado.eduDiperlukan model pembelajaran inovatif untuk mengatasi berbagai permasalahan tesebut. Teori belajar yang dikemukakan J. Bruner adalah teori pembelajaran discovery yang sesuai dengan hakikat pembelajaran sains. Belajar penemuan (discovery learning) memberikan kebebasan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya melalui proses menemukan sendiri dan melalui metode sains yang terintegrasi. Tobin (dalam Parmawati, 2012) menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model pembelajaran inkuiri. Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri pada materi laju reaksi dengan media laboratorium virtual diharapkan konsep materi faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Berdasarkan permasalahan dan keunggulan model pembelajaran inkuiri dan media laboratorium virtual yang telah diungkapkan sebelumnya. Penulis berkeinginan untuk menganalisis model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan media laboratorium virtual, maka penulis mengajukan sebuah penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA.D. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi kelas XI SMA?2. Bagaimana respon siswa dalam menggunakan media laboratorium virtual pada pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA?

E. TUJUAN PENELITIAN1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual pada pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA.2. Mengetahui respon siswa dalam menggunakan media laboratorium virtual pada pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA.

F. MANFAAT PENELITIAN1. Bagi Siswa :Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran kimia, Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran kimia, dengan media laboratorium virtual pembelajaran kimia akan lebih menyenangkan.2. Bagi Guru :Model Pembelajaran Inkuiri dengan media laboratorium virtual dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.3. Bagi Peneliti :Merupakan pengalaman yang sangat berharga dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan dunia pendidikan. 4. Bagi Sekolah : Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia disekolah karena dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga prestasi sekolah juga ikut meningkat.

G. DEFINISI OPERASIONAL, ASUMSI DAN BATASAN MASALAH1. Definisi Operasionala. Model Pembelajaran inkuiriModel pembelajarn inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Siswa dibimbing untuk menemukan konsep sendiri berdasarkan fenomena yang disajikan dan guru hanya sebagai fasilitator. b. Laboratorium virtualLaboratorium virtual adalah sebuah simulasi komputer yang memungkinkan fungsi-fungsi penting dari laboratorium riil untuk dilaksanakan pada computer (Samsuri, 2009).

c. Hasil Belajar Hasil siswa pada penelitian ini secara kognitif diukur dari nilai yang didapatkan siswa dari ter matri faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir, dinyatakan tuntas bila memenuhi KKM 70.d. Laju ReaksiMateri Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi merupakan materi kimia di kelas XI Semester 2 yang cocok dengan model pembelajaran inkuiri berdasarkan indikator pembelajaran yang menyebutkan bahwa pengajaran materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi disampaikan melalui percobaan dalam kerja kelompok dilaboratorium.2. Asumsia. Nilai tes yang diperoleh mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.b. Pengamat dalam melakukan pengamatan terhadap siswa dan guru telah berusaha seobyektif mungkin.

3. Batasan MasalahPembatasan masalah yang dilakukan peneliti ini meliputi :a. Media yang digunakan adalah laboratorium virtual (PhET) laju reaksi suhu.b. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.c. Peningkatan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi sub bab faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi suhu.d. Subyek penelitian terbatas pada SMA yang ada di Surabaya yang dipilih berdasarkan random sampling. e. Penilaian dilakukan dalam ranah kognitif.

H. KAJIAN PUSTAKA1. Teori yang Melandasi Inkuiria. Teori Belajar KonstruktivismeTeori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks dalam rangka membangun pemahaman mengenai suatu pengetahuan (Nur, 2008). Teori konstruktivisme menganjurkan peranan yang lebih aktif pada siswa dalam pembelajaran mereka sendiri. Sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya dan guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dalam menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajak siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.Konstruktivisme sebagai teori pembelajaran menjelaskan knowledge is constructed in the mind of the learner. Pembelajaran berlangsug ketika siswa menata kemampuan berpikir mereka dengan menghubungkannya pada pengetahuan awal mereka. Konstruktivisme mengandung aktivitas yang berisi instruksi yang mendorong inisiatif siswa dalam me. Aktivitas yang melibatkan siswa pada inkuiri ilmiah memfasilitasi penanaman pengetahuan pada siswa. Siswa yang berpartisipasi dalam melontarkan pertanyaan, membuat hipotesis, mencari data dan mengolah data, dan lain-lain, termasuk ke dalam inkuiri ilmiah.b. Teori KognitifTeori perkembangan kognitif pertama kali dikenalkan oleh piaget. Menurutnya, kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem saraf dengan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Setiap individu pada saat mulai bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalai empat tingkat perkembagan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Nur, 2008): 1) Sensori motor (mulai lahir-2 tahun), belum memiliki konsep permanensi obyek (kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu obyek masih tetap ada walaupun pada suatu waktu tidak terlihat. 2) Pra-operasional (2-7 tahun), perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Masih berpikir secara terpusat dan egosentris. 3) Operasional konkret (7-11tahun), mampu berpikir logis. Mampu memperhatikan lebih dari satu aspek sekaligus dan juga dapat menghubungkan aspek satu dengan yang lain, kurang egosentris dan belum bisa berpikir abstrak. 4) Operasi formal (11 tahun-dewasa), mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudan menyelesaikan masalah.Teori perkembangan piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.c. Teori Belajar Penemuan Jerome BrunerSalah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery Learning). Inti belajar menurut Bruner adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif. Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukan manusia setelah memperoleh informasi untuk mencapai pemahaman. Bruner memandang bahwa belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, di mana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahannya.Bruner menyarankan hendaknya pebelajar belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka menemukan prinsip-prinsip itu sendiri (Trianto, 2009). Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Melalui teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan susatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya sehari-hari (Budiningsih, 2005).2. Model Pembelajaran InkuiriInkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan percaya diri pada siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Inkuiri dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery. Dengan kata lain, inkuiri adalah salah satu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya (Suatra, 2009).Untuk menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri yang ideal, peranan guru adalah sebagai berikut (Trianto, 2009) : 1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan. 3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4) Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas. 5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Reward, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. a. Model Pembelajaran Inkuiri TerbimbingPembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa (Andriani, 2011). Siswa di tingkat pemula seperti TK, SD, dan SMP cocok diterapkan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, karena umumnya siswa-siswa pada tingkat pemula tersebut masih banyak memerlukan bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran Suardana (dalam Suardana, 2012). Tanggung jawab siswa dalam proses eksperimen dapat dilihat dan berhubungan dengan refleksi personal anak tersebut dan seberapa banyak guru memberikan bimbingan (guidance) dalam proses instruksi (Oge & Ifeoma, 2013). b. Tahap-Tahap dalam InkuiriBerikut ini adalah tahap-tahap inkuiri menurut Arends (2012) :1) Observasi untuk menemukan masalahGuru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.2) Merumuskan masalahGuru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikan.3) Mengajukan hipotesisGuru membimbing siswa mengajukan hipotesis terhadap maslaah yang telah dirumuskannya.4) Merencanakan pemecahan maslah (melalui eksperimen)Guru membimbing siswa untuk merencakan pemecahan maslah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.5) Melaksanakan eksperimen Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi.6) Melakukan pengamatan dan pengumpulan dataGuru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasikan data.7) Analisis dataGuru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep.8) Penarikan kesimpulan/penemuanGuru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.c. Kelebihan dan kekurangan Model InkuiriMengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan oleh (Suardana: 2012) sebagai berikut :Kelebihan metode penemuan/ discovery-inquiry :1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru.4) Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya 9 tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik3. PhETSoftware yang termasuk dalam multimedia interaktif adalah PhET yang dikembangkan oleh University of Colorada. PhET dapat dicari di alamat situsnya yaitu http://PhET.colorado.edu. Di dalam situsnya, terdapat simulasi pembelajaran kimia yang dpat diunduh secara gratis untuk kepentingan kelas maupun kepentingan belajar individu.

Gambar 1.Tampilan awal PhETSimulasi interaktif PhET Colorado merupakan media simulasi interaktif berbasis penemuan dan digunakan unuk memperjelas konsep-konsep fisis. Simulasi yang disediakan PhET interaktif yang mengajak siswa untuk belajar dengan cara mengeksplorasi secara langsung. Simulasi PhET dapat digunakan secara online maupun offline. Agar simulasi dapat berjalan dengan lancar, komputer yang akan digunakan sebagai lab virtual harus sudah terinstall program Java dan Flash.

Gambar 2. Tampilan Pengaruh Suhu Terhadap Teori Tumbukan4. Hasil BelajarHasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Gunarso (dalam Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar, prestasi belajar juga merupakan hasil perubahan pencapain siswa dalam ranah kognitif. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok.Menurut Sunarto (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi, 1) faktor jasmani berupa kesehatan dan cacat tubuh, 2) faktor psikologis berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, 3) faktor kelelahan berupa kelelahan jasmani kelelahan rohani. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masayarakat.5. Laju ReaksiPengaruh Suhu Terhadap Laju ReaksiUmumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya penurunan suhu memperlambat reaksi. Bila kita memasak nasi dengan api besar akan lebih cepat dibandingkan api kecil. Bila kita ingin mengawetkan makanan (misalnya ikan) pasti kita pilih lemari es, mengapa? Karena penurunan suhu memperlambat proses pembusukan.Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, makin cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.Umumnya kenaikan suhu sebesar 100C menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu bergerak-gerak. Oleh karena itu,kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul yang ada. Tetapi tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang dimiliki oleh molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan yang efektif. Kita telah tahu bahwa, energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifanEnergi kinetik molekul-molekul tidak sama. Ada yang besar dan ada yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada molekul-molekul yang bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara tidak efektif. Dengan perkataan lain, ada tabrakan yang menghasilkan reaksi kimia ada yang tidak menghasilkan reaksi kimia.Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktivasi energi. Kita dapat menggambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-Boltzmann seperti ini:

Hanya partikel-partikel yang berada pada area di sebelah kanan dari aktivasi energi yang akan bereaksi ketika mereka bertumbukan. Sebagian besar dari partikel tidak memiliki energi yang cukup dan tidak menghasilkan reaksi. Untuk mempercepat reaksi, kita perlu untuk meningkatkan jumlah dari partikel-partikel energik - partikel-partikel yang memiliki energi sama atau lebih besar dari aktivasi energy. Peningkatan suhu merupakan pengaruh yang tepat.Meningkatkan suhu reaksi berarti menambahkan energi. Energi diserap oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul menjadi lebih besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar makin sering terjadi. Dengan demikian, benturan antar molekul yang mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi itu menyebabkan reaksi kimia juga makin banyak terjadi. Hal ini berarti bahwa laju reaksi makin tinggi.

6. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang RelevanPenelitian-penelitian sebelumnya yang bekaitan dengan inkuiri terbimbing dan Laboratorium Virtual adalah sebagai berikut:a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bajpai tahun 2013 yang berjudul Developing Concept in Physics Through Virtual Lab Experiment: An Effectiveness Study. Berdasarkan tes pemahaman konsep fisika siswa, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran yang memanfaatkan virtual lab lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa disbanding pembelajaran melalui real lab. Penelitian ini juga memberikan kejelasan mengenai pentingnya memanfaatkan media berbasis teknologi dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan Laboratorium Virtual. Hal tersebut didasarkan pada hasil yang dicapai pada penelitian ini. Pemanfaatan Laboratorium Virtual memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan lebih antusias karena visualisasi dari media ini ditampilkan dengan menarik. b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh tahun 2013 yang berjudul Virtual Learning Environment for Next Generation in Electronics & Telecommunications Courses menyimpulkan bahwa pemanfaatan VLE (Virtual Learning Environment) memberikan hasil yang serupa dengan proses pembelajaran konvensional yang harus melakukan facr to face. Sedangkan melalui VLE pembelajaran tidak terbatas ruang dan waktu. Analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan VLE dapat diterapkan untuk materi yang lebih rumit sekalipun, bahkanakan menghasilkan pemahaman siswa yang lebih baik kedepannya. Penelitian ini jelas menekankan bahwa pemanfaatan teknologi virtual memang untuk generasi kedepan yang tentunya memerlukan literasi sains dan teknologi. c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya tahun 2013 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Negara Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan Laboratorium Virtual didalam pembelajaran fisika sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika dibanding model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional. Siswa dalam kelompok eksperimen yang belajar berbantuan Laboratorium Virtual menunjukkan hal yang positif dibanding MPI dan MPK. Hal ini menunjukkan pemanfaatan Laboratorium Virtual dalam pembelajaran bisa dijadikan solusi kedepannya dan dapat merubah paradigm pembelajaran ke arah student centered terlebih lagi pemanfaatan media pembelajaran dalam bentuk teknologi dapat meningkatkan literasi siswa di bidang teknologi.d. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mattehew dan Kenneth tahun 2013 dalam penelitiannya, memperoleh kesimpulan bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memliki skor prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini berkaitan tentang inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing memberikan dampak yang positif terhadap kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan siswa yang belajar secara discovery dapat membentuk pengetahuannya sendiri melalui proses discovery itu sendiri.

7. HarapanDengan model pembelajaran penemuan (inkuiri) diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep dalam pembelajaran kimia, sehingga konsep tersebut dapat masuk ke memori jangka panjangnya. Ini akan berdampak pada nilai hasil belajar siswa.Adanya virtual laboratory (PHET) diharapkan juga akan menjadi solusi permasalahan untuk sekolah yang belum mempunyai laboratorium kimia atau tidak mampu membeli bahan-bahan kimia yang dinilai mahal tersebut.FaktaPembelajaran didominasi Teacher-Centered yang berpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat membangun konsepnya sendiri.. Masih ada beberapa sekolah yang belum mempunyai laboratorium kimia. Selain itu mahalnya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pratikum termasuk salah satu alasan mengapa praktikum kimia pada jenjang SMA jarang dilakukan.Kerangka konseptual

Identifikasi MasalahGuru masih menekankan perannya sebagai penyampai materi, sehingga pembelajaran masih di dominasi Teacher Centered.Beberapa sekolah masih ada yang belum melakukan praktikum dikarenakan belum mempunyai laboratorium kimia, selain itu mahalnya bahan-bahan kimia juga menjadi salah satu faktor penyebab minimnya pratikum kimia di beberapa sekolah.

Penelitian yang sesuaiPengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Virtual laboratory Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Negara Tahun Ajaran 2012/2013 (Wijaya, 2013).An Effective Virtual laboratory Approach for Chemistry (Bakar et al, 2013).TeoriTeori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasnformasikan informasi kompleks dalam rangka membangun pemahaman mengenai suatu pengetahuan (Nur, 2008).Keunggulan laboratorium virtual adalah bisa menjelaskan konsep abstrak yang tidak bisa dijelaskan melalui penyampaian secara verbal. Laboratorium virtual bisa menjadi tempat melakukan eksperimen yang tidak bisa dilakukan di dalam laboratorium konvensional. (Ariani & Dany Haryanto: 2010 )

SolusiMenerapkan model pembelajaran inkuiri yang dapat membuat siswa bersifat aktif dengan menggunaan media pembelajaran laboratorium virtual pengganti laboratorium nyata.

I. METODE PENELITIAN1. Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk penelitian pra eksperimen (pra experiment).

2. Sasaran PenelitianSasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Surabaya yang dipilih dengan teknik random sampling pada meteri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Penelitian ini Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA SMA X pada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.Pemilihan sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen dilakukan dengan cara group random sampling. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi. Teknik group random sampling juga memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Penelitian ini mengambil satu kelas sampel yang terdiri dari 30 siswa.

3. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri yang ada di Surabaya pada semester ganjil.

4. Rancangan Penelitian

O1 X O2One Group Pretest Posttest Design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Hasil post-test lebih baik dibanding pre-test.

Keterangan:O1 = tes awal ( tes tanpa penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual)X = perlakuan ( diperlakukan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual)O2 = tes akhir (tes setelah diperlakukan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual)Analisis: menghitung signifikansi (O2 - O1)Peneliti mengidentifikasi kondisi awal pada sekelompok sampel dengan melaksanakan pretes. Kemudian dilakukan suatu kegiatan (perlakuan = treatment). Pada akhir kegiatan kondisinya diukur (postes). Hasil pretest dibandingkan dengan hasil postest, kemudian disimpulkan.5. Prosedur PenelitianTahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini, dapat dipaparkan sebagai berikut.Tabel 1. Pemaparan Prosedur PenelitianNOTAHAPANURAIAN KEGIATAN

1.Orientasi dan analisis KI, KD mata pelajaran kimia SMA Mengadakan penjajakan ke SMA Negeri X sekaligus meminta kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian disekolah tersebut Melakukan koordinasi dengan guru kimia kelas XI SMA untuk mengetahui karakteristik siswa Meminta silabus yang digunakan disekolah tersebut

2.Studi literatur

Mencari literatur mengenai model pembelajaran inkuiri, laboratorium virtual dan materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi baik dari buku maupun jurnal.

3.Pembuatan Perangkat Pembelajaran (RPP, Media Pembelajaran dan LKS)

Membuat perangkat pembeajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu berupa RPP,LKS dan media laboratorium virtual.

4.Merancang Instrumen Penelitian

Mempersiapkan instrument penelitian pre-test dan post-test sesuai dengan penelitian yang dilakukan Validasi pada instrument penelitian dilakukan dengan uji validitas isi dan uji coba instrumen. Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing berkaitan dengan instrument yang telah dirancang.

4.Uji Coba Instrumen Melaksanakan uji coba instrumen penelitian di salah satu SMA Negeri di kota Surabaya.

5.Revisi Instrumen Melakukan revisi terhadap instrumen, berdasarkan masukan dari dosen pembimbing.

6.Mengadakan tes awal (pre-test) Melakukan tes awal (pre-test) pada kelas sampel. Pemberian tes awal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum mendapat perlakuan.

7.Memberikan perlakuan Menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual.

8.Mengadakan tes akhir (post-test) Melakukan tes akhir pada sampel yang sama. Pemberian tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan media laboratorium virtual dengan media laboratorium virtual.

9.Pengolahan dan analisis data Menganalisis data hasil penelitian Menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya

10.Penyelesaian laporan Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing mengenai penyelesaian laporan

Orientasi dan analisis KI dan KD mata pelajaran kimia SMAStudi literatur mengenai :Perkembangan materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.Model pembelajaran inkuiriLaboratorium virtualPembuatan perangkat pembelajaran (RPP,media pembelajaran dan LKS) dan instrument penelitian (Lembar tes, lembar pengamatan dan lembar angket)Validasi media pembelajaranUji coba instrument penelitianTes awal (pre-test)Penerapan model inkuiri dengan media laboratorium virtualTes akhir (post-test)Pengolahan dan analisis dataPenyelesaian laporan

Gambar 3. Alur Penelitian

6. Perangkat Pembelajarana. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat deskripsi mata pelajaran, kelas/ semester,materi pokok, sub materi pokok, alokasi waktu, kompetensi inti, kompetensi dasar,indikator, tujuan pembelajaran, sumber pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dan penilaian.

b. Media Pembelajaran (Laboratorium virtual)Media ini diperoleh dengan download di internet secara gratis di situs http://phet.colorado.edu/en/getphet/full-install. Media ini dikembangkan oleh tim dari universitas Colorado Amerika Serikat. Media ini bisa digunakan online maupun offline dengan bantuan program java.

c. Lembar kerja siswaLembar kerja siswa digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang diperoleh, serta untuk mengarahkan siswa dalam menerapkan latihan tersebut dalam memecahkan masalah. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS dengan materi laju reaksi yang disesuaikan dengan model pembelajaran inkuiri. LKS ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan media virtual yang berisi langkah-langkah dalam menggunakan PhET dan bagaimana cara melakukan eksperimen didalam media PhET.

d. SilabusSilabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencangkup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

7. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam mengumpulkan data. Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti (Sugiyono,2013). Instrumen penelitian yang digunakan, diuji dahilu untuk mengetahui validitas data. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :a. Lembar Pengamatan guruLembar pengamatan ini digunakan sebagai penunjang dalam mengamati keterlaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajarn inkuiri. Format pengamatan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Lembar tes hasil belajar siswaLembar tes hasil belajar siswa diberikan di awal (sebelum penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual) dan diakhir pembelajaran (setelah penerapan model pembelajarn inkuiri dengan media laboratorium virtual). Tes yang diberikan adalah tingkat kesulitannya sama. Hasil tes ini dibandingkan dan digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual.c. Lembar angket respon siswaLembar angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa terhadap penggunaan media laboratorium virtual. Angket dalam penelitian ini adalah angket tertutup berbentuk check list. Siswa hanya memberikan tanda centang () terhadap kolom yang telah disediakan. Angket ini diberikan setelah pembelajaran.

8. Teknik Pengumpulan Dataa. Pengamatan Guru Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data selama pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inkuiri.

b. Tes Hasil BelajarTeknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar kimia. Data hasil belajar awal diperoleh dengan menggunakan pretest. Skor hasil pretest merupakan hasil belajar awal siswa sebelum pembelajaran dan skor hasil posttest berupa hasil siswa setelah mendapat perlakuan. Tes yang digunakan pada saat pretest dan posttest adalah tes yang tingkat kesulitannya sama. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual pada meteri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.c. Angket respon siswaMetode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan laboratorium virtual. Sampel untuk angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media laboratorium virtual sebanyak 30 siswa yang telah diperlakukan media tersebut. Angket respon siswa diberikan setelah pembelajaran dan post-test telah dijalankan. Siswa diberitahu bahwa apapun dari isi dari angket tidak akan mempengaruhi nilai.

9. Teknik Analisis DataAnalisis data digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang selanjutnya, digunakan untuk merumuskan simpulan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Keterlaksanaan PembelajaranObservasi keterlaksanaan dalam proses pembelajaran dilakukan dengan mengamati keterlaksanaa sintaks dalam model pembelajaran inkuiri. Penilaian keterlaksanaan pembelajaran menggunakan skala penilaian dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. Skor penilaian keterlaksanaan pembelajaranNOBatasanKriteria

10Tidak memuaskan

21Kurang memuaskan

32Memuaskan

43Sangat memuaskan

(Siswono, 2005)Analisis dilakukan untuk menafsirkan nilai angka kalimat yang bersifat kualitatif dengan skala untuk menentukan keterlaksanaan pembelajaran yang dihitung dengan rumus :KPM = Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran dianalisis dengan memasukkan dalam kriteria batasan pengelolaan pembelajaran, dapat dilihat pada tabel:Tabel 4. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan PembelajaranBatasanKriteria

0Tidak Baik

0