PENGARUH MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Melva...
Transcript of PENGARUH MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Melva...
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 1
PENGARUH MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT BERBASIS
SOAL OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Melva Rumahorbo1, Oleh: Idul Adha, M.Pd.
2, Rani Refianti, M.Pd.
3.
1Alumni SI STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3DosenSTKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Model Missouri
Mathematics Project Berbasis Soal Open-Endedterhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas VII Smp Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019”. Metode penelitian yang digunakan eksperimen semu dengan
menggunakan Pre-test Post-test Control Group Design.Teknik pengumpulan data
dalam penelitian menggunakan tes. Teknik analisis data dengan langkah-langkah:
uji normalitas, uji homogenitas dan uji t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan
taraf signifikansi sebesar = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (1,6934 > 1,6905).Hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh model Missouri Mathematics Project
berbasis soal Open-Ended terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019. Rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi perlakuan di kelas
eksperimen sebesar 22,04 dan kelas kontrol sebesar 17,39.
Kata Kunci: Missouri Mathematics Project, Open-Ended, Pemecahan Masalah
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 2
A. PENDAHULUAN
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 tentang standar
kompetensi dan kompetensi dasar SMP/MTS, salah satu tujuan yang ingin dicapai
melalui pembelajaran matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah
menyelesaikan masalah, memeriksa kembali jawaban. Sesuai dengan pendapat
Ansori, H & Irsanti, A (2015:49) menyatakan bahwa salah satu persyaratan
matematika di sekolah adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah
suatu proses untuk mengatasi berbagai macam kesulitan atau hambatan yang
ditemui dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Muslim, R. S, 2014: 2).
Berdasarkan hasil observasi di SMP Xaverius Lubuklinggau yang
didapatkan dari Bapak St. Dian. S, S.Pd selaku guru matematika kelas VII, dari
informasi yang didapat bahwa masih banyak siswa kesulitan belajar matematika
khususnya dalam pemecahan masalah matematika. Kemampuan pemecahan
masalah dengan berbagai kategori dilihat dari siswa yang memiliki prestasi yang
baik merupakan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik
juga. Dilihat dari saat memberikan soal-soal tentang kemampuan pemecahan
masalah. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal yang
membutuhkan aspek pemahaman, perencanaan, penyelesaian dan menemukan
hasil sendiri.
Saat proses pembelajaran yang dilakukan diketahui banyak siswa yang
memiliki karakterisik berbeda beda dalam memecahkan masalah matematika.
Untuk itu guru perlu memberikan sesuatu yang menarik sehingga membuka jalan
pikiran siswa dan siswadapat berpikir terbuka dan memiliki beragam
pengetahuan, wawasan dan pemahaman yang lebih luas dalam proses belajar.
Sehingga pembelajaran matematika dianggap sebagai pembelajaran yang
menyenangkan. Kurangnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya latihan-latihan.
Menghadapi realita tersebut maka dalam pembelajaran matematika
diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya.
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 3
Sebagai alternatif lain yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa yaitu dengan pendekatan pembelajaran yang didukung
dengan pemberian soal terbuka (open-ended problem). Menurut Aini, I. N
(2016:33) soal Open-Ended membahas dan memecahkan masalah, dengan asumsi
bahwa proses lebih utama daripada hasil, yang menekankan pada upaya
pemecahan masalah, dengan merumuskan permasalaha terlebih dahulu. Karena
suatu soal dikatakan soal pemecahan masalah apabila siswa memiliki kemampuan
dan pengetahuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat memperoleh soal itu
siswa belum tahu cara menyelesaikannya. Sedangkan masalah yang baik adalah
masalah yang dapat dipecahkan lebih dari satu cara atau metode dengan melihat
kemampuan siswa dalam menumbulkan minat untuk memecahkan masalahnya.
Hal ini berkaitan dengan pendapat Sroyer, A (2013:32) yang berpendapat
bahwa pendekatan Open-Ended pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah terbuka yang didapat dijawab dengan banyak cara/metode penyelesaian
atau jawaban benar yang bermacam-macam. Dengan bermacam-macam
penyelesaian dan jawaban tersebut, maka memberikan kebebasaan dan
keleluasaan peserta didik dalam mengaitkan kemampuan pemecahan masalah
sesuai dengan tingkat kemampuan dan keingginan peserta didik itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka diharapkan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project mampu meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
dengan mengerjakan soal berbasis Open-Ended, khususnya pada mata pelajaran
matematika. Dengan pembelajaran Missouri Mathematics Project siswa dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan cara menyelesaikan
soal-soal matematika menggunakan strategi atau cara, sehingga siswa tidak hanya
sekedar paham dengan konsep matematika, tetapi siswa mampu untuk
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah siswa pelajari untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam situasi yang berbeda.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Ada Pengaruh
Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) Berbasis Soal Open-
Ended terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019.
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 4
Dari permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan: Untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa mengenai soal berbasis Open-
Ended setelah menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematic Project
(MMP) pada kelas VII SMP Xaverius Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019.
Adapun manfaat pada penelitian ini adalah 1). Siswa, memberikan
kesenangan kepada siswa dalam belajar matematika sehingga saat diberikan soal
dapat mencapai kemampuan pemecahan masalah matematika sesuai dengan
indikator-indikator yang diharapkan dan minimal dalam kategori baik. 2). Guru
sebagai, informasi beserta masukan bagi guru dalam mengajarkan matematika
kepada siswa sehingga ketika belajar matematika siswa tidak merasa bosan.
B. KAJIAN TEORITIK
Missouri Mathematics Project
Model Missouri Mathematics Project adalah suatu model pembelajaran
matematika yang ditemukan oleh Good dan Grouws, pada program penelitian
tahun yang dilakukan pada pertengahan tahun 1970 dan awal tahun 1980 dan
diterapakan di Universitas Missouri.
Menurut Susanto, dkk (2015:155) menyatakan bahwa Model Missouri
Mathematics Project adalah salah satu model pembelajaran yang telah disusun
dengan pengembangan ide dan perluasan konsep matematika dengan disertai
adanya latihan soal baik itu berkelompok maupun latihan mandiri serta gabungan
antara aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada model pembelajaran Missouri
Mathematics Project ini siswa diberikan kebebasan untuk berpikir secara individu
maupun berkelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh
guru yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Menurut Rahmi, D & Arifa, R
(2015:28) model Missouri Mathematics Project merupakan suatu model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika dengan
menerapkan rencana kerja dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Ansori, H & Wulandari, T (2013:78) menambahkan bahwa Model
Missouri Mathematics Project merupakan suatu program yang di rancang untuk
membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa
mencapai peningkatan yang luar biasa. Penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project menempatkan siswa tidak hanya menjadi objek saja tetapi
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 5
juga menjadi subyek yang aktif baik melalui diskusi berkelompok maupun latihan
mandiri.
Berdasarkan beberapa pendapat (Susanto, dkk (2015:155) dan Ansori, H &
Wulandari, T (2013:78)), adapun langkah-langkah pembelajaran model Missouri
Mathematics Project (MMP) adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau Review
Guru dan siswa mengulas ulang apa yang telah dipelajari pada pelajaran yang
laluatau membahas PR dan Guru memberikan motivasi siswa.
2. Pengembangan atau Development
Guru menjelaskan materi dengan menanamkan atau menyajikan konsep atau
ide baru.
3. Latihan Terkontrol atau Cooperative work
Guru membentuk atau membagi kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja
Project (LKP)
4. Latihan Mandiri atau Seatwork
Guru membagi tugas secara individu. Kemudian siswa mengerjakan latihan
secara mandiri.
5. Penutup
Siswa membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian
guru memberikan tugas atau latihan pekerjaan rumah (PR)
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model Missouri Mathematics Project
sebagaimana dikemukakan oleh Widdiharto, Rachmadi (2013:28):
Kelebihan Missouri Mathematics Project adalah: Dalam proses belajar
mengajar banyak materi yang bisa tersampaikan kepada peserta didik karena tidak
terlalu banyak memakan waktu. Banyak latihan sehingga peserta didik mudah
terampil dalam mengerjakan beragam soal.
Kekurangan Missouri Mathematics Project adalah: Guru kurang bisa
menempatkan peserta didik yang kurang aktif pada posisi yang aktif.
Open-Ended
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan ingatan tentang ide-ide yang
pernah didengar, kreatif, kongitif tinggi, krisis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosilalisasi. Siswa dituntut untuk mengembangkan metode, cara
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 6
atau pendekatan yang bervarisasi dalam memperoleh jawaban. Selanjutnya siswa
juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan
demikian pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada hasil yang akan
membentuk beragam pola pikir, keterbukaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yudhanegara, R. M & Lestari, K.
(2015:41) mengemukakan bahwa Open-Ended adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan memberikan suatu permasalahan yang memiliki banyak
jawaban atau metode penyelesaian dan jawaban tersebut benar yang beragam.
Sejalan dengan pendapat Hasnawati, dkk (2015:81) masalah Open-Ended adalah
masalah yang memiliki lebih dari satu jawaban benar. Kegiatan ini dapat
terlaksana dengan adanya kombinasi pengetahuan awal siswa, keterampilan, dan
pola pikir siswa itu sendiri yang berasal dari pelajaran sebelumnya.
Lanjut lagi pendapat menurut Ngalimun (Santoso, dkk, 2013:36), masalah
open-ended adalah menyajikan permasalahan dengan pemecahan masalah
berbagai cara (flexibility), atau beragam solusi jawaban setiap penyelesaian.
menggunakan soal Open-Ended dapat memberikan siswa banyak pengalaman
dalam menafsirkan masalah dan mendapatkan kemungkinan untuk
membangkitkan ide atau gagasan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu
masalah dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Langkah Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Open-
Ended.
1. Pendahuluan atau Review
a) Guru mengulas materi sebelumnya dengan memberikan masalah Open-
Ended yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan atau membahas
PR.
b) Guru memotivasi siswa dengan memberikan manfaat dari pembelajaran
pada materi tersebut.
2. Pengembangan atau Development
a) Guru menjelaskan materi melalui kegiatan berupa penyajian ide-ide baru.
b) Guru memberikan masalah Open-Ended yang berkaitan dengan materi yang
telah diberikan.
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 7
3. Latihan Terkontrol atau Cooperative Work
a) Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang.
b) Guru membagikan Lembar Kerja Project (LKP) yang berisi pertanyaan
masalah Open-Ended yang harus diselesaikan oleh siswa
c) Siswa diminta bekerjasama secara kelompok untuk mendiskusikan masalah
Open-Ended yang diberikan. Dengan demikian diharapkan diskusi
kelompok akan dapat memunculkan ide pada tiap siswa sehingga nantinya
kreativitas siswa meningkat.
4. Latihan Mandiri atau Seatwork
a) Guru membagi tugas kepada siswa secara individu.
b) Siswa diminta mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah Open-Ended
secara mandiri. Setelah selesai mengerjakan soal, siswa diminta untuk
mengumpulkan lembar penyelesaiannya kepada guru.
5. Penutup.
a) Guru bersama siswa menyimpulkan kemudian siswa membuat ringkasan
tentang konsep atau ide yang terdapat pada permasalahan yang telah
dipelajarin.
b) Guru memberikan tugas berupa Pekerjaan Rumah (PR).
Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Harahap, E.R., & Surya E,. (2017:45) Pemecahan masalah
matematika merupakan suatu aktivitas kognitif sebagai proses untuk mengatasi
suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan sejumlah
strategi atau cara. Selanjutnya menurut Siagian, P & Sirait, F (2016:48),
pemecahan masalah adalah hal yang sangat penting dan menjadi tujuan utama
dalam pengajaran matematika yang artinya kemampuan pemecahan masalah
merupakan kemampuan dasar matematika. Kemampuan menggolongkan dan
mengatur berbagai strategi yang diperlukan pada saat proses berpikir selama
memecahkan masalah.
Menurut Muslim, R. S (2014:2) pemecahan masalah adalah suatu proses
untuk mengatasi berbagai macam kesulitan yang ditemui dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Sejalan dengan teori pemecahan masalah menurut polya dalam
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 8
Radiyaul & Hadi, S (2014:54) mengartikan bahwa pemecahan masalah sebagai
suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai tujuan yang
tidak begitu segera dapat dicapai. (Ansori, H & Wulandari, T, 2013:77)
kemampuan pemecahan masalah penting bagi siswa sehingga perlu diikutsertakan
dalam kegiatan pembelajaran matematika. Secara umum, Pemecahan masalah
juga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika
karena tujuan yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Polya (dalam Wahyudin, 2008 : 367)
Berdasarkan beberapa pendapat Mawaddah, dkk (2015:168) & Afriansyah,
dkk (2016:246) memberikan alternatif pemecahan masalah yang harus ditempuh
melalui empat tahap, yaitu: (1) memahami persoalan; (2) Membuat rencana
pemecahan masalah; (3) Melakukan perhitungan; (4) memeriksa kembali
jawaban.
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
eksperimen dan desain penelitian yang digunakan adalah True Eksperiment
Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. True Eksperiment
adalah sampel yang digunakan, baik untuk kelompok eksperimen maupun sebagai
kelompok kontrol diambil secara acak (random) dari populasi tertentu
(Yudhanegara, R. M. & Lestari, K,2015:125).
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Xaverius Lubuklinggau
yang beralamat di Jl. Garuda No. 139, Lubuk Aman, Lubuklinggau Barat 1 dan
Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019.
Sampel atau Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 113 siswa yang terdiri
dari 4 kelas yaitu siswa kelas VIIA, VIIB, VIIC dan siswa kelas VIID. Sampel
dalam penelitian ini diambil secara acak (sampel random) dengan cara
pengundian dan pengambilan sampel terdapat pada kelas VIIC sebagai kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan model Missouri Mathematics Project
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 9
(MMP) dan kelas VIID sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran
konvensional.
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Dalam
penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (Pre-Test) dan
sesudah (Post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre-test dan Post-
Test dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian. Instrumen lembar tes
digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dalam menyelesaikan soal Bilangan bulat disusun berdasarkan indikator-indikator
dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Adapun penilaian
kemampuan pemecahan masalah yang di modifikasi dari (Radiyatul & Hadi, S,
2014:57) adalah sebagai berikut.:
Tabel 1.
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Memahami
Masalah
Membuat Rencana
Pemecahan Masalah
Melakukan
Perhitungan
Memeriksa
Kembali
Jawaban
0 Salah
Menginterpre
stasikan/sala
h sama sekali
Tidak ada rencana,
membuat rencana yang
tidak relevan
Tidak
melakukan
perhitungan
Tidak ada
pemeriksaan
atau tidak ada
keterangan lain
1 Salah
menginterpre
stasikan
sebagian
soal,
mengabaikan
kondisi soal
Membuat rencana
pemecahan yang tidak
dapat dilaksanakan,
sehingga rencana itu
tidak mungkin dapat
dilaksanakan.
Melaksanakan
prosedur yang
benar dan
mungkin
menghasilkan
jawaban yang
benar tapi salah
perhitungan
Ada
pemeriksaan
tetapi tidak
tuntas
2 Memahami
masalah soal
selengkapnya
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
hasil/tidak ada hasil
Melakukan
proses yang
benar dan
mendapatkan
hasil yang benar
Pemeriksaan
dilaksanakan
untuk melihat
kebenaran
proses
3 - Membuat rencana yang
benar, tetapi belum
lengkap
- -
4 - Membuat rencana sesuai
dengan prosedur dan
mengarah pada solusi
yang benar
- -
Skor
Maksimal 2
Skor Maksimal 4 Skor Maksimal
2
Skor Maksimal
2
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 10
Data hasil tes dianalisis secara kuantitaf. Dalam tes ini terdapat aspek-
aspek pemecahan masalah yang dinilai dengan pemberian skor.Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di setiap aspeknya maka perlu
dihitung persentase tiap aspek. Penghitungan persentase setiap aspek pemecahan
masalah siswa dengan cara:
Nilai Presentase =
x 100%
Skor dari setiap aspek pemecahan masalah dijumlahkan dari semua butir
tes. Setelah itu, persentase setiap aspek dan persentase setiap aspek dihitung
dengan menggunakan rumus di atas. Kemudian, persentase tersebut diberikan
kriteria sebagai berikut.
Tabel 2.
Kriteria Penggolongan Kemampuan Pemecahan Masalah
Nilai Kriteria
80-99
60-79
40-59
20-39
0-19
Baik Sekali
Baik
Cukup
Rendah
SangatRendah
Analisis data
Analisis data menggunakan uji normalitas menggunakan Chi Kuadrat (x2),
uji homogenitas menggunakan uji F dan uji hipotesis setelah diberi perlakuan
menggunakan uji t. Sedangkan data akhir menggunakan uji normalitas
menggunakan Chi Kuadrat, uji homogenitas menggunakan uji F dan uji hipotesis
setelah diberi perlakuan menggunakan uji t.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Deskripsi data
Secara ringkas hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada
kedua kelompok disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Data Hasil Pre-test dan Post-test Deskripsi Eksperimen Kontrol
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Skor Total 335 529 301 486
xmax 24 40 20 36
xmin 1 3 0 1
11,96 22,04 10,75 17,39 S 6,18 11,07 5,29 9,34
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 11
Dari data pre-test dan post-test di atas dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah siswa. Rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen pada pre-test adalah
sebesar 11,96 dan pada saat post-test adalah sebesar 22,04. Hal ini berarti terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 10,08. Sedangkan
rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
kontrol pada pre-test adalah sebesar 10,75 dan pada saat post-testadalah sebesar
17,39. Hal ini berarti terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
sebesar 6,64.
Pengujian Persyaratan Data
Data yang diperoleh sebelum perlakuan meliputi data hasil pretest
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistic mengenai uji normalitas data
dengan taraf signifikansi = 0,05, jika x2
hitung < x2
hitung maka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal dan jika x2
hitung > x2hitung maka data
berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil uji
normalitas data pre-test sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test
No Kelas Dk
Kesimpulan
1 Eksperimen 4,0266 5 11,070 Berdistribusi normal
2 Kontrol 5,7598 5 11,070 Berdistribusi normal
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas
untuk data rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistic mengenai uji homogenitas
varians dengan taraf signifikansi = 0,05, jika Fhitung <Fhitungmaka varians dua
kelompok data homogen (terima Ho) dan jika Fhitung >Fhitung maka varians dua
kelompok data tidak homogen (terima Ha). Berdasarkan hasil perhitungan
(lampiran C), rekapitulasi hasil uji homogenitas pre-test sebagai berikut:
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 12
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Tes Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Pre-test 1,36 27:27 1,90 Homogen
Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas data menggunakan uji F
dengan dk1 = (28-1) dk2 = (28-1) dan taraf signifikansi = 0,05. Diatas
menunjukkan bahwa Fhitung1,36 < Ftabel 1,90, maka dapat disimpulkan bahwa
varians data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
3. Uji kesamaan Dua Rata-rata.
Uji kesamaan Dua Rata-rata disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes thitung Dk tabel Kesimpulan
Pre-test 0,21 54 2,01 Terima Ho
Berdasarkan kriteria pengujian dengan taraf signifikansi = 0,05, dk n1 +
n2 – 2 = 54 dan uji dua pihak menunjukan bahwa thitung (0,21) < ttabel (2,01). Maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Tidak terdapat
perbedaan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Data yang diperoleh setelah perlakuan meliputi data hasil post-test
pemecahan masalah matematika siswa.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistic mengenai uji normalitas data
dengan taraf signifikansi = 0,05, jika x2
hitung <x2
hitungmaka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal dan jika x2
hitung >x2
hitung maka data berdistribusi
tidak normal.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil uji
normalitas data pre-test sebagai berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test
No Kelas Dk
Kesimpulan
1 Eksperimen 2,2700 5 11,070 Berdistribusi normal
2 Kontrol 3,6172 5 11,070 Berdistribusi normal
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas
untuk data rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 13
2. Uji Homogenitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistic mengenai uji homogenitas
varians dengan taraf signifikansi = 0,05, jika Fhitung <Fhitung maka varians dua
kelompok data homogen (terima Ho) dan jika Fhitung >Fhitung maka varians dua
kelompok data tidak homogen (terima Ha).
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil uji
homogenitas post-test adalah:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Tes Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Pre-test 1,40 23:27 1,94 Homogen
Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas data menggunakan uji F
dengan dk1 = (24-1) dk2 = (28-1) dan taraf signifikansi = 0,05. Diatas
menunjukkan bahwa Fhitung 1,40 < Ftabel 1,94, maka dapat disimpulkan bahwa
varians data post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata disajikan dalam tabel berikut:
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan Uji t dilakukan pada taraf
signifikansi 5% dengan df = 50, diperoleh nilai thitung = dan ttabel =
. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan
uji t. pada tabel 9.
Berdasarkan kriteria pengujian dengan taraf signifikan 0,05 dk = n1 +
n2 – 2 dan uji satu pihak menunjukkan bahwa thitunng
(1,6934)> ttabel (1,6905. Maka H0 ditolak Ha diterima. Sehingga hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terbukti. Hal ini berarti rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh
model Missouri Mathematics Project berbasis soal Open-Ended terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Uji-t Post-test Kemampuan
Pemecahan Masalah
Matematika Siswa
Tes thitung Dk ttabel Kesimpulan
post-test 1,6934 50 1,6905 H0ditolak Haditerima
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 14
Pembahasaan
Penelitian ini dilaksanakan dikelas VII SMP Xaverius Lubuklinggau tahun
pelajaran 2018/2019 selama kurang lebih satu bulan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan tujuan
untuk mengetahui hasil pengaruh model Missouri Mathematics Project tehadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di SMP Xaverius
Lubuklinggau. Pada penelitian ini diberikan tujuh butir soal tetapi dalam
menganalisis hasil jawaban siswa hanya empat butir soal yang dianalisis karena
tiga butir soal diantaranya tidak termasuk kedalam soal pemecahan masalah.
Peneliti pada kelas eksperimen melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model Missouri Mathematics Project Pada pertemuan pertama ini
siswa masih sangat merasa kesulitan menyelesaikan masalah yang ada dalam LKP
dikarenakan siswa terbiasa mengerjakan soal secara langsung. Masalah ini dapat
diatasi dengan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa untuk
menjawab permasalahan berdasarkan rancangan penyelesaian yang sesuai dengan
langkah-langkah serta memotivasi siswa agar dapat bekerja sama dan tidak hanya
mengandalkan satu orang saja di dalam kelompok.
Pada pertemuan kedua, masih ada siswa yang merasa sedikit kebingungan
ketika menemukan masalah baru dengan menyelesaiakan sesuai dengan langkah-
langah pemecahan masalah. Peneliti mengatasi ini dengan selalu membimbing
kegiatan siswa kemudian memberikan arahan dalam menyelesaiakan masalah
baru. Setelah mendapatkan hasil, setiap perwakilan kelompok mengumpulkan
hasil diskusinya kemudian guru memberikan latihan mandiri. Pada pertemuan
ketiga, ini siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan menerpakan model Missouri
Mathematics Project. Siswa juga sudah terbiasa bekerja sama atau berkolaborasi
dalam tim yaitu siswa melakukan diskusi seperti pertemuan sebelumnya. Pada
tahap ini indikator kemampuan pemecahan masalah yang terlihat adalah siswa
sudah cukup mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan baik, yaitu mampu
menyelesaiakan masalah open-ended.
Pada pertemuan ini siswa sudah dapat bekerjasama dengan baik antar
anggota kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 15
lebih aktif bertanya jika mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah atau kurang memahami materi. Permasalahan-permasalahan yang dialami
dalam setiap langkah-langkah dalam setiap pertemuan dapat diatasi oleh peneliti
dengan baik, yaitu dengan memberikan arahan dan bimbingan serta
membangkitan semangat mereka.
Setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project pada kelas eksperimen selama 3 pertemuan, maka
pertemuan selanjutnya peneliti melakukan post-test pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol menggunakan soal yang sama dengan soal pre-test. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
setelah dilaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis data kemampuan akhir (post-test) siswa diperoleh
bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Hal ini
dilihat dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen
sebesar 22,04 dan kelas kontrol sebesar 17,39. Dengan sehingga terjadi perbedaan
sebesar 4,65. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05 dan
dk = 50, pada perhitungan post-test diperoleh thitung > ttabel , yaitu 1,6934 > 1,6905,
maka Ha diterima dan hipotesis terbukti. Hal ini berarti rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah kelas kontrol.
Rata-rata skor total setiap indicator kemampuan pemecahan masalah siswa
dari post-test kelas eksperimen dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 10 Dapat dilihat bahwa indikator yang berkategori baik
yaitu indikator melakukan perhitungan sebesar 75% sedangkan indikator yang
Tabel 10.
Rata-Rata Skor Total Setiap Indikator Kelas Eksperimen No Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah
Rata-rata skor total kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas
eksperimen
Jumlah
Skor
Presentase Kategori
1 Memahami Masalah 126 65,62% Baik
2 Membuat Rencana Pemecahan Masalah 138 35,93% Rendah
3 Melakukan Perhitungan 144 75% Baik
4 Memeriksa Kembali Jawaban 121 63,02% Baik
Keseluruhan 529 61,60% Baik
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 16
berkategori rendah yaitu pada indikator membuat rencana pemecahan masalah
sebesar 35,93%. Pada indicator melakukan perhitungan dikatakan bahwa
kemampuan siswa dalam melakukan proses hasil sudah baik, dimana siswa masih
sangat rendah dan ada juga siswa yang tidak membuat rencana pemecahan
masalah, disebabkan karena siswa kurang terbiasa dalam mengubah atau membuat
rencana pemecahan masalah dan masih monoton mampu menghitung hasil dengan
jelas dan detail. Pada indikator membuat rencana pemecahan masalah bahwa
siswa banyak membuat rencana menggunakan cara yang telah diajarakan saja.
Hal ini dapat dilihat juga dari hasil post-test salah satu jawaban siswa di
kelas eksperimen pada gambar di bawah ini:
1. Hasil pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah Open-Ended
Gambar 1. Jawaban LN pada soal nomor 3
Pada soal ini Subjek LN mampu memahami masalah dengan baik
sehingga mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Rencana
atau rumus yang digunakan tepat dan jawaban disajikan secara lengkap dan
benar langkah awal yang dilakukan LN adalah mengaitkan informasi yang
sudah ditulis melalui rumus untuk memperoleh solusi dari masalah yang
diberikan. Sehingga Subjek LN mampu menyelesaikan soal dengan model
Missouri Mathematics Project.
2. Hasil pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah Open-Ended
Gambar 2. Jawaban LN pada soal nomor 5
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 17
Pada soal ini Subjek LN sudah menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan namun LN mampu menyelesaikan soal ini karena dalam
menentukan rencana atau rumus lengkap. LN mampu membuat rencana
pemecahan masalah yang relevan untuk untuk memecahkan masalah yang
tepat dan menentukan keterkaitan antara informasi yang didapat pada
soal.Sehingga dalam penyelesaian soal, LN belum mampu menyelesaikan
soal Open-Ended.
3. Hasil pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah Open-Ended
Gambar 3. Jawaban LN pada soal nomor 6
Pada soal ini Subjek LN sudah menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan pada lembar jawaban dan tepat pada soal yang diberikan Rencana
atau rumus yang digunakan kurang lengkap. Proses penyelesaian masalah
yang dilakukan LN jelas, lengkap dan benar. Sehingga Subjek LN mampu
menyelesaikan soal pemecahan masalah.
4. Hasil pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah Open-Ended
Gambar 4. Jawaban LN pada soal nomor 7
Pada soal ini Subjek LN sudah menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan. Rencana atau rumus yang digunakan tepat sehingga
menghasilkan jawaban yang tepat Dalam penyelesaian soal, LN dapat
menentukan operasi bilangan bulat. Sehingga Subjek LN mampu
menyelesaikan soal dengan model Missouri Mathematics Project.
Berdasarkan perolehan rata-rata skor siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dan
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 18
pembelajaran konvensional, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
baik kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Hasil penelitian
ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya
terkait dengan penggunaan model Missouri Mathematics Project dalam
pembelajaran. Rahmi, D & Arifa, R (2015:33) menyatakan bahwa siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika dengan model Misspuri Mathematics
Project lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data, hasil hipotesis yang telah diuji dengan
menggunakan uji-t dimana (1,6934) > ttabel (1,6905). Maka H0 ditolak Ha
diterima, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Dapat
disimpulkan bahwa “Ada pengaruh model Missouri Mathematics Project dengan
berbasis soal Open-Ended terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2018/2019”.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan Analisis dan pembahasaan yang dilakukan peneliti tentang
pengaruh model Missouri Mathematics Project berbasis soal Open-Ended
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Xaverius
Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa menggunakan model Missouri Mathematics Project
lebih dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini berarti “Ada pengaruh model Missouri
Mathematics Project berbasis soal Open-Ended terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas VII SMP Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2018/2019.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal
yang disarankan oleh peneliti, yaitu:Model Missouri Mathematics Project dapat
dijadikan sebagai alternative bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
1. Kepada pendidik yang ingin menggunakan model Missouri Mathematics
Project disarankan untuk dapat melakukan persiapan dan perencanaan yang
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 19
lebih matang untuk membuat perencanaan pembelajaran maupun dalam
penerapan.
2. Kepada sekolah untuk menerapkan model Missouri Mathematics Project
sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang ada
disekolah.
3. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menggunakan model Missouri
Mathematics Project agar dapat membiasakan siswa menyelesaikan soal secara
sistematis sesuai dengan langkah penyelesaian sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Peneliti juga harus merencanakan
pembelajaran dan waktu pembelajaran serinci mungkin serta mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang akan
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, dkk. 2016. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
ditinjau Melalui Model Pembelajaran SAVI dan Konvensional. 2(2).
Ansori, H & Irsanti, A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Di SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika. 3(1), 49-58.
Ansori, H & Wulandari, T. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project terhadap Kemampuan Pemecahan Siswa dalam
Memecahkan Masalah. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika. 3(1), 76-
81.
BSNP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTS.
Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta.
Harahap, E.R., & Surya E,. 2017. Kemampuan Pememcahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel.
Edumatica. 7(1).
Hasnawati, dkk. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Open-
Ended Siswa Kelas VII-2 SMPN 3 Kulisusu Melalui Pendekatan Pengajuan
Masalah Pada Pokok Bahasan Segi Empat. Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika. 3(1).
Mawaddah, dkk. 2015. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Generatif (Generative Learning) Di SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika. 3(2), 166-175
1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau,
2dan3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 20
Muslim, R. S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Student Facilitator And
Explaining Dalam Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Siswa SMK Di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. 1(1),
1–9.
Radiyatul & Hadi, S. 2014. Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya Untuk
mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematis
di sekolah Menengah Pertama.EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika.
2(1), 53-61.
Rahmi, D & Arifa, R,. 2015. Pengaruh Penerapan Model Missouri
MathematicsProject Terhadap Kemampuan KomunikasiMatematika Siswa
SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru. Suska Journal of Mathematics Education. 1(1).
Siagian, P & Sirait, F,. 2017. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif TIPE Think-Pair-
Share dan Student Team Achievement Division Berbantuan Geogebra Pada
Materi Transformasi Di Kelas XI SMA Negeri 7 Medan. Jurnal Inspiratif.
3(3).
Sroyer, A. 2013. Pendekatan Open-Ended (Masalah, Pertanyaan dan Evaluasi
dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. 2(2).
Susanto, dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project dalam Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Sub
Pokok Bahasan Menggambar Grafik Fungsi Aljabar Sederhana dan Fungsi
Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Balung Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2913/2014. 4(2), 153-162.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika. SMP.
PPPG, Yogyakarta
Yudhanegara, R. M & Lestari, K. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Refika Aditama.