PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON...
Transcript of PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON...
PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON ASSET
BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN PERIODE 2011-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ENDAH PUTRI DEWANTI
NIM. 1112046100147
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Endah Putri Dewanti
Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Komplek BLKI B5 No. 23, Jelupang, Serpong Utara
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 2012 – 2016 : Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Perbankan
Syariah
Tahun 2009 – 2012 : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Serpong
Tahun 2000 – 2006 : SD Negeri Pelita Dua
Tahun 1999 – 2000 : TK Islam Al Istiqomah
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2009 – 2011 : Anggota Penari Saman Saturala SMAN 7 Kota Tangsel
Tahun 2012 – 2013 : Anggota HMPS Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Tahun 2012 – 2013 : Kader HMI Komfaksy
PENGALAMAN KERJA
1. Magang di Bank Indonesia Institute sebagai fasilitator di Divisi Pelaksanaan
Program Pembelajaran dari tanggal 27 Mei s.d 23 Juni 2016.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
metode pemisahan terhadap return on asset bank umum syariah hasil pemisahan di
Indonesia pada periode 2011-2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi triwulanan.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan regresi data panel. Objek yang diteliti
adalah empat bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI Syariah, BJB Syariah,
BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah.Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF),
Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemisahan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah
hasil pemisahan. Hasil ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak
melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan
tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta kebijakan dari
bank umum konvensional. Untuk melakukan pemisahan tidak dapat dilakukan
dengan cara terburu-buru, harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang.
Kata Kunci: metode pemisahan, Return On Asset (ROA), bank umum syariah,
regresi data panel.
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze the effect of spin-off
methode to return on asset of Islamic banks resulted from spin-off in the periode
2011 until 2016. The methode used in this research is quantitative methode using
secondary data from quarterly published financial statements. This research used
panel regression with random effect model. The objects used in this study were four
Islamic banks resulted from spin-off, they are BNI Syariah, BJB Syariah BRI
Syariah and Bank Bukopin Syariah. The variabel in this research is spin-off
methode which is used as dummy variabel, Non Performing Finance (NPF), Capital
Adequacy Ratio (CAR), BOPO and Financing to Deposit Ratio (FDR).
The result showed that spin-off methode doesn’t have a significant effect
on the Return On Asset (ROA) Islamic Banks from spin-off result. Only BOPO and
Non Performing Finance (NPF) had a significant effect on Return On Asset (ROA).
These result indicate that the Islamic business units that want to do the spin-off can
choose one of two methodes of spin-off depends on internal condition of Islamic
business unit and the internal policies of conventional commercial bank. Spin-off
can not be done in a hurry, must be planned and prepared carefully.
Keywords: spin-off methode, Return On Asset (ROA), Islamic banking, panel
regression.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi rabbil’alamiin, segala puji serta syukur kepada Allah SWT
yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pemisahan
Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode 2011-
2016”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapa rasa hormat dan terima
kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada segenap pihak
yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai
rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua Ayahanda Suratmin dan Ibunda Sumiyanah, yang telah
memberikan nasihat, semangat dan doa sepanjang waktu. Terima kasih atas
kesabaran, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Semoga
Ayah dan Ibu selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan selalu diberkahi Allah
SWT.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya hormati.
ix
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya
hormati.
4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si. dan Ibu Fitri Damayanti, M.Si., selaku ketua
dan sekretaris jurusan perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu mahasiswa/i passing
out.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku ketua dan
sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa/i prodi
Muamalat.
6. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
7. Seluruh dosen dan segenap staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya konsentrasi perbankan syariah yang
telah memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.
8. Adik-adikku Wahyu Dwi Prasetyo dan Khalisya Pratiwi, yang selalu
memberikan dorongan semangat dan doa. Semoga kelak kita semua bisa
membahagiakan dan membuat bangga Ayah dan Ibu.
x
9. Teman-teman PS D angakatan 2012 khususnya sahabat-sahabatku selama
kuliah Vita, Qori, Isa, Givela dan Rini serta teman-teman lainnya. Banyak sekali
kenangan-kenangan baik itu suka maupun duka yang telah kita lalui bersama
selama masa perkuliahan. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita
semua segera mencapai kesuksesan.
10. Sahabat-sahabatku tersayang Ira, Putri, Cynthia, Dian, Aryo, Pipah, Fauzi, dan
Dinda yang selalu memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi suka maupun
duka. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat.
11. Teman-teman seperjuangan PS 2012 serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang dengan sepenuh hati telah memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis mendoakan agar Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala dukungan dan kebaikan kalian
dalam membantu proses penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Jakarta, 25 Oktober 2016
Endah Putri Dewanti
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 10
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 11
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah ........................................... 14
1. Pengertian Perbankan Syariah .......................................................... 14
2. Pengertian Unit Usaha Syariah ........................................................ 15
3. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah ............................................. 16
B. Tinjauan Teori Profitabilitas .................................................................. 18
1. Return On Asset (ROA) ................................................................... 20
C. Tinjauan Teori Pemisahan ...................................................................... 21
1. Definisi Pemisahan ........................................................................... 21
2. Jenis Pemisahan ............................................................................... 22
D. Capital Adequacy Ratio (CAR) ............................................................. 25
E. Non Performing Finance (NPF) ............................................................. 26
F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .............. 27
G. Financing to Deposit Ratio (FDR) ......................................................... 28
H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Keuangan ........................................ 29
xii
I. Kaitan Rasio Keuangan dengan Return On Asset (ROA) ...................... 31
J. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 33
K. Kerangka Konseptual ............................................................................. 38
L. Hipotesis ................................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 41
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 41
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 43
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 44
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 46
1. Model Regresi Data Panel ................................................................ 48
a. Model Common Effect ................................................................ 48
b. Model Fixed Effect ..................................................................... 49
c. Model Random Effect ................................................................. 50
2. Estimasi Model Regresi Data Panel ................................................. 51
a. Uji Chow .................................................................................... 51
b. Uji Hausman .............................................................................. 52
3. Pengujian Statistik ............................................................................ 53
a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ........................................................ 53
b. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ................................................. 55
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ............................... 55
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ........................ 57
1. BRI Syariah ...................................................................................... 57
2. Bank Syariah Bukopin ..................................................................... 58
3. BNI Syariah ...................................................................................... 58
4. BJB Syariah ...................................................................................... 59
B. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................... 59
xiii
C. Estimasi Model Regresi Data Panel ....................................................... 63
1. Uji Chow .......................................................................................... 63
2. Uji Hausman .................................................................................... 65
D. Uji Statistik ............................................................................................ 67
1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .............................................................. 67
2. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ....................................................... 71
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ..................................... 72
4. Persamaan Model Regresi ................................................................ 72
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 74
F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan terhadap Return On Asset
Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan .................................................. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 83
B. Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 86
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan ................ 4
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Industri Perbankan Syariah
............................................................................................................................... 5
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015 ................. 7
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ..................................................................... 33
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ............................................................................... 42
Tabel 4.1 Sejarah Singkat BUS Hasil Pemisahan .............................................. 57
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel ROA ..................................................... 60
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel CAR ..................................................... 60
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel NPF ...................................................... 61
Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel BOPO ................................................... 62
Tabel 4.6 Statistik Deskripstif Variabel FDR .................................................... 62
Tabel 4.7 Hasil Common Effect Model .............................................................. 64
Tabel 4.8 Hasil Fixed Effect Model .................................................................... 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow ................................................................................... 65
Tabel 4.10 Hasil Random Effect Model ............................................................. 66
Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman ........................................................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini masyarakat dunia diresahkan dengan
perkembangan ekonomi yang selalu fluktuatif, sehingga sulit diprediksi.
Melihat kondisi tersebut, kehadiran sistem perbankan syariah terutama di
Indonesia menjadi perhatian publik belakangan ini dikarenakan sistem
perbankan syariah memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan
dengan bank konvensional. Hal tersebut terbukti pada saat krisis keuangan
global yang disebut Subprime Mortage di Amerika Serikat pada tahun 2008-
2009 silam, bank syariah mampu menghadapinya dibandingkan bank
konvesional. Industri perbankan syariah mulai dikembangkan tidak hanya di
Indonesia melainkan juga di tingkat internasional, seperti yang terjadi di Mesir,
Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan lain-lain.
Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah beranjak memasuki usia
yang semakin matang. Dengan usia yang semakin matang maka langkah-
langkah perbaikan dalam pengembangan industri perbankan syariah pun
mengalami berbagai proses, terutama pada peraturan dan kebijakan pemerintah.
Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan pangsa pasar
bank syariah di Indonesia, karena sampai saat ini pangsa pasar bank syariah
masih di bawah 5%. Salah satu upaya pemerintah adalah diberlakukannya UU
No. 21 Tahun 2008 pada tanggal 16 Juli 2008 yang mengatur tentang Perbankan
2
Syariah di Indonesia. Salah satu isu krusial dalam hukum ini adalah tentang
adanya aturan-aturan mengenai kebijakan pemisahan unit usaha syariah miliki
bank konvensional sebagai bank induknya menjadi bank syariah tersendiri.
Adapun kriteria-kriterianya sebagaimana yang tertuang dalam pasal 68 ayat 1,
yakni bahwa Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS yang nilai asetnya
telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15
tahun setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 ini yaitu tahun 2023, maka
Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib melakukan pemisahan
UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri.
Setelah disahkannya UU No. 21 Tahun 2008, muncul trend baru
pembentukan bank syariah yang implementasinya dapat dilakukan melalui dua
metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah. Pertama,
bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang
relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis syariah kemudian
melepaskan dan menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi
tersebut menjadi bank umum syariah. Kedua, bank umum konvesional
melakukan pemisahan terhadap UUS miliknya dan dijadikan bank umum
syariah tersendiri.1
1 Alfi Wijaya, “Perbankan Syariah 2008 : Evaluasi, Trend, dan Proyeksi”, Karim Review.
Special Edition, Januari 2008, h. 2
3
Kebijakan pemisahan ini merupakan sebuah upaya pemerintah untuk
meningkatkan pangsa pasar bank syariah. Namun, sejak diberlakukannya UU
No.21/2008 hingga tahun 2015 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia
masih belum mencapai 5%. Berdasarkan data statistik perbankan syariah
mencatat pada tahun 2009 pangsa pasar bank syariah di Indonesia sebesar
2,61%, tahun 2010 sebesar 3,24%, tahun 2011 sebesar 3,98%, tahun 2012
sebesar 4,58%, tahun 2013 sebesar 4,89%, tahun 2014 sebesar 4,85%, dan
hingga Desember 2015 pangsa pasar perbankan syariah masih sebesar 4,83%
dari total aset perbankan secara nasional.2
Sejak tahun 2008-2015 sudah ada 12 bank umum syariah yang
beroperasi di Indoensia. Sampai saat ini bank umum konvensional yang
memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) terus melakukan usaha untuk melakukan
pemisahan terhadap unit usahanya dan mungkin untuk kedepannya akan
muncul bank-bank umum syariah baru yang terbentuk melalui pemisahan.
Untuk melakukan pemisahan dibutuhkan kesiapan dari unit usaha syariah untuk
memisahkan diri dari bank induknya. Ketika unit usaha syariah tersebut telah
memisahkan diri dan menjadi bank umum syariah tersendiri, biaya-biaya
operasional yang awalnya ditanggung oleh bank induk konvensional harus
ditanggung sendiri oleh bank syariah hasil pemisahan tersebut.
2 Data Statistik Perbankan Syariah OJK 2015
4
Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan, (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BNI Syariah - - 168,85 78,02 88,46 83,85 90,03 90,41
BJB Syariah - - 103,84 84,94 92,53 81,67 95,05 100,31
BRI Syariah 215,58 89,17 96,30 96,49 88,28 87,28 97,35 94,43
Bukopin
Syariah
187,84 112,5 93,90 93,99 93,36 91,43 97,00 94,00
Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Bank
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rata-rata BOPO
pada tahun pertama melakukan pemisahan nilainya di atas 100%, artinya pada
tahun pertama pemisahan unit usaha syariah dari bank induk konvensional akan
menaikkan nilai rasio BOPO. BNI Syariah pada periode pertama setelah pemisahan
yakni di kuartal II tahun 2010 meiliki nilai BOPO mencapai 304,60%, BJB Syariah
pada periode pertama setelah pemisahan di kuartal II tahun 2010 nilai BOPO
mencapai 117,04%, BRI Syariah pada periode pertama setalah pemisahan yakni
kuartal IV tahun 2008 nilai BOPO mencapai 215,58%, dan Bukopin Syariah pada
periode awal setelah pemisahan yakni dikuartal IV tahun 2008 nilai BOPO
mencapai 187,84%. Dengan tingginya nilai BOPO pada periode pertama pemisahan
menandakan bahwa sangat rendahnya tingkat efisiensi operasional bank umum
syariah hasil pemisahan pada periode pertama setelah pemisahan. Hal ini memberi
arti bahwa setelah dilakukannya pemisahan, kondisi bank syariah menjadi kurang
efisien daripada kondisi sebelum dilakukan pemisahan, yang ditandai dengan
tingginya nilai BOPO. Naiknya nilai BOPO dipengaruhi oleh adanya tambahan
5
biaya operasional yang selama ini ditanggung oleh bank induk konvensional kini
harus ditanggung sendiri oleh bank umum syariah hasil pemisahan tersebut. 3
Pada tahun 2008 sebelum dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, hanya
terdapat tiga bank umum syariah dan setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun
2008 jumlah bank umum syariah telah bertambah menjadi 12 bank, baru-baru ini
di tahun 2014 BTPN Syariah resmi beroperasi setelah melakukan proses konversi
dan pemisahan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah OJK per Juni 2015
di Indonesia sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun pertumbuhan Aset,
Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan industri perbankan syariah di
Indonesia.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan
Industri Perbankan Syariah
2011 2012 2013 2014 2015
Aset (Miliar Rp) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262
Pertumbuhan 49,17% 34,06% 24,23% 12,41% 8,78%
Pembiayaan (Miliar Rp) 102.655 147.505 184.122 199.330 212.996
Pertumbuhan 50,56% 43,69% 24,82% 8,26% 6,85%
DPK (Miliar Rp) 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
Pertumbuhan 51,80% 27,81% 24,42% 18,70% 6,11%
Sumber : Statistik OJK 2015
Pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada pertumbuhan aset, tahun 2011
pertumbuhan aset mencapai 49,17% lalu pada tahun 2012 pertumbuhannya mulai
mengalami penurunan menjadi sebesar 34,06%, hal tersebut terus berlanjut hingga
3 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 301
6
pada tahun 2015 pertumbuhan aset semakin rendah yakni sebesar 8,78%. Pada sisi
DPK juga mengalami penurunan laju pertumbuhan, tahun 2011 pertumbuhan DPK
mencapai 50,56% dan di tahun 2012 pertumbuhannya mulai menurun menjadi
sebesar 43,69% di tahun-tahun berikutnya pun mengalami penurunan, kemudian
pada tahun 2015 pertumbuhan DPK melambat menjadi sebesar 6,85%. Sama
halnya pada sisi pembiayaan, pada tahun 2011 pembiayaan mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 51,80% namun di tahun 2012 mulai menurun menjadi sebesar
27,81% kemudian penurunan laju pertumbuhan terus terjadi sampai pada tahun
2015 pertumbuhan pembiayaan semakin rendah yakni sebesar 6,11%. Berdasarkan
data di atas, jika diihat dari jumlah aset, DPK, dan pembiayaan selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, namun mulai tahun 2012 pertumbuhan baik dari sisi
aset, DPK, maupun pembiayaan mengalami penurunan laju pertumbuhan, padahal
pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti telah
terjadi penurunan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2012,
padahal seharusnya dengan adanya kebijakan pemisahan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perbankan syariah secara nasional.
Setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, banyak unit usaha syariah
memisahkan diri dari bank induk konvensional dan menjadi bank umum syariah
tersendiri dengan alasan ingin memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.
Dari sembilan bank umum syariah yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 21
Tahun 2008 hanya lima BUS yang melalui proses pemisahan UUS. Dua
diantaranya melakukan pemisahan murni yakni BNI Syariah dan BJB Syariah, dan
tiga bank lainnya melalui proses akuisisi, konversi, dan merger yaitu BRI Syariah,
7
Bukopin Syariah dan BTPN Syariah pada tahun 2014. Berikut data rasio keuangan
empat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)
2011 2012 2013 2014 2015
BNIS
ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43
NPF 2,42 1,42 1,13 1,04 1,46
BOPO 87,86 85,39 83,94 89,80 89,63
CAR 20,67 14,10 16,23 18,43 15,48
FDR 78,60 84,99 97,86 92,60 91,94
BJBS
ROA 1,23 0,67 0,91 0,72 0,25
NPF 0,41 2,10 1,16 3,87 4,45
BOPO 84,07 90,62 85,76 91,01 98,78
CAR 30,29 21,73 17,99 15,78 22,53
FDR 78,10 88,06 97,40 84,02 104,75
BRIS
ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,76
NPF 2,12 1,84 3,26 3,65 3,89
BOPO 99,25 86,63 95,24 99,77 102,70
CAR 14,74 11,35 14,49 12,89 13,94
FDR 90,55 103,07 102,70 93,90 84,16
BSB
ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,79
NPF 1,54 4,26 3,68 3,34 2,74
BOPO 93,86 91,59 96,73 96,77 91,99
CAR 15,29 12,78 11,10 14,80 16,31
FDR 83,66 92,29 100,29 92,89 90,56
Sumber : Laporan Keuangan Bank, 2015
Berdasarkan Tabel 1.3 merupakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah
hasil pemisahan periode 2011-2015. BNI Syariah selama periode 2011-2015 secara
umum cenderung mengalami kenaikan kinerja, hal ini dapat dilihat pada
meningkatnya nilai ROA pada tahun 2015, dan meningkatnya tingkat efisiensi yang
ditandai dengan menurunnya nilai BOPO di tahun 2015 walau sempat mengalami
kenaikan ditahun 2014. Dari sisi NPF mengalami peningkatan di tahun 2015 meski
8
begitu secara umum dari tahun 2011-2014 nilai NPF selalu menurun. BJB Syariah
pada periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dapat
dilihat dari menurunnya tingkat profitabiltas yang diindikasikan dari menurunnya
nilai ROA pada dua tahun terakhir. Tidak hanya itu, di tahun 2015 juga terjadi
penurunan tingkat efisiensi operasional, meningkatnya pembiayaan bermasalah,
dan menurunnya tingkat likuiditas yang ditandai dengan meningkatnya nilai BOPO
dan NPF serta menurunnya nilai FDR. Pada BRI Syariah periode 2011-2015
cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dilihat dari meningkatnya nilai
NPF dan BOPO pada tiga tahun terakhir. Serta terjadi penurunan tingkat likuiditas
yang ditandai dengan menurunnya nilai FDR. Dan pada Bukopin Syariah di periode
2011-2015 mengalami peningkatan kinerja, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
nilai ROA di tahun 2015 dan dari sisi permodalan juga mengalami peningkatan
yang ditandai dengan meningkatnya nilai CAR pada dua tahun terakhir.
Pembiayaan bermasalah juga semakin menurun yang ditandai dengan semakin
rendahnya nilai NPF di tiga tahun terkahir.
Berdasarkan kinerja Bank Umum Syariah hasil pemisahan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pemisahan dari
UUS menjadi BUS tidak selalu mengalami peningkatan kinerja tetapi juga terdapat
BUS hasil pemisahan yang mengalami penurunan kinerja, baik itu dengan cara
pemisahan murni maupun melalui akuisisi dan konversi. Terdapat beberapa
penelitian yang telah dilakukan terkait kebijakan pemisahan.
9
Nasuha4 melakukan penelitian pada tahun 2010-2011 terkait pengaruh
pemisahan terhadap kinerja bank syariah, dalam studinya menunjukkan bahwa
perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pemisahan
terjadi pada total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hamid5 dalam
penelitiannya menemukan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Ramdani6
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap jumlah laba operasional
PT Bank BNI Syariah. Al Arif7 melakukan penelitian terkait kebijakan pemisahan
dan dampaknya terhadap tingkat efisiensi, dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh negatif tehadap efisiensi industri
perbankan syariah di Indonesia.
Sementara Al Arif8 dalam studinya terkait dampak pemisahan tehadap
pembiayaan menemukan bahwa kebijakan pemisahan tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah hasil pemisahan. Selain itu,
Al Arif9 dalam studinya terkait tipe pemisahan dan pengaruhnya terhadap nilai aset
4 Amalia Nasuha, “Pengaruh Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol.
IV (2), Juli 2012, h. 257 5 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic
Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 123 6 Andreyanto Ramdani,” Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI
Syariah”, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), April 2015, h. 26 7 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 No. 2,
Mei 2015, h. 300 8 M. Nur Rianto Al Arif, “The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in
Indonesia Islamic Industry”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), Juni 2015, h. 182 9 M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan”, Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 2014, h. 175
10
menemukan bahwa tipe pemisahan tidak berpengaruh terdahap nilai aset bank
umum syariah hasil pemisahan.
Dengan melihat berbagai hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP
RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN
PERIODE 2011-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Sejak dikeluarkannya Undang Undang No.21 Tahun 2008 tentang
kebijakan pemisahan hingga tahun 2015, pangsa pasar Industri
Perbankan Syariah belum mencapai target 5%.
2. Dalam melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dapat meningkatkan
biaya operasional yang menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi
operasional pada periode pertama pemisahan.
3. Mulai tahun 2012 laju pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan
pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan tiap tahunnya.
4. Setelah melakukan pemisahan, beberapa Bank Umum Syariah hasil
pemisahan mengalami penurunan kinerja.
11
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana
pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah
hasil pemisahahan?”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap Return
On Asset pada bank umum syariah hasil pemisahan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi akademisi, dapat menambah referensi dan wawasan lebih luas tentang
kebijakan pemisahan serta metode-metode pemisahan dan pengaruhnya
terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah hasil pemisahan.
b. Bagi lembaga keuangan syariah, dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan sebelum melaksanakan kebijakan pemisahan apakah akan
menggunakan metode pemisahan murni atau melalui akuisisi, konversi dan
merger, serta memberikan kontribusi pemikiran untuk mengembangkan
metode pemisahan kedepannya.
12
c. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan terkait proses
pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan referensi serta inspirasi
untuk bahan penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab utama, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai isi keseluruhan dari penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang dipakai, yaitu mengenai
tinjaun umum tentang kebijakan pemisahan dan metode pemisahan yang meliputi ,
variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya
Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang
digunakan, seperti studi pustaka, dan pemaparan tentang data dan metode analisis
untuk data
13
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis yang dilakukan dan juga penjelasan temuan yang
didapat dari hasil penelitian tersebut, yaittu mengenai pengaruh metode pemisahan
terhadap Return On Asset (ROA).
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Pada
bab ini juga akan diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian dan saran-saran
yang dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian-penelitian mendatang.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah
1. Pengertian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa prancis, dan
dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/lemari atau bangku.
Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk
pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer).
Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah sebagai penyedia tempat
untuk menitipkan uang dengan aman serta sebagai penyedia uang untuk
transaksi bisnis.10
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalh riba yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank
Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
10 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012,
h. 2
15
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. 11
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik definisi
secara umum, yaitu bank syariah ialah lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara dalam menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat sesuai
prinsip Al-Qur’an dan Hadits (syariah).
b. Pengertian Unit Usaha Syariah
Menurut PBI No. 11 Tahun 2009 tentang Unit Usaha Syariah
yang dimaksud Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS
adalah unit kerja Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
11 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonsia, 2003, h. 27
16
Pada dasarnya sistem Unit Usaha Syariah sama seperti Bank
Umum Syariah, perbedaannya terletak pada status pendirian sistem
syariahnya. Pada Bank Umum Syariah statusnya independen dan tidak
bernaung di bawah sistem perbankan konvensional, sementara UUS
statusnya tidak independen dan masih bernaung di bawah aturan dan
sistem manajemen bank induk konvensional. Dengan demikian, dapat
kita pahami bahwa Uni Usaha Syariah merupakan unit usaha yang
dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariah dan dilakukan atau
dikelola melalui bank umum konvensional.
2. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah
a. Fungsi Perbankan Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI),
sebagai berikut12 :
1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana milik nasabah yang dipercayakan
kepada bank syariah.
12 M. Nur Rainto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Era Adicitra Intermedia,
2011, h. 297
17
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank
syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazaimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entitas keuangan syariah bank Islam juga wajib memiliki
kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat, serta dana-
dana sosial lainnya.
b. Tujuan Perbankan Syariah
Bank Syariah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat
secara islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-
jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur
gharar, dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam
Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakansuatu keadilan di bidang ekonomi dengan
cara meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang lebar antara pemiliki modal (shahibul maal)
dengan pihak yang membutuhkan dana (mudharib).
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan
membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok
18
miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif
menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam memberantas
kemiskinan berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol
pada sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti
program pembinaan pengusaha perodusen, pembinaan pedagang
perantara, pembinaan konsumen, pengembangan modal kerja,
dan pengembangan usaha bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan
aktivitas bank syariah, maka akan mampun menghindari
pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi, menghindari
persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap
bank konvensional yang masih menerapkan sistem bunga.
B. Tinjauan Teori Profitabilitas
Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah dengan melihat tingkat
keuntungan atau laba yang diperoleh. Profitabilitas sebagai salah satu acuan
dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengukur kinerja
suatu bank.13 Hal ini disebabkan pentingnya profit usaha karena bagaimanapun
13 Tatik Maiyanti dan Mayang Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank Syariah: Pendekatan Statistik Deskriptif”, Republika, diakses dari
http://www.republika.co.id pada tanggal 26 Agustus 2016 pukul 12.43 WIB
19
juga bank adalah perusahaan yang berorientasi pada laba atau profit.
Pofitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas
standar yang diterapkan.14
Menurut Dermawan dan Djahotman15, rasio profitabilitas merupakan
pengukuran kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan aset
atau modal perusahaan. Menurut Riyanto16, profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Chen dalam Hermuningsih17,
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan
harta yang dimilikinya.
Rasio profitabilitas digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Return on Equity
(ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan modal inti bank; 2) Return on Asset (ROA) adalah rasio
profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak
14 Suryani, “Analisis Pengauh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Walisongo, Vol.19 (1), Mei 2011, h. 47-74 15 Dermawan dan Djahotman, Analisis Rasio Keuangan, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013, h. 40 16 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakata: BPFE,
2001, h. 35 17 Sri Hermuningsih, “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Oktober 2013, h. 131
20
dengan total aset bank.18 Return on Asset (ROA) memfokuskan pada
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam operasional
perusahaan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang
diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.19
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat, sehingga ROA
lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.20
1. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
secara keseluruhan. Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan total aset dalam satu periode.21 Return on Asset
(ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan suatu keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimlikinya. Semakin besar Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja
18 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit
FE UI, 2006, h. 155 19 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI,
2002 20 Ningsukma dan Haqiqi, “Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing
to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam
Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM),
Vol.14 (1), 2016, h. 162 21 Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia”, h. 56
21
yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.22 Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba Sebelum Pajak
Rata − Rata Total Aset x 100%
C. Tinjauan Teori Pemisahan
1. Definisi Pemisahan
Pemisahan diperkenalkan melalui Undang-undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas,
pemisahan diartikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih
atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada
satu Perseroan atau lebih. Dalam Undang-undang Perbankan Syariah, kasus
pemisahan ini diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu bank menjadi
dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengertian pemisahan (spin-off) juga terdapat dalam Black’s Law
Dictionary, yaitu sebagai berikut :23
22 Andreani Caroline dan David Sulistyo, “Hubungan Efisiensi Operasional Dengan
Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), Oktober 2011, h. 91 23 Kotibul Umam, Peningkatan Ketaatan Syariah Melalui Pemisahan (Spin-off) Unit
Usaha Syariah Bank Umum Konvesional, Mimbar Hukum Vol.22 No.3, Oktober 2010, h.609
22
“Spin-off is a corporate divestiture in which a division of a corporation
becomes on independent company and stock of the new company is
distributed to the corporation’s shareholders.”
“Pemisahan adalah divestasi perusahaan dimana sebuah divisi dari
sebuah korporasi menjadi perusahaan independen dan saham
perusahaan yang baru didistribusikan kepada pemegang saham
korporasi.”
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa, pemisahan adalah
dimana sebuah anak usaha/divisi milik sebuah perusahaan memisahkan diri
dari perusahaan induknya menjadi sebuah perusahaan tersendiri yang
independen serta mengakibatkan terjadinya peralihan seluruh/sebagian
aktiva dan pasivanya akibat hukum.
2. Jenis Pemisahan
Jenis pemisahan yang terdapat pada Perseroan Terbatas sesuai yang
tertera pada Pasal 135 ayat 2 dan 3, yakni terdapat dua jenis pemisahan
yaitu:
1. Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva
beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT lain atau lebih yang
menerima peralihan PT yang melakukan pemisahan tersebut
berakhir karena hukum.
2. Pemisahan tidak murni, mengakibatkan sebagian aktiva dan
pasiva beralih karena hukum kepada 1 (satu) PT lain atau lebih
23
yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan
tetap ada atau berakhir.
Dalam konteks perbankan, ada pula bentuk pemisahan yang dikenal
sebagai opsi yang diberikan oleh Bank Indonesia berdasarkan Pasal 41
Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 pemisahan UUS dari BUK
dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemisahan UUS dengan Pendirian Bank Umum Syariah yang baru.
Pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan dapat dilakukan oleh satu
atau lebih Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.
b. Pemisahan UUS dengan mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS
yang telah ada. Pemisahan UUS dengan cara pengalihan hak dan kewajiban
kepada BUS yang telah ada sebagaiman dimaksud hanya dapat dilakukan
kepada BUS yang mempunyai kepemilikan dengan BUK yang memiliki
UUS.
BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan harus
memenuhi paling kurang rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
(KPMM) minimal 8%. Dalam hal pemisahan UUS sebagaimana dimaksud
di atas mengakibatkan BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan
memiliki rasio Non Performing Financing (NPF) netto lebih dari 5%
dan/atau mengakibatkan pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana,
maka BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan tersebut wajib
menyelesaikannya dalam waktu 1 (satu) tahun.
24
Adapun trend baru pembentukan bank syariah setelah lahirnya UU
No. 21 Tahun 2008, dimana terdapat tiga metode pemisahan, yaitu:
Pertama, bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi
bank yang relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis
syariah kemudian memisahkannya serta menggabungkan UUS yang
dimiliki dengan bank yang baru dikonversi tersebut menjadi Bank Umum
Syaiah (BUS), contohnya: BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Kedua,
bank umum konvensional yang belum memiliki UUS mengakuisisi bank
yang relatif kecil dan mengkonversinya menjadi Bank Umum Syariah
(BUS), contohnya: Bank Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Ketiga,
bank umum konvensional melakukan pemisahan terhadap UUS milikinya
dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri, ini yang dikenal
sebagai pemisahan murni, yaitu BNI Syariah dan BJB Syariah.24 Dari ketiga
metode tersebut metode pertama dan ketiga diperuntukan bagi bank umum
konvensional yang telah memiliki UUS, sedangkan metode kedua
diperuntukan bagi bank umum konvensional yang belum memiliki UUS.
Berikut peta konsep metode pemisahan :
24 Alfi Wijaya, Perbankan Syariah 2008 : Evaluasi, Trend, dan Proyeksi, Karim Review.
Special Edition, Januari 2008, hlm 2
25
D. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio solvabilitas atau biasa disebut sebagai rasio permodalan.
Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang
mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak lain.
Capital Adequcy Ratio (CAR) adalah salah satu rasio utama
permodalan. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan benak kepada
pihak lain.25 Persyaratan permodalan bank yang memperhitungkan bobot risiko
pada aktiva produktif dapat mendorong bank untuk menurunkan portofolio
aktiva produktif yang berisiko tinggi.26 Semakin rendah risiko yang dimiliki
25 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jakarta: UIN
Press, 2013, h.90 26 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi, h. 224
Pemisahan
(Spin-Off)
Metode
Pemisahan Unit
Usaha Syariah
Menjadi Bank
Umum Syariah
Bank Umum
Konvensional yang
Memiliki Unit Usaha
Syariah
Bank Umum
Konvensional yang
Belum Memiliki Unit
Usaha Syariah
Melakukan Pemisahan
Murni terhadap Unit
Usaha Syariahnya untuk
Menjadi Bank Umum
Syariah
Melakukan Akuisisi,
Konversi, dan Merger
terhadap Unit Usaha
Syariahnya untuk
Menjadi Bank Umum
Syariah
26
oleh aktiva produktif akan mampu meningkatkan laba bagi bank. Modal yang
cukup bagi bank dapat mengantisipasi risiko yang dihadapai.27 CAR adalah
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.
Bank Indonesia telah menetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).28
Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟1 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟2 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟3 − 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑡𝑎𝑎𝑛
𝐴𝑇𝑀𝑅 𝑥 100%
E. Non Performing Finance (NPF)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang
akan muncul. Rasio yang sering digunakan adalah Non Performing Financing
(NPF) pada bank syariah. NPF adalah rasio yang mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.29 Rasio NPF
merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non
lancar terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non
Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:
NPF = Pembiayaan (KL, D, M)
Total Pembiayaan x 100%
27 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat, h. 32 28 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), Maret 2016,
h. 33 29 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h. 95
27
Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari
pembiayaan Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank.
F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.30 Rasio ini sering disebut sebagai rasio
efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.31 Rasio
BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100%
Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang
berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan yang termasuk
pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung
30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119 31 Kartika Wahyu Sukarno dan M. Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bank Umum di Indonesia”, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol. 3 (2), Juli 2016,
h. 50
28
dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Keduanya tersedia
pada laporan laba rugi.
G. Finance to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam perbanakan konvensional
disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah salah satu rasio likuiditas. FDR
merupakan perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap dana
pihak ketiga yang dihimpun dari dana masyarkat. FDR merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.32 Berikut rumus untuk
menghitung FDR adalah :
𝐹𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan
(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan
ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus BPRS). Sedangkan
Dana Pihak Ketiga terdiri dari total dana simpanan wadian dan dana investasi
tidak terkait. Semakin tinggi rasio FDR semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
Standar terbaik pada perbankan adalah tidak lebih dari 110%.
32 Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia”, h. 62
29
H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Bank
Siswantoro33 dalam artikelnya yang menganalisis tentang kinerja bank
syariah dan strategi setelah pemisahan sebagai bank syariah yang mandiri di
Indonesia, menjelaskan bahwa suntikan permodalan dari bank induk
konvensional seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan bank syariah hasil pemisahan. Namun, tetap harus
didukung dengan manajemen yang efektif pada bank umum syariah hasil
pemisahan.
Hamid34 pada hasil penelitiannya tekait dampak pemisahan terhadap
profitabilitas pada industri perbankan syariah di Indonesia, memaparkan bahwa
kebijakan pemisahan yang diterapkan untuk industri perbankan syariah di
Indoensia mempunyai efek yang baik untuk meningkatkan profitabilitas yang
diukur dengan rasio Return On Asset (ROA). Sama halnya pada penelitian yang
dilakukan Al Arif35 terkait pemisahan dan dampaknya terhadap dana pihak
ketiga pada industri perbankan syariah di Indonesia, hasilnya menerangkan
bahwa kebijakan pemisahan memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan
dana pihak ketiga industri perbankan syariah di Indonesia.
33 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off
as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164,
31 December 2014, h.41-48 34 M. Nur Rianto Al Arif, “Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of Indonesian
Islamic Banking Industry”, Economic Jurnal of Emerging Markets, April 2014, h. 50-55 35 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic Banking
Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 117-126
30
Namun dari aspek efisiensi operasional Al Arif36 menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh antara kebijakan pemisahan terhadap tingkat efisiensi
operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) pada bank umum syariah, dimana kebijakan pemisahan
justru menurunkan tingkat efisiensi operasional pada industri perbankan syariah
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setelah kebijakan pemisahan jsutru
mengakibatkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien
dibandingkan sebelum kebijakan pemisahan tersebut dilakukan.
Berdasarkan berbagai hasil yang didapat, menunjukkan bahwa secara
umum pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah merupakan
salah satu strategi yang dapat diambil untuk mengembangkan industri
perbankan syariah di Indonesia. Dengan berubahnya unit usaha syariah menjadi
bank umum syariah yang mandiri, maka kegiatan operasionalnya akan semakin
luas dan lebih fokus pada kegiatan operasional yang berlandaskan pada prinsip
syariah. Dengan kegiatan operasional yang lebih luas dan optimal dibandingkan
saat menjadi unit usaha syariah diharapkan dapat memperluas investasi dan
jaringan, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada
kenaikan kinerja bank.
36 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 295-304
31
I. Kaitan Rasio Keuangan Terhadap Return on Asset (ROA)
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan
tehadap Return on Asset (ROA) karena apabila memiliki permodalan yang kuat
maka bank dapat menutup risiko kerugian yang timbul dari pergerakan aktiva
bank dan dapat melindungi deposan yang kemudian memberikan dampak pada
meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menghimpun dananya di bank,
sehingga berdampak pula pada meningkatnya laba. Menurut Mokoagow37
dalam penelitiannya menemukan bahwa pada tahun 2011-2013 CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Hakiim38 menunjukkan
hasil bahwa pada tahun 2010-2013 CAR tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA Industri Bank Syariah di Indonesia.
2. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin meningkat rasio NPF maka
akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan bermasalah semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bank
mengalami kerugian yang akan menurunkan perolehan laba, sehingga
37 Sri Windarti Mokoagow dan Misbach Fuady, “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, EBBANK, Vol 6 (1), Juli 2015, h. 56 38 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
32
berdampak pada menurunnya ROA. Hamid39 dan Widowati40 dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Sistriyani41
menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opeasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) karena
semakin rendah BOPO menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien
dalam melakukan kegiatan operasionalnya, semakin sedikit juga biaya yang
dikeluarkan oleh bank untuk kegiatan operasionalnya. Apabila biaya yang
dikeluarkan semakin rendah, maka laba yang dihasilkan oleh bank semakin
tinggi dan akan menaikkan nilai rasio ROA. Menurut penelitian yang dilakukan
Hamid42 dan Hakiim43 rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai
indikatornya.
39 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123 40 Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Perbankan di Indonesia”, h. 13 41 Evi Sistriyani dan Sudjarno E.S, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 41 42 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, h. 123 43 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 167
33
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena apabila FDR meningkat dalam batas
tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank
menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya
laba, maka ROA juga akan meningkat. Menurut Sukarno44 pada penelitiannya
menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA bank umum di Indonesia. Berbeda pada hasil penelitian yang dilakukan
Sistriyani45 dan Hakiim46 menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.
J. Review Studi Terdahulu
Berikut beberapa review hasil penelitian terdahulu yang menganalisis
mengenai kebijakan pemisahan (spin-off):
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu
No. Penelitian Isi Penelitian Pembeda
1. Amalia Nasuha/
Dampak
Kebijakan Spin-
off Terhadap
a. Variabel Penelitian
Independen (X): Aset,
pembiayaan, DPK, laba bersih,
Terletak pada masalah
yang diteliti, pada
penelitian ini penulis
meneliti sejauh mana
44 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, h. 53 45 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40 46 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
34
Kinerja
Keuangan Bank
Syariah/ Jurnal
Al- Iqtishad:
Volume IV, No.2,
Juli 2012, hlm.
241-258
CAR, NPF, FDR, ROA dan
ROE.
Dependen (Y) :
Dua kategori pengelompokan
yaitu Periode satu tahun
sebelum spin-off dan satu
tahun sesudah spin-off
b. Metode Penelitian
Uji wilcoxon signed ranks test
c. Hasil Penelitian
Perbedaan kinerja antara
sebelum dan sesudah spin-off
terjadi pada tiga variabel, yaitu
Aset, Pembiayaan, dan Dana
Pihak Ketiga (DPK).
Sedangkan pada variabel laba,
CAR, FDR, ROA dan ROE
tidak menunjukkan perbedaan
kinerja antara 1 tahun sebelum
dan 1 tahun sesudah spin-off.
metode pemisahan (spin-
off) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Bank
Umum Syariah hasil
pemisahan yang diukur
dari ROA. Selain itu,
penulis juga menggunakan
metode regresi data panel
sebagai metode
penelitiannya.
2. Abdul Hamid/
The Impact of
Spin-off Policy Of
The Profitability
On Indonesian
Islamic Banking
Industry/ Jurnal
Al-Iqtishad,
Volume VII, No.
1, Januari 2015,
hlm. 117-126
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy pemisahan,
NPF, Marjin deposito 1 bulan
dan BOPO.
Dependen (Y) :
Profitabilitas (ROA).
b. Metode Penelitian
Uji regresi berganda
Terletak pada objek yang
diteliti, pada skripsi ini
peneliti menggunakan 4
BUS hasil pemisahan (BNI
Syariah, BJB Syariah,
Bukopin Syariah, BRI
Syariah) sebagai objek
penelitian. Selain itu,
peneliti menggunakan uji
regresi data panel sebagi
35
c. Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kebijakan
spin-off berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas Industri
Perbankan Syariah. Selain itu
vairabel NPF dan BOPO juga
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas,
sedangakan marjin deposito 1
bulan tidak berpengaruh
signifikan.
metode penelitian yang
digunakan.
3. M. Nur Rianto Al
Arif/ Keterkaitan
Kebijakan
Pemisahan
terhadap Tingkat
Efisiensi pada
Industri
Perbankan
Syariah di
Indonesia / Jurnal
Keuangan dan
Perbankan,
Volume 19, No.
2, Mei 2015, hlm.
295-304
a. Variabel Penelitian
Independen (X): variabel
dummy pemisahan, Dana
Pihak Ketiga (DPK),
pembiayaan, total aset, NPF,
Marjin deposito 1 bulan dan
ROA
Dependen (Y) :
Tingkat efisiensi operasional
(BOPO)
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Kebijakan pemisahan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat
efisiensi operasional (BOPO),
artinya kebijakan pemisahan
menyebabkan penurunan
Terletak pada variabel
yang digunakan, pada
skripsi ini penulis
menggunakan variabel
dummy metode
pemisahan, CAR, FDR,
BOPO dan NPF sedangkan
ROA sebagai variabel
dependennya. Selain itu
penulis menggunakan
empat BUS hasil
pemisahan sebagai objek
penelitian dengan
menggunakan regresi data
panel dalam metode
penelitiannya.
36
tingkat efisiensi industri
perbanakan syariah. Selain itu,
ROA dan marjin deposito juga
memiliki berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap BOPO.
Sedangkan DPK, pembiayaan,
total aset, dan NPF tidak
memiliki pengaruh yan
signifikan terhadap BOPO.
4. Andreyanto
Ramdani/
Pengaruh
Kebijakan
Pemisahan
Terhadap Laba
Pada Bank BNI
Syariah/ Jurnal
Etikonomi,
Volume 14, No.
1, April 2015,
hlm 17-34
a. Variabel Penelitian
Independen (X):Variabel
dummy pemisahan, BOPO,
dan DPK
Dependen (Y):
Jumlah laba
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Variabel pemisahan memiliki
pengaruh positif terhadap
jumlah laba operasional BNI
Syariah, selain itu juga
terdapat variabel BOPO yang
memiliki pengaruh negatif
terhadap jumlah laba
operasional. Sedangkan DPK
tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah labab BNI
Syariah
Perbedaannya adalah pada
penelitian ini, Penulis
menggunakan ROA
sebagai variabel dependen
dan NPF, BOPO, dan
Dana Pihak Ketiga sebagai
variabel independen.
Selain itu, metode
penelitian yang digunakan
adalah regresi data panel
dengan 4 bank hasil
pemisahan sebagai objek
penelitian.
37
5. M. Nur Rianto Al
Arif/ Tipe
Pemisahan dan
Pengaruhnya
Terhadap Nilai
Aset Bank Umum
Syariah Hasil
Pemisahan/
Jurnal Kinerja,
Volume 18, No.
2, Tahun 2014,
hlm. 169-179
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy bentuk spin-
off; laba, marjin deposito, NPF
dan BOPO
Dependen (Y) :
Nilai Aset
b. Metode Penelitian
Uji regresi data panel
c. Hasil Penelitian
Tipe pemisahan UUS menjadi
BUS tidak berpengaruh
terhadap nilai aset. Selain itu,
terdapat variabel laba, marjin
dan BOPO yang berpengaruh
terhadap nilai aset di BUS
hasil pemisahan. Sedangkan
variabel NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai aset BUS hasil
pemisahan.
Perbedaannya terletak
pada variabel yang
digunakan, pada penelitian
ini penulis menggunakan
variabel independen
variabel dummy metode
pemisahan, NPF, BOPO,
CAR, dan FDR sedangkan
variabel dependen yang
digunakan adalah rasio
profitabilitas (ROA)
sebagai alat ukur kinerja
bank.
38
K. Kerangka Konseptual
Jika dituangkan dalam bentuk skema, skema konseptual dalam penelitian ini
adalah:
Laporan Keuangan
BNI Syariah BJB Syariah BRI Syariah Bukopin Syariah
Dummy metode
pemisahan
NPF
BOPO
CAR
FDR
ROA
Uji Chow
Uji Haussman
Fixed Effect Common effect
Random Effect
Hasil Uji Model
Uji Hipotesis
Kesimpulan
39
L. Hipotesis
Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-variabel
independen yang terdiri dari:
X1 : Variabel dummy metode pemisahan
X2 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 : Non Performing Finance (NPF)
X4 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
X5 : Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dan variabel dependen, yaitu:
Y : Return on Asset (ROA)
Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
1. H0 : Variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
Ha : Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Pendapatan
Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Return
On Asset (ROA)
2. H0 : variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
simultan (bersama-sama) tidak mempunyai pengaruh terhadap Return On
Asset (ROA)
40
Ha : variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap Return On Asset
(ROA)
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian
dalam angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika dan
permodalan matematis.47 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh metode pemisahan terhadap Return
On Asset (ROA) Bank. Penelitian ini menggunakan data runtutan waktu (time
series) dengan data kuartal mulai dari kuartal I tahun 2011 hingga kuartal II
tahun 2016. Objek penelitian ini adalah empat bank umum syariah hasil
pemisahan dari bank induk konvensional dengan melalui proses pemisahan unit
usaha syariah terlebih dahulu dan telah terdaftar di Bank Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang telah
melakukan pemisahan dari bank induk konvensional yang terdapat di Indonesia.
Pengambilan sample pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
47 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT Elek Media
Komputindo, h.34
42
sampling, yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria berikut:
1. Bank umum syariah hasil pemisahan yang telah berdiri sendiri.
2. Bank tersebut melakukan pemisahan melalui proses pemisahan unit usaha
syariah terlebih dahulu.
3. Bank tersebut telah beroperasi selama periode tahun 2011 hingga tahun
2016 kuartal II.
4. Bank tersebut memiliki laporan keuangan publikasi triwulan.
Setelah dilakukan seleksi dengan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 4
(empat) bank umum syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, seperti
yang tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No. Kode Nama Bank Syariah Keterangan
1. BNIS Bank Negara Indonesia Syariah BUS
2. BJBS Bank Jabar dan Banten Syariah BUS
3. BSB Bank Syariah Bukopin BUS
4. BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah BUS
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu
gabungan dari data time series (runtun waktu) dan data cross section (data
silang). Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder. Data sekunder
43
adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data dokumenter
yang dipublikasikan48. Sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian
ini berasal dari laporan keuangan triwulan yang dipublikasi oleh Bank Umum
Syariah hasil pemisahan, yaitu: BNI Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan
Bukopin Syariah, baik itu dari website resmi masing-masing bank maupun
website milik pemerintah yaitu website Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan.
Peneliti juga melakukan penelitian pustaka (library research) untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui
buku, jurnal, laporan penelitian, tesis, artikel, dan perangkat lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-
data yang bersumber dari laporan keuangan masng-masing bank yang diteliti,
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan rasio keuangan. Selain itu,
terdapat beberapa variabel penelitian yang tidak tersedia pada laporan rasio
keuangan pada periode tertentu, sehingga penulis mengumpulkan data dan
48 Nur Indriantoro dan Bambang Suporno, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajeme, Yogyakarta: BPFE, 2002, h.147
44
menghitung angka yang tertera pada laporan keuangan bank syariah sesuai
dengan rumus yang ada.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang diamati dan
diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas
tau independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas sebagai alat ukur kinerja keuangan yang dikontribusikan
dengan huruf (Y). Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan
adalah Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (return) yang diperoleh dengan
memanfaatkan total ativa/aset milik perusahaan. Dengan melihat rasio ini,
maka dapat diketahui tingkat efektivitas dan manajemen perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk memperoleh keuntungan. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total
asset/aktiva.
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang
variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diteliti. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
45
a. Variabel dummy metode pemisahan (X1)
Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif dapat
dibuat dalam bentuk kuantitatif. Suatu cara untuk membuat kuantifikasi
(berbentuk angka) dari data kualitatif (tidak berbentuk angka) ialah dengan
cara memberikan nilai 1 (satu) atau 0 (nol). Angka 0 (nol) jika attribute
yang dimaksud tidak ada (tak terjadi) dan diberi angka 1 (satu) jika ada
(terjadi). Variabel yang mengambil nilai 0 atau 1 tersebut dinamakan
variabel boneka atau dummy variable. Dalam penelitian ini, metode
pemisahan diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana bernilai
1 untuk metode pemisahan tipe 2, yakni pemisahan murni dan bernilai 0
untuk metode pemisahan tipe 1, yakni akuisisi, konversi dan merger.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)/ (X2)
CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang
harus dimiliki oleh bank. Bank wajib menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rumus
untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟1 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟2 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟3 − 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑡𝑎𝑎𝑛
𝐴𝑇𝑀𝑅 𝑥 100%
c. Non Performing Financing (NPF)/ (X3)
NPF adalah rasio yang mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah. Rasio NPF merupakan
rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar
46
terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non
Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 (𝐾𝐿, 𝐷, 𝑀)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)/ (X4)
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
e. Financing to Deposit Ratio (FDR)/ (X5)
FDR digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dananya dengan pembiayaan-pembiayaan yang telah
diberikan kepada para debiturnya. Berikut rumus untuk menghitung FDR
adalah :
𝐹𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
model analisis regresi data panel. Data panel adalah kumpulan data yang terdiri
47
atas data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut waktu (berdasarkan
waktu).49 Untuk membantu penelitian, peneliti menggunakan software
pengolah data statistik Eviews versi 8.0.
Ada beberapa keuntungan menggunakan regresi data panel yaitu,
mampu mengontrol keheterogenan individual, dengan data cross section
diasumsikan homogen tanpa ada pengaruh lain yang masuk, misal waktu,
sedangkan pada data time series, data yang didapat akan berubah setiap periode
waktu. Penggabungan dari kedua data ini dapat mengatasi masalah yang timbul
karena penghilangan variabel, memberikan data yang lebih informatif,
membangun dan menguji model yang lebih kompleks dibandingkan dengan
menggunakan data time series atau cross section murni karena data panel
merupakan gabungan dari kedua studi ini, serta dapat meminimumkan bias yang
terjadi bila mengelompokkan individu ke dalam kelompok yang lebih besar. 50
Model regresi panel dalam penelitian ini adalah :
ROAit = α + b1Dit + b2NPFit + b3BOPOit + b4CARit + b5FDRit + εit
Keterangan :
ROAit = Return On Asset pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Dit = Variabel dummy metode pemisahan pada unit ke-i dan waktu ke-t
49 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
Yogyakarta: STIM YKPN, h.102 50 Ni Putu Anik Mas Ratnasari, dkk, Aplikasi Regresi Data Panel dengan Pendekatan
Fixed Effect Model (Studi kasus: PT PLN GIANYAR), E-Jurnal Matematika, Vol.3 No.1, Januari
2014, h.1
48
Dimana: 0 = Tipe 1; dan 1 = Tipe 2
1 = tipe pemisahan murni; 2 = tipe pemisahan akuisisi, konversi dan merger
NPFit = Net Profit Finance pada pada unit ke-i dan waktu ke-t
BOPOit = Biaya Operasional Pendapatan Operasional pada unit observasi
ke-i dan waktu ke-t
CARit = Capital Adequacy Ratio pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
FDRit = Financing to Deposit Ratio pada unit observasi ke-i dan waktu ke-
t
εit = Komponen error pada unit observasi ke-1 dan waktu ke-t
1. Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain:
a. Model Common Effect
Model common effect merupakan pendekatan data panel paling
sederhana. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu,
sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai
kurun waktu. Model ini hanya mengkombinasikan data time series dan cross
section dalam bentuk pool, mengestimasinya menggunakan pendekatan
kuadrat terkecil/pooled least square.51 Adapun persamaan regresi dalam
model common effect dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = 𝛽0 + 𝛽1X1it + εit
51 Agus Tri Basuki, Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan Eviews 7,
Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2014, h.57
49
Untuk 𝑖 = 1,2, … , n dan 𝑡 = 1,2, … , t
Dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan
periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan
kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross
section dapat dilakukan.
b. Model Fixed Effect
Model fixed effect merupakan teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya intersep.
Didasari pada kenyataan bahwa walaupun intersep berbeda-beda antar
individu, namun intersep setiap individu tersebut tidak bervariasi sepanjang
waktu (time invariant). Efek tetap yang dimaksud adalah bahwa satu objek,
memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Selain
itu, model ini mengizinkan intersep bervariasi antar unit cross section
namun tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar
unit cross section. Penambahan variabel boneka (dummy variable) dapat
mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan
mempengaruhi koefisien dari parameter yang diestimasi. 52 Model fixed
effect dapat diformulasikan sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i+. . . +εit
Dimana: i = 1,2,..,n dan t = 1,2,…,tD =dummy
52 Damodar N. Gujarati, Basic Economic, 2004, h.647
50
c. Model Random Effect
Model Random effect merupakan metode estimasi model regresi
data panel dengan asumsi koefisien slope dan intersep berbeda anta individu
dan antar waktu (random effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam
fixed effet bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model
sebenranya. Namun, hal ini juga dapat mengurangi derajat kebebasan yang
pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi
dengan menggunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan
metode Random Effect. Model ini mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi model ini adalah dengan
Generalized Least Square (GLS) dengan asumsi homkedastik dan tidak ada
cross-sectional correlation. Tidak seperti pada model efek tetap (β0
dianggap tetap), pada model ini β0 diasumsikan bersifat random, sehingga
dapat dituliskan dalam persamaan:
β0 = β0 + ui, 1 = 1, … , n
sehingga persamaan model yang digunakan adalah
𝑌𝑖𝑡 = β0 + βX𝑖𝑡 + 𝑢𝑖 + ε𝑖𝑡
51
2. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
Dalam menentukan estimasi model regresi panel, dilakukan
beberapa uji untuk memilih metode pendekatan estimasi yang sesuai.
Terdapat beberapa pengujian yang dilakukan, antara lain :
a. Uji Chow
Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect
atau Common Effect yang paling tepay digunakan dalam mengestimasi
data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan
dipakai apabila hasil Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak berarti model yang
paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya,
jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah
Common Effect Model. Perhitungan Fhitung didapat dari uji chow dengan
rumus:
𝐹 =
(𝑆𝑆𝐸1 − 𝑆𝑆𝐸2)(𝑛 − 1)
𝑆𝑆𝐸2
(𝑛𝑡 − 𝑛 − 𝑘)
Dimana:
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
52
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
n : Jumlah perusahaan (cross section)
nt : Jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
Sedangkan Ftabel didapat dari:
𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = {𝛼 ∶ 𝑑𝑓(𝑛 − 1, 𝑛𝑡 − 𝑛 − 𝑘)}
b. Uji Hausman
Haussman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam regresi
data panel. Dalam perhitungan statistik uji Hausman diperlukan asumsi
bahwa banyknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah
variabel independen (termasuk konstanta) dalam model.53 Alasan
dilakukannya uji haussman didasarkan pada model fixed effect yang
mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya unsur derajat bebas
dengan memasukkan variabel dummy dan model random effect yang
harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap
komponen galat. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai
berikut:54
53 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Rutun Waktu Terapan, Yogyakarta: Penerbit
Andi Yogyakarta, 2012, h.274 54 Dody Apriliawan,dkk, Pemodelan Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan
Regresi Data Panel, Jurnal Gaussian, Vol.2 No.4, 2013, h. 316
53
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Satistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi Square
dengan derajat kebebasan sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel
independen. Jika nilai Hausman lebih besar dari niali kritisnya maka H0
ditolak dan model yang tepat adalah model fixed effect, sedangkan
sebaliknya jika nilai statistik haussman lebih kecil dari nilai kritisnya
maka model yang tepat adalah model random effect. Atau dapat melihat
nilai probabilitas cross section random, dengan ketentuan:55
Jika probabilitas < 0,05, maka tolak H0 dan terima H1
Jika probabilitas > 0,05, maka terima H0
3. Pengujian Statistik
Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel independen (X)
kepada variabel dependen (Y), maka dilakukan uji regresi data panel yang
terdiri dari :
a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
vaiabel independen secara individual terhadap variabel dependen.56
55 Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonomterika Deret dan Waktu: Teori dan Aplikasi,
Bogor: IPB Press, 2012, h.197 56 Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2002, h.168
54
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen,
digunakan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Hipotesis yang
digunakan adalah :
H0 = bi = 0, artinya secara parsial variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
H1 = bi ≠ 0, artinya secara parsial variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria penerimaan H0 adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel
Untuk menentukan nilai statistik ttabel ditentukan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k), dimana
n adalah jumlah observasi, dan k adalah banyaknya variabel
yang tercakup, dengan kriteria uji adalah :
- Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
- Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
2. Berdasarkan probabilitas
- Jika probabilitas (p-value) > 0,05, maka H0 diterima
- Jika probabilitas (p-value) < 0.05. maka H0 ditolak
55
b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen57. Hipotesis untuk uji F adalah sebagai berikut:
H0 = b1 b2 b3 b4 = 0, artinya variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
H1 = b1 b2 b3 b4 ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menentukan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi
sebesar 5%, dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df1 = (k-
1) dan df2 = (n-k), dimana n adalah jumah observasi dan k adalah
jumlah variabel. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat
kontribusi kemapuan menjelaskan dari variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen, dimana nilai
koefisiennya terletak antara 0 ≤ x ≤ 1. Nilai R2 yang semakin
57 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:
Universitas Diponegoro, 2009, h.98
56
mendekati niali 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin
kuatnya kemampuan variabel independen menjelaskan perubahan
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati nilai
0 (nol) berarti semakin lemah kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen.58
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model regresi, dimana setiap penambahan satu variabel independen
dan jumlah pengamatan akan meningkatkan nilai R2 meskipun
variabel yang ditambahkan tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap dependen. Untuk mengatasi masalah tersebut, koefisien
yang digunakan adalah adjusted R2. Hal ini dikarenakan adjusted R2
merupakan koefisien yang telah disesuaikan, sehingga dapat naik
atau turun seiring penambahan variabel baru dalam model regresi.
58 Ibid, h.100
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan
Tabel 4.1 Sejarah Singkat BUS Hasil Pemisahan
No. Nama Bank
Syariah
Tahun Keterangan Jenis
Pemisahan
1. BRI Syariah 19 Des 2007
17 Nov 2008
19 Des 2008
PT. BRI Tbk.
mengakuisisi Bank Jasa
Arta.
Bank tersebut dikonversi
menjadi kegiatan
perbankan berbasis
syariah dan kemudian
BRI Syariah secara resmi
beroperasi.
Ditandatangani akta
pemisahan Unit Usaha
Syariah (UUS) PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk.
untuk melebur ke dalam
PT Bank BRI Syariah
(proses spin
off/pemisahan) yang
berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2009.
Akuisisi,
Konversi dan
Merger
58
2. Bank
Syariah
Bukopin
2005 – 2008
Tahun 2008
10 Juli 2009
Proses diakuisisinya PT
Bank Persyarikatan
Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT
Bank Bukopin.
Bank tersebut dikonversi
menjadi kegiatan
perbankan berbasis
syariah, dan dilakukan
perubahan nama PT
Bank Persyarikatan
Indonesia menjadi PT
Bank Syariah Bukopin
dimana secara resmi
mulai efektif beroperasi
tanggal 9 Desember
2008.
Bank Bukopin
memutuskan untuk
memisahkan UUS
miliknya (spin
off/pemisahan) dan
kemudian meleburnya
(merger) dengan PT
Bank Syariah Bukopin.
Akuisisi,
Konversi dan
Merger
3. BNI Syariah 29 Apr 2000
21 Mei 2010
PT Bank Negara
Indonesia (BNI)
mendirikan Unit Usaha
Syariah yang berawal
dari 5 kantor cabang di
daerah potensial:
Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin.
UUS BNI memutuskan
memisahkan diri dari
perusahaan induknya
(spin off/pemisahan),
sehingga diperoleh izin
usaha Bank Umum
Syariah (BUS) PT Bank
Pemisahan
Murni
59
19 Juni 2010
BNI Syariah sebagai
entitas independen hasil
pemisahan (spin off) Unit
Usaha Syariah (UUS)
dari BNI .
BNI Syariah efektif
beroperasi sebagai Bank
Umum Syariah.
4. BJB Syariah 20 Mei 2000
30 Apr 2010
06 Mei 2010
PT BPD Jawa Barat dan
Banten Tbk. membentuk
divisi/unit usaha syariah
dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan
masyarakat Jawa Barat
yang mulai keinginannya
untuk menggunakan jasa
perbankan syariah pada
saat itu.
UUS BJB memutuskan
memisahkan diri dari
perusahaan induknya
(spin off/pemisahan),
sehingga diperoleh Surat
Izin Usaha dari Bank
Indonesia Nomor
12/629/DPbs.
BJB Syariah resmi
memulai usahanya
sebagai Bank Umum
Syariah yang
independen.
Pemisahan
Murni
B. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dan
karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa rasio keuangan yang diperoleh dari laporan
60
keuangan triwulanan empat bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI
Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Adapun
penjelasan tabel deskriprif masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel ROA
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa angka mean variabel dependen
Return On Asset (ROA) adalah sebesar 0,8377, artinya rata-rata tingkat ROA
empat bank umum syariah hasil pemisahan periode 2011-2016 adalah sebesar
0,8377%. Angka rasio ROA terkecil dialami oleh Bank Jabar Banten Syariah
pada kuartal II tahun 2016, yaitu sebesar -1,94%. Angka tersebut menunjukkan
bahwa pada periode terebut total aktiva yang dipergunakan Bank Jabar Banten
Syariah tidak memberikan keuntungan atau mengalami kerugian. Sedangkan
angka rasio ROA terbesar terjadi pada Bank BNI Syariah pada kuartal I tahun
2011, yaitu sebesar 3,42%.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel CAR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 88 10.74 33.22 17.0636 4.96222
Valid N (listwise) 88
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 88 -1.94 3.42 .8377 .68143
Valid N (listwise) 88
61
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa angka mean pada variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 16,7713, artinya rata-rata tingkat
permodalan atau CAR bank umum syariah hasil pemisahan pada periode 2011-
2016 adalah sebesar 16,7713%. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank umum
syariah hasil pemisahan sepanjang periode penelitian memiliki tingkat
kecukupan modal yang baik, yakni besarnya yang diatas standar minimum 8%.
Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) terendah terdapat pada Bank Bukopin
Syariah pada kuartal II tahun 2014, yaitu sebesar 10,74%. Sedangkan untuk
nilai CAR tertinggi terdapat pada Bank Jabar Banten Syariah pada kuartal II
tahun 2011 sebesar 33,22%.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel NPF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 88 .41 13.54 2.6368 1.72257
Valid N (listwise) 88
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa angka mean pada variabel Non
Performing Finance (NPF) adalah sebesar 2,6368, artinya bahwa rata-rata
tingkat pembiayaan bermasalah bank umum syariah hasil pemisahan pada
periode 2011-2016 adalah sebesar 2,6368%. Nilai terendah rasio NPF dialami
oleh Bank Jabar Banten Syariah pada kuartal IV tahun 2011, yaitu sebesar
0,41%, artinya 99,59% dari jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank
Jabar Banten Syariah tidak termasuk dalam golongan pembiayaan bermasalah.
Sedangkan NPF tertinggi juga dialami oleh Bank Jabar Banten Syariah pada
kuartal II tahun 2016 sebesar 13,54%, angka tersebut tergolong sangat besar
62
karena hanya 72,46% pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Jabar Banten
Syariah yang terbebas dari golongan pembiayaan bermasalah.
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel BOPO
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BOPO 88 67.98 106.12 90.9877 6.71000
Valid N (listwise) 88
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa angka mean pada variabel Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah sebesar
90,9877, artinya rata-rata tingkat efisiensi bank umum syariah hasil pemisahan
selama periode 2011-2016 sebesar 90,9877%. Nilai BOPO terendah dialami
oleh BNI Syariah pada kuartal I tahun 2011, yaitu sebesar 67,98%. Sedangkan
untuk nilai tertinggi dialami oleh Bank Jabar Banten Syariah pada kuartal II
tahun 2016 bahkan nilainya mencapai lebih dari 100% yakni sebesar 106,12%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016 kuartal II Bank Jabar Banten
Syariah mengalami penurunan tingkat efisiensi.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel FDR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FDR 88 76.53 133.91 93.5176 8.42322
Valid N (listwise) 88
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa angka mean variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR) adalah sebesar 93,5176, angka tersebut berarti rata-rata
tingkat likuiditas bank umum syariah hasil pemisahan selama periode 2011-
63
2016 adalah sebesar 93,5176%. Nilai rasio FDR terendah dialami oleh BNI
Syariah pada kuartal I tahun 2011 yaitu sebesar 76,53%, angka tersebut
menunjukkan bahwa besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan BNI
Syariah adalah 76,53% dari jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun.
Sedangkan nilai rasio FDR tertinggi dialami oleh Bank Jabar dan Banten
Syariah pada kuartal I tahun 2011 yang angkanya mencapai 133,91%. Hal ini
menunjukkan bahwa Bank Jabar dan Banten Syariah menyalurkan jumlah
pembiayaan lebih besar dibandingkan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
karena angkanya yang melebihi 100%.
C. Estimasi Model Regresi Data Panel
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel.
Untuk menguji spesifikasi model dan kesesuaian teori-teori dengan kenyataan.
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Eviews 8.0.
1. Uji Chow
Uji chow dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan
adalah common effect atau fixed effect. Uji chow dilakukan dalam pengujian
data panel dengan memilih fixed effect pada period section panel option.
Hipotesis uji chow dalam penelitian ini adalah:
H0 : Common Effect Model (CEM)
H1 : Fixed Effect Model (REM)
Dengan ketentuan jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, artinya model
yang tepat adalah dengan menggunakan pendekatan common effect. Tetapi jika
64
probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan menerima H1, artinya model yang tepat
adalah dengan menggunakan pendekatan fixed effect.
Tabel 4.7 Hasil Common Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.432785 0.538975 17.50135 0.0000
D_METODE -0.117547 0.071502 -1.643961 0.1040
CAR -0.005393 0.007036 -0.766496 0.4456
NPF -0.082986 0.019511 -4.253342 0.0001
BOPO -0.083418 0.005227 -15.96004 0.0000
FDR -0.006795 0.003388 -2.005351 0.0482 R-squared 0.863729 Mean dependent var 0.837727
Adjusted R-squared 0.855420 S.D. dependent var 0.681431
S.E. of regression 0.259105 Akaike info criterion 0.202581
Sum squared resid 5.505112 Schwarz criterion 0.371490
Log likelihood -2.913563 Hannan-Quinn criter. 0.270630
F-statistic 103.9487 Durbin-Watson stat 1.080631
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews
Tabel 4.8 Hasil Fixed Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.976973 0.567116 17.59248 0.0000
D_METODE -0.040186 0.077035 -0.521665 0.6038
CAR -0.023406 0.009132 -2.562975 0.0129
NPF -0.077177 0.020270 -3.807412 0.0003
BOPO -0.091313 0.006000 -15.21850 0.0000
FDR -0.002223 0.003898 -0.570347 0.5705 Effects Specification
65
Period fixed (dummy variables) R-squared 0.919298 Mean dependent var 0.837727
Adjusted R-squared 0.884900 S.D. dependent var 0.681431
S.E. of regression 0.231185 Akaike info criterion 0.155977
Sum squared resid 3.260237 Schwarz criterion 0.916069
Log likelihood 20.13703 Hannan-Quinn criter. 0.462199
F-statistic 26.72558 Durbin-Watson stat 1.404923
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Eviews
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test period fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Period F 2.000108 (21,61) 0.0188
Period Chi-square 46.101188 21 0.0012
Sumber : Output Eviews
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas period F adalah
sebesar 0,0188 yang berarti nilainya < 0,05, maka H0 ditolak dan menerima H1.
Karena hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak, maka dapat dikatakan
bahwa model fixed effect lebih tepat digunakan daripada model common effect.
2. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah model yang paling
tepat digunakan adalah model fixed effect atau model random effect. Dalam
penelitian ini uji hausman dilakukan dalam pengujian data panel dengan
memilih random effect pada period section panel option. Hipotesis uji hausman
dalam peneltian ini adalah:
H0 : Random Effect Model (REM)
66
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
Dengan ketentuan apabila nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan
tolak H1 yang artinya model yang tepat menggunakan pendekatan random
effect. Namun apabila nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan menerima
H1 yang artinya model yang tepat adalah menggunakan pendekatan fixed effect.
Tabel 4.10 Hasil Random Effect Model
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Period random effects)
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.587571 0.507040 18.90889 0.0000
D_METODE -0.103566 0.066711 -1.552465 0.1244
CAR -0.009170 0.006934 -1.322593 0.1896
NPF -0.083294 0.018234 -4.568094 0.0000
BOPO -0.085230 0.005032 -16.93702 0.0000
FDR -0.006064 0.003244 -1.869267 0.0652 Effects Specification
S.D. Rho Period random 0.087645 0.1257
Idiosyncratic random 0.231185 0.8743 Weighted Statistics R-squared 0.870319 Mean dependent var 0.667536
Adjusted R-squared 0.862412 S.D. dependent var 0.650367
S.E. of regression 0.241240 Sum squared resid 4.772126
F-statistic 110.0644 Durbin-Watson stat 1.109178
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.862990 Mean dependent var 0.837727
Sum squared resid 5.534992 Durbin-Watson stat 1.069765
Sumber : Output Eviews
67
Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test period random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Period random 0.000000 5 1.0000
* Period test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Sumber : Output Eviews
Berdasarkan hasil output di atas nilai probabilitas 1.000 > tingkat
signifikansi (α = 0,05), maka H0 diterima dan tolak H1 Karena hasil tersebut
menunjukkan bahwa H0 diterima, maka dapat dikatakan bahwa random effect
model lebih tepat digunakan daripada fixed effect model.
D. Uji Statistik
Berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman, dapat disimpulkan bahwa
model yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model random
effect. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji signifikansi model yang
terpilih.
1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji parsial atau uji t digunakan untuk menguji pengaruh setiap
variabel independen terhadap variabel dependennya. Apabila nilai t hitung > t
tabel, maka tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependennya. Apabila nilai t hitung
68
< t tabel, maka terima H0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen
tidak mempengaruhi variabel dependennya secara nyata. Dengan hipotesis :
H0 : Variabel independen (dummy metode pemisahan, CAR, NPF, BOPO
dan FDR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
H1 : Variabel independen (variabel dummy metode pemisahan, CAR,
NPF, BOPO dan FDR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% atau α = 5%, dan df =
(n-k) = 82, maka didapat bahwa t tabel pada penelitian ini adalah sebesar
1,98932. Selain itu, dapat pula dilihat dari nilai probabilitas pada variabel
independen. Apabila probabilitas lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Berikut hasil pengujian hipotesis variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen (uji t) pada penelitian ini:
a. Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap ROA Bank Umum Hasil Pemisahan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel
dummy metode pemisahan sebesar 0,1244. Nilai tersebut lebih besar dari α =
0,05 (0,1244 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa metode pemisahan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum
syariah hasil pemisahan. Hasil tersebut dibuktikan kembali dengan melihat t
tabel. Berdasarkan hasil t hitung pada variabel dummy metode pemisahan
69
didapat nilai sebesar -1,552465. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel
(1,552465 < 1,98932), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa metode
pemisahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) bank umum syariah hasil pemisahan.
b. Pengaruh CAR Terhadap ROA Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel
CAR sebesar 0,1896. Nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 (0,1896 < 0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil
tersebut dibuktikan kembali dengan melihat t tabel. Berdasarkan hasil t hitung
pada variabel CAR didapat nilai sebesar -1,322593. Karena t hitung lebih kecil
dari t tabel (1,322593 < 1,98932), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) bank umum syariah hasil pemisahan.
c. Pengaruh NPF Terhadap ROA Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel
NPF sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05 (0,0000 < 0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa NPF berpengaruh secara signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil tersebut
dibuktikan kembali dengan melihat t tabel. Berdasarkan hasil t hitung pada
variabel NPF didapat nilai sebesar -4,568094. Karena t hitung lebih besar dari t
tabel (4,568094 > 1,98932), maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa NPF
70
berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum
syariah hasil pemisahan.
d. Pengaruh BOPO Terhadap ROA Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel
BOPO sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05 (0,0000 < 0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil tersebut
dibuktikan kembali dengan melihat t tabel. Berdasarkan hasil t hitung pada
variabel BOPO didapat nilai sebesar -16,93702. Karena t hitung lebih besar dari
t tabel (16,93702 > 1,98932), maka dapat disimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum
syariah hasil pemisahan.
e. Pengaruh FDR Terhadap ROA Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas variabel
FDR sebesar 0,0652. Nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 (0,0652 > 0,05),
sehingga dapat dikatakan bahwa FDR tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil
tersebut dibuktikan kembali dengan melihat t tabel. Berdasarkan hasil t hitung
pada variabel FDR didapat nilai sebesar -1,869267. Karena t hitung lebih kecil
dari t tabel (1,869267 < 1,98932), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa FDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) bank umum syariah hasil pemisahan.
71
2. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen
atau tidak. Apabila nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan mempengaruhi
variabel dependennya. Dan Apabila nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima
dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel independen yang
mempengaruhi variabel dependennya.
Dengan hipotesis :
H0 = Variabel independen (variabel dummy metode pemisahan, CAR,
NPF, BOPO dan FDR) secara berama-sama (simultan) tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
H1 = Variabel independen (variabel dummy metode pemisahan, CAR,
NPF, BOPO dan FDR) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, nilai F hitung yaitu sebesar 110,0644
sementara F tabel dengan tingkat α = 5% dan df1 (k-1) = 5 dan df2 (n-k) = 82,
maka didapat F tabel sebesar 2,33. Dengan demikian F hitung > F tabel, yakni
110,0644 > 2,33. Kemudian terlihat juga bahwa nilai probabilitas (prob.) adalah
sebesar 0,000000 yang besarnya lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05,
sehingga H0 ditolak dan menerima H1. Hal ini berarti bahwa variabel dummy
72
metode pemisahan, NPF, CAR, BOPO dan FDR secara bersama-sama
(simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA bank umum
syariah hasil pemisahan, sehingga model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Semakin
besar niali R2 atau mendekati angak 1 (satu), maka semakin baik hasil model
regresi yang didapat. Dan apabila nilai R2 semakin mendekati 0 (nol), maka
variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen.
Berdasarkan tabel hasil uji random effect, menunjukkan nilai Adjusted R-
squared (R2) adalah 0,870319. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah
sebesar 87,0319% atau dapat diartikan bahwa variabel independen yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 87,0319% terhadap
variabel dependennya. Sedangkan sisanya, yaitu 12,9681% lainnya dipengaruhi
faktor lain di luar model regresi.
4. Persamaan Model Regresi
Penelitian dengan regresi data panel digunakan untuk melihat
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan
estimasi model regresi data panel yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian
ini akan menggunakan Random Effect Model (REM). Berdasarkan hasil output
73
eviews, maka persamaan model regresi data panel berdasarkan Random Effect
Model (REM) adalah sebagai berikut:
ROAit = 9,587571 – 0,103566 D_Metodeit – 0,009170 CARit – 0,083294
NPFit – 0,085230 BOPOit – 0,006064 FDRit - eit
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Konstanta sebesar 9,587571 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (variabel dummy metode pemisahan, CAR, NPF, BOPO
dan FDR) pada observasi ke i dan periode ke t adalah nol artinya tidak
mengalami kenaikan atau penurunan, maka besarnya ROA bank umum
syariah hasil pemisahan adalah sebesar 9,587571.
b. Nilai koefisien variabel dummy metode pemisahan yaitu sebesar -
0,103566, yang berarti setiap peningkatan veriabel dummy metode
pemisahan sebesar 1 satuan menyebabkan Return On Asset (ROA)
mengalami penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,103566%.
c. Nilai koefisien regresi Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu sebesar -
0,009170, yang berarti setiap peningkatan Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,009170%.
d. Nilai koefisien regresi Non Performing Finance (NPF) yaitu sebesar -
0,083294, yang berarti setiap peningkatan Non Performing Finance
(NPF) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara signifikan sebesar 0,083294%.
74
e. Nilai koefisien regresi BOPO yaitu sebesar -0,085230, yang berarti
setiap peningkatan rasio BOPO sebesar 1% menyebabkan Return On
Asset (ROA) mengalami penurunan secara signifikan sebesar
0,085230%.
f. Nilai koefisien regresi Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar
-0,006064, yang berarti setiap peningkatan Financing to Deposit Ratio
(FDR) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,006064%.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis regresi data panel dengan model random effect
menunjukkan bahwa variabel dummy metode pemisahan, Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Sedangkan yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) bank
umum syariah hasil pemisahan secara signifikan adalah variabel Non
Performing Finance (NPF) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). Berikut pembahasan setiap variabelnya:
a. Metode Pemisahan Unit Usaha Syariah Menjadi Bank Umum Syariah
Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada
masing-masing bank umum syariah hasil pemisahan. Hal ini berarti tidak
75
terdapat perbedaan tingkat rasio ROA antara bank umum syariah hasil
pemisahan murni maupun pada bank umum syariah hasil pemisahan akuisisi,
konversi dan merger pada periode 2011-2016. Hasil ini menunjukkan bahwa
dalam melakukan pemisahan baik itu dilakukan dengan metode pemisahan
murni maupun metode akuisisi, konversi dan merger tidak akan berdampak
pada tingkat Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan,
sehingga unit usaha syariah dapat memilih salah satu dari kedua metode
tergantung kebutuhan dan kesiapan bank umum konvensional dan unit usaha
syariahnya.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hal ini kemungkinan disebabkan karena bank umum syariah hasil pemisahan
belum mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk dapat digunakan dalam
menghasilkan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Hakiim59 yang menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2013 Capital
Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) Industri Bank Syariah di Indonesia.
59 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
76
c. Non Performing Finance (NPF)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Non Performing
Finance (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
bank umum syariah hasil pemisahan, artinya bahwa semakin tinggi nilai NPF
maka akan mampu menurunkan nilai ROA bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini disebabkan karena semakin kecil nilai NPF maka dapat
dikatakan semakin kecil pula jumlah pembiayaan bermasalahnya. Dengan
kecilnya jumlah pembiayaan bermasalah, maka jumlah dana pembiayaan yang
disalurkan kepada nasabah dapat dikembalikan dengan baik kepada bank
syariah, sehingga akan meningkatkan jumlah laba yang diperoleh dan akan
menaikkan tingkat profitabilitas bank tersebut. Begitupun sebaliknya apabila
nilai NPF meningkat, maka jumlah pembiayaan bermasalah akan meningkat,
sehingga akan menyebabkan kerugian bagi bank syariah yang mengakibatkan
menurunnya tingkat profitabilitas bank tersebut. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid60 danWidowati61 yang
menunjukkan bahwa Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah
60 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123 61 Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Perbankan di Indonesia”, h. 13
77
hasil pemisahan, artinya bahwa semakin tinggi nilai BOPO maka akan mampu
menurunkan nilai ROA bank umum syariah hasil pemisahan. Hal ini disebabkan
karena pada saat melakukan pemisahan, bank syariah hasil pemisahan tersebut
memerlukan biaya-biaya operasional yang lebih besar dibandingkan saat
menjadi unit usaha syariah yang biaya operasionalnya masih ditanggung oleh
bank induk konvensional. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa ketika
biaya-biaya operasional meningkat yang ditandai oleh meningkatnya nilai
BOPO, maka bank syariah menjadi lebih tidak efisien karena biaya operasional
lebih besar dibandingkan pendapatan operasional yang diperoleh, sehingga
akan menurunkan tingkat Return On Asset (ROA). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Hamid62 dan Hakiim63 yang menunjukkan
bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai
indikatornya.
e. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Financing to Deposit
Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
bank umum syariah hasil pemisahan, artinya FDR tidak mempengaruhi
kenaikan maupun penurunan tingkat profitabilitas bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bank syariah belum
62 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, h. 123 63 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 167
78
mengoptimalkan pengelolaan dana pihak ketiganya dalam bentuk pembiayaan
yang disalurkan karena bank tersebut masih berhati-hati dalam mengelola dana
pihak ketiga yang dimilikinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan dilakukan Sistriyani64 dan Hakiim65 yang menunjukkan bahwa
FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perbankan syariah di
Indonesia.
F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan hasil analisis data memperlihatkan bahwa metode
pemisahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) bank umum syariah hasil pemisahan pada periode tahun 2011 kuartal I
sampai tahun 2016 kuartal II. Unit usaha syariah yang hendak melakukan
pemisahan dapat memilih salah satu dari kedua metode pemisahan, baik itu
metode pemisahan murni maupun metode pemisahan akuisisi, konversi dan
merger tergantung kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank induk
konvensional maupun unit usaha syariahnya.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hamid66, yang memaparkan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset. Hal ini dapat disebabkan karena
64 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40 65 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166 66 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic
Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 117-126
79
peningkatan total aset bank umum syariah setelah melakukan pemisahan tidak
dibarengi dengan peningkatan pada pendapatan yang diperoleh, sehingga laba
yang dihasilkan pun tidak optimal atau dapat disebabkan karena saat melakukan
pemisahan tentu akan meningkatkan jumlah aset. Peningkatan aset tersebut juga
akan mengakibatkan meningkatnya beban depresiasi, peningkatan beban ini
yang menjadikan laba tidak optimal.
Adapun penelitian sebelumnya terkait dengan metode pemisahan
dilakukan oleh Al Arif67 yang memperlihatkan bahwa tipe pemisahan tidak
memiliki pengaruh terhadap total aset empat bank umum syariah hasil
pemisahan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa setiap unit usaha syariah yang
hendak melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari kedua tipe
pemisahan tergantung kepada kebutuhan dari institusi yang bersangkutan.
Kebijakan pemisahan merupakan kewajiban yang harus dilakukan
bank umum konvensional yang telah membuka unit usaha syariah. Kebijakan
pemisahan ini dirasa sangat diperlukan mengingat kesadaran masyarkat akan
bank syariah terus meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga membuat
sebagian nasabah masih meragukan kemurnian prinsip syariah pada unit usaha
syariah yang beroperasi di bawah naungan bank umum konvensional. Karena
terdapat perbedaan prinsip dan karakteristik antara sistem perbankan syariah
dan perbankan konvensional, maka sistem konvensional dan sistem syariah
harus berjalan masing-masing. Dengan dilakukannya pemisahan manajemen
67 M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan”, Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 2014
80
bank umum konvensional akan lebih fokus pada kompetensi utamanya dan
bank umum syariah dapat fokus dalam menjalankan bisnis syariahnya secara
lebih independen.
Untuk melakukan pemisahan perlu adanya pertimbangan dan
persiapan yang matang baik dari bank umum konvensional maupun kesiapan
dari unit usaha syariah. Keberadaan rencana bisnis bagi UUS menjadi sangat
penting untuk melihat kesiapan dan keseriusan sebuah bank umum
konvensional yang telah membuka UUS memiliki niat untuk bisa menuangkan
rencana bisnisnya secara sistematis dalam upayanya untuk melakukan
pemisahan terhadap UUS-nya. Dengan pertimbangan dan kesiapan yang
matang, maka akan berdampak baik pula untuk bank umum syariah pasca
melakukan pemisahan.
Siswantoro68 menjelaskan dalam artikelnya bahwa bank umum
syariah hasil pemisahan dapat mengoptimalkan suntikan permodalan dari bank
induk konvensional untuk dapat meningkatkan pertumbuhan bank tersebut. Al
Arif69 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kebijakan pemisahan secara
umum justru menyebabkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien
dibandingkan dengan kondisi sebelum pemisahan terjadi. Hal ini dapat dilihat
pada kenaikan rasio BOPO pada periode awal pemisahan. Karena ketika unit
68 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off
as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164,
31 December 2014, h.41-48 69 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 295-304
81
usaha syariah tersebut telah memisahkan diri, maka biaya-biaya yang semula
ditanggung bank induk konvensional kini harus ditanggung sendiri oleh bank
umum syariah hasil pemisahan. Beberapa biaya yang harus ditanggung sendiri
oleh bank umum syariah hasil pemisahan antara lain: pertama, biaya terkait
dengan pembiayaan seperti biaya penagihan, biaya hukum, biaya penyisihan
piutang tidak tertagih, dan biaya-biaya lainnya. Kedua, biaya adminitrasi dan
umum. Sebagai suau entitas bisnis yang baru berdiri secara mandiri tentu masih
mengeluarkan banyak biaya terkait dengan administrasi dan umum. Ketiga,
biaya teknologi. Hampir seluruh bank umum syariah hasil pemisahan membuat
suatu sistem teknologi tersendiri, hal ini mengakibatkan pada kenaikan biaya
operasional dari bank syariah yang bersangkutan.
Menurut Tubke70 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
proses pemisahan (spin-off). Pertama, faktor yang terkait dengan aktivitas
bisnis, faktor ini terkait dengan ukuran perusahaan dan perbedaan sektor bisnis
antara perusahaan induk dengan perusahaan anaknya. Apabila faktor pertama
ini dikaitkan dengan unit usaha syariah dapat diposisikan sebagai perusahaan
anak dan bank konvensional sebagai perusahaan induk. Kedua, faktor yang
terkait dengan organisasi dan pengelolaan perusahaan. Ketiga, faktor yang
terkait dengan hubungan dan dukungan. Terdapat tiga pola hubungan yang
mungkin tercipta antara perusahaan induk dan perusahaan anak yang
melakukan pemisahan, yaitu hubungan pasar (market-relatedness), hubungan
70 Alexander Tubke, Success Factors of Corporate Spin-Offs, USA: Springer
Science+Business Media, 2004
82
produk (product relatedness), dan hubungan teknologi (technology-
relatedness). Keempat, faktor transfer atau pengalihan berupa transfer
pengalaman dari perusahaan induk kepada perusahan anaknya. Kelima, faktor
terkait dengan motivasi. Keenam, faktor terkait dengan lingkungan bisnis baik
berupa karakteristik lingkungan bisnis regional maupun legal.
Dengan demikian, kebijakan pemisahan unit usaha syariah menjadi
bank umum syariah dapat dijadikan sebagai salah satu strategi bisnis untuk
meningkatkan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Namun
untuk melakukannya tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru, harus
diperlukan pertimbangan serta kesiapan yang matang dari bank induk
konvensional untuk memisahkan unit usaha syariahnya terutama dari aspek
permodalan serta kesiapan dari unit usaha syariahnya. Apabila pemisahan
dilakukan secara terburu-buru dikhawatirkan dapat mengakibatkan
melambatnya pertumbuhan bank umum syariah setelah melakukan pemisahan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator sebaiknya juga memperhatikan
perkembangan industri perbankan syariah dan fokus untuk meningkatkannya
tidak hanya fokus untuk mendorong UUS untuk segera melakukan pemisahan,
karena dalam beberapa tahun ini perkembangan industri perbankan syariah
sedang mengalami penurunan. Selain itu OJK diharapkan dapat memeriksa
setiap rencana bisnis UUS untuk menilai sejauh mana rencana bisnis UUS
disusun secara matang agar dapat mengetahui keseriusan dan persiapan UUS
untuk melakukan pemisahan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi
Bank Umum Syariah (BUS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI
Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah pada periode
Januari 2011 sampai Juni 2016. Sedangkan Non Performing Finance (NPF) dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Dan dua variabel independenn lainnya, yakni Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak
melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan,
baik itu metode pemisahan murni ataupun metode pemisahan akuisisi, konversi
dan merger tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta
kebijakan dari bank induk konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena
peningkatan total aset bank umum syariah setelah melakukan pemisahan tidak
dibarengi dengan peningkatan pada pendapatan yang diperoleh, sehingga laba
84
yang dihasilkan pun tidak optimal atau dapat disebabkan karena saat melakukan
pemisahan tentu akan meningkatkan jumlah aset. Peningkatan aset tersebut juga
akan mengakibatkan meningkatnya beban depresiasi, peningkatan beban ini
yang menjadikan laba tidak optimal.
Melihat perbedaan prinsip dan karakteristik pada kegiatan operasional
yang dilakukan antara bank konvensional dan bank syariah, maka kebijakan
pemisahan ini sangat perlu dilakukan agar kegiatan syariah dan konvensional
dapat berjalan masing-masing. Dengan melakukan pemisahan dapat mendorong
berjalannya praktik perbankan syariah yang mengedepankan prinsip syariah
tanpa intervensi bank induk konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa
saran dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
1. Bagi bank umum syariah hasil pemisahan sebaiknya meningkatkan
kemampuan dalam mengelola asetnya agar mendapatkan keuntungan yang
optimal serta lebih selektif lagi dalam mengeluarkan biaya-biaya
operasional, sehingga bank akan lebih efisien dan akan meningkatkan
Return On Asset (ROA) bank.
2. Bagi regulator, dalam hal ini adalah lembaga pengawas jasa sebaiknya harus
lebih tegas kepada bank umum konvensional yang telah memiliki unit usaha
syariah agar lebih serius untuk mempersiapkan segala hal terkait rencana
untuk segera melakukan pemisahan unit usaha syariahnya.
85
3. Bagi bank konvensional yang telah memiliki unit usaha syariah sebaiknya
lebih serius dan matang dalam merencanakan dan mempersiapkan rencana
pemisahan terutama dalam hal permodalan karena untuk melakukan
pemisahan akan berdampak pada pengurangan modal bank induk
konvensional, dengan begitu dapat diketahui strategi dan metode yang tepat
dalam melakukan pemisahan baik itu pemisahan murni maupun akuisisi,
konversi dan merger.
4. Bagi unit usaha syariah yang hendak melakukan pemisahan sebaiknya lebih
meningkatkan kinerja keuangannya serta kesiapan infrastruktur dan sumber
daya manusianya agar lebih siap dan matang untuk melakukan pemisahan.
5. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen tidak
hanya terbatas pada rasio keuangan saja, akan tetapi dapat menggunakan
jumlah pembiayaan, laba, dana pihak ketiga, dan lain-lain serta melakukan
pengembangan teori agar hasil penelitian selanjutnya lebih baik. Dan
diharapkan menambah periode waktu penelitian yang lebih panjang agar
menghasilkan data yang lebih baik lagi, sehingga hasil yang didapat lebih
akurat.
86
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M.N.R. 2011. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Era Adicitra
Intermedia.
___________. 2014. Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of
Indonesian Islamic Banking Industry. Economic Jurnal of Emerging
Markets, Vol. 6 (1), 50-55
___________. 2014. Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan. Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 168-179
___________. 2015. Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol.19 (2), 295-304
____________. 2015. The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in
Indonesia Islamic Industry. Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), 173-184
Apriliawan, Dody dkk. 2013. Pemodelan Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah
Menggunakan Regresi Data Panel. Jurnal Gaussian, Vol. 2 (4), 301-
321
Arifin, Zainul. 2012. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Barus, A.C dan David S. 2011. Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja
Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), 89-97
Basuki, A.T. Tanpa Tahun. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan
Eviews 7. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dermawan dan Djahotman. 2013. Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
87
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. N. 2004. Basic Economic. United States: The McGraw-Hill
Company.
Hakiim, N dan Haqiqi R. 2016. Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per
Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas
Industri Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM),
Vol. 14 (1), 161-168
Hamid, A. 2015. The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia
Islamic Banking Industry. Jurnal Al-Iqtishad, Vol.7(1), 117-126
Hermuningsih, Sri. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Ihsan, Dwi Nur’aini. 2013. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Jakarta: UIN Press.
Indriantoro, N dan Bambang Suporno. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajeme, Yogyakarta: BPFE.
Juanda, B dan Junaidi. 2012. Ekonomterika Deret dan Waktu: Teori dan Aplikasi,
Bogor: IPB Press.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Khotibul Umam, Peningkatan Ketaatan Syariah Melalui Pemisahan (Spin-off) Unit
Usaha Syariah Bank Umum Konvesional, Mimbar Hukum Vol.22
No.3, Oktober 2010
Maiyanti, Tatik dan Mayang Sari. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Syariah: Pendekatan Statistik Deskriptif.
http://www.republika.co.id. diakses pada tanggal 26 Agustus 2016.
88
Mokoagow, S.W dan Misbach F. 2015. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal EBBANK, Vol
6 (1), 33-62
Nasuha, A. 2012. Dampak Kebijakan Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah.
Jurnal Al-Iqtishad, Vol. 4 (2), 241-158
Ramdani, A. 2015. Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI
Syariah, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), 17-34
Ratnasari, N.P.A.M dkk. 2014. Aplikasi Regresi Data Panel dengan Pendekatan
Fixed Effect Model (Studi kasus: PT PLN GIANYAR). E-Jurnal
Matematika, Vol.3 (1), 1-7
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets and Liability Management, Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Riyanto, Bambang 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakata:
BPFE.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Rutun Waktu Terapan, Yogyakarta:
Penerbit Andi Yogyakarta.
Rustam, B.R, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.
Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elek
Media Komputindo.
Siamat, Dahlan. 2002. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE UI.
Sistiyarini, Evi dan Sudjarno. 2016. Faktor Internal dan Eksternal yang
Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia.
Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), 30-45
89
Siswantoro, Dodik. 2014. Analysis of Islamis bank’s performance and strategy
after spin-off as Islamic full-fledged scheme in Indonesia. Jurnal
Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol. 164, 41-48
Sudarsono, Heri. 2003. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia.
Sukarno, K.W. dan M. Syaichu. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen dan
Organisasi, Vol. 3 (2), 46-58
Suryani. 2011. Analisis Pengauh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Walisongo, Vol.
19 (1), 47-74
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Tubke, Alexander. 2004. Success Factors of Corporate Spin-Offs. USA: Springer
Science+Business Media
Widowati, S.A dan Bambang. 2015. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Profitabilitas Perbankan di Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi,
Vol. 4 (6), 1-15
Wijaya, A. 2008. Perbankan Syariah 2008 : Evaluasi, Trend, dan Proyeksi. Karim
Review. Special Edition.
Winarno, W.W. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Yogyakarta:
STIM YKPN.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bnisyariah.co.id
bjbsyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR BNI Syariah Periode
Januari 2011 – Juni 2016
Thn Triwulan ROA (%) CAR (%) NPF (%) BOPO (%) FDR (%)
I 3.42 25.91 2.12 67.98 76.53
II 2.22 22.25 1.71 78.2 84.46
III 2.37 20.86 1,78 78.06 86.13
IV 1.29 20.67 2.42 87.86 78.6
I 0.63 19.07 2.77 91.2 78.78
II 0.65 17.56 1.75 92.81 80.94
III 1.31 16.55 1.62 86.46 85.36
IV 1.48 14.1 1.42 85.39 84.99
I 1.62 18.68 0.97 82.95 80.11
II 1.24 18.9 1.54 84.44 92.13
III 1.22 16.63 1.49 84.06 96.37
IV 1.37 16.23 1.13 83.94 97.86
I 1.22 15.67 1.27 84.51 96.67
II 1.11 14.53 1.35 86.32 98.98
III 1.11 19.35 1.51 85.85 94.32
IV 1.27 18.42 1.04 85.03 92.6
I 1.2 15.4 1.3 89.87 90.1
II 1.3 15.11 1.38 90.39 96.65
III 1.32 15.38 1.33 91.6 89.65
IV 1.43 15.48 1.46 89.63 91.94
I 1.65 15.85 1.59 85.37 86.26
II 1.59 15.56 1.5 85.88 86.92
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Lampiran 2: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR BJB Syariah Periode
Januari 2011 – Juni 2016
Thn Triwulan ROA (%) CAR (%) NPF (%) BOPO (%) FDR (%)
I 1.58 32.37 0.72 83.69 133.91
II 1.16 33.22 0.64 86.12 109.56
III 1.11 31.77 0.64 85.9 94.31
IV 1.23 30.29 0.41 84.07 78.1
I 0.94 29.67 0.43 90.28 90.92
II 0.11 23.99 3.99 98.78 91.55
III 0.68 25.44 3.35 90.46 103.48
IV 0.67 21.73 2.1 90.62 88.06
I 1.92 20.54 0.98 71.47 85.69
II 0.93 18.94 0.89 84.52 96.82
III 0.91 17.94 1.13 85.04 104.28
IV 0.91 17.99 1.16 85.76 97.4
I 0.15 18.1 2.33 97.42 87.55
II 0.07 16.9 2.41 98.82 94.84
III 0.46 16.08 5.63 92.98 102.11
IV 0.72 15.78 3.87 91.01 84.02
I 0.08 13.85 4.98 98.73 88.5
II 0.07 12.2 4.78 99.47 95.7
III -0.95 22.24 4.5 104.25 103.48
IV 0.25 22.53 4.45 98.78 104.75
I 0.9 24.58 4.26 95.12 92.53
II -1.94 20.93 13.54 106.12 93.67
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Lampiran 3: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR BRI Syariah Periode
Januari 2011 – Juni 2016
Thn Triwulan ROA (%) CAR (%) NPF (%) BOPO (%) FDR (%)
I 0.23 21.72 1.7 101.38 97.44
II 0.2 19.99 2.77 100.3 93.34
III 0.4 18.33 2.27 98.56 95.58
IV 0.2 14.74 2.12 99.56 90.55
I 0.17 14.34 2.4 99.15 101.76
II 1.21 13.59 2.15 91.16 102.77
III 1.34 12.92 1.89 89.95 99.99
IV 1.19 11.35 1.84 86.63 103.07
I 1.71 11.81 2.01 85.54 100.9
II 1.41 15 1.94 87.55 103.67
III 1.36 14.66 2.14 80.8 105.61
IV 1.15 14.49 3.26 83.23 102.7
I 0.46 14.15 3.36 92.43 102.13
II 0.03 13.99 1.94 99.84 95.14
III 0.2 13.86 4.19 97.35 94.85
IV 0.06 12.89 3.65 99.14 93.9
I 0.53 13.22 3.96 96.2 88.24
II 0.78 11.03 4.38 93.84 92.05
III 0.8 13.82 3.86 93.91 86.61
IV 0.76 13.94 3.89 98.79 84.16
I 0.99 14.66 3.9 90.7 82.73
II 1.03 14.06 3.83 90.41 87.92
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Lampiran 4: Data ROA, CAR, NPF, BOPO dan FDR Bank Bukopin Syariah
Periode Januari 2011 – Juni 2016
Thn Triwulan ROA (%) CAR (%) NPF (%) BOPO (%) FDR (%)
I 0.62 12.12 1.3 93.72 95.18
II 0.65 17.46 1.32 94.43 93.45
III 0.51 17.72 1.57 93.96 81.12
IV 0.52 15.29 1.54 93.66 83.66
I 0.54 14.58 2.85 94.45 90.34
II 0.52 13.25 2.5 94.05 93.58
III 0.61 12.28 4.46 93.34 99.33
IV 0.55 12.76 4.26 91.59 92.29
I 1.08 12.63 4.28 88.67 87.8
II 1.04 11.84 4.03 88.82 92.43
III 0.79 11.18 3.86 91.5 95.15
IV 0.69 11.1 3.68 92.29 100.29
I 0.22 11.24 3.97 97.33 97.14
II 0.27 10.74 3.86 96.83 102.84
III 0.23 16.15 3.81 97.08 103.66
IV 0.27 15.85 3.34 96.73 92.89
I 0.35 14.5 3.95 96.1 95.12
II 0.49 14.1 2.47 94.78 93.82
III 0.66 16.26 2.45 93.14 91.82
IV 0.79 16.31 2.74 91.99 90.56
I 1.13 15.62 2.34 88.95 92.14
II 1.00 14.82 2.37 89.88 92.25
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Lampiran 5: Output Model Common Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.432785 0.538975 17.50135 0.0000
D_METODE -0.117547 0.071502 -1.643961 0.1040
CAR -0.005393 0.007036 -0.766496 0.4456
NPF -0.082986 0.019511 -4.253342 0.0001
BOPO -0.083418 0.005227 -15.96004 0.0000
FDR -0.006795 0.003388 -2.005351 0.0482 R-squared 0.863729 Mean dependent var 0.837727
Adjusted R-squared 0.855420 S.D. dependent var 0.681431
S.E. of regression 0.259105 Akaike info criterion 0.202581
Sum squared resid 5.505112 Schwarz criterion 0.371490
Log likelihood -2.913563 Hannan-Quinn criter. 0.270630
F-statistic 103.9487 Durbin-Watson stat 1.080631
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 6: Output Model Fixed Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel Least Squares
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.976973 0.567116 17.59248 0.0000
D_METODE -0.040186 0.077035 -0.521665 0.6038
CAR -0.023406 0.009132 -2.562975 0.0129
NPF -0.077177 0.020270 -3.807412 0.0003
BOPO -0.091313 0.006000 -15.21850 0.0000
FDR -0.002223 0.003898 -0.570347 0.5705 Effects Specification Period fixed (dummy variables) R-squared 0.919298 Mean dependent var 0.837727
Adjusted R-squared 0.884900 S.D. dependent var 0.681431
S.E. of regression 0.231185 Akaike info criterion 0.155977
Sum squared resid 3.260237 Schwarz criterion 0.916069
Log likelihood 20.13703 Hannan-Quinn criter. 0.462199
F-statistic 26.72558 Durbin-Watson stat 1.404923
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 7: Output Model Random Effect
Dependent Variable: ROA
Method: Panel EGLS (Period random effects)
Sample: 2011Q1 2016Q2
Periods included: 22
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 88
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.587571 0.507040 18.90889 0.0000
D_METODE -0.103566 0.066711 -1.552465 0.1244
CAR -0.009170 0.006934 -1.322593 0.1896
NPF -0.083294 0.018234 -4.568094 0.0000
BOPO -0.085230 0.005032 -16.93702 0.0000
FDR -0.006064 0.003244 -1.869267 0.0652 Effects Specification
S.D. Rho Period random 0.087645 0.1257
Idiosyncratic random 0.231185 0.8743 Weighted Statistics R-squared 0.870319 Mean dependent var 0.667536
Adjusted R-squared 0.862412 S.D. dependent var 0.650367
S.E. of regression 0.241240 Sum squared resid 4.772126
F-statistic 110.0644 Durbin-Watson stat 1.109178
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.862990 Mean dependent var 0.837727
Sum squared resid 5.534992 Durbin-Watson stat 1.069765