PENGARUH MATERIALISM SELF CONTROL DAN CELEBRITY...
Transcript of PENGARUH MATERIALISM SELF CONTROL DAN CELEBRITY...
PENGARUH MATERIALISM SELF CONTROL DAN CELEBRITY
WORSHIP TERHADAP PEMBELIAN KOMPULSIF PADA PENGGEMAR
K-POP DI JABODETABEK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Galiema Sadan Baraba
(11140700000073)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ii
PENGARUH MATERIALISM SELF CONTROL DAN
CELEBRITY WORSHIP TERHADAP PEMBELIAN
KOMPULSIF PADA PENGGEMAR K-POP DI
JABODETABEK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Galiema Sadan Baraba
NIM: 11140700000073
Pembimbing
Ilmi Amalia, M. Psi
NIP: 1982101420110112005
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020
v
MOTTO
“ The Secret Of Getting Ahead is Getting
Started”
–Mark Twain–
PERSEMBAHAN:
Karya ini dipersembahkan untuk dua orang yang mengajarkan kasih sayang dan
keberanian, ibu dan ayah.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juni 2020
C) Galiema Sadan Baraba
D) Pengaruh Materialism, self Control, dan Celebrity Worship terhadap
Pembelian Kompulsif Pada Penggemar K-Pop di Jabodetabek
E) xvi + 84 halaman + 4 lampiran
F) Pembelian kompulsif adalah pembelian yang tidak terkendali yang
didorong oleh ketegangan psikologis (rasa cemas) yang kemudian
menimbulkan perasaan senang setelah membeli serta frustasi karena
bersifat adiktif (Valence, d’Astous, & Fortier, 1989). Sebagian penggemar
K-Pop mengalami masalah dalam mengendalikan dorongan besar untuk
melakukan pembelian barang-barang seputar artis idola seperti album,
photocard, photobook, lightstick, dan merchandise lainnya (Barus, 2019).
Penggemar yang tidak bisa mengendalikan kegiatan membelinya bahkan
mengabaikan dampak buruk terhadap kondisi keuangannya (Asrizal,
2018). Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melihat pembelian
kompulsif di kalangan penggemar K-Pop di Jabodetabek. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh materialism, self control, dan celebrity
worship terhadap pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di
Jabodetabek.
Penelitian ini melibatkan 227 orang responden berusia 17 tahun ke atas di
wilayah Jabodetabek. Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini
mengggunakan metode CFA 8. Pengujian hipotesis penelitian
menggunakan analisis regresi berganda dengan SPSS 17.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materialism, self control, dan
celebrity worship secara bersama-sama signifikan mempengaruhi
pembelian kompulsif dengan besar pengaruh 40,7% dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian. Secara rinci dimensi yang
signifkan mempengaruhi pembelian kompulsif adalah centrality, self
control, entertainment social, dan intense personal. Sedangkan untuk
dimensi lainnya seperti success, happiness, dan borderline pathological
tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif.
G) Bahan bacaan: 44; 39 jurnal + 5 artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) Juni 2020
C) Galiema Sadan Baraba
D) The Effect of Materialism, Self Control, and Celebrity Worship on
Compulsive Purchases in K-Pop Fans in Jabodetabek
E) xvi + 84 pages + 4 appendix
F) Compulsive buying is an uncontrolled buying that is driven by
psychological tension (anxiety) which then creates feelings of pleasure
after buying and frustration because it is addictive (Valence, D'Astous, &
Fortier, 1989). Some K-Pop fans have problems controlling the urge to
purchase idols’ items such as albums, photocards, photobooks, lightsticks,
and other merchandise (Barus, 2019). Fans who could not control their
buying activities will ignore the adverse effects on their financial condition
(Asrizal, 2018). Based on that researcher wants to see compulsive buying
among K-Pop fans in Jabodetabek. This research aims to examine the
effect of materialism, self control, and celebrity worship on compulsive
buying on K-Pop fans in Jabodetabek.
The population of this research is K-Pop fans aged 17 years and above in
Jabodetabek, the sample of this study is 227 participants. Confirmatory
factor analysis (CFA) used to test the validity of measuring instrument and
multiple regression analysis used to test the research hypothesis.
The results of this study showed that materialism, self control, and
celebrity worship together significantly influenced compulsive buying of
40.7% and the remaining 59.3% influenced by other variables. In detail the
significant dimensions that influence compulsive buying are centrality,
self control, social entertainment, and intense personal. As for other
dimensions such as success, happiness, and borderline pathological no
significant effect on compulsive buying.
G) Reading materials: 44; 39 journals + 5 articles
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Materialism, Self Control, dan Celebrity worship”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah pada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang
membawa cahaya dalam kehidupan manusia untuk mencapai ridho-Nya. Dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak sekali hambatan,
namun berkat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih dengan tulus kepada:
1. Terimakasih penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang atas
doa yang selalu tercurah serta dukungan dan kasih sayang yang
mendorong penulis untuk terus berusaha merampungkan skripsi ini.
Terimakasih juga penulis persembahkan untuk kedua adik serta keluarga
besar yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat selama proses
penelitian ini. Terimakasih atas doa, dukungan, kasih sayang, dan
kepercayaan kalian.
2. Ibu Ilmi Amalia, M. Psi selaku dosen pembimbing, terimakasih atas
waktu, tenaga, bimbingan, saran, ilmu, dan kesabarannya selama masa
bimbingan yang membuat penulis terus termotivasi hingga akhirnya
berhasil menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Gazi, M. Si selaku dosen pembimbing akademik penulis selama
menempuh masa perkuliahan.
ix
4. Seluruh dosen pengajar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas ilmu, bimbingan, pengajaran yang telah diberikan selama
masa perkuliahan.
5. Teman-teman dari komunitas ELF, Army, Once, Blink, ReveLuv, Stay,
Ikonic, Ahgase, MyDay, NCTzen se-Jabodetabek yang sudah bersedia
menjadi responden penelitian ini.
6. Sahabat-sahabatku (Farah, Nandita & Salsa) yang terus menemani serta
memberi dukungan dan semangat. Terimakasih untuk waktu, pengalaman,
dan dukungan kalian.
7. Sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Amel, Ayu, Ellysa, Nindy, Tami, Ulfa & Vera yang sudah
menemani selama masa perkuliahan. Terimakasih untuk kebersamaan,
pengalaman, dan dukungan yang kalian berikan.
8. Terimakasih kepada Desri Rodhiatun, Fathiana, Hasan Basri, Nurul
Noverri, dan Rahmawati atas bantuan serta arahan yang diberikan selama
penulisan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, terimakasih
atas bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga segala kebaikan, bantuan, dan jasa kalian akan dibalas oleh Allah
SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat menghargai saran dan masukan yang bersifat
membangun demi melengkapi kekurangan dan keterbatasan dalam proses
x
penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, 8 Juni 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. .................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN. ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... . iii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... . v
ABSTRAK .................................................................................................................... . vi
ABSTRACT. ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. . viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR. .................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah. ............................................................. 6
1.2.1 Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................................... 10
2.1 Pembelian Kompulsif .................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Pembelian Kompulsif ............................................................. 10
2.1.2 Dimensi Pembelian Kompulsif ............................................................ 12
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Kompulsif .............................. 13
2.1.4 Pengukuran Pembelian Kompulsif ....................................................... 15
2.2 Materialism ................................................................................................... 16
2.2.1 Definisi Materialism . .............................................................. . 16
2.2.2 Dimensi Materialism ........................................................................... 18
2.2.3 Pengukuran Materialism ...................................................................... 19
2.3 Self Control ................................................................................................... 19
2.3.1 Definisi Self Control ............................................................................ 19
2.3.2 Pengukuran Self Control ...................................................................... 20
2.4 Celebrity Worship .......................................................................................... 21
xii
2.4.1 Definisi Celebrity Worship .................................................................. 21
2.4.2 Jenis-jenis Celebrity Worship .............................................................. 22
2.4.3 Pengukuran Celebrity Worship ............................................................ 23
2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 25
2.7 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 32
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................. 33
3.1 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 33
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................................... 33
3.2.1 Variabel Penelitian .............................................................................. 33
3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................ 34
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 35
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................................... 41
3.4.1 Uji Validitas Alat Ukur Pembelian Kompulsif .................................... . 43
3.4.2 Uji Validitas Alat Ukur Materialism. ................................................... 45
3.4.2.1 Success. ........................................................................................ 45
3.4.2.2 Centrality. .................................................................................... 46
3.4.2.3 Happiness. .................................................................................... 48
3.4.3 Uji Validitas Alat Ukur Self Control. ................................................... 49
3.4.4 Uji Validitas Alat Ukur Celebrity Worship........................................... 51
3.4.4.1 Entertainment Social. ................................................................... 51
3..4.4.2 Intense Personal. ......................................................................... 52
3.4.4.3 Borderliene Pathological. ............................................................. 54
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 55
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 58
BAB 4 HASIL PENELITIAN. ...................................................................................... 60
4.1 Gambaran Subyek Penelitian. ........................................................................ 60
4.2 Hasil Analisis Deskriptif. ............................................................................... 61
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................................ 63
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian............................................................. .............. 64
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian. .......................................................... 64
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Setiap IV Terhadap DV ................................... 68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. ...................................................... 71
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 71
5.2 Diskusi. ......................................................................................................... 71
5.3 Saran. ............................................................................................................ 75
xiii
5.3.1 Saran Teoritis. .................................................................................... 75
5.3.2 Saran Praktis. ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 78
LAMPIRAN ................................................................................................................. . 85
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Data
Tabel 3.2 Blue Print Skala Pembelian Kompulsif
Tabel 3.3 Blue Print Skala Materialism
Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Control
Tabel 3.5 Blue Print Skala Celebrity Worship
Tabel 3.6 Muatan Faktor Pembelian Kompulsif
Tabel 3.7 Muatan Faktor Success
Tabel 3.8 Muatan Faktor Centrality
Tabel 3.9 Muatan Faktor Happiness
Tabel 3.10 Muatan Faktor Self Control
Tabel 3.11 Muatan Faktor Entertainment Social
Tabel 3.12 Muatan Faktor Intense Personal
Tabel 3.13 Muatan Faktor Borderline Pathological
Tabel 4.1 Gambaran Subyek Penelitian
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel
Tabel 4.4 Tabel Skor Kategorisasi
Tabel 4.5 Tabel R Square
Tabel 4.6 Tabel Anova
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Seluruh IV Terhadap DV
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner............................................................................................86
Lampiran 2 Format Kuesioner Online...................................................................94
Lampiran 3 Hasil CFA..........................................................................................96
Lampiran 4 Hasil Uji Regresi..............................................................................104
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penggemar K-Pop atau yang biasa disebut dengan Kpopers terkenal sangat setia
dalam mendukung artis idolanya. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh para
penggemar untuk menunjukkan rasa cinta kepada artis idola. Salah satu cara yang
biasa dilakukan para penggemar adalah dengan membeli beragam pernak-pernik
seputar artis idolanya seperti album, lightstick, photobook, photocard, dan
merchandise lainnya (Barus, 2019). Pembelian pernak-pernik K-Pop sebenarnya
adalah hal yang wajar dilakukan, namun ada beberapa penggemar K-Pop yang
tidak bisa mengendalikan kegiatan membelinya bahkan tidak memikirkan resiko
terhadap kondisi keuangannya (Asrizal, 2018).
Beberapa penggemar K-Pop membeli pernak-pernik seputar artis idola
bukan hanya sebatas kegiatan untuk menunjukkan mendukung karier artis
idolanya (Kim, 2018). Mereka merasakan adanya dorongan yang besar untuk
membeli album dan merchandise lainnya. Selain itu mereka juga merasa gelisah
dan cemas jika tidak memenuhi dorongan untuk melakukan pembelian. Setelah
memenuhi dorongan untuk membeli pernak-pernik seputar artis idola, mereka
akan merasa puas namun di saat yang bersamaan muncul perasaan bersalah
dengan pembelian yang dilakukan.
Corchip (2017) menuliskan keresahannya terkait kegiatan pembelian
pernak-pernik K-Pop yang ia lakukan pada sebuah forum penggemar K-Pop. Ia
2
mengakui sangat suka membeli album dan merchandise K-Pop dan akan merasa
gelisah jika tidak memenuhi keinginan untuk membeli barang-barang tersebut. Ia
mulai menyadari harus menghentikan pembeliannya karena ia membutuhkan uang
untuk biaya kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari. Meski begitu ia merasa sulit
menghentikan kegiatan pembeliannya karena perasaan antusias saat menunggu
barang sampai di rumah kemudian muncul rasa bahagia setelah bisa memiliki
barang tersebut merupakan perasaan yang tidak bisa dibandingkan dengan
perasaan lainnya dan hal itu membuatnya ketagihan.
Aktivitas pembelian barang sesungguhnya merupakan kegiatan yang biasa
dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski begitu ada
sebagian orang yang mengalami masalah dalam mengendalikan kegiatan
pembeliannya seperti yang terjadi pada beberapa penggemar K-Pop (Kim, 2018).
Pembelian yang tidak terkendali didorong oleh ketegangan psikologis (rasa
cemas) dalam diri yang kemudian menghasilkan rasa lega setelah melakukan
pembelian dan menimbulkan rasa frustasi akibat sifat adiktif dari perilaku
pembelian tersebut yang merupakan pengertian dari pembelian kompulsif
(Valence, d’Astous, & Fortier, 1988).
Salzman (1981, dalam O’Guinn & Faber 1989) mengatakan pada awalnya
individu tidak menyadari perilaku pembeliannya bermasalah, hal itu dikarenakan
individu merasa pembelian yang ia lakukan dapat menghilangkan rasa cemas atau
emotional distress. Menurut Marlatt (1988, dalam O’Guinn & Faber 1989)
pembelian kompulsif memang dapat menimbulkan kepuasan, namun dapat
menggiring kepada konsekuensi yang negatif di masa yang akan datang seperti
3
masalah keuangan, keluarga, sosial, bahkan pada diri sendiri. Hal tersebut terjadi
pada beberapa penggemar K-Pop, awalnya mereka tidak merasa kegiatan
membelinya bermasalah sampai mereka tidak lagi bisa mengendalikan dorongan
untuk melakukan pembelian.
Pada penelitian sebelumnya para peneliti melakukan riset untuk mencari
tahu variable apa saja yang mempengaruhi pembelian kompulsif pada seseorang.
Salah satunya adalah dengan variabel materialism. Dittmar (2005) menguji
pengaruh variabel materialism terhadap perilaku pembelian kompulsif, hasilnya
materialism signifikan mempengaruhi pembelian kompulsif. Hasil penelitian itu
berarti semakin tinggi nilai materialism yang dimiliki seseorang maka akan
semakin tinggi perilaku pembelian kompulsif yang ditunjukkan orang tersebut.
Pembeli kompulsif memiliki nilai materialism yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembeli biasa (O’Guinn & Faber, 1989). Materialism
adalah keyakinan bahwa memiliki barang atau materi penting dalam kehidupan
seseorang (Richins & Dawson, 2002). Nilai materialism mendorong seseorang
untuk memiliki dan membeli sesuatu sebagai tujuan hidup. Individu dengan nilai
materialism yang tinggi menganggap memiliki suatu barang tertentu adalah tujuan
utama hidup, indikator kesuksesan, kunci kebahagiaan, dan self-definition
(Richins, 2004).
Pada seseorang yang memiliki nilai materialism yang tinggi menganggap
barang-barang yang dimiliki sebagai bagian penting dari kehidupan. Bagi
penggemar K-Pop membeli pernak-pernik K-Pop menimbulkan rasa senang dan
4
dianggap penting untuk menunjukkan identitas sebagai penggemar yang setia
(Putra, 2019). Pada penelitian terdahulu yang mengaitkan pembelian kompulsif
dengan materialism dilakukan pada pembeli barang-barang fashion sebagai
subyek penelitian (Attmann et al. 2009). Penulis ingin meneliti apakah variabel
materialism mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif di dalam kelompok
penggemar K-Pop.
Penelitian lainnya yang menguji variabel apa saja yang mempengaruhi
pembelian kompulsif dilakukan oleh Achtziger et al. (2015). Pada penelitiannya
Achtziger et al. (2015) menguji pengaruh self control terhadap perilaku pembelian
kompulsif, mendapatkan hasil bahwa self-control secara signifikan negatif
mempengaruhi pembelian kompulsif. Seseorang dengan tingkat self-control yang
tinggi rupanya memiliki masalah yang lebih sedikit berkaitan dengan pembelian
kompulsif dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat self-control yang
rendah (Achtziger et al. 2015) Hasil serupa ditunjukkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Roberts et al. (2015). Seseorang dengan tingkat self-control yang
rendah menunjukkan perilaku pembelian kompulsif yang lebih tinggi. Kurangnya
kemampuan mengendalikan dorongan untuk berbelanja membuat seseorang
melakukan pembelian secara berlebihan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achtziger et al. (2015)
menguji pengaruh self control terhadap pembelian kompulsif melibatkan pembeli
yang melakukan pembelian barang-barang fashion seperti baju, tas, dan sepatu.
Pada masa sekarang seperti saat ini pembelian barang tidak hanya terbatas pada
barang-barang fashion saja. Penulis ingin menguji pengaruh self control terhadap
5
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop yang melakukan pembelian barang-
barang seputar artis idolanya seperti album, photocard, photobook, lightstick, dan
merchandise lainnya.
Fenomena pembelian kompulsif pada kelompok penggemar didukung oleh
penelitian yang menunjukkan hasil bahwa perilaku pembelian kompulsif
dipengaruhi oleh rasa cinta penggemar kepada idolanya yang disebut dengan
celebrity worship (Backer, Reeves, & Trulluck, 2012). Celebrity worship (Lynn,
Lange, & Houran, 2002) adalah rasa menyukai, mengagumi, dan terobsesi pada
satu selebriti atau lebih. Rasa suka, cinta, dan obsesi pada sosok artis maupun
idola membuat penggemar rela melakukan apa saja untuk bisa merasa terhubung
dengan sosok yang diidolakan. Hasil penelitian itu menarik perhatian penulis
untuk menggunakan variabel celebrity worship sebagai salah satu variabel bebas
pada penelitian ini. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Backer et al. (2012)
dilakukan di luar negeri, penulis ingin menguji apakah hasil yang sama akan
didapatkan pada penelitian ini yang diselenggarakan di Indonesia. Maka dari itu
penulis memilih variabel celebrity worship untuk menjelaskan bagaimana
pengaruh variabel ini terhadap pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di
Jabodetabek.
Fenomena yang akan diteliti oleh penulis adalah pembelian kompulsif
pada penggemar K-Pop. Penulis tertarik untuk meneliti dengan subyek penelitian
penggemar K-Pop dikarenakan musik K-Pop yang sedang populer dalam
beberapa tahun terakhir. Penulis juga menemukan adanya perbedaan perilaku
membeli di kalangan penggemar K-Pop. Ada sebagian penggemar K-Pop merasa
6
tidak perlu memaksakan diri untuk membeli pernak-pernik seputar artis idola dan
ada juga sebagian penggemar yang merasa membeli pernak-pernik seputar artis
idola adalah suatu keharusan (Barus, 2019).
Melihat fenomena yang ada penulis merasa perlu melakukan penelitian
mengenai pengaruh antara materialism, self control, dan celebrity worship
terhadap pembelian kompulsif di kalangan penggemar K-Pop. Penulis merasa
penelitian ini perlu dilakukan karena penelitian mengenai pembelian kompulsif
pada penggemar K-Pop masih jarang dilakukan. Penulis melakukan penelitian
mengenai pengaruh materialism, self control, dan celebrity worship terhadap
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop yang berdomisili di daerah
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti dibatasi hanya mengenai pengaruh materialism, self
control, dan celebrity worship terhadap pembelian kompulsif. Batasan mengenai
konsep variabel yang diteliti sebagai berikut:
1. Pembelian kompulsif adalah pembelian yang tidak terkendali yang
didorong oleh ketegangan psikologis (rasa cemas) yang kemudian
menimbulkan perasaan senang setelah membeli serta frustasi karena
bersifat adiktif (Valence, d’Astous, & Fortier, 1988) Ada tiga dimensi
yang diukur dalam variabel ini yaitu kecenderungan untuk membeli
7
(tendency to spend), aspek reaktif (reactive aspect), dan rasa menyesal
setelah membeli (post-puchase guilt).
2. Materialism adalah keyakinan mengenai pentingnya kepemilikan barang
atau materi di dalam kehidupan. Ada tiga dimensi yang diukur dalam
materialism yaitu materialism-happiness, materialism-centrality, dan
materialism-success (Richins & Dawson, 1992).
3. Self-control adalah kemampuan untuk menentukan perilaku berdasarkan
standar tertentu seperti moral, nilai, dan aturan yang berlaku dalam
masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan perilaku yang positif
(Tangney, 2004).
4. Celebrity worship ialah perasaan menyukai, mengagumi, dan terobsesi
pada seorang selebriti ataupun kelompok idola. Terdapat tiga dimensi yang
diukur dalam variabel ini yaitu entertainment-social, intense-personal dan
borderline-pathological (Lynn, Lange, & Houran, 2002).
5. Penelitian dilakukan pada responden yang dibatasi pada penggemar K-Pop
di Jabodetabek yang berusia 17 tahun ke atas.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh materialism, self control, dan celebrity worship,
terhadap perilaku pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di
Jabodetabek?
8
2. Apakah ada pengaruh dari dimensi materialism terhadap perilaku
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di Jabodetabek?
3. Apakah ada pengaruh dari self control terhadap perilaku pembelian
kompulsif pada penggemar K-Pop di Jabodetabek?
4. Apakah ada pengaruh dari dimensi celebrity worship terhadap perilaku
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di Jabodetabek?
5. Berapa proporsi variansi dari masing-masing variabel?
6. Variabel apakah yang paling besar pengaruhnya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meguji pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Maka dari itu penulis memaparkan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh materialism, self-control, dan celebrity worship
terhadap perilaku pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di
Jabodetabek.
2. Mengetahui pengaruh dimensi materialism terhadap perilaku pembelian
kompulsif pada penggemar K-Pop di Jabodetabek.
3. Mengetahui pengaruh self control terhadap perilaku pembelian kompulsif
pada penggemar K-Pop di Jabodetabek.
4. Mengetahui pengaruh dimensi celebrity worship terhadap perilaku
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop di Jabodetabek.
9
5. Mengetahui jumlah proporsi variansi dari masing-masing variabel.
6. Mengetahui variabel mana yang pengaruhnya paling besar.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang studi psikologi. Penelitian ini juga
dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kajian
pembelian kompulsif. Ada pun penelitian diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian terkait perilaku pembelian kompulsif di masa yang akan datang.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pengaruh materialism, self control, dan celebrity worship terhadap perilaku
pembelian kompulsif. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran di kalangan penggemar K-Pop dalam mengatur perilaku pembeliannya.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pembelian Kompulsif
2.1.1 Definisi Pembelian Kompulsif
Pembelian kompulsif menurut Valence et al. (1988) adalah pembelian yang tidak
terkendali yang didorong oleh ketegangan psikologis (rasa cemas) dalam diri
serta menimbulkan perasaan lega dan frustasi yang diakibatkan oleh sifat adiktif
perilaku pembelian tersebut. Pada penelitian Valence et al. (1988) menyatakan
bahwa ada tiga poin yang mendorong seseorang untuk melakukan pembelian
kompulsif, yaitu: tingginya aktivasi emosi, kontrol kognitif, dan reaktivitas.
O’Guinn & Faber (1989) menjelaskan pengertian pembelian kompulsif sebagai
pembelian kronis, repetitif yang merupakan respons utama terhadap adanya
peristiwa yang tidak baik dan perasaan buruk. Menurut O’Guinn & Faber (1989)
seseorang yang melakukan pembelian kompulsif mengalami kesulitan dalam
mengendalikan kegiatan membelinya.
Edwards (1993) mendefinisikan pembelian kompulsif sebagai bentuk
kegiatan membeli yang abnormal dan kronis yang dipengaruhi keinginan
membeli yang tidak terkendali dan berulang-ulang, serta adanya sikap tidak acuh
pada konsekuensi di masa yang akan datang. Walker & Lids (1983, dalam
O’Guinn & Faber, 1989) mengatakan ada dua kriteria pada perilaku kompulsif,
yaitu perilaku ditunjukkan secara berulang-ulang dan bersifat problematik atau
membawa masalah bagi individu yang mengalaminya, baik itu masalah
11
keuangan, masalah keluarga, maupun masalah dengan orang-orang di sekitarnya.
Meski begitu individu yang melakukan pembelian kompulsif pada awalnya tidak
menyadari kalau dirinya menunjukkan perilaku pembelian kompulsif. Salzman
(1981, dalam O’Guinn & Faber 1989) mengatakan pada awalnya individu yang
menunjukkan perilaku pembelian kompulsif akan menganggap perilakunya
tersebut menyenangkan karena dapat membuatnya merasa tenang dan terlepas
dari perasaan cemas.
Krueger (1988, dalam Magee 1994) menjabarkan karakteristik perilaku
pembelian kompulsif sebagai (1) Adanya dorongan kuat untuk melakukan
pembelian tanpa memikirkan resiko keuangannya; (2) Pada pembelian
kompulsif, barang-barang yang dibeli bukan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari; (3) Penyangkalan dari individu yang melakukan
pembelian kompulsif bahwa adanya dampak negatif dari pembelian yang
dilakukan; (4) Individu mengalami kegagalan untuk mengendalikan kegiatan
pembeliannya; (5) Pembelian dilakukan untuk menghilangkan rasa cemas dalam
diri individu.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori pembelian kompulsif dari
Valence, d’Astous, & Fortier (1988) yang menjelaskan pembelian kompulsif
adalah pembelian yang tidak terkendali yang didorong oleh ketegangan
psikologis (rasa cemas) dalam diri dan menimbulkan perasaan lega dan frustasi
akibat rasa adiktif dari pembelian tersebut.
12
2.1.2 Dimensi Pembelian Kompulsif
Valence, d’Astous, & Fortier (1988) mengembangkan konsep dari studi
penelitian dari Faber, Krych, & O’Guinn (1987) lalu merumuskan tiga dimensi
yang terkait dengan pembelian kompulsif, yaitu:
1) Kecenderungan untuk berbelanja (tendency to spend)
Tendency to spend, yaitu dimana pembeli kompulsif menunjukkan
kecenderungan lebih tinggi untuk membeli dibandingkan dengan
pembeli biasa atau pembeli non-kompulsif.
2) Aspek reaktif (reactive aspect)
Reactive aspect ini ditandai dengan respon individu yang memiliki
keinginan kuat dalam membeli. Dengan demikian, individu tersebut
menunjukkan perilaku pembelian kompulsif. Individu mungkin merasa
bahwa motivasi dan dorongan untuk membeli tersebut tidak dapat
dikendalikan. Sebaliknya pembeli non-kompulsif tidak merasa adanya
motivasi dan dorongan untuk membeli tersebut.
3) Perasaan menyesal setelah membeli (post-purchase guilt)
Adanya rasa penyesalan setelah membeli. Para peneliti melaporkan
bahwa individu yang terlibat dalam perilaku pembelian kompulsif
merasakan penyesalan setelah berbelanja.
13
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Kompulsif
1. Self esteem
Menurut O’Guinn dan Faber (1992) individu yang memiliki tingkat self
esteem yang rendah akan lebih mudah untuk melakukan perilaku pembelian
kompulsif. Rendahnya tingkat self esteem secara konsisten signifikan
mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif (d’Astous et al. 1990; Faber
dan O’Gunnn, 1989).
2. Self Control
Seseorang yang menunjukkan perilaku pembelian kompulsif mengalami
kegagalan dalam mengendalikan dirinya menahan godaan (Edwards, 1996).
Pada penelitian Claes (2010) yang menguji hubungan self control terhadap
pembelian kompulsif menunjukkan hasil negatif. Seseorang yang
menunjukkan perilaku pembelian kompulsif memiliki nilai self control yang
rendah (Achtziger, 2015).
3. Pengaruh Teman sebaya
Hasil penelitian d’Astous et al. (1990) menunjukkan teman sebaya memiliki
pengaruh dalam kegiatan pembelian remaja. Individu yang menunjukkan
perilaku pembelian kompulsif ingin diterima oleh lingkungannya serta
menganggap penting pendapat teman-teman di sekitarnya.
4. Materialism
Penelitian (O’Guinn & Faber, 1989) menunjukkan materialism secara
signifikan mempengaruhi pembelian kompulsif. Seseorang yang
menunjukkan perilaku pembelian kompulsif memiliki nilai materialism yang
14
tinggi (Eren et al. 2012; Dittmar 2007; Dittmar 2005; Mowen et al. 1999;
O’Guinn & Faber, 1989)
5. Tayangan Televisi
O’Guinn dan Faber (1989) mengatakan bahwa penonton televisi percaya
bahwa dunia yang dilihat di layar televisi merupakan dunia yang sebenarnya
sehingga membuat mereka semakin intens untuk membeli sesuai apa yang
mereka lihat di televisi.
6. Keluarga.
Menurut Valence et al. (1988) ditemukan bahwa skor pembelian kompulsif
dari beberapa responden meningkat ketika ada beberapa anggota keluarga
yang melakukan perilaku menyimpang (mabuk, cemas, dan depresi). Selain
itu d’Astous et al (1990) menemukan adanya hubungan yang positif ketika
responden mempersepsikan perilaku kompulsif pada orangtuanya dengan
perilaku kompulsif dirinya.
7. Usia
Pada beberapa penelitian usia menunjukkan hubungan negatif terhadap
perilaku pembelian kompulsif (d’Astous 1990; O’Guinn & Faber 1989).
Penelitian Koran et al. (2006) menunjukkan individu yang berusia muda
lebih mudah melakukan pembelian kompulsif.
8. Jenis Kelamin
Pada penelitian Faber (1992) didapatkan hasil bahwa sebagian besar pembeli
kompulsif merupakan wanita. Hasil yang sama juga ditemukan pada
15
penelitian O’Guinn & Faber (1989) menunjukkan 90 persen responden
penelitiannya yang menunjukkan perilaku pembelian kompulsif adalah
wanita.Pada hasil penelitian Roberts (1998) juga mendukung temuan
respoden wanita menunjukkan nilai pembelian kompulsif lebih tinggi
daripada pria.
2.1.4 Pengukuran Pembelian Kompulsif
Ada beberapa macam skala pengukuran untuk mengukur perilaku pembelian
kompulsif di antaranya yaitu:
1. Richmond Compulsive Buying Scale
Skala yang dikembangkan oleh Ridgway (2008) ini terdiri dari 6 item yang
bersifat unidimensional.
2. Compulsive buying scale
Skala yang dikembangkan oleh Elizabeth Edwards (1993) ini terdiri dari 13
item yang merupakan gambaran dari lima dimensi yang diukur yaitu:
tendency to spend, feeling about shopping, dysfunctional spending, dan post-
purchase guilt.
3. Compulsive buying scale
Skala yang dikembangkan oleh O’Guinn & Faber (1992) bersifat
unidimensional yang terdiri dari 7 item yang merupakan representasi dari tiga
dimensi pembelian kompulsif yaitu specific behavior, motivation, dan feeling
associated with buying.
16
4. Compulsive Buying Scale
Skala ini dikembangkan oleh Valence, d’Astous, & Fortier (1988). Alat ukur
ini terdiri dari 13 item yang merupakan representasi dari tiga dimensi dari
pembelian kompulsif, yaitu tendency to spend, aspect of reactivity, post-
purchase guilt.
Dari keempat alat ukur pembelian kompulsif di atas penulis
menggunakan Compulsive Buying Scale yang dikembangkan oleh oleh
Valence, d’Astous, & Fortier (1988) yang terdiri dari 13 item yang memiliki
3 dimensi yaitu tendency to spend, aspect of reactivity, post-purchase guilt.
2.2 Materialism
2.2.1 Definisi Materialism
Materialism adalah sebuah keyakinan mengenai pentingnya kepemilikan
barang-barang atau materi dalam kehidupan seseorang (Richins & Dawson,
1992). Menurut Belk (1985) materialism didefinisikan sebagai kepentingan
seseorang yang berkaitan dengan kepemilikan duniawi. Belk (1985)
mengemukakan pendapatnya bahwa materialism berasal dari sifat egois serta
memandang materialism sebagai fungsi dari ciri kepribadian seseorang.
Selanjutnya Belk mengungkapkan tiga sifat dominan dalam materialism yang
terdiri dari sifat posesif, kurangnya kemurahan hati, dan rasa iri hati.
Pada studi lain materialism diartikan cara pandang yang berisi orientasi,
sikap, keyakinan, dan nilai-nilai hidup yang menekankan atau mementingkan
kepemilikan barang-barang material di atas nilai-nilai kehidupan lainnya.
17
Sehingga barang–barang dipertimbangkan sebagai bagian penting dari kehidupan
dan semakin banyak barang akan menyediakan kepuasan yang lebih besar
(Kasser, 2006 dalam Iqbal & Aslam, 2016).
Menurut Richins & Dawson (1992) materialism dibagi menjadi tiga
dimensi yaitu: (1) Dimensi kepemilikan merupakan ukuran kesuksesan
hidup (possession defined success) atau biasa disebut success untuk
mengukur keyakinan seseorang tentang kesuksesan berdasarkan pada jumlah dan
kualitas kepemilikanya. (2) Dimensi pentingnya harta dalam hidup seseorang
(acquisition centrallity) atau sering disebut dengan centrality bertujuan untuk
mengukur derajat keyakinan seseorang yang menganggap bahwa harta dan
kepemilikan sangat penting dalam kehidupan seseorang, sedangkan (3)
dimensi kepemilikan dan harta benda merupakan sumber kebahagiaan
(acquisition as the pursuit of happiness) yang biasa disebut dengan happiness
untuk mengukur keyakinan apakah seseorang memandang kepemilikan barang
dan harta merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
dalam hidup.
Dari berbagai definisi materialism di atas, pada penelitian ini penulis
menggunakan teori materialism dari Richins & Dawson (1992). Materialism
adalah suatu nilai keyakinan yang dimiliki individu terkait pentingnya
kepemilikan barang-barang dalam hidupnya (Richins & Dawson, 1992).
18
2.2.2 Dimensi Materialism
Menurut Richins & Dawson (2004) materialism terdiri dari tiga dimensi,
yaitu:.
a. Acquisition as the persuit of happiness yang diukur dengan menggunakan
3 indikator sebagai berikut:
1. Barang-barang yang saat ini dimiliki membuat bahagia.
2. Membeli banyak barang membuat bahagia.
3. Merasa resah saat tidak sanggup membeli barang yang disukai.
b. Acquisition centrality yang diukur dengan menggunakan 3 indikator
sebagai berikut:
1. Biasa membeli sesuatu yang dapat menyenangkan diri.
2. Menyukai kemewahan.
3. Biasa membeli sesuatu yang sebetulnya tidak benar-benar dibutuhkan.
c. Possesion defined success yang diukur dengan menggunakan 3
indikator sebagai berikut:
1. Mengagumi orang lain yang memiliki barang-barang yang
mahal (mewah).
2. Materi yang dimiliki seseorang merupakan ukuran sebuah kesuksesan.
3. Ingin memiliki barang-barang yang dapat membuat orang lain terkesan
19
2.2.3 Pengukuran Materialism
1 Belk Materialism Scale
Alat ukur ini disusun oleh Belk (1985) untuk mengukur variabel materialism.
Alat ukur ini terdiri dari 24 item yang merepresentasikan tiga dimensi pada
materialism. Tiga dimensi tersebut adalah envy, non-genorosity, dan
possessiveness.
2 Materialism Values Scale
Alat ukur ini disusun oleh Richins &Dawson (1992) terdiri dari 18 item.
Item-item tersebut merupakan representasi dari tiga dimensi yaitu happiness,
centrality, dan success
Pada penelitian ini penulis memilih menggunakan alat ukur Materialism
Values Scale yang dikembangkan oleh Richins & Dawson (1992). Penulis
menggunakan ketiga dimensi pada alat ukur ini yaitu happiness, centrality,
dan success.
2.3 Self Control
2.3.1 Definisi Self Control
Menurut Roy F. Baumeister (2002) self control adalah kemampuan untuk
menghadapi respon di lingkungan sekitar yang melibatkan kognitif, mengatur
impuls, dan mengubah penampilan. Chaplin (2002, dalam Ningtyas, 2012)
mendefinisikan self control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau
tingkah laku impulsif. Tangney (2004) berpendapat self control adalah
20
kemampuan individu untuk menentukan perilaku berdasarkan standar tertentu
seperti moral, nilai, dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat dengan tujuan
untuk mewujudkan perilaku yang positif.
Dari berbagai pendapat mengenai definisi self control, pada penelitian ini
penulis menggunakan definisi self control dari Tangney (2004). Definisi self
control menurut Tangney (2004) adalah kemampuan individu untuk menentukan
perilaku berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai, dan aturan yang
berlaku di dalam masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan perilaku yang
positif.
2.3.2 Pengukuran Self Control
Terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur variable self control di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. The Self Control Schedule yang merupakan skala alat ukur self control
yang dikembangkan oleh Rosenbaum (1980). Alat ukur ini memiliki 36
item yang mewakili empat dimensi yaitu cognition to control emotional
and physiological sensastion, tendency to employ problem solving’s
strategies, ability to delay immediate gratifications, dan expectations for
self efficacy.
2. Brief Self Control Scale yang merupakan skala alat ukur self control yang
dikembangkan oleh Tangney, Baumeister, & Boone 2004. Alat ukur ini
terdiri dari 13 item dan bersifat unidimensional.
21
3. Ego Undercontrol Scale adalah skala alat ukur untuk mengukur self
control. Skala alat ukur yang dikembangkan oleh Letzring et al. (2005)
ini memiliki 37 item.
4. The Barratt Impulsiveness Scale adalah skala alat ukur untuk mengukur
self control yang dikembangkan oleh Patton et al. (1995). Alat ukut ini
memiliki 30 item yang mewakili tiga dimensi yaitu attetional
impulsiveness, motor impulsiveness, dan non-planning impulsiveness.
5. Low Self Control merupakan skala alat ukur self control yang
dikembangkan oleh Grasmick (1993, dalam de Ridder et l., 2012). Alat
ukur ini memiliki 24 item yang mewakili enam dimensi yaitu impulsivity,
preference for simple rather than complex task, risk seeking, self centered
orientation, preference for physical rather than cerebral activities, dan
low tolerance for frustration.
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen alat ukurBrief Self
Control Scale yang dikembangkan oleh Tangney, Baumeister, & Boone
(2004) yang terdiri dari 13 item.
2.4 Celebrity Worship
2.4.1 Definisi Celebrity Worship
Menurut Lynn, Lange, & Houran (2002) definisi celebrity worship adalah
perasaan menyukai, mengagumi, dan terobsesi pada seorang selebriti atau
kelompok idola. Pertama kali istilah celebrity worship ini diciptakan oleh Dr.
22
Lynn McCutcheon (2002). Istilah celebrity worship biasanya dimaksudkan
kepada mengidolakan dan ketertarikan terhadap selebriti.
McCutcheon (2004) mengusulkan model ‘absorption-addiction’ untuk
menjelaskan kasus seperti celebrity worship. Absorption adalah suatu kondisi
dimana individu merasa memiliki hubungan yang nyata dengan selebriti.
Sementara addiction adalah suatu kondisi dimana individu memperkuat
kebutuhannya agar merasa lebih dekat dengan selebriti. Berdasarkan model ini,
celebrity worship memfasilitasi keintiman dengan selebriti dalam upaya untuk
membentuk identitas dan rasa kepuasan. Dinamika kekuatan motivasi
mendorong keintiman tersebut, kemudian memuat komponen adiktif yang
mengarah pada perilaku yang lebih ekstrem seperti delusi untuk
mempertahankan kepuasan individu dengan hubungan satu arah terhadap
selebriti.
2.4.2 Jenis-jenis Celebrity Worship
Lynn, Lange, & houran (2002) menyatakan bahwa celebrity worship terbagi
menjadi tiga jenis tingkatan, yaitu entertainment-social, intense-personal, dan
borderline-pathological.
1. Entertainment-social celebrity worship
Entertainment-social celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu tertarik pada kehidupan selebriti. Hal tersebut diwujudkan dengan
berbagai contoh, seperti tertarik membicarakan seputar selebriti kepada
23
teman-teman dan mempelajari mengenai atau mengenal selebriti secara
mendalam melalui majalah atau koran untuk bersenang-senang.
2. Intense-personal celebrity worship
Intense-personal celebrity worship menunjukkan pada keadaan dimana
individu merasa bahwa dirinya memiliki suatu hubungan personal yang kuat
dengan selebriti yang diidolakan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya
perasaan bahwa selebriti tertentu merupakan jodoh yang sempurna.
3. Borderline-pathological celebrity worship
Borderline-pathological celebrity worship mengacu pada suatu keadaan
dimana individu merasa memiliki berbagai keyakinan aneh terhadap selebriti
yang disukai. Keyakinan tersebut seperti merasa yakin akan kehebatan
selebriti yang penuh dengan kebaikan, keyakinan bahwa selebriti akan datang
membantunya saat mengalami kesulitan, dan merasa bahwa bahwa selebriti
akan senang bertemu dengan dirinya dalam setting yang intim seperti sebagai
mantan pacar dan keluarga.
2.4.3 Pengukuran Celebrity Worship
1) Celebrity Attitude Scale (CAS)
Celebrity Attitude Scale dikembangkan oleh Lynn, Lange, & Houran (2002)
terdiri dari 34 item yang mengukur sejauh mana responden tertarik dan
berhubungan dengan kehidupan selebriti idolanya. Lynn McCutcheon
24
menyatakan bahwa CAS berisi dari 3 subskala yaitu entertainment-social,
intense-personal, dan borderline-pathological.
2) Celebrity Appeal Questionnaire (CAQ)
Celebrity Appeal Questionnaire yang dikemukakan oleh Stever (1991)
bertujuan untuk mengoprasionalisasikan konstruk-kontruk yang berkaitan
dengan daya tarik parasosial. Alat ukur ini terdiri dari 26 item yang mewakili
empat dimensi, yaitu sex appeal, perceived competence, danperception of the
artist as a prosocial person.
3) Parasocial Interaction Scale (PSI)
Alat ukur ini dikembangkan oleh Rubin et al. (1985) terdiri dari 20 item. Alat
ukur ini digunakan untuk mengukur bagamaimana perilaku penonton televisi
mengembangkan hubungan parasosial dengan penyiar berita.
4) Sport fan Motivation Scale (SFMS)
Alat ukur ini dikembangkan oleh Wann (1995) terdiri dari 23 item. Dari
analisis faktor didapatkan hasil delapan penyebab seseorang menjadi fandom
olahraga, yaitu self esteem, pelarian, hiburan, keluarga, hubungan keluarga,
estetis, eustress atau kesenangan, dan ekonomi.
5) Celebrity Attitude Scale
25
Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dikembangkan Maltby et al (2006)
Alat ukur ini memiliki 27 item yang mewakili 3 dimensi yaitu entertainment
social, intense personal, dan borderline pathological.
Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Celebrity Attitude
Scale yang dikembangkan oleh Lynn, Lange, & Houran (2002). Penulis
menggunakan ketiga dimensi dalam alat ukur ini yaitu entertainment social,
intense personal, dan borderline pathological.
2.5 Kerangka Berpikir
Pada kalangan penggemar K-Pop ada beberapa penggemar mengalami
masalah dalam mengendalikan pembelian pernak-pernik seputar artis idola.
Pembelian pernak-pernik artis idola bukan hanya sebatas untuk memuaskan rasa
senang atau mendukung karier artis idola namun sebagian penggemar merasakan
adanya dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan pembelian. Jika
dorongan untuk membeli tersebut tidak dipuaskan maka akan menimbulkan
perasaan gelisah dan cemas, namun sebaliknya jika dorongan untuk membeli
dilakukan maka akan timbul perasaan lega. Selain merasa lega penggemar juga
merasa frustasi akibat ketagihan membeli pernak-pernik seputar artis idola hal
tersebut membuat mereka sulit untuk menghentikan kegiatan membelinya.
Penulis berasumsi pembelian kompulsif di kalangan penggemar dapat
dikaitkan dengan materialism. Sebab pada penelitian sebelumnya menunjukkan
hasil bahwa materialism mempengaruhi pembelian kompulsif pada diri
seseorang. Materialism pada diri individu menyebabkan seseorang memiliki
26
kecenderungan untuk melakukan pembelian kompulsif (Dittmar, 2005). Individu
yang melakukan pembelian kompulsif memiliki nilai materialism yang lebih
tinggi daripada pembeli non-kompulsif (O’Guinn & Faber, 1989). Nilai
materialism mendorong seseorang untuk memiliki dan membeli sesuatu sebagai
tujuan hidup. Individu dengan nilai materialism yang tinggi menganggap
memiliki suatu barang tertentu adalah tujuan utama hidup, indikator kesuksesan,
kunci kebahagiaan, dan self-definition (Richins, 2004).
Materialism memiliki tiga dimensi yaitu centrality, happiness, dan
success. Pada dimensi centrality atau acquisition as centrality seseorang
memandang bahwa dengan memiliki suatu benda merupakan hal yang sangat
penting dalam kehidupannya. Penggemar menganggap membeli pernak-pernik
K-Pop sangat penting untuk menunjukkan identitasnya sebagai seorang
penggemar, membuat peneliti berpendapat bahwa centrality mempengaruhi
pembelian kompulsif yang dilakukan penggemar. Seorang penggemar akan
membeli pernak-pernik seputar artis yang idolakan secara terus menerus karena
menganggap bahwa barang tersebut penting dan berarti dalam hidupnya.
Selanjutnya di dalam dimensi happiness atau acquisition as happiness,
seseorang menganggap bahwa dengan memiliki benda tertentu akan membuat
dirinya bahagia. Anggapan tersebut akan mendorong seseorang untuk terus
membeli barang, hingga orang tersebut tidak menyadari telah melakukan
pembelian kompulsif karena baginya kebahagiaan didapat setelah membeli
barang-barang tersebut. Pembelian pernak-pernik seputar artis yang diidolakan
akan menimbulkan perasaan bahagia pada diri penggemar. Maka dari itu seorang
27
penggemar akan terus membeli pernak-pernik seputar artis idolanya untuk
merasa bahagia. Nilai happiness yang ada di dalam diri penggemar akan
mendorongnya untuk terus berbelanja dan melakukan pembelian pernak-pernik
K-Pop.
Pada dimensi success atau possesion defined success, seseorang memiliki
keyakinan bahwa jumlah barang yang dimiliki mengukur kesukseskan dirinya.
Seorang penggemar yang memiliki keyakinan seperti itu akan menganggap
bahwa semakin banyak pernak-pernik seputar artis idola yang dibeli maka
semakin sukses juga dirinya sebagai penggemar yang berdedikasi mendukung
karir idolanya. Penggemar akan melakukan banyak hal demi mendukung
kesuksesan karir artis idolanya, beberapa cara di antaranya adalah membeli
album, photobook, photocard, lightstick, dan beragam pernak-pernik lainnya.
Maka dari itu nilai success pada diri penggemar akan mempengaruhi perilaku
pembelian kompulsif.
Pada penelitian yang menguji pengaruh self-control dengan pembelian
kompulsif, ditemukan hasil bahwa self-control signifikan negatif mempengaruhi
pembelian kompulsif. Seseorang dengan tingkat self-control yang tinggi rupanya
memiliki masalah yang lebih sedikit berkaitan dengan pembelian kompulsif,
dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat self control yang rendah
(Achtziger et al., 2015). Penggemar yang memiliki self control rendah pasti akan
sulit untuk menekan dorongan membeli barang-barang seputar artis idolanya.
Kesulitan menekan dorongan untuk membeli pada diri penggemar membuatnya
terus melakukan pembelian sekalipun barang yang dibelinya tidak bermanfaat
28
untuk kehidupan sehari-hari. Maka dari itu peneliti berasumsi self control yang
rendah akan meningkatkan pembelian kompulsif pada diri penggemar.
Penggemar yang merasa tertarik dengan pernak-pernik seputar artis
idolanya (album, photocard, lighstick, photobook, dan merchandise lainnya)
akan terus melakukan pembelian karena memiliki self control yang rendah.
Penggemar yang memiliki self control rendah akan mengalami kesulitan dalam
menekan godaan untuk melakukan pembelian. Penggemar dengan self control
rendah akan melakukan pembelian secara terus menerus untuk memenuhi
keinginannya memiliki barang-barang seputar idolanya. Namun sebaliknya
penggemar yang memiliki self control yang tinggi akan mampu menahan
dorongan untuk melakukan pembelian barang-barang yang berlebihan.
Para penggemar K-Pop yang terkenal loyal dan setia dapat membeli lebih
berjumlah lebih dari satu barang (album, merchandise, lightstick, poster dan
photobook). Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa kagum ataupun cinta
penggemar pada idolanya. Para penggemar menganggap dengan melakukan
pembelian album, photobook, photocard, lightstick, dan merchandise lainnya
adalah hal yang wajar karena mereka ingin meraasa ‘dekat’ dengan artis yang
diidolakan. Fenomena yang sering terjadi di dalam kalangan penggemar ini
dikaitkan dengan celebrity worship. Pada penelitian Backer, reeves, & Trulluck
(2012) yang menguji pengaruh celebrity worship terhadap pembelian kompulsif,
ditemukan celebrity worship signifikan mempengaruhi pembelian kompulsif
pada penggemar.
29
Celebrity worship adalah suatu perasaan mengagumi, menyukai, dan
terobsesi pada satu selebriti atau kelompok idola. Pada kajian celebrity worship
terdapat tiga jenis tingkatan. Lynn, Lange, dan houran (2002) membagi celebrity
worship menjadi tiga jenis tingkatan yaitu entertainment-social, intense-
personal, dan borderline-pathological. Seorang penggemar dengan tingkat
entertainment-social menunjukkan perilaku seperti senang membicarakan hal-hal
yang dilakukan idolanya dengan sesama penggemar dan mencari tahu lebih
banyak informasi seputar idolanya.
Penulis berasumsi entertainment social mempengaruhi perilaku
pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop. Penggemar K-Pop pada
entertainment social memiliki kebutuhan untuk merasa terhibur dan menganggap
artis idola sebagai hiburan untuk melepas penat dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya itu pada entertainment social penggemar sangat senang menjalin
interaksi antara sesama penggemar membuat penggemar dapat bertukar
informasi seputar artis idola seperti peluncuran album terbaru, jadwal konser atau
jumpa artis, dan situs terpercaya yang bisa diakses untuk membeli barang-barang
seputar idolanya tersebut.
Kebutuhan untuk mendapat hiburan dari artis idolanya akan mendorong
penggemar K-Pop untuk melakukan pembelian pernak-pernik seputar artis
idolanya. Ketika penggemar merasa puas dengan hiburan yang didapatkan
setelah membeli barang-barang seputar artis idola maka ia akan terdorong untuk
membeli lebih banyak barang untuk merasa senang dan terhibur. Selain itu
informasi yang didapatkan dari sesama penggemar mengenai situs ataupun akun
30
terpercaya untuk melakukan transaksi pembelian barang-barang seputar idola
akan semakin mendorong seorang penggemar untuk melakukan pembelian.
Keinginan membeli akan semakin meningkat ketika sesama penggemar saling
menceritakan perasaan bahagianya setelah memiliki pernak-pernik seputar
idolanya. Maka dari itu seorang penggemar akan terus terdorong untuk
melakukan pembelian barang yang tanpa disadari telah membuatnya melakukan
pembelian secara kompulsif
Pada tingkat intense personal penggemar menunjukkan perilaku seperti
lebih sering memikirkan sosok idolanya serta beranggapan bahwa dirinya
memiliki hubungan khusus dengan sosok yang diidolakan. Penggemar pada
kategori intense personal memiliki kebutuhan untuk merasa terhubung dan dekat
dengan artis idolanya. Hal tersebut akan mendorong penggemar untuk membeli
barang-barang atau pernak-pernik seputar artis idolanya. Semakin banyak barang
yang dibeli maka akan semakin kuat juga rasa dekat dengan artis idola. Oleh
karena itu penggemar akan melakukan pembelian barang-barang seputar artis
idolanya secara terus menerus. Maka dari itu peneliti beranggapan intense
personal mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif pada penggemar.
Yang terakhir, penggemar yang masuk ke dalam kategori borderline
pathological menunjukkan perilaku seperti rela melakukan apa saja yang diminta
oleh idolanya sekalipun tindakan tersebut merupakan tindakan ilegal. Sehingga
semakin tinggi tingkatan celebrity worship pada diri penggemar, maka semakin
kuat pula pengaruh sosok idola pada diri penggemar. Bisa dikatakan bahwa
penggemar rela melakukan apa saja untuk memuaskan rasa kagum dan merasa
31
terhubung dengan sosok yang diidolakan, salah satunya pembelian kompulsif.
Penggemar yang berada pada kategori ini akan rela membeli mengeluarkan uang
banyak uangnya demi membeli pernak-pernik seputar artis yang diidolakan.
Penggemar tidak peduli walaupun telah melakukan pembelian barang secara
berlebihan. Oleh karena itu peneliti beranggapan borderline pathological
mempengaruhi pembelian kompulsif pada penggemar.
Berdasarkan variabel-variabel yang telah disebutkan di atas, maka kerangka
berpikir dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Materialism
Success
Centrality
Happiness
Self Control
Celebrity Worship
Entertainment social
Intense personal
Borderline pathological
Pembelian
Kompulsif
32
2.5 Hipotesis Penelitian
H1: Ada pengaruh signifikan materialism, self control, dan celebrity worship
terhadap pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop
H2: Ada pengaruh yang signifikan materialism-happiness terhadap pembelian
kompulsif.
H3: Ada pengaruh yang signifikan materialism-centrality terhadap pembelian
kompulsif.
H4: Ada pengaruh yang signifikan materialism-success terhadap pembelian
kompulsif.
H5: Ada pengaruh yang signifikan self control terhadap pembelian kompulsif.
H6: Ada pengaruh yang signifikan entertainment-social celebrity worship
terhadap pembelian kompulsif.
H7: Ada pengaruh yang signifikan intense-personal celebrity worship terhadap
pembelian kompulsif.
H8: Ada pengaruh yang signifikan borderline-pathological celebrity worship
terhadap pembelian kompulsif.
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penggemar K-Pop yang berada di daerah
Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 227 orang penggemar K-Pop berusia di atas 17 tahun.
Proses pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling. Teknik non probability sampling adalah pengambilan
sampel dimana peluang terpilihnya setiap responden anggota populasi tidak dapat
dihitung.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Variabel Penelitian
a. Variabel pembelian kompulsif merupakan dependent variable atau
variabel terikat dalam penelitian ini.
b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel materialismyang
terdiri dari dimensi happiness, success, dan centrality, variabel self
control, danvariabel celebrity worship yang terdiri dari entertainment-
social celebrity worship, intense-personal celebrity worship, dan
borderline-pathological celebrity worship.
34
3.2.2 Definisi Operasional
1 Compulsive buying merupakan sebuah pembelian tidak terkendali yang
didorong oleh ketegangan dalam diri dan menimbulkan perasaan lega serta
frustasi akibat rasa adiktif dari pembelian tersebut (Valence, d’Astous, &
Fortier, 1988).
2 Materialism merupakan keyakinan pentingnya kepemilikan barang atau
materi dalam hidup seseorang ( Richins & Dawson, 1992).
1. Success merupakan keyakinan bahwa kepemilikan harta dan
barang sebagai ukuran kesuksesan seseorang.
2. Centrality merupakan keyakinan bahwa kepemilikan harta dan
barang merupakan sesuatu yang penting dalam hidup.
3. Happiness merupakan keyakinan bahwa harta dan barang
merupakan sumber kebahagiaan dalam dalam hidup.
3 Self control merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilaku
berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai, dan aturan yang berlaku
di dalam masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan perilaku yang
positif (Tangney, 2004).
4 Celebrity worship adalah suatu perasaan menyukai, mengagumi, dan
terobsesi pada satu selebriti atau kelompok idola (Lynn, Lange, & Houran,
2002).
35
1. Entertainment-Social merupakan kondisi dimana individu merasa
senang mencari informasi seputar idolanya dan membicarakan
sosok idola bersama temannya.
2. Intense-personal merupakan kondisi dimana individu merasa yakin
bahwa dirinya memiliki hubungan istimewa dengan selebriti yang
diidolakan.
3. Borderline-pathological kondisi dimana individu merasa sangat
terikat dengan idolanya, memiliki keyakinan idolanya akan merasa
senang bertemu dengannya dan rela melakukan apa saja untuk
sosok yang diidolakan.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan model Likert. Pada skala penelitian ini digunakan
empat alternatif pilihan jawaban menggunakan skala 1-4 (1: sangat tidak setuju –
4: sangat setuju). Setiap individu memiliki jawaban yang berbeda-beda, tidak ada
jawaban yang dianggap benar atau salah. Cara menjawabnya adalah dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang
sudah disediakan. Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable (positif) dan
unfavorable (negatif). Dapat dilihat pada tabel 3.1.
36
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pernyataan
Alternatif Pilihan
Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat tidak setuju 1 4
Tidak setuju 2 3
Setuju 3 2
Sangat setuju 4 1
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 jenis
alat ukur yaitu alat ukur compulsive buying, alat ukur materialism, alat ukur self
control, dan alat ukur celebrity worship. Adapun instrumen pengumpulan data
pada penelitian ini sebagai berikut:
1 Alat Ukur Pembelian Kompulsif
Instrumen pengumpulan data yang digunakan mengadatapsi alat ukur
compulsive buying scale yang dikembangkan oleh Valence, d’Astous, &
Fortier (1988). Alat ukur ini dikembangkan oleh oleh Valence, d’Astous,
dan Frontier berjumlah 13 item. Untuk lebih jelas mengenai aspek dan
indikator pada alat ukur ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
37
Tabel 3.2
Blue Print Skala Pembelian Kompulsif
N
o Aspek Indikator
No. Item Jumlah
1 Tendency to
spend
Menunjukkan
ketertarikan yang
tinggi untuk
membeli
Membeli barang-
barang yang tidak
direncanakan
1,9,11,12
2, 6, 10
5
2 Reactive
Aspect
Motivasi dan
dorongan yang tak
terkontrol
3,4,5,8 5
3 Post-purchase
guillt
Perasaan
menyesal setelah
membeli
7,13 3
Jumlah 13
2 Alat Ukur Materialism
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur materialism pada penelitian ini
adalah Materialistic Values Scale (MVS) yang dikembangkan oleh
Richins & Dawson (1992). Alat ukur ini memiliki 18 item yang
merupakan representasi dari 3 dimensi. Dimensi dan indikator MVS dapat
dilihat pada tabel 3.3.
38
Tabel 3.3
Blue Print Skala Materialism
No Dimensi Indikator Item
(Fav)
Item
(Unfav)
Jumlah
1 Success
Barang-barang
yang dimiliki saat
ini dianggap
menggambarkan
kesuksesan.
1,2,3,4,5,6 6
2 Centrality
Menyukai
kemewahan
Membeli barang-
barang penting
dalam hidup
12
10,11
8
7,9,13
7
3 Happiness
Membeli banyak
barang
menimbulkan
rasa bahagia
Merasa resah
ketika tidak bisa
membeli barang
yang diinginkan
12,15,17
18
16 5
Jumlah 18
3 Alat Ukur Self Control
Instrumen untuk mengukur self control menggunakan Brief Self Control
Scale yang dikembangkan oleh Tangney, Baumeister, dan Boone pada
tahun 2004. Instrumen alat ukur ini terdiri dari 13 item. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 3.4.
39
Tabel 3.4
Blue Print skala self control
No Variabel Indikator Item
(Fav)
Item
(Unfav)
Jumlah
1 Self Control
Mampu mengatur diri
untuk berkonsentrasi
Menunjukkan sikap yang disiplin
8, 11
10
7, 3
1
4
Mampu mengendalikan
diri dari godaan Memikirkan resiko dari
tindakan yang dilakukan
1
6
2,9,12
4,5,13
4
4
Jumlah 13
4 Alat ukur celebrity worship
Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur celebrity
worship menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Celebrity Attitude
Scale yang dirancang oleh McCutcheon, Lange, & Houran (2002). Alat
ukur ini memiliki 34 item yang mewakili tiga dimensi. Gambaran lebih
jelas mengenai dimensi alat ukur CAS dapat dilihat dari tabel 3.5.
40
Tabel 3.5
Blue print skala Celebrity Worship
No Dimensi Indikator No. Item Jumlah
1 Entertainment-social celebrity
worship
Merasa senang saat
membahas berita tentang idola
bersama teman
Tertarik mempelajari kisah
hidup idola dan
menikmati saat menonton sesuatu
tentang idola
2,21
5,15,16,17,18, 19,20,28,30
11
2 Intense-Personal
celebrity worship
Ikut merasakan saat idola mengalami
kejadian buruk
maupun menyenangkan
Merasa memiliki
hubungan spesial
dengan idola Terobsesi dengan
segala sesuatu yang
berkaitan dengan idola
6,7,8,10,12,32
1,4,9
13,14,25
12
3 Borderline-Pathological
celebrity worship
Menganggap idola
sosok yang sempurna
Melakukan segala
hal demi idola,
sekalipun tidak masuk akal dan
ilegal
Membayangkan sesuatu yang intim
bersama idola
Yakin idola akan merasa senang atau
memberikan
perhatian saat
bertemu
3,29
22,23,30
11,24,33,26
23,30
27,34
11
Jumlah 34
41
3.4 Uji Validitas Konstruk
Instrumen penelitian diuji validitas dengan menggunakan metode
Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis
faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam
mengukur konstruk yang hendak diukur. Confirmatory Factor Analysis diuji
dengan menggunakan software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item dengan
metode CFA.
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-
item saling berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini
diuji dengan chi-square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi
yang dihitung menurut teori atau model. Jika nilai chi-square tidak
signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa ‘tidak
ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model’
tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja
(unidimensional).
Sementara jika nilai chi-square signifikan (p < 0,05) maka
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata
mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan
demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi
tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor
42
(unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap
unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber
tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari
masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang
diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t < 1,96), maka item
tersebut akan dieliminasi karena dianggap tidak signifikan
sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika
suatu item memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut
dieliminasi karena tidak sesuai dengan pengukuran (berarti
semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada
faktor yang diukur).
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya
korelasi partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan
pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu
banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga), maka item
tersebut juga akan dieliminasi. Alasannya adalah karena item yang
demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur
hal lain (multidimensional item).
43
d. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah di atas telah
dilakukan, maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur
apa yang ingin diukur.
3.4.1 Uji Validitas Alat Ukur Pembelian Kompulsif
Penulis menguji tiga belas item pada alat ukur pembelian kompulsif
untuk mengetahui apakah item-item tersebut bersifat unidimensional,
artinya hanya mengukur pembelian kompulsif. Dari hasil CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan
Chi-Square = 500.11, df=65, P-Value = 0.00, RMSEA = 0.172. Maka
dari itu penulis melakukan modifikasi terhadap model kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan
yang lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square=0.00, df=1, P-Value=1.00000, RMSEA=0.000 yang berarti
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa
seluruh item mengukur pembelian kompulsif.
Kemudian penulis melihat bahwa ketiga belas item mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T pada
setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.6
44
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Pembelian Kompulsif
No.
Item Lambda
Standard
Error Nilai T Signifikan
1 0.78 0.21 3.65 V
2 0.76 0.24 3.22 V
3 0.77 0.24 3.56 V
4 0.53 0.17 3.20 V
5 0.75 0.21 3.64 V
6 -0.02 0.09 -0.27 X
7 0.16 0.07 2.15 V
8 0.97 0.30 3.26 V
9 0.78 0.26 3.01 V
10 0.61 0.20 3.00 V
11 0.45 0.14 3.25 V
12 0.42 0.12 3.35 V
13 -0.02 0.09 -0.14 X
Keterangan: Tanda V= Signifikan (T>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11, dan 12 signifikan karena t>1.96.
Sementara nomor item 6 dan 13 memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan
negatif. Maka dari itu nomor item 6 dan 13 akan dikeluarkan (drop)
yang berarti kedua item tersebut tidak akan ikut analisis dalam
perhitungan factor score.
45
3.4.2 Uji Validitas Alat Ukur Materialism
3.4.2.1 Success
Penulis menguji enam item pada dimensi success pada alat ukur
materialism untuk mengetahui apakah item-item tersebut bersifat
unidimensional, artinya hanya mengukur pembelian kompulsif. Dari
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model
tidak fit dengan Chi-Square = 75.4, df=9, P-Value = 0.00, RMSEA =
0.180. Selanjutnya penulis melakukan modifikasi terhadap model
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
dengan yang lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square=0.00, df=0, P-Value=1.00000, RMSEA=0.000 yang berarti
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa
seluruh item mengukur dimensi success.
Kemudian penulis ingin melihat apakah enam item mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Untuk menentukan apakah
item tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T
pada setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.7
46
Tabel 3.7
Muatan Faktor Success
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 1.02 0.40 2.57 V
2 0.72 0.31 2.35 V
3 0.22 0.10 2.14 V
4 -0.04 0.28 -0.13 X
5 0.35 0.15 2.24 V
6 0.24 0.12 2.08 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,5, dan 6 signifikan karena t>1.96. Sementara item 4
memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan negatif. Maka dari itu nomor item
4 akan dikeluarkan (drop) yang berarti item tersebut tidak akan ikut
analisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.2 Centrality
Penulis menguji tujuh item pada dimensi centrality pada alat ukur
materialism untuk mengetahui apakah item-item tersebut bersifat
unidimensional, artinya hanya mengukur dimensi centrality. Dari hasil
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model tidak
fit dengan Chi-Square = 146.46, df=14, P-Value = 0.00, RMSEA =
0.205. Maka dari itu penulis melakukan modifikasi terhadap model
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
dengan yang lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square=0.00, df=1, P-Value=0.97301, RMSEA=0.000 yang berarti
47
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa
seluruh item mengukur centrality.
Kemudian penulis ingin melihat apakah tujuh item mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T pada
setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Muatan Faktor Centrality
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 0.60 0.16 3.81 V
2 1.06 0.26 4.06 V
3 0.15 0.07 2.01 V
4 0.58 0.24 2.40 V
5 -0.19 0.36 -0.32 X
6 0.36 0.11 3.35 V
7 0.18 0.08 2.36 V
Keterangan: Tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,6, dan 7 signifikan karena t>1.96. Sementara itu
nomor item 5 memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan negatif. Maka dari
itu nomor item 5 akan dikeluarkan (drop) yang berarti item tersebut
tidak akan ikut analisis dalam perhitungan factor score.
48
3.4.2.3 Happiness
Penulis menguji apakah 5 item pada dimensi happiness dalam alat ukur
materialism untuk mengetahui apakah item-item tersebut bersifat
unidimensional, artinya hanya mengukur happiness. Dari hasil CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor diperoleh model dengan Chi-
Square= 7.49, df=5, P-Value =0.18691, RMSEA= 0.047. Maka dari itu
penulis melakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya,
sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=3.27, df=4, P-
Value=0.51331, RMSEA=0.000 yang berarti model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur
happiness.
Penulis ingin melihat apakahkelima item mengukur faktor secara
signifikan. Selain itu penulis juga menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan (drop) sertaitem yang tidak perlu dikeluarkan. Cara
menentukan item tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis
melihat nilai T pada setiap koefisien item.
49
Tabel 3.9
Muatan Faktor Happiness
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 0.18 0.07 2.57 V
2 1.01 0.13 7.88 V
3 -0.54 0.09 -6.12 X
4 0.09 0.07 1.30 X
5 0.35 0.08 4.58 V
Keterangan: Tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2, dan 5 signifikan karena t>1.96. Sementara nomor item
3 dan 4 memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan negatif. Maka dari itu
nomor item 3 dan 4 akan dikeluarkan (drop) yang berarti kedua item
tersebut tidak akan ikut analisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3 Uji Validitas Alat Ukur Self Control
Penulis menguji tiga belas item pada alat ukur self control untuk
mengetahui apakah item-item tersebut bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur self control saja. Dari hasil CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan nilai Chi-
Square= 291.61, df=65, P-Value= 0.00, RMSEA= 0.124. Maka dari itu
penulis melakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya,
sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.19, df=12, P-
Value=1.00000, RMSEA=0.000 yang berarti model dengan satu faktor
50
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur self
control.
Kemudian penulis melihat bahwa ketiga belas item mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T pada
setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Muatan Faktor Self Control
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 0.24 0.12 2.05 V
2 0.54 0.07 7.32 V
3 0.58 0.08 7.33 V
4 0.39 0.08 5.04 V
5 0.56 0.07 7.59 V
6 0.00 0.09 0.05 X
7 0.19 0.08 2.19 V
8 0.40 0.08 4.97 V
9 0.49 0.08 6.28 V
10 0.67 0.08 8.75 V
11 0.55 0.11 5.08 V
12 0.68 0.07 9.38 V
13 0.35 0.08 4.47 V
Keterangan: Tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12, dan 13 signifikan karena t>1.96.
sementara nomor item 6 memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan negatif.
51
Maka dari itu nomor item 6 akan dikeluarkan (drop) yang berarti item
tersebut tidak akan ikut analisis dalam perhitungan factor score.
3.4.4 Uji Validitas Alat Ukur Celebrity Worship
3.4.4.1 Entertainment Social
Penulis menguji sebelas item pada dimensi entertainment social pada
alat ukur celebrity worship untuk mengetahui apakah item-item
tersebut bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur
entertainment social. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square= 377.49,
df=44, P-Value= 0.00, RMSEA = 0.183. Maka dari itu penulis
melakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya,
sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P-
Value=1.00000, RMSEA=0.000 yang berarti model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur
entertainment social.
Kemudian penulis melihat apakahsebelas item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T pada
setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.11
52
Tabel 3.11
Muatan Faktor Entertainment Social
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 0.78 0.14 5.42 V
2 0.66 0.08 7.84 V
3 0.70 0.07 10.45 V
4 0.89 0.09 10.22 V
5 0.83 0.06 12.84 V
6 0.88 0.06 15.19 V
7 0.85 0.06 14.54 V
8 0.92 0.10 9.11 V
9 0.79 0.06 12.32 V
10 0.44 0.08 5.55 V
11 0.73 0.06 12.05 V
Keterangan: Tanda V= signifikan (1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,dan 11 signifikan karena t>1.96 dan
muatan faktor positif. Sehingga semua item pada dimensi ini bisa
mengikuti proses perhitungan analisis factor score.
3.4.4.2 Intense Personal
Penulis menguji dua belas item pada dimensi intense personal pada
alat ukur celebrity worship untuk mengetahui apakah item-item
tersebut bersifat unidimensional, berarti hanya mengukur intense
personal. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square= 195.00, df=54, P-
Value= 0.00, RMSEA= 0.107. Maka dari itu penulis melakukan
modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, sehingga diperoleh
53
model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=4, P-Value=1.00000,
RMSEA=0.000 yang berarti model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur intense
personal.
Kemudian penulis melihat apakah kedua belas item mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu penulis juga
menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop) dan
item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak, penulis melihat nilai T pada
setiap koefisien seperti yang tertera pada tabel 3.12
Tabel 3.12
Muatan Faktor Intense Personal
No. Item Lambda Standard
Error
Nilai T Signifikan
1 0.52 0.07 7.38 V
2 0.67 0.07 9.80 V
3 0.82 0.06 13.17 V
4 0.85 0.06 14.55 V
5 0.80 0.06 13.52 V
6 0.78 0.07 10.92 V
7 0.77 0.06 12.17 V
8 0.78 0.06 13.25 V
9 0.68 0.07 9.71 V
10 0.50 0.08 6.31 V
11 0.72 0.06 11.30 V
12 -0.03 0.08 -0.44 X
Keterangan: Tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,5,67,8,9,10, dan 11 signifikan karena t>1.96.
Sementara nomor item 12 memiliki nilai t<1.96 dan bermuatan negatif.
54
Maka dari itu nomor item 12 akan dikeluarkan (drop) yang berarti item
tersebut tidak akan ikut analisis dalam perhitungan factor score.
3.4.4.3 Borderline Pathological
Penulis menguji sebelas item pada dimensi borderline pathological
dalam alat ukur celebrity worship untuk mengetahui apakah item-item
tersebut bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur borderline
pathological. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square=366.781, df=44, P-Value
= 0.00, RMSEA = 0.180. Maka dari itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu dengan yang lainnya, sehingga diperoleh model fit
dengan nilai Chi-Square=0.00, df=1, P-Value=1.00000,
RMSEA=0.000 yang berarti model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur
dimensi borderline pathological.
Kemudian penulis melihat bahwa sebelas item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan. Selain itu pula penulis
juga menentukan item-item mana saja yang perlu dikeluarkan (drop)
dan item-item yang tidak perlu dikeluarkan. Cara menentukan item
tersebut layak digunakan maupun tidak sehingga perlu dihilangkan,
penulis melihat nilai T pada setiap koefisien seperti yang tertera pada
tabel 3.13.
55
Tabel 3.13
Muatan Faktor Borderline Pathological
No. Item Lambda
Standard
Error Nilai T Signifikan
1 0.33 0.12 2.76 V
2 0.64 0.12 5.14 V
3 0.55 0.10 5.30 V
4 0.58 0.08 7.06 V
5 0.54 0.09 6.27 V
6 0.73 0.11 6.61 V
7 0.70 0.09 7.42 V
8 0.57 0.07 7.61 V
9 0.47 0.11 4.21 V
10 0.59 0.09 6.68 V
11 0.72 0.09 8.35 V
Keterangan: Tanda V= signifikan (t>1.96)
Berdasarkan nilai t pada tabel di atas terlihat bahwa koefisien muatan
faktor item 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan 11 signifikan karena t>1.96.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada item yang perlu
dihilangkan (drop), semua item layak untuk ikut pada proses analisi
perhitungan factor score.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap
dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis regresi
berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan lebih dari
satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 +e
56
Keterangan:
Y = Pembelian Kompulsif
a = konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Success
X2 = Centrality
X3 = Happiness
X4 = Self Control
X5 = Entertainment social
X6 = Intense personal
X7 = Borderline pathological
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dalam melihat proporsi, R2 dikalikan dengan
100% sehingga didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen.
Sisa dari persentasi R2 merupakan faktor lain yang mempengaruhi
dependent variable yang tidak diuji dalam penelitian. Tabel model
57
summary dalam SPSS juga menunjukkan nilai Standard Error of Estimate
dimana semakin kecil nilai SEE, maka model regresi semakin tepat dalam
memprediksi dependent variable. Nilai R2 diperoleh dari rumus berikut:
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig).
Nilai Sig < 0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable
secara simultan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig
< 0.05 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
signifikan. Rumus dalam penghitungan nilai F sebagai berikut:
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisien parameter independent variable dapat dilakukan
dengan menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized
coefficients. Nilai koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi
pada variabel menunjukkan arah hubungan serta besaran koefisien masing-
masing dimensi pada model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi
untuk mengetahui apakah masing-masing dimensi berpengaruh secara
58
signifikan terhadap dependent variable. Uji t dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah
standard error dari b.
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan pencarian masalah, kemudian mengumpulkan data dan
informasi mengenai fenomena masalah yang ada.
2. Melakukan uji literatur untuk menentukan variabel yang akan diteliti.
Mencari sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan variabel bebas
dan variabel terikat.
3. Melakukan analisis data-data yang dimiliki, menyusun data-data terkait
variabel-variabel penelitian yang terdiri dari definisi dan aspek-aspek yang
berpengaruh menjadi sebuah laporan.
4. Penulis membuat blue print alat ukur dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian. Setelah itu menyusun kuesioner dan
mengumpulkan sampel.
5. Penulis mengirim kuesioner secara online ke forum penggemar K-Pop di
akun media sosial Facebook yang berdomisili di kawasan Jabodetabek.
59
6. Mengolah data yang sudah terkumpul dengan menggunakan Lisrel untuk
menguji validitas item-item alat ukur yang digunakan serta SPSS 17 untuk
melakukan uji regresi terhadap variabel-variabel penelitian.
7. Menuliskan hasil pengolahan data yang sudah diperoleh ke dalam laporan
penelitian.
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 227 orang responden perempuan dan laki-laki yang
berdomisili di daerah Jabodetabek sebagai responden. Gambaran subjek penelitian
ini akan diuraikan secara rinci pada tabel di bawah ini berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan domisili penggemar K-Pop yang terlibat dalam penelitian ini.
Berikut gambaran subjek penelitian:
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Responden Frekuensi N=227
n(%)
Usia 17 - 21 140 61.6%
22 – 26 77 33.9%
27 – 30 10 4.4%
Jenis Kelamin Perempuan 213 93.8%
Laki-laki 14 6.2%
Domisili Jakarta 102 44.9%
Bogor 37 16.3%
Depok 24 10.6%
Tangerang 39 17.2%
Bekasi 25 11%
Pekerjaan Pelajar SMA 35 15.4%
Mahasiswa 100 44.1%
Belum bekerja 22 9.7%
Karyawan 48 11.1%
Guru 6 2.6%
Ibu rumah tangga 5 2.2%
Wiraswasta 4 1.8%
PNS 6 2.7%
Lainnya (Buruh,
tenaga medis,
tenaga farmasi, ahli
gizi)
5 2%
61
Dapat dilihat dari gambaran subjek penelitian di atas usia responden
penelitian berkisar dari usia 17-30 tahun. Presentase terbesar ditunjukkan pada
kelompok responden usia 17 sampai 21 tahun yaitu sebesar 61.6% (140 orang),
sementara untuk nilai presentase terkecil ditunjukkan oleh kelompok usia 27
sampai 30 tahun yaitu sebesar 4.4% (10 orang). Pada kategori jenis kelamin bisa
dilihat kelompok responden perempuan mendominasi dengan presentase sebesar
93.8% (213 orang) dan nilai presentase kelompok responden laki-laki sebesar
6.2% (14 orang). Nilai itu menunjukkan jumlah responden perempuan jauh lebih
banyak daripada jumlah responden laki-laki.
Kemudian pada kelompok responden berdasarkan domisili dapat diketahui
bahwa dari 227 orang responden, presentase kelompok responden yang
berdomisili di Jakarta sebesar 44.9%, presentase kelompok responden yang
berdomisili di Bogor sebesar 16.3%, selanjutnya presentase kelompok responden
yang berdomisili di Depok sebesar 10.6%, kemudian presentase kelompok
responden yang berdomisili di Tangerang sebesar 17.2%, dan presentase
kelompok responden yang berdomisili di Bekasi sebesar 11%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Pada tabel 4.2 dijelaskan hasil analisis deskriptif variabel-variabel penelitian yang
terdiri dari nilai mean, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum, dan
varians.
62
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maksimum Mean Standar
Deviasi
Pembelian
Kompulsif
227 21.35 76.63 50.00 9.10866
Success 227 30.30 69.86 50.00 8.67925
Centrality 227 31.37 70.09 50.00 8.22215
Happiness 227 31.43 70.46 50.00 9.99500
Self Control 227 27.25 78.72 50.00 8.80726
Entertainment
Social
227 5.92 62.39 50.00 9.63346
Intense Personal 227 24.47 71.80 50.00 9.54142
Borderline
Pathological
227 29.97 86.98 50.00 9.15290
Berdasarkan tabel 4.2 bisa dilihat deskripsi statistik pada variabel-variabel
penelitian, baik variabel dependen dan variabel independen. Pada variabel
pembelian kompulsif memiliki nilai minimum = 21.35 dan nilai maksimum =
76.63. Pada dimensi success memiliki nilai minimum = 30.30 dan nilai
maksimum = 69.86. Pada dimensi centrality memiliki nilai minimum = 31.37 dan
nilai maksimum = 70.09. Pada dimensi happiness memiliki nilai minimum =
31.43 dan nilai maksimum = 70.46. Pada variabel self-control memiliki nilai
minimum = 27.25 dan nilai maksimum = 78.72. Pada dimensi entertainment
social memiliki nilai minimum = 5.92 dan nilai maksimum = 62.39. Pada dimensi
intense personal memiliki nilai minimum = 24.47 dan nilai maksimum = 71.80.
Pada dimensi borderline pathological memiliki nilai minimum = 29.97 dan nilai
maksimum = 86.98.
63
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-
kelompok yang terpisah dan secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya dari rendah ke
tinggi yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Norma
kategorisasi penelitian skor dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Norma Interpretasi
X<MEAN Rendah
X≥MEAN Tinggi
Setelah kategorisasi didapatkan maka akan diperoleh nilai presentasi
kategorisasi untuk variabel pembelian kompulsif, success, centrality, happiness,
self control, entertainment social, intense personal, dan borderline pathological.
Presentasi kategorisasi untuk variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Tabel Skor Kategorisasi
Variabel Frekuensi
Rendah Tinggi
Pembelian Kompulsif 116 (51.1%) 111 (48.9%)
Success 125 (55.1%) 102 (44.9%)
Centrality 117 (51.5%) 110 (48.5%)
Happiness 133 (58.6%) 94 (41.4%)
Self Control 117 (51.5%) 110 (48.5%)
Entertainment Social 110 (48.5%) 117 (51.5%)
Intense Personal 116 (51.1%) 111 (48.9%)
Borderline Pathological 129 (56.8%) 98 (43.2%)
64
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing indenpendent
variable terhadap dependent variable. Pada tahap ini penulis menguji hipotesis
penelitian dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software
SPSS 17. Dalam regresi berganda ada tiga hal yang dilihat, yaitu besaran R square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians pembelian kompulsif yang
dijelaskan oleh success, centrality, happiness, self control, entertainment social,
intense personal, dan borderline pathological. Kedua, melihat apakah
keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
pembelian kompulsif, dan yang terakhir adalah melihat signifikansi koefisien dari
masing-masing independent variable.
Langkah pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Nilai besaran R square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Tabel R Square
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 .638a .407 .388 7.12465
Pada tabel 4.5 dapat dilihat besaran R Square yaitu 0.407 atau 40.7%. Artinya
proporsi varians dari pembelian kompulsif yang dijelaskan oleh success,
65
centrality, happiness, self control, entertainment social, intense personal, dan
borderline pathological sebesar 40.7%, sementara 59.3% lainnya dijelaskan oleh
variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua yang penulis lakukan adalah menganalisis pengaruh
keseluruhan independent variable terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Adapun hasil uji F yang dihasilkan pada pada pengujian dapat dilihat pada tabel
4.6.
Tabel 4.6
Tabel Anova
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig
1 Regression 7634.135 7 1090.591 21.485 .000a
Residual 11116.565 219 50.761
Total 18750.700 226
a. Predictors: (Constant), success, centrality, happiness, self control,
entertainment social, intense personal, borderline pathological
b. Dependent Variable: Pembelian Kompulsif
Pada tabel 4.6 dapat dilihat hasil uji F sebesar 21.485 dengan sig 0.000 (sig<0.05)
maka hipotesis penelitian yang menyatakan adanya pengaruh antara success,
centrality, happiness, self control, entertainment social, intense personal, dan
borderline pathological terhadap pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop
diterima. Artinya ada pengaruh signifikan secara bersama-sama dari variabel
success, centrality, happiness, self control, entertainment social, intense personal,
dan borderline pathological terhadap pembelian kompulsif.
Langkah selanjutnya penulis melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable yaitu success, centrality, happiness, self control,
66
entertainment social, intense personal, dan borderline pathological. Jika sig
<0.05 berarti koefisien regresi tersebut signifikan yang menunjukkan bahwa
variabel success, centrality, happiness, self control, entertainment social, intense
personal, dan borderline pathological memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap pembelian kompulsif. Besaran koefisien regresi masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model Unstardardized
Coefficient
Standardized
Coeffiecient
B
Std
Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.178 6.038 2.017 .045
Success .033 .060 .031 .540 .590
Centrality .247 .062 .223 4.010 .000
Happiness .073 .052 .080 1.404 .162
Self Control -.115 .056 .-.111 -2.037 .043
Entertainment Social .185 .066 .196 2.808 .005
Intense Personal .289 .080 .303 3.600 .000
Borderline Pathological .044 .071 .044 .619 .536
Berdasarkan koefiesien regresi pada tabel 4.7 dapat dinyatakan persamaan regresi
sebagai berikut:
Pembelian kompulsif= 12.178 + 0.033 success + 0.247 centrality + 0.73
happiness + -0.115 self control + 0.185 entertainment social + 0.289 intense
personal + 0.044 borderline pathological + e
Untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang dihasilkan bernilai
signifikan, dapat dilihat dari kolom sig pada tabel 4.7, jika sig <0.05 maka
koefisien regresi yang dihasilkan memiliki pengaruh signifikan terhadap
67
pembelian kompulsif. Setelah mengamati hasil yang tertera dalam kolom sig pada
tabel 4.7 ditemukan empat koefisien regresi yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembelian kompulsif. Sementara tiga koefisien regresi lainnya tidak
signifikan. Berikut penjelasan koefisien regresi yang diperoleh masing-masing
independent variable:
1. Variabel success
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.033 dengan signifikansi sebesar 0.590.
Hal ini menunjukkan variabel success tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembelian kompulsif.
2. Variabel centrality
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.247 dengan signifikansi sebesar 0.000.
Hasil tersebut menunjukkan variabel centrality memiliki pengaruh
signifikan secara positif terhadap pembelian kompulsif. Artinya semakin
tinggi nilai centrality maka akan semakin tinggi pembelian kompulsif.
3. Variabel happiness
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.73 dengan signifikansi 0.162. Hasil
tersebut menunjukkan variabel happiness tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembelian kompulsif.
4. Variabel self control
Diperoleh nilai koefisien regresi -0.115 dengan signifikansi sebesar 0.043.
Hasil tesebut menunjukkan bahwa variabel self control memiliki pengaruh
signifikan negatiif terhadap pembelian kompulsif. Hal itu berarti bahwa
68
semakin tinggi self control yang dimiliki maka akan semakin rendah
pembelian kompulsifnya, begitu juga sebaliknya.
5. Variabel entertainment social
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.185 dengan signifikansi sebesar 0.005.
Hasil tersebut menunjukkan variabel entertainment social memiliki
pengaruh signifikan secara positif terhadap pembelian kompulsif. Hal itu
berarti bahwa semakin tinggi nilai entertainment social maka akan
semakin tinggi pembelian kompulsif.
6. Variabel intense personal
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.289 dengan signifikansi sebesar 0.000.
Hasil tersebut menunjukkan variabel intense personal memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembelian kompulsif. Artinya semakin tinggi nilai
intense personal maka akan semakin tinggi pula pembelian kompulsif.
7. Variabel borderline pathological
Diperoleh nilai koefisien regresi 0.044 dengan signifikansi sebesar 0.536.
Hasil tersebut menunjukkan variabel borderline pathological tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian kompulsif.
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians masing-masing IV terhadap DV
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari variabel success,
centrality, happiness, self control, entertainment social, intense personal, dan
borderline pathological terhadap pembelian kompulsif. Besaran proporsi varian
terhadap pembelian kompulsif dapat dilihat pada tabel 4.8
69
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Masing-Masing IV Terhadap DV
Model R
R
Squar
e
Adjuste
d R
Square
Std
Error of
the
Estimat
e
Change Statistics
R
Square
Chang
e
F
Chang
e
df
1
df2 Sig. F
Chang
e
1 .242a .058 .054 8.85856 .058 13.941 1 225 .000
2 .362b .131 .124 8.52719 .073 18.827 1 224 .000
3 .432c .187 .176 8.26778 .055 15.277 1 223 .000 4 .455d .207 .193 8.18457 .020 5.557 1 222 .019
5 .589e .346 .332 7.44643 .140 47.194 1 221 .000
6 .637f .406 .390 7.11466 .060 22.092 1 220 .000 7 .638g .407 .388 7.12465 .001 .384 1 219 .536
Predictors: (Constant) Success, Centrality, Happiness, Self Control, Entertainment
Social, Intense Personal, Borderline Pathological
Tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel success memberikan sumbangan sebesar 0.058 atau 5.8% dengan
sig. F Change= 0.000. Sumbangan tersebut dinyatakan signifikan.
2. Variabel centrality memberikan sumbangan sebesar 0.073 atau 7.3%
dengan sig. F Change = 0.000. Sumbangan tersebut dinyatakan signifikan.
3. Variabel happiness memberikan sumbangan sebesar 0.055 atau 5.5%
dengan sig. F Change = 0.000. Sumbangan tersebut dinyatakan signifikan.
4. Variabel self control memberikan sumbangan sebesar 0.020 atau 2%
dengan sig. F Change = 0.019. Sumbangan tersebut dinyatakan signifikan.
5. Variabel entertainment social memberikan sumbangan sebesar 0.140 atau
sebesar 14% dengan nilai sig. F Change = 0.000. Sumbangan tersebut
dinyatakan signifikan.
70
6. Variabel intense personal memberikan sumbangan sebesar 0.060 atau 6%
dengan nilai sig. F Change = 0.000. Hal ini menunjukkan sumbangan
tersebut signifikan.
7. Variabel borderline pathological memberikan sumbangan sebesar 0.001
atau 0,1% dengan nilai sig. F Change = 0.536. Hal ini menunjukkan
sumbangan tersebut tidak signifikan.
71
BAB 5
KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan materialism
(success, happiness, centrality), self control, dan celebrity worship (entertainment
social, intense personal, borderline pathological) berpengaruh secara signifikan
terhadap pembelian kompulsif pada penggemar K-Pop.
Selanjutnya dilihat dari nilai koefisien regresi terdapat empat variabel
yang nilai koefisien regresinya signifikan. Empat variabel itu diantaranya adalah
materialism centrality, self control, entertainment social, dan intense personal.
Sementara untuk tiga variabel lainnya yaitu materialism success, materialism
happiness, dan borderline pathological tidak signifikan.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materialism, self control, dan celebrity
worship signifikan mempengaruhi pembelian kompulsif. Berdasarkan hasil uji
hipotesis yang sudah dipaparkan sebelumnya, menunjukkan hasil bahwa
materialism (success, centrality, happiness), self control, dan celebrity worship
(entertainment social) memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian
kompulsif. Selanjutnya dari hasil koefisien regresi pada masing-masing variabel
ditemukan bahwa centrality, self control, entertainment social, dan intense
personal menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pembelian kompulsif.
72
Sementara untuk success, happiness, dan borderline pathological tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian kompulsif.
Dimensi centrality pada variabel materialism memiliki pengaruh yang
signifikan dengan arah yang positif. Bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
centrality yang dimiliki penggemar K-Pop maka akan semakin tinggi pembelian
kompulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Xu (2008) yang menemukan bahwa
dimensi centrality berpengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif.
Menurut Penggemar K-Pop yang memiliki nilai centrality yang tinggi akan
membeli barang-barang seputar artis idolanya karena barang tersebut penting
untuk dirinya.
Self control berpangaruh secara signifikan terhadap pembelian kompulsif
dengan arah yang negatif. Sehingga semakin rendah self control pada penggemar
K-Pop maka akan semakin tinggi pembelian kompulsifnya, begitupun sebaliknya.
Semakin tinggi nilai self control penggemar K-Pop maka akan semakin rendah
pembelian kompulsifnya. Hasil tersebut sejalan dengan dengan hasil penelitian
dari Achtzinger et al. (2015). Indvidu yang memiliki self control rendah akan sulit
mengarahkan dirinya disiplin, menahan godaan sehingga melakukan pembelian
yang berlebihan.
Dimensi entertainment social dari dimensi celebrity worship memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif dengan arah positif. Hasil dari
penelitian ini sejalan dengan penelitian Reeves (2012). Pada entertainment social
penggemar menganggap menggemari artis idola merupakan sebuah hiburan untuk
73
melepas rasa penat. Selain itu penggemar juga senang berinteraksi dengan
penggemar lainnya untuk bertukar informasi mengenai artis idolanya. Maka
semakin besar keinginan penggemar untuk mendapatkan hiburan maka akan
semakin sering melakukan pembelian barang-barang seputar artis idola. Begitu
juga dengan semakin banyak interaksi yang dilakukan antar sesama penggemar
maka akan semakin banyak informasi yang didapatkan oleh penggemar mengenai
bagaimana cara membeli dantempat terpercaya untuk membeli pernak-pernik K-
Pop.
Dimensi intense personal dari dimensi celebrity worship memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif dengan arah positif. Hasil ini
sejalan dengan temuan dari Reeves et al. (2012). Hasil penelitian Reeves et al.
(2012) menunjukkan bahwa intense personal berpengaruh signifikan terhadap
pembelian kompulsif. Menurut McCutcheon (2002) intense personal seorang
penggemar sering memikirkan arti idolanya dan memiliki kebutuhan untuk
merasa dekat serta terhubung dengan artis idola. Salah satu cara untuk merasa
dekat dengan artis idola adalah dengan membeli barang-barang seputar artis idola.
Penulis berasumsi bahwa semakin besar keinginan untuk merasa dekat dengan
artis idola, maka penggemar akan semakin sering melakukan pembelian barang-
barang seputar artis idolanya.
Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa dimensi success dari variabel
materialism tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif.
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Xu (2008) yang menemukan
bahwa dimensi success tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian
74
kompulsif. Menurut Richins & Dawson (1992) success atau possession defined
success adalah sebuah nilai atau keyakinan yang mengukur kesuksesan diri sendiri
maupun kesuksesan orang lain melalui barang-barang dan kekayaan yang
dimiliki. Namun kepemilikan barang tidak menjadi acuan satu-satunya untuk
menilai kesuksesan seseorang.
Dimensi happiness dari variabel materialism juga tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembelian kompulsif penggemar K-Pop. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya dari Roberts (2000, dalam Xu
2008) yang menunjukkan bahwa dimensi happiness signifikan mempengaruhi
pembelian kompulsif. Happiness atau acquisition as persuit of happiness adalah
keyakinan yang menganggap bahwa kepemilikan suatu barang merupakan
penentu dari kebahagiaan serta kepuasan hidup seseorang. Memiliki barang-
barang seputar artis idola memang memberikan rasa senang, namun hal tersebut
bukan satu-satunya alasan yang membuat penggemar K-Pop bahagia.
Selanjutnya dimensi borderline pathological dari variabel celebrity
worship tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif. Hasil
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Reeves et al.
(2012). Pada borderline pathological seorang penggemar menjadi sangat terobsesi
dengan artis idolanya, suka berfantasi untuk bisa berada atau bersama dengan artis
idolanya dan penggemar bersedia melakukan apapun termasuk tindakan kriminal
maupun mati demi artis idolanya (Lynn, Lange, & Houran, 2002). Penulis
berasumsi perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
75
dikarenakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini masih termasuk
kategori wajar dalam menggemari artis idolanya.
5.3 Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan masih memiliki
kekurangan dan keterbatasan. Sehingga dibutuhkan perbaikan dan masukan yang
dapat dilakukan oleh peneliti lain yang ingin meneliti topik pembelian kompulsif
di kalangan penggemar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis akan
memaparkan saran yang dibagi menjadi dua kategori yaitu saran teoritis dan saran
praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.
1. Dari hasil penelitian ini yang mengukur pengaruh materialism, self
control, dan celebrity worship terhadap pembelian kompulsif pada
penggemar K-Pop diperoleh hasil sebesar 40.7% yang artinya ada
variabel-variabel lain di luar penelitian ini yang mempengaruhi pembelian
kompulsif. Oleh karena itu penulis menyarankan supaya penelitian
selanjutnya menggunakan variabel-variabel lainnya yang tidak digunakan
dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya mungkin dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan variabel money attitude,
konformitas, self esteem sebagai variabel bebas.
76
2. Pada penelitian ini penulis tidak menyertakan besar penghasilan maupun
uang saku responden. Maka dari itu penulis menyarankan agar penelitian
selanjutnya juga memasukkan besar penghasilan atau uang saku untuk
menguji apakah hal tersebut mempengaruhi pembelian kompulsif.
3. Saat melakukan penelitian penulis mendapatkan masukan dari beberapa
responden yang mengikuti penelitian ini. Jumlah item yang digunakan
dalam penelitian dirasakan responden terlalu banyak sehingga membuat
mereka bosan saat mengisi kuesioner. Maka dari iru penulis menyarankan
penelitian selanjutnya menggunakan alat ukur dengan jumlah item yang
lebih sedikit.
4. Pada penelitian ini usia responden tidak dibatasi, maka dari itu penulis
menyarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan pembatasan usia.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini self control berpengaruh negatif terhadap
pembelian kompulsif maka itu penting bagi para penggemar untuk berlatih
mengendalikan diri.
2. Melihat pengaruh entertainment social dan intense personal terhadap
pembelian kompulsif pada penelitian ini, maka pihak komunitas
penggemar K-Pop diharapkan dapat menyelenggarakan diskusi mengenai
bentuk dukungan yang bisa dilakukan oleh penggemar kepada artis
idolanya selain dengan membeli barang-barang seputar artis idola.
Dukungan tersebut bisa seperti menonton video musik artis idola di
Youtube, memberi vote pada artis idola pada acara award, dan
77
mendengarkan lagu-lagu artis idola dari website resmi yang membantu
menaikkan popularitas artis idola.
3. Dari hasil penelitian ini centrality dari variabel materialism ditemukan
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian kompulsif. Oleh karena
itu penting untuk menanamkan pola pikir bahwa menjadi sukses, merasa
dirinya penting, dan bahagia tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
barang-barang dan harta. Hal tersebut bisa didapatkan dari prestasi baik di
sekolah maupun di pekerjaan, dikelilingi oleh orang-orang yang memberi
pengaruh positif, dan mampu memberi manfaat bagi orang lain.
78
DAFTAR PUSTAKA
Achtziger, Anja., Marco, Hubert., Peter, Kenning., Gerhard, Raab., & Lucia,
Reisch. (2015). Debt Out of Control: The Links Between Self-Control,
Compulsive Buying, and Real Debts. Journal of Economic Psychology, 49,
141-149.
Asrizal. (2018). 5 Penyakit Psikologis yang Banyak Diderita Fans Artis K-Pop
Garis Keras. Diakses dari
https://www.idntimes.co/science/experiment/asrizal/5-penyakit-psikologis-
yang-banyak-diderita-kpopers/5
Attmann, Julianne., & Johnson, T. (2009). Compulsive Consumption Behaviours:
Investigating Relationships Among Binge Eating, Compulsive Clothing
Buying and Fashion Orientation. Journal of Consumer Studies, 33, 267-273
Barus, Ramadani. (2019). Jadi Gaya Hidup: Benarkah Fans K-Pop Kaya Raya
atau Cuma Modal Kuota. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/amp/danti/jadi-gaya-hidup-
benarkah-fans-kpop-kaya-raya-atau-cuma-modal-kuota
Baumeister, R. F. (2002). Yielding to Temptation: Self-control failure, impulse
purchasing, and consumer behavior. Journal of Consumer Research, 28(4),
670-676.
Belk, R. (1985). Materialism: traits aspects of living in the material world.
Journal of Consumer Research, 12, 265-280.
79
Claes, Laurence., B, Patricia., D, Van, Frederique., Mitchell, James., & Faer, Ron.
(2010). Emotional Reactivity and Self-Regulation in Relation to
Compulsive Buying.Personality and Differences, 49, 526-530.
Corchip, L. (2017)., Unhealthy Obsession with Kpop Albums. Diakses pada 9
Mei 2020 dari https://www.allkpop.com/forum/threads/unhealthy-
obsession-with-kpop-albums.114731/
d’Astous, Alain. (1990). An Inquiry into The Compulsive Side of ‘Normal’
Consumers. Journal of Consumer Policy, 13, 15-31.
d’Astous, Alain, Julie Maltais, & Caroline Roberge. (1990). Compulsive Buying
Tendencies of Adolescent Consumers. Advance in Consumer Research: Vol
17. 306-312.
De Ridder, Denise, T., Lensvelt-Mulders, G., Finkenauer, Catrin., Stok, Marijn,
F., & Baumeister, R, F. (2012). Taking Stock of Self Control: A Meta-
Analysis of How Trait Self-Control Reltes to a Wide Range of Behaviors.
Personality and Social Psychology Review, 16 (1), 76-99.
Dittmar, H. (2005). Compulsive buying-a growing concern? An examination of
gender, age, and endorsement of materialistic values as predictors. British
Journal Of Psychology, 96, 467-491.
Dittmar, H. (2005) A new look at “compulsive buying”; Self-discrepancies and
materialistic values as predictos of compulsive buying tendency. Journal of
Social and Clinical Psychology, 24, 832-859.
80
Dittmar, H. (2007) When a better self is only click away: Associations between
materialistic values, emotional and identity-related buying motives, and
compulsive buying tendency online. Journal of Social and Clinical
Psychology, 26, 334-361.
Elizabeth, A. E. (1993). Development of a new scale for measuring compulsive
buying behavior. Financial counceling and planning, 4, 67-85
Eren, Selim. Said., Filiz, Eroglu., & Gungor, Hacioglu. (2012). Compulsive
buying tendencies through materialistic and hedonistic values among
students in Turkey. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 58, 1370-
1377.
Faber, Ronald. J & Thomas C. O’Guiin (1988). Compulsive consumption and
credit abuse. Journal of Consumer Policy, 11, 97-109.
Faber, Ronald. J, & Thomas, C. O’Guinn (1992). A clinical research for
compulsive buying. Journal of consumer research, 19, 456-469.
Iqbal, N., & Aslam, Naeem. (2016). Materialism, Depression, and Compulsive
Buying.The International Journal of Indian Psychology, 3, 91-102.
Kim, Yehyun. (2018). K-Pop, You Are My Happiness. Diakses pada tanggal 9
Mei 2020 dari http://yehyunkim.com/kpop
Koran, M., & Faber, Roberts. (2006). Estimated prevalence of compulsive buying
behavior in the united states. Am J Psychiatry, 163, 1806-1812.
81
Letzring, Tera, D., Block, Jack., & Funder, David, C. (2004). Ego-cCntrol and
Ego-Resiliency Report Scales Based on Personality, Descriptions from
Acquaintances, Clinicians, and The Self. Journal Researh in Personality,
39, 395-422.
Magee, Allison. (1994). Compulsive Buying Tendency as a Predictor of Attitudes
and Perceptions. Advances in Consumer Research, 21, 590-594.
Maltby, J., Houran, James., & Lange, Rense. (2002). Thou shalt other gods –
unless they are celebrities: the relationship between celebrity worship and
religious orientation. Personality and Individual Differences, 32, 1157-
1172.
Maltby, J., Day. Liza., McCutcheon,Lynn, E., Raphael, Gillet., Houran, James.,
&. Ashe, Diane. (2004). Personality and coping: A context for examining
celebrity worship and mental health. British Journal of Psychology, 95, 411-
428.
Maltby, J., Day, Liza., McCutcheon, Lynn, E., Houran, James., Ash, Diane.
(2006). Extreme celebrity worship, fantasy proneness and dissociations of
celebrity worship within a clinical personality context. Personality and
Individual Differences, 40, 273-283. DOI: 10.1016/j.paid.2005.07.004.
Mowen, John. C., & Nancy, Spears. (1999). Undertanding compulsive buying
among college students: A hierarchical approach. Journal of Consumer
Psychology, 8(4), 407-430.
82
Ningtyas, Sari, D. (2012). Hubungan Antara Self Control dengan Internet
Addiction pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal, 1, 25-30.
O’Guinn, Thomas C. & Ronald J. Faber (1989). Compulsive buying: a
phenomenological exploration. Journal of Consumer Research, 16, 147-
157.
Patton, Jim, H., Standford, M, S., & Barratt, E, S. (1995). Factor Structure of The
Barratt Impulsiveness Scale. Journal of Clinical Psychology, 51, 768-774.
Putra, Muhammad. (2019). ‘Merchandise’, Cuan Sampingan Konser K-Pop.
Diakses tanggal 16 April 2019 dari
https://m.cnnindonesia.com/hiburan/2019021191911-227-
365825/merchandise-cuan-sampingan-konser-k-pop
Quoquab, Farzana., Jihad, Mohammad., Adriana, Mohd. Rizal., & Rohaida,
Basiruddin. (2015). Compulsive buying: what is behind the curtain.
International Journal of innovation and Bussiness, 3(2), 141-154.
Reeves, Robert. A., Gary, A. Baker., & Chris, S. Trulluck. (2012). Psychology
Marketing, 29(9), 674-679.
Richins, Marsha. L. (2004). The material values scale: measurement properties
and development a short form. Journal of Consumer Research, 31, 209-219.
Ridgway, M, Nancy., Kukar-kinner, M., & Monroe, Kent, B. (2008). An
Expanded Conceptualization and Measure of Compulsive Buying.Journal of
Consumer Research, 35, 622-639.
83
Robert, James. A. (1998). Compulsive buying among college students: An
investigation of its antedecents, consequences, and implications for public
policy. The Journal of Consumer Affairs, 32(2), 295-319.
Roberts, James A., Petnji Yaya, Luc Honore, & Gwin, Carol. (2015). Yielding to
Temptation in Buying: Is It Simply a Matter of Self-Control?. Atlantic
Marketing Journal, 4(5), 73-98.
Rosenbaum, M. (1980). A Schedule for Assessing Self-Control Behaviors:
Preliminary. Behavior Therapy, 11(1), 109-121.
Rubin, Alan, M., Perse, Elizabeth, M., & Powell, Robert, A. (1985). Loneliness,
Parasocial Interaction, and Television News Viewing. Journal of Human
Comminication Research, 12, 155-180.
Stever, Gayle, S. (1991). The Celebrity Appeal Questionaire. Psychological
Reports, 68, 859-866.
Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control
predicts a good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal
success. Journal of Personality, 72(2), 271-324.
Valence, Gilles, Alain d’Astous, & Louis Fortier (1988). Compulsive buying:
concept and measurement. Journal of Consumer Policy, 11, 419-433.
Wann, Daniel, L. (1995). Preliminary Validation of The Sport Dan Motivation
Scale. Journal of Sport and Social Issues, 19, 377-396.
84
Xu, Yingjiao (2008) The influence of public self-consciousnee and materialism on
young consumers’ compulsive buying. Young consumers, 9(1), 37-48. DOI
10.1108/1747361085
85
LAMPIRAN
86
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Perkenalkan saya Galiema Sadan Baraba mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir
(skripsi). Dengan ini saya memohon kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang saya sertakan di bawah ini.
Kuesioner ini dibuat hanya untuk keperluan penelitian semata. Maka dari itu saya
mengharapkan kejujuran Anda dalam mengisi setiap pernyataan yang ada di
dalam kuesioner. Tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Isilah kuesioner
sesuai dengan apa yang Anda rasakan dan alami. Data yang Anda berikan dijamin
kerahasiaannya karena data tersebut hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian saja.
Partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner merupakan bantuan yang sangat
berarti untuk keberhasilan penelitian ini.
Atas partisipasi Anda dalam penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hormat Saya,
Galiema Sadan Baraba
87
Identitas Diri
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa setuju untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. data yang saya berikan merupakan data yang
sebenar-benarnya dan saya menyetujui data tersebut digunakan untuk keperluan
penelitian.
Nama/Inisial:
Usia:
Jenis kelamin:
Pekerjaan:
Jenjang pendidikan:
Atas nama,
Responden
88
PETUNJUK PENGISIAN
1. Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan dan
anda diminta untuk memberikan pendapat mengenai pernyataan tersebut
dengan cara memilih salah satu dari jawaban yang tersedia.
2. Di setiap pernyataan terdapat 4 pilihan jawaban yang menyatakan :
SS (Sangat sesuai)
S (Sesuai)
TS (Tidak Sesuai)
STS (Sangat Tidak Sesuai)
3. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai atau yang
menggambarkan keadaan diri anda.
4. Berilah tanda silang pada salah satu kolom di lembar jawaban yang
tersedia.
5. Jawablah salah satu pernyataan menurut pertimbangan yang paling sesuai
dengan diri anda.
89
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak bisa menahan diri untuk membelanjakan
sebagian maupun semua uang yang saya miliki
2 Seringkali saya melakukan pembelian yang tidak
direncanakan
3 Bagi saya berbelanja pernak-pernik K-Pop (Album,
lightstick, photobook, photocard, dan merchandise
lainnya_ adalah cara untuk menghadapi stress dan
merasa relaks
4 Terkadang saya merasa ada sesuatu dalam diri saya
yang mendorong untuk berbelanja
5 Ada kalanya saya merasakan dorongan kuat untuk
membeli pernak-pernik K-Pop (Album, lightstick,
photobook, photocard, dan merchandise lainnya_
6 Kadang saya merasa bersalah setelah membeli barang-
barang K-Pop karena tidak memiliki alasan yang jelas
7 Ada beberapa barang yang saya beli namun tidak saya
tunjukkan kepada siapapun karena takut dianggap
memiliki perilaku membeli yang tidak masuk akal.
8 Saya sering merasakan dorongan yang tidak beralasan
dan spontan untuk pergi serta membeli barang-barang
K-Pop di toko
9 Saat berada di pusat perbelanjaan saya terdorong untuk
segera masuk dan membeli sesuatu di sana
10 Saya sering merespons tawaran belanja atau promo
(album, photobook, lightstick, dan merchandise artis
K-Pop lainnya) dari Facebook, Instagram, Twitter,
Shopee, dll
11 Saya sering membeli barang yang tidak saya butuhkan
meskisaya hanya memilki sedikit uang
12 Saya adalah orang yang boros
13 Saya sering menyesali perbuatan maupun perkataan
yang pernah saya lakukan
90
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengagumi orang-orang yang memiliki barang-
barang mahal seperti rumah, mobil, pakaian
2 Beberapa pencapaian terpenting dalam hidup
ditunjukkan dengan barang-barang yang dimiliki
3 Saya tidak terlalu menilai kesuksesan seseorang dari
jumlah barang dan kekayaannya
4 Saya sering membicarakan betapa berhasilnya saya
dalam menjalani hidup
5 Saya merasa senang ketika barang-barang yang saya
miliki menarik perhatian orang lain
6 Saya tidak terlalu mempedulikan barang maupun
materi yang dimiliki orang lain
7 Biasanya saya hanya membeli barang-barang yang
memang saya butuhkan
8 Saya menjaga hidup saya tetap sederhana
9 Tidak semua barang-barang yang saya miliki penting
untuk diri saya sendiri
10 Saya suka memakai uang untuk membeli barang-
barang yang tidak terlalu berguna
11 Membeli barang-barang membuat saya merasa senang
12 Saya menyukai kemewahan dalam hidup saya
13 Saya tidak terlalu mempedulikan barang atau materi
jika dibandingkan dengan orang-orang di sekitar saya
14 Saya memiliki semua barang yang butuhkan untuk
menikmati hidup sebagai seorang penggemar
15 Hidup saya akan menjadi lebih baik jika saya bisa
memiliki barang-barang yang tidak saya miliki
16 Saya akan merasa sangat bahagia jika bisa memiliki
barang-barang yang bagus
17 Saya tidak akan menjadi lebih bahagia jika saya bisa
membeli lebih banyak barang
18 Terkadang saya merasa terganggu karena tidak bisa
membeli semua barang yang saya inginkan
91
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya dapat menahan godaan dengan baik
2 Saya sulit menghentikan kebiasaan buruk
3 Saya orang yang malas
4 Saya suka mengatakan hal-hal yang tidak sopan
5 Saya melakukan beberapa hal yang sebenarnya
berdampak buruk bagi diri sendiri karena hal tersebut
menyenangkan
6 Saya menolak hal-hal yang buruk untuk diri saya
7 Saya berharap memiliki kedisiplinan diri yang lebih
baik
8 Orang lain menganggap saya orang yang sangat
disiplin
9 Kesenangan dan hiburan terkadang menghambat saya
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
10 Saya memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi
11 Saya mampu bekerja secara efektif untuk mencapai
cita-cita jangka panjang
12 Terkadang saya tidak bisa berhenti melakukan sesuatu
sekalipun saya tahu itu salah
13 Saya sering bertindak tanpa berpikir matang
92
SKALA 4
No Pernyataan SS S TS STS
1 Jika saya bertemu langsung dengan artis idola, saya
rasa mereka akan langsung tahu saya adalah
penggemarnya
2 Salah satu alasan utama yang membuat saya terus
menyukai artis idola karena kegiatan itu membuat saya
terbebas dari rasa stress dalam hidup
3 Artis yang saya idolakan sempurna dalam berbagai
aspek (fisik, kepribadian, prestasi)
4 Saya dan artis idola memiliki ikatan istimewa yang
tidak bisa dijelaskan
5 Saya rasa artis idola menyayangi penggemarnya
6 Ketika sesuatu yang buruk terjadi pada artis idola, saya
merasakan seolah hal itu juga terjadi pada diri saya
7 Saat artis idola kehilangan atau mengalami kegagalan,
saya merasakan hal tersebut sebagai kegagalan saya
juga
8 Kesuksesan artis idola merupakan kesuksesan saya
juga
9 Saya merasa artis idola saya adalah soulmate saya
10 Saat artis idola merasa terpuruk saya pun ikut merasa
terpuruk
11 Jika ada yang memberi saya uang banyak, saya akan
menggunakannya untuk membeli barang-barang
seperti yang dimiliki artis idola
12 Ketika hal baik terjadi pada artis idola, saya merasa
seolah hal tersebut terjadi pada diri saya sendiri
13 Saya terobsesi dengan hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan artis idola
14 Saya memiliki album, photocard, poster, dan pernak-
pernik lainnya seputar artis idola yang saya letakkan di
rak atau tempat khusus
15 Saya suka membicarakan artis idola bersama
penggemar lainnya
16 Mengikuti berita seputar artis idola adalah hal yang
menyenangkan
17 Rasanya menyenangkan bisa berkumpul dengan orang-
orang yang juga mengidolakan artis yang sama
18 Saya suka membaca, mendengarkan, menonton artis
idola karena hal tersebut menyenangkan
19 Mempelajari kehidupan artis idola adalah hal yang
sangat menyenangkan
20 Saya suka membaca berita dan menonton artis idola
21 Saya dan teman-teman saya suka membicarakan hal-
93
hal yang dilakukan oleh artis idola
22 Saya akan bersedia mati demi menyelamatkan hidup
artis idola
23 Jika saya cukup beruntung bisa bertemu dengan artis
idola, kemudian sang artis meminta saya untuk
melakukan sesuatu yang ilegal maka saya akan
melakukannya
24 Andai saya masuk ke dalam rumah artis yang saya
idolakan, maka dia akan merasa senang bisa bertemu
dengan saya
25 Seringkali saya memikirkan artis yang saya idolakan
bahkan di saat saya tidak ingin memikirkannya
26 Saya sering mencari tahu kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan artis idola
27 Artis yang saya idolakan akan segera memberi
pertolongan ketika saya membutuhkan bantuan
28 Saya dan artis idola memiliki kode rahasia untuk
saling berkomunikasi (contohnya: gerakan tertentu
pada acara televisi atau kata-kata khusus yang
diucapkan oleh artis idola dalam siaran radio)
29 Jika artis yang saya idolakan dituduh melakukan
kejahatan, bisa jadi tuduhan itu tidak benar
30 Jika artis yang saya idolakan mengiklankan obat-
obatan yang legal namun tidak aman, maka saya pasti
akan mencobanya
31 Berita/informasi seputar artis idola merupakan hiburan
yang sangat menyenangkan setelah menghadapi
kerasnya kenyataan dalam hidup
32 Jika artis idola menemukan saya duduk di dalam
mobilnya, maka ia akan merasa marah
33 Akan sangat menyenang jika saya dan artis idola bisa
terkunci di ruangan yang samaselama beberapa hari
34 Jika artis idola melihat saya di restoran maka ia akan
mengajak saya untuk makan dan berbincang bersama
94
Lampiran 2
FORMAT KUESIONER ONLINE
95
96
Lampiran 3
HASIL CFA KONSTRUK PEMBELIAN KOMPULSIF
UJI VALIDITAS KONSTRUK PEMBELIAN KOMPULSIF
DA NI=13 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13
PM SY FI=Pembeliankompulsiff.cor
MO NX=13 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Pembelian Kompulsif
FR TD 9 8 TD 5 4 TD 12 11 TD 13 6 TD 5 2 TD 12 2 TD 11 3 TD 13 8 TD 6 3
TD 8 1 TD 7 6 TD 4 1 TD 8 5 TD 11 10 TD 12 3 TD 12 6 TD 9 1 TD 8 7 TD 10
8 TD 9 3 TD 6 5 TD 13 7 TD 5 1 TD 8 3 TD 8 2 TD 9 2 TD 9 5 TD 13 12 TD 13
3 TD 13 11 TD 11 5 TD 11 6 TD 11 4 TD 8 6 TD 13 5 TD 13 4 TD 10 7 TD 13
10 TD 10 6 TD 9 6 TD 10 9 TD 3 2 TD 7 1 TD 12 4 TD 10 4 TD 10 5 TD 10 2
TD 7 2 TD 9 4 TD 8 4 TD 9 7 TD 13 2 TD 6 4 TD 5 3 TD 11 8 TD 4 2 TD 11 9
TD 10 3 TD 6 1 TD 13 9 TD 7 4 TD 10 1 TD 12 7 TD 2 1
PDOU SS TV MI
97
HASIL CFA KONSTRUK SUCCESS
UJI VALIDITAS KONSTRUK SUCCESS
DA NI=6 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
PM SY FI=Success.cor
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Success
FR TD 6 3 TD 5 4 TD 4 3 TD 4 2 TD 5 2 TD 5 3 TD 6 1 TD 4 1 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
98
HASIL CFA KONSTRUK CENTRALITY
UJI VALIDITAS KONSTRUK CENTRALITY
DA NI=7 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
PM SY FI=Centrality.cor
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Centrality
FR TD 4 3 TD 6 5 TD 5 4 TD 4 2 TD 7 4 TD 5 2 TD 6 3 TD 5 1 TD 6 1 TD 7 1
TD 5 3 TD 4 1 TD 7 3
PD
OU SS TV MI
99
HASIL CFA KONSTRUK HAPPINESS
UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS
DA NI=5 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=Happiness.cor
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Happiness
FR TD 5 4
PD
OU SS TV MI
100
HASIL CFA KONSTRUK SELF CONTROL
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF CONTROL
DA NI=13 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13
PM SY FI=Selfcontrol.COR
MO NX=13 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Self Control
FR TD 6 5 TD 4 3 TD 11 6 TD 7 4 TD 12 6 TD 5 4 TD 12 8 TD 8 7 TD 11 7 TD
5 3 TD 9 5 TD 10 9 TD 7 6 TD 7 1 TD 9 7 TD 12 11 TD 8 6 TD 8 3 TD 10 3 TD
4 2 TD 11 2 TD 13 11 TD 13 9 TD 6 4 TD 3 2 TD 13 1 TD 11 9 TD 10 1 TD 2 1
TD 8 1 TD 6 3 TD 8 4 TD 9 1 TD 11 10 TD 7 3 TD 7 2 TD 13 3 TD 6 1 TD 10 5
TD 6 2 TD 13 10 TD 13 2 TD 11 5 TD 10 4 TD 9 4 TD 5 1 TD 13 6 TD 10 7 TD
12 1 TD 8 2 TD 11 1 TD 9 8 TD 13 4
PD
OU SS TV MI
101
HASIL CFA KONSTRUK ENTERTAINMENT SOCIAL
UJI VALIDITAS KONSTRUK ENTERTAINMENT SOCIAL
DA NI=11 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11
PM SY FI=Entertainmentsocial.cor
MO NX=11 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Entertainment social
FR TD 5 3 TD 4 3 TD 9 3 TD 10 6 TD 7 1 TD 9 5 TD 7 5 TD 8 6 TD 10 7 TD 4 1
TD 9 1 TD 6 3 TD 8 5 TD 11 5 TD 9 2 TD 11 1 TD 8 1 TD 6 2 TD 11 3 TD 7 4
TD 8 7 TD 3 1 TD 10 9 TD 5 2 TD 10 2 TD 6 1 TD 11 9 TD 8 3 TD 11 8 TD 9 4
TD 6 4 TD 11 10 TD 11 2 TD 9 6 TD 10 5 TD 5 1 TD 7 2 TD 10 3 TD 10 4 TD 5
4 TD 11 4 TD 9 8 TD 2 1 TD 8 4
PD
OU SS TV MI
102
HASIL CFA KONSTRUK INTENSE PERSONAL
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSE PERSONAL
DA NI=12 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12
PM SY FI=Intensepersonal.cor
MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Intense Personal
FR TD 6 2 TD 9 1 TD 6 5 TD 7 4 TD 10 4 TD 12 6 TD 2 1 TD 6 4 TD 8 6 TD 10
6 TD 11 9 TD 11 3 TD 8 3 TD 10 5 TD 12 9 TD 12 1 TD 9 4 TD 4 1 TD 8 2 TD
10 3 TD 10 2 TD 9 3 TD 5 3 TD 6 3 TD 12 5 TD 11 1 TD 7 5 TD 12 10 TD 4 2
TD 12 3 TD 9 5 TD 11 5 TD 12 2 TD 12 7 TD 10 7 TD 7 2 TD 8 1 TD 7 1 TD 7
3 TD 11 4 TD 5 2 TD 9 6 TD 10 9 TD 12 11 TD 10 8 TD 9 7 TD 3 1 TD 12 8 TD
7 6 TD 11 2
PD
OU SS TV MI
103
HASIL CFA KONSTRUK BORDERLINE PATHOLOGICAL
UJI VALIDITAS KONSTRUK BORDERLINE PATHOLOGICAL
DA NI=11 NO=227 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11
PM SY FI=Borderlinepathological.cor
MO NX=11 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Borderline Pathological
FR TD 4 3 TD 7 3 TD 9 1 TD 11 5 TD 11 3 TD 9 7 TD 2 1 TD 10 5 TD 9 4 TD 9
3 TD 11 2 TD 10 7 TD 10 4 TD 5 4 TD 11 6 TD 8 2 TD 7 2 TD 11 9 TD 11 10
TD 7 4 TD 10 1 TD 6 1 TD 8 1 TD 9 6 TD 9 2 TD 5 3 TD 9 5 TD 6 4 TD 8 3 TD
7 6 TD 11 1 TD 10 3 TD 4 2 TD 8 5 TD 3 1 TD 9 8 TD 7 1 TD 6 2 TD 11 7 TD
8 6 TD 4 1 TD 5 2 TD 3 2
PD
OU SS TV MI
104
Lampiran 4
HASIL UJI REGRESI
105