PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

96
BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor psikosoial akibat budaya masyarakat yang semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami (Saseno, 2001). Soewadi (2002), manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai permasalahan yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaannya, terlebih apabila masalah yang dihadapi dirasakan oleh dirinya merupakan sesuatu yang berat, hal ini bila

description

Sekripsi Kesehatan,cerita bokep,video bokep,E-Book,Jurnal,Tutorial PS2

Transcript of PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

Page 1: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai

bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang

ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta

bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi

perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang

semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah

stresor psikosoial akibat budaya masyarakat yang

semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat

menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka

alami (Saseno, 2001).

Soewadi (2002), manusia dalam kehidupannya

mengalami berbagai permasalahan yang dapat

mempengaruhi kondisi kejiwaannya, terlebih apabila

masalah yang dihadapi dirasakan oleh dirinya

merupakan sesuatu yang berat, hal ini bila

berkelanjutan dan akan bermuara pada suatu kondisi

yang akan mempengaruhi keseimbangan jiwanya.

Kesehatan jiwa merupakan suatu unsur yang sangat

penting yang harus dimiliki dalam diri setiap

Page 2: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

2

manusia. Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada

gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai

karakteristik yang positif yang menggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan keperibadiannya (Yosep,

2007). Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang

positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang,

memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan

diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan

kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan

(Stuart & Laraia, 1998 dalam Yosep, 2007).

Problematika individu dengan dirinya sendiri,

ialah kegagalan bersikap berdisiplin dan

bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni

hati nurani yang selalu mengajak, menyeru dan

membimbing kepada kebaikan dan kebenaran kepada

Tuhannya. Sehingga muncul sikap was-was, ragu,

prasangka buruk lemah motifasi dan tidak mampu

bersikap mandiri dalam melakukan segala hal.

Halon (1994), menyatakan bahwa sehat itu

mencakup keadaan pada diri sesorang secara

menyeluruh untuk tetap mempunyai kemampuan tugas

fisiologis maupun psikologis penuh.

Page 3: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

3

Kegagalan penyesuaian diri terhadap keadaan

atau peristiwa yang menyebabkan keadaan perubahan

dalam kehidupan seseorang berdampak pada timbulnya

keluhan-keluhan berupa stress, depresi dan cemas

(Hawari, 2001).

Menurut Prawirohardjo (2000), semua hal yang

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa

disebut dengan faktor stress, yang akan menimbulkan

suatu ketegangan secara emosional yang membawa

kecemasan bagi individu yang bersangkutan dan akan

mengganggu kreativitas serta produktifitasnya.

Apabila kondisi ini berkelanjutan maka pada suatu

intensitas tertentu akan menimbulkan gangguan

afektif dan prilaku seperti kecemasan dan depresi.

Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)

mengkatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari

ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya

ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau

mambuat aktif organisme.

Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees

adalah suatu sindrom biologic atau badaniah.

Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan

mengalami kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-

Page 4: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

4

sum tulang belakang, akan memperlihatkan suatu

sindroma yang khas. Gejala-gejala itu tidak

tergantung pada jenis zat yang menimbulkan

kerusakan, sindroma ini lebih merupan perwujudan

suatu keadaan yang dinamakan stress denagan gejala-

gejala sistembilogik mahluk hidup itu. Selye

menekankan bahwa stress terutama mewujudkan diri

sebagai suatu reaksi badaniah yang dapat diamati

dan diukur. Stres merupakan suatu reaksi

penyusuaian diri, suatu sindroma penyusuaian umum

terhadap rangsangan yang berbeda-beda.

Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217)

Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang

terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni

antara proses pikir, perasaan dan perbuatan.

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang

diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa,

syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus

meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara

menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,

sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak

dapat pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian,

2008).

Page 5: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

5

Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang demikian tinggi

dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada

dimasyarakat (Azrul,2001). Krisis ekonomi dunia

yang semakin berat mendorong jumlah penderita

gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya

kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau

25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan

jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

Berdasarkan rekapitulasi laporan tahunan Rumah

Sakit Jiwa Provinsi NTB yang menjalani rawat inap

tahun 2009 jumlah pasien skizofrenia sebanyak 978

orang, sedangkan pada tahun 2010 yang mengalami

gangguan jiwa berjumlah 446 , diantaranya gangguan

skizofrenia,dan depresif rata-rata pasien tiap

bulan sebanyak 60 orang (Laporan tahunan Rumah

Sakit Jiwa Provinsi NTB Tahun 2009).

Life review therapy mempunyai beberapa manfaat

medis, sosial, holistik yang berpengaruh terhadap

perbaikan kualitas hidup. Life review therapy adalah

“mengingat kembali masa-masa yang indah atau

mengembalikan daya ingat pada setiap pasien” dan

membantu meringankan kecemasan serta ketegangan yang

merupakan faktor penyebab beberapa penyakit terutama

Page 6: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

6

skizofrenia. Proses ini menemukan bahwa melihat

kembali kehidupan sebelumnya merupakan salah satu

strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa pada

skizofrenia (Team creative “nutrisi jiwa”, 2008).

Life review therapy bertujuan untuk

meningkatakan gairah hidup dan harga diri dengan

menceritakan pengalaman hidupnya di masa lalu

sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review

therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa

seseorang untuk mengenang masa-masa yang sudah

lewat.

Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan

yang lalu, gejala yang sekarang dialami akan

berangsur hilang dan perasaan damai serta nyaman

yang mendalam akan muncul. Kadang-kadang ingatan

yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanak-

kanak atau keadaan stres di dalam rahim. Akan tetapi

umumnya masalah-masalah yang dihadapi pada kehidupan

yang sedang dijalankanlah yang teratasi dengan

metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008).

Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Pengaruh life review

therapy terhadap tingkat depresi pada pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.

Page 7: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

7

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

ada pengaruh life review therapy terhadap tingkat

depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi NTB ?.

C.Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Life Review Therapy

terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia

di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.

2.Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien

skizofrenia sebelum diberikan life review

therapy.

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien

skizofrenia sesudah diberikan life review

therapy.

c. Mengidentifikasi adaya Pengaruh tingkat

depresi pada pasien skizofrenia sebelum dan

sesudah diberikan life review therapy.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Page 8: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

8

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

tentang ilmu keperawatan jiwa.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai penyempurnaan kurikulkum dan penambahan

literature dalam pendidikan keperawatan jiwa.

3. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB

Sebagai masukan dan salah satu sumber informasi

untuk lebih meningkatkan pemahaman mengenai

pengaruh life review therapy terhadap tingkat

depresi pada pasien dengan skizofrenia.

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan atau acuan untuk pengembangan penelitin

selanjutnya

E.Keaslian penelitian

Belum pernah dilakukan penelitian serupa di Rumah

Sakit Jiwa Provinsi NTB, namun terkait dengan

penelitian oleh Baiq Lilik Hidayati 2009, dengan

mengangkat topik “Pengaruh therapy tertawa Terhadap

Penurunan tingkat depresi Pada Penderita Skizofrenia

Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB”. Disain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Pre-Eksperimental Desain (Nondesain) dengan

rancangan penelitian “one group pre test-post test”,

Page 9: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

9

Penelitian ini menggunakan tehnik porposive sampling

dan analisa yang digunakan uji t, dengan hasil

penelitian menyebutkan ada pengaruh therapy tertawa

terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien

Skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

NTB.Penelitian yang dilakukan peneliti sekarang

adalah pengaruh life review terapy terhadap tingkat

depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi NTB. Dengan menggunakan rancangan

penelitian Quasy Ekperimant dengan pendekatan

equivalent control group design. Jumlah populasi

yang digunakan oleh peneliti adalah 10 orang

responden dengan besar sampel yang di gunakan yaitu

sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling

dengan menggunakan total sampling dan analisa yang

digunakan uji t. Dengan metode dan analisas yang

peneliti gunakan diharapkan ada pengaruh life review

therapy terhadap tingkat depresi pada pasien

skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.

Page 10: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG SKIZOFRENIA

1.Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area fungsi individu,

termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterpretasikan realitas merasakan dan

menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap

yang dapat diterima secara social (Isaacs, 2005).

Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional

yang paling berat dan menimbulkan disorganisasi

personalitas yang terbesar (Ingram, 1995).

Skizofrenia, merupakan suatu bentuk psikosa yang

sering dijumpai dimana-mana (Maramis, 2005).

2.Etiologi Skizofrenia

a.Keturunan

Dapat dipastikan bahwa factor keturunan

menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini

dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-

keluarga penderita skizofrenia dan terutama

anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan

Page 11: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

11

bagi saudara tiri adalah 0,9%-1,8%, saudara

kandung 7-15%,anak dengan salah satu orang tua

menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang

tua menderita skizofrenia 40-68%, kembar dua

telur (heterozigot) 2-15% kembar satu telur

(monozigot) 61-86 %.

b.Endokrin

Dulu skizofrenia diduga disebabkan oleh

gangguan endokrin. Teori ini muncul berhubungan

dengan timbulnya skizofrenia pada saat pubertas,

waktu kehamilan atau masa kehamilan.

c.Metabolisme

Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia

disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena

penderitanya tampak pucat atau tidak sehat.

Ujung ekstremitas agak sianosis, nafsu makan

berkurang dan berat badan menurun.

3.Gejala-gejala Skizofrenia

Isaacs (2005) mengatakan bahwa gejala-gejala

skizofrenia terdiri dari :

a.Waham

Keyakinan yang keliru sangat kuat yang tidak

dapat dikurangi dengan logika.

b.Asosiasi longgar

Page 12: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

12

Kurangnya hubungan yang logis antara fikiran

dan gagasan yang dapat tercermin pada berbagai

gejala.

c.Halusinasi yaitu persepsi yang keliru dan

melibatkan panca indera.

d.Ilusi yaitu salah menginterpretasikan stimulus.

4.Pembagian Skizofrenia

Menurut Kreaplin(dalam Maramis 2005), yaitu :

a.Skizofrenia simplexi

Sering kali timbul pertama kali pada masa

pubertas. Gejala utama skizofrenia jenis ini

adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses pikir biasanya sukar ditemukan,

waham dan halusinasi jarang ditemukan, dimana

pada permulaannya penderita akan mulai kurang

memperhatikan keluarga atau mulai menarik diri

dari pergaulan.

b.Skizofrenia hebefrenik

Skizofrenia ini biasanya terjadi secara

perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul

pada masa remaja atau umur antara 15-25 tahun.

Gejala yang menyolok adalah gangguan proses

pikir, gangguan kemauan dan adanya personalisasi

atau double personality. Gejala lain yang timbul

Page 13: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

13

yaitu gangguan psikomotor misalnya berperilaku

seperti anak-anak serta waham dan halusinasi.

c.Skizofrenia katatonik

Timbul pada umur antara 15-30 tahun biasanya

akut serta sering didahului oleh stress

emosional.

d.Skizofrenia paranoid

Gejala yang timbul pada skizofrenia jenis ini

biasanya bersifat konstan, dimana gejala-

gejalanya yang menyolok adalah waham primer yang

disertai dengan waham-waham sekunder serta

halusinasi.

e.Skizofrenia residual

Suatu keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala

primernya, tetapi tidak jelas gejala-gejala

sekundernya. Keadaan ini akan timbul setelah

beberapa kali serangan skizofrenia.

f.Episode skizofrenia akut

Gejala skizofrenia jenis ini akan timbul

mendadak dimana pasien merasa seperti dalam

mimpi. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-

akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah,

semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang

khusus baginya (keadaan oneroid).

Page 14: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

14

g.Skizofrenia skizo-afektif

Di samping gejala-gejala skizofrenia yang

menonjol terdapat juga gejala-gejala depresi

(skizo-depresip) atau gejala-gejala mania

(skizo-manik). Skizofrenia jenis ini cendrung

akan sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga

timbul serangan lagi.

5.Pengobatan

Pengobatan harus secepat mungkin dilakukan

karena keadaan psikotik yang lama akan menimbulkan

kemungkinan yang lebih besar, dimana penderita

akan mengalami kemunduran mental. Pengobatan yang

dapat diberikan yaitu :

a.Farmako Therapy

Neuroleptika dengan dosis rendah lebih

bermanfaat pada pasien dengan skizofrenia yang

menahun, sedangkan dosis tinggi lebih bermanfaat

bagi pasien dengan psikomotorik yang meningkat.

Pasien dengan skizofrenia menahun diberikan

neuroleptika dalam jangka waktu yang tidak

ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun

sesuai keadaannya.

Page 15: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

15

b. Electro Confulsif Therapy (ECT)

ECT (Electro Confulsif Therapy) adalah suatu

pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal

secara arifisial dengan melewatkan aliran

listrik melalui elektrode yang dipasang pada

satu atau dua “Teples”. Jumlah yang paling umum

dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif

antara 6 - 12 kali, sedangkan pada pasien

skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali.

Indikasi utama pemberian ECT adalah untuk

depresi berat, disamping gangguan bipolar dan

skizofrenia (Stuart & Sundeen,1998).

c.Psiko Therapy dan rehabilitasi

Psiko Therapy yang dapat membantu pasien adalah

psiko Therapy suportif individual atau kelompok.

therapy kerja juga sangat baik untuk mendorong

pasien bergaul lagi dengan pasien lain, perawat

dan dokter.

6.Prognosa

Dahulu bila diagnosa skizofrenia dibuat, maka

ini berarti bahwa sudah tidak ada harapan bagi

orang yang bersangkutan dimana keperibadiannya

selalu akan mengalami kemunduran mental

(disorientasi mental). Dan bila pasien dengan

Page 16: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

16

skizofrenia menjadi sembuh maka diagnosanya harus

diragukan.

B. TINJAUAN TENTANG DEPRESI

1.Pengertian Depresi

Menurut (Hawari, 2001) depresi adalah salah

satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan

(affektif mood disorder), yang ditandai dengan

kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup,

perasaan tidak berguna, putus asa dan lain

sebagainya.

Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah

suatu bentuk gangguan suasana hati yang

mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga

merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,

murung, kesal, tidak bahagia dan menderita.

Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk

merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan

kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri,

dan tidak bertenaga. Individu yang menderita

depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir

sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat

dan minat hilang , insomnia, atau gangguan fisik

seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa

Page 17: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

17

sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri

(John & James, 1990 : 2).

2. jenis – jenis depresi

a.Depresi menurut gejala : ( Hawari, 2001 ).

1) Depresi Neurotic

Depresi neurotic biasanya terjadi

sesudah mengalami peristiwa yang menyedihkan

tetapi yang jauh lebih berat dari pada

biasnya. Penderitanya sering kali dipenuhi

trauma emosional yang mendahului penyakit

misalnya keinginan orang yang dicintai,

pekerjaan, milik berharga, atau seorang

kekasih.

2) Depresi Pasca Kuasa

Orang yang mempunyai jabatan adalah

orang yang mempunyai kekuasaan, wewenang dan

kekuatan (power). Orang yang kehilangan

jabatan berarti orang yang kehilangan

kekuasaan dan kekuatan (powerless) artinya

sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah

tiada(loss of love object). Dampak dari loss

of love object ini adalah terganggunya

keseimbangan mental emosional dengan

Page 18: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

18

munculnya berbagai keluhan fisik (somatik),

kecemasan dan depresi.

3) Depresi pasca stroke

Di dalam pengalaman klinis sering

dijumpai bahwa pada pasien-pasien stroke

selain gejala-gejala kelainan saraf (misalnya

kelumpuhan alat gerak ataupun otot-otot muka

dan lain sebagainya), juga ditemukan mental-

emosional misalnya depresi, apati, euphoria

bahkan sampai mania. Gejala depresi yang

ditimbulkannya itu sebagai akibat lesi

(kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan

bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian

(adjustment disorder) karena (impairment),

fisik dan kognitif pasca stroke.

4) Depresi siklotimik

Gejala atau ciri-ciri gangguan ini

termasuk kelompok depresi yang bercorak

siklotimik, oleh karena itu disebut pula

sebagai depresi siklotimik. Seseorang dengan

depresi siklotimik paling sedikit dalam kurun

waktu 2 tahun mengalami gangguan alam

perasaan (affect/mood) ini, yang mencakup

suatu saat yang bersangkutan dalam episode

Page 19: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

19

depresif dan pada saat yang lain mengalami

episode hipomanik. Diantara keduanya itu ia

dapat dalam keadaan episode remisi (normal).

3. Gejala Klinis Depresi

Secara lengkap gejala klinis depresi adalah

sebagai berikut :

a.Afek disforik, yaitu persaan murung, sedih,

gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa

tidak berdaya.

b.Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan

c.Nafsu makan menurun

d.Berat badan menurun

e.Konsentrasi dan daya ingat menurun

4. Dampak Depresi

Menurut Wibisono (Lestari, 2003) sudah banyak

penelitian yang menyatakan bahwa depresi biasanya

akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma,

jantung koroner, sakit kepala dan maag.

Sedangkan menurut seorang ahli yang juga penulis

buku, yaitu Philip Rice (Lestari, 2003) depresi

akan meningkatkan resiko seseorang terserang

penyakit karena kondisi depresi yang cenderung

meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol,

sehingga menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya,

Page 20: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

20

selain itu penyakit menjadi mudah menghidap karena

orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu

makan, kebiasaan makanannya juga berubah (terlalu

banyak makan atau sulit makan), kurang

berolahraga, mudah lelah dan sulit tidur.

5. Psikodinamika

Psikodinamika adalah asumsi yang dibuat oleh

para ahli jiwa dan psikoanalisis, secara umum

bahwa prilaku manusia, terutama masalah-masalah

emosional terjadi karena konflik bawah sadar dan

insting dasar, yang komponennya terdiri atas :

energy psikis (kateksis) merupakan kekuatan yang

diperlukan untuk memfungsikan jiwa dan muncul dari

dorongan (mis, insting); insting (dorongan) adalah

gambaran atau keinginan psikologik yang sudah ada

sejak lahir dan mencakup pelestarian diri dan

spesies; ansietas merupakan respon terhadap

konflik bawah sadar atau ancaman terhadap ego,

mekanisme depresif adalah mekanisme jiwa (sebagian

besar dibawah sadar) yang bekerja melindungi ego

(Isaacs. 2005).

Dikemukakan bahwa setelah terjadinya

peristiwa kehilangan obyek yang dicintai pada

penderita akan terjadi perasaan yang sedih (efek

Page 21: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

21

depresif). Secara spontan akan timbul reaksi dari

mekanisme pertahanan jiwa (defence mechanism) dari

penderita untuk mengatasi afek depresif tersebut.

Berdasarkan keberhasilan defence mechanism dalam

mengatasi afek depresif tersebut,maka cyrtyn

(1979) membagi proses depresi menjadi tiga fase,

yaitu :

a.Fase pertama

Pada kondisi ini defance mechanism masih mampu

dalam mengatasi afek depresif, sehingga depresi

baru terjadi dalam bentuk fantasi (khususnya

pada anak). Hal ini dapat diketahui lewat

gambaran, tulisan maupun cerita anak, yang pada

umumnya mengambil tema tentang kesalahan,

kehilangan, kesedihan, kekejaman, kematian dan

bunuh diri. Fase ini sebagai tahap yang timbul

paling awal dan hilang paling akhir.

b.Fase kedua

Tahapan ini terjadi apabila defence mechanism

kurang efektif dalam mengatasi afek depresif.

Depresi akan nampak dalam ekspresi verbal, baik

secara spontan maupun dari menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Penderita mengemukakan tentang

tidak adanya harapan, tidak adanya pertolongan,

Page 22: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

22

perasaan bersalah, perasaan tidak bahagia dan

perasaan tidak dicintai. Keadaan ini banyak

terjadi pada depresi berat yang bersifat akut

dan depresi ringan yang bersifat kronis.

c.Fase ketiga

Manifestasi dari keadaan ini berupa

keterlambatan psikomotor, roman muka yang sedih,

hiperaktif, agresif, kenakalan dan keluhan-

keluhan somatik yang umumnya berkisar pada

keluhan-keluhan sakit kepala, sesak nafas dan

keluhan tidak enak pada perut. Keadaan ini

banyak didapat pada depresi berat yang bersifat

kronis (Isaacs, 2005).

6. Alat Ukur Derajat Depresi

Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi

seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat

sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument)

yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale

Depression (HDRS). Alat ukur ini terdiri dari 21

kelompok gejala yang masing-masing 17 kelompok

dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya

adalah :

Page 23: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

23

Nilai 0 = tidak ada gejala(keluhan)

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini

dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang

telah dilatih untuk menggunakannya melalui tehnik

wawancara langsung. Masing-masing nilai angka

(skore) dari ke-21 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan itu dapat

diketahui derajat depresi seseorang, yaitu :

Total nilai (score) kurang dari

0–17 = tidak ada depresi.

18-24 = depresi ringan

25-34 = depresi sedang

35-51 = depresi berat

52-68 = depresi berat sekali

Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HDR-S

ini adalah sebagai berikut :

1. Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak

berdaya, tak berguna:

a. Perasaan ini hanya ada bila ditanya

Page 24: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

24

b. Perasaan ini dinyatakan secara verbal

spontan

c. Perasaan yang nyata tanpa komunikasi

verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk,

suara, dan kecendrungan menangis

d. Pasien menyatakan perasaan yang

sesungguhnya ini dalam komunikasi baik

verbal maupun non verbal secara spontan.

2. Perasaan bersalah

a. Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai

penyebab penderitaan orang lain

b. Ide-ide bersalah atau renungan tentang

kesalahan-kesalahan masa lalu

c. Sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah

dan berdosa

d. Suara-suara kejaran atau tuduhan dan

halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang

mengancamnya

3. Bunuh diri

a. Merasa hidup tak ada gunanya

b. Mengaharapkan kematian atau pikiran-pikiran

lain kearah itu

c. Ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah

kearah itu

Page 25: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

25

d. Percobaan bunuh diri

4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)

a. Keluhan kadang-kadang sukar tidur, misalnya

lebih dari setengah jam baru masuk tidur

b. Keluhan tiap malam sukar tidur

5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)

a. Penderita mengeluh gelisah dan terganggu

sepanjang malam

b. Terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat

tidur kecuali bunag air kecil)

6. Gangguan pola tidur (late insomnia)

a. Bangun diwaktu dini hari tetapi dapat tidur

lagi

b. Bangun diwaktu dini hari tetapi tidak dapat

tidur lagi

7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya

a. Pikiran/perasaan ketidak mampuan keletihan

atau kelemahan yang berhubungan dengan

kegiatan kerja atau hobi

b. Hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi

atau kegiatan lainnya, baik langsung atau

tidak penderita menyatakan kelesuan,

keragu-raguan dan rasa bimbang

Page 26: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

26

c. Berkurangnya waktu untuk aktivitas menurun,

bila penderita tidak sanggup beraktivitas

sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam

kegiatan sehari-hari

d. Tidak bekerja karena sakitnya sekarang

(dirumah sakit) bila penderita tidak

bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas

dibangsal tanpa bantuan

8. Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara,

gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik

menurun)

a. Sedikit lamban dalam wawancara

b. Jelas lamban dalam wawancara

c. Sukar diwawancarai

d. Stupor (diam sama sekali)

9. Kegelisahan (agitasi)

a. Kegelisahan ringan

b. Memainkan tangan atau jari-jari, rambut dan

lain-lain

c. Bergerak terus tidak dapat duduk dengan

tenang

d. Meremas-remas tangan, menggigit kuku,

menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir

10. Kecemasan (ansietas somatik)

Page 27: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

27

a. Sakit/nyeri otot, kaku, kedutan otot

b. Gigi menggerutuk

c. Suara tidak stabil

d. Tinitus (telinga berdenging)

11. Kecemasan (ansietas psikis)

a. Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung

b. Menghawatirkan hal-hal kecil

c. Sikap kehawatiran yang tercermin diwajah

atau pembicaraannya

d. Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya

12. Gejala somatic (pencernaan)

a. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan

tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh

b. Sukar makan tanpa dorongan teman,

membutuhkan pencahar untuk buang air besar

13. Gejala somatic (umum)

a. Anggota gerak, punggung atau kepala terasa

berat

b. Sakit punggung, kepala dan otot-otot

hilangnya kekuatan dan kemampuan

14. Kelamin (genital)

a. Sering buang air kecil, terutama dimalam

hari dikala tidur

b. Tidak haid, darah haid sedikit sekali

Page 28: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

28

c. Tidak ada gairah seksual (frigid)

d. Ereksi hilang

e. impotensi

15. Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang

berpindah-pindah)

a. Pihayati sendiri

b. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan

sendiri

c. Sering mengeluh membutuhkan pertolongan

orang lain

d. Delusi hipokondriasis

16. Kehilangn berat badan

a. Berat badan berkurang berhubungan dengan

penyakitnya sekarang

b. Kurang dari 0,5 kg seminggu

c. Lebih dari 0,5 kg seminggu

d. Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat

badan

17. Insight (pemahaman diri)

a. Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan

penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja

berlebihan, virus

18. Variasi harian

Page 29: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

29

a. Adakah perubahan atau keadaan yang memburuk

pada waktu malam atau pagi

19. tderealisasi (perasaan tidak nyata/tidak

realistis)

20. Gejala-gejala paranoit

a. Kecurigaan

b. Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian,

kejadian diluar tertuju pada dirinya

c. Waham kejaran

21. Gejala-gejala obsesi dan kompulasi

7. Penatalaksanaan Depresi

a. Therapy Psikofarmaka

Yang dimaksud dengan therapy psikofarmaka

adalah pengobatan untuk stress, depresi atau

cemas dengan mengguanakan obat-obatan

(farmaka) yang berfungsi memulihkan fungsi

gangguan neurotransmitter (penghantar signal

saraf) disusunan saraf pusat otak (limbic

system). System limbic tersebut merupakan

bagian dalam otak yang berfungsi mengatur alam

pikiran, alam perasaan dan perilaku atau

dengan kata lain mengatur fungsi psikis

(kejiwaan) seseorang. Cara kerja psikofarmaka

adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau

Page 30: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

30

sirkuit psiko-neuroimunologi, sehingga

stressor psikososial yang dialami oleh

seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi

kognitif, afektif, psikomotor dan organ-organ

tubuh lainnya.

Therapy psikofarmaka yang banyak

digunakan adalah golongan anti cemas

(anxiolytic) dan obat golongan anti depresi

(anti depressant) yang juga berefek therapy

pada kondisi stress. Efek therapy anti

depresan memerlukan waktu yang relatif lebih

lama yakni 2-3 minggu, dengan perbaikan klinis

minimal 60-70% (Kaplan dan Sadock, dikutip

Habil, 1995).

Gejala - gejala stress, kecemasan dan

depresi sering kali berbaur, tumpang tindih

(overlapping), jarang dijumpai penderita

dengan stress murni tanpa disertai kecemasan

dan atau depresi, demikian pula dengan gejala-

gejala fisik (somatic) sebagai penyerta (co-

morbidity). Karena itu penderita dengan stress

sering mendapati therapy yang merupakan

kombinasi obat anti cemas dan depresi (Hawari,

2001).

Page 31: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

31

b. Psiko Therapy

Menurut Hawari (2001), Pada penderita

yang mengalami stress, kecemasan atau depresi

selain diberikan therapy psikofarmaka (anti

cemas dan anti depresi) dan therapy somatik,

juga diberikan therapy kejiwaan (psikologik)

yang dinamakan psiko therapy. Psiko therapy

banyak jenisnya tergantung dari kebutuhan baik

individual maupun keluarga, misalnya :

1) Psiko Therapy suportif

Dengan therapy ini dimaksudkan untuk

memberikan motivasi, semangat dan dorongan

agar pasien yang bersangkutan tidak merasa

putus asa dan diberi keyakinan serta

percaya diri (self confidence) bahwa ia

mampu mengatasi stressor psikososial yang

sedang dihadapinya.

2) Psiko therapy re-edukatif

Dengan therapy ini dimaksudkan memberikan

pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidak mampuan mengatasi stress,

kecemasan dan depresinya itu dikarenakan

faktor psiko-edukatif. Dari therapy ini

diharapkan yang bersangkutan mampu

Page 32: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

32

mengatasi stressor psikososial yang sedang

dihadapinya.

3) Psiko therapy re-konstruktif

Dengan therapy ini dimaksudkan untuk

memperbaiki kembali ( re-konstruksi )

keperibadian yang telah mengalami goncangan

akibat stressor psikososial yang tidak

mampu diatasi oleh pasien yang

bersangkutan.

4) Psiko therapy kognitif

Dengan therapy ini dimaksudkan untuk

memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berfikir secara rasional,

konsentrasi dan daya ingat. Selain dari

pada itu yang bersangkutan mampu mambedakan

nilai-nilai moral etika mana yang baik dan

mana yang buruk, dan mana yang haram dan

mana yang halal.

5) Psiko therapy psiko-dinamik

Dengan therapy ini dimaksudkan untuk

menganalisa dan menguraikan proses dinamika

kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa

seseorang itu tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga ia jatuh

Page 33: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

33

sakit (stress, cemas dan atau depresi).

Dengan mengetahui dinamika psikologis itu

diharapkan yang bersangkutan mampu mencari

jalan keluarnya.

C. Tinjaua Tentang Life Review Therapy

Life review therapy adalah suatu therapy yang

bertujuan untuk menstimulus individu supaya

memikirkan tentang masa lalu sehingga pasien dapat

menyatakan lebih banyak tentang kehidupan mereka

kepada staf perawatan atau ahli therapy.

Selain Therapy di atas, therapy yang diterapkan

pada pasien umumnya adalah therapy kenangan. Therapy

ini berbentuk obrolan mengenai bagaimana kehidupan

pasien di masa lalu (Suchufi & Fauzi, 2008).

Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan

yang lalu, gejala yang sekarang dialami akan

berangsur hilang dan perasaan damai serta nyaman

yang mendalam akan muncul. Kadang-kadang ingatan

yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanak-

kanak atau keadaan stress di dalam rahim. Akan

tetapi umumnya masalah-masalah yang dihadapi pada

kehidupan yang sedang dijalankanlah yang teratasi

dengan metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008).

Page 34: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

34

Pada penderita skizofrenia, melihat kembali

kehidupan (Life Review) sebelumnya merupakan proses

yang normal berkaitan dengan pendekatan terhadap

proses penyembuhan. Reintegrasi yang sukses dapat

memberikan arti dalam kehidupan dan mempersiapkan

seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan

dan rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang

proses ini menemukan bahwa melihat kembali kehidupan

sebelumnya merupakan salah satu strategi untuk

merawat masalah kesehatan jiwa pada penderita

skizofrenia. (Team Creative "Nutrisi Jiwa”, 2008).

Life review therapy bertujuan untuk

meningkatakan gairah hidup dan harga diri dengan

menceritakan pengalaman hidupnya di masa lalu

sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review

therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa

seseorang untuk mengenang masa-masa yang sudah

lewat,akhirnya penting untuk membuat pasien

mengurangi stress dan ketegangan hidup sehari-hari

dengan memberikan penguatan, latihan dan pengertian

(Neil niven, 2000).

D. TINJAUAN TENTANG THERAPY MODALITAS

Page 35: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

35

1. Pengertian Therapy Modalitas

Therapy modalitas merupakan therapy utama

dalam keperawatan jiwa. Therapy ini diberikan

dalam upaya mengubah prilaku – prilaku klien dari

prilaku maladaftif menjadi prilaku yang adaptif

(Depkes RI, 2000 ).

2. Jeis-jenis Therapy Modalitas

a. Therapy Individual

Therapy individual adalah penanganan klien

gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan

individual antara seorang therapy dengan

seorang klien.

Selain itu klien juga diharapkan mampu

meredakan penderitaan (distress) emosional,

serta mengembangkan cara yang sesuai dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya. Tahapan hubungan

dalam therapy individual meliputi:

o Tahapan orientasi

o Tahapan kerja

o Tahapan terminasi

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat

memulai interaksi dengan klien. Yang pertama

harus dilakukan dalam tahapan ini adalah

Page 36: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

36

membina hubungan saling percaya dengan klien.

Hubungan saling percaya sangat penting untuk

mengawali hubungan agar klien bersedia

mengekspresikan segala masalah yang dihadapi

dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah

tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat.

Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan

antara perawat dan klien untuk menentukan

tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan

perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Klien mengungkapkan apa yang dialaminya untuk

itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks

cerita klien akan tetapi harus memperhatikan

juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan

masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk

dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa

dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta

didorong untuk berani mengambil resiko berubah

perilaku dari perilaku maladaptive menjadi

perilaku adaptif.

Setelah kedua pihak (klien dan perawat)

menyepakati bahwa masalah yang mengawali

terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda

Page 37: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

37

dan lebih terkendali maka perawat dapat

melakukan terminasi dengan klien.

b. Therapy Lingkungan

Therapy lingkungan adalah bentuk therapy yang

menata lingkungan agar terjadi perubahan

perilaku pada klien dari perilaku maladaptive

menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan

semua lingkungan rumah sakit dalam arti

terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan

klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan

memfokuskan pada nilai terapeutik dalam

aktivitas dan interaksi.

Dalam therapy lingkungan perawat harus

memberikan kesempatan, dukungan, pengertian

agar klien dapat berkembang menjadi pribadi

yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan

pada peraturan-peraturan yang harus ditaati,

harapan lingkungan, dan belajar bagaimana

berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga

mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan,

meningkatkan harga diri, belajar keterampilan

dan perilaku yang baru.

c. Therapy Biologis

Page 38: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

38

Penerapan therapy biologis atau therapy

somatic di dasarkan pada model medical di mana

gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.

Ada beberapa jenis therapy somatic gangguan

jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi

psikofarmaka), intervensi nutrisi, electro

convulsive therapy (ECT), foto therapy, dan

bedah otak. Beberapa therapy yang sampai

sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan

kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan

ECT.

d. Therapy Kognitif

Therapy kognitif adalah strategi memodifikasi

keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan

dan perilaku klien. Proses yang diterapkan

adalah membantu mempertimbangkan stressor dan

kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi

pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat

tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku

terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan

dan berfikir yang tidak akurat.

Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku

adalah dengan mengubah pola berfikir dan

keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah

Page 39: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

39

membantu klien untuk re-evaluasi ide, nilai

yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian

dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.

Ada tiga tujuan therapy kognitif meliputi:

o Mengembangkan pola berfikir yang

rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional

yang sering mengakibatkan gangguan perilaku

menjadi pola berfikir rasional berdasarkan

fakta dan informasi yang aktual.

o Membiasakan diri selalu menggunakan

pengetesan realita dalam menanggapi setiap

stimulus sehingga terhindar dari distorsi

pikiran.

o Membentuk perilaku dengan pesan

internal. Perilaku dimodifikasi dengan

terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam therapy kognitif

meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi

pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan

memodifikasi percakapan diri negatif.

e. Therapy Keluarga

Therapy keluarga adalah therapy yang

diberikan kepada seluruh anggota keluarga

sebagai unit penanganan (treatment unit).

Page 40: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

40

Tujuan therapy keluarga adalah agar keluarga

mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran

utama therapy jenis ini adalah keluarga yang

mengalami disfungsi tidak bisa melaksanakan

fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Proses therapy keluarga meliputi tiga tahapan

yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase

3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan

klien mengembangkan hubungan saling percaya,

isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan

therapy ditetapkan bersama. Kegiatan di fase

kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan

dibantu oleh perawat sebagai therapy berusaha

mengubah pola interaksi di antara anggota

keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing

individual anggota keluarga, eksplorasi

batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-

peraturan yang selama ini ada. Therapy keluarga

diakhiri di fase terminasi di mana keluarga

akan melihat lagi proses yang selama ini

dijalani untuk mencapai tujuan therapy, dan

cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga

juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan

yang berkesinambungan.

Page 41: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

41

f. Therapy Perilaku

Anggapan dasar dari therapy perilaku adalah

kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses

pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya

dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku

yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan

dalam therapy jenis ini adalah:

o Role model

o Kondisioning operan

o Desensitisasi sistematis

o Pengendalian diri

o Therapy aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah

perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif

untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien

mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku

tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan

dengan teknik kondisioning operan dan

desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan

positif di mana therapy memberi penghargaan

kepada klien terhadap perilaku yang positif

yang telah ditampilkan oleh klien.

Page 42: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

42

Therapy perilaku yang cocok untuk klien fobia

adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu

teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu

stimulus atau kondisi dengan secara bertahap

memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau

situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut

secara bertahap dalam keadaan klien sedang

relaks. Makin lama intensitas pemaparan

stimulus makin meningkat seiring dengan

toleransi klien terhadap stimulus tersebut.

Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil

mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan

stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku

maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik

pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah

berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi

kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka

klien sudah memiliki kemampuan untuk

mengendalikan perilaku yang lain sehingga

menghasilkan terjadinya penurunan tingkat

distress klien tersebut.

Page 43: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

43

E. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Keterangan :

= Tidak di Teliti

= Di Teliti

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Konsep Pengaruh Life Review

Therapy Terhadap Tingkat Depresi Pada

Pasien Skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi

Skizoprenia

Depresi

Therapy Modalitas

Therap

y Individual

Therap

y Lingkungan

Therap

y Biologis

Life

review therapy

Tingkat Depresi

Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Berat

Sekali

Penurunan Depresi

Page 44: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

44

F.HIPOTESIS

Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai

terbukti melalui data yang dikumpulkan (Arikunto,

2006).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah,

maka dapat diajukan suatu hipotesis yaitu:

Ha :Life review therapy berpengaruh terhadap

penurunan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia

Ho : Life review therapy tidak berpengaruh terhadap

penurunan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia

Page 45: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata

kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data,

tujuan, dan kegunaan.

Metodologi penelitian ini bertujuan untuk menjawab

semua masalah yang ada. Ada beberapa hal penting yang

harus dicantumkan, yaitu subyek penelitian, populasi,

sampel, tehnik sampling, desain penelitian,

identifikasi variabel, dan definisi operasional serta

analisa data.

A. SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Ruman Sakit Jiwa

Provinsi dan yang menjadi subyek penelitian adalah

penderita skizofrenia dengan gejala depresi yang

sedang menjalani rawat inap sebanyak 100 orang.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian

(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini

adalah penderita skiofrenia yang mengalami

Page 46: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

46

depresi, yang ada di ruang rawat inap yaitu di

ruang Mawar, Angsoka, Plamboyan, melati dan di

ruang Dahlia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi yang

berjumlah 10 orang.

2.Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti (Arikunto, 2006). Penelitian ini

menggunakan tehnik total sampling yaitu semua

populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dalam

penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah

pasien skizofrenia yang mengalami depresi sebayak

10 orang yang ada di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB

yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi.

Dalam penelitian ini menggunakan kriteria

inklusi dan eksklusi.

1)Kriteria inklusi

Merupakan karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).

a)Penderita dengan diagnosa medis skizofrenia

b)Penderita dengan tingkah laku yang dapat

diajak bekerja sama

c)Pendidikan SD keatas atau tidak buta huruf

d)Menjalani rawat inap di ruang masing-masing

Page 47: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

47

e)Tidak dalam tahap pemberian Elektro Kompulsif

Therapi (ECT)

f)Pasien skizoprenia yang mengalami depresi.

2)Kriteria ekslusi

Dalam penelitian ini kriteria ekslusinya

adalah sebagai berikut :

a)Penderita skizofrenia yang tidak bersedia

menjadi responden (menolak menjadi responden)

b)Penderita skizofrenia yang tidak kooperatif

(tingkah laku gaduh gelisah)

c)Penderita dengan riwayat menderita penyakit

kardiovaskuler

C. RANCANGAN PENELITIAN ATAU DISAIN

PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah suatu rancangan yang

biasa digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam

merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk

mencapai tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian

(Nursalam, 2003).

Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian

ini adalah Quasy ekperiment yaitu rancangan yang

berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok

ekperiment(Nursalam, 2003).

Page 48: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

48

Dengan pendekatan equivalent kontrol group

design, dimana satu kelompok diberi perlakuan life

review therapy selama 30 menit dimana perlakuannya 1

sesi dalam sehari, sebanyak 3 kali perlakuan dalam

seminggu,sedangkan kelompok yang satunya tidak

diberikan perlakuan (dijadikan kelompok kontrol).Dan

mencari hari lain untuk mengevaluasi kembali, guna

mendapatkan hasil yang maksimal apa yang telah

diberikan terhadap kelompok tersebut,

Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah peneliti yang menerapkan Life

Review Therapy yang terdiri dari tiga sesi, yaitu

membicarakan masa lalu ”sebelum mengalami depresi

(berdiskusi mengenai apa saja yang pernah

dilakukan), ”akan (kegiatan yang sering diikuti oleh

pasien dikampung masing – masing), “sedang

(kehidupan yg dijalaninya selama di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi NTB)

D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA DAN

PENGOLAHAN DATA

1.Intsrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

Page 49: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

49

sosial yang dapat diamati (Notoadmodjo, S. 2005).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan

wawancara.

Wawancara merupakan suatu metode untuk

mendukung hasil dari observasi secara lisan,

sedangkan observasi sebagai metode pengumpulan

data dan untuk mengukur perubahan perilaku klien

sebelum dan sesudah diberikan life review therapy

dengan berpedoman skala HDRS.

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian adalah :

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkat kevalidasian dan keabsahan

suatu intrumen. Suatu instrument dikatakn valid

apabila mampu mengukur apa yang diingikan

(Arikunto, 2006). Tinggi rendahnya validitas

instrument menunjukan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang variabel yang dimaksud.

Adapun uji validitas pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan komputer program

SPSS dengan versi 12,0.

Page 50: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

50

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan, yang menunjukkan

bahwa pengukuran itu konsisten atau tetap asas

(Notoatmodjo, 2002). Instrument yang dinyatakan

valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas

untuk mengetahui apakah alat ukur dapat

digunakan atau tidak. Dalam mengukur

reliabilitas menggunakan komputer program SPSS

dengan versi 12,0.

2. Teknik Pengolahan Data

a) Persiapan

Sebelum melakukan pengumpulan data, calon

peneliti mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin meneliti kepada Direktur RSJ

Propinsi NTB setelah terlebih dahulu

menjelaskan tujuan penelitian yang akan

dilakukan. Setelah mendapatkan izin, calon

peneliti mulai melakukan pengumpulan data kasus

klien dengan perubahan tingkat depresi yang

ingin diteliti oleh peneliti.

b) Pelaksanan

Page 51: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

51

Pada kelompok control dan perlakuan

sebelumnya di ukur terlebih dahulu tingkat

depresi dari pasien skizofrenia yang sudah

menjadi sampel dengan menggunakan lembar

wawancara dan observasi, setelah itu untuk

kelompok perlakuan di berikan treatment life

review therapy selama 30 menit sedangkan untuk

kelompok control tidak diberikan treatment.

Setelah diberikan perlakuan 3 kali pada setiap

kelompok treatment pada hari lain diukur

kembali perilaku pada kelompok treatment dan

control.

Data yang sudah dikelompokkan dibuat dalam

bentuk tabel sehingga mempermudah menganalisa

pengaruh dari variabel yang diteliti. Jika

hasilnya sudah terkumpul kemudian dilakukan uji

t-test.

E. IDENTIFIKASI VARIABEL DAN DEFINISI

OPERASIONAL

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,

manusia, dll) (Soeprapto, dkk 2000: 54, dalam

Nursalam, 2003).

Page 52: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

52

a. Variabel independent (variabel bebas)

Variabel independent adalah variabel yang

nilainya menentukan variabel yang lain

(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel independent adalah Life Review

Therapy.

b. Variabel dependent (variabel terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependent (variabel terikat)nya adalah tingkat

depresi yang menggambarkan tingkat gangguan

kejiwaan pada alam perasaan (affective mood

disorder) dengan menggunakan skala HDR-S,

yaitu:

Total nilai - 0 -17 = tidak ada depresi

Total nilai - 18-24 = depresi ringan

Total nilai - 25-34 = depresi sedang

Total nilai - 35-51 = depresi berat

Total nilai - 52-68 = depresi berat sekali

2. Definisi Operasional

a. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah dampak dari pemberian treatment

(perlakuan) berupa perbedaan kemaknaan tingkat

Page 53: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

53

depresi responden sebelum dan sesudah diberikan

Life review Therapy.

b. Life Review Therapy adalah terapi yang diyakini

mampu mengembalikan ingatan pada masa lalu yang

diberikan kepada pasien skizofrenia dengan

tujuan menurunkan tingkat depresi.

c. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan

kejiwaan pada alam perasaan (affective mood

disorder).

d. Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang

mempengaruhi berbagai area fungsi individu,

termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima

dan menginterpretasikan realitas merasakan dan

menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap

yang dapat diterima secara social ( Isaacs,

2005).

e. Hamiltone Rating Scale for Depression (HDR-S)

Merupakan instrument untuk mengetahui derajat

depresi seseorang apakah ringan, sedang, berat

atau berat sekali yang dinyatakan dalam bentuk

skala pengukuran.

Page 54: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

54

Tabel 3.1 : Identifikasi variabel dan definisi operasional

Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat

Depresi pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.

VariableDefinisi

operasionalparameter Alat ukur

Skala

dataskor

Indevenden:Life Revie Therapy

Life Review Therapy adalah obrolan yang dilakukan bersama pasien skizofrenia yang mengalami depresi di RSJ Provinsi. Hal ini dilakukan untuk menginagt masa lalu sebelum ,akan,dan sedang mengalami depresi

Pedoman Life Review Therapy

Dependen :Tingkat depresi

Derajat yang menggambarkan gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective / mood)

1.Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna

2.Perasaan bersalah

3.Bunuh diri4.Gangguan

pola tidur (initial insomnia)

5.Gangguan pola tidur (middle insomnia)

6.Gangguan pola tidur (late insomnia)

wawancara mengacu kepada skala HDR-S

ORDINAL

TTingkat Depresi

0=Tidak ada depresi

1=Depresi ringan

2= Depresi sedang

3= Depresi berat

4= Depresi berat sekali

Page 55: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

55

7.Kerja dan kegiatan-kegiatannya

8.Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara, gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik menurun)

9.Kegelisahan(agitasi)

10. Kecemasan (ansietas somatik)

11. Kecemasan (ansietas psikis)

12. Gejala somatic (pencernaan)

13.Gejala somatic (umum)

14.Kelamin (genital)

15.Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang berpindah-pindah)

16.Kehilangn berat badan

17.Insight (pemahaman diri)

18.Variasi harian

19.Tderealisasi (perasaan tidak nyata/tidak realistis)

20.Gejala-gejala paranoit

21.Gejala-gejala

Page 56: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

56

obsesi dan kompulsi

F. ANALISA DATA

Dalam penelitian ini menggunakan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol t-test untuk menguji

signifikasi perbedaan mean, dilakukan secara manual

dengan rumus, sebagai berikut :

Keterangan :

X1 :Rata – rata sampel 1 ( Kelompok Eksperiment )

X2 :Rata – rata sampel 2 ( Kelompok Kontrol )

:Variasi Sampel 1

:Variasi Sampel 2

n1 :Jumlah Sampel 1

n2 :Jumlah Sampel 2

Pengujian dilakukan dengan tarap signifikan 5%

dimana diperoleh dari n1 + n2 – 2

Ha diterima jika terhitung > tabel, Ho ditolak dan

Ha ditolak jika terhitung < tabel, berarti Ho

diterima

Page 57: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

57

G.KERANGKA KERJA

Gambar 3.2. Bagan Kerangka Kerja (Frame Work) Pengaruh

Life Review Therapy Terhadap Tingkat Depresi

Pada Pasien Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi NTB.

Sampel penelitianTehnik Pengumpulan

Data1.Studi dokumentasi2.Observasi

Hasil penelitian

Analisa statistik T-test

Tabulasi

Life ReviewTherapy

Total sampling

Pre test skala HDR-S

Post test skala HDR-S

Informed concent

Penderita skizoprenia

Page 58: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian

dan pembahasan tentang pengaruh life review terapy

terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien

skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.

Hasil penelitian dikelompokkan menjadi data

umum dan data khusus. Data umum menjelaskan

karakteristik lokasi pengambilan sampel penelitian

dan karakteristik responden yang meliputi, umur,

jenis kelamin, Status marital, pendidikan, dan

pekerjaan. Data khusus menampilkan tingkat depresi

pasien sebelum diberikan life review terapy, tingkat

depresi pasien sesudah diberikan life review terapy

dan analisa pengaruh life review terapy terhadap

tingkat depresi pada pasien skizoprenia. Adapun

hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan

data adalah sebagai berikut.

Page 59: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

59

Data Umum

Karakteristik Lokasi Pengambilan Sampel

Penelitian.

Bangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB

yang di bangun pada tahun 1985 di atas tanah

seluas 6000 m² terletak di jalan Ahmad Yani

No.1 Selagalas Kota Mataram.

Batas–batas lokasi bangunan :

a.Sebelah Utara dengan jalan Gora

b.Sebelah Timur dengan Sawah

c.Sebelah Selatan dengan Sawah

d.Sebelah Barat dengan jalan Ahmad Yani

Gedung Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB

memiliki luas 560 m² dengan konstruksi bangunan

berlantai satu.

Jumlah Tenaga kerja Pegawai Negeri Sipil

dan Tenaga Pegawai Tidak Tetap. Sejak di

berlakukan Otonomi Daerah seperti yang tertuang

dalam Undang-undang No. 22 tahun 1999, Struktur

Organisasi pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB

mengalami perubahan sesuai kebutuhan

organisasi, dengan di tetapkannya Perda No. 9

tahun 2008 tentang Pembentukan, Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Fungsi Susunan Organisasi dan

Page 60: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

60

Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi NTB,

sebagai konsekuensinya status Rumah Sakit Jiwa

menjadi Unit Pelayanan Teknis Daerah Provinsi

NTB. Jumlah Pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi

NTB sebanyak 159 orang yang menyebar di 1

Ketatausahaan dan 3 Seksi.

Gambaran Umum Ruang Perawatan Rawat Inap.

a)Ruang Unit Gawat Darurat, Kapasitas Tempat

Tidur sebanyak 6 buah.

b)Ruang Melati, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak

20 buah.

c)Ruang Mawar, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak

20 buah.

d)Ruang Dahlia, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak

20 buah.

e)Ruang Angsoka, Kapasitas Tempat Tidur

sebanyak 20 buah.

f)Ruang Flamboyan, Kapasitas Tempat Tidur

sebanyak 20 buah.

g)Ruang Anggrek (Narkoba), Kapasitas Tempat

Tidur sebanyak 4 buah.

Karakteristik Responden

Sampel penelitian ini sebanyak 10

responden. Karakteristik responden ini akan

Page 61: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

61

diuraikan berdasarkan umur, pendidikan, dan

pekerjaan.

1) Distribusi responden berdasarkan umur

Distribusi jumlah responden berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur

Kriteria

Kelompok

Eksperimen

t

Kelompok

Kontrol

N % N %

1 20-30 4 80 1 20

2 31-35 1 20 1 20

3 36-40 0 0 3 60

Total 5 100 5 100

Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

bahwa dari kelompok eksperiment sebagian

besar responden mempunyai umur 20-30 sebayak

4 orang (80%), sedangkan yang berusia 31-35

adalah 1 responden (20%), begitu juga dengan

kelompok kontrol bahwa yang berusia 36-40

sebayak 3 orang (60%), sedangkan yang berusia

Page 62: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

62

31-35 sebayak 1 orang (20%), dan usia dari

20-30 sebayak 1 orang (20%).

2) Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin responden dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NoJenis Kelamin

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %Laki-Laki 0 0 5 100Perempuan 5 100 0 0

Total 5 100 5 100Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa kelompok eksperiment yang

mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 0 orang (0%) sedangkan yang

perempuan sejumlah 5 orang (100%). Dan

kelompok kontrol laki-laki sebanyak 5 orang

(100%), sedangkan perempuan sebayak 0 orang

(0%).

3) Status Marital

Berdasarkan dari karakteristik Status

marital responden dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.3.Distribusi Karakteristik responden berdasarkan status marital

Page 63: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

63

NoStatus Marital

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %Kawin 3 60 1 20Duda 0 0 1 20

Tidak Kawin 2 40 3 60Total 5 100 5 100

Sumber: Data Primer Tahun 2011

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa

kelompok eksperiment berdasarkan status

marital adalah kawin yaitu sebanyak 3

responden (60%), sedangkat kelompok kontol

sebayak 1 responden ( 20),dan kelompok

eksperiment status marital duda sebyak 0

responden (0%) dan kelompok control sebayak 1

responden (20%, sedangkan yang tidak kawin

kawin untuk kelompok experiment sebanyak 2

responden (40%), dan kelompok control sebayak

3 respondent ( 60%).

4) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dari masing – masing

responden sebagai berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %1 Tidak

Sekolah1 20 1 20

Page 64: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

64

2 SD 1 20 2 403 SLTP/SMP 1 20 1 204 SLTA/SMK 2 40 1 20

Total 5 100 5 100Sumber : Data Primer 2011

Dari tabel diatas maka dapat kita lihat

bahwa tingkat pendidikan untuk kelompok

eksperiment adalah sebagai berikut: Tidak

sekolah sebanyak 1 orang (20%), tingkat SD

sebanyak 1 orang (20%),sedangkan untuk

SLTP/SMP sebanyak 1 orang (20%), dan SLTA/SMK

sebanyak 2 orang (40%). Adapaun untuk

kelompok kotrol yang tidak sekolah sebanyak 1

orang (20%), SD sebanyak 2 orang (40%),

sedangkan untuk SLTP/SMP sebanyak 1 orang

(20%), dan untuk SLTA/SMK sebanyak 1 orang

(20%).

5) Jenis Pekerjaan

Adapun pekerjaan responden dapat dilihat

dari tabel dibawah :

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

No Pekerjaan

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %1 Tidak

Bekerja2 40 2 40

2 Buruh 1 20 1 203 Petani 2 40 2 40Total 5 100 5 100

Page 65: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

65

Sumber: Data Primer 2011

Dari tabel diatas maka dapat dilihat

karakteristik pekerjaan responden adalah :

Untuk Kelompok eksperiment tidak bekerja

sebayak 2 responden (40%), buruh sebanyak 1

responden (20%), dan untuk petani sebanyak 2

responden (40%) dan untuk kelompok control

yang mendominasi karakteristik pekerjaan

responden adalah : Tidak bekerja sebayak 2

respondent (40%), selajutnya petani sebanyak

2 (40%), dan buruh sebanyak 1 responden

(20%).

2. Data Khusus

Data khusus menyajikan hasil yang

menggambarkan tentang pengaruh life review terapy

terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien

skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.

a. Tingkat Depresi pasien Skizofrenia sebelum

diberikan Life Review Therapy

Distribusi tingkat depresi pada pasien

skizofrenia sebelum dilakukan life review

therapy dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6.Distribusi tingkat depresi pada pasien skizofrenia sebelum dilakukan life review therapy.

Page 66: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

66

No Kategori Depresi

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %1 Tidak Depresi 0 0 0 02 Depresi Ringan 0 0 0 03 Depresi Sedang 4 80 5 1004 Depresi Berat 1 20 0 05 Depresi Berat

sekali0 0 0 0

Total 5 100 5 100Sumber : Data primer 2011

Dari Tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa

sebelum diberikan life review therapy

sebagian besar responden yang mempunyai

depresi sedang pada kelompok eksperiment

yaitu sebanyak 4 orang (80%)dan untuk depresi

berat sebanyak 1 orang (20%),sedangkan pada

kelompok kontrol yang mempunyai depresi

sedang sebanyak 5 orang (100%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan setelah

pemberian life review therapy terhadap

penurunan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.

Distribusi penurunan tingkat depresi

pada pasien skizofrenia setelah diberikan

life review therapy dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Page 67: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

67

Tabel4.7.Distribusi tingkat depresi responden setelah diberikan life review therapy.

NoKategori Depresi

KriteriaKelompok

EksperimentKelompok Kontrol

N % N %1 Tidak Depresi 3 60 0 02 Depresi Ringan 2 40 5 1003 Depresi Sedang 0 0 0 04 Depresi Berat 0 0 0 0

5Depresi Berat sekali

0 0 0 0

Total 5 100 5 100Sumber: Data Primer 2011

Dari Tabel diatas dapat ditunjukkan

bahwa setelah diberikan life review therapy

sebagian besar responden mempunyai perubahan

tingkat depresi pada kelompok ekperiment yang

tidak ada depresi sebanyak 3 orang (60%) dan

yang depresi ringan sebanyak 2 orang (40%)dan

untuk kelompok control depresi ringan

sebanyak 5 orang (100%).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Analisa

Pengaruh life review therapy terhadap

penurunan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.

Berdasarkan data-data khusus di atas,

maka dapat dilakukan analisa data sebagai

berikut:

Page 68: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

68

Tabel. 4.8. Analisa Pengaruh life review therapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.

No

Mean eksperimen

t pre-test-post test

Mean control pre-test-post test

Beda rata-

rata

Pt-

hitung

t-tabel

Interprestasi

1 20,4 26,6 -6,2 0,05 22,12 2,896 t-hitung lebih dari t- tabel (22,12>2,896)Ho ditolak dan Ha diterima

Sumber: data primer 2011

Sesuai dengan tabel diatas menunjukkan

bahwa, hasil t-hitung sebesar 22,12 yang

dikonsultasikan dengan t-tabel dengan tingkat

kemaknaan 2,896 dan d.b = 2 (jumlah responden

5+5-2=8) didapatkan hasil sebesar 2,896. Hal

ini menunjukkan bahwa, Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan

life review therapy terhadap penurunan tingkat

depresi pada pasien skizofrenia di RSJ Provinsi

NTB.

A. Pembahasan

1. Penentuan sampel

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa

peneliti memberikan perlakuan berupa life review

therapy terhadap 5 responden. Peneliti

Page 69: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

69

menggunakan tehnik total sampling yaitu semua

populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dengan

pendekatan equivalent kontrol group design, dimana

satu kelompok diberi perlakuan life review therapy

selama 30 menit, dan dimana dibeikan perlakuan 1

kali dalam sehari sebanyak 3 kali perlakuan,

sedangkan kelompok yang satunya tidak diberikan

perlakuan (dijadikan kelompok kontrol).

Setelah peneliti mendapatkan responden

selanjutnya diberikan life review therapy. Dengan

pemberian life review therapy, diharapkan pasien

yang mengalami depresi dapat mengingat kembali apa

saja yang pernah dilakukan sehingga mampu

mengendalikan atau menekan perasaan atau kejadian

yang pernah dialami sebelumnya sehingga peneliti

dapat melihat perkembangan dari masing-masing

responden selama pemberian therapy.

2. Data umum

a. Umur

Melihat hasil penelitian pada tabel 4.1

mengenai karakteristik usia dalam penelitian,

dapat diketahui bahwa secara teori belum dapat

menjelaskan umur mempengaruhi tingkat depresi.

b. Jenis kelamin

Page 70: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

70

Melihat hasil penelitian pada tabel 4.2

mengenai karakteristik jenis kelamin subyek

penelitian, dapat diketahui bahwa secara teori

belum dapat menjelaskan jenis kelamin

mempengaruhi tingkat depresi.

c. Pendidikan

Melihat hasil penelitian pada tabel 4.4

mengenai karkteristik pendidikan subyek

penelitian, dapat diketahui bahwa subyek

penelitian yang paling banyak mengalami depresi

itu adalah subyek penelitian yang yang

berpendidikan sekolah menengah atas. Seperti

teori mengatakan semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah untuk dapat

menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya

(Yasuma. 2001).

d. Pekerjaan

Melihat hasil penelitian pada tabel 4.5

mengenai karakteristik pekerjaan subyek

penelitian, dapat diketahui bahwa subyek

penelitian yang paling banyak bekerja sebagai

pepetani dan tidak bekerja. Rasmun (2001),

diketahui bahwa yang dapat membantu individu

beradaptasi dengan stressor yaitu salah satunya

Page 71: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

71

ekonomi. Hal ini juga pada aset materi mengacu

kepada keuangan pada kenyataannya sumber

keuangan meningkatkan pilihan seseorang dalam

banyak situasi stress (Stuart, 1998).

3. Data khusus

a. Tingkat depresi pasien sebelum diberikan life

review Therapy

Berdasarlan table 4.5 jumlah responden

terbanyak adalah responden depresi sedang yaitu

sebanyak 4 orang (80%)dan depresi berat sebayak

1 orang (20%).

Berdasarkan tabel tersebut dapat

dijelaskan bahwa pasien yang depresi sedang

pada saat dilakukannya penelitian terlihat

tegang dan tidak dapat fokus dalam mengikuti

arahan yang diberikan oleh peneliti. Pasien

tampak gugup, pandangan tidak fokus dan pada

saat disentuh maupun diajak berbicara oleh

peneliti.

Hal ini dapat dilihat dari hasil

wawancara dan observasi yang telah dilakukan

oleh peneliti, dimana pada pasien yang

mengalami depresi sedang mengatakan bahwa

akhir-akhir ini mudah merasa gelisah, susah

Page 72: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

72

untuk fokus pada satu kegiatan yang sedang

dilakukan, gampang lelah dan marah. Selain itu

pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami

gangguan pada saat tidur, dimana pasien sering

terbangun tengah malam karena mimpi buruk

maupun pikiran-pikiran yang tidak jelas (masih

tertutup).

Depresi yang dirasakan oleh pasien tidak

hanya terungkap dari hasil wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti dengan pasien, tetapi

dapat juga dilihat dari hasil observasi kondisi

fisik pasien seperti pasien yang takut pada

saat behadapan, murung, pandangan tidak fokus

dan terlihat gelisah, lebih banyak menyendiri

dibandingkan menceritakan atau berbagi

masalahnya dengan orang lain.

Sesuai dengan pendapat Hawari (2001)

bahwa gangguan alam perasaan (mood disorder)

dalam kurun waktu tertentu bisa berubah dari

satu episode ke episode lain (bipolar), suatu

saat penderita masuk dalam episode manik

(berperilaku hiperaktif, agitasi dan cemas)

pada saat lain masuk dalam episode depresif

(perilaku hipoaktif, menarik diri).

Page 73: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

73

Hal ini juga dapat dijelaskan menurut

Mu’tadin (2002), cara individu menangani

situasi yang mengandung tekanan tertentu

ditentukan oleh sumber daya individu yang

meliputi kesehatan fisik / energi, keterampilan

memecahakan masalah, keterampilan sosial dan

dukungan sosial dan materi.

Seperti yang diketahui bahwa orang yang

mengalami depresi karena kurangnya peran pasien

dalam kehidupan sehari-hari. Pasien akan merasa

dirinya sudah tidak mampu lagi. Ketidaksiapan

terhadap perubahan pola hidup ini bisa memacu

gangguan psikologis. Manifestasinya pasien

akan,merasa bersalah karena menganggur, murung,

rendah diri dan apatis (Hendriana A.K, 2005).

Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas

dapat dibuat sebuah kesimpulan awal bahwa

pasien depresi dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya adalah pendidikan, usia dan

pekerjaan. Depresi yang dirasakan oleh pasien

disebabkan karena kurangnya peran dalam

aktifitas sehari-hari dalam keluarga ( tidak

memiliki pekerjaan ).

Page 74: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

74

b. Perubahan tingkat depresi pasien setelah

diberikan life review therapy.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui

bahwa setelah dilakukan life review therapy

sebagian besar responden mengalami tidak

depresi yaitu sebanyak 3 orang (60%)dan depresi

ringan sebanyak 2 orang (40%).

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan

pasien yang mengalami depresi sedang sebelum

diberikan life review therapy mengalami

perubahan tidak depresi setelah diberikannya

life review therapy.

Hal ini dapat dilihat di hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti pada pasien yang

melngalami tingkat depresi sedang setelah

diberikannya life review therapy, dimana pasien

yang sebelumnya terlihat gelisah, tidak dapat

fokus terhadap kegiatan yang sedang

dilaksanakan, dan tidak mudah di ajak

komunikasi atau menjadi lebih rileks, sedikit

membuka diri, merasa tenang, dapat

berkomunikasi dengan lancar dan kemampuan

pasien dalam merespon dalam pemberian terapi.

Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh

Page 75: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

75

peneliti terhadap pasien juga diperoleh data

yang sama, dimana pasien mengatatakan lebih

tenang dan nyaman. Rasa tenang dan nyaman yang

dirasakan oleh pasien terlihat dari sikap dan

perilaku yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu

pasien tampak tenang, pandangan mata fokus,

tidak gelisah serta lebih banyak senyum.

Seperti yang diketahui bahwa life review

therapy adalah mengingat kembali masa lalu dan

mengembalikan kesehatan mental, fisik,

emosional dan spritual (Halim, 2006).

Pelaksanaan life review therapy yang

dilakukan selama penelitian pada pasien

skizofrenia di RSJ NTB yang diberikan perlakuan

selama 30 menit terhadap 5 responden dengan

cara mengobservasi dan wawancara sejauh mana

pasien dapat merespon dan kemampuan pasien

dalam mengekspresikan perasaan pasien agar

dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Roy dan Moleod (1981) menjelaskan tingkat

adaptasi sebagai standar variabel yang

mempunyai dampak stimulus baru dan tanggapan

dari tanggapan sebelumnya dibandingkan untuk

tanggapan selanjutnya output langsung dari

Page 76: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

76

sistem, melibatkan aktivasi satu atau beberapa

mekanisme koping (subsystem kognator dan

regulator), yang kemudian menghasilkan perilaku

yang adaptif. Dalam memelihara integritas

seseorang, regulator dan kognator subsistem

diperkirakan sering bekerjasama(Roy, 1991).

Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas

dapat dibuat kesimpulan awal bahwa pemberian

life review therapy dapat berpengaruh terhadap

perubahan tingkat depresi.

c. Analisa pengaruh life review therapy terhadap

perubahan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia.

Berdasarkan tabel 4.8 dengan hasil

perhitungan menggunakan uji t pada pasien

skizofrenia sebelum dan sesudah life review

therapy diperoleh hasil t hitung sebesar 22,12

denganm db=2 diperoleh t tabel sebesar 2,986

atau t hitung lebih dari t tabel (22.12>2,896)

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada

perbedaan perubahan tingkat depresi sebelum dan

sesudah diberikan life review therapy dengan

hasil Mean kelompok eksperiment sebesar 20,4

setelah diberikan life review therapy dan Mean

Page 77: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

77

kontrol sebesar 26,6 yang tidak diberikan life

review therapy. Ada pengaruh pemberian life

review therapy terhadap tingkat depresi pada

pasien skizofrenia di RSJ Provinsi NTB.

Melihat kembali kehidupan (Life Review)

sebelumnya merupakan proses yang normal

berkaitan dengan pendekatan terhadap proses

penyembuhan. Reintegrasi yang sukses dapat

memberikan arti dalam kehidupan dan

mempersiapkan seseorang untuk mati tanpa

disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil

diskusi terakhir tentang proses ini menemukan

bahwa melihat kembali kehidupan sebelumnya

merupakan salah satu strategi untuk merawat

masalah kesehatan jiwa pada penderita

skizofrenia. (Team Creative "Nutrisi Jiwa”,

2008).

Input pada manusia sebagai suatu sistem

adaptasi adalah dengan menerima masukan dari

lingkuan luar dan linkungan dalam diri individu

itu sendiri. Input sebagai stimulus, merupakan

kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi

dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon.

Input atau stimulus termasuk variabel standar

Page 78: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

78

yang berlawanan yang umpan baliknya dspat

dibandingkan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas

sebagian besar responden berpindidikan SLTA /

SMK sebesar 2 orang (40%). Selain itu responden

rata-rata tidak bekerja sebesar 2 orang (40%)

atau hanya bekerja sebagai petani sebesar 2

orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yang mengalami masalah terhadap

depresi adalah ekonomi dan pendidikan sesuai

hasil wawancara dan observasi yang didapatkan.

Kenyataannya sumber keuangan meningkatkan

pilihan seseorang dalam banyak situasi stress

yang dapat juga seseorang menjadi depresi.

Selain itu juga pada pendidikan berupa

pengetahuan dan intelegensi adalah sumber

individu seseorang untuk melihat cara lain

mengatasi stress (Stuart,1998).

Dalam life review therapy responden harus

diberikan dukungan, pengertian agar responden

dapat berkembang menjadi pribadi yang

bertanggung jawab. Responden juga dipaparkan

pada peraturan-peraturan yang harus ditaati dan

bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Page 79: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

79

Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan

keputusan, meningkatkan harga diri dan perilaku

yang baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebelum diberikan life reiew therapy sebagian

besar responden mempunyai tingkat depresi sedang

yaitu sebanyak 9 orang (90%), dan berat sebanyak 1

orang (10%).

2. Setelah dilakukan life reiew therapy sebagian

besar responden mengalami tidak depresi sebanyak 3

(30%),sedangkan tingkat depresi ringan yaitu

sebanyak 7 orang (70%).

3. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil t-

hitung sebesar 22,12 yang dikonsultasikan dengan

t-tabel dengan taraf signifikan 0,05 dan db=8

(5+5-2=8) didapatkan hasil t-tabel yaitu sebesar

2.896 atau t-hitung lebih besar dari t-tabel

Page 80: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

80

(22,12>2,896) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada pengaruh life review therapy erhadap

penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Diharapkan kepada pasien dapat menerapkan life

review therapy, baik secara individu dan mandiri

dengan dengan mengingat kembali masa- masa yang

indah sehingga dapat menurunkan tingkat depresi

dan pada akhirnya dapat bersosialisasi dengan

baik.

2. Bagi RSJ Propinsi NTB

Diharapkan kepada RSJ Provinsi NTB menyusun

standar operasional prosedur tentang teknik

pelaksanaan life review therapy yang kemudian

disosialisasikan pada semua perawat di ruangan,

sehingga perawat mampu melaksanakan peran dan

fungsinya secara mandiri terhadap penurunan

tingkat depresi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan kajian

pustaka untuk memperkaya ilmu keperawatan

khususnya tentang pengaruh life review therapy

Page 81: PENGARUH LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP SKYZOPRENIA

81

terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien

skizofrenia.

4.Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu ada panelitian lebih lanjut tentang

penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia

yang ada di RSJ atau yang tinggal di rumah bersama

keluarga, yang dapat di gunakan sebagai pembanding

hasil penelitian yang sudah dilakukan demi

tercapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang

optimal.