PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB...

73
PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN KINERJA SOSIAL TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI CODOT DI KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi) Oleh DENI SETIAWAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN KINERJA SOSIAL

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI CODOT DI KABUPATEN

TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

DENI SETIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

ABSTRAK

PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN KINERJA SOSIAL

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI CODOT DI KABUPATEN

TANGGAMUS

Oleh

DENI SETIAWAN

Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Beringin Jaya menggunakan sistem

agroforestri dengan perpaduan antara tanaman kehutanan dengan kopi. Sistem

agroforestri yang diterapkan menghasilkan potensi kopi codot yang memiliki

harga dua kali lipat lebih mahal dibandingkan kopi robusta biasa. Kopi codot

merupakan kopi robusta sisa makanan codot. Codot hanya memakan bagian kulit

kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data

mengenai kopi masih sedikit, terutama data mengenai pengaruh lanskap

agroforestri dan kinerja sosial terhadap pendapaatan petani kopi codot. Penelitian

ini dilakukan untuk menganalisis variabel ekologi yang berpengaruh terhadap

kelestarian habitat codot pada lanskap agroforetri kopi, menganalisis variabel

kinerja sosial yang berpengaruh terhadap pendapatan petani kopi codot, dan

menghitung kontribusi pendapatan petani kopi codot pada lanskap agroforestri

kopi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear

Page 3: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

berganda. Hasil analisis regresi linear berganda pada variabel lanskap dengan

menggunakan uji F menunjukan pengaruh yang nyata dengan nilai signifikansi

0,004, sedangkan pengujian dengan uji t-student variabel jarak lahan pemanfaatan

ke sungai dan jumlah vegetasi pisang yang berpengaruh nyata terhadap jumlah

ditemukanya titik kopi codot. Hasil analisis regresi linear berganda pada variabel

kinerja sosial dengan menggunakan uji F menunjukkan pengaruh yang nyata

dengan nilai signifikansi 0,004, sedangkan pengujian dengan uji t-student variabel

hari orang kerja dan produksi kopi codot yang berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani. Kontribusi kopi codot terhadap kopi robusta hanya sebanyak

2%. Pendapatan petani dari kopi codot masih tergolong kecil karena dalam

pengelolaannya belum memperhatikan aspek kinerja sosial maupun lanskap

agroforestrinya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

pengembangan potensi kopi codot.

Kata kunci: Kinerja social, kontribusi, kopi codot, lanskap

Deni Setiawan

Page 4: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

ABSTRACT

THE EFFECT OF AGROFORESTRY LANDSCAPE AND SOCIAL

PERFORMANCE ON THE INCOME OF CODOT COFFEE FARMERS IN

TANGGAMUS REGENCY

by

DENI SETIAWAN

Beringin Jaya social forest management used an agroforestry system with a

combination of forestry plants and coffee. The implemention of the agroforestry

system has produced codot coffee with the potential of double price compared to

regular robusta. Codot coffee was the residual of robusta coffee from the bat feed.

Bat only ate part of the coffee skin, while the part of coffee seed was dropped

under the coffee tree. The data about the coffee research was still lack, especially

about the effect of agroforestry landscape and the social performance to coffe

codot farmer income. This aims of the study was to analyzed the ecological

variables that affected to the sustainability of bat habitat on the coffee agroforetry

landscape, and the social performance variables that affect to the income of codot

coffee farmers, and to calculated the contribution of codot coffee farmers income

to the coffee agroforestry landscape. This method that used on this research was

multiple linear regression analysis. The results of multiple linear regression

Page 5: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

analysis on landscape variables used the F test showed a significant effect with a

significance value about 0,004, while the test with the t-student test showed the

significance value with the variables of the distance of landuse to the river and the

amount of banana vegetation wich number of bat coffee spots. The results of

multiple linear regression analysis on social performance variables used the F test

showed a significant effect with a significance value of 0,004, while the test with

the t-student test showed working days and codot coffee production significantly

affected farmers income. The contribution of codot coffee from the total income

of coffee farmer was only 2%. The farmers income from codot coffee was still

relatively small because they hasn’t concerned social performance aspect and

agroforestry landscape. This research considerated to be the reference to

developed the potential of codot coffee.

Keywords : Codot coffee, contribution, landscape, social performance

.

Deni Setiawan

Page 6: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

v

PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN KINERJA SOSIAL

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI CODOT DI KABUPATEN

TANGGAMUS

Oleh

DENI SETIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 7: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi
Page 8: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi
Page 9: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Pasir pada tanggal 27 Desember

1996, putra pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan

Bapak Suparjo dan Ibu Rubingah. Penulis menempuh

pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sudimoro Induk

tahun 2003-2009, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Pangkal Mas 2009-

2012, dan Sekolah Menengah Atas di SMA 1 Semaka tahun 2012-2015.

Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Pendidikan

Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mendapatkan Beasiswa Bidikmisi selama 4 tahun.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Kehutanan

(Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung sebagai anggota bidang

penelitian dan pengembangan organisasi.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Panaragan Jaya,

Kecamatan Panaragan, Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari dari

bulan Januari hingga Maret 2018. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum

(PU) di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banyumas Barat PerumPerhutani

Divisi RegionalJawa Tengah selama 40 hari dari bulan Juli hingga Agustus 2018.

Tahun 2019, penulis dipercaya menjadi asisten dosen dibeberapa mata kuliah

Page 10: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

ix

yaitu hidrologi hutan dengan dosen penanggung jawab Dr. Ir. Slamet Budi

Yuwono, M.S., perencanaan kehutanan dengan dosen penangung jawab Dr. Ir.

Christine Wulandari, M.P., pembangunan kehutanan dengan dosen

penanggungjawabnya Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. dan pengelolaan jasa

lingkungan dengan dosen penanggung jawab Dr. Ir. Christtine Wulandari, M.P.

Page 11: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

i

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan mahakarya untuk Ayah, Ibu dan Adikku tersayang

Page 12: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

ii

SANWACANA

Alhamdulillahirrabil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWTatas rahmat dan

karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan

manusia dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi dengan judul ―Pengaruh lanskap agroforestri dan kinerja sosial terhadap

pendapatan petani kopi codot di kabupaten tanggamus‖ adalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi dari

berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulismengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Unila sekaligus pembahas atau penguji atas semua kritik dan saran,

serta nasihat yang telah diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi

ini;

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Unila atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dan pendidikan di Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Unila;

Page 13: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

iii

3. IbuDr. Ir.Christine Wulandari, M.P.,selaku pembimbing utama sekaligus

pembimbing akademik atas ketersediannya untuk memberikan bimbingan,

ilmu, ide, kritik dan saran, serta banyak motivasi dengan penuh kesabaran

selama menempuh pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila

hingga proses skripsi ini terselesaikan;

4. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing kedua atas

ketersedian waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, ide, kritik dan

saran, serta banyak motivasi dengan penuh kesabaran selama proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Dr. Ir.Samsul Bakri, M.Si., selaku Pembahas skripsi atas ketersedian

waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, ide, kritik dan saran, serta

banyak motivasi dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian skripsi

ini;

6. Bapak Zulhaidir, S.P. M.Si. selaku kepala unit pelaksana teknis KPH Kota

Agung Utara yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses

pengambilan data penelitian di KPH Kota Agung Utara;

7. Bapak Ahmad Sudarwan selaku kepala Gapoktan Baringin Jaya yang telah

membantu dalam proses pengambilan data penelitian di KPH Kota Agung

Utara;

8. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku ketua tim percepatan

skripsi dan seluruh tim percepatan skripsi yang telah mencurahkan waktu,

pikiran dan motivasi untuk mewujudkan skripsi berjalan dengan lancar dan

lulus tepat waktu;

iii

Page 14: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

iv

9. Bapak dan Ibu Dosen Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

wawasan dan pengalaman selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Unila;

10. Bapak dan Ibu Staf administrasi Jurusan Kehutanan maupun Fakultas

Pertanian Unila yang telah banyak membantu dalam segala penyelesaian

kelengkapan administrasi;

11. Kedua orangtua yaitu Ayah Suparjo dan Ibu Rubingah yang tidak pernah

berhenti memberikan kasih sayang, do’a, motivasi, arahan dengan penuh

kesabaran hingga penulis bisa melangkah sejauh ini;

12. Lilis Astuti yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta membantu

dalam proses perbaikan skripsi;

13. Teman seperjuangan kehutanan 2015 ―TW15TER‖ khususnya Rudi Pramana,

Dedi Riyanto, Suci Rahmadhani, Tri Rubiyanti, Indah Rahmawati, Bella

Audia, atas segala bantuan, dukungan dan kebersamaan yang telah kalian

berikan;

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dalam proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas setiap amal kebaikan kalian.Penulis

menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,namun

penulisberharap karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandar Lampung, 27 juli 2019

Deni Setiawan

iv

Page 15: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 8

2.2 Kinerja Sosial ................................................................................ 9

2.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Hasil Hutan ................................... 10

2.4 Agroforestri Kopi .......................................................................... 12

2.5 Faktor Ekologi .............................................................................. 19

2.6 Lanskap Agroforestri .................................................................... 22

2.7 Perilaku dan Habitat Kelelawar Buah (Codot) ............................. 24

2.8 Kopi Codot .................................................................................... 27

2.9 Hutan Masyarakat (HKm) ............................................................. 30

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 33

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 33

3.2 Alat dan Objek Penelitian ............................................................. 34

3.3 Analisis Data ................................................................................. 34

3.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ................................... 34

3.3.1.1 Variabel Lanskap terhadap titik ditemukanya

kopi codot .............................................................. 34

3.3.1.2 Variabel kinerja sosial terhadap pendapatan

Petani kopi codot ................................................... 35

3.3.2 Kontribusi Kopi Codot ........................................................ 37

3.4 Pelaksanaan .................................................................................. 38

3.5 Pengamatan ................................................................................... 39

3.5.1 Jenis Data ........................................................................... 39

3.5.2 Cara Pengumpulan Data .................................................... 39

Page 16: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

vi

Halaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 41

4.1 Analisis Regresi Lanskap Agroforestri Kopi Codot ..................... 41

4.1.1 Uji F-Student Variabel Lanskap Agroforestri terhadap

Titik Ditemukannya Kopi Codot ........................................ 42

4.1.2 Uji t-Student Variabel Lanskap Agroforestri terhadap

TitikKopi Codot .................................................................. 42

4.1.2.1 Jumlah Pakan ....................................................... 43

4.1.2.2 Komposisi Tanaman............................................. 46

4.1.2.3 Jarak Lahan Pemanfaatan ke Sungai .................... 48

4.1.2.3 Jarak Lahan Pemanfaatan ke Jalan Utama

dan Desa ............................................................... 49

4.1.2.4 Kerapatan Tanaman ............................................. 50

4.2 Analisis Regresi Kinerja Sosial Petani terhadap Pendapatan

Kopi Codot .................................................................................... 51

4.2.1 Uji F Variabel Kinerja Sosial terhadap

Pendapatan ......................................................................... 51

4.2.2 Uji t-student Variabel Kinerja Sosial terhadap

Pendapatan .......................................................................... 52

4.2.2.1 Umur .................................................................... 54

4.2.2.2 Suku/Etnis ............................................................ 56

4.2.2.3 Luas Lahan Petani Kopi Codot ............................ 57

4.2.2.4 Harian Orang Kerja (HOK) .................................. 58

4.2.2.5 Pendidikan Formal ............................................... 59

4.2.2.6 Pendidikan Non Formal ....................................... 60

4.2.2.7 Lama Pemanfaatan Lahan Untuk Kopi ................ 62

4.2.2.8 Lama Menjadi Anggota HKm Beringin Jaya ...... 65

4.3 Perbandingan Pendapatan Kopi Codot ......................................... 66

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 69

.............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71

LAMPIRAN ............................................................................................... 81

Tabel 7-8 .................................................................................................... 84-87

Gambar 13-22 ............................................................................................. 88-92

v

5.1 Simpulan ........................................................................................ 69

5.2 Saran

Page 17: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Varibel-variabel kinerja sosial terhadap pendapatan yang berdasarkan

penelitian sebelumnya .......................................................................... 35

2. Hasil Uji F pengaruh variabel-variabel ekologi terhadap titik

ditemukanya kopi codot ....................................................................... 42

3. Hasil Uji t-student pengaruh variabel-variabel lanskap agroforestri

terhadap titik ditemukanya kopi codot ................................................. 43

4. Hasil Uji F pengaruh variabel-variabel ekologi terhadap titik

ditemukanya kopi codot ....................................................................... 51

5. Hasil Uji t-student pengaruh variabel-variabel sosial ekonomi

terhadap pendapatan petani kopi codot. ............................................... 53

6. Perbandingan kopi codot dengan kopi robusta. ................................... 67

7. Data kinerja sosial ................................................................................ 84

8. Data lanskap agroforestri kopi ............................................................. 86

Page 18: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alir kerangka pemikiran ........................................................ 7

2. Lokasi penelitian .................................................................................. 33

3. Pola tanam agroforestri kopi codot ...................................................... 47

4. Pola tanam agroforestri kopi codot ...................................................... 47

5. Perbandingan umur petani dengan HOK. ............................................ 55

6. Distribusi suku ..................................................................................... 57

7. Perbandingan luas lahan dengan HOK. ............................................... 58

8. Pendidikan formal. ............................................................................... 60

9. Pendidikan non formal. ........................................................................ 61

10. Perbandingan lama pemanfaatan lahan dengan titik codot .................. 63

11. Perbandingan lama menajadi anggota HKm dengan HOK ................. 65

12. Persentase pendapatan.......................................................................... 68

13. Lanskap agroforestri kopi. ................................................................... 88

14. Kopi setelah dimakan codot ................................................................. 88

15. Kopi setelah dimakan codot. ................................................................ 89

16. Proses penjemuran atau pengeringan kopi codot ................................. 89

17. Proses penyortiran kopi codot. ............................................................. 90

18. Proses rosting kopi codot. .................................................................... 90

19. Kopi codot setelah di rosting ............................................................... 91

20. Kemasan kopi codot. ............................................................................ 91

Page 19: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

ix

Gambar Halaman

21. Foto bersama kelompok wanita tani hutan. ......................................... 92

22. Proses wawancara dengan petani kopi codot ....................................... 92

viii

Page 20: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten penghasil kopi robusta terbesar

kedua setelah Kabupatan Lampung Barat di Provinsi Lampung (BPS Provinsi

Lampung, 2015). Prestasi tersebut tidak terlepas dari peran Kesatuan Pengelolaan

Hutan (KPH) yang ada di Kabupaten Tanggamus. Kesatuan Pengelolaan Hutan

Model (Unit X) Kota Agung Utara ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri

Kehutanan RI Nomor SK.379/Menhut-II/2011 tanggal 18 Juli 2011 tentang

penetapan wilayah KPH Model KotaAgung Utara (Unit X) yang terletak di

Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung (KPH Model Kota Agung Utara,

2013). Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh KPH Model Kota Agung Utara

menggunakan sistem agroforestri yang dilakukan secara bermitra dengan

masyarakat (Rosalia dan Ratnasari, 2016).

Agroforestri adalah suatu sistem pemanfaatan lahan dikombinasikan secara

simultan dan sekuensial, sehingga dapat meningkatkan total produksi tanaman

atau ternak atau perikanan dan usaha ternak madunya (Wulandari, 2015). Pola

tanam agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat KPH Model Kota Agung

Utara yaitu tanaman berkayu dengan tanaman kopi. Pola tanam agroforestri yang

telah dilakukan menyebabkan Indonesia memiliki beragam jenis kopi yang

Page 21: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

2

memiliki kekhasan dan menjadi daya tarik sehingga beragam jenis kopi tersebut

sangat diminati di pasar internasional (Meiri dkk., 2013). Potensi pengembangan

kopi di daerah sangat diperlukan guna mendukung peningkatan kesejahteraan

petani (Aklimawati, 2014). Potensi yang dimiliki KPH model Kota Agung Utara

adalah kopi codotyang sudah diproduksi sejak 2 tahun yang lalu.

Kopi codot merupakan kopi yang dihasilkan dari sisa makanan kelelawar

pemakan buah. Kelewar digolongan menjadi dua yaitu pemakan buah atau

kelompok megachiroptera yang biasa disebut dengan codot dan pemakan

serangga dari kelompok microchiroptera (Prasetyo dkk., 2011). Codot memiliki

perilaku makan yang unik yaitu perilaku makan di atas pohon dengan

menjatuhkan sisa makanannya berupa biji ke tanah (Iqbal, 2014). Kopi codot juga

memiliki rasa yang khas dikarenakan perilaku codot yang selalu menyerap cairan

daun maupun buah yang menjadi makanannya (Suyanto, 2002). Rasa yang khas

dari kopi codot membuatnya memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan kopi biasa. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu situs penjualan online

yaitu Bukalapak.com. Kopi codot (200 gram) dijual dengan harga Rp 90.000,

sedangkan untuk kopi robusta Lampung yang reguler (200 gram) dijual dengan

harga Rp 40.000. Potensi kopi codot tersebut perlu dikelola dengan baik dengan

memperhatikan aspek kinerja sosial agar dapat meningkatkan pendapatan petani

kopi codot

Kinerja sosial merupakan suatu kondisi dalam masyarakat yang membuat

seseorang berperilaku sesuai dengan kedudukanya di suatu masyarakat (Rivai,

2004). Kinerja sosial akan membuat masyarakat mengetahui pengelolaan kopi

Page 22: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

3

codot yang tepat dari aspek sosial. Menurut Chuzaimah dkk. (2016) kinerja sosial

memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Peningkatan taraf

hidup masyarakat akan sejalan dengan peningkatan pendapatan petani (Salminah

dkk., 2014). Peningkatan taraf hidup akan membuat kelestarian hutan karena

peningkatan taraf hidup berkorelasi dengan kelestarian hutan (Senoaji, 2009).

Pengelolaan kopi codot selain perlu memperhatikan aspek kinerja sosial juga

perlu memperhatikan aspek lanskap.

Codot merupakan satwa liar yang menyukai habitat mulaidari pantai sampai

pegunungan dengan pepohonan maupun gua sebagai tempat beristirahat (Fatem

dkk., 2006). Lanskap agroforestri kopi merupakan salah satu habitat codot

(Riyanto dkk., 2019). Suatu habitat satwa harus memiliki makanan (food), tempat

berlindung (shelter), ruang (space), dan air (water) agar satwa tersebut dapat

hidup. Karakteristik habitat yang sesuai akan mempengaruhi jumlah codot yang

hidup pada habitat tersebut (Piter dkk. 2015). Semakin banyak populasi codot

pada laskap agroforestri akan berpengaruh terhadap produksi kopi codot yang

dihasilkan hal tersebut karena codot memiliki kecenderungan yang yang tinggi

terhadap buah sebagai makananya (Kuzn dan Parsons, 2009). Kenaikan produksi

kopi codot akan menambah pendapatan petani karena menurut Dewi (2012)

kenaikan produksi hasil hutan akan menambah pendapatan bagi petani.

Meskipun produksi kopi codot sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dua tahun

yang lalu tetapi pengetahuan tentang kopi codot masih minim (Riyanto dkk.,

2019). Minimnya data tersebut dikarenakan belum banyak dilakukan penelitian

mengenai kopi codot. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian

Page 23: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

4

pengaruh lanskap agroforestri kopi dan kinerja sosial terhadap pendapatan petani

kopi codot untuk mendukung kelestarian hutan di KPH Model Kota Agung

Utara.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ―pengaruh lanskap agroforestri dan kinerja sosial

terhadap pendapatan petani kopi codot di kabupaten Tanggamus‖, yaitu.

1. Menganalisis variabel-variabel ekologi yang berpengaruh terhadap kelestarian

habitat codot pada lanskap agroforetri kopi.

2. Menganalisis variabel-variabel kinerja sosial yang berpengaruh terhadap

pendapatan petani kopi codot pada lanskap agroforetri kopi.

3. Menghitung kontribusi pendapatan petani kopi codot pada lanskap agroforetri

kopi.

1.3 Kerangka Pemikiran

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kota Agung Utara dalam mengelola lahan

menggunakan sistem agroforestri. Agroforestri adalah suatu sistem pemanfaatan

lahan dikombinasikan secara simultan dan sekuensial, sehingga dapat

meningkatkan total produksi tanaman atau ternak atau perikanan dan usaha ternak

madunya (Wulandari, 2015). Agroforestri pada kopi sangat menguntungkan untuk

produksi kopi karena suhu yang optimal yang disebabkan oleh kondisi tajuk

pohon (Yulistriani, 2013).

Page 24: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

5

Kopi codot merupakan kopi yang dihasilkan dari sisa makanan hewan yang

disebut Codot (Cynopterus brachyotis).Codot setelah memakan daging buah lalu

akan membuang sisa biji tersebut. Hal ini sesuai dengan fungsi alami codot

sebagai penyebar biji (Putra, 2014). Karena aktivitas jumlah codot yang cukup

banyak sehingga masyarakat di KPH Kota Agung Utara memanfaatkan kopi sisa

makanan codot tersebut menjadi kopi codot.

Kopi codot saat ini sudah diproduksi di KPH Kota Agung Utara dan memiliki

harga dua kali lipat dibandingkan dengan kopi reguler. Perbedaan harga secara

tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan petani kopi codot. Peningkatan

pendapatan petani kopi codot mempengaruhi karakteristik sosial petani kopi

codot. Salminah dkk. (2014) mengatakan tingkat pendapatan yang tinggi akan

meningkatkan tingkat kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan petani kopi codot

akan membuat hutan tersebut lestari dari sudut pandang ekologi hutan hal ini

sesuai dengan Ekawati dan Nurrochmat (2014) yang mengatakan sosial ekonomi

berkorelasi positif terhadap kelestarian hutan.

Variabel kinerja sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur

responden, suku/etnis, Harian Orang Kerja (HOK), pendidikan formal, pendidikan

non formal, produksi, luas lahan, lama menjadi anggota HKm Beringin Jaya dan

lama pemanfaatan lahan. Varibel tersebut dipilih karena menurut Chuzaimah dkk.

(2016); Tutik dkk. (2013); Fitrawan dkk. ( 2015); Pasha (2009); Choirotunnisa

dkk. (2008) memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendapatan. Lanskap

agroforestri kopi tidak dapat terlepas dari karakteristik ekologi sehingga perlu

dilakukan analisis terhadap beberapa variabel-variabel ekologi untuk menjaga

Page 25: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

6

kelestarian dan meningkatkan produktivitas kopi (Saragih, 2018). Variabel-

variabel ekologi yang digunakan antara lain sumber pakan codot, kerapatan tajuk

agroforestri, komposisi tanaman agroforestri dan jarak lahan kebeberapa tempat

diantara sungai, jalan utama dan desa. Variabel tersebut dipilih karena menurut

Rahman dkk. (2010); Widiyanto (2012); Prasetyo dkk. (2011) memiliki pengaruh

yang nyata terhadap produksi kopi.

Penelitian pengaruh lanskap agroforestri dan kinerja sosial terhadap pendapatan

petani kopi codot dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

karena variabel yang digunakan dalam penelitian lebih dari satu varibel. Penelitian

ini selain dianalisis menggunakan analisi regresi berganda juga dilakukan

perhitungan kontribusi kopi codot terhadap pendapatan petani kopi codot. Analisis

regresi berguna untuk mendapat hubungan fungsional dua variabel atau lebih atau

mendapatkan pengaruh antara variabel prediktor terhadap variabel kriteria

umumnya atau meramalkan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel kriteria

umumnya (Susanti, 2010). Diagram pemikiran penelitian ini tertera dalam

Gambar 1.

Page 26: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

7

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran.

Kelestarian Agroforestri Kopi

Petani Kopi Codot

7. Produksi kopi codot

1. Sumber Pakan Codot

2. Kerapatan tanaman

4. Komposisi Tanaman Agroforestri

5. Jarak Sungai

6. Jarak Jalan Utama

7. Jarak Desa

Karakteritik Kinerja Sosial

Lanskap Agroforestri Kopi

Analisis

Regresi

Karakteristik lanskapAgroforestri

Pendapatan Petani Kopi Codot

Pendapatan petani kopi codot meningkat

Kontribusi kopi codot

terhadap pendapatan

1. Umur Responden

2. Suku/Etnis

3. Pendidikan Formal

4. Pendidikan Non Formal

5. Luas Lahan

6. Lama Pemanfaatan Lahan

7. Lama Menjadi anggota Hkm

8. Hari orang Kerja (HOK)

Kesesuaian habitat

Page 27: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kota Agung Utara berada pada

posisi 104017

’-104

042

’ BT-5

010

’-5

030

’ LS. Secara administrasi wilayah KPHL

Model Kota Agung Utara berada di dalam Kawasan Hutan Lindung (KHL)

Register 30 Gunung Tanggamus KPHL Kota Agung Utara dikelola di bawah

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Pengelolaan KPHL Kota Agung Utara

dilakukan dengan bermitra dengan masyarakat dalam sistem perhutanan sosial

salah satunya yaitu HKm Beringin Jaya.

Gapoktan HKm Beringin Jaya masuk ke dalam wilayah Pekon Margoyoso

Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. HKm Beringin Jaya mendapat

surat izin pengelolaan hutan dari Menteri Kehutanan berdasarkan

SK.886/MENHUT-II/2013 pada Tahun 2009. Pengelolaan hutan di HKm

Beringin Jaya dibagi menjadi 8 Kelompok Tani Hutan (KTH). Anggota HKm

Beringin Jaya sejumlah 561 Orang dengan wilayah pemanfaatan seluas 871 Ha.

Kelompok HKm yang berada di Register 30 Gunung Tanggamus meliputi

kelompok yang ada di Kecamatan Sumberejo dan Kecamatan Pulau Panggung.

Page 28: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

9

Gapoktan HKm Beringin Jaya memiliki satu kelompok wanita tani hutan yaitu

kelompok wanita hutan himawari yang merupakan wadah untuk mengelola hasil

hutan untuk menjadi beberapa produk yang memiliki nilai yang lebih tinggi.

Beberapa produk yang telah dihasilkan yaitu kopi codot, kopi lanang, kopi

mahoni dan kopi sonokeling.

2.1 Kinerja Sosial

Menurut Rivai (2004) kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan

setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

perannya dalam perusahaan. Menurut Lubis dkk. (2018) kinerja merupakan suatu

kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk

mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang

diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan

negatif dari suatu kebijakan operasional. Menurut KBBI sosial merupakan suatu

kegiatan yang menyangkut suatu masyarakat atau kepentingan orang banyak.

Kinerja sosial dapat diartikan suatu kondisi dalam masyarakat yang membuat

seseorang berperilaku sesuai dengan kedudukanya di suatu masyarakat.

Kinerja sosial petani merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas maupun

pendapatan petani. Menurut Chuzaimah dkk. (2016) faktor kinerja sosial terdiri

atas umur petani (thn), pendidikan petani (thn), luas lahan (ha), jumlah anggota

keluarga (orang), pengalaman usahatani (thn). Menurut Tutik dkk.,(2013) faktor

kinerja sosial terdiri atas umur, pendidikan , luas lahan, jarak tempat tinggal ke

lokasi penjulan hasil pertanian. Faktor tersebut ada yang memiliki pengaruh yang

Page 29: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

10

nyata dan ada tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendapatan dan

produktivitas.

2.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Hasil Hutan

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi

itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan

oleh si pembawa status (Sumardi, 2011). Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan

atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya. Kondisi sosial

ekonomi juga memberikan batasan tentang kondisi sosial ekonomi yang

merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan

seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat.

Pemberian posisi dalam masyarakat harus disertai pula dengan seperangkat hak

dan kewajiban yang harus dimainkan oleh masyarakat. Arifin (2008) menjelaskan

kondisi sosial ekonomi sebagai kaitan antara status sosial dan kebiasaan hidup

sehari-hari yang telah membudaya bagi individu atau kelompok dimana kebiasaan

hidup yang membudaya ini biasanya disebut dengan culture activity. Kemudian

ia juga menjelaskan pula bahwa dalam semua masyarakat di dunia baik yang

sederhana maupun yang kompleks, pola interaksi atau pergaulan hidup antara

individu menunjuk pada perbedaan kedudukan dan derajat atau status kriteria

dalam membedakan status pada masyarakat yang kecil biasanya sangat sederhana.

Hal ini karena disamping jumlah warganya yang relatif sedikit, orang-orang yang

dianggap tinggi statusnya tidak begitu banyak jumlah maupun ragamnya.

Page 30: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

11

Menurut Cahyono (2009) keadaan sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang

secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat,

pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang

harus dimainkan oleh masyarakat. Menurutnya ada ciri-ciri keadaan sosial

ekonomi yaitu berpendidikan, mempunyai status sosial yang ditandai dengan

tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap

lingkungan, dan mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar. Kedudukan

sosial ekonomi kehutanan pada istilah pembangunan umumnya untuk melihat

seberapa besar tingkat kesejahteraan suatu daerah dimana dapat dilihat dari

potensi dan kualitas sumber daya didalamnya.

Pengaruh harga menghasilkan hasil yang positif, mungkin tidak selalu

menghasilkan hasil yang lebih tinggi secara signifikan. Harga yang lebih tinggi

perlu didukung oleh tiga variabel signifikan untuk meningkatkan hasil secara

signifikan. Oleh karena itu, pada usaha kopi kecil petani harus fokus untuk bisa

memastikan petani mendapatkan akses ke kredit yang memadai, diversifikasi

basis penghasilan pertanian dan pelatihan (Minai dkk., 2014). Pada beberapa

daerah telah terindentifikasi faktor yang harus diperhatikan pada usaha kopi kecil

yaitu biaya produksi, pasar akses, kapasitas lokal, akses ke kredit, pengembangan

masyarakat, kesetaraan gender, kualitas kopi dan rasa kepemilikan.

Perkebunan kopi merupakaan salah satu sumber pendapatan di Indonesia, seperti

negara Nepal yang memperoleh pendapatan utama dari kopi. Petani kopi di Nepal

yang terdiri dari beberapa orang untuk membentuk kelompok tani yang membuat

peningkatan pendapatan para petani kopi. Petani kopi di Nepal menunjukkan

Page 31: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

12

bahwa partisipasi beberapa orang dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi

melalui peningkatan pendapatan dan lingkungan hidup (Kattel, 2017). Daerah

Villa Rica merupakan salah satu daerah penghasil kopi terpenting di Peru. Faktor

yang menyebabkan berkembangnya penghasilan dari kopi dikarenakan disana

memiliki sistem pemasaran yang baik. Wilayah Villa Rica memiliki beberapa

saluran pemasaran diantaranya pedagang pengepul, perusahaan swasta, koperasi,

dan asosiasi kopi. Para pedagang pengepul fokus hanya pada harga yang lebih

tinggi sementara organisasi pemasaran menawarkan manfaat kepada anggotanya

(Higuchi dkk., 2012).

2.4 Agroforestri Kopi

Agroforestri adalah pengkombinasian tanaman berkayu atau kehutanan baik

berupa pohon, perdu, palem-paleman, bambu, dan tanaman berkayu lainnya

dengan tanaman pertanian dan peternakan secara tata waktu (temporal

arrangement) ataupun tata ruang (spatial arrangement). Menurut Sardjono dkk.

(2003) istilah lain dari agroforestri adalah tumpang sari (taungya sistem). Pada

sistem tumpang sari seluruh areal hutan akan ditanami pohon dan tanaman

tumpang sari dibersihkan dan diolah secara intensif oleh masyarakat yang

dilibatkan dalam pengelolaan hutan sebagai penggarap atau pesanggem.

Agroforestri juga merupakan sistem penggunaan lahan dan teknologi yang

menggunakan tanaman berupa pohon, perdu, palem, bambu, dan sebagainya

ditanam bersama tanaman pertanian atau hewan pada satu unit pengolahan lahan

yang sama (Indriyanto, 2008).

Page 32: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

13

Sistem agroforestri kopi dengan jenis Multi Purpose Trees Species (MPTs)

memberikan pendapatan yang layak dan berkesinambungan bagi rumah tangga

petani. Oleh karena itu, hasil ini menegaskan perlunya meninjau ulang kebijakan

komposisi jenis tanaman hutan dan kopi agar menarik bagi petani secara

ekonomi.Agroforestri merupakan salah satu bentuk terpenting dari penerapan

konsep perhutanan sosial. Menurut Naibaho dkk., (2015) bahwa perhutanan sosial

dapat dipahami sebagai ilmu dan seni menumbuhkan pepohonan dan tanaman lain

di dalam dan disekitar kawasan hutan dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan

untuk mencapai tujuan ganda meliputi pengelolaan hutan lestari dan peningkatan

taraf hidup (pendapatan) masyarakat.

Provinsi Lampung mengalami perubahan pola tanam agroforestri dengan cepat

salah satu contohnya Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat dengan

luas 54,200 ha, merupakan salah satu contoh daerah yang mengalami perubahan

penutupan lahan secara cepat selama tiga dasa warsa terakhir. Hutan yang semula

luasnya mencapai 60 % dari total luasan yang ada telah berubah menjadi sistem

agroforestri berbasis kopi, persawahan dan pemukiman, sehingga hutan yang

tersisa hanya tinggal 12%. (Hairiah, 2010).

Sistem pengelolaan perhutanan sosial diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal

Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Nomor

P.8/PSKL/Set/KUM.1/9/2017 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Pemanfaatan Hutan dan Rencana Kerja Tahunan Izin Pemanfaatan Hutan

Perhutanan Sosial pada pasal 4 ayat (1) masih mencantumkan kewajiban

membangun hutan di areal izin perhutanan sosial dengan komposisi tanaman

Page 33: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

14

hutan berkayu di atas 50%. Redefinisi tanaman hutan berkayu sangat diperlukan

sehingga mengakomodir MPTs yang produktif bagi mata pencaharian petani.

Pembagian komposisi tanaman tersebut disebut sebagai agroforestri

(Rohmayanto, 2019).

Tanaman kopi membutuhkan tanaman penaung karena akan menunjang

keberlanjutan usaha tani kopi, yaitu mempertahankan produksi dalam jangka

panjang (di atas 20 tahun) dan mengurangi kelebihan produksi (over bearing) dan

mati cabang (Supriadi, 2015). Pada tanaman kopi tanpa penaung, selama periode

pembungaan terjadi peningkatan penyerapan karbohidrat oleh daun dan cabang

untuk menunjang proses pembentukan pembuahan. Menurut Hairiah (2010),

bentuk agroforestri berbasis kopi yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua

sistem, yaitu sistem agroforestri kompleks (tersusun atas beberapa lapisan tajuk

pohon atau multistrata) dan agroforestri sederhana.

Keaneragaman jenis penaung pada agroforestri kopi dapat meningkatkan unsur

nitrogen pada tanah sehingga baik untuk tanaman kopi (Purwanto, 2007). Selain

itu dengan adanya naungan akan memberikan takaran sinar matahari yang sesuai

karena pohon kopi bukanlah pohon yang membutuhkan sinar matahari penuh

(Hairiah, 2010). Secara biologi tanaman kopi butuh naungan, sehingga umumnya

kopi ditanam dalam sistem campuran (agroforestri) mulai dari sistem campuran

sederhana hingga yang kompleks (multistrata) yang menyerupai hutan. Pola

tanam agroforestri akan membuat multistrata pada tajuk pohon sehingga tidak

terena paparan sinar matahari secara berlebihan. Selain paparan sinar matahari

Page 34: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

15

naungan juga dapat membaut suhu lingkungan kopi menjadi stabil, sehingga baik

untuk pertumbuhan pohon kopi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model agroforestri

berbasis kopi adalah.

1. Kebutuhan tingkat naungan tanaman kopi

Tanaman kopi muda memerlukan tingkat naungan berkisar 35–66% untuk

menunjang pertumbuhannya (Sobari dkk., 2012). Tanaman kopi yang sudah

berproduksi (umur di atas 4 tahun) tingkat naungan yang diperlukan berkisar

30–50% (Fathurrohmah, 2014). Sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan

tanaman kopi, maka diperlukan pengaturan jarak tanam/populasi tanaman

penaung.

2. Interaksi antar tanaman dan tanah

Interaksi antar tanaman dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Interaksi

langsung misalnya tanaman penaung yang bersifat menghambat pertumbuhan

tanaman kopi (efek allelophathy). Interaksi tidak langsung ada yang bersifat

negatif, misalnya menyebabkan adanya persaingan dalam penyerapan unsur

hara, air, atau pemanfaatan intensitas sinar matahari. Interaksi pada tanaman

juga terdapat interaksi yang tidak langsung yang bersifat positif, misalnya

tanaman penaung menghasilkan nitrogen sehingga menambah unsur hara tanah

dan menguntungkan tanaman kopi. Interaksi tidak langsung juga ada yang

berperan sebaga ―pihak ketiga‖, misalnya tanaman penaung menjadi inang bagi

hama atau penyakit bagi tanaman kopi (Suprayoga dkk., 2003). Berdasarkan

hal tersebut perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman penaung maupun

Page 35: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

16

tanaman penutup tanah (bila diterapkan) secara tepat, yaitu memilih jenis

tanaman yang memiliki interaksi yang bersifat positif.

3. Kondisi lahan kebun

Kondisi lahan kebun terutama di lokasi kritis, seperti rawan erosi dan longsor

perlu diperhatikan dalam menerapkan model agroforestri berbasis kopi.

Tanaman penaung atau tanaman penutup tanah yang menjadi penguat tanah

diperlukan untuk mengurangi tingkat erosi dan longsor dengan pola dan jarak

tanam yang tepat.

4. Potensi ekonomi produk yang dihasilkan

Tanaman penaung, tanaman penutup tanah, maupun ternak yang diintegrasikan

dalam model agroforestri berbasis kopi sebaiknya yang memiliki potensi

ekonomi cukup baik, misalnya ditunjukkan oleh adanya kebutuhan akan

produk yang dihasilkan dan kemudahan pemasaran. Hal yang termasuk

pertimbangan ekonomi adalah memaksimalkan pengaturan waktu panen dari

produk yang dipilih (misalnya bulanan, musiman, dan tahunan) sehingga dapat

dihasilkan produk sepanjang waktu dari agroforestri berbasis kopi. Dengan

demikian hasil dari agroforestri berbasis kopi dapat meningkatkan pendapatan

petani, selain hasil dari kopi sebagai tanaman utama.

Pola penanaman agroforestri berpotensi untuk mengubah lahan terdegradasi

menjadi lebih baik, memperbaiki lingkungan, dan menguatkan penghidupan.

Selain itu menggunakan pola tanam agroforestri yang mampu memperbaiki

kesuburan tanah, merestorasi lansekap dan melestarikan biodiversitas (Martin,

2014). Budidaya kopi yang merupakan pertanian jangka panjang yang sangat

Page 36: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

17

dianjurkan dikarenakan kondisi tanah yang tidak akan rusak sehingga produksi

kopi akan lebih terjaga.

Agroforestri merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan akan lahan

pertanian dengan tetap mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan melalui

penerapan sistem. Penerapan agroforestri diharapkan mampu menjadi media

untuk meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus mengatasi masalah global,

seperti penurunan kualitas lingkungan, kemiskinan, dan pemanasan global

(Supriyadi, 2014). Pengelolaan agrofestri kopi codot di KPH model Kota Agung

Utara diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam pengembangan KPH

tersebut.

Perkembangan budidaya kopi sangatlah cocok untuk dilakukan kerana mengingat

peminat kopi selalu meningkat sehingga KPH model Kota Agung Utara

mempunyai peluang dalam pengembangan kopi codot. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rosari dkk., (2017), Data International Coffee Organization (ICO)

tahun 2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi dunia periode

tahun 2008 – 2012 sebesar 6,9%, dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya

1,7%. Berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI)

tahun 2014, konsumsi kopi di Indonesia pun mengalami pertumbuhan, tercatat

dalam periode tahun 2008 – 2012 meningkat sebesar 9,1% atau rata-rata

pertumbuhan tiap tahunnya 2,3%.

Menurut Ariyanto (2015) dalam mengelola agroforestri kopi ada tingkat naungan

yang berbeda yaitu tanaman kopi muda memerlukan tingkat naungan berkisar 35–

66% untuk menunjang pertumbuhannya, untuk tanaman kopi yang sudah

Page 37: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

18

berproduksi (umur di atas 4 tahun) tingkat naungan yang diperlukan berkisar 30-

50% agar pertumbuhan tanaman kopi lebih baik, selain itu juga diperlukan

pengaturan jarak tanam/populasi tanaman penaung.

Menurut Supriyadi (2014) produktivitas tanaman kopi di Lampung secara umum

rendah, yaitu: sekitar 0,5-0,6 ton/ha, hal ini diduga tanaman kopi ditanam pada

lahan yang miskin hara. Tanaman kopi pada lahan yang kesuburan tanahnya baik

mampu menghasilkan produktivitas sampai tiga kali lipat, yaitu: sekitar 1,2 ton

tiap hektarnya. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sebaiknya petani

melakukan penanaman antara tanaman dalam satu lahan dengan proporsi

tanaman: kopi sebanyak 170 tanaman (31,70%), cengkeh sebanyak 154 tanaman

(28,79%), melinjo sebanyak 102 tanaman (19,06%), petai sebanyak 109 tanaman

(20,37%).

Menurut Hafif (2014), sistem multistrata agroforestri dengan pohon naungan atau

pelindung merupakan sistem konservasi yang sangat baik. Lapisan tajuk pada

sistem multi strata yang menyerupai hutan dapat memberi kan fungsi konservasi

yang baik dalam mengurangi tingkat erosi tanah. Selain itu, melalui lapisan tajuk,

sinar matahari tidak berpengaruh langsung terhadap kopi sehingga kelembaban

udara pada kebun kopi dapat terjaga. Tanaman pelindung juga dapat membantu

meningkatkan kesuburan tanah. Selain memberikan perlindungan terhadap

lingkungan, tanaman pelindung dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga serta

sebagai alternatif dalam mengatasi anjloknya harga kopi. Oleh karena itu,

pemilihan tanaman untuk sistem multistrata harus disesuaikan dengan kondisi

Page 38: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

19

biofisik setempat, komoditas yang dihasilkan harus mempunyai pasar, dan petani

harus memiliki akses terhadap bibit tanaman yang bermutu tinggi.

2.5 Faktor Ekologi

Jenis-jenis pohon yang terdapat pada agroforestri kopi multistrata umumnya

berfungsi sebagai pohon penaung kopi. Pohon penaung pada sistem agroforestri

kopi selain berperan sebagai naungan bagi tanaman kopi, juga mampu

memberikan jasa penyedia (provisioningservices) bagi petani seperti buah buahan,

kayu (timber), pakan ternak, kayu bakar, maupun manfaat lainnya (Yulistriani,

2013). Agroekosistem kopi dengan pohon pelindung berpotensi tinggi

memperkuat proses-proses ekologis,karena adanya kesamaan struktur antara

perkebunan kopi berpelindung dengan ekosistem hutan alami. Proses-proses

ekologis seperti siklus nutrisi dan air, aliran energi, dan mekanisme pengaturan

populasi berfungsi mirip dengan yang terjadi di hutan tropis. Agroekologi

menempatkan pelestarian keanekaragaman hayati sebagai sarana yang bernilai

tinggi dalam pengendalian persaingan antartanaman dan pengendalian hama.

Pada perkebunan kopi dengan pohon pelindung, sangat penting untuk memahami

keanekaragaman hayati pohon yang ada, sebab keberadaan pohon pelindung dapat

melipatgandakan tingkat keanekaragaman hayati perkebunan dan lingkungannya

(Saragih, 2018).

Kelimpahan tanaman pada agroforestri kopi lebih tinggi (2477 individu)

dibandingkan di perkebunan pinus (1372 individu). Semua invertebrata tanah

yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi 3 kelas (Arachnida, Chilopoda dan

Page 39: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

20

Insecta), 16 pesanan, 47 keluarga, dan 124 morfospesies. Invertebrata tanah

didominasi oleh Formicidae, Scarabaeidae, Blattidae, Forficulidae, dan

Phalangiidae. Indeks keragaman rata-rata invertebrata tanah adalah 2,25 (kopi

perkebunan), 2.64 (perkebunan kopi dan pinus) dan 1.85 (perkebunan pinus).

Nilai kemerataan adalah 0,30 (perkebunan kopi), 0,49 (kopi dan perkebunan

pinus) dan 0,39 (perkebunan pinus). Nilai kemereataan tersebut dapat diartikan

bahwa komposisi tanaman kopi dan pinus akan membuat banyak ivertebrata hidup

pada habitat tersebut (Kinasih dkk., 2016).

Sistem agroforestri kopi telah terbukti bermanfaat untuk studi ekologi spasial.

Pola seragam dari tanaman kopi dan pohon rindang telah memungkinkan para

peneliti mencari pola spasial yang dihasilkan melalui biologi interaksi.Sistem

agroforestry kopi telah memberikan wawasan ke dalam evaluasi kuantitatif pola

spasial, mekanisme untuk pembangkitan pola, dan konsekuensi dari pola spasial

untuk stabilitas sistem predator-mangsa (host-parasitoid). Sejauh ini, tiga

wawasan utama ke dalam ekologi spasial telah dijelaskan dengan mempelajari

agroforestri kopi sistem (Perfecto dan Vandermeer, 2008).

Wilayah Kodagu yang terletak di Negara India menghasilkan 2% dari kopi dunia,

perluasan dan konversi lahan telah mengurangi tutupan hutan lebih dari 30%

dalam 20 tahun. Oleh karena itu, tindakan sangat diperlukan untuk

menghubungkan pembangunan ekonomi dan konservasi keanekaragaman hayati,

dan pemangku kepentingan mengeksplorasi tiga strategi untuk menambah nilai

kopi dan mencegah erosi keanekaragaman hayati lebih lanjut pendaftaran merek

Page 40: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

21

dagang, indikasi geografis, dan lingkungan sertifikasi, melalui eco-label (Vivien

dkk., 2014).

Menurut Supriyadi (2014) secara ekologis manfaat penerapan agroforestri

berbasis kopi antara lain adalah.

1. Konservasi tanah

Agroforestri berbasis kopi dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi

tanah.

2. Konservasi air

Agroforestri berbasis kopi dapat meningkatkan ketersediaan air tanah karena

air hujan dapat diresapkan lebih banyak ke dalam permukaan tanah berkat

struktur tajuknya yang berlapis.

3. Konservasi keanekaragaman hayati

Keanekaragaman hayati yang dapat didukung oleh sistem agroforestri berbasis

kopi cukup beragam, seperti satwa liar, serangga, jamur mikroskopis, hingga

bakteri tanah.

4. Penambahan unsur hara

Keberadaan berbagai jenis tanaman selain kopi pada sistem agroforestri

berbasis kopidapat meningkatkan ketersediaan unsur hara.

5. Penambahan cadangan karbon

Besarnya cadangan karbon yang dapat disimpan oleh ekosistem pertanian

maupun hutan saat ini menjadi perhatian penting dunia karena berperan dalam

menurunkan jumlah karbon di atmosfer yang menjadi penyebab perubahan

iklim.

Page 41: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

22

6. Menekan serangan hama dan penyakit

Agroforestri berbasis kopi dapat menekan serangan beberapa hama dan

penyakit.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan yang dilakukan oleh masyarakat

setiap daerah dan lokasi memiliki cara pengelolaan dan pemanfaatan yang

berbeda-beda. Hal tersebut didasarkan pada lansekap (bentang alam), seperti

berburu, menangkap ikan, mengolah kebun dan ladang, dan memanfaatkan hutan

untuk mendapatkan bahan makanan, obat-obatan, bahan bangunan serta kerajinan

tangan (Liswanti dkk., 2004). Kondisi sosial ekonomi masyarakat juga

mempengaruhi praktek penggunaan lahan dimana aplikasi agroforestri pada jenis

pertanian ini sering kali menfokuskan pada satu atau dua tanaman yang bernilai

tinggi dan biasanya menggunakan mekanisasi tingkat tinggi (Sanudin, 2013).

2.6 Lanskap Agroforestri

Pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan masyarakat sekitar hutan akan

membentuk suatu struktur lanskap. Pada lanskap pertanian moderen struktur

spasial, keanekaragaman habitat dan komposisi habitat sangat bervariasi dari satu

lanskap ke lanskap yang lain. Lanskap pertanian yang sangat sederhana misalnya,

hanya terdiri atas satu jenis pertanaman (monokultur) dan tumbuhan liar,

sedangkan lanskap pertanian yang kompleks tidak hanya terdiri atas berbagai

pertanaman (polikultur), tetapi juga terdapat banyak tumbuhan liar (Yaherwandi

dkk., 2007). Sistem Agroforestri sengaja dirancang dan dikelola untuk

Page 42: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

23

memaksimalkan interaksi antara komponen pohon dan nonpohon dan mencakup

berbagai praktik (Murthy dkk., 2016).

Agroforestri dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah wanatani.

Agroforestri secara sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian.

Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri yang berkelanjutan diharapkan akan

mampu meningkatkan produktivitas lahan secara keseluruhan (Nadeak dkk.,

2013). Selain itu sistem agroforestri yang ideal jika dapat memainkan fungsi

hutan untuk mengatasi masalah ekologi, dan agroekonomi untuk mengatasi

masalah keterbatasan lahan atau nilai ekonomi. Fungsi hutan meliputi

pemeliharan kesuburan tanah, stok karbon dan biodiversivitas, sedang fungsi

agroekonomi berhubungan dengan pendapatan petani termasuk pangan. Pola ini

disebut juga dengan tumpangsari (Mindawati dkk., 2013).

Lanskap agroforestri dengan keragaman komponen didalamnya mempunyai

fungsi, yaitu:

a) mempertahankan pengelolaan sumber daya air (water resources management);

b) mempertahankan cadangan karbon (carbon stock);

(c) mempertahankan keanekaragaman hayati (biodiversity); dan

d) mempertahankan keindahan lansekap (landscape heautilicution) (Suyanto,

2002; Hairiah, 2010). Penanganan lansekap ada tiga faktor terpenting sebagai

bahan untuk dianalisis yaitu ekologi lansekap, manusia dengan sosial

budayanya dan estetika (Baliton dkk., 2017).

Selain itu Lanskap agroforestri didefinisikan sebagai lansekap pertanian dan

kehutanan yang dikelola sedemikian rupa untuk menciptakan keseimbangan

Page 43: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

24

antara intensifikasi pertanian dan kelestarian Kehutanan (Kaswanto dan

Mutaqqin, 2013). Secara umum, bentuk penutupan dan penggunaan lahan di

dalam sistem agroforestri terintegrasi terdiri atas kehutanan, pertanian, dan

permukiman (Pujowati dkk., 2010). Agroforestri dapat ditinjau dari komoditas

yang diusahakan, skala pengelolaan, latar belakang sosial (Kogoya dkk., 2014).

Dengan adanya system agroforestri adanya perubahan ekosistem dari yang

bervegetasi menjadi non vegetasi berkontribusi terhadap perubahan iklim baik

secara lokal maupun secara global. Perubahan ekosistem tersebut berperan dalam

pelepasan karbon dioksidsa (CO 2 ) di udara (Rosari dkk., 2017).

2.7 Perilaku dan Habitat Kelelawar Buah (Codot)

Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke dalam ordo

Chiroptera yang berarti mempunyai sayap tangan. Kaki depannya bermodifikasi

sebagai sayap yang berbeda dengan sayap burung pada umumnya. Informasi yang

diketahui sangat sedikit mengenai kelelawar, karena fosil yang ditemukan 55 juta

tahun yang lalu ternyata sudah seperti kelelawar yang ada pada saat ini.

Kelelawar pertama yang diketahui diberi nama Icaronycteris hidup di Amerika

Utara, sayapnya pendek dan lebar panjang 37 cm. Kelelawar memiliki fungsi

dalam ekosistem yaitu sebagai pemencaran biji tumbuhan. Semakin beragam

kelelawar maka akan sangat membantu pemencaran biji dari beragam tumbuhan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetyo dkk. (2011) kelelawar berperan sebagai

pemencar biji tanaman, penyerbuk berbagai jenis tumbuhan bunga dan pengendali

populasi serangga.

Page 44: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

25

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia atau hewan menyusui yang bisa

terbang. Kelelawar yang selamaini banyak dikenal oleh kalangan masyarakat

adalah kelelawar pemakan buah. Kelelawar dibedakan menjadi dua sub ordo

yaitu Megachiroptera (kelelawar besar) pemakan buah, nektar dan serbuk sari dan

Microchiroptera (kelelawar kecil)pemakan serangga. Jenis Megachiroptera

mempunyai daya Megaderma spasma (Prasetyo dkk., 2011). Penciuman dan

pengelihatan yang sangat tajam untuk mencari makanan, sedangkan

Microchiroptera menggunakan sistem suara berfrekuensi tinggi, semacam sonar,

untuk menentukan arah terbang dan memburu mangsanya atau biasa disebut

ekolokasi. Selain itu kelelawar merupakan penghasil guano yang memiliki nilai

ekonomi tinggi. Wiyatna (2003) menyatakan bahwa guano kelelawar memiliki

kandungan bahan-bahan utama pupuk yaitu10%, nitrogen, 3%, fosfor dan 1%

potasium.

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang bisa terbang. Codot yang

selama ini banyak dikenal oleh kalangan masyarakat adalah kelelawar pemakan

buah. Kelelawar pemakan buah seringkali dianggap sebagai hama tanaman yang

merugikan karena menyerang buah-buah yang masak, terutama pada jenis buah-

buahan yang dibudidayakan. Codot hidup diberbagai habitat seperti goa, hutan

alami, hutan buatan dan perkebunan terutama pada hutan yang ternaungi dan

lembab (Annisatuzahroh, 2015). Hal ini memungkinkan adanya populasi codot

pada hutan yang ada di Indonesia.

Kelelawar memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda tergantung jenisnya.

Kelelawar pemakan buah tidak hanya dapat dilihat dari aspek negatifnya saja

Page 45: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

26

yaitu menyebabkan penurunan produksi buah, tetapi dapat dilihat dari aspek

positifnya yaitu sebagai pemencar biji. Kelelawar mengambil buah dari suatu

tempat, memakan daging buahnya di tempat yang berbeda dan membuang biji

dari buah tersebut. Sebagian biji ikut termakan dan masuk ke dalam sistem

pencernaan. Proses pencernaan makanan dalam tubuh kelelawar berlangsung

dalam waktu singkat, sehingga kadang-kadang kelelawar juga membuang kotoran

sambil terbang. Biji-bijian yang dikeluarkan bersama dengan kotoran kelelawar

ini, kemudian tumbuh menjadi tanaman baru. Apalagi didukung oleh kemampuan

terbangnya yang cukup jauh, maka kelelawar dapat berperan sebagai hewan yang

paling efektif dalam menyebarkan biji (Iqbal, 2014).

Dalam konteks pemulihan ekosistem hutan dan kelestarian keanekaragaman

tumbuhan, kelelawar memainkan peranan yang sangat penting pada proses

regenerasi hutan. Peran lain dari kelelawar adalah sebagai pengendali hayati,

yaitu kelelawar pemakan serangga dari kelompok Microchiroptera. Kelelawar ini

memangsa serangga yang umumnya menjadi hama tanaman. Selain sebagai

penyerbuk, pemencar biji dan pengendali hama, kotoran kelelawar yang disebut

guano juga dapat dijadikan pupuk. Kandungan nitrogennya yang tinggi sehingga

sangat baik untuk tanaman (Iqbal, 2014).

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis kelelawar yang cukup tinggi, lebih dari

205 jenis kelelawar yang terdiri dari 72 jenis kelelawar pemakan buah

(Megachiroptera) dan 133 jenis kelelawar pemakan serangga (Mikrochiroptera);

atau sekitar 21% dari jumlah jenis di dunia yang telah diketahui (Tamasuki dkk.,

2015). Kelelawar buah oleh di angggap sebagai hama pada tanamanan buah

Page 46: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

27

karena sering memakan buah yang akan dipanen. Akan tetapi, kelelawar buah

bukanlah sebagi hama hal ini di buktikan dengan pengambilan nira kerapa oleh

kelelawar yang hanya sebatas toleransi, sehingga kelelawar tidak dikatakkan

hama. Selain itu, kerusakan yang disebabkan oleh keleawar buah tidak 100%.

Codot di KPH model Kota Agung Utara dimanfaatkan untuk produksi kopi codot

karena kopi yang dihasilkan oleh sisa makanan codot yang cukup banyak. Codot

memiliki jumlah populasi yang sangat besar dan selalu berkolompok. Selain itu,

codot dalam mencari makan selalu bermigrasi dari suatu tempat ke tempat lainya

yang terkadang jaraknya jauh untuk mendapatkan jenis makanannya. Codot

memiliki perilaku makan yang unik yaitu pada sisa-sisa makanan codot yang

selalu diserap cairan daun maupun buahnya (Suyanto, 2002). Pada kasus kopi

codot memiliki rasa yang khas yang membendakan dengan kopi lainya. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh pola makan codot. Sehingga kopi codot di KPH

kota agung utara dapat dikembangkan untuk ciri khas KPH tersebut. Menurut

Asriadi (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi populasi codot

diantaranya jauh dari kebisingan, udara yang lembab dan jauh dari polusi selian

itu jauh dari predator. .

2.8 Kopi Codot

Kopi Codot adalah kopi robusta yang berasal dari kotoran hewan bernama codot

yang diambil dengan cara dipungut dari bawah pohon. Salah satu situs penjulan

online buklapak.com menjual kopi codot untuk kemasan 200 gram dijual dengan

harga Rp 90.000 sedangkan untuk kopi robusta lampung yang reguler 200 gram

Page 47: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

28

dijual dengan harga Rp 40.000. Kopi codot merupakan kopi pilihan dengan

kualiatas terbaik karena melalui banyak proses seleksi hingga sampai dinikmati

konsumen. Seleksi kopi codot dimulai dengan seleksi oleh codot, diseleksi pada

saat pengambilan, seleksi pada saat dicuci dan seleksi saat akan dirosting.

Berdasarkan hal tersebut wajar jika kopi codot memiliki rasa yang nikmat

dibandingkan kopi robusta biasa. Potensi kopi codot di HKm Beringin Jaya perlu

dikembangkan baik dari aspek sosial maupun dari ekologinya.

Kopi codot paling banyak ditemukan pada wilayah dengan ketinggian 500-700

Mdpl dengan jumlah titik 84 titik. Kelas ketinggian 700-900 Mdpl ditemukan 46

titik kopi codot. Sebaran kopi codot tidak ditemukan pada areal dibawah 500

Mdpl dan diatas 900 Mdpl. Hal ini disebabkan karena aktifitas codot atau

kelelawar yang menyukai tempat dengan suhu dan kelembaban stabil tidak terlalu

ekstrim. Kopi codot ditemukan dibawah tegakan kopi yang memiliki ciri-ciri kopi

menumpuk dibawah tegakan kopi. Kelas lereng datar dan landai hanya ditemukan

sebaran kopi codot sebesar 4,16 % (6 titik). Paling banyak ditemukan pada kelas

kelerengan lahan yang memiliki kemiringan lereng yang curam yaitu sebanyak 68

titik (52,31 %). Berdasarkan hasil survei lapangan tanaman kopi yang memiliki

buah lebat berada kelas lereng yang mendekati curam sampai mendekati terjal.

Codot memang menyukai tanaman kopi yang memiliki buah lebat (Riyanto dkk.,

2019). Pengembangan potensi kopi codot selain dari dari aspek ekologi juga

perlu memperhatikan aspek sosialnya.

Pengeloloaan kopi codot perlu mempertimbangkan beberapa aspek sosial salah

satunya aspek pengetahuan petani. Pengetahuan petani didapat dari pendidikan

Page 48: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

29

baik secara formal, nonformal dan pengalaman petani. Pengelolaan kopi codot

dengan petani yang berpengalaman lebih signifikan dibandingan dengan petani

yang berpendidikan formal dan nonformal. Pengelolaan kopi codot tidak

membutuhkan pengetahuan yang tinggi melalui pendidikan cukup dengan

pengalaman petani sebagai petani kopi. Hal tersebut dikarenakan dalam

pengambilan kopi codot dilahan tidak memerlukan keahlian khusus (Setiawan

dkk., 2019). Pengelolaan kopi codot memerlukan proses yang panjang agar

menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik.

Kopi codot merupakan kopi dengan kualitas terbaik karena untuk dapat menejadi

kopi codot dalam kemasan harus melalui proses seleksi. Proses untuk

menghasilkan kopi codot diawali dengan codot yang memakan daging buah kopi

dan melepehkan biji di bawah tegakan kopi terlampir pada Gambar 14 dan 15.

Codot selalu memiliki insting untuk memakan buah kopi yang sudah matang

ssehingga biji kopi yang dihasilkan termasuk ke dalam kopi dengan kualitas baik.

Biji kopi codot hasil sepahan codot kemudian oleh petani kopi codot dipungut dan

biji yang rusak akan dibuang. Biji kopi yang sudah terkumpul kemudian dibawa

pulang kerumah untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu pencucian dan

penjemuran terlampir dalam Gambar 16. Proses selanjutnya setelah biji dinilai

sudah kering yaitu proses sortir dan pengupasan kulit ari pada biji kopi terlampir

pada Gambar 17. Biji kopi yang telah tersortir kemudian dirosting menggunakan

mesin hingga biji kopi bewarna kecokatan terlampir pada Gambar 18 dan 19. Biji

kopi yang sudah dirosting kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk kopi yang

selanjutnya dikemas untuk dipasarkan terlampir dalam Gambar 20. Pemasaran

kopi codot yang ada di HKm Beringin Jaya masih sudah dilakukan secara online

Page 49: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

30

maupun offline. Penjualan secara online dapat kita lihat disalah satu situs

penjualan yaitu Bukalapak.com.

2.9 Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Hutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan hutan negara yang pemanfaatan

utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat yang memiliki

ketergantungan terhadap sumber daya hutan dalam memenuhi kebutuhan hidup

dengan syarat tidak merubah fungsi pokok hutan. Salah satu hutan negara yang

ditetapkan sebagai areal kerja HKm yaitu hutan lindung (Winarni dkk., 2016).

Program HKm pada hutan lindung tidak memperkenankan masyarakat untuk

mengembangkan tanaman dengan sistem monokultur seperti pada areal-areal

perkebunan (sawit, nanas, karet, tebu, nilam), akan tetapi ditekankan untuk

mengembangkan jenis tanaman dengan strata tajuk lengkap seperti pada sistem

kebun campuran atau agroforestri (Wulandari, 2015).

Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan menyebutkan bahwa untuk

mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil, dilakukan

pemberdayaan masyarakat setempat, melalui pengembangan kapasitas dan

pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Salah satu bentuk

pemberdayaan masyarakat setempat dapat dilakukan salah satunya melalui Hutan

Kemasyarakatan (HKm). Penyelenggaraan HKm dimaksudkan untuk

memberikan akses (Arifin, 2008) dan mengembangkan kapasitas masyarakat

sekitar hutan dalam mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan

Page 50: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

31

lapangan kerja untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di

masyarakat. Pengelolaan HKm di Provinsi Lampung sudah berlangsung hampir

14 tahun dengan segala dinamika dalam implementasinya.

Titik awal HKm di Lampung dimulai pada tahun 1998 dengan terbitnya SK

Menhutbun No 677/Kpts-II/1999 tentang HKm dan Izin Usaha Pemanfaatan

HKm (IUPHKm) pertama diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada Kelompok

Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung di Register 19 Gunung

Betung Tahura Wan Abdul Rahman. Pada saat peluncuran Permenhut No

P.37/Kpts-II/2007 tentang HKm pada bulan Desember 2007 di Yogyakarta,

Provinsi Lampung mendapat target HKm seluas 85.280,21 ha pada 2009 dari

target 400.000 ha pada tingkat nasional (Pahlawanti dan Saroso, 2009).

Pemerintah beralasan mengeluarkan izin pengelolaan HKm harus

mempertimbangkan banyak hal karena memang di satu sisi tidak dapat menutup

mata terhadap adanya kelompok tani yang sudah mendapatkan izin namun justru

tidak bertanggung jawab akan hak dan kewajibannya sebagai kelompok tani

dengan status penerima izin tersebut. Akibatnya hutan dieksploitasi semaksimal

mungkin tanpa memperhatikan aspek ketahanan dan kelestariannya. Namun disisi

lain kelompok tani sebagai agen perubah yang akhir-akhir ini lebih dituntut

kepada peran menjaga dan mengatur alih fungsi hutan perlu mendapat perhatian

dan tentu saja sangat layak jika pengajuan permohonan izin pengelolaan HKm

dipandang sebagai sebuah prioritas yang harus dipertimbangkan baik oleh Dinas

kehutanan, LSM maupun masyarakat pada umumnya (Rosalia dan Ratnasari,

2016).

Page 51: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

32

Pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengelolaan lahan, dan

pengembangan kewirausahaan merupakan tiga kunci penting yang harus

mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait sesuai dengan perannya

masing-masing agar implementasi HKm dapat berjalan sesuai dengan tujuan

HKm yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestarian hutan. Kondisi ini sejalan dengan Kaskoyo dkk. (2014) yang

menyatakan bahwa untuk meningkatkan implementasi HKm, pemberdayaan

masyarakat baik secara individu maupun kelembagaan harus dibangun sehingga

masyarakat mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk mengelola hutan secara

lestari. Pendampingan dari LSM, universitas, pemerintah, dan stakeholder lain

juga diperlukan agar petani dapat mengimplementasikan HKm dengan baik.

Page 52: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

33

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2018 di Hutan

Kemasyarakatan (HKm) Beringin Jaya yang ada di KPH model Kota Agung

Utara Kabupaten Tanggamus. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian.

Page 53: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

34

3.2 Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kamera, dan laptop

yang sudah terinstal softwareminitab16 untuk pengolahan data. Objek Penelitian

ini adalah petani agroforestri kopi codot HKm Beringin Jaya, KPH Model Kota

Agung Utara, Kabupaten Tanggamus.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisi Regresi Linear Berganda

3.3.3.1.1 Variabel Lanskap Terhadap Titik Habitat Codot

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa jumlah produksi

kopi dan jumlah populasi kelelawar disebabkan oleh beberapa variabel

lanskap.yaitu pengaturan ruang (jarak), kerapatan (Rahman dkk. 2010),

komposisi jenis (Widiyanto, 2012) dan ketersedian pakan kelelawar (Prasetyo

dkk., 2011).

Variabel- variabel tersebut akan analisis untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh varibel-variabel lanskap agroforestri kopi codot terhadap pendapatan

petani kopi codot. Persamaan tersebut menggambarkan seberapa besar kontribusi

dari masing-masing nilai variabel-variabel kinerja sosial terhadap pendapatan.

Persamaan variabel sosial ekonomi kopi codot terhadap titik habitat kopi codot

secara matematis ditulis dengan rumus berikut.

Page 54: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

35

[Y1]i=αo+α1.[PKN] i+ α2.[KPS_PK] i+ α3.[KPS_LN] i+α4.[SUNGAI] i+ α5.[JLN]

i + α6.[DESA] i+ α7.[KRP] i +e

Keterangan - [Y1] = Titik Habitat Codot

- [PKN] = Jumlah Pakan (Jenis)

- [KPS_PK] = Komposisi tanaman pokok ( Pohon)

- [KPS_LN] = Komposisi tanaman lain (Pohon)

- [SUNGAI] = Jarak Lokasi codot ke sungai

- [JLN] = Jarak Lokasi codot ke jalan Utama

- [DESA] = Jarak Lokasi codot ke desa

-.[KRP] = Kerapatan

- αo,α1, α2...... α7 = Parameter variabel

- e1 = disturbanceerror

3.3.1.2 Variabel Kinerja Sosial terhadap Pendapatan Petani Kopi Codot

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan pendapatan petani

dipengaruhi oleh beberapa variabel sosial seperti tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Varibel-variabel sosial terhadap pendapatan berdasarkan penelitian

sebelumnya

No Nama Penulis Variabel-Variabel

1 Chuzaimah, dkk.

(2016)

1. Pendapatan usahatani padi lebak (Rp/mt)

2. Umur petani (Th)

3. Pendidikan petani (Th)

4. Luas lahan (Ha) **

5. Jumlah anggota keluarga (Org)

6. Pengalaman usahatani (Th)

2. Tutik, W. R. dkk.

(2013)

1. Umur ** (Th)

2. Pendidikan**

3. Luas Lahan (Ha)

4. Pendapatan (Rp)

5. Jarak tempat tinggal dengan lokasi penjualan

(Km)

3. Fitrawan, R. dkk.

(2015)

1. Umur Penyadap (Th)

2. Tingkat Pendidikan (Th)

3. Jumlah anggota Keluarga (Org)

4. Luas lahan (Ha)

5. Produksi getah pinus (Kg)**

Page 55: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

36

Tabel 1 (lanjutan)

No Nama Penulis Variabel-Variabel

4 Pasha, R. (2009) 1. Jumlah anggota keluarga responden (Org)

2. Lama bermukim ( Th)

3. Tingkat pendidikan responden**

4. Tingkat pendapatan**

5. Lamanya penggunaan lahan responden**

6. Tingkat umur (Th)

7. Jumlah lahan yang dikuasai

8. Jumlah anggota keluarga produktif

5 Choirotunnisa, dkk.

(2008)

1. Umur (Th)**

2. Luas penguasaan lahan (Ha)

3. Pendidikan formal**

4. Pendapatan

5. Pengalaman

6. Pendidikan non forma**

Keterangan

**= Berpengaruh nyata

Berdasarkan tabel di atas variabel –variabelkinerja sosial yang berpengaruh nyata

terhadap pendapatan adalah umur responden, suku, hari orang kerja, pendidikan

formal, pendidikan non formal, luas lahan, lama pemanfaatan lahan, lama menjadi

anggota dan produksi kopi codot. Variabel- variabel tersebut dianalisis untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel sosial terhadap pendapatan

petani kopi codot. Persamaan variabel kinerja sosial kopi codot terhadap

pendapatan petani kopi codot secara matematis ditulis dengan rumus..

[Y2]i=αo+α1.[UMR] i+ α2. [D1_JAWA] i – α3. [D1_OGAN] i + α4. [D1_SNDA] i +

α2.[LH] i+ α4.[HOK] i + α5.[D2_SD] i+α6.[D2_SMP] i+ α7.[D2_SMA] i+ α8.

[D3_PT]i+ α9.[PLHTN] i+ α10. [PNLYN] i+ α11.[LPMNFTN] i+ α12.[LMA] i

+α13.[PRDKSI] i+e2

Keterangan - [Y2] = Tingkat pendapatan

- [UMR] = Umur

- [D1_JAWA] = Suku Jawa

- [D1_OGAN] = Suku Ogan

Page 56: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

37

- [D1_SNDA] = Suku Sunda

- [LH] = Luas Lahan

- [HOK] = Harian Orang Kerja

- [D2_SD] = Pendidikan Formal SD

-.[D2_SMP] = Pendidikan Formal SMP

- [D2_SMA] = Pendidikan Formal SMA

- [D2_PT] = Pendidikan Formal Perguruan Tinggi

- [DNF_PLTN] = Pendidikan Non Formal Pelatihan

- [DNF_PNYN] = Pendidikan Non Formal Penyuluhan

- [LMA] = Lama menjadi Anggota HKm Beringin Jaya

- [LPMNFTN] = Lama Pemanfaatan lahan untuk budidaya kopi

- [PROD] = Produksi kopi codot

- αo,α1, α2...... α11 = Parameter variabel

- e2 = disturbanceerror

Analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda karena dalam penelitian

ini menggunakan lebih dari satu varibel. Analisis regresi merupakan metode

statistik yang dipergunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubungan

antara variabel- variabel dan tujuannya adalah untuk memperkirakan nilai dari

suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang diketahui. Pengujian

terhadap parameter regresi menggunakan uji t-student dan uji F. Pengujian Uji uji

t-student digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh parsial

(sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) hal ini

sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2011). Uji statistik t student pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Uji F digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh simultan (bersama) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap

varibel terikat (Y). Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2011), Uji statistik F

pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Page 57: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

38

3.3.2 Kontribusi Kopi Codot

Menurut Aminah dkk. (2013) kontribusi petani hutan rakyat terhadap pendapatan

dapat dihitung dengan pembagian antara pendapatan petani hutan rakyat dengan

pendapatan total. Kontribusi kopi codot dapat dihitung dengan rumus.

KRKC = PKC x 100%

PT

PT = PKC + PK

Keterangan:

KRKC = Kontribusi kopi codot

PKC = Pendapatan dari kopi codot

PT = Pendapatan total petani dari lanskap agroforestri kopi

PK = Pendapatan dari kopi

3.4 Pelaksanaan

Arikunto (2011) mengatakan jika populasi lebih dari 100 maka batas error yang

dapat digunakan dalam penelitian adalah 10 -15%. Batas eror yang digunakan

dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah 15% karena sudah menunjang

data penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan rumus dalam menentukan

jumlah sampel.

N

n = ————

N (e)² + 1

n = 561

561(0,15)2

+ 1

= 561

13,62

= 41,18 = 42

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi petani

agroforestri kopi codot

e = Batas error 15 %

1 = Bilangan konstan.

Page 58: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

39

3.5 Pengamatan

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah.

a. Data Primer

Jenis data primer meliputi tingkat pendapatan, umur responden, jumlah anggota

keluarga, pendidikan formal, pendidikan non formal, produksi, hari orang kerja,

luas lahan, lama penggunaan lahan, titik habitat codot, sumber pakan codot,

kerapatan tajuk agroforestri, komposisi tanaman agroforestri dan jarak tanam

agroforestri.

b. Data sekunder

Jenis data sekunder meliputi data yang telah tersedia dalam bantuk catatan tertulis.

Data ini meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan luas kelola HKm Bringin

Jaya.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara.

a. Observasi

Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas wanita tani

hutan dalam upaya meningkatkan pendapatan. Teknik observasi ini bertujuan

untuk mendukung data primer.

b. Wawancara

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap

responden dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara

Page 59: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

40

terstruktur dan panduan pertanyaan yang telah dipersiapkan.

c. Studi pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yang berkaitan dengan

penelitian ini, menggunakan teknik mengumpulkan berbagai data penunjang

penelitian yang diperoleh dari jurnal terkait, prosiding, buku serta data-data

lainnya dari lembaga atau instansi terkait.

Page 60: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dari pengaruh lanskap agroforestri dan kineja sosial terhadap

pendapatan petani kopi codot di Kabupaten Tanggamus adalah

1. Variabel-variabel lanskap agroforestri yang berpengaruh nyata terhadap jumlah

titik ditemukanya kopi codot adalah jarak lahan pemanfaatan ke sungai dan

jumlah tanaman pisang sedangkan ketersediaan pakan, kerapatan tanaman,

jumlah pohon cengkeh, jumlah pohon alpukat, jarak jalan dan desa ke lahan

pemanfaatan memiliki pengaruh yang tidak nyata.

2. Variabel-variabel sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani kopi codot adalah penyuluhan, hari orang kerja dan produksi sedangkan

umur, suku, pendidikan formal, pelatihan, lama pemanfaatan lahan, lama

menjadi angggota HKm memiliki pengaruh yang tidak nyata.

3. Kontribusi pendapatan kopi codot terhadap petani kopi codot hanya 2%

dibandingkan pendapatan total dari lahan agroforestri kopi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menyarankan untuk

melakukan penelitian terkait dengan jenis kelelawar yang memakan kopi tersebut.

5.1 Simpulan

5.2 Saran

Page 61: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

70

Selain itu penelitian tentang karakteristik sosial ekonomi kopi codot yang

dilakukan dibeberapa studi areal Hutan Kemasyarakatan (HKm).

Page 62: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

71

DAFTAR PUSTAKA

Page 63: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

72

DAFTAR PUSTAKA

Admadhani, D.N., Haji, A.T.S. dan Susanawati, D.L. 2012. Analisis ketersediaan

dan kebutuhan air untuk daya dukung lingkungan (studi kasus kota malang).

Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5(1) :23-31.

Aklimawati, L. 2014. Potensi Ekonomi Kakaos Ebagai Sumber Pendapatan

Petani. Buku. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. 30 hlm.

Aminah, L.N., Qurniati, R.dan Wahyu, H. 2013.Kontribusi hutan rakyat terhadap

pendapatan petani di desa buana sakti di kecamatan batanghari kabupaten

lampung timur. Jurnal Sylva Lestari. 1(1):47-54.

Annisatuzahroh. 2015. Kajian Antomi Organ Reproduksi Codot Jantan. Skripsi.

Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga.Yogyakarta. 113 hlm.

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka

Cipta. Jakarta. 30 hlm.

Arifin, Z. 2008. Metodelogi Penelitan Pendidikan. Buku. Lentera Cendikia.

Surabaya. 40 hlm.

Ariyanto, S. 2015. Agroforestri Berbasis Kopi Training of Trainer (ToT)

Budidaya Kopi Arabika Gayo secara Berkelanjutan, diselenggarakan oleh

Yayasan Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo bekerja sama dengan

Canada - Indonesia Trade Private Sector Assistant Project (TPSA) dan

Kebun Percobaan (KP) Gayo. Buku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP). Aceh. 49 hlm.

Asmi, MT., Qurniati R. dan Haryono, D. 2013. Komposisi tanaman agroforestri

dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga di desa pesawaran

indah kabupaten pesawaran lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 55-64.

Asriadi, A. 2010. Kelimpahan Sebaran dan Keaneragaman Kelelawar Pada Pola

Pengelolaan Gos yang Berbeda di Kawasan Kars Jawa Tengah. Skripsi.

UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 56 hlm.

Baliton, R.S., Wulandari, C., Landicho L.D., Cabahug, R.E.D., Paelmo, R.F.,

Comia, R.A., Visco, R.G., Budiono, P., Herwanti, S. dan Castillo A.K.S.A.

2017. Ecological services of agroforestry landscapes inselected watershed

areas in the philippines and indonesia. Jurnal Biotropia. 4(1) :71 84.

Page 64: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

73

Beckline, M., Yujun, S., Vette, B., John, A.B., Achankap, B.M., Saeed, S.,

Richard, T., Wose, J. dan Paul, C. 2017.Perspectives of remote sensing and

gis applications intropical forest management. American Journal of

Agriculture and Forestry. 5(3) :33-39.

Benedict, R.A. dan Billeter, M.C. 2004. Discarded bottles as a cause of mortality

in small vertebrates. Jurnal Southeastern Naturalist. 1(3):371-377.

Bumbut, P.I., Kartono, A.P. dan Maryanto, I. 2016. Keanekaragaman jenis dan

pemanfaatan sumberdaya oleh kelelawar sub ordo megachiroptera di taman

wisata alam gunung meja manokwari, papua barat (species diversity and

resource use of bat (sub order megachiroptera) in natural tourism park of

gunung meja manokwari, papua barat). Jurnal Biologi Indonesia. 12(1):99-

117.

BPS [Badan Pusat Statistik] Provinsi Lampung. 2014. Lampung Dalam Angka

2014. Buku. BPS Provinsi Lampung. Lampung. 70 hlm.

BPS [Badan Pusat Statistik] Provinsi Lampung. 2015. Lampung Dalam Angka

2015. Buku. BPS Provinsi Lampung. Lampung. 210 hlm.

Cahyono. 2009. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar plot pengembangan

agroforestry di bagian hulu waduk delingan. Journal of Forestry. 97(3):25-

30.

Choirotunnisa., Sutarto. dan Supanggyo, M.P. 2008. Hubungan karakteristik

sosial ekonomi petani dengan tingkat penerapan model pengelolaan

tanaman terpadu padi sawah di desa joho kecamatan mojolaban kabupaten

sukoharjo. Jurnal Agritexts. 24(2):190-2-4.

Chuzaimah, N., Lastinawati, E. dan Febriyansyah, A. 2016. Pengaruh

karakteristik sosial ekonomi petani terhadap pendapatan usahatani padi

lebak di desa pemulutan ulu. Prosiding Seminar Nasional Biologi 1. 331-

344.

Damayanti, I. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Pasar Gede Kota Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Solo. 76 hlm.

Dewi. 2012. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Faktor Produksi

Pada Usahatani Kubis di Kabupaten Karayangan. Skripsi. Universitas

Sebelas Maret. Solo. 85 hal.

Ekawati, S. dan Nurrochmat, D.R. 2014. Hubungan modal sosial dengan

pemanfaatan dan kelestarian hutan lindung. Jurnal Analisis Kebijakan

Kehutanan.11 (2):40-53.

Page 65: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

74

Ernawi. 2009. Kearifan lokal dalam perspektif penataan ruang. Prosiding Seminar

Nasional Teknik Arsitektur. 3(1):77-78.

Fatem, A.M., Bumbut, P.I. dan Ungirwalu, A. 2006. Habitat kelelawar buah

(dobsonia minor) di hutan tropis dataran rendah nuni pantai utara

manokwari. Jurnal Media Konservasi. 9(1) : 17-27.

Fathurrohmah, A. 2014. Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus Deglupta

Bl.) dan Suren (Toona Sureni Merr.) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Kopi (Coffea Arabica L.). Buku. IPB Pres. Bogor. 23 hlm.

Fitrawan, R., Umar, S. dan Irmasari. 2015. Analisis ekonomi prospektif

pengembangan kph berbasis phbm di desa karya mukti. Jurnal Warta

Rimba. 29(1):145-152.

Gunawan, I. 2011. Pengaruh Umur Jam Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah

Tanggungan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan

Gianyar Kabupaten Gianyar. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar. 55

hlm.

Hafif, B. 2014. Pengembangan Perkebunan Kopi Berbasis Inovasi di Lahan

Kering Masam. Buku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lampung. 45

hlm.

Hairiah, K. 2010. Agroforestri Kopi Untuk Mempertahankan Cadangan Karbon

Lanskap. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 69 hlm.

Hutauruk, E.H. 2009. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Petani Terhadap

Tingkat Produktivitas Tanaman Kopi dan Kontribusinya Terhadap

Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis. Universitas

Sumatera Utara. Medan. 45 hlm.

Hermanto. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani. Buku. Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor. 33 hlm.

Higuchi, A., Masahiro, M. dan Susumu, F. 2012. The impact of socio-economic

characteristics on coffee farmers’ marketing channel choice: evidence from

villa rica, peru. Jurnal Sustainable Agriculture Research.1(1) :13-18.

Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 210 hlm.

Iqbal, H.M. 2014. Hubungan inang ekto parasit pada kelelawar pemakan buah di

kampus universitas indonesia depok. Jurnal F. MIPA. 2(2):221-239.

Kadir, A.W., Awang, A., Purwanto, R.H. dan Poedjirahajoe, H. 2012. Analisis

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar taman nasional bantimurung

bulusaraung, provinsi sulawesi selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan.

19(1):1-11.

Page 66: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

75

Kaskoyo, H., Mohammed, A.J. and Inoue, M. 2014. Keadaan hutan rakyat saat

ini(hutan kemasyarakatan/hkm) program di hutan lindung dan tantangannya:

kasus belajar di provinsi lampung, indonesia. Jurnal of Forest and

Environmental Science. 30(1): 15-29.

Kaswanto dan Mutaqqin, T. 2013. Revitalisasi Pekarangan Sebagai Lanskap

Agroforestri Skala Mikro untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.

Skrisi.Universitas Sumatera Utara. Medan. 45 hlm.

Kattel, R.R. 2017. Impacts of group organic certification of coffee on socio-

economic and environmental sustainability in nepal. Jurnal Agriculture And

Forestry. 1(12):49-60.

Kogoya, W., Kainde, R., Nurmawan, W. dan Tulungen, A.G. 2014. Studi Praktek

Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa

Utara. Skripsi. Universitas Teknologi Sulawesi Utara. Menado. 66 hlm.

Kholifah, U.N., Wulandari, C., Santoso, T. dan Kaskoyo, H. 2017. Kontribusi

agroforestri terhadap pendapatan petani di kelurahan sumber agung

kecamatan kemiling kota bandar lampung. Jurnal Sylva Lestari. 5(1):39-47.

Kinasih, I., Cahyanto, T., Widiana, A., Kurnia, D.N.I., Julita, U. dan Putra, R.E.

2016. Soil invertebrate diversity in coffee-pine agroforestry system at

sumedang, west java. Jurnal biodiversitas. 17(6):473-478.

KPH Kota Agung Utara. 2013. RPJP KPHL Model Kota Agung Utara 2014-2023.

Kantor pemerintahan KPHL Model Kota Agung Utara Tanggamus. 76 hlm.

Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana Meneliti

dan Menulis Tesis. Buku. Erlangga. Jakarta. 33 hlm.

Kurniatun, H.dan Subekti, R. 2006. Layanan lingkungan agroforestri berbasis

kopi: cadangan karbon dalam biomasa pohon dan bahan organik tanah

(studi kasus dari sumberjaya, lampung barat). Jurnal Agrivita. 28(2):289-

309.

Kuzn, T.H. dan Parsons. 2009. Bat Ecology. Buku. University of Chicago Press.

Chicago. 89 hlm.

Liswanti, N., Indawan, A.I., Sumardjo, I. dan Sheil, D. 2004. Persepsi masyarakat

dayak merap dan punantentang pentingnya hutan di lansekap hutan tropis,

kabupaten malinau, kalimantan timur. Jurnal Manajemen Hutan Tropika.

10(2):1-13.

Lubis, Y., Hermanto, B. dan Edison, E. 2018. Manajemen dan Riset Sumber Daya

Manusia. Buku. Penerbit Alfabeta. Bandung. 26 hlm.

Page 67: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

76

Martini, D.P. 2012. Partisipasi tenaga kerja perempuan dalam meningkatkan

pendapatan keluarga. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. 5 (1) : 119-124.

Martin, E. 2014. Subsistensi Petani Kopi: Memahami Dinamika Pengembangan

Agroforestri di Dataran Tinggi Sumatera Selatan. Buku. Balai Penelitian

dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Palembang. 77 hlm.

Maryati. 2008. Identifikasi sumber pakan kelelawar pemakan buah dan nektar sub

ordo Megachiroptera berdasarkan analisis pollen di kawasan taman nasional

gunung cermai. Journal of Repository. 1(2):23-24.

Meiri, A., Nurmalina, R. dan Rifin, A. 2013. Analisis perdagangan kopi indonesia

di pasar internasional. Jurnal Buletin Ristri. 4(1): 39-46.

Mindawati, M.T., Susilowati, D. dan Lia, R. 2013. Aplikasi sistem informasi

geografis (sig) dalam analisis pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka

hijau kota (rthk) studi kasus: kota depok. Jurnal Biosfera. 29 (1) :77-88.

Minai, J.M., Nyairo, N. dan Mbataru, P. 2014. Analysis of socio-economic factors

affecting the coffee yields of smallholder farmers in kirinyaga county,

kenya. Jurnal Agricultural and Crop Research. 2 (3) :228-235.

Murthy, I.K., Dutta, S., Varghese, V., Josy, P.P. dan Kumar, P. 2016. Impact a

agroforestry systems on ecological and social-economics. Jurnal Of Science

Frontier Resecarh. 16(15): 23-33.

Nadeak, N., Qurniaty, R. dan Hidayat, W. 2013. Analisis finansial pola tanam

agroforestri di desa pesawaran indah kecamatan padang cermin kabupaten

pesawaran provinsi lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 65-74.

Naibaho, I.E., Latifah, S. dan Martial, T. 2015. Jenis Produk dan Pola

Agroforestri Di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 56 hlm.

Olivi, R., Qurniati, R. dan Firdasari. 2015. Kontribusi agroforestri terhadap

pendapatan petani di desa sukoharjo 1 kecamatan sukoharjo kabupaten

pringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 3(1):1-12.

Pahlawanti, R dan Saroso, H.N. 2009. Hutan Kemasyarakatan: Melestarikan

Hutan Untuk Kesejahteraan Rakyat—Catatan 10 Tahun Program Hkm Di

Provinsi Lampung. Buku.Watala dan Partnership For Governance Reform

in Indonesia (PGR Indonesia). Bandar Lampung. 79 hlm.

Pasha, R. 2009. Hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah hutan

dengan pola penggunaan lahan di taman nasional bukit barisan selatan.

Jurnal Organisasi dan Manajemen. 5(1):82-94.

Page 68: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

77

Pattiselanno, F. dan Bumbut, P.I. 2011. Jenis kelelawar pemakan buah

(pteropodidae) di taman wisata alam gunung meja manokwari. Jurnal

Biosfera. 29(1):78-89.

Patty, W. 2010. Perbedaan penggunaan intensitas cahaya lampu terhadap hasil

tangkapan bagan apung di perairan maluku tenggara. Jurnal Perikanan dan

Kelautan. 6 (3): 134-144.

Perfecto, I. Dan Vandermeer, J. 2008. Spatial pattern and ecological process in the

coffee agroforestry system. Journal Ecological Society of America. 48

(1):915-920.

Piter, F., Setyawati, T.R. dan Lovadi, I. 2015. Karakteristik populasi dan habitat

kelelawar hipposideros cervinus. Jurnal Protobiont. 4(1):77-83.

Pujowati, P., Arifin, S.H. dan Mugnisjah, Q.W. 2010. Analisis sosial ekonomi

masyarakat di daerah aliran sungai karang mumus dalam rencana

pengelolaan lansekap agroforestri. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan.

7 (1): 33-45.

Purwanto. 2007. Nitrifikasi potensial dan nitrogen-mineral tanah pada sistem

agroforestri kopi dengan berbagai pohon penaung. Jurnal pelita

Perkebunan. 23(4):23-56.

Putra, M.I.H. 2014. Hubungan inang-etoparasit pada kelelawar pemakan buah di

kampus universitas indonesia. Jurnal F. MIPA.3(1):123-138.

Prasetyo, P.N., Noerfahmy, S. dan Tata, H.L. 2011. Jenis-jenis Kelelawar

Agroforest Sumatra. Buku. World Agroforestry Centre ICRAF SEA

Regional Office. Bogor. 75 hlm.

Prayogi, R. dan Danial, E. 2016. Pergeseran nilai-nilai budaya pada suku bonai

sebagai civic culture dikecamatan bonai darussalam kabupaten rokan hulu

provinsi riau. Jurnal Humanika. 23(1):61-79.

Puspasari, E., Wulandari, C., Darmawan, A. dan Banuwa, I.S. 2017. Aspek sosial

ekonomi pada sistem agroforestri di areal kerja hutan kemasyarakatan (hkm)

kabupaten lampung barat, provinsi lampung. Jurnal Sylva Lestari. 5(3):95-

103.

Rahman, E., Rohandia. dan Hany,A. 2010. Evaluasi penerapan pola tanam jenis

potensial pada hutan rakyat. Prosiding Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.

79-88.

Page 69: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

78

Riyanto, D., Wulandari, C., Darmawan, A. dan Setiawan, A. 2019. Analisis

spasial sebaran kopi codot menggunakan sistem informasi geografis.

Prosiding Seminar Nasional Biologi 4. 33-42.

Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Masnusia Untuk Perusahaaan. Buku.

PT Grafindo Persada. Jakarta. 309 hlm.

Robert, A.R., Rene, S.C., Rex, M.D. dan Jefferson, A.H. 2016. Coffee farmers

socio-economic status, problems encountered and potential intervention for

the enhancement of the coffee industry in balbalan, kalinga, philippines.

Jurnal Social Science and Humanities Research. 4(1):577-583.

Rohana. 2016. Pemberdayaan kelompok industri rumah tangga sarung tenun

samarinda oleh dewan kerajinan nasional kota samarinda. Journal Sosiatri

dan Sosiologi. 4 (2): 22-33.

Rohmayanto. 2019. Kajian sosiologis pemasaran sengon hutan rakyat di

kabupaten wonosobo. Jurnal Hutan Rakyat. 4(2):24-46.

Rondinini, C. dan Doncaster, C.P. 2002. Jalan sebagai hambatan untuk pergerakan

landak. Journal Fuctional Ecology. 16(1):504-515.

Rosalia, F. dan Ratnasari, Y. 2016. Analisis pengelolaan hutan kemasyarakatan

disekitar kawasan hutan lindung register 30 kabupaten tanggamus provinsi

lampung tahun 2010. Jurnal Sosiohumaniora. 18(1): 34-38.

Rosari, R., Bakri, S., Santoso, T.dan Wardani, D.W.S.R. 2017. Pengaruh

perubahan penggunaan lahan terhadap insiden penyakit tuberkulosis paru:

studi di provinsi lampung. Jurnal Sylva Lestari.5(1): 71-80.

Rosyid, M. dan Rudiarto. 2014. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat petani

kecamatan bandar dalam sistem livelihood pedesaan. Jurnal Geoplanning.

1(12):74-84.

Rosalia, F. dan Ratnasari, Y. 2016. Analisis pengelolaan hutan kemasyarakatan

disekitar kawasan hutan lindung register 30 kabupaten tanggamus provinsi

lampung tahun 2010. Jurnal Sosiohumaniora. 18(1): 34-38.

Salminah, M., Alviya, I., Arifanti, V.B. dan Maryani, R. 2014. Karakteristik

ekologi dan sosial ekonomi landscape hutan pada das kritis dan tidak kritis:

studi kasus di das baturusa dan das cidanau. Jurnal Penelitian Sosial dan

Ekonomi Kehutanan. 11(20):119-13.

Santosa, H.R. 2016. Respons pertumbuhan tanaman kopi robusta (coffea robusta

l.) tercekam aluminium di lahan reklamasi bekas tambang batubara

bervegetasi sengon (periode el nino). Jurnal Agrikultura. 27(3):124-131.

Page 70: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

79

Sanudin.2013. Agroforestri di negara berkembang dan negara maju:suatu

perbandingan. Prosiding seminar agroforestri. 4(2):166-176.

Saragih, J.R. 2018. Aspek ekologis dan determinan produksi kopi arabika spesialti

di wilayah dataran tinggi sumatera utara. Jurnal Wilayah dan Lingkungan.

6(2):74-87.

Sari, K.M. 2014. Studi anatomi otak codot (rousettus sp) sebagai satwa liar

reservoir alami penyakit rabies. Jurnal Sains Veteran. 32 (2):417-419.

Sardjono, A.S., Djogo, H.S. Arifin, T. dan Wijayanto, N. 2003. Klasifikasi dan

Pola Kombinasi Komponen Agroforestry. Buku. ICRAF. Bogor. 33 hlm.

Sarno. dan Setiawan, B.H. 2013. Analisis karakteristik sosial ekonomi yang

mempengaruhi tingkat pendapatan petani melati gambir di kecamatan rakit

kabupaten banjarnegara jawa tengah. Jurnal Pembangunan Pedesaaan.

4(1):12-25.

Sastrapradja, S. (2010). Keanekaragaman Hayati Pertanian Menjamin

Kedaulatan. Buku. LIPI Press. Jakarta. 34 hlm.

Senoaji, G. 2009. Kontribusi hutan lindung terhadap pendapatan masyarakat desa

disekitarnya. Studi kasus di desa air lanang, bengkulu. Jurnal Manusia dan

Lingkungan. 16(1):12-23.

Setiawan, S.,Wulandari, C., Yowono, S.B. dan Bakri, B. 2019. Pengaruh

pendidikan dan pengalaman petani terhadap kelestarian agroforestri kopi

codot di hkm beringin jaya. Prosiding Nasional Biologi 4. 201-214.

Sobari, I,. Sakiroh. dan Purwanto, P.H. 2012. Pengaruh jenis tanaman

penaungterhadap pertumbuhan dan presentase tanaman berbuah pada

kopiarabika varietas kartika 1. Jurnal Ristri. 3(3):217-222.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Buku. Afabeta.

Bandung. 66 hlm.

Sumardi. 2011. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Buku. Rajawali. Jakarta.

55 hlm.

Suprapti, E. 2018. Pengaruh modal, umur, jam kerja dan pendidikan terhadap

pendapatan pedagang perempuan pasar barongan bantul. Jurnal Pendidikan

dan Ekonomi. 7(1):1-11.

Supriadi, H. 2015. Prospek pengembangan agroforestri berbasis kopi di indonesia.

Jurnal Perspektif. 14(1):135-150.

Page 71: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

80

Surapto, B.A. 2006. Identifikasi jenis dan peranan kelelawar buah penyesap nira

kelapa di kecamatan kokap kabupaten kulon progo. Jurnal Perlindungan

Tanaman Indonesi. 12(2):13-24.

Suryani, E. dan Dariah. 2012. Peningkatan produktivitas tanah melalui sistem

agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan. 6(1):123-134.

Susanti, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun

2005-2008). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. 78 hlm.

Susanto, A. 2000. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perambah

Hutan Dengan Pola Penggunaan Lahan di Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan. Skripsi. UniversitasTerbuka. Lampung. 53 hlm.

Suprayoga, D., Widianto, P.P.,Widodo, R.H., Rusiana, F., Aini, Z.Z., Khasanah,

N. dan Kusuma, Z. 2003. Degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat alih

fungsi lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur. Jurnal Agrivita.

26(1):61-68.

Supriyadi. 2014. Dampak agroforestri berbasis restorasi das pada tanah

berkualitas di sub das keduang, wonogiri, indonesia. Jurnal Sustainable

Development. 7(6):223-231.

Suyanto, A. 2002. Perilaku makan codot cynopterus spp. (chiroptera:

pteropooioae) di kebun raya bogor. Jurnal Zoo Indonesia. 29(3):59-65.

Syahyuti. 2007. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan

Ekonomi Kebijakan Pengembangan di Perdesaan. Buku. Alfabeta.

Bandung. 47 hlm.

Syofiandi, R.R., Hilmanto, R. dan Herwanti, S. 2016. Analisis pendapatan dan

kesejahteraan petani agroforestri di kelurahan sumber agung kecamatan

kemiling kota bandar lampung. Jurnal Sylva Lestari 4(1): 7-26.

Tamasuki, K., Wijayanti, F. dan Fitriana, N. 2015. Komunitas Kelelawar (Ordo

Chiroptera) di Beberapa Gua Karst Gunung Kendeng Kabupaten Pati Jawa

Tengah. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 59 hlm.

Thursiana, A., Nurdjali, B. dan Nurhaida. 2017. Jenis kelelawar pemakan buah

(pteropodidae) di kawasan guathang raya kecamatan beduai kabupaten

sanggau kalimantan barat (species of frugivorous bats (pteropodidae) in the

area of thang raya cave beduai subdistric of sanggau regency west

kalimantan). Jurnal Hutan Lestari. 5 (2) :382-397.

Page 72: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

81

Tutik, W.R., Suwarto. dan Sundari, M.T. 2013. Pengaruh Karakteristik Sosial

Ekonomi terhadap Keputusann Petani Padi Organik dalam Menjalin

Kemitraan Dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya” Dikecamtan

Sumbirejo Sramgen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Solo. 74 hlm.

Umar, H. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. Buku.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 42 hlm.

Undang Undang No. 41 tahun 1999. Tentang Kehutanan Kantor Menteri Negara

Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. 8 hlm.

Vivien, D.M., Claude, A., Garcia, C.G.K. dan Vaast, P. 2014. Trademarks,

geographical indications and environmental labelling to promote

biodiversity: the case of agroforestry coffee in india. Jurnal Development

Policy Review. 32(3):379–398.

Vildan, S., Bayyurt, N. dan Civan, A. 2009. Effect of formal education and

tranining on farmers income. Journal of Social Sciences. 7(1):52-62.

Widiyanto. 2012. Komposisi jenis dan pola agroforestry di desa sukarasa,

kecamatan tanjungsari bogor jawa barat. Jurnal Penelitian Kehutanan

Wallacea. 3(2):119-128.

Winarni, S., Yuwono, S.B. dan Herwanti, S. 2016. Struktur pendapatan, tingkat

kesejahteraan dan faktor produksi agroforestri kopi pada kesatuan

pengelolaan hutan lindung batutegi (studi digabungan kelompok tani karya

tani mandiri). Jurnal Sylva Lestari. 4(1):1-10.

Wijayanti, F., Solihin, D.D., Alikodra, H.A.K. dan Maryanto, I. 2010. Pengaruh

fisik gua terhadap struktur komunitas kelelawar pada beberapa gua karst di

gombong kabupaten kebumen jawa tengah. Jurnal Biologi Lingkungan.

4(1):67-88.

Wiyatna, M. F. 2003. Potensi Indonesia sebagi Penghasil Pospat Guano

Kelelawar. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hlm..

Wulandari, C. 2015. Studi persepsi masyarakat tentang pengelolaan landscape

agroforestri di sekitar sub das way besai provinsi lampung. Jurnal Ilmu

Pertanian Indonesia. 15(3):137-148.

Yaherwandi, I., Manuwoto, S., Buchori, D., Hidyat, P. dan Prasetyo, L.B. 2007.

Keanekaragaman hymenoptera parasitoid pada struktur lansekap pertanian

berbeda di daerah aliran sungai (das) cianjur, jawa barat. Jurnal HPT

Tropika. 7(1): 10-20.

Yulistriani,T. 2013. Agroforestri kopi dan pengaruhnya terhadap layanan

ekosistem di daerah resapan air krisik (ngantang, kabupaten malang).

Prosiding Seminar Nasional Agroforestri. 3(1):135-146.

Page 73: PENGARUH LANSKAP AGROFORESTRI DAN …digilib.unila.ac.id/59254/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...kopi, sedangkan bagian biji kopinya dijatuhkan ke bawah pohon kopi. Data mengenai kopi

82

Yustian, K. 2012. Kajian Pakan Kelelawar Pemakan Buah (Megachiroptera) di

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Perkebunan. Skripsi.

Universitas Lampung. Lampung. 77 hlm.