PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR …repo.stikesicme-jbg.ac.id/286/1/KTI LENGKAP...

77
PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG (Studi di STIKES ICME Jombang) KARYA TULIS ILMIAH INTAN NOFILA PUTRI 14.131.0018 PROGRAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017

Transcript of PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR …repo.stikesicme-jbg.ac.id/286/1/KTI LENGKAP...

  • i

    PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA

    DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG

    (Studi di STIKES ICME Jombang)

    KARYA TULIS ILMIAH

    INTAN NOFILA PUTRI 14.131.0018

    PROGRAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

    2017

  • ii

    PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA

    DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

    Ahli Madya Analis Kesehatan

    INTAN NOFILA PUTRI 14.131.0018

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

    2017

  • iii

    ABSTRAK

    PEMERIKSAAN KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR

    GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG

    Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**

    Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler. Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang. Metode pemeriksaan glukosa darah puasa yang digunakan adalah GOD-PAP. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 9 orang mahasiswa yang telah memasuki kriteria tidur yang kurang 7-8 jam. Desain penelitian ini adalah analitik dengan teknik sampling purposive sampling. Setelah data hasil pemeriksaan glukosa darah puasa terkumpul dilakukan uji statistik uji ANOVA dengan bantuan program SPSS For Windows 19.

    Hasil penelitian ini didapatkan uji normalitas p>α dinyatakan normal, uji homogenitas p>α dinyatakan homogen dan uji ANOVA diperoleh nilai (p=0,003). Hasil ini berarti terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

    Kata Kunci : Glukosa darah puasa, Insulin, Kualitas tidur yang kurang

  • iv

    ABSTRACT

    CHECKING OF LESS SLEEPING QUALITY TO LEVEL OF FASTING BLOOD

    GLUCOSE TO STUDENTS OF DIII HEALTH ANALYST IN CLASS B SEMESTER III OF STIKES ICME JOMBANG

    Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**

    Sleeping is a process needed by human to forming new body cells, improvement of

    broken body cells (natural healing mechanism), giving time for body organ to take a rest as well to keep balancing of metabolism and body biochemistry. Less sleeping can cause some disturbances to immune response, endocrine metabolism and cardiovascular function. Less sleeping can influence the function of endocrine system especially related to disturbance of glucose tolerance, insulin resistance and decreasing of insulin response.

    This research had a purpose to know effect of less sleeping to level of fasting blood glucose to students of DIII health analyst in class B semester III of STIKesICMeJombang. Checking method of fasting blood glucose used was GOD-PAP. Number of samples taken were 9 students that fulfilled criteria of less sleeping for 7-8 hours. Research design was analytic with sampling technique was purposive sampling. After result data of checking of fasting blood glucose collected, then statistic test of ANOVA test was done with SPSS program for Windows 19.

    This research result was known that normality test p>α was declared normal, homogeneity test p>α was declared homogeny and ANOVA test was obtained value (p=0,003). This result meant that there was effect of less sleeping quality to level of fasting blood glucose.

    Keywords : Fasting blood glucose, Insulin, Less sleeping quality

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Pamekasan, 03 November 1996 dari pasangan bapak

    Muhammad Hafiluddin dan ibu Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga

    bersaudara.

    Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1, tahun 2011 penulis lulus

    dari SMPN 1 Waru, dan tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bina

    Husada Pamekasan. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes

    “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih

    Program Studi DIII Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di

    STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.

    Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

    Jombang, July 2017

    Yang menyatakan

    Intan Nofila Putri 14.131.0018

  • ix

    MOTTO

    “Seekor burung cenderawasih

    Akan selalu terlihat keindahannya dari jauh

    Tanpa menunjukkan suara”

  • x

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha

    Penyayang, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas segala

    karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

    dengan judul “Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa

    Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III

    STIKes ICMe Jombang”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Alhi

    Madya Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

    Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

    karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs., M.Kes., Ibu Umaysaroh, S.

    ST.,Ibu Erni Setiyorini, S.KM., MM., Ibu Sri Lestari, S.KM., dosen-dosen Analis

    Kesehatan STIKes ICMe Jombang, ayah dan ibu, serta semua pihak yang tidak

    penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan

    Karya Tulis Ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Karya

    Tulis Ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Krtitik

    dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan karya ini.

    Demikian, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Jombang, July 2017

    Penulis

    Intan Nofila Putri

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ............................. v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii MOTTO ............................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN......................................................................... . xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Tidur ........................................................................ 6 2.2 Kadar Glukosa Darah ........................................................... 14 2.3 Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar

    Glukosa Darah.. ................................................................... 18 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual............................................................ 20 3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ......................................... 21 3.3 Hipotesis ............................................................................... 21 BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 22 4.2 Desain Penelitian ............................................................ 22 4.3 Kerangka Kerja ............................................................... 23 4.4 Populasi, Sampling dan Sampel ...................................... 24 4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel .................. 25 4.6 Peralatan, Bahan dan Prosedur ...................................... 26 4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ..................... 29

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................ 32 5.2 Data Hasil Penelitian............................................................ 32 5.3 Pembahasan ....................................................................... 35 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .......................................................................... 39 6.2 Saran ................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................... 25 Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ....................... 32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ....... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 33 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur 33 Tabel 5.5 Kadar Glukosa Darah Puasa ........................................... 34 Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Normalitas dan Homogenitas ............... 34 Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik ANOVA ................................................ 35 Tabel 5.8 Hasil Uji Tukey ................................................................ 35

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Kualitas Tidur yangKurang

    Terhadap Kadar Glukosa Darah ................................... 20 Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang

    Terhadap Kadar Glukosa Darah ................................... 23

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    ACTH : Adreno Corticotropin Hormon

    ECG : Electrocardiograph

    EEG : Electroencephalogram

    EMG : Electromiogram

    GH : Growth Hormon

    HPA : Hypotalamus Pituitary Adrenal

    HPS : Hypotalamus Pituitary Somatotropich

    NREM : Non Rapid Eye Movement

    REM : Rapid Eye Movement

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di STIKes ICMe Jombang Lampiran 2 Informed Consent (Lembar Persetujuan) Lampiran 3 Lembar Kuesioner Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Surat Penelitian Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Seminar Proposal Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 Lampiran 12 Pernyataan Bebas Plagiasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi

    banyak, rata-rata hampir satu perempat hingga satu pertiga waktu

    digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu

    keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses

    yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang

    baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism),

    memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga

    keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur

    bagi manusia dapat mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Salah

    satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan

    sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The

    World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada

    tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Purwanto, 2008).

    Tidur yang baik adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari. Tidur

    sebaiknya dilakukan pada malam hari setelah melakukan aktivitas

    seharian (Suharjana, 2012).

    Beberapa penelitian yang ditulis di beberapa situs

    menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan

    bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Kemudian penelitian terhadap

    kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40% aktivitas

    mereka untuk tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jepang

    disebutkan 29% responden tidur kurang dari 6 jam, 23% merasa

    kekurangan dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, kemudian 21%

    1

  • 2

    memiliki prevalensi insomnia dan 15% kondisi mengantuk yang parah

    pada siang harinya (Liu dalam Purwanto, 2008).

    Kurang tidur dapat membahayakan bagi diri kita. Bila tidur kurang

    lelap, maka kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun.

    Kehilangan jam tidur meskipun sedikit mempunyai akibat yang sangat

    berpengaruh untuk beraktivitas, kemampuan konsentrasi, kinerja,

    produktivitas, keterampilan komunikasi, dan kesehatan secara umum,

    termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiovaskuler dan sistem

    kekebalan tubuh (Parmet dalam Purwanto, 2008).

    Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan

    irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit

    dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur

    merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk

    menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental.

    Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan

    tidur dengan poligrafi tidur yaitu Electroencephalogram (EEG),

    Electrocardiograph (ECG), Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring

    dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak

    beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua

    puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima

    puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).

    Manusia memakai satu pertiga waktunya untuk tidur. Tidur

    merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan

    lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup

    matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah,

    tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja

    dalam Purwanto, 2008).

  • 3

    Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada

    respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,

    Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat

    mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan

    toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.

    Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam

    berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam

    Arifin, 2011).

    Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun

    menjelang malam hari sehingga mencapai kadar terendah saat tidur (Van

    dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep deprived,

    kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya aksis

    Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam

    Arieselia dkk, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk

    mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya

    korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG.

    Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan

    berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang

    disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk

    dalam Arieselia dkk, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa

    oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan

    produksi glukosa oleh hepar (Van & Dinneen dkk dalam Arieselia, 2014).

    Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu

    aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.

    Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar

    meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta

    meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses

  • 4

    pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen

    (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).

    Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem

    neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA

    axis). Aktivitas setres menyebabkan hipotalamus mensekresi

    Corticotropin Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran

    adrenocorticotropin dan merangsang korteks adrenal untuk mensekresi

    hormon glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi

    pemecahan karbohidrat, protein dan lemak melalui proses

    glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa sebagai sumber energi

    serta berperan dalam mempengaruhi fungsi tubuh selama periode

    istirahat (Smeltzer & Bare dalam Arifin, 2011).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan 4

    dari 10 mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

    ICMe Jombang menyatakan kualitas tidurnya cukup sedangkan 6 dari 10

    di antaranya kualitas tidurnya kurang.

    Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk

    mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa

    darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III

    STIKes ICMe Jombang.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar

    glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B

    semester III STIKes ICMe Jombang ?

  • 5

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang

    terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis

    Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Menganalisis kualitas tidur yang kurang.

    2. Menganalisis kadar glukosa darah puasa.

    3. Menganalisis pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap

    kadar glukosa darah puasa..

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan

    pemahaman mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang

    terhadap kadar glukosa darah puasa.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.2.1 Bagi Masyarakat

    Dapat memberikan informasi kepada masyarakat

    mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap

    kadar glukosa darah puasa.

    1.4.2.2 Bagi Instansi

    Dapat memberikan penyuluhan kepada berbagai

    pihak mengenai adanya pengaruh kualitas tidur yang

    kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

    1.4.2.3 Bagi Peneliti Lain

    Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk

    melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kualitas Tidur

    Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus

    terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara

    berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran

    sampai dengan tidak adanya aktivitas (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur

    berfungsi untuk mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui

    periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan

    berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur

    Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM)

    (Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).

    2.1.1 Rapid Eye Movement (REM)

    Tidur REM sekitar 20-25% total waktu tidur yang bervariasi

    antara individu yang satu dengan yang lain. Pada orang dewasa

    normal, tidur REM meningkat pada malam hari dan merupakan

    sepertiga dari waktu tidur (Stevens dalam Arifin, 2011).

    Selama periode tidur REM terjadi beberapa perubahan

    fisiologis diantaranya frekuensi pernafasan dan denyut jantung

    lebih cepat dan tidak teratur, aliran darah ke otak meningkat,

    denyut jantung dan tekanan darah sangat bervariasi diantara

    individu. Selama 2 jam pertama periode tidur terjadi peningkatan

    sekresi Growth Hormon (GH), Adreno Corticotropin Hormon

    (ACTH) sedangkan hormon kortisol disekresi selama pertengahan

    waktu tidur (Venes dala Arifin, 2011).

    6

  • 7

    2.1.2 Non Rapid Eye Movement (NREM)

    Tidur NREM merupakan 75-80% dari waktu tidur secara

    keseluruhan. Rentang waktu dari siklus tidur mulai dari NREM

    sampai dengan REM memerlukan waktu kurang lebih 90-100

    menit (Stevens dalam Arifin, 2011).

    Selama periode tidur NREM terjadi beberapa perubahan

    fisiologis diantaranya adanya penurunan suhu tubuh, sekresi urine

    berkurang, denyut jantung dan frekuensi pernafasan menjadi lebih

    pelan dan teratur (Stevens dalam Arifin, 2011).

    Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan

    irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan

    terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan

    kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan

    kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Neourofisiologi tidur, dapat

    digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur

    yaitu Electroencephalogram (EEG), Electrocardiograph (ECG),

    Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring dalam keadaan masih

    terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan

    frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik

    dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt

    (Panteri dalam Purwanto, 2008).

    Manusia memakai sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur

    merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan

    lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup

    matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah,

    tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja

    dalam Purwanto 2008).

  • 8

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :

    1. Usia

    Kebutuhan tidur mengalami perubahan sesuai dengan

    usia, pada umumnya gangguan tidur meningkat seiring dengan

    bertambahnya usia. Pada orang dewasa kebutuhan waktu

    istirahat tidur adalah kurang lebih 7-8 jam pada waktu malam hari

    untuk mempertahankan fungsi fisiologis setiap hari. Bertambahnya

    usia berhubungan dengan adanya penurunan kualitas tidur malam

    dimana sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hubungan

    antar usia dengan insomnia adalah adanya perubahan irama

    sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan

    siklus tidur dan terjaga (Juddith, Julie & Elizabeth dalam Arifin,

    2011).

    2. Gaya hidup

    Perubahan pola tidur dapat dipengaruhi oleh aktivitas rutin

    sehari-hari. Pada individu yang bekerja dengan 2 shift siang dan

    malam sering kesulitan dalam mengatur jadwal tidurnya. Selain itu

    faktor lain yang juga mempengaruhi pola tidur adalah akibat

    bekerja berat, latihan, aktivitas sosial yang larut serta perubahan

    pola makan waktu malam hari (Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

    3. Suhu

    Suhu tubuh dapat mempengaruhi pola tidur. Peningkatan

    suhu tubuh dapat mengganggu pola tidur karena individu menjadi

    lebih sering terbangun (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter &

    Perry dalam Arifin, 2011).

  • 9

    4. Nutrisi

    Kebiasaan pola makan yang baik sangat berhubungan

    dengan kesehatan salah satunya adalah pola tidur. Gangguan

    pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Hubungan pola

    makan dengan gangguan pola tidur dapat terjadi pada individu

    yang memiliki kebiasaan makan sebelum waktu tidur dan makan

    yang berlebihan. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung

    kafein, nikotin, alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem

    saraf pusat sehingga berdampak pada perubahan pola tidur

    (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin,

    2011).

    5. Latihan

    Latihan dapat mempengaruhi tidur sewaktu malam hari.

    Bertambahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan aktivitas tidur

    REM dan NREM. Latihan akan meningkatkan keluhan fatique

    sehingga akan memicu produksi Soporotic atau Sleep-inducing

    effect dan akan meningkatkan waktu istirahat dan tidur. Latihan

    yang dilakukan kurang lebih 2 jam sebelum tidur dapat

    memberikan waktu tubuh untuk istirahat akibat adanya rasa lelah

    serta akan meningkatkan relaksasi (Harkreader, Hogan &

    Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

    6. Stres emosional

    Emosi dan rasa khawatir yang berlebihan dapat

    mengganggu pola tidur individu. Stres emosional menyebabkan

    adanya tekanan yang seringkali menimbulkan frustasi sehingga

    individu akan mengalami kesulitan untuk memulai tidur atau

    sebaliknya pada beberapa individu stres akan menyebabkan

  • 10

    individu cenderung untuk lebih banyak tidur (Harkreader, Hogan &

    Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

    7. Merokok

    Kadar nikotin yang tinggi menyebabkan peningkatan waktu

    terjaga dan perilaku agitasi. Nikotin memiliki waktu paruh sekitar

    1-2 jam, individu yang merokok lebih dari 1 batang dalam

    beberapa jam menjelang waktu tidur akan mengalami kesulitan

    untuk memulai tidur. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu

    yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru secara permanen

    sehingga menimbulkan hipoksia. Hipoksia menyebabkan keluhan

    fatique sehingga tubuh memerlukan waktu yang lama untuk

    istirahat (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam

    Arifin, 2011).

    8. Lingkungan

    Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kemampuan

    individu memulai tidur dan mempertahankan waktu tidurnya.

    Keadaan ventilasi yang baik, suhu yang nyaman, penerangan

    ruangan yang cukup serta ukuran dan posisi tempat tidur

    merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan waktu istirahat

    dan tidur yang cukup (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter &

    Perry dalam Arifin, 2011).

    9. Penyakit

    Beberapa penyakit dapat mempengaruhi pola tidur

    diantaranya adalah asma, penyakit jantung koroner, hipertensi,

    hipotiroid, hipertiroid, dan diabetes (Potter & Perry dalam Arifin,

    2011). Diabetes dan gangguan tidur saling berhubungan dimana

    diabetes dapat menyebabkan gangguan tidur dan sebaliknya

  • 11

    beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur yang kurang akan

    meningkatkan resiko mengalami diabetes (Juddith, Smith, Julie &

    Elizabeth dala Arifin, 2011).

    Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-

    tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu EEG, ECG, EMG. Pada

    saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan

    gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima

    belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu

    kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).

    Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai

    untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul

    mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi

    lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang

    memiliki 8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan

    santai, tidak tegang tapi terjaga (Purwanto, 2008).

    Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan

    napas mulai melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak)

    yang ditandai oleh gelombang theta 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga

    8 putaran perdetik. Dalam keadaan permulaan tidur ini denyut jantung

    melambat dan menjadi stabil, napas menjadi pendek pendek dan

    teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga 10

    menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi

    hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur, dan kadang

    mengalami sensasi seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun

    sebentar dengan gerakan yang menyentak, keadaan ini dinamakan

    tidur tahap pertama (Purwanto, 2008).

  • 12

    Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta

    dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo

    tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di

    monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada

    tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10

    hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada

    tahap ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar,

    dan rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa

    betul-betul telah tertidur (Purwanto, 2008).

    Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki

    tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi dengan

    frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini

    dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali

    gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang delta dengan 0,5–

    2 putaran perdetik, amplitudo 100–200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini

    relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut

    nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada

    batas minimal. Kondisi tidur normal ini tidak selamanya dirasakan oleh

    seseorang yang akan memasuki tidur. Gangguan dan kesulitan tidur

    seringkali mengganggu baik ketika memasuki tahap pertama tidur

    ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi karena

    adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat menimbulkan

    kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan

    cemas yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks

    dan pikiran tidak terkendali (Purwanto, 2008).

  • 13

    Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan

    menjadi 4 yaitu (Purwanto, 2008) :

    1) Insomnia : gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur.

    2) Hypersomnia : gangguan mengantuk atau tidur berlebihan.

    3) Disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror.

    4) Gangguan irama tidur.

    Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada

    respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay &

    Caple dkk dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat

    mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan

    toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.

    Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam

    berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam

    Arifin, 2011).

    Selama periode awal tidur malam sekresi hormon pertumbuhan

    Growth Hormone (GH) meningkat sedangkan kadar Adreno Corticotropin

    Hormon (ACTH) dan kortisol menurun. Adapun pada periode akhir tidur

    sekresi ACTH dan kortisol mengalami peningkatan sedangkan kadar

    hormon pertumbuhan GH menurun. Selama periode tidur malam hari juga

    terjadi hubungan yang bersifat timbal balik antara Hypothalamus-pituitary

    somatotrophic (HPS) dan Hypothalamus pituitary adrenocortical (HPA)

    (Steiger dalam Arifin, 2011).

    Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun

    menjelang malam hari, sehingga mencapai kadar terendah saat tidur

    (Van dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep

    deprived, kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya

    aksis Hypothalamus-pituitary adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam

  • 14

    Arieselia, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk

    mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya

    korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG.

    Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan

    berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang

    disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk

    dalam Arieselia, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh

    otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi

    glukosa oleh hepar (Van & Denneen dkk dalam Arieselia, 2014).

    Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu

    aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.

    Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar

    meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta

    meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses

    pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen

    (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).

    2.2 Kadar Glukosa Darah

    Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang kebanyakan

    diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah

    menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam

    jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Aritonang

    dalam Amir dkk, 2015).

    Glukosa adalah gula sederhana atau monosakarida yang

    merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

    Karbohidrat ketika berada dalam saluran pencernaan selanjutnya akan

    dipecah menjadi glukosa dan diabsorpsi secara langsung ke dalam aliran

    darah. Glukosa merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan oleh

  • 15

    sel-sel saraf serta untuk mencegah gangguan fungsi syaraf dan kematian

    sel (Ignatavicius & Workman dalam Arifin, 2011).

    Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat seperti

    glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa darah adalah konsentrasi

    glukosa yang terdapat dalam darah dan diukur dalam mg/100 ml darah.

    Dalam keadaan normal kadar glukosa darah puasa dipertahankan dalam

    rentang 70-100 mg/dL. Untuk keadaan kadar glukosa darah puasa yang

    tidak normal ada dua yaitu Hiperglikemia dan Hipoglikemia. Hiperglikemia

    adalah kondisi dimana kadar glukosa darah puasa >100 mg/dL

    sedangkan hipoglikemia suatu kondisi dimana kadar glukosa darah puasa

  • 16

    memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat.

    Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan

    struktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan

    atau mempertahankan kebugaran fisik (Sigal dalam Arifin,2011).

    3 Penggunaan obat

    Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh

    penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin.

    Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah

    antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk

    meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa

    dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga

    dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor.

    Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan

    hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah

    glukotoksisitas yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan fungsi

    sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Chang dkk,

    Simadibrata & Setiati dalam Arifin, 2011).

    4 Stres

    Ketika terjadi stres maka tubuh akan merespon dengan

    mengaktifkan sistem saraf yang diikuti dengan adanya aktivitas

    jalur simpatis-adrenal-medula dan diakhiri oleh aktivitas sistem

    hipotalamus-pituitari. Respon sistem saraf simpatis berlangsung

    cepat dan singkat dengan mensekresi norepinefrin pada ujung

    saraf yang berhubungan langsung dengan organ target dan akan

    meningkatkan fungsi organ vital, peningkatan frekuensi jantung,

    vasokontriksi pembuluh darah perifer serta adanya peningkatan

    tekanan darah (Lloyd, Smith & Weinger dalam Arifin, 2011).

  • 17

    Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan

    hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon

    epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan

    konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan

    peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya

    penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan

    peningkatan glukagon (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).

    Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal

    dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan hemostasis dalam

    tubuh melalui 2 cara yaitu :

    1. Bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari

    hati dengan jalan memecah glikogen hati.

    2. Bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan

    dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot

    dirubah menjadi glikogen otot (Suryono & Musaira dalam

    Qurratuaeni, 2009).

    Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem

    neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA

    axis). Aktivitas stres menyebabkan hipotalamus mensekresi Corticotropin

    Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropin

    dan merangsang korteks adrenal untuk menesekresi hormon

    glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi pemecahan

    karbohidrat, protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis yang

    menghasilkan glukosa sebagai sumber energi serta berperan dalam

    mempengaruhi fungsi tubuh selama periode istirahat (Smeltzer & Bare

    dalam Arifin, 2011).

  • 18

    Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang

    berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan

    beberapa organ tubuh yang utama. Hiperglikemia dapat menyebabkan

    komplikasi kronis yang meimbulkan terjadinya kerusakan dan gangguan

    fungsi ginjal, mata, syaraf dan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler

    yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta

    berkontribusi terhadap timbulnya kerusakan pembuluh darah perifer

    (James dalam Arifin, 2011). Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti

    apakah ada pengaruh kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada

    seseorang.

    2.3 Pengaruh Kualitas Tidur Yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa

    Darah

    Kurang tidur diketahui mempunyai efek yang cukup

    mengganggu bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu karena saat

    seseorang tidur, tubuh akan melakukan detoksifikasi alami untuk

    mengusir racun dalam tubuh (Tarihoran, 2015).

    Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada

    respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,

    Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat

    mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan

    toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.

    Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam

    berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam

    Arifin, 2011).

    Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem

    saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia, 2014). Peningkatan aktivitas ini

    dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah melalui peningkatan

  • 19

    glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gangwisch, Cumberbatch & Donga

    dalam Arieselia, 2014). Aktivitas saraf simpatis juga menginhibisi sekresi

    insulin oleh sel ß pankreas dan menurunkan penyerapan glukosa oleh

    hepar (net hepatic glucose uptake), sehingga menyebabkan peningkatan

    kadar gula darah (Watanabe, Knutson, Spiegel & Moore dkk dalam

    Arieselia, 2014).

  • 20

    BAB III

    KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh kualitas tidur yang

    kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada

    mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester

    III STIKes ICMe Jombang.

    Variabel Independent

    Kualitas tidur :

    Gaya hidup

    Stress

    emosional

    Lingkungan

    Tidur

    berkualitas

    Tidur tidak

    berkualitas

    Normal

    Tidak normal

    Variabel Dependent

    Kadar Glukosa

    Darah puasa

    Faktor pengaruh

    kadar glukosa darah :

    Diet

    Aktifitas fisik

    Penggunaan

    obat

    Stress

    Faktor pengaruh

    Kualitas Tidur :

    Usia

    Suhu

    Nutrisi

    Latihan

    Merokok

    Penyakit

    20

  • 21

    3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka konseptual di atas terdapat dua macam

    variabel yang diteliti yaitu Variabel Independent (Kualitas tidur) dan

    Variabel Dependent (Kadar Glukosa Darah). Kualitas tidur dipengaruhi

    oleh faktor : Gaya hidup, stress emosional dan lingkungan. Kadar

    Glukosa Darah dipengaruhi oleh faktor : Diet, aktifitas fisik, penggunaan

    obat dan stress.

    3.3 Hipotesis

    Ho : Tidak ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar

    glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas

    B semester III STIKes ICMe Jombang.

    Hi : Ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa

    darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B

    semester III STIKes ICMe Jombang.

  • 22

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    4.1.1 Waktu Penelitian

    Waktu penelitian di laksanakan dari perencananaan

    penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan akhir,

    yaitu sejak bulan November 2016 sampai bulan Juli 2017.

    4.1.2 Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STIKes ICMe

    Jombang yang dilaksanakan diruang Laboratorium Kimia Klinik

    Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

    4.2 Desain Penelitian

    Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah AnalitikCross

    Sectionalyaitu meneliti mengenai siapa saja yang sesuai dengan kriteria

    untuk dijadikan sampel, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar glukosa

    darah puasa yang hasilnya tidak akan langsung digunakan dan

    dikeluarkanbegitu saja, akan tetapi dianalisa terlebih dahulu sehingga

    mudah untuk dipahami.

    22

  • 23

    4.3 Kerangka Kerja

    Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Gambar 4.3 :Kerangka kerja dari uji Pengaruh kualitas tidur yang kurangterhadap

    kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis

    Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

    Identifikasi Masalah

    Penyusunan Proposal

    Populasi Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III

    STIKes ICMe Jombang

    Sampel

    Darah

    Sampling Purposive Sampling

    Desain penelitian

    Analitik

    Penyajian Data

    Pengumpulan Data

    Pengolahan dan Analisa Data

    Penarikan Kesimpulan

    Penyusun Laporan akhir

  • 24

    4.4 Populasi, Sampling dan Sampel

    4.4.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Analis

    Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

    4.4.2 Sampling

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel

    berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa saja yang sesuai

    (memenuhi kriteria) pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B

    semester III STIKes ICMe Jombang untuk dijadikan sampel.

    4.4.3 Sampel

    Sampel penelitian ini adalah orang dengan kualitas tidur yang

    kurang pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III

    STIKes ICMe Jombang.

    Inklusi

    Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

    ICMe Jombang tidurnya yang kurang.

    Bersedia diteliti.

    Eksklusi

    Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

    ICMe Jombang yang mengkonsumsi obat-obatan yang

    mempengaruhi kadar glukosa darah puasa misalnya obat

    hipoglikemia oral maupun dengan insulin.

    Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

    ICMe Jombang yang merokok.

  • 25

    Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

    ICMe Jombang yang menderita Diabetes Mellitus.

    4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

    4.5.1 Identifikasi variabel

    a. Variabel independent

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel

    independent adalah Kualitas Tidur.

    b. Variabel dependent

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel

    dependent adalah Kadar Glukosa Darah Puasa.

    4.5.2 Definisi operasional variabel

    Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

    Tabel 4.5.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

    No.

    Variabel Definisi Operasional

    Parameter Alat Ukur Skala Kategori

    1. Variabel Independent Kualitas

    Tidur Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran sampai dengan tidak adanya aktivitas. (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur berfungsi untuk

    Menurut venes, Steiger dan Loriz

    Kuesioner Nominal Kriteria tidur yang kurang 7-8 jam

  • 26

    mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM). (Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).

    2 Variabel Dependent Kadar

    Glukosa Darah

    Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik. (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).

    Kadar glukosa darah puasa dalam mg/dL

    Observasi Interval Normal : 70-100 mg/dL Tidak normal : Hiperglikemia >100 mg/dL Hipoglikemia

  • 27

    4.6.1 Peralatan

    1. Fotometer 7. Spuit

    2. Centrifuge 8. Tourniquet

    3. Timer 9. Mikropipet

    4. Tabung serologi 10. Blue tip

    5. Rak tabung serologi 11. Yellow tip

    6. Label 12. Kapas

    4.6.2 Bahan

    1. Darah vena yang diambil serumnya

    2. Alkohol 70%

    3. Aquadest

    4. Reagen pemeriksaan glukosa darah dengan komposisi :

    Phosphate buffer pH 7,5 250 mmol/L

    Phenol 5 mmol/L

    4-Aminoantipyrine 0,5

    mmol/L

    Glucose Oxidase (GOD) ≥ 10

    kU/L

    Peroxidase (POD) ≥ 1 kU/L

    Standart 100 mg/dl

    (5,55 mmol/L)

    4.6.3 Prosedur pengambilan darah

    1. Meluruskan lengan pasien, kemudian memasang tourniquet pada

    lengan atas pasien ± 3 cm dari siku.

    2. Mendesinfeksikan kulit sekitar tempat pengambilan darah

    (daerah vena difosa cubity) dengan alkohol 70% dan biarkan

    sampai mengering.

  • 28

    3. Melakukan penusukan pada vena dengan posisi jarum 30˚ dari

    kulit, bila darah tampak mengalir ke dalam spuit, menarik toraks

    pelan-pelan hingga mendapatkan darah sesuai kebutuhan.

    4. Melepaskan tourniquet dan mengeluarkan jarum dengan hati-

    hati, menutupi bekas tusukan dengan kapas kering.

    4.6.4 Prosedur pemeriksaa kadar glukosa darah puasa dengan

    metode GOD-PAP

    1. Menyiapkan tabung dan mengalirkan darah ke dalam tabung lewat

    dinding tabung secara perlahan.

    2. Menunggu darah sampai membeku (± 20 menit) dan segera

    mensentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpmuntuk

    memisahkan serum dari bekuan darah. Memisahkan serum jernih

    dari bekuan darah dengan menggunakan mikropipet sesuai

    volume serum yang dibutuhkan untuk pemeriksaan glukosa

    darah puasa metode GOD-PAP.

    3. Mengambil serum yang akan diperiksa sebanyak 10 µl dan

    memasukkan ke dalam tabung pertama sebagai sampel.

    4. Mengambil standart glukosa darah sebanyak 10 µl dan

    memasukkan ke dalam tabung kedua sebagai standart.

    5. Mengambil aquadest sebanyak 10 µl dan memasukkan ke dalam

    tabung ketiga sebagai blanko.

    6. Menambahkan reagen glukosa darah ke dalam masing-masing

    tabung sebanyak 1000 µl.

    7. Menghomogenkan dan menginkubasi selama 10 menit pada suhu

    25˚C.

  • 29

    8. Menekan tombol power pada fotometer, mensetting pemeriksaan

    glukosa darah dengan metode End Point dan panjang gelombang

    546 nm.

    9. Memasukkan isi dari tabung blanko terlebih dahulu, kemudian isi

    dari tabung standart, dan yang terakhir isi dari tabung sampel.

    Setelah beberapa saat, hasil akan muncul pada layar dan

    mencatat hasil tersebut.

    4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

    Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, maka data

    diolah melalui tahapan Editing, Coding, Entry data dan Tabulating.

    4.7.1 Teknik Pengolahan Data

    1) Editing

    Dalam editing ini jawaban dari responden akan dikoreksi

    kembali untuk mengetahui kelengkapan pengisian kuesioner dan

    kesesuaian jawaban dengan pertanyaan.

    2) Coding

    Dalam coding ini dilakukan dengan memberikan

    pengkodean jawaban dari responden supaya lebih mudah dalam

    menganalisa data. Pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    Responden

    Responden no. 1 kode R1

    Responden no. 2 kode R2

    Responden no. n kode Rn

    Jenis kelamin

    Laki-laki kode J1

    Perempuan kode J2

  • 30

    Umur kode U

    3) Entry data

    Entry data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    memasukkan data hasil penelitian berupa jawaban dari responden.

    4) Tabulating

    Data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner dan

    pemeriksaan glukosa darah puasa terhadap responden

    dimasukkan ke dalam tabel-tabel sesuai dengan jenis variabel yang

    diolah.

    4.7.2 Analisa Data

    Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data

    terkumpul dari hasil pengumpulan data.

    Analisa data dalam pemeriksaan ini dinyatakan dalam persentase.

    Setelah hasil diperoleh langsung dihitung dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    Keterangan :

    P : Persentase

    f : Frekuensi sampel kadar glukosa yang tidak normal

    N : Jumlah semua sampel yang diteliti

    4.7.3 Uji Statistik

    Uji statistik yang digunakan adalah Uji ANOVA karena skala

    datanya adalah Interval. Dengan bantuan program komputer

    SPSSFor Windows 19 dihasilkan nilai p(p value). Jika nilai p

  • 31

    Ho ditolak Hi diterima, artinya ada Pengaruh Kualitas Tidur yang

    Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII

    Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe Jombang. Jika

    p≥α maka Ho diterima Hi ditolak, artinya tidak ada Pengaruh Kualitas

    Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada

    Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe

    Jombang.

  • 32

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

    Laboratorium kimia klinik merupakan salah satu fasilitas yang

    dimiliki oleh program studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang,

    yang berfungsi sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum

    tentang kimia klinik. Bahan yang digunakan dalam praktikum di

    laboratorium kimia klinik khususnya untuk pemeriksaan kimia klinik yaitu

    sampel darah, urine dan cairan tubuh lainnya. Selain itu peralatan dan

    reagen yang ada cukup baik dan memadahi sehingga pembelajaran

    pemeriksaan di laboratorium ini dapat sesuai dengan standar

    laboratorium di lapangan.

    5.2 Data Hasil Penelitian

    Tabel 5.1 Hasil perhitungan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

    No. Responden

    Umur (Th)

    Jenis Kelamin (L/P)

    Hasil Pemeriksaan

    Kualitas Tidur

    1 20 P 80,79 mg/dL 1 2 20 P 83,00 mg/dL 1 3 21 P 85,15 mg/dL 2 4 21 P 94,03 mg/dL 3 5 19 P 91,15 mg/dL 2 6 21 P 85,82 mg/dL 2 7 20 P 98,19 mg/dL 3 8 20 P 92,49 mg/dL 3 9 20 P 81,15 mg/dL 1

    Rata-rata : 87, 37 mg/dL

    Sumber : Data primer 2017

    Keterangan :

    Nomor kualitas tidur 1 : Tidur selama 4 jam

    2 : Tidur selama 5 jam

    3 : Tidur selama 6 jam

    32

  • 33

    Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 9

    mahasiswa perempuan kelas B semester III yang berumur 19, 20 dan 21

    tahun dengan kondisi tidur yang kurang dari 7-8 jam. Jumlah responden

    hanya diambil 9 orang karena dari total populasi didapatkan 12

    mahasiswa yang mengalami tidur yang kurang namun jumlah mahasiswa

    yang bersedia untuk dijadikan responden penelitian hanya 9 mahasiswa.

    5.2.1 Data Umum

    1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden No. Umur Frekuensi Persentase (%)

    1. 19 1 11%

    2. 20 5 55%

    3. 21 3 34%

    Total 9 100%

    Sumber : Data primer 2017

    Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dikelompokkan

    menjadi 3 kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.2 dari tabel di atas

    dapat diketahui responden yang berumur 20 tahun terdapat 5

    responden (55%).

    2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

    1. Perempuan 9 100%

    2. Pria 0 0%

    Total 9 100%

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa seluruh responden

    berjenis kelamin perempuan yaitu 9 responden (100%).

  • 34

    3) Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur No. Lama Tidur Frekuensi Persentase (%)

    1. 4 jam 3 33,3%

    2. 5 jam 3 33,3%

    3. 6 jam 3 33,3%

    Total 9 100%

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa ketiga kelompok

    tidur jumlahnya sama yaitu 3 responden (33,3%).

    5.2.2 Data Khusus

    Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME

    Jombang kelas B semester III dikategorikan menjadi normal dan

    abnormal yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.

    Tabel 5.5 Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME Jombang kelas B semester III

    No. Kadar Glukosa Frekuensi Persentase (%)

    1. Normal 9 100% 2. Abnormal 0 0% Total 9 100%

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 9 responden

    seluruh responden memiliki kadar glukosa darah puasa normal sebesar 9

    responden (100%).

    Tabel 5.6 Hasil uji statistik normalitas dan homogenitas Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa

    No Tidur Hasil Uji Normalitas (p)

    Hasil Uji Homogenitas (p)

    1 4 jam 0,291 2 5 jam 0,195 0,192 3 6 jam 0,505

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.6 hasil nilai signifikansi dari uji normalitas

    yaitu 0,291, 0,195 dan 0,505. Untuk memenuhi normalitas hasil nilai

    signifikansi harus lebih besar dari 0,05. Test yang digunakan yaitu shapiro

    wilkkarena data yang digunakan kurang dari 50 karena lebih akurat dalam

  • 35

    perhitungannya. Kemudian dapat dilihat bahwa sig. Secara keseluruhan

    lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa data hasil pemeriksaan

    kadar glukosa darah puasa normal. Hasil dari uji homogenitas yaitu 0,192

    dinyatakan homogen karena nilai p>α.

    Tabel 5.7 Hasil uji statistik ANOVA Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa

    ANOVA Rata-rata P

    Antara grup 132,617 0,003 Dalam grup 6,970

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh df1=2, df2=6 dan

    Fhitung=19,027. Ftabel untuk df1=2, df2=6 dan alpha=0,05 adalah 5.14.

    karena Fhitung=19,027 > Ftabel=19,027 maka Hi ditolak yang berarti

    rata-rata kadar glukosa darah tersebut tidak sama. Karena tidak sama

    maka perlu dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui manakah dari

    ketiga waktu tersebut yang menyebabkan perbedaan dengan

    menggunakan analisis Tukey.

    Tabel 5.8 Hasil uji Tukey Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa

    No Tidur Hasil p

    1 4 jam 81,6467 2 5 jam 87,3733 0,084 3 6 jam 94,9033

    Sumber : Data primer 2017

    Berdasarkan Tabel 5.8 didapatkan bahwa rata-rata antara 4 jam

    dan 5 jam tidak berbeda secara signifikan. Sementara pada tidur 6 jam

    memiliki perbedaan rata-rata dibanding dua waktu lainnya.

    5.3 Pembahasan

    Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk

    mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa

    darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III

    STIKes ICMe Jombang. Jumlah keseluruhan responden penelitian

  • 36

    iniadalah sebanyak 9 mahasiswa. Pada penelitian ini dipilih

    respondenmahasiswa yang tidurnya kurang dari 7-8 jam untuk dilakukan

    pemeriksaan.

    Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada

    respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay,

    Caple & Grose dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur

    dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan

    gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon

    insulin (Spiegel dalam Arifin, 2011). Pada keadaan kurang tidur, terdapat

    peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia,

    2014). Peningkatan aktivitas ini dapat menyebabkan peningkatan kadar

    glukosa darah melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis

    (Gangwisch, Cumberbatch & Donga dalam Arieselia, 2014).

    Pada penelitian ini didapatkan hasil 9 mahasiswa yang diuji

    memiliki kadar glukosa darah puasa rata-rata 87,97mg/dL. Hal tersebut

    menunjukan hasil yang normal karena nilai normal kadar glukosa darah

    puasa yaitu 70-100 mg/dL. Keadaan hiperglikemia terjadi jika kadar

    glukosa darah puasa lebih dari 100 mg/dL sedangkan kondisi

    hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah puasa kurang dari 70 mg/dL.

    Hasil normal ini terjadi karena rata-rata subjek yang digunakan dalam

    penelitian tidak mengalami proses kurang tidur yang berjalan dengan

    waktu yang cukup lama. Proses kurang tidur yang dialami mereka hanya

    terjadi selang beberapa hari kembali ketidur yang cukup kemudian hari

    berikutnya terjadi tidur yang kurang lagi. Data diuji dengan menggunakan

    SPSS For Windows 19 untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur

    terhadap kadar glukosa darah puasa.Uji yang dilakukan adalah uji

    ANOVA dengan syarat harus melakukan uji normalitas dan homogenitas

  • 37

    terlebih dahulu. Pada uji normalitas diperoleh hasil tidur 4 jam p=0,291

    hasil ini dinyatakan p>α (normal), 5 jam p=0,195 hasil ini dinyatakan p>α

    (normal), 6 jam p=0,505 hasil ini dinyatakan p>α (normal) (Lampiran 3).

    Uji homogenitas diperoleh hasil p=0,192 hasil ini dinyaatakan p>α

    (homogen) (Lampiran 3). Hasil uji normalitas dinyatakan normal dan uji

    homogenitas dinyatakan homogen maka dapat dilanjutkan dengan uji

    ANOVA. Uji ANOVA digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas

    tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada uji ANOVA

    diperoleh nilai p=0,003 (Lampiran 3). Pada penelitian ini derajad error

    (tingkat kesalahan) yang digunakan α=0,05, setelah dibandingkan

    diperoleh nilai p

  • 38

    Tidur yang kurang berpengaruh terhadap kadar glukosa darah

    karena terganggunya respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi

    kardiovaskuler. Dengan berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi

    fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi

    glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Pada

    keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem saraf

    simpatis. Yang dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah

    melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gay, Caple &

    Grose dalam Arifin, 2011).

    Perbedaan yang begitu signifikan pada tidur 6 jam terjadi karena

    pengaruh faktor lain yaitu dari faktor umur. Pada pemeriksaan kadar

    glukosa darah puasa pada responden yang tidur 6 jam memiliki umur

    lebih tua dari tidur 4 dan 5 jam. Umur berpengaruh karena semakin tua

    umur seseorang akan mempengaruhi sistem kerja organ tubuh. Salah

    satunya organ pankreas yang berfungsi penghasil hormon insulin yang

    berhubungan langsung dengan kadar glukosa darah puasa dalam tubuh.

  • 39

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang

    terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis

    Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

    6.2 Saran

    1. Bagi Peneliti

    Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah responden

    yang lebih banyak sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih

    akurat.

    2. Bagi Institusi

    Dengan hasil penelitian kadar glukosa darah puasa pada

    mahasiswa dengan kualitas tidur yang kurang dapat dijadikan bahan

    penyuluhan tentang bahaya peningkatan kadar glukosa darah puasa

    pada orang yang kualitas tidurnya kurang.

    3. Bagi Masyarakat

    Disarankan untuk lebih menjaga pola hidup sehat termasuk

    menjaga pola tidur sehingga menurunkan resiko meningkatnya kadar

    glukosa darah puasa.

    39

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amir Suci M. J, 2015, “Jurnal e-Biomedik Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado”, Vol 3 No 1, Universitas Sam Ratulangi Manado.

    Arieselia Z, 2014, “Journal of Medicine Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam Tidur Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Unika ATMA JAYA”, Vol 13 No 2.

    Arifin Z, 2011, “Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat”, Universitas Indonesia, Depok.

    Purwanto S, 2008, “Jurnal Kesehatan Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol 1 No 2.

    Qurratuaeni, 2009, “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta”, Universitas Islam Negeri, Jakarta.

    Suharjana, 2012, “Kebiasaan Berperilaku Hidup Sehat dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter”, Tahun II No 2, FIK Universitas Negeri Yogyakarta.

    Tarihoran A, 2015, “Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Gula Darah

    Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2”, Vol 1 No 2, Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.

  • INFORMED CONSENT

    (Lembar Persetujuan)

    Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :

    Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah

    Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III

    STIKes ICMe Jombang

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : ...............................................................................

    Umur : ...............................................................................

    Alamat : ...............................................................................

    Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden

    penelitian yang akan dilakukan oleh Intan Nofila Putri, mahasiswa dari

    Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

    Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan

    seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau

    keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.

    Jombang, Juni 2017

    Responden

    Lampiran 1

  • LEMBAR KUESIONER

    IDENTITAS RESPONDEN

    No. Responden : ...............................................................

    Nama : ...............................................................

    Umur : ...............................................................

    Jenis Kelamin : ...............................................................

    Alamat : ...............................................................

    Gaya hidup :

    1. Pola makan

    2. Alkohol

    3. Kafein

    4. Beraktivitas berat

    5. Kelelahan

    6. Insomnia

    Stress emosional :

    1. Depresi

    2. Banyak pikiran

    3. Frustasi

    4. Emosi

    5. Pekerjaan berat

    6. Gelisah

    Lingkungan :

    1. Kebisingan

    2. Ventilasi

    3. Lampu terlalu terang

    4. Suhu ruangan

    5. Bau tidak nyaman

    6. Tempat tidur

    Lampiran 2

  • DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH

    PUASA

    No. Responden Hasil Pemeriksaan Kualitas tidur

    1 80,79 mg/Dl 1

    2 83,00 mg/dL 1

    3 85,15 mg/dL 2

    4 94,03 mg/dL 3

    5 91,15 mg/dL 2

    6 85,82 mg/dL 2

    7 98,19 mg/dL 3

    8 92,49 mg/dL 3

    9 81,15 mg/dL 1

    Lampiran 3

  • Hasil uji SPSS Windows 19

    Case Processing Summary

    Tidur Cases

    Valid Missing Total

    N Percent N Percent N Percent

    Gula

    4 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

    5 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

    6 jam 3 100,0% 0 0,0% 3 100,0%

    Descriptives

    Tidur Statistic Std. Error

    Gula

    4 jam

    Mean 81,6467 ,68460

    95% Confidence Interval for

    Mean

    Lower Bound 78,7011

    Upper Bound 84,5923

    5% Trimmed Mean .

    Median 81,1500

    Variance 1,406

    Std. Deviation 1,18576

    Minimum 80,79

    Maximum 83,00

    Range 2,21

    Interquartile Range .

    Skewness 1,554 1,225

    Kurtosis . .

    5 jam

    Mean 87,3733 1,89821

    95% Confidence Interval for

    Mean

    Lower Bound 79,2060

    Upper Bound 95,5407

    5% Trimmed Mean .

    Median 85,8200

    Variance 10,810

    Std. Deviation 3,28780

    Minimum 85,15

    Maximum 91,15

    Range 6,00

    Interquartile Range .

    Lampiran 3

  • Skewness 1,651 1,225

    Kurtosis . .

    6 jam

    Mean 94,9033 1,70240

    95% Confidence Interval for

    Mean

    Lower Bound 87,5785

    Upper Bound 102,2282

    5% Trimmed Mean .

    Median 94,0300

    Variance 8,695

    Std. Deviation 2,94865

    Minimum 92,49

    Maximum 98,19

    Range 5,70

    Interquartile Range .

    Skewness 1,216 1,225

    Kurtosis . .

    Tests of Normality

    Tidur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

    Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

    Gula

    4 jam ,329 3 . ,868 3 ,291

    5 jam ,348 3 . ,833 3 ,195

    6 jam ,283 3 . ,934 3 ,505

    a. Lilliefors Significance Correction

    Lampiran 3

  • Normal Q-Q Plots

    Lampiran 3

  • Lampiran 3

  • Descriptives

    Gula

    N Mean Std.

    Deviatio

    n

    Std.

    Error

    95% Confidence

    Interval for Mean

    Minimum Maximum

    Lower

    Bound

    Upper

    Bound

    4 jam 3 81,6467 1,18576 ,68460 78,7011 84,5923 80,79 83,00

    5 jam 3 87,3733 3,28780 1,89821 79,2060 95,5407 85,15 91,15

    6 jam 3 94,9033 2,94865 1,70240 87,5785 102,2282 92,49 98,19

    Total 9 87,9744 6,19531 2,06510 83,2123 92,7366 80,79 98,19

    Lampiran 3

  • Test of Homogeneity of Variances

    Gula

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    2,204 2 6 ,192

    ANOVA

    Gula

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 265,235 2 132,617 19,027 ,003

    Within Groups 41,820 6 6,970

    Total 307,055 8

    Post Hoc Tests

    Multiple Comparisons

    Dependent Variable: gula

    Tukey HSD

    (I) tidur (J) tidur Mean

    Difference (I-J)

    Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

    Lower Bound Upper Bound

    4 jam 5 jam -5,72667 2,15562 ,084 -12,3407 ,8874

    6 jam -13,25667* 2,15562 ,002 -19,8707 -6,6426

    5 jam 4 jam 5,72667 2,15562 ,084 -,8874 12,3407

    6 jam -7,53000* 2,15562 ,030 -14,1440 -,9160

    6 jam 4 jam 13,25667

    * 2,15562 ,002 6,6426 19,8707

    5 jam 7,53000* 2,15562 ,030 ,9160 14,1440

    *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

    Lampiran 3

  • Homogeneous Subsets

    Gula

    Tukey HSD

    tidur N Subset for alpha = 0.05

    1 2

    4 jam 3 81,6467

    5 jam 3 87,3733

    6 jam 3 94,9033

    Sig. ,084 1,000

    Means for groups in homogeneous subsets are

    displayed.

    a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

    Lampiran 3

  • Dokumentasi

    Alat dan Bahan Pemeriksaan

    - Spuit

    - Tourniquet

    - Kapas alkohol 70%

    - Tabung reaksi

    - Tabung serologi

    - Rak tabung

    Sentrifus Reagen Glukosa Darah

    Fotometer Proses sampling

    Lampiran 4

  • Darah yang sudah disentrifus Memasukkan Reagen Glukosa

    Memasukkan larutan standar Menambahkan serum

    Inkubasi selama 10 menit (25ᵒC) Pembacaan pada fotometer

    Lampiran 4

  • JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KTI

    No Jadwal Bulan

    November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pembuatan Judul

    2 Konsultasi Judul

    3 Studi Kepustakaan

    4 Penyusunan Proposal

    5 Bimbingan Proposal

    6 Ujian Proposal

    7 Revisi Proposal

    8 Pengambilan Data

    9 Penelitian

    10 Pengolahan Data

    11 Penyusunan KTI

    12 Bimbingan KTI

    13 Ujian KTI

    14 Revisi Hasil Ujian KTI

    Keterangan :

    Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4

    Blok warna hitam : Tanggal Pelaksanaan Kegiatan

    Lampiran 5

  • Surat Penelitian

    Lampiran 6

  • Lampiran 6

  • Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah

    Lampiran 7

  • SURAT PEMBERITAHUAN SEMINAR PROPOSAL

    Lampiran 8

  • SURAT KETERANGAN PENELITIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Soffa marwa, Amd. AK

    Jabatan : Staf laboratorium klinik prodi DIII Analis Kesehatan

    Menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini :

    Nama : Intan Nofila Putri

    NIM : 14.131.0018

    Telah melaksanakan pemeriksaan kadar glukosa darah di laboratorium Kimia

    Klinik prodi DIII Analis Kesehatan pada hari Kamis, 8 Juni 2017 dengan hasil

    sebagai berikut:

    HASIL PENELITIAN PEMERIKSAN KADAR GLUKOSA DARAH

    No.

    Responden

    Hasil

    Pemeriksaan

    Kualitas

    tidur

    1 80,79 1

    2 83,00 1

    3 85,15 2

    4 94,03 3

    5 91,15 2

    6 85,82 2

    7 98,19 3

    8 92,49 3

    9 81,15 1

    Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

    Kepala laboratotium klinik Laboran

    Soffa marwa, Amd. AK Soffa marwa, Amd. AK

    Ketua Prodi DIII Analis Kesehatan

    Erni Setiyorini, S.KM., MM

    YAYASAN SAMODRA ILMU CENDEKIA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    “INSAN CENDEKIA MEDIKA”

    PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SK Mendiknas No.141/D/O/2005

    Jl. Kemuning 57 Jombang, Telp. 0321-865446

  • LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 1

    Lampiran 10

  • LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 2

    Lampiran 11

  • Lampiran 12