Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

24
267 Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak Oji Kurniadi ABSTRAK Komunikasi keluarga merupakan faktor penting dalam kehidupan anak (remaja). Komunikasi keluarga diduga dapat mempengaruhi, antara lain, prestasi belajar anak. Penelitian, yang menggunakan metode survei dengan sampel siswa SMUN di Kota Madya Bandung ini menunjukkan hasil temuan sebagai berikut: (1) kredibilitas ayah dalam mengawasi belajar anak tidak mempengaruhi prestasi belajar anaknya. Terbatasnya waktu yang dipunyai ayah karena kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga, si ayah tidak sempat mengawasi atau mengontrol aktivitas anak yang berkaitan dengan pelajarannya di sekolah; (2) kredibilitas ibu dalam mengawasi belajar anak dapat mendukung prestasi belajar anak dalam pelajarannya di sekolah; (3) frekuensi komunikasi yang dilakukan ayah terhadap anak secara langsung menentukan prestasi belajar yang diraih anak; (4) frekuensi komunikasi ibu dengan anak yang tinggi tidak menentukan prestasi belajar anak menjadi tinggi. pernah merokok dan 12,3% merokok setiap hari. Hasil lainnya menunjukkan 13,4% siswa pernah mengonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa betapa mengkhawatirkannya masalah yang menyangkut remaja. “Kenakalan remaja ini disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal” (Willis, 1981:58). Penghargaan yang diharapkan adalah dalam bentuk tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa dan tidak lagi diperlakukan seperti anak-anak. Lingkungan yang pertama kali dikenal oleh remaja adalah keluarga. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat tempat remaja itu mulai berinteraksi dengan sesamanya. Keluarga juga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan remaja tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Kehidupan yang terus berkembang dan 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dasawarsa terakhir, kenakalan remaja semakin marak. Berbagai macam kejadian negatif yang melibatkan kaum remaja kian meningkat. Perkelahian antarpelajar, kebiasaan merokok di kalangan pelajar, dan penggunaan narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya, seperti, ekstasi, putauw, ganja, heroin) merupakan sederet contoh bentuk kenakalan remaja di mana frekuensinya semakin meningkat. Menurut Kepala Dinas Sosial Jawa Barat, penggunaan narkoba yang melibatkan remaja di wilayah Jawa Barat untuk tahun 1998 meningkat 73,17% (dari 9.974 kasus pada tahun 1997 menjadi 13.631 pada tahun 1998). Berdasarkan survai terhadap 1219 siswa SMP dan SMU di Bandung pada tahun 1998, diperoleh data bahwa sebanyak 32,2% siswa Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Transcript of Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 1: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

267

Pengaruh Komunikasi Keluargaterhadap Prestasi Belajar Anak

Oji Kurniadi

ABSTRAK

Komunikasi keluarga merupakan faktor penting dalam kehidupan anak (remaja). Komunikasikeluarga diduga dapat mempengaruhi, antara lain, prestasi belajar anak. Penelitian, yang

menggunakan metode survei dengan sampel siswa SMUN di Kota Madya Bandung inimenunjukkan hasil temuan sebagai berikut: (1) kredibilitas ayah dalam mengawasi belajaranak tidak mempengaruhi prestasi belajar anaknya. Terbatasnya waktu yang dipunyai ayahkarena kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga, si ayah tidak sempat mengawasi atau

mengontrol aktivitas anak yang berkaitan dengan pelajarannya di sekolah; (2) kredibilitas ibudalam mengawasi belajar anak dapat mendukung prestasi belajar anak dalam pelajarannya di

sekolah; (3) frekuensi komunikasi yang dilakukan ayah terhadap anak secara langsungmenentukan prestasi belajar yang diraih anak; (4) frekuensi komunikasi ibu dengan anak

yang tinggi tidak menentukan prestasi belajar anak menjadi tinggi.

pernah merokok dan 12,3% merokok setiap hari.Hasil lainnya menunjukkan 13,4% siswa pernahmengonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan bahwabetapa mengkhawatirkannya masalah yangmenyangkut remaja.

“Kenakalan remaja ini disebabkan kegagalanmereka dalam memperoleh penghargaan darimasyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal”(Willis, 1981:58). Penghargaan yang diharapkanadalah dalam bentuk tugas dan tanggung jawabseperti orang dewasa dan tidak lagi diperlakukanseperti anak-anak.

Lingkungan yang pertama kali dikenal olehremaja adalah keluarga. Keluarga merupakanbagian dari masyarakat tempat remaja itu mulaiberinteraksi dengan sesamanya. Keluarga jugamerupakan kelompok sosial pertama dalamkehidupan remaja tempat ia belajar danmenyatakan diri sebagai makhluk sosial.

Kehidupan yang terus berkembang dan

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang MasalahDalam dasawarsa terakhir, kenakalan remaja

semakin marak. Berbagai macam kejadian negatifyang melibatkan kaum remaja kian meningkat.Perkelahian antarpelajar, kebiasaan merokok dikalangan pelajar, dan penggunaan narkoba(narkotika dan obat-obatan berbahaya, seperti,ekstasi, putauw, ganja, heroin) merupakan sederetcontoh bentuk kenakalan remaja di manafrekuensinya semakin meningkat. Menurut KepalaDinas Sosial Jawa Barat, penggunaan narkobayang melibatkan remaja di wilayah Jawa Baratuntuk tahun 1998 meningkat 73,17% (dari 9.974kasus pada tahun 1997 menjadi 13.631 pada tahun1998). Berdasarkan survai terhadap 1219 siswaSMP dan SMU di Bandung pada tahun 1998,diperoleh data bahwa sebanyak 32,2% siswa

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 2: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001268

semakin modern, membuat anggota keluarga sibukdengan kegiatan masing-masing. Ayah sebagaikepala keluarga sibuk dengan pekerjaannya, ibujuga bekerja sehingga sibuk dengan berbagaikegiatannya sendiri. Kondisi ini mengakibatkananak yang masih memerlukan perhatian dan kasihsayang orang tua, terabaikan. Masalah pendidikananak yang merupakan tanggung jawab bersamaantara keluarga, sekolah, dan lingkunganmasyarakat sekitarnya menjadi pincang, karenaperanan keluarga menjadi berkurang. Orang tuaterlalu mempercayakan pendidikan anak ini kepadasekolah. Sedangkan waktu anak di sekolah sangatterbatas. Orang tua beranggapan bahwa merekacukup memberikan fasilitas dan kebutuhan materisaja. Urusan di luar hal-hal tersebut dapatdiselesaikan anak bersama gurunya di sekolah.

Kebutuhan anak tidak hanya berupa fasilitasdan materi, tetapi juga perhatian, kasih sayang,pengarahan, perlindungan, dan pengertian darikeluarga. Pengertian pada anak, dibutuhkan dalamrangka pemahaman tentang diri anak itu sendiri.Anak dalam mengembangkan dirinya sebagianbesar belajar dari lingkungan masyarakatnya.Sebagai hasil belajar dan pengalaman mereka, padadiri remaja terdapat adanya perilaku yang baru.Masyarakat dan lingkungan sekitarnya mempunyaiharapan-harapan tertentu pada diri remaja. Melaluiproses belajar sosial yang berkesinambungan ini,anak belajar memenuhi harapan dan tuntutan yangdikenakan pada diri mereka.

Merupakan hal yang tidak aneh jika pada dirianak terdapat berbagai pertentangan yangdialamatkan kepada keluarga. Kredibilitas orangtua di mata anaknya terus merosot, merekamenganggap orang tua berpandangan kuno, tidakmau mengerti akan anaknya dan berpendapatbahwa norma-norma yang ada dan berlaku dalamkeluarga sudah tidak cocok bagi mereka. Tidaksedikit dari mereka yang mencari keserasian di luarrumah dan menemukannya pada kelompok-kelompok sebaya (peer group), yaitu kelompok-kelompok yang terdiri atas anak-anak sebaya yangmemiliki permasalahan yang sama. Akhirnyamereka membentuk norma-norma kelompok, danini menjadi panutan mereka yang baru.

Norma kelompok kemudian menjadi dominanpada diri anak. Mereka menjadi anggota kelompoksecara sukarela, sehingga norma-norma kelompoktersebut berlaku dan ditaati mereka. Bahkankadang-kadang norma-norma keluarga menjadidiabaikan. Hal ini menguatkan dugaan-dugaansementara orang bahwa anak (remaja) kurangmengindahkan kaidah-kaidah akhlak dan sopansantun terhadap orang tua. Padahal, dalam diri anakyang terjadi sebaliknya, yaitu sangat mengharapkanperhatian dari keluarga atas tindakan-tindakanserta sikap mereka setiap hari. Perbedaan pendapatitu pada gilirannya mengakibatkan terjadinyakerenggangan hubungan antara anak dengankeluarga. Di satu pihak, orang tua beranggapanbahwa dirinya paling benar. Hal ini didasarkan padapengalaman-pengalaman mereka pada masa yanglalu. Di lain pihak, anak hidup dan bertingkah lakusesuai dengan zamannya. Akibatnya, keduanyasukar dipertemukan dalam satu pengertian, padahalmereka harus hidup berdampingan.

Kerenggangan ini pada akhirnya dapatberakibat fatal pada diri anak, terutama padakegiatan belajarnya. Anak merasa tidakmendapatkan dorongan yang diinginkan dari or-ang tuanya, karena orang tua tidak memberikanperhatian pada pendidikan yang sedang dilakukananak. Dorongan ini dibutuhkan untuk memacusemangat belajar, sehingga memperoleh hasil yangmemuaskan.

Kurangnya perhatian keluarga terhadappendidikan anak ini dapat dilihat dari beberapakejadian sederhana, seperti orang tua tidak bisameluangkan waktunya untuk hadir memenuhiundangan pihak sekolah. Berdasarkan hasilpengamatan dan wawancara penulis dengan gurubeberapa sekolah, hanya 45% saja orang tua yangdapat memenuhi undangan sekolah setiap kalipertemuan diadakan. Penelitian di Amerika, yangdilakukan Norton tahun 1980, menunjukkan bahwadari 75 undangan yang dilayangkan pada orangtua siswa, hanya 3 yang memberi tanggapan.Melalui pertemuan ini, pihak sekolah berkeinginanuntuk mengadakan komunikasi langsung denganorang tua siswa untuk membicarakan hal yangbersangkutan dengan anaknya. Sekolah

Page 3: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

269

mempunyai kewajiban memberikan informasitentang perilaku dan sikap anak di sekolah. Dipihak lain, orang tua diminta memberikan informasitentang perilaku dan sikap anaknya selama dirumah dan lingkungannya. Kegiatan ini diharapkandapat memecahkan masalah-masalah yangmenghambat anak dalam menempuh pendidikansehingga dapat meraih prestasi belajar yang tinggi.

Pentingnya perhatian dan pengertian darikeluarga dalam meningkatkan prestasi belajar anakini dapat dilihat dari beberapa kasus, yaitu tidaksedikit anak yang memperlihatkan bahwa dirinyapandai dan mempunyai intelegensia yang tinggi,tetapi prestasi belajarnya buruk. Sebaliknya, anakyang kemampuan belajarnya pas-pasan, tetapimampu menunjukkan prestasi belajar yang baik.Ketika ditelusuri, ternyata bahwa anak yang pandaidan mempunyai intelegensia yang tinggi itu kurangmendapatkan kasih sayang, perhatian, danpengertian dari keluarga. Sedangkan anak yangmempunyai kemampuan pas-pasan cukupmendapatkan dorongan dari keluarganya.

Penelitian yang dilakukan oleh WahyuEridiana (1992) menyimpulkan bahwa siswamempunyai indeks prestasi baik karena sangatterpenuhinya tuntutan yang dibutuhkan/diharapkan. Sebaliknya, siswa yang mempunyaiindeks prestasi kurang atau sangat kurangmendapatkan apa yang diharapkan/dibutuhkan.Penelitian itu menunjukkan bahwa lingkungankeluarga dapat membangun suasana yang bisamenghilangkan beban-beban perasaan dan pikirananak. Dengan menghilangkan hambatan-hambatanbelajar, anak diharapkan dapat mengembangkandirinya sehingga memperoleh prestasi yang baik.

Peranan keluarga dalam memacu prestasibelajar anak tidaklah kecil, terutama terlihat darikasih sayang, perhatian, dan pengertian dalammemahami anaknya yang diberikan oleh kedua or-ang tua. Orang tua meluangkan waktunya untukmendampingi anaknya, memberikan bimbingan,pengarahan, dan nasihat. Meluangkan waktubersama merupakan syarat mutlak untukterciptanya komunikasi yang baik antara orang tuadan anak. Karena adanya waktu bersama ini, dapattercipta keintiman dan keakraban di antara anggota

keluarga. Orang tua harus harus dapatmenumbuhkan minat pada diri anak untuk belajarlebih giat dan lebih semangat. Karena dengandemikian anak akan lebih percaya diri dengan haridepannya, sebab mendapatkan perhatian dan kasihsayang dari orang tuanya. Hubungan yang adadalam sebuah keluarga bukanlah hubungan antaratuan dan hamba yang kaku, tetapi lebih terlihatsebagai hubungan antarteman yang baik (friend-ship), sekaligus sebagai orang tua yang penuhtoleransi, memperlihatkan hubungan yang selaras,serasi dan seimbang, serta hubungan kedua pihakyang terjalin dengan baik. Kondisi komunikasiyang demikian, diharapkan dapat menghasilkanprestasi belajar anak yang tumbuh dan berkembangdengan baik.

1.2 Identifikasi MasalahMemperhatikan fenomena permasalahan pada

latar belakang masalah, maka dapat dirumuskansuatu masalah, yakni sebagai berikut: “Seberapabesar pengaruh komunikasi keluarga terhadapprestasi belajar anak SMU Negeri di KotamadyaBandung?”

Formulasi tersebut selanjutnyadiidentifikasikan sebagai berikut:(1) Seberapa besar kredibilitas ayah dalam

membimbing belajar anak berpengaruhterhadap prestasi belajar anak?

(2) Seberapa besar kredibilitas ibu dalammembimbing belajar anak berpengaruhterhadap prestasi belajar anak?

(3) Seberapa besar frekuensi komunikasi antaraayah dan anak dalam membimbing belajar anakberpengaruh terhadap prestasi belajar anak?

(4) Seberapa besar frekuensi komunikasi antaraibu dan anak dalam membimbing belajar anakberpengaruh terhadap prestasi belajar anak?

1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan, penelitian ini bertujuan untukmengetahui seberapa besar pengaruh:(1) Kredibilitas ayah dalam membimbing belajar

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 4: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001270

anak terhadap prestasi belajar anak;(2) Kredibilitas ibu dalam membimbing belajar

anak terhadap prestasi belajar anak;(3) Frekuensi komunikasi antara ayah dan anak

dalam membimbing belajar anak terhadapprestasi belajar anak;

(4) Frekuensi komunikasi antara ibu dan anakdalam membimbing belajar anak terhadapprestasi belajar anak.

1.4 Hipotesis(1) Semakin tinggi kredibilitas ayah dalam

membimbing belajar anak, maka prestasi belajaranak akan tinggi.

(2) Semakin tinggi kredibilitas ibu dalammembimbing belajar anak, maka prestasi belajaranak akan tinggi.

(3) Semakin tinggi frekuensi komunikasi antaraayah dan anak dalam membimbing belajar anak,maka prestasi belajar anak akan tinggi.

(4) Semakin tinggi frekuensi komunikasi antara ibudan anak dalam membimbing belajar anak,maka prestasi belajar anak akan tinggi.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Behaviorisme dan Teori Belajar2.1.1 Behaviorisme

Manusia, menurut behaviorisme, dilahirkantanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karenaitu, behaviorisme memandang bahwa perilakumanusia merupakan hasil pengalaman; dan perilakudigerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untukmemperbanyak kesenangan dan mengurangipenderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada saat lahirjiwa manusia tidak memiliki apa-apa bagai sebuahmeja lilin (tabularasa) yang siap untuk dilukis olehpengalaman. Oleh karena itu, perilaku manusia,kepribadian ditentukan oleh pengalaman indrawiatau dikenal dengan proses belajar(Rakhmat,1985:22).

Menurut behaviorisme, terdapat tiga asumsimengenai sifat manusia seperti dijelaskan olehEffendy (1993:361), yaitu:(1) Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia

dipelajari dengan membentuk asosiasi; artinyaperilaku manusia terjadi melalui kebiasaan,refleksi, atau hubungan antara respon denganpeneguhan yang memungkinkan dalamlingkungan.

(2) Behaviorisme menyatakan bahwa manusiapada dasarnya bersifat hedonistic; oleh karenaitu, manusia akan selalu berupaya untukmencari kesenangan dan menghindarikesulitan/kesengsaraan.

(3) Behaviorisme menyatakan bahwa perilakupada dasarnya ditentukan oleh lingkungan.Oleh karena perilaku merupakan fungsi asosiasiantara tindakan dengan peneguhan, dansemua peneguhan tersebut berasal darilingkungan, maka dengan menggunakanlingkungan orang pada akhirnya dapatmenghasilkan perilaku yang diinginkan.Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini,

perkembangan seseorang dipengaruhi olehlingkungan. Watson, salah seorang tokoh aliranbehaviorisme, menjelaskan bahwa manusia akanbelajar melalui interaksi yang dilakukan denganlingkungannya. Behaviorisme memandang bahwamanusia merupakan organisme yang pasif, yangperilakunya dibentuk oleh lingkungan. Oleh karenaitu, model dasar dari aliran behaviorisme ini adalahmodel belajar.

Salah satu Teori Belajar (Learning Theory)yang dapat menjelaskan proses belajar seorangindividu melalui lingkungannya adalah TeoriBelajar Sosial (Social Learning Theory) yangdikemukakan oleh Albert Bandura (1977).

Menurut Bandura salah satu lingkungan yangdapat berpengaruh terhadap proses belajar sosialseseorang adalah keluarga melalui komunikasiantarpersona di samping melalui media massa.

2.1.2 Teori Belajar SosialTeori Belajar Sosial merupakan teori belajar

yang berlandaskan aliran atau pandangan

Page 5: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

271

behaviorisme. Perilaku manusia, menurut Bandura,ternyata banyak yang tidak bisa dijelaskan melaluipelaziman seperti halnya yang dikaji oleh teoribelajar lain seperti pelaziman klasik (classical con-ditioning). Bandura (dalam Rakhmat, 1996: 25)menyatakan bahwa manusia menciptakan ataumembentuk suatu perilaku melalui interaksi denganlingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkanperanan ganjaran dan hukuman dalam prosesbelajar. Menurut Bandura, belajar terjadi karenapeniruan (imitation). Selanjutnya, Banduramenyatakan bahwa di samping ganjaran danhukuman itu, terdapat faktor penting lainnya dalambelajar, yaitu satu tindakan (performance).Menurut Bandura (dalam Rakhmat, 1996 :25), bilaseorang anak selalu diganjar (dihargai) karenamengungkapkan perasaannya, ia akan seringmelakukannya. Tetapi, jika ia dicela (dihukum) iaakan menahan diri untuk bicara walaupun ia memilikikemampuan untuk melakukannya.

Berdasarkan penjelasan Bandura (1977:17),seseorang (anak) yang mempelajari perilaku dapatdibedakan melalui dua cara, yaitu: pertama, belajarmelalui konsekuensi respon (learning by responseconsequences); kedua, belajar melalui peniruan(learning through modeling). Proses belajar yangdilakukan seseorang (anak), baik melaluikonsekuensi respon maupun melalui peniruan,biasanya dilakukan melalui orang-orang terdekatdengannya (significant others), seperti ayah, ibu,kakak, adik, saudara, dan sebagainya. Oleh karenaitu, keluarga, sebagai lingkungan awal bagiseseorang (anak), akan memegang peranan pentingdalam proses belajar sosial, serta membentukperilaku dan kepribadiannya.

Langkah pertama dalam proses belajar sosialadalah perhatian (attention) kepada suatukejadian/peristiwa. Dalam proses ini, terdapatbeberapa faktor yang dapat mempengaruhinya,yaitu karakteristik peristiwa dan karakteristik sipengamat (Bandura, 1977:24). Empat karakteristikperistiwa yang turut menentukan intensitasperhatian adalah: (1) daya pembeda (distinctive)dan kesederhanaan; (2) kelaziman (prevalence);(3) kesempatan untuk mempelajari sebuahperistiwa yang diperkuat oleh pengamatan yang

berulang (repeated observation) terhadapperistiwa tersebut; (4) valensi afektif (affectivevalence) dari peristiwa, di mana peristiwa yangmembuat perasaan menjadi positif akan lebihdiperhatikan dibandingkan dengan peristiwa yangmembuat perasaan menjadi negatif.

Karakteristik pengamat yang akanmenentukan intensitas perhatian adalah: (1)kemampuan seseorang dalam proses (mengolah)informasi; hal ini berkaitan erat dengan umur danjuga intelegensia, daya persepsi; (2) kerangkaperseptual, di mana dipengaruhi oleh kebutuhan,suasana hati, nilai, dan pengalaman terdahulu; (3)pengalaman lain; (4) tingkat emosional atau“ketergetaran” (arousal level).

Langkah kedua, yaitu proses retensi (reten-tion processes). Dalam proses ini, peristiwa atausesuatu yang menarik perhatian pada langkahpertama selanjutnya dimasukkan ke dalam benakdalam bentuk lambang-lambang, baik lambang ver-bal maupun lambang imoginal yang pada akhirnyaakan menjadi ingatan (memory).

Langkah ketiga, yaitu proses reproduksiperilaku (motor reproduction process), di manahasil ingatan akan meningkat menjadi bentukperilaku, yang mana kemampuan kognitif dankemampuan motorik akan berperan sangat penting.Di dalam langkah ini, reproduksi yang seksamabiasanya merupakan produk trial and error.

2.2 Peranan Keluarga dalam ProsesBelajar Anak

2.2.1 Hakikat KeluargaMenurut Undang-Undang Perkawinan No.1

tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batinantara seorang pria dengan seorang wanita sebagaisuami isteri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan kekalberdasarkan Ketuhanan yang Mahaesa.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertamadalam kehidupan manusia di mana ia belajar danmenyatakan diri sebagai manusia sosial dalaminteraksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga,manusia pertama-tama belajar memperhatikan

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 6: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001272

keinginan-keinginan orang lain, belajarbekerjasama, Bantu-membantu, dan lain-lain.Pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga turutmenentukan cara-cara tingkah laku terhadap or-ang lain.

Proses belajar dalam keluarga merupakansalah satu fungsi dari sistem sosial terkecil, karenakeluarga merupakan sumber pendidikan utama bagianak-anaknya; sebab, segala pengetahuan dankecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarga sendiri(Gunarsa, 1976:11). Keluarga memiliki peranan yangsangat penting dalam keseluruhan perkembangankepribadian anak.

Keluarga merupakan lingkungan pertama danutama dalam pendidikan anak sebelum ia mengenallingkungan sekolah dan masyarakat. Dalamkeluarga itulah anak mengenal kasih sayang,berbagai kebiasaan, nilai-nilai hidup, mengadaptasiperilaku orang tua dan mengenal tanggung jawabsebagai konsekuensi perilakunya. Melalui keluargapula anak mengenal pendidikan lebih banyakdibandingkan pendidikan yang diperoleh di luarlingkungan keluarga, baik pendidikan yangterprogram ataupun yang tidak terprogram. Olehkarena itu, keluarga mempunyai peranan pentingdalam pendidikan anak dan keberhasilannyasehingga orang tua sebagai penanggung jawabkeluarga harus benar-benar menjadikan rumahtangganya sebagai lembaga pendidikan anak.

Eshleman dan Cashion (1985: 336-337), yangmengutip pendapat Parson dan Bales, menyatakanbahwa keluarga merupakan salah satu agensosialisasi yang terpenting karena mengajarkankepada anggota-anggotanya aturan-aturan (rules)dan harapan-harapan dalam berperilaku dimasyarakat. Selain menjaga kelangsungan hidupkeluarga, orang tua juga bertugas mendidik,memberi arahan, dan mempersiapkan segalakebutuhan anggota keluarga, terutama kebutuhansosial anak. Kebutuhan sosial adalah kebutuhanuntuk menumbuhkan dan mempertahankanhubungan yang memuaskan dengan orang laindalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion),pengendalian dan kekuasaan (control) dan cintaserta kasih sayang (affection) (Rakhmat, 1985:18).

Di antara banyak variabel yang digunakanpara ahli teori untuk menjelaskan keluarga, duavariabel yang penting adalah kohesi dan adaptasi.Kedua dimensi ini mempengaruhi dan dipengaruhikomunikasi (Tubbs dan Moss,1996:217). Kohesimerujuk kepada derajat keterikatan anggotakeluarga. Pada satu titik ekstrem, ada keluarga-keluarga yang sedemikian terikat dan terlibat secaraberlebihan, sehingga anggota-anggota keluargamemiliki sedikit otonomi atau sedikit kesempatanuntuk mencapai kebutuhan dan tujuan pribadi.Keluarga-keluarga demikian memiliki sedikitpembatas. Anggota-anggota keluarga berbagisegala sesuatu. Tingkat emosional dan fisik merekacenderung tinggi. Mereka punya sedikit saja pri-vacy, karena setiap anggota keluarga mengetahuiurusan anggota lainnya.

Keluarga-keluarga yang tingkat kepaduannyasangat rendah ditandai dengan keterpisahananggota keluarga secara fisik dan emosional. Jadi,ada sedikit saja hubungan di antara mereka. Sedikitsaja kegiatan yang mereka lakukan bersama;kegiatan keluarga menempati prioritas yang rendah,dan setiap anggota tampaknya punya jadwalkegiatan masing-masing.

Satu dimensi lainnya yang penting dalamkomunikasi keluarga adalah adaptasi terhadapperubahan. Keluarga mungkin dipengaruhi olehperubahan-perubahan perkembangan yang terjadipada masa anak-anak dan perubahan-perubahanyang terjadi selanjutnya. Ada keluarga-keluargayang sulit menyesuaikan diri mereka dengan setiapperubahan yang terjadi. Keluarga-keluargademikian dianggap kaku; mereka hidup denganaturan-aturan yang tidak luwes. Kebanyakankeluarga berada di antara kedua titik ekstrem inidan punya kemampuan beradaptasi yangbervariasi terhadap perubahan.

Keluarga dalam pertumbuhan anak pada usiaremaja merupakan satu tahap yang ditandaidengan bertambahnya konflik sehubungan denganbertambahnya kebebasan anak-anak. Masalah-masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam.Anak-anak remaja mulai mengalihkan komunikasidari komunikasi keluarga kepada komunikasidengan teman-teman sebaya. Perubahan fisiologis

Page 7: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

273

dan psikologis yang dialami remaja mengakibatkantopik-topik tertentu menjadi perhatian mereka.Topik-topik yang diterima mungkin meliputipelajaran, nilai pelajaran, pekerjaan, olahraga,rencana masa depan. Usia remaja mungkinmerupakan tantangan terbesar bagi komunikasikeluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasihal ini, maka komunikasi selanjutnya akan menjadilancar.

2.2.2 Proses Belajar AnakProses belajar yang dilakukan oleh seorang

anak akan membentuk atau menentukan perilakumereka. Oleh karena itu, proses belajar memegangperanan penting. Orang tua perlu menaruhperhatian besar terhadap bagaimana seorang anakbelajar melalui lingkungannya.

Bandura (1977:17) menjelaskan bahwaseorang anak akan belajar mengenai realitaskehidupan ini melalui dua cara, yaitu: pertamabelajar melalui konsekuensi respon (learning byresponse consequences), dan kedua melaluipeniruan (learning through modeling).

Melihat hal tersebut di atas, maka ganjarandan hukuman akan turut berperan dalam prosesbelajar yang dilakukan oleh seorang anak.Selanjutnya, Bandura (dalam Rakhmat, 1996:25)menjelaskan, proses belajar yang sering dilakukanoleh seorang anak adalah melalui peniruan (imita-tion/learning through modeling), yang biasanyadilakukan terhadap significant other (ibu, bapak,adik, atau kakak).

Keluarga, sebagai lingkungan awal belajaranak, akan sangat berperan dalam pembentukanperilaku anak. Sebagai konsekuensinya orang tuaperlu memberikan contoh teladan yang baikterhadap anak. Berkaitan dengan hal tersebut Nolte(dalam Rakhmat. 1996: 102-103) menyampaikansebuah ilustrasi bagaimana anak belajar darikehidupannya:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, iabelajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia

belajar rendah diri.Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,

ia belajar menyesali diri.Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia

belajar menahan diri.Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia

belajar menghargai.Jika anak dibesarkan dengan sebaik-

baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia

belajar menaruh kepercayaan.Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia

belajar menyenangi diri.Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang

dengan persahabatan, ia belajar menemukancinta dalam kehidupan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar AnakDalam upaya membina pendidikan anaknya,

orang tua selalu berusaha agar anak dapat berhasildalam pendidikan dengan mempercayakan kepadasekolah. Orang tua menyadari bahwa pendidikansangat menentukan masa depan anak. Namundalam kenyataannya, masih ada orang tua yangbelum menyadari hal ini sepenuhnya dan masihbanyak anak yang gagal dalam belajarnya. Banyakdi antara mereka yang tidak naik kelas, tidak lulusujian, dikeluarkan dari sekolah, dan sebagainya,karena mereka mendapatkan hambatan-hambatandalam belajar.

Umumnya, orang tua kurang mengerti apasebab-sebab anak mereka gagal dalam belajar.Banyak hal yang dapat menghambat danmengganggu kemajuan belajar yang dipengaruhioleh berbagai faktor. Maria Fransiska Subagyo(dalam Gunarsa, 1986: 127) membagi hambatan inike dalam dua bagian, yaitu faktor endogen daneksogen.

Faktor endogen meliputi: (1) faktor Biologis,ialah faktor yang berhubungan dengan jasmanianak misalnya faktor kesehatan dan cacat badan;(2) faktor Psikologis, ialah faktor yangberhubungan dengan rohaniah yang terdiri dari:faktor intelegensia, faktor perhatian, faktor minat,

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 8: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001274

faktor bakat, dan faktor emosi.Faktor eksogen terdiri atas:

(1) Lingkungan keluarga. Faktor ini meliputiorang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomikeluarga.

Faktor orang tua . Faktor orang tuamerupakan faktor yang besar pengaruhnyaterhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yangdapat mendidik anak-anaknya dengan caramemberikan pendidikan yang baik, tentu akansukses belajarnya. Sebaliknya, orang tua yangtidak mengindahkan pendidikan anak-anaknya,mereka tidak akan berhasil dalam belajarnya. Faktorlain yang masih ada hubungan dengan faktor or-ang tua adalah hubungan orang tua dan anak.Apakah hubungan itu bersikap acuh tak acuh ataudiliputi suasana kebencian, atau sebaliknya diliputioleh hubungan yang terlalu penuh kasih sayangdan sebagainya.

Hubungan acuh tak acuh tanpa kasih sayangakan menimbulkan frustrasi atau penyesalan yangmendalam dalam hati anak. Ia selalu kecewa danmenderita tekanan-tekanan batin sehingga usahabelajar terhambat. Begitu juga orang tua yangsangat keras terhadap anaknya menimbulkantekanan-tekanan batin pula pada anak. Hubunganorang tua dengan anak menjadi tegang, kaku, dantidak harmonis. Satu sama lain tidak ada perasaankasih saying, karena itu usaha belajar mereka jugaterhambat, sebab belajar membutuhkan suasanajiwa yang tenang dan gembira. Orang tua yangterlalu keras terhadap anaknya tidak akanmemberikan ketenangan dan kegembiraan.

Hubungan orang tua dengan anak yang baikadalah hubungan yang penuh pengertian yangdisertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman dengan tujuan untuk memajukan belajaranak. Contoh sikap yang baik dari orang tua sangatmempengaruhi belajar anak.

Faktor suasana rumah. Lingkungan keluargayang dapat mempengaruhi usaha belajar anakadalah faktor suasana rumah yang terlalu gaduhdan ramai tidak akan membuat anak belajar denganbaik.

Faktor ekonomi keluarga. Faktor ekonomikeluarga banyak pula menentukan dalam belajar

anak, sebab akan mempengaruhi ketersediaanfasilitas belajar anak secara materi.

(2) Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolahkadang-kadang juga menjadi faktor hambatan bagianak. Termasuk dalam faktor ini misalnya: carapenyajian pelajaran yang kurang bai, hubunganguru dan murid yang kurang baik, hubungan antaraanak dengan anak kurang menyenangkan, bahanpelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran nor-mal, kemampuan anak, alat-alat belajar di sekolahyang serba tidak lengkap, jam-jam pelajaran yangkurang baik.

(3) Lingkungan masyarakat. Termasuklingkungan masyarakat yang dapat menghambatkemampuan belajar anak adalah: pengaruh mediamassa, teman bergaul yang memberikan pengaruhtidak baik, adanya kegiatan-kegiatan dalammasyarakat, corak kehidupan tetangga.

2.3 Komunikasi Antarpersona dalam Keluarga2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpersona

Seluruh kehidupan manusia tidak dapatdielakkan dari komunikasi. Oleh karena itu, semuakegiatan yang dilakukan oleh manusia secarapotensial tidak bisa terlepas dari komunikasi.

Komunikasi, menurut bentuknya, dapatdikelompokkan menjadi komunikasi antarpersona,komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.Fokus perhatian dalam penelitian ini adalahkomunikasi antarpersona, yaitu komunikasi orangtua dan anak dalam sebuah keluarga.

Secara teoretis, komunikasi antarpersonaadalah komunikasi antara dua orang, di mana terjadikontak langsung dalam bentuk percakapan.Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secaraberhadapan muka (face to face) bisa juga melaluisebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khaskomunikasi antarpersona ini adalah sifatnya yangdua arah atau timbal balik (Effendy, 1986:50).

Verderber (1986) mengemukakan bahwakomunikasi antarpersona merupakan suatu prosesinteraksi dan pembagian makna yang terkandungdalam gagasan-gagasan dan perasaan. Sedangkanmenurut Rotwell, komunikasi antarpersona adalahinteraksi antara individu-individu yang dilakukan

Page 9: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

275

secara langsung, sadar, dan tatap muka dalamsituasi yang dialogis (Soemiati, 1982). Devito(dalam Effendy, 1990: 60) mengemukakan definisikomunikasi antarpersona, dalam bukunya The In-terpersonal Communication Book, sebagai“proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesanantara dua orang atau diantara sekelompok kecilorang-orang, dengan beberapa efek dan beberapaumpan balik seketika.”

Sedangkan Effendy (dalam Liliweri,1991:12)mengemukakan bahwa “Pada hakikatnyakomunikasi antarpersona adalah komunikasi antarakomunikator dengan seorang komunikan.Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalamupaya mengubah sikap, pendapat, atau perilakuseseorang karena sifatnya dialogis, yaitu berupapercakapan. Sementara, Mashuri mengemukakanbahwa “Komunikasi antarpersona adalahkomunikasi antara dua orang atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat secara langsung dalampenyampaian dan penerimaan pesan.

Komunikasi semacam ini mirip dengankomunikasi dua arah atau komunikasi ke semuaarah. Bedanya, dalam komunikasi dua arah atau kesemua arah adalah arah pesan, sedangkan dalamkomunikasi antarpersona yang diperhatikan adalahpribadi-pribadi yang berkomunikasi. Dalamkomunikasi antarpersona masing-masing pihakmenyadari dirinya sebagai pribadi yang dapatmenerima dan juga dapat menyampaikan pesan,sehingga terjadi suatu dialog antara pribadi yangsatu dengan pribadi yang lainnya. Jadi, dalamkomunikasi antarpersona masing-masing pihakberkomunikasi berpartisipasi secara aktif (Masyuri,1990:14).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapatdirumuskan bahwa cir i-cir i komunikasiantarpersona sebagaimana dikemukakan Liliweri:(1) spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnyatatap muka); (2) tidak mempunyai tujuan terlebihdahulu; (3) terjadi secara kebetulan di antarapeserta yang tidak mempunyai identitas yangbelum jelas; (4) berakibat sesuatu yang disengajamaupun tidak disengaja; (5) kerap kali berbalas-balasan; (6) mempersyaratkan adanya hubunganpaling sedikit dua orang, serta hubungan harus

bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan; (7)harus membuahkan hasil; (8) menggunakanberbagai lambang bermakna (Liliweri, 1991:13-14).

Dapat dijelaskan bahwa komunikasiantarpersona adalah komunikasi yang diadakandan berlangsung dalam situasi yang dialogis.Situasi dialogis adalah suatu situasi yang berbagidalam banyak hal, berupa informasi, kegembiraan,kesedihan, serta tidak memandang status sosialekonomi dari masing-masing perilaku komunikasi.Dalam situasi seperti ini terasa adanya kemurniandialog yang dapat mengungkapkan berbagaipendapat, perasaan dan kepercayaan dari individuyang terlibat.

2.3.2 Konteks Komunikasi Antarpersona2.3.2.1 Komponen Komunikator

Manusia dalam komunikasi antarpersonaterlibat dalam transaksi komunikasi yang berperansebagai pengirim dan penerima secara simultan.Seorang pengirim atau komunikator menyusunsuatu pesan dan mengomunikasikannya kepadaorang lain dengan harapan akan mendapatkanrespon.

Seorang komunikator dalam berkomunikasipada dasarnya membawa-serta pelbagaipengalaman dalam wujud kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai, dan sikap yang dimilikinya. Akibatnya,penerimaan dan pemaknaan terhadap pesan yangdisampaikannya mengalami respon yang berbedadari penerima.

Ada dua faktor penting pada diri komunikatoruntuk melaksanakan komunikasi yang efektif,yakni kredibilitas pada komunikator (source cred-ibility) dan daya tarik komunikator (source attrac-tiveness). Onong Uchjana Effendymengungkapkan bahwa dua hal ini dilihat menurutsudut pandang komunikan yang akan menerimapesan di mana “komunikator mendapat kualitaskomunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan,dari apa yang dinyatakannya. Selain itu,komunikator akan sukses dalam komunikasinya,bila ia berhasil memikat perhatian komunikan”(Effendy, 1986: 41).

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 10: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001276

Kredibilitas komunikatorditentukan oleh keahliannya dandapat tidaknya ia dipercaya.Penelitian menunjukkan bahwakredibilitas yang besar akandapat meningkatkan dayaperubahan sikap, sedangkepercayaan yang kecil akanmengurangi daya perubahan yang menyenangkan.Seorang komunikator dianggap sebagai seorangahli berdasarkan status pendidikannya, jabatanprofesi, status sosial, peranannya, dan lainsebagainya.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya darikomponen komunikator ini adalah faktor daya tarik.Seorang komunikator akan mempunyai kemampuanuntuk melakukan perubahan sikap melaluimekanisme daya tarik yang meliputi adanyakesamaan antara komunikator dengan komunikan.Kesamaan ideologi, demografi, perasaan, danlainnya. Sikap komunikator yang berusaha untukmengenal diri komunikannya akan menimbulkansimpati komunikan sehingga komunikan tertarikkepada komunikator.

Effendy mengemukakan bahwa seorangkomunikator akan sukses dalam komunikasinyaapabila “komunikator menyesuaikankomunikasinya dengan the image dari komunikan,yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya,kecakapannya, pengalamannya, kemampuanberfikir, kesulitannya” (Effendy,1986:42).

Opini komunikan terhadap komunikator,sebagai persona mempunyai pengaruh yang besarterhadap diterima atau ditolaknya suatu pesan darikomunikator sehingga seorang komunikatormemiliki “ethos” pada dirinya yaitu apa yangdikatakan oleh Aristoteles good sense, good moralcharacter, and goodwill (iktikad baik, dapatdipercaya, kecakapan atau kemampuan).

Ethos komunikator tercermin dalam sikap men-tal dan tingkah laku. Berkenaan dengan ethoskomunikator ini Josph Luft dan Harry Inghammengemukakan teori tentang tingkah lakukomunikator dalam menampakan ethosnya yangdikenal dengan teori Johari Window yang secarasistematis digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Teori Johari WindowSumber: Effendy, 1986:105-106

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah lakukomunikator dapat digambarkan sebagai berikut:

Area I: menunjukkan bahwa kegiatan yangdilakukan oleh komunikator disadarisepenuhnya oleh yang bersangkutan, jugaoleh orang lain. Ini berarti adanya keterbukaandan tidak ada yang disembunyikan kepadaorang lain.

Area II: menggambarkan bahwa perbuatankomunikator diketahui oleh orang lain, tetapidirinya sendiri tidak menyadari apa yangdilakukannya.

Area III: merupakan kebalikan Area II bahwa yangdilakukan komunikator disadari penuholehnya tetapi orang lain tidak dapatmengetahuinya. Komunikator bersikaptertutup, ia merasa bahwa apa yangdilakukannya tidak perlu diketahui orang lain.

Area IV: menggambarkan bahwa tingkah lakukomunikator tidak disadari oleh dirinya sendiri,tetapi juga tidak diketahui orang lain. Seorangkomunikator yang baik selalu mempunyaiethos untuk tetap menguat.

Literatur lain menjelaskan bahwa ethos ataufaktor-faktor yang mempengaruhi efektivitaskomunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi dankekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungandengan jenis pengaruh sosial yangditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman(1975), pengaruh komunikasi kita pada orang lainberupa tiga hal: internalisasi, identifikasi, danketundukan (Rakhmat, 1996:256).

I AREA OF FREE ACTIVITIES

Known by ourselves and known by others

III BLIND AREA

Known by others not known by ourselves

II HIDDEN AREA

Known by ourselves but not known by others

IV UNKNOWN AREA

Not known by ourselves and known by others

Page 11: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

277

Internalisasi terjadi bila orang menerimapengaruh karena perilaku yang dianjurkan itusesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya.Individu menerima gagasan, pikiran atau anjuranorang lain karena gagasan, pikiran, atau anjurantersebut berguna untuk memecahkan masalahpenting dalam menunjukkan arah atau dituntut olehsistem nilai individu tersebut.

Identifikasi terjadi bila individu mengambilperilaku yang berasal dari orang atau kelompoklain karena perilaku itu berkaitan dengan dirinya.Identifikasi terjadi misalnya ketika anak berperilakumencontoh orang tuanya.

Sedangkan ketundukan terjadi bila individumenerima pengaruh dari orang atau kelompok lainkarena ia berharap memperoleh reaksi yangmenyenangkan dari orang atau kelompok tersebut.Individu ingin memperoleh ganjaran ataumenghindari hukuman dari pihak yangmempengaruhinya.

KredibilitasKredibilitas adalah seperangkat persepsi

komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalamdefinisi ini terkandung dua hal: (1) kredibilitasadalah persepsi komunikate, jadi tidak inhern dalamdiri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengansifat-sifat komunikator, komponen-komponenkomunikator (Rakhmat, 1996:257).

Menurut James McCroskey (1966),kredibilitas seseorang dapat bersumber darikompetensi (competence), sikap (character),tujuan (intention), kepribadian (personality) dandinamika (dynamism) (Cangara, 1998:96).Kompetensi yaitu penguasaan yang dimilikikomunikator pada masalah yang dibahasnya, sikapmenunjukkan apakah komunikator tegar atautoleran pada prinsip yang dipegangnya, tujuanmenunjukkan apakah komunikator memiliki pribadiyang hangat dan bersahabat, dinamikamenunjukkan apakah yang disampaikan itumenarik atau sebaliknya justru membosankan.

Berlo (1960) mengemukakan bahwakredibilitas bisa diperoleh apabila seseorangmemiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan

atau tertulis (communication skills), pengetahuanyang luas (knowledge), sikap jujur dan bersahabat(attitude) serta mampu beradaptasi dengan sistemsosial dan budaya (social and cultural system).

Beberapa penelitian banyak menyinggungprior ethos di mana faktor waktu menentukan dalamkredibilitas. Kenneth E. Andersen bahkanmengutarakan tentang adanya faktor intrinsicethos yaitu ethos yang dibentuk oleh topik yangdipilih, cara penyampaian teknik-teknikpengembangan pokok bahasan, bahasa yangdigunakan, organisasi pesan dan sistematika yangdipakai.

Sharp, Mc Ihung (1966) juga Baker (1965)menyatakan bahwa organisme pesan yang lebihbaik meningkatkan kredibilitas. Pearce dan Brommel(1972) serta Pearce dan Couklin (1971)membuktikan pengaruh cara bicara padakredibilitas.

Kredibilitas secara umum dipengaruhi olehinteraksi di antara berbagai faktor dengankomponen-komponen pokok keahlian dankepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentukkomunikan tentang kemampuan komunikator dalamhubungan dengan topik yang dibicarakan.Komunikator yang dinilai tinggi pada keahliannyadianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,berpengalaman atau terlatih. Sedangkanketerpercayaan adalah kesan komunikan tentangkomunikator yang berkenaan dengan wataknyayang meliputi kejujuran, tulus, adil, sopan, etis dansebagainya.

AtraksiFaktor Atraksi dalam hubungan dengan

efektivitas komunikasi dapat mengubah sikap atauperilaku komunikan. Atraksi fisik akanmenyebabkan komunikator menarik, dan karena iamenarik ia memiliki daya persuasif. Individu jugatertarik kepada seseorang karena adanya beberapakesamaan antara komunikator dengan komunikan.

Rogers meninjau banyak penelitiankomunikasi. Ia membedakan antara kondisihomophily dan heterophily. Pada kondisi yangpertama, komunikator dan komunikan merasakanadanya kesamaan dalam status sosial ekonomi,

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 12: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001278

pendidikan, sikap, dan kepercayaan. Kondisikedua, terdapat perbedaan status sosial ekonomi,pendidikan, sikap dan kepercayaan antarakomunikator dan komunikan. Komunikasi akanlebih efektif pada kondisi homophily daripadakondisi heterophily (Rakhmat, 1996: 262)

Teori Rogers membuktikan bahwa orangmudah berempati dan merasakan perasaan oranglain yang dipandangnya sama dengan mereka.Stotland bersama Ratchan (1961) jugamenunjukkan bahwa kesamaan antara komunikatordan komunikan memudahkan terjadinyaperubahan pendapat. Herbert W. Simon (1976)menamainya establishing common grounds.Individu dapat mempersamakan diri komunikatordengan komunikan dengan menegaskanpersamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dannilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.Simon menyebut kesamaan ini sebagai kesamaandisposisional (Rakhmat, 1996:263).

Simon menerangkan mengapa komunikatoryang dipersepsi memiliki kesamaan dengankomunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif:(1) Kesamaan mempermudah proses

penyandibalikan (decoding), yakni prosesmenerjemahkan lambang-lambang yangditerima menjadi gagasan-gagasan;

(2) Kesamaan membantu membangun premis yangsama yang mempermudah proses deduktif. Iniberarti bila kesamaan disposisional relevandengan topik persuasi, orang akanterpengaruh oleh komunikator;

(3) Kesamaan menyebabkan komunikan tertarikpada komunikan. Individu cenderungmenyukai orang-orang yang memilikikesamaan disposisional dengannya.Ketertarikan pada komunikator akancenderung menerima pesan gagasannya;

(4) Kesamaan menumbuhkan rasa hormat danpercaya kepada komunikator.Hasil penelitian Elaine Walster, Darcy Abrams,dan Elliott Aronsion menyimpulkan bahwapada umumnya komunikator yang memilikidaya tarik akan lebih efektif daripadakomunikator yang tidak menarik, kecuali bilaorang yang tidak menarik itu mengemukakan

yang bertentangan dengan kepentingandirinya.

KekuasaanKerangka teori Kelman menyatakan bahwa

kekuasaan adalah kemampuan menimbulkanketundukan. Ketundukan timbul dari interaksiantara komunikator dan komunikan. Kekuasaanmenyebabkan seseorang komunikator dapat“memaksakan” kehendaknya kepada orang lain,karena ia memilih sumber daya yang sangatpenting.

Rowen (1974) mengklasifikasikan lima jeniskekuasaan sebagai berikut:(1) Kekuasaan koersif, menunjukkan kemampuan

komunikator untuk mendatangkan ganjaranatau memberikan hukuman pada komunikan;

(2) Kekuasaan keahlian, kekuasaan ini berasal daripengetahuan, pengalaman, keterampilan ataukemampuan yang dimiliki komunikator;

(3) Kekuasaan informasional, kekuasaan itubersaal dari isi komunikasi tertentu ataupengetahuan baru yang dimiliki olehkomunikator;

(4) Kekuasaan rujukan, komunikan menjadikankomunikator sebagai kerangka rujukan untukmenilai dirinya. Komunikator dikatakanmemiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasilmenanamkan kekaguman pada komunikan,sehingga perintahnya diteladani;

(5) Kekuasaan Legal, kekuasaan ini berasal dariseperangkat aturan atau norma yangmenyebabkan komunikator berwenang untukmelakukan suatu tindakan.

2.3.2.2 Komponen PesanKomunikasi berlangsung dimulai dengan

adanya suatu proses komunikator meng-encodepesan dengan memformulasikan sedemikian rupamelalui lambang-lambang tertentu yang dioperkankepada komunikan. Komunikan kemudianmenginterpretasikan lambang-lambang yangdisampaikan komunikator dengan men-decodesesuai konteks pengertian yang diterimakomunikan. Dalam hal ini, komunikator dapat meng-

Page 13: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

279

encode dan komunikan dapat men-decode suatupesan hanya ke dalam istilah yang pernah diketahuidalam pengalamannya masing-masing.

Wilbur Schramm menyatakan bahwakomunikasi akan berhasil apabila pesan yangdisampaikan komunikator cocok dengan frame ofreference, yakni pengalaman dan pengertian yangpernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm,bidang pengalaman juga merupakan faktor yangpenting dalam komunikasi. Jika bidang pengalamankomunikator sama dengan bidang pengalamankomunikan, komunikasi akan berlangsung denganlancar. Sebaliknya, apabila pengalaman komunikanberlawanan akan terjadi kesukaran untuk mengertisatu sama lain.

Dalam proses komunikasi antarpersona,terdapat peserta-peserta yang berinteraksi.Komunikator meng-encode suatu pesan kepadakomunikan, komunikan men-decode pesan yangditerimanya itu untuk kemudian memberikantanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secaraterbuka maka pada gilirannya ia menjadikomunikator, sebab ia mengkode tanggapan itu danmenyampaikannya kepada komunikator semata(yang pada gilirannya menjadi komunikan).

Wilbur Schramm mengajukan suatu pendapatmengenai kondisi yang harus dipenuhi olehkomunikator dalam menyampaikan pesan kepadakomunikan agar memperoleh tanggapan sesuaidengan harapan komunikator yang disebutolehnya dengan istilah the condition of success incommunication. Selanjutnya, Wilbur Schrammmenjabarkan kondisi di atas sebagai berikut:(1) Pesan harus dirancang dan disampaikan

sedemikian rupa, sehingga dapat menarikperhatian komunikan;

(2) Pesan harus menggunakan lambang-lambangtertuju kepada pengalaman yang sama antarakomuikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti;

(3) Pesan harus membangkitkan kebutuhanpribadi komunikan dan menyarankan beberapacara untuk memperoleh kebutuhan tersebut;

(4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untukmemperoleh kebutuhan tadi yang layak sesuaikelompok di mana komunikan berada padasaat ia digerakkan untuk memberikan

tanggapan yang dikehendaki (Effendy,1986:39).

2.3.2.3 Komponen KomunikanManusia dalam proses komunikasi merupakan

pelaku atau aktor komunikasi yang penting, karenadalam suatu proses komunikasi dua unsur pentingdipegang oleh manusia. Sebagian para ahlimemandang bahwa kegiatan komunikasi yangdilakukan akan dikatakan berhasil atau tidak terletakpada perilaku manusia sebagai titik sentralkomunikasi. Delphi (dalam Rakhmat, 1996:17)menjelaskan betapa penting mengetahui dirimanusia (dalam hal ini komunikan) untukkeberhasilan komunikasi yang menyebarkan mottoterkenal: Gnothi Seauthon.

Sejalan dengan pendapat atau motto yangdisampaikan oleh Delphi, Effendy (1993:42)menyampaikan pula know your audience (kenalilahkomunikan-mu) sebelum komunikasi itu dijalankan,sehingga dari proses komunikasi tersebut dapatdiramalkan atau diukur perilaku komunikan yangakan ditampilkan. Effendy menjelaskan empat faktoryang perlu diperhatikan untuk keberhasilankomunikasi adalah: (1) timing (waktu) yang tepatuntuk menyampaikan suatu pesan; ((2) bahasayang harus digunakan agar pesan dapat dimengerti;(3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agarefektif; (4) jenis komunikan di mana komunikasiakan dilancarkan.

Cangara (1998: 151-153) menjelaskan bahwakehadiran komunikan atau sering disebut sebagaisasaran, decoder atau audience adalah penting,karena hal itu akan turut menentukan keberhasilankomunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikanpada diri komunikan sebelum komunikasidijalankan. Faktor-faktor tersebut adalah: jeniskelamin, usia, tingkat pendidikan, bahasa, agama,sikap, ideologi, nilai dan norma, dan lain-lain

Beragamnya faktor-faktor yang ada dalam dirikomunikan tersebut akan berpengaruh padabagaimana komunikan akan menerima atau menolaksuatu pesan/informasi yang disampaikan. Hal inisesuai dengan teori atau perspektif perbedaan in-dividual yang dikemukakan oleh DeFleur dan Ball

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 14: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001280

Rokeach.Perspektif perbedaan individu memandang

bahwa sikap dan organisasi personal psikologis(dalam arti faktor-faktor yang ada dalam diriindividu/komunikan) akan menentukan bagaimanaindividu atau seorang komunikan memilih stimulidari lingkungan dan bagaimana ia memberi maknapada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyaipotensi biologis, pengalaman belajar danlingkungan yang berbeda. Perbedaan-perbedaaninilah yang menyebabkan pengaruh darikomunikasi yang dilakukan akan berbeda pula(Rakhmat, 1996 :203-204).

Berkaitan dengan penerimaan pesan yangdilakukan oleh komunikan, Effendy (1993:42)menjelaskan bahwa pesan komunikasi akanditerima oleh komunikan apabila terdapat empatkondisi berikut secara simultan, yaitu:(1) Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan

komunikasi;(2) Pada saat komunikan mengambil keputusan,

ia sadar bahwa keputusannya itu sesuaidengan tujuannya;

(3) Pada saat komunikan mengambil keputusan,ia sadar bahwa keputusannya itubersangkutan dengan kepentingan pribadi;

(4) Komunikan mampu untuk menepatinya baiksecara mental maupun secara fisik.

2.3.2.4 Komponen EfekKomunikasi selalu menimbulkan beberapa

jenis efek. Setiap tindakan komunikasi akanmelakukan konsekuensi terutama bagi semua pihakyang terlibat dalam komunikasi. Efek komunikasimerupakan perubahan yang timbul di pihakkomunikan sebagai hasil/akibat berlangsungnyasuatu kegiatan komunikasi. Menurut Robert G.King, efek komunikasi dapat meliputi pertambahaninformasi, perubahan sikap, pendapat, serta tingkahlaku.

2.4 Prestasi BelajarPrestasi belajar adalah nilai yang diperoleh

seorang siswa lewat belajar dalam suatu periodetertentu yang berwujud angka-angka. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikansebagai “nilai yang dapat dicapai oleh seseorangsiswa”.

Prestasi belajar siswa ini merupakan hasilevaluasi atas prestasi atau kinerja akademik yangdiperoleh siswa selama mengikuti kegiatan belajar.Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkatkeberhasilan siswa mencapai tujuan yang telahditetapkan suatu program. Menurut Tardif (1989),evaluasi adalah proses penilaian untukmenggambarkan prestasi yang dicapai seorangsiswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.Selain kata evaluasi, dalam dunia pendidikan kita,dikenal juga tes, ujian, dan ulangan.

Istilah THB (tes hasil belajar) atau TPB (tesprestasi belajar) adalah alat ukur yang banyakdigunakan untuk menentukan taraf keberhasilansebuah proses belajar mengajar atau untukmenentukan taraf keberhasilan sebuah programpengajaran, sedangkan evaluasi biasanyadigunakan untuk menilai hasil pembelajaran parasiswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu,seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir atau EvaluasiBelajar Tahap Akhir Nasional (EBTA danEBTANAS)

McClelland (1961) mengemukakan bahwaprestasi yang tinggi hanya dapat diraih berkatadanya hasrat yang kuat. Selama paling sedikit 2000tahun, para filsuf Barat berupaya mengkaji alasandan hasrat sebagai dua unsur yang berbeda dalampikiran manusia. Hasrat niscaya merupakan jenis“kekuatan yang bersifat mendorong”, yangseringkali bertentangan dengan alasan, namunakhirnya selalu dikendalikan oleh alasan itu.

2.5 Efektivitas Komunikasi Antarpersonadalam Menunjang Prestasi Belajar AnakEfektivitas komunikasi antarpersona

disebabkan oleh adanya arus balik langsung dimana komunikator dapat melihat seketikatanggapan komunikan, baik secara verbal dalambentuk jawaban dengan kata, maupun secara non-verbal dalam bentuk gerak-gerik, sehinggakomunikator dapat mengulangi atau menyalurkanpesannya kepada komunikan.

Page 15: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

281

Berkenaan dengan efektivitas komunikasiantarpersona, beberapa ahli komunikasi seperti:McCrosby, Larson, dan Knapp, dalam buku AnIntroduction to Interpersonal Communication,berpendapat bahwa komunikasi yang efektif dapatdicapai dengan mengusahakan ketepatan (accu-racy) yang paling tinggi derajatnya antarakomunikator atau komunikan dalam setiap situasi(Effendy, 1986:51).

Komunikasi antarpersona dinyatakan efektifbila pertemuan komunikasi merupakan hal yangmenyenangkan bagi komunikan. PenelitianWalosin (1975) menyatakan bahwa komunikasiakan lebih efektif bila komunikan saling menyukai.

Konsep-konsep yang dijabarkan olehbeberapa ahli tersebut di atas mengandung maknabahwa semaksimal mungkin terdapat upayapenyamaan makna antara komunikator dankomunikan. Komunikasi antarpersona akan efektifjika antara komunikator dan komunikan terdapatkesamaan makna yang derajatnya sangat tinggi.

Pendapat ahli lain menyangkut persamaanmakna ini dijabarkan pula oleh Everett M. Rogersyang mengetengahkan istilah homophily danheterophily yang dapat memperjelas hubungankomunikator dan komunikan dalam proseskomunikasi antarpersona. Homophilymenggambarkan derajat persamaan orang yangberinteraksi yang memiliki kesamaan dalan sifat(attribute), seperti kepercayaan, nilai, pendidikan,status sosial, dan sebagainya. Sedangkanheterophily menggambarkan derajat pasanganorang-orang yang berinteraksi yang berbedadalam sifat-sifat tertentu. Dalam situasi bebasmemilih di mana komunikator dapat berinteraksidengan salah seorang dari sejumlah komunikanyang satu sama lain berbeda, di situ terdapatkecenderungan yang kuat untuk memilihkomunikan yang lebih menyamai dia. Komunikasiyang efektif terjadi apabila komunikator dankomunikan berada dalam keadaan homophily. Jikaantara komunikator dan komunikan terdapatpersamaan dalam pengertian, sikap, dan bahasa,maka komunikasi di antara mereka itu akan lebihefektif.

Homophily dan komunikasi yang efektif saling

memperkuat satu sama lain. Lebih seringberkomunikasi, lebih besar kemungkinan untukmenjadi homophily, lebih bersifat homophily, lebihbesar kemungkinan untuk berkomunikasi secaraefektif. Sebaliknya, akan terjadi komunikasi yangtidak efektif manakala terdapat heterophily yangsangat tinggi antara komunikator dengankomunikan.

Dalam komunikasi keluarga, keadaanhomophilous harus dijembatani dengan empatioleh setiap anggota keluarga. Menurut Effendy(1986: 16-17), empati adalah kemampuanmemproyeksikan diri kepada diri orang lain. Denganlain perkataan, kemampuan menghayati orang lainatau merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Kemampuan berempati pada setiap anggotakeluarga tidak sama, apalagi kemampuan anak usiaremaja. Anak remaja cenderung untuk mintapengertian, perhatian dari orang tua. Kemampuanempati yang dibutuhkan dalam konteks komunikasikeluarga adalah kesediaan orang tua untukberempati terhadap anak-anaknya dengan asumsiorang tua telah mempunyai banyak pengetahuantentang kehidupan dan psikologi anak secaranaluriah. Hal ini sesuai dengan pendapat Piagetdan Kolhberg (dalam Gunarsa, 1986:75) yangmenyatakan bahwa, “Emphaty seseorangdipengaruhi oleh derajat kematangan seseorang.”Jadi, orang tualah yang harus mampu mengadakanemphaty terhadap anak-anaknya.

Melalui empati ini, kesenjangan heterophilydapat dijembatani. Semakin besar empati yangditunjukkan orang tua terhadap anaknya, semakinbaiklah komunikasi yang terjalin antara orang tuadan anak. Keinginan orang tua untuk berempatiterhadap anak-anaknya menunjukkan bahwa diantara mereka terdapat perimpitan kepentingan(overlapping of interest). Berdasarkan adanyaperimpitan ini masing-masing pihak berupayauntuk mengadakan komunikasi antarpribadi yangbaik. Walaupun terdapat perbedaan yang jauhdalam frame of reference dan field of experienceantara orang tua dan anak, kesediaan orang tuauntuk menjembatani dengan empati memungkinkankomunikasi antara sesama anggota keluarga,khususnya antara orang tua dan anak dapat

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 16: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001282

tercapai dan menjadi harmonis. Komunikasi yangharmonis tersebut diharapkan memperoleh hasilnyata yang diperlihatkan oleh sikap dan tingkahlaku anak dalam meraih prestasi belajar yang tinggi.

3. Metodologi Penelitian3.1 Teknik Penarikan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah para siswaSMU Negeri di Kotamadya Bandung sebanyak 25buah. Penarikan sampel dilakukan dengan sam-pling cluster banyak tahap. Yang terpilih adalahSMUN 3, SMUN 4, SMUN 5, dan SMUN 15;masing-masing 1 kelas untuk kelas 2, dan ukuransampelnya adalah 76 orang siswa.

3.2 Metode PenelitianPenelitian tentang Pengaruh Komunikasi

Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak termasukpenelitian survei, yaitu suatu penelitian yangdilakukan melalui pengambilan sampel daripopulasi yang diamati. Dalam hal ini, kuesionerdigunakan sebagai alat utama pengumpulan data.

3.3 Variabel Penelitian danOperasionalisasi VariabelVariabel independen (X), dalam penelitian ini,

adalah komunikasi keluarga yang terdiri dari duasubvariabel: (1) kredibilitas komunikator, denganindikator keahlian komunikator, dan kepercayaankomunikator; dan (2) frekuensi komunikasi, denganindikator banyaknya pertemuan dan intensitaskomunikasi. Variabel dependen (Y) yang ditelitiadalah prestasi belajar anak, indikatornya adalahnilai kumulatif rata-rata siswa catur wulan (Cawu)1, 2, dan 3.

Î adalah variabel sisa (residual variable),yaitu variabel lain yang diduga turut mempengaruhivariabel Y, akan tetapi tidak turut diidentifikasijenisnya.

Berdasarkan identifikasi masalah danhipotesis yang telah diuraikan di atas, dapatdijelaskan operasionalisasi dari variabel-variabel

yang akan diteliti, yaitu :X : komunikasi keluargaX1 : kredibilitas ayahX2 : kredibilitas ibuX3 : frekuensi komunikasi antara ayah dan

anakX4 : frekuensi komunikasi antara ibu dan anakY : Nilai kumulatif rata-rata siswa Cawu 1, 2,

dan 3.

Untuk memperoleh skala pengukuran intervaldalam komunikasi keluarga, maka digunakan bedasemantik (semantic defferential). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang kredibilitas or-ang tua, yakni:

Sangat ahli l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l Tidak ahli 7 6 5 4 3 2 1

Untuk mengukur frekuensi komunikasikeluarga, digunakan indikator sebagai berikut:

Sangat sering l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l ___ l Tidak sering 7 6 5 4 3 2 1

(Tucker et al., 1981:127)

3.4 Rancangan Analisis danPengujian HipotesisUntuk menguji hipotesis penelitian, analisis

data dibagi ke dalam dua tahapan. Pertama analisisawal, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengujiapakah alat ukur yang dipergunakan untukmengumpulkan data sudah memenuhi kriteria ,yakni valid dan reliabel.

Setelah kriteria valid dan reliabel terpenuhi,analisis selanjutnya dilakukan untuk untuk mengujihipotesis penelitian.

Berdasarkan rancangan penelitian yang telahdiuraikan dalam bagian terdahulu, strukturhubungan antarvariabel penelitian dapat dilihatpada Gambar 3.

Page 17: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

283

Gambar 3:Hubungan kausal dari X1, X2, X3, dan X4 ke Y

Keterangan:X1 = kredibilitas ayahX2 = kredibilitas ibuX3 = frekuensi komunikasi antara ayah dan

anakX4 = frekuensi komunikasi antara ibu dan anakY = Nilai kumulatif rata-rata siswa Cawu 1, 2,

dan 3.PYXi = 1,2,3, dan 4; parameter struktural yang

memperlihatkan besarnya pengaruhvariabel Xi terhadap Y.

= Variabel lain yang tidak diukur, tetapimempengaruhi Y.

Hubungan antara Xi dan Xj adalah hubungankorelasional. Intensitas keeratan hubungantersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien rX1X2.Sedangkan hubungan Xi ke Y adalah hubungankausal. Besarnya pengaruh (relatif) dari Xi ke Ydinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisienjalur rYXi. Koefisien jalur rYe menggambarkanbesarnya pengaruh (relatif) variabel residu e (Im-plicit exogenous variable) terhadap Y.

Langkah kerja selanjutnya untuk mengujihipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut (AlRasyid, 1994):

(1) Menghitung matriks korelasi antar variabel:

X 1

X 2

X 3

X 4

Y

rX1X2

rX3X4

rX2X3

P X1Y

P X4Y

P X3Y

P X2Y

rX1X3

rX2X4

rX1X4

yyyXyXyXyX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

YX~

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

R

4321

444342414

343332313

242322212

141312111

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Koefisien korelasi dan merupakankoefisien korelasi Pearson, besarnya koefisienkorelasi dihitung melalui persamaan berikut :

(2) Mengidentifikasi substruktur yang akandihitung koefisien jalurnya, setelahdiidentifikasi terdapat 5 buah variabeleksogenus dan sebuah (selalu hanya sebuah)variabel endogenus Y. Dihitung matrikskorelasi eksogenus yang menyusunsubstruktur tersebut.

(3) Menghitung invers matriks korelasiantarvariabel dan menghitung invers matrikskorelasi antarvariabel eksogenus

n

1i

2n

1ij

2j

n

1i

2n

1ii

2i

n

1ij

n

1i

n

1iiji

XY

YYnXXn

YXYXnr

ji

n

1i

2n

1ij

2j

n

1i

2n

1ii

2i

n

1ij

n

1i

n

1iiji

YY

YYnYYn

YYYYnr

ji

44342414

43332313

42322212

41312111

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XX~

rrrrrrrrrrrrrrrr

R

Page 18: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001284

(4) Menghitung seluruh koefisien jalur, yaitumenghitung keofisien pengaruh variabel Xsecara parsial terhadap variabel Y, denganmenggunakan persamaan:

(5) Menghitung R2 yaitu koefisien determinasi,koefisien yang menunjukkan determinasisecara simultan variabel X terhadap Y, melaluipersamaan:

(6) Menghitung besarnya faktor gangguan,dengan menggunakan persamaan berikut:

(7) Oleh karena perhitungan dilakukanberdasarkan sampel, maka sebelum dibuatkesimpulan mengenai koefisien jalur yangdiperoleh, terlebih dahulu dilakukan pengujianmengenai keberartian koefisien tersebut, baiksecara keseluruhan maupun individu. Untukmenguji koefisien jalur secara keseluruhan,pasangan hipotesis dan alternatifnyadirumuskan sebagai berikut:

yyyXyXyXyX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

yXXXXXXXXX

YX1

~

CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC

R

4321

444342414

343332313

242322212

141312111

44342414

43332313

42322212

41312111

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XX1

~

CCCCCCCCCCCCCCCC

R

4

3

2

1

44342414

43332313

42322212

41312111

4

3

2

1

YX

YX

YX

YX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

XXXXXXXX

YX

YX

YX

YX

rrrr

CCCCCCCCCCCCCCCC

PPPP

4

3

2

1

43214321

YX

YX

YX

YX

YXYXYXYXXXXYX2

rrrr

PPPPR

P RYX X X X 11 2 3 4

2

Statistik uji untuk menguji pengaruh secarakeseluruhan adalah:

Tolak Hipotesis jika F hitung > F tabel

(8) Jika hasil dari langkah ke-7 signifikan,dilanjutkan dengan pengujian keberartiankoefisien jalur koefisien jalur melalui statistikuji t, yang dirumuskan sebagai berikut:

Statistik uji untuk menguji pasangan hipotesisdan alternatifnya:

i = 1, 2. .. kk = banyaknya variasi eksogenus dalam

subkontrak yang sedang diuji.ti = mengikuti distribusi t student derajat

bebas (degree of freedom ) n- k-1

Untuk koefisien jalur sederhana (korelasi)digunakan statistik uji:

4. Pembahasan

H P P P P

HYX YX YX YX0

1

1 2 3 40:

:

salah satu tanda = tidak berlaku

4321

4321

XXXX.Y2

XXXX.Y2

R1kR1knF

H P

H PYX

YX

i

i

0

1

0

0

:

:

1kn

CR1

Pt

iiXXXX.Y2

X.Yi

4321

i

t r nr

21 2

Page 19: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

285

4.1 Hasil Pengujian HipotesisBerdasarkan pengujian hipotesis yang

dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Pengaruh kredibilitas ayah terhadap prestasibelajar anakSub-Hipotesis 1:H0 : Tidak terdapat pengaruh kredibilitas ayah

terhadap prestasi belajar anak.H1 : Terdapat pengaruh kredibilitas ayah terhadap

prestasi belajar anak.

Dari hasil uji statistik diperoleh t hitung(0,62803) < t tabel ( 1,9751) dengan a = 0.05, artinyaH0 diterima dan H1 ditolak dengan koefisien path-nya sebesar 0,076298. Hal ini menunjukkan bahwakredibilitas ayah tidak memberikan pengaruhsecara signifikan terhadap prestasi belajar anak.

Selanjutnya, pengaruh kredibilitas ayahterhadap prestasi belajar anak melalui X2 diperoleht hitung (23,7555) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05artinya H0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpath-nya sebesar 0,88389. Melalui X3 diperoleh thitung (22,3404) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05,artinya H0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpath-nya sebesar 0,87152. Melalui X4 diperoleh thitung (216,7924) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05,artinya H0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpathnya 0,80056.

Pengaruh kredibilitas ibu terhadap prestasibelajar anak.Sub-Hipotesis 2:H0 : Tidak terdapat pengaruh kredibilitas ibu

terhadap prestasi belajar anak.H1 : Terdapat pengaruh kredibilitas ibu terhadap

prestasi belajar anak.

Dari hasil uji statistik diperoleh t hitung(4,40876) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05 artinyaH0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpathnya sebesar 0,551307. Hal ini menunjukkanbahwa kredibilitas ibu memberikan pengaruh yangpositif terhadap prestasi belajar anak.

Selanjutnya, pengaruh kredibilitas ibuterhadap prestasi belajar anak melalui X3 diperoleht hitung (179388) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05,

artinya H0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpathnya sebesar 0,81896. Melalui X4 diperoleh thitung (199072) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05,artinya H0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpath-nya sebesar 0,84555.

Pengaruh frekuensi komunikasi ayah dananak terhadap prestasi belajar anak.Sub-Hipotesis 3:H0 : Tidak terdapat pengaruh frekuensi

komunikasi ayah dan anak terhadap prestasi belajar anak.

H1 : Terdapat pengaruh frekuensi komunikasi ayah dan anak terhadap prestasi belajar anak.

Dari hasil uji statistik diperoleh t hitung(5,68912) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05, artinyaH0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisienpathnya sebesar 0,826061. Hal ini menunjukkanbahwa frekuensi komunikasi ayah dan anakmemberikan pengaruh positif terhadap prestasibelajar anak.

Selanjutnya, pengaruh frekuernsi komunikasiayah dan anak terhadap prestasi belajar anakmelalui X4 diperoleh t hitung (27,3463) > t tabel(1,9751) dengan a = 0.05, artinya H0 ditolak dan H1diterima dengan koefisien path-nya sebesar0,90861.

4. Pengaruh frekuensi komunikasi ibudan anak terhadap prestasi belajar anak.

Sub-Hipotesis 4:H0 : Tidak terdapat pengaruh frekuensi

komunikasi ibu dan anak terhadap prestasibelajar anak.

H1 : Terdapat pengaruh frekuensi komunikasi ibudan anak terhadap prestasi belajar anak.Dari hasil uji statistik diperoleh t hitung

(4,33197) > t tabel (1,9751) dengan a = 0.05, artinyaH0 ditolak dan H1 diterima dengan koefisien path-nya sebesar – 0,566507. Hal ini menunjukkanbahwa frekuensi komunikasi ibu dan anakmemberikan pengaruh negatif kepada prestasibelajar anak.

Hasil selengkapnya dari pengujian

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 20: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001286

keseluruhan jalur disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Pengujian Keseluruhan Jalur

4.2 Interpretasi

4.2.1 Pengaruh Kredibilitas Ayahterhadap Prestasi Belajar Anak

Hasil pengujian memberikan keteranganbahwa H0 diterima dan secara otomatis H1 sebagaihipotesis penelitian ditolak. Hal ini menunjukkanbahwa kredibilitas ayah tidak berpengaruhterhadap prestasi belajar anak.

Seorang ayah terlalu sibuk bekerja mencarinafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupkeluarganya sehingga tidak mempunyai banyakwaktu dalam mengawasi belajar anak. Sebagianbesar ayah selalu menyerahkan urusan pendidikananaknya ke pada ibunya, mulai dari memilihsekolah, pengawasan belajar, dan sebagainya.Artinya, peran Ayah lebih tertuju kepadabagaimana ia dapat memenuhi semua kebutuhanbelajar anak seperti penyediaan sarana belajar ataubiaya sekolah. Jadi, ayah lebih terfokus kepadamasalah keuangan saja. Ibu diberi tanggung jawablebih besar dalam hal pendidikan putra-putrinya,sehingga kesempatan berkomunikasi lebih banyakdengan ibu daripada dengan ayah. Oleh karenaitu, ada suatu kecenderungan bahwa pembagiantugas antara ayah dan ibu dalam masalahpendidikan anak, porsi ayah lebih kecil, membuatmasalah kredibilitas ayah ini menjadi tidak

Jalur Koefisien T |t| t tabel Hipotesis Pyx1 0,076298 0,62803 0,62803 1,9751 diterima Pyx2 0,504708 4,40876 4,40876 1,9751 ditolak Pyx3 0,776558 5,68912 5,68912 1,9751 ditolak Pyx4 -0,54321 -4,33197 4,33197 1,9751 ditolak rx1x2 0,88389 23,7555 23,7555 1,9751 ditolak rx1x3 0,87152 22,3404 22,3404 1,9751 ditolak rx1x4 0,80056 16,7924 16,7924 1,9751 ditolak Rx2x3 0,81896 17,9388 17,9388 1,9751 ditolak Rx2x4 0.84555 19.9072 19.9072 1.9751 ditolak Rx3x4 0.90861 27.3463 27.3463 1.9751 ditolak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapprestasi belajar yang diraih oleh anaknya.

4.2.2 Pengaruh Kredibilitas Ibu terhadap Prestasi Belajar AnakSeorang ibu secara tradisi, menurut Aida

Vitalaya, diposisikan untuk melakukan tiga peran,salah satunya adalah sebagai ibu keluarga yangmempunyai tugas mengasuh dan mendidik anak.Karena itu, yang berkaitan dengan urusan anakmenjadi tanggung jawab setiap ibu. Pada penelitianini, jumlah ibu responden yang tidak bekerjasebanyak 65,03%. Ibu yang selalu berada di rumahtentunya mempunyai cara-cara berbeda denganayah dalam melakukan komunikasi dengan anak.Seringnya bertemu, pembawaannya yang lembut,kedekatannya dengan anak membuat seorang ibulebih memahami karakter dari anak-anaknya sertalebih mampu mengorganisasikan pesan yangdisampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapatPierce dan Brummel (1972) serta Pierce dan Cocklin(1971) tentang pengaruh cara bicara terhadapkredibilitas seseorang, yang menyatakan bahwaorang yang berbicara dengan gaya percakapancenderung lebih dapat dipercaya meskipun kurangdinamis. Sementara Baker (1965) dan Sharp danMc Clung (1966) menyatakan organisasi pesanyang lebih baik dapat meningkatkan kredibilitas.

4.2.3 Pengaruh Frekuensi Komunikasiantara Ayah dan Anak terhadapPrestasi Belajar Anak

Hasil pengujian memberikan keteranganbahwa H0 ditolak dan H1 sebagai hipotesispenelitian diterima. Ini memberi bukti bahwafrekuensi komunikasi yang dilakukan seorangayah memberikan pengaruh secara positif terhadapprestasi belajar anak. Artinya, semakin tinggifrekuensi komunikasi yang dilakukan, makaprestasi belajar anak akan meningkat. Hal ini sesuaidengan Spriegel yang mengemukakan bahwa“dengan mempertinggi frekuensi dan intensitaskomunikasi yang harmonis, maka pertentangan

Page 21: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

287

dapat dikurangi atau perpecahan dapat dihindari(Susanto, 1986:64). Dampak lebih lanjut dariberkurangnya pertentangan atau perpecahantersebut diharapkan juga membawa peningkatanterhadap prestasi belajar anak.

Ayah dalam berkomunikasi dengan anaknyasangat terbatas karena kesibukannya sebagaikepala rumah tangga yang bertugas mencari nafkahuntuk keluarga. Dalam penelitian ini, 7,98% ayahyang tidak bekerja atau berstatus pensiunan TNI/Polri maupun Pensiunan PNS. Ini memberikangambaran bahwa sebagian besar ayah dariresponden bekerja.

Menghadapi masalah ini, beberapa orang tuayang sempat berbincang dengan penulismengemukakan bahwa untuk menutupiketerbatasan waktu, mereka juga melakukankomunikasi melalui media telepon dan lebihmenitikberatkan kepada kualitas pesan yangdisampaikan. Mereka beranggapan, biarlah waktusedikit tapi kualitas komunikasi terjaga.

4.2.4 Pengaruh Frekuensi Komunikasiantara Ibu dan Anak terhadapPrestasi Belajar Anak

Hasil pengujian memberikan keteranganbahwa H0 ditolak dan H1 sebagai hipotesispenelitian diterima. Ini memberikan isyarat bahwafrekuensi komunikasi yang dilakukan oleh seorangibu dan anaknya memberikan pengaruh terhadapprestasi belajar anak. Tetapi pengaruh ini sifatnyanegatif. Artinya bahwa semakin tinggi komunikasiyang dilakukan akan memberikan dampak kurangbaik terhadap prestasi belajar anak.

Dalam penelitian ini, frekuensi ibuberkomunikasi dengan anak sangat tinggi, yakni80,37%. Tetapi, dari segi kualitas komunikasi hanyasekitar 39,26% yang tinggi. Ini memberi bukti bahwaseorang ibu lebih mementingkan frekuensikomunikasi saja, tanpa memperhatikan kualitas darikomunikasi itu sendiri. Apalagi bila dikaitkandengan pekerjaan dari ibu, yakni 65,64% tidakbekerja, artinya bahwa mereka setiap saat ada dirumah.

Beberapa responden yang diwawancarai oleh

penulis mengemukakan bahwa ibunya terlaluberlebihan dalam melakukan komunikasi,khususnya dalam mengingatkan anak dalambelajar. Hal ini menjadikan anak bosan dan menjadibumerang bagi anak karena semangat belajarnyajustru menjadi menurun.

5. Simpulan dan Saran5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujiansecara statistik, maka dapat disimpulkan beberapahal sebagai berikut:(1) Kredibilitas ayah dalam mengawasi belajar

anak tidak menyebabkan prestasi belajar yangdiraih anaknya meningkat. Hal ini disebabkanterbatasnya waktu yang dipunyai ayah.Kesibukan mencari nafkah untuk keluargamenjadikan si ayah tidak sempat mengawasiatau mengontrol aktivitas anak yang berkaitandengan pelajarannya di sekolah. Demikianjuga, ayah tidak memahami materi-materipelajaran anaknya, sehingga tidak dapatmengatasi permasalahan anaknya yangberkaitan dengan pelajarannya di sekolah.

(2) Kredibilitas ibu dalam mengawasi belajar anakdapat mendukung prestasi belajar anak dalampelajarannya di sekolah, hal ini terjadidisebabkan: ibu memahami karakter darimasing-masing anak sehingga mampumengemas pesan yang disampaikan kepadaanak, juga penyampaian pesannya yang yangdilakukan secara timbal balik yang dialogismemotivasi anak dalam meningkatkan prestasibelajarnya.

(3) Frekuensi komunikasi yang dilakukan ayahterhadap anak secara langsung menentukanprestasi belajar yang diraih oleh anak, karenaternyata frekuensi komunikasi ayah dengananak yang terbatas menyebabkan prestasibelajarnya pun tidak optimal. Demikian jugakarena pengawasan persoalan anak di rumahtidak bisa seluruhnya diselesaikan oleh ibu,sehingga peran ayah untuk mengawasi anakdalam belajarnya masih tetap dibutuhkan.

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 22: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001288

(4) Frekuensi komunikasi ibu dengan anak yangtinggi tidak menentukan prestasi belajar anakmenjadi tinggi. Malah sebaliknya, komunikasiyang tinggi tersebut menyebabkan prestasibelajar anak justru menjadi turun. Frekuensikomunikasi yang tinggi antara ibu dan anakbanyak disebabkan si ibu, sebagai ibu rumahtangga, tidak bekerja, sehingga waktu bertemudengan anak sangat banyak, tetapi tingginyafrekuensi komunikasi ini tidak diiringi olehkualitas pesan dari komunikasi itu sendiri.Artinya, lebih banyak bukan mengenai materipelajaran sehingga membuat anak menjadibosan karena sering terjadi pengulangan-pengulangan pesan yang sama.

5.2 Saran(1) Untuk Ayah:

(a) Sebaiknya ayah turut memikul tanggungjawab dalam peningkatan prestasi belajar anakyang selama ini selalu menjadi beban ibu,karena masalah prestasi belajar anakmerupakan tanggung jawab bersama kedua or-ang tua.

(b) Sebaiknya ayah tetap meluangkan waktu yangcukup untuk bisa bertemu dan berkomunikasidengan anak, karena tidak semua persoalananak dapat diselesaikan dengan ibu saja.

(2) Untuk Ibu:

(a) Sebaiknya frekuensi komunikasi yang tinggiantara ibu dan anak diiringi denganpeningkatan kualitas pesan dari komunikasiitu sendiri, di mana pesannya sesuai dengankebutuhan anak atau dapat juga mengenaimateri-materi pelajaran di sekolah. Tanpamemperhatikan kualitas, komunikasi yangdilakukan oleh ibu menjadi tidak berhasil.

(b) Sebaiknya ibu menghindari pengulanganpesan-pesan yang sama mengenai persoalan-persoalan yang tidak disenangi anak, misalnyamengenai pergaulan atau materi pelajaran yangtidak dikuasai anak. Pengulangan pesan iniakan memyebabkan anak menjadi bosan.

(3) Untuk pengembangan Ilmu Komunikasi:

(a) Sebaiknya penelitian ini dapat ditindaklanjutidengan penelitian-penelitian berikutnyadengan mengikutsertakan orang tua anaksebagai responden, karena peranserta orangtua sangat menentukan keberhasilan atasprestasi belajar yang diperoleh anak.

(b) Sebaiknya diadakan penelitian-penelitianlanjutan dengan memperhatikan variabel-variabel lain yang mempengaruhi prestasibelajar anak, misalnya tentang komunikasidengan sesama teman atau komunikasi denganguru di sekolah, karena penelitian ini hanyamembahas tentang kredibilitas orang tua danfrekuensi komunikasi antara orang tua dananak.

(c) Sebaiknya dilakukan pengkajian lebih lanjutmengenai pengaruh komunikasi keluarga inidengan menggunakan metode penelitiankualitatif untuk lebih memperkaya analisistentang variabel-variabel yang mempengaruhiprestasi belajar anak dalam bidang kajian ilmukomunikasi.

Daftar Pustaka

Adiwikarta, Sudardja. 1988. Sosiologi Pendidikan, Isue,Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan denganMasyarakat. Jakarta, Dirjen Pendidikan Tinggi.

Al-Rasyid. Harun. 1989. Teknik Sampling. Bandung:Ikopin.

Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi. Bandung:Armico.

Bandura, Albert. 1995. Social Learning Theory. NewJersey: Prentice-Hall, Inc.

Cangara,Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: PT Rajawali Pers.

Depdikbud Kodya Bandung.1994. Informasi SLTP &SLTA di Kodya Bandung. Bandung: KantorDepartemen Pendidikan dan KebudayaanKotamadya Bandung.

M

Page 23: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

289

Effendy, Onong Uchyana. 1984. Televisi Siaran Teoridan Praktek. Bandung: Alumni.

_____. 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung: Remaja Karya.

_____. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:Alumni.

_____. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: RemajaKarya.

_____. 1996. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Eridiana, Wahyu. 1992. Korelasi Lingkungan Keluargadan Lingkungan Sekolah terhadap KeberhasilanBelajar Siswa di Kotamadya Bandung.Tesis.Bandung: Program Pascasarjana UniversitasPadjadjaran.

Eshleman, J. Ross Cashion, Barbara G.985. Sociology.Little Brown and Company, Boston Goss, Blaine,1983, Communication in Everyday Life, Belmont,Wadsworth.

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia. 1986. PsikologiPerkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: GunungMulia.

_____. 1995. Psikologi Praktis Anak, Remaja danKeluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

_____. 1987. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta:Gunung Mulia.

Hadi, Soetrisno. 1990. Metodologi Research.Yogyakarta: Andi Offset.

Hamidjojo, Santoso S. 1993. Landasan IlmiahKomunikasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar diUniversitas Dr. Soetomo dalam kenanganperjalanan profesi dan pengabdian, Jakarta,BKKBN.

Haryati, Diah.tt. Wanita dan Tantangan Pembangunan.

Hays, William L. 1969. Qualification in Psycology. NewDelhi: Printice Hall of India, Private Limited.

Hovland, Carl I. 1948. “Social Communication,” dalamBernard Barelson and Morris Janovitz, Reader inPublic Opinion and Communication, New York,The Free Press.

Krech, David, Richard S. Chuthfield and Ballacey. 1962.Individual in Society. Tokyo: McGraw Hill.

Kurniawan, Yedi. 1993. Pendidikan Anak Sejak Dini

Hingga Masa Depan. Jakarta: Firdous.

Liliweri, Alo. 1994. Presfektif Teoritis KomunikasiAntarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, Stephen W. 1966. Theories of Human Com-munication. Belmont: Wadsworth Publishing Co.

McClelland, C. David. 1961. Memacu MasyarakatBerprestasi (The Achieving Society), terj.: SiswoSiswanto dan Wilhelius W. Jakarta: Intermedia.

Mueller, Daniel J.1986. Mengukur Sikap-Sikap Sosial(Measuring Social Attitudes), terj.: CecepSyarifuddin dkk. Bandung: Fisip Press Unpas.

Rakhmat, Jalaluddin. 1984. Methode PenelitianKomunikasi. Bandung: Rosdakarya.

_____. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: RemajaKarya.

Rinawati, Rini. 1999. Pengaruh Sinetron terhadap SikapMengenai Peran Ganda Wanita pada Penonton diKotamadya Bandung. Tesis. Bandung: ProgramPascasarjana Unpad.

Syah, Mubidin. 1995. Psikologi Pendidikan denganPendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri., dan Sofian Efendi (ed.). 1991.Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sitepu, Nirwana. 1994. Analisa Jalur (Path Analysis).Bandung: Unit Pelayanan Statistika JurusanStatistika FMIPA Unpad.

Susanto, Astrid S. 1986. Komunikasi dalam Teori danPraktek 2. Bandung: Bina Cipta.

Sutarno R. 1989. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Thoha, Miftah. 1986. Perilaku Organisasi KonsepDasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. 1996. Human Com-munication, Koteks-Konteks Komunikasi., terj.Deddy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: RemajaRosdakarya.

Tucker, Raymond K. Richard L. Weaver, and CynthiaBerryman. 1981. Research in Speech Communica-tion. New Jersey: Fink Pretice -Hall Inc EnglewoodCliffs.

Vredenbregt J. 1984. Metode dan Tehnik PenelitianMasyarakat. Jakarta: Gramedia.

Willis, Sofyan S. 1981. Problema Remaja dan

Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

Page 24: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak

MEDIATOR, Vol. 2 No.2 2001290

Pemecahannya. Bandung: Angkasa.