Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

30
PENDEKATAN METODOLOGIS UNTUK STUDI KOMUNIKASI KELUARGA Bab ini menampilkan metode yang digunakan untuk meneliti proses, dampak, dan struktur komunikasi keluarga. Secara garis besar, kepentingan interdisipliner dalam komunikasi keluarga, metode tersebut bermacam-macam , mulai dari desain kuantitatif, naturalistik, kualitatif. Kami merangkum metode yang relevan, mendeskripsikan secara detail, mengilustrasikan aplikasinya dalam keluarga menggunakan eksemplar penelitian dan mencerminkan dalam suatu permasalahan. Sebelum mendiskusikan metode kuantitatif, kita akan membahas cakupan definisi dalam bab ini. Pertanyaan mengenai bagaimana keluarga didefinisikan merupakan hal yang penting dalam penelitian komunikasi keluarga. Variabel dari kepentingan, pertanyaan atau hipotesis, contoh yang digunakan, dan jenis dari data yang dikumpulkan seluruhnya dirangkai oleh pilihan-pilihan para peneliti mengenai apa yang terdapat dalam keluarga. Definisi mengenai keluarga memberikan perubahan besar dalam literature perkuliahan dan diantara populasi orang awam. Sebagai contoh beberapa definisi menempatkan keluarga dalam bentuk paksaan yang dilegalkan (sebagai contoh pernikahan, rujuk nikah, adopsi) atau parameter biologis (keluarga/anak, kakek nenek) (Noller & Fitzpatrick, 1993; Chapter 2, this volume). Pendekatan lain menunjukkan bahwa batasan legal dan biologis bersifat membatasi dan mendukung gagasan bahwa unit keluarga merupakan jenis khusus dari sistem sosial yang karakternya yang terbentuk oleh fisik dan ketergantungan

description

Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga (terjemahan)

Transcript of Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Page 1: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

PENDEKATAN METODOLOGIS UNTUK STUDI KOMUNIKASI KELUARGA

Bab ini menampilkan metode yang digunakan untuk meneliti proses, dampak, dan struktur

komunikasi keluarga. Secara garis besar, kepentingan interdisipliner dalam komunikasi keluarga,

metode tersebut bermacam-macam , mulai dari desain kuantitatif, naturalistik, kualitatif. Kami

merangkum metode yang relevan, mendeskripsikan secara detail, mengilustrasikan aplikasinya

dalam keluarga menggunakan eksemplar penelitian dan mencerminkan dalam suatu

permasalahan. Sebelum mendiskusikan metode kuantitatif, kita akan membahas cakupan definisi

dalam bab ini.

Pertanyaan mengenai bagaimana keluarga didefinisikan merupakan hal yang penting dalam

penelitian komunikasi keluarga. Variabel dari kepentingan, pertanyaan atau hipotesis, contoh

yang digunakan, dan jenis dari data yang dikumpulkan seluruhnya dirangkai oleh pilihan-pilihan

para peneliti mengenai apa yang terdapat dalam keluarga. Definisi mengenai keluarga

memberikan perubahan besar dalam literature perkuliahan dan diantara populasi orang awam.

Sebagai contoh beberapa definisi menempatkan keluarga dalam bentuk paksaan yang dilegalkan

(sebagai contoh pernikahan, rujuk nikah, adopsi) atau parameter biologis (keluarga/anak, kakek

nenek) (Noller & Fitzpatrick, 1993; Chapter 2, this volume). Pendekatan lain menunjukkan

bahwa batasan legal dan biologis bersifat membatasi dan mendukung gagasan bahwa unit

keluarga merupakan jenis khusus dari sistem sosial yang karakternya yang terbentuk oleh fisik

dan ketergantungan emosional. Sebagai contoh, Yerby, Buerkel-Rothfuss, dan Bochner (1998)

mendefinisikan keluarga sebagai

“Suatu system sosial multigenerasi yang terdiri atas setidaknya dua ikatan manusia yang saling

berkaitan oleh tempat tinggal dan sejarah yang sama dan siapa yang membagi beberapa tingkatan

dari ikatan emosional kepada atau keterlibatan dengan satu sama lain. (hlm. 13)”

Beberapa hak istimewa personal beberapa pelajar dibandingkan dengan definisi structural atau

legal pleh anggota keluarga (sebagai contoh, Galvin, Bylund, dan Brommel, 2004; Chapter 1,

this volume). Pendekatan tersebut berfokus pada peran konstitutif komunikasi dalam membentuk

unit keluarga. Sebagaimana Turner dan West mendefinisikan keluarga (2002)

Kelompok yang mendefinisikan diri (self-defined) yang membentuk dan memelihara kelompok

mereka melalui interaksi mereke sendiri dan interaksi dengan orang lain; Sebuah keluarga dapat

Page 2: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

mencakup jenis hubungan sukarela dan hubungan yang terjadi tanpa disengaja; hal tersebut

menciptakan pengartian harfiah, simbolis internal, dan batasan eksternal; dan hal tersebut

mengalami perubahan sepanjang waktu. (hlm. 8)

Untuk tujuan kita disini, kita akan meneliti mengenai berbagai studi yang secara khusus

membahas mengenai komunikasi keluarga, komunikasi orangtua, atau kemunikasi antar saudara.

Kita tidak membatasi jenis keluarga yang ditampilkan. Kita memberikan pengecualian

(mengeluarkan) studi komunikasi pernikahan ketika bidang tersebut secara khusus berfokus

pada interaksi suami-istri. Sementara pasangan yang telah dan belum menikah dapat

dikategotikan sebagai satu unit keluarga, metode yang digunakan untuk menginvestigasi

komunikasi mereka.

Sekarang kita beralih kepada metode kuantitatif. Banyaknya bukti secara relatif memiliki

cakupan lebih besar dalam bagian kuantitatif dibandingkan dengan kualitatif, referensi sejarah

dalam penelitian keluarga banyak menggunakan metode kuantitatif. Sebagaimana Stamp (2004),

mengatakan bahwa menurut analisa dari 1245 artikel komunikasi keluarga yang diterbitkan

antara 1990 dan 2001, lebih dari 90% merupakan investigasi empiris. Sebagai satu cara untuk

mengatur cakupan luas dari kerja kuantitatif dalam komunikasi keluarga, kita pertama-tama

melakukan rangkuman terhadap dua tipe data yang digunakan, self-report dan interactional. Kita

menuliskan bahwa keuntungan dan tantangan dari setiap jenis dan kemudian melakukan desain

penelitian dari kedua tipe data.

METODE KUANTITATIF

Sebagaimana yang biasa didapati dalam ilmu sosial, penelitian kuantitaif dalam komunikasi

keluarga cenderung untuk berpatokan pada data self-report yang didapat dari sample anggota

keluarga. Meskipun sample nasional selalu tersedia, hal yang paling biasa dilakukan adalah

dengan memperoleh kumpulan data-data masa lalu dalam praktek komunikasi keluarga dari

mahasiswa,kadang-kadang memohon mereka untuk mendistribusikan kuesioner kepada anggota

keluarga lainnya. Selanjutnya, pendekatan terbaru dalam komunikasi keluarga mengukur data

interaksional, biasanya dari interaksi yang direkam antara orangtua, antara orangtua dan anak,

dan antara anggota keluarga dan pewawancara. Setelah unit dari kepentingan konseptual

diidentifikasikan, selanjutnya dapat dikodekan dan dihitung untuk menampilkan frekuensi dalam

Page 3: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

kategori. Unit tersebut juga dapat dinilai dalam kualitas pesan seperti intensitas, pemaksaan, atau

dukungan oleh pihak yang melakukan kodefikasi atau anggota keluarga. Nilai-nilai tersebut

dapat kemudian digunakan untuk membentuk suatu deskripsi terhadap pola interaksi keluarga.

DATA SELF-REPORT

Pendekatan yang berlaku untuk metode self-report dalam komunikasi keluarga adalah untuk

mengajak responden menyelesaikan satu kuesioner yang mengukur berbagai dimensi dari tipikal

pola komunikasi atau praktek yang dilakukan keluarga mereka. Beberapa instrumen telah

digunakan secara luas dalam penelitian komunikasi keluarga dan menunjukkan ketahanan uji dan

validitas (Fiese et al., 2002).

Skala yang biasa digunakan dalam mengukur kualitas interaksi antara keluarga dan anak adalah

skala Parent Adolescent Communication Scale (PACS). PACS terdiri dari 20 item untuk

interaksi ibu-anak dan 20 item untuk interaksi bapak-anak (contoh “jika saya mengajukan

pertanyaan saya akan mendapatkan jawaban yang jujur dari bapak/ibu saya”) yang diikuti oleh

skala Likert (sangat tidak disetujui ke sangat disetujui). Sepuluh item memperkirakan praktik

komunikasi positif, dan 10 item memperkirakan praktik komunikasi negatif. Kedua dimensi dari

kualitas komunikasi tersebut merujuk kepada open dan problem. Skala tersebut telah sukses

digunakan oleh beberapa peneliti, dan ketahanan ujinya telah dipastikan dalam satu sample dari

anak remaja Belanda (usia 13-15 tahun). Instrumen yang digunakan secara luas lainnya adalah

skala Family Communication Patterns (FCP) yang dibentuk oleh McLeod dan Chaffee (1972),

item FCP menampilkan 2 dimensi karakterisasi komunikasi keluarga: a socio-orientation

(mengarahkan komunikasi terhadap orang lain) dan a concept orientation (mengatur komunikasi

terhadap objek dan ide). Dimensi socio orientation mencerminkan diskusi terbuka mengenai isu

dan mempertanyakan opini orang lain. Kedua dimensi ini dapat digunakan secara terpiah sebagai

variabel lanjutan untuk memberikan nilai terhadap satu orientasi konsep dan orienasi sosial

terhadap setiap responden. Secara alternatif, dimensi-dimensi tersebut dapat disilangkan untuk

membentuk 4 kuadran dan keluarga dapat ditentukan kepada satu kategori yang didasarkan oleh

nilai relatif tinggi atau rendah dari setiap dimensi. Keluarga yang tinggi dalam orientasi konsep

dan rendah dalam orientasi sosial dikategorikan menjadi pluralistik. Keluarga yang rendah dalam

orientasi konsep dan tinggi dalam orientasi sosial dikategorikan protektif. Keluarga yang tinggi

Page 4: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

pada dua dimensi disebut sebagai konsensual, dan keluarga yang rendah dalam 2 dimensi disebut

sebagai laissez-faires.

Berdasarkan pada perhatian terhadap validitas dari beberapa item yang ditujukan untuk

mengukur dimensi original, Ritchie dan Fitzpatrick (1990) meninjau kembali skala dan

rekonseptualisasi dimensi sebagai orientasi kecocokan dan orientasi percakapan. Menurut

Ritchie dan Fitzpatrick, orientasi kecocokan lebih tepat dibandingkan orientasi sosial untuk

pesan orangtua yang menekankan penggunaan terhadap kekuasaan dan otoritas orangtua untuk

mendorong penyesuaian anak. Demikian juga, mereka berargumentasi bahwa orientasi

percakapan merupakan label yang lebih baik dibandingkan orientasi konsep untuk pesan

orangtua yang menekankan pengendalian orangtua terhadap kekuasaan mereka, yang

mengharapkan anak untuk mengekspresikan ide mereka dengan kebijaksaan interpersonal dan

perhatian terhadap hubungan yang harmonis.

Validitas dan ketahanan uji dari skala RFCP telah digunakan dalam beberapa studi dan

instrumen yang telah sukses digunakan dalam kombinasi dalam ukuran yang ditampilkan.

Sebagai contoh, Ritchie dan Fitzpatrick (1994) menganalisa penilaian dalam FCP dan inventory

dimensi relasi dikumpulkan melalui interview telepon dengan sample keluarga yang luas. Tiga

faktor yang ditampilkan (ekspresi, struktural tradisonalis, dan penghindaran) dan bentuk dari

dasar skala lingkungan komunikasi keluarga.

KEUNTUNGAN

Ukuran self-report merupakan alat yang fleksibel dan efisien untuk peneliti keluarga. Mereka

efisien dalam hal tersebut dan dapat disesuaikan terhadap sample besar dalam berbagai konteks,

termasuk dalam kelas, rumah, atau laboratorium; dilakukan melalui telepon; dikirim melalui

surat atau surat elektronik. Ukuran self-report dapat dikatakan fleksibel karena mereka dapat

dibentuk dalam berbagai bentuk dari format untuk menyediakan para peneliti jenis informasi

yang mereka cari. Sebagai contoh, item yang dihasilkan dari para peneliti dapat diikuti oleh

format yang menekankan frekuensi pesan (sebagai contoh tidak pernah selalu), pentingnya pesan

(tidak penting sama sekali ke sangat penting), atau kualitas pesan (sebagai contoh, kesesuaian,

ketidaksesuaian, dukungan). Ukuran tersebut memberikan perkiraan terhadap frekuensi,

konsistensi, atau luas dari tipe tertentu dari pesan yang ditargetkan dalam interaksi keluarga.

Page 5: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Selanjutnya, pertanyaan terbuka dapat digunakan untuk mengumpulkan responden yang secara

umum dideskripsikan menjadi kode dan dilakukan penghitungan oleh peneliti.

Perkembangan konseptual yang paling penting dalam pengukuran self-report adalah mereka

menyediakan peneliti informasi orang dalam mengenai praktik komunikasi yang tidak bisa

didapatkan dari observasi. Beberapa tindakan (sebagai contoh hilangnya watak atau kritik yang

keras) tidak dapat dimunculkan, dan beberapa topik (sebagai contoh pesan orangtua mengenai

tingkah laku seksual) tidak bisa didapatkan melalui rekaman percakapan tetapi mungkin

dilaporkan oleh anggota dalam keluarga itu sendiri. Selanjutnya, sebagian besar dari kekuasaan

konstitusi dari komunikasi terletak dalam persepsi anggota keluarga dan reaksi emosional

terhadap pesan. Perbedaan antara ritual dan rutinitas keluarga, sebagai contoh, indikasi bahwa

rutinitas dapat diamati dengan mudah dikarenakan mereka terjadi berulang-ulang dan bersifat

instrumental, dimana ritual bersifat lebih simbolik dan berarti terhadap orang yang melakukan

(Fiese et al., 2002).

TANTANGAN

Salah satu tantangan yang menjadi sifat dalam self-report dari pola komunikasi keluarga adalah

mereka mencerminkan generalisasi dan mengumpulkan kesan-kesan dibandingkan dengan

kejadian sesungguhnya dari perilaku. Sebagai satu konsekuensi, perkiraan terhadap produksi

pesan dapat dikatakan lebih konsisten dengan skema mental seperti naskah keluarga, skema

peran orangtua, atau bias keinginan sosial (sebagai contoh orangtua yang baik akan berbicara

dengan cara seperti ini). Selanjutnya, anggota keluarga yang terikat dalam interaksi spontan,

rutin, atau problematis tidak selamanya peduli atau ingin untuk memberikan jenis dari pesan

yang biasanya mereka produksi. Kesadaran pesan dapat dikatakan sangat terbatas ketika elemen

nonverbal seperti tatapan mata, ekspresi wajah, nada, volume, dan puncak suara merupakan

kriteria penting dalam menentukan bentuk, fungsi, dan konsekuensi dari pesan. Secara

keseluruhan, Jika pertanyaan peneliti secara jelas berhubungan dengan pengumpulan ulang pola-

pola komunikasi, maka kemudian data-data self-report dikatakan tepat

Ketika peneliti menawarkan kesimpulan mengenai pola komunikasi actual dalam keluarga,

pernyataan tersebut hanya terbatas pada persepsi dasar dari data self-report.

Page 6: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Tantangan kedua adalah self-report selalu menyajikan satu persepsi responden, meskipun jika

item tersebut berhubungan dengan anggota keluarga lainnya. Raffaeli et. Al (1999) menemukan

bahwa kecocokan antara ibu dan anak remajanya pada beberapa topic diskusi mengenai

seksualitas menunjukkan perbedaan, berkisar antara 32% izin untuk melakukan kontrol

reproduksi sampai 84% persetujuan untuk berpacaran. Hartos dan Power (2000) menggunakan

korelasi resmi untuk memperkirakan laporan antara ibu dan anak remaja yang berasal dari PACS

dan penyesuaian anak (daftar nama perilaku anak). Hasilnya mengindikasikan bahwa kualitas

komunikasi dan jumlah agresi yang diperoleh dari laporan ibu dan remajanya dapat dikataka

sangat independen.

Tantangan ketiga dari pengukuran self-report bermunculan ketika anak-anak dimasukkan

kedalam sampel. Meskipun mahasiswa dan sebagian besar anak SMA dapat menyelesaikan

instrument seperti PACS dan FPC; anak yang lebih muda membutuhkan instrument yang

memperkirakan yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Dalam beberapa kasus,

pewawancara dapat bertanya kepada anak-anak menggunakan kalimat yang mudah dan

kemudian merekam jawaban mereka pada instrument mengukuran mereka. Pendekatan lainnya

adalah dengan menggunakan protocol buku cerita dimana anak-anak dapat memberitahu apakah

satu karakter memiliki kesamaan dengan dirinya , atau ibu dan ayahnya. Sebagai contoh,

Fitzpatrik et al. (1996) menciptakan “buku gambar berbicara” untuk membantu respon anak-

anak pada tingkat 1, 4, 6, dan 7 terhadap situasi yang didasarkan pada skala FCP yang telah

direvisi. Setelah mendengarkan rekaman radio pada percakapan makan malam dan melihat buku

bergambar, anak-anak akan merespon pertanyaan mengenai komunikasi keluarga mereka

dengan menunjuk pada kotak kartu- kotak yang paling besar jika keluarga “sangat mirip dengan

keluargamu,” kotak yang sedang jika keluarga “sedikit mirip dengan keluargamu” dan kotak

yang paling kecil jika keluarga “sama sekali tidak mirip dengan keluargamu.”

DATA INTERAKSIONAL

Dengan cara sama yang metode self-report cerminkan mengenai keragaman dalam instrumen

dan analiis, studi kuantitatif pada interaksi aktual mencerminkan berbagai macam instrument

coding dan protokol perkiraan. Berbagai macam unit dalam analisis, seperti pertunjukan

nonverbal, pidato, atau episode percakapan, biasanya dilakukan coding dan penghitungan.

Tambahan, observer dan/atau anggota keluarga dapat diminta untuk mengukur perilaku aktual

Page 7: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

dalam beberapa kualitas (sebagai contoh, kejelasan pesan atau dukungan) menggunakan skala

Likert. Data yang berasal dari coding interaksi dapat juga digunakan sebagai pengganti atau

penghubung dengan variable lainnya seperti kepuasan keluarga atau penyesuaian sosial anak-

anak yang disampaikan melalui data self-report dari anggota keluarga, guru, atau teman sebaya.

Beberapa system coding interaksi tersedia bagi para peneliti, setiap orang berfokus pada jebis

tertentu dari perilaku percakapan. Sebgai contoh, Verbal Response Mode (VRM) yang

diperkenalkan oleh Stile (1992) didesain untuk melatih para observer untuk melakukan coding

unit verbal kepada satu dari delapan kategori tindak tutur: penyingkapan, perbaikan/kemajuan,

saran, penegasan, pertanyaan, pengakuan, interpretasi, dan cerminan. Ketahanan uji dari

instrument ini untuk penelitian keluarga telah dilakukan dalam beberapa studi, paling baru

melalui studi yang dilakukan oleh Sillars, Koerner, dan Fitzpatrick (2005) menggunakan 50

rangkaian orang tua- anak yang terikat dalam diskusi penyelesaian masalah.

Perilaku nonverbal juga dilakukan coding. Siegel, Friedlander, dan Heatherington (1992)

mengadaptasi the Family Relational Communication Control Coding System (FRCCCS) yang

digunakan untuk coding control gerakan nonverbal dalam percakapan keluarga. FRCCCS

memberikan kontrol gerakan interaksi secara simetris, saling melengkapi, dan tidak kekal dalam

interaksi pernikahan yang termasuk gerakan triadic. Siegel et al. membuat tiga studi natara lain

untuk a). menghasilkan padanan nonverbal dari FRCCCS menggunakan ahli-ahli komunikasi

relasi, sarjana, dan orang dewasa awam, b). menegaskan keujitahanan dan kegunaan dari coding

manual yang menggunakan rekaman radio dan catatan dari interaksi keluarga; dan c).

mempertegas kebenaran dengan juga melakukan coding control gerakan verbal sebagai

perbandingan.

Jacob dan Johnson (2001) revisi mengenai sistem coding Interaksi Perkawinan untuk diskusi

antara anak dan orang tua, keduanya menggunakan isyarat verbal dan nonverbal untuk membagi

pernyataan menjadi tiga kategori utama: positif (setuju, sependapat, pembenaran, humor, senyum

atau tawa, dan bicara), negative (deskripsi masalah, pertanyaan, perintah, dan solusi). Tingkat

dasar per menitnya dapat dihitung dengan membagi jumlah pesan negatife dan positif dengan

jumlah waktu interaksi. Hasil dapat kemudian digunakan untuk menentukan respon positif atau

negative berbeda dengan taksiran dasar.

Page 8: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

KEUNTUNGAN

Prinsip-prinsip keuntungan dari analisis interaksi pada peneliti keluarga adalah memungkinkan

perkiraan dari pesan perilaku aktual yang melekat selama percakapan- setidaknya dalam

percakapan yang ditergetkan oleh guru. Perilaku yang kemungkinan tidak dapat dikenali atau

diulang dalam instrumen self-report dapat dikodekan dan dihitung.

Keuntungan kedua adalah analisis dalam interaksi yang sedang berlangsung menyediakan alat

untuk menentukan pola percontohan dan kesatuan dalam tukar menukar pesan selama berbagai

jenis episode. Perkiraan ini memungkinkan para peneliti untuk menentukan, sebagai contoh,

bagaimana orang tua membuat pesan tertentu yang diperuntukkan berbeda pada anak laki-laki

dan perempuan atau bagaimana pesan tertrntu orang tua mendatangkan respon tertentu dari anak.

Data Longitudinal dipergunakan secara khusus dalam menentukan pola kesatuan (contingent).

Reese, Haden, dan Fivush (1996) mengumpulkan data percakapan dari 17 keluarga (pada usia 3-

5 tahun) selama waktu 30 bulan. Berdasarkan pada kemungkinan kondisi, mereka menyimpulkan

bahwa dari waktu ke waktu, ibu, meningkatkan perluasan respon terhadap gambaran anak pada

usia sebelum sekolah.

Keuntungan ketiga dalam mengukur interaksi adalah hal tersebut memberikan para peneliti

kesempatan untuk menjalin pola komunikatif dengan persepsi dari self-report dan respon baik

dari anggota keluarga. Menggunakan teknik pemutaran ulang rekaman (video), anggota keluarga

dapat menelitit dan merespon pada penukaran pesan dalam konteks interaksi. Trees (2000.

2002) menampilkan dua studi dari episode dukungan emosional antara ibu dan anaknya yang

telah dewasa (mahasiswa) sebagaimana mereka mendiskusikan masalah hubungan (tidak

memiliki hubungan dengan ibunya). Dalam kedua studi, partisispan menyelesaikan the Quality

of Relationships Inventory Prior pada diskusi tersebut. Setelah diskusi, anak-anak diperlihatkan

bagian dari rekaman dan diminta untuk menaksir kualitas dari dukungan ibu menggunakan

Skala Persepsi Penerima Dukungan (Recipient Support Perception Scale). Pemberi kode

independen juga menilai kualitas pesan dalam interaksi. Pada Trees (2000), pemberi kode

menilai isyarat dari keterkaitan nonverbal dan sinkronisaasi interaksional. Menurut Trees (2002),

pemberi kode menilai aturan elemen yang yang lebih luas , termasuk pencarian perilaku-

dukungan nonverbal (1 sampai 6; hampir tidak sama sekali menjadi luas), keterkaitan nonverbal

ibu, dan perilaku dukungan verbal ibu (skal poin 0-5).

Page 9: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

TANTANGAN

Peneliti yang mengukur interaksi jugga mendapatkan tantangan. Pertama, mereka harus

menemukan tipe dalam interaksi unuk rekaman video, radio, atau observasi. Peneliti tertarik

pada oertanyaan mengenai interaksi rutin yang melambangkan iklim keluarga yang mungkin

digunakan percakapan makan malam. Peneliti tertarik pada tipe tertentu dari interaksi seperti

pemecahan masalah, dukungan sosial, atau konflik menghadapi tantangan tentang bagaimana

memasukkan episode tersebut tanpa mesti kehilangan validitas ekologis. Satu instrumen yang

sering digunakan untuk memperoleh pembicaraan untuk menemukan jalan keluar masalah

antaraorang tua dan anak merupakan wilayah dari Kuesione Perubahan / Area of Change

Questionnaire (ACQ). Secara khusus, orang tua dan/ atau anak remaja diminta untuk memilih

satu topik dari daftar item yang mereka ingin rubah atau yang menampilkan wilayah dari

ketidaksetujuaan (sebagai contoh, waktu yang diluangkan sebaga satu keluarga, tugas sehari-

hari, kritik dan apresiasi, upah, pekerjaan rumah, dan teman). Setelah 10 sampai 15 menit

diskusi, anggota keluarga lainnya memilih topik baru.

Tantangan kedua adalah mengidentifikasi unit analisis. Sebagaimana yang diharapkan

memberikan kompleksitas bahasa, tanda nonverbal, tindak tutur, percakapan, dan pembangunan

makna selama episode interaksi, keputusan peneliti menyangkut perilaku objek yang diteliti,

pemisahan (isolated )merupakan tahap kritis dalam proses penelitian. Setelah unit analisis

dipisahkan, para peneliti harus menentukan bagaimana menggunakan unit ini. Unit interaksi

dapat digunakan sebagai data kategoris dan dihitung. Alternatifnya, unit interaksional (berkisar

dari pernyataan tunggal menuju perubahan bicara yang besar) dapat digolongkan dan kemudian

diukur oleh pemberi kode yang terlatih dalam Skala Likert untuk menaksir bebereapa jenis dari

kualitas pesan (sebagai contoh, perilaku komunikati positif dan negatif). Sebagai satu hal yang

benar bagi setiap keputusan metodologis, keputusan coding diharuskan untuk dapat

menunjukkan keujitahanan dalam aplikasinya, dan validitas dalam konseptualisasinya, dan

berguna untuk mempertemukan tujuan dari investigasi.

DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF

Secara umum, desain kuantitatif yang digunakan dalam penelitian komunikasi keluarga

mencerminkan metode tradisional dari ilmu sosial. Perbandingan kelompok digunakan untuk

Page 10: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

menentukan bagaimana variabel kepentingan verveda antara kelompok. Asiasi diantara variabel

dan desai korelasi dapat menentun apakah variabel kepentingan secara sistematis berhubungan

dengan satu sama lain.

Perbandingan Kelompok:

DESAI EKSPERIMEN DAN QUASI-EKSPERIMEN

Perbandingan kelompok merupakan desain penelitian penting untuk peneliti kemonukasi

keluarga, memungkinkan mereka untuk menentukan pertenyaan mengenai bagaimana fungsi

komunikasi dalam keluarga sebagai suatu hal yang berdampak pada keadaan lainnya. Pada

desain eksperimen secara keseluruhan, asumsi sebab akibat dapat diuji dikarenakan kendali pada

penjelasan alternatatif tergolong tinggi. Sampel dipilih secara acak dari populasi, variabel

independen secara sistematis dimanipulasi, partisispan ditugaskan secara acak kedalam

kelompok-kelompok, dan kelompok pengendali/ control menentukan dasar untuk memastikan

dampak memiliki hubungan dengan manipulasi tersebut. Desain eksperimen sebenarnya dalam

penelitian komunikasi keluarga sangat langkah dikarenakan sangat sulit untuk mendapatkan

seluruh kriteria untuk desain eksperimen sebenarnya (cummings & cummings, 1995).

Prosedur yang biasanya dibuat adalah untuk menggabungkan manipulasi esperimen sebagai

bagian dari satu studi yang lebih luas. Sebagai contoh, sebagai bagian dari studi dampak

kekerasan dalam televise terhadap respon anak dalam masalah intrpersonal, Kremar (1998)

menggunakan sampel dari perekrutan anak-anak dengan izin orang tua pada tingkat/kelas K

sampai 6 tetapi secara acak menugaskan mereka untuk melihat 3 klip dari Walker, Texas

Ranger, keseluruhan klip menunnjukkan tindakan agresi, tetapi motivasi dan hukuman pelaku

untuk tindakan kekerasan, dimanipulasi. JIka anak-anak ditaya oleh pewawancara apakah

perilaku orang tersebut benar atau salah dan bagaimana yang benar dan salah. Mereka kemudian

menunjukkan buku cerita kecil dengan gambar dan tulisan untuk dapat melihat jika mereka lebih

memilih solusi agresif dan nonagresif untuk masalah interpersonal. Sebagai tambahan, mereka

menyelesaikan versi yang telah dimodifikasi oleh FCP. Regresi digunakan untuk menentukan

apakah respon anak dapat diprediksi melalui kontrol dimensi dalam komunikasi keluarga.

Pada dua studi mengenai dampak konflik perkawinan pada anak, rekaman video dikonstruksikan

untuk menampilkan baik ibu atau ayah yang menginisiasi konflik dan menampilkan satu dari

Page 11: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

sepuluh jenis taktik konflik berkisar dari sangat negatif (agresif fisik) sampai normal (diskusi)

menuju sangat positif (kasih sayang). Anak-anak diberitahukan untuk berimajinasi bahwa

pasangan-pasangan tersebut merupakan orangtua mereka dan mereka berada pada ruangan dan

ikut mengobservasi percakapan. Setelah melihat setiap rekaman, mereka diminta oleh

pewawancara untuk merespon seri pertanyaan. Pertanyaan tersebut didesain untuk mengukur

reaksi mereka terhadao konflik yang diobservasi.

Beberapa peneliti melakukan structural equation modeling (SEM) untuk menampilkan hubungan

sebab akibat tanpa harus menggunakan seluruh aspek dari desain eskperimen. SEM

menggambarkan jalur analisis dan memungkinkan peneliti untuk menguji model teoritis

alternative yang menjelaskan hasilnya. Sebagai comtoh, Mann dan Gilliom (2002) menggunakan

SEM dan penjelasan yang dievaluasi untuk mengetahui permasalahan pada orang dewasa

(mahasiswa) sebagai satu respon terhadap konflik keluarga pada masa kanak-kanak. Pada kasus

yang sama, Crokenberg dan Langrock (2001) menggunakan SEM untuk menguji beberapa

kemungkinan penjelasan untuk mengasosiasikan diantara persepsi orangtua yang bercerai

mengenai struktur keluarga, perasaan orangtua mengenai perceraian dan komunikasi orangtua-

anak mengenai perceraian.

Membandingkan dengan desain eksperimen yang benar, desain quasi eksperimen secara umum

memasukkan perbandingan kelompok-kelompok pada beberapa variabel kepentingan, yang

biasanya didapat literatur komunikasi keluarga. Kelompok-kelompok cenderung bertindak secara

alami atau membentuk data self-report. Sample besar dapat digambarkan dari populasi yang utuh

atau bercerai, tetapi anggota dari kelompok ini tidak dapat secara acak tidak bisa menceritakan

kondisi yang sama berturut-turut. Sebagai hasilnya, peneliti menawarkan tuntutan sebab akibat

dengan peringatan. Meskipun praktik komunikasi memang secara statistik berbeda antara

orangtua yang utuh dan bercerai, adalah suatu hal yang mungkin untuk mengetahui apakah

perbedaan macam itu dapat mengakibatkan perceraian atau disebabkan oleh perceraian.

Perbandingan kelompok quasi eksperimen menyediakan informasi berharga mengenai

konsekuensi dari komunikasi keluarga. Secara umum, dua pendekatan memberikan karakter

bagaimana suatu variabel komunikasi digunakan dalam desain quasi eksperimen: komunikasi

sebagai variabel dependent dan komunikasi sebagai variabel independent.

Page 12: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Dalam studi yang menggunakan komunikasi sebagai variabel dependent, keluarga dikategorikan

menurut variabel yang telah ada sebelumnya yang kemungkinan mempengaruhi pola komunikasi

keluarga. Melukiskan suatu karakteristik sebagai variabel independent (contoh, struktur

keluarga), dan kategori yang ada di dalamnya (sebagai contoh, pernikahan pertama, perceraian

yang tidak rujuk, perceraian yang rujuk) yang berlaku sebagai tingkatan.variabel dependent

merupakan self-report dari praktik komunikasi keluarga, yang biasanya ditambah oleh ukuran

kepuasan dalam hubungan, atau perilaku anak-anak, kepercayaan diri, atau penyesuaian sosial.

Sebagai contoh, permasalahan orangtua seperti masalah alkoholik disadari sebagai variabel

exogenous yang memengaruhi komunikasi keluarga dan penyesuaian sosial anak-anak. The

Children of Alcohilics Screening Test (CAST) merupakan 30 item, respon ya/tidak, dalam data

self-report yang memperkirakan kebiasaan alkoholik kepada orangtua seseorang. Anak-anak

yang telah dewasa biasanya dapat melengkapi pengukuran ini dan mengelompokkan kepada

“orangtua alkoholik” atau “orangtua nonalkoholik”.

Pengukuran dependent yang membandingkan antar kelompok bisa memasukkan kompetensi

komunikasi anak-anak (empati, manajemen interaksi, fleksibelitas perilaku, dan kegelisahan

komunikasi) atau menampilkan penjiplakan dan keterampilan sosial (ekspresi emosional,

sensitivitas emosional, ekspresi sosial, dan sensitivitas sosial).

Kemungkinan dapat dikatakan variabel yang biasanya paling independent dalm hal ini

mengalami perubahan dalam struktur dan komposisi keluarga. Studi ini cenderung

merefleksikan, secara implisit atau eksplisit, satu pandangan terhadap keluarga sebagai kesatuan

sistem ekologis. Situasi seperti adopsi anak, perceraian, rujuk, dan lainnya memberikan

perubahan kepada lingkungan keluarga dan memotivasi anggota keluarga untuk menjaga

stabilitas keluarga disamping mendukung perubahan struktur.

Grenwald (1995) membandingkan tiga tipe dari struktur keluarga: keluarga biologis, keluarga tiri

yang terbentuk setelah kematian suami/ayah, dan keluarga tiri yang terbentuk setelah perceraian.

Sebagaimana yang diperkirakan, keluarga tiri terbentuk setelah perceraian menghasilkan

komunikasi yang sangat bermasalah (diukur melalui PACS), khususnya bagi anak remaja

perempuan. Lanz ya Fratte, Rosnati, dan Scabini (1999) membandingkan 3 tipe dari struktur

keluarga Italia: keluarga yang utuh, keluarga yang terpisah, dan keluarga yang diadopsi antar

Page 13: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

negara. Sepanjang 3 tipe dari struktur keluarga remaja dalam keluarga yang terpisah mengalami

lebih banyak kesulitak komunikasi (diukur oleh PACS) dengan kedua orangtua yang

dibandingkan dengan tipe keluarga lainnya, sementara remaja adopsi mengalami komunikasi

yang lebih positif dibandingkan dengan orangtua biologis mereka.

Dalam satu studi yang menggambarkan secara eksplisit mengenai teori sebagai satu prediksi,

Afifi dan Schrodi (2003) menggunakan teori manajemen untuk memberikan alasan bahwa dalam

keluarga pasca perceraian, induividu cenderung lebih memlihara ketidaktentuan mereka dengan

cara menghindari beberapa diskusi. Sampel besar pada dua remaja ( usia 12-18) dan remaja yang

telah dewasa dan merupakan mahasiswa (usia 19-22) dikategorikan sebagai anggota dari

pernikahan pertama keluarga yang utuh, keluarga yang bercerai dan rujuk, dan keluarga yang

berceraii dan tidak rujuk. Variabel dependent memasukkan persepsi dari anggota keluarga

(sebagai contoh, emosi, perilaku, dan nilai) dan memperkirakan akurasi perasaan terhadap

anggota keluarga, bagian dari keluarga (sebagai contoh, perasaan terhadap orang tua atau orang

tua angkat mereka ), kedekatan, dan kepuasan.

Akhirnya, meskipun tidak biasa dengan perbandingan terhhadao keluarga utuh dan bercerai

memerapa peneliti beranggapan meningkatnya perubahan pada struktur keluarga ketika keluarga

dibutuhkan dalam – pemeliharaan rumah dari anak-anak mereka yang telah dewasa. Sebagai

contohh, Bethea (2002) menemukan bahwa kepuasan komunikasi terhadap kepedulian pasangan

pada orang tua di rumah mereka lebih rendah dari pasangan yang mirip secara demografi.

Pendekatan kedua dalam desain eksperimen-quasi mengunakan pola komunikasi keluarga

sebagai variabel independen. Berdasrkan pada self-report dari praktek komunikasi yang

diselesaikan oleh orang tua dan/atau anak, jenis komunikasi keluarga dibentuk dan digunakan

sebagai tingkatan untuk varabel independen. Hasil seperti kepuasan relasi, perasaan anak

terhadap diri mereka dan anggota keluarga lainnya atau penyesuaian sosial anak (khususnya di

sekolah) dibandingkan sebagai variabel dependen yang tepat pada jenis-jenis komunikasi

keluarga.

Pendekatan ini mengharuskan metode dua langkah yang ditugaskan pada partisipan terhadap

kelompok. Partisipan pertama harus menyelesaikan instrument yang mengukur pola komunikasi

dalam keluarga. Peneliti kemudian menggunkana statistik yang tepat (khususnya pembelahan

Page 14: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

median atau deviasi standar delimeters) untuk menetapkan partisipan (atau keluarga) untuk

kategori yang tepat dalam tipologi.

PACS dan FCP seringkali digunakan dalam menentukan tipe komunikasi keluarga. Fitzpatrik et

al. (1996), sebagai contoh, menemukan perbedaan dampak pada perilaku sosial anak di sekolah

merujuk pada pola komunikasi keluarga yang terjadi di rumah. The Family Environment Scale

(FES) juga digunakan untuk mengidentifikasi jenis keluarga yang didasarkan pada tingkat

konflik dalam rumah. Toomey dan Nelson (2001) menemukan bahwa perilaku masa remaja

terhadap jumlah dari pasangan seksual dibedakan berdasarkan pada klasifikasi konflik pada

keluarga mereka.

DESAIN KORELASI DAN REGRESI

Desain korelasi biasa ditemukan pada penelitian komunikasi keluarga. Meskipun mereka tidak

tepat untuk menguji rangkaian hubungan sebab akibat, mereka menyediakan kesempatan untuk

memperkirakan variasi yang dapat dibagi antara variabel dan, ketika berhubungan dengan

analisis regresi, untuk memperkirakan jumlah dari variasi dalam variabel kriteria yang

dimasukkan ke dalam variabel prediktor. Sama halnya dengan desain perbandingan kelompok,

desain korelasi posisi komunikasi keluarga sebagai satu respon untuk variabel exogenous atau

sebagai bagian yang memengaruhi variabel hasil seperti kepercayaan diri anak, penyesuaian

sosial, atau perilaku di luar rumah. Lebih lanjut lagi, desain korelasi dapat digunakan untuk

memberikan profil detail dari tipe pesan dan interpretasi yang membentuk karakter sistem

komunikasi keluarga. Ketiga format ini diilustrasikan sebagai berikut,

Dalam studi mengenai kemungkinan pengaruh dari norma yang terdapat pada tempat bekerja

orangtua terhadap pola komunikasi keluarga, Ritchie (1997) mengukur norma tempat bekerja

yang dialami oleh orangtua dan pola komunikasi keluarga yang diukur melalui skala FCP yang

telah direvisi. Dia menemukan korelasi kuat antara variabel tersebut.

Pendekatan paling umum yang telah digunakan adalah memposisikan komunikasi keluarga

sebagai bagian kondisi yang memengaruhi perilaku anak terhadap berbagai variasi konteks.

Clark dan Shields (1997) mengumpulkan data dari siswa SMA yang menyelesaikan PACS dan

skala self-report. Mereka menemukan bahwa komunikasi terbuka berhubungan dengan

rendahnya frekuensi dan rendahnya kejahatan serius, khususnya bagi remaja laki-laki. Ennett,

Page 15: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Bauman, Foshee, dan Hicks (2001) menggunakan sample nasional dari pasangan remaja

orangtua yang diwawancara melalui telepon dua kali setahun secara terpisah. Komunikasi

mengenai aturan dan disiplin memprediksi eskalasi penggunaan tembakau dan alkohol. Desain

korelasi memungkinkan penulis untuk melakukan konfirmasi dengan menciptakan hubungan

kurva linear.

Investigasi menggunakan ukuran kuantitatif dari pola interaksi juga mencari kemungkinan

pengaruh perilaku anak di luar rumah. Dua asumsi alternatif mendasari investigasi ini. Pertama,

pada bagian luas dari model komunikasi anak terhadap apa yang mereka temukan di rumah (teori

pembelajaran sosial), pola interaksi keluarga mungkin memengaruhi komunikasi anak dengan

teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Kedua, pola interaksi keluarga memengaruhi

kepercayaan diri anak, gaya yang diikuti, dan penyesuaian sosial, pola interaksi keluarga

sebaiknya memiliki efek tidak langsung terhadap komunikasi mereka di luar rumah.

Dalam satu investigasi bagaimana iklim emosional dikomunikasikan pada penyesuaian sekolah

anak dan pengaruhnya di rumah, Boyum dan Parke (1995) merekam percakapan makan malam

dari 50 keluarga yang memiliki anak TK. Obeserver independent memberikan kode dampak

langsung oleh anggota keluarga kepada pasangan tertentu menggunakan kategori pengaruh

Gottmams (1998). Sebagai tambahan, keluarga yang menyelesaikan FEQ hasilnya

mengindikasikan bahwa kedua pola dari dampak observasi yang ditampilkan dan self-report

yang memengaruhi intensitas dan kejelasan yang diprediksi melalui rating sosio matris dari anak-

anak oleh temen sekelas dan gurunya. Meskipun studi mengindikasikan hubungan antara

komunikasi keluarga dan variabel hasil seperti perhatian sarjana yang menemukan bentuk bagian

desain korelasi sebaiknya dicocokkan dengan penelitian longitudinal (Fincham, Grych, dan

Osborne, 1994).

Desain korelasi juga digunakan untuk membentuk profil dari sistem keluarga. Pengukuran self-

report dan pengkodean terhadap percakapan aktual (oleh obeserver terlatih dan/atau anggota

keluarga) dapat dihubungkan dengan pengukuran dari bentuk relevan untuk mengetahui

bagaimana anggota keluarga membentuk praktik komunikasi mereka dan budaya keluarga.

Para peneliti dapat membentuk profil keluarga dalam dua cara. Pertama, mereka dapat

mengumpulkan data dari anggota keluarga menggunakan berbagai ukuran: data self-report,

Page 16: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

kodefikasi terlatih untuk interaksi, dan evaluasi anggota pada interaksi yang sama. Sillars et al.

(2005) menggunakan sample dari 50 rangkaian orangtua-remaja. Setiap orang menyelesaikan

ACQ untuk interaksi yang mengindikasikan apa yang orang ingin rubah dan apa yang orang lain

inginkan mereka untuk berubah. Rangkaian tersebut kemudian terkait dalam diskusi pemecahan

masalah. Setelah interaksi, setiap keluarga menampilkan segmen 30 detik. Kode pemikiran

diujikan dengan cara bertanya pada setiap orang mengenai apa yang mereka pikirkan dan apa

yang mereka percaya kedua anggota keluarga lain pikirkan. Anggota keluarga kemudian

menyelesaikan revisi FCP, ukuran dari konsep diri remaja dan lima item skala kepuasan

hubungan. Percakapan kemudian dituliskan dan dikodekan menggunakan sistem pengkodean

mode respon verbal. Hasilnya, diantara pola lainnya, terlihat kecocokan dibandingkan

komunikasi terbuka yang memprediksikan pemahaman orangtua selama interaksi.

Pendekatan kedua untuk membentuk profil dari sistem komunikasi keluarga adalah dengan

menggunakan model hubungan sosial (SRM). Menurut Cook dan Kenny (2004) SRM

menghubungkan komponen spesifik dari hubungan keluarga: pelaku (aktor), target (pasangan),

hubungan dan dampak keluarga (Halaman 361). Fungsi dari hal tersebut adalah untuk membantu

memisahkan hal-hal penting dari dinamika keluarga. Anak yang “bermasalah” sebagai contoh,

hanya dapat menjadi masalah selama interaksi dengan orangtua, atau saudara, atau dengan

seluruh anggota keluarga. Desain Robin memungkinkan perkiraan terhadap setiap anggota

keluarga (aktor dan target), kombinasi dari seluruh kemungkinan dan nilai total untuk seluruh

kombinasi dalam keluarga. Dalam studi menggunakan SRM, Hasiung dan Bagozzi (2003)

menunjukkan pola kompleks dari pengaruh dan persuasif diantara anggota keluarga dalam

keputusan untuk membeli mobil.

Sebagai kesimpulan, metode kuantitatif menjelaskan sejarah panjang dalam penelitian

komunikasi keluarga. Kontrol statistik yang digunakan untuk peneliti memungkinkan hasil

dibentuk oleh keluarga dalam satu sample. Dampak dan alasan atau pola asosiasi membantu

peneliti mengartikulasikan struktur kompleks dan fungsi dari komunikasi, dalam unit keluarga

dan sekitarnya. Metode kuantitatif tidak sesuai untuk seluruh pertanyaan dalam penelitian.

Dalam beberapa kasus, analisis kualitatif lebih tepat.

METODE KUALITATIF

Page 17: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Dibentuk dalam pradigma interpretatif, peneliti kualitatif mempelajari perilaku manusia sebagai

satu jalan, sebagai satu tipe dari tindakan yang memiliki arti dari budaya yang berbeda dan

kelompok sosial dimana orang bersosialisasi. Tujuan dari peneliti interpretatif adalah untuk

memahami apa arti tindakan bagi orang-orang, dimana mereka biasanya lakukan melalui

pengumpulan data nonnumerik, baik tertulis dan oral. Untuk mengerti bagaimana anggota

keluarga memberikan arti dari pengalaman mereka peneliti kualitatif keluarga menggunakan satu

metode percakapan dan analisis naratif, etnografi, autoetnografi, dan wawancara kualitatif.

ANALISIS PERCAKAPAN

Analisis percakapan (CA) merupakan bentuk khusus dari diskursus analisis yang didasarkan

pada studi interaksi antara manusia (Baxter dan Babbie, 2004). Dalam penelitian CA, elemen

verbal dan nonverbal dari percakapan secara tradisonal diabadikan menggunakan audiotape dan

videotape, yang berubah melalui sistem transkripsi notasi yang dikembangkan oleh para peneliti

atau analis percakapan di lapangan (Baxter dan Babbie, 2004). Transkripsi percakapan memiliki

jalur terhadap berbagai interaksi. Sistem notasi menggunakan simbol tertentu, yang

memungkinkan para peneliti untuk memetakan bagian para linguistik percakapan. CA

merupakan metode sistematis dalam penelitian kualitatif (Fitch, 1994). Sebagian besar peneliti

CA menghabiskan waktu menganalisa hanya satu transkripsi atau sekuen percakapan (Baxter

dan Babbie, 2004). Dalam contoh klasik dari CA, Abu-Akel (2002) merekam satu percakapan

makan malam diantara keluarga Amerika-Eropa yang berbahasa Inggris. Analisis

mengidentifikasi bagaimana anggota keluarga memperkenalkan, menyokong, mengganti,

menghentikan, dan mengakhiri topik percakapan. Abu-Akel menemukan bahwa keberhasilan

dan kesalahan dari satu topik berakar pada psikologis dan aturan sosial dalam percakapan.

Dalam bagian dari tujuan penelitian, analis percakapan tertarik pada spektrum luas dari

bagaimana orang mengkonstruksikan aturan sosial sehari-hari dan artinya melalui percakapan.

Analis percakapan menemukan bagaimana kerja bahasa untuk menciptakan struktur interaksi

fungsi, relasi dan komunikasi, dan batasan dalam struktur untuk menciptakan makna (Baxter dan

Babbie ,2004).

STUDI ETNOGRAFIS

Page 18: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

Sama halnya dengan CA, metode etnografi dipakai untuk membantu para peneliti untuk mengerti

bahwa orang berkomunikasi satu sama lainnya dalam kehidupan sehari-hari (Carbauh,1995).

Dikonseptualisasikan oleh Phillipsen (1992) sebagai etnografi dalam komunikasi, interaksi

dikenali sebagai satu konstruksi sosial yang melekat dalam budaya dan praktik kebudayaan.

Tujuannya adalah untuk mengobservasi dan menggambarkan pola pengenalan dalam pidato yang

diberikan oleh komuitas. Menurut Phillipsen, percakapan komunitas merupakan wacana

universal dalam satu hal yang diatur dengan baik, pola khusus dari makna dan tindakan (halaman

4). Itu bisa berarti kelompok mana saja dari orang-orang dengan satu pola sosial bahasa yang

digunakan untuk membuat pemaknaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Keluarga dapat

membentuk satu komunitas, Phillipsen berargumen bahwa berbicara merupakan fenomena

penting dari belajar.

Peneliti menggunakan metode etnografi yang secara umum mempelajari komunikasi keluarga

dalam perbedaan budaya keluarga. Hal ini berarti, mempelajari keluarga melalui budaya dari

dalam dan luar Amerika Serikat untuk mengerti lebih banyak budaya secara umum (Diggs dan

Socha, 2004). Sebagai contoh, meskipun komunikasi keluarga bukan merupakan fokus utama,

lporan Phillipsen mengenai komunikasi di Teamsterville menggarisbawahi praktik komunikatif

dalam mendisiplinkan anak-anak. Weider dan Pratt (1990) menggunakan pengumpulan data dari

observasi partisipan Pratt di suku Indian Osage untuk menggambarkan bagaimana Indian

menjadikan diri mereka dikenali sebagai Indian sebenarnya di dalam dan luar budaya mereka.

Melalui praktik penamaan 2 Indian dapat berarti satu sama lain sebagai satu saudara laki-laki

atau perempuan. Setelah melakukan hal tersebut, hubungan yang mengambil cakupan yang sama

dalam hak-hak obligasi yang seseorang miliki dalam satu hubungan antara saudara laki-laki.

METODE AUTOETNOGRAFIS

Penemuan hubungan antara identitas peneliti dan fenomena budaya atau praktik yang dia

observasi membentuk metodologi praktik yang baru: autoetnografi. Autoetnografi merupakan

praktik penelitian yang menghubungkan seseorang dengan budaya, menempatkan diri dalam

konteks sosial (Holt, 2003). Peneliti menggunakan diri mereka sebagai alat untuk meneliti

hubungan komunikatif diantara anggota dari satu kebudayaan (Holt, 2003). Menurut Ellis dan

Bochmer, 2000, autoetnografi secara umum dituliskan oleh orang pertama dan digabungkan dari

berbagai dialog, emosi, dan alam bawah sadar. Autoetnografi memperoleh popularitas

Page 19: Pendekatan Metodologis Untuk Studi Komunikasi Keluarga

dikarenakan hal tersebut memungkinkan peneliti menjadi reflektif terhadap diri sendiri. Sebagai

tambahan Berger (2001), beragumen bahwa menggunakan metode autoetnografi dapat

membantunya untuk mendapatkan dan memelihara tingkat tinggi dari rapor dengan partisipan

yang diobservasi.