PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN … · Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh...
Transcript of PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN … · Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh...
PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN KRITERIA
HEMAT ENERGI TERHADAP KUALITAS ESTETIKA VISUAL
ORYZA NIKITA M U
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
ORYZA NIKITA M U. Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman dan
Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual. Dibimbing oleh ANDI
GUNAWAN.
Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh manusia menyebabkan
emisi karbondioksida dan efek rumah kaca. Akibat lanjutan dari peningkatan
emisi karbondioksida adalah pemanasan global yang memberi dampak nyata
terhadap perubahan kualitas lingkungan dan iklim. Kawasan pemukiman dan
komersil menyumbangkan lebih dari 40% emisi karbondioksida secara global
dalam aktivitasnya (Cowan dan Sim, 2007). Penghematan energi pada unit
lanskap rumah tinggal akan turut berperan dalam usaha menyelamatkan
lingkungan salah satunya dengan menerapkan konsep hemat energi. Taman
merupakan bagian dari unit lanskap rumah tinggal yang ikut berpengaruh dalam
mewujudkan konsep hemat energi.
Menurut Kurniawaty (2011) efisiensi energi yang dilakukan oleh unit
lanskap rumah tidak lepas dari komponen pembentuk yang digunakan dalam
mendukung konsep hemat energi. Komponen tanaman, air dan perkerasan
merupakan elemen yang berpengaruh langsung dalam pembentukan taman rumah
hemat energi. Masing-masing elemen pembentuk mempunyai variabel pendukung
yang diklasifikasikan menurut masing-masing kriteria. Konsep hemat energi dapat
diuraikan menjadi tiga klasifikasi yaitu Konsep hemat energi tingkat rendah (C1),
konsep hemat energi tingkat sedang (C2), dan konsep hemat energi tingkat tinggi
(C3) sesuai kemampuannya mengatur penggunaan energi secara tepat guna.
Kriteria konsep hemat energi rendah hingga konsep hemat energi tinggi berturut-
turut mengalami peningkatan dalam kuantitas maupun kualitas variabel
pendukungnya. Dapat dikatakan kualitas hemat energi tinggi memiliki
kemampuan mengatur penggunaan energi paling baik jika dibandingkan dengan
konsep hemat energi rendah dan sedang.
Sebuah desain tidak terlepas dari aspek fungsional dan aspek estetika.
Desain yang betujuan untuk kepentingan ekologis seringkali belum dapat
menampilkan estetika yang baik dan dibutuhkan kreativitas desainer agar dapat
diterima oleh masyarakat (Yeang, 2006). Aspek estetika taman rumah menurut
VanderZanden dan Rodie (2008) dapat dibentuk melalui aplikasi prinsip-prinsip
desain seperti, unity, rythm, contrast, proportion, balance, dan sebagainya. Secara
hipotesis komposisi yang diciptakan dengan menggunakan elemen-elemen hemat
energi dapat melibatkan prinsip desain untuk memunculkan kualitas estetika
visual dari desain taman rumah tinggal.
Dibentuk empat komposisi untuk desain taman rumah hemat energi.
Komposisi pertama (K1) merupakan kontrol yang tidak diberikan perlakuan
prinsip desain, sedangkan tiga komposisi lainnya dibentuk berdasarkan prinsip
komposisi Reid (1993). Komposisi kedua (K2) menerapkan prinsip desain unity
dan harmony, komposisi ketiga (K3) menerapkan prinsip interest dan harmony,
dan komposisi keempat (K4) mengaplikasikan prinsip unity dan interest.
Kombinasi dari kriteria hemat energi dan komposisi membentuk 12 model
komposisi. Untuk mengetahui kualitas estetika komposisi akan dilakukan
pendugaan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) (Daniel dan
Boster, 1976). Pendugaan dilakukan kepada 32 responden.
Hasil dari pendugaan menunjukan 12 komposisi berada dalam kualitas
estetika sedang dan tinggi dengan nilai kualitas estetika desain taman rumah
tinggal berkisar antara -110 – 128. Lanskap dengan nilai SBE tertinggi
merepresentasikan lanskap yang paling disukai dan lanskap dengan nilai SBE
terendah menggambarkan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster, 1976).
Pada uji F yang dilakukan pada ketiga kriteria hemat energi dan keempat
komposisi dengan uji taraf nyata 0,05 menunjukan bahwa faktor kriteria dan
komposisi berpengaruh signifikan terhadap respon. Sehingga dapat disimpulkan
kriteria hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam menentukan
kualitas estetika dalam sebuah desain.
Dari segi kriteria hemat energi kriteria hemat energi rendah memiliki nilai
rata-rata SBE 102. Untuk kriteria hemat energi sedang dan hemat energi tinggi
memliki nilai rata-rata SBE berturut-turut 146 dan 172. Terdapat peningkatan
kualitas estetika dari kriteria konsep hemat energi rendah hingga konsep hemat
energi tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin meningkat kriteria hemat
energi maka kualitas estetikanya semakin meningkat.
Penilaian kualitas estetika pada komposisi komposisi kontrol (K1) memiliki
nilai SBE rata-rata paling rendah yaitu 36 dan komposisi empat (K4) memiliki
nilai SBE rata-rata paling tinggi yaitu 204. Dengan kata lain dapat disimpulkan
komposisi keempat (K4) yang menerapkan prinsip desain unity, interest dan
rythm merupakan komposisi yang paling disukai, sedangkan komposisi kontrol
(K1) yang tidak menerapkan prinsip desain merupakan komposisi yang kurang
disukai.
Secara keseluruhan kondisi awal desain pada kriteria hemat energi rendah
(C1K1) memiliki nilai SBE terendah, yaitu -110. Lanskap ini kurang disukai oleh
responden karena kesan gersang dan panas yang ditimbulkan oleh desain. Kriteria
hemat energi rendah membatasi penggunaan elemen-elemen desain yang
digunakan untuk membentuk estetika. Model taman rumah ini juga tidak
menerapkan prinsip desain dalam komposisinya.
Desain taman rumah dengan kombinasi kriteria hemat energi tinggi dan
komposisi empat (C3K4) memiliki nilai SBE paling tinggi, yaitu 128. Lanskap ini
disukai oleh responden karena kesan teduh yang diciptakan oleh bayangan tajuk
pohon yang menutup hampir semua rumah dan kehadiran air mancur dalam taman
yang merupakan salah satu kriteria konsep hemat energi tinggi. Komposisi yang
digunakan dalam desain taman berperan memberikan kesan natural pada elemen-
elemen pembentuk taman.
Penelitian ini menghasilkan simpulan parameter kriteria hemat energi dan
komposisi mempengaruhi kualitas estetika taman rumah tinggal. Semakin tinggi
kriteria hemat energi, semakin tinggi pula kualitas estetikanya. Desain taman yang
menerapkan kriteria hemat energi tinggi dan prinsip desain unity dan interest
memiliki kualitas estetika paling baik. Saran dari penelitian ini perlu penelitian
pada tapak real untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip hemat energi dan
prinsip desain terhadap besar penurunan suhu baik di dalam maupun di luar
rumah.
PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN KRITERIA
HEMAT ENERGI TERHADAP KUALITAS ESTETIKA VISUAL
ORYZA NIKITA M U
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Komposisi Elemen-elemen Taman dan Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas
Estetika Visual” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan
informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Januari 2012
Oryza Nikita M U
A440080070
® Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman dan Kriteria Hemat
Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual
Nama : Oryza Nikita M U
NRP : A44080070
Departemen : Arsitektur Lanskap
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr. Sc
NIP. 19620801 198703 1 002
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, Segala hormat bagi Allah Bapa atas kasih dan berkat yang
Tuhan Yesus berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian
yang berjudul “Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman Rumah Tinggal
Berbasis Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual” merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan program sarjana di
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Selama penulisan skripsi, penulis telah banyak menerima bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua, Papa (Ir. Toga M Pasaribu) dan Mama (Yovanca
Organy), juga Gabriel Tovano dan Joy Yovanovich atas dukungan moril,
materiil dan kasih sayang selama berkuliah di IPB sehingga dapat
menamatkan studi ini.
2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr. Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, dorongan, serta nasehat yang berharga selama penulisan
skripsi ini.
3. Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA dan Pingkan Nuryanti, ST, M.Eng
selaku dosen penguji ujian skripsi atas saran dan masukan untuk
menyempurnakan pembuatan skripsi.
4. Teman-teman Arsitektur Lanskap 45 atas semua petualangan dan
kebersamaan dalam senang maupun susah selama perkuliahan.
5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Ka Rini Avryani, Eduwin Eko F,
Fadil Mujib, Rimbo Hasahatan yang saling memberikan semangat selama
pembuatan skripsi.
6. Gusti Andika Puri, Henny Priscilia, Kartika Probo, Hernika Kusumawati,
dan Herwi Rahmawati atas kebersamaan selama perkuliahan di IPB.
7. Teman-teman ‘Pondok Putri’ (Dian Permata S, Annisa, Meylisa, Isa,
Erti, Rara, dll) atas semangat, dukungan, dan bantuan mengisi kuisioner.
8. Kakak-kakak ARL Angkatan 43 atas bantuan memahami perhitungan
kuisioner SBE dan motivasi, ARL Angkatan 44, 46 dan 47 atas semangat
dan dukungan.
9. Seluruh staf Departemen Arsitektur Lanskap (Mas Rahmat, Bu Yeni,
Mas Adi, Mba Sobariah, dll) atas bantuan administrasi selama pembuatan
skripsi.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menjadi referensi bagi penelitian di masa yang akan datang.
Bogor, Januari 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 April 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Toga M. Pasaribu dan
Yovanca O. Hutapea. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2002 di
SDN Lama Pasir Mandoge, Sumatra Utara. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama di SMPN Gunung Bayu, Sumatra Utara pada tahun
2005. Kemudian melanjutkan studi di SMA Bunda Hati Kudus, Cibubur dan lulus
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di
Institut Pertanian Bogor program studi Arsitektur Lanskap melalui jalur saringan
nasional masuk perguruan tinggi negri (SNMPTN).
Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan
diluar akademik antara lain menjadi anggota aktif Himpunan Mahasiswa
Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan pengurus Komisi Literatur Unit Kegiatan
Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (UKM PMK). Penulis pernah
mengikuti sayembara desain antara lain LPGE IPB (2011), AFAIR UI (2012), dan
WEX UGM (2012). Selain itu penulis mengikuti berbagai seminar dan pelatihan
yang medukung kegiatan akademis. Penulis berkesempatan menjadi Asisten
Praktikum mata kuliah Teori Desain Lanskap untuk angkatan 47 tahun ajaran
2011/2012.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ................................................................................... 2
Hipotesis .................................................................................................. 2
Kerangka pikir ......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Unit Lanskap Rumah Tinggal .................................................................. 4
Desain Ekologis ...................................................................................... 5
Konsep Hemat Energi .............................................................................. 7
Komposisi ............................................................................................... 9
Evaluasi Estetika Lanskap ....................................................................... 11
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi .................................................................................... 13
Metode .................................................................................................... 13
Desain ............................................................................................. 14
Kriteria hemat energi ................................................................. 14
Komposisi ................................................................................. 15
Kombinasi ................................................................................. 17
Evaluasi Estetika .............................................................................. 18
Responden kuisioner .................................................................. 18
Analisis data .............................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interaksi KriteriaHemat Energi dan Komposisi ........................................ 20
Kualitas Estetika Kriteria Hemat Energi .................................................. 22
Kualitas Estetika Komposisi .................................................................... 25
Kualitas Estetika Kombinasi .................................................................... 27
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Kedua (C1K2) ........... 27
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Ketiga (C1K3) .......... 28
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Keempat (C1K4) ....... 29
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Kedua (C2K2) ........... 30
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Ketiga (C2K3) .......... 31
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Keempat (C2K4)......... 31
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Kedua (C3K2) ............ 32
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Ketiga (C3K3) ........... 33
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Keempat (C3K4) ......... 34
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................. 36
Saran ...................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 37
LAMPIRAN ............................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir ...................................................................................... 3
2. Bagan alir penelitian ............................................................................. 13
3. Pola komposisi kedua (K2) ................................................................... 16
4. Pola komposisi ketiga (K3) ................................................................... 16
5. Pola komposisi keempat (K4) ................................................................ 17
6. Pengaruh kriteria hemat energi terhadap nilai SBE ................................ 22
7. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi rendah ..................... 23
8. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi sedang ..................... 24
9. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi tinggi........................ 25
10. Pengaruh komposisi terhadap nilai SBE ................................................. 26
11. Kriteria hemat energi rendah komposisi kedua (C1K2) ........................... 28
12. Kriteria hemat energi rendah komposisi ketiga (C1K3) ........................... 28
13. Kriteria hemat energi rendah komposisi keempat (C1K4) ........................ 29
14. Kriteria hemat energi sedang komposisi kedua (C2K2) ........................... 30
15. Kriteria hemat energi sedang komposisi ketiga (C2K3) .......................... 31
16. Kriteria hemat energi sedang komposisi keempat (C2K4) ....................... 32
17. Kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua (C3K2) ............................ 33
18. Kriteria hemat energi tinggi komposisi ketiga (C3K3) ............................ 34
19. Kriteria hemat energi tinggi komposisi keempat (C3K4) ........................ 35
DAFTAR TABEL
1. Variabel komponen hemat energi ............................................................ 8
2. Bagan kombinasi perlakuan ..................................................................... 18
3. Matriks hasil penilaian kualitas estetika .................................................... 20
4. Tipe Kualitas estetik (SBE) perlakuan komposisi dan kriteria hemat energi 21
DAFTAR LAMPIRAN
1. Site plan kriteria hemat energi rendah .................................................. 40
2. Site Plan kriteria hemat energi sedang ................................................... 42
3. Site Plan kriteria hemat energi tinggi ..................................................... 44
4. Kuisioner .............................................................................................. 46
5. Hasil uji lanjut ...................................................................................... 47
6. Uji perbandingan berganda Duncan terhadap faktor kriteria ................. 51
7. Uji perbandingan berganda Duncan terhadap faktor komposisi ............. 52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu pemanasan global dan peningkatan emisi karbon telah memberi
dampak nyata terhadap perubahan kualitas lingkungan dan juga iklim. Para ahli
secara keseluruhan meyakini bahwa hal ini dipicu oleh emisi karbon dioksida dan
efek rumah kaca yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam yang
dilakukan oleh manusia. Saat ini kawasan pemukiman dan komersil
menyumbangkan lebih dari 40% emisi karbondioksida secara global dalam
aktivitasnya. Secara tidak langsung dengan melakukan penghematan energi pada
unit lanskap rumah tinggal akan turut berperan dalam usaha menyelamatkan
lingkungan (Cowan dan Sim, 2007).
Konsep hemat energi merupakan salah satu solusi yang seringkali
dikaitkan untuk menangani pemanasan global. Dalam skala unit lanskap rumah
tinggal hal ini diterapkan menjadi pengunaan energi secara tepat guna. Efisiensi
energi yang dilakukan oleh unit lanskap rumah tidak lepas dari elemen dan
material yang digunakan, antara lain tanaman, air, bangunan, tapak, perkerasan,
dan penggunaan material yang berpengaruh dalam peningkatan emisi
karbondioksida. Selanjutnya elemen-elemen pembentuk ini akan diklasifikasikan
menurut kemampuannya mengatur penggunaan energi secara tepat guna menjadi
beberapa kriteria, kemudian disempurnakan dengan perilaku bijak pengguna
dalam memanfaatkan dan mengelola potensi sumberdaya unit lanskap rumah
tinggal seperti listrik, material, vegetasi, air, dan tanah (Kurniawaty, 2011).
Melalui pemahaman dan pelaksanaan konsep hemat energi secara tepat dapat
tercipta tempat tinggal yang sehat, aman, juga memberikan kenyamanan bagi
penghuninya, selain itu tercipta daya tahan bagi rumah sehingga meminimalisir
pengelolaan.
Menurut Yeang (2006) desain yang betujuan untuk kepentingan ekologis
belum dapat menampilkan estetika yang baik dan dibutuhkan kreativitas desainer
agar desain dapat diterima oleh masyarakat. Estetika taman rumah menurut
Vander Zanden dan Rodie (2008) dibentuk melalui aplikasi prinsip-prinsip desain
seperti, unity, rythm, contrast, proportion, balance, dan sebagainya. Komposisi
2
yang diciptakan dengan menggunakan elemen-elemen hemat energi diharapkan
dapat melibatkan prinsip desain untuk memunculkan kualitas estetika visual dari
desain taman rumah tinggal. Namun belum dapat diketahui apakah komponen
hemat energi dan komposisi dapat mempengaruhi kualitas estetika.
Dalam penelitian Pengaruh Komposisi Elemen-Elemen Taman Rumah
Tinggal Berbasis Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual, terlebih
dahulu dibentuk model representatif komposisi taman rumah hasil simulasi
komputer dalam bentuk 3D yang kemudian ditampilkan sebagai gambar 2D.
Kemudian dilakukan pendugaan kualitas estetika pada simulasi komposisi taman
rumah tinggal hemat energi dilakukan menggunakan metode Scenic Beauty
Estimation (Daniel dan Boster, 1976). Hasil dari pendugaan ini menampilkan
kualitas estetika model komposisi taman rumah tinggal hemat energi yang dapat
dikaji untuk mengetahui pengaruh komponen taman rumah hemat energi dan
komposisi dengan kualitas estetika.
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendesain taman rumah
tinggal sesuai dengan konsep hemat energi dengan menggunakan komposisi
melalui simulasi, serta mengkaji pengaruh elemen-elemen taman hemat energi
dan komposisi terhadap kualitas estetika.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran ideal dan
alternatif desain rumah tinggal berbasis konsep hemat energi dengan
menggunakan komposisi melalui simulasi yang mempertimbangkan kualitas
estetika.
Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adanya pengaruh faktor
kriteria hemat energi dan komposisi terhadap kualitas estetika visual.
3
Kerangka Pikir
Konsep hemat energi merupakan respon dari isu Global Warming yang
dapat diterapkan dalam unit rumah tinggal. Taman memegang peranan penting
dalam mewujudkan rumah tinggal hemat energi. Komponen taman merupakan
komponen hemat energi yang mempunyai kualitas fungsional. Komponen taman
rumah hemat energi menurut Kurniawaty (2011) masih didasarkan pada
pertimbangan fisik fungsional dan belum masuk pada ranah estetika. Prinsip
desain dapat diterapkan dalam mencapai taman rumah tinggal berbasis hemat
energi yang estetik. Desain hasil komposisi akan dikaji untuk mengetahui
pengaruh elemen-elemen pembentuk rumah hemat energi dan komposisi dengan
kualitas estetika. Bagan kerangka pikir dijelaskan lebih lanjut dalam Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pikir
Isu Pemanasan global
Konsep hemat energi pada taman rumah tinggal (Kurniawaty, 2011)
Aspek fungsional
Elemen-elemen pembentuk taman rumah tinggal sebagai
komponen hemat energi
Aspek estetika Kualitas
Fungsional
Kualitas
estetika
Prinsip Komposisi
Desain
Analisis Komposisi
versus Estetika
4
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Rumah
Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat
guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk,
ekonomi, komunikasi, teknologi dan transportasi. Pada sektor pemukiman hal ini
berpengaruh dengan meningkatnya pembangunan unit rumah tinggal.
Rekreasi merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia dimana seseorang
pada suatu waktu dan tempat melakukan sebuah kegiatan yang dapat
menghasilkan kebaharuan jasmani maupun rohani. Dewasa ini meningkatnya
kebutuhan manusia akan rekreasi berbanding lurus dengan meningkatnya tuntutan
hidup. Kurangnya waktu luang untuk rekreasi yang diakibatkan jam kerja yang
intensif untuk memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan kejenuhan. Selain itu
akses dan biaya yang cukup tinggi menjadikan rekreasi sulit dilakukan bagi
beberapa pihak.
Dalam hal ini taman rumah menjadi aset penting bagi individu dalam
pemenuhan kebutuhan rekreasi. Pengadaan taman merupakan solusi efektif untuk
rekreasi dimana akses yang mudah dan biaya yang minim menjadi salah satu
kelebihannya. Dengan menciptakan taman rumah berbasis estetika, seseorang
dapat melakukan rekreasi visual yang mengembalikan keadaan tubuh dan jiwa
menjadi rileks.
Taman rumah menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, merupakan daerah
pembinaan keluarga terdiri dari daerah hijau yang terdapat di daerah sekitar rumah
tinggal. Taman rumah tinggal sendiri dibentuk oleh komponen tapak dan
komponen taman. Komponen tapak merupakan suatu area untuk mendirikan
bangunan. Peraturan tata guna lahan mengatur keharmonisan pemanfaaatan lahan
untuk menciptakan rasio lahan terbangun dan tidak terbangun yang disebut
dengan intensitas penutupan lahan. Klasifikasi lingkungan perumahan dan
permukiman yang diatur dalam PERMENPERA No. 11/PERMEN/M/2008
(KEMENPERA, 2008) berdasarkan intensitas penutupan lahan, dibedakan atas:
a. rumah taman, dengan KDB lebih kecil dari 30%,
b. rumah renggang, dengan KDB 30% - 50%,
c. rumah deret, dengan KDB 50% - 70%.
5
Luas bangunan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hunian standar
yang umum dipasarkan pada perumahan modern tidak bertingkat dengan luas 45
m2 dan luas tanah 120 m
2 yang dapat menampung 1 kk terkecil terdiri dari 4 orang
(ayah + ibu + 2 anak). Taman yang digunakan dalam penelitian merupakan taman
depan rumah dengan luas 20 m2.
Komponen taman dikelompokkan menjadi dua, yaitu material lunak (soft
material) dan material keras (hard material). Material lunak terdiri dari tanaman,
dan elemen air. Material keras terdiri dari perkerasan, pagar dan tembok
pembatas. Masing-masing komponen berperan besar dalam pembangunan suatu
taman rumah tinggal. Dalam usaha menerapkan konsep hemat energi, elemen-
elemen taman rumah dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria hemat
energi.
Desain Ekologis
Konsep hemat energi merupakan respon dari perubahan lingkungan secara
global berupa degradasi lingkungan yang disebabkan karena menipisnya
sumberdaya alam akibat eksploitasi. Krisis tersebut memicu para aktivis untuk
menciptakan gerakan pembangunan yang ramah lingkungan disebut sebagai
konsep berkelanjutan. Dalam mencapai kondisi berkelanjutan muncul pendekatan
baru dalam desain, yaitu desain ekologis. Desain ekologis merupakan bentuk
desain yang meminimalkan dampak yang merusak lingkungan dengan
mengintegrasikannya pada lingkungan hidup. Gerakan desain ekologis
selanjutnya diikuti oleh green architecture, sustainable agriculture, ecological
engineering, dan gerakan lainnya.
Sedikit berbeda dengan praktek desain secara umum yang berfokus pada
hasil atau produk yang diciptakan, desain ekologis mencakup komponen, fungsi,
proses, hingga efek yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap perubahan
lingkungan (Yeang, 2006). Desain ekologis tidak menyarankan penggunaan sel
surya atau teknologi lainnya untuk menyelesaikan krisis energi. Sebaliknya desain
ekologi menganjurkan untuk meminimalisir penggunaan sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui diperbaharui. Karena inti dari krisis ini adalah energi
sehingga desain ekologis berperan dalam mengatur aliran energi.
6
Panel surya dan teknologi lainnya yang menggunakan energi tambahan
memang dapat mengurangi dampak dari perubahan lingkungan, akan tetapi begitu
asupan energi tambahan habis atau dihentikan alat-alat itu tidak lagi berfungsi.
Desain ekologis menjaga aliran energi dalam sebuah ekosistem, sehingga energi
tersebut berasal dan kembali kepada ekosistem tersebut.
Isu nyata pemanasan global yang berdampak langsung pada keseharian
manusia adalah perubahan iklim. Karena itu aplikasi dari desain ekologis banyak
mengacu pada permasalahan tersebut seperti yang juga akan dibahas dalam
penelitian ini. Pendekatan desain ekologis yang berupaya mempertahankan
ekosistem diterapkan dengan melibatkan alam dalam proses desain dalam
penelitian ini.
Proses desain sendiri menururt Bell (2004) meliputi tahap survey, analisis,
desain yang terintregiritas secara rasional. Hasil dari proses desain diharapkan
memberi solusi dari keadaan tapak dan kebutuhan pengguna, juga alternatif dari
solusi tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan tahapan proses desain yang serupa
hanya saja terdapat beberapa modifikasi dalam pelaksanaannya.
Secara garis besar desain dipengaruhi oleh dua aspek ,antara lain aspek
rasional berupa inventarisasi, analisis, program pembangunan, dan konstruksi.
Juga aspek intuitif berupa seni dari penataan bermacam bentuk, apresiasi estetika,
dan lainnya (Booth, 1983). Tetapi kebanyakan desain menitikberatkan pada aspek
inventarisasi dimana fungsi fisik lebih diperhatikan merujuk pada metode form
follow function, hal ini mengakibatkan fungsi estetika sering dikesampingkan.
Desain juga mencakup komposisi elemen-elemen menjadi penataan visual
yang baik. Tahap dasar dari proses desain bertujuan untuk mengidentifikasi pola-
pola yang ditemukan dalam tapak, kemudian menggubahnya menjadi produk
kreatif dalam solusi desain. Pola-pola ini mungkin saja berhubungan dengan
fungsi dari tapak tersebut sehingga terbentuk hubungan antara kedua aspek.
Dengan menyadari relasi antara aspek rasional dan aspek intuitif, serta menjaga
keseimbangan antara keduanya dapat dihasilkan desain yang tidak hanya
fungsional tetapi juga estetis.
Umumnya desain ekologis dianggap tidak memperhatikan aspek estetika
sehingga kurang dapat diterima oleh publik secara luas karena desain yang
7
dihasilkan berkesan liar dan berantakan (Yeang, 2006). Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa desain ekologis yang secara fungsional baik dapat
menunjukan kualitas estetika yang baik pula. Hal ini diperkuat oleh pandangan
Cowan dan Sim (2007) bahwa dengan menempatkan ekologi sebagai latar
belakang desain, diciptakan cara-cara khusus untuk meminimalkan energi dan
penggunaan bahan, mengurangi polusi, melestarikan habitat dan meningkatkan
kualitas komunitas, kesehatan, dan keindahan.
Konsep Hemat Energi
Dalam unit lanskap rumah, konsep hemat energi merupakan solusi terbaik
dalam menangani isu global warming. Dengan melakukan hal ini pemakaian alat
elektronik yang berfungsi untuk memberi kenyamanan dapat dikurangi. Konsep
hemat energi merupakan salah satu gaya hidup yang mengacu pada alam dan
berusaha mengurangi pemakaian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Salah satu metode penghematan energi pada unit lanskap rumah adalah dengan
menata taman dan tapak rumah tinggal sehingga memberi kenyamanan bagi
rumah baik pada musim kemarau maupun musim hujan (Reed, 2010).
Konsep hemat energi dapat digolongkan menjadi tiga tingkat yakni,
konsep hemat energi tingkat rendah (C1), konsep hemat energi tingkat sedang
(C2), dan konsep hemat energi tingkat tinggi (C3). Komponen utama unit lanskap
rumah dan persentasenya dalam mendukung konsep hemat energi terdiri dari,
komponen tanaman (48,3%), komponen air (24,4%), komponen bangunan
(10,9%), komponen tapak (10,7%), dan komponen perkerasan (5,8%)
(Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012).
Komponen tapak dan komponen bangunan tidak berpengaruh langsung terhadap
desain taman rumah tinggal, maka kriteria dari komponen ini akan diasumsikan
sama untuk ketiga tapak. Komponen tanaman, komponen air dan komponen
perkerasan merupakan elemen pembentuk taman rumah tinggal. Pemilihan jenis
elemen pada penelitian akan sesuai dengan kriteria konsep hemat energi. Variabel
elemen-elemen ini selanjutnya akan dijabarkan pada Tabel 1.
Konsep hemat energi tingkat rendah mencakup kombinasi komponen dan
variabel tanaman bernilai skor rendah, dengan perbandingan intensitas penutupan
8
lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien
dasar hijau sebesar (KDH) 60%:40%. Selain itu bukaan pada komponen bangunan
dari konsep ini relatif kecil. Kriteria desain tergolong rendah dan penggunaan
material yang kurang mendukung.
Tabel 1. Variabel komponen hemat energi
Elemen
pembentuk
Variabel Kriteria
C1 C2 C3
Tanaman Kerapatan
tajuk
Kerapatan
tajuk rendah
<25%
Kerapatan
tajuk tinggi
25%-75%
Kerapatan
tajuk tinggi
75%
Jumlah
tanaman
1 pohon
pelindung
2 pohon
pelindung
3 pohon
pelindung
Jarak dari
bangunan
< 2 m 3 m 4 m
Tata letak
tanaman
Hanya
halaman
depan atau
belakang
Hanya
halaman depan
atau belakang,
atau di
halaman depan
dan belakang
Di halaman
depan dan
belakang dan
atau halaman
samping
Jenis tanaman Perdu 1,5-3m Pohon kecil 3-
6 m
Pohon sedang
6 – 15 m
Air Air mancur Tidak ada
elemen air
Air statis atau
air mengalir
Air terjun atau
air mancur Air statis
Air terjun
Air mengalir
Perkerasan Perkerasan Jenis
perkerasan
porositas
rendah
Jenis
perkerasan
porositas
sedang
Jenis
perkerasan
porositas
tinggi
Pagar/dinding
pembatas
Masif dan
solid
Agak rapat
berongga
Renggang
berongga
Sumber: Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012
Konsep hemat energi tingkat sedang ditandai dengan kriteria tanaman
berskor sedang dan terdapat komponen air (water feature) yang membantu
modifikasi iklim. Perbandingan intensitas penutupan lahan dengan perbandingan
antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH)
50%:50%. Variabel utama dari bangunan yaitu bukaan dari konsep ini sudah lebih
9
lebar dengan komponen desain dan material yang sudah relatif mendukung tujuan
penghematan energi.
Konsep hemat energi tingkat tertinggi secara umum diduga komponen
tanaman sebagai komponen prioritas dengan nilai kriteria optimum. Perbandingan
intensitas penutupan lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan
(KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 40%:60%, dilengkapi komponen
air (water feature) sebagai stabilator suhu dengan variabel mancur (jets).
Komponen-komponen pembentuk taman ini juga ditunjang dengan penataan
taman dan tapak rumah tinggal untuk menciptakan taman rumah tinggal dengan
konsep hemat energi.
Komposisi
Tatanan atau susunan kumpulan elemen yang teratur guna memenuhi
kebutuhan manusia secara psikologis disebut sebagai komposisi. Komposisi
secara tidak langsung berpengaruh pada aspek estetika. Desain yang baik
ditunjang oleh komposisi yang baik. Secara sadar, komposisi diterapkan dalam
desain untuk mencapai estetika sejalan dengan penerapan fungsi dan penataan
spasial dari konsep desain. Untuk mempermudah pengaturan komposisi, diperoleh
dua hukum dalam mencapai arsitektur yang harmonis (Simonds, 2006), yaitu :
a. the law of the same, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui
komposisi struktur dengan pengulangan yang sama terhadap elemen,
bentuk ataupun ruang,
b. the law of the similiar, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui
komposisi struktur dengan pengulangan yang mirip tetapi lebih bervariasi
terhadap elemen, bentuk ataupun ruang.
Menururt Bell (2004) pembentukan komposisi sebaiknya berdasarkan
prinsip dasar desain dan komposisi bentuk. Beberapa prinsip desain yang
digunakan antara lain adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), dan
interest. Unity menggabungkan elemen-elemen desain menjadi sebuah kesatuan.
Secara keseluruhan terdapat kolerasi pada prinsip desain ini yang hasilkan dengan
menyatukan variasi elemen-elemen. Prinsip harmony membangun kemiripan
antara masing-masing elemen desain dengan keadaan disekitarnya. Harmony juga
10
membangun sebuah hubungan diantara elemennnya sehingga terdapat hubungan
yang kuat secara keseluruhan. Prinsip interest bukan prinsip dasar yang sering
digunakan dalam desain, tetapi prinsip ini punya pengaruh nyata dalam penataan
yang berhubungan dengan aspek estetika. Interest melibatkan variasi bentuk,
ukuran, warna, arah, juga pergerakan yang menciptakan perasaan ketertarikan.
Komposisi bentuk berupa elemen dasar seperti titik, garis, ruang, bentuk
yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai elemen-elemen taman. Selanjutnya
penggabungan dari prinsip dasar dan elemen dasar dipengaruhi oleh beberapa
variabel antara lain ukuran, posisi, warna, tekstur yang juga merupakan bagian
dari elemen desain (Bell, 2004). Dalam penelitian ini variabel komposisi yang
paling berpengaruh adalah posisi.
Aturan komposisi yang digunakan mengikuti komposisi menurut Reid
(1993) yang merupakan penggabungan dari beberapa prinsip desain, antara lain :
1. Unity, komposisi ini menggunakan prinsip unity sebagai dasar sehingga
dapat terlihat kesatuan dalam penataannya. Prinsip interest dapat terlihat
dari irama yang dihasilkan oleh elemen, namun hubungan yang diciptakan
tidak terlalu kuat sehingga prinsip harmony mempunyai keterlibatan yang
rendah.
2. Harmony, dalam komposisi ini keharmonisan dapat terlihat dari hubungan
yang kuat antar elemen. Prinsip interest juga terlihat dari posisi masing-
masing elemen yang variatif. Secara keseluruhan komposisi ini tidak
menunjukan kesatuan karena kurangnya korelasi antar masing-masing
elemen.
3. Unity and harmony, hubungan antar elemen kuat dalam komposisi ini
dengan digunakannya prinsip harmony, dan keterlibatan prinsip unity
menciptakan korelasi yang kuat. Prinsip interest mempunyai pengaruh
yang rendah karena kurangnya variasi dalam komposisi ini.
Dalam sebuah desain mungkin akan diikuti dua atau lebih prinsip desain
untuk menonjolkan prinsip desain utama. Prinsip-prinsip desain itu antara lain
rhytm (irama), emphasis (kontras), repitition (pengulangan), dan balance
(keseimbangan). Elemen desain selain garis dan bentuk diusahakan setara atau
11
sama pada semua komposisi sehingga mengurangi variabel baru yang akan
mempengaruhi peilaian kualitas estetika.
Dalam proses desain taman rumah berbasis konsep hemat energi, desain
dapat diciptakan dengan mengkomposisikan elemen-elemen pembentuk taman
rumah yang berkaitan dengan konsep energi dengan mengikuti kaedah yang
berlaku sehingga didapatkan taman rumah yang estetis.
Evaluasi Estetika Lanskap
Umumnya dalam estetika dilibatkan sebuah obyek, yang kemudian dapat
dirasakan melalui panca indera menjadi sebuah pengalaman subjektif atau
persepsi. Lebih dari 87% dari sensor perasa manusia adalah penglihatan, maka
umumnya sebuah persepsi lahir dari penglihatan. Kecenderungan seseorang
menilai suatu lanskap juga dinilai dari visualisasi lanskap tersebut, hal ini dapat
diwakili menggunakan foto atau simulasi yang mampu menggambarkan kondisi
sebenarnya (Daniel dan Boster 1976).
Estetika dan persepsi saling berkaitan dan jarang dapat diukur secara
kuantitas. Dasar pemikiran pendekatan evaluasi adalah bahwa orang-orang terlatih
dapat melakukan penilaian estetika lanskap yang berharga dan dapat diterima
secara umum. Lingkungan suatu tempat dapat dibaca deskripsinya dari
karakteristik tempat tersebut dan persepsi indera manusia. Berdasarkan hal itu
dapat dilakukan suatu metode yang melibatkan sejumlah faktor yang mungkin
mempengaruhi variasi kualitas lanskap, skala untuk mengukur faktor tersebut dan
mengembangkan suatu sistem pembobotan untuk menentukan bermacam-macam
penekanan pada faktor yang berbeda.
Evaluasi estetika lanskap merupakan kegiatan untuk mengetahui kualitas
estetika suatu lanskap. Pendugaan keindahan pemandangan dapat diduga melalui
suatu perspesi manusia terhadap suatu lanskap dengan menerapkan metode Scenic
Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976).
Scenic Beauty Estimation Methode merupakan metode yang menyediakan ukuran
kuantatif mengenai suatu hal yang disukai keindahannya sebagai sebuah alternatif
dalam sistem manajemen lanskap alam. SBE memperlihatkan sebagai sebuah
metode yang efisien dan obyektif untuk menduga keindahan dari suatu lanskap.
12
Kepuasaan estetika adalah sebuah reaksi spontan terhadap lanskap. Jika
dikaitkan dengan unit rumah tinggal, dengan memperlihatkan lingkungan
berkakteristik baik pada rumah tinggal dapat meningkatkan kepuasan hidup
pengguna atau dapat dilakukan perbaikan tergantung dari tingkat kepuasan
pengguna tersebut. Oleh karena itu desainer dapat melakukan evaluasi dari sikap
dan pilihan masyarakat dengan menilai komponen lanskap yang dianggap penting.
Hal ini kemudian akan memberikan masukan kepada proses dan pengambilan
keputusan desain.
13
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Lokasi dan kondisi penelitian ini berupa tapak hipotetik dengan beberapa
asumsi. Asumsi lokasi penelitian berada didaerah beriklim tropis basah Indonesia.
Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan dimulai dari bulan Februari 2012
sampai dengan bulan Juli 2012.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode rancangan percobaan (experimental
design) dengan menerapkan rancangan split plot dimana faktor utamanya adalah
kriteria hemat energi dan faktor kedua yang dicobakan dalam percobaan berupa
komposisi. Respon yang diamati dari perlakuan ini ialah pengaruh komposisi
elemen-elemen taman rumah tinggal terhadap kualitas estetika. Dalam perlakuan
akan dilakukan desain dan menghasilkan model yang mewakili masing-masing
kriteria hemat energi dan komposisi. Setelah didapatkan hasil dari perlakuan,
selanjutnya akan diuji kualitas estetika dengan menggunakan metode Scenic
Beauty Estimation. Penjelasan mengenai tahapan penelitian secara lebih rinci
selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan alir penelitian
Evaluasi estetika
(SBE)
Desain
perumusan kombinasi setiap perlakuan
pembuatan model dalam bentuk dua dan tiga dimensi
mempresentasikan model simulasi melalui slide
presentasi slide
analisis data
kualitas estetika dan pengaruhnya terhadap komposisi
14
Desain
Desain pada penelitian ini merupakan gabungan dari konsep hemat energi
dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip desain dalam komposisi. Gabungan
tersebut menghasilkan desain yang disebut kombinasi.
Kriteria Hemat Energi
Untuk membentuk sebuah desain komposisi akan dikombinasikan dengan
kriteria hemat energi. Kriteria hemat energi terdiri atas kriteria hemat energi
rendah, kriteria hemat energi sedang dan kriteria hemat energi tinggi. Masing-
masing kriteria mempunyai elemen pembentuk berupa tanaman, air dan
perkerasan. Setiap elemen pembentuk memiliki variabel pendukung yang akan
membedakan kualitas kriteria hemat energi.
Kriteria hemat energi rendah (C1) hanya memiliki elemen pembentuk
tanaman dan perkerasan. Elemen tanaman terdiri dari pohon dengan kerapatan
tajuk tidak lebih dari 25% dan ditanam dengan jarak 2 m dari bangunan.
Penambahan tanaman yang ditoleransi adalah penutup tanah. Perkerasan yang
digunakan pada kriteria ini adalah zurich 12-6 cm. Tembok pembatas memiliki
tinggi 1,5 m dan berbentuk masif (Lampiran 1).
Kriteria hemat energi sedang (C2) tersusun atas elemen pembentuk
tanaman, air, dan perkerasan. Elemen tanaman yang digunakan adalah pohon
dengan ketinggian 4 m dan lebar tajuk 50%. Pohon ditanam dengan jarak 3 m dari
bangunan. Penambahan tanaman yang ditoleransi berupa semak dan penutup
tanah. Kriteria ini menggunakan perkerasan interblok 16-6 dan tembok pembatas
porous. Elemen air yang digunakan adalah elemen air statis berupa kolam
(Lampiran 2).
Elemen tanaman pembentuk kriteria hemat energi tinggi (C3) terdiri dari
pohon dengan kerapatan tajuk lebih dari 75% dan ditanam dengan jarak 4 m dari
bangunan. Penutup tanah, semak dan perdu dapat digunakan pada kriteria ini.
Elemen perkerasan menggunakan perkerasan dengan kemampuan infiltrasi
terbesar. Sebagai ganti tembok pembatas digunakan elemen tanaman sebagai
pagar. Elemen air menggunakan air mancur (jets) yang menimbulkan riak
(Lampiran 3).
15
Selain tanaman, air, dan perkerasan semua faktor lain dianggap sama
untuk semua kriteria. Kondisi rumah dan taman untuk semua desain disetarakan.
Warna yang digunakan pada bangunan dalam semua tingkat kriteria merupakan
warna terang yang tidak menyerap panas. Begitu juga dengan penggunaan warna
pada taman yang terbatas pada dua atau tiga warna karena dikhawatirkan
penggunaan banyak warna dalam waktu bersamaan akan menjadi sebuah variabel
baru yang mempengaruhi kualitas estetika. Waktu pembuatan desain diasumsikan
pukul 12.00 WIB sehingga bayangan yang dihasilkan tegak lurus untuk semua
kriteria.
Komposisi
Perlakuan yang akan diujikan pada tapak berupa komposisi elemen-elemen
pembentuk taman rumah tinggal. Faktor yang diuji pada perlakuan merupakan
faktor kualitatif, yakni penggunaan prinsip desain sebagai dasar dari pembentukan
komposisi. Prinsip organisasi yang akan digunakan dalam perlakuan merupakan
prinsip dasar berupa kesatuan (unity) dan keselarasan (harmony). Selain itu,
digunakan prinsip interest yang berfungsi untuk memberi variasi dalam suatu
desain sehingga menjadi salah satu aspek esensial dalam membentuk kesan
estetik. Kemudian dari prinsip komposisi ini akan terbentuk empat komposisi,
setiap komposisi akan diwakili oleh satu komposisi desain, yaitu:
1 komposisi pertama (K1) merupakan desain kontrol dimana elemen yang
digunakan dalam membentuk komposisi murni mengikuti kriteria yang
telah ditetapkan. Komposisi ini berfungsi sebagai pembanding;
komposisi kedua (K2) dimana elemen yang digunakan dalam membentuk
komposisi mengalami beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan
pembentukan komposisi menjadi desain ideal, tetapi tidak melewati
kaedah yang telah ditetapkan. Pada komposisi kedua (K2) prinsip
komposisi yang terlihat jelas adalah unity.
Secara keseluruhan maupun antar elemen terdapat hubungan yang jelas
sehingga menciptakan harmony. Tetapi dalam komposisi ini prinsip
interest kurang terlihat (Reid, 1993). Komposisi ini berfungsi sebagai
alternatif 1;
16
Gambar 3. Pola komposisi kedua (K2)
2 komposisi ketiga (K3) dimana elemen yang digunakan dalam membentuk
komposisi sama dengan elemen yang membentuk komposisi kedua (K2).
Komposisi ini melibatkan prinsip interest yang tinggi dari posisi elemen
yang tidak beraturan.
Gambar 4. Pola komposisi ketiga (K3)
17
Harmony dalam komposisi ini terdapat dalam hubungan antar elemen
secara keseluruhan (Reid, 1993). Prinsip kesatuan tidak terlihat dalam
komposisi ini karena tidak ada hubungan nyata antar elemen. Dalam hal
ini prinsip desain yang akan dimodifikasi membentuk suatu komposisi
alternatif 2;
3 komposisi keempat (K4) dimana elemen yang digunakan dalam
membentuk komposisi sama dengan elemen yang membentuk komposisi
kedua (K2). Komposisi ini ditandai oleh pengulangan yang nyata dan
membentuk suatu irama sehingga unsur interest yang terdapat dalam
komposisi cukup tinggi (Reid, 1993). Secara keseluruhan adanya
pengulangan menyebabkan munculnya kesatuan. Tetapi hubungan
diantaranya rendah karena prinsip harmony tidak terlalu diterapkan dalam
komposisi ini
Gambar 5. Pola komposisi keempat (K4)
Kombinasi
Hasil dari perlakuan ini berupa model desain taman rumah tinggal. Dari
setiap perlakuan akan diperoleh satu model (CxKy), sehingga untuk keseluruhan
perlakuan akan diperoleh dua belas model seperti terlihat dalam Tabel 3. Duabelas
model diurutkan berdasarkan kriteria hemat energi, dimana masing-masing
18
kriteria mempunyai empat komposisi. Model taman rumah didesain menggunakan
komputer berbasis CAD menghasilkan sebuah site plan seperti terlihat pada
lampiran. Site plan merupakan dasar pembentukan ilustrasi dari masing-masing
desain.
Tabel 2. Bagan kombinasi perlakuan
Komposisi Kriteria
C1 C2 C3
K1 C1K1 C2K1 C3K1
K2 C1K2 C2K2 C3K2
K3 C1K3 C2K3 C3K3
K4 C1K4 C2K4 C3K4
Evaluasi Estetika
Evaluasi estetika dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation
(SBE) (Daniel dan Boster, 1976) pada obyek simulasi hasil rancangan. SBE
terdiri atas tiga langkah, yaitu mempresentasikan lanskap dengan menggunakan
slide, presentasi slide dan analisis data. Mempresentasikan lanskap dengan
menggunakan slide dimulai dengan pembuatan simulasi 3D, setelah itu
permodelan akan disimpan dalam bentuk 2D berupa gambar. Selanjutnya
dilakukan presentasi slide yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian responden
terhadap lanskap yang dihadirkan dalam bentuk slide terhadap sejumlah
responden.
Responden Kuisioner
Responden untuk penelitian ini diwakili kalangan mahasiswa yang
menurut Daniel dan Boster (1976) merupakan bagian dari masyarakat yang
dianggap kritis dan peduli terhadap lingkungannya. Jumlah responden yang
menilai yaitu sebanyak 32 orang. Terdiri dari 23 orang mahasiswa Arsitektur
Lanskap semester 8, 4 orang mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 dan 5
orang mahasiswa diluar Arsitektur Lanskap.
Sebelum tahap presentasi slide akan dibagikan kuisioner pada responden,
lalu akan diberi penjelasan tentang latar belakang dan tujuan penilaian serta teknis
penilaian kuisioner. Slide akan diputar selama 8 detik (Daniel dan Boster, 1976).
19
Penilaian dilakukan dalam skala 1 – 10, dengan skala 1 sebagai nilai paling buruk
dan skala 10 sebagai nilai paling baik. Selain memberi penilaian responden juga
memberi keterangan dan tanggapan secara umum mengenai simulasi taman rumah
tinggal berbasis konsep hemat energi.
Analisis Data
Penilaian yang dilakukan oleh responden kemudian akan diubah menjadi
sebuah nilai dengan menggunakan formulasi sebagai berikut
Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke ith
oleh responden j
= nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j
Rij = nilai ith
dari responden j
Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j
Kemudian dilakukan tahap analisis terhadap data yang diperoleh dari tahap
presentasi slide. Analisa data ditujukan untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks
kuantitas pendugaan keindahan suatu lanskap (Daniel dan Boster, 1976).
Formulasi yang digunakan dalam analisa adalah
SBEx = (zyx - zyo) x 100
SBEx = Nilai Pendugaan Keindahan Pemandangan Lanskap ke- x
zyx = Nilai Rata-rata Z lanskap ke x
zyo = Nilai Rata-rata Z suatu lanskap tertentu sebagai standar
Selanjutnya dilakukan uji beda nyata (F) dengan taraf nyata 0,05 untuk
melihat adanya pengaruh faktor baik kriteria maupun komposisi terhadap respon
yaitu kualitas estetika. Jika didapati pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji
perbandingan berganda Duncan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
signifikan diantara masing-masing faktor (Matjik dan Sumertajaya, 2006).
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interaksi Kriteria Hemat Energi dan Komposisi
Berdasarkan hasil perhitungan nilai SBE untuk desain taman rumah
tinggal dari tiga kriteria hemat energi dengan empat perlakuan komposisi
menunjukan kualitas estetika desain taman rumah tinggal berkisar antara -110
sampai 128. Desain taman rumah dengan kombinasi kriteria hemat energi tinggi
dan komposisi empat (C3K4) memiliki nilai SBE paling tinggi yaitu 128,
sedangkan kondisi awal desain pada kriteria hemat energi rendah (C1K1) memiliki
nilai SBE terendah yaitu -110. Lanskap dengan nilai SBE tertinggi
merepresentasikan lanskap yang paling disukai sedangkan lanskap dengan nilai
SBE terendah menggambarkan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster,
1976; Gunawan, 2005; dan Kurniawaty, Gunawan dan Sarjokusumo, 2012). Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks hasil penilaian kualitas estetika
Komposisi Kriteria
C 1 C 2 C 3
K 1 -110 -95 -15
K 2 -26 71 60
K 3 49 71 77
K 4 56 98 128
Keterangan : C1K1 : kriteria hemat energi rendah komposisi pertama; C1K2 : kriteria hemat energi
rendah komposisi kedua; C1K3 : kriteria hemat energi rendah komposisi ketiga; C1K4 : kriteria
hemat energi rendah komposisi keempat; C2K1 : kriteria hemat energi sedang komposisi pertama;
C2K2 : kriteria hemat energi sedang komposisi kedua; C2K3 : kriteria hemat energi sedang
komposisi ketiga; C2K4 : kriteria hemat energi sedang komposisi keempat; C3K1 : kriteria hemat
energi tinggi komposisi pertama; C3K2 : kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua; C3K3 :
kriteria hemat energi tinggi komposisi ketiga; C3K4 : kriteria hemat energi tinggi komposisi
keempat.
Seperti terlihat dalam matriks, berturut-turut kualitas estetika kombinasi
dari kriteria hemat energi rendah hingga kriteria hemat energi tinggi dengan
21
komposisi kontrol hingga komposisi keempat secara garis besar mengalami
peningkatan.
Nilai SBE dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kualitas estetika
rendah, kualitas estetika sedang, dan kualitas estetika tinggi seperti pada Tabel 4.
Pengelompokan ini berdasarkan Daniel dan Boster (1976) dimana lanskap yang
termasuk ke dalam kualitas estetika rendah memiliki nilai SBE < 20, lanskap
termasuk kualitas estetika sedang jika memiliki nilai SBE antara -20 sampai 20,
dan lanskap termasuk kualitas estetika tinggi memiliki nilai SBE > 20. Tingkat
keindahan lanskap selanjutnya dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Kualitas estetik (SBE) perlakuan komposisi dan kriteria hemat energi
Komposisi Kriteria
C 1 C 2 C 3
K 1 Rendah Rendah Sedang
K 2 Rendah Tinggi Tinggi
K 3 Tinggi Tinggi Tinggi
K 4 Tinggi Tinggi Tinggi
Melalui uji F dengan tingkat kepercayaan 95% terhadap ketiga kriteria
didapati bahwa faktor kriteria berpengaruh signifikan terhadap respon (Lampiran
5). Hal ini menegaskan bahwa kriteria hemat energi mempengaruhi kualitas
estetika. Lalu pada uji perbandingan berganda Duncan antara masing-masing
kriteria hemat energi terdapat perbedaan yang signifikan (Lampiran 6). Hasil
perhitungan juga menunjukan bahwa hasil pada masing-masing kriteria hemat
energi dari kriteria hemat energi rendah hingga kriteria hemat energi tinggi secara
umum mengalami peningkatan.
Uji F yang dilakukan pada keempat komposisi dengan tingkat keprcayaan
95% menunjukkan bahwa faktor komposisi berpengaruh signifikan terhadap
22
respon (Lampiran 5). Hal ini menjelaskan bahwa komposisi elemen-elemen taman
dapat mempengaruhi kualitas estetika. Untuk uji perbandingan berganda Duncan
antara komposisi kontrol (K1), komposisi 2 (K2), komposisi 3 (K3), dan
komposisi 4 (K4) terdapat perbedaan yang signifikan (lampiran 7). Untuk hasil
dari komposisi 1 (K1) sampai komposisi 4 (K4) berturut-turut mengalami
peningkatan.
Hasil interaksi antara kriteria hemat energi dengan komposisi didapati
hubungan yang signifikan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95% (Lampiran
5). Artinya kriteria hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam
menentukan kualitas estetika dalam sebuah desain.
Kualitas Estetika Kriteria Hemat Energi
Salah satu dampak nyata dari penerapan kriteria hemat energi adalah
menciptakan iklim mikro yang nyaman. Iklim mikro yang baik dapat mengurangi
penggunaan alat-alat elektronik seperti kipas angin dan air conditioner yang
berpengaruh pada penghematan energi. Peningkatan kriteria diikuti oleh
peningkatan hemat energi. Peningkatan kriteria ditandai oleh peningkatan variabel
elemen-elemen pembentuk taman (Tabel 1). Semakin meningkat kriteria maka
kualitas estetiknya semakin meningkat seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh kriteria hemat energi terhadap nilai SBE
102,25
146,25
172,5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Rendah Sedang Tinggi
Nil
ai
SB
E
Kriteria Hemat Energi
23
Kriteria hemat energi rendah merupakan taman dengan rata-rata kualitas
estetika paling rendah dengan nilai rata-rata SBE sebesar 102. Menurut
Kurniawaty, Gunawan dan Surjokusumo (2012) elemen taman yang terdapat pada
kriteria ini terbatas pada elemen tanaman dan perkerasan. Elemen taman yang
digunakan pada kriteria ini hanya pohon dan penutup tanah.
Gambar 7. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi rendah
Pohon berpengaruh positif terhadap tempratur udara, dimana pohon dapat
memayungi area atau ruang dibawahnya dari sinar matahari langsung dan
mengurangi derajat panas sehingga berpengaruh pada pendinginan udara
disekitarnya. Pohon yang digunakan pada kriteria ini memiliki kerapatan tajuk
tidak lebih dari 25%. Dengan kerapatan tajuk yang tergolong rendah, pohon tidak
dapat memberi naungan maksimal pada taman dan menyebabkan kesan gersang
yang dapat mempengaruhi kualitas estetika (Gambar 7).
Desain taman dengan kriteria hemat energi pada tingkat kedua (K2)
memperlihatkan elemen pohon dengan ketinggian 5 m, hamparan rumput, dan
pagar yang porous, serta adanya elemen air berupa kolam di depan teras. Kualitas
estetik pada level ini lebih tinggi dibanding dengan kriteria pertama (K1). Hal ini
disebabkan oleh kehadiran elemen air dan ukuran pohon yang lebih beragam.
Selain itu pemilihan tajuk tanaman pada konsep hemat energi sedang lebih lebar
24
dari konsep hemat energi sebelumnya dengan kerapatan tajuk berkisar 50%
menciptakan suasana teduh karena dapat menaungi hampir seluruh taman.
Gambar 8. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi sedang
Elemen air yang digunakan pada konsep hemat energi ini merupakan
elemen air statis yang ditempatkan dekat dengan pintu atau ventilasi rumah
sehingga uap dari air dapat mendinginkan bagian dalam rumah (Gambar 8).
Perkerasan yang digunakan pada kriteria hemat energi ini adalah perkerasan
dengan porositas sedang yaitu interblok 16-6 cm dengan kemampuan infiltrasi
yang cukup besar. Pagar yang digunakan memiliki celah yang memungkinkan
untuk pertukaran udara tetapi masih berbentuk masif. Elemen air dan pohon
meningkatkan kualitas estetika lanskap (Gunawan, 2005; dan Meliawati, 2003).
Secara umum hasil rata-rata nilai SBE pada konsep hemat energi tinggi
paling tinggi dibandingkan dengan konsep hemat energi lainnya. Elemen tanaman
dalam konsep hemat energi ini sangat bervariasi dari strata tanaman rendah seperti
penutup tanah hingga strata tanaman tinggi seperti pohon. Untuk mencapai hemat
energi pada tingkat ini perlu dilakukan pemilihan pohon penaung yang tepat,
pohon tersebut diharapkan mampu menaungi dinding dan sekitarnya dengan
kerapatan tajuk lebih dari 75%.
25
Gambar 9. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi tinggi
Elemen perkerasan pada taman ini adalah grassblock yang memiliki
porositas tinggi dan dapat sempurna menyerap air. Untuk pagar digunakan pagar
tanaman dengan kombinasi modifikasi ketinggian level tanah yang ditutupi
tanaman dan sansiviera (Sansiviera sp.) (Gambar 9). Penggunaan pagar tanaman
yang berbentuk tidak masif lebih memudahkan sirkulasi angin di taman sehingga
sesuai untuk digunakan dalam kriteria hemat energi tinggi. Untuk elemen air
digunakan permainan air yang menambah kesejukan pada taman ini berupa model
single jet-spray. Air yang dinamis memiliki luas bidang permukaan yang lebih
luas, sehingga panas yang diserap serta kadar evaporasinya akan lebih tinggi yag
berpengaruh nyata terhadap penurunan suhu udara disekitarnya. Tidak hanya
untuk stabilitator suhu, elemen air juga dapat berperan sebagai absorbsi bunyi
akibat suara dari percikan yang dihasilkan.
Kualitas Estetika Komposisi
Gambar 10 memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap kualitas
estetika. Komposisi kontrol (K1) merupakan komposisi yang paling tidak disukai
memiliki nilai SBE rata-rata paling rendah yaitu 36 dan komposisi empat (K4)
merupakan komposisi yang paling disukai memiliki nilai SBE rata-rata paling
tinggi yaitu 204. Komposisi terbentuk dari penyusunan komponen taman seperti
tanaman, air, dan perkerasan. Komponen taman sendiri tersusun atas elemen-
26
elemen desain berupa garis, bentuk, warna, dan tekstur. Dengan kata lain kualitas
estetika komposisi merupakan efek dari penyusunan elemen-elemen desain
(Molnar dan Rutledge, 1992).
Gambar 10. Pengaruh komposisi terhadap nilai SBE
Komposisi pertama (K1) menampilkan kondisi awal dari taman dengan
mengikuti kriteria standar dari masing-masing tingkat hemat energi. Keterbatasan
elemen taman yang digunakan menjadikan taman berkesan kosong dan kurang
menarik. Komposisi ini disebut juga sebagai komposisi kontrol karena digunakan
sebagai pembanding dengan komposisi yang sudah dimodifikasi.
Komposisi yang mengaplikasikan unity dan harmony (K2) menghasilkan
nilai SBE yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi awal yaitu 145.
Penerapan prinsip ini umumnya diikuti oleh prinsip repitition. Bentukan yang
terdapat dalam komposisi ini cenderung kaku dan formal. Desain komposisi yang
menghasilkan kesan formal dan kurang variatif sehingga tidak terlalu diminati
oleh pengguna (Reid, 1993).
Komposisi yang mengaplikasikan prinsip harmony dan interest (K3)
menghasilkan kualitas estetik lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi
pertama dan kedua dengan nilai rata-rata SBE sebesar 175. Prinsip harmony
membentuk komposisi dengan keseimbangan asimetris. Penggunaan prinsip
interest membentuk komposisi dengan pola tidak teratur atau diagonal yang
36,6
145
175,6
204
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4
Nil
ai
SB
E
Komposisi
27
menciptakan variasi sehingga menjadi lebih menarik. Aplikasi prinsip ini pada
elemen-elemen taman berupa air, perkerasan dan vegetasi menciptakan kesan
aktif dan memberi semangat (Molnar dan Rutledge, 1992).
Komposisi yang mengaplikasikan prinsip unity dan interest (K4)
menghasilkan kualitas estetika tertinggi, yaitu nilai rata-rata SBE 204. Pola
melengkung adalah pola yang digunakan pada komposisi ini. Penerapan pada
taman baik dari elemen vegetasi, air, perkerasan atau gabungan dari beberapa
elemen prinsip desain tersebut menciptakan sebuah irama atau rhytm (Gambar
10). Prinsip rhytm menciptakan kesan natural yang umumnya diminati oleh
pengguna (Reid, 1993).
Kualitas Estetika Kombinasi
Hasil interaksi antara kriteria hemat energi dengan komposisi didapati
hubungan yang signifikan dari uji F dengan taraf nyata 0,05. Artinya kriteria
hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas
estetika dalam sebuah desain. Kombinasi dengan kualitas estetika paling rendah
adalah kriteria hemat energi rendah komposisi pertama (C1K1) dan kualitas
estetika paling tinggi dihasilkan oleh kriteria hemat energi tinggi komposisi
keempat (C3K4).
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Kedua (C1K2)
Elemen tanaman dalam taman ini berupa pohon dan penutup tanah dengan
variasi warna yang disusun bergantian membentuk persegi terlihat pada Gambar
11. Keterbatasan variasi jenis dan tinggi tanaman mempengaruhi penilaian
kualitas estetika (Maharta, 2004). Tajuk pohon hujan mas yang berukuran sekitar
2 m tidak dapat memberi pembatas ruang atas atau atap bagi taman secara
maksimal. Hal ini menghasilkan ruang kosong pada tengah taman dan langsung
terpusat pada pekerasan yang berbatasan dengan pagar. Area kosong di tengah
taman menciptakan perasaan tidak nyaman sehingga kurang disukai (Molnar dan
Rutledge, 1992). Pagar masif selain menghambat pertukaran udara, juga memberi
kesan kaku yang diperkuat dengan pengaturan komposisi tanaman yang monoton.
28
Gambar 11. Kriteria hemat energi rendah komposisi kedua (C1K2)
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Ketiga (C1K3)
Penataan tanaman yang memperhatikan keseimbangan sesuai dengan skala
ruang yang tersedia menghasilkan kualitas estetika yang baik (Mahatar, 2004).
Berbeda dengan kombinasi sebelumnya, kombinasi ini mengisi ruang kosong
ditengah taman dengan elemen pohon, perkerasan dan penutup tanah.
Penggabungan perkerasan dan tanaman mengurangi dominasi ketinggian pohon.
Selain menjadi vocal point posisi perkerasan diletakkan dibawah naungan pohon
menyebabkan perkerasan tidak cepat menyerap panas.
Gambar 12. Kriteria hemat energi rendah komposisi ketiga (C1K3)
29
Gambar 12 menunjukan keseimbangan asimetris pada taman yang
dihasilkan oleh penutup tanah. Keseimbangan asimetris lebih diminati karena
variasi yang dihasilkan lebih menarik dibandingkan keseimbangan simetris yang
berkesan monoton.
Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Keempat (C1K4)
Terbatasnya jenis dan jumlah tanaman yang digunakan dalam kriteria
hemat energi rendah menjadi salah satu kendala untuk menciptakan desain taman
serta mempengaruhi kualitas estetika, terutama untuk kombinasi yang
menggunakan kriteria hemat energi rendah. Namun kombinasi C1K4 mempunyai
nilai SBE yang cukup tinggi. Variasi warna dan ketinggian tanaman
menghilangkan kemonotonan dalam taman. Tegakan pohon ditengah taman
menjadi pusat visual. Peletakkan perkerasan dengan bentuk masif tidak
menciptakan suatu pergerakan sehingga bertolak belakang dengan kesan dinamis
yang ditimbulkan oleh tanaman.
Prinsip unity diciptakan dari garis melingkar yang terdapat pada
perkerasan dan pola tanaman (Gambar 13). Garis tersebut menghubungkan semua
elemen dan ruang yang terdapat ditaman menjadi sebuah kesatuan. Garis
melengkung pada taman juga menciptakan kesan yang menyenangkan (Molnar
dan Rutledge, 1992).
Gambar 13. Kriteria hemat energi rendah komposisi keempat (C1K4)
30
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Kedua (C2K2)
Pola yang menggunakan prinsip repitition pada taman memberi kesan kuat
dan menghasilkan nilai kualitas estetika yang cukup tinggi. Gambar 14
memperlihatkan penggunaan prinsip repitition pada elemen perkerasan. Vegetasi
memperkuat prinsip unity untuk menghubungkan ruang-ruang pada taman.
Pengaturan perkerasan membentuk sebuah persegi yang disusun teratur dengan
ukuran dan jarak yang sama. Bentuk persegi ini secara tidak langsung
menghasilkan taman dengan karakter garis-garis lurus. Variasi pagar yang
berongga vertikal serasi dengan garis-garis lurus yang ditampilkan oleh taman ini.
Selain berfungsi untuk membentuk ruang, peletakan perkerasan di tengah-tengah
taman menjadikan perkerasan sebagai vocal point. Garis lurus merupakan elemen
dominan dan kuat yang dapat mengarahkan pandangan tertuju pada objek (Molnar
dan Rutledge, 1992).
Penyusunan semak bougenvil (Bougenville sp.) terkesan kurang rapi tapi
cukup menarik karena dipadukan dengan penutup tanah berupa aglaonema
(Aglaonema sp.). Pengembangan bentuk elemen air yang digabungkan dengan
perkerasan tidak hanya menarik dari sudut estetika tetapi mempunyai fungsi
sebagai jalur sirkulasi penghubung antara taman dan bangunan.
Gambar 14. Kriteria hemat energi sedang komposisi kedua (C2K2)
31
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Ketiga (C2K3)
Prinsip keseimbangan terlihat pada taman ini, terlihat dari penempatan
perkerasan yang berhadapan. Permainan perkerasan yang menggunakan garis zig-
zag menghasilkan kesan dinamis (Molnar dan Rutledge, 1992). Namun pola garis
yang digunakan pada kombinasi ini dianggap sama dengan pola garis pada
kombinasi sebelumya sehingga dihasilkan respon nilai SBE yang sama.
Gambar 15. Kriteria hemat energi sedang komposisi ketiga (C2K3)
Secara keseluruhan tidak terlihat prinsip unity dalam taman ini, tetapi
didapatkan kesan harmony dari penempatan masing-masing elemen. Kombinasi
elemen perkerasan dan elemen air menjadikan desain taman ini semakin menarik.
Perkerasan yang digunakan dalam taman ini menggunakan perkerasan dengan
kemampuan infiltrasi cukup besar, meskipun begitu penempatan perkerasan
diusahakan mendapat sinar matahari karena tajuk pohon yang cukup rapat dapat
menghambat kemampuan infiltrasi.
Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Keempat (C2K4)
Pengorganisasian letak tanaman membentuk sebuah irama dari rendah
hingga tinggi dengan penutup tanah yang berada pada area pintu masuk rumah
hingga semak yang hampir menutupi pagar. Secara horizontal tanaman
membentuk pola melengkung yang juga membentuk sebuah rhytm.
32
Gambar 16. Kriteria hemat energi sedang komposisi keempat (C2K4)
Perkerasan dibentuk mengikuti bentuk tanaman (Gambar 16) dalam hal ini
membantu mengarahkan penggunanya. Letak perkerasan yang cukup dekat
dengan elemen air dapat mencegah perkerasan menyerap panas berlebihan.
Desain taman ini menghasilkan taman yang bersifat natural. Terlihat bentuk yang
tidak lagi tegas dan kaku. Penanaman tanaman semak bougenvil secara
bergerombol juga memberikan kesan natural dibanding dengan penanaman
tanaman secara individual (VanderZanden dan Rodie, 2008). Nilai kualitas
estetika taman ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan komposisi lain
walaupun berada dalam kriteria hemat energi sedang. Pola garis lengkung
memberi kesan dinamis dan dinilai lebih menarik dibandingkan dengan pola garis
lurus.
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Kedua (C3K2)
Kesan natural didapatkan dalam taman ini akibat dominasi tanaman.
Kompleksitas dalam desain taman ini ditandai dengan penambahan jumlah
tanaman yang semakin bervariasi mulai dari pohon, semak, hingga penutup tanah.
Pengaturan tanaman yang berasal dari beberapa strata menghasilkan sebuah
harmony.
Perkerasan berfungsi sebagai penghubung elemen-elemen didalam taman
baik elemen tanaman juga elemen air. Secara tidak langsung perkerasan
33
menghubungkan ruang-ruang yang ada didalam tapak sehingga membentuk suatu
unity. Bentuk persegi masih digunakan dalam desain taman kriteria tinggi dengan
pertimbangan bahwa bentuk kotak yang berkesan formal merupakan salah satu
simbol keteraturan yang berusaha ditonjolkan dalam komposisi ini.
Gambar 17. Kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua (C3K2)
Pada Gambar 17 terlihat penggunaan elemen air dalam kriteria ini
merupakan vocal point dalam taman dan diletakkan pada posisi pintu masuk
taman. Elemen air ini semakin menarik dengan menghasilkan air mancur tipe
single-jet spray yang diletakkan pada sisi kiri dan kanan area masuk dan
menciptakan keseimbangan.
Meskipun begitu nilai SBE komposisi ini lebih rendah dibandingkan nilai
SBE komposisi lain yang menggunakan kriteria hemat energi sedang.
Penambahan hanjuang yang memberi aksen warna tidak serta merta menaikkan
kualitas estetika. Dalam hal ini nilai estetika tidak hanya bergantung pada jumlah
atau luas tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh peletakan dan pembagian elemen
mengikuti prinsip estetika (Ile, 2011).
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Ketiga (C3K3)
Taman pada Gambar 18 terkesan tidak teratur karena penerapan prinsip
interest tanpa menerapkan prinsip unity sehingga antara satu elemen dengan
elemen lainnya tidak mempunyai penghubung. Perkerasan yang terdapat di pojok
34
taman tidak terlihat karena terhalang oleh pohon dan tanaman sehingga stepping
stones yang terdapat ditaman terlihat terputus. Akibatnya tercipta kesan kosong,
tidak memberi arah, dan kurang menarik bagi responden. Sudut pandang dapat
juga mempengaruhi kualitas estetika.
Elemen air menjadi vocal point pada taman ini. Selain menarik, peletakan
elemen air didepan teras rumah diharapkan dapat menjadi stabilitator suhu. Pohon
besar dan tanaman tinggi dapat membentuk ruang dan memberi privasi kepada
pengguna, sehingga taman dengan dominasi tanaman tinggi cukup disukai
(Maharta, 2004).
Gambar 18. Kriteria hemat energi tinggi komposisi ketiga (C3K3)
Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Keempat (C3K4)
Komposisi kriteria hemat energi tinggi komposisi keempat (C3K4)
memiliki nilai SBE tertinggi, dengan kata lain paling dimintai oleh responden.
Beberapa respon yang diberikan oleh responden adanya kesan teduh dan natural
pada taman. Elemen air menjadi point of interest dengan penambahan permainan
air berupa single-jet spray (Gambar 19). Penggunaan air beriak mendukung kesan
dinamis yang dihasilkan oleh penerapan prinsip desain pada kombinasi ini.
Komposisi taman tampak cukup padat namun tetap terorganisasi dengan
baik. Variasi tanaman yang digunakan membantu penerapan komposisi pada
taman. Penyususunan letak tanaman tetap diusahakan untuk menimbulkan prinsip
35
ryhtm, akan tetapi penambahan tanaman hanjuang (Cordyline sp.) memberi suatu
aksen bagi taman ini dari segi proporsi maupun warna. Posisi pohon tidak berada
tepat disebelah bangunan, tetapi bayangan yang dihasilkan tetap dapat
melembutkan bangunan. Bayangan menjadi penghubung antara elemen-elemen
taman yang kemudian membentuk unity. Dampak ekologis dari hal tersebut
dapat menurunkan suhu dalam rumah.
Gambar 19. Kriteria hemat energi tinggi komposisi keempat (C3K4)
Beberapa aplikasi prinsip estetika yang dikemukakan oleh VanderZanden
dan Rodie (2008) antara lain menyatukan struktur bangunan dengan lanskap
sekitarnya, menciptakan ruang, dan mengarahkan pengguna baik secara fisik dan
visual diterapkan pada komposisi taman ini. Stepping stones dan bentuk penutup
tanah membentuk irama yang mengarahkan pengguna pada perkerasan.
Elemen-elemen lanskap dapat mempengaruhi kualitas keindahan suatu
lanskap (Meliawati, 2003). Dalam hal ini kualitas estetika bergantung pada berapa
kompleks elemen yang digunakan dan peletakan dari elemen-elemen tersebut.
Pada kriteria hemat energi rendah elemen yang digunakan cukup terbatas
sehingga kualitas estetika yang dihasilkan rendah. Kriteria hemat energi tinggi
memiliki elemen yang lebih beragam memiliki sehingga kualitas estetika cukup
tinggi. Secara keseluruhan taman ini merupakan hasil kombinasi ideal dari kriteria
hemat energi dan komposisi.
36
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini menghasilkan simpulan parameter kriteria hemat energi dan
komposisi mempengaruhi kualitas estetika taman rumah tinggal. Semakin tinggi
kriteria hemat energi, semakin tinggi pula kualitas estetikanya. Elemen tanaman
yang lebih bervariasi juga kesan teduh yang diciptakan oleh bayangan dan
permainan air merupakan faktor yang menyebabkan kriteria hemat energi tinggi
memiliki kualitas estetika tinggi.
Komposisi yang paling baik untuk menghasilkan kualitas estetika tinggi
adalah mengaplikasikan prinsip unity dan interest. Komposisi natural yang
mengikuti keadaaan alam memiliki kualitas estetika lebih baik dibandingkan
komposisi yang kaku dan bersifat formal.
Desain taman yang tidak mengaplikasikan prinsip desain dengan kriteria
hemat energi rendah memiliki kualitas estetika paling rendah dicirikan dengan
terbatasnya elemen lanskap yang digunakan sehingga taman terkesan terasa
gersang dan panas. Desain taman yang menerapkan kriteria hemat energi tinggi
dan prinsip desain unity dan interest memiliki kualitas estetika paling baik. Kesan
teduh, natural, dan elemen-elemen taman yang lebih bervariasi dalam taman
mempengaruhi keindahan lanskap.
Saran
Visualisasi menggunakan komputer berbasis CAD memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya desain yang dihasilkan terkesan monoton dan tidak nyata.
Perlu penelitian pada tapak real untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip
hemat energi dan prinsip desain terhadap besar penurunan suhu baik di dalam
maupun di luar rumah. Prinsip hemat energi dan prinsip desain dapat digunakan
sebagai acuan mendesain taman rumah ideal.
37
DAFTAR PUSTAKA
Bell S. 2004. Elements of Visual Design in the Landscape. New York: Spon Press.
Booth N K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illiniois:
Waveland Press, Inc.
Cowan S, Sim VDR. 2007. Ecological Design. Washington DC: Island Press.
Daniel T, Boster R. 1976. Measuring Landscape Esthetics: The Scenic Beauty
Estimation Method. Colorado: USDA Forest Service.
Kurniawaty P, Gunawan A, Surjokusumo S. 2012. Kajian Konsep Desain Taman
dan Rumah Tinggal Tanggap Hemat Energi. Jurnal Lanskap Indonesia.
Vol.4 (1): 1-8.
Ile U. 2011. The Aesthetic Quality of Landscape Composition in the Multi-storey
Residential Areas. Scientific Journal of Riga Techinical University. Vol 3:
108-114.
[KEMENPERA] Kementrian Perumahan Rakyat. 2008. PERMENPERA No.
11/PERMEN/M/2008: Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan
Pemukiman. Jakarta: KEMENPERA.
Kurniawaty P. 2011. Kajian Konsep Desain Taman dan Rumah Tinggal Tanggap
Hemat Energi [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Maharta E W. 2004. Pengaruh Komposisi Elemen Tanaman Terhadap Kualitas
Estetik Taman Rumah Dengan Menggunakan Simulasi Komputer
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Matjik A, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor: IPB Press.
Meliawati. 2003. Kajian Karakteristik dan Elemen-Elemen Pembentuk Kualitas
Estetika Lanskap Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Molnar D J, Rutledge A J. 1992. Anatomy of Park: The Essentials of Recreation
Area Planning and Design. Illinois: Waveland Press, Inc.
Reed S. 2010. Energy-Wise Lanscape Design. Canada: New Society Publishers.
Reid GW. 1993. From Concept to Form In Landscape. New York: Van Nostrand
Reid.
38
Simonds JO. 2006. Landscpae Architecture: A Manual of Site Planning and
design. New York: Graw-Hill Book Co.
VanderZanden AM, Rodie S. 2008. Landscape Design: Theory and Application.
Canada: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Yeang K. 2006. Ecodesign: A Manual for Ecological Design. Great Britain: John
Wiley and Sons, Ltd.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Site Plan kriteria hemat energi rendah
41
42
Lampiran 2. Site Plan kriteria hemat energi sedang
43
44
Lampiran 3. Site Plan kriteria hemat energi tinggi
45
46
Lampiran 4. Format Kuisioner
KUISIONER PENELITIAN
Pengaruh Komposisi Elemen-Elemen Taman Rumah Tinggal Berbasis
Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual
Oleh : Oryza Nikita M U (A44080070)
Skala Penilaian Responden
Rendah Sedang Tinggi
Komposisi 1 .......... Komposisi 5 .......... Komposisi 9 ..........
Komposisi 2 .......... Komposisi 6 .......... Komposisi 10 ..........
Komposisi 3 .......... Komposisi 7 .......... Komposisi 11 ..........
Komposisi 4 .......... Komposisi 8 .......... Komposisi 12 ..........
Komentar mengenai taman rumah hemat energi......................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Data Responden
Usia :
Jenis kelamin :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
47
Lampiran 5. Hasil analisis uji lanjut
The SAS System
The GLM Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
kriteria 3 C1 C2 C3
komposisi 4 K1 K2 K3 K4
ulangan 32 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30 31 32
Number of Observations Read 384
Number of Observations Used 384
48
The SAS System
The GLM Procedure
Dependent Variable: respon
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 104 1312.239583 12.617688 14.23 <.0001
Error 279 247.445313 0.886901
Corrected Total 383 1559.684896
R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean
0.841349 16.06546 0.941754 5.861979
Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F
kriteria 2 276.7239583 138.3619792 156.01 <.0001
ulangan(kriteria) 93 487.2109375 5.2388273 5.91 <.0001
komposisi 3 522.7786458 174.2595486 196.48 <.0001
kriteria*komposisi 6 25.5260417 4.2543403 4.80 0.0001
Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
kriteria 2 276.7239583 138.3619792 156.01 <.0001
ulangan(kriteria) 93 487.2109375 5.2388273 5.91 <.0001
49
Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
komposisi 3 522.7786458 174.2595486 196.48 <.0001
kriteria*komposisi 6 25.5260417 4.2543403 4.80 0.0001
Tests of Hypotheses Using the Type III MS for ulangan(kriteria) as an Error
Term
Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
kriteria 2 276.7239583 138.3619792 26.41 <.0001
50
The SAS System
The GLM Procedure
Level of
kriteria
Level of
komposisi
N respon
Mean Std Dev
C1 K1 32 3.06250000 1.41278722
C1 K2 32 4.93750000 1.52267803
C1 K3 32 5.56250000 1.50134348
C1 K4 32 5.81250000 1.71214825
C2 K1 32 3.53125000 1.64580356
C2 K2 32 6.09375000 1.44488810
C2 K3 32 6.09375000 1.46704388
C2 K4 32 7.56250000 0.98168716
C3 K1 32 5.40625000 1.47799723
C3 K2 32 6.84375000 1.27277637
C3 K3 32 7.21875000 1.21108789
C3 K4 32 8.21875000 1.00753212
51
Lampiran 6. Uji perbandingan berganda Duncan terhadap faktor kriteria
The SAS System
The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the
experimentwise error rate.
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 93
Error Mean Square 5.238827
Number of Means 2 3
Critical Range .5681 .5979
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N kriteria
A 6.9219 128 C3
B 5.8203 128 C2
C 4.8438 128 C1
52
Lampiran 7. Uji perbandingan berganda Duncan terhadap faktor komposisi
The SAS System
The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the
experimentwise error rate.
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 279
Error Mean Square 0.886901
Number of Means 2 3 4
Critical Range .2676 .2817 .2911