PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

165
i PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN STATUS RAWAN BANJIR TERHADAP KEJADIAN DIARE (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Muhamad Rizkiyanto NIM. 6411410037 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Transcript of PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

Page 1: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

i

PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI

DASAR DAN STATUS RAWAN BANJIR

TERHADAP KEJADIAN DIARE (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang

Kota Semarang Tahun 2014)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Muhamad Rizkiyanto

NIM. 6411410037

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang

November 2015

ABSTRAK

Muhamad Rizkiyanto

Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir

terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang

Kota Semarang Tahun 2014)

xv + 150 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 17 lampiran

Bencana banjir dan sarana sanitasi dasar yang buruk dapat menjadi penyebab

terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare. Sarana sanitasi dasar

meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah dan saluran drainase. Penelitian ini bertujuan manganalisis

pengaruh antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar dan status rawan dengan kejadian

diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang, Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian

ini seluruh warga Desa Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo, yang

didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013 sampai

Februari 2014 dan bukan penderita diare. Sampel penelitian sebanyak 29 responden

kelompok kasus dan 29 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa

kuesioner dan lembar checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis

univariat dan analisis bivariat mengunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kondisi fisik sarana air

bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban (p=0,016, OR=3,87), kondisi

fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036, OR=3,82), kondisi fisik sarana

pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72), dan kondisi fisik saluran drainase

(p=0,033, OR=3,23) dengan kejadian diare. Pengaruh antara status rawan banjir

dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik.

Disarankan untuk dinas kesehatan terkait agar melakukan penyuluhan

kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik sanitasi rumah untuk

mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare.

Kata Kunci: Diare, Sarana Sanitasi Dasar.

Kepustakaan: 50 (1987 – 2014)

Page 3: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

iii

Public Health Departement

Sport Science Faculty

Semarang State University

November 2015

ABSTRACT

Muhamad Rizkiyanto

The Influence of Sanitation Tools Availability and Flood Troubled Status

toward Diarrhea (Study Case in The Work Area of The Clinic of Mangkang

District, Semarang 2014)

xv + 150 pages + 17 tables + 2 figures + 17 appendices

Flood and bad sanitation tools can be caused of environment borne disease.

Sanitation tools ability includes water supply, latrines, garbage dumps, waste of

discharge water and the drainages. The purpose of this research was to analyze the

influence between physic sanitation tools and flood troubled toward diarrhea in the

work area of the clinic of Mangkang district, Semarang.

This research used the control case approach. The populations of this

research were all citizen in Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, and Mangunharjo

who diagnosed diarrhea by the clinic of Mangkang district from October 2013 to

February 2014 and not the sufferer of diarrhea. The samples of the research were 29

case respondents and 29 control respondents. The research instruments were

questionnaires and checklists. The researcher analyzed the data used univariat

analysis and bivariat analysis with chi-square test.

The result of the research shows that there was influence between water

supply condition (p=0,023, OR=3,9), latrines condition (p=0,016, OR=3,87), garbage

dumps condition (p=0,036, OR=3,82), waste of discharge water condition (p=0,017,

OR=3,72), and the drainages condition (p=0,033, OR=3,23) with diarrhea. The

influence between flood troubled status and diarrhea cannot analyze statistically.

The researcher suggests the health service to give the citizen information to

upgrade the sanitation tools availability in order to reduce the risk of diarrhea.

Keywords: Diarrhea, Sanitation Tools Availability.

References: 50 (1987 – 2014)

Page 4: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

iv

Page 5: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

v

Page 6: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam ombak

dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain,

karena hidup ini tidak abadi.

2. Dia yang tau, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau (Lao Tse).

3. Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran, kebanggaan, dan

harta di dalamnya.

4. Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan; tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.

5. Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi

kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.

PERSEMBAHAN:

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah

SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda (Muyadi) dan Ibunda (Suismi).

2. Adik-adik (Rifa’ul Janah, Risalatul

Masyhuroh, dan Muhamad Rizal Khusnaeni).

3. Rekan-rekan IKM ’10 serta almamaterku,

UNNES.

Page 7: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi

Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di

Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)” dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,

dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.

Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Irwan

Budiono, S.KM., M.Kes.

3. Dosen Pembimbing, Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc., atas bimbingan,

pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Penguji I, Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes. (Epid), dan Penguji II, Mardiana,

S.KM., M.Si., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Dosen Wali, Chatila Maharani, S.T., M.Kes. dan drh. Dyah Mahendrasari

Sukendra, M.Sc., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan selama masa

perkuliahan.

Page 8: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

viii

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.

7. Kepala Puskesmas Mangkang, dr. Budi Mulyanto, atas ijinnya untuk melakukan

pengambilan data dan penelitian.

8. Kepala Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo atas

ijinnya untuk melakukan penelitian.

9. Bapak, ibu, adik-adikku, Kuntarti S.Pd., dan keluarga tercinta yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi, serta doa selama

menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010, atas

bantuan serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Kontrakan SS Temanggungan, Kos Oblong, dan Kurawa Family,

atas motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, sarana dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna

penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, November 2015

Penulis

Page 9: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT ..................................................................................................... iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

PERNYATAAN .............................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................... 7

1.4. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 8

1.4.1. Bagi Peneliti ....................................................................................... 8

1.4.2. Bagi Masyarakat ................................................................................ 8

1.4.3. Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 8

1.5. Keaslian Penelitian............................................................................. 9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 11

1.6.1. Ruang Lingkup Tempat ..................................................................... 11

1.6.2. Ruang Lingkup Waktu ....................................................................... 11

1.6.3. Ruang Lingkup Materi ....................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12

2.1 Landasan Teori................................................................................... 12

2.1.1 Diare ................................................................................................... 12

2.1.1.1. Definisi ............................................................................................... 12

Page 10: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

x

2.1.1.2. Klasifikasi Diare ................................................................................ 12 2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare ...................................................................... 13 2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 15 2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare ........................................................................ 16 2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare ........................................................................ 17 2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare ............................................................. 18 2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare .............................................................. 21 2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare ................................................................ 21 2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare................................................................ 23 2.1.2 Sarana Sanitasi Dasar ......................................................................... 24 2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih ........................................................... 24 2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban .................................................. 28 2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah ................................................ 30 2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................... 32 2.1.2.5. Saluran Drainase ................................................................................ 33 2.1.3 Banjir.................................................................................................. 34 2.1.3.1. Definisi ............................................................................................... 34 2.1.3.2. Jenis Banjir......................................................................................... 35 2.1.3.3. Penyebab Banjir ................................................................................. 36 2.1.3.4. Dampak Banjir ................................................................................... 38 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 40 3.2. Variabel Penelitian ............................................................................. 41 3.2.1. Variabel Bebas ................................................................................... 41 3.2.2. Variabel Terikat ................................................................................. 41 3.2.3. Variabel Pengganggu ......................................................................... 41 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 42 3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ....................... 43 3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 48 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 48 3.6.1. Populasi Penelitian ............................................................................. 48 3.6.1.1. Populasi Kasus ................................................................................... 48 3.6.1.2. Populasi Kontrol ................................................................................ 48 3.6.2. Sampel Penelitian............................................................................... 49 3.6.2.1. Sampel Kasus ..................................................................................... 49 3.6.2.2. Sampel Kontrol .................................................................................. 49 3.6.3. Besar Sampel Minimal ....................................................................... 50 3.6.4. Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 52 3.7. Sumber Data....................................................................................... 52 3.7.1. Data Primer ........................................................................................ 52 3.7.2. Data Sekunder .................................................................................... 52 3.8. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ......................... 53 3.8.1. Instrumen Penelitian .......................................................................... 53 3.8.1.1. Validitas ............................................................................................. 54

Page 11: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

xi

3.8.1.2. Reliabilitas ......................................................................................... 56

3.8.2. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 57

3.8.2.1. Wawancara ......................................................................................... 57

3.8.2.2. Observasi............................................................................................ 58

3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 58

3.9. Prosedur Penelitian ............................................................................ 58

3.9.1. Awal Penelitian .................................................................................. 58

3.9.2. Penelitian............................................................................................ 58

3.9.3. Akhir Penelitian ................................................................................. 59

3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 59

3.10.1. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 59

3.10.2. Teknik Analisis Data.......................................................................... 60

3.10.2.1. Analisis Univariat .............................................................................. 60

3.10.2.2. Analisis Bivariat................................................................................. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 62

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 62

4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................................. 62

4.1.2. Batas Wilayah Kerja .......................................................................... 62

4.1.3. Wilayah Kerja .................................................................................... 63

4.1.4. Demografis ......................................................................................... 63

4.1.5. Data Khusus ....................................................................................... 63

4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas ...................................................................... 63

4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas.............................................................. 63

4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 63

4.2.1. Karakteristik Responden .................................................................... 63

4.2.2. Analisis Univariat .............................................................................. 64

4.2.3. Analisis Bivariat................................................................................. 66

4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan

Kejadian Diare ................................................................................... 66

4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /

Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 67

4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan

Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 68

4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 69

4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan

Kejadian Diare ................................................................................... 70

4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian diare ......... 71

4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 72

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 73

5.1. Pembahasan........................................................................................ 73

Page 12: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

xii

5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan

Kejadian Diare ................................................................................... 73

5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /

Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 76

5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan

Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 78

5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 81

5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan

Kejadian Diare ................................................................................... 83

5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare ........ 85

5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 86

5.2.1. Hambatan Penelitian .......................................................................... 86

5.2.2. Kelemahan Penelitian ........................................................................ 86

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87

6.1. Simpulan ............................................................................................ 87

6.2. Saran .................................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90

LAMPIRAN .................................................................................................... 94

Page 13: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian .......................................................................... 9

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum..................................................... 25

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya ............................... 26

Tabel 3.1. Definisi Operasional ....................................................................... 43

Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 50

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................... 55

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................... 56

Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2 ............................................ 61

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden ................. 64

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis .................. 65

Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan

Kejadian Diare ................................................................................. 66

Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /

Jamban dengan Kejadian Diare ....................................................... 67

Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan

Sampah dengan Kejadian Diare ...................................................... 68

Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................... 69

Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan

Kejadian Diare ................................................................................. 70

Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan banjir dengan Kejadian Diare ...... 71

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi

Square .............................................................................................. 72

Page 14: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ 39

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 40

Page 15: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 95

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 96

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 97

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang ............... 98

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang................................. 99

Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................ 100

Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ................................... 101

Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................... 103

Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan ................................................................. 104

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian .................................................................. 107

Lampiran 11. Lembar Checklist Penelitian ...................................................... 110

Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas ..................... 112

Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas ............................................ 117

Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square ........................................... 122

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden ..................................... 128

Lampiran 16. Data Penelitian ........................................................................... 132

Lampiran 17. Dokumentasi .............................................................................. 147

Page 16: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Khasan dan Widjanarko,

2011).

Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan

lingkungannya. Aktivitas alam yang terjadi sebagai akibat interaksi antara unsur-

unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi antara planet bumi

dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi (Effendy, 1998).

Gangguan lingkungan merupakan penyebab langsung terjadinya bencana

alam karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada akhirnya akan

menimbulkan akibat positif dan negatif terhadap manusia. Salah satu akibat

negatifnya adalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Effendy,

1998).

Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir.

Banjir didefinisikan sebagai suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak

tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan atau genangan pada lahan

yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan

Page 17: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

2

yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase

(Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama beberapa jam.

Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan

Surabaya. Bencana ini tidak dapat diantisipasi karena kekeliruan konsep drainase

sejak awal (Agus Riyadi, 2009:43).

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang tiap tahunnya menjadi

langganan banjir. Berdasarkan data dari Basarnas 2010, tercatat pada 9 November

2010 terjadi banjir bandang di Kelurahan Mangkang Kulon yang mengakibatkan 7

orang meninggal dunia akibat tersapu arus (Basarnas, 2010). Berdasarkan data dari

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 14 Januari 2014 banjir

melanda Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Mangunharjo, banjir tersebut

disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Beringin dan disertai hujan yang deras

(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2014).

Dalam WHO (2003), disebutkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang

menjadi perhatian terkait dengan isu perubahan iklim, salah satunya adalah penyakit

diare. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah tropis ditemukan pola kejadian

penyakit diare mengikuti pola musim. Penyakit diare yang terjadi menunjukkan

puncaknya pada musim penghujan, banjir, serta kemarau juga menunjukkan adanya

hubungan baru dengan kejadian penyakit diare tersebut. Penyebab utama penyakit

diare yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi seperti kolera,

Page 18: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

3

Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia, Shigella, Thyphoid, dan virus seperti

hepatitis A (World Health Organization, 2003).

Air merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam

kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air mempunyai

kemampuan atau pengaruh langsung terhadap manusia, khususnya kesehatan

manusia. Pengaruh kesehatan tersebut tergantung sekali pada kualitas air yang

digunakan, dan air pun dapat berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyakit

(Slamet, 2009). Air dapat menjadi media dalam penyebaran penyakit yang dikenal

dengan water borne disease, tidak terkecuali air minum (Rose, 2001). Diare

merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Sumber air bersih

masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia.

Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor dalam kejadian penyakit

diare (Singh, 2011).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.

Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan limbah.

Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila

faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar

bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja

tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian

diare (Sander, 2005:2).

Page 19: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

4

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih

tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan

dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR

penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,

tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR

yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah

kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24

kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Jumlah penderita pada

KLB diare tahun 2012 menurun dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi

1.585 kasus pada 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi, dengan CFR 1,45%. Pada

tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten dengan jumlah

penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi

6 KLB diare yang tersebar di 5 provinsi, 6 kabupaten / kota dengan jumlah penderita

2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%) (Kementrian Kesehatan RI,

2014:148).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2013, jumlah

kasus diare di 35 kabupaten / kota di Jawa tengah sebanyak 839.555 penderita.

Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%. Data selama lima tahun

Page 20: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

5

terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan penyakit diare masih di bawah

target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, IR sebesar 1,95% dengan CFR sebesar

0,021%. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar 42,66%

lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2013).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Semarang angka kejadian

diare dari tahun ke tahun di Kota Semarang masih tinggi. Pada tahun 2010 tercatat

jumlah penderita diare sebanyak 34.593 kasus dengan IR sebesar 24/1000 penduduk.

Pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

48.051 kasus dengan IR sebesar 32/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07%. Pada tahun

2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 42.349 kasus

dengan IR sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,01%. Pada tahun 2013

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.001 kasus dengan IR

sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,06%. Pada tahun 2014 mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.134 kasus dengan IR sebesar

25/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014:36).

Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, pada tahun 2010 Puskesmas

Mangkang memiliki IR diare > 40/1000 penduduk dan menempati peringkat 3 besar

se-Kota Semarang. Pada tahun 2011 IR diare mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-

Kota Semarang. Pada tahun 2012 IR diare masih sama dengan tahun sebelumnya

yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-Kota

Page 21: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

6

Semarang. Pada tahun 2013 IR diare mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya

yaitu sebesar 39,1/1000 penduduk dan menempati peringkat kedua se-Kota Semarang

(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013:39).

Berdasarkan data Profil Puskesmas Mangkang tercatat kasus diare di

Puskesmas Mangkang pada tahun 2011 sebanyak 417 kasus, kasus terbanyak

ditemukan pada bulan Januari, November, dan Desember yaitu sebanyak 45 kasus.

Pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 421

kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak 53

kasus. Pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

355 kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Januari yaitu sebanyak 42

kasus. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

292 kasus diare, dan kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak

53 kasus (Puskesmas Mangkang, 2014).

Dengan tingginya angka kejadian diare ini peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana gambaran faktor-faktor sanitasi dasar dan status rawan banjir pada

penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang yaitu Kelurahan Mangkang

Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Ketersediaan

Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi

Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)”.

Page 22: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

7

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status

rawan banjir dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status

rawan banjir terhadap kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang).

2. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

3. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

Page 23: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

8

4. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan air limbah

(SPAL) dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang).

5. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang).

6. Untuk mengetahui hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare

(studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).

1.4. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi peneliti

dalam melakukan penelitian khususnya mengenai ketersediaan sarana sanitasi dasar

dan status rawan banjir dengan kejadian diare.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi untuk upaya preventif kejadian diare pada masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.

1.4.3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut di bidang epidemologi

penyakit dan kesehatan lingkungan, khususnya tentang faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian diare.

Page 24: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

9

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No. Nama / Tahun Judul

Metode

Penelitian dan

Sampel

Hasil

1. Anjar

Purwadiana

Wulandari, 2009

Hubungan antara

faktor lingkungan

dan faktor

sosiodemografi

dengan kejadian

diare pada balita

di Desa Blimbing

Kecamatan

Sambirejo

Kabupaten

Sragen.

Observasional

dengan

pendekatan cross-

sectional.

Sampel 70

responden.

Ada hubungan antara

sumber air minum dan

tempat pembuangan

tinja dengan kejadian

diare pada

anak balita di Desa

Blimbing,

2. Umiati, 2010 Hubungan antara

sanitasi

lingkungan

dengan kejadian

diare pada balita

di wilayah kerja

Puskesmas

Nogosari

Kabupaten

Boyolali.

Observasional

dengan metode

pendekatan

cross-sectional.

Sampel 60

responden.

Ada hubungan antara

sumber air minum,

kepemilikan jamban

keluarga, dan jenis

lantai rumah dengan

kejadian diare pada

balita.

Tidak ada hubungan

antara kualitas fisik air

bersih dengan kejadian

diare pada balita.

3. Lailatul

Mafazah, 2013

Hubungan antara

ketersediaan

sarana sanitasi

dasar dan

personal hygiene

ibu dengan

kejadian diare

pada balita di

wilayah kerja

Puskesmas

Purwiharjo

Kabupaten

Pemalang.

Explanatory

research dengan

metode pedekatan

cross-sectional.

Sampel 95

responden.

Ada hubungan antara

ketersediaan sarana air

bersih, ketersediaan

sarana pembuangan

tinja, ketersediaan

sarana tempat

pembuangan sampah,

ketersediaan sarana

pembuangan air

limbah, dan personal

hygiene ibu dengan

kejadian diare pada

balita.

4. Retno

Purwaningsih,

2012

Hubungan antara

penyediaan air

minum dan

perilaku higiene

sanitasi dengan

Analitik

observasional

dengan rancangan

pendekatan kasus

kontrol.

Ada hubungan antara

kualitas mikrobiologis

air minum, kuantitas

air bersih, kondisi fisik

tempat pebuangan

Page 25: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

10

No. Nama / Tahun Judul

Metode

Penelitian dan

Sampel

Hasil

kejadian diare di

daerah paska

bencana Desa

Banyudono

Kecamatan

Dukun Kabupaten

Magelang.

Sampel 29

responden kasus,

dan 29 responden

kontrol.

sampah, kebiasaan

mencuci tangan setelah

buang air besar

menggunakan air

bersih dan sabun,

kebiasaan buang air

besar, dan kebiasaan

membuang sampah,

dengan kejadian diare.

Tidak ada hubungan

antara kondisi fisik

sumber penyedia air

minum, dan kebiasaan

menutup hidangan

makanan dengan

kejadian diare.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan

banjir dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang belum

pernah dilakukan sebelumnya.

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini lebih beragam dengan menggunakan

parameter-parameter dalam sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir, yaitu

sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan

sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran drainase, dan status

rawan banjir.

Lanjutan (Tabel 1.1. Keaslian Penelitian)

Page 26: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

11

1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang, yaitu Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan

Kelurahan Mangunharjo.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2015.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat, dengan kajian

bidang epidemiologi dan kesehatan lingkungan.

Page 27: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Diare

2.1.1.1. Definisi

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:9), definisi diare adalah

berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih

sering dari biasanya (3 kali atau lebih). Menurut Suriadi & Rita (2006:80), diare

adalah kelebihan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi

satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair.

2.1.1.2. Klasifikasi Diare

Diare dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat.

2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare

tersebut.

Diare kronik sering juga dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Diare persisten: diare yang disebabkan oleh infeksi.

2. Protacted diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair

dan frekuensi 4 kali atau lebih per hari.

Page 28: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

13

3. Diare intraktabel: diare yang berulang kali dalam waktu yang singkat (misalnya

1-3 bulan).

4. Prolonged diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

5. Chronic non spesifik diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu,

tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi

maupun malabsorbsi.

2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare

Menurut Widjaja (2002:4), diare disebabkan antara lain:

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare anak. Jenis-jenis

yang umumnya menyerang sebagai berikut:

a. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera), dan

serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik

(memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti

pseupodomonas.

b. Infeksi basil (disentri).

c. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.

d. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).

e. Infeksi jamur (candidiasis).

f. Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil dan radang tenggorokan.

g. Keracunan makanan.

Page 29: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

14

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap laktoglobin dalam

susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini,

pertumbuhan anak akan terganggu.

b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserids. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak

manjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase akan terjadi

kerusakan mukosa usus. Diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap

dengan baik. Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare merupakan makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, sayuran (mentah), dan kurang matang.

4. Faktor Psikologi

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare

kronis.

Menurut Suriadi & Rita (2006:82), penyakit diare disebabkan oleh:

1. Faktor Infeksi

a. Bakteri: Neteropathogenic, E.coli, Salmonella, Shigella.

b. Virus: Enterovirus, Adenovirus.

c. Jamur: Candida.

d. Parasit: Giardia lamblia, Crystosporodium.

Page 30: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

15

e. Protozoa.

2. Bukan Faktor Infeksi

a. Alergi makanan: susu, protein.

b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.

d. Obat-obatan: antibiotik.

e. Penyakit usus.

f. Obstruksi usus.

3. Penyakit Infeksi

Penyakit otitis media, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran kemih.

2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare

Di Indonesia pada tahun 1970 sampai 1980-an, prevalensi penyakit diare

sekitar 200-400 per 1.000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-

80% menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini

mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare

sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.

KLB diare menyerang hampir semua provinsi di Indonesia. Angka kematian

yang jauh lebih tinggi daripada kejadian kasus diare biasa membuat perhatian para

ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat

(Widoyono, 2008:146-147).

Di Provinsi Jawa Tengah, penemuan penyakit diare pada tahun 2012 sebesar

42,66%. Data selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan

Page 31: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

16

diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Incidence Rate

sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate sebesar 0,021% (Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2013).

2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare

Menurut Suriadi dan Rita (2006:81), gejala diare meliputi:

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer.

2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

3. Keratin abdominal.

4. Demam.

5. Mual dan muntah.

6. Anorexia.

7. Lemah.

8. Pucat.

9. Perubahan tanda vital, nadi, dan pernapasan cepat.

10. Pengeluaran urin menurun atau tidak ada.

Menurut Widjaja (2002:7), gejala diare antara lain:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.

2. Tinja bayi encer, berlendir, dan berdarah.

3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

4. Anusnya lecet.

5. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.

Page 32: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

17

6. Muntah sebelum atau sesudah diare.

7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

8. Dehidrasi.

2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare

Akibat penyakit diare antara lain:

1. Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh.

Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi, karena bayi kehabisan

cairan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena asupan cairan itu tidak seimbang

dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun sedikit demi sedikit.

a. Dehidrasi Ringan

Gejala gelisah atau sakit, denyut nadi normal. Pernapasan, ubun-ubun, dan

kelopak mata masih ada dan normal. Kehilangan cairan 5%.

b. Dehidrasi Sedang

Gejala gelisah, ngantuk, denyut nadi cepat dan lemah. Pernapasan dalam tapi

cepat, ubun-ubun dan kelopak mata cekung.

c. Dehidrasi Berat

Gejala lemah, berkeringat, pucat, dan pingsan. Denyut nadi cepat, halus,

kadang tak teraba. Sudah kehilangan cairan 10%.

2. Gangguan Pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makann terhenti, sementara pengeluaran zat

gizi terus berjalan (Widjaja, 2002:7).

Page 33: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

18

2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2008:11) menyatakan faktor risiko diare

antara lain:

1. Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor

yang mempengaruhi yaitu sarana air bersih, pembuangan tinja, pembuangan

limbah, tempat pembuangan sampah, dan saluran drainase. Faktor-faktor ini akan

berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang

tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

a. Sarana Air Bersih

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan

manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi

mencuci, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,

penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit

di masyarakat.

b. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang

harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung

virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh

Page 34: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

19

binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka

makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja,

antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:7, Soekidjo

Notoatmodjo, 2007: 172-180).

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun

kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang

berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal

dari industri-industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara

pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan

bersama-sama air kotoran) dan cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari

air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 309).

d. Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah

seperti sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria

syarat-syarat kesehatan.

Page 35: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

20

e. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan

sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /

atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara

pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta

cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air

tersebut.

2. Faktor Penjamu yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare

a. Tidak memberikan ASI eksklusif pada bulan pertama, dan ASI tidak

diteruskan sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat

melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella

dan Vibrio cholera.

b. Kurang Gizi

Beratnya penyakit, lama, dan risiko kematian karena diare meningkat pada

anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi

buruk.

c. Campak

Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang

sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat

Page 36: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

21

dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Virus campak menyerang sistem

mukosa tubuh, sehingga bisa juga menyerang saluran cerna.

d. Imunodefisiensi / Imunosupresi

Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah

infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti

pada penderita AIDS. Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi

karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.

2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare

Menurut Suriadi dan Rita (2006:83), pemeriksaan diagnostik diare meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1. Riwayat alergi pada makanan.

2. Pemeriksaan BUN (Blood Area Nitrogen), creatinine, dan glukosa.

3. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.

2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare

Pengobatan diare berdasarkan dehidrasinya:

1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A

Pada keadaaan ini, buang air besar 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret.

Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makanan dan

minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota

keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah

seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air teh, maupun oralit.

Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.

Page 37: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

22

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah:

a. Memberikan anak lebih banyak cairan.

b. Memberikan makanan terus menerus.

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari.

2. Dehidrasi Ringan / Sedang, dengan Terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari

berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat

badan. Untuk mengobati diare pada derajat dehidrasi ringan / sedang digunakan

terapi B, yaitu pada jam pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur

kurang dari 1 tahun sebanyak 300 ml, umur 1 – 4 tahun sebanyak 600 ml, dan

umur lebih dari 5 tahun sebanyak 1.200 ml.

3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya

lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

Diare diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk

diinfus RL (Ringer Laktat).

4. Teruskan Pemberian Makan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan

dengan kebutuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapat

ASI. Bila sebelumnya tidak mendapat ASI, dapat diteruskan dengan memberikan

susu formula.

Page 38: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

23

5. Antibiotik Bila Perlu

Sebagian penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antobiotok

dalam penatalaksanaan kasus diare, karena tidak bermanfaat dan efek

sampingnya merugikan penderita (Widoyono, 2008:152).

2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:15), cara pencegahan

terhadap penyakit diare adalah melalui upaya sebagai berikut:

1. Memasak makan dengan benar, disimpan dalam suhu yang benar agar bakteri

tidak dapat berkembang biak.

2. Susu harus dipasteurisasi.

3. Mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar.

4. Menyimpan pestisida dan bahan beracun lainnya di tempat yang berlainan

dengan tempat menyimpan bahan makanan.

5. Tidak memakan makanan yang sudah kadaluarsa atau basi.

6. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan, dan menghidangkan

makan.

7. Menyimpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis makanan atau bahan

makanan.

Menurut Widoyono (2008:151), penyakit diare dapat dicegah melalui

promosi kesehatan, antara lain:

1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.

Page 39: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

24

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian

besar kuman penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan

sesudah buang air besar.

4. Memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun.

5. Menggunakan jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

2.1.2. Sarana Sanitasi Dasar

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit

menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan

usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap

berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana

sanitasi melibatkan tiga komponen yang sangat penting, yakni persampahan,

penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah rumah tangga. Sanitasi juga

berpengaruh pada kesehatan, terutama sanitasi lingkungan sekitar rumah. Banyak

waktu yang dihabiskan di rumah, terutama ibu rumah tangga dan balitanya. Oleh

karena itu, sanitasi yang buruk mempunyai dampak penting bagi kesehatan ibu dan

balitanya (Otto Soemarwoto, 1998:45).

2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Selama hidupnya, manusia

selalu memerlukan air. Dengan demikian, semakin naik jumlah laju penduduk serta

laju pertumbuhannya, semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk

Page 40: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

25

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, diperlukan

industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk

serta beban penggunaan sumber daya air.

Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit. Pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama

menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sumber persediaan atau tidak.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum yaitu:

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum

No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang Diperbolehkan

1. Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100 ml

sampel 0

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml

sampel 0

b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/l 0,01

2) Flourida mg/l 1,5

3) Total Krominum mg/l 0,05

4) Kadmium mg/l 0,003

5) Nitrit (sebagai NO2) mg/l 3

6) Nitrat (sebagai NO2) mg/l 50

7) Sianida mg/l 0,07

8) Selenium mg/l 0,7

2. Parameter yang tidak langsung

berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU 15

3) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500

4) Kekeruhan NTU 5

Page 41: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

26

No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang Diperbolehkan

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu 0C Suhu udara + 3

b. Parameter Kimiawi

1) Alumunium mg/l 0,2

2) Besi mg/l 0.3

3) Kesadahan mg/l 500

4) Khlorida mg/l 250

5) Mangan mg/l 0.4

6) pH mg/l 6,5 – 8,5

7) Seng mg/l 3

8) Sulfat mg/l 250

9) Tembaga mg/l 2

10) Amonia mg/l 1,5

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum.

Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:95), peran air dalam terjadinya penyakit

menular adalah sebagai berikut:

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen.

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.

3. Bila jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

membersihkan dirinya dengan baik.

4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya

Agent Penyakit

Virus:

Rotavirus

V. Hepatitis A

V. Poliomyelitis

Diare pada anak

Hepatitis A

Poliomyelitisanterior acuta

Bakteri:

Vibrio cholera

Ascherichia coli enteropatogenik

Salmonella typhi

Salmonella partyphi

Shigella dysenteriae

Cholera

Diare/Dysenterie

Typhus abdominalis

Paratyphus

Dysenterie

Lanjutan (Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum)

Page 42: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

27

Agent Penyakit

Protozoa:

Extamoeba histolytica

Balantidia coli

Giardia lamblia

Dysenterie amoeba

Balantidiasis

Giardiasis

Metazoa:

Ascaris lumbricoides

Clonorchis sinensis

Diphyllobothrium latum

Taenia sagianata/solium

Schistosoma

Ascariasis

Clonorchiasis

Diphylobothriasis

Taeniasis

Schistosomiasis

Air yang bersih juga dipengaruhi oleh sarana air bersih. Sarana air bersih

yang sehat harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2005:17):

1. Sumur Gali (SGL)

Lokasi sumur gali berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah) dengan sumber

pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah / lubang sampah dan

kandang ternak. Lantai sumur kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur

mengitari / mengelilingi bibir sumur, lantai tidak licin, mudah dibersihkan, tidak

tergenang air. Tinggi bibir sumur minimal + 2 cm dari lantai sumur, terbuat dari

bahan yang kuat dan kedap air. Dinding sumur terbuat dari bahan kedap air dan

tidak mudah rusak. Tutup sumur mudah dibuka dan ditutup.

2. Sumur Pompa Tangan (SPT)

Lokasi sumur pompa tangan berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah)

dengan sumber pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah /

lubang sampah dan kandang ternak. Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari

sumur pompa / sumber air dan mengelilingi sumur pompa, lantai tidak retak /

Lanjutan (Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnnya

Page 43: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

28

bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air. Dudukan pompa harus kuat,

kedap air, dan ketinggian 50-60 cm.

3. Perlindungan Mata Air dengan Perpipaan

Pipa yang digunakan harus kuat dan tidak mudah patah, jaringan pipa tidak boleh

terendam air kotor. Lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, luas lantai

minimal 1 m2 dan tidak tergenang air, tinggi kran minimal 50-70 cm dari lantai.

2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah yang ada,

akan dapat dieliminasi, ditekan, atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah

dikurangi derajat kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan

manusia. Sebagai contoh agar tidak berperan sebagai sumber penular penyakit, tinja

harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah

atau bak tertutup yang tidak terjangkit oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta berjarak

minimal 15 meter dari sumber air minum (Soeparman & Suparmin, 2002:3).

Proses pemindahan kuman dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru

dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah,

makanan, serta sayuran. Pebuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara

saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkn faktor ke

empat dari enam faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier)

kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang potensial (Soeparman &

Suparmin, 2002:7).

Page 44: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

29

Jamban merupakan sarana yang biasa digunakan masyarakat dalam

pembuangan tinja. Menurut Soeparman & Suparmin (2002:56), jamban dapat

dibedakan atas beberapa macam, antara lain:

1. Jamban Cubluk

Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari

tanah ataupun mengkontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan

dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.

2. Jamban Air

Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki

pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air

permukaan tidak akan terkontaminasi.

3. Jamban Leher Angsa

Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air

bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih

merupakan modifikasi yang penting dari slab lantai jamban biasa.

Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, jamban sehat

adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan

penyakit. Sebuah jamban dikategorikan sehat jika:

1. Mencegah kontaminsai ke badan air.

2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja.

3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya.

4. Mencegah bau yang tidak sedap.

Page 45: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

30

5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan

adalah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):

1. Septic tank tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan

sumber air > 10 meter.

2. Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok.

3. Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok

yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.

2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah

bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan

pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada

harganya (A Tresna Sastrawijaya, 2000:73).

Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:152), sampah adalah segala sesuatu

yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang

mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Menurut Undang-

Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya,

sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut:

Page 46: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

31

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian, dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan

lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah yang

berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya

(Juli Soemirat, 2002:153).

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah seperti

sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat

kesehatan, antara lain (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):

1. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2 kali

24 jam (2 hari), dan segera dibuang.

2. Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang

banyak menghasilkan sampah.

3. Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang sampah

dan bila sudah penuh dapat ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit

demi sedikit.

4. Tempat sampah tidak menjadi sarang / tempat berkembangbiaknya serangga

ataupun binatang penular penyakit (vektor).

Page 47: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

32

5. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak berceceran

sehingga mengundang datangnya lalat.

2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah

ini terdiri bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas

tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama

bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Menurut Sugiharto (1987:5), limbah cair rumah tangga adalah air yang telah

dipergunakan yang berasal dari rumah tangga / pemukiman termasuk di dalamnya

adalah yang berasal dari kamar mandi, WC, tempat cuci, serta tempat memasak.

Sarana pembuangan air limbah bisa berupa selokan atau pipa yang dipergunakan

untuk membawa air buangan dari sumbernya.

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang

sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar,

zat-zat yang terdapat di dalam air limbah antara lain terdiri dari air dan bahan padat

(0,1%). Bahan padat ini terdiri dari bahan organik (protein 65%, karbohidrat 25%,

lemak 10%) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal) (Sugiharto, 1987:16).

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang

tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga

Page 48: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

33

ataupun dapat mencemari lingkungan / sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2005:16).

Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air bersih.

2. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.

3. Tidak menimbulkan bau.

4. Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.

2.1.2.5. Saluran Drainase

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang

tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang

ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Secara umum, jenis saluran drainase dibagi 2 jenis yaitu terbuka dan

tertutup.

1. Saluran terbuka, umumnya diterapkan pada daerah yang lalu lintas pejalan

kakinya rendah dan atau tersedia lahan bebas.

Page 49: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

34

2. Saluran tertutup, umumnya diterapkan pada daerah perdagangan, pertokoan,

yang lalu lintas pejalan kakinya padat dan atau tidak tersedia lahan bebas.

Demikian pula jika saluran melintasi jalan raya.

Berdasarkan letaknya, saluran drainase dibagi menjadi:

1. Saluran drainase primer yaitu saluran drainase yang menerima air dari saluran

sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air.

2. Saluran drainase sekunder yaitu bagian dari sistem primer yang langsung

melayani wilayah permukiman.

3. Saluran drainase tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang menerima air

hujan yang berasal dari persil bangunan.

2.1.3. Banjir

2.1.3.1. Definisi

Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari tempat-tempat

penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk ke penampungan melebihi

kapasitas (daya tampungnya), sehingga air meluap. Luapan air dari penampungan

ternyata juga melebihi daya serap, sehingga air tidak dapat lagi terserap ke dalam

tanah. Akibatnya, air menggenangi daratan dalam waktu tertentu yang tidak terlalu

lama. Daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang baik dapat terkena

banjir jika terjadi hujan yang sangat lebat. Air hujan yang seharusnya mengalir lancar

akan terhenti dan tergenang jika tidak ada sistem drainase yang baik. Selokan yang

tertutup oleh timbunan sampah merupakan salah satu contoh sistem drainase yang

tidak baik (Samadi, 2007).

Page 50: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

35

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam

jumlah yang begitu besar. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan

hutan di sepanjang sungai, sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun

menimbulkan korban jiwa (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).

2.1.3.2. Jenis Banjir

Menurut Samadi (2007), berdasarkan sumber air yang menjadi penampung

di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan

banjir laut pasang.

1. Banjir Sungai

Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara berkala

dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta mencairnya es atau

gletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis

seperti di Indonesia, banjir sungai dapat terjadi pada musim hujan.

2. Banjir Danau

Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air danau

disebabkan hal berikut:

a. Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat menggerakkan air danau

hingga keluar melewati batas (tanggul) danau.

b. Masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari sungai hingga

melewati batas daya tampung danau.

Page 51: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

36

3. Banjir Laut Pasang

Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Seperti halnya pada

banjir danau, badai membawa air laut hingga ke daratan. Banjir berupa

gelombang pasang yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan

nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan

yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh

faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air

laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti

penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di

daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke

dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya

(Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).

2.1.3.3. Penyebab Banjir

Penyebab banjir menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah:

1. Curah hujan tinggi.

2. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

3. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air

keluar sempit.

4. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

5. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir

sungai.

Page 52: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

37

6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai (Badan Penanggulangan Bencana

Daerah, 2012).

Curah hujan yang tinggi ditambah dengan bertambahnya aliran permukaan

menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Curah hujan yang tinggi, lereng

yang curam di daerah hulu, dan perubahan jenis vegetasi dapat memperbesar aliran

permukaan yang mengakibatkan tanah longsor. Hujan sangat deras yang terjadi di

kawasan hulu sungai dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang, yaitu banjir

besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat cepat dan mengalir dengan

deras. Aliran banjir bandang ini dapat menghanyutkan benda-benda yang besar,

misalnya batu dan kayu. Banjir bandang sering membawa banyak korban jiwa

(Samadi, 2007).

Banjir ada kalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan waktu genangan

yang cepat pula, tetapi ada kalanya banjir terjadi dengan waktu yang lama dengan

waktu genangan yang lama pula. Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi,

luapan dari sungai, tanggul sungai yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya

saluran drainase, atau bendungan yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana

jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya

(Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh

manusia. Oleh karena itu, selama ini banjir cenderung dipandang sebagai takdir.

Penduduk yang tinggal di daerah yang sering terkena banjir juga menganggap bahwa

kebanjiran sebagai nasib. Secara umum penyebab terjadinya banjir adalah rendahnya

Page 53: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

38

kemampuan DAS dalam menyimpan air, berkurangnya kemampuan DAS dalam

mengalirkan air, berkurangnya areal resapan untuk tempat penyimpanan air, dan

pemahaman masyarakat terhadap sumber daya air yang rendah. Oleh karena itu,

diperlukan cara yang efektif dan lebih dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian

banjir (Samadi, 2007).

2.1.3.4. Dampak Banjir

Beberapa dampak adanya banjir menurut Wardiyatmoko (2006) yaitu

sebagai berikut:

1. Mendatangkan kerugian bagi manusia misalnya rumah rusak, jalan rusak, dan

jembatan hancur.

2. Daerah sawah yang tergenang air akan mengakibatkan gagal panen.

3. Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan terjadi polusi air,

sehingga dapat menjadi media penyebaran penyakit perut dan penyakit kulit.

Page 54: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

39

2.2. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Widjaja (2004), Juli Soemirat (2007), Sukidjo Notoadmodjo (2003), Depkes

RI (2002).

Sar

ana

San

itas

i D

asar

Sarana Air

Bersih

Sarana

Pembuangan

Tinja / Jamban

Sarana Tempat

Pembuangan

Sampah

Sarana

Pembuangan

Air Limbah

(SPAL)

Saluran

Drainase

Pendidikan dan

Pengetahuan

Sikap Praktik

Perilaku Tidak

Sehat

Kuman / Mikro

Organisme Infeksi

Ketahanan

Tubuh

Diare

Umur Status Rawan

Banjir

Page 55: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEP

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus, sehingga tidak dapat langsung diukur (Soekidjo, 2002:68).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

* : Variabel dikendalikan

Variabel Bebas

- Kondisi Fisik Sarana Sanitasi

1. Sarana Air Bersih

2. Sarana Pembuangan Tinja / jamban

3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah

4. Sarana Pembuangan Air Limbah

5. Saluran Drainase

- Status Rawan Banjir

Variabel Terikat

Kejadian Diare

Variabel Pengganggu

Ketahanan tubuh*

Page 56: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

41

3.2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang bila berubah akan

mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian adalah

ketersediaan sarana sanitasi dasar yang meliputi air bersih, sarana pembuangan tinja /

jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran

drainase, dan status rawan banjir.

3.2.2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat

perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

3.2.3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu (confuonding variable) yaitu jenis variabel yang

berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan

variabel antara. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah ketahanan tubuh.

Variabel pengganggu pada penelitian ini dikendalikan dengan metode

restriksi, dimana dalam metode ini terjadi pembatasan dalam pemilihan subjek

penelitian berdasarkan variabel pengganggu yang dapat mengancam validitas

penetian. Selain berdasarkan variabel pengganggu, pemilihan subjek juga

berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ada.

Pengendalian ketahanan tubuh dengan memilih responden berumur 5-59

tahun, karena penelitian memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk

Page 57: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

42

umur di bawah 5 tahun atau di atas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda

dengan umur umum.

Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki

karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk

memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan

karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah dilihat

(Widyastuti, 2005:14).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Soekidjo

Notoatmodjo, 2003:15).

WHO Menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0

– 14 tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun ke

atas: orang tua (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:20).

3.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban atau dugaan yang bersifat

sementara dalam suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:72). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.

2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan

kejadian diare.

Page 58: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

43

3. Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare.

4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan kejadian diare.

5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.

6. Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.

3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN

VARIABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Hasil

Pengukuran Skala

1. Kejadian

diare

Merupakan

kejadian diare

yang pernah

dialami responden

pada bulan

Oktober 2013

sampai Februari

2014.

(berdasarkan

catatan medis di

Puskesmas

Mangkang)

Kuesioner Wawancara 0 =

mengalami

diare.

1 = tidak

mengalami

diare.

Ordinal

2. Sarana

air bersih

Ketersediaan air

bersih yang

digunakan untuk

memenuhi

kebutuhan sehari-

hari, karena air

merupakan salah

satu media dari

berbagai macam

penularan

penyakit.

Penyediaan air

minum, ketentuan:

(1). Sumur gali

dan sumur pompa:

Lembar

checklist

Observasi 1. Memenuhi

syarat: ≥ 2

2. Tidak

memenuhi

syarat: < 2

Ordinal

Page 59: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

44

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Hasil

Pengukuran Skala

terdapat dinding 3

meter ke bawah.

Perlindungan mata

air dan perpipaan:

jaringan pipa tidak

bocor / terendam

air, skor = 1.

(2). Tempat

penampungan air

dalam keadaan

bersih dan dikuras

sekurang-

kurangnya

seminggu sekali,

skor = 1.

(3). Tempat

penyimpanan air

minum dalam

keadaan bersih

dan dicuci

sekurang-

kurangnya

seminggu sekali,

skor = 1.

3. Sarana

pembua-

ngan

tinja /

jamban

Ketersediaan

sarana yang

digunakan untuk

membuang tinja

atau kotoran

manusia.

Ketentuan sebagai

berikut:

(1). Mencegah

kontaminasi ke

badan air, skor =

1.

(2). Mencegah

kontak antara

manusia dan tinja,

skor = 1.

(3). Membuat tinja

tidak dapat

dihinggapi

serangga, serta

Lembar

checklist

Observasi 1. Memenuhi

syarat: ≥ 6

2. Tidak

memenuhi

syarat: < 6

Ordinal

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)

Page 60: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

45

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Hasil

Pengukuran Skala

binatang lainnya,

skor = 1.

(4). Mencegah bau

yang tidak sedap,

skor = 1.

(5). Konstruksi

dudukannya dibuat

dengan baik dan

aman bagi

pengguna, skor =

1.

(6). Septic tank

tidak mencemari

air tanah dan air

permukaan, jarak

dengan sumber air

> 10 meter, skor =

1.

(7). (a) bila

berbentuk leher

angsa, air

penyekat selalu

menutup lubang

tempat jongkok,

skor = 1.

(b) bila tanpa leher

angsa, harus

dilengkapi dengan

penutup lubang

tempat jongkok

yang dapat

mencegah lalat

atau serangga atau

binatang lainnya,

skor = 1.

4. Sarana

tempat

pembua-

ngan

sampah

Ketersediaan

tempat untuk

menyimpan

sampah sementara

setelah sampah

dihasilkan yang

harus ada di setiap

sumber atau

penghasil sampah

Lembar

checklist

Observasi 1. Memenuhi

syarat: ≥ 1

2. Tidak

memenuhi

syarat: < 1

Ordinal

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)

Page 61: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

46

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Hasil

Pengukuran Skala

seperti sampah

rumah tangga.

Ketentuan sebagai

berkut:

(1). Setiap

keluarga

mempunyai

tempat

pembuangan

sampah sendiri di

rumah, skor = 1.

(2). Tempat

pembuangan

sampah tertutup

hingga tidak

terjamah lalat dan

kedap air, skor =

1.

5. Sarana

Pembua-

ngan Air

Limbah

(SPAL)

Ketersediaan

sarana untuk

menyalurkan

pembuangan

limbah rumah

tangga yang

meliputi air bekas

cucian, air dari

kamar mandi, air

dari dapur.

Ketentuan sebagai

berikut:

(1). Tidak

mencemari sumber

air bersih, skor =

1.

(2). Tidak

menimbulkan

genangan air yang

dapat menjadi

sarang nyamuk,

skor = 1.

(3). Tidak

menimbulkan bau,

skor = 1.

(4). Tidak

Lembar

checklist

Observasi 1. Memenuhi

syarat: ≥ 3

2. Tidak

memenuhi

syarat: < 3

Ordinal

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)

Page 62: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

47

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Cara

Pengukuran

Hasil

Pengukuran Skala

menimbulkan

becek-becek atau

pandangan yang

tidak menyenang-

kan, skor = 1.

6. Saluran

drainase

Ketersediaan

sarana untuk

mengalirkan air

permukaan ke

badan air (sumber

air permukaan dan

bawah permukaan

tanah) dan atau

bangunan resapan.

Ketentuan sebagai

berikut:

(1). Mampu

mengalirkan serta

meresapkan

sebagian air hujan

ke dalam tanah,

skor = 1.

(2). Tidak

menerima dan

mengalirkan air

limbah, skor = 1.

(3). Dipasang

diatas tanah yang

stabil, skor = 1.

(4). Tidak

menimbulkan

genangan air, skor

= 1.

Lembar

checklist

Observasi 1. Memenuhi

syarat: ≥ 3

2. Tidak

memenuhi

syarat: < 3

Ordinal

7. Status

rawan

banjir

Merupakan status

rawan banjir

rumah responden,

apakah rumah

responden terkena

banjir atau tidak.

Berdasarkan hasil

wawancara dengan

responden.

Kuesioner Wawancara 0 = daerah

rawan banjir.

1 = daerah

non-rawan

banjir.

Ordinal

Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)

Page 63: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

48

3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan

rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus

(kelompok yang menderita efek / penyakit yang sedang diteliti). Penelitian ini

dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok kontrol,

kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang

mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena

efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:147).

3.6. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.6.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol, yang

selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.

3.6.1.1. Populasi Kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja

Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang

Wetan) yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013

sampai Februari 2014.

3.6.1.2. Populasi Kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja

Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang

Wetan) yang tidak menderita diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.

Page 64: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

49

3.6.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009;60). Sampel

dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.

3.6.2.1. Sampel Kasus

Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang

(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang pernah

berobat ke Puskesmas Mangkang pada saat menderita diare, yaitu berjumlah 29

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

3.6.2.1.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.

2. Berdasarkan rekam medis Puskesmas Mangkang, responden didiagnosis diare

dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014

3. Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.1.2. Kriteria Eksklusi

Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

3.6.2.2. Sampel Kontrol

Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang

(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang tidak

mempunyai riwayat penyakit diare, yaitu berjumlah 29 responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Page 65: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

50

3.6.2.2.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.

2. Tidak mempunyai riwayat penyakit diare dari bulan Oktober 2013 sampai

Februari 2014.

3. Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.2.2. Kriteria Eksklusi

Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

3.6.3. Besar Sampel Minimal

Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam

penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian

terdahulu dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα=1,960) dan kekuatan 80%

(Zβ=0,842). Berdasarkan perhitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok

kontrol terdahulu sebagai berikut:

Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti / Tahun Variabel OR

1. Muhajirin / 2007 Kualitas bakteriologis air bersih 0,434

2. Muhajirin / 2007 Kualitas jamban 3,059

3. Muhajirin / 2007 Kualitas pembuangan air limbah 0,269

4. Muhajirin / 2007 Jenis tempat sampah 0,312

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian

terdahulu yang terbesar adalah 3,059 dari variabel kualitas jamban pada penelitian

Muhajirin tahun 2007. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 66: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

51

( )

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:369)

Keterangan:

n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol

Zα : Tingkat kepercayaan (95%=1,960)

Zβ : Power penelitian (80%=0,842)

P : Perkiraan proporsi efek pada kasus

Q : Proporsi kontrol terpapar

R : OR penelitian terdahulu

0,75

( )

Page 67: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

52

Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29

responden. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan

kelompok kontrol 1:1 dengan jumlah 29 kasus dan 29 kontrol.

3.6.4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik sampling atau cara pengambilan sampel merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009;60). Penelitian ini

menggunakan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana (simple random

sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam anggota populasi. Adapun cara pengambilan dari metode ini dengan

menggunakan undian.

3.7. SUMBER DATA

3.7.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan

observasi dengan responden, pengetahuan responden atau keluarga responden tentang

diare, dan kondisi sarana sanitasi dasar.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Mangkang.

Page 68: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

53

3.8. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.8.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian rangkaian

pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis pula (Sonny

Sumarsono, 2004:75). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh jawaban yang

akurat dari responden mengenai diare dan ketersediaan sarana sanitasi dasar.

a. Kuesioner Penjaringan

Kuesioner penjaringan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan

responden masuk ke dalam kelompok responden kasus atau kontrol.

b. Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

ketersediaan dan jenis sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,

sarana tempat pembuangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), dan saluran drainase yang terdapat pada rumah responden.

Kuesioner penelitian dalam penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui

status rawan banjir pada rumah responden.

2. Checklist

Checklist adalah suatu daftar kegiatan yag harus dilakukan selama riset (Sonny

Sumarsono, 2004:75). Checklist dalam penelitian ini digunakan untuk

Page 69: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

54

memperoleh data yang akurat mengenai kondisi fisik sarana air bersih, kondisi

fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), serta kondisi

fisik saluran drainase.

3.8.1.1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:129). Suatu kuesioner

dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu

instrumen (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid

bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik

korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto

(2010:40) yaitu:

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara x dan y

n : Jumlah subyek

X : Skor item

Y : Skor total

∑X : Jumlah skor item

Page 70: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

55

∑Y : Jumlah skor total

∑X2

: Jumlah kuadrat skor item

∑Y2

: Jumlah kuadrat skor total

Keputusan uji: bila r hitung (r pearson) > r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan

valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:167). Adapun ringkasan hasil uji validitas

sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner

No. No. Pertanyaan r hitung r tabel (30) Keterangan

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

1.

2.

3.

0,379

0,504

0,504

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

0,504

0,498

0,498

0,507

0,490

0,490

0,490

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

1.

2.

0,450

0,430

0,361

0,361

Valid

Valid

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

1.

2.

3.

4.

0,407

0,504

0,507

0,507

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

Valid

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase

1.

2.

3.

4.

0,407

0,479

0,379

0,498

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

Valid

Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih, 7 pertanyaan kondisi fisik

sarana pembuangan tinja / jamban, 2 pertanyaan kondisi fisik sarana tempat

Page 71: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

56

pembuangan sampah, 4 pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase didapatkan r hitung > r tabel

(0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner adalah valid

dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

3.8.1.2. Reliabilitas

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Agus Riyanto, 2010:40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010:133). Pada penelitian ini untuk

mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan

nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil

adalah nilai „Alpha‟ (terletak di awal output). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta,

maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010:46). Adapun ringkasan hasil

uji reliabilitas sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

No. Variabel r cronbach’s

alpha

r tabel

5% (30) Keterangan

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih 0,364 0,361 Reliabel

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /

Jamban 0,385 0,361 Reliabel

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan

Sampah 0,499 0,361 Reliabel

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL) 0,703 0,361 Reliabel

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase 0,620 0,361 Reliabel

Page 72: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

57

Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih (r alpha = 0,364), 7

pertanyaan kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban (r alpha = 0,385), 2

pertanyaan kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (r alpha = 0,499), 4

pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) (r alpha = 0,703),

dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase (r alpha = 0,620) didapatkan hasil r

alpha > r tabel (0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan

kuesioner adalah reliabel, sehingga kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

3.8.2. Teknik Pengambilan Data

3.8.2.1. Wawancara

Dalam penelitaan ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara

mengenai identitas responden, karakteristik responden, dan status rawan banjir pada

rumah responden dengan menggunakan kuesioner.

3.8.2.2. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

sosial dan gejala gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”. Observasi

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan checklist mengenai kondisi fisik

sarana air bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja atau jamban, kondisi fisik

sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL), serta kondisi fisik saluran drainase.

Page 73: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

58

3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder sebagai informasi pendukung dalam penelitian ini untuk

mengetahui gambaran umum Puskesmas Mangkang, jumlah penderita diare dan

sebarannya di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.

3.9. PROSEDUR PENELITIAN

3.9.1. Awal Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:

1. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi

penelitian.

2. Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas

Mangkang, Kantor Kelurahan Mangkang Kulon, Kantor Kelurahan Mangkang

Wetan, dan Kantor Kelurahan Mangunharjo

3. Menentukan sampel penelitian.

4. Menyusun kuesioner dan lembar checklist.

5. Mempersiapkan instrumen penelitian.

3.9.2. Penelitian

Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan

penelitian. Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan

lembar checklist mengenai sarana sanitasi dasar dan kejadian diare.

Page 74: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

59

3.9.3. Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai

penelitian. Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah:

1. Pencatatan data hasil penelitian.

2. Analisis data.

3. Pembuatan laporan.

3.10. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

3.10.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Editing

Adalah pengeditan data apabila dalam pengisian kuesioner terdapat kesalahan

dan ketidaksesuaian informasi.

2. Coding

Adalah memberikan kode-kode tertentu pada jawaban yang ada untuk

mempermudah pengolahan.

3. Scoring

Adalah pemberian skor pada masing-masing jawaban.

4. Tabulating

Adalah proses mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dan

menjumlahkan secara teliti dan teratur ke dalam tabel yang sudah disediakan.

Page 75: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

60

3.10.2. Teknik Analisis Data

3.10.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap

penelitian (Soekidjo Notoatmojo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk

mendiskripsikan tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Variabelnya meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan saluran drainase.

3.10.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis

bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji

statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui

hubungan variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2010:75).

Besarnya risiko relatif (odds rasio) point estimate dan confidence interval

95% dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan

tabel 2 × 2, sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel

terikat digunakan:

Page 76: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

61

Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2

Faktor Risiko Kelompok Studi

Kasus Kontrol Jumlah

+ a b a+b

- c d c+d

Jumlah a+b b+d a+b+c+d=N

Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan Confidence

Interval (CI) 95%:

1. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang

diteliti merupakan risiko timbulnya penyakit.

2. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

belum tentu faktor risiko timbulnya penyakit.

3. Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup

angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.

4. Bila OR hitung < dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif.

5. Bila OR huting < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang

diteliti belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan

Sofyan Ismail, 2011:120).

Aturan pengambilan keputusan:

1. Jika p value ≥ α (0,05), maka Ho ditolak.

2. Jika p value < α (0,05), maka Ho diterima.

Page 77: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.1. Keadaan Geografis

UPTD Puskesmas Mangkang adalah salah satu puskesmas dari 37

puskesmas yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas Mangkang

terletak di sebelah utara Kota Semarang, yang berbatasan dengan daerah Kabupaten

Kendal, sebagai daerah pengembangan perkotaan dengan keadaan daerah tropis dan

keadaan geografis daerah dataran rendah. Akses antar kelurahan di wilayah kerja

Puseksmas Mangkang dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan kendaraan

bermotor baik roda dua maupun roda empat dengan medan jalan berupa jalan aspal

kondisi baik.

4.1.2. Batas Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki wilayah kerja dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

Sebelah Selatan : Kecamatan Ngaliyan

Sebelah Timur : Kelurahan Randugarut, Kecamatan Tugu

Page 78: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

63

4.1.3. Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Mangkang yang berada di Kecamatan Tugu dengan luas

wilayah 1.226,88 Ha memiliki 3 kelurahan wilayah kerja. Wilayah kerja tersebut

diantaranya:

1. Kelurahan Mangkang Kulon.

2. Kelurahan Mangunharjo.

3. Kelurahan Mangkang Wetan.

4.1.4. Data Khusus

4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki jumlah dokter umum (2 orang),

dokter gigi (1 orang), bidan (7 orang), perawat (7 orang), perawat gigi (1 orang),

sanitarian (1 orang), asisten apoteker (1 orang), analisis kesehatan / laborat (1 orang),

nutrisionis (1 orang), pengadministrasi (5 orang), petugas loket (2 orang), penjaga

malam (1 orang), pengemudi (1 orang), dan petugas kebersihan (1 orang).

4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas

UPTD Puskesmas Mangkang memiliki sarana prasarana berupa mobil

ambulan / puskesling (1 unit), sepeda motor (5 unit), gedung puskesmas (1 unit), dan

gedung puskesmas pembantu (1 unit).

4.2. HASIL PENELITIAN

4.2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Ketersediaan Sarana

Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di

Page 79: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

64

Wilayah Kerja puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) dengan jumlah 58

responden diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

responden sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

1. Umur (tahun)

5 – 14

15 – 49

50 – 59

7

39

12

12

67

21

Jumlah 58 100

2. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

20

38

34

66

Jumlah 58 100

3. Tingkat pendidikan

Tidak Tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Akademi / PT

9

20

12

14

3

16

34

21

24

5

Jumlah 58 100

Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden

berumur 15 – 49 tahun dengan jumlah 39 responden (67%), frekuensi terbesar

responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 38 responden (66%), dan

frekuensi terbesar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SD dengan jumlah

20 responden (34%).

4.2.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Pada analisis

ini akan menghasilkan distribusi frekuansi tiap-tiap variabel yang berhubungan

dengan kejadian diare. Adapun variabel yang dianalisis yaitu kondisi fisik sarana air

Page 80: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

65

bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat

pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), kondisi

fisk saluran drainase, dan status rawan banjir. Disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis

No. Variabel yang dianalisis Frekuensi Persentase (%)

1. Kondisi fisik sarana air bersih

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

40

18

69

31

Jumlah 58 100

2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

35

23

60

40

Jumlah 58 100

3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

43

15

74

26

Jumlah 58 100

4.

Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL)

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

34

24

59

41

Jumlah 58 100

5. Kondisi fisik saluran drainase

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

34

24

59

41

Jumlah 58 100

6. Status rawan banjir

Daerah rawan banjir

Daerah non-rawan banjir

29

29

50

50

Jumlah 58 100

Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden

memiliki kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dengan jumlah 40

responden (69%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dengan jumlah 35 responden (60%),

Page 81: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

66

frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah memenuhi syarat dengan jumlah 43 responden (74%), frekuensi terbesar

responden memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi

syarat dengan jumlah 34 responden (59%), frekuensi terbesar responden memiliki

kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dengan jumlah 34 responden (59%),

serta frekuensi sama besar antara responden yang tinggal di daerah rawan banjir

(50%) dan responden yang tinggal di daerah non-rawan banjir.

4.2.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian

Diare

Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare

Kondisi Fisik

Sarana Air Bersih

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

16

13

55

45

24

5

83

17

40

18

69

31 0,023

3,9 (1,16 –

13,08)

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik sarana air

bersih memenuhi syarat dan sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik

sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok

kontrol, sejumlah 24 responden (86%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih

memenuhi syarat dan sejumlah 5 responden (17%) mempunyai kondisi fisik sarana

air bersih tidak memenuhi syarat.

Page 82: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

67

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,023) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.

Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,9), sehingga dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi

syarat memiliki risiko 3,9 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat.

4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

dengan Kejadian Diare

Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

dengan Kejadian Diare

Kondisi Fisik

Sarana

Pembuangan Tinja

/ Jamban

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

13

16

45

55

22

7

76

24

35

23

60

40 0,016

3,87 (1,26

– 11,88)

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%)

mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat.

Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 22 responden (76%)

mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan

Page 83: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

68

sejumlah 7 responden (24%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,016) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban

dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio

(OR=3,87), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana

pembuangan tinja / jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,87 kali

untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana

pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat.

4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare

Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare

Kondisi Fisik

Sarana

Pembuangan

Sampah

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

(95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

18

11

62

38

25

4

86

14

43

15

74

26 0,036

3,82 (1,05

– 13,94)

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 18 responden (62%) mempunyai kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan sejumlah 11 responden (38%)

mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat.

Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 25 responden (86%)

Page 84: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

69

mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan

sejumlah 4 responden (14%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,036) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah

dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio

(OR=3,82), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana

tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,82 kali

untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana

tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat.

4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan Kejadian Diare

Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan Kejadian Diare

Kondisi Fisik

Sarana

Pembuangan Air

Limbah (SPAL)

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

13

16

45

55

21

8

72

28

34

24

59

41 0,017

3,72 (1,24

– 11,17)

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat, dan sejumlah 16 responden

(55%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak

Page 85: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

70

memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 21

responden (72%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat, dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,017) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds

ratio (OR=3,72), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko

3,72 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang

memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat.

4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare

Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare

Kondisi Fisik

Saluran Drainase

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

13

16

45

55

21

8

72

28

34

24

59

41 0,033

3,23 (1,08

– 9,65)

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi

fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden

Page 86: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

71

kelompok kontrol, sejumlah 21 responden (72%) mempunyai kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik

saluran drainase tidak memenuhi syarat.

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,033) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada

hubungan yang signifikan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.

Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,23), sehingga dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki saluran drainase yang tidak memenuhi

syarat memiliki risiko 3,23 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan

responden yang memiliki saluran drainase yang memenuhi syarat.

4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare

Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare

Status Rawan

Banjir

Kejadian Diare Total

p value OR (CI

95%) Kasus Kontrol

n % n % n %

Daerah Rawan

Banjir

Daerah Non-rawan

Banjir

29

0

100

0

0

29

0

100

29

29

50

50 - -

Jumlah 29 100 29 100 58 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden

kelompok kasus, seluruh responden (100%) tinggal di daerah rawan banjir dan tidak

ada responden (0%) yang tinggal di daerah non-rawan banjir. Sementara itu dari 29

responden kelompok kontrol, seluruh responden (100%) tinggal di daerah non-rawan

banjir dan tidak ada responden (0%) yang tinggal di daerah rawan banjir.

Page 87: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

72

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa hubungan

antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik

karena didapatkan seluruh responden penderita diare tinggal di daerah rawan banjir

dan seluruh responden bukan penderita diare tinggal di daerah non-rawan banjir.

4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square

No. Variabel Bebas p value OR CI (95%) Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Sarana air bersih

Sarana pembuangan

tinja / jamban

Sarana tempat

pembuangan sampah

Sarana Pembuangan

Air Limbah (SPAL)

Saluran drainase

Status rawan banjir

0,023

0,016

0,036

0,017

0,033

-

3,9

3,87

3,82

3,72

3,23

-

1,16 – 13,08

1,26 – 11,88

1,05 – 13,94

1,24 – 11,17

1,08 – 9,65

-

Ada hubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Ada hubungan

Tidak dapat

dianalisis secara

statistik

Page 88: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

73

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. PEMBAHASAN

Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare, yaitu faktor sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,

faktor sarana tempat pembangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL),

dan saluran drainase. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare

tidak dapat dianalisis secara statistik.

5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian

Diare

Kondisi fisik sarana air bersih dinilai dengan melihat apakah rumah

responden memiliki sarana air bersih yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 40 responden (69%) memiliki kondisi fisik sarana

air bersih memenuhi syarat, sedangkan 18 responden (31%) memiliki kondisi fisik

sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi

square yang dilakukan terhadap variabel sarana air bersih dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,023 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air

bersih dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,9 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana air bersih tidak memenuhi syarat mempunyai risiko

Page 89: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

74

untuk mengalami diare 3,9 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

memiliki sarana air bersih memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil pada responden kasus yang

memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat masih cukup

tinggi yaitu sebesar 45%, hal ini dikarenakan pada rumah responden kasus masih

banyak yang tidak membersihkan tempat penampungan air dan tempat penyimpanan

air minum sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan masih banyak dijumpai jaringan

pipa PDAM yang terendam air kotor. Pada responden kontrol, sebagian besar

memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sebesar 83%, hal

ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi

fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3

meter ke bawah, jaringan pipa tidak bocor / terendam air, tempat penampungan air

dalam keadaan bersih dan dikuras sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan tempat

penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurang-kurangnya

seminggu sekali.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai

RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,6. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

Wulandari (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air minum

dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,01.

Page 90: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

75

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juli Soemirat

Slamet (2002:95), bahwa sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada

penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi

syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air

minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air

minum dengan jamban, lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah, dan

sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan

kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber

pengotor termasuk tempat penampungan akhir (TPA) kotoran atau tinja tidak kurang

dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak di bawah sumber-sumber tersebut.

Sarana air bersih dapat menjadi media penular berbagai penyakit yang

dibawa oleh air apabila sarana tersebut tidak sanitier. Sarana air bersih selain

kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yang berlaku, untuk mencegah

terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Akan tetapi, air yang sudah bersih

seringkali ditampung di tempat air yang tidak bersih atau mudah terkontaminasi,

maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali (Juli Soemirat

Slamet, 2002:111).

Salah satu upaya memperkecil risiko terkena penyakit diare yaitu menjaga

kebersihan sarana air bersih, sehingga sarana tersebut terhindar dari kontaminasi agen

penyebab penyakit. Selain itu, masyarakat harus memasak air minum terlebih dahulu

untuk mematikan agen penyebab yang terdapat dalam air bersih tersebut (Widoyono,

2008:151).

Page 91: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

76

5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dinilai dengan melihat

apakah rumah responden memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang telah

memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 35 responden

(60%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat,

sedangkan 23 responden (40%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang

dilakukan terhadap variabel sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,016 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana

pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,87 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat

mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar

responden kasus memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Keadaan ini didukung dengan banyaknya rumah

responden kasus yang tidak memiliki septic tank, maka tinja dari jamban yang

seharusnya diolah di dalam septic tank langsung dibuang ke sungai. Hal ini yang

menyebabkan bau tidak sedap, tinja dapat dihinggapi serangga dan vektor penyakit.

Page 92: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

77

Pada responden kontrol, sebagian besar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan

tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu sebesar 76%. Hal ini dikarenakan pada

sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik sarana tempat

pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu mencegah kontaminasi ke

badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat

dihinggapi serangga dan vektor penyakit, mencegah bau yang tidak sedap, konstruksi

dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna, septic tank tidak

mencemari air tanah dan air permukaan, jarak septic tank dengan sumber air lebih

dari 10 meter.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan

kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Umiati (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan p value =

0,018. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mafazah (2013) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana pembuangan tinja

dengan kejadian diare pada balita denga p value = 0,002, dari hasil analisis diperoleh

nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,1. Hasil penelitian yang sama juga dilakuka

oleh Muhajirin (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas

jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,011, dari hasil analisis

diperoleh OR sebesar 3,05.

Page 93: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

78

Responden yang memiliki kondisi jamban tidak memenuhi syarat kesehatan

akan berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare, karena sarana jamban yang tidak

mudah digelontor serta tinja yang tidak ditampung dan diolah secara tertutup akan

dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare yang kemudian secara tidak

langsung mencemari makanan atau minuman. Selain itu, jarak antara lubang

penampungan kotoran dengan sumber air atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan

menyebabkan kuman penyebab diare yang berasal dari tinja mencemari sumber air

bersih yang digunakan orang untuk keperluan sehari-hari. Hal ini juga diperkuat

dengan Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, yang mengemukakan jamban

sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif umtuk memutus mata rantai

penularan penyakit.

Menurut Soeparman dan Suparmin (2002:5), pembuangan tinja yang sanitier

merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Agar tidak

berperan sebagai penularan penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung

serta diolah pada suatu lubang dalam tanah / bak tertutup yang tidak terjangkau oleh

lalat, tikus, dan kecoa, serta harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih.

5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dinilai dengan melihat

apakah rumah responden memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang telah

memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 43 responden

(74%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat,

Page 94: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

79

sedangkan 15 responden (26%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang

dilakukan terhadap variabel sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare didapatkan p value sebesar 0,036 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05,

sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik

sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa

responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat

mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa antara kelompok kasus dan

kelompok kontrol memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang

hampir sama, yaitu sebagian besar rumah responden memiliki kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, pada kelompok kasus sebesar

62% dan kelompok kontrol sebesar 86%. Hal ini dikarenakan sebagian besar

responden telah memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang

memenuhi syarat yaitu setiap rumah memiliki sarana tempat pembuangan sampah

sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan tertutup

hinga tidak terjamah lalat dan kedap air. Responden dengan kondisi fisik sarana

tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase

kelompok kasus sebesar 38% dan kelompok kontrol sebesar 14%. Hal ini

dikarenakan pada responden tersebut tidak memiliki sarana tempat pembuangan

Page 95: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

80

sampah sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan

terbuka.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan

antara ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada

balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio

Prevalensi) sebesar 2,8. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Purwaningsih

(2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik tempat

pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat dengan p value = 0,017,

perhitungan risk estimate didapatkan OR sebesar 3,71.

Hasil ini sesuai dengan teori dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

(2005:25), bahwa tempat sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan

tujuan agar tempat tidak menjadi sarang atau berkembang biaknya serangga ataupun

binatang penular penyakit (vektor). Teori ini di perkuat oleh Juli Soemirat Slamet

(2002:155), bahwa kondisi sampah yang seperti ini dapat berpotensi menimbulkan

penyakit diare karena tempat sampah yang tidak tertutup, bau, serta dibiarkan

berserakan tersebut akan dihinggapi lalat maupun serangga lainnya yang nantinya

akan membawa kuman atau bakteri ke dalam makanan dan minuman.

Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat sampah tidak menjadi

sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah

rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun,

disarankan untuk membakar atau menimbunkan tumpukan sampah dan menutup

Page 96: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

81

dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah,

2005:24).

5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dengan Kejadian Diare

Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dinilai dengan

melihat apakah rumah responden memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 34

responden (59%) memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian

dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL) dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,017 dan lebih

kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan

kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,72 yang berarti bahwa

responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi

syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,72 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar

responden kasus memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Page 97: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

82

yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Hal ini didukung dengan kondisi

fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada sebagian besar rumah responden

kasus masih menimbulkan genangan air, bau tidak sedap dan becek-becek yang dapat

menjadi tempat perindukan vektor penyakit. Pada responden kontrol, frekuensi

terbesar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang

memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah

responden kontrol memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang

memenuhi syarat yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan

genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, tidak menimbulkan bau, dan tidak

menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan

antara ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare

pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio

Prevalensi) sebesar 2,1. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Muhajirin (2007)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas pembuangan air limbah

dengan kejadian diare pada balita dengan p value sebesar 0,001.

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang

tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau

dapat mencemari lingkungan maupun sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2005:25). Hal ini diperkuat dengan teori oleh Juli Soemirat Slamet

(2002:128), bahwa air limbah domestik termasuk air bekas mandi, bekas cuci

pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini mengandung

Page 98: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

83

banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada juga air limbah yang

mengandung tinja dan urin manusia. Dibandingkan air bekas cuci, tinja dan urin ini

jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen dan merupakan

cara transport utama bagi penyakit bawaan air.

Pembuangan air limbah yang dilakukan secara sanitier, merupakan salah

satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Sarana pembuangan air limbah

yang sanitier juga akan mengurangi kemungkinan terjadi penyakit infeksi, misalnya

penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:4).

5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian

Diare

Kondisi fisik saluran drainase dinilai dengan melihat apakah rumah

responden memiliki saluran drainase yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 34 responden (59%) memiliki kondisi fisik saluran

drainase memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik

saluran drainase tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi

square yang dilakukan terhadap variabel saluran drainase dengan kejadian diare

didapatkan p value sebesar 0,033 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga

Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik saluran

drainase dengan kejadian diare.

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,23 yang berarti bahwa

responden yang memiliki saluran drainase tidak memenuhi syarat mempunyai risiko

Page 99: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

84

untuk mengalami diare 3,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

memiliki saluran drainase memenuhi syarat.

Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden

kasus memiliki kondisi fisik saluran drainase yang tidak memenuhi syarat yaitu

sebesar 55%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kasus masih

terjadi genangan air pada saluran drainase. Pada responden kontrol, frekuensi terbesar

memiliki kondisi fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal

ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi

fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu mampu mengalirkan serta

meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah, tidak menerima dan mengalirkan air

limbah, dipasang di atas tanah yang stabil, dan tidak menimbulkan genangan air.

Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang

tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang

ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut, sehingga dapat mengurangi genangan air di

sekitar rumah agar tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit bawaan air,

misalnya penyakit diare.

Page 100: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

85

5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare

Status rawan banjir dinilai dengan bertanya kepada responden apakah rumah

responden berada di daerah rawan banjir atau di daerah non-rawan banjir. Hasil

penelitian menunjukkan sejumlah 29 responden (50%) tinggal di daerah rawan banjir,

sedangkan 29 responden (50%) tinggal di daerah non-rawan banjir. Hasil analisis

penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel status rawan banjir

dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik, tetapi secara kualitatif

kemungkinan ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa seluruh responden

penderita diare tinggal di daerah rawan banjir dan seluruh responden bukan penderita

diare tinggal di daerah non-rawan banjir, maka dari itu variabel status rawan banjir

tidak dapat dianalisis secara statistik.

Hasil penelitian Nandiroh (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

sanitasi sebagai akibat dampak banjir dengan kejadian diare dengan nilai OR sebesar

5,7, dan ada hubungan antara perilaku sebagai dampak banjir dengan kejadian diare

dengan nilai OR sebesar 9,8.

Setiap tahun lebih dari 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha

dan merugikan sekitar satu juta orang. Saat ini kecenderungan bencana banjir terus

meningkat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Banjir yang terjadi selalu

menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun

tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir. Dampak banjir yang terjadi

sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak

Page 101: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

86

sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari

lingkungan. Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit

gatal-gatal di kulit. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir

kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.

(Kodoatie, 2013).

5.2. HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN

5.2.1. Hambatan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah:

Ditemukan data dari Puskesmas Mangkang yang tidak sesuai dengan alamat

pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang sesuai

untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian.

5.2.2. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian ini meneliti hubungan antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar

dan status rawan banjir dengan kejadian diare, sedangkan faktor risiko diare masih

banyak yang lain seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS), dan masih banyak lainnya.

Page 102: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

87

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare (studi

kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)

dengan p value 0,023 dan nilai OR = 3,9.

2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,016 dan nilai OR = 3,87.

3. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan

kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,036 dan nilai OR = 3,82.

4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota

Semarang tahun 2014) dengan p value 0,017 dan nilai OR = 3,72.

5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare (studi

kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)

dengan p value 0,033 dan nilai OR = 3,23.

6. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis

secara statistik.

Page 103: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

88

6.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi UPTD Puskesmas Mangkang Kota Semarang

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan

kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit diare, salah satunya

dengan penyuluhan mengenai penyakit diare, kesehatan lingkungan dan

sarana sanitasi dasar.

b. Pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan ketersediaan sarana

sanitasi dasar untuk mengurangi risiko terhadap kejadian diare seperti

pengadaan jamban sehat, dan lain sebagainya.

2. Bagi masyarakat

a. Membersihkan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan saluran

drainase jangan sampai ada genangan air yang dapat menjadi tempat

perindukan vektor penyakit.

b. Membuang sampah pada tempatnya dan jangan lupa menutup tempat

sampah agar tidak dihinggapi lalat dan hewan lainnya.

c. Secara teratur membersihkan jamban minimal seminggu sekali dan segera

membangun septic tank bagi masyarakat yang belum memiliki septic tank,

agar tinja tidak dibuang di sungai.

Page 104: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

89

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah faktor-faktor lain di luar

penelitian ini seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, sosial ekonomi, dan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Page 105: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

90

DAFTAR PUSTAKA

A Tresna Sastrawijaya, 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.

Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta:

Bengawan Ilmu.

Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha

Offset.

Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan

Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa

Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Diakses dari www.geospasial.bnpb.go.id

tanggal 10 Maret 2015.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012, Laporan Kejadian Bencana Tahun

2009 – 2011, Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 15 Januari 2015.

Basarnas, 2010, Banjir Bandang Semarang, 7 Korban Meninggal, Diakses dari

www.basarnas.go.id tanggal 15 Januari 2015.

DepKes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun

2013, Semarang: DKK Semarang.

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun

2014, Semarang: DKK Semarang.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005, Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah 2005, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah 2008, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah 2013, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Effendy, N, 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi 2, Jakarta:

EGC.

Page 106: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

91

Hidayat, AA, 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,

Jakarta: Salemba Medika.

Juli Soemirat Slamet, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Lailatul Mafazah, 2013, Hubungan antara Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan

Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang tahun 2013, Skripsi:

Universitas Negeri Semarang.

Khasan, M., & Widjanarko, M., 2011, Perilaku Coping Masyarakat Mengahadapi

Banjir, Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1 No. 2.

Kodoatie, Robert, 2013, Rekayasa Dan Manajemen Banjir Kota, Yogyakarta: Andi.

Mawardi, E., & Sulaeman, A., 2011, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan

Resiko Bencana Banjir, Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Air.

Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana

Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro.

M.C Widjaja, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita, Jakarta: Kawan

Pustaka.

Otto Soemarwoto, 1998, Artikel Judul Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan

dalam Buku Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, Bandung: Alumni.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan

Kualitas Air minum.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Jamban Sehat.

Puskesmas Mangkang, 2014, Rencana Tingkat Puskesmas Mangkang, Semarang.

Retno Purwaningsih, 2012, Hubungan Antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku

Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Diare Di Daerah Paska Bencana Desa

Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Skripsi: Universitas

Negeri Semarang.

Page 107: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

92

Rose, J.B., Epstein, P.R., Lipp, E.K., Sherman, B.H., Bernard, S.M., & Patz, J.A.,

2001, Clmate Variability and Change in United States: Potential Impact on

Water and Foodborne Disease Caused by Microbiologic Agents,

Environmental Health Perspectives, 109, 211-221.

Samadi, 2007, Geografi 1, Jakarta: Yudhistira.

Sander, 2005, Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa

Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika, Vol 2. No.2.

Juli-Desember 2005: 163-193.

Singh, R.B.K., Hales, S., Wet, N.D., Raj, R., Heamden, M., & Weinstein, P., 2011,

The Influence of Climate Variation and Change in Diarrheal Disease in the

Pacific Islands, Environmental Health Perspectives, 109, 155-159.

Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan Kejadian

Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di Puskesmas

Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi: Universitas Esa

Unggul Jakarta.

Slamet, J. S., 2009, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: UGM Press.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: rineka

Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta.

Soeparman & Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta:

Penerbitan Buku Kedokteran UI.

Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sopiyudin Dahlan, 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba

Medika.

Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismail, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis, Jakarta: Sagung Seto.

Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Penerbit UI Press.

Page 108: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

93

Suriadi & Rita Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: Penebar

Swadaya.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi

Yogyakarta.

Umiati, 2010, Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada

Balita di wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun

2009, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wahid Iqbal Mubarak & Nur Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan

Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.

Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta: EGC.

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga.

World Health Organization, 2003, Climate Change and Human Health Risks and

Responses, Ganeva: Author.

Page 109: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

94

LAMPIRAN

Page 110: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

95

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi

Page 111: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

96

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan

Page 112: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

97

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan

Page 113: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

98

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang

Page 114: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

99

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang

Page 115: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

100

Lampiran 6. Ethical Clearance

Page 116: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

101

Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya, Muhamad Rizkiyanto, Mahasiswa S1 Peminatan Epidemiologi dan

Biostatistika, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar Terhadap Kejadian Diare pada

Masyarakat di Wilayah Rawan Banjir (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)”. Dana penelitian ini berasal dari peneliti

sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. Saya

mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 42

subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan sekitar 30 Menit.

A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian

Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat

menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa

denda sesuatu apapun.

B. Prosedur penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus kontrol / Case

Control, di mana peneliti akan datang langsung menemui responden dalam satu

waktu. Instrumen yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Saudara wajib

mengisi kuesioner selama waktu yang sudah diberikan dan menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas

Mangkang Kota Semarang yang meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran drainase.

C. Kewajiban Subjek Penelitian

Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya

terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini.

D. Risiko dan efek samping dan penangananya

Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena intervensi yang

dilakukan oleh saya (peneliti) tidak mempengaruhi nilai akademik/presatasi

belajar Saudara.

Page 117: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

102

E. Manfaat

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan

masukan dalam upaya preventif kejadian diare pada masyarakat.

F. Kerahasiaan

Informasi yang didapatkan dari Saudara terkait dengan penelitian ini akan dijaga

kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu

pengetahuan).

G. Kompensasi / ganti rugi

Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk

Saudara, yang diwujudkan dalam bentuk barang.

H. Pembiayaan

Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri.

I. Informasi tambahan

Penelitian ini dibimbing oleh Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc sebagai dosen

pembimbing.

Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas

sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau

membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi :

Muhamad Rizkiyanto, no HP +6285876474456 di Rt.01 Rw.02 Desa Caturanom

Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Kode Pos 56254.

Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian

Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telepon 021-

8508107 atau email [email protected]

Semarang, 28 Mei 2015

Hormat saya,

Muhamad Rizkiyanto

Page 118: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

103

Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya

telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya

dapat menanyakan kepada Muhamad Rizkiyanto.

Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian

ini.

Tandatangan subjek Tanggal

(Nama jelas :...........................................................)

Tandatangan saksi

(Nama jelas :...........................................................)

Page 119: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

104

Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan

KUESIONER PENJARINGAN

PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP

KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR

(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun

2014)

No. Responden :

Tanggal wawancara :

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Alamat : RT/RW:

:

Umur : tahun

Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA

2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi

3. Tamat SMP

Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh

ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan

banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun

2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.

Page 120: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

105

2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa

3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)

4. Karyawan swasta

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.

1. Apakah rumah Anda pernah mengalami banjir selama tahun 2014?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah pada selang waktu bulan Oktober 2013 s/d bulan Februari 2014 Anda

ingat atau pernah mengalami buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari

(diare)?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala tinja cair (gejala khusus diare

yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala mual (gejala khusus diare yang

disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala demam (gejala khusus diare yang

disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

Page 121: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

106

6. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala feses berlendir (gejala khusus

diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda bisa memprediksi penyebab diare yang anda alami?

a. Keracunan makanan

b. Tidak mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar dan sebelum

makan

c. Buang air besar sembarangan

d. Menggunakan air yang kurang dan tidak bersih

8. Apa yang Anda lakukan ketika diare tersebut terjadi?

a. Dibiarkan saja

b. Diobati sendiri

c. Dibawa ke puskesmas

d. Dibawa ke dokter / bidan

Page 122: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

107

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP

KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR

(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun

2014)

No. Responden :...............................................................................

Tanggal wawancara :...............................................................................

Kelompok : kasus / kontrol (coret salah satu)

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Alamat : RT/RW:

:

Umur : tahun

Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA

2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi

3. Tamat SMP

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh

ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan

banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun

2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.

Page 123: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

108

Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS

2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa

3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)

4. Karyawan swasta

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.

A. Kejadian Diare

1. Apakah Anda pernah mangalami diare pada selang waktu bulan Oktober 2013

s/d bulan Februari 2014?

a. Ya b. Tidak

B. Kejadian Banjir

1. a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?

a. Ya b. Tidak

b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan.

............................................................................................................

2. a) Apakah sekolah atau tempat kerja Anda pernah terkena banjir?

a. Ya b. Tidak

b) Jika pernah, kapan sekolah atau tempat kerja Anda terkena banjir? Jelaskan.

............................................................................................................

Page 124: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

109

C. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar

1. Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?

a. Ya b. Tidak

2. Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?

a. Sumur Gali b. Sumur Pompa

c. PDAM

3. Apakah di rumah Anda mempunyai jamban?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah di rumah Anda mempunyai tempat pembuangan sampah?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran pembuangan air kotor? Misalnya, air

bekas mencuci pakaian dan piring.

a. Ya b. Tidak

6. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran air hujan (drainase)?

a. Ya b. Tidak

Page 125: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

110

Lampiran 11. Lembar Cheklist Penelitian

LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN

PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP

KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR

(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun

2014)

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (√) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda lakukan.

No VARIABEL JAWABAN SKOR

YA TIDAK

KONDISI FISIK SARANA SANITASI DASAR

1. Kondisi fisik sarana air bersih

Sumur gali dan sumur pompa: terdapat

dinding 3 meter ke bawah. Perlindungan

mata air dan perpipaan: jaringan pipa tidak

bocor / terendam air.

Tempat penampungan air dalam keadaan

bersih dan dikuras sekurang-kurangnya

seminggu sekali.

Tempat penyimpanan air minum dalam

keadaan bersih dan dicuci sekurang-

kurangnya seminggu sekali.

2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja /

jamban

Mencegah kontaminasi ke badan air.

Mencegah kontak antara manusia dan tinja.

Membuat tinja tidak dapat dihinggapi

serangga.

Mencegah bau yang tidak sedap.

Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik

dan aman bagi pengguna.

Septic tank tidak mencemari air tanah dan

air permukaan, jarak dengan sumber air >

10 meter.

(a) Bila berbentuk leher angsa, air penyekat

selalu menutup lubang tempat jongkok.

(b) Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi

dengan penutup lubang tempat jongkok

yang dapat mencegah lalat atau serangga

atau binatang kainnya.

3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan

sampah

Page 126: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

111

No VARIABEL JAWABAN SKOR

YA TIDAK

Setiap keluarga mempunyai tempat

pembuangan sampah sendiri di rumah.

Tempat pembuangan sampah tertutup

hingga tidak terjamah lalat dan kedap air.

4. Kondisi fisik sarana pembuangan air

limbah

Tidak mencemari sumber air bersih.

Tidak menimbulkan genangan air yang

dapat menjadi sarang nyamuk.

Tidak menimbulkan bau.

Tidak menimbulkan becek-becek atau

pandangan yang tidak menyenangkan.

5. Kondisi fisik saluran drainase

Mampu mengalirkan serta meresapkan

sebagian air hujan ke dalam tanah.

Tidak menerima dan mengalirkan air

limbah.

Dipasang di atas tanah yang stabil.

Tidak menimbulkan genangan air.

KETERANGAN PEMBERIAN NILAI LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN

Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Ya diberi skor 1.

Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Tidak diberi skor 0.

Page 127: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

112

Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas.

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,364 3

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 ,83 ,379 30 P2 ,57 ,504 30 P3 ,57 ,504 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 1,13 1,016 -,391 1,000 P2 1,40 ,248 ,714 -1,204

a

P3 1,40 ,248 ,714 -1,204a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

1,97 ,861 ,928 3

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 3 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 3 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,364) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

Page 128: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

113

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,385 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P4 ,57 ,504 30 P5 ,60 ,498 30 P6 ,60 ,498 30 P7 ,53 ,507 30 P8 ,63 ,490 30 P9 ,63 ,490 30 P10 ,63 ,490 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P4 3,63 1,757 ,425 ,193 P5 3,60 2,593 -,163 ,515 P6 3,60 2,248 ,055 ,410 P7 3,67 2,092 ,157 ,356 P8 3,57 2,116 ,156 ,356 P9 3,57 2,185 ,106 ,383 P10 3,57 1,633 ,563 ,106

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

4,20 2,579 1,606 7

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 7 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 7 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,385) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

Page 129: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

114

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,499 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P11 ,73 ,450 30 P12 ,23 ,430 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P11 ,23 ,185 ,333 . P12 ,73 ,202 ,333 .

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

,97 ,516 ,718 2

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 2 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 2 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,499) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

Page 130: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

115

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,703 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P13 ,80 ,407 30 P14 ,57 ,504 30 P15 ,53 ,507 30 P16 ,53 ,507 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P13 1,63 1,482 ,334 ,721 P14 1,87 1,085 ,609 ,559 P15 1,90 1,059 ,634 ,541 P16 1,90 1,266 ,399 ,698

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2,43 1,978 1,406 4

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,703) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

Page 131: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

116

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,620 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P17 ,80 ,407 30 P18 ,67 ,479 30 P19 ,83 ,379 30 P20 ,60 ,498 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P17 2,10 ,921 ,495 ,487 P18 2,23 ,806 ,507 ,462 P19 2,07 1,030 ,388 ,563 P20 2,30 ,976 ,252 ,671

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2,90 1,472 1,213 4

Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel

(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.

Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,620) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner

dinyatakan reliabel.

Page 132: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

117

Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Air_Bersih 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Sarana_Air_Bersih

Mean 2,38 ,144

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2,09

Upper Bound 2,67

5% Trimmed Mean 2,42

Median 3,00

Variance ,876

Std. Deviation ,936

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 2 Skewness -,855 ,365

Kurtosis -1,335 ,717

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sarana_Air_Bersih ,436 42 ,000 ,582 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Jamban 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Page 133: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

118

Descriptives

Statistic Std. Error

Sarana_Jamban

Mean 5,90 ,198

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5,50

Upper Bound 6,30

5% Trimmed Mean 6,01

Median 6,00

Variance 1,649

Std. Deviation 1,284

Minimum 3

Maximum 7

Range 4

Interquartile Range 2 Skewness -,903 ,365

Kurtosis -,244 ,717

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sarana_Jamban ,279 42 ,000 ,800 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah

42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah

Mean 1,12 ,119

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound ,88

Upper Bound 1,36

5% Trimmed Mean 1,13

Median 1,00

Variance ,595

Page 134: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

119

Std. Deviation ,772

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1 Skewness -,211 ,365

Kurtosis -1,263 ,717

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah

,230 42 ,000 ,803 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SPAL 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

SPAL

Mean 2,60 ,213

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2,17

Upper Bound 3,03

5% Trimmed Mean 2,66

Median 3,00

Variance 1,905

Std. Deviation 1,380

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Page 135: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

120

Interquartile Range 3 Skewness -,442 ,365

Kurtosis -1,229 ,717

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SPAL ,227 42 ,000 ,842 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Drainase 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Sarana_Drainase

Mean 2,64 ,210

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2,22

Upper Bound 3,07

5% Trimmed Mean 2,71

Median 3,00

Variance 1,845

Std. Deviation 1,358

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Interquartile Range 2 Skewness -,777 ,365

Kurtosis -,364 ,717

Page 136: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sarana_Drainase ,198 42 ,000 ,824 42 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 137: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

122

Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square

1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare

58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total

Kontrol Kasus

Sarana_Air_Bersih

Memenuhi syarat

Count 24 16 40

% within Kejadian_DIare

82,8% 55,2% 69,0%

Tidak memenuhi syarat

Count 5 13 18

% within Kejadian_DIare

17,2% 44,8% 31,0%

Total

Count 29 29 58

% within Kejadian_DIare

100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,156a 1 ,023

Continuity Correctionb 3,947 1 ,047

Likelihood Ratio 5,294 1 ,021

Fisher's Exact Test ,045 ,023

Linear-by-Linear Association

5,067 1 ,024

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 138: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

123

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana_Air_Bersih (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)

3,900 1,163 13,078

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,160 ,984 4,744

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,554 ,344 ,891

N of Valid Cases 58

2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Jamban * Kejadian_DIare

58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

Sarana_Jamban * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total

Kontrol Kasus

Sarana_Jamban

Memenuhi syarat

Count 22 13 35

% within Kejadian_DIare

75,9% 44,8% 60,3%

Tidak memenuhi syarat

Count 7 16 23

% within Kejadian_DIare

24,1% 55,2% 39,7%

Total

Count 29 29 58

% within Kejadian_DIare

100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,836a 1 ,016

Continuity Correctionb 4,611 1 ,032

Likelihood Ratio 5,958 1 ,015 Fisher's Exact Test ,031 ,015

Linear-by-Linear Association

5,735 1 ,017

N of Valid Cases 58 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. b. Computed only for a 2x2 table

Page 139: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

124

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana_Jamban (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)

3,868 1,260 11,880

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,065 1,059 4,029

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,534 ,321 ,888

N of Valid Cases 58

3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare

58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total

Kontrol

Kasus

Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah

Memenuhi syarat

Count 25 18 43

% within Kejadian_DIare

86,2% 62,1% 74,1%

Tidak memenuhi syarat

Count 4 11 15

% within Kejadian_DIare

13,8% 37,9% 25,9%

Total

Count 29 29 58

% within Kejadian_DIare

100,0%

100,0%

100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4,406a 1 ,036

Continuity Correctionb 3,237 1 ,072

Likelihood Ratio 4,542 1 ,033 Fisher's Exact Test ,070 ,035

Linear-by-Linear Association

4,330 1 ,037

N of Valid Cases 58 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table

Page 140: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

125

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)

3,819 1,046 13,943

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,180 ,907 5,239

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,571 ,358 ,910

N of Valid Cases 58

4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SPAL * Kejadian_DIare 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

SPAL * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total

Kontrol Kasus

SPAL

Memenuhi syarat Count 21 12 33

% within Kejadian_DIare 72,4% 41,4% 56,9%

Tidak memenuhi syarat Count 8 17 25

% within Kejadian_DIare 27,6% 58,6% 43,1%

Total Count 29 29 58

% within Kejadian_DIare 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,695a 1 ,017

Continuity Correctionb 4,499 1 ,034

Likelihood Ratio 5,800 1 ,016

Fisher's Exact Test ,033 ,016

Linear-by-Linear Association

5,596 1 ,018

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 141: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

126

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for SPAL (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)

3,719 1,238 11,168

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,989 1,062 3,722

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,535 ,316 ,904

N of Valid Cases 58

5. Kondisi Fisik Saluran Drainase

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sarana_Drainase * Kejadian_DIare

58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

Sarana_Drainase * Kejadian_DIare Crosstabulation

Kejadian_DIare Total

Kontrol Kasus

Sarana_Drainase

Memenuhi syarat

Count 21 13 34

% within Kejadian_DIare

72,4% 44,8% 58,6%

Tidak memenuhi syarat

Count 8 16 24

% within Kejadian_DIare

27,6% 55,2% 41,4%

Total

Count 29 29 58

% within Kejadian_DIare

100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4,549a 1 ,033

Continuity Correctionb 3,483 1 ,062

Likelihood Ratio 4,619 1 ,032

Fisher's Exact Test ,061 ,030

Linear-by-Linear Association

4,471 1 ,034

N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 142: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

127

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sarana_Drainase (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)

3,231 1,081 9,656

For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,853 ,992 3,460

For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,574 ,344 ,957

N of Valid Cases 58

Page 143: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

128

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden

Identitas Responden Kelompok Kasus

No. Kode Nama JK Umur

(tahun)

Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok

RT / RW Kelurahan

1. R01 Kasmudi L 59 2 / III Mangunharjo SMA Wiraswasta Kasus

2. R02 Kasimah P 38 1 / III Mangunharjo SMP IRT Kasus

3. R03 Aminah P 53 4 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kasus

4. R04 Sarjinah P 53 1 / III Mangunharjo SD Karyawan Swasta Kasus

5. R05 Sri Mulyani P 56 3 / III Mangunharjo SD IRT Kasus

6. R10 Bagas L 20 2 / II Mangunharjo SMA Karyawan Swasta Kasus

7. R11 Abu Khoiri L 36 2 / II Mangunharjo SMP Buruh Kasus

8. R12 Solikin L 36 7 / II Mangunharjo SMA Petani Kasus

9. R51 Sutini P 54 2 / II Mangunharjo SD IRT Kasus

10. R52 Zahra F. P 6 3 / III Mangunharjo TTSD Siswa SD Kasus

11. R24 Farikin L 41 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus

12. R25 Wiji Widodo L 33 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus

13. R26 Sri Sari P 47 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kasus

14. R27 Khomsatun P 45 3 / I Mangkang Wetan SMA IRT Kasus

15. R28 Wati P 50 2 / I Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kasus

16. R29 Supriyadi L 39 1 / I Mangkang Wetan SMP Wiraswasta Kasus

17. R30 Rizki Nugroho L 11 3 / I Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kasus

18. R31 Widiarti P 35 4 / II Mangkang Wetan SD Petani Kasus

19. R55 Nanang L 32 2 / I Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kasus

20. R56 Agung Wibisono L 11 1 / I Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kasus

21. R33 Imronah P 48 1 / IV Mangkang Kulon SD Buruh Kasus

22. R34 Khusnul Fatimah P 38 3 / IV Mangkang Kulon TTSD Karyawan Swasta Kasus

23. R35 Mualifah P 50 1 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kasus

24. R41 Solekhah P 58 2 / II Mangkang Kulon SD IRT Kasus

25. R42 Ali Emran L 23 5 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kasus

Page 144: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

129

No. Kode Nama JK Umur

(tahun)

Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok

RT / RW Kelurahan

26. R43 Candra L 7 1 / I Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kasus

27. R44 Siti Muyasaroh P 18 2 / II Mangkang Kulon SMA Karyawan Swasta Kasus

28. R45 Ghufron P 42 4 / II Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kasus

29. R46 Sri Romadonah P 28 1 / III Mangkang Kulon SMP IRT Kasus

Page 145: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

130

Identitas Responden Kelompok Kontrol

No. Kode Nama JK Umur

(tahun)

Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok

RT / RW Kelurahan

1. R06 Muniroh P 42 2 / III Mangunharjo SMP Wiraswasta Kontrol

2. R07 Imron L 44 4 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol

3. R08 Saiman L 59 1 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kontrol

4. R09 Larasati P 48 3 / III Mangunharjo SMP IRT Kontrol

5. R13 Sujono L 40 1 / II Mangunharjo PT PNS Kontrol

6. R14 Uswatun Khasanah P 35 5 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol

7. R15 Siti Kodriyah P 34 9 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol

8. R16 Anjar P 23 6 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol

9. R53 Quen Salma Z. P 6 4 / II Mangunharjo TTSD Siswa SD Kontrol

10. R54 Kusdiyanto L 47 6 / II Mangunharjo SD Buruh Kontrol

11. R17 Isti P 27 4 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol

12. R18 Suamah P 43 4 / II Mangkang Wetan TTSD Wiraswasta Kontrol

13. R19 Bunga Teja P 52 4 / II Mangkang Wetan TTSD IRT Kontrol

14. R20 Usmiyati P 41 4 / II Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kontrol

15. R21 Muasrofin P 51 3 / II Mangkang Wetan SD IRT Kontrol

16. R22 Nur Yanti P 34 3 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol

17. R23 Mutiah P 51 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kontrol

18. R32 Sutrisno L 28 2 / V Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kontrol

19. R57 M. Tegar Ardiansyah L 8 4 / II Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kontrol

20. R58 Arsyad Desti P 16 6 / II Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kontrol

21. R36 Endah Budi Setiyawati P 18 1 / IV Mangkang Kulon SMP Siswa SMA Kontrol

22. R37 Suprihatin P 38 4 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol

23. R38 Rokhayati P 34 4 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kontrol

24. R39 Miskiyah P 46 4 / IV Mangkang Kulon SMP IRT Kontrol

25. R40 Amanah P 45 1 / IV Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kontrol

26. R47 Sapta Wahyu L 24 2 / III Mangkang Kulon SMA Wiraswasta Kontrol

27. R48 Tutik Farikhah P 19 1 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kontrol

Page 146: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

131

No. Kode Nama JK Umur

(tahun)

Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok

RT / RW Kelurahan

28. R49 Khamalia Rahmawati P 8 1 / IV Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kontrol

29. R50 Yuliani P 27 2 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol

Page 147: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

132

Lampiran 16. Data Penelitian

Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik

Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok

P1 P2 P3

1. R01 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

2. R02 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

3. R03 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

4. R04 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

5. R05 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

6. R06 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

7. R07 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

8. R08 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

9. R09 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

10. R10 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

11. R11 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

12. R12 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

13. R13 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

14. R14 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

15. R15 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

16. R16 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

17. R17 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

18. R18 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

19. R19 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

20. R20 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

21. R21 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

22. R22 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

23. R23 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 148: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

133

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik

Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok

P1 P2 P3

24. R24 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

25. R25 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

26. R26 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

27. R27 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

28. R28 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

29. R29 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

30. R30 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

31. R31 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

32. R32 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

33. R33 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

34. R34 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

35. R35 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

36. R36 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

37. R37 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

38. R38 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

39. R39 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

40. R40 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

41. R41 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

42. R42 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

43. R43 0 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

44. R44 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

45. R45 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

46. R46 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

47. R47 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

48. R48 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

49. R49 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

50. R50 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

51. R51 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

Page 149: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

134

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik

Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok

P1 P2 P3

52. R52 1 0 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

53. R53 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

54. R54 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

55. R55 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

56. R56 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

57. R57 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

58. R58 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 150: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

135

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana

Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok

P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

1. R01 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus

2. R02 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

3. R03 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

4. R04 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

5. R05 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

6. R06 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

7. R07 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

8. R08 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

9. R09 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

10. R10 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus

11. R11 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

12. R12 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

13. R13 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

14. R14 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

15. R15 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

16. R16 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

17. R17 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

18. R18 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

19. R19 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

20. R20 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

21. R21 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

22. R22 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

23. R23 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

24. R24 0 1 0 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

25. R25 1 1 0 1 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

26. R26 0 0 0 0 1 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

Page 151: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

136

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana

Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok

P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

27. R27 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

28. R28 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

29. R29 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

30. R30 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus

31. R31 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus

32. R32 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

33. R33 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

34. R34 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

35. R35 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

36. R36 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

37. R37 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

38. R38 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

39. R39 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

40. R40 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

41. R41 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

42. R42 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

43. R43 0 1 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

44. R44 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus

45. R45 1 0 1 1 0 0 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

46. R46 0 1 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

47. R47 1 1 1 1 1 1 0 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

48. R48 0 1 0 1 0 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

49. R49 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

50. R50 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

51. R51 0 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

52. R52 1 1 0 0 1 1 0 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

53. R53 0 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

54. R54 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 152: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

137

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana

Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok

P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

55. R55 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus

56. R56 0 0 0 1 0 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

57. R57 0 1 1 1 1 1 0 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

58. R58 1 0 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 153: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

138

Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Tempat

Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok

P11 P12

1. R01 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

2. R02 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

3. R03 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

4. R04 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

5. R05 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

6. R06 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

7. R07 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

8. R08 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

9. R09 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

10. R10 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

11. R11 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

12. R12 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

13. R13 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

14. R14 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

15. R15 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

16. R16 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

17. R17 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

18. R18 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

19. R19 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

20. R20 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

21. R21 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

22. R22 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

23. R23 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

24. R24 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

25. R25 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

26. R26 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

Page 154: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

139

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Tempat

Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok

P11 P12

27. R27 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

28. R28 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

29. R29 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

30. R30 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

31. R31 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

32. R32 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

33. R33 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

34. R34 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

35. R35 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

36. R36 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

37. R37 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

38. R38 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

39. R39 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

40. R40 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

41. R41 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

42. R42 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

43. R43 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

44. R44 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

45. R45 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus

46. R46 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

47. R47 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

48. R48 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

49. R49 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

50. R50 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

51. R51 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

52. R52 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

53. R53 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

54. R54 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 155: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

140

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Tempat

Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok

P11 P12

55. R55 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

56. R56 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

57. R57 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

58. R58 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 156: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

141

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan

Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok

P13 P14 P15 P16

1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

4. R04 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

5. R05 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

7. R07 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

10. R10 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

11. R11 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

12. R12 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

13. R13 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

15. R15 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

16. R16 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

17. R17 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

20. R20 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

21. R21 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

23. R23 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

24. R24 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

25. R25 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

26. R26 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

Page 157: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

142

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan

Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok

P13 P14 P15 P16

27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

28. R28 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

30. R30 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

31. R31 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

32. R32 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

33. R33 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

34. R34 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

35. R35 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

39. R39 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

40. R40 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

41. R41 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

42. R42 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

43. R43 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

44. R44 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

47. R47 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

48. R48 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

49. R49 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

50. R50 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

51. R51 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

52. R52 0 0 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus

53. R53 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

54. R54 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 158: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

143

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Sarana Pembuangan

Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok

P13 P14 P15 P16

55. R55 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

57. R57 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

58. R58 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

Page 159: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

144

Kondisi Fisik Saluran Drainase

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok

P17 P18 P19 P20

1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

4. R04 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

5. R05 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

7. R07 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

10. R10 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

11. R11 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

12. R12 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

13. R13 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

15. R15 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

16. R16 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

17. R17 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

20. R20 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

21. R21 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

23. R23 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

24. R24 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

25. R25 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

26. R26 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

Page 160: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

145

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok

P17 P18 P19 P20

28. R28 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

30. R30 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

31. R31 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

32. R32 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

33. R33 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

34. R34 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

35. R35 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

39. R39 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

40. R40 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

41. R41 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

42. R42 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

43. R43 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

44. R44 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

47. R47 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

48. R48 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

49. R49 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

50. R50 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

51. R51 0 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

52. R52 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus

53. R53 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

54. R54 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

55. R55 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus

56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus

Page 161: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

146

No. No.

Rspndn

Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok

P17 P18 P19 P20

57. R57 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol

58. R58 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol

Page 162: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

147

Lampiran 17. Dokumentasi

Wawancara dengan responden

Wawancara dengan responden

Page 163: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

148

Wawancara dengan responden

Sungai Beringin

Page 164: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

149

Puskesmas Mangkang

Kondisi Fisik Sarana Jamban

Page 165: PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...

150

Kondisi Fisik Saluran Drainase