PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...
Transcript of PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN ...
i
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI
DASAR DAN STATUS RAWAN BANJIR
TERHADAP KEJADIAN DIARE (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Kota Semarang Tahun 2014)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Muhamad Rizkiyanto
NIM. 6411410037
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
November 2015
ABSTRAK
Muhamad Rizkiyanto
Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir
terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Kota Semarang Tahun 2014)
xv + 150 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 17 lampiran
Bencana banjir dan sarana sanitasi dasar yang buruk dapat menjadi penyebab
terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare. Sarana sanitasi dasar
meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah dan saluran drainase. Penelitian ini bertujuan manganalisis
pengaruh antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar dan status rawan dengan kejadian
diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang, Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian
ini seluruh warga Desa Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo, yang
didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013 sampai
Februari 2014 dan bukan penderita diare. Sampel penelitian sebanyak 29 responden
kelompok kasus dan 29 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa
kuesioner dan lembar checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dan analisis bivariat mengunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kondisi fisik sarana air
bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban (p=0,016, OR=3,87), kondisi
fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036, OR=3,82), kondisi fisik sarana
pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72), dan kondisi fisik saluran drainase
(p=0,033, OR=3,23) dengan kejadian diare. Pengaruh antara status rawan banjir
dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik.
Disarankan untuk dinas kesehatan terkait agar melakukan penyuluhan
kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik sanitasi rumah untuk
mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare.
Kata Kunci: Diare, Sarana Sanitasi Dasar.
Kepustakaan: 50 (1987 – 2014)
iii
Public Health Departement
Sport Science Faculty
Semarang State University
November 2015
ABSTRACT
Muhamad Rizkiyanto
The Influence of Sanitation Tools Availability and Flood Troubled Status
toward Diarrhea (Study Case in The Work Area of The Clinic of Mangkang
District, Semarang 2014)
xv + 150 pages + 17 tables + 2 figures + 17 appendices
Flood and bad sanitation tools can be caused of environment borne disease.
Sanitation tools ability includes water supply, latrines, garbage dumps, waste of
discharge water and the drainages. The purpose of this research was to analyze the
influence between physic sanitation tools and flood troubled toward diarrhea in the
work area of the clinic of Mangkang district, Semarang.
This research used the control case approach. The populations of this
research were all citizen in Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, and Mangunharjo
who diagnosed diarrhea by the clinic of Mangkang district from October 2013 to
February 2014 and not the sufferer of diarrhea. The samples of the research were 29
case respondents and 29 control respondents. The research instruments were
questionnaires and checklists. The researcher analyzed the data used univariat
analysis and bivariat analysis with chi-square test.
The result of the research shows that there was influence between water
supply condition (p=0,023, OR=3,9), latrines condition (p=0,016, OR=3,87), garbage
dumps condition (p=0,036, OR=3,82), waste of discharge water condition (p=0,017,
OR=3,72), and the drainages condition (p=0,033, OR=3,23) with diarrhea. The
influence between flood troubled status and diarrhea cannot analyze statistically.
The researcher suggests the health service to give the citizen information to
upgrade the sanitation tools availability in order to reduce the risk of diarrhea.
Keywords: Diarrhea, Sanitation Tools Availability.
References: 50 (1987 – 2014)
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam ombak
dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain,
karena hidup ini tidak abadi.
2. Dia yang tau, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau (Lao Tse).
3. Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran, kebanggaan, dan
harta di dalamnya.
4. Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan
dengan ketakutan; tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
5. Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.
PERSEMBAHAN:
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah
SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda (Muyadi) dan Ibunda (Suismi).
2. Adik-adik (Rifa’ul Janah, Risalatul
Masyhuroh, dan Muhamad Rizal Khusnaeni).
3. Rekan-rekan IKM ’10 serta almamaterku,
UNNES.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi
Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)” dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini,
dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.
Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Irwan
Budiono, S.KM., M.Kes.
3. Dosen Pembimbing, Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc., atas bimbingan,
pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Penguji I, Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes. (Epid), dan Penguji II, Mardiana,
S.KM., M.Si., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Dosen Wali, Chatila Maharani, S.T., M.Kes. dan drh. Dyah Mahendrasari
Sukendra, M.Sc., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan selama masa
perkuliahan.
viii
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.
7. Kepala Puskesmas Mangkang, dr. Budi Mulyanto, atas ijinnya untuk melakukan
pengambilan data dan penelitian.
8. Kepala Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo atas
ijinnya untuk melakukan penelitian.
9. Bapak, ibu, adik-adikku, Kuntarti S.Pd., dan keluarga tercinta yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi, serta doa selama
menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010, atas
bantuan serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Kontrakan SS Temanggungan, Kos Oblong, dan Kurawa Family,
atas motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, sarana dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang, November 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................... 7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................... 7
1.4. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 8
1.4.1. Bagi Peneliti ....................................................................................... 8
1.4.2. Bagi Masyarakat ................................................................................ 8
1.4.3. Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 8
1.5. Keaslian Penelitian............................................................................. 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 11
1.6.1. Ruang Lingkup Tempat ..................................................................... 11
1.6.2. Ruang Lingkup Waktu ....................................................................... 11
1.6.3. Ruang Lingkup Materi ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12
2.1 Landasan Teori................................................................................... 12
2.1.1 Diare ................................................................................................... 12
2.1.1.1. Definisi ............................................................................................... 12
x
2.1.1.2. Klasifikasi Diare ................................................................................ 12 2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare ...................................................................... 13 2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 15 2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare ........................................................................ 16 2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare ........................................................................ 17 2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare ............................................................. 18 2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare .............................................................. 21 2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare ................................................................ 21 2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare................................................................ 23 2.1.2 Sarana Sanitasi Dasar ......................................................................... 24 2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih ........................................................... 24 2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban .................................................. 28 2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah ................................................ 30 2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................... 32 2.1.2.5. Saluran Drainase ................................................................................ 33 2.1.3 Banjir.................................................................................................. 34 2.1.3.1. Definisi ............................................................................................... 34 2.1.3.2. Jenis Banjir......................................................................................... 35 2.1.3.3. Penyebab Banjir ................................................................................. 36 2.1.3.4. Dampak Banjir ................................................................................... 38 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 40 3.2. Variabel Penelitian ............................................................................. 41 3.2.1. Variabel Bebas ................................................................................... 41 3.2.2. Variabel Terikat ................................................................................. 41 3.2.3. Variabel Pengganggu ......................................................................... 41 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 42 3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ....................... 43 3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 48 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 48 3.6.1. Populasi Penelitian ............................................................................. 48 3.6.1.1. Populasi Kasus ................................................................................... 48 3.6.1.2. Populasi Kontrol ................................................................................ 48 3.6.2. Sampel Penelitian............................................................................... 49 3.6.2.1. Sampel Kasus ..................................................................................... 49 3.6.2.2. Sampel Kontrol .................................................................................. 49 3.6.3. Besar Sampel Minimal ....................................................................... 50 3.6.4. Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 52 3.7. Sumber Data....................................................................................... 52 3.7.1. Data Primer ........................................................................................ 52 3.7.2. Data Sekunder .................................................................................... 52 3.8. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ......................... 53 3.8.1. Instrumen Penelitian .......................................................................... 53 3.8.1.1. Validitas ............................................................................................. 54
xi
3.8.1.2. Reliabilitas ......................................................................................... 56
3.8.2. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 57
3.8.2.1. Wawancara ......................................................................................... 57
3.8.2.2. Observasi............................................................................................ 58
3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 58
3.9. Prosedur Penelitian ............................................................................ 58
3.9.1. Awal Penelitian .................................................................................. 58
3.9.2. Penelitian............................................................................................ 58
3.9.3. Akhir Penelitian ................................................................................. 59
3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 59
3.10.1. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 59
3.10.2. Teknik Analisis Data.......................................................................... 60
3.10.2.1. Analisis Univariat .............................................................................. 60
3.10.2.2. Analisis Bivariat................................................................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 62
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 62
4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................................. 62
4.1.2. Batas Wilayah Kerja .......................................................................... 62
4.1.3. Wilayah Kerja .................................................................................... 63
4.1.4. Demografis ......................................................................................... 63
4.1.5. Data Khusus ....................................................................................... 63
4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas ...................................................................... 63
4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas.............................................................. 63
4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 63
4.2.1. Karakteristik Responden .................................................................... 63
4.2.2. Analisis Univariat .............................................................................. 64
4.2.3. Analisis Bivariat................................................................................. 66
4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 66
4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 67
4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 68
4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 69
4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 70
4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian diare ......... 71
4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 72
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 73
5.1. Pembahasan........................................................................................ 73
xii
5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 73
5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 76
5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 78
5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 81
5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................... 83
5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare ........ 85
5.2. Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 86
5.2.1. Hambatan Penelitian .......................................................................... 86
5.2.2. Kelemahan Penelitian ........................................................................ 86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87
6.1. Simpulan ............................................................................................ 87
6.2. Saran .................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 94
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian .......................................................................... 9
Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum..................................................... 25
Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya ............................... 26
Tabel 3.1. Definisi Operasional ....................................................................... 43
Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 50
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................... 55
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................... 56
Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2 ............................................ 61
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden ................. 64
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis .................. 65
Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare ................................................................................. 66
Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban dengan Kejadian Diare ....................................................... 67
Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare ...................................................... 68
Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................... 69
Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan
Kejadian Diare ................................................................................. 70
Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan banjir dengan Kejadian Diare ...... 71
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi
Square .............................................................................................. 72
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ 39
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 95
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 96
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 97
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang ............... 98
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang................................. 99
Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................ 100
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ................................... 101
Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................... 103
Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan ................................................................. 104
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian .................................................................. 107
Lampiran 11. Lembar Checklist Penelitian ...................................................... 110
Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas ..................... 112
Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas ............................................ 117
Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square ........................................... 122
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden ..................................... 128
Lampiran 16. Data Penelitian ........................................................................... 132
Lampiran 17. Dokumentasi .............................................................................. 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Khasan dan Widjanarko,
2011).
Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Aktivitas alam yang terjadi sebagai akibat interaksi antara unsur-
unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi antara planet bumi
dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi (Effendy, 1998).
Gangguan lingkungan merupakan penyebab langsung terjadinya bencana
alam karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada akhirnya akan
menimbulkan akibat positif dan negatif terhadap manusia. Salah satu akibat
negatifnya adalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Effendy,
1998).
Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir.
Banjir didefinisikan sebagai suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak
tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan atau genangan pada lahan
yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan
2
yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase
(Mawardi dan Sulaeman, 2011).
Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama beberapa jam.
Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan
Surabaya. Bencana ini tidak dapat diantisipasi karena kekeliruan konsep drainase
sejak awal (Agus Riyadi, 2009:43).
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang tiap tahunnya menjadi
langganan banjir. Berdasarkan data dari Basarnas 2010, tercatat pada 9 November
2010 terjadi banjir bandang di Kelurahan Mangkang Kulon yang mengakibatkan 7
orang meninggal dunia akibat tersapu arus (Basarnas, 2010). Berdasarkan data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 14 Januari 2014 banjir
melanda Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Mangunharjo, banjir tersebut
disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Beringin dan disertai hujan yang deras
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2014).
Dalam WHO (2003), disebutkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang
menjadi perhatian terkait dengan isu perubahan iklim, salah satunya adalah penyakit
diare. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah tropis ditemukan pola kejadian
penyakit diare mengikuti pola musim. Penyakit diare yang terjadi menunjukkan
puncaknya pada musim penghujan, banjir, serta kemarau juga menunjukkan adanya
hubungan baru dengan kejadian penyakit diare tersebut. Penyebab utama penyakit
diare yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi seperti kolera,
3
Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia, Shigella, Thyphoid, dan virus seperti
hepatitis A (World Health Organization, 2003).
Air merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam
kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air mempunyai
kemampuan atau pengaruh langsung terhadap manusia, khususnya kesehatan
manusia. Pengaruh kesehatan tersebut tergantung sekali pada kualitas air yang
digunakan, dan air pun dapat berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyakit
(Slamet, 2009). Air dapat menjadi media dalam penyebaran penyakit yang dikenal
dengan water borne disease, tidak terkecuali air minum (Rose, 2001). Diare
merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Sumber air bersih
masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia.
Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor dalam kejadian penyakit
diare (Singh, 2011).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan limbah.
Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila
faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar
bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja
tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian
diare (Sander, 2005:2).
4
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah
kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Jumlah penderita pada
KLB diare tahun 2012 menurun dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi
1.585 kasus pada 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi, dengan CFR 1,45%. Pada
tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten dengan jumlah
penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi
6 KLB diare yang tersebar di 5 provinsi, 6 kabupaten / kota dengan jumlah penderita
2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%) (Kementrian Kesehatan RI,
2014:148).
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2013, jumlah
kasus diare di 35 kabupaten / kota di Jawa tengah sebanyak 839.555 penderita.
Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%. Data selama lima tahun
5
terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan penyakit diare masih di bawah
target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, IR sebesar 1,95% dengan CFR sebesar
0,021%. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar 42,66%
lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2013).
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Semarang angka kejadian
diare dari tahun ke tahun di Kota Semarang masih tinggi. Pada tahun 2010 tercatat
jumlah penderita diare sebanyak 34.593 kasus dengan IR sebesar 24/1000 penduduk.
Pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak
48.051 kasus dengan IR sebesar 32/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07%. Pada tahun
2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 42.349 kasus
dengan IR sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,01%. Pada tahun 2013
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.001 kasus dengan IR
sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,06%. Pada tahun 2014 mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.134 kasus dengan IR sebesar
25/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014:36).
Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, pada tahun 2010 Puskesmas
Mangkang memiliki IR diare > 40/1000 penduduk dan menempati peringkat 3 besar
se-Kota Semarang. Pada tahun 2011 IR diare mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-
Kota Semarang. Pada tahun 2012 IR diare masih sama dengan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-Kota
6
Semarang. Pada tahun 2013 IR diare mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 39,1/1000 penduduk dan menempati peringkat kedua se-Kota Semarang
(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013:39).
Berdasarkan data Profil Puskesmas Mangkang tercatat kasus diare di
Puskesmas Mangkang pada tahun 2011 sebanyak 417 kasus, kasus terbanyak
ditemukan pada bulan Januari, November, dan Desember yaitu sebanyak 45 kasus.
Pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 421
kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak 53
kasus. Pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak
355 kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Januari yaitu sebanyak 42
kasus. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak
292 kasus diare, dan kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak
53 kasus (Puskesmas Mangkang, 2014).
Dengan tingginya angka kejadian diare ini peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana gambaran faktor-faktor sanitasi dasar dan status rawan banjir pada
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang yaitu Kelurahan Mangkang
Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan hal
tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Ketersediaan
Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi
Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)”.
7
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status
rawan banjir dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status
rawan banjir terhadap kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan
kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang).
2. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja /
jamban dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang).
3. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang).
8
4. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan air limbah
(SPAL) dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang).
5. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan
kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang).
6. Untuk mengetahui hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
(studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
1.4. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian khususnya mengenai ketersediaan sarana sanitasi dasar
dan status rawan banjir dengan kejadian diare.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi untuk upaya preventif kejadian diare pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut di bidang epidemologi
penyakit dan kesehatan lingkungan, khususnya tentang faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian diare.
9
1.5. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No. Nama / Tahun Judul
Metode
Penelitian dan
Sampel
Hasil
1. Anjar
Purwadiana
Wulandari, 2009
Hubungan antara
faktor lingkungan
dan faktor
sosiodemografi
dengan kejadian
diare pada balita
di Desa Blimbing
Kecamatan
Sambirejo
Kabupaten
Sragen.
Observasional
dengan
pendekatan cross-
sectional.
Sampel 70
responden.
Ada hubungan antara
sumber air minum dan
tempat pembuangan
tinja dengan kejadian
diare pada
anak balita di Desa
Blimbing,
2. Umiati, 2010 Hubungan antara
sanitasi
lingkungan
dengan kejadian
diare pada balita
di wilayah kerja
Puskesmas
Nogosari
Kabupaten
Boyolali.
Observasional
dengan metode
pendekatan
cross-sectional.
Sampel 60
responden.
Ada hubungan antara
sumber air minum,
kepemilikan jamban
keluarga, dan jenis
lantai rumah dengan
kejadian diare pada
balita.
Tidak ada hubungan
antara kualitas fisik air
bersih dengan kejadian
diare pada balita.
3. Lailatul
Mafazah, 2013
Hubungan antara
ketersediaan
sarana sanitasi
dasar dan
personal hygiene
ibu dengan
kejadian diare
pada balita di
wilayah kerja
Puskesmas
Purwiharjo
Kabupaten
Pemalang.
Explanatory
research dengan
metode pedekatan
cross-sectional.
Sampel 95
responden.
Ada hubungan antara
ketersediaan sarana air
bersih, ketersediaan
sarana pembuangan
tinja, ketersediaan
sarana tempat
pembuangan sampah,
ketersediaan sarana
pembuangan air
limbah, dan personal
hygiene ibu dengan
kejadian diare pada
balita.
4. Retno
Purwaningsih,
2012
Hubungan antara
penyediaan air
minum dan
perilaku higiene
sanitasi dengan
Analitik
observasional
dengan rancangan
pendekatan kasus
kontrol.
Ada hubungan antara
kualitas mikrobiologis
air minum, kuantitas
air bersih, kondisi fisik
tempat pebuangan
10
No. Nama / Tahun Judul
Metode
Penelitian dan
Sampel
Hasil
kejadian diare di
daerah paska
bencana Desa
Banyudono
Kecamatan
Dukun Kabupaten
Magelang.
Sampel 29
responden kasus,
dan 29 responden
kontrol.
sampah, kebiasaan
mencuci tangan setelah
buang air besar
menggunakan air
bersih dan sabun,
kebiasaan buang air
besar, dan kebiasaan
membuang sampah,
dengan kejadian diare.
Tidak ada hubungan
antara kondisi fisik
sumber penyedia air
minum, dan kebiasaan
menutup hidangan
makanan dengan
kejadian diare.
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan
banjir dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang belum
pernah dilakukan sebelumnya.
2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini lebih beragam dengan menggunakan
parameter-parameter dalam sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir, yaitu
sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan
sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran drainase, dan status
rawan banjir.
Lanjutan (Tabel 1.1. Keaslian Penelitian)
11
1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang, yaitu Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan
Kelurahan Mangunharjo.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2015.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat, dengan kajian
bidang epidemiologi dan kesehatan lingkungan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. Diare
2.1.1.1. Definisi
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:9), definisi diare adalah
berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih
sering dari biasanya (3 kali atau lebih). Menurut Suriadi & Rita (2006:80), diare
adalah kelebihan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair.
2.1.1.2. Klasifikasi Diare
Diare dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat.
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut.
Diare kronik sering juga dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Diare persisten: diare yang disebabkan oleh infeksi.
2. Protacted diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair
dan frekuensi 4 kali atau lebih per hari.
13
3. Diare intraktabel: diare yang berulang kali dalam waktu yang singkat (misalnya
1-3 bulan).
4. Prolonged diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
5. Chronic non spesifik diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu,
tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi
maupun malabsorbsi.
2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare
Menurut Widjaja (2002:4), diare disebabkan antara lain:
1. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare anak. Jenis-jenis
yang umumnya menyerang sebagai berikut:
a. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera), dan
serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
(memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti
pseupodomonas.
b. Infeksi basil (disentri).
c. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
d. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
e. Infeksi jamur (candidiasis).
f. Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil dan radang tenggorokan.
g. Keracunan makanan.
14
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap laktoglobin dalam
susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau
sangat asam, dan sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini,
pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglyserids. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak
manjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase akan terjadi
kerusakan mukosa usus. Diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap
dengan baik. Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare merupakan makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, sayuran (mentah), dan kurang matang.
4. Faktor Psikologi
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis.
Menurut Suriadi & Rita (2006:82), penyakit diare disebabkan oleh:
1. Faktor Infeksi
a. Bakteri: Neteropathogenic, E.coli, Salmonella, Shigella.
b. Virus: Enterovirus, Adenovirus.
c. Jamur: Candida.
d. Parasit: Giardia lamblia, Crystosporodium.
15
e. Protozoa.
2. Bukan Faktor Infeksi
a. Alergi makanan: susu, protein.
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
d. Obat-obatan: antibiotik.
e. Penyakit usus.
f. Obstruksi usus.
3. Penyakit Infeksi
Penyakit otitis media, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran kemih.
2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare
Di Indonesia pada tahun 1970 sampai 1980-an, prevalensi penyakit diare
sekitar 200-400 per 1.000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-
80% menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini
mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare
sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.
KLB diare menyerang hampir semua provinsi di Indonesia. Angka kematian
yang jauh lebih tinggi daripada kejadian kasus diare biasa membuat perhatian para
ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat
(Widoyono, 2008:146-147).
Di Provinsi Jawa Tengah, penemuan penyakit diare pada tahun 2012 sebesar
42,66%. Data selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan
16
diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Incidence Rate
sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate sebesar 0,021% (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2013).
2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare
Menurut Suriadi dan Rita (2006:81), gejala diare meliputi:
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer.
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Keratin abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anorexia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan tanda vital, nadi, dan pernapasan cepat.
10. Pengeluaran urin menurun atau tidak ada.
Menurut Widjaja (2002:7), gejala diare antara lain:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.
2. Tinja bayi encer, berlendir, dan berdarah.
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4. Anusnya lecet.
5. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.
17
6. Muntah sebelum atau sesudah diare.
7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
8. Dehidrasi.
2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare
Akibat penyakit diare antara lain:
1. Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh.
Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi, karena bayi kehabisan
cairan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena asupan cairan itu tidak seimbang
dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun sedikit demi sedikit.
a. Dehidrasi Ringan
Gejala gelisah atau sakit, denyut nadi normal. Pernapasan, ubun-ubun, dan
kelopak mata masih ada dan normal. Kehilangan cairan 5%.
b. Dehidrasi Sedang
Gejala gelisah, ngantuk, denyut nadi cepat dan lemah. Pernapasan dalam tapi
cepat, ubun-ubun dan kelopak mata cekung.
c. Dehidrasi Berat
Gejala lemah, berkeringat, pucat, dan pingsan. Denyut nadi cepat, halus,
kadang tak teraba. Sudah kehilangan cairan 10%.
2. Gangguan Pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makann terhenti, sementara pengeluaran zat
gizi terus berjalan (Widjaja, 2002:7).
18
2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2008:11) menyatakan faktor risiko diare
antara lain:
1. Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor
yang mempengaruhi yaitu sarana air bersih, pembuangan tinja, pembuangan
limbah, tempat pembuangan sampah, dan saluran drainase. Faktor-faktor ini akan
berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
a. Sarana Air Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi
mencuci, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit
di masyarakat.
b. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang
harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
19
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka
makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja,
antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:7, Soekidjo
Notoatmodjo, 2007: 172-180).
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun
kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang
berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal
dari industri-industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara
pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan
bersama-sama air kotoran) dan cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari
air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 309).
d. Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah
seperti sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria
syarat-syarat kesehatan.
20
e. Saluran Drainase
Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta
cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut.
2. Faktor Penjamu yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare
a. Tidak memberikan ASI eksklusif pada bulan pertama, dan ASI tidak
diteruskan sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella
dan Vibrio cholera.
b. Kurang Gizi
Beratnya penyakit, lama, dan risiko kematian karena diare meningkat pada
anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi
buruk.
c. Campak
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat
21
dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Virus campak menyerang sistem
mukosa tubuh, sehingga bisa juga menyerang saluran cerna.
d. Imunodefisiensi / Imunosupresi
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah
infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti
pada penderita AIDS. Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare
Menurut Suriadi dan Rita (2006:83), pemeriksaan diagnostik diare meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1. Riwayat alergi pada makanan.
2. Pemeriksaan BUN (Blood Area Nitrogen), creatinine, dan glukosa.
3. Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.
2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare
Pengobatan diare berdasarkan dehidrasinya:
1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A
Pada keadaaan ini, buang air besar 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret.
Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makanan dan
minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota
keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah
seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air teh, maupun oralit.
Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.
22
Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah:
a. Memberikan anak lebih banyak cairan.
b. Memberikan makanan terus menerus.
c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari.
2. Dehidrasi Ringan / Sedang, dengan Terapi B
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari
berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat
badan. Untuk mengobati diare pada derajat dehidrasi ringan / sedang digunakan
terapi B, yaitu pada jam pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur
kurang dari 1 tahun sebanyak 300 ml, umur 1 – 4 tahun sebanyak 600 ml, dan
umur lebih dari 5 tahun sebanyak 1.200 ml.
3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi C
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya
lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
Diare diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk
diinfus RL (Ringer Laktat).
4. Teruskan Pemberian Makan
Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapat
ASI. Bila sebelumnya tidak mendapat ASI, dapat diteruskan dengan memberikan
susu formula.
23
5. Antibiotik Bila Perlu
Sebagian penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antobiotok
dalam penatalaksanaan kasus diare, karena tidak bermanfaat dan efek
sampingnya merugikan penderita (Widoyono, 2008:152).
2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:15), cara pencegahan
terhadap penyakit diare adalah melalui upaya sebagai berikut:
1. Memasak makan dengan benar, disimpan dalam suhu yang benar agar bakteri
tidak dapat berkembang biak.
2. Susu harus dipasteurisasi.
3. Mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar.
4. Menyimpan pestisida dan bahan beracun lainnya di tempat yang berlainan
dengan tempat menyimpan bahan makanan.
5. Tidak memakan makanan yang sudah kadaluarsa atau basi.
6. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan, dan menghidangkan
makan.
7. Menyimpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis makanan atau bahan
makanan.
Menurut Widoyono (2008:151), penyakit diare dapat dicegah melalui
promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.
24
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan
sesudah buang air besar.
4. Memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun.
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
2.1.2. Sarana Sanitasi Dasar
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana
sanitasi melibatkan tiga komponen yang sangat penting, yakni persampahan,
penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah rumah tangga. Sanitasi juga
berpengaruh pada kesehatan, terutama sanitasi lingkungan sekitar rumah. Banyak
waktu yang dihabiskan di rumah, terutama ibu rumah tangga dan balitanya. Oleh
karena itu, sanitasi yang buruk mempunyai dampak penting bagi kesehatan ibu dan
balitanya (Otto Soemarwoto, 1998:45).
2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Selama hidupnya, manusia
selalu memerlukan air. Dengan demikian, semakin naik jumlah laju penduduk serta
laju pertumbuhannya, semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk
25
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, diperlukan
industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk
serta beban penggunaan sumber daya air.
Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit. Pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama
menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sumber persediaan atau tidak.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum yaitu:
Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum
No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml
sampel 0
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml
sampel 0
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Krominum mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit (sebagai NO2) mg/l 3
6) Nitrat (sebagai NO2) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,7
2. Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak Berbau
2) Warna TCU 15
3) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
26
No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
5) Rasa Tidak Berasa
6) Suhu 0C Suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0.3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0.4
6) pH mg/l 6,5 – 8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum.
Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:95), peran air dalam terjadinya penyakit
menular adalah sebagai berikut:
1. Air sebagai penyebar mikroba patogen.
2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
3. Bila jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik.
4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya
Agent Penyakit
Virus:
Rotavirus
V. Hepatitis A
V. Poliomyelitis
Diare pada anak
Hepatitis A
Poliomyelitisanterior acuta
Bakteri:
Vibrio cholera
Ascherichia coli enteropatogenik
Salmonella typhi
Salmonella partyphi
Shigella dysenteriae
Cholera
Diare/Dysenterie
Typhus abdominalis
Paratyphus
Dysenterie
Lanjutan (Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum)
27
Agent Penyakit
Protozoa:
Extamoeba histolytica
Balantidia coli
Giardia lamblia
Dysenterie amoeba
Balantidiasis
Giardiasis
Metazoa:
Ascaris lumbricoides
Clonorchis sinensis
Diphyllobothrium latum
Taenia sagianata/solium
Schistosoma
Ascariasis
Clonorchiasis
Diphylobothriasis
Taeniasis
Schistosomiasis
Air yang bersih juga dipengaruhi oleh sarana air bersih. Sarana air bersih
yang sehat harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2005:17):
1. Sumur Gali (SGL)
Lokasi sumur gali berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah) dengan sumber
pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah / lubang sampah dan
kandang ternak. Lantai sumur kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur
mengitari / mengelilingi bibir sumur, lantai tidak licin, mudah dibersihkan, tidak
tergenang air. Tinggi bibir sumur minimal + 2 cm dari lantai sumur, terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air. Dinding sumur terbuat dari bahan kedap air dan
tidak mudah rusak. Tutup sumur mudah dibuka dan ditutup.
2. Sumur Pompa Tangan (SPT)
Lokasi sumur pompa tangan berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah)
dengan sumber pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah /
lubang sampah dan kandang ternak. Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari
sumur pompa / sumber air dan mengelilingi sumur pompa, lantai tidak retak /
Lanjutan (Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnnya
28
bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air. Dudukan pompa harus kuat,
kedap air, dan ketinggian 50-60 cm.
3. Perlindungan Mata Air dengan Perpipaan
Pipa yang digunakan harus kuat dan tidak mudah patah, jaringan pipa tidak boleh
terendam air kotor. Lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, luas lantai
minimal 1 m2 dan tidak tergenang air, tinggi kran minimal 50-70 cm dari lantai.
2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah yang ada,
akan dapat dieliminasi, ditekan, atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah
dikurangi derajat kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan
manusia. Sebagai contoh agar tidak berperan sebagai sumber penular penyakit, tinja
harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah
atau bak tertutup yang tidak terjangkit oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta berjarak
minimal 15 meter dari sumber air minum (Soeparman & Suparmin, 2002:3).
Proses pemindahan kuman dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru
dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah,
makanan, serta sayuran. Pebuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara
saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkn faktor ke
empat dari enam faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier)
kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang potensial (Soeparman &
Suparmin, 2002:7).
29
Jamban merupakan sarana yang biasa digunakan masyarakat dalam
pembuangan tinja. Menurut Soeparman & Suparmin (2002:56), jamban dapat
dibedakan atas beberapa macam, antara lain:
1. Jamban Cubluk
Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari
tanah ataupun mengkontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan
dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.
2. Jamban Air
Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki
pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air
permukaan tidak akan terkontaminasi.
3. Jamban Leher Angsa
Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air
bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih
merupakan modifikasi yang penting dari slab lantai jamban biasa.
Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, jamban sehat
adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit. Sebuah jamban dikategorikan sehat jika:
1. Mencegah kontaminsai ke badan air.
2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja.
3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya.
4. Mencegah bau yang tidak sedap.
30
5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.
Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan
adalah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):
1. Septic tank tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan
sumber air > 10 meter.
2. Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok.
3. Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok
yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.
2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah
bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan
pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada
harganya (A Tresna Sastrawijaya, 2000:73).
Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:152), sampah adalah segala sesuatu
yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang
mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Menurut Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya,
sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut:
31
1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,
pertanian, dan lainnya.
2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan
lainnya.
3. Sampah yang berupa debu atau abu.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah yang
berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya
(Juli Soemirat, 2002:153).
Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah seperti
sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat
kesehatan, antara lain (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25):
1. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2 kali
24 jam (2 hari), dan segera dibuang.
2. Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang
banyak menghasilkan sampah.
3. Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang sampah
dan bila sudah penuh dapat ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit
demi sedikit.
4. Tempat sampah tidak menjadi sarang / tempat berkembangbiaknya serangga
ataupun binatang penular penyakit (vektor).
32
5. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak berceceran
sehingga mengundang datangnya lalat.
2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah
ini terdiri bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Menurut Sugiharto (1987:5), limbah cair rumah tangga adalah air yang telah
dipergunakan yang berasal dari rumah tangga / pemukiman termasuk di dalamnya
adalah yang berasal dari kamar mandi, WC, tempat cuci, serta tempat memasak.
Sarana pembuangan air limbah bisa berupa selokan atau pipa yang dipergunakan
untuk membawa air buangan dari sumbernya.
Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang
sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar,
zat-zat yang terdapat di dalam air limbah antara lain terdiri dari air dan bahan padat
(0,1%). Bahan padat ini terdiri dari bahan organik (protein 65%, karbohidrat 25%,
lemak 10%) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal) (Sugiharto, 1987:16).
Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang
tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga
33
ataupun dapat mencemari lingkungan / sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2005:16).
Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air bersih.
2. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
3. Tidak menimbulkan bau.
4. Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.
2.1.2.5. Saluran Drainase
Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Secara umum, jenis saluran drainase dibagi 2 jenis yaitu terbuka dan
tertutup.
1. Saluran terbuka, umumnya diterapkan pada daerah yang lalu lintas pejalan
kakinya rendah dan atau tersedia lahan bebas.
34
2. Saluran tertutup, umumnya diterapkan pada daerah perdagangan, pertokoan,
yang lalu lintas pejalan kakinya padat dan atau tidak tersedia lahan bebas.
Demikian pula jika saluran melintasi jalan raya.
Berdasarkan letaknya, saluran drainase dibagi menjadi:
1. Saluran drainase primer yaitu saluran drainase yang menerima air dari saluran
sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air.
2. Saluran drainase sekunder yaitu bagian dari sistem primer yang langsung
melayani wilayah permukiman.
3. Saluran drainase tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang menerima air
hujan yang berasal dari persil bangunan.
2.1.3. Banjir
2.1.3.1. Definisi
Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari tempat-tempat
penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk ke penampungan melebihi
kapasitas (daya tampungnya), sehingga air meluap. Luapan air dari penampungan
ternyata juga melebihi daya serap, sehingga air tidak dapat lagi terserap ke dalam
tanah. Akibatnya, air menggenangi daratan dalam waktu tertentu yang tidak terlalu
lama. Daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang baik dapat terkena
banjir jika terjadi hujan yang sangat lebat. Air hujan yang seharusnya mengalir lancar
akan terhenti dan tergenang jika tidak ada sistem drainase yang baik. Selokan yang
tertutup oleh timbunan sampah merupakan salah satu contoh sistem drainase yang
tidak baik (Samadi, 2007).
35
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan
hutan di sepanjang sungai, sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun
menimbulkan korban jiwa (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).
2.1.3.2. Jenis Banjir
Menurut Samadi (2007), berdasarkan sumber air yang menjadi penampung
di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan
banjir laut pasang.
1. Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara berkala
dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta mencairnya es atau
gletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis
seperti di Indonesia, banjir sungai dapat terjadi pada musim hujan.
2. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air danau
disebabkan hal berikut:
a. Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat menggerakkan air danau
hingga keluar melewati batas (tanggul) danau.
b. Masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari sungai hingga
melewati batas daya tampung danau.
36
3. Banjir Laut Pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Seperti halnya pada
banjir danau, badai membawa air laut hingga ke daratan. Banjir berupa
gelombang pasang yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan
nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan
yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh
faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air
laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti
penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di
daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke
dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).
2.1.3.3. Penyebab Banjir
Penyebab banjir menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah:
1. Curah hujan tinggi.
2. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
3. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air
keluar sempit.
4. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
5. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir
sungai.
37
6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, 2012).
Curah hujan yang tinggi ditambah dengan bertambahnya aliran permukaan
menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Curah hujan yang tinggi, lereng
yang curam di daerah hulu, dan perubahan jenis vegetasi dapat memperbesar aliran
permukaan yang mengakibatkan tanah longsor. Hujan sangat deras yang terjadi di
kawasan hulu sungai dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang, yaitu banjir
besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat cepat dan mengalir dengan
deras. Aliran banjir bandang ini dapat menghanyutkan benda-benda yang besar,
misalnya batu dan kayu. Banjir bandang sering membawa banyak korban jiwa
(Samadi, 2007).
Banjir ada kalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan waktu genangan
yang cepat pula, tetapi ada kalanya banjir terjadi dengan waktu yang lama dengan
waktu genangan yang lama pula. Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi,
luapan dari sungai, tanggul sungai yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya
saluran drainase, atau bendungan yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana
jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya
(Mawardi dan Sulaeman, 2011).
Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh
manusia. Oleh karena itu, selama ini banjir cenderung dipandang sebagai takdir.
Penduduk yang tinggal di daerah yang sering terkena banjir juga menganggap bahwa
kebanjiran sebagai nasib. Secara umum penyebab terjadinya banjir adalah rendahnya
38
kemampuan DAS dalam menyimpan air, berkurangnya kemampuan DAS dalam
mengalirkan air, berkurangnya areal resapan untuk tempat penyimpanan air, dan
pemahaman masyarakat terhadap sumber daya air yang rendah. Oleh karena itu,
diperlukan cara yang efektif dan lebih dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian
banjir (Samadi, 2007).
2.1.3.4. Dampak Banjir
Beberapa dampak adanya banjir menurut Wardiyatmoko (2006) yaitu
sebagai berikut:
1. Mendatangkan kerugian bagi manusia misalnya rumah rusak, jalan rusak, dan
jembatan hancur.
2. Daerah sawah yang tergenang air akan mengakibatkan gagal panen.
3. Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan terjadi polusi air,
sehingga dapat menjadi media penyebaran penyakit perut dan penyakit kulit.
39
2.2. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Widjaja (2004), Juli Soemirat (2007), Sukidjo Notoadmodjo (2003), Depkes
RI (2002).
Sar
ana
San
itas
i D
asar
Sarana Air
Bersih
Sarana
Pembuangan
Tinja / Jamban
Sarana Tempat
Pembuangan
Sampah
Sarana
Pembuangan
Air Limbah
(SPAL)
Saluran
Drainase
Pendidikan dan
Pengetahuan
Sikap Praktik
Perilaku Tidak
Sehat
Kuman / Mikro
Organisme Infeksi
Ketahanan
Tubuh
Diare
Umur Status Rawan
Banjir
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. KERANGKA KONSEP
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus, sehingga tidak dapat langsung diukur (Soekidjo, 2002:68).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
* : Variabel dikendalikan
Variabel Bebas
- Kondisi Fisik Sarana Sanitasi
1. Sarana Air Bersih
2. Sarana Pembuangan Tinja / jamban
3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah
4. Sarana Pembuangan Air Limbah
5. Saluran Drainase
- Status Rawan Banjir
Variabel Terikat
Kejadian Diare
Variabel Pengganggu
Ketahanan tubuh*
41
3.2. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang bila berubah akan
mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian adalah
ketersediaan sarana sanitasi dasar yang meliputi air bersih, sarana pembuangan tinja /
jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran
drainase, dan status rawan banjir.
3.2.2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.
3.2.3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu (confuonding variable) yaitu jenis variabel yang
berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan
variabel antara. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah ketahanan tubuh.
Variabel pengganggu pada penelitian ini dikendalikan dengan metode
restriksi, dimana dalam metode ini terjadi pembatasan dalam pemilihan subjek
penelitian berdasarkan variabel pengganggu yang dapat mengancam validitas
penetian. Selain berdasarkan variabel pengganggu, pemilihan subjek juga
berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ada.
Pengendalian ketahanan tubuh dengan memilih responden berumur 5-59
tahun, karena penelitian memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk
42
umur di bawah 5 tahun atau di atas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda
dengan umur umum.
Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki
karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk
memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan
karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah dilihat
(Widyastuti, 2005:14).
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Soekidjo
Notoatmodjo, 2003:15).
WHO Menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0
– 14 tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun ke
atas: orang tua (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:20).
3.3. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban atau dugaan yang bersifat
sementara dalam suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:72). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.
2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan
kejadian diare.
43
3. Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian
diare.
4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan kejadian diare.
5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.
6. Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.
3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN
VARIABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
1. Kejadian
diare
Merupakan
kejadian diare
yang pernah
dialami responden
pada bulan
Oktober 2013
sampai Februari
2014.
(berdasarkan
catatan medis di
Puskesmas
Mangkang)
Kuesioner Wawancara 0 =
mengalami
diare.
1 = tidak
mengalami
diare.
Ordinal
2. Sarana
air bersih
Ketersediaan air
bersih yang
digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari, karena air
merupakan salah
satu media dari
berbagai macam
penularan
penyakit.
Penyediaan air
minum, ketentuan:
(1). Sumur gali
dan sumur pompa:
Lembar
checklist
Observasi 1. Memenuhi
syarat: ≥ 2
2. Tidak
memenuhi
syarat: < 2
Ordinal
44
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
terdapat dinding 3
meter ke bawah.
Perlindungan mata
air dan perpipaan:
jaringan pipa tidak
bocor / terendam
air, skor = 1.
(2). Tempat
penampungan air
dalam keadaan
bersih dan dikuras
sekurang-
kurangnya
seminggu sekali,
skor = 1.
(3). Tempat
penyimpanan air
minum dalam
keadaan bersih
dan dicuci
sekurang-
kurangnya
seminggu sekali,
skor = 1.
3. Sarana
pembua-
ngan
tinja /
jamban
Ketersediaan
sarana yang
digunakan untuk
membuang tinja
atau kotoran
manusia.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Mencegah
kontaminasi ke
badan air, skor =
1.
(2). Mencegah
kontak antara
manusia dan tinja,
skor = 1.
(3). Membuat tinja
tidak dapat
dihinggapi
serangga, serta
Lembar
checklist
Observasi 1. Memenuhi
syarat: ≥ 6
2. Tidak
memenuhi
syarat: < 6
Ordinal
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)
45
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
binatang lainnya,
skor = 1.
(4). Mencegah bau
yang tidak sedap,
skor = 1.
(5). Konstruksi
dudukannya dibuat
dengan baik dan
aman bagi
pengguna, skor =
1.
(6). Septic tank
tidak mencemari
air tanah dan air
permukaan, jarak
dengan sumber air
> 10 meter, skor =
1.
(7). (a) bila
berbentuk leher
angsa, air
penyekat selalu
menutup lubang
tempat jongkok,
skor = 1.
(b) bila tanpa leher
angsa, harus
dilengkapi dengan
penutup lubang
tempat jongkok
yang dapat
mencegah lalat
atau serangga atau
binatang lainnya,
skor = 1.
4. Sarana
tempat
pembua-
ngan
sampah
Ketersediaan
tempat untuk
menyimpan
sampah sementara
setelah sampah
dihasilkan yang
harus ada di setiap
sumber atau
penghasil sampah
Lembar
checklist
Observasi 1. Memenuhi
syarat: ≥ 1
2. Tidak
memenuhi
syarat: < 1
Ordinal
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)
46
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
seperti sampah
rumah tangga.
Ketentuan sebagai
berkut:
(1). Setiap
keluarga
mempunyai
tempat
pembuangan
sampah sendiri di
rumah, skor = 1.
(2). Tempat
pembuangan
sampah tertutup
hingga tidak
terjamah lalat dan
kedap air, skor =
1.
5. Sarana
Pembua-
ngan Air
Limbah
(SPAL)
Ketersediaan
sarana untuk
menyalurkan
pembuangan
limbah rumah
tangga yang
meliputi air bekas
cucian, air dari
kamar mandi, air
dari dapur.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Tidak
mencemari sumber
air bersih, skor =
1.
(2). Tidak
menimbulkan
genangan air yang
dapat menjadi
sarang nyamuk,
skor = 1.
(3). Tidak
menimbulkan bau,
skor = 1.
(4). Tidak
Lembar
checklist
Observasi 1. Memenuhi
syarat: ≥ 3
2. Tidak
memenuhi
syarat: < 3
Ordinal
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)
47
No Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran Skala
menimbulkan
becek-becek atau
pandangan yang
tidak menyenang-
kan, skor = 1.
6. Saluran
drainase
Ketersediaan
sarana untuk
mengalirkan air
permukaan ke
badan air (sumber
air permukaan dan
bawah permukaan
tanah) dan atau
bangunan resapan.
Ketentuan sebagai
berikut:
(1). Mampu
mengalirkan serta
meresapkan
sebagian air hujan
ke dalam tanah,
skor = 1.
(2). Tidak
menerima dan
mengalirkan air
limbah, skor = 1.
(3). Dipasang
diatas tanah yang
stabil, skor = 1.
(4). Tidak
menimbulkan
genangan air, skor
= 1.
Lembar
checklist
Observasi 1. Memenuhi
syarat: ≥ 3
2. Tidak
memenuhi
syarat: < 3
Ordinal
7. Status
rawan
banjir
Merupakan status
rawan banjir
rumah responden,
apakah rumah
responden terkena
banjir atau tidak.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
responden.
Kuesioner Wawancara 0 = daerah
rawan banjir.
1 = daerah
non-rawan
banjir.
Ordinal
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional)
48
3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan
rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus
(kelompok yang menderita efek / penyakit yang sedang diteliti). Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok kontrol,
kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang
mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena
efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:147).
3.6. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol, yang
selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.
3.6.1.1. Populasi Kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja
Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang
Wetan) yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013
sampai Februari 2014.
3.6.1.2. Populasi Kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja
Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang
Wetan) yang tidak menderita diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.
49
3.6.2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009;60). Sampel
dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.
3.6.2.1. Sampel Kasus
Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang
(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang pernah
berobat ke Puskesmas Mangkang pada saat menderita diare, yaitu berjumlah 29
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
3.6.2.1.1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.
2. Berdasarkan rekam medis Puskesmas Mangkang, responden didiagnosis diare
dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014
3. Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.1.2. Kriteria Eksklusi
Tidak berada di tempat pada saat penelitian.
3.6.2.2. Sampel Kontrol
Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang
(Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang tidak
mempunyai riwayat penyakit diare, yaitu berjumlah 29 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
50
3.6.2.2.1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia untuk mengkuti penelitian.
2. Tidak mempunyai riwayat penyakit diare dari bulan Oktober 2013 sampai
Februari 2014.
3. Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.2.2. Kriteria Eksklusi
Tidak berada di tempat pada saat penelitian.
3.6.3. Besar Sampel Minimal
Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam
penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian
terdahulu dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα=1,960) dan kekuatan 80%
(Zβ=0,842). Berdasarkan perhitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok
kontrol terdahulu sebagai berikut:
Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti / Tahun Variabel OR
1. Muhajirin / 2007 Kualitas bakteriologis air bersih 0,434
2. Muhajirin / 2007 Kualitas jamban 3,059
3. Muhajirin / 2007 Kualitas pembuangan air limbah 0,269
4. Muhajirin / 2007 Jenis tempat sampah 0,312
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian
terdahulu yang terbesar adalah 3,059 dari variabel kualitas jamban pada penelitian
Muhajirin tahun 2007. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
51
√
( )
(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:369)
Keterangan:
n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol
Zα : Tingkat kepercayaan (95%=1,960)
Zβ : Power penelitian (80%=0,842)
P : Perkiraan proporsi efek pada kasus
Q : Proporsi kontrol terpapar
R : OR penelitian terdahulu
0,75
√
( )
√
52
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29
responden. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol 1:1 dengan jumlah 29 kasus dan 29 kontrol.
3.6.4. Cara Pengambilan Sampel
Teknik sampling atau cara pengambilan sampel merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009;60). Penelitian ini
menggunakan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana (simple random
sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi. Adapun cara pengambilan dari metode ini dengan
menggunakan undian.
3.7. SUMBER DATA
3.7.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi dengan responden, pengetahuan responden atau keluarga responden tentang
diare, dan kondisi sarana sanitasi dasar.
3.7.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Mangkang.
53
3.8. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
3.8.1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian rangkaian
pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis pula (Sonny
Sumarsono, 2004:75). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh jawaban yang
akurat dari responden mengenai diare dan ketersediaan sarana sanitasi dasar.
a. Kuesioner Penjaringan
Kuesioner penjaringan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan
responden masuk ke dalam kelompok responden kasus atau kontrol.
b. Kuesioner Penelitian
Kuesioner penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
ketersediaan dan jenis sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,
sarana tempat pembuangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL), dan saluran drainase yang terdapat pada rumah responden.
Kuesioner penelitian dalam penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui
status rawan banjir pada rumah responden.
2. Checklist
Checklist adalah suatu daftar kegiatan yag harus dilakukan selama riset (Sonny
Sumarsono, 2004:75). Checklist dalam penelitian ini digunakan untuk
54
memperoleh data yang akurat mengenai kondisi fisik sarana air bersih, kondisi
fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), serta kondisi
fisik saluran drainase.
3.8.1.1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:129). Suatu kuesioner
dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu
instrumen (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-
masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid
bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik
korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto
(2010:40) yaitu:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
n : Jumlah subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor item
55
∑Y : Jumlah skor total
∑X2
: Jumlah kuadrat skor item
∑Y2
: Jumlah kuadrat skor total
Keputusan uji: bila r hitung (r pearson) > r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan
valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:167). Adapun ringkasan hasil uji validitas
sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner
No. No. Pertanyaan r hitung r tabel (30) Keterangan
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
1.
2.
3.
0,379
0,504
0,504
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
0,504
0,498
0,498
0,507
0,490
0,490
0,490
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
1.
2.
0,450
0,430
0,361
0,361
Valid
Valid
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
1.
2.
3.
4.
0,407
0,504
0,507
0,507
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase
1.
2.
3.
4.
0,407
0,479
0,379
0,498
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih, 7 pertanyaan kondisi fisik
sarana pembuangan tinja / jamban, 2 pertanyaan kondisi fisik sarana tempat
56
pembuangan sampah, 4 pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL), dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase didapatkan r hitung > r tabel
(0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner adalah valid
dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.8.1.2. Reliabilitas
Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Agus Riyanto, 2010:40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010:133). Pada penelitian ini untuk
mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan
nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil
adalah nilai „Alpha‟ (terletak di awal output). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta,
maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010:46). Adapun ringkasan hasil
uji reliabilitas sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
No. Variabel r cronbach’s
alpha
r tabel
5% (30) Keterangan
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih 0,364 0,361 Reliabel
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja /
Jamban 0,385 0,361 Reliabel
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan
Sampah 0,499 0,361 Reliabel
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL) 0,703 0,361 Reliabel
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase 0,620 0,361 Reliabel
57
Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih (r alpha = 0,364), 7
pertanyaan kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban (r alpha = 0,385), 2
pertanyaan kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (r alpha = 0,499), 4
pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) (r alpha = 0,703),
dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase (r alpha = 0,620) didapatkan hasil r
alpha > r tabel (0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
kuesioner adalah reliabel, sehingga kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
3.8.2. Teknik Pengambilan Data
3.8.2.1. Wawancara
Dalam penelitaan ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara
mengenai identitas responden, karakteristik responden, dan status rawan banjir pada
rumah responden dengan menggunakan kuesioner.
3.8.2.2. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena
sosial dan gejala gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”. Observasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan checklist mengenai kondisi fisik
sarana air bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja atau jamban, kondisi fisik
sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL), serta kondisi fisik saluran drainase.
58
3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder sebagai informasi pendukung dalam penelitian ini untuk
mengetahui gambaran umum Puskesmas Mangkang, jumlah penderita diare dan
sebarannya di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang.
3.9. PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1. Awal Penelitian
Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:
1. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi
penelitian.
2. Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas
Mangkang, Kantor Kelurahan Mangkang Kulon, Kantor Kelurahan Mangkang
Wetan, dan Kantor Kelurahan Mangunharjo
3. Menentukan sampel penelitian.
4. Menyusun kuesioner dan lembar checklist.
5. Mempersiapkan instrumen penelitian.
3.9.2. Penelitian
Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan
lembar checklist mengenai sarana sanitasi dasar dan kejadian diare.
59
3.9.3. Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai
penelitian. Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah:
1. Pencatatan data hasil penelitian.
2. Analisis data.
3. Pembuatan laporan.
3.10. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
3.10.1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Editing
Adalah pengeditan data apabila dalam pengisian kuesioner terdapat kesalahan
dan ketidaksesuaian informasi.
2. Coding
Adalah memberikan kode-kode tertentu pada jawaban yang ada untuk
mempermudah pengolahan.
3. Scoring
Adalah pemberian skor pada masing-masing jawaban.
4. Tabulating
Adalah proses mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dan
menjumlahkan secara teliti dan teratur ke dalam tabel yang sudah disediakan.
60
3.10.2. Teknik Analisis Data
3.10.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap
penelitian (Soekidjo Notoatmojo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk
mendiskripsikan tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Variabelnya meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan saluran drainase.
3.10.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis
bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji
statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui
hubungan variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2010:75).
Besarnya risiko relatif (odds rasio) point estimate dan confidence interval
95% dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan
tabel 2 × 2, sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel
terikat digunakan:
61
Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2
Faktor Risiko Kelompok Studi
Kasus Kontrol Jumlah
+ a b a+b
- c d c+d
Jumlah a+b b+d a+b+c+d=N
Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan Confidence
Interval (CI) 95%:
1. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang
diteliti merupakan risiko timbulnya penyakit.
2. Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti
belum tentu faktor risiko timbulnya penyakit.
3. Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup
angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
4. Bila OR hitung < dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti
merupakan faktor protektif.
5. Bila OR huting < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang
diteliti belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan
Sofyan Ismail, 2011:120).
Aturan pengambilan keputusan:
1. Jika p value ≥ α (0,05), maka Ho ditolak.
2. Jika p value < α (0,05), maka Ho diterima.
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.1. Keadaan Geografis
UPTD Puskesmas Mangkang adalah salah satu puskesmas dari 37
puskesmas yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas Mangkang
terletak di sebelah utara Kota Semarang, yang berbatasan dengan daerah Kabupaten
Kendal, sebagai daerah pengembangan perkotaan dengan keadaan daerah tropis dan
keadaan geografis daerah dataran rendah. Akses antar kelurahan di wilayah kerja
Puseksmas Mangkang dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan kendaraan
bermotor baik roda dua maupun roda empat dengan medan jalan berupa jalan aspal
kondisi baik.
4.1.2. Batas Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Mangkang memiliki wilayah kerja dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Sebelah Selatan : Kecamatan Ngaliyan
Sebelah Timur : Kelurahan Randugarut, Kecamatan Tugu
63
4.1.3. Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Mangkang yang berada di Kecamatan Tugu dengan luas
wilayah 1.226,88 Ha memiliki 3 kelurahan wilayah kerja. Wilayah kerja tersebut
diantaranya:
1. Kelurahan Mangkang Kulon.
2. Kelurahan Mangunharjo.
3. Kelurahan Mangkang Wetan.
4.1.4. Data Khusus
4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas
UPTD Puskesmas Mangkang memiliki jumlah dokter umum (2 orang),
dokter gigi (1 orang), bidan (7 orang), perawat (7 orang), perawat gigi (1 orang),
sanitarian (1 orang), asisten apoteker (1 orang), analisis kesehatan / laborat (1 orang),
nutrisionis (1 orang), pengadministrasi (5 orang), petugas loket (2 orang), penjaga
malam (1 orang), pengemudi (1 orang), dan petugas kebersihan (1 orang).
4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas
UPTD Puskesmas Mangkang memiliki sarana prasarana berupa mobil
ambulan / puskesling (1 unit), sepeda motor (5 unit), gedung puskesmas (1 unit), dan
gedung puskesmas pembantu (1 unit).
4.2. HASIL PENELITIAN
4.2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Ketersediaan Sarana
Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di
64
Wilayah Kerja puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) dengan jumlah 58
responden diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan
responden sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden
No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Umur (tahun)
5 – 14
15 – 49
50 – 59
7
39
12
12
67
21
Jumlah 58 100
2. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
20
38
34
66
Jumlah 58 100
3. Tingkat pendidikan
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi / PT
9
20
12
14
3
16
34
21
24
5
Jumlah 58 100
Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden
berumur 15 – 49 tahun dengan jumlah 39 responden (67%), frekuensi terbesar
responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 38 responden (66%), dan
frekuensi terbesar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SD dengan jumlah
20 responden (34%).
4.2.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Pada analisis
ini akan menghasilkan distribusi frekuansi tiap-tiap variabel yang berhubungan
dengan kejadian diare. Adapun variabel yang dianalisis yaitu kondisi fisik sarana air
65
bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat
pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), kondisi
fisk saluran drainase, dan status rawan banjir. Disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis
No. Variabel yang dianalisis Frekuensi Persentase (%)
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
40
18
69
31
Jumlah 58 100
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
35
23
60
40
Jumlah 58 100
3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
43
15
74
26
Jumlah 58 100
4.
Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL)
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
34
24
59
41
Jumlah 58 100
5. Kondisi fisik saluran drainase
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
34
24
59
41
Jumlah 58 100
6. Status rawan banjir
Daerah rawan banjir
Daerah non-rawan banjir
29
29
50
50
Jumlah 58 100
Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden
memiliki kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dengan jumlah 40
responden (69%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana
pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dengan jumlah 35 responden (60%),
66
frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah memenuhi syarat dengan jumlah 43 responden (74%), frekuensi terbesar
responden memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi
syarat dengan jumlah 34 responden (59%), frekuensi terbesar responden memiliki
kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dengan jumlah 34 responden (59%),
serta frekuensi sama besar antara responden yang tinggal di daerah rawan banjir
(50%) dan responden yang tinggal di daerah non-rawan banjir.
4.2.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian
Diare
Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik
Sarana Air Bersih
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
16
13
55
45
24
5
83
17
40
18
69
31 0,023
3,9 (1,16 –
13,08)
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik sarana air
bersih memenuhi syarat dan sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik
sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok
kontrol, sejumlah 24 responden (86%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih
memenuhi syarat dan sejumlah 5 responden (17%) mempunyai kondisi fisik sarana
air bersih tidak memenuhi syarat.
67
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p
value (0,023) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.
Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,9), sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi
syarat memiliki risiko 3,9 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan
responden yang memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat.
4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
dengan Kejadian Diare
Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik
Sarana
Pembuangan Tinja
/ Jamban
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
13
16
45
55
22
7
76
24
35
23
60
40 0,016
3,87 (1,26
– 11,88)
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik sarana
pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%)
mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat.
Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 22 responden (76%)
mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan
68
sejumlah 7 responden (24%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja /
jamban tidak memenuhi syarat.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p
value (0,016) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban
dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio
(OR=3,87), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana
pembuangan tinja / jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,87 kali
untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana
pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat.
4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare
Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik
Sarana
Pembuangan
Sampah
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
(95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
18
11
62
38
25
4
86
14
43
15
74
26 0,036
3,82 (1,05
– 13,94)
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, sejumlah 18 responden (62%) mempunyai kondisi fisik sarana
tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan sejumlah 11 responden (38%)
mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat.
Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 25 responden (86%)
69
mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan
sejumlah 4 responden (14%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah tidak memenuhi syarat.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p
value (0,036) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah
dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio
(OR=3,82), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana
tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,82 kali
untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana
tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat.
4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan Kejadian Diare
Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik
Sarana
Pembuangan Air
Limbah (SPAL)
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
13
16
45
55
21
8
72
28
34
24
59
41 0,017
3,72 (1,24
– 11,17)
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat, dan sejumlah 16 responden
(55%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak
70
memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 21
responden (72%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
memenuhi syarat, dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p
value (0,017) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds
ratio (OR=3,72), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko
3,72 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang
memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat.
4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare
Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik
Saluran Drainase
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
13
16
45
55
21
8
72
28
34
24
59
41 0,033
3,23 (1,08
– 9,65)
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik saluran
drainase memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi
fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden
71
kelompok kontrol, sejumlah 21 responden (72%) mempunyai kondisi fisik saluran
drainase memenuhi syarat dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik
saluran drainase tidak memenuhi syarat.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p
value (0,033) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.
Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,23), sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden yang memiliki saluran drainase yang tidak memenuhi
syarat memiliki risiko 3,23 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan
responden yang memiliki saluran drainase yang memenuhi syarat.
4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare
Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare
Status Rawan
Banjir
Kejadian Diare Total
p value OR (CI
95%) Kasus Kontrol
n % n % n %
Daerah Rawan
Banjir
Daerah Non-rawan
Banjir
29
0
100
0
0
29
0
100
29
29
50
50 - -
Jumlah 29 100 29 100 58 100
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden
kelompok kasus, seluruh responden (100%) tinggal di daerah rawan banjir dan tidak
ada responden (0%) yang tinggal di daerah non-rawan banjir. Sementara itu dari 29
responden kelompok kontrol, seluruh responden (100%) tinggal di daerah non-rawan
banjir dan tidak ada responden (0%) yang tinggal di daerah rawan banjir.
72
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa hubungan
antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik
karena didapatkan seluruh responden penderita diare tinggal di daerah rawan banjir
dan seluruh responden bukan penderita diare tinggal di daerah non-rawan banjir.
4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square
No. Variabel Bebas p value OR CI (95%) Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sarana air bersih
Sarana pembuangan
tinja / jamban
Sarana tempat
pembuangan sampah
Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL)
Saluran drainase
Status rawan banjir
0,023
0,016
0,036
0,017
0,033
-
3,9
3,87
3,82
3,72
3,23
-
1,16 – 13,08
1,26 – 11,88
1,05 – 13,94
1,24 – 11,17
1,08 – 9,65
-
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Tidak dapat
dianalisis secara
statistik
73
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. PEMBAHASAN
Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare, yaitu faktor sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban,
faktor sarana tempat pembangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL),
dan saluran drainase. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare
tidak dapat dianalisis secara statistik.
5.1.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian
Diare
Kondisi fisik sarana air bersih dinilai dengan melihat apakah rumah
responden memiliki sarana air bersih yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil
penelitian menunjukkan sejumlah 40 responden (69%) memiliki kondisi fisik sarana
air bersih memenuhi syarat, sedangkan 18 responden (31%) memiliki kondisi fisik
sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi
square yang dilakukan terhadap variabel sarana air bersih dengan kejadian diare
didapatkan p value sebesar 0,023 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga
Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air
bersih dengan kejadian diare.
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,9 yang berarti bahwa
responden yang memiliki sarana air bersih tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
74
untuk mengalami diare 3,9 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki sarana air bersih memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil pada responden kasus yang
memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat masih cukup
tinggi yaitu sebesar 45%, hal ini dikarenakan pada rumah responden kasus masih
banyak yang tidak membersihkan tempat penampungan air dan tempat penyimpanan
air minum sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan masih banyak dijumpai jaringan
pipa PDAM yang terendam air kotor. Pada responden kontrol, sebagian besar
memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sebesar 83%, hal
ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi
fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3
meter ke bawah, jaringan pipa tidak bocor / terendam air, tempat penampungan air
dalam keadaan bersih dan dikuras sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan tempat
penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai
RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,6. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh
Wulandari (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air minum
dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,01.
75
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juli Soemirat
Slamet (2002:95), bahwa sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada
penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi
syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air
minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air
minum dengan jamban, lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah, dan
sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan
kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber
pengotor termasuk tempat penampungan akhir (TPA) kotoran atau tinja tidak kurang
dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak di bawah sumber-sumber tersebut.
Sarana air bersih dapat menjadi media penular berbagai penyakit yang
dibawa oleh air apabila sarana tersebut tidak sanitier. Sarana air bersih selain
kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yang berlaku, untuk mencegah
terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Akan tetapi, air yang sudah bersih
seringkali ditampung di tempat air yang tidak bersih atau mudah terkontaminasi,
maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali (Juli Soemirat
Slamet, 2002:111).
Salah satu upaya memperkecil risiko terkena penyakit diare yaitu menjaga
kebersihan sarana air bersih, sehingga sarana tersebut terhindar dari kontaminasi agen
penyebab penyakit. Selain itu, masyarakat harus memasak air minum terlebih dahulu
untuk mematikan agen penyebab yang terdapat dalam air bersih tersebut (Widoyono,
2008:151).
76
5.1.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
dengan Kejadian Diare
Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dinilai dengan melihat
apakah rumah responden memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang telah
memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 35 responden
(60%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat,
sedangkan 23 responden (40%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja /
jamban tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang
dilakukan terhadap variabel sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare
didapatkan p value sebesar 0,016 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga
Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana
pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare.
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,87 yang berarti bahwa
responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat
mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar
responden kasus memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Keadaan ini didukung dengan banyaknya rumah
responden kasus yang tidak memiliki septic tank, maka tinja dari jamban yang
seharusnya diolah di dalam septic tank langsung dibuang ke sungai. Hal ini yang
menyebabkan bau tidak sedap, tinja dapat dihinggapi serangga dan vektor penyakit.
77
Pada responden kontrol, sebagian besar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan
tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu sebesar 76%. Hal ini dikarenakan pada
sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik sarana tempat
pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu mencegah kontaminasi ke
badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat
dihinggapi serangga dan vektor penyakit, mencegah bau yang tidak sedap, konstruksi
dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna, septic tank tidak
mencemari air tanah dan air permukaan, jarak septic tank dengan sumber air lebih
dari 10 meter.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan
kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Umiati (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan p value =
0,018. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mafazah (2013) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana pembuangan tinja
dengan kejadian diare pada balita denga p value = 0,002, dari hasil analisis diperoleh
nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,1. Hasil penelitian yang sama juga dilakuka
oleh Muhajirin (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas
jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,011, dari hasil analisis
diperoleh OR sebesar 3,05.
78
Responden yang memiliki kondisi jamban tidak memenuhi syarat kesehatan
akan berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare, karena sarana jamban yang tidak
mudah digelontor serta tinja yang tidak ditampung dan diolah secara tertutup akan
dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare yang kemudian secara tidak
langsung mencemari makanan atau minuman. Selain itu, jarak antara lubang
penampungan kotoran dengan sumber air atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan
menyebabkan kuman penyebab diare yang berasal dari tinja mencemari sumber air
bersih yang digunakan orang untuk keperluan sehari-hari. Hal ini juga diperkuat
dengan Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, yang mengemukakan jamban
sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif umtuk memutus mata rantai
penularan penyakit.
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002:5), pembuangan tinja yang sanitier
merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Agar tidak
berperan sebagai penularan penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung
serta diolah pada suatu lubang dalam tanah / bak tertutup yang tidak terjangkau oleh
lalat, tikus, dan kecoa, serta harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih.
5.1.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare
Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dinilai dengan melihat
apakah rumah responden memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang telah
memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 43 responden
(74%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat,
79
sedangkan 15 responden (26%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang
dilakukan terhadap variabel sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian
diare didapatkan p value sebesar 0,036 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05,
sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik
sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa
responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat
mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang
hampir sama, yaitu sebagian besar rumah responden memiliki kondisi fisik sarana
tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, pada kelompok kasus sebesar
62% dan kelompok kontrol sebesar 86%. Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden telah memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang
memenuhi syarat yaitu setiap rumah memiliki sarana tempat pembuangan sampah
sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan tertutup
hinga tidak terjamah lalat dan kedap air. Responden dengan kondisi fisik sarana
tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase
kelompok kasus sebesar 38% dan kelompok kontrol sebesar 14%. Hal ini
dikarenakan pada responden tersebut tidak memiliki sarana tempat pembuangan
80
sampah sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan
terbuka.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan
antara ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada
balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio
Prevalensi) sebesar 2,8. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Purwaningsih
(2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik tempat
pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat dengan p value = 0,017,
perhitungan risk estimate didapatkan OR sebesar 3,71.
Hasil ini sesuai dengan teori dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
(2005:25), bahwa tempat sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan
tujuan agar tempat tidak menjadi sarang atau berkembang biaknya serangga ataupun
binatang penular penyakit (vektor). Teori ini di perkuat oleh Juli Soemirat Slamet
(2002:155), bahwa kondisi sampah yang seperti ini dapat berpotensi menimbulkan
penyakit diare karena tempat sampah yang tidak tertutup, bau, serta dibiarkan
berserakan tersebut akan dihinggapi lalat maupun serangga lainnya yang nantinya
akan membawa kuman atau bakteri ke dalam makanan dan minuman.
Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat sampah tidak menjadi
sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah
rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun,
disarankan untuk membakar atau menimbunkan tumpukan sampah dan menutup
81
dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah,
2005:24).
5.1.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) dengan Kejadian Diare
Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dinilai dengan
melihat apakah rumah responden memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 34
responden (59%) memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian
dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,017 dan lebih
kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan
kejadian diare.
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,72 yang berarti bahwa
responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi
syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,72 kali lebih besar dibandingkan
dengan responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar
responden kasus memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
82
yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Hal ini didukung dengan kondisi
fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada sebagian besar rumah responden
kasus masih menimbulkan genangan air, bau tidak sedap dan becek-becek yang dapat
menjadi tempat perindukan vektor penyakit. Pada responden kontrol, frekuensi
terbesar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang
memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah
responden kontrol memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang
memenuhi syarat yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, tidak menimbulkan bau, dan tidak
menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan
antara ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare
pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio
Prevalensi) sebesar 2,1. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Muhajirin (2007)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas pembuangan air limbah
dengan kejadian diare pada balita dengan p value sebesar 0,001.
Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang
tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau
dapat mencemari lingkungan maupun sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2005:25). Hal ini diperkuat dengan teori oleh Juli Soemirat Slamet
(2002:128), bahwa air limbah domestik termasuk air bekas mandi, bekas cuci
pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini mengandung
83
banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada juga air limbah yang
mengandung tinja dan urin manusia. Dibandingkan air bekas cuci, tinja dan urin ini
jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen dan merupakan
cara transport utama bagi penyakit bawaan air.
Pembuangan air limbah yang dilakukan secara sanitier, merupakan salah
satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Sarana pembuangan air limbah
yang sanitier juga akan mengurangi kemungkinan terjadi penyakit infeksi, misalnya
penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:4).
5.1.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian
Diare
Kondisi fisik saluran drainase dinilai dengan melihat apakah rumah
responden memiliki saluran drainase yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil
penelitian menunjukkan sejumlah 34 responden (59%) memiliki kondisi fisik saluran
drainase memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik
saluran drainase tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi
square yang dilakukan terhadap variabel saluran drainase dengan kejadian diare
didapatkan p value sebesar 0,033 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga
Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik saluran
drainase dengan kejadian diare.
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,23 yang berarti bahwa
responden yang memiliki saluran drainase tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
84
untuk mengalami diare 3,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki saluran drainase memenuhi syarat.
Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden
kasus memiliki kondisi fisik saluran drainase yang tidak memenuhi syarat yaitu
sebesar 55%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kasus masih
terjadi genangan air pada saluran drainase. Pada responden kontrol, frekuensi terbesar
memiliki kondisi fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal
ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi
fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu mampu mengalirkan serta
meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah, tidak menerima dan mengalirkan air
limbah, dipasang di atas tanah yang stabil, dan tidak menimbulkan genangan air.
Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut, sehingga dapat mengurangi genangan air di
sekitar rumah agar tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit bawaan air,
misalnya penyakit diare.
85
5.1.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare
Status rawan banjir dinilai dengan bertanya kepada responden apakah rumah
responden berada di daerah rawan banjir atau di daerah non-rawan banjir. Hasil
penelitian menunjukkan sejumlah 29 responden (50%) tinggal di daerah rawan banjir,
sedangkan 29 responden (50%) tinggal di daerah non-rawan banjir. Hasil analisis
penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel status rawan banjir
dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik, tetapi secara kualitatif
kemungkinan ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa seluruh responden
penderita diare tinggal di daerah rawan banjir dan seluruh responden bukan penderita
diare tinggal di daerah non-rawan banjir, maka dari itu variabel status rawan banjir
tidak dapat dianalisis secara statistik.
Hasil penelitian Nandiroh (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
sanitasi sebagai akibat dampak banjir dengan kejadian diare dengan nilai OR sebesar
5,7, dan ada hubungan antara perilaku sebagai dampak banjir dengan kejadian diare
dengan nilai OR sebesar 9,8.
Setiap tahun lebih dari 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha
dan merugikan sekitar satu juta orang. Saat ini kecenderungan bencana banjir terus
meningkat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Banjir yang terjadi selalu
menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun
tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir. Dampak banjir yang terjadi
sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak
86
sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari
lingkungan. Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit
gatal-gatal di kulit. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir
kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.
(Kodoatie, 2013).
5.2. HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN
5.2.1. Hambatan Penelitian
Hambatan dalam penelitian ini adalah:
Ditemukan data dari Puskesmas Mangkang yang tidak sesuai dengan alamat
pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang sesuai
untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian.
5.2.2. Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah:
Penelitian ini meneliti hubungan antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar
dan status rawan banjir dengan kejadian diare, sedangkan faktor risiko diare masih
banyak yang lain seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), dan masih banyak lainnya.
87
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare (studi
kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)
dengan p value 0,023 dan nilai OR = 3,9.
2. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan
kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang tahun 2014) dengan p value 0,016 dan nilai OR = 3,87.
3. Ada hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan
kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang tahun 2014) dengan p value 0,036 dan nilai OR = 3,82.
4. Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang tahun 2014) dengan p value 0,017 dan nilai OR = 3,72.
5. Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare (studi
kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)
dengan p value 0,033 dan nilai OR = 3,23.
6. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis
secara statistik.
88
6.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi UPTD Puskesmas Mangkang Kota Semarang
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan
kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit diare, salah satunya
dengan penyuluhan mengenai penyakit diare, kesehatan lingkungan dan
sarana sanitasi dasar.
b. Pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan ketersediaan sarana
sanitasi dasar untuk mengurangi risiko terhadap kejadian diare seperti
pengadaan jamban sehat, dan lain sebagainya.
2. Bagi masyarakat
a. Membersihkan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan saluran
drainase jangan sampai ada genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan vektor penyakit.
b. Membuang sampah pada tempatnya dan jangan lupa menutup tempat
sampah agar tidak dihinggapi lalat dan hewan lainnya.
c. Secara teratur membersihkan jamban minimal seminggu sekali dan segera
membangun septic tank bagi masyarakat yang belum memiliki septic tank,
agar tinja tidak dibuang di sungai.
89
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah faktor-faktor lain di luar
penelitian ini seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, sosial ekonomi, dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
90
DAFTAR PUSTAKA
A Tresna Sastrawijaya, 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta:
Bengawan Ilmu.
Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Offset.
Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan
Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa
Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Diakses dari www.geospasial.bnpb.go.id
tanggal 10 Maret 2015.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012, Laporan Kejadian Bencana Tahun
2009 – 2011, Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 15 Januari 2015.
Basarnas, 2010, Banjir Bandang Semarang, 7 Korban Meninggal, Diakses dari
www.basarnas.go.id tanggal 15 Januari 2015.
DepKes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2013, Semarang: DKK Semarang.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2014, Semarang: DKK Semarang.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2005, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2008, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2013, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Effendy, N, 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi 2, Jakarta:
EGC.
91
Hidayat, AA, 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Jakarta: Salemba Medika.
Juli Soemirat Slamet, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Lailatul Mafazah, 2013, Hubungan antara Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang tahun 2013, Skripsi:
Universitas Negeri Semarang.
Khasan, M., & Widjanarko, M., 2011, Perilaku Coping Masyarakat Mengahadapi
Banjir, Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1 No. 2.
Kodoatie, Robert, 2013, Rekayasa Dan Manajemen Banjir Kota, Yogyakarta: Andi.
Mawardi, E., & Sulaeman, A., 2011, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan
Resiko Bencana Banjir, Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air.
Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana
Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro.
M.C Widjaja, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita, Jakarta: Kawan
Pustaka.
Otto Soemarwoto, 1998, Artikel Judul Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan
dalam Buku Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, Bandung: Alumni.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air minum.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Jamban Sehat.
Puskesmas Mangkang, 2014, Rencana Tingkat Puskesmas Mangkang, Semarang.
Retno Purwaningsih, 2012, Hubungan Antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku
Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Diare Di Daerah Paska Bencana Desa
Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
92
Rose, J.B., Epstein, P.R., Lipp, E.K., Sherman, B.H., Bernard, S.M., & Patz, J.A.,
2001, Clmate Variability and Change in United States: Potential Impact on
Water and Foodborne Disease Caused by Microbiologic Agents,
Environmental Health Perspectives, 109, 211-221.
Samadi, 2007, Geografi 1, Jakarta: Yudhistira.
Sander, 2005, Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika, Vol 2. No.2.
Juli-Desember 2005: 163-193.
Singh, R.B.K., Hales, S., Wet, N.D., Raj, R., Heamden, M., & Weinstein, P., 2011,
The Influence of Climate Variation and Change in Diarrheal Disease in the
Pacific Islands, Environmental Health Perspectives, 109, 155-159.
Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan Kejadian
Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di Puskesmas
Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi: Universitas Esa
Unggul Jakarta.
Slamet, J. S., 2009, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: UGM Press.
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: rineka
Cipta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Soeparman & Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta:
Penerbitan Buku Kedokteran UI.
Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sopiyudin Dahlan, 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba
Medika.
Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismail, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Jakarta: Sagung Seto.
Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Penerbit UI Press.
93
Suriadi & Rita Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Umiati, 2010, Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada
Balita di wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun
2009, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wahid Iqbal Mubarak & Nur Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan
Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.
Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta: EGC.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga.
World Health Organization, 2003, Climate Change and Human Health Risks and
Responses, Ganeva: Author.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi
96
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan
97
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan
98
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang
99
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang
100
Lampiran 6. Ethical Clearance
101
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Saya, Muhamad Rizkiyanto, Mahasiswa S1 Peminatan Epidemiologi dan
Biostatistika, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar Terhadap Kejadian Diare pada
Masyarakat di Wilayah Rawan Banjir (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)”. Dana penelitian ini berasal dari peneliti
sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. Saya
mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 42
subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan sekitar 30 Menit.
A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian
Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat
menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa
denda sesuatu apapun.
B. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus kontrol / Case
Control, di mana peneliti akan datang langsung menemui responden dalam satu
waktu. Instrumen yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Saudara wajib
mengisi kuesioner selama waktu yang sudah diberikan dan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Mangkang Kota Semarang yang meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran drainase.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya
terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini.
D. Risiko dan efek samping dan penangananya
Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena intervensi yang
dilakukan oleh saya (peneliti) tidak mempengaruhi nilai akademik/presatasi
belajar Saudara.
102
E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan
masukan dalam upaya preventif kejadian diare pada masyarakat.
F. Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Saudara terkait dengan penelitian ini akan dijaga
kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu
pengetahuan).
G. Kompensasi / ganti rugi
Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk
Saudara, yang diwujudkan dalam bentuk barang.
H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri.
I. Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc sebagai dosen
pembimbing.
Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi :
Muhamad Rizkiyanto, no HP +6285876474456 di Rt.01 Rw.02 Desa Caturanom
Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Kode Pos 56254.
Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telepon 021-
8508107 atau email [email protected]
Semarang, 28 Mei 2015
Hormat saya,
Muhamad Rizkiyanto
103
Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya
telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya
dapat menanyakan kepada Muhamad Rizkiyanto.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Tandatangan subjek Tanggal
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
104
Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan
KUESIONER PENJARINGAN
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)
No. Responden :
Tanggal wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Alamat : RT/RW:
:
Umur : tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA
2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi
3. Tamat SMP
Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh
ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan
banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun
2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.
105
2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa
3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)
4. Karyawan swasta
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.
1. Apakah rumah Anda pernah mengalami banjir selama tahun 2014?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah pada selang waktu bulan Oktober 2013 s/d bulan Februari 2014 Anda
ingat atau pernah mengalami buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari
(diare)?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala tinja cair (gejala khusus diare
yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala mual (gejala khusus diare yang
disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala demam (gejala khusus diare yang
disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?
a. Ya b. Tidak
106
6. Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala feses berlendir (gejala khusus
diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Anda bisa memprediksi penyebab diare yang anda alami?
a. Keracunan makanan
b. Tidak mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar dan sebelum
makan
c. Buang air besar sembarangan
d. Menggunakan air yang kurang dan tidak bersih
8. Apa yang Anda lakukan ketika diare tersebut terjadi?
a. Dibiarkan saja
b. Diobati sendiri
c. Dibawa ke puskesmas
d. Dibawa ke dokter / bidan
107
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)
No. Responden :...............................................................................
Tanggal wawancara :...............................................................................
Kelompok : kasus / kontrol (coret salah satu)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Alamat : RT/RW:
:
Umur : tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda.
Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan terakhir : 1. Tidak tamat SD 4. Tamat SMA
2. Tamat SD 5. Tamat perguruan tinggi
3. Tamat SMP
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh
ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan
banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun
2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.
108
Pekerjaan : 1. Buruh 5. PNS
2. Petani 6. Siswa / Mahasiswa
3. Wiraswasta 7. Lainnya,.............(sebutkan)
4. Karyawan swasta
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan.
A. Kejadian Diare
1. Apakah Anda pernah mangalami diare pada selang waktu bulan Oktober 2013
s/d bulan Februari 2014?
a. Ya b. Tidak
B. Kejadian Banjir
1. a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?
a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
2. a) Apakah sekolah atau tempat kerja Anda pernah terkena banjir?
a. Ya b. Tidak
b) Jika pernah, kapan sekolah atau tempat kerja Anda terkena banjir? Jelaskan.
............................................................................................................
109
C. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar
1. Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?
a. Sumur Gali b. Sumur Pompa
c. PDAM
3. Apakah di rumah Anda mempunyai jamban?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah di rumah Anda mempunyai tempat pembuangan sampah?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran pembuangan air kotor? Misalnya, air
bekas mencuci pakaian dan piring.
a. Ya b. Tidak
6. Apakah di rumah Anda mempunyai saluran air hujan (drainase)?
a. Ya b. Tidak
110
Lampiran 11. Lembar Cheklist Penelitian
LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN
PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun
2014)
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda lakukan.
No VARIABEL JAWABAN SKOR
YA TIDAK
KONDISI FISIK SARANA SANITASI DASAR
1. Kondisi fisik sarana air bersih
Sumur gali dan sumur pompa: terdapat
dinding 3 meter ke bawah. Perlindungan
mata air dan perpipaan: jaringan pipa tidak
bocor / terendam air.
Tempat penampungan air dalam keadaan
bersih dan dikuras sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
Tempat penyimpanan air minum dalam
keadaan bersih dan dicuci sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja /
jamban
Mencegah kontaminasi ke badan air.
Mencegah kontak antara manusia dan tinja.
Membuat tinja tidak dapat dihinggapi
serangga.
Mencegah bau yang tidak sedap.
Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik
dan aman bagi pengguna.
Septic tank tidak mencemari air tanah dan
air permukaan, jarak dengan sumber air >
10 meter.
(a) Bila berbentuk leher angsa, air penyekat
selalu menutup lubang tempat jongkok.
(b) Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi
dengan penutup lubang tempat jongkok
yang dapat mencegah lalat atau serangga
atau binatang kainnya.
3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan
sampah
111
No VARIABEL JAWABAN SKOR
YA TIDAK
Setiap keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah sendiri di rumah.
Tempat pembuangan sampah tertutup
hingga tidak terjamah lalat dan kedap air.
4. Kondisi fisik sarana pembuangan air
limbah
Tidak mencemari sumber air bersih.
Tidak menimbulkan genangan air yang
dapat menjadi sarang nyamuk.
Tidak menimbulkan bau.
Tidak menimbulkan becek-becek atau
pandangan yang tidak menyenangkan.
5. Kondisi fisik saluran drainase
Mampu mengalirkan serta meresapkan
sebagian air hujan ke dalam tanah.
Tidak menerima dan mengalirkan air
limbah.
Dipasang di atas tanah yang stabil.
Tidak menimbulkan genangan air.
KETERANGAN PEMBERIAN NILAI LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN
Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Ya diberi skor 1.
Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Tidak diberi skor 0.
112
Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas.
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,364 3
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 ,83 ,379 30 P2 ,57 ,504 30 P3 ,57 ,504 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P1 1,13 1,016 -,391 1,000 P2 1,40 ,248 ,714 -1,204
a
P3 1,40 ,248 ,714 -1,204a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1,97 ,861 ,928 3
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 3 pertanyaan > r tabel
(0,361), sehingga didapatkan 3 pertanyaan yang valid.
Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,364) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
113
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,385 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P4 ,57 ,504 30 P5 ,60 ,498 30 P6 ,60 ,498 30 P7 ,53 ,507 30 P8 ,63 ,490 30 P9 ,63 ,490 30 P10 ,63 ,490 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P4 3,63 1,757 ,425 ,193 P5 3,60 2,593 -,163 ,515 P6 3,60 2,248 ,055 ,410 P7 3,67 2,092 ,157 ,356 P8 3,57 2,116 ,156 ,356 P9 3,57 2,185 ,106 ,383 P10 3,57 1,633 ,563 ,106
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4,20 2,579 1,606 7
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 7 pertanyaan > r tabel
(0,361), sehingga didapatkan 7 pertanyaan yang valid.
Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,385) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
114
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,499 2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P11 ,73 ,450 30 P12 ,23 ,430 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P11 ,23 ,185 ,333 . P12 ,73 ,202 ,333 .
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
,97 ,516 ,718 2
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 2 pertanyaan > r tabel
(0,361), sehingga didapatkan 2 pertanyaan yang valid.
Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,499) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
115
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,703 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P13 ,80 ,407 30 P14 ,57 ,504 30 P15 ,53 ,507 30 P16 ,53 ,507 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P13 1,63 1,482 ,334 ,721 P14 1,87 1,085 ,609 ,559 P15 1,90 1,059 ,634 ,541 P16 1,90 1,266 ,399 ,698
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
2,43 1,978 1,406 4
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel
(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.
Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,703) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
116
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,620 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P17 ,80 ,407 30 P18 ,67 ,479 30 P19 ,83 ,379 30 P20 ,60 ,498 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P17 2,10 ,921 ,495 ,487 P18 2,23 ,806 ,507 ,462 P19 2,07 1,030 ,388 ,563 P20 2,30 ,976 ,252 ,671
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
2,90 1,472 1,213 4
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r hitung dari 4 pertanyaan > r tabel
(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid.
Dari uji juga didapatkan hasil r alpha (0,620) > r tabel (0,361), sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
117
Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Air_Bersih 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Sarana_Air_Bersih
Mean 2,38 ,144
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 2,09
Upper Bound 2,67
5% Trimmed Mean 2,42
Median 3,00
Variance ,876
Std. Deviation ,936
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2 Skewness -,855 ,365
Kurtosis -1,335 ,717
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Air_Bersih ,436 42 ,000 ,582 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Jamban 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
118
Descriptives
Statistic Std. Error
Sarana_Jamban
Mean 5,90 ,198
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5,50
Upper Bound 6,30
5% Trimmed Mean 6,01
Median 6,00
Variance 1,649
Std. Deviation 1,284
Minimum 3
Maximum 7
Range 4
Interquartile Range 2 Skewness -,903 ,365
Kurtosis -,244 ,717
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Jamban ,279 42 ,000 ,800 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah
42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah
Mean 1,12 ,119
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound ,88
Upper Bound 1,36
5% Trimmed Mean 1,13
Median 1,00
Variance ,595
119
Std. Deviation ,772
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1 Skewness -,211 ,365
Kurtosis -1,263 ,717
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah
,230 42 ,000 ,803 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SPAL 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
SPAL
Mean 2,60 ,213
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2,17
Upper Bound 3,03
5% Trimmed Mean 2,66
Median 3,00
Variance 1,905
Std. Deviation 1,380
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
120
Interquartile Range 3 Skewness -,442 ,365
Kurtosis -1,229 ,717
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SPAL ,227 42 ,000 ,842 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Drainase 42 100,0% 0 0,0% 42 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Sarana_Drainase
Mean 2,64 ,210
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 2,22
Upper Bound 3,07
5% Trimmed Mean 2,71
Median 3,00
Variance 1,845
Std. Deviation 1,358
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 2 Skewness -,777 ,365
Kurtosis -,364 ,717
121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sarana_Drainase ,198 42 ,000 ,824 42 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
122
Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square
1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare
58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare Crosstabulation
Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Sarana_Air_Bersih
Memenuhi syarat
Count 24 16 40
% within Kejadian_DIare
82,8% 55,2% 69,0%
Tidak memenuhi syarat
Count 5 13 18
% within Kejadian_DIare
17,2% 44,8% 31,0%
Total
Count 29 29 58
% within Kejadian_DIare
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,156a 1 ,023
Continuity Correctionb 3,947 1 ,047
Likelihood Ratio 5,294 1 ,021
Fisher's Exact Test ,045 ,023
Linear-by-Linear Association
5,067 1 ,024
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
123
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sarana_Air_Bersih (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,900 1,163 13,078
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,160 ,984 4,744
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,554 ,344 ,891
N of Valid Cases 58
2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Jamban * Kejadian_DIare
58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Sarana_Jamban * Kejadian_DIare Crosstabulation
Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Sarana_Jamban
Memenuhi syarat
Count 22 13 35
% within Kejadian_DIare
75,9% 44,8% 60,3%
Tidak memenuhi syarat
Count 7 16 23
% within Kejadian_DIare
24,1% 55,2% 39,7%
Total
Count 29 29 58
% within Kejadian_DIare
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,836a 1 ,016
Continuity Correctionb 4,611 1 ,032
Likelihood Ratio 5,958 1 ,015 Fisher's Exact Test ,031 ,015
Linear-by-Linear Association
5,735 1 ,017
N of Valid Cases 58 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. b. Computed only for a 2x2 table
124
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sarana_Jamban (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,868 1,260 11,880
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,065 1,059 4,029
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,534 ,321 ,888
N of Valid Cases 58
3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare
58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare Crosstabulation
Kejadian_DIare Total
Kontrol
Kasus
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah
Memenuhi syarat
Count 25 18 43
% within Kejadian_DIare
86,2% 62,1% 74,1%
Tidak memenuhi syarat
Count 4 11 15
% within Kejadian_DIare
13,8% 37,9% 25,9%
Total
Count 29 29 58
% within Kejadian_DIare
100,0%
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,406a 1 ,036
Continuity Correctionb 3,237 1 ,072
Likelihood Ratio 4,542 1 ,033 Fisher's Exact Test ,070 ,035
Linear-by-Linear Association
4,330 1 ,037
N of Valid Cases 58 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table
125
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,819 1,046 13,943
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 2,180 ,907 5,239
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,571 ,358 ,910
N of Valid Cases 58
4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SPAL * Kejadian_DIare 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
SPAL * Kejadian_DIare Crosstabulation
Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
SPAL
Memenuhi syarat Count 21 12 33
% within Kejadian_DIare 72,4% 41,4% 56,9%
Tidak memenuhi syarat Count 8 17 25
% within Kejadian_DIare 27,6% 58,6% 43,1%
Total Count 29 29 58
% within Kejadian_DIare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,695a 1 ,017
Continuity Correctionb 4,499 1 ,034
Likelihood Ratio 5,800 1 ,016
Fisher's Exact Test ,033 ,016
Linear-by-Linear Association
5,596 1 ,018
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2 table
126
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SPAL (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,719 1,238 11,168
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,989 1,062 3,722
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,535 ,316 ,904
N of Valid Cases 58
5. Kondisi Fisik Saluran Drainase
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana_Drainase * Kejadian_DIare
58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Sarana_Drainase * Kejadian_DIare Crosstabulation
Kejadian_DIare Total
Kontrol Kasus
Sarana_Drainase
Memenuhi syarat
Count 21 13 34
% within Kejadian_DIare
72,4% 44,8% 58,6%
Tidak memenuhi syarat
Count 8 16 24
% within Kejadian_DIare
27,6% 55,2% 41,4%
Total
Count 29 29 58
% within Kejadian_DIare
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,549a 1 ,033
Continuity Correctionb 3,483 1 ,062
Likelihood Ratio 4,619 1 ,032
Fisher's Exact Test ,061 ,030
Linear-by-Linear Association
4,471 1 ,034
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
127
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sarana_Drainase (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,231 1,081 9,656
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol 1,853 ,992 3,460
For cohort Kejadian_DIare = Kasus ,574 ,344 ,957
N of Valid Cases 58
128
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden
Identitas Responden Kelompok Kasus
No. Kode Nama JK Umur
(tahun)
Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok
RT / RW Kelurahan
1. R01 Kasmudi L 59 2 / III Mangunharjo SMA Wiraswasta Kasus
2. R02 Kasimah P 38 1 / III Mangunharjo SMP IRT Kasus
3. R03 Aminah P 53 4 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kasus
4. R04 Sarjinah P 53 1 / III Mangunharjo SD Karyawan Swasta Kasus
5. R05 Sri Mulyani P 56 3 / III Mangunharjo SD IRT Kasus
6. R10 Bagas L 20 2 / II Mangunharjo SMA Karyawan Swasta Kasus
7. R11 Abu Khoiri L 36 2 / II Mangunharjo SMP Buruh Kasus
8. R12 Solikin L 36 7 / II Mangunharjo SMA Petani Kasus
9. R51 Sutini P 54 2 / II Mangunharjo SD IRT Kasus
10. R52 Zahra F. P 6 3 / III Mangunharjo TTSD Siswa SD Kasus
11. R24 Farikin L 41 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus
12. R25 Wiji Widodo L 33 2 / II Mangkang Wetan SD Buruh Kasus
13. R26 Sri Sari P 47 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kasus
14. R27 Khomsatun P 45 3 / I Mangkang Wetan SMA IRT Kasus
15. R28 Wati P 50 2 / I Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kasus
16. R29 Supriyadi L 39 1 / I Mangkang Wetan SMP Wiraswasta Kasus
17. R30 Rizki Nugroho L 11 3 / I Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kasus
18. R31 Widiarti P 35 4 / II Mangkang Wetan SD Petani Kasus
19. R55 Nanang L 32 2 / I Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kasus
20. R56 Agung Wibisono L 11 1 / I Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kasus
21. R33 Imronah P 48 1 / IV Mangkang Kulon SD Buruh Kasus
22. R34 Khusnul Fatimah P 38 3 / IV Mangkang Kulon TTSD Karyawan Swasta Kasus
23. R35 Mualifah P 50 1 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kasus
24. R41 Solekhah P 58 2 / II Mangkang Kulon SD IRT Kasus
25. R42 Ali Emran L 23 5 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kasus
129
No. Kode Nama JK Umur
(tahun)
Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok
RT / RW Kelurahan
26. R43 Candra L 7 1 / I Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kasus
27. R44 Siti Muyasaroh P 18 2 / II Mangkang Kulon SMA Karyawan Swasta Kasus
28. R45 Ghufron P 42 4 / II Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kasus
29. R46 Sri Romadonah P 28 1 / III Mangkang Kulon SMP IRT Kasus
130
Identitas Responden Kelompok Kontrol
No. Kode Nama JK Umur
(tahun)
Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok
RT / RW Kelurahan
1. R06 Muniroh P 42 2 / III Mangunharjo SMP Wiraswasta Kontrol
2. R07 Imron L 44 4 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol
3. R08 Saiman L 59 1 / III Mangunharjo SD Wiraswasta Kontrol
4. R09 Larasati P 48 3 / III Mangunharjo SMP IRT Kontrol
5. R13 Sujono L 40 1 / II Mangunharjo PT PNS Kontrol
6. R14 Uswatun Khasanah P 35 5 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol
7. R15 Siti Kodriyah P 34 9 / III Mangunharjo PT PNS Kontrol
8. R16 Anjar P 23 6 / II Mangunharjo SMA Wiraswasta Kontrol
9. R53 Quen Salma Z. P 6 4 / II Mangunharjo TTSD Siswa SD Kontrol
10. R54 Kusdiyanto L 47 6 / II Mangunharjo SD Buruh Kontrol
11. R17 Isti P 27 4 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol
12. R18 Suamah P 43 4 / II Mangkang Wetan TTSD Wiraswasta Kontrol
13. R19 Bunga Teja P 52 4 / II Mangkang Wetan TTSD IRT Kontrol
14. R20 Usmiyati P 41 4 / II Mangkang Wetan SD Wiraswasta Kontrol
15. R21 Muasrofin P 51 3 / II Mangkang Wetan SD IRT Kontrol
16. R22 Nur Yanti P 34 3 / II Mangkang Wetan SMA IRT Kontrol
17. R23 Mutiah P 51 3 / II Mangkang Wetan SMP IRT Kontrol
18. R32 Sutrisno L 28 2 / V Mangkang Wetan SMA Karyawan Swasta Kontrol
19. R57 M. Tegar Ardiansyah L 8 4 / II Mangkang Wetan TTSD Siswa SD Kontrol
20. R58 Arsyad Desti P 16 6 / II Mangkang Wetan SD Siswa SMP Kontrol
21. R36 Endah Budi Setiyawati P 18 1 / IV Mangkang Kulon SMP Siswa SMA Kontrol
22. R37 Suprihatin P 38 4 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol
23. R38 Rokhayati P 34 4 / IV Mangkang Kulon SD IRT Kontrol
24. R39 Miskiyah P 46 4 / IV Mangkang Kulon SMP IRT Kontrol
25. R40 Amanah P 45 1 / IV Mangkang Kulon SD Karyawan Swasta Kontrol
26. R47 Sapta Wahyu L 24 2 / III Mangkang Kulon SMA Wiraswasta Kontrol
27. R48 Tutik Farikhah P 19 1 / IV Mangkang Kulon SMP Karyawan Swasta Kontrol
131
No. Kode Nama JK Umur
(tahun)
Alamat Pendidikan Pekerjaan Kelompok
RT / RW Kelurahan
28. R49 Khamalia Rahmawati P 8 1 / IV Mangkang Kulon TTSD Siswa SD Kontrol
29. R50 Yuliani P 27 2 / IV Mangkang Kulon SMA IRT Kontrol
132
Lampiran 16. Data Penelitian
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik
Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
P1 P2 P3
1. R01 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
4. R04 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
9. R09 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
11. R11 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
13. R13 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
17. R17 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
133
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik
Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
P1 P2 P3
24. R24 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
26. R26 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
27. R27 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
31. R31 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
34. R34 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
36. R36 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
42. R42 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
43. R43 0 1 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
134
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik
Sarana Air Bersih Jumlah Kategori Kode Kelompok
P1 P2 P3
52. R52 1 0 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
55. R55 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
56. R56 1 1 0 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
57. R57 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 0 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
135
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana
Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1. R01 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
3. R03 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
4. R04 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
11. R11 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
12. R12 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
15. R15 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
21. R21 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
24. R24 0 1 0 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 1 0 1 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 0 0 0 0 1 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
136
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana
Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
27. R27 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
29. R29 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
30. R30 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
33. R33 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
35. R35 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
42. R42 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 1 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
44. R44 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kasus
45. R45 1 0 1 1 0 0 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
46. R46 0 1 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
47. R47 1 1 1 1 1 1 0 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 1 0 1 0 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
49. R49 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
50. R50 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 1 1 0 0 1 1 0 4 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
53. R53 0 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
54. R54 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
137
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana
Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori Kode Kelompok
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
55. R55 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kasus
56. R56 0 0 0 1 0 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
57. R57 0 1 1 1 1 1 0 5 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
58. R58 1 0 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
138
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Tempat
Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
P11 P12
1. R01 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
2. R02 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
5. R05 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
6. R06 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
8. R08 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
12. R12 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
16. R16 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
17. R17 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
19. R19 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
20. R20 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
22. R22 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
23. R23 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
24. R24 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
26. R26 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
139
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Tempat
Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
P11 P12
27. R27 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
36. R36 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
43. R43 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
45. R45 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
49. R49 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
50. R50 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
140
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Tempat
Pembuangan Sampah Jumlah Kategori Kode Kelompok
P11 P12
55. R55 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
57. R57 1 0 1 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 1 1 2 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
141
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
P13 P14 P15 P16
1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
5. R05 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 1 1 0 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
13. R13 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
16. R16 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
21. R21 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
23. R23 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
24. R24 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
25. R25 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
142
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
P13 P14 P15 P16
27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
28. R28 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
31. R31 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
32. R32 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
33. R33 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
34. R34 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
35. R35 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 1 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 0 0 0 1 1 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
54. R54 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
143
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL) Jumlah Kategori Kode Kelompok
P13 P14 P15 P16
55. R55 0 1 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
57. R57 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
144
Kondisi Fisik Saluran Drainase
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok
P17 P18 P19 P20
1. R01 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
2. R02 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
3. R03 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
4. R04 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
5. R05 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
6. R06 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
7. R07 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
8. R08 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
9. R09 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
10. R10 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
11. R11 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
12. R12 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
13. R13 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
14. R14 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
15. R15 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
16. R16 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
17. R17 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
18. R18 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
19. R19 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
20. R20 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
21. R21 0 0 1 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
22. R22 1 0 0 1 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
23. R23 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
24. R24 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
25. R25 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
26. R26 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
27. R27 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
145
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok
P17 P18 P19 P20
28. R28 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
29. R29 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
30. R30 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
31. R31 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
32. R32 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
33. R33 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
34. R34 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
35. R35 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
36. R36 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
37. R37 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
38. R38 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
39. R39 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
40. R40 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
41. R41 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
42. R42 1 0 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
43. R43 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
44. R44 1 0 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
45. R45 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
46. R46 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
47. R47 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
48. R48 0 1 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
49. R49 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
50. R50 1 0 1 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
51. R51 0 1 0 0 1 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
52. R52 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kasus
53. R53 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
54. R54 1 1 0 1 3 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
55. R55 0 0 0 0 0 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kasus
56. R56 1 1 1 0 3 Memenuhi Syarat 1 Kasus
146
No. No.
Rspndn
Kondisi Fisik Saluran Drainase Jumlah Kategori Kode Kelompok
P17 P18 P19 P20
57. R57 1 1 1 1 4 Memenuhi Syarat 1 Kontrol
58. R58 0 1 1 0 2 Tidak Memenuhi Syarat 2 Kontrol
147
Lampiran 17. Dokumentasi
Wawancara dengan responden
Wawancara dengan responden
148
Wawancara dengan responden
Sungai Beringin
149
Puskesmas Mangkang
Kondisi Fisik Sarana Jamban
150
Kondisi Fisik Saluran Drainase